+ All Categories
Home > Documents > 111124006_full.pdf - USD Repository

111124006_full.pdf - USD Repository

Date post: 01-Mar-2023
Category:
Upload: khangminh22
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
161
WIR Progr PEM DI LEM ROGUNAN PEM Di ram Studi I PR KEKHU FAKULT MBINAAN MBAGA PE N YOGYA MBINAAN iajukan untu Memperole lmu Pendid Tri Ad ROGRAM USUSAN P JURUSA TAS KEGU UNIVERS Y N IMAN BA EMASYAR KARTA: S N IMAN BA S K R I P uk Memenu eh Gelar Sa dikan Kekhu Oleh dha Ismail NIM: 1111 STUDI ILM ENDIDIKA AN ILMU P URUAN DA SITAS SAN YOGYAKA 2016 AGI NARA RAKATAN SUATU US AGI NARA P S I uhi Salah Sa arjana Pendi ususan Pend : Bima Putr 124006 MU PEND AN AGAM PENDIDIK AN ILMU NATA DHA ARTA 6 APIDANA N KELAS I SULAN KA APIDANA atu Syarat idikan didikan Aga ra IDIKAN MA KATOL KAN PENDIDIK ARMA II A ATEKESE ama Katolik LIK KAN k PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Transcript

WIR

Progr

 

PEM DI LEM

ROGUNANPEM

Di

ram Studi I

PRKEKHU

FAKULT

MBINAANMBAGA PEN YOGYAMBINAAN

iajukan untu

Memperole

lmu Pendid

Tri Ad

ROGRAM USUSAN P

JURUSATAS KEGUUNIVERS

Y

i

N IMAN BAEMASYARKARTA: S

N IMAN BA 

S K R I P

uk Memenu

eh Gelar Sa

dikan Kekhu

 

 

 

 

 

 

 

 

Olehdha Ismail NIM: 1111

STUDI ILMENDIDIKA

AN ILMU PURUAN DASITAS SANYOGYAKA

2016

AGI NARARAKATANSUATU USAGI NARA

P S I

uhi Salah Sa

arjana Pendi

ususan Pend

 

: Bima Putr

124006

MU PENDAN AGAMPENDIDIKAN ILMU

NATA DHAARTA

6

APIDANAN KELAS ISULAN KAAPIDANA

atu Syarat

idikan

didikan Aga

ra

IDIKAN MA KATOLKAN PENDIDIK

ARMA

II A ATEKESE

ama Katolik

LIK

KAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Seluruh narapidana Kristiani di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta dan semua pihak yang terlibat dalam pembinaan iman

bagi narapidana dan kupersembahkan bagi seluruh keluargaku, almarhum papah,

mamah, dan semua saudara-saudariku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

MOTTO

Letakkan di depan keningmu, jangan sampai menempel, biarkan mengambang 5

cm dari dahimu, dan dia takkan lepas dari matamu lalu yang harus kita lakukan

hanyalah tangan yang harus bekerja lebih dari biasanya, kaki yang melangkah

lebih dari biasanya, otak yang berfikir lebih dari biasanya, dan hati serta mulut

yang tak berhenti untuk selalu berdoa ( Dony Dirgantara 5 cm).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A WIROGUNAN YOGYAKARTA: SUATU USULAN KATEKESE PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA. Judul dipilih bertitik tolak dari pengalaman penulis mengikuti pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan. Lewat keterlibatan itu penulis merasa prihatin dengan pembinaan iman yang dilaksanakan. Dalam pengamatan penulis, alokasi waktu yang diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan kurang memadai, proses katekese masih sangat bertumpu pada keberadaan pembina dan berjalan secara satu arah serta bentuk dan model katekese yang tidak memiliki format yang tetap menjadi suatu keprihatinan tersendiri. Sulit bagi pembina untuk mengajak para narapidana aktif dalam proses pembinaan. Menurut penulis, pembina bertindak sebagai Guru yang memberikan pelajaran sedangkan peserta sebagai murid yang mendengarkan guru mengajar. Alokasi waktu yang kurang memadai, proses katekese yang masih bertumpu pada keberadaan pembina dan berjalan secara satu arah serta bentuk dan model katekese yang tidak memiliki format tetap merupakan tantangan yang perlu diperhatikan oleh para pembina. Oleh karena itu guna memecahkan masalah di atas penulis mengadakan penelitian bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Penulis juga mengadakan studi pustaka untuk memperoleh data dan gagasan yang mendukung. Melalui data dan gagasan tersebut, penulis dapat menemukan bentuk proses pembinaan iman atas narapidana yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan melihat fakta pembinaan iman yang telah berlangsung selama ini, dan melalui penelitian yang telah penulis lakukan maka penulis mengusulkan pembinaan iman kateketis. Pembinaan iman adalah suatu usaha untuk membentuk seseorang guna mencapai tujuan tertentu. Kateketis adalah pembinaan iman melalui katekese yang artinya pendidikan atau pengajaran iman.

Pembinaan kateketis yang penulis usulkan mengambil model Shared Christian Praxis. Shared Christian Praxis (SCP) adalah salah satu model katekese umat yang menekankan proses bersifat dialog partisipatif. SCP yang lebih menekankan proses dan bersifat dialog partisipatif bertujuan supaya peserta dapat mengkomunikasikan pengalaman hidupnya sehari-hari dengan iman. Dialog partisipatif memungkinkan peserta untuk terlibat aktif dan kreatif dalam berkomunikasi dengan pembina maupun antar peserta. Melalui SCP, harapannya peserta dapat dibimbing untuk mendalami pengalaman hidupnya dan meningkatkan kualitas imannya melalui kesadaran iman yang perlahan tumbuh selama proses SCP. Harapan penulis semoga pembinaan iman kateketis dengan model SCP dapat mengurai permasalahan pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

ABSTRACT

This title of small thesis is FAITH FORMATION FOR INMATES IN CORRECTIONAL INSTITUTION CLASS II A WIROGUNAN YOGYAKARTA: A PROPOSAL OF CATECHESIS FAITH FORMATION FOR INMATES. This title was chosen from the writer experience attending faith formation for inmates in correctional institution class II A Wirogunan Yogyakarta. The writer fell concerned with faith formation which had been done. In writer’s view, there is less time alocation given for faith formation in correctional institution class II A Wirogunan Yogyakarta, the process of catechesis still releies on the catechist present, using top down approach, there is no fixed format model for faith formation. It’s hard for the catechist to persuade the inmates to be actively involved in a catechesis process. In the writer’s opinion, the catechist acts as a teacher who gives a lesson and the inmates as students who listen the teacher’s learning.

The inadequate time alocation given for faith formation, catechesis process still releies on the catechist present, using of top down, and there is no fixed format model for faith formation become challenges for catechists. Therefore to solve the problems, the writer conducted a research for the inmates in correctional institution class II A Wirogunan Yogyakarta. The writer also conducted a literature study to get more data and supporting ideas. Through those data and supporting ideas, the writer can find the form of faith formation for the inmates which is suitable with their needs.

According to the facts and through the research which has been done, the writer suggests a catechetical faith formation. Faith formation is an effort for building someone to reach his own goal of life. Catechetic is faith formation through a catechesis which means faith education or teaching.

Catechetical faith formation which the writer proposes takes a Shared Christian Praxis model. Shared Christian Praxis (SCP) is a catechesis model which point the process of participatory dialogue. SCP model its participants communicate their daily life experience in faith in Christ. Participatory dialogue enables participants to involve actively and be creative in communication with the catechist or fellow participants. Through SCP model hope participants can be assisted to deepen their life experience and deepen their faith quality through faith realization which slowly grows during the SCP process. The writer expects that faith formation by SCP model can solve faith formation problems for inmates in correctional institution class II A Wirogunan Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah atas rahmat dan kasih-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul PEMBINAAN IMAN BAGI

NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYRAKATAN KELAS II A

WIROGUNAN YOGYAKARTA: SUATU USULAN KATEKESE

PEMBINAAN BAGI NARAPIDANA. Skripsi ini diajukan guna memberikan

sumbangan pemikiran, gagasan, dan inspirasi bagi siapapun yang memilki

kerinduan dalam mengembangkan pembinaan iman bagi narapidana di manapun

berada.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mengalami pendampingan,

dukungan, motivasi, serta perhatian. Di mana semuanya ini, penulis yakini

sebagai karya Tuhan dalam membimbing serta memampukan penulis hingga pada

tahap akhir dengan penuh kesetiaan. Pada kesempatan ini, penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J, selaku dosen pembimbing utama yang telah

setia membimbing, mengarahkan, dan selalu memotivasi penulis dalam

penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.

2. Bapak Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik,

dosen penelitian dan dosen penguji II yang telah meluangkan waktu untuk

mempelajari dan memberi masukan sehubungan dengan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

3. Dr. Carolus Putranto S.J, selaku dosen penguji III yang telah meluangkan

waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan demi semakin baiknya

skripsi ini.

4. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta yang telah

membuka dan menerima penulis untuk mengadakan penelitian.

5. Para dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama

Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang setia membagikan cinta kasih, pengetahuan serta

pengorbanan selama penulis menjalani masa studi.

6. Karyawan Prodi IPPAK yang turut memberi perhatian dan dukungan bagi

penulis.

7. Bapak Sukarno sebagai donator yang telah membantu membiayai penulis

dalam hal pembayaran uang kuliah.

8. BAPEDA DIY yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

9. Frater Yusuf, Frater Andi Kurniawan, Frater Dedy, dan Frater Antonius Roja

yang telah bersedia menjadi narasumber bagi penulis.

10. Ibu Kandi dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

yang telah meluangkan waktu untuk menemani penulis dalam melakukan

penelitian di dalam LAPAS.

11. Mama, kakak, dan adik yang selalu mendukung, mendoakan dan berkorban

bagi penulis selama menjalani masa studi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

MOTTO ........................................................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

ABSTRACT ....................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................ 6

C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 7

D. Manfaat Penulisan .......................................................................... 7

E. Metode Penulisan ………………………………………………… 8

F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 9

BAB II. PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WIROGUNAN…………………............................. 12

A. Pembinaan Iman .............................................................................. 12

1. Pengertian Pembinaan ................................................................. 13

2. Pengertian Iman .......................................................................... 15

3. Pengertian Pembinaan Iman …………………………………... 20

4. Rangkuman……………………………………………………. 25

B. Narapidana dan Lembaga Permasyarakatan .................................... 26

1. Pengertian Terpidana ................................................................ 27

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

2. Pengertian Narapidana .............................................................. 27

3. Lembaga Permasyarakatan ...................................................... 29

a. Pengertian Lembaga Permasyarakatan ................................... 29

b. Lembaga Permasyarakatan Wirogunan…………………….. 29

C. Pembinaan Iman di Lembaga Permsyarakatan Wirogunan Yogyakarta ..................................................................................... 31

1. Pengertian Pembinaan Iman bagi Narapidana………………... 31

2. Hal-hal yang Sudah Dilakukan di Lembaga Permasyarakatan Wirogunan Yogyakarta ………………………………………. 34

D. Rangkuman…………………………………………………… .... . 35

BAB III. PENELITIAN ATAS PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN KELAS IIA WIROGUNAN

YOGYAKARTA ............................................................................. 38

A. Situasi Umum Pembinaan Iman di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta ....................... 39

1. Tenaga Pendamping atau Pembina bagi Pembinaan Iman di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Wirogunan ...................... 40

2. Alokasi Waktu Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga

Permasyarakatan Kelas IIA Wirogunan ..................................... 40 3. Bentuk-bentuk Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga

Permasyarakatan Kelas IIA Wirogunan yang Pernah Dilakukan oleh Para Pembina 7 .................................................. 41 4. Materi Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga

Permasyrakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta ………….... 42

B. Penelitian atas Pembinaan Iman ...................................................... 42

1. Rumusan Permasalahan .............................................................. 43

2. Tujuan Penelitian ........................................................................ 43

3. Metodologi Penelitian ................................................................. 44

a. Jenis Penelitian……………………………………………... 44

b. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………… 45

c. Responden Penelitian………………………………………. 45

d. Instrumen Pengumpulan Data……………………………… 45

e. Pengolahan Data……………………………………………. 48

f. Analisis Data ……………………………………………….. 48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

g. Variabel Penelitian…………………………………………. 49

C. Laporan Hasil Penelitian Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta ................................................... 49

1. Identitas Responden ..................................................................... 50

2. Laporan Hasil Kuesioner Terbuka ............................................... 53

3. Rangkuman Laporan Hasil Kuesioner ........................................ 56

4. Laporan Hasil Wawancara ........................................................... 58

5. Laporan Hasil Observasi ............................................................. 67

6. Laporan Hasil Studi Dokumen ................................................... 69

D. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………………... 71

1. Cukup atau tidaknya Alokasi Waktu yang Digunakan untuk Pelaksanaan Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta …………. 71

a. Aspek Tingkat Kerutinan …………………………………… 72

b. Aspek Alokasi Waktu ………………………………………. 73

2. Bentuk, Model dan Materi Pembinaan Iman yang Relevan bagi Para Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta……………………………. 75

3. Faktor-Faktor Penghambat Terlaksananya Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta………… . . 80

4. Faktor-Faktor Pendukung Terlaksananya Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta………………………………………… 83

5. Dampak Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta………….. 87 a. Tujuan Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga

Pemasyarkatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta………… 87 b. Dampak Pembinaan Iman bagi Narapidan di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta……… . 89 6. Bentuk, Model dan Materi Pembinaan Iman yang Benar-benar

diharapkan oleh Para Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta……………………………. 90 E. Kesimpulan ………………………………………………………… 93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

BAB IV. SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI USULAN KATEKESE BAGI PARA NARAPIDANA DI LEMBAGA

PERMASYARAKATAN KELAS IIA WIROGUNAN YOGYAKARTA……………………………. ................................ 97

A. Pengertian Shared Christian Praxis…………………………….. 97

1. Shared……………………………........................................... 98

2. Christian……………………………........................................ 99

3. Praxis……………………………............................................ 99

4. Langkah-langkah Shared Christian Praxis…………………... 100

B. Usulan Program Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta, dengan Model Shared Christian Praxis……………. 102

1. Latar Belakang…………………………….............................. 103

2. Tema dan Tujuan Pembinaan Iman………………………….. 105

3. Gambaran Pelaksanaan Program…………………………….. 110

4. Matrik Program……………………………............................. 111

5. Contoh Persiapan Salah Satu Sesi Pembinaan Iman………… 120

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 135

A. Kesimpulan ..................................................................................... 135

B. Saran ............................................................................................... 138

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. . 141

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian ......................................................... (1)

Lampiran 2 : Surat Bukti telah dilaksanakan penelitian ......................... (2)

Lampiran 3 : Kuesioner penelitian .......................................................... (3)

Lampiran 4 : Contoh kuesioner penelitian ............................................. (9)

Lampiran 5 : Pedoman wawancara kepada Pembina .............................. (12)

Lampiran 6 : Contoh Pembinaan Iman dari PPNKY .............................. (13)

Lampiran 7 : Struktur Organisasi Lembaga ............................................ (17)

Lampiran 8 : Transkrip Wawancara ........................................................ (18)

Lampiran 9 : Perikop Kitab Suci ............................................................ (27)

Lampiran 10 : Teks Lagu .......................................................................... (28)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

Lampiran 11 : Dokumentasi Kegiatan ...................................................... (29)

Lampiran 12 : Cuplikan Video .................................................................. (32)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Teks Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Baru:

dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik

Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia

dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang

Wahyu Ilahi yang ditulis oleh Yohanes Paulus II pada tanggal 18

November 1965.

C. Singkatan Lain

Art : Artikel

BBC : British Boardcasting Corporation, salah satu perusahan media

masa di Inggris.

Hlm : Halaman

KAS : Keuskupan Agung Semarang

KanWil : Kantor Wilayah

KGK : Katekismus Gereja Katolik

KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

LAPAS : Lembaga Pemasyarakatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xix

Ms : Miss

SCP : Shared Christian Praxis

PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa

PPNKY : Paguyuban Pendamping Narapidana Kristiani Yogyakarta

WIB : Waktu Indonesia Barat

WBP : Warga Binaan Pemasyarakatan

 

 

 

 

 

 

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada penghujung tahun 2014 sampai pada awal tahun baru 2015 dunia

hukum Indonesia dipenuhi dengan beragam berita tentang eksekusi mati enam

terpidana narkotika. Seperti yang dimuat dalam surat kabar digital British

Broadcasting Corporation Indonesia atau BBC Indonesia pada tanggal 18 Januari

2015 dengan judul berita Enam Terpidana Mati Telah Dieksekusi di

Nusakambangan dan Boyolali:

Juru bicara Kejaksaan Agung, lembaga yang melakukan hukuman mati, Tony Spontana menjelaskan 5 terpidana mati telah dieksekusi di Nusakambangan, Cilacap pukul 00.30 WIB dan dinyatakan meninggal pada pukul 00.40 WIB. Satu terpidana mati lainnya dieksekusi di Boyolali pukul 01.20 WIB. Kelima terpidana mati yang dieksekusi di Nusakambangan adalah Marco Archer Cardoso Mareira (53, Warga Negara Brasil), Daniel Eneuma (38 tahun, Warga Negara Nigeria), Ang Kim (62 tahun, Warga Negara Belanda), Namaona Dennis (48 tahun, Warga Negara Malawi), dan Rini Andriani atau Melisa Aprilia (Warga Negara Indonesia), sedangkan yang menjalani hukuman mati di Boyolali adalah Tran Thi Hanh (37 tahun, Warga Negara Vietnam).

Eksekusi mati tidak hanya berhenti pada enam terpidana mati yang telah

dieksekusi tanggal 18 Januari 2015. Eksekusi hukuman mati jilid II terhadap

sembilan terpidana mati yang menyangkut “duo Bali nine” Andrew Chan dan

Myuran Sukumaran serta “ratu ekstasi” Mary Jane Fiesta Veloso menuai

polemik. Media-media sosial maupun cetak mulai memberitakan seputar eksekusi

mati jilid dua. Salah satunya adalah ulasan berita Silvanus Alvin yang dilansir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

 

dalam situs berita resmi miliki liputan 6 pada tanggal 27 April 2015 dengan judul

berita Kapan Eksekusi Mati jilid II dilaksanakan? Ini kata JK. Ulasan berita

tersebut:

Sejumlah terpidana mati masih melakukan sejumlah cara agar bisa terlepas dari hukuman eksekusi mati. Mereka juga memaksimalkan hak hukumnya. Termasuk Sergei Areski Atlaoui yang kini namanya telah dikeluarkan dari daftar eksekusi mati jilid II. Melihat kondisi ini Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK berjanji tak akan mengebiri hak hukum mereka. “Kita selalu mengikuti proses hukum sebaik-baiknya. Karena warga Prancis itu masih memiliki proses hukum yaitu Peninjau kembali (PK) kedua, maka kita tunggu itu dulu,” kata JK di Hotel Shangri-La, Jakarta, Senin(27/05/2015). Namun JK enggan memberitahukan tanggal kapan eksekusi mati akan dilakukan. Dia pun meminta pihak terkait untuk menunggu informasi resmi dari Kejaksaan Agung. “Tanggalnya tunggu sajalah,” tukas JK.

Eksekusi mati beberapa warga Negara asing dan warga Negara Indonesia

ini sempat mendapat kecaman beberapa kalangan dari dunia internasional. PBB

melalui sekretaris jendralnya mengecam dan menyampaikan penyesalan yang

mendalam atas eksekusi mati enam terpidana yang berlangsung di Indonesia dan

yang masih berlaku di seluruh Negara di dunia. Kecaman dan reaksi penolakan

terhadap hukuman mati yang diserukan oleh Sekjen PBB ini juga diikuti oleh

Australia dan Brazil yang menarik duta besar mereka dari Jakarta. Hal ini dapat

dilihat dalam ulasan berita Evan Hardoko pada koran elektronik Kompas pada

Kamis 30 April 2015 dengan judul berita Sekjen PBB Kecam Eksekusi Mati di

Indonesia:

New York, Kompas.com- Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon mengutarakan penyesalan yang mendalam atas eksekusi mati terhadap delapan terpidana kasus narkoba di Nusakambangan, Jawa Tengah, Rabu(29/4/2015). Dalam pernyataan resminya, Ban mengatakan, hukuman mati “tidak memiliki tempat di abad 21” dan mendesak Indonesia untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

 

membatalkan eksekusi mati terhadap semua terpidana mati. Desakan itu, menurut Ban, sejalan dengan sikap 117 negara yang menyuarakan moratorium penggunaan hukuman mati dalam sidang Majelis Umum PBB pada Desember 2014. “Sekretaris Jendral mendesak semua negara yang masih menerapkan hukuman mati untuk bergabung dengan gerakan ini dan mendeklarasikan moratorium hukuman mati dan akhirnya menghapusnya,”demikian pernyataan Ban Ki-moon. Tidak hanya dari PBB, Australia dan Brasil, Gereja Indonesia pun sempat

menyerukan seruan keras terkait eksekusi mati terpidana kasus narkotika baik

eksekusi mati jilid I dan jilid II. Seruan Gereja Katolik Indonesia yang menolak

hukuman mati diserukan oleh Mgr. Ignatius Suharyo Pr dalam surat gembala

Paskah 2015 dengan judul Gereja Katolik Menolak Hukuman Mati yang

diedarkan di Keuskupan Agung Jakarta dalam judul Gereja menolak hukuman

mati yang isinya:

Pada hari-hari ini, televisi, koran dan mass media lain, penuh dengan berita mengenai hukuman mati. Saya pribadi amat sedih setiap kali melihat atau membaca berita itu dan diberitakan dengan cara yang bagi saya mencederai kemanusiaan yang adil dan beradab. Dalam suasana seperti ini saya mengajak para Imam untuk menjelaskan kepada umat pandangan Gereja mengenai hal ini dan mengajak mereka berdoa untuk para terpidana.

Katekismus Gereja Katolik menyatakan : Pembelaan kesejahteraan umum masyarakat menuntut agar penyerang dihalangi untuk menyebabkan kerugian. Karena alasan ini, maka ajaran Gereja sepanjang sejarah mengakui keabsahan hak dan kewajiban dari kekuasan politik yang sah, menjatuhkan hukuman yang setimpal dengan beratnya kejahatan, tanpa mengecualikan hukuman mati dalam kejadian-kejadian yang serius (KGK 2266). Menurut Katekismus ini, hukuman mati diperbolehkan dalam kasus-kasus yang sangat parah kejahatannya. Namun, apabila terdapat cara lain untuk melindungi masyarakat dari penyerang yang tidak berperi-kemanusiaan, cara-cara lain ini lebih dipilih daripada hukuman mati karena cara-cara ini dianggap lebih menghormati harga diri seorang manusia dan selaras dengan tujuan kebaikan bersama (bdk KGK 2267). Di sini terjadi peralihan pandangan Gereja tentang konsep hukuman mati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

 

Gereja. KGK 2267 ini diambil dari ensiklik Paus Yohanes Paulus II Evangelium Vitae.

Dalam ensiklik Evangelium Vitae yang diterbitkan tahun 1995, Paus Yohanes Paulus II menghapuskan status persyaratan untuk keamanan publik dari hukuman mati ini dan menyatakan bahwa, dalam masyarakat modern saat ini, hukuman mati tidak dapat didukung keberadaannya. Berikut kutipannya:

Adalah jelas bahwa untuk tercapainya maksud-maksud ini, jenis dan tingkat hukuman harus dengan hati-hati dievaluasi dan diputuskan, dan tidak boleh dilaksanakan sampai ekstrim dengan pembunuhan narapidana, kecuali dalam kasus-kasus keharusan yang absolut: dengan kata lain, ketika sudah tidak mungkin lagi untuk melaksanakan hal lain untuk membela masyarakat luas. Selanjutnya ditegaskan, Namun demikian, dewasa ini, sebagai hasil dari perkembangan yang terus menerus dalam hal pengaturan sistem penghukuman, kasus-kasus sedemikian (kasus-kasus yang mengharuskan hukuman mati) adalah sangat langka, jika tidak secara praktis disebut sebagai tidak pernah ada.” (EV 56).

Untuk menuju tujuan yang mulia di atas, peran dan bentuk pembinaan di

dalam Lembaga Pemasyarakatan perlu mengalami perubahan juga. Berdasarkan

data yang diperoleh penulis pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan dilakukan

berdasar pada asas: pengayoman, persamaan perlakuan dan pelayanan,

pendidikan, pembimbingan, penghormatan harkat dan martabat manusia,

kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan dan terjaminnya

hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga atau orang- orang tertentu

(Undang-Undang No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Bab II pasal 5).

Menurut pengalaman penulis yang lain, pembinaan iman bagi narapidana

di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta dijadwalkan satu

minggu sekali yakni pada hari Sabtu setiap minggunya. Dari alokasi waktu

pembinaan iman ini, muncul beberapa pertanyaan yang menganjal dalam hati

penulis. Pertanyaan yang sering muncul adalah cukupkah alokasi waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

 

pembinaan iman yang telah disediakan oleh Lembaga Pemasyarakatan? Lantas

bagaimana bentuk pembinaan iman yang selama ini dilaksanakan dalam Lembaga

Pemasyarakatan? Siapakah yang melaksanakan pembinaan iman dalam Lembaga

Pemasyarakatan?

Dalam usaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di atas. Pertama

kali penulis menyadari bahwa pelayanan pembinaan iman bagi narapidana di

dalam Lembaga Pemasyarakatan membutuhkan spiritualitas yang sungguh-

sungguh. Dalam permenungan muncullah gagasan dan spiritualitas pelayanan

yang tulus dan menyeluruh sebagai bentuk konkrit dari iman yang dianut oleh

para pelayan pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan. Spiritualitas ini

terinspirasi dari Matius 25: 34-36:

Yesus bersabda, “Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah kerjaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijakdikan. Sebab ketika Aku haus kamu memberi Aku minum, ketika Aku seorang asing kamu memberi Aku tumpangan, ketika Aku telanjang kamu memberi Aku pakaian, ketika Aku sakit, kamu melawat Aku, dan ketika Aku di dalam penjara kamu mengunjungi Aku”.

Perikop ini ingin menyampaikan bahwa menjadi orang Katolik tidak

hanya berhenti pada kehidupan doa yang taat, akan tetapi kehidupan doa yang

disertai dengan perbuatan. Pada dasarnya iman Katolik sendiri mengajarkan

kepada umatnya agar hidup beriman tidak berhenti pada beribadah dan berbuat

baik. Iman Katolik memiliki konsekunsi nyata yang membimbing umatnya untuk

mewujudkan apa yang dihayati dalam perbuatan nyata. Salah satunya adalah

dengan mengunjungi orang yang sedang ada di dalam penjara. Dengan menyapa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

 

mereka lewat pelayanan pembinaan iman, orang Katolik mengaktualisasikan

imannya.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terpapar di atas, penulis

merasa tertarik untuk mendalami pembinaan iman bagi narapidana. Maka dari itu

penulis mengambil judul PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A WIROGUNAN

YOGYAKARTA: SUATU USULAN KATEKESE PEMBINAAN IMAN

BAGI NARAPIDANA. Penulis ingin memberikan suatu sumbangan pemikiran

katekese bagi pembinaan iman narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A Wirogunan Yogyakarta. Penulis berharap sumbangan ini dapat membawa

perubahan sikap dan moral narapidana yang terwujud dalam perubahan hidup

mereka, sehingga Lembaga Pemasyarakatan dapat memenuhi visi dan misinya

sebagai lembaga yang memperbaiki kesalahan dan kembali memanusiakan

manusia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan yang dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa itu pembinaan iman?

2. Siapa itu narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan?

3. Sejauh mana pembinan iman bagi narapidana bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan kelas II A WIrogunan Yogyakarta sudah berjalan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

 

4. Sejauh mana pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta sudah berjalan secara efektif?

5. Usulan katekese atau usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

pembinaan iman dan perubahan sikap serta moral para narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan permasalahan yang diungkapkan di atas, maka ada beberapa rumusan tujuan:

1. Mengetahui apa itu pembinaan iman.

2. Mengetahui apa itu narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan.

3. Mengetahui pembinaan iman yang telah berjalan di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan dan efektivitas pembinaan iman tersebut.

4. Memberi usulan program pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga

Pemasyrakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

5. Skripsi ini ditulis guna memenuhi salah satu syarat kelulusan sarjana strata I

pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah

a. Secara akademis, dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi

pengetahuan dan pengembangan ilmu yang berkaitan dengan pembinaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

 

iman bagi narapidana yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan acuan

dalam berkatekese di dalam lembaga pemasyrakatan.

b. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A Wirogunan Yogyakarta khususnya bagi para pemerhati pembinaan iman di

Lembaga Pemasyarakatan sebagai salah satu alternatif bahan katekese.

c. Sebagai calon katekis, penulis semakin diperkaya sehingga mampu

mendesain katekese pembinaan iman narapidana yang sungguh kontekstual

dan menarik.

2. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah

a. Berguna untuk penelitian lebih lanjut mengenai katekese pembinaan iman

bagi narapidana.

b. Sebagai sumbangan pustaka ilmiah, khususnya dalam bidang katekese

pembinaan iman narapidana.

E. Metode Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif analitis, artinya

penulisan yang menggambarkan dan menganalisis suatu masalah dan keadaan

sebagaimana adanya. Deskripif analitis adalah usaha penulis menganalisis buku-

buku sebagai sumber bahan dan membahasakannya kembali dalam bentuk tulisan.

Hal yang sama akan penulis lakukan dalam pengumpulan data. Penulis akan

menggunakan penelitian kualitatif dengan wawancara. Penulis akan menggali dan

menganalisis hasil wawancara dengan para narapidana Untuk mendapatkan data,

dan mengolahnya menjadi hasil penelitian yang akan penulis gunakan sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

 

dasar sumbagan pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini mengambil judul PEMBINAAN IMAN BAGI

NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A

WIROGUNAN YOGYAKARTA: SUATU USULAN KATEKESE

PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA. Judul tersebut akan diuraikan

dalam lima bab sebagai berikut:

Bab I adalah bagian pendahuluan yang di dalamnya mencakup latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II dibagi dalam tiga bagian : pertama, pembinaan iman yang terdiri

dari empat sub bab yakni pembinaan, iman, pembinaan iman dan

rangkuman pembinaan iman. Kedua, Narapidana dan Lembaga

Pemasyarakatan yang mencakup tentang pengertian terpidana,

pengertian narapidana, pengertian Lembaga Pemasyaraktan yang

terdiri dari pengertian Lembaga Pemasyarakatan secara umum dan

sekilas pandang mengenai Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta yang menjelaskan tentang situasi geografis,

sejarah singkat, visi dan misi, serta strategi Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Ketiga,

pembinaan iman bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan yang menjelaskan tentang pengertian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

 

pembinaan iman bagi narapidana dan usaha-usaha yang telah

dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta.

Bab III akan menguraikan tentang lima hal. Hal yang pertama adalah

situasi umum kegiatan pembinaan iman di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta yang terdiri

dari empat sub bab yakni tenaga pembina atau pendamping

pembinaan iman bagi narapidana, alokasi waktu pembinaan iman

bagi narapidana, bentuk dan model pembinaan iman bagi

narapidana yang telah dilaksanakan oleh pembina, dan materi

pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

Kedua, penelitian pembinaan iman yang terdiri dari tiga sub bab

yaitu rumusan permasalahan, tujuan penelitian, dan metodologi

penelitian yang mencakup jenis penelitian, tempat dan waktu

penelitian, responden penelitian, instrument pengumpulan data,

pengolahan data, analisa data dan variabel peneltian.

Ketiga, laporan hasil penelitian yang terdiri dari identitas

responden, laporan hasil kuisioner terbuka, laporan hasil

wawancara, laporan hasil observasi, dan laporan studi dokumen.

Keempat pembahasan hasil penelitian yang terdiri dari cukup atau

tidaknya alokasi waktu yang digunakan untuk pelaksaan

pembinaan iman bagi narapidana meliputi aspek tingkat kerutinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

 

dan aspek alokasi waktu, bentuk, model dan materi pembinaan

iman yang relevan bagi narapidana, faktor-faktor pendukung dan

faktor-faktor penghambat terlaksananya pembinaan iman bagi

narapidana, dampak pembinaan iman bagi narapidana yang

meliputi tujuan pembinaan iman bagi narapidana dan dampak

pembinaan iman bagi narapidana serta bentuk, model dan materi

pembinaan iman yang benar-benar diharapkan oleh narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

Kelima, kesimpulan yang dibuat penulis sebagai rangkuman atas

penelitian terhadap pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

Bab IV berisi tentang, pertama, pengertian Shared Christian Praxis yang

terdiri dari pengertian Shared, Christian, dan praxis. Kedua,

Shared Christian Praxis sebagai usulan model pembinaan iman

bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta yang terdiri dari latar belakang tema dan

tujuan program, gambaran pelaksanaan program, matrik program,

dan contoh persiapan salah satu sesi pembinaan iman.

Bab V adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan atas peneltian

pembinaan iman bagi narapidana dan saran bagi pembinaan iman

di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

 

BAB II

PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A WIROGUNAN

Fokus pada bab dua ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama penulis

membahas tentang pembinaan iman yang terdiri dari pengertian pembinaan dan

iman. Pada bagian kedua penulis membahas tentang narapidana dan lembaga

pemasyarakatan yang terdiri dari pengertian narapidana dan lembaga

pemasyarakatan. Sedangkan pada bagian ketiga penulis membahas tentang

pembinaan iman bagi narapidana yang terdiri dari pembinaan iman bagi

narapidana dan usaha-usaha yang telah dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta dalam membina iman narapidana khususnya

narapidana yang beragama Kristen dan Katholik.

A. Pembinaan Iman

1. Pengertian Pembinaan

Dalam buku karangan Mangunhardjana berjudul Pembinaan: Arti dan

Metodenya, pembinaan didefinisikan sebagai:

suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal yang baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan pengentahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang sedang dijalani secara lebih efektif (Mangunhardjana 1986: 12).

Dalam pembinaan, orang tidak sekedar dibantu untuk mempelajari ilmu

murni, tetapi ilmu yang akan dipraktekkan. Tidak dibantu untuk mendapatkan

pengetahuan, tetapi pengetahuan untuk dijalankan. dalam pembinaan orang

 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

 

terutama dilatih untuk mengenal kemampuan dan mengembangkannya, agar dapat

memanfaatkannya secara penuh dalam bidang hidup atau kerja mereka. Oleh

karena itu unsur pokok dalam pembinaan adalah mendapatkan sikap, tingkah laku,

kecakapan dan keterampilan.

Dalam pembinaan terjadi proses melepas hal-hal yang sudah dimiliki

berupa pengetahuan dan praktek yang sudah tidak membantu dan menghambat

hidup dan kerja dan mempelajari pengetahuan dan praktek baru yang

meningkatkan hidup dan kerja. Tujuannya agar orang yang menjalani pembinaan

mampu mencapai tujuan hidup atau kerja yang digumuli secara lebih efisien dan

efektif daripada sebelumnya.

Definisi lain dari pembinaan dapat ditemukan dalam buku karangan

Mitfah Thoha yang berjudul Pembinaan Organisasi:

suatu proses hasil atau pertanyaan yang lebih baik dalam hal ini menunjukkan adanya perubahan, kemajuan, pertumbuhan, peningkatan, evaluasi atau berbagai kemungkinan atas berbagai sesuatu di atas. Pembinaan juga dapat dimengerti sebagai proses atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian-pengertian, diawali dengan mendirikan, membutuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai dengan usaha-usaha perbaikan, menggembangkan, menyempurnakan (Thoha 1999: 243).

Pembinaan adalah suatu proses yang membuat manusia menjadi lebih

baik. Dalam proses itu terdapat beberapa tahapan yang harus dilaksanakan sebagai

syarat mutlak pembinaan. Proses itu diawali dengan mendirikan, dilanjutkan

dengan proses membutuhkan bahan-bahan guna mengembangkan dirinya, tahapan

pembinaan dilanjutkan dengan proses pemeliharaan terhadap pertumbuhan

tersebut. Dalam usaha pemeliharaan tercakup pula usaha-usaha perbaikan,

mengembangkan, dan menyempurnakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

 

Oleh karena itu pembinaan memiliki beberapa tujuan. Pembinaan

bertujuan utnuk memampukan seseorang membaharui diri dan meningkatkan

efektivitas hidup dan karya. Pembinaan dapat menganilisi situasi hidup secara

positif maupun negatif dan memampukan orang untuk bertanggung jawab

terhadap apa yang menjadi tuntutan hidup (Mangunhardjana 1986:13).

Menurut Mardi Prasetya (2001: 24) tujuan pembinaan merupakan

transformasi diri dalam Kristus, menjadi murid Kristus menyertakan dinamika

untuk membentuk hidup atas dasar nilai-nilai yang ditawarkan oleh Kristus agar

kita diubah oleh nilai-nilai tersebut. Oleh karena itu tujuan transformasi diri ini

perlu dilihat secara khusus supaya pembinaan tetap dilihat sebagai tujuan yang

tertinggi dibandingkan dengan tujuan-tujuan praktis yang lain sehingga hari demi

hari terus dihayati dalam hidup panggilan maka tujuan praktis yang lain harus

diletakkan dibawahnya.

Dari pengertian di atas jelas bahwa pembinaan selalu mengarah ke hasil

yang lebih baik. Jika dicermati dari masalah kepentingannya tidak semua orang

memahami dan memperhatikan pentingnya pembinaan. Seperti yang diungkapkan

Mangunhardjana bahwa pembinaan yang baik akan berdampak pada orang lain.

Dengan kata lain pembinaan dapat membantu orang lain “keberhasilan pembinaan

dapat berdampak pada orang lain dan membantu mereka untuk melihat diri dan

pelaksanaan hidup serta kerjanya. Pembinaan dapat menganlisis situasi hidup dan

kerjanya dari segala segi positif atau negatifnya. Pembinaan dapat digunakan

sebagai sarana untuk menemukan masalah hidup dan masalah dalam kerjanya;

menemukan hal atau bidang hidup dan kerjanya yang sebaiknya diubah atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

 

diperbaiki. Pembinaan juga dapat digunakan sebagai sarana untuk merencanakan

sasaran dan program di bidang hidup kerjanya sesudah mengikuti pembinaan

(Mangunhardjana 1989: 13).

2. Pengertian Iman

Pengertian iman yang paling umum diketahui kalangan umat adalah

bahwa iman dipahami sebagai karunia Allah dan tanggapan manusia. Dari

pengertian ini, dapat ditarik sebuah simpul bahwa Allah adalah subjek pemberi

rahmat dan manusia adalah objek penerima rahmat. Akan tetapi, di sisi yang lain,

Allah menjadi objek penerima tanggapan manusia atas anugerah-Nya dan manusia

menjadi subjek yang memberikan tanggapan terhadap panggilan Allah. Oleh

karena itu, penulis dalam sub bab ini akan memisahkan dan memberikan

penjelasan terkait Allah yang menjadi subjek dan manusia yang menjadi objek,

serta Allah mejadi objek dan manusia menjadi subjek.

Katekismus Gereja Katolik(selanjutnya akan ditulis KGK) artikel 1

nomor 51-53 menjelaskan bahwa Allah mewahyukan Diri kepada manusia. Isi

wahyu itu adalah belas kasihan Allah kepada manusia. Allah membuka diri untuk

manusia, supaya manusia bisa mengenal Dia dan kehendak-Nya. Manusia mampu

mengenal Allah lewat Yesus Kristus, Sang Sabda yang telah menjadi daging dan

dalam Roh Kudus, ikut serta dalam kodrat ilahi. Melalui Yesus Kristus, Allah

mengangkat manusia menjadi anak-anak-Nya. Dengan mewahyukan diri Allah

memberikan kesanggupan bagi manusia untuk memberikan timbal balik atau

tanggapan, mengikuti-Nya, dan mencintai-Nya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

 

Dalam dokumen Dei Verbum yakni Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan

II tentang Wahyu Ilahi, iman diartikan sebagai Allah yang mewahyukan diri-Nya

kepada manusia lewat perjalanan sejarah melalui perantaraan para nabi dan

setelah berkali-kali mengalami kegagalan akhirnya Allah mengutus Putra-Nya

yaitu Yesus Kristus (DV 4).

Tahapan pewahyuan Diri Allah juga dijelaskan dalam KGK artikel 2

nomor 54-64 bahwa Allah membiarkan Diri-Nya dikenal oleh manusia sejak awal

mula. segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah berasal dari sabda-Nya. Sejak

awal mula, Allah telah memperkenalkan Diri-Nya dan menjalin hubungan yang

erat dengan manusia pertama. Relasi antara Allah dan manusia itu tidak hanya

sebatas antara pencipta dan ciptaan namun Allah memberikan keselamatan bagi

manusia berupa rahmat yang berlimpah dan keadilan yang gemilang.

Meski manusia jatuh dalam dosa, Allah tidak berhenti mencintai

manusia. Ia tetap saja memberikan keselamatan bagi manusia yang mencari-Nya,

mengikuti-Nya, dan mencintai-Nya. Berkali-kali manusia jatuh dalam jurang

dosa, tetapi Allah selalu memberikan jalan bagi manusia untuk menuju

keselamatan. Perjanjian dengan Nuh setelah banyak manusia jatuh dalam dosa,

adalah simbol dimana Allah memberikan keselamatan kepada bangsa-bangsa.

Allah tetap memberikan keselamatan kepada manusia yang terus hidup bertekun

dalam perjanjian Allah dengan Nuh sembari menantikan kedatangan Kristus yang

mempersatukan anak-anak manusia yang tercerai-berai.

Tahapan wahyu Allah kemudian sampai pada Abraham. Allah

memanggil Abraham untuk keluar dari lingkaran sanak keluarganya. Allah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

 

menjadikan Abraham seorang bapa bangsa yang besar, sebab dari sanalah seluruh

keturunan Abraham akan menerima keselamatan Allah. Abraham dan

keturunannya menjadi akar pohon dimana kelak ketika telah tumbuh, orang-orang

diluar keturunan Abraham akan dipersatukan dan diselamatkan. Dengan

demikian keselamatan menjadi milik semua orang.

Setelah masa para Bapa, Allah membentuk Israel menjadi bangsa-Nya.

Israel diselamatkan dari perbudakan di Mesir dan Allah memberkati bangsa Israel.

Dari namanya, Israel adalah orang-orang yang menerima berkat Allah. Mereka

adalah orang-orang yang mendengar panggilan Allah. Dari bangsa inilah,

keselamatan Allah terbuka bagi semua orang.

Yesus Kristus adalah sabda yang menjadi daging. Yesus Kristus

merupakan perantara dan kepenuhan seluruh wahyu Allah yang maha tinggi.

melalui Yesus Kristus, Allah yang tidak kelihatan dengan cinta kasih-Nya

menyapa manusia dan bergaul dengan mereka untuk membebaskan manusia dari

kegelapan dosa dan maut. Maka barang siapa melihat Yesus Kristus maka melihat

Allah juga (DV 2).

Allah mewahyukan diri-Nya dalam diri Yesus Kristus yang merupakan

jalan kebenaran dan hidup. Melalui Yesus Kristus Allah turun ke dunia utnuk

menjumpai dan berinteraksi dengan manusia yang dinyatakan dalam misteri

Tritunggal Maha Kudus. Dalam karya-Nya Yesus Kristus mewartakan kabar

gembira untuk membebaskan manusia dari kegelapan dosa dan maut. Barang

siapa mengikuti Dia maka akan beroleh hidup yang kekal (DV 4).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

 

Iman sebagai pewahyuan diri Allah kepada manusia juga dapat

dimengerti lewat Dei Verbum artikel 4

Oleh karena cinta kasih-Nya yang begitu besar kepada umat manusia, Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia dengan mengutus Putra-Nya yakni sabda kekal yang tinggal di tengah umat manusia untuk menyinari semua orang dan akan bercerita kepada mereka tentang hidup Allah yang terdalam. Yesus Kristus merupakan sabda yang menjadi daging, dan merupakan kepenuhan wahyu Allah. Barang siapa melihat Yesus berarti melihat Bapa juga.

Tampak dalam dokumen tersebut Allah begitu murah hati kepada

manusia. Cinta kasih Allah melebihi dosa-dosa manusia. Untuk menebus segala

dosa manusia, dianugerahi-Nya manusia dengan Putra-Nya yang Tunggal Tuhan

kita Yesus Kristus. Dalam kebersamaan-Nya dengan manusia di dalam dunia,

Yesus Kristus taat akan perintah Bapa-Nya. Ketaatan Kristus mewujud nyata

dalam peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Ia taat kepada Bapa-Nya

sampai mati di kayu salib; demi menebus dosa-dosa manusia Ia wafat di kayu

salib lambang penghinaan.

Wahyu dipahami sebagai Allah Sendiri, yang hadir dan menyapa

manusia, yang berbicara dengan manusia, dan yang berelasi dengan manusia. Dari

pihak manusia diharapkan ada tanggapan atas sapaan Allah ini. Tanggapan

manusia inilah yang disebut iman. Hal ini dikatakan dengan tegas dalam Dei

Verbum artikel 5: “Kepada Allah yang mewahyukan diri, manusia harus

menyatakan ketaatan iman. Dalam ketaatan iman tersebut manusia dengan bebas

menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah dengan kepenuhan akal budi dan

kehendak yang penuh kepada Allah pewahyu…..”. Dengan demikian, tampaklah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

 

bahwa iman dapat diartikan sebagai sikap penyerahan diri manusia, dalam

perjumpaan pribadi dengan Allah.

Orang yang memiliki iman adalah orang yang memiliki hubungan pribadi

yang mendalam dengan Allah yang hidup di mana dalam hidupnya seseorang

menerima kehadiran Allah dan menyerahkan diri seutuhnya kepada kehendak

Allah atas hidupnya. Seseorang yang menerima kehadiran Allah dalam hidupnya

senantiasi hidup dalam buah-buah Roh Allah yang kudus. Hidupnya mendekati

kekudusan rohaniah yang terpancar dari ketulusan serta kebaikan tingkah laku.

Seseorang yang menyerahkan dirinya seutuhnya kepada Allah, senantiasa

bersyukur kepada Allah karena rahmat yang diberikan Allah, dan tidak pernah

khawatir akan apa yang akan terjadi pada esok hari. Sebab hidup orang beriman

yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah penuh dengan buah-buah kasih

yakni kesabaran, ketekunan dan rendah hati.

Oleh karena itu, iman dapat dibedakan menjadi dua pengertian dasar

yakni iman sebagai jawaban manusia atas wahyu Allah dan iman sebagai

penyerahan diri manusia kepada Allah.

Iman adalah penyerahan diri manusia kepada Allah. Penyerahan diri erat

kaitannya dengan ketaatan manusia pada rencana Allah. Teladan penyerahan diri

dan ketaatan pada rencana Allah sering umat Katholik dengar ketika memasuki

masa prapaskah. Dalam renungan jalan salib, kita dihadapkan pada teladan nyata

ketaatan dan penyerahan diri Yesus Kristus. Dalam salah satu pemberhentian jalan

salib, kita merenungkan nubuat nabi Yesaya:

Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan? Sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

 

taruk ia tumbuh di hadapan Tuhan dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seseorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; Ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah,dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita, ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kiat menjadi sembuh (Yes 53:1-5)

Ketaatan Hamba Tuhan yang digambarkan dalam kitab nabi Yesaya,

seringkali menjadi gambaran ketaatan Yesus Kristus akan kehendak Bapa-Nya.

Penghinaan, kesakitan, penghianatan dan kematian yang dialaminya adalah

bentuk penyerahan diri-Nya kepada Bapa-Nya. Ia memberi teladan kepada

manusia agar menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah Bapa.

Penyerahan diri seutuhnya yang diteladankan oleh Yesus Kristus lewat

peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya adalah teladan penyerahan

seutuhnya. Penyerahan itu dapat diwujudkan dengan senantiasa menjadikan Yesus

sebagai pokok keselamatan dan andalan dalam hidup dan meneruskan karya-Nya

di dalam dunia ini.

3. Pengertian Pembinaan Iman

Pembinaan iman tidak hanya dilakukan sebagai bentuk kewajiban dan

kepedulian Gereja terhadap umatnya yang ada di dalam kesulitan. Akan tetapi

pembinaan iman adalah bentuk sapaan kasih Allah terhadap umat-Nya. Sapaan

kasih Allah itu tertuang dan berdasar pada setiap kegiatan umat beriman yang

bertujuan untuk mengembangkan kedewasan imannya. Oleh karena itu penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

 

akan menjelaskan tentang pembinaan iman yang selanjutnya akan disebut sebagai

formatio iman.

Dalam Direktorium Formatio Iman yang diterbitkan oleh Dewan Karya

Pastoral Keuskupan Agung Semarang, formatio iman didefinisikan sebagai

pembinaan dan pembentukan diri menjadi (sebagai) pribadi Katolik yang berakar

dan berpola pada hidup Kristus dalam segala dimensi hidupnya secara total dan

integral dalam ungkapan dan perwujudannya (Dewan Karya Pastoral Keuskupan

Agung Semarang 2014: 3).

Formatio iman sebagai pembinaan iman memiliki garis-garis formatif yang

menjadi tolok ukur. Hal-hal yang menjadi garis-garis formatif itu adalah arah

dasar dari formatio iman, sumber-sumber yang harus digunakan dalam formatio

iman, dan tindakan-tindakan serta hal-hal yang harus dilakukan dalam formatio

iman. Tindakan dan hal-hal yang harus dilakukan dalam formatio iman termuat

dalam empat unsur utama yang harus dikerjakan yakni pengembangan

pengetahuan iman, penghayatan tradisi Katolik, pembinaan moral serta

peningkatan hidup menggereja dan memasyakat.

Arah dasar formatio iman adalah hidup dalam Kristus: menjadi Katolik

yang cerdas, tangguh dan misioner. Sakramen baptis menjadikan seseorang anak

Allah dan murid Kristus. Sebagai anak Allah, hidupnya dibentuk dan diresapi

nilai-nilai Injili serta dikuatkan dengan spiritualitas kesaksian martiria, yakni sedia

memanggul salib kehidupan sehari-hari, mengasihi secara tulus tanpa pamrih,

semangat berkorban, konsisten dalam kata dan perbuatan. Sebagai murid,

hidupnya berakar dan berpola pada hidup Kristus. Dengan berpola pada hidup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

 

Kristus, orang Katolik hidup semakin bermakna bagi dunia dengan hadir sebagai

garam, ragi dan terang (Dewan Karya Pastoral KAS 2024: 43).

Arah dasar formatio iman yakni hidup dalam Kristus sendiri terinspirasi dari

Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus bab 4 ayat 13 -15; “sampai kita telah

mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah,

kedewasaan penuh dan tingkata pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan

Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak yang diombang-ambingkan oleh rupa-

rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka

yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam

kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah

Kepala”.

Sumber utama formatio iman adalah Sabda Allah. Sabda Allah itu ialah

Yesus Kristus yang menjadi manusia dan bahwa suara-Nya terus menggema

dalam Gereja dan di dunia melalui Roh Kudus. Sabda Allah ditujukan kepada

manusia melalui perendahan diri ilahi yang mengagumkan dan sampai kepada

manusia melalui perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan. Gereja

merenungkan Sabda Allah dengan semangat iman yang mendalam,

mendengarkannya dengan saleh, memeliharanya dengan cinta dan mewartakannya

dengan setia melalui Tradisi dan Kitab Suci (Dewan Karya Pastoral KAS 2014:

44).

Sabda Allah yang terkandung dalam Tradisi dan Kitab Suci direnungkan

dan dimengerti dengan lebih mendalam melalui perasaan iman seluruh umat

Allah, di bawah bimbingan Magisterium. Dirayakan dalam Liturgi Suci yakni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

 

tempat Sabda Allah terus menerus dimaklumkan, didengarkan, dibatinkan, dan

dijelaskan. Bersinar dalam sejarah hidup Gereja teristimewa kesaksian Kristiani

dan secara khusus dalam diri para Kudus. Dikaji dan diperdalam oleh studi-studi

dan penelitian-penelitian teologis yang membantu umat beriman untuk semakin

maju dan mendalam akan pengertiannya yang vital tentang misteri-misteri iman;

dan dinyatakan dalam nilai-nilai moral dan religious serta ditaburkan dalam

masyarakat dan berbagai kebudayaan (Dewan Karya Pastoral KAS 2014: 44-45).

Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang dalam buku berjudul

Formatio Iman Berjenjang mendefinisikan pembinaan sebagai berikut:

Formatio iman merupakan konsekuensi langsung dari identitas Gereja yang bersifat misioner. Perutusan Gereja untuk senantiasa melaksanakan evangelisasi membuahkan pertobatan dan iman. Maka yang semula tidak percaya kepada Kristus, kemudian menerima warta Injil, mengimani, dan memberikan diri dibaptis. Tugas Gereja selanjutnya adalah menjaga, merawat, dan mendamingi agar semua umat Kristiani bertumbuh dalam Kristus. Jadi proses menjaga, merawat, menyuburkan dan mendewasakan ini disebut sebagai Formatio iman (Dewan Karya Pastoral KAS).

Dalam menjalakan perannya untuk menjaga, merawat, menyuburkan, dan

mendewasakan iman umat formatio iman bersifat fundamental, eklesial, total dan

integral. Formatio iman bersifat fundamental karena formatio iman merupakan

keharusan, suatu tanggung jawab yang tidak bisa dikesampingkan. Formatio iman

menjadi tugas utama Gereja. Selain fundamental formatio iman bersifat eklesial

artinya formatio iman kecuali tugas Gereja juga merupakan tugas semua orang

beriman, juga diarahkan sebagai tugas semua anggota Gereja (Dewan Karya

Pastoral KAS 2014: 22).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

 

Formatio iman juga bersifat total artinya formatio iman harus dilakukan

dengan sungguh-sungguh, tidak bisa dilakukan dengan setengah-setengah.

Formatio harus sungguh-sungguh dalam semangat, cara, dan langkah-langkahnya.

Totalitas juga terjadi ketika orang semakin kreatif dan inovatif dalam

mengusahakan metodologi pewartaan. Terakhir, formatio iman bersifat intergral

artinya dalam melaksakannya menunjuk pada tanggung jawab bersama, bukan

sekelompok orang atau komunitas keluarga, sekolah, dan paroki. Integral juga

menunjuk pada kerja sama dan sinergi antar pelaku katekese atau antar komunitas

(Dewan Karya Pastoral KAS 2014: 22).

Formatio iman memiliki peranan vital dalam Gereja. Peranan itu antara lain

adalah peran kerygmatis, edukatif, kuratif, dan transformatif. Peran Kerygmatis

berarti peran pewartaan. Formatio iman berperan kerygmatis berarti formatio

iman menegaskan perutusan Gereja untuk selalu menawarkan Injil terutama bagi

mereka yang sudah menjadi anggota Gereja (Dewan Karya Pastoral KAS

2014:23).

Peran eduktif berarti peran mendidik. Formatio iman berperan mendidik

umat dalam hal iman. Formatio iman berperan edukatif berarti formatio iman

menjadi pendidikan iman sepanjang hidup manusia. Artinya, usaha tidak terhenti

pada aspek tertentu seperti pada pengenalan kebenaran atau pada pemahaman

perubatan-perbuatan moral. Tugasnya meluas sampai pada pembentukan sikap

iman sebagai jawaban pribadi dan total atas rencana hidupnya (Dewan Karya

Pastoral KAS 2014:24).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

 

Peran kuratif pembinaan iman memiliki arti bahwa pembinaan iman

memiliki peranan untuk menjaga, merawat dan menumbuhkan iman umat dari

segala macam tantangan dan godaan zaman. Untuk melaksanakan peran ini Gereja

memiliki empat W sebagai sebuah dasar. Empat W itu adalah word atau

pewartaan sabda, worship atau doa, devosi dan peribadatan, witness atau

persekutuan hidup, kesaksian iman, sharing iman dan welfare atau pelayan dan

keterlibatan yang memberdayakan (Dewan Karya Pastoral KAS 2014:24-25).

Sedangkan peran transformatif dari pembinaan iman berarti pembinaan

iman membantu orang untuk memperbaharui dirinya melalui dan berdasar pada

iman. Dalam peran transformatif, umat tidak hanya menenrima informasi atau

informed tentang pengetahuan iman dan pemahaman sikap-sikap moral, akan

tetapi sampai pada tahap formed yakni dibentuk oleh pengalaman-pengalaman

iman, kemudian umat mengalami tahap transformed atau sampai pada tahap

transformasi dimana umat mengalami perubahan dalam hidupnya berdasar pada

imannya yang telah berkembang (Dewan Karya Pastoral KAS 2014:25-26).

4. Rangkuman

Dari masing-masing pengertian yang telah penulis jabarkan di atas dapat

disusun sebuah rangkuman mengenai pembinaan, iman, dan pembinaan iman.

Pembinaan adalah proses belajar atau proses hasil dengan melepaskan hal-hal

yang sudah dimiliki guna memperoleh hal-hal baru yang belum dimiliki dengan

tujuan untuk membantu orang yang menjalaninya supaya mampu

menggembangkan pengetahuan dan kecakapannya secara lebih efektif sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

 

dengan urutan-urutan pengertian-pengertian baru yang didapatkan di mana proses

belajar atau proses hasil itu diawali dengan mendirikan, membutuhkan

pemeliharaan yang disertai dengan usaha-usaha perbaikan, mengembangkan, dan

menyempurnakan.

Iman dapat diartikan sebagai wahyu Allah dan tanggapan manusia. Iman

sebagai wahyu Allah menurut KGK artikel nomor 51-53 adalah Allah

mewahyukan Diri kepada manusia. Isi wahyu itu adalah belas kasihan Allah

kepada manusia. Selain itu menurut DV artikel 4 iman dapat diartikan sebagai

Allah yang mewahyukan diri-Nya pada manusia lewat perjalanan sejarah melalui

perantaraan para nabi,dan setelah berkali-kali mengalami kegagalan akhirnya

Allah mengutus Putra-Nya yaitu Yesus Kristus.

Sedangkan pembinaan iman menurut Dewan Karya Pastoral Keuskupan

Agung Semarang dapat diartikan sebagai pembinaan dan pembentukan jati diri

sebagai pribadi Katolik yang berakar dan berpola pada hidup Yesus Kristus dalam

segala dimensi hidupnya secara total dan integral dalam ungkapan dan

persetujuan.

B. Narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan

Setelah menjelaskan arti pembinaan, iman serta pembinaan iman, pada sub

bab ini penulis akan menjelaskan pengertian narapidana dan Lembaga

Pemasyarakatan. Tetapi untuk melengkapi pengertian narapidana penulis terlebih

dahulu menjabarkan pengertian terpidana sesuai dengan urutan penetapan status

hukum seseorang yang mendapatkan hukuman pidana.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

 

1. Pengertian Terpidana

Dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 1995 tentang

pemasyarakatan bahwa pada hakikatnya Warga Binaan Pemasyarakatansebagai

insan dan sumber daya manusia yang harus diperlakukan dengan baik dan

manusiawi dalam satu sistem pembinaan yang terpadu. Sistem pembinaan yang

terpadu tersebut disebut sistem pemasyarakatan yang merupakan rangkaian

penegakan hukum yang bertujuan agar Warga Binaan Pemasyarakatan menyadari

kesalahannya, dapat memperbaiki dirinya, dan tidak mengulangi tindak pidana

sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan

dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan

bertanggung jawab.

Oleh karena itu, undang-undang membedakan pengertian tentang terpidana

dan narapidana. Terpidana menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 12

tahun 1995 tentang pemasyarakatan pasal satu ayat enam adalah seseorang yang

dipidanakan berdasarkan putusan pengadilan yang memperoleh hukum tetap.

2. Pengertian Narapidana

Pengertian narapidana menurut Undang-undang Republik Indonesia

nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan pasal satu ayat tujuh adalah

terpidana yang hilang kemerdekaannya dan menjalani masa pidana di lembaga

pemasyarakatan. Terpidana yang telah diterima di lembaga pemasyarakatan

diwajibkan untuk didaftar. Pendaftaran yang dimaksudkan adalah pengubahan

status terpidana menjadi narapidana. Pendaftaran terpidana meliputi pencatatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

 

yang di dalamnya terdapat putusan pengadilan, jati dan barang serta uang yang

dibawa. Kemudian pemeriksaan kesehatan, pembuatan pas foto, pengambilan

sidik jari, dan pembuatan beriata acara serah terima terpidana.

Narapidana yang telah diterima di lembaga pemasyarakatan kemudian

digolongkan menurut umur, jenis kelamin, lama pidana yang dijatuhkan, jenis

kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan

binaan.Hal ini ditentukan dalam rangka pembinaan narapidana. Dalam lembaga

pemasyarakatan serta pembinaan, narapidana berhak melakukan ibadah sesuai

dengan agama atau kepercayaannya, mendapat perawatan baik perawatan rohani

maupun jasmani, mendapatkan pendidikan dan pengajaran, mendapatkan

pelayanan kesehatan dan makanan yang layak, menyampaikan keluhan,

mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak

dilarang, mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan, menerima

kunjungan keluarga atau orang lain, mendapatkan pengurangan masa pidana atau

premi, mendapatkan kesempatan asimiliasi termasuk cuti mengunjungi keluarga,

mendapatkan pembebasan bersyarat, mendapatkan cuti menjelang bebas, dan

mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Selain berhak mendapat hak-hak yang telah disebutkan di atas narapidana

juga wajib untuk mengikuti semua program pembinaan dan kegiatan tertentu

secara tertib.

Selain hak dan kewajiban di atas, beberapa hal yang menyangkut

kepentingan narapidana adalah pemindahan narapidana dari satu lembaga

pemasyarakatan ke lembaga pemasyarakatan yang lain. Hal ini dilakukan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

 

kepentingan pembinaan, keamanan dan ketertiban, proses peradilan dan

kepentingan lainnya yang dianggap perlu.

3. Lembaga Pemasyarakatan

a. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga Pemasyarakatan menurut Undang-undang Republik Indonesia

nomor 12 tahun 1999 adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana

dan Anak Didik Pemasyarakatan. Selain itu dijelaskan bahwa Lembaga

Pemasyarakatan sebagai sebagai ujung tombak asas pengayoman merupakan

tempat mencapai tujuan pemasyarakatan melalui pendidikan, rehabilitasi, dan

integrasi.

b. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirognunan

Pada sub bab Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

ini akan dipaparkan dalam tiga bagian: pertama adalah situasi geografis, sejarah

berdirinya, dan visi, misi, serta tujuan dari berdirinya Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan. Keterangan mengenai tiga bagian pembahasaan pada sub

bab ini diambil dari website resmi milik Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta yakni www.lapaswirogunan.com.

1) Situasi Geografis Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta yang terletak di Jalan

Tamansiswa Nomor 6 Yogyakarta, dengan luas area lebih kurang 3,8 hektar yang

sebelum direnovasi terdiri dari tiga bangunan utama untuk kantor, serta terdiri dari

tujuh blok sel untuk laki-laki dan satu blok sel perempuan. LAPAS Kelas II A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

 

Yogyakarta mempunyai kapasitas daya tampung sebanyak 750 orang. Terdapat

juga rumah sakit LAPAS Yogyakarta yang terdiri dari 3 kamar, serta satu ruang

dapur, satu gedung aula, satu masjid, satu gereja, dan dua gedung bimker sebagai

tempat pelatihan kerja bagi para napi dan tahanan. LAPAS Kelas IIA Yogyakarta

merupakan bangunan peninggalan pemerintahan Belanda dengan nama

Gevangenis En huis Van Devaring. Hal ini terlihat apabila kita memasuki LAPAS

Yogyakarta bentuk bangunan yang khas dengan tembok yang tinggi-tinggi dan

besar serta kusen pintu dan jendela yang tebal dan besar.

2) Sejarah singkat Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Sejarah berdirinya LAPAS Kelas II A Yogyakarta tidak begitu saja

diketahui dengan pasti kapan berdirinya, karena arsip-arsip yang menyatakan

kapan dibangunnya LAPAS tidak ada yang mengetahui. Menurut penuturan

petugas Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta bagian

hubungan dan masyarakatan khusunya bagian penlitian dan pengembang

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta didirikan antara

tahun 1910 sampai 1915. Nama Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta telah mengalami pergantian nama. Pergantian nama yang dilakukan

bahkan sampai 6 kali sesuai dengan penguasa setempat yang berkuasa di

Yogyakarta. Berikut nama-nama Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta:

a) Gevangenis En huis Van Devaring (Zaman Belanda)

b) Penjara Yogyakarta

c) Kepenjaraan daerah Yogyakarta

d) Kantor Direktorat Jendral Bina Luna Warga

e) Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Yogyakarta

f) Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

 

3) Visi, Misi dan Tujuan Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan

Wirogunan

a) Visi

Memulihkan kesatuan hidup, kehidupan dan penghidupan Warga Binaan

Pemasyarakatansebagai individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan YME

(Membangun manusia Mandiri). b) Misi

Melaksanakan perawatan tahanan, pembinaan dan pembimbingan Warga

Binaan Pemasyarakatan.

c) Tujuan

Membentuk Warga Binaan Pemasyarakatanagar menjadi manusia

seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak

pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat

berperan aktif dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga

yang baik dan betanggung jawab. Hal ini tentunya memberikan jaminan

perlindungan hak asasi tahanan yang ditahan di Rumah Tahanan Negara dan

Cabang Rumah Tahanan dalam rangka memperlancar proses penyelidikan,

penuntutan dan pemeriksaan di sidang Pengadilan.

C. Pembinaan Iman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogaykarta

1. Pengertian Pembinaan Iman bagi Narapidana

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 31 tahun 1999

tentang pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan pasal satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

 

ayat satu; pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan

kepada Tuhan yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, professional,

kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.

Sedangkan pembina Warga Binaan Pemasyarakatan disebut Pembina

Pemasyarakatan. Pembina pemasyarakatan adalah petugas pemasyarakatan yang

melaksanakan pembinaan narapidana dan Anak Didik Pemsayarakatan di lembaga

pemasyakaratan. Pengertian Pembina Pemasyarakatan dapat di lihat Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia nomor 31 tahun 1999 tentang pembinaan dan

pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatanpasal satu ayat 4.

Adapun program pembinaan dan pembimbingan bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 31

tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan

Pemasyarakatan pasal 2 ayat 1 dan 2 meliputi kegiatan pembinaan dan

pembimbingan kepribadian dan kemandirian. Pembinaan dan pembimbingan

kepribadian dan kemandirian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

nomor 31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan

Pemasyarakatanpasal 3 meliputi hal -hal yang berkaitan dengan ketaqwaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa, kesadaran berbangsa dan bernegara, intelektual, sikap dan

perilaku, kesehatan jasmani dan rohani, kesadaran hukum, reintegrasi sehat

dengan masyarakat, keterampilan kerja, latihan kerja, dan produksi. Pelaksanaan

pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatandilaksanakan melalui 3 tahap yakni

tahap awal, tahap lanjutan dan tahap akhir. Pengalihan pembinaan dari satu tahap

ke tahap yang lain ditetapkan melalui siding Tim Pengamat Pemasyarakatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

 

berdasarkan data dari Pembina Pemasyarakatan, Pengaman Pemasyarakatan,

Pembimbing Pemasyarakatan, dan Wali Narapidana.

Pembinaan tahap awal bagi narapidana dimulai sejak yang bersangkutan

berstatus sebagai narapidana sampai dengan satu per tiga masa pidana. Pembinaan

tahap awal meliputi masa pengamatan, pengenalan dan penelitian dengan rentang

waktu paling lama satu bulan, perencanaan program pembinaan kepribadian dan

kemandirian, dan penilaian pelaksanaan program pembinaan tahap awal.

Pembinaan tahap selanjutnya meliputi tahap lanjutan pertama, sejak berakhirnya

pembinaan tahap dilaksanakan mulai dari awal sampai dengan setengah dari masa

pidana, dan tahap lanjutan kedua dilaksanakan sejak berakhirnya pembinaan tahap

lanjutan pertama sampai dua per tiga masa pidana. Pembinaan tahap akhir

dilaksanakan sejah berakhirnya tahap lanjutan sampai dengan berakhirnya masa

pidana dari narapidana yang bersangkutan.

Pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta, diharapkan sampai pada pertumbuhan iman. Para

narapidana diajak untuk menggali pengalaman-pengalaman hidup konkret di

Lembaga Pemasyarakatan dan dijadikan sebuah pengalaman baru yang dilandasi

dengan terang injil, sehingga mereka memiliki pengalaman baru yang memotivasi

dan menumbuhkan iman mereka. Pembinaan iman bagi narapidana, mengajak

mereka untuk kritis terhadap pengalaman-pengalaman hidupnya dan kritis

terhadap teladan Kristus, sehingga dalam proses tumbuhnya iman, mereka

semakin dikuatkan untuk meneladan Kristus sebagai teladan hidupnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

 

Pembinaan iman bagi narapidana ini diharapkan mampu memberikan

fondasi bagi mereka untuk mampu dan lebih peka menilai pengalaman-

pengalaman hidup mereka, sehingga mereka mampu membedakan mana

perbuatan yang baik dan benar serta yang tidak baik. Kemampuan untuk

membedakan pengalaman-pengalaman itu menjadi dasar bagi mereka untuk

tumbuh dan berkembang menuju kedewasaan iman yang sejati.

2. Hal-hal yang Sudah dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta.

Pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta untuk Warga Binaan Pemasyarakatanberagama Katolik dan Kristen

dijadikan menjadi satu. Menurut keterangan dari hasi pengumpulan data, kegiatan

pembinaan iman katolik dilaksanakan setiap satu Minggu sekali yakni pada hari

Sabtu. Pembinaan iman dimulai pukul 09.00 - 11.00 bertempat di Lembaga

Pemasyarakatan kelas II A Wirogunan Yogyakarta, tepatnya di gedung Gereja di

dalam LAPAS. kegiatan pembinaan iman sejauh ini merupakan bagian dari

pelayanan pastoral yang diberikan oleh PPNKY atau Paguyuban Pendamping

Narapidana Kristen Yogyakarta. Dalam melaksakanan tugasnya PPNKY

membuat jadwal setiap bulannya. Pelayanan Pastoral ini biasanya diisi dengan

kegiatan-kegiatan seputar katekese atau kebaktian. Bentuk umum kegiatan

PPNKY menurut data yang dikumpulkan adalah pendalaman iman.

pendampingan ini cenderung menuju arah pendalaman kisah kitab suci yang

dilakukan dengan selingan lagu-lagu rohani, doa spontan, sharing dan renungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

 

Kitab Suci. Selain itu kegiatan lainnya yang dilakukan adalah pendalaman iman

tentang sakramen-sakramen Gerejawi, pokok-pokok iman Katolik-Kristen,

pejelasan tentang kalender Gereja khususnya masa adven dan prapaskah, dan

kegiatan natalan serta paskahan bersama.

D. Rangkuman

Dari semua uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembinaan iman

adalah upaya yang dilakukan oleh Gereja untuk menjaga, merawat, dan

mendewasakan iman umat. Oleh karena itu, agar pembinaan iman itu terlaksana

dengan baik pembinaan iman perlu memiliki aspek-aspek utama yang ada di

dalamnya. Aspek- aspek itu adalah pengembangan pengetahuan iman,

penghayatan Tradisi Katolik, pembinaan moral Katolik dan peningkatan hidup

menggereja dan memasyarakat.

Sementara itu, pembinaan iman memiliki sumber-sumber yang digunakan

dalam prosesnya. Sumber-sumber itu antara lain: Kitab Suci, Tradisi Gereja,

Magisterium, dan tanda-tanda zaman.

Pembinaan iman tidak hanya konsekuensi identitas Gereja, namun

pembinaan iman juga memiliki peran-peran yang menjadi bentuk pelayanannya.

Peran- peran pembinaan iman adalah peran kerygmatis, edukatif, kuratif dan

peran transformatif. Peran kerygmatis pembinaan iman berarti pembinaan iman

juga bertugas mewartakan Sabda Allah kepada semua orang, terutama kepada

mereka yang telah menjadi anggota Gereja. Peran edukatif pembinaan iman

berarti pembinaan iman sebagai pendidikan iman, yang di dalamnya terdapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

 

pengenalan iman dan pemahaman sikap moral akan tetapi pembinaan iman harus

menyentuh dan membuat umat sadar akan sikap-sikap iman yang sesungguhnya

sebagai jawaban atas rahmat Allah.

Peran kuratif pembinaan iman memiliki arti bahwa pembinaan iman

memiliki peranan untuk menjaga, merawat dan menumbuhkan iman umat dari

segala macam tantangan dan godaan zaman. Untuk melaksanakan peran ini Gereja

memiliki empat W sebagai sebuah dasar. Empat W itu adalah word atau

pewartaan sabda, worship atau doa, devosi dan peribadatan, witness atau

persekutuan hidup, kesaksian iman, sharing iman dan welfare atau pelayan dan

keterlibatan yang memberdayakan.

Sedangkan peran transformatif dari pembinaan iman berarti pembinaan

iman membantu orang untuk memperbaharui dirinya melalui dan berdasar pada

iman. Dalam peran transformatif, umat tidak hanya menenrima informasi atau

informed tentang pengetahuan iman dan pemahaman sikap-sikap moral, akan

tetapi sampai pada tahap formed yakni dibentuk oleh pengalaman-pengalaman

iman, kemudian umat mengalami tahap transformed atau sampai pada tahap

transformasi dimana umat mengalami perubahan dalam hidupnya berdasar pada

imannya yang telah berkembang.

Sedangkan pembinaan iman bagi narapidana adalah segala upaya yang

dilakukan oleh sekelompok orang guna memenuhi kebutuhan iman umat

khususnya iman umat yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

Pembinaan iman bagi para narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, khususnya

Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan diadakan di setiap hari Sabtu pagi pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

 

pukul 09.00-11.00. Bentuk pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan

Wirogunan menurut penulis masih berupa pendampingan yang memberikan

permenungan yang menghantar pada refleksi pribadi dan belum menyentuh

pembinaan iman secara menyeluruh.

Maka daripada itu, pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan harusnya

memperhatikan arti pembinaan iman itu sendiri, arah pembinaan iman, aspek-

aspek pembinaan iman, dan terlebih masuk ke dalam sifat-sifat pembinaan iman.

Untuk sampai pada pembinaan iman yang ideal, maka pembinaan iman di

Lembaga Pemasyarakatan perlu ditelaah lebih lanjut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

 

BAB III

PENELITIAN ATAS PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A

WIROGUNAN YOGYAKARTA

Pada bab III ini penulis akan memaparkan tentang proses pembinaan iman

bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakan Wirogunan, Yogyakarta. Untuk

mengerti proses pembinaan iman tersebut, bab III ini akan dijabarkan dalam lima

hal pertama, adalah situasi umum kegiatan pembinaan iman di Lembaga

Pemasryarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta yang mencakup tenaga

pembina atau pendamping pembinaan iman bagi narapidana, alokasi waktu

pembinaan iman bagi narapidana, bentuk dan model pembinaan iman bagi

narapidana yang telah dilaksanakan pembina, dan materi pembinaan iman bagi

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

Kedua, metodologi penelitian tentang pembinaan iman bagi narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta yang mencakup

rumusan permasalahan, tujuan penelitian, dan metodologi penelitian yang terdiri

dari jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian,

instrument pengumpulan data, pengolahan data, analisa data dan variabel

peneltian. Ketiga, laporan hasil penelitian yang terdiri dari identitas responden,

laporan hasil kuisioner terbuka, laporan hasil wawancara, laporan hasil observasi,

dan laporan studi dokumen.

 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

 

Hal keempat, pembahasan hasil penelitian yang terdiri dari cukup atau

tidaknya alokasi waktu yang digunakan untuk pelaksaan pembinaan iman bagi

narapidana meliputi aspek tingkat kerutinan dan aspek alokasi waktu, bentuk,

model dan materi pembinaan iman yang relevan bagi narapidana, faktor-faktor

pendukung dan faktor-faktor penghambat terlaksananya pembinaan iman bagi

narapidana, dampak pembinaan iman bagi narapidana yang meliputi tujuan

pembinaan iman bagi narapidana dan dampak pembinaan iman bagi narapidana

serta bentuk, model dan materi pembinaan iman yang benar-benar diharapkan

oleh narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

selanjutnya bab III ditutup dengan kesimpulan yang dibuat penulis sebagai

rangkuman atas penelitian terhadap pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

A. Situasi Umum Pembinaan Iman di Lembaga Pemasyakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta

Berdasarkan data-data wawancara dan pengalaman penulis beberapa kali

mengunjungi dan mengikuti proses pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta, penulis akan memaparkan situasi umum

kegiatan pembinaan iman di Lembaga Pemasryarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta yang mencakup tenaga pembina atau pendamping pembinaan iman

bagi narapidana, alokasi waktu pembinaan iman bagi narapidana, bentuk dan

model pembinaan iman bagi narapidana yang telah dilaksanakan oleh pembina,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

 

dan materi pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A Wirogunan Yogyakarta.

1. Tenaga Pendamping atau Pembina Bagi Pembinaan Iman di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Menurut data wawancara penulis dengan Frater Yusuf Widiarko calon imam

Keuskupan Purwokerto yang berkesempatan untuk ikut melayani para narapidana

dalam periode tahun 2014-2015, tenaga pendamping atau pembina pembinaan

iman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta terdiri dari

para frater, suster, dan bruder dari beragam ordo dan kongregasi serta para awam

yang terlibat dalam pelayanan bagi narapidana Kristiani. Para awam ini terdiri

dari bapak-ibu anggota dari Legio Mariae, Kharismatik Katolik, Kerahiman Ilahi

dan rekan-rekan awam muda. Salah satu rekan muda yang ikut dalam pelayanan

berasal dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang

merasa terpanggil untuk ikut ambil bagian dalam pelayanan iman bagi para

narapidana.

2. Alokasi Waktu Pembinaan Iman Bagi Narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Menurut keterangan dari Frater Yusuf calon imam diosesan dari Keuskupan

Purwokerto yang menjadi salah satu pembina pada periode 2014-2015, kegiatan

pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta dilaksanakan khusus pada setiap hari Sabtu yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

 

dilaksanakan pada pukul 09.00-11.00 WIB. Sedangkan hari Minggu keempat

dilaksanakan perayaan Ekaristi bagi para narapidana. Dapat disimpulkan bahwa

dalam satu bulan terdapat lima kali pertemuan pembinaan iman. Setiap pertemuan

waktu yang diberikan adalah dua jam. Dalam kurun waktu tersebut Pembina

dipersilakan untuk memberikan materi, renungan, atau sharing yang diharapkan

dapat membantu meringankan beban psikologis dan mengubah perilaku moral

serta sosial narapidana serta semakin menumbuhkan iman mereka.

3. Bentuk-bentuk Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan yang Pernah Dilakukan oleh

Para Pembina

Pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta, dikemas sedemikian rupa oleh Pembina. Menurut hasil

wawancara dengan Frater Yusuf, pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan dibagi seturut urutan Minggu. Minggu

pertama, ketiga dan keempat pembinaan iman dikemas dalam bentuk pembinaan

iman dengan materi yang telah disiapkan oleh petugas yang bertugas sesuai

jadwal. Sedangkan pada Minggu kedua, kegiatan pembinaan iman diisi dengan

ibadat serta penerimaan komuni bagi warga binaan katolik. Pada Minggu

keempat, kegiatan pembinaan iman adalah perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh

Romo Bernhard Kieser SJ yang juga sebagai pendamping Paguyuban Pendamping

Narapidana Kristiani Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

 

4. Materi Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga

Pemasayarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

Dari hasil wawancara dengan Frater Yusuf, penulis mendapatkan data

materi pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta. Menurut keterangan dari Fr. Yusuf, materi pembinaan

iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan dibuat

satu semester sekali. Sebagai contoh pada semester pertama yakni pada bulan

Oktober 2014 – Maret 2015 materi pembinaan iman adalah tentang sakramen-

sakramen dalam Gereja Katolik. Sedangkan untuk semester kedua pada bulan

April – September 2015 materi pembinaan iman adalah hidup keseharian Yesus

menurut Injil Markus. Frater Yusuf juga mengatakan bahwa sebagian besar materi

untuk pembinaan iman diambil dari ajaran-ajaran Gereja dan Kitab Suci.

B. Penelitian atas Pembinaan Iman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A Wirogunan Yogyakarta

Informasi yang diperoleh dari Fr. Yusuf, menurut penulis belum begitu

memberi gambaran yang luas tentang pembinaan iman bagi narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui secara lebih detail tentang hal ikhwal pembinaan iman di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan. Dalam rangka penelitian tersebut, berikut

akan diuraikan mengenai permasalahan, tujuan dan metodologi.

Situasi pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

akan dilengkapi dengan penelitian tentang pelaksaan pembinaan iman bagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

 

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

Adapun permasalahan penelitian yang hendak diteliti oleh penulis adalah sebagai

berikut:

1. Rumusan Permasalahan

a. Apakah alokasi waktu pembinaan iman bagi para narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan sudah dirasa

mencukupi?

b. Bentuk, model, dan materi apa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan

pembinaan iman bagi para narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta?

c. Faktor penghambat apakah yang dijumpaidalam melaksanakan

pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta?

d. Faktor pendukung apakah yang dijumpai dalam melaksanakan

pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta?

e. Sejauh manakah pembinaan iman memberi dampak terhadap pertobatan

dan perubahan sikap moral dan sosial para narapidana?

f. Apa harapan para narapidana tentang pembinaan iman yang diberikan

kepada Mereka?

2. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui cukup atau tidaknya alokasi waktu yang digunakan

untuk pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

 

b. Untuk mengetahui bentuk, model, dan materi pembinaan iman yang

relevan bagi para narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta.

c. Untuk menemukan faktor penghambat dalam pelaksanaan pembinaan

iman bagi para narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta

d. Untuk menemukan faktor pendukung dalam pelaksanaan pembinaan

iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta

e. Untuk mengetahui sejauh mana pembinaan iman member dampak

terhadap pertobatan dan perubahan sikap moral dan sosial para

narapidana.

f. Untuk mengetahui bentuk, model, materi pembinaan iman yang benar-

benar diharapkan oleh para narapidana.

3. Metodologi Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

kualitatif.Penelitian kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yangdapat

diamati (Moleong 2007:4). Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

 

penelitian misalnya: perilaku,motivasi, persepsi dan persoalan tentang manusia

yang diteliti (Moleong 2007:6).

b. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Desember -10 Januari 2015 di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

c. Responden Penelitian

Responden penelitian adalah para narapidana Krisitanidan para Pembina

pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

Guna menentukan responden penelitian perlu diketahui terlebih dahulu perbedaan

antara populasi dan sampel. Populasi adalah suatu kelompok atau kumpulan

subyek atau obyek yang akan dikenai generalisasi hasil penelitian, sedangkan

sampel adalah bagian dari populasi yang akan di teliti (Dwi Priyanto 2008:9).

d. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan tiga metode untuk

melengkapi informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu wawancara,

observasi dan dokumentasi. Wawancara dimaksudkan untuk merekam percakapan

dengan maksud tertentu yang bertujuan untuk mengkonstruksi mengenai orang,

kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi tuntutan kepedulian dan

mengubah serta memperluas konstruksi yang sedang dikembangkan oleh peneliti

sebagai pengecekan. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

 

langsung. Dengan wawancara, dimaksudkan untuk mendapatkan informasi secara

lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan

penelitian (Moleong 1991:86).

Wawancara yang akan dilakukan penulis adalah wawancara langsung

maupun tidak langsung. Wawancara langsung akan penulis lakukan dengan

bertemu secara langsung dengan narasumber sedangkan wawancara tidak

langsung akan penulis lakukan dengan menggunakan sarana-sarana komunikasi

sosial lainnya seperti email, kuesioner, dan sosial media lainnya. Narasumber

wawancara penulis adalah para narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A Wirogunan Yogyakarta, para pembina yang tergabung dalam Paguyuban

Pendamping Narapidana Kristiani Yogyakarta yang terlibat aktif dalam

pendampingan dan pembinaan bagi para narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

Tujuan penulis memilih para narapidana dan pembina yang tergabung dalam

Paguyuban Pendamping Narapidana Kristiani Yogyakarta karena para narapidana

dan pembimbing adalah subyek utama dari proses pembinaan iman. Oleh karena

para narapidana dan pembina adalah subyek utama dari proses pembinaan iman

maka mereka merekam seluruh proses pembinaan iman yang mencakup bentuk,

materi, waktu, suasana, faktor penghambat, faktor pendukung, dan harapan dari

pembinaan iman. Jadi tujuan wawancara yang penulis lakukan adalah untuk

mendapatkan data-data primer dari narasumber-narasumber yang mengikuti,

mengalami, dan mempersiapkan pembinaan iman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

 

Teknik pengumpulan data yang selanjutnya adalah observasi. Observasi

adalah salah satu teknik pengumpulan data yang amat penting dalam metode

penelitian kualitatif. Observasi menjadi amat penting karena dengan observasi

penulis atau peneliti melakukan pengamatan secara langsung yang berarti penulis

atau peneliti dapat secara langsung melihat dan mengamati perilaku dan kejadian

sebenarnya dari subyek penelitian. Dari pengamatan langsung itulah penulis atau

peneliti mendapatkan banyak catatan-catatan tentang perilaku dan kejadian yang

dapat digunakan menjadi data guna menunjang penelitian. Pengamatan juga

memungkinkan penulis atau peneliti untuk mengecek kepercayaan data yang telah

diperoleh; pengamatan juga membantu penulis untuk memahami situasi yang

rumit di mana situasi yang rumit adalah pencampuran beberapa tingkah laku atau

keadaan sekaligus dari subyek penelitian. Pengamatan juga berfungsi jika cara-

cara pengumpulan data lainnya tidak dapat berjalan dengan baik. (Moleong : 125-

126).

Peneliti menggunakan observasi secara langsung yang meliputi:

1) Tujuan observasi proses pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan adalah untuk memahami situasi,

tingkah laku atau keadaan para narapidana, proses pembinaan iman bagi

narapidana di Lembaga Pemasyaraktan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

dan aneka program pembinaan yang diselenggarakan oleh Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

2) Aspek-aspek yang menjadi poin observasi penulis meliputi:

a) sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pembinaan iman bagi

narapidana di Lembaga Pemasyaraktan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

b) hubungan antara komponen penilitian yang meliputi kebijakan Lembaga

Pemasyarakatan, sikap sipir, kondisi narapidana, suasana proses pembinaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

 

iman, materi pembinaan iman, bentuk pembinaan iman dan dinamika proses

pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta.

Semua hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti akan dicatat

dalam catatan lapangan yang selanjutnya direfleksikan.

Teknik pengumpulan data selanjutnya adalah studi dokumen. Dalam teknik

pengumpulan data studi dokumen ini tujuan penulis adalah guna mencari data-

data mengenai proses pembinaan iman. Sedangkan fokus studi dokumen pada

penelitian ini adalah tentang materi pembinaan iman bagi narapidana, profil para

narapidana,dokumentasi kegiatan pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta dan segala macam dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan pedoman atau panduan khusus bagi para

penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

e. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data merupakan salah satu bagian dari rangkaian

kegiatan penelitian setelah pengumpulan data. Setelah pengupulan data, proses

selanjutnya adalah pengolahan data dimana data yang masih mentah perlu diolah

sedemikian rupa sehingga menjadi informasi yang akhirnya dapat digunakan

untuk menjawab masalah-masalah yang dikemukakan di dalam penelitian dan

tujuan penelitian.

f. Analisa Data

Setelah selesai melakukan pengolahan data, maka langkah selanjutnya

adalah menganalisis data. Data mentah yang sudah didapatkan kemudian

dianalisis. Analisis data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

 

penelitian, karena dengan analisis data, data yang telah diperoleh mempunyai arti

atau makna yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah penelitian.

g. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabel yang hendak penulis teliti meliputi:

1) Bentuk pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta.

2) Materi pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

II A Wirogunan Yogyakarta

3) Frekuensi pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta

4) Kepentingan atau tujuan dari pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wiroguanan Yogyakarta.

5) Faktor-faktor penghambat pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

6) Faktor-faktor pendukung pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

7) Harapan narapidana terhadap pelaksanaan pembinaan iman di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

C. Laporan Hasil Penelitian Pembinaan Iman bagi Narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

Pada bagian ini penulis akan menjabarkan hasil penelitian berdasarkan pada

penelitian yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22 Desember 2015 untuk

24 responden warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

 

Yogyakarta. Bagian ini mencakup laporan hasil penelitian yang terdiri dari

identitas responden, laporan hasil kuisioner terbuka, laporan hasil wawancara,

laporan hasil observasi, dan laporan studi dokumen.

Penelitian ini menggunakan kuisioner terbuka, wawancara, observasi, dan

studi pustaka. Kuisioner ditujukan kepada warga binaan. Wawancara ditujukan

kepada staf Lemabga Pemasyarakatan bagian hubungan masyarakat khususnya

bagian penelitian dan pengembangan serta pembina yakni Frater Yusuf, Frater

Roja, Frater Andi, dan Frater Dedy, sedangkan observasi dan studi pustaka

dilakukan penulis saat berkunjung untuk melakukan penelitian.

1. Identitas Responden

Dari 24 responden yang ditemui penulis hanya 22 responden yang

menuliskan identitas diri. Oleh karena itu dua responden yang tidak menuliskan

identitas diri dianggap abstain oleh penulis dan tidak digunakan sebagai data

kuisioner terbuka.

Responden penelitian pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta terdiri dari 15 laki-laki, 7

perempuan dan 2 abstain karena tidak menuliskan identitas. 15 laki-laki warga

binaan Kristiani terdiri dari 8 warga binaan Kristen Protestan dan 7 warga binaan

Katolik, sedangkan 7 warga binaan perempuan terdiri dari 4 warga binaan Kristen

Protestan dan 3 warga binaan Katolik.

Usia warga binaan Kristiani berkisar pada usia 21 sampai 52 tahun. Warga

binaan berusia 21 sampai 30 tahun berjumlah 8 orang dengan rincian warga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

 

binaan berusia 21 tahun berjumlah dua orang. Warga binaan berusia 25 dan 27

tahun berjumlah satu orang sedangkan sisanya adalah warga binaan berusia 30

tahun. Dari 8 orang warga binaan yang berusia 21 sampai 30 tahun, 7 orang

adalah warga binaan laki-laki dan satu orang warga binaan perempuan. Warga

binaan yang lain berada pada kisaran usia 30 sampai 65 tahun dengan rincian,

warga binaan berusia pada kisaran 30 sampai 35 tahun berjumlah dua orang,

kisaran usia 35 sampai 40 tahun ada satu orang, kisaran 40 sampai 45 berjumlah

lima orang, kisaran usia 45 sampai 50 tahun berjumlah tiga orang, dan warga

binaan yang berusia dalam kisaran 50 sampai 65 tahun berjumlah tiga orang.

Warga binaan Kristiani Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta yang ditemui penulis berasal dari daerah yang berbeda-beda.

Sebanyak 20 warga binaan merupakan warga negara Indonesia sedangkan dua

warga binaan merupakan warga negara asing. 20 warga binaan Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Kelas II A Yogyakarta berasal dari

berbegai daerah. Berikut adalah rincian daerah asal warga binaan Kristiani: 10

orang warga binaan berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka berasal

dari daerah yang berbeda-beda, yakni Bantul, Nanggulan, Pakem, Prambanan,

Wates, Yogyakarta. Enam orang warga binaan berasal dari Jawa Tengah. Mereka

berasal dari: Klaten, Magelang, Semarang, Surakarta dan Temanggung. Dua orang

warga binaan berasal dari Daerah Kekhususan Ibukota Jakarta dan satu orang

warga binaan yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Sedangkan warga binaan

yang berkewarganegaraan asing berasal dari India yakni Ms. Esther Hulang dari

India dan Ms. Mary Jane dari Filipina.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

 

Selain berasal dari rentang usia yang berbeda, asal yang berbeda, dan suku

yang berbeda, penulis juga mendapati beberapa jenis kesalahan yang dilakukan

oleh warga binaan. Beberapa warga binaan tidak menjawab secara langsung jenis

kesalahan mereka, akan tetapi menggunakan nomor pasal untuk menjawab jenis

kesalahan mereka, beberapa diantaranya menjawab secara jelas jenis kesalahan

mereka. Inilah rincian jawaban jenis kesalahan atau pelanggaran yang warga

binaan lakukan: Pasal 263 KUHP tentang pelanggaran pemalsuan dokumen atau

surat menyurat, Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, Pasal 351

tentang penganiayan, Pasal 363 KUHP tentang pencurian, Pasal 365 KUHP

tentang pencurian dengan kekerasan, Pasal 378 KUHP tentang penipuan, dan

Pelanggaran Obat terlarang atau Narkotika.

Seiring dengan beragamnya jenis kesalahan para warga binaan, beragam

pula lama masa tahanan mereka. Lama masa tahanan warga binaan Kristiani

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A WIrogunan Yogyakarta berkisar dari satu

tahun sampai hukuman mati.

Pada bagian ini penulis menggolongkan lama masa tahanan menjadi empat

golongan, yakni golongan lama masa tahanan 1 sampai 10 tahun, 10 sampai 20

tahun, seumur hidup, dan hukuman mati. Warga binaan yang menjalani lama

masa tahanan 1 sampai 10 tahun berjumlah 16 orang. Warga binaan yang

menjalani lama masa tahanan 10 sampai 20 tahun berjumlah lima orang. Warga

binaan yang menjalani lama masa tahanan seumur hidup tidak ada, namun ada

satu warga binaan yang mendapatkan tindak hukuman mati.

Dilihat dari data jawaban yang diberikan oleh para warga binaan yang

berbeda rentang usia, berasal dari tempat yang berbeda secara khusus ada yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

 

berasal dari luar Indonesia, kasus-kasus pelanggaran yang berbeda, serta dilihat

dari lama masa tahanan yang berbeda-beda tentunya membutuhkan sebuah

jaringan komunikasi yang baik guna menyamakan pola pikir karena jika tidak

maka akan terjadi kekecauan antar warga binaan itu sendiri. Hal ini dialami oleh

penulis ketika menyebarkan kuisioner dan membantu para warga binaan dalam

mengisi kuisioner. Kesulitan berkomunikasi dengan para warga binaan baik itu

karena ada perasaan takut,cemas, dan was-was setelah tahu sederet kasus

pelanggaran yang telah dilakukan oleh warga binaan. Komunikasi yang baik

dibutuhkan guna member dasar pembinaan iman. Komunikasi yang berjalan

dengan baik membuat pembinaan iman berjalan lancar. Harapannya pembinaan

iman yang dilandasi dengan komunikasi yang baik akan berbuah baik pula.

2. Laporan Hasil Kuisioner Terbuka

Jika Angket lebih bersifat membatasi jawaban responden pada pilihan

tertentu dan kurang membuka peluang bagi responden untuk menjawab dengan

rinci, maka kuisioner terbuka digunakan untuk menggumpulkan data secara luas.

Pada kuesioner terbuka yang telah dipersiapkan oleh penulis, responden bebas

menjawab sesuai dengan pengalamannya, oleh karena itu bisa jadi jumlah

jawaban yang terkumpul tidak sama dengan jumlah responden (22 orang).

Adapula kemungkinan-kemungkinan jawaban yang tidak tepat sasaran atau keluar

dari pokok pertanyaan yang diajukan. Hal tersebut karena sifat kuesioner terbuka

yang tidak memiliki batasan pilihan jawaban dan seorang responden bisa

menjawab satu pertanyaan dengan beberapa jawaban. Berikut ini laporan hasil

kuesioner terbuka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

 

Pada pertanyaan nomor 1, mengenai bentuk atau model pembinaan iman

yang selama ini berlangsung di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta sebanyak 17 responden menjawab bentuk pembinaan iman adalah

sharing, 15 responden menjawab ibadat; 8 responden menjawab konseling, 4

responden menjawab kotbah, 3 responden menjawab diskusi; 3 responden

menjawab kambium atau pendalaman Kitab Suci; 1 responden menjawab

perayaan Ekaristi dan 1 responden menjawab latihan koor.

Pada pertanyaan nomor 2 mengenai materi yang menjadi bahan pembinaan

iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta sebanyak 13 responden menjawab materi yang menjadi bahan

pembina iman bagi narapidana adalah perikop-perikop Kitab Suci, 8 responden

menjawab pengalaman pribadi, 6 responden menjawab materi tematis tentang

kasih, pertobatan, dan keselamatan, 1 responden menjawab materi yang

digunakan dari ajaran gereja dan 1 responden menjawab kadang-kadang materi

pembinaan iman diambil dari film dengan tema tertentu.

Pada pertanyaan nomor 3 mengenai seberapa rutin pembinaan iman bagi

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

seluruh warga binaan menjawab bahwa pembinaan iman di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirgounan Yogyakarta dilaksanakan secara rutin.

Pada pertanyaan nomor 4, mengenai cukup atau tidaknya alokasi waktu

pembinaan iman yang diberikan oleh pihak Lembaga sebanyak 17 responden

menjawab bahwa alokasi waktu yang diberikan oleh Lembaga dirasa cukup, 4

responden menjawab kurang cukup dan 1 responden menjawab bahwa waktu

pembinaan iman bagi warga binaan dirasa lebih dari cukup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

 

Pada pertanyaan nomor 5 mengenai tujuan pembinaan iman bagi narapidana

di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta sebanyak 11

responden menjawab bahwa tujuan pembinaan iman bagi warga binaan di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta guna memperteguh

iman melalui pertobatab, 5 responden menjawab bahwa tujuan pembinaan iman

bagi warga binaan adalah guna mempersiapkan warga binaan supaya dapat

diterima kembali di masyarakat, 4 responden menjawab supaya dapat berperilaku

lebih baik, 1 responden menjawab supaya bertobat dan diterima di masyarakat

serta 1 responden menjawab bahwa tujuan pembinaan iman bagi warga binaan

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta adalah guna tetap

memiliki harapan untuk hidup.

Pada pertanyaan nomor 6 mengenai hal-hal yang menjadi faktor pendukung

terlaksananya pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta sebanyak 7 responden menjawab bahwa relasi

menjadi salah satu faktor pendukung terlaksananya pembinaan iman, 4 responden

menjawab fasilitas pembinaan iman, 3 responden menjawab antusiasme warga

binaan, 2 responden menjawab materi pembinaan iman, 1 responden menjawab

souvenir, 1 responden menjawab administrasi, 1 responden menjawab kerjasama

antara Lembaga dan lembaga sosial masyarakat, dan 3 responden tidak

memberikan jawaban.

Pada pertanyaan nomor 7 mengenai hal-hal yang menjadi penghambat

terlaksananya pembinaan iman bagi narapidan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

II A Wiroguanan Yogyakarta sebanyak 6 responden menjawab bahwa waktu yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

 

disediakan oleh lembaga tidak mencukupi sehingga menjadi faktor penghambat, 4

responden menjawab proses administrasi, responden menjawab ada rasa malas

mengikuti pembinaan iman, 3 responden menjawab warga binaan tidak dapat

datang, 1 responden menjawab kondisi warga binaan yang stress memikirkan

hukuman dan 1 responden menjawab lagu-lagu rohani serta bacaan rohani terbatas

adalah hal-hal yang menjadi faktor penghambat terlaksananya pembinaan iman

bagi warga binaan.

Pada pertanyaan nomor 8 mengenai harapan para warga binaan terkait

pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta yang akan dilaksanakan di masa mendatang sebanyak 5

responden berharap agar pembinaan iman memiliki tindak lanjut guna

merealisasikan materi yang telah diberikan, 2 responden berharap tentang

pembina yang merangkul, 2 responden berharap agar dapat kembali diterima di

masyarakat, 2 responden berharap agar dapat belajar memimpin doa dan lagu-lagu

pujian, 3 responden berharap agar pembinaan yang akan datang dapat

dipersiapkan lebih baik, 1 responden berharap agar warga binaan memiliki

kesadaran untuk mengikuti pembinaan iman, 1 responden berharap agar waktu

pembinaan iman ditambah, 1 responden berharap agar lebih dikuatkan dalam

iman, 1 responden berharap agar proses administrasi bagi warga binaan

perempuan lebih mudah, dan 4 responden tidak memiliki harapan terhadap

pembinaan iman yang akan dilaksanakan pada masa mendatang.

3. Rangkuman Laporan Hasil Kuisioner

Pada sub bab ini penulis akan merangkum seluruh hasil laporan kuisioner

yang telah penulis paparkan pada sub bab sebelumnya. Pada item pertanyaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

 

pertama mengenai bentuk dan model pembinaan iman bagi narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan yang telah dilaksanakan selama

ini, sebagian dari responden menjawab sharing. Bentuk dan model pembinaan

iman lainnya adalah ibadat. Dua bentuk dan model ini seringkali dipakai oleh para

pembina.

Pada item pertanyaan nomor dua tentang materi pembinaan iman bagi

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta,

sebagian besar responden menjawab bahwa materi yang paling sering digunakan

untuk pembinaan adalah perikop-perikop dari Kitab Suci sesuai dengan tema yang

telah ditentukan oleh para pembina. Jadi Kitab Suci menjadi materi utama dalam

pembinaan iman bagi para narapidana.

Untuk item pertanyaan nomor tiga tentang rutin atau tidaknya pembinaan

iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakartaka, seluruh responden menjawab rutin. Pembinaan iman dilaksanakan

setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Sabtu dan setiap Minggu kelima. Pembinaan iman

yang dilaksanakan secara rutin ini semakin diperjelas dengan jawaban responden

pada item pertanyaan nomor empat tentang cukup atau tidaknya alokasi waktu

pembinaan iman. Mayoritas responden menjawab bahwa alokasi waktu yang

diberikan oleh LAPAS untuk pelaksanaan pembinaan iman dirasa cukup.

Setelah itu, pada item pertanyaan nomor lima tentang tujuan pembinaan

iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta, setengah dari total responden menjawab bahwa tujuan pembinaan

iman bagi narapidana adalah guna memperteguh iman narapidana melalui

pertobatan. Selain itu ada pula responden yang menjawab bahwa pembinaan iman

juga bertujuan untuk mempersiapkan narapidana supaya dapat diterima kembali di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

 

mayarakat, sehingga ketika narapidana sudah menyelesaikan masa hukumannya

mereka mampu kembali dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam item pertanyaan nomor enam mengenai hal-hal yang menjadi faktor

pendukung terlaksananya pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta, hampir setengah dari

responden menjawab bahwa relasi mendalam antara pembina dan narapidana

menjadi hal utama yang mendukung terlaksananya pembinaan iman.

Lain halnya dengan item pertanyaan nomor tujuh mengenai hal-hal yang

menjadi faktor penghambat terlaksananya pembinaan iman bagi narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta, sebagian besar dari

responden menjawab bahwa alokasi yang diberikan kurang cukup dan proses

administrasi yang cukup lama bagi narapidana perempuan sebagai faktor

penghambat terlaksananya pembinaan iman.

Terakhir, pada item pertanyaan nomor delapan mengenai harapan para

narapidana terkait dengan pembinaan iman di masa yang akan datang dijawab

dengan variatif. Responden paling banyak mengatakan bahwa harapan mereka

adalah pembinaan iman memiliki tindak lanjut. Selanjutnya, responden juga

berharap agar pembinaan iman dapat dipersiapkan dengan baik. Terakhir beberapa

responden juga menjawab bahwa mereka membutuhkan pembina yang mau

merangkul dan mendengarkan.

4. Laporan Hasil Wawancara

Data yang diperoleh dari kuesioner terbuka, masih ada yang meragukan.

Guna melengkapi dan memantapkan data kuesioner tersebut, penulis

menggunakan metode wawancara. Menurut Sutrisno Hadi (1989: 218), metode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

 

wawancara digunakan untuk menguji kebenaran dan kemantapan suatu data yang

diperoleh dengan cara lain. Data hasil wawancara ini digunakan untuk

menguatkan pembahasan data kuesioner pada bagian selanjutnya.

Narasumber wawancara ini adalah pembina atau pendamping pembinaan

iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta yakni Frater Yusuf Widiarko, Frater Antonius Roja, Frater Yohanes

Dedy Pr dan Frater Carolus Andi Kurniawan Pr. Frater Yusuf Widiarko adalah

calon imam diosesan dari Keuskupan Purwokerto yang menjadi pendamping atau

pembina pembinaan iman narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan pada tahun 2014-2015. Sedangkan Frater Antonius Roja adalah calon

imam dari Anging Mamiri, Frater Dedy dan Frater Carolus adalah calon imam

diosesan dari Keuskupan Agung Semarang yang menjadi pembina atau

pendamping pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

II A Wirogunan Yogyakarta pada tahun 2015-2016.

Ada 8 hal yang menjadi fokus pertanyaan dalam wawancara ini. Delapan

hal tersebut adalah: (a) bentuk atau model pembinaan iman bagi narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan yang selama ini dilakukan (b)

materi-materi yang menjadi bahan pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan, (c) frekuensi pelaksanaan pembinaan

iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan, (d)

cukup atau tidaknya durasi waktu pembinaan iman (e) tujuan pelaksanaan

pembinaan iman bagi narapidana, (f) faktor pendukung terlaksananya pembinaan

iman bagi narapidana, (g) faktor penghambat terlaksananya pembinaan iman dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

 

(h) harapan-harapan terhadap pembinaan iman yang akan dilaksanakan pada

tahun-tahun mendatang. Kedelapan hal tersebut akan dibahas di bawah ini.

Hal pertama, bentuk atau model apa saja yang digunakan untuk pembinaan

iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta. Menurut keempat narasumber di atas pembinaan iman bagi

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan dibagi seturut

Minggu pelaksaannya dan dilaksanakan pada setiap hari Sabtu pukul 09.00-11.00

WIB dan setiap Minggu ke empat.

Pernyataan ini selaras dengan keterangan dari Frater Yusuf Widiarko:

Setiap hari Sabtu di setiap bulan dan Minggu ke empat . Jadi satu bulan ada lima pertemuan. Pertemuan atau pendampingan iman di bagi menjadi Sabtu Minggu pertama, ketiga, keempat diisi dengan pendalaman iman dengan materi khusus Sabtu Minggu kedua diisi dengan ibadat dan penerimaan komuni bagi narapidana yang beragama katolik. Minggu keempat diisi dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Rm. Kieser SJ, selaku moderator PPNKY. PPNKY dibagi menjadi tiga kelompok agar koordinasi lebih mudah, sehingga ada yang bertanggung jawab pada materi setiap bulan {lampiran 8: Transkrip Wawancara (hlm 18)}.

Pada hari Sabtu Minggu ke satu, tiga dan empat, pembinaan iman

dilaksanakan dalam bentuk pendalaman iman dengan materi yang telah dirancang

oleh tim pembina sedangkan unuk hari Sabtu pada Minggu ke dua pembinaan

iman dilaksanakan dalam bentuk ibadat sabda dan penerimaan komuni kudus bagi

warga binaan yang berkepercayaan Katolik. Pada hari Minggu pada Minggu

keempat pembinaan iman dilakukan dalam bentuk perayaan ekaristi yang

dipimpin oleh Romo moderator Paguyuban Pendamping Narapidana Kristiani

Yogyakarta. Selain itu menurut Frater Roja, Frater Dedy dan Frater Carolus

pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Kelas II A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

 

Wirogunan dikemas dalam bentuk yang bermacam-macam. Ketiga narasumber

tersebut menyebutkan bahwa dalam pembinaan iman bentuk yang dipakai adalah

menonton film, sharing, diskusi, dan ibadat sabda. Diantara bentuk pembinaan

iman yang telah dilaksanakan selama ini yang paling sering digunakan adalah

ibadat sabda. Ibadat sabda yang dilaksanan dikemas dengan bentuk teks Kitab

Suci yang dibacakan dilanjutkan dengan renungan singkat yang dibawakan oleh

pembina dan sharing dari warga binaan yang dipandu dengan pertanyaan

panduan.

Pernyataan ini di peroleh dari keterangan Frater Andi Kruniawan:

Melengkapi apa yang telah diuraikan sama Frater Dedy, pola pendampingan ini memang diminta oleh pihak LAPAS kepada Gereja Katolik karena aspek rohani memang mendapat perhatian cukup besar dari pihak rohani. Untuk bentuk kegiaatannya minggu ke dua biasanya ibadat dan minggu keempat biasanya misa yang dipimpin oleh Romo Kieser atau pembina yang sekarang Romo Andre. Untuk minggu pertama, ketiga dan missal ada minggu kelima biasanya diserahkan kepada masing-masing kelompok. Biasanya kami mengisi seperti ibadat atau rekoleksi singkat dimana ada bacaan, renungan dan lain-lain {Lampiran 8: Transkrip Wawancara (hlm 20)}. Hal kedua yang ditanyakan adalah mengenai materi-materi yang menjadi

bahan pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta. Menurut keterangan Frater Yusuf materi atau bahan

pembinaan iman disusun satu semester sekali semisal pada bulan Oktober 2014

sampai Maret 2015 para pendamping atau pembina mengajak warga binaan untuk

mendalami materi tentang sakramen Gereja dan berlanjut pada semester kedua

pada bulan April sampai bulan Septermber 2015 para pendamping atau pembina

mengajak para warga binaan untuk meneladani hidup Yesus menurut Injil Lukas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

 

Materi pembinaan iman telah ditentukan oleh PPNKY, ini keterangan Frater

Yusuf:

Materi dibuat satu semester sekali. Contoh: Oktober 2014-Maret 2015 materinya : Sakramen-Sakramen Gereja Katolik. April 2015-September 2015 materinya : hidup harian Yesus menurut Injil Lukas. Materi berdasarkan Ajaran Gereja Katolik dan Kitab Suci {Lampiran 8: Transkrip Wawancara (hlm 18)}. Keterangan lainnya juga diberikan oleh Fr. Roja:

Materi pembinaan iman mengambil teks Kitab Suci, Ajaran Gereja, lagu-lagu rohani, renungan-renungan tematis dll {Lampiran 8: Transkrip Wawancara (hlm 23)}.

Hal ketiga yang ditanyakan yaitu rutin atau tidaknya pembinaan iman bagi

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan dilaksanakan.

Pada awalnya Frater Yusuf mencoba untuk menjelaskan situasi pembinaan iman

yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan. Menurut beliau,

pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan dapat dilihat

dari dua sisi yakni pembinaan iman yang diberikan oleh PPNKY dan pembinaan

oleh komunitas-komunitas dari Gereja Kristen Protestan. Beliau memberikan

keterangan bahwa pembinaan iman bagi narapidana dilaksanakan secara rutin. Hal

ini dilihat dari pembagian jadwal pembinaan iman yang ditentukan oleh pihak

lembaga. Pembagian jadwal pembinaan yang ditentukan oleh pihak Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan adalah setiap hari Senin, Selasa dan Rabu

adalah “jatah” waktu pembinaan iman dari komunitas pendamping Kristen

Protestan. Sedangkan pada setiap hari Sabtu adalah jadwal pembinaan dari

PPNKY.

Sejalan dengan Frater Yusuf, ketiga narasumber yang lainnya juga memberi

keterangan bahwa pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

 

Kelas II A Wirogunan dilaksanakan secara rutin dengan pembagian jadwal setiap

Senin, Selasa, Rabu untuk pendamping dari Kristen Protestan dan setiap Sabtu

untuk para pendamping atau pembinan dari PPNKY.

Pernyataan ini selaras dengan keterangan yang diutarakan oleh Frater Dedy

dalam wawancara:

Setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Sabtu di setiap bulan dan Minggu keempat. Jadi satu minggu ada empat pertemuan. Pertemuan atau pendampingan iman di bagi menjadi Sabtu Minggu I, III, IV diisi dengan pendalaman iman dengan materi khusus Sabtu Minggu kedua diisi dengan ibadat dan penerimaan komuni bagi narapidana yang beragama katolik. Minggu keempat diisi dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Rm. Kieser SJ, selaku moderator PPNKY. Sedangkan hari Senin, Selasa, dan Rabu biasanya pembinaan iman dari Gereja Kristen Protestan {Lampiran 8: Transkrip Wawancara (hlm 25)}.

Hal keempat yang ditanyakan adalah mengenai cukup atau tidaknya alokasi

waktu pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta. Menurut Frater Yusuf alokasi waktu pembinaan yang

disediakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan adalah kurang

cukup. Sedangkan menurut ketiga narasumber yang lain alokasi waktu pelasanaan

pembinaan iman bagi narapidana dinilai sudah cukup.

Menurut Frater Yusuf alokasi waktu masih kurang cukup hal ini diutarakan

dalam wawancara:

Menurut saya alokasi waktu untuk pembinaan iman kurang. Karena hanya 2 jam itu saja sudah terpotong untuk persiapan. Jika mengejar idealnya sebuah pembinaan iman maka waktu 2 jam yang diberikan oleh LAPAS menurut saya kurang {Lampiran 8: Transkrip Wawancara (hlm 18)}.

Hal kelima yang ditanyakan adalah mengenai tujuan diadakannya

pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta. menurut semua narasumber tujuan dari pelaksanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

 

pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan adalah guna mendampingi atau membina narapidana dari segi pastoral

dan untuk menjadi sahabat serta saudara yang menyertai, mendukung dan

meneguhkan para narapidana dalam menjalani masa hukuman pertama-tama

menjadi sahabat dan saudara yang menyertai, mendukung dan meneguhkan para

narapidana dalam kerangka iman kristiani.

Hal serupa juga diutarakan oleh semua narasumber salah satunya Frater

Dedy:

Pendampingan iman bagi narapidana diadakan karena waktu itu ada kebutuhan yang mendesak. Narapidana di LAPAS Wirogunan ada banyak sementara pendampingan iman tidak bisa berjalan karena tidak ada pendamping. Selain itu pendampingan narapidana dari segi rohani juga bertujuan untuk memberikan perhatian kepada mereka sebagai manusia. kadang-kadang mereka itu merasa terasing dari komunitas masyarakat. Maka pendampingan ada untuk semakin “nguwongke” para narapidana {Lampiran 8: Transkrip Wawancara (hlm 26)}.

Hal keenam yang ditanyakan adalah faktor yang mendukung pelaksanaan

pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta menurut Frater Yusuf adalah adanya kerja sama yang baik

antara para pembina dan petugas lapas, keterlibatan kaum awam yang mendukung

pelaksanaan pembinaan iman sehingga memberi suasana baru, dan kerinduan

warga binaan yang rindu untuk disapa,diteguhkan dan didengarkan.

Selain itu faktor pendukung yang lain diungkapkan oleh Frater Dedy dan

Frater Carolus yakni keterbukaan warga binaan untuk mau berbagi cerita dengan

para pembina, dan adanya relasi yang baik antara para pembina dan warga binaan

pemasyarakatan. Lain halnya dengan ketiga narasumber yang lain, Frater Roja

menggangap bahwa kesediaan dan keterbukaan para pembina, adanya fasilitas alat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

 

musik yang lengkap, adanya buku- buku teks nyanyian baik itu dari lagu-lagu

pujian rohani maupun dari madah bakti menjadi faktor pendukung terlaksananya

pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta.

Pernyataan dari Frater Roja:

Relasi yang baik dengan sipir LAPAS dan juga relasi mendalam dengan Romo Moderator dan rekan sepelayanan yang senantiasa saling menguatkan. Narapidana yang terbuka dan siap untuk menerima materi pembinaan iman. Alat musik yang lengkap dan menghidupkan suasana pembinaan iman {Lampiran 8: Transkrip Wawancara (hlm 24)}.

Hal ketujuh yang ditanyakan adalah mengenai faktor-faktor penghambat

pelasanaan pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A Wirogunan Yogyakarta menurut keterangan dari Frater Yusuf adalah minimnya

fasilitias fisual seperti viewer/lcd, persiapan ala kadarnya dari para pembina yang

membuat pembinaan terlihat monoton “hanya itu-itu saja” dan adanya perbedaan

yang besar antara ajaran Gereja Katolik Roma dan Gereja Kristen Protestan.

Selain itu menurut Frater Dedy faktor penghambat pelaksaan pembinaan iman

adalah kadang-kadang pembina merasa takut dan was-was dengan materi yang

disampaikan apakah mengena atau tidak dan kesulitan untuk menyampaikan

materi dengan baik supaya dapat menghidari penyampain yang seolah-olah

terlihat mengajari atau mendikte.

Menurut Frater Carolus faktor penghambat terlaksananya pembinaan iman

bagi narapidana adalah kadang-kadang warga binaan pemasyarakatan merasa

malas untuk ikut pembinaan iman atau kadang-kadang ada kegiatan besukan atau

kegiatan lain yang bertabarakan dengan kegiaatan pembinaan iman. Selain itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

 

waktu mulai pembinaan iman yang kadang molor agak lama juga menjadi

penghambat pelaksanaan pembinaan iman. Lain Frater Yusuf lain pula Frater

Roja.

Menurut Frater Roja faktor penghambat pelasanaan pembinaan iman adalah

seringkali cerita atau sharing-sharing pengalaman warga binaan hanya berkutat

pada satu masalah saja, narapidana yang berbeda pendapat tentang lagu-lagu yang

akan dipakai “mau pakai lagu Kristen atau lagu Katolik”, dan minimnya peralatan

viewer atau lcd.

Faktor penghambat menurut Frater Yusuf:

Persiapan yang ala kadarnya dari anggota PPNKY, Model pembinaan yang monoton, fasilitas yang minim, jika perlu fasilitas multimedia harus membawa dari luar karena dari di dalam tidak disediakan.Perbedaan ajaran katolik dan kristen yang kadang menjadi soal, karena beberapa pandangan yang berbeda. Perbedaan pandangan yang kadang menjadi soal bagi warga binaan. Misalnya pemilihan lagu yang kadang menjadi “masalah” karena warga binaan katolik biasa dengan kidung adi, madah bakti, dan puji syukur, sementara warga binaan kristen terbiasa dengan lagu pop rohani {Lampiaran 8:Transkrip Wawancara (Hlm 19)}.

Sedangkan keterangan lain dari Frater Andi Kurniawan:

Kami selalu hati-hati untuk menyiapkan materi. Kalau untuk Kitab Suci kami sudah membahas dalam kelompok, tinggal materi pada minggu pertama, ketiga dan kelima yang kami buat sendiri itu yang sulit. Kami mencoba untuk membuat materi yang mengena dan tidak menyinggung perasaan mereka {Lampiran 8: Transkrip Wawancara (Hlm 21)}.

Hal terakhir yang ditanyakan adalah mengenai harapan akan pembinaan

iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta. Hampir seluruh narasumber menjawab, harapan utama mereka

adalah dengan adanya pembinaan iman para warga binaan dapat bertobat dan

diterima kembali di masyarakat, lebih banyak kaum awam yang terlibat dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

 

pelayanan bagi narapidana sehingga dengan keterlibatan mereka dapat

memberikan kesaksian baru bagi para narapidana, persiapan yang lebih baik lagi

sehingga pembinaan iman tidak hanya monoton dan adanya perlalatan serta

perlengkapan yang lebih baik lagi.

Harapan ini selaras dengan keterangan Frater Dedy:

Harapan saya yang pertama dari sisi rohani supaya mereka dapat menemukan Yesus dalam pengalaman hidup keseharian mereka. Dari sisi masyarakat harapan saya supaya mereka diterima oleh masyarakat. Dari sisi pembinaan iman supaya pembinaan iman dipersiapkan lebih baik sehingga narapidana mampu bersosialisasi dengan narapidana lainnya {Lampiran 8: Transkrip Wawancara (Hlm 26)}.

5. Laporan Hasil Obeservasi

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta adalah

Lembaga Pemasyarakatan yang terletak di Jalan Tamansiswa nomor 6

Yogyakarta. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

memiliki luas area sekitar 3,8 hektar yang terdiri dari 3 bangunan utama

dipergunakan untuk kantor, 7 blok sel untuk narapidana laki-laki, 1 sel blok untuk

narapidana perempuan, 1 klinik kesehatan LAPAS dengan kualitas setingkat

puskesmas, 1 masjid, 1 gedung aula, 1 gereja, 2 lapangan bola voli dan 2 gedung

bimker sebagai tempat pelatihan kerja bagi para narapidana dan tahanan.

Bangunan gereja terletak setelah lapangan bola voli. Bangunan gereja

adalah bangunan baru yang dibuat setelah LAPAS mengalami renovasi, oleh

karena itu bangunan gereja terlihat kokoh dan kuat. Bangunan gereja di dalam

LAPAS berbentuk seperti bangunan kapel pada umumnya. Menurut pengamatan

penulis, bangunan tersebut berukuran 10 meter kali 12 meter persegi. Bangunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

 

gereja terdiri dari satu sakristi, satu pintu masuk, dua jendela, satu meja altar, satu

salib besar dan memiliki daya tampung sekitar 50 sampai 70 orang.

Tidak hanya baru, tetapi sarana penunjang kegiatan pembinaan iman yang

ada di dalam bangunan gereja juga cukup lengkap misalnya saja di dalam

bangunan gereja terdapat beberapa alat musik seperti gitar, keyboard, cajoon, ada

2 pendingin ruangan dan cukup banyak kursi lipat berwarna merah.

Pada hari Selasa tanggal 22 Desember 2015 penulis berkesempatan untuk

ikut serta dalam kegiatan ibadat natal dari para pembina Kristen Protestan

bersama dengan para narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta.

Namun sebelum memasuki LAPAS terlebih dahulu para pengunjung

(termasuk pembina atau mahasiswa yang sedang melakukan penelitian)

mendaftarkan diri pada petugas pendaftaran. Setelah itu pengunjung diminta

untuk menaruh semua barang bawaan dan barang berharga di dalam loker yang

telah disediakan. Setelah melewati petugas registrasi dan keamanan maka

pengunjung diperbolehkan untuk berkunjung dan bertemu dengan para

narapidana.

Pada kesempatan itu sekaligus penulis gunakan untuk mengamati proses

pelaksaan pembinaan iman dalam bentuk ibadat natal. Ibadat natal yang

dilaksanakan dikemas dalam bentuk kebaktian dari gereja Kristen Protestan pada

umumnya. Ibadat dibuka dengan beberapa lagu pujian, kemudian dilanjutkan

dengan doa pembuka oleh bapak pendeta, kemudian singer istilah untuk

pemimpin pujian mengajak umat untuk mempersiapkan hati dengan satu-dua lagu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

 

pujian, setelah itu teks kitab suci yang telah dipilih dibacakan dilanjutkan dengan

kotbah dari bapak dan ibu pendeta, setelah itu kembali dilantunkan pujian dan

ditutup dengan doa penutup serta nyanyian pujian.

Saat ibadat berlangsung suasana yang tercipta cukup kidmat. Hanya saja

ada beberapa warga binaan pemasyarakatan yang tidak bisa mengontrol keinginan

untuk mengobrol sehingga perbincangan mereka terdengar keras. Materi yang

dibawakan oleh pembina adalah materi pertobatan yang didasarkan pada kisah

kitab suci. Penggunaan media audio visual sangat minim. Perangkat audio visual

yang digunakan sebata microphone wireless, dan perlengkapan sound sistem

lainya serta beberapa alat musik seperti gitar, keyboard, dan cajoon. Selain itu,

keterlibatan warga binaan pemasyarakatan sangat minim. Hampir sebagian waktu

pembinaan habis untuk kotbah bapak dan ibu pendeta.

Namun berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis secara

keseluruhan pembinaan iman yang telah dilaksanakan mendapatkan respon cukup

positif dari warga binaan pemasyarakatan. Susana kebaktian pun terlihat ramai

serta terlihat jelas rasa antusias dari para warga binaan untuk mengikuti kegiatan

pembinaan iman.

6. Laporan Hasil Studi Dokumen

Selain menggunakan kuisioner terbuka, wawancara, dan observasi penulis

juga memindai dokumen-dokumen yang terkait dengan topik dan fokus penelitian

yang telah ditentukan oleh penulis yakni materi pembinaan iman, profil

narapidana, dokumentasi kegiatan pembinaan dan panduan atau tata tartib hidup

di dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

 

Dalam dokumen pembagian jadwal pelayanan pastoral pendampingan atau

pembinaan narapidana yang diberikan oleh Frater Yusuf, penulis memindai ada

contoh-contoh materi yang dicantumkan. Contoh-contoh materi yang

dicantumkan antara lain materi pada bulan April yakni Kristus bangkit-dijalan

bersama murid-muridNya dengan teks Kitab Suci dari injil Lukas 24: 13-39,

materi pada bulan Mei yakni Yesus sehari di Nazareth-Yesus sehari di Kapernaum

dengan teks Kitab Suci dari injil Lukas 4:16-44.

Pada dokumen yang lain penulis menemukan bahwa pernah pembinaan

iman dikemas dalam bentuk penerimaan Sakramen Mahakudus. Materi ini penulis

dapatkan dari Frater Yusuf dan dilaksanakan oleh beliau pada hari Sabtu tanggal

13 September 2014. Bentuk dari penerimaan Sakramen Mahakudus ini seturut

dengan hasil pemindaian yang dilakukan oleh penulis adalah salah satu kegiatan

terkonsep dengan satuan pertemuan yang dimulai dengan hening sejenak,

kemudian dilanjutkan dengan lagu pembuka, tanda salib dan salam, lantas seruan

tobat dan doa pembuka, kemudian adalah bacaan sabda yang disambung dengan

renungan singkat dari pemimpin ibadat, lantas dilanjutkan dengan doa umat,

kemudian seruan untuk menyambut komuni suci dan menyambut komuni suci

diakhiri dengan doa penutup, berkat penutup dan nyanyian penutup.

Selain itu dokumen yang penulis kumpulkan termasuk profil para

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta akan

penulis lampirkan pada lampiran. Begitu pula dengan dokumentasi foto-foto

kegiatan pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta dan panduan atau tata tertib hidup di Lembaga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

 

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta penulis lampirkan pada bagian

lampiran.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian berdasar pada tujuan penelitian. Tujuan

penelitian ada enam, yaitu: mengetahui cukup atau tidaknya alokasi waktu yang

digunakan untuk pelaksaan pembinaan iman bagi narapidana, untuk mengetahui

bentuk, model, dan materi pembinaan yang relevan bagi pembinaan iman

narapidana, guna menemukan hal-hal yang menjadi faktor penghambat dan hal-

hal yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan pembinaan iman bagi

narapidana, untuk mengetahui sejauh mana pembinaan iman memberi dampak

pertobatan dan perubahan sikap moral dan sosial para narapidana, dan untuk

mengetahui bentuk, model, dan materi pembinaan iman yang benar-benar

diharapkan oleh narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta.

1. Cukup atau Tidaknya Alokasi Waktu yang Digunakan Untuk

Pelaksaan Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas Ii A Wirogunan Yogyakarta

Pada bagian ini penulis akan membagi pembahasan mengenai cukup atau

tidaknya alokasi waktu pelaksanaan pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan menjadi dua bagian berdasarkan aspek

yang hendak diketahui, yaitu aspek tingkat kerutinan, dan aspek cukup atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

 

tidaknya alokasi waktu pelaksanaan pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

a. Aspek Tingkat Kerutinan

Aspek tingkat kerutinan pertama-tama berhubungan dengan pembagian

jadwal pembinaan yang disusun oleh Lembaga Pemasyarakatan. Pembinaan di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta terbagi menjadi 3

bentuk pembinaan. Pertama adalah pembinaan kemasyarakatan atau biasa disebut

bimaswat meliputi kegiatan pembinaan agama Islam, Kristen, Katolik, Hidhu,

Budha yang dilaksanakan melalui kerja sama dengan Departemen Keagamaan

kota madya Yogyakarta, Pondok Pesantren, dan Badan Narkotika Yogykarta serta

LSM yang terkait. Selain pembinaan agama, ada juga pembinaan olahraga dan

kesenian meliputi pembinaan olah raga tenis menja, bola voli, futsal, bulu tangkis,

musik keroncong, musik pop, dan band musik melayu. Bimaswat juga mencakupi

pembinaan pendidikan wajib belajar untuk narapidana atau anak didik

pemasyarakatan yang masih menempuh tingkat pendidikan, narapidana yang buta

huruf diwajibkan mengikuti program kejar paket A, B, dan C.

Pembinaan yang selanjutnya adalah pembinaan kemandirian dan

keterampilan kerja atau biasa disebut bimkerharker. Bimkerharker adalah

pembinaan kemandirian dan keterampilan kerja yang didasarkan pada minat dan

bakat warga binaan pemasyarakatan. Bimkerharker meliputi pembinaan

pertukangan, kerajinan tangan, konblok dan batako, las dan bengel otomotif,

persepatuan dan kerajinan sandang, keterampilan elektronik, peternakan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

 

mencakup perikanan, peternakan unggas, dan peternakan hewan seperti kambing,

domba, sapi dll.

Melihat bahwa Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta memiliki cukup banyak bentuk pembinaan bagi narapidana, oleh

karena itu setiap pembinaan disusun sedemikian rupa hingga menjadi pembinaan

rutin yang ada dijadwal pembinaan Lembaga Pemasyarakatan.

Pembinaan iman atau pembinaan agama bagi narapidana Kristiani di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta memiliki jadwal dan

waktu tersendiri. Menurut data yang penulis peroleh dari kuisioner terbuka pada

pertanyaan nomor 3 semua responden (sebanyak 22 narapidana) menjawab bahwa

pembinaan iman dilaksanakan secara rutin. Menurut jawaban para responden

pembinaan iman dilaksanakan pada setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Sabtu dan

pada hari Minggu di Minggu ke empat di setiap bulan.

Pembinaan iman pada hari Senin, Selasa, dan Rabu jadwal pembinaan iman

dengan pendamping atau pembina yang berasal dari Gereja Kristen Protestan.

Sedangkan untuk jadwal pembinaan iman pada setiap hari Sabtu dan Minggu ke

empat adalah jadwal pembinaan iman dengan pembina atau pendamping yang

berasal dari kelompok PPNKY yang terdiri dari Frater, Bruder, Suster, dan para

awam yang tegerak untuk melayani dan mengunjungi narapidana.

b. Aspek Alokasi Waktu

Aspek alokasi waktu dapat dihubungkan dengan jadwal pembinaan yang

telah dibuat dan ditentukan oleh LAPAS. Jadwal yang telah dibuat itu tentunya

dibuat dengan maksud agar para narapidana dapat menjalankan pembinaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

 

bertahap sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu pembinaan iman juga di

batasi oleh durasi atau lamanya waktu pembinaan itu sendiri. Sebagai contoh

kegiatan besukan atau kunjungan keluarga dibatasi oleh waktu besukan yang

dimulai dari jam 08.00 sampai 11.30 WIB dengan alokasi masing-masing sesi

kunjungan keluarga adalah 30 menit.

Demikian pula dengan pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta juga dibatasi dalam kurun

waktu tertentu. Lama waktu yang diberikan oleh LAPAS adalah 2-2,5 jam yakni

dimulai dari pukul 09.00-11.00 atau dari pukul 09.00-11.30 jika ada beberapa

kondisi tertentu dan disetujui oleh petugas pendamping dari LAPAS. Melihat hal

tersebut sesuai dengan tujuan penelitian pertama yang dimaksudkan penulis yakni

cukup atau tidaknya alokasi waktu yang diberikan oleh LAPAS. Dari pertanyaan

nomor 4 dalam kuisioner terbuka di dapatkan sebanyak 17 responden menjawab

bahwa alokasi waktu pembinaan iman bagi para narapidana dirasakan mencukupi,

4 responden menjawab bahwa alokasi waktu pembinaan iman bagi para

narapidana di rasa belum cukup dan satu responden menjawab bahwa alokasi

waktu pembinaan iman bagi para narapidana dirasa lebih dari cukup.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar narapidana merasa

bahwa alokasi waktu pembinaan iman dirasa cukup. Hal ini menunjukkan bahwa

durasi waktu yang diberikan oleh LAPAS memang benar sesuai dengan

kebutuhan narapidana dan durasi waktu yang diberikan oleh LAPAS yakni 2 jam

dirasa cukup oleh para narapidana.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

 

Selain itu dari jawaban 4 responden yang menyatakan bahwa alokasi waktu

pembinaan iman dirasa kurang menjadi perhatian tersendiri. Perasaan bahwa

alokasi waktu dirasa kurang terjadi karena responden sering merasa kalau

pembinaan iman terlambat dimulai sehingga keterlambatan itu memotong jatah

alokasi waktu pembinaan iman yang telah disediakan.

2. Bentuk, Model dan Materi Pembinaan Iman yang Relevan bagi Para

Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta

Pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta dilaksanakan secara rutin dengan jadwal seperti

keterangan yang telah penulis uraikan di subbab sebelumnya. Pembinaan iman

bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

dilaksanakan dengan kerjasama antara LAPAS Wirogunan dan Kementrian

Agama khususnya Kantor Wilayah Kementrian Agama Daerah Istimewa

Yogyakarta serta dengan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat tertentu.

Pembinaan iman bagi narapidana dilaksanakan setiap hari Senin, Selasa, Rabu,

dan Sabtu serta hari Minggu pada Minggu keempat setiap bulan. Pembinaan iman

dilaksanakan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing Warga

Binaan Pemasyarakatan.

Pembinaan iman bagi narapidana dengan kepercayaan Kristen Prostestan

dilaksanakan setiap hari Senin, Selasa, dan Rabu. Sedangkan untuk pembinaan

iman bagi narapidana dengan kepercayaan Katolik dilaksanakan setiap Sabtu dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

 

Minggu keempat. Bagi beberapa narapidana pembedaan jadwal pembinaan ini

tidak menjadi hal yang besar sehingga mereka juga mengikuti pembinaan iman

baik dari narasumber Katolik maupun Kristen Protestan. Akan tetapi tidak sedikit

juga yang hanya mau datang di salah satu pembinaan iman tersebut.

Dari item pertanyaan nomor 1 pada kuisioner mengenai bentuk atau model

pembinaan iman yang selama ini berlangsung di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

II A Wirogunan Yogyakarta sebanyak 17 responden menjawab bentuk

pembinaan iman adalah sharing, 15 responden menjawab ibadat; 8 responden

menjawab konseling, 4 responden menjawab kotbah, 3 responden menjawab

diskusi; 3 responden menjawab kambium atau pendalaman Kitab Suci; 1

responden menjawab perayaan Ekaristi dan 1 responden menjawab latihan koor.

Dari data di atas Pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II Wirogunan Yogyakarta dikemas sedemikian rupa

sehingga menjawab kebutuhan para Warga Binaan Pemasyarakatan. Dari data

kuisioner terbuka terjawab bahwa bentuk dan model yang digunakan dalam

pembinaan iman sharing, ibadat, konseling, kotbah, diskusi, kambium atau

pendalaman Kitab Suci perayaan Ekaristi dan latihan koor.

Model dan bentuk yang digunakan memang bermacam-macam. Hal ini

menunjukkan bahwa guna memenuhi kebutuhan para narapidana narasumber atau

pembina harus pandai dan kreatif dalam mencari, menciptakan dan menggunakan

model atau bentuk pembinaan iman. Bentuk yang paling sering digunakan oleh

para narasumber atau pembina dalam melaksanakan pembinaan iman adalah

sharing. Sharing yang dimaksudkan adalah sharing pengalaman para Warga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

 

Binaan Pemasyarakatan yang dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan panduan

yang diajukan dan disiapkan oleh para pembina.

Banyaknya responden yang menjawab sharing sebagai model dan bentuk

pembinaan iman bagi narapidana berarti model dan bentuk sharing merupakan

bentuk dan model yang relevan digunakan untuk memenuhi kebutuhan para

Warga Binaan Pemasyaratakan. Warga Binaan Pemasyarakatan memang

memerlukan “perhatian” khusus. Perhatian yang dimaksudkan adalah mereka

butuh untuk dimengerti. Kebutuhan untuk dimengerti itu akan terlaksanan jika

mereka merasa diterima sebagai kawan. Oleh karena itu sharing menjadi salah

satu pintu gerbang untuk mengerti, menerima, dan akhinrya membina Warga

Binaa Pemasyarakatan.

Selain sharing, responden juga memberikan jawaban-jawaban lain seperti

yang telah diuraikan oleh penulis di atas. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

melaksanakan pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta para pembina atau pendamping berusaha untuk

menjadi kreatif dengan menyediakan beragam bentuk dan model pembinaan iman.

Keberagaman model dan bentuk pembinaan iman bagi narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta juga menunjukkan

bahwa pembinaan iman yang telah dilaksanakan menuju pada pembentukan diri

pribadi Katolik/Kristen yang semakin berakar dan berpola pada hidup Yesus

Kristus dalam segala aspek kehidupannya secara total dan integral dalam

ungkapan dan perwujudannya. Keberagaman model dan bentuk pembinaan iman

bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

 

memenuhi empat unsur utama pembinaan iman. Unsur pengembangan

pengetahuan iman dapat dikaji dalam model dan bentuk pembinaan iman diskusi,

pendalaman Kitab Suci atau kambium dan kotbah. Usnur penghayatan iman

Kristiani dapat nampak dalam ibadat dan Perayaan Ekaristi serta latihan koor

dimana koor atau paduan suara adalah salah satu bentuk Tradisi Gereja.

Sedangkan unsur pembinaan moral dan peningkatan hidup menggereja dan

memasyarakat terlihat dari dua bentuk pembinaan iman yakni konseling dan

sharing.

Keberagaman bentuk dan model pembinaan iman juga mengakibatkan

materi yang digunakan dalam pembinaan iman menjadi beragam. Dalam kuisioner

pertanyaan materi pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta terdapat pada item nomor 2 sebanyak 13

responden menjawab materi yang menjadi bahan pembina iman bagi narapidana

adalah perikop-perikop Kitab Suci, 8 responden menjawab pengalaman pribadi, 6

responden menjawab materi tematis tentang kasih, pertobatan, dan keselamatan, 1

responden menjawab materi yang digunakan dari ajaran Gereja dan 1 responden

menjawab kadang-kadang materi pembinaan iman diambil dari film dengan tema

tertentu.

Sebanyak 13 responden menjawab materi yang digunakan adalah perikop-

perikop Kitab Suci memiliki arti bahwa lewat materi kisah Kitab Suci para

pembina mengajak para Warga Binaan Pemasyarakatan untuk mengenal,

mencintai dan mengikuti Yesus Kristus. Lewat materi Kitab Suci pembina atau

pendamping pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

II A Wirogunan Yogyakarta mencoba memenuhi kebutuhan Warga Binaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

 

Pemasyarakatan yakni diterima dan dimengerti. Selain itu, lewat materi yang

berakar pada Kitab Suci para pembina mencoba memenuhi tujuan utama

pembinaan iman yakni pembentukan diri menjadi pribadi Katolik yang berakar

dan berpola pada hidup Yesus Kristus dalam segala dimensi hidupnya secara total

dan integral dalam ungkapan dan perwujudannya (Dewan Karya Pastoral

Keuskupan Agung Semarang 2014 : 3).

Selain materi dari kisah Kitab Suci, responden juga memberikan jawaban-

jawaban lain seperti yang telah diuraikan oleh penulis di atas. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam melaksanakan pembinaan iman bagi narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta para pembina atau

pendamping berusaha untuk menjadi kreatif dengan mempersiapkan materi atau

bahan-bahan yang beragam untuk pelaksanaan pembinaan iman.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan materi yang beragam pembina atau

pendamping mencoba memenuhi empat unsur pembinaan iman. Dalam materi

ajaran Gereja dan materi-materi tematis tentang kasih, pertobatan dan keselamtan

nampak bahwa unsur pengembangan pengetahuan iman dan penghayatan tradisi

Katolik terpenuhi. Sedangkan lewat pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-

hari dan makna atau inspirasi dari film-film tampak bahwa unsur pembinaan

moral dan peningkatan hidup menggereja dan memasyakat terpenuhi. Semua

materi ini dibungkus dengan materi yang berakar pada Kitab Suci sehingga

dengan mendengarkan, menerima, dan mengolah materi yang telah diterima para

responden dapat semakin hidup berakar dan berpola pada hidup Yesus Kristus.

Yesus Kristus menjadi teladan sekaligus inspirasi bagi hidup mereka. Yesus

menjadi pusat kasih, pertobatan dan keselamatan di kehidupan Warga Binaan

Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

 

3. Faktor-Faktor Penghambat Terlaksananya Pembinaan Iman bagi

Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta

Setelah pada sub bab sebelumnya dibahas mengenai alokasi waktu,model,

bentuk dan materi pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta, pada sub bab ini akan dibahas mengenai hal-

hal yang menjadi faktor-faktor penghambat terlaksananya pembinaan iman bagi

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

Dalam pembinaan iman, segala hal mungkin saja terjadi. Persiapan yang

mungkin sudah dipersiapkan dengan sedemikian rupa dapat menjadi berbeda

ketika berada di tengah situasi nyata. Ada hal-hal yang memang tidak

terhindarkan atau menjadi halangan bagi terlaksana dan tercapainya tujuan

pembinaan iman. hal-hal yang tidak terhindarkan dan hal-hal yang menjadi

penghalang itu dapat disebut sebagai faktor-faktor penghambat.

Demikian pula dengan pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Dalam kuisioner terbuka

tentang pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta sebanyak 6 responden menjawab bahwa waktu yang

disediakan oleh lembaga tidak mencukupi, 4 responden menjawab proses

administrasi bagi narapidana perempuan sedikit dipersulit, 4 responden menjawab

ada rasa malas mengikuti pembinaan iman, 3 responden menjawab warga binaan

tidak dapat datang, 1 responden menjawab kondisi warga binaan yang stress

memikirkan hukuman dan 1 responden menjawab lagu-lagu rohani serta bacaan

rohani yang terbatas menjadi faktor penghambat terlaksananya pembinaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

 

Sebanyak 6 responden menjawab bahwa waktu yang disediakan oleh

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta kurang mencukupi.

Waktu yang dimaksudkan adalah “jatah” atau durasi waktu pembinaan iman.

Durasi atau “jatah” waktu pembinaan iman yang disediakan oleh Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta adalah 2 jam. Pembinaan

iman dimulai pada pukul 09.00-11.00. WIB. Pada kenyataannya pembinaan iman

praktis dimulai setelah para pembina selesai melalui serangkaian proses

pemeriksaan keamaan. Proses pemeriksaan keamanan sendiri membutuhkan

waktu sekitar 10 sampai 15 menit. Setelah selesai di pemeriksaan keamanan para

pembina masih harus berjalan kaki dari pos keamanan di pintu masuk menuju

gereja yang memakan waktu sekitar 5 menit.

Selanjutnya para pembina terlebih dahulu menyalami para Warga Binaan

Pemasyarakatan dan mempersiapakan segala perlengkapan guna pembinaan iman

yang memakan waktu sekitar 10 sampai 15 menit. Jadi proses keseluruhan

sebelum pembinaan dimulai membutuhkan waktu sekitar 20 sampai 25 menit.

Praktis waktu efektif untuk melaksanakan pembinaan iman tersisa 100 sampai 105

menit. Jawaban durasi yang kurang cukup kiranya dapat dipahami menginggat

waktu yang efektif untuk melaksanakan pembinaan iman adalah 100 sampai 105

menit atau hanya satu setengah jam. Durasi efektif satu setengah jam bahkan tidak

mencukupi untuk memutar film dengan tema tertentu dan berbagi cerita setelah

menonton film, dimana film pada umumnya berdurasi 120 menit atau dua jam

ditambah lagi dengan sharing yang memakan waktu lebih lama lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

 

Selain waktu atau durasi, jawaban lain yang muncul adalah proses

adminitrasi bagi narapidana perempuan yang dirasa tidak berjalan dengan lancar.

Para Warga Binaan Pemasyarakatan sering menyebut proses administrasi ini

dengan istilah “bon-bonan”. Istilah bon-bonan ini merujuk pada sistem yang

diterapkan dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

Narapidana yang hendak mengikuti pembinaan iman atau kegiatan lain terlebih

dahulu harus di “bon” atau dipesan atau dimintakan ijin kepada petugas penjaga

sel tahanan. Selama ijin itu belum keluar maka narapidana tidak akan bisa

mengikuti proses pembinaan iman atau kegiatan pembinaan lain.

Selain waktu, proses “bon-bonan”, responden juga menjawab salah satu hal

yang menjadi faktor penghambat terlakasananya pembinaan iman adalah rasa

malas untuk mengikuti pembinaan iman dari diri Warga Binaan Pemasyarakatan.

Dapat dipahami kehidupan di dalam Lembaga Pemasyarakatan tidak sebebas

kehidupan di “dunia” luar pada umumnya. Gerak-gerik yang terbatas, pembinaan

iman yang itu-itu saja, konsep Tuhan adalah baik yang tidak mudah dicerna dan

dimengerti serta selalu ada pengawasan kadang membuat mood tidak nyaman.

Ketidaknyaman ini yang menimbulkan rasa malas yang berujung ketidakhadiran

Warga Binaan Pemasyarakatan dalam proses pembinaan iman.

Lain halnya dengan rasa malas, ada juga Warga Binaan Pemasyarakatan

yang ingin hadir dan mengikuti pembinaan iman namun tidak dapat hadir karena

kegiatan pembinaan iman bertabrakan dengan kegiatan yang lain. Hal ini juga

menjadi salah satu faktor penghambat terlaksananya pembinaan iman bagi

narapidana. Terkadang, ketika jadwal pembinaan tiba beberapa narapidana juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

 

sedang melakukan kegiatan lain misalnya narapidana sedang mendapatkan

kunjungan khusus atau harus pergi karena ada kegiatan persidangan.

Selain “tempuk” dengan kegiatan lain, ada juga narapidana yang tidak

mengikuti pembinaan iman karena terlampau stress memikirkan masa hukuman

yang akan dijalani. Dalam keadaan ini narapidana cenderung memilih tidak hadir

dalam proses pembinaan iman. Hal ini juga menjadi salah satu faktor penghambat

terlaksananya pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

Hal terakhir yang menjadi faktor penghambat terlaksananya pembinaan

iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta adalah lagu-lagu dan bacaan rohani yang terbatas sehingga membuat

narapidana tidak memiliki referensi lain yang dapat digunakan untuk bernyanyi

atau menimba ilmu, informasi, dan nilai-nilai baik yang terkandung buku-buku

bacaan rohani. Terbatasnya buku-buku dan nyanyian-nyanyian yang dapat

digunakan dalam pelaksanaan pembinaan iman secara tidak langsung menjadi

penghambat terlaksananya pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A Wirogunan Yogyakarta.

4. Faktor-Faktor Pendukung Terlaksananya Pembinaan Iman bagi

Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta

Setelah pada sub bab sebelumnya dibahas mengenai hal-hal yang menjadi

faktor-faktor penghambat terlaksananya pembinaan iman bagi narapidana di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

 

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta, pada sub bab ini

akan dibahas mengenai hal-hal yang menjadi faktor-faktor pendukung

terlaksananya pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

Keberhasilan pembinaan iman tidak dapat lepas dari adanya hal-hal yang

menjadi pendukung terlaksananya proses pembinaan iman itu sendiri. Hal-hal itu

bisa berasal dari luar atau dalam pembinaan iman itu sendiri. Hal-hal yang

menjadi pendukung keberhasilan pembinaan iman disuatu instansi tertenu disebut

dengan faktor-faktor pendukung.

Demikian pula dengan pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Dalam kuisioner terbuka

tentang pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta sebanyak 7 responden menjawab bahwa relasi menjadi

salah satu faktor pendukung terlaksananya pembinaan iman, 4 responden

menjawab fasilitas pembinaan iman, 3 responden menjawab antusiasme warga

binaan, 2 responden menjawab materi pembinaan iman, 1 responden menjawab

souvenir, 1 responden menjawab administrasi, 1 responden menjawab kerjasama

antara Lembaga dan lembaga sosial masyarakat, dan 3 responden tidak

memberikan jawaban.

Hal pertama yang menjadi faktor pendukung terlaksananya pembinaan iman

bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan adalah

adanya relasi yang mendalam antara Warga Binaan Pemasyarakatan dengan para

pembina. Relasi yang mendalam adalah hubungan timbal balik antara satu orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

 

dengan orang yang lain. Hubungan ini didasari pada rasa kepercayaan antara satu

sama lain juga rasa saling menyayangi satu sama lain. Relasi yang mendalam

menjadi dasar bagi para pembina untuk memenuhi kebutuhan para Warga Binaan

Pemasyarakatan yakni kebutuhan untuk dimengerti dan diterima. Relasi yang

mendalam membuat para pembina lebih mudah dalam menyampaikan materi dan

membuat para Warga Binaan Pemasyarakatan lebih mudah menangkap konsep

materi yang ingin disampai oleh pembina. Relasi yang mendalam menjadi simbol

relasi antara Allah dengan manusia berdosa dimana Allah selalu mengerti dan

menerima manusia dengan segala kesalahannya dan manusia yang selalu berusaha

mencari dan membangun relasi yang mendalam dengan Allah.

Hal kedua yang menjadi faktor pendukung adalah fasilitias yang tersedia

cukup untuk menunjang terlaksananya pembinaan iman. Fasilitias pembinaan

iman yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

adalah satu buah gedung Gereja, satu set alat musik yang terdiri dari satu buah

keyboard, dua buah gitar, dan satu buah cajoon, satu set perlengkapan audio yang

terdiri dari speaker, mic wireles, dan mixer selain itu juga terdapat buku nyanyian

seperti madah bakti dan buku nyanyian pujian serta Kitab Suci.

Hal ketiga yang menjadi faktor pendukung terlaksananya pembinaan iman

bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

adalah antusiasme para Warga Binaan Pemasyarakatan dalam mengikuti

pembinaan iman. Warga Binaan Pemasyarakatan terlihat antusias dengan adanya

kegiatan pembinaan iman bagi mereka. Hal ini terlihat ketika para pembina datang

mereka tidak malu untuk datang dan memberikan senyum, sapa, dan salam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

 

Kerinduan Warga Binaan Pemasyarakatan semakin terlihat ketika mereka diberi

kesempatan untuk bernyanyi, didengarkan kisah hidup kesehariannya, dan diberi

renungan Kitab Suci.

Hal keempat adalah oleh-oleh yang dibawa oleh para pembina. Kadang-

kadang meski tidak sering pembina membawakan para Warga Binaan

Pemasyarakatan beberapa oleh-oleh. Oleh-oleh yang dibawakan kadang berupa

makanan, buku, perlengkapan mandi, buku doa, Rosario dan lain sebagainya. Bagi

Warga Binaan Pemasyarakatan oleh-oleh dipandang sebagai bentuk tanda kasih

yang merupakan penghargaan kepada mereka sebab belum tentu mereka

mendapatkan oleh-oleh dari orang-orang terdekat mereka.

Hal kelima yang menjadi salah satu dari faktor-faktor terlaksananya

pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta adalah materi pembinaan iman. Menurut salah seorang

Warga Binaan Pemasyarakatan materi pembinaan iman dianggap tepat memenuhi

kebutuhan hidupnya. Materi pembinaan meski berakar pada Kitab Suci yang

sudah ribuan tahun masih tetap relevan dengan kehidupan jaman sekarang, apalagi

dengan kehidupan sehari-hari para Warga Binaan Pemasyarakatan.

Hal keenam yang juga menjadi salah satu faktor pendukung terlaksananya

pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta adalah proses administrasi yang baik bagi para pembina.

Sejauh yang penulis amati dan berdasarkan keterangan dari Warga Binaan

Pemasyarakatan hampir tidak ada masalah atau kendala administrasi yang

menyangkut para pembina. Hal ini dikarenakan adanya kerja sama yang baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

 

antara Lembaga Pemasyaraktan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta dengan Kantor

Wilayah Kementrian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Lembaga

Swadaya Masyarakat seperti PPNKY. Tidak adanya masalah administrasi bagi

para pembina dan adanya kerja sama yang baik antar Instasi tersebut membuat

pelaksanaan pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

II A Wirogunan Yogyakarta berjalan dengan lancar.

5. Dampak Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

Setelah pada sub bab di atas penulis membahas mengenai alokasi waktu,

bentuk, model, bahan, faktor penghambat, dan faktor pendukung terlaksananya

pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta, maka pada bagian kali ini penulis akan membahas

mengenai dampak pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis akan

membagi pembahasan menjadi dua pokok yakni tujuan pembinaan iman dan

dampak pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta.

a. Tujuan Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarkatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

Setiap kegiatan pembinaan pasti memiliki tujuan akhir yang bersifat positif.

Demikian pula dengan kegiatan pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan kelas II A Wirogunan Yogyakarta. pembinaan iman bagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

 

narapidana di Lembaga Pemasyaraktan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

menurut jawaban para narapidana melalui kuisioner terbuka yakni sebanyak 11

responden menjawab bahwa tujuan pembinaan iman bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

guna memperteguh iman melalui pertobatan, 5 responden menjawab bahwa tujuan

pembinaan iman bagi warga binaan adalah guna mempersiapkan warga binaan

supaya dapat diterima kembali di masyarakat, 4 responden menjawab supaya

dapat berperilaku lebih baik, 1 responden menjawab supaya bertobat dan diterima

di masyarakat serta 1 responden menjawab bahwa tujuan pembinaan iman bagi

warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta adalah

guna tetap memiliki harapan untuk hidup.

Dari data di atas dapat dikaji bahwa tujuan pembinaan iman di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta mampu dipahami sebagai

pembentukkan pribadi narapidana melalui proses pertobatan dan memperteguh

iman supaya karena pribadi yang utuh itulah para Warga Binaan Pemasyarakatan

kembali diterima di masyarakat dan supaya Warga Binaan Pemasyarakatan

mampu berperilaku baik dan tidak menjadi biang masalah di tengah masyarakat

dimana ia diterima dan tinggal. Selain itu ada pula tujuan khusus dari pembinaan

iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan seperti yang disampaikan oleh

Ms. Mary Jane Veloso, terpidana hukuman mati, memberikan tujuan khusus

pembinaan iman, menurut beliau dan bagi beliau pembinaan iman memberikan

tujuan hidup. Dalam penantian pelaksanaan hukuman mati, pembinaan iman

seperti oase yang ada di tengah padang gurun gersang, pembinaan iman bagi Ms.

Mary Jane memberikan harapan dan kekuatan untuk tetap percaya bahwa ia akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

 

tetap hidup. Pembinaan iman memberikan harapan bagi Mary Jane untuk tetap

hidup dan berkumpul kembali dengan keluarganya.

b. Dampak Pembinaan Iman bagi Narapidan di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

Pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta dilaksanakan bukan tanpa maksud dan tujuan. Seperti

telah dijelaskan penulis di subbab sebelumnya bahwa pembinaan iman bagi

narapidana memiliki tujuan pembinaan. Kiranya diharapkan dari pembinaan iman

yang telah diberikan narapidana dapat kembali hidup dengan baik di tengah

masyarakat. Pembinaan iman diharapkan memberi dampak nyata pada kehidupan

narapidana baik itu dalam kehidupan di Lembaga Pemasyarakatan atau di lingkup

masyarakat luas.

Sejauh yang penulis lihat dan amati, begitu pula dengan keterangan dari

narasumber yang penulis wawancarai, pembinaan iman bagi narapidana member

dampak positif pada kehidupan pribadi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.

Dampak yang sering kali terlihat adalah adanya kelakuan baik dari narapidana

entah itu menjadi lebih sering berdoa, terbuka menceritakan semua

permasalahannya ketika konseling, dan semakin mampu menerima kekurangan

orang lain sesama narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta.

Salah satu contoh dampak positif dari pembinaan iman bagi narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan adalah kisah hidup Mary Jane. Melalui pembinaan

iman dalam bentuk konseling, ibadat, sharing dan perayaan Ekaristi harapannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

 

untuk hidup kembali dibangun. Walau telah mendapatkan vonis hukuman mati,

namun melalui pendampingan yang menjadi bagian dari pembinaan iman, ia

dibantu untuk menemukan kembali harapan hidupnya. Ia dibantu untuk kembali

hidup dan dibantu untuk memperjuangkan hak hidupnya. Bahkan ia juga diajak

untuk siap merelakan hidupnya kapan saja demi Kristus yang ia yakini.

Pembinaan iman yang berakar dan berpola pada hidup Yesus Kristus yang

dapat diteladani lewat kisah Kitab Suci memberi dampak perubahan dan kemauan

untuk berjuang menjadi lebih baik sehingga dengan perubahan dan kemauan itu,

para narapidana semakin dikuatkan untuk terus berjuang dalam hidup yang keras,

dan dapat kembali di terima di masyarakat dengan segala kebaikkannya.

6. Bentuk, Model dan Materi Pembinaan Iman yang Benar-benar

diharapkan oleh Para Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

II A Wirogunan Yogyakarta

Pada bagian ini penulis akan membahas mengenai bentuk, model, dan

materi pembinaan iman yang benar-benar diharapkan oleh para narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Pembahasan

penulis mencakup harapan-harapan narapidana terhadap bentuk,model, dan materi

pembinaan iman yang akan datang. Selain itu juga akan dijelaskan harapan-

harapan lain dari narapidana setelah mengikuti pembinaan iman di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

Secara garis besar bentuk, model dan materi pembinaan iman yang

dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

 

sudah terlaksana dengan baik. Bentuk dan model yang beragam dan materi yang

selalu baru serta pembinaan iman yang dipersiapkan benar-benar berdampak pada

kehidupan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta.

Dalam kuisioner terbuka mengenai harapan para warga binaan terkait

pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta yang akan dilaksanakan di masa mendatang sebanyak 5

responden berharap agar pembinaan iman memiliki tindak lanjut guna

merealisasikan materi yang telah diberikan, 2 responden berharap tentang

pembina yang merangkul, 2 responden berharap agar dapat kembali diterima di

masyarakat, 2 responden berharap agar dapat belajar memimpin doa dan lagu-lagu

pujian, 3 responden berharap agar pembinaan yang akan datang dapat

dipersiapkan lebih baik, 1 responden berharap agar warga binaan memiliki

kesadaran untuk mengikuti pembinaan iman, 1 responden berharap agar waktu

pembinaan iman ditambah, 1 responden berharap agar lebih dikuatkan dalam

iman, 1 responden berharap agar proses administrasi bagi warga binaan

perempuan lebih mudah, dan 4 responden tidak memiliki harapan terhadap

pembinaan iman yang akan dilaksanakan pada masa mendatang.

Dari data di atas dapat dilihat jika bentuk, model, dan materi pembinaan

iman tidak bermasalah sehingga perlu diganti atau dirombak. Dari data di atas

yang justru menjadi harapan tertinggi adalah bentuk tindak lanjut dari pembinaan

iman itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa selama ini pembinaan iman

mengandaikan setelah narapidana kembali ke masyarakat mereka dapat

membangun hidup mereka sendiri. Namun pada kenyataannya justru sebaliknya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

 

karena tidak adanya bantuan untuk bangkit dan membangun hidup kembali,

residivis atau narapidana yang telah masuk ke dalam masyakarat kembali

melakukan tindak kejahatan. Oleh karena itu penting bahwa pembinaan iman juga

perlu memikirkan tentang tindak lanjut yang akan diperbuat guna membantu

narapidana membangun kembali kehidupannya.

Akan tetapi, tidak bermasalah bukan berarti pembinaan iman bagi

narapidana itu sempurna. Beberapa hal yang menjadi harapan narapidana terhadap

pembinaan iman nampak dalam jawaban bahwa ada responden yang ingin belajar

untuk memimpin doa dan nyanyian. Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan iman

iman masih begitu tergantung pada pembina dan bertitik pusat pada pembina.

Meskipun tidak begitu besar, pembinaan iman hendaknya juga memberikan

kesempatan kepada seseorang untuk menggembangkan dirinya, baik itu lewat

kepemimpinan dalam doa, maupun dalam memimpin nyanyian.

Ada pula yang berharap agar pembinaan iman dapat dipersiapkan lagi

dengan baik, hal ini menunjukkan bahwa pembinaan iman yang tidak

dipersiapkan dengan baik dapat dimengerti oleh Warga Binaan Pemasyarakatan.

Di samping keterangan dari responden, hasil observasi penulis juga menunjukkan

bahwa kadang pembinaan iman dilaksanakan tanpa adanya koordinasi awal.

Koordinasi selalu dilakukan setelah para pembina masuk ke dalam Gereja.

Koordinasi mendadak seperti ini selain memakan waktu juga memperlihatkan

bahwa pembinaan iman tidak dikoordinasikan dengan baik di awal.

Ada juga Warga Binaan Pemasyarakatan yang berharap agar alokasi waktu

atau durasi pembinaan iman ditambah. Hal ini tidak lepas dari berkurangnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

 

waktu efektif pembinaan iman karena proses administrasi keamanan dan proses

persiapan pembinaan iman itu sendiri. Harapan lainnya adalah lebih mudahnya

proses administrasi bagi Warga Binaan Pemasyarakatan Perempuan.

Terlambatnya “bon” atau adanya gangguan lain jelas merugikan dan menghmbat

proses pembinaan iman. Oleh karena itu diharapkan agar proses “bon” menjadi

lebih mudah dan lebih cepat agar dapat menunjang pembinan iman bagi

narapidana khususnya bagi Warga Binaan Pemasyarakatan perempuan.

Selain itu Warga Binaan Pemasyarakatan juga berharap agar pembinaan

iman selalu memiliki pembina yang merangkul. Relasi yang terjadi bukan basa-

basi tetapi relasi mendalam yang saling mengerti dan memahami. Para Warga

Binaan Pemasyarakatan berharap agar pembinaan iman memiliki pembina yang

mampu membangun relasi mendalam antara pembina dan para Warga Binaan

Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

E. Kesimpulan

Pada bagian ini penulis akan menyampaikan empat kesimpulan berdasarkan

pembahasan hasil penelitian. Pertama, alokasi waktu atau durasi proses

pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta penulis rasa cukup.

Akan tetapi ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh para pembina yakni

pertama mengenai manajemen waktu secara efektif. Misalnya pada bagian

pemeriksaan banyak membuang waktu karena harus menyimpan barang-barang

terlebih dahulu. Hal ini tidak akan membuang banyak waktu jika barang-barang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

 

sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Selain itu pembagian petugas juga efektif

karena petugas baru ditunjuk saat pembina datang ke LAPAS.

Kedua, bentuk, model dan materi pembinaan iman sudah bagus karena

sudah mencakup tujuan pembinaan iman yakni membina atau membentuk diri

menjadi pribadi Katolik yang berakar dan berpola pada hidup Yesus Kristus

dalam segala dimensi hidupnya secara total dan integral. Selain itu pembinaan

iman juga sudah memenuhi empat unsur utama pembinaan iman yakni mencakup

dimensi: pengembangan pengetahuan iman, penghayatan tradisi Katolik,

pembinaan moral dan pengembangan hidup menggereja dan memasyarakat.

Ketiga, faktor pendukung yang paling berpengaruh dalam terlaksananya

pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta adalah adanya relasi yang akrab dan terbuka antara

pembina dengan Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Relasi yang akrab dan terbuka yang terjalin

antara para pembina dan Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan mempermudah para pembina untuk

mendampingi para Warga Binaan.

Keempat, ada hal-hal yang diharapkan untuk diupayakan demi semakin

berhasilnya kegiatan pembinaan bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Haarapan tersebut antara lain: pembinaan

iman yang perlu dipersiapkan lebih baik lagi dengan melibatkan Warga Binaan

Pemasyarakatan. Selanjutnya adalah harapan agar dapat diupayakan adanya tindak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

 

lanjut dari pembinaan iman guna membantu Warga Binaan Pemasyarakatan

membangun kembali kehidupannya supaya dapat kembali diterima oleh

masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

 

BAB IV

SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI USULAN KATEKESE BAGI

PARA NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A

WIROGUNAN YOGYAKARTA

Bab IV ini berisi tentang Shared Christian Praxis sebagai usulan model

pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta Yogyakarta guna meningkatkan dan mengembangkan

iman mereka. Tujuan pembinaan iman ini adalah membantu para narapidana

untuk menyesali semua perbuatan bersalahnya melalui pengampunan serta

langkah tobat sehingga iman mereka semakin dikuatkan dan diteguhkan. Selain

itu, pembinaan iman ini juga bertujuan guna mempersiapkan para narapidana

untuk sadar akan kehidupan sosial yang menanti mereka setelah mereka bebas

dari Lembaga Pemasyarakatan. Diharapkan kedewasaan iman yang telah terbina

mengiring kedewasaan moral dan sosial mereka, sehingga mereka tidak

mengulangi kesalahan yang sama ketika berada di dalam lingkup hidup

bermasyarakat.

Pada bab III penulis telah melakukan penelitian terhadap pembinaan iman

bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alokasi waktu yang diberikan oleh Lembaga

Pemasyarakatan masih dirasa kurang hal ini tampak dalam faktor penghambat

pelaksanaan pembinaan iman yang mayoritas jawaban responden adalah alokasi

waktu masih kurang, bentuk, model dan materi pembinaan iman lebih sering

 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

 

dikemas dalam sharing dengan materi yang diambil dari Kitab Suci serta

pengalaman hidup para narapidana. Selain itu relasi mendalam menjadi faktor

pendukung yang utama guna menunjang pelaksanaan pembinaan iman bagi

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Maka

sebagai tindak lanjut dari penelitian tersebut, penulis berusaha memberikan

sumbangan pemikiran berupa model pembinaan iman dalam bentuk Shared

Christian Praxis. Shared Christian Praxis ini dikemas secara menarik. Berpusat

dari pengalaman hidup para narapidana, SCP menuntun para narapidana perlahan

menuju pertobatan yang utuh, sehingga iman mereka semakin diteguhkan dan

dikuatkan.

A. Pengertian Shared Christian Praxis

Katekese dengan model Shared Christian Praxis ini pertama kali

diperkenalkan oleh Thomas H. Groome. Ia adalah seorang ahli katekese yang

berusaha mencari pendekatan katekese yang handal dan efektif, yaitu suatu model

yang sungguh-sungguh mempunyai dasar teologis yang kuat, mampu

memanfaatkan perkembangan ilmu pendidikan dan memiliki keprihatinan pastoral

yang aktual. Model ini ditawarkan untuk menjawab kebutuhan para katekis dalam

membantu umat demi perkembangan iman mereka.

Model SCP merupakan salah satu model katekese umat yang menekankan

proses yang bersifat dialogis partisipatif. Tujuan dari proses ini adalah agar dapat

mendorong peserta untuk mampu mengkomunikasikan antara Tradisi dan visi

hidup peserta dengan Tradisi dan visi Kristiani. Dan pada akhirnya, peserta baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

 

secara pribadi maupun bersama mampu mengadakan penegasan dan pengambilan

keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah.

Model katekese ini dapat dikatakan sebagai model praksis, karena

bermula, berproses dan berakhir dari praksis hidup peserta. Pengalaman hidup

peserta tersebut, direfleksikan secara kritis sehingga peserta mampu menemukan

maknanya, kemudian mengkonfrontasikan dengan Tradisi atau visi Kristiani

supaya muncul pemahaman sikap dan kesadaran baru yang member motivasi pada

praksis baru. Orientasi model SCP ini adalah praksis peserta sebagai subyek yang

bebas dan bertanggungjawab (Heryatno Wono Wulung, 1997: 1).

Model SCP ini memiliki tiga komponen yaitu praksis, Kristiani dan

sharing. Untuk memahami lebih dalam model ini, maka akan dijelaskan masing-

masing komponen itu sebagai berikut:

a. Shared

Istilah shared atau sharing mengandung pengertian komunikasi timbal

balik, pasrtisipasi aktif dan kritis dari semua peserta. Istilah ini juga merupakan

proses katekese yang menekankan unsur dialog-pasrtisipatif peserta yang ditandai

dengan suasana kebersamaan, persaudaraan, keterlibatan dan solidaritas. Dalam

sharing semua peserta diharapkan untuk ikut aktif, terbuka, siap mendengarkan

dengan hati pengalaman orang lain dan berkomunikasi dengan kebebasan hati

(Heryatno WW, 1997: 4). Mendengarkan berarti juga melibatkan keseluruhan diri

sehingga dalam mendengarkan timbullah gerak hati, empati terhadap apa yang

dikomunikasikan oleh orang lain (Sumarno Ds, 2014: 17).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

 

b. Christian atau Kristiani

Maksud dari kristiani dalam SCP adalah mengusahakan agar kekayaan

iman kristiani sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau dan relevan untuk

kehidupan peserta. Tradisi kristiani mengungkapkan realitas iman jemaat yang

hidup dan sungguh dihidupi. Sedangkan visi kristiani menegaskan tuntutan dan

janji Allah yang terkandung di dalam tradisi, tanggung jawab dan pengutusan

orang kristiani sebagai jalan untuk menghidupi semangat dan sikap kemuridan.

Visi kristiani yang paling hakiki adalah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di

dalam kehidupan manusia (Heryatno Wono Wulung, 1997: 3).

c. Praxis atau Praksis

Praksis adalah suatu tindakan manusia yang sudah direfleksikan. Sebagai

tindakan, praksis meliputi seluruh keterlibatan manusia dalam dunia yang

mampunyai tujuan untuk mencapai perubahan hidup yang meliputi kesatuan

antara praktek dan teori, antara refleksi kritis dan kesadaran historis.

Praksis mempunyai tiga unsur yaitu: aktivitas, refleksi dan kreativitas.

Unsur pertama, aktifitas meliputi kegiatan mental dan fisik, kesadaran, tindakan

personal dan social, hidup pribadi dan kegiatan public yang merupakan medan

untuk perwujudan diri sebagai manusia. Kedua, refleksi menekankan refleksi

kritis terhadap tindakan historis pribadi dan social terhadap kehidupan bersama

serta terhadap “Tradisi dan Visi iman Kristiani sepanjang sejarah. Ketiga,

kreativitas merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang menekankan

transendensi manusia dalam dinamika menuju masa depan yang terus berkembang

sehingga melahirkan prkasis baru (Heryatno Wono Wulung, 1997: 2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

 

d. Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP)

Menurut Thomas H. Groome, SCP merupakan suatu model berkomunikasi

tentang makna pengalaman hidup antar peserta, yang mana dalam prosesnya

terdapat lima langkah pokok. Namun sebelumnya didahuli langkah awal atau

pendahuluan sebagai berikut:

1) Langkah Awal: Pemusatan Aktivitas

Tujuan dari langkah ini adalah mendorong peserta sebagai subyek utama

menemukan topik pertemuan yang bertolak pada kehidupan konkret berkaitan

dengan tema pertemuan. Dalam proses menemukan topik yang sesuai dengan

tema dasar dapat menggunakan sarana seperti simbol, foto, cerita, film, video, dan

lain-lain. Pemilihan tema pertemuan perlu memperhatikan situasi konkret peserta,

tujuannya, dinamika pendekatan yang bersifat dialogis, dan sumber-sumber iman

kristiani (Heryatno Wono Wulung, 1997: 10). Di samping itu pada langkah ini,

pendamping harus dapat menciptakan lingkungan psikososial dan fisik yang

mendukung supaya peserta dapat berpartisipasi aktif dan kreatif dalam suasana

dialog dan kebersamaan (Heryatno Wono Wulung, 1997: 10).

2) Langkah I: Pengungkapan Praksis Faktual

Langkah ini bertujuan membuat peserta untuk mengungkapkan

pengalaman hidup faktual. Peserta menyadari pengalaman hidupnya,

membahasakan dan mengomunikasikannya pada peserta lain. Pengungkapan

pengalaman hidup faktual ini bisa berupa pengalaman peserta sendiri, atau

kehidupan dan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, ataupun gabungan

keduanya yang dia pandang cocok dengan tema yang sudah digali bersama. (

Heryatno Wono Wulung, 1997: 11).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

 

3) Langkah II: Refleksi Kritis pada Komunikasi Praksis Faktual

Pada langkah ini bertujuan membantu peserta supaya berdasar pengalaman

hidupnya sampai pada tingkat kesadaran terdalam guna mengolah dan

menemukan makna baru hingga ia terdorong melangkah pada praksis baru. Ada

beberapa perspektif yang perlu diperhatikan dalam langkah ini yaitu refleksi kritis

pada pengalaman peserta, interpretasi kritis dan kreatif pada komunikasi

pengalaman faktual, serta komunikasi tradisi dan visi peserta (Heryatno Wono

Wulung, 1997: 14).

Sementara dialog dan visi peserta hendaknya berkualitas, sepertinya dialog

tersebut menekankan terwujudnya relasi subyek dengan subyek yang

mengandalkan kejujuran, keterbukaan dan partisipasi aktif dari semua peserta

dengan rasa hormat (Heryatno Wono Wulung, 1997: 15). Pada langkah ini,

pendamping perlu juga menyadari keadaan peserta karena refleksi merupakan

tahap yang sulit yang membutuhkan kesabaran dan ketrampilan untuk

memperkembangkannya (Heryatno Wono Wulung, 1997: 18).

4) Langkah III: Mengusahakan Tradisi dan Visi Kristiani lebih Terjangkau.

Pada langkah ini, Visi kristiani mengungkapkan janji keselamatan dan

kepenuhan yang mendorong peserta pada tanggungjawab mereka untuk menjadi

partner Allah dalam mewujudkan kehendak-Nya yaitu menyelamatkan manusia

(Heryatno Wono Wulung, 1997: 20).

5) Langkah IV: Hermeneutik yang dialektik antara Tradisi dan Visi Kristiani

dengan“Tradisi dan Visi” Peserta.

Langkah ini lebih menekankan interpretasi yang dialektis antara tradisi dan

visi faktual peserta dengan tradisi dan visi kristiani yang akan melahirkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

 

kesadaran sikap dan niat baru sebagai jemaat kristiani. Di satu pihak peserta

mengintegrasikan nilai-nilai hidup mereka ke dalam tradisi dan visi kristiani, di

lain pihak mempersonalisasikan dan memperkaya dinamika tradisi dan visi

kristiani (Sumarno Ds, 2014: 21). Pada langkah ini, peserta dapat mengemukakan

apa yang sungguh-sungguh mereka pikirkan serta mengungkapkan perasaan, sikap

intuisi, persepsi, penegasan dan lain-lain (Heryatno Wono Wulung, 1997: 32).

Selain itu, pendamping perlu menyadari bahwa tafsiran pendamping bukan kata

mati, yang bukan merupakan kebenaran satu-satunya (Sumarno Ds, 2014: 22).

6) Langkah V: Keterlibatan Baru demi Terwujudnya Kerajaan Allah

Langkah ini bertujuan mendorong peserta sampai pada keterlibatan baru

dengan harapan juga peserta dapat mengambil keputusan sendiri untuk mengalami

pertobatan terus-menerus (metanoia). Pada umumnya keputusan dapat

dikategorikan dalam empat kelompok : (a). yang bersifat kognitif, afektif, dan

praktikal; (b). level personal, interpersonal, dan sosial; (c). berkenaan dengan

aktivitas pribadi dan kelompok; (d). menjadi operasional dalam kelompok sendiri

atau di luar kelompok (Heryatno WW, 1997: 35).

B. Usulan Program Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta Yogyakarta,

Dengan Model Shared Christian Praxis.

Usulan program ini merupakan tindak lanjut dari hasil peneltian yang telah

penulis lakukan terhadap para Pembina dan narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta Yogyakarta. Shared Christian

Praxis ini dibuat sebagai usaha untuk pembinaan iman narapidana di Lembaga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

 

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta Yogyakarta dalam membantu

proses pertobatan dan sebagai upaya pendewasaan iman para narapidana.

1. Latar Belakang

Pembinaan iman haruslah dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.

Dalam perjalanan membina iman itu, tidak jarang banyak pembina yang kemudian

mengalami kesulitan baik itu kesulitan bahan, materi, maupun alokasi waktu.

Setelah eksekusi mati jilid satu dan jilid dua, pembinaan iman dalam bentuk

pendampingan narapidana menjadi sorotan publik. Meskipun pembinaan iman

dalam bentuk pendampingan narapidana ini sudah dilaksanakan jauh sebelum

eksekusi mati, namun gaung dari pembinaan iman ini seperti baru saja terjadi.

Kesulitan mencari tenaga pembina dan banyaknya faktor-faktor yang

menghambat pembinaan iman itu menjadi kendala tersendiri bagi daya tarik

pembinaan iman. Faktor–faktor penghambat itu antara lain alokasi waktu yang

dianggap kurang memadai, adanya rasa malas dari narapidana untuk mengikuti

pembinaan iman, proses administrasi bagi narapidana perempuan yang terkesan

dipersulit, narapidana yang tidak dapat datang karena kegiatan pembinaan iman

bersamaan dengan kegiatan lain seperti kunjungan keluarga atau kegiatan

pembinaan yang lain, narapidana yang terlampau stres memikirkan lama

hukuman, dan terbatasnya buku rohani serta lagu-lagu rohani yang dapat

digunakan untuk pembinaan iman.

Dengan alasan seperti itulah penulis kemudian mencoba menggali lebih

dalam tetang para narapidana dan seluk beluk kehidupannya. Penulis pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

 

mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

Yogyakarta dan bertemu dengan komunitas narapidana Kristen dan Katolik.

Memang wajah sanggar dan badan bertato membuat nyali penulis ciut, namun

setelah berdinamika ternyata kesan itu hanyalah tampilan luar. Begitu pula ketika

penulis berkesempatan untuk mengikuti sebuah kebaktian natal di lembaga

pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Penulis menyimpulkan

bahwa ada kebaikan dibalik kesalah-kesalahan yang dibuat oleh para narapidana.

Lebih lagi, penulis merasa bahwa mereka juga manusia biasa seperti semua

manusia yang hidup dan bernafas di dalam bumi ini.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta, penulis memperoleh data-

data yang penulis olah untuk menyumbangkan ide katekese baru. Dari data

tersebut diketahui bahwa sebagain dari para narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta masih merasa bahwa alokasi

waktu pembinaan iman yang disediakan kurang begitu memadai. Dilain sisi,

efektivitas pembinaan iman juga kurang terasa, karena pembinaan iman yang

selama ini berjalan, terkesan tidak memiliki tindak lanjut yang signifikan. Dalam

hasil penelilitian itu ditemukan bahwa kerinduan terdalam para narapidana adalah

didengarkan, diterima, dan diteguhkan supaya dapat kembali diterima di

masyarakat.

Kerinduan terdalam itu menurut hasil penelitian adalah kebutuhan utama

dan mendasar yang dilupakan oleh para pendamping. Kebutuhan untuk dimengerti

setelah membuat kesalahan dan akhirnya masuk penjara. Tentu saja para

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

 

narapidana mengalami banyak hal dan berat. Hal yang paling berat mereka alami

adalah ditolak dan diberi cap negatif oleh lingkungan tempat ia hidup. Kerinduan

untuk didengarkan dan diterima itu menjadi sebuah kunci sukses pembinaan iman

yang akan dilakukan oleh para pembina.

Dengan didengarkan dan diterima, secara langsung para narapidana

merasa diteguhkan dan pembinaan iman mendapatkan sifatnya yang

berkelanjutan. Berkelanjutan artinya pembinaan iman mengacu pada apa yang

dibutuhkan oleh para narapidana. Kebutuhan mendasar para narapidana itu adalah

diterima dan dimengerti, sekaligus diteguhkan.

Oleh karena itu, pembinaan iman itu hendaknya berpusat pada narapidana

sebagai subjek pembinaan iman. Pembinaan iman tidak mungkin akan berhasil

jika dijalankan secara satu arah dan dengan paksaan. Pembinaan iman yang baik

akan mengundang warga binaannya untuk datang dengan terbuka dan penuh

kerinduan. Idealnya, pembinaan iman diberikan dengan keterbukaan dan

keinginan untuk memahami dan mengerti; seperti halnya Yesus yang memahami

dan mengerti keadaan para rasul, begitu pula pembinaan iman dilakukan dengan

memberikan apa yang dibutuhkan oleh warga binaannya. Pembinaan iman berarti

memelihara iman dan mendewasakannya.

2. Tema dan Tujuan Pembinaan Iman

Penulis memberikan sumbagan yakni berupa sumbangan usulan program

pembinaan kateketis bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta dengan model SCP. Pembinaan dengan model SCP

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

 

merupakan model pembinaan yang cocok bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta karena mencakup waktu yang

efektif dan sangat menarik jika dikemas dengan dinamika yang menarik. Dengan

adanya keterbatasan waktu pembinaan iman yang hanya beralokasi dua jam

bahkan kurang, maka model pembinaan iman bagi narapidana sangatlah pas jika

menggunakan model SCP. Harapannya dengan model SCP ini para narapidana

semakin mampu menghayati pertobatnya dan menyiapkan diri untuk kembali

dalam masyarakat luas. Maka dari itu, pertemuan-pertemuan dalam pembinaan

iman ini dikemas dengan Melalui Sejarah Hidupku Aku Mengenal Allah.

Proses pembinaan iman ini akan dimulai dengan pertemuan pertama

dengan tema mengenal sejarah hidupku yang bertujuan untuk mengajak para

narapidana semakin mengenali diri mereka sendiri sehingga mereka mampu

mengajak para narapidana untuk mengenal kembali sejarah hidup mereka masing-

masing. Pada pertemuan pertama yang berjudul mengenal sejarah hidup mereka

sendiri dalam setiap langkah hidupnya dan terdorong untuk memperbaiki

hidupnya yang tercemin dalam kehidupan sehari-hari.

Tema-tema selanjutnya adalah mengikuti alur dari tema pertama yakni

tema kedua mengenai sesama manusia, tema ketiga tentang pertobatan menuju

hidup baru, dan tema keempat adalah hidup baru dalam Kristus. Adapun tema,

tujuan, subtema, serta tujuan subetema dalam usulan pembinaan kateketis SCP

yakni sebagai berikut:

Tema umum : Melalui sejarah hidupku, aku mengenal Allah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

 

Tujuan umum :Para narapidana dapat merasakan kasih Allah yang begitu

melimpah dalam hidup mereka, melalui sapaan keluarga,

masyarakat, petugas lembaga pemasyarakatan, teman-

teman di lembaga pemasyaraktan, para Pembina dan

orang-orang yang peduli terhadap perkembangan iman

mereka, sehingga mereka semakin meresapi pertobatannya

dan diperteguh imannya supaya semakin dewasa sikap

moral dan sosialnya serta siap ketika kembali hidup dalam

masyarakat luas.

Judul Pertemuan Pembinaan Iman I: Siapakah Aku?

Penulis memilih judul pertemuan pertama untuk mengenal diri sendiri

sebagai awal pembinaan iman karena penting bagi narapidana untuk mengenal

diri mereka sendiri sebelum mulai mengenal Allah. Selain itu, tidak dapat

dipungkiri jika lamanya waktu hukuman, kesalahan yang telah diperbuat dan

kehidupan di LAPAS mempengaruhi sikap mereka. Akan tetapi situasi kehidupan

di LAPAS memungkin mereka untuk merenungi kembali siapa diri mereka

sebenarnya.

Tema Pertemuan I : Mengenal sejarah hidupku

Tujuan Pertemuan I : Bersama para pendamping peserta dapat semakin

menyadari secara kritis gambaran tentang dirinya

sendiri sehingga mampu menangkap kehadiran

Allah dalam setiap langkah hidupnya dan terdorong

untuk memperbaiki diri lebih baik lagi yang

tercermin dalam hidup sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

 

Judul Pertemuan Pembinaan Iman II: Aku mengasihi kamu seperti apa

adanya kamu.

Penulis memilih judul pertemuan pembinaan iman kedua ini tentang

sesama karena setelah narapidana mampu mengenal diri mereka sendiri dengan

baik, langkah selanjutnya adalah mengenal sesama mereka. Mengenal sesama

bukan berarti hanya mengetahui nama, asal, dan usia namun lebih dalam dengan

mengenal kelebihan dan kekurangan serta menerima, memaafkan dan mencintai

sesama lewat mengenali dengan baik.

Tema Pertemuan II : Siapakah sesamaku manusia?

Tujuan Pertemuan II : Bersama para pendamping peserta dapat semakin

menyadari betapa pentingnya mengasihi satu sama

lain apa adanya supaya tercipta suasana yang rukun

dan damai dalam kehidupan sehari-hari.

Judul Pertemuan Pembinaan Iman III: Kasih dan pengampungan: dasar

relasi Allah dan manusia.

Penulis memilih judul pertemuan pembinaan iman ketiga ini tentang kasih

dan pengampunan karena kasih dan pengampunan adalah dua hal yang terikat satu

sama lain. Tanpa pengampunan kasih tidak akan menjadi kudus dan bukan kasih

sejati. Begitu pula sebaliknya pengampunan tanpa kasih hanyalah formalitas

semata tanpa kedalaman nyata. Selain itu hal yang utama adalah karena kasih dan

pengampunan merupakan dasar relasi Allah dan manusia. Allah yang senantiasa

mengasihi dan mengampuni manusia diharapkan menjadi teladan bagi manusia

untuk senantiasa mengasihi dan mengampuni sesama.

Tema Pertemuan III : Pertobatan menuju hidup baru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

 

Tujuan Pertemuan III : Bersama para pendamping peserta dapat semakin

menyadari kasih Allah yang memampukan manusia

untuk mengampuni sesamanya yang melukai dirinya

maupun mengampuni dirinya sendiri yang merasa

bersalah setelah melukai sesama.

Judul Pertemuan Pembinaan Iman IV: Kita dipanggil untuk mengikuti

Yesus.

Penulis memilih judul pertemuan pembinaan iman keempat tentang

panggilan untuk mengikuti Yesus Kristus karena menyadari panggilan untuk

mengikuti Yesus Kristus adalah langkah selanjutnya dari ketiga langkah

sebelumnya. Setelah narapidana diajak untuk mengenali siapa dirinya, siapa

sesamanya, dan diajak untuk merenungkan serta meneladani kasih dan

pengampunan dari Allah maka pada pertemuan selanjutnya para narapidana diajak

untuk menyadari panggilan mengikuti Yesus. Yesus sebagai pusat kasih dan

pengampungan menjadi pusat hidup narapidana. Yesus menjadi inspirasi

sekaligus motivasi bagi para narapidana untuk hidup lebih baik lagi sesuai

dengan pola dan langkah hidup Yesus Kristus.

Tema Pertemuan IV: Hidup baru dalam Kristus.

Tujuan Pertemuan IV : Bersama para pendamping peserta semakin

menyadari bahwa dirinya dipanggil untuk mengikuti

Yesus Kristus dan percaya kepadaNya, sehingga

hidupnya menjadi baru dan menjadi teladan dalam

hidup sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

 

3. Gambaran Pelaksanaan Program

Penulis akan melaksanakan programnya pada bulan Juli 2016 pada hari

sabtu pagi sampai sabtu siang. Tempat pelaksanaan pembinaan iman ini tentu di

Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta, tepatnya di Gereja LAPAS.

Adapun penulis memilih bulan Juli adalah bertepatan dengan koordinasi awal

dengan kelompok PPNKY yang melayani pada hari Sabtu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

 

4. Matrik Program

Tema Umum : Melalui sejarah hidupku, aku mengenal Allah.

Tujuan Umum : Para narapidana dapat merasakan kasih Allah yang begitu melimpah dalam hidup mereka, melalui

sapaan keluarga, masyarakat, petugas lembaga pemasyarakatan, teman-teman di lembaga

pemasyaraktan, para Pembina dan orang-orang yang peduli terhadap perkembangan iman mereka,

sehingga mereka semakin meresapi pertobatannya dan diperteguh imannya supaya semakin dewasa

sikap moral dan sosialnya serta siap ketika kembali hidup dalam masyarakat luas.

NO TEMA PEMBIN

AAN IMAN

JUDUL PERTEMUA

N

TUJUAN PERTEMUAN

MATERI METODE SARANA SUMBER BAHAN

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Mengenal

sejarah hidupku.

Siapakah Aku?

Bersama para pendamping peserta dapat semakin menyadari secara kritis gambaran tentang dirinya sendiri sehingga mampu

- Pembukaan dengan nyanyian pembuka Hari ini kurasa bahagia.

- Dilanjutkan dnegan doa pembuka dan langkah I:

- Sharing - Nonton

bersama

- Diskusi - Refleks

i pribadi

- Membuat suatu aksi

- LCD - Laptop - Teks

lagu - Teks

pendalaman pertanyaan

- Kertas folio

- Lukas 18: 9-14

- Kisah Anjing Kecil

- Agustinus Giyanto SJ. Langkahku LangkahNya. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

 

menangkap kehadiran Allah dalam setiap langkah hidupnya dan terdorong untuk memperbaiki diri lebih baik lagi yang tercermin dalam hidup sehari-hari.

mengungkakan langkah hidup peserta lewat kisah anjing kecil.

- Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta lewat pertanyaan pendalaman.

- Langkah III: Menggali pengalaman iman Kristiani lewat perikop Perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai.

- Langkah IV: Menerapkan pengalaman kristiani dalam

nyata - Tanya

jawab

- Speaker - Teks

kisah anjing kecil.

- Lembaga Biblika Indonesia. Tafsiran Perjanjian Baru.Yogyaarta: Penerbit Kanisius.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

 

kehidupan konkrit.

- Langkah V: mengusahakan suatu aksi nyata lewat membuat rangkuman sejarah hidup masing masing peserta.

- Doa penutup dan lagu penutup Kenangan Terindah.

2. Siapakah sesamaku manusia?

Aku mengasihi kamu seperti apa adanya kamu.

Bersama para pendamping peserta dapat semakin menyadari betapa pentingnya mengasihi satu sama lain apa adanya supaya tercipta suasana

- Pembukaan dengan nyanyian pembuka Dalam Yesus Kita bersaudara.

- Dilanjutkan dnegan doa pembuka dan langkah I: mengungkak

- Sharing - Nonton

bersama

- Diskusi - Refleks

i pribadi

- Membuat suatu aksi nyata

- LCD - Laptop - Teks

lagu - Teks

pendalaman pertanyaan

- Kertas folio

- Ember

- Yohanes 15:9-17

- Klip video “Paus Fransiskus membasuh kaki para narapidana”

- Dennis & Matt Linn. Penyembuhan Luka-Luka

 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

 

yang rukun dan damai dalam kehidupan sehari-hari.

an langkah hidup peserta lewat klip video “Bapa Fransiskus membasuh kaki para narapidana”

- Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta lewat pertanyaan pendalaman.

- Langkah III: Menggali pengalaman iman Kristiani lewat perikop Perintah Supaya Saling Mengasihi.

- Langkah IV: Menerapkan pengalaman kristiani

- Tanya jawab

dan kain lap.

- Speaker

Batin.Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Bagian 3 dan 4.

- Lembaga Biblika Indonesia. Tafsiran Perjanjian Baru.Yogyaarta: Penerbit Kanisius. Hlm: 190-191.

 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

 

dalam kehidupan konkrit.

- Langkah V: mengusahakan suatu aksi nyata lewat membasuh kaki kawan narapidana yang telah disakiti atau telah menyakiti.

- Doa penutup dan lagu penutup Smua Baik.

3. Pertobatan menuju hidup baru.

Kasih dan pengampungan: dasar relasi Allah dan manusia.

Bersama para pendamping peserta dapat semakin menyadari kasih Allah yang memampukan manusia untuk mengampuni sesamanya yang

- Pembukaan dengan nyanyian pembuka Kasih Itu mengampuni.

- Dilanjutkan dnegan doa pembuka dan langkah I: mengungkak

- Sharing - Nonton

bersama

- Diskusi - Refleks

i pribadi

- Membuat suatu aksi

- LCD - Laptop - Teks

lagu - Teks

pendalaman pertanyaan

- Kertas folio

- Lukas 15:1-3;11-32

- Klip video “ayah mengapa aku berbeda”

- Dennis & Matt Linn. Penyembuhan Luka-Luka Batin.Yogya

 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

 

melukai dirinya maupun mengampuni dirinya sendiri yang merasa bersalah setelah melukai sesama.

an langkah hidup peserta lewat klip video”ayah mengapa aku berbeda?”

- Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta lewat pertanyaan pendalaman.

- Langkah III: Menggali pengalaman iman Kristiani lewat perikop Anak Yang Hilang.

- Langkah IV: Menerapkan pengalaman kristiani dalam kehidupan konkrit.

- Langkah V:

nyata - Tanya

jawab

- Amplop - Speaker

karta: Penerbit Kanisius. Bagian 5,6 dan 7.

- Lembaga Biblika Indonesia. Tafsiran Perjanjian Baru.Yogyaarta: Penerbit Kanisius. Hlm :143.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

 

mengusahakan suatu aksi nyata lewat membuat surat minta maaf kepada orang yang telah disakiti(keluarga atau korban tindakan pidana).

- Doa penutup dan lagu penutup Mukjizat itu nyata.

4. Hidup baru dalam Kristus

Kita Dipanggil Untuk Mengikuti Yesus

Bersama para pendamping peserta semakin menyadari bahwa dirinya dipanggil untuk mengikuti Yesus Kristus dan percaya kepadaNya,

- Pembukaan dengan nyanyian pembuka Panggilan Tuhan (MB No.456).

- Dilanjutkan dnegan doa pembuka dan langkah I:

- Sharing - Diskusi - Refleks

i pribadi

- Membuat suatu aksi nyata

- Tanya jawab

- LCD - Laptop - Teks

lagu - Teks

pertanyaan

- Kertas HVS

- Speaker - Teks

- Yohanes 1:45-51

- Lembaga Biblika Indonesia. Tafsiran Perjanjian Baru.Yogyaarta: Penerbit Kanisius. Hlm: 164-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

 

sehingga hidupnya menjadi baru dan menjadi teladan dalam hidup sehari-hari.

mengungkakan langkah hidup peserta lewat cerita”keinginan menjadi seorang Kristen dan Katolik?”

- Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta lewat pertanyaan pendalaman.

- Langkah III: Menggali pengalaman iman Kristiani lewat Kitab Suci 1 Yoh 45-51.

- Langkah IV: Menerapkan pengalaman kristiani dalam

kisah Keinginan menjadi Kristen dan Katolik.

165. - Pujaraharja,

Blasius Mgr. Pr, dkk.(2005). Renungan Harian Mutiara Iman.Yogyakarta. Yayasan Pustaka Nusatama.

- Komkat KAS.(1998). Mengikuti Yesus Kristus I: Buku Pegangan Calon Baptis. Yogyakarta: Kanisius. Hlm27-33

 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

 

kehidupan konkrit.

- Langkah V: mengusahakan suatu aksi nyata

- Doa penutup dan lagu penutup Aku dengar bisikan suaraMu.

 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

 

5. Contoh Persiapan Salah Satu Sesi Pembinaan Iman

a. Pemikiran Dasar

Dalam kenyataan saat ini, kita bisa melihat banyak sekali kasus-kasus

hilangnya relasi antara Allah dan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kasus-

kasus tersebut bisa kita lihat di internet, TV, radio, koran, ataupun dari media

massa lainnya. Berita tentang kekerasan dalam keluarga merupakan suatu hal

yang dapat kita jadikan contoh sebagai hilangnya relasi antara Allah dan manusia.

Ada suami yang menganiaya istri ataupun istri yang berusaha untuk membunuh

suaminya karena cemburu ataupun ketahuan selingkuh. Ada juga berita tentang

anak yang berani membunuh neneknya karena tidak diberikan uang jajan. Hal-hal

semacam ini tidak hanya kita lihat dalam berita di media massa tetapi juga dialami

oleh masyarakat sekitar kita. Ada keluarga yang berani “membuang” anaknya

karena ketahuan hamil di luar nikah hanya karena malu dengan pandangan

masyarakat sekitar. Kasih dan pengampunan sebagai dasar relasi dalam keluarga

pada saat ini sudah sangat sulit untuk dijalankan. Akibatnya adalah relasi dalam

keluarga menjadi terganggu. Akibat yang lebih buruk adalah relasi dengan Allah

menjadi tertanggu, baik itu relasi antara pelaku dengan Allah atau relasi korban

dengan Allah. Hati menjadi tumpul dan tidak dapat menangkap kasih Allah.

Amarah dan luka batin menjadi penyebab kekakuan hati. Hati yang tumpul dan

kaku itulah yang membatasi relasi manusia dengan Allah. Padahal, Allah

senantiasa mengasihi manusia. Allah tidak berhenti mengasihi manusia bahkan Ia

rela mengirim Putra Tunggal-Nya untuk menebus semua dosa manusia. Gambaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

 

kasih Allah yang tidak pernah habis kepada manusia dapat kita lihat dalam

perikop Anak yang hilang.

Injil Lukas 15:1-3,11-32 menceritakan tentang anak bungsu yang tanpa

ragu-ragu meminta bagian warisan yang akan diterimanya jika bapanya nanti

sudah meninggal. Menurut tradisi bangsa Yahudi di zaman itu, meminta warisan

ketika orang tua masih hidup adalah suatu tindakan yang kurang ajar karena itu

sama saja dengan menganggap (berharap) bahwa bapanya sudah meninggal.

Namun, tokoh bapa dalam perumpamaan ini mengabulkan permintaan anaknya

tanpa banyak komentar. Dia melakukan itu karena cintanya kepada anaknya.

Ketika anaknya kembali setelah menghabiskan seluruh hartanya, ia tetap

menerima dan menyambut anaknya tersebut dengan penuh cinta, bahkan membuat

suatu pesta besar untuk merayakannya. Begitu cintanya kepada anaknya, sehingga

ia sampai mengesampingkan martabat (gengsinya) sendiri sebagai bapa. Si anak

sulung menjadi marah dan protes akan sikap kasih ayahnya kepada si bungsu.

Menghadapi hal ini, sang bapa mencoba mengalah. Dia “keluar” menemui anak

sulungnya dan membujuknya untuk ikut bersukacita atas kepulangan adiknya.

Baginya, anak adalah anak meskipun sudah begitu durhaka padanya. Kedurhakaan

tidak mampu menghapus kasihnya sebagai bapa kepada anaknya. Kasih yang

tulus adalah abadi, tidak mudah dilukai, pengampun, menghendaki yang terbaik

bagi yang dikasihi, dan rela melupakan kepentingan diri. Inilah kasih yang

ditunjukkan oleh bapa.

Dari pertemuan ini kita berharap akan semakin mampu menyadari akan

pentingnya kasih sayang dan pengampunan dalam hidup kita. Lebih-lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

 

terhadap luka-luka batin yang membuat hati kita tumpul dan tidak peka terhadap

kasih Allah. Saat kita mampu menyadari kasih Allah dalam diri kita, hati kita akan

digerakkan dalam kuasa Roh Kudus sehinggga dapat mewujudkannya dalam

tindakan nyata sehari-hari, berani membangun suatu relasi atau hubungan yang

sejati dengan mengasihi dan mengampuni diri dan sesama kita tanpa syarat

adalah bentuk kasih kita terhadap kasih Allah yang tanpa batas.

6. Pengembangan Langkah-Langkah

a. Pembukaan

1) Pengantar

Bapak-ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, pertama-tama kita

bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan karena kita diberi kesempatan untuk

bertemu dan berkumpul bersama. Kita berkumpul bersama sebagai satu keluarga

besar yang mengimani Kristus sebagai Juru selamat. Bapak-ibu yang terkasih.

Pada pertemuan ini, kita akan melanjutkan permenungan kita dalam hidup

dengan tema: Kasih dan pengampunan: Dasar relasi Allah dan manusia. Melalui

permenungan ini, kita diajak untuk berani membangun suatu relasi atau hubungan

yang sejati sebagai keluarga. Semoga pertemuan ini membantu kita menyadari

akan pentingnya kasih sayang dan pengampunan dalam hidup ini sehinggga dapat

mewujudkannya dalam tindakan nyata hidup sehari-hari.

2) Lagu Pembukaan : Ampunilah Kami Tuhan.

3) Doa Pembukaan :

Bapa yang Maha-baik, kami bersyukur dan berterima kasih atas rahmat

yang telah Engkau berikan kepada kami sampai saat ini. Secara khusus, kami juga

mengucapkan banyak terima kasih karena pada kesempatan ini, kami juga Kau

kumpulkan dalam satu ikatan keluarga yang mengimani Kristus. Saat ini kami

akan bersama-sama menggali, merefleksikan sejauh mana kami sungguh

menyadari akan pentingnya kasih dan pengampunan dalam hidup kami.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

 

Bimbinglah dan hantarlah kami agar semakin mampu untuk membangun hidup

kami berdasarkan kasih dan pengampunan. Kami persembahkan segala

pembicaraan kami saat ini kepada-Mu, semoga Engkau berkenan memberkati dan

menyemangati usaha pendalaman iman kami ini. Demi Kristus, Tuhan dan

Pengantara kami. Amin.

7. Langkah I: Mengungkap pengalaman hidup peserta

a. Menonton bersama film “Ayah Mengapa Kita Tidak Kaya”

b. Penceritaan Kembali Isi Film

pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceritakan

kembali dengan singkat tentang isi pokok dari film “Ayah Mengapa Kita Tidak

Kaya”

c. Intisari film “Ayah Mengapa Kita Tidak Kaya”

Film ini menceritakan kisah tentang seorang ayah bersama seorang

putranya. Keadaan hidup ayah dan putra itu tidaklah mewah. Mereka hidup dalam

keadaan yang pas-pasan. Sang ayah bekerja serabutan, dari mengumpulkan barang

bekas dan Koran-koran bekas. Sesekali sang ayah menjadi badut dan pesulap

keliling yang memberikan hiburan di pinggir jalan. Dalam kehidupan yang serba

pas-pasan, si anak yang merasa hidupnya kurang nyaman. Ia menganggap

ayahnya bukanlah sosok ayah yang memberikan inspirasi. Ia merasa ayahnya

bukanlah sosok yang luar biasa. Ayahnya adalah ayah biasa yang hidup dalam

keadaan yang pas-pasan.

Pada suatu ketika si anak bertanya kepada ayahnya. Pertanyaan anak itu

adalah pertanyaan menyangkut keadaan hidup mereka. Ayah mengapa kita tidak

kaya begitulah pertanyaan yang dilontarkan si anak. Dengan bijaksana sang ayah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

 

menjawab pertanyaan anaknya. Siapa yang mengatakan kita tidak kaya; menjadi

kaya adalah kita mampu banyak memberi. Mungkin dengan memberi kita banyak

kehilangan namun ketika kita memberi kita menjadi bahagia. Mendengar jawaban

sang ayah, si anak membulatkan tekad bahwa esok di masa mendatang dia tidak

ingin hidup seperti ayahnya yang pas-pasan. Ia ingin sukses.

Beberapa tahun berlalu. Setelah lulus dari universitas ternama si anak

bekerja di kota pada sebuah perusahaan besar. Berkali-kali ayahnya menelepon

anaknya menanyakan tentang kehadirannya pada makan malam reuni tapi

anaknya selalu saja sibuk. Bahkan ketika sang ayah meninggal dunia, si anak

masih menganggap sang ayah hanyalah ayah biasa.

Suatu ketika saat si anak membersihkan dan melihat kembali barang-

barang sang ayah, ia menemukan beberapa surat dari yayasan anak-anak

penyandang cacat. Ia melihat surat itu tertuju atas namanya. Kemudian si anak

mencari tahu tentang kebenaran surat itu. Ia pun mendatangi yayasan bagi anak-

anak penyandang cacat itu. Setelah bertemu dengan salah seorang penggurus ia

akhirnya diantar menuju ruangan direktur pendampingan. Perubahan mulai

terjadi. Si anak tidak pernah menduga bahwa direktur pendampingan yang ia

temui adalah seorang difabel. Direktur pendampingan itu mulai bercerita bahwa

sang ayah adalah orang yang sangat baik. Sang ayah adalah orang yang bisa

menghadirkan senyum dan harapan bagi anak-anak penyandang cacat yang ada di

yayasan itu. Sang ayah adalah badut yang selalu datang tiap akhir pekan dan

menghibur anak-anak yang merasa kesepian di yayasan itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

 

Setelah penjelasan panjar lebar dari direktur pendampingan itu, tiba-tiba

penggurus yayasan yang tadi menyambut si anak datang dan menyerahkan plakat

penghargaan dengan nama si anak. Si anak kemudian tersadar bahwa apa yang

dilakukan ayahnya selama ini adalah sesuatu yang luar biasa. Ia tidak melihat

perbuatan ayahnya itu karena selama ini ia tertutup dengan banyaknya hal yang ia

dambakan. Ia tidak pernah member, akan tetapi ayahnya yang memberi lewat

uang saku miliknya yang dipotong.

Setelah mendengar kisah tersebut, dan menyaksikan semua hal yang

dilakukan ayahnya. Si anak akhirnya memutuskan untuk menjadi badut yang

menghibur anak-anak difabel di yayasan itu. Bertepatan dengan hari ulang tahun

ayahnya, ia menghibur anak-anak yang kesepian bahkan ia memahami apa yang

dikatan ayahnya dulu. Kaya adalah saat kita memberi lebih banyak dari yang kita

terima. Meski harus kehilangan sesuatu namun akhirnya kita akan merasa

bahagia. Kaya tidak dilihat dari berapa banyak kamu memiliki apa yang ingin

kamu miliki, namun dilihat dari apa yang kamu berikan bagi orang yang tidak

memiliki.

d. Pengungkapan Pengalaman Film

Peserta diajak untuk mendalami film tersebut dengan tuntunan beberapa

pertanyaan:

1) Mengapa si anak menolak untuk menerima keadaan Sang Ayah?

2) Kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi oleh Sang Ayah dalam

menyadarkan anak akan pentingnya berbagi?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

 

3) Ceritakanlah pengalaman bapak-ibu dalam menghadapi kesulitan-kesulitan

mengusahakan pengampunan dan kasih yang tulus dalam keluarga terutama dalam

bentuk berbagi?

e. Rangkuman

Dalam film tersebut, sebagai sang ayah mendidik putranya untuk

memahami arti kasih dan mengampuni dalam bentuk berbagi. Berbagi adalah

konsep sederhana untuk memahami kasih dan pengampunan yang tulus. Sang

ayah memahami kasih dan pengampunan lewat konsep berbagi dengan anak-anak

difabel. Kasih sayang sang ayah kepada anak-anak difabel membuat mereka

memiliki harapan dan mampu mengampuni keadaan yang tidak menguntungkan

mereka. Lewat konsep berbagi, sang ayah mengajarkan kepada sang anak bahwa

kasih dan pengampunan adalah dasar dari sebuah relasi yang tulus. Relasi tulus itu

tidak dilihat dari seberapa banyak yang diberikan namun dilihat dari apa yang kita

berikan kepada orang tidak memiliki.

Meski sang anak tidak paham konsep yang dipahami oleh sang ayah, ia

tidak menjadi marah dan mengutuk sang anak. Sang ayah juga menerapkan dan

memahmi betul konsep pengampunan. Lewat pengampunan ia menunjukkan

kepada si anak bahwa kasih yang tulus itu berasal dari keinginan untuk

mengampuni. Setelah hati mampu untuk mengampuni, hati akan terbuka untuk

cinta, harapan dan kehidupan. Sang ayah tidak memaksa si anak untuk mengerti

konsep yang ia miliki, namun ia membiarkan waktu merubah segalanya. Ia

menyiapkan kejutan yang merubah seluruh hidup si anak. Kasih tulus sang ayah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

 

kepada anaknya, nampak dalam pengampunan luar biasa yang terjadi dalam diam.

Lewat pengampunan itu, ia membuka hati anaknya untuk mengampuni dirinya

sendiri dan mulai mencintai orang lain.

8. Langkah II : Mendalami pengalaman hidup peserta

a. Merefleksikan Sharing Pengalaman

Cara apa saja yang telah bapak-ibu gunakan dalam mengatasi kesulitan-

kesulitan mengusahakan pengampunan dan kasih yang tulus?

b. Rangkuman

Sebagai manusia yang hidup dengan manusia lain, kita hendaknya

menyadari akan pentingnya mengusahakan pengampunan dan kasih yang tulus

dalam kehidupan kita sehari-hari. Kasih dan pengampunan yang tulus itu menjadi

dasar dan landasan bagi hati kita untuk tetap terbuka pada kasih Allah yang kekal.

Melalui kasih dan pengampunan yang tulus tidak hanya relasi kita dengan sesama

yang diteguhkan melainkan juga relasi kita dengan Allah menjadi semakin teguh

dan kuat. Relasi antara manusia dengan Allah menjadi lebih intim dan mendalam.

9. Langkah III : Menggali Pengalaman Iman Kristiani

a. Semua peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikope langsung

dari Kitab Suci, Injil Lukas 15:1-3,11-32 atau dari teks fotocopy yang dibagikan

secara bersama-sama. Bagi bapak-bapak membaca ayat genap sedangkan ibu-ibu

ayat ganjil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

 

b. Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi

merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa

pertanyaan sebagai berikut:

1) Ayat mana dari perikope ini yang mengungkapkan bahwa kasih dan

pengampunan merupakan dasar relasi dalam keluarga?

2) Makna-makna kasih dan pengampunan seperti apa saja yang dapat dipetik

dari perikop tersebut?

3) Sikap-sikap kasih dan pengampunan yang seperti apakah yang ingin

ditanamkan oleh Yesus kepada kita melalui perumpamaan tentang anak yang

hilang tersebut?

c. Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti dari perikope

sehubungan dengan jawaban atas 3 pertanyaan dari poin b di atas.

d. Pendamping memberikan tafsir dari Injil Lukas 15:1-3,11-32 dan

menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan

tujuan misalnya sebagai berikut:

Konteks perumpamaan ini adalah diskusi antara Yesus melawan orang

Farisi dan ahli-ahli Taurat yang tidak senang melihat Yesus menerima kaum

pendosa. Mereka tidak senang menyaksikan sikap Yesus. Menurut pikiran

mereka, selaku putra Israel, Yesus seharusnya menyesuaikan diri dengan moral

yang berlaku. Omelan para ahli taurat dan orang Farisi ditanggapi Yesus dengan

tiga perumpamaan, khususnya dengan perumpamaan yang ketiga (15:11-31) ini.

Dalam perumpamaan ini, diceritakan tentang si bungsu yang tanpa ragu-

ragu meminta bagian warisan yang akan diterimanya jika bapanya nanti sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

 

meninggal. Menurut tradisi yahudi di zaman itu, meminta warisan ketika orang

tua masih hidup sangat kurang ajar karena itu sama saja dengan menganggap

(berharap) bapanya sudah meninggal. Tindakan pembangkangan seperti ini dapat

diganjar dengan hukuman mati. Namun tokoh bapa dalam perumpamaan ini

mengabulkan permintaan anaknya tanpa banyak komentar. Dia melakukan itu

karena cintanya kepada anaknya. Mengenai warisan, hukum Yahudi

membolehkan seorang ayah untuk membagi warisan bagi anak-anaknya sebelum

ia meninggal, tetapi warisan tersebut baru boleh diambil sesudah ayahnya

meninggal. Jika seseorang mempunyai dua anak, anak sulung berhak

mendapatkan dua pertiga dari harta yang diwariskan, atas dasar hak

kesulungannya. Si bungsu, setelah menerima harta bagiannya langsung pergi dan

menghabiskannya dengan berfoya-foya. Ia kemudian sangat menderita dan

akhirnya memutuskan untuk kembali kepada bapanya. Ketika ia pulang ke rumah,

bapanya menyambut dia dengan sangat istimewa. Hal ini sangat bertolak belakang

dari dugaan si bungsu sebelumnya bahwa ia akan diterima dengan sikap dingin

dan curiga. Tidak ada pikiran sama sekali di benak ayahnya untuk menghukum

dia, tidak ada pembalasan yang sesuai dengan kejahatan si bungsu. Satu-satunya

yang penting adalah bahwa ia masih hidup. Bagi bapanya, anaknya sendiri lebih

bernilai dari pada apa yang telah dilakukannya dulu.

Ketika melihat penyambutan yang dilakukan oleh ayahnya kepada

adiknya, anak yang sulung menjadi marah dan rasa harga diri membuatnya peka.

Ia tidak mau ambil bagian dalam pesta keluarga. Sekali lagi si bapa menunjukkan

kasihnya, dengan pergi kepada anaknya yang sulung sama seperti ketika ia pergi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

 

kepada anaknya yang bungsu. Ia menginginkan keduanya berbahagia. Anak yang

sulung tidak dapat melihat apa-apa selain harta milik dan terjebak dalam rasa

benar sendiri. Ayah tidak menyangkal kesetiaan anak sulung. Sesuatu yang lebih

penting terjadi disini; seorang anak dan saudara telah kembali dari kematian.

Yesus mengisahkan perumpamaan ini untuk mengingatkan orang farisi

dan para ahli Taurat bahwa kaum pendosa adalah saudara mereka juga. Mengapa?

Karena mereka tetaplah anak-anak Bapa di Surga. Jika Bapa di surga begitu tulus

mencintai semua anakNya, mengapa manusia sulit mengampuni sesama saudara?

Kasih yang ditunjukkan oleh bapa dalam perumpamaan tadi serupa dengan kasih

Bapa di Surga, yaitu kasih yang tanpa syarat, kasih yang menghendaki apa yang

terbaik bagi orang yang dikasihinya. Kasih yang tulus memang bisa saja dilukai,

tetapi kasih yang tulus tidak merasa terluka. Kasih tulus dari tokoh bapa dalam

perumpamaan telah dilukai oleh tindakan anak bungsunya dan prasangka buruk

anak sulungnya. Anehnya, si bapa tidak merasa bahwa kasihnya menjadi terluka

karenanya. Oleh karena itu, tidak ada kesulitan baginya untuk mengampuni anak-

anaknya.

Melalui perumpamaan ini, Yesus ingin mengajak kita agar bercermin pada

Bapa di Surga sebagai teladan kasih yang tulus. Bapa memperlakukan kita sebagai

anak-anakNya. Hendaknya kita bisa menjadi anakNya yang baik, sekaligus

menjadi saudara yang baik bagi sesama kita, menjadi orang tua yang baik bagi

anak-anak kita. Di dalam kasih ada pengampunan, di dalam pengampunan ada

sukacita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

 

10. Langkah IV : Menerapkan Iman Kristiani Dalam Situasi Peserta

Konkrit

a. Pengantar

Dalam pembicaraan-pembicaraan tadi kita sudah menemukan sikap-sikap

kasih dan pengampunan seperti apa yang ingin ditanamkan Yesus kepada kita

melalui perumpamaan “Anak yang hilang” tersebut. Sebagai orang kristiani yang

dipanggil untuk mengikuti Kristus, kita diajak oleh-Nya untuk dapat menghayati

kasih dan pengampunan tersebut dalam hidup nyata kita sehari-hari dengan

mengasihi sesama serta dapat mengampuni sesama yang telah menyakiti hati kita.

Sehingga kasih dan pengampunan yang menjadi sebagai dasar relasi Allah dengan

manusia tidak hanya berhenti pada suatu rumusan kata-kata saja tetapi benar-

benar dapat dihayati dan diwujud-nyatakan dalam hidup konkret sehari-hari. Oleh

karena itu marilah kita bersama-sama dalam suasana doa dan hening,

mempertanyakan kembali diri kita sendiri. Apakah benar kasih Allah yang

senantiasa mau mengampuni yang menjadi teladan sudah saya lakukan dalam

kehidupan sehari-hari, ataukah saya jusru cuek terhadap hal ini.

b. Pertanyaan Refleksi

Sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin menghayati kasih dan

pengampunan sebagai dasar relasi antara Allah dan manusia, kita akan melihat

situasi konkrit dunia kita pada saat ini, dengan mencoba merenungkan pertanyaan-

pertanyaan sbb:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

 

1) Apakah arti perumpamaan yang diungkapkan Yesus tersebut bagi

kehidupanku?

2) Sikap-sikap mana yang bisa kita perjuangkan agar dapat menghayati dan

mewujudkan kasih dan pengampunan dalam kehidupan sehari-hari?

3) Apakah bapak-ibu semakin disadarkan, ditegur atau diteguhkan dalam

pilihan-pilihan hidup sehari-hari?

(Saat hening untuk berrefleksi secara pribadi akan pesan Injil dengan

situasi konkrit bapak-ibu sebagai diiringi musik instrumental dari tape

dengan panduan 3 (tiga) pertanyaan diatas. Kemudian diberi kesempatan

untuk mengungkapkan hasil renungan pribadinya itu).

c. Rangkuman

Yesus, Guru dan teladan iman kita telah mengajarkan kepada kita untuk

mengasihi dan mengampuni sesama kita seperti teladan yang telah diberikan oleh

Bapa di Surga; Mengasihi tanpa syarat dan mengampuni tanpa batas. Hendaknya

kita dapat menghayati kasih dan pengampunan dalam hidup bersama. Tidaklah

mudah bagi kita untuk dapat melaksanakan semuanya itu dalam hidup sehari-hari.

Namun, dengan memohonkan rahmat dan kekuatan Allah sendiri akan

memampukan kita untuk dapat menghayatinya dalam hidup nyata kita.

11. Langkah V : Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit

a. Pengantar

Para bapak/ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, setelah kita bersama-

sama menggali pengalaman kita melalui film “Ayah Mengapa Aku Berbeda” yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

 

mengisahkan tentang bapa yang kasihnya tulus dan tanpa syarat. Melalui bacaan

yang kita dengar bersama tadi, Yesus ingin mengajak kita untuk dapat meneladani

kasih dan pengampunan Bapa di Surga dalam hidup kita, mengasihi sesamaa kita

dan dapat mengampuni mereka tanpa syarat. Kita telah mendapat wawasan baru

atau cara pandang baru, semangat baru, harapan baru, kemauan untuk semakin

memperbaharui hidup kita dengan lebih menghayati semangat kasih dan

pengampunan tersebut dalam hidup kita. Marilah kita sekarang memikirkan niat

dan tindakan apa yang dapat kita perbuat, sebagai bentuk penghayatan kasih dan

pengampunan dalam kehidupan sehari-hari kita.

b. Membuat Suatu Aksi Konkrit.

Pendamping kemudian meminta kepada para peserta untuk menyiapkan

diri. Pendamping membagikan kertas folio yang telah dibawa kemudian meminta

para peserta untuk membuat surat yang isinya adalah permintaan maaf kepada

orang-orang yang telah mereka kecewakan atau sakiti misalnya surat kepada

keluarga atau korban tindakan pidana mereka.

12. Penutup

a. Doa Penutup

Allah Bapa kami, sungguh tiada terkira belas kasih-Mu kepada kami orang

yang berdosa ini. Berulang-ulang kami tidak setia kepada-Mu, tetapi Engkau

justru mengampuni dan selalu mengajak kami untuk mendalami rahmat yang Kau

tawarkan. Kami bersyukur boleh mengalami relasi yang begitu dalam yang Kau

tunjukkan melalui permenungan hari ini. Bantulah kami, ya Bapa, agar kami pun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

 

dapat membangun relasi yang akrab, erat, penuh pengertian, dan pengampunan

antar sesama kami sehingga makin kuat dan kukuhlah bangunan kebersamaan

kami. Semua ini kami mohon dalam nama Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan dan

Pengantara kami, kini dan sepanjang segala masa. Amin. (Sesudah doa penutup,

pertemuan diakhiri dengan nyanyian Mukjizat itu Nyata)

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

 

BAB V

PENUTUP

Pada bagian akhir dari karya tulis ini, penulis memberikan kesimpulan

dengan melihat secara keseluruhan berdasarkan rumusan permasalahan dan tujuan

penulisan ini, serta dikuatkan oleh hasil penelitian dan wawancara. Kemudian

pada bagian berikutnya berisi saran bagi semua pihak yang terkait dengan

penulisan karya tulis ini.

A. Kesimpulan

Sumbangan katekese pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta meliputi empat aspek yaitu:

pengembangan pengetahuan iman, penghayatan tradisi Katolik, pembinaan moral

serta peningkatan hidup menggereja dan memasyarakat. Di dalam empat aspek

tersebut pembinaan iman membantu para narapidana untuk semakin mengenal dan

mencintai Allah.

Aspek pertama yakni segala upaya dan usaha guna memperkembangkan

iman umat dari segi kognitif termasuk dalam pengembangan pengetahuan iman.

Dalam upaya untuk mengembangkan iman dapat digunakan Kitab Suci, Tradisi

Gereja, dan Ajaran-ajaran Gereja. Kedua, pembinaan bertujuan untuk membantu

umat supaya semakin menghayati Tradisi Katolik. Ketiga, pembinaan iman juga

dilakukan guna membina moral umat. Pembinaan iman dimaksudkan agar umat

mampu memahami dan menilai suatu tindakan benar atau salah sesuai dengan

 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

 

prinsip-prinsip moral. Keempat, pembinaan iman juga mengupayakan agar

keterlibatan umat dalam hidup menggereja dan memasyarakat semakin

meningkat. Pembinaan iman ditujukan guna membangun sikap toleran dan

terbuka terhadap hidup bersama.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alokasi waktu dan durasi pelaksaan

pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta sudah baik. Hanya saja pada prakteknya kurang maksimal

sehingga perlu ditingkatkan dari segi persiapan dan komunikasi dengan Warga

Binaan Pemasyarakatan. Persiapan merupakan hal yang sangat penting bagi

pelaksanaan pembinaan iman. Persiapan yang baik dari segi waktu, materi, dan

mental menjadi kunci sukses pembinaan iman. Sukses pembinaan iman diharap

dapat memberi dampak yang baik bagi narapidana. Sedangkan komunikasi adalah

suatu cara guna memperlancar persiapan pelaksanaan pembinaan iman. Tanpa

komunikasi yang baik maka pembinaan iman hanya akan terlaksana secara

ngawur.

Bentuk, model dan materi pembinaan iman sudah baik dan relevan. Hanya

saja untuk beberapa bentuk, materi, dan model tidak bisa digunakan dengan

maksimal karena keterbatasan alokasi waktu yang disediakan. Selain itu penulis

menemukan bahwa relasi yang mendalam antara pembina dan Warga Binaan

Pemasyarakatan menjadi faktor pendukung utama terlaksananya pembinaan iman.

Meski ada jawaban yang lain, akan tetapi relasi tetap menjadi jawaban yang

paling banyak diungkapkan oleh para Warga Binaan Pemasyarakatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

 

Di samping faktor pendukung ada pula faktor penghambat terlaksananya

pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta. Hal-hal yang menjadi faktor penghambat terlaksananya

pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta adalah waktu yang disediakan oleh LAPAS untuk

kegiatan pembinaan iman belum cukup, proses administrasi bagi Warga Binaan

Perempuan yang terkesan lambat, rasa malas untuk mengikuti pembinaan iman,

warga binaan tidak dapat datang, warga binaan yang stres memikirkan hukuman

dan lagu-lagu rohani serta bacaan rohani terbatas.

Selain faktor pendukung dan penghambat para narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta juga mengungkapkan harapan

bagi pembinaan iman yang akan datang. Para narapidana berharap agar

pembinaan iman memiliki tindak lanjut guna merealisasikan materi yang telah

diberikan, pembina yang merangkul, beberapa narapidana berharap agar dapat

kembali diterima di masyarakat, belajar memimpin doa dan lagu-lagu pujian, agar

pembinaan yang akan datang dapat dipersiapkan lebih baik, agar warga binaan

memiliki kesadaran untuk mengikuti pembinaan iman, berharap agar waktu

pembinaan iman ditambah, berharap agar lebih dikuatkan dalam iman, dan

berharap agar proses administrasi bagi warga binaan perempuan lebih mudah.

Keseluruhan permasalahan dan data di atas perlu ditanggapi dalam suatu

bentuk kegiatan pembinaan iman bagi narapidana yang sesuai dengan corak

kehidupan mereka. Maka penulis menawarkan bentuk pembinaan iman bagi

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

 

melalui katekese pembinaan model SCP (Shared Christian Praxis) demi

menjawab kebutuhan mereka. Sebab katekese pembinaan model ini dapat masuk

ke dalam segi-segi kehidupan keseharian narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Wirogunan Yogyakarta dan dapat dilaksanakan pula sesuai dengan

corak kehidupan di dalam Lembaga Pemasyarakatan yang secara garis besar

hidup teratur dan terjadwal.

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa

saran sebagai hasil refleksi pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Hal-hal yang menjadi saran

penulis antara lain:

1. Bagi para pembina yang tergabung dalam PPNKY, saran penulis adalah

pertama, hendaknya pembina belajar model katekese SCP melalui kursus

kateketik yang diadakan di Fakultas Teologi Wedabakti Kentungan

maupun mengundang narasumber yang berkompeten dibidang katekese

model SCP.

2. Kedua, pembina pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta hendaknya memiliki kemampuan manajemen

waktu sehingga mampu mengatur waktu pembinaan iman yang disediakan

oleh LAPAS Kelas II A Wirogunan Yogyakarta dengan maksimal.

3. ketiga, lebih baik jika para pembina mampu memberikan pembagian tugas

yang jelas kepada para narapidana. Pemberian tugas yang jelas menurut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

 

hemat penulis dapat menjadi cara atau solusi untuk memaksimalkan waktu

pembinaan iman, selain itu juga dapat digunakan untuk mengetahui sejauh

mana narapidana siap untuk terlibat dalam pembinaan.

4. Saran yang keempat bagi pembina adalah mengajak kaum awam untuk

ikut terlibat dalam pelayanan bagi para narapidana. Kehadiran kaum awam

dalam pandangan penulis mampu menjadi warna tersendiri dari proses

pembinaan iman. Kaum awam dapat menjadi gambaran “keluarga” yang

senantiasa menerima, meneguhkan dan mencintai para narapidana setulus

hati.

5. Bagi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta,

masukan penulis yang pertama adalah supaya proses bon-bonan bagi

narapidana perempuan lebih dipermudah.

6. Saran yang kedua adalah jika memungkinkan alokasi waktu pembinaan

iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan

Yogyakarta ditambah setengah sampai satu jam.

7. Bagi para narapidana Kristiani di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Wirogunan Yogyakarta, masukan penulis, pembinaan iman tidak akan

berhasil jika peserta tidak memiliki keinginan untuk terbuka pada rahmat

Allah. Kesadaran bahwa diri “butuh” bertobat dan menerima kasih Allah

adalah hal utama dalam keberhasilan pembinaan iman. Oleh karena itu,

lebih baik jika para narapidana tidak melihat pembinaan iman sebagai

rutinitas kegiatan LAPAS semata akan tetapi sebagai karunia rahmat yang

diberikan Tuhan kepada mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

 

Selain membuka diri, menurut hemat penulis lebih bijaksana jika setelah

mendapatkan pembinaan iman narapidana “praktek” dalam hidup sehari-

hari sehingga makna-makna rohani yang telah didapatkan tidak sia-sia atau

dalam bahasa jawsa ora mung mlebu kuping kiwo metu kuping tengen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

 

DAFTAR PUSTAKA

Dennis & Matt Linn. (1981). Penyembuhan Luka-Luka Batin. Yogyakrata: Penerbit Kanisius.

Priyanto Dwi.2008. Mandiri Belajar SSPS. Yogyakarta: Mediacom. Heryatno Wono Wulung, FX., SJ. (1997). “Shared Christian Praxis: Suatu Model

Berkatekese (Seri Puskat no. 356). (Saduran bebas dari Thomas H. Groome, Sharing Faith: A Comprehensive Approach to Religious Education and Pastoral Ministry, New York: Harper Collins, 1990, hal 133-197)”. Yogyakarta: LPKP.

Komisi Kateketik KAS.(1998). Buku Pegangan Calon Baptis: Mengikuti Yesus Kristus I. Yoygkarta: Penerbit Kanisius.

Komisi Kateketik KAS. (2014). Direktorium Formatio Iman: Menjadi Katolik Cerdas, Tangguh, dan Misioner Sejak Dini Sampai Mati.Yoygkarta: PT. Kanisius.

____________. (2014). Formatio Iman Berjenjang. Yogyakarta: PT. Kanisius. Lembaga Biblika Indonesia. (1984). Tafsir Perjanjian Baru.Yogyakarta: Penerbit

Kanisius. Mangunhardjana,A. (1986). Pembinaan Arti dan Metodenya. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius. Mardi Prasetyo SJ. (2000). Unsur-Unsur Hakiki Dalam Pembinaan 2.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. (1999). Peraturan Pemerintah Nomor

31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan. Diundangkan di Jakarta pada 7 Mei 1999.

____________. (2012). Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Diundangkan di Jakarta pada 12 November 2012.

____________.(1995). Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

Mitfah Thoha.(2004). Pembinaan Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Moleong (1991). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT. Remaja

Rosdakarya. ____________. (2007). Dasar Penelitian Kualitatif. Perbedaan Antara Penelitian

Kualitatif dan Kuantitatif, (Seri Pastoral no 393), Yogyakarta: Puspas. Puja Raharja, Blasius Mgr, dkk. (2005). Renungan Harian Mutiara Iman.

Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama. Suharyo, Ignatius Mgr. (2015). Gereja Katolik Menolak Hukuman Mati. Surat

Gembala Uskup Agung untuk para Imam di Keuskupan Agung Jakarta. Sumarno Ds, SJ. (2014). “Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama

Katolik Paroki”. Diktat Mata Kuliah PPL PAK Paroki bagi Semester VI, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Sutrisno Hadi. (1989). Metodologi Research II. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

 

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Yohanes Paulus II, Paus. (1979). Dei Verbum (Wahyu Ilahi):Konstitusi Dogmatis

Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi (18 November 1965). Seri Dokumen Gerejawi no. 28. Diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ. Jakarta: DOKPEN KWI.

____________. (1995). Katekismus Gereja Katolik ( 11 Oktober 1992). Diterjemahkan oleh P. Herman Embuiru SVD. Ende: Percetakan Arnoldus.

http://news.liputan6.com/read/2221143/kapan-eksekusi-mati-jilid-ii-dilaksanakan-ini-kata-jk. Diakses pada 5 Desember 2015 pada pukul 08.45 WIB. http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2015/01/150117_eksekusi_narkoba. Diakses pada 5 Desember 2015 pada pukul 08.50 WIB. http://internasional.kompas.com/read/2015/04/30/14555191/Sekjen.PBB.Kecam.Eksekusi.Mati.di.Indonesia. Diakses pada 5 Desember 2015 pada pukul 10.45 WIB. www.lapaswirogunan.com. Diakses pada tanggal 5 Desember 2015 pukul 11.15 WIB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Recommended