+ All Categories
Home > Documents > Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Date post: 30-Jan-2016
Category:
Upload: dina-a-shavitri
View: 235 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Description:
msnam
Popular Tags:
155
RESUME TUTORIAL B BLOK 2 SKENARIO 4 KOMUNITAS AGROINDUSTRI Oleh: Wahyu Ikhwan Nanda M. 142010101004 Novera Denita 142010101010 Kesy Sasta Handani 142010101021 Muhammad Faizal A. 142010101025 Verantika Indra S. 142010101036 TriaYudinia 142010101047 Billy Jusup K. 142010101052 Fa’izah Ramadhani S. 142010101056 Saskia Mediwati 142010101067 Mega Citra Prameswari 142010101078 Bagus Aditya 142010101081 Faradila Praginta S. 142010101089 Shofi Iqda Islami 142010101102 Bj Azmy As Ady 142010101104 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2014
Transcript
Page 1: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

RESUME TUTORIAL B

BLOK 2 SKENARIO 4

KOMUNITAS AGROINDUSTRI

Oleh:

Wahyu Ikhwan Nanda M. 142010101004

Novera Denita 142010101010

Kesy Sasta Handani 142010101021

Muhammad Faizal A. 142010101025

Verantika Indra S. 142010101036

TriaYudinia 142010101047

Billy Jusup K. 142010101052

Fa’izah Ramadhani S. 142010101056

Saskia Mediwati 142010101067

Mega Citra Prameswari 142010101078

Bagus Aditya 142010101081

Faradila Praginta S. 142010101089

Shofi Iqda Islami 142010101102

Bj Azmy As Ady 142010101104

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

SKENARIO 4

KOMUNITAS AGROINDUSTRI

Dokter Praja adalah Dokter Puskesmas Sukamaju. Kecamatan ini terkenal sebagai daerah perkebunan tembakau dan terdapat sebuah pabrik rokok. Masyarakat di sini sebagian besar tergolong masyarakat kelas menengah ke bawah yang bekerja sebagai buruh tani atau buruh pabrik rokok. Suatu hari, dokter Praja melakukan surveilance dan menemukan tiga kasus gizi buruk. Setelah dokter Praja melakukan visitasi ke salah satu rumah penderita gizi buruk, didapatkan bahwa ayah pasien adalah buruh pabrik rokok dengan penghasilan di bawah UMR, dan memiliki banyak anak. Sedangkan ibunya adalah buruh tani. Si ibu mengeluhkan bahwa dirinya tidak mampu untuk membelikan susu dan makanan yang bergizi untuk anaknya karena penghasilannya sering digunakan untuk membeli rokok dan mabuk mabukan oleh Si Ayah. Mabuk mabukan memang sudah menjadi gaya hidup sebagian besar buruh pabrik rokok di daerah tersebut. Rumah mereka kebanyakan tidak memiliki jamban, MCK dilakukan di sungai dekat rumah. Setelah mengetahui hal-hal tersebut, maka dokter Praja bermaksud melakukan penyuluhan kepada para buruh tersebut. Untuk itu, dokter Praja menghubungi bos pabrik untuk bekerja sama mengubah gaya hidup karyawannya. Saat dilakukan penyuluhan, ditemukan bahwa banyak juga karyawan pabrik yang mengalami obesitas. Rata-rata mereka bekerja di bagian administrasi pabrik yang cenderung kurang gerak.

Page 3: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

I. Klarifikasi Istilah

Surveilance

Kegiatan pengumpulan dan analisis data secara sistematis dan terus-

menerus sehingga dapat diambil tindakan kesehatan yang sesuai.

Gaya hidup

Pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas,

minat, dan opininya

UMR

Upah Minimum Regional adalah suatu standar minimum yang

digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk

memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam

lingkungan usaha atau kerjanya. Pemerintah mengatur pengupahan

melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29

Mei 1989 tentang Upah Minimum.

Komunitas Agroindustri

Sekelompok masyarakat yang tinggal di daerah perindustrian yang

terdapat interaksi antara keduanya seperti adanya lapangan pekerjaan.

Gizi buruk

Status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi atau memiliki kadar

nutrisi di bawah rata-rata akibat kekurangan protein (kwashiorkor),

kekurangan energi atau kalori (marasmus), maupun kekurangan

kombinasi keduanya (kwashiorkor-marasmik).

Visitasi

Suatu proses berkunjung ke suatu daerah tertentu dengan tujuan

mengamati, melihat fakta, dan mendapatkan data tertentu yang

dikehendaki.

Page 4: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Mind Map

Page 5: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

II. Penetapan Masalah

1. Surveillance

2. Masalah agroindustri

3. Lingkungan sehat

4. Merubah gaya hidup

5. Bahaya rokok

6. Promosi kesehatan

III. Analisis Masalah

1. Surveillance

A. Metode

Pencatatan rutin

Pelaporan sentinel

Sensus penduduk

Penyelidikan kasus dan Kejadian Luar Biasa (outbreak)

Survei pada sampel

B. Tujuan

Memantau kecenderungan penyakit 

Deteksi dan prediksi terjadinya KLB 

Memantau kemajuan suatu program pemberantasan 

Menyediakan informasi untuk perencanaan pembangunan

pelayanan kesehatan 

C. Sumber data Surveilans (WHO)

1. Data mortalitas

Data kematian dapat diperoleh dari data statistik vital

Page 6: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

2. Data morbiditas

Data morbiditas dapat diperoleh dari institusi pelayanan

kesehatan

Untuk mengetahui penyebaran penyakit atau distribusi

penyakit menurut waktu

3. Data epidemik

Data epidemik berbentuk data laporan adanya wabah penyakit

4. Laporan penggunaan laboratorium

Digunakan sebagai basis data untuk kegiatan surveilans

penyakit

5. Laporan penyelidikan kasus secara individual

Dimaksudkan untuk menyelidiki riwayat penyakit yang belum

umum diketahui

6. Laporan penyelidikan wabah

Lapuran ini digunakan ketika terjadi lonjakan frekuensi

penyakit melebihi frekuensi biasa

7. Survei

Dapat diketahui besarnya masalah penyakit di suatu populasi

2. Masalah Kesehatan Agroindustri

Masalah yang timbul pada lingkungan agroindustri dapat disebabkan

oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Lingkungan agroindustri

2. Gaya hidup masyarakat sekitar

3. Keimanan dan keyakinan individu tersebut

Page 7: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

A. Komponen masalah Agroindustri

a. Abiotik

Alat mesin. Mekanisme dalam penggunaan alat mesin perlu

diperhatikan, tersedianya alat mesin yang memadai akan

mengurangi risiko kecelakaan atau kerugian dalam

agroindustri.

APD. APD yang dibawah standart akan merugikan pekerja

sehingga risiko kecelakaan lebih besar.

Bidang usaha. Bidang usaha menentukan berbagai masalah

yang akan terjadi. Bidang usaha dalam hal pertanian

permasalahan yang dialami tentu berbeda dengan

pertambangan.

b. Biotik

Yang mempunyai usaha. Ini terkait dengan manajemen

usahanya. Jika pengusaha mampu untuk memanajemen

usahanya dengan memprioritaskan lingkungan pekerja maka

kemungkinan terjadi dampak negatif bagi lingkungan dan

pekerja aka sedikit.

Pekerja. Pekerja yang pendidikannya lebih tinggi akan lebih

berhati-hati dan akan lebih menjaga dirinya agar tidak terjadi

kerugian pada saat dia bekerja

Bahan yang digunakan untuk usaha. Dalam bewirausaha

tentu dibutuhkan bahan yang perlu diolah, bahan-bahan

kimia yang dipakai akan berakibat negatif pada lingkungan,

dan pekerja

B. Masalah yang timbul pada lingkungan agroindustri:

Page 8: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

1. Air Bersih

Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya

memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan

peraturan perundang-undangan dan dapat diminum apabila

dimasak. (Permenkes 416/1990)

Standar air bersih:

Parameter fisik (bau, warna, suhu, kekeruhan dll)

Parameter kimiawi (kimia organik dan anorganik)

Parameter biologi (kadar koliform 10/100 ml)

Parameter radiologi (aktivitas alpha dan beta)

2. Pembuangan Tinja / Kotoran

Metode pembuangan tinja yang baik adalah melalui jamban

dengan

kriteria :

1. Tidak boleh mencemari air permukaan

2. Tidak boleh mengkontaminasi tanah permukaan

3. Tidak boleh mencemari air tanah ( sumur=10 meter dan

mata air=15 meter)

4. Tidak terjangkau oleh lalat atau binatang lain

5. Tidak menimbulkan bau dan terlindung dari pandangan

3. Pembuangan sampah

Page 9: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan

faktor-faktor:

1. Penimbunan sampah

2. Penyimpanan sampah

3. Pengumpulan,pengelolaan dan pemanfaatan sampah

4. Pengangkutan

5. Pembuangan

Penyebab masalah kesehatan lingkungan di indonesia:

Pertambahan dan kepadatan penduduk

Keanekaragaman sosial budaya dan adat istiadat

Belum memadainya fungsi manajemen kesehatan lingkungan

C. Mengatasi Masalah Agroindustri

Pada Kasus KEP

KEP ringan biasanya ditangani dengan pemberian penyuluhan

gizi, nasihat untuk pemberian ASI eksklusif, dan jika terkena

penyakit lain akibat defisiensi zat makanan tertentu maka

memakan zat makanan yang kekurangan tersebut.

Pada penanganan KEP sedang, jika rawat jalan maka perlu

dipantau kenaikan berat badannya, jika rawat inap maka

dilakukan pemantauan berat badan setiap hari serta memberi

makan tinggi energi dan protein.

Penanganan KEP berat dilakukan dengan 3 fase:

a. Fase stabilisasi, yaitu mengatasi kehilangan cairan dan

elektrolit tubuh dengan cara rehidrasi oral.

Page 10: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

b. Fase transisi, bertujuan untuk menghindari risiko gagal

jantung dan intoleransi saluran cerna.

c. Fase rehabilitasi, bertujuan untuk meningkatkan berat badan

menurut tinggi badannya serta pemulihan massa otot.

3. Lingkungan Sehat

A. Definisi

Lingkungan sehat adalah lingkungan yang memenuhi PHBS.

Lingkungan sehat menurut UU No. 36 tahun 2009 Bab IX

tentang Kesehatan Lingkungan pasal 163 adalah lingkungan

yang terbebas dari unsur-unsur yang menyebabkan gangguan

yaitu :

1. Limbah cair

2. Limbah padat

3. Limbah gas

4. Hewan pembawa penyakit

5. Zat kimia berbahaya

6. Kebisingan radiasi

7. Sampah yang tidak diproses

8. Air yang tercemar

9. Udara yang tercemar

10. Makanan yang terkontaminasi

B. Indikator PHBS

Page 11: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

a. Indikator PHBS di rumah tangga:

(1) Pertolongan Persalinan Oleh Nakes

(2) Asi Eksklusif

(3) Menimbang Bayi dan Balita

(4) Ketersediaan Air Bersih

(5) Cuci Tangan Pakai Sabun

(6) Penggunaan Jamban Sehat

(7) Pemberantasan Jentik

(8) Makan Buah dan Sayur Tiap Hari

(9) Aktivitas Fisik Setiap Hari

(10) Tidak Merokok Di Dalam Rumah

Dalam skenario yang melanggar PHBS di rumah tangga adalah

tidak merokok di dalam rumah, penggunaan jamban sehat,

makan buah dan sayur setiap hari.

b. PHBS di tatanan tempat kerja:

(1) Tidak Merokok di Tempat Kerja

(2) Membeli dan Mengkonsumsi Makanan di Tempat Kerja

(3) Melakukan Olahraga Secara Teratur

(4) Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun

(5) Memberantas Jentik Nyamuk di Tempat Kerja

(6) Menggunakan Jamban

(7) Membuang Sampah pada Tempatnya

(8) Menggunakan APD Sesuai Jenis Pekerjaannya

Dalam skenario yang melanggar PHBS di tatanan tempat kerja

adalah tidak merokok di tempat kerja dan tidak menggunakan

Page 12: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

APD sesuai jenis pekerjaannya, dalam hal ini penggunaan APD

yang harus dilakukan adalah memakai masker dan sarung tangan.

4. Merubah gaya hidup

a) Niat yang teguh

Hal pertama yang harus dilakukan untuk merubah gaya hidup

adalah mempunyai niat yang teguh. Bila seseorang mempunyai

niat yang teguh, ia tidak akan mudah goyah oleh berbagai

pengaruh dari luar.

b) Usaha

Seseorang perlu berusaha untuk merubah gaya hidupnya menjadi

lebih baik.

c) Lingkungan yang mendukung

Lingkungan yang mendukung juga berpengaruh dalam merubah

gaya hidup seseorang.

5. Bahaya Merokok dan Alkohol

Rokok

A. Penyakit yang ditimbulkan merokok

1. Impotensi

Merokok akan mengurangi aliran darah yang diperlukan untuk

mencapai suatu keadaan ereksi.

2. Stroke

Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau

stroke banyak dikaitkan dengan perilaku merokok. Karena

merokok berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer

3. Osteoporosis

Page 13: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Penelitian menemukan hubungan antara merokok dengan

osteoporosis pada pria dan wanita.

4. Kulit Keriput

Merokok dapat mengurangi aliran oksigen dan zat gizi yang

dibutuhkan oleh kulit, hal ini dikarenakan menyempitnya

pembuluh darah di sekitar wajah.

5. Kanker kandung kemih

6. Kanker lambung, usus dan colon

7. Kanker mulut, tekak dan esofagus

8. Kanker hati dan pankreas

9. Kanker payudara, mulut rahim dan rahim

10. Kanker paru-paru, bronkhitis dan infeksi saluran pernafasan

kronis

11. Penyakit jantung

12. Penurunan kesuburan bahkan kemandulan dan keguguran

bahkan hingga melahirkan bayi yang cacat

13. Emfisima, ulser peptik dan batuk menahun

B. Zat Berbahaya dalam Rokok

1. Nikotin

Zat ini mengandung candu bisa menyebabkan seseorang ketagihan

untuk terus menghisap rokok. Yang dapat :

menyebabkan kecanduan / ketergantungan

merusak jaringan otak

menyebabkan darah cepat membeku

mengeraskan dinding arteri

2. Tar

Bahan dasar pembuatan aspal yang dapat menempel pada paru-

paru. Yang dapat :

Page 14: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Menimbulkan iritasi bahkan kanker.

Membunuh sel dalam saluran darah

Meningkatkan produksi lendir diparu-paru

Menyebabkan kanker paru-paru

3. Karbon Monoksida

menimbulkan penyakit jantung karena gas ini bisa mengikat

oksigen dalam tubuh.

mengikat hemoglobin, sehingga tubuh kekurangan oksigen

menghalangi transportasi dalam darah

4. Zat Karsinogen

Memicu pertumbuhan sel kanker dalam tubuh

5. Zat Iritan

Mengotori saluran udara dan kantung udara dalam paru-

paru

Menyebabkan batuk

6. CO

Di dalam tubuh, CO memiliki afinitas terhadap hemoglobin

lebih tinggi daripada oksigen. Jika CO masuk ke peredaran darah

maka akan terbentuk HbCO. Bila 70-80% Hb mengikat CO dalam

tubuh maka akan menyebabkan kematian.

C. Bahaya merokok bagi perokok pasif

Berikut adalah risiko yang sangat mungkin menyerang perokok

pasif :

Page 15: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Meningkatnya resiko kanker paru-paru dan serangan

jantung

Meningkatnya resiko penyakit saluran pernafasan seperti

radang paru-paru dan bronkhitis

Iritasi pada mata

Bersin dan batuk-batuk

Sakit pada tekak, esofagus, kerongkongan dan tenggorokan

Sakit kepala sebagai reaksi penolakan nikotin

asap rokok yang dikeluarkan lebih berbahaya bagi perokok

pasif. Hal ini dikarenakan asap rokok mengandung zat-zat

sebagai berikut:

o Mengandung nikotin dua kali lebih banyak

o Mengandung karbon monoksida lima kali lebih

banyak

o Mengandung tar lima kali lebih banyak

o Meningkatnya zat kimia berbahaya bagi kesehatan

hingga berkali lipat

D. Bahaya asap rokok bagi ibu hamil, janin dan bayi

Keguguran pada janin yang dikandung

Kematian janin di dalam kandungan

Pendarahan pada plasenta dan terjadi pembesaran lebih dari 30

persen

Berat badan janin berkurang sekitar 20-30 persen dari normal

Bayi yang lahir prematur dalam keadaan kesehatan yang tidak

stabil

Alkohol

- Alkohol adalah nama lain dari Aldehid, dengan rumus kimia CnH2n+1OH

Page 16: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

- Jenis yang paling sering dikonsumsi adalah etanol

1. Cara Kerja Alkohol Pada Tubuh

Cara kerja alkohol adalah dengan memperlambat fungsi sistem

saraf pusat, menghambat rangsangan ke otak, akhirnya merubah

persepsi, emosi, gerakan atau efek dari rangsang tersebut.

2. Pengaruh Kadar Alkohol Dalam Darah

a. Pada kadar 0,05% = Tubuh menjadi bergairah, menjadi

lebih berani, berbicara dengan lancar, euphoria, efek

depresan alkohol mulai bekerja.

b. Kadar 0,1% = Syaraf motoric mulai terganggu, mulai

berjalan sempoyongan tetapi belum parah

c. Kadar 0,2% = Syaraf motoric sangat terganggu, sulit

menggerakkan anggoa badan yang diinginkan, mulai

berbicara melantur

d. Kadar 0,3% = Tidak mereaksi stimulus dari luar, pikiran

tidak sadar tetapi masih bisa melakukan aktifitas

e. Kadar 0,4% = Tidak sadar, pingsan

f. Kadar >0,5% = Dapat menyebabkan koma, kematian, kerja

organ tubuh terganggu karena medulla spinalis terkena efek

alkohol

6. Strategi Promosi Kesehatan

A. Stategi Promosi Kesehatan berdasarkan:

Keputusan Menteri Kesehatan no. 1193/Menkes/SK/X/2004

tentang kebijakan nasional

Page 17: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Keputusan Menteri Kesehatan no. 1114/Menkes/SK/VII/2005

tentang pedoman pelaksanaan promosi kesehatan di daerah

Strategi promosi kesehatan terdiri dari :

1. Pemberdayaan

Cara : menerapkan PHBS

Pelaksanaan : pemberdayaan pasien/ klien umumnya

berbentuk pelayanan informasi/konseling

Tujuan : diharapkan masyarakat yang tidak tahu menjadi

tahu, yang tahu menjadi mau dan yang mau menjadi mampu

Melahirkan upaya masyarakat upaya kesehatan bersumber

daya masyarakat (UKBM)

2. Bina Suasana

Bina suasana adalah menciptakan lingkungan/suasana yang

kondusif

3. Advokasi

Sasaran advokasi diarahkan melalui tahapan-tahapan berikut:

1. Memahami/menyadari persoalan yang diajukan

2. Tertarik untuk ikut berperan dalam persoalan yang

diajukan

3. Menimbang sejumlah kemungkinan dalam peran

4. Memilih satu pilihan kemungkinan dalam berperan

5. Menyampaikan langkah tidak lanjut

4. Kemitraan

Page 18: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

o 3 dasar dalam membangun kemitraan:

1. Keterbukaan

2. Kesetaraan

3. Saling menguntungkan

o Landasan yang harus dipraktikan dan diperhatikan

dalam mengembangkan kemitraan (Hervelock, 1979) :

1. Saling memahami

2. Saling mengakui

3. Saling mendukung

4. Saling menghargai

5. Saling berupaya membangun hubungan

6. Saling terbuka

B. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Berdasarkan aspek pelayanan kesehatan:

a) Promkes pada tingkat promotif

- Sasaran : Kelompok orang sehat

- Tujuan : Mampu meningkatkan kesehatannya

- Dalam suatu populasi 80% - 85% orang yg benar-benar

sehat (Survei di negara berkembang) à memelihara

kesehatannya sehingga jumlahnya dapat dipertahankan.

b) Promkes pada tingkat preventif

- Sasaran : Kelompok orang sehat & kelompok high risk

(bumil, bayi, obesitas, PSK, dll)

Page 19: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

- Tujuan : Mencegah kelompok tersebut agar tidak jatuh

sakit.

- Primary Prevention.

c) Promkes pada tingkat kuratif

- Sasaran : Para penderita penyakit, utamanya penyakit kronis

(DM, TBC, Hipertensi)

- Tujuan : Mencegah penyakit tersebut tidak menjadi lebih

parah.

- Secondary Prevention.

d) Promkes pada tingkat rehabilitatif

- Sasaran : Para penderita penyakit yang baru sembuh

(recovery) dari suatu penyakit.

- Tujuan : Segera pulih kembali kesehatannya dan

mengurangi kecacatan seminimal mungkin.

- Tertiary Prevention.

IV. Tujuan Pembelajaran

1. Komunitas Agroindustri

a. Karakteristik

b. Penyakit

c. Pencemaran terhadap Lingkungan

2. Pengelolaan Makanan

a. Hygiene

Page 20: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

b. Kebutuhan Gizi

3. Surveilance Epidemiologi

a. Jenis

b. Tata Laksana Wabah

c. Upaya dan Cara

d. Proses Pencatatan

e. Teknik

4. Promosi Kesehatan

a. Pemukiman dan Tempat Kerja

b. Kebijakan

c. PHBS

V. Pembahasan

1. Komunitas Agroindustri

A. Karakteristik Masyarakat Agroindustri

1. Sangat Bergantung Kepada Alam

Page 21: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Agroindustri adalah industri yang mengolah hasil alam

mentah menjadi hasil jadi atau separuh jadi, jadi bila terjadi

kekurangan pasokan bahan baku dari alam maka

dampaknya akan sangat terasa.

2. Mempunyai Pekerja Yang Banyak

Karena Agroindustri adalah industry padat karya, maka

dibutuhkan pekerja yang besar sehingga penularan penyakit

menjadi rentan terjadi di tempat kerja.

3. Mempunyai Jam Kerja Yang Sibuk

Karena bahan alam adalah bahan yang mudah expired maka

dibutuhkan kerja yang cepat untuk mengolahnya. Hal ini

dapat menciptakan iklim kerja yang khas dengan irama

produksi yang cepat. Stres sering terjadi pada pekerja di

sector ini.

4. Kurang dalam menerapkan PHBS

Indonesia sebagai Negara yang berkembang pertumbuhan

agroindustrinya sangat pesat, tapi belum diimbangi dengan

regulasi yang mengatur tentang perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS). Hal ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan

untuk tidak menyediakan PHBS yang baik.

B. Penyakit Agroindustri

1. Bidang pertanian

a. Malaria

Page 22: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Petani Indonesia umumnya bekerja di daerah endemic

malaria , habitat utama di persawahan dan perkebunan.

Parasit malaria akan menyerang dan berkembang biak dalam

butir darah merah sehingga seseorang yang terkena malaria

akan menderita demam dan anemia sedang hingga berat.

Anemia dan kekurangan hemoglobin dapat mengganggu

kesehatan tubuh serta stamina petani. Seseorang yang

menderita anemia akan memiliki stamina yang rendah, loyo,

cepat lelah, dan tentu saja tidak produktif.

b. Tuberkulosis

Penyakit yang sering diderita oleh angkatan kerja Indonesia

termasuk petani adalah tuberculosis (TBC). Kelompok yang

terkena resiko penyakit TBC adalah golongan ekonomi lemah

khususnya petani dengan kondisi ekonomi lemah tersebut.

TBC diperburuk dengan kondisi perumahan yang buruk,

rumah tanpa ventilasi dengan lantai tanah akan menyebabkan

kondisi lembab, pengap, yang akan memperpanjang masa

viabilitas atau daya tahan kuman TBC dalam lingkungan.

Penderita TBC akan mengalami penurunan penghasilan 20-

30%, kinerja dan produktivitas rendah, dan akan membebani

keluarga.

c. Kecacingan dan Gizi Kerja

Untuk melakukan aktivitas kerja membutuhkan tenaga yang

diperoleh dari pasokan makanan. Namun makanan yang

diperoleh dengan susah payah dan seringkali tidak

mencukupi masih digerogoti oleh berbagai penyakit menular

dan kecacingan. Masalah lain yang dihadapi ankgatan kerja

petani adalah kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat berupa

kekurangan kalori untuk tenaga maupun zat mikronutrien

Page 23: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

lainnya, akibat dari tingkat pengetahuan yang rendah dan

kemiskinan.

d. Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar merupakan salah satu factor risiko utama

timbulnya penyakit-penyakit infeksi baik yang akut seperti

kolera, hepatitis A, disentri, Infeksi Bakteri Coli maupun

penyakit kronik lainnya.

2. Bidang perkebunan

Bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi

- pneumokonioses (penimbunan debu dalam paru)

- gangguan gastrointestinal  pada pengemudi alat berat

- Berkurangnya kekuatan genggaman (carpal tunnel syndrome)

pada pekerja yang menggunakan alat-alat pemotong

- Terinfeksi cacing dan terserang mikro organisme seperti

jamur dan bakteri pada saat melakukan pembersihan lahan.

- gangguan pada fisiologis tubuh karena faktor ergonomic

- gangguan kesehatan yang mungkin terjadi adalahgangguan

otot rangka (muscoleskeletal disordes)

- Repetitive Strain Injury  cedera dari sistem muskuloskeletal

dan saraf),

- Carpal Tunnel Syndrome (timbul seperti sakit di pergelangan

tangan).

- Tabakossis : Penyakit yang disebabkan oleh debu tanaman

tembakau

- Bisinosis : Penyakit yang disebabkan oleh debu kapas

3. Bidang perikanan

Page 24: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

1. Carpal tunnel syndrom, karena sering menjala ikan sehingga

mengakibatkan nyeri pada pergelangan tangan.

2. Gagal Ginjal. Apabila ikan yang telah terkontaminasi oleh logam

berat seperti merkuri dimakan oleh manusia

4. Bidang pertambangan

1. Silikosis : Penyakit yang disebabkan keracunan debu kuarsa

2. Keracunan akibat logam berat seperti mercury, arsenik

5. Bidang kehutanan

Keterancaman jiwa karena sewaktu-waktu ada serangan hewan buas.

C. Pencemaran terhadap Lingkungan

Pestisida

A. Pengertian Pestisida

Pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad renik serta

virus yang digunakan untuk:

1) Memberantas atau mencegah hama-hama tanaman, bagian-

bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.

2) Memberantas rerumputan.

3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang

tidak diinginkan.

4). Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau

bagian-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk.

Page 25: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

5). Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-

hewan piaraan dan ternak.

6). Memberantas dan mencegah hama-hama air;

7). Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-

jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat

pengangkutan;

8). Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang

perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah

atau air

B. Jenis Pestisida Menurut Jasad Sasaran

1. Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani

berarti tungau atau kutu. Juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk

membunuh tungau atau kutu.

2. Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti

ganggang laut, berfungsi untuk membunuh alga.

3. Avisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung,

fungsinya sebagai pembunuh atau penolak burung.

4. Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau kata

Yunani bakron, berfungsi untuk membunuh bakteri.

5. Fungisida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani

spongos yang artinya jamur. Dapat bersifat fungitoksik

(membunuh cendawan) atau fungistatik (menekan pertumbuhan

cendawan).

Page 26: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

6. Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman

setahun, berfungsi untuk membunuh gulma.

7. Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan,

keratan segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga.

8. Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus, artinya

berselubung tipis atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput.

9. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa

Yunani nema berarti benang, berfungsi untuk membunuh

nematoda.

10. Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi

untuk merusak telur binatang.

11. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma,

berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.

12. Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan,

berfungsi untuk membunuh ikan.

13. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat

berfungsi untuk membunuh binatang pengerat.

14. Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga

pelubang kayu berfungsi untuk membunuh raya

C. Kandungan Zat Kimia Pestisida

Kemampuan pestisida untuk dapat menimbulkan terjadinya

keracunan dan bahaya injuri tergantung dari jenis dan bentuk zat

kimia yang dikandungnya.

Page 27: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

1. Organofosfat

Organofosfat berasal dari H3PO4 (asam fosfat) merupakan

golongan insektisida yang cukup besar, menggantikan

kelompok chlorinated hydrocarbon yang mempunyai sifat:

a. Efektif terhadap serangga yang resisten terhadap chorinatet

hydrocarbon.

b. Tidak menimbulkan kontaminasi terhadap lingkungan

untuk jangka waktu yang lama

c. Mempunyai cara kerja menghambat fungsi enzym

cholinesterase.

Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik

diantara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan

keracunan pada orang.

Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam

plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada

sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis

asetylcholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim

dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan

berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada

system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan

timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh

bagian tubuh. Penghambatan kerja enzim terjadi karena

organophospat melakukan fosforilasi enzim tersebut dalam

bentuk komponen yang stabil. Seseorang yang keracunan

pestisida organophospat akan mengalami gangguan fungsi

dari saraf-saraf tertentu.

Meskipun demikian, susunan saraf masih sangat rentan

terhadap berbagai toksikan. Hal ini dapat dikaitkan dengan

Page 28: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

kenyataan bahwa neuron mempunyai suatu laju metabolisme

yang tinggi dengan sedikit kapasitas untuk metabolisme

anaerobik. Panjangnya akson juga memungkinkan susunan

saraf menjadi lebih rentan terhadap efek toksik, karena badan

sel harus memasok aksonnya secara struktur maupun secara

metabolisme.

Susunan saraf terdiri atas dua bagian utama, yaitu susunan

saraf pusat (CNS) dan susunan saraf tepi (PNS). CNS terdiri

atas otak dan sumsum tulang belakang, dan PNS mencakup

saraf tengkorakdan saraf spinal, yang berupa saraf sensorik

dan motorik. Neuron saraf spinal sensorik terletak pada

ganglia dalam radiks dorsal. PNS juga terdiri atas susunan

saraf simpatis, yang muncul dari neuron sumsum tulang

belakang di daerah thoraks dan lumbal, dan susunan saraf

parasimpatis yang berasal dari serat saraf yang meninggalkan

SSP melalui saraf tengkorak dan radiks spinal sakral.

2. Karbamat

Page 29: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Insektisida karbamat telah berkembang setelah organofosfat.

Daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan

dengan organofosfat, tetapi sangat efektif untuk membunuh

insekta. Struktur karbamate seperti physostigmin, ditemukan

secara alamia dalam kacang Calabar (calabar bean). Bentuk

carbaryl telah secara luas dipakai sebagai insektisida dengan

komponen aktifnya adalah Sevine R.

Mekanisme toksisitas dari karbamate adalah sama dengan

organofosfat, dimana enzim ACHE dihambat dan mengalam

karbamilasi. Dalam bentuk ini enzim mengalami karbamilasi

3. Organokhlorin

Organokhlorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri

dari beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk

kimianya. Yang paling populer dan pertama kali disinthesis

adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut DDT.

Mekanisme toksisitas dari DDT masih dalam perdebatan,

walaupun komponen kimia ini sudah disinthesis sejak tahun

1874. Tetapi pada dasarnya pengaruh toksiknya terfokus pada

neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik dan serabut saraf

motorik serta kortek motorik adalah merupakan target

toksisitas tersebut. DDT dihentikan penggunaannya sejak

tahun 1972, tetapi penggunaannya masih berlangsung sampai

beberapa tahun kemudian, bahkan sampai sekarang residu

DDT masih dapat terdeteksi.

Gejala yang terlihat pada intoksikasi DDT adalah sebagai

berikut:

• Nausea (mual), vomitus (muntah)

• Paresthesis pada lidah, bibir dan muka

Page 30: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

• Iritabilitas

• Tremor

• Convulsi

• Koma

• Kegagalan pernafasan

• Kematian

D. Mekanisme fisiologis keracunan

Mekanisme masuknya racun pertisida tersebut dapat melalui

melalui kulit luar, mulut dan saluran makanan, serta melalui

saluran pernapasan. Melalui kulit, bahan racun dapat memasuki

pori-pori atau terserap langsung ke dalam sistem tubuh, terutama

bahan yang larut minyak (polar). Tanda dan gejala awal

keracunan organofosfat adalah stimulasi berlebihan kolinergenik

pada otot polos dan reseptor eksokrin muskarinik yang meliputi

gangguan perkemihan, diare, defekasi, eksitasi, dan salivasi.

Keracunan organofosfat pada sistem respirasi mengakibatkan

bronkokonstriksi dengan sesak nafas dan peningkatan sekresi

bronkus. Pada umumnya gejala ini timbul dengan cepat dalam

waktu 6-8 jam, tetapi bila pajanan berlebihan daapt menimbulkan

kematian dalam beberapa menit.

a. Racun kronis

Racun kronis menimbulkan gejala keracunan setelah waktu

yang relatif lama karena kemampuannya menumpuk

(akumulasi) dalam lemak yang terkandung dalam tubuh. Racun

ini juga apabila mencemari lingkungan (air, tanah) akan

meninggalkan residu yang sangat sulit untuk dirombak atau

Page 31: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

dirubah menjadi zat yang tidak beracun, karena kuatnya ikatan

kimianya

b. Racun akut

Racun akut kebanyakan ditimbulkan oleh bahan-bahan racun

yang larut air dan dapat menimbulkan gejala keracunan tidak

lama setelah racun terserap ke dalam tubuh jasad hidup.

Contoh yang paling nyata dari racun akut adalah “Baygon”

yang terdiri dari senyawa organofosfat (insektisida atau racun

serangga) yang seringkali disalahgunakan untuk meracuni

manusia, yang efeknya telah terlihat hanya beberapa menit

setelah racun masuk ke dalam tubuh

E. Tindakan preventif penggunaan pestisida

1. Pestisida disimpan dalam wadah tertutup, diberi tanda atau

label nama dan ditempatkan di lemari khusus serta dijauhkan

dari jangkauan anak-anak.

2. Botol atau tempat penyimpanan yang sudah tidak dipakai

lagi, sebaiknya dimusnahkan dengan cara dibakar atau

dikubur.

3. Pemakaian alat pelindung diri seperti memakai masker,

sarung tangan, baju pelindung dan kaca mata pelindung.

Penyimpanan racun hama

1. Disimpan dlam wadah yang diberi tanda , tertutup, dan dalam

lemari terkunci.

2. Tempat menyimpan yang sudah tidak dipakai lagi harus

dibakar agar racunnya musnah sama sekali.

3. Penyimpanan makanan atau minuman di wadah botol, sangat

besar bahayanya.

Page 32: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Pemakaian alat-alat pelindung

1. Pakai masker

2. Pakai pakaian pelindung, kaca mata, sarung tangan,

3. Pakai respirator, kacamata, baju pelindung, dan sarung

tangan selama menyiapkan dan menggunakan semprotan.

4. Alat pelindung harus terbuat dari karet

Pencegahan yang lainnya

1. Menyemprot searah dengan arah angin

2. Hindari jam kerja lebih dari 8 jam

3. Jangan disemprot tempat-tempat yang sebagian tubuh manusia

akan bersentuhan dengannya

F. Dampak Pestisida

1.Dampak positif

a. Meningkatkan produktivitas pertanian

b. Meningkatkan keuntungan produksi

c. Mengendalikan populasi hama dan gulma

d. Mudah diaplikasikan

e. Diaplikasikan di area luas dalam waktu singkat

f. Mudah dibeli dan diperoleh di kios- kios di pedesaan

2. Dampak negatif

a. Menyebabkan alergi, peradangan dan gatal- gatal pada kulit

Page 33: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

b. Mempengaruhi kerja otak dan syaraf

c. Merusak fungsi hati

d. Menurunkan kekebalan tubuh

e. Mengganggu kehamilan dan pertumbuhan janin

f. Kemandulan bagi laki- laki

g. Risiko besar kanker oleh karsinogen

3. Dampak lain pestisida

Dampak bagi keselamatan pengguna: kontaminasi

pestisida mengakibatkan keracunan terhadap pengguna.

Dampak bagi konsumen: keracunan kronis yang tidak

segera terasa, dalam jangka waktu lama bisa menimbulkan

gangguan kesehatan.

Dampak bagi lingkungan umum:

a. Terjadi pencemaran lingkungan (air, tanah, dan

udara).

b. Terbunuhnya organisme non target secara langsung.

c. Terbunuhnya organisme non target

Dampak bagi lingkungan pertanian (agro-ekosistem):

a. OPT menjadi kebal terhadap suatu pestisida.

Meningkatnya populasi hama setelah penggunaan

pestisida (resurjensi hama).

b. Timbulnya hama baru, bisa hama yang selama ini

Page 34: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

dianggap tidak penting maupun hama yang sama

sekali baru.

c. Terbunuhnya musuh alami hama.

d. Perubahan flora, khusus pada penggunaan herbisida.

e. Fitotoksik (meracuni tanaman).

Dampak sosial ekonomi:

a. biaya produksi menjadi tinggi.

b. Timbulnya hambatan perdagangan

c. Timbulnya biaya sosial, misalnya biaya pengobatan

dan hilangnhya hari kerja jika terjadi keracunan.

d. Publikasi negatif di media massa.

2. Pengelolaan Makanan

a. Hygiene

1. Prinsip Sanitasi Makanan dan Minuman

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang

menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk

membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang

dapat mengganggu kesehatan, mulai dari sebelum makanan

diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan,

pengangkutan, sampai pada saat di mana makanan dan minuman

tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau

konsumen.

Page 35: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Pengertian dari prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman

adalah pengendalian terhadap empat faktor yaitu

tempat/bangunan, peralatan, orang, dan bahan makanan. Terdapat

6 (enam) prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman yaitu

(Depkes RI, 2004) :

1. Prinsip I : Pemilihan Bahan Makanan

Perlindungan terhadap bahan baku dari bahaya-bahaya bahan

kimia atau pertumbuhan mikroorganisme patogen dan

pembentukan toksin selama transportasi dan penyimpanan

bahan baku mutlak diperhatikan. Bahan-bahan yang dimakan

dalam keadaan mentah harus diangkut dan disimpan terpisah

dari bahan baku lain dan bahan-bahan yang bukan bahan

pangan. Bahan pangan harus dikirim sedemikian rupa

sehingga mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen

atau pembentukan toksin dengan mengatur lamanya waktu

pengiriman, suhu dan aktivitas air bahan baku.

2. Prinsip II : Penyimpanan Bahan Makanan

Bahan makanan yang digunakan dalam proses produksi, baik

bahan baku, bahan tambahan maupun bahan penolong, harus

disimpan dengan cara penyimpanan yang baik karena

kesalahan dalam penyimpanan dapat berakibat penurunan

mutu dan keamanan makanan. (Depkes RI, 2004)

Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah agar bahan

makanan tidak mudah rusak dan kehilangan nilai gizinya.

Semua bahan makanan dibersihkan terlebih dahulu sebelum

disimpan, yang dapat dilakukan dengan cara mencuci.

Setelah dikeringkan kemudian dibungkus dengan

pembungkus yang bersih dan disimpan dalam ruangan yang

bersuhu rendah (Kusmayadi, 2008).

Page 36: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Syarat- syarat penyimpanan menurut Depkes RI (2004)

adalah:

a. Tempat penyimpanan bahan makanan selalu terpelihara

dan dalam keadaan bersih.

b. Penempatannya terpisah dari makanan jadi

c. Penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk setiap

jenis bahan makanan, yang harus memperhatikan

beberapa hal yaitu :

- Suhu yang sesuai

- Ketebalan bahan makanan padat tidak lebih dari 10

cm

- Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80%-90%

d. Bila bahan makanan disimpan di gudang, cara

penyimpanannya tidak menempel pada langit-langit,

dengan ketentuan sebagai berikut:

- Jarak makanan dengan lantai 15 cm

- Jarak makanan dengan dinding 5 cm

- Jarak makanan dengan langit-langit 60 cm

e. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun

dalam rak-rak sedemikian rupa sehingga tidak

mengakibatkan rusaknya bahan makanan. Bahan

makanan yang masuk lebih dahulu merupakan yang

pertama keluar, sedangkan bahan makanan yang

masuknya belakangan terakhir dikeluarkan atau disebut

dengan sistem FIFO (First In First Out).

f. Bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong

sebaiknya disimpan dengan sistem kartu dengan

menyebutkan :

- Nama bahan

- Tanggal penerimaan

Page 37: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

- Asal bahan

- Jumlah penerimaan di gudang

- Sisa akhir di dalam kemasan

- Tanggal pemeriksaan

- Hasil pemeriksaaan

Adapun tata cara penyimpanan bahan makanan yang

baik menurut higiene dan sanitasi makanan adalah

sebagai berikut:

a. Suhu Penyimpanan yang Baik

Setiap bahan makanan mempunyai spesifikasi dalam

penyimpanan tergantung kepada besar dan banyaknya

makanan dan tempat penyimpanannya. Sebagian besar

dapat dikelompokkan menjadi :

1) Makanan jenis daging, ikan, udang dan olahannya

Menyimpan sampai 3 hari : -50C sampai 00C

Penyimpanan untuk 1 minggu : -190C sampai -50C

Penyimpanan lebih dari 1minggu : dibawah -100C

2) Makanan jenis telor, susu dan olahannya

Penyimpanan sampai 3 hari : -50 sampai 70C

Penyimpanan untuk 1 minggu : di bawah -50C

Penyimpanan paling lama untuk 1 minggu : di

bawah -50C

3) Makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu

penyimpanan paling lama 1 minggu yaitu 70 sampai

100C

4) Tepung, biji-bijian dan umbi kering pada suhu

kamar (250C).

b. Tata Cara Penyimpanan

1) Peralatan penyimpanan

Page 38: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

a) Penyimpanan suhu rendah dapat berupa:

Lemari pendingin yang mampu mencapai suhu 100–

150C untu penyimpanan sayuran, minuman dan buah

serta untuk display penjualan makanan dan

minuman dingin.

Lemari es (kulkas) yang mampu mencapai suhu 10-

40 C dalam keadaan ini bisa digunakan untuk

minuman, makanan siap santap dan telur.

Lemari es (Freezer) yang dapat mencapai suhu -50C,

dapat digunakan untuk penyimpanan daging,

unggas, ikan, dengan waktu tidak lebih dari 3 hari.

Kamar beku yang merupakan ruangan khusus untuk

menyimpan makanan beku (frozen food) dengan

suhu mencapai -200C untuk menyimpan daging dan

makanan beku dalam jangka waktu lama.

b) Penyimpanan suhu kamar

Untuk makanan kering dan makanan olahan

yang disimpan dalam suhu kamar, maka ruang

penyimpanan harus diatur sebagai berikut:

Makanan diletakkan dalam rak-rak yang tidak

menempel pada dinding, lantai dan langit-langit,

maksudnya adalah:

o Untuk sirkulasi udara agar udara segar dapat

segera masuk ke seluruh ruangan

o Mencegah kemungkinan jamahan dan tempat

persembunyian tikus

o Untuk memudahkan pembersihan lantai

o Untuk mempermudah dilakukan stok ulang

Page 39: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

o Setiap makanan ditempatkan dalam

kelompoknya dan tidak bercampur baur

o Untuk bahan yang mudah tercecer seperti gula

pasir, tepung, ditempatkan dalam wadah

penampungan sehingga tidak mengotori lantai

c. Cara penyimpanan

1) Setiap bahan makanan yang disimpan diatur

ketebalannya, maksudnya agar suhu dapat merata ke

seluruh bagian.

2) Setiap bahan makanan ditempatkan secara terpisah

menurut jenisnya, dalam wadah (container) masing-

masing. Wadah dapat berupa bak, kantong plastik

atau lemari yang berbeda.

3) Makanan disimpan di dalam ruangan penyimpanan

sedemikian hingga terjadi sirkulasi udara dengan

baik agar suhu merata ke seluruh bagian. Pengisian

lemari yang terlalu padat akan mengurangi manfaat

penyimpanan karena suhunya tidak sesuai dengan

kebutuhan.

4) Penyimpanan di dalam lemari es:

o Bahan mentah harus terpisah dari makanan siap

santap

o Makanan yang berbau tajam harus ditutup dalam

kantong plastik yang rapat dan dipisahkan dari

makanan lain, kalau mungkin dalam lemari yang

berbeda, kalau tidak letaknya harus berjauhan.

o Makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 atau 3

hari harus sudah dipergunakan.

o Lemari tidak boleh terlalu sering dibuka, maka

dianjurkan lemari untuk keperluan sehari-hari

Page 40: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

dipisahkan dengan lemari untuk keperluan

penyimpanan makanan.

5) Penyimpanan makanan kering:

o Suhu cukup sejuk, udara kering dengan ventilasi

yang baik

o Ruangan bersih, kering, lantai dan dinding tidak

lembab

o Rak-rak berjarak minimal 15 cm dari dinding lantai

dan 60 cm dari langit-langit

o Rak mudah dibersihkan dan dipindahkan

o Penempatan dan pengambilan barang diatur dengan

sistem FIFO (first in first out) artinya makanan yang

masuk terlebih dahulu harus dikeluarkan lebih dulu

d. Administrasi penyimpanan

Setiap barang yang dibeli harus dicatat dan diterima oleh

bagian gudang untuk ketertiban administrasinya. Setiap

jenis makanan mempunyai kartu stok, sehingga bila

terjadi kekurangan barang dapat segera diketahui.

3. Prinsip III : Pengolahan Makanan

Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari

bahan mentah menjadi makanan siap santap. Pengolahan

makanan yang baik adalah yang mengikuti kaidah dari

prinsip-prinsip higiene dan sanitasi. Semua kegiatan

pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung

dari kontak langsung dengan tubuh. Perlindungan kontak

langsung dengan makanan dilakukan dengan jalan

menggunakan sarung tangan plastik, penjepit makanan

(Arisman, 2009).

Page 41: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

a. Tenaga Penjamah Makanan

Tenaga penjamah adalah seorang tenaga yang menjamah

makanan mulai dari mempersiapkan, mengolah,

menyimpan, mengangkut maupun menyajikan makanan

(Sihite, 2000).

Syarat-syarat penjamah makanan yaitu (Depkes RI, 2004) :

Tidak menderita penyakit mudah menular, misal : batuk,

pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya

Menutup luka (pada luka terbuka/bisul)

Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian.

Memakai celemek dan tutup kepala

Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan

Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan

atau dengan alas tangan

Tidak merokok, menggaruk anggota badan (telinga,

hidung, mulut dan bagian lainnya)

Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan dan atau

tanpa menutup hidung atau mulut

b. Cara Pengolahan Makanan

Tidak terjadi kerusakan-kerusakan makanan sebagai

akibat cara pengolahan yang salah

Tidak terjadi pengotoran atau kontaminasi makanan

akibat dari kotorannya tangan pengelola/penjamah

Proses pengolahan harus diatur sedemikian rupa

sehingga mencegah masuknya bahan-bahan kimia

berbahaya dan bahan asing ke dalam makanan.

Syarat-syarat proses pengolahan sesuai dengan (Depkes

RI, 2000) adalah :

Page 42: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

o Jenis bahan yang digunakan, baik bahan tambahan

maupun bahan penolong serta persyaratan mutunya

o Jumlah bahan untuk satu kali pengolahan

o Tahap-tahap proses pengolahan

o Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama

proses pengolahan dengan mengingat faktor waktu,

suhu, kelembaban, tekanan dan sebagainya, sehingga

tidak mengakibatkan pembusukan, kerusakan dan

pencemaran.

c. Tempat Pengolahan Makanan

Tempat pengolahan makanan, di mana makanan diolah

sehingga menjadi makanan yang terolah ataupun

makanan jadi yang biasanya disebut dapur. Dapur

merupakan tempat pengolahan makanan yang harus

memenuhi syarat higiene dan sanitasi, diantaranya

konstruksi dan perlengkapan yang ada.

Menurut Depkes RI (2004) syarat-syarat tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Lantai

Lantai harus dibuat dari bahan yang mudah

dibersihkan, tidak licin, tahan lama dan kedap air.

Lantai harus dibuat dengan kemiringan 1-2% ke

saluran pembuangan air limbah.

2) Dinding dan langit-langit

Dinding harus dibuat kedap air sekurang-kurangnya

satu meter dari lantai. Bagian dinding yang kedap air

tersebut dibuat halus, rata dan bewarna terang serta

dapat mudah dibersihkan. Demikian juga dengan

Page 43: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

langit- langit harus terbuat dari bahan yang bewarna

terang.

3) Pintu dan jendela

Pintu dan jendela harus dibuat sedemikian rupa

sehingga terhindar dari lalu lintas lalat dan serangga

lainnya, dengan demikian harus diperhatikan pintu

masuk dan keluar harus selalu tertutup atau pintu

yang harus bisa ditutup sendiri.

4) Ventilasi ruang dapur

Secara garis besarnya ventilasi terbagi atas dua

macam yaitu ventilasi alam dan buatan. Ventilasi

alam terjadi secara alamiah dan disyaratkan 10%

dari luas lantai dan harus dilengkapi dengan

perlindungan terhadap serangga dan tikus.

5) Pencahayaan

Pencahayaan yang cukup diperlukan pada tempat

pengolahan makanan untuk dapat melihat dengan

jelas kotoran lemak yang tertimbun dan lain- lain.

Pencahayaan di ruang dapur sebaiknya dapat

menerangi setiap permukaan tempat pengolahan

makanan dan pada tempat-tempat lain seperti tempat

mencuci peralatan, tempat cuci tangan, ruang

pakaian, toilet, tempat penampungan sampah. Di

samping itu selama pembersihan harus disediakan

pencahayaan yang cukup memadai.

6) Pembuangan asap

Page 44: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Dapur harus dilengkapi dengan pengumpul asap dan

juga harus dilengkapi dengan penyedot asap untuk

mengeluarkan asap dari cerobongnya.

7) Penyediaan air bersih

Harus ada persediaan air bersih yang cukup dan

memenuhi syarat kesehatan. Minimal syarat fisik

yaitu tidak bewarna, tidak berasa, tidak berbau.

8) Penampungan dan pembuangan sampah

Sampah harus ditangani sedemikian rupa untuk

menghindari pencemaran makanan dari tempat

sampah harus dipisahkan antara sampah basah dan

sampah kering serta diusahakan pencegahan

masuknya serangga ke tempat pembuangan sampah

yang memenuhi syarat kesehatan antara lain:

Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah

berkarat

Mudah dibersihkan dan bagian dalam dibuat

licin, serta bentuknya dibuat halus

Mudah diangkat dan ditutup

Kedap air, terutama untuk menampung sampah

basah

Tahan terhadap benda tajam dan runcing

Di samping itu sampah harus dikeluarkan dari

tempat pengolahan makanan sekurang-kurangnya

setiap hari. Segera setelah sampah dibuang, tempat

sampah dan peralatan lain yang kontak dengan

sampah harus dibersihkan.

9) Pembuangan air limbah

Page 45: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Harus ada sistem pembuangan limbah yang

memenuhi. syarat kesehatan. Bila tersedia saluran

pembuangan air limbah di kota, maka sistem

drainase dapat disambungkan dengan alur

pembuangan tersebut harus didesain sedemikian

rupa sehingga air limbah segera terbawa keluar

gedung dan mengurangi kontak air limbah dengan

lingkungan di luar sistem saluran.

10) Perlindungan dari serangga dan tikus

Serangga dan tikus sangat suka bersarang ataupun

berkembang biak pada tempat pengolahan makanan,

oleh karena itu pengendaliannya harus secara rutin

karena binatang tersebut bisa sebagai pembawa

penyakit dan sekaligus menimbulkan kerugian

ekonomi.

Karena kebiasaan hidupnya, mereka dapat

menimbulkan gangguan kesehatan. Mereka dapat

memindahkan kuman secara mekanis baik langsung

ke dalam makanan/bahan makanan atau langsung

mengkontaminasi peralatan pengolahan makanan

dan secara biologis dengan menjadi vektor beberapa

penyakit tertentu.

Beberapa penyakit penting yang dapat

ditularkan/disebarkan antara lain demam berdarah,

malaria, disentri, pest. Infestasi serangga tikus, tikus

dapat pula menimbulkan kerugian ekonomi karena

mereka merusak bahan pangan dan peralatan

pengolahan makanan.

4. Prinsip IV : Penyimpanan Makanan Jadi

Page 46: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Penyimpanan makanan masak dapat digolongkan menjadi

dua, yaitu tempat penyimpanan makanan pada suhu biasa dan

tempat penyimpanan pada suhu dingin. Makanan yang

mudah membusuk sebaiknya disimpan pada suhu dingin

yaitu < 40C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam,

disimpan dalam suhu -50 s/d -10C.

5. Prinsip V : Pengangkutan Makanan

Makanan yang berasal dari tempat pengolahan memerlukan

pengangkutan untuk disimpan, kemungkinan pengotoran

makanan terjadi sepanjang pengangkutan, bila cara

pengangkutan kurang tepat dan alat angkutnya kurang baik

dari segi kualitasnya baik/buruknya pengangkutan

dipengaruhi oleh beberapa faktor :

- Tempat/alat pengangkut

- Tenaga pengangkut

- Tekhnik pengangkutan

Syarat- syarat pengangkutan makanan memenuhi aturan

sanitasi:

Alat/tempat pengangkutan harus bersih

Cara pengangkutan makanan harus benar dan tidak

terjadi kontaminasi selama pengangkutan

Pengangkutan makanan yang melewati daerah kotor

harus dihindari

Cara pengangkutan harus dilakukan dengan mengambil

jalan singkat

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan

makanan matang adalah sebagai berikut:

Page 47: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

o Makanan yang disajikan panas harus tetap disimpan

dalam suhu di atas 600C

o Makanan yang akan disajikan dingin disimpan dalam

suhu di bawah 40C

o Makanan yang disajikan dalam kondisi panas yang

disimpan dengan suhu di bawah 40C harus dipanaskan

kembali sampai 600C sebelum disajikan

Suhu makanan yang diangkut dari tempat pengolahan ke

tempat penyajian harus dipertahankan, yaitu:

a) Makanan yang akan disajikan lebih dari 6 jam dari waktu

pengolahan harus diatur suhunya pada suhu di bawah

40C atau dalam keadaan beku 00C

b) Makanan yang akan disajikan kurang dari 6 jam dapat

diatur suhunya dengan suhu kamar asal makanan segera

dikonsumsi dan tidak menunggu

c) Pemanasan kembali makanan beku (reheating) dengan

pemanasan biasa atau microwave sampai suhu stabil

terendah 600C

Hindari suhu makanan berada pada suhu antara 240C sampai

600C, karena pada suhu tersebut merupakan suhu terbaik

untuk pertumbuhan bakteri pathogen dan puncak optimalnya

pada suhu 370C.

Makanan matang yang akan disajikan jauh dari tempat

pengolahan makanan, memerlukan pengangkutan yang baik

agar kualitas makanan tersebut tetap terjaga. Prinsip

pengangkutan makanan matang / siap saji adalah sebagai

berikut:

Page 48: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

a) Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing. Isi

makanan tidak terlampau penuh untuk mencegah

tumpah. Wadah harus mempunyai tutup yang rapat dan

tersedia lubang hawa (ventilasi) untuk makanan panas.

Uap makanan harus dibiarkan terbuang agar tidak terjadi

kondensasi. Air uap kondensasi merupakan media yang

baik untuk pertumbuhan bakteri sehingga makanan

menjadi basi.

b) Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan

ukurannya memadai dengan makanan yang ditempatkan

dan tidak berkarat atau bocor.

c) Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur

suhunya dalam keadaan tetap panas 600 C atau tetap

dingin 40 C

d) Wadah selama perjalanan tidak dibuka sampai tempat

penyajian

e) Kendaraan pengangkut disediakan khusus dan tidak

bercampur dengan keperluan mengangkut bahan lain.

6. Prinsip VI : Penyajian Makanan

Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar

makanan tersebut terhindar dari pencemaran, peralatan yang

digunakan dalam kondisi baik dan bersih, petugas yang

menyajikan harus sopan serta senantiasa menjaga kesehatan

dan kebersihan pakaiannya. 

2. Persyaratan Teknis Higiene dan Sanitasi Jasaboga

Persyaratan teknis higiene dan sanitasi jasaboga menurut

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

1096/Menkes/Per/VI/2011 dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Bangunan

Page 49: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

1. Lokasi

Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber

pencemaran seperti tempat sampah umum, WC

umum, pabrik cat dan sumber pencemaran lainnya.

a. Halaman

1) Terpampang papan nama perusahaan dan nomor

Izin Usaha serta nomor Sertifikat Laik Higiene

Sanitasi.

2) Halaman bersih, tidak bersemak, tidak banyak

lalat dan tersedia tempat sampah yang bersih

dan bertutup, tidak terdapat tumpukan barang-

barang yang dapat menjadi sarang tikus.

3) Pembuangan air limbah (air limbah dapur dan

kamar mandi) tidak menimbulkan sarang

serangga, jalan masuknya tikus dan dipelihara

kebersihannya.

4) Pembuangan air hujan lancar, tidak terdapat

genangan air.

b. Konstruksi

Konstruksi bangunan untuk kegiatan jasaboga harus

kokoh dan aman. Konstruksi selain kuat juga selalu

dalam keadaan bersih secara fisik dan bebas dari

barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan

sembarangan.

c. Lantai

Kedap air, rata, tidak retak, tidak licin,

kemiringan/kelandaian cukup dan mudah

dibersihkan.

Page 50: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

d. Dinding

Permukaan dinding sebelah dalam rata, tidak

lembab, mudah dibersihkan dan berwarna terang.

Permukaan dinding yang selalu kena percikan air,

dilapisi bahan kedap air setinggi 2 (dua) meter dari

lantai dengan permukaan halus, tidak menahan debu

dan berwarna terang. Sudut dinding dengan lantai

berbentuk lengkung (conus) agar mudah dibersihkan

dan tidak menyimpan debu/kotoran.

2. Langit-langit

Bidang langit-langit harus menutupi seluruh atap

bangunan, terbuat dari bahan yang permukaannya

rata, mudah dibersihkan, tidak menyerap air dan

berwarna terang. Tinggi langit-langit minimal 2,4

meter di atas lantai.

3. Pintu dan jendela

Pintu ruang tempat pengolahan makanan dibuat

membuka ke arah luar dan dapat menutup sendiri

(self closing), dilengkapi peralatan anti

serangga/lalat seperti kassa, tirai, pintu rangkap dan

lain-lain yang dapat dibuka dan dipasang untuk

dibersihkan.

4. Pencahayaan

Intensitas pencahayaan harus cukup untuk dapat

melakukan pemeriksaan dan pembersihan serta

melakukan pekerjaan-pekerjaan secara efektif.

Page 51: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Semua pencahayaan tidak boleh menimbulkan silau

dan distribusinya sedemikian rupa sehingga tidak

menimbulkan bayangan. Cahaya terang dapat

diketahui dengan alat ukur lux meter (foot candle

meter).

5. Ventilasi/penghawaan/lubang angin

a) Bangunan atau ruangan tempat pengolahan

makanan harus dilengkapi dengan ventilasi

sehingga terjadi sirkulasi/peredaran udara.

b) Luas ventilasi 20% dari luas lantai, untuk :

i. Mencegah udara dalam ruangan panas

atau menjaga kenyamanan dalam ruangan.

ii. Mencegah terjadinya

kondensasi/pendinginan uap air atau

lemak dan menetes pada lantai, dinding

dan langit-langit.

iii. Membuang bau, asap dan pencemaran lain

dari ruangan.

6. Ruang pengolahan makanan

a) Luas tempat pengolahan makanan harus sesuai

dengan jumlah karyawan yang bekerja dan

peralatan yang ada di ruang pengolahan.

b) Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan

minimal dua meter persegi (2 m2) untuk setiap

orang pekerja.

c) Ruang pengolahan makanan tidak boleh

berhubungan langsung dengan toilet/jamban dan

kamar mandi.

d) Peralatan di ruang pengolahan makanan

minimal harus ada meja kerja, lemari/ tempat

Page 52: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

penyimpanan bahan dan makanan jadi yang

terlindung dari gangguan serangga, tikus dan

hewan lainnya.

B. Fasilitas Sanitasi

1. Tempat cuci tangan

a) Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dari

tempat cuci peralatan maupun bahan makanan

dilengkapi dengan air mengalir dan sabun, saluran

pembuangan tertutup, bak penampungan air dan

alat pengering.

b) Tempat cuci tangan diletakkan pada tempat yang

mudah dijangkau dan dekat dengan tempat bekerja.

c) Jumlah tempat cuci tangan disesuaikan dengan

jumlah karyawan dengan perbandingan sebagai

berikut: Jumlah karyawan 1-10 orang: 1 buah

tempat cuci tangan. 11-20 orang: 2 buah tempat

cuci tangan Setiap ada penambahan karyawan

sampai dengan 10 orang, ada penambahan 1 (satu)

buah tempat cuci tangan.

2. Air bersih

a) Air bersih harus tersedia cukup untuk seluruh

kegiatan penyelenggaraan jasaboga.

b) Kualitas air bersih harus memenuhi persyaratan

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Jamban dan peturasan (urinoir)

a) Jasaboga harus mempunyai jamban dan peturasan

yang memenuhi syarat higiene sanitasi.

b) Jumlah jamban harus cukup, dengan perbandingan

sebagai berikut :

i. Jumlah karyawan :1-10 orang: 1buah; 11-25

orang: 2buah; dan 26-50 orang: 3 buah. Setiap

Page 53: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

ada penambahan karyawan sampai dengan 25

orang, ada penambahan 1 (satu) buah jamban.

ii. Jumlah peturasan harus cukup, dengan

perbandingan sebagai berikut: Jumlah karyawan

: 1 - 30 orang : 1 buah; 31 - 60 orang : 2 buah.

Setiap ada penambahan karyawan sampai

dengan 30 orang, ada penambahan 1 (satu) buah

peturasan.

4. Kamar mandi

Jasaboga harus mempunyai fasilitas kamar mandi yang

dilengkapi dengan air mengalir dan saluran

pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan

kesehatan.

Jumlah kamar mandi harus mencukupi kebutuhan,

paling sedikit tersedia : Jumlah karyawan : 1 - 30 orang

: 1 buah. Setiap ada penambahan karyawan sampai

dengan 20 orang, ada penambahan 1 (satu) buah kamar

mandi.

5. Tempat sampah

a. Tempat sampah harus terpisah antara sampah

basah (organik) dan sampah kering (anorganik).

b. Tempat sampah harus tertutup, tersedia dalam

jumlah yang cukup dan diletakkan sedekat

mungkin dengan sumber produksi sampah, namun

dapat menghindari kemungkinan tercemarnya

makanan oleh sampah.

Page 54: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

C. Peralatan

Tempat pencucian peralatan dan bahan makanan

a. Tersedia tempat pencucian peralatan, jika

memungkinkan terpisah dari tempat pencucian bahan

pangan.

b. Pencucian peralatan harus menggunakan bahan

pembersih/deterjen.

c. Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak atau

dimakan mentah harus dicuci dengan menggunakan

larutan Kalium Permanganat (KMnO4).

d. Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan

disimpan dalam tempat yang terlindung dari

pencemaran serangga, tikus dan hewan lainnya.

D. Jenis-jenis Jasaboga

Menurut Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011,

jasaboga adalah usaha pengelolaan makanan yang

disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan yang

dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha. Usaha

Jasaboga dibagi menjadi tiga golongan

A. Jasaboga Golongan A

1. Jasaboga Golongan A1

a. Kriteria

Jasaboga yang melayani kebutuhan

masyarakat umum, dengan pengolahan

makanan yang menggunakan dapur rumah

tangga dan dikelola oleh keluarga.

b. Persyaratan Teknis

Page 55: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

1) Pengaturan ruang

Ruang pengolahan makanan tidak boleh

dipakai sebagai ruang tidur.

2) Ventilasi/penghawaan

a) Apabila bangunan tidak mempunyai

ventilasi alam yang cukup, harus

menyediakan ventilasi buatan untuk

sirkulasi udara.

b) Pembuangan udara kotor atau asap

harus tidak menimbulkan gangguan

terhadap lingkungan.

3) Tempat cuci tangan dan tempat cuci

peralatan

Tersedia tempat cuci tangan dan tempat

cuci peralatan yang terpisah dengan

permukaan halus dan mudah

dibersihkan.

4) Penyimpanan makanan

Untuk tempat penyimpanan bahan

pangan dan makanan jadi yang cepat

membusuk harus tersedia minimal 1

(satu) buah lemari es (kulkas).

2. Jasaboga Golongan A2

a. Kriteria

Jasaboga yang melayani kebutuhan

masyarakat umum, dengan pengolahan yang

menggunakan dapur rumah tangga dan

memperkerjakan tenaga kerja.

b. Persyaratan Teknis

Page 56: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

1) Memenuhi persyaratan teknis jasaboga

golongan A1.

2) Memenuhi persyaratan khusus sebagai

berikut :

a) Pengaturan ruang

Ruang pengolahan makanan harus

dipisahkan dengan dinding pemisah

yang memisahkan tempat pengolahan

makanan dengan ruang lain.

b) Ventilasi/penghawaan

Pembuangan asap dari dapur harus

dilengkapi dengan alat pembuangan

asap yang membantu pengeluaran

asap dapur sehingga tidak mengotori

ruangan.

c) Penyimpanan makanan

Untuk penyimpanan bahan pangan

dan makanan yang cepat membusuk

harus tersedia minimal 1 (satu) buah

lemari es (kulkas).

d) Ruang ganti pakaian

Bangunan harus dilengkapi

dengan ruang/tempat

penyimpanan dan ganti pakaian

dengan luas yang cukup.

Fasilitas ruang ganti pakaian

berada/diletakkan di tempat yang

Page 57: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

dapat mencegah kontaminasi

terhadap makanan.

3. Jasaboga golongan A3

a. Kriteria

Jasaboga yang melayani kebutuhan

masyarakat umum, dengan pengolahan yang

menggunakan dapur khusus dan

memperkerjakan tenaga kerja.

b. Persyaratan teknis

1) Memenuhi persyaratan teknis jasaboga

golongan A2.

2) Memenuhi persyaratan khusus sebagai

berikut :

a) Pengaturan ruang

Ruang pengolahan makanan harus

terpisah dari bangunan untuk tempat

tinggal.

b) Ventilasi/penghawaan

Pembuangan asap dari dapur harus

dilengkapi dengan alat pembuangan

asap atau cerobong asap atau dapat

pula dilengkapi dengan alat

penangkap asap (smoke hood).

c) Ruang pengolahan makanan

Tempat memasak makanan harus

terpisah secara jelas dengan

Page 58: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

tempat penyiapan makanan

matang.

Harus tersedia lemari

penyimpanan dingin yang dapat

mencapai suhu –50C dengan

kapasitas yang cukup untuk

melayani kegiatan sesuai dengan

jenis makanan/bahan makanan

yang digunakan.

d) Alat angkut dan wadah makanan

Tersedia kendaraan khusus

pengangkut makanan dengan

konstruksi tertutup dan hanya

dipergunakan untuk mengangkut

makanan siap saji.

Alat/tempat angkut makanan

harus tertutup sempurna, dibuat

dari bahan kedap air, permukaan

halus dan mudah dibersihkan.

Pada setiap kotak (box) yang

dipergunakan sekali pakai untuk

mewadahi makanan, harus

mencantumkan nama perusahaan,

nomor Izin Usaha dan nomor

Sertifikat Laik Higiene Sanitasi.

Jasaboga yang menyajikan

makanan tidak dengan kotak,

harus mencantumkan nama

perusahaan dan nomor Izin

Usaha serta nomor Sertifikat Laik

Page 59: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Higiene Sanitasi di tempat

penyajian yang mudah diketahui

umum.

B. Jasaboga Golongan B

a. Kriteria

Jasaboga yang melayani kebutuhan

masyarakat khusus untuk asrama jemaah

haji, asrama transito, pengeboran lepas

pantai, perusahaan serta angkutan umum

dalam negeri dengan pengolahan yang

menggunakan dapur khusus dan

mempekerjakan tenaga kerja.

b. Persyaratan teknis

1) Memenuhi persyaratan teknis jasaboga

golongan A3.

2) Memenuhi persyaratan khusus sebagai

berikut :

a) Halaman

Pembuangan air kotor harus

dilengkapi dengan penangkap lemak

(grease trap) sebelum dialirkan ke bak

penampungan air kotor (septic tank)

atau tempat pembuangan lainnya.

b) Lantai

Pertemuan antara lantai dan dinding

tidak terdapat sudut mati dan harus

lengkung (conus) agar mudah

dibersihkan.

Page 60: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

c) Pengaturan ruang

Memiliki ruang kantor dan ruang

untuk belajar/khusus yang terpisah

dari ruang pengolahan makanan.

d) Ventilasi/penghawaan

Pembuangan asap dari dapur harus

dilengkapi dengan penangkap asap

(hood), alat pembuang asap dan

cerobong asap.

e) Fasilitas pencucian peralatan dan

bahan makanan

i. Fasilitas pencucian dari bahan

yang kuat, permukaan halus dan

mudah dibersihkan.

ii. Setiap peralatan dibebashamakan

sedikitnya dengan larutan kaporit

50 ppm atau air panas 800C

selama 2 menit.

iii. Tempat cuci tangan

Setiap ruang pengolahan

makanan harus ada minimal 1

(satu) buah tempat cuci tangan

dengan air mengalir yang

diletakkan dekat pintu dan

dilengkapi dengan sabun.

iv. Ruang pengolahan makanan

a) Tersedia ruang tempat

pengolahan makanan yang

Page 61: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

terpisah dari ruang tempat

penyimpanan bahan makanan.

b) Tersedia lemari penyimpanan

dingin yang dapat mencapai suhu

-50C sampai -100C dengan

kapasitas yang cukup memadai

sesuai dengan jenis makanan

yang digunakan.

C. Jasaboga Golongan C

a. Kriteria

Jasaboga yang melayani kebutuhan alat angkutan

umum internasional dan pesawat udara dengan

pengolahan yang menggunakan dapur khusus dan

memperkerjakan tenaga kerja.

b. Persyaratan

1) Memenuhi persyaratan jasaboga golongan

B.

2) Memenuhi persyaratan khusus sebagai

berikut :

a) Ventilasi/penghawaan

i.Pembuangan asap dilengkapi dengan

penangkap asap (hood), alat pembuang

asap, cerobong asap, saringan lemak

yang dapat dibuka dan dipasang untuk

dibersihkan secara berkala.

ii. Ventilasi ruangan dilengkapi dengan

alat pengatur suhu ruangan yang dapat

menjaga kenyamanan ruangan.

Page 62: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

b) Fasilitas pencucian alat dan bahan

i. Terbuat dari bahan logam tahan karat

dan tidak larut dalam makanan seperti

stainless steel.

ii. Air untuk keperluan pencucian

peralatan dan cuci tangan harus

mempunyai kekuatan tekanan

sedikitnya 15 psi (1,2 kg/cm2).

c) Ruang pengolahan makanan

i. Tersedia lemari penyimpanan dingin

untuk makanan secara terpisah sesuai

dengan jenis makanan/bahan makanan

yang digunakan seperti daging, telur,

unggas, ikan, sayuran dan buah dengan

suhu yang dapat mencapai kebutuhan

yang disyaratkan.

ii. Tersedia gudang tempat penyimpanan

makanan untuk bahan makanan kering,

makanan terolah dan bahan yang tidak

mudah membusuk.

iii. Rak penyimpanan makanan harus

mudah dipindahkan dengan

menggunakan roda penggerak sehingga

ruangan mudah dibersihkan.

b. Kebutuhan Gizi

Menurut Kecukupan Energi dan Protein menurut

Jenis Pekerjaan (AKG) :

Page 63: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Pekerjaan ringan :

Pekerjaan yang menggunakan energi 3-5 kal/menit

Melakukan pekerjaan sambil duduk

Pekerjaan sedang :

Pekerjaan yang menggunakan energi 5-7 kal/menit

Pekerjaan rutin sambil berdiri dan kadang-kadang

sambil berjalan

Pekerjaan Berat :

Pekerjaan yang menggunakan energi >7 kal/menit

Page 64: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Pekerjaan rutin menganggkat dan membawa beban

kurang lebih 25 kg

3. Surveilance Epidemiologi

A. Jenis

1. Surveilans Individu

Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan

memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan

penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam

kuning, sifilis.

1. Karantina total : Karantina total membatasi kebebasan

gerak semua orang yang terpapar penyakit menular

selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan

orang yang tak terpapar

2. Karantina parsial : Karantina parsial membatasi

kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan

perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya

transmisi penyakit

2. Surveilans Penyakit

Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan

pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan

kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan

sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan

penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus

perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu.

3. Surveilans Sindromik

Syndromic surveillance (multiple disease surveillance)

melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma

(kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit.

Page 65: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

4. Surveilans Berbasis Laboratorium

Surveilans berbasis laboratorium digunakan untuk mendeteksi

dan menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit

yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis,

penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi

strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit

dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang

mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik (DCP2,

2008).

5. Surveilans Terpadu

Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan

memadukan semua kegiatan surveilans disuatu wilayah

yuridiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah

pelayanan publik bersama.

Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:

(1) Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common

services)

(2) Menggunakan pendekatan solusi majemuk

(3) Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural

(4) Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans

(pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi

pendukung surveilans (pelatihan dan supervisi, penguatan

laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya

(5) Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian

penyakit.

(Calain, 2006; DCP2, 2008).

Page 66: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global

Pengawasan terus-menerus terhadap penyakit lintas negara

(pandemi) secara global akibat dari migrasi manusia/binatang

B. Pelaksanaan surveilans

Dalam pelaksanaanya surveilans dapat juga dibedakan menjadi 2

yaitu:

1. Surveilans Aktif

Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans

untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat

praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas,

klinik dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus

baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus (case

finding) dan konfirmasi laporan kasus indeks.

Kelebihan : Lebih akurat daripada surveilans pasif dan

dapat mengidentifikasi outbreak lokal

Kekurangan : Mahal dan sulit dilakukan

2. Surveilans Pasif

Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan

menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable

diseases) dan yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan.

Page 67: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Kelebihan : Mudah dan murah

Kekurangan : Tidak sensitif dalam mendeteksi

kecenderungan penyakit

C. Tata Laksana Wabah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40

Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit

Menular:

Pasal 10

Upaya penanggulangan wabah meliputi penyelidikan

epidemiologis, pemeriksaan, pengobatan,perawatan dan isolasi

penderita termasuk tindakan karantina, pencegahan dan

pengebalan,pemusnahan penyebab penyakit, penanganan

jenazah akibat wabah, penyuluhan kepada masyarakatdan

upaya penanggulangan lainnya

Pasal 11

(1) Tindakan penyelidikan epidemiologis dalam upaya

penanggulangan wabah ditujukan untuk:

a. Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah;

b. Menentukan faktor penyebab timbulnya wabah;

c. Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam

terkena wabah;

d. Menentukan cara penanggulangan.

(2) Tindakan penyelidikan epidemiologis sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui kegiatan-

kegiatan:

a. Pengumpulan data kesakitan dan kematian penduduk;

b. Pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakan

diagnosis;

Page 68: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

c. Pengamatan terhadap penduduk pemeriksaan terhadap

makhluk hidup lain dan benda-benda yang ada di suatu

wilayah yang diduga mengandung penyebab penyakit

wabah.

Pasal 12

Tindakan pemeriksaan, pengobatan, perawatan, isolasi

penderita dan tindakan karantina dilakukan disarana pelayanan

kesehatan, atau di tempat lain yang ditentukan.

Pasal 13

Tindakan pencegahan dan pengebalan dilakukan terhadap

masyarakat yang mempunyai risiko terkena penyakit wabah.

Pasal 14

Tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, dilakukan

dengan atau tanpa persetujuan dari orang yang bersangkutan.

Pasal 15

(1) Tindakan pemusnahan penyebab penyakit sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10, dilakukan terhadap:

a. bibit penyakit/kuman;

b. hewan, tumbuh-tumbuhan dan atau benda yang

mengandung penyebab penyakit.

(2) Pemusnahan harus dilakukan dengan cara tanpa merusak

lingkungan hidup atau tidak menyebabkan tersebarnya

wabah penyakit.

(3) Tata cara pemusnahan diatur lebih lanjut oleh Mentri

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan

yang berlaku

Page 69: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Mengetahui Tatalaksana Wabah di Lingkungan

Agroindustri

Step by step penanggulangan wabah berdasarkan protokol dari

WHO

1. (epidemic preparedness) kesiapsiagaan dalam menghadapi

wabah/kejadian luar biasa.

Dalam setiap situasi darurat, lembaga utama kesehatan

bertanggung jawab untuk persiapan dan respon terhadap

terjadinya wabah.

Health coordination meetings. Rapat koordinasi

Kesehatan untuk menentukan kebijakan yang

dilakukan saat terjadinya wabah.

Surveillance system (Sistem Pengawasan): laporan

mingguan atau harian kepada Departemen

Kesehatan dan WHO selama terjadi outbreak.

Rencana tindakan saat terjadinya outbreak pada

setiap penyakit : sumber, keterampilan dan

kegiatan yang dibutuhkan selama wabah terjadi.

Persediaan : alat untuk sampling laboratorium,

antimikroba yang sesuai, obat, vaksin

Rencana untuk bangsal isolasi di rumah sakit

Laboratorium support

2. Pendeteksian kasus (case detection): proses

mengidentifikasi peristiwa atau keadaan kesehatan. Data

untuk pendeteksian kasus tersebut biasanya didapatkan

dari rumah sakit, puskesmas, laboratorium, unit penelitian,

dan unit statistik lainnya.

Page 70: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Agar proses pendeteksian kasus ini berjalan dengan cepat,

maka ada beberapa hal yang perlu dilakukakan, yaitu:

Perlu mendirikan sebuah sistem peringatan dini

dalam sistem surveilans, dengan pelaporan penyakit

dengan potensi epidemi;

Perlu melatih pekerja klinis untuk mengenali

prioritas penyakit dan melaporkannya ke koordinator

kesehatan, lalu untuk koordinator kesehatan

melaporkan kepada badan kesehatan yang

memimpin;

Perlu mengatur pengawasan selama periode berisiko

tinggi dan dalam daerah yang mempunyai resiko

tinggi.

3. Konfirmasi (confirmation) data-data yg dilaporkan.

Page 71: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

4. Response (tanggapan)

a. Investigasi

Menentukan kasus wabah yang terjadi

Menghitung jumlah kasus dan menentukan ukuran

populasi (untuk menghitung attack rate). kasus baru dalam

satu saat / populasi yang berisiko pada saat yang sama

Mengumpulkan / menganalisa data deskriptif (misalnya

waktu / tanggal onset, tempat / lokasi kasus dan individu

karakteristik seperti umur / seks)

Tentukan populasi berisiko

Merumuskan hipotesis untuk patogen / source / transmisi.

Menindaklanjuti kasus dan kontak

Melakukan penyelidikan lebih lanjut / studi epidemiologi

(misalnya untuk memperjelas modus transmisi, carrier,

dosis yang dibutuhkan, definisi yang lebih baik dari faktor

risiko untuk penyakit dan pada kelompok berisiko)

Menulis sebuah laporan investigasi (investigasi hasil dan

rekomendasi untuk tindakan)

b. Kontrol

Melaksanakan pengendalian dan tindakan pencegahan

khusus untuk penyakit

Mencegah paparan (misalnya isolasi terhadap kasus wabah

kolera)

Mencegah infeksi (misalnya vaksinasi terhadap wabah

campak)

Mencegah penyakit (high risk group diberikan

chemoprophylaxis)

Mencegah kematian

Page 72: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Perlakukan kasus dengan pengobatan yang dianjurkan

seperti dalam pedoman WHO / nasional

5. Evaluation

Tim pengendalian wabah harus melakukan evaluasi secara

menyeluruh, seperti:

Penyebab wabah

Surveilans dan deteksi wabah

Kesiapan menanggulangi wabah

Manajemen wabah

Kontrol tindakan

Isu-isu spesifik yang harus dievaluasi meliput

Ketepatan waktu deteksi dan respon

Efektivitas

Biaya

Kesempatan yang hilang

Kebijakan yang baru / direvisi

Page 73: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Temuan dari evaluasi ini harus didokumentasikan dalam bentuk

laporan tertulis berisi rekomendasi yang jelas tentang:

Karakteristik epidemiologi epidemi

Surveilans

Kesiapan tindakan pengendalian dilakukan

D. Upaya dan Cara Wabah

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam

masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi

dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat

menimbulkan malapetaka (UU No 4. Tahun 1984).

Diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok, antara lain sebagai berikut.

a. Outbreak (serangan penyakit)

Suatu wabah yang terbatas pada suatu lingkup kecil tertentu.

Contoh: Kasus diare di suatu desa tertentu.

b. Epidemi

Suatu wabah dengan lingkup yang lebih luas, di mana kasus

tersebut muncul sebelum waktunya.

Dapat melibatkan paparan tunggal (sekali), paparan berkali-

kali, maupun paparan terus-menerus terhadap penyebab

penyakitnya (dapat disebabhkan oleh vektor biologis, dari

orang ke orang, ataupun dari sumber yang sama seperti air

yang cemar).

Contoh: Belum memasuki musim penghujan, namun jumlah

penderita DB di Jember sudah pengalami perlonjakan.

Page 74: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

c. Endemi

Penyakit yang umum terjadi pada laju yang konstan namun

cukup tinggi pada suatu populasi di daerah tertentu.

Contoh: Di wilayah sekitaran kampus UNEJ, banyak

ditemukan penderita Hepatitis dan Tipes.

Keadaan tunak endemik (endemic steady state) adalah suatu

kondisi di mana infeksi tertentu tidak lenyap dan jumlah

orang yang terinfeksi tidak bertambah secara eksponensial

d. Pandemi

Terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang dalam

daerah geografi yang luas (wabah dengan lingkup global).

Menurut WHO, terdapat tiga syarat suatu kasus dapat

digolongkan dalam kelas Pandemi, yakni sebagai berikut.

1) Timbulnya penyakit yang bersangkutan merupakan suatu

hal baru pada populasi yang bersangkutan.

2) Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan

menyebabkan sakit serius.

3) Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan

berkelanjutan pada manusia.

Tidak semua penyakit yang menewaskan banyak orang

dengan cakupan daerah yang luas disebut pandemic, contoh

KANKER karena tidak ditularkan.

Page 75: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

1. Langkah Investigasi Wabah

Menggunakan pendekatan secara sistematik yang terdiri dari:

1. Persiapan investigasi di lapangan

a. Persiapan dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yakni

investigasi, administrasi, dan konsultasi.

b. Dibutuhkan pengetahuan perlengkapan (alat) yang sesuai.

c. Memahami prosedur administrasi.

d. Memastikan peran masing-masing petugas yang terjun.

2. Memastikan adanya wabah

Dalam hal ini, perlu diperhatikan hal-hal antara lain sebagai

berikut.

a. Membandingkan jumlah yang ada saat ini dengan jumlah

beberapa minggu atau bulan sebelumnya.

b. Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah

melampaui jumlah yang diharapkan.

c. Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinya, di

mana dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain

sebagai berikut.

- Catatan hasil surveilans.

- Catatan keluar dari rumah sakit, statistic kematian, register,

dan lain-lain.

- Bila data lokal tidak ada, gunakan rate dari wilayah di

dekatnya atau data nasional.

- Survey dalam masyarakat untuk menentukan kondisi

penyakit yang biasanya ada.

Page 76: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

3. Memastikan diagnosis

Harus dipastikan bahwa masalah yang ada telah didiagnosis

dengan patut dan kemudian disimpulkan dalam distribusi

frekuensi.

4. Membuat definisi kasus

Pembuatan definisi kasus adalah seperangkat kriteria klinis

(waktu, tempat, dan orang) untuk menentukan apakah

seseorang harus diklasifikasikan sakit atau tidak.

Hasilnya sering membagi kasus menjadi 4 kategori;

confirmed (pasti), probable (mungkin), possible

(meragukan), dan sensitivitas atau spesifisitas.

5. Menemukan dan menghitung kasus

Metode untuk menemukan kasus disesuaikan dengan jenis

penyakit dan ketersediaan fasilitas kesehatan yang ada.

6. Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang)

a. Gambaran wabah berdasarkan waktu, digambarkan dengan

grafik histogram yang berbentuk kurva epidemi, yang

berguna untuk:

Memberi informasi sampai di mana proses wabah itu dan

bagaimana kemungkinan kelanjutannya.

Memperkirakan kapan pemaparan terjadi pan

memusatkan penyelidikan pada periode tersebut bila telah

diketahui jenis penyakit dan masa inkubasinya. (catatan:

Masa inkubasi adalah waktu antara masuknya agen

penyakit sampai timbulnya gejala pertama).

Page 77: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan

demikian kita dapat mengetahui apakah penyakit tersebut

bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau

kombinasi keduanya.

b. Gambaran wabah berdasarkan tempat, seringkali berbentuk

Spot Map yang menunjukkan kejadian dengan titik/simbol

tertentu untuk menggambarkan distribusi geografi suatu

kejadian.

c. Gambaran wabah berdasarkan orang, dengan mengamati

karakteristiknya (umur, jenis kelamin, ras/suku, status

kesehatan) dan pemaparannya (pekerjaan, penggunaan obat-

obatan).

7. Membuat hipotesis

Hasil hipotesis hendaknya meliputi sumber agen penyakit, cara

penularan, dan faktor penyebab sakit.

8. Menilai hipotesis, dengan cara sebagai berikut.

a. Membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada

b. Analisis epidemiologi untuk kuantifikasi hubungan dan

menyelidiki peran ‘kebetulan’

c. Uji kemaknaan statistik (Kai Kuadrat)

Kuncinya adalah kelompok pembanding, sehingga dapat diukur

hubungan antara pemaparan dan penyakitnya untuk diuji

hipotesis sebagai hubungan sebab-akibat

Page 78: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

9. Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan

a. Penelitian laboratorium (misal: pemeriksaan serum)

b. Penelitian lingkungan (misal: pemeriksaan tempat

pembuangan tinja)

10. Melaksanakan tindakan pengendalian dan pencegahan

11. Menyampaikan hasil penyelidikan

Dapat melalui dua cara; lisan pada pejabat setempat atau laporan

tertulis.

E. Proses Pencatatan

1. INDIKATOR SURVEILANS

Akurat:

Surveilans yang efektif memiliki sensitivitas tinggi, yakni sekecil

mungkin terjadi hasil negatif palsu. Akurasi surveilans

dipengaruhi beberapa faktor: (1) kemampuan petugas; (2)

infrastruktur laboratorium.

Page 79: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Standar, seragam, reliabel, kontinu:

Definisi kasus, alat ukur, maupun prosedur yang standar

penting dalam sistem surveilans agar diperoleh informasi yang

konsisten. Sistem surveilans yang efektif mengukur secara kontinu

sepanjang waktu, bukannya intermiten atau sporadis, tentang

insidensi kasus penyakit untuk mendeteksi kecenderungan.

Pelaporan rutin data penyakit yang harus dilaporkan (reportable

diseases) dilakukan seminggu sekali.

Tepat waktu:

Informasi yang diperoleh dengan cepat (rapid) dan tepat waktu

(timely) memungkinkan tindakan segera untuk mengatasi

masalah yang diidentifikasi. Investigasi lanjut hanya dilakukan jika

diperlukan informasi tertentu dengan lebih mendalam. Kecepatan

surveilans dapat ditingkatkan melalui sejumlah cara:

(1) Melakukan analisis sedekat mungkin dengan pelapor data

primer, untuk mengurangi “lag” (beda waktu) yang terlalu

panjang antara laporan dan tanggapan;

(2) Melembagakan pelaporan wajib untuk sejumlah penyakit

tertentu (notifiable diseases);

(3) Mengikutsertakan sektor swasta melalui peraturan

perundangan;

(4) Melakukan fasilitasi agar keputusan diambil dengan cepat

menggunakan hasil surveilans;

(5) Mengimplementasikan sistem umpan balik tunggal, teratur,

dua-arah dan segera.

Page 80: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Representatif dan lengkap:

Data yang dikumpulkan perlu representatif dan lengkap.

Keterwakilan, cakupan, dan kelengkapan data surveilans

harus mewakili data populasi.

Sederhana, fleksibel, dan akseptabel:

Sistem surveilans yang efektif perlu sederhana dan praktis, baik

dalam organisasi, struktur, maupun operasi. Data yang dikumpulkan

harus relevan dan terfokus.

Penggunaan (uptake):

. Rendahnya penggunaan data surveilans merupakan masalah di

banyak negara berkembang dan beberapa negara maju. Salah satu

cara mengatasi problem ini adalah membangun network dan

komunikasi yang baik antara peneliti, pembuat kebijakan, dan

pengambil keputusan.

2. Tujuan Pencatatan dan Pelaporan menurut POTTER dan

PERRY adalah :

1) KOMUNIKASI : sebagai alat komunikasi yang efektif antar

petugas kesehatan sehingga kesinambungan informasi dan

upaya pelayanan kesehatan dapat tercapai.

2) PENDIDIKAN : sebagai informasi tentang gambaran penyakit

atau masalah kesehatan dan pemecahannya

3) PENGALOKASIAN DANA : dapat digunakan untuk

merencanakan tindakan dan kegiatan yang tepat dengan dana

yang tersedia.

Page 81: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

4) EVALUASI : sebagai dasar ntuk melakukan evaluasi terhadap

hasil intervensi yang diberikan.

5) DOKUMEN YG SAH : sebagai bukti nyata dan legal yang dapat

digunakan bila didapatkan adanya penyimpangan serta bila

diperlukan untuk keperluan pengadilan.

6) JAMINAN MUTU : dapat memberikan jaminan kepada

masyarakat terhadap mutu layanan kesehatan yang diberikan.

7) PENELITIAN : merupakan sumber data yang sangat bemanfaat

untuk kepentingan penelitian atau riset.

8) ANALISIS : merupakan dasar analisis masalah kesehatan pada

individu, keluarga maupun masyarakat.

9) FEED BACK : dapat digunakan sebagai umpan balik dalam

rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

A. Sistem dan Bentuk

1. Pencatatan

Sistem Pencatatan Tradisional adalah system pencatatan yang

memiliki catatan masing-masing dari setiap profesi atau

petugas kesehatan, (Dokter, Bidan, Perawat, Epidemiolog, Ahli

Gizi dsb) mempunyai catatan sendiri – sendiri secara terpisah.

Keuntungan system : Pencatatan dapat dilakukan secara lebih

sederhana.

Kelemahan system : data tentang kesehatan yang terkumpul

kurang menyeluruh, koordinasi antar petugas kesehatan tidak ada

dan upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan tuntas

sulit dilakukan.

Sistem Pencatatan Non-Tradisional adalah Pencatatan yang

berorientasi pada Masalah (Problem Oriented Record /POR).

Page 82: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Keuntungan system : kerjasama antar tim kesehatan lebih baik

dan menunjang mutu pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

2. Pengolahan Data

a. Pencatatan

Data dicatat dalam formulir W1 untuk laporan 1 x 24 jam,

formulir W2 untuk laporan mingguan, dan formulir

Survailans Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas (STPBP).

Data pasien juga dilengkapi oleh alamat, keadaan lingkungan,

dan definisi kasus. Data harus ditandatangani oleh petugas

surveilans atau kepala puskesmas.

b. Pelaporan/Diseminasi

Untuk formulir W1 ( laporan KLB/wabah yang harus

dilaporkan dalam waktu 1x24 jam) harus segera dilaporkan unit

surveilans kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota

dan pihak pihak yang berwenang lainnya.. Hendaknya unit

surveilans telah melakukan analis dan interpretasi terhadap

data tersebut dan menyajikanya dalam bentuk

grafik/diagram sebelum dilaporkan kepada pihak yang

berwenang sebagai pertimbangan dalam bagi pihak otoritas

tersebut dalam mengambil keputusan.

Formulir W2(laporan mingguan wabah yang dilaporkan 1 kali

seminggu pada hari Selasa) dilaporkan ke DKK.

STPBP(laporan bulanan surveilans penyakit menular dan

penyakit tidak menular utama) dilaporkan ke DKK setiap satu

Page 83: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

bulan sekali. Masing-masing laporan dibuat dalam dua rangkap,

satu untuk dilaporkan ke DKK dan satu lagi untuk arsip bagi

puskesmas.

c. Analisis dan Interpretasi

Petugas surveilans haruslah orang yang jeli dan mempunyai

daya analisa yang tinggi. Beberapa hal penting yang perlu

diperhatikan dalam menganalisis data dan interpretasi adalah

karekteristik data, validasi data, analisa deskriptif, dan

hipotesa sementara. Hasil analisis dan interpretasi ini

digunakan sebagai bahan advokasi bagi pihak yang

berwenang dalam mengambil keputusan secara cepat dan

tepat4.

3. AKSI

Aksi yang dilakukan dapat berupa pengendalian maupun kebijakan.

Pengendalian

- Respon cepat

- Manajemen kasus

- Pencegahan: perlindungan khusus, isolasi

Kebijakan

Page 84: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

- Perubahan kebijakan

- Prediksi, perancanaan

- Kewaspadaan epidemik

4. EVALUASI

Proses evaluasi dilakukan tidak hanya terhadap hasil dari aksi

epidemiologis yang dilakukan, juga terhadap hasil surveilans

sebagai monitoring apakah aksi sudah sesuai dengan hasil

surveilans.

F. Teknik Surveilans

Terdapat 3 teknik yang umum dipakai pada surveilan epidemiologi di

Indonesia, yaitu :

1. Teknik skrining.

2. Teknik sentinel.

3. Teknik case finding.

1. Teknik Skrining

Teknik Skrining terbagi dalam 2 area

a. Tahapan primary prevention screening, yaitu ditujukan

pada kelompok yang memiliki faktor risiko walaupun

saat ini dalam keadaan sehat. Misal skrining tes

Page 85: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

tuberkulin pada orang yang memiliki riwayat pneumoni,

diabetes melitus dan sebagainya.

b. Tahapan secondary prevention screening diupayakan untuk

mencegah agar penyakit tidak menimbulkan kecacatan atau

keparahan bahkan kematian. Biasanya hal ini dilakukan

pada kasus kanker serviks, TBC, kanker payudara dan

sebagainya.

2. Teknik sentinel

Teknik sentinel adalah teknik yang dikerjakan oleh

Puskesmas sebagai penjaga atau garda terdepan dalam

pelayanan kesehatan yang dikenal dengan suveilan terpadu

penyakit berbasis puskesmas dengan menambahkan penyakit

tidak menular prioritas seperti hipertensi dan diabetes

mellitus. Puskesmas sentinel ditetapkan oleh Dinkes

Kabupaten/Kota dengan kriteria mudah dijangkau dari

ibukota Kabupaten/Kota, jumlah tenaga yang cukup dan

mempunyai manajemen pencatatan dan pelaporan yang baik.

Jenis Penyakit Menular dan Tidak Menular Puskesmas Sentinel

No. Penyakit No. Penyakit

1. Kolera 15. Malaria vivax

2. Diare 16. Malaria falciparum

3. Diare Berdarah 17. Malaria mix

4. Tifus perut klinis 18. Demam berdarah dengue

Page 86: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

5. TBC paru BTA (+) 19. Demam dengue

6. Tersangka TBC Paru 20. Pneumonia

7. Kusta PB 21.. Sifilis

8. Kusta MB 22. Gonorhoe

9. Campak 23. Frambusia

10. Difteri 24. Filariasis

11. Batuk Rejan 25. Influenzae

12. Tetanus 26. Hipertensi

13. Hepatitis klinis 27. Diabetes mellitus

14. Malaria klinis

Pengumpulan data sentinel ini berjenjang dan dianalisis sesuai

fokusnya masing-masing mulai dari Puskesmas, Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi sampai

Ditjen PPM & PL Kementerian Kesehatan. Form pelaporan

data sentinel ini dimulai dari register berobat Puskesmas,

kemudian menjadi data surveilan terpadu (STP) Puskesmas,

lalu menjadi data PWS Penyakit Potensial KLB yang

dianalisis oleh Dinas Kesehatan Provinsi, selanjutnya

diteruskan kepada Ditjen PPM & PL selanjutnya dikeluarkan

rekomendasi tindak lanjut.

Page 87: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

3. Teknik case finding

Untuk pengendalian dan pemberantasan penyakit yang berisiko

tinggi sebagai pandemi, sebagai contoh kasus MDR-TB. Pada

TBC, pelayanan kesehatan primer diminta melakukan

pelacakan kasus baru secara aktif, untuk kemudian dianalisis

lalu dikelompokkan menurut risikonya selanjutnya dirumuskan

tindak lanjut untuk mengatasi masalah tersebut. MDR-TB,

WHO membagi 4 kriteria daerah berisiko berdasar data case

finding, yaitu:

1. Daerah dengan prevalensi MDR-TB sekitar 8% dengan

kasus baru dan riwayat pemberian OAT

2. Daerah dengan insiden MDR-TB mencapai 3% dengan

riwayat pengobatan OAT sekunder

3. Daerah dengan sistem diagnostik laboratorium belum

berjalan dengan megalami kegagalan pengobatan

prevalensi MDR-TB

4. Daerah dengan akses pengobatan TB dengan prevalensi

riwayat OAT <1,2%

Page 88: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

4. Promosi Kesehatan

A. Pemukiman dan Tempat Kerja

1. Promosi kesehatan di tempat kerja

Promosi kesehatan ditempat kerja merupakan komponen kegiatan

pelayanan pemeliharaan atau perlindungan kesehatan pekerja dari

suatu pelayanan kesehatan kerja. Promosi kesehatan di tempat kerja

diselenggarakan berdasarkan suatu kerangka konsep (framework),

yang dibangun melalui beberapa kunci seperti pendekatan, strategi,

area prioritas, faktor yang mempengaruhi , dan lain-lain.

a. Tujuan promkes di tempat kerja adalah sebagai berikut

1. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat

kerja.

2. Mempengaruhi pekerja untuk menerima dan memelihara

kebiasaan makan makanan dengan kandungan gizi yang

optimal

3. Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan

kerja

4. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, medukung dan

aman.

5. Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup yang

sehat

6. Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja

dan masayarakat.

Page 89: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

b. Manfaat promosi kesehatan

Bagi perusahaan

1. Meningkatnya dukungan terhadap progam keehatan dan

keselamatan pekerja di tempat kerja

2. Citra perusahaan positif

3. Meningkatnya moral staf

4. Menurunnya biaya kesehatan

5. Meningkatnya kemampuan mengenali dan mencegah

penyakit

Bagi pekerja

1. Meningkatnya percaya diri

2. Meningkatkan kemampuan

3. Meningkatkan kemampuan

4. Meningkatkan kesehatan

c. Sasaran dari Promosi Kesehatan Di tempat Kerja adalah:

1. Primer : Karyawan di tempat kerja.

2. Sekunder : Pengelola K3, serikat atau organisasi pekerja.

3. Tersier  : Pengusaha dan manajer/ Direktur.

d. Prinsip promosi kesehatan di tempat kerja

1. Kompeherensif

Promosi Kesehatan Di tempat Kerja merupakan kegiatan yang

melibatkan  beberapa disiplin ilmu  guna memaksimalkan

tujuan yang ingin dicapai yaitu berkembangnya tempat kerja

Page 90: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

yang sehat, aman dan nyaman sehingga dengan  lingkungan

kerja yang mendukung tersebut diharapkan terjadi perubahan

perilaku individu dan kelompok kearah yang positif sehingga

dapat menjaga lingkungan agar tetap sehat.

2. Partisipasi

Para pekerja di semua tingkatan dalam perusahaan hendaknya

terlibat secara aktif mengindetifikasi masalah kesehatan yang

dibutuhkan untuk pemecahannya dan meningkatkan kondisi

lingkungan kerja yang sehat.

3. Kegiatan berbagai sektor terkait

Kesehatan yang baik  adalah hasil dari berbagai faktor yang

mendukung. Berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan

pekerja hendaknya harus melalui pendekatan yang integrasi

yang mana penekanannya pada berbagai faktor tersebut bila

memungkinkan.

4. Kelompok organisasi masyarakat

Program pencegahan dan peningkatan kesehatan hendaknya

melibatkan dengan organisasi masyarakat yang mempunyai

pengalaman atau tenaga ahli dalam membantu

mengembangkan Promosi kesehatan

5. Promosi kesehatan di tempat kerja yang berhubungan erat

dengan kesehatan dan keselamatan kerja mempunyai arti

penting pada lingkungan tempat kerja dan aktifitas

manajemen sehari-hari. Program promosi kesehatan dan

pencegahan  hendaknya terus menerus dilakukan dan

tujuannya jangka panjang.

Page 91: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

2. Promosi kesehatan di perumahan/pemukiman

a. Syarat perumahan

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis, seperti :

a. Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah.

Sebaiknya tetap berkisar antara 18-20 C

b. Harus cukup mendapatkan penerangan baik siang

maupun malam hari. Yang ideal adalah penerangan

listrik. Diusahakan agar ruangan ruangan mendapatkan

sinar matahari terutama pagi hari.

c. Pertukaran hawa yang cukup menyebabkan hawa ruangan

tetap segar (cukup mengandung oksigen) untuk itu rumah

harus mempunyai cukup jendela. Luas jendela

keseluruhan kira kira 15% dari luas lantai.

2. Memenuhi kebutuhan psikologis

Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus

memenuhi rasa keindahan (estetis) sehingga rumah

tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang

sehat.

Adanya jaminan kebebasan yang cukup, bagi setiap

anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut.

Untuk tiap anggota keluarga, terutama yang mendekati

dewasa harus mempunyai ruangan sendiri-sendiri sehingga

privasinya tidak terganggu.

3. Perlindungan terhadap penyakit

Adanya sumber air yang sehat, cukup kualitas maupun

kuantitasnya.

Page 92: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah dan air

limbah yang baik.

Harus cukup luas. Luas kamar tidur ± 5 m2 per kapita per

luas lantai

Harus dapat mencegah perkembangbiakan vector penyakit

seperti nyamuk, lalat, tikus dan sebagainya.

4. Menghindari terjadinya kecelakaan

Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat

sehingga tidak mudah ambruk

Sarana pencegahan terjadinya kecelakaan di sumur,

kolam dan tempat-tempat lain terutama untuk anak-anak.

Diusahakan agar tidak mudah terbakar.

B. KEBIJAKAN PROMKES (PEMBANGUNAN KESEHATAN

NASIONAL)

Sesuai visi misi Presiden, kebijakan pembangunan kesehatan

periode 5 tahun ke depan (2010-2014) diarahkan pada tersedianya akses

kesehatan dasar yang murah dan terjangkau terutama pada kelompok

menengah ke bawah guna mendukung pencapaian MDG’s pada tahun

2015. Tema Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2010-2014

adalah “Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan” melalui:

1. Program Kesehatan Masyarakat

2. Program Keluarga Berencana (KB)

3. Sarana Kesehatan

4. Obat

5. Asuransi Kesehatan Nasional

Page 93: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2010-2014 difokuskan

pada delapan fokus prioritas, yaitu :

1. Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita, dan Keluarga Berencana

(KB)

2. Perbaikan status gizi masyarakat

3. Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular

diikuti penyehatan lingkungan

4. Pemenuhan, pengembangan, dan pemberdayaan SDM kesehatan

5. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan,

mutu dan penggunaan obat serta pengawasan obatdan makanan

6. Pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas)

7. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan

krisis kesehatan

8. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier.

Program-program Kementerian Kesehatan 2010-2014 dibagi ke dalam

dua jenis, yaitu Program Generik (Dasar) dan Program Teknis.

Page 94: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

A. Program Generik:

1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Kegiatan:

1. Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan

2. Penanggulangan Krisis Kesehatan

3. Pembinaan, Pengembangan, Pembiayaan dan Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan

4. Perumusan Peraturan Perundang-undangan dan Pembinaan Organisasi

Tatalaksana

5. Pengelolaan Data dan Informasi Kesehata

6. Peningkatan Kerjasama Luar Negeri

7. Pengelolaan Komunikasi Publik

8. Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan

9. Pembinaan Administrasi Kepegawaian

10. Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Perlengkapan

11. Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah Tangga,

Keuangan, dan Gaji.

12. Peningkatan Penyelenggaraan Kesehatan Jemaah Haji

13. Peningkatan Manajemen Konsil Kedokteran Indonesia

14. Kajian Desentralisasi dan Daerah Bermasalah Kesehatan

Page 95: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

15. Pembinaan, Pengawasan dan Penyidikan Kesehatan

16. Pertimbangan Kesehatan Nasional

17. Peningkatan dan Pengawasan Rumah Sakit Indonesia

2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementrian

Kesehatan

Kegiatan: Pengelolaan Sarana Prasarana dan Peralatan Kesehatan

3) Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementrian

Kesehatan

Kegiatan:

1. Pengawasan dan Pembinaan Pelaksanaan Kebijakan Ditjen Bina

Upaya Kesehatan dan Setjen

2. Pengawasan dan Pembinaan Pelaksanaan Kebijakan Ditjen Bina Gizi

dan Kesehatan Ibu dan Anak dan Itjen

3. Pengawasan dan Pembinaan Pelaksanaan Kebijakan Ditjen PP dan PL

dan Balitbangkes

4. Pengawasan dan Pembinaan Pelaksanaan Kebijakan Ditjen Bina

Kefarmasian dan Alkes dan Badan PPSDMK

5. Investigasi Hasil Pengawasan

6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada

Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur

Kementerian Kesehatan

Page 96: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

4) Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kegiatan:

1. Riset Operasional Kesehatan dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kedokteran

2. Penelitian dan Pengembangan Humaniora Kesehatan dan

Pemberdayaan Masyarakat

3. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Intervensif

4. Penelitian dan Pengembangan Klinik Terapan dan Epidemiologi

Klinik

5. Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar

Kesehatan

6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya pada Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

B. Program Teknis:

1) Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

Kegiatan:

1. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi

2. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Anak

3. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Komunitas dan Gender

4. Pembinaan Gizi Masyarakat

5. Pembinaan Keperawatan dan Kebidanan

6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

pada Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

Page 97: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

2) Program Pembinaan Upaya Kesehatan

Kegiatan:

1. Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar

2. Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan

3. Pembinaan dan Pengawasan Upaya Kesehatan Tradisional/

Komplementer Alternatif

4. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja, Olahraga, dan Matra

5. Pembinaan Standarisasi, Akreditasi, dan Peningkatan Mutu

Pelayanan Kesehatan

6. Pelayanan Kesehatan Rujukan bagi Masyarakat Miskin

(Jamkesmas)

7. Pelayanan Kesehatan Dasar bagi Masyarakat Miskin

(Jamkesmas)

8. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

9. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

pada Program Pembinaan Upaya Kesehatan.

3) Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kegiatan:

1. Pembinaan Imunisasi dan Karantina Kesehatan

2. Pengendalian Penyakit Menular Langsung

3. Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

4. Penyehatan Lingkungan

5. Pengendalian Penyakit Tidak Menular

6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

pada Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

4) Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Kegiatan:

1. Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Page 98: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

2. Peningkatan Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dan

Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)

3. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian

4. Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

5. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

5) Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

Ksehatan

Kegiatan:

1. Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan

2. Pendidikan dan Pelatihan Aparatur

3. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan

4. Sertifikasi, Standarisasi dan Peningkatan Mutu SDM Kesehatan

5. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

pada Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya

Manusia Kesehatan.

c. PHBS di tempat kerja

1. Definisi PHBS

PHBS adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau

kegiatan seseorang yang mempertahankan dan meningkatkan

kesehatannya. (Notoatmodjo, 2003 : 118).

PHBS di Tempat Kerja adalah upaya untuk member-dayakan

para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku

hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan Tempat

Kerja Sehat.

Page 99: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

2. Tujuan PHBS di Tempat Kerja

•    Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.

•   Meningkatkan produktivitas kerja.

•    Menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

•    Menurunkan angka absensi tenaga kerja.

•    Menurunkan   angka   penyakit   akibat   kerja   dan lingkungan

kerja.

•    Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan

masyarakat.

3. Indikator PHBS di tempat kerja

1.    Tidak merokok di tempat kerja

2.    Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.

3.    Melakukan olahraga secara teratur/aktivitas fisik

4.    Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan

sesudah buang air besar dan buang air kecil

5.    Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.

6.    Menggunakan air bersih.

7.    Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.

8.    Membuang sampah pada tempatnya. Menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.

4. Manfaat PHBS di Tempat Kerja

a. Bagi Pekerja:

Setiap pekerja meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.

Produktivitas pekerja meningkat yang berdampak pada

peningkatan penghasilan pekerja dan ekonomi keluarga.

Page 100: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditujukan untuk

peningkatan taraf hidup bukan untuk biaya pengobatan.

b. Bagi Masyarakat:

Tetap mempunyai lingkungan yang sehat walaupun berada di

sekitar tempat kerja.

Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan

oleh tempat kerja setempat.

c. Bagi  Tempat Kerja :

Meningkatnya produktivitas kerja pekerja yang ber¬dampak

positif terhadap pencapaian target dan tujuan.

Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan.

Meningkatnya citra tempat kerja yang positif.

d. Bagi Pemerintah Provinsi dan Kahupaten/Kota :

Peningkatan Tempat Kerja Sehat menunjukkan kinerja dan citra

pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang baik.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dapat dialihkan untuk

peningkatan kesehatan bukan untuk menanggulangi masalah

kesehatan.

Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam

pembinaan PHBS di Rumah Tangga.

e. Instansi Terkait:

Page 101: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di

Tempat Kerja.

Dukungan buku panduan dan media promosi.

5. Langkah-Langkah Pembinaan PHBS di Tempat Kerja

1. Analisis Situasi

Pimpinan di Tempat Kerja melakukan pengkajian ulang tentang ada

tidaknya komitmen dan kebijakan tentang pembinaan PHBS di

Tempat Kerja serta bagaimana sikap dan perilaku pekerja terhadap

kebijakan tersebut.

2. Pembentukan Kelompok Kerja

Penyusunan Kebijakan PHBS di Tempat Kerja

Pihak  Pimpinan  Tempat  Kerja  mengajak bicara/ berdialog pekerja

dan serikat pekerja tentang :

Maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS di Tempat

Kerja.

Rencana kebijakan tentang penerapan PHBS di Tempat Kerja.

Penerapan PHBS di Tempat Kerja berserta antisi-pasi kendala

dan solusinya.

Menetapkan penanggung jawab PHBS di Tempat Kerja dan

mekanisme pengawasannya.

Cara sosialisasi yang efektif bagi masyarakat pekerja.

Page 102: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

Kemudian pimpinan membentuk Kelompok Kerja Penyusunan

Kebijakan PHBS di Tempat Kerja.

3. Pembuatan Kebijakan PHBS di tempat kerja

Kelompok Kerja membuat kebijakan yang jelas, tujuan dan cara

melaksanakannya.

4. Penyiapan Infrastruktur

Membuat surat keputusan tentang penanggung jawab dan

pengawas PHBS di Tempat Kerja.

Instrumen Pengawasan.

Materi sosialisasi penerapan PHBS di Tempat Kerja.

Pembuatan dan penempatan pesan-pesan PHBS di tempat-

tempat yang strategis di tempat kerja.

Mekanisme dan saluran pesan PHBS di Tempat Kerja.

Pelatihan bagi pengelola PHBS di Tempat Kerja.

5. Sosialisasi Penerapan PHBS di tempat kerja

Sosialisasi penerapan PHBS di Tempat Kerja dan lingkungan

internal.

Sosialisasi tugas dan penanggung jawab PHBS di Tempat

Kerja.

Page 103: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

6. Penerapan PHBS di tempat kerja

Penyampaian pesan PHBS di Tempat Kerja kepada pekerja

seperti melalui penyuluhan kelompok, media poster, stiker,

papan pengumuman, dan selebaran.

Penyediaan sarana dan prasarana PHBS di Tempat Kerja

seperti air bersih, jamban sehat, tempat sampah, tempat cuci

tangan, sarana olahraga, kantin sehat.

Pelaksanaan pengawasan PHBS di Tempat Kerja.

7. Pengawasan dan Penerapan Sanksi

Pengawas PHBS di Tempat Kerja mencatat pelanggaran dan

menerapkan sanksi sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh tempat

kerja atau daerah setempat.

8. Pemantauan dan Evaluasi

Lakukan pemantauan dan evaluasi secara periodik tentang

kebijakan yang telah dilaksanakan.

Lakukan kajian terhadap masalah yang ditemukan dan

putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan.

Page 104: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

KESIMPULAN

Berdasarkan skenario di atas, komunitas Agroindustri mempunyai karakter dan

masalah agroindustri sendiri. Pengelolaan makanan diperlukan dalam komunitas

agroindustri untuk dapat mencukupi kebutuhan gizi para pekerja, juga agar terhindar

dari kemungkinan buruk akibat kurangnya sanitasi makanan. Pada kasus tersebut

surveilans epidemiologi digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan pekerja.

Surveilans terdiri dari Teknik, jenis, tatalaksana, upaya, dan proses pencatatan.

Promosi kesehatan di bidang agroindustri diperlukan untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat yang ada dikomunitas tersebut.

Page 105: Resume Tutorial b Skenario 4-Fix

DAFTAR PUSTAKA

Anaz, Ridwan. Menilik Bahaya Rokok untuk Kesehatan Manusia. (online) ,

(http://ridwanaz.com/kesehatan/ingin-tahu-lebih-detail-bahaya-rokok-bagi-

kesehatan-kita/) , diakses 28 0ktober 2012.

Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : PT.Citra Aditya Bakti.

Entjang, Indan. 2004. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Citra Aditya

Mujoko, H.J.2003.Prinsip Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:

Rineka Cipta.

Rajab Wahyudin, M,Epid . 2008 . Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa

Kebidanan. Jakarta: EGC .

Rencana Strategis Kementrian Kesehatan 2010-2014 Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor HK.03.01/60/I/2010

World Health Organization (WHO). Environmental Health. Disitasi dari :

http://www.WHO.int. Last Update : Januari 2008


Recommended