Date post: | 06-May-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | khangminh22 |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
39
BAB III
KAJIAN TEORITIS
A. Kewenangan Pemerintah Daerah
1. Pengertian kewenangan
Kewenangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
merupakan kekuasaan yang membuat keputusan pemerintah dan
melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain. Secara pengertian
bebas, kewenangan merupakan hak seseorang individu untuk
melakukan sesuatu tindakan dengan batas- batas tertentu dan diakui
oleh individu lain dalam suatu kelompok tertentu. Kewenangan
dalam Bahasa Inggris disebut dengan authority, merupakan hak
melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.1
Philpus M, Hadjon seorang pakar hukum yang berasal dari
Flores,2 “wewenang (bvoegdheid)”, dideskripsikan sebagai
kekuasaan hukum (rechtmach). Jadi dalam konsep hukum publik,
wewenang berkaitan dengan kekuasaan. Sedangkan menurut Bagir
Manan dalam buku Ridwan HR mengartikan wewenang dalam
1 Wikipedia.org, Pengertian Kewenangan yang diakses pada tanggal 20 April
2020 2 https://upgmpres.ugm.ac.id/id/writer/detail/philipus-m-hadjon
40
bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan (macht), kekuasaan
hanya mengemban hak untuk berbuat. Dalam hukum wewenang
sekaligus berarti hak dan kewajiban (rechten en plichten), dalam
kaitannya dengan otonomi daerah, „hak‟ mengandung pengertian
kekuasan untuk mengatur sendiri dan mengelola sendiri, sedangkan
kewajiban secara hirizontal berarti kekuasaan untuk
menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana mestinya. Vertikal
berarti kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam satu
tertib ikatan pemerintahan negara secara keseluruhan.3
Max Weber seorang ahli politik yang berasal dari Jerman.4 Ia
membagi tiga macam kewenangan, yaitu tradisional, kharismatik
dan rasinoal legal. Wewenang tradisional berdasarkan kepercayaan
diantara anggota masyarakat bahwa tradisi lama sera kedudukan
kekuasaan yang dilandasi oleh tradisi itu adalah wajar dan patut di
hormati. Wewenang karismatik berdasarkan kepercayaan anggota
masyarakat pada kesaktian dan kekuatan mistik atau religius
seorang pemimpin. Wewenang rasional-legal berdasar berdasarkan
3 Sirajuddin,dkk, Hukum Adminstrasi Pemerintahan Daerah, (Malang,
Setara Press, 2016), h. 96 4 https://www.biografiku.com/biografiku-max-weber/
41
kepercayaan pada tatanan hukum rasional yang melandasi
kedudukan seorang pemimpin.5
P. Nicolai seorang pangeran yang berasal dari Denmark6
mengartikan kewenangan sebagai kemampuan untuk melakukan
tindakan hukum tertentu yaitu tindakan-tindakan yang dimaksudkan
untuk menimbulkan akibat hukum, dan mencangkup mengenai
timbul dan lenyapnya akibat hukum. Hak berisi kebebasan untuk
melakukan atau tidak melakukan tindakkan tertentu atau menuntut
pihak lain untuk melakukan tindakan tertentu, sedangkan kewajiban
keharusan untuk melakukan tindakan tertentu.7 Menurut Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Adminstrasi Pemerintahan
Pasal 1 ayat 5 dan6
Ayat 5 berbunyi “Wewenang adalah hak yang dimiliki oleh
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara
negara lainnya untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan
dalam menyelenggarakan pemerintahan.”
Ayat 6 berbunyi “Kewenangan Pemerintahan yang selanjutnya
disebut kewenangan adalah kekuasaan Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya untuk
bertindak dalam ranah hukum publik.”
5 Miriam Budiarjo Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka
Utama, 2008), h. 64. 6 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pangeran_Nikolai_dari_Denmark
7 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta : Rajawali Pers, 2018),
h.98- 99
42
Dengan menganalisis definisi-definisi kewenangan yang
dikemukan para ahli di atas, penulis berkesimpulan bahwa
kewenangan dan wewenang memiliki definisi yang berabeda,
wewenang merupakan kekuasaan untuk melakukan tindakkan
hukum publik yang diberikan langsung oleh peraturan Perundang-
undangan, sedangkan kewenangan adalah kekuasaan terhadap suatu
bidang pemerintahan dan, dapat menciptakan hubungan antara
pemerintah dan warga negara. Kewenangan yang dimiliki oleh
pemerintahan dalam melakukan tindakan, mengadakan peraturan
dan mengeluarkan putusan selalu dilandasi oleh kewenangan yang
diperoleh dari konstitusi.
Wewenang mempunyai arti hak dan kekuasaan untuk
bertindak atau membuat keputuskan, memerintah dan melakukan
tanggung jawab pada orang lain. Kewenangan digunakan untuk
mencapai tujuan pihak yang berwenang. Kewenangan biasanya
dikaitkan dengan suatu kekuasaan. Terkadang kewenangan perlu
dibatasi agar tidak ada oknum yang menyalahgunakan
kewenangannya untuk hal hal yang tak diinginkan, maka
pengawasan perlu adanya untuk mengawasi orang yang memiliki
kewenangan tersebut.
43
Kewenangan merupakan suatu media bagi pemerintah untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintah di daerah.
Kewenangan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah
yaitu:
a. Kontrol atas implementasi kebijakan
b. Penyediaan pelayanan masyarakat seperti kesehatan,
pendidikan, kesejahteraan masyarakat
c. Pengelolaan sumber- sumber tertentu
d. Kewenangan untuk memilih dan mengangkat perangkat
pemerintah daerah.8
2. Sumber Kewenangan
Sumber kewenangan menurut hukum tata negara ada tiga
yaitu: Atribusi, Delegasi, dan Mandat. H. D. Van Wijk yang
memberikan definisi, yaitu:
a. Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah oleh
pembuat undang- undang kepada organ pemerintah.
b. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah dari
satu organ pemerintah lainnya.
c. Mandat terjadi ketika organ pemerintah mengizinkan
kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas
namanya.9
8 Agussalim Andi Gadjong, Pemerintah Daerah Kajian Politik Dan Hukum,
(Bogor: Ghalia Indonesia 2007), h. 95 9 Ali Marwan & Evlyn Martha Julianthy, “Pelaksanaan Kewenangan
Atribusi Pemerintah Daerah Berdasarkan Undang –Unda ng Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintah Daerah”, Jurnal Legislasi Indonesia Vol 15 No. 2 (Juni 2018) h.
4.
44
Berdasarkan Undang-undang no 30 tahun 2014 tentang
administrasi pemerintahan menjelaskan bahwa, atribusi adalah
pemberian kewenangan kepada badan atau penjabat pemerintahan.
Atribusi bisa dikatakan sebagai bentuk kewenangan yang
didasarkan oleh undang-undang atau undang-undang kepada suatu
lembaga negara (pemerintahan). Atribusi mengandung arti
pembagian (kekuasaan), dan kata attributie van rechtsmacht,
diartikan sebagai pembagian kekuasaan kepada berbagai instansi
(absolute competentie atau kompetensi mutlak), yang merupakan
sebagai lawan dari distributie van rechtmacht.10
Atribusi digambarkan sebagai pemberian kewenangan
kepada orang lain yang menjalankan kewenangan-kewenangan itu
atas nama dan menurut pendapatnya sendiri, contohnya
kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah dalam melaksanakan
penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat. Atribusi
kewenangan terjadi apabila pendelegasian kekuasaan itu didasarkan
pada amanat suatu konstitusi dan dituangkan dalam suatu peraturan
pemerintah tetapi tidak didahului oleh suatu pasal dalam undang-
undang untuk diatur lebih lanjut. Atribusi digambarkan sebagai
10
Agussalim Andi Gadjong, Pemerintah Daerah Kajian Politik Dan Hukum,
(Bogor: Ghalia Indonesia 2007), h.101
45
pemberian kewenangan kepada suatu organ lain yang menjalankan
kewenangan-kewenangan itu atas nama dan menurut pendapatnya
sendiri, tanpa sipemberi itu sendiri ditunjuk untuk menjalankan
kewenangan-kewenangan itu. jadi pada delegasi terjadi penyerahan
kewenangan dari pihak yang sendiri memang telah ditunjuk untuk
menjalankan kewenangan itu, sedang atribusi terjadi, pemberian
kewenangan dari pihak yang sendiri tidak (tanpa) ditunjuk untuk
menjalankan kewenangan itu.11
Atribusi terjadi pemberian wewenang pemerintahan yang
baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan perundang-undangan,
legislator yang kompenten untuk memberikan atribusi wewenang
pemerintahan itu dibedakan antara:
a. Berkedudukan sebagai orginal legislator, dinegara
ditingkat pusat adalah MPR, seabagi pembentuk
konstitusi dan DPR bersama-sama pemerintah sebagai
yang melahirkan suatu undang-undang, dan ditingkat
daerah adalah DPRD dan Pemerintah Daerah yang
melahirkan peraturam Daerah.
b. Bertindak sebagai delegated legislator, seperti presiden
yang berdasar pada suatu ketentuan undag-undang
mengeluarkan Peraturan Pemerintah dimana diciptakan
11
Agussalim Andi Gadjong, Pemerintah Daerah Kajian Politik Dan Hukum,
(Bogor: Ghalia Indonesia 2007), h.103
46
wewenang-wewenang pemerintah kepada badan atau
Jabatan Tata Usaha Negara.12
Untuk mencapai tujuan pendirian negara, maka aktifitas
aparatur sangat berpengaruh dalam menjalankan fungsinya.
implementasi fungsi peran aparat tentu didasarkan para aspek
legistimasi dan legalitas mengenai kewenangan dan kekuasaan yang
dimilikinya oleh sebab itu hukum administrasi negara menjadi
landasan bagi administratur negara dalam menjalankan fungsi dan
dapat dijadikan sarana dalam melindungi warga negara terhadap
sikap tindak administrasi negara dan juga melindungi negara itu
sendiri. Konsekuensi logis dari peranan pemerintah dalam mengatur
kehidupan masyarakat semakin meluas sehingga sangat tergantung
kepada keputusan penjabat administrasi negara.
Delegasi adalah pelimpahan kewenangan dari badan atau
penjabat pemerintah yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan
tanggung gugat beralih sepenuhnya kepada penerima delegasi.
Delegasi terjadi pennyerahan kewenngan dari pihak yang sendiri
memang telah ditunjuk untuk menjalankan kewenangan. Tanggung
jawab kewengan berada pada penerima delegasi. Seperti pemberian
12
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta : Rajawali Pers, 2018),
h.101.
47
kewenangan dari kepala daerah kepada kepala dinas atau camat
dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat.
Kata delegasi (delegatie) mengandung arti penyerahan
wewenang dari penjabat yang lebih tinggi kepada penjabat yang
rendah. Penyerahan yang demikian dianggap tidak dapat
dibenarkan selain dengan atau berdasarkan kekuatan hukum.
Dengan delegasi, ada penyerahan wewenang dari badan atau
penjabat pemerintah satu kepada badan atau penjabat pemerintah
lainnya.13
Pengertian delegasi berdasarkan Algemene Bepalingen
van Administratief Recht adalah pelimpahan wewenang oleh organ
pemerntahan yang telah diberi wewenang, kepada organ lainnya,
yang akan melaksanakan wewenang yang telah dilimpahkan itu
sebagai wewenangnya itu sendiri, pemberi wewenang telah lepas
dari tangung jawab hukum atau tuntutan dari pihak ketiga, jika
dalam penggunaan wewenang itu menimbulkan kerugian pada
pihak lain. Dalam hal pelimpahan wewenang pemerintahan melalui
delegasi ini terdapat syarat-syarat sebagai berikut:
a. Delegasi harus definitif dan pemberi delegasi (delegans)
tidak dapat lagi menggunakan sendiri wewenang yang
telah dilimpahkan itu.
13
Agussalim Andi Gadjong, Pemerintah Daerah Kajian Politik Dan Hukum,
(Bogor: Ghalia Indonesia 2007), h.104
48
b. Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan
perundnag-undangan, artinya delegasi hanya
dimungkinkan kalau ada ketentuan untuk itu dalam
peraturan perundang-undangan.
c. Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan
hierarki kepegawaian tidak diperkenankan adanya
delegasi,.
d. Kewajiban memberikan keterangan (penjalas), artinya
delegans berhak untuk meminta penjelasan tentang
pelaksanaan wewenang tersebut.
e. Peraturan kebijakan, artinya delegans memberikan
intruksi (petunjuk) tentang penggunaan wewenang.14
Adapun suatu kewenangan yang didelegasikan
dimungkinkan terdapat kekurangan-kekurangan seperti:
a. Wewenang itu tidak dapat didelegasikan.
b. Delegasi memang dimungkinkan tetapi dalam
kenyatannya tidak terjadi pendelegasia.
c. Delegasi memang mungkin dilaksanakan tetapi
pendelegasiannya tidak dilakukan dengan cara yang
tepat.15
Mandat mengandung pengertian perintah dalam pergaulan
hukum. Mandat adalah pelimpahan kewenangan dari badan atau
pejabat pemerintah yang lebih rendah dan tanggung jawab dan
tanggung gugat tetap pada pemberi mandat. Mandat terjadi jika
14
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta : Rajawali Pers,
2018), h. 104. 15
Jum Anggriani, Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta, Graha Ilmu,
2012), h. 91.
49
organ pemerintah mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh
organ lain atas namanya.
H.D. van Wijik/Wille Konijenenbelt seorang pengacaran
berasal dari Belanda16
mendefinisikan mandat (een bestuursorgaan
laat zijn bevoegheid namens hem uitoefenen door een ander),
Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan
kewenanganya dijalankn oleh orang lain atas namanya. Mandat
(pada mandat tidak dibicarakan penyerahan wewenang tidak pula
pelimpahan wewenang {setidak-tidaknya dalam arti yuridis
formal}. Dalam hal mandat tidak terjadi perubahan wewenang
apapun yang ada hanyalah hubungan internal.
Sementara pengertian mandat berdasarkan Algemene
Bepalingen van Administratief Rechta adalah pemberian wewenang
oleh organ pemerintahan kepada organ lainnya untuk mengambil
keputusan atasnamanya. Selanjutnyya Philpus Hadjo mengatakan
bahwa didalam mandat tidak ada sama sekali pegakuan
kewenangan atau pengalihan tanganan kewenangan, sependapat
dengan Philpus Hadjo, mandat tidak ada sama sekali suatu
pemberian wewenang baru atau pelimpahan wewenang dari badan
16
https://www.parlement.com/id/vg09llymhqyp/w_konijnenbelt
50
atau penjabat TUN yang satu kepada yang lain, sehingga tidak
terjadi perubahan mengenai distribusi kewenangan yang telah ada.
Yang ada hanya suatu hubungan intern atasan dan bawahan.17
3. Kewenangan Pemerintah Dalam UU No 32 Tahun 2007
Pelaksanaan penyelenggaraan urusan pemerintah yag
menjadi kewenangan pemerintah daerah Kota Serang meliputi:
1. Urusan pemerintah daerah yang menjadi kewenangan Kota
Serang mencakup urusan wajib dan urusan pilihan sebagaimana
yang diatur dalam peraturan perundang-undang.
2. Urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
Kota Serang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
b. perencanan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat
d. penyediaan sarana dan prasarana umum
e. penanganan bidang kesehatan
f. penyelenggaraan pendidikan
g. penanggulangan masalah social
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan;
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan
menengah;
j. pengendalian lingkungan hidup
k. pelayanan pertanahan
17
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta : Rajawali Pers, 2018),
h.
51
l. pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan
n. pelayanan administrasi penanaman modal
o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya dan
p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan.
3. Urusan pilihan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
Kota Serang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang
bersangkutan.18
B. Pemerintah Daerah
1. Pengertian Pemerintah Daerah
Pemerintahan dalam Bahasa Inggris berasal dari kata
government, sedangkan istilah kepemimpinan dalam bahasa inggris
disebut governance yang berarti “act, fact, manner, of governing”,
atau biasa disebut sebagai kegiatan penyelenggaraan pemerintah
atau tata kelola. Pemerintah adalah semua kegiatan lembaga atau
badan-badan publik tersebut dalam menjalankan fungsinya untuk
mencapai tujuan negara. Pemerintahan menurut W.S.Sayre
menyatakan, “Government is best defend as the organization
agency of the state, axpressing and exerciting is authority”
18 UU No 32 Tahum 2007 Pasal 7 ayat 1, 2, 3.
52
(Pemerintahan, definisi terbaiknya sebagai lembaga negara yang
terorganisasi yang memperlihatkan dan menjalankan
kekuasaanya).19
Tujuan pemerintah yaitu persamaan kepentingan
dan cita-cita sehingga kemudian terbentuknya sebuah negara-negara
modern atau nation state.20
Suatu negara tidak dapat melaksanakan penyelenggaran
secara pusat terus menerus. Keterbatasan kemampuan pemerintah
mendorong untuk melaksanakan otonomi daerah. Pembagian
kekuasaan antara pusat dan daerah dilakukan berdasarkan prinsip-
prinsip negara kesatuan tetapi dengan semangat federalisme. Dalam
hal ini pemerintah pusat tidak dapat melakukan kewenangan yang
menjadi kewengan pemerintah pusat dengan sebaik-baiknya guna
kepentingan pelayanan umum pemerintahan dan kesejahteraan
rakyat disemua daerah. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah juga
memiliki kondisi geografis, sistem politik, hukum, sosial budaya,
dan potensi yang berbeda-beda, seperti kekayaan sumber daya alam
yang dapat diperbaharui, serta NKRI yang meliputi daerah-daerah
kepulauan dan wilayah negara yang sangat luas. Maka dari itu
19
Zaidan Nawawi, Manajemen Pemerintahan, (Jakarta: Rajawali Pers 2015),
h.18. 20
Zaidan Nawawi, Manajemen Pemerintahan, (Jakarta: Rajawali Pers 2015),
h. 23
53
pemerintah tidak bisa menyamaratakan antara daerah satu dengan
daerah. Oleh sebab itu pemerintah pusat memiliki pertimbangan
untuk memberikan otonomi daerah kepada pemerintah daerah dan
sangat tepat diberikan kebijakan otonomi sehingga setiap daerah
akan lebih mampu dan mandiri untuk memberikan pelayanan dan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah. Hakikat makna
kesejahteraan adalah menyangkut hajat hidup orang banyak yang
meliputi beberapa dimensi.
Untuk mewujudkan cita–cita pemerintahan yang baik dalam
penyelenggaraan perlu adanya asas-asas penyelenggaraan negara
berdasarkan UU No 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara meliputi:
a. Asas kepastian hukum adalah asas yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan
keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan negara
b. Asas tertib penyelenggaraan negara adalah asas yang
menjad landasan keteraturan, keserasian, dan
keseimbangan dalam pengadilan penyelenggaraan
negara
c. Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri
terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memerhatikan
54
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan
rahasia negara
d. Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara
negara
e. Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan
keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
f. Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa
setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggara negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakan atau rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.21
Pemerintah harus menanamkan asas asas diatas agar dalam
pelaksanaannya terjalin dengan baik dan teratur. Daerah merupakan
tempat yang mana pengertian dari pemerintah daerah yang berarti
kelembagaan yang barada di daerah.
2. Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
Pemerintah daerah kabupaten/ atau kota adalah pemerintah
daerah yang dipimpin oleh bupati untuk kabupaten dan walikota
21
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta,
Sinar Grafika 2005), h 34
55
untuk daerah kota. Kepala daerah dibantu oleh satu wakil kepala
daerah. Tugas dan wewenang kepala daerah adalah :
a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD.
b. Mengajukan rancangan Perda.
c. Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama
DPRD.
d. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APDB
kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama.
e. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah.
f. Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan
dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
g. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.22
Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi dalam kriteria
eksternalitas,akuntabilitas, dan efesiensi dengan memperhatikan
keserasian hubungan antar susunan pemerintahan,sebagai suatu
sistem antara hubungan kewenangan pemerintah, kewenangan
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota, atau
antar pemerintahan daerah yang saling terkait, tergantung, dan
sinergis.
Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah
daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib,
22
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta :
Sinar Grafika: 2005), hlm. 55.
56
artinya penyelenggaraan pemerintahan yang berpedoman pada
standar pelayanan minimal, dilaksanakan secara bertahap dan
ditetapkan oleh pemerintah. Adapun untuk urusan pemerintah yang
bersifat pilihan, baik untuk pemerintahan daerah provinsi dan
pemerintahan daerah kabupaten/kota, meliputi urusan
pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,
kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Urusan
wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi
merupakan urusan dalam skala provinsi dan dalam skala
kabupaten/kota, meliputi:
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat;
d. Penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. Penannganan bidang kesehatan;
f. Penyelenggaraan bidang pendidikan;
g. Penanggulangan masalah sosial;
h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;
i. Fasilitas pengembangan kperasi,usaha kecil, dan menengah;
j. Pengendalian lingkungan hidup;
k. Pelayanan pertanahan;
l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil;
m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. Pelayanan administrasi penanaman modal;
o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya;
57
p. Urusan wajib yang diamanatkan oleh peraturan perundang-
undangan.23
3. Hubungan Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah
Otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah
sedangkan dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos
dan namos. Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan atau
undang-undang, sehingga dapat bermakna memerintah sendiri atau
kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk
membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan
daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-
batas wilayah.24
Tujuan otonomi daerah dapat dirumuskan dalam
tiga ruang lingkup interaksinya yang utama yaitu: Politik, Ekonomi,
serta Sosial dan Budaya.25
Di bidang politik, diarahkan kepada
sistem pembinaan politik didaerah yang dinamis, demokrati, lebih
khusus adalah pembinaan kehidupan politik rakyat sehingga dapat
ikut berperan serta dalam setiap proses pembangunan di daerah. Di
bidang ekonomi, diarahkan untuk memberikan kesempatan seluas-
luasnya dalam kegiatan perekonomian dan perdagangan, serta jasa
23
Siswanto Sunarno,Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta,
Sinar Grafika: 2005 ), Hal 35. 24
Sirajuddin, hukum administrasi pemerintahan daerah, (Malang, Setara
Pres: 2016) h. 3 25
Afan Gaffar, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar 2003), h.173
58
menghindari praktik monopoli, kolusi dan nepotisme. Di bidang
sosial, pendidikan, kesehatan, diarahkan kepada peningkatan
kualitas kehidupan sosial, meningkatkan kualitas pendidikan,
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sehingga dapat
meningkatkan angka pertumbuhan penduduk yang berkualitas baik
dari aspek lahiriah maupun batiniah.
Pemerintah daerah Otonomi daerah adalah kewenangan
Daerah Otonom yang mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan undang- undang.26
UU No 22 tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 1 butir h Undang-undang
ini menjelaskan bahwa pemerintah pusat akan menyerahkan
kewenangannya kepada daerah dalam rangka desentralisasi yang
mana harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia
sesuai dengan kewenangan yang diserahkan. Asas hukum adalah
aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang abstark dan pada
umumnya mendasari peraturan kongkrit dan pelaksanaan hukum.
adapun asas- asas otonomi daerah yaitu :
26
HRT. Sri Soemantri, Otonomi daerah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014), h. 13.
59
a. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari
pemerintah pusat atau kepala wilayah atau kepala instansi
vertical tingkat atasan kepada penjabat-penjabat didaerah.
b. Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan dari
pemerintah atau daerah tingkat atasannya kepada daerah
menjadi daerah urusan rumah tangganya.
c. Tugas Pembantuan adalah tugas untuk serta dalam
melaksankan tugas urusan pemerintah yang ditugaskan
kepada pemerintah daerah oleh pemerintah atau pemerintah
daerah tingkat atasannya dengan kewajiban
mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya.27
Asas desentralisasi merupakan unsur – unsur pemerintahan
yang telah diserahkan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan asas
desentralisasi pada dasarnya menjadi wewenang dan tanggung jawab
sepenuhnya. Dalam hal ini prakarsa sepenuhnya diserahkan kepada
daerah, baik yang menyangkut penentuan kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan, maupun yang menyangkut segi-segi pembiayaan.
Aparat pelaksananya adalah dinas-dinas. Sedangkan asas
dekosentrasi oleh karena tidak semua urusan dapat diserahkan
kepada daerah menurut asas desentralisasi, maka urusan-urusan itu
dilaksanakan oleh perangkat pemerintah pusat yang ada didaerah
berdasarkan asas dekonsentrasi. Urusan-urusan yang dilimpahkan
oleh pemerintah kepada pejabat-pejabatnya yang ada didaerah
menurut asas dekonsentrasi itu tetap menjadi tanggung jawab
27
A. W. Widjaja, Titik Berat Otonomi, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
:1998), h.13- 14
60
pemerintah pusat baik mengenai perencanaan, pelaksanaan, maupun
pembiayaan. Unsur pelaksanaannya adalah instansi-instansi vertikal
yang secara operasional dikoordinasi oleh kepala daerah dalam
kedudukannya sebagai pemerintah pusat. 28
Asas tugas pembantuan (medebewind) bahwa tidak semua
urusan pemerintah pusat dapat diserahkan kepada daerah, tetapi
tetap merupakan urusan pemerintah pusat. Namun demikian kalau
semua urusan itu dilaksanakan secara asas dekonsentrasi akan
dirasakan sangat berat mengingat terbatasnya kemampuan perangkat
pemerintah pusat didaerah dan juga ditinjau dari segi daya guna dan
hasil guna adalah kurang dapat dipertanggung jawabkan apabila
urusan -urusan pemerintah pusat didaerah harus dilaksanakan sendiri
oleh perangkatnya yang ada didaerah. Hal ini akan memerlukan
tenaga dan biaya yang sangat besar jumlahnya atas dasar
pertimbangan tersebut maka pelaksanaan urusan pemerintahan pusat
dapat dilaksanakan dengan asas tugas pembantuan. Dalam asas tugas
pembantuan ini menentukan kebijakan, perencanaan, dan
pembiayaan tetap ditangan pemerintah pusat, namun asas
pelaksanaannya adalah perangkat daerah.29
28
Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung, PT Refika
Aditama: 2007) h.58 29
Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung, PT Refika
Aditama: 2007) h.59
61
Desentralisasi sebagai proses melakukan pendekatan kepada
pemerintah daerah yang mensyaratkan terdapatnya pendelegasian
kekuasaan (power) kepada pemerintah bawahan dan pembagian
kekuasaan kepada daerah. Pemerintah pusat dipersyaratkan untuk
menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah daerah sebagai wujud
pelaksanaan desentralisasi30
Pemerintah daerah sebagai yang melaksanakan suatu aturan
(Otonomi daerah) yang bertujuan mensejahterakan masyarakat yang
tinggal di daerah tersebut. Maka pemerintah daerah sangat
berhubungan dengan otonomi daerah.
C. Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB)
1. Pengertian Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik
(AAUPB)
Kalangan penulis Hukum Administrasi Negara (HAN)
di Indonesia terdapat perbedaan penerjemahan terutama
menyangkut kata beginselen dan behoorlijk. Beginselen ada
yang menerjemahkan dengan prinsip-prinsip, dasar-dasar, dan
asas-asas. Sedangkan kata behoorlijk diterjemahkan dengan
yang sebaiknya, yang baik, yang layak, yang patut. Dengan
30
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta,
Sinar Grafika 2005), h 14
62
penerjemahan ini menjadi prinsip atau dasar-dasar atau asas-
asas umum pemerintahan yang baik atau yang sebaiknya.
Soeharjo Menerjemahkan beginselen dengan dasar-dasar,
pemerintahan yang baik. Menurutnya, sengaja dipilih kata
“Dasar” karena mempunyai arti lebih dekat atau terkait dengan
peraturan atau ketentuan, sehingga secara langsung dapat di
hubungkan baik dalam penafsiran, pelaksanaan dan pengujian
peraturan hukumnya.31
Pemahaman terhadap AAUPB tidak dapat
dilepaskandari kontek kesejarahan, disamping itu dari segi
kebahasaan, karena asas ini muncul dari proses sejarah,
sebagaimana tersebut diatas. Terlepas dari kenyataan bahwa
kemudian AAUPB ini menjadikan wacana yang dikaji dan
berkembang dikalangan para sarjana hingga melahirkan
rumusan dan interpretasi yang beragam, guna pemahaman
awal kiranya diperlukan pengertian dari kontek kebahasaan
dan kesejarahan. Dengan bersandar pada kedua konteks ini,
AAUPB dapat dipahami sebagai Asas-Asas umum yang
31 Soeharjo, Hukum Administrasi Negara Pokok-Pokok Pengertian Serta
Perkembangannya di Indonesia, (Semarang: Badan penerbit Universitas diponogoro,
1991 ) h. 233
63
dijadikan sebagai dasar dan tata cara dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang baik, yang dengan cara demikian
penyelenggaraan pemerintahan itu menjadi baik, Sopan, adil,
dan terhormat, bebas dari kedzaliman, pelanggaran perturan,
tindakaan penyalahgunaan wewenang, dan tindakan
sewenang-wenang.32
2. Fungsi dan Arti penting Asas-Asas Umum Pemerintahan
yang Baik (AAUPB)
Pada awal kemunculannya, AAUPB hanya dimaksudkan
sebagai sarana perlindungan hukum (rechtsbescherming) dan
bahkan dijadikan instrumen untuk meningkatkan perlindungan
hukum (verhoogde rechsbesherming) bagi warga negara dari
tindakan pemerintah. AAUPB selanjutnya dijadikan sebagai
dasar penilaian dalam peradilan dan upaya administrasi,
disamping sebagai norma hukum tidak terulis bagi tindakan
pemerintah. AAUPB memiliki arti penting dan fungsi sebagai
berikut :
a. Bagi administrasi negara, bermanfaat sebagai pedoman
dalam melakukan penafsiran dan penerapan terhadap
ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang bersifat
32
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2018) h. 234
64
sumir, samar atau tidak jelas. Kecuali itu sekaligus
membatasi dan menghindari kemungkinan administrasi
negara mempergunakan freies ermessen melakukan
kebijakan yang jauh menyimpang dari ketentuan
perundang-undangan. Dengan demikian, administrasi
negara diharapkan terhindar dari perbuatan onrechtmatige
daad, detournement de pouvoir, abus de droit, dan
ultravires.
b. Bagi warga masyarakat, sebagai pencari keadilan,
AAUPB dapat dipergunakan sebagai dasar gugatan
sebagaimana disebut dalam pasal 53 UU No. 5 Tahun
1986.
c. Bagi Hakim TUN, dapat dipergunakan sebagai alat
menguji dan membatalkan keputusan yang dikeluarkan
badan atau Pejabat TUN.
d. AAUPB juga berguna bagi badan legislatif dalam
merancang suatu Undang-Undang.33
3. Macam- macam AAUPB
Telah disebutkan bahwa AAUPB merupakan konsep
terbuka dan lahir dari proses sejarah, oleh karena itu, terdapat
rumusan yang beragam mengenai asas-asas tersebut. AAUPB
yang telah dirumuskan oleh para penulis Indonesia, khususnya
Koenedjoro Purbopranoto dan SF Marbun. Macam-macam
AAUPB tersebut sebagai berikut:
a. Asas Kepastian Hukum
33
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2018) h. 239
65
Dengan kata lain asas ini menghendaki
dihormatinya hak yang telah diperoleh seseorang
berdasarkan keputusan pemerintah, meskipun
keputusan itu salah. Jadi demi kepastian hukum, setiap
keputusan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah
tidak untuk dicabut kembali, sampai dibuktikan
sebaliknya dalam proses peradilan.
b. Asas Keseimbangan
Asas ini menghendaki adanyya keseimbangan
antara hukuman, jabatan, dan kelalaian atau kealpaan
seorang pegawai. Di Indonesia asas keseimbangan
dapat dicontoh dalam hukum positif yang berisi kriteria
pelanggaran dan penerapan sanksinya, yaitu
sebagaimana terdapat pada pasal 7 PP No 53 Tahun
2010 Tentang Peraturan Disiplin Pegawai. Di dalam
pasal tersebut tentunya:
1) Hukuman Disiplin ringan berupa
a) Teguran Lisan
b) Teguran Tertulis
c) Pernyataan tidak puas secara tertulis
2) Hukuman Disiplin sedang berupa
a) Penundaan kenaikan gaji berkala untuk selama 1
tahun
b) Penundaan kenaikan gaji pangkat selama 1 tahun
c) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama
1 tahun
3) Hukuman Disiplin berat berupa
a) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama
3 tahun
b) Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan
setingkat lebih rendah
c) Pemberhentikan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai PNS
d) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS
66
c. Asas Kesamaan dalam mengambil keputusan
Asas ini menghendaki agar badan pemerintahan
mengambil tindakan yang sama (dalam arti tidak
bertentangan) atas kasus – kasus yang faktanya sama.
Meskipun demikian, agaknya dalam pernyataan sehari
– hari sukar ditemukan adanya kesamaan mutlak dalam
dua atau lebih kasus oleh karena itu Philipus M. Had
Jhon Asas ini memaksa pemerintah menjalankan
kebijakan.
d. Asas Bertindak Cermat
Asas ini menghendaki agar pemerintah atau
administrasi bertindak cermat dalam melakukan
berbagai aktivitas penyelenggaraan tugas – tugas
pemerintah, sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi
warga negara. Apabila berkaitan dengan tindakan
pemerintah untuk mengeluarkan keputusan, maka
pemerintah harus mempertimbangkan secara cermat
dan teliti semua faktor dan keadaan yang berkaitan
dengan materi keputusan, mendengar dan
mempertimbangkan alasan – alasan yang diajukan pada
pihak –pihak yang berkaitan, juga harus
mempertimbangkan akibat – akibat hukum yang
muncul dari keputusan tatausaha negara tersebut.
e. Asas Motivasi untuk Setiap Keputusan
Asas ini menghendaki agar setiap keputusan
badan – badan pemerintahan yang harus mempunyai
motivasi atau alasan yang cukup sebagai dasar dalam
menerbitkan keputusan dan sedapat mungkin alasan
atau motivasi itu tercantum dalam keputusan. Motivasi
atau alasan itu harus benar dan jelas, sehingga pihak
administrabele memperoleh pengertian yang cukup
jelas atas keputusan yang ditunjukan kepadanya. Asas
67
pemberian motivasi atau alasan ini dalam tiga varian
sebagai berikut :
1) Syarat bahwa suatu keputusan harus diberi
alasan
2) Keputusan harus memiliki dasar fakta yang
teguh
3) Pemberian alasan harus cukup dapat
mendukung
f. Asas Tidak Mencampuradukan Kewenangan
Setiap pejabat pemerintah memiliki wewenang
yang diberikan oleh peraturan perundang - undangan
yang berlaku atau berdasarkan pada asas legalitas.
Dengan wewenang yang diberikan itulah pemerintah
melakukan tindakan – tindakan hukum dalam rangka
melayani atau mengatur warga negara.
g. Asas Permainan yang layak.
Asas ini menghendaki agar warga negara diberi
kesempatan yang seluas – luasnya untuk mencari
kebenaran dan keadilan serta diberi kesempatan untuk
membela diri dengan memberikan argumentasi –
argumentasi sebelum dijatuhkannya putusan
administrasi. Asas ini juga menekankan pentingnya
kejujuran keterbukaan dalam proses penyelesaian
sengketa tatausaha negara.
h. Asas Keadilan dan Kewajaran
Asas ini menghendaki agar setiap tindakan badan
atau pejabat administrasi negara selalu memerhatikan
aspek keadilan dan kewajaran. Asas keadilan menuntut
tindakan secara proporsional, sesuai, seimbang, dan
selaras dengan hak setiap orang. Karena itu setiap
pejabat pemerintah dalam melakukan tindakannya
harus selalu memerhatikan aspek keadilan ini.
Sedangkan asas kewajaran menekankan agar setiap
68
ativitas pemerintah atau administrasi negara
memerhatikan nilai-nilai yang berlaku ditengah
masyarakat, baik itu berkaitan dengan agama, moral,
adat istiadat, maupun nilai-nilai lainnya.
i. Asas Kepercayaan dan Menanggapi Pengharapan yang
Wajar
Asas ini menghendaki agar setiap tindakan yang
dilakukan pemerintah harus menimbulkan harapan-
harapan bagi warga negara. Oleh karena itu, aparat
pemerintah harus memerhatikan asas ini sehingga jika
suatu harapan sudah terlanjur diberikan kepada warga
negara tidak boleh ditarik kembali meskipun tidak
menguntungkan bagi pemerintah.
j. Asas Meniadakan Akibat suatu Keputusan yang Batal
Asas ini berkaitan dengan pegawai yang dipecat
dari pekerjaannya dengan suatu surat keputusan
(beschikking). Seorang pegawai yang dipecat karena
diduga melakukan kejahatan, tetapi setelah dilakukan
proses pemeriksaan dipengadilan, ternyata pegawai
yang bersangkutan tidak bersalah. Hal ini berarti surat
keputusan pemberhentian yang ditunjukan kepada
pegawai yang bersangkutan itu harus dianggap batal.
Dalam hal demikian, maka pegawai yang ternyata tidak
bersalah tersebut harus dikembalikan lagi pada tempat
pekerjaan semula. Bahkan tidak hanya harus
ditempatkan kembali pada tempat pekerjaan semula,
tetapi juga harus diberi ganti rugi atau kompensasi
serta harus direhabilitasi nama baiknya. Proses
menempatkan kembali pada pekerjaan semula,
pemberian ganti rugi atau kompensassi, dan pemulihan
nama baik merupakan cara–cara untuk meniadakan
akibat keputusan yang batal atau tidak sah.
69
k. Asas Perlindungan Atas Pandangan Atau Cara Hidup
Pribadi
Asas ini menghendaki agar memenuhi hak atas
kehidupan pribadi setiap pegawai negeri dan juga
ditentukan hak kehidupan pribadi setiap warga megara,
sebagai konsekuensi negara hukum demokratis yang
menjunjung tinggi dan melindungi hak setiap warga
negara. Dengan kata lain, asas ini merupakan
pengembangan dari salah satu prinsipi negara hukum,
yakni perlindungan hak asasi.
l. Asas Kebijaksanaan
Asas ini menghendaki agar pemerintah dalam
melaksanakan tugas dan kebijakan atau keleluasaan
untuk menerapkan kebijaksanaan tanpa harus terpaku
dalam peraturan perundang – undangan formal. Karena
perundang – undangan formal atau hukum tertulis itu
selalu membawa cacat bawaan yang berupa tidak
fleksibel dan tidak dapat menampung persoalan serta
cepat ketinggalan jaman, sementara perkembanganan
masyarakat itu bergerak cepat dan dinamis.
m. Asas Penyelenggaraan Keputusan Kepentingan Umum
Asas ini menghendaki agar pemerintah dalam
melaksanakan tugasnya selalu mengutamakan
kepentingan umum, yakni kepentingan yang mencakup
semua aspek kehidupan orang banyak. Asas ini
merupakan konsekuensi dianutnya konsepsi negara
hukum modern (welfare state), yang menempatkan
pemerintah selaku pihak yang bertanggung jawab dan
mewujudkan kesejahteraan umum warga negaranya.
Pada dasarnya pemerintahan dalam menjalankan
berbagai kegiatan harus berdasarkan pada peraturan
perundang – undangan yang berlaku (asas legalitas),