+ All Categories
Home > Documents > BAB I PENDAHULUAN - Digital Library UNS

BAB I PENDAHULUAN - Digital Library UNS

Date post: 04-Feb-2023
Category:
Upload: khangminh22
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
13
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Industri etil asetat merupakan salah satu industri kimia yang berprospek di Indonesia. Dua perusahaan yang memproduksi etil asetat di Indonesia mencapai kapasitas total 67.500 ton per tahun. Dua perusahaan itu adalah PT Indo Acidatama Tbk. Solo, Jawa Tengah dengan kapasitas 7.500 ton per tahun dan PT Showa Esterindo Indonesia, Merak, Jawa Barat dengan kapasitas 60.000 ton per tahun. Namun, kebutuhan etil asetat belum dapat dipenuhi oleh kedua perusahaan tersebut sehingga Indonesia masih membutuhkan import etil asetat dari luar negeri. Etil asetat merupakan salah satu jenis solvent atau pelarut, rumus molekul etil asetat adalah CH3COOC2H5. Produk turunan dari asam asetat ini memiliki banyak kegunaan serta pasar yang cukup luas seperti pengaroma buah dan pemberi rasa, industri tinta cetak, cat dan tiner, lem, PVC film, polimer cair dalam industri kertas, serta banyak industri penyerap lainnya seperti industri farmasi, dan sebagainya. Kebutuhan etil asetat semakin besar seiring dengan berkembangnya industri kimia dan teknologi yang berkembang di Indonesia. Pemenuhan kebutuhan etil asetat beberapa tahun terakhir dipenuhi secara impor. Karena kebutuhan etil asetat semakin meningkat sedangkan hanya ada dua produsen etil asetat di Indonesia, maka pendirian pabrik etil asetat ini perlu dilakukan. Secara umum dampak positif dari pendirian pabrik etil asetat di Indonesia sebagai berikut: a. Kebutuhan etil asetat dalam negeri terpenuhi b. Penambahan lapangan kerja baru, sehingga tingkat pengangguran menurun dan memajukan taraf hidup rakyat c. Penunjang pembangunan nasional dalam pengembangan industri kimia yang menggunakan etil asetat sebagai bahan baku d. Penghematan devisa negara karena mengurangi beban impor.
Transcript

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik

Industri etil asetat merupakan salah satu industri kimia yang berprospek di

Indonesia. Dua perusahaan yang memproduksi etil asetat di Indonesia mencapai

kapasitas total 67.500 ton per tahun. Dua perusahaan itu adalah PT Indo Acidatama

Tbk. Solo, Jawa Tengah dengan kapasitas 7.500 ton per tahun dan PT Showa

Esterindo Indonesia, Merak, Jawa Barat dengan kapasitas 60.000 ton per tahun.

Namun, kebutuhan etil asetat belum dapat dipenuhi oleh kedua perusahaan tersebut

sehingga Indonesia masih membutuhkan import etil asetat dari luar negeri.

Etil asetat merupakan salah satu jenis solvent atau pelarut, rumus molekul

etil asetat adalah CH3COOC2H5. Produk turunan dari asam asetat ini memiliki

banyak kegunaan serta pasar yang cukup luas seperti pengaroma buah dan pemberi

rasa, industri tinta cetak, cat dan tiner, lem, PVC film, polimer cair dalam industri

kertas, serta banyak industri penyerap lainnya seperti industri farmasi, dan

sebagainya.

Kebutuhan etil asetat semakin besar seiring dengan berkembangnya industri

kimia dan teknologi yang berkembang di Indonesia. Pemenuhan kebutuhan etil

asetat beberapa tahun terakhir dipenuhi secara impor. Karena kebutuhan etil asetat

semakin meningkat sedangkan hanya ada dua produsen etil asetat di Indonesia,

maka pendirian pabrik etil asetat ini perlu dilakukan. Secara umum dampak positif

dari pendirian pabrik etil asetat di Indonesia sebagai berikut:

a. Kebutuhan etil asetat dalam negeri terpenuhi

b. Penambahan lapangan kerja baru, sehingga tingkat pengangguran menurun dan

memajukan taraf hidup rakyat

c. Penunjang pembangunan nasional dalam pengembangan industri kimia yang

menggunakan etil asetat sebagai bahan baku

d. Penghematan devisa negara karena mengurangi beban impor.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2

I.2. Kapasitas Perancangan Pabrik

Penentuan kapasitas rancangan pabrik perlu mempertimbangkan kapasitas

minimum berdasar kapasitas pabrik yang sudah ada. Selain itu, penentuan kapasitas

juga harus mendekati kebutuhan dalam negeri dan proyeksi ekspor dari produk

yang dihasilkan. Penentuan kapasitas pabrik etil asetat berdasar atas pertimbangan-

pertimbangan tersebut diuraikan pada sub-subbab I.2.1, I.2.2, dan I.2.3.

I.2.1. Prediksi Kebutuhan Etil Asetat di Indonesia

Kebutuhan etil asetat di Indonesia dapat terpenuhi oleh produksi di dalam

negeri, tetapi PT Showa Esterindo Indonesia sudah tidak memproduksi etil asetat

sejak tahun 2014 sehingga kini Indonesia mengimpor komoditas tersebut (Kontan,

2014). Impor etil asetat ini didatangkan dari beberapa negara. Data perkembangan

impor etil asetat di Indonesia yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel I.1. Data Impor Etil Asetat di Indonesia (BPS, 2009-2016)

Tahun Jumlah (ton) Tahun Jumlah (ton)

2009 9.607,943 2013 33.461,08

2010 10.343,2 2014 28.500,77

2011 17.740,65 2015 71.649,7

2012 34.076,65 2016 80.433,63

Tabel I.1. memperlihatkan bahwa angka impor etil asetat di Indonesia cukup tinggi.

Pendirian pabrik etil asetat penting untuk memenuhi kebutuhan etil asetat di

Indonesia dan berpeluang menghasilkan keuntungan.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3

Gambar I.1. Grafik Impor Etil Asetat di Indonesia (BPS, 2009-2016)

Kebutuhan etil asetat pada tahun-tahun mendatang dapat dihitung dengan

persamaan garis, y = 9928,3x – 8950,1. Berdasarkan perhitungan diperkirakan pada

tahun ke-12 yaitu tahun 2020 Indonesia membutuhkan tambahan etil asetat sebesar

110.189,50 ton/tahun. Dengan demikian pabrik ini dirancang untuk memenuhi

±50% kebutuhan etil asetat dalam negeri pada tahun 2020 sebesar 60.000 ton/tahun.

I.2.2. Ketersediaan Bahan Baku

Ketersediaan bahan baku sangat mempengaruhi kelangsungan proses suatu

pabrik dan biaya transportasi bahan. Bahan baku pembuatan etil asetat terdiri dari

etanol dan asam asetat menggunakan katalis resin penukar ion, amberlyst 35 wet.

Bahan baku etanol diperoleh dari PT Molindo Raya Industrial di Malang dengan

kapasitas produksi 80.000 kL/tahun, asam asetat diperoleh dari PT Indo Acidatama

Tbk (Solo) dengan kapasitas produksi 33.000 ton/tahun, dan katalis resin penukar

ion diperoleh dengan mengimpor dari Rohm and Haas Company, Belanda.

y = 9928,3x - 8950,1

R² = 0,8281

0

15.000

30.000

45.000

60.000

75.000

90.000

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jum

lah I

mpor

(ton)

Tahun ke-

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4

I.2.3. Kapasitas Minimum

Kapasitas minimal pabrik yang layak berdiri dapat diketahui dari kapasitas

pabrik-pabrik yang telah ada. Sebagai pertimbangan kapasitas, Tabel I.2

mencantumkan sejumlah pabrik etil asetat yang ada di negara lain.

Tabel I.2. Data Kapasitas Produksi Etil Asetat di Berbagai Negara (Dutia, 2004)

No. Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas

(ton/tahun)

1 Aliachem Pardubice, Czech Republic 12.000

2 Atanor Buenos Aires, Argentina 10.000

3 BP Chemicals Hull, UK 220.000

4 Celanese La Cangrejera, Mexico 92.000

Pampa, Texas, US 60.000

Pulau Sakra, Singapore 60.000

5 Chiba Ethyl Acetate Ichihara, Japan 50.000

6 Eastman Kingsport Tennessee, US 27.000

Longview Texas, US 32.000

7 Ercros Tarragona, Spain 60.000

8 International Ester Ulsan, South Korea 75.000

9 Jubilant Organosys Gajraula and Nira, India 32.000

10 Korea Alcohol Industry Ulsan, South Korea 25.000

11 Kyowa Hakko Kogyo Yokkaichi, Japan 40.000

12 Laxmi Organic Industries Mahad, India 35.000

13 Rhodia Brasil Paulinia, Brazil 100.000

14 Sasol Secunda, South Africa 50.000

15 Shandong Jinyimeng

Chemical

Shandong, China 80.000

16 Shanghai Jinyimeng

Chemical

Wujing, China 30.000

17 Showa Denko Nanyo, Japan 150.000

18 Showa Esterindo Indonesia Merak, Indonesia 60.000

19 Solutia Antwerp, Belgium,

Springfield

12.000

Massachusetts, US 14.000

Treton, Michigan, US 11.000

20 Svensk Etanolkemi Domsjo, Sweden 35.000

21 Union Carbide Stockholm, Sweden 30.000

22 Yangtze River Acetyls Chongging, China 30.000

Dengan faktor-faktor pemilihan kapasitas pabrik di atas, maka ditetapkan

kapasitas pabrik etil asetat 60.000 ton/tahun, diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan dalam negeri sehingga dapat mengurangi beban impor.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5

I.3. Pemilihan Lokasi Pabrik

Pemilihan lokasi pabrik merupakan hal yang sangat penting dalam

perancangan pabrik. Lokasi pabrik harus dapat memberikan keuntungan jangka

panjang dan menjamin kelangsungan pabrik untuk terus beroperasi. Kawasan

industri Kabupaten Gresik, Jawa Timur dipilih sebagai lokasi pendirian pabrik

berdasarkan pertimbangan beberapa faktor (Peters dan Timmerhaus, 1991).

Gambar I.2 Lokasi Pendirian Pabrik Etil Asetat

Daerah Gresik merupakan kawasan industri yang telah ditetapkan

pemerintah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik,

PP No. 24 Tahun 2009 Tentang Kawasan Industri, sehingga hal-hal terkait

kebijakan pemerintah dalam hal perizinan, lingkungan masyarakat sekitar, faktor

sosial serta perluasan pabrik lebih mudah.

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gresik pada tahun 2016 mencatat ada 3.240

pencari kerja dengan persentase, 49,17% tamat SLTA/SMK, 31,73% tamat sarjana,

dan 11,57% tamat akademi. Jadi, penyediaan tenaga kerja mulai dari tenaga ahli

maupun tenaga buruh diharapkan dapat terpenuhi.

Sistem transportasi di Kabupaten Gresik yang dominan adalah darat dan

laut. Pengangkutan bahan baku ke lokasi dan pemasaran sekitar dengan jalan

transportasi darat. Pemasaran luar pulau jawa dan ekspor dengan jalan transportasi

laut menggunakan Pelabuhan Petrokimia Gresik yang berjarak ± 9,9 km dari lokasi

pendirian pabrik.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6

Daerah Gresik cukup ideal untuk transportasi laut ataupun darat. Hal ini

karena Gresik dekat dengan Surabaya yang mempunyai fasilitas transportasi

lengkap (jalur kereta api, jalan darat, bandara, dan pelabuhan). Maka cukup

memadai untuk pemasaran di luar pulau maupun untuk ekspor.

Bahan baku pembutan etil asetat yaitu, asam asetat yang diperoleh dari PT

Indo Acidatama Tbk (Solo) dengan jarak ± 284 km dari lokasi pendirian pabrik,

etanol yang diperoleh dari PT Molindo Raya (Malang) dengan jarak ± 150 km dari

lokasi pendirian pabrik, dan katalis resin amberlyst-35 wet diperoleh dengan

mengimpor dari Rohm and Haas Company, Belanda.

Pendirian pabrik di Gresik dapat mempermudah pemasaran produk karena

Provinsi Jawa Timur memiliki banyak industri, Bebrapa industri menggunakan etil

asetat untuk menunjang proses produksi, seperti industri kertas PT PAKERIN

(Pabrik Kertas Indonesia) dan PT Tjiwi Kimia di Surabaya yang berjarak ± 38 km

dari lokasi pendirian pabrik. Selain itu, pendirian pabrik etil asetat di Gresik,

Jawa Timur dapat mendorong pendirian industri-industri lain yang memerlukan

etil asetat sebagai bahan baku.

Sarana pendukung seperti tersedianya air, listrik dan bahan bakar

memerlukan perhatian agar proses produksi dapat berjalan dengan baik.

Kebutuhan air dapat terpenuhi karena lokasi pabrik direncakan dekat sungai

Bengawan Solo dengan debit tertinggi 2.127 m3/s dan debit terendah 19 m3/s

(Pawitan, 2004). Kebutuhan listrik didapat dari Perusahaan Listrik Negara (PLN)

dengan generator sebagai cadangan, bahan bakar HSD, dan natural gas dari PT

Pertamina.

I.4. Tinjauan Pustaka

I.4.1. Proses Pembentukan Aceton Cyanohydrin

Etil asetat dapat dibuat dengan berbagai reaksi, seperti reaksi esterifikasi

antara asam asetat dengan etanol menggunakan katalis, seperti asam asetat

(McKetta dan Chunningham, 1994) dan resin penukar ion (Lai dkk., 2008). Reaksi

yang terjadi adalah reaksi reversible. Reaksi yang terjadi yaitu:

CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O (I-1)

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7

Reaksi antara etilen dan asam asetat menggunakan katalis asam, seperti zeolit.

Reaksi yang terjadi yaitu:

CH2CH2 + CH3COOH 2CH3CHO (I-2)

2CH3CHO CH3COOC2H5 (I-3)

Pada reaksi ini, tidak terbentuk produk samping sehingga dapat meminimalkan

energi untuk proses pemurnian produk (Crane dkk., 2011).

Proses Tischenko merupakan produksi etil asetat dengan mengubah etanol menjadi

asetaldehid menggunakan katalis aluminium isopropoxide pada temperatur 20°C,

dengan yield sebesar 61%. Reaksi yang terjadi yaitu (McKetta dan Chuningham,

1994):

2CH3CHO CH3COOCH2CH3 (I-4)

Proses pembuatan etil asetat dapat dilakukan secara kontinyu dan batch.

Proses batch pada umumnya digunakan untuk kapasitas produksi yang relatif kecil,

sedangkan untuk kapasitas produksi yang relatif besar hendaknya dipilih proses

kontinyu.

Proses produksi secara batch terjadi didalam reaktor batch dengan pemanas.

Sedangkan proses produksi secara kontinyu dengan memperhatikan prinsip

azeotrop untuk memperoleh produk (ester) yang maksimal.

Proses pembuatan ester dapat dilakukan dengan menggunakan distilasi

reaktif. Distilasi reaktif merupakan suatu proses yang menggabungkan antara

proses reaksi kimia dan proses distilasi ke dalam satu unit proses. Dalam beberapa

kasus tertentu, keseimbangan reaksi termodinamika membatasi konversi yang

diperoleh. Distilasi reaktif didesain sedemikian rupa sehingga produk hasil reaksi

meninggalkan zona reaksi, dengan demikian konversi dan selektivitas meningkat

dengan signifikan. Penggabungan antara proses reaksi dan distilasi tersebut

menghasilkan proses yang sederhana, selain itu dapat mengurangi arus recycle serta

berkurangnya kebutuhan untuk pengolahan limbah sehingga mengurangi biaya

operasional dan investasi. Konversi maksimal yang diperoleh dapat mencapai

100% (Lai dkk., 2007).

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8

Tabel I.3. Perbandingan Proses Produksi Etil Asetat

Parameter Tishchenko Etilen dan asam

asetat

Esterifikasi

etanol

berkatalis asam

Esterifikasi

reactive

distillation

Bahan baku

Ketersediaan

asetaldehid

cukup banyak

di pasar

Ketersediaan

etilen di pasar

terbatas, karena

terbatasi oleh

minyak bumi

Ketersediaan

etanol di pasar

cukup

Ketersediaan

etanol di

pasar cukup

Konversi 61% 43,6% 66,57% ~100%

T operasi -20°C 100-300°C 155°C 70-120°C

Korosifitas Kecil Kecil Besar sekali Sangat kecil

Unit

Pemisahan

katalis

Dibutuhkan Dibutuhkan Dibutuhkan Tidak

dibutuhkan

Biaya operasi Tinggi sekali Tinggi Tinggi Rendah

Dari beberapa pertimbangan di atas dipilih proses esterifikasi dengan

reactive distillation menggunakan katalis resin penukar ion karena:

1. Bahan baku dapat diperoleh di dalam negeri

2. Konversi yang diperoleh tinggi

3. Temperatur relatif rendah

4. Tingkat korosifitas kecil

5. Tidak diperlukan unit pemisahan katalis

6. Mengurangi arus recycle

7. Biaya investasi peralatan dan pengoperasian cukup rendah.

I.4.2. Kegunaan Produk

Etil asetat adalah cairan tidak berwarna, merupakan senyawa yang mudah

terbakar dan mempunyai resiko peledakan (eksplosif). Adapun kegunaan etil asetat

dalam industri adalah sebagai berikut:

a. Bahan pelarut cat dan bahan pembuatan plastik.

b. Kebutuhan industri farmasi.

c. Bahan baku bagi industri tinta cetak, dan industri resin sintetis.

d. Reagen sintetik organik, misal pembuatan etil asetoasetat.

e. Bahan baku pabrik parfum, flavor, kosmetik, dan minyak atsiri.

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

9

I.4.3. Sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku dan Produk Etil Asetat

I.4.3.1. Bahan Baku

1. Etanol (Etil Alkohol) (Kirk dan Othmer, 1982)

a. Sifat Fisis

Berat molekul : 46,07 g/mol

Boiling point : 78,5°C

Flash point : 14°C

Freezing point : -114,1°C

Suhu kritis : 243,1°C

Tekanan kritis : 6.383.480 N/m2

Densitas cair : 789,3 kg/m3

Kekentalan (20°C) : 1,17 cP

Kelarutan dalam air : sangat larut

Entalpi pembentukan (25°C) gas : 234,81.103 kJ/kmol

Energi Gibbs pembentukan (25°C) cair : -174,78.103 kJ/kmol

b. Sifat Kimia

Etanol termasuk dalam alkohol rantai tunggal dengan rumus kimia C2H5OH

dan rumus empiris C2H6O.

(I-5)

Etanol adalah senyawa organik sintetis. Apabila mengalami dehidrasi

membentuk etilen. Reaksi: C2H5OH C2H4 + H2O (I-6)

Etanol dapat dibuat dari etilen dengan katalis H2SO4Reaksi:

CH2 == CH2 CH3CH2OSO3H CH3CH2OH + H2SO4 (I-7)

Sifat kimia etanol terutama dalam hubungannya dengan gugus hidroksil

misalnya reaksi dehidrasi, dehidrogenasi, oksidasi dan esterfikasi. Atom

hidrogen ini dapat diganti dengan logam aktif misalnya natrium, kalsium

dan kalium, serta menghasilkan logam etoksida seperti pada reaksi berikut:

2C2H5OH + 2M 2C2H5OM + H2 (I-8)

Reaksi antara etanol dan asam klorida dengan katalis seng klorida pada

temperatur 160°C-190°C dan tekanan 2 bar, menghasilkan etil klorida dan

air. Reaksi: C2H5OH + HCl C2H5Cl + H2O (I-9)

98% H2SO4 H2O heat

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

2. Asam Asetat (McKetta dan Chuningham, 1994)

a. Sifat Fisis

Berat molekul : 60,053 g/mol

Melting point : 16,6°C

Boiling point : 117,9°C

Fase : cair

Suhu kritis : 321,3°C

Tekanan kritis : 5.785.700 N/m2

Volume kritis : 2,85.10-3 m3/kmol

Densitas (cair) : 1043,92 kg/m3

Kekentalan (20°C) : 1,22 cP

Kekentalan (110°C) : 0,42 cP

Energi Gibbs pembentukan (25°C) cair : -6484,782 kJ/kg

Panas pembentukan (25°C) : -8062,99 kJ/kg

Specific gravity (20/20°C) : 1,051

Panas spesifik (25°C) : 2,03761 kJ/kg.K

b. Sifat Kimia

Asam asetat merupakan asam karboksilat dengan rumus kimia

CH3COOH dan rumus empiris C2H4O2.

(I-10)

Asam asetat direaksikan dengan etanol dengan menggunakan

katalisator asam kuat (asam kuat yang digunakan sebagai katalisatornya

dapat berupa larutan asam sulfat) membentuk etil asetat yang fase zat

pereaksi dan produk adalah cairan.

Reaksi: CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O (I-11)

Dapat membentuk garam asetat jika direaksikan dengan Zn.

Reaksi: 2CH3COOH + Zn (CH3COO-)2Zn2+ + H2 (I-12)

Apabila bereaksi dengan benzotrichloride dalam fase cair membentuk

acetyl chloride. Reaksi:

C6H5CCl3 + CH3COOH CH3COCl + C6H5COCl + HCl (I-13)

H+

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

Substitusi dari alkyl / aryl group

CH3COOH ClCH2COOH Cl2CHCOOH Cl3CCOOH

(I-14)

Reaksi dari halida dengan ammonia

CH3COOH ClCH2COOH NH2CH2COONH4 NH2CH2COOH

3. Katalis Amberlyst 35 wet (Rohm dan Haas Company, 2006)

Bentuk : padatan

Bentuk ion : H+

Matrix : Polystyrene Divinyl

Benzene

Densitas, g/liter : 800

Surface area, m2/g : 50

Ukuran, mm : 0,7-0,95

Diameter pori, amstrong : 300

Total pori, ml/g : 0,35

I.4.3.2. Produk

1. Etil asetat (McKetta dan Chuningham, 1994)

a. Sifat Fisis

Rumus molekul : CH3COOCH2CH3

Berat molekul : 88,1 g/mol

Boiling point : 77,15°C

Flash point : -4°C

Melting point : - 83,6°C

Suhu kritis : 250,1°C

Tekanan kritis : 3.830.085 N/m2

Kekentalan (20°C) : 0,455 cP

Specific gravity (20°C) : 0,883

Cl2 Cl2 Cl2

chloroacetic

acid

dichloroacetic

acid

trichloroacetic

acid

Cl2 NH3 H+

chloroacetic

acid

amoniacetic

acid (I-15)

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

Kelarutan dalam air : 1,6% berat pada

20°C

Entalpi pembentukan (25°C) gas : -442.920 kJ/kmol

Energi Gibbs pembentukan (25°C) cair : -327.400 kJ/kmol

Densitas : 902 kg/m3

Panas spesifik (20°C) : 1,92046 kJ/kg.K

Panas laten : 368,192 kJ/kg

b. Sifat Kimia

Etil asetat merupakan ester dari etanol dan asam asetat, memiliki rumus

kimia CH3COOC2H5 dan rumus empiris C4H8O2.

(I-16)

Etil asetat adalah senyawa yang mudah terbakar dan mempunyai resiko

peledakan (eksplosif).

Membentuk acetamide jika diammonolisis

Reaksi: CH3COOC2H5 + NH3 CH3CONH2 + C2H5OH (I-17)

Apabila direaksikan dengan sodium etoksida membentuk etil

asetoasetat yang dikenal dengan Claisen Condensation.

Membentuk etil benzoyl asetat bila bereaksi dengan etil benzoate

Reaksi: C6H6COOC2H5 + CH3COOC2H5

C6H6CO-CH2COOC2H5 + C2H5OH (I-18)

2. Air

a. Sifat Fisis (Perry’s, 1997)

Rumus molekul : H2O

Fasa : cair

Warna : tidak berwarna

Berat molekul : 18 g/mol

Densitas (25°C) : 1,027 g/ml

Titik lebur : 0°C

Titik didih : 100°C

etil benzoat etil asetat

etil benzoyl asetat

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

Tekanan kritis : 221,3 bar

Temperatur kritis : 374,15°C

Kapasitas panas (25°) : 75,55 J/mol.K

b. Sifat Kimia (Faith Keyes, 1957)

Pelarut kimia yang baik (paling sering digunakan)

Merupakan reagen penghidrolisa pada reaksi hidrolisa

Memiliki sifat netral (pH 7)


Recommended