perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
RUSUNAWA KALIGAWE
Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan
Pendekatan Eko-Arsitektur
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Disusun Oleh :
NURJAMILAH TIKAS FITRIANIDO
I0207071
PRODI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. JUDUL
Rumah Susun Sederhana Sewa Kaligawe
Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang
Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
1.2. SATUAN PENGERTIAN JUDUL
· Rumah Susun Sederhana Sewa
Pengertian Rusunawa yang tertuang dalam Peraturan Menteri Negara
Perumahan Rakyat No. 18/PERMEN/M/2007 adalah bangunan gedung
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam
bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal
maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing
digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa serta dibangun
dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan fungsi utamanya
sebagai hunian.
· Kaligawe
Kaligawe merupakan salah satu kelurahan di Kota Semarang yang
termasuk dalam BWK (Bagian Wilayah Kota) V dengan perencanaan
wilayah sebagai pemukiman, perdagangan dan jasa, perguruan tinggi,
Industri, dan Transportasi. ( RDTRK BWK V, 2004:9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 2
· Eko-arsitektur
Eko-arsitektur atau Ekologi arsitektur merupakan pembangunan
secara holistis (berhubungan dengan sistem keseluruhan), yang
memanfaatkan pengalaman manusia (tradisi dalam pembangunan), sebagai
proses dan kerja sama antara manusia dan alam sekitarnya. Eko-arsitektur
mencakup keselarasan antara manusia dengan lingkungan alamnya. (Frick,
1998:39)
Secara keseluruhan dapat diartikan bahwa “Rusunawa Kaligawe
sebagai altenatif keberlanjutan hunian layak huni di kota Semarang dengan
pendekatan Eko-Arsitektur” merupakan rumah susun beserta fasilitas
pendukungnya yang menerapkan sistem sewa di Kaligawe, Semarang
dengan Penerapan Konsep Eko-Arsitektur
1.3. LATAR BELAKANG
1.3.1. Krisis Alam Nasional
Populasi manusia meningkat dengan cepat disertai dengan kemajuan
teknologi yang meningkat pesat, maka terjadilah pemanfaatan sumber daya
alam secara besar-besaran dengan teknologi yang paling ekonomis, sehingga
menimbulkan dampak yang tidak semuanya bisa diterima oleh alam.
Kepadatan dan pertumbuhan penduduk membuat kebutuhan pangan
dan lahan menjadi meningkat dan berakibat pada kerusakan alam dan hutan.
Di Indonesia, menurut data dari Green Peace, setiap 1 jam kerusakan hutan
mencapai seluas 300 lapangan bola, hal ini merupakan faktor utama
meningkatnya laju emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Padahal hutan
merupakan paru-paru bumi dengan menyerap CO2 dan diolah menjadi O2.
Menyusutnya luas hutan membuat konsentrasi CO2 merupakan salah satu
pemicu suhu bumi meningkat. Disamping itu, rusaknya hutan berarti semua
siklus ekosistim yang tergantung pada hutan dan yang terkandung didalam
tanah juga terganggu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 3
Menurut Green Peace, akibat pemanasan global akan mencairkan es
di kutub, yang diperkirakan pada tahun 2050, kemungkinan 2000 pulau di
Indonesia akan tenggelam. Semua kondisi ini diawali oleh kerusakan
ekosistim di alam yang sangat parah, mulai habisnya sumber daya alam yang
tak terperbarui, dan rusaknya sumber daya alam lainnya. Kondisi ini
merupakan suatu bencana ekologis yang akan mengancam kualitas hidup
manusia karena merupakan penunjang kehidupan manusia.
Gambar 1.1. Grafik kenaikan kadar CO2
Sumber: Raupach et al. 2007
1.3.2. Kerusakan alam Kota Semarang
Peningkatan kegiatan industri dan transportasi juga menjadi
penyebab terjadinya kerusakan alam dan lingkungan. Kerusakan alam salah
satunya ditandai oleh Kualitas udara. Kualitas udara ambien Kota Semarang
masuk kategori sedang. Artinya, udara tidak berpengaruh pada kesehatan
manusia atau hewan, tapi pada tumbuhan dan nilai estetika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 4
Kategorisasi itu berdasarkan indeks standar pencemar udara atau
ISPU. ISPU menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan
waktu tertentu, yang didasarkan pada dampak terhadap kesehatan manusia,
nilai estetika, dan makhluk hidup lainnya. ISPU Kota Semarang diperoleh
dari hasil pantauan stasiun pemantau di Tugu, Banyumanik, dan
Pedurungan. Dalam lima tahun terakhir, ISPU rata-rata per tahun mencapai
angka 55,54. (Kompas edisi 01 September 2006).
Kualitas udara tidak sehat jika ISPU menunjukkan angka lebih dari
100. Meski demikian, tidak berarti masyarakat boleh bernapas lega.
Pasalnya, ada waktu di mana pencemaran mencapai puncaknya, terutama
saat transportasi padat. Bahkan, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional memasukkan Semarang dalam enam kota di Indonesia dengan
kualitas udara mengkhawatirkan. Udara bersih hanya dapat dinikmati antara
22 sampai 62 hari dalam setahun. Pencemar udara terbesar dari sektor
transportasi dan industri. Jumlah kendaraan bermotor sebanyak 780.000 unit
dan tingkat pelanggaran penanganan cerobong asap di 2.600 industri relatif
tinggi. Semua ini tidak sebanding dengan kemampuan alam menetralisasi
racun di udara. (Kompas edisi 01 September 2006)
Gambar 1.2 Penyumbang Polusi udara di Semarang
Sumber: kompas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 5
1.3.3. Fenomena Rob Kota Semarang
Banjir di Kota Semarang merupakan tradisi tahunan yang disebabkan
oleh tidak terkendalinya aliran sungai, kenaikan debit, pendangkalan dasar
badan sungai dan penyempitan sungai karena sedimentasi, adanya kerusakan
lingkungan pada daerah hulu (wilayah atas kota Semarang) atau daerah
tangkapan air (recharge area) serta diakibatkan pula oleh ketidakseimbangan
input – output pada saluran drainase kota. Selain itu juga disebabkan oleh
intrusi air laut yang masuk kedaratan sampai kurang lebih sejauh 6 km dari
garis pantai. Penyebab intrusi di Kota Semarang disebabkan adanya muka
tanah yang lebih rendah dari muka air laut, penyedotan air bawah tanah yang
berlebihan serta karena kerusakan lingkungan kawasan pesisir. (RPJPD Kota
Semarang Tahun 2005-2025)
Kondisi lingkungan kota Semarang telah mengalami penurunan
kualitas angka pasang surut dari tahun 1991 setinggi 0,87 m menjadi 0,97 m
pada tahun 1994 (laporan dari JICA- Japan International Corporation
Agency, 1994). Kenaikan tinggi pasang surut ini berdampak pada rob
dikawasan Semarang Utara, Semarang Tengah, Gayamsari, dan Genuk.
Kawasan pantai yang terkena rob khususnya di kecamatan Semarang Utara,
Semarang Tengah, dan Gayamsari dipengaruhi oleh adanya penurunan muka
tanah dengan laju 2-8 cm/ tahun (Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan).
Gambar 1.3 Rob di Stasiun Tawang, Semarang
Sumber: Dokumentasi Garna Raditya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 6
Salah satu penyebabnya adalah pemanasan global yang
menyebabkan terjadinya kenaikan muka laut. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh CCROM IPB, sejauh ini sampai dengan tahun 2000
diperkirakan telah terjadi kenaikan muka air laut setinggi 2 cm di Semarang,
dan akan mengalami kenaikan yang semakin tinggi akibat pertambahan
emisi.
Kenaikan muka laut tersebut juga diperparah dengan terjadinya
penurunan muka tanah di Semarang sehingga dalam kurun waktu ±25 tahun
terakhir, kawasan pesisir Semarang sering terjadi banjir rob saat air laut
pasang. Akibat dari naiknya muka air laut tersebut yang menggenangi
daerah-daerah yang lebih rendah dari muka air laut saat pasang tertinggi
(HWL).
0
10
20
30
40
50
60
2000 2025 2050 2100
kenaikan air laut
kenaikan air laut
Gambar 1.4 Grafik kenaikan air laut
Sumber: penelitian IPB (Bintari.org)
Inilah yang sedang terjadi di Semarang. Rob (naiknya permukaan air
laut) cukup mengancam kelangsungan hidup warganya dari berbagai aspek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 7
Walaupun rob adalah fenomena yang bersifat alami, tetapi meminimalisasi
dampak merupakan upaya yang dapat dilaksanakan dalam berbagai wujud
kegiatan. Secara umum, adanya rob menyebabkan kerusakan materi, seperti
kerusakan infrastruktur, terganggunya aktivitas ekonomi, mempengaruhi
dampak sosial serta moral masyarakat yang ada di wilayah tersebut.
1.3.4. Permasalahan kota Semarang terkait kependudukan
Pada sub bidang kependudukan, permasalahan yang terjadi berupa
masih tingginya pertumbuhan penduduk di Kota Semarang dan masih
tingginya jumlah keluarga pra sejahtera dan sejahtera I. Perkembangan
penduduk di kota Semarang tidak hanya dipengaruhi oleh angka kelahiran,
namun juga dipengaruhi pendatang dengan kenaikan rata-rata 17,5% per
tahun. Hal ini menyebabkan peningkatan permintahan perumahan. (Propeda
Kota Semarang)
Gambar 1.5 Peta Semarang
Sumber: RTRW Kota Semarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 8
Pertambahan penduduk mengakibatkan perkembangan permukiman
kumuh dari tahun 1985 – 2005 yang disebabkan oleh faktor ekonomi dan
faktor geografi. Salah satu penyebab munculnya permukiman kumuh adalah
adanya urbanisasi yang tidak terkendali, proses pengkotaan (urbanisasi) baik
secara fisik maupun karena adanya mobilitas penduduk dari luar perkotaan
berakibat terhadap adanya krisis perumahan (Drakakis-Smith, 1980).
Meningkatnya kebutuhan akan lahan untuk bertenpat tingal bagi penduduk
kota yang tidak diimbangi dengan peningkatan luas lahan akan
menyebabkan terjadinya pemadatan rumah mukim (densifikasi) dan
menurunnya kualitas permukiman itu sendiri (deteriorisasi), dua hal tersebut
merupakan faktor yang menyebabkan proses taudifikasi berjalan terus
menerus.
Banyaknya buruh membuat seperempat lebih penduduk termasuk
MBR ditambah masyarakat yang bekerja di sektor informal. Masyarakat
inilah yang pada umumnya menjadi langganan penghuni/ pencipta
pemukiman kumuh karena keterbatasan perekonomian yang dimilikinya.
Oleh karena itu perlu peningkatan perekonomian untuk menunjang
kehidupan mereka yang lebih layak.
1.21.41.6
2005
2006
2007
2008
2009
2010
jumlah penduduk (juta jiwa)
jumlah penduduk (juta jiwa)
Gambar 1.6 Pertumbuhan penduduk Kota Semarang
Sumber: Kota Semarang dalam angka 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 9
Gambar 1.7 Presentase jenis pekerjaan penduduk Semarang
Sumber: Kota Semarang dalam angka 2009
1.3.5. Permasalahan ekologis kaligawe
Salah satu kerusakan ekologis ditandai dengan menurunnya kualitas
lingkungan, berubahnya tata guna lahan dan bencana alam sebagai
akibatnya. Ketiga cirri ini terjadi di kaligawe dengan dengan rob sebagai
akibatnya.
Daerah yang beresiko terhadap banjir rob yaitu wilayah pesisir Kota
Semarang, meliputi enam kecamatan yaitu Kecamatan Tugu, Semarang
Barat, Semarang Utara, Gayamsari, Semarang Timur, Genuk dengan
prediksi dan asumsi kenaikan air laut pada tahun 2050 nanti dan penurunan
muka tanah sebesar 2-3 cm tiap tahun. (Muhrozi, 2004)
Akibatnya warga harus menanggung kerugian sekitar Rp 15 juta-Rp
20 juta lantaran budidaya tambaknya hanyut diterjang banjir. Belum lagi
kerugian akibat rumah yang tak luput terendam air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 10
Gambar 1.8 Rob di Kawasan Pasar Waru, Kaligawe
Sumber: Dokumentasi Garna Raditya
Menggeliatnya iklim industri dan perekonomian memaksa
berubahnya tatanan kota maupun desa. Modernisasi merangsek hingga ke
pelosok. Menjamurnya pabrik di wilayah suburban menjadi hal jamak.
Namun seringkali modernisasi tak dibarengi dengan pembangunan
berwawasan lingkungan
Sudharto mengemukakan hal itu dalam paparannya saat menjadi
pembicara pada diskusi "Multidimensi Rob dan Banjir di Kota Semarang"
Jumat (21/4), dalam rangka memperingati Hari Bumi pada 22 April.
Dikatakan, penurunan permukaan tanah ditengarai disebabkan dua hal, yakni
beban pembangunan yang melebihi daya dukung dan pemompaan air tanah
yang makin meningkat.
1.3.6. Daur Hidup Bangunan Rusunawa
Pembangunan Rusunawa dilakukan dengan tujuan meningkatkan
kualitas lingkungan permukiman melalui upaya peremajaan, pemugaran dan
relokasi. Kegiatan pembangunan rusunawa ini dinilai positif dalam
mengurangi kumuh perkotaan karena sangat menghemat lahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 11
Namun, dibalik nilai positif Rusunawa, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan mulai dari perencanaan hingga pasca pembangunan karena data
menunjukkan pada akhir 2007, dari 8.876 unit rusunawa yang terbangun,
baru terhuni sejumlah 2.260 unit (± 25,46% dari jumlah unit terbangun).
Dari data tersebut, bisa dipastikan ada yang salah dalam proses
pelaksanaannya.
Pada tahap Pra Perancangan. Pemerintah kab/kota yang memegang
factor kunci. Pemerintah membangun Rusunawa berdasarkan usulan dari
pemerintah kabupaten/ kota setempat, sehingga peranan pemerintah
kabupaten/kota sangat besar dalam menentukan kebutuhan Rusunawa di
daerahnya berikut lokasi serta sasaran penghuni Rusunawa tersebut. Pada
kenyataannya banyak terdapat Rusunawa yang belum terhuni hingga
sekarang (bahkan bangunannya menjadi rusak).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 12
Ada pula kasus Rusunawa terhuni, tapi tidak tepat sasaran karena
kurangnya kajian yang mendalam (termasuk sosialisasi) terhadap
kebiasaan/kebutuhan masyarakat yang menjadi sasaran. Desain bangunan
Rusunawa yang tipikal, maka yang perlu ditekankan adalah bagaimana
desain sarana dan prasarana yang hendak dibangun oleh pemerintah
kabupaten/ kota. Rusunawa dengan sarana dan prasarananya (termasuk
waktu pelaksanaan pembangunan keduanya) harus dilakukan untuk
menghindari masalah di kemudian hari. (Buletin Rusunawa Ditjen Cipta
Karya, Desember 2010)
1.4. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN
1.4.1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan sesuai isu-isu
yang berkembang, yaitu sebagai berikut:
Diperlukannya bangunan rusunawa yang dapat menanggulangi
permasalahan di Kaligawe, Semarang sehingga tidak mengganggu
kenyaman dan dapat meningkatkan kualitas kehidupan penghuni sesuai
dengan konsep Eko-Arsitektur yang ingin diterapkan.
1.4.2. Persoalan
Dalam perencanaan dan perancangan rusunawa dengan penekanan
pada Eko-Arsitektur di Kaligawe, Semarang ini memiliki beberapa
persoalan yaitu :
a. Bagaimana lokasi dan site yang dipilih dapat menunjang keberadaan
rusunawa tersebut
b. Bagaimana pemanfaatan potensi site yang ada untuk memenuhi konsep
eko-arsitektur yang ingin dicapai
c. Bagaimana konsep program kegiatan, program ruang pada rusunawa
sebagai wadah mengakomodir aktivitas perilaku dan kebutuhan sosial
budaya penghuninya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 13
d. Bagaimana bentuk fisik bangunan agar dapat mencerminkan karakter
eko-arsitektur.
e. Bagaimana sistem struktur, konstruksi bangunan yang mendukung
konsep eko-arsitektur yang ingin disampaikan oleh bangunan
f. Bagaimana sistem utilitas pada bangunan rusunawa agar memperlancar
kegiatan yang ada dan meminimalisir limbah yang dihasilkan oleh
rusunawa
1.5. TUJUAN DAN SASARAN
1.5.1. Tujuan
Merumuskan konsep yang mendasari perencanaan dan perancangan
sebagai landasan membuat desain rumah susun sederhana sewa ideal pada
kondisi lingkungan yang buruk sekaligus memberikan kontribusi terhadap
peningkatan kualitas kehidupan penghuni.
1.5.2. Sasaran
Mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan bangunan
Rusunawa yang meliputi:
a. Konsep perencanaan dan perancangan, meliputi:
· Konsep lokasi dan site
· Konsep tata kelola site yang ekologis
· Konsep perencanaan dan perancangan tata massa yang ekologis
· Konsep kegiatan
ü Penentuan jenis kegiatan
ü Penentuan penzoningan aktivitas
· Konsep peruangan
ü Konsep besaran ruang
ü Konsep kebutuhan ruang (macam dan jenis ruang)
ü Konsep persyaratan ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 14
ü Konsep pola hubungan dan organisasi ruang
ü konsep sirkulasi
· Konsep penampilan bangunan
ü Eksterior
· Konsep Tampilan Kawasan Site (perancangan lansekap)
ü Vegetasi
ü Hardscape
· Konsep struktur bangunan
· Konsep lingkungan sebagai ruang luar untuk pembelajaran
· Konsep utilitas bangunan ekologis
ü Sistem air bersih, air kotor dan sistem pengolahan limbah
ü Sistem MEE (Mechanical Electrical)
ü Sistem keamanan bangunan (pemadam kebakaran, penangkal
petir)
1.6. LINGKUP PEMBAHASAN DAN BATASAN
1.6.1. Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan mencakup pendekatan prinsip eko-arsitektur
pada bangunan rusunawa (Rumah Susunsederhana sewa) yang meliputi
aspek bangunan, sosial budaya dan ekonomi.
Pembahasan terpusat pada permasalahan perencanaan dan
perancangan Hunian beserta fasilitas pendukung bagi kelompok ekonomi
menengah ke bawah. Diupayakan penerapan metode eko-arsitektur
mengurangi atau minimal sama dengan biaya perumahan konvensional
serupa mencakup biaya pembangunan dan biaya operasional.
1.6.2. Batasan
· Penyusunan konsep diorientasikan untuk menjawab permasalahan dan
persoalan dalam perencanaan dan perancangan rumah susun sederhana
sewa dengan penekanan Eko-arsitektur di Semarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 15
· Pembahasan lebih ditekankan pada disiplin ilmu arsitektur dan hal-hal
yang berkaitan dengan rumah susun sederhana sewa yang direncanakan
yaitu dengan menerapkan konsep eko-arsitektur dalam Aspek terhadap
bangunan, Aspek terhadap sosial budaya, dan Aspek terhadap ekonomi .
Sedangkan disiplin ilmu lainnya berperan sebagai pendukung yang akan
dibahas sesuai dengan proporsi keterkaitannya.
1.7. METODE PEMBAHASAN
1.7.1. Metode Pembahasan
Metoda yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
meliputi metode pengumpulan data, metode analisi data, dan penyajian hasil
analisis.
1. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara,dan
tinjauan pustaka.
a. Observasi
Observasi langsung pada rusunawa yang sudah ada untuk
mendapatkan data mengenai fasilitas yang mewadahi kegiatan di
rusunawa.
Observasi dilakukan pada hunian vertikal yang telah terbangun, yaitu:
1. Rumah Susun Pekunden, Semarang
2. Rumah Susun Bandarhardjo, Semarang
3. Daerah Pasar Waru, Kaligawe sebagai Lokasi Site
b. Wawancara
Melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait sebagai bahan
referensi dan acuan.
Wawancara yang dilakukan, antara lain:
1. pengurus rumah susun
2. masyarakat sekitar terutama penghuni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 16
c. Tinjauan pustaka
2. Analisis data
Merupakan metode penguraian dan pengkajian dari data-data dan
informasi yang kemudian digunakan sebagai data relevan bagi
perenacanaan dan perancangan. Pada tahapan ini dilakukan dengan
analisis data menggunakan metode analisis deskriptif yaitu melalui
penguraian data dan informasi yang disertai gambar sebagai media
berdasar pada teori normative yang ada. Tahapan analisa akan dilakukan
pengolahan data-data yang telah terkumpul dan dikelompokan
berdasarkan program fungsional, performasi dan arsitektural.
· Program fungsional bertujuan untuk mengidentifikasi pengguna yang
ada di rusunawa yaitu user, kegiatan user dan alur kegiatan user.
· Program performasi menerjemahkan secara skematik kebutuhan
penghuni rusunawa beserta fasilitasnya kedalam peryataan persyaratan
karakteristik respon lingkungan binaan (tolak ukur kinerja). Dalam hal
ini membahas persyaratan kebutuhan ruang, persyaratan ruang dan
program ruang dalam bangunan rusunawa.
Analisis arsitektural merupakan tahap pengagabungan dari hasil
identifikasi kedua analisis sebelumnya (fungsional dan performasi).
Dalam proses ini akan menganalisis masalah massa, ruangan, tampilan,
pengolahan site, utilitas dan struktur bangunan yang menyatukan akan
kebutuhan penghuni dengan pesyaratan yang ada.
3. Penyajian hasil analisis.
Hasil analisis tersebut diolah dan disimpulkan untuk mendapatkan
pendekatan konsep perencanaan dan perancangan yang sesuai, kemudian
siap ditrasformasikan kedalam bentuk ungkapan fisik yang dikehendaki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 17
4. Transformasi dan rancang bangun arsitektur
a. Berdasarkan deskripsi konsep perancangan yang dilakukan trasformasi
untuk memperjelas apa yang dideskripsikan menjadi wujud gambaran
rancang wadah atau fasilitas yang dihendaki (konsep diagramatik dan
skematik).
Wujud gambaran rancangan wadah atau fasilitas akan digambarkan
sebagai gambaran idea rancangan yang akan dikembangkan menjadi produk
pra rancang (dilengkapi detail, perspektif maket yang presentatif terhadap isi
bahasan).
1.7.2. Sistematika Penulisan
Garis besar sistematika penulisan dapat dikemukakan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pengertian judul, latar belakang, permasalahan dan persoalan, tujuan dan
sasaran yang hendak dicapai, lingkup pembahasan, metode pengumpulan
data, metode pembahasan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Tinjauan teori yang ditulis meliputi : tinjauan teori tentang rumah
susunrhana sewa sed. tinjauan teori tentang eko-arsitektur.
BAB III TINJAUAN KOTA SEMARANG
Berisi mengenai tinjauan Kota Semarang, tata bangunan di Semarang,
kondisi dan fasilitas kesehatan di Semarang, serta potensi hunian vertikal di
Semarang.
BAB IV RUSUNAWA YANG DIRENCANAKAN
Merumuskan runawa di Kaligawe sebagai wadah hunian yang memberikan
kenyamana bagi penghuni dan lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 18
BAB VI ANALISA PENDEKATAN PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN
Mengungkapkan analisa perencanaan dan perancangan sebagai usaha
pemecahan masalah dengan meninjau tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Mensintesakan konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil
akhir dari analisis yang selanjutnya ditransformasikan dalam wujud desain
fisik bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. TINJAUAN RUMAH SUSUN
2.1.1. Pengertian Rumah Susun
Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan
yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk
tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah
bersama.1
Sedangkan yang dimaksud dengan satuan rumah susun, bagian bersama,
benda bersama dan tanah bersama adalah sebagai berikut :
a. Satuan rumah susun adalah rumah susun yang tujuan peruntukan
utamanya digunakan secara terpisah sebagai tempat hunian, yang
memiliki sarana penghubung ke jalan umum.
b. Benda bersama adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak
terpisah untuk pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan
satuan-satuan rumah susun.
c. Benda bersama adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah
susun tetapi yang dimilki bersama secara tidak terpisah untuk
pemakaian bersama.
1 UU No. 16/1985 Tentang Rumah Susun, bab 1 pasal 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 2
d. Tanah bersama adalah sebidang tanah yang digunakan atas dasar hak
bersama secara tidak terpisah yang diatasnya berdiri rumah susun dan
ditetapkan batasnya dalam persyaratan ijin bersama.
Jadi, rumah susun merupakan suatu pengertian yuridis arti bangunan gedung
bertingkat yang senantiasa mengandung system kepemilikan perseorangan dan
hak bersama, yang penggunanya bersifat hunian atau bukan hunian,sacara mandiri
maupun terpadu sebagai satu kesatuan system pembangunan. Dengan demikian
berarti tidak semua bangunan gedung bertingkat itu dapat dsebut sebagai rumah
susun, tetapi rumah susun itu sendiri adalah selalu bangunan yang bertingkat. 2
2.1.2 Tujuan Rumah Susun
Berdasarkan undang-undang No.16 tahun 1985 tentang rumah susun,
pembangunan rumah susun bertujuan :
a. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama
golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah yang menjamin
kepastian hokum dalam pemanfaatannya.
b. Meningkatkan daya guna dan hasil guna lahan di daerah perkotaan
dengan memperbaiki kelestarian sumber daya alam dan menciptakan
lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi dan seimbang.
2.1.3 Katerogori Rumah Susun
Bangunan rumah susun dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok :
A. Berdasarkan Ketinggian Bangunan
a. Rumah susun low rise, dengan ketinggian maksimal 4 lantai
b. Rumah susun medium rise, dengan ketinggiam 5-8 lantai
c. Rumah susun high rise, dengan ketinggian > 9 lantai.
2 Fenomena Rumah Susun Sederhana, Majalah Konstruksi. Juli 1998
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 3
B. Berdasarkan Sistem Pelayanan Sirkulasi
a. Inner Corridor Type (Koridor Tengah)
b. Single Corridor Type (Koridor Satu Sisi)
c. Double Corridor Type
d. Cout Corrior Type (Koridor Terpusat)
e. Twin Corridor Type (Koridor Kembar)
f. Stair CaseType (Koridor Tangga)
C. Berdasarkan Status Kepemilikan
a. Rumah susun untuk dimiliki :
1. Ada kecenderungan daya tarik bagi pembeli karena keuntungan
dengan membeli unit hunian pada kompleks rumah susun
menjadikannya dekat dengan pusat kota.
2. Ada rasa memiliki terhadap rumah susun sehingga penghuni
akan merasa bertanggungjawab terhadap keberadaan rumah
susun.
3. Salah satu kelemahan kategori ini hádala kesulitan bagi
penghuni untuk biaya perbaikan dan perawatan, terutama bagi
mereka yang berpenghasilan rendah.
4. Bagi Developer, rumah susun dengan hak milik lebih
membantu dalam pengembalian modal dan tidak perlu
memikirkan sistem pengelolaan rumah susun.
b. Rumah susun sewa :
1. Bagi keluarga baru/ masyarakat tidak mampu untuk membeli
rumah susun, rusunawa ini memberi kemudahan dapat tinggal
dan menempati unit hunian secara sewa.
2. Cocok bagi orang-orang yang sering berpindah tempat kerja,
dan tinggal pada statu daerah tidak terlalu lama.
3. Bagi Developer, pengembalian modal butuh waktu lama serta
membutuhkan biaya maintenance yang besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 4
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan
2.1.4 PERSYARATAN TEKNIS PEMBANGUNAN LINGKUNGAN
RUMAH SUSUN
a. Ruang
Ruang-ruang harus memenuhi fungsi utamanya sebagai tempat tinggal,
tempat usaha, atau fungsi ganda. Semua yang dipergunakan sehari-hari harus
disediakan penghawaan alami atau buatan, pencahayaan secara alami maupun
buatan, memenuhi ambang batas suara baik dari dalam ke luar maupun
sebaliknya.
KRITERIA PERSYARATAN
Penghawaan alami atau buatan Memakai sistem pertukaran udara cross
ventilation dengan lubang angin min
1% dari luas gedung.
Pencahayaan alami atau buatan Minimum 50 lux untuk ruang kerja dan
20 lux untuk ruang lain.
Suara dan Kebisingan Memenuhi ambang batas suara.
Bau Memenuhi persyaratan ambang batas
pencemaran baik dari dalam maupun
sebaliknya.
Tabel 2.1 Persyaratan Ruang Pada Rumah Susun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 5
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan
b. Struktur, Komponen dan Bahan Bangunan
Rumah susun harus menggunakan struktur, komponen dan bahan
bangunan dengan memperhatikan prinsip-prinsip koordinasi modular
danmemenuhi persyaratan konstruksi dan memperhitungkan kekuatan dan
ketahanannya.
KRITERIA PERSYARATAN
Struktur Merupakan satu kesatuan sistem
konstruksi bangunan atas maupun
bawah dan tidak boleh diubah,
keawetan struktur min 50 tahun.
Komponen Komponen dan bahan bangunan bukan
struktur tetapi harus memiliki keawetan
min 20 tahun. Bahan bangunan
Tabel 2.2 Persyaratan Ruang Pada Rumah Susun
c. Kelengkapan Rumah Susun
Rumah susun harus dilengkapi dengan alat transportasi bangunan,
pintu dan tangga darurat kebakaran, alat dan sistem kebakaran, alat pemadam
kebakaran, penangkal petir, jaringan air bersih, saluran pembuangan air kotor dan
limbah, tempat pembuangan sampah, tempat jemuran, kelengkapan pemeliharaan
bangunan, jaringan dan instalasi listrik, jaringan komunikasi dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 6
KRITERIA KELENGKAPAN PERSYARATAN
Alat transportasi bangunan Tangga disediakan untuk bangunan
maks. 5 lantai, lebar tangga min. 120
cm, lebar bordes min. 120 cm, lebar
injakan min. 22,5 cm, railing tangga
110 cm.
Alat dan sistem bahaya
kebakaran
Berupa detector kebakaran yang dapat
memberikan isyarat sehingga dapat
menjangkau semua bagian ruangan
rumah susun dan diletakkan mulai dari
lantai satu.
Alat pemadam kebakaran Berupa hidran gedung, pemadam api
ringan dan hidran halaman yang
dipasang mulai dari lantai satu.
Penangkal petir Untuk rumah susun kurang dari 5
lantai penangkal petir berupa
penangkal konvensional (non-
radioaktif), yang terdiri dari kabel
penghantar dan logam pembumian.
Jaringan air bersih Air bersih diperoleh dari jaringan kota
yang terlebih dahulu ditampung dalam
tangki bawah/tangki atas, sebelum
disambungkan langsung pada sistem
pemompaan dan didistribusikan ke
tiap lantai.
Saluran pembuangan air hujan Berupa talang datar dan talang tegak
yang dihubungkan dengan saluran
terbuka atau tertutup menuju ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 7
penangkap air atau peresapan
setempat. Saluran tersebut dilengkapi
pipa udara dan bak kontrol.
Saluran pembuangan air
limbah
Air linbah yang berasal dari dapur,
kamar mandi, dan tempat cuci
dialirkan melalui saluran tertutup ke
saluran lingkungan atau tempat
pengolahan limbah. Sedangkan air
limbah yang berasal dari kakus
diteruskan ke septictank dengan
dilengkapi pipa udara, bak kontrol dan
bidang resapan.
Pembuangan sampah Pembuangan sampah harus
terkoordinasi dengan sistem
pembuangan sampah lingkungan,
saluran sampah dengan diameter
terkecil ± 0,5 m yang dilengkapi
dengan lubang masuk dan ruang
pengumpul sampah.
Tempat jemuran Memenuhi persyaratan keamanan,
kebersihan, tidak mengganggu
pandangan serta dapat memberi ruang
bagi aliran udara dan sinar matahari
yang cukup.
Jaringan listrik Setiap satuan rumah susun mendapat
pelayanan listrik dengan kelengkapan
1 unit meter listrik, dan sambungan
kabel seperlunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 8
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan
Jaringan telepon Apabila ada yang menggunakan
sambungan telepon pemasangannya
ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu keamanan dan
keselamatan penghuni lainnya.
Tabel 2.3 Persyaratan Ruang Pada Rumah Susun
d. Kepadatan dan Tata Letak Bangunan
Kepadatan bangunan harus memperhitungkan Koefisien Dasar
Bangunan (KDB), Koefisien Lantai bangunan (KLB), ketinggian dan
kedalaman bangunan serta penggunaan tanah untuk mencapai
optimalisasi daya guna dan daya guna lahan. Penggunaan tanah harus
memperhatikan ketentuan sebagai berikut :
a. Luas tanah bangunan rusun maksimal 50% dari luas tanah
bersama.
b. Luas tanah prasarana lingkungan minimal 20% dari luas tanah
bersama.
c. Luas tanah fasilitas lingkungan minimal 30% dari luas tanah
bersama.
Tata letak bangunan rumah susun harus memperhatikan jarak
antara bangunan,batas kepemilikan tanah serta kemudahan pencapaian
dan pengelolaan, guna mencapai keamanan, keselamatan dan
kenyamanan penghuni dan lingkungannya, yaitu :
a. Jarak bangunan harus memenuhi persyaratan terhadap bahaya
kebakaran, pencahayaan dan pertukaran udara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 9
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan
b. Kemudahan pencapaian dan pengelompokan hunian dan orientasi
pencapaian.
KDB KLB
(%)
Jumlah Lantai
(lantai)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
34% 1,105 3-4 1528
28% 1,2 4-5 1667
25% 1,25 5 1736
20,2% 1,33 6-7 1847
317,5% 1,375 7-8 1909
16% 1,4 8-9 1944
15% 1,42 9-10 1972
14% 1,436 10-11 1995
13% 1,45 11-12 2014
Tabel 2.4 Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien Lantai Bangunan
e. Satuan Rumah Susun
a. Memiliki ukuran standart minimal 18 m2 , lebar bagian muka
minimal 3 m.
b. Dapat terdiri dari ruang utama dan ruang lain di dalam dan/atau di
luar ruang utama. Ruang utam berfungsi sebagai ruang tidur pada
rumah untuk unit hunian dan ruangutama sebagai ruang kerja pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 10
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan
susun untuk unit buka hunian, sementara ruang lain berfungsi
sebagai ruang penunjang untuk kamar mandi, kakus, dan dapur.
c. Harus dilengkapi dengan pencahayaan dan penghawaan alami dan
buatan yang cukup, sistem evakuasi penghuni yang menjamin
kelancaran dan kemudahan, sistem penyediaan daya listrik yang
memadai dan sistem penyediaan air secara otomatis.
d. Batas pemilikan satuan rumah susun berupa ruang tertutup
dan/atau sebagian terbuka dan/atau ruang terbuka.
SATUAN HUNIAN PERSYRATAN
Ruang utama Diperuntukan sebagai ruang tamu
dan ruang tidur.
Kamar mandi Berada di luar satuan rumah susun,
untuk 1 unit kamar mandi harus
dapat melayani minimal 2 satuan
rumah susun.
dapur Dapat berada di luar satuan rumah
susun, berupa tempat untuk
memasak dan dapat melayani 1 unit
rumah susun.
Tabel 2.5 Satuan Hunian Dalam Rumah Susun
f. Prasarana Lingkungan
Prasarana lingkungan berupa jalan setapak, jalan kendaraan sebagai
penghubungan antar bangunan rumah susun atau keluar lingkungan rumah susun,
tempat parkir dan/atau tempat penyimpanan barang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 11
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan
KRITERIA PERSYARATAN
Jalan setapak Badan jalan 2 m dengan lebar
perkerasan jalan ± 1,5 m dan lebar
bahu jalan ± 0,25 m, saluran tei jalan
dibuat pada 1 atau 2 sisi jalan.
Jalan kendaraan dengan
kecepatan 10-20 km/jam
Badan jalan 3,5 m dengan lebar
perkerasan jalan ± 3 m dan lebar
bahu jalan ± 0,25 m, saluran tepi
jalan dibuat pada 1 atau 2 sisi jalan,
trotoar ± 0,9 n dikedua sisi jalan.
Tempat parkir Jarak tempatparkir dari pintu
bangunan rumah susun ± 300m,
fasilitas parkir menjamin keamanan
bagi pejalan kaki terhadap
pengendara.
Tabel 2.6 Kriteria Prasarana Lingkungan Rumah Susun
g. Utilitas Umum Lingkungan
Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan utilitas umumynag
terdiri dari jaringan air bersih, saluran pembuangan air hujan, saluran pembuangan
air limbah, jaringan tempat pembuangan sampah, jaringan pemadam kebakaran,
jaringa listrik, jaringan telepon dan alat komunikasi lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 12
UTILITAS UMUM PERSYARATAN
Jaringan air bersih a. Penyediaan tangki air,
pompa hisap dan tekan
b. Melayani sambungan
halaman dengan kapasitas ±
90 lt/org/hari
c. Dilengkapi dengan kran-kran
air atau hidran kebakaran
dengan jarak penempatan
yang dapat menjangkau
seluruh lingkungan rumah
susun baik vertikal maupun
horizontal.
Saluran air hujan a. Saluran air hujan dilengkapi
dengan bak kontrol
b. Dihubungkan daengan riol
kota
c. Dilengkapi dengan pompa
hisap yang lebih rendah dari
riol kota.
Saluran air limbah a. Saluran limbah cair
dihubungkan dengan saluran
kota menuju tempat
pengolahan limbah.
b. Septictank untuk limbah cair
padat.
Pembuangan sampah Bahan bak sampah dibuat dari bahan
yang kedap air, kedap bau dan tidak
mudah berkarat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 13
Jaringan listrik Dilengkapi dengan gardu listrik,
tiang listrik dan sebagainya.
Jarngan telepon Dipasang padatempat-tempat
tertentu yang memudahkan
penyambungan ke unit-unit hunian
mudah dalan perbaikan dan serta
perawatan.
Tabel 2.7 Persyaratan Utilitas Umum Pada Rumah Susun
h. Fasilitas Lingkungan
Fasilitas lingkungan pada rumah susun dapat berupa ruangan dan/atau
bangunan, antara lain fasilitas perniagaan atau perbelanjaan,lapangan terbuka,
fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, pemerintahan dan pelayanan umum
serta pemakaman dan pertamanan. Tetapi itu semua tidak harus dipenuhi karena
tergantung dari tingkat kebutuhan penduduknya.
FASILITAS PERSYARATAN
Fasilitas niaga dan
perbelanjaan
a. Jumlah penduduk ≤ 250
minimal disediakan warung
dan pelataran kaki lima yang
menjual kebutuhan sehari-
hari dan sembako.
b. Jumlah penduduk 250-1000
minimal disediakan
pertokoan yang menjual
kebutuhan sehari-hari lebih
lengkap.
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 14
c. Jumlah penduduk > 1000
minimal disediakan pusat
perbelanjaan (pasar
swalayan), bengkel-bengkel
reparasi dan usaha jasa yang
lainnya.
Lapangan terbuka Dapat berupa taman sebagai
penghijauan, tempat bermain anak,
lapangan olahraga dengan luas tanah
min 20% dari luas tanah lingkungan
rumah susun.
Fasilitas pendidikan a. Jumlah penduduk ≤ 1000
minimal disediakan fasilitas
pra sekolah atau TK.
b. Jumlah penduduk 1000-1600
minimal disediakan SD
c. Jumlah penduduk 1600-6000
minimal disediakan SLTP.
d. Jumlah penduduk 6000-9000
minimal disediakan SLTA.
e. Atau disesuaikan dengan
jumlah jiwa yang sesuai
dengan tingkat pendidikan
dan melihat daya tampung
fasilitas disekitarnya yang
sesuai dengan fasilitas
pendidikan untuk
permukiaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 15
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan
Fasilitas kesehatan Sesuai dengan peraturan pengadaan
fasilitas kesehatan pada permukiman
pada umumnya.
Fasilitas pemerintahan dan
pelayanan umum lainnya.
Sesuai dengan peraturan pengadaan
fasilitas pemerintah pada
permukiman pada umumnya.
Fasilitas peribadatan. Sekurang-kurangnya dapat melayani
peribadatan mingguan dan untuk
kegiatan yang sifatnya tertentu dapat
menggunakan fasilitas ruang seba
guna.
Tabel 2.8 Persyaratan Fasilitas Lingkungan
Fasilitas lingkungan ini sebesar-besarnya dengan luas lantai 30% dari
jumlah luas lantai bangunan rumah susun dan tidak lebih dari 3 lantai. Fasilitas
lingkungan rumah susun juga dapat dilayani oleh fasilitas lain yang berada diluar
lingkungan rumah susun dengan ketentuan yang berlaku.
i. Persyaratan Lain-lain
a. Persyaratan Rumah Susun Sebagai Hunian Komunal (Sugiyanto,
Rumah Susun di Bantaran Kali Code, Tugas Akhir JUTA
UGM.2001. hal 10) :
1. Kenyamanan dan ketenangan visual/psikologis.
2. Kompleksitas kepemilikan.
3. Kemudahan penyelesaian struktur, yaitu dengan bentuk-
bentuk tipikal.
4. Memungkinkan terciptanya interaksi antar penghuni.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 16
5. Penyelesaian fisik bangunan yang menghindari kesa
formal.
b. Persyaratan Rumah Susun Sebagai Hunian Vertikal (Peraturan
Menteri PU No.60/PRT/1992) :
1. Semua ruang kecuali gudang harus terang dan segar.
2. Memperhatikan keamanan struktur, komponen dan bahan
bangunan.
3. Ditentukan ukuran minimum untuk setiap ruang.
4. Melengkapi ruang-ruang pembentuk suatu hunian.
5. Ruang bersama (tangga, lobby, koridor) memiliki view
keluar.
6. Kepadatan dan letak banguanan ditentukan sedemikian rupa
sehingga menjamin aliran udara dan pencahayaan alami.
c. Persyaratan Lokasi Rumah Susun (Ditjen Cipta Karya, 1980) :
1. Waktu tempuh ± 30 enit dari tempat kerja dan pusat
pelayanan.
2. Memiliki aksesiblitas ke tempat umum.
3. Lokasi rumah susun berada di daerah yang memberikan
keseimbangan sosial dan keserasian serta keterpaduan antar
kawasan yang menjadi lingkungannya.
4. Memberikan kesempatan untuk membina individu dan
keluarga serta terjamin atas bahaya.
5. Tersedia infrastruktur dan prasarana yang memadai.
2.2. TINJAUAN TEORI EKO-ARSITEKTUR
2.2.1. Pengertian Eko-Arsitektur
Frick, Heinz, dan Suskiyatno, FX. Bambang, 1998, menyebutkan
bahwa eko-arsitektur adalah : Holistis, berhubungan dengan sistem
keseluruhan, sebagai suatu kesatuan, yang lebih penting dari pada sekedar
kumpulan bagian - bagian. Memanfatkan pengalaman manusia (tradisi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 17
pembangunan) dan pengalaman lingkungan alam terhadap manusia.
Pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang
statis. Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan
ke dua belah pihak.
Eko-arsitektur dapat didefinisikan sebagai suatu pemikiran yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah pembangunan rumah atau tempat
tinggal (bangunan) sebagai kebutuhan kehidupan manusia dalam hubungan
timbal balik dengan lingkungan alamnya.
Lingkungan alam merupakan bagian dari proses ekologi yang
merupakan bentuk konservasi terhadap alam sekitar untuk membantu
terjadinya keseimbangan alam antara alam yang terbangun dengan alam
aslinya.
Eko-arsitektur menghasilkan keselarasan antara manusia dengan
lingkungan alamnya. Eko-arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas
dan mengandung bidang-bidang telaah lain seperti arsitektur surya, arsitektur
biologis, arsitektur bionik serta pembangunan berkelanjutan.
2.2.2. Unsur Pokok eko-arsitektur
Bagi banyak manusia tradisional materi selalu terdiri atas empat unsur
yaitu udara (angin), air (banyu), tanah/bumi (lemah) dan api/energi (geni).
Menurut perhitungan masa kini hal itu jauh lebih rumit dari pada empat hal
tersebut. Akan tetapi hal tersebut dianggap sebagai awal pembicaraan
hubungan timbal balik antara gedung dengan lingkungan.
a. Udara
Bumi, tanaman, hewan, bangunan dan manusia penghuninya
membutuhkan daur udara. Oksigen dan beberapa gas fungsional lain disedot
paru-paru melalui susunan lubang ventilasi. Sisa udara berupa karbondioksida
dan gas buang lainnya diserap tanaman untuk mengolahnya lagi menjadi
oksigen. Udara dari luar yang penuh debu dan bersuhu tidak nyaman, perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 18
disaring oleh daun-daun perpohonan serta suhunya dinyamankan oleh uap air
yang keluar dari mulut daun. Akan tetapi, pencemaran lingkungan oleh
manusia yang terjadi sejak awal industrialisasi meningkat sangat tajam yang
menyebabkan sistem pembersihan udara secara alami tidak berfungsi lagi
secara sempurna. Disamping itu, pencemaran udara juga menimbulkan efek
samping pemanasan global dan lubang ozon.
Pencemaran udara dapat diatasi dengan cara mencuci atau mengikat.
Proses mencuci udara berarti dibutuhkan hujan yang cukup banyak dimana
tetes-tetes air mengikat partikel debu dan kemudian debu tersebut akan
mengikat dengan tanah. Tanaman memiliki sifat mengikat debu pada
permukaan daunnya. Dengan demikian, pada lahan hijau tanaman dapat
menyaring 85% debu yang ada, seperti :
Tabel 2.9 Susunan Udara
Sumber : Heinz, frick, 1998
b. Air
Dalam sebuah perencanaan dan perancangan yang ekologis, peredaran
alami air harus diperhatikan untuk menjaga agar aliran air yang besar di alam
ini tidak berubah. Seluruh air di bumi sebaliknya dikembalikan ke alam.
Tanah sangggup mengolah kembali air buangan sabun non deterjen menjadi
air bersih di dalam tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 19
Hal-hal yang dapat dilakukan dalam pengelolaan kebutuhan akan air
adalah :
· Mendukung peredaran alami air tanah yang sangat penting dengan
melakukan penanaman vegetasi atau mempertahankan vegetasi alami
tapak sehingga peredaran alami air tanah tidak mengalami gangguan.
· Membersihkan buangan air limbah dari rumah tangga. Sebagai alternative
yang mudah dan murah adalah dengan menerapkan azas “daur ulang”
yaitu dengan mengalirkan air buangan limbah dari septic tank menuju
kolam yang telah ditanami enceng gondok. Tanaman ini mampu
membersihkan air limbah sekaligus mempertinggi mutu kimia air dan
mengurangi jumlah bakteri.
c. Energi
Dalam kehidupannya, manusia tidak pernah lepas dari kebutuhan akan
energi. Penggunaan energi yang tidak terkendali menyebabkan adanya
pemborosan energi yang sebenarnya dapat disimpan untuk generasi
mendatang, adanya kelebihan pembakaran yang menyebabkan berlebihnya
kandungan karbondioksida maupun karbonmonosida di atmosfer yang
mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan global.
Pembangkitan energi dalam bentuk apapun selalu membebani lingkungan
alam. Energi dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu energi yang
terbarukan dan energi yang tidak terbarukan, menurut tabel berikut
(Dasardasar arsitektur ekologis , Heinz Frick, 2007: 65).
d. Bumi
Sepertiga dari manusia menghuni rumah dari tanah liat yang diambil
dari dalam bumi (pasir, kerikil, batu-batuan, tanah liat, logam, sulfur, dan
mineral lainnya). Mulai awal abad yang ke-19 muncul bahan bangunan
modern seperti semen porland sebagai bahan dasar beton, baja, kaca,
alumunium, plastik, dan bahan sintesis lainnya. Meskipun bahan ini juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 20
berasal dari bahan baku bumi, namun bahan tersebut telah mengalami
transformasi yang keadaan entropinya (merupakan istilah dalam ilmu
termodinamika untuk menggambarkan arah suatu proses yang tidak dapat
memutarbalikkan) rendah.
Eksploitasi bahan baku yang berada pada permukaan bumi biasanya
dilakukan oleh manusia dengan cara mencuri dan meninggalkan kegersangan.
Berkurangnya volume hutan di kalimantan cukup memberi gambaran bahwa
perilaku manusia lebih banyak pada tindakan pemanfaatan alam bahkan
pengrusakan tanpa menghiraukan kelestrariannya. Masalah bumi akhirnya
bukan hanya menyangkut permasalahan eksploitasi bahan baku semata
melainkan juga adalah sampah dengan volume yang meningkat tajam. Tidak
hanya di rumah tangga, melainkan juga di kawasan industri dan
pembangunan.
Tanah sebagai tempat untuk berdirinya suatu bangunan juga turut
mendapat perhatian dalam perencanaan ekologi arsitektur. Fungsi tanah selain
sebagai media tumbuhnya vegetasi, juga sebagai penyimpan air dan
mengalirkan ke area yang lebih rendah. Oleh sebab itu, perencanaan ekologi
arsitektur mengupayakan suatu konservasi agar tanah tidak mengalami
kerusakan dan tetap terpelihara.
2.2.3. Prinsip Desain Eko-Arsitektur
Pembangunan sebagai kebutuhan kehidupan manusia dalam hubungan
timbal balik dengan lingkungan alamnya dinamakan arsitektur ekologis.
Sebenarnya, arsitektur ekologis mengandung juga bagian-bagian dari
arsitektur biologis (arsitektur kemanusiaan yang memperhatikan kesehatan
penghuni), arsitektur alternatif, arsitektur matahari (dengan memanfaatkan
energi surya), arsitektur bionik (teknik sipil dan konstruksi yang
memperhatikan pembangunan alam), serta pembangunan berkelanjutan. Maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 21
istilah arsitektur ekologis adalah istilah holistis yang sangat luas dan
mengandung semua bidang tersebut.
Arsitektur ekologis menghasilkan keselarasan antara manusia dan
lingkungannya. Dan dalam hal ini arsitektur ekologis merupakan arsitektur
yang hendak merusak lingkungan sesedikit mungkin. Untuk mencapai tujuan
ini, maka titik beratnya terletak pada desain yang terpengaruh iklim, dan pada
perhatian rantai bahan dan masa pakai bahan bangunan. Berdasarkan diagram
termodinamika tersebut di atas, maka bangunan berkelanjutan yang ekologis
adalah:
a. Hemat Energi
Sungguh sangat ideal apabila menjalankan operasional suatu
kawasan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang
langka atau membutuhkan waktu lama untuk menghasilkannya kembali
pada bangunannya. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain
bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan
lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada, Lebih jelasnya
dengan memanfaatkan potensi sinar matahari sebagai sumber energi dan
cahaya matahari sebagai pengganti lampu listrik [dimbil dari Green
Architecture design for sustainable future, Thames and Hudson, London,
p.70]
b. Memanfaatkan Kondisi Iklim dan Sumber Energi Alami
Melalui pendekatan Ekologi Arsitektur, bangunan beradaptasi
dengan lingkungan, bukan merubahnya. Hal ini dilakukan dengan
memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungan sekitar kedalam bentuk
dan pengoperasian bangunan.
c. Mengurangi Penggunaan Sumber Daya Alam Baru
Mengurangi material bangunan seharusnya tetap
mempertimbangkan aspek perlindungan alam dan sumber daya alam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 22
Tidak akan cukup sumber daya alam baru dialam yang dapat mencukupi
kebutuhan setiap generasi, untuk itu didalam membuat suatu bangunan
perlu memperhatikan hal – hal seperti :
1. Menggunakan bahan bangunan alam yang mengalami perubahan
transformasi sederhana serta menggunakan bahan bangunan yang
dapat diperbaharui / digunakan kembali.
2. Membuat suatu bangunan dimana pada saat bangunan itu tidak
berfungsi lagi, bahan –bahannya masih dapat digunakan kembali.
3. Membuat bangunan multi fungsi yang digunakan untuk berbagai
keperluan dimasa kini dan masa mendatang, selain itu ruang –ruang
yang ada tanpa sekat dan multifungsi sehingga dapat digunakan untuk
keperluan bersama.
d. Menanggapi Keadaan tapak pada Bangunan
Bangunan harus menyentuh bumi secara ringan. Hal ini
dimaksudkan bahwa keberadaan bangunan baik dari segi konstruksi,
bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan yang ada
disekitarnya.
Teknologi yang ekologis selalu mengutamakan keseimbangan
antara teknologi dan lingkungan, sebagai berikut:
a. Seimbang dengan alam:
· Perhatian kepada alam dan sumbernya
b. Seimbang dengan manusia:
· Perhatian kepada keamanan, kehidupan, kebudayaan, sumber alam,
pencemaran udara, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya
c. Seimbang dengan lingkungan:
· Perhatian terhadap iklim, tanah (gempa bumi, banjir, rob),
pengaruh lainnya (tahan rayap, bahaya malaria), dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 23
2.2.4. Perencanaan Desain Eko-Arsitektur
Struktur – struktur alam selalu terbentuk sebagai peredaran alam.
Sebuah rumah atau bangunan merupakan salah satu organisme alam yang
termasuk / ikut berpengaruh dalam sistem peredaran alam. Alam sebagai pola
eko-arsitektur yang holistik ( bersifat keseluruhan ) mempunyai persyaratan
sebagai berikut :
· Penyesuaian pada lingkungan alam setempat (iklim tropis).
· Menghemat Sumber alam yang tidak dapat diperbaharui dan
menghemat penggunaan energi.
· Memelihara Sumber lingkungan (udara, tanah, air)
· Memelihara dan memperbaiki peredaran alam.
· Mengurangi ketergantungan pada pusat energi ( listrik, air) dan
limbah ( air limbah, sampah).
· Menggunakan teknologi sederhana.
a. Kualitas Kenyamanan
Tujuan setiap arsitektur ekologis yang memperhatikan cipta dan rasa
adalah kenyamanan penghuninya. Namun kenyamanan tidak dapat diukur
dengan alat sederhana seperti lebar dan panjang ruang dengan meter,
melainkan seperti yang diuraikan tentang kualitas, penilaian kenyamanan
selalu sangat subyektif dan bergantung pada berbagai faktor.
Kenyamanan dalam suatu ruang tergantung secara imaterial dari
kebudayaan dan kebiasaan manusia masing-masing dan secara material
terutama pencahayaan, penghawaan, olahan ruang luar, bahan bangunan,
struktur bangunan, maupun bentuk bangunan.
a) Pencahayaan
Ø Pencahayaan Alami
Matahari sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Pencahayaan didalam ruang
memungkinkan pengalaman ruang melalui mata dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 24
hubungannya dengan pengalaman perasaan. Pencahayaan dan
pembayangan mempengaruhi orientasi didalam ruang.
Pencahayaan alami digunakan umumnya pada siang hari
karena mengingat efisiensi energi yang digunakan. Mulai pagi hari
hingga sore hari diusahakan pemanfaatan sinar matahari
semaksimal mungkin bagi pencahayaan ruangan. Hal ini dapat
dilakukan dengan menghadirkan bukaan-bukaan yang lebar agar
cahaya matahari dapat masuk kedalam ruang secara maksimal,
namun kebutuhan sinar matahari dalam pencahayaan ruang
tergantung dari aktivitas di dalam ruang.
Hal-hal yang berpengaruh dalam perencanaan pencahayaan
alami adalah :
· Orientasi bangunan terhadap sinar matahari yang paling cocok
dan menguntungkan dari barat ke timur sehingga cahaya dapat
diterima dan kesilauan dapat dihindari namun jika ada
pertimbangan lain yang memerlukan orientasi tertentu misal
aliran udara, maka kemiringan atap sampai 30º masih dapat
diterima.
· Untuk mendapatkan lubang cahaya efektif maka diperlukan titik
ukur tertentu. Untuk penerangan langsung dari langit melalui
lubang-lubang cahaya pada bangunan titik ukur tersebut
diperoleh dari jarak sepertiga ukuran dalam ruang. Pada
perancangan bangunan umumnya menghindari perhitungan yang
terlalu rumit, maka ditetapkan standar praktis luasan jendela
yaitu 10%-20% dari luasan dinding untuk dapat memanfaatkan
cahaya dengan baik dan membatasi panas yang masuk ke dalam
ruangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 25
· Semakin tinggi bukaan cahaya maka semakin dalam cahaya akan
masuk ke dalam ruang. (Frick dan Suskiyatno, 1988:56)
Beberapa faktor bentuk bangunan yang mempengaruhi
masuknya cahaya ke dalam ruangan :
· Tinggi dan Lebar Jendela
· Kedalaman ruang
· Jarak antar bangunan
· Skylight
· Clerestories
· Overhang
Komponen-komponen yang berpengaruh pada pencahayaan
alami adalah :
· Komponen langit
Komponen langit yang dimaksud adalah cahaya matahari dan
langit. Besarnya tergantung pada besaran lubang cahaya atau
penghalang yang ada diluar bangunan serta penghalang berupa
bagian dari bangunan.
· Komponen refleksi luar
Komponen refleksi luar adalah cahaya yang diperoleh melalui
pantulan dari benda diluar bangunan.
· Komponen refleksi dalam
Komponen refleksi dalam adalah komponen cahaya yang datang
pada bidang kerja melalui pantulan permukaan interior ruangan.
Cahaya yang dipantulkan berupa cahaya langsung dari langit
ataupun cahaya yang dipantulkan. Besar intensitas tergantung pada
komponen ruang baik bahan, warna, tekstur atau ukuran ruang.
Ø Pantulan dan Penyerapan
Intensitas dan pantulan cahaya matahari yang kuat
merupakan gejala dari iklim tropis. Cahaya yang terlalu kuat, juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 26
kontras yang terlalu besar dalam nilai “terang” sering dirasakan
tidak menyenangkan karena ada efek silau yang dihasilkan.
Penghijauan lingkungan adalah salah satu cara terbaik untuk
mengatasi silau. Dengan tumbuhan rendah dan rerumputan,
kesialauan tanah dapat dihindarkan, begitu pula kesilauan dari atas
dapat dihalangi dengan pohon-pohon yang tinggi.
b) Penghawaan
Arah angin dipengaruhi oleh musim kemarau yaitu angin
timur laut dan musim hujan adalah angin barat, selain itu juga
dipengaruhi oleh iklim mikro pada tapak. Orientasi bangunan pada
arah angin dapat meningkatkan kelancaran sirkulasi ventilasi
silang. Udara yang bergerak menghasilkan penyegaran yang
terbaik karena dengan penyegaran tersebut terjadi proses
penguapan yang menurunkan suhu pada kulit manusia. Dengan
demikian juga dapat digunakan angin untuk mengatur udara
didalam ruang.
Angin yang menerpa sebuah bangunan akan membentuk
daerah bertekanan tinggi pada sisi hulu angin. Pada hal lain, angin
berhembus mengelilingi bangunan dan membentuk daerah
bertekanan rendah pada sisi samping dan sisi hilir angin.
Menunjukan bahwa aliran udara tidak selalu mencari jalan
terpendek.
Gambar 2.1. Angin menerpa bangunan
Sumber : Dasar – dasar arsitektur ekologis, 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 27
Kondisi tekanan yang berbeda pada kedua sisi lubang masuk
aliran udara, akan membelok mencari jalan lain. Berarti pergeseran
lubang masuk udara pada satu sisi mengubah kondisi tekanan
amsing-masing.
Disamping aliran udara yang bergerak, timbul juga pengaruh
silau oleh sinar matahari yang juga perlu diperhatikan. Sebaiknya
silau tersebut dihindari dengan pengadaan tanaman.
Pada rumah yang tidak bertingkat, aliran udara bergerak pada
ketinggian tubuh manusia. Demikian juga terjadi pada gedung yang
bertingkat di lantai satu, sedangkan pada gedung yang bertingkat di
ruang tingkat atas aliran udara bergerak dekat pada langit-langit.
Gambar 2.2 Kondisi tekanan pada sisi lubang Sumber : Dasar – dasar arsitektur ekologis, 2007
Gambar 2.3 Pengaruh silau matahari Sumber : Dasar – dasar arsitektur ekologis, 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 28
Pengaruh elemen peneduh mengakibatkan kondisi tekanan
yang berbeda pada kedua sisi lubang masuk udara. Letak lubang
masuk udara selalu mempengaruhi aliran udara, sedangkan letak
lubang keluar tidak begitu penting.
Kecepatan aliran udara mempengaruhi penyegaran udara.
Jika lubang masuk udara lebih besar daripada lubang keluarnya,
maka kecepatan aliran udara akan berkurang, lain halnya jika lubang
keluar udara lebih besar, kecepatan aliran udara akan semakin kuat.
Gambar 2.4. Aliran udara pada rumah tingkat Sumber : Dasar – dasar arsitektur ekologis, 2007
Gambar 2.5 Pengaruh elemen peneduh Sumber : Dasar – dasar arsitektur ekologis, 2007
Gambar 2.6 Kecepatan aliran udara mempengaruhi penyegaran udara
Sumber : Dasar – dasar arsitektur ekologis, 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 29
Pemanfaatan pohon, serta semak-semak merupakan cara
alamiah untuk memberi perlindungan terhadap sinar matahari
maupun untuk menyegarkan dan menyalurkan aliran udara, terutama
pada gedung yang rendah.
b. Bahan Bangunan
Pemilihan bahan bangunan maupun penentuan struktur sebaiknya juga
harus mempertimbangkan aspek yang berkaitan dengan ekologi. Bahan
bangunan dan struktur yang digunakan untuk banguan tradisional lebih murah
harganya, lebih sederhana, mudah digunakan atau diterapkan, tersedia di
tempat / local, seimbangan dengan iklim setempat dan sesuai dengan tingkat
keahlian tukang-tukang setempat.
Bahan bangunan yang ekologis digolongkan menurut penggunaan bahan
mentah dan tingkat transformasi, seperti bagan sebagai berikut :
GOLONGAN CONTOH BAHAN BANGUNAN
Bahan bangunan yang dapat
dibudidayakan kembali
(regeneratif)
· Bahan nabati, seperti ; kayu, rotan, rumbia,
alang-alang, serabut kayu, ijuk, kulit kayu,
kapas, kapuk, dll.
· Bahan hewani, seperti : kulit binatang,
woll, dll.
Gambar 2.7. Pemanfaatan pohon serta semak-semak
Sumber : Dasar – dasar arsitektur ekologis, 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 30
Bahan bangunan alam yang
dapat digunakan kembali.
Tanah, tanah liat, lempung, tras, kapus, batu
kali, batu alam, dsb.
Bahan bangunan buatan yang
dapat didaur ulang (recycling),
yaitu bahan bangunan yang
didapat sebagai : limbah,
ampas, sampah, potongan, dsb
dari perusahaan industri.
Bahan bungkusan ( kaleng,botol), mobil
bekas, ban, serbuk kayu, poongan bahan
sintesis, kaca, seng, dan kain.
Bahan bangunan alam yang
mengalami perubahan
transfornasi sederhana, yaitu
bahan bangunan yang
disediakan secara industri.
· Batu batuan ( batu merah) dan genting
(genting flam dan genting pres) serta batu
buatan yang tidak dibakar (batako dan
conblock).
· Sebagai bahan perekat / lem, seperti :
semen merah, kapur mentah, kapur padam,
kapur kering, dan semen portland.
Bahan bangunan yang
mengalami beberapa tingkat
perubahan transformasi
Plastik dan bahan sintesis yang lainnya dan
yang tentunya dapat dinamakan “ekologis”
sehingga dalam penggunaannya sebagai
bahan bengunan 90% dapat diabaikan.
Bahan bangunan komposit,
yaitu bahan bangunan yang
tercampur menjadi satu yang
tidak dapat dibagi-bagi lagi.
Beton, pelat serat semen, pelat serutan / tatal
kayu semen, cat kimia, dan perekat
Tabel 2.10. Jenis dan Bahan Ekologis
Sumber : dasar – dasar arsitektur ekologis, 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 31
Banyak jenis bahan yang mempunyai sifat dan kecenderungan tertentu baik
yang cepat rusak atau awet, cenderung merusak alam atau aman terhadap
alam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan bangunan
yang ekologis :
· Disesuaikan dengan kondisi iklim tropis lembab dan fungsi dalam
penggunaannya (sesuai dnegan sistem struktur).
· Eksploitasi dan pembuatan bahan bangunan menggunakan energi
sesedikit mungkin.
· Tidak mengalami perubahan bahan (transformasi) yang tidak dapat
dikembalikan pada alam.
· Ekaploitasi pembuatan (produksi, penggunaan dan pemeliharaan
bahan bangunan mencemari lingkungan sesedikit mungkin (keadaan
entropinya serendah mungkin)
Bahan bangunan berasal dari sumber alam lokal. Bahan bangunan yang
ekologis selalu berkaitan dengan sumber alamnya. Dengan demikian kualitas
struktur yang baik juga harus memperhatikan teknologi yang ekologis dimana
selalu mengutamakan keseimbangan antara teknologi dan lingkungan sebagai
berikut :
· Seimbang dengan alam
Perhatian kepada alam dan sumbernya
· Seimbang dengan manusia
Perhatian pada keamanan, kenyamanan, kehidupan (air, jalan nafkah
kehidupan, uang sewa / beli), kebudayaan (tanah, air, agama,
keluarga), sumber alam, pencemaran udara, kesehatan, dll.
· Seimbang dengan lingkungan
Perhatian terhadap iklim, tanah (gempa bumi, banjir, erosi, dll),
kondisi kontur tanah, pengaruh lainnya (tahan rayap), dsb.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 1
BAB III
TINJAUAN KOTA
3.1. TINJAUAN KOTA SEMARANG
3.1.1. Letak dan Luas Wilayah
Gambar 3.1 Peta Semarang
Sumber: RTRW Kota Semarang
Secara geografis wilayah Kota Semarang berada diantara 6º50’-7º10’
LS dan 109º35’-110º50’ BT dengan luas wilayah 373,70 km2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 2
Batas-batas Kota Semarang sebagai berikut :
§ Batas Utara : Laut Jawa
§ Batas Selatan : Kabupaten Semarang
§ Batas Timur : Kabupaten Demak
§ Batas Barat : Kabupaten Kendal
Kota Semarang terdiri dari 16 kecamatan dan 177 kelurahan
dengan luas wilayah keseluruhan 373,7 km2. Kecamatan yang mempunyai
wilayah paling luas yaitu kecamatan Mijen (62,15 km2) sedangkan
kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah kecamatan Candisari
(5,56 km2). Ketinggian Kota Semarang bervariasi, terletak antara 0,75
sampai dengan 348,00 di atas garis pantai.
Kota Semarang memiliki posisi geostrategis karena berada pada
jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, dan merupakan koridor
pembangunan Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang
yakni koridor pantai Utara; koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis
seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor
Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak/Grobogan;
dan Barat menuju Kabupaten Kendal. Dalam perkembangan dan
pertumbuhan Jawa Tengah, Semarang sangat berperan terutama dengan
adanya pelabuhan, jaringan transport darat (jalur kereta api dan jalan) serta
transport udara yang merupakan potensi bagi simpul transportasi Regional
Jawa Tengah dan Kota Transit Regional Jawa Tengah. Posisi lain yang tak
kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar Jawa, secara
langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 3
3.1.2. Sejarah Singkat Terbentuknya Kota Semarang
Sejarah Semarang berawal pada abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir
yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan bagian dari
kerajaan Mataram Kuno. Daerah tersebut pada masa itu merupakan
pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat
pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan
tersebut menyatu membentuk daratan. kota Semarang Bawah yang dikenal
sekarang ini dahulu merupakan laut.
Pada akhir abad ke-15 M Pangeran Made Pandan (Sunan
Pandanaran I) ditempatkan oleh Kerajaan Demakuntuk menyebarkan
agama Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu
semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang
arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama
daerah itu menjadi Semarang.
Semarang bermula dari dataran lumpur,yang kemudian hari
berkembang pesat menjadi lingkungan maju dan menampakkan diri
sebagai kota yang penting. Sebagai kota besar, ia menyerap banyak
pendatang. Mereka ini, kemudian mencari penghidupan dan menetap di
Kota Semarang sampai akhir hayatnya. Lalu susul menyusul kehidupan
generasi berikutnya.
Industri, perdagangan, peningkatan sarana dan prasarana kota,
permukiman serta kehidupan keagamaan yang beragam mewarnai suasana
kebersamaan warganya. Dalam bidang pendidikan terdapat 44 perguruan
tinggi negeri dan swasta. Untuk kawasan permukiman menyebar di 16
Kecamatan, selain permukiman lama juga ditambah bertumbuhnya
perumahan-perumahan baik sederhana, menengah maupun perumahan elit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 4
Tercatat ada kawasan 4 Perumas dan 51 proyek perumahan dengan
masing-masing jumlah unit yang bervariasi antara 100 - 10.000 unit
rumah. Industri di Semarang mengalami peningkatan yang amat pesat.
Dengan bertumbuhnya kawasan-kawasan industri dengan ribuan
perusahaan dan 41 sentra industri kecil meliputi berbagai produksi baik
sandang, pangan, perlengkapan, rumah tangga, suvenir dan lain-lain.
3.1.3. Penduduk Kota Semarang
Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2009, jumlah
penduduk Kota Semarang tercatat sebesar 1.506.924 jiwa. Dalam kurun
waktu 5 tahun, kepadatan penduduk cenderung naik seiring dengan
kenaikan jumlah penduduk. Di sisi lain, penyebaran penduduk di masing-
masing kecamatan belum merata. Di wilayah kota Semarang, tercatat
kecamatan Semarang Tengah sebagai wilayah terpadat dengan angka
kepadatan 14.089 jiwa/km2, sedangkan kecamatan Mijen merupakan
wilayah yang kepadatannya paling rendah yaitu 625 jiwa/km2.
Gambar 3.2. pergerakan dan kepadatan penduduk Kota Semarang
Sumber: RTRW Kota Semarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 5
Tipologi masyarakat berorientasi pada tata kehidupan “kekotaan”
(urbanis), “pedesaan” (ruralis) dan terjalin hubungan masyarakat yang
baik.
3.1.4. Kondisi Fisik Kota Semarang
a. Topografi
Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan
daerah pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan
adanya berbagai kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai 65,22%
wilayahnya adalah dataran dengan kemiringan 25% dan 37,78 %
merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 15-40%. Kondisi lereng
tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu lereng I (0-
2%) meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Semarang
Timur, Semarang Utara dan Tugu, serta sebagian wilayah Kecamatan
Tembalang, Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-5%) meliputi
Kecamatan Semarang Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur,
Gunungpati dan Ngaliyan, lereng III (15-40%) meliputi wilayah di sekitar
Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan Gunungpati), sebagian wilayah
kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon) dan sebagian wilayah
Kecamatan Banyumanik, serta Kecamatan Candisari. Sedangkan lereng IV
(> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah
tenggara), dan sebagian wilayah Kecamatan Gunungpati, terutama
disekitar Kali Garang dan Kali Kripik. Kota Bawah yang sebagian besar
tanahnya terdiri dari pasir dan lempung.
Kota bawah merupakan pantai dan dataran rendah yang memiliki
kemiringan antara 0% sampai 5%, sedangkan dibagian Selatan merupakan
daerah dataran tinggi dengan kemiringan bervariasi antara 5%-40%.
Secara lengkap ketinggian tempat di Kota Semarang dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 6
Tabel Ketinggian Tempat di Kota Semarang
No. Bagian Wilayah Ketinggian (MDPL)
1. Daerah Pantai 0,75
2. Daerah Dataran Rendah
· Pusat Kota (Depan Hotel Dibya Puri Semarang) 2,45 - Simpang Lima 3,49
3. Daerah Perbukitan
- Candi Baru 90,56
- Jatingaleh 136,00
- Gombel 270,00
- Mijen 253,00
- Gunungpati Barat 259,00
- Gunungpati Tmur 348,00
Tabel 3.1 Ketinggian Tanah
Sumber : Kota Semarang Dalam Angka Tahun 2009
b. Klimatologis
Kota Semarang seperti kondisi umum di Indonesia, mempunyai
iklim tropik basah yang dipengaruhi oleh angin monsun barat dan monsun
timur. Kondisi klimatologis meliputi:
· Angin
Kecepatan angin bulanan rata-rata di Stasiun Klimatologi Semarang
berubah-ubah dari 215 km/hari pada bulan Agustus sampai 286
km/hari pada bulan Januari.
· Matahari
Lamanya sinar matahari, menunjukkan rasio sebenarnya sampai
lamanya sinar matahari maksimum hari, bervariasi dari 46% pada
bulan Desember sampai 98% pada bulan Agustus. Suhu minimum
22,1 oC terjadi pada bulan Juli, dan suhu maksimum 33,7 oC terjadi
pada bulan September dan Oktober.
· Curah hujan
curah hujan di Kota Semarang mempunyai sebaran yang tidak merata
sepanjang tahun, dengan total curah hujan rata-rata 9.891 mm per
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 7
tahun. Hal ini menunjukkan curah hujan khas pola di Indonesia,
khususnya di Jawa, yang mengikuti pola angin monsun SENW yang
umum.
· Kelembaban
Kelembaban relatif bulanan rata-rata berubah-ubah dari minimum 61%
pada bulan September ke maksimum 83% pada bulan Januari.
· Suhu
Suhu minimum rata-rata yang diukur di Stasiun Klimatologi Semarang
berubah-ubah dari 21,1 °C pada September ke 24,6 °C pada bulan
Mei, dan suhu maksimum rata-rata berubah-ubah dari 29,9 °C ke 32,9
°C.
3.1.5. Kondisi Non Fisik Kota Semarang
a. Ekonomi
Perekonomian Kota Semarang sebelum krisis terjadi
mengalami pertumbuhan di atas pertumbuhan rata-rata ekonomi
nasional, namun setelah adanya krisis multi dimensi pertumbuhan
ekonomi mengalami penurunan yang cukup drastis. Penurunan
pertumbuhan ekonomi yang paling tajam terjadi pada tahun 1998
secara riil mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Dalam
bidang ekonomi yang mengalami penurunan paling drastis adalah
sektor bangunan.
Perekonomian pada tahun 1999 menunjukan pertanda
membaik, hal ini dapat terlihat dari pertumbuhan ekonomi, namun
masih ada sektor dengan pertumbuhan negatif, yakni sektor jasa
perusahaan dan sektor pertanian, mulai tahun 2000 kondisi
perekonomian jauh lebih baik. Hal ini ditandai dengan Pembangunan
perdagangan dan jasa yang telah menunjukkan hasil yang cukup
menggembirakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 8
b. Jalan dan Transportasi
Pola rencana jaringan jalan di Kota Semarang secara garis
besar dikembangkan dengan pola Radial (memusat) dan Konsentris
(melingkar). Pola radial merupakan pola jaringan jalan yang
menghubungkan kota Semarang dan kota-kota hinterland (kearah
Kendal/Jakarta, Demak/Surabaya, Mranggen/Purwodadi,
ungaran/Surakarta/Yogyakarta dan ke arah Boja).
Jalur transportasi utama yang melewati Kabupaten Semarang, terutama
jalur nasional Semarang-Solo sangat membantu kemudahan
pergerakan masyarakat. Sementara itu, jalan yang menghubungkan
antara jalur utama dengan pusat-pusat permukiman kondisinya cukup
buruk.
Mengatasi permasalahan tersebut disusunlah beberapa rencana
jaringan jalan dalam kota dengan pola Konsentris. Pola jaringan jalan
konsentris adalah rencana jaringan Jalan Lingkar Dalam (Inner Ring
Road), Lingkar Tengah (Middle Ring Road) dan Lingkar Luar (Middle
Ring Road).
Gambar 3.3 frase Semarang Middle Ring Road
Sumber: RTRW Kota Semarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 9
Memenuhi transportasi darat tersedia dua jenis kendaraan angkutan darat
utama, yaitu kendaraan bermotor dan kereta api. Salah satu jenis kendaraan
bermotor yang digunakan untuk angkutan penumpang dengan jumlah besar
adalah bus, yang terdiri dari Bus Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) dan Bus
Antar Kota Antar Propinsi (AKAP). Bus-bus ini dilayani oleh Terminal Bus
Terboyo Semarang. Angkutan Kereta Api di Kota Semarang dilayani 2 stasiun
yaitu Stasiun Tawang dan Stasiun Poncol.
Angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan
Semarang dengan sejumlah kota-kota besar Indonesia setiap harinya. Sejak
tahun 2008 Bandara Ahmad Yani menjadi bandara Internasional dengan
adanya penerbangan langsung ke luar negri, contohnya ke Singapura.
Pelabuhan Tanjung Mas menghubungkan Semarang dengan sejumlah kota-
kota pelabuhan Indonesia; pelabuhan ini juga terdapat terminal peti kemas.
3.2. RENCANA PEMBANGUNAN KOTA
3.2.1. Rencana Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan
Dengan mempertimbangkan luas, karakter daerah, koordinasi
pelaksanaan pembangunan, kemudahan dalam penyelesaian masalah, maka
pembagian BWK di Kota Semarang ditentukan melalui pendekatan batas
administratif. Untuk itu, dalam Rencana Tata Ruang Kota Semarang Tahun
2010-2030 pembagian BWK ditetapkan sebagai berikut :
a. BWK I meliputi Kecamatan Semarang Tengah, Kecamatan Semarang
Timur dan Kecamatan Semarang Selatan dengan luas kurang lebih 2.223
Ha;
b. BWK II meliputi Kecamatan Candisari dan Kecamatan Gajahmungkur
dengan luas kurang lebih 1.320 Ha;
c. BWK III meliputi Kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Semarang
Utara dengan luas kurang lebih 3.522 Ha;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 10
d. BWK IV meliputi Kecamatan Genuk dengan luas kurang lebih 2.738 Ha;
e. BWK V meliputi Kecamatan Gayamsari dan Kecamatan Pedurungan
dengan luas kurang lebih 2.622 Ha;
f. BWK VI meliputi Kecamatan Tembalang dengan luas kurang lebih 4.420
Ha;
g. BWK VII meliputi Kecamatan Banyumanik dengan luas kurang lebih
2.509 Ha;
h. BWK VIII meliputi Kecamatan Gunungpati dengan luas kurang lebih
5.399 Ha;
i. BWK IX meliputi Kecamatan Mijen dengan luas kurang lebih 6.213 Ha;
dan
j. BWK X meliputi Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan Tugu dengan luas
kurang lebih 6.393 ha.
Gambar 3.4 Pembagian BWK Kota Semarang
Sumber: RTRW Kota Semarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 11
Rencana pendistribusian fasilitas pelayanan regional di masing-masing
BWK meliputi :
a. Perkantoran, perdagangan dan jasa di BWK I, II, dan III
b. Pendidikan kepolisian dan olah raga di BWK II
c. Perkantoran, transportasi udara dan transportasi laut di BWK III
d. Industri di BWK IV dan BWK X
e. Pendidikan di BWK VI dan BWK VIII
f. Perkantoran militer di BWK VII
g. Kantor pelayanan publik di BWK IX
Rencana penetapan pusat pelayanan di Kota Semarang terdiri atas:
Pusat pelayanan kota, Sub pusat pelayanan kota dan Pelayanan lingkungan.
Pusat pelayanan kota berfungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan
Provinsi, pemerintahan Kota yang berupa pusat pelayanan kegiatan
pemerintahan yang dilengkapi dengan pengembangan fasilitas, meliputi kantor
Gubernur dan kantor Walikota serta fasilitas kantor pemerintahan pendukung
dan pelayanan publik lainnya.
Selain itu pusat pelayanan kota juga sebagai pusat kegiatan
perdagangan modern dan jasa komersial yang dilengkapi dengan :
a. Pusat perbelanjaan skala kota;
b. Hotel dan penginapan;
c. Perkantoran swasta;
d. Jasa akomodasi pariwisata lainnya.
Sub pusat pelayanan kota merupakan pusat BWK yang dilengkapi
dengan sarana lingkungan perkotaan skala pelayanan BWK yang meliputi :
a. Sarana perdagangan dan jasa
b. Sarana pendidikan
c. Sarana kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 12
d. Sarana peribadatan
e. Sarana pelayanan umum
Pusat pelayanan lingkungan kota dilengkapi dengan sarana lingkungan
perkotaan skala pelayanan sebagian BWK, meliputi :
a. Sarana perdagangan;
b. Sarana pendidikan;
c. Sarana kesehatan;
d. Sarana peribadatan; dan
e. Sarana pelayanan umum.
2. Rencana Kawasan Permukiman, Perdagangan dan Jasa
Potensi pergeseran peruntukan non komersial ke arah komersial ini
harus diantisipasi dalam kebijakan penataan ruang wilayah Kota Semarang.
Hal ini bertujuan untuk mengarahkan perkembangan yang ada agar konflik
antar kegiatan kawasan, antar pelaku kegiatan, dan antar jenis kegiatan
ekonomi tidak terjadi.
Arahan pemanfaatan ruang kawasan permukiman, perdagangan dan
jasa adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan Fungsi Rencana Kawasan Permukiman, Perdagangan dan
Jasa dilakukan di kawasan pusat kota (Central Bussiness Distric/CBD)
PETAWANGI (Peterongan – Tawang – Siliwangi);
b. Pengembangan jenis kegatan ini di kawasan PETAWANGI bertujuan
untuk mendukung terwujudnya kawasan PETAWANGI sebagai kawasan
perdagangan dan jasa skala pelayanan regional/ nasional/ internasional;
c. Pengembangan kawasan kawasan permukiman, perdagangan dan jasa di
kawasan PETAWANGI tetap mempertahankan Kampung Heritage
sebagai kawasan permukiman dan pariwisata;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 13
d. Pengembangan kegiatan permukiman di kawasan ini dilakukan secara
vertikal dengan pola rumah susun/ apartemen/ kondominium.
3. Rencana Kawasan Perumahan dan Permukiman
Kawasan Perumahan dan permukiman, adalah kawasan yang
pemanfaatannya untuk perumahan dan permukiman, serta berfungsi sebagai
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan. Kawasan ini terdiri dari kawasan perumahan yang
dibangun oleh penduduk sendiri dibangun oleh perusahaan pembangunan
perumahan dan dibangun oleh pemerintah.
Arahan pembangunan dan pemanfaatan kawasan perumahan dan
permukiman ditetapkan sebagai berikut :
a. pembangunan perumahan dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan
tempat tinggal yang layak bagi masyarakat dan/atau untuk pemukiman
kembali (resettlement) sebagai akibat dari pembangunan prasarana dan
sarana kota.
b. pembangunan perumahan dilakukan dengan dengan pengembangan
perumahan yang sudah ada maupun pembangunan perumahan baru;
c. pembangunan perumahan baru dilakukan secara intensif (vertikal dan
horisontal) dengan pemanfaatan lahan secara optimal pada kawasan-
kawasan di luar kawasan lindung dengan fungsi kegiatan perumahan
permukiman;
d. pembangunan perumahan baru dilakukan di masing-masing BWK dengan
ketentuan sebagai berikut :
· Pengembangan perumahan dengan bangunan vertikal (rumah susun/
apartemen) dilakukan di kawasan pusat kota (BWK I, BWK II, dan
BWK III)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 14
· Pengembangan perumahan dengan kedatan sedang sampai dengan
tinggi di BWK IV, V, VI, VII, dan X.
· Perumahan pada BWK VIII, dan IX direncanakan dengan kepadatan
rendah sampai sedang.
e. Pada pembangunan perumahan, pelaksana pembangunan
perumahan/pengembang wajib menyediakan prasarana lingkungan, utilitas
umum, dan fasilitas sosial dengan proporsi 40% (empat puluh persen) dari
keseluruhan luas lahan perumahan, dan selanjutnya diserahkan kepada
Pemerintah Daerah;
f. Pembangunan perumahan secara intensif vertikal dilakukan dengan
pembangunan rumah susun baik pada kawasan perumahan baru maupun
kawasan padat hunian yang dilakukan secara terpadu dengan lingkungan
sekitarnya;
g. Pengembangan lokasi perumahan lama dan perkampungan kota
ditekankan pada peningkatan kualitas lingkungan, dan pembenahan
prasarana dan sarana perumahan;
h. Pembangunan perumahan lama/ perkampungan dilakukan secara terpadu
baik fisik maupun sosial ekonomi masyarakat melalui program
pembenahan lingkungan, peremajaan kawasan maupun perbaikan
kampung.
3.3. RPJMD PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN KOTA SEMARANG
3.3.1. Isu-Isu Strategis
Iisu strategis dilakukan dengan memperhatikan kriteria sebagai
berikut:
1) Memiliki pengaruh yang besar/ signifikan terhadap pencapaian
sasaran pembangunan nasional
2) Merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 15
3) Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap public
4) Memiliki daya ungkit untuk pembangunan daerah
5) Kemungkinan atau kemudahannya untuk dikelola
6) Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan.
Berdasarkan kriteria tersebut setelah dilakukan penilaian
terhadap berbagai isu-isu strategis, isu tentang perumahan menjadi salah
satu isu strategis pembangunan 5 (lima) tahun kedepan pada setiap
urusan penyelenggaraan Pemerintah Daerah tahun 2010-2015.
Urusan Perumahan, diantaranya:
a. Permukiman Kumuh
b. Kepemilikan rumah
c. Keterbatasan Lahan Permukiman (vertical housing)
3.3.2. Strategi dan Arah Kebijakan
Untuk dapat mewujudkan Visi “Terwujudnya Semarang Kota
Perdagangan dan Jasa, yang Berbudaya Menuju Masyarakat Sejahtera”
tersebut sangat dibutuhkan political will, baik oleh Pemerintah dengan
kebijakan otonomi daerah, maupun oleh masyarakat dan seluruh
stakeholders.
Strategi dan arah kebijakan dalam pelaksanaan misi Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang
Tahun 2010-2015 terkait masalah perumahan dan pemukiman
dirumuskan sebagai berikut :
· Mewujudkan Tata Ruang Wilayah dan Infrastruktur yang
Berkelanjutan.
Strategi dan arah kebijakan pembangunan dalam
mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang
berkelanjutan, meliputi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 16
1. Pencegahan dan pengendalian dampak kerusahakan lingkungan,
dengan kebijakan pembangunan diarahkan pada :
· Pengendalian polusi dan pencemaran lingkungan;
· Rehabilitasi dan konservasi lahan kritis;
· Penyusunan pranata pengendalian dampak kerusakan lingkungan;
· Pengendalian eksplorasi dan eksploitasi hasil tambang;
· Penataan dan konservasi kawasan pantai.
· Pengendalian reklamasi pantai.
2. Pengembangan upaya mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim,
dengan kebijakan pembangunan diarahkan pada :
· Pengurangan kerentanan terhadap perubahan iklim;
· Fasilitasi dan penguatan jejaring dan kelembagaan untuk antisipasi
perubahan iklim;
3. Pengembangan manajemen pengelolaan sampah, dengan kebijakan
pembangunan diarahkan pada :
· Peningkatan pengelolaan sampah di TPA yang berkelanjutan;
· Pemenuhan sarana prasarana persampahan;
· Fasilitasi pengembangan kerjasama pengelolaan TPA bersama
antara daerah.
· Pengurangan volume sampah yang masuk TPA Jatibarang.
· Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang
berkelanjutan dengan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan.
4. Pengendalian jumlah ruang terbuka hijau di publik area dan private
area, dengan kebijakan pembangunan diarahkan pada :
· Penyusunan pranata kebijakan Ruang Tata Hijau (RTH) secara
konsisten;
· Perwujudan gerakan “Green City” dan “one man one tree”;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 17
· Peningkatan peran masyarakat dalam peningkatan kualitas Ruang
Tata Hijau (RTH);
· Pengembangan hutan dan taman kota.
5. Pengendalian tata ruang berdasar pada panduan rancang kota, dengan
kebijakan pembangunan diarahkan pada :
· Penyusunan Rencana Tata Ruang Bangunan dan Lingkungan
(RTBL);
· Peningkatan kapasitas kelembagaan ketataruangan;
· Dokumentasi dan inventarisasi pemanfaatan tata ruang yang ada.
6. Peningkatan sarana pusat pertumbuhan baru dilokasi strategis dan
cepat berkembang, dengan kebijakan pembangunan diarahkan pada
penyusunan rencana pengembangan dan pengendalian wilayah
strategis dan cepat tumbuh.
7. Revitalisasi bangunan cagar budaya, dengan kebijakan pembangunan
diarahkan pada :
· Perencanaan kawasan bangunan bernilai budaya;
· Perlindungan kawasan dan bangunan cagar budaya.
8. Pengembangan moda transportasi masal yang aman, nyaman serta
tepat waktu dan terjangkau, dengan kebijakan pembangunan
diarahkan pada :
· Fasilitasi dan bantuan pengembangan kelayakan dan kenyamanan
angkutan massal;
· Penyempurnaan trayek angkutan massal;
· Pengembangan dan optimalisasi terminal;
· Fasilitasi, pengendalian dan peningkatan pelayanan angkutan orang
dan barang;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 18
· Penyediaan sarana prasarana perhubungan dan informasi fasilitas
transportasi yang terintegrasi.
· Peningkatan koordinasi antar moda angkutan yang terintegrasi.
9. Pengembangan manajemen pola perpakiran, dengan kebijakan
pembangunan diarahkan pada :
· Peningkatan tertib perpakiran;
· Pengembangan pranata kebijakan perpakiran.
10. Pengadaan rambu-rambu lalu lintas dan informasi fasilitas
transportasi yang terintegrasi, dengan kebijakan pembangunan
diarahkan pada :
· Pengadaan rambu-rambu lalu lintas yang informatif;
· Pengendalian kelayakan angkutan;
· Peningkatan pelayanan angkutan umum dan prasarana yang
mendukung.
11. Peningkatan aksesbilitas dan pengurangan kemacetan lalu lintas,
dengan kebijakan pembangunan diarahkan pada :
· Peningkatan dan pembangunan jalan;
· Peningkatan dan pembangunan jembatan;
· Pembangunan jalan lingkar luar tahap I (barat-selatan);
· Pembangunan jalan radial;
· Pembangunan fly over Kalibanteng.
12. Pembangunan “Wajah Kota”, dengan kebijakan pembangunan
diarahkan pada :
· Peningkatan estetika kota kawasan Simapala dan Petawangi;
· Penandaan batas kota;
· Pengembangan “Jalur Bunga”;
· Pembangunan “Urban Renewal”;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 19
· Pembangunan dan revitalisasi taman kota.
13. Peremajaan perumahan tidak layak huni, dengan kebijakan
pembangunan diarahkan pada :
· Fasilitasi dan bantuan pemugaran rumah tidak layak huni bagi
warga miskin;
· Perbaikan lingkungan dan permukiman kumuh;
· Pembangunan “urban renewal”;
· Pemberdayaan kelembagaan komunitas perumahan;
· Fasilitasi rumah murah.
14. Pembangunan tempat pemakaman umum (TPU), dengan kebijakan
pembangunan diarahkan pada :
· Pengembangan manajemen pengelola TPU milik pemerintah kota;
· Fasilitasi TPU masyarakat;
· Fasilitasi dan pembangunan TPU baru.
15. Peningkatan penanganan system jaringan drainase dan pengendalian
banjir, dengan kebijakan pembangunan diarahkan pada :
· Penyelesaian paket A, B dan C Dam Jatibarang;
· Normalisasi saluran drainase perkotaan;
· Pengembangan sistem polder dan embung;
· Fasilitasi dan pengembangan tanggul terpadu;
· Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan system jaringan
drainase.
16. Optimalisasi sumber-sumber air baku, dengan kebijakan
pembangunan diarahkan pada :
· Fasilitasi pengembangan sumber-sumber air baku yang baru;
· Fasilitasi dan bantuan pemeliharaan sumber air milik masyarakat;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 20
· Fasilitasi pengembangan kerjasama pengelolaan air antar wilayah;
· Penguatan kelembagaan masyarakat pengelola air.
3.3.3. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah
· Urusan Pekerjaan Umum
Kebijakan pada Urusan pekerjaan umum diarahkan pada
perwujudan keseimbangan pertumbuhan dan pelayanan wilayah melalui
(1) pembentukan struktur jaringan jalan sesuai dengan hirarki dan
pelayanan jalan, interkoneksi antar bagian wilayah pengembangan dan
antar pusat pelayanan transportasi dan pusat pelayanan perkotaan serta
peningkatan kapasitas jalan; (2) pengendalian dan penanggulangan
banjir dan rob terpadu dan sistemik ; (3) penyelesaian DAM Jatibarang
beserta komponennya, pembangunan sistem drainase wilayah dan
kawasan, dan (4) penyempurnaan wajah kota (5) pemenuhan kebutuhan
air bersih masyarakat serta menjaga kualitas dan kuantitas sumber daya
air.
Program-program pembangunan pada Urusan pekerjaan umum
yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan
2. Program Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan
4. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan
Jaringan Pengairan Lainnya
5. Program Pembangunan Saluran Drainase/ Gorong-gorong
6. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Drainase
7. Program Pengendalian Banjir
8. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku
9. Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan Infrastruktur Kewilayahan
10. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air
Limbah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 21
11. Program Penerangan Jalan Umum
12. Program Pengelolaan Reklame
13. Program Pembangunan Sistem Informasi/ Database Jalan dan
Jembatan
14. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
· Urusan Perumahan
Kebijakan pada Urusan perumahan diarahkan pada upaya-upaya
perbaikan permukiman kumuh, peningkatan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap konsep rumah sehat, meningkatkan keswadayaan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan perumahan yang sehat, dan
mendorong investasi swasta dalam pengadaan rumah sehat sederhana.
Program-program pembangunan pada Urusan perumahan yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan
2. Program Pengelolaan Areal Pemakaman
3. Pengembangan Teknologi dan Konstruksi.
· Urusan Penataan Ruang
Kebijakan pada Urusan penataan ruang diarahkan untuk
mewujudkan tata ruang kota yang sinergis, serasi dan berkelanjutan
didukung oleh dokumen perencanaan tata ruang yang realistik dan
implementatif, penegakan hukum (law enforcement) yang tegas, dan
tersedianya aparat pelaksana yang bertanggung jawab.
Program-program pembangunan pada Urusan penataan ruang
yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Program Perencanaan Tata Ruang
2. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 22
· Urusan Perhubungan
Kebijakan pada Urusan perhubungan diarahkan pada upaya
mendorong kelancaran arus barang, jasa dan orang melalui peningkatan
kualitas sarana dan prasarana transportasi, peningkatan manajemen
transportasi dan pengembangan transportasi massal.
Program-program pembangunan pada Urusan perhubungan yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
2. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ
3. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan
4. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan
5. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas
6. Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor
7. Program Pengembangan Jaringan Komunikasi dan Informatika.
· Urusan Lingkungan Hidup
Kebijakan pada Urusan lingkungan hidup diarahkan pada
mewujudkan kualitas lingkungan dalam rangka meningkatkan daya
dukung lingkungan dan antisipasi terhadap perbahan iklim melalui (1)
penegakan hukum lingkungan yang adil dan tegas; (2) peningkatan peran
pemangku kepentingan dalam pengelolaan lingkungan hidup; (3)
Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup
(4) adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Program-program pembangunan pada Urusan lingkungan hidup
yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
2. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
3. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 23
4. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam
5. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Hidup
6. Program Peningkatan Pengendalian Polusi
7. Program Pengelolaan dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Laut
8. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
· Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral
Kebijakan pada Urusan energi dan sumberdaya mineral
diarahkan pada pengelolaan Energi dan Sumberdaya Mineral dengan
memperhatikan prinsip keberlanjutannya bagi generasi yang akan datang
melalui pengendalian dan pemanfaatan lahan bekas galian C, penataan
lahan kritis serta penggunaan air bawah tanah (ABT).
Program-program pembangunan pada Urusan energi dan
sumberdaya mineral yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan
2. Program Pengawasan dan Penertiban Kegiatan Rakyat yang
Berpotensi Merusak Lingkungan.
Dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera. Perumahan
menjadi isu yang strategis dalam rencana pembangunan jangka pendek
Semarang tahun 2010-2015.
· Urusan Perumahan
Kebijakan pada Urusan perumahan diarahkan pada upaya-upaya
pengembangan perlindungan dan pemenuhan hak dasar warga miskin
dalam hal ketersediaan perumahan dan perbaikan dalam fasilitas
lingkungan perumahan sederhana untuk warga miskin.
Program pembangunan pada Urusan perumahan yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 24
1. Program Pengembangan Perumahan
2. Program Lingkungan Sehat Perumahan
3. Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran.
3.4. TINJAUAN KALIGAWE
3.4.1. Letak dan Luas Wilayah
Kelurahan Kligawe terletak di dataran rendah dengan luas
seluruhnya 90 Ha2 yang terdiri dari 7 kelurahan.
Batas-batas Wilayah Kelurahan Gayamsari adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Siwalan;
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sendangguwo dan
Kelurahan LamperTengah;
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pandean Lamper;
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kalicari.
3.4.2. Penduduk
Jumlah penduduk kelurahan Gayamsari berdasarkan data akhir
tanggal 31 Desember 2009 sebanyak 13.866 jiwa terdiri dari 7.094 laki-
laki dan 6.772 perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 3.193
KK.
Tabel 3.2 Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin
Sumber : Semarang dalam angka 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 25
3.4.3. Topografi
Kondisi topografi Kaligawe merupakan daerah dataran rendah dan
elevasi permukaan tanahnya sebagian besar dari wilayah tersebut terletak
di bawah muka air laut terutama pada saat air laut pasang.
3.4.4. Kondisi Genangan
Ada tiga macam genangan yang terjadi di Kaligawe yaitu :
§ Genangan akibat banjir dan waktu musim hujan.
§ Genangan akibat air laut pasang (Rob) yang terjadi di sepanjang tahun
(setiap hari).
§ Genangan akibat kombinasi antara banjir karena hujan yang waktunya
bersamaan dengan air laut pasang, genangan yang ditimbulkan ini
paling parah.
Genangan / Banjir tersebut di atas diakibatkan antara lain :
§ Elevasi permukaan tanah di kawasan tol lebih rendah dari elevasi
muka air laut pasang.
§ Kawasan tersebut mengalami Land Subsidence (penurunan tanah).
§ Kondisi Kali Tunggang belum di normalisasi, sehingga kapasitasnya
sangat kurang dan alurnya mengalami penyempitan akibat culvert di
jalan Kali Gawe.
§ Kondisi saluran sekunder Kandang Kebo dan Sepanjang Jalan Tol
kurang terawat dan kapasitasnya tidak memadai.
3.4.5. Peruntukan Kaligawe Menurut RUTRK Semarang
Wilayah Perencanaan BWK V terdiri dari Kecamatan Gayamsari yang
mencakup 7 kelurahan dan Kecamatan Pedurungan yang mencakup 12
kelurahan dengan luas total 2.621,508 ha, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 26
Gambar 3.5. BWK V, kecamatan Gayamsari
Sumber: RTRW Kota Semarang
a. Kecamatan Gayamsari dengan luas 636,560 ha dengan rincian sebagai
berikut :
1. Kelurahan Tambakrejo
2. Kelurahan Kaligawe
3. Kelurahan Sawah Besar
4. Kelurahan Siwalan
5. Kelurahan Sambirejo
6. Kelurahan Pandean Lamper
7. Kelurahan Gayamsari
b. Kecamatan Pedurungan dengan luas 1.984,948 ha dengan rincian sebagai
berikut :
1. Kelurahan Penggaron Kidul
2. Kelurahan Tlogomulyo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 27
3. Kelurahan Tlogosari Wetan
4. Kelurahan Plamongansari
5. Kelurahan Pedurungan Kidul
6. Kelurahan Pedurungan Lor
7. Kelurahan Palebon
8. Kelurahan Tlogosari Kulon
9. Kelurahan Muktiharjo Kidul
10. Kelurahan Gemah
11. Kelurahan Pedurungan Tengah
12. Kelurahan Kalicari
3.4.6. Penataan Ruang Kawasan Pasar Waru, Kaligawe
Kondisi tata guna lahan kawasan Pasar Waru dan Pengembangannya
saat ini sebagian besar berupa lahan kosong, Pasar Waru, permukiman
penduduk, kantor kelurahan Kali Gawe, SDN 1 Kali Gawe dan perumahan
liar.
Gambar 3.6 Peta Kawasan Pasar Waru, Kaligawe
Sumber: RUTRK Kota Semarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 III 28
Berdasarkan Master Plan Pengembangan Pasar Waru kawasan dengan
luas 16.1 ha tersebut rencananya akan dikembangkan menjadi :
1. Rumah susun
2. RSS
3. Pasar buah dan sayur
4. Pasar tanaman hias
5. Sekolah
6. Masjid
7. Pasar barang antik
8. Flea market
9. Pasar loak
10. Pasar waru
11. Pasar ikan
12. Pasar burung
13. Polder
14. Area parkir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 1
BAB IV
RUSUNAWA YANG
DIRENCANAKAN
4.1. Pemahaman Rusunawa Kaligawe dengan Pendekatan Eko – Arsitektur
4.1.1. Pengertian
Rusunawa kaligawe adalah rumah susun dengan system sewa
yang berwawasan lingkungan dengan konsep Eko-arsitektur.
Lingkungan rusunawa direncanakan dapat mengatasi
permasalahan hunian pada lahan rob menjadi lingkungan yang
nyaman untuk dijadikan lingkunga pemukiman baru. Selain itu
lingkungan juga direncanakan dapat memberikan konstribusi sebagi
timbale balik hubungan holistic antara manusia dan alam.
Permasalahan lain dari sebuah bangunan rusunawa adalah
kekumuhan yang terjasdi selama
Rusunawa direncanakan sebagai bangunan vertikal dengan 4-5
lantai sehingga dapat menampung penghuni secara optimal dengan
biaya operasional yang tidak mahal.
4.1.2. Fungsi
Fungsi bangunan yang direncanakan adalah sebuah hunian
(tempat tinggal) dengan konsep eko-arsitektur dan dilengkapi dengan
fungsi penunjang sehingga dapat membentuk pola hidup ramah
lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 2
4.1.3. Peran
Peran Rumah Susun Kaligawe ini adalah sebagai satu bentuk
eksplorasi konsep mengenai hunian perkotaan dalam mewujudkan
instruksi pemerintah dalam rangka penataan ruang perkotaan jangka
panjang menuju pembangunan kota berkelanjutan. Pembangunan
kota berkelanjutan sendiri terintegrasi dengan tiga aspek utama yaitu
ekonomi, sosial, dan lingkungan dimana ketiganya harus dijalankan
secara seimbang agar tujuan “keberlanjutan” dapat dicapai.
4.1.4. Dasar Pertimbangan
Dasar pertimbangan dalam perancangan rumah susun dengan
konsep eko-arsitektur ini adalah krisis bumi, kebutuhan hunian
perkotaan dan kelangsungan hidup,. Karena dibutuhkan tidakan
nyata untuk menanggapi isu krisis bumi.
4.2. Rusunawa Kaligawe sebagai Hunian Berwawasan Ekologis di
Semarang
4.2.1. Rusunawa Kaligawe Menunjang Hunian Eko-Komunitas
(Mengarahkan hubungan timbal balik antara manusia dan
alam)
eko-komunitas adalah kumpulan bangunan yang mengekspresikan
kerjasama sekelompok masyarakat dalam menciptakan lingkungan
sosial, yang mampu memenuhi kebutuhan mereka akan air, energi
dan makanan. Sebagai contoh adalah sinergi antara perkebunan,
pertanian terpadu, komunitas pro lingkungan, bangunan ekologis,
arsitektur taman, serta program hemat energi dalam satu kawasan.
a. Pola hidup mandiri
b. Pola hidup ramah lingkungan dan ramah terhadap penghuni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 3
4.2.2. Rusunawa Kaligawe sebagai Bangunan yang Tanggap akan
Permasalah yan
a. Tanggap terhadap iklim setempat
b. Tanggap terhadap keadaan sekitar
4.2.3. Konsep hunian Eko-arsitektur yang direncanakan
a. Live cycle design
Ø Tahap perencanaan (pre building phase)
· Mengenali bagaimana kualitas wilayah terbangun dan
bagaimana kemungkinan kualitas tingkat hidup yang akan
dicapai adalah langkah awal untuk menciptakan desain yang
ekologis. Apa saja di sana yang bisa dimanfaatkan untuk
keberlangsungan bangunan yang direncanakan, seperti keadaan
tanah, air, dan lokasi terhadap jalur angkutan umum.
· Mempertimbangkan ukuran bangunan. Bangunan yang
direncanakan memiliki besaran ruang yang dibuat seefisien
mungkin untuk memudahkan kontrol aspek lingkungan
terhadap bangunan tersebut. Makin kecil (sederhana )
bangunan maka akan lebih baik kontrol aspek lingkungannya.
Ø Tahap pembangunan (building phase)
· Biaya pengangkutan material ke dalam site diperhitungkan.
Semakin jauh jarak lokasi asal material dari site maka semakin
besar biaya ngkut yang berarti pemborosan bahan bakar. Olrh
karena itu, sebisa mungkin material bangunan adalah material
local yang sedikit membutuhkan biaya angkut.
· Menggunakan pekerja bangunan dari daerah setempat untuk
mengurangi biaya tahap ini. Selain itu, pekerja local lebih
memahami konsidi daerah setempat dan juga dapat
meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 4
Ø Tahap penggunaan (post building phase)
· Bangunan tidak menggunakan pendingin atau pemanas ruang
untuk mendapatkan kenyamanan thermal bagi pengguna.
Untuk mencapai sirkulasi udara yang baik dibuat bukaan yang
lebar dan mengurangi sekat antar ruang. Untuk menghindari
panas pada sisang hari dan mengurangi dingin pada malam hari
dengan cara pemilihan material yang sesuai.
· Supaya bangunan lebih awet yang berarti lebih hemat dalam
hal pemeliharaan, material yang rentan terhadap cuaca, seperti
kayu dan bamboo, dilapisi zat kimia yang dapat
memperpanajang keawatan.
b. Human design
Ø Ramah terhadap alam
Pengawetan lahan terhadap longsor dicapai dengan
mempertahankan vegetasi yang telah ada dan penambahan
vegetasi baru yang berasala dari sekotar site, penggunaan talud,
serta meminimalisir cut and fill kontur
Ø Ramah terhadap kota
Rusunawa direncanakan memaksimalkan lahan dalam site
untuk hunian dan penunjangnya dan memanfaatkan lahan
lanscape sebagai RTH yang dapat memberi konstribusi pada
RTH Kota Semarang.
Ø Ramah terhadap manusia
- Sirkulasi yang nyaman bagi pedestrian dengan anak tangga
tidak lebih dari 18 cm dan ram yang kemiringannya tidak
lebih dari 7
- Sirkulasi yang nyaman bagi pengendara kendaraan bermontor
dari dank e luar site dengan merencanakan ram dan sedikit
menggunakan cut and fill kontur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 5
4.3. Penerapan Eko-Arsitektur pada Rumah Susun
4.3.1. Optimalisasi SDA
· Menggunakan material local-alami
· Optimalisasi areaperesapan, mengurangi perkerasan
· Membangun dengan penyesuaian kontur site
· Meminimalisasi cut n fill dengan mengguanakansistem struktur
ruamh pangguang atau sistema kantilever
· Memeprtahankan pohon-pohon besar yang dapat digunakan
sebagai shading/ peneduh, barier debu, dan pembentuk ruang
· Daur ulang sampah menjadi kompos
4.3.2. Perencanaan Lansekap
a. Tapak
Melakukan perubahan kecil yang tidak signifikan namun tetap
memeprtahankan kondisi tapak eksisting. Serta menyesuaikan
zona-zona berdasarkan kondisi tapak.
Perencanaan tata ruang taoak didasarkan kepada tujuan untuk:
- Menciptakan rusunawa yang dapat mengakomodasi secara
optimal aktivitas didalamnya.
- Menciptakan rusunawa sebagai lingkungan terbangun yang
sekaligus berfungsi sebagai media pembelajaran tentang
keutuhan anatara manusia dan lingkungan.
b. Ruang terbuka
Pengadaan ruang terbuka pada kawasan rusunwa yang
direncanakan terdiri dari:
- Ruang terbuka
- Ruang terbuka public, terdiri dari: pedestrian, plaza (ruang
komunal), lapangan, parkir, dan ruang terbuaka antar
bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 6
c. Pedestrian
- Dalam master plan rusunawa diterapkan konsep
pedestrialisasi. Kendaraan bermontor hanya dapat mengakses
jalur terbatas.
- Setiap bangunan langsung dapat diakses oleh pejalan kaki.
Parkir tidak ditempatkan se
- Pedestrian area rusunawa direncanakan sebagai salah satu
ruang public yang menjadi ruang social dan generator
aktivitas public bagi lingkungan sekitar, sekaligus menjadi
ruang kontrol dalam lingkungannya.
- Untuk kenyamanan pejalan kaki/pedestrian direncanakan
secara kontinyu, dengan pola perkerasan yang menarik,
cukup lebar (minimal 2m), dengan landscaping yang
memberikan suasana yang menyenangkan.
4.3.3. Efisiensi Energi
· Penghematan pemakaian listrik dan bahan bakar
· Optimalisasi pencahayaan dan penghawaan alami
· Penggunaan energy yang terbarukan seperti solar energi,
mikrohidro, biogas, dll dalam kehidupan aktivitas sehari-hari
4.3.4. Konservasi Air
· Menerpakan system daur ulang air
4.3.5. Konservasi Lahan
Koservasi lahan dilakukan agar bangunan dapat bertahan pada
lahan yang kurang baik misalnya lahan rob yang menjadi lokasi
rusunawa ini. Konservasi lahan juga menjadi salah satu untuk
mempertahankan ekologi wilayah tersebut. Dengan sesedikit
mungkin merusak alam dan bersinergi dengan alam akan mejadikan
rusunawa ini menjadi lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 I 7
4.3.6. Pemanfaatan Energi Surya
Pada prinsipnya hampir semua energy yang tersedia adalah
energy surya. Energy surya diperoleh dari sinar radiasi matahari.
Matahari juga member enrgi untuk fotosintesis yang memungkinkan
tumbuhan menghasilkan biomassa, biogas kayu dan sebagainya.
Oleh penghangatan permukaan bumi akan terjadi gerak angin, arus
laut, dan penguapan air yang menghasilkan hujan. Sebenarnya
energy fosil seperti minyak bumi dan batu bar juga merupakan
penampungan anergi surya yang berumur jutaan tahun.
Intensitas matahari disebabkan oleh keadaan dalam atmosfir dan
kondisi setempat yang berbeda meskipun berada pada garis lintang
dan ketinggian yang sama, serta dipengaruhi oleh bermacam-macam
pemantulan, absorbs, dan disperse (penyebaran) radiasi.
4.3.7. Menciptakan Ruang Dalam yang Sehat
· Optimalisasi day lighting untuk proses kehiduapan cross
ventilation
· System struktur dan konstruksi bangunan kering
· Penataan tanaman yang dapat mengurangi pengaruh buruk
debu udara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 1
BAB V
ANALISIS PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN
Pada bagian ini dijelaskan mengenai analisa perencanaan dan perancangan
Rusunawa di Kaligawe yang meliputi analisa kegiatan, tata ruang, pemilihan site,
pengolahan tapak, pembentukan karakter bangunan, lansekap, pola tata massa,
tampilan bangunan, struktur dan bahan bangunan, serta utilitas yang kesemuanya
memperhatikan aspek eko-arsitektur.
5.1. ANALISIS PERUANGAN
5.1.1. Penghuni
a. Sasaran Penghuni
Target pasar yang akan ditampung oleh rumah susun dengan
penghuni sebagian besar merupakan penduduk kota Semarang pada
umumnya yang memerlukan rumah layak huni dengan strata ekonomi
menengah ke bawah. Selain itu penghuni juga berasal dari penduduk Kota
Semarang yang huniannya mengalami penggusuran pada proyek
normalisasi Sungai besar di Semarang untuk penangan rob seperti kali
Tenggang, Kali Banjir Kanal Barat, dan masyarakat yang terpaksa pindah
karena hunian mereka tergenang oleh rob.
b. Kondisi Ekonomi Sasaran Penghuni
Pembangunan rusun kaligawe diperuntukkan bagi masyarakat
dengan golongan ekonomi menengah ke bawah. Golongan ekonomi ini
bukan mereka yang yang tidak mempunyai pekerjaan namun masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 2
yang bermata pencaharian dari sektor informal seperti pedagang, buruh
industri, pekerja pelabuhan, pegawai negeri sipil dan lain sebagainya. Hal
ini didasarkan pada kedekatan lokasi dengan kawasan industri, pelabuhan,
dan pusat kota.
c. Fenomena Perilaku Penghuni
Perilaku masyarakat bawah berbeda dengan keseharian masyarakat
golongan menengah ke atas. Masyarakat bawah masih mempunyai sifat
kegotongroyongan dan kekeluargaan yang erat. Hubungan sosial yang
terjalin begitu erat sehingga membuat tetangga bebas keluar masuk
kedalam rumah lainnya. Kekerabatan sosial inilah yang memberikan
keunikan pada perilaku penghuni rumah susun sehingga diperlukan desain
yang memenuhi kebutuhan penghuni bukan untuk mengubah penghuni.
5.1.2. Analisis Kegiatan
Kegiatan yang akan diwadahi sesuai dengan kelompok sasaran
yaitu kelompok keluarga menengah ke bawah di kota Semarang, yaitu:
1. Kegiatan utama
Pelaku
Kegiatan Waktu Kegiatan Tempat
Bapak-bapak Rutin
05.00-06.00 Bangun tidur, sholat Rumah
08.00-16.00 Bekerja Pelabuhan, pabrik,
kota
12.00-13.00 Istirahat Di luar/rumah
16.00-19.00 Sosialisasi Di luar rumah
19.00-22.00 Bersantai / kegiatan
warga
Rumah, komunal,
r. serbaguna
22.00-15.00 Tidur Rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 3
Temporer
07.00-09.00 Kerja Bakti Lingkungan RW,
16.00-17.00 Olahraga Jalan, lapangan
20.00-22.00 Pengajian, pertemuan
warga
Masjid,
R. Serbaguna
Ibu-Ibu Rutin
04.00-06.00 Bangun tidur, sholat Rumah
05.00-08.00 Memasak, membersihkan
rumah
Rumah
06.00-07.00 Belanja Pasar/warung
08.00-15.00 Bekerja Pabrik, kota
17.00-21.00 Bersantai, bersosialisasi Didalam / di luar
rumah
22.00-04.00 Tidur Rumah
Temporer
07.00-09.00 Kerja bakti Lingkungan RW,
kebun
19.00-11.00 Olahraga volley Lapangan PW
16.00-17.00 Pertemuan PKK RT/RW Rumah warga
secara bergiliran
16.00-17.00 pengajian Masjid
Remaja Rutin
05.00-06.00 Bangun tidur, sholat Rumah
07.00-16.00 Belajar Sekolah
16.00-22.00 Sosialisasi/ tinggal di
rumah
Di luar/ di dalam
rumah
22.00-05.00 Tidur Rumah
Temporer
16.00-17.00 Olahraga Jalan, lapangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 4
19.00-21.00 Pertemuan remaja r. serbaguna
Anak-anak 05.00-06.00 Bangun tidur, sholat Rumah
07.00-12.00 Belajar sekolah
13.00-15.00 bermain Di luar rumah
19.00-21.00 Belajar Rumah
21.00-05.00 Tidur rumah
Tabel 5.1 Analisis Kegiatan Utama
Sumber : Dokumen Pribadi
2. Kegiatan Pendukung
Pelaku Waktu Kegiatan Tempat
Penghuni 08.00-16.00 Berjualan warung
Memelihara,
panen
Tambak
berkebun Kebun buah
Pengunjung 16.00-18.00 Memancing Tambak
Tabel 5.2 Analisis Kegiatan Pendukung
Sumber : Dokumen Pribadi
3. Kegiatan pengelolaan
Dalam perancangan eko-arsitektur yang belum populer untuk
membiasakan penghuni sangat dibutuhkan kegiatan mengatur,
malayani, memelihara.
5.1.3. Analisa Kebutuhan Unit Hunian
Berdasar data statistik kota Semarang pada tahun 2009 jumlah
penduduk Semarang tercatat sebesar 1.506.924 jiwa dengan
pertumbuhan penduduk 1,71% per-tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 5
Dari jumlah tersebut persentase terbanyak terdapat pada buruh
industri dan pekerja sektor informal dengan perincian buruh industri
25% dan pekerja sektor informal 12%. Sedangkan untuk penduduk
miskin di Semarang selama kurun waktu 5 tahun (2005-2009)
mengalami pertumbuhan yang fluktuatif, namun tahun 2009 menurun
menjadi sebesar 26,41%. Sebagian besar dari penduduk miskin tersebut
menghuni bantaran sungai di Semarang dan area dekat dengan industri.
5.1.4. Analisa Tipologi Unit Hunian
Dasar Pertimbangan dalam manentukan tipologi ruang pada unit
hunian rumah susun adalah:
· Jumlah kebutuhan unit yang diperuntukkan
· Struktur ekonomi masyarakat
· Mampu menampung rata-rata jumlah anggota yaitu 2-4 orang.
Tipe unit hunian yang direncanakan
· Untuk menentukan banyaknya tipe digunakan studi banding
terhadap luas lahan antara lain
- Rusun Pekunden, Semarang: luas lahan ±1ha terdiri dari 3 tipe.
- Rusun Pulo Mas, Jakarta : luas lahan 5ha terdiri dari 2 tipe.
· Penentuan unit hunian juga didasarkan pada struktur ekonomi
calon penghuni
PEKERJAAN KARAKTERISTIK
· Buruh industri
· Buruh pelabuhan
· Pegawai Negeri Sipil
· Berangkat pagi, pulang sore.
Interaksi sosial hanya terjadi pada
sore hingga malam hari
· Berangkat pagi pulang sore
· Berangkat pagi pulang sore
Tabel 5.3 Struktur Ekonomi
Sumber : Dokumen Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 6
· Tipe didasarkan kebutuhan rata-rata calon penghuni, yaitu mampu
menampung 2-4 orang sehingga direncanakan 3 tipe:
- Tipe 1 : mampu menampung hingga 2 orang dengan 1 ruang
tidur
- Tipe 2 : mampu menampung hingga 3 orang dengan 2 ruang
tidur
- Tipe 3 : mampu menampung hingga 4 orang dengan 2 ruang
tidur
· Tipe yang direncanakan
UNIT KAPASITAS STANDAR PERHITUNGAN LUAS
TIPE
KECIL
- Tempat tidur
besar
- Terima tamu
- Kamar mandi
- dapur
- 2,1 x 2,1 = 4,41
- 1,5 x 2,2 = 3,3
- 1,5 x 1,5 = 2,25
- 1,5 x 1,5 = 2,25
4,41 + 3,3 + 2,25 +
2,25 + flow 80%
=26,87 m²
Tipe 27
TIPE
SEDANG
- Tempat tidur
besar
- Tempat tidur
kecil
- Berkumpul
keluarga
- Terima tamu
- Kamar mandi
- dapur
- 2,1 x 2,1 = 4,41
- 0,9 x 2 = 1,8
- 2,7 x 2,2 = 5,94
- 1,5 x 2,2 = 3,3
- 1,5 x 1,5 = 2,25
- 1,5 x 1,5 = 2,25
4,41 + 1,8 + 5,94 +
3,3 + 2,25 + 2,25 +
flow 80%
=35,96 m²
Tipe 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 7
TIPE
BESAR
- Tempat tidur
besar
- Tempat tidur
kecil
- Meja makan
- Berkumpul
keluarga
- Terima tamu
- Kamar mandi
- Dapur
- 2,1 x 2,1 = 4,41
- 0,9 x 2 = 1,8
- 1,8 x 1,2 = 2,16
- 2,7 x 2,2 = 5,94
- 1,5 x 2,2 = 3,3
- 1,5 x 1,5 = 2,25
- 1,5 x 1,5 = 2,25
4,41 + 1,8 + 2,16 +
5,94 + 3,3 + 2,25 +
2,25 + flow 100%
=44,72 m²
Tipe 45
Tabel 5.4 Tipe yang Direncanakan
Sumber : Analisis Pribadi
5.1.5. Analisis Kebutuhan Ruang
a. Analisis Kebutuhan Ruang dalam hunian
KEGIATAN SIFAT KEBUTUHAN RUANG
Tidur Tenang, privasi Ruang Tidur
Bersih diri Private, segar, lembab KM/WC
Makan Bersih, terang, akrab Ruang Makan
Belajar Tenang, privasi, terang Ruang Keluarga
Berkumpul Akrab, intim semi
publik
Ruang Keluarga
Terima Tamu Terang, bersih, publik Ruang Tamu
Memasak Sehat, noise, panas Dapur
Mencuci dan Jemur Lembab, berair Tempat cuci dan jemur
Tabel 5.5 Kebutuhan Ruang
Sumber : Dokumen Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 8
b. Analisis Kebutuhan fasilitas
· Kepengurusan RW
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
rapat Pengurus RW
masyarakat
Balai RW Manampilkan
kesan terbuka
Tabel 5.6 Analisis Kegiatan Kepengurusan RW
Sumber : Dokumen Pribadi
· Kepengurusan RT
Tabel kebutuhan ruang kepengurusan RT
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
Rapat Pengurus RT
dan
masyarakat
Balai RT Manampilkan
kesan terbuka
Tabel 5.7 Analisis Kegiatan Kepengurusan RT
Sumber : Dokumen Pribadi
· Kepengurusan Karang Taruna
Tabel kebutuhan ruang kepengurusanKarang Taruna
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
Rapat Ruang rapat Manampilkan
kesan terbuka
Tabel 5.8 Analisis Kegiatan Karang Taruna
Sumber : Dokumen Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 9
· Kesehatan (Puskesmas)
Tabel kebutuhan ruang kesehatan
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
Menunggu Pasien Ruang tunggu Menampilkan
kesan terbuka
Mengesankan
bersih
Praktik Dokter ,
asisten
dokter,
pasien
Ruang praktik Bersifat private
Tenang
Bersih/hygeinis
Menyimpan
obat dan
peralatan
Dokter,
asisten
dokter
Ruang
penyimpanan
Private
Bersih
Tabel 5.9 Analisis Kegiatan Puskesmas
Sumber : Dokumen Pribadi
· Kegiatan taman baca dan TK paud
Tabel kebutuhan ruang taman baca
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang Kebutuhan ruang
Memilih
buku
Masyarakat Etalase buku Tenang
Rapi
Bersih
Nyaman
Meminjam
buku
Masyarakat
dan
pengelola
Peminjaman Berkesan
menerima dan
hanggat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 10
Membaca
buku
masyarakat Ruang baca Terbuka
Nyaman
Tenang
Tabel 5.10 Analisis Kegiatan Taman Baca
Sumber : Dokumen Pribadi
Tabel kebutuhan ruang TK paud
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang Kebutuhan ruang
Menunggu Masyarakat
(ibu-ibu
pengantar)
Ruang
tunggu
Hangat
Nyaman
Bersih
Bersifat
kekeluargaan
Belajar Murid dan
guru Paud
Ruang
belajar
Edukatif
Bersih
Nyaman
Bermain Murid dan
guru Paud
Taman
bermain
Terbuka
Nyaman
Edukatif
Rekreatif
Beribadah Murid dan
guru Paud,
masyarakat
Musholla Edukatif
Tenang
Rileks
Tabel 5.11 Analisis Kegiatan TK. Paud
Sumber : Dokumen Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 11
· Kegiatan agama Islam
Tabel kebutuhan ruang Kegiatan Agama Islam
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
Sholat Pria Tempat
sholat pria
Tenang
Terbuka
Suci
Wanita Entrance Tenang
Terbuka
Suci
TPA Anak-anak Serambi
/ruang TPA
Terbuka
Atraktif
Edukatif
Suci
Pengajian Warga
masyarakat
beragama
islam
Tempat
sholat dan
serambi
musholla
Terbuka
Tenang
Suci
Rapat
pengurus
masjid
Takmir,
warga
Tempat
sholat
Tenang
Suci
Wudhu dan
KM/WC
Pria Tempat
wudhu dan
KM/WC pria
Private
Suci
Bersih
Utilitas yang
baik
Wanita Tempat
wudhu dan
KM/WC
wanita
Private
Suci
Bersih
Utilitas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 12
baik
Menyimpan
barang
Pengguna
mushola
Tempat
penyimpanan
Tidak
lembab,kering
Tabel 5.12 Analisis Kegiatan Agama Islam
Sumber : Dokumen Pribadi
· Keamanan
Tabel kebutuhan ruang kepengurusan RW
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
berjaga Warga
masyarakat
Pos ronda Terbuka
Tabel 5.13 Analisis Kegiatan Keamanan
Sumber : Dokumen Pribadi
· Olah raga
Tabel kebutuhan ruang olah raga
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
Senam,
bulu
tangkis,
voli, sepak
bola,
bersepada
Masyarakat Lapangan
olah raga
Terbuka
Cahaya baik
Penghawaan
baik
Tabel 5.14 Analisis Kegiatan Olah Raga
Sumber : Dokumen Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 13
· Kegiatan berkebun
Tabel kebutuhan ruang Berkebun
Macam Kegiatan Pelaku
Kegiatan
Kebutuhan
Ruang
Kebutuhan
Ruang
Becocok Tanam Penghuni Kebun Bersifat privat
terbuka
Bertanam Pengelola Kebun Luar Terbuka
Mudah
diakses
Pengkomposan Penghuni,
Pengelola
Kebun Luar Mudah
diakses
Terisolasi
Tabel 5.15 Analisis Berkebun
Sumber : Dokumen Pribadi
· Kegiatan komersial wirausaha (kuliner)
Tabel kebutuhan ruang wirausaha
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
Berjualan penghuni toko Mudah
diakses
Terjangkau
bagi
masyarakat
sekitar
Terbuka/open
space dengan
penghijauan
Terekspos
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 14
Ruang
makan
Masyarakat
rusunawa
dan
masyarakat
sekitar
Kantin
Openspace
Ruang
makan
Mudah
diakses
Terbuka
Rekreatif
Openspace
dengan
penghijauan
pemancingan penghuni toko Mudah
diakses
Terbuka
Rekreatif
Openspace
Usaha
tambak
Pengelola Koperasi Mudah
diakses
Tidak
menggangu
kegiatan
penghuni
Metabolisme Masyarakat WC/KM Private
Tabel 5.16 Analisis Kegiatan Wirausaha
Sumber : Dokumen Pribadi
· Kegiatan penunjang
Tabel kebutuhan ruang penunjang
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
Sampah Penghuni,
pengelola,
pengunjung
Jaringan
pembuangan
sampah/shaft
Aksesibel
Terisolasi
Dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 15
sampah terakses
untuk
perawatan
Listrik Penghuni,
pengelola,
Jaringan
listrik /shaft
listrik
Dapat
diakses
untuk
perawatan
Air Penghuni,
pengelola
Jaringan air
bersih dan
kotor/shaft
air bersih
dan kotor
Dapat
diakses
untuk
perawatan
Treatment air Pengelola, Kolam
treatmen air,
Jaringan
treatmen air
Dapat
diakses
untuk
perawatan
Daur ulang Penghuni,
pengelola
Kebun,
ruang daur
ulang
Dapat
diakses
untuk
perawatan
Menyelamatkan
diri ketika
bencana
Penghuni,
pengelola
Tangga
darurat
Mempunyai
struktur
terpisah
Berada
dengan
jarak 20 m
Terlihat
jelas dari
penghuni
rusunawa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 16
Memenuhi
standar
keselamatan
Bongkar muat
barang
Penghuni,
pengelola,
Loading
dock
Aksesibel
Parkir Penghuni,
pengelola
Parkir
sepeda,
motor,
mobil,
gerobak, dan
becak
Aksesibel
Aman
Tabel 5.17 Analisis Kegiatan Ruang Penunjang
Sumber : Dokumen Pribadi
5.1.6. Pola Hubungan Ruang
a. Hubungan ruang unit hunian
Diagram 5.1 Unit Hunian
Sumber : Analisis Pribadi
cuci Balkon
dapur KM/WC R. tidur
R. Keluarga R. makan R. tidur
R. tamu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 17
b. Hubungan antar hunian pada kompleks rusun
Diagram 5.2 Hubungan antar hunian pada kompleks rusun
Sumber : Analisis Pribadi
c. Hubungan ruang fasilitas umum dan sosial
Diagram 5.3 Hubungan ruang fasilitas umum dan sosial
Sumber : Analisis Pribadi
r. pendaftaran
r. tunggu
r. konsultasi
r. periksa
apotek
lavatori
Unit hunian Court coridor
utilitas
Unit hunian
Unit hunian
Unit Hunian
Unit hunian
Unit hunian
utilitas Sirkulas Sirkulasi
Sirkulas Sirkulas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 18
d. Hubungan ruang pengelola dan koperasi
Diagram 5.4 Hubungan ruang pengelola dan koperasi
Sumber : Analisis Pribadi
e. Hubungan ruang balai pertemuan
Diagram 5.5 Hubungan ruang balai pertemuan
Sumber : Analisis Pribadi
hall
audience
stage
r.ganti lavatori
r. penjaga
gudang
r.staff
r. pertemuan
gudang
r. pimpinan r.tamu
lavatori
r. administrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 19
f. Hubungan ruang fasilitas perdagangan
Diagram 5.6 Hubungan ruang fasilitas perdagangan
Sumber : Analisis Pribadi
5.1.7. Analisis Besaran Ruang
Tujuan:
Menentukan besaran ruang sesuai kebutuhan, menentukan tinggi
bangunan, dan luas lantai setiap bangunan.
Dasar Perhitungan
Perhitungan Standar
a. Neufert architect data (NAD) b. Time saver standard for building types (TSS)
Perhitungan asumsi · Survey · Pertimbangan lain
Perhitungan
· Kelompok Unit Hunian
Ruang Flow Perhitungan Luas asumsi flow 30% ( )
Ruang keluarga
Standart (NAD) 2 kursi, meja, televisi, kabinet
Standart (NAD) =3(0,7x0,85)+(1,3x0,8)+ (0,6x1,2)
=(1,8+1,04+0,72)
=5,36
6
Gudang Lavatori
Kios
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 20
Kamar tidur utama
Standart (NAD) double bed, lemari, meja
Standart (NAD) =(1,45x1,95)+(0,8x1,5)
=(3,83+0,72) =8,72
9
Kamar tidur anak
Standart (NAD) 1 bed tingkat, 2 meja, lemari
Standart (NAD) =(0,8x1,92)+!0,7x1,3) +(0,6x1,2)
=(3,4+0,9) =5,303
6
Dapur Standart (NAD) meja kerja, tempat sampah
Standart (NAD) =(0,4x0,6)+(0,5x0,5)
=(2+0,09) =2.58
3
KM/WC Kamar mandi dengan perhitungan instalasi
Standart (NAD) =(2,05x1,4) =2,87
3
Tempat jemur
Asumsi Asumsi =(1 x 2) =2 2
Kebun Asumsi =(1 x 2) =2 2
Tabel 5.18 Analisis Perhitungan Unit Rumah Sumber : Analisis Pribadi
Ruang Tipe Kecil Tipe Sedang Tipe Besar Ruang Tamu 4 5 7 Ruang keluarga 4 6 10 Kamar tidur utama 9 9 9 Kamar tidur anak - 6 9 Dapur 3 3 3 KM/WC 3 3 3 Tempat jemur 2 2 2 Kebun 2 2 2 Luas ruangan 27 36 45
Tabel 5.19 Analisa Perhitungan Unit Rumah
Sumber : Analisis Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 21
· Kelompok Fasilitas
Ruang Keterangan
Perhitungan Luas hasil perhitungan
Balai Rw dan RT 20 Standart (NAD) =(20x0,65) =13
13
Karang taruna 20 Standart (NAD) =(20x0,65) =13
18
Klinik kesehatan 20 Standart (NAD) =(20x0,65) =13
Penyimpanan =12
144
Taman bacaan 20 Standart (NAD) =(20x0,65) =13
Penyimpanan =12
18
TK/Paud 20 Standart (NAD) =(20x0,65) =13
Penyimpanan =12
162
Balai pertemuan (ruang serba guna)
200 Area duduk 1,5x2,0=3 /orang,
stage 30 , gudang
12 , KM/WC=3
198
Musholla/langgar 1. Tempat sholat pria
2. tempat sholat wanita
3. serambi musholla
4. ruang takmir
5. tempat wudhu pria
6.tempat wudhu wanita
500 Standart (NAD)
1. orang sholat =1,2x0,8 =0,96x100 orang = 96
2. termasuk diatas
3. ruang takmir (asumsi) =9
169
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 22
7.gudang 4. tempat wudhu pria (NAD) =0,65x1 =0,65x5tempat wudhu =3,25
5. tempat wudhu wanita (NAD) =0,65x1 =0,65x5tempat wudhu =3,25
8. gudang (asumsi) =6
Lapangan olah raga Bulu tangkis
Voli
Sempak bola
Standart (NAD)
Bulu tangkis dan voli =18x9 =162
Sempak bola 2x lapangan voli 2x162 =324
Jumlah =162+162+324 =648
648
kebun Asumsi 384
Jumlah 1750
Tabel 5.20 Analisis Perhitungan Ruang Fasilitas
Sumber : Dokumen Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 23
· Kegiatan penunjang Tabel besaran ruang penunjang
Ruang Perhitungan Hasil luas perhitungan
Mekanikal dan elektrikal
Ruang genset =54
Ruang MEE =28,7
Ruang pompa =20
Ruang tangki =15
=terdapat 2tangki, tangki atsa dan bawah =2x15=30
Water treatment =64
Kolam Penampungan = 1250
Gudang =10
Flow 20%
1747
Loading dock Tambak
Asumsi 2 Mobil
Standart (NAD)
1 Mobil = 30
2 mobil= 30 x 2= 60
60
Parkir
mobil =10 buah
motor =360 buah penguhuni +40buah pengunjung =400 buah
Standart (NAD)
mobil =3,00x5,00=15x10 =150
motor =1,6 x2,00=3,2x400 =1280
1270
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 24
Jumlah =150+1120 =1270
Jumlah 3077
Tabel 5.21 Analisis Perhitungan Ruang Kegiatan Penunjang
Sumber : Dokumen Pribadi
· Ruang Terbuka Hijau
Menurut UU No.26 Tahun 2007, Ruang Terbuka Hijau (RTH)
yang ideal adalah 10% dari Luas Kawasan. Selain itu, Karena
Rusunawa ini mengambil konsep eko-arsitektur sebagai
keberlanjutan arsitektur bangunan maka BC yang dipakai
cukup 40% (BC terendah). Kawasan Rusunawa yang
direncanakan adalah sebagai berikut:
Luas Site: ± 48000 m² (± 4,8 Ha)
RTH : 10%x48000 = 4800 m²
BC: 40%x48000 = 19200 m²
· Ketinggian Bangunan
Menurut UU Rumah Susun Ketinggain bangunan Rumah
susun dapat berjumlah > 5 lantai dengan ketentuan dan syarat
bangunan gedung berlanyai banyak. Namun menurut pengalaman
dan tuntutan eko-arsitektur membatasi rumah susun maksumal 4
lantai. Hal ini untuk mengurangi tingakt kepadtan dalam bangunan.
5.2. Analisis Pengolahan Site
5.2.1. Analisis Site
Dalam perencanaan dan perancangan rusunawa Kaligawe, faktor
standar urban design dalam pemilihan site antara lain:
1. Kapasitas : Kapasitas berdasar sensitifitas sumber alam yang terdapat
di site.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 25
2. Kepadatan : Artinya daya dukung lahan masih dimungkinkan
pembangunan baru.
3. Iklim : Karakter iklim spesifik sesuai fungsi sehingga pengguna
merasa aman dan nyaman terhadap berbagai gejala dan gangguan
alam.
4. Kemiringan : Bangunan pada site miring dibuat berjenjang untuk
mencegah erosi, rusaknya tanaman, mengurangi volume air tanah dan
merusak ekosistem laut.
5. Vegetasi : Vegetasi alami dijadikan objek dan bagian dari bangunan.
6. Akses : Sarana pendukung berupa alat transportasi yang aman dan
nyaman menjadi pertimbangan para konsumen dalam menentukan
lokasi tempat tinggal.
7. Energi dan Utilitas : Lokasi dengan sarana infrastruktur kota yang
lengkap memiliki nilai lebih daripada lokasi dengan infrastruktur yang
tidak memadai.
Site berada di Kawasan Pasar Waru, Kaligawe dengan batas site
sebagai berikut :
Sebelah Utara : Jalan Sawah Besar 4
Sebelah Selatan : SDN 1 Kaligawe, perumahan
Sebelah Barat : Kelurahan Kaligawe
Sebelah Timur : Jalan Tol Muktiharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 26
Gambar 5.1 Peta Lokasi Site
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Site terletak lebih rendah dari jalan raya, -0,5 m
5.2.2. Analisis Pencapaian
Tujuan:
· Mendapatkan pencapaian site yang baik sesuai dengan fungsi
bangunan.
Jalan Sawah Besar 4
Pasar Waru
SDN 1 Kaligawe
Jalan Lingkungan
Jalan Sawah Besar 5
Pemukiman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 27
Dasar Pertimbangan:
· Kemudahan dan keamanan untuk pencapaian menuju dan dari site
· Kondisi dan pola sirkulasi di sekitar site
· Pengelompokan kegiatan yang diwadahi
Analisis:
· Alternatif pencapaian utama menuju site (ME) : melalui jalan yang
merupakan jalur (berdasarkan tata ruang wilayah Semarang) yang
langsung dapat mengakses ke dalam site.
· Alternatif pencapaian:
Alternatif Pola Sirkulasi
Bangunan Terhadap Tapak Analisa
Pencapaian Frontal
Sistem pencapaian yang memberi arah
yang jelas dan langsung tetapi kurang
memberi peralihan ruang.
Pencapaian Samping
Pencapaian yang memberi pengarahan
tidak langsung, pencapaian dapat
dibelokkan beberapa kali untuk
memberikan suatu peralihan dalam
menonjolkan objek.
Pencapaian Memutar
Pencapaian dengan memberikan suatu
peralihan, serta memberi kejutan dan
menjaga privasi bangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 28
Gambar 5.2 Analisis Pencapaian ME
Sumber: Analisis Pribadi
Menuju kota 15 menit
Site berjarak 5-7 menit dari jl. Raya Kaligawe
Ke arah industri 5-15 menit
Tol Muktiharjo
Jalan dua arah
Jalan Lingkungan lebih rendah dari site 0.5 m sehingga sering menjadi genangan rob
Jl. Sawah Besar 4 dengan ground cover berupa paving. Merupakan jalan dua arah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 29
Hasil Analisa:
Gambar 5.3 Hasil Analisis Pencapaian ME
Sumber: Analisis Pribadi
5.2.3. Analisis Noise
Dasar Pertimbangan:
· Arah datang sumber bunyi
· Untuk kegiatan yang membutuhkan tingkat privasi dan konsentrasi
yang tinggi
Analisa:
· Tingkat kebisingan cukuo tinggi berasal dari
· Tingkat kebisingan sedang
· Tingkat kebisingan rendah
Ø Aspek Eko-Arsitektur:
· Penggunaan barier tanaman sebagai pereduksi suara
Main Entrance diletakkan pada area Jalan sawah besar 4. Merupakan jalan Lingkungan yang aman bagi keluar masuk kendaraan
Main entrance hanya disediakan satu area untuk keamanan dan kenyamanan penghuni sehingga orang yang keluar masuk kawasan dapat dikontrol oleh petugas keamanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 30
Gambar 5.4 Analisis Noise
Sumber: Analisis Pribadi
· Noise Pada Site berasal dari jalan tol, pasar waru, dan pemukiman.
· Noise paling tinggi berasal dari jalan tol yang berada di sebelah timur site dan
noise dari pasar waru yang berada di sebelah barat site.
· Noise juga berasal dari pemukiman yang berada di sekitar pemukiman karena
diantara pemukiman terdapat industri seperti tempat pengumpulan barang
bekas.
Bising dari Jalan Tol Muktiharjo terjadi sepanjang hari sehingga diperlukan barier untuk meredam suara bising.
Noise dari pasar waru terjadi setiap hari dari pukul 03.00-15.00. diperlukan barier atau menjauhkan area privat dari pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 31
Hasil Analisis:
Gambar 5.5 Hasil Analisis Noise
Sumber: Analisis Pribadi
Keterangan
Tanaman Sebagai Barier Noise
Area Transisi Area Servis
5.2.4. Analisis Klimatologis
Tujuan:
· Menghasilkan desain dengan kenyamanan thermal dan
kenyamanan pencahayaan alami
Menjauhkan bising pasar dengan penempatan area Servis dan pengelola rusunawa.
Barier berupa tanaman dan area transisi yang berfungsi sebagai area pedestrian dan kebun sehingga dapat meredam bising karena jarak jalan tol ke hunian ± 100m
Area Transisi sebagai jalan pedestrian untuk anak sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 32
Dasar Pertimbangan:
· Arah datang sinar matahari
· Arah angin
· Kecepatan angin
· Fungsi ruang
5.2.4.a. Analisis Matahari
Gambar 5.6 Analisis Matahari
Sumber: Analisis Pribadi
· Cahaya matahari pagi bersifat menyehatkan. Dapat dimanfaatkan
untuk ruang-ruang yang membutuhkan matahari pagi, seperti aarea
olahraga, kamar, dsb. Sehingga ruangan tidak lembab dan dapat
menghemat biaya penggunaan lampu/penerangan buatan.
· Cahaya matahari siang dan sore bersifat silau dan mempunyai efek
yang kurang baik untuk kesehatan. Menghindari penempatan
ruang-ruang yang membutuhkan kenyamanan thermal di sisi
Site mendapat penyinaran matahari mulai pukul 08.00-15.30
· Site mendapat penyinaran matahari sekaligus glare dari pukul 14.30-15.30
· Glare didapat karena site langsung menghadap ke laut Jawa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 33
sebelah barat. Pada area ini dapat ditempatkan ruang-ruang yang
kurang memerlukan sinar, seperti ruang janitor, KM/WC, dsb.
· Keadaan site mendapatkan pencahayaan yang terus menerus secara
continue, karena tidak ditemukan potensi bangunan atau alam yang
dapat mempengaruhi pencahayaan pada site.
· Sistem Pencahayaan Alami
Analisis:
Sistem pencahayaan yang digunakan adalah system
pencahayaan alami dengan memanfaatkan sinar matahari yang
dipadukan dengan lampu listrik. Lampu listrik hanya digunakan
pada malam hari, saat kondisi langit mendung dan pada area-area
ruangan yang tingkat keterangannya kurang (sesuai kebutuhan).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan
menggunakan daylighting:
· Perbandingan luas bukaan 20% dari luas lantai
· Perbandingan tinggi jendela dengan kedalaman ruang
· Perencanaan sunshading dan skylighting yang tepat.
1. Analisis Shading pada Bangunan:
Bukaan mengatasi permasalahan temperatur dan
kelembaban udara sering mendatangkan masalah baru saat hujan
(tampias) dan panas matahari yang masuk dalam ruang secara
berlebihan. Shading digunakan di kulit bangunan untuk
mengurangi penetrasi sinar matahari langsung pada interior
bangunan sekaligus menghindari tampias.
Secara umum, pada sisi panas bangunan diperlukan shading
device agar sunlight tidak langsung masuk ke dalam bangunan.
Secara garis besar ada Tiga tipe shading device:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 34
· Reflective glass
Sinar matahari yang menerpa bidang kaca akan dipantulkan
kembali sehingga ruangan terhindar dari radiasi langsung sinar
matahari.
Gambar 5.6 Reflective glass
Sumber: www.vuewindows.com.au, 18-10-2011
· Internal shade
Sinar matahari yang masuk akan dihalau oleh shading yang
dipasang di dalam ruangan.
Gambar 5.7 Internal shade
Sumber: www.smarthp.com.au, 18-10-2011
· Eksternal shade
Penggunaan eksternal shade lebih menguntungkan dibanding
dengan internal shade karena sinar matahari tidak sempat
memasuki ruangan.
Gambar 5.8 Eksternal shade
Sumber: www.innovativeopenings.com, 18-10-2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 35
v Jenis-jenis eksternal shade:
a. Vertical shade
Di daerah tropis elemen shading vertikal digunakan
untuk perlindungan terhadap sinar matahari rendah yaitu sinar
matahari pagi dan sore hari. Elemen shading vertikal ini
ditempatkan pada fasade timar dan barat. Beberapa
karakteristik dari vertical shade:
· Sirip-sirip vertikal cocok untuk melindungi sisi barat.
· Sirip-sirip vertikal yang miring akan menghasilkan
perlindungan yang asimetris. Pemisahan dari dinding
menghindari transmisi panas.
· Sirip-sirip yang dapat digerakkan mampu melindungi
dinding keseluruhan atau dapat dibuka dengan arah berbeda
megikuti posisi matahari.
Gambar 5.9 Vertical shade
Sumber: www.ideas-for-home-decorating.com, 18-10-2011
b. Horizontal shade
Horizontal shade efektif untuk menahan panas matahari
tinggi, elemen shading ini ditempatkan pada fasad utara dan
selatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 36
Gambar 5.10 Horizontal shade
Sumber: www.ideas-for-home-decorating.com, 18-10-2011
Karakteristik horizontal shading:
· horizontal overhangs, efisien untuk fasad yang menghadap
arah selatan. Karakteristik penutupnya segmental.
· Louvers parallel to eall, sirkulasi udara masuk dekat
tampak, memiliki kemiringan yang dapat memberikan
perlindungan lebih baik daripada tanpa kemiringan.
· Penggantung yang solid dan daapat dimodifikasi
merupakan karakteristik dari canvas canopies.
· Perlindungan yang dibutuhkan pada area dengan sudut
jatuh matahari yang rendah melalui louvers window yang
digantung pada penggantung solid horizontal akan lebih
efisien.
· Solid, bentukan perforated screen dengan lubang-lubang
jendela secara parallel dapat memotong sinar mathari.
· Horizontal louvers yang dapat bergerak dapat menjadi
perlindungan sesuai dengan posisi yang diatur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 37
c. Eggrate shading
Gambar 5.11 Eggrate shading
Sumber: www.architecture.uwaterloo.ca, 18-10-2011
· Enggrate merupakan kombinasi dari tipe vertikal dan
horizontal
· Solid eggrate dengan sirip-sirip yang memiliki kemiringan
vertikal akan menghasilkan kemiringan yang asimetris.
· Eggrate dengan kemiringan horizontal yang dapat
digerakkan merupakan tipe perlindungan yang lebih
fleksibel karena rasio ketinggian shading efektif untuk
musim panas.
Hasil Analisis:
· Orientasi massa bangunan
Sesuai dengan garis edar matahari, orientasi massa bangunan
memanjang dari timur ke barat dengan bukaan berada disisi utara-
selatan.
· Bukaan
Bukaan dimaksimalkan pada sisi utara. Bukaan pada sisi selatan
sebaiknya dihindari khusunya pada permukaan yang selalu terkena
radiasi matahari pada saat intensitas tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 38
Penggunaan sun shading pada bukaan sehingga matahari tidak
diterima secara langsung oleh bangunan
· Barier
Barier Berupa vegetasi ataupun bangunan dan pagar sebagai
penghalang sinar matahari yang kurang menguntungkan.
· Material
Penggunaan material sebagai solusi permasalahan denga sinar
matahari, dimana material berperan sebagai filter sinar dan
mengurangi kesilauan (glare) dalam bangunan.
5.2.4.b. Analisis Angin
· Angin pada site berasal dari angin laut dan angin darat karena
letak site yang berada tidak jauh dari Laut Jawa
· Angin laut terjadi pada siang hari bertiup dari laut ke darat.
Angin ini cukup kuat, sedangkan angin darat terjadi pada
malam hari bertiup dari darat ke laut.
Gambar 5.12 Analisis Angin
Sumber: Analisis Pribadi
Angin laut bertiup kencang sehingga kurang baik terhadap kesehatan
· Angin laut bertiup pada siang hari
· Angin darat bertiup pada malam hari Angin Laut
Angin Darat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 39
· Sistem Penghawaan Alami
Dalam kaitannya dengan sistem penghawaan dalam bangunan,
standart luasan bukaan minimal dalam bangunan adalah 1/3 luas lantai.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi system penghawaan alami
antara lain:
· Kebutuhan udara bersih
· Kecepatan angin
· Orientasi bangunan
· Arah angin
Diagram 5.7 Analisis Penghawaan Bangunan
Sumber: Jatmiko dalam Fisika Bangunan, 2004
· Natural Ventilation
Gambar 5.13 Natural Ventilation
Sumber: www.wiki.aia.org, 20-10-2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 40
· Vegetation Cooling
Gambar 5.14 Vegetation Cooling
Sumber: www.aila.org.au, 20-10-2011
· Water Cooling
Gambar 5.15 Water Cooling
Sumber: www.property96.com, 20-10-2011
5.2.5. Analisis Lansekap
Tujuan:
· Mendapatkan pola tata lansekap yang mendukung keberadaan
rumah susun dan mendukung lingkungan.
Dasar Pertimbangan:
· Mendukung karakter bangunan sebagai bangunan rumah tinggal
dan bangunan eko-arsitektur
· Jenis tanah
· Fungsi lansekap dapat mendukung kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 41
· Kemudahan sirkulasi
· Perencanaan penghijauan dan sebagai fungsi peresapan air hujan
Analisis:
Faktor perancangan yang mempengaruhi kontribusi kenyaman
indoor dan outdoor antara lain :
· Lebar area tanaman sekitar bangunan
· Tipe tanaman : semak, pohon. rumput, bunga, anggur rambat,
pergola dan lain sebagainya.
Kualitas kontribusi perencanaan area hijau lingkungan urban
ditentukan oleh :
· Ukuran total open space yang tersedia dengan populasi
· Pembagian kedalam persil individual dan lokasi dalam hubungan
area hunian
· Perencanaan detail openspace : fasilitas, vegetasi cover tanah,
akses ke area dan jalur internal
Tipe Lansekap :
· Pohon dengan kanopi tinggi dan pergola dinding /jendela
menyediakan naungan dan mengurangi kelebihan panas.
· Tanaman rambat seluruh dinding dan semak yang tinggi sebelah
dinding berfungsi sebagai shadding juga mengurangi kecepatan
angin.
· Tanaman rimbun dekat bangunan dapat mengurangi temperature
udara kulit bangunan dan mengurangi konduktif dan infiltrasi
pertumbuhan panas.
· Penutup tanah dengan tanaman sekitar bangunan mengurangi
pemantulan radiasi panas dan radiasi gelombang panjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 42
5.2.5.a. Hard Landscape
Hard landscape merupakan bahan-bahan konstruksi yang
digunakan untuk meningkatkan lanskap pada desain. Pemanfaatan hard
landscape sebagai pendukung kegiatan seperti pedestrian. Penggunaan
hard landscape juga dapat sebagai area tangkapan hujan. Berbagai
macam bahan dapat digunakan, seperti batu bata, batu kerikil, atau
batu, beton, kayu, aspal, kaca, logam, paving, dll juga dapat
menggambarkan outdoor furniture dan produk lanskap lainnya.
· Batu bata, digunakan sebagai elemen vertikal seperti pembatas
tanaman maupun pemisah area taman. Material ini memiliki daya
serap air hujan yang cukup baik.
· Batu kerikil, dapat digunakan sebagai penutup tanah dengan tekstur
kasar. Material ini memiliki daya serap yang cukup baik terhadap
air hujan
· Beton, digunakan sebagai perkerasan jalur kendaraan dengan
beban berat seperti truk dengan daya serap air hujan yang sangat
kecil.
· Kayu, dapat digunakan sebagai penutup tanah untuk jalur
pedestrian maupun sebagai elemen vertikal pada lansekap. Material
ini mempunyai daya serap air yang cukup baik
· Pavinggrass, dapat digunakan sebagai perkerasan pedestrian dan
juga dapat menyerap air hujan dengan baik.
· Aspal, digunakan sebagai perkerasan untuk jalur kendaraan dengan
daya serap air hujan yang kecil.
· Paving, baik digunakan sebagai jalur pedestrian maupun kendaraan
dengan daya serap air hujan yang cukup baik.
· Logam, digunakan sebagai elemen vertikal lansekap seperti
fountain, sculpture, dll. Tidak dapat menyerap air hujan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 43
· Hasil Analisis
Gambar 5.16 Hasil Analisis Hard landscape
Sumber: Dokumen Pribadi
Keterangan :
· Jalan aspal
· Paving block
· Paving gras
· Jalan kerikil
· Biopori
- Jalur kendaraan menggunakan aspal atau paving
- Jalur pedestrian menggunakan pavingblock/ pavinggrass
sehingga air hujan dapat masuk ketanah.
Material Paving gras pada jalur pedestrian sebagai jalur penghubung antara bangunan.
Material paving blok pada area transisi sebagai jalur pedestrian
Jalan aspal digunakan sebagai jalur kendaraan.
Penggunaan jalan kerikil sebagai area open space, komunal, dan pedestrian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 44
Gambar 5.17 Paving grass
Sumber: us.fotolia.com
- Pada plasa penghubung antar bangunan menggunakan berbagai
variasi material yaitu batu-bata, pavinggrass, paving sehingga
air hujan dapat meresap dengan baik
- Street furniture yang digunakan memiliki fungsi ganda seperti
pembatas sekaligus tempat duduk sehingga efisien dalam
pengerjaan. Selain itu dipilih material reuse seperti batu-bata
sekam, kayu bekas yang dapat menampilkan konsep eko pada
desain.
- Penggunaan biopori dan sumur resapan untuk mempermudah
peresapan air hujan dan sebagai usaha konservasi air.
5.2.5.b. Softscape Landscape
Softscape landscape merupakan elemen vegetasi/tanaman.
Bahan Soft landscape meliputi setiap lapisan dari urutan ekologi:
tanaman air, tanaman semi-akuatik, tanaman lapangan lapisan
(termasuk rumput dan tanaman herba) semak dan pohon. Tanaman
mempunyai berbagai fungsi seperti relaksasi, perkuatan tanah,
penyerap polusi udara, dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 45
Nama Stratifikasi Toleran terhadap
cahaya langsung
Siklus
Hidup
Amanilis Herba √ Dua musim
Anggrek Herba √ Tahunan
Anyelir Herba √ Semusim
Aster Penutup tanah √ Tahunan
Azela Perdu √ Tahunan
Bambu-bambuan Perdu √ Tahunan
Bayam merah Herba - Semusim
Bunga sepatu perdu √ Tahunan
Cemara-cemaraan Pohon √ Tahunan
Filea Penutup tanah √ Dua musim
Hemigrafis Penutup tanah - Tahunan
Jengger ayam Herba - Semusim
Jeruk keprok Perdu √ Tahunan
Kenari Pohon √ Tahunan
Krokot Penutup tanah √ Semusim
Lantana Penutup tanah √ Tahunan
Liliparis Penutup tanah √ Tahunan
Mangga Pohon Tahunan
Maranta Herba √ Tahunan
Merrygold Herba √ Tahunan
Monstera liana √ Tahunan
Palm-palman Pohon/perdu - Tahunan
Pinus-pinusan pohon √ Tahunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 46
Rumput Bermuda Penutup tanah √ Tahunan
Sawo pohon √ Tahunan
Skindapsus Liana - Tahunan
Sikas Perdu √ Tahunan
Soka Perdu √ Tahunan
Tapak dara Herba √ Tahunan
Suplir Herba - Tahunan
Sutera bombai Penutup tanah √ Semusim
Terang bulan Perdu √ Tahunan
Wali songo Perdu / pohon √ Tahunan
Tabel 5.24 Jenis tanaman Tropis
Sumber : Arifin, Nurhayati HS. Taman Dalam Ruang. Hal. 71
· Tanaman pohon buah-buahan yang dianjurkan untuk pengawetan
tanah dan air
Tabel 5.25 Pohon Pengawetan Tanah dan Air
Sumber : Rachman, Encep. Perencanaan penanaman rehabilitasi hutan
dan lahan terdegradasi di Jawa Barat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 47
· Tanaman sebagai pengendali erosi
Tabel 5.26 Tanaman Pengendali Erosi
Sumber : Rachman, Encep. Perencanaan penanaman rehabilitasi hutan dan lahan
terdegradasi di Jawa Barat
Hasil Analisis:
Gambar 5.18 Hasil Analisis Soft Landscape
Sumber: Analisis Pribadi
Tanaman Buah Sebagai konservasi air sekaligus sebagai peneduh, penghasil
Tanaman peneduh untuk open space, area komunal, dan area olahraga
Tanaman sebagai pengendali erosi karena site dikelilingi lahan rob sehingga diperlukan tanaman penguat
Tanaman Pengarah Kendaraan sekaligus sebagai peneduh trotoar (pedestrian)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 48
Keterangan :
· Tanaman Pengarah
· Tanaman penguat tanah
· Tanaman buah
· Tanaman Peneduh
5.2.6. Analisis Sirkulasi
5.2.6.a. Sirkulasi Vertikal
Transportasi dalam bangunan menggunakan tangga. Diantaranya
bentuk tangga dan efisiensi ruang yang dicapai adalah :
Gambar 5.19 Bentuk Tangga dan Efisiensi
Sumber : Ernst Neufert, Data Arsitek Jilid 2 Hal.175
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 49
5.2.6.b. Sirkulasi Horisontal
Untuk menunjang kelancaran sirkulasi perlu adanya sistem
sirkulasi yang baik. Sistem sirkulasi dalam bangunan akan
menentukan pola-pola ruang yang ada, sehingga pola sirkulasi
merupakan pembentukan dari ruang itu linier.
◘ Pola Linier:
Merupakan deretan ruang-ruang yang
berjajar, dihubungkan oleh suatu jalan
lurus sebagai penghubung antar ruang,
sekaligus sebagai unsur pembentuk
ruang. Aplikasi pada bangunan: unit
penjualan, unit hunian.
◘ Pola radial
Biasanya berupa ruang-ruang terpola
dalam bentuk yang memusat atau
menyebar sehingga bentuk radial ini
mempunyai jalan yang berkembang
dari atau menuju sebuah titik pusat.
Aplikasi pada : hall, unit penjualan,
hunian, fasilitas bersama, dll.
◘ Pola terpusat
Satu pusat ruang, dimana sejumlah
ruang sekunder dikelompokkan.
Aplikasi pada bangunan : hall,main
hall, Community center,Open space,
dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 V 50
◘ Pola Grid
Ruang-ruang ditempatkan pada bentuk
grid tertentu, yang dihubungkan
dengan pola jalan linier yang saling
bersilangan. Aplikasi pada : unit
penjualan, unit hunian.
◘ Pola Clutser
Ruang-ruang yang dikelompokkan oleh letaknya secara bersama/berhubungan. Aplikasinya pada: fitnes center, squash court, swimming pool, play ground.
Sirkulasi yang dikembangkan adalah sirkulasi yang
memudahkan kendaraan dapat menjangkau semua tempat tetapi
tidak mengganggu jalan pedestrian yang disediakan. Penghuni
dapat berjalan atau menggunakan kendaraan untuk moving dari
tempat satu ke tampat lain.
Site merupakan lahan dengan kondisi rawan banjir sehingga
diperlukan adanya peninggian jalan terutama jalan kendaraan
sehingga di waktu banjir penghuni masih dapat melalui site dengan
aman. Jalan lingkungan telah dinaikkan 50cm. jalan site dinaikkan
50 cm lagi.
5.2.6.c. Sirkulasi Difabel
The American with Disabilities Act (ADA) tahun 1990
adalah undang-undang hak azasi warga sipil yang memuat panduan
aksesibitas atau akses ke tempat-tempat umum dan komersial yang
dioperasikan oleh swasta. Dibawah ini adalah standarisasi fasilitas
yang harus dipenuhi sebuah bangunan untuk difabel :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 1
BAB VI
KONSEP PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN
Pada bagian ini dijelaskan mengenai analisa perencanaan dan perancangan
Rusunawa di Kaligawe yang meliputi konsep lokasi, kegiatan, tata ruang,
pemilihan site, pengolahan tapak, pembentukan karakter bangunan, lansekap, pola
tata massa, tampilan bangunan, struktur dan bahan bangunan, dan utilitas yang
semua aspek analisa memperhatikan aspek eko-Arsitektur.
6.1. KONSEP PERUANGAN
6.1.1. Penghuni
a. Sasaran Penghuni
Target pasar yang akan ditampung oleh rumah susun dengan penghuni
sebagian besar merupakan penduduk kota Semarang pada umumnya yang
memerlukan rumah layak huni dengan strata ekonomi menengah ke
bawah. Selain itu penghuni juga berasal dari penduduk Kota Semarang
yang huniannya mengalami penggusuran pada proyek normalisasi Sungai
besar di Semarang untuk penangan rob seperti kali Tenggang, Kali Banjir
Kanal Barat, dan masyarakat yang terpaksa pindah karena hunian mereka
tergenang oleh rob.
b. Kondisi Ekonomi Sasaran Penghuni
Pembangunan rusun kaligawe diperuntukkan bagi masyarakat
dengan golongan ekonomi menengah ke bawah. Golongan ekonomi ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 2
bukan mereka yang yang tidak mempunyai pekerjaan namun masyarakat
yang bermata pencaharian dari sektor informal seperti pedagang, buruh
industri, pekerja pelabuhan, pegawai negeri sipil dan lain sebagainya. Hal
ini didasarkan pada kedekatan lokasi dengan kawasan industri, pelabuhan,
dan pusat kota.
c. Fenomena Perilaku Penghuni
Perilaku masyarakat bawah berbeda dengan keseharian masyarakat
golongan menengah ke atas. Masyarakat bawah masih mempunyai sifat
kegotongroyongan dan kekeluargaan yang erat. Hubungan sosial yang
terjalin begitu erat sehingga membuat tetangga bebas keluar masuk
kedalam rumah lainnya. Kekerabatan sosial inilah yang memberikan
keunikan pada perilaku penghuni rumah susun sehingga diperlukan desain
yang memenuhi kebutuhan penghuni bukan untuk mengubah penghuni.
6.1.2. Konsep Kegiatan
Kegiatan yang akan diwadahi sesuai dengan kelompok sasaran
yaitu kelompok keluarga menengah ke bawah di kota Semarang, terbagi
atas :
1. Kegiatan utama
Pelaku Kegiatan Waktu Kegiatan Tempat
Bapak-bapak Rutin
05.00-06.00 Bangun tidur,
sholat
Rumah
08.00-16.00 Bekerja Pelabuhan, pabrik, kota
12.00-13.00 Istirahat Di luar/rumah
16.00-19.00 Sosialisasi Di luar rumah
19.00-22.00 Bersantai / kegiatan
warga
Rumah, komunal, r.
serbaguna
22.00-15.00 Tidur Rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 3
Temporer
07.00-09.00 Kerja Bakti Lingkungan RW,
16.00-17.00 Olahraga Jalan, lapangan
20.00-22.00 Pengajian,
pertemuan warga
Masjid,
R. Serbaguna
Ibu-Ibu Rutin
04.00-06.00 Bangun tidur,
sholat
Rumah
05.00-08.00 Memasak,
membersihkan
rumah
Rumah
06.00-07.00 Belanja Pasar/warung
08.00-15.00 Bekerja Pabrik, kota
17.00-21.00 Bersantai,
bersosialisasi
Didalam / di luar
rumah
22.00-04.00 Tidur Rumah
Temporer
07.00-09.00 Kerja bakti Lingkungan RW,
kebun
19.00-11.00 Olahraga volley Lapangan PW
16.00-17.00 Pertemuan PKK
RT/RW
Rumah warga secara
bergiliran
16.00-17.00 pengajian Masjid
Remaja Rutin
05.00-06.00 Bangun tidur,
sholat
Rumah
07.00-16.00 Belajar Sekolah
16.00-22.00 Sosialisasi/ tinggal
di rumah
Di luar/ di dalam
rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 4
22.00-05.00 Tidur Rumah
Temporer
16.00-17.00 Olahraga Jalan, lapangan
19.00-21.00 Pertemuan remaja r. serbaguna
Anak-anak 05.00-06.00 Bangun tidur,
sholat
Rumah
07.00-12.00 Belajar sekolah
13.00-15.00 bermain Di luar rumah
19.00-21.00 Belajar Rumah
21.00-05.00 Tidur rumah
Tabel 6.1 Konsep Kegiatan
Sumber : Dokumen Pribadi
2. Kegiatan Pendukung
Pelaku Waktu Kegiatan Tempat
Penghuni 08.00-16.00 Berjualan warung
Memelihara,
panen
Tambak
Pengunjung 16.00-18.00 Memancing Tambak
Tabel 6.2 Konsep Kegiatan
Sumber : Dokumen Pribadi
3. Kegiatan pengelolaan
Dalam perancangan eko-arsitektur yang belum populer untuk
membiasakan penghuni sangat dibutuhkan kegiatan mengatur,
malayani, memelihara.
6.1.3. Konsep Tipologi Unit Hunian
Dasar Pertimbangan dalam manentukan tipologi ruang pada unit
hunian rumah susun adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 5
· Jumlah kebutuhan unit yang diperuntukkan ( berdasarkan analisa
peta wilayah)
· Struktur ekonomi masyarakat
· Mampu menampung rata-rata jumlah anggota yaitu 3-5 orang
Tipe unit hunian
· Tipe didasarkan kebutuhan rata-rata calon penghuni, yaitu mampu
menampung 2-4 orang sehingga direncanakan 3 tipe:
· Tipe 1 : mampu menampung hingga 2 orang dengan 1 ruang tidur
· Tipe 2 : mampu menampung hingga 3 orang dengan 2 ruang tidur
· Tipe 3 : mampu menampung hingga 4 orang dengan 2 ruang tidur
· Tipe unit yang direncanakan:
UNIT KAPASITAS STANDAR PERHITUNGAN LUAS
TIPE
KECIL
- Tempat tidur
besar
- Terima tamu
- Kamar mandi
- dapur
- 2,1 x 2,1 = 4,41
- 1,5 x 2,2 = 3,3
- 1,5 x 1,5 = 2,25
- 1,5 x 1,5 = 2,25
4,41 + 3,3 + 2,25 +
2,25 + flow 80%
=26,87 m²
Tipe 27
TIPE
SEDANG
- Tempat tidur
besar
- Tempat tidur
kecil
- Berkumpul
keluarga
- Terima tamu
- Kamar mandi
- dapur
- 2,1 x 2,1 = 4,41
- 0,9 x 2 = 1,8
- 2,7 x 2,2 = 5,94
- 1,5 x 2,2 = 3,3
- 1,5 x 1,5 = 2,25
- 1,5 x 1,5 = 2,25
4,41 + 1,8 + 5,94 +
3,3 + 2,25 + 2,25 +
flow 80%
=35,96 m²
Tipe 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 6
TIPE
BESAR
- Tempat tidur
besar
- Tempat tidur
kecil
- Meja makan
- Berkumpul
keluarga
- Terima tamu
- Kamar mandi
- Dapur
- 2,1 x 2,1 = 4,41
- 0,9 x 2 = 1,8
- 1,8 x 1,2 = 2,16
- 2,7 x 2,2 = 5,94
- 1,5 x 2,2 = 3,3
- 1,5 x 1,5 = 2,25
- 1,5 x 1,5 = 2,25
4,41 + 1,8 + 2,16 +
5,94 + 3,3 + 2,25 +
2,25 + flow 100%
=44,72 m²
Tipe 45
Tabel 6.3 Tipe yang Direncanakan
Sumber : Dokumen Pribadi
6.1.4. Konsep Kebutuhan Ruang
a. Konsep Kebutuhan Ruang dalam hunian
KEGIATAN SIFAT KEBUTUHAN RUANG
Tidur Tenang, privasi Ruang Tidur
Bersih diri Private, segar, lembab KM/WC
Makan Bersih, terang, akrab Ruang Makan
Belajar Tenang, privasi, terang Ruang Keluarga
Berkumpul Akrab, intim semi
publik
Ruang Keluarga
Terima Tamu Terang, bersih, publik Ruang Tamu
Memasak Sehat, noise, panas Dapur
Mencuci dan Jemur Lembab, berair Tempat cuci dan jemur
Tabel 6.4 Kebutuhan Ruang Sumber : Dokumen Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 7
b. Analisa Kebutuhan fasilitas
· Kepengurusan RW
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
rapat Pengurus RW
masyarakat
Balai RW Manampilkan
kesan terbuka
Tabel 6.5 Kegiatan Kepengurusan RW
Sumber : Dokumen Pribadi
· Kepengurusan RT
Tabel kebutuhan ruang kepengurusan RT
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
Rapat Pengurus RT
dan
masyarakat
Balai RT Manampilkan
kesan terbuka
Tabel 6.6 Kegiatan Kepengurusan RT
Sumber : Dokumen Pribadi
· Kepengurusan Karang Taruna
Tabel kebutuhan ruang kepengurusanKarang Taruna
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
Rapat Ruang rapat Manampilkan
kesan terbuka
Tabel 6.7 Kegiatan Karang Taruna
Sumber : Dokumen Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 8
· Kesehatan (Puskesmas)
Tabel kebutuhan ruang kesehatan
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
Menunggu Pasien Ruang tunggu Menampilkan
kesan terbuka
Mengesankan
bersih
Praktik Dokter ,
asisten
dokter,
pasien
Ruang praktik Bersifat private
Tenang
Bersih/hygeinis
Menyimpan
obat dan
peralatan
Dokter,
asisten
dokter
Ruang
penyimpanan
Private
Bersih
Tabel 6.8 Kegiatan Puskesmas
Sumber : Dokumen Pribadi
· Kegiatan taman baca dan TK paud
Tabel kebutuhan ruang taman baca
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
Memilih
buku
Masyarakat Etalase buku Tenang
Rapi
Bersih
Nyaman
Meminjam
buku
Masyarakat
dan
pengelola
Peminjaman Berkesan
menerima
dan hanggat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 9
Membaca
buku
masyarakat Ruang baca Terbuka
Nyaman
Tenang
Tabel 6.9 Kegiatan Taman Baca
Sumber : Dokumen Pribadi
Tabel kebutuhan ruang TK paud
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
Menunggu Masyarakat
(ibu-ibu
pengantar)
Ruang
tunggu
Hangat
Nyaman
Bersih
Bersifat
kekeluargaan
Belajar Murid dan
guru Paud
Ruang
belajar
Edukatif
Bersih
Nyaman
Bermain Murid dan
guru Paud
Taman
bermain
Terbuka
Nyaman
Edukatif
Rekreatif
Beribadah Murid dan
guru Paud,
masyarakat
Musholla Edukatif
Tenang
Rileks
Tabel 6.10 Kegiatan TK. Paud
Sumber : Dokumen Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 10
· Kegiatan agama Islam
Tabel kebutuhan ruang Kegiatan Agama Islam
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
Sholat Pria Tempat
sholat pria
Tenang
Terbuka
Suci
Wanita Entrance Tenang
Terbuka
Suci
TPA Anak-anak Serambi
/ruang TPA
Terbuka
Atraktif
Edukatif
Suci
Pengajian Warga
masyarakat
beragama
islam
Tempat
sholat dan
serambi
musholla
Terbuka
Tenang
Suci
Rapat
pengurus
masjid
Takmir,
warga
Tempat
sholat
Tenang
Suci
Wudhu dan
KM/WC
Pria Tempat
wudhu dan
KM/WC pria
Private
Suci
Bersih
Utilitas yang
baik
Wanita Tempat
wudhu dan
KM/WC
wanita
Private
Suci
Bersih
Utilitas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 11
baik
Menyimpan
barang
Pengguna
mushola
Tempat
penyimpanan
Tidak
lembab,kering
Tabel 6.11 Analisa Kegiatan Agama Islam
Sumber : Dokumen Pribadi
· Keamanan
Tabel kebutuhan ruang kepengurusan RW
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
berjaga Warga
masyarakat
Pos ronda Terbuka
Tabel 6.12 Kegiatan Keamanan
Sumber : Dokumen Pribadi
· Olah raga
Tabel kebutuhan ruang olah raga
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
Senam,
bulu
tangkis,
voli, sepak
bola,
bersepada
Masyarakat Lapangan
olah raga
Terbuka
Cahaya baik
Penghawaan
baik
Tabel 6.13 Kegiatan Olah Raga
Sumber : Dokumen Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 12
· Kegiatan berkebun
Tabel kebutuhan ruang Berkebun
Macam Kegiatan Pelaku
Kegiatan
Kebutuhan
Ruang
Kebutuhan
Ruang
Becocok Tanam Penghuni Kebun Bersifat privat
terbuka
Bertanam Pengelola Kebun Luar Terbuka
Mudah
diakses
Pengkomposan Penghuni,
Pengelola
Kebun Luar Mudah
diakses
Terisolasi
Tabel 6.14 Kegiatan Berkebun
Sumber : Dokumen Pribadi
· Kegiatan komersial wirausaha (kuliner)
Tabel kebutuhan ruang wirausaha
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
Berjualan penghuni toko Mudah
diakses
Terjangkau
bagi
masyarakat
sekitar
Terbuka/open
space dengan
penghijauan
Terekspos
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 13
Ruang
makan
Masyarakat
rusunawa
dan
masyarakat
sekitar
Kantin
Openspace
Ruang
makan
Mudah
diakses
Terbuka
Rekreatif
Openspace
dengan
penghijauan
pemancingan penghuni toko Mudah
diakses
Terbuka
Rekreatif
Openspace
Usaha
tambak
Pengelola Koperasi Mudah
diakses
Tidak
menggangu
kegiatan
penghuni
Metabolisme Masyarakat WC/KM Private
Tabel 6.15 Kegiatan Wirausaha
Sumber : Dokumen Pribadi
· Kegiatan penunjang
Tabel kebutuhan ruang penunjang
Macam
kegiatan
Pelaku
kegiatan
Kebutuhan
ruang
Kebutuhan
ruang
Sampah Penghuni,
pengelola,
pengunjung
Jaringan
pembuangan
sampah/shaft
Aksesibel
Terisolasi
Dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 14
sampah terakses
untuk
perawatan
Listrik Penghuni,
pengelola,
Jaringan
listrik /shaft
listrik
Dapat
diakses
untuk
perawatan
Air Penghuni,
pengelola
Jaringan air
bersih dan
kotor/shaft
air bersih
dan kotor
Dapat
diakses
untuk
perawatan
Treatment air Pengelola, Kolam
treatmen air,
Jaringan
treatmen air
Dapat
diakses
untuk
perawatan
Daur ulang Penghuni,
pengelola
Kebun,
ruang daur
ulang
Dapat
diakses
untuk
perawatan
Menyelamatkan
diri ketika
bencana
Penghuni,
pengelola
Tangga
darurat
Mempunyai
struktur
terpisah
Berada
dengan
jarak 20 m
Terlihat
jelas dari
penghuni
rusunawa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 15
Memenuhi
standar
keselamatan
Bongkar muat
barang
Penghuni,
pengelola,
Loading
dock
Aksesibel
Parkir Penghuni,
pengelola
Parkir
sepeda,
motor,
mobil,
gerobak, dan
becak
Aksesibel
Aman
Tabel 6.16 Kegiatan Ruang Penunjang
Sumber : Dokumen Pribadi
6.1.5. Pola Hubungan Ruang
a. Hubungan ruang unit hunian
Diagram 6.1 Unit Hunian
Sumber : Dokumentasi Pribadi
cuci Balkon
dapur KM/WC R. tidur
R. Keluarga R. makan R. tidur
R. tamu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 16
b. Hubungan antar hunian pada kompleks rusun
Diagram 6.2 Hubungan antar hunian pada kompleks rusun
Sumber : Dokumentasi Pribadi
c. Hubungan ruang fasilitas umum dan sosial
Diagram 6.3 Hubungan ruang fasilitas umum dan sosial
Sumber : Dokumentasi Pribadi
r. pendaftaran
r. tunggu
r. konsultasi
r. periksa
apotek
lavatori
Unit hunian Court coridor
utilitas
Unit hunian
Unit hunian
Unit Hunian
Unit hunian
Unit hunian
utilitas Sirkulas Sirkulasi
Sirkulas Sirkulas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 17
d. Hubungan ruang pengelola dan koperasi
Diagram 6.4 Hubungan ruang pengelola dan koperasi
Sumber : Dokumentasi Pribadi
e. Hubungan ruang balai pertemuan
Diagram 6.5 Hubungan ruang balai pertemuan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
hall
audience
stage
r.ganti lavatori
r. penjaga
gudang
r.staff
r. pertemuan
gudang
r. pimpinan r.tamu
lavatori
r. administrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 18
f. Hubungan ruang fasilitas perdagangan
Diagram 6.6 Hubungan ruang fasilitas perdagangan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
6.1.6. Analisa Besaran Ruang
· Kelompok Unit Hunian
Ruang Flow Perhitungan Luas asumsi flow 30% ( )
Ruang keluarga
Standart (NAD) 2 kursi, meja, televisi, kabinet
Standart (NAD) =3(0,7x0,85)+(1,3x0,8)+ (0,6x1,2)
=(1,8+1,04+0,72)
=5,36
6
Kamar tidur utama
Standart (NAD) double bed, lemari, meja
Standart (NAD) =(1,45x1,95)+(0,8x1,5)
=(3,83+0,72) =8,72
9
Kamar tidur anak
Standart (NAD) 1 bed tingkat, 2 meja, lemari
Standart (NAD) =(0,8x1,92)+!0,7x1,3) +(0,6x1,2)
=(3,4+0,9) =5,303
6
Dapur Standart (NAD) meja kerja, tempat sampah
Standart (NAD) =(0,4x0,6)+(0,5x0,5)
=(2+0,09) =2.58
3
Gudang Lavatori
Kios
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 19
KM/WC Kamar mandi dengan perhitungan instalasi
Standart (NAD) =(2,05x1,4) =2,87
3
Tempat
jemur
Asumsi Asumsi =(1 x 2) =2 2
Kebun Asumsi =(1 x 2) =2 2
Tabel 6.17 Perhitungan Unit Rumah Sumber : Dokumentasi Pribadi
Ruang Tipe Kecil Tipe Sedang Tipe Besar Ruang Tamu 4 5 7 Ruang keluarga 4 6 10 Kamar tidur utama 9 9 9 Kamar tidur anak - 6 9 Dapur 3 3 3 KM/WC 3 3 3 Tempat jemur 2 2 2 Kebun 2 2 2 Luas ruangan 27 36 45
Tabel 6.18 Analisa Perhitungan Unit Rumah
Sumber : Dokumentasi Pribadi
· Kelompok Fasilitas
Ruang Keterangan
Perhitungan Luas hasil perhitungan
Balai Rw dan RT 20 Standart (NAD) =(20x0,65) =13
13
Karang taruna 20 Standart (NAD) =(20x0,65) =13
18
Klinik kesehatan 20 Standart (NAD) =(20x0,65) =13
144
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 20
Penyimpanan =12
Taman bacaan 20 Standart (NAD) =(20x0,65) =13
Penyimpanan =12
18
TK/Paud 20 Standart (NAD) =(20x0,65) =13
Penyimpanan =12
162
Balai pertemuan (ruang serba guna)
200 Area duduk 1,5x2,0=3 /orang,
stage 30 , gudang
12 , KM/WC=3
198
Musholla/langgar 1. Tempat sholat pria
2. tempat sholat wanita
3. serambi musholla
4. ruang takmir
5. tempat wudhu pria
6.tempat wudhu wanita
7.gudang
500 Standart (NAD)
1. orang sholat =1,2x0,8 =0,96x100 orang = 96
2. termasuk diatas
3. ruang takmir (asumsi) =9
4. tempat wudhu pria (NAD) =0,65x1 =0,65x5tempat wudhu =3,25
5. tempat wudhu wanita (NAD) =0,65x1 =0,65x5tempat wudhu =3,25
8. gudang (asumsi) =6
169
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 21
Lapangan olah raga Bulu tangkis
Voli
Sempak bola
Standart (NAD)
Bulu tangkis dan voli =18x9 =162
Sempak bola 2x lapangan voli 2x162 =324
Jumlah =162+162+324 =648
648
kebun Asumsi 384
Jumlah 1750
Tabel 6.19 Perhitungan Ruang Fasilitas
Sumber : Dokumen Pribadi
· Kegiatan penunjang
Tabel besaran ruang penunjang
Ruang Perhitungan Hasil luas perhitungan
Mekanikal dan elektrikal
Ruang genset =54
Ruang MEE =28,7
Ruang pompa =20
Ruang tangki =15
=terdapat 2tangki, tangki atsa dan bawah =2x15=30
Water treatment =64
Kolam Penampungan =
1747
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 22
1250
Gudang =10
Flow 20%
Loading dock Tambak
Asumsi 2 Mobil
Standart (NAD)
1 Mobil = 30
2 mobil= 30 x 2= 60
60
Parkir
mobil =10 buah
motor =360 buah penguhuni +40buah pengunjung =400 buah
Standart (NAD)
mobil =3,00x5,00=15x10 =150
motor =1,6 x2,00=3,2x400 =1280
Jumlah =150+1120 =1270
1270
Jumlah 3077
Tabel 6.20 Perhitungan Ruang Kegiatan Penunjang
Sumber : Dokumen Pribadi
· Ruang Terbuka Hijau
Menurut UU No.26 Tahun 2007, Ruang Terbuka Hijau (RTH)
yang ideal adalah 10% dari Luas Kawasan. Selain itu, Karena
Rusunawa ini mengambil konsep eko-arsitektur sebagai
keberlanjutan arsitektur bangunan maka BC yang dipakai
cukup 40% (BC terendah). Kawasan Rusunawa yang
direncanakan adalah sebagai berikut:
Luas Site: ± 48000 m² (± 4,8 Ha)
RTH : 10% x 48000 = 4800 m²
BC: 40% x 48000 = 19200 m²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 23
· Ketinggian Bangunan
Menurut UU Rumah Susun Ketinggain bangunan Rumah
susun dapat berjumlah > 5 lantai dengan ketentuan dan syarat
bangunan gedung berlanyai banyak. Namun menurut pengalaman
dan tuntutan eko-arsitektur membatasi rumah susun maksumal 4
lantai. Hal ini untuk mengurangi tingakt kepadtan dalam bangunan.
6.2. Konsep Pengolahan Site
6.2.1 Site
Site berada di Kawasan Pasar Waru, Kelurahan Kaligawe yang
termasuk dalam BWK V Kota Semarang.
Gambar 6.1 Peta Lokasi Site
Sumber : Dokumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 24
Batas - batas site sebagai berikut :
Sebelah Utara : Jalan Sawah Besar 4
Sebelah Selatan : SDN 1 Kaligawe, perumahan
Sebelah Barat : Kelurahan Kaligawe
Sebelah Timur : Jalan Tol Muktiharjo
Gambar 6.2 Batas Site Sumber : Dokumentasi Pribadi
Site terletak lebih rendah dari jalan raya, -0,5 m
Jalan Sawah Besar
Pasar Waru
SDN 1 Kaligawe
Jalan Lingkungan
Jalan Sawah Besar
Pemukiman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 25
faktor standar urban design dalam pemilihan site antara lain:
1. Kapasitas : Kapasitas berdasar sensitifitas sumber alam yang terdapat di
site.
2. Kepadatan : Artinya daya dukung lahan masih dimungkinkan
pembangunan baru.
3. Iklim : Karakter iklim spesifik sesuai fungsi sehingga pengguna merasa
aman dan nyaman terhadap berbagai gejala dan gangguan alam.
4. Kemiringan : Bangunan pada site miring dibuat berjenjang untuk
mencegah erosi, rusaknya tanaman, mengurangi volume air tanah dan
merusak ekosistem laut.
5. Vegetasi : Vegetasi alami dijadikan objek dan bagian dari bangunan.
6. Akses : Sarana pendukung berupa alat transportasi yang aman dan
nyaman menjadi pertimbangan para konsumen dalam menentukan lokasi
tempat tinggal.
7. Energi dan Utilitas : Lokasi dengan sarana infrastruktur kota yang
lengkap memiliki nilai lebih daripada lokasi dengan infrastruktur yang
tidak memadai.
6.2.2. Konsep Pencapaian
Gambar 6.3 Konsep Pencapaian Sumber: Dokumen Pribadi
Main Entrance diletakkan pada area Jalan sawah besar 4. Merupakan jalan Lingkungan yang aman bagi keluar masuk kendaraan
Main entrance hanya disediakan satu area untuk keamanan dan kenyamanan penghuni sehingga orang yang keluar masuk kawasan dapat dikontrol oleh petugas keamanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 26
6.2.3. Konsep Sirkulasi
Dari hasil pencapaian site, diperoleh konsep sirkulasi
sebagai berikut:
Gambar 6.4 Konsep Sirkulasi
Sumber: Dokumen Pribadi
· Jalur sirkulasi dibuat satu jalur agar tidak mengganggu kegiatan
penghuni rumah susun.
· Pemisahan area masuk dan keluar untuk menghindari crowded
kendaraan yang melalui area ini.
Parkir Penghuni
MAIN ENTRANCE
Pasar Waru
Pemukiman
TAMBAK
Pemukiman
Parkir Pengunjung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 27
6.2.4. Konsep Noise
Gambar 6.5 Konsep Noise
Sumber: Dokumen Pribadi
Keterangan:
Tanaman Sebagai Barier Noise
Area Transisi
Area Servis dan Pengelola
Menjauhkan bising pasar dengan penempatan area Servis dan pengelola rusunawa.
Barier berupa tanaman dan area transisi yang berfungsi sebagai area pedestrian dan kebun sehingga dapat meredam bising karena jarak jalan tol ke hunian ± 100m
Area Transisi sebagai jalan pedestrian untuk anak sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 28
6.2.5. Konsep Klimatologis
6.2.5.a. Sistem Pencahayaan Alami
Sistem pencahayaan yang digunakan adalah system
pencahayaan alami dengan memanfaatkan sinar matahari yang
dipadukan dengan lampu listrik.
Bangunan yang berada di sekitar site merupakan pemukiman
dengan tipe bangunan rendah sehingga matahari dapat menyinari site
sepanjang hari tanpa ada halangan.
Alternatif solusi untuk penanganan matahari dan
pencahayaan alami adalah sebagai berikut:
· Orientasi massa bangunan
Sesuai dengan garis edar matahari, orientasi massa bangunan
memanjang dari timur ke barat dengan bukaan berada disisi utara-
selatan.
Gambar 6.6 Orientasi massa
Sumber: Dokumen Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 29
· Bukaan
Bukaan dimaksimalkan pada sisi utara. Bukaan pada sisi selatan
sebaiknya dihindari khusunya pada permukaan yang selalu terkena
radiasi matahari pada saat intensitas tinggi.
Penggunaan sun shading pada bukaan sehingga matahari tidak
diterima secara langsung oleh bangunan.
Gambar 6.7 Sun Shading
Sumber: www.ideas-for-home-decorating.com, 2011
· Barier
Barier Berupa vegetasi ataupun bangunan dan pagar sebagai
penghalang sinar matahari yang kurang menguntungkan.
Gambar 6.8 Barier Tanaman
Sumber: www.ideas-for-home-decorating.com, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 30
· Material
Penggunaan material sebagai solusi permasalahan denga sinar
matahari, dimana material berperan sebagai filter sinar dan
mengurangi kesilauan (glare) dalam bangunan.
6.2.5.b. Konsep Penghawaan Alami
Dalam kaitannya dengan sistem penghawaan dalam
bangunan, standar luasan bukan minimal dalam bangunan
asalah 1/3 luas lantai atau sesuai dengan perhitungan
menggunakan rumus.
· Natural Ventilation
Gambar 6.9 Natural Ventilation
Sumber: www.wiki.aia.org, 2011
· Vegetation Cooling
Gambar 6.10 Vegetation Cooling
Sumber: www.aila.org.au, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 31
· Water Cooling
Gambar 6.11 Water Cooling
Sumber: www.property96.com, 2011
6.2.6. Lansekap
Lansekap efektif untuk memodifikasi lingkungan thermal. Faktor
perancangan yang mempengaruhi kontribusi kenyaman indoor dan outdoor
antara lain :
- lebar area tertanaman sekitar bangunan
- tipe tanaman : semak, pohon. rumput, bunga, anggur rambat, pergola
dan lain sebagainya
Kualitas kontribusi perencanaan area hijau lingkungan urban
ditentukan oleh :
- ukuran total open space yang tersedia dengan populasi
- pembagian kedalam persil individual dan lokasi dalam hubungan area
hunian
- perencanaan detail openspace : fasilitas, vegetasi cover tanah, akses ke
area dan jalur internal
Tipe Lansekap :
- Pohon dengan kanopi tinggi dan pergola dinding /jendela menyediakan
naungan dan mengurangi kelebihan panas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 32
- Tanaman rambat seluruh dinding dan semak yang tinggi sebelah
dinding berfungsi sebagai shadding juga mengurangi kecepatan angin.
- Tanaman rimbun dekat bangunan dapat mengurangi temperature udara
kulit bangunan dan mengurangi konduktif dan infiltrasi pertumbuhan
panas.
- Penutup tanah dengan tanaman sekitar bangunan mengurangi
pemantulan radiasi panas dan radiasi gelombang panjang.
Ø Hard Landscape
Gambar 6.12 Konsep jalan pada site
Sumber: Dokumen Pribadi
Material Paving gras pada jalur pedestrian sebagai jalur penghubung antara bangunan.
Material paving blok pada area transisi sebagai jalur pedestrian
Jalan aspal digunakan sebagai jalur kendaraan.
Penggunaan jalan kerikil sebagai area open space, komunal, dan pedestrian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 33
Keterangan :
Jalan aspal
Paving block
Paving gras
Jalan kerikil
Biopori
- Jalur kendaraan menggunakan bahan aspal halus sehingga
dapat memberikan kenyamanan.
- Jalur pedestrian menggunakan pavingblock/ pavinggrass
sehingga air hujan dapat masuk ketanah.
- Pada plasa penghubung antar bangunan menggunakan berbagai
variasi material yaitu batu-bata, pavinggrass, paving sehingga
air hujan dapat meresap dengan baik
- Street furniture yang digunakan memiliki fungsi ganda seperti
pembatas sekaligus tempat duduk sehingga efisien dalam
pengerjaan. Selain itu dipilih material reuse seperti batu-bata
sekam, kayu bekas yang dapat menampilkan konsep eko pada
desain.
- Penggunaan biopori dan sumur resapan untuk mempermudah
peresapan air hujan dan sebagai usaha konservasi air.
Ø Softscape Landscape
Softscape landscape merupakan elemen vegetasi/tanaman.
Bahan Soft landscape meliputi setiap lapisan dari urutan ekologi:
tanaman air, tanaman semi-akuatik, tanaman lapangan lapisan
(termasuk rumput dan tanaman herba) semak dan pohon. Tanaman
mempunyai berbagai fungsi seperti relaksasi, perkuatan tanah,
penyerap polusi udara, dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 34
Nama Stratifikasi Toleran terhadap
cahaya langsung
Siklus
Hidup
Amanilis Herba √ Dua musim
Anggrek Herba √ Tahunan
Anyelir Herba √ Semusim
Aster Penutup tanah √ Tahunan
Azela Perdu √ Tahunan
Bambu-bambuan Perdu √ Tahunan
Bayam merah Herba - Semusim
Bunga sepatu perdu √ Tahunan
Cemara-cemaraan Pohon √ Tahunan
Filea Penutup tanah √ Dua musim
Hemigrafis Penutup tanah - Tahunan
Jengger ayam Herba - Semusim
Jeruk keprok Perdu √ Tahunan
Kenari Pohon √ Tahunan
Krokot Penutup tanah √ Semusim
Lantana Penutup tanah √ Tahunan
Liliparis Penutup tanah √ Tahunan
Mangga Pohon Tahunan
Maranta Herba √ Tahunan
Merrygold Herba √ Tahunan
Monstera liana √ Tahunan
Palm-palman Pohon/perdu - Tahunan
Pinus-pinusan pohon √ Tahunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 35
Rumput Bermuda Penutup tanah √ Tahunan
Sawo pohon √ Tahunan
Skindapsus Liana - Tahunan
Sikas Perdu √ Tahunan
Soka Perdu √ Tahunan
Tapak dara Herba √ Tahunan
Suplir Herba - Tahunan
Sutera bombai Penutup tanah √ Semusim
Terang bulan Perdu √ Tahunan
Wali songo Perdu / pohon √ Tahunan
Tabel 6.21 Jenis tanaman Tropis
Gambar 6.13 Konsep Penataan Softscape
Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber : Arifin, Nurhayati HS. Taman Dalam Ruang. Hal. 71
Tanaman Buah Sebagai konservasi air sekaligus sebagai peneduh, penghasil ekonomi
Tanaman peneduh untuk open space, area komunal, dan area olahraga
Tanaman sebagai pengendali erosi karena site dikelilingi lahan rob sehingga diperlukan tanaman
Tanaman Pengarah Kendaraan sekaligus sebagai peneduh trotoar (pedestrian)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 36
Keterangan :
Tanaman Pengarah
Tanaman penguat tanah
Tanaman buah
Tanaman Peneduh
6.2.7. Konsep Sirkulasi
· Sirkulasi Vertikal
Transportasi dalam bangunan menggunakan tangga.
Diantaranya bentuk tangga dan efisiensi ruang, sebagai berikut:
Gambar 6.14 Bentuk Tangga dan Efisiensi
Sumber : Ernst Neufert, Data Arsitek Jilid 2 Hal.175
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 37
· Sirkulasi Horisontal
Untuk menunjang kelancaran sirkulasi perlu adanya sistem
sirkulasi yang baik. Sistem sirkulasi dalam bangunan akan
menentukan pola-pola ruang yang ada, sehingga pola sirkulasi
merupakan pembentukan dari ruang itu linier.
Site merupakan lahan dengan kondisi rawan banjir sehingga
diperlukan adanya peninggian jalan terutama jalan kendaraan
sehingga di waktu banjir penghuni masih dapat melalui site dengan
aman. Jalan lingkungan telah dinaikkan 50cm. jalan site dinaikkan
50 cm lagi.
· Sirkulasi Difabel
· Fasilitas harus dapat dicapai oleh mereka yang memakai kursi
roda maupun alat bantu lain.
ü rute yang dapat diakses terdiri atas permukaan jalan selasar
dengan lereng maksimum 1:20, diberi tanda apabila ada
persimpangan dengan jalan kendaraan, ruang bebas pada tiap
elemen yang dapat diakses gang, landaian atau ramp,
pinggiran lereng, dan lift.
ü permukaan lantai harus kokoh, stabil, dan tidak licin
ü hindari perubahan ketinggian dan penggunaan tangga
ü pergunakan landaian seperlunya
· Fasilitas harus dapat dipakai
ü ruang sirkulasi harus mencukupi agar pergerakan tetap
nyaman
ü semua fasilitas publik harus dilengkapi dengan fixtur yang
dirancang untuk penderita tunadaksa/cacat/difabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 38
· Parkir
Banyaknya jumlah kendaraan untuk menentukan kebutuhan
luas parkir, antara lain :
- Ukuran dan jenis kendaraan yang ditampung
- Mempunyai keamanan yang baik dan terlindung dari panas
pancaran sinar matahari
- Cukup penerangan cahaya di malam hari
- Tersedia sarana penunjang parkir seperti ruang tunggu sopir
- Waktu penggunaan dan pemanfaatan tempat parkir
Parkir sepeda (Cycle Locker)
Parkir sepeda disediakan didalam bangunan. Menggunakan
tapping rail untuk mencegah pencurian. Parkir sepeda yang baik
dibangun terpisah dengan ruang parkir mobil.
Standar Kebutuhan Luas Parkir Kendaaran.
Tabel 6.22 Standar Kebutuhan Luas Parkir Kendaaran.
Sumber : Pedoman Perencanaan Tata Bangunan DTK DK
PENGGUNAAN STANDAR KEBUTUHAN
PARKIR
SATUAN
Bangunan flat/apartemen
Bangunan wisma bukan
flat
Luas lantai 90 m2 ke atas
Luas lantai 90-70 m2
Luas lantai 70 m2 ke bawah
Harus menyediakan tempat parkir
di luar ROW
1 unit/1 mobil
2 unit/1 mobil
5 unit/1 mobil
1 bangunan/1
mobil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 39
6.2.8. Zonifikasi Site
· Zoning Horisontal
Merupakan zoning kawasan yang berkaitan dengan kondisi
eksisting kawasan sekitarnya serta berkaitan dengan sirkulasi
bangunan dengan kawasan sekitarnya. Dalam penzoningan ini potensi
dan keadaan kawasan sangat berpengaruh terhadap hasil penzoningan,
dan penzoningan ini dibagi dalam tiga cara :
· Zona yang berkaitan langsung dengan kegiatan publik dan bersifat
terbuka bagi kawasan.
· Zona yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan umum
dan kawasan.
· Zona privat kawasan yang merupakan sifat tertutup.
Gambar 6.15 Zoning Horisontal
Sumber: Analisis Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni
di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nurjamilah Tikas Fitrianido I0207071 VI 40
Keterangan :
Publik
Privat
Semi Privat
Service
· Zoning vertikal
Zoning vertikal, menzoningkan bangunan berdasarkan sifat
kegiatan yang berlangsung, dibagikan dalam tiga cara :
· Zona tenang
Untuk kegiatan yang memerlukan ketenangan tinggi seperti
kegiatan hunian.
· Zona transisi
Merupakan zona perpindahan bersifat sebagai foyer atau pergantian
ruang dari zona prifat ke zona publik atau sebaliknya.
· Zona publik
Merupakan zona yang dapat dimasuki oleh publik atau umum
sesuai dengan kegiatannya yang bersifat terbuka seperti kegiatan
berkumpul.
Gambar 6.16 Zoning Horisontal
Sumber: Analisis Pribadi
Lantai 1
Lantai 2
Lantai 3
Lantai 4