+ All Categories
Home > Documents > Contoh ASKEP

Contoh ASKEP

Date post: 31-Jan-2023
Category:
Upload: u-tokyo
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
35
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIV-AIDS Sebagai Syarat Menyelesaikan Mata Kuliah KMB III Kelas II.B DISUSUN OLEH: KELOMPOK 4 1. Bunga Rindu Riyani 2. Diah 3. Martha Agustina 4. Oki Meita 5. Radian Patril Tedy 6. Ridza Yurianti 7. Rina Pratiwi 8. Siti Rofina
Transcript

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN HIV-AIDS

Sebagai Syarat Menyelesaikan Mata Kuliah

KMB III Kelas II.B

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

1. Bunga Rindu Riyani

2. Diah

3. Martha Agustina

4. Oki Meita

5. Radian Patril Tedy

6. Ridza Yurianti

7. Rina Pratiwi

8. Siti Rofina

9. Tri Indra Wijaya

Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau

Prodi Keperawatan Tanjungpinang

2011

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-

Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.

Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan

sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas

ilmu tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan HIV-AIDS,

yang kami sajikan berdasarkan pencarian dari berbagai

sumber buku dan situs web. Makalah ini di susun oleh

penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang

datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.

Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan

dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada

dosen pembimbing yaitu Ibu Dewi Puspa Rianda,SST.MPH, yang

telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang

bagaimana cara kami menyusun karya tulis ilmiah.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang

lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini

memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk

saran dan kritiknya. Terima kasih.

Tanjungpinang, 18 Maret

2011

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................I

DAFTAR IS..........................................III

BAB I

PENDAHULUAN.......................................1

1.1...........................................Ana

tomi Fisiologi.............................1

1.2...........................................Pen

gertian ...................................4

1.3...........................................Eti

ologi......................................4

1.4...........................................Pat

ofisiologi.................................6

1.5...........................................Man

ifestasi klinis............................7

1.6...........................................Pem

eriksaan Penunjang.........................8

1.7...........................................Pen

atalaksanaan Medis.........................9

1.8...........................................Kom

plikasi....................................9

1.9...........................................Gam

bar-gambar yang berhubungan dengan HiV.....10

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN.................................11

2.1 Pengkajian................................13

2.2 Diagnosa..................................17

2.3 Intervensi................................22

2.4 Evaluasi..................................23

BAB III

PENUTUP............................................24

A. Kesimpulan......................................24

B. Saran...........................................24

DAFTAR PUSTAKA.....................................25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Anatomi Fisiologi

Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan

badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai

perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan

berbagai bahan dalam lingkungan hidup.

Imunitas adalah mengacu pada respons protektif tubuh

yang yang spesifik terhadap benda asing atau

mikroorganisme yang menginvasinya.

Imunopatologi adalah ilmu tentang penyakit yang

terjadi akibat disfungsi dalam sistem imun.

Sistem imun terbentuk dari:

1.Darah putih (leukosit)

2.Sumsum tulang belakang

3.Jaringan Limfoid yang mencakup kelenjar timus

-Kelenjar Limfe

-Lien

-Tonsil

-Adenoid

Darah putih (Leukosit)

-Limfosit B (sel B)

Mencapai maturnitasnya dalam sumsum tulang dan

kemudian memasuki sirkulasi darah.

-Limfosit T (sel T)

Bergerak dari sumsum tulang ke kelenjar timus tempat

sel-sel tersebut mencapai maturnitasnya menjadi

beberapa jenis sel yang dapat melaksanakan berbagai

fungsi yang berbeda.

Sel B dansel T berasal dari limfoblas yang

di buat dari sum-sum tulang.

Kelenjar Limfe : terdapat di dan tersebar

diseluruh tubuh.

Fungsi :

- menyingkirkan benda asing dari sistem limfe

sebelum benda asing tersebut memasuki aliran

darah.

- Sebagai pusat untuk proliferasi sel imun.

Lien : tersusun dari pulpa rubra & alba yang

bekerja sebagai saringan.

- Pulpa rubra : merupakan lokasi tempat sel-sel

darah yang tua dan mengalami cedera dihancurkan.

- Pulpa alba : mengandung kumpulan limfosit.

Tonsil & Adenoid serta jaringan limfatik mukoid

lainnya.

Fungsi : untuk mempertahankan tubuh terhadap

serangan mikroorganisme.

Kelainan pada sistem imun dapat berasal dari :

1. Kelebihan / kekurangan sel-sel imunokompeten.

2. Perubahan pada sel-sel ini.

3. Serangan imunologik terhadap antigen sendiri.

4. Respon-respon yang tidak tepat / yang

berlebihan terhadap antigen spesifik.

Kelainan yang berhubungan dengan autoimun adalah :

penyakit diman respon imun protektif yang normal

secara paradoksal berbalik melawan menyerang tubuh

sendiri sehingga terjadi kerusakan jaringan.

Kelainan yang berhubungan dengan hipersensitivitas

; keadaan diman tubuh memproduksi respons yang

tidak tepat / yang berlebihan terhadap antigen

spesifik.

Kelainan yang berhubungan dengan

gamapati,adalah:Kelainan yang terjadi akibat

produksi imunoglobulin berlebih. (Ig A,Ig D,Ig

E,Ig G,Ig M)

IMUNITAS

Ada 2 tipe umumimun:

1. Alami (Natural)

- Merupakan kekebalan non spesifik sudah di temukan

padasaat lahir,tidak ditujukan terhadap

mikroorganisme tertentu.

- Merupakn pertahanan tubuh terdepan dalam

menghadapi serangan mikroorganisme karena dapat

memberikan respon langsung terhadap antigen.

- “Dasara mekanisme pertahananalami semata-mata

Berupa kemampuan untuk membedakan antara

sahabat/musuh “self dan non self

2. Imunitas di dapat

- Terdiri atas respons imun yang tidak di jumpai

pada saat lahir tetapi akan di peroleh kemudian

dalam hidup seseorang.

Ada 2 tipe imunitas di dapat:

Aktif

Pada imunitas di dapat yang aktif:

-Pertahankan imunologi akan di bentuk oleh tubuh

orang yang di lindungi oleh imunitas tersebut.

-Kekebalan di dapat dengan mengenalkan suatu

antigen terhadap tubuh.

-Imunitas ini umumnya berlangsung selama bertahun-

tahun/bahkan seumur hidup.

Cth: vaksinasi (imunisasi)

Pasip

Pada imunitas di dapat yang pasif,merupakan

imunitas temporer yang di transmisikan dari sumber

lain yang sudah memiliki kekebalan setelah

menderita sakit/menjalani imunisasi.

1.2 Pengertian

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan

kumpulan gejala penyakit akibat menurnnya sistem

kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam

bahasa indonesia dapat dialihkatakan sebagai Sindrom

Cacat kekebalan Tubuh.

Acquired : Didapat, bukan penyakit keturunan

Immune : Sistem kekebalan tubuh

Deficiency : Kekurangan

Sindrome : Kumpulan gejala gejala penyakit

Sedangkan HIV atau Human Immunodeficiency Virus,adalah

virus yang menyerang siste kekebalan tubuh manusia dan

kemudian menimbulkan AIDS.

1.3 Etiologi

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut

human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali

ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan

disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi

retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap

sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-

1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.

Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase

yaitu :

1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan

setelah infeksi. Tidak ada gejala.

2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu

dengan gejala flu likes illness.

3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih

tahun dengan gejala tidak ada.

4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan

gejala demam, keringat malam hari, B menurun,

diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati,

lesi mulut.

5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari

kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan

infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai

system tubuh, dan manifestasi neurologist.

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk

bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko

tinggi adalah :

1. Lelaki homoseksual atau biseks.

2. Orang yang ketagian obat intravena

3. Partner seks dari penderita AIDS

4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).

5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi

1.4 Manifestasi klinis

Tanda tanda klinis penderita AIDS:

1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan

neurologis

5. Dimensia/HIV ensefalopati.

Gejala minor:

1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan

2. Dermatitis eneralisata yang gatal

3. Adanya Herpes Zoster multisegmental dan berulang

4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.

Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan

penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus

(HIV) primer akut yang lamanya 1-2 minggu pasien akan

merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi

imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam,

keringat dimalam hari, penrunan berat badan, diare,

neuropat, keletihan ruam kulit, limpanodenophaty.

Gejala-gejala utama AIDS umumnya tidak akan terjadi

pada orang-orang yang memiliki sistem kekeblan tubuh

yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi

oleh bakeri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya

dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh

yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati

pada penderita AIDS. HIV mempengaruhi hampir semua

organ tubuh. Penderita AIDS jiga beresiko lebih besar

menderita kanker seperti sarkoma kaposi, kanker leher

rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut

limfoma.

Biasanya penderita AIDS memiliki gejal infeksi

sistemik, seperti demam, berkeringat (terutama pada

malam hari), pembengkakan kelenjar, merasa kedinginan.

1.5 Pemeriksaan Penunjang

Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

1. ELISA

2. Western blot

3. P24 antigen test

4. Kultur HIV

Tes untuk deteksi gangguan system imun.

1. Hematokrit.

2. LED

3. CD4 limfosit

4. Rasio CD4/CD limfosit

5. Serum mikroglobulin B2

6. Hemoglobulin

1.6 Penatalaksanaan Medis

Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV

atau AIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk

pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan

virus atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus secara

langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan,

disebut post-exposure prophylaxis (PEP). PEP memiliki jadwal

empat minggu takaran yang menuntut banyak waktu. PEP

juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan

seperti diare, tidak enak badan, mual, dan lelah.

Terapi antivirus

Penanganan infeksi HIV terkini adalah terapi

antiretrovirus yang sangat aktif (highly active antiretroviral

therapy, disingkat HAART).] Terapi ini telah sangat

bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV sejak

tahun 1996, yaitu setelah ditemukannya HAART yang

menggunakan protease inhibitor. Pilihan terbaik HAART

saat ini, berupa kombinasi dari setidaknya tiga obat

(disebut "koktail) yang terdiri dari paling sedikit dua

macam (atau "kelas") bahan antiretrovirus. Kombinasi

yang umum digunakan adalah nucleoside analogue reverse

transcriptase inhibitor (atau NRTI) dengan protease inhibitor,

atau dengan non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI).

Karena penyakit HIV lebih cepat perkembangannya pada

anak-anak daripada pada orang dewasa, maka rekomendasi

perawatannya pun lebih agresif untuk anak-anak daripada

untuk orang dewasa. Di negara-negara berkembang yang

menyediakan perawatan HAART, seorang dokter akan

mempertimbangkan kuantitas beban virus, kecepatan

berkurangnya CD4, serta kesiapan mental pasien, saat

memilih waktu memulai perawatan awal.

Penanganan eksperimental dan saran

Telah terdapat pendapat bahwa hanya vaksin lah yang

sesuai untuk menahan epidemik global (pandemik) karena

biaya vaksin lebih murah dari biaya pengobatan lainnya,

sehingga negara-negara berkembang mampu mengadakannya

dan pasien tidak membutuhkan perawatan harian. Namun

setelah lebih dari 20 tahun penelitian, HIV-1 tetap

merupakan target yang sulit bagi vaksin.

Beragam penelitian untuk meningkatkan perawatan

termasuk usaha mengurangi efek samping obat,

penyederhanaan kombinasi obat-obatan untuk memudahkan

pemakaian, dan penentuan urutan kombinasi pengobatan

terbaik untuk menghadapi adanya resistensi obat.

Beberapa penelitian menunjukan bahwa langkah-langkah

pencegahan infeksi oportunistik dapat menjadi

bermanfaat ketika menangani pasien dengan infeksi HIV

atau AIDS. Vaksinasi atas hepatitis A dan B disarankan

untuk pasien yang belum terinfeksi virus ini dan dalam

berisiko terinfeksi. Pasien yang mengalami penekanan

daya tahan tubuh yang besar juga disarankan mendapatkan

terapi pencegahan (propilaktik) untuk pneumonia

pneumosistis, demikian juga pasien toksoplasmosis dan

kriptokokus meningitis yang akan banyak pula

mendapatkan manfaat dari terapi propilaktik tersebut.

Pengobatan alternatif

Berbagai bentuk pengobatan alternatif digunakan

untuk menangani gejala atau mengubah arah perkembangan

penyakit. Akupunktur telah digunakan untuk mengatasi

beberapa gejala, misalnya kelainan syaraf tepi

(peripheral neuropathy) seperti kaki kram, kesemutan atau

nyeri; namun tidak menyembuhkan infeksi HIV. Tes-tes

uji acak klinis terhadap efek obat-obatan jamu

menunjukkan bahwa tidak terdapat bukti bahwa tanaman-

tanaman obat tersebut memiliki dampak pada perkembangan

penyakit ini, tetapi malah kemungkinan memberi beragam

efek samping negatif yang serius.

Beberapa data memperlihatkan bahwa suplemen

multivitamin dan mineral kemungkinan mengurangi

perkembangan penyakit HIV pada orang dewasa, meskipun

tidak ada bukti yang menyakinkan bahwa tingkat kematian

(mortalitas) akan berkurang pada orang-orang yang

memiliki status nutrisi yang baik. Suplemen vitamin A

pada anak-anak kemungkinan juga memiliki beberapa

manfaat. Pemakaian selenium dengan dosis rutin harian

dapat menurunkan beban tekanan virus HIV melalui

terjadinya peningkatan pada jumlah CD4. Selenium dapat

digunakan sebagai terapi pendamping terhadap berbagai

penanganan antivirus yang standar, tetapi tidak dapat

digunakan sendiri untuk menurunkan mortalitas dan

morbiditas

1.7 Komplikasi

Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh HIV/AIDS adalah:

o Penyakit paru-paru utama

Pneumonia pneumocystis (PCP) jarang dijumpai pada

orang sehat yang memiliki kekebalan tubuh yang baik,

tetapi umumnya dijumpai pada orang yang terinfeksi HIV.

Penyebab penyakit ini adalah fungi Pneumocystis jirovecii.

Sebelum adanya diagnosis, perawatan, dan tindakan

pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat,

penyakit ini umumnya segera menyebabkan kematian. Di

negara-negara berkembang, penyakit ini masih merupakan

indikasi pertama AIDS pada orang-orang yang belum

dites, walaupun umumnya indikasi tersebut tidak muncul

kecuali jika jumlah CD4 kurang dari 200 per µL.

Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara

infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat

ditularkan kepada orang yang sehat (imunokompeten)

melalui rute pernapasan (respirasi). Ia dapat dengan

mudah ditangani bila telah diidentifikasi, dapat muncul

pada stadium awal HIV, serta dapat dicegah melalui

terapi pengobatan. Namun demikian, resistensi TBC

terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada

penyakit ini.

Meskipun munculnya penyakit ini di negara-negara

Barat telah berkurang karena digunakannya terapi dengan

pengamatan langsung dan metode terbaru lainnya, namun

tidaklah demikian yang terjadi di negara-negara

berkembang tempat HIV paling banyak ditemukan. Pada

stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4 >300 sel per µL),

TBC muncul sebagai penyakit paru-paru. Pada stadium

lanjut infeksi HIV, ia sering muncul sebagai penyakit

sistemik yang menyerang bagian tubuh lainnya

(tuberkulosis ekstrapulmoner). Gejala-gejalanya

biasanya bersifat tidak spesifik (konstitusional) dan

tidak terbatasi pada satu tempat.TBC yang menyertai

infeksi HIV sering menyerang sumsum tulang, tulang,

saluran kemih dan saluran pencernaan, hati, kelenjar

getah bening (nodus limfa regional), dan sistem syaraf

pusat. Dengan demikian, gejala yang muncul mungkin

lebih berkaitan dengan tempat munculnya penyakit

ekstrapulmoner.

o Penyakit saluran pencernaan utama

Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan

(esofagus), yaitu jalur makanan dari mulut ke lambung.

Pada individu yang terinfeksi HIV, penyakit ini terjadi

karena infeksi jamur (jamur kandidiasis) atau virus

(herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo). Ia pun dapat

disebabkan oleh mikobakteria, meskipun kasusnya langka.

Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada

infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab;

antara lain infeksi bakteri dan parasit yang umum

(seperti Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter, dan

Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak

umum dan virus (seperti kriptosporidiosis,

mikrosporidiosis, Mycobacterium avium complex, dan virus

sitomegalo (CMV) yang merupakan penyebab kolitis).

Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek

samping dari obat-obatan yang digunakan untuk menangani

HIV, atau efek samping dari infeksi utama (primer) dari

HIV itu sendiri. Selain itu, diare dapat juga merupakan

efek samping dari antibiotik yang digunakan untuk

menangani bakteri diare (misalnya pada Clostridium

difficile). Pada stadium akhir infeksi HIV, diare

diperkirakan merupakan petunjuk terjadinya perubahan

cara saluran pencernaan menyerap nutrisi, serta mungkin

merupakan komponen penting dalam sistem pembuangan yang

berhubungan dengan HIV.

o Penyakit syaraf dan kejiwaan utama

Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan

tingkah laku karena gangguan pada syaraf (neuropsychiatric

sequelae), yang disebabkan oleh infeksi organisma atas

sistem syaraf yang telah menjadi rentan, atau sebagai

akibat langsung dari penyakit itu sendiri.

Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan

oleh parasit bersel-satu, yang disebut Toxoplasma gondii.

Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan

radang otak akut (toksoplasma ensefalitis), namun ia

juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada

mata dan paru-paru. Meningitis kriptokokal adalah

infeksi meninges (membran yang menutupi otak dan sumsum

tulang belakang) oleh jamur Cryptococcus neoformans. Hal

ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, lelah, mual,

dan muntah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan

kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat mematikan.

Leukoensefalopati multifokal progresif adalah

penyakit demielinasi, yaitu penyakit yang menghancurkan

selubung syaraf (mielin) yang menutupi serabut sel

syaraf (akson), sehingga merusak penghantaran impuls

syaraf. Ia disebabkan oleh virus JC, yang 70%

populasinya terdapat di tubuh manusia dalam kondisi

laten, dan menyebabkan penyakit hanya ketika sistem

kekebalan sangat lemah, sebagaimana yang terjadi pada

pasien AIDS. Penyakit ini berkembang cepat (progresif)

dan menyebar (multilokal), sehingga biasanya

menyebabkan kematian dalam waktu sebulan setelah

diagnosis.

Kompleks demensia AIDS adalah penyakit penurunan

kemampuan mental (demensia) yang terjadi karena

menurunnya metabolisme sel otak (ensefalopati

metabolik) yang disebabkan oleh infeksi HIV; dan

didorong pula oleh terjadinya pengaktifan imun oleh

makrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami infeksi

HIV, sehingga mengeluarkan neurotoksin. Kerusakan

syaraf yang spesifik, tampak dalam bentuk

ketidaknormalan kognitif, perilaku, dan motorik, yang

muncul bertahun-tahun setelah infeksi HIV terjadi. Hal

ini berhubungan dengan keadaan rendahnya jumlah sel T

CD4+ dan tingginya muatan virus pada plasma darah.

o Kanker dan tumor ganas (malignan)

Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki risiko

yang lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker.

Hal ini karena infeksi oleh virus DNA penyebab mutasi

genetik; yaitu terutama virus Epstein-Barr (EBV), virus

herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma

manusia (HPV).

Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang

pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada

sejumlah pemuda homoseksual tahun 1981 adalah salah

satu pertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini

disebabkan oleh virus dari subfamili

gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang

juga disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV).

Penyakit ini sering muncul di kulit dalam bentuk bintik

keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain,

terutama mulut, saluran pencernaan, dan paru-paru.

Kanker getah bening tingkat tinggi (limfoma sel B)

adalah kanker yang menyerang sel darah putih dan

terkumpul dalam kelenjar getah bening, misalnya seperti

limfoma Burkitt (Burkitt's lymphoma) atau sejenisnya

(Burkitt's-like lymphoma), diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL),

dan limfoma sistem syaraf pusat primer, lebih sering

muncul pada pasien yang terinfeksi HIV. Kanker ini

seringkali merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang

buruk. Pada beberapa kasus, limfoma adalah tanda utama

AIDS. Limfoma ini sebagian besar disebabkan oleh virus

Epstein-Barr atau virus herpes Sarkoma Kaposi.

Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV

dianggap tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh

virus papiloma manusia.

Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor

lainnya, seperti limfoma Hodgkin, kanker usus besar

bawah (rectum), dan kanker anus. Namun demikian, banyak

tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara dan

kanker usus besar (colon), yang tidak meningkat

kejadiannya pada pasien terinfeksi HIV. Di tempat-

tempat dilakukannya terapi antiretrovirus yang sangat

aktif (HAART) dalam menangani AIDS, kemunculan berbagai

kanker yang berhubungan dengan AIDS menurun, namun pada

saat yang sama kanker kemudian menjadi penyebab

kematian yang paling umum pada pasien yang terinfeksi

HIV.

o Infeksi oportunistik lainnya

Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik

dengan gejala tidak spesifik, terutama demam ringan dan

kehilangan berat badan. Infeksi oportunistik ini

termasuk infeksi Mycobacterium avium-intracellulare dan virus

sitomegalo. Virus sitomegalo dapat menyebabkan gangguan

radang pada usus besar (kolitis) seperti yang

dijelaskan di atas, dan gangguan radang pada retina

mata (retinitis sitomegalovirus), yang dapat menyebabkan

kebutaan. Infeksi yang disebabkan oleh jamur Penicillium

marneffei, atau disebut Penisiliosis, kini adalah

infeksi oportunistik ketiga yang paling umum (setelah

tuberkulosis dan kriptokokosis) pada orang yang positif

HIV di daerah endemik Asia Tenggara.

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIV-AIDS

2.1 Pengkajian

A. Riwayat penyakit

Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama

karena sifat kelainan imun. Umur kronologis pasien juga

mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat

tertekan pada orang yang sangat muda karena belum

berkembangnya kelenjer timus. Pada lansia, atropi

kelenjer timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap

infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan dengan

melemahnya fungsi imun. Diabetes melitus, anemia

aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis,

keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai

factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens

pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit

serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :

-Kerusakan respon imun seluler (limfosit T)

Terapi radiasi, defisiensi nutrisi, globulin anti

limfosit, disfungsi timik congenital.

-Kerusakan imunitas humoral (antibody)

Limfositik leukimia kronis, mieloma

hipogamaglobulemia congenital, protein-liosing

enteropati (peradangan usus).

B. Pemeriksaan fisik (objektif) dan keluhan

(subjektif )

-aktivitas/istirahat

Gejala : mudah lelah, intoleran aktivity, progresi

malaise, perubahan pola tidur.

Tanda :kelemahan otot, menurunnya massa otot,

respons fisiologi aktifitas (perubahan TD, frekuensi

jantung dan pernafasan)

-sirkulasi

Gejala : penyembuhan yang lambat (anemia ),

perdarahan lama pada cedera.

Tanda : perubahan TD postural, menurunnya volume

nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan pengisian

kapiler.

-integritas dan ego

Gejala : stress berhubungan dengan kehilangan,

mengkhawatirkan penampilan, mengingkari dignosa, putus

asa, dan sebagainya.

-eliminasi

Gejala : diare intermiten terus-menerus sering

dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri panggul, rasa

terbakar saat miksi.

Tanda : feses encer dengan atau tanpa mucus atau

darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan abdominal,

lesi atau abses rectal, perianal, perubahan jumlah,

warna, dan kerakterisik urine.

-makanan / cairan

Gejala : anoreksia, mual dan muntah, disfagia

Tanda : turgor kulit buruk, lesi rongga mulut,

kesehatan gigi dan gusi yang buruk.

-hygine

Gejala : tidak dapat menyelesaikan AKS

Tanda : penampilan tidak rapi, kurang perawatan

diri

-neurosensori

Gejala : pusing, sakit kepala, perubahan status

mental, kerusakan status indera, kelemahan otot,

tremor, perubahan penglihatan.

Tanda : perubahan status mental, ide paranoid,

ansietas, refleks tidak normal, tremor, kejang,

hemiparesis.

-nyeri / kenyamanan

Gejala : nyeri umum / lokal, rasa terbakar, sakit

kepala, nyeri dada pleuritis.

Tanda : bengkak sendi, nyeri kelenjer, nyeri tekan,

penurunan rentan gerak, pincang.

-pernafasan

Gejala : ISK sering atau menetap, nafas pendek

progresif, batuk, sesak pada dada.

Tanda : takipnea, distress pernafasan, perubahan

bunyi nafas, adanya sputum.

-keamanan

Gejala: riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka,

transfusi darah, penyakit defisiensi imun, demam

berulang, berkeringat malam.

Tanda: perubahan integritas kulit, luka perianal /

abses, timbulnya nodul, pelebaran kelejer limfe,

menurunnya kekuatan umum, tekanan umum.

-seksualitas

Gejala : riwayat berperilaku seks beresiko tinggi,

menurunnya libido, penggunaan pil pencegah kehamilan.

Tanda : kehamilan, herpes genitalia

-interaksi sosial

Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,

isolasi, kesepian, adanya trauma AIDS.

Tanda : perubahan interaksi.

-penyuluhan / pembelajaran

Gejala : kegagalan dalam perawatan, perilaku seks

beresiko tinggi, penyalahgunaan obat-obatan IV,

merokok, alkoholik

2.2 Diagnosa Keperawatan1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan

imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang

beresiko.

2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien)

berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi

nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan

kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,

kelelahan.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang kurang,

meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya

absorbsi zat gizi.

5. Diare berhubungan dengan infeksi GI

6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan

dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

HIV/AIDS adalah masalah kesehtan dan masalah

sosial. Kerena penyebaran HIV/AIDS sangat kuat

dipengaruhi oleh tingkah laku manusia, dan segala

ussaha untuk pencegahannya haruslah mempertimbangkan

faktor ini. Usaha pencegahan diantara populasi umum

terdiri dari perbaiakan keterampilan an pengetahuan,

dalam cara yang dapat diterima oleh nilai-nilai agama

dan norma-norma buaya tentang bagaimmana, virus ini

berpindah, konsekuensi serta pencegahannya.

B.Saran

Mencegah lebih baik darpada menngobati, itulah

pepatah yang teramat sering kita dengar, memang

kenyataannya selaku manusia yang lebih bisa memikirkan

segla hal sesuatunya, kita harus bisa membedakan mana

yang baik kita lakukan dan mana yang tidak, sehingg

kita tidak salah pilih dan juga kita dapat terbebas

dari berbaga kemungkinan kita terkena penyakit seperti

AIDS.

DAFTAR PUSTAKA

Bunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 3,

Jakarta, EGC, 2002

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatatab

PedomanuntukPerencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,

edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta

Gambar-gambar yang Berkaitan dengan Penyakit

Autoimun HIV-AIDS

(gambar. Virus HIV) (gambar. Virus

memasuki RNA)

(gambar. Virus HIV) (gambar. Manifestasi

klinis AIDS)


Recommended