i
ABSTRACT
Aos Uswadi (106016300642)
Learning (CTL) to Result of the Physics Study Skripsi, Program Study of
Physics Education, Departement of Natural Science Education, Faculty of Tarbiya
and Teaching Science, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta,
2011.
This research was done at Al-Fath junior high school of school years
periode 2010/2011. The data that was gotten from test instrument was analyzed by
comparison statistical test (t-test), whereas the data of non-test instrument result
was analyzed by using descriptive anlysis, which having purpose to describe
student activity in a group which used Contextual Teaching and Learning (group
of experiment). Based on result of analysis t-test at the level of significant 95% (
= 0,05), can be seen that tvalues greater than ttable were 1,78 > 1,66, with the result
that zero hypothesis (Ho) was refused and alternative hypothesis (Ha) was
accepted, so could be concluded that there was influence of Contextual Teaching
and Learning (CTL) to the result of study in physics, whereas analysis result of
non-test instrument that used description analysis could be showed that the result
of observational student activity in every aspect of CTL got in average 73,78%,
was included good category.
Keywords : CTL, contextual approach, the result of study in physics.
ii
ABSTRAK
Aos Uswadi (106016300642). Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Fisik Skripsi, Program Studi
Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2011.
Penelitian ini dilakukan di SMP Al-Fath Cirendeu tahun pelajaran
2010/2011. Data hasil istrumen tes dianalisis menggunakan analisis statistik
berupa uji perbandingan nilai posttest kedua kelompok yaitu uji-t, sedangkan data
hasil instrumen nontes dianalisis menggunakan analisis deskriptif, yang bertujuan
untuk mendeskripsikan aktivitas siswa pada kelompok yang diberi perlakuan
dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
(kelompok eksperimen). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji-t pada
taraf signifikansi = 0,05), didapatkan thitung lebih besar dari ttabel yaitu 1,78
> 1,66, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima,
maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh penerapan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika, sedangkan hasil
perhitungan instrumen non tes menggunakan analisis deskriptif, diperoleh hasil
observasi aktivitas siswa pada setiap aspek CTL mencapai rata-rata 73,78%, yaitu
memiliki kategori baik.
Kata kunci : CTL, pendekatan kontestual , hasil belajar fisika.
PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR
FISIKA SISWA
(Quasi Eksperimen di SMP Al-Fath Cirendeu)
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun oleh :
AOS USWADI
106016300642
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR
FISIKA
(Quasi Eksperimen di SMP Al-Fath Cirendeu)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Aos Uswadi
NIM 106016300642
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd. Erina Hertanti, M.Si.
NIP. 19650115.198703.1.020 NIP. 19720419.199903.2.002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
LEMBAR PENGESAHAN PANITAI UJIAN
Skripsi berjudul “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”. Diajukan kepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan
dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 20 September 2011 dihadapan dewan
penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana strata I (S.Pd) dalam
bidang pendidikan Fisika.
Jakarta, 20 September 2011
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (ketua Jurusan P.IPA)
Baiq Hana Susanti, M.Sc
NIP. 19700209200003 2 001
Sekretaris (Sekretaris Jurusan P.IPA)
Nengsih Juanengsih, M.Pd
NIP. 19790510200604 2 001
Penguji I
Iwan Permana S, M.Pd
NIP. 19780504200901 1 013
Penguji II
Hasian Pohan, M.Si
NIP. 195207071197903 1 009
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A
NIP . 19571005198703 1 003
i
ABSTRACT
Aos Uswadi (106016300642). “The Influence of Contextual Teaching and
Learning (CTL) to Result of the Physics Study.” Skripsi, Program Study of
Physics Education, Departement of Natural Science Education, Faculty of Tarbiya
and Teaching Science, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta,
2011.
This research was done at Al-Fath junior high school of school years
periode 2010/2011. The data that was gotten from test instrument was analyzed by
comparison statistical test (t-test), whereas the data of non-test instrument result
was analyzed by using descriptive anlysis, which having purpose to describe
student activity in a group which used Contextual Teaching and Learning (group
of experiment). Based on result of analysis t-test at the level of significant 95% (α
= 0,05), can be seen that tvalues greater than ttable were 1,78 > 1,66, with the result
that zero hypothesis (Ho) was refused and alternative hypothesis (Ha) was
accepted, so could be concluded that there was influence of Contextual Teaching
and Learning (CTL) to the result of study in physics, whereas analysis result of
non-test instrument that used description analysis could be showed that the result
of observational student activity in every aspect of CTL got in average 73,78%,
was included good category.
Keywords : CTL, contextual approach, the result of study in physics.
ii
ABSTRAK
Aos Uswadi (106016300642). “Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Fisika.” Skripsi, Program Studi
Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2011.
Penelitian ini dilakukan di SMP Al-Fath Cirendeu tahun pelajaran
2010/2011. Data hasil istrumen tes dianalisis menggunakan analisis statistik
berupa uji perbandingan nilai posttest kedua kelompok yaitu uji-t, sedangkan data
hasil instrumen nontes dianalisis menggunakan analisis deskriptif, yang bertujuan
untuk mendeskripsikan aktivitas siswa pada kelompok yang diberi perlakuan
dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
(kelompok eksperimen). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji-t pada
taraf signifikansi 95% (α = 0,05), didapatkan thitung lebih besar dari ttabel yaitu 1,78
> 1,66, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima,
maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh penerapan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika, sedangkan hasil
perhitungan instrumen non tes menggunakan analisis deskriptif, diperoleh hasil
observasi aktivitas siswa pada setiap aspek CTL mencapai rata-rata 73,78%, yaitu
memiliki kategori baik.
Kata kunci : CTL, pendekatan kontestual , hasil belajar fisika.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah SWT yang selalu melimpahkan kasih sayang-Nya
kepada peneliti selama menjalani proses penyusunan skripsi ini. Shalawat dan
salam kepada Rasulullah Muhammad SAW yang dijadikan sebagai teladan terbaik
bagi segenap manusia, juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya yang selalu
menjaga kemurnian teladan-Nya.
Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar
fisika, sehingga pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
diaplikasikan oleh guru dalam pembelajaran khususnya pembelajaran fisika.
Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya, disampaikan kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus, apresiasi dan
terima kasih tersebut disampaikain kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Iwan Permana S, M.Pd., Sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika.
4. Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd., Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina
Hertanti, M.Si., Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga,
dan pikiran untuk membimbing peneliti selama proses penyusunan skripsi.
5. Ayahanda Enung dan Ibunda Saanah, yang selalu mencurahkan kasih sayang,
do’a, dan motivasi yang tak terbatas kepada peneliti. Yunda dan Kanda
tercinta Emah Suryati dan Endang Darmawan beserta keluarga yang selalu
mengiringi peneliti dengan do’a dan nasihat. adinda Indri Alvionita yang
selalu mencurahkan cinta dan kasihnya.
iv
6. Drs. Ninik Hariyani selaku kepala sekolah SMP Al-Fath yang telah membantu
berjalannya penelitian. Serta rekan-rekan guru yang tidak bisa saya sebutkan
satu per satu terimakasih telah banyak memberikan masukan kepada penulis.
Semoga ilmunya bermanfaat.
7. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan IPA khusunya program studi
pendidikan fisika angkatan 2006 (Physics Brother) terima kasih atas
kebersamaan, kerja sama, dan bantuan selama masa-masa kuliah maupun
selama penyusunan skripsi.
8. Teman-teman yang telah menjadi keluarga bagi peneliti, Welly CS., Muhib
Rosyidi, M Iqbal, Izul yang telah menemani peneliti dengan keceriaan dan
kebersamaan. Teman-teman Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
Ciputat khususnya angkatan 2006, yang telah berbagi ilmu dan waktu diskusi.
Serta ka Ima nurmila yang telah banyak sekali memberikan bantuan baik dari
sumber referensi maupun tata cara penulisan, mudah-mudahan allah selalu
memberikan keberkahan dalam ilmunya.
Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan
yang lebih baik.
Billahifisabililhaq Fastabiqul Khairat
Wassalaualaikum Wr.Wb
Ciputat, Mei 2011 M
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRACT ........................................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 3
C. Pembatasan Masalah ......................................................................................... 4
D. Perumusan Masalah........................................................................................... 4
E. Tujuan ................................................................................................................ 4
F. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS ........ 6
A. LANDASAN TEORI ........................................................................................ 6
1. Pendekatan Pembelajaran CTL .......................................................................... 6
a. Strategi, Metode, dan Pendekatan Pembelajaran .......................................... 6
1) Strategi Pembelajaran ............................................................................... 6
2) Model Pembelajaran ................................................................................. 6
3) Pendekatan Pembelajaran ......................................................................... 6
b. Pengertian Pembelajaran ............................................................................. 7
c. Prinsip-prinsip Pembelajaran ........................................................................ 9
2. Pembelajaran Kontekstual atau Pembelajaran CTL .......................................... 11
a. Latar Belakang Pembelajaran kontekstual ................................................... 11
b. Hakikat Pendekatan Pembelajaran kontekstual ........................................... 11
c. Pengertian Pendekatan Pembelajaran kontekstual ....................................... 14
d. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ...................................................... 17
e. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ......................................................... 19
vi
f. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual ................................................... 20
g. Ciri-Ciri Pembelajaran Kontekstual ............................................................. 23
h. Kata Kunci Pembelajaran Kontekstual ......................................................... 23
i. Lima Elemen Belajar Kontekstual ................................................................ 24
j. Asas-Asas Dalam Pembelajaran Kontekstual ............................................. 25
1) Kontruktivisme (konstruktivism), ........................................................... 25
2) Menemukan (inquiry) .............................................................................. 27
3)Bertanya (questioning) .............................................................................. 28
4) Masyarakat Belajar (learning community) .............................................. 29
5)Pendekatan(pendekataning) ...................................................................... 30
6) Refleksi (reflecting) ................................................................................. 30
7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment) ................................. 31
3. Aplikasi Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ............................................... 31
a. Langkah- Langkah Pembelajaran Kontekstual ............................................. 33
b. Strategi Pembelajaran Kontekstual ............................................................. 34
4. Hasil Belajar Fisika Siswa ................................................................................ 38
a. Pengertian Belajar ......................................................................................... 38
1) Teori-Teori Belajar .................................................................................. 40
a) Teori belajar psikologi behavioristik .................................................. 40
b) Teori belajar psikologi kognitif .......................................................... 40
c)Teori belajar psikologi humanistic ...................................................... 41
d) Teori belajar gagne ............................................................................. 41
b. Hasil Belajar Fisika Siswa ............................................................................ 41
1) Ranah kognitif ......................................................................................... 42
2) Ranah afektif ............................................................................................ 42
3) Ranah Psikomotorik ................................................................................. 43
5. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................................... 44
B. KERANGKA BERPIKIR ................................................................................ 46
C. PERUMUSAN HIPOTESIS ............................................................................ 47
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 48
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 48
B. Metode dan Desain Penelitian .......................................................................... 48
C. Variabel Penelitian ........................................................................................... 49
D. Populasi dan Sampel ........................................................................................ 49
E. Prosedur Penelitian ........................................................................................... 50
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 51
G. Instrumen Penelitian ........................................................................................ 51
1. Instrumen Tes ............................................................................................... 52
a. Uji Validitas Instrumen ............................................................................ 53
b. Uji Reliabilitas Instrumen ........................................................................ 54
c. Taraf Kesukaran ....................................................................................... 55
d. Daya Pembeda .......................................................................................... 56
2. Instrumen Non Tes ....................................................................................... 57
H. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 57
1. Teknik Analisis Data Tes Hasil Belajar ..................................................... 57
a. Uji persyaratan Analisis Data ................................................................. 57
1) Uji Normalitas.................................................................................... 57
2) Uji Homogenitas ................................................................................ 58
3) Uji Hipotesis ...................................................................................... 58
b. Teknik Analisis Data Nontes .................................................................. 60
BAB VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 61
A. Hasil Penelitian ................................................................................................ 61
1. Hasil Pretes kelompok eksperimen dan control .......................................... 62
2. Hasil Posttes kelompok eksperimen dan control ......................................... 63
3. Hasil pengujian prasyarat analisis data tes ................................................... 66
a. Uji Normalitas .......................................................................................... 66
b. Uji Homogenitas ...................................................................................... 66
4. Hasil pengujian analisis data ........................................................................ 67
5. Hasil analisis data observasi siswa ............................................................... 68
viii
B. Pembahasan ...................................................................................................... 69
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 77
A.Kesimpulan ....................................................................................................... 77
B. Saran ................................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 78
LAMPIRAN ......................................................................................................... 82
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Tahapan Pembelajaran Kontekstual ................................................ 30
Gambar 2.2 : Kerangka Berpikir ........................................................................... 45
Gambar 3.1 : Alaur rosedur Penelitian .................................................................. 48
Gambar 4.1 : Hasil Pretest kelompok eksperimen dan kontrol ............................ 60
Gambar 4.2 : Pemusatan data hasil pretest kelompok eksperimen dan kontrol.... 61
Gambar 4.3 : Hasil Postest kelompok eksperimen dan kontrol ............................ 62
Gambar 4.4 : Pemusatan data hasil posttest kelompok eksperimen dan kontrol .. 63
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Desain Penelitian ................................................................................ 46
Tabel 3.2 : Kisi-kisi Instrumen tes hasil belajar fisika .......................................... 50
Tabel 3.3 : Rekapitulasi hasil validasi instrument tes ........................................... 52
Tabel 4.1 : Rekapitulasi Distribusi Sebaran Nilai Siswa ...................................... 63
Tabel 4.2 : Rekapitulasi hasil pretest-postest kelompok eksperimen dan kontrol 64
Tabel 4.3 : Hasil uji normalitas data pretest-postest ............................................. 65
Tabel 4.4 : Hasil uji homogenitas data pretest-postest ......................................... 66
Tabel 4.5 : Hasil uji hipotesis data pretest-postest ................................................ 67
Tabel 4.6 : Hasil Analisis data observasi aktivitas siswa ...................................... 68
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata
pelajaran yang menarik karena objek yang dipelajarinya berkaitan erat dengan
alam dan terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan teknologi.
Dalam kenyataannya, fisika sebagai salah satu mata pelajaran yang menarik
ternyata menjadi mata pelajaran yang banyak tidak disukai oleh siswa dengan
berbagai macam alasan. Sebagian besar siswa menganggap bahwa mata pelajaran
fisika merupakan mata pelajaran yang sulit. Kesulitan yang dihadapi siswa di
antaranya adalah banyaknya rumus yang harus dihapal dan sulit memahami
konsepnya, sehingga pembelajaran fisika tidak memberikan kesan dan cenderung
membosankan. Akibatnya, berdampak terhadap hasil belajar siswa yang belum
maksimal.
Proses pembelajaran masih terfokus pada guru sebagai sumber
pengetahuan, dengan ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Siswa
cenderung pasif dan hanya sebagai pendengar ceramah guru tanpa diberi
kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Proses belajar terkesan kaku,
kurang fleksibel dan guru cenderung kurang demokratis. Tetapi yang harus
dipahami bahwa “pengetahuan bukanlah sebagai perangkat fakta-fakta, konsep,
atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat tetapi siswa sendiri yang harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.”1
Dalam proses pembelajaran kebanyakan yang ada dilapangan guru tidak
bisa meggunakan alat laboratorium untuk bahan praktikum sehingga proses
pembelajaran tidak berjalan sesuai prosedur. Selain itu siswa tidak dibiasakan
untuk memecahkan masalahnya sendiri, menemukan sesuatu yang berguna bagi
1 Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal.284 dan
284
2
dirinya, dan bergelut dengan idenya masing-masing.“2 Siswa melimpahkan
seluruh pengetahuannya kepada guru dan siswa hanya bisa mengingat fakta-fakta
yang diberikan oleh guru tanpa hasil dari menemukannya sendiri. Selain itu siswa
juga tidak dibiasakan untuk bertanya karena “belajar pada hakikatnya adalah
bertanya dan menjawab pertanyaan.”3 Dengan bertanya siswa bisa menggali
informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui. Dalam pembelajaran pun
siswa tidak dituntut untuk berpikir tentang apa yang baru dipelajari dan berpikir
ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan atau dipelajari di masa lalu
(reflection).
Jika keadaan seperti itu masih tetap saja terjadi dalam sebuah pembelajaran,
maka akan berdampak siswa akan mengalami kesulitan memahami konsep,
sehingga beresiko terjadinya miskonsepsi. Hal itu akan menyebabkan “siswa
mengalami kesulitan memahami konsep lebih lanjut yang akan berakibat pada
hasil belajar. Agar proses pembelajaran fisika tidak mengalami miskonsepsi,
sebaiknya dalam pembelajarannya dilaksanakan dengan cara pemberian
pengalaman belajar secara langsung.” 4
Dalam hal ini siswa diarahkan untuk belajar dengan mengalami sendiri,
sehingga membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar dan pembelajaran. Belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang
berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat
jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam
kehidupan jangka panjang. Dengan adanya paradigma tersebut pembelajaran
fisika diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek pengembangannya lebih lanjut dalam
menerapkannya di kehidupan sehari-hari.
2 Ibid., hal.287
3 Udin Saepudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan., (Bandung:Alfabeta.2008) hal.170
4 I Made Sumadi. Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan
Penalaran dan Komunikasi Fisika Siswa,(Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Singaraja NO.1
TH.XXXVIII Januari 2005), hal.3.
3
Salah satu pembelajaran yang dianggap sesuai dengan permasalahan di
atas adalah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Pembelajaran
kontekstual bukan sebuah model dalam pembelajaran. Pembelajaran kontekstual
lebih dimaksudkan kepada suatu kemampuan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada upaya pemberdayaan siswa.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang bisa membantu guru
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dalam
kehidupan sehari-hari. Penerapan pembelajaran ini diduga dapat memberikan
alternatif pemecahan masalah pembelajaran fisika siswa, khususnya dalam
meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
Pembelajaran kontekstual pada pembelajaran Fisika dimungkinkan akan
berhasil karena topik-topik fisika yang diajarkan sebagian besar dapat
dihubungkan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Contohnya pada konsep wujud
zat dan perubahannya. Dalam fenomena sehari-hari konsep ini, siswa sering
menemukan sendiri bagaimana terjadinya tiga perubahan wujud zat yaitu padat,
cair, dan gas. Artinya dalam proses pembelajarannya tidak terlalu berpacu pada
teori atau berpegang pada buku yang sudah disediakan, tetapi mengkonstruk dan
menyimpulkan sendiri apa yang telah diajarkan oleh guru.
Dari uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian yang
yang dalam kegiatannya berusaha mengembangkan atau mengaplikasikan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) serta pengaruhnya terhadap
hasil belajar fisika siswa. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul
“Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis
menguraikan masalah yang diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Guru tidak menguasai model pembelajaran dan alat praktikum yang akan
digunakan dalam pembelajaran.
4
b. Siswa tidak dibiasakan menemukan pengetahuannya sendiri dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Masih rendahnya hasil belajar Fisika siswa.
d. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) belum banyak
diterapkan dalam proses pembelajaran Fisika.
C. Pembatasan Masalah
Dari penguraian identifikasi di atas, penulis membatasi ruang lingkup
permasalahan yang akan dibahas agar jelas dan tidak mengembang terlalu jauh.
Adapun pembatasan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar Fisika yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada ranah
kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang direvisi dengan tingkat C1
sampai C4.
2. Contextual Teaching and Learning mengacu pada Elaine B. Johnson, Ph.D.
dalam bukunya CTL (Contextual Teaching & Learning) pada aspek
komponen.
3. Konsep Fisika dalam penelitian ini adalah Wujud Zat dan Perubahanya.
D. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah pendekatan
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berpengaruh terhadap
hasil belajar Fisika siswa?”
E. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar Fisika.
F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat, antara
lain:
1. Memberikan informasi kepada guru terkait tentang pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) untuk dapat diaplikasikan dalam proses
pembelajaran dan pengajaran.
5
2. Sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk dapat
diaplikasikan dalam proses pembelajaran dan pengajaran.
6
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. LANDASAN TEORI
1. Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
a. Strategi, Metode, dan Pendekatan Pembelajaran
1) Strategi Pembelajaran
Ada dua hal yang perlu dicermati dari pengertian strategi
pembelajaran tersebut. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Ini
berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan
rencana kerja belum sampai pada tindakan.
Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah
dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh
sebab itu, “sebelum menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan yang
jelas yang dapat di ukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya
dalam implementasi suatu strategi.” 1
2) Model Pembelajaran
“Upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal
disebut dengan metode.”2 Pengertian strategi berbeda dengan metode.
Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu,
sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan
strategi.
3) Pendekatan Pembelajaran
Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah
pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan
1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Pranada Media Group.2008), hal.124 2 Ibid.,hal.124
7
strategi maupun metode. “Pendekatan ini mengasumsikan bahwa secara
natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata
lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi melalui pencarian yang masuk
akal dan bermanfaat.”3 “Pendekatan dapat diartikan juga sebagai titik tolak
atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran.”4 Oleh karenanya
strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau
tergantung dari pendekatan tersebut.
Pendekatan pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang
memiliki peran sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik
proses maupun lulusan pendidikan dan memiliki pengaruh yang
menyebabkan kualitas pendidikan. Artinya pendidikan tergantung
dari kemampuan guru dalam melaksanakan agar mengemas proses
pembelajaran yang dilaksanakan secara baik dan tepat akan
memberikan konstribusi yang sangat dominan bagi siswa.5
Ada dua pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat
pada guru (teacher-centred-approaches) dan pendekatan yang berpusat
pada siswa (student-centred-approaches). “Pendekatan yang berpusat pada
guru menurunkan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran deduktif
atau pembelajaran ekspositori. Pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inquiry serta
pembelajaran induktif.” 6
b. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah “proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik.”7
Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perilaku bagi
peserta didik. Pembelajaran dalam KTSP adalah pembelajaran di mana
3 Trianto, Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta:
Press, 2007), hal. 104 4 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Pranada
Media Group.2008), hal.125 5 M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang: Rasail Media Group, 2008) , hal.1
6 Wina Sanjaya, Op.Cit., hal.125
7Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007);hal 265.
8
hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa, sistem
penyampaian dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara
tertulis sejak perencanaan dimulai.
Menurut Djahiri dalam proses pembelajaran prinsip utamanya
adalah proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa
(fisik dan nonfisik) dan kebermaknaannya bagi diri dan kehidupannya saat
ini dan di masa yang akan datang.
Secara khusus pembelajaran pada kuriulum ditujukan untuk:
1) Memperkenalkan kehidupan kepada peserta didik sesuai dengan konsep
yang dicanangkan oleh UNESCO yaitu learning to know (belajar
mengetahui), learning to do (belajar melakukan), learning to be (belajar
menjadi diri sendiri), dan learning to live together (belajar hidup)
2) Menumbuhkan kesadaran peserta didik tentang pentingnya belajar
dalam kehidupan yang harus direncanakan dan dikelola dengan
sistematis.
3) Memerikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada peserta
didik agar mereka dapat belajar dengan tenang dan menyenangkan.
4) Menumbuhkan proses pembelajaran yang kondusif bagi tumbuh
kembangnya potensi peserta didik melalui penanaman berbagai
kompetensi dasar.
Pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut ini: 8
Pertama pembelajaran harus lebih menekankan pada praktik baik itu di
laboratorium maupun dimasyarakat dan dunia kerja. Oleh karena itu, guru
harus mampu memilih serta menggunakan strategi dan metode
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mempraktikan apa-apa
yang dipelajarinya.
Kedua pembelajaran harus dapat menjalin hubungan sekolah
dengan masyarakat. Oleh karena itu, setiap guru harus mampu dan jeli
8 Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007);hal 266.
9
melihat berbagai potensi masyarakat yang bisa didaya gunakan sebagai
sumber belajar dan menjadi penghubung dengan lingkungannya.
Ketiga perlu dikembangkan iklim pembelajaran yang demokratis
dan terbuka melalui pembelajaran terpadu, partisipatif, dan sebagainya.
Keempat pembelajaran perlu lebih ditekankan pada masalah-
masalah aktual yang secara langsung berkaitan dengan kehidupan nyata
yang ada di masyarakat.
Kelima perlu dikembangkan suatu pendekatan pembelajaran
“moving class” untuk setiap bidang studi dan kelas merupakan
laboratorium untuk masing-masing bidang studi sehingga dalam satu kelas
dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan sumber belajar yang diperlukan
dalam pembelajaran serta peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat
dan kemampuan.
c. Prinsisp-Prinsip Pembelajaran
Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi beberapa hal berikut:
1) Kecakapan hidup (life skill)
Latar belakang diterapkannya konsep pendidikan berorientasi
kecakapn hidup adalah sebagai sebuah tantangan globalisasi yang
menuntut kualitas sumber daya manusia yang prima dan unggul dalam
persaing pasar global, rendahnya kualitas pendidikan, tingginya data
siswa yang tidak melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, dan
rendahnya daya tampung perguruan tinggi.
“Life skill atau kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki
seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan
dengan wajar tanpa terasa tertekan kemudian secara proaktif dan
kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu
mengatasinya.”9 Kemampuan tersebut diperlukan untuk menempuh
kehidupan yang sukses, bermartabat seperti kemampuan berfikir
kompleks dan kritis, berkomunikasi secara efektif, membangun
9 Ibid., hal.267
10
kerjasama, bertanggung jawab sehingga ada kesiapan untuk memasuki
dunia kerja. Implementasinya tidak dikemas dalam bentuk mata
pelajaran baru ataupun maeri tambahan.
“Tujuan diterapkannya konsep pendidikan berorientasi
kecakapan hidup adalah Pertama, memfungsikan pendidikan
sesuai dengan fitrahnya yaitu mengembangkan potensi peserta
didik menghadapi perannya dimasa yang akan datang. Kedua,
memberikan peluang bagi intitusi pelaksana pendidikan untuk
mengembangkan pembelajaran yang fleksibel dan memanfaatkan
potensi sumber daya yang ada. Ketiga, membekali siswa dengan
kecakapan hidup agar kelak mampu menghadapi dan
memecahkan masalah hidup dan kehidupan baik sebagai pribadi
yang mandiri, masyarakat dan warga negara.”10
2) Aspek-aspek kecakapan hidup (Life Skill)
Aspek-aspek kecakapan hidup meliputi : 11
Kecakapan dasar meliputi belajar mandiri, membaca menulis dan
menghitung, kecakapan berkomunikasi, kecakapan berfikir, kecakapan
kalbu, kecakapan mengelola raga, kecakapan merumuskan
kepentingan dan cara pencapaiannya kecakapan berkeluara dan sosial.
a) Kecakapan instrumental meliputi kecakapan memanfaatkan
teknologi, kecakapan mengelola sumber daya alam, kecakapan
bekerja sama dengan orang lain, kecakapan memanfaatkan
informasi, kecakapan menggunakan sistem, kecakapan
berwirausaha, kejujuran, memilih dan mengembangkan karier,
menjaga harmoni dengan lingkungan, dan menyatukan bangsa.
b) General life skill meliputi kecakapan kesadaran diri yaitu sadar
sebagai mahluk tuhan, sadar pada potensi diri, sebagai mahluk
sosial dan mahluk lingkungan. Kecakapan berfikir yaitu kecakapan
menggali informasi, menyelesaikan masalah secara kreatif dan arif,
kecakapan mengambil keputusan.
10
Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal.268. 11
Ibid., hal.268-269
11
c) Spesifik life skill kecakapan yang terkait dengan pekerjaan yang
ada dilingkungan dan ingin ditekuni yaitu kecakapan memelihara
sukma dan memelihara raga.
d) Social skill meliputi memelihara hubungan dengan masyarakat
umum, memelihara hubungan dengan masyarakat khusus.
e) Environmental skill meliputi memelihara lingkungan nyata, dan
ghaib.
f) Occupational skill yaitu menguasai salah satu pekerjaan yang halal.
2. Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
Bagaimana untuk mengetahui pembelajaran kontekstual berhasil
diterapkan dalam kelas maka harus tahu terlebih dahulu apa itu pembelajaran
kontekstual, di bawah ini penjabaran tentang pembelajaran kontekstual yaitu:
1) Latar Belakang Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual mempunyai dua latar belakang yang banyak
dipengaruhi oleh filsafat kontruktivisme yaitu:
1) Latar belakang Filosofis, berangkat dari pemikiran epistemology
giambatista vico yang mengemukaan tuhan adalah pencipta alam semesta
dan manusia adalah tuan dari alam semesta yang artinya seseorang
dikatakan mengetahui manakala ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa
yang membangun sesuatu itu. oleh karenanya pengetahuan itu tidak
terlepas dari orang yang tahu karena pengetahuan merupakan struktur
konsep dari subjek yang mengamati.
2) Latar belakang Psikologis, sesuai dengan filsafat yang mendasarinya
bahwa pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang
dari sudut psikologis, pembelajaran kontekstual berpijak pada aliran
psikologis kognitif. “Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena
pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa
mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon.”12
12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Pranada
Media Group.2008), hal.257.
12
2) Hakikat Pendekatan Pembelajaran kontekstual
Landasan filosofis pembelajaran kontekstual adalah “konstruktivisme
yaitu filosofis belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar
menghafal tetapi mengkonstruksian atau membangun pengetahuan dan
keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proporsi yang mereka alami dalam
kehidupannya.”13
Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa
dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan peajaran
akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi.
Dengan mengaitkan keduanya, para siswa menyusun proyek atau
menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat
pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik
kesimpulan, ketika secara aktif memilih, menyusun, mengatur,
menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan
membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks
dalam situasi kehidupan dan dengan cara ini mereka menemukan
makna.14
Lingkungan di luar diri memberikan informasi yang membentuk
struktur fisik otak. Untuk memahami dan menghargai kekuatan lingkungan
dengan mengubah struktur fisik otak, kita harus memiliki pengetahuan dasar
tentang bagaimana sel-sel otak berfungsi. Lingkungan memutuskan hubungan
seperti apa, jika ada, yang terjadi antar saraf. Indra kita, sudah barang tentu,
memberikan informasi mengenai lingkungan ke otak. Ketika dunia luar
merangsang salah satu indra itu, hal itu menyebabkan rangsangan saraf untuk
berjalan kewilayah otak tertentu, setiap wilayah dapat dibandingkan dengan
suatu Negara bagian yang terpisah yang setiap wilayah memiliki bentuk “
khusus, tekstur, dan batasan yang jelas dan setiap wilayah menjalankan
fungsinya masing-masing.”15
Satu muatan lagi dalam implementasi Kuriulum Tingkat Satuan
Pendidikan, bahwa KTSP memberikan sinyal dalam implementasinya
13
Mansur Muchlis, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan Bagi
Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, (Jakarta: Sinar Garafika Ofset, 2008), Cet.4, hal 41 14
Elain B.Johnson, CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning.2010), hal.35 15
Ibid., hal.53
13
menggunakan strategi dengan menekankan pada aspek kinerja siswa.
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep yang membantu guru
mengaitkan konten atau pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi
siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penenrapannya dalam
kehidupan sehari-hari. (US. Departemen). of Education the National School-
to-Work Office yang dikutip oleh Blanchard, 2001)16
Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan
mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada “masalah-
masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab
mereka sebagai bagian dari warga negara dan yang terjadi dalam hubungan
yang erat dengan pengalaman yang sesungguhnya.”17
Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu
menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana
pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. “ Hal ini karena pemahaman konsep
akademik yang mereka peroleh hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak,
belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan siswa baik di lingkungan kerja
maupun di masyarakat.”18
Pembelajaran kontekstual menekankan pada berpikir tingkat lebih
tinggi, transfer pengetahuan dan lintas disiplin serta pengumpulan,
penganalisaan dan pensintesisan informasi dan data dari berbagai sumber dan
pandangan. Pembelajaran kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru.
“Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas yang telah diusungkan oleh
John Dewey pada tahun 1916 mengusulkan suatu kuriulum dan metodologi
pengajaran yang dikaitkan dengan minat dan pengelaman siswa.”19
Perkembangan pemahaman yang diperoleh selama mengadakan telaah
pustaka menjadi semakin jelas bahwa pembelajaran kontekstual merupakan
16
Trianto, Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta:
Press.2007), hal.101. 17
Ibid., hal.102. 18
Mansur Muchlis, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan Bagi
Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, (Jakarta: Sinar Garafika Ofset, 2008), Cet.4, hal.40 19
Trianto, Op.Cit., hal.102
14
suatu perpaduan dari banyak praktek yang baik dan bebebrapa pendekatan
reformasi pendidikan yang dimaksudkan untuk memperkaya relevansi dan
penggunaan fungsional pendidikan untuk semua siswa. Pembelajaran
kontestual telah berkembang di negara-negara maju dengan nama beragam. Di
negara Belanda disebut dengan istilah Realistic Teaching and Education
(RTE) yang menjelaskan bahwa pembelajaran matematika harus dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Di Amerika disebut dengan istilah
Contextual Teaching and Learning (CTL) yang “intinya membantu guru
untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan motivasi
peserta didik untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan
kehidupan sehari-hari mereka.”20
3) Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Beberapa pengertian pembelajaran kontekstual menurut para ahli
pendidikan adalah sebagai berikut:
CTL adalah system yang menyeluruh. Terdiri dari bagian-bagian yang
saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan
dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya
yang terpisah. Memampukan para siswa membuat hubungan yang
menghasilkan makna. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan
sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. “Secara
bersama-sama mereka membentuk suatu system yang memungkinkan para
siswa melihat makna di dalamnya dan mengingat materi akademik.”21
Pembelajaran kontekstual adalah “suatu proses pendidikan yang
bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka
pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari yaitu dengan konteks lingkungan, sosial, dan budaya pribadinya.”22
20
Ibid., hal.103 21
Elain B.Johnson. CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning, 2010), hal.65 22
Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal.273.
15
The Washington State Consortium for Contextual Teaching and
Learning (2001) mengartikan pembelajaran kontekstual adalah pengajaran
yang memungkunkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan
penegetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan
di luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalm dunia
nyata. “Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menerapkan mengenai
apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-maslah riil yang
berasosiasi dengan peranan dan tanggung jawab mereka dan sebagai anggota
keluarga, masyarakat, siswa, dan selaku pekerja.”23
Center on Education and Work at the University of Wiscounsin
Madison (2002) mengartikan bahwa pembelajaran kontekstual adalah
suatu konsep belajar mengajar yang membantu guru menghubungkan
isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa
membeuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya
dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan
pekerja serta meminta ketekunan belajar.24
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menguatkan
siswa untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan akademi mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah
dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah dunia nyata atau masalah-
masalah yang disimulasikan.(University of Washington 2001)25
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan
antara materi pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit
demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
23
Ibid., hal.273-274 24
Ibid., hal.274 25
Trianto, Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik,(Jakarta
Press.2007), hal.102
16
Dari asumsi dan latar belakang yang mendasarinya, maka terdapat
beberapa hal yang harus dipahami dalam pembelajaran kontekstual yaitu: 26
1) Belajar bukanlah menghafal akan tetapi proses mengkonstruksi
pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki.
2) Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lalu, pengetahuan itu
merupakan organisasi yang dialami, sehingga dengan pengetahuan yang
dimilikinya.
3) Belajar adalah proses pemecahan masalah sebab dengan memecahkan
masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya
perkembangan intelektual akan tetapi juga mental dan emosi.
4) Belajar adalah proses proses pengalaman sendiri yang berkembang secara
bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks.
5) Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.
6) Konsep dasar dan karakteristik pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah
“suatu pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupannya mereka.”27
Pembelajaran konpetensi ini merupakan suatu sistem atau pendekatan
pembelajaran yang bersifat holistic (menyeluruh), terdiri dari berbagai
komponen masing-masing memberikan dampak sesuai dengan peranannya.
Paparan pengertian pembelajaran kontekstual di atas dapat diperjelas
sebagai berikut.28
Pertama, pembelajaran kontekstual menekankan kepada
proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar
berorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam
konteks pembelajaran kontekstual tidak mengarapkan agar siswa hanya
menerima pelajaran akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi
26
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Prenada
media Group.2008) hal.258 27
Ibid., hal.253 28
Udin Saepudin Sa‟ud, Inovasi Pendidikan., (Bandung:Alfabeta.2008) hal.163
17
pelajaran. Kedua, pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa dapat
menemukan hubungan antara materi yan dipelajari dengan situasi kehidupan
yang nyat, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata di masyarakat. Hal ini
akan memperkuat dugaan materi yang telah dipelajari akan tetap tertanam erat
dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga,
pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan, artinya pembelajaran kontekstual tidak hanya
mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi
bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilaku dalam kehidupan
sehari-hari. Materi pelajaran di sini bukan ditumpuk di otak dan kemudian
dilupakan akan tetapisebagai bekal mereka dalam mengarungi bahtera
kehidupan nyata.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran CTL adalah sebuah system
yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna,
suatu system pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna
dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan
sehari-hari siswa. Dengan memanfaatkan kenyataan bahwa lingkungan
merangsang sel-sel otak untuk membentuk jalan. “Sebagai pendidik kita dapat
yakin mendefinisikan isi sebagai sesuatu yang akan dipelajari berupa
pengetahuan yang hampir tanpa batas.”29
4) Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Berdasarkan pengertian pembelajaran kontekstual, terdapat lima
karakteristik penting dalam menggunakan proses pembelajaran kontekstual
yaitu: 30
29
Elain B.Johnson. CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning.2010), hal.57-58 30
Udin Saepudin Sa‟ud, Inovasi Pendidikan., (Bandung:Alfabeta.2008) hal.163
18
1) Dalam CTL pebelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang
akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki
keterkaitan satu sama lain.
2) Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru yang diperoleh dengan cara deduktif,
artinya pembelajaran dimulai dengan cara mempelajari dengan secara
keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3) Pemahaman pengetahuan, artinya penetahuan yang diperoleh bukan untuk
dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara
meminta tanggapan dari yang laintentang pengetahuan yang diperolehnya
dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4) Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat
diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan
perilaku siswa.
5) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini
dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan
penyempurnaan.
Trianto mengemukakan ada enam karakteristik atau kunci
pembelajaran kontekstual yang dikutip dari Universiti of Washington yaitu: 31
1) Pembelajaran bermakna yaitu pembahaman, relevansi dan penghargaan
pribadi siswa bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang harus
dipelajari. Pembelajaran dipersepsi sebgai relevan dengan hidup mereka.
2) Penerapan pengetahuan yaitu penerapan kemampuan untuk melihat
bagaimana materi yang dipelajari ditetapkan dalam tahapan dan fungsi
pada masa sekarang dan akan datang.
31
Trianto, Pendekatan-pendekatan Pembelajaran inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta
Press.2007), hal.102
19
3) Berfikir tingkat lebih tinggi siswa dilatih untuk menggunakan fikiran
kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu atau
memecahkan suatu masalah.
4) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar, konten pengajaran
berhubungan dengan suatu rentang dan beragam standar local, negara
bagian, nasional, assosiasi dan industri.
5) Responsive terhadap budaya yaitu pendidikan harus memahami dan
menghormati nilai, keyakinan dan kebiasaan siswa, sesame rekan dan
masyarakat tempat mereka mendidik.
6) Penilaian autentik yaitupenggunaan bernagai macam strategi penilaian
yang secara valid mencerminkan hasil belajar sesungguhnya yang
diharapkan dari siswa.
Berbeda dengan Elain dalam bukunya menyebutkan terdapat delapan
komponen yang mencangkup system CTL yaitu: 32
1) Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna.
2) Melakukan pekerjaan yang berarti
3) Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri
4) Bekerja sama
5) Berpikir kritis dan kreatif
6) Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang
7) Mencapai standar yang tinggi
8) Menggunakan penilaian autentik.
5) Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Banyak pendekatan yang dikenal dan digunakan dalam pembelajaran
dan tiap-tiap pendekatan memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik ini
berhubungan dengan apa yang menjadi fokus dan mendapat tekanan dalam
pembelajaan. Ada pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa,
32
Elain B. Johnson, Op. Cit., Hal.65-66
20
kemampuan berfikir, aktivitas, pengalaman siswa, berfokus pada guru,
berfokus pada masalah (personal, lingkungan, sosial), berfokus pada teknologi
seperti sistem instruksional, media dan sumber belajar.
Berkenaan dengan aspek kehidupan dan lingkungan, maka pendekatan
pembelajaran ada keterlibatan pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman, dan
kemandirian serta konteks kehidupan dan ingkungan.
Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu
yang berkembang. Anak bukanlah orang dewasa kecil, melainkan organisme
yang sedang berada pada tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar
akan sangat ditentukan oleh peran guru tidak lagi sebagai instruktur atau
penguasa yang memaksakan kehendak, melainkan sebagai pembimbing siswa
agar mereka dapat belajar sesuai dengan kemampuannya.
Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru
dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang bersifat
aneh dan baru. Oleh karena itu, belajar bagi mereka mencoba memecahkan
persoalan yang menantang. Guru berperan sebagai pemilih bahan-bahan
belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh anak. Guru membantu
agar setiap siswa mampu mengaitkan antara pengalaman baru dengan
sebelumnya, memfasilitasi atau mempermudah agar siswa mampu melakukan
proses asimilasi dan akomodasi.
Dengan demikian, pendekatan pembelajaran kontekstual menekankan
pada aktivitas siswa secara penuh baik fisik maupun mental. Pembelajaran
kontekstual memandang bahwa belajar bukanlah kegiatan menghafal,
mengingat fakta-fakta, mendemonstrasikan latihan secara berulang-ulang akan
tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. Dalam pembelajaran
kontekstual belajar di alam terbuka merupakan tempat untuk memperoleh
informasi sehingga menguji data hasil temuannya dari lapangan tadi baru
dikaji di kelas. Sebagai materi pelajaran siswa menemukan sendiri, bukan
hasil pemberian apalagi dialas oleh guru.
21
6) Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual
Elaine B. Jhonson mengklaim bahwa dalam pembelajaran kontekstual
minimal ada tiga prinsip utama yang sering digunakan yaitu “saling
ketergantungan (interdependence), diferensiasi (differensiasi), dan
pengorganisasian (self organization).”33
Pertama, prinsip saling ketergantungan (interdependence) menurut
hasil kajian para ilmuwan segala yang ada di dunia ini aldalah saling
berhubungan dan tergantung. Segala yang ada baik manusia maupun mahluk
hidup lainnya selalu saling berhubungan satu sama lainnya membentuk pola
dan jarring sistem hubungan yang kokoh dan teratur.
Begitu pula dalam pendidikan dan pembelajaran, sekolah merupakan
suatu sistem kehidupan, yang terkait dalam kehidupan di rumah, tempat
bekerja, dan masyarakat. Dalam kehidupan disekolah siswa saling
berhubungan dan tergantung dengan guru, kepala sekolah tata usaha, orang tua
siswa, dan nara sumber yang ada sisernya. Dala proses pembelajaran siswa,
berhubungan dengan bahan ajar, sumber belajar, media, sarana prasarana
belajar iklim sekolah dan lingkungan.
Saling berhubungan ini bukan berarti bukan hanya sebatas pada
memberikan dukungan kemudahan, akan tetapi jga member makna tersendiri,
sebab makna ada jika ada hubungan yang berarti. “Pembelajaran kontekstual
merupakan pembelajaran yang menekankan hubungan antara bahan pelajaran
dengan bahan lainnya, antara teori dengan praktik, antara bahan yang bersifat
konsep dengan penerapan dalam kehidupan nyata.”34
Kesaling ketergantungan mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa
bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan
pertemuan dengan rekannya. “Hal ini tampak jelas ketika subjek yang berbeda
33
Udin Saepudin Sa‟ud,Inovasi Pendidikan., (Bandung:Alfabeta.2008), hal.165 34
Ibid., hal.166
22
dihubungkan dan ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia
bisnis dan komunikasi.”35
Kedua, prinsip diferensiasi (differensiasi) yang menunjukan kepada
sifat alam yang secara terus menerus menimbulkanperbedaan, keseragaman,
dan keunikan. Alam tidak pernah mengulang dirinya tetapi keberadaannya
selalu berbeda. Prinsip diferensiasi menunjukan reativitas yang luar biasa dari
alam semesta. Jika dari pandangan agama, kreativitas luar biasa tersebut
bukan alam semestanya tetapi penciptanya. Diferensiasi bukan hanya
menunjukan perubahan dan kemajuan tanpa batas, akan tetapi juga kesatuan-
kesatuan yang berbeda tersebut berhubungan dan saling ketergantungan dalam
keterpaduan yang bersifat simbiosis atau saling menguntungkan.
Apabila para pendidik memiliki keyakinan yang sama dengan para
ilmuwan modern bahwa prinsip diferensiasi yang dinamis ini bukan hanya
berlaku dan berpengaruh pada alam semestanya, tetapi juga pada sistem
pendidikan. Para pendidik juga dituntut untuk mendidik engajar elatih,
membimbing sejalan dengan prinsip diferensiasi dan harmoni alam semesta
ini. proses pendidikan dan pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan
menekankan pada kreativitas, keunikan, variasi dan kolaborasi.
Konsep-konsep tersebut bisa dilaksanakan dalam penbelajaran
kontekstual. “Karena pembelajrana kontekstual berpusat pada siswa,
menekankan aktivitas dan kreativitas siswa. Siswa berkolaborasi dengan
teman-temannya untuk melakukan pengamatan, menghimpun dan mencatat
fakta dan informasi, menemukan prinsip-prinsip dan pemecahan masalah.”36
Ketiga, prinsip pengorganisasian diri (self organization), setiap
individu atau kesatuan dalam alam semesta mempunyai potensi yang melekat
yaitu kesadaran sebagai kesatuan utuh yang berbeda dengan yang lain. Tiap
hal memiliki organisasi diri sendiri, suatu energy atau kekuatan hidu yang
35
Elain B.Johnson. CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning.2010), hal.86 36
Udin Saepudin Sa‟ud, Op.Cit., hal.166
23
memungkinkan mempertahankan dirinya secara khas dan berbeda dengan
yang lainnya.
“Berdasarkan teori tabula rasa John Locke mengatakan bahwa pikiran
seseorang seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan-
coretan gurunya.”37
Prinsip organisasi diri, menuntut pada pendidik dan para
pengajar di sekolah agar mendorong tiap siswanya untuk memahami dan
merealisasikan semua potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin.
“Pembelajaran kontekstual diarahkan untuk membantu para siswa untuk
mencapai keunggulan akademik penguasaan keterampilan sandar,
pengembangan sikap dan moral sesuai dengan harapan masyarakat.”38
7) Ciri-Ciri Pembelajaran Kontekstual
Dibawah ini merupakan cirri-ciri dari pembelajaran kontekstual yaitu: 39
1) Adanya kerja sama antar semua pihak
2) Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem
3) Bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang berbeda-
beda
4) Saling menunjang
5) Menyenangkan, tidak membosankan
6) Belajar dengan bergairah
7) Pembelajaran terintegrasi
8) Menggunakan berbagai sumber
9) Siswa aktif
10) Sharing dengan teman
11) Siswa kritis dan guru kreatif
12) Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta
peta, gambar, artikel, humor, dan sebagainya.
37
Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di dalam Kelas (Jakarta:
Grasindo, 2009), Cet. 6, Hal. 2 38
Udin Saepudin Sa‟ud,Op.Cit., hal.166 39
Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal.276.
24
13) Laporan kepada orang tua bukan hanya raport tetapi hasil karya siswa,
laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan sebagainya.
8) Kata Kunci Pembelajaran Kontekstual
Yang perlu diketahui dalam pembelajaran kontekstual adalah kata kunci
untuk jalannya sebuah pembelajaran yaitu: 40
1) Real world learning
2) Mengutamakan pengalaman nyata (siswa belajar dari mengalami dan
menemukan sendiri)
3) Berfikir tingkat tinggi
4) Berpusat pada siswa
5) Siswa aktif, kritis, dan kreatif.
6) Pengetahuan bermakna dalam kehidupan
7) Dekat dengan kehidupan nyata
8) Perubahan prilaku
9) Siswa praktik buan menghafal
10) Learning bukan teaching
11) Pendidikan bukan pengajaran
12) Pembentukan
13) Pemecahan masalah
14) Siswa aktif dan guru mengarahkan
15) Hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
9) Komponen Pembelajaran Kontekstual
Ada Tujuh komponen pembelajaran kontekstual yaitu : 41
1) Menjadikan siswa yang dapat mengatur diri sendiri dan aktif
2) Membangun keterkaitan
3) Melakukan pekerjaan yang berarti
40
Ibid., hal.277 41
Elain B.Johnson. CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning.2010), hal.93-95
25
4) Menggunakan pemikiran tingkat tinggi yang kreatif dan kritis
5) Bekerja sama
6) Mengembangkan setiap individu
7) Mengenali dan mencapai standar tinggi.
10) Lima Elemen Belajar Kontekstual
Ada lima elemen yang perlu diperhatikan dalam praktik pembelajaran
kontekstual yaitu: 42
1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
2) Perolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara
mempelajari secara keseluruhan dulu kemudian memperhatikan
detailnya
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu dengan cara
menyusun konsep sementara, melakukan sharing kepada orang lain agar
mendapat tanggapan dan konsep tersebut direvisi dan dikembangkan
4) Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge)
5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge).
11) Asas-Asas Dalam Pembelajaran Kontekstual
Asas-asas sering juga disebut komponen pembelajaran kontekstual
melandasi pelaksanaan proses pembelajaran kontekstual yang memiliki tujuh
asas yaitu “konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar,
pependekatanan, refleksi, dan penilaian nyata.”43
1) Kontruktivisme (konstruktivism),
Kontruktivisme merupakan landasan pendekatan kontekstual yaitu
menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Komponen ini juga merupakan landasan filosofis berpikir,
pembelajaran yang berciri kontruktivisme menekankan terbangunnya
42
Op.Cit., hal.278 43
Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007);hal283-293
26
pemahaman sendiri secara “aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan
pengetahuan terdahulu dan pengalaman yang bermakna.”44
Jean piaget menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan
hanya dari objek semata akan tetapi juga dari kemampuan individu
sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Proses
menambahnya pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak
sekonyong-konyong.
Pengetahuan adalah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah
yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi
sendiri pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.oleh karena itu pengetahuan terbentuk oleh objek yang menjadi
bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan
obek tersebut.
Lebih jauh piaget menyatakan hakikat dari sebuah pengetahuan itu
sendiri adalah pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia nyata,
akan tetapi merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek,
subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang
perlu untuk pengetahuan pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi
seseorang struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu
berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.
Pendekatan kontrukstivisme merupakan salah satu pandangan
tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses
memperoleh pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik kognitif,
yang hanya dapat di atasi melalui pengetahuan diri. Pada proses belajar,
pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak didik melalui
pengalamannya dari hasil interaktif denganlingkungannya.
Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal
yang telah dimliki siswa dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan
44
Mansur Muchlis, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan Bagi
Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, (Jakarta: Sinar Garafika Ofset, 2008), Cet.4, hal.44
27
begitu saja, sehingga diperlukan perubahan atau modifikasi struktur
kognitif untuk mencapai keseimbangan. Peristiwa ini akan terjadi secara
berkelanjutan selama siswa menerima pengetahuan baru.
Landasan konstruktivisme berbeda dengan pandangan kaum
objektivitas. Dalam pembelajaran di kelas penerapan prinsip
konstruktivisme adalah sebagai berikut.
a) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada pada siswa (activating
knowledge) Struktur-struktur pengetahuan awal yang sudah dimiliki
siswa akan menjadi dasar untuk mempelajari informasi baru. Struktur-
struktur tersebut perlu dibangkitkan atau dibangun sebelum informasi
baru diberikan.
b) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) Pemerolehan
pengetahuan baru perlu dilakukan secara keseluruhan tidak dalam
paket-paket yang terpisah-pisah. Pemerolehan pengetahuan baru
(acquiring knowledge) dengan cara mempelajari sesuatu secara
keseluruhan dulu, kemudian memperoleh detailnya.
c) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) Dalam
memahami pengetahuan siswa perlu menyelidiki dan menguji semua
hal yang memungkinkan dari pengetahuan baru tersebut. Siswa harus
membagi-bagi struktur (prior knowledge) kepada siswa-siswa lainnya
untuk dikritik agar strukturnya semakin jelas.
d) Menerapkan pengetahuan dan pengalaman (apply knowledge) Siswa
memerlukan waktu untuk memperluas dan memperhalus struktur
pengetahuan dengan cara menggunakan secara otentik.
e) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) Jika pengetahuan harus
sepenuhnya dipahami dan diterapkan secara luas maka pengetahuan
itu harus dikontekstualkan dan hal ini memerlukan refleksi.
2) Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari CTL (Contextual
Teaching and Learning). Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
siswa diharapkan bukan sekedar sebagai hasil mengingat seperangkat
28
fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang
kegiatan menuju pada kegiatan menemukan sendiri terhadap materi yang
diajarkan.
Asas inkuiri merupakan proses pembelajaran berdasarkan pada
pencarian dan menemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi
hasil dari proses menemukan sendiri tindakan guru bukanlah untuk
mempersiapkan anak untuk menghafal sejumlah materi akan tetapi
merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa menemikan sendiri
materi yang harus dipahami. Belajar menemukan proses mental seseorang
yang tidak terjadi secara mekanis akan tetapi perkembangan diarahkan
pada intelektual, mental emosi dan kemampuan individual yang utuh.
Dalam pendekatan inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa
langkah sistematis yaitu merumuskan masalah, mengajukan hipitesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis berdasarkan data yang
dikumpulkan dan membuat kesimpulan. Penerapan pendekatan inkuiri
juga dapat dilakuka dalam proses pembelajaran kontekstual yang dimulai
dari kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan.
Dengan demikian siswa didorong untuk menemukan masalah. Apabila
masalah ini telah dipahami dengan jelas, selanjutnya siswa dapat
engajukan jawaban sementara (hipotesis).
Hipotesis itulah yang menuntun siswa untuk melakukan observasi
dalam mengumpulan data. Bila data terkumpul maka dituntut untuk
menguji hipotesis sebagai dasar untuk merumuskan kesimpulan. Asas
menemukan itulah merupakan asas penting dalam pembelajaran
kontekstual.
3) Bertanya (questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab
pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan
setiap individu sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan
kemampuan seseorang dalam berfikir. Pengetahuan yang dimiliki
29
seseorang selalu bermula dari bertanya (questioning) bertanya yang
merupakan strategi utama dipandang sebagai kegiatan utama
pembelajaran yaitu guru mendorong, membimbing dan menilai
kemampuan berpikir siswa.
Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquari, yaitu menggali
informasi, menginformasikan apa yang telah diketahui dan mengarahkan
pelatihan pada aspek yang belum diketahinya . Kegiatan bertanya
berguna untuk mengkaji informasi, mengecek pemahaman siswa,
membangkitkan respon siswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan
siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru. Membangkitkan lebih banyak
pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
Dalam proses pembelajaran kontekstual guru tidak banyak
menyampaiakn informasi begitu saja, akan tetapi berusaha memancing
agar siswa menemukan sendiri. Oleh karena itu, melalui pertanyaan guru
dapatmembimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap
materi yang dipelajari.
Kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk menggali informasi
tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran,
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, merangsang keingintahuan
siswa terhadap sesuatu memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan
dan membimbing siswa untuk menemukan dan menyimpulkan sendiri.
4) Masyarakat Belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar dalam pembelajaran kontekstual
menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama
dengan orang lain (team work). Kerjasama itu dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk dalam kelompok belajara yang dibentuk secara formal
maupun dalam lingkungan secara alamiah.
Masyarakat belajar dapat terjadi apabila ada proses komunikasi dua
arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi
pembelajaran peserta didik, memberi informasi yang diperlukan oleh
30
teman belajarnya dan meminta informasi yang diperlukan dari teman
belajarnya.
Konsep masyarakat belajar menyadarkan bahwa hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar
diperoleh dari sharring antar teman, antar kelompok dan antara yang tahu
dengan yang belum tahu. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang
lain memiliki pengetahuan, pengalaman dan keterampilan berbeda yang
perlu dipelajari.
Dalam kelas pembelajaran kontekstual, penerapan asas masyarakat
belajar dapat dilakukan melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam
beberapa kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat
kemampuannya maupun kecepatan belajar.
5) Pendekatan
Maksudnya dalam semua pembelajaran, keterampilan dan
pengetahuan tertentu ada pendekatan yang bisa ditiru. Dalam
pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya pendekatan. Pendekatan
dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk
untuk menjadi contoh kepada siswa lain.
Proses pendekataning tidak terbatas dari guru saja tetapi dapat juga
guru memanfaatkan siswa yang memiliki kemampuan, dengan demikian
siswa dapat dianggap sebagai pendekatan. Di sini pendekataning
merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran kontekstual,
sebab melalui pendekataning siswa dapat terhindar dari pembalajaran
yang teoritis-abstrak yang mengundang terjadinya verbalisme.
6) Refleksi (reflecting)
Refleksi juga bagian dari CTL, refleksi adalah cara berpikir tentang
apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah
dilakukan di masa lalu. Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman
yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali
kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui
proses refleksi pengalaman belajar itu akan dimasukan dalam struktur
31
kognitif siswa pada akhirnya akan menjadi bagian dari penegtahuan yang
dimilikinya. Bisa terjadi melalui prosesrefleksi siswa akan
memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya atau menambah
khazanah pengetahuannya.
Siswa mendapatkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur
pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari
pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian
aktivitas atau pengetahuan yang baru diterimanya. Dalam proses
pembelajaran kontekstual, setiap proses pembelajaran guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa
yang telah dipelajarinya.
7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan
siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahuiapakah siswa belajar
atau tidak. Penilaian merupakan pengumpulan sebagai data siswa untuk
memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan
siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa
mengalami proses pembelajaran yang benar.
Pengalaman yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan
proses pembelajarannya. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus
selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan meliputi seluruh aspek
domain penilaian. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses
belajar bukan kepada hasil belajar.
3. Aplikasi Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Guru mengajak siswa untuk memecahkan masalah bagaimana
pencemaran sungai di lingkungan ser . Banyak pendududk masih membuang
sampah ke sungai, sampah berserakan dimana-mana akibat membuangnya
sembarangan di setiap tempat tinggal. Disini guru dapat membimbing siswa
32
untuk dapat memecahkan masalah, bagaimana agar sebagai generasi muda
perlu menyadari cinta terhadap lingkungan.
Melalui pertanyaan yang terbimbing siswa diajak untuk berfikir apa
akibatnya jika air sungai tercemar. Bagaimana cara mengatasi hal
tersebut?siswa mengungkapkan dengan kata-kata mereka sendiri cara
mengatasi masalah tersebut, kemungkinan siswa menemukan solusi
alternative terbaik versi mereka, jangan sekali-kali guru mendominasi
jawaban mereka, biarkan mereka mengemukakan argumentasinya sesuai
dengan taraf berfikir siswa sekolah dasar.
Paparan di atas merupakan ilustrasi bagaimana siswa belajar cara
mengatasi masalah yang dihadapinya. Selain itu dapat pula meningkatkan
rasa kepedulian terhadap sesame dalam kehidupan sehari-hari. Bila telusuri
terhadap isu yang terjadi, ada beberapa aspek yang dapat dipelajari seperti
saat siswa mencari informasi atau teori yang berhubungan dengan masalah
yang terjadi, proses saat siswa berfikir dan bekerja untuk mencoba
mengetahui lebih jauh masalah yang terjadi, saat siswa mengaplikasikan
antara konsep dengan masalah serta ide untuk memecahkan masalah tersebut
serta sikap positif terhadap masalah yang dihadapi. Suatu ide yang baik
apabila isu yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dijadikan topic dalam
pembelajaran kontekstual.
“Tahapan pendekatan pembelajaran kontekstual meliputi empat
tahapan yaitu invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan pengambilan
tindakan. Tahapan pembelajaran tersebut dapat dilihat pada gambar diagram
berikut.”45
45
Udin Saepudin Sa‟ud, Inovasi Pendidikan., (Bandung:Alfabeta.2008) Hal.173
33
Gambar 2.1 : Diagram Tahapan Pembelajaran Kontekstual
Tahapan invitasi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan
awalnya tentang konsep yang di bahas. Bila perlu guru memancing dengan
memberikan pertanyaan yang problematic tentang fenomena kehidupan
sehari-hari melalui kaitan konsep-konsep yang di bahas tadi dengan pendapat
yang mereka miliki. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan,
mengikutsertakan pemahamannya tentang konsep tersebut.
Tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan
menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian,
penginterpretasian data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru.
Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan dan berdiskusitentang
masalah yang ia bahas. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa
keingintahuan siswa tentang fenomena kehidupan lingkungan sekelilingnya.
Tahapan penjelasan dan solusi, saat siswa memberikan penjelasan-
penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan
penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat
pendekatan, membuat rangkuman, dan ringkasan.
Tahapan pengambilan tindakan, siswa dapat membuat kepurusan,
menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan
INVITASI
EKSPLORASI
PENJELASAN DAN SOLUSI
PENGAMBILAN TINDAKAN
34
gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara
individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.
a. Langkah- Langkah Pembelajaran Kontekstual
Berdasarkan tahapan-tahapan pembelajaran kontekstual tersebut, maka
langkah-langkah pembelajaran kontekstual seperti dibawah ini.46
1) Pendahuluan
a) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari
proses pembelajaran dan pentingnya materi yang akan dipelajari.
b) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual:
c) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa
d) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi misalkan
kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke TPS (lingkungan hidup) dan
kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke TPS (pembuangan sampah)
e) Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang
berhubungan dengan hasil temuan saat observasi tadi.
f) Guru melakukan tanya jawab semua tugas yang harus dikerjakan oleh
setiap siswa.
2) Inti
a) di lapangan
i. Siswa melakukan observasi ke TPS sesuai dengan pembagian tugas
kelompok
ii. Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan tadi sesuai dengan
alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.
b) di dalam kelas
i. Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan
kelompoknya masing-masing.
ii. Siswa mempresentasikan atau melaporkan hasil diskusi
iii. Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh
kelompok lain.
46
Ibid., hal.174-175
35
3) Penutup
a) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi ser masalah
temuan sesuai dengan indicator hasil belajar yang harus dicapai.
b) Guru menugaskann siswa untuk membuat tugas tentang pengalaman
belajar mereka.
b. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Kontekstual adalah pembelajaran yang menghubungkan antara konten
pelajaran dengan situasi kehidupan nyata, dan mendorong siswa mengaitkan
antara pengetahuan dan pengalaman yang didapatnya di sekolah dengan
kehidupannya sebagai anggota keluarga, warganegara, dan dunia kerja.
Kontekstual merupakan respons dari ketidakpuasan praktek pembelajaran
yang sangat menekankan pada pengetahuan abstrak atau konseptual semata-
mata. Pembelajaran demikian memang cocok untuk melahirkan para
akademisi, tetapi tidak menyiapkan siswa untuk menjadi seorang
professional; dengan kata lain, pembelajaran yang terlampau abstrak telah
mengabaikan aspek kontekstual atau terapan dari pengetahuan tersebut.
Bagi siswa, proses pembelajaran tradisional yang menekankan pada
pengetahuan abstrak/konseptual lebih pasif daripada pembelajaran yang
kontekstual. Pada proses pembelajaran tradisional tersebut, siswa diharapkan
untuk memahami dan menyusun informasi dalam pikirannya melalui kegiatan
mendengarkan guru dan membaca materi yang ditugaskan. Sesuai dengan itu,
maka metode pengajaran lebih berpusat pada guru.
Tidak semua siswa memiliki kemampuan untuk menyerap nformasi
secara abstrak, oleh karena itu banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
belajar. Juga banyak yang lulus sekolah tetapi tidak mampu berada di
masyarakat sebagai anggota yang bermutu.
Penguasaan terhadap pengetahuan faktual atau „a need-to-know basis‟
masih tetap diperlukan sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan,
tetapi pengetahuan itu lebih mudah untuk dipahami jika diperoleh dari
pengalaman langsung, daripada siswa hanya menghafal dan menyimpan
36
informasi itu dalam pikirannya sampai suatu saat nanti diperlukan.
Apprenticeship (belajar untuk mencapai keahlian tertentu, magang) adalah
suatu metode pembelajaran yang menghubungkan pembelajaran dengan dunia
nyata. Dalam Kontekstual, pembelajaran konsep-konsep abstrak dilakukan
dengan prinsip-prinsip apprenticeship tersebut. Karena yang dipelajari adalah
konsep (yang lebih berkaitan dengan kognisi daripada keterampilan, maka
pembelajarannya disebut dengan cognitive apprenticeship. Cognitive
apprenticeship adalah suatu metode melatih siswa dalam menyelesaikan
suatu tugas.
Ada tiga hal utama yang harus dilakukan guru sebelum pembelajaran
dilakukan, yaitu:
1) terlebih dahulu menetapkan kompetensi yang harus dicapai siswa,
2) menunjukkan manfaat dari tugas yang diberikan, dan
3) memberi peluang untuk keberagaman cara belajar siswa.
Dalam cognitive apprenticeship, dilakukan visualisasi konsep-konsep
abstrak, memahami konsep, dan menggunakannya untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan. Terkait dengan konsep keberagaman tersebut, dalam CTL
perlu dilakukan diversified learning strategies, yaitu yaitu penggunaan
strategi pembelajaran yang bervariasi namun kontekstual. Metode ceramah
dalam beberapa hal masih diperlukan, tetapi metode-metode yang berpusat
pada siswa (student-centered) seperti metode inkuiri dan metode kooperatif
akan lebih membantu siswa mengembangkan kompetensi dengan baik. Begitu
juga, perlu dilakukan differentiated teaching strategies, yaitu pembelajaran
yang demokratis dimana siswa mendapat peluang yang luas untuk memahami
informasi sesuai dengan kecenderungan yang dimiliki masing-masing.
Disini diingatkan dengan konsep multiple intelligence dari Gardner,
yang menekankan bahwa setiap individu memiliki kecenderungan yang
dominan dalam dirinya, dan keberhasilan individu tersebut (dalam belajar dan
bekerja) besar dipengaruhi oleh apakah dia dapat memanfaatkan
kecenderungannya tersebut untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
yang dihadapi.
37
Pemberdayaan (empowerment) sangat diperlukan dalam CTL yaitu
dapat dilakukan dengan cara: (1) Fading (menjauh secara pelahan), yaitu
dukungan guru dikurangi sedikit demi sedikit hingga akhirnya siswa dapat
menyelesaikan tugasnya secara mandiri; (2) Articulation ( penyampaian),
yaitu kesempatan untuk siswa terlibat dalam percakapan atau diskusi
mengenai pengetahuannya dalam rangka memecahkan masalah; (3)
Reflection (refleksi, melihat kediri-sendiri), yaitu kegiatan dimana siswa
dapat membandingkan kemampuan dan keterampilannya dengan ahli di
bidangnya; dan (4) Exploration (eksplorasi, berkarya), yaitu yaitu saat dimana
guru mendorong siswa untuk mencoba menemukan dan memecahkan
persoalan secara mandiri.
Texas Collaborative for Teaching Excellence mengajukan suatu
strategi dalam melakukan pembelajaran kontekstual yang diakronimkan
menjadi REACT, yaitu: relating, experiencing, applying, cooperating, dan
transferring.
1) Relating: yaitu belajar dalam konteks menghubungkan apa yang hendak
dipelajari dengan pengalaman atau kehidupan nyata. Untuk itu, bawa
perhatian siswa pada pengalaman, kejadian, dan kondisi sehari-hari. Lalu,
hubungkan/kaitkan hal itu dengan pokok bahasan baru yang akan
diajarkan.
2) Experiencing: yaitu belajar dalam konteks eksplorasi, mencari, dan
menemukan sendiri. Memang, pengalaman itu dapat diganti dengan
video, atau bacaan (dan bahkan kelihatannya dengan cara ini belajar bisa
lebih cepat), tetapi strategi demikian merupakan strategi pasif, artinya,
siswa tidak secara aktif/langsung mengalaminya.
3) Applying yaitu belajar mengaplikasikan konsep dan informasi dalam
konteks yang bermakna. Belajar dalam konteks ini serupa dengan
simulasi, yang seringkali dapat membuat siswa mencita-citakan sesuatu,
atau membayangkan suatu tempat bekerja dimasa depan. Simulasi seperti
bermain peran merupakan contoh yang sangat kontekstual dimana siswa
mengaplikasikan pengetahuannya seperti dalam dunia nyata. Seringkali
38
juga dilakukan berupa pengalaman langsung (firsthand experience)
seperti magang.
4) Cooperating yaitu proses belajar dimana siswa belajar berbagi (sharing)
dan berkomunikasi dengan siswa lain. Pembelajaran kooperatif
merupakan salahsatu strategi utama dalam CTL, karena pada
kenyataannya, karyawan berhasil adalah yang mampu berkomunikasi
secara efektif dan bisa bekerja dengan baik dalam tim. Aktivitas belajar
yang relevan dengan pembelajaran kooperatif adalah kerja kelompok; dan
kesuksesan kelompok tergantung pada kinerja setiap anggotanya. Peer
grouping juga suatu aktivitas pembelajaran kooperatif. Beberapa teknik
pembelajaran kooperatif akan diulas pada bagian lain dari makalah ini.
5) Transferring : yaitu belajar dalam konteks pengetahuan yang sudah ada,
artinya adalah, siswa belajar menggunakan apa yang telah dipelajari
untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Aktivitas dalam
pembelajaran ini antara lain adalah pemecahan masalah (problem
solving).
4. Hasil Belajar Fisika Siswa
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas
daripada itu yakni mengalami,47 Belajar adalah kegiatan-kegiatn fisik atau
badaniah.48
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.49
Burton dalam sebuah bukunya The Guidance of Learning Activities
merumuskan pengertian “belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antar individu dengan individu dan
47
Anggun Kusuma Wardani, Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual Oleh Guru PKn Di SMA
Negeri I Banjarnegara. (Jurusan hukum dan kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang 2007), hal.17 48
Anonim, http://agungmaul.blogspot.com/2010/09/hubungan-prilaku-siswa-smp-dan-sma.htm.
(18 September 2010: 20.35) 49
Anonim, http://ahmadefendy.blogspot.com/2010/08/pengertian-hasil-belajar.html (18 September
2010: 20.35)
39
individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi
dengan lingkungannya.”50
Wasty mengutip bahwa dalam bukunya yang dikemukakan oleh H.
Cronbach Witherington ( Educational Psycology, 1945 ) “Learning is
shown by change in behavior as a result of expe-rience”51
yang
diterjemahkan dalam bukunya Aunurrahman mengemukakan bahwa
belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepribadian.52
Howard L. Kingslay berpendapat “Learning is the process by
which behavior (in the broader sense) is originated or changed through
practice or training” 53
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dan tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman”. Menurut pendapat ini, belajar membawa suatu perubahan
pada individu yang belajar. Perubahan tersebut dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam dalam interaksi
dengan lingkungannya.
James O.Whittakher mendefinisikan “Learning may be defined as
the prosess by which behavior originates or is altered through training or
experience.” 54
Belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan
atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individuitu
sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.55
50
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran.(Bandung:Alfabeta,2009), hal.35 51
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin Pendidika. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), hal.104 52
Aunurrahman, Op.Cit., hal.35 53
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin Pendidika. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), hal.104 54
Ibid., hal. 104 55
Aunurrahman, Op.Cit., hal.35
40
Pendapat lain tentang belajar yaitu menurut W.S. Winkel
mengemukakan bahwa “belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai
aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap, dimana perubahan ini bersifat
secara konstan dan berbekas”. Dari pendapat tersebut tampak bahwa
belajar proses ataupun usaha yang dilakukan individu yang berinteraksi
dengan lingkungannya, hanya dibatasi pada segi mental yaitu proses
aktifitas psikis seseorang.
Dalam kesimpulan yang dikemukakan oleh Abdillah (2002),
belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam
perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk
memperoleh tujuan tertentu.56
Dari beberapa definisi belajar yang dikemukakan di atas, belajar
merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang yang
relatif menetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai
sikap, berdasarkan interaksi aktif antara individu dan lingkungannya
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman yang dilakukan secara
formal, maupun non formal.
Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting
bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan adanya proses belajar
inilah manusia bertahan hidup. Belajar secara sederhana dikatakan sebagai
proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, tejadi dalam
jangka waktu tertentu. Perubahan itu harus secara relatif bersifat menetap
dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang nampak saat ini tetapi juga
pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang. Selain itu,
perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman.
56
Ibid., hal.35
41
b. Teori-Teori Belajar
1) Teori belajar psikologi behavioristik
Para pencetus teori ini sering disebut sebagai contemporary
behaviorists mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu
dikendalikan oleh mengajar atau penguatan dari lingkungan.57
Dr. Aunurrahman berbeda pendapat dalam bukunya belajar dan
pembelajaran bahwa para penganut behavioristik meyakini bahwa manusia
sangat dipengaruhi oleh kejadian lingkungan yang memberikan pengalaman
tertentu.58
Behaviorisme menekankan pada apa yang dilihat yaitu tingkah
laku dan kurang memperhatikan apa yang terjadi di dalam pikiran karena
tidak dapat dilihat.
2) Teori belajar psikologi kognitif
Kognitivisme juga sering disebut cognitive model atau model
perceptual. Menurut teori ini belajar ini tingkah laku seseorang ditentukan
oleh persepsi atau pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan
tujuan-tujuannya.59
Karena itu belajar menurut teori ini diartikan sebagai
perubahan persepsi dan pemahaman.
3) Teori belajar psikologi humanistic
Teori ini berpendapat bahwa setiap orang menentukan perilaku
sendiri. Mereka bebas dalam memilih kualitas hidup mereka dan tidak terkait
oleh lingkungan.60
4) Teori belajar Gagne
Teori ini merupakan perpaduan yang seimbang antara behaviorisme
dan kognitivisme yang berpangkal pada teori pengolahan informasi. Menurut
gagne cara berpikir seseorang tergantung pada keterampilan apa yang telah
dimilikinya dan cara pandang yang diperlukan untuk mempelajari suatu
tugas.
57
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin Pendidika, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2003), hal. 123 58
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta, 2009), hal.39 59
Ibid., hal.44 60
Wasti, Op.cit., hal. 137
42
Jadi di dalam proses belajar terdapat dua fenomena yaitu
meningkatnya keterampilan intelektual sejalan dengan meningkatnya umur
serta latihan yang diperlukan individu, dan belajar akan lebih cepat bila mana
strategi kognitif dapat dipakai dalam memecahkan masalah secara lebih
efisien.
c. Hasil Belajar Fisika Siswa
Dalam dunia pendidikan, suatu proses belajar diharapkan
menghasilkan sesuatu yang disebut hasil belajar. Hasil belajar merupakan
tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran yaitu berupa
pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan. Menurut Dimyati dan Mudjiono,
hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi
siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
belajar.61
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Bloom yang
dikutip oleh Wina sanjaya, tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran
diklasifikasikan ke dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Masing-
masing ranah dapat dirinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan,
yaitu sebagai berikut:
1) Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) yang
meliputi:
1) Mengingat (Remember) , yaitu mendapatkan kembali pengetahuan
yang relevan dari memori jangka panjang.
2) Memahami (Understand), yaitu menentukan makna dari pesan dalam
pelajaran-pelajaran meliputi oral, tertulis ataupun grafik.
61 Anonim, http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html. 18 September 2010 20.36
43
3) Menerapkan (Apply), yaitu mengambil atau menggunakan suatu
prosedur tertentu bergantung situasi yang dihadapi.
4) Menganalisa (Analyze), yaitu memecah-mecah materi hingga ke
bagian yang lebih kecil dan mendeteksi bagian apa yang berhubungan
satu sama lain menuju satu struktur atau maksud tertentu.
5) Mengevaluasi (Evaluate), yaitu membuat pertimbangan berdasarkan
kriteria dan standar.
6) Menciptakan (Create), yaitu menyusun elemen-elemen untuk
membentuk sesuatu yang berbeda atau mempuat produk original. 62
2) Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, yang
meliputi:
a) Reciving (sikap menerima) adalah kepekaan seseorang dalam
menerima rangsangan dari luar yang datang kepada dirinya dalam
bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.
b) Responding (memberikan respon/jawaban) adalah kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif
dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan
salah satu cara, mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam
menjawab stimulus yang datang dari luar.
c) Valuing (penilaian atau menentukan sikap) yaitu suatu sikap tidak
hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mampu menilai
konsep atau fenomena, yaitu baik dan buruk.
d) Organization (mengatur) adalah mempertemukan perbedaan nilai
sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, dan membawa
perbaikan umum.
e) Characterization (pembentukan pola hidup) adalah karaktrisasi dengan
suatu nilai yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi kepribadian
dan tingkah lakunya.
62 David R. Krathwohl, A Revision of Bloom‟s Taxonomy, An Overview (Ohio: Theory Into
Practice, vol 41 number 4 : 2002)
44
3) Ranah Psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) meliputi:
a) Persepsi – perception (mampu menafsirkan rangsangan, peka terhadap
rangsangan, menyeleksi objek)
b) Kesiapan – set (mampu berkonsentrasi, menyiapkan diri secara fisik,
emosi, dan mental)
c) Gerakan terbimbing – guided response (mampu meniru contoh,
mencoba-coba, pengembangan respons baru)
d) Gerakan terbiasa – mechanism (berketrampilan, berpegang pada pola,
respons baru muncul dengan sendirinya)
e) Gerakan kompleks – complex overt response (sangat terampil secara
lancer, luwes, supel, gesit, lincah)
f) Penyesuaian pola gerakan – adaption (mampu menyesuaikan diri,
bervariasi, pemecahan masalah)
g) Kreativitas/keaslian – creativity/origination (mampu menciptakan
yang baru, berinisiatif).
Dengan demikian, hasil belajar merupakan perubahan pengetahuan,
sikap, maupun ketrampilan yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas
belajar. Perolehan aspek–aspek perubahan pengetahuan, sikap, maupun
ketrampilan tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh
karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka
perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep yang
lebih baik.
Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari gejala-
gejala alam melalui penelitian, percobaan dan pengukuran yang disajikan
secara matematis berdasarkan hukum-hukum dasar untuk menemukan
hubungan antara kenyataan yang ada di alam. Dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar fisika merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah
mengalami aktivitas pembelajaran berupa pengetahuan fisika maupun
penguasaan konsep fisika.
45
d. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh I Made Sumadi di SLTP 6
Singaraja pada tahun 2004/2005 bahwa pembelajaran menggunakan
pendekatan kontekstual pada pelajaran matematika berpengaruh pada
kemampuan penalaran dan komunikasi dalam belajar. Hasil yang diperoleh
menujukan melalui uji normalitas sebesar 0,876, taraf signifikansi 5% yang
berdistribusi normal, uji homogenitas diperoleh nilai sebesar 0,512 taraf
signifikansi 5% dengan data homogen.berdasarkan criteria di atas dapat
disimpulkan adanya perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi secara
signifikan antara siswa yang belajar dengan pendekatan kontekstual dan
konvensional.63
Lilik Mawartiningsih melakukan penelitian di SMPN 1 Plumpang dan
SMP PGRI 3 Tuban terhadap prestasi belajar siswa. Hasil yang diperoleh
bahwa pendekatan kontekstual berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa
dengan F hitung itu lebih besar dibandingkan dengan F tabel.64
Dra. Erni Maidiyah, M.Pd dkk melakukan penelitian terhadap guru-
guru SD di Kecamatan Darussalam Aceh Besar bahwa tingkat keberhasilan
rata-rata 79,3% hal ini bisa terlihat dari hasil berdasarkan evaluasi dari nilai
rata-rata awal sebesar 20,4% menjadi 79,3% hal ini menimbulkan motivasi
bagi guru-guru untuk menerapkan dalam pembelajaran di dalam kelas.65
Berdasarkan penelitian yang dilaukan oleh I Wayan Suastra dalam
pembelajaran sains pendekatan menggunakan kontekstual berpengaruh
terhadap pengembangan kecakapan hidup siswa dimana rata-rata penguasaan
konsep pada siklus I sebesar 6,36%,siklus II sebesar 6,64%, dan siklus III
7,0% dengan melihat ketuntasan klasikal bahwa siswa telah mengalami
63
I Made Sumadi, Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan
Penalaran dan Komunikasi Matematia Sisiwa Kelas II SLTP Negeri 6 singaraja,(Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1.XXXVIII Januari, 2005) 64
Lilik mawartiningsih, Pengaruh Metode Mengajar CTL dan Gaya Kognitif Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Bidan Study Biologi Kelas 1 Semester II di SMPN 1 Plumpang dan SMP PGRI 3
Tuban dalam Pokok Bahasan Ekosistem,( ISSN, UNIROW Tuban:2001) 65
Erni Maidiyah, Pembinaan Guru SD dalam Penerapan Pendekatan Pembelajaran CTL di
Kecamatan Darussalam Aceh Besar, (Program IPTE: Kegiatan Pengabdian kepada Mesyarakat
Tahun V No.12,2006)
46
peningkatan hasil belajar . Peningkatan ini tidak terlepas dari pendekatan
pembelajaran kontekstual yang diterapkan mampu melibatkan berbagai
aktivitas penyelidikan yang cukup menarik sehingga memotivasi siswa untuk
belajar sains.66
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I Nyoman Gita di SLTPN
4 Singaraja pada pelajaran matematika terhadap peningkatan hasil belajar
siswa dengan hasil yang cukup baik sekali serta 60,5% siswa memberikan
tanggapan positif dengan alasan lebih giat belajar, situasi menyenangkan,
tahu kesalahan sendiri, mudah memahami, tahu kemampuan sendiri cepat
mengerti, dan bisa saling tanya jawab.67
Hasil penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Sudiana pada pelajaran
kimia menghasilkan indikasi positif dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran kontekstual yaitu aktivitas belajar mahasiswa sangat antusias,
hasil belajar makin meningkat dari siklus I dengan nilai 57,1, siklus II dengan
nilai 66,7, pada siklus III dengan nilai 72,2. Ini mengindikasikan bahwa
pembelajaran kontestual sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. selain
sikap belajar dan hasil belajar ada juga yang deperhatikan yaitu aspek sosial,
esiapan belajar, aktivitas belajar sehingga mahasiswa memberikan respon
yang positif.68
Dari berbagai penelitian diatas penulis berminat mengadakan
penelitian lanjut tentang Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan
asumsi akan berpengaruh pada hasil belajar fisika siswa.
66
I Wayan Suastra, Implementasi Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Sains Sebagai
Upaya Pengembangan Kecakapan Hidup Siswa di SD Laboratorium IKIP Negeri Singaraja,
(Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No.2 Tahun. XXXVIII april 2005) 67
I Nyoman Gita, Implementasi Pendekatan Kontekstual Berbantuan LKS untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas II SLTP 4 Singaraja,(Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
IKIP Negeri Singaraja, No.1 TH XXXVIII Januari 2005) 68
I Ketut Sudiana, Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Pembelajaran
Kooperatif pada Pembelajaran Kimia dan Pencemaran Lingkungan, (Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran UNDIKSHA, No.2 TH. XXXX april 2007)
47
B. KERANGKA BERPIKIR
Setidaknya ada tiga macam bentuk problem pembelajaran yaitu problem
yang bersifat metodologis yaitu problem yang terkait dengan upaya atau proses
pembelajaran yang menyangkut masalah kualitas penyampaian materi, kualitas
interaksi antar guru dengan siswa, kualitas pemberdayaan sarana dan elemen
dalam pembelajaran dan bersifat cultural yaitu problem yang berkaitan dengan
karakter atau watak seorang guru dalam mensikapi atau mempersepsikan terhadap
proses pembelajaran.69
Berhasil tidaknya suatu pembelajaran, salah satunya tergantung pada
strategi belajar mengajar yang dilakukan guru, cara guru menciptakan suasana
kelas akan berpengaruh pada reaksi yang ditampilkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran oleh karena itu guru harus mampu menggunakan metode
pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga siswa dapat menerima dan
memahami dengan mudah materi pelajaran dan siswa menjadi aktif dalam belajar.
Jika keingintahuan siswa diutarakan dalam bentuk pertanyaan itu akan
terpuaskan, berarti proses pembelajaran siswa telah dilalui maka kegiatan belajar
mengajar yang efektif telah tercapai. Keefektivan pembalajaran akan membuat
siswa lebih mudah menyerap materi yang disajikan guru sehingga hasil belajarnya
akan menjadi lebih baik. Jadi pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) digunakan untuk mengetahui hasil belajar Fisika siswa. Kerangka
pikir penelitian tersebut dapat dilihat pada bagan kerangka pikir di bawah ini:
69
M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang:Rasail Media Group.2008) hal.9
48
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
C. PERUMUSAN HIPOTESIS
Berdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka pikir di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitiannya adalah “pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) terdapat pengaruh terhadap hasil belajar Fisika siswa”.
Hasil belajar kurang
maksimal
Penguasaan guru, siswa
tidak menemukan sendri
Fisika pelajaran yang sulit,
rumit dan membosankan
Pendekatan Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL)
Tes Hasil Belajar Kognitif (C1, C2, C3, C4)
Hasil Belajar Fisika yang Maksimal
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Fath Cireundeu pada kelas VII semester
genap tahun ajaran 2010-2011 dengan materi pelajaran wujud zat dan perubahannya.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuasi eksperimen atau
eksperimen semu yaitu penelitian yang mendekati eksperimen sungguhan dimana
tidak mungkin mengadakan kontrol atau memanipulasikan semua variabel yang
relevan.1 Desain penelitian yang digunakan adalah prettest-postest control group
design2 dengan dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kedua kelompok akan diberi perlakuan (treatment) yang berbeda.
Sebelum pembelajaran, kedua kelompok diberi tes awal (pretest) dan setelah berakhir
diberi test akhir (posttest) dengan menggunakan instrumen yang sama seperti pada tes
awal. Adapun desain penelitiannya dapat dilihat pada tebel di bawah ini:
Tabel 3.1 Tabel desain Penelitian
Kelompok Pretest Treatment Posttest
Eksperimen T1 XE T2
Kontrol T1 Xk T2
Keterangan :
T1 = tes awal (pretest).
T2 = tes akhir (posttest).
1Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan
Metodologi Penelitian (Malang: UIN Malang Press, 2008), cet. 1, h. 165. 2 Ibid., hal.222
50
XE = perlakuan pada kelompok eksperimen menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Xk = perlakuan pada kelompok kontrol menggunakan metode demonstrasi.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang lain,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Variabel dalam penelitian ini
adalah: variabel bebas (X) yaitu pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) dan variabel terikat (Y) yaitu hasil belajar fisika.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.3 Populasi target dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Al-Fath Cirendeu, sedangkan populasi
terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas VII di sekolah tersebut yang terdaftar pada
semester genap pada tahun ajaran 20010/2011.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.4 Sampel dalam
penelitian ini ditentukan dengan teknik “purposive sampling” yaitu pengambilan
sampel yang diambil berdasarkan tujuan penelitian.5 Berdasarkan teknik sampling
tersebut, diperoleh sampel penelitian yaitu kelas VII D sebagai kelompok eksperimen
dan kelas VII T sebagai kelompok kontrol.
Sebelum penelitian, kedua kelompok diuji kehomogenannya dengan cara
membandingkan hasil nilai pretest menggunakan analisis statistik perbandingan.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, diperoleh hasil pretest kedua kelompok tidak 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
ed. Revisi IV, cet. 13, h. 130. 4 Ibid., h. 131.
5Ibid., h. 139-140.
51
berbeda secara signifikan, sehingga kedua kelas tersebut layak untuk dijadikan
sebagai sampel penelitian.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dibagi dalam tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketiga tahapan terdiri dari beberapa bagian dengan alur
sebagai berikut:
F.
Gambar 3. 1. Alur Prosedur Penelitian.
TAHAP PERSIAPAN :
Menyiapkan Perangkat Pembelajaran
TAHAP PELAKSANAN
TAHAP AKHIR
1. Pembahasan hasil penelitian
2. Penarikan Kesimpulan
Perlakuan Terhadap
Sampel Penelitian
Kelompok
Eksperimen
Kelompok Kontrol
Tes Awal
(Pretest)
Tes Awal
(Pretest)
Tes Akhir
(Posttest)
Tes Akhir
(Posttest)
Penerapan Pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL)
Penerapan pembelajaran melalui
metode demonstrasi
Analisis Uji
Statistik
52
G. Teknik Pengumpulan Data
Ada dua jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini. Data utama adalah
hasil belajar fisika siswa yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Data kedua
adalah data penunjang penelitian yaitu aktivitas siswa selama pembelajaran
berlangsung, diperoleh melalui observasi aktivitas siswa. Observasi yang dilakukan
disini adalah observasi langsung atau pengamatan langsung, yaitu cara pengumpulan
data berdasarkan pengamatan yang menggunakan mata atau telinga secara langsung
tanpa melalui alat bantu yang terstandar.6
Adapun urutan pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:
a. Penulis melakukan observasi untuk menentukan kelas yang akan dijadikan objek
penelitian serta menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Memberikan perlakuan kepada kelas yang dijadikan objek penelitian dengan
perlakuan pendekatan .
c. Contextual Teaching and Learning (CTL) kepada kelas eksperimen dan metode
demonstrasi pada kelas kontrol.
d. Memberikan tes soal-soal tentang wujud zat dan perubahannya pada kedua kelas
tersebut dengan soal yang sama. Tes tersebut diberikan setelah materi telah
selesai.
e. Menilai hasil tes pada kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen adalah hasil
belajar Fisika siswa yang diajar dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) dan kelompok kontrol adalah hasil belajar Fisika siswa yang
diajar dengan metode demonstrasi.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data
penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan ada dua yaitu tes dan non
tes. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar fisika siswa
6 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), cet. 1, h.
143.
53
adalah instrumen tes berupa tes objektif yang di peroleh dari pelaksanaan pretes dan
posttes, instrumen yang digunakan untuk memperoleh data observasi aktivitas siswa
yaitu instrumen non-tes berupa lembar observasi aktivitas siswa.
1. Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa
soal pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban. Berikut ini tabel penyusunan kisi-kisi
instrumen penelitian berdasarkan indikator hasil belajar fisika yang hendak dicapai.
Tabel 3. 2 Kisi-kisi instrumen Tes hasil belajar fisika
Keterangan : * Soal valid yang digunakan dalam penelitian.7
Instrumen tes hasil belajar yang digunakan untuk penelitian harus memiliki
empat kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang ditempuh untuk mengetahui bahwa tes
yang akan dipakai memenuhi keempat kriteria tersebut.
7 Perhitungan lengkap pada lampiran A.1.9.
Kompetensi
Dasar
Uraian
materi Indikator
Nomor soal dan aspek yang
diukur ∑
soal (C1) (C2) (C3) (C4)
Menyelidiki
sifat-sifat zat
berdasarkan
wujudnya dan
penerapannya
dalam
kehidupan
sehari-hari
Wujud
zat Menyelidiki perubahan wujud suatu zat 1*,2 3,4* 5*,6 7* 7
Menafsirkan gaya tarik antar partikel
pada berbagai wujud zat melalui
penalaran
8* 9,10 11,12* 13,14 7
Membedakan kohesi dan adhesi
berdasarkan pengamatan 15*
16*,
17 18*,19 20 6
Mengkaitkan peristiwa kapilaritas
dalam peristiwa kehidupan sehari-hari
21*,
22 23
24*,
25* 26 6
Mendeskripsi
kan konsep
massa jenis
dalam
kehidupan
sehari-hari
Massa
Jenis Menjelaskan dari hasil percobaan
bahwa massa jenis adalah salah satu ciri
khas suatu zat
27 28*,
29* 30*,31
32*,
33 7
Menghitung massa jenis suatu zat dan
Menggunakan konsep massa jenis untuk
berbagai penyelesaian massalah dalam
kehidupan sehari-hari
34*,
35
36*,
37* 38*,39 40* 7
Jumlah 9 11 12 8 40
54
1) Uji Validitas Instrumen
Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan kesahihan atau ketepatan suatu
instrumen, apakah instrumen tersebut tepat untuk mengukur hal yang hendak
diukur. Untuk mengukur validitas tes, dapat ditentukan menggunakan teknik
korelasi point biserial sebagai berikut: 8
rpbis =
Keterangan:
rpbis = koefisien korelasi point biserial
Mp = rata-rata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang
dicari validitasnya.
Mt = rerata skor total.
St = standar deviasi dari skor total.
p = proporsi siswa yang menjawab benar.
q = proporsi siswa yang menjawab salah (1 – p).
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka hasil perhitungan
rhitung dibandingkan dengan rtabel korelasi point biserial dengan α = 0, 05.
Apabila rhitung > rtabel maka soal tersebut dinyatakan valid. Berdasarkan hasil
perhitungan validitas menggunakan r korelasi point biserial, dari 40 butir soal
yang dibuat diperoleh 21 soal yang valid dan 19 soal yang tidak valid.9 Soal yang
dinyatakan valid dan tidak valid dapat dilihat pada tabel rekapitulasi hasil validasi
instrumen tes di bawah ini:
8Ibid., h. 187.
9 Perhitungan lengkap pada lampiran A.1.5
q
p
S
MM
t
tp
55
Tabel 3.3 Rekapitulasi hasil validasi instrumen tes
Butir Soal Jumlah Soal Keterangan
1, 4, 5, 7, 8, 12, 15, 16, 18, 21, 24, 25, 28, 29,
30, 32, 34, 36, 37, 38, 40 21 Valid
2, 3, 6, 9, 10, 11, 13, 14, 17, 19, 20, 22, 23, 26,
27, 31, 33, 35, 39 19 Tidak Valid
2) Uji Reliabilitas Instrumen
Perhitungan reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa instrumen
tersebut dapat dipercaya, yaitu konsisten atau tetap apabila diujikan berkali-kali.
Untuk mengetahui reliabilitas instrumen digunakan rumus yang dikemukakan
Kuder – Richardson yaitu rumus K-R 20, adalah sebagai berikut:10
r 11 = (1n
n) (
2
2
S
pqS )
Keterangan:
r 11 = reliabilitas tes secara keseluruhan.
p = proporsi subjek yang menjawab item yang benar.
q = proporsi subjek yang menjawab item yang salah (q = 1-p).
Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q.
N = banyaknya item.
S = standar deviasi dari tes.
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen tes, nilai yang
didapat dari 21 butir soal yang valid, reliabilitasnya yaitu sebesar 0,89.11
10
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), ed. Revisi,
cet. 8, h. 100-101. 11
Perhitungan lengkap pada lampiran A.1.6
56
3) Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir
soal yaitu sukar, sedang, atau mudah. Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap
butir soal tersebut, dapat ditentukan dengan rumus:12
JS
BP
Keterangan:
P = taraf kesukaran.
B = jumlah siswa yangt menjawab butir soal dengan benar.
JS = jumlah seluruh peserta tes.
Kriteria taraf kesukaran yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang
diperoleh, maka soal tersebut tergolong sukar. Sebaliknya, semakin besar indeks
yang diperoleh, maka soal tergolong mudah. Adapun kriteria indeks taraf
kesukaran soal tersebut adalah:13
P = 0,00 : soal terlalu sukar
0,01 < P ≤ 0,30 : soal sukar
0,30 < P ≤ 0,70 : soal sedang
0,70 < P ≤ 1,00 : soal mudah
Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran, tidak terdapat butir soal yang
termasuk kategori terlalu sukar, 14 butir soal termasuk kategori sukar, 20 butir soal
termasuk kategori sedang, dan 6 butir soal termasuk kategori mudah.14
4) Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu
soal dalam membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi), dengan siswa
12
M. Subana dan Sudrajat, Op. Cit., h. 133. 13
Ibid., h. 133-134. 14
Perhitungan lengkap pada lampiran A.1.7
57
yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Daya pembeda tiap butir-butir soal
ditentukan dengan rumus:15
D = B
B
A
A
J
B
J
B = PA - PB
Keterangan:
D = daya pembeda.
BA = jumlah peserta tes kelompok atas yang menjawab soal
dengan benar.
JA = jumlah peserta tes kelompok atas.
BB = jumlah peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar.
JB = jumlah peserta tes kelompok bawah.
PA( ) = proporsi peserta tes kelompok atas yang menjawab soal
benar.
PB ( ) = proporsi peserta tes kelompok bawah yang menjawab
soal benar.
Adapun klasifikasi dari daya pembeda soal:16
D ≤ 0 : sangat jelek.
0,01 < D ≤ 0,20 : jelek
0,20 < D ≤ 0,40 : cukup
0,40 < D ≤ 0,70 : baik
0,70 < D ≤ 1,00 : baik sekali
15
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., h. 213-214. 16
M. Subana dan Sudrajat. Op. Cit., h. 135.
58
Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal diperoleh data dengan
kategori baik sekali sebanyak 1 soal, kategori baik sebanyak 13 butir soal, kategori
cukup sebanyak 12 butir soal, kategori jelek 8 butir soal, dan kategori sangat jelek
(drop) sebanyak 6 butir soal.17
2. Instrumen Non Tes
Instrumen non tes dalam penelitian ini yaitu lembar observasi. Dalam penelitian
kuantitatif, instrumen observasi lebih sering digunakan sebagai alat pelengkap
instrumen lain. Observasi pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas
siswa kelompok eksperimen selama proses pembelajaran.18
I. Teknik Analisis Data Tes
Terdapat dua teknik analisis data yaitu data yang diperoleh dari instrumen tes
berupa tes hasil belajar fisika, dan data yang diperoleh dari instrumen nontes berupa
lembar observasi aktivitas siswa.
a. Uji Prasyarat Analisis Data
Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian
normalitas dan homogenitas untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
terdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas data perlu dilakukan untuk mengetahui apakah data
penelitian yang dianalisis terdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini,
pengujian normalitas dilakukan menggunakan rumus kai kuadrat (chi square)
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menghitung harga frekuensi dengan rumus chi-kuadrat.19
17
Perhitungan lengkap pada lampiran A.1.8 18
Lembar observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiaran A.2.2. 19
M. Subana dan Sudrajat, Op. Cit., h. 149-150.
59
χ2
hitung =
i
ii
E
EO )(
Keterangan:
Oi = frekuensi observasi atau hasil pengamatan
Ei = frekuensi ekspektasi
b) Membandingkan nilai χ2
hitung dengan χ2
tabel pada derajat kebebasan dk = n – 1
dan taraf signifikansi α = 0,05, dengan kriteria sebagai berikut:
Jika harga χ2
hitung < χ2
tabel, maka data berdistribusi normal
Jika harga χ2
hitung > χ2
tabel, maka data berdistribusi tidak normal.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian
memiliki hasil yang homogen. Uji homogenitas dilakukan pada pasangan skor
pretest dan posttest. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a) Menentukan varians.
b) Menghitung nilai F (homogenitas) dengan rumus:20
F = ks
bs2
2
Keterangan :
s2b = Variansi yang lebih besar
s2k = Variansi yang lebih kecil
c) Menentukan nilai homogenitas, jika Fhitung < Ftabel maka data berdistribusi
homogen.
b. Uji Hipotesis
Setelah persyaratan analisis dipenuhi, maka hipotesis diuji dengan uji-t pada
taraf signifikansi α = 0,05. Uji-t ini digunakan untuk membandingkan dua kelompok
20
Ibid., h. 161.
60
yang berbeda, biasanya digunakan untuk membandingkan akibat dua perlakuan yang
dilakukan pada suatu penelitian. Uji-t yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Menentukan Uji Statistik21
t =
21
21
11
nndsg
XX
dengan
2
11
21
2211
nn
VnVndsg
Keterangan:
N1 = Jumlah sampel kelompok 1
N2 = Jumlah sampel kelompok 2
V1 = Varians data kelompok eksperimen 1 (sd1)2
V2 = Varians data kelompok kontrol 1 (sd2)2
dsg = nilai deviasi standar gabungan
1X = rata-rata data kelompok 1
2X = rata-rata data kelompok 2
b) Rumusan Hipotesis dan Kriteria Pengujian
Hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut:
Ho, µA ≤ µB
Ha, µA > µB
Keterangan:
µA : Nilai rata-rata hasil belajar Fisika yang telah diajarkan dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
µA : Nilai rata-rata hasil belajar Fisika yang diajarkan dengan
metode demonstrasi.
21
Ibid., h. 161-162.
61
Nilai t pada uji hipotesis kemudian dikonsultasikan pada tabel
distribusi t pada taraf signifikansi tertentu. Tingkat signifikan yang diambil
dalam penelitian ini dengan derajat keyakinan 95% , α = 5% dan dk = (n1 + n2
– 2) dengan kriteria penerimaan hipotesis sebagai berikut:
Jika thitung ≤ ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Dengan demikian terdapat pengaruh pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) terhadap hasil belajar Fisika.
2. Teknik Analisis Data Nontes
Data hasil observasi akan dianalisis dengan analisis deskriptif. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang aktivitas siswa pada
kelompok yang diberi perlakuan dengan penerapan pendekatan kontekstual Untuk
mengetahui data aktivitas siswa selama berlangsung, rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:22
Nilai = 100diharapkanyangtotalskoratauidealSkor
didapatyangtotalSkor
Data yang diperoleh kemudian dikonversi ke dalam bentuk kriteria nilai
presentasi yang diklasifikasikan atas dasar tingkat sebagai berikut:
81 – 100% : baik Sekali
61 – 80% : baik
41 – 60% : cukup
21 – 40% : kurang
0 – 20% : sangat kurang
22
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,
2009), cet. 13, h. 133.
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Penulis memberikan perlakuan yang berbeda
kepada kedua kelas. Kelas eksperimen belajar dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL), sedangkan kelas kontrol belajar menggunakan
metode demonstrasi. Konsep fisika yang diambil adalah Wujud zat dan
perubahannya.
Sebelum memberikan perlakuan kepada kedua kelompok, peneliti
memberikan pretest sehingga kesamaan kemampuan awal kedua kelompok dapat
diketahui. Soal pretes terdiri dari 21 butir pilihan ganda dengan 4 (empat)
alternatif jawaban. Setelah kedua kelompok diberikan perlakuan (pembelajaran)
yang berbeda, penulis memberikan posttest dengan soal yang sama pada soal
pretest. Soal pretest maupun posttest yang diberikan merupakan instrumen tes
yang sebelumnya telah diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembedanya, sehingga instrumen tes tersebut layak digunakan untuk mengukur
hasil belajar siswa.
Hasil belajar akhir siswa (posttest) akan dianalisis untuk mengetahui ada
atau tidaknya pengaruh penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) terhadap hasil belajar fisika. Data hasil belajar fisika dilengkapi dengan
data pendukung yaitu berupa hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran
berlangsung. Berikut ini adalah perolehan hasil pretest dan posttest yang didapat
dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, hasil pengujian prasyarat
analisis data, hasil analisis data, dan hasil observasi aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung.
Berikut adalah tabel sebaran nilai pretest dan posttest distribusi dari
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagai berikut:
63
Tabel 4.1
Rekapitulasi Distribusi Sebaran Nilai Siswa
N Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest Postest Pretest Postest
1. 0 10 30 20
2. 29 10 60 25
3. 29 13 63 27
4. 32 13 67 32
5. 36 16 67 47
6. 39 19 68 50
7. 41 36 70 63
8. 41 38 72 65
9. 42 38 72 67
10. 42 38 74 69
11. 43 40 74 69
12. 49 41 79 69
13. 49 41 80 69
14. 49 43 80 71
15. 52 43 80 72
16. 52 47 83 72
17. 54 47 85 74
18. 58 49 89 74
19. 60 51 91 78
20. 61 52 98 83
1. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan pretest kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol yang terdiri dari 20 siswa, diperoleh data dalam bentuk diagram
frekuensi sebagai berikut:1
Gambar 4.1. Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol
1 Perhitungan lengkap dapat dilihat di lampiran C.1.1.
64
Dari data tabel dan diagram batang di atas, hasil pretest untuk kelompok
eksperimen yaitu: sebanyak 1 siswa atau sebesar 5 % mendapatkan skor terendah
pada interval 0 – 9. Skor terbanyak berada pada interval 41 - 50 yaitu 8 siswa atau
sebesar 40 %, dan skor tertinggi berada pada interval 51 – 61 sebanyak 6 siswa
atau sebesar 30 %. Untuk kelompok kontrol, sebanyak 2 siswa atau sebesar 10 %
mendapatkan skor terendah yaitu pada interval 0 – 10. Skor terbanyak berada pada
interval 41 – 50 yaitu 8 siswa atau sebesar 40 %, dan skor tertinggi berada pada
interval 51 – 61 sebanyak 2 siswa atau sebesar 10 %.
Hasil pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam bentuk
pemusatan data berupa rata-rata (mean), nilai tengah (median), skor terbanyak
yang diperoleh siswa (modus) dan standar deviasi, dapat dilihat pada tabel dan
diagram di bawah ini.2
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Hasil Pretest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No. Interval
Frekuensi
Kelompok
Eksperimen
Persentase
(%)
Frekuensi
Kelompok
Kontrol
Persentase
(%)
1 0 - 10 1 5 % 2 10 %
2 11 - 20 0 0 % 4 20 %
3 21 - 30 2 10 % 0 0 %
4 31 - 40 3 15 % 4 20 %
5 41 - 50 8 40 % 8 40 %
6 51 - 61 6 30 % 2 10 %
Jumlah (Σ) 20 100 % 20 100 %
2 Perhitungan lengkap dapat dilihat di lampiran C.1.2.
65
Adapun distribusi frekuensi hasil pretest kelompok eksperimen dan
kontrol terlihat pada diagram dibawah ini adalah:
Gambar 4.2. Diagram Batang Pemusatan Data Hasil Pretest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan tabel dan diagram batang di atas, pemusatan data hasil pretest
untuk kelompok eksperimen yaitu: skor terbesar 61 dan skor terkecil 0, rata-rata
(mean) sebesar 44,35, median sebesar 39,5, modus sebesar 46 dan standar deviasi
sebesar 12,96. Untuk kelompok kontrol diperoleh skor terbesar 52 dan skor
terkecil 10, rata-rata (mean) sebesar 31,65, median sebesar 17,5, modus sebesar
21,6 dan standar deviasi sebesar 10,94.
2. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Dari hasil perhitungan posttest kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol yang terdiri dari 38 siswa, diperoleh data dalam bentuk diagram batang
sebagai berikut: 3
3 Perhitungan lengkap dapat dilihat di lampiran C.1.3.
66
Gambar 4.3. Diagram Batang Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Berdasarkan diagram batang di atas, hasil posttest untuk kelompok
eksperimen yaitu: sebanyak 1 siswa atau sebesar 5% mendapatkan skor terendah
pada interval 13 – 26. Skor terbanyak berada pada interval 69 – 82 yaitu 9 siswa
atau sebesar 45%, dan skor tertinggi berada pada interval 83 – 98 sebanyak 5
siswa atau sebesar 25%. Untuk kelompok kontrol, sebanyak 2 siswa atau sebesar
10% mendapatkan skor terendah yaitu pada interval 13 – 26. Skor terbanyak
berada pada interval 69 – 82 yaitu 10 siswa atau sebesar 50%, dan skor tertinggi
berada pada interval 83 – 98 sebanyak 1 siswa atau sebesar 5%.
Hasil posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam bentuk
pemusatan data berupa rata-rata (mean), nilai tengah (median), skor terbanyak
yang diperoleh siswa (modus) dan standar deviasi, dapat dilihat pada table dan
diagram batang di bawah ini.4
4 Perhitungan lengkap dapat dilihat di lampiran C.1.4.
67
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No. Interval
Frekuensi
Kelompok
Eksperimen
Persentase
(%)
Frekuensi
Kelompok
Kontrol
Persentase
(%)
1 13 - 26 1 5% 2 10%
2 27 - 40 0 0% 2 10%
3 41 - 54 0 0% 2 10%
4 55 - 68 5 25% 3 15%
5 69 - 82 9 45% 10 50%
6 83 - 98 5 25% 1 5%
Jumlah (Σ) 20 100% 20 100%
Adapun distribusi frekuensi hasil pretest kelompok eksperimen dan
kontrol terlihat pada diagram dibawah ini adalah:
Gambar 4.4. Diagram Batang Pemusatan Data Hasil Posttest Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Dari tabel dan diagram batang di atas, pemusatan data hasil posttest untuk
kelompok eksperimen yaitu: skor terbesar 98 dan skor terkecil 35, rata-rata
(mean) sebesar 75,1, median sebesar 76,5, modus sebesar 85,95 dan standar
deviasi sebesar 13,16. Untuk kelompok kontrol diperoleh skor terbesar 83 dan
68
skor terkecil 20, rata-rata (mean) sebesar 59,4, median sebesar 69,08, modus
sebesar 70,11 dan standar deviasi sebesar 12,07.
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi pemusatan data hasil pretest dan
posttest kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Pretest – Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai Tertinggi 61 98 52 83
Nilai Terendah 0 61 20 20
Mean 44,35 75,1 31,65 59,4
Median 39,5 76,5 17,5 69,08
Modus 46 85,95 21,6 70,11
Standar Deviasi 13,80 12,68 11,14 9,88
3. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Tes
Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilaksanakan pengujian
prasyarat analisis data berupa uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
dari penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan uji Chi-Kuadrat pada taraf signifikansi 0,05, kriterianya adalah :
X2 hitung ≤ X
2 tabel : Ho diterima
X2 hitung > X
2 tabel : Ho ditolak
Dengan diterimanya Ho berarti data penelitian berdistribusi normal,
sedangkan jika Ho ditolak berarti data penelitian tidak berdistribusi normal. Hasil
pengujian normalitas pretest dan posttest kedua sampel penelitian dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.5
5 Perhitungan lengkap uji normalitas dapat dilihat pada lampiran C.2.
69
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kontrol
Statistik Eksperimen Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
N 20 20 20 20
X 44,35 75,1 31,65 59,4
S 12,96 13,16 10,94 12,07
χ2 hitung 9,12 5,33 9,18 4,052
χ2 tabel 9,488 9,488 9,488 9,488
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal
Dari tabel Hasil uji normalitas di atas dapat disimpulkan bahwa data hasil
pretest maupun posttest kedua kelompok berdistribusi normal karena memenuhi
kriteria yaitu χ2 hitung < χ
2 tabel.
b. Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel kelompok dinyatakan berdistribusi normal,
selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas. Pengujian homogenitas dilakukan
untuk mengetahui apakah data penelitian memiliki varians yang homogen atau
tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan berdasarkan uji kesamaan
varians kedua kelas, menggunakan uji Fisher pada taraf signifikansi 0,05 dengan
kriteria pengujian yaitu: jika Fhitung < Ftabel maka data dari kedua kelompok
mempunyai varians yang sama atau homogen. Hasil uji homogenitas pretest dan
posttest kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah in:
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest – Posttest
Statistik Pretest Posttest
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
S2
167,96 119,68 173,18 145,68
F hitung 1,403 1,188
F table 1,79 1,79
Kesimpulan Homogen Homogen
Dari tabel di atas, untuk data pretest didapat Fhitung = 1,79 dan data posttest
didapat Fhitung = 1,188, sedangkan Ftabel = 1,79. Dari kedua data tersebut
70
dadapatkan Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa data dari kedua sampel
tersebut mempunyai varians yang sama atau homogen.6
4. Hasil Pengujian Analisis Data Tes
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis data, diketahui bahwa data kedua
kelompok pada penelitian ini berdistribusi normal dan homogen, sehingga
pengujian data pretest dan posttest kedua kelas dapat diteruskan pada analisis data
berikutnya, yaitu uji hipotesis menggunakan uji “t” dengan kriteria pengujian
sebagai berikut:
Jika thitung < ttabel : Ho diterima, Ha ditolak
Jika thitung > ttabel : Ho ditolak, Ha diterima
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh thitung untuk nilai pretest sebesar
1,15 dan thitung nilai posttest sebesar 1,78. Pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = 38,
diperoleh nilai ttabel = 1,6681. Berikut adalah tabel pengujian hipotesis hasil
pretest dan posttest.
Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Data Pretest dan Posttest7
Statistik Pretest Posttest
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
N 20 20 20 20
X 44,35 31,65 75,1 59,4
S2 167,96 119,68 173,18 145,68
thitung 1,15 1,78
ttabel 1,6681 1,6681
Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan Terdapat perbadaan
Dari tabel di atas, pada nilai pretest tampak bahwa nilai thitung < ttabel yaitu
1,15 < 1,6681 sehingga hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha)
ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil pretest kelas VII.D sebagai kelompok eksperimen dan kelas VII.T
sebagai kelompok kontrol. Dengan demikian, kedua kelas memiliki kemampuan
yang homogen dan kedua kelas ini layak dijadikan sebagai sampel penelitian.
Berbeda dengan hasil perolehan pretest, nilai posttest kedua kelompok
setelah diberikan perlakuan yang berbeda tampak bahwa nilai thitung > ttabel, yaitu
6 Perhitungan lengkap uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran C.3.
7 Perhitungan lengkap uji hipotesis dapat dilihat pada lampiran C.4.
71
1,78 > 1,6681 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha)
diterima. Dengan diterimanya Ha pada pengujian hipotesis posttest tersebut,
berarti rata-rata hasil belajar fisika kelas eksperimen lebih baik daripada rata-rata
hasil belajar fisika kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini dapat menguji kebenaran hipotesis yaitu terdapat pengaruh yang
signifikan pada penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
terhadap hasil belajar fisika.
5. Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan observasi
langsung terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Oleh karena itu, semua
indikator yang diobservasi dalam penelitian ini dikembangkan dari setiap aspek
yang terdapat dalam pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
diantaranya yaitu mengaitkan, mengalami, menerapkan, kerjasama dan
mentransfer. Berikut ini adalah rekapitulasi hasil analisis data observasi aktivitas
siswa.8
Tabel 4.8 Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa
No. Aspek CTL
Memenuhi
Pertemuan Ke- Rata-rata Kategori
1 2
1. Mengaitkan 71,8% 78,12% 74,96% Baik
2. Mengalami 70,83% 64,58% 67,70% Cukup
3. Menerapkan 93,75% 79,16% 86,45% Baik Sekali
4. Kerjasama 74,98% 85,93% 80,45% Baik Sekali
5. Mentransfer 56,25% 62,5% 59,37% Cukup
Presentase Rata-rata Aspek Contextual Teaching
and Learniang (CTL) 73,78
Baik
Tabel di atas menunjukkan persentase ketercapaian aktivitas siswa pada
setiap aspek Contextual Teaching and Learning (CTL) berdasarkan hasil
observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencapai rata-
rata ketercapaian sebesar 73,78% yaitu memiliki kategori baik. Dari hasil
observasi tersebut, ada beberapa aspek Contextual Teaching and Learning (CTL)
8 Perhitungan lengkap hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran C.5.
72
yang berada di atas rata-rata yaitu aspek mengaitkan, menerapkan, dan kerjasama.
Aspek Contextual Teaching and Learning (CTL) yang di bawah rata-rata yaitu
aspek mengalami dan mentransfer, akan tetapi kedua aspek memiliki kategori
cukup. Dengan demikian, penerapan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) telah memunculkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berupa aspek menerapkan, mengalami, mengaitkan, kerjasama, dan mentransfer.
B. . Pembahasan
Berdasarkan analisis data nilai posttest menggunakan uji t, diperoleh hasil
thitung lebih besar dari ttabel yaitu 1,78 > 1,6681. Hal ini menunjukkan bahwa rata-
rata skor hasil belajar fisika pada kelompok eksperimen yang menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih tinggi daripada
kelompok kontrol yang menggunakan metode demonstrasi. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar fisika.
Pencapaian hasil belajar tersebut didukung pula berdasarkan hasil
observasi aktivitas siswa pada setiap aspek Contextual Teaching and Learning
(CTL). Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) telah
memunculkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berupa aspek
mengaitkan, mengalami, menerapkan, kerjasama, dan mentransfer. Berdasarkan
hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran, dapat dikatakan bahwa rata-
rata ketercapaian aktivitas siswa pada aspek Contextual Teaching and Learning
(CTL) mencapai 73,78%, yaitu memiliki kategori baik.
Dari data hasil observasi tersebut, indikator siswa aktif mencapai 73,78%.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa terlibat secara aktif dalam
mengaitkan selama proses pembelajaran berlangsung dengan kehidupannya
sehari-hari. Siswa mengaitkan keterlibatan dalam kegiatan eksperimen,
mendiskusikan hasil eksperimen, dan pengisian lembar kerja siswa (LKS). Selain
itu, siswa beserta kelompoknya, mendemonstrasikan, dan mempresentasikan hasil
kegiatan eksperimennya di depan kelas. Dengan mengaitkan siswa dituntut untuk
mengalami sebuah proses keterlibatan menemukan sebuah materi yaitu dengan
73
pengalaman langsung dan siswa dapat menemukan sebuah hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata.9
Berbeda dengan pencapaian skor pada aspek mentransfer, pencapaian
aspek ini siswa masih di bawah rata-rata yaitu hanya 59,37%, akan tetapi
memiliki kategori cukup. Keadaan tersebut dikarenakan siswa belum terbiasa
membuat atau menciptakan pengetahuannya dengan fokus pada pemahaman yang
di dapat tetapi siswa selalu terbiasa untuk menghafal suatu kejadian yang telah
dialaminya sendiri jadi mengakibatkan pembelajaran bukanlah sesuatu yang baru.
Siswa juga belum terbiasa untuk mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan
dengan fisika atau menghubungkan kejadian sehari-hari maupun fenomena alam
dengan fisika.
Keadaan yang sama terjadi pada indikator pengalaman siswa, pencapaian
aspek ini siswa masih di bawah rata-rata yaitu 67,70%, akan tetapi memiliki
kategori cukup. Hal ini terjadi karena sebagian siswa belum terbiasa
memunculkan kreativitas dalam berfikir berupa pengungkapan gagasan yang telah
dialaminya dalam kehidupan sehari-hari dan pemecahan masalah yang bervariasi.
Akan tetapi hampir setiap siswa telah menunjukkan kekreatifan dalam berbuat,
yang ditunjukan dengan kegiatan merancang dan mengembangkan alat-alat dalam
setiap eksperimen.
Untuk indikator kerjasama mencapai skor 80,45% atau baik sekali, hal
tersebut menunjukkan bahwa siswa dapat mengikuti proses pembelajaran seperti
apa yang diharapkan, seperti : memahami tujuan pembelajaran, memahami dan
melaksanakan instruksi guru, memanfaatkan waktu dengan baik dan tidak banyak
bercanda/bersantai, mencatat atau mendokumentasikan hal-hal penting tentang
konsep fisika yang sedang dipelajari, memperhatikan dan mendengarkan
penjelasan guru maupun pendapat orang lain, dan secara bertanggung jawab dapat
mengumpulkan dan menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu. Semua itu
adanya kerja sama antara murid dengan murid dan murid dengan guru.
9 Dodi Hermana,Contextual Teaching and Learning:Menyusun Model Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL). (Garut: Rahayasa Research and Training, 2010), hal.59.
74
Aspek terakhir yaitu menerapkan, mencapai skor 86,45% termasuk
kategori baik sekali. Selama pembelajaran, siswa menunjukkan ekspresi wajah
ceria dan tidak tegang seperti berani berbuat dan mencoba, serta berani dalam
melakanakan instruksi guru.10
Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia
melakukan kegiatan pemecahan masalah. Siswa menunjukkan sikap tubuh dan
ketertarikan untuk terlibat dalam proses pembelajaran, terkesan dan senang
selama proses pembelajaran yang mereka alami, sehingga merasa ketagihan untuk
belajar.semua itu karena adanya pengaruh dari seorang guru yang selalu
memberikan sebuah motivasi kepada siswa dengan memberikan latihan yang
realistik dan relevan.11
Penerapan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning
i(CTL) ini dapat memberikan peluang kepada siswa untuk mengonstruksi
pengetahuannya sendiri dan terlibat langsung selama proses pembelajaran. Siswa
diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengemukakan pertanyaan maupun
mengutarakan pendapatnya tanpa tekanan dari siapapun termasuk guru. Siswa
juga diberi kesempatan untuk bekerja seperti ilmuwan yakni melakukan
eksperimen, menyimpulkan, mendemonstrasikan, dan mengkomunikasikan hasil
eksperimen. sehingga proses pembelajaran yang dialami siswa akan lebih
bermakna.
Karena tujuan utama dari pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat
hubungan anatar pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Siswa dapat menghubungkan pelajaran yang
mereka pelajari dengan kondisi nyata mereka sehari-hari. Siswa dengan sadar
akan menegerti apa makna hidup belajar tersebut, mereka akan sadar bahwa yang
mereka peajari berguna bagi kehidupan nanti. Belajar akan lebih bermakna jika
siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan semata-mata mengetahuinya
10
Dokumentasi penelitian dapat dilihat di lampiran C.7. 11
Dodi Hermana,Contextual Teaching and Learning:Menyusun Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL). (Garut: Rahayasa Research and Training,
2010), hal.62
75
saja.12
Siswa yang mengaitkan pelajaran dengan dunia mereka sehari-hari
menjadi siswa yang dinamis. Mereka berada dalam posisi untuk menanyakan
pertanyaan-pertanyaan yang bermutu dan menjawabnya dengan cara yang dapat
mengubah dunia mereka.13
Pada pembelajaran tersebut, guru tidak mendominasi aktivitas
pembelajaran, tetapi hanya sebagai fasilitator, mediator, memonitor, dan
mendorong pengembangan setiap individu di dalam kelas. Sesuai dengan
(Depdiknas, 2002:4) guru hanya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan
menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Guru hanya dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu siswa mencapai
tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakn agar siswa sendrir
yang memanjat tangga tersebut.14
Dari penjelasan-penjelasan di atas menunjukkan bahwa penerapan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) memberikan peluang besar
kepada siswa untuk terlibat langsung atau aktif selama pembelajaran. Akibat
adanya pembelajaran mengalami sendiri, mengkonstruk pengalamannya, aktif,
menumbuhkan kreativitas dan inovasi siswa, siswa berani mencoba dan berbuat,
terkesan dan senang selama proses pembelajaran, dan merasa ketagihan untuk
belajar, sehingga pembelajaran mencapai tujuan yang ditetapkan dan hasil belajar
fisika mencapai hasil yang maksimal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan Contextual
Teaching and learning (CTL) merupakan suatu keharusan dalam setiap
pembelajaran. Selain itu, berdasarkan penelitian lain yang relevan yang telah
dipaparkan di kajian teori, serta berdasarkan perhitungan analisis data dan hasil
observasi aktivitas siswa pada setiap aspek Contextual Teaching and Learning
(CTL), telah terbukti bahwa penerapan pembelajaran ini memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa.
12
Ibid., hal.73-74 13
Elain B.Johnson. CTL Contextual teaching and learning: menjadikan kegiatan-belajar mengajar
mengasyikkan dan bermakna, (Bandung: kaifa learning.2010), hal.148 14
Dodi Hermana,Op.Cit,. hal 58
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
terhadap hasil belajar fisika pada konsep wujud zat. Rata-rata hasil belajar fisika
siswa pada konsep wujud zat yang diajarkan dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan
menggunakan metode demonstrasi. Dengan diperkuat hasil observasi aktivitas
siswa yang mencapai rata-rata 73,78%, yaitu memiliki kategori baik.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :
1. Sebaiknya pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih
baik diterapkan pada awal pelajaran. Agar pelaksanaan pembelajaran di
kelas dapat berjalan dengan baik dan efektif.
2. Adanya penelitian lebih lanjut mengenai penerapan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) untuk mengetahui sejauh mana
perkembangan pencapaian hasil belajar fisika siswa pada konsep lain atau
menggunakan metode lain yang setara dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) seperti Talented and Gifted Program
(TAG).
75
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Ipa Melalui
Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching Learning (CTL) Pada
Siswa Kelas IISD.http://techonly13.wordpress.com/2009/12/07/proposal-
penelitian-tindakankelas-2/.(18 September 2010: 20.35)
Anonim, Pengertian dan definisi hasil belajar
.http://yogapw.wordpress.com/2010/08/13/pengertian-belajar/(18
September 2010: 20.39)
Anonim, Peningkatan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal melalui
implementasi pembelajaran kooperatif
(http://techonly13.wordpress.com/2010/08/08/meningkatkan-hasil-
belajar-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-soal-melalui-implementasi-
pembelajaran-kooperatif-dengan-tutor-sebaya/) (18 September 2010:
20.35)
Anonim, Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis
Contextual Teaching And Learning (CTL) Dibanding Model
Pembelajaran CTL terhadap Hasil Belajar Siswa
http://pinggiralas.blogspot.com/2010/06/keefektifan-model-
pembelajaran.html
Anonim,Pengertian dari belajar dan pembelajaran.
http://agungmaul.blogspot.com/2010/09/hubungan-prilaku-siswa-smp-
dan-sma.htm. (18 September 2010: 20.35)
Anonim,http://ahmadefendy.blogspot.com/2010/08/pengertian-hasil-belajar.html
(18 September 2010: 20.35)
Anonim,http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-
definisi.html. 18 September 2010 20.36
Anonim,Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL)
http://techonly13.wordpress.com/2009/08/26/pembelajaran-kontekstual/
A.Black, James dan Dean J Champion. Metode dan masalah penelitian sosial.
(Bandung: Rafika offset)
Alfu Laila, Noor. Skripsi Pengaruh Pendekatan CTL (Contextual Teaching And
Learning) Terhadap Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa
Indonesia Siswa Kelas IV SD.(Cakrawala Pendidikan, November 2009,
Th. XXVIII, No. 3.STAI AL-JAMI Banjarmasin.)
Ariani, Wirahayu, Yuswayanti.dkk. Peningkatan pemahaman geografi dengan
strategi pembelajaran dengan berbasis masalah dalam kerangka
kurikulum
Arikunto, Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), ed. Revisi, cet. 8
Arikunto, Suharsimi. Prof. Dr. Prosedur Penelitian : suatu pendekatan praktik
Jakarta: Rineka cipta.edisi revisi VI cetakan ke-13.2006)
Aunurrahman, Dr.Belajar dan Pembelajaran.(Bandung:Alfabeta,2009)
Bagus putu Arnyana, Ida. Pengaruh penerapan model berdasarkan masalah dan
model pengajaran langsung dipandu strategi kooperatif terhadap hasil
76
belajar biologi siswa SMA.Jurusan pendidikan biologi Fakultas
pendidikan MIPA (Jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri
Singaraja, No.4 Th XXXIX, Oktober 2006)
Bagus putu Arnyana, Ida. Penerapan model PBL pada pelajaran biologi untuk
meningkatkan kompetensi dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X
SMA Negeri 1 Singaraja tahun pelajaran 2006/2007.(Jurusan
Pendidikan biologi fakultas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha
.Jurnal pendidikan dan pengajaran UNDIKSHA No. Th. XXXX April
2007)
Basrowi, dkk. Pengembangan pendidikan kesehatan reproduksi melalui komik
pembelajaran untuk siswa pendidikan dasar di Jawa Timur. . (Jurnal
penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni 2007)
Chotimah, Khusnul. Dkk Peningkatan proses dan hasil belajar biologi dalam
pendekatan kontekstual melalui model pembelajaran think-pair-shared
pada peserta didik kelas X-6 SMA Laboratorium UN Malang. . (Jurnal
penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni 2007)
David R. Krathwohl, A Revision of Bloom’s Taxonomy, An Overview (Ohio:
Theory Into Practice, vol 41 number 4 : 2002)
Davis, Julie . Exploring Staff Perceptions: Early Childhood Teacher Educators
Examine Online Teaching and Learning Challenges and Dilemmas.(
Centre of Learning Innovation Queensland University of Technology
Kelvin Grove & Brisbane, Australia: International Journal for the
Scholarship of Teaching and Learning)
Efendi,Ahmad. Artikel pendidikan: Hasil Belajar
(http://ahmadefendi.blogspot.com/search/label/artikelpendidikan)(18
September 2010: 20.39)
Emzir, Prof. Dr. M.Pd. Metodologi penelitian pendidikan kuantitatif dan
kualitatif. (Jakarta: PT Raja grafindo persada.2008)
Gita, I Nyoman.Implementasi Pendekatan Kontekstual Berbantuan LKS untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa kelas II SLTP 4
Singaraja,(Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja,
No.1 TH XXXVIII Januari 2005)
Hidayah, Nur, dkk. Aplikasi pembelajaran kolaboratif berbasis assessment otentik
untuk meningkatkan pembelajaran PSKn kelas VII di SD Sabilillah,
Malang. . (Jurnal penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni 2007) Hermana, Dodi. Contexstual Teaching and Learning:Menyusun Model Pembelajaran
Contexstual Teaching and Learning (CTL). (Garut: Rahayasa Research and
Training, 2010) Indra,Hasil Belajar (Pengertian dan efinisi).
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasilbelajarpengertiandandefi
nisi.html
Ingrid Schudel, Cheryl le Roux, Heila Lotz-Sisitka, Callie Loubser, Rob
O’Donoghue and Tony Shallcross. Contextualising learning in Advanced
Certificate in Education (Environmental Education) courses:
synthesising contexts and experiences. (South African Journal of
Education)
77
Johnson, Elain B. CTL Contextual teaching and learning: menjadikan kegiatan-belajar
mengajar mengasyikkan dan bermakna, (Bandung: kaifa learning.2010) Kasiram, Moh.Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan
Penguasaan Metodologi Penelitian (Malang: UIN Malang Press, 2008),
cet. 1
Kusuma Wardani, Anggun.Sebuah skripsi “Pelaksanaan Pembelajaran
Kontekstual Oleh Guru PKn Di SMA Negeri I Banjarnegara”. (Jurusan
hukum dan kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang 2007)
Kruizenga, Teresa M. Teaching Somali Children: What Perceived Challenges Do
Somali Students Face in the Public School System.( University of
Wisconsin – River Falls USA : International Journal of Education ISSN
1948-5476 2010, Vol. 1, No. 1: E12)
Lie, Anita. Cooperatif learning: mempraktikan kooperatif learning di dalam
kelas. (Jakarta: PT Gramedia widiasarana Indonesia.cet. 8.2008)
Mahanal, Susriyati.dkk. Penerapan pembelajaran berdasarkan masalah dengan
strategi kooperatif model STAD pada mata pelajaran sains untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V MI Jendral
Malang. (Jurnal penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni 2007).
Maidiyah,Erni. Dra. M.Pd, Pembinaan Guru SD dalam penerapan Pendekatan
Pembelajaran CTL di Kecamatan Darussalam Aceh Besar, (Program
IPTE: Kegiatan Pengabdian kepada Mesyarakat Tahun V No.12,2006)
Mawartiningsih, Lilik. Pengaruh Metode Mengajar CTL dan Gaya Kognitif
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Bidan Study Biologi Kelas 1 Semester
II di SMPN 1 Plumpang dan SMP PGRI 3 Tuban dalam Pokok Bahasan
Ekosistem,( ISSN, UNIROW Tuban:2001)
Muchlis, Mansur. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,
Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, (Jakarta:
Sinar Garafika Ofset, 2008)Cet.4
Munandar, S.Pd, M.Si, Guru professional, Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru.
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007)
Pribadi,dkk. Kualitas pelaksanaan pembelajaran pada program study pendidikan
teknik bangunan (PTB) jenjang S-1 jurusan teknik sipil fakultas teknik
universitas negeri malang. (Jurnal penelitian kependidikan tahun 17 No.1
Juni 2007)
Qohar, Abd.dkk. Upaya meningkatkan kemampuan bernalar mahasiswa dalam
pembelajaran pemprograman computer melalui pendekatan pemecahan
masalah. (Jurnal penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni 2007)
Ripandelli, April M. Contextual Teaching & Learning.( Emerson Elementary
School Special Education Department: Contextual Teaching of Social
Skills/Journal Writing)
Sahertian, Piet. A. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya: Usaha
Nasional, 1981), h. 55-56.
Sanjaya, Wina Dr. M.Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, (Jakarta:Pranada Media Group.2008)
78
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana,
2008), ed. 1, cet. 1
Singarimbun, Masri dan Sofian effendi. Metode Penelitian survai. (Jakarta:
LP3ES.1989).
Suastra, I Wayan. Implementasi Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran
Sains Sebagai Upaya Pengembangan Kecakapan Hidup Siswa di SD
Laboratorium IKIP Negeri Singaraja, (Jurnal Pendidikan dan pengajaran
IKIP Negeri Singaraja No.2 Tahun. XXXVIII april 2005)
Subana M. dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia,
2001), cet. 1
Sudiana, I Ketut. Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan
Pembelajaran Kooperatif pada Pembelajaran Kimia dan Pencemaran
Lingkungan, (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No.2 TH.
XXXX april 2007)
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999), cet. 13, h. 30.
Sugiyono, Prof. Dr. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan kuantitatif,
Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta.2008)
Sumadi, I Made.Pengaruh penerapan pendekatan kontekstual terhadap
kemampuan penalaran dan komunikasi Fisika siswa,(Jurnal pendidikan
dan pengajaran IKIP singaraja NO.1 TH.XXXVIII Januari 2005)
Suparno, Paul. Metodologi Pembelajaran Fisika: Kontruktivistik dan
menyenangkan. (Yogyakarta: Universitas sanata dharma.2007)
Trianto, M.Pd, Pendekatan-pendekatan Pembelajaran inovatif Berorientasi
Kontruktivistik,(Jakarta Press.2007)
Trianto, S.Pd., M.Pd. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi
konstruktivistik: konsep, landasan teoritis-praktis dan implementasinya,
(Jakarta: Prestasi pustaka publisher.2007)
Udin Saepudin sa’ud, Ph.d, Inovasi Pendidikan., (bandung:Alfabeta.2008)
Untari, Sri, dkk. Penerapan pembelajran deep dialogue critical thinking dalam
PKn untuk meningkatkan aktivitas, kreativitas, dan rasa senang siswa SD
sriwedari Malang. . (Jurnal penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni
2007).
Winograd, Peter. Preparing Teachers to Use Contextual Teaching and Learning
Strategies To Improve Student Success In and Beyond School.
(University of Michigan: A Commissioned Paper for the U.S.
Department of Education Project)
Wong Sek Khin, Edward. The Role of Reflective Practitioner Heuristic Inquiry in
Institutional learning and Research.( Faculty of Business & Accountancy
University of Malaya, Malaysia : International Journal of Education
ISSN 1948-5476 2010, Vol. 2, No. 1: E6)
Lampiran A.1 : Instrumen Tes (Hasil Belajar)
1. Kisi-kisi Instrumen Tes (Hasil Belajar)
2. Kisi-kisi Instrumen Tes Per Indikator
3. Soal Uji Coba Instrumen Tes
4. Kunci Jawaban Instrumen Test
5. Perhitungan Uji Validitas Instrumen Tes
6. Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Tes
7. Perhitungan Taraf Kesukaran Instrumen Tes
8. Perhitungan Daya Pembeda
9. Rekapitulasi Hasil UJi Coba Instrumen Tes
10. Soal Instrumen Tes Yang Dipakai Dalam Penelitian
11. Kunci Jawaban
Lampiran A.2 : Instrumen Non Tes
1. Kisi-kisi Instrumen Non Tes (Observasi Aktivitas Siswa)
2. Angket tentang Persespsi Siswa Terhadap Pembelajaran
Fisika
LAMPIRAN A
INSTRUMEN PENELITIAN
KISI-KISI INSTRUMEN TES
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Mata Pelajaran/kelas : Fisika/ VIII
Jumlah Soal : 40 Butir
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi
Dasar Uraian materi Indikator
Nomor soal dan aspek yang diukur Jumlah
soal Pengetahuan
(C1)
Pemahaman
(C2)
Penerapan
(C3)
Analisis
(C4)
Menyelidiki
sifat-sifat zat
berdasarkan
wujudnya dan
penerapannya
dalam
kehidupan
sehari-hari
Wujud zat Menyelidiki perubahan wujud
suatu zat 1,2 3,4 5,6 7 7
Menafsirkan gaya tarik antar
partikel pada berbagai wujud zat
melalui penalaran
8 9,10 11,12 13,14 7
Membedakan kohesi dan adhesi
berdasarkan pengamatan 15 16,17 18,19 20 6
Mengaitkan peristiwa kapilaritas
dalam peristiwa kehidupan sehari-
hari
21,22 23 24,25 26 6
Mendeskripsika
n konsep massa
jenis dalam
kehidupan
sehari-hari
Massa Jenis Menjelaskan dari hasil percobaan
bahwa massa jenis adalah salah
satu ciri khas suatu zat
27 28,29 30,31 32,33 7
Menghitung massa jenis suatu zat
dan Menggunakan konsep massa
jenis untuk berbagai penyelesaian
massalah dalam kehidupan sehari-
hari
34,35 36,37 38,39 40 7
Jumlah 9 11 12 8 40
Lampiran A.1.1
81
KISI-KISI INSTRUMEN TES PER INDIKATOR
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Mata Pelajaran/kelas : Fisika/ VII
Jumlah Soal : 40 butir
Bentuk Soal : Pilihan ganda
Materi Pokok : Wujud Zat dan Perubahannya
Standar
Kompetensi /
Kompetensi dasar
Konsep Indikator soal Butir soal Jawaban
Aspek
yang di
ukur
3. Memahami
wujud zat dan
perubahannya
3.1. Menyelidiki
sifat-sifat zat
berdasarkan
wujudnya dan
penerapannya
dalam
kehidupan
sehari-hari
Perubahan wujud
zat
Menjelaskan proses
perjalanan
perubahan wujud
zat
1. Perhatikan bagan perubahan wujud zat berikut….
Perubahan wujud yang ditunjukkan no 2,4 dan 6 berturut-turut adalah
a. mencair, menguap, menyublin
b. menyublin, mengembun, membeku
c. menguap, menyublin, membeku
d. mengembun,menyublin,mencair.
D C1
Menyebutkan
pengertian dari
suatu zat terkecil
2. Bagian terkecil suatu zat yang masih bisa diuraikan dan masih
mempunyai sifat aslinya….
a. partikel atau molekul c. unsur
b. atom d. inti atom
C C1
Sifat-sifat zat Mencirikan sifat-
sifat zat padat, cair
dan gas
3. Perhatikan gambar!
D C2
Lampiran A.1.2
82
Berdasarkan susunan partikelnya, benda yang bentuk dan volumenya
dapat berubah ditunjukkan oleh nomor….
a. 1 dan 2 c. 1 dan 3
b. 2 dan 3 d. hanya 3
Menjelaskan sifat-
sifat zat padat, cair
dan gas.
4. Pada gambar terlihat balon yang kempis lebih ringan. Percobaan ini
menunjukkan bahwa ….
a. udara merupakan zat alir
b. udara menempati ruang
c. udara mempunyai massa
d. keseimbangan balon terganggu
C C2
Meramalkan suatu
pembuktian zat
dapat menempati
ruangan
5. Salah satu cara membuktikan bahwa zat menempati ruangan adalah….
a. menentukan beratnya dengan timbangan
b. menimbang dengan alat ukur timbangan
c. dimasukkan kedalam benda lain
d. dimasukkan kesuatu tempat
D C3
Mencontohkan
terjadinya
perubahan wujud
suatu zat.
6. Perhatikan peristiwa berikut ini!
(1) Pakaian yang basah apabila di jemur di bawah cahaya matahari dapat
kering.
(2) Pada pagi hari titik-titik air menempel pada ujung daun.
(3) Mengecilnya ukuran kapur barus yang disimpan dalam lemari
pakaian.
(4) Proses peleburan logam dengan suhu tertentu.
Peristiwa menyublim ditunjukkan pada nomor ….
a. (1) b. (3)
b. (2) c. (4)
C C3
83
Mencontohkan
terjadinya
perubahan wujud
suatu zat.
7.
Perubahan wujud zat yang melepaskan kalor pada diagram di atas
ditunjukkan oleh nomor ….
a. 1 dan 2 c. 1 dan 4
b. 2 dan 3 d. 3 dan 4
D
C4
Menunjukkan
susunan dan gerak
partikel pada
berbagai wujud zat
melalui penalaran.
8. Bau parfum memenuhi ruangan. Hal ini menunjukan bahwa ….
a. gas tersebar c. gas memenuhi ruangan
b. gas adalah zat ringan d. parfum cair diubah menjadi gas C C1
Susunan dan
gerak parikel
pada berbagai
wujud zat
Mencirikan susunan
dan gerak partikel
pada berbagai
wujud zat melalui
penalaran.
9. Perhatikan ciri-ciri zat di bawah ini!
1) Jarak antarpartikelnya saling berdekatan
2) Gaya tarik antarmolekulnya kuat
3) Partikel-partikelnya bergerak bebas
4) Bentuknya tetap
5) Volumenya tetap
Ciri-ciri zat padat ditunjukkan oleh nomor …...
a. 1, 2, 3, dan 5 c. 2, 3, 4, dan 5
b. 1, 3, 4, dan 5 d. 1, 2, 4, dan 5
D C2
Menjelaskan
susunan dan gerak
partikel pada
berbagai wujud zat
melalui penalaran.
10. Gas memiliki volume yang berubah-ubah, sebab ….
(1) Jarak antara partikel-partikelnya berdekatan.
(2) Gaya tarik-menarik antarpartikelnya lemah.
(3) Gaya tarik-menarik antarpartikelnya kuat.
(4) Partikel-partikelnya bergerak bebas.
Pernyataan yang benar adalah ….
a. (1), (2), dan (3) c. (2) dan (4)
b. (1) dan (3) d. (4)
C C2
Menerapkan ciri-
ciri zat cair pada
raksa
11. Raksa termasuk zat cair karena memiliki ciri-ciri…
a. bentuk tetap, volume tetap
b. bentuk tetap, volume tidak tetap
c. bentuk tidak tetap, volume tetap
d. bentuk dan volume tidak tetap
A C3
PADAT CAIR GAS
1 2
4 3
84
Menjelaskan
keadaan partikel
suatu zat cair
12. Partikel zat cair keadaanya….
a. tersusun rapi, berdekatan, tarik menarik, kuat dan bergetar.
b. tak teratur, agak berjauhan, tarik menariknya lemah dan bergerak.
c. sangat tak teratur, sangat berjauhan, tidak ada tarik menarik dan
gerakannya lebih cepat.
d. tak teratur, berjauahan, tak ada tarik menarik dan gerakannya cepat.
A
C3
Menganalisis
diagram partikel zat
pada gambar
13. Perhatikan diagram partikel zat, partikel itu terdapat pada…
a. besi dan baja
b. air dan minyak
c. air dan besi
d. baja dan minyak
B C4
Menganalisis
keadaan partikel zat
padat pada gambar
14. Keadaan partikel zat padat pada batu ditunjukkan gambar….
a. b. c. d.
C C4
Kohesi dan
adhesi
Menyebutkan
partikel yang tarik
menarik
15. Tarik menarik antar partikel yang sejenis disebut…
a. swadesi c. adhesi
b. aneksi d. kohesi C C1
Membuktikan
kohesi dan adhesi
berdasarkan
pengamatan.
16. Gambar manakah yang menunjukan permukaan air jika dituang pada
tabung reaksi?
B C2
85
Mencontohkan
kohesi dan adhesi
berdasarkan
pengamatan
17. Perhatikan peristiwa berikut ini!
1. Air di atas daun talas
2. Air di dalam tabung reaksi yang dindingnya diolesi minyak
3. Air di dalam gelas minum
4. Raksa di dalam tabung reaksi
Peristiwa menikus cembung ditunjukkan oleh nomor ….
a. 1 dan 3 c. 2 dan 3
b. 1, 2, dan 3 d. 1, 2, dan 4
D C2
Membedakan
kohesi dan adhesi
berdasarkan
pengamatan.
18. Zat cair dalam gelas yang mempunyai kohesi = adhesi adalah ….
A C3
Membedakan
sebuah diagram
gambar adhesi
terbesar
19. Diagram yang menunjukan adhesi terbesar adalah….
a. b. c. d.
C C3
Menganalisis
terjadinya gaya
kohesi dan adhesi
20. Pada raksa yang dimasukkan ke dalam tabung kaca berlaku….
a. gaya adhesi > gaya kohesi
b. gaya adhesi < gaya kohesi
c. gaya adhesi = gaya kohesi
d. gaya kohesi nol
B C4
Peristiwa
kapilaritas
Mendefinisikan
kapilaritas
21. Kapilaritas adalah….
a. dua buah gaya jika di dekatkan akan tarik menarik
b. dua buah benda jika di dekatkan akan tolak menolak
c. dua buah benda yang bermuatan listrik jika didekatkan akan saling
memberikan gaya
C C1
86
d. dua buah benda jika didiekatkan akan saling diam
Menjelaskan contoh
dari sebuah
kapilaritas yang
terjadi di kehidupan
sehari-hari.
22. Berikut ini merupakan contoh dari kapilaritas, kecuali…..
a. naiknya minyak pada lampu templok
b. naiknya air dalam tembok pada musim hujan
c. naiknya air tanah ke daun pada tumbuhan
d. naiknya minyak pada lampu petromak
C
C1
Menjelaskan proses
dari kapilaritas
23. Daun yang tinggi dapat menerima air dari akar karena proses….
a. kapilaritas
b. bejana berhubungan
c. difusi
d. meniskus
A C2
Mencontohkan
peristiwa kapilaritas
dalam peristiwa
kehidupan sehari-
hari.
24. Perhatikan pernyataan berikut ini!
(1) Naiknya minyak tanah pada sumbu kompor.
(2) Meresapnya air hujan pada dinding rumah.
(3) Naiknya air tanah melalui pompa air.
Pernyataan di atas yang termasuk peristiwa gejala kapilaritas adalah …
a. (1) dan (2) c. (1)
b. (1) dan (3) d. (2) dan (3)
A C3
Menyimpulkan
peristiwa kapilaritas
dalam peristiwa
kehidupan sehari-
hari.
25. Air di dalam gelas menetes keluar melalui kain yang
tercelup sebagian. Hal ini disebabkan oleh ….
a. adhesi lebih kecil daripada kohesi
b. kain memiliki daya hisap yang kuat
c. molekul air berinteraksi dengan molekul kain
d. serat kain berfungsi seperti pipa kapiler
D C3
Menganalisis
gambar bejana
berhubungan yang
terjadi pada raksa
26. Bejana berhubungan yang salah satunya berupa pipa kapiler bila diisi
dengan raksa maka permukaan raksa pada masing-masing adalah….
A C4
3.2. Mendeskripsika
n konsep massa
jenis dalam
Menyebutkan massa
sebuah zat yang
sama
27. Suatu zat sejenis mempunyai massa jenis….
a. sama
b. tidak sama D C1
87
kehidupan
sehari-hari
c. belum tentu sama
d. tergantung volumenya
Massa jesis
sebagai ciri khas
suatu zat
Menyimpulkan
bahwa massa jenis
adalah salah satu
ciri khas suatu zat.
28.
Apabila ukuran dan bentuk wadah sama, maka dari keempat zat
tersebut yang berbeda adalah ….
a. volume dan massa c. volume dan massa jenis
b. massa dan massa jenis d. volume, massa, dan massa jenis
B C2
Mengukur massa
jenis suatu benda
Menyimpulkan
massa jenis suatu
zat dengan
menggunakan
persamaan massa
jenis
29. Grafik hubungan antara massa suatu zat dengan volume ditunjukkan
pada gambar ….
a. c.
b.
d.
A C2
Merumuskan zat-zat
yang tergolong pada
zat padat
30. Diantara zat berikut yang tergolong zat padat adalah…
a. terusi, alkohol, karbit
b. cat, asam sulfat, garam
c. karbit, es, spirtus
d. es, serbuk besi, kapur
D C3
Menganalisis dua
buah benda yang
memiliki nassa jenis
yang sama
31. Pernyataan berikut ini yang benar untuk dua buah benda memiliki
massa jenis yang sama adalah…
a. massa dan volumenya sama tetapi jenisnya berbeda
b. massa dan volumenya sama, tetapi wujudnya berbeda
B C3
88
89
c. massa dan volumenya berbeda, tetapi jenisnya sama
d. massa dan volumenya berbeda, tetapi bentuknya berbeda.
Menganalisis
perbedaan antara
intan dan arang.
32. Intan sulit sekali dipatahkan sedangkan arang sangat mudah di
remukkan, perbedaan ini disebabkan….
a. gaya antar atom dalam arang lebih kuat daripada dalam intan
b. uap air disisi dalam kaca mengalami pengembunan
c. adanya uap air dari luar yang masuk melalui jendela mobil
d. partikel air hujan sangat kecil
A C4
Menganalisis
gambar udara yang
menempati sebuah
ruangan.
33. Gambar ini menunjukan bahwa….
a. udara menempati gelas, sehingga air tidak
masuk ke dalam gelas
b. udara menempati air, sehingga air sulit
masuk kedalam gelas
c. air terhalang udara yang ada di air sehingga
gelas tidak ada air
d. udara ada dimana-mana.
A C4
Meramalkan nilai
massa jenis terbesar
dari nilai massa dan
volume yang
berbeda.
34. Berikut ini yang mempunyai nilai massa jenis terbesar adalah….
a. massa 20 g, volume 10 cm3
b. massa 60 gr, volume 20 cm3
c. massa 150 gr, volume 30 cm3
d. massa 60 gr, volume 6 cm3
D C1
Menghitung massa
jenis suatu zat
dengan
menggunakan
persamaan massa
jenis.
35. Jika massa jenis minyak dalam sistem CGS adalah 0,8 gr/cm³.
Bagaimana massa jenis minyak dalam sistem MKS ….
a. 0,008 kg/m³ c. 800 kg/m³
b. 0,0008 kg/m³ d. 8000 kg/m³ B C1
Menganalisis massa
jenis suatu zat
dengan
menggunakan
persamaan massa
jenis.
36. Sepotong gabus dan besi memiliki massa yang sama. Massa jenis gabus
adalah 240 kg/m³, sedangkan massa jenis besi adalah 7.900 kg/m³.
Dapat disimpulkan bahwa ….
a. volume gabus lebih kecil daripada volume besi
b. volume gabus sama dengan volume besi
c. volume gabus lebih besar daripada volume besi
d. perbandingan volume keduanya tidak dapat ditentukan
C C2
Menghitung massa
jenis suatu zat
dengan
menggunakan
persamaan massa
jenis.
37. Perhatikan gambar di samping!
Apabila massa balok tersebut 0,9 kg, maka
massa jenisnya adalah ….
a. 540 gr/cm³ c. 1,5 gr/cm³
b. 66,6 gr/ cm³ d. 0,14 gr/cm³
C C2
Konsep massa
jenis dalam
kehidupan sehari-
hari
Menghitung konsep
massa jenis untuk
berbagai
penyelesaian
masalah dalam
kehidupan sehari-
hari.
38. Perhatikan gambar!
Berapa nilai X jika kedua gelas ukur
diisi cairan yang sama?
a. 16 gram c. 24 gram
b. 20 gram d. 28 gram
C
C3
Menganalisis
konsep massa jenis
untuk berbagai
penyelesaian
masalah dalam
kehidupan sehari-
hari.
Nama benda Massa jenis (kg/m³)
Tembaga 8,9 × 10³
Perak 10,5 × 10³
Baja 7,5 × 10³
Kaca 3,5 × 10³
39.
Sebuah benda
massanya 21 kg.
Apabila volume benda 2 m³, maka dapat dipastikan benda tersebut
terbuat dari bahan ….
a. perak c. tembaga
b. baja d. kaca
A C3
Menganalisis
konsep massa jenis
untuk berbagai
penyelesaian
40. Seorang pedagang emas menyelidiki salah satu patung emas murni dari
empat buah patung emas yang tersedia. Data terlihat di bawah ini. Jika
massa jenis emas diketahui sama dengan 19.300 kg/m³, maka di antara
patung emas berikut ini manakah yang murni?
Cincin Emas Massa Volume
A 50 gr 965 cm³
B 50 kg 965 cm³
C 965 g 50 cm³
D 965 kg 50 cm³
C C4
90
91
Name :
Grade :
1. Perhatikan bagan perubahan wujud zat
berikut….
Perubahan wujud yang ditunjukkan no 2,4 dan
6 berturut-turut adalah
a. mencair, menguap, menyublin
b. menyublin, mengembun, membeku
c. menguap, menyublin, membeku
d. mengembun,menyublin,mencair.
2. Bagian terkecil suatu zat yang masih bisa
diuraikan dan masih mempunyai sifat aslinya….
a. partikel atau molekul c. unsur
b. atom d. inti atom
3. Perhatikan gambar!
Berdasarkan susunan partikelnya, benda yang
bentuk dan volumenya dapat berubah ditunjukkan
oleh nomor….
a. 1 dan 2 c. 1 dan 3
b. 2 dan 3 d. hanya 3
4. Pada gambar terlihat balon yang kempis lebih
ringan. Percobaan ini menunjukkan bahwa ….
a. udara merupakan zat alir
b. udara menempati ruang
c. udara mempunyai massa
d. keseimbangan balon terganggu
5. Salah satu cara membuktikan bahwa zat
menempati ruangan adalah….
a. menentukan beratnya dengan timbangan
b. menimbang dengan alat ukur timbangan
c. dimasukkan kedalam benda lain
d. dimasukkan kesuatu tempat
6. Perhatikan peristiwa berikut ini!
(1) Pakaian yang basah apabila di jemur di
bawah cahaya matahari dapat kering.
(2) Pada pagi hari titik-titik air menempel pada
ujung daun.
(3) Mengecilnya ukuran kapur barus yang
disimpan dalam lemari pakaian.
(4) Proses peleburan logam dengan suhu
tertentu.
Peristiwa menyublim ditunjukkan pada nomor
….
a. (1) c. (3)
b. (2) c. (4)
7.
Perubahan wujud zat yang melepaskan kalor
pada diagram di atas ditunjukkan oleh nomor ….
a. 1 dan 2 c. 1 dan 4
b. 2 dan 3 d. 3 dan 4
8. Bau parfum memenuhi ruangan. Hal ini
menunjukan bahwa ….
a. gas tersebar
b. gas memenuhi ruangan
c. gas adalah zat ringan
d. parfum cair diubah menjadi gas
9. Perhatikan ciri-ciri zat di bawah ini!
1) Jarak antarpartikelnya saling berdekatan
2) Gaya tarik antarmolekulnya kuat
3) Partikel-partikelnya bergerak bebas
4) Bentuknya tetap
5) Volumenya tetap
Ciri-ciri zat padat ditunjukkan oleh nomor …...
a. 1, 2, 3, dan 5 c. 2, 3, 4, dan 5
b. 1, 3, 4, dan 5 d. 1, 2, 4, dan 5
10. Gas memiliki volume yang berubah-ubah, sebab
….
(1) Jarak antara partikel-partikelnya
berdekatan.
(2) Gaya tarik-menarik antarpartikelnya
lemah.
(3) Gaya tarik-menarik antarpartikelnya kuat.
(4) Partikel-partikelnya bergerak bebas.
Pernyataan yang benar adalah ….
a. (1), (2), dan (3) c. (2) dan (4)
b. (1) dan (3) d. (4)
11. Raksa termasuk zat cair karena memiliki ciri-
ciri…
a. bentuk tetap, volume tetap
b. bentuk tetap, volume tidak tetap
c. bentuk tidak tetap, volume tetap
d. bentuk dan volume tidak tetap
PADAT CAIR GAS
1 2
4 3
Lampiran A.1.3
92
12. Partikel zat cair keadaanya….
a. tersusun rapi, berdekatan, tarik menarik, kuat
dan bergetar.
b. tak teratur, agak berjauhan, tarik menariknya
lemah dan bergerak.
c. sangat tak teratur, sangat berjauhan, tidak
ada tarik menarik dan gerakannya lebih
cepat.
d. tak teratur, berjauahan, tak ada tarik menarik
dan gerakannya cepat.
13. Perhatikan diagram partikel zat, partikel itu
terdapat pada…
a. besi dan baja c. air dan besi
b. air dan minyak d. baja dan minyak
14. Keadaan partikel zat padat pada batu
ditunjukkan gambar….
a. b. c. d.
15. Tarik menarik antar partikel yang sejenis
disebut…
a. swadesi c. adhesi
b. aneksi d. kohesi
16. Gambar manakah yang menunjukan permukaan
air jika dituang pada tabung reaksi?
17. Perhatikan peristiwa berikut ini!
1. Air di atas daun talas
2. Air di dalam tabung reaksi yang dindingnya
diolesi minyak
3. Air di dalam gelas minum
4. Raksa di dalam tabung reaksi
Peristiwa menikus cembung ditunjukkan oleh
nomor ….
a. 1 dan 3 c. 2 dan 3
b. 1, 2, dan 3 d. 1, 2, dan 4
18. Zat cair dalam gelas yang mempunyai kohesi =
adhesi adalah ….
19. Diagram yang menunjukan adhesi terbesar
adalah….
a. b. c. d.
20. Pada raksa yang dimasukkan ke dalam tabung
kaca berlaku….
a. gaya adhesi > gaya kohesi
b. gaya adhesi < gaya kohesi
c. gaya adhesi = gaya kohesi
d. gaya kohesi nol
21. Kapilaritas adalah….
a. dua buah gaya jika di dekatkan akan tarik
menarik
b. dua buah benda jika di dekatkan akan tolak
menolak
c. dua buah benda yang bermuatan listrik jika
didekatkan akan saling memberikan gaya
d. dua buah benda jika didiekatkan akan saling
diam.
22. Berikut ini merupakan contoh dari kapilaritas,
kecuali…..
a. naiknya minyak pada lampu templok
b. naiknya air dalam tembok pada musim hujan
c. naiknya air tanah ke daun pada tumbuhan
d. naiknya minyak pada lampu petromak
23. Daun yang tinggi dapat menerima air dari akar
karena proses….
a. kapilaritas
b. bejana berhubungan
c. difusi
d. meniskus
24. Perhatikan pernyataan berikut ini!
(1) Naiknya minyak tanah pada sumbu
kompor.
(2) Meresapnya air hujan pada dinding rumah.
(3) Naiknya air tanah melalui pompa air.
Pernyataan di atas yang termasuk peristiwa
gejala kapilaritas adalah …
a. (1) dan (2) c. (1)
93
b. (1) dan (3) d. (2) dan (3)
25. Air di dalam gelas menetes keluar melalui kain
yang tercelup sebagian. Hal ini disebabkan oleh
….
a. adhesi lebih kecil daripada kohesi
b. kain memiliki daya hisap yang kuat
c. molekul air berinteraksi dengan molekul kain
d. serat kain berfungsi seperti pipa kapiler
26. Bejana berhubungan yang salah satunya berupa
pipa kapiler bila diisi dengan raksa maka
permukaan raksa pada masing-masing adalah….
27. Suatu zat sejenis mempunyai massa jenis….
a. sama
b. tidak sama
c. belum tentu sama
d. tergantung volumenya
28.
Apabila ukuran dan bentuk wadah sama, maka
dari keempat za tersebut yang berbeda adalah
….
a. volume dan massa
b. massa dan massa jenis
c. volume dan massa jenis
d. volume, massa, dan massa jenis
29. Grafik hubungan antara massa suatu zat dengan
volume ditunjukkan pada gambar ….
a. c.
b.
30. Diantara zat berikut yang tergolong zat padat
adalah…
a. terusi, alkohol, karbit
b. cat, asam sulfat, garam
c. karbit, es, spirtus
d. es, serbuk besi, kapur
31. Pernyataan berikut ini yang benar untuk dua
buah benda memiliki massa jenis yang sama
adalah…
a. massa dan volumenya sama tetapi jenisnya
berbeda
b. massa dan volumenya sama, tetapi wujudnya
berbeda
c. massa dan volumenya berbeda, tetapi
jenisnya sama
d. massa dan volumenya berbeda, tetapi
bentuknya berbeda.
32. Intan sulit sekali dipatahkan sedangkan arang
sangat mudah di remukkan, perbedaan ini
disebabkan….
a. gaya antar atom dalam arang lebih kuat
daripada dalam intan
b. uap air disisi dalam kaca mengalami
pengembunan
c. adanya uap air dari luar yang masuk melalui
jendela mobil
d. partikel air hujan sangat kecil
33. Gambar ini menunjukan bahwa….
a. udara menempati gelas, sehingga air tidak
masuk ke dalam gelas
b. udara menempati air, sehingga air sulit
masuk kedalam gelas
c. air terhalang udara yang ada di air sehingga
gelas tidak ada air
d. udara ada dimana-mana.
34. Berikut ini yang mempunyai nilai massa jenis
terbesar adalah….
a. massa 20 g, volume 10 cm3
b. massa 60 gr, volume 20 cm3
c. massa 150 gr, volume 30 cm3
d. massa 60 gr, volume 6 cm3
35. Jika massa jenis minyak dalam sistem CGS
adalah 0,8 gr/cm³. Bagaimana massa jenis
minyak dalam sistem MKS ….
a. 0,008 kg/m³ c. 800 kg/m³
b. 0,0008 kg/m³ d. 8000 kg/m³
36. Sepotong gabus dan besi memiliki massa yang
sama. Massa jenis gabus adalah 240 kg/m³,
94
sedangkan massa jenis besi adalah 7.900 kg/m³.
Dapat disimpulkan bahwa ….
a. volume gabus lebih kecil daripada volume
besi
b. volume gabus sama dengan volume besi
c. volume gabus lebih besar daripada volume
besi
d. perbandingan volume keduanya tidak dapat
ditentukan
37. Perhatikan gambar di bawah!
Apabila massa balok tersebut 0,9 kg, maka
massa jenisnya adalah ….
a. 540 gr/cm³ c. 1,5 gr/cm³
b. 66,6 gr/ cm³ d. 0,14 gr/cm³
38. Perhatikan gambar!
Berapa nilai X jika kedua gelas ukur diisi cairan
yang sama?
a. 16 gram c. 24 gram
b. 20 gram d. 28 gram
39.
Sebuah benda massanya 21 kg. Apabila volume
benda 2 m³, maka dapat dipastikan benda
tersebut terbuat dari bahan ….
a. perak c. tembaga
b. baja d. kaca
40. Seorang pedagang emas menyelidiki salah satu
patung emas murni dari empat buah patung
emas yang tersedia. Data terlihat di bawah ini.
Jika massa jenis emas diketahui sama dengan
19.300 kg/m³, maka di antara patung emas
berikut ini manakah yang murni?
Nama benda Massa jenis (kg/m³)
Tembaga 8,9 × 10³
Perak 10,5 × 10³
Baja 7,5 × 10³
Kaca 3,5 × 10³
Cincin Emas Massa Volume
a 50 gr 965 cm³
b 50 kg 965 cm³
c 965 g 50 cm³
d 965 kg 50 cm³
95
KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA INSTRUMEN TES
No. Kunci
Jawaban No.
Kunci
Jawaban No.
Kunci
Jawaban No.
Kunci
Jawaban
1. D 11. A 21. C 31. B
2. C 12. A 22. C 32. A
3. D 13. B 23. A 33. A
4. C 14 C 24. A 34. D
5. D 15. C 25. D 35. B
6. C 16. B 26. A 36. C
7. D 17. D 27. D 37. C
8. D 18. A 28. B 38. C
9. D 19. C 29. A 39. A
10. D 20. B 30. D 40. C
Lampiran A.1.4
ANALISIS BUTIR SOAL
INSTRUMEN TES
Uji Validitas
No Skor untuk item no skor (Xt)2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 (Xt)
1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 28 784
2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 27 729
3 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 24 576
4 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 14 196
5 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 14 196
6 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 15 225
7 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 21 441
8 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 20 400
9 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 11 121
10 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 26 676
11 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 23 529
12 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 15 225
13 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 25 625
14 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 12 144
15 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 26 676
16 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 17 289
17 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 14 196
18 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 15 225
19 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 25 625
20 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 24 576
21 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 25 625
22 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 21 441
23 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 29 841
24 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 15 225
Lampiran A.1.5 96
25 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 21 441
26 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 11 121
27 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 18 324
28 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 14 196
29 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 14 196
∑ 20 21 24 15 15 10 12 14 11 28 7 9 22 22 17 9 8 12 11 13 16 9 2 13 10 0 2 12 24 20 15 17 6 18 19 18 18 12 10 23 564 11864
p
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
q
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
1.0
0
p/q
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
28
,00
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
pq
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
SD
5.6
54
24
11
82
Mt
19
.44
82
75
86
Mp
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
0
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
24
.5
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
#DIV
/0!
Stan
dar
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
0.3
3
rpb
i
0.3
82
42
45
89
-0.0
85
69
66
34
0.1
63
43
26
53
0.5
47
16
21
16
0.6
08
74
34
49
-0.1
38
34
67
91
0.6
44
76
30
38
0.7
22
39
26
77
0.0
52
12
60
02
-0.1
83
17
68
1
0.1
73
75
67
17
0.5
93
77
77
53
0.2
03
92
40
44
0.2
05
49
33
1
0.4
80
40
79
63
0.4
26
02
14
52
0.0
31
17
23
01
0.4
78
44
35
99
-0.2
09
42
11
5
-0.2
08
38
88
84
0.5
47
16
21
16
-0.4
17
35
92
39
0.1
97
08
55
21
0.4
31
69
67
96
0.5
75
50
57
58
0
-0.1
71
84
30
4
0.4
05
04
91
36
0.3
38
68
48
47
0.6
34
18
27
5
0.3
29
80
15
76
0.5
81
15
57
69
-0.1
63
18
45
17
0.5
10
16
60
4
0.2
90
83
29
53
0.5
58
11
67
91
0.3
70
83
51
77
0.6
55
07
49
05
-0.0
13
51
72
17
0.3
84
66
13
9
97
Uji
Hip
ote
sis
Val
id
Tid
ak V
alid
Tid
ak V
alid
Val
id
Val
id
Tid
ak V
alid
Val
id
Val
id
Tid
ak V
alid
Tid
ak V
alid
Tid
ak V
alid
Val
id
Tid
ak V
alid
Tid
ak V
alid
Val
id
Val
id
Tid
ak V
alid
Val
id
Tid
ak V
alid
Tid
ak V
alid
Val
id
Tid
ak V
alid
Tid
ak V
alid
Val
id
Val
id
Tid
ak V
alid
Tid
ak V
alid
Val
id
Val
id
Val
id
Tid
ak V
alid
Val
id
Tid
ak V
alid
Val
id
Tid
ak V
alid
Val
id
Val
id
Val
id
Tid
ak V
alid
Val
id
Keterangan:
rpbis = koefisien korelasi point biserial
Mp =Mean (nilai rata-rata) skor yang dijawab betul oleh siswa pada butir soal yang sedang dicari
korelasinya dengan tes secara keseluruhan
Mt (mean total) = Mean (nilai rata-rata) skor total (skor rata-rata dari seluruh peserta tes) ( )
sdt = standar deviasi skor total
p = proporsi peserta tes yang menjawab betul item tersebut
q =1 - p
rtabel = pada taraf signifikansi (α) 5%
Uji Hipotesis =valid jika rpbis > rtabel ,Tidak valid jika rpbis < rtabel
98
TABEL PERHITUNGAN RELIABILATAS RUMUS K-R.20
No 1 4 5 7 8 12 15 16 18 21 24 25 28 29 30 32 34 36 37 38 40 X (X)2
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 4002 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 4413 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 17 2894 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 7 495 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 7 496 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 5 257 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 11 1218 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 10 1009 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 4 1610 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 40011 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 12112 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 7 4913 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 16 25614 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 3 915 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 36116 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 8 6417 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 7 4918 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 8 6419 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17 28920 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 11 12121 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17 28922 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 14423 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 40024 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 8 6425 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 12 14426 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 4 1627 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 10 10028 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 6 3629 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 6 36
Lampiran A.1.6 99
∑ 20
15
15
12
14 9 17 9 12
16
13
10
12
24
20
17
18
18
18
12
23
32
4
45
02
p
0.6
9
0.5
2
0.5
2
0.4
1
0.4
8
0.3
1
0.5
8
0.3
1
0.4
1
0.5
5
0.4
4
0.3
4
0.4
1
0.8
2
0.6
9
0.5
8
0.6
2
0.6
2
0.6
2
0.4
1
0.7
9
q
0.3
1
0.4
8
0.4
8
0.5
9
0.5
2
0.6
9
0.4
2
0.6
9
0.5
9
0.4
5
0.5
6
0.6
6
0.5
9
0.1
8
0.3
1
0.4
2
0.3
8
0.3
8
0.3
8
0.5
9
0.2
1
pq
0.2
1
0.2
5
0.2
5
0.2
4
0.2
5
0.2
1
0.2
4
0.2
1
0.2
4
0.2
5
0.2
5
0.2
2
0.2
4
0.1
5
0.2
1
0.2
4
0.2
4
0.2
4
0.2
4
0.2
4
0.1
7
∑p
q
4.8
0
Keterangan:
p = proporsi peserta tes yang menjawab betul item tersebut
q = 1 – p
Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = Standar Deviasi
r11 = reliabilitas tes K-R. 20
Perhitungan Reliabilitas
S = 5,68
Σpq = 4,80
r11 =
=
=
=
100
Taraf Kesukaran
No Skor untuk item no Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 (Xt)
1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 28
2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 27
3 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 24
4 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 14
5 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 14
6 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 15
7 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 21
8 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 20
9 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 11
10 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 26
11 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 23
12 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 15
13 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 25
14 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 12
15 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 26
16 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 17
17 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 14
18 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 15
19 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 25
20 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 24
21 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 25
22 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 21
23 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 29
24 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 15
25 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 21
26 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 11
Lampiran A.1.7 98
27 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 18
28 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 14
29 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 14
∑ 20 21 24 15 15 10 12 14 11 28 7 9 22 22 17 9 8 12 11 13 16 9 2 13 10 0 2 12 24 20 15 17 6 18 19 18 18 12 10 23 564
TK
##
#
0.7
2
0.8
3
0.5
2
0.5
2
0.3
4
0.4
1
0.4
8
0.3
8
0.9
7
0.2
4
0.3
1
0.7
6
0.7
6
0.5
9
0.3
1
0.2
8
0.4
1
0.3
8
0.4
5
0.5
5
0.3
1
0.0
7
0.4
5
0.3
4
0.0
0
0.0
7
0.4
1
0.8
3
0.6
9
0.5
2
0.5
9
0.2
1
0.6
2
0.6
6
0.6
2
0.6
2
0.4
1
0.3
4
0.7
9
Kep
utu
san
Sed
ang
Sed
ang
Mu
dah
Sed
ang
Sed
ang
Suka
r
Suka
r
Sed
ang
Sed
ang
Mu
dah
Suka
r
Suka
r
Mu
dah
Mu
dah
Sed
ang
Suka
r
Suka
r
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Suka
r
Suka
r
Suka
r
Suka
r
Suka
r
Suka
r
Sed
ang
Mu
dah
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Suka
r
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Suka
r
Mu
dah
Keterangan ;
P = 0,00 : soal terlalu sukar
0,00 < P ≤ 0,30 : soal sukar
0,30 < P ≤ 0,70 :soal sedang
0,70 < P ≤ 1,00 :soal mudah
Keterangan ;
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
P : indeks kesukaran
99
Daya Pembeda
No Skor Untuk No Idem Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 (Xt)
23 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 29
1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 28
2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 27
15 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 26
10 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 26
13 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 25
19 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 25
21 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 25
3 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 24
20 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 24
11 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 23
7 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 21
22 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 21
25 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 21
8 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 20
27 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 18
16 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 17
6 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 15
12 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 15
18 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 15
24 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 15
4 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 14
5 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 14
17 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 14
28 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 14
29 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 14
14 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 12
Lampiran A.1.8 100
9 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 11
26 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 11
WH 10 11 13 11 11 5 10 11 6 13 5 9 12 12 11 7 4 9 6 4 10 2 2 9 9 0 0 9 13 13 10 12 1 14 11 12 11 10 4 13
WL 10 10 10 4 4 5 2 3 5 14 2 0 9 9 5 2 4 3 5 9 6 6 0 3 1 0 2 3 10 7 5 5 4 4 8 6 7 2 5 9
BA 10 11 13 11 11 5 10 11 6 13 5 9 12 12 11 7 4 9 6 4 10 2 2 9 9 0 0 9 13 13 10 12 1 14 11 12 11 10 4 13
BB 10 10 10 4 4 5 2 3 5 14 2 0 9 9 5 2 4 3 5 9 6 6 0 3 1 0 2 3 10 7 5 5 4 4 8 6 7 2 5 9
JA 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19
JB 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19
Pa
0.5
3
0.5
8
0.6
8
0.5
8
0.5
8
0.2
6
0.5
3
0.5
8
0.3
2
0.6
8
0.2
6
0.4
7
0.6
3
0.6
3
0.5
8
0.3
7
0.2
1
0.4
7
0.3
2
0.2
1
0.5
3
0.1
1
0.1
1
0.4
7
0.4
7
0.0
0
0.0
0
0.4
7
0.6
8
0.6
8
0.5
3
0.6
3
0.0
5
0.7
4
0.5
8
0.6
3
0.5
8
0.5
3
0.2
1
0.6
8
Pb
0.5
3
0.5
3
0.5
3
0.2
1
0.2
1
0.2
6
0.1
1
0.1
6
0.2
6
0.7
4
0.1
1
0.0
0
0.4
7
0.4
7
0.2
6
0.1
1
0.2
1
0.1
6
0.2
6
0.4
7
0.3
2
0.3
2
0.0
0
0.1
6
0.0
5
0.0
0
0.1
1
0.1
6
0.5
3
0.3
7
0.2
6
0.2
6
0.2
1
0.2
1
0.4
2
0.3
2
0.3
7
0.1
1
0.2
6
0.4
7
0.0
0
0.0
5
0.1
6
0.3
7
0.3
7
0.0
0
0.4
2
0.4
2
0.0
5
-0.0
5
0.1
6
0.4
7
0.1
6
0.1
6
0.3
2
0.2
6
0.0
0
0.3
2
0.0
5
-0.2
6
0.2
1
-0.2
1
0.1
1
0.3
2
0.4
2
0.0
0
-0.1
1
0.3
2
0.1
6
0.3
2
0.2
6
0.3
7
-0.1
6
0.5
3
0.1
6
0.3
2
0.2
1
0.4
2
-0.0
5
0.2
1
Day
a P
emb
eda
0.0
0
0.0
7
0.2
1
0.5
0
0.5
0
0.0
0
0.5
7
0.5
7
0.0
7
-0.0
7
0.2
1
0.6
4
0.2
1
0.2
1
0.4
3
0.3
6
0.0
0
0.4
3
0.0
7
-0.3
6
0.2
9
-0.2
9
0.1
4
0.4
3
0.5
7
0.0
0
-0.1
4
0.4
3
0.2
1
0.4
3
0.3
6
0.5
0
-0.2
1
0.7
1
0.2
1
0.4
3
0.2
9
0.5
7
-0.0
7
0.2
9
Kep
utu
san
Bu
ruk
Bu
ruk
Cu
kup
Bai
k
Bai
k
Bu
ruk
Bai
k
Bai
k
Bu
ruk
Dro
p
Cu
kup
bai
k
Cu
kup
Cu
kup
Bai
k
Cu
kup
Bu
ruk
Bai
k
Bu
ruk
Dro
p
Cu
kup
Dro
p
Bu
ruk
Bai
k
Bai
k
Bu
ruk
Dro
p
bai
k
Cu
kup
Cu
kup
Cu
kup
Bai
k
Dro
p
Bai
k Se
kali
Cu
kup
bai
k
Cu
kup
Bai
k
Dro
p
Cu
kup
101
Keputusan
Sangat jelek (drop) : D ≤ 0
jelek : 0,00 < D ≤ 0,20
Cukup : 0,20 < D ≤ 0,40
Baik : 0,40 < D ≤ 0,70
Baik Sekali : 0,70 < D ≤ 1,00
Keterangan:
BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
JA : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok bawah
PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar ( )
PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar ( )
D : daya pembeda ( )
102
REKAPITULASI HASIL UJI COBA INSTRUMEN
Reliabilitas 0,89
Item No Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda Item No Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda
1 Valid Sedang Buruk 21 Valid Sedang Cukup
2 Tidak Valid Sedang Buruk 22 Tidak Valid Sukar Drop
3 Tidak Valid Mudah Cukup 23 Tidak Valid Sukar Buruk
4 Valid Sedang Baik 24 Valid Sukar Baik
5 Valid Sedang Baik 25 Valid Sukar Baik
6 Tidak Valid Sukar Buruk 26 Tidak Valid Sukar Buruk
7 Valid Sukar Baik 27 Tidak Valid Sukar Drop
8 Valid Sedang Baik 28 Valid Sedang baik
9 Tidak Valid Sedang Buruk 29 Valid Mudah Cukup
10 Tidak Valid Mudah Drop 30 Valid Sedang Cukup
11 Tidak Valid Sukar Cukup 31 Tidak Valid Sedang Cukup
12 Valid Sukar baik 32 Valid Sedang Baik
13 Tidak Valid Mudah Cukup 33 Tidak Valid Sukar Drop
14 Tidak Valid Mudah Cukup 34 Valid Sedang Baik Sekali
15 Valid Sedang Baik 35 Tidak Valid Sedang Cukup
16 Valid Sukar Cukup 36 Valid Sedang baik
17 Tidak Valid Sukar Buruk 37 Valid Sedang Cukup
18 Valid Sedang Baik 38 Valid Sedang Baik
19 Tidak Valid Sedang Buruk 39 Tidak Valid Sukar Drop
20 Tidak Valid Sedang Drop 40 Valid Mudah Cukup
Lampiran A.1.9 103
104
NAME :
GRADE :
1. Perhatikan bagan perubahan wujud zat berikut….
Perubahan wujud yang ditunjukkan no 2,4 dan 6 berturut-turut adalah
a. mencair, menguap, menyublin
b. menyublin, mengembun, membeku
c. menguap, menyublin, membeku
d. mengembun,menyublin,mencair.
2. Pada gambar terlihat balon yang kempis lebih ringan. Percobaan ini menunjukkan bahwa ….
a. udara merupakan zat alir
b. udara menempati ruang
c. udara mempunyai massa
d. keseimbangan balon terganggu
3. Salah satu cara membuktikan bahwa zat menempati ruangan adalah….
a. menentukan beratnya dengan timbangan
b. menimbang dengan alat ukur timbangan
c. dimasukkan kedalam benda lain
d. dimasukkan kesuatu tempat
4.
Perubahan wujud zat yang melepaskan kalor pada diagram di atas ditunjukkan oleh nomor
….
a. 1 dan 2 c. 1 dan 4
b. 2 dan 3 d. 3 dan 4
5. Bau parfum memenuhi ruangan. Hal ini menunjukan bahwa ….
a. gas tersebar
b. gas memenuhi ruangan
PADAT CAIR GAS
1 2
4 3
Lampiran A.1.10
105
c. gas adalah zat ringan
d. parfum cair diubah menjadi gas
6. Partikel zat cair keadaanya….
a. tersusun rapi, berdekatan, tarik menarik, kuat dan bergetar.
b. tak teratur, agak berjauhan, tarik menariknya lemah dan bergerak.
c. sangat tak teratur, sangat berjauhan, tidak ada tarik menarik dan gerakannya lebih cepat.
d. tak teratur, berjauahan, tak ada tarik menarik dan gerakannya cepat.
7. Tarik menarik antar partikel yang sejenis disebut…
a. swadesi c. adhesi
b. aneksi d. kohesi
8. Gambar manakah yang menunjukan permukaan air jika dituang pada tabung reaksi?
9. Zat cair dalam gelas yang mempunyai kohesi = adhesi adalah ….
10. Kapilaritas adalah….
a. dua buah gaya jika di dekatkan akan tarik menarik
b. dua buah benda jika di dekatkan akan tolak menolak
c. dua buah benda yang bermuatan listrik jika didekatkan akan saling memberikan gaya
d. dua buah benda jika didiekatkan akan saling diam.
11. Perhatikan pernyataan berikut ini!
(1) Naiknya minyak tanah pada sumbu kompor.
(2) Meresapnya air hujan pada dinding rumah.
(3) Naiknya air tanah melalui pompa air.
Pernyataan di atas yang termasuk peristiwa gejala kapilaritas adalah …
a. (1) dan (2) c. (1)
b. (1) dan (3) d. (2) dan (3)
106
12. Air di dalam gelas menetes keluar melalui kain yang tercelup sebagian. Hal ini disebabkan
oleh ….
a. adhesi lebih kecil daripada kohesi
b. kain memiliki daya hisap yang kuat
c. molekul air berinteraksi dengan molekul kain
d. serat kain berfungsi seperti pipa kapiler
13.
Apabila ukuran dan bentuk wadah sama, maka dari keempat za tersebut yang berbeda
adalah ….
a. volume dan massa
b. massa dan massa jenis
c. volume dan massa jenis
d. volume, massa, dan massa jenis
14. Grafik hubungan antara massa suatu zat dengan volume ditunjukkan pada gambar ….
a. c.
b.
15. Diantara zat berikut yang tergolong zat padat adalah…
a. terusi, alkohol, karbit
b. cat, asam sulfat, garam
c. karbit, es, spirtus
d. es, serbuk besi, kapur
16. Intan sulit sekali dipatahkan sedangkan arang sangat mudah di remukkan, perbedaan ini
disebabkan….
a. gaya antar atom dalam arang lebih kuat daripada dalam intan
107
b. uap air disisi dalam kaca mengalami pengembunan
c. adanya uap air dari luar yang masuk melalui jendela mobil
d. partikel air hujan sangat kecil
17. Berikut ini yang mempunyai nilai massa jenis terbesar adalah….
a. massa 20 g, volume 10 cm3
b. massa 60 gr, volume 20 cm3
c. massa 150 gr, volume 30 cm3
d. massa 60 gr, volume 6 cm3
18. Sepotong gabus dan besi memiliki massa yang sama. Massa jenis gabus adalah 240 kg/m³,
sedangkan massa jenis besi adalah 7.900 kg/m³. Dapat disimpulkan bahwa ….
a. volume gabus lebih kecil daripada volume besi
b. volume gabus sama dengan volume besi
c. volume gabus lebih besar daripada volume besi
d. perbandingan volume keduanya tidak dapat ditentukan
19. Perhatikan gambar di bawah!
Apabila massa balok tersebut 0,9 kg, maka massa jenisnya adalah ….
a. 540 gr/cm³ c. 1,5 gr/cm³
b. 66,6 gr/ cm³ d. 0,14 gr/cm³
20. Perhatikan gambar!
berapa nilai X jika kedua gelas ukur diisi cairan yang sama....
a. 16 gram c. 24 gram
b. 20 gram d. 28 gram
21. Seorang pedagang emas menyelidiki salah satu patung emas murni dari empat buah patung
emas yang tersedia. Data terlihat di bawah ini. Jika massa jenis emas diketahui sama dengan
19.300 kg/m³, maka di antara patung emas berikut ini manakah yang murni….
Cincin Emas Massa Volume
A 50 gr 965 cm³
B 50 kg 965 cm³
C 965 g 50 cm³
d 965 kg 50 cm³
108
KUNCI JAWABAN SOAL
No. Kunci
Jawaban No.
Kunci
Jawaban
1. D 12 D
2. C 13 B
3. D 14 A
4. D 15 D
5. D 16 A
6. B 17 D
7. C 18 C
8. B 19 C
9. A 20 C
10. C 21 C
11 A
Lampiran A.1.11
109
Angket Siswa SMP AL-FATH
Tentang Pembelajaran Fisika
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat, jelas dan disertai dengan
alasannya !
1. Menurut Anda apakah pelajaran fisika yang selama ini diajarkan disekolah itu :
A. mudah B. sedang C. sulit D. sulit sekali
E. lain-lain :
…………………………………………………………………………………………
Alasan :
………………………………………………………………………………...…………
…..
2. Dalam mempelajari fisika kesulitan yang Anda hadapi adalah …..
A. sulit menangkap penjelasan guru
B. sulit mengingat rumus-rumus
C. sulit memahami konsepnya
D. sulit dalam mengerjakan rumusa
E. lain-lain :
………………………………………………………………………………………….
Alasan :
……………………………………………………...………………………………………..
3. Setiap Anda melaksanakan kuis fisika (ulangan harian fisika), berapa rata-rata nilai
yang di dapat?
………………………………………………………………………………………….
Alasan :
……………………………………………………………………………...………………..
4. Berapa nilai rata-rata fisika yang ada di raportmu?
………………………………………………………………………………………….
5. Pelajaran fisika yang selama ini diajarkan disekolah itu …..
A. tidak menarik B.membosankan C. biasa saja D.
menarik
E. lain-lain :
………………………………………………………………………………………….
Alasan :
……………………………………………………………………………...………………..
……………………………………………………………………………………………
……………
Lampiran 2.1.2
110
6. Menurut Anda bagaimana guru seharusnya membelajarkan konsep fisika disekolah?
apakah dengan menggunakan metode …..
A. ceramah B. eksperimen C. kerja kelompok D.
latihan soal
E. lain-lain :
………………………………………………………………………………………….
Alasan :
……………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………
…………….
7. Jika Anda menjadi guru fisika, pembelajaran seperti apa yang akan Anda terapkan agar
siswa mudah memahami fisika ?
Saya akan :
...........................................................................................................................................
…………………………………………………………………..………………………
……………
…………………Terima kasih………………
111
Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Aspek Mengaitkan
Pertemuan Ke : …
No. Nama Kelompok
Mengaitkan
Seluruh Siswa
mengaitkan
pengalaman dengan
materi pada Saat
Melakukan
Eksperimen
Setiap Kelompok
Berdiskusi Untuk
Mengisi LKS dan
Menyimpulkan
Hasil Eksperimen
Seluruh Siswa
Mengerjakan
Latihan Soal
Siswa Aktif
Mengaitkan
Pertanyaan
Dengan Materi
Siswa Aktif
Mengaitkan
Pendapat
Masing-masing
Siswa
Menanggapi
Jawaban Atau
Pendapat Siswa
Lain
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. 1
2. 2
3. 3
4. 4
Jumlah
Keterangan: Berilah Penilaian dengan menggunakan ceklist (√) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan indikator-indikator yang telah dibuat
pada petunjuk pengamatan aspek aktif di bawah ini!
a. Seluruh Siswa Aktif Mengaitkan pengalaman Dengan materi Pada Saat Melakukan Eksperimen
1 = siswa tidak melakukan kegiatan eksperimen
2 = siswa melakukan eksperimen tetapi tidak bekerjasama dengan kelompoknya
3 = siswa aktif bekerjasama dengan kelompoknya pada saat melakukan eksperimen, tetapi tidak sesuai dengan langkah-langkah kegiatan
4 = siswa aktif bekerjasama dengan kelompoknya pada saat melakukan eksperimen sesuai dengan langkah-langkah kegiatan
b. Setiap Kelompok Berdiskusi Untuk Mengisi LKS dan Menyimpulkan Hasil Eksperimen
1 = siswa tidak mengisi LKS dan tidak menyimpulkan hasil eksperimen
2 = siswa hanya mengisi LKS atau hanya menyimpulkan hasil eksperimen tanpa diskusi kelompok
3 = siswa mengisi LKS dan menyimpulkan hasil eksperimen tanpa diskusi kelompok
4 = siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengisi LKS dan menyimpulkan hasil eksperimen
c. Seluruh Siswa Mengerjakan Latihan Soal
Lampiran A.2.1
112
1 = siswa tidak mengerjakan latihan soal
2 = siswa mengerjakan latihan soal tetapi asal-asalan
3 = siswa mengerjakan latihan soal sambil melihat pekerjaan teman
4 = siswa mengerjakan latihan soal dengan sungguh-sungguh
d. Siswa Aktif Mengaitkan Pertanyaan Dengan Materi
1 = siswa tidak mengajukan pertanyaan
2 = siswa mengajukan pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran
3 = siswa mengajukan pertanyaan sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran tetapi tidak di depan siswa yang lain
4 = siswa mengajukan pertanyaan sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran di depan siswa yang lain
e. Siswa Aktif Mengaitkan Pendapat Masing-masing
1 = siswa tidak mengutarakan pendapat
2 = siswa mengutarakan pendapat yang tidak sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran
3 = siswa mengutarakan pendapat sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran tetapi tidak di depan siswa yang lain
4 = siswa mengutarakan pendapat sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran di depan siswa yang lain
f. Siswa Menanggapi Jawaban Atau Pendapat Siswa Lain
1 = siswa tidak menanggapi jawaban atau pendapat siswa lain
2 = siswa menanggapi jawaban atau pendapat siswa lain tetapi tidak sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran
3 = siswa menanggapi jawaban atau pendapat siswa lain sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran tetapi tidak di depan
siswa yang lain
4 = siswa menanggapi jawaban atau pendapat siswa lain sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran di depan siswa yang
lain
113
Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Mengalami
Pertemuan Ke : …
No. Nama Kelompok
Mengalami
Mengartikulasikan Hasil Kegiatan Eksperimen Dengan
Menghubungkan Informasi Baru Dengan Pengalaman
Maupun Pengetahuan Sebelumnya.
Siswa Mengunjungi Tempat-tempat yang
Berhubungan Dengan Konsep Fisika yang Sedang
Dipelajari, dan Mengungkapkan Pengalamannya
1 2 3 4 1 2 3 4
1. 1
2. 2
3. 3
4. 4
Jumlah
Keterangan: Berilah Penilaian dengan menggunakan ceklist (√) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan indikator-indikator yang telah dibuat
pada petunjuk pengamatan aspek inovatif di bawah ini!
a. Mengartikulasikan Hasil Kegiatan Eksperimen Dengan Menghubungkan Informasi Baru Dengan Pengalaman Maupun Pengetahuan
Sebelumnya.
1 = siswa tidak membuat atau menghubungkan tentang hasil kegiatan eksperimen maupun tentang pengetahuan fisika
2 = siswa membuat hubungan tentang hasil kegiatan eksperimen maupun tentang pengetahuan fisika tetapi asal-asalan
3 = siswa membuat hubungan tentang hasil kegiatan eksperimen maupun tentang pengetahuan fisika dengan meniru format dan kalimat orang lain
4 = siswa membuat hubungan tentang hasil kegiatan eksperimen maupun tentang pengetahuan fisika dengan format dan kalimat sendiri
b. Siswa Mengunjungi Tempat-tempat yang berhubungan dengan konsep fisika, dan mengungkapkan pengalamannya
1 = siswa tidak pernah mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan konsep fisika
2 = siswa pernah mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan konsep fisika, tetapi tidak mengungkapkan pengalamannya
114
3 = siswa pernah mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan konsep fisika, dan mengungkapkan pengalamannya tetapi tidak di depan
siswa lain
4 = siswa pernah mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan konsep fisika, dan mengungkapkan pengalamannya di depan siswa lain
Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Menerapkan
Pertemuan Ke : …
No. Nama Kelompok
Menerapkan
Siswa Mampu Merancang
Alat dan Bahan Eksperimen
Siswa Mampu
Mengembangkan Alat dan
Bahan Eksperimen
Memberikan Kontribusi
Ide Pemecahan Masalah
Menghasilkan Gagasan dan
Pendapat yang Bervariasi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. 1
2. 2
3. 3
4. 4
Jumlah
Keterangan: Berilah Penilaian dengan menggunakan ceklist (√) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan indikator-indikator yang telah dibuat
pada petunjuk pengamatan aspek kreatif di bawah ini!
a. Siswa Mampu Merancang Alat dan Bahan Eksperimen
1 = siswa tidak merancang alat dan bahan eksperimen
2 = siswa merancang alat dan bahan eksperimen tetapi tidak sesuai dengan langkah-langkah kegiatan
3 = siswa merancang alat dan bahan eksperimen sesuai dengan langkah-langkah kegiatan tetapi tidak hati-hati
4 = siswa merancang alat dan bahan eksperimen dengan baik dan benar
b. Siswa Mampu Mengembangkan Alat dan Bahan Eksperimen
115
1 = siswa tidak melakukan kegiatan apapun
2 = siswa tidak mampu mengembangkan alat dan bahan eksperimen
3 = siswa mampu mengembangkan alat dan bahan eksperimen tetapi tidak sesuai dengan konsep dan tujuan eksperimen
4 = siswa mampu mengembangkan alat dan bahan eksperimen sesuai dengan konsep dan tujuan eksperimen
c. Memberikan Kontribusi Ide Pemecahan Masalah
1 = siswa tidak memberikan kontribusi ide pemecahan masalah
2 = siswa memberikan kontribusi ide pemecahan masalah tetapi tidak sesuai dengan masalah yang dihadapi
3 = siswa memberikan kontribusi ide pemecahan masalah sesuai dengan masalah yang dihadapi tetapi tidak di depan siswa lain
4 = siswa memberikan kontribusi ide pemecahan masalah sesuai dengan masalah yang dihadapi di depan siswa lain
d. Menghasilkan Gagasan dan Pendapat Yang Bervariasi
1 = siswa diam saja
2 = siswa menghasilkan gagasan dan pendapat yang tidak bervariasi
3 = siswa menghasilkan gagasan dan pendapat yang bervariasi tetapi tidak sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran
4 = siswa menghasilkan gagasan dan pendapat yang bervariasi sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran
116
Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Kerjasama
Pertemuan Ke : …
No. Nama Kelompok
Kerjasama
Siswa Memanfaatkan
Dengan Baik dan tidak
banyak bercanda/bersantai
Siswa Mengumpulkan dan
Menyelesaikan tugas maupun
LKS dengan baik dan tepat waktu
Siswa Memahami dan
Melaksanakan Instruksi
Guru
Siswa Memahami Tujuan
Pembelajaran
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. 1
2. 2
3. 3
4. 4
Jumlah
Keterangan: Berilah Penilaian dengan menggunakan ceklist (√) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan indikator-indikator yang telah dibuat
pada petunjuk pengamatan aspek efektif di bawah ini!
a. Siswa Memanfaatkan Dengan Baik dan tidak banyak bercanda/bersantai
1 = siswa banyak ngobrol dan bercanda pada saat pembelajaran berlangsung
2 = siswa tidak banyak ngobrol dan bercanda pada saat pembelajaran berlangsung
3 = siswa memanfaatkan waktu dengan memperhatikan penjelasan guru
4 = siswa memanfaatkan waktu dengan memperhatikan penjelasan guru dan mencatat konsep yang dijelaskan
b. Siswa Mengumpulkan dan Menyelesaikan tugas maupun LKS dengan baik dan tepat waktu
1 = siswa tidak mengumpulkan tugas maupun LKS
2 = siswa telat mengumpulkan tugas maupun LKS
3 = siswa mengumpulkan tugas maupun LKS tepat waktu tetapi belum tuntas
4 = siswa mengumpulkan dan menyelesaikan tugas maupun LKS dengan baik dan tepat waktu
c. Siswa Memahami dan Melaksanakan Instruksi Guru
1 = siswa tidak memahami dan tidak melaksanakan instruksi guru
117
2 = siswa memahami tetapi tidak melaksanakan instruksi guru
3 = siswa tidak memahami instruksi guru tetapi berusaha melaksanakannya
4 = siswa memahami dan melaksanakan instruksi guru dengan baik
d. Siswa Memahami Tujuan Pembelajaran
1 = siswa tidak memahami tujuan pembelajaran
2 = siswa hanya mengikuti teman-teman yang lain
3 = siswa tidak memahami tujuan pembelajaran tetapi berusaha mengikuti dan memahami
4 = siswa memahami tujuan pembelajaran
Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Mentransfer
Pertemuan Ke : …
No. Nama Kelompok
Mentransfer
Menunjukkan Sikap Tubuh Maupun
Ekspresi Wajah Ceria dan Tidak Tegang,
Serta Tertarik Untuk Terlibat Dalam
Siswa Berani Mencoba
dan Berbuat
Terkesan Selama Proses
Pembelajaran, Sehingga Merasa
Ketagihan Untuk Belajar
118
Kegiatan Pembelajaran
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. 1
2. 2
3. 3
4. 4
Jumlah
Keterangan: Berilah Penilaian dengan menggunakan ceklist (√) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan indikator-indikator yang telah
dibuat pada petunjuk pengamatan aspek menyenangkan di bawah ini!
a. Menunjukkan Sikap Tubuh Maupun Ekspresi Wajah Ceria dan Tidak Tegang, Serta Tertarik Untuk Terlibat Dalam Kegiatan
Pembelajaran
1 = siswa tidak menunjukkan sikap tubuh maupun ekspresi wajah ceria dan tidak tegang, serta tidak tertarik untuk terlibat dalam kegiatan
pembelajaran
2 = siswa tidak menunjukkan sikap tubuh maupun ekspresi wajah ceria dan tidak tegang, tetapi tertarik untuk terlibat dalam kegiatan
pembelajaran
3 = siswa menunjukkan sikap tubuh maupun ekspresi wajah ceria dan tidak tegang, tetapi tidak tertarik untuk terlibat dalam kegiatan
pembelajaran
4 = siswa menunjukkan sikap tubuh maupun ekspresi wajah ceria dan tidak tegang, serta tertarik untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran
b. Siswa Berani Mencoba dan Berbuat
1 = siswa diam saja
2 = siswa berani mencoba atau berbuat sesuai dengan kegiatan pembelajaran setelah diawali oleh siswa yang lain
3 = siswa berani mencoba atau berbuat sesuai dengan kegiatan pembelajaran jika diinstruksikan oleh guru
4 = siswa berani mencoba atau berbuat sesuai dengan kegiatan pembelajaran secara mandiri
c. Terkesan Selama Proses Pembelajaran, Sehingga Merasa Ketagihan Untuk Belajar
1 = tidak terkesan selama proses pembelajaran, sehingga tidak merasa ketagihan untuk belajar
2 = siswa terkesan selama proses pembelajaran, tetapi tidak merasa ketagihan untuk belajar
119
3 = siswa terkesan selama proses pembelajaran, tetapi berusaha mencoba untuk tetap belajar
4 = siswa terkesan selama proses pembelajaran, sehingga merasa ketagihan untuk belajar
Tangerang, Februari 2011
Observer
……………………………
120
Lampiran B.1 :
1. Lampiran B.1.1 : Silabus Kelas Eksperimen
2. Lampiran B.1.2 : Silabus Kelas Kontrol
3. Lampiran B.1.3 : RPP Kelas Eksperimen
4. Lampiran B.1.4 : RPP Kelas Kontrol
5. Lampiran B.1.5 : LKS
6. Lampiran B.1.6 : Materi Wujud Zat
LAMPIRAN B
BERKAS PENLITIAN
121
SILABUS
SATUAN PENDIDIKAN : SMP AL-FATH
MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
KELAS : VII
SEMESTER : II (dua)
Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok/
Pembelajara
n
Kegiatan pembelajaran Indikator
Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar Teknik Bentuk
Instrum
en
Contoh Instrumen
3.1 Menyelidiki
sifat-sifat zat
berdasarkan
wujudnya dan
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
Wujud Zat
- Melakukan percobaan
perubahan wujud zat
- Mendiskusikan materi
gaya tarik antar
partikel
- Mengamati perbedaan
kohesi dan adhesi
melalui percobaan
- Mengaplikasikan
peristiwa kapilaritas
- Menyelidiki
perubahan wujud
suatu zat
- Menafsirkan gaya
tarik antar partikel
pada berbagai
wujud zat melalui
penalaran
- Membedakan
kohesi dan adhesi
berdasarkan
pengamatan
Tes
tertulis
Tes
Unjuk
kerja
Tes
tertulis
Tes
PG
Uji petik
kerja
prosedur
Uraian
Uraian
Pada proses
pengelasan logam
terjadi peristiwa . . . .
a. pelelehan c.
penguapan
b. pembekuan d.
penyubliman
Penelitian
membekukan air
panas lebih cepat
daripada air dingin.
Mengapa cat besi
mudah terkelupas
jika digunakan untuk
4 × 40’
Buku IPA
Fisika Jl.1
(Esis) hlm
65-76, Buku
Kerja, alat-
alat
praktikum
Lampiran B.1.1
122
Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok/
Pembelajara
n
Kegiatan pembelajaran Indikator
Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar Teknik Bentuk
Instrum
en
Contoh Instrumen
- Mengkaitkan
peristiwa kapilaritas
dalam peristiwa
kehidupan sehari-
hari
tertulis mengecat tembok?
Mengapa minyak
tanah dapat
merambat naik di
sepanjang sumbu
kompor?
3.2
Mendeskripsikan
konsep massa
jenis dalam
kehidupan
sehari-hari
Massa Jenis
- Melakukan percobaan
menentukan massa
jenis berbagai zat
dengan menggunakan
alat-alat.
- Mengaplikasikan
konsep massa jenis
dalam kehidupan
sehari-hari.
- Menjelaskan dari
hasil percobaan
bahwa massa jenis
adalah salah satu
ciri khas suatu zat
- Menghitung massa
jenis suatu zat
- Menggunakan
konsep massa jenis
untuk berbagai
penyelesaian
masalah dalam
kehidupan sehari-
hari
Tes
Unjuk
kerja
Tes
tertulis
Tes
tertulis
Uji petik
kerja
prosedur
Uraian
Uraian
Penelitian mengamati
campuran dua buah
larutan yang berbeda
massa jenisnya.
Sebuah tabung
berbentuk silinder
mempunyai diameter
7 cm dan tinggi 15
cm. Tabung tersebut
memiliki massa 1,56
kg. Terbuat dari
apakah tabung
tersebut?
Mengapa air laut di
muara sungai tidak
dapat segera
bercampur dengan air
sungai?
4 × 40’
Buku IPA
Fisika Jl.1
(Esis) hlm
77-88, Buku
Kerja, alat-
alat
praktikum
123
Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok/
Pembelajara
n
Kegiatan pembelajaran Indikator
Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar Teknik Bentuk
Instrum
en
Contoh Instrumen
Mengetahui, Ciputat Timur, Februari 2011
Kepala SMP Al-Fath Guru Mata Pelajaran IPA
Dra. Ninik Hraiyani Aos Uswadi
124
Silabus IPA VII SMP AL-FATH
SILABUS
SATUAN PENDIDIKAN : SMP AL-FATH
MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
KELAS : VII
SEMESTER : II (dua)
Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompete
nsi Dasar Indikator
Materi
Pokok Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh Instrumen
Menyelidi
ki sifat-
sifat zat
berdasarka
n
wujudnya
dan
penerapan
nya dalam
kehidupan
sehari-hari
o Menyelidiki
perubahan wujud suatu
zat
o Menafsirkan susunan
gerak pertikel pada
berbagai wujud zat
melalui penalaran
o Membedakan kohesi
dan adhesi
berdasarkan
pengamatan
o Mengkaitkan peristiwa
kapilaritas dalam
peristiwa kehidupan
sehari-hari
Wujud
Zat
o Melakukan percobaan
perubahan wujud zat
o Mendiskusikan materi
susunan partikel
o Mengamati perbedaan kohesi
dan adhesi melalui percobaan
o Mengaplikasikan peristiwa
kapilaritas
4 X 40’
LKS
Alat
laboratorium
Buku yang
relevan
Tes
tertulis
dan
lisan
Praktikum
Diskusi
Presentasi
Pilihan
ganda
Uraian
Hujan merupakan
peristiwa;
a. menguap,
mengembun
b. menguap, melebur
c. melebur, mengembun
d. mengembun, melebur
Gaya tarik antar
partikel pada zat padat
adalah ....
a. sangat kuat
b. kurang kuat
c. tidak tentu
d. selalu berubah
Lakukan percobaan
adhesi dan kohesi
menggunakan alat dan
bahan yang disediakan
Lampiran B.1.2
125
Silabus IPA VII SMP AL-FATH
Mengapa pada musim
hujan tembok menjadi
lembab ?
Mendeskri
psikan
konsep
massa
jenis
dalam
kehidupan
sehari-hari
o Menyimpulkan dari
berbagai percobaan
bahwa massa jenis
adalah salah satu ciri
khas suatu zat
o Menghitung massa
jenis suatu zat
o Menggunakan konsep
massa jenis untuk
berbagai penyelesaian
masalah dalam
kehidupan sehari-hari
Massa
jenis
Menurunkan rumus massa
jenis
Melakukan percobaan untuk
menghitung massa jenis zat
Mencari aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari
4 X 40’
LKS
Alat lab
Logam, batu
dan benda
lain
Tes
tertulis
dan
lisan
Uji kerja
Tugas/
project
Presentasi
Uraian
Pilihan
ganda
Ukurlah volum balok
kayu
Hitunglah massa
jenisnya!
Jelaskan mengapa kapal
yang terbuat dari logam
dapat terapung di air!
Mengetahui, Ciputat Timur, Februari 2011
Kepala SMP Al-Fath Guru Mata Pelajaran IPA
Dra. Ninik Hraiyani Aos Uswadi
126
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN FISIKA
KELAS VII SEMESTER II SEKOLAH AL-FATH
TAHUN PELAJARAN 2011-2012
MATERI:
WUJUD ZAT DAN PERUBAHANNYA
(Sifat-Sifat Zat Berdasarkan Wujudnya, Kohesi, Adhesi dan Kapilaritas)
Waktu : 2 x 40 Menit
Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi Dasar : 3.1. Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Indikator 1. Menyelidiki perubahan wujud suatu zat
2. Menafsirkan susunan gerak partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran
3. Membedakan kohesi dan adhesi berdasarkan pengamatan
4. Mengkaitkan peristiwa kapilaritas dalam peristiwa kehidupan sehari-hari
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat :
a) Menyelidiki perubahan wujud suatu zat
b) Menafsirkan susunan gerak partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran
c) Membedakan kohesi dan adhesi berdasarkan pengamatan
d) Mengkaitkan peristiwa kapilaritas dalam peristiwa kehidupan sehari-hari
Strategi / Model Pembelajaran Pendekatan : CTL
Metode : Diskusi-Informasi, Percobaan
Model : Ceramah Bervariasi dan Kooperatif Learning
Langkah-langkah Pembelajaran :
Lampiran B.1.3
127
PERTEMUAN I
TAHAPAN KEGIATAN
METODE WAKTU PENILAIAN GURU SISWA
Introduction
( Pendahuluan)
- Guru masuk dengan
mengucap salam, bersama
siswa memulai
pembelajaran dengan doa,
dan memeriksa kehadiran
siswa
- Siswa menjawab salam guru,
memulai pembelajaran
dengan doa dipimpin oleh
ketua kelas, kemudian
menjawab panggilan guru
ketika guru memeriksa
kehadiran siswa
Diskusi
10 Menit
Connection
(Menghubungkan)
- Guru memulai
pembelajaran dengan
terlebih dahulu
menjelaskan prinsip
pendekatan CTL melalui
eksperimen sederhana
- Guru membimbing peserta
didik dalam pembentukan
kelompok.
- Guru memberitahu siswa
materi yang akan
dipelajari dan
menginstruksikan siswa
membawa alat dan bahan
untuk kegiatan eksperimen
sub konsep wujud zat
untuk pertemuan
berikutnya
- Guru menginstruksikan
- Siswa menyimak penjelasan
guru tentang pembelajaran
yang akan dilaksanakan
- Siswa membentuk kelompok
dan organisasi kelompok,
- Mencatat anggota
kelompoknya dan
menyerahkan kepada guru
- Siswa menyimak instruksi
guru dan mempersiapkan alat
dan bahan untuk kegiatan
eksperimen pada pertemuan
berikutnya bersama
kelompoknya masing-masing
Eksperimen
Tanya jawab
Soal
60 Menit Pengetahuan Kognitif
128
kepada siswa untuk duduk
bersama kelompoknya
masing-masing pada
pertemuan berikutnya
Aplication
(Menerapkan) - Memberi kesempatan
kepada siswa untuk
bertanya apabila ada
instruksi guru yang kurang
dipahami
- Menutup pembelajaran
dengan doa
- Meninggalkan kelas
dengan mengucap salam
- Siswa bertanya apabila ada
instruksi guru yang kurang
dipahami
- Menutup pembelajaran
dengan doa
- Menjawab salam guru Tanya Jawab
10 Menit
PERTEMUAN II
Introduction
( Pendahuluan)
Motivasi dan Apresiasi
Guru mengajukan Pertanyaan
apresiasi dari meteri Wujud z
at dan perubahannya
- Mengapa air dapat naik
pada dinding rumah,
sumbu kompor tidak
mudah habis meskipun
terbakar.
- Apa yang dimaksud
dengan wujud zat?
- Bagaimanakah sifat-sifat
Siswa menyimak pertanyaan
guru dan menjawab.
Tanya Jawab
5’
Pengetahuan siswa (Kognitif)
Dari pertanyaan yang diajukan
oleh guru:
- Mengapa air dapat naik
pada dinding rumah, sumbu
kompor tidak mudah habis
meskipun terbakar.
- Apa yang dimaksud dengan
wujud zat?
- Bagaimanakah sifat-sifat
suatu benda?
129
suatu benda?
Prasyarat Pengetahuan
Guru mengajukan pertanyaan
prasyarat meteri
5’
Connection
(Menghubungkan)
a. Guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok
b. Siswa melakukan
percobaan untuk mengamati
peristiwa kohesi, adhesi dan
kapilaritas
c. Siswa melakukan diskusi
tentang hasil
pengamatannya dilanjutkan
dengan presentasi
kelompok
a. Siswa dibimbing
mendiskusikan materi yang
sedang diajarkan
b. Siswa mengamati percobaan
peristiwa kohesi,adhesi, dan
kapilaritas.
c. Siswa mempersentasikan
hasil percobaan.
Percobaan dan
Diskusi
50’ Keterampilan Proses
(Psikomotorik)
Mengisi LKS Percobaan.
Aplication
(Menerapkan)
a. Guru Memberikan aplikasi
soal.
b. Guru memberikan latihan
soal.
c. Melalui bimbingan guru
siswa menyimpulkan hasil
belajar.
d. Guru memberikan tugas
rumah.
a. Siswa Menyimak contoh soal
yang diberikan oleh guru.
b. Siswa mengerjakan soal
yang telah diajukan oleh guru. c. Siswa menyimpulkan materi
yang telah diajarkan.
Ceramah dan
Pemahaman
konsep
20’ Penilaian Kognitif :
A. Sumber Belajar 1. Sumber buku yang relevan
2. LKS Fisika
3. Alat dan bahan percobaan
130
B. Penilaian 1. Teknik : Test tertulis dan tes untuk kerja
2. Bentuk : Uraian dan uji petik kerja prosedur
3. Instrumen :
Contoh intrumen:
1. Hujan merupakan peristiwa.....
a. Menguap, mengembun
b. Menguap, melebur
c. Melebur, mengembun
d. Mengembun, melebur
2. Gaya tarik antar partikel pada zat padat adalah...
a. Sangat kurang
b. Kurang kuat
c. Tidak tentu
d. Selalu berubah
Lakukan percobaan adhesi dan kohesi dengan menggunakan alat dan bahan yang disediakan. Jelaskan mengapa pada musim hujan
tembok menjadi lembab?
Mengetahui, Ciputat Timur, Februari 2011
Kepala SMP Al-Fath Guru Mata Pelajaran IPA
Dra. Ninik Hraiyani Aos Uswadi
131
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN FISIKA
KELAS VII SEMESTER II SEKOLAH AL-FATH
TAHUN PELAJARAN 2011-2012
MATERI:
WUJUD ZAT DAN PERUBAHANNYA
(Massa Jenis)
Waktu : 2 x 40 Menit
Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi Dasar : 3.2. Mendeskripsikan konsep massa jenis dalam kehidupan sehari-hari
Indikator 1. Menyimpulkan dari percobaan bahwa massa jenis adalah salah satu ciri khas suatu zat
2. Menghitung massa jenis suatu zat
3. Menentukan jenis zat menggunakan konsep massa jenis
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat :
a) Menyimpulkan dari percobaan bahwa massa jenis adalah salah satu ciri khas suatu zat
b) Menghitung massa jenis suatu zat
c) Menentukan jenia zat menggunakan konsep massa jenis.
Strategi / Model Pembelajaran Pendekatan : CTL
Metode : Diskusi-Informasi, Percobaan
Model : Ceramah Bervariasi dan Kooperatif Learning
Langkah-langkah Pembelajaran :
132
PERTEMUAN III
TAHAPAN KEGIATAN
METODE WAKTU PENILAIAN GURU SISWA
Introduction
( Pendahuluan)
Motivasi dan Apresiasi
Guru mengajukan Pertanyaan
apresiasi dari meteri Wujud
zat dan perubahannya
- Zat yang nampaknya sama
terkadang memiliki sifat
yang sedikit berbeda, apa
penyebabnya?
Prasyarat Pengetahuan
Guru mengajukan pertanyaan
prasyarat meteri
Siswa menyimak pertanyaan
guru dan menjawab.
Tanya Jawab
5’
5’
Pengetahuan siswa (Kognitif)
Dari pertanyaan yang diajukan
oleh guru:
- Zat yang nampaknya sama
terkadang memiliki sifat
yang sedikit berbeda, apa
penyebabnya?
Connection
(Menghubungkan)
a. Guru membagi siswa
menjadi beberapa
kelompok
b. Siswa melakukan
percobaan menentukan
massa jenis beberapa zat
dengan cara mengukur
massa dan volume
c. Siswa melakukan diskusi
tentang hasil percobaan
dan menentukan ciri-ciri
khusus zat yang
digunakan untuk
percobaan berdasarkan
a. Siswa dibimbing
mendiskusikan materi yang
sedang diajarkan
b. Siswa mengamati percobaan
penentuan massa jenis
beberapa zat dengan cara
mengukur massa dan
volume..
c. Siswa mempersentasikan
hasil percobaan.
Percobaan dan
Diskusi
50’ Keterampilan Proses
(Psikomotorik)
Mengisi LKS Percobaan.
133
TAHAPAN KEGIATAN
METODE WAKTU PENILAIAN GURU SISWA
pengamatan dan
pengukuran
Aplication
(Menerapkan)
a. Guru Memberikan aplikasi
soal.
b. Guru memberikan latihan
soal.
c. Melalui bimbingan guru
siswa menyimpulkan hasil
belajar.
d. Guru memberikan tugas
rumah.
a. Siswa Menyimak contoh soal
yang diberikan oleh guru.
b. Siswa mengerjakan soal yang
telah diajukan oleh guru.
c. Siswa menyimpulkan materi
yang telah diajarkan.
Ceramah dan
Pemahaman
konsep
20’ Penilaian Kognitif :
PERTEMUAN IV
- Guru masuk dengan
mengucapkan salam,
bersama siswa memulai
pembelajaran dengan doa,
dan memeriksa kehadiran
siswa.
- Guru menginstruksikan
kepada siswa untuk
mengumpulkan seluruh
LKS maupun tugas pada
pertemuan sebelumnya
- Siswa menjawab salam guru,
memulai pembelajaran
dengan doa dipimpin oleh
ketua kelas, kemudian
menjawab panggilan guru
ketika guru memeriksa
kehadiran siswa
- Seluruh siswa
mengumpulkan seluruh LKS
maupun tugas yang
ditugaskan pada pertemuan
sebelumnya
134
TAHAPAN KEGIATAN
METODE WAKTU PENILAIAN GURU SISWA
- Guru memberikan reward
kepada kelompok maupun
kepada siswa yang berhasil
dalam kompetisi, dan
mengikuti proses
pembelajaran dengan baik
- Guru dan siswa memajang
hasil karya siswa di mading
kelas
- Guru dan siswa merefleksi
pembelajaran yaitu
mengevaluasi proses
pembelajaran dengan cara
guru memberikan
kesempatan kepada siswa
menyampaikan kesan
selama proses pembelajaran
dan saran agar proses
pembelajaran menggunakan
pendekatan CTL dapat
dilaksanakan lebih baik lagi
- Siswa maupun kelompok
yang berprestasi maju ke
depan kelas untuk menerima
reward dari guru
- Guru dan siswa memajang
hasil karya siswa di mading
kelas
- Siswa melalui tulisan
memberikan kesan selama
proses pembelajaran dan
memberikan saran kepada
guru dalam melaksanakan
pembelajaran khususnya
pembelajaran menggunakan
pendekatan CTL
- Guru beserta siswa
mengakhiri pembelajaran
dengan doa
- Guru meninggalkan kelas
dengan mengucap salam
- Siswa beserta guru
mengakhiri pembelajaran
dengan doa
- Siswa menjawab salam
guru
135
A. Sumber Belajar 1. Sumber buku yang relevan
2. LKS Fisika
3. Alat dan bahan percobaan
B. Penilaian 1. Tes tertulis berupa tes objektif
2. Laporan eksperimen dalam LKS
3. Tugas karya tulis yang dapat dipajang di kelas
4. Observasi aktivitas siswa
5. Bentuk : Uraian dan uji petik kerja prosedur
6. Instrumen :
Contoh intrumen:
Lakukan percobaan massa jenis menggunakan alat dan bahan yang disediakan dan buat kesimpulannya
Berapa massa kayu yang memiliki massa 8 gr dengan volume 10 cm2
Tentukan jenis zat yang disediakan dengan berdasarkan tabel yang tersedia.
Mengetahui, Ciputat Timur, Februari 2011
Kepala SMP Al-Fath Guru Mata Pelajaran IPA
Dra. Ninik Hraiyani Aos Uswadi
137
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK KONTROL
Satuan Pendidikan : SMP AL-FATH
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/ Semester : VII/ II
Konsep Pembelajaran :Wujud Zat
Alokasi Waktu : 8 jam pembelajaran
A. Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya.
B. Kompetensi Dasar
3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
3.2. Mendeskripsikan konsep massa jenis dalam kehidupan sehari-hari
C. Indikator
1. Menyelidiki perubahan wujud zat.
2. Menafsirkan gaya tarik antar-partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran.
3. Membedakan kohesi dan adhesi berdasarkan pengamatan.
4. Mengkaitkan peristiwa kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari.
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Mengamati perubahan wujud zat.
2. Membuktikan bahwa partikel dapat bergerak.
3. Mengamati pengaruh suhu terhadap kecepatan gerak partikel.
4. Mengamati meniskus pada permukaan zat cair.
5. Mengamati peristiwa kapilaritas pada pipa kapiler yang diameternya berbeda.
6. Menyebutkan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang bekerja berdasarkan efek
kapilaritas.
E. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran : demonstrasi, ceramah, dan latihan soal
F. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1 (2 x 40 jam pelajaran)
No. Tahap
Pembelajaran Waktu Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1. Pendahuluan 10 menit
Guru masuk dengan
mengucap salam, bersama
siswa memulai
pembelajaran dengan doa,
dan memeriksa kehadiran
siswa
Guru memperkenalkan diri
Siswa menjawab salam
guru, memulai
pembelajaran dengan doa
dipimpin oleh ketua
kelas, kemudian
menjawab panggilan guru
ketika guru memeriksa
kehadiran siswa
2. Kegiatan Inti 10 menit
Guru memulai
pembelajaran dengan
terlebih dahulu menjelaskan
metode maupun kegiatan
pembelajaran pada konsep
wujud zat (pada zat padat,
cair, dan gas)
Siswa menyimak
penjelasan guru tentang
pembelajaran yang akan
dilaksanakan
20 menit Guru memberikan soal Siswa mengerjakan soal
Lampiran B.1.4
138
pretest tentang konsep
wujud zat benda pada benda
padat, cair, dan gas
pretest
20 menit
Guru membimbing peserta
didik dalam pembentukan
kelompok
Siswa membentuk
kelompok dan organisasi
kelompok
Mencatat anggota
kelompoknya dan
menyerahkan kepada
guru
10 menit
Guru memberitahu siswa
materi yang akan dipelajari
yaitu subkonsep wujud
zatpada benda padat dan
pada benda cair untuk
pertemuan berikutnya
Guru menginstruksikan
kepada siswa untuk duduk
bersama kelompoknya
masing-masing pada
pertemuan berikutnya
Siswa menyimak
instruksi guru
3. Penutup 10 menit
Memberi kesempatan
kepada siswa untuk
bertanya apabila ada
instruksi guru yang kurang
dipahami
Menutup pembelajaran
dengan doa
Meninggalkan kelas dengan
mengucap salam
Siswa bertanya apabila
ada instruksi guru yang
kurang dipahami
Menutup pembelajaran
dengan doa
Menjawab salam guru
Pertemuan Ke-2 (2 x 40 jam pelajaran)
No. Tahap
Pembelajaran Waktu Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1. Pendahuluan 15 menit
Guru masuk dengan
mengucap salam, bersama
siswa memulai
pembelajaran dengan doa,
memeriksa kehadiran siswa
dan menjelaskan tujuan
yang hendak dicapai pada
pembelajaran.
Guru menginstruksikan
kepada siswa untuk
berkumpul bersama
kelompoknya masing-
masing
Guru memberikan apersepsi
Siswa menjawab salam
guru, memulai
pembelajaran dengan doa
dipimpin oleh ketua
kelas, kemudian
menjawab panggilan guru
ketika guru memeriksa
kehadiran siswa
139
kepada siswa dengan
bertanya kepada
siswa.”Pernahkah kalian
melihat perjalanan awan
ktika akan hujan?”
Hal tersebut merupakan
contoh sehari-hari yang
berhubungan dengan konsep
wujud zat.
Siswa berkumpul
bersama kelompoknya
masing-masing sesuai
dengan kelompok yang
sudah ditentukan
Siswa mengikuti
jalannya apersepsi
dengan menjawab
pertanyaan yang
diberikan guru
2. Kegiatan Inti
35 menit
Guru memerintahkan
kepada perwakilan dari
kelompok 1 untuk maju ke
depan
Guru meminta perwakilan
kelompok 1 untuk
menunjukkan contoh
perubahan wujud zat dalam
kehidupan sehari-hari
Berikutnya guru
mempersilahkan perwakilan
dari kelompok 2 untuk maju
ke depan
Guru menginstruksikan
untuk melihat permukaan air
yang terjadi dalam tabung
reaksi
Memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya
maupun mengungkapkan
pendapat berkaitan dengan
konsep yang sedang
dijelaskan
Perwakilan dari
kelompok 1 dan 2 untuk
maju ke depan kelas
melaksanakan instruksi
dan menjawab
pertanyaan guru
Siswa memperhatikan
temannya yang
mendemonstrasikan alat
di depan kelas
Siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang
perubahan wujud zat.
Siswa mempertanyakan
hal yang kurang
dipahami, dan
mengungkapkan
pendapat tentang konsep
yang sedang dipelajari
20 menit
Guru memperkuat
pemahaman siswa dengan
memberikan latihan soal
Guru bersama siswa
membahas latihan soal dan
menyimpulkan materi yang
telah dipelajari
Siswa mengerjakan
latihan soal
Siswa bersama guru
membahas latihan soal
dan menyimpulkan
materi yang telah
dipelajari
3. Penutup 10 menit
Guru mengingatkan untuk
mempersiapkan materi pada
pertemuan berikutnya, yaitu
mencari massa jenis benda.
Menutup dan mengakhiri
pembelajaran dengan doa
Meninggalkan kelas dengan
mengucap salam
Siswa menyimak
instruksi guru untuk
mempersiapkan materi
massa jenis benda.
Menutup dan mengakhiri
pembelajaran dengan doa
Membalas salam guru
140
Pertemuan Ke-3 (2 x 40 jam pelajaran)
No. Tahap
Pembelajaran Waktu Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1. Pendahuluan
10 menit
Guru masuk dengan
mengucap salam, memulai
pembelajaran dengan doa,
memeriksa kehadiran siswa,
dan menjelaskan tujuan
yang hendak dicapai pada
pembelajaran kali ini yaitu
1. Siswa dapat merumuskan
dan dapat menerapkan
konsep kapilaritas dan
massa jenis benda dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Siswa dapat menyelidiki
terjadinya peristiwa
kapilaritas dan massa
jenis
3. Siswa dapat menganalisis
dan menurunkan rumus
massa jenis benda.
Guru menginstruksikan
kepada siswa untuk
berkumpul bersama
kelompoknya masing-
masing
Siswa menjawab salam
guru, memulai
pembelajaran dengan doa
dipimpin oleh ketua
kelas, kemudian
menjawab panggilan guru
ketika guru memeriksa
kehadiran siswa
Siswa berkumpul
bersama kelompoknya
masing-masing
10 menit
Guru menggali pengetahuan
awal siswa tentang konsep
kapilaritas dan massa jenis
benda dengan memberikan
pertanyaan pengantar
Agar siswa lebih mudah
memahami konsep yang
dimaksud, siswa
diinformasikan untuk
menyimak demonstrasi oleh
perwakilan setiap kelompok
di depan kelas
Siswa menjawab
pertanyaan pengantar
konsep Kapilaritas dan
massa jenis benda.
Siswa bersiap-siap untuk
memperhatikan
demonstrasi oleh
perwakilan setiap
kelompok di depan kelas
2. Kegiatan Inti 45 menit
Guru meminta perwakilan
siswa dari kelompok 1
sampai 1 untuk melakukan
demonstrasi di depan kelas
secara bergantian
Perwakilan siswa
melakukan demonstrasi
Perwakilan dari
kelompok 1 sampai 4
untuk maju ke depan
kelas melaksanakan
instruksi dan menjawab
pertanyaan guru
Siswa memperhatikan
141
Pertemuan Ke-4 (2 x 40 jam pelajaran)
No. Tahap
Pembelajaran Waktu Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1. Pendahuluan 10 menit
Guru masuk dengan
mengucapkan salam,
bersama siswa memulai
pembelajaran dengan doa,
dan memeriksa kehadiran
siswa
Guru menginstruksikan
kepada siswa untuk
mengumpulkan tugas pada
pertemuan sebelumnya
Siswa menjawab salam
guru, memulai
pembelajaran dengan doa
dipimpin oleh ketua
kelas, kemudian
menjawab panggilan guru
ketika guru memeriksa
kehadiran siswa
Seluruh siswa
mengumpulkan tugas
yang ditugaskan pada
pertemuan sebelumnya
2. Kegiatan Inti 10 menit
Guru menginstruksikan
kepada seluruh siswa untuk
merapihkan buku dan
barang-barang yang tidak
diperlukan dalam
Seluruh siswa
merapihkan buku dan
barang-barang yang tidak
diperlukan dalam
melaksanakan posttest
sesuai dengan petunjuk
guru.
Guru mengarahkan peserta
didik pada pemahaman
tentang konsep kapilaritas
dan massa jenis benda.
Memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya
maupun mengungkapkan
pendapat berkaitan dengan
konsep yang dijelaskan
temannya yang
mendemonstrasikan alat
di depan kelas
Siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang
penjelasan konsep, selain
itu siswa merangkum dan
mencatat konsep penting
Siswa mempertanyakan
hal yang kurang
dipahami,
mengungkapkan
pendapat berkaitan
dengan konsep yang
dijelaskan
3. Penutup 15 menit
Menyimpulkan konsep yang
telah dipelajari hari ini
Memberitahu kegiatan yang
akan dilakukan untuk
pertemuan berikutnya yaitu
penguatan atau review
konsep wujud zat
Menutup pembelajaran
dengan doa
Meninggalkan kelas dengan
mengucap salam
Menyimpulkan konsep
yang telah dipelajari
Memperhatikan instruksi
guru
Menutup pembelajaran
dengan doa
Membalas salam guru
142
melaksanakan posttest
Guru membacakan
peraturan ketika
mengerjakan soal posttest
Guru membagikan soal
posttest
Siswa memperhatikan
peraturan dalam
mengerjakan soal posttest
Siswa menerima soal
posttest
30 menit
Guru mengawasi siswa
dalam mengerjakan soal
posttest
Siswa mengerjakan soal
posttest
10 menit
Guru memberikan reward
kepada kelompok yang
melakukan demonstrasi di
depan kelas dengan baik
Kelompok yang
berprestasi maju ke
depan kelas untuk
menerima reward dari
guru
3. Penutup 10 menit
Guru beserta siswa
mengakhiri pembelajaran
dengan doa
Guru meninggalkan kelas
dengan mengucap salam
Siswa beserta guru
mengakhiri pembelajaran
dengan doa
Siswa menjawab salam
guru
Sumber Belajar a. Buku IPA Fisika Jl.1 (Esis) halaman 65-76
b. Buku kerja
c. Alat-alat praktikum
Penilaian Hasil Belajar
a. Teknik Penilaian:
- Tes unjuk kerja
- Tes tertulis
b. Bentuk Instrumen:
- Uji petik kerja produk
- PG dan Uraian
c. Contoh Instrumen:
- Contoh tes PG:
Faktor yang menentukan wujud sebuah materi adalah....
a. gerak Brown c. gaya ikat antar-molekul
b. adhesi d. kohesi
- Contoh tes Uraian:
Minyak wangi ketika berada di udara terbuka akan cepat habis. Mengapa demikian?
Jakarta, Februari 2011
Guru Mata Pelajaran IPA
Aos Uswadi
143
Worksheet
Wujud Zat, Miniskus Cembung dan Cekung, Kapilaritas, Massa Jenis
1. Wujud Zat
Ciri-ciri Zat Padat Zat Cair Gas
Volume
Bentuk
Gerak Partikel
Gaya tarik menarik
Jarak antar partikel
2. Perubahan Wujud Zat
3. Manakah perubahan yang membutuhkan kalor? Berilah contoh masing-masing 2!
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
4. Manakah perubahan yang melepaskan kalor? Berilah contoh masing-masing 2!
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
5. Carilah contoh dalam kehidupan sehari yang termasuk zat padat, zat cair, dan zat gas
masing-masing 5!
NO Zat Padat Zat Cair Gas
1
2
3
4
5
GAS
CAIR PADAT
Lampiran B.1.5
144
6. Adhesi dan Kohesi
Gaya Definisi dan Contoh
Gaya Adhesi
Gaya Kohesi
Gaya Kapiler
7. Miniskus Cembung dan Miniskus kecung
8. Massa Jenis
Soal
Sebuah balok dengan ukuran panjang 7 cm dan lebar 5 cm mempunyai massa 60 gram dan
massa jenis 5.000 kg/m3. Berapakah tinggi balok tersebut?
145
LKS (LEMBAR KERJA SISWA)
Kegiatan eksperimen Adhesi dan Kohesi
SMP Al-Fath Cireundeu
Name : …………………………………
Grade : …………………………………
A. Tujuan
B. Alat dan bahan
C. Langkah Kerja
1. Siapkan 2 tabung reaksi, air, dan minyak goreng!
2. Tuangkan air ke dalam tabung reaksi pertama dan amati bagaimana bentuk
permukaan airnya! Masukkan hasil pengamatanmu ke dalam tabel.
3. Olesi tabung reaksi kedua dengan minyak goreng!
4. Kemudian tuangkan air ke dalam tabung reaksi kedua dan amati
5. bagaimana bentuk permukaan airnya! Masukkan hasil pengamatanmu ke dalam tabel.
Zat Cair Zat Tabung Reaksi Keterangan
Air Tabung kaca
Air Tabung kaca yang diolesi
oleh minyak
Pernahkah kalian memperhatikan bagaimana bentuk
berkas atau noda yang ditimbulkan oleh air pada ker
tas koran ? Tetesan air berbentuk bulat tetapi setelah
jatuh pada permukaan ker tas koran berkasnya akan
melebar berbentuk lonjong. Mengapa demikian?
Untuk menjelaskan konsep massa jenis, lakukanlah
eksperimen berikut!
146
D. Gambarlah Hasil Pengamatan Kalian
E. Pertanyaan
1. Lihatlah hasil pengamatanmu di tabel, bagaimana permukaan air yang tidak diolesi
minyak? Mengapa demikian!________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
2. Lihatlah hasil pengamatanmu di tabel, bagaimana permukaan air yang sudah diolesi
minyak? Mengapa demikian!________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
3. Apa yang dimaksud dengan adhesi dan kohesi? Berilah contoh dalam kehidupan sehari-
hari!___________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
4. Apa yang dimaksud dengan meniskus cekung, meniskus cembung, kapilaritas?________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
147
LKS (LEMBAR KERJA SISWA)
Kegiatan eksperimen Massa Jenis Zat
SMP Al-Fath Cireundeu
Name : …………………………………
Grade : …………………………………
A. Tujuan
B. Alat dan bahan
C. Langkah Kerja
a. Siapkan neraca dan gelas ukur yang sudah terisi air.
b. Timbanglah massa batu, pecahan genteng, paku dan kayu kubus. Catatlah hasilnya pada
tebel.
c. Timbanglah volume semua benda tersebut lalu catata hasilnya pada tabel.
No Nama Benda Massa (gram) Volume (cm)3 Massa Jenis
D. Pertanyaan
Kalian pasti tahu bentuk suatu benda berdasarkan
sifat zat yang dimiliki suatu benda? tetapi belum
pernah tau bagaimana massa jenis pada sebuah
benda. Kita akan mengetahui massa jenis suatu
benda dari massa benda itu sendiri dan volumenya.
Untuk menjelaskan konsep massa jenis, lakukanlah
eksperimen berikut!
148
1. Lihatlah hasil pengamatanmu, bandingkan nilai m/V pada tap benda! Bagaimanakah
hasilnya?apa yang dapat kamu simpulkan?___________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
2. massa dibagi volume (m/V) adalah rumus untuk menghitung____________________
_____________________________________________________________________
3. Coba masukkan paku ke air? Apa yang terjadi dengan paku tersebut?Mengapa
demikian?____________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
4. Coba masukkan kubus kayu ke air? Apa yang terjadi dengan kubus kayu?Mengapa
demikian?____________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
149
Wujud Zat
Banyak benda yang dapat dilihat dan dijumpai di kehidupan sehari-hari. Misalnya
pensil, kacamata, batu, kursi, air, balon berisi udara, tabung LPG berisi gas, es, baja, dan
daun. Berbagai macam benda yang kita jumpai memiliki kesamaan, yaitu benda-benda
tersebut memerlukan ruang atau tempat untuk keberadaannya. Air di dalam gelas, menempati
ruang bagian dalam gelas itu, batu di pinggir jalan menempati ruang di pinggir jalan di mana
ruangan itu tidak ditempati oleh benda lain sebelum batu itu disingkirkan.
Udara dalam balon menempati ruang bagian dalam balon itu. Manusia juga
menempati ruang, misalkan dalam lift hanya cukup ditempati paling banyak 10 orang
dewasa, lebih dari itu ruang dalam lift tidak mencukupi lagi. Benda atau zat juga memiliki
massa, sebagai contoh batu bila ditimbang dengan neraca menunjukkan nilai massa tertentu.
Balon berisi udara bila dibandingkan massanya dengan balon yang kempis, akan lebih berat
balon berisi udara. Hal itu menunjukkan bahwa udara memiliki massa. Dapat disimpulkan
bahwa zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruangan. Menurut wujudnya
zat digolongkan menjadi tiga yaitu
1. Zat Padat Ciri zat padat yaitu bentuk dan volumenya tetap. Contohnya kelereng yang
berbentuknya bulat, dipindahkan ke gelas akan tetap berbentuk bulat. Begitu pula dengan
volumenya. Volume kelereng akan selalu tetap walaupun berpindah tempat ke dalam
gelas. Hal ini disebabkan karena daya tarik antarpartikel zat padat sangat kuat. Pada
umumnya zat padat berbentuk kristal (seperti gula pasir atau garam dapur) atau amorf
(seperti kaca dan batu granit). Partikel zat padat memiliki sifat seperti berikut:
a. Letaknya sangat berdekatan
b. Susunannya teratur
c. Gerakannya tidak bebas, hanya bergetar dan berputar di tempatnya
2. Zat Cair Zat cair memiliki volume tetap tetapi bentuk berubah-ubah sesuai dengan yang
ditempatinya. Apabila air dimasukkan ke dalam gelas, maka bentuknya seperti gelas,
apabila dimasukkan ke dalam botol akan seperti botol. Tetapi volumenya selalu tetap.
Hal ini disebabkan partikel-partikel penyusunnya agak berjauhan satu sama lain. Selain
itu, partikelnya lebih bebas bergerak karena ikatan antar partikelnya lemah. Partikel zat
cair memiliki sifat seperti berikut:
a. Letaknya berdekatan
b. Susunannya tidak teratur
c. Gerakannya agak bebas, sehingga dapat bergeser dari tempatnya, tetapi tidak lepas
dari kelompoknya
3. Zat Gas Ciri dari gas di antaranya bentuk dan volume berubah sesuai dengan tempatnya.
Gas yang terdapat di balon memiliki bentuk dan volume yang sama dengan balon. Gas
yang terdapat di dalam botol, bentuk dan volumenya sama dengan botol. Partikel-partikel
gas bergerak acak ke segala arah dengan kecepatan bergantung pada suhu gas, akibatnya
volumenya selalu berubah. Partikel zat gas memiliki sifat seperti berikut:
a. Letaknya sangat berjauhan
Lampiran B.1.6
b
150
b. Susunannya tidak teratur
c. Gerakannya bebas bergerak, sehingga dapat bergeser dari tempatnya dan lepas dari
kelompoknya, sehingga dapat memenuhi ruangan
Perubahan Wujud Zat Setiap zat akan berubah apabila menerima panas (kalor). Es dipanaskan akan
mencair. Air dipanaskan akan menguap menjadi uap air (gas). Apabila uap air
didinginkan menjadi embun dan kembali menjadi air. Air didinginkan menjadi es. Proses
perubahan wujud zat tersebut dapat diamati pada diagram.
Berdasarkan diagram tersebut, zat dari wujud yang satu ke wujud yang lainnya dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Membeku yaitu perubahan wujud zat dari cair ke padat
2. Mencair atau melebur yaitu perubahan wujud zat dari padat ke cair
3. Menyublim (mengkristal) yaitu perubahan wujud zat dari gas ke padat
4. Menyublim yaitu perubahan wujud zat dari padat ke gas
5. Menguap yaitu perubahan wujud zat dari cair ke gas
6. Mengembun yaitu perubahan wujud zat dari gas ke cair
Latihan Yuk!!
1. Pada saat cuaca mendung dan hampir turun hujan, mengapa kita sering merasa gerah
dan kepanasan?
2. Apabila es dalam ruang tertutup dipanaskan terus menerus akan mengalami
perubahan wujud menjadi air dan kemudian menjadi uap air. Apa yang terjadi pada
uap air itu bila pemanasan dilakukan terus tiada henti? Tingkatan wujud apakah
sesudah wujud gas?Jelaskan keadaan partikel-partikelnya!
3. Berdasarkan skema perubahan wujud zat, sebutkan perubahan wujud apa saja yang
memerlukan panas dan yang melepaskan panas?
151
Adhesi dan Kohesi Hal lain yang dapat kita ketahui adalah adanya tarik-menarik antar partikel. Gaya
tarik-menarik antarpartikel dapat terjadi antara partikel-partikel yang sejenis dan antara
partikel-partikel yang tidak sejenis. Setetes air yang jatuh di kaca meja akan berbeda
bentuknya bila dijatuhkan pada sehelai daun talas. Mengapa demikian?
Antara molekul-molekul air terjadi gaya tarik-menarik yang disebut dengan gaya
kohesi molekul air. Gaya kohesi diartikan sebagai gaya tarik menarik antara partikel-
partikel zat yang sejenis. Pada saat air bersentuhan dengan benda lain maka molekul
molekul bagian luarnya akan tarik-menarik dengan molekul-molekul luar benda lain
tersebut. Gaya tarik-menarik antara partikel zat yang tidak sejenis disebut gaya adhesi.
Gaya adhesi antara molekul air dengan molekul kaca berbeda dibandingkan gaya adhesi
antara molekul air dengan molekul daun talas. Demikian pula gaya kohesi antar molekul
air lebih kecil daripada gaya adhesi antara molekul air dengan molekul kaca. Itulah
sebabnya air membasahi kaca dan berbentuk melebar. Namun air tidak membasahi daun
talas dan tetes air berbentuk bulat-bulat menggelinding di permukaan karena gaya kohesi
antarmolekul air lebih besar daripada gaya adhesi antara molekul air dan molekul daun
talas.
1. Gaya adhesi adalah gaya tarik-menarik dua partikel atau lebih dari partikel yang tidak
sejenis. Mengakibatkan sebuah zat dapat menempel pada zat yang lain. Contoh: Air
dapat menempel di kaca.
2. Gaya kohesi adalah gaya tarik menarik dua partikel atau lebih dari partikel yang
sejenis. Mengakibatkan sebuah zat tidak dapat menempel pada zat yang lain. Contoh:
Air tidak dapat menempel pada daun talas.
Meniskus Gaya kohesi maupun gaya adhesi juga mempengaruhi bentuk permukaan zat cair
dalam wadahnya. Misalkan ke dalam dua buah tabung reaksi masing-masing diisikan air
dan raksa. Apa yang terjadi? Permukaan air dalam tabung reaksi berbentuk cekung
disebut meniskus cekung, sedangkan permukaan raksa dalam tabung reaksi berbentuk
cembung disebut meniskus cembung.
Hal itu dapat dijelaskan bahwa gaya adhesi molekul air dengan molekul kaca lebih
besar daripada gaya kohesi antar molekul air, sedangkan gaya adhesi molekul raksa
dengan molekul kaca lebih kecil daripada gaya kohesi antara molekul raksa. Meniskus
cembung maupun meniskus cekung menyebabkan sudut kontak antara bidang wadah
152
(tabung) dengan permukaan zat cair berbeda besarnya. Meniskus cembung menimbulkan
sudut kontak tumpul (> 90^o), sedangkan meniskus cekung menimbulkan sudut kontak
lancip (< 90^o)
Kapilaritas
Gaya kohesi dan gaya adhesi berpengaruh pada gejala kapilaritas. Kapilaritas
adalah gejala naik atau turunnya cairan di dalam pipa kapiler atau pipa kecil. Sebuah
pipa kapiler kaca bila dicelupkan pada tabung berisi air akan dijumpai air dapat naik ke
dalam pembuluh kaca pipa kapiler, sebaliknya bila pembuluh pipa kapiler dicelupkan
pada tabung berisi air raksa akan dijumpai bahwa raksa di dalam pembuluh kaca pipa
kapiler lebih rendah permukaannya dibandingkan permukaan raksa dalam tabung.
Jadi, kapilaritas sangat tergantung pada kohesi dan adhesi. Air naik dalam
pembuluh pipa kapiler dikarenakan adhesi sedangkan raksa turun dalam pembuluh pipa
kapiler dikarenakan kohesi. Sekarang banyak dikembangkan teknologi yang
mendasarkan pada gaya adhesi maupun kohesi. Beberapa tekstil kain tiruan
menghasilkan kain yang kohesif terhadap debu. Jadi, pakaian dari bahan tersebut tidak
mudah kotor. Di lain pihak, banyak ditemukan bahan-bahan adhesif serbaguna, lem
alteco, dan sejenisnya sangat berguna bagi kehidupan. Bahkan, luka bekas operasi
sekarang tidak perlu dijahit melainkan cukup dilem dengan lem khusus yang adhesif
dengan jaringan kulit dan otot. Beberapa contoh gejala kapilaritas yang berkaitan dengan
peristiwa alam yaitu:
1. peristiwa naiknya air dari ujung akar ke daun pada tumbuhan
2. naiknya minyak tanah pada sumbu kompor
3. basahnya tembok rumah bagian dalam ketika hujan. Ketika terkena hujan, tembok
bagian luar akan basah, kemudian merembes ke bagian yang lebih dalam.
153
Latihan Yuk!!
1. Jelaskan mengapa tulisan kapur dapat menempel di papan tulis?
2. Sebutkan 3 contoh peristiwa yang menunjukkan adhesi lebih besar dari kohesi?
3. Sebutkan 3 contoh peristiwa yang menunjukkan kohesi lebih besar dari adhesi?
4. Jelaskan mengapa air yang dituangkan dalam gelas berbentuk meniskus cekung,
sedangkan air raksa berbentuk meniskus cembung?
5. Apa yang dimaksud dengan kapilaritas?
6. Sebutkan tiga contoh peristiwa kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari!
Massa Jenis apaan sih?
Kamu tentu pernah minum air es atau es teh. Perhatikan, mengapa es batu selalu
mengapung dalam air? Pernahkah kamu mencampur air dan minyak tanah? Mengapa
minyak tanah selalu berada di atas air? Semua logam tenggelam di air, tetapi kayu atau
gabus terapung di air. Apa yang menyebabkan semua ini? Untuk menemukan
jawabannya kamu dapat melakukan percobaan berikut.
Dengan memperhatikan hasil kegiatan percobaan tadi, diskusikan kembali tentang
permisalan dua kantong plastik ukuran sama yang diisi kapas dan pasir, ketika kamu
membahas massa. Meskipun volumenya sama, yaitu satu kantong plastik, ternyata pasir
memiliki massa yang lebih besar dibanding kapas. Berdasarkan hal ini, dikatakan massa
jenis pasir lebih besar daripada massa jenis kapas. Massa jenis merupakan perbandingan
antara massa dan volume.
Massa jenis benda sering disebut dengan kerapatan benda dan merupakan ciri khas
setiap jenis benda. Massa jenis tidak tergantung pada jumlah benda. Apabila jenisnya
sama maka nilai massa jenisnya juga sama. Misalnya, setetes air dan seember air
mempunyai nilai massa jenis sama yaitu 1 gram/cm^3. Berbagai logam memiliki nilai
massa jenis besar dikarenakan atom-atom dalam susunan molekulnya memiliki kerapatan
yang besar. Gabus atau sterofoam mempunyai massa jenis kecil karena susunan atom-
atom dalam molekulnya memiliki kerapatan kecil.
Massa jenis dilambangkan dengan simbol ρ (dibaca rho), salah satu huruf Yunani.
Keterangan:
ρ = massa jenis (kg/m^3 atau g/cm^3)
m = massa benda (kg atau gram)
V = volume benda m^3 atau cm^3)
154
Tabel berbagai massa jenis zat
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa kerapatan logam tertentu seperti platina
atau emas jauh lebih besar dibandingkan zat-zat lainnya. Massa jenis berbagai zat
berbeda-beda walaupun benda-benda tersebut jumlah atau volumenya sama. Massa jenis
zat yang umum digunakan sebagai patokan adalah massa jenis air dan massa jenis raksa.
Massa jenis air dalam wujud cair, yaitu 1000 kg/m^3 atau 1 g/cm^3, sedangkan raksa
atau mercury memiliki massa jenis 13.600 kg/m^3 atau 13,6 g/cm^3.
Penting: 1000 kg/m^3 = 1 g/cm^3
Selain massa jenis, dikenal pula berat jenis. Berat jenis adalah berat benda (w) tiap
satuan volume (V). Bila berat jenis dapat dilambangkan dengan S, dapat dinyatakan
dengan persamaan.
Keterangan:
S = berat jenis (N/m^3 atau dyne/cm^3)
w = berat benda (N atau dyne)
V = volume benda (m^3 atau cm^3)
Jadi, berat jenis benda adalah hasil kali antara massa jenis dengan percepatan gravitasi.
Penggunaan Konsep Massa Jenis dalam Kehidupan Sehari-Hari
1. Kapal Selam
155
Tahukah kamu mengapa es dapat terapung di air, sedangkan batu tenggelam
dalam air? Es memiliki massa jenis lebih kecil dari air, sehingga es dapat terapung
dalam air. Batu tenggelam dalam air karena memiliki massa jenis lebih besar daripada
air. Tahukah kamu mengapa kapal selam dapat terapung dan tenggelam di air? Ketika
terapung massa jenis total kapal selam lebih kecil dari air laut dan sewaktu tenggelam
massa jenis total kapal selam lebih besar dari air laut. Kapal selam memiliki tangki
pemberat yang berisi air dan udara. Tangki tersebut terletak di antara lambung kapal
sebelah dalam dan luar. Tangki dapat berfungsi membesar atau memperkecil massa
jenis total kapal selam. Ketika air laut dipompa masuk ke dalam tangki pemberat,
massa jenis kapal selam lebih besar dan sebaliknya agar massa jenis total kapal selam
menjadi kecil, air laut dipompa keluar.
2. Balon Gas Pernahkah kamu melihat balon udara? Tahukah kamu, gas apa yang terdapat
di dalamnya? Balon gas berisi gas helium. Gas helium memiliki massa jenis yang
lebih kecil dari udara, sehingga balon gas bisa naik ke atas.
3. Air Minum Dingin di Dalam Lemari Es Suatu ketika kamu mungkin pernah melihat dalam botol air minum dingin
yang berasal dari lemari es terdapat endapan kapur. Kenapa hal itu dapat terjadi? Air
yang jernih dapat juga mengandung kapur, namun apabila dilihat langsung dengan
mata tidak kelihatan. Ketika air dingin massa jenis air lebih kecil dan terpisah dari
kapur sehingga kapur yang memiliki massa jenis lebih besar akan turun ke bawah dan
mengendap.
Menganalisis Benda Terapung, Melayang, Dan Tenggelam Dengan membandingkan massa jenis zat cair dan benda yang dicelupkan
kedalamnya, kamu dapat mengetahui benda-benda tersebut terapung melayang, atau
tenggelam.
Latihan Yuk!!
1. Apakah yang membedakan antara air dengan es? Sebagaimana kamu ketahui es
terbuat dari air.
2. Air mempunyai massa jenis 1000 kg/m^3. Apabila massanya 500 kg, berapakah
volumenya?
3. Es memiliki massa 800 kg dan massa jenisnya 920 kg/m^3. Tentukan volume es
tersebut!
4. Massa jenis air 1000 kg/m^3 memiliki volume sama dengan 100 kg alkohol yang
mempunyai massa jenis 800 kg/m^3. Hitunglah massa air!
156
5. Sebuah balok kayu berukuran 10 cm × 0,2 m × 40 dm. Balok memiliki massa 2,4 kg.
Hitunglah massa jenis balok!
6. Suatu hari Bu Nani menyuruh anaknya yang bernama Sinta untuk membeli telur ayam
di pasar. Sebelum berangkat ke pasar ibunya berpesan agar membeli telur yang masih
baru. Dapatkah kamu membantu Sinta cara memilih telur yang masih baru?
7. Semua batu bila dicelupkan ke dalam air secara langsung pasti tenggelam, kecuali
batu apung. Mengapa hal itu bisa terjadi?
157
Lampiran C.1 : Data Hasil Pretest dan Posttest
1. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen
2. Hasil Pretest Kelompok Kontrol
3. Hasil Postest Kelompok Eksperimen
4. Hasil Postest Kelompok Kontrol
Lampiran C.2 : Uji Normalitas Pretest dan Posttest
1. Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen
2. Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol
3. Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen
4. Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol
Lampiran C.3 : Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
1. Uji Homogenitas Data Hasil Pretest
2. Uji Homogenitas Data Hasil Posttest
Lampiran C.4 : 1. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Pretest
2. Uji Hipotesis (Hasil Posttest)
Lampiran C.5 : 1. Hasil dan Perhitungan Observasi Aktivitas Siswa
2. Rekapitulasi Hasil dan Perhitungan Observasi Aktivitas
Siswa
Lampiran C.6 : 1. Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa
Terhadap Pembelajaran Fisika
2. Rekapitulasi Hasil dan Perhitungan Angket Tentang
Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika
Lampiran C.7. : Dokumentasi Penelitian
LAMPIRAN C
HASIL DAN UJI ANALISIS DATA
158
Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil pretest dari
kelompok eksperimen yang berjumlah 20 siswa, adalah sebagai berikut:
0 39 43 52
29 41 49 54
29 41 49 58
32 42 49 60
36 42 52 61
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil pretest dari
kelompok kontrol yang berjumlah 20 siswa, adalah sebagai berikut:
10 19 40 47
10 36 41 47
13 38 41 49
13 38 43 51
16 38 43 52
Dari hasil pretest kedua kelompok tersebut, diperoleh nilai maksimum
(Xmax) adalah 61 dan nilai minimum (Xmin) adalah 0. Sehingga dapat dibuat
diagram batang hasil pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan
terlebih dahulu membuat tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi
terlebih dahulu ditentukan dengan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan
panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut:
a. Rentang (R)
61
061
minmax
XXR
b. Banyaknya Kelas (K)
6
28,6
28,51
)60,13,3(1
)40log3,3(1
)2020log3,3(1
log3,31
nK
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
c. Panjang Kelas (P)
10
16,10
6
61
K
RP
Sehingga panjang kelasnya adalah
10.
Tabel distribusi frekuensinya adalah sebagai berikut:
Lampiran C.1
159
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No. Interval
Frekuensi
Kelompok
Eksperimen
Persentase
(%)
Frekuensi
Kelompok
Kontrol
Persentase
(%)
1 0 - 10 1 5 % 2 10 %
2 11 - 20 0 0 % 4 20 %
3 21 - 30 2 10 % 0 0 %
4 31 - 40 3 15 % 4 20 %
5 41 - 50 8 40 % 8 40 %
6 51 - 61 6 30 % 2 10 %
Jumlah (Σ) 20 100 % 20 100 %
Dari tabel distribusi frekuensi tersebut, dapat dibuat diagram batang Hasil
Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol,yaitu:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 5 6
Ju
mla
h s
isw
a
Skor Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Frekuensi Kelompok Eksperimen
Frekuensi Kelompok Kontrol
160
Hasil Pretest Kelompok Eksperimen
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil pretest yang
didapat dari kelompok eksperimen adalah sebagai berikut
0 39 43 52
29 41 49 54
29 41 49 58
32 42 49 60
36 42 52 61
Dari hasil tersebut diperoleh nilai maksimum (Xmax) adalah 64 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 0. Sehingga dapat dibuat tabel distribusi rekuensi dengan
menentukan terlebih dahulu nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang
kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut:
d. Rentang (R)
61
061
minmax
XXR
e. Banyaknya Kelas (K)
5
26,5
26,41
30,13,31
20log3,31
log3,31
nK
Sehingga banyaknya kelas adalah 5
f. Panjang Kelas (P)
12
2,12
5
61
K
RP
Sehingga panjang kelasnya adalah
12.
Tabel distribusinya adalah sebagai berikut:
No. Kelas Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
Batas
kelas fi xi xi
2 fi . xi
2
0,5
1 0 - 12 1 6 6 36 36
12,5
2 13 - 25 0 19 0 361 0
25,5
3 26 - 38 4 32 128 1024 4096
38,5
4 39 - 51 9 45 405 2025 18225
51,5
5 52 - 64 6 58 348 3364 20184
64,5
Jumlah (Σ) 20 160 193 887 6810 42541
Lampiran C.1.1
161
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan
nilai rata-rata (𝑋 ), median (Me), Modus (Mo), dan Standar Deviasi (S) nilai pretest
ini. Berikut adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )
35,44
20
887
i
ii
f
xfX
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
f
Fn
PbMe 2
1
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 12,5
P = panjang kelas = 12
n = banyaknya data = 20
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 1 + 0 = 1
f = nilai frekuensi kelas median = 4
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut:
5,39
275,12
25,2125,12
4
120.2
1
125,12
Me
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
21
1
bb
bPbMo
Dimana:
b = batas bawah kelas modus = 38,5
P = panjang kelas = 12
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 9 – 4 = 5
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
162
kelas sesudahnya = 9 – 6 = 3
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
46
5,75,38
62,0125,38
35
5125,38
Mo
d. Deviasi Standar (S)
Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
96,12
55,168
19
55,3202
19
45,3933842541
19
20
78676942541
120
20
88742541
1
..
2
2
2
i
i
ii
ii
f
f
xfxf
S
i
163
Hasil Pretest Kelompok Kontrol
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil pretest yang
didapat dari kelompok kontrol adalah sebagai berikut:
10 19 40 47
10 36 41 47
13 38 41 49
13 38 43 51
16 38 43 52
Dari hasil tersebut diperoleh nilai maksimum (Xmax) adalah 52 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 10. Sehingga dapat dibuat tabel distribusi rekuensi dengan
menentukan terlebih dahulu nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang
kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut:
a. Rentang (R)
42
1052
minmax
XXR
b. Banyaknya Kelas (K)
5
29,5
29,41
30,13,31
20log3,31
log3,31
nK
Sehingga banyaknya kelas adalah 5
c. Panjang Kelas (P)
8
4,8
5
42
K
RP
Sehingga panjang kelasnya adalah 8.
Tabel distribusinya adalah sebagai berikut:
No. Kelas Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
Batas
kelas fi xi xi
2 fi . xi
2
0,5
1 0 - 8 0 4 0 16 0
8,5
2 9 - 17 5 13 65 169 842
17,5
3 18 - 26 1 22 22 484 484
26,5
4 27 - 35 0 31 0 961 0
35,5
5 35 - 54 14 39 546 1521 21294
54,5
Jumlah (Σ) 20 633 22620
Lampiran C.1.2
164
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan
nilai rata-rata (𝑋 ), median (Me), Modus (Mo), dan Standar Deviasi (S) nilai pretest
ini. Berikut adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )
65,31
20
633
i
ii
f
xfX
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
f
Fn
PbMe 2
1
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 17,5
P = panjang kelas = 8
n = banyaknya data = 20
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 5+0 = 5
f = nilai frekuensi kelas median = 5
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
5,17
05,17
085,17
5
520.2
1
85,17
Me
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
21
1
bb
bPbMo
Dimana:
b = batas bawah kelas modus = 17,5
P = panjang kelas = 8
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 5– 0 = 5
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 5 – 1 = 4
165
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
6,21
4,45,17
55,085,17
45
585,17
Mo
d. Deviasi Standar (S)
Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
94,10
7,119
19
5,2275
19
5,2034422620
19
20
40068922620
120
20
63322620
1
..
2
2
2
i
i
ii
ii
f
f
xfxf
S
i
166
Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil posttest dari
kelompok eksperimen yang berjumlah 20 siswa, adalah sebagai berikut:
35 68 74 83
60 70 79 85
63 72 80 89
67 72 80 91
67 74 80 98
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil posttest dari
kelompok kontrol yang berjumlah 20 siswa, adalah sebagai berikut
20 50 69 72
25 63 69 74
27 65 69 74
32 67 71 78
47 69 72 83
Dari hasil posttest kedua kelompok tersebut, diperoleh nilai maksimum
(Xmax) adalah 98 dan nilai minimum (Xmin) adalah 20. Sehingga dapat dibuat
diagram batang hasil posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
dengan terlebih dahulu membuat tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi
frekuensi terlebih dahulu ditentukan dengan nilai rentang (R), banyaknya kelas
(K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan
berikut:
g. Rentang (R)
78
2098
minmax
XXR
h. Banyaknya Kelas (K)
6
28,6
28,51
60,13,31
2020log3,31
log3,31
nK
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
i. Panjang Kelas (P)
13
13
6
78
K
RP
Sehingga panjang kelasnya adalah
13.
Tabel distribusinya adalah sebagai berikut:
Lampiran C.1.3
167
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No. Interval
Frekuensi
Kelompok
Eksperimen
Persentase
(%)
Frekuensi
Kelompok
Kontrol
Persentase
(%)
1 13 - 26 1 5% 2 10%
2 27 - 40 0 0% 2 10%
3 41 - 54 0 0% 2 10%
4 55 - 68 5 25% 3 15%
5 69 - 82 9 45% 10 50%
6 83 - 98 5 25% 1 5%
Jumlah (Σ) 20 100% 20 100%
Dari tabel distribusi frekuensi tersebut, dapat dibuat diagram batang Hasil
Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol,yaitu:
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6
Jum
lah
sis
wa
AxisSkor Hasil Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Frekuensi Kelompok Eksperimen
Frekuensi Kelompok Kontrol
168
Hasil Posttest Kelompok Eksperimen
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil posttest yang
didapat dari kelompok eksperimen adalah sebagai berikut
35 68 74 83
60 70 79 85
63 72 80 89
67 72 80 91
67 74 80 98
Dari hasil tersebut diperoleh nilai maksimum (Xmax) adalah 98 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 35. Sehingga dapat dibuat tabel distribusi frekuensi
dengan menentukan terlebih dahulu nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan
panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut:
a. Rentang (R)
63
3598
minmax
XXR
b. Banyaknya Kelas (K)
5
23,5
23,41
30,13,31
20log3,31
log3,31
nK
Sehingga banyaknya kelas adalah 5
c. Panjang Kelas (P)
13
6,12
5
63
K
RP
Sehingga panjang kelasnya adalah
13.
Tabel distribusinya adalah sebagai berikut:
No. Kelas Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
Batas
kelas fi xi xi
2 fi . xi
2
34,5
1 35 - 48 1 41,5 41,5 1722,25 1722,25
48,5
2 49 - 62 1 55,5 55,5 3080,5 3080,25
62,5
3 63 - 76 9 69,5 625,5 4830,25 43472,25
76,5
4 77 - 90 7 83,5 584,5 6972,25 48805,75
90,5
5 91 - 104 2 97,5 195 9506,25 19012,5
104,5
Jumlah (Σ) 20 1502 116093
Lampiran C.1.4
169
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan
nilai rata-rata (𝑋 ), median (Me), Modus (Mo), dan Standar Deviasi (S) nilai
posttest ini. Berikut adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )
1,75
20
1502
i
ii
f
xfX
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
f
Fn
PbMe 2
1
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 76,5
P = panjang kelas = 13
n = banyaknya data = 20
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 9 + 1 = 10
f = nilai frekuensi kelas median = 9
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
posttest ini adalah sebagai berikut.
5,76
0135,76
9
1020.2
1
135,76
Me
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
21
1
bb
bPbMo
Dimana:
b = batas bawah kelas modus = 76,5
P = panjang kelas = 13
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 9 – 1 = 8
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 9 – 7 = 3
170
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
posttest ini adalah sebagai berikut.
95,85
45,95,76
72,0135,76
38
8135,76
Mo
d. Standar deviasi (S)
Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
16,13
30,173
19
8,3292
19
2,112800116093
19
20
2256004116093
120
20
1502116093
1
..
2
2
2
i
i
ii
ii
f
f
xfxf
S
i
171
Hasil Posttest Kelompok Kontrol
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil posttest yang
didapat dari kelompok kontrol adalah sebagai berikut:
20 50 69 72
25 63 69 74
27 65 69 74
32 67 71 78
47 69 72 83
Dari hasil tersebut diperoleh nilai maksimum (Xmax) adalah 91 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 41. Sehingga dapat dibuat tabel distribusi rekuensi dengan
menentukan terlebih dahulu nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang
kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut:
a. Rentang (R)
63
2083
minmax
XXR
b. Banyaknya Kelas (K)
5
21,5
29,41
30,13,31
20log3,31
log3,31
nK
Sehingga banyaknya kelas adalah 5
c. Panjang Kelas (P)
13
6,12
5
63
K
RP
Sehingga panjang kelasnya adalah
13.
Tabel distribusinya adalah sebagai berikut:
No. Kelas Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
Batas
kelas fi xi xi
2 fi . xi
2
19,5
1 20 - 33 4 26,5 106 702,25 2809
33,5
2 34 - 47 1 40,5 40,5 1640,5 1640,5
47,5
3 48 - 61 1 54,5 54,5 2970,25 2970,25
61,5
4 62 - 75 12 68,5 822 4692,25 56307
75,5
5 76 - 89 2 82,5 165 6806,25 13612,5
89,5
Jumlah (Σ) 20 1188 77339,25
172
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan
nilai rata-rata (𝑋 ), median (Me), Modus (Mo), dan Standar Deviasi (S) nilai
posttest ini. Berikut adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )
4,59
20
1188
i
ii
f
xfX
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
f
Fn
PbMe 2
1
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 61,5
P = panjang kelas = 13
n = banyaknya data = 20
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 12 + 1 = 13
f = nilai frekuensi kelas median = 12
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
posttest ini adalah sebagai berikut.
08,69
54,75,61
58,0135,61
12
1320.2
1
135,61
Me
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
21
1
bb
bPbMo
Dimana:
b = batas bawah kelas modus = 67,5
P = panjang kelas = 9
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 15 – 11 = 4
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 15 – 15 = 10
173
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
posttest ini adalah sebagai berikut.
11,70
61,25,67
29,095,67
104
495,67
Mo
d. Deviasi Standar (S)
Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
07,12
88,145
19
8,2771
19
2,7456777339
19
20
141134477339
120
20
118877339
1
..
2
2
2
i
i
ii
ii
f
f
xfxf
S
i
174
Uji Normalitas Data Hasil Pretest dan Posttest
Uji normalitas menggunakan rumus kai kuadrat (chi square), yaitu:
i
i
E
EOX
2
12
Dimana: Oi : frekuensi observasi (fi)
Ei : frekuensi ekspektasi (harapan)
Kriteria pengujian nilai kai kuadrat didasarkan pada ketentuan berikut ini.
a. jika X2
hitung ≤ X2tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (Data berdistribusi
normal)
b. jika X2
hitung > X2
tabel,, maka Ho diterima dan Ha ditolak (data tidak berdistribusi
normal)
A. Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen
Perolehan Nilai Pretest Kelompok Eksperimen
0 39 43 52
29 41 49 54
29 41 49 58
32 42 49 60
36 42 52 61
Tabel Bantu Kai Kuadrat Nilai Pretest Kelompok Eksperimen
Kelas (fi) (xi) fi xi xi2
fi . xi2
Batas
Kelas
Z
batas
kelas
luas Z
tabel
Luas z
tabel
kelas
Ei Oi
i
i
E
EOX
2
12
0,5 -2,86 0,4875
0 - 12 1 6 6 36 36 0,0610 1,220 1 0,0396
12,5 -2,45 0,4265
13 - 25 0 19 0 361 0 0,1843 3,686 0 3,686
25,5 -1,68 0,2422
26 - 38 4 32 128 1024 4096 0,3018 6,036 4 0,686
38,5 -0,45 0,596
39 - 51 9 45 405 2025 18225 0,2642 5,284 9 0,703
51,5 0,55 0,3238
52 - 64 6 58 348 3364 20184 0,1353 2,706 6 4,007
64,5 1,55 0,4951
Jumlah (Σ) 20 160 887 6810 42541 20 9,12
Maka diperoleh chi kuadrat hitung (X2
hitung) adalah 9,12
Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran C.1.1.
Lampiran C.2.1
175
2. Menentukan rata-rata ( X ) dan Deviasi Standar (S)
Rata-rata ( X )
35,44
20
887
i
ii
f
xfX
Deviasi Standar (S)
96,12
55,168
19
55,3202
19
45,3933842541
19
20
78676942541
120
20
88742541
1
..
2
2
2
i
i
ii
ii
f
f
xfxf
S
i
3. Menentukan z batas kelas dengan rumus:
S
Xz
- Kelas Batas
Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah nilai deviasi standar.
55,196,12
35,445,64
55,096,12
35,445,51
45,096,12
35,445,38
68,196,12
35,445,25
45,296,12
35,445,12
86,296,12
35,445,0
6
5
4
3
2
1
Z
Z
Z
Z
Z
Z
4. Menentukan luas z tabel.
z batas kelas -2,86 -2,45 -1,68 -0,45 0,55 1,55
Luas z tabel 0,4875 0,4265 0,2422 0,0596 0,3238 0,4591
176
5. Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut.
a. Kelas 0 – 12 z = 0,4875 – 0,4265 = 0,0610
b. Kelas 13 – 25 z = 0,4265 – 0,2422 = 0,1843
c. Kelas 26 – 38 z = 0,2422 + 0,0596 = 0,3018
d. Kelas 39 – 51 z = 0,0596 – 0,3238 = 0,2642
e. Kelas 52 – 64 z = 0,3238 – 0,4591 = 0,1353
6. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus:
ii fzE kelastiap tabel luas
0.0610 x 20 = 1,220
0,1843 x 20 = 3,686
0.3018 x 20 = 6,036
0.2642 x 20 = 5,284
0.1353 x 20 = 2,706
7. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas dan menentukan jumlah kai
kuadrat hitung (X2
hitung) dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas
berdasarkan rumus berikut ini.
i
ii
E
EOX
2
2
12,9
009,4703,0686,0686,30396,0
706,2
706,26
284,5
284,59
036,6
036,64
686,3
686,30
220,1
220,11
2
2222
2
hitungX
8. Menentukan X2
tabel
Nilai X2
tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 5 – 1 = 4 dan pada taraf
sigifikansi (α) = 0,04 adalah 9,488.
9. Menguji hipotesis normalitas.
Untuk menguji normalitas, data X2
hitung dibandingkan dengan X2
tabel . Didapat
bahwa X2
hitung < X2
tabel yaitu 9,12 < 9,488. Sehingga Ha diterima dan Ho
ditolak, maka data hasil pretest kelompok eksperimen berdistribusi
normal.
177
Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol
Perolehan Nilai Pretest Kelompok Kontrol
10 19 40 47
10 36 41 47
13 38 41 49
13 38 43 51
16 38 43 52
Tabel Bantu Kai Kuadrat Nilai Pretest Kelompok Kontrol
Kelas
(fi)
(xi) fi xi xi
2 fi . xi
2
Batas
kelas
Z
batas
kelas
Luas Z
tabel
Luas Z
tabel
kelas
Ei Oi
i
i
E
EOX
2
12
0,5 -2,841 0,4732
0 - 8 0 4 0 16 0 0,0863 1,726 0 1,726
8,5 -2,112 0,3869
9 - 17 5 13 65 169 842 0,1990 3,980 5 0,261
17,5 -1,291 0,1879
18 - 26 1 22 22 484 484 0,2789 5,578 1 2,759
26,5 -0,469 0,0910
27 - 35 0 31 0 961 0 0,2379 4,758 0 3,758
35,5 0,351 0,3289
35 - 54 14 39 546 1521 21294 0,1226 2,452 14 1,176
54,5 2,084 0,4515
Jumlah (Σ) 20 633 22620 20
Maka diperoleh chi kuadrat hitung (X2
hitung) adalah 9,18
Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran C.1.2.
2. Menentukan rata-rata ( X ) dan Deviasi Standar (S)
Rata-rata ( X )
65,31
20
633
i
ii
f
xfX
Deviasi Standar (S)
Lampiran C.2.2
178
94,10
7,119
19
5,2275
19
5,2034422620
19
20
40068922620
120
20
63322620
1
..
2
2
2
i
i
ii
ii
f
f
xfxf
S
i
3. Menentukan z batas kelas dengan rumus:
S
Xz
- Kelas Batas
Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah nilai deviasi standar.
496,096,10
65,315,26
291,196,10
65,315,17
084,296,10
65,315,54112,2
96,10
65,315,8
351,096,10
65,315,35841,2
96,10
65,315,0
4
3
62
51
Z
Z
ZZ
ZZ
4. Menentukan luas z tabel.
z batas kelas -2,84 -2,11 -1,29 -0,49 0,35 2,084
Luas z tabel 0,4732 0,3869 0,1879 0,0910 0,3289 0,4515
5. Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut.
a. Kelas 0 – 8 z = 0,4732 – 0,3869 = 0,0863
b. Kelas 9 – 17 z = 0,3869 – 0,1879 = 0,1990
c. Kelas 18 – 26 z = 0,1879 + 0,0910 = 0,2789
179
d. Kelas 27 – 35 z = 0,0910 – 0,3289 = 0,2379
e. Kelas 36 – 55 z = 0,3289 – 0,4515 = 0,1226
6. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus:
ii fzE kelastiap tabel luas
0,0863 x 20 = 1,726
0,1990 x 20 = 3,980
0,2789 x 20 = 5,578
0,2379 x 20 = 4,758
0,1226 x 20 = 2,452
7. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas dan menentukan jumlah kai
kuadrat hitung (X2
hitung) dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas
berdasarkan rumus berikut ini.
i
ii
E
EOX
2
2
18,9
176,1758,3759,2261,0726,1
452,2
452,214
758,4
758,40
578,5
578,51
980,3
980,35
726,1
726,10
2
2222
2
hitungX
8. Menentukan X2
tabel
Nilai X2
tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 5 – 1 = 4 dan pada taraf
sigifikansi (α) = 0,04 adalah 9,488.
9. Menguji hipotesis normalitas.
Untuk menguji normalitas, data X2
hitung dibandingkan dengan X2
tabel . Didapat
bahwa X2
hitung < X2
tabel yaitu 9,18 < 9,488. Sehingga Ha diterima dan Ho
ditolak, maka data hasil pretest kelompok kontrol berdistribusi normal.
180
B. Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen
Perolehan Nilai Posttest Kelompok Eksperimen
35 68 74 83
60 70 79 85
63 72 80 89
67 72 80 91
67 74 80 98
Tabel Bantu Kai Kuadrat Nilai Posttest Kelompok Eksperimen
Kelas
(fi) (xi) fi xi xi
2 fi . xi
2
Batas
Kelas
Z
batas
kelas
Luas
Z
tabel
Luas Z
tabel
kelas
Ei Oi
i
i
E
EOX
2
12
34,5 -2,16 0,4817
35 - 48 1 41,5 41,5 1722,25 1722,25 0,0655 1,310 1 0,073
48,5 -1,94 0,4162
49 - 62 1 55,5 55,5 3080,5 3080,25 0,1676 3,352 1 1,650
62,5 -1,92 0,2486
63 - 76 9 69,5 625,5 4830,25 43472,25 0,2646 5,292 9 2,598
76,5 0,10 0,0160
77 - 90 7 83,5 584,5 6972,25 48805,75 0,2574 5,148 7 0,666
90,5 1,12 0,2734
91 - 104 2 97,5 195 9506,25 19012,5 0,1545 3,090 2 0,352
104,5 2,14 0,4279
Jumlah (Σ) 20 1502 116093 20 5,339
Maka diperoleh chi kuadrat hitung (X2
hitung) adalah5,339
Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran C.1.3.
2. Menentukan rata-rata ( X ) dan Deviasi Standar (S)
Rata-rata ( X )
1,75
20
1502
i
ii
f
xfX
Deviasi Standar (S)
Lampiran C.2.3
181
16,13
30,173
19
8,3292
19
2,112800116093
19
20
2256004116093
120
20
1502116093
1
..
2
2
2
i
i
ii
ii
f
f
xfxf
S
i
3. Menentukan z batas kelas dengan rumus:
S
Xz
- Kelas Batas
Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah nilai deviasi standar.
10,016,13
10,755,76
92,016,13
10,755,62
14,216,13
10,755,10494,1
16,13
10,755,48
12,116,13
10,755,9016,2
16,13
10,755,34
4
3
62
51
Z
Z
ZZ
ZZ
4. Menentukan luas z tabel.
z batas kelas -2,16 -1,94 -1,92 0,10 1,12 2,14
Luas z tabel 0,4817 0,4162 0,2486 0,0160 0,2734 0,4279
5. Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut.
a. Kelas 35 – 48 z = 0,4817 – 0,4162 = 0,0655
b. Kelas 49 – 62 z = 0,4162 – 0,2486 = 0,1676
c. Kelas 63 – 76 z = 0,2486 + 0,0160 = 0,2646
182
d. Kelas 77 – 90 z = 0,0160 – 0,2734 = 0,2574
e. Kelas 91 – 104 z = 0,2734 – 0,4279 = 0,1545
6. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus:
ii fzE kelastiap tabel luas
0,0655 x 20 = 1,310
0,1676 x 20 = 3,352
0,2646 x 20 = 5,292
0,2574 x 20 = 5,148
0,1545 x 20 = 3,090
7. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas dan menentukan jumlah kai
kuadrat hitung (X2
hitung) dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas
berdasarkan rumus berikut ini.
i
ii
E
EOX
2
2
339,5
352,0666,0598,2650,1073,0
090,3
090,32
148,5
148,57
292,5
292,59
352,3
352,31
310,1
310,11
2
2222
2
hitungX
8. Menentukan X2
tabel
Nilai X2
tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 5 – 1 = 4 dan pada taraf
sigifikansi (α) = 0,04 adalah 9,488.
9. Menguji hipotesis normalitas.
Untuk menguji normalitas, data X2
hitung dibandingkan dengan X2
tabel . Didapat
bahwa X2
hitung < X2
tabel yaitu 5,339 < 9,488. Sehingga Ha diterima dan Ho
ditolak, maka data hasil posttest kelompok eksperimen berdistribusi
normal.
183
C. Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol
Perolehan Nilai Posttest Kelompok Kontrol
20 50 69 72
25 63 69 74
27 65 69 74
32 67 71 78
47 69 72 83
Tabel Bantu Kai Kuadrat Nilai Posttest Kelompok Kontrol
Kelas
(fi) (xi) fi xi xi
2 fi . xi
2
Batas
kelas
Z
batas
kelas
Luas
Z
kelas
Luas z
tabel
kelas
Ei Oi
i
i
E
EOX
2
12
19,5 -2,930
20 - 33 4 26,5 106 702,25 2809 0,498 0,110 2,20 4 1,4727
33,5 -2,145
34 - 47 1 40,5 40,5 1640,5 1640,5 0,388 0,094 1,89 1 0,0200
47,5 -0,985
48 - 61 1 54,5 54,5 2970,25 2970,25 0,293 0,187 1,50 1 0,1711
61,5 0,173
62 - 75 12 68,5 822 4692,25 56307 0,106 0,387 7,74 12 2,3390
75,5 1,333
76 - 89 2 82,5 165 6806,25 13612,5 0,493 0,085 1,70 2 0,0499
89,5 2,493
Jumlah (Σ) 20 1188 77339,25
Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran C.1.4.
2. Menentukan rata-rata ( X ) dan Deviasi Standar (S)
Rata-rata ( X )
4,59
20
1188
i
ii
f
xfX
Deviasi Standar (S)
Lampiran C.2.4
184
07,12
88,145
19
8,2771
19
2,7456777339
19
20
141134477339
120
20
118877339
1
..
2
2
2
i
i
ii
ii
f
f
xfxf
S
i
3. Menentukan z batas kelas dengan rumus:
S
Xz
- Kelas Batas
Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah nilai deviasi standar.
173,007,12
40,595,61
908,207,12
40,595,94985,0
07,12
40,595,47
493,207,12
40,595,89145,2
07,12
40,595,33
333,107,12
40,595,75930,2
07,12
40,595,19
4
73
62
51
Z
ZZ
ZZ
ZZ
4. Menentukan luas z tabel.
z batas kelas -2,930 -2,145 -0,985 0,173 1,333 2,493
Luas z tabel 0.4988 0.3888 0.2939 0.1064 0,4936 0.4306
5. Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut.
a. Kelas 20 – 33 z = 0,4983 – 0,3888 = 0,1100
b. Kelas 34 – 47 z = 0,3888 – 0,2939 = 0,0949
c. Kelas 48 – 61 z = 0,2939 – 0,1064 = 0,1875
185
d. Kelas 62 – 75 z = 0,1064 – 0,4936 = 0,3872
e. Kelas 76 – 89 z = 0,4936 – 0,4306 = 0,0854
6. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus:
ii fzE kelastiap tabel luas
0,1100 x 20 = 2,2000
0,0949 x 20 = 1,8980
0,1875 x 20 = 1,5080
0,3872 x 20 = 7,7440
0,0854 x 20 = 1,7080
7. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas dan menentukan jumlah kai
kuadrat hitung (X2
hitung) dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas
berdasarkan rumus berikut ini.
i
ii
E
EOX
2
2
0527,4
0499,03390,21711,00200,04727,1
7080,1
7080,12
7440,7
7440,712
5080,1
5080,11
8980,1
8980,11
2000,2
2000,24
2
2222
2
hitungX
8. Menentukan X2
tabel
Nilai X2
tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 5 – 1 = 4 dan taraf
sigifikansi (α) = 0,04 adalah 9,488.
9. Menguji hipotesis normalitas.
Untuk menguji normalitas, data X2
hitung dibandingkan dengan X2
tabel . Didapat
bahwa X2
hitung < X2
tabel yaitu 1,02 < 9,488. Sehingga Ha diterima dan Ho
ditolak , maka data hasil posttest kelompok kontrol berdistribusi normal.
186
Uji Homogenitas Data Hasil Pretest
Untuk menguji homogenitas varians kedua kelompok data hasil pretest
digunakan uji F berdasarkan rumus berikut ini.
dimana:
V1 : varians besar atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang
mempunyai deviasi standar terbesar.
V2 : varians kecil atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang
mempuyai deviasi standar terkecil.
Kriteria pengujian uji F didasarkan pada ketentuan berikut ini.
a. jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (data memiliki varians
yang homogen)
b. jika Fhitung > Ftabel,, maka Hoditerima dan Ha ditolak (data memiliki varians
yang tidak homogen).
Dari lampiran C.1.1 dan C.1.2 diperoleh bahwa nilai deviasi standar pretest
kelompok eksperimen adalah 12,96 sedangkan nilai deviasi standar pretest
kelompok kontrol adalah 10,94. Berdasarkan nilai deviasi standar kedua data,
maka nilai Fhitung-nya adalah:
403,1
68,119
96,167
94,10
96,122
2
2
2
2
1
2
1
S
S
V
VFhitung
Untuk menguji homogenitas, maka harus membandingkan Fhitung dengan
Ftabel. Didapat bahwa derajat kebebasannya adalah (20;20), sehingga nilai Ftabel =
1,79. Terlihat bahwa Fhitung < Ftabel, yaitu 1,403 < 1,79 sehingga Ha diterima dan
Ho ditolak, maka kedua data pretest memiliki varians yang homogen.
Lampiran C.3.1
2
1
V
VF
187
Uji Homogenitas Data Hasil Posttest
Untuk menguji homogenitas varians kedua kelompok data hasil posttest
digunakan uji F berdasarkan rumus berikut ini.
2
1
V
VF
dimana:
V1 : varians besar atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang
mempunyai deviasi standar terbesar.
V2 : varians kecil atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang
mempuyai deviasi standar terkecil.
Kriteria pengujian uji F didasarkan pada ketentuan berikut ini.
c. jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (data memiliki varians
yang homogen)
d. jika Fhitung > Ftabel,, maka Hoditerima dan Ha ditolak (data memiliki varians
yang tidak homogen).
Dari lampiran C.1.3 dan C.1.4 diperoleh bahwa nilai deviasi standar posttest
kelompok eksperimen adalah 13,16 sedangkan nilai deviasi standar posttest
kelompok kontrol adalah 12,07. Berdasarkan nilai deviasi standar kedua data,
maka nilai Fhitung-nya adalah:
188,1
68,145
18,173
07,12
16,132
2
2
2
2
1
2
1
S
S
V
VFhitung
Untuk menguji homogenitas, maka harus membandingkan Fhitung dengan
Ftabel. Didapat bahwa derajat kebebasannya adalah (20;20), sehingga nilai Ftabel =
1,79. Terlihat bahwa Fhitung < Ftabel, yaitu 1,65 < 1,79 sehingga Ha diterima dan Ho
ditolak, maka kedua data posttest memiliki varians yang homogen.
Lampiran C.3.2
188
Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Pretest
Karena kedua data hasil pretest yang akan diuji perbedaannya bersifat
normal (Lampiran C.2.1 dan C.2.2) dan homogen (Lampiran C.3.1), maka rumus
yang digunakan adalah uji t yaitu:
21
21
11
nndsg
XXt
dimana:
1X = rata-rata data kelompok 1
2X = rata-rata data kelompok 2
dsg = nilai deviasi standar gabungan data kelompok 1 dan kelompok 2
n1 = banyaknya data kelompok 1
n2 = banyaknya data kelompok 2
Kriteria penentuan keputusan uji t adalah:
a. Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima (terdapat perbedaan)
b. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak terdapat perbedaan).
Langkah-langkah menentukan nilai thitung adalah sebagai berikut.
1. Menentukan nilai-nilai yang telah diketahui.
Dari nilai pretest diperoleh:
1X = 44,35
2X = 31,65
V1 = S12 = (12,96)
2 = 167,96
V2 = S22 = (10,94)
2 = 119,68
2. Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.
Lampiran C.4.1
78,3382,14
38
82,543
38
92,227324,3191
22020
68,11912096,167120
2
11
21
2211
nn
VnVndsg
189
3. Menentukan nilai thitung berdasarkan rumus data-data yang telah diperoleh.
15,1
194,1
7,2
316,078,3
7,2
1,078,3
7,2
20
1
20
178,3
65,3135,44
11
21
21
nndsg
XXt hitung
4. Menentukan nilai ttabel
Derajat kebebasan untuk mencari nilai ttabel adalah:
dk = n1 + n2 – 2 = 20 + 20 – 2 = 38
Pada taraf signifikansi 5% nilai ttabel diperoleh dengan interpolasi.
t(0,95)(60) = 2,000
t(0,95)(120) = 1,980
Dengan interpolasi diperoleh nilai ttabel untuk dk=38 sebagai berikut.
6681,1
0029,0671,1
013,023,0671,1
)658,1671,1(60
14671,16495,0
t
5. Menguji perbedaan dua rata-rata hasil pretest
Karena pada taraf signifikansi 5% nilai thitung < ttabel yaitu 1,15 < 1,6681 maka
Ho diterima dan Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara hasil pretest kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kedua kelompok memiliki
kemampuan awal yang homogen, sehingga kedua kelompok tersebut layak
untuk dijadikan sampel penelitian.
190
Uji Hipotesis
Karena kedua data hasil Posttest bersifat normal (Lampiran C.2.3 dan C.2.4)
dan homogen (Lampiran C.3.2), maka rumus yang digunakan adalah uji t yaitu:
21
21
11
nndsg
XXt
dimana:
1X = rata-rata data kelompok 1
2X = rata-rata data kelompok 2
dsg = nilai deviasi standar gabungan data kelompok 1 dan kelompok 2
n1 = banyaknya data kelompok 1
n2 = banyaknya data kelompok 2
Kriteria penentuan keputusan uji t adalah:
a. Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima (terdapat perbedaan)
b. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak terdapat perbedaan).
Langkah-langkah menentukan nilai thitung adalah sebagai berikut.
1. Menentukan nilai-nilai yang telah diketahui.
Dari nilai posttest diperoleh:
1X = 75,1
2X = 59,4
V1 = S12 = (13,16)
2 = 173,18
V2 = S22 = (12,07)
2 = 145,68
2. Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.
62,1243,159
38
34,6058
38
92,276742,3290
22020
68,14512018,173120
2
11
21
2211
nn
VnVndsg
Lampiran C.4.2
191
3. Menentukan nilai thitung berdasarkan data-data yang telah diperoleh.
78,1
98,3
11,7
316,0,062,12
11,7
1,062,12
7,15
38
1
38
162,12
4,591,75
11
21
21
nndsg
XXt hitung
4. Menentukan nilai ttabel
Derajat kebebasan untuk mencari nilai ttabel adalah:
dk = n1 + n2 – 2 = 20 + 20 – 2 = 38
Pada taraf signifikansi 5% nilai ttabel diperoleh dengan interpolasi.
t(0,95)(60) = 1,671
t(0,95)(120) = 1,658
Dengan interpolasi diperoleh nilai ttabel untuk dk = 74 sebagai berikut.
6681,1
0029,0671,1
013,023,0671,1
)658,1671,1(60
14671,16495,0
t
5. Menguji Hipotesis
Karena pada taraf signifikansi 5% nilai thitung > ttabel yaitu 1,78 > 1,6681 maka
Ho ditolak dan Ha diterima.
6. Interpretasi Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, maka terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar siswa (posttest) kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol, yaitu nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih baik
daripada kelompok kontrol. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa
192
terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan Contekstual Teaching and
Learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika..
193
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pertemuan Ke : 1
No. Nama Kelompok
Mengaitkan
Seluruh Siswa
mengaitkan
pengalaman dengan
materi pada Saat
Melakukan
Eksperimen
Setiap Kelompok
Berdiskusi Untuk
Mengisi LKS dan
Menyimpulkan
Hasil Eksperimen
Seluruh Siswa
Mengerjakan Latihan
Soal
Siswa Aktif
Mengaitkan
Pertanyaan
Dengan
Materi
Siswa Aktif
Mengaitkan
Pendapat
Masing-
masing
Siswa
Menanggapi
Jawaban Atau
Pendapat
Siswa Lain
1. I 4 4 4 3 2 2
2. II 4 4 4 3 1 1
3. III 4 4 3 3 1 1
4. IV 4 4 3 3 1 1
Jumlah 16 16 14 12 5 5
Rata-rata 4 4 3,5 3 1,25 1,25
Skor Maksimum 16 16 16 16 16 16
Presentase Skor Tiap
Indikator 100% 100% 87,50% 75% 31,25% 31,25%
Presentase Skor Aspek
Mengaitkan 70,83%
Lampiran C.5.1
194
No. Nama Kelompok
Mengalami Menerapkan
Mengartikulasikan
Hasil Kegiatan
Eksperimen Dengan
Menghubungkan
Informasi Baru
Dengan Pengalaman
Maupun Pengetahuan
Sebelumnya.
Siswa Mengunjungi
Tempat-tempat yang
Berhubungan
Dengan Konsep
Fisika yang Sedang
Dipelajari, dan
Mengungkapkan
Pengalamannya
Siswa Mampu
Merancang
Alat dan Bahan
Eksperimen
Siswa Mampu
Mengembangkan
Alat dan Bahan
Eksperimen
Memberikan
Kontribusi Ide
Pemecahan
Masalah
Menghasilkan
Gagasan dan
Pendapat
yang
Bervariasi
1. I 3 2 3 2 3 3
2. II 3 3 4 2 3 3
3. III 3 3 4 3 3 3
4. IV 3 3 4 2 3 3
Jumlah 12 11 15 9 12 12
Rata-rata 3 2,75 3,75 2,25 3 3
Skor Maks 16 16 16 16 16 16
Presentase Skor Tiap
Indikator 75% 68,75% 93,7% 56,25% 75% 75%
Presentase Skor Aspek
Mengalami dan
menerapkan
71,8% 74,98%
195
No. Nama Kelompok
Kerjasama Mentransfer
Siswa
Memanfaat
kan Dengan
Baik dan
tidak
banyak
bercanda
atau
bersantai
Siswa
Mengumpul-
kan dan
Menyelesai-
kan tugas
maupun LKS
dengan baik
dan tepat
waktu
Siswa
Memahami
dan
Melaksana-
kan Instruksi
Guru
Siswa
Memahami
Tujuan
Pembelajaran
Menunjukkan Sikap
Tubuh Maupun
Ekspresi Wajah Ceria
dan Tidak Tegang,
Serta Tertarik Untuk
Terlibat Dalam
Kegiatan
Pembelajaran
Siswa
Berani
Mencoba
dan
Berbuat
Terkesan
Selama
Proses
Pembelajaran
Sehingga
Merasa
Ketagihan
Untuk
Belajar
1. I 2 3 2 2 4 4 3
2. II 2 2 2 2 4 4 3
3. III 2 2 3 2 4 4 3
4. IV 2 3 3 2 4 4 4
Jumlah 8 10 10 8 16 16 13
Rata-rata 2 2,5 2,5 2 4 4 3,25
Skor Maks 16 16 16 16 16 16 16
Presentase Skor Tiap
Indikator 50% 62,5% 62,5% 50% 100% 100% 81,25%
Presentase Skor Aspek
Kerjasama dan
Mentransfer
56,25% 93,75%
196
Pertemuan Ke : 2
No. Nama Kelompok
Mengaitkan
Seluruh Siswa
mengaitkan
pengalaman dengan
materi pada Saat
Melakukan
Eksperimen
Setiap Kelompok
Berdiskusi Untuk
Mengisi LKS dan
Menyimpulkan
Hasil Eksperimen
Seluruh Siswa
Mengerjakan Latihan
Soal
Siswa Aktif
Mengaitkan
Pertanyaan
Dengan
Materi
Siswa Aktif
Mengaitkan
Pendapat
Masing-
masing
Siswa
Menanggapi
Jawaban Atau
Pendapat
Siswa Lain
1. I 4 3 3 2 2 3
2. II 4 3 2 1 2 3
3. III 4 3 3 3 2 2
4. IV 3 4 3 1 2 3
Jumlah 15 13 11 7 8 11
Rata-rata 3,75 3,25 2,75 1,75 2 2,75
Skor Maks 16 16 16 16 16 16
Presentase Skor Tiap
Indikator 93,75% 81,25% 68,75% 43,75 50% 50%
Presentase Skor Aspek
Mengaitkan 64,58%
197
No. Nama Kelompok
Mengalami Menerapkan
Mengartikulasikan
Hasil Kegiatan
Eksperimen Dengan
Menghubungkan
Informasi Baru
Dengan Pengalaman
Maupun Pengetahuan
Sebelumnya.
Siswa Mengunjungi
Tempat-tempat yang
Berhubungan
Dengan Konsep
Fisika yang Sedang
Dipelajari, dan
Mengungkapkan
Pengalamannya
Siswa Mampu
Merancang
Alat dan Bahan
Eksperimen
Siswa Mampu
Mengembangkan
Alat dan Bahan
Eksperimen
Memberikan
Kontribusi Ide
Pemecahan
Masalah
Menghasilkan
Gagasan dan
Pendapat
yang
Bervariasi
1. I 2 4 4 3 3 4
2. II 2 4 4 4 3 4
3. III 2 4 4 3 3 3
4. IV 3 4 4 4 3 2
Jumlah 9 16 16 14 12 13
Rata-rata 2,25 4 4 3,5 3 3,25
Skor Maks 16 16 16 16 16 16
Presentase Skor Tiap
Indikator 56,25 100% 100% 87,5% 75% 81,25%
Presentase Skor Aspek
Mengalami dan
Menerapkan
78,12% 85,93%
198
No. Nama Kelompok
Kerjasana Mentransfer
Siswa
Memanfaat
kan Dengan
Baik dan
tidak
banyak
bercanda
atau
bersantai
Siswa
Mengumpul-
kan dan
Menyelesai-
kan tugas
maupun LKS
dengan baik
dan tepat
waktu
Siswa
Memahami
dan
Melaksana-
kan Instruksi
Guru
Siswa
Memahami
Tujuan
Pembelajaran
Menunjukkan Sikap
Tubuh Maupun
Ekspresi Wajah Ceria
dan Tidak Tegang,
Serta Tertarik Untuk
Terlibat Dalam
Kegiatan
Pembelajaran
Siswa
Berani
Mencoba
dan
Berbuat
Terkesan
Selama
Proses
Pembelajaran
Sehingga
Merasa
Ketagihan
Untuk
Belajar
1. I 3 2 4 2 4 2 3
2. II 2 3 3 3 4 2 4
3. III 2 2 3 2 4 3 3
4. IV 2 2 3 2 4 2 3
Jumlah 9 9 13 9 16 9 13
Rata-rata 2,25 2,25 3,25 2,25 4 2,25 3,25
Skor Maks 16 16 16 16 16 16 16
Presentase Skor Tiap
Indikator 56,25% 56,25% 81,25% 56,25 100% 56,25 81,25
Presentase Skor Aspek
Efektif dan
menyenangkan
62,5% 79,16%
199
Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa
No. Aspek CTL
Memenuhi
Pertemuan Ke- Rata-rata
1 2
1. Mengaitkan 70,83% 64,58% 67,70%
2. Mengalami 71,8% 78,12% 74,96%
3. Menerapkan 74,98% 85,93% 80,45%
4. Kerjasama 56,25% 62,5% 59,37%
5. Mentransfer 93,75% 79,16% 86,45%
Presentase Rata-rata Aspek Contekstual Teaching and Learniang (CTL) 73,78
Lampiran C.5.2
200
Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa
Terhadap Pembelajaran Fisika
No. Responden
Pelajaran Fisika Itu:
Mudah Sedang Sulit Sulit
Sekali Lain-lain
1. A √
2. B √
3. C √
4. D √
5. E √
6. F √
7. G √
8. H √
9. I √
10. J √
11. K √
12. L √
13. M √
14. N √
15. O √
16. P √
17. Q √
18. R √
19. S √
20. T √
Jumlah 0 7 12 1 0
Persentase 0 % 35% 60% 5% 0%
Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa
Terhadap Pembelajaran Fisika
No. Responden
Kesulitan Mempelajari Fisika:
Sulit
Menangkap
Penjelasan
Guru
Sulit
Mengingat
Rumus-
rumus
Sulit
Memahami
Konsepnya
Sulit Dalam
Mengerjakan
Rumus
Lain-lain
1. A √
2. B √
3. C √
4. D √
5. E √
6. F √
7. G √
8. H √
9. I √
Lampiran C.6.1
201
10. J √
11. K √
12. L √
13. M √
14. N √
15. O √
16. P √
17. Q √
18. R √
19. S √
20. T √
Jumlah 0 13 4 3 0
Persentase (%) 0% 65% 20% 15% 0%
Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa
Terhadap Pembelajaran Fisika
No. Responden
Pembelajaran Fisika:
Tidak
Menarik Membosankan Biasa Saja Menarik Lain-lain
1. A √
2. B √
3. C √
4. D √
5. E √
6. F √
7. G √
8. H √
9. I √
10. J √
11. K √
12. L √
13. M √
14. N √
15. O √
16. P √
17. Q √
18. R √
19. S √
20. T √
Jumlah 2 9 7 2 0
Persentase (%) 10% 45% 35% 10% 0%
202
Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa
Terhadap Pembelajaran Fisika
No. Responden
Pembelajaran Fisika Seharusnya:
Ceramah Eksperimen Kerja
Kelompok
Latihan
Soal Lain-lain
1. A √
2. B √
3. C √
4. D √
5. E √
6. F √
7. G √
8. H √
9. I √
10. J √
11. K √
12. L √
13. M √
14. N √
15. O √
16. P √
17. Q √
18. R √
19. S √
20. T √
Jumlah 2 17 0 1 0
Persentase (%) 10% 85% 0% 5% 0%
Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa
Terhadap Pembelajaran Fisika
No. Responden
Hasil Belajar Fisika Apabila Anda Menjadi Guru, Pembelajaran
Fisika Seharusnya: Ulangan
Harian Raport
1. A 54 59 Ceramah dan latihan soal
2. B 71 75 Tidak ingin jadi guru fisika
3. C 76 78 Tidak ada komentar
4. D 49 59 Percobaan dan menjelaskan
5. E 82 86 Menjelaskan dan praktek
6. F 69 74 Menjelaskan dan eksperimen
7. G 80 83 Belajar sambil bermain
8. H 61 68 Rileks aja dan gak bikin tegang
9. I 65 71 Eksperimen, latihan soal, dan penjelasan
10. J 55 61 Eksperimen
203
11. K 40 56 Eksperimen
12. L 70 76 Eksperimen dan kerja kelompok
13. M 83 86 -
14. N 62 71 Eksperimen
15. O 61 67 Eksperimen, latihan soal, dan penjelasan
16. P 56 69 Eksperimen
17. Q 53 59 Slow dan relaks
18. R 53 65 Games
19. S 78 76 Menerangkan dengan jelas dan ga rempong
20. T 62 70 Santai dan g ngebosenin
Jumlah 1280 1409
Rata-rata 64 70,45
204
Rekapitulasi Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa
Terhadap Pembelajaran Fisika
No Pernyataan Presentase
1. Pelajaran Fisika itu:
Mudah 0%
Sedang 35%
Sulit 60%
Sulit Sekali 5%
Lain-Lain 0%
2. Kesulitan Mempelajari
Fisika:
Sulit Menangkap
Penjelasan Guru
0%
Sulit Mengingat Rumus-
rumus
65%
Sulit Memahami
Konsepnya
20%
Sulit Dalam
Mengerjakan Rumus
15%
Lain-lain 0%
3. Pembelajaran Fisika:
Tidak menarik 10%
Membosankan 45%
Biasa Saja 35%
Menarik 10%
Lain-lain 0%
4. Pembelajaran Fisika
Seharusnya:
Ceramah 10%
Eksperimen 85%
Kerja Kelompok 0%
Latihan Soal 5%
Lain-lain 0%
5. Hasil Belajar Fisika Ulangan Harian 64
Raport 70,45
Lampiran C.6.2