Date post: | 04-Mar-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | independent |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang
menganut ideologi terbuka. Ideologi terbuka sendiri dapat
diartikan sebagai ideologi yang dengan bebas dapat
menerima atau menolak segala hal, baik itu positif maupun
negatif dari lingkungan luar atau dengan kata lain
ideologi yang mengikuti segala kemajuan yang terjadi di
dunia. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang ikut
menerima arus globalisasi dari luar.
Arus globalisasi bagi bangsa Indonesia memunculkan
dampak positif dan dampak negatif tersendiri. Dampak
positif yang dapat kita lihat sekarang ini salah satunya
adalah muncul berbagai produk–produk berteknologi tinggi
yang dapat membantu pekerjaan manusia, selain itu lebih
mudahnya kita memperoleh berita maupun ilmu pengetahuan
diberbagai jejaring sosial dan masih banyak lagi dampak
positif lainnya. Tetapi dibalik itu semua, kita sendiri
harus sadar bahwa arus globalisasi juga memunculkan
dampak negatif, seperti contohnya semakin mudahnya nilai-
nilai barat masuk ke Indonesia yang banyak ditiru oleh
1
masyarakat, sehingga dengan demikian jika tidak dicegah
nilai–nilai budaya di Indonesia sedikit demi sedikit akan
luntur dan menghilang. Selain itu dampak negatif lainnya
berkaitan dengan munculnya berbagai macam produk
berteknologi tinggi yang akan membuat masyarakat terlena
akan kehebatan dan keindahan produk tersebut sehingga
dengan mudahnya masyarakat membelanjakan uangnya. Sikap
seperti ini dalam masyarakat lebih sering disebut sebagai
sikap boros atau sikap yang dimiliki seseorang dengan
tingkat belanja yang luar biasa.
Berdasarkan latar belakang itulah sehingga saya
sebagai penulis tertarik untuk mengambil judul “Perilaku
Konsumtif Masyarakat Akibat Adanya Globalisasi”.
B. Rumusan Masalah
Ada pun rumusan masalah yang akan dibahas dalam
karya tulis ilmiah ini yaitu :
1. Bagaimana perilaku konsumtif masyarakat timbul
sebagai akibat dari adanya globalisasi ?
2. Bagaimana cara mencegah perilaku konsumtif ?
C. Tujuan
2
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan
karya tulis ilmiah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bahwa perilaku konsumtif masyarakat
timbul sebagai akibat dari adanya globalisasi.
2. Untuk mengetahui cara mencegah perilaku konsumtif.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan karya tulis ilmiah ini
ada dua, yaitu:
Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran kepada seluruh kalangan masyarakat
terutama kepada generasi muda dalam memperkaya wawasannya
mengenai perilaku konsumtif .
Manfaat praktis
1. Agar masyarakat terutama generasi muda dapat
mengaplikasikan cara mencegah perilaku konsumtif
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Diharapkan setelah mengetahui bahaya dari perilaku
konsumtif, masyarakat dapat lebih baik dalam
mengatur keinginannya.
3. Diharapkan agar masyarakat dapat lebih berhati-hati
dalam menyikapi arus globalisasi.
3
E. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, sistematika bab sari karya ilmiah
ini adalah sebagai berikut.
BAB I : Pendahuluan, meliputi : Latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Kajian teori, meliputi : Globalisasi,
perilaku konsumtif, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumtif.
BAB III : Metode penulisan, meliputi : Jenis
penulisan, objek penulisan, waktu dan
tempat penelitian, prosedur penulisan, dan
pengumpulan data.
BAB IV : Hasil penulisan dan pembahasan, meliputi :
a. Hasil penulisan.
b. Pembahasan.
BAB V : Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Globalisasi
Globalisasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah proses masuk ke ruang lingkup dunia. Globalisasi
berasal dari kata globe / global, yaitu dunia atau bola
dunia. Dapat pula diartikan sebagai hal-hal kejadian
secara umum dan keseluruhan, yang berkaitan dengan dunia.
Termasuk di dalamnya adalah kebijakan nasional yang
memperlakukan seluruh dunia sebagai lingkungan yang layak
diperhitungkan.
Memang globalisasi tidak dapat diartikan secara satu
per satu dalam bidang kehidupan. Akan tetapi, masing-
5
masing bidang saling berkaitan antara satu sistem dengan
sistem lainnya.
Anthony Giddens (2001) mengklasifikasikan 3 (tiga)
kelompok tentang pandangan terhadap globalisasi, yaitu
kelompok skeptis, kelompok hipenglobalis (radikal), dan
kelompok tentang transformatif.
1. Kelompok Skeptis
Menurut kelompok ini, globalisasi bukan sesuatu yang
baru. Tingkat saling ketergantungan ekonomi yang
terjadi sekarang sudah pernah terjadi di masa lalu.
Bedanya, kini intensitas interaksi antarbangsa dan
negara tersebut kian meningkat. Pendukung kelompok
ini adalah Paul Hirst dan Graham Thomson.
2. Kelompok Hiperbola
Menurut kelompok ini, dalam era globalisasi dapat
dikatakan bahwa dunia makin kecil dan sempit
sehingga hubungan antarbangsa dan negara makin
dekat, komunikasi dan transportasi semakin cepat dan
saling memengaruhi. Dengan demikian, globalisasi
membawa pandangan baru tentang konsep “Dunia Tanpa
Tapal Batas” yang akan membawa kepada perubahan-
perubahan baru. Artinya, kekuatan pasar lebih
berkuasa daripada pemerintah sehingga negara-negara
kehilangan sebagian besar kekuasaannya untuk
6
mengontrol perekonomiannya sendiri. Secara tidak
langsung sistem organisasi dan komunikasi
antarmasyarakat di seluruh dunia mengikuti sistem
dan kaidah-kaidah yang sama. Penganut pandangan ini
adalah Kenichi Ohmae.
3. Kelompok Transformatif
John Naisbitt, Toffler, maupun Friedman berpendapat
bahwa masyarakat dunia dewasa ini sedang memasuki
era masyarakat informasi yang beralih dari
masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.
Artinya, terknologi informasi mampu menembus batas-
batas wilayah kekuatan suatu negara.
B. Perilaku Konsumtif
Konsumtif merupakan suatu perilaku yang ditandai oleh
adanya kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan segala
hal yang dianggap paling mahal dan memberikan kepuasaan
dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta adanya pola
hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh suatu
keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata-mata.
Menurut Sumartono (Al-Ghifari, 2003, h.142) seseorang
yang konsumtif mempunyai karakteristik sebagai berikut :
7
1. membeli produk untuk menjaga status, penampilan, dan
gengsi.
2. memakai sebuah produk karena adanya unsur
konformitas terhadap model yang mengiklankan produk
tersebut.
3. adanya penilaian bahwa dengan memakai atau membeli
produk dengan harga yang mahal akan menimbulkan rasa
percaya diri.
4. membeli produk dengan pertimbangan harga bukan
karena manfaat dan kegunaannya.
5. membeli karena kemasan produk yang menarik.
6. membeli produk karena iming-iming hadiah.
7. mencoba produk sejenis dengan dua merk yang berbeda.
Grinder (1978) lebih lanjut menjelaskan tentang
karakteristik individu yang berperilaku konsumtif,
yaitu :
1. pola konsumsi yang bersifat foya-foya.
2. boros
3. tidak bisa menunda kepuasan
4. selalu merasa tidak puas jika belum memiliki barang
yang didinginkan
5. meterialistik atau hasrat memiliki benda-benda tanpa
memperhatikan kebutuhannya.
8
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku membeli
barang-barang dan jasa yang sifatnya kurang diperlukan
dan hanya mementingkan faktor keinginan dan kesenangan
dibandingkan dengan faktor kebutuhan.
Menurut Rosyid dan Lina (1997) ada tiga jenis
perilaku konsumtif walaupun secara garis besar ketiga
jenis perilaku ini memiliki arti yang sama atau saling
berkaitan satu sama lain. Ketiga jenis perilaku tersebut
yaitu (1) impulsive buying, (2) non rational buying, dan (3)
wasteful buying. Impulsive buying artinya perilaku pembelian
yang berlebih-lebihan. Perilaku konsumen yang berlebih-
lebihan oleh sikap foya-foya dalam memilih barang,
menghamburkan uang untuk membeli barang-barang mewah yang
kurang bermanfaat, dan berfoya-foya dalam berbelanja. Non
rational buying artinya perilaku pembelian yang tidak
rasional. Konsumen yang berperilaku non rational memiliki
karakteristik suka membeli barang dengan harga yang tidak
wajar dengan nilai manfaat barang. Wasteful buying artinya
perilaku pembelian yang bersifat boros. Perilaku
pembelian yang bersifat boros ditandai oleh pembelian
barang oleh konsumen yang tidak disesuaikan dengan
kebutuhan yang harus dipenuhi oleh konsumen.
9
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif
Ada tiga tokoh yang berpendapat mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumti, diantaranya
adalah Zumrotin, Swasta Flan Handoko, dan Engel.
1. Menurut Zumrotin (1996), perilaku konsumtif
ditunjang oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
sebagai berikut.
a. Naiknya pendapatan. Perkembangan bidang ekonomi
membawa dampak pada masyarakat, salah satunya
adalah naiknya pendapatan. Kenaikan ini diikuti
penambahan kebutuhan hidup masyarakat, tidak
hanya dalam mutu dan jumlah tetapi juga ragamnya.
Misal saja, dulu masyarakat membeli perabot rumah
tangga yang sesuai dengan kebutuhannya, sekarang
dalam membeli perabot rumah tangga masyarakat
sudah mempertimbangkan merek dan gengsi.
b. Iklan. Media masssa berfungsi mengkomunikasikan
suatu produk kepada masyarakat dengan iklannya.
Iklan merupakan alat produsen untuk mempromosikan
produknya. Iklan yang gencar akan mengakibatkan
rasa ingin tahu pada masyarakat, rasa ingin tahu
ini terobati bila masyarakat atau konsumen telah
memakai atau memiliki peroduk tersebut.
10
c. Westernisasi. Masyarakat menganggap apa saja yang
berasal dari negeri barat adalah yang terbaik.
Apa yang dilakukan dan dipakai orang barat patut
dan harus dititu agar dikatakan modern. Gejala
ini tampak ketika hal-hal yang berbau negeri
barat mendapat tempat yang baik dalam negeri ini.
2. Menurut Swasta Flan Handoko (1987) adadua faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumtif seseorang.
Pertama, yaitu faktor eksternal yang terdiri atas
(1) kebudayaan, (2) kelas sosial, (3) kelompok
sosial dan kelompok referensi, dan (4) keluarga. Dan
kedua adalah faktor internal yang terdiri atas (1)
motivasi, (2) pengamatan dan belajar, serta (3)
kepribadian dan konsep diri.
3. Menurut Engel (1973), faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumtif ditinjau dari
konsumen. Perilaku konsumen dalam membeli barang
dipengaruhi beberapa faktor yang pada intinya
dibedakan menjadi tiga, yaitu faktor internal
meliputi (1) motivasi dan harga diri, (2) pengamatan
dan proses belajar, (3) kepribadian dan konsep diri.
11
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa perilaku konsumtif dipengaruhi oleh
banyak faktor yang secara garis besar dibedakan atas
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
meliputi (1) motivasi dan harga diri, (2) pengamatan dan
proses belajar, dan (3) kepribadian dan konsep diri.
Sedangkan faktor eksternal meliputi (1) kebudayaan, (2)
kelas sosial, dan (3) kelompok sosial dan kelompok
referensi.
BAB III
12
METODE PENULISAN
A. Jenis Penulisan
Tulisan ini bersifat deskriptif mengenai
Perilaku Konsumtif Masyarakat Akibat Adanya Globalisasi.
Karya tulis ilmiah ini ditunjang oleh beberapa sumber
baik dari media cetak seperti buku, maupun media
elektronik seperti komputer yang menggunakan layanan
internet.
B. Objek Penulisan
Masyarakat yang saat ini sedang terlena dan terbuai
akan segala kemajuan yang timbul akibat arus globalisasi
saat ini menjadi objek yang sangat penting untuk
diteliti.
C. Waktu dan Tempat Penulisan
Penulis membutuhkan waktu selama 2 minggu untuk
mencari segala referensi dan informasi mengenai perilaku
konsumtif masyarakat dikarenakan arus globalisasi.
Pencarian materi dimulai dari tanggal 28 Desember 2014 –
07 Januari 2015, dan mulai dari tanggal 08 Januari – 10
Januari 2015 adalah tahap penyelesaian.
D. Prosedur Penulisan
13
Setelah beberapa data dan informasi terkumpul,
maka selanjutnya data yang terkumpul akan diseleksi untuk
kemudian diuraikan dan dibahas dalam pokok pembahasan.
E. Pengumpulan Data
Data dan materi yang diuraikan dalam karya
tulis ilmiah ini diperoleh dengan cara studi pustaka
yakni dari berbagai sumber, baik dari media cetak seperti
buku maupun dari media elektronik seperti internet.
BAB IV
HASIL PENULISAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penulisan
Perkembangan dunia industri mempengaruhi pola
perilaku manusia, khususnya masyarakat Indonesia.
Indonesia bagaikan surga bagi para negara industri. Ada
dua faktor penyebab hal tersebut, pertama disebabkan oleh
jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak, yakni
sekitar 250 juta jiwa. Oleh sebab itu negara kita menjadi
pangsa pasar yang sangat menjanjikan bagi negara-negara
industri. Kemudian alasan kedua dikarenakan negara kita
secara industri kurang memiliki produk yang bisa
ditawarkan ke dunia internasional. Tidak adanya produk
14
nasional membuat kita hanya menjadi negara impor atau
dengan istilah lain hanyalah sebagai tempat bersaingnya
negara-negara industri.
Dari berbagai data yang telah diperoleh sudah sangat
jelas bahwa arus globalisasi mengambil peran yang amat
penting untuk membentuk masyarakat yang berperilaku
konsumtif. Perilaku konsumtif sebagai salah satu dampak
negatif yang ditimbulkan oleh kemajuan arus globalisasi
nyatanya saat ini telah mencemari masyarakat Indonesia,
masyarakat saat ini sudah tidak segan-segan menghambur-
hamburkan uangnya hanya untuk memenuhi hasratnya semata
dan tanpa memperhatikan manfaat atau kegunaan dari barang
ataupun jasa yang telah ia beli.
Dari hal tersebut kita sudah bisa menilai bahwa
manusia konsumtif sudah tidak bisa membedakan antara
kebutuhan dan keinginan . Semua tidak ditepatkan pada
fungsinya, hanya eksistensi semata yang kebanyakan diburu
oleh masyarakat yang telah berperilaku konsumtif.
B. Pembahasan
15
1. Perilaku Konsumtif Masyarakat Sebagai Akibat dari Adanya
Globalisasi
Masyarakat Indonesia saat ini sedang berada dalam
keadaan transisional, artinya mereka sedang bergerak dari
masyarakat agraris tradisional yang penuh dengan nuansa
spiritualistik menuju ke masyarakat industri modern yang
matrealistik. Berbicara mengenai budaya konsumtif di
zaman yang super maju dalam konteks teknologi dan sarana
prasarana seperti saat ini seakan memperlihatkan bahwa
masyarakat sedang terbuai di dalamnya. Jika kita amati
lingkungan sekitar kita khususnya di kota-kota besar,
segala fasilitas dan kebutuhan telah tersedia sehingga
kita hanya membutuhkan uang untuk membeli semua itu.
Selama ini dibenak masyarakat budaya atau perilaku
konsumtif hanya berlaku dalam konteks makanan saja, akan
tetapi sebenarnya konteks perilaku konsumtif sangatlah
luas. Contoh perilaku konsumtif yaitu penggunaan listrik
yang berlebih dikarenakan perabotan elektronik rumah yang
sangat banyak, penggunaan air yang sangat tinggi,
pemakaian pulsa baik pulsa internet ataupun pulsa telepon
yang tidak dapat terkendali, maupun pembelian brand-brand
mahal sebagai wujud dari eksistensi sosial, dll.
16
Budaya konsumtif juga dapat diartikan sebagai
perilaku masyarakat yang berorientasi kepada proses
pemakaian atau proses mengonsumsi segala hal yang ada
pada kebutuhan mereka tanpa memedulikan klasifikasi
kebutuhan yaitu: primer, sekunder dan tersier. Segalanya
dapat mereka beli tanpa memikirkan sesuatu itu perlu atau
tidak bagi dirinya. Nilai guna tidak lagi penting di
sini, melainkan nilai tanda atau sign value sebagai
identitas sosial sangat dinomor satukan. Contoh paling
konkret adalah ketika seseorang pergi karaokean bersama
teman-temanya hanya untuk bersenang-senang walaupun
sebenarnya ia tidak menyukai hal tersebut, selain itu
masih banyak lagi contoh yang lainnya. Seringkali kasus
seperti ini ditemukan pada masyarakat urban atau
perkotaan. Budaya urban kini telah melekat erat pada
kehidupan di kota-kota besar di Indonesia. Gaya kehidupan
yang sebelumnya tidak disebut sebagai budaya, telah
merambah ke semua kalangan masyarakat yang tengah
menjalani kehidupan di kota. Kota tak lagi berbudaya
nenek moyang kita, adat-istiadat seperti tata krama yang
dulu dijaga oleh generasi pendahulu kian hari kian luntur
oleh budaya-budaya baru yang memengaruhi kehidupan
sehari-hari. Identitas sebagai masyarakat yang berbudaya
bangsa Indonesia kini tidak lagi terjaga.
17
Tuntutan zaman yang semakin maju mau tak mau membuat
masyarakat juga ikut mengikutinya. Karena asumsi publik
mengatakan jika orang itu tidak mengikuti trend yang ada
maka dia akan dianggap kuno atau ketinggalan zaman. Hal
itulah yang membuat masyarakat mau tidak mau harus
mengikuti pola hidup yang seperti itu.
Menurut Janianton Damanik, budaya konsumtif dapat
menggelora dikarenakan faktor pengendali diri dan daya
kritik masyarakat yang sangat tumpul. Adanya kelas
menengah di negeri ini semula diharapkan dapat menjadi
kelompok masyarakat yang kritis , akan tetapi nyatanya
harapan tersebut tidak terwujud. Kalau boleh dikatakan,
masyarakat yang ada di kelas menengah secara psikososial
sangat labil dan permisif. Ciri-cirinya antara lain,
mudah terpengaruh, lekas berpuas diri, dan suka dipuji.
Bukan kebetulan, peribahasa yang mengatakan the consumer is
king sangat cocok dengan karakter tersebut. Sebab, hanya
dengan menjadi pembelilah mereka merasa jadi raja.
Sayang, itu cuma perasaan belaka faktanya konsumen yang
tak kritis hanya menjadi budak nafsu konsumtifnya
sendiri.
Berkonsumsi tentu merupakan proses yang netral dan
tak bisa dihindari, namun apabila dilakukan secara
berlebihan akan melahirkan gaya hidup konsumtif. Lebih
18
jauh, dalam budaya konsumtif terjadi kerancuan-kerancuan
mengenai apa yang benar-benar diperlukan dan mana yang
sekedar kebutuhan semu. Pada banyak kasus, perilaku
konsumtif kelas menengah tidak didasarkan lagi pada needed
theory, yang mengedepankan kebutuhan-kebutuhan dasar yang
memang harus dipenuhi. Namun sekarang bergeser pada
praktik perilaku konsumsi yang didasarkan pada rasa
keinginan semata, yang pastinya gengsi mejadi salah satu
pendorong perilaku konsumtif tersebut. Maka tak heran
ketika melihat grafik investasi dan saving selalu bergerak
turun dari waktu ke waktu. Dan hal yang paling diresahkan
oleh pemerintah adalah harus menyadari bahwa masyarakat
indonesia termasuk dalam kategori penggemar berat barang
import dalam hal elektronik, fashion dll.
Wabah budaya konsumtif seperti sekarang ini sangat
mencemaskan, bukan karena ia terkait dengan persoalan
etika dan rapuhnya karakter anak bangsa. Hal yang ber-
bahaya sebenarnya adalah ketergantungan masyarakat pada
barang-barang impor yang niscaya akan mematikan pasar
produk lokal. Taruhannya adalah daya tahan perekonomian
nasional. Budaya konsumtif seakan menjadi undangan
terbuka bagi kapitalisme global untuk leluasa menyetir
pola pikir, gaya hidup, selera, bahkan ideologi kelas
menengah kita sesuai dengan nilai yang melekat pada
19
barang yang mereka hasilkan. Melihat ancaman besar
seperti itu, tampaknya kita harus mencari cari jurus jitu
untuk meredam penyebaran budaya konsumtif tadi. Jika
tidak, kita harus rela menerima kenyataan jadi bangsa
yang kehilangan jati diri.
Memang tidak mudah terhindar dari pola hidup
konsumtif. Namun harus disadari pola hidup konsumtif itu
sangat merugikan, baik bagi diri sendiri maupun bagi
negara. Jadi sebagai masyarakat yang baik terapkan hidup
positif dan jangan biarkan diri kita menjadi manusia yang
konsumtif.
2. Cara Mencegah Perilaku Konsumtif
Cara mencegah perilaku konsumtif pada dasarnya
berhubungan dengan bagaimana cara kita mengatur keuangan
yang kita miliki. Perilaku konsumtif sendiri muncul
akibat kurang pintarnya kita untuk membedakan hal yang
perlu kita beli dengan hal yang ingin kita beli.
Ada berbagai cara yang dapat kita lakukan untuk
mencegah perilaku/ budaya konsumtif, antara lain.
1. Biasakanlah untuk menyisihkan sedikit uang untuk
ditabung.
2. Menabunglah mulai dari nominal yang paling kecil
seperti uang Rp 1000 atau Rp 2000. Karena kadangkala
20
ketika menabung dengan jumlah yang besar, hati kecil
merasa sayang dan ingin membelanjakannya kembali.
3. Buat target pengeluaran setiap hari hingga tiap
bulan dan jangan sampai over (berlebihan).
Berfikirlah sebelum membeli karena hal yang tidak
penting bisa ditunda dan utamakanlah yang paling
penting. Kontrol nafsu belanja dan jangan terpikat
dengan produk yang mahal serta jangan biarkan rasa
gengsi menguasai diri anda.
4. Camkan bahwa kebutuhan dan keinginan berbeda.
Sehingga hal yang merupakan kebutuhan lebih
diutamakan ketimbang hal lainnya. Contoh kebutuhan
adalah sembako, air, listrik dsb. Sedangkan
keinginan contohnya adalah motor merek terbaru,
handphone terbaru, dan sebagainya yang sesungguhnya
belum tentu bermanfaat.
5. Gunakan uang sebijak mungkin untuk kepentingan utama
barulah kepentingan sekunder dan sisanya tabunglah
di bank.
6. Pikirkan masa depan. Hal tersebut dapat dimulai
dengan mendaftar di asuransi kesehatan, karena
disaat usia kita tidak produktif lagi yaitu dimasa
tua kita bisa saja terancam berbagai macam penyakit.
Sehingga dengan mempunyai asuransi kita dapat lebih
21
tenang menghadapi hari tua tanpa membebani keluarga
yang lain.
7. Investasikanlah sebagian kekayaan karena di zaman
seperti saat ini investasi merupakan hal yang mutlak
dan usahakanlah untuk berinvestasi jangka panjang.
22
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Globalisasi secara umum berasal dari kata globe /
global, yaitu dunia atau bola dunia, sehingga globalisasi
dapat pula diartikan sebagai hal-hal kejadian secara umum
dan keseluruhan yang berkaitan dengan dunia. Sedangkan
konsumtif adalah perilaku yang ditandai oleh adanya
kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal
yang dianggap paling mahal dan memberikan kepuasaan dan
kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta adanya pola hidup
manusia yang dikendalikan dan didorong oleh suatu
keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata-mata.
Perilaku konsumtif masyarakat Indonesia saat ini
sudah sangat mencemaskan, hal ini dapat dilihat dari
sikap masyarakat yang ada di kota-kota besar. Masyarakat
tidak segan-segan mengeluarkan uangnya untuk membeli
barang ataupun jasa tanpa melihat manfaat atau kegunaan
dari barang atau jasa tersebut. Sehingga dapat dikatakan
bahwa masyarakat yang berperilaku konsumtif hanya
memuaskan hasratnya semata-mata tanpa memikirkan hal yang
lainnya. Perilaku konsumtif ini sendiri merupakan dampak
23
negatif dari arus globalisasi, masuknya berbagai barang-
barang impor berteknologi tinggi ke Indonesia dapat
dikatakan sebagai pemicu timbulnya perilaku konsumtif di
masyarakat.
B. Saran
Berdasarkan isi dari keseluruhan materi yang ada di
dalam Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyarankan
beberapa hal diantaranya, yaitu sebagai berikut.
1. Kita sebagai masyarakat Indonesia yang cerdas
haruslah mengetahui dengan jelas apa perbedaan
mendasar dari kata kebutuhan dan keinginan.
2. Upayakanlah untuk mendahulukan hal yang kita
butuhkan ketimbang hal yang kita inginkan.
3. Berusahalah untuk hidup hemat dan tidak boros.
4. Cintailah prosuk-produk buatan dalam negeri.
5. Jangan hanya melihat barang atau jasa dari luarnya,
tetapi lihatlah manfaat nyata dari barang atau jasa
tersebut.
24
LAMPIRAN
SURAT PENGAJUAN JUDUL
KARYA TULIS ILMIAH
Sehubungan dengan tugas yang diberikan oleh guru
bidang studi PKn, saya bermaksud mengajukan beberapa
judul Karya Tulis Ilmiah untuk memenuhi tugas PKn
semester genap tahun ajaran 2014/2015.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
nama : Nirwana Putri Baso
kelas : XII IPA 2
nis : 12170
Dengan ini saya mengajukan 3 judul dengan tema
Globalisasi, yaitu :
1. Perilaku konsumtif masyarakat akibat adanya
globalisasi
2. Pengaruh globalisasi terhadap penanganan penyakit
serius
3. Maraknya angka penipuan akibat pengaruh globalisasi
Demikianlah, beberapa pengajuan judul Karya Tulis Ilmiah
dengan tema Globalisasi.
26