PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN MELALUI MODEL KOOPERATIF TPS
DENGAN PENDEKATAN INQUIRY
Ariyani Guru SMP Negeri 3 Tulungagung
ABSTRAC
This study aimed to describe the learning process Cooperative Model TPS-inquiry approach to improve the understanding of eighth grade students on the subject of tangent circles. Learning TPS has three stages as the name suggests are: think, pair and share. At that stage think, students are given the opportunity to think of individuals in completing a given problem, the teacher directs the students' thinking just to keep it out of the material being studied. Next is a pair stage, students can discuss with the group to find a settlement agreement of a given problem and the teacher only as a mediator. The last stage is to share, here students present / presented their group work in the classroom. In addition, students receive advice / input from other groups. Inquiry strategy is a series of learning activities that emphasize critical thinking and analytical process to seek and find their own answers to a problem. In mathematical learning, inquiry strategy has three characteristics, namely: participation, investigation and construction of knowledge. Participation emphasizes students actively involved in learning. Investigation is the process of investigating the student to mathematical problems. The construction of knowledge is an activity with a discussion to analyze the problem. Based on the results of studies suggest that the percentage of test results in the classical style that gets a score ≥ 77 is 81.25% increase in cycle 1 and 91% in cycle 2, the percentage of the observation of the activities of teachers increased from 83% in cycle 1 to 91.5% in cycle 2, the percentage of observations of student activity increased from 85% in cycle 1 to 91.65% in cycle 2, the percentage of the poll result increased from 81.86% in Cycle 1 to 90.64% in cycle 2, and the results of interviews conducted at 3 (three) objects also increased from 2 students in cycle 1 to cycle 2 to 3 students who understand the material tangent circles, albeit with assistance.
Keywords: Comprehension, Think Pair Share, Inquiry, Tangent Circle.
Tujuan afektif belajar
matematika di sekolah menurut
standar isi adalah sikap kritis,
cermat, obyektif, dan terbuka,
menghargai keindahan
matematika, serta rasa ingin tahu
dan senang belajar matematika
(Depdiknas, 2006: 345). Oleh
karena itu, matematika sebagai
disiplin ilmu perlu dipelajari dan
dipahami dengan baik oleh
segenap lapisan masyarakat,
terutama siswa sekolah formal.
Menurut NCTM (2000), standar
Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan
Pendekatan Inquiry
20
isi matematika meliputi bilangan
dan operasi, aljabar, geometri,
pengukuran, serta analisis data
dan probabilitas. Geometri
merupakan cabang matematika
yang menempati posisi penting
untuk dipelajari karena geometri
digunakan oleh hampir setiap
orang dalam kehidupan sehari-
hari. Salah satu materi dalam
geometri adalah garis singgung
lingkaran yang diajarkan pada
kelas VIII. Materi garis singgung
lingkaran merupakan materi dasar
yang banyak dimanfaatkan untuk
matematika lanjutan maupun
dalam bidang studi yang lain.
Dari hasil pengamatan yang
terjadi di SMPN 3 Tulungagung,
dapat diperoleh hasil sebagai
berikut, didapatkan bahwa banyak
siswa mengalami kesulitan dalam
mempelajari materi garis
singgung lingkaran. Hal ini
tercermin dari hasil belajar yang
telah diikuti oleh siswa. Dari buku
daftar nilai ulangan harian siswa
kelas VIII semester II tahun
pelajaran 2009/2010, 2010/2011,
2011/2012, pada materi garis
singgung lingkaran, rata-rata
menunjukkan bahwa hanya 45,5%
siswa yang mendapat nilai di atas
KKM. Pada proses
pembelajarannya dapat dikatakan
hampir semua guru masih
menerapkan pembelajaran yang
bersifat konvensional yang pada
tahap pelaksanaan
pembelajarannya dimulai dari
menjelaskan materi, memberi
contoh dan dilanjutkan dengan
latihan soal, sehingga
pembelajaran cenderung di
dominasi guru. Siswa kurang
diberikan kesempatan untuk
memikirkan dan menemukan
konsep sendiri. Hal ini
mengakibatkan konsep yang
dipelajari siswa cenderung tidak
bertahan lama atau mudah hilang
bahkan kadang-kadang siswa
tidak mengerti atau tidak
memahami konsep yang sedang
dipelajari.
Ada tiga alasan penting
tidak sesuainya pengajaran yang
bersifat konvensional. Pertama,
siswa bukan orang dewasa dalam
bentuk mini, tetapi mereka adalah
organisme yang sedang
berkembang. Agar mereka dapat
melaksanakan tugas-tugas
perkembangannya, dibutuhkan
Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan
Pendekatan Inquiry
21
orang dewasa yang dapat
membimbing mereka agar tumbuh
dan berkembang secara optimal.
Kedua, ledakan ilmu pengetahuan
mengakibatkan kecenderungan
setiap orang tidak mungkin dapat
menguasai setiap cabang
keilmuan. Ketiga, penemuan-
penemuan baru khususnya dalam
bidang psikologi, mengakibatkan
pemahaman baru terhadap konsep
perubahan tingkah laku manusia.
Dominasi guru menyebabkan
siswa menjadi pasif, karena siswa
kurang dapat mengemukakan ide-
ide dan pendapat yang
dimilikinya. Siswa masih enggan
bertanya kepada guru atau
bertanya kepada temannya
walaupun tidak bisa memecahkan
masalah yang diberikan dan
jarang dikelompokkan dalam
pembelajaran, sehingga kurang
terjadi komunikasi antara siswa
dengan siswa maupn siswa
dengan guru. Dalam
menyelesaikan soal-soal atau
masalah matematika, siswa jarang
diminta untuk mengungkapkan
alasannya dan menjelaskan secara
lisan atau tertulis mengapa
mereka memperoleh jawaban
tersebut sehingga terjadi
kesalahan konsep pada siswa itu
sendiri serta siswa kurang terbiasa
mengumpulkan materi yang telah
dipelajari secara sistematis.
Guru perlu merancang suatu
pembelajaran yang membiasakan
siswa untuk mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya, sehingga
siswa lebih memahami konsep
yang diajarkan serta mampu
mengkomunikasikan
pemikirannya baik dengan guru,
teman maupun terhadap materi
matematika itu sendiri. Guru
berusaha untuk dapat menciptakan
kondisi yang kondusif agar
kegiatan belajar dapat mencapai
tujuan yang efektif dan efisien.
Kegiatan belajar yang dilakukan
siswa tidak hanya berinteraksi
dengan guru sebagai salah satu
sumber belajar, tetapi juga
berinteraksi dengan keseluruhan
sumber belajar yang mungkin
dipakai untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
belajar merupakan proses aktif
merangkai pengalaman sendiri
untuk mendapatkan pengalaman
baru yang lebih kompleks,
sedangkan guru berfungsi sebagai
Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan
Pendekatan Inquiry
22
fasilitator dan mengajar
diidentikkan dengan membimbing
dan menciptakan kondisi yang
kondusif sehingga siswa dapat
belajar. Perubahan kognitif terjadi
jika konsep-konsep yang telah
dipahami sebelumnya diolah
melalui suatu proses
ketidakseimbangan dalam upaya
memahami informasi baru, dari
gagasan ini lahir teori
konstruktivisme. Teori ini
menganjurkan peranan yang lebih
aktif bagi siswa didalam
pembelajaran. Karena
penekanannya pada peran aktif
siswa, strategi konstruktivisme
sering disebut pengajaran berpusat
pada siswa (student-centered).
Salah satu model
pembelajaran yang berkembang
pada saat ini adalah pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran
Kooperatif merupakan salah satu
strategi pembelajaran dengan
membentuk kelompok kecil,
dimana setiap siswa mempunyai
tingkat kecakapan/kemampuan
yang berbeda, dan selanjutnya
melakukan bermacam-macam
aktivitas pembelajaran untuk
meningkatkan pemahaman
terhadap suatu subyek pelajaran.
Setiap anggota kelompok
bertanggung jawab tidak hanya
untuk belajar yang diajarkan tetapi
juga untuk membantu teman
kelompok belajar, sehingga
tercipta suasana belajar untuk
mencapai suatu prestasi
Dari pengalaman peneliti
mengajar di kelas, siswa
cenderung bertanya dan
berdiskusi dengan teman
sebangkunya mengenai materi
yang belum dimengerti daripada
bertanya kepada guru. Dari hal
tersebut, maka peneliti ingin
melakukan perubahan dalam
proses pembelajaran agar dapat
menghasilkan prestasi belajar
yang optimal dengan
menggunakan dua model
pembelajaran, yaitu model
cooperative Think-Pair-Share
(TPS) dengan pendekatan Inquiry.
TPS atau Think-Pair-Share
merupakan salah satu tipe model
dari kooperatif yang
memungkinkan siswa untuk
berfikir (Think) melakukan
diskusi bersama dengan teman
kelompoknya (Pair), kemudian
Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan
Pendekatan Inquiry
23
hasil diskusi tersebut dibicarakan
bersama dengan pasangan-
pasangan yang lain dalam satu
kelas (Share). Model think-pair-
share merupakan cara yang
efektif untuk membuat variasi
pola diskusi kelas. Strategi inquiry
didasari oleh teori belajar
konstruktivistik yang
dikembangkan oleh Piaget.
Pengetahuan itu akan bermakna
jika dicari dan ditemukan sendiri
oleh siswa. Inquiry itu sendiri
adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis
dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang
dipertanyakan.
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian ini merupakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
karena data yang dikumpulkan
berupa data verbal dan bertujuan
untuk memperbaiki pembelajaran
di kelas, terutama sebagai suatu
upaya untuk meningkatkan
pemahaman siswa. Dalam
penelitian ini peneliti sebagai
instrumen utama karena peneliti
yang merencanakan, merancang,
melaksanakan, mengumpulkan
data, menarik kesimpulan dan
membuat laporan. Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) merupakan
salah satu cara yang strategis bagi
guru untuk memperbaiki layanan
pendidikan yang harus
diselenggarakan dalam kontrol
pembelajaran di kelas dan
peningkatan kualitas program
sekolah secara keseluruhan. Selain
itu PTK merupakan suatu upaya
yang dilakukan guru untuk
meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas, atau untuk
menguji keterpakaian asumsi-
asumsi teori pendidikan dalam
praktek pembelajaran.
Rancangan penelitian yang
digunakan peneliti adalah
rancangan penelitian model
Kemmis dan Taggart.
Perencanaan model Kemmis dan
Taggart merupakan
pengembangan dari model
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang diperkenalkan Kurt Lewin.
Menurut Kemmis dan Taggart
PTK dilakukan dengan
menggunakan spiral/siklus. Setiap
siklus ini terdiri dari empat
langkah penting. Setiap siklus
Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan
Pendekatan Inquiry
24
akan saling berhubungan hingga
masalah pada penelitian
terpecahkan. Pada PTK model
Kemmis dan Taggart mempunyai
empat tahapan penting pada setiap
siklusnya. Tahapan-tahapan
tersebut adalah (1)
perencanaan/planning, (2)
tindakan/acting, (3)
pengamatan/observing, dan (4)
refleksi/reflecting. PTK yang
digambarkan Kemmis dan
Taggart tersebut dapat diartikan
bahwa siklus akan berakhir jika
penelitian sudah sesuai dengan
apa yang telah ditetapkan (sesuai
dengan Kriteria/Indikator
Keberhasilan).
Pada penelitian ini
instrumen yang digunakan adalah
RPP, LKS, tes, observasi, angket,
wawancara, lembar validasi. RPP
(Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran). RPP ini berfungsi
untuk merencanakan segala
sesuatu yang harus dilakukan
pada saat PBM (Proses Belajar
Mengajar) dengan menggunakan
model pembelajaran think pair
share dengan pendekatan Inquiry.
Lembar Kerja Siswa (LKS).
LKS ini berfungsi untuk
mempermudah proses PBM dan
untuk memberikan batasan-
batasan materi yang dipelajari.
LKS dibuat sedemikian rupa
hingga dapat menggambarkan
model pembelajaran think pair
share dengan pendekatan
Inquiry. Yakni soal-soal yang
dapat membawa siswa berpikir
aktif secara individu maupun
kelompok, dan akhirnya siswa
dapat menemukan sendiri materi
yang harus dikuasai.
Tes ini dibedakan menjadi
2 yakni: tes awal, dan tes akhir.
Tes awal dimaksudkan untuk
mengetahui penguasaan materi
prasyarat. Sedangkan tes akhir ini
berfungsi untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa
terhadap materi yang telah
dipelajari. Tes ini disusun
berdasarkan indikator yang harus
tercapai.
Lembar observasi. Lembar
observasi ini digunakan untuk
mengamati aktivitas guru dan
siswa. Hal ini berfungsi untuk
mengetahui kesesuaian antara
RPP dengan pelaksanaan
pembelajaran di kelas.
Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan
Pendekatan Inquiry
25
Angket ini diperuntukkan
kepada semua siswa yang
merupakan obyek penelitian. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui
tingkat pemahaman tentang materi
garis singgung lingkaran.
Lembar pedoman
wawancara. Wawancara ini
diperuntukkan kepada 3 (tiga)
obyek penelitian yang telah
ditentukan. Hal ini hanya
dilakukan untuk memperkuat data
angket. Sehingga wawancara
inipun juga digunakan untuk
mengetahui tingkat pemahaman,
kesenangan dan motivasi siswa
dalam mempelajari materi garis
singgung lingkaran.
Lembar validasi ini
berfungsi untuk memvalidasi
RPP, Tes, Lembar Observasi,
Angket, dan Lembar Pedoman
Wawancara. Hal ini diperlukan
agar perangkat pembelajaran yang
digunakan pada penelitian ini
valid.
Analisis data
dilaksanakan sesudah data
terkumpul. Data perangkat
pembelajaran yang dimaksud
adalah LKS (Lembar Kerja
Siswa) dan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran).
Sedangkan instrumen
penelitiannya adalah tes awal, tes
akhir, lembar observasi aktivitas
guru, lembar observasi aktivitas
siswa, lembar angket, dan lembar
pedoman wawancara yang telah
divalidasi oleh validator.
Perhitungan peningkatan
pemahaman siswa dilihat dari
analisa data pada siklus 1 dan
siklus 2. Jika berdasarkan hasil
analisa data kegiatan
pembelajaran pada siklus I dan
siklus II telah mencapai kriteria
keberhasilan,maka dapat
disimpulkan bahwa siklus I dan
siklus II telah mencapai kriteria
keberhasilan yang ditetapkan
dalam penelitian tindakan kelas
ini
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran Think Pair
Share dengan pendekatan Inquiry
pada Materi Garis singgung
lingkaran ada 3 tahap kegiatan,
yaitu kegiatan awal atau
pendahuluan,kegiatan inti dan
kegiatan akhir atau penutup.
Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan
Pendekatan Inquiry
26
Mengacu pada langkah-
langkah pembelajaran yang
digunakan, pembelajaran think
pair share dengan pendekatan
inquiry ini berhasil mengantarkan
siswa kelas VIII SMPN3
Tulungagung dapat memahami
materi garis singgung lingkaran
dan akhirnya dapat meningkat
prestasi belajarnya. Pada
penelitian ini untuk mengukur
peningkatan pemahaman siswa
dengan menggunakan 4 (empat)
instrumen yaitu (1) tes, (2) lembar
observasi yang dibedakan menjadi
lembar observasi guru dan lembar
observasi siswa, (3) angket untuk
mengetahui tingkat pemahaman
siswa, dan (4) wawancara yang
berfungsi untuk
mendukung/memperkuat data
hasil angket.
Pada hasil tes siklus 1 dapat
diperoleh data bahwa siswa yang
memperoleh skor ≥ 77 adalah
sebanyak 26 dari 32 siswa yang
mengikuti tes. Keadaan ini dapat
dikatakan bahwa 81,25 % dari
siswa tersebut telah memahami
materi yang diberikan. Prosentase
skor rata-rata pada observasi
aktivitas guru yang diberikan ke-3
observer adalah 83%. Prosentase
skor rata-rata pada observasi
aktivitas siswa yang diberikan ke-
3 observer adalah 85%.
Sedangkan prosentase hasil
penyebaran angket yang telah
diberikan kepada 32 (tiga puluh
dua) siswa menyatakan bahwa
terdapat 81,86 % siswa yang
menyatakan senang dengan
strategi pembelajaran yang
digunakan dan akibatnya
termotivasi untuk lebih giat
belajar. Selain itu hasil
wawancara yang telah dilakukan
oleh peneliti kepada 3 (tiga) siswa
menyatakan bahwa 2 dari 3 siswa
telah memahami materi panjang
garis singgung lingkaran terhadap
titik diluar lingkaran.
Dari hasil tes siklus 2 dapat
diperoleh data bahwa siswa yang
memperoleh skor ≥ 77 adalah
sebanyak 29 dari 32 siswa yang
mengikuti tes. Keadaan ini dapat
dikatakan bahwa 91% dari siswa
telah memahami materi.
Prosentase skor rata-rata pada
observasi aktivitas guru yang
diberikan ke-3 observer adalah
Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan
Pendekatan Inquiry
27
91% pada pertemuan pertama dan
92% pada pertemuan kedua.
Prosentase skor rata-rata pada
observasi aktivitas siswa yang
diberikan ke-3 observer adalah
91% pada pertemuan pertama dan
92,3% pada pertemuan kedua.
Sedangkan prosentase hasil
penyebaran angket yang telah
diberikan kepada 32 (tiga puluh
dua) siswa menyatakan bahwa
terdapat 90,64% siswa yang
menyatakan senang dengan
strategi pembelajaran yang
digunakan dan akibatnya
termotivasi untuk lebih giat
belajar. Selain itu hasil
wawancara yang telah dilakukan
oleh peneliti kepada 3 (tiga) siswa
menyatakan bahwa ke-3 siswa
telah memahami materi yang
diberikan.
Berdasarkan analisis data
ternyata terdapat peningkatan
pemahaman siswa. Peningkatan
pemahaman tersebut menurut
kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan adalah hasil pada
siklus 2 lebih baik daripada siklus
1 (minimal 3 instrumen). Pada
penelitian ini terbukti bahwa
siswa yang berkemampuan rendah
sangat terbantu dengan
menggunakan pembelajaran think
pair share dengan pendekatan
inquiry. Pada pembelajaran ini
terdapat proses scaffolding yang
dapat membantu siswa yang
berkemampuan rendah sehingga
pemahaman akan materi yang
diajarkan meningkat. Dilihat dari
hasil penelitian tersebut, maka
penelitian ini menjadi lebih efektif
karena pada tahap pair tidak lagi
hanya berpasangan tetapi dalam
bentuk kelompok (yang terdiri
dari siswa yang berkemampuan
tinggi, sedang dan rendah).
Dengan pembentukan kelompok
ini maka terjadi proses scaffolding
yang lebih efektif dan efisien
sehingga memungkinkan untuk
semua siswa dapat memahami
materi yang dipelajari.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data
dan pembahasan dapat
disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Ada 3 tahap kegiatan yang
dilakukan guru (dalam hal ini
peneliti) dalam pembelajaran
Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan
Pendekatan Inquiry
28
yang dilaksanakan pada
siklus 1 dan siklus 2. Tiga
tahap kegiatan tersebut adalah
: kegiatan awal atau
pendahuluan, kegiatan inti
dan kegiatan akhir atau
penutup. Pada tahap
pendahuluan, ada 3 langkah
yaitu : (1) menyampaikan
tujuan pembelajaran, (2)
memberikan pertanyaan
kepada siswa untuk menggali
pengetahuan awal yang
berkaitan dengan materi yang
akan dibahas, yang sudah
diperoleh siswa pada
pertemuan sebelumnya, (3)
memberikan penjelasan
tentang strategi pembelajaran
yang akan dilaksanakan, yaitu
siswa akan belajar secara
berkelompok menggunakan
model pembelajaran tipe
think pair share dengan
pendekatan inquiry, (4) siswa
diajak berfikir untuk
mendukung hipotesa guru, (5)
dengan menggunakan LKS,
guru memberikan
permasalahan yang dapat
mengarahkan siswa untuk
memahami materi yang
diberikan, (6) memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk berfikir dan menjawab
permasalahan di LKS secara
individu, (7) siswa
berkelompok untuk
mendiskusikan permasalahan
pada LKS dengan tujuan
saling melengkapi dan
menguatkan hasil yang telah
diperoleh, (8) memberikan
kesempatan kepada
perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya, (9) bersama
siswa membuat kesimpulan,
(10) meminta siswa untuk
tidak berkelompok, lalu siswa
diberikan soal tes yang
dikerjakan siswa secara
individu, (11) menutup
pelajaran yang didahului
dengan menyampaikan materi
yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya.
2. Pembelajaran dengan
menggunakan strategi Think
Pair Share dengan
pendekatan inquiry dapat
meningkatkan pemahaman
siswa kelas VIII SMPN3
Tulungagung tahun pelajaran
Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan
Pendekatan Inquiry
29
2012/2013. Hal ini dapat
diketahui dari data hasil
penelitian dengam
menggunakan 4 (empat)
instrumen. Berdasarkan data
hasil penelitian menyatakan
bahwa prosentase hasil tes
secara klasikal yang
mendapatkan skor ≥ 77
meningkat yaitu 81,25%
pada siklus 1 dan 91% pada
siklus 2, prosentase hasil
observasi aktivitas guru
meningkat dari 83% pada
siklus 1 menjadi 91,5% pada
siklus 2, prosentase hasil
observasi aktivitas siswa
meningkat dari 85% pada
siklus 1 menjadi 91,65% pada
siklus 2, prosentase hasil
angket meningkat dari
81,86% pada siklus 1 menjadi
90,64% pada siklus 2, dan
hasil wawancara yang
dilakukan pada 3 (tiga) obyek
juga meningkat dari 2 siswa
pada siklus 1 menjadi 3 siswa
pada siklus 2 yang
memahami materi garis
singgung lingkaran ,meskipun
dengan pemberian bantuan.
Berdasarkan hasil temuan
penelitian, maka disarankan
kepada para pendidik untuk
menggunakan strategi
pembelajaran Think Pair Share
dengan pendekatan inquiry dalam
pembelajaran matematika di kelas,
dengan memperhatikan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Para pendidik seharusnya
lebih aktif dalam mendesign
dan membuat LKS yang
dapat mengarahkan anak
didik dalam memahami suatu
materi.
2. Pada saat proses
pembelajaran pendidik
seharusnya lebih peka
terhadap gerak-gerik anak
didiknya, serta lebih aktif
dalam menegur dan
mengarahkan anak didiknya,
sehingga anak didik yang
berkemampuan rendah juga
dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik.
3. Apabila pembelajaran
didominasi oleh anak didik
yang berkemampuan tinggi
sebaiknya pendidik segera
mengubah strategi, yang
Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan
Pendekatan Inquiry
30
awalnya diberikan
kesempatan kepada yang
mampu dialihkan menjadi
model penunjukan (agak
memaksa tetapi hasilnya baik
untuk anak didik yang
berkemampuan rendah dan
sedang untuk dapat
meyampaikan sesuatu yang
telah dipahaminya).
4. Dalam menerapkan strategi
pembelajaran Think Pair
Share dengan pendekatan
inquiry pada materi garis
singgung lingkaran,
penggunaan waktu harus
dimanfaatkan seefektif
mungkin. Sesuai penelitian
ini, penggunaan strategi
pembelajaran Think Pair
Share dengan pendekatan
inquiry pada materi garis
singgung lingkaran
memerlukan waktu yang
banyak terutama ketika
melakukan diskusi kelompok
dan diskusi kelas pada
kegiatan inti. Salah satu cara
mengatasinya adalah
mengelola waktu seefektif
mungkin, misalnya dalam
mendiskusikan materi antar
siswa yang dipandu guru,
pembahasan cukup diarahkan
ke hal-hal yang penting saja
dan tidak perlu semuanya.
DAFTAR RUJUKAN
Amnah, Sri. 2009. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share, Jigsaw, Kombinasi dengan Strategi Metakognitif, dan Kemampuan Akademik terhadap Kesadaran Metakognitif, Keterampilan Metakognitif, dan Hasil Belajar Kognitif Siswa di SMAN Kota Pekanbaru Riau. Disertasi. Tidak diterbitkan. Malang. Universitas Negeri Malang.
Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bell, Frederick H. 1978. Teaching and Learning Mathematics ( In Secondary School ). Wm. C. Brown Company Publisher Dubuque, Lowa.
Buschman, Larry. 2003. Share and Compare. Amerika. NCTM.
Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan
Pendekatan Inquiry
31
Eureka. 2009. Matematical Questioning. 2009 http://literacy.kent.edu/eureka/strategies/mathematical_questioning.pdf diakses pada 4 Desember 2009.
Makar, Katie.2007. Elaborating a model of learning to teach mathematical inquiry.http://www.curriculum.edu.au/leader/elaborating_a_of_learning_to_teach_mathemati,19683.html?issueID=10809 diakses 8 Juni 2007
Robertson, Kristina. 2006. Increase Student Interaction with “Think-Pair-Shares” and “Circle Chats”. http://www.colorincolorado.org/article/13346/?theme=print
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta . Kencana Prenada Media.
Siswono, Tatag Yuli E. 2008. Mengajar & Meneliti Panduan Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru dan calon Guru. Unesa University Press.
Slavin, E, Robert. 2008. Cooperative Learning. Bandung. Nusa Media.
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta. Dirjen Dikti.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta.
Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan
Pendekatan Inquiry
32