Date post: | 18-Jan-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | khangminh22 |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
LAPORAN TUGAS AKHIR
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PADA Ny “S” USIA 29TAHUN di BPM SITI NURCHAYANINGSIH
MALANG
OLEH:
DIAN PIPIN NITASARI
1314.15401.893
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2017
i
LAPORAN TUGAS AKHIR
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PADA Ny “S” USIA 29TAHUN di BPM SITI NURCHAYANINGSIH
MALANG
Diajukan sebagai syarat menyelesaikan
Pendidikan Tinggi Program Studi Diploma 3 Kebidanan
OLEH:
DIAN PIPIN NITASARI
1314.15401.893
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2017
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
LaporanTugas Akhir ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapanTim Penguji Laporan
Tugas Akhir Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan WidyagamaHusada Malang :
LAPORAN TUGAS AKHIR
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PADA Ny “S” USIA 29TAHUN di BPM SITI NURCHAYANINGSIH
MALANG
DIAN PIPIN NITASARI
1314.15401.893
Malang, …………………………
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
(Ari Christiana,S.KM, M.Kes. ) (Jiarti Kusbandiyah,S.SiT,M.Kes)
iii
LEMBAR PENGESAHAN
LaporanTugas Akhir ini telah diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim
Penguji LaporanTugas Akhir Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama Husada
Pada Tanggal……………..2017
LAPORAN TUGAS AKHIR
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PADA Ny “S” USIA 29TAHUN di BPM SITI NURCHAYANINGSIH
MALANG
DIAN PIPIN NITASARI
1314.15401.893
(Ervin Rufaindah, S.ST, M. Keb) ( )
Penguji I
(Ari Christiana,S.KM, M.Kes.) ( )
Penguji II
(Jiarti Kusbandiyah, S.SiT,M.Kes) ( )
Penguji III
Mengetahui,
Ketua STIKES Widyagama Husada
(dr. RUDY JOEGIJANTORO, MMRS)
NIP. 197110152001121006
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ny S Usia 29 tahun di BPM Siti Nurcahyaningsih Malang
sebagai salah satu persyaratan akademik dalam rangka penyelesaian kuliah di
program D3 Kebidanan STIKES Widyagama Husada Malang.Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. Rudy Joegijantoro, MMRS selaku ketuaSTIKES Widyagama Husada
Malang.
2. Yuniar Angelia P. S.SiT, M.Kes selaku Kaprodi D3 Kebidanan STIKES
Widyagama Husada Malang.
3. Ervin Rufaindah, S.ST, M. Kebselaku penguji 1 yang telah memberikan masukan
dan saran dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
4. Ari Christiana, S.KM, M.Kes. selaku penguji 2 yang telahmemberikan masukan
dan saran dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.
5. Jiarti Kusbandiyah, S.SiT,M.Kes selaku penguji 3 yang telah memberikan
pengarahan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
6. BPM Siti Nurcahayaningsih, yang telah memberikan ijin untuk lokasi
penatalaksanaan asuhan.
7. Ny “S” yang telah bersedia menjadi pasien dalam Tugas Akhir ini.
8. Kedua Orang tuaku tercinta serta keluarga penulis yang telah memberikan
dukungan materil, semangat dan mengajarkan arti perjuangan serta selalu
rendah hati dan percaya diri.
v
9. Orang-orang terdekat penulis yang selalu hadir di saat suka dan duka, memberi
semangat, kasih sayang, dan selalu mengingatkan penulis tentang arti
perjuangan dan selalu dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih
banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan yang akan datang. Semoga Asuhan kebidanan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan yang membutuhkan
khusunya bermanfaat bagi penulis.
Malang, 2017
Penulis
vi
RINGKASAN
Nitasari, Dianpipin. 2017. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny “S” 29 Tahun di BPM Siti Nurcahyaningsih. AMd.Keb Kota Malang. LaporanTugas Akhir.Program Studi D3 Kebidanan STIKES Widyagama Husada Malang. Pembimbing: (1) Ari Christiana, AMd.Keb., S.KM. M.Kes. (2) Jiarti Kusbandiyah,S.SiT,M.Kes.
AKI dan AKB merupakan tolok ukur derajat kesehatan terhadap keberhasilan pelayanan kesehatan di suatu negara. Di kota Malang AKI mencapai 68,24 per 100.000 kelahiran hidup, AKB mencapai 9,89 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa Ny S usia 29 tahun dengan skor KSPR 2 yang berarti kehamilan fisiologis. Tujuan penelitian ini adalah agar mampu memberikan Asuhan Pelayanan Kebidanan secara Komprehensif dan mendeteksi dini adanya komplikasi pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, serta keluarga berencana dengan cara memberikan asuhan kebidanan secara langsung melalui pendekatan manajemen kebidanan.
Asuhan kebidanan ini dilakukan sebanyak 12 kali kunjungan, yaitu dilakukan
4 kali pada saat hamil, 1 kali pada saat bersalin, 4 kali pada saat nifas, 2 kali
pada bayi baru lahir, 1 kali pada saat KB, dan hasilnya kondisi pasien fisiologis.
Semua proses didokumentasikan dengan SOAP note .
Hasil asuhan kebidanan komprehensif yang diberikan sudah sesuai dan tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan praktek yang telah dilakukan. Diharapkan bidan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan pada ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan KB sesuai dengan standart asuhan kebidanan.
Referensi : 36referensi (2012-2016) Kata kunci : Asuhan kehamilan, Asuhan Persalinan, Asuhan Masa
Nifas, Asuhan Bayi Baru Lahir, dan KB.
vii
SUMMARY
Nitasari, Dian Pipin. 2016. Midwifery Care to Mrs “S” during pregnancy until
familly planning in Malang. Final Task. D3 Midwifery Study Program of
Widyagama Husada School of Health Malang. Advisor :(1) Ari Christiana,
AMd.Keb., S.KM.M.Kes. (2) Jiarti Kusbandiyah,S.SiT,M.Kes.
Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) is a measure of health status on the success of health services in a country. Maternal Mortality Rate in Indonesia reached 359 per 100,000 live births, IMR was 32 per 1,000 live births. Maternal Mortality Rate in East Java reached 80 per 100,000 live births, Infant Mortality Rate reached 29.5 per 1,000 live births. While in Malang Maternal Mortality Rate reached 68.24 per 100,000 live births, Infant Mortality Rate reached 9.89 per 1000 live births. Based on the results of preliminaryof preliminary studies have been conducted, it was found that Mrs “S” age of 29 years with a score of 2, which means KSPR physiological pregnancy. The purpose of this research is to be able to provide Comprehensive Care Midwifery Services in pregnancy, childbirth, postpartum, newborn, and family planning services by providing midwifery care directly through obstetrics management approach. Midwifery care was done as many as 12 visits, which was done 4 visits during pregnancy, 1 visit at delivery, 4 visits childbirth, 2 visits in newborn, 1 visit at family planing, and the result of physiological patient condition. All processes were documented with SOAP note.
The results of a comprehensive obstetric care provided was appropriate and there was no gap between theory and practice that has been done. It was Expected midwives can improve obstetric care from pregnancy, childbirth, postpartum, newborn, and family planning in accordance with the standards of midwifery care.
References : 36 references (2012-2016)
Keyword : Antenatal Care, Intranatal Care, Prenatal Care, Newborn
Care, Family Planning.
viii
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv
RINGKASAN ............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................................... 5
1.4 Ruang lingkup ..................................................................................................... 5
1.4.1 Sasaran ..................................................................................................... 5
1.4.2 Tempat ...................................................................................................... 5
1.4.3 Waktu ........................................................................................................ 5
1.5 Manfaat Penulisan .............................................................................................. 6
1.5.1 Bagi Klien .................................................................................................. 6
1.5.2 Bagi Stikes Widyagama Husada .............................................................. 6
1.5.3 Bagi Penulis .............................................................................................. 6
1.5.4 Bagi Bidan ................................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................................... 7
2.1 Konsep Dasar ..................................................................................................... 7
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan ......................................................................... 7
2.1.1.Konsep Dasar Persalinan ....................................................................... 19
2.1.3 Konsep Dasar Masa Nifas ...................................................................... 32
2.1.4 Konsep Dasar BBL ................................................................................. 40
2.1.5 Konsep Dasar KB ................................................................................... 53
ix
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Manajemen Varney .............................. 59
1. Pengertian ................................................................................................ 59
2. Prinsip–Prinsip Manajemen Kebidanan Dalam Memberikan Asuhan
Kebidanan ........................................................................................................ 59
3. Langkah – langkah Manajemen Kebidanan ............................................ 60
2.1 Konsep Dasar Dokumentasi Mengacu pada SOAP ................................... 63
1. Pengertian ................................................................................................ 63
2. Pembagian SOAP .................................................................................... 64
3. Pentingnya Pendokumentasian SOAP .................................................... 64
BAB III KERANGKA KONSEP ................................................................................ 66
3.1 Kerangka Konsep ......................................................................................... 66
3.2 Keterangan Kerangka Konsep ..................................................................... 67
BAB IV ..................................................................................................................... 68
LAPORAN PELAKSANAAN ASUHAN ................................................................... 68
4.1 Asuhan kebidanan kehamilan........................................................................... 68
4.1.1 Kunjungan 1 ........................................................................................... 68
4.1.2 Kunjungan 2 ............................................................................................ 73
4.1.3 Kunjungan 3 ............................................................................................ 75
4.1.4 Kunjungan 4 ............................................................................................ 77
4.1. Asuhan Persalinan ....................................................................................... 79
4.1.1. Asuhan Persalinan Kala I.................................................................. 79
4.1.2. Asuhan Persalinan Kala 2................................................................. 82
4.1.3. Asuhan Persalinan Kala 3................................................................. 83
4.1.4. Asuhan Persalinan Kala 4................................................................. 85
4.2. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas .......................................................... 87
4.3.1. Asuhan Masa Nifas Kunjungan I ...................................................... 87
4.3.2. Asuhan Masa Nifas Kunjungan II ..................................................... 90
4.3.3. Asuhan Masa Nifas Kunjungan III .................................................... 92
4.3.4. Asuhan Masa Nifas Kunjungan IV .................................................... 94
4.3. Laporan Pelaksanaan Asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir ............... 95
4.4.1. Asuhan Bayi Baru Lahir Kunjungan I ................................................ 95
4.4.2. Asuhan Bayi Baru Lahir Kunjungan II ............................................... 99
4.5 Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana .............................................. 101
4.5.1 Asuhan Keluarga Berencana Kunjungan I ........................................... 101
4.5.2 Asuhan Keluarga Berencana Kunjungan II .......................................... 103
BAB V PEMBAHASAN ......................................................................................... 105
x
5.1 Pembahasan Asuhan Kehamilan ................................................................... 105
5.2 Pembahasan Asuhan Persalinan ................................................................... 108
5.3 Pembahasan Asuhan Masa Nifas ............................................................. 112
5.4 Pembahasan Asuhan BBL (Bayi Baru Lahir) ............................................ 114
5.5 Pembahasan Keluarga Berencana ............................................................ 116
BAB VI PENUTUP ................................................................................................ 119
6.1. Kesimpulan ................................................................................................. 119
6.2 Saran ............................................................................................................... 120
6.2.1 Bagi institusi pendidikan ................................................................. 120
6.2.2 Bagi Penulis .................................................................................... 120
6.2.3 Bagi Lahan Praktik .......................................................................... 120
6.2.4 Bagi Klien ........................................................................................ 120
6.2.5 Bagi Penyusun LTA selanjutnya ..................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 122
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Waktu Imunisasi TT ................................................................................. 17
Tabel 2 Perbedaan pembukaan serviks pada primi dan multi ............................. 25
Tabel 3 Frekuensi penilaian dalam persalinan normal......................................... 25
Tabel 4 perbedaan Lama persalinan pada primi dan multi .................................. 28
Tabel 5 Posisi Meneran dan Keuntungannya ...................................................... 29
Tabel 6 Kebijakan Kunjungan Masa Nifas ........................................................... 34
Tabel 7 tinggi fundus uteri pada masa nifas ......................................................... 35
Tabel 8 Apgar Score ............................................................................................. 42
Tabel 9 Imunisasi Wajib ........................................................................................ 52
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skor Poedji Rochjati ......................................................................... 13
Gambar 2 Mekanisme Persalinan ..................................................................... 23
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan LTA
Lampiran 2 Surat Studi Pendahuluan
Lampiran 3 Surat kesediaan pembimbing LTA
Lampiran 4Informed Consent
Lampiran 5 Buku KIA Pasien
Lampiran 6 KSPR
Lampiran 7 Kartu Ibu Hamil
Lampiran 8 Data Penunjang
Lampiran 9 24 Penapisan
Lampiran 10 Lembar Observasi
Lampiran 11 Patograf
Lampiran 12 Surat Keterangan Lahir
Lampiran 13 Lembar Konsultasi
Lampiran 14 Lembar Konsultasi Ringkasan bahasa inggris
Lampiran 15 Lembar Kunjungan
Lampiran 16 Lembar Rekomendasi
Lampiran 17 Balasan Bidan
Lampiran 18 Leaflet
Lampiran 19 Foto Dokumentasi
xiv
DAFTAR SINGKATAN
AKI : Angka Kematian Ibu
AKB : Angka Kematian Bayi
ANC :Ante natal Care
MDGS :Mellinium Development Goals
KB : Keluarga Berencana
COC : Continuity of Care
HB : Hemoglobin
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
HPL : Hari Perkiraan Lahir
HCG : Hormone Corionic Gonadotropic
HPL : Hormone Plasents Lactogene
LH : Luthenishing Hormone
TT : Tetanus Toxoid
CPD : Cephalo Pelvic Dispropotion
IMT : Indeks Masa Tubuh
TM I : Trimester I
TM II : Trimester II
TM III : Trimester III
TFU : Tinggi Fundus Uteri
KPD : Ketuban Pecah Dini
USG : Ultra Sonografi
PMS : Penyakit Menular Seksual
KIE : Konseling, Informasi, Edukasi
DJJ : Denyut Jantung Janin
PAP : Pintu Atas Panggul
xv
SC : Secsio Caesarea
SDKI : Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
ASI : Air Susu Ibu
DPT : Difteri, Pertusis, Tetanus
BCG : Bacillus Calmette Guerine
MAL : Metode Amenore Laktasi
DMPA : Depo Medroxy Progesterone
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
PN : Persalinan oleh Nakes
KN : Kunjungan Neonatus
K4 : Kunjungan Ibu hamil 4 Kali
EMAS : Expending Maternal and Newborn Survival
COC : Continuity Of care
AKI : Angka Kematian ibu
AKB : Angka kematian bayi
VDRL : Venereal Desease Research Laboratory
MSH : Melanocyte Stimulating Hormone
KPD : Ketuban pecah dini
DJJ : Denyut jantung janin
BAB : Buang air besar
ASI : Air susu ibu
IUD :Intra Uterine Device
APGAR : Awerience,Pulls,Grimace,Activiti,Respiratori
IMD : Inisiasi menyusui dini
MOW : Metode operasi wanita
MOP : Metode Operasi Pria
DM : Diabetes Melitus
xvi
BCG : Bacille Calmette Guerin
DPT : Dipteri,Pertusis, Tetanus
HIV : Human Imunudeficiency Virus
PUS : Pasangan usia subur
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses kehamian, persalinan, nifas dan KB merupakan merupakan
suatu hal yang fisiologis dalam siklus kehidupan wanita, namun tidak
menutup kemungkinan proses tersebut dapat menjadi suatu permasalahan
yang mengancam kesehatan bahkan mengakibatkan kematian jika tidak
segera ditangani dengan baik. Indonesia merupakan salah satu negara
dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang
semakin meningkat menunjukan pembangunan kesehatan belum sesuai
dengan tujuannya sehingga derajat kesehatan masyarakat masih tergolong
rendah (WHO 2014).
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sebuah
hkesepakatan pembangunan baru melanjutkan program Millenium
Development Goal (MDGs) Untuk menurunkan AKI dan AKB sampai dengan
tahun tahun 2030. SDGs merupakan pedoman Indonesia dalam
pembangunan,sesuai dengan program dan prioritas dalam Nawacita dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019. SDGs
menargetkan untuk mengurangi AKI menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup
dan AKB menjadi 12 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2030 karena
tahun 2000-2015 sebelumnya menerapkan MDGs dan tidak mencapai target
(Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, AKI di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan
AKB mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Melengkapi hal tersebut, data
laporan dari daerah yang diterima Kementerian Kesehatan RI menunjukkan
2
bahwa jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan tahun
2013 adalah sebanyak 5019 orang, sedangkan jumlah bayi yang meninggal
di Indonesia berdasarkan estimasi SDKI 2012 mencapai 160.681 anak.
(Kemenkes, 2015).
Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2014 di Jawa Timur dengan
capaian target 80/100.000 kelahiran hidup mencapai 116,91% dan Angka
Kematian Bayi (AKB) dengan target 29,5/1000 kelahiran hidup mencapai
87,96%. Cakupan pelayanan konseling pada ibu hamil sesuai standart
capaian 100% dari target 100%, persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes)
sebesar 92,45% dari target 95%, kunjungan neonatus dengan capaian
97,42% dari target 95%. Cakupan pelayanan KB aktif target 70% dicapai
66,48%. Hal ini menunjukan bahwa derajat kesehatan di jawa timur masih
rendah (Dinkes, 2014).
Laporan dari Dinas Kesehatan Kota Malang tahun 2014 Angka
Kematian Ibu di Kota Malang sebesar 97,97/100.000 KH dan Angka
Kematian Bayi sebesar 15,65/1000 KH, sedangkan tahun 2015 Angka
Kematian Ibu di Kota Malang sebesar 68,24/100.000 KH dan Angka
Kematian Bayi sebesar 9,89/1000 KH. Hal ini menunjukan bahwa AKI dan
AKB tahun 2015 di kota Malang menurun jika di bandingkan tahun 2014
(Dinas Kesehatan Malang, 2015)
Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO) tahun 2014
Angka Kematian Ibu (AKI) yang berkaitan langsung dengan kehamilan,
persalinan dan nifas di dunia yaitu 289.000 jiwa. Penyebab kematian
terbesar di dunia didominasi oleh perdarahan (26%), infeksi (15%), aborsi
tidak aman (13%) dan pre-eklampsia atau eklampsia (12%). Dari data
tersebut disimpulkan bahwa penyebab AKI di negara Indonesia pelayanan
ANC yang meliputi 14T, perhitungan skor dan pemeriksaan fisik sangat
3
penting ditingkatkan sehingga dapat mengetahui kesehatan ibu,
pertumbuhan janin. ANC sangat penting untuk mendeteksi resiko tinggi yang
menyebabkan kematian. Berdasarkan penjelasan di atas maka asuhan
komprehensif sangat penting diberikan kepada ibu guna memantau
perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya, menyiapkan
persalinan dan kesiapan menghadapi komplikasi. (Kemenkes 2014)
Laporan dari data yang didapat melaui register di BPM Siti
Nurcahyaningsih di Jl. Terusan Ikan Nus No.24 Malang tahun 2016,terdapat
75 ibu hamil yang memeriksakan kehamilanya ,hanya 60 ibu yang bersalin di
BPM Siti Nurcahyaningsih 86,7 % bersalin secara normal dan 13,3%
mengalami komplikasi dan dilakukan rujukan dengan indikasi gemeli 3,3%,
ketuban pecah dini 3,3%dan riwayat SC 6,7%. Dari 15 orang yang tidak
bersalin di BPM Siti Nurcahyaningsih karena berpindah rumah dan bekerja
diluar kota.Berdasarkan SDKI 2007 angka pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan mencapai 73% sedangkan di BPM Siti Nurcahyaningsih
mencapai 86,7% hal ini menunjukan pelayanan ANC dan INC di BPM Siti
Nurcahyaningsih, cukup baik karena memberikan asuhan sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab bidan. Upaya meningkatkan asuhan yang
diberikan di BPM BPM Siti Nurcahyaningsih dengan dilakukan asuhan
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab bidan . Upaya meningkatkan
asuhan yang diberikan di BPM Siti Nurcahyaningsih dengan
dilakukannyaasuhan secara komprehensif untuk menekan AKI dan AKB di
wilayahnya.
Hasil dari studi pendahuluan didapat bahwa Ny.S usia 29 tahun GII
P1001 AB000 UK 35 minggu 3 hari T/H Letkep dengan kehamilan fisiologis
,skor KSPR 2 yang berarti kehamilan resiko rendah atau kehamilan fisiologis
,ini merupakan kehamilannya yang kedua, anak pertamanya lahir secara
4
normal, jenis kelaminnya laki-laki dan kini berusia 2 tahun. Hal yang menarik
dari pasien ini yaitu jarak antara kehamilannya yaitu dekat karena hanya
selisih 2 tahun dengan anak pertamanya. Maka sangatlah penting untuk
dilakukan asuhan kebidanan karena secara psikis mungkin ibu masih belum
bisa melupakan rasa sakit saat persalinan anak pertamanya yang sekarang
baru usia 2 tahun ,dan merasa khawatir atau gelisah ketika nanti ibu tidak
bisa merawat anaknya secara maksimal.
Ditinjau dari AKI dan AKB, maka peran bidan sangatlah penting dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir, serta keluarga berencana yang berkualitas, sehingga perlu dilakukan
asuhan kebidanan secara komprehensif guna menekan AKI dan AKB.
Penulis sendiri juga akan melakukan pemeriksaan sesuai prosedur yang
berlaku untuk memastikan sendiri kondisi Ny “S” usia 29 GIIP1001Ab000 tahun
dengan dilakukan asuhan kebidanan secara continuity of care (COC) ini
diharapkan dapat meningkatkan kesehatan ibu dan janin.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas masalah yang dapat di
rumuskan adalah : “Bagaimana Asuhan Kebidanan Continuity of Care
pada ibu hamil Ny.”S” usia 29 tahun GIIP1001Ab000 usia kehamilan 35
minggu 3 hari.
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari masa
kehamilan trimester III, persalinan, nifas, dan asuhan bayi baru lahir dan
sampai ibu kembali KB yang didokumentasikan melalui manajemen
kebidanan dalam bentuk SOAP.
5
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa, melakukan asuhan
kebidanan sesuai masalah, melakukan evaluasi, dan mendokumentasikan
hasil asuhan dalam bentuk SOAP note pada asuhan masa kehamilan.
2. Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa, melakukan asuhan
kebidanan sesuai masalah, melakukan evaluasi, dan mendokumentasikan
hasil asuhan dalam bentuk SOAP note pada asuhan masa persalinan.
3. Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa, melakukan asuhan
kebidanan sesuai masalah, melakukan evaluasi, dan mendokumentasikan
hasil asuhan dalam bentuk SOAP note pada asuhan masa nifas.
4. Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa, melakukan asuhan
kebidanan sesuai masalah, melakukan evaluasi, dan mendokumentasikan
hasil asuhan dalam bentuk SOAP notepada asuhan bayi baru lahir.
5. Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa, melakukan asuhan
kebidanan sesuai masalah, melakukan evaluasi, dan mendokumentasikan
hasil asuhan dalam bentuk SOAP note pada asuhan masa KB.
1.4 Ruang lingkup
1.4.1 Sasaran
Sasaran asuhan kebidanan ditujukan kepada Ny.“S” Usia 29 Tahun GII
P1001 Ab000 dengan
1.4.2 Tempat
Asuhan kebidanan dilakukan di rumah Ny “S” usia 29 tahun GII P1001
Ab000 dan di BPM Siti Nurcahyaningsih
1.4.3 Waktu
Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini akan dilaksanakan
pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2017 , yang meliputi 12 kali
6
kunjungan yaitu kunjungan ANC 4 kali , INC 1 kali , PNC 4 kali , BBL 2 kali ,
KB 1 kali.
1.5 Manfaat Penulisan
1.5.1 Bagi Klien
Memberikan asuhan kebidanan dan wawasan manfaat yang
didapat dari asuhan kebidanan komprehensif atau COC (Continue Of
Care).
1.5.2 Bagi Stikes Widyagama Husada
Menambah literatur atau referensi dalam pembelajaran Ilmu
kebidanan khususnya untuk mendidik mahasiswa menjadi bidan
berkompeten dalam pemberian asuhan yang komperehensif atau COC
(Continue Of Care).
1.5.3 Bagi Penulis
Menambah dan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat
tentang bagaimana asuhan kebidanan komperehensif yang sesuai.
1.5.4 Bagi Bidan
Diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi para
bidan dalam peningkatan pemberian asuhan kebidanan komperehensif
sehingga dapat mengurangi AKI dan AKB.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan
1. Pengertian kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-
28 hingga ke-40)(Prawirohardjo, 2011).
Menurut Ida Bagus Gde Manuaba (2011) dalam buku Asuhan
Kebidanan Kehamilan, Kehamilan adalah pertumbuhan dan
perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi sampai permulaan
persalinan (Dewi, 2011).
2. Proses Permulaan Kehamilan
Menurut Romauli (2011) konsepsi didefinisikan sebagai
pertemuan antara sperma dan sel telur yang menandai awal kehamilan.
Peristiwa ini merupakan rangkaian kejadian yang meliputi pembentukan
gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan
gamet dan implantasi embrio di dalam uterus. Fertilisasi adalah terjadinya
pertemuan dan persenyawaan antara sel mani dan sel telur. Fertilisasi
terjadi di ampula tuba. Kemudian terjadilah proses pembelahan dimana
8
zigot akan membelah menjadi 2 sel,4 sel, 8 sel sampai 16 sel atau yang
disebut Blastomer, setelah membentuk blastomerdalam waktu 3 hari sel-
sel tersebut akan membelah membentuk morula, kemudian morula akan
memasuki rongga rahim setelah terjadi penyatuan dan membentuk
rongga maka terbentuklah blastoksida. Kemudian blastoksida masuk ke
dalam endometrium, menempel dan tertanam/bersarang kedalam
endometrium peristiwa ini disebut implantasi/nidasi.
3. Tanda-tanda Kehamilan
Menurut Ranti dkk ( 2012) tanda-tanda kehamilan adalah sebagai berikut :
a. Tanda Tidak Pasti
1) Amenorhea ( terlambat datang bulan ).
Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus
(endometrium) tidak dilepaskan sehingga terjadi amenorrhea,
namun hal ini tidak dapat di anggap sebagai tanda pasti karena
amenorrhea dapat juga terjadi pada beberapa penyakit kronik,
tumor-hipofise, perubahan faktor lingkungan dan malnutrisi.
2) Mual dan Muntah.
Mual dan muntah merupakan gejala umum mulai dari rasa
tidak enak sampai muntah berkepanjangan yang sering dikenal
dengan istilah morning sickness karena munculnya seringkali
pada pagi hari.
3) Mastodinia.
Mastodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara
disebabkan karena payudara membesar karena pengaruh
hormone esterogen dan progesterone.
9
4) Quickening.
Quickening adalah persepsi gerakan janin pertama
biasanya disadari oleh wanita pada kehamilan 18-20 minggu.
5) Gangguan kencing.
Frekuensi kencing bertambah dan sering kencing malam,
disebabkan karena desakan uterus yang membesar.
6) Konstipasi.
Konstipasi ini terjadi karena efek relaksasi progesterone
atau dapat terjadi karena pola makan.
7) Perubahan berat badan.
Pada kehamilan 2-3 bulan sering mengalami penurunan
berat badan karena nafsu makan menurun dan mual-muntah.
Pada bulan selanjutnya berat badan akan selalu meningkat
sampai stabil menjelang aterm.
8) Perubahan warna kulit.
Perubahan ini antara lain cloasma yakni warna kulit
kehitam-hitaman pada dahi, punggung hidung, dan kulit daerah
tulang pipi, terutama pada wanita berkulit gelap. Pada daerah
aereola dan putting warna kulit menjadi kehitaman. Pada daerah
abdomen dan payudara dapat mengalami perubahan yang disebut
striae gravidarum.
9) Lelah
Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya basal metabolic
rate (BMR) dalam trimester pertama kehamilan.dengan
meningkatnya aktivitas metabolic janin sesuai dengan
berkelanjutannya usia kehamilan, maka rasa lelah yang terjadi
10
selama trimester pertama akan berangsur-angsur menghilang dan
kondisi ibu hamil akan menjadi lebih segar.
b. Tanda Kemungkinan
1) Perubahan pada uterus
Uterus mengalami perubahan pada ukuran, bentuk dan
konsistensi. Uterus berubah menjadi lunak bentuknya globular
2) Tanda piskacek’s
Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol
jelas ke jurusan pembesaran tertentu.
3) Tanda hegar
Tanda ini berupa pelunakan pada daerah itsmus uteri,
sehingga daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan
lebih tipis dan uterus mudah difleksikan dapat diketahui melalui
pemeriksaan bimanual.
4) Tanda Chadwicks
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan
mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks.
5) Tanda goodell’s
Diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Serviks terasa
lebih lunak.
6) Tanda Mc Donald
Fundus uteri dan serviks bisa dengan mudah difleksikan
tergantung pada lunak / tidaknya jaringan isthmus.
7) Kontraksi Braxton Hicks
Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat
meningkatnya actomysin di dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak
beritmik, sporadis ,tidak nyeri ,biasanya timbul pada kehamilan
11
delapan minggu ,tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan
abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus
meningkat frekuensinya ,lamanya ,dan kekuatannya sampai
mendekati persalinan.
8) Teraba Ballotement
Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin
bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan
pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena
perabaan bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup karena
dapat saja merupakan myoma uteri.
c. Tanda Pasti Kehamilan
Tanda pasti adalah data atau kondisi yang mengindikasikan adanya
buah kehamilan atau bayi yang diketahui melalui pemeriksaan dan
direkam oleh pemeriksa
1) Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh
pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan oleh ibu hamil
pada usia kehamilan sekitar 16-20 minggu.
2) Denyut jantung janin
Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan
alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler) .Dengan stetoskop
Laenec ,DJJ baru dapat didengar pada usia kehamilan 18-20
minggu.
3) Bagian-bagian janin
Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan
bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba
12
dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir).
Bagian janin dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan USG.
4) Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.
4. Kartu Skor Poedji Rochjati
Menurut Nugroho (2014), Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR), yaitu
berupa kartu skor yang digunakan sebagai alat skrining antenatal berbasis
keluarga guna menemukan faktor risiko ibu hamil, yang selanjutnya
dilakukan upaya terpadu untuk menghindari dan mencegah kemungkinan
terjadinya upaya komplikasi obtetrik pada saat persalinan.
Manfaat KSPR adalah dapat menemukan faktor resiko ibu hamil, digunakan
untuk menentukan kelompok resiko ibu hamil, dan sebagai alat pencatat
kondisi ibu hamil. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga
kelompok:
a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2.
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10.
c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12.
Cara Memberikan Sistem skoring/ cara pemberian :
a. Skor 2: Kehamilan Risiko Rendah (KRR)
Diberikan sebagai skor awal, untuk umur dan paritas pada semua ibu
hamil.
b. Skor 4: Kehamilan Risiko Tinggi (KRT)
Diberikan untuk setiap faktor risiko pada klasifikasi KRT.
c. Skor 8: Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST)
Diberikan pada ibu hamil dengan bekas operasi sesar, letak sungsang,
letak lintang, perdarahan antepartum dan preeklamsia berat/ eklamsia.
13
Berdasarkan hasil skoring menggunakan KSPR, maka dapat direncanakan
persalinan pada kehamilan sekarang, dengan kriteria:
a. Ibu hamil dengan skor 6 atau lebih: dianjurkan bersalin dengan tenaga
kesehatan.
b. Ibu hamil dengan skor 12 atau lebih: dianjurkan bersalin di rumah sakit
atau dengan dokter spesialis kandungan (Sp.OG.).
Gambar 1 Skor Poedji Rochjati
14
5. Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan
Menurut Hani( 2010), tanda-tanda bahaya kehamilan antara lain :
a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pervaginam pada awal kehamilan itu normal namun
jumlah yang sedikit dimana saat sekitar waktu pertama haidnya terlambat
(spotting). Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah
yang merah segar, perdarahan yang banyak, perdarahan yang
menyakitkan.
b. Hipertensi Gravidarum
Hipertensi dalam kehamilan termasuk hipertensi karena kehamilan
dan hiertensi kronik (meningkatnya tekanan darah sebelum usia
kehamilan 20 minggu). Nyeri kepala, kejang, dan hilangnya kesadaran
sering berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan. Klasifikasi nya
yaitu meliputi : hipertensi (tanpa proteinuria atau oedema), preeklamsia
ringan, preeklamsia berat, eklamsia.
c. Nyeri Perut Bagian Bawah
Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin
gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus.
d. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pada akhir kehamilan yang tidak normal adalah merah,
banyak dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan rasa
nyeri. Peerdarahan seperti ini bisa berarti plasenta previa atau solutio
plasenta.
1) Sakit Kepala yang Hebat dan Menetap
2) Perubahan Visual Secara Tiba-Tiba (Pandangan Kabur, Rabun
Senja)
15
3) Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang
mengancam jiwa adalah yang hebat, menetap, tidak hilang setelah
beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan preterm, penyakit
radang pelvis, gastritis dll.
e. Bengkak pada Muka dan Tangan
Bengkak akan menimbulkan masalah serius jika muncul tidak
hanya pada kaki melainkan sampai tangan dan muka, tidak hilang
setelah beristirahat dengan ddikuti keluhan lain. Hal ini bisa pertanda
anemia, gagal jantung, preeklamsia.
f. Bayi Kurang Bergerak seperti Biasa
Ibu merasakan gerakan bayi paling sedikit 3 kali dalam periode 3
jam. Gerakan akan mudah terasa jika berbaring atau jika ibu makan dan
minum dengan baik
6. Standar Asuhan Kebidanan.
a. Menurut Ari dkk (2012)Kunjungan Antenatal Care (ANC) minimal :
1) Satu kali pada trimester I
2) Satu kali pada trimester II
3) Dua kali pada trimester III
b. Menurut Walyani (2015) Pelayanan antenatal dalam penerapan
operasionalnya dikenal dengan standar minimal “14 T” yang terdiri
dari:
1) Timbang badan dan Tinggi badan dengan alat ukur yang
terstandar.
Penimbangan dilakukan setiap kali ibu hamil
memeriksakan diri, karena hubungannya erat dengan
pertambahan berat badan lahir bayi. Berat badan ibu hamil
16
yang sehat akan bertambah antara 10-16 kg sejak sebelum
hamil.
Tinggi badan hanya diukur pada kunjungan pertama. Ibu
dengan tinggi,145cm perlu diperhatikan kemungkinan panggul
sempit sehingga menyukitkan saat persalinan.
Menilai berat badan sebelum hamil sangat penting dari
segi kesehatan bagi ibu dan bayi. Wanita yang memulai
kehamilan dengan berat badan rendah atau tidak
menunjukkan kenaikan sesuai anjuran berisiko mengalami
kelahiran prematur atau melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah (kurang dari 2,5 kg). Kelahiran prematur bisa memicu
gangguan kesehatan bahkan menyebabkan kematian jika
bayi lahir terlalu dini. Bayi juga berisiko membawa penyakit
yang sudah diprogram sejak dalam kandungan, misalnya
hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan penyakit jantung
koroner. Wanita hamil yang kekurangan zat gizi kunci
berpotensi melahirkan bayi dengan cacat bawaan yang
serius. Sebagai contoh, jika pola makan Anda tidak
mencukupi kebutuhan minimal 400 mcg asam folat, risiko bayi
lahir dengan neural tube defect (cacat tabung saraf)
meningkat. Sebaiknya wanita yang kekurangan berat badan
mengonsumsi makanan yang kaya vitamin dan zat gizi lain
yang juga mengandung lemak sehat.Untuk menambah kalori,
cara sederhananya adalah menambah frekuensi makan
menjadi 4-6 kali sehari atau memilih menu yang padat kalori
hingga pertambahan berat badan yang dianjurkan dapat
tercapai.
17
2) Mengukur Tekanan Darah dengan prosedur yang benar.
Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin
dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini terhadap
terjadinya tiga gejala preeklamsi. Tekanan darah tinggi ,
protein urin positif , pandangan mata kabur atau odema pada
ekstremitas. Apabila tekanan darah mengalami kenaikan 15
mmHg dalam dua kali pengukuran dengan jarak 1 jam atau
tekanan darah >140/90 mmHg , maka ibu hamil mengalami
preeklamsi. Apabila preeklamsi tidak dapat diatasi maka akan
menjadi eklamsi.
3) Mengukur Tinggi Fundus Uteridengan prosedur yang benar.
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan secara rutin
untuk mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin.
Indikator pertumbuhan janin intrauterin, tinggi fundus uteri
juga dapat digunakan untuk mendeteksi terhadap terjadinya
molahidatidosa, janin ganda atau hidramnion.
4) Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT)lengakap (sesuai
jadwal).
Menurut Depkes(2010) ,pemberian imunisasi TT untuk
mecegah terjadinya penyakit tetanus.
Tabel 1 Waktu Imunisasi TT
Antigen Interval
(selang waktu minimal)
Lama
Perlindungan
%
perlindungan
TT1 Pada kunjungan ANC pertama -
TT2 4 mg setelah TT1 3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1tahun setelah TT4 25 tahun 99
18
5) Pemberian Tablet Tambah Darahminimal 90 tablet selama
kehamilan.
Pemberian tablet tambah darah dimulai setelah rasa mual
hilang. Satu tablet setiap hari, minimal 90 tablet. Tablet besi
sebaiknya tidak diminum bersama kopi, teh karena dapat
mengganggu penyerapan.
6) Tes laboratorium(rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan
hemoglobin, protein urine, gula darah, dan hepatitis B.
Pemeriksaan dilakukan khusus di daerah prevelensi tinggi
dan atu kelompok terhadap HIV, sifilis, malaria,tubercolusis,
cacingan dan thalasemia.
7) Temu wicara (konseling)
Memberikan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan seperti
perawatan diri selama hamil, perawatan payudara, gizi ibu
hamil, tanda-tanda bahaya kehamilan dan janin sehingga ibu
dan keluarga dapat segera mengambil keputusan dalam
perawatan selanjutnya dan mendengarkan keluhan yang
disampaikan.
8) Teknik Senam Hamil
Senam hamil prenatal merupakan terapi latihan gerak yang
diberikan pada ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya, baik
persiapan fisik maupun mental untuk mengahadapi dan
mempersiapkan persalinan yang tepat, aman dan spontan.
9) Teknik Perawatan Payudara
Perawatan payudara dilakukan sejak awal kehamilan untuk
persiapan kelancaran pemberian ASI.
19
10) Test Urine Reduksi
Pemeriksaan ini merupakan cara efektif apabila ibu hamil
mempunyai indikasi penyakit diabetes militus, gestasional.
11) Tes Protein Urine
Merujuk bahwa persiapan rutin protein urine merupakan
cara efektif untuk mendeteksi pre eklamsi.
12) Test Hb
(a) Hb 11 gr % : tidak anemia
(b) Hb 9 gr % - 10 gr % : anemia ringan
(c) Hb 7 gr % - 8 gr % : anemia sedang
(d) Hb < 7 gr % : anemia berat
13) Tes TPHA
Treponema Pallidium Him Aglutinasi Tes ini adalah tes
darah yang dilakukan untuk penyakit kelamin “sipilis”.
14) Tes Yodium
Tes ini dilakukan untuk mengetahui apabila ibu
kekurangan yodium. Sehingga nanti dapat di ketahui adanya
penyakit gondok atau tidak.
2.1.1. Konsep Dasar Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Menurut Sondakh (2013)persalinan adalah proses pengeluaran
hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau hampir
cukup bulan dan dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lahir lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri)
Menurut Prawirohardjo (2011)persalinan adalah proses membuka
dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan
20
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin
Menurut Sulistyawati (2010), persalinan adalah proses dimana
bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan
dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi dikeluarkan
sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang
nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk
melahirkan bayi.
2. Sebab – Sebab Mulainya Persalinan.
Menurut Indrayani (2012), hal yang menjadi penyebab mulainya
persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-
teori yang kompleks. Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang
dominan saat hamil yaitu :
a. Estrogen
1) Meningkatkan sensitivitas otot rahim.
2) Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, serta
rangsangan mekanis.
b. Progesteron
1) Menurunkan sensitivitas otot rahim.
21
2) Menyulitkan penerimaan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, rangsangan prostaglandin, serta rangsangan
mekanis.
3) Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Estrogen dan progesteron harus berada dalam kondisi
keseimbangan sehingga kehamilan dapat dipertahankan.
Perubahan keseimbangan kedua hormon tersebut menyebabkan
oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis pars posterior dapat
menimbulkan kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks
akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan, oleh
karena itu semakin tua kehamilan, frekuensi kontraksi semakin
sering.
3. Tanda dan Gejala Inpartu
Menurut Badriah, dkk ( 2012), tanda dan gejala inpartu antara lain :
a. Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan
teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak
karena robekan kecil pada serviks.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah
ada.
e. Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit).
22
4. Mekanisme persalinan normal
Menurut Sulistyawati(2010) mekanisme persalinan terbagi dalam
beberapa tahap pergerakan janin di dasar panggul yang diikuti oleh
lahirnya seluruh badan bayi :
a. Descent (penurunan) : terjadi karena adanya kontraksi yang efektif,
posisi, serta kekuatan meneran dari pasien.
b. Engagement (penguncian) : diameter biparietal janin telah melalui
lubang masuk panggul pasien.
c. Fleksi : Pada fleksi ukuran kepala yang melalui jalan lahir kecil,
karena diameter fronto occopito di gantikan diameter suboccipito.
d. Internal rotation (Putar paksi dalam) : rotasi penuh akan terjadi
ketika kepala sudah sampai didasar panggul atau segera setelah
itu.
e. Extensition (ekstensi) : kepala dengan posisi oksiput posterior,
bagaian leher belakang di bawah simpisis pubis. Kontraksi uterus
akan memberikan tekanan tambahan dikepala yang menyebabkan
ekstensi tetap lanjut saat lubang vagina membuka lebar.
f. Restitusi : putaran sebesar 45 derajat baik ke kanan atau ke kiri
mengikuti perputaran menuju posisi oksiput anterior.
g. External rotation (putar paksi luar) : pada saat kepala janin
mencapai pada dasar panggul, bahu akan berputar kerarah yang
sama dengan kepala. Bahu anterior akan akan terlihat pada lubang
vagina yang akan bergeser di bawah simpisis pubis.
h. Lahirnya bahu dan seluruh anggota badan badan bayi.
23
Gambar 2 Mekanisme Persalinan
5. Tahapan Persalinan
Menurut Rukmawati,dkk (2012) tahapan persalinan dibagi menjadi 4 yaitu :
a. Kala I (kala pembukaan)
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
1) Fase laten yaitu dimana pembukaan serviks berlangsung lambat
dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung
dalam 7- 8 jam.
2) Fase aktif (pembukaan serviks 4 - 10 cm) yaitu berlangsung selama 6
jam dan dibagi dalam 3 subfase.
a) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam
pembukaan jadi 10 cm ataulengkap.
24
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali
atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih) dan terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan pada
primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2cm/jam.
Menurut Nanda (2015) ,pada fase proses persalinan akan
mengalami rasa nyeri. Salah satu tindakan untuk mengatasinya
adalah melakukan relaksasi hypnobirthing.Hypnobirthing merupakan
teknik untuk mencapai relaksasi yang mendalam, pola pernafasan
lambat, focus, tenang dan dalam keadaan sadar penuh. Semua itu
didasari dengan pengendalian pikiran yang negative yang dapat
membuat tubuh menjadi sakit serta lebih mengembangkan pikiran
yang positif dan akan berdampak positif juga bagi tubuh. Persalinan
dengan metode hypnobirthing harus berfokus untuk menghilangkan
sindrom ketakutan, ketegangan, nyeri, bersemangat dan siap
menyongsong persalinan yang normal alami dalam keadaan sadar
dan terjaga, serta bebas dari rasa takut dan nyeri yang
ditimbulkannya. Rasa takut membuat pembuluh dan arteri yang
mengarah ke rahim berkontraksi dan menegang, sehingga
menimbulkan rasa sakit (nyeri). Kalau tanpa adanya rasa takut, otot-
otot melemas dan melentur, servik (leher rahim) dapat menipis dan
membuka secara alami sewaktu tubuh berdenyut secara berirama
dan mendorong bayi dengan mudah sehingga membuat persalinan
berlangsung secara lancar relative cepat dengan keluhan nyeri yang
sangat minimal.
25
Menurut Rukmawati dkk (2012)
Tabel 2 Perbedaan pembukaan serviks pada primi dan multi Primigravida Multigravida
Servik mendatar (effacement) dulu, baru berdilatasi.
Mendatar dan membuka dapat terjadi bersamaan.
Berlangsung 13-14 jam. Berlngsung 6-7 jam.
Menurut Rukmawati dkk(2012)
Tabel 3 Frekuensi penilaian dalam persalinan normal
Parameter
Frekuensipada fase laten
Frekuensi pada fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit
Denyut jantung janin Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Perubahan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam
b. Kala II (kala pengeluaran janin)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara
berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.
Tanda dan gejala kala II
1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.
2) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
3) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau
vagina.
4) Perineum terlihat menonjol.
5) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
6) Peningkatan pengeluaran lendir darah.
c. Kala III (kala pengeluaran plasenta)
26
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
1) Fase pelepasan plasenta
Mekanisme pelepasan plasenta terdiri atas:
a) Schultze
Plasenta terlepas dari satu titik dan merosot ke vagina
melalui lubang dalam kantong amnion, permukaan fetal
plasenta muncul pada vulva dengan selaput ketuban yang
mengikuti di belakang seperti payung terbalik saat terkelupas
dari dinding uterus. Permukaan maternal plasenta tidak terlihat
dan bekuan darah berada dalam kantong yang terbalik,
kontraksi dan retraksi otot uterus yang menimbulkan
pemisahan plasenta juga menekan pembuluh darah dengan
kuat dan mengontrol perdarahan.
b) Matthews Duncan
Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk ke
vulva dengan pembatas lateral terlebih dahulu seperti kancing
yang memasuki lubang baju, bagian plasenta tidak berada
dalam kantong.
2) Fase pengeluaran plasenta
a) Kustner yaitu dengan meletakkan tangan disertai tekanan
pada / di atas simfisis, tali pusat ditegangkan, maka bila tali
pusat masuk berarti plasenta belum lepas, tetapi bila diam
atau maju berarti plasenta sudah lepas.
27
b) Klein yaitu sewaktu ada his, rahim didorong sedikit, bila tali
pusat kembali berarti plasenta belum lepas, tetapi bila
diam atau turun berarti plasenta sudah lepas.
c) Strassman yaitu tegangkan pada pusat dan ketok pada
fundus, bila tali pusat bergetar berarti plasenta belum
lepas, tetapi bila tidak bergetar berarti plasenta sudah
lepas.
3) Tanda Pelepasan Plasenta
a) Bentuk uterus berubah menjadi globuler dan terjadi
perubahan tinggi fundus.
b) Tali pusat memanjang.
c) Semburan darah tiba-tiba.
4) Manajemen Aktif Kala III
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat
waktu setiap kala, mencegah perdarahan, dan mengurangi
kehilangan darah kala III persalinan jika dibandingkan kala III
fisiologis.
a) Manajemen aktif kala III terdiri atas tiga langkah utama,
yaitu:
(1) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama
setelahbayi lahir.
(2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT).
(3) Masase fundus uteri
28
d. IV (kala pengawasan)
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam
setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala
IV.
1) Tingkat kesadaran.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, dan
pernapasan.
3) Kontraksi uterus.
4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih
normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
Lamanya persalinan pada primi dan multi adalah:
Tabel 4 perbedaan Lama persalinan pada primi dan multi
Kala
Primi
Multi
I 13 jam 7 jam
II 1 jam ½ jam
III ½ jam ¼ jam
Lama persalinan 14 ½ jam 7 ¾ jam
(Rukmawati dkk, 2012)
Asuhan dan pemantauan pada kala IV adalah sebagai berikut :
a. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30
menit selam jam kedua.
b. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan tiap 15
menit pada jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua.
c. Anjurkan ibu minum untuk mencegag terjadinya dehidrasi. Tawarkan
ibu untuk makan atau minum yang disukainya.
d. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian yang bersih dan
kering.
e. Biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan
bayinya, bantu ibu pada posisi yang nyaman.
29
f. Biarkan bayi berada di dekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu
dan bayi.
g. Bayi sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat tepat
untuk memulai memberikan ASI. Menyusui juga dapat membantu
proses kontraksi uterus.
h. Jika perlu ke kamar mandi, saat ibu dapat bangun, pastikan ibu
dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah
persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil tiga jam pasca
persalinan .
i. Ajarkan ibu dan keluarga mengenai hal-hal berikut.
1) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi.
2) Tanda-tanda bahaya pada ibu dan bayi
6. Posisi Persalinan
Menurut Sulistyawati (2013)
Tabel 5 Posisi Meneran dan Keuntungannya Posisi
Meneran
Keuntungannya Gambar
Jongkok Memaksimalkan sudaut dalam
lengkungan carus yang
memungkinkan bahu turun ke
panggul dan bukan terhalang
(macet) diatas simfisis pubis.
30
Setengah
Duduk
Membantu dalam
penurunan janin dengan
kerja gravitasi,
menurunkan janin ke
panggul dan terus ke
dasar panggul
Lebih mudah bagi bidan
untuk membimbing
kelahiran kepala bayi dan
mengamati/mensupport
perineum.
Berdiri Pasien bisa lebih mudah
mengosongkan kandung
kemihnya dan kandung
kemih yang kosong akan
memudahkan penurunan
kepala.
Memperbesar ukuran
panggul, menambah 28%
ruang outletnya.
Merangkak Membantu kesehatan
janin dalam penurunan
lebih dalam ke panggul.
Baik dengan persalinan
dengan punggung yang
sakit
Membantu janin dalam
melakukan rotasi.
Peregangan minimal
pada perineum.
31
Miring ke Kiri Oksigenasi janin
maksimalkarena dengan
miring kiri sirkulasi darah
ibu ke janin menjadi lebih
lancar.
Memberi rasa santai bagi
ibu yang letih
Mencegah terjadinya
laserasi.
7. Partograf
Menurut Indrayani, dkk (2012) partograf adalah alat yang dipakai
untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan
dalam mengambil keputusan dalam pelaksanaan.
Pada Fase aktif (Pembukaan 4) petugas harus mencatat kondisi ibu
dan janin sebagai berikut :
a. DJJ tiap 30 menit (normalnya 120-160 x/menit)
b. Warna dan adanya air ketuban
U : Ketuban utuh
J : Ketuban pecah dan jernih
D : Ketuban pecah dan bercampur darah
M : Ketuban pecah dan bercampur mekonium
K : Ketuban pecah dan tidak ada air ketuban
c. Molase
0 : Sutura terpisah
1 : Sutura (pertemuan 2 tulang tengkorak)
2 : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
3 : Sutura tumpang tindih tetapi tidak dapat diperbaiki
32
d. Pembukaan serviks
Dinilai setiap 4 jam dan diberi nilai (x)
e. Penurunan
Mengacu pada bagian kepala yang teraba diatas sympisis pubis.
f. Jam : catat jam yang sesungguhnya.
g. Waktu :menyatakan berapa jam waktu yang dijalani sesudah pasien
diterima.
h. Kontraksi uterus, catat setiap 30 menit. Lakukan palpasi untuk
menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-
tiap kontraksi dalam hitungan detik :
1) Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi
yang lamanya <20 detik.
2) Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya 20-40 detik.
3) Isi penuh di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi
yang lamanya >40 detik.
i. Nadi dicatat setiap 30 menit
j. Tekanan darah dicatat setiap 4 jam
k. Suhu badan dicatat setiap 2 jam.
l. Protein, aseton, dan volume urin dicatat setiap 2 jam
2.1.3 Konsep Dasar Masa Nifas
1. Pengertian Masa Nifas.
Menurut Sarwono (2011) Dalam bahasa latin waktu tertentu setelah
melahirkan anak disebut puerpurium yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan
parous yang artinya melahirkan, jadi puerpurium berarti masa setelah melahirkan
bayi.
33
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas
yaitu 6-8 minggu
Masa nifas (puerpurium) di mulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu.
2. Tahapan Masa Nifas
Menurut Yanti,dkk (2011) tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.
b. Puerperium Intermediate
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih enam minggu.
c. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu
persalinan mengalami komplikasi.
3. Adaptasi Psikologis Masa Nifas
Menurut Sundawati, dkk (2011), dalam menjalani adaptasi setelah
melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
a. Fase taking in
Yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu ibu focus pada
dirinya sendiri. Pengalaman selama persalinan berulang kali
diceritakan dan ibu cenderung pasif terhadap lingkungannya. Disini
ibu memerlukan perhatin khusus dari suami dan keluarga untuk
melewati fase ini dengan baik.
34
b. Fase taking hold
Berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Fase ini ibu
khawatir tidak mampu merawat bayinya. Ibu sangat sensitive
sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga kita
perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu.
Fase ini ibu memerlukan dukungan dan saat ini kesempatan yang
baik untuk menerim berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan
bayinya sehingga timbul rasa percaya diri.
c. Fase letting go
Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah bisa
menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta percaya dirinya
sudah meningkat.
4. Kebijakan Kunjungan Masa Nifas
Menurut Yanti, dkk(2011), paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas
dilakukan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-
masalah yang terjadi
Menurut Sundawati, dkk (2011)
Tabel 6 Kebijakan Kunjungan Masa Nifas Kunjungan Waktu Tujuan
1
6-8 jam setelah persalinan
1. Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk jika perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal 5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir 6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hypothermi 7. Jika petugas kesehatan menolong
persalinan ia harus tinggal dengan ibu dan
35
bayi lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan baik.
2
6 hari setelah persalinan
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam 3. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit 5. Memberikan konseling pada ibu tentang
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3 2minggu setelah persalinan
Sama seperti asuhan 6 hari setelah persalinan
4 6minggu setelah persalinan
1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu alami
2. Memberikan konseling KB secara dini
5. Perubahan Fisilogis Masa Nifas
Menurut Sundawati, dkk(2011) perubahan fisiologis masa nifas yaitu :
a. Perubahan Sistem Reproduksi
Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus uteri yang
berkontraksi tersebut terletak sedikit di bawah umbilikus. Dua hari
setelah pelahiran, uterus mulai mengalami pengerutan hingga kembali
ke ukuran sebelum hamil yaitu 100g atau kurang, uterus dalam
keseluruhannya disebut involusi uteri(Cunningham, 2014).
Menurut Yanti, dkk (2011)
Tabel 7 tinggi fundus uteri pada masa nifas Involusi Uterus Tinggi Fundus Uteri Berat
Uterus
Diameter
Uterus
Palpasi
cervik
Plasenta Lahir Setinggi Pusat 1000 gram 12,5 cm Lembut/lunak
7 hari
(minggu 1)
Pertengahan antara
pusat shympisis
500 gram 7,5 cm 2 cm
14 hari
(2 minngu)
Tidak teraba 350 gram 5 cm 1 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit
36
Selain uterus, serviks juga mengalami involusi bersamaan dengan
uterus, hingga 6 minggu setelah persalinan serviks menutup
(Trisnawati, 2012).
Pada masa nifas dari jalan lahir ibu mengeluarkan cairan
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus (Lochia). Lochia berbau amis atau anyir dengan volume yang
berbeda-beda pada setiap wanita . Pengeluaran lochia berlangsung
pada hari pertama setelah persalinan hingga 6 minggu setelah
persalinan dan mengalami perubahan warna serta jumlahnya karena
proses involusi (Mansyur, 2014).
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi
menjadi 4 jenis:
1) Lochia rubra, lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga
masa postpartum, warnanya merah karena berisi darah segar dari
jaringan sisa-sisa plasenta.
2) Lochia sanginolenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari
keempat sampai hari ketujuh.
3) Lochia serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari
keempat belas dan berwarna kuning kecoklatan.
4) Lochia alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu
postpartum (Marmi, 2012 dan Mansyur, 2014).
a. Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini
terjadi karena pada waktu melahirkan sistem pencernaan mendapat
tekanan menyebabkan kolon menjadi kosong, kurang makan, dan
laserasi jalan lahir (Trisnawati, 2012).
a. Sistem Perkemihan
37
Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah
melahirkan sebagai respon terhadap penurunan estrogen.
Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli
sesudah bagian ini mengalami tekanan kepala janin selama persalinan.
Protein dapat muncul di dalam urine akibat perubahan otolitik di dalam
uterus (Rukiyah, 2010).
b. Sistem Muskuloskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali (Mansyur, 2014).
c. Sistem Hematologi
Selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah
sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada
kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan
hemoglobin pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal
dalam 4-5 minggu postpartum (Trisnawati, 2012).
d. Sistem Endokrin
Human Choirionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat
dan menetap sampai 10 % dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum
(Mansyur, 2014).
e. Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan volume darah ibu relatif akan bertambah.
Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat
menimbulkan decompensation cordia pada penderita vitum cordia
(Rukiyah, 2010).
38
f. Tanda-tanda Vital
Pada ibu masa nifas terjadi peerubahan tanda-tanda vital,
meliputi:
1) Suhu tubuh
Setelah 24 jam melahirkan subu badan naik sedikit (37,50C-
380C) sebagai dampak dari kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan yang berlebihan dan kelelahan (Trisnawati,2012).
2) Nadi
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat dari
denyut nadi normal orang dewasa (60-80x/menit).
3) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan bila tekanan darah tinggi
atau rendah karena terjadi kelainan seperti perdarahan dan
preeklamsia (Mansyur, 2014).
4) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16-24 kali
per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau
normal. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih
cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok (Rukiyah, 2010).
6. Asuhan Ibu Selama Masa Nifas
a. Anjurkan ibu untuk melakukan kontrol/kunjungan masa nifas
setidaknya 4 kali yaitu:
1) 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang)
2) 6 hari setelah persalinan
3) 2 minggu setelah persalinan
4) 6 minggu setelah persalinan
39
b. Periksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi perineum,
tanda infeksi, kontraksi uterus, tinggi fundus, dan temperatur secara
rutin
c. Nilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala,
rasa lelah, dan nyeri punggung.
d. Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan
yang didapatkannya dari keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk
perawatan bayinya
e. Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah
f. Lengkapi vaksinasi tetanus toksoid bila diperlukan
g. Minta ibu segera menghubungi tenaga kesehatan bila ibu
menemukan salah satu tanda berikut:
1) Perdarahan berlebihan
2) Sekret vagina berbau
3) Demam
4) Nyeri perut berat
5) Kelelahan atau sesak
6) Bengkak di tangan, wajah, tungkai, atau sakit kepala atau
pandangan kabur
7) Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan
putting
h. Berikan informasi tentang perlunya melakukan hal-hal berikut:
1) Kebersihan diri
2) Membersihkan daerah vulva dari depan ke belakang setelah
buang air kecil atau besar dengan sabun dan air
3) Mengganti pembalut dua kali sehari
40
4) Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin
5) Menghindari menyentuh daerah luka episiotomi atau laserasi.
i. Istirahat
Beristirahat yang cukup
j. Kembali melakukan rutinitas rumah tangga secara bertahap
k. Latihan
l. Gizi
m. Menyusui dan merawat payudara
n. Senggama
Senggama aman dilakukan setelah darah tidak keluar dan ibu tidak
merasa nyeri ketika memasukan jari ke dalam vagina. Keputusan
bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
o. Kontrasepsi dan keluarga berencana
Jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya kontrasepsi dan keluarga
berencana setelah bersalin.
2.1.4 Konsep Dasar BBL
1. Pengertian BBL
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu
yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta
harus dapat melakukan penyesuian diri dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ektsrauterine.
Menurut Marmi (2012), Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi
yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0 – 28 hari. BBL
memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi
(menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstra
41
uterine) dan toleransi bagi BBL untuk memerlukan kehidupan yang baik.
Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu
dengan berat badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang badan sekitar
50-55 cm (Sondakh, 2013).
2. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir
Menurut Marmi (2012), ciri-ciri bayi baru lahir antara lain :
a. Lahir aterm antara 37-42 minggu
b. Berat badan 2.500-4.000 gram
c. Panjang badan 48-52 cm
d. Lingkar dada 30-38 cm
e. Lingkar kepala 33-35 cm
f. Lingkar lengan 11-12 cm
g. Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit
h. Pernapasan ± 40-60x/menit
i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna
k. Kuku agak panjang dan lemas
l. Nilai APGAR >7
m. Gerak aktif
n. Bayi lahir langsung menangis kuat
o. Refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada
pipi dan daerh mulut ) sudah terbentuk dengan baik
p. Refleks sucking ( isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik
q. Refleksmorro (gerakan memeluk bila dikagetkan )sudah terbentuk
dengan baik
r. Refleksgrasping (menggenggam )sudah baik
42
s. Genetalia
1) Pada laki –laki kematangan ditandai dengan testis yang berada
pada skrotum dan penis yang berlubang
2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra
yang berlubang ,serta adanya labia minora dan mayora .
t. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24
jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.
3. Hal – Hal yang dilakukan pada Bayi Baru Lahir
Menghisap lendir dan merangsang pernafasan sekaligus menilai
Apgar Score, tujuan menghisap lendir adalah saluran pernafasan bebas
dari sumbatan kotoran sehingga pasien dapat bernapas secara normal.
Menurut Indrayani (2012).
Tabel 8 Apgar Score Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2
Appearance (warna kulit )
Pucat / biru seluruh tubuh
Tubuh merah ekstermitas
Biru
Seluruh tubuh kemerahan
Pulse (denyut jantung )
Tidak ada <100 >100
Grimace (tonus otot )
Tidak ada Ekstermitas sedikit fleksi
Gerakan aktif
Activity ( aktivitas )
Tidak ada Sedikit gerak Langsung menangis
Respiration ( pernapasan )
Tidak ada Lemah /tidak teratur
Menangis
Klasifikasi :
1) Nilai 1-3 asfiksia berat
2) Nilai 4-6 asfiksia sedang
3) Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal )
a. Mengeringkan badan bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan
kain yang halus atau handuk.
43
b. Memotong dan mengikat tali pusat dan memperhatikan teknik aseptic
dan antiseptic, agar tidak terjadi infeksi tali pusat dipotong dengan
menggunakan gunting steril.
4. Reflek Bayi Baru Lahir
Menurut Marmi (2012), reflek bayi baru lahir antara lain :
a. Refleks glabella
merupakan respon terhadap cahaya terang yang mengindikasikan
normalnya saraf optik.
b. Refleks rooting
Merupakan reflek bayi yang membuka mulut atau mencari putting susu
saat akan menyusui
c. Refleks sucking ,yaitu yang dilihat pada waktu bayi menyusui.
d. Refleks tonick neck
Letakkan bayi dalam posisi terlentang ,putar kepala ke satu sisi
dengan badan ditahan ,ekstermitas terektensi pada sisi kepala yang
diputar ,terapi ekstermitas pada sisi lain fleksi .Pada keadaan normal
bayi akan berusaha untuk mengembalikan kepala ketika diputar ke
sisi pengujian saraf asesori.
e. Refleks grasping
Normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat saat pemeriksaan
meletakkan jari telunjuk pada palmar yang ditekan dengan kuat.
f. Refleks moro
Tangan pemeriksa menyangga pada punggung dengan posisi 45
derajat dalam keadaan rileks. Kepala dijatuhkan 10 derajat .Normalnya
akan terjadi abduksisendi bahu dan ekstensi lengan.
g. Walking refleks
44
Bayi akan menunjukan respons berupa gerakan berjalan dan kaki
akan bergantian dari fleksi ke ekstensi.
h. Refleks babinsky
Dengan menggoreskan telapak kaki ,dimulai dari tumit lalu goresan
pada sisi lateral telapak kaki kearah atas kemudian gerakkan jari
sepanjang telapak kaki.
5. Penatalaksanaan Awal Bayi Baru Lahir
Menurut Marmi (2012) penatalaksanaan awal bayi baru lahir antara :
a. Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi saat melakukan
penanganan bayi baru lahir, pastikan untuk melakukan tindakan
pencegahan infeksi berikut :
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
2) Pakai sarung tangan bersih
3) Pastikan bahwa semua peralatan termasuk klem, gunting dan
benang tali pusat telah diinfeksi tingkat tinggi (steril)
4) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut, serta kain untuk bayi
telah dalam keadaan bersih.
5) Pastikan bahwa timbangan, pita pengukur, temperature,
stetoskop dan benda-benda yang akan bersentuhan dengan bayi
telah dalam keadaan bersih.
b. Pencegahan Kehilangan Panas
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperature tubuhnya secara
memadai dan dapat dengan cepat mengalami kedinginan jika
kehilangan panas tidak segera dicegah. Jika bayi dalam keadaan
45
basah atau tidak diselimuti mungkin akan mengalami hipotermi
meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat.
Mekanisme kehilangan panas :
1) Evaporasi adalah cara kehilangan panas pada tubuh bayi yang
terjadi karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh
bayi yang tidak cepat dikeringkan atau setelah bayi dimandikan.
2) Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
3) Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi
terpapar
dengan udara sekitar yang telah dingin.
4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi
ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperature tubuh.
Mencegah kehilangan panas :
1) Keringkan bayi secara seksama
2) Selimuti bayi dengan selimut/kain bersih, kering dan hangat.
3) Tutup bagian kepala bayi.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
5) Jangan segera memandikan bayi baru lahir.
6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
6. Penanganan Bayi Baru Lahir
Menurut Marmi (2012) tujuan utama perawatan bayi segera sesudah
lahir adalah :
a. Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan setelah lahir. Apabila bayi
tidak langsung menangis penolong segera memberikan jalan nafas
dengan cara sebagai berikut :
46
1) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
2) Gulung kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih
lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit
tengadah kebelakang.
3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tengan yang membungkus dengan kassa steril.
4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain kering. Dengan rangsangan ini biasanya bayi
segera menangis.
b. Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat dipotong 2-3 cm dari dinding perut bayi dengan
menggunakan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril, tali
pusat dibersihkan dan dirawat dengan kassa steril.
c. Mempertahankan suhu tubuh
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membantunya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat
setelah IMD, suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan
tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil, suhu
bayi harus dicatat.
d. IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
1) Pengertian IMD
Inisiasi Menyusu dini (early initiation) adalah permulaan
kegiatan menyusu dalam 1 jam pertama setelah bayo lahir. Bayi
menyusu pada ibunya, bukan disusui ibunya ketika baru saja lahir,
yang dapat diartikan sebagai cara bayi menyusu 1 jam pertama
47
setelah lahir dengan usaha sendiri bukan disusui. Cara bayi
melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan “the breast crawl”
atau merangkak mencari payudara (Astuti, S., dkk. 2015).
2) Tahapan Perilaku Bayi Sebelum Menyusui
menurut Astuti, S., dkk (2015) untuk mencari payudara, bayi
merangkak melalui beberapa tahapan, yaitu:
a) Dalam menit pertama : istirahat siaga, sekali-kali melihat
ibunya, menyesuaikan dengan lingkungannya.
b) 30 - 40 menit : mengeluarkan suara, gerakan menghisap,
memasukan tangan ke mulut.
c) Mengeluarkan air liur
d) Kaki menekan-nekan perut ibu untuk bergerak kearah
payudara.
e) Menjilat-jilat kulit ibu, menyentuh puting susu dan tangannya
f) Menghentakan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri
g) Menemukan puting, menjilat, mengulum puting susu.
h) Membuka mulut lebar dan melekat dengan baik serta
menghisap dengan kuat pada puting susu ibu.
3) Manfaat IMD menurut Astuti, S., dkk (2015) :
a) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat.
b) Ibu dan bayi merasa tenang.
c) Bayi memperoleh bakteri yang tidak berbahaya (bakteri baik)
dari ASI.
d) Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), yaitu cairan
berharga yang kaya antibody (zat kekebalan tubuh) dan factor
pertumbuhan sel usus.
48
e) Antibodi dalam ASI penting untuk ketahanan terhadap infeksi,
sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi.
f) Bayi yang menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI
Eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
g) Pada menit-menit ketika bayi merayap diperut dan dada
ibunya, bayi mulai mengecap-ngecapkan bibir dan menjilat
permukaan kulit ibunya sebelum ia berhasil menghisap
putting, ini merupakan cara alami bayi untuk mengumpulkan
bakteri yang ia perlukan untuk membangun sistem kekebalan
tubuhnya layaknya suatu imunisasi alami.
h) Memelihara kemampuan untuk mempertahankan diri
(survival).
i) Sentuhan, emutan, jilatan pada puling merangsang
pengeluaran hormon oksitosin, penting untuk :
1. Kontraksi rahim, membantu mengurangi pendarahan.
2. Merangsang hormon lain membuat ibu tenang, rileks,
mencintai bayinya, lebih kuat menahan sakit atau nyeri dan
menimbulkanrasa suka cita atau bahagia.
3. Merangsang pengeluaran ASI
7. Tanda-Tanda Bahaya Pada Bayi
Menurut Marmi dan Rahardjo (2012), tanda-tanda bahaya bayi
dibagi menjadi dua yaitu:
a. Tanda – tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu yaitu :
1) Pemberian ASI sulit, sulit menghisap, atau hisapan lemah.
2) Kesulitan bernafas, yaitu pernafasan cepat >60/menit atau
menggunakan otot nafas tambahan.
3) Letargi, bayi terus-menerus tidur tanpa bangun untuk makan.
49
4) Warna abnormal kulit atau bibir biru (sianosis) dan bayi sangat
kuning.
5) Suhu terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermia).
6) Tanda dan prilaku abnormal atau tidak biasa.
7) Gangguan gastrointestinal, misalnya tidak bertinja selama 3 hari
pertama setelah lahir, muntah terus menerus, muntah dan perut
bengkah, tinja hijau tua atau berdarah atau lender.Mata bengkak
atau mengeluarkan cairan.
b. Tanda tanda bahaya yang harus di waspadai pada bayi baru lahir:
1) Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit.
2) Kehangatan terlalu panas >38° C atau terlalu dingin <36° C.
3) Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat,
memar.
4) Pemberian makan, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah.
5) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk,
pernafasan sulit.
6) Tinja atau kemih-tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering,
hijau tua, ada lender dan darah pada tinja.
7) Aktivitas-mengigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah
tersinggung, lemas, tidak mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus,
tidak bisa tenang, menangis terus menerus.
8. Pemeriksaan Fisik ( Head to toe )
1) Kepala
Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, moulase, caput
succedaneum, cepal haematoma, hidro cefalus, rambut, meliputi
:jumlah, warna dan adanya lanugo pada bahu dan punggung.
50
2) Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak
asimetris karena posisi bayi di intrauteri. Perhatikan kelainan khas
seperti syndrome down atau syndrome piere robin. Perhatikan
wajah akibat trauma lahir seperti laserasi.
3) Mata
Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran, epicathus) dan
kesimetrisan, kekeruhan kornea, katarak kongenital, trauma,
keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, penderahan
subkonjungtiva.
4) Telinga
Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak dihubungkan
dengan mata dan kepala serta adanya gangguan pendengaran.
5) Hidung
Pola pernafasan dan kebersihan.
6) Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah, lidah,
bercak putih pada gusi, refleks menghisap adakah labio/palatokisis
, oral crush, sianosis.
7) Leher
Adakah pembengkakkan atau benjolan, tanda abnormalitas
kromosom lain.
8) Lengan tangan
Adakah fraktur klafikula, gerakan, jumlah jari.
9) Dada
Bentuk dan kelainan bentuk dada, putting susu, gangguan
pernafasan, auskultasi bunyi jantung dan pernafasan.
51
10) Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, pendarahan
tali pusat, jumlah pembuluh darah pada tali pusat,dinding perut
dan adanya benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk
simetris /tidak, palpasi hati, ginjal.
11) Genetalia
Kelamin laki-laki : panjang penis, testis sudah turun, berada
dalam skrotum. Kelamin perempuan: labia mayoradan labia
minora, klitoris orifisium vagina, orifisium uretra, secret dll.
12) Tungkai dan Kaki
Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah jari, pergerakan.
13) Anus
Berlubang/tidak, posisi, fungsi spingter ani, adanya atresia
ani, meconium plug syndrom, megacolon.
14) Punggung
Bayi tengkurap, raba kurvatura kolomna vertebralis, scoliosis,
pembengkakan, spina difida, dll
15) Pemeriksaan kulit
Verniks caseosa, lanugo, warna, bercak, tanda lahir.
16) Reflek
Berkedip, babinski, merangkak, menari/melangkah, menghisap
17) Antropometri
Berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
lengan.
18) Eliminasi
Bayi baru lahir normal biasanya kencing lebih dari 6 kali per
hari. Bayi baru lahir normal biasanya berak cair 6-8 kali per hari.
52
Dicurigai diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau
mengandung lendir ataupun darah. Pendarahan vagina pada bayi
baru lahir dapat terjadi selama beberapa hari pada minggu
pertama kehidupan dan hal ini dianggap normal
9.Imunisasi
Pada daerah resiko tinggi infieksi tuberkolosis, imunisasi BCG
harus diberikan pada bayi segera setelah lahir . Pemberian dosis
pertama tetesan polio dianjurkan pada bayi segera setelah lahir atau
pada umur 2 minggu . Maksud pemberian imunisasi polio secara dini
adalah untuk meningkatkan perlindungan awal . Imunisasi hepatitis B
sudah merupakan program nasional, meskipun pelaksanaannya
dilakukan secara bertahap . Pada daerah resiko tinggi, pemberian
imunisasi hepatitis B dianjurkan pada bayi segera setelah lahir
(Marmi,2012)
Menurut Marmi (2012)
Tabel 9 Imunisasi Wajib Umur Vaksin Keterangan
Saat lahir
Hepatitis B-1
1. Hepatitis B -1 harus diberikan dalam waktu12 jam setelah lahir, dilanjutkan ketika bayi berusia 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg- B ibu ,maka dalam waktu 12 jam setelah lahir bayi harus diberikan Hblg 0,5ml bersamaan dengan vaksin HB -1 . Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat dibeikan Hblg 0,5 ml sebelum bayi berusia 7 hari
Polio-0
1. polio-0 diberikan saat kunjungan pertama untuk bayi yang lahir di RB/RS ,polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain )
1 Bulan
Hepatitis B-2
1. HB-2 diberikan saat bayi berusia 1 bulan, interval HB -1 dan HB -2 adalah 1 bulan
2. Bila bayi premature dan HbsAg ibu negative maka imunisasi ditunda sampai bayi berusia
53
2 bulan atau berat badan sudan 2000 gram . 0-2 Bulan
BCG
1. BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila diberikan ketika bayi berusia lebih dari 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu, jika hasl uji negative maka imunisasi BCG dapat diberikan
2 Bulan
DPT-1 1. DPT-1 diberikan ketika bayi berusia lebih dari 6 minggu
Polio -1
1. Polio-1 dapaat diberikan bersamaan dengan DPT-1
2. Interval pemberian polio 2,3,4 tidak kurang dari 4 minggu
3. Vaksin polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio 4 ,lalu dilanjut pada usia 5-6 tahun
4 Bulan
DPT -2
1. DPT-2 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan HiB -2
Polio 2 1. Polio-2 diberikan bersamaan dengan DPT -2
6 Bulan
DPT -3
a. DPT ulangan dapat diberikan 1 tahun setelah imunisasi DPT -3 pada usia 5 tahun b. Dapat diberikan pada anak usia 12 tahun
Polio 3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3
Hepatitis – B
1. Hb-3 diberikan pada saat bayi berusia 6 bulan,untuk mendapatkan respons imun optimal interval HB-2 dan HB – 3 minimal 2 bulan ,tetapi interval erbaiknay 5 bulan
2. Imunisasi ulangan (booster) pada usia 5 tahun tidak diperlukan, idealnya pada usia ini dilakukan pemeriksaan anti HBs
9 Bulan Campak 1. Campak diberikan ketika bayi berusia 9 bulan
2.1.5 Konsep Dasar KB
1. Pengertian KB
Menurut Proverawati (2010), kontrasepsi adalah upaya untuk
mencegah kehamilan. Upaya ini bersifat sementara maupun bersifat
permanent, dan upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara,
alat atau obat-obatan.
Secara umum, menurut cara, alat atau obat-obatan. Secara umum,
menurut cara pelaksanaannya kontrasepsi dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
a. Cara temporer (spacing), yaitu menjarangkan kelahiran selama
beberapa tahun sebelum menjadi hamil lagi.
54
b. Cara permanen (kontrasepsi mantap), yaitu mengakhiri kesuburan
dengan cara mencegah kehamilan secara permanen.
Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejatahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Handayani, 2011).
2. Macam-macam Alat Kontrasepsi
Menurut Mulyani (2013), ada berbagai macam alat kontrasepsi yang
dapat digunakan oleh ibu pasca persalinan. Beberapa jenis kontrasepsi
tersebut antara lain, yaitu:
a. Metode KB NonHormonal
Beberapa metode kontrasepsi nonhormonal dapat digunakan oleh
ibu dalam masa menyusui. Metode ini tidak mengganggu proses laktasi
dan tidak berisiko terhadap tumbuh kembang bayi.
1) Metode Amenore laktasi (MAL)
Metode Amenore laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. MAL dapat
dipakai sebagai kontrasepsi bila: menyusui secara penuh (full breast
feeding), lebih efektif bila pemberian ≥ 8 x sehari, belum haid, umur bayi
(< 6 bulan) efektif sampai 6 bulan. Metode ini bekerja dengan menekan
ovulasi. Pada saat laktasi/ menyusui hormon yang berperan adalah
prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin
meningkat dan hormon gonadrotophin melepaskan hormon penghambat
(inhibitor), hormon penghambat akan mengurangi kadar estrogen,
sehingga tidak terjadi ovulasi (Saifuddin, 2011).
55
2) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan
menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak
terjadi pembuahan. Menurut Mulyani (2013), cara kerja AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim) yakni:
a) Mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR menyebabkan
reaksi toksik untuk sperma sehingga sperma tidak mampu untuk
fertilisasi.
b) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk kedalam tuba fallopi,
mencegah pertemuan sperma dan ovum
c) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavumuteri
d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
b. Metode Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)
1) Tubektomi
Tubektomi (Metode Operatif Wanita/MOW) adalah setiap
tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang
yang bersangkutan tidak bisa mendapatkan keturunan lagi. Cara
kerja tubektomi adalah dengan mengikat dan memotong atau
memasang cincin pada tubafallopi sehingga sperma tidak dapat
bertemu ovum.
2) Vasektomi
Vasektomi adalah tindakan operasi ringan cara mengikat dan
memotong saluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan
air mani tidak mengandung spermatozoa (Nina Siti Mulyani,
dkk.2013). Cara kerja vasektomi adalah Vasektomi merupakan
operasi kecil dan merupakan operasi yang lebih ringan dari pada
56
sunat/khitanan pada pria. Bekas operasi hanya berupa satu luka di
tengah atau luka kecil di kanan kiri kantong zakar (kantung buah
pelir) atau scrotum. Vasektomi berguna untuk menghalangi transport
spermatozoa (sel mani) di pipa-pipa sel mani pria (saluran mani pria).
c. Metode KB Hormonal
Metode kontrasepsi yang sesuai bagi ibu pasca melahirkan yakni
yang berisi progestin saja, sebab progestin tidak mengganggu
produksi ASI serta tumbuh kembang bayi.
1) Mini Pil
Mini Pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon
progesteron dalam dosis rendah. Dosis progestin yang digunakan
0,03-0,05 mg per tablet. Mini pil di minum setiap hari pada saat
yang sama.
Mini pil dibagi dalam 2 jenis yaitu: 1) mini pili dengan isi 28
pil dan mengandung 75 µg noretindron. 2) mini pil dengan isi 35
pil dan mengandung 300-350 µg noretindron.
Cara kerja mini pil adalah
a) menghambat ovulasi, mencegah implantasi.
b) mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi
sperma, dan mencegah mobilitas tuba sehingga transportasi
sperma menjadi terganggu
Kontraindikasi mini pil yaitu:
a) wanita usia tua dengan perdarahan yang tidak diketahui
penyebabnya (lebih dari 35 tahun)
b) wanita di duga hamil, tidak dapat menerima terjadinya
gangguan haid
c) riwayat kehamilan ektopik, riwayat kanker payudara
57
d) wanita pelupa sehingga sering tidak minum pil
e) gangguan tromboemboli aktif
f) ikterus
g) wanita dengan miomauterus
h) riwayat stroke
i) menderita tekanan darah tinggi <180/110 mmHg atau dengan
masalah pembekuan darah
Mini pil memiliki beberapa efek samping, berikut adalah efek
samping yang dapat terjadi beserta penanganannya:
a) Amenorea
Penanganan: memastikan ibu hamil atau tidak, bila tidak
hamil hanya di berikan konseling saja. Bila hamil, menghentikan
penggunaan pil.
b) Spotting
Penanganan: bila menimbulkan masalah, ibu dianjurkan
untuk memilih kontrasepsi lain
KB suntik 3 bulan
KB suntik 3 bulan adalah metode kontrasepsi yang
diberikan secara intramuskular setiap tiga bulan. Terdapat 2
jenis KB suntik 3 bulan yaitu: 1) DMPA
(depoMedroxyProgesterone) yang diberikan tiap 3 bulan
dengan dosis 150 miligram yang disuntik secara intramuskular
2) depo noristerat diberikan tiap 2 bulan dengan dosis 200 mg
nore-trindronenantat.
Cara kerja metode ini yaitu menghalangi terjadinya ovulasi
dengan menekan pembentukan releasing factor dan
58
hipotalamus, leher serviks bertambah kental sehingga
menghambat penetrasi sperma melalui serviks uteri,
menghambat implantasi ovum dalam endometrium (Nina Siti
Mulyani, dkk.2013).
2) Kontrasepsi Implant
Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi yang dipasang
dibawah kulit. Mengandung levonorgetrel yang dibungkus
dalam kapsul silastic silicon (polydimethylsiloxane).
Cara kerja implant yaitu mengentalkan lendir serviks,
menghambat proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi, melemahkan transportasi sperma, dan
menekan ovulasi.
Kontraindikasi metode ini adalah
a) wanita yang dinyatakan hamil atau diduga hamil,
b) perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya,
c) wanita dengan kanker payudara atau riwayat kanker
payudara,
d) tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi,
wanita dengan riwayat hipertensi dan diabetes mellitus.
e) Tromboflebitis aktif
f) Ibu dengan penyakit hati akut
g) Gangguan toleransi glukosa
h) Miomauterus
Efek samping penggunaan implant adalah perubahan pola
haid yang berupa spotting, hipermenorea atau meningkatnya
jumlah darah haid, amenorea (Nina Siti Mulyani, dkk.2013).
59
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Manajemen Varney
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
yang berfokus pada klien (Sulistyawati A, 2014).
Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai
dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan (Buku 50 tahun IBI, 2007 dalam buku Dewi & Sunarsih, 2013).
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan
masalah ibu dan khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada individu, keluarga dan masyarakat.
2. Prinsip–Prinsip Manajemen Kebidanan Dalam Memberikan Asuhan
Kebidanan
Menurut Nugroho, dkk. (2014), tentang prinsip-prinsip manajemen
kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan, yaitu:
a. Meminimalkan rasa tidak nyaman baik fisik maupun emosi
b. Menjaga privasi klien
c. Adaptasikan pola pendekatan ke klien dengan tepat
d. Beri kesempatan kepada klien untuk bertanya
e. Beri kesempatan kepada klien untuk mendapatkan dukungan
f. Saling bertukar informasi
g. Dukung hak klien untuk membuat dan bertanggung jawab terhadap setiap
keputusan mengenai perawatan
60
h. Komunikasi dengan tim kesehatan lain
i. Terima tanggung jawab dalam membuat keputusan dan konsekuensinya
j. Kembangkan lingkungan saling mneghargai disetiap interaksi nasional.
3. Langkah – langkah Manajemen Kebidanan
Menurut Purwoastuti & Walyani (2014), langkah – langkah manajemen
kebidanan, yaitu:
a. Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap, yaitu:
1) Riwayat kesehatan
2) Pemeriksaan fisik pada kesehatan
3) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
4) Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi yang
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan
mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen
kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.
b. Langkah II (kedua) : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Datadasar yang
sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman
61
wanita yang di identifikasikan oleh bidan. Masalah ini sering menyertai
diagnosa.
Sebagai contoh yaitu wanita pada trimester ketiga merasa takut
terhadap proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat
ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur
standar diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang
membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu
perencanaan untuk mengurangi rasa sakit.
b. Langkah III (ketiga) : Mengidentifikasikan Diagnosa atau Masalah
Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa atu masalah potensial benar-benar terjadi.
a. Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan
yang Memerlukan Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Langkah keempat
mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan
prenatal saja, tetapi jugaselama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa
data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak
62
(misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir,
distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu
intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya
bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter.
e. Langkah V (kelima) : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah
diberikan penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi,kultur atau
masalah psikologis.
Semua keputusan yg dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini
harus rasional dan benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori
yg up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau
tidak akan dilakukan oleh klien.
f. Langkah VI (keenam) : Melaksanaan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman.
63
Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh
bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain.
Jika bidan tidak melakukanya sendiri ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
g. Langkah VII(Terakhir) : Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksananya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang
sebagian belum efektif.
2.1 Konsep Dasar Dokumentasi Mengacu pada SOAP
1. Pengertian
Dokumentasi dalam kebidanan adalah catatan yang bersifat sederhana,
jelas, logis, dan tertulis. Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini
disarikan dari proses pemikiran penatalaksaan kebidanan. Dipakai untuk
mendokumenkan asuhan pasien dalam rekaman medis pasien sebagai
catatan kemajuan. Model SOAP sering digunakan dalam catatan
perkembangan pasien. Seorang bidan hendaknya menggunakan SOAP
setiap kali dia bertemu dengan pasiennya. Selama antepartum, seorang
bidan bisa menulis satu catatan SOAP untuk setiap kunjungan, sementara
dalam masa intrapartum (Sulistyawati, 2014).
64
2. Pembagian SOAP
Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dari proses
pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk mendokumenkan
asuhan pasien dalam rekaman medis pasien sebagaicatatan kemajuan.
Bentuk SOAP menurut Kepmenkes nomor 938 (2007) umumnya digunakan
untuk pengkajian awal pasien, dengan cara penulisannya adalah sebagai
berikut :
a. S (Subjektif) :
Merupakan data yang didapatkan dari anamnesis (Wawancara) yang
merupakan ungkapan langsung.
b. O (Objektif) :
Merupakan data yang di dapatkan dari suatu pemeriksaan yang di
lakukan dari hasil observasi maupun pemeriksaan fisik.
c. A (assessment) :
Analisis dan interpretasi data berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi
potensial,serta perlu tidaknya dilakukan tindakan segera.
d. P (Penatalaksanaan)
Penatalaksanaan yang merupakan mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan komprehensif; penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.
3. Pentingnya Pendokumentasian SOAP
a. Menciptakan catatan permanen tentang asuhan kebidanan yang
diberikan kepada pasien.
b. Kemungkinan berbagai informasi diantara para pemberi asuhan
c. Memfasilitasi pemberian asuhan yang berkesinambungan.
65
d. Memungkinkan pengevaluasian dari asuhan yang diberikan.
e. Memberikan data untuk catatan nasional, riset, dan statistic mortalitas
morbiditas
f. Meningkatakan pemberi asuhan yang lebih aman, bermutu tinggi pada
klien.
66
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam Laporan Tugas Akhir ini dapat digambarkan secara
skematis sebagai berikut :
Keterangan :
: Dilakukan
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep
Asuhan Kebidanan Pada Ny “S” Usia 29 tahun
IBU HAMIL TRIMESTER III
Ny “S” usia 29 tahun GII P1001 Ab000
Fisiologis
Penerapan asuhan kebidanan pada trimester III meliputi: Kunjungan I ( UK 35 mgg 3 hari) Kunjungan II ( UK 36 mgg 2 hari) Kunjungan III( UK 37 mgg 1 hari) Kunjungan IV( UK 38 mgg 1 hari)
Fisiologis Persalinan
Pemantauan kemajuan
persalinan di mulai dai kala I-
IV menggunakan patograf Bayi Baru Lahir Nifas
Fisiologis Fisiologis
Penerapan asuhan kebidanan
pada bbl – neonatus fisiologis
Kunjungan I (umur 10 jam)
Kunjungan II (umur 4 hari)
Penerapan asuhan
kebidanan pada ibu nifas
fisiologis
Kunjungan I (10 jam)
Kunjungan II (4 hari)
Kunjungan III (14 hari)
Kunjungan IV(28 hari)
KB suntik 3
bulan
Konseling pelayanan KB
dan evaluasi konseling
67
3.2 Keterangan Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam asuhan kebidanan komprehensif ini adalah
melakukan pengkajian pada ibu hamil fisiologis TM III Ny “S” usia 29 tahun
GII P1001 Ab000, dengan melakukan kunjungan ulang sebanyak 4 kali
selama kunjungan ditemukan keluhan fisiologis dan tidak ada komplikasi.
Asuhan pada ibu bersalin, dilakukan pemantauan kemajuan
persalinan mulai kala I-IV.selama proses persalinan Ny S melahirkan
secara normal.
Asuhan pada bayi baru lahir atau Neonatus dilakukan 2 kali
kunjungan mulai dari lahir atau hari pertama bayi lahir dan kunjungan ke 2
pada hari ke 4 Selama kunjungan neonatus keadaan bayi normal dan tidak
terjadi komplikasi.
Penerapan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis dilakukan 4
kali kunjungan, yakni kunjungan pertama dilakukan pada 10 jam atau pada
hari ke I postpartum, kunjungan kedua dilakukan hari ke 4 postpartum,
kunjungan ketiga dilakukan hari ke 14 dan kunjungan keempat dilakukan
pada hari ke 28 post partum,selama kunjungan nifas dan asuhan yang di
berikan tidak terdapat komplikasi,keluhan yang di rasakan Ny S adalah
keluhan fisiologis.
Asuhan KB pada ibu yaitu memberikan konseling KB dan
memantau pada saat implementasi atau penatalaksanaan kontrasepsi
yang di gunakan.Ny S dan suami sepakat untuk meggunakan KB suntik 3
bulan.
68
BAB IV
LAPORAN PELAKSANAAN ASUHAN
4.1 Asuhan kebidanan kehamilan
4.1.1 Kunjungan 1
Tanggal : 7 April 2017
Tempat : Rumah Ibu Hamil
Oleh : Dian Pipin Nitasari
Data Subjektif
1. Identitas
Nama Istri : Ny. ”S” Nama Suami : Tn. ”M”
Usia : 29 Tahun Usia : 29 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : PT Pendidikan :PT
Pekerjaan : Dosen Pekerjaan : Dosen
Alamat : JL. Simpang Piranha Atas no 26 A .Malang
2. Keluhan Utama : Ibu hamil anak kedua usia kehamilan 8
bulan lebih dan ibu tidak ada keluhan
3. Riwayat Menstruasi
Siklus : 28 hari.
Menarche : 14 tahun
Teratur/tidak : Teratur.
Flour Albus : Tidak.
Dysminorea : jarang.
69
4. Riwayat Obstetri Yang Lalu
N
O
Kehamilan Persalinan Anak Nifas K
e
t
Suami
ke UK
Pen
yulit
Penolon
g Jenis Tempat
Peny
ulit
L/
P
BB/P
B H/M
Peny
ulit
Lama
menete
ki
1
I
39-
40
mgg
- Bidan Spt BPM - L
3400
gr / 49
cm
2 Th - 1 Th
2 HAMIL INI
5. Riwayat Pernikahan
Kawin ke : 1
Berapa lama : 3 Tahun
Nikah umur : 26 Tahun.
6. Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT : 2 Agustus 2016
TP : 9 Mei 2017
Keluhan :
a. Trimester I
Pada trimester I ibu mengeluh mual muntah tetapi tidak berlebihan
ibu dianjurkan makan sedikit-sedikit tapi sering, terapi oral yang
diberikan : B6 1x1, Kalk 1x1.
b. Trimester II
Pada trimester II ibu tidak mengeluh apa-apa. Terapi oral yang
diberikan : Kalk 1x1, Fe 1x1 , B6 1x1.
c. Trimester III
Pada trimester III ibu mengeluh nyeri punggung dan sering pipis, ibu
dianjurkan untuk mengompres punggung, di anjurkan untuk tidak
terlalu lama berdiri . Terapi oral yang diberikan : Calfera 1x1, kalk
1x1.
70
7. Riwayat Pemeriksaan ANC : 6 x di BPM Siti Nurcahyaningsih
8. Riwayat imunisasi TT
Ibu mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT 5 kali yaitu TT
1 saat masih bayi, TT 2 dan TT 3 SD, TT 4 sebelum nikah dan
terakhir imunisasi TT pada saat hamil anak pertama.
9. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu dan keluarga tidak pernah menderita sakit tekanan darah
tinggi, diabetes, jantung, asma dan kemacetan dalam proses
persalinan .
10. Riwayat Psikologi
Ibu sangat merespon jika diajak berbicara tentang kehamilannya
ini. Karena kehamilannya ini merupakan kehamilan yang
direncanakan, suami sangat antusias dengan kehamilan ini.
Disamping itu ibu juga khawatir dengan anak pertamanya yang
masih usia 2 tahun,khawatir jika perhatiannya menjadi kurang dan
harus terbagi dengan anak keduanya.
11. Pola Kebutuhan Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi : Ibu makan 3x sehari dengan komposisi
nasi, lauk, sayur, ikan. Ibu juga tidak tarak makan. Minum ± 8
gelas setiap hari.
b. Pola Eliminasi : Ibu mengatakan BAB ± 1-2 kali sehari dan
BAK 5-7 kali sehari dan tidak ada masalah eliminasi selama
kehamilan
71
c. Pola Istirahat : Ibu juga mengatakan terkadang tidur siang
1-2 jam tergantung anak pertamanya yang masih usia 2 tahun
mau di ajak tidur siang atau tidak, dan tidur malam ± 6 - 7 jam
d. Pola Aktivitas : ibu hanya mengerjakan pekerjaan rumah
tangga, dan mengajar, terkadang jalan-jalan dipagi hari dan
menjaga anak pertamanya yang masih usia 2 tahun.
e. Pola Personal Hygine:ibu mandi 2 kali sehari dan sering ganti
celana dalam.
f. Pola Kebiasaan : ibu tidak merokok, tidak minum minuman
keras, tidak mengkonsumsi jamu dan tidak pijat perut.
Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
TTV : TD :110/70
N : 80x/mnt
RR : 20x/mnt
S : 36,3 oC
TB : 160 cm
LILA : 27 cm
BB : 64 kg
BB Sebelum Hamil : 50 kg
2. Pemeriksaan Fisik
Muka : tidak pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda
Mulut : bibir tidak pucat, tidak stomatitis, tidak ada karies gigi.
Leher :tidak ada pembesaran kelenjar thyroid. Tidak ada
bendungan vena jugularis, tidak ada nyeri tekan.
72
Payudara :bersih, simetris, ASI +/+, tidak ada benjolan abnormal.
Abdomen :tidak ada benjolan abnormal pada abdomen,pembesaran
perut sesuai UK, tidak ada hyperpigmentasi, ada striae
gravidarum, ada linea nigra.
Leopold I didapatkan TFU 30 cm, teraba bulat, lunak, tidak
melenting (bokong).Leopold II Teraba bagian keras seperti
papan pada sebelah kanan, teraba bagian kecil janin
pada sebelah kiri (Puka), DJJ 140x/menit. Leopold III
terdapat bagian keras, bulat, melenting (kepala), kepala
belum masuk PAP. TBJ (TFU-13) x 155 (30 -13) x 155 =
2635 gr.
Ekstermitas : Atas : tidak oedema.
Bawah : tidak oedema, tidak varises.
3. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 02-02-2017
HB : 12,7 gr%
Protein Urine : (-) Negatif
Urine Reduksi : (-) Negatif
Assessment
GII P1001 Ab000 UK 35 minggu 3 hari T/H Letkep dengan kehamilan
fisiologis.
Penatalaksanaan
1. Menjalin hubungan baik dengan pasien, pasien kooperatif
2. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu memahami
3. Menjelaskan tentang pola istirahat yang baik, ibu memahami
4. Menjelaskan tentang nutrisi yang bergizi, ibu memahami
5. Menjelaskan tanda bahaya kehamilan trimester 3, ibu memahami
73
6. Mengajarkan ibu untuk senam hamil, ibu memahami dan mau
melakukan
7. Menganjurkan ibu untuk periksa secara rutin ke bidan untuk
mengetahui perkembangan kesehatan ibu dan janinnya, ibu
memahami
8. Memberitahukan ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ulang 1
minggu lagi, ibu memahami.
4.1.2 Kunjungan 2
Tanggal : 13 April 2017
Tempat : Rumah Ibu Hamil
Oleh : Dian Pipin Nitasari
Subjektif
Ibu mengeluh keputihan dan merasa agak sedikit gatal sejak 2 hari
yang lalu, karena berpergian jauh dan lupa ganti celana dalam saat
lembab ,dan ibu sekarang sudah sering mengganti celana dalamnya
jika sudah terasa basah.
Objektif
Keadaan umum : baik
TTV : TD :100/70 mmHg
N : 80x/mnt
RR : 20x/mnt
S : 36,5 oC
TB : 160 cm
LILA : 27 cm
BB : 65 kg
UK : 36 minggu 2 hari
74
TP : 09 – 05 – 2017
Pemeriksaan Fisik
Muka :tidak pucat, tidak ikterus, tidak oedema, tidak ada
chloasma.
Mata :sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak strabismus,
Payudara :bersih, simetris, ada hyperpigmentasi, colostrum +/+, tidak
ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan.
Abdomen :tidak ada benjolan abnormal pada abdomen,pembesaran
perut sesuai UK, ada strie gravidarum, ada linea nigra.
Leopold I TFU 32 cm, teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong), Leopold II Teraba bagian keras seperti papan
pada sebelah kanan, teraba bagian keculi janin pada
sebelah kiri (Puka), DJJ (12+11+12)x4=140x/m, gerakan
janin aktif. Leopold III Terdapat bagian keras, bulat,
melenting (kepala), kepala belum masuk PAP.
TBJ (TFU-13) x 155 (32-13) x 155 = 2945 gr.
Ekstermitas : Atas : tidak oedema.
Bawah: tidak oedema, tidak varises.
Assessment
GII P1001 Ab000 UK 36 minggu 2 hari T/H Letkep dengan kehamilan
fisiologis.
Penatalaksanaan
1. Menjalin hubungan baik dengan pasien, pasien kooperatif
2. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu memahami
3. Memberikan KIE tentang keluhan keputihan yang dialami ,yaitu
dengan sering mengganti celana dalam dan menjaga kebersihan
karena keputihan diakibatkan oleh jamur dan bakteri.
75
4. Mengingatkan kembali tentang nutrisi yang bergizi dan pola istirahat,
ibu memahami
5. Mengingatkan kembali tanda bahaya kehamilan trimester 3, ibu
memahami
6. Memberikan KIE tentang perawatan payudara, ibu mau memahami
dan mau melakukannya
7. Mengajarkan ibu senam hamil ,Ibu mau melakukan senam hamil
yang gerakan nya ringan-ringan,misalnya gerakan kaki yang ditarik
kedepan dan berlawanan.
8. Menganjurkan ibu untuk periksa secara rutin ke bidan untuk
mengetahui perkembangan kesehatan ibu dan janinnya, ibu
memahami
9. Memberitahukan ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ulang 1
minggu lagi, ibu memahami
4.1.3Kunjungan 3
Tanggal : 19 April 2017
Tempat : Rumah Ibu Hamil
Oleh : Dian Pipin Nitasari
Subjektif
Ibu mengeluh sering buang air kecil, ibu sudah tidak mengalami
keputihan lagi dan ibu mengatakan ingin cepat segera melahirkan,dan
ibu sudah mempersiapkan kebutuhan yang nantinya akan diperlukan
saat persalinan,misalnya uang,dan pakaian bayi .
Objektif
Keadaan umum : baik
TTV : TD :110/70
N : 86x/mnt
76
RR : 22x/mnt
S : 36,3 oC
TB : 160 cm
BB : 65 kg
UK : 37 minggu 1 hari
TP : 09 – 05 – 2016
Pemeriksaan Fisik
Muka :tidak pucat, tidak icterus, tidak oedema, tidak ada
chloasma.
Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak strabismus.
Hidung :tidak ada pernafasan cuping hidung,
Payudara :bersih, simetris, ada hyperpigmentasi, colostrum +/+, tidak
ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan.
Dada :tidak ada retraksi dinding dada.
Abdomen :tidak ada benjolan abnormal pada abdomen, pembesaran
perut sesuai UK, ada strie gravidarum, ada linea nigra.
Leopold I Teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong),
TFU 35cm. Leopold II teraba bagian keras seperti papan
pada sebelah kanan, teraba bagian kecil janin pada
sebelah kiri (Puka), DJJ (11+12+12)x4 =.140x/menit
Leopold III terdapat bagian keras, bulat, tidak melenting
(Letkep), kepala belum masuk PAP.
TBJ = (TFU-13) x 155 = (35-13) x 155 = 3410 gr.
Ekstermitas : Atas : tidak oedema.
Bawah : tidak oedema, tidak varises.
77
Assessment
GII P1001 Ab000 UK 37 minggu 1 hari T/H Letkep dengan kehamilan
fisiologis.
Penatalaksanaan
1. Menjalin hubungan baik dengan pasien, pasien kooperatif
2. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu memahami
3. Mengingatkan kembali tentang personal hygine dengan sering
mengganti celana dalam ketika terasa basah dan menjaga
kebersihan, ibu mau melakukannya
4. Mengingatkan kembali tentang nutrisi yang bergizi dan pola istirahat,
ibu memahami
5. Mengingatkan kembali tanda-tanda persalinan, ibu memahami
6. Menganjurkan ibu untuk periksa secara rutin ke bidan untuk
mengetahui perkembangan kesehatan ibu dan janinnya, ibu
memahami
7. Memberikan KIE tentang persiapan persalinan, Ibu sudah
menyiapkan uang,rencana tempat melahirkan dan perlengkapan bayi
8. Memberitahukan ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ulang 1
minggu lagi, ibu sepakat tanggal 26 April 2017
4.1.4 Kunjungan 4
Tanggal : 26 April 2017
Tempat : Rumah Ibu Hamil
Oleh : Dian Pipin Nitasari
78
Subjektif
Ibu merasakan punggungnya sering sakit sejak semingu yang lalu
,biasanya ibu mengatasinya dengan cara mengusap punggung nya saat
sakit, selain itu terkadang juga merasakan kenceng-kenceng, ibu ingin
segera melahirkan anak keduanya,dan ibu berharap bisa melahirkan
normal.
Objektif
Keadaan umum : baik
TTV : TD :110/70 mmHg
N : 82x/mnt
RR : 20x/mnt
S : 36oC
TB : 160 cm
BB : 66 kg
UK : 38 minggu 1 hari
TP : 09 – 05 – 2017
Pemeriksaan Fisik
Muka : tidak pucat, tidak icterus, tidak oedema.
Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak strabismus,
Payudara : bersih, simetris, colostrums +/+, tidak ada benjolan
abnormal, tidak ada nyeri tekan.
Abdomen : tidak ada benjolan abnormal pada abdomen,pembesaran
perut sesuai UK, ada strie gravidarum, ada linea nigra.
Leopold I teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong),
TFU 35 cm. Leopold II teraba bagian keras seperti papan
pada sebelah kanan teraba bagian kecil janin pada sebelah
kiri (Puka), DJJ: (11+11+12)x4=136x/m. Leopold III
79
terdapat bagian keras, bulat, tidak melenting (Letkep),
kepala sudah masuk PAP. Leopold IV teraba 3/5 bagian.
TBJ=(TFU-12) x 155 =(35 -12) x 155 = 3565 gr.
Genetalia : tidak ada pengeluaran cairan apapun
Ekstermitas : Atas : tidak oedema.
Bawah : tidak oedema, tidak varises.
Assessment
GII P1001 Ab000 UK 38 minggu 1 hari T/H Letkep dengan kehamilan
fisiologis.
Penatalaksanaan
1. Menjalin hubungan baik dengan pasien, pasien kooperatif
2. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu memahami
3. Memberitahu ibu bahwa nyeri punggung yang di alami ibu termasuk
hal fisiologis, ibu memahami.
4. Menganjurkan ibu untuk mengompres punggungnya menggunakan
air hangat pada punggung, pijatan atau usapan pada punggung, ibu
mau melakukan dan hasilnya ibu merasa lebih nyaman.
5. Mengulangi kembali tanda-tanda persalinan, ibu memahami
6. Memberitahukan ibu tentang persiapan persalinan,ibu memahami
7. Menganjurkan ibu untuk periksa secara rutin ke bidan untuk
mengetahui perkembangan kesehatan ibu dan janinnya, ibu
memahami
4.1. Asuhan Persalinan
4.1.1. Asuhan Persalinan Kala I
1. Pengkajian
Hari/Tanggal : Selasa 29 April 2017
Waktu Pengkajian :12.00 WIB
80
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien
Oleh : Dian Pipin Nitasari
2. Subjektif
Ibu merasakan perutnya mules sejak pukul 10.00 WIB tanggal 29
April 2017 dan mulesnya sudah mulai teratur setelah itu mengeluarkan
lendir dan flek darahpukul11.50 WIB tanggal 29 April 2017 . Ibu datang di
rumah bersalin pada jam 12.20 WIB karena ibu sudah merasa tidak tahan
dengan kenceng-kencengnya. HPHT ibu tanggal 2 Agustus 2016, BAB
dan BAK terakhir pagi pukul 07.00 WIB , makan dan minum terakhir
pukul 08.00 WIB .
3. Objektif
Pemeriksaan Umum : Baik Kesadaran: Composmentis
TTV: TD : 110/70 mmHg Nadi : 80x/mnt
Suhu : 36,6 0C RR : 22x/mnt
Pemeriksaan Fisik
Muka : tidak pucat, tidak oedema
Mata : sclera putih, conjungtiva merah muda
Payudara : simetris, puting susu menonjol, colostrum +/+
Abdomen : Pembesaran abdomen sesuai UK, tidak ada luka bekas SC,
terdapat linea nigra, terdapat striae, teraba lunak (bokong) TFU 2 jari bawah
PX (34 cm), puka, DJJ (+) 136x/menit, letkep sudah masuk PAP teraba 2/5
bagian, TBJ : (34-11)x155 = 3.565 gram, HIS 3x10’30’’
Genetalia : terdapat bloodshow (+)
Ektremitas : atas dan bawah tidak odema, tidak varises, turgor kulit
baik
Pemeriksaan Dalam : Dilakukan pada tanggal 29 April 2017 jam12.30 WIB
81
V/V : Bloodshow (+), pembukaan 3 cm, efficement :25%, Ketuban (+), bagian
terdahulu kepala, bagian terkecil samping kepala (-), Hodge II, moulase 0.
4. Analisa
Ny “S” GII P1001 Ab000 UK 38 minggu 4 hari T/H letkep dengan inpartu Kala
I Fase Laten.
5. Penatalaksanaan
12.00 Menjalin hubungan terapeutik dengan ibu dan keluarga, ibu dan
keluarga kooperatif atas pemeriksaan yang telah dilakukan
12.01 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, ibu
dan keluarga mengatakan merasa lega namun masih terlihat
khawatir dengan kondisi ibu.
12.02 Melakukan observasi kala 1 fase laten sampai fase aktif berupa
pemeriksaan dalam setiap 4 jam sekali, TTV, dan DJJ, hasil
terlampir
12.03 Mengajarkan ibu untuk teknik relaksasi dengan menghirup udara
dan menghembuskannya melalui mulut apabila kontraksi datang,
ibu memahami dengan melakukan ketika kontraksi datang dengan
dipandu suaminya.
12.04 Menganjurkan ibu untuk miring kiri agar kepala bayi cepat turun, ibu
mengerti dan bersedia melakukan namun mengeluh perutnya
semakin sakit apabila miring kiri.
12.05 Melarang ibu untuk mengejan sebelum pembukaan lengkap, ibu
mengerti dan bersedia melakukan sesuai anjuran
12.06 Memfasilitasi kebutuhan nutrisi ibu untuk mempersiapkan tenaga
saat proses persalinan, ibu makan makanan yang disediakan rumah
sakit sampai habis dan minum teh manis dan air mineral.
82
4.1.2. Asuhan Persalinan Kala 2
1. Pengkajian
Tanggal : 29-4-2017
Waktu : 19.30 WIB
Tempat : BPM Siti Nurcahyaningsih Malang
Pengkaji : Dian Pipin Nitasari
2. Subjektif
Ibu merasakan perutnya semakin sakit dan mules. Kenceng-kenceng
yang dirasakan semakin sering dan lama. Saat ini ibu sudah ingin
mengejan
3. Objektif
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmenthis
TTV : Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
Suhu : 36,9 0C
RR : 22x/menit
1) Pemeriksaan Fisik
Muka : tidak pucat, tidak oedem
Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda
Abdomen : Pembesaran abdomen sesuai UK, tidak ada
luka bekas SC, terdapat linea nigra, terdapat striae,
teraba lunak (bokong) TFU 2 jari bawah PX (34 cm),
puka, DJJ (+) 136x/menit, letkep sudah masuk PAP
teraba 2/5 bagin, TBJ : (34-11)x155 = 3.565 gram
Genetalia : blood show (+), tidak oedem, tidak varises, pembukaan
10 cm, efficement 100%, ketuban (-), bagian terdahulu
83
kepala, bagian terendah (UUK), bagian kecil (-), hodge II+,
moulase 0
Ekstremitas : atas bawah tidak oedem, tidak varises, gerakan bebas
4. Analisa
Ny “S” GII PI00I Ab000 T/H letkep dengan inpartu Kala II.
5. Penatalaksanaan
(19.45) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, ibu
mengatakan mengerti dan merasa kesakitan sementara keluarga lega
karena kondisi ibu dan bayi sehat namun merasa khawatir menjelang
persalinan.
(19.46) Mengajarkan ibu cara mengejan yang baik dan benar, ibu mengerti
dan mampu melakukannya dengan benar.
(19.47) Memfasilitasi kebutuhan nutrisi ibu ketika tidak ada kontraksi untuk
menambah tenaga mengejan ibu, ibu minum teh manis 1 gelas dan 1
potong roti.
(19.48) Mempersiapkan partus set, baju ibu dan baju bayi untuk persalinan,
partus set sudah siap dan baju ibu serta bayi telah dipersiapkan
keluarga.
(19.49) Melakukan pertolongan persalinan kala II sesuai dengan Asuhan
Persalinan Normal tanpa ada episiotomi, Bayi Lahir spontan pukul
19.55 WIB langsung menangis, kulit kemerahan, gerakan aktif dengan
Jenis kelamin laki-laki
(19.56) Melakukan IMD dan sudah berhasil 30 menit
4.1.3. Asuhan Persalinan Kala 3
1. Pengkajian
Tanggal : 29-4-2017
Waktu : 19.58 WIB
84
Tempat :BPM Nurcahyaningsih Malang
Pengkaji : Dian Pipin Nitasari
2. Subjektif
Ibu merasa senang dan lega karena bayinya sudah lahir. Saat ini ibu
mengatakan perutnya terasa mulas dan tidak pusing atau berkunang-
kunang.
3. Objektif
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmenthis
TTV : Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,8 0C
RR : 22x/menit
1) Pemeriksaan Fisik
Muka : Tidak pucat, tidak oedem.
Mata :Sklera putih, konjungtiva merah muda
Abdomen : Bayi tunggal, TFU setinggi pusat, uterus globuler
Genetalia : Terdapat semburan darah, tali pusat semakin
memanjang
4. Analisa
Ny. S usia 29 tahun P2002 Ab000 dengan Kala III fisiologis
5. Penatalaksanaan
(19.59) Cek fundus untuk memastikan janin tunggal, janin tunggal
(19.60) Melakukan injeksi oksitosin 10 IU secara im, bidan menyuntikkan
oksitosin di paha luar ibu secara im.
(20.00) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak berjarak 5-10 cm
dari vulva, sudah dilakukan
85
(20.01) Terdapat semburan darah, memanjangnya tali pusat dan uterus
globuler.
(20.03) Memberitahukan ibu bahwa plasenta telah lahir spontan pukul 20.03
WIB
(20.04) Segera Melakukan Massase setelah plasenta lahir
(20.05) Kotiledon lengkap, selaput lengkap, diameter 20 cm, tebal 2 cm,
panjang tali pusat 45 cm, ibu mengerti dan merasa lega.
(20.06) Mengecek robekan, melakukan heacting karena terdapat robekan
sedikit di daerah perenium yaitu derajat 1, dan keadaan luka jahitan
masih basah tidak ada tanda-tanda infeksi.
4.1.4. Asuhan Persalinan Kala 4
1. Pengkajian
No register : -
Tanggal : 29-4-2017
Waktu : 20.30 WIB
Tempat : BPM Nurcahyaningsih Malang
Pengkaji : Dian Pipin Nitasari
2. Subjektif
Ibu merasakan perutnya terasa mulas, tidak pusing dan nyeri luka
jahitan.Saat ini ibu kelelahan setelah melahirkan bayinya namun
merasa senang dan lega bayinya lahir dengan sehat. Setelah
melahirkan ibu masih belum BAB tapi sudah BAK , mobilisasi ibu
masih hanya miring kiri atau kanan sambil menyusui bayinya.
3. Objektif
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmenthis
TTV : Tekanan darah : 110/70 mmHg
86
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,7 0C
RR : 20 x/menit
1) Pemeriksaan Fisik
Muka : tidak pucat, tidak oedem.
Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda
Abdomen : kontaksi baik, TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih
kosong.
Genetalia : perdarahan ±150 cc, laserasi perineum derajat I
Ekstremitas : atas bawah simetris, tidak oedem, tidak varises
4. Analisa
Ny. S usia 29 tahun P2002Ab000 dengan Kala IV fisiologis
5. Penatalaksanaan
(20.30) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami, ibu dan
suami mengatakan merasa lega karena kondisi ibu dan bayi sehat.
(20.31) Mengajarkan ibu untuk melakukan masase sendiri, ibu mampu
melakukannya dengan baik dan hasilnya UC keras.
(20.32) Membersihkan tubuh ibu dan membantu mengganti pakaian dan
memakaian pembalut, ibu dalam keadaan bersih.
(20.33) Melakukan dekontaminasi alat-alat dan mencuci tangan, alat sudah di
dekontaminasi.
(20.34) Melakukan observasi 2 jam post partum yaitu TTV, kontraksi, TFU,
kandung kemih, perdarahan, sudah dilakukan observasi setiap 15
menit di 1 jam pertama dan setiap 30 menit di 1 jam kedua
menggunakan partograf.
87
(20.35) Memfasilitasi kebutuhan nutrisi ibu agar tenaga ibu pulih kembali, ibu
bersedia melakukan sesuai dengan anjuran dan akan makan setelah
ini.
(20.36) Mengajarkan dan menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini yaitu mulai
dari miring kiri-kanan, duduk, kemudian berdiri dan berjalan, ibu
mengerti dan bersedia mencoba melakukan sesuai anjuran.
(20.37) Memberikan KIE mengenai tanda bahaya masa nifas, ibu mengerti
dan akan mampu mengulang KIE yang telah diberikan.
4.2. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
4.3.1. Asuhan Masa Nifas Kunjungan I
1. Pengkajian
Tanggal : 30-04-2017
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : BPM Siti Nurcahyaningsih
Pengkaji : Dian Pipin Nitasari
2. Subjektif
Ibu mengatakan kondisinya sehat dan sudah lega atas kelahiran
bayinya. Saat ini ibu mengeluh nyeri pada luka jahitan dan terasa
mulas.Ibu tidak tarak makan, tidak menahan BAK dan BAB, menganti
pembalut walaupun belum penuh, ibu menyusui bayinya sesering
mungkin, dan ibu istirahat saat tidak menyusui.
3. Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmenthis
TTV : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36,6 0C
88
RR : 20 x/menit
1) Pemeriksaan Fisik
Muka : tidak pucat, tidak oedem, tidak ada chloasma gravidarum
Mata :Sklera putih, konjungtiva merah muda
Leher :simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
bendungan vena jugularis
Payudara : simetris, , puting susu menonjol, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan abnormal, pengeluaran colostrum (+/+)
sedikit.
Abdomen : kontraksi baik, TFU dua jari di bawah pusat, kandung
kemih kosong
Genetalia : bersih, lochea rubra, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak
oedem, tidak varises.
Ekstremitas :tidak oedema, turgor kulit baik
2) Data Penunjang : Diberikan Vit A I jam setelah lahir pada tanggal 29
April 2017 pukul 20.55 WIB dan dosis yang ke dua
setelah 24 jam setelah kelahiran pada tanggal 30
April 2017 pukul 19.55 WIB
4. Analisa
Ny. S usia 29 tahun P2002Ab000 dengan 10 jam post partum fisiologis
5. Penatalaksanaan
(08.00) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga,
ibu dan keluarga mengatakan merasa lega dan rasa khawatir
sudah cukup berkurang.
(08.01) Memberitahu ibu bahwa keluhan yang dialami saat ini
merupakan suatu hal yang normal pada ibu dengan luka
jahitan dan perut mulas dikarenakan terjadi kontraksi untuk
89
proses pengembalian uterus pada ukuran semula, ibu
memahami.
(08.02) Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan masase pada
perutnya, ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan.
(08.03) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
atau tiap 2 jam sekali, ibu mengerti dan mau melakukan.
(08.04) Menganjurkan ibu untuk tidak tarak makan terutama makanan
yang mampu melancarkan pengeluaran ASI seperti daun
katuk dan makanan yang mengandung protein seperti telur
tahu tempe agar mempercepat penyembuhanluka jahitan
kecuali makananan yang pedas, ibu dan keluarga memahami
dan akan melakukan sesuai dengan anjuran.
(08.05) Memberikan KIE tentang mobilisasi dan menganjurkan ibu
untuk latihan duduk, dan jalan-jalan, ibu memahami dan
bersedia melakukan
(08.06) Memberikan KIE tentang tanda bahaya masa nifas seperti
demam tinggi, pusing, kejang dan lain-lain, ibu memahami.
(08.07) Menjelaskan pada ibu tentang manfaat ASI dan menganjurkan
ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin walaupun
keluar hanya sedikit, ibu bersedia melakukan.
(08.08) Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar, ibu memahami
dan mampu mempraktekan dengan benar.
(08.09) Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga personal hygine ibu
dengan mengganti pembalut ibu bila penuh .
90
4.3.2. Asuhan Masa Nifas Kunjungan II
1. Pengkajian
Tanggal : 03-05-2017
Waktu : 17.00 WIB
Tempat : Rumah Pasien
Pengkaji : Dian Pipin Nitasari
2. Subjektif
Saat ini hari ke-4 masa nifas. Ibu merasakan kondisinya semakin
sehat. Selama ini Ibu tidak tarak makan. Saat ini ibu tidak mempunyai
keluhan apapun.Ibu tidak tarak makan, ibu BAB 1x/hari dan BAK
kurang lebih 6x/hari, menganti pembalut walaupun belum penuh dan
memberikan betadin untuk luka jahitannya, ibu menyusui bayinya
sesering mungkin dan tidak memberikan susu formula, dan ibu
istirahat saat tidak menyusui.
3. Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmenthis
TTV : Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36,8 0C
RR : 20 x/menit
1) Pemeriksaan Fisik
Muka :Tidak pucat, tidak oedem
Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda
Payudara :Simetris, hiperpigmentasi areola mammae, puting susu
menonjol, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
91
abnormal, tidak ada bendungan ASI, pengeluaran ASI
(+/+) .
Abdomen :Kontraksi baik, TFU 3 jari dibawah pusat, kandung kemih
kosong.
Genetalia : bersih, lochea serosa, luka jahitan kering, tidak ada
tanda-tanda infeksi, tidak oedem, tidak varises.
Ekstremitas : tidak oedem, tidak varises, gerakan bebas
4. Analisa
Ny. S usia 29 tahun P2002Ab000 dengan 4 hari post partum fisiologis
5. Penatalaksanaan
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, ibu dan
keluarga mengatakan merasa lega dan rasa khawatir sudah cukup
berkurang
b. Menganjurkan ibu untuk menyusui anaknya sesering mungkin atau 2
jam sekali, ibu bersedia melakukan sesuai anjuran.
c. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola nutrisi yaitu tetap
memakan makanan seperti telur, daging, buah, sayur, ibu bersedia.
d. Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga pola istirahat yaitu tidur
siang 1-2 jam atau etika bayi tidur ibu juga ikut tidur dan 8-9 jam tidur
malam, ibu bersedia.
e. Mendorong ibu untuk mencoba dan belajar memandikan bayinya
dengan bimbingan ibu dan kakaknya, ibu memahami dan belajar untuk
memandikan bayinya.
f. Menjelaskan kembali tanda bahaya masa nifas, ibu memahami dan
dapat menyebutkan salah satu tanda bahaya masa nifas.
92
g. Menyepakati pertemuan selanjutnya pada tanggal 13 Mei 2017 atau
sewaktu-waktu jika ibu ada keluhan langsung ke tenaga kesehatan, ibu
memahami.
4.3.3. Asuhan Masa Nifas Kunjungan III
1. Pengkajian
Tanggal : 13-5-2017
Waktu : 09.30 WIB
Tempat : Rumah Pasien
Pengkaji : Dian Pipin Nitasari
2. Subjektif
Ibu saat ini sudah hampir 2 minggu masa nifas, Ibu menyusui bayinya
sesering mungkin tiap 2 jam sekali dan ibu istirahat saat bayi istirahat.
Saat ini ibu mengeluh putingnya lecet karena waktu mandi putingnya
terkena sabun dan digosok-gosok,dan cara mengatasinya ibu
memberikan baby oil pada sekitar puting, Ibu tidak tarak makan, ibu
menyusui bayinya sesering mungkin, dan ibu istirahat saat tidak
menyusui.
3. Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmenthis
TTV : Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5 0C
RR : 20 x/menit
93
1) Pemeriksaan Fisik
Muka : tidak pucat, tidak oedem
Mata :sklera putih, konjungtiva merah muda
Payudara : simetris, puting susu lecet dan menonjol, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada bendungan
ASI, pengeluaran ASI (+/+) .
Abdomen : TFU tidak teraba, kandung kemih kosong.
Genetalia : bersih, lochea alba, luka jahitan kering, tidak ada tanda-
tanda infeksi, tidak oedem, tidak varises.
Ekstremitas : tidak oedem, tidak varises, gerakan bebas
4. Analisa
Ny. S usia 29 tahun P2002Ab000 dengan 14 hari post partum fisiologis
5. Penatalaksanaan
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, ibu dan
keluarga memahami
b. Memberitahu ibu bahwa puting lecet bisa terjadi karena cara menyusui
yang salah, ibu mengerti.
c. Memberitahu ibu untuk mengolesi daerah areola dengan ASI sebelum
menyusui untuk mencegah puting susu lecet, ibu bersedia melakukan
d. Mengajarkan pada ibu teknik menyusui yang benar untuk mencegah
puting lecet dan bayi mendapatkan ASI sesuai kebutuhan, ibu
melakukan dengan benar.
e. Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal. TFU sudah tidak
teraba.
f. Menjelaskan pada ibu tentang jenis-jenis KB yang dapat digunakan
setelah persalinan dan tidak mengganggu produksi ASI seperti, MAL,
94
AKDR, mini pil, suntik 3 bulan dan implant, ibu berencana
menggunakan KB alami yaitu kondom atau senggama terputus.
g. Menganjurkan pada ibu untuk mendiskusikan dengan suami tentang
KB yang akan dipilih, ibu bersedia.
h. Menyepakati pertemuan selanjutnya atau sewaktu-waktu bila ibu ada
keluhan langsung ke tenaga kesehatan, ibu menyetujui.
4.3.4. Asuhan Masa Nifas Kunjungan IV
1. Pengkajian
Tanggal : 27-5-2017
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Rumah Pasien
Pengkaji : Dian Pipin Nitasari
2. Subjektif
Ibu saat ini hari ke 28 masa nifas, puting ibu sudah tidak lecet. Saat
ini ibu tidak ada keluhan dan ibu merencanakan KB suntik 3 bulan.
3. Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36,5 0C
RR : 22 x/menit
1) Pemeriksaan Fisik
Muka : tidak pucat, tidak oedem,
Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda
95
Payudara : simetris, hiperpigmentasi areola mammae, puting susu
menonjol, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
abnormal, tidak ada bendungan ASI, pengeluaran ASI
(+/+) .
Abdomen : TFU tidak teraba, kandung kemih kosong.
Ekstremitas : tidak oedem, tidak varises, gerakan bebas
4. Analisa
Ny. S usia 29 tahun P2002Ab000 dengan 28 hari post partum fisiologis
5. Penatalaksanaan
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, ibu dan
keluarga memahami.
b. Mengevaluasi keluhan ibu sebelumnya, puting ibu sudah tidak lecet.
c. Mengevaluasi keadaan ibu selama masa nifas, masa dan proses
involusi uterus berjalan normal.
d. Menanyakan pada ibu tentang KB yang akan dipilih, ibu mengatakan
akan menggunakan KB suntik 3 bulan.
e. Menjelaskan tentang efektivitas, keuntungan dan kerugian KB suntik 3
bulan, ibu memahami.
f. Menyepakati pertemuan selanjutnya dengan ibu atau sewaktu-waktu
jika ibu keluhan ibu langsung ke tenaga kesehatan, ibu memahami
4.3. Laporan Pelaksanaan Asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir
4.4.1. Asuhan Bayi Baru Lahir Kunjungan I
1. Pengkajian
Tanggal : 30-4-2017
Waktu : 08.00 WIB
96
Tempat : BPM Siti Nurcahyaningsih Malang
Pengkaji : Dian Pipin Nitasari
2. Subjektif
Nama By : By. Ny. “S”
Umur : 10 jam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 29 April 2017
Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya pada tanggal 29 April
2017 pada jam 19.55 WIB dengan jenis kelamin laki-laki, berat badan 3500
gram, panjang badan 50 cm dengan selamat dan sehat tanpa ada cacat
apapun. Tangisan kuat, warna kulit kemerahan ,gerakan aktif.
3. Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. TTV :
a. DJ : 146 x/menit
b. Suhu : 37,0 0C
c. RR : 45 x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
Kepala : tidak ada caput succadaneum, tidak ada cephal hematoma,
Muka : tidak pucat, tidak oedem, tidak ada benjolan abnormal
Mata :sklera putih, konjungtiva merah muda
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut : normal, tidak ada kelainan kongenital seperti labioskisis dan
labiopalatokisis
Telinga : simetris, ada lubang telinga, tulang rawan dan daun telinga
sudah terbentuk, tidak ada pegeluaran cairan
97
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, puting susu simetris
Abdomen: tali pusat masih basah dan belum lepas, tidak ada perdarahan,
tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak meteorismus, .
Genetalia :testis sudah turun skrotum ada, lubang anus (+), mekonium (+),
BAK (+)
Ekstremitas: simetris, gerakan aktif, turgor kulit baik, tidak sianosis, tidak
polidaktili dan sindaktili, warna kulit kemerahan
4. Pemeriksaan Antropometri
Lingkar kepala : 33,5 cm
Lingkar Lengan : 11 cm
Lingkar Dada : 32 cm
Panjang Badan : 50 cm
Circumferencia Suboksipito bregmatika : 30 cm
Circumferencia fronto oksipitalis : 33,5 cm
Circumferencia mento oksipitalis : 34 cm
Circumferencia Submento bregmatika : 36 cm
5. Pemeriksaan Reflek
Reflek rooting : (+)
Reflek swallowing : (+)
Reflek tonickneck : (+)
Reflek morro : (+)
Reflek grasping : (+)
Reflek sucking : (+)
6. Data Penunjang : Pukul 20.55 WIB telah diberikan Vit K, salep mata, dan
Hb0
98
4. Analisa
By Ny. S usia 10 jam NCB SMK dengan neonatus fisiologis
5. Penatalaksanaan
(08.01) Memberitahukan hasil pemeriksaan bayinya kepada ibu dan keluarga,
ibu dan keluarga mengatakan merasa lega dan senang bayinya
dalam keadaan sehat.
(08.02) Mengajarkan pada ibu dan keluarga cara melakukan perawatan tali
pusat, ibu dan keluarga memahami dan sudah bisa melakukan secara
mandiri.
(08.03) Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam sekali dan
membangunkan bayinya apabila tidur untuk menyusu, ibu dan
keluarga memahami dan akan melakukan sesuai anjuran.
(08.04) Memberitahu ibu beberapa cara menjaga suhu tubuh bayi agar tetap
hangat, ibu dan keluarga memahami dan ibu akan melakukan sesuai
anjuran.
(08.05) Menganjurkan ibu untuk menjemur anaknya di pagi hari tanpa baju
selama 15 menit, ibu dan keluarga akan melakukan sesuai dengan
anjuran.
(08.06) Mengingatkan ibu untuk imunisasi bayinya di bidan setempat, ibu
bersedia melakukan
(08.07) Menjelaskan pada ibu untuk mengganti popok bayi ketika BAB atau
BAK, ibu dan keluarga memahami dengan bersedia melakukan
sesuai anjuran.
(08.08) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya pada
bayi baru lahir, ibu dan keluarga memahami dengan mampu
menjelaskan kembali apa yang sudah dijelaskan.
99
(08.09) Memberitahukan ibu untuk tetap kontrol kepada bidan setempat
sesuai jadwal atau saat ada keluhan, ibu bersedia untuk melakukan.
4.4.2. Asuhan Bayi Baru Lahir Kunjungan II
1. Pengkajian
Tanggal : 03-5-2017
Waktu : 17.00 WIB
Tempat : Rumah Pasien
Pengkaji : Dian Pipin Nitasari
2. Subjektif
Ibu mengatakan bayinya usia 4 hari dalam kondisi sehat, semakin hari
menyusunya semakin kuat. Bayinya sudah bisa menyusu dan hisapannya
kuat. Saat ini bayi juga masih diberikan ASI dengan menetek pada
ibunya.Tidak ada tambahan susu formula ,aktifitas baik,tangisan kuat,warna
kulit merah muda.
3. Objektif
1) Keadaan umum : Baik
2) TTV :
a. DJ : 136 x/menit
b. Suhu : 36,7 0C
c. RR : 48 x/menit
3) Pemeriksaan Fisik
Muka : tidak pucat, tidak oedem, tidak ada benjolan abnormal, sklera
putih, conjungtiva merah muda
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung
100
Mulut : lembab, tidak pucat, tidak ada oral trush, tidak stomatitis
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, terdengar ronchi dan
wheezing
Abdomen: tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak meteorismus.
Genetalia : tidak ada ruam popok
Ekstremitas: gerakan aktif, turgor kulit baik, tidak sianosis, warna kulit
kemerahan
4) Pemeriksaan Antropometri
LK : 33,5 cm
LD : 32 cm
PB : 50 cm
LILA : 11 cm
BB : 3600 gram
5) Pola Eliminasi
BAK : ± 6-7x/hari
BAB : 1x/hari
4. Analisa
By Ny. S usia 4 hari NCB SMK dengan neonatus fisiologis
5. PENATALAKSANAAN
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan bayinya kepada ibu dan keluarga, ibu
dan keluarga mengatakan merasa lega dan senang bayinya dalam
keadaan sehat.
b. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya sesering mungkin atau 2
jam sekali dan membangunkan bayinya apabila tidur untuk menyusu
101
karena semankin sering bayi menyusu maka ASI akan lancar, ibu dan
keluarga memahami dan akan melakukan sesuai anjuran.
c. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum memegang
bayinya, ibu dan keluarga memahami dan akan melakukan sesuai dengan
anjuran
d. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat,
ibu dan keluarga memahami dan ibu akan melakukan sesuai anjuran.
e. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygine bayinya yaitu mulai dari
memandikan 2x sehari dan segera mengganti popok ketika BAB maupun
BAK, ibu dan keluarga memahami dengan bersedia melakukan sesuai
anjuran.
f. Menjelaskan tanda bahaya bayi baru lahir seperti hipotermi, hipertermi,
bayi kuning, kejang, bayi malas menyusu disertai letih dan menangis
merintih, ibu memahami.
g. Memberitahukan ibu untuk tetap kontrol kepada bidan setempat sesuai
jadwal atau saat ada keluhan, ibu bersedia untuk melakukan.
4.5 Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana
4.5.1 Asuhan Keluarga Berencana Kunjungan I
Pengkajian
No register : -
Tanggal : 26-07-2017
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Rumah Pasien
Pengkaji : Dian Pipin Nitasari
102
1. Subjektif (S)
Ibu mengatakan berat badannya naik setelah memakai KB suntik 3 bulan
2. Objektif (O)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmenthis
TTV
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Suhu : 36,5 0C
d. RR : 20 x/menit
e. Bb : 58 kg
1) Pemeriksaan Fisik
Muka tidak pucat, tidak oedem, sklera putih, konjungtiva merah muda
Dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada, pengeluaran ASI (+/+).
Abdomen TFU tidak teraba, kandung kemih kosong.Genetalia bersih, tidak
berbau dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Ekstremitas simetris, tidak
oedem, tidak varises, gerakan bebas
3. Analisa (A)
Ny. S usia 29 tahun P2002 Ab000 akseptor KB suntik 3 bulan.
4. Penatalaksanaan
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa
kedaan ibu normal, ibu dan keluarga mengatakan mengerti.
b. Memberitahukan efek samping dari suntik KB 3 bulan
c. Menyepakati pertemuan selanjutnya dengan ibu tanggal 29 juli 2017
103
4.5.2 Asuhan Keluarga Berencana Kunjungan II
Pengkajian
No register : -
Tanggal : 29-7-2017
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Rumah Pasien
Pengkaji : Dian Pipin Nitasari
1. Subjektif (S)
Ibu mengatakan saat ini ibu tidak mempunyai keluhan apapun.
2. Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmenthis
TTV
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Suhu : 36,5 0C
d. RR : 20 x/menit
e. BB : 58 kg
2) Pemeriksaan Fisik
Muka tidak pucat, tidak oedem, sklera putih, konjungtiva merah muda,
pengeluaran ASI (+/+).Abdomen TFU tidak teraba, kandung kemih
kosong.Ekstremitas simetris, tidak oedem, tidak varises, gerakan bebas
3. Analisa
Ny. S usia 29 tahun P2002 Ab000 akseptor KB Suntik KB 3 bulan
4. Penatalaksanaan
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, ibu dan
keluarga mengatakan mengerti.
104
b. Mengevaluai pengetahuan ibu tentang KB suntik 3 bulan, ibu dapat
menjelaskan.
c. Menjelaskan kembali tentang keuntungan dan kerugian KB suntik 3
bulan, ibu mengerti.
d. Memberitahukan ibu untuk tetap kontrol kepada bidan setempat sesuai
jadwal atau saat ada keluhan, ibu bersedia untuk melakukan
105
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil asuhan kebidanan Continuity of Care (COC) yang
dilakukan kepada Ny S usia 29 tahun dari masa hamil sampai dengan KB di Jl.
Simpang Ikan Piranha Atas Malang. Asuhan ini diberikan pada ibu hamil
trimester III oleh mahasiswa D3 Kebidanan STIKES Widyagama Husada Malang.
5.1 Pembahasan Asuhan Kehamilan
Kunjungan kehamilan menurut Asrinah (2010) adalah 4 kali yaitu 1x
kunjungan pada Trimester l, 1x kunjungan pada Trimester ll dan 2x
kunjungan pada Trimester lll. Kunjungan yang dilakukan penulis adalah 4x
pada trimester lll sehingga asuhan yang dilakukan sudah melebihi standart.
Pemeriksaan kehamilan secara berkala dan teratur sangat bermanfaat bagi
ibu dan teratur dapat menurunkan angka kematian Ibu karena komplikasi
kehamilan.
Standart asuhan kehamilan yang dilakukan selama 4x kunjungan
adalah standart 14T yang disampaikan oleh penulis Walyani and Siwi, E
(2015). Standart yang tidak dilakukan adalah pemeriksaan Hb, VDRL,
Pemberian Yodium dan Pemberian Obat Malaria. Pemeriksaan Hb tidak
dilakukan karena pemeriksaan (Hb) sudah dilakukan di BPM Siti
Nurcahyaningsih SS.T. Pemeriksaan VDRL tidak dilakukan karena tidak
ditemukan indikasi adanya penyakit Syphilis dan penyakit menular seksual
lainnya. Ny.”S” juga tidak diberikan obat malaria dan pemberian kapsul
minyak yodium karena tidak tinggal dalam lingkungan endemik malaria dan
gondok sehingga tidak dilakukan pemeriksaan.
Kehamilan pada Ny.”S” merupakan kehamilan fisiologis, dilihat dari
ANC selama 4x kunjungan. Ditinjau dari riwayat persalinan yang lalu, riwayat
106
penyakit, TTV, pemeriksaan fisik, dan letak janin hasinya normal. Selama 4x
kunjungan, terjadi peningkatan TFU dan pembesarannya sesuai dengan usia
kehamilan. Sebagai salah satu contoh pada kunjungan kedua hasil TFU
adalah 1 jari di bawah Px (32 cm), sesuai dengan teori yang disampaikan
Suryati (2011), bahwa TFU pada UK 36 minggu adalah 1 jari di bawah px
(32 cm). Hal ini berarti tafsiran berat badan janin juga normal dan sesuai
dengan UK. Peningkatan TFU ini juga seiring dengan kenaikan BB sampai
dengan akhir kehamilan, dengan kategori normal peningkatan BB ibu
sebesar 15 kg, dengan IMT ibu sebesar 19,5. Hal ini sesuai dengan
pernyataan bahwa ibu dengan IMT 18,5 - 25 normal. Idealnyaa kenaikan BB
9 kg sampai 15 kg selama kehamilan. Peningkatan BB yang ideal ini oleh
nutrisi ibu yang baik. Menurut dr. Damar (2013), kebutuhan nutrisi ibu hamil
adalah 200 -300 kkal/hari dengan mengonsumsi asam folat yang berfungsi
pembentukan sel dan sistem syaraf (beras merah,sayuran hijau), protein
sebagai sumber kalori, zat pembangun, pembentukan sel, dan darah (
kacang – kacangan, telur, daging, tahu, tempe), Kalsium untuk pembentukan
tulang dan gigi pada janin (susu, sayuran hijau), Zat Besi untuk
pembentukan sel darah merah hemoglobin dan mengurangi resiko ibu hamil
anemia (daging, hati, ikan).
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny.”S”, saat kehamilan 8 bulan,
ibu mengeluh kenceng – kenceng tetapi sebentar dan tidak terasa nyeri. Hal
tersebut merupakan keluhan yang normal dan disebut his palsu atau
kontraksi braxton hick. Keluhan tersebut terjadi karena perubahan hormon di
trimester lll. Menurut teori penurunan hormon progesteron menjadikan otot
rahim sensitif sehingga menimbulkan his, selain itu juga peningkatan hormon
oksitosin yang juga menimbulkan kontraksi (Asrinah, 2010).
107
Keluhan lain yang dirasakan ibu sakit pinggang, merupakan keluhan
yang normal karena bayi dalam kandungan semakin besar sehingga terjadi
perubahan bentuk tubuh. Menurut teori sendi pelvic saat kehamilan sedikit
bergerak. Perubahan tubuh secara berlahan dan peningkatan berat badan
wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah.
Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul miring kedepan,
penurunan tonus otot dan peningkatan beban berat badan pada trimester lll
membutuhkan penyesuaian (Suryati, 2011). Untuk mengurangi sakit
pinggang, dengan cara masase punggung tetapi tidak terlalu keras, kompres
air hangat, dan saat berdiri atau berjalan sedikit tegak.
Keluhan lain ibu sering BAK, pada kehamilan trimester lll masih dalam
tahap normal. Menurut teori pada kehamilan trimester lll kepala janin mulai
turun ke pintu atas panggul sehingga sering BAK karena kandung kemih
mulai tertekan sehingga tidak dapat menampung volome urin terlalu besar
(Suryati, 2011 ). Cara mengatasi sering BAK, memberi tahu ibu saat mau
tidur malam mengurangi minum, sehingga saat malam tidak sering BAK dan
tidak menganggu tidurnya.
Jarak kehamilan ibu dari anak pertamanya yaitu selisih 2 tahun. Namun
jarak kelahiran yang aman antara anak satu dengan lainnya adalah 27
sampai 32 bulan. Pada jarak ini ibu akan memiliki bayi yang sehat serta
selamat saat melewati proses kehamilan karena antara lain dampak dari
jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat mengakibatkan perdarahan yang
dapat membahayakan ibu dan menggangu kebutuhan ASI jika anak
pertamanya masih belum terpenuhi (Agudelo, 2012).
Dari keseluruhan asuhan antenatal yang dilakukan pada Ny.”S” mulai
dari kunjungan pertama sampai kunjungan keempat tidak terdapat
108
kesenjangan antara teori dan praktek dimana asuhan yang dilakukan sesuai
dengan standart asuhan.
5.2 Pembahasan Asuhan Persalinan
Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan
membran dari rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan
dan dilatasi serviks akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan
kekuatan yang teratur (Nurasiah, 2012).
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif,
fase laten dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak
awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara
bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam, fase Aktif
yaitu pembukaan serviks dari 4-10 cm, Rohani (2013).
Kala I fase laten pada Ny.”S” berlangsung fisiologis yaitu terjadi
selama 8 jam. Menurut teori Rohani (2013), normalnya kala I fase laten
berlangsung 7-8 jam. Persalinan dipengaruhi oleh minimal 3 faktor yaitu
power, passage, dan passenger. Dilihat dari segi passage dan passanger
tidak, karena bagian terbawah kepala, terendah UUK, ukuran panggul
normal karena ini merupakan anak ke-2. Ditinjau dari kebutuhan nutrisi
terpenuhi, mobilisasi baik, eliminasi baik, ibu tidak menahan BAK
Tindakan untuk meningkatkan kontraksi adalah menganjurkan ibu
tetap mobilisasi apabila masih kuat, karena faktor penting saat persalinan
adalah bukan saat akhirnya melahirkan. Tetapi saat ibu tetap mampu
bergerak dengan gelisah selama persalinan. Mobilisasi membantu ibu untuk
tetap merasa terkendali, dan mengurangi rasa nyeri. Dengan bergerak akan
109
memberikan tekanan persyarafan yang membantu tubuh mengeluarkan
oksitosin secara alami, Rohani (2013).
Tindakan lain yang dilakukan untuk mempercepat kala 1 adalah
melakukan Rangsang Puting Susu (RPS) yaitu sebuah teknik dapat
mendorong terjadinya sebuah kontraksi awal dengan cara melakukan
gerakan melingkar, melakukan gosokan yang lembut pada daerah sekitar
puting. Rangsangan puting susu dapat menigkatkan kontraksi uterus, yaitu
pada implus ujung saraf dikirim ke kelenjar pituitaryjuga berada dalam otak
untuk menghasilkan dua macam hormon yang disebut prolaction dan
oxytocin. Prolactin dapat menghasilan susu dan oxyticin dapat menyebabkan
kontraksi pada uterus. Arianto (2013).
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi, diagnosis kala II ditegakkan atas
dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan pembukaan serviks telah
lengkap dan telihat kepala bayi pada introitus vagina (Nurasiah, 2012).
Posisi saat persalinan, selama persalinan ibu memilih posisiLithotomi.
Menurut Rohani, dkk, 2011 dan Sulistyawati, Ari, dkk, 2010 posisi ini
mempunyai keuntungan diantaranya adalah memudahkan melahirkan
kepala bayi, membuat ibu nyaman, jika merasa lelah ibu bisa beristirahat
dengan mudah, membantu dalam penurunan janin dengan kerja gravitasi
menurunkan janin ke dasar panggul, lebih mudah bagi bidan untuk
membimbing kelahiran kepala bayi dan mengamati perineum. Faktor lainnya
adalah penolong, penolong persalinan yang dapat menciptakan hubungan
saling mengenal sehingga mencerminkan adanya inform concent. Dalam hal
ini penolong mampu membantu ibu dalam persalinan dengan metode yang
telah ditetapkan sehingga ibu mendapatkan asuhan sayang ibu (Varney,
2009).
110
Kala Il fase aktif pada Ny.”S” berlangsung fisologis yaitu terjadi
selama 30 menit. Menurut Rohani (2013), persalinan dimulai ketika
pembukaan serviks sudah lengkap dan berakhir dengan lahirnya bayi. Pada
primipara selama 2 jam dan pada multipara 1 jam. Hal penting kala ll yaitu
memastikan bagian terbawah janin kepala, turun sampai dasar panggul, ibu
merasakan ingin meneran semakin kuat, perenium meregang, anus
membuka, dan melakukan proses pengeluaran janin sesuaii prosedur. Saat
kepala janin terlihat 5 -10 cm dilakukan tahanan dengan kuat, melindungi
vulva, saat kepala lahir cek lilitan tali pusat, menunggu putar paksi luar,
melakukan sanggah susur, menilai bayi selintas meliputi : tangisan, gerakan
, warna kulit.
Kala Ill pada Ny.”S” berlangsung fisiologis yaitu terjadi selama 15
menit. Menurut teori Rohani (2013) dimulai segera setelah bayi lahir dan
berakhir dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit. Biasanya plasenta lepas 5 sampai 15 menit setelah
bayi lahir. Saat melakukan menajemen aktif kala lll, dengan pemberian
oksitosin setelah bayi lahir merangsang kontraksi dan mempercepat
pelepaan plasenta. Saat melakukan penegangan tali pusat terkendali
dilakukan dengan benar, dan setelah lahir plasenta dilakukan masase
fundus uterus. Mekanisme pelepasannya Schultze yaituplasenta terlepas
dari satu titik dan merosot ke vagina melalui lubang dalam kantong amnion,
permukaan fetal plasenta muncul pada vulva dengan selaput ketuban yang
mengikuti di belakang seperti payung terbalik saat terkelupas dari dinding
uterus. Melakukan PTT, sampai plasenta lepas ditandai dengan :
memanjangnya tali pusat, semburan darah dan uterus globurel. Kemudian
plasenta lahir spontan, lengkap. Setelah itu melakukan masase 15 detik
untuk mencegah perdarahan dengan menggosok uterus pada abdomen
111
dengan gerakan melingkar untuk menjaga agar uterus tetap keras dan
berkontraksi dengan baik serta untuk mendorong setiap gumpalan darah
agar keluar. Proses ini dilakukan untuk mencegah perdarahan pada ibu.
Pada saat dilakukan pemijatan pada fundus uteri maka akan merangsang
kontraksi uterus dan saat kontraksi pembuluh – pembuluh darah disekitar
otot rahim akan terjepit .
Pasca dipotong tali pusat, bayi Ny.”S” langsung dilakukan IMD dan
berhasil selama 30 menit. Keuntungan bagi bayi adalah memberikan
kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera, meningkatkan
kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas,
meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi, mencegah kehilangan
panas, dan merangsang kolostrum segera keluar. Sedangkan keuntungan
bagi ibu adalah merangsang produksi oksitosin untuk membantu kontraksi
uterus sehingga perdarahan pasca persalinan lebih rendah, merangsang
pengeluaran kolostrum, merangsang prolaktin untuk meningkatkan produksi
ASI, membantu ibu mengurangi stres, dan menunda ovulasi. Kemudian
dilakukan cek perdarahan dan laserasi, hasilnya tidak terdapat perdarahan
aktif dan terdapat lasersi derajat 1 yaitu di daerah kulit perenium.
Kala IV pada Ny.”S” berlangsung fisologis, karena TTV normal,
kontraksi uterus keras, kandung kemih kosong, dan perdarahan normal.
Menurut teori Nuraisiah (2012), dalam 2 jam post partum yang perlu di
observasi meliputi : TD, Nadi, suhu, TFU, kontraksi uterus yang baik,
kandung kemih harus kosong dan perdarahan. Tekanan darah normalnya <
140/90 mmHg, masalah ini timbul adanya demam dan perdarahan. Nadi >
100 x/menit, frekuensi nadi yang semakin meningkat dapat menunjukkan
hipovolemia karena perdarahan. Suhu > 38o C karena terjadi dehidrasi dan
infeksi ( karena persalinan yang lama dan tidak cukup minum ).Setelah
112
lahirnya plasenta dilakukan masase uterus, untuk membantu berkontraksi.
Apabila kontraksi uterus lembek, kontraksi tidak adekuat akan terjadi
perdarahan. Kandung kemih harus kosong, karena kandung kemih penuh
menganggu kontraksi uterus dan involusi uterus.
5.3 Pembahasan Asuhan Masa Nifas
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil) dan berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Kebijakan program
nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini
untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, mendeteksi adanya komplikasi
atau masalah yang terjadi pada masa nifas, menangani komplikasi atau
masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya
(Asih, 2016).
Masa nifas Ny.”S” berlangsung fisiologis karena proses involusi
uterus dan laktasi berjalan dengan baik. Proses involusi yang berjalan baik
dilihat dari penurunan TFU, kontraksi uterus, perdarahan, dan pengeluaran
lochea. Pada Ny.”S” memberikan ASI secara eklusif, karena setelah bayi
lahir dilakukan IMD bayi menemukan puting, ASI sudah keluar. Ibu
memberikan ASI-E karena komposisi sesuai kebutuhan, mengandung zat
pelindung, meningkatkan ikatan batin dan lebih ekonomis. Menurut
Asih(2016), Proses laktasi mengeluarkan hormon oksitosin dikeluarkan oleh
glandula pituitari posterior dan bekerja terhadap otot uterus dan jaringan
payudara, sehingga menyebabkan kontraksi uterus dan membantu involusi
uterus. ( Asih, 2016).
Pada Ny.”S” saat masa nifas ibu tidak menahan BAK, setelah 1 jam
melahirkan ibu sudah bisa BAK dan dalam sehari ibu BAK lebih dari 4x
Setelah 3 hari ibu baru BAB. Hal ini masih dalam batas normal. Pada awal
113
masa puerpurium, kurangnya makanan, pengendalian diri terhadap BAB
dan tonus otot usus menurun akibat proses persalinan. Kandung kemih yang
penuh menganggu mobilitas, involusi, kontraksi, perdarahan dan
pengeluaran lochea. Distensi kandung kemih yang berlebihan dalam waktu
yang lama dapat merusak dinding kandung kemih dan mengakibatkan atonia
uteri (Asih, 2016).
Pada Ny ”S” saat persalinan terdapat laserasi derajat 1 dan dilakukan
hecting. Saat BAK dan BAB ibu tidak takut untuk membersihkan dengan
cara cebok yang benar yaitu dari depan ke belakang kemudian disabun
sampai, ababila pembalut mulai penuh ibu menggantinya, dan dalam sehari
mengganti celana dalam 3x. Personal hagine sangat penting untuk
mengurangi,mencegah infeksi, mempercepat pemulihan luka, meningkatkan
rasa nyaman dan sejahtera. ( Asih, 2016).
Pada Ny “S” telah diberikan Vitamin A pada satu jam setelah
kelahiran dan dosis kedua diberikan setelah 24 jam setelah kelahiran .
Vitamin A sangat penting untuk mencegah infeksi , meningkatkan
kandungan vitamin A dalam ASI dan dapat memulihkan keadaan ibu. (Asih
2016)
Pada Ny.”S” dalam masa nifas tidak tarak makan, ibu memperbanyak
makanan yang banyak menggandung protein dan sayuran agar
mempercepat pemulihan jahitan. Tujuan nutrisi pada masa nifas terpenuhi
adalah untuk memulihkan kondisi fisik, meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi, mencegah konstipasi, tidak menganggu produksi ASI, dan
mempercepat pemulihan luka. ( Asih, 2016).
Pada Ny.”S” melakukan senam nifas telah diajarkan dengan tujuan
membantu mempercepat pemulihan, mempercepat involusi uterus,
membantu memulihkan dan mengencangkan otot panggul, perut dan
114
perenium, memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi rasa sakit dan
mengurangi kelainan masa nifas ( Asih, 2016).
5.4 Pembahasan Asuhan BBL (Bayi Baru Lahir)
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran sampai berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis
berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan
baik (Marmi,2012). Pada bayi baru lahir dilakukan kunjungan selama 2 kali
sesuai dengan kebijakan nasional yaitu pada kunjungan pertama usia 6 jam
dan pada kunjungan kedua bayi usia 6 hari (Marmi, 2012).
Bayi Ny ”S” lahir normal pada pukul 19.55 WIB, menangis spontan,
warna kulit kemerahan, apgar score 7-8, jenis kelamin laki-laki pada usia
kehamilan 38 minggu 1 hari, didapatkan hasil pemeriksaan BB 3500 gram,
PB 50 cm, anus ada, tidak ada cacat bawaan, bayi dilakukan IMD selama 1
jam di atas dada ibu. Keuntungan bagi bayi adalah memberikan kesehatan
bayi dengan kekebalan pasif yang segera, meningkatkan kecerdasan,
membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas, meningkatkan
jalinan kasih sayang ibu dan bayi, mencegah kehilangan panas, dan
merangsang kolostrum segera keluar. Setelah dilakukan asuhan bayi baru
lahir, dilakukan IMD selama 1 jam, dilakukan pemeriksaan anthopometri dan
pemeriksaan fisik. Bayi Ny ”S” normal, hal ini menunjukkan bahwa bayi lahir
sesuai masa kehamilan.
Setelah itu bayi diberikan salep mata dan injeksi Vit.K pada paha kiri
1 cc setelah lahir. Menurut teori penyuntikan Vit K bertujuan untuk mencegah
perdarahan yang bisa muncul karena kadar protombin yang rendah pada
beberapa hari pertama kehidupan bayi (Marmi, 2012). Kemudian diberikan
salep mata erlamicyn (clorampenichol) 1%. Salep yang diberikan bertujuan
115
untuk pengobatan profilaktik mata untuk Neisseria gonnorrhea yang dapat
menginfeksi bayi baru lahir selama proses persalinan melalui jalan lahir
(Marmi, 2012).
Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil. Hal ini
menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir, dengan cara keringkan
tubuh bayi, meletakkan bayi diatas dada dan perut ibu, selimuti dan berikan
topi pada bayi, dan tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Menurut
Dewi (2011), ada empat cara yang membuat bayi kehilangan panas, yaitu :
Konduksi Panas dihantarkan oleh tubuh bayi ke benda sekitarnya yang
kontak langsung dengan tubuh bayi, konveksi panas hilang dari tubuh ke
udara sekitarnya yang sedang bergerak, radiasi panas di pancarkan dari
BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin dan evaporasi panas
hilang melalui proses penguapan yang bertanggung pada kecepatan dan
kelembapan udara.
Pada Bayi Ny.”S” pada hari ketiga berat badan naik menjadi 3600
kgdan saat kunjungan tindak lanjut pada umur 4-7 hari untuk memastikan
status dan perkembangan bayi berjalan normal. Kenaikan berat badan bayi
saat lahir sampai dengan hari ke lima adalah 5 ons ini dipengaruhi nutrisi
yang baik dan ASI yang kuat, normalnya pada minggu pertama bayi akan
mengalami penurunan antara 7-10% hal ini dikarenakan tubuh bayi banyak
mengandung air hingga akan dikeluarkan melalui urine setelah lahir dan
setelah memasuki antara minggu kedua dan minggu ketiga maka akan
mengalami kenaikan berat badan kembali (Marmi, dkk., 2012).
Pencegahan kehilangan panas pada By Ny “S” dilakukan untuk
mencegah hipotermi diantaranya dengan mengeringkan tubuh bayi sesegera
116
mungkin, meletakkan bayi di tubuh ibu, menyelimuti dan memakaikan topi,
serta tidak memandikan bayi sebelum 6 jam setelah lahir. Karena bahaya
dari hipotermi adalah menurunnya simpanan glikogen sehingga bisa
menyebabkan hipoglikemia dan penanganannya dengan inisiasi menyusui
dini karena bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin dan pada
saat IMD bayi akan mendapatkan kolostrum yang berisi protein, lemak, dan
karbohidrat yang akan membuat glukosa darah stabil (Prawirahardjo, 2009).
Untuk pencegahan ikterus ibu diberikan KIE untuk menjemur bayinya
dipagi hari dengan tidak memakai baju dilakukan kurang lebih 15-30 menit
mulai dari jam 07.00 – 08.00 WIB. Sinar matahari pagi mengandung
spektrum sinar biru yang dapat membantu memecah bilirubin dalam darah
sehingga kadar bilirubin kembali normal dan pada akhirnya efek kuning pada
bayi dapat menghilang. Cara lain adalah dengan terus memberikan ASI,
karena protein dalam ASI akan melapisi mukosa usus dan menurunkan
penyerapan kembali bilirubin (Suradi, R. 2010).
5.5 Pembahasan Keluarga Berencana
Pelayanan keluarga Berencana memiliki tujuan yaitu dengan
memberikan dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu
dihayatinya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera), dan
penurunan angka kelahiran yang bermakna (Mulyani, 2013).
Setelah diberikan asuhan tentang macam – macam KB hormonal dan
non hormonal, indikasi dan kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan
kepada ibu dan keluarga, Ny”S” memilih KB suntik 3 bulan. Alasan Ny “S”
memilih untuk menggunakan KB suntik 3 bulan adalah untuk menjaga jarak
kehamilan dan karena ibu ingin tetap memberikan ASI sampai bayi berumur
117
2 tahun. KB suntik 3 bulan juga dapat digunakan oleh ibu menyusui. Menurut
Handayani, (2010) KB suntik 3 bulan tidak memiliki hormon estrogen yang
dapat meningkatkan hormon LH sehingga hipotalamus mengeluarkan
hormon PIH yaitu hormon penghambat prolaktin dan menyebabkan
penurunan produksi ASI. Berdasarkan pengkajian tersebut maka KB yang
paling tepat adalah KB suntik 3 bulan.
Cara kerja metode ini yaitu menghalangi terjadinya ovulasi dengan
menekan pembentukan releasing factor dan hipotalamus, leher serviks
bertambah kental sehingga menghambat penetrasi sperma melalui serviks
uteri, menghambat implantasi ovum dalam endometrium (Nina Siti Mulyani,
dkk.2013).
Konseling tentang efek samping yang diberikan pada Ny ”S” yaitu
menstruasi kadang teratur atau tidak teratur, darah menstruasi terkadang
banyak atau hanya bercak-bercak, peningkatan berat badan, sakit kepala
dan nyeri payudara. Konseling efek samping ini sesuai dan didapat dari teori
dari Sulistyawati, (2014)
Ny ”S” memutuskan untuk menggunakan KB suntik 3 bulan pada
tanggal 03 Juli 2017. Pada saat penyuntikkan ibu sudah menstruasi, dan
masa nifasnya sudah berakhir. Hal ini sesuai dengan teori Affandi, (2012)
bahwa pemberian suntikkan 3 bulan dapat diberikan 3 minggu pasca
bersalin. Pasca penyuntikkan ibu dianjurkan untuk tidak melakukan
hubungan seksual selama 7 hari. Menurut teori dari Sulistyawati, 2014
bahwa suntikkan dapat diberikan pada wanita yang tidak haid, suntikkan
pertama dapat diberikan setiap saat, dengan syarat tidak hamil, dan selama
7 hari setelah suntikkan tidak boleh melakukan hubungan seksual. Prosedur
suntik KB 3 bulan yaitu mengoleskan kapas alkohol sebagai antiseptik,
menyuntikkan Depo progestin dengan dosis 3 cc pada sepertiga SIAS
118
secara IM, memberitahukan kepada ibu apabila sewaktu-waktu ada keluhan
segera kontrol ke tenaga kesehatan, menyepakati kunjungan ulang.
Karena ibu merasakan salah satu efek samping dari suntik KB 3
bulan yaitu kenaikan berat badan, ibu berencana untuk pindah KB IUD ,dan
setelah sudah dijelaskan tentang keuntungan KB IUD yang antara lain yaitu
tidak mengandung hormon sehingga tidak menyebabkan kenaikan berat
badan serta dapat digunakan dengan jangka panjang dan tidak
mengganggu produksi ASI. Efeksamping IUD yaitu perdarahan, rasa nyeri
dan kejang perut, terganggunya siklus menstruasi (umumnya terjadi pada 3
bulan pertama pemakaian), disminore, gangguan pada suami ( sensasi
keberadaan benang iud darasakan sakit atau mengganggu bagi pasangan
saat melakukan aktifitas seksual), infeksi pelvis dan endometrium ( Sujiantini
2012)
Menurut Prawirohardjo (2013), Untuk pemasangan KB IUD ibu harus
menunggu sewaktu haid sedang berlangsung Karena keuntungannya
pemasangan lebih mudah oleh karena servik pada waktu agak terbuka dan
lembek. Rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan yang timbul sebagai
akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinana pemasangan
IUD pada uterus yang sedang hamil tidak ada. Jika ibu tidak haid di
karenakan efek samping dari KB suntik 3 bulan, ibu bisa pasang KB IUD
ketika kunjungan ulang pada KB suntik 3 bulan selanjutnya pada tanggal 3
Oktober.
119
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan Continuinty Of Care(COC) pada
Ny.”S” usia 29 tahun dari masa kehamilan, persalinan, nifas, BBL (Bayi Baru
Lahir) dan KB di Jl. Simpang Ikan Piranha Atas Kota Malang, dengan
pengkajian menggunakan pola pikir manajemen kebidanan Varney dengan
pendokumentasian SOAP, maka dapat disimpulkan :
1. Kehamilan Ny”S” berlangsung fisiologis dengan resiko rendah (skor
KSPR 2), masuk PAP pada usia kehamilan 38 minggu 1 hari. Keluhan
yang di dapat seperti buang air kencing dan sakit nyeri punggung
namun dapat teratasi. Kehamilan berlangsung fisiologis.
2. Proses persalinan Ny. “S”berjalan normalpervagina. Kala III dan IV juga
berjalan fisologis.
3. Pada masa nifas tidak terjadi perdarahan dan infeksi dan tidak ada
tanda bahaya infeksi ataupun bendungan ASI, pengeluaran ASI lancar,
involusi dan penurunan fundus uteri pada Ny “S” berlangsung dengan
baik.
4. By. Ny “S” tidak ditemukan kesenjangan karena penatalaksanaannya
sesuai dengan persalinan normal dan didapatkan hasil pemeriksaan
dalam batas normal dan bayi dalam keadaan sehat
5. Pada KB , ibu memilih menggunakan KB suntik 3 bulan , tetapi berniat
untuk ganti KB IUD karena efek samping kenaikan berat badan yang
telah dialami .
120
6.2 Saran
Dengan melihat hasil kesimpulan diatas, maka saran dari Laporan
Tugas Akhir yakni sebagai berikut:
6.2.1 Bagi institusi pendidikan
Laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat menambah reverensi
bagi institusi pendidikan khususnya Prodi D3 Kebidanan STIKES
Widyagama Husada Malang dalam pemberian asuhan kebidanan pada
ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan KB.
Serta diharapkan dapat memudahkan dalam peminjaman alat yang
dibutuhkan dalam pemberian asuhan kebidanan.
6.2.2 Bagi Penulis
Diharapkan dapat lebih meningkatkan pengetahuan serta menjadi
pengalaman dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu selama masa
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan KB.
6.2.3 Bagi Lahan Praktik
Laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan masukan
untuk mempertahankan dan meningkatkan pelayanan kebidanan pada
ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan KB
sesuai dengan standart asuhan kebidanan.
6.2.4 Bagi Klien
Diharapkan ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan tentang
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan KB serta lebih
meningkatkan pemeriksaan antenatal secara teratur ke tenaga kesehatan
agar dapat terdeteksi sedini mungkin komplikasi yang mungkin terjadi.
121
6.2.5 Bagi Penyusun LTA selanjutnya
Penyusun LTA selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan
Laporan Tugas Akhir ini dengan menambah atau mencari referensi-
referensi perkembangan asuhan kebidanan terbaru tentang asuhan yang
dilakukan dalam masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan
KB serta dimohon untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sehingga komplikasi yang dapat terjadi pada ibu selama
kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir dapat terdeteksi sedini
mungkin. Serta diharapkan bagi mahasiswa penyusun LTA selanjutnya
untuk memiliki sendiri alat-alat yang dibutuhkan dalam pemberian asuhan
kebidanan.
122
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, B., Adriaansz, G., Gunardi, E. R., & Koesno, H. 2015. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Astuti, S., dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta : Erlangga.
Deslidel, dkk. 2012. Buku Ajar Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta : EGC.
Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Tahun 2015. Jawa Timur : Dinas Kesehatan Jawa Timur.
Hani, U., Kusbandaiyah, J., Marjati, & Yulifah, R. 2011. Asuhan Kebidanan Pada
Kehamilan Fisiologis. Jakarta : Salemba Medika.
Kemenkes R.I. 2013. Buku Saku Pelayanan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta : World Health Organization.
Kemenkes R.I. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta:
Kemenkes R.I.
Kepmenkes R.I. 2007. Keputusan Mentri Kesehatan R.I Nomor
938/Menkes/SK/VIII/2007. Jakarta : Kepmenkes R.I.
Marmi, & Kukuh, R. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nugroho, T., Nurrezki, Warnaliza, D., & Wilis. 2014. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan I ( Kehamilan ). Yogyakarta: Nuha Medika.
Nugroho, T., dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb 3).
Yogyakarta : Nuha Medika.
Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Roito, J., dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Deteksi Dini Komplikasi.
Jakarta : EGC.
Romauli, S. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan
Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.
137
10. Lembar Observasi
Tanggal Jam His DJJ Suhu Nadi TD VT Ket
29 April 2017
12.30 WIB
3x10’30’’ 136x/m 36,6oC 80x/m 110/70 MmHg
Ø=3 cm, eff 25% Ketuban(+),
bagian terdahulu kepala, bagian kecil disamping
kepala (-), Hodge II, molase 0.
13.30 WIB
3x10’30’’ 135x/m 82x/m
14.30 WIB
3x10;35’’ 130x/m 80x/m
15.30 WIB
4x10’40’’ 120x/m 82x/m
16.30 WIB
4x10’40’’ 120x/m 36oC 80x/m 110/70 MmHg
Ø=6 cm, eff 50% Ketuban(+),
bagian terdahulu kepala, bagian kecil disamping
kepala (-), Hodge II, molase 0.
17.00 WIB
4x10’40’’ 130x/m 80x/m
17.30 WIB
4x10’45’’ 130x/m 82x/m
18.00 WIB
4x10’45’’ 125x/m 83x/m
18.30 WIB
4x10’45’’ 135x/m 85x/m
19.00 WIB
5x10’45’’ 125x/m 83x/m
19.30 WIB
5x10’45’ 135x/m 36,9oC 80x/m 110/70 MmHg
Ø=10 cm, eff 100%
Ketuban(-), bagian terdahulu kepala, bagian kecil disamping
kepala (-), Hodge III, molase 0.
153
CURRICULUM VITAE
DIAN PIPIN NITASARI
Malang, 23 Juni 1996
Motto :
“ Kesuksesan dapat diraih dengan segala upaya dan usaha dan disertai
dengan doa ”
Riwayat Pendidikan
MIN Druju Lulus Tahun 2008
SMPN 1 Sumbermanjing Wetan Lulus Tahun 2011
SMA Widya Dharma Turen Lulus Tahun 2014
D3 Kebidanan STIKES Widyagama Husada Malang 2017