+ All Categories
Home > Documents > Proposal Penelitian. Rev

Proposal Penelitian. Rev

Date post: 25-Jul-2015
Category:
Upload: tiwi-amartiwi
View: 166 times
Download: 3 times
Share this document with a friend
Popular Tags:
36
JUDUL PENELITIAN PERBANDINGAN ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN BANTUL DENGAN KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2006-2009 (MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALISIS SHIFT SHARE, LOCATION QUOTIENT DAN TIPOLOGI KLASSEN) DALAM BAHASA INGGRIS COMPARATIVE ANALYSIS WITH THE POTENTIAL FOR ECONOMIC DISTRICT BANTUL AND KULON PROGO REGENCY 2006-2009 YEAR (APPROACH USING SHIFT SHARE ANALYSIS, LOCATION QUOTIENT AND TIPOLOGIES KLASSEN) LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses di mana Pemerintah Daerah dan masyarakat mengelola sumber daya - sumber daya yang ada. Pembangunan ekonomi daerah melibatkan multisektor dan pelaku pembangunan, sehingga diperlukan kerjasama dan koordinasi diantara semua pihak yang berkepentingan. Pemerintah daerah akan bertanggung jawab secara lebih penuh terhadap kebijakan dasar yang diperlukan bagi pembangunan daerah, khususnya yang menyangkut pembangunan sarana dan prasarana, investasi dan akses terhadap sumber dana, kebijakan lingkungan, pelayanan dasar (pendidikan dan kesehatan) serta pengembangan sumberdaya manusia. Dalam pelaksanaan pembangunan daerah diperlukan perencanaan dan strategi yang tepat karena disetiap daerah mempunyai keadaan yang berbeda, mempunyai karakteristik tersendiri, laju pertumbuhan ekonomi maupun potensi yang dimiliki masing-masing daerah. Pembangunan daerah diarahkan 1
Transcript
Page 1: Proposal Penelitian. Rev

JUDUL PENELITIAN

PERBANDINGAN ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN BANTUL DENGAN

KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2006-2009 (MENGGUNAKAN PENDEKATAN

ANALISIS SHIFT SHARE, LOCATION QUOTIENT DAN TIPOLOGI KLASSEN)

DALAM BAHASA INGGRIS

COMPARATIVE ANALYSIS WITH THE POTENTIAL FOR ECONOMIC DISTRICT

BANTUL AND KULON PROGO REGENCY 2006-2009 YEAR (APPROACH USING SHIFT

SHARE ANALYSIS, LOCATION QUOTIENT AND TIPOLOGIES KLASSEN)

LATAR BELAKANG

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses di mana Pemerintah Daerah dan

masyarakat mengelola sumber daya - sumber daya yang ada. Pembangunan ekonomi daerah

melibatkan multisektor dan pelaku pembangunan, sehingga diperlukan kerjasama dan koordinasi

diantara semua pihak yang berkepentingan. Pemerintah daerah akan bertanggung jawab secara

lebih penuh terhadap kebijakan dasar yang diperlukan bagi pembangunan daerah, khususnya

yang menyangkut pembangunan sarana dan prasarana, investasi dan akses terhadap sumber dana,

kebijakan lingkungan, pelayanan dasar (pendidikan dan kesehatan) serta pengembangan

sumberdaya manusia.

Dalam pelaksanaan pembangunan daerah diperlukan perencanaan dan strategi yang tepat

karena disetiap daerah mempunyai keadaan yang berbeda, mempunyai karakteristik tersendiri,

laju pertumbuhan ekonomi maupun potensi yang dimiliki masing-masing daerah. Pembangunan

daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka

usaha peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat. Karena itu harus benar-benar

diperhatikan sektor-sektor mana yang dapat diklasifikasikan sebagai penyumbang dalam

peningkatan pendapatan daerah. Informasi hasil pembangunan ekonomi yang telah dicapai dapat

dimanfaatkan sebagai evaluasi pembangunan. Oleh karena itu diperlukan informasi keseluruhan

mengenai perkembangan potensi ekonomi di suatu daerah yang sangat diperlukan sebagai

evaluasi pembangunan dan perencanaan pembangunan untuk tahun anggaran berikutnya.

Untuk mengetahui bagaimana suatu potensi daerah perlu dilakukan analisis

perkembangan potensi ekonomi dengan menggunakan data PDRB atas dasar harga konstan.

Dalam penelitian ini akan dianalisis dan dibandingkan potensi ekonomi antara Kabupaten Bantul

1

Page 2: Proposal Penelitian. Rev

dan Kabupaten Kulon Progo. Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo adalah dua wilayah

administratif daerah tingkat dua yang berada didalam satu Provinsi yaitu Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta, meskipun berada dalam satu Provinsi antara Kabupaten Bantul dan

Kabupaten Kulon Progo memiliki potensi-potensi ekonomi unggulan yang berbeda. Oleh karena

itu akan dicoba mennganalisis potensi-potensi unggulan apa saja yang dimiliki oleh Kabupaten

Bantul dan Kabupaten Kulon Progo, selain potensi unggulan juga akan dianalisa potensi potensi

pereekonomian yang masih kurang potensial sehingga sektor perekonomian yang kurang

potensial nantinya dapat ditingkat kinerjanya sehingga menjadi sektor perekonomian yang

potensial. Selain itu juga akan dianalisis sektor perekonomian apa saja yang dapat

dikolaborasikan antara Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo sehingga akan lebih

meningkatkan daya saing kedua Kabupaten yang nantinya juga akan berimbas terhadap

kemajuan perekonomian Provinsi DIY.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator ekonomi

makro yang sering dipergunakan untuk menilai kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah,

hal ini digunakan untuk mengetahui sektor mana yang dapat dijadikan sebagai sektor unggulan,

dan sektor mana yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah kabupaten untuk dikembangkan.

Pada lima tahun terakhir pertumbuhan PDRB per kapita Kabupaten Bantul berdasarkan

harga konstan mengalami pertumbuhaan dari 2,74% pada tahun 2005 menjadi 3,18% pada tahun

2009. PDRB per kapita berdasarkan harga berlaku pada tahun 2005 adalah sebesar

Rp5.628.617,-, meningkat menjadi Rp 8.664.070,- pada tahun 2009. Sementara PDRB per kapita

berdasarkan harga konstan pada tahun 2005 adalah sebesar Rp 3.712.307,-, meningkat menjadi

Rp 4.103.303,- pada tahun 2009. Perkembangan PDRB per kapita selama lima tahun terakhir.

Tabel 1: Perkembangan PDRB per Kapita Menurut Harga Berlaku dan Harga

Konstan Tahun 2000 di Kabupaten Bantul Tahun 2005-2009

Sumber: BPS Kabupaten Bantul, tahun 2010

2

Page 3: Proposal Penelitian. Rev

Kemudian jika dilihat dari PDRB Atas dasar harga konstan maka Kabupaten Bantul

memiliki prioritas Pendapatan di Sektor pertanian. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya

pendapatan yang diperoleh dari sektor tersebut. Berikut adalah Tabel Produk Domestik Regional

Bruto Kabupaten Bantul menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000 :

3

Page 4: Proposal Penelitian. Rev

Begitu pula dengan Kabupaten Kulon Progo, jika dilihat dari Produk Domestik Regional

Bruto Atas Dasar Harga Konstan maka Sektor yang menjadi prioritas adalah sektor pertanian.

Namun pada sektor total jumlah pendapatan sangat berbeda jauh dengan Kabupaten Bantul.

4

Page 5: Proposal Penelitian. Rev

Dalam penelitian ini akan dianalisis lebih dalam mengenai kemampuan potensi ekonomi

kabupaten kabupaten tersebut dan membandingkan potensi ekonomi dari kedua kabupaten

tersebut dengan mengangkat judul: “PERBANDINGAN ANALISIS POTENSI EKONOMI

KABUPATEN BANTUL DENGAN KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2006-2009

(MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALISIS SHIFT SHARE, LOCATION QUOTIENT

DAN TIPOLOGI KLASSEN)”.

LATAR BELAKANG PENELITIAN

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian yang telah di jelaskan dalam pendahuluan maka rumusan masalah

yang dapat diberikan adalah bahwa potensi ekonomi daerah Kabupaten Bantul dan

Kabupaten Kulon Progo belum digali secara optimal dalam rangka meningkatkan

perekonomian daerah.

2. Keaslian Penelitian

Penelitian ini dibuat dengan sungguh-sungguh. Penelitian ini sangat berbeda dengan

penelitian-penelitian lainnya karena penelitian ini menyajikan perbandingan antara dua

kabupaten yaitu Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Kulon Progo dengan menggunakan

data tahun 2006-2009. Selain itu penelitian ini juga memiliki persamaan dengan

penelitian lain yang membandingkan potensi ekonomi antar kabupaten.

3. Faedah yang Diharapkan

a. Sebagai bahan informasi kepada pemerintah daerah kabupaten Bantul dan

kabupaten Kulon Progo untuk dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun

kebijakan pembangunan dalam pelaksanaan otonomi daerah.

b. Sebagai bahan informasi untuk peneliti lain ataupun pembaca maupun pihak yang

berkepentingan dalam permasalahan yang berhubungan dengan penelitian ini.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perkembangan potensi ekonomi kabupaten Bantul dan Kabupaten

Kulon Progo.

2. Untuk mengetahui sektor sektor perekonomian yang masih kurang potensial untuk lebih

ditingkatkan.

5

Page 6: Proposal Penelitian. Rev

3. Untuk mengetahui perbandingan potensi ekonomi antara Kabupaten Bantul dengan

Kabupaten Kulon Progo.

4. Untuk mengetahui tingkat pencapaian sektor-sektor PDRB kabupaten Bantul dan

Kabupaten Kulon Progo.

5. Untuk mengetahui sektor unggulan antara kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo.

6. Menganalisis tipologi masing-masing daerah berdasarkan potensi yang dimilikinya.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu

1. PURI WURYANDARI (2003)Penelitian berjudul “ Analisis Potensi Ekonomi Sektoral Propinsi Jawa Tengah Tahun

1993 – 2000 “, yang berisi perhitungan untuk menentukan potensi ekonomi daerah khususnya

daerah Jawa Tengah yang menggunakan data sekunder dengan runtut waktu ( time series ) mulai

tahun 1993 sampai dengan tahun 2000.

Adapun data yang digunakan adalah Produk Domestik Bruto ( PDB ), Produk

Domestik Regional Bruto ( PDRB ), data tenaga kerja di Jawa Tengah dan data tenaga kerja di

Indonesia. Penggunaan dua jenis data PDRB dan tenaga kerja dalam perhitungan potensi

ekonomi daerah ditujukan untuk melihat potensi sektor di Propinsi Jawa Tengah ditinjau dari sisi

PDRB dan tenaga kerjanya. Dari data yang diperoleh dianalisis dengan alat analisis Locational

Quotient ( LQ ) dan Shift Share ( SSA ) yang kemudian keduanya digabungkan.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa yang menjadi sektor basis di Jawa

Tengah ditinjau dari sisi PDRB adalah Pertanian, Industri Pengolahan, Perdagangan,hotel dan

restoran, jasa- jasa, sementara jika ditinjau dari sisi tenaga kerja maka yang menjadi sektor basis

adalah Industri Pengolahan, Perdagangan,hotel dan restoran serta sektor Jasa-jasa.

Berdasarkan hasil analisis data, saran-saran yang dapat digunakan adalah karena sektor

pertanian semakin lama kontribusinya semakin kecil baik dari sisi PDRB maupun tenaga kerja

maka diperlukan perhatian yang serius dan diperlukan pembenahan terutama dalam hal teknologi

yang berkaitan dengan sektor pertanian, sementara sektor Industri Pengolahan semakin lama

kontribusinya semakin meningkat terutama dalam hal penyerapan tenaga kerjanya. Hal ini

6

Page 7: Proposal Penelitian. Rev

menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Tengah mulai beralih dari masyarakat agraris menuju

masyarakat industri.( http://diligib.uns.ac.id/upload/dokumen)

2. Handayani Astuti

Dengan judul penelitian Analisis potensi sektor ekonomi kota dan kabupaten di propinsi

daerah Istimewa Yogyakarta dalam pelaksanaan pembangunan di era otonomi daerah. Tujuan

dari penelitian ini yang pertama adalah untuk mengetahui gambaran kontribusi sektoral terhadap

PDRB dan laju pertumbuhan PDRB secara sektoral dari tahun 1998-2001, yang kedua untuk

mengetahui sektor-sektor yang menjadi basis perekonomian di masing-masing kota dan

kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam melaksanakan pembangunan di era

otonomi daerah ditinjau dari PDRB, dan yang ketiga untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi

potensial, agar mampu dikembangkan menjadi sector basis oleh masing-masing kota dan

kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini

yaitu selain agar dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran dan bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan oleh instansi-instansi terkait, juga diharapkan dapat dijadikan bahan

perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Dari hasil analisis data diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi sektoral Kota Yogyakarta

dan Kabupaten Sleman mendapat kontribusi terbesar dari Sektor Pedagangan, Hotel, dan

Restoran, dan laju pertumbuhan tertinggi di Sektor Industri Pengolahan. Kontribusi terbesar

Kabupaten Bantul berasal dari Sektor Pertanian, sedangkan laju pertumbuhan sektoral tertinggi

berada di Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih. Kabupaten Gunung Kidul mendapat kontribusi

terbesar dari Sektor Pertanian, dan laju pertumbuhan sektoral tertinggi berada di Sektor Jasa-jasa.

Kontribusi terbesar Kabupaten Kulon Progo diperoleh dari Sektor Pertanian, dan laju

pertumbuhan sektoral tertinggi berada di Sektor Industri Pengolahan. Menjawab permasalahan

kedua diketahui bahwa Kota Yogyakarta memiliki basis perekonomian pada: (i) Sektor Listrik,

Gas, dan Air Bersih; (ii) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; (iii) Sektor Pengangkutan dan

Komunikasi; (iv) Sektor Keuangan; (v) Sektor Jasa-jasa. Kabupaten Sleman memiliki basis

perekonomian pada: (i) Sektor Industri Pengolahan; (ii) Sektor Bangunan; (iii) Sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (iv) Sektor Keuangan.Kabupaten Bantul memiliki basis

perekonomian pada: (i) Sektor Pertanian; (ii) Sektor Industri Pengolahan, (iii) Sektor Bangunan;

(iv) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Kabupaten Gunung Kidul memiliki basis

7

Page 8: Proposal Penelitian. Rev

perekonomian pada: (i) Sektor Pertanian; (ii) Sektor Pertambangan dan Galian; (iii) Sektor

Bangunan. Kabupaten Kulon Progo memiliki basis perekonomian pada Sektor Pertanian dan

Sektor Jasa-jasa. Sedangkan sektor-sektor potensial yang dapat dikembangkan di Kota

Yogyakarta adalah Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Bangunan. Sektor-sektor potensial di

Kabupaten Sleman adalah : (i) Sektor Pertanian; (ii) Sektor Jasa-jasa; (iii) Sektor Listrik, Gas,

dan Air Bersih; (iv) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (v) Sektor Pertambangan dan Galian.

Sektor potensial Kabupaten Bantul berada di (i) Sektor Pertambangan dan Galian; (ii) Sektor

Jasa-jasa; (iii) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih; (iv) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi;

(v) Sektor Keuangan. Sektor-sektor potensial yang dapat dikembangkan di Kabupaten Gunung

Kidul adalah : (i) Sektor Industri Pengolahan; (ii) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih; (iii) Sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (iv) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (v) Sektor

Keuangan, (vi) Sektor Jasa-jasa. Sektor-sektor potensial yang ada di Kabupaten Kulon Progo

adalah : (i) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, (ii) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran;

(iii) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (iv) Sektor Keuangan.

Saran yang dapat diberikan guna tercapainya tujuan pembangunan di kota dan kabupaten

di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu: pengoptimalisasian pengembangan sektor-sektor

potensia tanpa mengabaikan sektor basis yang telah ada, kedua mempromosikan potensi masing-

masing daerah guna menarik investor baik dari luar negeri ataupun dari luar daerah, yang ketiga

adalah penerangan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pembangunan di era otonomi

daerah, dan mengarahkan masyarkat untuk lebih aktif dalam usaha- usaha yang berada di lingkup

sektor basis dan sektor potensial, dan yang kekempat yaitu perlu adanya penelitian yang lebih

lengkap dengan analisis yang lebih canggih. (digilib.uns.ac.id/abstrak.pdf.)

3. Nudiatulhuda Mangun (2007)

Penelitian dengan judul ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA

DI PROPINSI SULAWESI TENGAH. Propinsi Sulawesi Tengah termasuk daerah yang

perekonomiannya lebih rendah dibandingkan dengan tiga Propinsi lain yang setara di Sulawesi

yakni Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan meskipun lebih unggul sedikit dari Sulawesi

Tenggara, yang tercermin dari tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)nya (lihat tabel

1.2). Demikian pula dengan volume ekspornya serta realisasi proyek-proyek baik Proyek

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Proyek Penananman Modal Asing (PMA)

8

Page 9: Proposal Penelitian. Rev

yang relatif sedikit dibandingkan dengan Propinsi lain di Sulawesi. Hal ini disebabkan oleh

belum optimalnya pengembangan potensi daerah.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ekonomi dan mengidentifikasi sektor-

sektor ekonomi di masing-masing Kabupaten/Kota di wilayah Sulawesi Tengah dengan cara:

mengetahui sektor-sektor basis/unggulan ditiap Kabupaten/kota di Sulawesi Tengah,

mengidentifikasi dan menganalisis kinerja sektor-sektor ekonomi di masing-masing daerah

terutama untuk mengetahui sektor-sektor yang mempunyai daya saing kompetitif dan

spesialisasi, menganalisis tipologi masing-masing daerah berdasarkan potensi yang dimilikinya,

menentukan prioritas sektor basis guna pengembangan pembangunan di Sulawesi Tengah

umumnya serta Kabupaten dan Kota khususnya. (http:// eprints .undip.ac.id/19427/1/ Nudiatul -

eprints .pdf )

LANDASAN TEORI

A. Pembangunan Pembangunan Ekonomi

1.Proses Pembangunan Ekonomi

Proses pembangunan ekonomi dibagi menjadi 4 (empat) tahap sebagai berikut

(Arsyad, 1997: 24 ).

Tahap pertama adalah proses perencanaan (ekonomi). Ditetapkan dan

diterjemahkan kedalam target kuantitatif untuk pertumbuhan, penciptaan kesempatan kerja,

distribusi pendapatan, pengurangan kemiskinan, dan lainnya.

Tahap kedua adalah mengukur ketersediaan sumber daya yang langka selama

periode perencanaan tersebut, misalnya: tabungan, bantuan luar negeri, penerimaan

pemerintah, penerimaan eksport, tenaga kerja yang terlatih, dan lainnya. Kesemuanya itu

bersama keterbatasan administrasi dan organisasi, merupakan kendala (constraints) yang

mengendalai kemampuan perekonomian tersebut untuk mencapai target – targetnya.

Tahap ketiga, hampir semua dari upaya ekonomi ditujukan untuk memilih

berbagai cara (kegiatan dan alat) yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan nasional. Pada

tahap ini ditetapkan proyek-proyek investasi, seperti jalan raya, jaringan irigasi, pabrik-

pabrik, pusat-pusat kesehatan. Perencanaan nasional yang meliputi: kebijaksanaan-

kebijaksanaa harga, seperti nilai kurs, tingkat suku bunga, upah, pengaturan pajak, atau

subsidi yang semuanya ini merangsang perusahaan-perusahaan swasta untuk

9

Page 10: Proposal Penelitian. Rev

mengembangkan tujuan-tujuan pembangunan nasional, dan perubahan keuangan (perbankan)

atau penataan kembali sektor pertanian, yang bisa mengurang hambatan – hambatan untuk

mengubah dan mendukung kegiatan–kegiatan pembangunan lainnya.

Tahap keempat, perencanaan mengerjakan proses pemilihan kegiatan–kegiatan yang

mungkin dan penting untuk mencapai tujuan nasional (welfare function) tanpa terganggu

oleh adanya kendala– kendala sumber daya dan organisasional. Hasil dari proses ini adalah

strategi pembangunan (development strategy) atau rencana yang mengatur kegiatan–kegiatan

yang akan dilakukan selama beberapa tahun (biasanya 5 tahun). (Arsyad, 1997: 24)

2. Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

Pengertian pembangunan ekonomi sangat luas, bukan hanya sekedar bagaimana

menaikan GNP per tahun saja. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai kegiatan-

kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

hidup masyarakat. Berdasarkan batasan tersebut maka pembangunan ekonomi dapat

didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu

negara dapat meningkat dalam jangka panjang. Maka dari definisi tersebut, pembangunan

ekonomi mempunyai 3 sifat penting, yaitu bahwa pembangunan ekonomi merupakan :

1. Suatu proses, yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus.

2. Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan per-kapita.

3. Kenaikan pendapatan per-kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang.

Jadi pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai proses agar saling berkaitan

dan saling mempengaruhi antara faktor–faktor yang menghasilkan pembangunan ekonomi

sehingga dapat dilihat dan dianalisis. Dengan cara tersebut bisa diketahui deretan peristiwa

yang timbul dan akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan

masyarakat dari satu tahap ke tahap berikutnya (Arsyad, 1997:11).

Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan ekonomi, karena

pertumbuhan hanya meliputi kenaikan output produksi yang menyebabkan kenaikan pada

pendapatan, tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil daripada

tingkat pertambahan penduduk, atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau

tidak. Jadi pembangunan selalu dibarengi dengan adanya pertumbuhan, sedangkan

pertumbuhan belum tentu disertai dengan pembangunan. Dengan demikian suatu

10

Page 11: Proposal Penelitian. Rev

perekonomian dapat dikatakan sedang berkembang apabila pendapatan per–kapita

menunjukkan kecenderungan (trend) jangka panjang yang meningkat. Namun demikian tidak

berarti bahwa pendapatan per – kapita akan mengalami kenaikan terus menerus. Adanya

resesi ekonomi, kekacauan politik, dan penurunan ekspor misalnya, dapat mengakibatkan

suatu perekonomian mengalami penurunan tingkat kegiatan ekonominya. Jika keadaan

demikian hanya bersifat sementara, dan kegiatan ekonomi secara rata – rata meningkat dari

tahun ke tahun, maka masyarakat tersebut dapat dikatakan mengalami pembangunan

ekonomi.

Pengertian pembangunan ekonomi secara tidak langsung menyatakan bahwa

untuk melihat laju pembangunan suatu negara dan perkembangan tingkat kesejahteraan

masyarakatnya, maka tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan

merupakan salah satu syarat utama.

3. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi

1. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Dalam pertumbuhan regional tidaklah semua sama dengan apa yang

dikemukakan pada pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini di sebabkan pada analisa

pertumbuhan ekonomi regional lebih ditekankan pada pengaruh perbedaan karakteristik

daerah terhadap pertumbuhan ekonomi. Tetapi pertumbuhan ekonomi regional dan

pertumbuhan ekonomi nasional juga mempunyai ciri yang sama, yaitu memberi tekanan

pada unsur waktu yang merupakan faktor penting dalam analisa pertumbuhan ekonomi.

Pada pembangunan ekonomi regional memberikan tekanan pada unsur region,

maka faktor-faktor yang mejadi perhatian juga berbeda dengan apa yang ada pada

pertumbuhan ekonomi nasional. Pada teori pertumbuhan ekonomi nasional faktor-faktor

yang perlu diperhatikan adalah modal, lapangan pekerjaan dan kemajuan teknologi. Akan

tetapi pada teori pertumbuhan ekonomi regional faktor-faktor yang mendapat perhatian

utama adalah keuntungan lokasi, aglomerasi dan arus lalu lintas modal antar wilayah.

Karena perbedaan faktor-faktor tersebut maka analisa pertumbuhan ekonomi regional

berbeda dengan teori-teori dalam menganalisaatumbuhan ekonomi nasional.

Teori-teori yang dapat digunakan dalam menganalisis pertumbuhan ekonomi

regional diantaranya adalah sebagai berikut :

11

Page 12: Proposal Penelitian. Rev

a. Teori lokasi

Terdapat tiga kelompok dalam pemaparan tentang teori lokasi. Kelompok

pertama sering dinamakan sebagai pembela prinsip-prinsip Least Cost Theory, yang

menekankan analisa pada aspek produksi dan mengabaikan unsur pasar dan

permintaan. Analisa dari aliran Least Cost Theory didasarkan pada asumsi pokok

antara lain : a) lokasi pasar dan sumber bahan baku telah tertentu, b) sebagai bahan

baku adalah Localized materials, c) tidak terjadi perubahan teknologi, d) ongkos

transport tetap untuk setiap kesatuan produksi dan jarak. Kelompok kedua dinamakan

Market Area Theory dimana faktor permintaan lebih penting artinya dalam pemilihan

lokasi. Teori ini disusun atas dasar beberapa asumsi utama yaitu: a) konsumen

tersebar secara merata ke seluruh tempat, b) bentuk persamaan permintaan dianggap

sama, c) ongkos angkut untuk setiap kesatuan produksi dan jarak adalah sama.

Kelompok yang ketiga dinamakan Bid Rent Theory, dimana pemilihan lokasi

perusahaan industri lebih banyak ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk

menyewa tanah. Teori ini lebih banyak berlaku di daerah perkotaan yang harga sewa

dan tanah sangat tinggi. Teori ini juga disusun atas dasar beberapa asumsi tertentu

yaitu : a) terdapat seluas tanah yang dapat dimanfaatkan dan tingkat kesuburan yang

sama, b) ditengah tanah tersebut terdapat sebuah pusat produksi dan konsumsi, c)

ongkos angkut sama untuk setiap kesatuan jarak produksi, d) harga barang produksi

juga sama untuk setiap jenis produksi, e) tidak terjadi perubahan teknologi (Esmara,

1985:327).

Teori lokasi ini pada intinya mengemukakan tentang pemilihan lokasi yang

dapat meminimumkan beaya. Lokasi optimum dari suatu perusahaan industri pada

umumnya terletak di mana permintaan terkonsentrasi (pasar) atau pada sumberbahan

baku. Alasan ini adalah bila suatu perusahaan industri memilih lokasi pada salah satu

kedua tempat tersebut, maka ongkos angkut untuk bahan baku atau hasil produksi

akan dapat diminimumkan dan keuntungan aglomerasi yang timbul dari adanya

konsentrasi perusahaan pada suatu lokasi akan dapat dirasakan manfaatnya (Arysad,

1999:117 ).

b. Teori Basis Ekonomi

12

Page 13: Proposal Penelitian. Rev

Teori ini didasari dari sudut teori lokasi, yaitu bahwa pertumbuhan ekonomi

suatu daerah akan banyak ditentukan oleh jenis keuntungan lokasi yang selanjutnya

dapat digunakan oleh daerah tersebut sebagai kekuatan ekspor. Keuntungan lokasi

tersebut umumnya berbeda-beda setiap daerah tergantung pada letak geografis daerah

yang bersangkutan. Hal ini berarti untuk dapat meningkatkan pertumbuhan suatu

daerah, strategi pembangunannya harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang

dimilikinya dan tidak harus dengan strategi pembangunan pada tingkat nasional.

Model basis ekonomi menyederhanakan perekonomian menjadi dua sektor,

yaitu sektor basis dan bukan basis. Kegiatan sektor basis adalah kegiatan yang

mengekspor barang dan jasa keluar perekonomian atau memasarkan barang dan jasa

kepada mereka yang datang dari luar perekonomian yang bersangkutan.

Dengan demikian sektor basis berperan sebagai faktor penggerak utama,

dimana setiap perubahan yang terjadi dalam aktivitas ekonomi tersebut akan

menimbulkan dampak multiplier terhadap pertumbuhan perekonomian suatu wilayah.

Disisi lain sektor non basis adalah kegiatan sektor yang menyediakan barang atau

jasa yang dibutuhkan aleh masyarakat atau oleh sektor ekonomi basis yang berada

dalam batas perekonomian wilayah.

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menurut model basis ekonomi

ditentukan oleh kemampuan suatu daerah tersebut melakukan ekspor berupa barang

atau jasa termasuk tenaga kerja.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan maju mundurnya sektor basis.

Kemajuan antara lain disebabkan oleh perkembangan jaringan transportasi,

perkembangan permintaan dan pendapatan dari wilayah lain, perkembangan

teknologi dan prasarana lainnya. Sedangkan kemunduran sektor basis disebabkan

oleh perubahan permintaan dari luar wilayah, habisnya cadangan sumber daya alam

yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan dari perkembangan teknologi (Yasri,

1994: 9 ).

Strategi pembangunan yang dapat dilaksanakan adalah penekanan terhadap

arti penting bantuan kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional

maupun internasional. Kebijakannya mencakup pengurangan hambatan dan batasan

13

Page 14: Proposal Penelitian. Rev

terhadap perusahaan-perusahaan yang beorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan

di daerah tersebut.

Faktor-faktor penentu utama dalam pertumbuhan ekonomi regional adalah

berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.

Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk

tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan

penciptaan peluang kerja (Arsyad, 1999:116).

c. Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral menganggap bahwa ada semacam hirarki tempat. Setiap

tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang memyediakan

sumberdaya (industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu

pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.

Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik

didaerah perkotaan maupun didaerah pedesaan (Arysad, 1999 : 117).

Dampak dari adanya tempat sentral ini adalah aglomerasi industri.

Keuntungan dari adanya aglomerasi industri ini adalah : pertama yaitu semacam

keuntungan yang dapat timbul karena pusat pengembangan memungkinkan perusahaan

industri yang tergabung di dalamnya beroperasi dengan skala besar, karena adanya

jaminan sumber bahan baku dan pasar. Kedua, yaitu adanya saling keterkaitan antar

industri sehingga kebutuhan bahan baku dan pemasaran dapat di penuhi dengan

mengeluarkan ongkos angkut yang minimum. Ketiga, yaitu timbulnya fasilitas sosial

dan ekonomi dapat digunakan secara bersama-sama sehingga pembebanan ongkos

untuk masing-masing perusahaan industri dapat dilakukan serendah mungkin

(Esmara,1985:336).

Untuk mempelajari apakah suatu sektor ekonomi merupakan sektor basis atau

non basis dalam suatu wilayah dapat digunakan metode pengukuran langsung metode

pengukuran tidak langsung (Glasson, 1974 dalam Yasri, 1994:9). Metode pengukuran

langsung dilakukan melalui survey secara langsung dalam mengidentifikasi sektor

mana yang basis dan mana yang non basis. Melalui pendekatan ini dapat ditentukan

sektor basis maupun non basis secara tepat, tetapi dalam pelaksanaannya memerlukan

dana dan sumber daya yang besar. Atas dasar ini para pakar ekonomi regional

14

Page 15: Proposal Penelitian. Rev

merekomendasikan penggunaan metode pengukuran tidak langsung yaitu

menggunakan kuosien lokasi ( Locational Quotient ).

d. Teori Ekonomi Neo Klasik

Peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis

pembangunan daerah, karena teori ini tidak memiliki dimensi spesial yang signifikan.

Teori ini memberi dua konsep dalam pembanguna ekonomi daerah yaitu keseimbangan

dan mobilitas faktor produksi. Artinya system perekonomian akan mencapai

keseimbangan alamiah jika modal bisa mengalir tanpa pembatasan. Oleh karena itu,

modal akan mengalir dari daerah yang tinggi menuju ke daerah yang berupak rendah

(Arysad, 1999:116).

e. Teori Kausasi Kumulatif

Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep

dasar dari tesis kausasi kumulatif ini. Kekuatan-kekuatan pasar cenderung

memperparah kesenjangan antar daerah-daerah tersebut. Daerah yang maju mengalami

akumulasi keunggulan kompetitif dibanding daerah-daerah lain (Arysad, 1999:117).

f.Model Daya Tarik

Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang paling

banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah suatu

masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialisasi melalui

pemberian subsidi dan intensif (Arsyad, 1999 : 188).

B. Metode Analisis Shift Share

Teknik analisis ini adalah teknik analisis kuantitatif yang biasa digunakan

untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur

ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding. Dalam teknik

ini terdapat 3 komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau

nasional yang menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional

terhadap perekonomian daerah. Kedua, pergeseran proporsional, yang menunjukkan

perubahan relatif kinerja suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di

referensi propinsi atau nasional. Ketiga, pergeseran diferensial yang memberikan

15

Page 16: Proposal Penelitian. Rev

informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah dengan

perekonomian yang dijadikan referensi.

Formula yang digunakan untuk analisis shift share ini adalah sebagai berikut:

Dampak riil pertumbuhan ekonomi daerah:

Dij = Nij + Mij + Cij atau Dij = Eij* - Eij

Pengaruh pertumbuhan ekonomi refrensi:

Nij = Eij x rn

Pergeseran proporsional atau pengaruh bauran industri:

Mij = Eij (rij – rn)

Pengaruh keunggulan kompetitif:

Cij = Eij (rij – rin)

Dimana:

Eij : kesempatan kerja di sektor i daerah j

Ein : kesempatan kerja di sektor i nasional

Rij : laju pertumbuhan sektor i di daerah j

Rin : laju pertumbuhan sektor i nasional

Rin : laju pertumbuhan ekonomi nasional

C. Metode Analysis Location Quotient ( L Q )

Pada dasarnya metode ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan

sektor di daerah yang diamati dengan kemampuan sektor yang sama di daerah yang

lebih luas (tingkat nasional). Variabel yang digunakan dalam analisis ini berupa nilai

tambah serta jumlah tenaga kerja. Adapun dalam analisis ini dicoba memahami

Location Quotient (LQ) dengan menggunakan nilai tambah bruto sebagai variabel

yang ada dalam PDRB menurut harga konstan. Secara matematis Location Quotient

(LQ) dirumuskan sebagai berikut (Azis, 1994:153).

di mana :

: LQ sektor i di propinsi Jawa Tengah

: Nilai tambah bruto sektor i di propinsi Jawa Tengah

16

Page 17: Proposal Penelitian. Rev

: PDRB propinsi Jawa Tengah

: Nilai tambah bruto sektor i di Indonesia

: PDB Indonesia

Keterangan :

LQ < 1 berarti sektor yang bersangkutan produksinya belum dapat memenuhi

kebutuhan daerah sendiri, disebabkan oleh kurangnya peranan sektor tersebut

dalam perekonomian daerah karena tidak mempunyai keunggulan komparatif

dan dikategorikan sektor non basis.

LQ > 1 atau LQ = 1 Berarti sektor yang bersangkutan produksinya sudah dapat

memenuhi kebutuhan daerah tersebut bahkan mengekspor. Oleh karena itu daerah

tersebut diakatakan mempunyai keunggulan komparatif di sektor tersebut dan

dikatakan sebagai sektor basis. (http://diligib.uns.ac.id/upload/dokumen)

D. Tipologi Klassen

Teknik Tipologi Klassen dapat digunakan untuk mengetahui gambaran tentang

pola dan struktur pertmbuhan sektoran daerah. Menurut Tipologi Klassen, masing-

masing sector ekonomi di daerah dapat di klasifikasikan sebagai sektor yang prima,

berkembang, potensial dan terbelakang. Analisis ini mendasarkan pengelompokan

suatu sektor denganmelihat pertumbuhan dan kontribusi sektor tertentu terhadap tital

PDRB suatu daerah.

Penentuan kategori suatu sektor ke dalam empat kategori tersebut di dasarkan

pada laju pertumbuhan kontribusi sektoralnya dan rerata besar kontribusi sektoralnya

terhadap PDRB, seperti table berikut:

Rerata Kontribusi Sektoral thdReratalaju PDRB Pertumbuhan Sektoral

Y SEKTOR > Y PDRB Y SEKTOR < Y PDRB

r SEKTOR > r PDRB Sektor Prima Sektor Berkembang

r SEKTOR < r PDRB Sektor Potensial Sektor Terbelakang

Dimana :

Y sektor = nilai sektir ke i

17

Page 18: Proposal Penelitian. Rev

Y pdrb = rata-rata PDRB

r sektor = laju pertumbuhan sektor ke i

r pdrb = laju pertumbuhan PDRB

CARA PENELITIAN

1. Bahan atau Materi Penelitian

Materi utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Produk Domestik

Regional Bruto tahun 2006-2009 pada Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo.

Kemudian data-data tersebut dianalisis menggunakan Pendekkatan Shift Share,

Loqatiouent Quotion, dan Tipologi Klassen.

2. Alat

Alat bantu yang digunakan untuk menganalisis data penelitian adalah software

Microsoft Exel. Software ini digunakan untuk menganalisa data statistik agar dapat

diolah, ditampilkan, sehingga dapat menyajikan suatu informasi sesuai yang diharapkan

pengguna.

3. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis data-data Produk Domestik

Regional Bruto Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo, pengolahan datanya

untuk mencari sektor-sektor potensial dilakukan dengan membandingkan PDRB

kabupaten tersebut dengan PDRB Propinsi Yogyakarta. Data tersebut dianalisis

menggunakan pendekatan analisis Shift Share, LQ, dan Tipologi Klassen. Setelah data-

data tersebut dianalisis maka akan menghasilkan suatu kesimpulan yaitu sektor-sektor

unggulan dari kedua Kabupaten tersebut. Kemudian hasil analisis data dari kedua

kabupaten tersebut dibandingkan untuk mengetahui daerah mana yang dapat memacu

pertumbuhan ekonomi bagi daerah lain, sehingga daerah lain dapat mengambil contoh

strategi-strategi yang digunakan kabupaten tersebut.

4. Analisis Hasil

18

Page 19: Proposal Penelitian. Rev

Untuk mengetahui perbandingan hasil penelitian potensi ekonomi kabupataten

Bantul dan Kabupaten Kulon Progo digunakan analisis data kulalitatif. Analisis data

Kualitatif adalah proses yang meliputi mencatat, mengorganisasikan, mengelompokkan

dan mensintesiskan data selanjutnya memaknai setiap kategori data, mencari dan

menemukan pola, hubungan hubungan dan memaparkan temuan-temuan dalam bentuk

deskripsi naratif, bagan, flow chart, matriks maupun gambar-gambar yang bisa

dimengerti dan pahami oleh orang lain. Data yang terakumulasi dibawah suatu label

itulah yang akhirnya dikembangkan menjadi pernyataan-pernyataan tentang definisi

nominal, makna teoritis, atau konten substantif dari suatu konsep. Dengan demikian ,

akan diperoleh suatu makna atas dasar interrelasi dalam sistem kategori yang lebih

alamiah sifatnya.

19

Page 20: Proposal Penelitian. Rev

JADWAL PENELITIAN

Tahap KegiatanBulan Ke

1 2 3 4 5 6 7

Pembuatan Proposal

Persiapan

1. Pengumpulan data

Pelaksanaan

1. Pengolahan data

2. Analisis data

3. Pengambilan kesimpulan dan

hasil

penelitian

Penyelesaian

1. Penyusunan laporan draf

2. Penyusunan laporan akhir

20

Page 21: Proposal Penelitian. Rev

PERSONALIA PENELITIAN

1. Peneliti I

a. Nama Lengkap : Dra. Ike Yuli Andjani

b. NIP : 19650716 199003 2 001

c. Pangkat/Golongan : III/b

d. Jabatan Sekarang : Asisten Ahli

e. Tempat penelitian/alamat : Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo

f. Waktu yang disediakan : 2 jam/ hari

2. Peneliti II

a. Nama Lengkap : Adi Irawan

b. NIP : -

c. Pangkat/Golongan : -

d. Jabatan Sekarang : -

e. Tempat Penelitian/alamat : Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo

f. Waktu yang disediakan : 2 jam/hari

3. Pembantu Peneliti : 1 orang

21

Page 22: Proposal Penelitian. Rev

22

Page 23: Proposal Penelitian. Rev

23

Page 24: Proposal Penelitian. Rev

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul. 2010. Bantul dalam Angka 2010. BPS: Kabupaten

Bantul.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo. 2010. Kulon Progo dalam Angka 2010. BPS:

Kulon Progo.

Lincolin Arsyad. 1993. Pengantar Perencanaan Ekonomi. PT. Media Widya Mandala:

Yogyakarta.

Lincolin Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE

UGM: Yogyakarta.

Yasri. 1994. “ Dampak Sektor Industri Kecil terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat “. Kumpulan Makalah Ekonomi Regional. Program

Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran : Bandung

Hendra Esmara. 1985. Memelihara Momentum Pembangunan. Gramedia: Jakarta

http://diligib.uns.ac.id.upload.dokumen.

http :// digilib.uns.ac.id/abstrak.pdf.

http:// eprints .undip.ac.id/19427/1/ Nudiatul - eprints .pdf

24


Recommended