Date post: | 20-Apr-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | khangminh22 |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
i
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY LY GIIPIA0 SAMPAI
DENGAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN HELEN TARIGAN
KECAMATAN MEDAN SELAYANG
TAHUN 2018
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh:
EMELIANA SIMANULLANG
P07524115087
POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-III KEBIDANAN MEDAN
TAHUN 2018
ii
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY LY GIIPIA0 SAMPAI
DENGAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN HELEN TARIGAN
KECAMATAN MEDAN SELAYANG
TAHUN 2018
LAPORAN TUGAS AKHIR
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
MENYELESAIKAN PENDIDIKAN AHLI MADYA KEBIDANAN
PADA PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN MEDAN
POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN
Oleh:
EMELIANA SIMANULLANG
P07524115087
POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-III KEBIDANAN MEDAN
TAHUN 2018
iii
POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN D-III KEBIDANAN MEDAN
LAPORAN TUGAS AKHIR, JULI 2018
Emeliana Simanullang
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. LY GIIPIA0 SAMPAI DENGAN
PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DI PRAKTIK MANDIRI
BIDAN HELEN TARIGAN KECAMATAN MEDAN SELAYANG KOTA
MADYA TAHUN 2018
IX + 90 Halaman + 4 Tabel + 11 Lampiran
RINGKASAN
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 AKI sebesar
359/100.000 KH dan AKB sebesar 32/1000 KH (Kemenkes 2016). Penyebab
langsung kematian ibu yaitu Perdarahan (30,3 %), Hipertensi (27,10 %), Infeksi
(7,3 %), penyebab tidak langsung kematia ibu terlambat mengambil keputusan,
terlambat ketempat rujukan, terlambat memberi pertolongan. Menurut Dinas
Kesehatan provinsi Sumatera Utara tahun 2015 AKI sebesar 93/100.000 KH dan
AKB 20,22/1.000 KH. Penyebab kematian bayi yaitu asfiksia, bayi berat lahir
rendah, dan infeksi sepsis. Salah satu menurunkan AKI dan AKB dengan
memberikan asuhan kebidanan secara Continuity of care pada ibu hamil sampai
pelayanan keluarga berencana.
Asuhan kebidanan pada Ny. LY GIIPIA0 diberikan secara Continuity of care
di Praktik Mandiri Bidan Helen Tarigan Jl. Bunga Rinte Gg Mawar 1 No. 1
Kecamatan Medan Selayang Kota Madya tahun 2018.
Ny. LY diberikan asuhan ANC Trimester III sebanyak 3 kali dengan
standart 10 T bejalan secara fisiologis. Persalinan ditolong dengan APN. Kala I
berlangsung 5 jam, kala II 20 menit, kala III 10 menit dan kala IV selama 2 jam.
Bayi lahir pukul 22:20 WIB lahir spontan, bugar, segera menangis, jenis kelamin
perempuan, BB: 3400 gram, PB: 50 cm, Proses involusio dan laktasi berjalan
dengan fisiologis dan Ibu dipasang KB Implant.
Kesimpulan, asuhan yang diberikan pada Ny. LY mulai hamil, bersalinan,
nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana berjalan dengan fisiologis. Ibu dan
suami mengatakan senang mendapat asuhan. Disarankan PMB Helen Tarigan bisa
lebih meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan yang sudah baik.
Kata Kunci : Ny. LY, 25 tahun GIIPIA0, Managemen kebidanan dari ANC,
INC, PNC, BBL,KB
Daftar Bacaan : 32 (2013-2018)
iv
HEALTH MINISTRY HEALTH POLYTECHNIC OF MEDAN
D-III DEPARTMENT OF MIDWIFERY
FINAL ASSIGNMENT REPORT, JUNE 2018
EMELIANA SIMANULLANG
THE MIDWIFERY CARE FOR A MRS. L DURING PREGNANCI UNTIL
CHILDBIRTH AND FAMILY PLANNING SERVICES IN CLINIC
HELEN’S MIDWIFE SIMPANG SELAYAMG, 2018
IX + 98 pages + 4 Tables + 7 attachments
ABSTRACT OF MIDWIFERY CARE
According to the SDKI in 2012, in an effort to improve the health status of
Indonesian society, there are still big challenges in health development, namely
AKI and AKB. AKI (associated with pregnancy, delivery, and childbirth) of 359
per 100,000 live births, while the AKB at 32 per 1,000 live births by 2012. The
purpose of these efforts is to be able to provide continuous care of midwifery care
to pregnant women to family planning using a management approach.
Continuity of care midwifery care methods ranging from third trimester
pregnancy, maternity, childbirth, newborn, and family planning are done in the
Independent Practice Midwife Helen Tarigan Simpang selayang.
The results obtained through nursing care in Mrs. L which started from third
trimester pregnancy has been done as much as 3 times with the standard 10 T.
Normal delivery help is done with 60 steps of normal delivery care. Newborns
fitter soon crying, female gender weighing 3400 grams, 50cm long body placed
on the mother's chest to do Initiation of early breastfeeding, baby drinking breast
milk. The childbirth period is normal, the process of involution running normally
there is no abnormality and the mother as the acceptor Implant.
Pregnancy, childbirth, childbirth, newborn, and family planning run normally
and mothers feel good. It is suggested to health officer especially midwife to do
continuity of care care which is useful to help decrease Mother and Infant
Mortality Rate in Indonesia.
Key words: Midwifery care, continuity of care
Bibliography: 32 (2013-2018)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang
berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ny. LY GIIPIA0 sampai dengan Pelayanan
Keluarga Berencana di PraktIk Mandiri Bidan Helen Tarigan Kecamatan Medan
Selayang Kota Madya Tahun 2018”, sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi Diploma III Kebidanan
Medan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Medan
yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan
Tugas Akhir ini.
3. Arihta Sembiring, SST, M.Kes selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan
Poltekkes Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan
menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
4. Suswati, SST,M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik dan juga sebagai
penguji pendamping yang telah memberikan bimbingan, arahan dan waktu
kepada penulis selama pendidikan dan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
5. Sartini Bangun, S.Pd, M.Kes selaku Dosen Pembimbing utama yang telah
membimbing, memberi saran dan masukan sehingga Lapora Tugas Akhir ini
dapat terselesaikan.
6. Elisabeth Surbakti, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing pedamping
yang telah membimbing, memberi saran dan masukan sehingga Laporan
Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
vi
7. Hanna Sriyanti, SST, M.Kes selaku penguji utama yang telah bersedia
menguji, membimbing dan memberi masukan dalam penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini.
8. Helen K Tarigan, SST selaku pemilik PMB Helen Tarigan dan pegawai
Klinik yang telah memberikan tempat dan waktu untuk melakukan
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
9. Ny. Linda Yani Br Sembiring serta keluarga atas kerjasamanya yang baik.
10. Yang saya sayangi kedua orangtua yaitu Ayah H. Simanullang dan Ibu M.
Sihite serta saudara saya Rayesni, Ketty Yanita, Birnes Elvis dan Joel Abdon
yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi penulis, yang telah membimbing,
memberikan doa, dukungan moril dan materil selama penulis menyelesaikan
pendidikan.
11. Untuk kakak penulis Risna Pangaribuan Amd.Keb, sahabat penulis Agnes
Sianturi, Feren Qori Silalahi, Ira Trimartini Simarmata, Irma Sirait, Jelita
Damanik, Wika Purba, Ave Saragih dan Crissy Tampubolon yang selalu
memberikan semangat, doa dan canda tawa selama ini. Serta rekan
seangkatan Tahun 2015 terkhusus Kelas III-C yang banyak membantu dan
memberikan dukungan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal
kebaikan yang telah diberikan dan semoga Proposal Tugas Akhir ini berguna bagi
semua pihak yang memanfaatkannya.
Medan, Juni 2018
Emeliana Simanullang
vii
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Ringkasan..................................................................................................... i
Kata pengantar.............................................................................................. ii
Daftar isi ...................................................................................................... iv
Daftar Tabel ................................................................................................ vii
Daftar lampiran............................................................................................. viii
Daftar Singkatan ......................................................................................... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan ........................................... 4
1.3 Tujuan ......................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................ 4
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................... 4
1.4 Sasaran,Tempat,Waktu dan Asuhan Kebidanan ......................... 4
1.4.1 Sasaran ........................................................................... 4
1.4.2 Tempat............................................................................ 4
1.4.3 Waktu............................................................................. 5
1.5 Manfaat ....................................................................................... 5
1.5.1 Manfaat Teoritis ............................................................ 5
1.5.2 Manfaat Praktis ............................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6
2.1 Kehamilan ................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Kehamilan ................................................... 6
2.1.2 Tanda dan Gejala Kehamilan ........................................ 6
2.1.3 Perubahan Fisiologis Trimester III ................................ 8
2.1.4 Perubahan Psikologis Trimester III ............................... 10
2.1.5 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III ........................ 10
2.1.6 Asuhan Kehamilan ........................................................ 12
2.2 Persalinan ................................................................................... 18
2.2.1 Pengertian Persalinan .................................................... 18
2.2.2 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhu Persalinan ......... . 18
2.2.3 Tahapan Dalam Persalinan ........................................... 20
2.2.4 Perubahan Fisiologi Persalinan .................................... 22
2.2.5 Perubahan Psikologi Persalinan .................................... 24
2.2.6 Asuhan Persalinan Normal ............................................ 25
2.3 Nifas ........................................................................................... 33
2.3.1 Pengertian Masa Nifas ................................................. 33
2.3.2 Perubahan Fisiologi Masa Nifas..................................... 33
2.3.3 Adaptasi Psikologi Masa Nifas ...................................... 37
2.3.4 ASI Ekslusif .................................................................. 38
2.3.5 Asuhan Masa Nifas ........................................................ 38
2.4 Bayi Baru Lahir .......................................................................... 40
2.4.1 Pengertian Bayi Baru Lahir ........................................... 40
viii
2.4.2 Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir ............................. 40
2.4.3 Asuhan Pada Bayi Baru Lahir ........................................ 42
2.5 Keluarga Berencana ................................................................... 45
2.5.1 Pengertian Keluarga Berencana ..................................... 45
2.5.2 Tujuan Program Keluarga Berencana ............................ 45
2.5.3 Jenis –Jenis Alat Kontrasepsi ......................................... 46
2.5.4 Asuhan Keluarga Berencana ......................................... 48
BAB III PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ................ 51
3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil.......................................... 51
3.1.1. Data Perkembangan I....................................................... 55
3.1.2. Data Perkembangan II ..................................................... 57
3.2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin ...................................... 60
3.2.1. Asuhan Kala I .................................................................. 60
3.2.2. Asuhan Kala II ................................................................. 61
3.2.3. Asuhan Kala III ............................................................... 63
3.2.4. Asuhan Kala IV ............................................................... 64
3.3 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas ........................................... 67
3.3.1. Asuhan 6 Jam Masa Nifas ............................................... 66
3.3.2. Asuhan 6 Hari Masa Nifas............................................... 68
3.3.3. Asuhan 2 Minggu Masa Nifas ......................................... 69
3.3.4. Asuhan 6 Minggu Masa Nifas ......................................... 71
3.4 Asuan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir ................................... 73
3.4.1. Asuhan 6 Jam Bayi Baru Lahir........................................ 73
3.4.2 Asuhan 6 Hari Bayi Baru Lahir ....................................... 74
3.4.3. Asuhan 28 Hari Bayi Baru Lahir ..................................... 75
3.5 Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana .......................... 77
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................ 79
4.1. Kehamilan .................................................................................. 79
4.2 Persalinan ................................................................................... 81
4.3. Nifas ........................................................................................... 84
4.4. Bayi Baru Lahir .......................................................................... 85
4.5. Keluarga Berencana ................................................................... 87
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 88
5.1. Kesimpulan ................................................................................. 88
5.2. Saran ........................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Ukuran Fundus Uteri Sesuai Usia Kehamilan ......................... 13
Tabel 2.2 Pemberian Iminisasi TT ........................................................... 13
Tabel 2.3 Tinggi Fundus Uteri Menurut Masa Involusi ......................... 34
Tabel 2.4 Program dan Kebijakan Teknik Masa Nifas .......................... 39
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Melakukan Praktek Kebidanan
Lampiran 2 Surat Balasan Dari Klinik
Lampiran 3 Lembar Permintaan Menjadi Subjek
Lampiran 4 Informed Consent
Lampiran 5 Partograf
Lampiran 6 Kartu Bimbingan LTA
Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup
xi
DAFTAR SINGKATAN
AKB : Angka Kematian Bayi
AKI : Angka Kematian Ibu
ANC : Ante Natal Care
APD : Alat Pelindung Diri
APN : Asuhan Persalinan Normal
ASI : Air Susu Ibu
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BB : Berat Badan
BBL : Bayi Baru Lahir
DINKES :Dinas Kesehatan
DJJ : Denyut Jantung Janin
DTT : Desinfeksi Tingkat Tinggi
EMAS : Expanding Maternal and Neonatal Survival
FSH : Follicle Stimulating Hormone
Hb : Haemoglobin
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
HR : Heart Rate
IM : Intra Muscular
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
KB : Keluarga Berencana
KEK : Kelainan Energi Kronis
Kemenkes : Kemetrian Kesehatan
KF : Kunjungan Nifas
KH : Kelahiran Hidup
KN : Kunjungan Neonatus
LD : Lingkar Dada
LILA : Lingkar Lengan Atas
LK : Lingkar Kepala
LP : Lingkar Perut
LTA : Laporan Tugas Akhir
MAL : Metode Amenorrhea Laktasi
MDGs : Millenium Devolopment Goals
MOU : Memorandum of Understanding
OUE : Ostium Internum Eksternum
OUI : Ostium Uteri Intrernum
PAP : Pintu Atas Panggul
PI : Pencegahan Infeksi
PONED : Pelayanan Obsetri Neonatal Emergensi Dasar
PONEK : Pelayanan Obsetri Neonatal Emergensi Komprehensif
PTT : Penegangan Tali pusat Terkendali
RBC : Red Blood Cell
RR : Respiration Rate
xii
SAR : Segmen Atas Rahim
SBR : Segmen Bawah Rahim
SDGs : Sustainable Development Goals
SDKI : Survey Demografi Kesehatan Indonesia
SUMUT : Sumatera Utara
SP : Sensus Penduduk
SOAP : Subjektif Objektif Analisis Penatalaksanaan
SUPAS : Survei Penduduk Antar Sensus
TB : Tinggi Badan
TBBJ : Tafsiran Berat Badan Janin
TD : Tekanan Darah
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TT : Tetanus Toxoid
TTP : Tafsiran Tanggal Persalinan
USG : Ultrasonografi
WHO : World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur status
kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka kematian ibu (AKI).
Tinggi rendahnnya AKI merupakan indikator penting untuk menilai tingkat
kesejahteraan suatu negara dan status kesehatan masyarakat.
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan program pembangunan
berkelanjutan yang menggantikan Millenium Development Goals (MDGs),
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Berdasarkan kesepakatan
SDGs, negara-negara berkomitmen untuk menurunkan AKI sebesar 70 per
100.000 KH, sementara Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 12 per 1.000 KH
pada tahun 2030 (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN),
dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, masih
ditemukan tantangan besar dalam pembangunan kesehatan yaitu tingginya AKI
dan AKB. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 peningkatan AKI sebesar 359 per 100.000 KH dan ini masih jauh dari target
RPJM yang ingin dicapai pada tahun 2019 yaitu 306 per 100.000 KH, sedangkan
AKB di Indonesia sebesar 32 per 1.000 KH dan target RPJMN yang ingin dicapai
pada tahun 2019 adalah 24 kematian per 1.000 KH (Kemenkes, 2016).
Faktor penyebab kematian ibu dibagi menjadi dua yaitu, faktor penyebab
langsung dan faktor penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung
kematian ibu terbesar yaitu perdarahan (30,3%), Hipertensi Dalam Kehamilan
(HDK) (27,10%), infeksi (7,3%), partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di
Indonesia masih di dominasi oleh 3 penyebab utama kematian yaitu perdarahan,
2
HDK dan infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan
infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin
meningkat, lebih dari 25% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan
HDK. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena masih
banyaknya kasus 3T yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat ke tempat
rujukan serta terlambat memberi pertolongan di tempat rujukan dan 4T yaitu
terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak (Kemenkes, 2016).
Profil kesehatan Sumatera Utara tahun 2015 juga menunjukkan penurunan
AKI dari 328/100.000 KH menjadi 93/100.000 KH, sedangkan AKB turun dari
21,59/1.000 menjadi 20,22/1.000 KH (Dinkes Sumut, 2015)
Faktor penyebab kematian bayi di Indonesia berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa, penyebab kematian terbanyak
pada kelompok bayi 0-6 dominasi oleh gangguan/kelainan pernafasan (35,9%),
prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%). Untuk penyebab utama kematian bayi
pada kelompok 7-28 hari yaitu Sepsis (20,5%), malformasi kongenital (18,1%)
dan pnemonia (15,4%). Dan penyebab utama kematian bayi pada kelompok 29
hari–11 bulan yaitu Diare (31,4 %), pnemonia (23,8) dan meningitis/ensefalitis
(9,3%) (Dinkes Sumut, 2015).
Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding
Maternaland Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program ini dilaksanakan di provinsi
dengan jumlah kematian ibu dan neonatal yang besar, yaitu Sumatera Utara,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dasar
pemilihan provinsi tersebut disebabkan 52,6% dari jumlah total kejadian kematian
ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi tersebut. Sehingga dengan
menurunkan AKI di enam provinsi tersebut diharapkanakan dapat menurunkan
AKI di Indonesia secara signifikan (Kemenkes, 2016).
Beberapa terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia telah
dilakukan, salah satunya Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K). Program tersebut menitikberatkan kepedulian dan peran
keluarga dan masyarakat dalam melakukan upaya deteksi dini, menghindari risiko
3
kesehatan pada ibu hamil, serta menyediakan akses dan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif di Rumah Sakit (PONEK) dan
mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu
dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta
diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Menempatkan bidan di
desa dengan pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan buku
KIA (Kemenkes, 2016).
Upaya peningkatan kelangsungan dan kualitas ibu dan anak dilakukan dengan
pendekatan continum of care the life dan continum of care of pathway, yang
menekankan bahwa upaya promotif dan preventif sama pentingnya dengan upaya
kuratif dan rehabilitatif pada tiap siklus kehidupan dan pada tiap level pelayanan.
Kualitas pelayanan ini didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan
yang kompeten dan patuh terhadap standar, kesiapan fasilitas pendukung
pelayanan lainnya disamping biaya operasional dan supervisi fasilitatif yang terus
menerus. Jika pendekatan continuity of care ini dilaksanakan maka akan
memberikan dampak yang signifikan terhadap kelangsungan dan kualitas hidup
ibu dan bayi serta diharapkan dapat mencapai target dalam upaya menurunan AKI
dan AKB (Kemenkes, 2016)
Mengingat pentingnya peran dan fungsi bidan, hal ini melatar belakangi
penulis utuk melakukan asuhan secara continuity of care dengan asuhan dari
kehamilan trimester III, bersalin, nifas, bayi baru lahir sampai dengan keluarga
berencana menggunakan pendekatan managemen kebidanan dan memilih salah
satu ibu yaitu Ny.LY GIIPIA0 usia 25 tahun hamil trimester III yang
memeriksakan kehamilannya di Praktik Mandiri Bidan Helen Tarigan Kecamatan
Medan Selayang sebagai subyek penyusunan Laporan Tugas Akhir dengan judul
“Asuhan Kebidanan Pada Ny.LY GIIPIA0 Sampai Dengan Pelayanan Keluarga
Berencana di Praktik Mandiri Bidan Helen Tarigan Kecamatan Medan Selayang
Tahun 2018“.
4
1.2 Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan
Memberikan asuhan kebidanan pada Ny. LY GIIPIA0 hamil Trimester III
yang fisiologis, bersalin, masa nifas, BBL dan KB, dengan pendekatan
managemen kebidanan dan melakukan pencatatan serta pelaporan dengan
managemen asuhan SOAP di Praktik Mandiri Bidan Helen Tarigan.
1.3 Tujuan Penyusunan LTA
1.3.1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada Ny. LY GIIPIA0 Secara continuity of
care pada ibu hamil fisiologis trimester III, bersalin, nifas, BBL dan KB dengan
menggunakan pendekatan managemen kebidanan.
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang akan dicapai di Praktek Mandiri Bidan Helen
Tarigan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Asuhan Kebidanan pada masa ibu hamil Trimester III
fisiologis berdasarkan standar 10 T.
2. Melakukan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dengan Standar
Asuhan Persalinan Normal (APN).
3. Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada masa nifas sesuai standar KF 4.
4. Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir dan Neonatal
sesuai standar KN 3.
5. Melaksanakan Asuhan Kebidanan keluarga berencana dengan Implant
6. Melaksanakan pendokumentasian asuhan kebidanan dengan metode
SOAP.
1.4 Sasaran, Tempat dan Waktu Asuhan Kebidanan
1.4.1. Sasaran
Sasaran subyek asuhan kebidanan ditujukan kepada Ny. LY GIIPIA0
dengan memperhatikan continuity of care mulai dari hamil fisiologis Trimester
III, dan dilanjutkan sampai persalinan, masa nifas, BBL dan KB.
5
1.4.2. Tempat
Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil
Trimester III adalah di PraktIk Mandiri Bidan Helen Tarigan yang beralamat di
Jl. Bunga Rinte Gg Mawar 1 No. 1Kecamatan Medan Selayang Kota Madya..
1.4.3. Waktu
Waktu yang digunakan untuk perencanaan penyusunan proposal sampai
membuat Laporan Tugas Akhir di mulai dari bulan Maret sampai Juli 2018.
1.5. Manfaat
1.5.1. Maanfaat Teoritis
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
khususnya dalam memberikan informasi tentang perubahan fisiologi, psikologi
dan asuhan yang diberikan pada ibu hamil Trimester III, bersalin, nifas, bayi
baru lahir dan pelayanan keluarga berencana dalam batasan continuity of care.
1.5.2 Manfaat Praktis
A. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman serta
kertampilan penulis dalam menerapkan managemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil fisiologis Trimester III
sampai dengan keluarga berencana secara continuity of care sehingga
saat bekerja di lapangan dapat melakukan secara sistematis, guna
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan.
B. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi dan referensi serta bahan bacaan
mahasiswa Politeknik Kesehatan Program D-III Kebidanan Medan.
C. Bagi Praktek Mandiri Bidan Helen Tarigan
Sebagai bahan dan informasi bagi Praktik Mandiri Bidan Helen
Tarigan agar memberikan penyuluhan dan asuhan yang tepat dan sesuai
denga standar asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir dan keluarga berencana.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kehamilan
2.1.1. Pengertian Kehamilan
Menurut Federasi Obsetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional
(Prawirohardjo, 2014).
Kehamilan adalah masa ketika seorang wanita membawa embrio atau fetus
di dalam tubuhnya. Awal kehamilan terjadi pada saat sel telur perempuan lepas
dan masuk kedalam saluran sel telur. Pada saat persetubuhan,berjuta-juta sel
sperma dipancarkan oleh laki-laki dan masuk ke rongga rahim (Astutik, 2017).
Kehamilan juga merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis.
Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, jika telah mengalami
menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ
reproduksinya sehat, sangat besar kemungkinannya terjadi kehamilan
(Mandriwati dkk, 2017). Kehamilan terjadi dalam 3 trimester,dimana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13
hingga ke-27), dan trimester ke 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
(Prawirohardjo, 2014).
2.1.2.Tanda Gejala Kehamilan
Menurut Rukiah dkk, (2013) tanda gejala kehamilan yaitu :
A. Tanda tidak pasti (Probable Signs)
1. Amenorhea atau tidak mendapatkan haid bila seorang wanita mampu hamil
apabila sudah kawin dan mengeluh terlambat haid maka dipastikan bahwa
dia hamil. Dapat juga digunakan untuk memperkirakan usia dan tafsiran
persalinan.
7
2. Mual dan muntah juga merupakan gejala umum, mulai dari rasa tidak
enak sampai muntah yang berkepanjangan, sering juga disebut morning
sickness karena munculnya dipagi hari.
3. Mastodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan
payudara membesar karena pengaruh estrogen dan progesterone.
4. Perubahan berat badan,usia 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat badan
karena nafsu makan menurun dan muntah-muntah.
B. Tanda Kemungkinan Hamil (Probability Sign)
Tanda kemungkinan hamil menurut Ika Pantiwati, (2015) mempunyai ciri
yaitu:
1. Tanda Hegar, berupa perlunakan pada segmen bawah rahim, sehingga
daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan lebih tipis dan uterus
mudah difleksikan. Tanda ini mulai terlihat pada minggu ke 6 dan menjadi
nyata pada minggu ke 7-8.
2. Tanda Goodel, biasanya muncul pada minggu ke-6 tanda ini berupa
serviks menjadi lebih lunak dan berwarna kelabu kehitaman.
3. Tanda Chadwick muncul minggu ke-8, warna pada vagina dan vulva
menjadi lebih merah dan agak kebiruan timbul karena adanya vaskularisasi
pada daerah tersebut dan penyebab dilatasi vena yan terjadi akibat kerja
hormone progesterone.
4. Tanda piscaseek, uterus membesar secara simetris menjauhi garis tengah
tubuh dan setengah bagian terasa lebih keras sejalan dengan bertambahnya
usia kehamilan.
C. Tanda Pasti (Positif)
Pada ibu yang diyakini dalam kondisi hamil dapat melakukan pemeriksaan
dengan Ultrasonografi (USG) akan terlihat gambaran janin. USG
memungkinkan untuk mendeteksi jantung janin. Pada minggu ke-5 sampai ke-
7 pergerakan jantung biasanya terlihat pada 42 hari setelah konsepsi dan
minggu ke-8 dapat diketahui panjang , kepala dan bokong. Usia 20 mingu
8
terlihat adanya gambaran kerangka janin dan terdengarnya denyut jantung
janin (Rukiyah dkk, 2013).
1. Trimester Pertama
Pada awal kehamilan , biasanya ibu akan mencari dan mengenali tanda
ditubuhnya untuk lebih meyakini bahwa dirinya hamil. Biasanya ibu akan
menceritakan pengalamannya kepada suami ataupun keluarganya. Perubahan
hormone yang drastis menyebabkan ketidaknyamanan ditubuh ibu, misalnya
mual dipagi hari , mudah lelah dan lemas. Wanita yang belum siap hamil
secara mental sering kali membenci kehamilannya. Ia merasa kecewa dan
cemas , sedih dan mungkin berharap bahwa kehamilannya tidak benar terjadi.
Sebagian besar ibu mengalami penurunan libido, keadaan tersebut
memerlukan komunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Libido ibu
juga dipengaruhi oleh kesiapan mental dalam kehamilan , rasa mual,
perubahan payudara dan perhatian suami untuk ibu (Maya Astuti, 2017).
2. Trimester Kedua
Ibu hamil mulai menerima kehamilannya. Seiring bertambahnya usia
kehamilan maka kebutuhan ibu semakin meningkat. Biasanya Ibu akan
mengalami haemodialusi yaitu meningkatnya volume darah ibu yaitu
peningkatan volume plasma 30%-40%, peningkatan sel darah merah 18%-30%
dan haemoglobin 19%. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
darah yang merupakan gejala dari adanya preeklamsi (Ika Pantiawati, 2015).
3. Trimester Ketiga
Secara fisiologi ibu trimester tiga mengalami hemokonsentrasi yaitu terjadinya
pengentalan darah. Dalam hal ini tidak perlu melakukan cek HB karena
hasilnya tidak memberikan hasil yang jelas. Perasaan ibu berada dalam masa
penantian, takut dan penuh kewaspadaan. Oleh sebab itu ibu seharusnya
mendapatkan dukungan dan perhatian dari suami dan juga dari tenaga
kesehatan. Informasi tentang kehamilannya saat ini sudah harus jelas dan
disarankan ibu dan suami sudah mempersiapkan diri untuk proses persalinan
nanti (Rukiah dkk, 2015).
2.1.3. Perubahan Fisiologis Kehamilan Trimester III
9
Menurut Ika Pantiawati, (2015) Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi
pada ibu hamil trimester III yaitu :
A. Sistem Reproduksi (Uterus)
Pada trimester III itmis lebih nyata menjadi bagian korpus uteri dan
berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR). Pada kehamilan tua
karena kontraksi otot-otot bagian atas uterus, SBR menjadi lebih lebar dan
tipis, tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen
bawah yang lebih tipis. Batas itu di kenal sebagai lingkaran retraksi fisiologis
dinding uterus, diatas lingkaran ini jauh lebih tebal dari pada dinding SBR.
Pada minggu ke-28 terjadi kontraksi brakton hicks yang semakin jelas,
terutama pada wanita yang langsing. Umumnya akan menghilang bila wanita
tersebut melakukan latihan fisik atau berjalan. Pada minggu-minggu terakhir
kehamilan, kontraksi semakin kuat sehingga sulit dibedakan dari kontraksi
untuk memulai persalinan.
B. Sistem Traktus Uranius
Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul .
Keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kemih akan mulai
tertekan kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan
metabolisme air menjadi lancer.
C. Sistem Respirasi
Pada 32 minggu ke atas karena usus-usus tertekan uterus yang membesar ke
arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. Hal tersebut
mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalamni derajat kesulitan
bernafas.
D. Kenaikan berat
Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, pernambahan berat badan dari
mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11-12 kg.
E. Sirkulasi Darah
Hemodilusi penambahan volume darah sekitar 25% dengan puncak pada usia
kehamilan 32 minggu, sedangkan hematokrit mencapai level terendah pada
minggu 30-32 karena setelah 34 minggu massa Red Blood Cell (RBC) terus
10
meningkat tetapi volume plasma tidak. Peningkatan RBC menyebabkan
penyaluran oksigen pada wanita hamil lanjut mengeluh sesak nafas dan
pendek nafas. Aliran darah meningkat dengan cepat seiring membesarnya
uterus yaitu dua puluh kali lipat. Akibatnya lebih banyak oksigen diambil dari
darah uterus selama masa kehamilan lanjut. Kecepatan rata-rata aliran darah
uterus ialah 500 ml/menit dan komsumsi rata-tara oksigen uterus gravid ialah
25 ml/menit.
F. Sistem Muskuloskeletal
Hormon progesteron dan hormon relaxing menyebabkan relaksasi jaringan
ikat dan otot-otot, hal ini terjadi maksimal pada satu minggu terakhir
kehamilan, proses relaksasi ini memberikan kesempatan pada panggul untuk
meningkatkan kapasitasnya sebagai persiapan proses persalinan. Postur tubuh
wanita hamil secara bertahap mengalami perubahan karena janin membesar
dalam abdomen sehingga untuk mengkompensasi penambahan berat ini, bahu
lebih tertarik ke belakang dan tulang lebih melengkung, sendi tulang
belakang lebih lentur, dan dapat menyebabkan nyeri pinggang pada beberapa
wanita hamil.
2.1.4. Perubahan Psikologis Pada Trimester III
Trimester III sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan.
Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayinya sebagai mahluk yang
terpisah sehingga Ia tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Wanita mungkin
merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri seperti apakah
bayinya akan lahir normal. Rasa cemas dan takut akan proses persalinan dan
kelahiran meningkat, seperti rasa sakit, luka saat melahirkan, kesehatan bayinya,
kemampuan menjadi ibu yang bertanggung jawap dan bagaimana perubahan
hubungan dan suami dan ada gangguan tidur. Harus dijelaskan tentang proses
persalinan dan kelahiran sejelas-jelasnya agar ibu timbul kepercayaan diri dan ibu
dapat melalui proses persalinan dengan baik (Rukiyah dkk, 2013)
2.1.5. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III
A. Perdarahan Pervaginam
11
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada trimester dalam kehamilan
sampai bayi dilahirkan. Pada kehamilan lanjut perdarahan yang tidak normal
adalah merah, banyak dan kadang-kadang tidak selalu dan disertai rasa nyeri
(Ika Pantiawati, 2015 ). Jenis perdarahan antepartum yaitu:
1. Plasenta previa yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian
/seluruh ostium uteri internium. Implantasi plasenta yang normal adalah
pada pesan depan dinding rahim atau didaerah fundus uteri biasanya
ditandai dengan gejala perdarahan tanpa rasa nyeri, bisa terjadi secara tiba-
tiba. Dan biasanya bagian terendah janin tidak dapat mendekati pintu atas
panggul serta kelainan letak.
2. Solusio plasenta yaitu lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal
plasenta terlahir setelah bayi lahir. Biasanya ditandai dengan gejala darah
keluar dari serviks, disertai nyeri abdomen, kadang-kadang terkumpul
dibelakang plasenta dan darah tidak keluar, sangat berbahaya karena
jumlah perdarahan yang keluar banyak.
B. Sakit kepala yang berat
Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit kepala
yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat,biasanya dapat
menyebabkan penglihatan menjadi kabur dan biasanya ini adalah tanda dan
gejala dari adanya preeklamsi.
C. Bengkak di wajah dan Jari-jari tangan
Pembengkakan ini biasanya dikarenakan timbunan cairan yang berlebihan
dalam tubuh ibu. Hal ini dapat dilihat dengan naiknya berat badan. Bengkak
yang muncul pada muka dan tangan tidak hilang setelah beristirahat, dan
disertai dengan keluhan fisik yang lain, hal ini bisa merupakan pertanda
anemia, gagal jantung, dan preeklamsia. Pemeriksaan yang dilakukan adalah
mengukur tekanan darah, protein urine ibu dan periksa Hemoglobin.
D. Keluar cairan pervagina
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina trimester III, ketuban dikatakan
pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya
12
selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan
37 minggu). Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I.
E. Gerakan janin tidak terasa
Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke -5 atau
ke- 6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Ketika bayi
tidur gerakannya akan melemah, gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika
ibu berbaring atau beristirahat. Biasanya tanda dan gejalanya adalah gerakan
bayi kurang dari 3 kali dalam periode 3 jam.
2.1.6. Asuhan Kehamilan
A . Pengertian Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya
koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan (Rukiyah dkk, 2013). Standart
pelayanan pada asuhan kehamilan adalah ketentuan syarat yang harus dimliki oleh
bidan yang diterapkan serta dijadikan acuan dalam memberikan pelayanan asuhan
kehamilan. Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan
(continuity of care), dengan ini maka perkembangan kondisi ibu dan janin akan
terpantau dengan baik (Walyani, 2015).
1) Kehamilan trimester I (<14 minggu) satu kali kunjungan
2) Kehamilan trimester II (14-28 minggu) satu kali kunjungan,
3) Kehamilan trimester III (28-36 minggu) dua kali kunjungan.
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan
persalinan, pelayanan nifas dan bayi baru lahir. Menurut IBI (2016). Dalam
melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan
yang berkualitas sesuai standar 10 T terdiri dari:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yakni berdasarkan
massa tubuh (BMI= Body Massa Indeks) dimana metode ini untuk
menentukan pertambahan berat badan yang optimal selama kehamilan. Total
13
pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal 11,5 kg-16 kg.
Tinggi badan menentukan ukuran panggul ibu, ukuran normal tinggi badan
yang baik untuk ibu hamil yaitu >145 cm. Indeks Massa Tubuh (IMT)
merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa yang
berusia >18 tahun.
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
BMI dapat diinterpretasikan dalam kategori sebagai berikut:
a. Kurang dari 19.8 berat kurang atau rendah
b. 19,8 sampai dengan 26,0 normal
c. 26.0 sampai 29 berat badan lebih atau tinggi
d. Lebih dari 29 obesitas
2. Mengukur tekanan darah dilakukan untuk mengetahui perbandingan nilai
dasar selama masa kehamilan, tekanan darah yang adekuat perlu untuk
mempertahankan fungsi plasenta. Tekanan darah normal 120/80 mmHg. Bila
tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg, ada faktor resiko
hipertensi (tekanan darah tinggi) dalam kehamilan (Buku KIA, 2016)
3. Nilai status gizi (Ukur lingkar lengan Atas/LILA) dilakukan untuk skrining
ibu hamil berisiko Kekurangan Energi Kronik (KEK), dimana LILA kurang
dari 23,5 cm akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
4. Ukur tinggi fundus uteri (TFU) standar pengukuran menggunakan pita
pengukur (cm) setelah kehamilan 24 minggu. Tujuan dilakukan pengukuran
untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan.
Tabel 2.1
Ukuran Fundus Uteri Sesuai Usia Kehamilan
No. Umur kehamilan Dalam
Minggu Tinggi Fundus Uteri
1 22-28 minngu 24-25 cm diatas simfisis
2 28 minggu 26,7 diatas simfisi
3 30-32 minggu 29,5-30 cm diatas simfisis
4 34 minggu 31 cm diatas simfisis
5 36 minggu 32 cm diatas simfisis
14
6 38 minggu 33 cm diatas simfisis
7 40 minggu 37,7 cm diatas simfisis Sumber : Rukiyah dkk, 2013, Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan , Jakarta, halaman 33
5. Mentukan presentasi kepala dan denyut jantung janin (DJJ) dilakukan untuk
mengetahui letak janin. Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala
atau kepala belum masuk panggung, kemungkinan ada kelainan letak atau ada
masalah lain. Bila denyut jantung kurang dari 120 kali/menit atau lebih dari
160 kali/menit menunjukkan adanya tanda gawat janin. DJJ normal 120-160
kali/ menit.
6. Skrining status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bertujuan untuk mencegah
terjadinya tetanus neonatorum pada ibu dan bayi. Dilakukan oleh petugas
kesehatan ibu hamil harus mendapat imunisasi TT.
Tabel 2.2
Imunisasi TT
Imunisas
i
Interval %
Perlindungan
Masa Perlindungan
TT 1 ANC pertama 0% Tidak ada
TT 2 4 minggu setelah
TT1 80%
3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 95% 5 tahun
TT 4 1 tahun setelah TT 3 99% 10 tahun
TT 5 1 tahun setelah TT 4 99% 25 tahun/ seumur
hidup Sumber: Ika Pantiawati dan Saryono, 2015. Asuhan kebidanan 1 (kehamilan),Yogyakarta,
halaman 12.
7. Pemberian Tablet Besi minimal 90 tablet selama kehamilan berguna untuk
mencegah anemia gizi besi. Wanita hamil perlu menyerap zat besi rata-rata 60
mg/hari diberikan sejak kontak pertama saat kehamilan. Diminum pada malam
hari setelah makan untuk mengurangi rasa mual (Rukiah dkk, 2013)
8. Pemeriksaan laboratorium (rutin dan kusus) dilakukan pada setiap ibu hami
seperti golongan darah untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila
diperlukan saat persalinan, hemoglobin darah gunanya untuk mengetahui
apakah ibu kekurangan darah (anemia), protein urine dan pemeriksaan
spesifik daerah endemis/epidemic (malaria, IMS, HIV, dll). Sementara
15
pemerksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan atas indikasi pada ibu
hamil yang melakukan kunjungan antenatal.
a. Pemeriksaan Hemoglobin (HB) pada kehamilan trimester III yaitu
pengambilan darah melalui jaringan perifer, perlu dilakukan untuk
mengetahui terjadi anemia atau tidak. Hb ≥ 11,0 gr% tidak anemia, Hb 9,0
-10,9 gr% anemia ringan, Hb 7,0 - 8,9 gr% anemia sedang Hb ≤7,0 gr%
anemia berat.
b. Pemeriksaan protein dalam urin, ditujukan untuk mengetahui adanya
proteinuria pada ibu hamil. Pemeriksaan protein urine menggunakan asam
asetat 5 %. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya pre-
eklamsia pada ibu hamil. Klasifikasi proteinuria menurut Rukiyah dkk,
(2013). Negatif (-) urine jernih, Positif 1 (+) ada keruh, Positif 2 (++)
kekeruhan mudah dilihat dan adanya endapan, Positif 3 (+++ larutan
membentuk awan, Positif 4 (++++) larutan sangat keruh.
c. Glukosa urine bertujuan untuk melihat adanya glukosa dalam urine hal ini
menandakan bahwa ibu mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus.
Klasifikasi menurut Rukiah dkk, (2013) adalah Negatif (-) larutan tetap
biru, Positif 1 (+) larutan berwarna hijau dan endapan kuning, Positif 2
(++) larutan berwarna kuning, Positif 3 (+++) larutan berwarna orange
dan endapan kuning, Positif 4 (++++) larutan berwarna merah bata.
9. Tatalaksana/penanganan kasus yaitu berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal,
setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan
standar dan kewenangan bidan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani
dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
10. Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yaitu
tentang kesehatan ibu dan dianjurkan memeriksakan kehamilannya secara
rutin, menjelaskan tanda bahaya selama kehamilan, menyiapkan kebutuhan
bersalin, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir,
pencegahan kelainan bawaan, ASI Ekslusif untuk bayinya karna diberikan
selama 6 bulan tanpa makanan pendamping dan persiapan KB pasca
persalinan, pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan
16
kehamilan dan agar ibu punya waktu untuk merawat anggota keluarganya
serta pemberian imunisasi pada bayi. Penjelasan ini diberikan secara bertahap
pada saat kunjungan ibu hamil.
2.2 Persalinan
2.2.1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah peristiwa lahirnya bayi hidup dan palsenta dari dalam
uterus dengan persentasi belakang kepala melalui vagina tanpa menggunakan
alat pertolongan, pada usia kehamilan 30-42 minggu atau lebih dengan berat
badan bayi 2500 gram atau lebih dengan lama persalinan kurang dari 24 jam yang
dibantu dengan kekuatan kontraksi uterus dan tenaga mengejan (Sujiyatini, 2017).
Perslinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uteri) yang
telah cukup bula atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan
atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri (Asrinah dkk, 2015). Proses persalinan
terjadi karena penurunan kadar progesteron, meningkatnya kadar oksitosin,
merenggangnya otot-otot uterus, pengaruh janin, dan kadar prostaglandin yang
meningkat. 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormone
estrogen dan progesteron yang bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim
dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbil his bila kadar
progesterone turun.
2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Persalinan dapat berjalan normal (eutochia) apabila ketiga faktor fisik 3P
yaitu power, passage dan passanger dapat bekerja sama dengan baik. Selain itu
terdapat 2P yang merupakan faktor lain yang secara tidak langsung dapat
memengaruhi jalannya persalinan, terdiri atas psikologi dan penolong. Dengan
mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi persalinan, maka jika terjadi
penyimpangan atau kelainan yang dapat memengaruhi jalannya persalinan, kita
dapat memutuskan intervensi persalinan persalinan untuk mencapai kelahiran bayi
yang baik dan ibu yang sehat, persalinan yang memerlukan bantuan dari luar
karena terjadi penyimpanggan 3P disebut persalinan distosia (Rohani dkk, 2014).
17
A. Power (Tenaga/ Kekuatan)
His (kontraksi uterus) adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada
bulan terakhir dari kehamilan dan sebelum persalinan dimulai, sudah ada
kontraksi rahim yang disebut his yang dapat dibedakan menjadi his
pendahuluan atau his palsu (false labor pains) yang sebenarnya merupakan
peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan tidak bertambah
kuat dengan majunya waktu. Sedangkan his persalinan merupakan suatu
kontraksi dari otot-otot rahim yang bertentangan dengan kontraksi fisiologis
lainnya dan bersifat nyeri. Kontraksi rahim bersifat otonom, artinya tidak
dipengaruhi oleh kemauan, namun dapat dipengaruhi dari luar, misalnya
rangsangna oleh jari-jari tangan. Tenaga meneran juga (kekuatan sekunder)
tidak memengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap,
kekuatan ini cukup penting untuk mendorong janin keluar dari uterus dan
vagina. Apabila dalam persalinan ibu melakukan valsava manuver (meneran)
terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat. Meneran akan menyebabkan ibu
lelah dan menimbulkan trauma serviks.
B. Passage (Jalan Lahir)
Terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap
jalan lahir yang relative kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul
harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
C. Passenger
Terdiri dari janin, plasenta dan air ketuban. Bergerak di sepanjang jalan lahir
akibat interaksi beberapa faktor yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak,
sikap dan posisi janin. Setelah persalinan kepala janin tidak akan mengalami
kesulitan. Plasenta juga harus melalui jalan lahir sehingga dapat juga
dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun, plasenta jarang
menghambat proses persalinan pada kelahiran normal. Air ketuban berfugsi
sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan perkembangan janin dan
18
melindungi dari infeksi, menstabilkan perubahan suhu dan menjadi saran
yang memungkinkan janin bergerak bebas (Walyani dan Purwoastuti, 2016).
D. Psikis (Psikologi)
Wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan saat merasa
kesakitan di awal menjelang kelahiaran bayinya. Perasaan positif ini berupa
kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas
“kawanitaan sejati”, yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau
memproduksi anak. Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan
suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama
bersalin dan kelahiran dan anjurkan mereka berperan aktif dalam mendukung
dan mendampingi selama proses persalinan (Rukiyah dkk, 2014).
E. Penolong (Bidan)
Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang mempunyai legalitas
dalam menolong persalianan antara lain dokter, bidan serta mempunyai
kompetensi dalam menolong persalinan, menangani kegawatdaruratan serta
melakukan rujukan bila diperlukan. Penolong persalinan selalu menerapkan
upaya pencegahan infeksi yang dianjurkan termasuk diantaranya cuci tangan,
memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung pribadi serta
pendokumentasian alat bekas pakai.
2.2.3. Tahapan Dalam Persalinan
Menurut Joharyah (2016) Tahapan dalam persalinan dibagi menjadi 4
tahap yaitu :
A. Kala I (Pembukaan 1cm- 10 cm)
Kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten
dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap 1cm-3cm yang berlangsung selama 8 jam, kontaksi mulai
teratur lamanya 20-30 detik. Sedangkan fase aktif dimulai dari pembukaan 4 cm-
10 cm dan berlangsung selama 7 jam. Fase aktif dibagi menjadi 3 fase yaitu
akselerasi yang berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4 cm, dilatasi
maksimal berlangsung selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm
dan deselerasi berlangsung 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm/lengkap. Pada
19
primigravida kala I berlangsung selama 12 jam sedangkan pada multigravida
kala 1 berlangsung selama 8 jam. Mekanisme pembukaan servicks berbeda antara
primigravida dengan mulitigravida . pada primigravida, Ostium Uteri Internum
(OUI) akan membuka lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis
kemudian Ostium Internum Eksternum (OUE) membuka. Pada multigravida OUI
sudah sedikit membuka, pada proses persalinan terjadi penipisan dan pendataran
serviks dalam waktu yang sama.
B. Kala II (Peneluaran Janin)
Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3
menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah
tekanan pada otot-otot dasar paggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar
dengan tanda anus membuka. Pada awal his, kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka, dan perineum meregang. Lama kala II pada primigravida adalah 1,5
jam sampai dengan 2 jam, sedangkan pada multigravida 30 menit- 1 jam. Gejala
dan tanda kala II yaitu, his semakin kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi
50-100 detik, ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
C. Kala II (Pengeluaran uri)
Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III persalinan, miometrium berkontraksi
mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah kelahiran bayi. Penyusutan
ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta yang
menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta
akan terlipat, menebal dan akhirnya lepas dari dinding uterus. Setelah lepas,
plasenta akan turu kebagian bawah uterus atau kedalam vagina. Saat pelepasan
uri timbul his dalam waktu 1-5 menit plasenta terlepas dan terdorong kedalam
vagina. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Tanda-tanda lepasnya plasenta, uterus menjadi bundar, tali pusat bertambah
panjang, dan adanya semburan darah.
D. Kala IV (Pengawasan 2 jam)
20
Kala observasi persalinan kala IV dimulai dengan kelahiran plasenta dan
berakhir 2 jam kemudian. Periode ini merupakan saat paling kritis untuk
mencegah kematian ibu, terutama kematian disebabkan oleh perdarahan. Selama
kala IV, bidan harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan 30
menit pada jam ke dua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu
harus dipantau lebih sering. Observasi yang dilakukan yaitu tingkat kesadaran ibu,
tanda-tanda vital ibu, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, kandung kemih,
laserasi dan selaput ketuban serta perdarahan (Rukiah dkk, 2013).
2.2.4. Perubahan Fisiologi Persalinan
A. Perubahan fisiologis Kala I
Menurut Walyani (2016) perubahan fisiologis pada kala I yaitu:
1. Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata- rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-
10 mmHg dianrata kontraksi-kontraksi uterus, tekana darah akan turun
seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi kontraksi.
2. Perubahan metabolisme selama persalinan baik metabolisme karbohidrat
aerobik maupun anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini
sebagian besar disebabkan karena kecemasan serta kegiatan otot kerangka
tubuh. Kegiatan metabolisme yang meningkat tercermin dengan kenaikan
suhu badan, denyut, nadi, pernafasan, dan kehilangan cairan.
3. Perubahan suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu
mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah persalinan.
Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1 .
4. Pernafasan, kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena adanya rasa
nyeri, kekhawatiran serta penggunaan teknik pernafasan yang tidak benar.
5. Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos,
uterus dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya
hormon oksitosin.
6. Penarikan serviks pada akhir kehamilan yaitu otot yang mengelilingi
Ostium Uteri Internum (OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks
menjadi pendek dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks menghilang
21
karena canalis servikalis atas membesar dan membentuk Ostium Uteri
Eksterna (OUE) sebagai ujung dan bentuknya menjadi sempit.
7. Pembentukan segmen atas rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas
dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif. Pada bagian ini terdapat
banyak otot serong dan memanjang. SAR terbentuk dari fundus sampai
ishmus uteri. Segmen bawah rahim (SBR) terbentang diuterus bagian
bawah antara ishmus dengan serviks, dengan sifat otot yang lebih tipis dan
elastis, pada bagian ini banyak terdapat otot yang melingkar dan
memanjang.
B. Perubahan Fisiologis Kala II
Menurut Rukiyah dkk, (2014) perubahan fisiologis kala II yaitu:
1. Kontraksi uterus ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoksia dari sel-
sel otot. Tekanan pada gang lia dalam serviks dan SBR, regangan dari
serviks, dan tarikan pada peritoneum. Kontraksi ini bersifat berkala dan
yang harus diperhatikan adalah lamanya kontraksi berlangsung 60-90
detik, kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba apakan
kita dapat menekan dinding rahim kedalam, interval antara kedua
kontraksi, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
2. Perubahan-perubahan uterus, perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih
jelas dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat memegang
peranan aktif atau berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan
majunya persalinan, dengan kata lain SAR mengadakan suatu kontaksi
menjadi tebal dan mendorong anak keluar. Sedangkan SBR dibentuk oleh
isthimus uteri yang sifatnya memegang peranan pasif dan makin tipis
dengan majunya persalinan, dengan kata lain SBR dan serviks
mengadakan relaksasi dan dilatasi.
3. Perubahan pada serviks kala II ditandai dengan pembukaan lengkap, pada
pemeriksaan dalam (VT) tidak teraba lagi bibir fortio, segemen bawah
rahim, dan serviks.
4. Perubahan pada vagina dan dasar panggul setelah pembukaan lengkap dan
ketuban pecah, terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh bagian
22
depan janin sehingga menjadi saluran yang dindingnya tipis karena suatu
regangan dan kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan
atas dan anus menjadi terbuka, perineum menonjol dan kepala janin
tampak di vulva.
C. Perubahan Fisiologis Kala III
Dimulai segera setelah bayi sampai lahirnya plasenta yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan
fundus uteri diatas pusat,kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah
bayi baru lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri dan
disertai pengeluaran darah. Terjadi penyusutan mengakibatkan berkurangnya
ukuran tempat implantasi plasenta karena ukuran tempatnya semakin
mengecil dan ukuran plasenta tetap, kemudian plasenta akan menekuk
menebal, dan lepas dari dinding uterus. Setelah lepas plasenta akan turun dari
dinding uterus ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina. Tanda-
tadanya adalah adanya perubahan tinggi dan bentuk uterus (Walyani dan
Purwoastuti, 2016).
D. Perubahan fisiologis Kala IV
Menutur Rukiyah dkk (2014) perubahan fisiologis kala IV yaitu:
1. Tanda-tanda Vital dalam 2 jam pertama setelah persalinan, tekanan darah,
nadi dan pernapasan akan berangsur kembali normal. Suhu pasien
biasanya akan mengalami sedikit peningkatan, tapi masih di bawah 38 ,
hal ini disebabkan oleh kurangnya cairan dan kelelahan. Denyut nadi
biasanya berkisar 60-70 x/menit.
2. Kontraksi uterus, jika uterus lembek, maka wanita bisa mengalami
perdarahan,untuk mempertahankan kontraksi uterus dapat dilakukan
rangsangan taktil atau masase uterus pada perut.
3. Lochea, jika uterus berkontraksi kuat, lochea kemungkinan tidak lebih dari
menstruasi setelah melahirkan, jumlah lochea akan bertambah karena
miometrium sedikit banyak berelaksasi.
23
4. Kandung kemih harus di evaluasi untuk memastikan kandung kemih tidak
penuh. Kandung kemih yang penuh mendorong uterus ke atas dan
menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya.
2.2.5. Perubahan Psikologis Dalam Persalinan
A. Kala I menurut Walyani dan Purwoastuti (2016) sering terjadi perasaan
tidak enak, takut dan ragu akan persalinannya. Sering memikirkan apakah
persalinannya normal dan penolong bijaksana dalam menghadapi dirinya
dan apakah bayinya normal atau tidak.
B. Kala II his terkoordinasi kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit
sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa ingin meneran. Karena tekanan rektum, ibu merasa
seperti ingin buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu
terjadinya his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan
perineum menonjol. Dengan his meneran yang terpimpin, maka akan lahir
kepala diikuti oleh seluruh badan janin.
C. Kala III ibu ingin melihat, menyentuh dan memeluk bayinya. Ibu juga
merasa gembira, bangga dan juga merasa lelah.
D. Kala IV perasaan lelah, karena segenap energi psikis dan kemampuan
jasmaninya dikonsentrasikan pada aktivitas melahirkan. Rasa ingin tau
yang kuat akan bayinya. Timbul reaksi-reaksi afeksional yang pertama
terhadap bayinya rasa bangga sebagai wanita, istri dan ibu, terharu,
bersyukur pada yang Maha Kuasa.
2.2.6 Asuhan Persalinan Normal
A. Pengertian Asuhan Persalinan Normal
Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi baru lahir serta upaya pencegahan komplikasi
terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi dan asfiksia bayi baru lahir (
Rukiah dkk, 2014). Tujuan asuhan persalinan adalah menjaga kelangsungan hidup
dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
beberapa upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang
24
seminimal agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada
tingkat yang diinginkan dan agar terciptanya asuhan yang optimal hal yang
diperhatiakn yaitu membuat keputusan klinik, membuat asuhan sayang ibu dan
sayang bayi,pencegahan infeksi, pencatatan (rekam medic) asuhan persalinan dan
rujukan (Sujiyatini dkk, 2017).
B. Asuhan Pada Ibu Bersalin
Menurut Walyani (2016) asuhan kebidanan pada ibu bersalin pada kala I, II,
III, dan IV adalah :
1. Asuhan pada kala I :
a. Memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan apakah persalinan
dalam kemajuan yang normal
b. Memeriksa perasaan ibu dan respon fisik terhadap persalinan
c. Memeriksa bagaimana bayi bereaksi saat persalinan dan kelahiran
d. Membantu ibu memahami apa yang sedang terjadi sehingga Ia berperan
aktif dalam menentukan asuhan
e. Membantu keluarga dalam merawat ibu selama persalinan, menolong
kelahiran dan memberikan asuhan pasca persalinan dini
f. Mengenali masalah secepatnya dan mengambil keputusan serta tindakan
yang tepat guna dan tepat waktu (efektif dan efisien)
g. Pemantauan terus menerus TTV ibu dan keadaan janin
h. Memenuhu kebutuhan dan rasa nyaman ibu
2. Asuhan pada Kala II :
a. Pemantauan ibu :
1. Pantau frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
2. Memastikan kandung kemih kosong melalui bertanya kepada ibu
secara langsung sekaligus dengan melakukan palpasi
3. Penuhi kebutuhan hidrasi, nutrisi ataupun keinginan ibu
4. Periksa penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen dan
pemeriksaan dalam setiap 4 jam
5. Upaya meneran ibu
6. Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat disamping kepala
25
7. Putaran paksi luar segera setelah bayi lahir
8. Adanya kehamilan kembar setelah bayi pertama lahir
b. Pemantauan janin :
1. Saat belum lahir: Lakukan pemeriksaan DJJ setiap 5-10 menit, amati
warna air ketuban jika selaputnya sudah pecah, periksa kondisi kepala,
vertex, caput, molding.
2. Saat bayi lahir: Nilai kondisi bayi (0-30 detik) apakah bayi menangis
kuat dan atau tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak aktif atau lemas.
3. Asuhan pada Kala III :
a. Memberi dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pendamping
b. Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang telah dilalui
c. Memberi informasi yang jelas mengenai keadaan pasien sekarang dan
tindakan apa yang dilakukan
d. Memberi penjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan untuk
membantu mempercepat kelahiran plasenta, yaitu kapan saat meneran
dan posisi apa yang mendukung untuk pelepasan dan kelahiran plasenta
e. Membuat ibu bebas dari rasa risih akibat bagian bawah yang basah oleh
darah dan air ketuban
4. Asuhan pada Kala IV :
a. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit
pada jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat massase uterus sampai menjadi
keras
b. Periksa tekanan darah (TD), nadi, kandung kemih, dan perdarahan
selama 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua
c. Menganjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi dan makan
untuk mengembalikan tenaga ibu
d. Membersihkan perineum ibu dan vulva ibu
e. Kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering untuk kenyamanan ibu
f. Membiarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan dan
sangat tepat untuk memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayi
26
g. Pastikan ibu sudah buang air kecil (BAK) setelah 3 jam pasca persalinan
h. Memantau tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
C. 60 langkah Asuhan Persalinan Normal yaitu : (PP IBI, 2016)
I. Mengenali Gejala dan tanda kala dua
1. Melihat tanda kala dua persalinan seperti adanya dorongan meneran,
adaya tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka.
II. Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Memastikan kelengkapan peralatan, dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera pada ibu
dan bayi baru lahir.
3. Memakai celemek dari bahan yang tidak tembus cairan
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan
dengan handuk yang bersih dan kering.
5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
6. Memasukkan oksitosin ke dalam spuit (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi
pada spuit).
III. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa
yang dibasahi air DTT.
8. Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5) lepaskan sarung tangan dalam
keadaan terbalik, dan rendam dalam klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci
kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan. Tutup kembali partus set.
10. Memeriksa DJJ setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi) untuk
memastikan DJJ masih dalan batas normal ( 120-160 x/menit).
27
IV. Menyiapkan Ibu dan keluarga untuk membantu proses persalinan.
11. Meritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin cukup baik, kemudian bantu ibu untuk posisi nyaman dan sesuai
dengan keinginannya.
12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa
ingin meneran atau kontraksi kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan
setengah duduk atau posisi lain yang di inginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman.
13. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran
atau timbul kontraksi yang kuat.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengamnil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
selang waktu 60 menit.
V. Persiapan untuk melahirkan bayi
15. Meletakkan handuk bersih ( untuk mengeringkan bayi ) di peruh bawah
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm .
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan periksa kembalu kelengkapan peralatan
dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT/Steril pada kedua tangan
VI. Pertolongan untuk melahirkan bayi
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk
mempertahanakan posisi fleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernapas cepat dan dangkal.
20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang
susai jika hal itu terjadi ), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara
spontan
28
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu
belakang, tangan yang lain menelusuri dan memegang lengan dan siku
bayi sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjutr ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki.
VII. Asuhan bayi baru lahir
25. Lakukan penilaian , apakah bayi menangis kuat atau bernapas kesulitan,
dan apakah bayi bergerak dengan aktif.
26. Mengeringakan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk yang kering. Pastikan bayi dalam posisi
dan kondisi aman di perut bagian bawah ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan apakah ada janin kedua
28. Memberitahukan ibu bahwa akan di lakukan suntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit (IM)
di 1/3 distal lateral paha.
30. Dalam waktu 2 menit setelah bayi baru lahir, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 2-3 cm dari pusat bayi. Gunakan jari telunjuk dan jari tengah
tangan yang lain untuk mendorong isi tali pusat kearah ibu, dan klem tali
pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
32. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.
Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibu. Usahan
29
kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
putting susu atau aerola mamae ibu.
VIII. Manajemen Aktif kala tiga persalinan (MAK III)
33. Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (diatas
simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem
untuk menegangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso-kranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak
lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur diatas.
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah dorsal
ternyata di ikuti dengan pergeseran tali pusat kearah distal maka
lanjutkan dorongan kearah cranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta denga kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan.
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras).
IX. Menilai perdarahan
39. Memeriksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah
dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta kedalam kantung plastik atau
tempat khusus.
40. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 dan 2 yang menimbulkan
perdarahan.
X. Asuhan pascapersalinan
30
41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
42. Memastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan kateterisasi.
43. Menyelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5 %, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas air
DTT tanpa melepas sarung tangan, kemudian keringkan dengan handuk.
44. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dengan menilai
kontraksi.
45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
46. Mengevaluasi jumlah kehilangan darah
47. Memantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60) kali/menit)
48. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi
49. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai
50. Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubh dengan
menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lender dan darah di
ranjang atau sekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.
51. Memastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk member ibu minuman dan makanan yang
di inginkannya.
52. Dekontaminasi tempat berslin dengan larutan klorin 0,5 %
53. Menyelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5 %, lepaskan sarug tangan dalam keadaan terbalik, dan
rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
54. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk yang bersih dan kering.
31
55. Memakai sarung tangan bersih / DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik
bayi
56. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan kondisi bayi baik,
pernapasan normal dan suhu tubuh normal.
57. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikkan hepatitis B dip
aha kanan bawah lateral. Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar
sewaktu-waktu dapat disusukkan.
58. Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di dalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit
59. Menyuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV persalinan.
2.3. Nifas
2.3.1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat- alat kandungan telah kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa
nifas berlangsung kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan
akan pulih dalam waktu 3 bulan (Sari, 2014). Masa nifas dimuai sesaat setelah
keluarnya plasenta dan selaput janin serta berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali sepeti keadaan sebelum hamil. Akan tetapi seluruh otot genetalia baru
pulih kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu 3 bulan (Astutik, 2015).
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kendungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu (Marmi, 2016 ). Adapun tahapan nifas dibagi menjadi 3 yaitu :
A. Puerperium dini atau immediate puerperium (0-24 jam postpartum)
Puerperim dini adalah masa pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berjalan pada masa tidak dianggap perlu menahan ibu setelah persalinan
terlentang ditempat tidurnya selama 7 – 14 hari setelah persalinan.
32
Keuntungannya adalah merasa lebih sehat dan kuat, usus dan kandung kemih
lebih baik dan dapat segera merawat bayinya.
B. Puerperium intermedial atau early puerperium (1-7 hari postpartm)
Masa pemulihan menyeluruh alat-alat genetalia eksterna dan interna yang
lamanya 6-8 minggu (uterus, bekas implantasi plasenta, luka jalan lahir,
cervix, endometrium, dan ligament-ligamen)
C. Remote puerperium atau later puerperium (1-6 minggu postpartum)
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bagi ibu
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
2.3.2. Perubahan Fisiologi Masa Nifas (Reni Yuli , 2015)
A. Perubahan Sistem Reproduksi
1. Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal
pada uterus selama post partum adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3
Tinggi Fundus dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta Lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat-simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram Sumber: Rukiyah dkk, 2015. Asuhan Kebidanan III (Nifas), Jakarta halaman 57
2. Lochea adalah cairan atau sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea :
a. Lochea rubra (cruenta) muncul pada hari 1-2 pasca persalinan,
berwarna merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban,
jaringan dari decidua, verniks caseosa, lanugo dan meconium.
b. Lochea sanguinolenta muncul pada hari ke 3-7 hari pasca persalinan
berwarna merah kuning berisi darah lendir.
33
c. Lochea serosa muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan, berwarna
kecoklatan,mengandung lebih banyak serum, sedikit darah,
leukosit,dan robekan laserasi plasenta.
d. Lochea Alba muncul setelah 2-6 minggu pasca persalinan, berwarna
putih kekuningan mengandung leukosit, selapit lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati.
e. Lochea purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
f. Locheastatis : lochea tidak lancar keluarnya.
3. Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan.
Ostium uteri eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah
6 minggu persalinan serviks akan menutup.
4. Vulva dan Vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan labia akan menonjol.
5. Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada nifas hari ke
5, tonus otot perineum sudah kembali seperti keadaan sebelum hamil,
walaupun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
6. Payudara terjadi penurunan kadar progesterone secara tepat dengan
peningkatan hormone prolactin setelah persalinan. Kolostrum sudah ada
saat persalinan dan produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3
setelah persalianan dan menjadi besar dan keras sebagai tanda
dimulainya proses laktasi.
B. Perubahan Pada Sistem Perkemihan
Dieresis postpartum norma terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai
respo terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan
edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan. Kandumg kencing masa nifas
34
mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relative tidak sensitive
terhadap tekanan cairan intravesika. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan
dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan (Rukiyah dkk, 2015)
C. Perubahan Pada Sistem Pencernaan
Diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal, meskipun kadar
progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari. Rasa sakit di daerah perineum
dapat menghalangi keinginan untuk BAB sehingga pada masa nifas sering
timbul keluhan konstipasi akibat tidak teraturnya BAB.
D. Perubahan Pada Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali
kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali
normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang
sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi
daripada normal. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang
cermat dan penekanan pembuluh darah pada ambulasi dini. Tonus oto polos
pada dinding vena mulai membalik, volume darah mulai berkurang, viskositas
darah kembali normal dan curah jantung serta tekanan darah menurun sampai
kadar sebelum hamil.
E. Perubahan Pada Sistem Endokrin
Keadaan hormone plasenta menurun dangan cepat, hormone plasenta tidak
dapat terdeteksi dalam 24 jam post partum, hormon Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat, estrogen turun sampai 10 %.
Adanya perubahan dari hormone plasenta yaitu estrogen dan progesterone
yang menurun. Hormon-hormon piyuitary mengakibatkan prolaktin
meningkat, Follicle Stimulating Hormon (FSH) menurun dan Luteinizng
Hormon (LH) menurun. Produksi ASI mulai pada hari ke-3 post partum yang
mempengaruhi hormone prolaktin, oksitosin dan reflek let.
F. Perubahan Pada Sistem Muskuloskleletal
Kadar relaksin dan progesteron berkurang hingga mencapai kadar normal
dalam waktu tujuh hari, namun akibat yang ditimbulkan pada jaringan
35
fibrosa,otot, dan ligament memerlukan waktu empat sampai lima bulan untuk
berfungsi seperti sebelum hamil. Ambulasi bisa dimulai 4-8 jam nifas, dengan
ambulasi dini akan membantu mencegah komplikasi dan mempercepat proses
involusi.
G. Perubahan Tanda Tanda Vital Pada Masa Nifas
1. Suhu badan sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik
sedikit, antara 37,2ºC
2. Denyut nadi Setelah persalinan jika ibu dalam keadaan istirahat penuh,
denyut nadi sekitar 60x/menit dan terjadi terutama pada minggu pertama
masa nifas. Denyut nadi masa nifas umumnya lebih stabil dibandingkan
suhu badan.
3. Tekanan darah <140 mmHg, dan bisa meningkat dari sebelum persalinan
sampai 1-3 hari masa nifas. Bila tekanan darah menjadi rendah diwaspadai
adanya perdarahan pada masa nifas.
4. Respirasi / pernafasan umunya lebih lambat atau normal, karena ibu dalam
keadaan pemulihan atau keadaan istirahat. Pernafasan normal setelah
persalinan adalah 16-24 x/menit atau rata-ratanya 18 x/menit.
H. Perubahan Pada Sistem Hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume plasma
dari pada sel darah, penurunan plasma ditambah peningkatan sel darah pada
waktu kehamila diasosikan dengan peningkatan hematoktir dan haemogobin
pada hari ke 3-7 setelah persalinan dan akan normal dalam 4-5 minggu post
partum. Jumlah kehilangan darah selamaminggu pertama post partum berkisar
500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.
2.3.3. Adaptasi Psikologis Masa Nifas
Menurut marmi (2015) tahapan masa nifas ada 3 yaitu:
A. Taking in (1-2 hari post partum). Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung
serta berfokus pada dirinya sendiri. Mengulang-ulang dan menceritakan
pengalaman proses bersalin yang dialami. Wanita yang baru melahirkan ini
perlu istirahat dan tidur untuk mencegah gejala kurang tidur dan lelah, cepat
tersinggung, campur baur dengan proses pemulihan.
36
B. Taking hold (2-4 hari post partum). Ibu khawatir akan kemampuan dan
tanggung jawap untuk merawat bayinya. Wanita postpartum ini berpusat pada
kemampuannya dalam mengontrol diri dan fungsi tubuh. Berusaha untuk
menguasai kemampuan untuk merawat bayinya, cara menggendong dan
menyusui, memberi minum dan mengganti popok. Wanita pada masa ini
sangat sensitive akan ketidakmampampuannya, cepat tersingung dan
cenderung menganggap pemberitahuan bidan sebagai teguran, maka hati-hati
dalam berkomunikasi dengan ibu post partum ini dan perlu memberi support.
C. Letting go terjadi setelah hari kesepuluh masa nifas atau pada saat sudah
berada dirumah. Pada fase ini ibu nifas sudah bisa menikmati dan
menyesuaikan diri dengan pertanggungjawaban peran barunya. Selain itu
keinginan untuk merawat bayi secara mandiri serta bertanggungjawab
terhadap diri dan banyinya sudah meningkat (Astutik , 2015).
2.3.4.. Asuhan Masa Nifas
A. Pengertian Asuhan Masa Nifas
Asuhan ibu masa nifas adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera
setelah kelahiran sampai 6 minggu atau 40 hari. Tujuan dari asuhan masa nifas
adalah untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera
setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan. (Anggraini,
2014). Menurut Astutik (2015) dilakukan pengawasan masa nifas yang bertujuan
untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik secara fisik maupun psikologis,
melaksanakan screening yang komprehensif (menyeluruh),dan mendeteksi adanya
masalah,mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
B. Program Masa Nifas
Kunjungan rumah postpartum dilakukan sebagai salah satu tindakan untuk
pemeriksaan postpartum lanjutan. Paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan
pada masa nifas, dengan tujuan untuk menilai kondisi ibu dan bayi, melakukan
pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu
nifas dan bayi, mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada
masa nifas (Walyani dan Porwoastuti, 2015).
37
Tabel 2.4
Program dan Kebijakan Teknik Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1. 6-8 jam
setelah
Persalinan
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri.
b. Mendeteksi penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut
c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah
satu anggota keluarga mengenai bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas
d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu
e. Mengajarkan ibu untuk mempererat hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi 2. 6 hari setelah
persalinan
a. Memastikan involusi uteri berjalan normal,
uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus
tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak bau.
b. Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi
atau kelainan pasca melahirkan.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan,
cairan, dan istrahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak ada tanda- tanda penyulit.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai
asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan
menjaga bayi agar tetap hangat. 3. 2 minggu
setelah
persalinan
a. Memastikan involusi uteri berjalan normal,
uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus
tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak bau.
b. Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi
atau kelainan pasca melahirkan.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan,
cairan, dan istrahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak ada tanda- tanda penyulit.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai
asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan
menjaga bayi agar tetap hangat. 4. 6 minggu
setelah
persalinan
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit –
penyulit yang dialami atau bayinya.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Sumber: Walyani dan Purwoastuti, 2015. Asuhan kebidanan ibu nifas dan menyusui, Yogyakarta,
halaman 5-6.
38
2.4. Bayi Baru Lahir
2.4.1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0 - 28 hari. Bayi baru lahir (BBL) memerlukan penyesuaian
fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin
ke kehidupan (ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan
baik (Marmi dkk, 2015). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang pada usia
kehamilan, 37-42 minggu dengan berat badan lahir antara 2500-4000 gr
(Sondakh, 2016). Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalan kriteria
sebagai berikut :
1. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram
2. Panjang badan bayi 48-50 cm
3. Lingkar dada bayi 32-34 cm
4. Lingkar kepala bayi 33-35 cm
5. Bunyi jantung dalam menit pertama 180 kali/ menit, kemudian turun sampai
120-140 kali pada saat bayi berumur 30 menit.
6. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai
pernapasan cuping hidung dan turun sampai 40 x/ menit serta rintihan hanya
berlangsung 10-15 menit.
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkurtan cukup terbentuk
dan dilapisi verniks kaseosa.
8. Rambut lanugo telah hilang, rambut kelala tumbuh baik
9. Kuku sudah agak panjang dan lemas
10. Genetalia, testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labiya mayora telah
menutupi labiya minora (pada bayi perempuan)
11. Refleks isap, menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Refleks moro sudah baik, bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan
tangan seperti memeluk.
13. Graff refleks sudah baik, bila diletakkan suatu benda ke telapak tangan maka
akan menggenggam.
39
14. Eeliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama
pertama. Mekonuim memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.
2.4.2. Perubahan Fisiologi pada Bayi Baru Lahir
Menurut Muslihatun (2013), Adaptasi fisiologis bayi baru lahir yaitu
A. Sistem pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir pernafasan pertama pada bayi normal terjadi
dalam waktu 30 detik sesudah lahir. Setelah kelahira tekanan rongga dada
bayi pada saat melalui jalan lahir pervagiam mengakibatkan cairan paru-paru
(pada bayi normal jumlahnya 80-100 ml). Kehilangan 1/3 dari jumlah cairan
tersebut sehingga cairan yang hilang ini diganti dengan udara. Pernafasan
pada neonatus terutama pernafasan diafragmatik dan abdominal, sedangkan
frekuensi dan dalamnya belum teratur.
B. Suhu tubuh, terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh
dari bayi baru lahir ke lingkungannya yaitu:
1. Evaporasi adalah kehilangan panas karena penguapan cairan ketuban
pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena tidak segera
dikeringkan/diselimuti,dan segera dimandikan.
2. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh bayi melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
3. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin.
4. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan
dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh
bayi.
C. Metabolisme, luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh
orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg berat badan akan lebih
besar. Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.
D. Peredaran darah, setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan
tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun,
40
sehingga tekanan jantung kiri lebih besar yang mengakibatkan menutupnya
foramen ovale secara fungsional. Tekanan darah pada waktu lahir
dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui tranfusi plasenta dan pada jam-
jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan
kira-kira 85/40 mmHg.
E. Keseimbangan air dan fungsi ginjal, tubuh bayi baru lahir mengandung relatif
lebih banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar dari kalium karena
ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah
nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
F. Imunoglobin, pada bayi baru lahir hanya terdapat gama globulin G, sehingga
imunologi dari ibu dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil.
G. Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan
orang dewasa. Pada neonatus, traktus digestivus mengandung zat yang
berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut
mekonium.
H. Setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis, yaitu
kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak dan glikogen.
I. Keseimbangan asam basa. Derajat keasaman (Ph) darah pada waktu lahir
rendah, karena glikolisis anaerobic dalam 24 jam neonatus telah
mengkompensasi asidosis ini.
2.4.3 Asuhan Pada Bayi Baru Lahir
A. Pengertian Asuhan Pada Bayi Baru Lahir
Asuhan bayi baru lahir adalah menjaga bayi agar tetap hangat,
membersikan saluran napas, mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan),
memantau tanda bahaya, memotong dan mengikat tali pusat, melakukan IMD,
memberikan suntikan vitamin K1, memberi salep mata antibiotik pada kedua
mata, memberi imunisasi Hepatitis B, serta melakukan pemeriksaan fisik
(Syaputra Lyndon, 2014).
B. Asuhan Bayi Baru Lahir
1. Menjaga bayi agar tetap hangat. Langkah awal dalam menjaga bayi tetap
hangat adalah dengan menyelimuti bayi sesegera mungkin sesudah lahir atau
41
dekapkan pada badan ibu dan tunda memandikan bayi selama 6 jam atau
sampai bayi stabil untuk mencegah hipotermi.
2. Membersihkan saluran napas dengan cara mengisap lendir yang ada di mulut
dan hidung (jika diperlukan). Tindakan ini juga dilakukan sekaligus dengan
penilaian APGAR skor menit pertama. Bayi normal akan menangis spontan
segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, jalan napas segera
dibersihkan.
3. Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain atau
handuk yang kering, bersih, dan halus. Dikeringkan mulai dari muka, kepala,
dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks
akan membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan,
selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di
klem. Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada
tangan bayi membantu bayi mencari puting ibunya yang berbau sama.
4. Memotong dan mengikat tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptic.
Tindakan ini dilakukan untuk menilai APGAR skor menit kelima. Cara
pemotongan dan pengikatan tali pusat adalah sebagai berikut :
a) Klem, potong, dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Penyuntikan
oksitosin dilakukan pada ibu sebelum tali pusat di potong (oksitosin IU
intramuskular).
b) Melakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari
dinding perut (pangkal pusat) bayi, dari titik jepitan tekan tali pusat dengan
dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak
terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan
ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.
c) Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali
pusat diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT
(steril).
42
d) Mengikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi, kemudian
lingkarkan kembali benang tersebut dan ikat dengan simpul kunci pada sisi
lainnya.
e) Melepaskan klem penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin
0,5%.
f) Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisiasi menyusui dini.
5. Melakukan IMD, dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan
dilanjutkan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6
bulan. Pemberian ASI pertama kali dapat dilakukan setelah mengikat tali pusat.
Langkah IMD pada bayi baru lahir adalah lakukan kontak kulit ibu dengan
kulit bayi selama paling sedikit satu jam dan biarkan bayi mencari dan
menemukan puting dan mulai menyusui.
6. Memberikan identitas diri segera setelah IMD, berupa gelang pengenal tersebut
berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir, dan jenis kelamin.
7. Memberikan Suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan darah pada bayi
baru lahir belum sempurna, semua bayi baru lahir beresiko mengalami
perdarahan. Untuk mencegah terjadinya perdarahan pada semua bayi baru
lahir, terutama bayi BBLR diberikan suntikan vit K1 (phytomenadione)
sebanyak 1 mg dosis tunggal, intramuskular pada anterolateral paha kiri.
Suntikan vit K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian
imunisasi Hepatitis B.
8. Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk mencegah terjadinya
infeksi pada mata. Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam setelah lahir.
9. Memberikan Imunisasi Hepatitis B pertama (HB-0) diberikan 1-2 jam setelah
pemberian vitamin K1 secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat
untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan
ibu-bayi. Imunisai Hepatitis B harus diberikan pada bayi usia 0-7 hari .
10. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir untuk mengetahui apakah
terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera serta kelainan yang
berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan kelahiran.. Memeriksa secara
sistematis head to toe (dari kepal hingga jari kaki), warna kulit dan aktivitas
43
bayiwarna mekonium bayi dan mengukur lingkar kepala (LK), lingkar dada
(LD), lingkar perut (LP), lingkar lengan atas (LILA), dan panjang badan, serta
menimbang berat bada
B. Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus menurut Kemenkes RI, (2015) adalah
pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada
neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir.
1. Kunjungan neonatus ke-1 (KN 1) dilakukan 6-48 jam setelah lahir, dilakukan
pemeriksaan pernafasan, warna kulit, gerakan aktif atau tidak, ditimbang, ukur
panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, pemberian salep
mata, vitamin K1, imunisasi hepatitis B, perawatan tali pusat dan pencegahan
kehilangan panas bayi dan pemberian ASI pertama.
2. Kunjungan neonatus ke-2 (KN 2) dilakukan pada hari ke-3 sampai hari ke-7
setelah lahir, pemeriksaan fisik, melakukan perawatan tali pusat, pemberian
ASI Eksklusif, personal hygiene, pola istirahat, keamanan dan tanda-tanda
bahaya.
3. Kunjungan neonatus ke-3 (KN 3) dilakukan pada hari ke-8 sampai hari ke-28
setelah lahir, dilakukan pemeriksaan pertumbuhan dengan berat badan, tinggi
badan dan nutrisinya serta pemberian imunisasi.
2.5 Keluarga Berencana
2.5.1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengukur
jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksut termasuk
kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar
metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi
sel telur wanita fertilisasi atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk
berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim (Walyani dan
Purwoastuti, 2015).
44
2.5.2. Tujuan Program KB
Adapun tujuan dari program KB ada 2 yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus (Kemenkes, 2015). Tujuan umum KB adalah membentuk keluarga kecil
sesuai kekuatan social ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran
anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tujuan khusus KB yaitu mengatur kehamilan dengan
menunda perkawinan, dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak
pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup,
mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih
dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinan
untuk tercapainya keluarga bahagia, konseling perkawinan atau nasehat
perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa
pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam
membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.
2.5.3. Jenis-Jenis Alat Kontarsepsi
Metode kontrasepsi jangka panjang adalah cara kontrasepsi yang dalam
penggunaannya menggunakan tingkat efektifitas dan tingkat kelangsungan
pemakainya yang tinggi dan angka kegagalan yang rendah. Dilihat dari usia ibu
25 tahun dengan kehamilan kedua maka beberapa kontrasepsi yang cocok
dianjurkan bagi ibu adalah sebagai berikut:
1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Metode Amenorhea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian ASI. MAL dapat dikatakan sebagai kontrasepsi bila terdapat
keadaan menyusui secara penuh, tanpa susu formula dan makanan
pendamping, belum haid sejak masa nifas selesai dan umur bayi kurang dari 6
bulan. Beberapa keuntungan kontrasepsi ini adalah sebagai berikut:
Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pascapersalinan), segera
efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada efek samping secara system,
tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat, tanpa biaya.
Pelaksanaan dari metode ini adalah sebagai berikut.
a. Bayi disusui secara on-demand menurut kebutuhan bayi.
45
b. Biarkan bayi mengisap sampai dia sendiri yang melepaskan isapannya.
c. Susui bayi anda juga pada malam hari karena menyusui pada waktu
malam mempertahankan kecukupan persediaan ASI.
d. Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.
e. Ketika ibu mulai dapat haid lagi, pertanda beliau sudah subur kembali
dan harus segera mulai menggunakan metode KB lain
2. Kontrasepsi Implant
Implan adalah metode kontrasespi hormonal yang efektif, tidak permanen
dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara 3 hingga 5 tahun. Metode
ini dikembangkan oleh The Population Council, yaitu suatu organisasi
internasional yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan teknologi
kontrasepsi (Biran Afandi, 2013). Implant atau susuk kontrasepsi merupakan
alat kontrasepsi yang berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang
didalamanya terdapat hormon progesteron, implant ini kemudian dimasukkan
ke dalam kulit dibagian lengan atas. Hormon tersebut kemudian akan
dilepaskan secara perlahan dan implant ini dapat efektif sebagai alat
kontrasepsi selama 3 tahun. Sama seperti pada kontrasepsi suntik, maka
disarankan penggunaan kondom untuk minggu pertama sejak pemasangan
implant kontrasespi tersebut (Elisabet Siwi Walyani, 2015)
Jenis kontrasepsi hormonal implant yaitu:
a. Norplant terdiri dari 6 kapsul yang secara total bermuatan 216 mg
levenorgestrel.
b. Jadelle (Norplant II) terdiri dari 2 kapsul implant
c. Implanon adalah subdermal kapsul tunggal.
3. AKDR (Alat Kontrasepsi dalam Rahim)
AKDR dimasukkan kedalam uterus, AKDR menghambat kemampuan sperma
untuk masuk ke tuba fallopi, mempengaruhi fertilitas sebelum ovum
mencapai kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu, mencegah
komplikasi telur dalam uterus. Manfaat dari AKDR yaitu menghambat
sperma untuk masuk ke tuba falopi, efektivitas dapat bertahan lama, hingga
12 tahun, mengurangi risiko kanker endometrium dan efek sampingnya yaitu
46
terjadi perubahan pola haid terutama dalam 3-6 bulan pertama, haid
memanjang dan banyak, haid tidak teratur dan nyeri (Kemenkes, 2015).
4. Metode Kontrasepsi Mantap (KONTAP)
Kontrasepsi mantap adalah kontrasepsi dengan tindakan pembedahan pada
saluran telur wanita atau saluran mani yang mengakibatkan orang atau
pasangan yang bersangkutan tidak akan memperoleh keturunan lagi. Kontap
merupakan pilihan terakhir dan peserta kontap harus memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan. Menurut Suratun (2013) Jenis kontrasepsi ada 2 yaitu :
a. Vasektomi / MOP (Medis operatif pria) merupakan operasi kecil yang
dilakukan dengan memotong saluran mani sehingga sel sperma tidak
keluar saat senggama.
b. Tubektomi / MOW (Medis operatif wanita) adalah suatu kontrasepsi
permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara tindakan
mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba.
2.5.4. Asuhan Keluarga Berencana
A. Pengertian Asuhan Keluarga Berencana
Asuhan keluarga berencana (KB) yang dimaksud adalah konseling,
informed choice, persetujuan tindakan medis (informed consent), serta
pencegahan infeksi dalam pelaksanaan pelayanan KB baik pada klien dan petugas
pemberi layanan KB. Konseling harus dilakukan dengan baik dengan
memperhatikan beberapa aspek seperti memperlakukan klien dengan baik,
petugas menjadi pendengar yang baik, memberikan informasi yang baik dan benar
kepada klien, menghindari pemberian informasi yang berlebihan, membahas
metode yang diingini klien, membantu klien untuk mengerti dan mengingat.
Informed choice adalah suatu kondisi peserta/calon KB yang memilih kontrasepsi
didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat informasi (Saifuddin,
2013). Tujuan Konseling meningkatkan penerimaan, menjamin pilihan yang
cocok, menjamin penggunaan cara yang efektif, menjamin kelangsungan yang
lebih lama.
47
B. Langkah – langkah Konseling KB
Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru,
hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci
SATU TUJU (Walyani dan Purwoastuti, 2015) :
SA : SApa dan Salam pada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta
terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri.
Tanyakan kepada klien serta jelaskan pelayanan apa yang dapat
diperolehnya.
T : Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi, tujuan,kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan
kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien.
Berikan perhatian kepada klien apa yang disampaikan klien sesuai dengan
kata- kata, gerak isyarat dan caranya.
U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
kontrasepsi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis
kontasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini,
serta jelaskan jenis kontrasepsi lain yang ada, dan jelaskan alternative
kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien. Uraikan juga mengenai
resiko penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.
TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya, bantu klien berpikir mengenai
apa yang paling sesuai dengan keadaan kebutuhannya. Doronglah klien
untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan.
Tanggapilah secara terbuka dan bantu klien mempertimbangkan kriteria
dan keinginan terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah
pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut kepada
pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat suatu
keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan: Apakah Anda sudah
memutuskan pilihan jenis kontasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih
yang akan digunakan?
48
J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya.
Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan, perlihatkan
alat atau obat kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi
tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi
doronglah klien untuk bertanyadan petugas menjawab secara jelas dan
terbuka. Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi,
misalnya kondom yang dapat mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS).
Cek pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan
puji klien apabila menjawab dengan benar.
U: PerlUnya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buat perjanjian kapan
klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau
permintaan, kontrasepsi jika dibutuhkan dan ingatkan segerra dating jika
terjadi masalah.
49
BAB III
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ny.LY GIIPIA0
Hari/Tanggal : Selasa, 13 Maret 2018
Pukul : 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : Poliklinik Poltekkes Medan
SUBJEKTIF
1. Identitas/Biodata
Nama : Ny. L Nama Suami : Tn. S
Umur : 25 Tahun Umur : 28 Tahun
Suku : Batak Karo Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : Namo Gajah Alamat : Namo Gajah
2. Kunjungan saat ini : kunjungan ulang, Ibu mengatakan ingin memeriksakan
kehamilannya
3. Keluhan utama : Ibu mengatakan sakit di bagian selangkangan dan
menghambat aktifitas ibu
4. Riwayat perkawinan : Kawin pertama kali umur 20 tahun dan lamanya sudah 5
tahun
5. Riwayat menstruasi : ibu pertama kali datang haid (menarche) pada usia 12
tahun, lama haid 3-4 hari dengan siklus 28 hari, ganti pembalut 2 x/hari, tidak
pernah merasa nyeri pada perut haid teratur setiap bulan. Hari Pertama Haid
Terakhir (HPHT) tanggal 19 Juli 2017. Dilhat dari HPHT tafsiran persalinan
tanggal 26 April 2018
50
6. Riwayat kehamilan
a. Riwayat ANC ibu memeriksakan kehamilan sejak umur 2 bulan, ANC di
PMB Helen Tarigan Simpang Selayang trimester I 1 kali, trimester II 1
kali, trimester III 3 kali. Pergerakan janin yang pertama pada umur
kehamilan 4 bulan, pergerakan janin dalam 24 jam terakhir sekitar 15-20
kali
b. Pola nutrisi : Makan : 3x sehari 1 piring nasi, lauk dan sayur yang
bervariasi dan minum : 8 – 12 gelas/ hari
c. Pola eliminasi : BAB 1 kali/hari, warna kuning dengan konsisten lunak,
keluhan tidak ada BAK : 6-7 kali/ hari, warnanya : kuning jernih
d. Pola Aktifitas : Kegiatan sehari-hari ibu melakukan pekerjaan rumah
tangga seperti membereskan rumah, mencuci dan memasak dilakukan
secara rutin setiap hari dan istirahat/ tidur Siang : 1 jam dan malam : 7-8
jam sehari (22:00-05:000).
e. Pola seksualitas : Melakukan hubungan seksual satu kali dalam 4 minggu,
tidak ada keluhan.
f. Personal hygiene : Mandi 2 kali sehari,keramas 3 kali dalam seminggu
mengganti pakaian 2 kali sehari, dan membersihkan alat kelamin setiap
BAK/BAB.
g. Imunisasi TT : TT1: 20 12 2013, TT2: 20 01 2014 TT3: 10 03 2018
7. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
8. Riwayat kontrasepsi yang pernah digunakan : ibu belum pernah menggunakan
alat kontrasepsi
N
0
Tgl
Lahir
Umur
Usia
Keha
milan
Jenis
persa
linan
Tempa
t
persali
nan
Komplik
asi
Peno
Long
BBL Nifas
Ib
u
Bay
i
BB
Lahir
Kea
daa
n
Laktasi Kel
ain
an
1 6 09
2014/
3,6
tahun
38
ming
gu
Nor
mal
Rumah
sakit
- - Bida
n
2900
gram
Bai
k
Asi Ekslusif 6
bln, di
lanjutkan
sampai anak
umur 1,5 tahun
-
2 H A M I L I N I
51
9. Riwayat Kesehatan : Tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan dan ibu
mengatakan bahwa ibu dan keluarga tidak menderita penyakit menurun dan
menular, tidak mempunyai riwayat kembar, ibu tidak memiliki kebiasaan
merokok dan minum minuman keras.
10. Keadaan Psikososial spiritual : Kehamilan ini diterima dan direncanakan oleh
ibu dan keluarga, ibu juga taat melakukan ibadah solat 5 waktu
11. Tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan membantu persalinan : PMB
Helen Tarigan Kecamatan Medan Selayang
OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. BB /BB sebelum hamil : 63 kg/ 50 kg
TB : 154 cm
Lila : 29 cm
c. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 360C
Nadi : 78 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut : hitam, kulit bersih dan distribusi merata
b. Wajah : tidak oedem dan tidak ada cloasma
gravidarum
c. Mata : tidak ada oedem palpebra, konjungtiva
merah
muda dan sklera putih
d. Mulut dan gigi : bersih dan utuh
e. Lidah dan geraham : bersih dan utuh
f. Telinga : bersih dan tidak ada pengeluaran
g. Reher : tidak ada hiperpigmentasi
52
h. Kelenjar thyroid : tidak ada pembengkakan
i. Kelenjar getah bening : tidak ada pembengkakan
j. Payudara : simetris, putting susu menonjol,
Hiperpigmentasi, dan tidak ada benjolan
k. Punggung dan pingang : nyeri pinggang tidak ada
l. Abdomen : bentuk asimetris condong ke kiri, tidak ada
bekas operasi, linea nigra dan striae livide.
Palpasi : TFU Pertengahan Pusat dan Prosesus Xiphoideus (PX)/ 28 cm,
punggung kiri, presentase kepala dan belum masuk Pintu Atas Panggul :
(PAP), DJJ 126 x/ menit dan Tafsiran Berat Janin (TBJ) : (TFU-13) x
155 = (28– 13) x155 =2.325 gram
m. Eksteremitas : tidak odema dan tidak ada varises, Reflex
Patella positif (+/+) kanan kiri
3. Pemeriksaan Penunjang : Hb 12,6 gr/dl, Protein dan glukosa urine
negatif
ANALISIS
1. Diagnosa keidanan : Ny L 25 tahun, G2P1A0, usia kehamilan 32-34 minggu,
janin hidup, tunggal, intra uterin, punggung kiri, persentasi kepala, bagian
terbawah belum masuk PAP (convergen), keadaan ibu dan janin baik.
2. Masalah : Sakit dibagian selangkangan dan menghambat aktifitas ibu
3. Kebutuhan : Konseling pola aktifitas ibu dan perubahan fisiologis TM III
PLANNING
1. Memberitahukan pada ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan. Hasil
pemeriksaan keadaan ibu dan janin normal dan tidak ada tanda-tanda bahaya
pada kehamilannya dengan TD: 120/80 mmHg, pernapasan 20 x/menit, nadi
78 x/menit, suhu 36,5 °C.
- Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaannya dengan keadaan baik.
2. Memberitahu ibu bahwa sakit pada selangkangannya diakibatkan beberapa
hal diantaranya:
53
a. Akibat peningkatan hormone relaksin dan progesterone selama
kehamilan yang menyebabkan otot dan ligament pada daerah pinggul
untuk melemas dan teregang guna persiapan kelahiran dan berguna untuk
menopang tulang-tulang pada panggul dan menyebabkan nyeri pada
selangkangan dan paha.
b. Perubahan struktur tubuh dan juga penambahan berat badan, perubahan
pada bentuk panggul yang dapat menimbulkan nyeri pada selangkangan
dan paha terutama disebabkan oleh pertumbuhan janin dalam perut
c. Round ligament pain yaitu suatu nyeri yang menusuk pada daerah
selangkangan, perut bawah yang disebabkan oleh pertambahan ketebalan
serta peregangan ligament pada panggul ditandai demgam nyeri bila ibu
berdiri, duduk dan melakukan aktifitas.
Dan untuk menghindari hal diatas perlu dilakukan yaitu perbaiki postur
tubuh,memakai sepatu yang nyaman tanpa hak, naikkan kaki sedikit saat
duduk, tidur miring kesamping, hindari mengangkat barang berat, perbanyak
mengkonsumsi yang mengandung kalsium dan magnesium, lakukan beberapa
olahraga santai dan lakukan kompres dengan air panas atau es.
- Ibu sudah mengerti tentang penjelasan dan bersedia melakukannya.
3. Memberitahu pada ibu tanda bahaya kehamilan pada trimester III yaitu
perdarahn vagina yaitu merah, banyak/ sedikit, nyeri yaitu plasenta previa dan
solusio plasenta, sakit kepala yang hebat, pandangan kabur secara tiba-tiba,
nyeri abdomen yang hebat, bengkak pada muka dan tangan, kurangnya
pergerakan janin dan menganjurkan ibu agar datang kepetugas kesehatan jika
mengalami tanda bahaya tersebut.
- Ibu sudah mengetahui tanda bahaya kehamilan dan bersedia datang ke
petugas kesehatan.
4. Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi pola makan, yaitu dengan
banyak makan makanan yang mengandung zat besi dan protein seperti telur,
tempe, daging, sayuran berwarna hijau, buah-buahan, menambahkan
makanan yang megandung kalsium dan magnesium, mengubah kebiasaan ibu
mengonsumsi teh atau minuman berwarna setelah makan, karena zat tanin
54
dalam teh dapat menghambat penyerapan zat besi. Memberikan kepada ibu
tablet zat besi dengan dosis 1x1 diminum dengan air putih satu gelas dan
sebaiknya di minum menjelang tidur pada malam hari agar mengurangi efek
mual dan feses menjadi hitam. Menjelaskan bahwa ibu juga dapat
menambahkan vitamin C sewaktu mengonsumsi zat besi agar memudahkan
penyerapan zat besi.
- Ibu sudah mengerti dan bersedia melakukannya.
5. Memberikan informasi kepada ibu tentang pola istirahat yaitu pada siang hari
30 menit- 1 jam dan pada malam hari 8 jam (22:00-05:00 WIB).
- Ibu bersedia melakukannya.
6. Menganjurkan ibu untuk tetap memperhatikan personal hygiene seperti
menjaga kebersihan daerah kemaluannya setelah selesai BAK/BAB,
mengeringkan dengan kain bersih dan mengganti pakaian dalam saat lembab
karena akan memudahkan bakteri dan jamur berkembang biak.
- Ibu telah mengetahui tentang menjaga kebersihan dirinya
7. Menganjurkan ibu untuk datang kunjungan ulang satu bulan lagi atau jika ibu
ada keluhan.
- Ibu sudah mengerti dan bersedia datang melakukan pemeriksaan ulang 1
bulan lagi atau jika ada keluhan.
Pelaksana Asuhan
Emeliana Simanullang
55
3.1.1. Data Perkembangan I
S
Rabu, 04 April 2018 Pukul 10: 00 WIB Ibu datang untuk memeriksakan
kehamilannya, ini adalah kunjungan ulang dan tidak ada keluhan.
O
Keadaan umum ibu baik, setelah dilakukan pemeriksaan terjadi kenaikan berat
badan dari tanggal 13 maret 63 kg, tanggal 04 April menjadi 64 kg dengan
sebelum hamil yaitu 50 kg, kemudian tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 78 x
/menit, pernafasan 20 x /menit dan suhu badan 36˚c. ibu dan janin dalam keadaan
baik. Pemeriksaan Khusus Kebidanan :
Abdomen : Perut ibu membesar sesuai umur kehamilannya yaitu 34-36 minggu
dengan adanya Striae Livida dan Linea Nigra.
TFU 3 jari dibawah PX atau 30 cm,teraba satu bagian yang keras
dan memapan disebelah kiri perut ibu yaitu punggung, teraba
bagian-bagian kecil/ ekstremitas disebelah kanan perut ibu, bagian
terbawah janin teraba keras, bulat dan masih bisa
digoyangkan,belum masuk PAP ( convergen). Terdengar DJJ 129 x
/ menit di kuadran kiri bawah pusat ibu
TBJ = (TFU-n) x 155 = (30-13) x 155 = 2.635 gram.
Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan
A
Ny L umur 25 tahun, G2P1A0, hamil 34-36 minggu, janin hidup, tunggal, intra
uterin, punggung kiri, presentasi kepala, belum masuk PAP (convergen), keadaan
ibu dan janin baik.
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Informasi tentang pemenuhan nutrisi ibu, persiapan dan tanda-
tanda persalinan
56
P
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan. Hasil pemeriksaan
keadaan ibu dan janinn normal dan tidak ada tanda-tanda bahaya pada
kehamilannya dengan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
pernafasan 20 x/menit, suhu 36˚c.
- Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaannya dalam keadaan baik.
2. Mengingatkan kembali ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung
serat seperti buah jeruk, semangka, pepaya, pisang, sayur-sayuran hijau serta
makanan yang mengandung protein seperti tahu, tempe, telur, menganjurkan
ibu untuk mengurangi makanan berkabohidrat tinggi dengan tujuan untuk
menghindari ibu melahirkan bayi dengan berat bada yang abnormal.
- Ibu mengerti dan berjanji untuk menjaga pola makannya.
3. Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan persiapan persalinannya seperti
mental, pakaian ibu dan bayi, dana dan kendaraan.
- Ibu telah mempersiapkan persiapan persalinannya.
4. Mengingatkan ibu kembali tentang tanda-tanda persalinan, yakni rasa mulas
dari pinggang sampai ke perut bagian bawah, keluar lendir bercampur darah
dari vagina, keluar air sedikit (air ketuban) melalui vagina.
- Ibu telah mengetahui tentang tanda - tanda persalinan.
5. Menganjurkan ibu untuk datang kunjungan ulang atau jika ada keluhan/keluar
tanda.
- Ibu bersedia untuk kunjungan ulang atau pun jika ada keluhan/keluar
tanda.
Pelaksana Asuhan
Emeliana Simanullang
57
3.1.2. Data Perkembangan II
S
Tanggal 17 April 2018 pukul 10:00 WIB. Ibu mengatakan ingin memeriksakan
kehamilannya, dengan keluhan sakit perut dibagian bawah dan sering BAK pada
malam hari sehingga mengganggu tidur malam hari ibu dan ini adalah kunjungan
ulang.
O
Keadaan umum ibu baik, setelah dilakukan pemeriksaan terjadi kenaikan berat
badan dari tanggal 04 April 64 kg ke tangal 17 April menjadi 65 kg dengan
sebelum hamil yaitu 50 kg, dengan tekanan darah 120/80 mmHg,nadi 78
x/menit,pernafasan 20 x/menit dan suhu badan 36˚c. ibu dan janin dalam keadaan
baik.
Pemeriksaan Khusus Kebidanan :
Abdomen : Perut ibu membesar sesuai umur kehamilannya yaitu 36-38
minggu
TFU berada 3 jari dibawah PX / 34 cm, teraba satu bagian yang
keras dan memanjang disebelah kiri perut ibu yaitu punggung
dan teraba bagian-bagian kecil/ ekstremitas disebelah kanan
ibu, bagian terbawah janin teraba keras, bulat dan masih bisa
digoyangkan, belum masuk PAP (convergen).
DJJ 133 x / menit di kuadran kiri bawah pusat ibu
TBJ : (TFU-n) X 155 : (34-13) X 155 = 3.255 gram
Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan
A
Ny L umur 25 tahun, G2P1A0, hamil 36-38 minggu, janin hidup, tunggal, inta
uterin, punggung kiri, presentasi kepala, belum masuk PAP (convergen), keadaan
ibu dan janin baik.
Masalah : Sakit pada perut bagian bawah dan sering BAK pada malam hari
sehingga menganggu tidur di malam hari.
Kebutuhan : Penjelasan tentang cara mengatasi sakit pada perut bagian bawah
dan mengurangi ketidaknyamanan yang ibu rasakan.
58
P
1. Memberikan informasi kepada ibu tentang pemeriksaan yang dilakukan.
Hasil pemeriksaan keadaan ibu dan janinnya dalam keadaan baik dan tidak
ada tanda-tanda bahaya pada kehamilannya. Tekanan darah 120/80 mmHg,
pernafasan 20 kali /menit, nadi 20 kali/menit dan suhu 36˚c.
- Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaannya dalam keadaan baik.
2. Memberitahu pada ibu bahwa rasa sakit pada perut bagian bawah ibu adalah
fisiologis wanita hamil itu dikarenakan rahim ibu mulai membesar dan kepala
bayi mulai turun sehingga mengakibatkan adanya tekanan pada kandung
kemih yang berlokasi dibawah perut ibu dengan mulai membesarnya uterus
maka otot-otot pinggang ikut beretraksi. Oleh karena itu disarankan pada ibu
untuk mengurangi minum pada malam hari sebelum tidur. Dan menghindari
kebiasaan menahan buang air kecil.
- Ibu telah mengerti penjelasan dan bersedia melakukannya.
3. Menjelaskan kepada ibu jenis-jenis alat kontrasepsi pascapersalinan jangka
panjang sesuai kebutuhan ibu, yaitu:
a. IUD (Intrauterine device)/ alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), atau
KB spiral yang dapat dipasang ke dalam rahim 10 menit setelah
plasenta dilahirkan atau hingga 72 jam setelah ibu melahirkan. Jangka
kontrasepsi ini hingga 5 tahun dan tidak mengganggu produksi air susu
ibu.
b. Implant (susuk)/ alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) yaitu alat
kontrasepsi yang mengandung hormon dan ditanamkan di bawah kulit
dan efektif selama 3 tahun.
c. Kontrasepsi mantap/steril yaitu metode kontrasepsi permanen yang
berfungsi menhentikan kesuburan dan sangat efektif bagi pasutri yang
sudah tidak ingin memiliki keturunan. Dilakukan dengan pembedahan
sederhana pada ibu maupun suami.
- Ibu telah mengetahui tentang jenis-jenis alat kontrasepsi setelah
bersalin.
59
4. Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan persiapan persalinannya seperti
mental, pakaian ibu dan bayi, dana dan kendaraan serta keluarganya untuk
mendampingi ibu.
- Ibu telah mempersiapkan persiapan persalinannya.
5. Mengingatkan ibu kembali tentang tand- tanda persalinan, yakni rasa mulas
dari pinggang sampai ke perut bagian bawah, keluar lendir bercampur darah
dari vagina dan keluar air sedikit (air ketuban) melalui vagina.
- Ibu telah mengetahui tentang tanda - tanda persalinan.
6. Menganjurkan ibu untuk datang kunjungan ulang 1 minggu lagi atau jika ada
keluhan/keluar tanda yang ibu alami.
- Ibu bersedia untuk kunjungan ulang atau pun jika ada keluhan/keluar
tanda.
Pelaksana Asuhan
Emeliana Simanullang
60
3.2 Asuhan Persalinan
Tanggal : 26 April 2018 Pukul : 17:00 WIB
S
Ibu datang pukul 17:00 wib dengan keluhan mules-mules, keluar lendir bercampur
darah dari jam 12:00 wib, gerakan janin ada dengan HPHT 19 Juli 2017
O
1. Tampak kesakitan atau perutnya mules-mules dengan TD 100/70 mmHg, HR:
80 x/menit, RR: 22 x/ menit, Temp: 36˚ C.
2. Inspeksi abdomen : bentuk asimetris (lebih condong ke kiri), tidak ada bekas
operasi, adanya striae livide
3. Palpasi : TFU 3 jari dibawah PX/ 34 cm, pada fundus teraba bagian lunak dan
bundar, teraba bagian panjang keras memapan di sebelah kiri perut ibu (Pu-
Ki) dan bagian terkecil janin di sebelah kanan perut ibu, teraba bagian bundar
dan keras (kepala), bagian terbawah janin sudah masuk PAP, penurunan
hodge II. DJJ:139 x/menit di puctum maksimal kuadran kiri bawah pusat ibu
TBBJ: (TFU – 11) x 155 = (34-11) x 155 = 3.565 gram
4. Pemeriksaan dalam: Pukul 17:10 WIB oleh bidan Helen dan Emeliana,
inspekai keluar lendir bercampur darah, tidak ada odema, portio lunak/
mendatar, ketuban utuh, teraba kepala, penurunan kepala hodge II,
pembukaan 4 cm, His : 3 x 10’35”.
A
Inpartu kala 1 fase aktif akselerasi
P (pukul 17:10 WIB)
1. Mengobservasi TTV, kontraksi, DJJ pada lembar partograf yaitu TD: 100/70
mmHg, Nadi: 80 x/menit, pernafasan: 22 x/menit, Temp: 36˚C, DJJ: 139
x/menit dan His: 3x10’35” dengan pembukaan 4 cm.
- Pemeriksaan sudah dilakukan dan diisi dalam lembar partograf.
61
2. Memberitahu ibu bahwa pembukaan masih 4 cm dan menganjurkan ibu untuk
jalan-jalan disekitar ruangan didampingi oleh suami dan juga duduk di bola
balon besar dengan tujuan mempercepat proses penurunan kepala janin dan
apabila ibu merasa lelah ajarkan ibu untuk mobilisasi yaitu posisi tidur miring
kanan/kiri.
- Ibu bersedia untuk melakukannya didampingi oleh suami
3. Menyiapkan alat-alat partus.
- Alat-alat partus sudah dipersiapkan.
4. Memberi ibu makan dan minum disela-sela his untuk menambah tenaga ibu.
- Ibu sudah makan dan minum.
5. Mengajarkan ibu teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri, yaitu tarik
nafas panjang melalui hidung dan keluarkan melalui mulut perlahan-lahan
dan memberikan rasa nyaman kepada ibu dengan menyarankan kepada suami
untuk mendukung dan tetap mendampingi ibu selama proses persalinan
misalnya mengelus-elus perut ibu saat ibu merasakan sakit.
- Ibu sudah mengerti dan melakukan tehnik relaksasi didampingi oleh
suami dan memberikan asuhan sayang ibu.
6. Pukul 21:00 WIB dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan 9 cm,
pengeluaran lendir bercampur darah semakin banyak dengan kontraksi
5x10’54”.
- Ibu sudah mengetahui hasil pembukaan 9 cm.
7. Pukul 22:00 WIB ibu kesakitan dan ingin mengedan, raut wajah ibu tampak
meringis.
Asuhan Kala II
Tangal 26 April 2018 Pukul 22:00 WIB
S
Ibu merasakan mules terus-menerus, adanya pengeluaran cairan yang semakin
banyak dari vagina dan ibu ingin meneran.
62
O
His kuat 5x/10’/54”, DJJ : 145 x/menit, vulva membuka, perineum menonjol,
lendir darah bertambah bayak dilakukan VT : pembukaan lengkap (10 cm),
ketuban sudah pecah, warnanya jernih, kepala hodge IV.
A
Ibu inpartu Kala II
P (pukul: 22:05 WIB)
1. Meminta suami tetap mendampingi ibu dan posisikan ibu sesuai dengan
kenyamanan ibu yaitu posisi litotomi dibantu oleh suami.
- Ibu merasa nyaman dengan posisi tersebut.
2. Memimpin persalinan dan dekatkan alat-alat partus set
3. Menolong persalian dengan pasang APD. Kemudian cuci tangan dengan
sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih kemudian tangan
kanan memakai sarung tangan dan mengisi spuit dengan oksitosin 10 IU dan
letakkan dalam partus set. Pimpin ibu meneran saat ibu ada dorongan yag
kuat untuk meneran didampingi oleh suami. Letakkan handuk bersih di perut
ibu (untuk mengeringkan bayi) dan kain lipatan 1/3 letakan dibawah bokong
ibu. Buka partus set dan periksa kelengkapannya,pakai sarung tangan steril
sebelah kiri. Ketika kepala terlihat 5-6 cm di depan vulva letakkan tangan
kiri pada kepala agar tidak defleksi maximal, biarkan kepala keluar perlahan-
lahan dengan lembut menyeka muka,mulut,dan hidung bayi denga kain/kasa
bersih. Periksa lilitan tali pusat, tidak ada lilitan tali pusat. Tunggu kepala
bayi melakukan putar paksi luar secara spontan anjurkan ibu untuk meneran
kemudian letakkan tangan secara biparietal, tarikan lembut kebawah untuk
melahirkan bahu depan dan menarik keatas untuk melahirkan bahu belakang.
Lakukan sanggah dan susur untuk melahirkan tubuh bayi. Letakkan bayi
diatas perut ibu kemudian klem tali pusat denga jarak klem pertama 2 cm dari
pusat bayi dan 3 cm dari klem pertama kemudian potong tali pusat diantara
klem tersebut.
4. Bayi lahir tanggal 26 April 2018 pukul 22.20 WIB, jenis kelamin perempuan,
BB 3400 gram, PB 50 cm, menangis kuat, bayi kemerahan dan bugar. Bayi
63
telah dikeringkan dan tali pusat telah dipotong, kemudian bayi diletakkan di
atas perut ibu (skin to skin) dan dilakukan IMD.
5. Pukul 22:20 ibu merasakan mules.
Asuhan Kala III
Tanggal 26 April 2018 Pukul 22:00 WIB
S
Ibu mengatakan merasa lelah, namun lega karena bayinya telah lahir dengan
selamat dan mengatakan perutnya masih mules.
O
Ibu kelelahan setelah melahirkan bayi, TD: 110/70 mmHg, Nadi 82 x/menit ,
kontraksi baik, TFU setinggi pusat, tidak ada janin kedua, kandung kemih kosong,
tampak tali pusat menjulur di vulva pada saat dilakukan PTT dan adanya
semburan darah.
A
Ibu inpartu Kala III
P (pukul 22: 02 WIB)
1. Memberitahukan pada ibu bahwa ini proses pengeluaran plasenta.
- Ibu sudah mengetahui bahwa plasentanya akan segera lahir.
2. Memberitahukan ibu akan dilakukan penyuntikan oksitosin pada paha luar
ibu yang bertujuan untuk membantu mempercepat lahirnya plasenta dan
mencegah terjadinya perdarahan.
- Ibu telah disuntikkan oksitosin 10 IU di 1/3 paha lateral secara IM.
3. Pantau tanda-tanda pengeluaran plasenta, yaitu adanya semburan darah, tali
pusat memanjang dan uterus globular.
- Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta.
4. Melakukan pertolongan pengeluaran plasenta, yaitu satu tangan menekan
uterus secara dorso cranial dan tangan yang lain melakukan penegangan ke
arah atas dan bawah. Saat plasenta muncul di introitus vagina, maka satu
tangan menopang/menampung plasenta sejajar dengan vulva sedangkan
tangan yang lain memutar plasenta searah jarum jam. Hal ini dilakukan untuk
64
mencegah adanya bagian plasenta atau selaput ketuban tertinggal di dalam
uterus.
- Plasenta lahir pukul 22.30 WIB
5. Melakukan massase uterus selama 15 detik dengan gerakan searah jarum jam
dan menilai apakah kontraksi uterus baik.
- Massase sudah dilakukan dan kontraksi uterus baik.
6. Memeriksa dan memastikan kelengkapan palsenta. Plasenta telah diperiksa,
selaput ketuban utuh, jumlah kotiledon 18 buah, kedua sisinya lengkap yaitu
maternal yang menghadap dinding rahim dan fetal yang menghadap ke janin,
pada tali pusat terdapat satu pembuluh vena umbilikalis, 2 pembuluh darah
arteri, panjang tali pusat 50 cm dan berat plasenta 500 gram.
7. Memeriksa adanya robekan jalan lahir.
- Tidak ada robekan jalan lahir.
Asuhan Kala IV
Tanggal 26 April 2018 Pukul : 22:30 WIB
S
Ibu merasa lelah dan senang
O
TD : 110/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah
pusat, tidak ada robekan perineum, kandung kemih kosong dan perdarahan dalam
batas normal.
A
Inpartu Kala IV
P (pukul 22:05 WIB)
1. Mengobservasi TTV yaitu TD: 110/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Temp: 36,5˚
C kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat dan pendaraha dalam batas
normal.
- Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
65
2. Memberitahukan pada ibu bahwa dia akan dipantau selama 2 jam pertama
setelah melahirkan, yaitu setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30
menit pada jam kedua.
- Ibu sudah mengetahui bahwa Ia akan dipantau selama 2 jam ke depan.
3. Mengajarkan ibu/keluarga melakukan masase uterus. Jika uterus teraba keras,
menandakan bahwa uterus berkontraksi dengan baik.
- suami sudah diajarkan melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
4. Membersihkan ibu dan tempat persalinan dari paparan darah dan cairan tubuh
dengan air DTT serta membantu ibu menggunakan pakaian yang bersih dan
kering, kemudian dekontaminasi sarung tangan secara terbalik di dalam
larutan klorin 0,5%.
- Ibu dan tempat bersalin telah dibersihkan serta pakaian ibu telah
diganti dengan pakaian yang bersih dan kering, sarung tangan telah
didekontaminasi.
5. Dekontaminasi peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Cuci dengan detergen dan bilas dengan air mengalir.
- Peralatan bekas pakai telah didekontaminasi.
6. Observasi/evaluasi proses IMD. Mengobservasi/mengevaluasi keberhasilan
IMD.
- IMD dilakukan selama 1 jam dan telah berhasil.
7. Memberikan konseling pada ibu tentang pemasangan KB implant dan
menjadwalkan pemasangan KB tanggal 27 April 2018.
- Ibu mengerti dan bersedia dipasang KB implant
8. Memberitahukan ibu tanda bahaya kala IV, yaitu uterus tidak berkontraksi
dan adanya perdarahan pervaginam seperti air mengalir.
- Ibu sudah mengetahui tanda bahaya kala IV.
Pelaksana Asuhan
Emeliana Simanullang
66
3.3 Asuhan Masa Nifas
6 jam postpartum
Tanggal : 27 April 2018 Pukul : 08.00 WIB
S
Ibu mengatakan perutnya mules, ASI sudah keluar sedikit, bayi mau mencari
putting ibu dan mulai menghisap, ibu mengatakan bahagia atas kelahiran bayinya.
O
1. Keadaan umum ibu baik dengan tanda vital yaitu TD: 110/70 mmHg, Nadi :
80 x/menit, Pernafasan : 22 x/menit, Temp: 36,3ºC
2. Payudara : Bentuk simetris, putting susu menonjol, pengeluaran ada
3. Uterus : konsistensi uterus keras dengan kontraksi baik dan TFU 2 Jari
dibawah pusat
4. Pengeluaran lochea : warna merah (Lochea Rubra), bau amis, jumlah 50 cc,
konsistensi encer
5. Perineum : tidak ada robekan jalan lahir
6. Kandung kemih : kosong
A
Ibu 6 jam postpartum
P (pukul 08:00 WIB)
1. Melakukan observasi tanda-tanda vital, kontraksi, kandung kemih dan jumlah
perdarahan pada 2 jam postpartum yaitu 15 menit pada 1 dan 30 menit pada
jam ke 2. TD : 110/70 mmHg, Temp: 36,3˚C, RR : 80 x/menit, Nadi: 22
x/menit.
- Ibu sudah mengetahui keadaannya dan sudah dipantau selama 2 jam
postpartum. Keadaan ibu dalam batas normal.
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu minimal 8 jam/hari, untuk
memulihkan tenaga ibu karena proses persalinan dan menganjurkan ibu
mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti nasi, sayuran hijau, buah-
buahan, daging dan ikan laut untuk menambah energi ibu dan minum air
putih minimal 10 gelas/hari untuk membantu memperbanyak produksi ASI
selama menyusui.
67
- ibu bersedia melakukannya
3. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya agar tidak terjadi
hipotermi.
- Kehangatan bayi sudah dijaga.
4. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi, miring kanan/miring kiri secara bertahap
dan menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri, terutama pada
genetalia dengan mengganti doek setelah mandi atau bila ibu merasa tidak
nyaman.
- Ibu mengerti tentang mobilisasi dini dan berjanji untuk menjaga
kebersihan dirinya.
5. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya ibu nifas seperti:
a. Perdarahan pervaginam, penegluaran cairan berbau busuk
b. Sakit kepala dan nyeri perut yang hebat
c. Nyeri saat berkemih
d. Odema pada wajah, tangan dan kaki
e. Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan nyeri
f. Demam tinggi > 38˚C
- ibu sudah mengerti tanda bahaya ibu nifas
6. Memberikan ibu terapi obat yaitu amoxilin 3x500 mg untuk mencegah
terjadinya infeksi, asam mefenmat 3x500 mg untuk mengurangi rasa nyeri,
tablet Fe,vit B complex dan vit C denagn dosis 1x sehari untuk penambah
darah dan energi ibu serta memberikan ibu kapsul vitamin A 200.000 unit
untuk menaikkan jumlah kandungan vit A dalam ASI yang berfugsi dalam
system penglihatan, fungsi pembentukan kekebalan dan fungsi reproduksi.
Diminum 1 kapsul setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi setelah 24 jam.
- Ibu sudah mendapatkan terapi obat dan bersedia minum sesuai anjuran
bidan.
68
Asuhan 6 Hari Masa Nifas
Tanggal : 02 Mei 2018 Pukul : 10.00 WIB
S
Ibu mengatakan keadaannya semakin membaik, ASI banyak, ibu menyusui
bayinya setiap 2 jam, dan bayi menghisap kuat.
O
1. Keadaan umum ibu baik
2. kesadaran : Composmentis
3. Pemeriksan fisik
a. Tanda vital : TD: 120/80 mmHg, Nadi: 78 x/menit, RR: 22 x/menit,Temp:
36,5 º C.
b. Payudara : pengeluaran ASI baik, putting susu menonjol
c. Uterus : konsistensi uterus keras, kontraksi baik dan TFU pertengahan
simfisis ke pusat
d. Pengeluaran pervaginam berwarna merah kecoklatan (Lochea
Sanguiloenta) dan tidak berbau.
e. Ekstremitas : Tidak ada odema, kemerahan tidak ada, reflek patella kanan
kiri positif (+).
A
Post partum 6 hari
P (pukul : 10:10 WIB)
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan bayinya baik, TD
: 120/80 mmHg, RR : 20 x/menit, Nadi : 78 x/menit, Temp: 36,5º C.
- Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberitahukan bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan baik dan normal,
TFU pertengahan pusat dengan simfisis, uterus berkontraksi dengan baik,
tidak ada perdarahan abnormal dan tidak berbau.
- Ibu dalam keadaan normal.
3. Memastikan ibu menyusui dengan baik yaitu setiap 2 jam sekali, tidak ada
tanda-tanda penyulit pada payudara ibu.
- Ibu menyusui dengan baik dan tidak ada penyulit yang dialami ibu.
69
4. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi dan seimbang yaitu
nasi, sayuran, lauk, buah-buahan serta minum 8-10 gelas/ hari untuk
mendukung produksi ASI dan proses pengeluaran ibu serta menyarankan
tidak ada makanan pantangan bagi ibu nifas karena ibu nifas sangat
membutuhkan kalori yang cukup.
- Ibu bersedia akan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang.
5. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu yang akan datang atau
apabila ada keluhan.
- Ibu bersedia untuk kunjungan ulang.
Asuhan 2 Minggu Masa Nifas
Tanggal : 10 Mei 2018 Pukul: 16.00 Wib
S
Ibu mengatakan keadaannya sudah sehat, peneluaran ASI banyak, Ibu selalu
menyusui bayinya, dan ibu mengatakan pengeluaran pervaginamnya tidak berbau
lagi.
O
1. Keadaan umum ibu baik
2. Kesadaran: Composmentis
3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda vital : TD: 120/80 mmHg, Nadi: 78 x/ menit, RR: 22 x/ menit,
Temp: 36,5º C
b. Payudara : Pengeluaran ASI lancar, putting susu menonjol
c. Uterus : TFU tidak teraba
d. Pengeluaran pervaginam berwarna kekuningan (Lochea Serosa) dan tidak
berbau.
A
2 minggu post partum
P (pukul 10:10 WIB)
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu yaitu TD 120/80 mmHg,
Nadi 78 x/menit, RR 22 x/menit, Temp 36,5º C.
- Ibu sudah mengetahui keadaannya.
70
2. Memberitahukan bahwa involusi uteri ibu berjalan normal, TFU tidak teraba
dan tidak ada perdarahan yang berbau.
- Keadaan ibu normal.
3. menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan abnormal
- tidak ada tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan abnormal, ibu
dalam keadaan baik.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi dan asupan
nutrisi yang cukup seperti nasi, sayur-sayuranan, lauk, buah-buahan dan
minum 8-9 gelas/hari untuk kelancaran produksi ASI dan minum pil zat besi
1x1 per hari.
- Ibu bersedia melakukannya dan sudah minum 8-9 gelas/hari dan
minum pil zat besi.
5. Mengingatkan ibu kembali untuk tetap menyusui bayinya sesuai kebutuhan
sampai umur 6 bulan supaya bayi mendapat ASI eksklusif serta mengajarkan
ibu cara melakukan perawatan payudara supaya mencegah terjadinya
bendungan ASI.
- Ibu sudah mengerti tentang pemberian ASI pada bayi dan sudah
mengerti cara perawatan payudara.
6. Anjurkan Ibu untuk kunjungan ulang 4 minggu lagi atau apabila ada keluhan.
- Ibu bersedia untuk kunjungan ulang.
Asuhan 6 minggu Masa Nifas
Tanggal : 07 Juni 2018 Pukul 10.00 WIB
S
Ibu mengatakan keadaannya sehat dan sudah merasa nyaman dengan kondisinya
saat ini, ibu sudah melakukan aktivitas dirumah. Ibu selalu menyusui bayinya
tanpa memberikan makanan tambahan.
O
1. Keadaan umum baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Pemeriksaan fisik
71
a. Tanda vital : TD 120/80 mmHg, Temp: 36,2 º, Nadi 78 x/menit, RR: 22
x/menit.
b. Payudara : Pengeluaran ASI normal
c. Pengeluaran : lochea Alba berwarna putih kekuningan
A
6 minggu Post partum
P ( pukul: 10:10 WIB)
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu. Hasil pemeriksaan TD:
120/80 mmHg, HR: 80 x/menit, RR: 22 x/menit, Temp: 36,2 º C.
- Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberitahukan bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan normal, TFU tidak
teraba, tidak ada perdarahan yang abnormal dan tidak berbau.
- Ibu dalam keadaan normal.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan yang sehat dan bergizi,
karena akan mempengaruhi produksi ASI dan minum air putih 8-9 gelas/ hari.
- Ibu mengerti dan mengatakan akan selalu menjaga pola makanan yang
sehat dan bergizi.
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, siang minimal 1 jam/ hari
dan malam minimal 7 jam/ hari.
- Ibu bersedia melakukannya.
5. Memberitahukan kepada ibu bahwa ibu sudah dapat kembali untuk
melakukan hubungan seksual.
- Ibu sudah mengetahui bahwa dirinya sudah bisa kembali berhubungan
seksual.
6. Menganjurkan ibu membawa bayinya ke posyandu/ puskesmas untuk
penimbangan dan imunisasi. Menuliskan jadwal imunisasi di buku KIA.
- Ibu sudah mengetahui jadwal imunisasi dan mengatakan akan
membawa bayinya untuk imunisasi ke posyandu/ puskesmas
Pelaksana Asuhan
Emeliana Simanullang
72
3.4 Asuhan Bayi Baru Lahir
Bayi Baru Lahir 6 jam
Tanggal : 27 April 2018 Pukul : 08.00 WIB
S
Bayi Ny. L lahir tanggal 26 April 2018 pukul : 22.20 WIB dengan jenis kelamin
Perempuan. Riwayat kehamilan P2A0, usia kehamilan aterm, bayi dalam keadaan
sehat.
O
1. Keadaaan umum baik, bayi tidak biru dan tidak pucat dengan Suhu : 36 º C,
Nadi : 130 x/menit, pernafasan : 48 x/menit, warna kulit merah, turgor baik
PB : 50 cm dan BB 3400 gram
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Tidak ada caput succedenum, Sutura lengkap, LK : 33 cm
b. Mata : Simetris, tidak ada perdarahan dan kotoran, sklera putih dan
konjungtiva merah muda, refleks mengedip positif
c. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung
d. Mulut : Bersih, refleks rooting (+)
e. Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran cairan
f. Leher : Tidak kaku
g. Dada : Simetris, tidak ada bunyi mur-mur/wheezing, LD : 32 cm
h. Abdomen: Bentuk cembung, tali pusat tertutup kasa steril dan tidak
berdarah
i. Punggung : Tidak ada spinabifida
j. Genetalia : Bersih dan tidak ada kelainan
k. Anus : Berlubang, tidak ada kelainan, sudah BAK dan BAB
l. Ekstremitas: Atas dan bawah normal, tidak ada pilodaktil, LILA : 11 cm
m. Kulit : Kemerahan dan turgor baik
A
Neonatus dini 6 jam
P (pukul 08:10 WIB)
1. Mengobservasi tanda-tanda vital dan tangisan bayi
73
2. Mengidentifikasi bayi perempuan dengan PB: 50 cm dan BB 3400 gram
3. Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat
4. Bounding attachment dan memberikan ASI pada bayi segera dan bayi mau
menghisap, bayi dibungkus dengan kain bedong
5. Memberikan injeksi vitamin K 1 jam setelah bayi lahir
6. Memberikan salap mata kepada bayi 1 jam setelah bayi lahir
7. Memberikan injeksi HB0
8. Memandikan bayi baru lahir setelah 6 jam
9. Melakukan perawatan tali pusat saat setelah dimandikan
Asuhan Bayi 6 hari
Tanggal : 02 Mei 2018 Pukul : 10.00 Wib
S
Bayi dalam keadaan sehat, tali pusat sudah putus 1 hari yang lalu tanggal 01 Mei
2018.
O
Keadaan umum baik, menangis kuat, gerak aktif, kulit merah, suhu: 36,2 ˚C,
pernafasan : 47 x/menit dengan BB : 3500 gram, bayi tidak sianosis, refleks isap
baik, abdomen tidak kembung, tali pusat sudah putus, tidak ada perdarahan, tanda-
tanda infeksi tidak ada, BAK dan BAB (+).
A
Neonatus 6 hari dengan keadaan normal
P (Pukul 10:05 WIB)
1. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan tanda-tanda vital bayi dan
tangisan. Bayi dalam keadaan baik dan sehat.
2. Mengingatkan ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif dan menyusui
bayinya sesering mungkin setelah selesai menyusui bayi disendawakan
dengan cara menepuk-nepuk punggung bayi agar bayi tidak muntah.
- Ibu akan menyusui bayinya sesering mungkin dan segera
menyendawakan bayinya setelah menyusui.
74
3. Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi dengan membedong
bayi, mencuci tangan setiap ibu memegang bayi dan mengganti popok bayi
setiap kali basah.
- Ibu mengerti dan bersedia melakukannya sesuai anjuran.
4. Memberitahukan ibu untuk kunjungan ulang tanggal 23 Mei 2018 membawa
bayinya untuk memeriksakan perkembangan, penimbangan bayi dan
imunisasi BCG dan polio 1.
- Ibu mengerti dan bersedia untuk membawa bayinya imunisasi.
Asuhan Bayi 28 Hari
Tanggal : 23 Mei 2018 Pukul :10.00 Wib
S
Bayi dalam keadaan sehat, pergerakan bayi kuat dan bayi menyusui dengan lancar
O
Keadaan umum baik, menangis kuat, gerak aktif, kulit merah, suhu 36,5º C
Pernafasan : 46 x/menit, BB : 4000 gram, refleks isap baik, abdomen tidak
kembung, tali pusat sudah putus, bayi menyusui dengan kuat, tidak ada tanda-
tanda infeksi, BAK dan BAB (+).
A
Neonatus 28 hari dengan keadaan normal
P (pukul: 10:10 WIB)
1. Memberitahukan ibu bahwa keadaan bayinya normal.
- Ibu sudah mengetahui keadaan bayinya normal dan sehat.
2. Menjaga suhu tubuh bayi agar tidak hipotermi, dengan memakai baju serta
didekatkan ke ibu.
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif yaitu hanya ASI saja
tanpa diberikan pendamping ASI atau susu formula sampai 6 bulan.
- Ibu bersedia melakukan anjuran Bidan
4. Memberikan bayi imunisasi lanjutan BCG dan polio 1
- Bayi sudah diberi imunisasi BCG dan polio 1
75
5. Memberitahukan ibu untuk kunjungan ulang tanggal 23 Juni 2018 membawa
bayinya untuk memeriksakan perkembangan, penimbangan bayi dan
imunisasi DPT- HB-Hib 1, Polio 2.
- Ibu mengerti dan bersedia untuk membawa bayinya imunisasi.
Pelaksana Asuhan
Emeliana Simanullang
76
3.5 Asuhan Keluarga Berencana
Tanggal : 27 April 2018 Pukul : 10:00 WIB
S
Ibu mengatakan ingin menggunakan alat kontasepsi Implant
O
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-Tanda Vital: TD : 120/80 mmHg Pols: 78 x/menit Temp: 36,5 ° C
RR : 20 x/menit
4. Konseling KB : Sudah diberikan saat pemeriksaan ANC ke-3 pada tanggal
17 April 2018 dan tanggal 26 April saat 2 jam post partum.
A
Ibu Ny . LY PIIA0 akseptor KB Impant
P
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaannya yaitu TD : 120/80 mmHg,
Nadi : 78 x/menit Suhu : 36, 5 °C, RR : 20 x/menit.
- Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Melakukan informed concent kepada calon akseptor.
- Sudah dilakukan dan ibu menyetujuinya
3. Menyiapkan alat dan bahan untuk pemasangan implant yaitu trokat dan
pendorongnya, 2 batang implant, alkohol, spuit 5 cc, lidokain, kassa steril,
plester, gunting, nierbekken, kom steril berisi larutan betadin, duk bolong
steril, skapel, pinset, 1 pasang hanscoen dan klem.
- Alat-alat sudah dipersiapkan dan didekatkan pada pasien.
4. Melakukan pemasangan implant yaitu:
a. Pasien terlebih dahulu mencucui tangan kiri dengan bersih
b. Petugas mencuci tangan dengan 7 langkah bilas dengan air mengalir
keringkan dengan kain bersih kemudian pasang hanscoon.
77
c. Mempersiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptic kemudian
suntikkan anastesi local tepat dibawah kulit pada lokasi pemasangan,
jangan lupa lakukan aspirasi. Perhatikan efek anastesi setelah pemasangan.
d. Buat insisi dangkal 2 mm tepat di lokasi penyuntikan dengan
menggunakan skapel. Masukkan trokat dengan ujung yang tajam
menghadap ke atas melalui luka insisi sambil menarik kulit keatas sampai
pangkal trokat berada di bawah kulit.
e. Tarik pendorong keluar dan masukkan kapsul kedalam trokat dengan
menggunakan klem. Dorong kapsul ke arah ujung trokat dengan
pendorong menggunakan satu tangan untuk menstabilkan, kemudian raba
ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah keluar
seluruhnya dari trokat. Tanpa mengeluarkan seluruh trokat, putar ujung
trokat ke arah lateral kanan dan kembali ke posisi semula, menggeser
trokat sekitar 15-250, masukkan trokat sampai batasnya, keluarkan
pendorong dan masukkan kapsul dengan klem dan dorong menggunakan
pendorong sambil satu tangan meraba kapsul kedua. Jika sudah terpasang,
keluarkan trokat secara perlahan. Beri betadin dan dep dengan kasa steril
lalu tutup dengan plester.
- Implant sudah terpasang.
f. Berikan terapi Amoxilin 3x500 mg/hari, Asam Mefenamat 3x500
mg/hari.
- Ibu sudah menerima terapi
g. Menganjurkan ibu untuk datang 1 minggu lagi memeriksakan kembali jika
ada keluhan serta mengisi kartu kunjungan ulang tanggal 26 April 2021
untuk melepaskan.
- Ibu bersedia datang jika ada keluhan
Mengetahui,
Pimpinan PMB Helen Tarigan Pelaksana Asuhan
( Helen K Tarigan, SST ) (Emeliana Simanullang)
78
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan asuhan berkesinambungan (Continuity of care) ini,
penulis menyajikan kasus dengan membandingkan antara teori dan asuhan
berkesinambungan yang diterapkan pada Ny.LY GIIPIA0 usia 25 tahun, usia
kehamilan mulai 32 minggu dilakukan sejak 13 Maret 2018 sampai 07 Juni 2018
yang dimulai dari ibu hamil trimester III fisiologis, bersalin, nifas, BBL sampai
pelayanan KB di Praktik Mandiri Bidan Helen Tarigan Kecamatan Medan
Selayang. Adapun masalah maupun kendala yang dijumpai dari ibu sehingga
memiliki kesenjangan antara teori, berikut akan dibahas satu persatu.
4.1 Kehamilan
Selama hamil Ibu mengatakan telah melakukan pemeriksaan kehamilan
mulai dari trimester I sampai dengan trimester III sebanyak 5 kali yaitu satu kali
pada trimester I, satu kali pada trimester II dan tiga kali pada trimester III. Hal ini
sesuai dengan teori dimana kunjungan antenatal care dilakukan paling sedikit
empat kali selama kehamilan yaitu satu kali pada trimester I, satu kali pada
trimester II dan dua kali pada trimester III (Prawirohardjo, 2014). Dengan ini Ny.
LY melakukan kunjungan kehamilan lebih dari 4 kali, ini adalah kunjungan
kehamilan normal tidak ditemukan kesenjangan dengan teori.
Asuhan Continuity of care yang diberikan kepada Ny. LY, dimulai
trimester III usia kehamilan 32-34 minggu pada ANC pertama tanggal 13 Maret
2018, diawali dari pengkajian/anamnesa untuk mendapatkan pemeriksaan data
objektif. Hasil anamnesa HPHT 19 Juli 2017 dan TTP 26 April 2018. Pelayanan
antenatal care bertujuan untuk memantau perkembangan janin dan kemajuan
kehamilan, memastikan kesehatan ibu serta mengenali secara dini kelainan dan
komplikasi yang mungkin terjadi.
Menurut Buku Kesehatan Ibu dan Anak, (2016) Standar pelayanan asuhan
kehamilan pada ibu hamil adalah 10 T di antaranya timbang berat badan dan ukur
tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur Lingkar Lengan Atas (LILA), Ukur Tinggi
Fundus Uteri (TFU), penentuan letak janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ),
79
imunisasi Tetanus Toxoid (TT), pemberian tablet penambah darah (FE), tes
laboratorium, temu wicara dalam rangka persiapan rujukan dan tatalaksana.
Pada penimbangan berat badan diketahui bahwa Ny. LY mengalami
penambahan berat badan sebesar 15 kg di akhir kehamilan 38 minggu dimana
berat badan Ny. LY sebelum kehamilan adalah 50 kg dan di akhir kehamilan 65
kg. Menurut teori penambahan berat badan dari mulai awal kehamilan sampai
akhir kehamilan adalah 6,5-16 kg (Nurjasmi dkk, 2016). Diketahui bahwa
kenaikan berat badan Ny. LY adalah dalam batas normal. Dengan ini tidak ada
kesenjangan teori dengan kenyataan.
Selama kehamilan ibu sudah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 3 kali.
yaitu Imunisasi TT 1 tanggal 20 Desember 2013, imunisasi TT2 tanggal 20
Januari 2014, imunisasi TT3 10 Maret 2018. Menurut Ika Pantiawati (2015),
pemberian imunisasi TT pada ibu hamil diberikan sebanyak 5 kali yaitu: TT 1
pada kunjungan ANC pertama setelah positif hamil, TT 2 yaitu 4 minggu setelah
TT 1 dengan masa perlindungan 3 tahun, TT 3 yaitu 6 bulan setelah TT 2 dengan
masa perlindungan 5 tahun, TT 4 yaitu 1 tahun setelah TT 3 dengan masa
perlindungan 10 tahun dan TT 5 yaitu 1 tahun setelah TT 4 dengan masa
perlindungan 25 tahun atau seumur hidup. Ibu mendapatkan imunisasi TT pertama
dan kedua pada kehamilan pertama dan imunisasi ketiga pada kehamilan kedua.
Dengan ini ibu sudah mendapatkan suntik TT sebayak 3 kali dengan
perlindungan 5 tahun. Hal ini tidak ditemukan kesenjangan dengan teori.
Pemberian tablet tambah darah (Fe), Ny. LY sudah mengkonsumsi sejak
usia 12 minggu, walau setiap bulannya terkadang masih ada 1-2 tablet yang lupa
diminum, Ny. LY sudah merasakan manfaatnya sehingga Ny. LY tidak merasakan
keluhan yang mengarah pada tanda bahaya anemia. Selama kehamilan ibu harus
mengkonsi minimal 90 tablet penambah darah (Fe) (Buku KIA, 2016). Karena
sulit untuk mendapatkan zat besi dengan jumlah yang cukup dari makana. Untuk
mencegah anemia ibu hamil sebaiknya mengkonsumsi sedikitnya 60 tablet
penambah darah (Fe). Ny. LY sudah mengkonsumsi lebih dari 60 tablet penambah
darah (Fe) sehingga tidak ada kesenjangan teori dengan kenyataan.
80
Pada kunjungan ANC pertama pemeriksaan haemoglobin pada Ny.LY
yaitu 12,6 gr/%. Menurut Rukiyah, (2013) klasifikasi anemia yaitu Hb ≥ 11,0
gr% tidak anemia, Hb 9,0 -10,9 gr% anemia ringan, Hb 7,0 - 8,9 gr% anemia
sedang, Hb ≤7,0 gr% anemia berat. Sesuai dengan teori diatas bahwa pada
kunjungan ANC pertama pemeriksaan haemoglobin Ny. LY dinyatakan tidak
anemia. Dengan ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan kenyataan.
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan kehamilan trimester III Ny. LY
penulis menemukan beberapa keluhan yang dirasakan Ny. LY yaitu mengeluh
sakit dibagian selangkangan, sering BAK pada malam hari dan sakit perut pada
bagian bawah. Bila dibandingkan dengan teori keluhan ini merupakan perubahan
fisiologis yang dialami oleh ibu hamil trimester III, dimana pada usia kehamilan
32 minggu ke atas, kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul dan keluhan
sering kencing akan timbul karena kandung kemih akan tertekan oleh pembesaran
uterus dan hal ini juga yang menyebabkan sakit pada perut bagian bawah ibu.
Penulis memberikan asuhan konseling kepada ibu tentang perubahan
ketidaknyamanan fisiologis yang dialami oleh ibu hamil trimester III dengan
mengosongkan saat terasa ada dorongan untuk kencing, perbanyak minum pada
siang hari dan membatasi minum pada malam hari (Astuti, 2017).
Selama melaksanakan asuhan antenatal, semua asuhan yang diberikan
pada Ny. LY dapat terlaksana dengan baik dan normal, yaitu kunjungan ANC ibu
baik, dilakukan asuhan 10T, ibu mengkonsumsi tablet FE secara rutin,
haemoglobin menjadi normal, dan keluarga bersifat kooperatif (kerja sama)
sehingga tidak terjadi kesulitan dalam memberikan asuhan.
4.2 Persalinan
Pada tanggal 26 April 2018 pukul 17: 00 WIB, Ny.LY datang ke Praktik
Mandiri Bidan Helen Tarigan dengan mengeluh sakit perut menjalar hingga ke
pinggang yang semakin sering, keluar lendir darah dari kemaluan sejak pukul
12.00 WIB. Pukul 17.10 WIB dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil
pembukaan 4 cm, portio lunak, ketuban utuh, presentasi kepala, penurunan bagian
terbawah hodge 3. Persalinan kala I Ny.LY berlangsung selama 5 jam dihitung
81
sejak fase aktif pembukaan 4 cm. Menurut Joharyah (2016) tanda-tanda persalinan
adalah adanya his persalinan, pinggang terasa sakit dan menjalar ke perut dan sifat
his teratur, pengeluaran lendir bercampur darah pada jalan lahir, pada
pemeriksaan dalam adanya pembukaan serviks. Menurut Rukiayah (2014) Kala I
untuk multigravida 7-8 jam. Kala I pada Ny. LY berjalan dengan normal, tidak
ada tanda-tanda bahaya yang dialami ibu. Ditinjau dari pelaksanaan asuhan
menunjukkan tidak adanya kesenjangan antara teori dan praktik
Pukul 21:00 WIB dilakukan VT pembukaan 9 cm, his semakin kuat yaitu
5 kali dalam 10 menit dengan durasi 50 detik. Pukul 22: 00 WIB pembukaan
sudah lengkap (10 cm), adanya dorongan untuk meneran yang berlangsung selama
20 menit dimulai dari pembukaan lengkap, persalinan ditolong dengan APN.
Pukul 22.20 WIB bayi lahir sponntan, bugar,segera menangis, jenis kelamin
perempuan, BB 3400 gram, PB 50 cm. Menurut Walyani (2015) Kala II
persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap 10 cm dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada
multipara 30 menit -1 jam. kala II ini memiliki ciri khas his teratur, kuat, cepat
dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin turun masuk ruang panggul
dan secara reflek menimbulkan rasa ingin mengejan, tekanan pada rectum, ibu
merasa ingin BAB dan anus membuka. Berdasarkan hasil observasi penulis tidak
menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik.
Persalinan kala III berlangsung selama 10 menit. Menurut Endang (2016)
lama kala III pada primigravida dan multigravida hampir sama berlangsung
selama 15-30 menit. tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. Asuhan yang
diberikan pada kala III sesuai dengan teori yaitu memastikan tidak ada janin
kedua, menyuntikkan oksitoksin 10 UI secara IM pada paha kanan bagian luar
untuk merangsang kontraksi uterus sehingga plasenta terlepas dari dinding uterus.
Kontraksi uterus yang baik dapat mempercepat pengeluaran plasenta, mencegah
perdarahan, dan mengurangi kehilangan darah. Plasenta lahir lengkap pukul 22.30
WIB dan segera melakukan masase uterus.
Kala IV dilakukan setelah bayi dan plasenta lahir. Hasil pemeriksaan pada
Ny.LY diperoleh kontraksi baik, TFU 2 jari di bawah pusat, konsistensi uterus
82
keras, tidak ada laserasi jalan lahir, kandung kemih kosong dan perdarahan dalam
batas normal. Hasil pemantauan dicatat dalam lembar partograf. Kala IV
merupakan kala pengawasan setelah plasenta lahir sampai 2 jam pertama. Asuhan
yang diberikan pada kala pengawasan adalah 15 menit pada jam pertama dan 30
menit pada jam kedua. Hal ini perlu dipantau pada 2 jam pertama adalah
pemantauan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, kandung
kemih dan jumlah darah yang keluar. Asuhan lain yang diberikan mengajarkan
ibu/keluarga untuk melakukan masase uterus dengan tujuan agar rahim
berkontraksi dan tidak terjadi perdarahan (Astuti, 2015).
Dengan penatalaksanaan yang baik, tidak ada kesenjangan antara asuhan dan
teori. Asuhan yang diberikan pada Ny.LY dari kala I sampai dengan kala IV
berjalan dengan baik dan tidak ada tanda-tanda bahaya yang dialami. Ibu dan bayi
dalam keadaan baik.
4.3 Nifas
Pada masa nifas dilakukan pemeriksaan sebanyak 4 kali yaitu pada 6 jam,
6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu post partum. Masa nifas Ny. LY berlangsung
dengan normal, sesuai dengan teori bahwa masa nifas paling sedikit 4 kali
kunjungan masa nifas yaitu untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir,
mencegah dan mendeteksi masalah yang terjadi pada masa nifas (Marmi, 2015).
Pada kunjungan I yaitu 6 jam post partum pada Ny.LY pada tanggal 27
April 2018 pukul 08.00, dengan hasil pemeriksaan TFU 2 jari di bawah pusat,
kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, pengeluaran lochea rubra berwarna
merah, TTV dalam batas normal. Menurut Reni Yuli (2015) pengeluaran lochea
selama 2 hari postpartum berwarna merah berupa sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, sisa mekonium, dan sisa darah. Asuhan lain yang diberikan pada ibu
adalah memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga
mengenai kebutuhan istirahat untuk mencegah terjadinya gangguan psikologis
pada fase taking in seperti postpartum blues pada ibu, dengan cara memberikan
perhatian dan dukungan melalui kehadiran suami atau keluarga serta membantu
83
ibu dalam perawatan bayinya seperti mengganti popoknya karena ibu postpartum
membutuhkan istirahat yang cukup (Anggraini, 2014).
Pada kunjungan 6 hari masa nifas, tanggal 02 Mei 2018 pukul 10:10 WIB,
di rumah Ny LY dengan keadaan umum ibu baik dengan TTV normal, cairan
yang keluar dari kemaluan ibu berwarna merah kekuningan (lochea
sanguinolenta), ASI lancar dan pola nutrisi ibu baik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Reni Yuli, (2015) yang menyatakan bahwa pada hari ke 3-7 setelah
persalinan terdapat pengeluaran lochea yang disebut lochea sanguinolenta
berwarna merah kekuningan.
Ibu juga masih mengonsumsi tablet penambah darah (Fe), tidak ada
masalah saat BAK dan BAB. Menurut Anggraini (2014) Penambahan kalori pada
ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari. Untuk kebutuhan cairannya, ibu
menyusui harus minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. Tablet zat besi diminum
minimal 40 hari pasca persalinan. Perubahan psikologis ibu baik, yaitu ibu sudah
mampu bertanggung jawab untuk merawat bayinya. Menurut teori Marmi, (2015)
perubahan psikologis dibagi menjadi 3 fase yaitu fase taking in 1 sampai 2 hari
postpartum, taking hold 3 sampai 4 hari postpartum, dan letting go hari
kesepuluh. Pada saat kunjungan ini perubahan psikologis ibu termasuk dalam fase
letting go.
Kunjungan ketiga dilakukan tanggal 10 Mei 2018 pukul 10.00 WIB, hasil
evaluasi TTV normal, TFU sudah tidak teraba, cairan vagina yang keluar
berwarna kuning kecoklatan (lochea serosa) dan tidak berbau busuk. Asuhan yang
diberikan tetap mengingatkan ibu untuk menjaga kebersihan diri, menyusui
bayinya sesering mungki. Hal ini sesuai dengan teori Moctar Rustam (2015)
involusi uteri pada 2 minggu pertama, TFU sudah tidak teraba dan lochea yang
keluar adalah lochea serosa berwarna kuning kecoklatan dan tidak berbau busuk.
Kunjungan keempat dilakukan pada 6 mingggu post partum tanggal 07
Juni 2018 pukul 10.00 WIB dengan hasil pemeriksaan TFU tidak teraba,
pengeluaran lochea berwarna keputihan dan tidak ada keluhan. Tujuan asuhan
yang diberikan menanyakan pada ibu tentang masalah yang dialami ibu dan
bayinya.
84
Dengan penatalaksanaan yang baik melakukan kunjungan dan asuhan
masa nifas 6 jam pertama, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu pada Ny. LY semuanya
berjalan dengan baik dan normal. Hal ini terlihat ketika di evaluasi tidak terdapat
masalah dan komplikasi yang dialami.
4.4 Bayi Baru Lahir
Kunjungan neonatus pertama dilakukan pada 10 jam setelah bayi lahir.
Bayi lahir spontan pada tanggal 26 April 2018 pukul 22.20 WIB, menangis kuat,
warna kulit kemerahan, BB 3400 gr dan PB 50 cm dan dilakukan Inisiasi
Menyusui Dini (IMD). Hasil evaluasi bayi menyusu kuat, tidak ada perdarahan
pada tali pusat, tidak hipotermi, tidak ada tanda bahaya bayi baru lahir, bayi sudah
disusui sesering mungkin. Asuhan yang diberikan adalah perawatan tali pusat,
pencegahan hipotermi, pemberian salep mata, Vit. K dan HB0. Perawatan tali
pusat dilakukan dengan membungkus tali pusat dengan kassa steril. Menurut
Sondakh (2013) tanda-tanda bahaya bayi baru lahir yaitu pernafasan lebih cepat,
suhu badan yang tinggi, tali pusat merah dan bernanah, mata bengkak, tidak ada
BAK dan BAB 24 jam pertama. Menurut Marmi (2015) pemberian salep mata
merupakan pengobatan infeksi mata selama proses persalinan. Sementara Vit. K
berfungsi untuk mencegah perdarahan yang bisa muncul karena protombin rendah
pada beberapa hari pertama kehidupan bayi. Hal tersebut menunjukkan tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik.
Kunjungan neonatus kedua dilakukan pada 6 hari tanggal 02 Mei 2018
pukul 10.10 WIB di rumah Ny. LY. Hasil evaluasi tali pusat sudah putus tanggal
01 Mei 2018 tidak ada tanda-tanda infeksi, bayi menyusu kuat, tidak hipotermi,
tidak ada tanda-tanda bahaya bayi baru lahir, bayi sudah disusui sesering
mungkin. Asuhan yang diberikan sesuai dengan teori Sondakh (2013) yaitu
pemeriksaan fisik, bayi menyusu kuat, dan mengamati tanda bahaya pada bayi.
Kunjungan neonatus ketiga dilakukan pada neonatus 28 hari setelah lahir
tanggal 24 Mei 2018 pukul 10.00 WIB di PMB Helen Tarigan. Hasil evaluasi
bayi menyusu kuat, bayi tetap diberikan ASI, tidak ada tanda bahaya yang terlihat
pada bayi. Asuhan yang diberikan yaitu imunisasi BCG dan polio 1 pada bayi
85
dan menganjurkan ibu membawa bayinya imunisasi pada bulan berikutnya.
Pemberian ASI secara Ekslusit selama 6 bulan tanpa mekanan pendamping.
Menurut Marmi (2015) imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit melalui
pemberian vaksin untuk kekebalan tubuh yang dilaksanakan terus-menerus
sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutus rantai
penularan.
4.5 Keluarga Berencana
Menurut Saifuddin (2013), konseling merupakan aspek yang sangat
penting dalam pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Teknik konseling yang
baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara
interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang
ada. Selanjutnya dengan informasi yang lengkap dan cukup akan memberikan
keleluasaan pada klien dalam memutuskan dan memilih kontrasepsi yang akan
digunakannya. Sesuai dengan teori ini, pelaksana asuhan memberikan keleluasaan
kepada Ny. LY untuk memilih ingin menggunakan kontrasepsi apa.
Asuhan keluarga berencana yang diberikan pada keluarga Tn. S dan Ny.
LY dilakukan untuk mencegah kehamilan. Ny.LY menginginkan alat kontrasepsi
yang tidak mengganggu produksi ASI dan aktifitas sehari-hari. Konseling dan
telah diberikan pada kunjungan ANC tanggal 17 April 2018 dan 2 jam postpartum
tanggal 26 April 2018. Ibu dan suami setuju dan memilih alat kontrasepsi Impant
jenis indoplan yang terdiri dari 2 batang putih lrntur yang masing-masing
mengandung 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. Pada tanggal 27
April 2018 ibu dan suami telah setuju dan ibu bersedia untuk pemasangan
Implant. Pukul 10:20 WIB Implant telah terpasang di lengan kiri ibu. Kemudian
anjurkan ibu untuk menutup luka selama 3 hari dan tidak terkena air.
Setelah 1 minggu dan 2 minggu klien dianjurkan untuk control ulang
sambil ditanyakan apakah terjadi masalah seperti rasa nyeri pada lengan, ada
nanah pada luka bekas pemasangan, batang implant keluar dari lengan, sakit
kepala yang hebat atau pandangan kabur, terjadi perdarahan dari kemaluan. Alat
kontrasepsi yang digunakan ibu tidak ada masalah selama berlangsungnya continuity
of care.
88
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari uraian materi dan pembahasan kasus tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pentingnya asuhan yang diberikan secara continuity of care
oleh penulis terhadap ibu dimulai dari kehamilan trimester III fisiologis, bersalin,
nifas, BBL sampai KB di PMB Helen Tarigan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
5.1.1. Asuhan Kehamilan
Asuhan antenatal care pada Ny. LY GIIPIA0 usia 25 tahun telah dilakukan
kunjungan sebanyak 3 kali tidak terdapat masalah dan semua berjalan
dengan lanncar.
5.1.2. Asuhan Persalinan
Asuhan intranatal care pada kala I proses persalinan Ny. LY, lamanya 5
jam, kala II selama 20 menit bayi lahir spontan, segera menangis, warna
kulit kemerahan dan gerakan aktif. kala III 15 menit plasenta lahir spontan
dan lengkap. Pada kala IV dilakukan pengawasan selama 2 jam
postpartum, dari kala I sampai kala IV dilakukan sesuai dengan APN.
5.1.3. Asuhan Masa Nifas
Asuhan kebidanan pada masa nifas dilakukan sebanyak 4 kali berjalan
dengan baik. Selama memberikan asuhan ibu nifas involusi berjalan
dengan normal, proses laktasi lancar.
5.1.4 Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny. LY lahir tanggal 26 April
2018, perempuan, BB 3400 gram, PB 50 cm, dilakukan IMD dan
pemberian ASI eksklusif, perawatan bayi baru lahir, pemberian vit.K, HB0
dan salep mata pada kunjungan nonatus I. Asuhan bayi baru lahir sejak
kunjungan 6 jam sampai 28 hari berlangsung baik, tidak ditemukan tanda
bahaya dan komplikasi.
89
5.1.4. Asuhan Keluarga Berencana
Asuhan keluarga berencana yang diberikan pada Ny. LY PIIA0 memilih
untuk menggunakan Implant yang terdiri dari 2 batang putih lentur yang
mengandung levonorgestrol mencegah kehamilan selama 3 tahun.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan asuhan kebidanan secara continuity of care dapat dilakukan
sejak trimester pertama pada ibu hamil agar pemantauan dan deteksi dini
komplikasi pada ibu dan bayi dapat ditingkatkan untuk menurunkan AKI
dan AKB di masyarakat dan memfasilitasi perpustakaan dengan
memperbanyak buku terbitan tahun terbaru dalam bidang kesehatan
khususnya tentang Asuhan Kebidanan.
5.2.2 Bagi Lahan Praktik
Diharapkan PMB Helen Tarigan dapat mempertahankan pelayanan asuhan
kebidanan yang sudah baik kepada klien dan melengkapi sarana dan
prasarana dalam pelayanan agar semakin meningkatnya kualitas kesehatan.
5.2.3. Bagi Pelaksana Asuhan Selanjutnya
Diharapkan dapat tetap meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan asuhan dan lebih menguasai teori, praktik dan program-program
yang tersedia bagi setiap asuhan yang diberikan yang berkualitas agar
memenuhi standar yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini,Yetti. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta: Graha Ilmu.
Asrinah, dkk.2015. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Astuti,Maya .2017. Buku Pintar Kehamilan. Jakarta: Buku Kedokteran ECG.
Astutik, Reni. 2015. Asuhan kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui. Jakarta: Trans
Info Media.
Afandi. Biran, dkk. 2013. Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Bapennas. 2015. RPJMN 2015-2019 dan strategi pembangunan kesehatan dan
gizi masyarakat. Jakarta: Kemenkes 2015.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2015. Profil Kesehatan Sumatera
Utara Tahun 2015. Medan : Dinkes Prov. SU.
Johariyah. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.Jakarta :
Trans Info Media.
Kemenkes. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Gavi.
_________.2015. Buku Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta:
Gavi.
_________.2015. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals
(SDGs). Jakarta: Kemenkes RI 2015.
Marmi dan K. Rahardjo. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Muslihatun, Wafi . 2013. Asuhan Neonatus dan Bayi Balita. Yogyakarta:
Fitramaya.
Nurjasmi,dkk.2016. Buku Asuhan Kehamilan . Jakatra: Nuha Medika.
Pantiawati, Ika dan saryono. 2015. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta
: Nuha Medika.
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia . 2016. Buku Acuan Midwifery Update.
Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.
Prawirohardjo, Sarwono, dkk. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.
Profil Kesehatan Indonesia. 2016. http//www.depkes.go.id/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan indonesia. Pdf. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI (di akses 10 februari 2018).
__________.2015..http//www.depkes.go.id/profil-kesehatan-indonesia/profil-
kesehatan indonesia. pdf. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI (di akses 10
Februari 2018).
Purwoastuti, Endang dan Elisabeth S. Walyani. 2016. Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir . Yogyakarta : PT Pustaka Baru ..
__________.2015. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui . Yogyakarta. Pustaka
Baru Press.
__________.2015. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Rencana. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Reni,Yuli. 2015. Asuhan Ibu Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Rohani, dkk.2014. Asuhan Kehamilan Persalinan.Yogyakarta. Salemba Medika
Rukiyah, Ai Yehyeh, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan II1 (Nifas). Jakarta: Trans
Info Media.
__________.2014. Asuhan kebidanan II (Persalinan ).Jakarta : Trans Info Media.
__________.2013. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: Trans Info Media.
Saifuddin, Abdul Bari. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saputra, Lyndon. 2014. Asuhan Neonatus. Jakarta: EGC.
Sari, Eka P. dan Kurnia Dwi R. 2014. Asuhan Masa Nifas dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Salemba Medika.
Sondakh, J.J. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Malang:
Erlangga.
Sujiyatini . dkk, 2017. Asuhan kebidanan II (persalinan).Yogyakarta: Rohima
Press.
Suratun, dkk. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.
Jakatra : TIM
Walyani, Elisabeth Siwi. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta :
Pustaka Baru Press.
____________.2015. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yoyakarta: Pustaka Baru
Press.
PRAKTIK MANDIRI BIDAN (PMB) HELEN
No.Izin : Ym.02.04.122 7/B
JL. Bunga Rinte Gg.Mawar I.No. I. Sp.Selayang Medan
KepadaYth:
Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Medan Jurusan D3 Kebidanan Medan
Di-
Tempat
Yang bertandatangan dibawah ini
Nama : Helen K. Tarigan, SST
Jabatan : Pimpinan Praktik Mandiri Bidan Helen Tarigan
Dengan ini menerangkan bahwa
Nama lengkap : Emeliana Simanullang
NIM : P07524115087
Semester/TA : VI/2017-2018
Benar nama tersebut dari bulan Februari s/d Mei 2018 telah melakukan
praktik asuhan kebidanan mulai Hamil sampai dengan pelayanan Keluarga
Berencana di Klinik Helen dan dokumentasi praktik kebidanan tersebut adalah
merupakan content/isi dari sebuah Laporan Tugas Akhir.
Demikian surat keterangan ini diberikan kami ucapkan terimakasih.
Pimpinan PMB Helen Tarigan
(Helen K. Tarigan, SST )
LEMBAR PERMINTAAN MENJADI SUBYEK
Sehubungan dengan Laporan Tugas Akhir, yang akan saya lakukan secara
berkesinambungan (Continuity Care), yaitu memberikan asuhan kebidanan dan
meliputi :
1. Asuhan kehamilan minimal 3 kali atau sesuai kebutuhan sebelum proses
persalinan
2. Asuhan persalinan normal dilengkapi dengan penggunaan partograf dan
pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
3. Asuhan bayi baru lahir (KN1, KN2, KN3)
4. Asuhan pada masa nifas minimal 4 kali (6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6
minggu) atau sesuai kebutuhan
5. Asuhan pada akseptor Keluarga Berencana (KB)
Kegiatan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidik
an program studi DIII Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan. Adapun saya
yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Emeliana Simanullang
Nim : P07524115087
Semester/T.A : VI/2017-2018
Saya sangat mengharapkan kesediaan dan partisipasi ibu untuk menjadi
subjek dalam Laporan Tugas Akhir (LTA) dengan senang hati dan sukarela.
Dengan adanya keikutsertaan ibu menjadi subjek dalam Laporan Tugas Akhir ini,
ibu berhak mendapatkan asuhan kebidanan dari masa kehamilan hingga keluarga
berencana selama proses berjalan fisiologi.
Medan, 20 Februari 2018
Emeliana Simanullang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
Nama : Emeliana Simanullang
Tempat Tanggal Lahir : Hutabalian, 26 Mei 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Kewarganegaraan : Indonesia
Anak Ke : 4 dari 5 bersaudara
Telepon : 082272883149
Email : [email protected]
Alamat : Doloksangul Kab: Humbang Hasundutan
Data Orang Tua
Nama Ayah : Hotdawe Simanullang
Nama Ibu : Melur Sihite
B. Riwayat Pendidikan
No Pendidikan Tahun Pendidikan
1.
SD NEGERI 173399 SIHITE
2003-2009
2.
SMP NEGERI 1 DOLOKSANGGUL
2009-2012
3.
SMA NEGERI 1 DOLOKSANGGUL
2012-2015
4.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN
MEDAN
2015-2018