+ All Categories
Home > Documents > Revisi Proposal Penelitian_Ayu Steffina_32 B

Revisi Proposal Penelitian_Ayu Steffina_32 B

Date post: 21-Nov-2015
Category:
Upload: ayu-steffina
View: 30 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Description:
science
Popular Tags:
31
i UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PEMODELAN ECO-AIRPORT DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI (Studi Kasus di Terminal Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta) With a Summary in English Analysis of Eco-Airport Modelling with Major of Energy Efficient Architecture (Case Study at Halim Perdanakusuma Airport Terminal, East Jakarta, Province of DKI Jakarta) PROPOSAL PENELITIAN AYU STEFFINA OKTAVIANTI 1306501236 JENJANG MAGISTER/DOKTOR PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCASARJANA JAKARTA, 01 OKTOBER 2014
Transcript
  • i

    i

    UNIVERSITAS INDONESIA

    ANALISIS PEMODELAN ECO-AIRPORT DENGAN

    PENDEKATAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI

    (Studi Kasus di Terminal Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur,

    Provinsi DKI Jakarta)

    With a Summary in English

    Analysis of Eco-Airport Modelling with Major of

    Energy Efficient Architecture

    (Case Study at Halim Perdanakusuma Airport Terminal, East Jakarta,

    Province of DKI Jakarta)

    PROPOSAL PENELITIAN

    AYU STEFFINA OKTAVIANTI

    1306501236

    JENJANG MAGISTER/DOKTOR

    PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

    PROGRAM PASCASARJANA

    JAKARTA, 01 OKTOBER 2014

  • ii

    SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan

    bahwa proposal penelitian yang saya tulis ini dilakukan tanpa tindakan plagiarism,

    sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.

    Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, maka

    saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi yang

    diberikan oleh Universitas Indoesia kepada saya.

    Jakarta, 01 Oktober 2014

    Ayu Steffina Oktavianti

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

    dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. Penulisan

    proposal ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai

    gelar Magister Sains Ilmu Lingkungan Program Studi Ilmu Lingkungan pada

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa sangatlah

    sulit untuk menyelesaikan proposal ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

    pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

    kasih kepada:

    1. Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu

    Lingkungan,

    2. Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto, S.KM., Dr.PH. selaku Pembimbing

    Akademik,

    3. Orangtua dan Keluarga yang telah memberikan dukungan moral, spiritual,

    dan material,

    4. Kerabat dan Kolega yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan

    proposal penelitian ini.

    Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat

    membawa manfaat besar bagi seluruh pihak dalam mengembangkan ilmu

    pengetahuan terkait.

    Jakarta, 01 Oktober 2014

    Ayu Steffina Oktavianti

  • iv

    DAFTAR ISI

  • v

  • vi

    DAFTAR TABEL

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

  • viii

    DAFTAR SINGKATAN

  • 9

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang menggencarkan

    pembangunan di berbagai sektor seperti rumah tangga, industri, transportasi, dan

    komersial. Pembangunan tersebut menghabiskan sumber daya yang tidak sedikit

    seperti sumber daya energi. Energi telah lama menjadi isu lingkungan yang sulit

    sekali ditekan tingkat konsumsinya. Peningkatan konsumsi energi terjadi seiring

    dengan pertumbuhan ekonomi dan penduduk. Pertumbuhan ekonomi memicu

    pertumbuhan investasi sehingga meningkatkan iklim pembangunan di berbagai

    sektor seperti komersial. Pembangunan sektor komersial selama kurun waktu

    tahun 2000-2011 mengalami laju pertumbuhan kedua terbesar setelah sektor

    transportasi yaitu sebesar 4,32% per tahunnya. Tingginya laju pertumbuhan sektor

    komersial dilatar belakangi oleh pesatnya pembangunan hotel, mall, dan gedung.

    (BPPT,2013).

    Pembangunan gedung yang pesat memanfaatkan energi yang besar pula, salah

    satunya adalah energi listrik. Berdasarkan hasil penelitian dari BPPT (2013),

    Selama periode 2011-2030, pemanfaatan atau konsumsi tenaga listrik total di

    semua sektor diperkirakan akan terus meningkat secara signifikan hingga

    mendekati 5 kali, yaitu akan mencapai 738 Terra Watt hours (TWh) pada tahun

    2030 atau tumbuh sebesar 8,4% per tahun. Konsumsi energi listrik di sektor

    komersial selama kurun waktu tahun 2011-2013 mengalami peningkatan

    pertumbuhan rata-rata sebesar 6,5% per tahun dengan tingkat pertumbuhan

    ekonomi mencapai 7,1% per tahun dan pertumbuhan penduduk sebesar 1,23% per

    tahun. Proyeksi konsumsi energi listrik di sektor komersial pada tahun 2030

    diperkirakan akan meningkat menjadi 2,4 kali lipat dibanding tahun 2011 seperti

    yang dijelaskan pada Gambar 1.1. Sebagian besar energi listrik pada bangunan

    komersial digunakan untuk penerangan, pendingin ruangan, transportasi, utilitas

    bangunan, dan peralatan pendukung lainnya. Konsumsi energi terbesar pada

    bangunan publik adalah untuk memenuhi kebutuhan akan listrik yang digunakan

  • 10

    untuk pencahayaan buatan dan penghawaan (Mintorogo, 1999). Persentase

    pemanfaatan energi listrik digunakan paling banyak untuk kepentingan

    kenyamanan bangunan seperti dijelaskan pada Gambar 1.2. Tingginya presentasi

    pemanfaatan tersebut menyebabkan bangunan menjadi bagian dari beban

    lingkungan hidup. Menurut IPCC dalam Fourth Assessment Report on Climate

    Change pada tahun 2007, bangunan di dunia menghabiskan sebesar 40% dari total

    energi global dengan lebih dari sepertiga sumber daya dunia digunakan untuk

    konstruksi pembangunan.

    Gambar 1.1 Proyeksi Pemanfaatan Tenaga Listrik Berdasarkan Sektor

    Sumber: BPPT,(2013)

    Gambar 1.2 Komposisi Penggunaan Energi Listrik

    Sumber: Krishan, Arvin (2001)

    Konsumsi energi listrik yang tinggi dapat menimbulkan berbagai masalah

    lingkungan seperti krisis energi dunia. Krisis energi dunia memicu untuk

    dikembangkannya prinsip desain arsitektur baru yang lebih hemat energi..

  • 11

    Arsitektur hemat energi atau energy efficient architecture mengembangkan

    konsep bangunan hijau yang mengelola energi serendah mungkin dengan

    mengurangi jumlah sumber daya yang masuk akal (Enno,1994). Bangunan hijau

    adalah bangunan yang dalam proses perencanaan, pembangunan, pengoperasian,

    serta dalam pemeliharannya memerhatikan aspek-aspek dalam melindungi,

    menghemat, mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu bangunan

    menjaga kualitas udara di dalam ruang, dan kesehatan penghuninya sesuai dengan

    kaidah pembangunan berkelanjutan (GBCI,2012). Penerapan parameter bangunan

    hijau terkait konservasi dan efisiensi energi merupakan faktor terpenting

    (Wiyono,2013). Arsitektur hemat energi berlandaskan pada prinsip

    meminimalisasi penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi

    bangunan, kenyamanan, maupun produktifitas penggunanya. Sistem tata cahaya

    dan tata udara dapat dioptimasikan melalui pengintegrasian antara sistem buatan

    dan alamiah yang saling bersinergi melalui metode desain pasif dan aktif dengan

    menggunakan material dan teknologi hemat energi.

    Menurut GBCI (2012), metode desain aktif pada bangunan hijau dapat

    diwujudkan berdasarkan parameter aspek konservasi dan efisiensi energi melalui

    penggunaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Dalam rangka menindaklanjuti

    konsep bangunan hijau, pemerintah melalui Instruksi Presiden No. 13 Tahun 2011

    menginstruksikan kepada semua Instansi Pemerintah, BUMN, dan BUMD untuk

    menghemat pemakaian energi dan air. Instruksi Presiden tersebut diperkuat oleh

    Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan

    Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK). RAN GRK merupakan bagian dari

    kebijakan pembangunan berkelanjutan yang tertuang dalam Rencana

    Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Jangka Menengah (RPJM). RAN GRK

    berupaya untuk melaksanakan pembangunan bersih yang berwawasan lingkungan.

    Salah satu kebijakan yang diusulkan dalam RAN GRK dan RAD GRK Sektor

    Energi mencakup upaya konservasi energi di gedung dan industri melalui

    pemanfaatan EBT. Sebagai negara tropis, potensi tenaga surya di Indonesia

    sebagai EBT pada tahun 2013 tergolong cukup tinggi. Laju produksi tenaga surya

    yang mampu dialirkan mencapai 4,8 kWh/m2/hari dengan pemanfaatan baru

    sebesar 42,78 MW (Ditjen EBTKE,2013). Penggunaan EBT sebagai sumber

  • 12

    tenaga listrik diperkirakan berkembang pesat dari tahun 2011-2030 dengan

    pertumbuhan rata-rata sekitar 10,6% seperti yang dijelaskan pada Gambar 1.3.

    . Gambar 1.3 Proyeksi Kapasitas Pembangkit Energi Listrik Nasional

    Sumber: (BPPT,2013)

    Metode desain pasif pada bangunan hijau dapat diwujudkan berdasarkan

    parameter aspek penggunaan dan pemilihan material (GBCI,2012). Material

    bangunan dan perangkat tertentu memiliki koefisien pantul dan serap tertentu

    yang dapat mempengaruhi tingkat pencahayaan dan penghawaan dalam bangunan.

    Tingkat pencahayaan dan penghawaan alami yang rendah menyebabkan konsumsi

    energi listrik bangunan meningkat. Konsep bangunan dengan efisiensi energi

    sangat penting karena berdasarkan pada data penggunaan energi secara global,

    sektor bangunan lebih mengkonsentrasikan pada proses-proses yang diperlukan

    untuk menciptakan iklim dalam ruangan buatan melalui penghawaan dan

    pencahayaan sehingga konsumsi energi bangunan dapat menghabiskan sekitar 25

    persen dari total biaya operasi bangunan.

    Pemerintah Indonesia melalui kementrian berupaya mengimplementasikan konsep

    Eco-Building kedalam semua sektor pembangunan publik secara merata, termasuk

    pembangunan bandar udara. Instruksi tersebut tertuang dalam PP. No. 40 Tahun

    2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara.

    Kementrian Perhubungan(Kemenhub) dan Ditjen Perhubungan Udara telah

  • 13

    menginstruksikan kepada semua Bandara Internasional di Indonesia untuk segera

    mengimplementasikan konsep bandara ramah lingkungan atau Eco-Airport salah

    satunya dengan mengoptimalkan penggunaan dan penghematan energi. Instruksi

    tersebut dikeluaran melalui surat nomor AU. 105/1/4/DRJU-212 pada tanggal 5

    Maret 2012. Konsep Eco- Airport mulai diterapkan sebagai upaya untuk

    membangun lingkungan bandara yang berkelanjutan yang berbasis pada

    kelayakan tiga pilar, yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial. Sesuai dengan PP No.40

    Tahun 2012, kelayakan lingkungan (ekologi) harus mampu mengurangi dampak

    pada pengembangan yang dilakukan. Kelayakan ekonomis harus mampu

    memberikan keuntungan secara ekonomis bagi pengembangan wilayah baik

    secara langsung maupun tidak langsung. Kelayakan sosial harus mampu

    memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Desain bangunan Airport yang ramah

    lingkungan (Eco-Airport) berbasis teknologi hemat energi dapat mengurangi

    konsumsi dan pembiayaan energi penghawaan hingga sebesar 30% dan

    mengurangi keperluan energi pencahayaan hingga 50%. Beberapa bandara

    internasional di Indonesia seperti Bandara Soekarno Hatta di Banten, Bandara

    Djuanda di Surabaya, Bandara Hang Nadim di Batam, Bandara Sultan Mahmud

    Badarudin II di Palembang, dan Bandara Ngurah Rai di Denpasar sudah berupaya

    mengimplementasikan konsep konservasi energi dalam pengembangan

    fasilitasnya. Kelima bandara tersebut sudah mendirikan Eco-Airport Council

    sebagai cikal bakal pengimplementasian konsep Eco-Airport. Kebijakan

    pemerintah mengenai pembangunan ramah lingkungan dan berkelanjutan melalui

    konservasi energi sudah direncanakan dengan cukup baik, namun seringkali tidak

    optimal dalam eksekusinya. Bandara Halimdiharapkan dapat menjadi Bandara

    berkelanjutan yang mampu mengkonservasi pemakaian energi secara ekonomis,

    ekologis, dan berwawasan sosial secara optimal.

    1.2 Rumusan Masalah Penelitian

    Berdasarkan data dari Kemenhub (2012) sebanyak 233 bandara yang ada di

    Indonesia, 5 bandara sudah merintis konsep Eco-Airport , 37 bandara sudah dalam

    proses, 32 bandara sudah memiliki dokumen lingkungan, dan 196 bandara sedang

    memproses pengesahan dokumen lingkungan kepada Kementrian Lingkungan

  • 14

    Kehidupan (KLH).Harapan secara teori adalah bandara-bandara di Indonesia

    dapat menerapkan konsep Eco-Airport terkait konservasi dengan baik. Harapan

    secara praktis adalah penerapan konsep konservasi energi tenaga surya dapat

    layak secara ekonomi, ekologi, dan sosial.

    Bandara Halim Perdanakusuma belum menerapkan konsep Eco-Airport secara

    optimal padahal sesuai dengan instruksi dari Ditjen Perhubungan Udara,

    seharusnya Bandara Halim sudah mampu mengimplementasikan konsep

    konservasi energi yang berlandaskan prinsip ekologis, ekonomis, dan wawasan

    sosial.

    Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka diajukanlah pertanyaan penelitian

    sebagai berikut:

    1. Berapa jumlah konsumsi energi listrik dan total biaya yang harus dikeluarkan

    oleh Bandara Halim per tahunnya?,

    2. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan nilai efisiensi pemakaian energi

    dan biaya operasional Bandara Halim rendah per tahunnya?,

    3. Berapa besar nilai perbandingan antara efisiensi energi yang dapat dicapai oleh

    Bandara Halim per tahunnya sebelum dan sesudah pengimplementasian konsep

    konservasi energi?,

    4. Bagaimanakah analisis pemodelan mengenai keterkaitan antara jumlah

    konsumsi energi listrik, total biaya operasional, nilai efisiensi pemakaian

    energi, dan nilai efisiensi biaya per tahunnya sebelum dan sesudah

    pengimplementasian teknologi arsitektur hemat energi?.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian secara khusus

    dijabarkan sebagai berikut:

    1. Menghitung jumlah konsumsi energi listrik dan total biaya yang harus

    dikeluarkan oleh Bandara Halim per tahunnya,

    2. Menganalisis Faktor-faktor yang menyebabkan nilai efisiensi pemakaian energi

    dan biaya operasional Bandara Halim rendah per tahunnya?,

  • 15

    3. Menghitung besar nilai perbandingan antara efisiensi energi yang dapat dicapai

    oleh Bandara Halim per tahunnya sebelum dan sesudah pengimplementasian

    konsep konservasi energi?,

    4. Membuat analisis pemodelan mengenai keterkaitan antara jumlah konsumsi

    energi listrik, total biaya operasional, nilai efisiensi pemakaian energi, dan nilai

    efisiensi biaya per tahunnya sebelum dan sesudah pengimplementasian konsep

    konservasi energi?.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat umum penelitian ini adalah memberikan data gambar, grafik, hasil audit

    energi, dan pemodelan konsep Eco-Airport berbasis konservasi energi yang

    berlandaskan prinsip ekonomi, ekologi, dan wawasan sosial sehingga diharapkan

    penelitian ini dapat menginspirasi serta menggugah peneliti-peneliti selanjutnya

    untuk mengembangkan ide-ide lain yang lebih inovatif dan efektif dalam lingkup

    terkait. Manfaat penelitian ini secara khusus adalah:

    1. Sebagai sumber data ilmiah mengenai teknologi konservasi energi,

    2. Sebagai sumber data ilmiah mengenai perhitungan audit energi,

    3. Sebagai sumber data ilmiah mengenai pemodelan Eco-Airport,

    4. Sebagai bentuk kontribusi informasi dan data ilmiah untuk Kementrian

    Perhubungan Udara dan PT. Angkasa Pura II dalam upaya mengembangkan

    konsep Eco-Airport dengan pendekatan konservasi energi yang ekonomis,

    ekologis, dan berwawasan sosial.

  • 16

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Dasar Teori

    2.1.1 Teori Harmoni dan Sustainabilitas Lingkungan

    Kemampaman atau keberlanjutan lingkungan (Sustainable Environment)

    merupakan salah satu teori ilmu lingkungan yang membahas mengenai

    kemampuan manusia, komponen abiotik, komponen biotik, dan lingkungannya

    untuk menjaga kualitas lingkungan secara fisik melalui pembangunan

    berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan pada hakikatnya adalah

    Pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini tanpa

    mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan

    mereka (Brundtland,1987). Pembangunan berkelanjutan menurut pernyataan dari

    World Summit pada tahun 2005 mencakup tiga aspek yaitu pembangunan

    ekonomi, sosial, dan lingkungan. Ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan satu

    sama lain karena ketiganya menimbulkan hubungan sebab-akibat. Aspek yang

    satu akan mempengaruhi aspek yang lainnya. Hubungan antara aspek ekonomi

    dan sosial diharapkan dapat menciptakan hubungan yang adil (equitable).

    Hubungan antara aspek ekonomi dan lingkungan diharapkan dapat terus

    berjalan (viable) sedangkan hubungan antara aspek sosial dan lingkungan

    bertujuan agar dapat terus bertahan (bearable). Ketiga aspek tersebut akan

    menciptakan kondisi yang berkelanjutan (sustainable). Hubungan tersebut dapat

    digambarkan pada gambar 2.1.

    Gambar 2.1 Konsep Pembangunan Berkelanjutan

    Sumber: id.wikipedia.org,2014

  • 17

    Ekosistem lingkungan dibagi menjadi tiga jenis yaitu lingkungan alami, buatan,

    dan sosial. Lingkungan buatan atau binaan yang dikembangkan oleh manusia

    dikelilingi oleh lingkungan alami dan sosial disekitarnya. Lingkungan tersebut

    membentuk hubungan dan interaksi yang kompleks. Ketidakseimbangan antara

    salah satu bagian tersebut dapat menimbulkan masalah lingkungan seperti yang

    digambarkan pada Gambar 2.2. Masalah lingkungan dapat menyebabkan potensi

    lingkungan menjadi tidak mampan atau berlanjut. Masalah lingkungan harus

    diselesaikan dengan upaya yang mengacu pada prinsip dasar ilmu lingkungan.

    Upaya tersebut dilakukan melalui pengembalian fungsi dasar ekosistem agar

    energi lingkungan dapat mengalir secara efisien dan berkelanjutan dengan

    menerapkan prinsip penanganan yang economically profitable, socially

    acceptable, environmentally sustainable, dan technologically manageable.

    Berdasarkan teori yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya, peneliti berpendapat

    bahwa masalah lingkungan harus diselesaikan secara efisien dengan prinsip

    penanganan yang ekonomis, ekologis, dan berwawasan lingkungan melalui

    penerapan teknologi yang ramah lingkungan, user friendly, dan memiliki

    durabilitas tinggi.

    Gambar 2.2 Komponen Ekosistem Lingkungan

    Sumber: Soesilo,2014

    2.1.2 Teori Peningkatan Konsumsi Energi Listrik

    Pembangunan sangat erat kaitannya dengan sember daya energi dan masyarakat.

    Pembangunan gedung-gedung bertingkat sebagai salah satu fasilitas pelayananan

  • 18

    publik memicu peningkatan konsumsi energi listrik. Energi listrik merupakan

    salah satu contoh energi yang banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan

    hidup masyarakat. Energi listrik merupakan kebutuhan hakiki masyarakat

    sehingga dengan meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatkan konsumsi

    energi listrik. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 03-6390-2000)

    tentang Konservasi Energi Sistem Tata Udara pada Bangunan Gedung, konsumsi

    energi adalah besar energi yang digunakan oleh bangunan gedung dalam periode

    waktu tertentu dan merupakan perkalian antara daya dan waktu operasi. Contoh

    fasilitas bangunan publik yang memerlukan energi atau tenaga listrik untuk

    mengoperasikannya adalah alat pendingin udara atau Air Conditioner (AC) dan

    alat penerangan berupa lampu. AC dan lampu yang dipasang pada bangunan

    publik rata-rata mengonsumsi jumlah energi listrik yang cukup besar karena

    waktu operasi yang relatif lama sehingga biaya operasional yang harus

    dikeluarkan pun menjadi mahal. Pada sektor bangunan publik komersial seperti

    bandara, persentase penggunaan energi listrik untuk sistem pendingin udara

    adalah sebesar 50-60%, sistem pencahayaan sebesar 15-20%, dan sebesar hampir

    20% untuk penggunaan sistem transportasi seperti lift dan peralatan mekanikal-

    elektrikal.

    2.1.3 Teori Bandara yang Berkelanjutan (Eco-Airport)

    Konsep Eco-Airport meliputi proses perencanaan, pengembangan, dan

    pengoperasian sarana dan prasarana bandara yang ramah lingkungan baik didalam

    lingkungan bandar udara sendiri maupun disekelilingnya. Konsep Eco-Airport

    diterapkan pertama kali oleh Bandar Udara Narita di Jepang, Changi Airport di

    Singapura, dan Kuala Lumpur International Airport di Malaysia. Implementasi

    konsep Eco-Airport diharapkan mampu mencegah terjadinya polusi dan

    pemborosan energi. Komponen Eco-Airport terdiri dari noise (kebisingan),

    vibration (getaran), atmosfhere (udara), water (air), soil waste material (sampah),

    energy (energi), kawasan keselamatan operasi penerbangan, dan kesehatan

    masyarakat community health).

  • 19

    2.1.3 Teori Konservasi Energi Listrik

    Menurut hukum kekekalan energi, energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat

    dimusnahkan, melainkan dapat dikonversikan atau berubah dari bentuk energi

    yang satu ke bentuk energi yang lain.

    Menurut Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi,

    definisi konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna

    melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi

    pemanfaatannya. Pelaksanaan konservasi energi mencakup seluruh aspek dalam

    pengelolaan energi yaitu:

    1. Penyediaan Energi,

    2. Pengusahaan Energi,

    3. Pemanfaatan Energi,

    4. Konservasi Sumber Daya Energi,

    Bagi Indonesia kebijaksanan energi yang menyeluruh dan terpadu sangat

    diperlukan, mengingat Indonesia sebagai negara yang mempunyai jumlah

    penduduk yang besar memerlukan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Untuk itu

    perlu disediakan energi, terutama BBM, gas, listrik, dalam jumlah yang cukup

    untuk keperluan industri, pengangkutan, pertanian dan rumah tangga. Oleh karena

    itu untuk menunjang kebijaksanaan tersebut kemampuan nasional dalam

    penguasaan ilmu dan teknologi mengenai pengadaan pemanfaatan energi perlu

    terus dikembangkan ( Sukamto R & Pradono, 1988 : 199).

    Bangunan merupakan penyaring faktor alamiah penyebab ketidaknyamanan,

    seperti hujan, terik matahari, angin kencang, dan udara panas tropis, agar tidak

    masuk ke dalam bangunan. Udara luar yang panas dimodifikasi bangunan dengan

    bantuan AC menjadi udara dingin. Dalam hal ini dibutuhkan energi listrik untuk

    menggerakkan mesin AC. Demikian juga halnya bagi penerangan malam hari atau

    ketika langit mendung, diperlukan energi listrik untuk lampu penerang.

  • 20

    Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan

    penggunaan listrik, baik bagi pendinginan udara, penerangan buatan, maupun

    peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat

    memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman

    tanpa banyak mengonsumsi energi listrik. Kebutuhan energi per kapita dan

    nasional dapat ditekan jika secara nasional bangunan dirancang dengan konsep

    hemat energi.

    2.1.4 Teori Arsitektur Hemat Energi (Energy Efficient Architecture)

    Krisis energi dunia memacu dikembangkannya konsep arsitektur baru yang lebih

    sadar energi. Krisis energi meningkatkan suhu udara global. Peningkatan suhu ini

    akan berdampak pada penambahan pemanfaatan energi untuk kepentingan

    kenyamanan bangunan.Arsitektur hemat energi adalah konsep arsitektur dengan

    meminimalkan kebutuhan energi melalui pengurangan pemakaian jumlah sumber

    daya yang masuk akal (Enno, 1994). Arsitektur hemat energi ini berlandaskan

    pada pemikiran meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah

    fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktifitas penggunanya dengan

    mengoptimasikan, mengintegrasikan, dan mensinergikan antara sistem tata cahaya

    dan udara buatan maupun alami melalui metode pasif dan aktif berbasis teknologi

    hemat energi.

    Konsep bangunan dengan efisiensi energi sangat penting karena jika melihat pada

    penggunaan energi secara global, sektor bangunan sendiri menyerap 45 % dari

    kebutuhan energi keseluruhan. Pemanfaatan energi dalam bangunan ini khususnya

    untuk pemanasan, pendinginan dan pencahayaan bangunan. Konsumsi energi

    yang terbesar dalam bangunan untuk memenuhi kebutuhan akan listrik yang

    digunakan untuk pencahayaan buatan, pendinginan dan pemanasan ruang

    (Mintorogo, 1999).

    Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan jajaran pemerintahan

    untuk menghemat BBM, listrik, dan air hingga 30%.

  • 21

    1. Metode Desain Pasif (Passive Building Design Method)

    Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui pemanfaatan

    energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan energi matahari

    menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih mengandalkan kemampuan

    arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu

    mengantisipasi permasalahan iklim luar.

    Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti Indonesia umumnya

    dilakukan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan karena

    radiasi matahari dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan kebutuhan

    penerangan alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas hanya

    akan dimanfaatkan komponen cahayanya dan menepis panasnya.

    merupakan metode desain arsitektural yang mengandalkan elemen pembentuk

    iklim potensial yang mampu memberikan kenyamanan fisik secara natural.

    Faktor-faktor pembentuk iklim natural yang nyaman adalah melalui orientasi

    dan konfigurasi bangunan, landscape bangunan, dan desain fasad Bangunan

    sehingga dapat memberikan pencahayaan dan penghawaan alami yang optimal

    2. Metode Desain Aktif (Active Building Design Method)

    energi matahari dikonversi menjadi energi listrik sel solar, kemudian energi

    listrik inilah yang digunakan memenuhi kebutuhan bangunan. merupakan

    metode desain arsitektural yang dalam perancangannya memanfaatkan

    peralatan mekanikal dan elektrikal (MEE) atau teknologi tertentu. Penggunaan

    perangkat teknologi tertentu ditujukan untuk membentuk kondisi ruang yang

    nyaman dari segi penghawaan dan pencahayaan jika sewaktu-waktu kondisi

    cuaca nyata tidak memungkinkan untuk mengakomodir kebutuhan aktivitas

    seperti pemasangan pendingin ruang dan penerang ruang. Teknologi material

    atau bahan bangunan yang memiliki karakter environmentally manageable,

    climate responsive, easy to maintain, self cleaning materials, high reflective.

  • 22

    surface, dan porous finishing dapat diaplikasikan untuk menekan biaya

    operasional bangunan.

    2.1.5 Teori Efisiensi Energi dan Biaya

    Dalam rangka untuk menekan konsumsi energi pada bandara yang tergolong

    cukup tinggi maka diupayakan

    Menurut International Energy Agency, meningkatnya efisiensi energi pada

    bangunan, proses industri dan transportasi dapat mengurangi sepertiga kebutuhan

    energi dunia pada tahun 2050.

    redesain Bandara Halim dengan konsep arsitektur hemat energi untuk

    mewujudkan Eco-Airport. Arsitektur hemat energi meminimalkan input dan

    output energi sehingga penggunaan energi menjadi lebih efisien (efisiensi

    energi). Input adalah energi yang digunakan melalui perangkat tertentu untuk

    suatu keperluan sedangkan output adalah emisi yang dikeluarkan ke lingkungan

    hasi dari penggunaan energi melalui perangkat. Efisiensi adalah sebuah konsep

    yang mencakup pengertian fitness or power to accomplish, or success in

    accomplishing, the purpose intended (Simpson & Weine, 1989). Menurut

    Patterson (1996), efisiensi energi secara lebih luas didefinisikan sebagai output

    yang berguna (nilai tambah atau kilogram produk) per unit input energi dengan

    rumusan sebagai berikut:

    Efisiensi (e) = Output yang berguna

    Efisiensi merupakan salah satu langkah dalam pelaksanaan konservasi energi.

    Efisiensi energi adalah istilah umum yang mengacu pada penggunaan energi lebih

    sedikit untuk menghasilkan jumlah layanan atau output berguna yang sama.

    Dalam pandangan masyarakat umum kadang kala efisiensi energi diartikan juga

    sebagai penghematan energi.

    Input energi

  • 23

    Gambar 2.3 Kerangka Teoritik

    Sumber: Penulis, 2014

    Pembangunan

    Berkelanjutan

    (Brundtland,1987)

    Efisiensi Energi dan Biaya

    (Dirhub,2012)

    Arsitektur Hemat Energi

    (Enno,1994)

    Metode Desain Aktif

    (Brundtland,1987)

    Metode Desain Pasif

    (Brundtland,1987)

    Teknologi Solar Cells

    (Brundtland,1987)

    Teknologi Eco-Building

    Material

    (Brundtland,1987)

    Eco-Airport

    (Dirhub,2012)

    Konservasi Energi Listrik

    (Dirhub,2012)

    Peningkatan

    Konsumsi Energi

    Listrik

    (SNI,2000)

    Pembangunan Ekologi,

    Ekonomi, dan Sosial

    (World Summit,2005)

  • 24

    2.2 Kerangka Berpikir

    Alur berpikir peneliti untuk menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan

    penelitian ditempuh dengan cara menetapkan unit analisis atau subyek penelitian

    terlebih dulu. Subyek penelitian tersebut meliputi data mengenai nilai konsumsi

    energi listrik dan biaya operasional, data mengenai spesifikasi dan teknis

    teknologi solar cell dan eco-building material, serta data mengenai kebijakan

    Eco-Airport. Setelah data-data terkumpul, maka peneliti selanjutnya dapat

    mengidentifikasi tingkat pencahayaan dan penghawaan alami bangunan,

    menganalisis dan menghitung nilai efisiensi energi listrik dan biaya, serta

    membuat simulasi pemodelan Eco-Airport berbasis teknologi solar cell dan eco-

    building material sebagai tujuan akhir yang ingin dicapai. Kerangka berpikir

    peneliti disajikan pada Gambar 2.4 berikut:

    z

    Gambar 2.4 Kerangka Berpikir

    Sumber: Penulis, 2014

    Membuat Simulasi Pemodelan Eco-Airport dengan Teknologi

    Solar Cell dan Eco-Building Material

    Menganalisis Jenis Kegiatan dan Peralatan yang Mengonsumsi Energi Listrik

    Data Konsumsi

    Energi Listrik

    Data Biaya

    Energi Listrik

    Data Spesifikasi dan

    Teknis Solar Cell

    Data Spesifikasi dan

    Teknis Eco-Building

    Material

    Guidelines Eco-Airport

    Menganalisis Nilai Efisiensi Energi Listrik dan Biaya Listrik

    Menetapkan Unit Audit Energi

    Menganalisis Jenis dan Koefisien Material Bangunan

  • 25

    2.3 Kerangka Konsep

    Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka dihasilkan kerangka konsep

    yang disajikan pada Gambar 2.5. Kerangka konsep memperlihatkan hubungan

    antara variabel penelitian. Variabel penelitian terdiri dari nilai konsumsi energi

    listrik, nilai biaya operasional, persentase tingkat pencahayaan dan penghawaan

    alami bangunan, kapasitas solar cell, kapasitas eco-building material, nilai

    efisiensi energi, dan nilai efisiensi biaya. Variabel penelitian tersebut berfungsi

    sebagai strategi penyelesaian masalah penelitian sehingga tujuan penelitian dapat

    tercapai.

    Gambar 2.5 Kerangka Konsep

    Sumber: Penulis,2014

    Pengelolaan Eco-Airport

    Berbasis Efisiensi Energi

    Peningkatan Konsumsi

    Energi Listrik

    Variabel Penelitian

    Ket:

    Nilai Efisiensi Energi

    dan Biaya Listrik

    MASALAH

    TUJUAN

    STRATEGI

    PENYELESAIAN

    Mengaudit,Menganalisis,dan

    Membuat Pemodelan terkait:

    Nilai Konsumsi Energi

    dan Biaya Listrik

    Kapasitas Solar Cell

    Kapasitas Eco-Building

    Material

    Nilai Koefisien

    Material Bangunan

  • 26

    2.4 Hipotesis

    Berdasarkan kerangka konsep, peneliti membuat jawaban sementara terhadap

    masalah penelitian, masalah penelitian, dan tujuan penelitian. Hipotesis tersebut

    diantaranya:

    1. Jika nilai konsumsi energi listrik tinggi, maka tingkat pencahayaan dan

    penghawaan alami bangunan rendah,

    2. Jika nilai konsumsi energi listrik tinggi, maka nilai efisiensi energi rendah,

    3. Jika nilai biaya operasional tinggi, maka nilai efisiensi biaya rendah,

    4. Jika pengelolaan bandara berbasis teknologi solar cell dan eco-building

    material dapat diimplementasikan dengan baik, maka kebijakan Eco-Airport

    pun dapat terwujud.

  • 27

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model matematis yang

    banyak menampilkan output berupa gambar, tabel, dan grafik. Data penelitian

    sebagian besar berupa angka-angka yang selanjutnya dianalisis menggunakan

    statistik. Metode penelitian kuantitatif memiliki konsep dasar positivis atau

    empiris yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara variabel, menguji

    teori dan hipotesis secara deduktif, serta mencari generalisasi yang menghasilkan

    nilai prediktif yang valid. Metode kuantitatif yang mendukung pendekatan

    kuantitatif pada penelitian ini adalah:

    1. Studi Literatur dengan data literatur berupa:

    a. Kuisioner terkait implementasi kebijakan Eco-Airport dan Arsitektur Hemat

    Energi

    b. Analisis jurnal dan laporan penelitian sebelumnya yang terkait dengan Eco-

    Airport dan Arsitektur Hemat Energi

    c. Analisis data pemakaian energi listrik, biaya pembayaran listrik, efisiensi

    energi listrik, dan efisiensi biaya Terminal Bandara Halim Perdanakusuma

    d. Analisis sumber bacaan lain terkait

    2. Membuat simulasi pemodelan tingkat pencahayaan dan penghawaan Terminal

    Bandara Halim Perdanakusuma dalam bentuk tampilan tiga dimensi

    menggunakan perangkat lunak Ecotect

    3. Membuat simulasi pemodelan variabel Eco-Airport dan Arsitektur Hemat

    Energi dengan perangkat lunak Powersim.

    3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

    Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini dari proses persiapan

    sampai dengan penulisan laporan akhir adalah sekitar 4 bulan, yaitu dari minggu

    ke-III bulan Januari sampai dengan minggu ke-IV bulan April 2014, sesuai

    dengan rencana jadwal penelitian yang disajikan pada Tabel 3.1. Pertimbangan

    penetapan waktu penelitian selama 4 bulan didasarkan pada

  • 28

    kemungkinan adanya kegiatan maintenance atau perbaikan peralatan listrik di

    Bandara dengan estimasi waktu dari 2 minggu sampai dengan 1 bulan. Situasi

    tersebut tentunya sangat tidak diharapkan dan dapat mengganggu kegiatan

    pengumpulan data. Dengan demikian, peneliti harus menyiapkan cadangan waktu

    lebih selama kira-kira 1 bulan. Proses persiapan dimulai pada minggu ke-III bulan

    Januari dan berlangsung selama dua minggu. Setelah persiapan selesai,

    dilanjutkan dengan pengumpulan data yang dimulai minggu ke-I bulan Februari

    sampai dengan minggu ke-IV bulan Februari selama 4 minggu. Pada minggu ke-I

    bulan Maret, peneliti merencanakan untuk memulai menganalisis data yang telah

    didapat dan mensimulasikannya ke dalam perangkat lunak Ecotect dan Powersim.

    Hasil analisis data dan simulasi perangkat lunak diperkirakan selesai dikerjakan

    pada minggu ke-III bulan Maret. Pada minggu ke-IV bulan Maret, peneliti

    merencanakan untuk memulai penulisan laporan dan bimbingan tesis. Penulisan

    laporan diperkirakan selesai pada bulan April minggu ke-IV.

    Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

    Ket :

    x Waktu Pelaksanaan

    Tempat penelitian berada di Terminal Bandara Halim Perdanakusuma, Kota

    Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta seperti yang didokumentasikan pada

  • 29

    Gambar 3.1. Pertimbangan pemilihan lokasi didasarkan pada kesamaan antara

    lokasi diadakannya penelitian dengan lokasi peneliti bekerja. Gambar lokasi

    penelitian disajikan pada Gambar Kesamaan lokasi akan lebih memudahkan

    peneliti dalam mengumpulkan data sehingga penelitian yang diadakan dapat

    dikerjakan secara lebih efisien dari segi biaya, waktu, dan tenaga. Lokasi

    penelitian pun dapat dijangkau menggunakan kendaraan roda dua maupun roda

    empat dengan medan penelitian yang mudah seperti yang dijelaskan pada Gambar

    3.1 dibawah ini. Waktu tempuh yang diperlukan untuk pergi ke lokasi penelitian

    dari lokasi kerja adalah sekitar 5 menit dengan jarak tempuh 28 m.

    Gambar 3.1 Terminal Bandara Halim Perdanakusuma

  • 30

    Ket :

    Lokasi Kerja Peneliti

    Lokasi Penelitian

    Gambar 3.2 Denah Lokasi penelitian

    3.3 Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah peralatan listrik dan material bangunan yang

    digunakan di Terminal Bandara Halim Perdanakusuma. Definisi populasi

    penelitian dijelaskan sebagai berikut:

    a. Peralatan Listrik

    adalah peralatan listrik non-navigasi yang berada di kawasan Terminal

    Bandara Halim Perdanakusuma, Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta.

    Peralatan listrik non-navigasi meliputi peralatan listrik yang dioperasikan

    untuk memfasilitasi kegiatan perkantoran dan pelayanan jasa penerbangan

    bagi penumpang pesawat.

    b. Material Bangunan

    adalah material atau bahan bangunan yang digunakan di Terminal Bandara

    Halim Perdanakusuma, Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Bahan

    bangunan tersebut meliputi bahan bangunan yang dapat mempengaruhi tingkat

    pencahayaan dan penghawaan bangunan dengan nilai koefisien pantul dan

    serap tertentu.

  • 31

    Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sampel terkait nilai energi listrik

    yang digunakan untuk mengoperasikan peralatan listrik non-navigasi, baik ketika

    peralatan berada dalam kondisi bekerja maupun standby. Sampel terkait lainnya

    adalah material atau bahan penyusun bangunan Terminal Bandara Halim

    Perdanakusuma seperti kaca, kayu, beton, keramik, batu alam, alumunium, dan

    besi dalam kondisi pencahayaan dan penghawaan tertentu.


Recommended