TUGAS AKHIR
ANALISA GEOMETRI PELEDAKAN TAMBANG BAWAH
TANAH DI PT. ALLIED INDO COAL JAYA, NAGARI
PARAMBAHAN, KOTA SAWAHLUNTO, PROVINSI
SUMATERA BARAT
Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
MHD IRFAN
1310024427078
TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
ANALISA GEOMETRI PELEDAKAN TAMBANG BAWAH TANAH DI
PT. ALLIED INDO COAL JAYA, NAGARI PARAMBAHAN, KOTA
SAWAHLUNTO, PROVINSI SUMATERA BARAT
Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Disusun Oleh:
MHD IRFAN
1310024427078
Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Dian Hadiyansyah ST,.MT Riam Marlina A, ST., MT
NIDK.889194001 NIDN : 1027098501
Ketua Program Studi Ketua STTIND Padang
Riam Marlina A, ST., MT H. Riko Ervil, MT
NIDN : 1027098501 NIDN : 014057501
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama ; MHD IRFAN
NPM ; 1310024427078
Program Studi ; Teknik Pertambangan
Dengan ini saya menyatakan bawah skripsi yang saya susun dengan judul ;
“ANALISA GEOMETRI PELEDAKAN TAMBANG BAWAH TANAH
DI PT. ALLIED INDO COAL JAYA, NAGARI PARAMBAHAN, KOTA
SAWAHLUNTO, PROVINSI SUMATERA BARAT”
Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari
skripsi orang lain. Apabila kemudian dari pernyataan saya ini tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan
gelar kesarjanaannya).
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat
digunakan sebagai mana mestinya
Padang , September 2020
(mhd irfan)
1310024427078
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Atas
berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi sesuai
waktu yang ditentukan. Shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya ke zaman modern saat Skripsi
berjudul “Analisa Geometri Peledakan Tambang Bawah Tanah di PT. Allied
Indo Coal Jaya Nagari Parambahan Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera
Barat “
Saya menyadari bahwa penulisan Skripsi ini belum sempurna karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Walaupun
demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyelesaian
Skripsi ini tepat pada waktunya.
Penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Orang tua
2. Bapak H. Riko Ervil.MT Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang.
3. Ibuk Riam Marlina A , ST, MT selaku Ketua Prodi Teknik Pertambangan
Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
4. Bapak Dian Hadiyansyah, MT selaku dosen pembimbing 1.
5. Ibuk Riam Marlina A , ST, MT selaku dosen pembibing 2.
ii
6. Bapak Andry Syaputra selaku Kepala Teknik Tambang PT. Allied Indo
Coal Jaya dan Pembimbing Lapangan bapak Mugiyanto di PT. Allied Indo
Coal Jaya .
7. Semua karyawan di PT. Allied Indo Coal Jaya
8. Seluruh Dosen Teknik Pertambangan dan Karyawan Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) Padang.
9. Teman-teman Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak
demi kesempurnaan Laporan Tugas Akhir/ Skripsi saya ini.
Padang, September 2020
Penulis
iii
1
ANALISA GEOMETRI PELEDAKAN TAMBANG BAWAH
TANAH di PT. ALLIED INDO COAL JAYA, NAGARI
PARAMBAHAN, KOTA SAWAHLUNTO, PROVINSI
SUMATERA BARAT
Nama : Mhd Irfan
Npm : 1310024427078
Pembimbing 1 : Dian Hadiyansyah ST,.MT
Pembimbing 2 : Riam Marlina A, ST,.MT
RINGKASAN
PT. Allied Indo Coal Jaya merupakan perusahan yang bergerak dibidang
pertambangan batubara bawah tanah mengunakan metode room and pillar. Di
tambang bawah tanah perusahan menggunakan peledakan untuk melakukan
produksi batubara. Adapun masalah yang terjadi didalam peledakan tambang
bawah tanah ini yaitu tidak tercapainya target produksi yang diingginkan oleh
perusahan. Jumlah produksi batubara dapat dipengaruhi oleh pola dan geometri
peledakan yang diterapkan dilapangan, dengan volume batubara yang dihasilkan
dipengaruhi oleh burden (B), spasi (S), kedalaman lobang ledak (H), jumlah
lobang ledak (n). powder factor (PC) berdampak kepada frakmentasi yang hasil
peledakan. Ukuran frakmentasi hasil peledakan juga mempengaruhi efektifitas
loading dan pengangkutan keluar area penambangan. Geometri peledakan yang
diterapkan perusahaan selama ini menghasilkan volume peldakan 9,627 ton,
powder factor 0,085 kg/ton, frakmentasi 47.791 cm. degan ukuran frakmentasi
tersebut agak sedikit menghambat kegiatan loading dan pengangkutan hasil
peledakan. Untuk meningkatkan volume hasil peledakan dan frakmentasi yang
diinginkan diperlukan perencanan geometri usulan menggunakan rumus ISSER
blaster’s hand book didapatkan volume peledakan 12,60 ton, powder factor 0,36
kg/ton dan frakmentasi 21,93 cm. untuk penerapan dilapangan disarankan
menggunakan rumus ISSER blaster’s hand book degan tetap memperhatikan
lingkungan, kondisi kestabilan sekitar kegiatan peledakan dan kapasitas
kemampuan perusahan menyediakan bahan peledak.
Kata kunci : volume, powder factor, frakmentasi.
2
GEOMETRY ANALYSIS OF UNDERGROUND MINE EXPLOSION at
PT. ALLIED INDO COAL JAYA, NAGARI PARAMBAHAN, KOTA
SAWAHLUNTO, WEST SUMATERA PROVINCE
Name : Mhd Irfan
Npm : 1310024427078
Supervisor 1 : Dian Hadiyansyah ST, .MT
Supervisor 2 : Riam Marlina A, ST, .MT
ABSTRAK
PT. Allied Indo Coal Jaya is a company engaged in underground coal
mining using the room and pillar method. In underground mines the company
uses blasting to carry out coal production. The problem that occurs in this
underground mining explosion is that the company does not reach the production
target desired. The research objective was to calculate the blasting geometry using
the R.L Ash formula to produce an explosion volume of 9,627 tonnes, powder
factor of 0.085 kg / tonne, frakmentation of 47,791 cm. with the size of the
frakmentation somewhat inhibits the loading and transportation of blasting
products. For the second research objective with the proposed geometry using the
ISSER blaster's hand book formula, the blasting volume was 12.60 tonnes,
powder factor 0.36 kg / tonne and frakmentation 21.93 cm. analyze the resulting
blasting fragmentation that has been searched with the proposed and actual
geometry. The result of R.L Ash frakmentation was 47.791 cm, the ISSER
blaster's hand book was 21.93 cm and the actual was 49.5 cm. For field
application, it is recommended to use the ISSER blaster's hand book formula
while still paying attention to the environment, the stability conditions around
blasting activities and the capacity of the company to provide explosives.
Key words: Blasting geometry, volume, powder factor, frakmentation.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah .................................................................... 3
1.3. Batasan Masalah.......................................................................... 3
1.4. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
1.5. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.6. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6
2.1. Landasan Teori ............................................................................ 6
2.1.1 Bahan Peledak ........................................................................... 10
2.1.2 Tinjauan Umum Perusahan ..................................................... 41
2.2 Kerangka Konseptual .................................................................. 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 50
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................. 50
3.2 Lokasi Penelitian ......................................................................... 50
3.3 Data dan Sumber Data ................................................................ 52
3.3.1 Data .......................................................................................... 52
iv
3.3.2 Sumber Data ............................................................................. 52
3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 53
3.5 Kerangka Metodologi ................................................................ 54
BAB IV PENGOLAHAN DATA ................................................................ 56
4.1. Pengumpulan Data ...................................................................... 56
4.2. Pengolahan Data.......................................................................... 60
BAB V ANALISA DATA ............................................................................ 65
5.1 Rancangan Geometri Usulan........................................................ 66
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 67
6.1 Kesimpuran ................................................................................. 67
6.2 Saran ............................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Diagram alir pembagian bahan peledak menurut R.L.Ash ...... 8
Gambar 2.2. Diagram pembagian bahan pelesak menurut Mike Smith ....... 14
Gambar 2.3. Diagram alir alat bantu peledak menurut Mike Smit ............... 15
Gambar 2.4. Sketsa dasar drag cut................................................................ 25
Gambar 2.5. Sketsa dasar v-cut ..................................................................... 26
Gambar 2.6. Sketsa dasar pyramid cut .......................................................... 26
Gambar 2.7. Sketsa dasar burn cut................................................................ 27
Gambar 2.8. Kelompok lubang dalam permukaan kerja terowongan dan pola
peledakan tanbang bawah tanah ................................................................... 29
Gambar 2.9. Pola peledakan dengan burn cut pada suatu terowongan ......... 30
Gambar 2.10. Pola peledakan dengan v-cut pada suatu terowongan ........... 30
Gambar 2.11. Pola peledakan dengan drag cut pada suatu terowongan ....... 31
Gambar 2.12. Bahan Peledakan Yang di Gunakan PT. AIC J ...................... 45
vi
Gambar 2.13. Detonator Listrik Tunda ......................................................... 46
Gambar 2.14. Stemming ............................................................................... 46
Gambar 2.15. Kerangka Konseptual ............................................................. 48
Gambar 3.1. Peta Kesampaian Daerah .......................................................... 51
Gambar 3.2. Diagram Alir Penelitian ........................................................... 54
Gambar 4.1. Peta peledakan PT. AIC Jaya ................................................... 59
Gambar 4.2. Penampangan fron peledakan batubara .................................... 62
Gambar 5.1. Penampang From Peledakan .................................................... 70
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Detonator peledakan tambang bawah tanah .................................. 11
Tabel 2.2 Density untuk berbagai bahan peledak ......................................... 39
Tabel 4.1 Data Geometri Lobang Cabang...................................................... 55
Tabel 4.2 Data Geometri Lobang Cabang...................................................... 56
Tabel 4.3 Data Geometri Lobang Cabang...................................................... 56
Tabel 4.4 Data Geometri Lobang Maju ......................................................... 57
Tabel 4.5 Data Geometri Lobang Cabang...................................................... 57
Tabel 4.6 Data Geometri Lobang Cabang...................................................... 58
Tabel 4.7 Hasil Pegolahan Data ..................................................................... 62
Tabel 4.8 Hasil Pengolahan Data ................................................................... 65
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Frakmentasi ...................................................... 66
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Pengolahan Data Lapangan.
Lampiran B : Dokumentasi Lapangan.
Lampiran C : Stratigrafi.
Lampiran D : Peta Layout.
Lampiran E : Peta Geologi PT. Allied Indo Coal Jaya.
Lampiran F : Peta Topografi.
Lampiran G : Disain Geometri Peledakan Lobang Cabang.
Lampiran H : Disain Geometri Peledakan Lobang Cabang.
Lampiran I : Disain Geometri Peledakan Lobang Maju.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
PT. Allied Indo Coal Jaya (AICJ) merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dibidang pertambangan batubara dengan menggunakan dua metode
penambangan batubara, yaitu tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Metode
tambang bawah tanah menggunakan sistem room and pillar. Kegiatan
penambangan pada tambang bawah tanah terdiri dari pembongkaran batuan untuk
lobang pelayanan dan lubang produksi. Lubang pelayanan berfungsi sebagai jalan
masuk atau main road yang menghubungkan lubang produksi satu dengan lubang
produksi yang lain. Lubang produksi adalah lubang yang dibuat untuk
mengangkut batubara.
Penambangan Batubara dibantu dengan proses peledakan guna
mempermudah dan mempercepat proses penambangan untuk mencapai target
produksi yaitu sebesar 15-20 ton batubara per 1 kali peledakan. Dengan jumlah
lubang ledak 8-18 lubang per perledakan. Pembuatan lubang ledak menggunakan
alat bor Furukawa dengan panjang stang bor 120 cm, peledakan dilakukan dengan
menggunakan detonator listrik (electric detonator) sebagai pemicu peledakannya
dan bahan peledak powergel. Dalam peledakan menggunakan delay 0-6 dengan
kelipatan kecepatan 0,25 m/s. Berdasarkan pengamatan di lapangan untuk
tambang bawah tanah PT. AIC Jaya belum mampu memenuhui target produksi,
dan hal ini salah satunya dipengaruhi oleh kegiatan peledakannya. Dimana
2
PT.AIC Jaya menargetkan dalam satu kali peledakan mampu memproduksi 15-20
ton batubara. Sedangkan yang terealisasi hanya 5-7 ton batubara. Dimana pola
peledakan yang didisain oleh juru ledak tidak sesuai apa yang diterapkan di
lapanagan.
PT. AIC Jaya merangkai secara pararel dan membuat rangkaian menurut no
delay yang digunakan dalam setiap lobang. Dari lobang satu ke yang lain atau
lobang yang berdekatan menggunakan delay yang berbeda. stemming yang
digunakan yaitu tanah liat, lalu tanah liat dibulatkan sebesar diameter lubang
ledak. Setelah dimasukan alat ledak barulah dimasukan tanah yang sudah dibuat
oleh pekerja dilapangan dengan cara ditekan dan memakai stick supaya lubang
ledak padat didalam nya. Kegiatan peledakan pada tambang bawah tanah di PT.
AIC Jaya terdapat beberapa parameter keberhasilan yaitu kemajuan front bukaan
tambang hasil peledakan , fragmentasi hasil peledakan dan volume bongkaran
hasil peledakan terutama pada lokasi produksi. Semangkin besar kemajuan front
bukaan tambang yang dihasilkan maka produksi akan semangkin besar pula.
Semakin kecil fragmentasi hasil peledakan maka semakin ringan kerja pekerja
didalam lubang karena tidak perlu memecahkannnya lagi,
Supaya mendapatkan hasil yang diharapkan, Geometri pengeboran dan
peledakan dirancang sedemikian rupa agar hasil yang didapatkan maksimal serta
sesuai dengan kemajuan front bukaan tambang yang diharapkan sehingga produsi
akan tercapai (Hazzaliandiah, M.Taufik Toha, Bochori Tahun 2017).
Hasil parameter tersebut didapatlah rancangan geometri peledakan yang
cocok untuk digunakan pada daerah penelitian. Di lokasi penelitian banyak
3
kendala yang sering terjadi, yang mengakibatkan produksi tidak tercapai, seperti
terdapatnya bongkahan-bongkahan fragmentasi batuan yang tidak diinginkan
(besar) dan adanya terdapat genangan air pada lokasi peledakan yang bisa
menghalangkan kegiatan peledakan, Didalam peledakan juga sering terjadi ada
beberapa lobang yang tidak meledak (missfire), disini peneliti memakai sistem
yang dipakai oleh parahali sebelumnya seperti R.L.Ash. Berdasarkan
permasalahan di atas, penulis tertarik untuk membahas “Analisa Geometri
Peledakan Tambang Bawah Tanah di PT. Allied Indo Coal Jaya”.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:
1. Tidak tercapainya proses peledakan yang diinginkan oleh perusahan sebesar
15-20 ton, sedangkan terjadi di lapangan sebesar 5-7 ton.
2. Tidak sesuainya pola peledakan aktual dengan pola peledakan yang
direncanakan.
3. Terdapatnya beberapa lubang yang gagal ledak (missfire).
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Pembahasan difokuskan pada perhitungan geometri peledakan tambang
batubara dilapangan dan hasil perhitungan dengan teori R.L.Ash.
2. Perhitungan geometri peledakan dilakukan untuk jumlah lubang dan pola
peledakan yang sama.
3. Geometri peledakan yang dihitung hanya untuk peledakan batubara.
4. Peledakan yang dihitung hanya untuk lubang produksi.
4
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana geometri peledakan tambang batubara di PT. AIC Jaya
menggunakan metode R.L ash?
2. Bagaimana mendesain geometri lubang ledak yang optimal untuk PT. AIC
Jaya untuk produksi batubara?
3. Bagaimana untuk mencapai ukuran fragmentasi yang optimal?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisa perhitungan geometri peledakan tambang batubara di PT. AIC
Jaya menggunakan metode R.L ash
2. Menganalisa geometri lubang ledak usulan untuk produksi batubara di PT.
AIC Jaya yang optimal.
3. Menganalisa fragmentasi yang optimal dari data geometri lubang ledak
usulan.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan
untuk merancang ulang kembali tentang geometri peledakan
5
2. Bagi peneliti
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan
kedalam bentuk penelitian, dan meningkatkan kemampuan penulis dalam
menganalisa suatu permasalahan serta menambah wawasan penulis dibidang
pertamabangan khususnya peledakan pada tambang bawah tanah.
3. Bagi Perguruan Tinggi STTIND Padang
Terciptannya kerjasama anatara pihak perguruan tinggi dengan
perusahaan, terutama dalam hal ini adalah jurusan Teknik Pertambangan Sekolah
Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Peledakan
Peledakan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk pemberaian batuan
atau material pada penambangan. Suatu operasi peledakan batuan akan mencapai
hasil optimal apabila perlengkapan yang di pakai sesuai dengan metode peledakan
yang di terapakan. Dalam membicarakan perlengkapan dan peralatan peledakan
perlu hendakannya terlebih dahulu dibedakan pengertian antara kedua hal
tersebut. Peralatan peledakan (Blasting equipment) adalah alat-alat yang dapat
digunakan berulang kali, misalnya blasting machine, crimper dan sebagainya.
Sedangkan perlengkapan peledakan hanya dipergunakan dalam satu kali proses
peledakan atau tidak bisa digunakan berulang kali. Untuk setiap metode
peledakan, perlengkapan dan peralatan yang diperlukan berbeda-beda.
1. Tujuan Peledakan
Tujuan peledakan dalam dunia pertambangan adalah memecah atau
membongkar batuan padat atau material berharga atau endapan bijih yang bersifat
kompak atau massive dari batuan induknya menjadi material yang cocok untuk
dikerjakan dalam proses produksi berikutnya.
Faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam merencanakan peledakan adalah
7
a. Kondisi batuan yaitu karakteristik struktur batuan dan sifat-sifat geoteknik
batuan yang akan mempengaruhi jarak antar lubang bor serta kemajuan yang
akan diperoleh.
b. Pola peledakan akan mempengaruhi hasil ledakan. Keberhasilan tujuan
peledakan sangat tergantung pada pola peledakan yang digunakan. Pola
peledakan juga akan menetukan ukuran fragmentasi dan arah lemparan
material yang diledakan.
c. Pengisian dan penembakan, pemilihan bahan peledak tergantung pada
diameter lubang bor, kondisi lubang ledak, derajat fragmentasi dan
blastability batuan. Penentuan isi bahan peledak akan digunakan tergantung
pada kedalaman lubang tembak, blastability batuan dan pola peledakan yang
digunakan.
Perencanan sistem peledakan akan mempengaruhi :
1) Ukuran fragmentasi batuan, bentuk dan letak hasil ledakan
2) Arah lemparan massa batuan yang lepas, hingga dapat dipilih kearah
tertentu
3) Apabila ada batas getaran tanah yang lepas, hinggah dapat dipilih
kearah tertentu seketika (instantaneous ignition) dapat dikuranggi dan
diganti dengan peledakan beruntun.
d. Alat Bantu Peledakan
Menurut Mike Smith [Mining Magazine, Feb 1988] saat ini banyak alat
bantu peledakan, yang bisa dipilih sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan .
8
Sumber : Realminers.com
Gambar 2.1. Diagram alir alat bantu peledakan menurut Mike Smith
Gambar diatas pembagian alat bantu peledakan menurut Mike Smith dan
pengelompokannya
1. Peledakan cara non-listrik
a. Sumbu api (safety fuse)
Berupa sumbu yang fungsinya merambatkan api dengan kecepatan tetap
yang dapat menyalakan detonator (plian detonator) yang dipasang di
ujung sumbu guna meledakanbahan peledak.
b. Sumbu ledak (detonating fuse)
Sumbu yang terdiri dari inti ating explosive (PETN) dibalut lapisan plastik
dan dibungkus dengan kombinasi tekstil, kawat dan plastik.
Explosves Initiating
Devices
Fuse Cap Electric Cap Special Electric Non Electric
Convension
al
Igniter cord
Convension
al delay
Millsecond
delay
Exploding
bridge wire
Magnadet
detenotors
Hihg
resistant
safety
detenetors
Small diameter
detonating cord
Shock tube
system
Gas tube sytem
Detonating
primer
9
c. Nonel
Tube plastik yang mempunyai diameter 3mm, di dalamnya berisi suatu
bahan reaksi yang dapat mengantarkan gelombang kejut (shock wave)
dengan kecepatan kira-kira 2.000m/s
2. Peledakan cara listrik
a. Detonator
Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam
bentuk letupan sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap
bahan peledak peka detonator atau promer
a) Intanteous detonator yaitu tidak mempunyai delay time (waktu tunda)
b) Mili –second detonator yaitu mempunyai waktu tunda sesuai dengan
yang ditentukan, tetapi tidak melebihi 100m/s.
c) Half –second detonator yaitu mempunyai delay time 500 m/s setiap
interval.
b. Circuit wiring
a) Leg wire adalah dua kawat yang menjadi satu dengan detonator listrik,
salah satunya ujungnya terhubung dengan bridge wire yang terdapat di
dalam detonator. Isolasi leg wire pada ujung yang lain terkupas dan
kedua kawat diikatkan satu terhadap yang lain atau dilindungi plastik
shunt. Panjangnya berfariasi tergantung kebutuhan.
b) Connecting wire adalah kawat berisolasi yang menghubungkan antar
leg wire dengan firing line. Connecting wire terdiri dari kawat tunggal
10
(solid wire) tembaga dengan isolasi yang tahan terhadap air yaitu 20
AWG atau yang lebih besar
c) Firing line/leading wire adalah kawat yang digunakan untuk
menghubungkan sumber tenaga listrik dengan rangkaian detonator.
d) Bush wire adalah perpanjangan dari firing line dimana masing-masing
detonator dihubungkan.
3. Bahan Peledakan
Karakteristik bahan peledak adalah sebagai berikut :
1. Pengertian Bahan Peledak
Mungkin diketahui ledakan tertua adalah mesiu hitam, campuran arang
(karbon), sulphur, dan sendawa (potassium nitrat). Ketika tiga bahan kimia ini
dinyalakan, reaksi yang karbon dioksida, karbon monoksida, sulfur dioksida, dan
oksida nitrat (semua gas) serta kalium karbonat dan kalium sulfida (dua padatan).
Empat gas yang terbentuk dalam reaksi dipanaskan pada suhu yang sangat pesat.
Mereka membentuk gelombang kejut yang memiliki kemampuan untuk
merobohkan pohon, bagunan, orang, dan benda-benda lainnya dengan cara
mereka. Gelombang kejut juga membawa dengan itu sangat panas gas yang dapat
membakar benda-benda dan memulai kebakaran. Kombinasi gelombang kejut dan
temperatur tinggi adalah karakteristik dari sebagian besar jenis bahan peleak.
Mesiu pertama kali ditemukan di cina tidak lebih dari sekitar tahun 850.
Selama ratusan tahun, itu digunakan terutama untuk membuat kembang api. Cina
tidak mengunakan bubuk mesiu sebagai senjata perang, itu adalah orang eropa
pertama yang di adaptasi bahan peledak untuk digunakan dalam senjata.
11
Bahan peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran
berbentuk padat, cair, atau campurannya yang apabila diberi aksi panas, benturan,
gesekan, atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat
cepat dan hasil reaksinya berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi
yang secara kimia lebih stabil. [Kursus Juru Ledak II, 2004, I]
Dynamite sebuah ledakan yang dibuat dengan merendam inert (tidak aktif
atau stabil), zat meyerap dengan campuran, nitrogliserin atau ammonium nitrat,
zat mudah terbakar (zat dengan kemampuan untuk membakar), seperti pilp kayu,
dan antasida.Mesiu sebuah ledakan campuran arang, potassium nitrat, sulphur
yang sering digunakan untuk mendorong peluru dari senjata dan peluru dari
meriam.
Bahan peledak yang digunakan adalah permissible dynamite dengan berat
150 gram dan panjang 160 mm. adapun jenis detonator yang digunakan adalah
cool delay detonator, cool delay detonator adalah detonator listrik yang memiliki
waktu tunda. Detonator ini memiliki nomor delay antara 0 – 6 dengan selang
waktu tunda kelipatan 25 m/s. panjang legwire detonator ini adalah 2 m. untuk
kebutuhan detonator pada tambang bawah tanah dapat dilihat pada tabel 2.1
dibawah ini.
Tabel 2.1
Detonator Peledakan Tambang Bawah Tanah
No No Delay Panjang Detonator (mm) Waktu Nominal
(m/s)
Warna Kemasan
1 0 42 0 Hitam
2 1 57 25 Ungu
3 2 59 50 Hijau
4 3 61 75 Pink
12
5 4 64 100 Biru
6 5 66 125 Kuning
7 6 68 150 Merah Sumber : PT AIC JAYA
Pengisian bahan peledak dilakukan juru ledak dari PT AIC Jaya, adapun
pengisian bahan peledak adalah sebagai berikut.
a. Sebelum permissible diisikan, terlebih dahulu dilakukan pengecekan lubang
ledak menggunakan stik dan bersamaan dengan itu dilakukan pengisian
detonator listrik ke dalam lubang sebagai pemicu peledakan.
b. Pemuatan permissible diawali dengan kegiatan pemuatan bahan peledak yang
telah diisi dengan detonator listrik, kemudian dilanjutkan dengan pemuatan
permissible tanpa detonator.
c. Lubang ledak yang telah di isi supercoal-1 dilanjutkan dengan pemuatan tanah
liat sebagai stemming dengan menggunakan stik hingga lubang ledak penuh.
d. Lubang – lubang ledak yang telah berisi bahan peledak tadi dirangkai secara
seri atau seri parallel, sehingga membentu sirkuit yang ujung- ujung nya
dihubungkan dengan blasting machine. Setelah itu dicek dengan ohm meter,
peledakan dapat dilaksanakan.
2. Proses Dekomposisi Bahan Peledak
Proses dekomposisi bahan peledak terdiri dari ;
a. Pembakaran adalah reaksi pemukaan yang eksotermis dan dijaga
keberlangsungannya oleh panas yang dihasilkan dari reaksi itu sendiri dan
produksinya berupa pelepasan gas-gas. Reaksi pembakaran memerlukan unsur
oksigen (O2) baik yang terdapat dialam bebas maupun dari ikatan molekuler
bahan atau material yang terbakar.
13
b. Deflagrasi adalah proses kimia eksotermis dimana trasmisi reaksi
dekomposisi didasarkan pada konduktifitas termal (panas). Deflagrasi merupakan
yang reaksinya meningkat menjadi ledakan dan menimbulkan gelombang kejut
(shock wave) dengan kecepatan rendah (low explosive), yaitu anatara 300-
1.000m/s atau lebih rendah dari kecepatan suara (subsonic).
c. Ledakan, menurut Berthelot adalah ekspansi seketika cepat dari gas menjadi
bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan efek mekanis
yang merusak. Jadi ledakan bukanlah kimia, tetapi merupakan transfer energy ke
gerakan massa yang menimbulkan efek mekanis merusak disertai panas dan bunyi
yang keras.
d. Detonasi adalah proses kimia fisika yang mempunyai kecepatan reaksi yang
sangat tinggi, sehingga mengasilkan gas dengan temperatur sangat besar
membangun ekspansi gaya yang sangat besar pula. Kecepatan reaksi tersebut
menyebar kesemua zona peledakan berupa gelombang tekanan kejut (shock
compresson wave) dan proses ini berlanjut sampai material yang diledakan
terbongkar. Kecepatan rambatnya antara 3000-7500 m/s.
3. Klasifikasi Bahan Peledak
Bahan peledak diklasifikasi berdasarkan sumber energinya menjadi bahan
peledak mekanik, kimia dan nuklir. Pertimbangan pemakaiannya antara lain,
harga relative lebih murah, penanganan teknis lebih mudah, lebih banyak variasi
waktu tunda (delaytime).
Bahan peledak permissible digunakan khusus untuk memberaikan batubara
ditambang bawah tanah dan jenisnya adalah blasting agent yang tergolong bahan
14
peledak kuat. Pengklasifikasi bahan peledak umumnya berdasarkan kecepatan
reaksi, contohnya antara lain sebagai berikut:
a. Menurut R.L. Ash (1962) bahan peledak dibagi menjadi
Bahan peledak kuat (high explosive ) bila memiliki kecepatan detonasi
anatar 5.000-24.000 fps (1.650-8.500 m/s) dan Bahan peledak lemah (low
eksplasive) bila memiliki kecepatan detonasi <5.000 fps (<1650 m/s)
Jenis bahan peledak menurut R.L.Ash dapat dilihat gambar 2.2 dibawah ini.
Sumber : Realminers.com
Gambar 2.2. Diagram alir pembagian bahan peledak menurut R.L.Ash
Gambar diatas adalah pembagian bahan peledak menurut R.L. Ash
dan pembagian berdasarkan kekuatan ledaknya
Bahan Peledakan
Mekanis Nuklir Kimia
Bahan Peledak Lemah
(low eksplosive)
Bahan Peledak Kuat
(high eksplosive)
Blasting Agent Non Permisible Asli Secara Molekuler
15
b. Menurut Mike Smith (1988)
Sumber: Realminers.com
Gambar 2.3. Diagram alir pembagian bahan peledak menurut Mike Smith
Gambar diatas menerangkan pembagian bahan peledak berdasarkan kuat
ledaknya menurut Mike Smith
Gambar diatas merupakan pembagian bahan peledak menurut Mike Smith.
Bahan peledak industri adalah bahan peledak yang dirancang dan dibuat
khusus untuk keperluan industri, misalnya industri pertambangan, sipil, dan
industri lainnya diluar keperluan militer.
Penggolongan bahan peledak terbagi atas beberapa kelompok, yaitu;
1. Berdasarkan lapangan operasinya, maka bahan peledak terbagi atasdua
golongan yaitu;
Bahan Peledakan
Bahan Peledak
Kuat Agen Peledak
Bahan Peledak
Kusus
Penganti Bahan
Peledak
TNT
Dinamik
Gelatin
ANFO
Slurries
Emulsi
Hibrid
Seismik
Trimming
Permisible
Shaped
Charger
Liquid
Compressed
air/gas
Expantion
agents
Mechanical
metods
Water jet
16
a) Bahan peledak militer, yaitu bahan peledak yang digunakan pada operasi
militer dan peperangan.
b) Bahan peledak sipil/komersial/industri, yaitu bahan peledak yang
digunakan pada operasi pembangunan/kesejateraan dan operasi
penambangan
2. Berdasarkan komposisi bahan peledak, maka bahan peledak terbagi atas dua
golongan yaitu
a. Senyawa tunggal (terdiri dari satu macam senyawa saja)
Contoh: PETN (Penta Erythritol Tetra Nitrat) dan TNT ( Tetra Nitro
Toluen).
b. Campuran (terdiri dari berbagai senyawa unggal)
Contoh : Black Powder, ANFO (Amonium Nitrate Fuel Oil).
3. Berdasarkan kecepatan perambatan reaksi, maka bahan peledak terbagi atas
dua golongan yaitu :
a. Low Explasive, kecepatan rambat reaksinya kurang dari <1650 m/s
b. High Explosive, kecepatan rambat reaksinya lebih dari 1.500m/s, bahan
peledak yang tergolong didalamnya adalah Dinamit, TNT dan PETN.
4. Berdasarkan kepekaannya, maka bahan peledak terbagi atas dua golongan
yaitu :
a. Initiating Explosive, yaitu bahan peledak yang mudah meledak apabila
terkena api, panas benturan maupun gesekan.
b. Non Initiating Explosive, yaitu bahan peledak yang mudah meledak
apabila terkena reaksi api, panas benturan maupun gesekan. Pada
17
umumnya bahan peledak ini akan meledak apabila didahului dengan
ledakan pendahuluan (detonator).
4. Sifat Fisik Bahan Peledak
a. Densitas
Densitas bahan peledak adalah massa bahan peledak dibandingkan dengan
volume bahan peledak tersebut. Densitas bahan peledak berkisaran antara 0,6-0,7
gr/cc, sebagai contoh densitas ANFO anatara 0,8-0,85 gr/cc. Biasanya bahan
peledak yang mempunyai densitas tinggi akan meghasilkan kecepatan detonasi
dan tekanan yang tinggi. Bila batuan yang akan diledakan bersifat massif atau
keras, maka digunakan bahan peledak yang mempunyai densitas tinggi,
sebaliknya pada batuan berstruktur atau lunak dapat digunakan bahan peledak
dengan densitas rendah. Pernyataan densitas pada bahan peledak dapat
diexpresikan beberapa pengertian, yaitu :
1. Densitas bahan peledak adalah berat bahan peledak per unit volume
dinyatakan dalam satuan gr/cc.
2. Densitas pengisian (loding sensity) adalah bahan peledak per meter kolom
lubang tembak (kg/m) atau (lb/ft).
3. Cartridge count atau stick adalah banyaknya stick bahan peledak yang ada
dalam satu dos.
b. Loading density adalah massa bahan peledak per meter lubang ledak.
18
1. Sensitifitas
Sifat sensitifitas bahan peledak bervariasi tergantung pada komposisi kimia
bahan peledak, diameter, temperature dan tekanan ambient. ANFO disebut bahan
peledak peka (sensitive) terhadap primer
2. Ketahanan terhadap air (water resistant)
Ukuran kemampuan bahan peledak melawan air disekitarnya tanpa
kehilangan sensifitas dan efisiensi, apabila suatu bahan peledak larut dalam air
dalam waktu yang pendek (mudah larut), berarti bahan peledak tersebut
dikategorikan mempunyai ketahannan terhadap air yang buruk atau poor,
sebaiknya bila tidak larut dalam air disebut sangat baik atau excellent. Contoh
bahan yang mempunyai ketahanan terhadap air buruk adalah ANFO, sedangkan
untuk bahan peledak jenis emulsi, watergel atau slurries dan bahan peledak
berbentuk cartridge sangat baik daya tahannya terhadap air. Apabila didalam
lubang ledak terdapat air dan akan digunankan ANFO sebagai bahan peleaknya,
umumnya digunakan selubung plastic khusus untuk membungkus ANFO tersebut
kedalam lubang ledak.
3. Kestabilan kimia (chemical stability)
Kemampuan untuk tidak berubah secara kimia dan tetap mempertahannkan
sensitifitasnya selama dalam penyimpannannya dalam gudang dengan kondisi
tertentu. Faktor yang mempengaruhi ketidak stabilan kimia antara lain adalah
panas, dingin, kelembaban, kualitas bahan baku, kontaminasi, pengepakan dan
fasilitas gudang handak.
19
4. Karakteristik gas (funes characteristics)
Detonasi bahan peledak menghasilkan gas-gas (fumes) baik yang beracun
maupun tidak beracun. Gas-gas yang beracun anatara lain NO (nitrogen
monoksida), NO2 (nitrogen oksida), dan CO ( karbon monoksida), sedangkan
gas-gas yang tidak berbahaya adalah H2O (uap air), CO2 (karbon dioksida), dan
N2 (nitrogen). Peledakan dalam dunia pertambangan yaitu memecah atau
membongkar batuan padat atau material berharga atau endapan bijih yang bersifat
kompak atau massive dari batuan induknya menjadi material yang cocok untuk
dikerjakan dalam proses produksi berikutnya. Dalam suatu operasi peledakan
pada pertambangan didahului oleh pemboran yang bertujuan untuk membuat
lubang tembak.
5. Karakteristik Bahan Peledak
a. Kekuatan (strength)
Persentase atau kekuatan (daya ledak) bahan peledak, pada pengukuran
bahan strength digunakan dua metode pengukuran yaitu :
1) Weight strength (berdasarkan berat bahan peledak)
2) Volume strength (berdasarkan volume bahan peledak)
b. Kecepatan detonasi (velocity)
Merupakan sifat bahan peledak yang mempunyai perambatan tinggi.
Pengukuran cepat rambat bahan peledak dapat dilakukan degan menggunakan alat
ukur mikro timer ataupun bisa juga dengan menggunakan sumbu ledak yang
diketahui kecepatannya.
c. Tekanan detonasi
20
d. Tekanan pada lubang ledak
6. Bahan Peledak Permissible
Bahan peledak permissible adalah bahan peledak yang khusus digunakan
pada tambang batubara bawah tanah. Karena pada tambang batubara bawah tanah
terdapat gas methan (CH4) dan debu batubara yang sangat mudah terbakar.
Pada bahan peledak permissible ditambahkan garam yang dapat menekan
temperatur saat peledakan berlangsung disebut fire suppressant salts. Derajat
penekanan suhu tersebut tergantung pada persentase garam yang ditambahkan
kedalam bahan peledak.
7. Fragmentasi Batuan
Fragmentasi adalah istilah yang menggambar ukuran dari pecahan batuan
hasil produksi peledakan. Pada pembongkaran batuan dengan metode pemboran
dan peledakan, ukuran frakmentasi hasil peledakan merupakan suatu faktor yang
sangat penting, dimana ukuran frakmentasi batuan hasil peledakan diharapkan
sesuai dengan kebutuhan pada kegiatan penambangan berikutnya.
a) Mekanisme pecahnya batuan akibat peledakan
Secara umum batuan tahan terhadap tekanan maupun gesekan tetapi lemah
terhadap tarikan. Pada proses pecahnya batuan akibat peledakan, faktor yang
penting yaitu adanya gaya tarik yang mengenai batuan. Sedangkan mekanisme
pecahnya batuan akibat kegiatan peledakan dapat diterangkan sebagai berikut :
1. Tahap pertama
Bila suatu lubang tembak dilakukan peledakan, maka terjadi tekanan
peledakan yang sangat tinggi pada lubang ledak tersebut. Tekanan peledakan ini
21
menimbulkan gelombang tekan yang kemudian menekan dinding lubang tembak
tersebut, akibatnya batuan disekeliling sumber energy tersebut. Perambatan
gelombang tekan ini dipengaruhi oleh kerapatan batuan yang dilewatinya. Apabila
kerapatan batuan yang dilewatinya. Apabila kerapatannya semakin besar, maka
akan semangkin cepat pula menghantarkan rambatan gelombang tekan tersebut.
2. Tahap kedua
Gelombang-gelombang tekan tadi harus merambat menjauhi lubang tembak
dan pada saat mencapai perubahan kerapatan atau bidang bebas, gelombang
tersebut akan terbagi menjadi gelombang pantul dan gelombang bias.
Pada saat gelombang tekan mencapai bidang bebas maka gelombang
tersebut akan dipantulkan dank arena adanya aksi yang berlawanan antara
gelombang tekan dengan gelombang pantul terjadilah tegangan tarik ledak. Bila
tegangan tarik ini lebih besar dari pada kuat tarik batuan maka batuan tersebut
akan pecah sepanjang lintasannya.
3. Tahap Ketiga
Karena masi ada tekanan yang tinggi didalam lubang tembak dan tekanan
ini dilepaskan melalui rekahan-rekahan tersebut menjadi besar. Akibat dari
pelepasan tekanan tersebut menyebabkan massa batuan terdorong ke depan yang
diikuti dengan runtuhnya batuan secara keseluruhan.
22
b) Faktor-Faktor yang mempengaruhi fragmentasi hasil peledakan
1. Faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan manusia
Faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh kemampuan manusia. Hal
ini disebabkan karena prosesnya terjadi secara alamiah, yang termasuk faktor-
faktor tersebut adalah :
a. Karakteristik massa batuan
Dalam kegiatan pemboran dan peledakan, karakteristik massa batuan yang
perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan fragmentasi batu yaitu kekerasan
batuan, kekuatan batuan, elastisitas batuan, abrasivitas batuan dan kecepatan
perambatan gelombanng pada batuan, serta kuat tekan dan kuat tarik batuan yang
akan diledakkan.
Semakin tinggi tingkat kekerasan batuan, maka akan semakin sukar batuan
tersebut untuk dihancurkan, demikian juga dengan batuan yang dimiliki kerapatan
tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin berat massa suatu batuan, maka bahan
peledak yang dibutuhkan untuk membongkar atau menghancurkan batuan tersebut
akan lebih banyak.
Sifat kuat tekan dan kuat tarik batuan juga digunakan dalam penggolongan
terhadap mudah atau tidaknya batuan untuk dibongkar. Batuan akan ancur atau
lepas dari batuan induknya apabila bahan peledak yang digunakan memiliki kuat
tekan yang lebih besar dari pada kuat tarik batuan itu sendiri.
b. Struktur Geologi
Struktur geologi yang berpengaruh pada kegiatan peledakan adalah struktur
rekahan (kekar) dan struktur pelapisan batuan.
23
Kekar (joint) merupakan rekahan-rekahan dalam batuan yang terjadi karena
tekanan atau tarikan yang disebabkan oleh gaya-gaya yang bekerja dalam kerak
bumi atau pengurangan bahkan kehilangan tekanan dimana pengeseran dianggap
sama sekali tidak ada.
Dengan adanya struktur rekahan ini maka energy gelombang tekan dari
bahan peledak akan mengalami penurunan yang disebabkan oleh adanya gas-gas
hasil reaksi peledakan yang menerobos melalui rekahan, sehingga mengakibatkan
penurunan daya tekan terhadap batuan yang diledakkan. Penurunan daya tekan ini
akan berdampak terhadap batuan hasil peledakan bahkan batuan hanya mengalami
keretakan, struktur pelapisan batuan juga mempengaruhi hasil peledakan.
c. Pengaruh Air Tanah
Kondisi air tanah juga dapat mempengaruhi hasil peledakan. Adanya air
tanah akan menyebabkan terjadinya pendinginan reaksi dan larutannya unsur-
unsur bahan peledak oleh air.
Bahan Peledak ANFO memiliki tingkat ketahanan yang buruk terhadap air,
sehingga apabila ANFO yang digunakan terkontaminasi air maka akan
mempengaruhi frakmentasi batuan hasil peledakan atau bahkan bisa
mengakibatkan terjadinya kegagalan pada peledakan (misfire).
2. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan
a. Pola Pemboran
Terdapat perbedan pola pengeboran antara tambang bawah tanah dengan
tambang terbuka. Perbedaan tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor, antara
lain luas area, volume hasil peledakan, suplai udara segar dan keselamatan kerja.
24
Pada proses peledakan hasur mempunyai dua bidang bebas (free face), agar
pelepasan energy dari bahan peledak dapat berjalan dengan sempurna. Pada
tambang bawah tanah hanya mempunyai satu bidang bebas, oleh karna itu harus
dibuat bidang bebas kedua yang disebut cut. Secara umum terdapat empat jenis
cut yang kelanjutannya dapat dimonifikasi sesuai dengan sifat geoteknik batuan
setempat, yaitu :
1. Drag Cut
Pola ini sesuai dipakai pada batuan yang mempunyai struktur bidang
perlapisan, misalnya batuan serpih. Lubang cut dibuat menyudut terhadap bidang
perlapisan pada bidang tegak lurus, sehingga batuan akan terbongkar menurut
bidang perlapisan. Cut ini cocok untuk terowongan berukuran kecil (lebar 1,5-2m)
dimana kemajuan yang besar tidak terlalu penting. Seperti pada gambar 2.4
dibawah ini.
Sumber : Realminers.com
Gambar 2.4. Sketsa dasar drag cut
25
2. V-Cut
V-Cut sering dipakai dalam peledakan didalam terowongan. Lubang tembak
pada pola ini diatur sedemikian rupa sehingga tiap dua lubang membentuk V.
Sebuah Cut dapat terdiri dari dua atau tiga pasang V, masing-masing pada posisi
horizontal. Lubang-lubang tembak pada cut biasanya dibuat membentuk sudut
60o terhadap permukaan terowongan. Dengan demikian panjang kemajuan
tergantung pada lebar daripada terowongan karena panjang batang bor terbatas
pada lebar tersebut. Satu atau dua buah lubang tembak yang lebih pendek disebut
burster dan dapat dibuat ditengah cut untuk memperbaiki hasil fragmentasi.
Sketsa V-Cut dapat dilihat pada gambar 2.5 dibawah ini.
Sumber : Realminers.com
Gambar 2.5. Sketsa dasar V-Cut
3. Pyramid Cut
Pyramid Cut terdiri dari 4 buah lubang tembak yang saling bertemu pada
satu titik ditengah terowongan. Pada batuan yang keras banyaknya lubang cut
26
ditambah hingga menjadi 6 buah. Sketsa Pyramid Cut dapat dilihat pada gambar
2.6 dibawah ini.
Sumber : Realminers.com
Gambar 2.6. Sketsa dasar Pyramid Cut
4. Burn Cut
Pola ini berbeda dengan cut yang lain. Perbedaannya yaitu pada cut lain
lubang cut membentuk sudut satu sama lain sedang dalam burn cut lubang cut
dibuat sejajar satu sama lain dan tegak lurus terhadap permukaan terowongan.
Pada pola ini beberapa lubang cut tidak diisi dengan bahan peledak yang
berfungsi sebagai bidang bebas terhadap lubang cut yang diisi dengan bahan
peledak. Lubang cut yang kosong dapat lebih dari satu dan ukurannya lebih besar
dari lubang cut yang diisi. Keuntungan dari pada burn cut adalah :
a. Kemajuan tidak lagi tergantung pada lebar terowongan karena semua
lubang dibuat sejajar dengan sumbu terowongan
b. Proses pemboran menjadi lebih mudah.
Sketsa Burn Cut dapat dilihat pada gambar 2.7 dibawah ini.
27
Sumber : Realminers.com
Gambar 2.7. Sketsa dasar Burn Cut
5. Lubang easer dan Trimmer
Lubang easer dibuat mengelilingi cut untuk memperbesar bukaan cut
sehingga lubang trimmer dapat membuat bentuk daripada terowongan. Untuk
terowongan berukuran biasa, satu ronde peledakan terdiri dari sekitar 40 buah
lubang tembak dimana setiap lubang tembak membuat bukaan seluas sekitar 0,25-
0,5 m2.
Banyaknya lubang easer serta penempatannya tergantung kepada pola
lubang cut. Pada pola burn cut penempatan lubang easer tidak boleh terlalu dekat
pada cut untuk menghindari terjadinya ledakan premature daripada lubang easer.
Disarankan untuk menempatkan lubang easer antara 30-50 cm dari cut.
Lubang trimmer pada akhirnya akan membuat bentuk dari terowongan.
Banyak dan posisi daripada lubang trimmer tergantung daripada ukuran
terowongan, kekerasan batuan, dan fragmentasi yang disesuaikan dengan system
pemuatan.
28
b. Pola peledakan
Secara umum peledakan merupakan urutan atau sekuensial ledakan dari
sejumlah lubang ledak. Pola peledakan pada tambang terbuka berbeda dengan
tamabang bawah tanah seperti pada pola pengeboran. Adanya urutan peledakan
berarti terdapat jeda waktu ledakan diantara lubang-lubang ledak yang disebut
dengan menerapkan waktu tunda atau delay time. Beberapa keuntungan yang
diperoleh dengan menerapkan delay time pada system peledakan anatara lain
adalah :
1. mengurangi getaran
a) Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan
Apabila pola peledakan tidak tepat atau seluruh lubang diledakan sekaligus
maka akan terjadi dampak merugikan yaitu peledakan yang menggangu
lingkungan dan hasilnya tidak efesien.
Peledakan membuat cut merupakan urutan pertama agar terbentuk bidang
bebas baru di susul oleh lubang-lubang lainya sehingga lemparan batuan akan
terarah. Urutan paling akhir peledakan terjadi pada sekeliling bukaan yaitu bagian
atap dinding dan lantai. Pada bagian tersebut pengontrolan menjadi sangat penting
agar bentuk bukaan menjadi rata, artinya tidak banyak tonjolan pada bagian
dinding dan atap.
Permukaan kerja pada tambang bawah tanah dibagi menjadi beberapa
bagian yang sesuai dengan fungsinya, yaitu cut hole, cut spreader hole, stoping
hole, roof hole, wall hole, dan floorn hole. Bentuk terowongan terdiri dari bagian
29
bawah (abutment) dan bagian atas (arc). Sketsa dari bentuk lubang dalam
permukaan trowongan dapat dilihat pada gambar 2.8 dibawah ini.
Sumber : Realminers.com
Gambar 2.8. Kelompok lubang dalam permukaan kerja terowongan dan
pola peledakan tambang bawah tanah
Sketsa pola peledakan dengan brun cut pada suatu trowongan dapat dilihat
pada gambar 2.9 dibawah ini.
Sumber : Realminers.com
Gambar 2.9. Pola Peledakan Dengan Burn Cut Pada Suatu Terowongan.
Tinggi
abutment
Tinggi
busur
Roof holes atau
back holes
Stoping holes atau
helper holes atau
reliever holes
Wall holes
atau rib holes
Cut holes
Cut spreader holes
atau raker holes
Floor holes atau
lifter holes
5,2 m
7,5 m
9
9
1010
11
11
11
11
12 12
12
12
13
13 13
13
14
14
1414
14
14
15
15
15
15
15
15
15 1616
16
16
16
1616
16
16
16 17
17
17
1717
17
17
1718 18
18
18181818181818
1818
18
1919
1
8
7
6
5
43
2
30
Sketsa pola peledakan dengan V-cut pada suatu trowongan dapat dilihat
pada gambar 2.10 dibawah ini.
Sumber : Realminers.com
Gambar 2.10. Pola Peledakan Dengan V-Cut Pada Suatu Terowongan.
Sketsa pola peledakan dengan drag cut pada suatu trowongan dapat dilihat
pada gambar 2.11 dibawah ini.
Sumber : Realminers.com
Gambar 2.11. Pola Peledakan Dengan drag cut Pada Suatu Terowongan.
31
c. Geometri Peledakan
Disamping sifat batuan, beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam
peledakan dikelompokkan kedalam tiga aspek (Survervisory, 1996), yaitu :
1. Aspek teknis
Dalam hal ini tolak ukurnya adalah keberhasilan target produksi. Parameter
penting yang harus diperhitungkan terutama adalah diameter lubang ledak dan
kedalaman lubang tembak, kemudian parameter lainnya diperhitungkan
berdasarkan dua parameter tersebut.
2. Aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Pertimbangan tertumpu pada seluruh aspek kegiatan kerja pengeboran dan
peledakan, termasuk stabilitas medan kerjannya
3. Aspek lingkungan
Dampak negatif peledakan terjadi ketika pekerjaan peledakan menjadi vibrasi
tinggi, menimbulkan gangguan akibat suara yang sangat keras dan getarannya.
Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan dan tidak dapat ditinggalkan
salah satu dianataranya.
Kondisi batuan dari suatu tempat ketempat yang lain akan berbeda walaupun
mungkin jenis nya sama. Perlu diamati pula kenampakan struktur geologi,
misalnya retakan atau rekahan, sisipan (fissure) dari lempung, bidang
diskontinuitas dan sebagainya
Geometri peledakan tambang bawah tanah adalah penentuan jumlah titik,
jarak burden dan spasing serta jumlah isian bahan peledak ada setiap lubang
ledak di setiap round peledakan. Semuanya bertujuan untuk menghitung
32
konsumsi bahan peledak dan penentuan powder faktor dari peledakan. Powder
faktor adalah perbandingan anatara jumlah (massa) batuan yang diledakan
dengan jumlah (massa) bahan peledak yang dipakai dalam satuan ton/kg atau
ton/pound.
Adapun isrilah-istilah yang sering dipakai adalah :
a. Burden yaitu jarak tegak lurus anatar isian bahan peledak dengan bidang
bebas (free face) arah lemparan yang direncanakan. Burden merupakan
variabel yang sangat penting dalam rancangan peledakan. Dengan jenis
peledakan yang dipakai dan menghadapi batuan yang akan dibongkar,
burden memiliki jarak maksimum yang harus dibuat agar peledakan
sukses dilaksanakan.
Rumus menurut Richard L. Ash
KB = 𝐾𝐵𝑠𝑡𝑑x𝐴𝐹1x𝐴𝐹2 ------------------------------------- (2.1)
Keterangan :
KB = Nisbah burden yang telah dikoreksi 𝐾𝐵𝑠𝑡𝑑 = KB standar bernilai 20
𝐴𝐹1 = [𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑝𝑜𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑒𝑑𝑎𝑘]]1/3[𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑝𝑜𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑒𝑑𝑎𝑘 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟]]1/3 --------------------- (2.2)
𝐴𝐹2 = [𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟]1/3[𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑒𝑑𝑎𝑘𝑎𝑛]1/3 ------------------------------- (2.3)
Sehingga didapatkan ukuran burden sebagai berikut :
B = 𝐾𝐵𝑥𝐷𝑒12 --------------------------------------------------- (2.4)
Keterangan :
33
B = Burden (m)
De = Diameter lubang ledak (m)
Secara umum jarak burden optimum biasanya sebagai berikut :
B = (25-40) x De --------------------------------------- (2.5)
b. Spasing yaitu jarak antara lubang ledak dalam satu row peledakan.
Spasing adalah jarak antara lubang-lubang tembak yang berdekatan,
terangakai dalam satu baris (row), diukur sejajar dengan kedalaman lubang ledak
(pit wall) dan tegak lurus burden. Spacing merupakan fungsi dari burden dan
dihitung setelah burden ditetapkan terlebih dahulu.
Rumus menurut Richard L. Ash
S = KS xB -------------------------------------------------- (2.6)
Keterangan
S = Spacing (m)
KS = Nisbah “spacing”
Jika ukuran spacing lebih kecil dari burden maka cenderung mengakibatkan
stemming ejection lebih dini, gas hasil ledakan disemburkan ke udara bebas
(atmosfer) bersama dengan noise dan air blast. Sebaliknya, jika jarak spacing
terlalu besar diantara lubang tembak maka fragmentasi yang dihasilkan menjadi
buruk.
c. Stemming yaitu material penutup bahan peledak dalam lubang ledak.
Stemming adalah bagian lubang ledak yang tidak diisi bahan peledak tetapi
diisi oleh material pemampat, cutting hasil pemboran dan tanah liat. Stermming
34
berfungsi untuk mengurangi gas yang terbentuk akibat reaksi detonasi bahan
peledak didalam lubang tembak dan untuk menjaga keseimbangan tekanan (stress
balance) sehingga gelombang tekan merambat kearah bidang bebas dahulu dari
pada ke arah pemampat.
Rumus menurut Richard L. Ash
T = KT x B ------------------------------------------ (2.7)
Keterangan
T = stremming (m)
KT = Nisbah “stremming”
d. Row yaitu syaf atau baris lubang ledak dalam sekali peledakan.
e. Charge concentrasion yaitu jumlah (massa) bahan peledak yang diisikan
dalam satu lubang ledak.
f. Loading density (de)
Loading density adalah jumlah pemakaian bahan peledak dalam satu meter.
Satuan yang digunakan adalah kg/meter. Loading density dicari untuk mengetahui
berapa jumlah bahan peledak yang digunankan dalam satu lubang tembak.
Rumus menurut Richard L. Ash
De = luas lubang ledak x SGe
= 𝜋 𝑥 𝑟2 x SGe ANFO ----------------------------------------- (2.8)
Keterangan
De = loading density (kg/meter)
SG = specific gravity bahan peledak yang digunakan
35
R = jari-hari lubang bor (m) 𝜋 = 3,14
g. Powder column / primary charge (PC)
Adalah panjang lubang isian pada lubang ledak yang akan diisi bahan
peledak
Rumus menurut Richard L. Ash
PC = H – T -------------------------------------- (2.9)
Keterangan :
PC = Panjang kolom isian (m)
H = Kedalaman lubang ledak (m)
T = Stremming (m)
h. Jumlah bahan peledak
Jumlah bahan peledak dapat dicari dengan rumus sebagai berukut ;
Rumus Menurut Richard L. Ash
Q = PC x de x n ----------------------------- (2.10)
Keterangan :
Q = Jumlah bahan peledak (kg)
PC = Panjang kolom isian (m)
De = loading density (kg/meter)
n = Jumlah lubang ledak
i. Volume peledakan
Rumus menurut Richard L. Ash
36
V = B x S x (H-J) x n ----------------------- (2.11)
Keterangan :
V = Volume peledakkan (𝑚3)
B = Burden (m)
S = Spacing
j. Powder Faktor atau charge density
Perbandingan anatara banyaknya bahan peledak yang digunakan untuk
meledakkan sejumlah batuan.
Rumus menurut Richard L. Ash
Pf = 𝑄𝑣 Pf =
𝑑𝑒 𝑥 𝑃𝑐 𝑥 𝑛𝑉 ------------------------ (2.12)
Keterangan :
V = Volume batuan yang diledakkan (𝑚3)
Q = Berat bahan peledak (kg)
PC = Panjang kolom isian (m)
SGe = Specific gravity bahan peledak
SGr = Specific gravity batuan
CD = Charge density, kg/𝑚2
Pf = powder factor, kg/ton
k. Diameter lubang ledak
Peningkatan ukuran diameter lubang bor akan menurunkan biaya untuk
pemboran dan peledakan secara umum. Ukuran lubang bor yang lebih kecil
37
akan mendistribusikan energy bahan peledak yang lebih baik dibandingkan
diameter lubang berukuran lebih besar.
Pemilihan diameter lubang ledak dipengaruhi oleh besarnya laju produksi
yang direncanakan. Faktor yang membatasi diameter lubang ledak
a) Ukuran fragmentasi hasil ledakan.
b) Isian bahan peledak utama harus dikurangi atau lebih kecil dari
perhitungan teknis karena pertimbangan vibrasi bumi atau ekonomi.
c) Keperluan penggalian batuan secara selektif.
Pada kondisi batuan yang solid, ukuran fragmentasi batuan cenderung
meningkat apabila perbandingan kedalaman lubang ledak dan diameter kurang
dari 60. Oleh sebab itu, usahakan hasil perbandingan melebihi 60 atau 𝐿𝑑 ≥60.
Untuk menentukan ukuran rata-rata fragmentasi dugunakan rumus berikut ini,
Rumus menurut Richard L. Ash
Xm = A’ (𝑃𝐹)−0,8 . 𝑄0,16 (115𝐸 )0,63 -------------- (2.13)
Keterangan
Xm = Ukuran rata-rata fragmentasi (cm)
A’ = Factor Batuan
1 : Lunak
7 : Agak Lunak
10 : Keras dengan banyak rekahan
13 : Keras dengan sedikit rekahan
Q = Massa bahan peledak per lubang (kg)
38
Pf = Powder factor (kg/m3)
Pada tambang batubara bawah tanah pola peledakan yang biasa dipakai
adalah pola V-cut atau modifikasinya sesuai degan kondisi dari struktur batuan
setempat
a. Menurut ISSE blaster’s hand book.
1. Bahan peledak maksimal adalah 0,22 kg/30 cm tinggi untuk kedalaman
lubang ledak antara 120 cm sampai 180 cm.
2. Stemming minimum 2 feet (61cm).
3. Spasi atau jarak lubang bor untuk stoping adalah 24” (61cm).
4. Untuk cut dan lantai isi bahan peledak maksimal adalah satu per tiga
panjang lubang ledak.
Density untuk jenis bahan peledak bisa dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini.
Tabel 2.2
Density Untuk Berbagai Bahan Peledak (Holmberg-Persson, 1994)
Bahan Peledak Qv
(MJ/kg)
V
(m3/kg)
sLFB sANFO Berat Jenis
(kg/m3)
Dynamite 5 0.850 1 1.19 1450
Dynamex M 4.7 0.88 0.94 1.13 1400
ANFO5.1 0.610 0.97 1.15 1 900
TNT 5.1 0.610 0.97 1.15 1640
Nabit 4.42 0.904 0.91 1.08 1200
Gurit A 3.8 0.400 0.71 0.85 1000
NG 6.27 0.716 1.19 1.42 1590
39
Emulite 150 4.1 0.84 0.85 1.42 1200
Iremite 62 3.75 0.852 0.79 0.94 1180
Iregel RX 2.68 0.941 0.63 0.75 1200
Dynex 205 4 0.863 0.84 1 1170
”Powergel” 3.29 0.810 0.71 0.84 1150
Kimit 80 4.1 0.74 0.89 1.06 1100
Emulet 20 2.4 1.12 0.61 0.73 220
PETN 6.38 0.717 1.2 1.43 1670
Sumber : Realminers.com
Keterangan:
SLFB = Weight strength relatif terhadap bahan peledak acuan (dynamite)
Qv = Panas akibat peledakan 1 kg bahan peledak yang dinilai, MJ
Qv0 = Panas akibat peledakan 1 kg LFB (kekuatan bahan peledak) dynamite
(5MJ)
V = Volume gas yang dilepaskan 1 kg bahan peledak yang dinilai pada STP,
m3
V0 = Volume gas yang dilepaskan 1 kg FLB dynamite pada suhu dan tekanan
Standar (0.85 m3)
sANFO = Weight strength relatif ANFO terhadap bahan peledak acuan (dynamite)
C (rock constant) merupakan ukuran empiris jumlah peledak yang dibutuhkan
untuk melonggarkan 1 m3 batuan.
2.1.2 Tinjauan Umum Perusahan
PT. Allied Indo Coal Jaya (PT.AIC J) merupakan perusahaan umum yang
melakukan kegiatan penambangan batubara dengan jenis perusahaan PKP2B
40
(perjanjian kerjasama perusahaan tambang batubara) sesuai dengan kontrak
No.J2/Ji.Du/25/1985. Dengan luas area 844 Ha. Awalnya perusahann ini
merupakan perusahaan swasta yang didukung oleh penanamaan modal asing.
kerja sama antara Allied Queesland Coalfleds (AQS) limited. Dari Australia
dengan PT. Mitra Abadi Sakti (PT. MAS) dari Indonesia dengan komposisi saham
masing masing 80% saham dan 20%. Pada tahun 1992 yang mengontrol seluruh
manajemen perusahan.
Pada awalnya kegiatan eksplorasi di Perambahan telah dilakukan oleh
pemerintahan Indonesia pada tahun 1975 dan 1983. Kegiatan eksplorasi di
lanjutkan oleh PT. AIC J dalam tahun 1985 dan 1998 setelah kegiatan ekplorasi
selesai dilaksanakan, maka PT. AIC J melakukan tambang terbuka yang
bekerjasama dengan devisi alat berat PT. United Traktor dalam pegembangan
peralatan penambangan. Pada tahun 1991 PT. AIC J selaku pemilik kuasa
penambangan (KP) bekerjasama dengan kontraktor PT.Pama Persada Nusantara
hingga tahun 1996.
Selanjutnya PT. AIC J melakukan kerjasama berturut-turut dengan
kontraktor PT. Berkelindo Jaya Pratama dan PT. Pasura Bina Tambang. Namun
pada tahun 2008 PT. Allied Indo Coal Jaya ( PT. AIC J) yang merupakan izin
walikota berupa kuasa penambangan dengan luas darah 372,40 Ha, kemudian
pada tanggal 4 April 2010 Izin Usaha Penambangan (IUP) dengan luasa ara
372,40 Ha.
41
1. Geologi Daerah Penambangan
Area Perambanhan memiliki kondisi geologi yang cukup kompleks, dimana
struktur gelogi berupa patahan atau sesar yang sangat mempengaruhi pola
penyebaran lampisan batubara dan juga kualitas batubara .
Cekungan Ombilin terbentuk sebagai akibat langsung dari gerak mendatar
menggandung sistem sesar Sumatera pada masa pleosen awal. Akibatnya terjadi
tarikan yang membatasi oleh sistem sesar normal berarah utara–selatan. Daerah
tarikan tersebut dijumpai dibagian utara cekungan pada darah pengundakan
menggiri antara sesar setangkai dan sesar silungkang yaitu terban Talawi.
Sedangkan bagian selatan cekungan merupakan daerah kompresi yang ditandai
oleh terbentuknya sesar naik dan lipatan (sesar sinamar). Ketebalan batuan
sedimen di cekungan Ombilin mencapai ±4.500 m terhitung sangat tebal untuk
cekungan berukuran panjang ±60 km dan lebar ±30 km.
Dari hasil bebarapa penyelidikan yang telah dilakukan, daerah penelitian
diyakini terletak pada sub-cekungan kiliran yang merupakan bagian dari suatu
sistem cekungan intramortana (cekungan pegunungan),yang merupakan bagian
dari tengah pegunungan bukit barisan. Cekungan–cekungan tersebut mulai
berkembang pada pertengahan tersier, sebagai akibat pengerakan ulang dari
patahan-patahan yang menyebabkan terbentuknya, cekungan–cekungan tektonik
di daerah tinggi (intra mountain basin) cekungan–cekungan yang terbentuk di
antara pegunungan tersebut merupakan daerah pengendapan batuan-batuan tersier
yang merupakan siklus sedimen tahap kedua.
42
Endapan-endapan sedimen yang terdapat didalamnya cekungan-cekungan
Sumatera Timur nyaris tergangu oleh orogenesa yang membentuk punggung bukit
barisan, sehingga dapat dijumpai urutan stratifigasi yang selaras, mulai dari
formasi minas, sihapas, sampai formasi pemantang, yang memberi petunjuk
bahwa hal endapan berlangsung terus menrus hingga kuater. Tidak demikian
halnya dengan bagian sebelah barat. Pada bagian ini merupakan cekungan muka
(foredeep) dimana sekarang daerah tersebut merupakan ‘busur luar, non-vulkanik
(nonvucanic outer arch), perlipatan–perlipatan dan pensesaran mempengaruhi
sendimen-sendimen tersier bawah dan tengah.
Daerah perambahan terdiri dari empat batuan yaitu batuan pasir (sandtone),
batu lepung (claystone), batubara (coal) dan batua lanau (silstone). Secara
umumnya morfologi daerah penyelidikan dapat digolongkan sebagai perbukitan
yang rendah sampai terjal, dengan sudut kemiringan lereng berkisar antara 5˚
sampai 30˚, yang dikontrol oleh litologi berupa rijang, metagamping, lava,
batupasir, batulanau, dan batulempung, serta struktur sesar. Sedangkan pada
kawasan yang berupa dataran mempunyai kemiringan sudut kemiringan lereng
berkisar antara 0˚sampai 4˚. Dengan litologi batupasir, batulepung, serta
rombakan dari batuan yang lebih tua.
Ketinggian bukit berkisar antara 140 m hingga 300 m Dari permukaan laut
(dpl). Puncak tertinggi lereng timur berupa bukit kapur dengan ketinggian 300 m
dpl. Lereng-lereng perbukitan umunya cukup terjal dengan sudut kemiringan
lereng berkisar anatara 30 ˚hingga 50˚. Pada umunya sungai yang mengalir pada
daerah penelitian berada pada stadiun muda dimana dasaranya relatif terbentuk
43
”V” adanya erosi horizontal yang relatif lebih intensif dibandingan dengan erosi
vertikal di beberapa tempat sehingga terlihat pada beberapa sungai mempunyai
dasar telah bebrbentuk ”U”. Secara umum pola aliran di wilayah ini dapat
dikategorikan sebagai sistim pola aliran sub paralel. Kenaikan permukaan air
sungai pada saat musim hujan antara 0,5 hingga 2,50 meter.
Berdasar peta geologi lembak Solok Sumatera Barat oleh P.H Silitoga 1975
maka startigrafi daerah penyelidikan dan sekitarnya berurutan dari muda ke tua
terdiri dari satuan aluvial (kuater) dan satuan batu lanau, batubara, serpih (tersier),
serta satuan batuan Pra-Tersier. Sedangkan secara lokal berdasarkan hasil
eksplorasi dan pengamatan lapangan, maka satuan satuan batuan yang ditemukan
adalah sebagai berikut:
a. Aluvium: Terdapat disepanjang sungai dan muara sungai
b. Batu lanau: Menutupi hampir diseluruh daerah penelitian dengan
sisipan batu pasir glaukonit, batu lempung, srpih dan batubara
c. Breksi: Umunya berwarna coklat samapi kemerahan, befragamen
andesit dan lempung sebagai matrik.
Stratigrafi cekungan Omblin yang terdiri dari satuan batu lanau, batubara
batu pasir dan breksi termasuk dalam anggota formasi telisa yang terendapkan
tidak selaras diatas batuan metamorfik sebagai basement (batuan pra-tersier )
2. Tahapan penambangan
Proses penambangan batubara pada tambang bawah tanah dilakukan dengan
beberapa proses mulai dari proses persiapan penambangan, pemboran, peledakan,
44
pemuatan/pengangkutan dan penyanggan, untuk penjelasan lebih lanjut dibahas
pada pembahasan berikut
3. Pembuatan lubang ledak
Pembuatan lubang ledak menggunakan bor frukawa degan panjang batang
bor 120 cm. Gambar 2.11 adalah proses pembuatan lubang ledak didalam
trowongan
Gambar 2.11. Kegiatan Pengeboran
4. Pengisian bahan peledak (charging)
Setelah bahan peledak dimasukan kedalam lobang ledak dilakukanlah
perangkaian detonator listriknya secara pararel.
Gambar 2.12 adalah contoh proses pemasanggan bahan peledak
Gambar 2.12. Proses Charging
45
5. Peledakan
a. Bahan peledak
Bahan peledak yang digunakan pada PT. AIC Jaya adalah powergel degan
jumlah 2(dua) powergel untuk 1(satu) lubang ledak. Seperti terlihat pada
gambar dibawah ini.
Bahan peledak yang digunakan perusahan bisa dilihat pada gambar 2.13
dibawah ini.
Gambar 2.13. Bahan Peledak yang Digunakan PT. AIC Jaya
c. Detonator
Detonator yang digunakan adalah detonator listrik dengan elemen tunda 0
sampai 6 dengan cepatan 25 m/s per kelipatan no detonator nya seperti terlihat
pada gambar dibawah ini.
Detonator yang digunakan perusahan bisa dilihat pada gambar 2.14
dibawah ini.
46
Gambar 2.14. Detonator Listrik Tunda
d. Stemming
Stemming yang digunakan pada peledakan batubara di PT. AIC Jaya
adalah tanah liat dengan menggunakan hasil percampuran pasir dengan air
seperti terdapat pada gambar 2.15 dibawah ini.
Gambar 2.15. Stemming
e. Blasting Machine (BM)
Sebagai alat pemicu peledakan, digunakan Blasting Machine (BM) yang
merupakan sumber energi penghantar arus listrik menuju detonator. Cara kerja
BM adalah dengan mengumpulkan energi listrik pada kapasitor menggunakan
baterai setelah mengontak kunci ke arah starter, bila lampu indikator menyala
47
berarti arus sudah bisa dilepaskan dan detonator akan meledak pada saat arus
tersebut diledakan.
Blasting machine (BM) yang digunakan oleh perusahaan bisa dilihat pada
gambar 2.16 dibawah ini.
Gambar 2.16. BM dan Lead Wire yang Digunakan PT.AIC Jaya
2.2 Kerangka Konseptual
Pada kerangka konseptual ini terdapat penjelasan atau keterangan tentang
pengambilan data di lapangan, yaitu berupa in put, proses pegolahan data dan out
put atau berupa asil yang didapatkan dari proses pengolahan data sebelumnya.
1. In Put
In put terdiri dari data primer dan data skunder.
a. Data primer adalah data yang didapatkan dari asil pengamatan langsung di
lapangan
1. Pola peledakan
2. geometri peledakan
48
a. burden
b. spasing
c. kedalaman lubang ledak
d. sub drilling
e. jumlah lubang ledak
3. delaly
b. Data skunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti
buku study literature, penelitian terdahulu serta dokumen perusahan.
1. PT. AIC Jaya
2. Buku peledakan
3. Study kelayakan produksi perusahan.
2. Proses
Pada bagian ini proses ini dilakukan pegolahan atau analisis data-data yang
diperoleh pada bagian in put. Data-data yang dianalisis tersebut berupa pola dan
geometri peledakan. Perencanan pola dan geometri peledakan agar target produksi
tercapai.
3. Out Put
Out put yang dihasilkan berdasarkan in put dan proses berupa geometri dan
pola peledakan untuk meningkatkan hasil produksi perusahan pada tambang
bawah tanah.
49
Input Proses Output
Gambar 2.17. Kerangka Konseptual
1. Data Primer
a. Pola peledakan
b. geometri peledakan
1) burden
spasing
2) kedalaman lubang
ledak
3) sub drilling
4) jumlah lubang ledak
c. delay
2. Data Sekunder
a. PT. AIC Jaya
b. Buku peledakan
c. Study kelayakan
produksi perusahan
1. Perhitungan menurut R.L
Ash
a. Volume Peledakan
V=BxS(H-J)xn
b. Powder factor Pf = 𝑄𝑣
c. Fragmentasi hasil peledakan
Xm = A’ (𝑃𝐹)−0,8 . 𝑄0,16 (115𝐸 )0,63
2. Disen geometri menurut
ISSE blaster’s hand book
a. Volume
Luas permukan x kemajuan
b. Massa
V x density
c. Jumlah lubang ledak
V x spasi
d. Stemming
Kedalaman x S minumun
3. Menganalisa frakmentasi
yang telah dicari dengan
rumus R.L Ash dan ISSE
blaster’s hand book membandikan dengan
frakmentasi dilapagan
1. Evaluasi pola
pemboran dan geometri
peledakan yang telah
diterapkan perusahan
2. Perencanan pola
pemboran dan geometri
peledakan berdasarkan
analisi perhitungan
3. Membandikan
frakmentasi yang telah
dicari dan mendapatkan
farkmentasi yang optimal
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, maka
penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian terapan (applied research, practical
research), yakni penelitian atau penyelidikan yang hati-hati dan sistematis
terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan bagi keperluan tertentu.
3.2 Lokasi Penelitian
Secara admitrasi lokasi penambangan PT. Allied Indo Coal Jaya berada di
desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatra Barat.
Wilayah tersebut terletak di sebelah Timur Laut Kota Padang.
Secara geografis wilayah IUP PT. Allied indo coal jaya berada pada posisi
E100˚46’48’’–E100˚48’47’’ dan S00˚35’34’’-S00˚36’59’’, dengan batas lokasi
wilayah kegiatan sbagai berikut:
a. Sebelah Utara: Wilayah Desa Batu Tanjung dan Desa Tumpuak Tangah
Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto.
b. Sebelah Timur: Wilayah Jorong Bukit Bua dan Kota Panjang Nagari V Kota
Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijujung .
c. Sebelah Selatan:
1) Wilayah Jorong Panjang Nagari V Koto, Kecamatan Koto VII. Kabupaten
Sijunjung.
51
2) Wilayah Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto .
d. Sebelah barat: wilayah desa Salak dan desa Sijantang koto kecamatan Talawi,
kota Sawahlunto.
Untuk mencapai wilayah izin usaha pertambangan operasi produksi PT.
Allied Indo Coal Jaya dari ibu kota Sawahlunto dapat di tempuh dengan
mengunakan jalur tranportasi sbagai berikut:
a. Padang–Sawahlunto dengan jalur tranportasi darat di tempuh dengan
kendaraan roda 4 melalui jalan aspal sejauh ± 90 km dapat di tempuh dalam
waktu ±3 jam.
b. Sawahlunto–PT. Allied Indo Coal Jaya dapat di tempuh dengan kendraan
roda 4 melalui aspal sejauh ± 12 km yang di tempuh dalam waktu ± 25 menit.
Selengkapnya mengenai lokasi penambangan batubara PT. Al4lied Indo Coal
Jaya dapat dilihat dengan gambar 3.1
Sumber : google earth (2018)
Gambar 3.1 Peta kesampaian daerah PT AIC Jaya
52
3.3 Data dan Sumber Data
3.3.1 Data
Data primer yaitu data yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan
secara langsung dilapangan, meliputidata ;
1. Pola peledakan
2. geometri peledakan
a. burden
b. spasing
c. kedalaman lubang ledak
d. sub drilling
e. jumlah lubang ledak
3. delaly
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari ;
1. PT. AIC Jaya
2. Buku peledakan
3. Study kelayakan produksi perusahan.
3.3.2 Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang akan diambil adalah data primer dan data
sekunder. Data primer yaitu data hasil survey kondisi yang ada di lapangan.
Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi yang terkait dan
kemudian dilakukan pengolahan data.
53
3.4 Teknik Pengolahan
Teknik pengolahan data adalah serangkaian, kegiatan setelah dilakukannya
pengamatan serta pengambilan data lapangan, kemudian dilanjutkan dengan
pengolahan data secara teoritis yang akan dibandingkan dengan kondisi hasil
pengamatan dilapangan, agar mendapatkan hasil peledakan yang lebih baik
lagi.
1. Memasukan semua data yang berhubungan dengan geometri
peledakan seperti burden, spasing, kedalaman lubang, sub drilling,
jumlah lubang ledak dan dimasukan kedalam rumus R.L Ash.
2. Menganalisa geometri usulan berdasarkan teori ISSER blaster’s
hand book sebagai acuan untuk usulan geometri baru.
3. Membandingkan frakmentasi yang telah dicari menggunakan rumus
dan membandingkan dengan yang actual.
3.5 Analisa Data
1. Mendapatkan hasil dari perhitungan R.L Ash sebagai gambar dari data
yang didapatkan dilapangan.
2. Menggunakan metode ISSER blaster’s hand book sebagai disain
usulan untuk geometri lubang ledak yang baru.
3. Memberikan farkmentasi yang optimal untuk suatu peledakan yang
dilakukan di PT. AIC J.
54
3.6 Kerangka Metodologi
Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian:
a. Data Primer : pola peledakan
Geometri peledakan
b. Data Sekunder : PT. AIC J
Buku peledakan
Study kelayakan produksi perusahan.
Tujuan penelitian
1. Melakukan perhitungan geometri peledakan tambang batubara menggunakan
metode R.L Ash
2. Menghitung mgeometri lubang ledak yang optimal untuk produksi batubara.
3. Menganalisa frakmentasi yang optimal dari data geometri lubang ledak usulan.
Pengolahan Data
1. Menghitung geometri peledakan dengan
rumus R.L Ash.
2. Disain geometri menggunakan metode ISSE
blaster’s hand book. 3. Membandingkan frakmentasi actual degang
rumus yang dipakai.
Identifikasi Masalah
1. Tidak tercapainya proses peledakan yang diinginkan.
2. Perlunya menghitung kembali geometri peledakan.
3. Bongkahan frakmentasi yang tidak optimal.
4. Kemajuan front bukaan tambang.
Pengumpulan Data
Mulai
A
A
55
Selesai
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian
Hasil
Analisa
Menganalisa pola dan geometri peledakan supaya tercapai produksi yang diinginkan.
Membandingkan frakmentasi yang sudah dihitung dengan farakmentasi yang actual
A
A
1. Mendapatkan hasil perhitungan menggunakan rumus R.L Ash
2. Mennggajukan disain usulan menggunakan metode ISSER blaster’s hand book.
3. Memberikan frakmentasi yang optimal.
56
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
Sebelum melakukan perhitungan geometri peledakan, nilai powder factor,
dan volume hasil peledakan, maka diperlukan pengumpulan data-data terlebih
dahulu. Adapun data-data yang diperlukan dalam perhitungan penelitian ini
adalah data geometri peledakan dimana untuk 6 kali peledakan dengan setiap
satu(1) kali ledakan terdiri dari 8-18 lubang ledak
1. Geometri peledakan
Geometri peledakan di PT. AIC Jaya yang terdiri dari burden (B),spasi
(S), diameter (D),kedalaman lubang ledak (H), powder colum (PC), stremming
(T), sub driling (J). pada tabel 4.1 dimanan merupakan data geometri peledakan
yang diambil 8 lobang ledak dimana lobang ini berada di lobang cabang. Pada
tabel 4.2 yang mana peledakan ini sma dengan tabel sebelumnya , dimana
peledakannya dilakukan dilobang cabang. Tabel 4.3 juga merupakan peledakan
yang dilakukan dilobang cobang. Tabel 4.4 dimana data geometri peledakan yang
diambil adalah 18 lobang, dimana lobang ini diledakan dilobang maju atau lobang
produksi. Tabel 4.5 dimana data geometri peledakannya adalah 8 lobang , dimana
peledakan ini dilakukan dilobang cabang. Tabel 4.6 data geometri peledakannya
adalah 12 lobang dimana peledakan ini dilakunan dilobang cabang yang sudah
mulai agak dalam.
57
Tabel 4.1
Data Geometri Lobang Cabang
No
B(m)
S(m)
D(m)
H(m)
PC(m)
T(m)
J(m)
N(jumlah
bahan
peledak)
1 0,80 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
2 0,80 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
3 0,80 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
4 0,80 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
5 0,80 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
6 0,80 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
7 0,80 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
8 0,80 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
Tabel 4.2
Data Geometri Lobang Cabang
No
B(m)
S(m)
D(m)
H(m)
PC(m)
T(m)
J(m)
N(jumlah
bahan
peledak)
1 0,85 0,85 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
2 0,85 0,85 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
3 0,85 0,85 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
4 0,85 0,85 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
5 0,85 0,85 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
6 0,85 0,85 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
7 0,85 0,85 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
8 0,85 0,85 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
Tabel 4.3
Data Geometri Lobang Cabang
No
B(m)
S(m)
D(m)
H(m)
PC(m)
T(m)
J(m)
N(jumlah
bahan
peledak)
1 1,00 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
2 1,00 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
3 1,00 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
4 1,00 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
5 1,00 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
6 1,00 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
58
7 1,00 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
8 1,00 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
Tabel 4.4
Data Geometri Lobang Maju
No
B(m)
S(m)
D(m)
H(m)
PC(m)
T(m)
J(m)
N(jumlah
bahan
peledak)
1 0,50 0,50 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
2 0,50 0,50 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
3 0,50 0,50 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
4 0,50 0,50 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
5 0,50 0,50 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
6 0,50 0,50 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
7 0,50 0,50 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
8 0,50 0,50 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
9 0,50 0,50 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
10 0,50 0,50 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
11 0,50 0,50 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
12 0,50 0,50 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
13 0,50 0,50 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
14 0,50 0,50 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
15 0,50 0,50 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
16 0,50 0,50 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
17 0,50 0,50 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
18 0,50 0,50 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
Tabel 4.5
Data Geometri Lobang Cabang
No
B(m)
S(m)
D(m)
H(m)
PC(m)
T(m)
J(m)
N(jumlah
bahan
peledak)
1 0,85 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
2 0,85 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
3 0,85 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
4 0,85 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
5 0,85 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
6 0,85 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
7 0,85 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
8 0,85 0,90 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
59
Tabel 4.6
Data Geometri Lobang Cabang
No
B(m)
S(m)
D(m)
H(m)
PC(m)
T(m)
J(m)
N(jumlah
bahan
peledak)
1 0,60 0,60 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
2 0,60 0,60 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
3 0,60 0,60 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
4 0,60 0,60 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
5 0,60 0,60 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
6 0,60 0,60 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
7 0,60 0,60 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
8 0,60 0,60 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
9 0,60 0,60 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
10 0,60 0,60 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
11 0,60 0,60 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
12 0,60 0,60 0,04 1,20 0,32 0,88 0 2
2. Pola peledakan
Gambar 4.1. Pola Peledakan PT. AIC Jaya
Pada pola diatas, jumlah detonator yang dipakai adalah sebanyak 18
detonatoryang terbagi menjadi 3 detonator Delay no.0. 4 detonator Delay no.1, 7
60
detonator Delay no.2, dan 4 buah detonator Delay no.3. karena menggunakan 18
buah detonator maka jumlah lubang bor juga 18 buah yang sudah ditentukan titik-
titiknya berdasarkan pola yang sudah ditentukan dengan kedalaman masing-
masing lubang adalah 1 meter dan pada masing-masing lubang sudah ditentukan
juga arah pemborannya seperti mengarah ke atas, kebawah, ataupun kesamping.
4.2 Pengolahan Data
Stelah melakukan pengambilan data dilapangan, maka dilakukan pengolahan
data sebagai berikut
1. Geometri peledakan R.L Ash.
Hasil pengolahan data yang diperoleh di lapangan dengan 6 kali
pengambilan data yaitu berupa hasil perhitungan volume, powder factor dan
fragmentasi peledakan, dapat dilihat pada table 4.7
Tabel 4.7
Hasil pengolahan data
Data Volume (ton) Powder factor (kg/ton) Rata – rata fragmentasi (cm)
Data 1 9,26 2,26 25,78
Data 2 9,29 0,258 25,94
Data 3 12,74 0,19 33,13
Data 4 9,69 0,057 99,042
Data 5 9,84 0,24 27,53
Data 6 6,946 0,074 75,328
Jumlah 57,766 3,079 286,75
Rata - Rata 9,627 0,085 47,791 Sumber : perhitungan data dari lapangan
61
2. Versi pola peledakan menurut ISSE blaster’s Hand book
Dengan membandingkan kedalaman lubang bor berdasarkan pola peledakan
menurut isse blaster’s hand book di atas dengan kedalaman lubang di lapangan
maka didapatkan pola peledakan seperti gambar di bawah ini.
2,5m
2,7m
3,2m
Sumber : ISSE blaster’s Hand book
Gambar 4.2 Penampang front peledakan batubara
a. Bahan peledak yang digunakan
Merek bahan peledakan yang digunakan
Dayagel Magnum
Supercoal-1
b. Density batuan
Batubara lapisan c = 1,34 ton/m3
c. Kedalaman dan kemajuan
- Kedalaman rata – rata 120 cm
- Kemajuan rata – rata 110 cm
d. Volume dan massa batuan
- Volume = luas permukaan x kemajuan ------------------------ (4.1)
62
= ( 2,85 x 2,75 ) x 1,20
= 9,405 m3
- Massa = V x density ( massa jenis ) ----------------------------- (4.2)
= 9,405 m3 x 1,34 ton/m
3
= 12,60 ton
- Jumlah lubang ledak
= V / spasi/jarak lubang bor untuk stoping adalah 24” ( 61cm)
= 9,405 ton / 0,61m
= 15,41 ~ 15 buah lubang ledak
- Stemming minimum 3 feet (91,5cm)
= kedalaman lubang ledak – stemming minimum ------------ (4.3)
=120cm – 91.5cm
= 28,5 cm ( sisa kedalaman dari stemming )
- Jumlah bahan peledak
= sisa kedalaman stemming / Pc ( panjang coulomb ) ------- (4.4)
= 28,5 cm / 16 cm
= 1,78 cm ~ 2 buah bahan peledak untuk tiap lubang ledak.
- Massa bahan peledak yang dipakai
= jumlah lubang ledak x jumlah bahan peledak --------------- (4.5)
= 15 x 2
= 30 buah x 150 gram
= 4500 gram = 4,5 kg
63
e. Powder factor
Pf = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑒𝑑𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑒𝑑𝑎𝑘𝑎𝑛 --------------------------------- (4.6)
= 4,5 kg / 12,60 ton
= 0,36 kg / ton
Dengan demikian pemakaian bahan peledak berdasarkan pola peledakan
menurut ISSE blaster’s hand book adalah 0,36 kg / ton.
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas maka dapat kita cari fragmentasi
material hasil peledakan menurut ISSE blaster’s hand book sebagai berikut
Xm = A’ (Pf)-0,8
. Q0,16
(115𝐸 )0,63
----------------------------------------------------- (4.7)
A’= 7
Pf = 0,36 kg / ton
Q = 4,5 Kg
E = (relative weight strength ANFO) 100
Xm = 7(0,36)-0,8
. 4,50,16
(115100)0,63
= 7 ( 2,26 ) ( 1,27 ) (1,09 )
= 21,91 cm
Pola peledakan ISSE blaster;s hand book, dengan jumlah lubang ledak
yang direncanakan sebanyak 14 ( empat belas ). Untuk satu perencanaan
peledakan dengan jumlah lubang ledak dan jumlah bahan ledak yang digunakan
seperti di atas, menghasilkan ukuran fragmentasi material peledakan yaitu
21,93Cm, pola peledakan ini mirip dengan pola yang diterapkan oleh perusahaan
64
di lapangan, tetapi tiap perusahaan mengurangi jumlah lubang ledak dan jumlah
bahan peledak.
Tabel 4.8
Hasil Pengolahan Data
Data Volume (ton) Powder factor (kg/ton) Rata – rata fragmentasi (cm)
Data 1 12,60 0,36 21,91
3. Perbandingan frakmentasi
Disini membantingkan hasil frakmentasi yang telah dicari dengan
menggunakan rumus R.L Ash dan membandingkan dengan disain usulan yang
menggunakan rumus ISSER blaster’s hand book, lalu dibandingkan dengan data
yang didapatkan dilapangan.
Tabel 4.9
Hasil Perbandingan Frakmentasi
fragmentasi
(cm)
R.L Ash ISSER blaster’s hand
book
Actual
1 47,791 21,91 49,5
65
BAB V
ANALISA DATA
5.1 Perhitungan Geometri R.L Ash
Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh, burden (B) 0,80 m, Spasi
(S) 0,90 m, Diameter (D) 0,04 m, Kedalaman Lubang (T) 1,20 m, Powder Factor
(PC) 0,32m, Stemming (T) 0,88 m, Jenjang (J) 0, dengan jumlah bahan peledak
yang dipakai untuk satu lobang adalah 2 (dua) bahan peledak. maka volume hasil
6 (enam) kali peledakan adalah 57,766 ton dengan rata – rata volume 9,627 ton
dan powder factor yang di gunakan untuk 6 (enam) data adalah 3,079 Kg/ton
dengan rata – rata penggunaan tiap front peledakan 0,085 Kg/ton. Dengan
frakmentasi yang didapatkan dalam 6 kali peledakan sebanyak 286,75 dengan
rata-rata frakmentasi sebesar 47,791 cm.
Kegiatan peledakan batubara pada tambang bawah tanah PT.AIC Jaya pada
saat pengamatan di lapangan adalah 1 s/d 2 kali setiap harinya. Dengan kondisi
aktual dilapangan dimana peledakan front dilakukan untuk 2 (dua) kali peledakan
setiap hari kerja, untuk setiap front menghasilkan volume hasil peledakan 9,627
ton rata – rata 1 (satu) kali peledakan setelah dilakukan pengolahan data
menggunakan rumus R.L Ash, sementara target produksi 1 ( satu ) kali peledakan
15-20 ton / 1 kali peledakan, dengan demikian hasil yang diperoleh jauh di bawah
target yang di inginkan.
66
5.2 Geometri usulan
Memberikan geometri usulan untuk perusahan dimana geometri usulan ini
bisa mendekati target dari keinginan perusahan dimana geometri usualan ini
diambil dari perhitungan ISSER blaster’s hand book. Dimana Burden (B) 0,61 m,
Spasi (S) 0,61 m, Diameter (D) 0,04 m, Kedalaman Lobang (H) 1,20m, Powder
Colum (PC) 0,16 m, Stemming (T) 0,91 m, Jenjang (J) 0. Hasil dari perhitungan
ini mendapatkan volume peledakan sebesar 12,60 ton untuk sekali peledakan
dengan powder factor 0,36 kg/ton. Dengan frakmentasi sebesar 21,91 cm.
5.3 Perbandingan Frakmentasi
Membandingkan frakmentasi yang telah dihitung dari rumus yang telah dicari,
dapat dibandingkan dengan hasil actual yang terdapat dilapanga. Dimana rata-rata
frakmentasi yang dihasilkan dari pencarian memakai rumus R.L Ash sebesar
47,791 cm, dan dimana didapatkan juga dari frakmentasi dari geometri usulan
sebesal 21,91 cm. data yang didapatkan dilapangan sebesar 49,5 cm.
67
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil proses pengolahan dan analisa data penulis dapat mengambil
kesimpulan antara lain
1. Dari 6 (enam) kali peledakan dengan rata-rata burden (B) sebesar 0,80 m,
spasi (S) sebesar 0,90 m, diameter (D) 0,04 m, kedalaman lobang (H) 1,20
m, powder coumn (PC) 0,32 m, stemming (T) 0,88 m, jenjang (J) 0,
dengan jumlah bahan peledak yang dipakai untuk satu lobang adalah 2
(dua) bahan peledak. Dari data diatas mendapatkan hasil Volume rata-rata
sebesar 9,647 ton. Nilai powder factor PT.AIC Jaya berdasarkan
perhitungan data lapangan sebesar 0,085 kg/ton. Dan hasil rata-rata
frakmentasi sebesar 47,791 cm.
2. Berdasarkan disain usulan dengan menggunakan rumus ISSE blaster’s
Hand book didapatkan burden (B) 0,61 m, spasi (S) 0,61 m, diameter (D)
0,04 m, kedalaman lobang (H) 1,20 m, powder column (PC) 0,16 m,
stemming (T) 0,91 m, jenjang (J) 0, dengan jumlah bahan peledak sebesar
2 (dua) bahan peleak per lobang. Dari data diatas didapatkan rata-rata
volume peledakan 12,60 ton, powder factor 0,36 kg/ton, dan rata-rata
fragmentasi 21,93 cm.
3. Rata-rata fragmentasi batubara hasil peledakan dengan menggunakan
rumus R.L Ash sebesar 47,791 cm dan geumetri usulan memakai rumus
68
ISSER blaster’s hand book sebesar 21,93 cm. sedangkan data dilapangan
sebesar 49,5 cm.
6.2 Saran
Saran-saran yang dapat diberikan dalam skripsi ini adalah;
1. Memperbarui geometri peledakan berdasarkan hasil analisa versi ISSE
blaster’s hand book dengan tetap memperhatikan/menyesuikan danpak
lingkungan, kondisi kestabilan sekitar kegiatan peledakan dan kapasitas
kemampuan perusahan menyediakan bahan peledak.
2. Berdasarkan survey dan analisa pegolahan data, maka dapat diketahui
masing-masing pola yang diterapkan perusahan serta pola perencanan
memiliki kelebihan serta kekurangan. Jika perusahan ingin meningkatkan
jumlah produksinya, maka perusahan harus siap merevisi pola dan
geometri peledakan yang sudah ada, dengan memperhatikan, dan
mempertimbangakan pola-pola berdasarkan hasil analisa pada bab V, serta
memtranformasi sesui kebutuhan perusahaan serta kondisi dilapangan.
Dan pengerjaan dilapangan ketelitian pemboran untuk peledakan sangat
mempengaruhi hasil peledakan, oleh sebab itu diharapkan ketelitian
tersebut diperhatikan dengan benar agar tujuan peledakan tercapai dan
memuaskan.
3. Untuk mengurangi terjadinya missfire perusahan harus mempertimbngkan
bahan peledak yang terlalu lama terletak digudang handak dan juru ledak
juga harus memperhatikan lubang ledak yang berair, sebelum memasukan
alat peledak ke dalam lubang, untuk mengatasi tidak terjadinya missfire.
Lampiran A
Pengolahan Data Peledakan
Variabel pengolahan data di lapngan :
Data 1
a. Volume
V = B x S x ( H-J ) x n
B = 0.80 m
S = 0.90 m
H = 1.20 m
J = 0 m
n = 8
V = 0.80m x 0.90m x ( 1.20m – 0 ) x 8
= 6, 912 m2 x 1.34 ton / m
2 ( density batubara )
= 9.26 ton
b. Powder factor
Pf = 𝑄𝑣
Q = m x n
m = massa bahan peledak satuan ( 150 g = 0,15 kg )
n = jumlah bahan peledak ( 8 x 2 = 16 )
Q = 0,15 x 16
= 2,4 kg
Pf = 2.4 𝐾𝑔9.26 𝑡𝑜𝑛
= 0.26 Kg / ton
c. Rata – rata fragmentasi
Xm = A’ ( Pf )-0.8
x Q0.16
(115 / E )0.63
A’ = 7
Pf = 0.26 Kg / ton
Q = 2.4 Kg
E = ( relatife weight strength ANFO ) 100
Xm = 7 ( 0.26kg/ton )-0.8
x 2.40.16
(115 / 100 )0.63
= 7 x ( 2.94 ) ( 1.15) (1.09)
= 25.78 Cm
Data 2
d. Volume
V = B x S x ( H-J ) x n
B = 0.85 m
S = 0.85 m
H = 1,20 m
J = 0 m
n = 8
V = 0.85m x 0.85m x ( 1,20m – 0 ) x 8
= 6,639 m3 x 1.34 ton / m
3
= 9.29 ton
e. Powder factor
Pf = 𝑄𝑣
Q = m x n
m = massa bahan peledak satuan ( 150 g = 0,15 kg )
n = jumlah bahan peledak ( 8 x 2 = 16 )
Q = 0,15 x 16
= 2,4 kg
Pf = 2.4 𝐾𝑔9.29 𝑡𝑜𝑛
= 0.258 Kg / ton
f. Rata – rata fragmentasi
Xm = A’ ( Pf )-0.8
x Q0.16
(115 / E )0.63
A’ = 7
Pf = 0.258 Kg / ton
Q = 2.4 Kg
E = ( relatife weight strength ANFO ) 100
Xm = 7 ( 0.258kg/ton )-0.8
x 2.40.16
(115 / 100 )0.63
= 7 x ( 2.96 ) ( 1.15) (1.09)
= 25.94 Cm
Data 3
a. Volume
V = B x S x ( H-J ) x n
B = 1 m
S = 0.90 m
H = 1,20 m
J = 0 m
n = 8
V = 1,00m x 0.90m x ( 1,20m – 0 ) x 8
= 9,504m3 x 1.34 ton / m
3 ( density batubara )
= 12,74 ton
b. Powder factor
Pf = 𝑄𝑣
Q = m x n
m = massa bahan peledak satuan ( 150 g = 0,15 kg )
n = jumlah bahan peledak ( 8 x 2 = 16 )
Q = 0,15 x 16
= 2,4 kg
Pf = 2.4 𝐾𝑔12,74 𝑡𝑜𝑛
= 0.19 Kg / ton
c. Rata – rata fragmentasi
Xm = A’ ( Pf )-0.8
x Q0.16
(115 / E )0.63
A’ = 7
Pf = 0.19 Kg / ton
Q = 2.4 Kg
E = ( relatife weight strength ANFO ) 100
Xm = 7 ( 0.19kg/ton )-0.8
x 2.40.16
(115 / 100 )0.63
= 7 x ( 3,78 ) ( 1.15) (1.09)
= 33,13 Cm
Data 4
a. Volume
V = B x S x ( H-J ) x n
B = 0.90 m
S = 0.90 m
H = 1.20 m
J = 0 m
n = 8
V = 0.90m x 0.90m x ( 1.20m – 0 ) x 8
= 7,776 m3 x 1.34 ton / m
3 ( density batubara )
= 10,42 ton
b. Powder factor
Pf = 𝑄𝑣
Q = m x n
m = massa bahan peledak satuan ( 150 g = 0,15 kg )
n = jumlah bahan peledak ( 8 x 2 = 16 )
Q = 0,15 x 16
= 2,4 kg
Pf = 2.4 𝐾𝑔10,42 𝑡𝑜𝑛
= 0.23 Kg / ton
c. Rata – rata fragmentasi
Xm = A’ ( Pf )-0.8
x Q0.16
(115 / E )0.63
A’ = 7
Pf = 0.26 Kg / ton
Q = 2.4 Kg
E = ( relatife weight strength ANFO ) 100
Xm = 7 ( 0.23kg/ton )-0.8
x 2.40.16
(115 / 100 )0.63
= 7 x ( 3,24) ( 1.15) (1.09)
= 28,49 Cm
Data 5
a. Volume
V = B x S x ( H-J ) x n
B = 0.85 m
S = 0.90 m
H = 1.20 m
J = 0 m
n = 8
V = 0.85m x 0.90m x ( 1.20m – 0 ) x 8
= 7,344 m3 x 1.34 ton / m
3 ( density batubara )
= 9.84 ton
b. Powder factor
Pf = 𝑄𝑣
Q = m x n
m = massa bahan peledak satuan ( 150 g = 0,15 kg )
n = jumlah bahan peledak ( 8 x 2 = 16 )
Q = 0,15 x 16
= 2,4 kg
Pf = 2.4 𝐾𝑔9.84 𝑡𝑜𝑛
= 0.24 Kg / ton
c. Rata – rata fragmentasi
Xm = A’ ( Pf )-0.8
x Q0.16
(115 / E )0.63
A’ = 7
Pf = 0.26 Kg / ton
Q = 2.4 Kg
E = ( relatife weight strength ANFO ) 100
Xm = 7 ( 0.24kg/ton )-0.8
x 2.40.16
(115 / 100 )0.63
= 7 x ( 3,13 ) ( 1,15) (1,09)
= 27,53 Cm
Data 6
a. Volume
V = B x S x ( H-J ) x n
B = 1,00 m
S = 1,00 m
H = 1.20 m
J = 0 m
n = 6
V = 1.00m x 1,00m x ( 1.20m – 0 ) x 6
= 7,2 m3 x 1.34 ton / m
3 ( density batubara )
= 9.65 ton
b. Powder factor
Pf = 𝑄𝑣
Q = m x n
m = massa bahan peledak satuan ( 150 g = 0,15 kg )
n = jumlah bahan peledak ( 6 x 2 = 12 )
Q = 0,15 x 12
= 1,8 kg
Pf = 1,8 𝐾𝑔9.65 𝑡𝑜𝑛
= 0.19 Kg / ton
c. Rata – rata fragmentasi
Xm = A’ ( Pf )-0.8
x Q0.16
(115 / E )0.63
A’ = 7
Pf = 0.26 Kg / ton
Q = 2.4 Kg
E = ( relatife weight strength ANFO ) 100
Xm = 7 ( 0.19kg/ton )-0.8
x 1,80.16
(115 / 100 )0.63
= 7 x ( 3,776 ) ( 1.099) (1.09)
= 31,719 Cm
Lampiran B
Dokumentasi Peneltian
Gambar: Kantor PT.AIC Jaya
Gambar: Mesin Kompressor
Gambar: Fan Blower
Gambar: Pompa air di Tunnel 3
Gambar: Mesin Bor Furukawa
Gambar: Lori
Gambar: Gas Detector
Gambar: Penyanggaan di lubang bukaan Tunnel 3
Gambar: Proses Mempersiapkan Primer
Gambar: Proses Pengecekan Hambatan Rangkaian
Lampiran C
Stratigrafi
Sumber: penampangan stratigrafi
Gambar: Stratigrafi
Lampiran F
Peta Topografi PT. Allied Indo Coal Jaya
Lampiran D
Peta Layout Main Shaft PT. Allied Indo Coal Jaya
Lampiran E
Peta Geologi PT. Allied Indo Coal Jaya
Lampiran G
Disain geometri peledakan Lubang Cabang
Lampiran H
Geometri Peledakan Lobang Cabang
Lampiran I
Geometri Peledakan Lobang Produksi
LEMBARAN KONSULTASI
Nama : MUHAMMAD IRFAN
NPM : 1310024427078
Program Studi : Teknik Pertambangan
Judul Penelitian :Analisa Geometri Peledakan Tambang Bawah Tanah
di PT.Allied Indo Coal Jaya, Parambahan Kota
Sawahlunto
No Tanggal Catatan / Saran / Perbaikan Paraf
1
18 April 2019 a. Tambahkan tinjauan pustaka.
b. Cari 3 jurnal yang terkait dengan
tema penelitian , karna 3 jurnal tidak
keterkaitan dengan tema penelitian.
2
24 Juli 2019 a. Perbaikan latar belakang masalah
b. Tulisan indentifikasi masalah yang
ada di lapangan
c. Sesuaikan aturan masalah yang
sedang dihadapi dengan tujuan
penelitian
3 25 Agustus 2019 a. Perbaiki latar belakang
b. Perbaiki indentifikasi masalah
4
26 Agustus 2019 a. Perbaiki penulisan cover
b. Perbaiki latar belakang semua
c. sesuai saran saya dengan kondisi
lapangan
d. Rumusan masalah arus selaras degan
tujuan penelitian
e. Lokasi dan kesampaian di buat pada
bab 3
f. Data curah hujan gunakan yang
tahun 2018
5
20 februari 2020
a. Tata tulis cover
b. Tulisan bahasa asing dicetak miring
6 21 februari2020
a. Tambahkan BAB IV
b. Perbaikan BAB V
7 12 maret 2020 a. Perbaikan penulisan dan penomoran
b. Lampiran dilengkapi langi
8 9 september 2020 a. Periksa kembali penomoran
b. Periksa penulisan
Padang, September 2020
Pembimbing I
Dian Hadiyansyah ST,.MT
NIDK.8891940017
LEMBARAN KONSULTASI
Nama : MHD IRFAN
NPM : 1310024427078
Program Studi : Teknik Pertambangan
Judul Penelitian :Analisa Geometri Peledakan Tambang Bawah Tanah di
PT.Allied Indo Coal Jaya, Parambahan Kota Sawahlunto
No Tanggal Catatan / Saran / Perbaikan Paraf
1
18 April 2019 a. Tambahkan tinjauan pustaka.
b. Cari 3 jurnal yang terkait dengan
tema penelitian , karna 3 jurnal tidak
keterkaitan dengan tema penelitian.
2
24 Juli 2019 a. Perbaikan latar belakang masalah
b. Tulisan indentifikasi masalah yang
ada di lapangan
c. Sesuaikan aturan masalah yang
sedang dihadapi dengan tujuan
penelitian
d. Perbaiki pege set up penulisan
3 25 Agustus 2019 a. Perbaiki latar belakang
b. Perbaiki indentifikasi masalah
4
26 Agustus 2019 a. Perbaiki penulisan cover
b. Perbaiki latar belakang semua
c. Indentifikasi masalah harus jelaskan
pada latar belakang
d. Perbaiki batasan masalah sesuai
saran saya dengan kondisi lapangan
e. Rumusan masalah arus selaras degan
tujuan penelitian
f. Lokasi dan kesampaian di buat pada
bab 3
g. Data curah hujan gunakan yang
tahun 2018
h. Perbaiki sistem penomoran bab 2
i. Perbaiki kerangka konseptual
j. Perbaiki bab 3
5
18 januari 2020
a. Tambahkan dilatar belakang kondisi
real area penambang
b. Perbaikan kalimat nomor
c. Pada BAB 1 sistematik di hapus
d. Maanfat penelitian disesuaikan
dengan topic
e. Tinjauan umum perusahan ditaro
sebelum kerangka konseptual
6 21 Januari 2020
a. Perbaikan penulisan rumus
b. Perbaikan rumus yang ada pada
tujuan umum perusahan yang dihubah
hanya yang penyangkut topic
penelitian
c. Lengkapi BAB IV dengan
pengumpulan data
7 28 Januari 2020 a. Perbaikan penulisan data konseptual
penjelasannya
8 19 febuari 2020 a. perbaikan penulisan cover
b. perbaikan penulisan daftar pustaka
c. perbaikan bab 2
9 6 maret 2020 a. identifikasi no 2 belum diceritakan
pada latar belakang
b. tambahkan pola peledakan pada latar
belakang
c. perbaiki keterngan kerangka
konseptual bab 3
d. perbaiki langkah konseptual
e. perbaiki data kesmpaian daera
f. lengkapi bab 3 dengan sub bab 3.4-
3.7
g. perbaiki bahasa narasi untuk data
peledakan bab 4
h. tambahkan pola peledakan pada data
bab 4
i. bab 2 tujuan umum perusahan pra
penelitian, saaat penelitian, pasca
penelitian
j. perhitungan ditaro di lampiran ,
pengolahan data hanya tabel hasil
pegolahan data saja
10 07 maret 2020 a. perbaikan analisa data
b. perbaikan konseptual kesimpulan data
kedalam tujuan penelitian
c. tidak bole gunakan symbol
d. lengkapi semua lampiran
e. daftar pustaka
11
9 maret 2020 a. analisa data sesuaikan dengan tujuan
penelitian
b. pengumpulan data
c. ringkasan
d. lengkapi degan sejumlah lampiran
e. lengkapi daftar pustaka
12 11 maret 2020 a. bahasa asing dimiringkan
b. tambahkan geometri pada analisa data
dan usulan
c. ringkasan tambahkan tujuan
penelitian
d. tambahkan peta
13 8 september 2020 a. sesuaikan tulisan dengan buku
panduan
b. perhatikan penggunaan penomoran
Padang, September 2020
Pembimbing II
RIAM MARLINA A,ST, MT
NIDN.1027098501
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. ”Data-data Laporan dan Arsip PT. Allied Indo Coal Jaya” Sawahlunto
2017.
Anonim. “ISSE blaster’s hand book” international society of explosive engineer,
USA.
ESDM. ”Kursus Juru Ledak Kelas II’’, Pusat Pengembangan Tenaga
Pertambangan, Bandung, 2017.
ESDM. ”Kursus Juru Ledak Kelas II’’, Pusat Pengembangan Tenaga
Pertambangan, Bandung, 2004.
Hazzaliandiah, dkk. “Analisa Peledakan dan Kemajuan Front Bukaan Pada
Tambang Bawah Tanah Biji Emas” Banten 2017.
I. Onederra* and G. Chitombo . “Design methodology for underground ring
blasting” Maney 2007.
Mohammad Hossaini. “Modification Of Four-Section Cut Model For Drift
Blast Design In Razi Coal Mine - North Iran” Iran 2010.
Riko Ervil, dkk. ”Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi STTIND Padang”
Padang 2016.
Ahmad Rifandy dan Ryan Muhammad Noor. ES Sujiman dan Ichwan (Ramp).”JGP
(Jurnal Geologi Pertambangan)”.Volume 2 No 2, 2015.
V.M.S.R.Murthy. “Prediction Of Overbreak In Underground Tunnel
Blasting A Case Study” India 2003.
Hazzaliandiah, M. Taufik Toha, Bochori Tahun 2017.
BIODATA WISUDAWAN
No. Urut
:
Nama
: Mhd irfan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat/Tgl Lahir
: Cimparuh / 07/12/1994
NPM
: 1310024427078
Program Studi
: Teknik Pertambangan
Tanggal Lulus
:
IPK
: 2,98
Pedikat Lulus
:
Judul Skripsi : Analisa Geometri Peledakan
Tambang Bawah Tanah di PT. Allied
Indo Coal Jaya
Dosen Pembimbing : 1. DIAN
HADIYANSYAH,S.T,M.T
2. RIAM MARLINA A,S.T, M.T
Asal SLTA
: SMA Negeri 3 Pariaman
Nama Orang Tua
: Ayah: MAIFIALDI
Ibu :YULIDAR B
Alamat
: JL. Imam Bonjol , Desa Cimparuh
,Kec.Pariaman Tenggah Kota
Pariaman
No HP / WA : 082391272694
Email :