+ All Categories
Home > Documents > asuhan kebidanan pada ny ly giipia0 sampai

asuhan kebidanan pada ny ly giipia0 sampai

Date post: 20-Apr-2023
Category:
Upload: khangminh22
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
119
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY LY G II P I A 0 SAMPAI DENGAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN HELEN TARIGAN KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2018 LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh: EMELIANA SIMANULLANG P07524115087 POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D-III KEBIDANAN MEDAN TAHUN 2018
Transcript

i

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY LY GIIPIA0 SAMPAI

DENGAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN HELEN TARIGAN

KECAMATAN MEDAN SELAYANG

TAHUN 2018

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh:

EMELIANA SIMANULLANG

P07524115087

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

PRODI D-III KEBIDANAN MEDAN

TAHUN 2018

ii

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY LY GIIPIA0 SAMPAI

DENGAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN HELEN TARIGAN

KECAMATAN MEDAN SELAYANG

TAHUN 2018

LAPORAN TUGAS AKHIR

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT

MENYELESAIKAN PENDIDIKAN AHLI MADYA KEBIDANAN

PADA PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN MEDAN

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

Oleh:

EMELIANA SIMANULLANG

P07524115087

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

PRODI D-III KEBIDANAN MEDAN

TAHUN 2018

i

ii

iii

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

JURUSAN D-III KEBIDANAN MEDAN

LAPORAN TUGAS AKHIR, JULI 2018

Emeliana Simanullang

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. LY GIIPIA0 SAMPAI DENGAN

PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DI PRAKTIK MANDIRI

BIDAN HELEN TARIGAN KECAMATAN MEDAN SELAYANG KOTA

MADYA TAHUN 2018

IX + 90 Halaman + 4 Tabel + 11 Lampiran

RINGKASAN

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 AKI sebesar

359/100.000 KH dan AKB sebesar 32/1000 KH (Kemenkes 2016). Penyebab

langsung kematian ibu yaitu Perdarahan (30,3 %), Hipertensi (27,10 %), Infeksi

(7,3 %), penyebab tidak langsung kematia ibu terlambat mengambil keputusan,

terlambat ketempat rujukan, terlambat memberi pertolongan. Menurut Dinas

Kesehatan provinsi Sumatera Utara tahun 2015 AKI sebesar 93/100.000 KH dan

AKB 20,22/1.000 KH. Penyebab kematian bayi yaitu asfiksia, bayi berat lahir

rendah, dan infeksi sepsis. Salah satu menurunkan AKI dan AKB dengan

memberikan asuhan kebidanan secara Continuity of care pada ibu hamil sampai

pelayanan keluarga berencana.

Asuhan kebidanan pada Ny. LY GIIPIA0 diberikan secara Continuity of care

di Praktik Mandiri Bidan Helen Tarigan Jl. Bunga Rinte Gg Mawar 1 No. 1

Kecamatan Medan Selayang Kota Madya tahun 2018.

Ny. LY diberikan asuhan ANC Trimester III sebanyak 3 kali dengan

standart 10 T bejalan secara fisiologis. Persalinan ditolong dengan APN. Kala I

berlangsung 5 jam, kala II 20 menit, kala III 10 menit dan kala IV selama 2 jam.

Bayi lahir pukul 22:20 WIB lahir spontan, bugar, segera menangis, jenis kelamin

perempuan, BB: 3400 gram, PB: 50 cm, Proses involusio dan laktasi berjalan

dengan fisiologis dan Ibu dipasang KB Implant.

Kesimpulan, asuhan yang diberikan pada Ny. LY mulai hamil, bersalinan,

nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana berjalan dengan fisiologis. Ibu dan

suami mengatakan senang mendapat asuhan. Disarankan PMB Helen Tarigan bisa

lebih meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan yang sudah baik.

Kata Kunci : Ny. LY, 25 tahun GIIPIA0, Managemen kebidanan dari ANC,

INC, PNC, BBL,KB

Daftar Bacaan : 32 (2013-2018)

iv

HEALTH MINISTRY HEALTH POLYTECHNIC OF MEDAN

D-III DEPARTMENT OF MIDWIFERY

FINAL ASSIGNMENT REPORT, JUNE 2018

EMELIANA SIMANULLANG

THE MIDWIFERY CARE FOR A MRS. L DURING PREGNANCI UNTIL

CHILDBIRTH AND FAMILY PLANNING SERVICES IN CLINIC

HELEN’S MIDWIFE SIMPANG SELAYAMG, 2018

IX + 98 pages + 4 Tables + 7 attachments

ABSTRACT OF MIDWIFERY CARE

According to the SDKI in 2012, in an effort to improve the health status of

Indonesian society, there are still big challenges in health development, namely

AKI and AKB. AKI (associated with pregnancy, delivery, and childbirth) of 359

per 100,000 live births, while the AKB at 32 per 1,000 live births by 2012. The

purpose of these efforts is to be able to provide continuous care of midwifery care

to pregnant women to family planning using a management approach.

Continuity of care midwifery care methods ranging from third trimester

pregnancy, maternity, childbirth, newborn, and family planning are done in the

Independent Practice Midwife Helen Tarigan Simpang selayang.

The results obtained through nursing care in Mrs. L which started from third

trimester pregnancy has been done as much as 3 times with the standard 10 T.

Normal delivery help is done with 60 steps of normal delivery care. Newborns

fitter soon crying, female gender weighing 3400 grams, 50cm long body placed

on the mother's chest to do Initiation of early breastfeeding, baby drinking breast

milk. The childbirth period is normal, the process of involution running normally

there is no abnormality and the mother as the acceptor Implant.

Pregnancy, childbirth, childbirth, newborn, and family planning run normally

and mothers feel good. It is suggested to health officer especially midwife to do

continuity of care care which is useful to help decrease Mother and Infant

Mortality Rate in Indonesia.

Key words: Midwifery care, continuity of care

Bibliography: 32 (2013-2018)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang

berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ny. LY GIIPIA0 sampai dengan Pelayanan

Keluarga Berencana di PraktIk Mandiri Bidan Helen Tarigan Kecamatan Medan

Selayang Kota Madya Tahun 2018”, sebagai salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi Diploma III Kebidanan

Medan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan.

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,

karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada:

1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Medan

yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir ini.

2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan

Tugas Akhir ini.

3. Arihta Sembiring, SST, M.Kes selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan

Poltekkes Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan

menyusun Laporan Tugas Akhir ini.

4. Suswati, SST,M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik dan juga sebagai

penguji pendamping yang telah memberikan bimbingan, arahan dan waktu

kepada penulis selama pendidikan dan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

5. Sartini Bangun, S.Pd, M.Kes selaku Dosen Pembimbing utama yang telah

membimbing, memberi saran dan masukan sehingga Lapora Tugas Akhir ini

dapat terselesaikan.

6. Elisabeth Surbakti, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing pedamping

yang telah membimbing, memberi saran dan masukan sehingga Laporan

Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

vi

7. Hanna Sriyanti, SST, M.Kes selaku penguji utama yang telah bersedia

menguji, membimbing dan memberi masukan dalam penyusunan Laporan

Tugas Akhir ini.

8. Helen K Tarigan, SST selaku pemilik PMB Helen Tarigan dan pegawai

Klinik yang telah memberikan tempat dan waktu untuk melakukan

penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

9. Ny. Linda Yani Br Sembiring serta keluarga atas kerjasamanya yang baik.

10. Yang saya sayangi kedua orangtua yaitu Ayah H. Simanullang dan Ibu M.

Sihite serta saudara saya Rayesni, Ketty Yanita, Birnes Elvis dan Joel Abdon

yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi penulis, yang telah membimbing,

memberikan doa, dukungan moril dan materil selama penulis menyelesaikan

pendidikan.

11. Untuk kakak penulis Risna Pangaribuan Amd.Keb, sahabat penulis Agnes

Sianturi, Feren Qori Silalahi, Ira Trimartini Simarmata, Irma Sirait, Jelita

Damanik, Wika Purba, Ave Saragih dan Crissy Tampubolon yang selalu

memberikan semangat, doa dan canda tawa selama ini. Serta rekan

seangkatan Tahun 2015 terkhusus Kelas III-C yang banyak membantu dan

memberikan dukungan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal

kebaikan yang telah diberikan dan semoga Proposal Tugas Akhir ini berguna bagi

semua pihak yang memanfaatkannya.

Medan, Juni 2018

Emeliana Simanullang

vii

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan

Lembar Pengesahan

Ringkasan..................................................................................................... i

Kata pengantar.............................................................................................. ii

Daftar isi ...................................................................................................... iv

Daftar Tabel ................................................................................................ vii

Daftar lampiran............................................................................................. viii

Daftar Singkatan ......................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan ........................................... 4

1.3 Tujuan ......................................................................................... 4

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................ 4

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................... 4

1.4 Sasaran,Tempat,Waktu dan Asuhan Kebidanan ......................... 4

1.4.1 Sasaran ........................................................................... 4

1.4.2 Tempat............................................................................ 4

1.4.3 Waktu............................................................................. 5

1.5 Manfaat ....................................................................................... 5

1.5.1 Manfaat Teoritis ............................................................ 5

1.5.2 Manfaat Praktis ............................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6

2.1 Kehamilan ................................................................................... 6

2.1.1 Pengertian Kehamilan ................................................... 6

2.1.2 Tanda dan Gejala Kehamilan ........................................ 6

2.1.3 Perubahan Fisiologis Trimester III ................................ 8

2.1.4 Perubahan Psikologis Trimester III ............................... 10

2.1.5 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III ........................ 10

2.1.6 Asuhan Kehamilan ........................................................ 12

2.2 Persalinan ................................................................................... 18

2.2.1 Pengertian Persalinan .................................................... 18

2.2.2 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhu Persalinan ......... . 18

2.2.3 Tahapan Dalam Persalinan ........................................... 20

2.2.4 Perubahan Fisiologi Persalinan .................................... 22

2.2.5 Perubahan Psikologi Persalinan .................................... 24

2.2.6 Asuhan Persalinan Normal ............................................ 25

2.3 Nifas ........................................................................................... 33

2.3.1 Pengertian Masa Nifas ................................................. 33

2.3.2 Perubahan Fisiologi Masa Nifas..................................... 33

2.3.3 Adaptasi Psikologi Masa Nifas ...................................... 37

2.3.4 ASI Ekslusif .................................................................. 38

2.3.5 Asuhan Masa Nifas ........................................................ 38

2.4 Bayi Baru Lahir .......................................................................... 40

2.4.1 Pengertian Bayi Baru Lahir ........................................... 40

viii

2.4.2 Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir ............................. 40

2.4.3 Asuhan Pada Bayi Baru Lahir ........................................ 42

2.5 Keluarga Berencana ................................................................... 45

2.5.1 Pengertian Keluarga Berencana ..................................... 45

2.5.2 Tujuan Program Keluarga Berencana ............................ 45

2.5.3 Jenis –Jenis Alat Kontrasepsi ......................................... 46

2.5.4 Asuhan Keluarga Berencana ......................................... 48

BAB III PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ................ 51

3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil.......................................... 51

3.1.1. Data Perkembangan I....................................................... 55

3.1.2. Data Perkembangan II ..................................................... 57

3.2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin ...................................... 60

3.2.1. Asuhan Kala I .................................................................. 60

3.2.2. Asuhan Kala II ................................................................. 61

3.2.3. Asuhan Kala III ............................................................... 63

3.2.4. Asuhan Kala IV ............................................................... 64

3.3 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas ........................................... 67

3.3.1. Asuhan 6 Jam Masa Nifas ............................................... 66

3.3.2. Asuhan 6 Hari Masa Nifas............................................... 68

3.3.3. Asuhan 2 Minggu Masa Nifas ......................................... 69

3.3.4. Asuhan 6 Minggu Masa Nifas ......................................... 71

3.4 Asuan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir ................................... 73

3.4.1. Asuhan 6 Jam Bayi Baru Lahir........................................ 73

3.4.2 Asuhan 6 Hari Bayi Baru Lahir ....................................... 74

3.4.3. Asuhan 28 Hari Bayi Baru Lahir ..................................... 75

3.5 Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana .......................... 77

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................ 79

4.1. Kehamilan .................................................................................. 79

4.2 Persalinan ................................................................................... 81

4.3. Nifas ........................................................................................... 84

4.4. Bayi Baru Lahir .......................................................................... 85

4.5. Keluarga Berencana ................................................................... 87

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 88

5.1. Kesimpulan ................................................................................. 88

5.2. Saran ........................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Ukuran Fundus Uteri Sesuai Usia Kehamilan ......................... 13

Tabel 2.2 Pemberian Iminisasi TT ........................................................... 13

Tabel 2.3 Tinggi Fundus Uteri Menurut Masa Involusi ......................... 34

Tabel 2.4 Program dan Kebijakan Teknik Masa Nifas .......................... 39

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Melakukan Praktek Kebidanan

Lampiran 2 Surat Balasan Dari Klinik

Lampiran 3 Lembar Permintaan Menjadi Subjek

Lampiran 4 Informed Consent

Lampiran 5 Partograf

Lampiran 6 Kartu Bimbingan LTA

Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup

xi

DAFTAR SINGKATAN

AKB : Angka Kematian Bayi

AKI : Angka Kematian Ibu

ANC : Ante Natal Care

APD : Alat Pelindung Diri

APN : Asuhan Persalinan Normal

ASI : Air Susu Ibu

BAB : Buang Air Besar

BAK : Buang Air Kecil

BB : Berat Badan

BBL : Bayi Baru Lahir

DINKES :Dinas Kesehatan

DJJ : Denyut Jantung Janin

DTT : Desinfeksi Tingkat Tinggi

EMAS : Expanding Maternal and Neonatal Survival

FSH : Follicle Stimulating Hormone

Hb : Haemoglobin

HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir

HR : Heart Rate

IM : Intra Muscular

IMD : Inisiasi Menyusu Dini

KB : Keluarga Berencana

KEK : Kelainan Energi Kronis

Kemenkes : Kemetrian Kesehatan

KF : Kunjungan Nifas

KH : Kelahiran Hidup

KN : Kunjungan Neonatus

LD : Lingkar Dada

LILA : Lingkar Lengan Atas

LK : Lingkar Kepala

LP : Lingkar Perut

LTA : Laporan Tugas Akhir

MAL : Metode Amenorrhea Laktasi

MDGs : Millenium Devolopment Goals

MOU : Memorandum of Understanding

OUE : Ostium Internum Eksternum

OUI : Ostium Uteri Intrernum

PAP : Pintu Atas Panggul

PI : Pencegahan Infeksi

PONED : Pelayanan Obsetri Neonatal Emergensi Dasar

PONEK : Pelayanan Obsetri Neonatal Emergensi Komprehensif

PTT : Penegangan Tali pusat Terkendali

RBC : Red Blood Cell

RR : Respiration Rate

xii

SAR : Segmen Atas Rahim

SBR : Segmen Bawah Rahim

SDGs : Sustainable Development Goals

SDKI : Survey Demografi Kesehatan Indonesia

SUMUT : Sumatera Utara

SP : Sensus Penduduk

SOAP : Subjektif Objektif Analisis Penatalaksanaan

SUPAS : Survei Penduduk Antar Sensus

TB : Tinggi Badan

TBBJ : Tafsiran Berat Badan Janin

TD : Tekanan Darah

TFU : Tinggi Fundus Uteri

TT : Tetanus Toxoid

TTP : Tafsiran Tanggal Persalinan

USG : Ultrasonografi

WHO : World Health Organization

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di

Indonesia. Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur status

kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka kematian ibu (AKI).

Tinggi rendahnnya AKI merupakan indikator penting untuk menilai tingkat

kesejahteraan suatu negara dan status kesehatan masyarakat.

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan program pembangunan

berkelanjutan yang menggantikan Millenium Development Goals (MDGs),

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh

semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Berdasarkan kesepakatan

SDGs, negara-negara berkomitmen untuk menurunkan AKI sebesar 70 per

100.000 KH, sementara Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 12 per 1.000 KH

pada tahun 2030 (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN),

dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, masih

ditemukan tantangan besar dalam pembangunan kesehatan yaitu tingginya AKI

dan AKB. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012 peningkatan AKI sebesar 359 per 100.000 KH dan ini masih jauh dari target

RPJM yang ingin dicapai pada tahun 2019 yaitu 306 per 100.000 KH, sedangkan

AKB di Indonesia sebesar 32 per 1.000 KH dan target RPJMN yang ingin dicapai

pada tahun 2019 adalah 24 kematian per 1.000 KH (Kemenkes, 2016).

Faktor penyebab kematian ibu dibagi menjadi dua yaitu, faktor penyebab

langsung dan faktor penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung

kematian ibu terbesar yaitu perdarahan (30,3%), Hipertensi Dalam Kehamilan

(HDK) (27,10%), infeksi (7,3%), partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di

Indonesia masih di dominasi oleh 3 penyebab utama kematian yaitu perdarahan,

2

HDK dan infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan

infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin

meningkat, lebih dari 25% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan

HDK. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena masih

banyaknya kasus 3T yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat ke tempat

rujukan serta terlambat memberi pertolongan di tempat rujukan dan 4T yaitu

terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak (Kemenkes, 2016).

Profil kesehatan Sumatera Utara tahun 2015 juga menunjukkan penurunan

AKI dari 328/100.000 KH menjadi 93/100.000 KH, sedangkan AKB turun dari

21,59/1.000 menjadi 20,22/1.000 KH (Dinkes Sumut, 2015)

Faktor penyebab kematian bayi di Indonesia berdasarkan hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa, penyebab kematian terbanyak

pada kelompok bayi 0-6 dominasi oleh gangguan/kelainan pernafasan (35,9%),

prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%). Untuk penyebab utama kematian bayi

pada kelompok 7-28 hari yaitu Sepsis (20,5%), malformasi kongenital (18,1%)

dan pnemonia (15,4%). Dan penyebab utama kematian bayi pada kelompok 29

hari–11 bulan yaitu Diare (31,4 %), pnemonia (23,8) dan meningitis/ensefalitis

(9,3%) (Dinkes Sumut, 2015).

Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding

Maternaland Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka

kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program ini dilaksanakan di provinsi

dengan jumlah kematian ibu dan neonatal yang besar, yaitu Sumatera Utara,

Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dasar

pemilihan provinsi tersebut disebabkan 52,6% dari jumlah total kejadian kematian

ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi tersebut. Sehingga dengan

menurunkan AKI di enam provinsi tersebut diharapkanakan dapat menurunkan

AKI di Indonesia secara signifikan (Kemenkes, 2016).

Beberapa terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia telah

dilakukan, salah satunya Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K). Program tersebut menitikberatkan kepedulian dan peran

keluarga dan masyarakat dalam melakukan upaya deteksi dini, menghindari risiko

3

kesehatan pada ibu hamil, serta menyediakan akses dan Pelayanan Obstetri

Neonatal Emergensi Dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan Pelayanan

Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif di Rumah Sakit (PONEK) dan

mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu

dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta

diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Menempatkan bidan di

desa dengan pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan buku

KIA (Kemenkes, 2016).

Upaya peningkatan kelangsungan dan kualitas ibu dan anak dilakukan dengan

pendekatan continum of care the life dan continum of care of pathway, yang

menekankan bahwa upaya promotif dan preventif sama pentingnya dengan upaya

kuratif dan rehabilitatif pada tiap siklus kehidupan dan pada tiap level pelayanan.

Kualitas pelayanan ini didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan

yang kompeten dan patuh terhadap standar, kesiapan fasilitas pendukung

pelayanan lainnya disamping biaya operasional dan supervisi fasilitatif yang terus

menerus. Jika pendekatan continuity of care ini dilaksanakan maka akan

memberikan dampak yang signifikan terhadap kelangsungan dan kualitas hidup

ibu dan bayi serta diharapkan dapat mencapai target dalam upaya menurunan AKI

dan AKB (Kemenkes, 2016)

Mengingat pentingnya peran dan fungsi bidan, hal ini melatar belakangi

penulis utuk melakukan asuhan secara continuity of care dengan asuhan dari

kehamilan trimester III, bersalin, nifas, bayi baru lahir sampai dengan keluarga

berencana menggunakan pendekatan managemen kebidanan dan memilih salah

satu ibu yaitu Ny.LY GIIPIA0 usia 25 tahun hamil trimester III yang

memeriksakan kehamilannya di Praktik Mandiri Bidan Helen Tarigan Kecamatan

Medan Selayang sebagai subyek penyusunan Laporan Tugas Akhir dengan judul

“Asuhan Kebidanan Pada Ny.LY GIIPIA0 Sampai Dengan Pelayanan Keluarga

Berencana di Praktik Mandiri Bidan Helen Tarigan Kecamatan Medan Selayang

Tahun 2018“.

4

1.2 Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan

Memberikan asuhan kebidanan pada Ny. LY GIIPIA0 hamil Trimester III

yang fisiologis, bersalin, masa nifas, BBL dan KB, dengan pendekatan

managemen kebidanan dan melakukan pencatatan serta pelaporan dengan

managemen asuhan SOAP di Praktik Mandiri Bidan Helen Tarigan.

1.3 Tujuan Penyusunan LTA

1.3.1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan pada Ny. LY GIIPIA0 Secara continuity of

care pada ibu hamil fisiologis trimester III, bersalin, nifas, BBL dan KB dengan

menggunakan pendekatan managemen kebidanan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang akan dicapai di Praktek Mandiri Bidan Helen

Tarigan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan Asuhan Kebidanan pada masa ibu hamil Trimester III

fisiologis berdasarkan standar 10 T.

2. Melakukan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dengan Standar

Asuhan Persalinan Normal (APN).

3. Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada masa nifas sesuai standar KF 4.

4. Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir dan Neonatal

sesuai standar KN 3.

5. Melaksanakan Asuhan Kebidanan keluarga berencana dengan Implant

6. Melaksanakan pendokumentasian asuhan kebidanan dengan metode

SOAP.

1.4 Sasaran, Tempat dan Waktu Asuhan Kebidanan

1.4.1. Sasaran

Sasaran subyek asuhan kebidanan ditujukan kepada Ny. LY GIIPIA0

dengan memperhatikan continuity of care mulai dari hamil fisiologis Trimester

III, dan dilanjutkan sampai persalinan, masa nifas, BBL dan KB.

5

1.4.2. Tempat

Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil

Trimester III adalah di PraktIk Mandiri Bidan Helen Tarigan yang beralamat di

Jl. Bunga Rinte Gg Mawar 1 No. 1Kecamatan Medan Selayang Kota Madya..

1.4.3. Waktu

Waktu yang digunakan untuk perencanaan penyusunan proposal sampai

membuat Laporan Tugas Akhir di mulai dari bulan Maret sampai Juli 2018.

1.5. Manfaat

1.5.1. Maanfaat Teoritis

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),

khususnya dalam memberikan informasi tentang perubahan fisiologi, psikologi

dan asuhan yang diberikan pada ibu hamil Trimester III, bersalin, nifas, bayi

baru lahir dan pelayanan keluarga berencana dalam batasan continuity of care.

1.5.2 Manfaat Praktis

A. Bagi Mahasiswa

Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman serta

kertampilan penulis dalam menerapkan managemen kebidanan dalam

memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil fisiologis Trimester III

sampai dengan keluarga berencana secara continuity of care sehingga

saat bekerja di lapangan dapat melakukan secara sistematis, guna

meningkatkan mutu pelayanan kebidanan.

B. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber informasi dan referensi serta bahan bacaan

mahasiswa Politeknik Kesehatan Program D-III Kebidanan Medan.

C. Bagi Praktek Mandiri Bidan Helen Tarigan

Sebagai bahan dan informasi bagi Praktik Mandiri Bidan Helen

Tarigan agar memberikan penyuluhan dan asuhan yang tepat dan sesuai

denga standar asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru

lahir dan keluarga berencana.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kehamilan

2.1.1. Pengertian Kehamilan

Menurut Federasi Obsetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan

dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi

hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40

minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional

(Prawirohardjo, 2014).

Kehamilan adalah masa ketika seorang wanita membawa embrio atau fetus

di dalam tubuhnya. Awal kehamilan terjadi pada saat sel telur perempuan lepas

dan masuk kedalam saluran sel telur. Pada saat persetubuhan,berjuta-juta sel

sperma dipancarkan oleh laki-laki dan masuk ke rongga rahim (Astutik, 2017).

Kehamilan juga merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis.

Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, jika telah mengalami

menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ

reproduksinya sehat, sangat besar kemungkinannya terjadi kehamilan

(Mandriwati dkk, 2017). Kehamilan terjadi dalam 3 trimester,dimana trimester

kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13

hingga ke-27), dan trimester ke 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)

(Prawirohardjo, 2014).

2.1.2.Tanda Gejala Kehamilan

Menurut Rukiah dkk, (2013) tanda gejala kehamilan yaitu :

A. Tanda tidak pasti (Probable Signs)

1. Amenorhea atau tidak mendapatkan haid bila seorang wanita mampu hamil

apabila sudah kawin dan mengeluh terlambat haid maka dipastikan bahwa

dia hamil. Dapat juga digunakan untuk memperkirakan usia dan tafsiran

persalinan.

7

2. Mual dan muntah juga merupakan gejala umum, mulai dari rasa tidak

enak sampai muntah yang berkepanjangan, sering juga disebut morning

sickness karena munculnya dipagi hari.

3. Mastodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan

payudara membesar karena pengaruh estrogen dan progesterone.

4. Perubahan berat badan,usia 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat badan

karena nafsu makan menurun dan muntah-muntah.

B. Tanda Kemungkinan Hamil (Probability Sign)

Tanda kemungkinan hamil menurut Ika Pantiwati, (2015) mempunyai ciri

yaitu:

1. Tanda Hegar, berupa perlunakan pada segmen bawah rahim, sehingga

daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan lebih tipis dan uterus

mudah difleksikan. Tanda ini mulai terlihat pada minggu ke 6 dan menjadi

nyata pada minggu ke 7-8.

2. Tanda Goodel, biasanya muncul pada minggu ke-6 tanda ini berupa

serviks menjadi lebih lunak dan berwarna kelabu kehitaman.

3. Tanda Chadwick muncul minggu ke-8, warna pada vagina dan vulva

menjadi lebih merah dan agak kebiruan timbul karena adanya vaskularisasi

pada daerah tersebut dan penyebab dilatasi vena yan terjadi akibat kerja

hormone progesterone.

4. Tanda piscaseek, uterus membesar secara simetris menjauhi garis tengah

tubuh dan setengah bagian terasa lebih keras sejalan dengan bertambahnya

usia kehamilan.

C. Tanda Pasti (Positif)

Pada ibu yang diyakini dalam kondisi hamil dapat melakukan pemeriksaan

dengan Ultrasonografi (USG) akan terlihat gambaran janin. USG

memungkinkan untuk mendeteksi jantung janin. Pada minggu ke-5 sampai ke-

7 pergerakan jantung biasanya terlihat pada 42 hari setelah konsepsi dan

minggu ke-8 dapat diketahui panjang , kepala dan bokong. Usia 20 mingu

8

terlihat adanya gambaran kerangka janin dan terdengarnya denyut jantung

janin (Rukiyah dkk, 2013).

1. Trimester Pertama

Pada awal kehamilan , biasanya ibu akan mencari dan mengenali tanda

ditubuhnya untuk lebih meyakini bahwa dirinya hamil. Biasanya ibu akan

menceritakan pengalamannya kepada suami ataupun keluarganya. Perubahan

hormone yang drastis menyebabkan ketidaknyamanan ditubuh ibu, misalnya

mual dipagi hari , mudah lelah dan lemas. Wanita yang belum siap hamil

secara mental sering kali membenci kehamilannya. Ia merasa kecewa dan

cemas , sedih dan mungkin berharap bahwa kehamilannya tidak benar terjadi.

Sebagian besar ibu mengalami penurunan libido, keadaan tersebut

memerlukan komunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Libido ibu

juga dipengaruhi oleh kesiapan mental dalam kehamilan , rasa mual,

perubahan payudara dan perhatian suami untuk ibu (Maya Astuti, 2017).

2. Trimester Kedua

Ibu hamil mulai menerima kehamilannya. Seiring bertambahnya usia

kehamilan maka kebutuhan ibu semakin meningkat. Biasanya Ibu akan

mengalami haemodialusi yaitu meningkatnya volume darah ibu yaitu

peningkatan volume plasma 30%-40%, peningkatan sel darah merah 18%-30%

dan haemoglobin 19%. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan

darah yang merupakan gejala dari adanya preeklamsi (Ika Pantiawati, 2015).

3. Trimester Ketiga

Secara fisiologi ibu trimester tiga mengalami hemokonsentrasi yaitu terjadinya

pengentalan darah. Dalam hal ini tidak perlu melakukan cek HB karena

hasilnya tidak memberikan hasil yang jelas. Perasaan ibu berada dalam masa

penantian, takut dan penuh kewaspadaan. Oleh sebab itu ibu seharusnya

mendapatkan dukungan dan perhatian dari suami dan juga dari tenaga

kesehatan. Informasi tentang kehamilannya saat ini sudah harus jelas dan

disarankan ibu dan suami sudah mempersiapkan diri untuk proses persalinan

nanti (Rukiah dkk, 2015).

2.1.3. Perubahan Fisiologis Kehamilan Trimester III

9

Menurut Ika Pantiawati, (2015) Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi

pada ibu hamil trimester III yaitu :

A. Sistem Reproduksi (Uterus)

Pada trimester III itmis lebih nyata menjadi bagian korpus uteri dan

berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR). Pada kehamilan tua

karena kontraksi otot-otot bagian atas uterus, SBR menjadi lebih lebar dan

tipis, tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen

bawah yang lebih tipis. Batas itu di kenal sebagai lingkaran retraksi fisiologis

dinding uterus, diatas lingkaran ini jauh lebih tebal dari pada dinding SBR.

Pada minggu ke-28 terjadi kontraksi brakton hicks yang semakin jelas,

terutama pada wanita yang langsing. Umumnya akan menghilang bila wanita

tersebut melakukan latihan fisik atau berjalan. Pada minggu-minggu terakhir

kehamilan, kontraksi semakin kuat sehingga sulit dibedakan dari kontraksi

untuk memulai persalinan.

B. Sistem Traktus Uranius

Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul .

Keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kemih akan mulai

tertekan kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan

metabolisme air menjadi lancer.

C. Sistem Respirasi

Pada 32 minggu ke atas karena usus-usus tertekan uterus yang membesar ke

arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. Hal tersebut

mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalamni derajat kesulitan

bernafas.

D. Kenaikan berat

Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, pernambahan berat badan dari

mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11-12 kg.

E. Sirkulasi Darah

Hemodilusi penambahan volume darah sekitar 25% dengan puncak pada usia

kehamilan 32 minggu, sedangkan hematokrit mencapai level terendah pada

minggu 30-32 karena setelah 34 minggu massa Red Blood Cell (RBC) terus

10

meningkat tetapi volume plasma tidak. Peningkatan RBC menyebabkan

penyaluran oksigen pada wanita hamil lanjut mengeluh sesak nafas dan

pendek nafas. Aliran darah meningkat dengan cepat seiring membesarnya

uterus yaitu dua puluh kali lipat. Akibatnya lebih banyak oksigen diambil dari

darah uterus selama masa kehamilan lanjut. Kecepatan rata-rata aliran darah

uterus ialah 500 ml/menit dan komsumsi rata-tara oksigen uterus gravid ialah

25 ml/menit.

F. Sistem Muskuloskeletal

Hormon progesteron dan hormon relaxing menyebabkan relaksasi jaringan

ikat dan otot-otot, hal ini terjadi maksimal pada satu minggu terakhir

kehamilan, proses relaksasi ini memberikan kesempatan pada panggul untuk

meningkatkan kapasitasnya sebagai persiapan proses persalinan. Postur tubuh

wanita hamil secara bertahap mengalami perubahan karena janin membesar

dalam abdomen sehingga untuk mengkompensasi penambahan berat ini, bahu

lebih tertarik ke belakang dan tulang lebih melengkung, sendi tulang

belakang lebih lentur, dan dapat menyebabkan nyeri pinggang pada beberapa

wanita hamil.

2.1.4. Perubahan Psikologis Pada Trimester III

Trimester III sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan.

Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayinya sebagai mahluk yang

terpisah sehingga Ia tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Wanita mungkin

merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri seperti apakah

bayinya akan lahir normal. Rasa cemas dan takut akan proses persalinan dan

kelahiran meningkat, seperti rasa sakit, luka saat melahirkan, kesehatan bayinya,

kemampuan menjadi ibu yang bertanggung jawap dan bagaimana perubahan

hubungan dan suami dan ada gangguan tidur. Harus dijelaskan tentang proses

persalinan dan kelahiran sejelas-jelasnya agar ibu timbul kepercayaan diri dan ibu

dapat melalui proses persalinan dengan baik (Rukiyah dkk, 2013)

2.1.5. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

A. Perdarahan Pervaginam

11

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada trimester dalam kehamilan

sampai bayi dilahirkan. Pada kehamilan lanjut perdarahan yang tidak normal

adalah merah, banyak dan kadang-kadang tidak selalu dan disertai rasa nyeri

(Ika Pantiawati, 2015 ). Jenis perdarahan antepartum yaitu:

1. Plasenta previa yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian

/seluruh ostium uteri internium. Implantasi plasenta yang normal adalah

pada pesan depan dinding rahim atau didaerah fundus uteri biasanya

ditandai dengan gejala perdarahan tanpa rasa nyeri, bisa terjadi secara tiba-

tiba. Dan biasanya bagian terendah janin tidak dapat mendekati pintu atas

panggul serta kelainan letak.

2. Solusio plasenta yaitu lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal

plasenta terlahir setelah bayi lahir. Biasanya ditandai dengan gejala darah

keluar dari serviks, disertai nyeri abdomen, kadang-kadang terkumpul

dibelakang plasenta dan darah tidak keluar, sangat berbahaya karena

jumlah perdarahan yang keluar banyak.

B. Sakit kepala yang berat

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit kepala

yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat,biasanya dapat

menyebabkan penglihatan menjadi kabur dan biasanya ini adalah tanda dan

gejala dari adanya preeklamsi.

C. Bengkak di wajah dan Jari-jari tangan

Pembengkakan ini biasanya dikarenakan timbunan cairan yang berlebihan

dalam tubuh ibu. Hal ini dapat dilihat dengan naiknya berat badan. Bengkak

yang muncul pada muka dan tangan tidak hilang setelah beristirahat, dan

disertai dengan keluhan fisik yang lain, hal ini bisa merupakan pertanda

anemia, gagal jantung, dan preeklamsia. Pemeriksaan yang dilakukan adalah

mengukur tekanan darah, protein urine ibu dan periksa Hemoglobin.

D. Keluar cairan pervagina

Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina trimester III, ketuban dikatakan

pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya

12

selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan

37 minggu). Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I.

E. Gerakan janin tidak terasa

Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke -5 atau

ke- 6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Ketika bayi

tidur gerakannya akan melemah, gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika

ibu berbaring atau beristirahat. Biasanya tanda dan gejalanya adalah gerakan

bayi kurang dari 3 kali dalam periode 3 jam.

2.1.6. Asuhan Kehamilan

A . Pengertian Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk

memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya

koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan (Rukiyah dkk, 2013). Standart

pelayanan pada asuhan kehamilan adalah ketentuan syarat yang harus dimliki oleh

bidan yang diterapkan serta dijadikan acuan dalam memberikan pelayanan asuhan

kehamilan. Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan

(continuity of care), dengan ini maka perkembangan kondisi ibu dan janin akan

terpantau dengan baik (Walyani, 2015).

1) Kehamilan trimester I (<14 minggu) satu kali kunjungan

2) Kehamilan trimester II (14-28 minggu) satu kali kunjungan,

3) Kehamilan trimester III (28-36 minggu) dua kali kunjungan.

Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan

persalinan, pelayanan nifas dan bayi baru lahir. Menurut IBI (2016). Dalam

melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan

yang berkualitas sesuai standar 10 T terdiri dari:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.

Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yakni berdasarkan

massa tubuh (BMI= Body Massa Indeks) dimana metode ini untuk

menentukan pertambahan berat badan yang optimal selama kehamilan. Total

13

pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal 11,5 kg-16 kg.

Tinggi badan menentukan ukuran panggul ibu, ukuran normal tinggi badan

yang baik untuk ibu hamil yaitu >145 cm. Indeks Massa Tubuh (IMT)

merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa yang

berusia >18 tahun.

IMT = Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

BMI dapat diinterpretasikan dalam kategori sebagai berikut:

a. Kurang dari 19.8 berat kurang atau rendah

b. 19,8 sampai dengan 26,0 normal

c. 26.0 sampai 29 berat badan lebih atau tinggi

d. Lebih dari 29 obesitas

2. Mengukur tekanan darah dilakukan untuk mengetahui perbandingan nilai

dasar selama masa kehamilan, tekanan darah yang adekuat perlu untuk

mempertahankan fungsi plasenta. Tekanan darah normal 120/80 mmHg. Bila

tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg, ada faktor resiko

hipertensi (tekanan darah tinggi) dalam kehamilan (Buku KIA, 2016)

3. Nilai status gizi (Ukur lingkar lengan Atas/LILA) dilakukan untuk skrining

ibu hamil berisiko Kekurangan Energi Kronik (KEK), dimana LILA kurang

dari 23,5 cm akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

4. Ukur tinggi fundus uteri (TFU) standar pengukuran menggunakan pita

pengukur (cm) setelah kehamilan 24 minggu. Tujuan dilakukan pengukuran

untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur

kehamilan.

Tabel 2.1

Ukuran Fundus Uteri Sesuai Usia Kehamilan

No. Umur kehamilan Dalam

Minggu Tinggi Fundus Uteri

1 22-28 minngu 24-25 cm diatas simfisis

2 28 minggu 26,7 diatas simfisi

3 30-32 minggu 29,5-30 cm diatas simfisis

4 34 minggu 31 cm diatas simfisis

5 36 minggu 32 cm diatas simfisis

14

6 38 minggu 33 cm diatas simfisis

7 40 minggu 37,7 cm diatas simfisis Sumber : Rukiyah dkk, 2013, Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan , Jakarta, halaman 33

5. Mentukan presentasi kepala dan denyut jantung janin (DJJ) dilakukan untuk

mengetahui letak janin. Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala

atau kepala belum masuk panggung, kemungkinan ada kelainan letak atau ada

masalah lain. Bila denyut jantung kurang dari 120 kali/menit atau lebih dari

160 kali/menit menunjukkan adanya tanda gawat janin. DJJ normal 120-160

kali/ menit.

6. Skrining status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bertujuan untuk mencegah

terjadinya tetanus neonatorum pada ibu dan bayi. Dilakukan oleh petugas

kesehatan ibu hamil harus mendapat imunisasi TT.

Tabel 2.2

Imunisasi TT

Imunisas

i

Interval %

Perlindungan

Masa Perlindungan

TT 1 ANC pertama 0% Tidak ada

TT 2 4 minggu setelah

TT1 80%

3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 95% 5 tahun

TT 4 1 tahun setelah TT 3 99% 10 tahun

TT 5 1 tahun setelah TT 4 99% 25 tahun/ seumur

hidup Sumber: Ika Pantiawati dan Saryono, 2015. Asuhan kebidanan 1 (kehamilan),Yogyakarta,

halaman 12.

7. Pemberian Tablet Besi minimal 90 tablet selama kehamilan berguna untuk

mencegah anemia gizi besi. Wanita hamil perlu menyerap zat besi rata-rata 60

mg/hari diberikan sejak kontak pertama saat kehamilan. Diminum pada malam

hari setelah makan untuk mengurangi rasa mual (Rukiah dkk, 2013)

8. Pemeriksaan laboratorium (rutin dan kusus) dilakukan pada setiap ibu hami

seperti golongan darah untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila

diperlukan saat persalinan, hemoglobin darah gunanya untuk mengetahui

apakah ibu kekurangan darah (anemia), protein urine dan pemeriksaan

spesifik daerah endemis/epidemic (malaria, IMS, HIV, dll). Sementara

15

pemerksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan atas indikasi pada ibu

hamil yang melakukan kunjungan antenatal.

a. Pemeriksaan Hemoglobin (HB) pada kehamilan trimester III yaitu

pengambilan darah melalui jaringan perifer, perlu dilakukan untuk

mengetahui terjadi anemia atau tidak. Hb ≥ 11,0 gr% tidak anemia, Hb 9,0

-10,9 gr% anemia ringan, Hb 7,0 - 8,9 gr% anemia sedang Hb ≤7,0 gr%

anemia berat.

b. Pemeriksaan protein dalam urin, ditujukan untuk mengetahui adanya

proteinuria pada ibu hamil. Pemeriksaan protein urine menggunakan asam

asetat 5 %. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya pre-

eklamsia pada ibu hamil. Klasifikasi proteinuria menurut Rukiyah dkk,

(2013). Negatif (-) urine jernih, Positif 1 (+) ada keruh, Positif 2 (++)

kekeruhan mudah dilihat dan adanya endapan, Positif 3 (+++ larutan

membentuk awan, Positif 4 (++++) larutan sangat keruh.

c. Glukosa urine bertujuan untuk melihat adanya glukosa dalam urine hal ini

menandakan bahwa ibu mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus.

Klasifikasi menurut Rukiah dkk, (2013) adalah Negatif (-) larutan tetap

biru, Positif 1 (+) larutan berwarna hijau dan endapan kuning, Positif 2

(++) larutan berwarna kuning, Positif 3 (+++) larutan berwarna orange

dan endapan kuning, Positif 4 (++++) larutan berwarna merah bata.

9. Tatalaksana/penanganan kasus yaitu berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal,

setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan

standar dan kewenangan bidan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani

dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

10. Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yaitu

tentang kesehatan ibu dan dianjurkan memeriksakan kehamilannya secara

rutin, menjelaskan tanda bahaya selama kehamilan, menyiapkan kebutuhan

bersalin, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir,

pencegahan kelainan bawaan, ASI Ekslusif untuk bayinya karna diberikan

selama 6 bulan tanpa makanan pendamping dan persiapan KB pasca

persalinan, pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan

16

kehamilan dan agar ibu punya waktu untuk merawat anggota keluarganya

serta pemberian imunisasi pada bayi. Penjelasan ini diberikan secara bertahap

pada saat kunjungan ibu hamil.

2.2 Persalinan

2.2.1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah peristiwa lahirnya bayi hidup dan palsenta dari dalam

uterus dengan persentasi belakang kepala melalui vagina tanpa menggunakan

alat pertolongan, pada usia kehamilan 30-42 minggu atau lebih dengan berat

badan bayi 2500 gram atau lebih dengan lama persalinan kurang dari 24 jam yang

dibantu dengan kekuatan kontraksi uterus dan tenaga mengejan (Sujiyatini, 2017).

Perslinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uteri) yang

telah cukup bula atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan

atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri (Asrinah dkk, 2015). Proses persalinan

terjadi karena penurunan kadar progesteron, meningkatnya kadar oksitosin,

merenggangnya otot-otot uterus, pengaruh janin, dan kadar prostaglandin yang

meningkat. 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormone

estrogen dan progesteron yang bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim

dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbil his bila kadar

progesterone turun.

2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Persalinan dapat berjalan normal (eutochia) apabila ketiga faktor fisik 3P

yaitu power, passage dan passanger dapat bekerja sama dengan baik. Selain itu

terdapat 2P yang merupakan faktor lain yang secara tidak langsung dapat

memengaruhi jalannya persalinan, terdiri atas psikologi dan penolong. Dengan

mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi persalinan, maka jika terjadi

penyimpangan atau kelainan yang dapat memengaruhi jalannya persalinan, kita

dapat memutuskan intervensi persalinan persalinan untuk mencapai kelahiran bayi

yang baik dan ibu yang sehat, persalinan yang memerlukan bantuan dari luar

karena terjadi penyimpanggan 3P disebut persalinan distosia (Rohani dkk, 2014).

17

A. Power (Tenaga/ Kekuatan)

His (kontraksi uterus) adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada

bulan terakhir dari kehamilan dan sebelum persalinan dimulai, sudah ada

kontraksi rahim yang disebut his yang dapat dibedakan menjadi his

pendahuluan atau his palsu (false labor pains) yang sebenarnya merupakan

peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan tidak bertambah

kuat dengan majunya waktu. Sedangkan his persalinan merupakan suatu

kontraksi dari otot-otot rahim yang bertentangan dengan kontraksi fisiologis

lainnya dan bersifat nyeri. Kontraksi rahim bersifat otonom, artinya tidak

dipengaruhi oleh kemauan, namun dapat dipengaruhi dari luar, misalnya

rangsangna oleh jari-jari tangan. Tenaga meneran juga (kekuatan sekunder)

tidak memengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap,

kekuatan ini cukup penting untuk mendorong janin keluar dari uterus dan

vagina. Apabila dalam persalinan ibu melakukan valsava manuver (meneran)

terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat. Meneran akan menyebabkan ibu

lelah dan menimbulkan trauma serviks.

B. Passage (Jalan Lahir)

Terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,

vagina, dan introitus. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap

jalan lahir yang relative kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul

harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.

C. Passenger

Terdiri dari janin, plasenta dan air ketuban. Bergerak di sepanjang jalan lahir

akibat interaksi beberapa faktor yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak,

sikap dan posisi janin. Setelah persalinan kepala janin tidak akan mengalami

kesulitan. Plasenta juga harus melalui jalan lahir sehingga dapat juga

dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun, plasenta jarang

menghambat proses persalinan pada kelahiran normal. Air ketuban berfugsi

sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan perkembangan janin dan

18

melindungi dari infeksi, menstabilkan perubahan suhu dan menjadi saran

yang memungkinkan janin bergerak bebas (Walyani dan Purwoastuti, 2016).

D. Psikis (Psikologi)

Wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan saat merasa

kesakitan di awal menjelang kelahiaran bayinya. Perasaan positif ini berupa

kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas

“kawanitaan sejati”, yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau

memproduksi anak. Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan

suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama

bersalin dan kelahiran dan anjurkan mereka berperan aktif dalam mendukung

dan mendampingi selama proses persalinan (Rukiyah dkk, 2014).

E. Penolong (Bidan)

Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang mempunyai legalitas

dalam menolong persalianan antara lain dokter, bidan serta mempunyai

kompetensi dalam menolong persalinan, menangani kegawatdaruratan serta

melakukan rujukan bila diperlukan. Penolong persalinan selalu menerapkan

upaya pencegahan infeksi yang dianjurkan termasuk diantaranya cuci tangan,

memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung pribadi serta

pendokumentasian alat bekas pakai.

2.2.3. Tahapan Dalam Persalinan

Menurut Joharyah (2016) Tahapan dalam persalinan dibagi menjadi 4

tahap yaitu :

A. Kala I (Pembukaan 1cm- 10 cm)

Kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten

dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan

serviks secara bertahap 1cm-3cm yang berlangsung selama 8 jam, kontaksi mulai

teratur lamanya 20-30 detik. Sedangkan fase aktif dimulai dari pembukaan 4 cm-

10 cm dan berlangsung selama 7 jam. Fase aktif dibagi menjadi 3 fase yaitu

akselerasi yang berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4 cm, dilatasi

maksimal berlangsung selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm

dan deselerasi berlangsung 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm/lengkap. Pada

19

primigravida kala I berlangsung selama 12 jam sedangkan pada multigravida

kala 1 berlangsung selama 8 jam. Mekanisme pembukaan servicks berbeda antara

primigravida dengan mulitigravida . pada primigravida, Ostium Uteri Internum

(OUI) akan membuka lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis

kemudian Ostium Internum Eksternum (OUE) membuka. Pada multigravida OUI

sudah sedikit membuka, pada proses persalinan terjadi penipisan dan pendataran

serviks dalam waktu yang sama.

B. Kala II (Peneluaran Janin)

Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3

menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah

tekanan pada otot-otot dasar paggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa

mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar

dengan tanda anus membuka. Pada awal his, kepala janin mulai kelihatan, vulva

membuka, dan perineum meregang. Lama kala II pada primigravida adalah 1,5

jam sampai dengan 2 jam, sedangkan pada multigravida 30 menit- 1 jam. Gejala

dan tanda kala II yaitu, his semakin kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi

50-100 detik, ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

C. Kala II (Pengeluaran uri)

Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya

plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III persalinan, miometrium berkontraksi

mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah kelahiran bayi. Penyusutan

ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta yang

menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta

akan terlipat, menebal dan akhirnya lepas dari dinding uterus. Setelah lepas,

plasenta akan turu kebagian bawah uterus atau kedalam vagina. Saat pelepasan

uri timbul his dalam waktu 1-5 menit plasenta terlepas dan terdorong kedalam

vagina. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.

Tanda-tanda lepasnya plasenta, uterus menjadi bundar, tali pusat bertambah

panjang, dan adanya semburan darah.

D. Kala IV (Pengawasan 2 jam)

20

Kala observasi persalinan kala IV dimulai dengan kelahiran plasenta dan

berakhir 2 jam kemudian. Periode ini merupakan saat paling kritis untuk

mencegah kematian ibu, terutama kematian disebabkan oleh perdarahan. Selama

kala IV, bidan harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan 30

menit pada jam ke dua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu

harus dipantau lebih sering. Observasi yang dilakukan yaitu tingkat kesadaran ibu,

tanda-tanda vital ibu, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, kandung kemih,

laserasi dan selaput ketuban serta perdarahan (Rukiah dkk, 2013).

2.2.4. Perubahan Fisiologi Persalinan

A. Perubahan fisiologis Kala I

Menurut Walyani (2016) perubahan fisiologis pada kala I yaitu:

1. Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan

sistolik rata- rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-

10 mmHg dianrata kontraksi-kontraksi uterus, tekana darah akan turun

seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi kontraksi.

2. Perubahan metabolisme selama persalinan baik metabolisme karbohidrat

aerobik maupun anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini

sebagian besar disebabkan karena kecemasan serta kegiatan otot kerangka

tubuh. Kegiatan metabolisme yang meningkat tercermin dengan kenaikan

suhu badan, denyut, nadi, pernafasan, dan kehilangan cairan.

3. Perubahan suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu

mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah persalinan.

Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1 .

4. Pernafasan, kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena adanya rasa

nyeri, kekhawatiran serta penggunaan teknik pernafasan yang tidak benar.

5. Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos,

uterus dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya

hormon oksitosin.

6. Penarikan serviks pada akhir kehamilan yaitu otot yang mengelilingi

Ostium Uteri Internum (OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks

menjadi pendek dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks menghilang

21

karena canalis servikalis atas membesar dan membentuk Ostium Uteri

Eksterna (OUE) sebagai ujung dan bentuknya menjadi sempit.

7. Pembentukan segmen atas rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas

dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif. Pada bagian ini terdapat

banyak otot serong dan memanjang. SAR terbentuk dari fundus sampai

ishmus uteri. Segmen bawah rahim (SBR) terbentang diuterus bagian

bawah antara ishmus dengan serviks, dengan sifat otot yang lebih tipis dan

elastis, pada bagian ini banyak terdapat otot yang melingkar dan

memanjang.

B. Perubahan Fisiologis Kala II

Menurut Rukiyah dkk, (2014) perubahan fisiologis kala II yaitu:

1. Kontraksi uterus ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoksia dari sel-

sel otot. Tekanan pada gang lia dalam serviks dan SBR, regangan dari

serviks, dan tarikan pada peritoneum. Kontraksi ini bersifat berkala dan

yang harus diperhatikan adalah lamanya kontraksi berlangsung 60-90

detik, kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba apakan

kita dapat menekan dinding rahim kedalam, interval antara kedua

kontraksi, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.

2. Perubahan-perubahan uterus, perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih

jelas dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat memegang

peranan aktif atau berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan

majunya persalinan, dengan kata lain SAR mengadakan suatu kontaksi

menjadi tebal dan mendorong anak keluar. Sedangkan SBR dibentuk oleh

isthimus uteri yang sifatnya memegang peranan pasif dan makin tipis

dengan majunya persalinan, dengan kata lain SBR dan serviks

mengadakan relaksasi dan dilatasi.

3. Perubahan pada serviks kala II ditandai dengan pembukaan lengkap, pada

pemeriksaan dalam (VT) tidak teraba lagi bibir fortio, segemen bawah

rahim, dan serviks.

4. Perubahan pada vagina dan dasar panggul setelah pembukaan lengkap dan

ketuban pecah, terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh bagian

22

depan janin sehingga menjadi saluran yang dindingnya tipis karena suatu

regangan dan kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan

atas dan anus menjadi terbuka, perineum menonjol dan kepala janin

tampak di vulva.

C. Perubahan Fisiologis Kala III

Dimulai segera setelah bayi sampai lahirnya plasenta yang berlangsung

tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan

fundus uteri diatas pusat,kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan

plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah

bayi baru lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri dan

disertai pengeluaran darah. Terjadi penyusutan mengakibatkan berkurangnya

ukuran tempat implantasi plasenta karena ukuran tempatnya semakin

mengecil dan ukuran plasenta tetap, kemudian plasenta akan menekuk

menebal, dan lepas dari dinding uterus. Setelah lepas plasenta akan turun dari

dinding uterus ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina. Tanda-

tadanya adalah adanya perubahan tinggi dan bentuk uterus (Walyani dan

Purwoastuti, 2016).

D. Perubahan fisiologis Kala IV

Menutur Rukiyah dkk (2014) perubahan fisiologis kala IV yaitu:

1. Tanda-tanda Vital dalam 2 jam pertama setelah persalinan, tekanan darah,

nadi dan pernapasan akan berangsur kembali normal. Suhu pasien

biasanya akan mengalami sedikit peningkatan, tapi masih di bawah 38 ,

hal ini disebabkan oleh kurangnya cairan dan kelelahan. Denyut nadi

biasanya berkisar 60-70 x/menit.

2. Kontraksi uterus, jika uterus lembek, maka wanita bisa mengalami

perdarahan,untuk mempertahankan kontraksi uterus dapat dilakukan

rangsangan taktil atau masase uterus pada perut.

3. Lochea, jika uterus berkontraksi kuat, lochea kemungkinan tidak lebih dari

menstruasi setelah melahirkan, jumlah lochea akan bertambah karena

miometrium sedikit banyak berelaksasi.

23

4. Kandung kemih harus di evaluasi untuk memastikan kandung kemih tidak

penuh. Kandung kemih yang penuh mendorong uterus ke atas dan

menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya.

2.2.5. Perubahan Psikologis Dalam Persalinan

A. Kala I menurut Walyani dan Purwoastuti (2016) sering terjadi perasaan

tidak enak, takut dan ragu akan persalinannya. Sering memikirkan apakah

persalinannya normal dan penolong bijaksana dalam menghadapi dirinya

dan apakah bayinya normal atau tidak.

B. Kala II his terkoordinasi kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit

sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga

terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris

menimbulkan rasa ingin meneran. Karena tekanan rektum, ibu merasa

seperti ingin buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu

terjadinya his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan

perineum menonjol. Dengan his meneran yang terpimpin, maka akan lahir

kepala diikuti oleh seluruh badan janin.

C. Kala III ibu ingin melihat, menyentuh dan memeluk bayinya. Ibu juga

merasa gembira, bangga dan juga merasa lelah.

D. Kala IV perasaan lelah, karena segenap energi psikis dan kemampuan

jasmaninya dikonsentrasikan pada aktivitas melahirkan. Rasa ingin tau

yang kuat akan bayinya. Timbul reaksi-reaksi afeksional yang pertama

terhadap bayinya rasa bangga sebagai wanita, istri dan ibu, terharu,

bersyukur pada yang Maha Kuasa.

2.2.6 Asuhan Persalinan Normal

A. Pengertian Asuhan Persalinan Normal

Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama

persalinan dan setelah bayi baru lahir serta upaya pencegahan komplikasi

terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi dan asfiksia bayi baru lahir (

Rukiah dkk, 2014). Tujuan asuhan persalinan adalah menjaga kelangsungan hidup

dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui

beberapa upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang

24

seminimal agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada

tingkat yang diinginkan dan agar terciptanya asuhan yang optimal hal yang

diperhatiakn yaitu membuat keputusan klinik, membuat asuhan sayang ibu dan

sayang bayi,pencegahan infeksi, pencatatan (rekam medic) asuhan persalinan dan

rujukan (Sujiyatini dkk, 2017).

B. Asuhan Pada Ibu Bersalin

Menurut Walyani (2016) asuhan kebidanan pada ibu bersalin pada kala I, II,

III, dan IV adalah :

1. Asuhan pada kala I :

a. Memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan apakah persalinan

dalam kemajuan yang normal

b. Memeriksa perasaan ibu dan respon fisik terhadap persalinan

c. Memeriksa bagaimana bayi bereaksi saat persalinan dan kelahiran

d. Membantu ibu memahami apa yang sedang terjadi sehingga Ia berperan

aktif dalam menentukan asuhan

e. Membantu keluarga dalam merawat ibu selama persalinan, menolong

kelahiran dan memberikan asuhan pasca persalinan dini

f. Mengenali masalah secepatnya dan mengambil keputusan serta tindakan

yang tepat guna dan tepat waktu (efektif dan efisien)

g. Pemantauan terus menerus TTV ibu dan keadaan janin

h. Memenuhu kebutuhan dan rasa nyaman ibu

2. Asuhan pada Kala II :

a. Pemantauan ibu :

1. Pantau frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit

2. Memastikan kandung kemih kosong melalui bertanya kepada ibu

secara langsung sekaligus dengan melakukan palpasi

3. Penuhi kebutuhan hidrasi, nutrisi ataupun keinginan ibu

4. Periksa penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen dan

pemeriksaan dalam setiap 4 jam

5. Upaya meneran ibu

6. Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat disamping kepala

25

7. Putaran paksi luar segera setelah bayi lahir

8. Adanya kehamilan kembar setelah bayi pertama lahir

b. Pemantauan janin :

1. Saat belum lahir: Lakukan pemeriksaan DJJ setiap 5-10 menit, amati

warna air ketuban jika selaputnya sudah pecah, periksa kondisi kepala,

vertex, caput, molding.

2. Saat bayi lahir: Nilai kondisi bayi (0-30 detik) apakah bayi menangis

kuat dan atau tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak aktif atau lemas.

3. Asuhan pada Kala III :

a. Memberi dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pendamping

b. Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang telah dilalui

c. Memberi informasi yang jelas mengenai keadaan pasien sekarang dan

tindakan apa yang dilakukan

d. Memberi penjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan untuk

membantu mempercepat kelahiran plasenta, yaitu kapan saat meneran

dan posisi apa yang mendukung untuk pelepasan dan kelahiran plasenta

e. Membuat ibu bebas dari rasa risih akibat bagian bawah yang basah oleh

darah dan air ketuban

4. Asuhan pada Kala IV :

a. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit

pada jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat massase uterus sampai menjadi

keras

b. Periksa tekanan darah (TD), nadi, kandung kemih, dan perdarahan

selama 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua

c. Menganjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi dan makan

untuk mengembalikan tenaga ibu

d. Membersihkan perineum ibu dan vulva ibu

e. Kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering untuk kenyamanan ibu

f. Membiarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan dan

sangat tepat untuk memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayi

26

g. Pastikan ibu sudah buang air kecil (BAK) setelah 3 jam pasca persalinan

h. Memantau tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.

C. 60 langkah Asuhan Persalinan Normal yaitu : (PP IBI, 2016)

I. Mengenali Gejala dan tanda kala dua

1. Melihat tanda kala dua persalinan seperti adanya dorongan meneran,

adaya tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka.

II. Menyiapkan pertolongan persalinan

2. Memastikan kelengkapan peralatan, dan obat-obatan esensial untuk

menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera pada ibu

dan bayi baru lahir.

3. Memakai celemek dari bahan yang tidak tembus cairan

4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan

dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan

dengan handuk yang bersih dan kering.

5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk

periksa dalam.

6. Memasukkan oksitosin ke dalam spuit (gunakan tangan yang memakai

sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi

pada spuit).

III. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari

anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa

yang dibasahi air DTT.

8. Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.

9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai

sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5) lepaskan sarung tangan dalam

keadaan terbalik, dan rendam dalam klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci

kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan. Tutup kembali partus set.

10. Memeriksa DJJ setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi) untuk

memastikan DJJ masih dalan batas normal ( 120-160 x/menit).

27

IV. Menyiapkan Ibu dan keluarga untuk membantu proses persalinan.

11. Meritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin cukup baik, kemudian bantu ibu untuk posisi nyaman dan sesuai

dengan keinginannya.

12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa

ingin meneran atau kontraksi kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan

setengah duduk atau posisi lain yang di inginkan dan pastikan ibu merasa

nyaman.

13. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran

atau timbul kontraksi yang kuat.

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengamnil posisi

yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam

selang waktu 60 menit.

V. Persiapan untuk melahirkan bayi

15. Meletakkan handuk bersih ( untuk mengeringkan bayi ) di peruh bawah

ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm .

16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu

17. Membuka tutup partus set dan periksa kembalu kelengkapan peralatan

dan bahan.

18. Memakai sarung tangan DTT/Steril pada kedua tangan

VI. Pertolongan untuk melahirkan bayi

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva

maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain

bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk

mempertahanakan posisi fleksi dan membantu lahirnya kepala.

Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernapas cepat dan dangkal.

20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang

susai jika hal itu terjadi ), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara

spontan

28

22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal.

Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan

kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah

arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk

melahirkan bahu belakang.

23. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu

belakang, tangan yang lain menelusuri dan memegang lengan dan siku

bayi sebelah atas.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjutr ke

punggung, bokong, tungkai dan kaki.

VII. Asuhan bayi baru lahir

25. Lakukan penilaian , apakah bayi menangis kuat atau bernapas kesulitan,

dan apakah bayi bergerak dengan aktif.

26. Mengeringakan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk yang kering. Pastikan bayi dalam posisi

dan kondisi aman di perut bagian bawah ibu.

27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan apakah ada janin kedua

28. Memberitahukan ibu bahwa akan di lakukan suntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit (IM)

di 1/3 distal lateral paha.

30. Dalam waktu 2 menit setelah bayi baru lahir, jepit tali pusat dengan klem

kira-kira 2-3 cm dari pusat bayi. Gunakan jari telunjuk dan jari tengah

tangan yang lain untuk mendorong isi tali pusat kearah ibu, dan klem tali

pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama.

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat

32. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.

Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibu. Usahan

29

kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari

putting susu atau aerola mamae ibu.

VIII. Manajemen Aktif kala tiga persalinan (MAK III)

33. Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

34. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (diatas

simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem

untuk menegangkan tali pusat.

35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil

tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso-kranial)

secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak

lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu

hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur diatas.

36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah dorsal

ternyata di ikuti dengan pergeseran tali pusat kearah distal maka

lanjutkan dorongan kearah cranial hingga plasenta dapat dilahirkan.

37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta denga kedua

tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin

kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah

disediakan.

38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan

gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus

teraba keras).

IX. Menilai perdarahan

39. Memeriksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah

dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta kedalam kantung plastik atau

tempat khusus.

40. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan

penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 dan 2 yang menimbulkan

perdarahan.

X. Asuhan pascapersalinan

30

41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

42. Memastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan kateterisasi.

43. Menyelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5 %, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas air

DTT tanpa melepas sarung tangan, kemudian keringkan dengan handuk.

44. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dengan menilai

kontraksi.

45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik

46. Mengevaluasi jumlah kehilangan darah

47. Memantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

(40-60) kali/menit)

48. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %

untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di

dekontaminasi

49. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai

50. Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubh dengan

menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lender dan darah di

ranjang atau sekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang

bersih dan kering.

51. Memastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk member ibu minuman dan makanan yang

di inginkannya.

52. Dekontaminasi tempat berslin dengan larutan klorin 0,5 %

53. Menyelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5 %, lepaskan sarug tangan dalam keadaan terbalik, dan

rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

54. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan tangan dengan tissue atau handuk yang bersih dan kering.

31

55. Memakai sarung tangan bersih / DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik

bayi

56. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan kondisi bayi baik,

pernapasan normal dan suhu tubuh normal.

57. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikkan hepatitis B dip

aha kanan bawah lateral. Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar

sewaktu-waktu dapat disusukkan.

58. Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di dalam

larutan klorin 0,5 % selama 10 menit

59. Menyuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering

60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital

dan asuhan kala IV persalinan.

2.3. Nifas

2.3.1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat- alat kandungan telah kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa

nifas berlangsung kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan

akan pulih dalam waktu 3 bulan (Sari, 2014). Masa nifas dimuai sesaat setelah

keluarnya plasenta dan selaput janin serta berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali sepeti keadaan sebelum hamil. Akan tetapi seluruh otot genetalia baru

pulih kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu 3 bulan (Astutik, 2015).

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

kendungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6

minggu (Marmi, 2016 ). Adapun tahapan nifas dibagi menjadi 3 yaitu :

A. Puerperium dini atau immediate puerperium (0-24 jam postpartum)

Puerperim dini adalah masa pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berjalan pada masa tidak dianggap perlu menahan ibu setelah persalinan

terlentang ditempat tidurnya selama 7 – 14 hari setelah persalinan.

32

Keuntungannya adalah merasa lebih sehat dan kuat, usus dan kandung kemih

lebih baik dan dapat segera merawat bayinya.

B. Puerperium intermedial atau early puerperium (1-7 hari postpartm)

Masa pemulihan menyeluruh alat-alat genetalia eksterna dan interna yang

lamanya 6-8 minggu (uterus, bekas implantasi plasenta, luka jalan lahir,

cervix, endometrium, dan ligament-ligamen)

C. Remote puerperium atau later puerperium (1-6 minggu postpartum)

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bagi ibu

selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

2.3.2. Perubahan Fisiologi Masa Nifas (Reni Yuli , 2015)

A. Perubahan Sistem Reproduksi

1. Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana

uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal

pada uterus selama post partum adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3

Tinggi Fundus dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi

Involusi TFU Berat Uterus

Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram

Plasenta Lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat-simfisis 500 gram

2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 gram Sumber: Rukiyah dkk, 2015. Asuhan Kebidanan III (Nifas), Jakarta halaman 57

2. Lochea adalah cairan atau sekret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea :

a. Lochea rubra (cruenta) muncul pada hari 1-2 pasca persalinan,

berwarna merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban,

jaringan dari decidua, verniks caseosa, lanugo dan meconium.

b. Lochea sanguinolenta muncul pada hari ke 3-7 hari pasca persalinan

berwarna merah kuning berisi darah lendir.

33

c. Lochea serosa muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan, berwarna

kecoklatan,mengandung lebih banyak serum, sedikit darah,

leukosit,dan robekan laserasi plasenta.

d. Lochea Alba muncul setelah 2-6 minggu pasca persalinan, berwarna

putih kekuningan mengandung leukosit, selapit lendir serviks dan

serabut jaringan yang mati.

e. Lochea purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau

busuk.

f. Locheastatis : lochea tidak lancar keluarnya.

3. Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan.

Ostium uteri eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah

6 minggu persalinan serviks akan menutup.

4. Vulva dan Vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan

kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan

tidak hamil dan labia akan menonjol.

5. Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada nifas hari ke

5, tonus otot perineum sudah kembali seperti keadaan sebelum hamil,

walaupun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.

6. Payudara terjadi penurunan kadar progesterone secara tepat dengan

peningkatan hormone prolactin setelah persalinan. Kolostrum sudah ada

saat persalinan dan produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3

setelah persalianan dan menjadi besar dan keras sebagai tanda

dimulainya proses laktasi.

B. Perubahan Pada Sistem Perkemihan

Dieresis postpartum norma terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai

respo terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan

edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala

janin dan tulang pubis selama persalinan. Kandumg kencing masa nifas

34

mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relative tidak sensitive

terhadap tekanan cairan intravesika. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan

dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan (Rukiyah dkk, 2015)

C. Perubahan Pada Sistem Pencernaan

Diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal, meskipun kadar

progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga

mengalami penurunan selama satu atau dua hari. Rasa sakit di daerah perineum

dapat menghalangi keinginan untuk BAB sehingga pada masa nifas sering

timbul keluhan konstipasi akibat tidak teraturnya BAB.

D. Perubahan Pada Sistem Kardiovaskuler

Setelah terjadi diuresis akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali

kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali

normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang

sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi

daripada normal. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang

cermat dan penekanan pembuluh darah pada ambulasi dini. Tonus oto polos

pada dinding vena mulai membalik, volume darah mulai berkurang, viskositas

darah kembali normal dan curah jantung serta tekanan darah menurun sampai

kadar sebelum hamil.

E. Perubahan Pada Sistem Endokrin

Keadaan hormone plasenta menurun dangan cepat, hormone plasenta tidak

dapat terdeteksi dalam 24 jam post partum, hormon Human Chorionic

Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat, estrogen turun sampai 10 %.

Adanya perubahan dari hormone plasenta yaitu estrogen dan progesterone

yang menurun. Hormon-hormon piyuitary mengakibatkan prolaktin

meningkat, Follicle Stimulating Hormon (FSH) menurun dan Luteinizng

Hormon (LH) menurun. Produksi ASI mulai pada hari ke-3 post partum yang

mempengaruhi hormone prolaktin, oksitosin dan reflek let.

F. Perubahan Pada Sistem Muskuloskleletal

Kadar relaksin dan progesteron berkurang hingga mencapai kadar normal

dalam waktu tujuh hari, namun akibat yang ditimbulkan pada jaringan

35

fibrosa,otot, dan ligament memerlukan waktu empat sampai lima bulan untuk

berfungsi seperti sebelum hamil. Ambulasi bisa dimulai 4-8 jam nifas, dengan

ambulasi dini akan membantu mencegah komplikasi dan mempercepat proses

involusi.

G. Perubahan Tanda Tanda Vital Pada Masa Nifas

1. Suhu badan sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik

sedikit, antara 37,2ºC

2. Denyut nadi Setelah persalinan jika ibu dalam keadaan istirahat penuh,

denyut nadi sekitar 60x/menit dan terjadi terutama pada minggu pertama

masa nifas. Denyut nadi masa nifas umumnya lebih stabil dibandingkan

suhu badan.

3. Tekanan darah <140 mmHg, dan bisa meningkat dari sebelum persalinan

sampai 1-3 hari masa nifas. Bila tekanan darah menjadi rendah diwaspadai

adanya perdarahan pada masa nifas.

4. Respirasi / pernafasan umunya lebih lambat atau normal, karena ibu dalam

keadaan pemulihan atau keadaan istirahat. Pernafasan normal setelah

persalinan adalah 16-24 x/menit atau rata-ratanya 18 x/menit.

H. Perubahan Pada Sistem Hematologi

Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume plasma

dari pada sel darah, penurunan plasma ditambah peningkatan sel darah pada

waktu kehamila diasosikan dengan peningkatan hematoktir dan haemogobin

pada hari ke 3-7 setelah persalinan dan akan normal dalam 4-5 minggu post

partum. Jumlah kehilangan darah selamaminggu pertama post partum berkisar

500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.

2.3.3. Adaptasi Psikologis Masa Nifas

Menurut marmi (2015) tahapan masa nifas ada 3 yaitu:

A. Taking in (1-2 hari post partum). Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung

serta berfokus pada dirinya sendiri. Mengulang-ulang dan menceritakan

pengalaman proses bersalin yang dialami. Wanita yang baru melahirkan ini

perlu istirahat dan tidur untuk mencegah gejala kurang tidur dan lelah, cepat

tersinggung, campur baur dengan proses pemulihan.

36

B. Taking hold (2-4 hari post partum). Ibu khawatir akan kemampuan dan

tanggung jawap untuk merawat bayinya. Wanita postpartum ini berpusat pada

kemampuannya dalam mengontrol diri dan fungsi tubuh. Berusaha untuk

menguasai kemampuan untuk merawat bayinya, cara menggendong dan

menyusui, memberi minum dan mengganti popok. Wanita pada masa ini

sangat sensitive akan ketidakmampampuannya, cepat tersingung dan

cenderung menganggap pemberitahuan bidan sebagai teguran, maka hati-hati

dalam berkomunikasi dengan ibu post partum ini dan perlu memberi support.

C. Letting go terjadi setelah hari kesepuluh masa nifas atau pada saat sudah

berada dirumah. Pada fase ini ibu nifas sudah bisa menikmati dan

menyesuaikan diri dengan pertanggungjawaban peran barunya. Selain itu

keinginan untuk merawat bayi secara mandiri serta bertanggungjawab

terhadap diri dan banyinya sudah meningkat (Astutik , 2015).

2.3.4.. Asuhan Masa Nifas

A. Pengertian Asuhan Masa Nifas

Asuhan ibu masa nifas adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera

setelah kelahiran sampai 6 minggu atau 40 hari. Tujuan dari asuhan masa nifas

adalah untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera

setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan. (Anggraini,

2014). Menurut Astutik (2015) dilakukan pengawasan masa nifas yang bertujuan

untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik secara fisik maupun psikologis,

melaksanakan screening yang komprehensif (menyeluruh),dan mendeteksi adanya

masalah,mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.

B. Program Masa Nifas

Kunjungan rumah postpartum dilakukan sebagai salah satu tindakan untuk

pemeriksaan postpartum lanjutan. Paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan

pada masa nifas, dengan tujuan untuk menilai kondisi ibu dan bayi, melakukan

pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu

nifas dan bayi, mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada

masa nifas (Walyani dan Porwoastuti, 2015).

37

Tabel 2.4

Program dan Kebijakan Teknik Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1. 6-8 jam

setelah

Persalinan

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia

uteri.

b. Mendeteksi penyebab lain perdarahan serta

melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut

c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah

satu anggota keluarga mengenai bagaimana

mencegah perdarahan masa nifas

d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu

e. Mengajarkan ibu untuk mempererat hubungan

antara ibu dan bayi baru lahir

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hipotermi 2. 6 hari setelah

persalinan

a. Memastikan involusi uteri berjalan normal,

uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus

tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak bau.

b. Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi

atau kelainan pasca melahirkan.

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan,

cairan, dan istrahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan

tidak ada tanda- tanda penyulit.

e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai

asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan

menjaga bayi agar tetap hangat. 3. 2 minggu

setelah

persalinan

a. Memastikan involusi uteri berjalan normal,

uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus

tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak bau.

b. Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi

atau kelainan pasca melahirkan.

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan,

cairan, dan istrahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan

tidak ada tanda- tanda penyulit.

e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai

asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan

menjaga bayi agar tetap hangat. 4. 6 minggu

setelah

persalinan

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit –

penyulit yang dialami atau bayinya.

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.

Sumber: Walyani dan Purwoastuti, 2015. Asuhan kebidanan ibu nifas dan menyusui, Yogyakarta,

halaman 5-6.

38

2.4. Bayi Baru Lahir

2.4.1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran, berusia 0 - 28 hari. Bayi baru lahir (BBL) memerlukan penyesuaian

fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin

ke kehidupan (ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan

baik (Marmi dkk, 2015). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang pada usia

kehamilan, 37-42 minggu dengan berat badan lahir antara 2500-4000 gr

(Sondakh, 2016). Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalan kriteria

sebagai berikut :

1. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram

2. Panjang badan bayi 48-50 cm

3. Lingkar dada bayi 32-34 cm

4. Lingkar kepala bayi 33-35 cm

5. Bunyi jantung dalam menit pertama 180 kali/ menit, kemudian turun sampai

120-140 kali pada saat bayi berumur 30 menit.

6. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai

pernapasan cuping hidung dan turun sampai 40 x/ menit serta rintihan hanya

berlangsung 10-15 menit.

7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkurtan cukup terbentuk

dan dilapisi verniks kaseosa.

8. Rambut lanugo telah hilang, rambut kelala tumbuh baik

9. Kuku sudah agak panjang dan lemas

10. Genetalia, testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labiya mayora telah

menutupi labiya minora (pada bayi perempuan)

11. Refleks isap, menelan sudah terbentuk dengan baik

12. Refleks moro sudah baik, bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan

tangan seperti memeluk.

13. Graff refleks sudah baik, bila diletakkan suatu benda ke telapak tangan maka

akan menggenggam.

39

14. Eeliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama

pertama. Mekonuim memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.

2.4.2. Perubahan Fisiologi pada Bayi Baru Lahir

Menurut Muslihatun (2013), Adaptasi fisiologis bayi baru lahir yaitu

A. Sistem pernafasan

Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui

plasenta. Setelah bayi lahir pernafasan pertama pada bayi normal terjadi

dalam waktu 30 detik sesudah lahir. Setelah kelahira tekanan rongga dada

bayi pada saat melalui jalan lahir pervagiam mengakibatkan cairan paru-paru

(pada bayi normal jumlahnya 80-100 ml). Kehilangan 1/3 dari jumlah cairan

tersebut sehingga cairan yang hilang ini diganti dengan udara. Pernafasan

pada neonatus terutama pernafasan diafragmatik dan abdominal, sedangkan

frekuensi dan dalamnya belum teratur.

B. Suhu tubuh, terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh

dari bayi baru lahir ke lingkungannya yaitu:

1. Evaporasi adalah kehilangan panas karena penguapan cairan ketuban

pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena tidak segera

dikeringkan/diselimuti,dan segera dimandikan.

2. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh bayi melalui kontak langsung

antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.

3. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar

udara sekitar yang lebih dingin.

4. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan

dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh

bayi.

C. Metabolisme, luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh

orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg berat badan akan lebih

besar. Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru

sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.

D. Peredaran darah, setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan

tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun,

40

sehingga tekanan jantung kiri lebih besar yang mengakibatkan menutupnya

foramen ovale secara fungsional. Tekanan darah pada waktu lahir

dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui tranfusi plasenta dan pada jam-

jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan

kira-kira 85/40 mmHg.

E. Keseimbangan air dan fungsi ginjal, tubuh bayi baru lahir mengandung relatif

lebih banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar dari kalium karena

ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah

nefron masih belum sebanyak orang dewasa.

F. Imunoglobin, pada bayi baru lahir hanya terdapat gama globulin G, sehingga

imunologi dari ibu dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil.

G. Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan

orang dewasa. Pada neonatus, traktus digestivus mengandung zat yang

berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut

mekonium.

H. Setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis, yaitu

kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak dan glikogen.

I. Keseimbangan asam basa. Derajat keasaman (Ph) darah pada waktu lahir

rendah, karena glikolisis anaerobic dalam 24 jam neonatus telah

mengkompensasi asidosis ini.

2.4.3 Asuhan Pada Bayi Baru Lahir

A. Pengertian Asuhan Pada Bayi Baru Lahir

Asuhan bayi baru lahir adalah menjaga bayi agar tetap hangat,

membersikan saluran napas, mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan),

memantau tanda bahaya, memotong dan mengikat tali pusat, melakukan IMD,

memberikan suntikan vitamin K1, memberi salep mata antibiotik pada kedua

mata, memberi imunisasi Hepatitis B, serta melakukan pemeriksaan fisik

(Syaputra Lyndon, 2014).

B. Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Menjaga bayi agar tetap hangat. Langkah awal dalam menjaga bayi tetap

hangat adalah dengan menyelimuti bayi sesegera mungkin sesudah lahir atau

41

dekapkan pada badan ibu dan tunda memandikan bayi selama 6 jam atau

sampai bayi stabil untuk mencegah hipotermi.

2. Membersihkan saluran napas dengan cara mengisap lendir yang ada di mulut

dan hidung (jika diperlukan). Tindakan ini juga dilakukan sekaligus dengan

penilaian APGAR skor menit pertama. Bayi normal akan menangis spontan

segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, jalan napas segera

dibersihkan.

3. Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain atau

handuk yang kering, bersih, dan halus. Dikeringkan mulai dari muka, kepala,

dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks

akan membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan,

selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di

klem. Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada

tangan bayi membantu bayi mencari puting ibunya yang berbau sama.

4. Memotong dan mengikat tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptic.

Tindakan ini dilakukan untuk menilai APGAR skor menit kelima. Cara

pemotongan dan pengikatan tali pusat adalah sebagai berikut :

a) Klem, potong, dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Penyuntikan

oksitosin dilakukan pada ibu sebelum tali pusat di potong (oksitosin IU

intramuskular).

b) Melakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari

dinding perut (pangkal pusat) bayi, dari titik jepitan tekan tali pusat dengan

dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak

terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan

ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.

c) Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi

landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali

pusat diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT

(steril).

42

d) Mengikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi, kemudian

lingkarkan kembali benang tersebut dan ikat dengan simpul kunci pada sisi

lainnya.

e) Melepaskan klem penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin

0,5%.

f) Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisiasi menyusui dini.

5. Melakukan IMD, dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan

dilanjutkan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6

bulan. Pemberian ASI pertama kali dapat dilakukan setelah mengikat tali pusat.

Langkah IMD pada bayi baru lahir adalah lakukan kontak kulit ibu dengan

kulit bayi selama paling sedikit satu jam dan biarkan bayi mencari dan

menemukan puting dan mulai menyusui.

6. Memberikan identitas diri segera setelah IMD, berupa gelang pengenal tersebut

berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir, dan jenis kelamin.

7. Memberikan Suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan darah pada bayi

baru lahir belum sempurna, semua bayi baru lahir beresiko mengalami

perdarahan. Untuk mencegah terjadinya perdarahan pada semua bayi baru

lahir, terutama bayi BBLR diberikan suntikan vit K1 (phytomenadione)

sebanyak 1 mg dosis tunggal, intramuskular pada anterolateral paha kiri.

Suntikan vit K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian

imunisasi Hepatitis B.

8. Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk mencegah terjadinya

infeksi pada mata. Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam setelah lahir.

9. Memberikan Imunisasi Hepatitis B pertama (HB-0) diberikan 1-2 jam setelah

pemberian vitamin K1 secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat

untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan

ibu-bayi. Imunisai Hepatitis B harus diberikan pada bayi usia 0-7 hari .

10. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir untuk mengetahui apakah

terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera serta kelainan yang

berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan kelahiran.. Memeriksa secara

sistematis head to toe (dari kepal hingga jari kaki), warna kulit dan aktivitas

43

bayiwarna mekonium bayi dan mengukur lingkar kepala (LK), lingkar dada

(LD), lingkar perut (LP), lingkar lengan atas (LILA), dan panjang badan, serta

menimbang berat bada

B. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus menurut Kemenkes RI, (2015) adalah

pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada

neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir.

1. Kunjungan neonatus ke-1 (KN 1) dilakukan 6-48 jam setelah lahir, dilakukan

pemeriksaan pernafasan, warna kulit, gerakan aktif atau tidak, ditimbang, ukur

panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, pemberian salep

mata, vitamin K1, imunisasi hepatitis B, perawatan tali pusat dan pencegahan

kehilangan panas bayi dan pemberian ASI pertama.

2. Kunjungan neonatus ke-2 (KN 2) dilakukan pada hari ke-3 sampai hari ke-7

setelah lahir, pemeriksaan fisik, melakukan perawatan tali pusat, pemberian

ASI Eksklusif, personal hygiene, pola istirahat, keamanan dan tanda-tanda

bahaya.

3. Kunjungan neonatus ke-3 (KN 3) dilakukan pada hari ke-8 sampai hari ke-28

setelah lahir, dilakukan pemeriksaan pertumbuhan dengan berat badan, tinggi

badan dan nutrisinya serta pemberian imunisasi.

2.5 Keluarga Berencana

2.5.1. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengukur

jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksut termasuk

kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar

metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi

sel telur wanita fertilisasi atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk

berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim (Walyani dan

Purwoastuti, 2015).

44

2.5.2. Tujuan Program KB

Adapun tujuan dari program KB ada 2 yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus (Kemenkes, 2015). Tujuan umum KB adalah membentuk keluarga kecil

sesuai kekuatan social ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran

anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya. Tujuan khusus KB yaitu mengatur kehamilan dengan

menunda perkawinan, dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak

pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup,

mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih

dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinan

untuk tercapainya keluarga bahagia, konseling perkawinan atau nasehat

perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa

pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam

membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.

2.5.3. Jenis-Jenis Alat Kontarsepsi

Metode kontrasepsi jangka panjang adalah cara kontrasepsi yang dalam

penggunaannya menggunakan tingkat efektifitas dan tingkat kelangsungan

pemakainya yang tinggi dan angka kegagalan yang rendah. Dilihat dari usia ibu

25 tahun dengan kehamilan kedua maka beberapa kontrasepsi yang cocok

dianjurkan bagi ibu adalah sebagai berikut:

1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Metode Amenorhea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan

pemberian ASI. MAL dapat dikatakan sebagai kontrasepsi bila terdapat

keadaan menyusui secara penuh, tanpa susu formula dan makanan

pendamping, belum haid sejak masa nifas selesai dan umur bayi kurang dari 6

bulan. Beberapa keuntungan kontrasepsi ini adalah sebagai berikut:

Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pascapersalinan), segera

efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada efek samping secara system,

tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat, tanpa biaya.

Pelaksanaan dari metode ini adalah sebagai berikut.

a. Bayi disusui secara on-demand menurut kebutuhan bayi.

45

b. Biarkan bayi mengisap sampai dia sendiri yang melepaskan isapannya.

c. Susui bayi anda juga pada malam hari karena menyusui pada waktu

malam mempertahankan kecukupan persediaan ASI.

d. Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.

e. Ketika ibu mulai dapat haid lagi, pertanda beliau sudah subur kembali

dan harus segera mulai menggunakan metode KB lain

2. Kontrasepsi Implant

Implan adalah metode kontrasespi hormonal yang efektif, tidak permanen

dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara 3 hingga 5 tahun. Metode

ini dikembangkan oleh The Population Council, yaitu suatu organisasi

internasional yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan teknologi

kontrasepsi (Biran Afandi, 2013). Implant atau susuk kontrasepsi merupakan

alat kontrasepsi yang berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang

didalamanya terdapat hormon progesteron, implant ini kemudian dimasukkan

ke dalam kulit dibagian lengan atas. Hormon tersebut kemudian akan

dilepaskan secara perlahan dan implant ini dapat efektif sebagai alat

kontrasepsi selama 3 tahun. Sama seperti pada kontrasepsi suntik, maka

disarankan penggunaan kondom untuk minggu pertama sejak pemasangan

implant kontrasespi tersebut (Elisabet Siwi Walyani, 2015)

Jenis kontrasepsi hormonal implant yaitu:

a. Norplant terdiri dari 6 kapsul yang secara total bermuatan 216 mg

levenorgestrel.

b. Jadelle (Norplant II) terdiri dari 2 kapsul implant

c. Implanon adalah subdermal kapsul tunggal.

3. AKDR (Alat Kontrasepsi dalam Rahim)

AKDR dimasukkan kedalam uterus, AKDR menghambat kemampuan sperma

untuk masuk ke tuba fallopi, mempengaruhi fertilitas sebelum ovum

mencapai kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu, mencegah

komplikasi telur dalam uterus. Manfaat dari AKDR yaitu menghambat

sperma untuk masuk ke tuba falopi, efektivitas dapat bertahan lama, hingga

12 tahun, mengurangi risiko kanker endometrium dan efek sampingnya yaitu

46

terjadi perubahan pola haid terutama dalam 3-6 bulan pertama, haid

memanjang dan banyak, haid tidak teratur dan nyeri (Kemenkes, 2015).

4. Metode Kontrasepsi Mantap (KONTAP)

Kontrasepsi mantap adalah kontrasepsi dengan tindakan pembedahan pada

saluran telur wanita atau saluran mani yang mengakibatkan orang atau

pasangan yang bersangkutan tidak akan memperoleh keturunan lagi. Kontap

merupakan pilihan terakhir dan peserta kontap harus memenuhi persyaratan

yang telah ditentukan. Menurut Suratun (2013) Jenis kontrasepsi ada 2 yaitu :

a. Vasektomi / MOP (Medis operatif pria) merupakan operasi kecil yang

dilakukan dengan memotong saluran mani sehingga sel sperma tidak

keluar saat senggama.

b. Tubektomi / MOW (Medis operatif wanita) adalah suatu kontrasepsi

permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara tindakan

mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba.

2.5.4. Asuhan Keluarga Berencana

A. Pengertian Asuhan Keluarga Berencana

Asuhan keluarga berencana (KB) yang dimaksud adalah konseling,

informed choice, persetujuan tindakan medis (informed consent), serta

pencegahan infeksi dalam pelaksanaan pelayanan KB baik pada klien dan petugas

pemberi layanan KB. Konseling harus dilakukan dengan baik dengan

memperhatikan beberapa aspek seperti memperlakukan klien dengan baik,

petugas menjadi pendengar yang baik, memberikan informasi yang baik dan benar

kepada klien, menghindari pemberian informasi yang berlebihan, membahas

metode yang diingini klien, membantu klien untuk mengerti dan mengingat.

Informed choice adalah suatu kondisi peserta/calon KB yang memilih kontrasepsi

didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat informasi (Saifuddin,

2013). Tujuan Konseling meningkatkan penerimaan, menjamin pilihan yang

cocok, menjamin penggunaan cara yang efektif, menjamin kelangsungan yang

lebih lama.

47

B. Langkah – langkah Konseling KB

Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru,

hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci

SATU TUJU (Walyani dan Purwoastuti, 2015) :

SA : SApa dan Salam pada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian

sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta

terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri.

Tanyakan kepada klien serta jelaskan pelayanan apa yang dapat

diperolehnya.

T : Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk

berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi, tujuan,kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan

kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien.

Berikan perhatian kepada klien apa yang disampaikan klien sesuai dengan

kata- kata, gerak isyarat dan caranya.

U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan

kontrasepsi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis

kontasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini,

serta jelaskan jenis kontrasepsi lain yang ada, dan jelaskan alternative

kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien. Uraikan juga mengenai

resiko penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.

TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya, bantu klien berpikir mengenai

apa yang paling sesuai dengan keadaan kebutuhannya. Doronglah klien

untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan.

Tanggapilah secara terbuka dan bantu klien mempertimbangkan kriteria

dan keinginan terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah

pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut kepada

pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat suatu

keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan: Apakah Anda sudah

memutuskan pilihan jenis kontasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih

yang akan digunakan?

48

J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya.

Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan, perlihatkan

alat atau obat kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi

tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi

doronglah klien untuk bertanyadan petugas menjawab secara jelas dan

terbuka. Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi,

misalnya kondom yang dapat mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS).

Cek pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan

puji klien apabila menjawab dengan benar.

U: PerlUnya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buat perjanjian kapan

klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau

permintaan, kontrasepsi jika dibutuhkan dan ingatkan segerra dating jika

terjadi masalah.

49

BAB III

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ny.LY GIIPIA0

Hari/Tanggal : Selasa, 13 Maret 2018

Pukul : 10.00 WIB

Tempat Pengkajian : Poliklinik Poltekkes Medan

SUBJEKTIF

1. Identitas/Biodata

Nama : Ny. L Nama Suami : Tn. S

Umur : 25 Tahun Umur : 28 Tahun

Suku : Batak Karo Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani

Alamat : Namo Gajah Alamat : Namo Gajah

2. Kunjungan saat ini : kunjungan ulang, Ibu mengatakan ingin memeriksakan

kehamilannya

3. Keluhan utama : Ibu mengatakan sakit di bagian selangkangan dan

menghambat aktifitas ibu

4. Riwayat perkawinan : Kawin pertama kali umur 20 tahun dan lamanya sudah 5

tahun

5. Riwayat menstruasi : ibu pertama kali datang haid (menarche) pada usia 12

tahun, lama haid 3-4 hari dengan siklus 28 hari, ganti pembalut 2 x/hari, tidak

pernah merasa nyeri pada perut haid teratur setiap bulan. Hari Pertama Haid

Terakhir (HPHT) tanggal 19 Juli 2017. Dilhat dari HPHT tafsiran persalinan

tanggal 26 April 2018

50

6. Riwayat kehamilan

a. Riwayat ANC ibu memeriksakan kehamilan sejak umur 2 bulan, ANC di

PMB Helen Tarigan Simpang Selayang trimester I 1 kali, trimester II 1

kali, trimester III 3 kali. Pergerakan janin yang pertama pada umur

kehamilan 4 bulan, pergerakan janin dalam 24 jam terakhir sekitar 15-20

kali

b. Pola nutrisi : Makan : 3x sehari 1 piring nasi, lauk dan sayur yang

bervariasi dan minum : 8 – 12 gelas/ hari

c. Pola eliminasi : BAB 1 kali/hari, warna kuning dengan konsisten lunak,

keluhan tidak ada BAK : 6-7 kali/ hari, warnanya : kuning jernih

d. Pola Aktifitas : Kegiatan sehari-hari ibu melakukan pekerjaan rumah

tangga seperti membereskan rumah, mencuci dan memasak dilakukan

secara rutin setiap hari dan istirahat/ tidur Siang : 1 jam dan malam : 7-8

jam sehari (22:00-05:000).

e. Pola seksualitas : Melakukan hubungan seksual satu kali dalam 4 minggu,

tidak ada keluhan.

f. Personal hygiene : Mandi 2 kali sehari,keramas 3 kali dalam seminggu

mengganti pakaian 2 kali sehari, dan membersihkan alat kelamin setiap

BAK/BAB.

g. Imunisasi TT : TT1: 20 12 2013, TT2: 20 01 2014 TT3: 10 03 2018

7. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

8. Riwayat kontrasepsi yang pernah digunakan : ibu belum pernah menggunakan

alat kontrasepsi

N

0

Tgl

Lahir

Umur

Usia

Keha

milan

Jenis

persa

linan

Tempa

t

persali

nan

Komplik

asi

Peno

Long

BBL Nifas

Ib

u

Bay

i

BB

Lahir

Kea

daa

n

Laktasi Kel

ain

an

1 6 09

2014/

3,6

tahun

38

ming

gu

Nor

mal

Rumah

sakit

- - Bida

n

2900

gram

Bai

k

Asi Ekslusif 6

bln, di

lanjutkan

sampai anak

umur 1,5 tahun

-

2 H A M I L I N I

51

9. Riwayat Kesehatan : Tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan dan ibu

mengatakan bahwa ibu dan keluarga tidak menderita penyakit menurun dan

menular, tidak mempunyai riwayat kembar, ibu tidak memiliki kebiasaan

merokok dan minum minuman keras.

10. Keadaan Psikososial spiritual : Kehamilan ini diterima dan direncanakan oleh

ibu dan keluarga, ibu juga taat melakukan ibadah solat 5 waktu

11. Tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan membantu persalinan : PMB

Helen Tarigan Kecamatan Medan Selayang

OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : baik

b. BB /BB sebelum hamil : 63 kg/ 50 kg

TB : 154 cm

Lila : 29 cm

c. Tanda-tanda vital

TD : 120/80 mmHg

Suhu : 360C

Nadi : 78 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

2. Pemeriksaan Fisik

a. Rambut : hitam, kulit bersih dan distribusi merata

b. Wajah : tidak oedem dan tidak ada cloasma

gravidarum

c. Mata : tidak ada oedem palpebra, konjungtiva

merah

muda dan sklera putih

d. Mulut dan gigi : bersih dan utuh

e. Lidah dan geraham : bersih dan utuh

f. Telinga : bersih dan tidak ada pengeluaran

g. Reher : tidak ada hiperpigmentasi

52

h. Kelenjar thyroid : tidak ada pembengkakan

i. Kelenjar getah bening : tidak ada pembengkakan

j. Payudara : simetris, putting susu menonjol,

Hiperpigmentasi, dan tidak ada benjolan

k. Punggung dan pingang : nyeri pinggang tidak ada

l. Abdomen : bentuk asimetris condong ke kiri, tidak ada

bekas operasi, linea nigra dan striae livide.

Palpasi : TFU Pertengahan Pusat dan Prosesus Xiphoideus (PX)/ 28 cm,

punggung kiri, presentase kepala dan belum masuk Pintu Atas Panggul :

(PAP), DJJ 126 x/ menit dan Tafsiran Berat Janin (TBJ) : (TFU-13) x

155 = (28– 13) x155 =2.325 gram

m. Eksteremitas : tidak odema dan tidak ada varises, Reflex

Patella positif (+/+) kanan kiri

3. Pemeriksaan Penunjang : Hb 12,6 gr/dl, Protein dan glukosa urine

negatif

ANALISIS

1. Diagnosa keidanan : Ny L 25 tahun, G2P1A0, usia kehamilan 32-34 minggu,

janin hidup, tunggal, intra uterin, punggung kiri, persentasi kepala, bagian

terbawah belum masuk PAP (convergen), keadaan ibu dan janin baik.

2. Masalah : Sakit dibagian selangkangan dan menghambat aktifitas ibu

3. Kebutuhan : Konseling pola aktifitas ibu dan perubahan fisiologis TM III

PLANNING

1. Memberitahukan pada ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan. Hasil

pemeriksaan keadaan ibu dan janin normal dan tidak ada tanda-tanda bahaya

pada kehamilannya dengan TD: 120/80 mmHg, pernapasan 20 x/menit, nadi

78 x/menit, suhu 36,5 °C.

- Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaannya dengan keadaan baik.

2. Memberitahu ibu bahwa sakit pada selangkangannya diakibatkan beberapa

hal diantaranya:

53

a. Akibat peningkatan hormone relaksin dan progesterone selama

kehamilan yang menyebabkan otot dan ligament pada daerah pinggul

untuk melemas dan teregang guna persiapan kelahiran dan berguna untuk

menopang tulang-tulang pada panggul dan menyebabkan nyeri pada

selangkangan dan paha.

b. Perubahan struktur tubuh dan juga penambahan berat badan, perubahan

pada bentuk panggul yang dapat menimbulkan nyeri pada selangkangan

dan paha terutama disebabkan oleh pertumbuhan janin dalam perut

c. Round ligament pain yaitu suatu nyeri yang menusuk pada daerah

selangkangan, perut bawah yang disebabkan oleh pertambahan ketebalan

serta peregangan ligament pada panggul ditandai demgam nyeri bila ibu

berdiri, duduk dan melakukan aktifitas.

Dan untuk menghindari hal diatas perlu dilakukan yaitu perbaiki postur

tubuh,memakai sepatu yang nyaman tanpa hak, naikkan kaki sedikit saat

duduk, tidur miring kesamping, hindari mengangkat barang berat, perbanyak

mengkonsumsi yang mengandung kalsium dan magnesium, lakukan beberapa

olahraga santai dan lakukan kompres dengan air panas atau es.

- Ibu sudah mengerti tentang penjelasan dan bersedia melakukannya.

3. Memberitahu pada ibu tanda bahaya kehamilan pada trimester III yaitu

perdarahn vagina yaitu merah, banyak/ sedikit, nyeri yaitu plasenta previa dan

solusio plasenta, sakit kepala yang hebat, pandangan kabur secara tiba-tiba,

nyeri abdomen yang hebat, bengkak pada muka dan tangan, kurangnya

pergerakan janin dan menganjurkan ibu agar datang kepetugas kesehatan jika

mengalami tanda bahaya tersebut.

- Ibu sudah mengetahui tanda bahaya kehamilan dan bersedia datang ke

petugas kesehatan.

4. Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi pola makan, yaitu dengan

banyak makan makanan yang mengandung zat besi dan protein seperti telur,

tempe, daging, sayuran berwarna hijau, buah-buahan, menambahkan

makanan yang megandung kalsium dan magnesium, mengubah kebiasaan ibu

mengonsumsi teh atau minuman berwarna setelah makan, karena zat tanin

54

dalam teh dapat menghambat penyerapan zat besi. Memberikan kepada ibu

tablet zat besi dengan dosis 1x1 diminum dengan air putih satu gelas dan

sebaiknya di minum menjelang tidur pada malam hari agar mengurangi efek

mual dan feses menjadi hitam. Menjelaskan bahwa ibu juga dapat

menambahkan vitamin C sewaktu mengonsumsi zat besi agar memudahkan

penyerapan zat besi.

- Ibu sudah mengerti dan bersedia melakukannya.

5. Memberikan informasi kepada ibu tentang pola istirahat yaitu pada siang hari

30 menit- 1 jam dan pada malam hari 8 jam (22:00-05:00 WIB).

- Ibu bersedia melakukannya.

6. Menganjurkan ibu untuk tetap memperhatikan personal hygiene seperti

menjaga kebersihan daerah kemaluannya setelah selesai BAK/BAB,

mengeringkan dengan kain bersih dan mengganti pakaian dalam saat lembab

karena akan memudahkan bakteri dan jamur berkembang biak.

- Ibu telah mengetahui tentang menjaga kebersihan dirinya

7. Menganjurkan ibu untuk datang kunjungan ulang satu bulan lagi atau jika ibu

ada keluhan.

- Ibu sudah mengerti dan bersedia datang melakukan pemeriksaan ulang 1

bulan lagi atau jika ada keluhan.

Pelaksana Asuhan

Emeliana Simanullang

55

3.1.1. Data Perkembangan I

S

Rabu, 04 April 2018 Pukul 10: 00 WIB Ibu datang untuk memeriksakan

kehamilannya, ini adalah kunjungan ulang dan tidak ada keluhan.

O

Keadaan umum ibu baik, setelah dilakukan pemeriksaan terjadi kenaikan berat

badan dari tanggal 13 maret 63 kg, tanggal 04 April menjadi 64 kg dengan

sebelum hamil yaitu 50 kg, kemudian tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 78 x

/menit, pernafasan 20 x /menit dan suhu badan 36˚c. ibu dan janin dalam keadaan

baik. Pemeriksaan Khusus Kebidanan :

Abdomen : Perut ibu membesar sesuai umur kehamilannya yaitu 34-36 minggu

dengan adanya Striae Livida dan Linea Nigra.

TFU 3 jari dibawah PX atau 30 cm,teraba satu bagian yang keras

dan memapan disebelah kiri perut ibu yaitu punggung, teraba

bagian-bagian kecil/ ekstremitas disebelah kanan perut ibu, bagian

terbawah janin teraba keras, bulat dan masih bisa

digoyangkan,belum masuk PAP ( convergen). Terdengar DJJ 129 x

/ menit di kuadran kiri bawah pusat ibu

TBJ = (TFU-n) x 155 = (30-13) x 155 = 2.635 gram.

Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan

A

Ny L umur 25 tahun, G2P1A0, hamil 34-36 minggu, janin hidup, tunggal, intra

uterin, punggung kiri, presentasi kepala, belum masuk PAP (convergen), keadaan

ibu dan janin baik.

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan : Informasi tentang pemenuhan nutrisi ibu, persiapan dan tanda-

tanda persalinan

56

P

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan. Hasil pemeriksaan

keadaan ibu dan janinn normal dan tidak ada tanda-tanda bahaya pada

kehamilannya dengan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit,

pernafasan 20 x/menit, suhu 36˚c.

- Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaannya dalam keadaan baik.

2. Mengingatkan kembali ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung

serat seperti buah jeruk, semangka, pepaya, pisang, sayur-sayuran hijau serta

makanan yang mengandung protein seperti tahu, tempe, telur, menganjurkan

ibu untuk mengurangi makanan berkabohidrat tinggi dengan tujuan untuk

menghindari ibu melahirkan bayi dengan berat bada yang abnormal.

- Ibu mengerti dan berjanji untuk menjaga pola makannya.

3. Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan persiapan persalinannya seperti

mental, pakaian ibu dan bayi, dana dan kendaraan.

- Ibu telah mempersiapkan persiapan persalinannya.

4. Mengingatkan ibu kembali tentang tanda-tanda persalinan, yakni rasa mulas

dari pinggang sampai ke perut bagian bawah, keluar lendir bercampur darah

dari vagina, keluar air sedikit (air ketuban) melalui vagina.

- Ibu telah mengetahui tentang tanda - tanda persalinan.

5. Menganjurkan ibu untuk datang kunjungan ulang atau jika ada keluhan/keluar

tanda.

- Ibu bersedia untuk kunjungan ulang atau pun jika ada keluhan/keluar

tanda.

Pelaksana Asuhan

Emeliana Simanullang

57

3.1.2. Data Perkembangan II

S

Tanggal 17 April 2018 pukul 10:00 WIB. Ibu mengatakan ingin memeriksakan

kehamilannya, dengan keluhan sakit perut dibagian bawah dan sering BAK pada

malam hari sehingga mengganggu tidur malam hari ibu dan ini adalah kunjungan

ulang.

O

Keadaan umum ibu baik, setelah dilakukan pemeriksaan terjadi kenaikan berat

badan dari tanggal 04 April 64 kg ke tangal 17 April menjadi 65 kg dengan

sebelum hamil yaitu 50 kg, dengan tekanan darah 120/80 mmHg,nadi 78

x/menit,pernafasan 20 x/menit dan suhu badan 36˚c. ibu dan janin dalam keadaan

baik.

Pemeriksaan Khusus Kebidanan :

Abdomen : Perut ibu membesar sesuai umur kehamilannya yaitu 36-38

minggu

TFU berada 3 jari dibawah PX / 34 cm, teraba satu bagian yang

keras dan memanjang disebelah kiri perut ibu yaitu punggung

dan teraba bagian-bagian kecil/ ekstremitas disebelah kanan

ibu, bagian terbawah janin teraba keras, bulat dan masih bisa

digoyangkan, belum masuk PAP (convergen).

DJJ 133 x / menit di kuadran kiri bawah pusat ibu

TBJ : (TFU-n) X 155 : (34-13) X 155 = 3.255 gram

Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

A

Ny L umur 25 tahun, G2P1A0, hamil 36-38 minggu, janin hidup, tunggal, inta

uterin, punggung kiri, presentasi kepala, belum masuk PAP (convergen), keadaan

ibu dan janin baik.

Masalah : Sakit pada perut bagian bawah dan sering BAK pada malam hari

sehingga menganggu tidur di malam hari.

Kebutuhan : Penjelasan tentang cara mengatasi sakit pada perut bagian bawah

dan mengurangi ketidaknyamanan yang ibu rasakan.

58

P

1. Memberikan informasi kepada ibu tentang pemeriksaan yang dilakukan.

Hasil pemeriksaan keadaan ibu dan janinnya dalam keadaan baik dan tidak

ada tanda-tanda bahaya pada kehamilannya. Tekanan darah 120/80 mmHg,

pernafasan 20 kali /menit, nadi 20 kali/menit dan suhu 36˚c.

- Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaannya dalam keadaan baik.

2. Memberitahu pada ibu bahwa rasa sakit pada perut bagian bawah ibu adalah

fisiologis wanita hamil itu dikarenakan rahim ibu mulai membesar dan kepala

bayi mulai turun sehingga mengakibatkan adanya tekanan pada kandung

kemih yang berlokasi dibawah perut ibu dengan mulai membesarnya uterus

maka otot-otot pinggang ikut beretraksi. Oleh karena itu disarankan pada ibu

untuk mengurangi minum pada malam hari sebelum tidur. Dan menghindari

kebiasaan menahan buang air kecil.

- Ibu telah mengerti penjelasan dan bersedia melakukannya.

3. Menjelaskan kepada ibu jenis-jenis alat kontrasepsi pascapersalinan jangka

panjang sesuai kebutuhan ibu, yaitu:

a. IUD (Intrauterine device)/ alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), atau

KB spiral yang dapat dipasang ke dalam rahim 10 menit setelah

plasenta dilahirkan atau hingga 72 jam setelah ibu melahirkan. Jangka

kontrasepsi ini hingga 5 tahun dan tidak mengganggu produksi air susu

ibu.

b. Implant (susuk)/ alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) yaitu alat

kontrasepsi yang mengandung hormon dan ditanamkan di bawah kulit

dan efektif selama 3 tahun.

c. Kontrasepsi mantap/steril yaitu metode kontrasepsi permanen yang

berfungsi menhentikan kesuburan dan sangat efektif bagi pasutri yang

sudah tidak ingin memiliki keturunan. Dilakukan dengan pembedahan

sederhana pada ibu maupun suami.

- Ibu telah mengetahui tentang jenis-jenis alat kontrasepsi setelah

bersalin.

59

4. Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan persiapan persalinannya seperti

mental, pakaian ibu dan bayi, dana dan kendaraan serta keluarganya untuk

mendampingi ibu.

- Ibu telah mempersiapkan persiapan persalinannya.

5. Mengingatkan ibu kembali tentang tand- tanda persalinan, yakni rasa mulas

dari pinggang sampai ke perut bagian bawah, keluar lendir bercampur darah

dari vagina dan keluar air sedikit (air ketuban) melalui vagina.

- Ibu telah mengetahui tentang tanda - tanda persalinan.

6. Menganjurkan ibu untuk datang kunjungan ulang 1 minggu lagi atau jika ada

keluhan/keluar tanda yang ibu alami.

- Ibu bersedia untuk kunjungan ulang atau pun jika ada keluhan/keluar

tanda.

Pelaksana Asuhan

Emeliana Simanullang

60

3.2 Asuhan Persalinan

Tanggal : 26 April 2018 Pukul : 17:00 WIB

S

Ibu datang pukul 17:00 wib dengan keluhan mules-mules, keluar lendir bercampur

darah dari jam 12:00 wib, gerakan janin ada dengan HPHT 19 Juli 2017

O

1. Tampak kesakitan atau perutnya mules-mules dengan TD 100/70 mmHg, HR:

80 x/menit, RR: 22 x/ menit, Temp: 36˚ C.

2. Inspeksi abdomen : bentuk asimetris (lebih condong ke kiri), tidak ada bekas

operasi, adanya striae livide

3. Palpasi : TFU 3 jari dibawah PX/ 34 cm, pada fundus teraba bagian lunak dan

bundar, teraba bagian panjang keras memapan di sebelah kiri perut ibu (Pu-

Ki) dan bagian terkecil janin di sebelah kanan perut ibu, teraba bagian bundar

dan keras (kepala), bagian terbawah janin sudah masuk PAP, penurunan

hodge II. DJJ:139 x/menit di puctum maksimal kuadran kiri bawah pusat ibu

TBBJ: (TFU – 11) x 155 = (34-11) x 155 = 3.565 gram

4. Pemeriksaan dalam: Pukul 17:10 WIB oleh bidan Helen dan Emeliana,

inspekai keluar lendir bercampur darah, tidak ada odema, portio lunak/

mendatar, ketuban utuh, teraba kepala, penurunan kepala hodge II,

pembukaan 4 cm, His : 3 x 10’35”.

A

Inpartu kala 1 fase aktif akselerasi

P (pukul 17:10 WIB)

1. Mengobservasi TTV, kontraksi, DJJ pada lembar partograf yaitu TD: 100/70

mmHg, Nadi: 80 x/menit, pernafasan: 22 x/menit, Temp: 36˚C, DJJ: 139

x/menit dan His: 3x10’35” dengan pembukaan 4 cm.

- Pemeriksaan sudah dilakukan dan diisi dalam lembar partograf.

61

2. Memberitahu ibu bahwa pembukaan masih 4 cm dan menganjurkan ibu untuk

jalan-jalan disekitar ruangan didampingi oleh suami dan juga duduk di bola

balon besar dengan tujuan mempercepat proses penurunan kepala janin dan

apabila ibu merasa lelah ajarkan ibu untuk mobilisasi yaitu posisi tidur miring

kanan/kiri.

- Ibu bersedia untuk melakukannya didampingi oleh suami

3. Menyiapkan alat-alat partus.

- Alat-alat partus sudah dipersiapkan.

4. Memberi ibu makan dan minum disela-sela his untuk menambah tenaga ibu.

- Ibu sudah makan dan minum.

5. Mengajarkan ibu teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri, yaitu tarik

nafas panjang melalui hidung dan keluarkan melalui mulut perlahan-lahan

dan memberikan rasa nyaman kepada ibu dengan menyarankan kepada suami

untuk mendukung dan tetap mendampingi ibu selama proses persalinan

misalnya mengelus-elus perut ibu saat ibu merasakan sakit.

- Ibu sudah mengerti dan melakukan tehnik relaksasi didampingi oleh

suami dan memberikan asuhan sayang ibu.

6. Pukul 21:00 WIB dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan 9 cm,

pengeluaran lendir bercampur darah semakin banyak dengan kontraksi

5x10’54”.

- Ibu sudah mengetahui hasil pembukaan 9 cm.

7. Pukul 22:00 WIB ibu kesakitan dan ingin mengedan, raut wajah ibu tampak

meringis.

Asuhan Kala II

Tangal 26 April 2018 Pukul 22:00 WIB

S

Ibu merasakan mules terus-menerus, adanya pengeluaran cairan yang semakin

banyak dari vagina dan ibu ingin meneran.

62

O

His kuat 5x/10’/54”, DJJ : 145 x/menit, vulva membuka, perineum menonjol,

lendir darah bertambah bayak dilakukan VT : pembukaan lengkap (10 cm),

ketuban sudah pecah, warnanya jernih, kepala hodge IV.

A

Ibu inpartu Kala II

P (pukul: 22:05 WIB)

1. Meminta suami tetap mendampingi ibu dan posisikan ibu sesuai dengan

kenyamanan ibu yaitu posisi litotomi dibantu oleh suami.

- Ibu merasa nyaman dengan posisi tersebut.

2. Memimpin persalinan dan dekatkan alat-alat partus set

3. Menolong persalian dengan pasang APD. Kemudian cuci tangan dengan

sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih kemudian tangan

kanan memakai sarung tangan dan mengisi spuit dengan oksitosin 10 IU dan

letakkan dalam partus set. Pimpin ibu meneran saat ibu ada dorongan yag

kuat untuk meneran didampingi oleh suami. Letakkan handuk bersih di perut

ibu (untuk mengeringkan bayi) dan kain lipatan 1/3 letakan dibawah bokong

ibu. Buka partus set dan periksa kelengkapannya,pakai sarung tangan steril

sebelah kiri. Ketika kepala terlihat 5-6 cm di depan vulva letakkan tangan

kiri pada kepala agar tidak defleksi maximal, biarkan kepala keluar perlahan-

lahan dengan lembut menyeka muka,mulut,dan hidung bayi denga kain/kasa

bersih. Periksa lilitan tali pusat, tidak ada lilitan tali pusat. Tunggu kepala

bayi melakukan putar paksi luar secara spontan anjurkan ibu untuk meneran

kemudian letakkan tangan secara biparietal, tarikan lembut kebawah untuk

melahirkan bahu depan dan menarik keatas untuk melahirkan bahu belakang.

Lakukan sanggah dan susur untuk melahirkan tubuh bayi. Letakkan bayi

diatas perut ibu kemudian klem tali pusat denga jarak klem pertama 2 cm dari

pusat bayi dan 3 cm dari klem pertama kemudian potong tali pusat diantara

klem tersebut.

4. Bayi lahir tanggal 26 April 2018 pukul 22.20 WIB, jenis kelamin perempuan,

BB 3400 gram, PB 50 cm, menangis kuat, bayi kemerahan dan bugar. Bayi

63

telah dikeringkan dan tali pusat telah dipotong, kemudian bayi diletakkan di

atas perut ibu (skin to skin) dan dilakukan IMD.

5. Pukul 22:20 ibu merasakan mules.

Asuhan Kala III

Tanggal 26 April 2018 Pukul 22:00 WIB

S

Ibu mengatakan merasa lelah, namun lega karena bayinya telah lahir dengan

selamat dan mengatakan perutnya masih mules.

O

Ibu kelelahan setelah melahirkan bayi, TD: 110/70 mmHg, Nadi 82 x/menit ,

kontraksi baik, TFU setinggi pusat, tidak ada janin kedua, kandung kemih kosong,

tampak tali pusat menjulur di vulva pada saat dilakukan PTT dan adanya

semburan darah.

A

Ibu inpartu Kala III

P (pukul 22: 02 WIB)

1. Memberitahukan pada ibu bahwa ini proses pengeluaran plasenta.

- Ibu sudah mengetahui bahwa plasentanya akan segera lahir.

2. Memberitahukan ibu akan dilakukan penyuntikan oksitosin pada paha luar

ibu yang bertujuan untuk membantu mempercepat lahirnya plasenta dan

mencegah terjadinya perdarahan.

- Ibu telah disuntikkan oksitosin 10 IU di 1/3 paha lateral secara IM.

3. Pantau tanda-tanda pengeluaran plasenta, yaitu adanya semburan darah, tali

pusat memanjang dan uterus globular.

- Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta.

4. Melakukan pertolongan pengeluaran plasenta, yaitu satu tangan menekan

uterus secara dorso cranial dan tangan yang lain melakukan penegangan ke

arah atas dan bawah. Saat plasenta muncul di introitus vagina, maka satu

tangan menopang/menampung plasenta sejajar dengan vulva sedangkan

tangan yang lain memutar plasenta searah jarum jam. Hal ini dilakukan untuk

64

mencegah adanya bagian plasenta atau selaput ketuban tertinggal di dalam

uterus.

- Plasenta lahir pukul 22.30 WIB

5. Melakukan massase uterus selama 15 detik dengan gerakan searah jarum jam

dan menilai apakah kontraksi uterus baik.

- Massase sudah dilakukan dan kontraksi uterus baik.

6. Memeriksa dan memastikan kelengkapan palsenta. Plasenta telah diperiksa,

selaput ketuban utuh, jumlah kotiledon 18 buah, kedua sisinya lengkap yaitu

maternal yang menghadap dinding rahim dan fetal yang menghadap ke janin,

pada tali pusat terdapat satu pembuluh vena umbilikalis, 2 pembuluh darah

arteri, panjang tali pusat 50 cm dan berat plasenta 500 gram.

7. Memeriksa adanya robekan jalan lahir.

- Tidak ada robekan jalan lahir.

Asuhan Kala IV

Tanggal 26 April 2018 Pukul : 22:30 WIB

S

Ibu merasa lelah dan senang

O

TD : 110/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah

pusat, tidak ada robekan perineum, kandung kemih kosong dan perdarahan dalam

batas normal.

A

Inpartu Kala IV

P (pukul 22:05 WIB)

1. Mengobservasi TTV yaitu TD: 110/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Temp: 36,5˚

C kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat dan pendaraha dalam batas

normal.

- Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

65

2. Memberitahukan pada ibu bahwa dia akan dipantau selama 2 jam pertama

setelah melahirkan, yaitu setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30

menit pada jam kedua.

- Ibu sudah mengetahui bahwa Ia akan dipantau selama 2 jam ke depan.

3. Mengajarkan ibu/keluarga melakukan masase uterus. Jika uterus teraba keras,

menandakan bahwa uterus berkontraksi dengan baik.

- suami sudah diajarkan melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.

4. Membersihkan ibu dan tempat persalinan dari paparan darah dan cairan tubuh

dengan air DTT serta membantu ibu menggunakan pakaian yang bersih dan

kering, kemudian dekontaminasi sarung tangan secara terbalik di dalam

larutan klorin 0,5%.

- Ibu dan tempat bersalin telah dibersihkan serta pakaian ibu telah

diganti dengan pakaian yang bersih dan kering, sarung tangan telah

didekontaminasi.

5. Dekontaminasi peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit. Cuci dengan detergen dan bilas dengan air mengalir.

- Peralatan bekas pakai telah didekontaminasi.

6. Observasi/evaluasi proses IMD. Mengobservasi/mengevaluasi keberhasilan

IMD.

- IMD dilakukan selama 1 jam dan telah berhasil.

7. Memberikan konseling pada ibu tentang pemasangan KB implant dan

menjadwalkan pemasangan KB tanggal 27 April 2018.

- Ibu mengerti dan bersedia dipasang KB implant

8. Memberitahukan ibu tanda bahaya kala IV, yaitu uterus tidak berkontraksi

dan adanya perdarahan pervaginam seperti air mengalir.

- Ibu sudah mengetahui tanda bahaya kala IV.

Pelaksana Asuhan

Emeliana Simanullang

66

3.3 Asuhan Masa Nifas

6 jam postpartum

Tanggal : 27 April 2018 Pukul : 08.00 WIB

S

Ibu mengatakan perutnya mules, ASI sudah keluar sedikit, bayi mau mencari

putting ibu dan mulai menghisap, ibu mengatakan bahagia atas kelahiran bayinya.

O

1. Keadaan umum ibu baik dengan tanda vital yaitu TD: 110/70 mmHg, Nadi :

80 x/menit, Pernafasan : 22 x/menit, Temp: 36,3ºC

2. Payudara : Bentuk simetris, putting susu menonjol, pengeluaran ada

3. Uterus : konsistensi uterus keras dengan kontraksi baik dan TFU 2 Jari

dibawah pusat

4. Pengeluaran lochea : warna merah (Lochea Rubra), bau amis, jumlah 50 cc,

konsistensi encer

5. Perineum : tidak ada robekan jalan lahir

6. Kandung kemih : kosong

A

Ibu 6 jam postpartum

P (pukul 08:00 WIB)

1. Melakukan observasi tanda-tanda vital, kontraksi, kandung kemih dan jumlah

perdarahan pada 2 jam postpartum yaitu 15 menit pada 1 dan 30 menit pada

jam ke 2. TD : 110/70 mmHg, Temp: 36,3˚C, RR : 80 x/menit, Nadi: 22

x/menit.

- Ibu sudah mengetahui keadaannya dan sudah dipantau selama 2 jam

postpartum. Keadaan ibu dalam batas normal.

2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu minimal 8 jam/hari, untuk

memulihkan tenaga ibu karena proses persalinan dan menganjurkan ibu

mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti nasi, sayuran hijau, buah-

buahan, daging dan ikan laut untuk menambah energi ibu dan minum air

putih minimal 10 gelas/hari untuk membantu memperbanyak produksi ASI

selama menyusui.

67

- ibu bersedia melakukannya

3. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya agar tidak terjadi

hipotermi.

- Kehangatan bayi sudah dijaga.

4. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi, miring kanan/miring kiri secara bertahap

dan menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri, terutama pada

genetalia dengan mengganti doek setelah mandi atau bila ibu merasa tidak

nyaman.

- Ibu mengerti tentang mobilisasi dini dan berjanji untuk menjaga

kebersihan dirinya.

5. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya ibu nifas seperti:

a. Perdarahan pervaginam, penegluaran cairan berbau busuk

b. Sakit kepala dan nyeri perut yang hebat

c. Nyeri saat berkemih

d. Odema pada wajah, tangan dan kaki

e. Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan nyeri

f. Demam tinggi > 38˚C

- ibu sudah mengerti tanda bahaya ibu nifas

6. Memberikan ibu terapi obat yaitu amoxilin 3x500 mg untuk mencegah

terjadinya infeksi, asam mefenmat 3x500 mg untuk mengurangi rasa nyeri,

tablet Fe,vit B complex dan vit C denagn dosis 1x sehari untuk penambah

darah dan energi ibu serta memberikan ibu kapsul vitamin A 200.000 unit

untuk menaikkan jumlah kandungan vit A dalam ASI yang berfugsi dalam

system penglihatan, fungsi pembentukan kekebalan dan fungsi reproduksi.

Diminum 1 kapsul setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi setelah 24 jam.

- Ibu sudah mendapatkan terapi obat dan bersedia minum sesuai anjuran

bidan.

68

Asuhan 6 Hari Masa Nifas

Tanggal : 02 Mei 2018 Pukul : 10.00 WIB

S

Ibu mengatakan keadaannya semakin membaik, ASI banyak, ibu menyusui

bayinya setiap 2 jam, dan bayi menghisap kuat.

O

1. Keadaan umum ibu baik

2. kesadaran : Composmentis

3. Pemeriksan fisik

a. Tanda vital : TD: 120/80 mmHg, Nadi: 78 x/menit, RR: 22 x/menit,Temp:

36,5 º C.

b. Payudara : pengeluaran ASI baik, putting susu menonjol

c. Uterus : konsistensi uterus keras, kontraksi baik dan TFU pertengahan

simfisis ke pusat

d. Pengeluaran pervaginam berwarna merah kecoklatan (Lochea

Sanguiloenta) dan tidak berbau.

e. Ekstremitas : Tidak ada odema, kemerahan tidak ada, reflek patella kanan

kiri positif (+).

A

Post partum 6 hari

P (pukul : 10:10 WIB)

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan bayinya baik, TD

: 120/80 mmHg, RR : 20 x/menit, Nadi : 78 x/menit, Temp: 36,5º C.

- Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Memberitahukan bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan baik dan normal,

TFU pertengahan pusat dengan simfisis, uterus berkontraksi dengan baik,

tidak ada perdarahan abnormal dan tidak berbau.

- Ibu dalam keadaan normal.

3. Memastikan ibu menyusui dengan baik yaitu setiap 2 jam sekali, tidak ada

tanda-tanda penyulit pada payudara ibu.

- Ibu menyusui dengan baik dan tidak ada penyulit yang dialami ibu.

69

4. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi dan seimbang yaitu

nasi, sayuran, lauk, buah-buahan serta minum 8-10 gelas/ hari untuk

mendukung produksi ASI dan proses pengeluaran ibu serta menyarankan

tidak ada makanan pantangan bagi ibu nifas karena ibu nifas sangat

membutuhkan kalori yang cukup.

- Ibu bersedia akan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang.

5. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu yang akan datang atau

apabila ada keluhan.

- Ibu bersedia untuk kunjungan ulang.

Asuhan 2 Minggu Masa Nifas

Tanggal : 10 Mei 2018 Pukul: 16.00 Wib

S

Ibu mengatakan keadaannya sudah sehat, peneluaran ASI banyak, Ibu selalu

menyusui bayinya, dan ibu mengatakan pengeluaran pervaginamnya tidak berbau

lagi.

O

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran: Composmentis

3. Pemeriksaan fisik

a. Tanda vital : TD: 120/80 mmHg, Nadi: 78 x/ menit, RR: 22 x/ menit,

Temp: 36,5º C

b. Payudara : Pengeluaran ASI lancar, putting susu menonjol

c. Uterus : TFU tidak teraba

d. Pengeluaran pervaginam berwarna kekuningan (Lochea Serosa) dan tidak

berbau.

A

2 minggu post partum

P (pukul 10:10 WIB)

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu yaitu TD 120/80 mmHg,

Nadi 78 x/menit, RR 22 x/menit, Temp 36,5º C.

- Ibu sudah mengetahui keadaannya.

70

2. Memberitahukan bahwa involusi uteri ibu berjalan normal, TFU tidak teraba

dan tidak ada perdarahan yang berbau.

- Keadaan ibu normal.

3. menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan abnormal

- tidak ada tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan abnormal, ibu

dalam keadaan baik.

4. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi dan asupan

nutrisi yang cukup seperti nasi, sayur-sayuranan, lauk, buah-buahan dan

minum 8-9 gelas/hari untuk kelancaran produksi ASI dan minum pil zat besi

1x1 per hari.

- Ibu bersedia melakukannya dan sudah minum 8-9 gelas/hari dan

minum pil zat besi.

5. Mengingatkan ibu kembali untuk tetap menyusui bayinya sesuai kebutuhan

sampai umur 6 bulan supaya bayi mendapat ASI eksklusif serta mengajarkan

ibu cara melakukan perawatan payudara supaya mencegah terjadinya

bendungan ASI.

- Ibu sudah mengerti tentang pemberian ASI pada bayi dan sudah

mengerti cara perawatan payudara.

6. Anjurkan Ibu untuk kunjungan ulang 4 minggu lagi atau apabila ada keluhan.

- Ibu bersedia untuk kunjungan ulang.

Asuhan 6 minggu Masa Nifas

Tanggal : 07 Juni 2018 Pukul 10.00 WIB

S

Ibu mengatakan keadaannya sehat dan sudah merasa nyaman dengan kondisinya

saat ini, ibu sudah melakukan aktivitas dirumah. Ibu selalu menyusui bayinya

tanpa memberikan makanan tambahan.

O

1. Keadaan umum baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Pemeriksaan fisik

71

a. Tanda vital : TD 120/80 mmHg, Temp: 36,2 º, Nadi 78 x/menit, RR: 22

x/menit.

b. Payudara : Pengeluaran ASI normal

c. Pengeluaran : lochea Alba berwarna putih kekuningan

A

6 minggu Post partum

P ( pukul: 10:10 WIB)

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu. Hasil pemeriksaan TD:

120/80 mmHg, HR: 80 x/menit, RR: 22 x/menit, Temp: 36,2 º C.

- Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Memberitahukan bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan normal, TFU tidak

teraba, tidak ada perdarahan yang abnormal dan tidak berbau.

- Ibu dalam keadaan normal.

3. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan yang sehat dan bergizi,

karena akan mempengaruhi produksi ASI dan minum air putih 8-9 gelas/ hari.

- Ibu mengerti dan mengatakan akan selalu menjaga pola makanan yang

sehat dan bergizi.

4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, siang minimal 1 jam/ hari

dan malam minimal 7 jam/ hari.

- Ibu bersedia melakukannya.

5. Memberitahukan kepada ibu bahwa ibu sudah dapat kembali untuk

melakukan hubungan seksual.

- Ibu sudah mengetahui bahwa dirinya sudah bisa kembali berhubungan

seksual.

6. Menganjurkan ibu membawa bayinya ke posyandu/ puskesmas untuk

penimbangan dan imunisasi. Menuliskan jadwal imunisasi di buku KIA.

- Ibu sudah mengetahui jadwal imunisasi dan mengatakan akan

membawa bayinya untuk imunisasi ke posyandu/ puskesmas

Pelaksana Asuhan

Emeliana Simanullang

72

3.4 Asuhan Bayi Baru Lahir

Bayi Baru Lahir 6 jam

Tanggal : 27 April 2018 Pukul : 08.00 WIB

S

Bayi Ny. L lahir tanggal 26 April 2018 pukul : 22.20 WIB dengan jenis kelamin

Perempuan. Riwayat kehamilan P2A0, usia kehamilan aterm, bayi dalam keadaan

sehat.

O

1. Keadaaan umum baik, bayi tidak biru dan tidak pucat dengan Suhu : 36 º C,

Nadi : 130 x/menit, pernafasan : 48 x/menit, warna kulit merah, turgor baik

PB : 50 cm dan BB 3400 gram

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala : Tidak ada caput succedenum, Sutura lengkap, LK : 33 cm

b. Mata : Simetris, tidak ada perdarahan dan kotoran, sklera putih dan

konjungtiva merah muda, refleks mengedip positif

c. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung

d. Mulut : Bersih, refleks rooting (+)

e. Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran cairan

f. Leher : Tidak kaku

g. Dada : Simetris, tidak ada bunyi mur-mur/wheezing, LD : 32 cm

h. Abdomen: Bentuk cembung, tali pusat tertutup kasa steril dan tidak

berdarah

i. Punggung : Tidak ada spinabifida

j. Genetalia : Bersih dan tidak ada kelainan

k. Anus : Berlubang, tidak ada kelainan, sudah BAK dan BAB

l. Ekstremitas: Atas dan bawah normal, tidak ada pilodaktil, LILA : 11 cm

m. Kulit : Kemerahan dan turgor baik

A

Neonatus dini 6 jam

P (pukul 08:10 WIB)

1. Mengobservasi tanda-tanda vital dan tangisan bayi

73

2. Mengidentifikasi bayi perempuan dengan PB: 50 cm dan BB 3400 gram

3. Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat

4. Bounding attachment dan memberikan ASI pada bayi segera dan bayi mau

menghisap, bayi dibungkus dengan kain bedong

5. Memberikan injeksi vitamin K 1 jam setelah bayi lahir

6. Memberikan salap mata kepada bayi 1 jam setelah bayi lahir

7. Memberikan injeksi HB0

8. Memandikan bayi baru lahir setelah 6 jam

9. Melakukan perawatan tali pusat saat setelah dimandikan

Asuhan Bayi 6 hari

Tanggal : 02 Mei 2018 Pukul : 10.00 Wib

S

Bayi dalam keadaan sehat, tali pusat sudah putus 1 hari yang lalu tanggal 01 Mei

2018.

O

Keadaan umum baik, menangis kuat, gerak aktif, kulit merah, suhu: 36,2 ˚C,

pernafasan : 47 x/menit dengan BB : 3500 gram, bayi tidak sianosis, refleks isap

baik, abdomen tidak kembung, tali pusat sudah putus, tidak ada perdarahan, tanda-

tanda infeksi tidak ada, BAK dan BAB (+).

A

Neonatus 6 hari dengan keadaan normal

P (Pukul 10:05 WIB)

1. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan tanda-tanda vital bayi dan

tangisan. Bayi dalam keadaan baik dan sehat.

2. Mengingatkan ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif dan menyusui

bayinya sesering mungkin setelah selesai menyusui bayi disendawakan

dengan cara menepuk-nepuk punggung bayi agar bayi tidak muntah.

- Ibu akan menyusui bayinya sesering mungkin dan segera

menyendawakan bayinya setelah menyusui.

74

3. Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi dengan membedong

bayi, mencuci tangan setiap ibu memegang bayi dan mengganti popok bayi

setiap kali basah.

- Ibu mengerti dan bersedia melakukannya sesuai anjuran.

4. Memberitahukan ibu untuk kunjungan ulang tanggal 23 Mei 2018 membawa

bayinya untuk memeriksakan perkembangan, penimbangan bayi dan

imunisasi BCG dan polio 1.

- Ibu mengerti dan bersedia untuk membawa bayinya imunisasi.

Asuhan Bayi 28 Hari

Tanggal : 23 Mei 2018 Pukul :10.00 Wib

S

Bayi dalam keadaan sehat, pergerakan bayi kuat dan bayi menyusui dengan lancar

O

Keadaan umum baik, menangis kuat, gerak aktif, kulit merah, suhu 36,5º C

Pernafasan : 46 x/menit, BB : 4000 gram, refleks isap baik, abdomen tidak

kembung, tali pusat sudah putus, bayi menyusui dengan kuat, tidak ada tanda-

tanda infeksi, BAK dan BAB (+).

A

Neonatus 28 hari dengan keadaan normal

P (pukul: 10:10 WIB)

1. Memberitahukan ibu bahwa keadaan bayinya normal.

- Ibu sudah mengetahui keadaan bayinya normal dan sehat.

2. Menjaga suhu tubuh bayi agar tidak hipotermi, dengan memakai baju serta

didekatkan ke ibu.

3. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif yaitu hanya ASI saja

tanpa diberikan pendamping ASI atau susu formula sampai 6 bulan.

- Ibu bersedia melakukan anjuran Bidan

4. Memberikan bayi imunisasi lanjutan BCG dan polio 1

- Bayi sudah diberi imunisasi BCG dan polio 1

75

5. Memberitahukan ibu untuk kunjungan ulang tanggal 23 Juni 2018 membawa

bayinya untuk memeriksakan perkembangan, penimbangan bayi dan

imunisasi DPT- HB-Hib 1, Polio 2.

- Ibu mengerti dan bersedia untuk membawa bayinya imunisasi.

Pelaksana Asuhan

Emeliana Simanullang

76

3.5 Asuhan Keluarga Berencana

Tanggal : 27 April 2018 Pukul : 10:00 WIB

S

Ibu mengatakan ingin menggunakan alat kontasepsi Implant

O

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Pemeriksaan fisik

a. Tanda-Tanda Vital: TD : 120/80 mmHg Pols: 78 x/menit Temp: 36,5 ° C

RR : 20 x/menit

4. Konseling KB : Sudah diberikan saat pemeriksaan ANC ke-3 pada tanggal

17 April 2018 dan tanggal 26 April saat 2 jam post partum.

A

Ibu Ny . LY PIIA0 akseptor KB Impant

P

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaannya yaitu TD : 120/80 mmHg,

Nadi : 78 x/menit Suhu : 36, 5 °C, RR : 20 x/menit.

- Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Melakukan informed concent kepada calon akseptor.

- Sudah dilakukan dan ibu menyetujuinya

3. Menyiapkan alat dan bahan untuk pemasangan implant yaitu trokat dan

pendorongnya, 2 batang implant, alkohol, spuit 5 cc, lidokain, kassa steril,

plester, gunting, nierbekken, kom steril berisi larutan betadin, duk bolong

steril, skapel, pinset, 1 pasang hanscoen dan klem.

- Alat-alat sudah dipersiapkan dan didekatkan pada pasien.

4. Melakukan pemasangan implant yaitu:

a. Pasien terlebih dahulu mencucui tangan kiri dengan bersih

b. Petugas mencuci tangan dengan 7 langkah bilas dengan air mengalir

keringkan dengan kain bersih kemudian pasang hanscoon.

77

c. Mempersiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptic kemudian

suntikkan anastesi local tepat dibawah kulit pada lokasi pemasangan,

jangan lupa lakukan aspirasi. Perhatikan efek anastesi setelah pemasangan.

d. Buat insisi dangkal 2 mm tepat di lokasi penyuntikan dengan

menggunakan skapel. Masukkan trokat dengan ujung yang tajam

menghadap ke atas melalui luka insisi sambil menarik kulit keatas sampai

pangkal trokat berada di bawah kulit.

e. Tarik pendorong keluar dan masukkan kapsul kedalam trokat dengan

menggunakan klem. Dorong kapsul ke arah ujung trokat dengan

pendorong menggunakan satu tangan untuk menstabilkan, kemudian raba

ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah keluar

seluruhnya dari trokat. Tanpa mengeluarkan seluruh trokat, putar ujung

trokat ke arah lateral kanan dan kembali ke posisi semula, menggeser

trokat sekitar 15-250, masukkan trokat sampai batasnya, keluarkan

pendorong dan masukkan kapsul dengan klem dan dorong menggunakan

pendorong sambil satu tangan meraba kapsul kedua. Jika sudah terpasang,

keluarkan trokat secara perlahan. Beri betadin dan dep dengan kasa steril

lalu tutup dengan plester.

- Implant sudah terpasang.

f. Berikan terapi Amoxilin 3x500 mg/hari, Asam Mefenamat 3x500

mg/hari.

- Ibu sudah menerima terapi

g. Menganjurkan ibu untuk datang 1 minggu lagi memeriksakan kembali jika

ada keluhan serta mengisi kartu kunjungan ulang tanggal 26 April 2021

untuk melepaskan.

- Ibu bersedia datang jika ada keluhan

Mengetahui,

Pimpinan PMB Helen Tarigan Pelaksana Asuhan

( Helen K Tarigan, SST ) (Emeliana Simanullang)

78

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan asuhan berkesinambungan (Continuity of care) ini,

penulis menyajikan kasus dengan membandingkan antara teori dan asuhan

berkesinambungan yang diterapkan pada Ny.LY GIIPIA0 usia 25 tahun, usia

kehamilan mulai 32 minggu dilakukan sejak 13 Maret 2018 sampai 07 Juni 2018

yang dimulai dari ibu hamil trimester III fisiologis, bersalin, nifas, BBL sampai

pelayanan KB di Praktik Mandiri Bidan Helen Tarigan Kecamatan Medan

Selayang. Adapun masalah maupun kendala yang dijumpai dari ibu sehingga

memiliki kesenjangan antara teori, berikut akan dibahas satu persatu.

4.1 Kehamilan

Selama hamil Ibu mengatakan telah melakukan pemeriksaan kehamilan

mulai dari trimester I sampai dengan trimester III sebanyak 5 kali yaitu satu kali

pada trimester I, satu kali pada trimester II dan tiga kali pada trimester III. Hal ini

sesuai dengan teori dimana kunjungan antenatal care dilakukan paling sedikit

empat kali selama kehamilan yaitu satu kali pada trimester I, satu kali pada

trimester II dan dua kali pada trimester III (Prawirohardjo, 2014). Dengan ini Ny.

LY melakukan kunjungan kehamilan lebih dari 4 kali, ini adalah kunjungan

kehamilan normal tidak ditemukan kesenjangan dengan teori.

Asuhan Continuity of care yang diberikan kepada Ny. LY, dimulai

trimester III usia kehamilan 32-34 minggu pada ANC pertama tanggal 13 Maret

2018, diawali dari pengkajian/anamnesa untuk mendapatkan pemeriksaan data

objektif. Hasil anamnesa HPHT 19 Juli 2017 dan TTP 26 April 2018. Pelayanan

antenatal care bertujuan untuk memantau perkembangan janin dan kemajuan

kehamilan, memastikan kesehatan ibu serta mengenali secara dini kelainan dan

komplikasi yang mungkin terjadi.

Menurut Buku Kesehatan Ibu dan Anak, (2016) Standar pelayanan asuhan

kehamilan pada ibu hamil adalah 10 T di antaranya timbang berat badan dan ukur

tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur Lingkar Lengan Atas (LILA), Ukur Tinggi

Fundus Uteri (TFU), penentuan letak janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ),

79

imunisasi Tetanus Toxoid (TT), pemberian tablet penambah darah (FE), tes

laboratorium, temu wicara dalam rangka persiapan rujukan dan tatalaksana.

Pada penimbangan berat badan diketahui bahwa Ny. LY mengalami

penambahan berat badan sebesar 15 kg di akhir kehamilan 38 minggu dimana

berat badan Ny. LY sebelum kehamilan adalah 50 kg dan di akhir kehamilan 65

kg. Menurut teori penambahan berat badan dari mulai awal kehamilan sampai

akhir kehamilan adalah 6,5-16 kg (Nurjasmi dkk, 2016). Diketahui bahwa

kenaikan berat badan Ny. LY adalah dalam batas normal. Dengan ini tidak ada

kesenjangan teori dengan kenyataan.

Selama kehamilan ibu sudah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 3 kali.

yaitu Imunisasi TT 1 tanggal 20 Desember 2013, imunisasi TT2 tanggal 20

Januari 2014, imunisasi TT3 10 Maret 2018. Menurut Ika Pantiawati (2015),

pemberian imunisasi TT pada ibu hamil diberikan sebanyak 5 kali yaitu: TT 1

pada kunjungan ANC pertama setelah positif hamil, TT 2 yaitu 4 minggu setelah

TT 1 dengan masa perlindungan 3 tahun, TT 3 yaitu 6 bulan setelah TT 2 dengan

masa perlindungan 5 tahun, TT 4 yaitu 1 tahun setelah TT 3 dengan masa

perlindungan 10 tahun dan TT 5 yaitu 1 tahun setelah TT 4 dengan masa

perlindungan 25 tahun atau seumur hidup. Ibu mendapatkan imunisasi TT pertama

dan kedua pada kehamilan pertama dan imunisasi ketiga pada kehamilan kedua.

Dengan ini ibu sudah mendapatkan suntik TT sebayak 3 kali dengan

perlindungan 5 tahun. Hal ini tidak ditemukan kesenjangan dengan teori.

Pemberian tablet tambah darah (Fe), Ny. LY sudah mengkonsumsi sejak

usia 12 minggu, walau setiap bulannya terkadang masih ada 1-2 tablet yang lupa

diminum, Ny. LY sudah merasakan manfaatnya sehingga Ny. LY tidak merasakan

keluhan yang mengarah pada tanda bahaya anemia. Selama kehamilan ibu harus

mengkonsi minimal 90 tablet penambah darah (Fe) (Buku KIA, 2016). Karena

sulit untuk mendapatkan zat besi dengan jumlah yang cukup dari makana. Untuk

mencegah anemia ibu hamil sebaiknya mengkonsumsi sedikitnya 60 tablet

penambah darah (Fe). Ny. LY sudah mengkonsumsi lebih dari 60 tablet penambah

darah (Fe) sehingga tidak ada kesenjangan teori dengan kenyataan.

80

Pada kunjungan ANC pertama pemeriksaan haemoglobin pada Ny.LY

yaitu 12,6 gr/%. Menurut Rukiyah, (2013) klasifikasi anemia yaitu Hb ≥ 11,0

gr% tidak anemia, Hb 9,0 -10,9 gr% anemia ringan, Hb 7,0 - 8,9 gr% anemia

sedang, Hb ≤7,0 gr% anemia berat. Sesuai dengan teori diatas bahwa pada

kunjungan ANC pertama pemeriksaan haemoglobin Ny. LY dinyatakan tidak

anemia. Dengan ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan kenyataan.

Dalam melaksanakan asuhan kebidanan kehamilan trimester III Ny. LY

penulis menemukan beberapa keluhan yang dirasakan Ny. LY yaitu mengeluh

sakit dibagian selangkangan, sering BAK pada malam hari dan sakit perut pada

bagian bawah. Bila dibandingkan dengan teori keluhan ini merupakan perubahan

fisiologis yang dialami oleh ibu hamil trimester III, dimana pada usia kehamilan

32 minggu ke atas, kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul dan keluhan

sering kencing akan timbul karena kandung kemih akan tertekan oleh pembesaran

uterus dan hal ini juga yang menyebabkan sakit pada perut bagian bawah ibu.

Penulis memberikan asuhan konseling kepada ibu tentang perubahan

ketidaknyamanan fisiologis yang dialami oleh ibu hamil trimester III dengan

mengosongkan saat terasa ada dorongan untuk kencing, perbanyak minum pada

siang hari dan membatasi minum pada malam hari (Astuti, 2017).

Selama melaksanakan asuhan antenatal, semua asuhan yang diberikan

pada Ny. LY dapat terlaksana dengan baik dan normal, yaitu kunjungan ANC ibu

baik, dilakukan asuhan 10T, ibu mengkonsumsi tablet FE secara rutin,

haemoglobin menjadi normal, dan keluarga bersifat kooperatif (kerja sama)

sehingga tidak terjadi kesulitan dalam memberikan asuhan.

4.2 Persalinan

Pada tanggal 26 April 2018 pukul 17: 00 WIB, Ny.LY datang ke Praktik

Mandiri Bidan Helen Tarigan dengan mengeluh sakit perut menjalar hingga ke

pinggang yang semakin sering, keluar lendir darah dari kemaluan sejak pukul

12.00 WIB. Pukul 17.10 WIB dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil

pembukaan 4 cm, portio lunak, ketuban utuh, presentasi kepala, penurunan bagian

terbawah hodge 3. Persalinan kala I Ny.LY berlangsung selama 5 jam dihitung

81

sejak fase aktif pembukaan 4 cm. Menurut Joharyah (2016) tanda-tanda persalinan

adalah adanya his persalinan, pinggang terasa sakit dan menjalar ke perut dan sifat

his teratur, pengeluaran lendir bercampur darah pada jalan lahir, pada

pemeriksaan dalam adanya pembukaan serviks. Menurut Rukiayah (2014) Kala I

untuk multigravida 7-8 jam. Kala I pada Ny. LY berjalan dengan normal, tidak

ada tanda-tanda bahaya yang dialami ibu. Ditinjau dari pelaksanaan asuhan

menunjukkan tidak adanya kesenjangan antara teori dan praktik

Pukul 21:00 WIB dilakukan VT pembukaan 9 cm, his semakin kuat yaitu

5 kali dalam 10 menit dengan durasi 50 detik. Pukul 22: 00 WIB pembukaan

sudah lengkap (10 cm), adanya dorongan untuk meneran yang berlangsung selama

20 menit dimulai dari pembukaan lengkap, persalinan ditolong dengan APN.

Pukul 22.20 WIB bayi lahir sponntan, bugar,segera menangis, jenis kelamin

perempuan, BB 3400 gram, PB 50 cm. Menurut Walyani (2015) Kala II

persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap 10 cm dan berakhir

dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada

multipara 30 menit -1 jam. kala II ini memiliki ciri khas his teratur, kuat, cepat

dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin turun masuk ruang panggul

dan secara reflek menimbulkan rasa ingin mengejan, tekanan pada rectum, ibu

merasa ingin BAB dan anus membuka. Berdasarkan hasil observasi penulis tidak

menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik.

Persalinan kala III berlangsung selama 10 menit. Menurut Endang (2016)

lama kala III pada primigravida dan multigravida hampir sama berlangsung

selama 15-30 menit. tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. Asuhan yang

diberikan pada kala III sesuai dengan teori yaitu memastikan tidak ada janin

kedua, menyuntikkan oksitoksin 10 UI secara IM pada paha kanan bagian luar

untuk merangsang kontraksi uterus sehingga plasenta terlepas dari dinding uterus.

Kontraksi uterus yang baik dapat mempercepat pengeluaran plasenta, mencegah

perdarahan, dan mengurangi kehilangan darah. Plasenta lahir lengkap pukul 22.30

WIB dan segera melakukan masase uterus.

Kala IV dilakukan setelah bayi dan plasenta lahir. Hasil pemeriksaan pada

Ny.LY diperoleh kontraksi baik, TFU 2 jari di bawah pusat, konsistensi uterus

82

keras, tidak ada laserasi jalan lahir, kandung kemih kosong dan perdarahan dalam

batas normal. Hasil pemantauan dicatat dalam lembar partograf. Kala IV

merupakan kala pengawasan setelah plasenta lahir sampai 2 jam pertama. Asuhan

yang diberikan pada kala pengawasan adalah 15 menit pada jam pertama dan 30

menit pada jam kedua. Hal ini perlu dipantau pada 2 jam pertama adalah

pemantauan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, kandung

kemih dan jumlah darah yang keluar. Asuhan lain yang diberikan mengajarkan

ibu/keluarga untuk melakukan masase uterus dengan tujuan agar rahim

berkontraksi dan tidak terjadi perdarahan (Astuti, 2015).

Dengan penatalaksanaan yang baik, tidak ada kesenjangan antara asuhan dan

teori. Asuhan yang diberikan pada Ny.LY dari kala I sampai dengan kala IV

berjalan dengan baik dan tidak ada tanda-tanda bahaya yang dialami. Ibu dan bayi

dalam keadaan baik.

4.3 Nifas

Pada masa nifas dilakukan pemeriksaan sebanyak 4 kali yaitu pada 6 jam,

6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu post partum. Masa nifas Ny. LY berlangsung

dengan normal, sesuai dengan teori bahwa masa nifas paling sedikit 4 kali

kunjungan masa nifas yaitu untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir,

mencegah dan mendeteksi masalah yang terjadi pada masa nifas (Marmi, 2015).

Pada kunjungan I yaitu 6 jam post partum pada Ny.LY pada tanggal 27

April 2018 pukul 08.00, dengan hasil pemeriksaan TFU 2 jari di bawah pusat,

kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, pengeluaran lochea rubra berwarna

merah, TTV dalam batas normal. Menurut Reni Yuli (2015) pengeluaran lochea

selama 2 hari postpartum berwarna merah berupa sisa selaput ketuban, sel-sel

desidua, sisa mekonium, dan sisa darah. Asuhan lain yang diberikan pada ibu

adalah memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga

mengenai kebutuhan istirahat untuk mencegah terjadinya gangguan psikologis

pada fase taking in seperti postpartum blues pada ibu, dengan cara memberikan

perhatian dan dukungan melalui kehadiran suami atau keluarga serta membantu

83

ibu dalam perawatan bayinya seperti mengganti popoknya karena ibu postpartum

membutuhkan istirahat yang cukup (Anggraini, 2014).

Pada kunjungan 6 hari masa nifas, tanggal 02 Mei 2018 pukul 10:10 WIB,

di rumah Ny LY dengan keadaan umum ibu baik dengan TTV normal, cairan

yang keluar dari kemaluan ibu berwarna merah kekuningan (lochea

sanguinolenta), ASI lancar dan pola nutrisi ibu baik. Hal ini sesuai dengan

pendapat Reni Yuli, (2015) yang menyatakan bahwa pada hari ke 3-7 setelah

persalinan terdapat pengeluaran lochea yang disebut lochea sanguinolenta

berwarna merah kekuningan.

Ibu juga masih mengonsumsi tablet penambah darah (Fe), tidak ada

masalah saat BAK dan BAB. Menurut Anggraini (2014) Penambahan kalori pada

ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari. Untuk kebutuhan cairannya, ibu

menyusui harus minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. Tablet zat besi diminum

minimal 40 hari pasca persalinan. Perubahan psikologis ibu baik, yaitu ibu sudah

mampu bertanggung jawab untuk merawat bayinya. Menurut teori Marmi, (2015)

perubahan psikologis dibagi menjadi 3 fase yaitu fase taking in 1 sampai 2 hari

postpartum, taking hold 3 sampai 4 hari postpartum, dan letting go hari

kesepuluh. Pada saat kunjungan ini perubahan psikologis ibu termasuk dalam fase

letting go.

Kunjungan ketiga dilakukan tanggal 10 Mei 2018 pukul 10.00 WIB, hasil

evaluasi TTV normal, TFU sudah tidak teraba, cairan vagina yang keluar

berwarna kuning kecoklatan (lochea serosa) dan tidak berbau busuk. Asuhan yang

diberikan tetap mengingatkan ibu untuk menjaga kebersihan diri, menyusui

bayinya sesering mungki. Hal ini sesuai dengan teori Moctar Rustam (2015)

involusi uteri pada 2 minggu pertama, TFU sudah tidak teraba dan lochea yang

keluar adalah lochea serosa berwarna kuning kecoklatan dan tidak berbau busuk.

Kunjungan keempat dilakukan pada 6 mingggu post partum tanggal 07

Juni 2018 pukul 10.00 WIB dengan hasil pemeriksaan TFU tidak teraba,

pengeluaran lochea berwarna keputihan dan tidak ada keluhan. Tujuan asuhan

yang diberikan menanyakan pada ibu tentang masalah yang dialami ibu dan

bayinya.

84

Dengan penatalaksanaan yang baik melakukan kunjungan dan asuhan

masa nifas 6 jam pertama, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu pada Ny. LY semuanya

berjalan dengan baik dan normal. Hal ini terlihat ketika di evaluasi tidak terdapat

masalah dan komplikasi yang dialami.

4.4 Bayi Baru Lahir

Kunjungan neonatus pertama dilakukan pada 10 jam setelah bayi lahir.

Bayi lahir spontan pada tanggal 26 April 2018 pukul 22.20 WIB, menangis kuat,

warna kulit kemerahan, BB 3400 gr dan PB 50 cm dan dilakukan Inisiasi

Menyusui Dini (IMD). Hasil evaluasi bayi menyusu kuat, tidak ada perdarahan

pada tali pusat, tidak hipotermi, tidak ada tanda bahaya bayi baru lahir, bayi sudah

disusui sesering mungkin. Asuhan yang diberikan adalah perawatan tali pusat,

pencegahan hipotermi, pemberian salep mata, Vit. K dan HB0. Perawatan tali

pusat dilakukan dengan membungkus tali pusat dengan kassa steril. Menurut

Sondakh (2013) tanda-tanda bahaya bayi baru lahir yaitu pernafasan lebih cepat,

suhu badan yang tinggi, tali pusat merah dan bernanah, mata bengkak, tidak ada

BAK dan BAB 24 jam pertama. Menurut Marmi (2015) pemberian salep mata

merupakan pengobatan infeksi mata selama proses persalinan. Sementara Vit. K

berfungsi untuk mencegah perdarahan yang bisa muncul karena protombin rendah

pada beberapa hari pertama kehidupan bayi. Hal tersebut menunjukkan tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik.

Kunjungan neonatus kedua dilakukan pada 6 hari tanggal 02 Mei 2018

pukul 10.10 WIB di rumah Ny. LY. Hasil evaluasi tali pusat sudah putus tanggal

01 Mei 2018 tidak ada tanda-tanda infeksi, bayi menyusu kuat, tidak hipotermi,

tidak ada tanda-tanda bahaya bayi baru lahir, bayi sudah disusui sesering

mungkin. Asuhan yang diberikan sesuai dengan teori Sondakh (2013) yaitu

pemeriksaan fisik, bayi menyusu kuat, dan mengamati tanda bahaya pada bayi.

Kunjungan neonatus ketiga dilakukan pada neonatus 28 hari setelah lahir

tanggal 24 Mei 2018 pukul 10.00 WIB di PMB Helen Tarigan. Hasil evaluasi

bayi menyusu kuat, bayi tetap diberikan ASI, tidak ada tanda bahaya yang terlihat

pada bayi. Asuhan yang diberikan yaitu imunisasi BCG dan polio 1 pada bayi

85

dan menganjurkan ibu membawa bayinya imunisasi pada bulan berikutnya.

Pemberian ASI secara Ekslusit selama 6 bulan tanpa mekanan pendamping.

Menurut Marmi (2015) imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit melalui

pemberian vaksin untuk kekebalan tubuh yang dilaksanakan terus-menerus

sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutus rantai

penularan.

4.5 Keluarga Berencana

Menurut Saifuddin (2013), konseling merupakan aspek yang sangat

penting dalam pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Teknik konseling yang

baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara

interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang

ada. Selanjutnya dengan informasi yang lengkap dan cukup akan memberikan

keleluasaan pada klien dalam memutuskan dan memilih kontrasepsi yang akan

digunakannya. Sesuai dengan teori ini, pelaksana asuhan memberikan keleluasaan

kepada Ny. LY untuk memilih ingin menggunakan kontrasepsi apa.

Asuhan keluarga berencana yang diberikan pada keluarga Tn. S dan Ny.

LY dilakukan untuk mencegah kehamilan. Ny.LY menginginkan alat kontrasepsi

yang tidak mengganggu produksi ASI dan aktifitas sehari-hari. Konseling dan

telah diberikan pada kunjungan ANC tanggal 17 April 2018 dan 2 jam postpartum

tanggal 26 April 2018. Ibu dan suami setuju dan memilih alat kontrasepsi Impant

jenis indoplan yang terdiri dari 2 batang putih lrntur yang masing-masing

mengandung 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. Pada tanggal 27

April 2018 ibu dan suami telah setuju dan ibu bersedia untuk pemasangan

Implant. Pukul 10:20 WIB Implant telah terpasang di lengan kiri ibu. Kemudian

anjurkan ibu untuk menutup luka selama 3 hari dan tidak terkena air.

Setelah 1 minggu dan 2 minggu klien dianjurkan untuk control ulang

sambil ditanyakan apakah terjadi masalah seperti rasa nyeri pada lengan, ada

nanah pada luka bekas pemasangan, batang implant keluar dari lengan, sakit

kepala yang hebat atau pandangan kabur, terjadi perdarahan dari kemaluan. Alat

kontrasepsi yang digunakan ibu tidak ada masalah selama berlangsungnya continuity

of care.

88

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari uraian materi dan pembahasan kasus tersebut, dapat ditarik

kesimpulan bahwa pentingnya asuhan yang diberikan secara continuity of care

oleh penulis terhadap ibu dimulai dari kehamilan trimester III fisiologis, bersalin,

nifas, BBL sampai KB di PMB Helen Tarigan dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

5.1.1. Asuhan Kehamilan

Asuhan antenatal care pada Ny. LY GIIPIA0 usia 25 tahun telah dilakukan

kunjungan sebanyak 3 kali tidak terdapat masalah dan semua berjalan

dengan lanncar.

5.1.2. Asuhan Persalinan

Asuhan intranatal care pada kala I proses persalinan Ny. LY, lamanya 5

jam, kala II selama 20 menit bayi lahir spontan, segera menangis, warna

kulit kemerahan dan gerakan aktif. kala III 15 menit plasenta lahir spontan

dan lengkap. Pada kala IV dilakukan pengawasan selama 2 jam

postpartum, dari kala I sampai kala IV dilakukan sesuai dengan APN.

5.1.3. Asuhan Masa Nifas

Asuhan kebidanan pada masa nifas dilakukan sebanyak 4 kali berjalan

dengan baik. Selama memberikan asuhan ibu nifas involusi berjalan

dengan normal, proses laktasi lancar.

5.1.4 Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny. LY lahir tanggal 26 April

2018, perempuan, BB 3400 gram, PB 50 cm, dilakukan IMD dan

pemberian ASI eksklusif, perawatan bayi baru lahir, pemberian vit.K, HB0

dan salep mata pada kunjungan nonatus I. Asuhan bayi baru lahir sejak

kunjungan 6 jam sampai 28 hari berlangsung baik, tidak ditemukan tanda

bahaya dan komplikasi.

89

5.1.4. Asuhan Keluarga Berencana

Asuhan keluarga berencana yang diberikan pada Ny. LY PIIA0 memilih

untuk menggunakan Implant yang terdiri dari 2 batang putih lentur yang

mengandung levonorgestrol mencegah kehamilan selama 3 tahun.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan asuhan kebidanan secara continuity of care dapat dilakukan

sejak trimester pertama pada ibu hamil agar pemantauan dan deteksi dini

komplikasi pada ibu dan bayi dapat ditingkatkan untuk menurunkan AKI

dan AKB di masyarakat dan memfasilitasi perpustakaan dengan

memperbanyak buku terbitan tahun terbaru dalam bidang kesehatan

khususnya tentang Asuhan Kebidanan.

5.2.2 Bagi Lahan Praktik

Diharapkan PMB Helen Tarigan dapat mempertahankan pelayanan asuhan

kebidanan yang sudah baik kepada klien dan melengkapi sarana dan

prasarana dalam pelayanan agar semakin meningkatnya kualitas kesehatan.

5.2.3. Bagi Pelaksana Asuhan Selanjutnya

Diharapkan dapat tetap meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam

melakukan asuhan dan lebih menguasai teori, praktik dan program-program

yang tersedia bagi setiap asuhan yang diberikan yang berkualitas agar

memenuhi standar yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini,Yetti. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta: Graha Ilmu.

Asrinah, dkk.2015. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Astuti,Maya .2017. Buku Pintar Kehamilan. Jakarta: Buku Kedokteran ECG.

Astutik, Reni. 2015. Asuhan kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui. Jakarta: Trans

Info Media.

Afandi. Biran, dkk. 2013. Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Bapennas. 2015. RPJMN 2015-2019 dan strategi pembangunan kesehatan dan

gizi masyarakat. Jakarta: Kemenkes 2015.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2015. Profil Kesehatan Sumatera

Utara Tahun 2015. Medan : Dinkes Prov. SU.

Johariyah. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.Jakarta :

Trans Info Media.

Kemenkes. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Gavi.

_________.2015. Buku Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta:

Gavi.

_________.2015. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals

(SDGs). Jakarta: Kemenkes RI 2015.

Marmi dan K. Rahardjo. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak

Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Muslihatun, Wafi . 2013. Asuhan Neonatus dan Bayi Balita. Yogyakarta:

Fitramaya.

Nurjasmi,dkk.2016. Buku Asuhan Kehamilan . Jakatra: Nuha Medika.

Pantiawati, Ika dan saryono. 2015. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta

: Nuha Medika.

Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia . 2016. Buku Acuan Midwifery Update.

Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.

Prawirohardjo, Sarwono, dkk. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.

Profil Kesehatan Indonesia. 2016. http//www.depkes.go.id/profil-kesehatan-

indonesia/profil-kesehatan indonesia. Pdf. Jakarta: Kementerian Kesehatan

RI (di akses 10 februari 2018).

__________.2015..http//www.depkes.go.id/profil-kesehatan-indonesia/profil-

kesehatan indonesia. pdf. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI (di akses 10

Februari 2018).

Purwoastuti, Endang dan Elisabeth S. Walyani. 2016. Asuhan Kebidanan

Persalinan dan Bayi Baru Lahir . Yogyakarta : PT Pustaka Baru ..

__________.2015. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui . Yogyakarta. Pustaka

Baru Press.

__________.2015. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Rencana. Yogyakarta:

Pustaka Baru Press.

Reni,Yuli. 2015. Asuhan Ibu Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Rohani, dkk.2014. Asuhan Kehamilan Persalinan.Yogyakarta. Salemba Medika

Rukiyah, Ai Yehyeh, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan II1 (Nifas). Jakarta: Trans

Info Media.

__________.2014. Asuhan kebidanan II (Persalinan ).Jakarta : Trans Info Media.

__________.2013. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: Trans Info Media.

Saifuddin, Abdul Bari. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saputra, Lyndon. 2014. Asuhan Neonatus. Jakarta: EGC.

Sari, Eka P. dan Kurnia Dwi R. 2014. Asuhan Masa Nifas dan Bayi Baru Lahir.

Jakarta: Salemba Medika.

Sondakh, J.J. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Malang:

Erlangga.

Sujiyatini . dkk, 2017. Asuhan kebidanan II (persalinan).Yogyakarta: Rohima

Press.

Suratun, dkk. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.

Jakatra : TIM

Walyani, Elisabeth Siwi. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta :

Pustaka Baru Press.

____________.2015. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yoyakarta: Pustaka Baru

Press.

PRAKTIK MANDIRI BIDAN (PMB) HELEN

No.Izin : Ym.02.04.122 7/B

JL. Bunga Rinte Gg.Mawar I.No. I. Sp.Selayang Medan

KepadaYth:

Ketua Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Medan Jurusan D3 Kebidanan Medan

Di-

Tempat

Yang bertandatangan dibawah ini

Nama : Helen K. Tarigan, SST

Jabatan : Pimpinan Praktik Mandiri Bidan Helen Tarigan

Dengan ini menerangkan bahwa

Nama lengkap : Emeliana Simanullang

NIM : P07524115087

Semester/TA : VI/2017-2018

Benar nama tersebut dari bulan Februari s/d Mei 2018 telah melakukan

praktik asuhan kebidanan mulai Hamil sampai dengan pelayanan Keluarga

Berencana di Klinik Helen dan dokumentasi praktik kebidanan tersebut adalah

merupakan content/isi dari sebuah Laporan Tugas Akhir.

Demikian surat keterangan ini diberikan kami ucapkan terimakasih.

Pimpinan PMB Helen Tarigan

(Helen K. Tarigan, SST )

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI SUBYEK

Sehubungan dengan Laporan Tugas Akhir, yang akan saya lakukan secara

berkesinambungan (Continuity Care), yaitu memberikan asuhan kebidanan dan

meliputi :

1. Asuhan kehamilan minimal 3 kali atau sesuai kebutuhan sebelum proses

persalinan

2. Asuhan persalinan normal dilengkapi dengan penggunaan partograf dan

pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

3. Asuhan bayi baru lahir (KN1, KN2, KN3)

4. Asuhan pada masa nifas minimal 4 kali (6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6

minggu) atau sesuai kebutuhan

5. Asuhan pada akseptor Keluarga Berencana (KB)

Kegiatan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidik

an program studi DIII Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan. Adapun saya

yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Emeliana Simanullang

Nim : P07524115087

Semester/T.A : VI/2017-2018

Saya sangat mengharapkan kesediaan dan partisipasi ibu untuk menjadi

subjek dalam Laporan Tugas Akhir (LTA) dengan senang hati dan sukarela.

Dengan adanya keikutsertaan ibu menjadi subjek dalam Laporan Tugas Akhir ini,

ibu berhak mendapatkan asuhan kebidanan dari masa kehamilan hingga keluarga

berencana selama proses berjalan fisiologi.

Medan, 20 Februari 2018

Emeliana Simanullang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

Nama : Emeliana Simanullang

Tempat Tanggal Lahir : Hutabalian, 26 Mei 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Kewarganegaraan : Indonesia

Anak Ke : 4 dari 5 bersaudara

Telepon : 082272883149

Email : [email protected]

Alamat : Doloksangul Kab: Humbang Hasundutan

Data Orang Tua

Nama Ayah : Hotdawe Simanullang

Nama Ibu : Melur Sihite

B. Riwayat Pendidikan

No Pendidikan Tahun Pendidikan

1.

SD NEGERI 173399 SIHITE

2003-2009

2.

SMP NEGERI 1 DOLOKSANGGUL

2009-2012

3.

SMA NEGERI 1 DOLOKSANGGUL

2012-2015

4.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES

RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN

MEDAN

2015-2018


Recommended