THE RELATIONSHIP OF SMOKING BEHAHAVIOUR OF STUDENTS
LEARNING WITH A CONCENTRATION OF FACULTY OF TEACHER
TRAINING AND EDUCATIONAL SCIENCES AT THE THE UNIVERSITY
OF MUHAMMADIYAH MAKASSAR THE 2012
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DENGAN
KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN ( FKIP) DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR ANGKATAN 2012
OLEH :
WIHDA WAHYUNI
10542 0337 11
ASRIMA
NIM 10542 0277 11
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Pembimbing :
dr. Ummu Kalzum Malik M.Med.Ed
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
DATA MAHASISWA:
Nama Lengkap : Asrima
Tanggal Lahir : 03 April 1993
Tahun Masuk : 2011
Peminatan :
Nama Pembimbing Akademik : dr. A. Tenri Padad
Nama Pembimbing Skripsi : dr. Ummu Kalzum Malik M.Med.Ed
JUDUL PENELITIAN:
“HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DENGAN
KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN ( FKIP) DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR ANGKATAN 2012”
Menyatakan bahwa yang bersangkutan telah melaksanakan tahap ujian
usulan skripsi, penelitian skripsi dan ujian akhir skripsi untuk memenuhi
persyaratan akademik dan administrasi untuk mendapatkan Gelar Sarjana
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar
Makassar, 08 April 2016
Mengesahkan,
Koordinator Skripsi
Juliani Ibrahim, M.Sc., Ph.D
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Asrima
Ayah : Damri
Ibu : Hj. Tanti
Tempat, Tanggal Lahir : Binuang, 03 April !993
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sultan Alauddin
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD Inpres Binuang
SMP 3 Balusu
SMA Negeri 1 Soppeng Riaja (2008-2011)
Universitas Muhammadiyah Makassar (2011-2015)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Skripsi, April 2015
ASRIMA ( 10542 0277 11 )
dr. Ummu Kalsum Malik M.Med.Ed
“HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DENGAN
KONSETRASI BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN ( FKIP) DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR ANGKATAN 2012 ”
(xv + 78 halaman + 7 tabel + 2 Bagan + 5 lampiran)
ABSTRAK
Latar Belakang : Merokok menjadi permasalahan global karena dampaknya
yang lebih banyak merugikan daripada menguntungkan terutama bagi kesehatan.
Menurut data World Health Organisation (WHO) tahun 2011, Indonesia menjadi
salah satu negara dengan angka prevalensi merokok tertinggi di dunia, dimana
penduduk usia 10 tahun keatas yang diklasifikasikan perokok yaitu 46,8%. Di
Provinsi Sulawesi Selatan, proporsi perokok setiap hari sebesar 22,8%. Remaja
yang sudah cenderung merokok umumnya tidak dapat menahan keinginan untuk
merok dan cenderung lebih sensitf terhadap efek nikotin. Remaja perokok
kemudian semakin meningkatkan komsumsi rokoknya saat tubuh remaja perokok
menginginkan nikotin. Seseorang yang kecanduan nikotin dapat mengalami
gangguan daya tangkap yang akhirnya berpengaruh kepada konsetrasi seseorang.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara perilaku merokok dengan
konsetrasi belajar Mahasiswa Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan ( FKIP) di
Universitas Muhammadiyah Makassar Angkatan 2012.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, dengan jumlah
sampel 68 orang perokok aktif.. Sampel diperoleh dengan teknik Probability
sampling yaitu Simple Random Sampling.
Hasil : Hasil yang didapatkan yaitu nilai P value yang mewakili konsentrasi
dalam Tes Bourden wiersma yaitu kecepatan, ketelitian, dan konstansi (0.223;
0.251 & 1.000) > α = 0,05.
Kesimpulan : Dari hasil dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
perilaku merokok dengan konsentrasi belajar Mahasiswa.
Kata Kunci : Perilaku merokok dan konsentrasi belajar dengan tes Bourdon
wiersma
FACULTY OF MEDICINE
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR
Thesis, April 2015
ASRIMA ( 10542 0277 11 )
dr. Ummu Kalsum Malik M.Med.Ed
“THE RELATIONSHIP OF SMOKING BEHAHAVIOUR OF STUDENTS
LEARNING WITH A CONCENTRATION OF FACULTY OF TEACHER
TRAINING AND EDUCATIONAL SCIENCES AT THE THE
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH MAKASSAR THE 2012 “
(xv + 78 Page + 7 Table +2 Chart + 5 Appendix)
ABSTRACT
Background : Smoking is becoming a global issue because of its impact is
more detrimental than beneficial especially for health. According to WHO data
2011, Indonesia remains one of the countries with the highest prevalence of
smoking in the world, where is the population aged 10 years and above who were
classified as smokers as much as 46.8 %. In South Sulawesi, The proportion of
daily smokers is 22,8%. Teenagers who already tend to smoke generally could not
resist the urge to smoke and tend to be more sensitive to the effects of nicotine.
Teen smoker then smoking while increasing the body of teenager smokers crave
nicotine. Someone who will be able to experience the nicotine addiction disorder
ultimately capture powe affect one‟s concentration
Objective : To find out the relationship between the smoking behavior of
students learning with a concentration of faculty of teacher training and
educational sciences at the the University of Muhammadiyah Makassar the 2012
Method : This research uses a cross sectional study design, with the
number of samples of active smokers 68 people. The sample obtained with a non
probability sampling techniques are simple random sampling
Result : The results are obtained, namely p value which represents a
concentration of study in the Bourdon wiersma test which are speed, precision and
constansi (0.223; 0.251 & 1.000) > α = 0,05.
Conclusion : From the result you can conclude that there is no relationship
between the smoking behavior of students learning with concentration
Key word : The smoking behavior and concentration study with the Bourdon
wiersma test
KATA PENGANTAR
۩
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah Rabbi Alamin, segala puji syukur tiada hentinya penulis
haturkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pemberi Petunjuk, Anugrah dan
Nikmat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul ”Hubungan Antara Perilaku Merokok Dengan Konsetrasi
Belajar Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ( FKIP ) di
Universitas Muhammadiyah Makassar Angkatan 2012 “”
Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad, penulis curahkan ke hadirat
junjungan umat, pemberi syafa‟at, penuntun jalan kebajikan, penerang di muka
bumi ini, seorang manusia pilihan dan teladan kita, Rasullulah SAW, beserta
keluarga, para sahabat dan pengikut Beliau hingga akhir zaman, Amin.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun
atas dorongan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, maka perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan
kesempatan penulis utnuk menyelesaikan studi ini.
2. Dr. H. Mahmud Ghaznawie, Ph.D, Sp.PA (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan
petunjuk dan kemudahan sehingga skripsi ini dapat tersusun.
3. dr. Ummu Kalsum Malik M.Med.Ed selaku pembimbing yang banyak
memberikan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. dr. Irwin Aras M.Epid, M. Med. Ed selaku dosen penguji skripsi.
5. Dr. H. Darwis Muhdina, M. Ag selaku dosen penguji skripsi.
6. Seluruh staf dosen dan bagian tata usaha Fakultas Kedokteran Unismuh.
7. Seluruh staf di Bagian FKIP yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian
8. Saudara Abu Salam Hamzah yang senantiasa memberikan dorongan,
motivasi serta bantuan saat penelitian sampai penyusunan skripsi sehingga
skripsi ini dapat selesai tepat waktu.
9. Sahabatku tercinta dan seluruh keluarga besar Astrocyte angktan 2011
10. Teman-teman seperjuangan Sri Wahyuni Sahir Syamsia , Bagus
Purbandaru Sakti Aji, Dian Istiqamah Mardatillah, Andi Tenri Hardiyanti
Toga, Andi Herawati Magirah , Asmawati Alwi, Andi Dwi Ummu Salamah
Yulifar dll.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian
dan penulisan skripsi ini yang tidak bias disebutkan satu persatu.
Ucapan terima kasih terkhusus penulis peruntukkan kepada orang tua
tercinta Ayahanda Damri dan H. Tanti yang telah memberikan bantuan material,
bimbingan, perhatian, cinta dan kasih sayangnya yang tidak terbatas serta doa
tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada saudaraku
tersa yang Hj. Asrida dan Asrifal yang telah memberikan dorongan dan semangat
bagi penulis selama ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis menerima saran dan kritik yang
sifatnya konstruktif dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis memohon ridha dan
magfirahnya, semoga segala dukungan serta bantuan semua pihak mendapat
pahala yang berlipat ganda disisi Allah SWT, semoga karya ini dapat bermanfaat
kepada para pembaca, Amin…
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, 08 April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 6
1. Tujuan Umum ............................................................................................ 6
2. Tujuan Khusus ........................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 8
A. Merokok ............................................................................................................ 8
1. Defenisi Merokok ...................................................................................... 8
2. Jenis-jenis Rokok ....................................................................................... 11
3. Alasan Merokok ........................................................................................ 12
4. Kandungan dan Bahaya Rokok ................................................................. 13
B. Perilaku ............................................................................................................ 16
1. Pengertian perilaku .................................................................................... 16
2. Pengertian perilaku merokok ..................................................................... 17
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku merokok .............................. 20
C. Mahasiswa ....................................................................................................... 21
1. Pengertian Mahasiswa .............................................................................. 21
2. Pembagian Remaja .................................................................................. 22
D. Konsentrasi Belajar ......................................................................................... 23
1. Pengertian Konsentrasi Belajar ................................................................ 23
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Belaar .......................... 27
E. Perilaku Merokok dengan Konsentrasi Belajar .............................................. 28
F. Kerangka Teori ............................................................................................... 30
BAB III KERANGKA KONSEP............................................................................... 31
A. Kerangka Konsep ............................................................................................. 31
B. Hipotesis .......................................................................................................... 31
C. Definisi Operasional ......................................................................................... 32
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................ 34
A. Desain Penelitian .............................................................................................. 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 34
C. Populasi dan Sampel ......................................................................................... 34
1. Populasi ..................................................................................................... 34
2. Sampel ....................................................................................................... 34
D. Besar sampel dan rumus besar sampel ............................................................ 35
E. Tehnik Pengambilan sampel ............................................................................. 36
F. Cara Pengumpulan Data ................................................................................... 36
G. Manajemen Data ............................................................................................... 39
H. Analisis data ..................................................................................................... 40
I. Penyajian Data ................................................................................................. 40
J. Aspek Etika penelitian ..................................................................................... 40
BAB V HASIL PENELITIAN................................................................................... 47
A. Gambaran Umum Populasi atau Sampel .......................................................... 42
B. Deskripsi Subjek Penelitian .............................................................................. 43
C. Analisis Univariat ............................................................................................. 43
D. Analisis Bivariat ............................................................................................... 47
BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 51
A. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................................ 51
B. Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 58
BAB VII TINJAUAN KEISLAMAN ........................................................................ 60
A. Klasifikasi Ayat Tentang Merokok .................................................................. 60
B. Asbabun Nuzul ................................................................................................. 65
C. Pandangan Ilmu Kontemporer .......................................................................... 74
D. Analisis Pengembangan ................................................................................... 75
BAB VIII PENUTUP ................................................................................................. 77
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 77
B. Saran ................................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 77
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
NO JUDUL HALAMAN
5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur 44
5.2 Distribusi Distribusi Perilaku Merokok Responden 44
5.3 Distribusi Distribusi Sikap Responden 45
5.4 Distribusi Tingkat Konsentrasi Mahasiswa Berdasarkan
Tes Bourdon Wiersma
46
5.5 Tabulasi Silang Antara perilaku merokok dengan
konsentrasi (kecepatan )
47
5.6 Tabulasi Silang Antara perilaku merokok dengan
konsentrasi (ketelitian)
48
5.7 Tabulasi Silang Antara perilaku merokok dengan
konsentrasi (Konstansi)
49
DAFTAR BAGAN
NO JUDUL HALAMAN
2.1 Kerangka Teori 30
3.1 Kerangka konsep 31
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Surat Permohonan Izin Observasi Lapangan
LAMPIRAN 2 Surat Izin Penelitian
LAMPIRAN 3 Lembar Persetujuan dan kuesioner
LAMPIRAN 4 Tes Bourdon Wiersma
LAMPIRAN 5 Output SPSS 21 (Statistical Package for Service
Solutions)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi sebagian orang, merokok merupakan bagian dari gaya hidup.
Siapa yang tidak merokok dianggap tidak gaul, dan ketinggalan zaman.
Bahkan, dikalangan remaja, ada yang menyatakan siapa yang tidak merokok
dianggap belum dewasa. Paradigma yang salah tersebut dianggap
menyumbang peningkatan jumlah perokok dari tahun ke tahun pada
kelompok usia remaja, Kebiasaan merokok amat berbahaya baik di tinjau dari
segi pendidikan maupun kesehatan serta sosial ekonomi.1
Kasus kematian
mencakup bronkitis kronik dan emfisema (51.000 kematian), kanker
bronkogenik (106.000 kematian), 35 % infark miokardium yang fatal
(115.000 kematian), penyakit serebrovaskular, penyakit kardiovaskular, serta
hampir semua kasus penyakit paru obstruktif kronik dan kanker paru.
Peningkatan penggunaan tembakau kunyah dan tembakau sedotan (tembakau
tanpa asap) dikaitkan dengan timbulnya kanker orofaring. Munculnya
kembali rokok cerutu memungkinkan terjadinya peningkatan jenis kanker ini.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat 1 milyar
perokok di seluruh dunia dan mereka merokok 6 trilyun rokok kretek per
tahun.2
Sejak awal tahun 2000, pemerintah telah menerapkan kebijakan
mengenai merokok di Indonesia dan mulai difokuskan pada aspek kesehatan.
Pada tahun 2003 (Peraturan Pemerintah No. 19) Pemerintah Indonesia telah
menerapkan peraturan yang mengharuskan mencantumkan peringatan bahaya
merokok bagi kesehatan pada setiap kemasan rokok. Sebesar 10 % halaman
muka kemasan rokok telah tertulis peringatan bahaya merokok bagi kesehatan
dengan kalimat, “merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung,
impotensi dan gangguan kehamilan dan janin”.3 Hampir 30 % orang tetap
merokok meski terdapat segunung data yang menunjukkan betapa
berbahayanya kebiasaan tersebut terhadap kesehatan mereka, dan 81.3%
orang dewasa yang merokok mempercayai bahwa merokok dapat
menyebabkan penyakit berat.2
Menurut data badan kesehatan dunia, World Health Organisation
(WHO) tahun 2011 mengenai konsumsi tembakau dunia, Indonesia menjadi
salah satu negara dengan angka prevalensi merokok tertinggi di dunia,
dimana pada penduduk usia 10 tahun keatas yang diklasifikasikan perokok
yaitu 46,8 % laki-laki dan 3,1 % perempuan.3 Organisasi kesehatan dunia
(WHO) memprediksi bahwa penggunaan tembakau akan membunuh >3 juta
orang/tahun diseluruh dunia. Angka ini akan meningkat menjadi 10 juta
kematian/tahun menjelang tahun 2020. 4
Di Indonesia Prevalensi penduduk usia 15 tahun ke atas yang merokok
pada tahun 2007 mencapai 34,2 % dan di tahun 2013, prevalensi perokok
meningkat mencapai 36,3 %.7 Di Provinsi Sulawesi Selatan, proporsi
perokok setiap hari sebesar 22,8 %. Dan rerata jumlah batang rokok yang
dihisap oleh penduduk adalah 14,6 batang.5
Walikota Makassar telah
mengeluarkan peraturan nomor 13 tahun 2011 tentang kawasan tanpa rokok
dalam rangka memberikan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap
perokok dan bukan perokok, dan mencapai Makassar sehat menuju kota
dunia. Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan dan/atau area yang dinyatakan
dilarang untuk merokok, memproduksi, menjual, mengiklankan, dan
mempromosikan rokok, meliputi: fasilitas pelayanan kesehatan, tempat
proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, fasilitas
olahraga, angkutan umum, tempat kerja, dan tempat umum. 6
Penelitian dari berbagai negara menunjukkan bahwa banyak faktor
yang mendorong remaja untuk merokok, baik berupa faktor dari dalam
dirinya sendiri (personal), sosial budaya, kultural dan pengaruh kuat dari
lingkungannya. Faktor dari dalam remaja dapat dilihat dari kajian
perkembangan remaja. Kaum remaja mulai merokok karena berkaitan dengan
adanya pengaruh dari aspek psikososial yang dialami pada masa
perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Hal
ini disebabkan karena masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-
kanak dan dewasa, sehingga terjadi perubahan yang begitu cepat, termasuk
perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, social dan pencapaian.
Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan permasalahan.Selain itu
masa remaja juga merupakan masa badai dan tekanan.7
Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa biasanya kerusakan yang
diakibatkan dari merokok akan terakumulasi sedikit demi sedikit dan baru
dapat dirasakan langsung dalam beberapa tahun atau beberapa puluh tahun
kemudian. Menurut data national cancer institute di Amerika Serikat tahun
2007, kanker akan terlihat atau dapat dirasakan gejalanya oleh perokok
setelah 20 tahun atau lebih mengonsumsi rokok. Karena dampak penyakit
dari perilaku merokok tersebut akan terlihat dalam jangka panjang, hal inilah
yang membuat bahaya rokok terhadap kesehatan sulit diyakini.8
Remaja
perokok yang memutuskan untuk melanjutkan perilaku merokoknya,
umumnya frekuensi merokok mereka semakin lama cenderung semakin
meningkat.9
Adapun dampak langsung dari merokok antara lain : air mata keluar
banyak, rambut, baju, dan badan berbau, denyut nadi dan tekanan darah
meningkat, peristaltik usus meningkat, nafsu makan menurun. Dampak
jangka pendek (segera), yaitu : sirkulasi darah kurang baik, suhu ujung-ujung
jari (tangan/kaki) menurun, rasa mengecap dan membau hilang, gigi dan jari
menjadi coklat dan hitam. Dampak jangka panjang, yaitu : kerja otak
menurun, adrenalin meningkat, tekanan darah dan denyut nadi meningkat,
rongga pembuluh darah menciut, muncul efek ketagihan dan
ketergantungan.10
Remaja yang sudah cenderung merokok umumnya tidak dapat menahan
keinginan untuk merok dan cenderung lebih sensitf terhadap efek nikotin.
Remaja perokok kemudian semakin meningkatkan komsumsi rokoknya saat
tubuh remaja perokok menginginkan nikotin. Nikotin merupakan zat yang
bersifat adiktif. Seseorang yang kecanduan nikotin dapat mengalami
gangguan daya tangkap. Gangguan daya tangkap dapat berpengaruh kepada
konsetrasi seseorang.11
Konsentrasi belajar sangat sangat dibutuhkan pada proses
pembelajaran. Belajar dipengaruhi oleh faktor fisik. Faktor fisik terdiri dari
kondisi umum jasmani dan organ-organ khusus. Faktor fisik dipengaruh oleh
gaya hidup.Seseorang yang berperilaku merokok memiliki hemoglobin terikat
karbon monoksida yang lebih banyak daripada hemoglobin terikat oksigen.
Keadaan tersebut menyebabkan suplai oksigen ke otak berkurang sehingga
fungsi otak menurun. Penurunan fungsi otak menyebabkan penurunan
konsetrasi.12
Remaja membutuhkan konsentrasi yang baik untuk membantu proses
pembelajaran, khususnya remaja laki-laki yang banyak merokok dibanding
perempuan. Sahid (komunikasi personal, 20 februari 2010) menyatakan
bahwa banyak siswa laki-laki yang berprilaku merokok dan sering tidak
berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk mengetahui hubungan antara perilaku merokok dengan konsentrasi
belajar mahasiswa Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal diatas, maka permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan antara perilaku merokok
dengan konsentrasi belajar Mahasiswa Fakultas keguruan dan Ilmu
Pendidikan ( FKIP) di Universitas Muhammadiyah Makassar Angkatan
2012?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara perilaku merokok
dengan konsentrasi belajar Mahasiswa Fakultas keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP ) di Universitas Muhammadiyah Makassar Angkatan
2012 .
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan agar teridentifikasi :
2.1 Untuk mengetahui perilaku merokok mahasiswa Fakultas keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di Universitas Muhammadiyah Makassar
Angkatan 2012.
2.2 Tingkat konsentrasi belajar Mahasiswa Fakultas keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) di Universitas Muhammadiyah Makassar Angkatan
2012.
2.3 Hubungan antara perilaku merokok dengan konsentrasi belajar
Mahasiswa Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di Universitas
Muhammadiyah Makassar Angkatan 2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan, memperluas wawasan dan mendapatkan
pengalaman langsung dalam pelaksanaan penelitian. Sebagai informasi
tambahan untuk mengkaji ilmu kedokteran dari aspek Al-Qur‟an dan
hadits sehingga lebih meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai referensi serta tambahan informasi mengenai
hubungan antara perilaku merokok dengan konsetrasi Mahasiswa .
3. Bagi Instansi Terkait
Sebagai referensi dan bahan pertimbangan untuk senantiasa memberikan
penyuluhan tentang bahaya merokok.
4. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi dan memberi kesadaran kepada masyarakat
tentang bahaya dari merokok.
5. Bagi Pengembangan Penelitian
Sebagai referensi tambahan bagi para peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Merokok
1. Defenisi Merokok
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya
melalui mulut, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa.
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana
rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan
tar dengan atau tanpa bahan tambahan.13
Tembakau merupakan produk pertanian olahan dari daun segar
tanaman dalam genus Nicotiana dari keluarga terung-terungan, ditanam
dilebih dari seratus negara diseluruh dunia, baik di daerah beriklim sedang
dan tropis. Tanaman ini memiliki daun yang besar berbentuk bulat telur
sampai daun lonjong. Genus Nikotiana ini terdiri dari sejumlah spesies,
yaitu adalah Nicotiana tabacum yang paling banyak atau umumnya ditanam.
Sedangkan yang kedua banyak ditanam adalah species Nicotiana rustica
yang mengandung konsentrasi nikotin yang lebih banyak. Tembakau
dipanen daunnya setelah tua dikeringkan dengan berbagai macam cara
untuk keperluan merokok, mengunyah, hirup, dan ekstraksi nikotin.13
Menurut Framework Convention on Tobacco Control (FCTC)/WHO produk
tembakau adalah produk yang dibuat dengan menggunakan seluruh atau
sebagian dari daun tembakau sebagai bahan dasar yang diproduksi untuk
digunakan sebagai rokok yang dikonsumsi dengan cara dihisap, dikunyah,
atau disedot. Produk tembakau khususnya rokok dapat berbentuk sigaret,
kretek, cerutu, lintingan, menggunakan pipa, tembakau yang disedot, dan
tembakau tanpa asap. Asap rokok terbagi atas asap utama (main stream
smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap
yang dihirup langsung perokok, sedangkan asap samping merupakan asap
yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau
perokok pasif.14
Jenis olahan tembakau menurut Indonesia Tobacco Atlas (Edisi 2013)15
:
1. Rokok Pabrikan
Rokok ini merupakan yang paling sering dikonsumsi di dunia, terdiri
dari irisan tembakau yang diproses dengan ratusan bahan kimia dan
berbagai rasa, seperti mentol dan digulung menggunakan penggulung
kertas. Biasanya, ujung rokok diberi filter .
2. Tembakau Kunyah
Produk tembakau yang dikunyah di mulut, dalam pipi, bibir bagian
dalam, dengan dihisap atau dikunyah. Kegiatan ini sering disebut
dengan “meludah tembakau” karena orang yang mengkonsumsi dengan
cara ini sering meludah dari campuran tembakau dan air ludah.
Tembakau kunyah sering dilakukan oleh orang-orang generasi
terdahulu
3. Kretek
Rokok yang memiliki rasa cengkeh. Kretek juga terdiri dari perasa yang
eksotik dan eugenol, dimana eugenol memiliki efek anastesi, membuat
setiap hisapan rokok menjadi lebih berbahaya. Rokok ini bila dihisap
akan menimbulkan bunyi „kretek-kretek‟, karena itulah diberi nama
rokok kretek. Bunyi itu timbul akibat suara cengkeh yang terbakar.
4. Pipa
Terbuat dari batu atau tanah liat. Tembakau diletakkan dimangkok
ujung dan asap dihisap dari ujung tangkai.
5. Cerutu
Dibuat dari fermentasi tembakau digulung dengan daun tembakau
sebagai pembungkusnya. Semakin lama proses fermentasi akan
menghasilkan tingkat konsentrasi karsinogenik yang tinggi dan
pengeluaran senyawa ini dilakukan saat pembakaran.
6. Linting Dewe (Tingwe)/ Rokok/ Linting Sendiri
Rokok yang dibuat sendiri oleh perokok dan terdiri dari irisan tembakau
halus dan kertas rokok. Perokok Tingwe terpapar konsentrasi rokok
lebih tinggi dari partikel rokok, tar, nikotin, TSNA dan partikel lain
yang dapat meningkatkan risiko kanker pada mulut, tenggorokan, paru-
paru dan kerongkongan.
7. Rokok Batangan
Terbuat dari tembakau yang tidak dijemur dan dibungkus dengan kertas
rokok.
8. Shisha
Tembakau dengan berbagai rasa dibakar di dalam mangkok yang
dibungkus dengan kertas dan batubara. Asapnya didinginkan
menggunakan filtrasi dari air yang ada di dalam cekungan dan
dikonsumsi melalui hidung dan pipa mulut.
2. Jenis –jenis Rokok
Di Indonesia, Rokok yang paling banyak di produksi yaitu Sigaret
Kretek Mesin (SKM) dan Sigaret Kretek Tangan (SKT). Sigaret Kretek
Mesin (SKM) di produksi dalam kurun waktu 2005–2010 yaitu sekitar
57,7% dari total produksi rokok nasional, sedangkan SKT (Sigaret Kretek
Tangan) sekitar 35,5% dan SPM (Sigaret Putih Mesin) sekitar 6,8% tiap
tahunnya.15
Cengkeh merupakan ciri khas rokok kretek yang dapat memberi
aroma manis dan sedap sehingga berguna menghilangkan rasa yang tidak
sedap dari asap tembakau. Pada jaman dinasti Han di China (207 SM/220
M) cengkeh memang telah digunakan di lidah untuk menghilangkan napas
yang berbau tidak sedap. Hanya saja, sekarang bila seseorang menghisap
rokok, baik kretek atau bukan, ternyata bau napasnya malah menjadi tidak
sedap. Sebagian kretek juga memiliki kadar tar dan nikotin yang amat
tinggi. Tidak ada rokok yang aman, rokok yang kini banyak dijual dengan
label light, atau mild, atau ultra light hanya menyesatkan masyarakat. Orang
yang menghisapnya akan merasa bahwa karena kadar tar dan nikotinnya
lebih rendah maka rokok itu aman, akibatnya dia akan merokok lebih
banyak lagi sehingga hasil akhirnya sama saja dengan merokok yang tidak
berlabel light, atau mild, atau ultra light itu. Kendati kadar tar dan
nikotinnya lebih rendah, rokok-rokok itu tetap berbahaya bagi kesehatan.16
3. Alasan Merokok
Tomkins (dalam Sarafino, 1994) menyatakan beberapa alasan individu
untuk memiliki perilaku kebiasaan merokok, antara lain 17
:
a. Pengaruh positif, yakni individu mau merokok karena merokok memberi
manfaat positif bagi dirinya. Ia menjadi senang, tenang, dan nyaman
karena memperoleh kenikmatan dengan merokok. Misalnya, sambil
menonton televisi atau setelah makan, individu merokok. Tujuannya
untuk memperoleh atau menambah kenikmatan.
b. Pengaruh negatif, yaitu merokok dapat meredakan emosi-emosi negatif
yang dihadapi dalam hidupnya. Misalnya, ketika dalam keadaan cemas,
(misalnya menghadapi ujian, suami yang menunggu kelahiran anaknya)
individu merokok sehingga akan membuat kondisi fisiknya menjadi
rileks, tenang, dan santai. Dengan demikian, ia merasa tak tegang atau
tidak merasa cemas lagi.
c. Habitual (ketergantungan fisiologis) ialah perilaku yang sudah menjadi
kebiasaan. Secara fisik, individu merasa ketagihan untuk merokok dan ia
tak dapat menghindar atau menolak permintaan yang berasal dari dalam
diri (internal). Akibatnya, ia harus merokok. Jadi, dengan terus-menerus
merokok baik dalam keadaan menghadapi suatu masalah maupun dalam
keadaan santai, hal itu akan menjadi suatu kebiasaan. Bahkan, menjadi
gaya hidup (life style).
d. Ketergantungan psikologis, yaitu kondisi ketika individu selalu
merasakan, memikirkan, dan memutuskan untuk merokok terus-menerus.
Dalam keadaan apa saja dan di mana saja, ia selalu cenderung untuk
merokok.
4. Kandungan dan Bahaya Rokok
Setiap kali menghirup asap rokok, berarti juga menghirup lebih dari
4.000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, 40 jenis di antaranya bersifat
karsinogenik. Asap rokok yang dihirup mengandung komponen gas dan
partikel. Komponen gas yakni karbonmonoksida (CO2), hidrogen sianida,
amoniak, nitrogen, senyawa hidrokarbon. Sebagian besar adalah
karbonmonoksida dan nitrogen. Komponen partikel antara lain tar, nikotin,
benzopiren, fenol, dan kadmium. Dari satu batang rokok yang dibakar
dihasilkan sekitar 500 mg gas (92%) dan 8% bahan-bahan partikel padat.
Dari setiap kepulan asap rokok, perokok menghirup sekitar 50 mg bahan, 18
mg di antaranya berupa bahan partikel padat yang berupa droplet aerosol
cair dan partikel tar padat submikroskopik dengan diameter mikron atau
lebih kecil. Sisanya terdiri dari CO2, nitrogen dan udara. 13
a. Tar
Tar adalah zat partikel residu yang mungkin dapat menyebabkan
gangguan penyakit kanker paru
b. Karbon Monoksida
Karbonmonoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut
oksigen darah sebesar 15%.19
Perokok mengisap kadar karbon
monoksida setinggi 400 bagian perjuta (ppm), cukup untuk
meningkatkan kadar karboksihemoglobin (COHb). Kadar COHb pada
seorang perokok berkisar dari 2 sampai 15 %, sedangkan pada orang
yang tidak merokok mendekati 1 % , kadar COHb rata-rata pada seorang
perokok adalah 5 %. Efek buruk ini adalah mengurangi jumlah
oksihemoglobin dan mioglobin yang ada. Dan mengubah kurva disosiasi
oksigen-hemoglobin kearah kiri. Peningkatan kadar COHb yang ringan
dalam wkatu lama akibat rokok merupakan penyebab yang sering pada
polisitemia ringan dan dapat menyebabkan gangguan fungsi system saraf
pusat yang tidak terlihat. 18
c. Nikotin
Nikotin adalah bahan kimia yang bersifat adiktif, artinya bahan ini dapat
memberi pengaruh ketergantungan secara psikologis. Absorbsi nikotin
dari inhalasi asap rokok berlangsung cepat, sebuah bolus nikotin
mencapai otak dalam waktu 10-16 detik. Nikotin mengaktivasi reseptor
asetilkolin nikotinik yang memicu pelepasan dopamin. Perokok akan
merasa nikmat. Nikotin menimbulkan habituasi atau ketergantungan
psikis sehingga sulit untuk berhenti merokok.Nikotin mempengaruhi
sistem saraf simpatis. Nikotin merangsang pelepasan adrenalin,
meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan
oksigen jantung, dan menginduksi vasokonstriksi perifer. Nikotin
mendorong terjadinya adhesi trombosit pada dinding pembuluh darah
yang dihubungkan dengan penyakit kardiovaskular.13
Nikotin Dihirup bersama asap rokok oleh perokok, sebagaian
diarsorbsi oleh mukosa mulut saat asap rokok sementara masih dalam
rongga mulut. Sebagian yang lain msuk bersama udara napas kedalam
saluran napas dan paru mencapai alveolus. Di membrane alveoli-kapiler
nikotin mengalami difusi dan cepat masuk ke peredaran darah. Dalam waktu
yang singkat sesudah asap rokok terhirup, nikotin akan mencapai otak dan
ditimbun disitu, selebihnya lagi ditimbum di jaringan otot ( skelet).
Efek
primer primer dari nikotin pada manusia antara lain 19
:
1. Rasa bahagia (kesenangan)
2. Keguncangan ( arousal)
3. Kesigapan
4. Perbaikan kemampuan bertugas(performance)
5. Mengurangi kegelisahan
6. Kadarnya meningkat dalam darah (katekolamin, vasopressin, hormon
pertumbuhan , ACTH, kortisol, prolaktin, beta-endorfin)
7. Metabolism meningkat
8. Lipolisis (asam lemak bebas menigkat )
9. Vasokontriksi pembuluh darah kulit dan koroner
10. Frekuensi jantung meningkat
11. Tekanan darah meningkat
Apabila terjadi pemberhentian rokok (jangka lama) maka akan timbul
gejala: irritable, rasa kelemahan, rasa ngantuk, sulit konsetrasi, kemapuan
bertugas mengurang, gelisah, rasa lapar, berat badan naik, gangguan tidur,
ketagiahn nikotin (merokok lagi), penurunan sekresi katekolamin dan
denyut jantung melambat. 19
B. Perilaku
1. Pengertian perilaku
Perilaku adalah gerak, aksi atau respon yang dapat diobservasi,
direkam, dan diukur. Perilaku harus dideskripsikan secara akurat sebelun
diukur, perilaku merupakan hasil observasi dan dapat diperoleh dari proses
pembelajaran. Pendeskripsian perilaku dapat dilakukan dalam berbagai
bentuk atau cara sebelum diukur. Contoh, perilaku makan dideskripsikan
dalam bentuk pemilihan bahan makanan, cara memasak makanan dan cara
menyajikannya. Pendeskripsian ini akan memudahkan untuk mengukur
perilaku makan dengan melihat cara seseorang memilih makanan, cara
memasak dan cara menyajikan makanan. Perilaku merupakan hasil
observasi bukan merupakan kesimpulan atau interpretasi dari hasil
observasi. Perilakau didapat dari pengamatan langsung tanpa dianalisa lebih
lanjut. Sebagai contoh, hiperaktivitas bukan merupakan perilaku.
Hiperaktivitas dapat terdiri dari beberapa perilaku seperti bergerak-gerak
dan sering memotong pembicaraan. Banyak perilaku pada hiperaktivitas
membutuhkan interpretasi terlebih dulu dari perilaku-perilaku yang
teramati. (Stuart & Sundeen, 1998 dikutip dari Alwi Widowati ) 20
Perilaku dapat diadopsi oleh seseorang dengan melalui proses
pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut terdiri dari classical
conditioning dan operant conditioning. Classical conditioning berfokus
pada perilaku yang dipelajari secara sadar . Classical conditioning lebih
terkait dengan proses fisiologis tubuh sedangkan Operant conditioning
tidak. Operant conditioning berfokus pada pembelajran terhadpa perilaku
secara sadar dan dipengaruhi oleh lingkungan. Perilaku operant
conditioning dipengaruhi oleh tindakan konsekuen dan penghargaan sebagai
proses pembelajaran ( Skinner,1931 dalam Stuart & Sundeen, 1998 dikutip
dari Alwi Widowati).20
Skinner mengatkan bahwa unsure terpenting dalam
belajar adalah penguatan. Artinya, pengetahuan yang terbentuk melalui
ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.
Selain melalui proses pembelajaran, perilaku juga dapat dipengaruhi
oleh perasaan kognitif. Kognitif adalah aksi atau proses untuk mengetahui.
Para ahli kognitif mempercayai bahwa respon yang meladaptif dipengaruhi
oleh distorsi kognitif. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh kesalahan
berfikir atau keslahan membuat alasan dan pandangan individual dalam
menilai dunia di luar individu.
2. Pengertian perilaku merokok
Perilaku merokok merupakan perilaku yang terkait dengan perilaku
kesehatan. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system
pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Perilaku merokok
didapatkan seseorang dari respon yang biasa dilakukan terhadap rokok.
Lingkungan perokok dapat menarik seseorang terhadap rokok memunculkan
perilaku merokok pada diri orang tersebut. 21
Ada tiga tipe perokok yang diklasifikasikan menurut Smet (1994)
yang dikutip di buletin PSIKOLOGIA volume 1 no.2 tahun 2005 tentang
Hubungan antara Stres dan Perilaku Merokok pada Remaja Laki-laki, di
Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan banyaknya rokok yang dihisap.
Tiga tipe perokok tersebut adalah :18
a. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.
b. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.
c. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.
Lebih lanjut, dapat dikatakan bahwa tipe perokok itu ada dua jenis,
yaitu perokok aktif (active smoker) dan perokok pasif (passive smoker).17
a. Perokok aktif ialah individu yang benar-benar memiliki kebiasaan
merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya sehingga rasanya tak
enak kalau sehari tak merokok. Oleh karena itu, ia akan berupaya untuk
mendapatkannya.
b. Perokok pasif, yaitu individu yang tak memiliki kebiasaan merokok,
namun terpaksa harus mengisap asap rokok yang dihembuskan orang lain
yang kebetulan di dekatnya. Dalam keseharian, mereka tak berniat dan
tak mempunyai kebiasaan merokok. Kalau tidak merokok, mereka tidak
merasakan apa-apa dan tak terganggu aktivitasnya. Tipe perokok ini
dapat ditemui pada mereka yang duduk di halte, di dalam bus kota atau di
tempat-tempat pertemuan ketika di dekat mereka ada seseorang atau
beberapa orang sedang merokok. Jadi, perokok pasif dianggap sebagai
korban dari perokok aktif.
Menurut Tomkins (dalam Wismanto dan Sarwo, 2007) ada empat tipe
perilaku merokok berdasarkan Management of Affect Theory, yaitu:22
a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif (positive affect
smokers). Seseorang yang merokok merasakan penambahan rasa yang
positif. Green menambahkan ada tiga sub tipe ini, yaitu:
1. Pleasure relavation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok
setelah minum kopi atau makan.
2. Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
3. Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh
dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok
pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau
sedangkan untuk mengisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa
menit saja. Sedangkan perokok lebih senang berlama-lama untuk
memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum perokok
nyalakan dengan api.
b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif (negative
affectsmokers). Banyak orang yang menggunakan rokok untuk
mengurangi perasaan negatif, misalnya bila sedang marah, cemas,
gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan
rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan
yang lebih tidak enak.
c. Perilaku merokok yang adiktif (addictive smokers atau psychological
addiction). Oleh Green disebut sebagai psychological addiction. Mereka
yang sudah adiksi akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap
saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka
umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam
sekalipun, karena khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap mereka
menginginkannya.
d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (pure habits smokers).
Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk
mengendalikanperasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi
kebiasaannya rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok
sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, sering kali tanpa
dipikirkan dan tanpa disadari. Mereka menghidupkan api rokoknya bila
rokok yang sebelumnya telah benar- benar habis.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
Perilaku merokok yang ditunjukkan remaja dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain pengaruh orang tua, teman, kepribadiaan, dan iklan.
Orang tua merupakan acuan belajar remaja. Remaja yang berasal dari rumah
tangga yang tidak bahagia lebih mudah untuk menjadi perokok
dibandingkan remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang
bahagia. Keluarga yang tidak bahagia terlihat dari sikap orang tua yang
tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik
yang keras (Atkinson, 1999 dikutip dari Mu‟tadin). 23
Remaja cenderung mengutamakan berkumpul dengan teman sebaya.
Semakin banyak teman sebaya yang merokok maka semakin besar
kemungkinan remaja untuk merokok. Ada dua kemungkinan yang terjadi
pada remaja yang berprilaku merokok. Pertama, remaja terpengaruh oleh
teman-teman. Kedua, teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri
remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. 23
Remaja mencoba untuk merokok karena alasan ingin melepaskan diri
dari rasa sakit fisik atau jiwa atau membebaskan diri dari kebosanan.
Namun satu sifat kepribadian yan bersifat prediktif pada pengguna obat-
obatan (termasuk rokok)ialah konformitas social. Orang yang memiliki skor
tinggi pada berbagai tes konformitas social lebih mudah menjadi pengguna
dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah . 23
C. Mahasiswa
1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda Indonesia yang
mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuannya di perguruan
Tinggi. Tentunya sangat diharapkan mendapat mamfaat yang sebesar-
besarnya dalam pendidikan agar kelak mampu menyumbangkan
kemampuannya untuk memperbaiki kualitas hidup Bangsa Indonesia yang
saatini belum pulih sepenuhnya dari krisis yang dialami pada abad ke-20.
Rata-rata mahasiswa masih tergolong usia remaja, yaitu 18-21 tahun. 24
Istilah remaja atau aldolescence berasal dari kata latin aldolescene
yangberarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock dalam
Mazziyatul).24
Remaja adalah periode perkembangan dimana individu
mengalami perubahandari masa kanak-kanan menju masa dewasa , biasanya
usia 13-20 tahun. 25
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-
kanan ke masa dewasa , dimuali saat anak secara seksual matang dan
berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.24
2. Pembagian remaja berdasarkan kematangan psikososial dan seksual
a. Remaja awal 12-15 tahun
Pada tahap ini remaja masih geran terhadap perubahan-perubahanyang
terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-
perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran-pikiran
baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara
erotis. Dengan berkurangnya pengendalian terhadap ego , menyebabkan
remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa (Monks 1999
dalam Mazziyatul 201l).24
b. Remaja madya (15-18 tahun)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada
kecendungan narsitik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih
menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat sama dengan
dirinya. Pada tahap ini remaja beradal dalam kondisi kebingungan
karena masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli , rantai-
rantai atau sendiri, optimis atau pesimis,dan sebagainya.24
c. Remaja akhir (18-21 tahun)
Remaja akhir mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari segi
fisik maupun psikososial. Pertumbuhan fisik pada remaja akhir suda
berkembang dengan matang sehingga remajasudah merasa nyaman
dengan perubahan fisik maupun psikososial. Pertumbuhan seks pada
remaja akhir hampir sempurna ditandai dengan struktur dan reproduksi
hampir lengkap serta identitas seksual telah matang. Pertumbuhan
kognitif pada tahap ini diantranya abstrak, dapat menerima dan
bertindak secara luas, memandang masalah secara komfrehensif serta
penetapan identitas intelektual dan fungsional. 24
D. Konsentrasi belajar
1. Pengertian konsentrasi belajar
Berdasarkan pendapat para ahli pendidikan, penyebab rendahnya
kualitas dan prestasi belajar seseorang,sebagian besar disebabkan rendahnya
kualitas dan prestasi belajar seseorang, sebagian besar disebabkan oleh
lemahnya kemampuan orang tersebut untuk dapat melakukan konsentrasi
dalam belajar. Padahal bermutu atau tidaknya suatu kegiatan belaar atau
optimalnya hasil belajar seseorang sanga bergantung pada intensitas
kemampuan konsentrasi belajar dirinya. 25
Ketidakberdayaan melakukan konsentrasi belajar ini merupakan
masalah di kalangan pelajar. Pelajar atau kita terkadang mengalami pokiran
yang bercabang, saat melakukan kegiatan belajar. Pikiran yang bercabang
ini biasa muncul tanpa disadari. Tentunya kita akan merasa terganggu sekali
saat tak mampu berkonsentrasi dalam belajar. Saat belajar terkadang muncul
masalah, dan tekanan masalah ini yang terbawa ketika sedang belajar,
keinginan lain atau keinginan yang terhambat dan tidak ada hubungannya
dengan apa yang dipelajari sehingga menjadi penganggu aktivitas belajar.
Terutama, timbulnya perasaan negative atau rasa tak suka, benci maupun
marah pada orang lain. Misalnya, muncul rasa tidak suka pada guru/dosen ,
cara mengajar yang membosankan atau Karena ada perilaku guru/ dosen
yang menyinggung perasaan. Rasa tak suka tersebut tanpa disadari
mempengaruhi minat dalam mengikuti proses belajar.25
Suatu aktifitas ( belajar) yang tidak didasari oleh minat, perhatian
atau motivasi menimbulkan suatu penolakan dari dalam batin sehingga
secara tidak sadar kita akan berusaha mengabaikan aktivitas tersebut. Jika
suatu aktivitas dipaksakan akan memberikan suatu kondisi yang tidak
mengenakkan hati. Akhirnya menimbulkan rasa malas, bosan, dan
berpengaruh pada keletihan mental. Keletihan mental ini bersifat psikis,
terutama dapat dilihat dengan adanya kelesuan, kebosanan, mengantuk
sehingga mengakibakan orang tersebut kehilangan perhatian.
Minat dapat diartikan sebagai keinginan yang kuat untuk memenuhi
kepuasaan seseorang, baik berupa keinginan memiliki atau melakukan
sesuatu. Besarnya minat dapat dipandang dari 2 sisi, yaitu :
a. Minat sebagai sebab, yaitu tenanga pendorong yang merangsang
seseorangmemperhatikam objek tertentu lebih dari objek lainnya.
b. Minat sebagai akibat, yaitu berupa pengalaman perasaan yang
menyenangkan yang timbul sebagai akibat dari kehadiran seseorang atau
objek tertentu.
Mengingat pada kegiatan yang didorong oleh minat tertentu
mengandung unsur kegembiraan untuk melakukaannya. Belajar pun dapat
berlangsung dengan baik, jika didorong oleh minat yang kuat. Sebaliknya,
aktivitas tanpa minat yang kuat alan menimbulkan suatu peonolakan atau
pertentangan dari dalam diri seseorang sehingga mengabaikan aktifitas
tertentu. Konsentrasi belajar tidak datang dengan sendirinya atau bukan
dikarenakan pembawaan bakat seseorang yang dibawa sejak lahir.
Melainkan konsentrasi belaar harus diciptakan dan direncanankan serta
dijadikan kebiasaan dalam belajar. Setiap orang pada dasarnya punya
potensi dan kemampuan yang sama untuk dapat melakukan konsentrasi
belajar.
Perhatian adalah proses pemusatan pengarahan aktivitas tenaga
psikis (pikiran) dan fisik terutama indra dan gerakan tubuh pada fokus
tertentu. Pengarah aktvitas pikiran dan fisik tersebut sangat dipengaruhi oleh
kadar kesadaran yang turut serta pada aktivitas tersebut. Dengan kata lain,
intensitas perhatian itu sangat didorong oleh kadar kesadaran yang turut
pada aktivitas pengamatan seseorang, seperti adanya minat danmotivasi.
Semakin tinggi kadar intensitas perhatian seseorang pada kegiatan akan
semakin sukses pula kegiatan yang dilakukan. Sebaliknya, jika perhatian
lemah dan terpecah , menimbulkan aktivitas yang berkualitas rendah dan
menimbulkan ketidakseriusan.
Motivasi adalah dorongan atau usaha untuk mewujudkan perbuatan
dalam bentuk aktivitas mencapai kebutuhan atau tujuan tertentu. Untuk
menggerakkan motivasi dari dalam diri seseorang, harus ada cukup alasan
tertentu yang merangsang perbuatan itu terjadi. Adi alasan yang kuatlah
yang dapat memotivasi seseorang untuk giat belajar. Sebalinya aktivitas
yang tidak didasari motivasi yang kuat, akan menimbilkan dorongan untuk
mengalihkan aktivitas tersebut ke aktivitas yanglain.
Ketiga komponen minat, perhatian dan motivasi ini merupakan
faktor yang ada pada setiap orang untuk melakukan aktivitas tertentu. Juga
ketiga komponen ini yang mendasari aktivitas tersebut, termasuk aktivitas
belajar. Dalam aktivitas belajar, jika ketiga komponen minat, perhatian dan
motivasi tidak optimal, seseorang pun akan mengalami kesulitasn
melakukan konsentrasi belajar.
Konsentrasi itu sendiri merupakan pemusatan daya pikiran dan
perbuatan pada suatu objek yang di pelajari dengan menghalau atau
menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek yang
dipelajari.
Penyebab timbulnya kesulitan konsentrasi belajar antara lain :
1. Lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran
2. Timblnya perasaan negative , seperti gelisah , trtekan , marah,
khawatir, takut, benci dan dendam
3. Suasana lingkungan yang berisik dan berantakan
4. Gangguan kesehatan jasmani
5. Bersifat pasif dalam belajar.
6. Tidak memiliki kecakapan dalam cara belajar yang baik.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
tersebut diklasifikasikan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal dari dalam diri individu itu sendiri, sedangkan faktor eksternal
bersumber dari luar individu.
a. Faktor internal yang mempengaruhi konsentrasi belajar siswa
berhubungna dengan kondisi fisik , psikologis dan fungsi organ tubuh.
Kondisi fisik yang dapat menurunkan konsetrasi misal adanya cacat
tubuh. Psikologis siswa berhubungan pada emosi misal hubungan orang
tua, guru atau teman sedangkan fungsi organ tubuh antara lain
berhubungan dengan nutrsisi dan gaya hidup yang dapat berpengaruh
pada status fungsi organ tubuh.
b. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi konsetrasi belajar siwa
berhungan dengan lingkungan yang ada di sekitar siwa. Seperti
lingkungan kelas. Kelas yang ramai dan kotor atau teman yang
mengejek dapat menurunkan konsetrasi siswa. Letak sekolah (kampus )
yang dekat dengan pusat keramaian dan fasilitas belajar yang tidak
mendukung juga mempengaruhi konsetrasi belajar siswa.26
E. Perilaku Merokok dan Konsentrasi Belajar
Merokok dapat mengganggu aktivitas otak untuk menyimpan pesan
dalam memori otak . Vohra (2009) melakukan penelitian terhadap konsentrasi
belajar mahasiswa King Saud University yang merokok. Hasil penelitian
tersebut menggambarkan 56,75% mahasiswa kurang konsetrasi pada pelajaran
dan 41,89 % mengalami penurunan memori jangka pendek akibat merokok.27
Merokok juga menyebabkan gangguan memori, kalkulasi, dan mental
asosiasi. (Sakurai dan kanagawa 2002 dalam Maziyyatul 2011 ) mengatakan
nikotin dapat mempengaruhi fungsi kognitif. Sakurai dan Kanagawa
mengambil sampel 20 irang yang merokok dan 20 orang yang tidak merokok.
Semua sampel diberikan tes psikologi yang terkait memori, kalkulasi dan
mental asosiasi. Hasil penelitian tersebut menggambarkan 20 perokok
mengalami gangguan memori, kalkulasi, dan asosiasi.24
Merokok juga mempercepat kehilangan daya ingat. Launer dari Institut
Nasional Kesehatan Mental di Maryland mengatakan orang yang merokok
sepanjang kehidupannya akan lebih cepat mengalami kehilangan daya ingat
(Media Indonesia, 2004 dikutip dari Rijal , 2004). Launer dan rekan-rekan
meneliti 9,202 orang yang berusia 65 tahun yang merokom sejak remaja. Hasil
penelitian menunjukkan adanya kecenderungan penurunan daya ingat dan
perubahan fungsi ingatan pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.28
Para peneliti dari Prancis membenarkan bahwa merokok dapat merusak
otak. Dari data yang dikumpulkan dari 5.000 warga Inggris, menunjukkan
bahwa mereka yang merokok lebih rendah tingkat ingatan, bernalar, kosakata,
dan kecakapan verbalnya, dibandingkan mereka yang tidak merokok. Merokok
sangat mempengaruhi penurunan mental di usia muda, dan kerapuhan fisik di
usia tua. Kebiasaan merokok yang dilakukan pada usia muda menurunkan
tingkat memori dan kemampuan bernalar. Hal ini dilaporkan oleh Severine
Sabia dan koleganya dari Institut Kesehatan Nasional dan Penelitian Medis di
Villejuif, Prancis.29
The Sheba Medical Center yang terletak di Kota Tel Hashomer, Israel,
melakukan penelitian yang menghasilkan hasil yang sama. Para perokok
memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang
tidak merokok. Sampel dalam penelitian ini adalah 2.000 orang perokok aktif.
Hasil dari penelitian membuktikan bahwa para perokok aktif tersebut hanya
memiliki IQ rata-rata pada angka 94. Padahal, IQ rata-rata non-perokok berada
pada angka 101. Sedangkan pada perokok aktif yang menghabiskan satu
bungkus rokok dalam sehari memiliki rata-rata poin IQ 90. Berarti, para
perokok yang gemar menghabiskan berbatang-batang rokok dalam sehari
semakin turun tingkat kecerdasannya.29
F. Kerangka Teori
Tipe perilaku merokok:
1. Tipe perokok yang dipengaruhi
oleh perasaan positif (positive
affect smokers).
2. Perilaku merokok yang
dipengaruhi oleh perasaan
negatif (negative
affectsmokers)
3. Perilaku merokok yang adiktif
(addictive smokers atau
psychologicaladdiction)
4. Perilaku merokok yang sudah
menjadi kebiasaan (pure habits
smokers).
Faktor
Intrinsik
Faktor
ekstrinsik
Konsentrasi
belajar
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Variabel Independent
Variabel Dependent
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel dependen
B. Hipotesis
H0 : Tidak Ada hubungan antara perilaku merokok dengan konsentrasi
belajar mahasiswa Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di
Universitas Muhammadiyah Makassar Angaktan 2012
H1 : Ada hubungan antara perilaku merokok dengan konsentrasi belajar
mahasiswa Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di Universitas
Muhammadiyah Makassar Angkatan 2012
Perilaku merokok
- Intensitas
- Waktu
- Fungsi dalam
dalam
kehidupan
sehari-hari
Pasif
Aktif
konsentrasi
kecepatan
ketelitian
konstansi
Demografi
Jenis kelamin
usia
F. internal
F. ekstenal
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Variabel Independent
a. Perilaku merokok
Definisi : Perilaku menghisap tembaau yang terlihat dari
intesitas fungsi dan watu dalam kehidupan
sehari-hari.
Cara dan alat ukur : Meminta responden untuk mengisi kuesioner
dengan 2 pilihan jawaban ya benilai 1 dan tidak
bernilai 0.
Hasil ukur : Pasif <5 dan Aktif jika skor >5
Skala : Ordinal
2. Variabel dependent
a. Konsentrasi belajar : Kemampuan dalam memusatkan perhatian
terhadap apa yang didengar, dilihat dan dirasakan saat belajar dikelas
Dalam konsentrasi belajar ada 3 hal yang dinilia.
1. Kecepatan
a. Definisi : waktu rata-rata yang dipakai untuk mengerjakan
keseluruhan tes
b. Cara dan alat ukur : menggunakan alat uji berupa stopwatch,
pulpen dan lembar tes Bourdon wiersma .
c. Hasil ukur : baik, cukup baik, cukup, ragu-ragu dan kurang
d. Skala : ordinal
2. Ketelitian
a. Definisi : adalah jumlah kesalahan kerja (banyaknya 4 titik yang
tidak dicoret/salah coret)
b. Cara dan alat ukur : menggunakan alat uji berupa stopwatch,
pulpen dan lembar tes Bourdon wiersma .
c. Hasil ukur : baik, cukup baik, cukup, ragu-ragu dan kurang
d. Skala : ordinal
3. Konstansi
a. Definisi : perbandingan ratio antara jumlah kuadrat dari deviasi
dan waktu rata-rata
b. Cara dan alat ukur : menggunakan alat uji berupa stopwatch,
pulpen dan lembar tes Bourdon wiersma .
c. Hasil ukur : baik, cukup baik, cukup, ragu-ragu dan kurang
d. Skala : ordinal
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan metode analitik observasional
dengan pendekatan cross sectional study, yang pengukuran variabel-
variabelnya dilakukan hanya satu kali pada satu waktu.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) di Universitas Muhammadiyah Makassar Angkatan 2012 dan
pengumpulan serta pengolahan data dilaksanakan pada Januari- Februari
2015.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di Universitas Muhammadiyah Angkatan
2012 yang merokok aktif.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik Probability
Sampling
Adapun kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, yaitu:
a. Kriteria inklusi
1. Mahasiswa Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unismuh
Makassar Angkatan 2012 yang berjenis kelamin laki-laki yang
merokok
2. Perokok aktif
3. Mahasiswa bersedia menjadi responden dan menandatangani
persetujuan kesediaan (informed consent)
b. Kriteria eksklusi
1. Tidak berada di tempat penelitian
2. Tidak mengisi kuesioner dengan lengkap
D. Besar Sampel dan Rumus Besar Sampel
Menurut M. Sopiyuddin Dahlan (2010) rumus besar sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah rumus penelitian analitik kategorik tidak
berpasangan dengan desain cross sectional, yaitu : 30
.PQ
Keterangan :
α
P = proporsi kategorik variabel yang diteliti
Q = 1-P
d = presisi
Kesalahan tipe I = 5 % hipotesis satu arah, Zα = 1,96
P = Proporsi pajanan pada kelompok kontrol 22,8 % = 0,228 (kepustakaan)
d = 10 % = 0,1
Q = (1 – P ) = 1- 0,228 = 0,772
= .PQ
. 0,228.0,772
= 0,676
0,01
= 67.61 = 68
E. Teknik Sampling
Dengan menggunakan teknik Probability sampling yaitu Simple
Random Sampling.
F. Cara Pengumpulan Data
Data primer melalui pembagian angket dalam bentuk kuesioner dan
tes Bourdon wiersma . Kuesioner terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama
tentang data demografi responden yang tediri dari jenis kelamin dan usia.
Bagian kedua berisi pernyataan terkait perilaku merokok responden meliputi
intensitas meroko, waktu , dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari.
Bagian ini terdiri dari 18 pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan sperilaku
dan sikap merokok responden. Kuesioner ini di ambil dari penelitian yang
dilakukan oleh oleh Alwi widowati(2010).
Bagian ketiga yaitu menggunakan tes bourdon wiersma untuk
mengukur konsentrasi belajar . Tes ini merupakan salah satu tes yang
dikembangkan pada tahun 1982, tes ini dipakai untuk mengevaluasi
konsentrasi , perhatian, kelelahan, keletitian kerja dan daya tahan dalam
bekerja. Material yang di perlukan yaitu 1) form kelompok titik-titik dari 3
sampai 5 titik dan semuanya berjumlah 30 baris ; 2) pulpen/spidol dan
stopwatch. Dan responden diminta untuk mencoret kelompok 4 titik dan
harus ditekankan bahwa 1) baris demi baris harus dikerjakan dari baris kiri
kekanan ; 2) bekera dengan teliti dan cepat serta tidak boleh ada kelompok 4
titik yang dilompati.
RUMUS PENGHITUNGAN TES BOURDON WIERSMA
( Penghitungan interpretasi kuantitatif )
1. Penghitungan Kecepatan Kerja:
ΣFX
Rumus kecepatan = = M
N
Keterangan:
ΣFX = Jumlah frekuensi kecepatan
N = Jumlah baris
2. Penghitungan Ketelitian Kerja:
Jumlah kelompok yang dilompati = .................................
Jumlah kesalahan mencoret = .................................
Jumlah kesalahan seluruhnya = .................................
3. Penghitungan Konstansi Kerja :
ΣFx²
Rumus konstansi =
M
Keterangan: x = X - M Fx = F dikalikan x
Fx² = x dikalikan Fx
X = Kecepatan tertinggi – kecepatan terandah
FORMAT INTERPRETASI KUANTITATIF DAN GOLONGAN
Tabel Interpretasi Kuantitatif :
a. Berdasarkan skala : 0 - 9
b. Menggunakan norma standard Weighted Scores (WS) seperti di bawah ini :
KECEPATAN KETELITIAN KONSTANSI Nilai WS Golongan
- - - - 15-20 -
0 - 9,6” 1 0 - 1,9 9 14 Baik
9,7 - 10,4” 2 2,0 - 2,6 8,5 13 Cukup
baik
10,5 - 11,1” 3 2,7 - 3,2 8 12 Cukup
baik
11,2 - 11,8” 4 – 5 3,3 - 3,8 7,5 11 Cukup
11,9 - 12,6” 6-7 3,9 - 4,5 7 - Cukup
12,7 - 13,5” 8 – 9 4,6 - 5,4 6,5 10 Cukup
13,6 - 14,6” 10 -12 5,5 - 6,7 6 9 Cukup
14,7 - 16,0” 13 - 16 6,8 - 8,6 5,5 8 Ragu-Ragu
16,1 - 17,8” 17 - 22 8,7 - 11,3 5 - Ragu-Ragu
17,9 - 20,0” 23 - 31 11,4 - 15,0 4,5 7 Ragu-Ragu
20,1 - 22,6” 32 - 43 15,1 - 20,1 4 - Kurang
22,7 - 25,4” 44 - 58 20,2 - 25,9 3,5 6 Kurang
25,5 - up” 59 - up 26,0 – up 3 - Kurang
- - - 0-2 0-5 Kurang
Format Penilaian Hasil Interpretasi :
No Variabel Nilai WS Golongan
1. Kecepatan
2. Ketelitian
3. Konstansi
KETERANGAN :
1. Nilai kecepatan dan konstansi diperoleh dari penghitungan berdasarkan
rumus;
2. Nilai ketelitian diperoleh dari penghitungan jumlah kesalahan seluruhnya;
3. WS (weight scores) dan Golongan kecepatan, ketelitian serta konstansi
dicari pada tabel
interpretasi di atas.
G. Manajemen Data
Untuk pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan
komputer, melalui tahapan sebagai berikut :
1. Editing (penyuntingan data)
Pada tahap ini dilakukan pengecekan data sekunder untuk melihat
kelengkapan jawaban, kejelasan dan kesesuaian dengan pertanyaan dalam
penelitian.
2. Coding (Pengkodean data)
Setelah proses editing dianggap cukup maka proses selanjutnya adalah
coding. Dalam proses ini akan dilakukan pengklasifikasian jawaban
dengan memberi kode-kode untuk mempermudah proses pengolahan data.
3. Entry (Peng-inputan data)
Pada tahap ini dilakukan pemasukan data-data yang sudah dikumpulkan
kedalam program komputer untuk proses analisis.
4. Cleaning (pembersihan data)
Pada tahap ini dilakukan proses pembersihan data untuk mengidentifikasi
dan menghindari kesalahan sebelum data di analisa. Proses cleaning
diawali dengan menghilangkan data yang tidak lengkap dan data yang
mempunyai nilai ekstrim
H. Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :
1. Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari
variabel independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada dalam
kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan analisis
uji chi squre. Melalui uji statistic chi squre akan diperoleh nilai p,dimana
dalam peneletian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian
dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0,05 yang berarti Ho ditolak
dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai
p > 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak.
1. Penyajian Data
Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel
J. Aspek Etika Penelitian
Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah :
1. Persetujuan menjadi responden
Sebelum menyampaikan lembar persetujuan menjadi responden terlebih
dahulu penulis melakukan pendekatan pada masyarakat dan menjelaskan
maksud dan tujuan diadakannya penelitian ini.
2. Anonimity (tanpa nama)
Responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan
harus dirahasiakan. Oleh karena nama-nama yang dijadikan sampel
dalam peneltian ini tidak dicantumkan.
3. Confidentiality (rahasia)
Data responden dirahasiakan dari umum dan data hanya akan
dipergunakan untuk kepentingan penelitian.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi tempat penelitian
Unismuh Makassar di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki tiga cabang
yaitu kampus II Unismuh Makassar yang beralamat di jalan Letjen Andi
Mapaoddang No 17 Makassar, kampus III Unismuh Makassar yang
beralamat jalan Ranggong Dg Romo No 21 Makassar, dan kampus pusat
Unismuh Makassar yang beralamat jalan Sultan Alauddin No 259 Makassar.
Adapun di jadikan sebagai tempat lokasi penelitan ini yaitu kampus pusat
Unismuh Makassar yang beralamat di jalan Sultan Alauddin No 259
Makassar.
Unismuh Makassar memiliki 8 Fakultas dan 4 program pasca sarjana
yang meliputi 27 jurusan atau 27 program studi. Satu diantarannya yang
dijadikan sebagai tempat pengambilan sampel penelitian ini yaitu Mahasiswa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ( FKIP) Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Fakultas Keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP) didirikan sejak tahun
1983 dan saat ini terus mengalami perkembangan . Dari 3 (tiga) program
studi pada awalnya sampai saat ini FKIP telah memilki 8 (delapan) program
studi.
B. Deskripsi subjek penelitian
Telah dilakukan penelitian dari tanggal 24 hingga 28 Januari 2015 di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ( FKIP) Universitas Muhammadiyah
Makassar. Jumlah responden adalah 68 orang dimana hal tersebut telah
memenuhi standar sampel minimal.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi sebagai sampel yang secara acak diperoleh
peneliti. Data dalam penelitian merupakan data primer dengan menggunakan
kuisioner dan tes Bourdon wiersma. Setelah data terkumpul, selanjutnya data
tersebut disusun dalam tabel induk (master table) dengan menggunakan
program komputerisasi yaitu Microsoft Excel. Dari tabel induk tersebutlah
kemudian data dipindahkan dan diolah menggunakan program SPSS 21 dan
kemudian disajikan dalam bentuk tabel frekuensi maupun tabel silang (cross
table). Adapun kuesioner yang digunakan telah dilakukan uji validitas dan
realibilitas dengan hasil terlampir.
C. Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan karakteristik dari
variabel penelitian. Hasil analisis dari masing-masing variabel kemudian
dimasukan ke tabel distribusi frekuwensi.
1. Umur
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)
18 - 20 Tahun 39 57,4
21 - 23 Tahun 29 42,6
Total 50 100.0
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan tabel 5.1 distribusi responden berdasarkan kelompok
umur, dapat dilihat sebanyak 57,4 % responden berumur 18-20 tahun,
dan 42,6 % responden berumur 21-23 tahun.
2. Perilaku Merokok
Tabel 5.2 Distribusi Perilaku Merokok Responden
Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)
Pasif
Aktif
8
60
11,8
88,2
Total 68 100.0
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan Tabel 5.2 distribusi perilaku merokok responden
sebagian besar memilki perilaku merokok yang aktif sebanyak 88,2%
responden.
3. Gambaran Tingkat Konsentrasi Mahasiswa
Tingkat konsentrasi belajar pada penelitian ini yaitu dengan melihat
kemampuan mahasiswa dalam memusatkan perhatian terhadap apa yang
didengar, dilihat dan dirasakan. Ada 3 hal yang dilakukan penilaian
mengenai tingkat konsentrasi mahasiswa dengan menggunakan tes
Bourdon wiersma, hal tersebut adalah kecepatan, ketelitian serta konstansi.
Berikut distribusi hasil tingkat konsentrasi mahasiswa berdasarkan tes
Bourdon wiersma.
Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Konsentrasi Mahasiswa Berdasarkan
Tes Bourdon Wiersma
NO Tingkat Konsentrasi
(n = 68)
Jumlah Presentase (%)
1 Kecepatan
Baik
Cukup Baik
66
2
97,1
2,9
2 Ketelitian
Baik
CukupBaik
Cukup
Ragu- Ragu
Kurang
5
23
36
3
1
7,4
33,8
52,9
4,4
1,5
3 Konstansi
Baik
CukupBaik
Cukup
Ragu- Ragu
18
17
24
9
26,5
25,0
35,3
13,2
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden mempunyai skor kecepatan yang baik yaitu 97,1 %.
Untuk ketelitian nilai tertinggi yaitu 52,9 % responden yang
mempunyai skor ketelitian yang cukup. Dan nilai terendah yaitu 1,5 %
responden yang mempunyai skor ketelitian yang kurang.
Untuk konstansi nilai tertinggi yaitu 35,32 % responden yang
mempunyai skor konstansi yang cukup. Dan nilai terendah yaitu 13,2 %
responden yang mempunyai skor konstansi yang ragu-ragu.
D. Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan pada penelitian menggunakan analisis
bivariat dengan melihat tabulasi silang (cross-tab) antara pengetahuan dan
sikap responden
Tabel 5.5 Tabulasi Silang Antara perilaku merokok dengan
konsentrasi (kecepatan )
Perilaku
merokok
Tingkat konsentrasi
(kecepatan) P value 0R CL 95 %
Baik Cukup baik
N % N %
Pasif
Aktif
7
59
87,5
98,3
1
1
12,5
1,7
0.223 0,119 0.007-
2.114
Sumber : data primer 2015
Dari tabel diatas, dapat dilihat hubungan antara perilaku merokok
dengan konsentrasi belajar berdasarkan kecepatan diperoleh 98,5 %
mahasiwa yang mempunyai perilaku merokok yang aktif dengan tingkat
konsentrasinya baik.
Hasil uji Fisher's tidak bermakna secara statistik dengan
P value = 0.223> α : 0,05. Dengan demikian Ho di terima H1 di tolak,
artinya tidak ada hubungan antara perilaku merokok mahasiswa dengan
konsentrasi belajar berdasarkan variabel kecepatan pada Mahasiswa FKIP
Unismuh Makassar.
Tabel 5. 6 Tabulasi Silang Antara perilaku merokok dengan
konsentrasi (ketelitian)
Perilaku
merokok
Tingkat konsentrasi (ketelitian )
P Baik Cukup
baik
Cukup Ragu-
ragu
Kurang
N % N % N % N % N %
Pasif
Aktif
2
3
25,0
5,0
4
19
50,0
31,7
2
34
25,0
56,7
0
3
0,0
5,0
0
1
0,0
1,7
0.251
Sumber : data primer 2015
Dari tabel di atas hubungan antara perilaku merokok dengan
konsentrasi belajar berdasarkan ketelitian dapat dilihat responden yang
memiliki perilaku merokok yang pasif memilki tingkat konsentrasi
berdasarkan ketelitian yang tertinggi pada kategori cukup baik yaitu 50,0%
dan terendah pada kategori baik dan cukup yaitu 25,0 %. Sedangkan
responden yang memiliki perilaku merokok yang aktif memiliki tingkat
konsentrasi berdasarkan ketelitian yang tertinggi pada kategori cukup yaitu
56,7 % dan terendah pada kategori kurang yaitu 1,7 %.
Adapun Hasil uji Kolmogorov-Smirnov tidak bermakna secara
statistik dengan P value = 0.251 > α : 0,05. Dengan demikian Ho di terima
H1 di tolak artinya, tidak ada hubungan antara perilaku merokok mahasiswa
dengan konsentrasi belajar berdasarkan variabel ketelitian pada Mahasiswah
FKIP Unismuh Makassar.
Tabel 5. 7 Tabulasi Silang Antara perilaku merokok dengan
konsentrasi (Konstansi )
Perilaku
merokok
Tingkat konsentrasi (konstansi) P
Baik Cukup
baik Cukup Ragu-ragu
N % N % N % N %
Pasif
Aktif
3
15
37,5
25,0
2
15
25,0
25,0
2
22
25,0
36,7
1
8
12,5
13,3
1.000
Sumber : data primer 2015
Dari tabel di atas, dapat dilihat hubungan antara perilaku merokok
dengan konsentrasi belajar berdasarkan konstansi mahasiswa diperoleh 37,5%
mahasiswa yang memiliki perilaku merokok pasif memiliki nilai konstansi
dalam mengerjakan tes yang baik, lebih baik daripada mahasiswa yang
memiliki perilaku merokok aktif dimana hanya 25,0 % yang memiliki nilai
konstansi baik dalam tes Bourdon wiersma
Adapun Hasil uji Kolmogorov-Smirnov tidak bermakna secara
statistik dengan P value = 1.000 > α : 0,05. Dengan demikian Ho diterima
H1 ditolak. Artinya tidak ada hubungan antara perilaku merokok mahasiswa
dengan konsentrasi belajar berdasarkan variabel konstansi pada Mahasiswa
FKIP Unismuh Makassar.
Dari data diatas dapat disimpulkan secara umum bahwa secara
statistika tidak ada hubungan bermakna antara perilaku merokok mahasiswa
dengan konsentrasi belajar.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Hasil penelitian
Dari hasil pengumpulan data yang telah di lakukan pada Mahasiswa
Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP ) di Universitas
Muhammadiyah Makassar Angkatan 2012 dan dilakukan pengolahan data,
maka berikut pembahasan tentang hasil penelitian yang didapatkan.
Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan antara perilaku
merokok dengan konsentrasi belajar mahasiswa. Adapun karakeristik subjek
penelitan didistribusikan berdasarkan kelompok umur, perilaku merokok,
konsentrasi mahasiswa menggunakan tes Bourdon wiersma dengan menilai 3
hal yaitu kecepatan, ketelitian serta konstansi.
1. Perilaku Merokok
Penelitian ini didapatkan jumlah sampel 68 orang perokok berjenis
kelamin laki-laki. Menurut data badan kesehatan dunia, World Health
Organisation (WHO) tahun 2011 mengenai konsumsi tembakau dunia,
Indonesia menjadi salah satu negara dengan angka prevalensi merokok
tertinggi ketiga di dunia, dimana pada penduduk usia 10 tahun keatas yang
diklasifikasikan perokok yaitu 46,8 % laki-laki dan 3,1 % perempuan.4
.
Hasil analisa tentang perilaku merokok responden menunjukkan
bahwa 88,2 % responden yang memiliki perilaku merokok yang aktif.
Perilku merokok yang atif adalah individu yang benar-benar memilii
kebiasaan merokok dan sudah menjadi bagian hidupnya sehingga rasanya
tak enak alau sehari-hari tak merokok.17
Perilaku merokok ini rentang
yang sudah perlu mendapat antisipasi. Penelitian dari berbagai negara
menunjukkan bahwa banyak faktor yang mendorong remaja untuk
merokok, baik berupa faktor dari dalam dirinya sendiri (personal), sosial
budaya, kultural dan pengaruh kuat dari lingkungannya. Kaum remaja
mulai merokok karena berkaitan dengan adanya pengaruh dari aspek
psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika
mereka sedang mencari jati dirinya. Hal ini disebabkan karena masa
remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa,
sehingga terjadi perubahan yang begitu cepat, termasuk perubahan
fundamental dalam aspek kognitif, emosi, social dan pencapaian. Masa
remaja merupakan masa yang penuh dengan permasalahan.Selain itu masa
remaja juga merupakan masa badai dan tekanan.7
Remaja cenderung
membangun relasi dengan teman sebayanya dan menganggap hal tersebut
lebih penting dari segalanya.31
Rokok dapat merupakan suatu cara untuk
membangun relasi bagi remaja. Remaja cenderung mengutamakan
berkumpul dengan teman sebaya. Semakin banyak teman sebaya yang
merokok maka semakin besar kemungkinan remaja untuk merokok. Ada
dua kemungkinan yang terjadi pada remaja yang berprilaku merokok.
Pertama, remaja terpengaruh oleh teman-teman. Kedua, teman-teman
remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya
mereka semua menjadi perokok. 23
Sebagai calon guru harusnya menjadi tauladatan atau cotoh yang
baik bagi anak didiknya kelak. Pada dasarnya perubahan perilaku yang
dapat ditunjukkan oleh peserta didik harus dipengaruhi oleh latar
pendidikan dan pengalaman yang dimiliki seorang guru. Atau dengan kata
lain guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan peserta didik. Untuk
itulah guru harus menadi contoh (suri tauladan) yang baik bagi peserta
didik. Karena pada dasarnya guru adalah representasi dari sekelompok
orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat
menjadi teladan yang dapat di tiru. peserta didik. Karena pada dasarnya
guru adalah representasi dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau
masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan yang dapat di tiru.
Guru yang baik dapat didefinisikan sebagai seorang guru yang
membantu siswa untuk belajar dan memberikan kontribusi dengan
berbagai cara untuk mencapai proses pendidikan yang baik.34
Peran guru antara lain :
1. Guru sebagai penyedia informasi
2. Guru sebagai panutan
3. Guru sebagai fasilitator
4. Guru sebagai penilai
5. Guru sebagai perencana
6. Guru sebagai pengembangan sumber daya.
2. Tingkat Konsentrasi
Konsentrasi itu sendiri merupakan pemusatan daya pikiran dan
perbuatan pada suatu objek yang di pelajari dengan menghalau atau
menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek yang
dipelajari.25
Konsentrasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
tersebut diklasifikasikan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal dari dalam diri individu itu sendiri, sedangkan faktor
eksternal bersumber dari luar individu.26
Berdasarkan hasil penelitian tingkat konsentrasi mahasiswa
menggunakan tes Bourdon wiersma dimana terdapa 3 hal yang dinilai
yaitu kecepatan, ketelitian dan konstansi.
Kecepatan yang dinilai adalah waktu rata- rata yang dipakai untuk
mengerjakan keseluruhan tes. Dimana hasil penelitian didapatkan 97,1%
mahasiswa memiliki kecepatan yang baik dalam mengerjakan tes
dimaksud. Ketelitian dinilai berdasarkan jumlah kesalahan kerja
mahasiswa, dimana dari 68 mahasiswa, rata-rata tingkat konsentrasi
mahasiswa perokok dari segi ketelitian 52,9% kategori cukup. Konstansi
merupakan perbandingan ratio antara jumlah kuadrat dari deviasi dan
waktu rata- rata. Hasilnya 35,3% konsentrasi mahasiswa berdasarkan nilai
konstansi termasuk dalam kategori cukup. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kemampuan konsentrasi baik dari segi kecepatan, sedangkan
ketelitian serta konstansi mengerjakan tes berada pada tingkat kemampuan
yang cukup.
Hal ini di dukung oleh penelitian Ariati (2008) yang menggunakan
Bourdon wiersma tes untuk mengukur kemampuan konsentrasi didapatkan
rata-rata skor kecepatan responden 7,07 % yaitu tergolong baik. Rata-rata
konstansi 4,99 % yaitu tergolong cukup , dan rata-rata ketelitian 12,47 %
tergolong cukup. 33
3. Hubungan Perilaku Merokok dengan Konsentrasi Belajar
Merokok dapat mengganggu akibat aktivitas otak untuk
menyimpan pesan dalam memori otak . Vohra (2009) melakukan
penelitian terhadap konsentrasi belajar mahasiswa King Saud University
yang merokok. Hasil penelitian tersebut menggambarkan 56,75%
mahasiswa kurang konsetrasi pada pelajaran dan 41,89 % mengalami
penurunan memori jangka pendek akibat merokok.27
Pada penelitian
yang dilakukan vohra penilaian pengenai konsentrasi hanya berdasarkan
keluhan yang dirasakan oleh respondennya.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, hubungan antara perilaku
merokok mahasiswa dengan tingkat konsentrasi belajar secara statistik
tidak bermakna dimana nilai masing- masing P value yang mewakili
konsentrasi dalam Tes Bourden wiersma yaitu kecepatan, ketelitian, dan
konstansi (0.223; 0.251 & 1.000) > α = 0,05. Hal ini tidak sejalan dengan
teori dimana mahasiswa perokok memiliki konsentrasi kurang dalam
belajar. Adapun hasil penelitian yang bertolak belakang dengan teori
yang ada dimungkinkan karena ada beberapa variabel perancu yang tidak
diteliti.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Alwi Widowati(2010)
dengan judul “Hubungan perilaku merokok dengan konsentrasi belajar
siswa kelas XI Smk Binakarya Mandiri” penelitian mengenai konsentrasi
menggunakan tes Bourdon Wiersma hasil penelitian , menyatakan tidak
adannya hubungan antara perilaku merokok dengan tingkat konsentrasi
belajar siswa dengan hasil bivariat didapatkan p = 0,262 dengan alpha
5%. 20
Hal serupa di dapatkan pada penelitian Nur Iksan Santoso. (2011),
uji statik didapatkan nilai p = 0,608. Maka kesimpulan tidak ada
hubungan antara perilaku merokok dengan konsentrasi belajar. 32
Dalam penelitian ini, peneliti tidak mencantumkan/ menanyakan
dalam kuesioner tentang usia awal merokok , sudah berapa lama
merokok. sebagaimana yang di ketahui hal tersebut sangat penting di
tanyakan untuk mengetahui seberapa lama responden terpapar dengan
nikotin. Utama (2004) menjelaskan bahwa biasanya kerusakan yang
diakibatkan dari merokok akan terakumulasi sedikit demi sedikit dan
baru dapat dirasakan langsung dalam beberapa tahun atau beberapa puluh
tahun kemudian. Menurut data national cancer institute di Amerika
Serikat tahun 2007, kanker akan terlihat atau dapat dirasakan gejalanya
oleh perokok setelah 20 tahun atau lebih mengonsumsi rokok. Karena
dampak penyakit dari perilaku merokok tersebut akan terlihat dalam
jangka panjang, hal inilah yang membuat bahaya rokok terhadap
kesehatan sulit diyakini.8
Remaja perokok yang memutuskan untuk
melanjutkan perilaku merokoknya, umumnya frekuensi merokok mereka
semakin lama cenderung semakin meningkat.9
Adapun faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar responden
tetap baik sementara perilaku merokok buruk di karenakan dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor tersebut diklasifikasikan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal dari dalam diri individu itu
sendiri, sedangkan faktor eksternal bersumber dari luar individu. Faktor
internal seperti asupan nutrisi yang seimbang. Sebaigaimana yang di
ketahui tubuh memerlukan makanan berkualitas tinggi agar dapat
membuat sel otak yang sehat dan memasok energy untuk kekuatan otak.
Jadi pola makan yang kaya nutrsisi kunci utama meningkatkan IQ ,
menambah fungsi memori dan lebih luas memperbaiki cara memandang
kehidupan. Selain itu mungkin ketika mengerakan tes responden dalam
mood atau suasana hati yang baik dan sedang tidak ada masalah.
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti masih menemukan berbagai
keterbatasan penelitian. Beberapa keterbatasan penelitian yang dihadapi
peneliti diantaranya adalah :
1. Jumlah sampel yang terbatas dalam setiap kelas. Peneliti harus
memasuki ruangan satu persatu ketika mahasiswa sedang menggu
dosen atau setelah kuliah berlangsung
2. Adanya variabel lain yang tidak di teliti.
3. Beberapa responden terlihat terburu-buru ketika mngerjakan tes
Bourdon wiersma sehingga hasil yang didapatkan kurang maksimal
dan hal itu tidak bisa di awasi sepenuhnya oleh peneliti
BAB VII
TINJAUAN KEISLAMAN
A. Klasifikasi Ayat-Ayat Al-Quran tentang merokok
Sebagaimana diketahui bahwa rokok mengandung berbagai macam
bahan yang membahayakan bagi tubuh. Kandungan zat kimia dalam rokok
telah terbukti secara ilmiah dalam jangka waktu tertentu akan menimbulkan
penyakit fisik dalam tubuh manusia. Seperti kanker, gangguan kehamilan,
impotensi, penyakit jantung, gangguan pernafasan dan lain-lain. Rokok tidak
diragukan lagi bahwa menimbulkan bahaya untuk diri sendiri dan orang lain
sehingga termasuk hal yang dilrang. Bahkan asap dari rokok juga
membahayakan para perokok pasif (orang yang tidak merokok tetapi
menghirup asap rokok orang lain).
Rokok memang belum ada di masa Rosulullah Shallallohu „alaihi Wa
Sallam. Namun Islam telah datang dengan membawa kaidah-kaidah yang
umum yang mengharamkan setiap perkara yang membahayakan badan atau
mengganggu orang lain atau merugikan harta. Berikut ini dalil-dalil tentang
hukum rokok.
1. Q.S Al-A’raf:157
Teremahan : “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi
yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan
Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang
ma´ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang
beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti
cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka
itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS: Al-A'raf Ayat: 157) (Al-Muqaddimat An-Naqliyyah, Fatwa
Majelis Tarjih Dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah No.
6/SM/MTT/III/2010 Tentang Hukum Merokok)
Rokok termasuk hal yang buruk yang memudharatkan lagi busuk
baunya.
2. Q.S. Al-Baqarah: 195
Terjemahan: “Dan Janganlah kalian menjatuhkan diri sendiri
dalam kebinasaan.”. ( Q.S. Al-Baqarah :195) (Al-Muqaddimat An-
Naqliyyah, Fatwa Majelis Tarjih Dan Tajdid Pimpinan Pusat
Muhammadiyah No. 6/SM/MTT/III/2010 Tentang Hukum Merokok)
Ahli kesehatan telah sepakat bahwa rokok menimbulkan
penyakit-penyakit yang berbahaya bagi kesehatan (membawa
kebinasaan) seperti kanker, PPOK, imptensi , cacat janin bagi wanita
hamil yang merokok, TBC, dan lain-lain.
3. Q.S An-Nisa’: 29
Terjemahan :“ Wahai orang-orang yang beriman, janagnlah
kalian memakan harta-harta kalian di antara kalian dengan cara yang
batil, kecuali dengan perdagangan yang kalian saling ridha. Dan
janganlah kalian membunuh diri-diri kalian, sesungguhnya Allah itu
Maha Kasih Sayang kepada kalian.” ( Q.S An-Nisa’: 29 ) (Al-
Muqaddimat An-Naqliyyah, Fatwa Majelis Tarjih Dan Tajdid Pimpinan
Pusat Muhammadiyah No. 6/SM/MTT/III/2010 Tentang Hukum
Merokok)
Rokok diakui sebagai zat adiktif dan mengandung unsur racun
yang membahayakan walaupun tidak seketika namun dalam beberapa
waktu kemudian, sehingga perbuatan merokok termasuk kategori
melakukan suatu yang melemahkan sehingga bertentangan dengan hadis
Nabi saw yang melarang setiap perkara yang memabukkan dan
melemahkan.
4. Q.S Al-Isra : 26-27
Terjemahan “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang
dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam
perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros, karena sesungguhnya para pemboros adalah saudara-
saudara setan, dan setan itu sangat ingkar pada Tuhannya”
(Q. S: 26-27 ) Al-Muqaddimat An-Naqliyyah, Fatwa Majelis Tarjih Dan
Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah No. 6/SM/MTT/III/2010
Tentang Hukum Merokok)
Rokok adalah pemborosan dan penghambur-hamburan terhadap
harta, termasuk amalan setan. Seorang perokok akan rela membeli rokok
padahal kemungkinan ada kebutuhan yang lebih penting dan bermanfaat.
5. Q.S. Al-Ahzab :58
Terjemahan ” Dan sesungguhnya orang-orang yang
mengganggu/menyakiti orang mukmin laki-laki dan perempuan dengan
tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata”.( Q.S. Al-Ahzab :58 )
Rokok sungguh membahayakan kesehatan orang lain yang
menadi perokok pasif. Bau rokok juga mengganggu orang yang ada
disekitarnya.
6. H.R. Bukhari. Muslim“ Allah membencimu karena kamu menyia-
nyiakan harta”
7. Dalam qaidah fiqih disebutkan “ Mencegah kerusakan/bahaya lebih
didahulukan daripada mengambil manfaat”
Maka seharusnya kita mendahulukan mencegah diri kia dari bahaya
rokok dengan tidak merokok daripada mengambil mamfat mengomsumsi
rokok yang hanya isapan jempol belaka.
B. Asbabun Nuzul (Sebab Turunnya)
1. Q.S Al-A’raf:157
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan sifat-sifat Muhammad
rasul dan nabi Allah yang wajib diikuti itu ialah :
a. Nabi yang ummi (buta huruf) Dalam ayat ini diterangkan bahwa salah
satu sifat Muhammad saw. ialah tidak pandai menulis dan membaca.
Sifat ini memberi pengertian bahwa seorang yang ummi tidak
mungkin membaca Taurat dan Injil yang ada pada orang-orang
Yahudi dan Nasrani, demikian pula cerita-cerita kuno yang
berhubungan dengan umat-umat dahulu. Hal ini membuktikan bahwa
risalah yang dibawa oleh Muhammad saw. itu benar-benar berasal dari
Tuhan Yang Maha Esa. Mustahil seseorang yang tidak tahu tulis baca
dapat membuat dan membaca Alquran dan hadis yang memuat
hukum-hukum, ketentuan-ketentuan ilmu pengetahuan yang demikian
tinggi nilainya. Seandainya Alquran itu buatan Muhammad, bukan
berasal dari Tuhan semesta alam tentulah manusia dapat membuat
atau menirunya tetapi sampai saat ini belum ada seorang manusia pun
yang sanggup menandinginya.
b. Kedatangannya jelas diisyaratkan di dalam kitab Taurat dan
Injil. Kedatangan Muhammad sebagai nabi dan rasul penutup telah
diisyaratkan di dalam kitab Taurat dan Injil,
Dari ayat Taurat ada beberapa isyarat yang dapat dijadikan dalil untuk
menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw. itu adalah seorang nabi di
antara segala saudaranya. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang
yang dinobatkan oleh Tuhan itu akan timbul dari saudara-saudara
Bani Israil, tetapi bukan dari Bani Israil itu sendiri. Adapun saudara-
saudara Bani Israil itu ialah Bani Ismail (bangsa Arab) sebab Ismail
adalah saudaranya yang tua dari Ishak bapak Nabi Yakub. Dan Nabi
Muhammad saw. sudah jelas adalah keturunan Bani Ismail.
Kemudian kalimat: "Yang seperti engkau" memberikan arti bahwa
nabi yang akan datang haruslah seperti Nabi Musa a.s., yaitu nabi
yang membawa syariat baru (agama Islam) yang juga berlaku untuk
bangsa Israil. Kemudian diterangkan lagi bahwa nabi itu tidak
sombong, baik sebelum menjadi nabi. Sebelum menjadi nabi beliau
sudah disenangi orang, terbukti dengan pemberian gelar oleh orang
Arab kepadanya yaitu "Al-Amin" yang artinya "orang yang
dipercaya." Jika beliau seorang yang sombong, tentu beliau tidak akan
diberi gelar yang amat terpuji itu. Setelah menjadi nabi beliau lebih
ramah dan rendah hati.
Umat Nasrani menyesuaikan nubuat itu kepada Nabi Isa a.s. di
samping mereka mengakui bahwa Isa a.s. mati terbunuh (disalib). Hal
ini jelas bertentangan dengan ayat nubuat itu sendiri. Sebab nabi itu
haruslah tidak mati terbunuh. Disebutkan pula bahwa Tuhan telah
datang dari Tursina, maksudnya memberikan wahyu kepada Musa a.s.
dan telah terbit bagi mereka itu di Seir", maksudnya menurunkan
kepada Nabi Isa wahyu, serta gemerlapan cahayanya dari gunung
Paran, maksudnya menurunkan wahyu kepada Muhammad saw. Paran
(Faron) adalah nama salah satu bukit di negeri Mekah.
Dalam Bab XV Injil Yohanna disebutkan Nnbuat Nabi Muhammad
saw. sebagai berikut: "Maka adapun apabila telah datang Faraklit yang
Aku telah mengutusnya kepadamu dari bapak, roh yang benar yang
berasal dari bapak, maka dia menjadi saksi bagiku, sedangkan kamu
menjadi saksi sejak semula." Perkataan "Faraklit" adalah bahasa
Ibrani yang artinya sama dengan "Ahmad" dalam bahasa Arab.
c. Nabi itu menyuruh berbuat makruf dan melarang berbuat
mungkar.Perbuatan yang makruf ialah perbuatan yang baik yang
sesuai dengan akal sehat, dan membersihkan jiwa, bermanfaat bagi
diri sendiri, manusia dan kemanusiaan. Sedangkan perbuatan yang
mungkar ialah perbuatan yang buruk yang tidak sesuai dengan akal
yang sehat dan dapat menimbulkan mudarat bagi diri sendiri, bagi
manusia dan kemanusiaan. Perbuatan makruf yang paling tinggi
nilainya ialah mengakui keesaan Allah, dan menunjukkan ketaatan
kepada-Nya, sedang perbuatan mungkar yang tinggi sekali
tingkatannya ialah memperserikatkan Allah swt.
d. Menghalalkan yang baik dan mengharamkan yang buruk. Yang
dimaksud dengan yang baik ialah yang halal lagi baik, tidak merusak
akal, pikiran, jasmani dan rohani. Sedangkan yang dimaksud dengan
yang jelek ialah yang haram yang merusak akal, pikiran, jasmani dan
rohani.
e. Menghilangkan beban-beban dan belenggu-belenggu yang
memberatkan. Maksudnya ialah dengan syariat yang dibawa Nabi
Muhammad saw. tidak ada lagi beban yang berat seperti yang
dipikulkan kepada Bani Israil. Umpamanya mensyariatkan membunuh
diri untuk sahnya taubat, mewajibkan kisas pada pembunuhan, baik
yang disengaja atau pun yang tidak disengaja, tanpa membolehkan
membayar diyat, memotong bagian badan yang melakukan kesalahan,
membuang atau menggunting kain yang terkena najis, dan sebagainya.
2. Q.S Al-Baqarah : 195
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kaum Mukminin agar
menginfakkan harta mereka di jalan jihad dengan menyiapkan
perbekalan, memudahkan perjalanan satuan-satuan perang khusus dan
para pejuang serta melarang mereka untuk meninggalkan infak di jalan
Allah -yang tidak lain adalah jihad- sebab bilamana mereka
meninggalkan infak dan jihad, maka itu sama dengan orang yang
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. Hal ini dikarenakan,
bila musuh yang selalu mengintai melihat mereka tidak lagi berjihad,
maka mereka akan menyerang dan memerangi mereka bahkan bisa
mengalahkan mereka sehingga karenanya mereka akan binasa.
Di samping itu, Allah juga memerintahkan mereka agar
berlaku baik dalam seluruh perbuatan-perbuatan mereka. Berlaku baik
dalam perbuatan artinya menekuninya, memperbagusnya dan
membersihkannya dari segala ketimpangan dan kerusakan. Allah juga
berjanji kepada mereka bahwa jika mereka berlaku baik dalam
perbuatan-perbuatan mereka tersebut, maka Dia akan menolong
membantu dan menolong mereka.
Firman-Nya, “Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik” ; siapa saja yang dicintai
Allah, maka Dia akan memuliakan dan menolongnya, tidak akan
menghina dan mengerdilkannya. (Aysar at-Tafaasiir, al-Jazaa‟iri)
Pandangan Tafsir Syaikh Nashir as-Sa’dy Atas Ayat 195
“Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan para hamba-Nya agar
berinfak (membelanjakan harta) di jalan Allah, yaitu mengeluarkan
harta di jalan-jalan menuju Allah. Yakni setiap jalan kebaikan seperti
bersedekah kepada si miskin, kerabat atau memberikan nafkah kepada
orang yang menjadi tanggungan.
Yang paling agung dan hal pertama yang termasuk kategori itu
adalah infak dalam jihad fi sabilillah. Sesungguhnya, berinfak dalam
hal itu merupakan jihad dengan harta yang juga wajib, sama seperti
jihad dengan badan. Infak tersebut banyak sekali mashlahatnya seperti
membantu dalam memperkuat barisan kaum Muslimin, melemahkan
syirik dan para pelakunya, mendirikan dienullah dan memperkuatnya.
Jadi, jihad fi sabilillah tidak akan terealisasi kecuali dengan
adanya infak sebab infak ibarat roh (nyawa) baginya, yang tidak
mungkin ada tanpanya. Dengan tidak berinfak di jalan Allah, itu
artinya membatalkan jihad, memperkuat musuh dan menjadikan
persekongkolan mereka semakin menjadi. Dengan begitu, firman
Allah SWT, “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke
dalam kebinasaan” menjadi seperti alasan atas hal itu.“Menjatuhkan
diri sendiri ke dalam kebinasaan” (teks arabnya, al-Ilqaa‟ bi al-Yad)
kembali kepada dua hal: Pertama, meninggalkan apa yang seharusnya
diperintahkan kepada seorang hamba, jika meninggalkannya itu
mengandung konsekuensi -atau hampir mendekati- binasanya badan
atau jiwa dan mengerjakan apa yang menjadi sebab kebinasaan jiwa
atau roh. Termasuk juga ke dalam kategori ini beberapa hal pula, di
antaranya: meninggalkan jihad fi sabilillah atau berinfak di jalannya di
mana konsekuensinya adalah menjadikan musuh berkuasa, tipuan diri
untuk berperang, bepergian yang mengandung resiko, ke tempat yang
banyak binatang buas atau ularnya, memanjat pohon, bangunan yang
berbahaya dan semisalnya. Ini dan semisalnya termasuk kategori orang
yang menjatuhkan diri sendiri ke dalam kebinasaan. Di antara hal lain
yang termasuk „menjatuhkan diri sendiri ke dalam kebinasaan‟ adalah
melakukan maksiat terhadap Allah SWT dan berputus asa untuk
bertaubat.
Ke-dua, meninggalkan kewajiban-kewajiban yang
diperintahkan Allah di mana meninggalkannya merupakan bentuk
kebinasaan bagi jiwa dan agama. Manakala infak di jalan Allah
tersebut merupakan salah satu jenis berbuat baik (Ihsan), maka Allah
menyuruh berbuat baik secara umum. Dia berfirman, “Dan berbuat
baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik.” Ini mencakup semua jenis berbuat kebaikan sebab Dia
tidak mengaitkannya dengan sesuatu tanpa harus adanya sesuatu yang
lain, sehingga termasuk di dalamnya berbuat baik dengan harta seperti
yang telah dikemukakan di atas.
Termasuk juga, berbuat baik dengan kehormatan diri berupa
pemberian „syafa‟at‟ (pertolongan) dan sebagainya. Termasuk pula,
beramar ma‟ruf nahi munkar, mengajarkan ilmu yang bermanfa‟at,
membantu orang yang sedang dalam kesusahan, menjenguk orang
sakit, melawat jenazah, menunjuki jalan kepada orang yang tersesat,
membantu orang yang mengerjakan suatu pekerjaan, bekerja untuk
orang yang tidak bisa melakukannya dan bentuk kebaikan lainnya
yang diperintahkan Allah SWT. Termasuk juga berbuat baik (ihsan)
dalam beribadah kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang
disebutkan Rasulullah SAW dalam haditsnya mengenai apa itu
ihsan, “Bahwa kamu menyembah Allah SWT seakan-akan kamu
melihat-Nya, jika kamu tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya
Dia melihatmu.”
Siapa saja yang memiliki sifat-sifat seperti di atas, maka ia
termasuk orang yang Allah sebut, “Bagi orang-orang yang berbuat
baik, ada pahala yang terbaik (surga).” (QS.Yunus:26) Allah SWT
akan selalu bersamanya; memberikannya ketepatan (dalam tindakan
dan perkataan), membimbingnya dan menolongnya dalam segala hal.”
(Taysiir al-Kariim ar-Rahmaan Fi Tafsiir Kalaam al-Mannaan karya
Syaikh Naashir as-Sa‟idi berkenaan dengan ayat tersebut)
Pendapat Ulama lain Ibn Hajar al-‘Asqalani
Setelah memaparkan makna bahasa dari kata “al-Halaak” dan “at-
Tahlukah” (kebinasaan), Ibn Hajar di dalam kitabnya atas syarah al-
Bukhari, Fat-h al-Bari mengatakan, “Kemudian mushannif (Imam al-
Bukhari) menyebutkan hadits Hudzaifah mengenai ayat ini, ia
mengatakan, „Ayat ini turun mengenai infak, maksudnya tidak
mengeluarkan infak di jalan Allah.‟ Apa yang dikatakannya
(Hudzaifah) ini penafsirannya terdapat dalam hadits Abu Ayyub yang
dikeluarkan oleh Imam Muslim, an-Nasa‟i, Abu Daud, at-Turmudzi,
Ibn Hibban dan al-Hakim dari jalur Aslam bin „Imran, ia berkata,
„Ketika kami berada di Konstantinopel, datang barisan besar pasukan
Romawi, lalu ada seorang prajurit muslim membendung barisan
Romawi tersebut lalu menyusup ke barisan tersebut, kemudian
kembali lagi. Maka orang-orang pun berteriak, „Subhanallah, ia telah
menjerumuskan dirinya ke dalam kebinasaan (nekad masuk ke barisan
musuh-red).!‟ Maka berkatalah Ayyub, „Wahai manusia,
sesungguhnya kalian menakwil ayat ini dengan takwil seperti ini.
Padahal ayat ini turun mengenai kami, orang-orang Anshar. Yakni,
ketika Allah telah memuliakan agama-Nya dan sudah banyak
pendukungnya, kami berkata di antara sesama kami secara sembunyi-
sembunyi, „Sesungguhnya harta kita telah hilang. Andai kata kita
tinggal (berdiam) dan memperbaiki apa yang telah hilang itu tentu
lebih baik (maksudnya, mengumpulkan harta benda dan menyibukkan
diri dengannya, wallahu a‟lam-red).‟ Maka Allah pun menurunkan
ayat ini. Jadi, maksud kebinasaan di sini adalah tinggal (berdiam)
seperti yang kami maksud itu.‟”
Dan penakwilan ayat tersebut seperti itu juga telah valid berasal dari
Ibn „Abbas dan beberapa orang dari kalangan Tabi‟in.
Selanjutnya, setelah memaparkan hadits semakna dengan
hadits Ayyub, Ibn Hajar mengomentari, “Membatasi ayat ini hanya
sebatas itu perlu ditinjau kembali sebab yang menjadi tolok ukur
adalah makna umum dari suatu lafazh (bukan hanya kekhususan
sebabnya-red).” (Fat-h al-Baari,IbnHajar)
Imamal-Qurthubi Setelah memaparkan beberapa hadits
terkait dengan ayat di atas, termasuk hadits Abu Ayyub, Imam al-
Qurthubi di dalam kitab tafsirnya mengatakan, “Abu Ayyub
menginformasikan kepada kita bahwa menjerumuskan diri sendiri ke
dalam kebinasaan itu adalah dengan meninggalkan jihad di jalan Allah
SWT dan ayat tersebut turun mengenai hal itu.” al-Qurthubi juga
menyebutkan makna lainnya dengan berpijak pada beberapa hadits
tertentu mengenai ayat tersebut di antaranya; berdiam mengurusi dan
memperbaiki harta, takut menjadi beban orang lain, tidak bersedekah
dan berinfak untuk orang-orang yang lemah, berbuat dosa, berinfak di
jalan yang haram dan lainnya. (Tafsir al-Qurthubi)
Imam ath-Thabari Imam ath-Thabari berkata, “Firman-
Nya, „Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan‟ bersifat umum mencakup semua hal yang telah disebutkan
karena lafazhnya dapat menerima hal itu.”
Selanjutnya, ath-Thabari memaparkan perbedaan pendapat para ulama
mengenai hukum tindakan seorang Muslim dari pasukan kaum
muslimin yang mengorbankan dirinya untuk menggempur pasukan
musuh yang jumlahnya banyak tetapi hal itu dapat memperkuat barisan
kaum muslimin (memiliki implikasi yang baik) sementara niatnya
ikhlash karena Allah semata
C. Pandangan Ilmu Kontemporer
1. Syaikh Muhammad bin Ibrahim : Rokok haram karena di dalamnya ada
racun. Al-Qur'an menyatakan, "Dihalalkan atas mereka apa-apa yang
baik, dan diharamkan atas mereka apa-apa yang buruk (kotoran)."
(al-A'raf: 157). Rasulullah juga melarang setiap yang memabukkan dan
melemahkan, sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad dan Abu Dawud
dari Ummu Salamah ra. Merokok juga termasuk melakukan pemborosan
yang tidak bermanfaat. Selanjutnya, rokok dan bau mulut perokok bisa
mengganggu orang lain, termasuk pada jamaah shalat.
2. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab : Rokok haram karena
melemahkan dan memabukkan. Dalil nash tentang benda memabukkan
sudah cukup jelas. Hanya saja, penjelasan tentang mabuk itu sendiri perlu
penyesuaian.
3. Ulama Mesir, Syria, Saudi Rokok haram alias terlarang, dengan alasan
membahayakan. Di antara yang mendukung dalil ini adalah Syaikh
Ahmad as-Sunhawy al-Bahuty al-Anjalaby dan Syaikh Al-Malakiyah
Ibrahim al-Qaani dari Mesir, An-Najm al-Gazy al-Amiry as-Syafi'i dari
Syria, dan ulama Mekkah Abdul Malik al-Ashami.
4. Dr Yusuf Qardhawi Rokok haram karena membahayakan. Demikian
disebut dalam bukunya 'Halam & Haram dalam Islam'. Menurutnya,
tidak boleh seseorang membuat bahaya dan membalas bahaya,
sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah.
Qardhawi menambahkan, selain berbahaya, rokok juga mengajak
penikmatnya untuk buang-buang waktu dan harta. Padahal lebih baik
harta itu digunakan untuk yang lebih berguna, atau diinfaqkan bila
memang keluarganya tidak membutuhkan
D. Analisis Pengembangan
Pada surah Al-baqarah di jelaskan agar kaum Mukminin agar
menginfakkan harta mereka di jalan jihad dengan menyiapkan perbekalan,
memudahkan perjalanan satuan-satuan perang khusus dan para pejuang
serta melarang mereka untuk meninggalkan infak di jalan Allah -yang tidak
lain adalah jihad- sebab bilamana mereka meninggalkan infak dan jihad,
maka itu sama dengan orang yang menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan.
Tidak dapat kita ingkari bahwasanya rokok dapat membunuh secara
perlahan-lahan dan dapat mengakibatkan penyakit yang membinasakan
seperti kanker paru-paru dan lain sebagainya, karena di dalam rokok
terdapat racun (nikotin) yang dapat membunuh siapa saja yang
menghisapnya.
Orang yang berakal dia mengetahui bagaimana dia hidup dan
bermuamalah. Rizki yang Allah telah berikan niscaya tidak akan dihambur-
hamburkan pada sesuatu yang haram tidak ada gunanya, menghambur-
hamburkan merupakan perbuatan syaitan dan Alloh Subhanahu wa Ta‟ala.
Rokok adalah perbuatan pemborosan dan menyia-nyiakan harta yang
dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta‟ala.
BAB VIII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah dianalisa dan dilakukan pembahasan terhadap data yang telah
diperoleh, maka dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Perilaku merokok mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar Angkatan 2012 yaitu,
88,2% responden memiliki perilaku merokok aktif dan 11,8 % responden
memiliki perilaku merokok yang pasif
2. Kemampuan konsentrasi baik dari segi kecepatan, sedangkan ketelitian
serta konstansi mengerjakan tes berada pada tingkat kemampuan yang
cukup.
3. Hubungan antara perilaku merokok dengan konsentrasi belajar mahasiswa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Muhammadiyah Makassar Angkatan 2012 tidak bermakna secara statistik.
B. Saran
1. Untuk Masyarakat
Agar perokok dapat mengurangi jumlah rokok yang dihisap dan dapat
mengurangi kebiasaan merokoknya bahkan kalau bisa di berhentikan
mengingat banyaknya bahaya yang ditimbulkan oleh rokok.
2. Untuk Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa remaa memiliki kebiasaan merokok
yang buruk. Dari institusi pendidikan sebaiknya melakukan sosialisasi
maupun bimbingan kepada remaja tentang dampak buruk dari merokok.
Hal ini dilakukan dengan tujuan agar jumlah perokok di Indonesia
khusunya remaja bias berkurang
3. Untuk Peneliti Selanjutnya
Peneliti yang akan dating sebaiknya melihat perbedaan antara konsentrasi
belajar mahasiswa yang merokok dengan mahasiswa yang tidak merokok
DAFTAR PUSTAKA
1. Sugeng D. Triswanto. 2007 Stop Smoking, Jogyakarta. Progresif Books.
2. Sadock Benjamin J, Virginia A. Sadock (2010), Buku Ajar Psikiatri Klinis,
Edisi 2, EGC: Jakarta.
3. Anna Reimondos, Iwu Dwisetyani Utomo, Peter McDonald, Terence Hull,
Heru Suparno, dan Ariane Utomo (2010), Merokok dan Penduduk Dewasa
Muda di Indonesia, Pusat Penelitian Kesehatan: Universitas Indonesia,
Australian National University.
4. REMAJA, TEMBAKAU DAN ROKOK di akses from
http://ik.pom.go.id/v2013/wp-content/uploads/2011/11/REMAJA-ROKOK-
Infopom.pdf
5. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (2013), Riset Kesehatan Dasar 2013, Jakarta.
6. Peraturan Walikota Makassar Nomor : 13 Tahun 2011 Tentang Kawasan
Tanpa Rokok.
7. Nurul aini binti abdul halim (2013). Faktor-Faktor Psikologis Yang
Menentukan Perilaku Merokok Pada Mahasiswi Kedokteran Di Universitas
Hasanuddin. Skripsi, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
8. Utama, A. ( 2004 ) Bahaya Merokok: Mari Kita Pikirkan Lagi!.
(http://www.antirokok.or.id/product_index.htm) Diakses pada 5 Oktober
2014
9. Mc Gee. 2005. Is Cigarette Smoking Associated With Suicidal Ideation
Among Young People? The American Journal of Psychologyi. Washington.
http://www.proquest.com/
10. Baker, B.T. 2004. School-Related Stress and Psychosomatic Symptoms
Among Norwegian Adolescents. Annual Review of Psychology.
http://www.proquest.com/
11. Sugeng D. Triswanto (2007). Stop Smoking, Jogyakarta. Progresif Books
12. Djaali (2007). Psikologi pendidikan Semarang: Bumi Aksara
13. Syahdrajat T (2007), Merokokdanmasalahnya, Dexa media, 2007:20:184-5.
14. Borio, G. (2010). The Tobacco Timeline. Retrieved October,2014 from
http://www.tobacco.org/resources/history/Tobacco_History.html.
15. TCSC (2013), Atlas Tembakau Indonesia, Edisi 2013.
16. Aditama Tjandra Yoga (2011), Tuberkulosis, RokokdanPerempuan. FKUI:
Jakarta.
17. DariyoAgoes, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Grasind
18. Isselbacher (2012), Harrison Prinsip-PrinsipIlmuPenyakitDalam, Volume
5, EGC: Jakarta.
19. Sudoyo, W Aru, dkk (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ,Jilid III Edisi
V . InternaPublishing
20. Alwi Widowati,dkk.(2010). Hubungan Perilaku Merokok dengan
Konsetrasi Belajar Siswa Kelas XI SMK Binakarya Mandiri. Laporan
Penelitian Fakultas Ilmu Keperawatan Depok.
21. Notoatmodjo, S. (2005). Ilmu kesehatan masyarakat: Prinsip-prinsip dasar.
Jakarta: Pcnerbit Rineka Cipta.
22. Wismanto, Y.B., dan Sarwo, Y.B. (2007). Strategi Penghentian Perilaku
Merokok.Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.
23. Mu‟tadin, Z (2005). Remaja dan Rokok . Diambil pada 17 Desember 2014
dari http://www.e-psikologi.com/remaja/0506.html
24. Maziyyatul Faudah (2011). Gambaran Faktor-faktor yang mempengaruhi
Perilaku Merokok
25. Surya Hendra (2010). Jadilah Pribadi Yang Unggul. PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta
26. Istianah (2008). Pengaruh sarapan terhadap Konsetrasi Belajar Siswa kelas
VII SMP 20 Bekasi.Penelitian tidak diterbitkan, Fakultas Tarbiyah
Universrtas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Indonesia.
27. Vohra, B.(2006). Smoking habbits of preclinicsl Saudi Medical Students. Di
ambil pada 11 Desember 2014 dari
http://pjms.com.pk/issues/octdec209/article/article6.html
28. Rijal.(2004). Rokok mempercepat hilangnya daya ingat pada masa tua.
Diambil pada 11 Desember 2014 dari http://www/gizi.net/cgi-
bin/berita/fullnews/cgi?newsid1080528072,89281.
29. IMO : HINDARKAN GENERASI MUDA DARI BAHAYA MEROKOK!
http://langkahkecil-junita.blogspot.com/2010/09/imo-hindarkan-generasi-
muda-dari-bahaya.html
30. Dahlan Sopiyuddin M .2012. Langkah-langkah Membuat Proposal
Penelitian Bidan Kedokteran dan Kesehatan. Seri 3 Edisi 2. Seri Evidence
Based Medicine.
31. Potter , P.A & Perry, A.G (2005). Fundamental of nursing :
Concept,process,and practice. (4th
Ed). (Vol.2). (Y.Asih, et al, penerjemah).
St. Louis:Mosby- year Book Inc.(sumber asli diterbitkan 1997)
32. Nur Iksan Santoso. (2011). Analisis Hubungan Perilaku Merokok dengan
Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa Kelas XI di SMK 7 Tangerang.
Universitas Pelita Harapan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan.
33. Ariati .(2008). Komposisi Mikronutrien Sarapan yang Adekust
Meningkatkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekes
Depkes Denpasar. Tesis tidak diterbitkan . denpasar Program Pasca Sarjana
Universitas Undayana Denpasar.
34. R.M . Harden & Joy Crosby. AMEE Guide No.20 : The Good Teacher is
More Than A Lecture- The Twelvw Roles Of the Teacher. Center For
Medical Education, University of Dundee,UK.
35. Rokok dalam Kajian Kesehatan dan Agama Islam. Indonesia Bebas Rokok.
2013 http://indonesiabebasrokok.org
36. Shiddiq MR. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tentang Pengharaman
Rokok.UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2009 http://digilib.uin-suka.ac.id
37. Fatwa Majelis Tarjih Dan Tajdid. Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2010),
Tentang Hukum Merokok. No. 6/SM/MTT/III/2010. Yogjakarta.
LAMPIRAN
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFOREMED CONSENT)
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama :
Nim :
Angkatan :
Setelah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari mamfaat dari penelitian
tersebut di bawah ini yang berudul
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DENGAN KONSETRASI
BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN ( FKIP) DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR ANGKATAN 2012
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah di minta
dan bersedia untuk berperan serta dalam penelitian yang dilakukan oleh Asrima.
Makassar ,
2015
Peneliti Peserta
( Asrima ) ( )
LAMPIRAN 1
A. Data demografi
Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan jawaban tertulis dan tanda
check list (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan pertanyaan !
1. Jenis kelamin
laki-laki
perempuan
2. Usia ….. tahun
B. Perilaku merokok
Jawabalah dengan mencantumkan tanda check list (√) pada kolom yang sesuai
dengan pilihan anda
Ya : 1
Tidak : 0
No. Pernyataan Ya Tidak
1 Saya merokok
2 Saya biasa merokok di rumah
3 saya menghabiskan lebih dari setengah bungkus rokok
sehari
4 Saya merokok setiap kali saya ingin merokok
5 Saya menghisap rokok dalam jumlah batang yang terus
bertambah dari yang sebelumnya
6 Saya merokok dengan rutin pada waktu-waktu tertentu,
misalnya setelah makan dan sebelum tidur
7 Saya harus merokok sekurang-kurangnya empat kali
dalam satu hari
8 Merokok sudah menjadi rutinitas dalam kehidupan saya
9 Saya tetap merokok meskipun sedang berada di kampus
10 Saya merokok dimanapun saya inginkan
Sikap responden
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Saya merokok agar terlihat trendy, cool, atau macho
2 Saya berusaha tidak akan merokok walaupun stress atau
banyak pikiran
3 Merokok membuat saya tenang dan rileks
4 Saya tidak akan merokok walaupun saya dikatakan tidak
jantan, banci atau tidak gaul
5 Saya akan tetap merokok
6 Saya tidak membatasi jumlah batang rokok yang saya hisap
setiap harinya
7 Saya merasa terganggu jika tidak menghisap satu batang
rokok saja dalam satu hari
8 Saya tidak membatasi waktu untuk merokok
Lampiran 2: TES BOURDON WIERSMA
PETUNJUK : Coret gambar titik - titik yang berjumlah 4 pada tiap baris, mulai
dari tepi kiri
sampai tepi kanan dan lanjutkan pada baris di bawahnya.
Nama : .................................................................
Jenis Kelamin : Laki – Laki /Wanita
Tgl Tes : ..................................
104
1. Umur responden
[DataSet1] E:\imha bahan skripsi\revisi\olah data\TERBARUUU IMHA
RANGE TERLENGKAP.sav
Statistics
UMUR RESPONDEN
N Valid 68
Missing 0
Sum 97
UMUR RESPONDEN
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
18 - 20 Tahun 39 57.4 57.4 57.4
21 - 23 Tahun 29 42.6 42.6 100.0
Total 68 100.0 100.0
2. Perilaku merokok
Frequency Table
perilaku merokok
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Pasif 8 11.8 11.8 11.8
Aktif 60 88.2 88.2 100.0
Total 68 100.0 100.0
2. kecepatan
Kecepatan
Freque
ncy
Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
BAIK 66 97.1 97.1 97.1
CUKUP BAIK 2 2.9 2.9 100.0
Total 68 100.0 100.0
105
3. ketelitian
Ketelitian
Frequen
cy
Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
BAIK 5 7.4 7.4 7.4
CUKUP BAIK 23 33.8 33.8 41.2
CUKUP 36 52.9 52.9 94.1
RAGU-RAGU 3 4.4 4.4 98.5
KURANG 1 1.5 1.5 100.0
Total 68 100.0 100.0
4. konstansi
Konstansi
Frequen
cy
Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
BAIK 18 26.5 26.5 26.5
CUKUP BAIK 17 25.0 25.0 51.5
CUKUP 24 35.3 35.3 86.8
RAGU-RAGU 9 13.2 13.2 100.0
Total 68 100.0 100.0
5. Crosstabs
[DataSet1] E:\output data perilaku.imha.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
perilaku merokok *
kecepatan
68 100.0% 0 0.0% 68 100.0%
perilaku merokok * kecepatan Crosstabulation
kecepatan Total
106
BAIK CUKUP
BAIK
perilaku
merokok
Pasif
Count 7 1 8
% within perilaku
merokok
87.5% 12.5% 100.0%
% within kecepatan 10.6% 50.0% 11.8%
% of Total 10.3% 1.5% 11.8%
Aktif
Count 59 1 60
% within perilaku
merokok
98.3% 1.7% 100.0%
% within kecepatan 89.4% 50.0% 88.2%
% of Total 86.8% 1.5% 88.2%
Total
Count 66 2 68
% within perilaku
merokok
97.1% 2.9% 100.0%
% within kecepatan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 97.1% 2.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.902a 1 .088
Continuity Correctionb .348 1 .555
Likelihood Ratio 1.846 1 .174
Fisher's Exact Test .223 .223
Linear-by-Linear
Association
2.859 1 .091
N of Valid Cases 68
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .24.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence
Interval
Lower Upper
107
Odds Ratio for perilaku
merokok (Pasif / setuju)
.119 .007 2.114
For cohort kecepatan =
BAIK
.890 .683 1.159
For cohort kecepatan =
CUKUP BAIK
7.500 .518 108.499
N of Valid Cases 68
6. Crosstabs perilaku merokok dengan ketelitian
[DataSet1] E:\output data perilaku.imha.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
perilaku merokok *
ketelitian
68 100.0% 0 0.0% 68 100.0%
perilaku merokok * ketelitian Crosstabulation
ketelitian Total
BAIK CUKUP
BAIK
CUKUP RAGU-
RAGU
KURA
NG
perilak
u
merok
ok
Pasif
Count 2 4 2 0 0 8
% within perilaku
merokok
25.0% 50.0% 25.0% 0.0% 0.0% 100.0%
% within ketelitian 40.0% 17.4% 5.6% 0.0% 0.0% 11.8%
% of Total 2.9% 5.9% 2.9% 0.0% 0.0% 11.8%
Aktif
Count 3 19 34 3 1 60
% within perilaku
merokok
5.0% 31.7% 56.7% 5.0% 1.7% 100.0%
% within ketelitian 60.0% 82.6% 94.4% 100.0% 100.0% 88.2%
% of Total 4.4% 27.9% 50.0% 4.4% 1.5% 88.2%
Total
Count 5 23 36 3 1 68
% within perilaku
merokok
7.4% 33.8% 52.9% 4.4% 1.5% 100.0%
% within ketelitian 100.0
%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
108
% of Total 7.4% 33.8% 52.9% 4.4% 1.5% 100.0%
Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Frequencies
perilaku merokok N
ketelitian
Pasif 8
Aktif 60
Total 68
Test Statisticsa
ketelitian
Most Extreme
Differences
Absolute .383
Positive .000
Negative -.383
Kolmogorov-Smirnov Z 1.018
Asymp. Sig. (2-tailed) .251
a. Grouping Variable: perilaku merokok
7. Crosstabs perilaku merokok dengan konstansi
[DataSet1] E:\output data perilaku.imha.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
perilaku merokok *
konstansi
68 100.0% 0 0.0% 68 100.0%
perilaku merokok * konstansi Crosstabulation
konstansi Total
BAIK CUKUP
BAIK
CUKUP RAGU-
RAGU
perilaku
meroko
k
Pasif
Count 3 2 2 1 8
% within perilaku
merokok
37.5% 25.0% 25.0% 12.5% 100.0%
% within konstansi 16.7% 11.8% 8.3% 11.1% 11.8%
109
% of Total 4.4% 2.9% 2.9% 1.5% 11.8%
Aktif
Count 15 15 22 8 60
% within perilaku
merokok
25.0% 25.0% 36.7% 13.3% 100.0%
% within konstansi 83.3% 88.2% 91.7% 88.9% 88.2%
% of Total 22.1% 22.1% 32.4% 11.8% 88.2%
Total
Count 18 17 24 9 68
% within perilaku
merokok
26.5% 25.0% 35.3% 13.2% 100.0%
% within konstansi 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 26.5% 25.0% 35.3% 13.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square .693a 3 .875
Likelihood Ratio .678 3 .878
Linear-by-Linear
Association
.454 1 .500
N of Valid Cases 68
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1.06.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for perilaku
merokok (tidak setuju /
setuju)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed
for a 2*2 table without empty cells.
Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Frequencies
perilaku merokok N
Konstansi Pasif 8
110
Aktif 60
Total 68
Test Statisticsa
konstansi
Most Extreme
Differences
Absolute .125
Positive .000
Negative -.125
Kolmogorov-Smirnov Z .332
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
a. Grouping Variable: perilaku merokok
111
112