Date post: | 14-Apr-2018 |
Category: |
Documents |
Upload: | arif-oktavian |
View: | 275 times |
Download: | 5 times |
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 1/19
REFERAT
SPONDILITIS NON TUBERKULOSA
Pembimbing:
dr. Budi, Sp.Rad
Disusun Oleh :
Muhamad Wildan (201210401011041)
Arif Oktavian (201210401011057)
Muhammad Remo (201210401011060)
Asadullah (201210401011061)
SMF RADIOLOGI RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013
1
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 2/19
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi secara sederhana dapat diartikan sebagai masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh melalui adanya pintu masuk kuman dengan memberikan
manifestasi gejala penyakit sesuai dengan fenomena banyaknya kuman yang masuk
berbanding dengan kondisi/daya tahan tubuh untuk melakukan perlawanan dari invasi
tersebut.1
Inflamasi atau peradangan merupakan suatu reaksi lokal jaringan dengan
manifestasi klinis berupa: rubor (kemerahan), tumor (pembengkakan), kalor (panas),
dolor (nyeri), dan functio laesa (gangguan fungsi). Sebab-sebab inflamasi atau
peradangan sangat banyak dan beraneka ragam. Inflamasi atau peradangan dengan
infeksi bukan merupakan sinonim. Infeksi (adanya mikroorganisme hidup dalam
jaringan) hanya merupakan salah satu penyebab dari peradangan. Peradangan dapat
terjadi dengan mudah pada keadaan steril sempurna, seperti sewaktu sebagian jaringan
mati karena hilangnya suplai darah.1
Pada referat ini akan diuraikan mengenai gambaran spondilitis infeksi
(pyogenik) dan aspondilitis ankilosis.
Berikut ini adalah anatomi dari tulang belakang
2
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 3/19
3
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 4/19
4
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 5/19
BAB II
SPONDILITIS ANKILOSIS
A. Definisi
Spondilitis ankilosis (SA) merupakan penyakit inflamasi kronik, bersifat sistemik,
ditandai dengan kekakuan progresif, dan terutama menyerang sendi tulang belakang
(vertebra) dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyakit ini dapat melibatkan sendi-
sendi perifer, sinovia, dan rawan sendi, serta terjadi osifikasi tendon dan ligamen yang
akan mengakibatkan fibrosis dan ankilosis tulang. Terserangnya sendi sakroiliaka
merupakan tanda khas penyakit ini. Ankilosis vertebra biasanya terjadi pada stadium
lanjut dan jarang terjadi pada penderita yang gejalanya ringan. Nama lain SA adalah
Marie Strumpell disease atau Bechterew's disease1,2
B. Etiologi
Patogenesis pada SA tidak begitu dipahami, tetapi SA merupakan penyakit yang
diperantari oleh sistem imun, dibuktikan dengan adnya peningkatan IgA dan
berhubungan erat dengan HLA B27.3 Secara imunologi terdapat interaksi antara class I
HLA molecule B27 dan Limfosit T. Tumor necrosis factor (TNF-α) teridentifikasi sebagai
pengatur sitokin.4
Kecenderungan terjadinya SA dipercayai sebagai penyakit yang diturunkan secara
genetik, dan mayoritas (hampir 90%) penderita SA lahir dengan suatu gen yang disebut
dengan HLA B27. Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan adanya HLA B27 gene
marker yang dapat menjelaskan adanya hubungan HLA B27 dengan SA. Adanya gen
HLA B27 ini hanya menunjukan adanya kecenderungan yang meningkat terhadap
terjadinya SA ini meskipun ada faktor lain yang mempengaruhi seperti lingkungan.
Akhir-akhir ini, dua gen lain telah teridentifikasi berhubungan dengan SA, yaitu ARTS1
dan Il23R yang mempunyai peran dalam mempengaruhi fungsi imunitas.4
5
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 6/19
C. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, prevalensi spondilitis ankilosis sebesar 100-200 per 100.000
penduduk, yang merupakan penyakit spondiloartitis terbanyak. Namun, prevalensi
spondilitis ankilosis di Jerman mencapai 1% hingga 5% sedangkan di Prancis 0,49%.5
Spondilitis ankilosis biasanya mulai sejak dekade kedua hingga ketiga kehidupan
dengan median usia 23 tahun. Pada 5% pasien, gejala timbul pada usia lebih dari 40
tahun. Usia yang rinci sulit ditentukan karena diagnosis seringkali tidak dikenali selama
bertahun-tahun.5
Prevalensi spondilitis ankilosis antara pria dan wanita berbanding 2:1 hingga 3:1.
Spondilitis ankilosis pada wanita seringkali timbul lebih ringan gejalanya.5
D. Faktor Risiko
Penyakit ini sering dimulai pada usia antara 20-40 tahun, tapi dapat pula dimulai
sebelum usia 10 tahun. Pada umumnya pria lebih banyak menderita Pada umumnya pria
lebih banyak menderita dari pada wanita dengan perbandingan laki-laki : wanita kurang
lebih 5:1, bahkan ada yang menyebutkan 2-10:1. Faktor-faktor risiko ini meliputi riwayat
keluarga dengan spondilitis ankilosa dan jenis kelamin laki-laki.5,6,7.
E. Patofisiologi
Proses patofisiologi yang terjadi pada spondilitis ankilosa ditandai dengan adanya
inflamasi dan terjadinya fusi. Hal tersebut dapat diilustrasikan dalam gambar dibawah
ini:8,9.
6
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 7/19
Gambar 3. Tulang Belakang Normal dan Tulang Belakang dengan Spondilitis Ankilosa8
Sedangkan manifestasi terjadinya spondilitis ankilosa ditunjukkan dalam skema
sebagai berikut:
Bagan 1. Mekanisme Spondilitis ankilosis8
F. Manifestasi Klinis
Gejala klinik Spondilosis Ankilosa (SA) dapat dibagi dalam manifestasi skeletal
dan ekstraskeletal. Manifestasi skeletal berupa artritis aksis, artritis sendi panggul dan
bahu, artritis perifer, entensopati, osteoporosis, dan fraktur vertebra. Manifestasi
ekstraskeletal berupa iritis akut, fibrosis paru, dan, amiloidosis.9,10
7
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 8/19
Gejala utama SA adalah sakroilitis. Perlangsungannya secara gradual dengan
nyeri hilang timbul pada pinggang bawah dan menyebar ke bawah pada daerah paha. 2-5,
7-13. Keluhan konstitusional biasanya sangat ringan seperti anoreksia, kelemahan,
penurunan berat badan, dan panas ringan yang biasanya terjadi pada awal penyakit.9,10.
Manifestasi pada Tulang
Keluhan yang umum dan karakteristik awal penyakit ialah nyeri pinggang dan
sering menjalar ke paha. Nyeri biasanya menetap lebih dari 3 bulan, diserati kaku
pinggang pada pagi hari, dan membaik dengan aktivitas fisik atau bila dikompres air
panas. Nyeri pinggang biasanya tumpul dan sukar ditentukan lokasinya, dapat unilateral
atau bilateral. Nyeri bilateral biasanya menetap, beberapa bulan kemudian daerah
pinggang bawah menjadi kaku dan nyeri. Nyeri ini lebih terasa di daerah bokong dan
bertambah hebat bila batuk, bersin, atau pinggang mendadak terpuntir. Inaktivitas lama
akan menambah nyeri dan kaku. Keluhan nyeri dan kaku pinggang merupakan keluhan
dari 75% kasus di klinik. 9,10.
Nyeri tulang juksa artikular dapat menjadi keluhan utama, misalnya entesis yang
dapat menyebabkan nyeri di sambungan kostosternal, prosesus spinosus, krista iliaka,
trokanter mayor, tuberositas tibia, atau tumit. Keluhan lain dapat berasal dari sendi
kostovertebra dan manubrium sternal yang menyebabkan keluhan nyeri dada, sering
disaladiagnosiskan sebagai angina. 9,10..
Manifestasi di Luar Tulang
Manisfestasi di luar tulang terjadi pada mata, jantung, paru, dan sindroma kauda
ekuina. Manifestasi di luar tulang yang paling sering adalah uveitis anterior akut,
biasanya unilateral, dan ditemukan 25-30% pada pasien SA dengan gejala nyeri,
lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan kabur. Manifestasi pada jantung dapat berupainsufisiensi aorta, dilatasi pangkal aorta,, jantung membesar, gangguan konduksi. Pada
paru dapat terjadi fibrosis, umumnya setelah 20 tahun menderita SA, dengan lokasi pada
bagian atas, biasanya bilateral, dan tampak bercak-bercak linier pada pemeriksaan
radiologis, menyerupai tuberkulosis. 9,10.
8
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 9/19
G. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik spondilitis ankilosis dapat ditemukan:9,10,11.
Sikap/postur tubuh
Selama perjalanan penyakitnya, sikap tubuh yang normal akan hilang.
Lordosis lumbal yang menghilang umumnya merupakan tanda awal. Apabila
vertebra cervical terserang, maka pergerakan leher akan terbatas serta
menimbulkan rasa nyeri. Leher penderita mengalami pergeseran ke depan dan hal
ini dapat dibuktikan dengan cara : penderita diminta berdiri tegak, apabila terjadi
pergeseran maka occiput tidak dapat menempel pada dinding. 9,10,11
Mobilitas tulang belakang
Pertama kali yang diperiksa adalah apakah ada keterbatasan gerak.
Biasanya ditemukan adanya keterbatasan gerak pada tulang vertebra lumbal, yang
dapat dilihat dengan cara melakukan gerakan fleksi badan ke depan, ke samping
dan ekstensi. 9,10,11
Tes Schober atau modifikasinya, berguna untuk mendeteksi keterbatasan
gerak fleksi badan ke depan. Caranya : penderita diminta untuk berdiri tegak,
pada prosesus spinosus lumbal V diberi tanda (titik), kemudian 10 cm lurus di
atasnya diberi tanda ke dua. Kemudian penderita diminta melakukan gerakan
membungkuk (lutut tidak boleh dibengkokkan). Pada orang normal jarak kedua
titik tersebut akan bertambah jauh; bila jarak kedua titik tersebut tidak mencapai
15 cm, hal ini menandakan bahwa mobilitas tulang vertebra lumbal telah menurun
(pergerakan vertebra lumbal mulai terbatas). Di samping itu fleksi lateral juga
akan menurun dan gerak putar pada tulang belakang akan menimbulkan rasa
sakit. 9,10,11
Ekspansi dada
Penurunan ekspansi dada dari yang ringan sampai sedang, sering dijumpai
pada kasus ankylosing spondylitis stadium dini dan jangan dianggap sebagai
9
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 10/19
stadium lanjut. Pada pengukuran ini perlu dilihat bahwa nilai normalnya sangat
bervariasi dan tergantung pada umur dan jenis kelamin. Sebagai pedoman yang
dipakai adalah : ekspansi dada kurang dari 5 cm pada penderita muda disertai
dengan nyeri pinggang yang dimulai secara perlahan-lahan, harus dicurigai
mengarah ke adanya ankylosing spondylitis. Pengukuran ekspansi dada ini diukur
dari inspirasi maksimal sesudah melakukan ekspirasi maksimal. 9,10,11
Enthesitis
Adanya enthesitis dapat dilihat dengan cara menekan pada tempat-tempat
tertentu antara lain : ischial tuberositas, troc-hanter mayor, processus spinosus,
costochondral dan manu-briosternal junctions serta pada iliac fasciitis plantaris
juga merupakan manifestasi dari enthesitis. 9,10,11
Sacroilitis
Pada sacroiliitis penekanan sendi ini akan memberikan rasa sakit, akan
tetapi hal ini tidak spesifik karena pada awal penyakit atau pada stadium lanjut
sering kali tanda-tanda ini tidak ditemukan. Pada stadium lanjut tidak ditemukan
nyeri tekan pada sendi sacroiliaca oleh karena telah terjadi fibrosis atau, bony
Ankylosis9,10,11
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada spondilitis ankilosis meliputi:
1. Pemeriksaan Laboraturium
Tidak ada uji diagnostik yang patognomonik. Peninggian laju endap darah
ditemukan pada 75% kasus, tetapi hubungannya dengan keaktifan penyakit
kurang kuat. Serum C reactive protein (CRP) lebih baik digunakan sebagai
petanda keaktifan penyakit. Kadang-kadang, ditemukan peninggian IgA. Faktor
rematoid dan ANA selalu negatif. Cairan sendi memberikan gambaran sama pada
10
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 11/19
inflamasi. Anemia normositik-normositer ringan ditemukan pada 15% kasus.
Pemeriksaan HLA B27 dapat digunakan sebagai pembantu diagnosis. 9,10.
2. Pemeriksaan Radiologi
Kelainan radiologis yang khas pada SA dapat dilihat pada sendi aksial,
terutama pada sendi sakroiliaka, diskovertebral, apofisial, kostovertebral, dan
kostotransversal. Perubahan pada sendi S2 bersifat bilateral dan simetrik, dimulai
dengan kaburnya gambaran tulang subkondral, diikuti erosi yang memberi
gambaran mirip pinggir perangko pos. Kemudian, terjadi penyempitan celah
sendi akibat adanya jembatan interoseus dan osilikasi. Setelah beberapa tahun,
terjadi ankilosis yang komplit. 9,10.
Beratnya proses sakroilitis terdiri dari 5 tingkatan berdasarkan radiologis,
yaitu tingkat 0 (normal), tingkat 1 (tepi sendi menjadi kabur), tingkat 2 (tingkat 1
ditambah adanya sclerosis periartikuler, jembatan sebagian tulang atau pseudo
widening , tingkat 3 (tingkat 2 ditambah adanya erosi dan jembatan tulang), serta
tingkat 4 (ankilosa yang lengkap). 9,10.
Akan terlihat gambaran squaring (segi empat sama sisi) pada kolumna
vertebra dan osifikasi bertahap lapisan superfisial anulus fibrosus yang akan
mengakibatkan timbulnya jembatan di antara badan vertebra yang disebut
sindesmofit. Apabila jembatan ini sampai pada vertebra servikal, akan
membentuk bamboo spine. Keterlibatan sendi panggul memperlihatkan adanya
penyempitan celah sendi yang konsentris, ketidakteraturan subkhondral, serta
formasi osteofit pada tepi luar permukaan sendi, baik pada asetabulum maupun
femoral. Akhirnya, terjadi ankilosis tulang dan pada sendi bahu memperlihatkan
penyempitan celah sendi dengan erosi. 9,10.
11
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 12/19
Gambar 2. Plain foto anterior vertebrae pada ankilosis
Gambar 3. Plain foto lateral vertebrae pada anklosis spondilitis
12
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 13/19
Gambar 4. MRI ankalosis spondilitis
I. Penatalaksanaan Medikamentosa
Pengobatan dengan Anti Inflamasi Non-Steroid (AINS) untuk mengurangi nyeri,
mengurangi inflamasi, dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Indometasin 75-150 mg
perhari memegang rekor terbaik. Apabila pasien tidak mampu mentolerir efek samping
seperti gangguan lambung atau gangguan SSP berupa sakit kepala dan pusing, maka
AINS yang lain dapat dicoba. 10,11.
Pasien yang tidak responsif dengan indometasin atau AINS yang baru lainnyadapat dicoba dengan fenilbutazon 100-300 mg per hari. Tingginya insiden agranulositosis
atau anemia aplastik akibat efek samping obat ini dibandingkan dengan AINS yang lain
perlu disampaikan pada pasien dengan jumlah eritrosit dan leukosit harus selalu
dimonitor. 9,10.
Preparat emas dan penisilamin telah digunakan pada pasien dengan poliartritis
perifer. Publikasi studi klinik terakhir dari Sulfasalazin 2-3 gram perhari, baik nyeri
maupun kelainan spinal.4,5.
Bila keluhan sangat mengganggu dalam kegiatan sehari-hari dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan artroplasti atau koreksi deformitas spinal. Tindakan ini
sangat berguna untuk mengurangi keluhan akibat deformitas tersebut. 9,10.
13
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 14/19
Pengobatan lain dapat digunakan Biologic Response Modifiers (Remicade® =
Infliximab; Enbrel® = Etanercept; Kineret® = Anakinra; Humira® = Adalimumab;
Mabtera® = Rituximab). AS yang tidak responsif dengan AINS dapat digunakan protokol
“Step-down Bridge” menggunakan kombinasi 6 imunosupresan intravena dan oral (SBP-
6-IMNs). AS yang refrakter terhadap AINS adalah AS yang laju endap darah (LED), C-
Reactive Protein (CRP) dan Skor BASDAI-nya tidak membaik atau memburuk secara
bermakna meskipun telah diterapi dengan paling sedikit 2 AINS yang berbeda dalam
kurun waktu sedikitnya 2 bulan. Pada AS dengan LED, CRP, dan BASDAI skor tinggi (>
4), inflamasi autoimun harus ditekan seluruhnya sesegera mungkin.11
Metode terapi standar protokol “Step-down Bridge” menggunakan kombinasi 6
imunosupresan intravena dan oral harian intravena 5 kali per minggu yang terdiri dari:11
• Siklofofamid + Metilprednisolon + 5 Fluro Urasil harian + Metrotreksat mingguan +
tanpa kortikosteroid oral (metilprednisolon, prednison, atau prednisolon), atau
• Siklofofamid + 5 Fluro Urasil + Metrotreksat mingguan tanpa Metilprednisolon dan
kortikosteroid oral.
Jumlah maksimum sesi intravena harian adalah 5 kali per minggu untuk mencegah
dosis kumulatif mingguan yang tinggi dan efek samping. Pada AS refrakter
siklofosfamid, Ifosfamid adalah suatu analog yang menggantikan siklofosfamid. Pada
kasus-kasus resisten, pasien tidak lagi imuno-naif terhadap Siklofosfamid +Metilprednison + Metrotreksat mingguan. Walau demikian, pasien-pasien ini masih
imuno-naif terhadap kombinasi baru Ifosfamide + 5 flourourasil intravena. Ini dapat
kembali menimbulkan remisi pada AS yang refrakter terhadap Siklofofamid +
Metilprednisolon + Metrotreksat mingguan (komunikasi pribadi).11
Dosis intravena
1. Siklofosfamid 25 – 100 mg per sesi +
2. Metilprednison 0 – 125 mg per sesi +
2. Metrotreksat 5 – 15 mg per sesi sekali seminggu +
3. 5 Flurourasil 25 – 100 mg per sesi) +
Dosis minimum perlu digunakan pada pasien yang sensitif atau pada mereka
dengan berat badan yang sangat rendah (< 35 Kg). Pasien yang sensitif mungkin
14
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 15/19
menderita efek samping dengan dosis 100 mg siklofosfamid dan 5 flurourasil, 15 mg
metrotreksat, dan 125 mg metilprednison, tapi tidak pada dosis 75, 50 atau 25 mg
siklofosfamid, 5 flurourasil atau dosis 5 mg metrotreksat. 11
Sebenarnya metilprednisolon tidak mutlak dibutuhkan untuk mencapai DiC dan
RworalDs pada Nr-AS, tetapi secara relatif dibutuhkan untuk tapering-off dan mencapai
DiC pada pasien yang masih menggunakan kortikosteroid oral saat datang. Akan tetapi
kombinasi CyC + 5FU + MPS + MTX mingguan (SBP-6-IMNs) memberikan: efikasi
yang lebih cepat, mengurangi jumlah total frekuensi sesi intravena; mengurangi
ketergantungan pada kortikosteroid yang masih diminum pasien saat datang. 11
Penurunan kadar terapi IV secara bertahap (Tapering Off)
Jika LED turun menjadi < 40, < 30 dan < 25 mm/1 jam (pria < 30, < 20, dan < 15
mm/1 jam), sesi IV diturunkan masing-masing menjadi 3, 2 dan 1 kali per minggu.
Setelah CRP < 3 mg%, BASDAI < 1, dan LED < 25 (wanita) atau < 15 mm (pria) Nr-AS
dikatakan telah mencapai DiC. Kemudian sesi IV diturunkan menjadi 1 kali tiap dua
minggu, 1 kali tiap 4 minggu, 1 kali tiap 8 minggu dan dihentikan. Pada beberapa pasien
dengan AS yang telah lama diderita, dosis final pada minggu ke-12 mungkin
dibutuhkan.11
J. Penatalaksanaan Non-Medikamentosa
Fisioterapi
Tujuan utama fisioterapi pada SA adalah untuk memperbaiki mobiltas dan
kekuatan serta mencegah atau menurunkan terjadinya abnormalitas kurva tulang
belakang. Fisioterapi mempunyai peranan terhadap manajemen SA namun tidak dapat
menggantikan pengobatan medikamentosa. Pengobatan dan fisioterapi adalah bersifat
koplementer satusama lain.9
Prinsip pengobatan utama pada SA adalah dengan menghilangkan nyeri,
mengurangi inflamasi, latihan fisik untuk perbaikan kekuatan otot, dan memelihara
15
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 16/19
postur tubuh. Penderita dianjurkan tidur terlentang menggunakan kasur yang agak keras
dengan sebuah bantal tipis. Menggunakan bantal yang tebal atau beberapa bantal
sebaiknya dihindari. Pada pagi hari, mandi air hangat, diikuti latihan fisik untuk
penguatan otot-otot belakang (sesuai dengan petunjuk dokter atau dokter fisioterapi). Hal
ini sebaiknya dilakukan di rumah secara teratur. Tidur tengkurap selama beberapa menit
dilakukan beberapa kali dalam sehari merupakan tindakan yang bermanfaat dalam
menjaga pergerakan ekstensi spinal. 6,10.
Latihan fisik penting dilakukan karena penyakit ini cenderung terjadi kelainan
berupa fleksi spinal yang progresif. Oleh karena itu, otot-otot ekstensor spinal harus
diperkuat. Manuver lain yang perlu dilakukan adalah bernapas dalam dan gerakan fleksi
lumbal yang isometrik. Posisi postur tubuh harus diperhatikan setiap saat. Kursi dengansandaran yang keras dianjurkan, tetapi diutamakan lebih banyak berjalan dari pada
duduk.6,10.
Berenang merupakan latihan fisik yang terbaik selama otot-otot masih boleh
menahan dalam keadaan ekstensi. Fusi spinal merupakan komplikasi dari spondilitis.
Karena itu, postur harus dipertahankan dan menghindari terjadinya kontraktur dalam
posisi fleksi dari bahu dan lutut. Penderita dianjurkan setiap saat tegak, seolah-olah tumit,
bokong, pundak, bahu, dan belakang kepala selalu bersandar pada dinding.6,10.
Pembedahan
Pembedahan mungkin dibutuhkan dalam beberapa kasus SA. Mekanisme yang
menyebabkan terjadinya osifikasi ligamen dan sendi sehingga terjadi fusi pada columna
vertebrae belum dijelaskan secara rinci. Sebagai dampak dari fusi columna vertebrae ini
terjadi keterbatasan dalam gerakan dan elatisitas. Menurunnya fleksibilitas dapat
berakibat akan terjadinya berbagai kelainan pada tulang belakang seperti fraktur dan
dislokasi, atlanto-axial dan atlanto-occipital subluxiation, deformitas tulang belakang,
stenosis tilang belakang, dan kelainan pinggul. Ketika komplikasi ini terjadi. Tindakan
pembedahan mungkin dapat dibutuhkan.6,10.
16
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 17/19
K. Prognosis
Prognosis dari SA sangat bervariasi dan susah diprediksi. Secara umum, penderita
lebih cenderung dengan pergerakan yang normal daripada timbulnya restriksi berat.
Keterlibatan ekstraspinal yang progresif merupakan determinan penting dalam
menentukan prognosis. Beberapa survei epidemiologis menunjukkan bahwa apabila
penyakitnya ringan, berkurangnya pergerakan spinal yang ringan, dan berlangsung dalam
10 tahun pertama maka perkembangan penyakitnya tidak akan memberat. Keterlibatan
sendi-sendi perifer yang berat menunjukkan prognosis buruk. Sebagian besar penderita
dengan SA memperlihatkan keluhan serta perlangsungan yang ringan dan dapat dikontrol
sehingga dapat menjalankan tugas dan kehidupan sosial dengan baik.12
Secara umum, wanita lebih ringan dan jarang progresif serta lebih banyak
memperlihatkan keterlibatan sendi-sendi perifer. Sebaliknya, bamboo spine lebih sering
terlihat pada pria2-5,12-15. Terdapat dua gambaran yang secara langsung berpengaruh
terhadap morbiditas, mortalitas, dan prognosis. Keduanya dianggap sebagai akibat dari
trauma, baik yang tidak disadari maupun trauma berat. Awalnya, terjadi lesi destruksi
pada salah satu diskovertebra, biasa terjadi pada segmen spinal yang bisa dilokalisir, dan
ditandai dengan nyeri akut atau berkurangnya tinggi badan yang mendadak. Skintigrafi
dan tomografi tulang memperlihatkan kelainan, baik elemen anterior maupun posterior.
Imobilisasi yang tepat dan diperpanjang dapat memberikan penyembuhan pada sebagian
besar kasus. Komplikasi kedua yang menyusul trauma berat maupun yang ringan berupa
fraktur yang dapat menyebabkan koropresi komplit atau inkomplit.12
17
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 18/19
DAFTAR PUSTAKA
1. Taurog JD, Lipsky P. Ankylosing spondylitis, reactive arthritis, and undifferentiated
spondyloarthropathy. In: Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Marthin JB, Fauci
AS, Kasper DL (Eds): Harrison's Principles of Internal Medicine, 13th ed., Mc Graw-
Hill Inc., International Edition, 1998, 1, 1664-69.
2. Weisman MH. Spondyloarthropathies. In: Stein JH, Hutton JJ, Kohler PO (Eds): Internal
Medicine, 4th ed., Mosby Year Book Inc., Missouri 1994, pp 2454-62.
3. J Sieper, J Braun et al : Ankylosing Spondylitis , an overview,Ann Rheum Dis 2002; 61.
(suppl 3) iii 8-18.
4. Ckou CT, Factors effecting pathogenesis of AS, Chin Med J (Engl) 2001; 114 : 212-13.
5. Braun J, Bollow M, Remlinger G, et al. Prevalence of spondyloarthropathies in HLA-B27
positive and negative blood donors. Arthritis Rheum 1998;41:58-67.
6. 6. Hadi S . Spondiloartropati seronegatif, dalam Prijanto Poerjoto, Sugiri, Sutikno T (eds)
Pendidikan Kedokteran berkelanjutan ke II Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang. 1997: 31-5.
7. Sunarto. Diagnosis dan Penatalaksanaan Spondiloartropati Seronegatif, dalam Hirlan, M
Husein Gasse , Lestariningsih (eds) Pertemuan Ilmiah Tahunan VII Perhimpunan Dokter
Ahli Penyakit Dalam Cabang Semarang. Balai Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang. 2004: 144-7.
8. Isbagio H, Spondiloartropati Seronegatif dalam Sarwono waspaji, D Muin Rahman, LA
Lesmana, Djoko Widodo, Hari Isbagio, Idrus Alwi, Unggul Budi Husodo (eds) Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi ketiga . Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 1996: 143-6
9. Weisman MH. Spondylopathies. In:Stein JH Hutton JJ. Kohler PO (eds): Internal
Me22dicine, 4th ed., Mosby Year Book Inc., Missouri 1994, pp 2454-62.
18
7/27/2019 SPONDILITIS NEW.doc
http://slidepdf.com/reader/full/spondilitis-newdoc 19/19
10. Isbagio H. Spondiloartropati Seronegatif. Dalam: Noer HMS, Waspadji S, Rachman AM,
et al (Eds): Buku Ajar Penyakit Dalam I 3 rd., Balai Penerbit FKUI, Jakarta 1996, 142-5
11. Klippel J H, Seronegative Spondyloarthropathies, Ankylosing Spondylitis in Primer on
The Rheumatic Desease Edition 12. Arthritis Fondation. Atlanta Georgia. 2001: 250-4.
12.Darmawan John. Terobosan dalam Pengobatan Spondilitis Ankilosis yang Refrakter
Terhadap AINS memakai Protokol Step-down Bridge (Kombinasi 6 Imunosupresan
Intravena dan Oral). Semarang. (Diunduh dari :
http://www.lupusarthritisindonesia.org/id/download/mi-07.pdf 10-8-2011)
19