+ All Categories
Home > Documents > STUDI PENGGUNAAN UV-VIS SPECTROSCOPY DAN METODE …digilib.unila.ac.id/59841/18/SKRIPSI TANPA BAB...

STUDI PENGGUNAAN UV-VIS SPECTROSCOPY DAN METODE …digilib.unila.ac.id/59841/18/SKRIPSI TANPA BAB...

Date post: 24-Oct-2020
Category:
Upload: others
View: 1 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
64
STUDI PENGGUNAAN UV-VIS SPECTROSCOPY DAN METODE SIMCA UNTUK MEMBEDAKAN KOPI CODOT DAN KOPI BIASA (Skripsi) Oleh Galih Eko Nugroho FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019
Transcript
  • STUDI PENGGUNAAN UV-VIS SPECTROSCOPY DAN METODE SIMCA

    UNTUK MEMBEDAKAN KOPI CODOT DAN KOPI BIASA

    (Skripsi)

    Oleh

    Galih Eko Nugroho

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

  • ABSTRACT

    STUDY ON THE USE OF UV-VIS SPECTROSCOPY AND SIMCA

    METHOD TO DISCRIMINATE BAT COFFEE AND REGULAR COFFEE

    By

    Galih Eko Nugroho

    Robusta Coffee is the second largest production level among the other

    people's plantation commodities. Coffee Codot is a designation of a coffee

    product that originated from the district of Tanggamus, Lampung. Codot Coffee

    has a distinctive aroma and flavor where the coffee is unique in terms of

    harvesting coffee. Codot only eats ripe coffee bean and chooses it according to the

    sense of smell to eat. Codot does not eat the coffee beans but eat the skin and

    pulps of the coffee beans and re-spew the coffee beans. Because this coffee is a

    natural result taken from food scraps and Codot coffee production is limited

    making the price of Codot coffee is more expensive than the usual coffee

    price. This is what underlies the counterfeit of processed coffee products. Many

    researchers have used the methods of UV-Vis spectroscopy and Soft Independent

    modelling of class analogy (Simca) to identify differences and adulteration coffee.

    Tools used in this study is Genesys 10 UV-Vis spectroscopy and the

    materials used in this study are 1 gram per sample with a sample

  • iii

    mount of 50 samples of codot Coffee and 50 regular coffee samples. 1 gram

    coffee samples were extracted using aquades as much as 50 ml with a temperature

    of 90-98oC. Furthermore, the solution diluted in the ratio of 1 ml to the sample of

    coffee extraction and 20 ml of aquades solution dilutes was then inserted 2ml into

    the cuvettes and carried out data retrieval using UV-Vis spectro meter (UV-Vis

    Genesys 10s, Thermo Scientific, USA) at wavelengths 190 – 1100 nm which then

    carried out analysis using PCA and SIMCA methods .

    The prediction results show that the PCA and SIMCA methods are able to

    distinguish Codot and regular coffee. The best PCA analysis results are obtained

    for modified of spectra combination of standard normal variate (SNV) and 9

    segment moving averages at wavelengths of 190-1100 nm (full wavelength). In

    the development of a standard normal variate (SNV) combination and 9 segment

    moving averages, PC1 values of 72% and PC2 of 26%. As for the SIMCA

    classification accuracy values (AC), sensitivity values (S), and specificity values

    (SP) were obtained at 100%.

    Keywords : Codot coffee, Lampung Robusta Coffee, UV-Vis Spectrometer,

    Principal Component Analysis (PCA), Soft Independent Modeling of Class

    Analogy (SIMCA).

  • ABSTRAK

    STUDI PENGGUNAAN UV-VIS SPECTROSCOPY DAN METODE SIMCA

    UNTUK MEMBEDAKAN KOPI CODOT DAN KOPI BIASA

    Oleh

    Galih Eko Nugroho

    Kopi Robusta memiliki tingkat produksi terbesar kedua di antara komoditas

    perkebunan rakyat lainnya. Kopi Codot adalah sebutan dari sebuah produk kopi

    yang berasal dari kabupaten Tanggamus, Lampung. Kopi Codot memiliki aroma

    dan citarasa yang khas di mana kopi ini memiliki keunikan dalam hal pemanenan

    kopi. Codot hanya memilih kopi yang sudah matang menurut indra penciumannya

    untuk dimakan. Codot tidak memakan biji kopi tersebut melainkan memakan kulit

    dari biji kopi tersebut dan memuntahkan kembali biji kopi tersebut. Karena kopi

    ini merupakan hasil alami yang diambil dari sisa makanan dan produksi kopi

    Codot yang terbatas membuat harga dari kopi Codot ini lebih mahal dibandingkan

    harga kopi biasa. Hal tersebut yang mendasari terjadinya pemalsuan produk

    olahan kopi. Banyak peneliti yang sudah menggunakan metode UV-Vis

    Spectroscopy dan soft independent modelling of class analogy (SIMCA) untuk

    mengidentifikasi perbedaan dan pemalsuan kopi.

  • v

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Genesys 10 UV-Vis

    Spectroscopy dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1 gram tiap

    sampel dengan jumlah sampel sebanyak 50 sampel kopi Codot dan 50 sampel

    kopi biasa. Sampel kopi 1 gram diekstraksi menggunakan aquades sebanyak 50

    ml dengan suhu 90-98oC. Selanjutnya dilakukan pengenceran larutan dengan

    perbandingan 1 ml sampel ekstraksi kopi dan 20 ml aquades Kemudian di

    masukkan ke dalam kuvet dan dilakukan pengambilan data menggunakan UV-Vis

    Spectrometer (UV-Vis Genesys 10s, Thermo Scientific, USA) pada panjang

    gelombang 190 – 1100 nm yang kemudian dilakukan analisis menggunakan

    metode PCA dan SIMCA.

    Hasil prediksi menunjukkan bahwa metode PCA dan SIMCA mampu

    membedakan kopi Codot dan kopi biasa. Hasil analisis PCA terbaik diperoleh

    untuk tipe spektra kombinasi standard normal variate (SNV) dan moving average

    9 segmen pada panjang gelombang 190 – 1100 nm (panjang gelombang penuh).

    Pada pengembangan model menggunakan SIMCA spektra kombinasi standard

    normal variate (SNV) dan moving average 9 segmen menghasilkan nilai PC1

    sebesar 72% dan PC2 sebesar 26%. Sedangkan untuk klasifikasi SIMCA

    diperoleh nilai akurasi (AC), nilai sensitivitas (S), dan nilai spesifisitas (SP)

    sebesar 100%.

    Kata kunci : kopi Codot, Kopi Robusta Lampung, UV-Vis Spectroscopy,

    Principal Component Analysis (PCA), Soft Independent Modelling of Class

    Analogy (SIMCA).

  • STUDI PENGGUNAAN UV-VIS SPECTROSCOPY DAN METODE SIMCA

    UNTUK MEMBEDAKAN KOPI CODOT DAN KOPI BIASA

    Oleh

    Galih Eko Nugroho

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    Pada

    Jurusan Teknik Pertanian

    Fakultas Pertanian Universitas Lampung

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

  • x

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Desa Sukoyoso, Kecamatan

    Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung

    pada tanggal 07 April 1996, putra pertama dari dua

    bersaudara, dari pasangan Bapak Wito dan Ibu Siti

    Komariah. Pendidikan Sekolah Dasar (SD)

    diselesaikan di SDIT Bustanul Ulum di Kecubung

    Terbanggi Besar pada tahun 2008. Penulis

    melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di

    SMPIT Bustanul Ulum pada tahun 2011 dan Sekolah Menengah Atas (SMA)

    diselesaikan di MAN 1 Poncowati Lampung Tengah pada tahun 2014.

    Tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian,

    Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk

    Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Penulis terdaftar di Organisasi Persatuan

    Mahasiswa Teknik Pertanian (PERMATEP) sebagai Anggota Biasa PERMATEP.

    Penulis juga terdaftar aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Korps Sukarela (KSR)

    PMI Unit Universitas Lampung sebagai Anggota Divisi Pendidikan dan Latihan

    pada periode 2016-2017.

  • xi

    Pada tanggal 17 Juli - 25 Agustus 2017, penulis melaksanakan Praktek Umum

    (PU) selama 30 hari kerja di PT GREAT GIANT PINNEAPPLE (GGP)

    Lampung Tengah, Lampung dengan judul “Mekanisme mempelajari Forcing

    Tanaman Nanas (Ananas Comosus) pada PT Great Giant Pinneapple di

    Provinsi Lampung”. Pada tanggal 22 Januari-2 Maret 2018, penulis melakukan

    Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa MargoMulyo, Kecamatan Semaka, Kabupaten

    Tanggamus selama 40 hari kerja dengan tema “Pariwisata dan Budaya dalam

    Membangun dan Meningkatkan Kemandirian Desa”.

  • xii

    SANWACANA

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-

    Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dalam

    penyusunan skripsi ini yang berjudul “Studi Penggunaan UV-Vis Spectroscopy

    dan Metode SIMCA untuk Membedakan Kopi Codot dan Kopi Biasa”.

    Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi

    Pertanian pada Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

    Lampung.

    Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini terdapat begitu banyak kesalahan

    dan kekurangan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak

    yang telah memberikan bantuan, bimbingan serta saran dalam pelaksanaan

    penelitian dan penulisan skripsi. Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.S., selaku Dekan Fakultas

    Pertanian Universitas Lampung

    2. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.S., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian,

    Universitas Lampung.

    3. Bapak Dr. Agr. Sc. Diding Suhandy, S.TP., M.Agr., selaku Dosen

    Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing,

  • xiii

    memotivasi dan memberikan saran selama proses penelitian hingga

    penyusunan skripsi ini.

    4. Ibu Cicih Sugiyanti, S.TP., M.Si., selaku pembimbing kedua yang telah

    memberikan berbagai masukan dan bimbingannya dalam pembuatan proposal

    penelitian.

    5. Bapak Dr. Ir. Sapto Kuncoro, M.S., yang telah bersedia menjadi pembimbing

    kedua menggantikan Ibu Cicih Sugiyanti, S.TP., M.Si., yang memberikan

    bimbingan dalam menyelesaikan skripsi.

    6. Dr. Ir. Tamrin, M.S., selaku pembahas yang telah memberikan saran dan

    masukan sebagai perbaikan selama penyusunan skripsi ini.

    7. Seluruh dosen di Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu serta

    pengalaman selama penulis menjadi mahasiswa.

    8. Bapakku Wito, Ibuku Siti Komariah, Adikku Gilang Triyogi, serta semua

    keluarga tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dukungan moral,

    material dan doa.

    9. Teman-teman seperjuangan Teknik Pertanian 2014 yang telah memberikan

    waktu, dukungan, semangat, canda dan motivasi.

    10. Teman-teman Eny Supriyanti, Nur Azis S.P, Komang Sukarye, Nicolas yang

    telah membantu selama penelitian berlangsung.

    11. Keluarga angkatan 24 UKM KSR PMI Unit Universitas Lampung.

    12. Keluarga Besar UKM KSR PMI Unit Universitas dari angkatan 1 hingga

    angkatan 29.

    13. Keluarga Besar Teknik Pertanian Angkatan 2011, 2012, 2013, 2015, 2016,

    2017, 2018 dan 2019.

  • xiv

    Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak, Ibu, serta rekan-rekan

    sekalian, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak di masa

    yang akan datang.

    Bandarlampung, 2019

    Penulis,

    Galih Eko Nugroho

  • xv

    Alhamdulillahirabbalalaamin

    Sebagai wujud rasa syukur yang tiada terkira. Ku persembahkan

    karya kecilku teruntuk

    Ibukku Siti Komariah

    Bapakku Wito

    Adikku Gilang Triyogi

    Seluruh keluarga Besarku

    Serta

    Almamater tercinta Universitas Lampung

    Teknik Pertanian 2014

  • xvi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRACT ......................................................................................................... ii

    DAFTAR ISI..................................................................................................... xvi

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. xx

    I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

    1.1 `Latar Belakang ............................................................................... 1

    1.2 Tujuan Penelitian............................................................................. 5

    1.3 Manfaat Penelitian........................................................................... 5

    1.4 Hipotesis Penelitian......................................................................... 6

    1.5 Batasan Masalah.............................................................................. 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7

    2.1 Kopi Robusta................................................................................... 7 2.1.1 Kopi Robusta Tanggamus..................................................... 8

    2.1.2 Kopi Codot / Bat Coffee ....................................................... 9

    2.2 UV-Vis Spectroscopy....................................................................... 10

    2.3 Kemometrika ................................................................................... 13

    2.3.1 PCA (Principal Component Analysis) .................................. 14

    2.3.2 SIMCA (Soft Independent Modelling of Class Analogy) ..... 14

    2.3.3 Matriks Konfusi .................................................................... 15

    2.3.4 Metode Pretreatment Spektrum ............................................ 17

    2.4 Kurva Receiver Operating Characteristic (ROC) .......................... 21

    III. METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 24

    3.1 Waktu dan Tempat .......................................................................... 24

    3.2 Alat dan Bahan ................................................................................ 24

    3.3 Prosedur Penelitian.......................................................................... 25

  • xvii

    3.3.1 Persiapan Alat dan Bahan ..................................................... 26

    3.3.2 Ekstraksi Kopi....................................................................... 28

    3.3.3 Pengambilan Spektra Menggunakan Spektrometer .............. 31

    3.3.4 Membuat dan Menguji Model .............................................. 33

    3.3.5 Analisis Data......................................................................... 33

    3.3.6 Principal Component Analysis (PCA) .................................. 33

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 38

    4.1 Analisis Spektra Kopi Codot dan Kopi Biasa ................................. 38

    4.2 Hasil Principal Component Analysis (PCA)

    pada Spektra Original ...................................................................... 42

    4.3 Model Soft Independent Modelling of Class Analogy (SIMCA)

    pada Spektra Original...................................................................... 45

    4.4 Klasifikasi pada Spektra Original ................................................... 48

    4.5 Analisis Perlakuan pada Spektra Kopi Codot dan Kopi Biasa........ 54

    4.6 Hasil PCA Menggunakan Spektra

    SNV+Moving Average 9 segmen .................................................... 57

    4.7 Model SIMCA pada Spektra Kombinasi SNV dan

    Moving Average 9 Segmen ............................................................. 61

    4.8 Klasifikasi Model SIMCA pada Spektra Kombinasi SNV dan

    Moving Average 9 Segmen ............................................................. 64

    4.9 Receiver Operating Characteristic (ROC) ..................................... 70

    V. KESIMPULAN ....................................................................................... 76

    5.1 Kesimpulan...................................................................................... 76

    5.2 Saran ................................................................................................ 78

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 79

    LAMPIRAN...................................................................................................... 82

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Bubuk Kopi Biasa dan Bubuk Kopi Codot ................................................ 3

    2. Biji Kopi Robusta ....................................................................................... 8

    3. Biji Hasil Fermentasi Codot ....................................................................... 10

    4. UV-VIS Spectroscopy ................................................................................. 11

    5. Prinsip Kerja UV-VIS Spectroscopy ........................................................... 12

    6. Perbandingan bentuk kurva ROC (Sprawls, 1995). ................................... 22

    7. Diagram Alir Penelitian (Pratiwi, 2017) .................................................... 25

    8. Penggilingan Kopi ...................................................................................... 26

    9. Penimbangan .............................................................................................. 27

    10. Penambahan Larutan Aquades sebanyak 50 ml pada sampel Kopi ........... 28

    11. Pengadukan Larutan kopi ........................................................................... 29

    12. Penyaringan Kopi ....................................................................................... 29

    13. Hasil Pengenceran Sampel 1:20 ................................................................. 30

    14. Prosedur Ekstraksi Kopi (Sambudi, 2018). ................................................ 31

    15. Cara Memasukan Data ke dalam The Unscramler 9.2 .............................. 34

    16. Cara Mentranpose data ke dalam The Unscrambler 9.2 ............................ 35

    17. Cara Membuat Category Variable ............................................................. 35

    18. Menu Edit Set ............................................................................................. 36

  • xviii

    19. Grafik Nilai Rata-Rata Spektra Original pada Panjang Gelombang

    190 – 1100 nm. ....................................................................................... 39

    20. Grafik Nilai Rata-Rata Spektra Kombinasi SNV dan

    Moving Average 9 Segmen pada Panjang Gelombang 190 – 1100 nm. . 41

    21. Hasil Plot Diskriminasi PCA pada PC1 dan PC2 dari 200 Sampel ........... 43

    22. Grafik X-Loading PC1 Hasil PCA pada 200 Sampel................................. 44

    23. Grafik X-Loading PC2 Hasil Diskriminasi PCA pada 200 Sampel ........... 45

    24. Model SIMCA Sampel Kopi Codot ........................................................... 47

    25. Model SIMCA Sampel Kopi biasa ............................................................ 47

    26. Coomans Plot Hasil Klasifikasi Model SIMCA pada Spektra Original. ... 53

    27. Hasil Plot Diskriminasi PCA pada Spektra Kombinasi SNV dan Moving

    Average 9 segmen. .................................................................................. 59

    28. Grafik X-loading PC1 Hasil Diskriminasi PCA pada Spektra Kombinasi

    SNV dan Moving Average 9 Segmen. .................................................... 60

    29. Grafik X-loading PC2 Hasil Diskriminasi PCA pada Spektra Kombinasi

    SNV dan Moving Average 9 Segmen. .................................................... 61

    30. Model SIMCA Codot pada Spektra Kombinasi SNV dan

    Moving Average 9 Segmen ..................................................................... 62

    31. Model SIMCA Kopi biasa pada Spektra Kombinasi SNV dan Moving

    Average 9 Segmen .................................................................................. 63

    32. Coomans Plot Hasil Klasifikasi Model SIMCA pada Spektra Kombinasi

    SNV dan Moving Average 9 Segmen. .................................................... 69

    33 Kurva ROC level 0,1% Klasifikasi Sampel Kopi Codot dan

    Kopi biasa menggunakan Spektra Original ............................................ 72

    34 Kurva ROC level 0,5% Klasifikasi Sampel Kopi Codot dan

    Kopi biasa menggunakan Spektra Original ............................................ 72 35 Kurva ROC level 1%, 5%, 10%, 25% Klasifikasi Sampel Kopi Codot

    dan Kopi biasa menggunakan Spektra Original ..................................... 73

    36 Kurva ROC level 0,1%, 0,5%, 1%, 5%,10%, 25% Klasifikasi Sampel

    Kopi Codot dan kopi biasa menggunakan Spektra Kombinasi

    SNV dan Moving Average 9 Segmen. .................................................... 75

  • xix

    37. Penambahan Aquades 50 ml ke dalam Sampel Kopi................................ 101

    38. Timbangan Dalam posisi tidak ada Sampel kopi ...................................... 101

    39. Memasukan Larutan ke dalam Kuvet ....................................................... 102

    40. Grafik Hasil Absorbansi Kopi ................................................................... 102

    41. Coomans Plot Hasil Klasifikasi Model SIMCA pada Spektra Original. .. 103

    42. Coomans Plot Hasil Klasifikasi Model SIMCA pada Spektra Kombinasi

    SNV dan Moving Average 9 Segmen. .................................................... 103

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Matriks Konfusi ........................................................................................... 16

    2. Komposisi Bahan ......................................................................................... 27

    3. Hasil Klasifikasi Model SIMCA pada Spektra Original. ............................. 49

    4. Matriks Konfusi pada Spektra Original. ...................................................... 52

    5. Hasil Pengembangan Model SIMCA ........................................................... 55

    6. Nilai PC Kopi Codot dan Kopi biasa pada Spektra Kombinasi SNV dan

    Moving Average 9 Segmen ....................................................................... 64

    7. Hasil Klasifikasi Model SIMCA SNV Moving Average 9 Segmen ............ 65

    8. Matriks Konfusi Berdasarkan SNV Moving Average 9 segmen .................. 68

    9. Hubungan Spesifisitas dan Sensitivitas Beberapa Level Klasifikasi pada

    Spektra ...................................................................................................... 71

    10. Hubungan Spesifisitas dan Sensitivitas Beberapa Level Klasifikasi pada

    Spektra Kombinasi SNV dan Moving Average 9 Segmen. ...................... 74

    11. Daftar Singkatan Nama ................................................................................ 83

    12. Hasil Diskriminasi PCA pada Spektra Original Dalam Bentuk Angka

    (Numeric) .................................................................................................. 83

    13. Hasil Diskriminasi PCA pada Spektra Kombinasi SNV dan

    Moving Average 9 Segmen Dalam Bentuk Angka (Numeric) .................. 92

  • I. PENDAHULUAN

    1.1 `Latar Belakang

    Kopi adalah minuman yang digemari banyak orang, baik pria maupun wanita.

    Semua orang di dunia ini tidak ada yang tidak mengetahui kopi. Kopi adalah

    sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman

    kopi. Jenis kopi yang dikembangkan di Indonesia adalah kopi Arabika dan kopi

    Robusta. Kopi Robusta memiliki tingkat produksi terbesar kedua di antara

    komoditas perkebunan rakyat lainnya. Di samping rasa dan aromanya yang

    menarik, biji kopi mengandung berbagai senyawa kimia seperti karbohidrat,

    protein, mineral, kafein, trigonelin, asam alifatik (asam karboksilat), asam

    klorogenat, lemak dan turunannya, glikosida, dan komponen volatil (Naidu dkk,

    2008).

    Produksi kopi dunia pada tahun 2017-2018 mengalami penurunan sebesar 0,3%

    menjadi 158.560.000 ton lebih rendah tahun lalu. Pada waktu yang sama produksi

    Arabika dunia diperkirakan menurun sebesar 6,6% menjadi 97.160.000 ton,

    sementara produksi Robusta diperkirakan tumbuh 11,5% menjadi 61.400.000 ton.

    Produksi kopi dunia mengalami pertumbuhan di semua daerah kecuali daerah

    Amerika Selatan yang diketahui mengalami penurunan produksi 8,2% lebih

    rendah, dengan total produksi 70.570.000 ton. Pada daerah Afrika produksi kopi

  • 2

    naik sebesar 5,3% dengan total produksi 17.630.000 ton. Pada zona Asia dan

    Oceania kenaikan produksi sebesar 7,9% dengan total produksi 48.440.000 ton

    dan zona Meksiko dan Amerika Tengah kenaikan sebesar 7% dengan total

    produksi 21.9200.000 ton (ICO, 2018).

    Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung (2017), Lampung mampu

    menghasilkan 128.074 ton kopi di tahun 2017. Kopi Robusta lebih berkembang di

    Provinsi Lampung jika dibandingkan dengan kopi Arabika karena kopi Robusta

    memiliki luas lahan tanam dan tingkat produksi yang jauh lebih besar

    dibandingkan kopi Arabika. Perkebunan kopi sebagian besar berpusat di

    Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus dan Way Kanan.

    Kopi Codot adalah sebutan dari sebuah produk kopi yang berasal dari kabupaten

    Tanggamus, Lampung. Kopi ini memiliki keunikan dalam hal pemanenan kopi.

    Berbeda dengan pesaing dari kopi Codot yaitu kopi Luwak, kopi Codot memiliki

    aroma dan citarasa yang khas. Mekanismenya diilustrasikan Codot memakan buah

    yang sudah matang tersebut untuk diambil daging buahnya lalu memuntahkan

    kembali biji yang terdapat pada buah tersebut. Pada saat Codot memakan buah

    terdapat enzim atau zat yang terkandung pada mulut Codot yang ikut pada biji

    kopi yang dimuntahkan tersebut yang kemudian biji itu yang dikumpulkan para

    petani dari kebun mereka dan melalui proses yang panjang sampai kopi tersebut

    menjadi sebuah produk kopi. Harga untuk kopi Codot di Lampung berkisar Rp

    60.000 – Rp 70.000 per 250 gr. Berbeda dengan harga kopi Robusta biasa yang

    berkisar Rp 40.000 - Rp 45.000 per 250 gr. Perbedaan harga yang signifikan

    tersebut dikarenakan kopi Codot memiliki kualitas dan citarasa yang khas.

  • 3

    Hal tersebut yang mendasari terjadinya kegiatan pemalsuan produk olahan kopi.

    Menurut Iriani (2016), kegiatan pemalsuan pangan di Indonesia semakin banyak

    dilakukan khususnya untuk komoditas kopi. Pemalsuan adalah upaya perubahan

    tampilan makanan yang lebih murah dengan tujuan meningkatkan penampilan

    makanan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya sehingga hal

    tersebut memberikan dampak buruk pada konsumen yang secara sengaja

    dilakukan dengan cara menambah atau mengganti bahan. Secara kasat mata kopi

    yang sudah menjadi bubuk akan susah dibedakan antara yang asli dan palsu

    Seperti pada Gambar 1 yang menunjukkan kopi yang sudah dihaluskan.

    Gambar 1. Bubuk Kopi Biasa dan Bubuk Kopi Codot

    Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menemukan perbedaan

    dari kedua kopi tersebut, di antaranya adalah metode organoleptik. Metode

    organoleptik ini memiliki kelemahan dan keterbatasan akibat beberapa

    sifat indrawi tidak dapat dideskripsikan yang terkadang dapat dipengaruhi oleh

    kondisi fisik dan mental panelis yang menyebabkan menurunnya tingkat

    kepekaan. Metode lain yang dapat digunakan dalam menemukan perbedaan ini

    https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Indrawi&action=edit&redlink=1

  • 4

    adalah metode NIR-Spectroscopy (Near Infra Red). Umumnya spektroskopi NIR

    dipilih karena cepat, murah dan tidak merusak sampel analisis (Roggo, 2007).

    Pada satu sisi kelemahan dalam penggunaan metode ini yaitu mahalnya peralatan

    yang digunakan kemudian tingginya biaya perawatan sehingga teknologi NIR

    sulit diaplikasikan ke masyarakat.

    Selanjutnya adalah metode GLC (Gas Liquid Chromatography) dan HPLC (High

    Performance Liquid Chromatography) Kedua metode ini telah diketahui

    merupakan suatu teknik analisis yang cepat, dapat memisahkan campuran menjadi

    komponen-komponen tunggalnya dengan spesifisitas dan ketelitian yang tinggi

    (Lee dan Shang, 2008). Sama-sama menggunakan basis kromatografi pada

    prosesnya. Namun metode tersebut memiliki kelemahan yaitu seringnya metode

    tersebut digunakan pada industri farmasi dan metode analisisnya membutuhkan

    waktu yang cukup lama. Dari sekian kelemahan metode tersebut bisa diatasi

    dengan penggunaan teknik cepat untuk mampu membedakan dan pemalsuan kopi

    Arabika dengan menggunakan metode UV-Vis Spectroscopy.

    Banyak peneliti yang sudah menggunakan metode UV-Vis Spectroscopy untuk

    mengidentifikasi perbedaan dan pemalsuan kopi. Menurut Iriani (2016), bahwa

    metode UV-Vis Spectroscopy mampu mengidentifikasi campuran kopi Arabika

    murni dengan klasifikasi data yang diperoleh nilai akurasi sebesar 56%,

    sensitivitas 58%, dan nilai spesifisitas 0%. Menurut Pratiwi (2017) teknologi UV-

    Vis spectroscopy telah berhasil dalam menunjukkan perbedaan pada beberapa

    kopi spesialti yang telah dilakukan pengujian pada beberapa kopi seperti kopi

    Gayo Aceh, Kintamani Bali, dan Wamena Papua.

  • 5

    Teknologi UV-Vis Spectroscopy memiliki banyak kelebihan yaitu peralatan

    dengan harga terjangkau dan mudah diaplikasikan di masyarakat serta metode

    yang analisisnya tepat dan cepat. Teknologi UV-Vis Spectroscopy tepat digunakan

    untuk membedakan kopi biasa dan kopi Codot/Batcoffee. Kopi tersebut akan

    dibedakan berdasarkan sifat optik dengan menggunakan UV-Vis Spectroscopy

    untuk mendapatkan absorban data. Absorban data yang sudah diperoleh dianalisis

    dengan teknik kemometrika menggunakan analisis multivariat. Analisis

    multivariat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu principal component

    analysis (PCA) dan soft independent modelling of class analogy (SIMCA).

    1.2 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan:

    1 Membangun model diskriminasi kualitatif untuk mengklasifikasikan kopi

    Codot dengan kopi biasa

    2 Menguji model yang dibangun untuk proses diskriminasi kopi Codot

    dengan kopi biasa.

    1.3 Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini adalah

    1 Memberikan informasi tentang perbedaan kopi Codot dengan kopi biasa.

    2 Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kualitas dari kopi

    Codot sehingga layak dikonsumsi dengan harga yang sesuai.

    3 Mencegah pemalsuan dan pencampuran kopi Codot dengan kopi biasa.

  • 6

    1.4 Hipotesis Penelitian

    Hipotesis dari penelitian yaitu teknologi UV-Vis Spectroscopy dapat membedakan

    kopi Codot dengan kopi biasa berdasarkan spektranya menggunakan metode

    SIMCA.

    1.5 Batasan Masalah

    Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu proses diskriminasi hanya pada kopi

    bubuk murni kopi Codot dan kopi bubuk biasa.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kopi Robusta

    Kopi (Coffea sp) merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki

    nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan

    berperan penting sebagai sumber devisa negara dan juga merupakan sumber

    penghasilan dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia (Rahardjo,

    2012). Kopi Robusta adalah salah satu jenis kopi yang banyak dibudidayakan di

    Indonesia, hampir diseluruh wilayah indonesia memiliki kopi jenis ini. Kopi

    Robusta memiliki tekstur yang lebih kasar dibandingkan kopi jenis lainnya,

    aromanya lebih pekat, kadar kafein akan cenderung meningkat ketika elevasi

    tempat tumbuh kopi Robusta semakin tinggi (Towaha dkk, 2014). Kopi jenis

    Robusta merupakan kopi yang paling akhir dikembangkan oleh pemerintahan

    Belanda di Indonesia. Kopi ini lebih tahan terhadap cendawan Hemileia vastatrix

    dan memiliki produksi yang tinggi dibandingkan kopi Liberika. Akan tetapi,

    citarasa yang dimilikinya tidak sebaik dari kopi jenis Arabika, sehingga dalam

    pasar Internasional kopi jenis ini memiliki indeks harga yang rendah

    dibandingkan kopi jenis Arabika. Kopi ini dapat tumbuh dengan baik pada

    ketinggian diatas 600 sampai 700 m dpl (Indrawanto et al. 2010). Karakter

    morfologi yang khas pada kopi Robusta adalah tajuk yang lebar, perwatakan

  • 8

    besar, ukuran daun yang lebih besar dibandingkan daun kopi Arabika, dan

    memiliki bentuk pangkal tumpul. Selain itu, daunnya tumbuh berhadapan dengan

    batang, cabang, dan ranting-rantingnya (Najiyati dan Danarti, 2012).

    Gambar 2. Biji Kopi Robusta

    2.1.1 Kopi Robusta Tanggamus

    Masyarakat Tanggamus sudah mengenal kopi sejak lama. Mungkin sejak zaman

    Belanda masyarakat Lampung sudah mengenal kopi. Tanggamus adalah salah

    satu kabupaten penghasil kopi utama dari Provinsi Lampung. Nama daerah ini

    sendiri diambil dari nama Gunung Tanggamus (2.100 mdpl) tempat kabupaten ini

    berada. Perkebunan kopi memenuhi kaki hingga lereng gunung yang memiliki

    hutan lumut di puncaknya itu. Robusta Tanggamus memiliki ciri khas

    dibandingkan kopi di wilayah lain. Pasalnya, ini sangat bergantung pada

    kesuburan tanah di Tanggamus dan pengelolaannya yang menggunakan pupuk

    alami. Letak geografis juga memberi pengaruh pada ciri khas kopi Tanggamus.

    Tanaman kopi Robusta (Coffea canephora) merupakan spesies kopi yang

    pohonnya bisa mencapai 12 meter. Tanaman ini lebih tahan terhadap cuaca dan

  • 9

    hama penyakit, serta lebih mudah untuk pemeliharaannya. Kopi ini bertekstur

    kasar, pahit, dan mengandung kafein yang tinggi.

    2.1.2 Kopi Codot / Bat coffee

    Kopi Codot merupakan jenis kopi Robusta yang ditanam di lereng gunung

    Tanggamus. Dinamai kopi Codot, karena kopi ini merupakan hasil memungut dari

    sisa makanan Codot. Codot yang termasuk satwa Nocturnal dan hanya aktif pada

    malam hari. Jika Luwak memakan biji kopi dan kemudian kopi dipungut dari

    kotorannya, Codot justru hanya memakan daging buah kopi, sementara bijinya

    dimuntahkan kembali. Dalam hal ini, Codot hanya memilih biji yang sudah merah

    atau matang (petik merah) sebagai sumber makanannya.

    Jenis kopi yang dikenal dengan sebutan kopi Codot inilah, yang kemudian diolah

    oleh Kelompok Wanita Tani Hutan (KWTHUT) Himawari di desa Margoyoso,

    Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. KTWHUT

    Himawari merupakan salah satu lembaga yang terdapat di Gabungan Kelompok

    Tani (Gapoktan) HKM Beringin Jaya. Kopi Codot yang ternyata memiliki rasa

    khas serta citra rasa tersendiri, selama ini hanya dikonsumsi sendiri oleh para

    petani yang ada di Tanggamus. Namun, kadang petani mencampur kopi Codot

    dengan kopi lain untuk dijual dengan harga murah (Mongabay, 2017).

  • 10

    Gambar 3. Biji Hasil Muntahan Codot

    Kopi yang satu ini memang memiliki harga yang relatif lebih murah dibandingkan

    dengan kopi petik merah biasa. Hal ini karena petani tidak perlu memelihara

    Codot secara khusus, sebab Codot ini sering berkeliaran di sekitaran perkebunan

    kopi dan membuang kotorannya sembarangan. Sehingga hal ini tentu

    memudahkan para petani untuk mendapatkan biji kopi yang didapatkan dari sisa-

    sisa kotoran Codot ini. Selain itu juga para petani tidak perlu mengeluarkan biaya

    operasional untuk bisa mendapatkan biji kopi yang digunakan untuk membuat

    kopi yang satu ini. Hal ini yang menyebabkan perbedaan harga pada kopi luwak

    dan kopi yang berasal dari kelelawar dan hal tersebut yang juga yang

    mempengaruhi tingkat produksi dan kesulitan dalam mendapatkan biji kopi yang

    merupakan bahan baku dalam pembuatan kopi tersebut (www.lintaskopi.com,

    2017).

    2.2 UV-Vis Spectroscopy

    Spektrofotometer UV-Vis adalah salah satu alat ukur untuk analisa unsur-unsur

    berkadar rendah secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Penentuan secara

    kualitatif berdasarkan puncak-puncak yang dihasilkan pada spektrum suatu unsur

    http://www.lintaskopi.com/

  • 11

    tertentu pada panjang gelombang tertentu, sedangkan penentuan secara kuantitatif

    berdasarkan nilai absorbansi yang dihasilkan dari spektrum senyawa kompleks

    unsur yang dianalisa dengan pengompleks yang sesuai. Pembentukan warna

    dilakukan dengan cara menambahkan bahan pengompleks yang selektif terhadap

    unsur yang ditentukan (Noviarty dan Angraini, 2013). Pada Gambar 4 adalah alat

    dari UV-Vis Spectroscopy.

    Gambar 4. UV-VIS Spectroscopy

    Gambar 4 adalah alat UV-Vis Spectroscopy yang digunakan untuk membedakan

    atau mengetahui pemalsuan produk pangan. Spektrometer merupakan metode

    analisis yang penggunaanya didasarkan pada besarnya nilai absorbsi suatu zat

    terhadap radiasi sinar elektromagnetik. Prinsip kerja spektrometer berdasarkan

    hukum Lambert-Beer, bila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan)

    maka sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian lagi

    dipancarkan. Absorban adalah suatu polarisasi cahaya yang terserap oleh bahan

    atau komponen kimia tertentu pada panjang gelombang tertentu sehingga akan

  • 12

    memberikan warna tertentu terhadap bahan sinar yang dimaksud bersifat

    monokromatis dan mempunyai panjang gelombang tertentu. Persyaratan hukum

    Lambert-Beer antara lain radiasi yang digunakan harus monokromatik, energi

    radiasi yang diabsorbsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, dan sampel

    (larutan) yang mengabsorbsi harus homogen (Apratiwi, 2016).

    Gambar 5. Prinsip Kerja UV-VIS Spectroscopy

    Instrumentasi spektrofotometer UV-Vis yang terdiri dari 5 bagian utama, yaitu

    sumber radiasi, wadah sampel, monokromator, detektor, amplifier, dan rekorder.

    Secara umum instrumen UV-Vis spektrometer yaitu,

    1 Sumber radiasi

    Yang digunakan oleh spektrometer adalah lampu wolfram atau sering

    disebut lampu tungsten, dan ada juga yang menggunakan lampu

    deuteurium (lampu hidrogen)

    2 Kuvet

    Kuvet yang baik untuk spektrometer UV-Vis yaitu kuvet dari kuarsa yang

    dapat melewatkan radiasi daerah ultraviolet. Sel yang baik tegak lurus

  • 13

    terhadap arah sinar untuk meminimalkan pengaruh pantulan radiasi. Selain

    itu kuvet yang digunakan tidak boleh berwarna.

    3 Monokromator

    Digunakan sebagai alat penghasil sumber sinar monokromatis.

    4 Detektor

    Memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang.

    Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik dan selanjutnya

    akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk angka digital.

    Ketika cahaya dari sumber radiasi diteruskan menuju monokromator, cahaya dari

    monokromator diarahkan terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi.

    Detektor menerima cahaya dari sampel secara bergantian secara berulang-ulang,

    sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke digital dan dilihat hasilnya

    (Apratiwi, 2016).

    2.3 Kemometrika

    Kemometrika adalah ilmu pengetahuan yang menghubungkan pengukuran yang

    dibuat pada suatu proses atau sistem kimiawi melalui penggunaan ilmu

    matematika dan statistika (Rohman, 2014). Kemometrika berfokus pada ekstraksi

    informasi yang relevan dari data kimiawi dengan memanfaatkan ilmu matematika

    dan statistika (Kurt, 2009). Kemometrika banyak berkaitan dengan pengukuran

    data multivariat. Data multivariat adalah data yang dihasilkan dari pengukuran

    banyak variabel pada satu sampel yang sama (Rohman, 2014). Uji statistik

    multivariat merupakan alat yang sangat baik digunakan untuk menganalisis data

  • 14

    yang diperoleh dari suatu pengukuran kimia dan membuat suatu model

    matematika empirik untuk secara instan dapat memprediksi suatu nilai yang tidak

    dapat diukur secara langsung (Kurt, 2009). Metode kemometrika sering disebut

    juga dengan metode statistik multivariat (Mubayinah dkk, 2016). Analisis

    multivariat yang paling sering digunakan adalah PCA (principal component

    analysis) dan SIMCA (soft independent modelling of class Analogy).

    2.3.1 PCA (principal component analysis)

    Principal component analysis (PCA) adalah sebuah teknik untuk membangun

    variabel-variabel baru yang merupakan kombinasi linear dari variabel-variabel

    asli. Jumlah maksimum dari variabel-variabel baru akan sama dengan jumlah

    variabel lama dan masing-masing variabel tidak berkorelasi. Kelebihan PCA yaitu

    dapat menghilangkan korelasi, tidak mengurangi jumlah variabel asli dan lebih

    akurat dibandingkan dengan pengunaan metode lain.

    Prinsip PCA adalah mencari komponen utama yang merupakan kombinasi linear

    dari variabel asli. Komponen-komponen utama ini dipilih sedemikian rupa

    sehingga komponen utama pertama memiliki varian terbesar dalam gugus data,

    sedangkan komponen utama kedua tegak lurus terhadap komponen utama pertama

    dan memiliki varian terbesar berikutnya (Miller dan Miller 2000).

    2.3.2 SIMCA (soft independent modelling of class analogy)

  • 15

    Soft independent modelling of class analogy (SIMCA) merupakan teknik analisis

    multivariat terawasi yang digunakan untuk menguji kekuatan diskriminasi

    dan klasifikasi sampel. SIMCA digunakan untuk menetapkan sampel ke dalam

    kelas yang tersedia dengan tepat. Metode klasifikasi ini didasarkan pada

    pembuatan model PCA untuk masing-masing kelas dan mengklasifikasikan setiap

    sampel pada masing-masing model PCA. Hasil luaran dari SIMCA berupa tabel

    klasifikasi dimana sampel dapat terklasifikasi dalam satu, beberapa kelas, atau

    tidak terklasifikasikan ke dalam kelas manapun (Nurcahyo, 2015).

    Klasifikasi di SIMCA dibuat dengan membandingkan varian residual dari sampel

    dengan rata-rata residual varian dari sampel tersebut yang membentuk kelas.

    Perbandingan ini memberikan ukuran langsung dari kesamaan sampel untuk kelas

    tertentu dan dapat dianggap sebagai ukuran goodness of fit dari sampel untuk

    model kelas tertentu (Lavine, 2009).

    2.3.3 Matriks Konfusi

    Lavine (2009) mengatakan bahwa Matriks konfusi yaitu merupakan tabel pencatat

    hasil kerja klasifikasi dari pengolahan menggunakan SIMCA. Rumus Matriks

    konfusi memiliki beberapa keluaran yaitu akurasi, spesifitas, dan sensitivitas.

    Akurasi adalah ketepatan dari model yang dibuat, dimana a adalah nomor sampel

    dari kelas A yang masuk di kelas A aktual, sedangkan d adalah nomor sampel dari

    kelas B yang masuk ke kelas B aktual, b adalah nomor sampel dari kelas A yang

    masuk ke kelas B aktual, dan c adalah nomor sampel dari kelas B yang masuk ke

    kelas A aktual. Sensitivitas adalah menunjukkan kemampuan model untuk bisa

  • 16

    menolak sampel yang bukan kelasnya. Spesifisitas adalah kemampuan model

    untuk mengarahkan sampel untuk masuk ke dalam kelas secara benar.

    Tabel 1. Matriks Konfusi

    Model Kopi Codot Model Kopi biasa

    Aktual Kopi Codot a b

    Aktual Kopi biasa c d

    a) Akurasi (AC) =

    ................................ (1)

    b) Sensitivitas (S) =

    ................................ (2)

    c) Spesifisitas (SP) =

    ................................ (3)

    Keterangan :

    a : Sampel kelas Codot yang masuk ke dalam kelas Codot

    b : Sampel kelas Codot yang masuk ke dalam kelas biasa

    c : Sampel kelas biasa yang masuk ke dalam kelas Codot

    d : Sampel kelas biasa yang masuk ke dalam kelas biasa

    Klasifikasi nilai akurasi menunjukkan keakuratan model yang dibangun.

    Sensitivitas menunjukkan kemampuan model untuk menolak sampel yang bukan

    kelasnya, semakin tinggi nilai sensitivitas maka model yang dibangun semakin

    mengenali karakteristik sampel. Sedangkan untuk nilai spesifisitas merupakan

    kemampuan model untuk mengarahkan sampel masuk ke dalam kelasnya secara

    benar. Jadi, semakin tinggi nilai akurasi, sensitivitas, dan spesifisitas maka model

    yang dibangun akan semakin baik.

  • 17

    2.3.4 Metode Pretreatment Spektrum

    Pretreatment spektra dilakukan untuk mengurangi pengaruh interferensi

    gelombang dan noise pada data spektra yang didapat agar diperoleh model yang

    lebih akurat dan stabil. Sebelum dilakukan pengembangan model

    analisis, data spektra akan mendapat perlakukan pretreatment baik data

    kalibrasi maupun prediksi. Berikut ini 5 metode pretreatment yang dapat

    dipergunakan untuk memperbaiki spektra yang didapat (Prieto, 2017.) :

    a. Smoothing moving average

    Merupakan metode yang sering digunakan untuk menghilangkan noise.

    Pada umumnya, dikombinasikan dengan motode pengolah awal data lain

    untuk melakukan penghilangan noise.

    Berikut persamaan dalam metode smoothing moving average.

    Keterangan :

    Sj : Nilai smoothing moving average pada panjang gelombang ke j

    Yj : Nilai spektra asli pada panjang gelombang ke j

    j : Indeks panjang gelombang

    9 : Jumlah segmen

    Rumus diatas untuk segmen = 9, pembagi dan penyebut dapat berubah sesuai

    dengan segmen yang dibuat. Hasil smoothing moving average akan terpusat

    di tengah karena hal tersebut jumlah segmen merupakan bilangan ganjil.

  • 18

    b. Savitzky-Golay differentiation

    Digunakan untuk menghilangkan background dan meningkatkan resolusi

    spektra. Derivative mampu memperjelas puncak dan lembah spektra absorban

    data. Diferensiasi Savitzky-Golay biasanya fokus pada diferensiansi pertama.

    turunan pertama (1st) memungkinkan penghapusan offset, sementara

    derivative ke-2 (2nd

    ) menghilangkan offset dan baseline.

    Berikut merupakan rumus dari diferensiasi :

    c. Mean normalization (MN)

    Tujuan dari pretreatment ini adalah untuk menskala sampel dalam

    rangka untuk mendapatkan semua data pada sekitar skala yang sama

    berdasarkan daerah, mean, maksimum, puncak dan vektor satuan.

    Semua data spektrum juga dinormalisasi sebagai mean normalization.

    Berikut merupakan persamaan mean normalize

    Keterangan :

    Xmean(i,k) : Nilai mean normalize pada sampel i di panjang gelombang k

    i : Indeks sampel

    k : Indeks panjang gelombang

    Xraw : Nilai spektra asli

    Xmean :Nilai spektra rata-rata pada sampel.

  • 19

    Xmean menggunakan rata-rata nilai spektra pada baris panjang gelombang dari

    Xraw hingga akhir.

    d. Multiplicative scatter correction (MSC)

    Metode MSC merupakan salah satu pendekatan untuk mengurangi

    Amplification (multiplicative, scattering) efek di spektrum. Multiplicative

    scatter correction (MSC) berguna untuk memperbaiki variasi cahaya yang

    menyebar dalam data spektroskopi. Tujuan utama MSC adalah untuk

    memperbaiki semua sampel sehingga semuanya memiliki tingkat persebaran

    cahaya yang sama.

    Berikut persamaan yang digunakan dalam metode MSC.

    ̅

    Keterangan :

    : Nilai dari spektrum yang dikoreksi (matriks data).

    Xorg : Nilai dari spektra asli

    ̅ : Nilai dari spektrum rata-rata

    ei : Nilai error

    ai : Nilai intersep

    bi : Nilai slope

    i : Indeks sampel

    j : Indeks panjang gelombang

  • 20

    yang pertama dilakukan untuk mencari nilai MSC adalah mencari koefisien

    regresi yaitu yang diperoleh dari persamaan regresi setiap sampel

    pada grafik linier yang dibuat dan menunjukkan persamaan y = a+bx pada

    sampel i. Setelah koefisien regresi didapat, maka dilakukan perhitungan

    MSC menggunakan persamaan di atas.

    e. Standard normal variate (SNV)

    Metode SNV adalah transformasi yang menghilangkan scatter effects

    dari spektrum dengan memusatkan dan men-skala spektrum individual.

    Seperti MSC, hasil praktis dari SNV adalah menghilangkan multiplicative

    interferences dari scatter effects pada data spektra. Tujuan utama dari SNV

    adalah penghapusan gangguan multiplikasi dari persebaran dan ukuran

    partikel.

    Berikut persamaan yang digunakan pada metode SNV :

    √∑ ̅

    ̃ ̅

    Keterangan :

    : Standar deviasi

    K : Jumlah data pada sampel i

    i : Indeks sampel

    k : Indeks panjang gelombang

    ̃ : Nilai SNV dari sampel i pada panjang gelombang k

  • 21

    : Nilai spektra original pada sampel i pada panjang gelombang k

    ̅ : Nilai rata-rata pada sampel i

    Sebelum mencari nilai SNV, dilakukan perhitungan standar deviasi yang

    merupakan nilai statistik untuk menentukan bagaimana sebaran data pada

    setiap sampel. Nilai standar deviasi diperoleh dengan menjumlahkan nilai

    absorban setiap sampel dari panjang gelombang 190 nm-1100 nm. Setelah

    diperoleh nilai standar deviasi, dilakukan perhitungan untuk mencari nilai

    SNV pada setiap panjang gelombang.

    2.4 Kurva Receiver Operating Characteristic (ROC)

    Kurva ROC pertama kali digunakan para insinyur elektro dan teknisi radar selama

    perang dunia kedua untuk mendeteksi benda-benda musuh di medan pertempuran,

    selanjutnya hal ini dikenal sebagai teori deteksi sinyal. Analisis ROC selanjutnya

    berkembang dan telah digunakan dalam bidang kedokteran, radiologi, serta pada

    beberapa bidang lainnya selama beberapa dekade. Analisis ROC secara lebih

    lanjut telah diperkenalkan pada bidang yang relatif baru seperti machine learning

    dan data mining (Fawcett, 2006).

    Kurva Receiver Operating Characteristic (ROC) merupakan sebuah penghitungan

    statistika untuk menilai akurasi dari sebuah prediksi. Sebuah prediksi dibuat

    sebelum nilai dari entitas atau wujud yang diprediksi tersebut dikenal. Oleh

    karena itu, diperlukan sebuah metode untuk mengevaluasi akurasi dari berbagai

    prediksi tersebut. Dalam kurva Receiver Operating Characteristic terdapat

  • 22

    hubungan antara sensitivitas dan spesifisitas yang bersifat trade-off antara

    keduanya (Gonen, 2007). Grafik hubungan antara sensitivitas dan spesifisitas

    ditunjukan pada Gambar 6.

    Gambar 6. Perbandingan bentuk kurva ROC (Sprawls, 1995).

    Receivier Operating Characteristic (ROC) adalah grafik antara sensitivitas (true

    positive rate) pada sumbu Y dengan 1-spesifisitas pada sumbu X (false positive

    rate), seakan-akan menggambarkan tawar menawar antara sensitivitas dan

    spesifisitas. Kurva ROC adalah gambaran dua dimensi dari kinerja suatu

    pengklasifikasi. Suatu metode yang umum digunakan untuk menghitung nilai

    kinerja dari pengklasifikasi adalah dengan menghitung luas daerah dibawah

    kurva ROC, disebut dengan AUC (Area Under Curve). Karena AUC adalah luas

    kurva dari suatu persegi empat, maka nilainya selalu berada di antara 0 dan 1.

    Untuk suatu kurva ROC yang memadai, maka letaknya selalu berada di daerah

    sebelah atas dari garis diagonal (0,0) dan (1,1), sehingga tidak ada nilai AUC yang

    lebih kecil dari 0,5.

  • 23

    Untuk klasifikasi data mining, nilai AUC dapat dibagi menjadi beberapa

    kelompok (Gorunescu, 2011).

    a. 0,90-1,00 = Klasifikasi sangat baik

    b. 0,80-0,90 = Klasifikasi baik

    c. 0,70-0,80 = Klasifikasi cukup

    d. 0,60-0,70 = Klasifikasi kurang

    e. 0,50-0,60 = Klasifikasi gagal

  • III. METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 di Laboratorium Rekayasa

    Bioproses dan Pasca Panen, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

    Universitas Lampung.

    3.2 Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Genesys 10 UV-Vis Spectroscopy,

    cuvet, mesh, rubber bulb, aluminium foil, ayakan tyler meinzer II, stirrer model

    S130810-33 (size pelat atas 4x4, tegangan 220-240 volt, kecepatan pengadukan 6

    (350 rpm)), beaker glass, labu erlenmeyer 50 ml, botol semprot, pemanas air,

    toples, botol transparan, termometer, timbangan digital, kertas saring, pengaduk,

    spatula, pipet ukur (1 ml, 2 ml, 25 ml), gelas ukur, dan corong plastik. Sedangkan

    bahan yang digunakan yaitu tissue, aquades, kopi Codot dan kopi biasa. Kopi

    Codot didapatkan dari Kelompok Tani Wanita Hutan (KTWHUT) Himawari di

    desa Margoyoso, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, Provinsi

    Lampung. sedangkan kopi biasa didapatkan dari Kecamatan Ulubelu, Kabupaten

    Tanggamus, Provinsi Lampung

  • 25

    3.3 Prosedur Penelitian

    Penelitian ini dilakukan untuk mendiskriminasikan kopi Robusta menggunakan

    teknologi UV-Vis Spectroscopy dan kemometrika. Tahapan-tahapan penilitian

    yang akan dilakukan pada penelitian ini meliputi persiapan alat dan bahan,

    ektraksi kopi, pengambilan spectra menggunakan Spectrophotometer, membuat

    dan menguji model, dan analisis data yang sudah didapatkan. Diagram penelitian

    dapat dilihat pada Gambar 7.

    Gambar 7. Diagram Alir Penelitian (Pratiwi, 2017)

    Mulai

    Persiapan alat dan bahan

    Ekstraksi kopi

    Pengenceran

    Pengambilan spektra menggunakan

    spektrofotometer

    Analisis data

    Bangun model

    Evaluasi model

  • 26

    3.3.1 Persiapan Alat dan Bahan

    Terdapat beberapa tahapan persiapan alat dan bahan yang dilakukan pada

    penelitian ini, yaitu :

    1. Persiapan alat

    Persiapan alat-alat yang akan digunakan penting dilakukan agar pelaksanaan

    penelitian dapat berjalan dengan lancer tanpa kendala. Alat-alat yang akan

    digunakan harus dilakukan pengecekan secara seksama agar dapat dipastikan

    bahwa alat tersebut dapat digunakan dengan baik.

    2. Penggilingan kopi

    Penggilingan kopi dilakukan untuk pengecilan ukuran (size reduction). Proses

    penggilingan kopi dapat dilihat pada Gambar 8.

    Gambar 8. Penggilingan Kopi

    Pada Gambar 8 Kopi dihaluskan menggunakan mesin coffee grinder dengan

    daya 180 watt tipe SCG 178. Penggilingan kopi ini bertujuan untuk

    mengecilkan ukuran agar memudahkan pada saat proses ekstraksi kopi yang

    akan dijadikan sampel.

  • 27

    3. Pengayakan

    Pengayakan dilakukan untuk mendapatkan ukuran yang seragam dari partikel

    kopi yang digunakan. Kopi diayak dengan menggunakan ayakan tyler

    meinzer II dengan mesh ukuran 50 (0,297 mm) (Iriani, 2016).

    4. Penimbangan

    Kopi Codot dan kopi biasa masing-masing ditimbang seberat 1 gram seperti

    yang ditunjukkan pada Gambar 9.

    Gambar 9. Penimbangan

    Pada Gambar 9 merupakan proses penimbangan kopi Codot dan kopi biasa

    yang digunakan sebagai sampel uji sebanyak 1 gram untuk setiap ulangan.

    Jumlah sampel ulangan dan komposisi kedua jenis kopi tersebut dapat dilihat

    pada Tabel 2.

    Tabel 2. Komposisi Bahan

    No Sampel Komposisi Bahan

    1-50 1 gram kopi Codot

    50-100 1 gram kopi biasa

  • 28

    Pada Tabel 2 dijelaskan kopi Codot dan kopi biasa menggunakan 50 sampel

    yang tiap sampel ditimbang seberat 1 gram pada setiap sampel kopi Codot

    atau kopi biasa.

    3.3.2 Ekstraksi Kopi

    Berikut adalah tahapan dalam prosedur ekstraksi sampel:

    1 Pembuatan Larutan

    Pembuatan larutan dapat dilihat pada Gambar 10.

    Gambar 10. Penambahan Larutan Aquades sebanyak 50 ml pada sampel Kopi

    Pada Gambar 10 sampel untuk pengujian yang berupa bubuk harus dibuat

    larutan saat pengujian menggunakan alat spektrometer dengan cara sampel

    yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam gelas ukur dan dilarutkan dengan

    aquades sebanyak 50 ml pada suhu 90-98°C.

    2 Pengadukan

    Pengadukan larutan menggunakan stirrer dapat dilihat pada Gambar 11.

  • 29

    Gambar 11. Pengadukan Larutan kopi

    Pada Gambar 11 dilakukan pengadukan larutan kopi menggunakan stirer

    model S130810-33 (size pelat atas 4x4, tegangan 220-240 volt, kecepatan

    pengadukan 6 (350 rpm), selama 10 menit untuk menghomogenkan larutan

    kopi.

    3 Penyaringan

    Sampel yang sudah terlarut dan homogen kemudian dilakukan penyaringan

    yang bertujuan untuk memisahkan ampas kopi dengan hasil ekstrak kopi.

    Proses penyaringan dapat dilihat pada Gambar 12.

    Gambar 12. Penyaringan Kopi

  • 30

    Pada Gambar 12 menunjukkan proses penyaringan kopi agar terpisah antara

    ampas kopi dan hasil ekstraksi. Setelah dilakukan penyaringan proses

    selanjutnya yaitu mendinginkan larutan ekstraksi menjadi suhu 27ºC

    menggunakan stirer.

    4 Pengenceran

    Ekstrak kopi yang dihasilkan pada langkah penyaringan kemudian

    didinginkan hingga mencapai suhu 27°C, selanjutnya dilakukan pengenceran

    dengan perbandingan 1 : 20 (Apratiwi, 2016). Larutan pengenceran 1:20

    dapat dilihat pada Gambar 13.

    Gambar 13. Hasil Pengenceran Sampel 1:20

    Pada Gambar 13 menjelaskan hasil pengenceran sudah siap untuk dilakukan

    pengambilan spektra menggunakan spektrofotometer dengan mengambil

    larutan pengenceran tersebut sebanyak 1 ml yang kemudian dimasukkan ke

    dalam kuvet.

    Pada proses ekstraksi kopi banyak hal yang perlu di perhatikan dalam tahap

    pengekstraksian, dimulai dari pencampuran larutan Aquades dengan kopi sampai

    memasukkan ekstrak kopi yang sudah dilakukan pengenceran ke dalam kuvet.

    Prosedur tersebut dapat dilihat dengan rinci pada Gambar 14.

  • 31

    Gambar 14. Prosedur Ekstraksi Kopi (Sambudi, 2018).

    3.3.3 Pengambilan Spektra Menggunakan Spektrometer

    Sampel yang telah diencerkan kemudian dimasukkan ke dalam cuvet sebanyak 2

    ml. selanjutnya dimasukkan dalam sistem holder dan diukur nilai absorbannya

    selama 2 menit. Prosedur Penggunaan UV-Vis Spectroscopy :

    Mulai

    Ditimbang sampel kopi bubuk seberat 1 gram menggunaan

    timbangan analitik

    Dipanaskan akuades sampai mencapai suhu 90-98oC

    Dicampurkan sampel kopi yang sudah ditimbang dengan akuades

    dengan suhu 90 – 98oC sebanyak 50 ml

    Dihomogenkan selama 10 menit menggunakan kecepatan 6

    (350rpm) kemudian setelah 10 menit disaring

    Dihomogenkan kembali hasil ekstraksi selama 10 menit

    menggunakan magnetic stirer dengan kecepatan 4 (250 rpm)

    Dilakukan pengenceran dengan perbandingan 1:20 ekstrak

    (kopi : akuades)

    Selesai

  • 32

    1 Dihidupkan alat Genesys 10 UV-Vis Spectroscopy dengan cara ditekan

    tombol turn on.

    2 Dimasukkan blank dan sampel ke dalam cuvet, diletakkan ke dalam

    holders system B (blank).

    3 Ditekan tombol test lalu dipilih scanning dan enter.

    4 Ditekan tombol test name (ganti nama sesuai yang diinginkan), add

    character, dan ditekan tombol accept name.

    5 Dipilih measurement mode (absorbance), start wavelength (190 nm), stop

    wavelength (1,100 nm), sample positioner (manual 6), scan speed (fast),

    interval (1 nm), auto save data (off).

    6 Setelah di-setting kemudian dipilih run test.

    7 Diklik tombol collect baseline, ditunggu proses sampai 100%.

    8 Dipilih posisi cuvet sesuai sampel, ditunggu proses sampai 100%.

    9 Setelah selesai measure sample, akan keluar graph (grafik) kemudian

    diklik tombol tabular.

    10 Ditekan tombol test, edit data dipilih menu save test to the USB drive.

    11 Diklik tombol create test name, accept name. Data sudah tersimpan di

    USB, ambil sampel dan blank yang ada di dalam holder system, bersihkan

    dan dikeringkan.

    12 Untuk mematikan alat UV-Vis Spectroscopy tekan tombol yang ada pada

    bagian belakang alat.

  • 33

    3.3.4 Membuat dan Menguji Model

    Nilai absorban yang diambil tersebut selanjutnya akan dibuat dan diuji model

    dengan perangkat lunak The Unscrambler versi 9.2 dengan metode SIMCA.

    3.3.5 Analisis Data

    Analisis data dilakukan untuk mendeteksi pola sampel menggunakan perangkat

    lunak The Unscrambler versi 9.2. Model dibangun menggunakan metode

    principal component analysis (PCA) dan soft independent modelling of class

    analogy (SIMCA). Sebelum dilakukan analisa dengan metode SIMCA, data yang

    tersimpan pada flashdisk dipindahkan ke Ms. Excel. Selanjutnya, dilakukan

    proses pembersihan data yang bertujuan untuk menghilangkan data yang tidak

    lengkap. Hal ini dilakukan agar pada saat analisis didapatkan data yang

    sebenarnya. Cara yang digunakan untuk melengkapi data yang hilang adalah

    dengan menggantikan nilai yang hilang dengan rata-rata dari peubah. Data yang

    sudah lengkap diolah menggunakan program The Unscrambler versi 9.2.

    Sebelum data dianalisis menggunakan metode PCA dan SIMCA, untuk

    mengetahui grafik spektrum dari nilai absorban yang diperoleh dapat dilakukan

    dengan cara memblok nilai absorban, klik menu plot, dan pilih menu line.

    3.3.6 Principal Component Analysis (PCA)

    Data yang diambil dari UV-Vis Spectroscopy yaitu 100 sampel kopi Codot dan

    100 sampel kopi biasa diambil data absorbansinya. Setelah didapatkan data

  • 34

    absorbansinya kemudian data tersebut digabungkan menjadi satu dalam satu file

    Microsoft Excel 97-2003. Kemudian dianalisis menggunakan aplikasi The

    Unscrambler versi 9.2. Sampel dianalisis menggunakan The Unscrambler dengan

    cara dibuka dahulu aplikasi tersebut kemudian setelah terbuka klik file pilih

    import data lalu dipilih format excel untuk memasukkan file Microsoft Excel 97-

    2003 yang akan dianalisis yang dapat dilihat pada Gambar 15.

    Gambar 15. Cara Memasukkan Data ke dalam The Unscramler 9.2

    Pada Gambar 15 bertujuan untuk memasukkan data yang sebelumnya dalam

    format Microsoft Excel 97-2003 menjadi data The Unscrambler 9.2 Untuk

    aplikasi The Unscrambler 9.2 yang dapat digunakan yaitu format Microsoft Excel

    97-2003, di atas versi Microsoft Excel 2003 aplikasi Ms.excell tidak kompatibel

    untuk aplikasi The Unscrambler 9.2. Setelah data muncul pada jendela The

    Unscrambler 9.2 selanjutnya data tersebut di transpose dengan perintah klik menu

    task pilih tranform lalu pilih transpose dan dapat dilihat pada Gambar 16.

  • 35

    Gambar 16. Cara mentranpose data ke dalam The Unscrambler 9.2

    Hasil dari mentranspose pada Gambar 16 ditunjukkan dengan bertukarnya antara

    kolom dan baris. Dengan tujuan memindahkan data absorban pada kolom menjadi

    baris dan sebaliknya. Sebelum mencari nilai PCA pada The Unscrambler 9.2

    melalui beberapa tahap di antaranya klik menu Edit pilih Append pilih Category

    Variable, kemudian isi Category Variable Name dengan “JENIS KOPI” pilih

    Next dan isi Level Name dengan kopi Codot dan kopi biasa dilihat pada Gambar

    17

    Gambar 17. Cara Membuat Category Variable

  • 36

    Gambar 17 menjelaskan setelah diisi Jenis Kopi pada Catagory Variable Name

    dengan Level Name kopi Codot dan kopi biasa. data absorban yang diperoleh

    disesuaikan antara data absorban kopi Codot dengan Level Name kopi Codot

    secara manual begitupun sebaliknya pada data absorban kopi biasa dengan Level

    Name kopi biasa. Kemudian sebelum data dianalisis dengan PCA data

    dikelompokkan sesuai kategori sampel dan peubah. Pengelompokan dilakukan

    dengan klik menu modify kemudian klik edit set kemudian isi sampel set dengan

    all sampel dan peubah set dengan all variable dapat dilihat pada Gambar 18.

    Gambar 18. Menu Edit Set

    Kemudian, setelah data sudah diklasifikasi sesuai jenis kopi, kemudian

    ditambahkan kolom Category variable, kemudian isi dengan KALPRED

    (Kalibrasi dan Prediksi) dengan jumlah 100 sampel kalibrasi 60 dan 40 sampel

    prediksi kemudian dianalisis menggunakan metode principal componen analysis

    (PCA) dengan cara pilih menu task kemudian pilih principal componen analysis

  • 37

    (PCA), selanjutnya klik menu task pilih PCA lalu pilih validasi Cross Validation,

    pilih set up dan dipilih Full Cross kemudian oke.

  • 1. Dari data yang telah diperoleh dari PCA original dalam memberikan

    informasi PC1 sebesar 59% dan PC2 sebesar 27% sehingga PC1 dan PC2

    menunjukkan nilai keragaman data sebesar 86% untuk keseluruhan data.

    Dengan hasil kedua sampel tersebut terpisah dan tidak saling bercampur

    meskipun ada beberapa sampel yang berjauhan namun tetap terikat dalam

    kelompoknya.

    2. Angka yang didapat dari hasil PCA menggunakan standar normal variate

    (SNV), memberikan informasi yaitu nilai PC1 72% dan PC2 26% yang

    berarti jumlah nilai PC1 dan PC2 98%, dengan nilai akurasi (AC) 100%,

    spesifisitas (SP) 100%, sensitivitas (S) 100% yang menunjukkan hasil

    diskriminasi PCA pada spektra kombinasi SNV dapat dibedakan dan

    terpisah menurut spektra

    3. Hasil bangun Model SIMCA menggunakan perbaikan data SNV dan

    moving average 9s memberikan informasi pada Model SIMCA kopi Codot

    V. KESIMPULAN

    5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini yaitu :

  • 77

    yang dibangun memiliki nilai PC1 sebesar 93% dan PC2 sebesar 4%, serta

    pada Model SIMCA kopi biasa yang dibangun memiliki nilai PC1 sebesar

    95% dan nilai PC2 sebesar 2%. Jumlah PC1 dan PC2 pada Model SIMCA

    kopi Codot dan Model SIMCA kopi biasa berturut-turut sebesar 97% dan

    97%. Model SIMCA yang dibangun sangat baik karena jumlah dari PC1

    dan PC2 di atas 70%

    4. Hasil klasifikasi sampel prediksi menggunakan spektra kombinasi SNV

    dan moving average 9s sebanyak 40 sampel dalam masing-masing jenis

    kopi yaitu kopi Codot dan kopi biasa diperoleh nilai akurasi (AC) sebesar

    100%, nilai sensitivitas (S) sebesar 100%, nilai spesifisitas (SP) sebesar

    100%. Berdasarkan hasil ini pada semua pengujian, maka model SIMCA

    dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sampel prediksi ke dalam

    kelas yang sesuai dengan baik. Sehingga kedua kopi ini dapat

    diklasifikasikan dengan baik.

    5. Hasil uji model kopi Codot dan kopi biasa pada spektra original pada level

    0,1% dan 0,5% didapatkan nilai AUC 0,25 dan 0,365 sedangkan pada

    level 1%, 5%, 10% dan 25% menggunakan receiver operating

    characteristic (ROC) diperoleh nilai area under curve (AUC) sebesar 1

    (Uji model sangat baik). Hasil uji model kopi Codot dan kopi biasa

    menggunakan spektra kombinasi SNV + Moving Average 9 segmen pada

    level 0,1%, 0,5%, 1%, 5%, 10%, 25% menggunakan ROC diperoleh nilai

    AUC sebesar 1 (Uji model sangat baik)

  • 78

    5.2 Saran

    Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah sampel kopi dan

    menguji kandungan senyawa yang terdapat dalam liur kelelawar/(codot) tersebut

    yang dapat membedakan kopi codot dengan kopi yang lainnya.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Apratiwi, N. 2016. Studi Penggunaan UV-Vis Spectroscopy Untuk

    Identifikasi Campuran Kopi Luwak dengan Kopi Arabika. (Skripsi).

    Universitas Lampung. Bandar Lampung. 55 pp.

    Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi lampung. 2017

    https://lampung.bps.go.id/publication/2017/08/11/9f3e06a09ebc3306f2f013

    c0/provinsi-lampung-dalam-angka-2017. (Diakses Pada Tanggal 2 Agustus

    2018).

    Detik finance.2017

    https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3548984/berburu-biji-

    kopi-langsung-dari-petani-berapa-harganya. (Diakses Pada Tanggal 2

    Agustus 2018).

    Farhaty, N, dan Muchtaridi. 2016. Tinjauan Kimia Farmakologi Senyawa Asam

    Klorogenat pada Biji Kopi. Farmaka. 14(1):214-227.

    Fawcett, T. 2006. An Introduction to ROC Analysis. Pattern Recognition Letters.

    27(8):861-874.

    International Coffea Organization (ICO). 2018.

    http://www.ico.org/Market-Report-17-18-e.asp (diakses pada tanggal 2

    agustus 2018)

    Grace, H. A. 2017. Inventarisasi Organoleptik, kandungan Kafein dan Asam

    Klorogenat pada kopi bubuk Robusta (Coffea canephora L.) di Kabupaten

    Tanggamus. (Skripsi).Universitas Lampung. Bandar Lampung. 67 pp.

    Gonen, M. 2007. Analyzing Receiver Operating Characteristic Curves with SAS.

    SAS Institute Inc., North Carolina. 153 hlm.

    Gorunescu, F. 2011. Data Mining : Concepts, Models and Techniques. S ientifi

    Publishing Services Pvt. Ltd., Chennai. 325 hlm.

    Indrawanto C, Kamawati E, Munarso, Prastowo SJ, Rubijo B, Siswanto. 2010.

    Budidaya dan Pascapanen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan

    Perkebunan, Bogor. 75 hlm.

    https://lampung.bps.go.id/publication/2017/08/11/9f3e06a09ebc3306f2f013c0/provinsi-lampung-dalam-angka-2017https://lampung.bps.go.id/publication/2017/08/11/9f3e06a09ebc3306f2f013c0/provinsi-lampung-dalam-angka-2017https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3548984/berburu-biji-kopi-langsung-dari-petani-berapa-harganyahttps://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3548984/berburu-biji-kopi-langsung-dari-petani-berapa-harganyahttp://www.ico.org/Market-Report-17-18-e.asp

  • 80

    Iriani, R. 2016. Studi Penggunaan UV-Vis Spectroscopy dan Kemometrika

    Untuk Mengidentifikasi Pemalsuan Kopi Arabika dan Robusta Secara

    Cepat. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 57 pp.

    Kurt, V., Peter, F., 2009, introduction to multivariate statistical analysis in

    Chemometrics. CRC Press, North Western. 111 hlm

    Lavine, B.K. 2009. Validation of classifiers. In:Walczak, B., Tauler, R., and

    Brown, S. (eds.). Comprehensive Chemometric : Chemical and Biochemical

    Data Analysis Volume III. Elsievier, Amsterdam. 587-599.

    Lee, K.J., and Sang, H.L., 2008. Extraction Behavior of Caffeine and EGCG from

    Green and Black Tea. J. of Biotechnology and Bioprocess Engineering.

    13(5): 646-649.

    Lintas kopi. 2017. http://www.lintaskopi.com/kenikmatan-kopi-kelelawar-

    bermanfaat-bagi-kesehatan/ (diakses pada tanggal 2 Agustus 2018)

    Mongabay. 2017.http://www.mongabay.co.id/2017/11/27/geliat-kelompok-tani-

    beringin-jaya-di-tanggamus/ (diakses pada tanggal 2 Agustus 2018)

    Miller, J.C., and Miller, J.N. 2000. Statistics and Chemometrics for Analytical

    Chemistry, 4th Edition. Pearson Education, Harlow. 271 hlm.

    Mubayinah, A., Kuswandi, B., dan Wulandari, L. 2016. Penentuan Adulterasi

    Babi pada Sampel Burger Sapi Menggunakan Metode NIR dan

    Kemometrik. Pustaka Kesehatan. 4(1):35-40.

    Naidu, M.M., Sulochanamma .G., Sampathu S.R., Srinivas. P. 2008. Studies on

    extraction and antioxidant potential of green coffee. Food Chemistry. 107 :

    337-384.

    Najiyati S, Danarti. 2012. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. PT.

    Penebar Swadaya, Jakarta (ID).

    Noviarty dan Angraini, D. 2013. Analisis Neodimium Menggunakan Metoda

    Spektrofotometri UV-Vis. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN.

    9(11): 9- 17.

    Nurcahyo, B. 2015. Identifikasi dan Autentifikasi Meniran (Phyllanthus niruri)

    Menggunakan Spektrum Ultraviolet-Tampak Dan Kemometrika. (Skripsi).

    Institut Pertanian Bogor. Bogor. 41 pp.

    http://www.lintaskopi.com/kenikmatan-kopi-kelelawar-bermanfaat-bagi-kesehatan/http://www.lintaskopi.com/kenikmatan-kopi-kelelawar-bermanfaat-bagi-kesehatan/

  • 81

    Pratiwi, M.T. 2017. Studi Penggunaan Spektra Data di Daerah Ultraviolet Visible

    dan Metode PLS-DA Untuk Diskriminasi Beberapa Kopi Spesialti

    Indonesia. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 62 pp.

    Prieto, B.G. 2017. Novel Variable Influence On Projection (VIP) Methods in

    OPLS, O2PLS, and On PLS Models for Single- and Multi- Block Variable

    Selection. (Thesis). Umea University. Sweden. 120 pp.

    Rahardjo, P. 2012. Kopi. Penebar Swadaya, Jakarta. 212 hlm.

    Roggo, Y., Chalus, P., Maurer, L., Lema-Martinez, C., Edmond, A., & Jent, N.

    2007. A review of Near Infrared Spectroscopy and Chemometrics in

    Pharmaceutical Technologies. Journal of Pharmaceutical and Biomedical

    Analysis, 44(3): 683-700.

    Rohman, A. 2014. Statistika dan Kemometrika Dasar dalam Analisis Farmasi.

    Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 267 hlm.

    Sambudi, S. 2018. Identifikasi Keaslian Kopi Robusta Dekafenisasi

    Menggunakan Teknologi UV-VIS Spectroscopy dan Kemometrika.

    (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 66 pp.

    Souto, U.T.C.P., Barbosa, M.F., Dantas, H.V., Pontes, A.S., Lyra, W.S., Diniz,

    P.H.G.D., Araujo, M.C.U., and Silva,E.C. 2015. Identification of

    Adulteration in Ground Roasted Coffees Using Uv-Vis Spectroscopy and

    SPA-LDA. LWT-Food Science and Technology. 63(2) : 1037-1041.

    Sprawls, P. 1995. The Physical Principles of Medical Imaging, 2nd

    Edition.

    Medical Physics Publishing Corporation, Madison. 656 hlm.

    Towaha, J., Aunillah, A., Purwanto, E.H., dan Supriadi, H. 2014. Pengaruh

    Elevasi dan Pengelolaan Terhadap Kandungan Kimia dan Cita Rasa Kopi

    Robusta Lampung. J. TIDP. 1(1):57-62.


Recommended