+ All Categories
Home > Documents > Epen Sa'ad NIM. 108081000074 JURUSAN MANAJEMEN ...

Epen Sa'ad NIM. 108081000074 JURUSAN MANAJEMEN ...

Date post: 21-Jan-2023
Category:
Upload: khangminh22
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
192
ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA DAN INFLASI TERHADAP DANA PIHAK KETIGA DAN PENYALURAN KREDIT SERTA DAMPAKNYA KEPADA PROFITABILITAS PADA BANK UMUM Disusun Oleh: Epen Sa’ad NIM. 108081000074 JURUSAN MANAJEMEN PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M
Transcript

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK

INDONESIA DAN INFLASI TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

DAN PENYALURAN KREDIT SERTA DAMPAKNYA

KEPADA PROFITABILITAS PADA BANK UMUM

Disusun Oleh:

Epen Sa’ad

NIM. 108081000074

JURUSAN MANAJEMEN PERBANKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M

i

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK

INDONESIA DAN INFLASI TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

DAN PENYALURAN KREDIT SERTA DAMPAKNYA KEPADA

PROFITABILITAS PADA BANK UMUM

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi

Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Epen Sa’ad

NIM. 108081000074

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Murdiyah Hayati, S. Kom, MM

NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 19700106 200312 1 001

JURUSAN MANAJEMEN PERBANKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, Tanggal 05 Maret 2013 telah dilakukan ujian komprehensif atas

Mahasiswa:

1. Nama : Epen Sa’ad

2. NIM : 108081000074

3. Jurusan : Manajemen Perbankan

4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

dan Infalsi Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran

Kredit Serta Dampaknya Kepada Profitabilitas pada Bank

Umum

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 05 Maret 2013 1. Herni Ali HT. SE. MM ( )

NIDN. 0422 1259 02 Ketua 2. Dr. Suhendra, MM ( )

NIP. 19711206 200312 1 001 Sekretaris 3. Murdiyah Hayati, S. Kom. MM ( )

NIP. 19700106200312 1 001 Penguji Ahli

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, tanggal 26 Agustus 2015 telah dilakukan ujian Skripsi atas

Mahasiswa:

1. Nama : Epen Sa’ad

2. NIM : 108081000074

3. Jurusan : Manajemen Perbankan

4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

dan Infalsi Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran

Kredit Serta Dampaknya Kepada Profitabilitas pada Bank

Umum

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama

ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Perbankan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 26 Agustus 2015

1. Amilin, Dr, SE, Ak., M.Si ( ) NIP. 19730615 200501 1 009 Ketua

2. Titi Dewi Warninda, SE, M.Si ( ) NIP. 19731221 200501 2 002 Sekretaris

3. Indo Yama Nasarudin, SE., MBA ( ) NIP. 19741127 200112 1 002 Penguji Ahli

4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( ) NIP. 19690203 200112 1 003 Pembimbing I

5. Murdiyah Hayati, S. Kom, MM ( ) NIP. 19700106 200312 1 001 Pembimbing II

iv

LEMBAR PERNYATAAN

KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Epen Sa’ad

No. Induk Mahasiswa : 108081000074

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggung jawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa izin pemilik karya

4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya

ini.

Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap

untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Agustus 2015

Yang menyatakan,

(Epen Sa’ad)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Curriculum Vitae

Data Pribadi / Personal details

Nama / Name : Epen Sa’ad

Tanggal Kelahiran / Date of Birth : 05 Juni 1990

Jenis Kelamin / Gender : Laki – Laki

Agama / Religion : Islam

Warga Negara / Nationality : Indonesia

Alamat / Addres : Jl. Cipunegara Raya II Komp. Kejaksaan

Agung RI Blok E No. 16 A Cipayung -

Ciputat, Tangerang Selatan.

Nomor Telepon / Phone : 085714081444

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

Education Qualification

1. SD Negeri 01 Gajah Mati Mesuji, SUM-SEL (1996 – 2002)

2. SMP Negeri 01 Wiralaga Mesuji, Lampung (2002 – 2005)

3. SMA Negeri 01 Parung, Kab. Bogor (2005 – 2008)

4. S1 Manajemen Perbankan, UIN Syarif Hidayatullah (2008 – 2015)

Pendidikan Non Formal / Training - Seminar / Pengalaman Kerja

1. Seminar Asuransi ACA 2009

2. Seminar Angsa Emas 2010

3. KKSBT (KOPMA) Koperasi Mitra Lestari 2011

vi

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh suku bunga

SBI dan inflasi terhadap dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit serta

dampaknya kepada profitabilitas pada bank umum di Indonesia. Metode analisis

yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis jalur. Hasil pengujian

substruktur I menunjukan bahwa variabel suku bunga SBI berpengaruh signifikan

terhadap dana pihak ketiga (DPK). Hasil Pengujian Substruktur II menunjukan

bahwa variabel suku bunga SBI, inflasi dan dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh

signifikan terhadap penyaluran kredit di bank umum. Hasil pengujian substruktur

III menunjukan bahwa variabel suku bunga SBI, dana pihak ketiga (DPK) dan

penyaluran kredit berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) Pada

Bank Umum.

Kata Kunci : Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), Penyaluran

Kredit, Return On Asset (ROA)

vii

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the influence of SBI Interest

Rate, Inflation, toward Third Party Fund (TPF) and Credit Distribution and its

implications on the Profitability of Commercial Banks. This Research used path

analysis. The result on substructure I shows that the variable of SBI interest rate

have a significant influence on Third Party Fund (TPF). The result on

substructure II shows that the variable SBI Interest Rate, Inflation and Third

Party Fund (TPF) have a significant influence on Credit Distribution. The result

on substructure III shows that the variable SBI Interest Rate, Third Party Fund

(TPF) and Credit Distribution have a significant influence on Return On Asset

(ROA) at the Commercial Banks.

Keyword : SBI Interest Rate, Inflation, Third Party Fund (TPF), Credit

Distribution, Return On Asset (ROA)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarkatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas

nikmat iman, islam dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis

akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS

PENGARUH SUKU BUNGA SBI DAN INFLASI TERHADAP DANA

PIHAK KETIGA DAN PENYALURAN KREDIT SERTA DAMPAKNYA

KEPADA PROFITABILITAS PADA BANK UMUM”. Shalawat beserta

salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta

keluarga dan para sahabat. Penulis sangat bersyukur atas selesainya penyusunan

skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik moril

maupun materil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibunda tercinta Juairyah yang telah sabar dan tulus ikhlas membesarkan serta

mendidik putra-putrinya. Selalu memberikan dukungan baik moral, materil

dan spiritual yang tidak terhingga. Semoga allah SWT memberikan kesehatan

dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada beliau dan semoga penulis dapat

membahagiakannya, meskipun tidak sebanding dengan apa yang beliau telah

berikan, Amin yarobbal’alamin.

2. Ayahanda tersayang (Alm) Ahmad Alim terima kasih untuk semuanya.

Semoga Allah SWT berkenan mengampuni dan menghapus dosa-dosa beliau

dan menerima seluruh amal ibadahnya, amin Ya Robbal Alamin. Walaupun

saat ini ayah tidak hadir, tapi semangat dan pesanmu InsyaALLAH akan

selalu menemani perjalanan hidup ini. Semoga penulis dapat menjadi

kebanggan beliau dan keluarga.

3. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

ix

4. Bapak Arif Mufraini, MM Selaku pudek bidang akademik fakultas Ekonomi

dan Bisnis Univesitas Islam Negeri Jakarta.

5. Ibu Titi Dewi Warninda, M.Si Selaku ketua jurusan manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni Selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu

Murdiyah Hayati, S. Kom, MM selaku dosen pembimbing II, yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu

pengetahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhirnya

skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala masukan guna

penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan

selama ini.

7. Ibu Ela patriana MM. Selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberi

bimbingan, arahan, semangat, motivasi dan nasehat kepada penulis. Terima

kasih atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang

sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang

bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.

9. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam

mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.

10. Kepada seluruh keluarga besar Ahmad Alim dan Juariyah ayuk dan kakak –

kakak beserta ipar yang tercinta. Suadara - Saudara tercinta : Ely Fitri Yanti,

Heryanto.AD, Ahmadi Tagor.AD, Firdaus.AD, Faisal.AD, Ferdinansyah.AD

serta seluruh keponakan dan cucu-cucu lucu, selalu memberikan keceriaan,

dukungan semangat serta do’a kepada penulis.

11. Kepada Seluruh keluarga besar Hj. Roba’ah dan anak – anaknya yang telah

memberi bimbingan, arahan, semangat, motivasi dan nasihat kepada penulis.

12. Kepada keluarga A Yadi ahmad dan Ayuk Destry yang telah memberi

bimbingan, arahan, semangat, motivasi dan nasihat. Serta bersuka rela

memberikan tempat dan fasilitas untuk penulis sehingga penulis bisa

menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

13. Special thanks to khusus yang punya nama Evita Ayu Kusumawati.Amd

AKPER, anugrah wanita terindah yang kini selalu besemayam dilubuk hati.

Memberikan kebahagian, kecerian, semangat, motivasi, nasihat serta do’a

sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

x

14. Sahabat - sahabatku Aan sophan. SE, Muhammad Ahyan. SH, Tatang

Herwanto. Spdi, Mundir. SE, Umar Mochtar. SH, Ujuk Rafles. SE, Efri

Sofyan. SE, mereka saya anggap seperti keluarga, kepada mereka saya

ucapkan terimakasih untuk semuanya, karena partisipasi dan dukungan serta

do’anya dari merekalah sehingga skripsi ini terselesaikan dengan lancar.

Terimakasih atas kebersamaannya serta kekompakannya semoga persahabatan

kita tetap selalu terjaga.

15. Sahabat dan teman – teman seperjuangan yang telah bersama-sama berjuang

serta saling membantu untuk menyelesaikan skripsi ini yang begitu banyak

jika disebutkan satu-persatu. Untuk seluruh teman-teman di kelas Manajemen

B 2008 dan Perbankan B Terima Kasih atas kebersamaannya selama ini, dan

khususnya untuk yang selalu memberikan semangat serta support yang

berharga untuk penulis dari sebelum hingga terselesaikannya skripsi ini.

Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh balasan

rahmat dan karunia dari ALLAH SWT. Amien. Penulis menyadari sepenuhnya

akan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga

tidak menutup kemungkinan bila skripsi ini masih banyak kekurangan. Dengan

segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan mapun kritikan

yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Akhirnya hanya

kepada Allah semua ini penulis serahkan, karena hanya dengan ridha-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat membuka

jalanku untuk meraih cita-cita. Amin.

Wasalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh

Jakarta, Agustus 2015

Epen Sa’ad

(Penulis)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSHIF ..................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH .......................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... v

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian .......................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 11

A. Sistem Perbankan di Indonesia .................................................. 11

1. Pengertian Bank .................................................................... 12

2. Fungsi Pokok Bank ............................................................... 13

3. Jenis – jenis Bank ................................................................... 13

B. Perkreditan ................................................................................. 17

1. Pengertian Kredit .................................................................. 17

2. Unsur – unsur Kredit ............................................................. 18

3. Fungsi dan Tujuan Kredit ..................................................... 19

4. Jenis – jenis Kredit ................................................................ 20

5. Prinsip – prinsip Pemberian Kredit ....................................... 22

C. Dana Pihak Ketiga ..................................................................... 25

xii

D. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia ...................................... 27

1. Pengertian Suku Bunga ......................................................... 27

2. Sertifikat Bank Indonesia ...................................................... 29

3. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia ................................ 29

E. Inflasi ......................................................................................... 30

1. Pengertian Inflasi .................................................................. 30

2. Jenis – jenis Inflasi ................................................................ 31

3. Indikator Inflasi ..................................................................... 32

4. Efek Buruk Inflasi ................................................................. 34

5. Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi ....................................... 35

F. Return On Asset (ROA) ............................................................. 35

G. Penelitian Terdahulu .................................................................. 36

H. Kerangka Pemikiran .................................................................. 50

I. Paradigma Penelitian ................................................................. 52

J. Hipotesis Penelitian ................................................................... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 54

A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 54

B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 54

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 55

D. Metode Analisis ......................................................................... 56

E. Operasional Variabel Penelitian ................................................ 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 69

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .............................. 69

B. Penemuan dan Pembahasan ....................................................... 71

1. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ................................. 71

a. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia ............................ 71

b. Inflasi ................................................................................ 73

c. Dana Pihak Ketiga ............................................................ 74

d. Penyaluran Kredit ............................................................. 76

e. Return On Asset (ROA) .................................................... 77

xiii

2. Analisis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi terhadap

Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit serta Dampaknya

pada Return on Assets (ROA) pada Bank Umum ................. 79

a. Analisis Korelasi .............................................................. 80

b. Analsis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, dan Inflasi

terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) ................................. 82

c. Analsis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, dan

Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Penyalura Kredit ..... 87

d. Analasis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana

Pihak Ketiga (DPK), dan Penyalura Kredit terhadap

Return on Assets (ROA) ................................................... 92

e. Hasil Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) ................ 101

3. Analisis Jalur Setelah Trimming I ......................................... 103

a. Analisis Jalur Substruktur I setelah Trimming I ............... 105

b. Analisis Jalur Substruktur II setelah Trimming I .............. 108

c. Analisis Jalur Substruktur III setelah Trimming I ............ 112

d. Uji Kesesuaian Model Setelah Trimming I ...................... 119

e. Hubungan Langsung dan tidak Langsung ........................ 120

4. Analisis Jalur Setelah Trimming II ........................................ 122

a. Analisis Jalur Substruktur I setelah Trimming II .............. 125

b. Analisis Jalur Substruktur II setelah Trimming II ............ 128

c. Analisis Jalur Substruktur III setelah Trimming II ........... 133

d. Uji Kesesuaian Model Setelah Trimming II ..................... 139

e. Hubungan Langsung dan tidak Langsung ........................ 140

C. Interpretasi ................................................................................. 142

BAB IV KESIMPULAN DAN HASIL

A. Kesimpulan ................................................................................ 152

B. Implikasi .................................................................................... 153

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 155

LAMPIRAN ................................................................................................... 160

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ............................................................. 43

3.1 Standar Penilaian Kesesuaian (fit).................................................... 65

4.1 Suku Bunga SBI Periode Tahun 2007 – 2014................................. 72

4.2 Tingkat Inflasi Periode Tahun 2007 – 2014 ..................................... 72

4.3 Dana Pihak Ketiga Periode Tahun 2007 – 2014 .............................. 75

4.4 Penyaluran Kredit Periode Tahun 2007 – 2014 ............................... 76

4.5 ROA Periode Tahun 2007 – 2014 .................................................... 78

4.6 Korelasi antara SBI dan Inflasi ........................................................ 80

4.7 Hasil Korelasi antara SBI dan Inflasi ............................................... 80

4.8 Pengaruh suku bunga SBI dan Inflasi terhadap Dana Pihak

Ketiga ............................................................................................... 83

4.9 Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi dan Dana Pihak Ketiga

Terhadap Kredit................................................................................ 88

4.10 Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga dan

Kredit terhadap ROA ....................................................................... 93

4.11 Pengujian Pengaruh antar variabel Eksogen dengan Endogen ........ 100

4.12 Hasil Uji Goodness Of Fit Pengaruh SBI, Inflasi terhadap Dana

Pihak Ketiga dan Kredit serta Dampaknya terhadap ROA .............. 101

4.13 Hasil Uji Goodness Of Fit Setelah Modifikasi................................. 102

4.14 Hasil Perhitungan Pengaruh Antar Variabel Setelah Trimming ...... 103

4.15 Hasil Korelasi antara SBI dan Inflasi Setelah Trimming ................. 104

4.16 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap Dana

Pihak Ketiga ..................................................................................... 105

4.17 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi dan Dana Pihak

Ketiga Terhadap Kredit .................................................................... 109

4.18 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga

dan Kredit terhadap ROA ................................................................. 113

xv

4.19 Hasil Uji Goodness Of Fit Setelah Trimming I................................ 119

4.20 Pengaruh Langsung dan Tidak langsung, dan pengaruh total

tentang SBI (X1), Inflasi (X2), DPK (Y1) dan Kredit (Y2) Pada

ROA (Z) .......................................................................................... 120

4.21 Hasil Uji Goodness Of Fit Setelah Modifikasi................................. 123

4.22 Hasil Perhitungan Pengaruh Antar Variabel Setelah Trimming II .. 124

4.23 Hasil Korelasi antara SBI dan Inflasi Setelah Trimming II ............. 125

4.24 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap Dana

Pihak Ketiga ..................................................................................... 126

4.25 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi dan Dana Pihak

Ketiga Terhadap Kredit .................................................................... 129

4.26 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga

dan Kredit terhadap ROA ................................................................. 133

4.27 Hasil Uji Goodness Of Fit Setelah Trimming II .............................. 139

4.28 Pengaruh Langsung dan Tidak langsung, dan pengaruh total

tentang SBI (X1), Inflasi (X2), DPK (Y1) dan Kredit (Y2) Pada

ROA (Z) ........................................................................................... 140

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 51

2.2 Paradigma Penelitian ........................................................................ 52

3.1 Hubungan Kausal X1 dan X2 Terhadap Y1 ...................................... 57

3.2 Hubungan Kausal X1, X2 dan Y1 Terhadap Y2 ................................. 58

3.3 Hubungan Kausal X1, X2, Y1 dan Y2 Terhadap Z............................. 59

4.1 Perkembangan Suku Bunga SBI Periode Tahun 2007 – 2014 ........ 72

4.2 Perkembangan Inflasi Periode Tahun 2007 – 2014 ......................... 74

4.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) ....................................... 76

4.4 Perkembangan Penyaluran Kredit .................................................... 77

4.5 Perkembangan Return On Asset (ROA) ........................................... 79

4.6 Diagram Hasil Perhitungan .............................................................. 80

4.7 Diagram Jalur Substruktur I ............................................................. 82

4.8 Diagram Jalur Substruktur II ............................................................ 87

4.9 Diagram Jalur Substruktur III .......................................................... 93

4.10 Hasil Perhitungan Jalur Setelah Trimming I .................................... 104

4.11 Diagram Jalur Substruktur I setelah Trimming I ............................. 105

4.12 Diagram Jalur Substruktur II setelah Trimming I ............................ 108

4.13 Diagram Jalur Substruktur III setelah Trimming I ........................... 113

4.14 Hasil Perhitungan Jalur Setelah Trimming II ................................... 125

4.15 Diagram Jalur Substruktur I setelah Trimming II ............................ 126

4.16 Diagram Jalur Substruktur II setelah Trimming II ........................... 128

4.17 Diagram Jalur Substruktur III setelah Trimming II ......................... 133

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Data Mentah .................................................................................... 160

2 Hasil Pengolahan Data .................................................................... 163

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan

makmur berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, maka kesinambungan dan

peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan kekeluargaan

perlu dipelihara dengan baik. Untuk mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

pembangunan ekonomi harus lebih memperhatikan keselarasan dan

keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi

dan stabilitas nasional. Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis

untuk menyerasikan dan menyeimbangkan dari masing-masing unsur adalah

perbankan. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi

suatu negara, dimana fungsi utamanya adalah menghimpun dana dari

masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga memberikan

pelayanan dalam bentuk jasa-jasa perbankan (Ismail, 2010:12).

Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan

dalam bidang perekonomian suatu Negara, khususnya di bidang pembiayaan

perekonomian. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan, “Bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Dengan demikian, sektor perbankan memiliki peranan yang sangat penting

2

bagi pembangunan ekonomi terkait fungsinya sebagai lembaga perantara

keuangan (financial intermediary) dari unit surplus yang memiliki kelebihan

dana ke unit defisit yang kekurangan akan dana.

Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem keuangan

setiap negara, bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi

perusahaan, badan pemerintah, swasta dan perorangan menyimpan dana.

Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani

kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi

semua sektor perekonomian.

Perekonomian suatu negara dapat dipengaruhi oleh kebijakan yang

diterapkan oleh pemerintah, salah satunya adalah kebijakan moneter.

Kebijakan moneter menjadi salah satu cara pemerintah dalam mengontrol

kondisi perekonomian guna mencapai sasaran pembangunan ekonomi melalui

bank sentral. Menurut Warjiyo (2006:422), pengaruh kebijakan moneter

berdampak langsung pada sektor perbankan. Bank Indonesia sebagai lembaga

yang mengawasi dan mengontrol sistem moneter di Indonesia memiliki

beberapa mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui beberapa saluran,

diantaranya adalah saluran uang, saluran kredit, saluran suku bunga, saluran

nilai tukar, saluran harga aset dan saluran ekspetasi.

Menurut Perry (2006:430), stabilitas sistem perbankan dan sistem

moneter merupakan dua aspek yang saling terkait satu sama lain. Stabilnya

sistem perbankan secara umum dicerminkan dengan kondisi perbankan yang

sehat dan berjalannya fungsi intermediasi perbankan dalam memobilisasi

3

simpanan masyarakat untuk disalurkan dalam bentuk dan pembiayaan lain

kepada dunia usaha. Apabila kondisi ini terpelihara, maka proses perputaran

uang dan mekanisme transmisi kebijakan moneter dalam perekonomian yang

sebagian besar berlangsung melalui sistem perbankan juga data berjalan

dengan baik. Stabilnya sistem perbankan akan menentukan efektifitas

pelaksanaan kebijakan moneter.

Kegiatan perekonomian suatu Negara tidak terlepas dari lalu lintas

pembayaran uang, dimana industri perbankan memegang peranan yang sangat

strategis, dapat dikatakan sebagai urat nadi dari sistem perekonomian.

Kondisi perekonomian suatu negara dikatakan meningkat atau menurun

dapat dilihat dari beberapa indikator dasar makro ekonomi diantaranya adalah

Inflasi dan SBI. Menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan

sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan

harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila

kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.

Menurut Dornbus & Fischer dalam Nandadipa (2010:28), dampak dari inflasi

diantaranya menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, meningkatkan

kecenderungan untuk belanja, melemahkan semangat untuk menabung,

pengerukan tabungan dan penumpukan uang, permainan harga diatas standar

kemampuan, penumpukan kekayaan dan investasi non produktif, distribusi

barang relatif tidak stabil dan terkonsentrasi.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/4/DPM tanggal 16

Februari 2004 penerbitan Sertifikat Bank Indonesia melalui lelang, sebagai

4

salah satu piranti Operasi Pasar Terbuka, kegiatan transaksi dipasar uang yang

dilakukan oleh BI dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian

moneter. SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang

diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu

pendek (Siamat, 2005:262).

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki wewenang untuk

melakukan kebijakan moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan

tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah.

Instrumen-instrumen yang digunakan antara lain operasi pasar terbuka di pasar

uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan

cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Selain itu,

untuk meredam laju inflasi BI juga melakukan stabilisasi melalui instrumen

suku bunga SBI, penetapan suku bunga SBI dilakukan untuk mengendalikan

jumlah uang beredar yang dapat mencegah meningkatnya inflasi.

Menurut Kiryanto dalam Pratama (2010:3), Pembangunan ekonomi di

suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi

nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor perbankan terpuruk perekonomian

nasional juga ikut terpuruk. Demikian pula sebaliknya, ketika perekonomian

mengalami stagnasi sektor perbankan juga terkena imbasnya dimana fungsi

intermediasi tidak berjalan normal.

Saat krisis ekonomi yang melanda kawasan asia tenggara termasuk

Indonesia pada tahun 1998 yang mengakibatkan membuat banyak industri

menjadi hancur termasuk industri perbankan, saat itu banyak bank-bank yang

5

dilikuidasi oleh Bank Indonesia selaku bank sentral karena banyak bank yang

tidak mampu membiayai kegiatan operasional termasuk pengembalian dana

nasabah. Sehingga melunturkan kepercayaan masyarakat kepada lembaga

perbankan, yang pada gilirannya melemahkan fungsi intermediasi perbankan.

Menurut Bappenas inflasi yang dialami Indonesia saat itu sebesar 35,07%

dalam kurun waktu januari hingga mei 1998 dan pada puncaknya angka inflasi

pada tahun 1998 sebesar 77,6% merupakan inflasi yang tertinggi dialami

Indonesia semenjak tahun 1974 yang waktu itu hanya sebesar 33,3%

(Widoseno, 2012:3).

Demikian pula perlambatan perekonomian Indonesia yang dilatar

belakangi oleh Krisis Finansial Global 2008 – 2009 yang berdampak pada

perekonomian di Indonesia. Keketatan likuiditas yang banyak dialami oleh

perbankan nasional kala itu telah mendorong perbankan untuk lebih berhati –

hati, sehingga cenderung memilih yang paling aman dengan menjaga likuiditas

yang lebih tinggi dari yang dibutuhkan dan memilih menaruh dananya pada

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ketimbang meminjamkannya kepada bank lain

atau melakukan ekspansi kredit kepada nasabah (Purna, Hamidi, Prima, 2009).

Pasca krisis ekonomi global, pertumbuhan kredit perbankan mengalami

perlambatan yang signifikan, terutama kredit dalam valuta asing (valas).

Selama tahun 2009, total kredit hanya tumbuh sekitar 10% (yoy). Hal ini perlu

mendapatkan perhatian serius karena rendahnya penyaluran kredit berpotensi

menimbulkan instabilitas. Secara makro, dengan menurunnya pertumbuhan

kredit, pertumbuhan ekonomi ke depan dapat tertekan. Secara mikro,

6

penurunan pertumbuhan kredit dapat menyebabkan sektor korporasi dan rumah

tangga menjadi semakin sulit untuk mendapatkan pendanaan untuk membiayai

kegiatan usaha. Pada tahun 2009, meskipun kredit mengalami perlambatan

pertumbuhan, hal itu tidak mengurangi kemampuan bank menghasilkan profit,

bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan laba yang berhasil diperoleh pada

2008. Perbankan juga berhasil menekan dampak resiko, terutama resiko kredit,

yang sempat meningkat sampai dengan pertengahan tahun 2009. Salah satu

faktor yang tampaknya mendorong peningkatan profitabilitas adalah upaya

bank untuk memperlebar spread ditengah tren penurunan BI rate. Upaya

memperlebar spread itu menjadi semakin mudah dilakukan setelah adanya

kesepakatan sejumlah bank terutama bank besar pada bulan agustus 2009 untuk

menurunkan suku bunga pinjaman agar mendekati BI rate. Meskipun tujuan

akhir kesepakatan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan kredit,

namun menjelang tujuan akhir itu tercapai, perbankan telah menikmati dampak

positifnya dari sisi kenaikan profitabilitas (Kajian Stabilitas Keuangan Bank

Indonesia, 2010).

Salah satu indikator yang menandai keberhasilan bank dalam

menghadapi keterpurukan akibat dari krisis yang melanda saat itu adalah

kembali meningkatnya jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang disimpan dibank.

Seiring dengan normalnya kondisi perekonomian di Indonesia dan keberhasilan

bank dalam mengelolah profitabilitasnya membuat masyarakat kembali berani

untuk menginvestasikan uang yang dimiliki kesektor perbankan.

7

Kegiatan bank sebagai lembaga intermediary dapat dibedakan menjadi

dua fungsi yaitu kegiatan pendanaan dan perkreditan. Kegiatan pendanaan

diantaranya adalah mencari, memilih dan menetapkan sumber dana (DPK)

semurah mungkin. Sedangkan kegiatan perkreditan merupakan rangkaian

kegiatan utama bank umum dan menjadi aktivitas terbesar bagi perbankan

karena aktivitas prekeditan memberikan penghasilan terbesar bagi suatu bank

yang diperoleh melalui bunga, provisi, komisi, commiitment fee, appraisal fee,

dan lain-lain sebagai imbalan dari pemberian kredit. Bank mengeluarkan biaya

bunga sebagai imbalan kepada nasabah baik itu berbentuk giro, tabungan,

maupun deposito. Sedangkan bank juga memperoleh pendapatan bunga yang

berasal dari kredit yang disalurkan (Dendawijaya, 2000:33).

Penyaluran kredit merupakan salah satu kegiatan utama bank sebagai

lembaga intermediasi. Selain untuk mensejahterakan masyarakat, kredit yang

dilaksanakan oleh bank juga bertujuan untuk memperoleh laba, yang diperoleh

dari pendapatan bunga. Dimana pendapatan bunga ini akan menjadi salah satu

sumber pemasukan terbesar bagi bank. Namun dalam usaha penyaluran kredit

mengandung risiko kegagalan atau kemacetan pelunasannya, yang mana

nasabah tidak mampu lagi untuk melunasi kreditnya. Prinsip penyaluran kredit

adalah prinsip kepercayaan dan kehati-hatian. Indikator kepercayaan ini adalah

kepercayaan moral, komersial, finansial, dan agunan (Hasibuan, 2011:87).

Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini diprosikan dengan

Return on Assets (ROA), karena ROA memfokuskan kemampuan perusahaan

untuk memperoleh laba dalam operasi perusahaan. Kemampuan bank dalam

8

menghasilkan profit akan bergantung kepada kemampuan manajemen bank

yang bersangkutan dalam mengelolah asset dan liabilities yang ada.

Profitabilitas menjadi indikator untuk menilai baik buruknya kinerja dari

sebuah perusahaan, dalam menjalankan kegiatan bisnisnya setiap perusahaan

akan berusaha untuk menghasilkan profitabilitas yang optimal (Yuliani,

2007:16). Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba melalui kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan

dan tingkat profitabilitas yang tinggi menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan

(Yuliani, 2007:16).

Bank harus senantiasa menjaga profitabilitasnya untuk menjaga

keberlangsungan usahanya dan tingkat kinerja profitabilitas suatu perusahaan

dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan dengan cara menganalisis

dan menghitung rasio-rasio dalam kinerja keuangan, karena rasio-rasio tersebut

mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang

bersangkutan. Dengan begitu, profitabilitas bank tersebut menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu

(Loen dan Ericson, 2008:31).

Dengan didasarkan atas latar belakang diatas, penelitian ini dilakukan

untuk mengkaji ulang dan mereview penelitian sebelumnya, dengan

menggunakan metode dan alat uji yang berbeda dengan penelitian sebelumnya,

serta rentang waktu yang berbeda pula, penulis mencoba untuk mengetahui

apakah variabel-variabel eksogen yang berasal dari indikator makro ekonomi

dapat mempengaruhi dana pihak ketiga dan penyaluran kredit serta

berimplikasi pada profitabilitas bank yang merupakan variabel endogen.

9

Dari latar belakang di atas dimana peran bank sangat besar dalam

mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara dan mengingat betapa

pentingnya fungsi bank saat ini sebagai intermediasi. Maka peneliti memilih

judul “Analisis Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Inflasi

Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit Serta Dampaknya Kepada

Profitabilitas Pada Bank Umum”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan

permasalahan yang ada sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap Dana Pihak

Ketiga (DPK)?

2. Bagaimana pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi dan Dana Pihak Ketiga

(DPK) terhadap Penyaluran Kredit?

3. Bagaimana pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga dan

Penyaluran Kredit terhadap Return on Assets (ROA)?

4. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung Suku Bunga SBI, Inflasi,

Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Penyaluran Kredit terhadap Return on Assets

(ROA)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

10

a. Menganalisis pengaruh Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap Dana Pihak

Ketiga (DPK).

b. Menganalisis pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi dan Dana Pihak Ketiga

(DPK) terhadap Penyaluran Kredit.

c. Menganalisis pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga dan

Penyaluran Kredit terhadap Return on Assets (ROA).

d. Menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung Suku Bunga SBI,

Inflasi, Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit terhadap Return on

Assets (ROA).

2. Manfaat Penelitian

Diharapkan dari hasil penelitian ini untuk dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak, diantaranya:

a. Bagi Penulis

Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan dibidang perbankan serta

sebagai sarana untuk merealisasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah

melalui pengkajian dalam karya ilmiah ini.

b. Bagi Emiten

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan perbandingan

kepada semua pihak yang melakukan penelitian lebih lanjut.

c. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan

referensi tambahan bagi para mahasiswa maupun pihak lain yang

berkepentingan untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta

memungkinkan penelitian berikutnya mengenai topik-topik yang

berkaitan yang sifatnya melanjutkan atau melengkapi.

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Perbankan di Indonesia

Secara etimologi bank berasal dari bahasa Italia yang berarti bantu atau

pembantu. Namun seiring berjalannya waktu, pengertian bank meluas menjadi

suatu bentuk pranata sosial yang bersifat finansial, yang melakukan kegiatan

keuangan dan melaksanakan jasa-jasa keuangan. Sistem perbankan di

Indonesia berawal dari era sebelum lahirnya UU No. 14 Tahun 1967 tentang

pokok-pokok perbankan sampai dengan Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun

1992 tentang Perbankan (Judisseno, 2005:105).

Berdasarkan UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan menggantikan

UU No. 14 tahun 1967, bank-bank yang sebelumnya beroperasi sebagai bank

tabungan, bank pembangunan, dan bank koperasi, semuanya dikelompokan

menjadi bank umum. Sementara bank pasar, bank desa, dan lembaga kredit

pedesaan lainnya yang telah mendapatkan pengukuhan dari Menteri Keuangan,

berubah status menjadi BPR. Sementara itu Bank Indonesia melakukan

fungsinya sebagai bank sentral dan melakukan pengaturan, pengawasan, dan

pembinaan terhadap sektor perbankan (Siamat, 2005:48).

Sistem perbankan Indonesia berbeda dengan sistem perbankan di

negara-negara lain, sebagaimana diatur dalam UU No. 7 Tahun 1992 yang

telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan meliputi Bank

Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (Veitzhal, 2007:113).

12

Sistem perbankan di Indonesia terbangun dengan konsep yang

dilandaskan pada sistem perekonomian yang ada. Indonesia menetapkan sistem

perekonomiannya sebagai sistem ekonomi yang demokrasi sesuai dengan

landasan negara yaitu Pancasila. Hal ini di atur dalam Undang-undang Azas

Perbankan Indonesia, pada Pasal 2 UU No. 7 Tahun 1992, yang berbunyi:

“Perbankan Indonesia dalam menjalankan usahanya berasaskan demokrasi

ekonomi dengan prinsip kehati-hatian”. Demokrasi yang dimaksud adalah

demokrasi ekonomi berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Dalam sistem

perbankan di Indonesia ada sebuah otoritas bank sentral yang berfungsi

untuk mengatur serta memelihara perbankan. Berdasarkan pasal 23 ayat (3)

UUD 1945, di Indonesia hanya ada satu bank sentral yaitu Bank Indonesia

(Siamat, 2005:149).

1. Pengertian Bank

Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 adalah:

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masayarakat

dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak” (Siamat, 2005:275).

Menurut Kasmir (2007:11), Bank secara sederhana dapat diartikan

sebagai:

Lembaga Keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana

dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat

serta memberikan jasa bank lainnya.

13

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

bank merupakan suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan

yang berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary)

yang kegiatan utamanya meliputi penghimpunan dana, penyaluran dana,

serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas perbankan lainnya dengan

tujuan meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2. Fungsi Pokok Bank

Bank umum sebagai lembaga intermediasi keuangan memberikan

jasa-jasa keuanagan baik kepada unit surplus maupun kepada unit defisit.

Menurut Siamat (2005:276), bank melaksanakan beberapa funsi pokok.

Fungsi pokok bank umum diantaranya yaitu:

a. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien

dalam kegiatan ekonomi;

b. Menciptakan uang;

c. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat;

d. Menawarkan jasa-jasa keuangan lainnya.

3. Jenis – jenis Bank

Menurut Kasmir (2009:35), jenis perbankan dewasa ini dapat

ditinjau dari beberapa segi antara lain:

a. Dilihat dari Segi Fungsinya

Berdasarkan Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun

1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-undang RI. Nomor

10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri:

14

1) Bank Umum

Merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b. Dilihat dari Segi Kepemilikanya

Bank dilihat dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja

yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte

pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank bersangkutan.

1) Bank milik pemerintah

2) Bank milik pemerintah daerah (BPD)

3) Bank milik swasta nasional

4) Bank milik asing

5) Bank milik campuran

c. Dilihat dari Segi Status

1) Bank Devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar

negeri, atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara

keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri,

travellers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit

(L/C) dan transaksi luar negeri lainnya. Persyaratan untuk menjadi

15

bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia setelah memenuhi

semua persyaratan yang ditetapkan.

2) Bank Non Devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk

melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat

melaksanakan transaksi seperti hal nya bank devisa. Jadi bank non

devisa merupakan kebalikan dari pada bank devisa, dimana transaksi

yang dilakukan masih dalam batas-batas suatu negara.

d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga

1) Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini

adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini

disebabkan tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal

mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda (Barat). Dalam

mencari keuntungan dan menetukan harga kepada para nasabahnya,

bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua

metode yaitu:

a) Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk

simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula

harga beli untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan

berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penetuan harga ini

dikenal dengan istilah spread based.

b) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional

menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam

nominal atau persentase tertentu seperti administrasi biaya provisi,

16

sewa, iuran dan biaya-biaya lainnya. Sistem pengenaan biaya ini

dikenal dengan istilah fee based.

2) Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah

Bank berdasarkan Prinsip Syariah menerapkan aturan

perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dengan pihak lain

baik dalam hal untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau

kegiatan perbankan lainnya. Penentuan harga atau mencari

keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah

dengan cara:

a) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).

b) Pembiayaan berdasarkan prinsip penertaan modal (musharakah).

c) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahah).

d) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan

(ijarah).

e) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang

disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank

yang berdasarkan prinsip syariah juga sesuai dengan syariah Islam.

Kemudian sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank

prinsip syariah dasar hukumnya adalah al-quran dan sunnah rasul.

Bank berdasarkan prinsip syariah mengharamkan penggunaan harga

produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank syariah bunga adalah

riba.

17

B. Perkreditan

1. Pengertian Kredit

Kredit berasal dari bahasa yunani “Credere” yang berarti

kepercayaan atau dalam bahasa latin “Creditum” yang berarti kepercayaan

akan kebenaran. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa seorang debitur yang

memperoleh pinjaman telah mendapatkan kepercayaan dari bank bahwa

debitur tersebut tidak akan menyalahgunakan pinjaman yang diberikan dan

akan mengembalikannya pada saat yang telah ditetapkan (jatuh tempo).

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 kredit

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan, atau

pembagian hasil keuntungan.

Menurut pendapat Veitzhal (2007:438), ada beberapa pengertian kredit

yaitu:

a. Kredit merupakan penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak

(kreditor) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (debitur) dengan

janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada

tanggal yang telah disepakati.

b. Kredit penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan

itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi

hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

18

c. Kredit merupakan penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan

dengan harapan mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama

dikemudian hari.

d. kredit merupakan suatu tindakan atas dasar perjanjian dimana dalam

perjanjian tersebut terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan

kontraprestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsur waktu.

e. Kredit merupakan suatu hak, dengan hak itu seseorang dapat

mempergunakannya untuk tujuan tertentu, dalam batas waktu tertentu,

dan atas pertimbangan tertentu pula.

2. Unsur - unsur Kredit

Menurut Kasmir (2009:98), unsur-unsur yang terkandung dalam

pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

a. Kepercayaan

Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang

diberikan (berupa uang, jasa atau barang) akan benar-benar diterima

kembali di masa tertentu di masa yang akan datang.

b. Kesepakatan

Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur

kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-

masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka

waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah

atau jangka panjang.

19

d. Risiko

Dengan suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu

risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu

kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya.

e. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut

yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga

dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.

3. Fungsi dan Tujuan Kredit

Kredit memiliki fungsi yang sangat penting. Menurut Hasibuan

(2011:88), fungsi kredit bagi masyarakat, antara lain:

a. Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan

dan perekonomian;

b. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat;

c. Memperluas arus barang dan arus uang;

d. Meningkatkan hubungan internasional (L/C, CGI, dan lain-lain);

e. Meningkat produktivitas dana yang ada;

f. Meningkatkan daya guna (utility) barang;

g. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat;

h. Memperbesar modal kerja perusahaan;

i. Meningkatkan income per capita (IPC) masyarakat;

j. Mengubah cara berpikir/bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis.

20

Tujuan pemberian kredit tidak terlepas dari misi bank tersebut

didirikan. Adapun tujuan penyaluran kredit menurut Hasibuan (2011:88),

antara lain adalah:

a. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit;

b. Memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada;

c. Melaksanakan kegiatan operasional bank;

d. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat;

e. Memperlancar lalulintas pembayaran;

f. Menambah modal kerja perusahaan;

g. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

4. Jenis - jenis Kredit

Menurut Kasmir (2009:103), Secara umum jenis-jenis kredit dapat

dilihat dari berbagi segi antara lain sebagai berikut:

a. Dilihat dari segi kegunaan

1) Kredit Investasi

Biasanya digunakan untuk keperluan perlunasan usaha atau

mebangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.

2) Kredit modal kerja

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam

operasioanlnya.

b. Dilihat dari segi tujuan kredit

1) Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau

investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.

21

2) Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.

3) Kredit perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli

barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil

penjualan barang dagangan tersebut.

c. Dilihat dari segi jangka waktu

1) Kredit jangka pendek

Kredit yang memilki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling

lama 1 tahun.

2) Kredit jangka menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3

tahun, biasanya untuk investasi.

3) Kredit jangka panjang

Kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu diatas 3

tahun atau 5 tahun.

d. Dilihat dari segi jaminan

1) Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat

berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.

2) Kredit tanpa jaminan

Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.

Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter

serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.

22

e. Dilhat dari segi sektor usaha

1) Kredit pertanian

2) Kredit peternakan

3) Kredit industri

4) Kredit pertambangan

5) Kredit pendidikan

6) Kredit propesi

7) Kredit perumahan

8) Dan sektor-sektor lainnya

5. Prinsip - prinsip pemberian kredit

Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, bank harus merasa yakin

bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan

tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut

disalurkan. Kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk

mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan

analisis 5 C dan 7 P (Kasmir, 2009:108).

Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5 C kredit adalah sebagai

berikut:

a. Character

Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan

diberikan kredit benar-benar dipercaya, hal ini tercermin dari latar

belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun

yang bersifat pribadi.

23

b. Capacity

Untuk melihat kemampuannya nasabah dalam bidang bisnis yang

dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur

dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan

pemerintah. Begitu juga dengan kemampuannya dalam menjalankan

usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat “kemampuannya”

dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

c. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat dari laporan

keuangan (neraca laporan laba rugi) dengan melakukan pengukuran

seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya.

Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada

sekarang ini.

d. Colleteral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat

fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang

diberikan jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi

masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat

mungkin.

e. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya dinilai dari kondisi ekonomi dan politik

sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing,

serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek

bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek

yang baik sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

24

Kemudian penilaian kredit dengan metode analisi 7 P adalah sebagi

berikut:

a. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya

sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap,

emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu

masalah.

b. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau

golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta

karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu

dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

c. Perpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,

termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan

kredit bermacam-macam. Seperti untuk tujuan investasi, modal kerja,

konsumtif atau produktif dan lain sebagainya.

d. Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nsabah dimasa yang akan datang, apakah

menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek

atau bahkan mungkin sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu

fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunya prospek, bukan hanya

bank yang rugi, tetapi juga nasabah.

25

e. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang

telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian

kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, akan semakin baik.

Dengan demikian, jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutup

oleh sektor lainnya.

f. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari

laba. Profitability diukur dari priode ke priode apakah akan tetap sama

atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan

diperolehnya.

g. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan

mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang

atau orang atau jaminan asuransi.

C. Dana Pihak Ketiga

Menurut Sugiarto (2006:4), Dana Pihak Ketiga merupakan simpanan-

simpanan yang dilakukan nasabah pada bank berupa giro, tabungan, deposito

dan bentuk lain yang di persamakan dengan itu. Sumber dana ini merupakan

sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran

keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.

Menurut Kasmir (2009:69), secara umum kegiatan penghimpunan dana

dibagi kedalam tiga jenis yaitu:

26

1. Simpana Giro (demand deposit)

Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10

November 1998 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan giro adalah

simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan

menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnyaatau

dengan cara pemindahbukuan.

Dalam penarikan simpanan giro dapat dilakukan secara tunai

adalah dengan menggunakan cek sedangkan penarikan non tunai adalah

dengan menggunakan bilyet giro (BG).

2. Simpanan Tabungan (saving deposit)

Pengertian tabungan menurut Undang-undang Perbankan Nomor

10 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat

dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak

dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang

dipersamakan dengan itu.

Ada beberapa alat penarikan tabungan, hal ini tergantung bank

masing-masing, mau menggunakan sarana yang mereka inginkan. Alat-

alat yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Buku Tabungan

b. Slip Penarikan

c. Kwitansi

d. Kartu yang terbuat dari plastik

27

3. Simpanan Deposito (time deposit)

Simpanan deposito merupakan simpanan jenis ketiga yang

dikeluarkan oleh bank, dimana simpanan deposito mengandung unsur

jangka waktu (jatuh tempo) lebih panjang dan tidak dapat ditarik setiap

saat atau setiap hari.

Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud

dengan deposito adalah simpanan yang penrikannya hanya dapat

dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah

penyimpan dengan bank.

Adapun jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia dewasa ini,

adalah sebagai berikut:

a. Deposito berjangka, Deposito yang diterbitkan atas nama dan tidak

dapat dipindahtangankan.

b. Sertifikat Deposito, Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam

bentuk sertifikat dan dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan

kepada pihak lain.

c. Deposito on Call, Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal

tujuh hari dan paling lama kurang dari satu bulan. Sebelum deposito on

call dicairkan nasabah terlebih dahulu memberitahukan bank tiga hari

sebelumnya.

D. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

1. Pengertian Suku Bunga

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh

bank yang berdasarkan prinsip konvensioanal kepada nasabah yang

28

membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartiakan sebagai

harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan

harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang

mempeoleh pinjaman). (Kasmir, 2009:131).

Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang

diberikan kepada nasabahnya yaitu sebagai berikut:

a. Bunga simpanan

Yaitu bunga yang diberikan oleh bank sebagai rangsangan atau balas jasa

bagi nasabah yang telah menyimpan dananya di bank. bunga simpanan

merupakan sebuah harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya.

Contoh bunga simpanan yaitu: bunga giro, bunga tabungan dan bunga

deposito.

b. Bunga pinjaman

Yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus

dibayar oleh nasabah kepada bank pemberi pinjaman. Sebagai contoh

yaitu bunga kredit.

Menurut Ismail (2010:131), bunga dapat diartikan sebagai harga

yang harus dibayar oleh bank dan nasabah sebagai balas jasa atas

transaksi antara bank dan nasabah. Pada dasarnya suku bunga dibedakan

menjadi dua, yaitu:

a. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku

bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum.

b. Suku bunga riil merupakan suku bunga yang telah mengalami koreksi

akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi

laju inflasi.

29

2. Sertifikat Bank Indonesia

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga yang

diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan utang jangka pendek yang dijual

secara diskonto melalui lelang. Jangka waktu jatuh tempo SBI mulai dari

1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan (Siamat, 2005:92). Sementara itu

berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/4/DPM tanggal 16

Februari 2004 tentang penerbitan Sertifikat Bank Indonesia melalui lelang,

Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat

berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia

sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI merupakan

instrumen yang digunakan dalam rangka pelaksanaan Operasi Pasar

Terbuka sebagai pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia

(Siamat, 2005: 262). Hasil dari penempatan dana dalam SBI yang dimiliki

oleh pihak lain nantinya akan memperoleh imbalan berupa bunga yang

dinyatakan sebagai tingkat suku bunga SBI.

3. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia

Menurut Siamat (2005:263), Sertifikat Bank Indonesia sebagai

instrument pasar uang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Satuan unit sebesar Rp. 1.000.000,00

b. Jangka waktu SBI sekurang-kurangnya 1 bulan dan paling lama 12 bulan

yang dinyatakan dalam jumlah hari dan dihitung dari tanggal

penyelesaian transaksi sampai dengan tanggal jatuh tempo.

c. Diterbitkan dan diperdagangkan dengan sistem diskonto (discounted

basis).

30

d. Diterbitkan tanpa warkat (scriptless).

e. Dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

f. Nilai Diskonto dihitung sebagai berikut:

g. Nilai tunai transaksi dihitung berdasarkan diskonto murni (true discount)

dengan menggunakan formula berikut:

Jadi tingkat Suku Bunga SBI merupakan salah satu instrumen yang

digunakan oleh Bank Indonesia dalam fungsinya mengawasi serta

mengontrol kegiatan moneter yang dilakukan dengan kebijakan operasi

pasar terbuka. Pembelian SBI dilakukan melalui mekanisme perbankan,

dengan penempatan dana-dana atau pencairan kembali dana-dana BUMN

atau perusahaan milik Negara.

E. Inflasi

1. Definisi Inflasi

Menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan

meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga

dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali kenaikan itu

meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.

Sementara menurut Sukirno (2004:27), inflasi adalah kenaikan harga-harga

secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke

periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah persentase kenaikan harga-

harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya.

Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai

31

2. Jenis - Jenis Inflasi

Menurut Sinungan (1987:51), berdasarkan derajatnya “parah”

tidaknya inflasi dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:

a. Inflasi ringan (dibawah 10% setahun)

b. Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun)

c. Inflasi berat (antara 30%-100% setahun)

d. Hiperinflasi (diatas 100% setahun)

Menurut Sukirno (2004:333), berdasarkan kepada sumber atau

penyebabnya kenaikan harga berlaku, inflasi dibedakan kepada tiga

bentuk sebagai berikut:

a. Inflasi Tarikan Permintaan

Inflasi ini biasanya terjadi saat perekonomian berkembang pesat.

Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang

tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi

kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang

berlebihan tersebut yang dapat menimbulkan inflasi.

b. Inflasi Desakan Biaya

Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan dalam biaya

produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah atau kenaikan

upah. Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian

berkembang dengan pesat saat pengangguran sangat rendah. Apabila

perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah,

mereka akan berusaha meningkatkan produksi dengan cara

32

memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya untuk

mencegah pekerjanya mencari pekerjaan baru dengan tawaran

pembayaran yang lebih tinggi. Langkah ini mengakibatkan biaya

produksi meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga

barang.

c. Inflasi di Impor

Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan harga-harga

barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam

negeri. Inflasi ini akan ada apabila barang-barang impor yang

mengalami kenaikan harga mempunyai peranan penting dalam kegiatan

pengeluaran-pengeluaran perusahaan.

3. Indikator Inflasi

Menurut Manurung dan Rahardja (2004:164), terdapat beberapa

indeks yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi yang terjadi

yaitu seperti:

a. Indek Harga Konsumen

IHK merupakan angka indeks menunjukkan pergerakan tingkat harga

dari sejumlah paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat

dalam periode tertentu. Masing-masing harga barang dan jasa tersebut

diberikan bobot berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang dan jasa

yang dianggap paling penting diberi bobot yang paling besar.

Perhitungan IHK dilakukan dengan memperhitungkan sekitar ratusan

33

komoditas pokok dengan melihat perkembangan secara regional,

dengan mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar, terutama

ibu kota propinsi di Indonesia untuk mencerminkan keadaan yang

sebenarnya.

b. Indek Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)

Indeks ini melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh kerana itu IHPB

sering disebut sebagai indeks harga produsen. IHPB menunjukkan

tingkat harga yang diterima produsen berbagai tingkat produksi.

Prinsip yang digunakan unruk menghitung inflasi berdasarkan data

IHPB adalah sama dengan IHK:

c. Indek Harga Implisit (GDP Deflator)

Sama halnya dengan IHK dan IHPB, perhitungan inflasi dengan IHI

dilakukan dengan menghitung perubahan indeks:

34

4. Efek Buruk Inflasi

Menurut Sukirno (2004:338), efek buruk inflasi adalah sebagi berikut:

a. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi.

Inflasi yang tinggi tingkatanya akan menghambat perkembangan

ekonomi. Biaya yang terus naik menyebabkan kegiatan produktif

sangat tidak menguntungkan yang membuat pemilik modal lebih suka

menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi dan investasi untuk

sektor produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan

menurun yang berakibat pada meningkatnya pengangguran.

b. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat.

Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi Negara

inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan

masyarakat.

c. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang berpendapatan

tetap.

Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga.

Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang

berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun.

d. Inflasi akan mengurangi kekayaan yang berbentuk uang.

Sebagian kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang berbentuk uang

tunai yang disimpan akan menurun nilai riil nya bila terjadi inflasi.

35

e. Memperburuk pembagian kekayaan.

Seperti halnya di atas, inflasi menyebabkan pembagian pendapatan

diantara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik harga tetap dan

penjual akan semakin tidak merata.

5. Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi

Menurut Sukirno (2004:34), kebijakan untuk mengatasi inflasi yang

dilakukan oleh pemerintah adalah:

a. Kebijakan Fiskal, yaitu dengan menambahkan pajak dan mengurangi

pengeluaran pemerintah.

b. Kebijakan Moneter, yaitu dengan menambahkan suku bunga dan

membatasi kredit.

c. Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang dapat

mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi

pajak impor atas bahan mentah, penetapan harga, menggalakan

pertambahan produksi dan perkembangan teknologi.

F. Return on Asset (ROA)

Menurut Riyadi (2007:156), ROA adalah adalah rasio profitabilitas

yang menunjukan perbandingan antara Laba (setelah pajak) dengan total asset

yang dimiliki bank pada periode tertentu. Rasio ini menunjukan tingkat

efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan.

Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio

ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap

total asset (total aktiva). Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan

36

operasional bank sebelum pajak. Total asset yang digunakan untuuk mengukur

ROA adalah jumlah keseluruhan dari asset yang dimiliki oleh bank yang

bersangkutan. Semakin besar ROA menunjukan kinerja keuangan yang

semakin baik, karena tingkat kembali (return) semakin besar. Rumus

penghitungan Return on Assets (ROA):

G. Penelitian Terdahulu

Patria Yunita (2007), meneliti mengenai pengaruh suku bunga SBI,

tingkat Inflasi dan Kurs US Dollar terhadap kinerja penghimpunan dana pihak

ketiga perbankan syariah dalam rangka memperluas share pasar perbankan

syariah diperlukan upaya peningkatan pertumbuhan dana pihak ketiga.

Pertumbuhan dana pihak ketiga dalam lingkungan dual banking system

dipengaruhi oleh pergerakan variabel makro ekonomi yang kompleks.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh variabel makro ekonomi

yaitu suku bunga SBI, tingkat Inflasi dan Kurs US $ terhadap pertumbuhan

Dana Pihak Ketiga Perbankan syariah yang menjadi salah satu signal besar

share pasar yang berhasil diraih sistem perbankan syariah. Pengaruh suku

bunga SBI diidentifikasi denga besaran net equivalent rate, sementara

pengaruh tingkat Inflasi diidentifikasi dengan besaran real equivalent rate.

Karena terdapat perbedaan satuan maka variabel jumlah Dana Pihak Ketiga

dan Kurs US $ dibentuk dalam model logaritma semi-log, sehingga variabel ini

menjadi InDPK dan InExR. Penelitian ini menggunakan model regresi linier

37

sederhana, dengan menguji masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen. Hal ini dilakukan untuk menghindari efek multikolinieritas

yang menyebabkan asumsi-asumsi yang tidak sesuai. Berdasarkan analisis

regresi disimpulkan bahwa NER dan RER memiliki hubungan positif dengan

jumlah Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah. Sementara itu Kurs US $

memiliki hubungan negatif terhadap jumlah Dana Pihak Ketiga.

Ari Cahyono (2009), meneliti pengaruh indikator dan makro ekonomi

terhadap dana pihak ketiga dan pembiayaan bank syariah mandiri. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisa pengaruh indikator makro ekonomi (suku bunga

SBI, kurs, inflasi, IHSG, dan PDB) terhadap dana pihak ketiga dan pembiayaan

Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier

berganda. Hasil penelitian diharapkan bahwa indikator makroekonomi (suku

bunga SBI, kurs, inflasi, IHSG, dan PDB) tidak mempengaruh Dana Pihak

Ketiga dan Pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri. Hasil penelitian

menunjukan bahwa indikator makroekonomi memberikan pengaruh terhadap

DPK dan pembiayaan Bank Syariah Mandiri, dimana suku bunga SBI

memberikan pengaruh negatif, sedangkan inflasi, kurs, IHSG dan PDB

memberikan pengaruh yang Positif. Berdasarkan penelitian dengan metode

yang sama menunjukan bahwa PDB memberikan pengaruh positif yang paling

besar terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri.

Chintia Agustina Triadi (2010), meneliti mengenai analisis pengaruh

makro ekonomi terhadap dana pihak ketiga (dpk) pada bank umum dan bank

syariah. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Dari penelitian

38

ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat

Statistik Provinsi Jawa Timur dan Bank Indonesia cabang Surabaya selama 3

tahun mulai 2006 – 2008 dalam periode triwulan. Data yang dianalisis

menggunakan metode Regresi Linier Berganda yaitu suatu analisis untuk

mengetahui masing-masing dari variabel bebas (X) yang terdiri dari variabel

Inflasi, Kurs Rupiah terhadap US $, dan suku bunga SBI terhadap variabel

terikat (Y) yaitu Dana Pihak Ketiga Bank Umum (Y1) dan Dana Pihak Ketiga

Bank Syariah (Y2). Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis secara

simultan variabel bebas, yaitu Inflasi (X1), Kurs Rp / US $ (X2), dan Suku

Bunga SBI (X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya Dana

Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum (Y1) dan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah

(Y2), dengan hasil Fhitung sebesar = 18,262 > Ftabel = 4,07 untuk Y1 dan

Fhitung = 37,444 > Ftabel = 4,07 untuk Y2. Untuk pengujian hipotesis secara

parsial, berdasarkan hasil analisis variabel yang berpengaruh secara signifikan

adalah Inflasi (X1) dan Suku Bunga SBI (X3) terhadap Dana Pihak Ketiga pada

Bank Umum, dengan t hitung = 2,623 > t tabel = 0,462 untuk X1 dan t hitung =

-2,819 > t tabel = 0,504 untuk X3. Sedangkan yang berpengaruh secara

signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank Syariah adalah Inflasi (X1)

dengan t hitung = 3,330 > t tabel = 0,580.

Roy Efraim Bancin (2005) dengan judul, “Analisis Pengaruh Suku

Bunga SBI terhadap Inflasi dan Jumlah Kredit yang Disalurkan Perbankan di

Indonesia”, dengan mengguanakan analisis regresi sederhana menunjukan

bahwa variabel suku bunga SBI mempunyai pengaruh signifikan positif pada

39

tingkat inflasi dengan koefisien determinasi sebesar 0,483. Kemudian suku

bunga SBI berpengaruh signifikan positif terhadap jumlah kredit yang

disalurkan perbankan di Indonesia dengan koefisien determinasi sebesar 0,317.

Anggo Bagus Wicaksono (2007), meneliti tentang analisis pengaruh

produk domestik, dana pihak ketiga (DPK) perbankan dan tingkat suku bunga

SBI terhadap penyaluran kredit UKM di Indonesia tahun 2002 – 2006. Alat

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model kuadrat terkecil atau

biasa disebut Ordinary Least Square (OLS). Dari hasil perhitungan data yang

ada, kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwasannya

Produk Domestik Bruto (PDB) dan dana pihak ketiga (DPK) mempunyai

pengaruh yang signifikan dan berhubungan positif terhadap penyaluran kredit

UKM di Indonesia. Sedangkan tingkat suku bunga mempunyai pengaruh

signifikan dan berhubungan positif terhadap penyaluran kredit UKM di

Indonesia periode 2000 sampai 2006.

Sri Haryati (2009), meneliti mengenai pertumbuhan kredit perbankan

di indonesia : intermediasi dan pengaruh variabel makro ekonomi. Penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel makro ekonomi (suku

bunga, inflasi, nilai tukar) dan variabel pertumbuhan ekses likuiditas

(secondary reserve) serta variabel penghimpunan dana yang terdiri dari DPK,

pinjaman, dan modal sendiri terhadap pertumbuhan kredit perbankan yang

beroperasi di indonesia. Hasil penelitian menunjukkan pada perbankan

nasional semua variabel makro (suku bunga, inflasi, nilai tukar) berpengaruh

signifikan terhadap kredit, sementara itu variabel DPK dan pinjaman diterima

40

mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kredit sedangkan ekses

likuiditas mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan

kredit.

Gabriela Haryani Nona (2009), meneliti mengenai pengaruh capital

adequacy ratio (CAR), cash ratio, return on asset (ROA), pertumbuhan DPK,

suku bunga SBI, dan inflasi terhadap pertumbuhan kredit Bank BUMN. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat signifikansi variabel

Capital Adequacy Ratio (CAR), Cash Ratio (CS), Return on Asset (ROA),

Pertumbuhan DPK, Suku Bunga SBI, dan Inflasi terhadap variabel tergantung

yaitu Pertumbuhan Kredit pada Bank BUMN. Penelitian ini menggunakan data

sekunder dari laporan keuangan publikasi bank BUMN yang terdiri dari Bank

Mandiri, BNI dan BRI periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Data

yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan uji statistik sebagai alat

analisis untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti yaitu dengan

menggunakan uji f untuk melihat pengaruh secara bersama-sama, serta uji t

untuk melihat pengaruh secara parsial atas variabel-variabel bebas terhaadap

variabel tergantung yang digunakan dalam penelitian. Hasil analisis

menunjukan bahwa variabel CAR, CR, ROA, Pertumbuhan DPK, Suku Bunga

SBI, dan Inflasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel Pertumbuhan Kredit. Sedangkan secara parsial hanya

variabel Pertumbuhan DPK, Suku Bunga SBI, dan Inflasi yang memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Kredit. Sedangkan variabel

yang paling dominan pengaruhnya adalah Pertumbuhan DPK sebesar 31,47

persen.

41

Billy Arma Pratama (2010) dengan judul, “Analisis Faktor – faktor

yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan”, diperoleh hasil

bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penyaluran kredit perbankan. Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non

Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

penyaluran kredit perbankan. Sementara suku bunga Sertifikat Bank Indonesia

(SBI) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit

perbankan. Untuk meningkatkan penyaluran kredit Bank Umum harus

melakukan penghimpunan dana secara optimal, dan memilki manajemen

perkreditan yang baik agar NPL tetap berada dalam tingkat yang rendah dan

dalam batas yang disyarakatkan ole Bank Indonesia.

Jiang, Tang, Law dan Sze (2003), berdasarkan dari perubahan penting

dalam sistem operasi keuangan pasca krisis keuangan asia 1997, mereka

melakukan penelitian mengenai profitabilitas perbankan di Hong Kong.

Dalam penelitian tersebut periode yang digunakan dari tahun 1992 sampai

2002 dengan menggunakan metode panel regresi. Dari analisis empiris yang

dilakukan dapat disimpulkan bahwa makro ekonomi merupakan faktor

penting yang mempengaruhi profitabilitas bank di Hong Kong. Semua

variabel makro ekonomi yaitu tingkat GDP, inflasi, dan tingkat bunga riil

berhubungan positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

Intan Cynara (2006) dengan judul, “Pengaruh Tabungan dan Deposito

terhadap Tingkat Rentabilitas di bank BNI, BRI, dan Mandiri Periode 2000 –

2003”, menjelaskan bahwa bedasarkan hasil analisis regresi, maka diperoleh

petunjuk bahwa adanya pengaruh antara tabungan dan deposito dengan

rentabilitas yang bersifat negatif, hal ini dipengaruhi oleh biaya, pendapatan,

42

assets dan modal yang digunakan. Pada bank BNI hubungan antara tabungan

dan deposito terhadap ROA dan NIM bersifat negatif, sedangkan terhadap ROE

bersifat positif, ini dikarenakan adanya beban penghapusan aktiva produktif

yang cukup besar, sedangkan pada bank BRI dan Mandiri hubungan antara

tabungan dan deposito terhadap ROA, ROE, dan NIM semuanya bersifat

negatif.

Anisyah Harahap (2006) dengan judul, “Analisis Pengaruh Jumlah

Modal Inti, Pertumbuhan Kredit, Capital Adequay Ratio, Loan to Deposit

Ratio, dan Non Performing Loan terhadap Profitabilitas Bank Umum di

Indonesia”, menjelaskan bahwa berdasarkan nilai koefisien dan uji signifikansi

(t-test) diperoleh bahwa CAR secara signifikan dan positif mempengaruhi ROA

dengan koefisien sebesar 0,619. Begitu juga dengan pertumbuhan kredit yang

memiliki koefisien 0,136, NPL sebesar 0,150 juga mempunyai arti

mempengaruhi ROA secara signifikan, namun negatif. Sedangkan variabel

jumlah modal inti dan LDR dimana masing-masing memiliki koefisien 0,063

dan 0,239 secara uji t-statistik tidak mempengaruhi ROA. Kemudian dari uji F-

test yang dilakukan menunjukan bahwa seluruh variabel bebas pada model

regresi secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat.

Faisal Musadad (2010), dalam penelitiannya yang berjudul analisis

pengaruh DPK, CAR, SBI dan Inflasi terhadap penyaluran kredit serta

implikasinya terhadap profitabilitas pada bank umum. Penelitian ini

menggunakan analisis jalur (path analysis). Dari penelitian ini dapat

disimpulakan bahwa dari hasil Substruktur I mengatakan bahwa secara

simultan variable DPK, CAR, SBI dan Inflasi memiliki pengaruh sebesar 0,993

atau 99,3% terhadap tingkat penyaluran kredit. Secara parsial variable DPK

43

dan inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kredit yang

disalurkan oleh bank umum. Sedangkan variable CAR dan SBI berpengaruh

negative dan signifikan terhadap kredit yang disalurkan oleh bank umum. Dari

hasil substruktur II menyatakan bahwa secara simultan variable DPK, CAR,

SBI dan kredit memiliki pengaruh sebesar 0,522 atau 52,2% terhadap ROA.

Secara parsial variable DPK dan SBI memiliki pengaruh negative dan

signifikan terhadap ROA, sedangkan variable CAR dan Kredit berpengaruh

positif dan signifikan terhadap ROA di kelompok bank umum.

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian

Nama Peneliti

Alat Analisis

Hasil Penelitian

1. Analisis pengaruh suku bunga SBI, tingkat Inflasi dan Kurs US Dollar terhadap kinerja penghimpunan dana pihak ketiga perbankan syariah dalam rangka memperluas share pasar perbankan syariah (2007).

Patria Yunita

Regresi Sederhana

Pengaruh suku bunga SBI diidentifikasi denga besaran net equivalent rate, sementara pengaruh tingkat Inflasi diidentifikasi dengan besaran real equivalent rate. Karena terdapat perbedaan satuan maka variabel jumlah Dana Pihak Ketiga dan Kurs US $ dibentuk dalam model logaritma semi-log, sehingga variabel ini menjadi InDPK dan InExR. Berdasarkan analisis regresi disimpulkan bahwa NER dan RER memiliki hubungan positif dengan jumlah Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah. Sementara itu Kurs US $ memiliki hubungan negatif terhadap jumlah Dana Pihak Ketiga.

Berlanjut Ke Halaman Berikutnya

44

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Nama

Peneliti

Alat

Analisis

Hasil Penelitian

2. Analisis

pengaruh

indikator dan

makro ekonomi

terhadap dana

pihak ketiga dan

pembiayaan

bank syariah

mandiri (2009).

Ari

Cahyono

Regresi

Berganda

Hasil penelitian

menunjukan bahwa

indikator makroekonomi

memberikan pengaruh

terhadap DPK dan

pembiayaan Bank Syariah

Mandiri, dimana suku

bunga SBI memberikan

pengaruh negatif,

sedangkan inflasi, kurs,

IHSG dan PDB

memberikan pengaruh

yang Positif. Berdasarkan

penelitian dengan metode

yang sama menunjukan

bahwa PDB memberikan

pengaruh positif yang

paling besar terhadap

Dana Pihak Ketiga dan

Pembiayaan Bank Syariah

Mandiri.

3. Analisis

Pengaruh Suku

Bunga SBI

terhadap Inflasi

dan Jumlah

Kredit yang

Disalurkan

Perbankan di

Indonesia

(2005).

Roy

Efraim

Bancin

Regresi

Sederhana

Hasil penelitian

menunjukan bahwa

variabel suku bunga SBI

mempunyai pengaruh

signifikan positif pada

tingkat inflasi dengan

koefisien determinasi

sebesar 0,483. Kemudian

suku bunga SBI

berpengaruh signifikan

positif terhadap jumlah

kredit yang disalurkan

perbankan di Indonesia

dengan koefisien

determinasi sebesar

0,317.

Berlanjut Ke Halaman Berikutnya

45

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Nama

Peneliti

Alat

Analisis

Hasil Penelitian

4. Analisis

pengaruh makro

ekonomi

terhadap dana

pihak ketiga

(dpk) pada bank

umum dan bank

syariah (2010)

Chintia

Agustina

Triadi

Regresi

Berganda

Berdasarkan hasil analisis

dan pengujian hipotesis

secara simultan variabel

bebas, yaitu Inflasi (X1),

Kurs Rp / US $ (X2), dan

Suku Bunga SBI (X3)

berpengaruh signifikan

terhadap variabel

terikatnya Dana Pihak

Ketiga (DPK) Bank

Umum (Y1) dan Dana

Pihak Ketiga Bank

Syariah (Y2), dengan hasil

Fhitung sebesar = 18,262

> Ftabel = 4,07 untuk Y1

dan Fhitung = 37,444 >

Ftabel = 4,07 untuk Y2.

Untuk pengujian hipotesis

secara parsial,

berdasarkan hasil analisis

variabel yang berpengaruh

secara signifikan adalah

Inflasi (X1) dan Suku

Bunga SBI (X3) terhadap

Dana Pihak Ketiga pada

Bank Umum, dengan t

hitung = 2,623 > t tabel =

0,462 untuk X1 dan t

hitung = -2,819 > t tabel =

0,504 untuk X3.

Sedangkan yang

berpengaruh secara

signifikan terhadap Dana

Pihak Ketiga pada Bank

Syariah adalah Inflasi (X1)

dengan t hitung = 3,330 >

t tabel = 0,580.

Berlanjut Ke Halaman Berikutnya

46

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Judul

Penelitian

Nama

Peneliti

Alat

Analisis

Hasil Penelitian

5. Analisis

pengaruh

produk

domestik, dana

pihak ketiga

(DPK)

perbankan dan

tingkat suku

bunga SBI

terhadap

penyaluran

kredit UKM di

Indonesia tahun

2002 – 2006

(2007).

Anggo

Bagus

Wicaksono

Kuadrat

terkecil

atau biasa

disebut

Ordinary

Least

Square

(OLS).

Dari hasil perhitungan

data yang ada, kesimpulan

yang dapat diperoleh

dalam penelitian ini

adalah bahwasannya

Produk Domestik Bruto

(PDB) dan dana pihak

ketiga (DPK) mempunyai

pengaruh yang signifikan

dan berhubungan positif

terhadap penyaluran

kredit UKM di Indonesia.

Sedangkan tingkat suku

bunga mempunyai

pengaruh signifikan dan

berhubungan positif

terhadap penyaluran

kredit UKM di Indonesia

periode 2000 sampai

2006.

6. Analisis

pertumbuhan

kredit

perbankan di

indonesia :

intermediasi

dan pengaruh

variabel makro

ekonomi (2009)

Sri

Haryati

Regresi

Berganda

Kesimpulan dari hasil

penelitian menunjukkan

pada perbankan nasional

semua variabel makro

(suku bunga, inflasi,

nilai tukar) berpengaruh

signifikan terhadap

kredit, sementara itu

variabel DPK dan

pinjaman diterima

mempunyai pengaruh

positif signifikan

terhadap kredit

sedangkan ekses

likuiditas mempunyai

pengaruh negatif

signifikan terhadap

pertumbuhan kredit.

Berlanjut Ke Halaman Berikutnya

47

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Judul

Penelitian Nama

Peneliti Alat

Analisis

Hasil Penelitian 7. Analisis

pengaruh capital adequacy ratio (CAR), cash ratio, return on asset (ROA), pertumbuhan DPK, suku bunga SBI, dan inflasi terhadap pertumbuhan kredit Bank BUMN (2009).

Gabriela Haryani Nona

Regresi Berganda

Hasil analisis menunjukan bahwa variabel CAR, CR, ROA, Pertumbuhan DPK, Suku Bunga SBI, dan Inflasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Kredit. Sedangkan secara parsial hanya variabel Pertumbuhan DPK, Suku Bunga SBI, dan Inflasi yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Kredit. Sedangkan variabel yang paling dominan pengaruhnya adalah Pertumbuhan DPK sebesar 31,47 persen.

8. Pengaruh Tabungan dan Deposito terhadap Tingkat Rentabilitas di bank BNI, BRI, dan Mandiri Periode 2000 – 2003 (2006).

Intan Cynara

Analisis Regresi

Hasil analisis regresi, maka diperoleh petunjuk bahwa adanya pengaruh antara tabungan dan deposito dengan rentabilitas yang bersifat negatif, hal ini dipengaruhi oleh biaya, pendapatan, assets dan modal yang digunakan. Pada bank BNI hubungan antara tabungan dan deposito terhadap ROA dan NIM bersifat negatif, sedangkan terhadap ROE bersifat positif, ini dikarenakan adanya beban penghapusan aktiva produktif yang cukup besar, sedangkan pada bank BRI dan Mandiri hubungan antara tabungan dan deposito terhadap ROA, ROE, dan NIM semuanya bersifat negatif.

Berlanjut Ke Halaman Berikutnya

48

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Judul

Penelitian Nama

Peneliti Alat

Analisis

Hasil Penelitian 9. Analisis

Pengaruh DPK, CAR, SBI dan Inflasi terhadap penyaluran kredit serta implikasinya terhadap profitabilitas pada bank umum (2010).

Faisal Musadad

Analisis Jalur (Path Analysis)

Penelitian ini menyimpulkan bahwa dari hasil substruktur I menyatakan bahwa secara simultan variabel DPK, CAR, SBI dan inflasi memiliki pengaruh sebesar 99,3% terhadap tingkat penyaluran kredit. Secara parsial variabel DPK dan Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan variabel CAR dan SBI berpengaruh negative dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Dari hasil substruktur II menyimpulkan bahwa secara simultan variabel DPK, CAR, SBI dan Kredit memiliki pengaruh sebesar 52,2% terhadap ROA. Secara parsial variabel DPK dan SBI memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap ROA, sedangkan variabel CAR dan kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA bank Umum.

10. The profitability of the banking sector in Hong Kong (2003).

Jiang, Tang, Law dan Sze

Regresi Panel

Dari analisis empiris yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa makro ekonomi merupakan faktor penting yang mempengaruhi profitabilitas bank di Hong Kong. Semua variabel makro ekonomi yaitu tingkat GDP, inflasi, dan tingkat bunga Riil berhubungan positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

Berlanjut Ke Halaman Berikutnya

49

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Judul Penelitian

Nama Peneliti

Alat Analisis

Hasil Penelitian

11. Analisis Pengaruh Jumlah Modal Inti, Pertumbuhan Kredit, Capital Adequay Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Non Performing Loan terhadap Profitabilitas Bank Umum di Indonesia (2006).

Anisyah Harahap

Regresi Berganda

Menjelaskan bahwa berdasarkan nilai koefisien dan uji signifikansi (t-test) diperoleh bahwa CAR secara signifikan dan positif mempengaruhi ROA dengan koefisien sebesar 0,619. Begitu juga dengan pertumbuhan kredit yang memiliki koefisien 0,136, NPL sebesar 0,150 juga mempunyai arti mempengaruhi ROA secara signifikan, namun negatif. Sedangkan variabel jumlah modal inti dan LDR dimana masing-masing memiliki koefisien 0,063 dan 0,239 secara uji t-statistik tidak mempengaruhi ROA. Kemudian dari uji F-test yang dilakukan menunjukan seluruh variabel bebas pada model regresi secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat

12. Analisis Faktor – faktor yang mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan (2010).

Billy Arma Pratama

Regresi Berganda

Hasil penelitian menunjukan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Sementara suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan.

Sumber: Penelitian Terdahulu

50

H. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan gambaran proses secara umum

peneliti memperoleh data kemudian mengolah data tersebut dan

menginterpretasikan hasil dari data yang telah diolah.

Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori

yang telah ada sebelumnya dengan penambahan dan perubahan beberapa

variabel dan metode penelitian yang berbeda. Dari beberapa toeri yang telah

ada peneliti merangkaikan menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan.

Setelah peneliti melakukan observasi terhadap beberapa jurnal, skripsi, dan

tesis yang terkait. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Jalur

(path). Hal ini karenakan analisis jalur dapat memperhatikan hubungan

langsung dan tidak langsung. Variabel yang diteliti adalah Suku Bunga SBI,

Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), Penyaluran Kredit, dan Return On Assets

(ROA). Dalam penelitian ini yang akan menjadi variabel eksogen adalah

Suku Bunga SBI dan Inflasi. Sedangkan yang menjadi variabel endogen

adalah Dana Pihak Ketiga, Kredit dan ROA.

51

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Bank Indonesia

Kebijakan

Moneter

Bank Umum

Suku Bunga

SBI

Inflasi Kredit

Analisis Jalur

DPK ROA

Pengujian Hipotesa

Uji Kesesuaian Model

Hubungan Langsung dan

Tidak Langsung

Interpretasi

52

I. Paradigma Penelitian

Apabila dilihat dari judul yang peneliti ambil, maka dapat

digambarkan sebuah kontsruk dari variabel-variabel yang akan diteliti

sebagai berikut:

Gambar 2.2

Paradigma Penelitian

X1

X2

Y1

Y2

Z

e3

1

e2

1

e1

1

Keterangan :

X1 = Suku Bunga SBI

X2 = Inflasi

Y1 = Dana Pihak Ketiga (DPK)

Y2 = Penyaluran Kredit

Z = ROA

53

J. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesis yang

dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap DPK

Ho : Suku Bunga SBI dan Inflasi tidak berpengaruh terhadap DPK.

Ha : Suku Bunga SBI dan Inflasi berpengaruh terhadap DPK.

2. Suku Bunga SBI, Inflasi dan DPK terhadap Kredit

Ho : Suku Bunga SBI, Inflasi dan DPK tidak berpengaruh terhadap Kredit.

Ha : Suku Bunga SBI, Inflasi dan DPK berpengaruh terhadap Kredit.

3. Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK dan Kredit terhadap ROA

Ho : Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK dan Kredit tidak berpengaruh terhadap

ROA.

Ha : Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK dan Kredit berpengaruh terhadap

ROA.

4. Pengaruh langsung dan tidak langsung variabel Suku Bunga SBI, Inflasi,

DPK dan Kredit terhadap ROA

Ho : Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK dan Kredit tidak berpengaruh terhadap

ROA baik secara langsung maupun tidak langsung melalui variabel

intervening.

Ha : Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK dan Kredit berpengaruh terhadap

ROA baik secara langsung maupun tidak langsung melalui variabel

intervening.

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh dari kondisi

makroekonomi, yaitu melalui variabel suku bunga SBI dan Inflasi terhadap

DPK dan Kredit serta dampaknya terhadap Profitabilitas. Objek dalam

penelitian ini adalah Bank Umum dan untuk mendapatkan data dan informasi

yang akurat sebagai alat analisa dengan menggunakan data sekunder yang

berupa data laporan keungan bank yang dipublikasikan di Bank Indonesia

selama periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2014, serta data-data lainnya

yang dibutuhkan dalam penelitian ini yang bersumber dari media cetak, karya

ilmiah, dan internet. Pengumpulan data dilakukan, baik melalui observasi

terhadap dokumen atau laporan instansi terkait maupun hasil-hasil publikasi,

kemudian dilakukan pencatatan data yang dibutuhkan.

B. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan oleh penulis adalah

pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (judgement sampling. Metode

judgement sampling atau purposive sampling pengumpulan data atas dasar

strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata (Abdul Hamid, 2007:29).

Judgement sampling yaitu teknik sampling yang satuan sampling

dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh

55

satuan sampling yang memiliki karakteristik atau kriteria yang dikehendaki

dalam pengambilan sampel. Kriterianya sebagai berikut (Nurhayati, 2007:51):

1. Merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya

diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (umumnya

disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian).

2. Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada elemen-elemen

yang dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan.

Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud dan tujuan

yang diinginkan peneliti atau sesuatu yang diambil sebagai sampel karena

peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki atau

mengetahui informasi yang diperlukan bagi penelitian yang dia dibuat

(Nurfadly, mistercela21.wordpress.com).

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengumpulkan data-data

yang mendukung dan relevan dengan topik permasalahan di atas. Selanjutnya

peneliti menggunakan data-data tersebut sebagai bahan informasi untuk

dianalisis sebagai dasar pemecahan masalah. Data yang saya gunakan dalam

penelitian ini meliputi data sekunder dan libary research.

1. Data Sekunder

Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak

lain). Data sekunder dikumpulkan, dicatat dan diolah sendiri dari data yang

sudah tersedia. Data sekunder yang dapat diperoleh dari penelitian ini

56

adalah data historis, struktur organisasi, laporan keuangan, anggaran dan

lain sebagainya (Indriantoro, 1999:147). Data diperoleh dari data Statistik

Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI), Badan Pusat Statistik dan Bank

Indonesia sebagai bank sentral yang memiliki data lengkap mengenai

laporan dari sampel bank yang diteliti, data yang digunakan yaitu berupa

data time series yang dipublikasikan dari laporan keuangan bank umum di

Bank Indonesia periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2014 yang telah

dipublikasikan.

2. Library Research

Merupakan penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan artikel-

artikel, buku-buku, jurnal, majalah, membuka website dari objek yang

diteliti serta menganalisis literature lain yang berkaitan dengan penelitian

ini, dan sumber–sumber dokumentasi lainnya yang dapat mendukung

penelitian.

D. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis)

dengan menggunakan Analysis of Moment Structure (AMOS) 18.

Analisis jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang

digunakan untuk kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau lebih model

yang dibandingkan oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan dengan

lingkaran dan anak panah yang menunjukan hubungan kausalitas. Regresi

dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang diprediksi

oleh model dibandingkan dengan metrik korelasi hasil observsi variabel dan

57

nilai goodness of-fit dihitung. Model terbaik dipilih berdasarkan nilai goodness

of-fit (Ghozali, 2008:21).

Analisis jalur merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis

regresi berganda dan bivariate. Analisis jalur ingin menguji persamaan regresi

yang melibatkan beberapa variabel eksogen dan endogen sekaligus sehingga

memungkinkan pengujian terhadap variabel mediating/intervening atau

variabel antara. Disamping itu analisis jalur juga dapat mengukur hubungan

langsung antar variabel dalam model maupun hubungan tidak langsung antar

variabel dalam model. Hubungan langsung antara variabel eksogen terhadap

variabel endogen dapat dilihat pada koefisien beta. Hubungan tidak langsung

adalah seberapa besar pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen

melalui variabel intervening. Pengaruh total dapat diperoleh dengan

menjumlahkan hubungan langsung dan tidak lansung (Ghozali, 2008:93).

Dilihat dari paradigma penelitian, maka dapat diperoleh 3 (tiga)

subtruktur linier sebagai berikut:

Sub struktur I:

Gambar 3.1

Hubungan Kausal X1 dan X2 terhadap Y1

X2

X1

Y1 e11

58

Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model

sebagai berikut:

Y1 = pY1 X1 + pY1 X2 + €1

Keterangan:

Y1 = Dana Pihak Ketiga X2 = Inflasi

X1 = Suku Bunga SBI €1 = Residual Error

Sub struktur II:

Gambar 3.2

Hubungan Kausal X1, X2, dan Y1 terhadap Y2

Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model

sebagai berikut:

Y2 = pY2X1 + pY2X2 + pY2 Y1 + €2

Keterangan:

Y2 = Penyaluran Kredit Y1 = Dana Pihak Ketiga

X1 = Suku Bunga SBI €2 = Residual Error

X2 = Inflasi

X2

Y2

Y1

X1

e21

59

Sub struktur III:

Gambar 3.3

Hubungan Kausal X1, X2, Y1, dan Y2 terhadap Z

Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model

sebagai berikut:

Z = pZX1 + pZX2 + pZY1 + pZY2 + €3

Keterangan:

Z = Return on Asset (ROA) Y1 = Dana Pihak Ketiga

X1 = Suku Bunga SBI Y2 = Penyaluran Kredit

X2 = Inflasi €3 = Residual Error

Hair et. al (1998) dalam Ghozali (2008:61) mengajukan tahapan

permodelan dan analisis persamaan struktural menjadi 7 (tujuh) langkah yaitu:

Langkah 1: Pengembangan Model Berdasar Teori

Model persamaan structural didasarkan pada hubungan kausalitas,

dimana perubahan suatu variable diasumsikan akan berakibat pada perubahan

variable lainnya. Hubungan kausalitas dapat berarti hubungan yang ketat

seperti ditemukan dalam proses fisik seperti dalam riset prilaku yaitu alasan

seseorang membeli produk tertentu. Kuatnya hubungan kausalitas antara dua

variabel yang diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada justifikasi

Y1

X2

X1

Z

Y2

e3

1

60

(Pembenaran) secara teoritis untuk mendukung analisis. Jadi jelas bahwa

hubungan antar variable dalam model merupakan dedukasi dari teori.

Langkah 2 dan 3: Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural

Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas dengan

diagram jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada dua hal yang perlu

dilakukan yaitu menyusun model struktural yaitu menghubungkan antar model

konstruk laten baik endogen maupun eksogen dan menyusun measurement

model yaitu menghubungkan konstrak laten endogen atau eksogen dengan

variabel indikator atau manifest.

Langkah 4: Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan

Model persamaan struktural berbeda dari teknik analisis multivariate

lainnya, SEM hanya menggunakan data input berupa matrik varian/kovarian

atau matrik korelasi. Data mentah observasi individu dapat dimasukkan dalam

program AMOS, Tetapi program AMOS akan merubah dahulu data mentah

menjadi matrik kovarian atau matrik korelasi. Analisis terhadap data outlier

harus dilakukan sebelum matrik kovarian atau korelasi dihitung. Teknik

estimasi model persamaan struktural pada awalnya dilakukan dengan Ordinary

Least Square (OLS) regression, tetapi teknik ini mulai digantikan oleh

Maximum Likelihood Estimation (ML) yang lebih efisien dan unbiased jika

asumsi normalitas multivariate dipenuhi. Teknik ML sekarang digunakan oleh

banyak program komputer. Namun demikian teknik ML sangat sensitif

terhadap non-normalitas data sehingga diciptakan teknik estimasi lain seperti

weight least square (WLS), generalized least square (GLS) dan asymptotally

distribution free (ADF).

61

Langkah 5: Menilai Identifikasi Model Struktur

Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer, sering

didapat hasil estimasi yang tidak logis atau meaningless dan hal ini berkaitan

dengan masalah identifikasi model struktural. Problem identifikasi adalah

ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan unique estimate. Cara

melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat hasil estimasi

yang meliputi: (1) adanya nilai standar error yang besar untuk satu atau lebih

koefisien, (2) ketidakmampuan program untuk invert information matrix, (3)

nilai estimasi yang tidak mungkin misalkan error variance yang negative, (4)

adanya nilai korelasi yang tinggi (>0.90) antar koefisien estimasi.

Langkah 6: menilai Kriteria Goodness-of-fit

Salah satu tujuan dari analisis jalur adalah menentukan apakah model

planusible (masuk akal) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik,

apabila memliki model fit yang baik pula. Tingkat kesesuaian model dalam

buku Ghozali (2008) terdiri dari:

1. Absolute Fit Measure

Absolute fit measure mengukur model fit secara keseluruhan (baik

model struktural maupun model pengukuran secara bersamaan).

a. LikeliHood-Ratio Chi-Square statistic

Ukuran fundamental dari overall fit adalah likeliHood-ratio chi-

square (ɀ2). Nilai chi-square yang tinggi relative terhadap degree of

freedom menunjukan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang

diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini

menghasilkan probabilitas (p) akan menghasilkan nilai probabilitas (p)

62

yang lebih besar dari tingkat signifikansi (a) dan ini menunjukan bahwa

input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi sesungguhnya

tidak berbeda secara signifikan. Dalam hal ini peneliti harus mencari

nilai chisquare yang tidak signifikan (p>0.05) karena mengharapkan

bahwa model yang diusulkan cocok atau fit dengan data observasi.

b. CMIN/DF

Adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom.

Beberapa pengarang menganjurkan menggunakan ratio ukuran ini untuk

mengukur fit. Menurut Wheaton et. al dalam Ghozali (2008) nilai ratio 5

(lima) atau kurang dari lima merupakan ukuran yang reasonable. Peneliti

lainnya seperti Byrne (1988) mengusulkan nilai ratio <2 merupakan

ukuran fit.

c. Goodness of Fit Index (GFI)

Goodness of fit index (GFI) dikembangkan oleh Joreskog dan

Sorbon (1984) yaitu ukuran non-statistik yang nilainya berkisar antara 0

(poor fit) sampai 1 (perfect fit). Nilai GFI tinggi menunjukan fit yang

lebih baik dan beberapa nilai GFI dapat diterima sebagai nilai yang layak

belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti menganjurkan nilai diatas

90% sebagai ukuran good fit.

d. Root Mean Square Erorrs of Approximation (RMSEA)

Root Mean Square Error of Approximination (RMSEA)

merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecendrungan statistik

chi-square menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai

RMSEA antara 0,05 sampai 0.08 merupakan ukuran yang dapat diterima.

Hasil uji empiris RMSEA cocok untuk menguji model konfirmatori atau

competing model strategi dengan jumlah sample besar.

63

2. Incremenial Fit Measures

Incremenial Fit Measures membandingkan proposed model dengan

baseline model sering disebut dengan null model. Null model merupakan

model realistic dimana model-model yang lain harus diatasnya.

a. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) merupakan pengembangan

dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk propsed

model dengan degree of freedom untuk null model. Nilai yang

direkomendasikan adalah ≥ 0,90.

b. Tucker-Lewis Index (TLI)

Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit index

(NNFI). Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi analisis

faktor, tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran ini

menggambungkan ukuran parsimony kedalam index komparasi antara

proposal model dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1.0.

nilai TLI yang direkomendasikan adalah ≥ 0,90.

c. Normed Fit Index (NFI)

Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara

proposed model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi dari 0 (no fit at

all) sampai 1.0 (perfect fit). Seperti halnya TLI tidak ada nilai absolute

yang dapat digunakan sebagai standar, tetapi umumnya direkomendasikan

≥ 0,90.

64

3. Parsimony Fit Measures

Ukuran ini menghubunngkan goodness-of-fit model dengan

sejumlah koefisien estimasi yang diperlukan untuk mencapai level fit.

Tujuan dasarnya adalah untuk mendiagnose apakah model fit telah

tercapai dengan “overfitting” data yang memiliki banyak koefisien.

Prosedur ini mirip dengan “adjustment” terhadap nilai R2 di dalam

multiple regression. Namun demikian karena tidak ada uji statistik yang

tersedia maka penggunannya hanya terbatas untuk membandingkan

model.

a. Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI)

Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) memodifikasi GFI atas dasar

parsimony estimated model. Nilai PGFI berkisar antara 0 sampai 1.0

dengan nilai semakin tinggi menunjukan model lebih parsimony.

b. Parsimony Normed Fit Index (PNFI)

Parsimony Normed Fit Index (PNFI) merupakan modifikasi dari NFL.

PNFL memasukan jumlah degree of freedom yang digunakan untuk

mencapai level fit. Semakin tinggi nilai PNFI semakin baik. Kegunaan

utama dari PNFI adalah untuk membandingkan model dengan degree of

freedom yang berebeda. Digunakan untuk membandingkan model

alternative sehingga tidak ada nilai yang direkomendasikan sebagai

nilai fit yang diterima. Namun demikian jika membandingkan dua

model maka perbedaan PNFI 0.60 sampai 0.90 menunjukan adanya

perbedaan model yang signifikan.

65

Tabel 3.1

Standar Penilaian Kesesuaian (Fit)

Laporan

Statistik

Nilai yang direkomendasikan

Imam Ghozali (2008)

Cut of Value Keterangan

Absolute Fit

Probabilitas ɀ2

Tidak signifikan (p > 0.05) Model yang diusulkan

cocok/fit dengan data

observasi

ɀ2

/df ≤5

<2

Ukuran yang rasionable

Ukuran fit

RMSEA

<0.01

<0.05

<0.01

0.05 ≤ x ≤ 0.08

Good fit

Very Good fit

Outstanding fit

Reasonable fit

GFI >0.09 Good fit

Incremental Fit

AGFI ≥0.9 Good fit

TLI ≥0.9 Good fit

NFI ≥0.9 Good fit

Parsimonious Fit

PNFI 0 – 1.0 Lebih besar lebih baik

PGFI 0 – 1.0 Lebih besar lebih baik

(Sumber : Imam Ghozali, 2008)

66

Langkah 7: Interpretasi dan Modifikasi Model

Ketika model telah dinyatakan diterima, maka peneliti dapat

mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki

penjelasan teoritis atau goodness-of-fit. Modifikasi dari model awal harus

dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi, maka

model tersebut akan di cross-validated (diestimasi dengan data terpisah)

sebelum model modifikasi diterima.

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Eksogen

a. Suku bunga SBI

Menurut Kasmir (2009:131), Bunga bank dapat diartikan sebagai

balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip

konvensioanal kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.

Bunga juga dapat diartiakan sebagai harga yang harus dibayar kepada

nasabah (yang memiliki simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh

nasabah kepada bank (nasabah yang mempeoleh pinjaman). Sertifikat

Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh

BI sebagai pengakuan utang jangka pendek yang dijual secara diskonto

melalui lelang. Jangka waktu SBI mulai dari 1 bulan, 3 bulan, dan 6

bulan (Siamat, 2005:92). Sementara itu berdasarkan Surat Edaran Bank

Indonesia No.6/4/DPM tanggal 16 Februari 2004 tentang penerbitan

Sertifikat Bank Indonesia melalui lelang, Sertifikat Bank Indonesia

yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang

67

rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang

berjangka waktu pendek (Siamat, 2005:262). Hasil dari penempatan

dana dalam SBI yang dimiliki oleh pihak lain nantinya akan

memperoleh imbalan berupa bunga yang dinyatakan sebagai tingkat

suku bunga SBI.

b. Inflasi

Menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan

meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan

harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali

kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang

lainnya. Menurut Sukirno (2004:27), inflasi adalah kenaikan harga-harga

secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke

periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah persentase kenaikan

harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun

sebelumnya.

2. Variabel Endogen

a. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 tenteng perbankan (pasal 1)

disebutkan bahwa, simpanan adalah dana yang dipercayakan

masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana

dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainya yang

dipersamakan dengan itu.

68

b. Kredit

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998,

kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.

c. Return on Assets (ROA)

Menurut Riyadi (2007:156), ROA adalah adalah rasio

profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara laba (setelah pajak)

dengan total asset yang dimiliki bank pada periode tertentu. Rasio ini

menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank

yang bersangkutan. Dalam bukunya, Mishkin (2007:232) mengatakan

bahwa, oleh karena pemilik bank harus mengetahui apakah banknya

dikelola dengan baik, mereka membutuhkan pengukuran yang baik

mengenai profitabilitas bank. Ukuran dasar dari keuntungan bank adalah

return on assets (ROA). Rumus perhitungan Return on Assets (ROA):

69

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan

usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian

diatas fungsi utama dari bank adalah sebagai suatu lembaga perantara

(intermediary) antara kelompok masyarakat yang mempunyai kelebihan dana

(surplus unit) dengan kelompok masyarakat yang kekurangan dana (deficit

unit), dimana unit surplus menghimpun dananya di bank dalam bentuk

simpanan dan kemudian bank menyalurkan ke unit defisit dalam bentuk kredit,

sehingga dari aktifitas tersebut antara sektor moneter dan sektor riil dapat

saling menguntungkan.

Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip

kehati-hatian (Prudent). Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai

penghimpun dan penyalurkan dana masyarakat serta bertujuan untuk

menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan

pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan

stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

70

Berdasarkan Undang-Undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri

atas bank umum dan BPR. Perbedaan utama Bank Umum dan Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR

tidak dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan kegitan

operasional yang terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut dual

bank system, yaitu Bank Umum dapat melaksanakan kegiatan usaha bank

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Sementara prinsip kegiatan

BPR dibatasi pada hanya dapat melakukan kegiatan usaha bank konvensional

atau berdasarkan prinsip syariah. (www.bi.go.id).

Pengertian Bank Umum menurut Peraturan Bank Indonesia No.

9/7/PBI/2007 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang diberikan oleh bank

umum bersifat umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang

ada. Bank umum sering disebut bank komersial (commercial bank).

Bank umum mempunyai banyak kegiatan. Adapun kegiatan-kegiatan

bank umum yang utama antara lain:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, sertifikat

deposito dan tabungan;

2. Memberikan kredit;

3. Menerbitkan surat pengakuan utang;

4. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan nasabah maupun untuk

kepentingan bank itu sendiri;

71

5. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan

perhitungan atau dengan pihak ketiga;

6. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga; dan

7. Melakukan penempatan dana dari nasabah ke nasabah lainnya dalam bentuk

surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

B. Penemuan Dan Pembahasan

1. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

a. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Menurut Kasmir (2009:131), bunga bank dapat diartikan sebagai

balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip

konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.

Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada

bank (yang memiliki simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh

nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga yang

diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan utang jangka pendek yang dijual

secara diskonto melalui lelang dengan jangka waktu yang ditawarkan

mulai dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan (Siamat,2005:92). Hasil dari

penempatan dana dalam SBI yang dimiliki oleh pihak lain nantinya akan

memperoleh imbalan berupa yang dinyatakan sebagai tingkat Suku

Bunga SBI.

72

Tabel 4.1

Suku Bunga Sert ifikat Bank Indonesia (Persen)

Periode Tahun 2007 - 2014

Bulan

Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari 9,50 8 9,50 6,44 6,05 4,88 4,84 7,23

Februari 9,25 7,93 8,74 6,41 6,06 3,82 4,86 7,17

Maret 9 7,96 8,21 6,27 6,07 3,83 4,87 7,13

April 9 7,99 7,59 6,20 6,08 3,93 4,89 7,14

Mei 8,75 8,31 7,25 6,30 6,02 4,24 5,02 7,15

Juni 8,75 8,73 6,95 6,26 6,03 4,32 5,28 7,14

Juli 8,25 9,23 6,71 6,26 6,01 4,46 5,52 7,09

Agustus 8,25 9,28 6,58 6,26 6,01 4,54 5,86 6,97

September 8,25 9,58 6,48 6,64 5,97 4,67 6,96 6,88

Oktober 8,25 10,43 6,49 6,37 5,97 4,75 6,97 6,85

November 8,25 11,21 6,48 6,37 5,97 4,77 7,22 6,87

Desember 8 10,93 6,46 6,37 5,97 4,8 7,22 6,9

(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)

Tabel 4.1 menunjukan fluktuasi suku bunga SBI yang di

tawarkan oleh Bank Indonesia pada periode Januari 2007 – Desember

2014. Pada table tersebut suku bunga SBI terendah terjadi pada bulan

Februari 2012 yaitu sebesar 0,0382 atau 3,82%. Dan tingkat suku bunga

SBI tertinggi terjadi pada bulan November 2008 yaitu sebesar 0,1121

atau 11,21%. Berikut adalah grafik perkembangan suku bunga SBI:

Gambar 4.1

Perkembangan Suku Bunga SBIPeriode Tahun 2007 – 2014

(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)

73

b. Inflasi

Menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan

meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan

harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali

kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang

lainnya. Sementara menurut Sukirno (2004:27), inflasi adalah kenaikan

harga-harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari

suatu periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah

persentase kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding

dengan tahun sebelumnya.

Untuk mengetahui besarnya inflasi yang terjadi di Indonesia pada

periode Januari 2007 – Desember 2014 dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 4.2

Tingkat Inflasi (Persen) Periode Tahun 2007 - 2014

Bulan

Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari 1,04 1,77 -0,07 0,84 0,89 0,76 1,03 1,07 Februari 0,62 0,65 0,21 0,30 0,13 0,05 0,75 0,26

Maret 0,24 0,95 0,22 -0,14 -0,32 0,07 0,63 0,08

April -0,16 0,57 -0,31 0,15 -0,31 0,21 -0,1 -0,02

Mei 0,10 1,41 0,04 0,29 0,12 0,07 -0,03 0,16

Juni 0,23 2,46 0,11 0,97 0,55 0,62 1,03 0,43

Juli 0,72 1,37 0,45 1,57 0,67 0,7 3,29 0,93

Agustus 0,75 0,51 0,56 0,76 0,93 0,95 1,12 0,47

September 0,80 0,97 1,05 0,44 0,27 0,01 -0,35 0,27

Oktober 0,79 0,45 0,19 0,06 -0,12 0,16 0,09 0,47

November 0,18 0,12 -0,03 0,60 0,34 0,07 0,12 1,5

Desember 1,10 -0,04 0,33 0,92 0,57 0,54 0,55 2,46

(Sumber: BPS, data sekunder diolah)

74

Tabel 4.2 menunjukan fluktuasi tingkat inflasi periode Januari

2007 – Desember 2014. Pada masa penelitian ini tingkat inflasi terendah

terjadi pada bulan Maret 2011 yaitu sebesar -0,0032 atau -0,32%,

sedangkan tingkat inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni 2008 dan

Desember 2014 yaitu sebesar 0,0246 atau 2,46 %. Berikut adalah grafik

perkembangan inflasi:

Gambar 4.2

Perkembangan Inflasi Periode Tahun 2007 – 2014

(Sumber: BPS, data sekunder diolah)

c. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Menurut Sugiarto (2006:4) pengertian dana pihak ketiga sebagai

berikut: “Dana Pihak Ketiga merupakan simpanan-simpanan yang

dilakukan nasabah pada bank berupa giro, tabungan, deposito dan bentuk

lain yang di persamakan dengan itu”.

Menurut Riyadi (2004:79), sumber dana pihak ketiga dari segi

mata uangnya dibedakan menjadi:

1) Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah

Yaitu kewajiban-kewajiban bank yang tercatat dalam bentuk

rupiah pada pihak ketiga bukan bank baik kepada penduduk maupun

bukan penduduk. Komponen DPK terdiri dari Giro, Simpanan

Berjangka (deposito dan sertifikat deposito), tabungan dan kewajiban-

75

kewajiban lainnya yang terdiri dari kewajiban segera yang dapat

dibayar, surat-surat berharga yang diterbitkan, pinjaman yang

diterima, setoran jaminan dan lainnya. Tidak termasuk dana yang

berasal dari bank sentral.

2) Sumber Dana Pihak Ketiga Valuta Asing

Sedangkan yang dimaksud dana pihak ketiga valuta asing

adalah kewajiban bank yang tercatat dalam valuta asing kepada pihak

ketiga, baik penduduk maupun bukan penduduk termasuk pada Bank

Indonesia, bank lain (pinjaman melalui pasar uang).

Tabel 4.3

Dana Pihak Ketiga (DPK) Periode Tahun 2007 - 2014 (Miliyar)

Bulan Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari 1.279.566 1.472.485 1.748.814 1.948.890 2.302.056 2.770.571 3.205.006 3.594.697

Februari 1.284.055 1.476.990 1.771.098 1.931.638 2.287.844 2.763.915 3.207.342 3.603.620

Maret 1.291.379 1.466.224 1.786.157 1.982.262 2.351.357 2.825.975 3.243.136 3.618.064

April 1.299.772 1.481.971 1.780.918 1.980.450 2.340.213 2.841.361 3.299.350 3.694.765

Mei 1.305.936 1.505.725 1.783.644 2.013.216 2.397.179 2.908.957 3.349.660 3.763.474

Juni 1.355.185 1.554.162 1.823.811 2.096.036 2.438.011 2.955.833 3.374.272 3.834.503

Juli 1.379.211 1.534.981 1.806.621 2.082.595 2.464.083 2.961.417 3.392.927 3.787.052

Agustus 1.392.668 1.526.025 1.847.038 2.092.779 2.459.898 2.984.050 3.440.207 3.855.886

September 1.400.800 1.603.452 1.857.251 2.144.064 2.544.862 3.049.956 3.526.188 3.995.803

Oktober 1.419.748 1.674.994 1.864.084 2.173.884 2.587.282 3.070.604 3.520.890 4.011.368

November 1.437.600 1.707.876 1.896.952 2.212.215 2.644.742 3.130.518 3.563.362 4.054.680

Desember 1.510.834 1.753.292 1.973.042 2.338.824 2.784.912 3.225.198 3.663.968 4.114.420

(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)

Tabel 4.3 menunjukan perkembangan jumlah dana pihak

ketiga pada periode Januari 2007 - Desember 2014. Pada masa

penelitian ini DPK terendah terjadi pada bulan Januari 2007 yaitu

sebesar 1.279.556 (miliyar), sedangkan DPK tertinggi terjadi pada

bulan Desember 2014 yaitu sebesar 4.114.420 (miliyar). Berikut

adalah grafik perkembangan DPK:

76

Gambar 4.3

Perkembangan DPK Periode Tahun 2007 - 2014

(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)

d. Penyaluran Kredit

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998,

kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.

Tabel 4.4

Penyaluran KreditPeriode Tahun 2007 – 2014 (Miliyar)

Bulan Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari 774.834 987.404 1.289.839 1.405.640 1.746.005 2.184.306 2.688.143 3.258.421

Februari 783.542 1.002.724 1.301.844 1.428.788 1.773.889 2.203.029 2.718.717 3.267.820

Maret 800.373 1.036.065 1.305.389 1.456.114 1.814.846 2.266.175 2.768.371 3.306.899

April 812.860 1.061.770 1.297.635 1.486.329 1.843.538 2.317.209 2.824.217 3.361.348

Mei 823.976 1.096.214 1.305.377 1.531.556 1.889.465 2.386.145 2.887.478 3.403.148 Juni 861.498 1.148.356 1.335.041 1.586.492 1.950.727 2.452.856 2.959.123 3.468.162 Juli 871.987 1.166.558 1.338.116 1.597.980 1.973.599 2.470.111 3.021.126 3.495.030

Agustus 893.497 1.205.846 1.365.942 1.640.430 2.031.614 2.510.651 3.067.402 3.498.364

September 913.950 1.246.146 1.366.076 1.659.145 2.079.261 2.555.839 3.147.210 3.561.295

Oktober 937.177 1.297.860 1.377.561 1.675.633 2.106.157 2.585.345 3.159.476 3.558.070

November 962.389 1.325.323 1.397.578 1.706.403 2.150.957 2.631.002 3.214.397 3.596.614

Desember 1.002.012 1.307.688 1.437.930 1.765.845 2.200.094 2.707.862 3.292.874 3.674.308

(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)

77

Tabel 4.4 menunjukan perkembangan penyaluran kredit pada

periode Januari 2007 – Desember 2014. Pada masa penelitian ini

penyaluran kredit terendah terjadi pada bulan Januari 2007 yaitu sebesar

774.834 (miliyar), dimana jika diperhatikan terjadi kecenderungan

peningkatan penyaluran kredit dari bulan ke bulan sampai tingkat

tertinggi terjadi pada bulan Desember 2014 yaitu sebesar 3.674.308

(miliyar). Berikut adalah grafik perkembangan kredit:

Gambar 4.4

Grafik Penyaluran Kredit Periode Tahun 2007 - 2014

(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)

e. Return On Asset (ROA)

Menurut Riyadi (2007:156), ROA adalah adalah rasio

profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara Laba (setelah pajak)

dengan total asset yang dimiliki bank pada periode tertentu. Rasio ini

menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank

yang bersangkutan. Sedangkan menurut Rosadiana (2011:36), rasio ini

dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan keuangan, rasio ini sangat

penting mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk

mempertahankan arus sumber-sumber modal bank. Dalam hal ini

78

profitabilitas yang diukur adalah profitabilitas perbankan, biasanya

apabila profitabiltas tinggi akan mencerminkan laba yang tinggi dan ini

akan mempengaruhi pertumbuhan laba bank tersebut. Semakin besar

ROA menunjukan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat

kembalian (return) semakin besar. Bank Indonesia selaku pembina dan

pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabiltas suatu bank

yang diukur dengan asset yang perolehan dananya sebagian besar berasal

dari simpanan masyarakat.

Tabel 4.5

Return On Asset (ROA)

Periode Tahun 2007 – 2014

Bulan

Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari 3,34 3,16 2,69 3,12 2,97 3,7 3,16 2,9

Februari 3,03 2,93 2,6 2,91 2,86 3,62 2,92 2,79

Maret 2,96 2,72 2,76 3,08 3,01 3,05 3,03 3,01

April 2,92 2,56 2,71 3,02 3,01 2,98 2,96 2,93

Mei 2,98 2,62 2,7 2,98 2,97 3,05 2,99 2,98

Juni 2,93 2,53 2,7 3 3,07 3,16 3,02 3,02

Juli 2,89 2,68 2,69 2,97 3 3,13 3 2,91

Agustus 2,87 2,71 2,67 2,94 2,98 3,07 3,03 2,9

September 2,84 2,64 2,63 2,91 3,12 3,09 3,06 2,91

Oktober 2,83 2,68 2,65 2,94 3,11 3,1 3,09 2,89

November 2,87 2,6 2,61 2,93 3,07 3,12 3,09 2,87

Desember 2,78 2,33 2,6 2,86 3,03 3,11 3,08 2,85

(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)

Tabel 4.5 menunjukan fluktuasi tingkat rata-rata ROA periode

Januari 2007 – 2014 pada Bank Umum. Pada masa penelitian ini tingkat

rata-rata ROA terendah terjadi pada bulan Desember 2008 yaitu sebesar

2,33%. Tingkat rata-rata ROA cenderung berfluktuasi naik dan turun dari

tahun 2007 – 2014. Sedangkan tingkat rata-rata ROA tertinggi terjadi

pada bulan Februari 2012 yaitu sebesar 3,62%. Berikut grafik

pengembangan ROA:

79

Gambar 4.5

Return On Asset (ROA) Periode Tahun 2007 - 2014

(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)

2. Analisis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi terhadap Dana Pihak

Ketiga dan Penyaluran Kredit serta Dampaknya pada Return on Assets

(ROA) pada Bank Umum.

Analisis ini dibagi menjadi tiga substruktur. Substruktur yang

pertama menganalisis pengaruh suku bunga SBI dan inflasi sebagai variabel

eksogen terhadap variabel dana pihak ketiga sebagai variabel endogen.

Substruktur yang kedua menganalisis pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan

dana pihak ketiga sebagai variabel eksogen terhadap penyaluran kredit

sebagai variabel endogen. Subtruktur yang ketiga menganalisis pengaruh

suku bunga SBI, inflasi, dana pihak ketiga, dan penyaluran kredit sebagai

variabel eksogen terhadap ROA sebagai variabel endogen. Dari hasil

perhitungan dengan menggunakan AMOS 18, maka dapat digambarkan

diagram jalur sebagai berikut:

80

Gambar 4.6

Diagram Jalur Hasil Perhitungan

(Sumber: Output AMOS 18 )

a. Analisis Korelasi

Analisis korelasi dilakukan untuk menganalisis hubungan antar

variabel eksogen. Dengan AMOS 18, koefisien korelasi dapat dilihat

pada tabel 4.7 pada kolom estimate. Tingkat signifikansi korelasi antar

variabel dapat dilihat pada tabel 4.6 pada kolom probabilitas.

Korelasi antara variable suku bunga SBI dan inflasi kelompok

Bank Umum dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.6

Covariances

Estimate S.E. C.R. P Label

SBI <--> INFLASI .053 .098 .541 .589 par_1

(Sumber: Output AMOS 18)

Tabel 4.7

Estimasi Korelasi antara Variabel SBI dan Inflasi

Estimate

SBI <--> INFLASI .056

(Sumber: Output AMOS 18)

SBI

ROA ,072

INFLASI

KREDIT

DPK

,056

e3

,381 1,030

,998

e2

,306 e1

-4,073

4,297 -,553

,061

,012

,,029

-,273

81

1) Korelasi antara Suku Bunga SBI dan Inflasi

Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara

variabel suku bunga SBI dan Inflasi sebesar 0,56. Untuk mentafsirkan

angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut:

0 – 0,25 : korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)

> 0,25 – 0,50 : korelasi cukup kuat

> 0,50 – 0,75 : korelasi kuat

> 0,75 – 1,00 : korelasi sangat kuat

Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis:

a) Ho : tidak ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua

variabel.

b) Ha : ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel.

Pengujian berdasarkan signifikan:

a) Jika probabilitas penelitian < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha

diterima.

b) Jika probabilitas penelitian > 0,05 maka Ho diterima dan Ha

ditolak.

Korelasi sebesar 0,56 mempunyai maksud hubungan antara

variabel suku bunga SBI dan inflasi kuat dan searah, searah artinya

apabila terjadi kenaikan tingkat suku bunga SBI maka Inflasi juga

akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua

variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,589 > 0,05 maka

tidak cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga

korelasi tidak signifikan.

82

b. Analsis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, dan Inflasi terhadap Dana

Pihak Ketiga (DPK)

Adapun gambar hasil analisis diagram jalur substruktur pertama

adalah sebagai berikut:

Gambar 4.7

Diagram Jalur Substruktur I

(Sumber: Output AMOS 18)

Analisis jalur substruktur yang pertama adalah menganalisis

pengaruh suku bunga SBI, dan Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga

(DPK) baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk melihat

besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi

pada table Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antar

variabel secara parsial atau individu dapat terlihat dari besarnya angka

estimasi pada table Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk

melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di

table Regression Weight kolom Probability. (lihat Lampiran). Adapun

hasil perhitungan dengan menggunakan Software AMOS 18 adalah

sebagai berikut:

,072

-,553

,056

INFLASI

SBI

DPK e1 ,306

83

Tabel 4.8

Pengaruh antara Suku Bunga SBI, dan Inflasi

terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)

Pengaruh antar

variabel Estimasi Probability R Square

SBI --> DPK -0,553 0,000

0,306

INF --> DPK 0,072 0,403

(Sumber: Output AMOS 18)

Untuk melihat pengaruh variabel suku bunga SBI, dan inflasi

terhadap dana pihak ketiga (DPK) secara simultan/gabungan dapat

dilihat pada table 4.8 kolom R Square.

Besarnya angka R square (r2) adalah 0,306. Angka tersebut

digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI,

dan inflasi secara gabungan terhadap DPK dengan cara menghitung

koifisien determinasi (KD) dengan menggunakan rumus berikut:

KD = r2 x 100%

KD = 0,306 x 100%

KD = 30,6%

Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh variabel

suku bunga SBI, dan inflasi terhadap DPK adalah 30,6%, sedangkan

sisanya 69,4% (100% - 30,6%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

dapat dijelaskan dalam penelitian. Dengan kata lain, variabilitas yang

dapat diterangkan dengan menggunakan variabel suku bunga SBI, dan

inflasi adalah sebesar 30,6%, sementara pengaruh yang disebabkan oleh

variabel-variabel lain di luar model ini adalah sebesar 69,4%.

84

Untuk melihat besarnya pengaruh suku bunga SBI, dan inflasi

terhadap DPK secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel 4,8,

sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas.

1) Pengarauh antara variabel suku bunga SBI terhadap Dana Pihak

Ketiga (DPK)

Untuk melihat apakah ada hubungan linear antara variabel

suku bunga SBI dengan DPK, dapat dilakukan langkah analisis

sebagai berikut:

a) Ho : Tidak ada hubungan linear antara suku bunga SBI dengan

DPK.

b) Ha : Ada hubungan linear antara suku bunga SBI dengan DPK.

Dengan kriteria sebagai berikut:

a) Jika probabilitas penelitian < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

b) Jika probabilitas penelitian > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linear antara variabel suku bunga SBI dengan DPK.

Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap DPK sebesar -0,553 atau

-55,3%.

Suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif dan signifikan

terhadap DPK. Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan

maka akan menurunkan jumlah DPK.

Pada umumnya kenaikan suku bunga SBI akan meningkatkan

pula jumlah DPK, peningkatan suku bunga SBI (instrument yang

dikeluarkan Bank Indonesia) akan berpengaruh terhadap suku bunga

85

depsito dan kredit perbankan. Kenaikan suku bunga SBI

menyebabkan perbankan harus melakukan penataan uang kembali

terhadap komposisi pendanaan maupun pembiayaan. Dari sisi

konsumen (deposan) meningkatnya suku bunga akan menyebabkan

dana pihak ketiga (DPK) perbankan meningkat.

Triadi (2010:3), mengatakan bahwa keberadaan bank

(konvensional dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis

sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. Namun, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia

bank variabel ekonomi makro maupun variabel monoter yang

perkembangannya dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki

andil dalam penyerapan dana masyarakat yang dilakukan oleh

perbankan. Variabel-variabel tersebut dapat berupa tingkat inflasi,

tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, suku bunga

(interest rate), dan nilai tukar rupiah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra (2009:13) menyatakan bahwa

suku bunga SBI terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode

Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki pengaruh negatif atau

berlawan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Cahyono

(2009) dan Triadi (2010) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI

memberikan pengaruh berlawanan arah (negatif) dan signifikan

terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).

86

2) Pengaruh antara variabel Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,403 > 0,05. Maka

tidak cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, tidak

ada hubungan linear antara variabel inflasi dengan DPK. Besarnya

pengaruh inflasi terhadap DPK adalah sebesar 0,072 atau 0,72%.

Inflasi memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

DPK. Artinya, apabila inflasi mengalami kenaikan, maka jumlah DPK

akan mengalami kenaikan. Hasil ini tidak mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Yunita (2007:17) bahwa inflasi memiliki pengaruh

yang negatif dan signifikan terhadap DPK. Ini berarti apabila terjadi

peningkatan inflasi, maka DPK akan mengalami penurunan

diakibatkan oleh penarikan dana oleh nasabah untuk memenuhi

kebutuhan konsumsinya. Selain tingkat suku bunga, besarnya saving

masyarakat juga dipengaruhi oleh tingkat inflasi ekonomi Negara.

Menurut teori Prof. Gregory Mankiw (2001:565) dalam Yunita

(2007:19) menjelaskan bahwa dalam kondisi makroekonomi dimana

terjadi perubahan tingkat harga akibat inflasi, kuantitas penawaran,

(supply) dan permintaan (demand) market of loanable funds

tergantung pada besarnya real interest rate.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra (2009:13), menyatakan bahwa

tingkat Inflasi mempunyai pengaruh kecil terhadap DPK di 10 Bank

Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008. Wibowo

87

dan Suhendra menyatakan bahwa Inflasi terhadap DPK di 10 Bank

Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki

pengaruh positif atau searah. Hal ini terjadi kemungkinan dengan

kenaikan inflasi maka banyak masyarakat yang tidak mau

membelanjakan uangnya karena inflasi naik mengakibatkan jumlah

harga barang mahal sehingga mereka lebih suika menyimpan uangnya

di Bank.

c. Analsis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Dana Pihak

Ketiga (DPK) terhadap Penyalura Kredit

Adapun gambar hasil analisis diagram jalur subtruktur kedua

adalah sebagai berikut:

Gambar 4.8

Diagram Jalur Subtruktur II

(Sumber: Output AMOS 18)

Analisis jalur subtruktur yang kedua adalah menganalisis

pengaruh suku bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), terhadap

Penyaluran Kredit baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk

melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom

INFLASI

KREDIT

DPK

SBI

e2 ,998

,012

,061 1,030

,056

88

estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh

antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka

estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk

melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di

tabel Regression Weight kolom Probability. (lihat lampiran). Adapun

ringkasan hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 18 adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.9

Pengaruh antara Suku Bunga SBI, Inflasi,

dan DPK terhadap Penyaluran Kredit

Pengaruh antar

variabel

Estimasi Probability R square

SBI --> KREDIT 0,61 0,000

0,998

INF --> KREDIT 0,12 0,021

DPK --> KREDIT 1,030 0,000

(Sumber: Output AMOS 18)

Untuk melihat pengaruh variabel suku bunga SBI, inflasi, dan

DPK terhadap penyaluran kredit secara gabungan dapat dilihat pada tabel

4.9 kolom R Square.

Besarnya angka R Square (r2) adalah sebesar 0,998. Angka

tersebut menjelaskan bahwa pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan DPK

terhadap penyaluran kredit secara gabungan adalah 99,8% (0,998 x

100%), sedangkan sisanya sebesar 0,2% (100% - 99,8%) dipengaruhi

oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian. Dengan kata lain,

variabelitas yang dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel suku

bunga SBI, inflasi, dan DPK terhadap penyaluran kredit sebesar 99,8%,

89

sementara pengaruh 0,2% disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar

model ini yang tidak dijelaskan dalam peneletian.

Untuk melihat besarnya pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan

DPK terhadap penyaluran kredit secara parsial, digunakan kolom

estimasi pada tabel 4.9, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan

kolom probabilitas.

1) Pengaruh antara variabel suku bunga SBI terhadap Kredit

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linier antara variabel suku bunga SBI terhadap kredit.

Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,061 atau

0,61%.

Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi

kenaikan suku bunga SBI, maka jumlah kredit yang disalurkan oleh

Bank Umum juga akan mengalami kenaikan.

Dalam kajian yang dilakukan oleh kantor Bank Indonesia

Ambon (2007) dalam Musaddad (2010:98), kenaikan harga BBM

yang diikuti kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan

suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan

baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK

telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas

perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya

90

kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain

meningkatnya kapasitas kredit. Peningkatan kapasitas kredit ini telah

meningkatkan penawaran kredit yang ditandai dengan hasil regresi

terhadap data yang menunjukan kapasitas kredit signifikan

mempengaruhi realisasi kredit.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Bancin (2005:4) yang menyatakan bahwa suku bunga

SBI memiliki pengaruh positif signifikan.

2) Pengaruh antara variabel Inflasi terhadap Kredit

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,021 < 0,05. Maka telah

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linier antara variabel inflasi dengan kredit. Besarnya

pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,012 atau 0,12%.

Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi, maka

jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami

kenaikan, begitu juga sebaliknya.

Menurut Bank Indonesia (2007:52) dalam Musadad

(2010:116), kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan

suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan

baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK

telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas

perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya

91

kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain

meningkatnya kapasitas kredit atau penawaran kredit kepada

masyarakat.

Dalam prakteknya, setiap bank mempunyai target kredit yang

harus disalurkan untuk suatu periode tertentu, maka bank akan

melakukan strategi penawaran kredit sampai mencapai target yang

diinginkan. Hal inilah yang menyebabkan inflasi berpengaruh positif

terhadap kredit.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Musaddad (2010:98) yang menyatakan bahwa Inflasi

memiliki pengaruh positif dan signifikan.

3) Pengaruh antara variabel DPK terhadap Kredit

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linier antara variabel DPK dengan kredit. Besar pengaruh

DPK terhadap kredit adalah sebesar 1,030 atau 103,0%.

DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka jumlah kredit

juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya.

Menurut Sugiarto (2006:4), dana pihak ketiga (DPK)

merupakan simpanan-simpanan yang dilakukan nasabah pada bank

berupa giro, tabungan, deposito dan bentuk lain yang dipersamakan

dengan itu. Dalam hal ini bank bertugas memberikan pelayanan

92

kepada masyarakat dan bertindak selaku perantara keuangan bagi

masyarakat. Oleh karena itu, bank harus selalu berada ditengah

masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat

dihimpun dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Semakin tinggi

jumlah DPK yang dimiliki bank memang semestinya tinggi juga

penyaluran dana tersebut dalam bentuk kredit karena sesuai fungsi

utama bank adalah sebagai lembaga intermediary. Selain itu bila tidak

disalurkan kembali DPK yang diperoleh memiliki beban bunga yang

harus dibayarkan kepada nasabah tentunya hal tersebut akan

merugikan bank.

Penelitian ini juga menunjukan bahwa peran intermediasi

perbankan dalam menghidupkan sektor UMKM di Indonesia masih

sangat dipengaruhi oleh jumlah dana pihak ketiga yang berhasil

dihimpun bank umum di Indonesia.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Haryati

(2009), Nona (2009), Pratama (2010) bahwa DPK secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

d. Analasis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak

Ketiga (DPK), dan Penyalura Kredit terhadap Return on Assets

(ROA)

Adapun gambar hasil analisis diagram jalur subtruktur kedua

adalah sebagai berikut:

93

Gambar 4.9

Diagram Jalur Subtruktur III

(Sumber: Output AMOS 18)

Analisis jalur subtruktur yang ketiga adalah menganalisis

pengaruh suku bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan

Penyaluran Kredit terhadap ROA baik secara simultan maupun secara

parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat

pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya

pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya

angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan

untuk melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada

angka di tabel Regression Weight kolom Probability. (lihat lampiran).

Adapun ringkasan hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 18

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10

Pengaruh antara Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK, dan Penyaluran

Kredit terhadap ROA

Pengaruh Antar Variabel Estimasi Probability R square

SBI --> ROA -,273 0,048

0,381

INF --> ROA ,029 0,725

DPK --> ROA 4,297 0,010

KREDIT --> ROA -4,073 0,012

(Sumber: Output AMOS 18)

DPK

INFLASI

SBI

ROA

KREDIT

e3

,381

,056

-,273

,029

-4,073

4,297

94

Untuk melihat pengaruh variabel suku bunga SBI, Inflasi, Dana

Pihak Ketiga (DPK), dan Penyaluran Kredit terhadap ROA secara

gabungan dapat dilihat pada tabel 4.10 kolom R Square.

Besarnya angka R Square (r2) adalah sebesar 0,381. Angka

tersebut menjelaskan bahwa pengaruh suku bunga SBI, Inflasi, Dana

Pihak Ketiga (DPK), dan Penyaluran Kredit terhadap ROA secara

gabungan adalah 38,1% (0,381 x 100%), sedangkan sisanya sebesar

61,9% (100%-38,1%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan

dalam penelitian. Dengan kata lain, variabelitas yang dapat dijelaskan

dengan menggunakan variabel suku bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak

Ketiga (DPK), dan Penyaluran Kredit terhadap ROA sebesar 38,1%,

sementara pengaruh 61,9% disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar

model ini yang tidak dijelaskan dalam peneletian.

Untuk melihat besarnya pengaruh suku bunga SBI, inflasi, DPK,

dan penyaluran kredit terhadap ROA secara parsial, digunakan kolom

estimasi pada tabel 4.10, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan

kolom probabilitas.

1) Pengaruh antara Variabel Suku Bunga SBI terhadap ROA

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,048 < 0,05. Maka

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linier antara variabel suku bunga SBI dengan ROA.

Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap ROA sebesar -0,273

atau -27,3%.

95

Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan

signifikan pada ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga

SBI maka ROA akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad

(2010:120) dan Sophan (2013:110) menyatakan bahwa suku bunga

SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.

Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210) bahwa suku

bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang

disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti

oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan

meningkatkan juga biaya bunga kredit.

Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku

bunga kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat

masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank. Kredit merupakan

aktivitas utama perbankan dalam menghasilkan keuntungan. Apabila

tingkat suku bunga kredit meningkat maka akan direspon dengan

penurunan permintaan kredit. Dengan menurunnya permintaan kredit

maka akan berimbas pada penurunan keuntungan/laba yang akan

diperoleh bank.

2) Pengaruh antara Variabel Inflasi terhadap ROA

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,725 > 0,05. Maka

tidak cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, tidak

ada hubungan linier antara variabel Infasi dengan ROA. Besarnya

pengaruh Inflasi terhadap ROA sebesar 0,029 atau 0,29%.

96

Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan

terhadap ROA. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Jiang, Tang, Law dan Sze (2003:76) yang menyatakan inflasi

berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini juga

sesuai dengan Musaddad (2010:106) bahwa inflasi tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Teori menurut Cynara

(2006:16), bahwa tinggi rendahnya rentabilitas suatu perusahaan

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membentuk rentabilitas tersebut.

Faktor-faktor tersebut adalah profit margin, assets utilization dan total

equity.

3) Pengaruh antara variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Return

on Assets (ROA)

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,010 < 0,05. Maka

telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya

pengaruh DPK terhadap ROA sebesar 4,297 atau 429,7%.

DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka ROA juga akan

mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad (2010:101), bahwa

DPK memiliki pengaruh negatif signifikan pada ROA.

Hal ini dikarenakan apabila jika DPK tinggi berarti masyarakat

mempercayakan uangnya untuk dikelola bank. Total DPK diperoleh

dengan menjumlahkan rekening dari dana pihak ketiga yaitu

tabungan, giro, dan deposito. Kemampuan bank dalam menyalurkan

kredit terhadap dana pihak ketiga yang terkumpul adalah tinggi, maka

97

semakin tinggi pula kredit yang diberikan pihak bank. Ketika tingkat

penyaluran kredit suatu bank meningkat maka bank tersebut dapat

mengoptimalkan kegiatan pokoknya sebagai penyalur dana kepada

masyarakat sehingga tingkat laba yang dihasilkan pun meningkat.

Dengan kata lain kenaikan DPK akan meningkatkan ROA, sehingga

kinerja keuangan bank akan semakin baik (dengan asumsi bank

tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah

kredit macet akan kecil).

Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana yang bersumber

dari masyarakat luas merupakan sumber penting untuk aktivitas

operasional bank dan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu bank

apabila bank dapat menanggung biaya operasinya dari sumber dana

ini (Kasmir, 2012:59).

Bank diharapkan selalu berada ditengah masyarakat, agar

aliran uang dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dapat

ditampung kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat.

Keuntungan utama bank berasal dari sumber-sumber dana dengan

bunga yang akan diterima dari alokasi tertentu. DPK meningkat maka

bank mempunyai peluang serta kesempatan yang lebih besar untuk

memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Dapat dikatakan DPK

memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas yang dihitung

dengan rasio ROA. Anggreni dan Suardhika (2014:32).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Anggreni dan Suardhika (2014:32), menyatakan bahwa dana

pihak ketiga (DPK) mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap ROA.

98

4) Pengaruh antara variabel Kredit terhadap ROA

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,012 < 0,05. Maka telah

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya

pengaruh DPK terhadap ROA sebesar -4,073 atau -407,3%.

Kredit memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap

ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan Kredit, maka ROA akan

mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2012:9)

menyatakan bahwa penyaluran kredit memiliki pengaruh positif tidak

signifikan pada ROA.

Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210) bahwa

penyaluran kredit dapat dipengaruhi oleh suku bunga SBI, suku bunga

SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang

disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti

oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan

meningkatkan juga biaya bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku

bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga

akan mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada

bank.

Kredit merupakan aktivitas utama perbankan dalam

menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga kredit

meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit.

99

Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada

penurunan keuntungan/laba yang akan diperoleh bank. Kenaikan

bunga kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri.

Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini

berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan.

Pasca krisis ekonomi global, pertumbuhan kredit perbankan

mengalami perlambatan yang signifikan, terutama kredit dalam valuta

asing (valas). Selama tahun 2009, total kredit hanya tumbuh sekitar

10% (yoy). Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius karena

rendahnya penyaluran kredit berpotensi menimbulkan instabilitas.

Secara makro, dengan menurunnya pertumbuhan kredit, pertumbuhan

ekonomi ke depan dapat tertekan. Secara mikro, penurunan

pertumbuhan kredit dapat menyebabkan sektor korporasi dan rumah

tangga menjadi semakin sulit untuk mendapatkan pendanaan untuk

membiayai kegiatan usaha. Pada tahun 2009, meskipun kredit

mengalami perlambatan pertumbuhan, hal itu tidak mengurangi

kemampuan bank menghasilkan profit, bahkan lebih tinggi

dibandingkan dengan laba yang berhasil diperoleh pada 2008.

Perbankan juga berhasil menekan dampak resiko, terutama resiko

kredit, yang sempat meningkat sampai dengan pertengahan tahun

2009. Salah satu faktor yang tampaknya mendorong peningkatan

profitabilitas adalah upaya bank untuk memperlebar spread ditengah

tren penurunan BI rate. Upaya memperlebar spread itu menjadi

semakin mudah dilakukan setelah adanya kesepakatan sejumlah bank

100

terutama bank besar pada bulan agustus 2009 untuk menurunkan suku

bunga pinjaman agar mendekati BI rate. Meskipun tujuan akhir

kesepakatan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan kredit,

namun menjelang tujuan akhir itu tercapai, perbankan telah menikmati

dampak positifnya dari sisi kenaikan profitabilitas. Jadi meskipun

ROA cenderung mengalami peningkatan, namun hal tersebut tidak di

barengi dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan (Kajian

Stabilitas Keuangan Bank Indonesia, 2010).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap

(2006:108), menyatakan bahwa pertumbuhan kredit mempunya

pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.

Rangkuman seluruh pengujian pengaruh antar variabel eksogen dan

endogen dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 4.11

Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan Endogen

Pengaruh antar variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan

SBI --> DPK -,553 0,000 Signifikan

INF --> DPK ,072 0,403

Tidak

Signifikan

SBI --> KREDIT ,061 0,000 Signifikan

INF --> KREDIT ,012 0,021 Signifikan

DPK --> KREDIT 1,030 0,000 Signifikan

SBI --> ROA -,273 0,048 Signifikan

INF --> ROA ,029 0,725

Tidak

Signifikan

DPK --> ROA 4,297 0,010 Signifikan

KREDIT --> ROA -4,073 0,012 Signifikan

(Sumber: Output AMOS 18)

101

e. Hasil Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit)

Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau

belum, maka dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) sebagai

berikut:

Table 4.12

Hasil Uji Goodness of Fit Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi

terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Penyaluran

Kredit Serta Dampaknya pada ROA

Laporan Statistik

Nilai Yang

direkomendasikan

Imam Ghozali (2008)

Hasil

Keterangan

Absolute Fit

Probabilitas χ2

Tidak signifikan

(p>0,05) -

Model tidak

cocok

χ2 / df

≤5

<2 - -

RMSEA

< 0,1

<0,05

<0,01

0.05 ≤ x ≤ 0,08

0,821

Poor Fit

GFI >0,9 1 Perfect Fit

Incremental Fit

AGFI ≥0,9 - -

TLI ≥0,9 - -

NFI ≥0,9 1 Perfect Fit

Parsimonious Fit

PNFI 0 – 1.0 0 Poor Fit

PGFI 0 – 1.0 - -

(Sumber: data diolah)

Hasil uji Goodness of Fit tersebut masih banyak yang tidak

terdefinisi maka pengujian tersebut dianggap kurang fit. Hal ini

disebabkan dalam model tersebut masih ada pengaruh antar variabel

yang tidak signifikan. Selanjutnya, peneliti akan melakukan analisis jalur

model trimming I. Analisis jalur model Trimming adalah model yang

102

digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur bila koefisien

betanya (eksogen) tidak signifikan. Dalam hal ini peneliti menghilangkan

salah satu jalur (panah) yang memiliki koefisien betanya tidak signifikan

dan yang memiliki probabilitas terbesar. Rangkuman hasil trimming

model dapat dilihat pada tabel berikut:

Table 4.13

Hasil Uji Goodness of Fit setelah modifikasi

Indeks Goodness

of Fit

Cut Off Value

Hasil Uji

Sebelum

Trimming

Trimming 1

Absolute Fit

Probabilitas χ2

Tidak signifikan

(p>0,05) -

0.725

Df 0 1

χ2 / df

≤5

<2

-

0,123

RMSEA

< 0,1

<0,05

<0,01

0.05 ≤ x ≤ 0,08

0,821

0,000

GFI >0,9 1 0,999

Incremental Fit

AGFI ≥0,9 - 0,992

TLI ≥0,9 - 1,014

NFI ≥0,9 1 1

Parsimonious

Fit

PNFI 0 – 1.0 0 0,100

PGFI 0 – 1.0 - 0,067

(Sumber: data diolah)

Pada trimming pertama, jalur (panah) Inflasi pada Return On

Asset (ROA) dihilangkan karena memiliki probabilitas 0,725 > 0,05

(tidak signifikan). Dari hasil modifikasi I model analisis jalur dengan

menghilangkan jalur (panah) Inflasi pada Return On Asset (ROA).

Diperoleh indeks kesesuaian model yang cukup baik dan masih ada

103

pengaruh antar variabel yang tidak signifikan yang lebih dari 0,05. Dari

modifikasi pertama, maka dapat diperoleh hasil perhitungan dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.14

Hasil Perhitungan Pengaruh antar Variabel Setelah Trimming I

Pengaruh antar variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan

SBI --> DPK -,553 0,000 Signifikan

INF --> DPK ,072 0,403

Tidak

Signifikan

SBI --> KREDIT ,061 0,000 Signifikan

INF --> KREDIT ,012 0,021 Signifikan

DPK --> KREDIT 1,030 0,000 Signifikan

SBI --> ROA -,278 0,043 Signifikan

DPK --> ROA 4,165 0,011 Signifikan

KREDIT --> ROA -3,942 0,013 Signifikan

(Sumber: Output AMOS 18)

Dikarenakan terjadi trimming yaitu dengan membuang bagian

jalur yang tidak signifikan, maka dari itu penelitian selanjutnya bertujuan

sebagai berikut:

1) Untuk menganalisis pengaruh suku bunga SBI, Inflasi terhadap DPK.

2) Untuk menganalisis pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan DPK

terhadap penyaluran kredit.

3) Untuk menganalisis pengaruh sukui bunga SBI, DPK, dan penyaluran

kredit terhadap ROA.

3. Analisis Jalur Setelah Trimming I

Pengujian analisis jalur setelah trimming terdiri dari 3 (tiga)

substruktur. Yang pertama adalah pengaruh antara suku bunga SBI dan

inflasi terhadap dana pihak ketiga (DPK) secara parsial. Yang kedua

104

menganalisis pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan dana pihak ketiga

(DPK) terhadap penyaluran kredit baik secara simultan maupun parsial.

Yang ketiga menganalisis pengaruh suku bunga SBI, dana pihak ketiga

(DPK) dan penyaluran kredit terhadap ROA baik secara simultan maupun

parsial. Dari hasil perhitungan setelah trimming I dengan menggunakan

AMOS 18, maka dapat digambarkan diagram jalur setelah timming sebagai

berikut:

Gambar 4.10

Hasil Perhitungan Jalur Setelah Trimming I

(Sumber: Output AMOS 18)

Untuk melihat besarnya korelasi antar variabel eksogen setelah

trimming I dapat dilihat pada table 4.17. Korelasi antara suku bunga SBI

dan Inflasi kelompok Bank Umum tidak berbeda dengan analisis korelasi

sebelum trimming.

Tabel 4.15

Hasil Korelasi Antara Suku Bunga SBI dan Inflasi Setelah Trimming I

Korelasi antar variabel Estimasi Probabilitas

SBI <--> INF ,056 0,589

(Sumber: Output AMOS 18)

SBI

ROA

Inflasi

Kredit

DPK

e3

,381

e2

,998

e1

,306

,056

-,553

,072

-,278

,012

4,165

1,030

-3,942

,061

105

a. Analisis Jalur Substruktur I Setelah Trimming I

Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur pertama

adalah sebagai berikut:

Gambar 4.11

Diagram Jalur Sub Struktur I Setelah Trimming I

(Sumber: Output AMOS 18)

Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk

ringkasan tabel sebagai berikut:

Tabel 4.16

Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, dan Inflasi

terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)

Pengaruh antar

variabel Estimasi Probability R Square

SBI --> DPK -0,553 0,000 0,306

INF --> DPK 0,072 0,403

(Sumber: Output AMOS 18)

Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI dan Inflasi terhadap

DPK secara simultan 30,6%, sedangkan sisanya sebesar 69,4% (100%-

30,6%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model ini.

1) Pengarauh antara variabel suku bunga SBI terhadap Dana Pihak

Ketiga (DPK)

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

,072

-,553

,056

INFLASI

SBI DPK e1

,306

106

hubungan linear antara variabel suku bunga SBI dengan DPK.

Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap DPK sebesar -0,553 atau

-55,3%.

Suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif dan signifikan

terhadap DPK. Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan

maka akan menurunkan jumlah DPK.

Pada umumnya kenaikan suku bunga SBI akan meningkatkan

pula jumlah DPK, peningkatan suku bunga SBI (instrument yang

dikeluarkan Bank Indonesia) akan berpengaruh terhadap suku bunga

depsito dan kredit perbankan. Kenaikan suku bunga SBI

menyebabkan perbankan harus melakukan penataan uang kembali

terhadap komposisi pendanaan maupun pembiayaan. Dari sisi

konsumen (deposan) meningkatnya suku bunga akan menyebabkan

dana pihak ketiga (DPK) perbankan meningkat.

Triadi (2010:3), mengatakan bahwa keberadaan bank

(konvensional dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis

sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dala m lalu lintas

pembayaran. Namun, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia

bank variabel ekonomi makro maupun variabel monoter yang

perkembangannya dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki

andil dalam penyerapan dana masyarakat yang dilakukan oleh

perbankan. Variabel-variabel tersebut dapat berupa tingkat inflasi,

tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, suku bunga

(interest rate), dan nilai tukar rupiah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra (2009:13), menyatakan bahwa

107

suku bunga SBI terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode

Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki pengaruh negatif atau

berlawan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Cahyono

(2009) dan Triadi (2010) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI

memberikan pengaruh berlawanan arah (negatif) dan signifikan

terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).

2) Pengaruh antara variabel Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,403 > 0,05. Maka

tidak cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, tidak

ada hubungan linear antara variabel inflasi dengan DPK. Besarnya

pengaruh inflasi terhadap DPK adalah sebesar 0,072 atau 0,72%.

Inflasi memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

DPK. Artinya, apabila inflasi mengalami kenaikan, maka jumlah DPK

akan mengalami kenaikan. Hasil ini tidak mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Yunita (2007) bahwa inflasi memiliki pengaruh yang

negatif dan signifikan terhadap DPK. Ini berarti apabila terjadi

peningkatan inflasi, maka DPK akan mengalami penurunan

diakibatkan oleh penarikan dana oleh nasabah untuk memenuhi

kebutuhan konsumsinya. Selain tingkat suku bunga, besarnya saving

masyarakat juga dipengaruhi oleh tingkat inflasi ekonomi Negara.

Menurut teori Prof. Gregory Mankiw (2001:565) dalam Yunita

(2007:19), menjelaskan bahwa dalam kondisi makroekonomi dimana

terjadi perubahan tingkat harga akibat inflasi, kuantitas penawaran,

(supply) dan permintaan (demand) market of loanable funds

tergantung pada besarnya real interest rate.

108

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra (2009:13), menyatakan bahwa

tingkat Inflasi mempunyai pengaruh kecil terhadap DPK di 10 Bank

Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008. Wibowo

dan Suhendra menyatakan bahwa Inflasi terhadap DPK di 10 Bank

Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki

pengaruh positif atau searah. Hal ini terjadi kemungkinan dengan

kenaikan inflasi maka banyak masyarakat yang tidak mau

membelanjakan uangnya karena inflasi naik mengakibatkan jumlah

harga barang mahal sehingga mereka lebih suika menyimpan uangnya

di Bank.

b. Analisis Jalur Substruktur II Setelah Trimming I

Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur kedua

adalah sebagai berikut:

Gambar 4.12

Diagram Jalur Subtruktur II Setelah Trimming I

(Sumber: Output AMOS 18)

Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk

ringkasan tabel sebagai berikut:

INFLASI

KREDIT

DPK

SBI

e2 ,998

,012

,061 1,030 ,056

109

Tabel 4.17

Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi,

dan DPK terhadap Penyaluran Kredit

Pengaruh antar variabel Estimasi Probability R square

SBI --> KREDIT ,061 0,000

0,998

INF --> KREDIT 0,12 0,021

DPK --> KREDIT 1,030 0,000

(Sumber: Output AMOS 18)

Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI, inflasi, dan dana

pihak ketiga (DPK) terhadap penyaluran kredit secara simultan adalah

99,8%, sedangkan sisanya sebesar 0,2% (100%-99,8%) dipengaruhi oleh

variabel-variabel lain diluar model ini.

1) Pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap Kredit

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linier antara variabel suku bunga SBI terhadap kredit.

Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,061 atau

0,61%.

Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi

kenaikan suku bunga SBI, maka jumlah kredit yang disalurkan oleh

Bank Umum juga akan mengalami kenaikan.

Dalam kajian yang dilakukan oleh kantor Bank Indonesia

Ambon (2007) dalam Musaddad (2010:98), kenaikan harga BBM

yang diikuti kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan

suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan

110

baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK

telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas

perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya

kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain

meningkatnya kapasitas kredit. Peningkatan kapasitas kredit ini telah

meningkatkan penawaran kredit yang ditandai dengan hasil regresi

terhadap data yang menunjukan kapasitas kredit signifikan

mempengaruhi realisasi kredit.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Bancin (2005:4) yang menyatakan bahwa suku bunga

SBI memiliki pengaruh positif signifikan.

2) Pengaruh Variabel Inflasi terhadap Kredit

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,021 < 0,05. Maka telah

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linier antara variabel inflasi dengan kredit. Besarnya

pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,012 atau 0,12%.

Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi, maka

jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami

kenaikan, begitu juga sebaliknya.

Menurut Bank Indonesia (2007:52) dalam Musadad

(2010:116), kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan

suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan

111

baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK

telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas

perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya

kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain

meningkatnya kapasitas kredit atau penawaran kredit kepada

masyarakat.

Dalam prakteknya, setiap bank mempunyai target kredit yang

harus disalurkan untuk suatu periode tertentu, maka bank akan

melakukan strategi penawaran kredit sampai mencapai target yang

diinginkan. Hal inilah yang menyebabkan inflasi berpengaruh positif

terhadap kredit.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Musaddad (2010:98) yang menyatakan bahwa Inflasi

memiliki pengaruh positif dan signifikan.

3) Pengaruh Variabel DPK terhadap Kredit

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linier antara variabel DPK dengan kredit. Besar pengaruh

DPK terhadap kredit adalah sebesar 1,030 atau 103,0%.

DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka jumlah kredit

juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya.

Menurut Sugiarto (2006:4), dana pihak ketiga (DPK)

112

merupakan simpanan-simpanan yang dilakukan nasabah pada bank

berupa giro, tabungan, deposito dan bentuk lain yang dipersamakan

dengan itu. Dalam hal ini bank bertugas memberikan pelayanan

kepada masyarakat dan bertindak selaku perantara keuangan bagi

masyarakat. Oleh karena itu, bank harus selalu berada ditengah

masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat

dihimpun dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Semakin tinggi

jumlah DPK yang dimiliki bank memang semestinya tinggi juga

penyaluran dana tersebut dalam bentuk kredit karena sesuai fungsi

utama bank adalah sebagai lembaga intermediary. Selain itu bila tidak

disalurkan kembali DPK yang diperoleh memiliki beban bunga yang

harus dibayarkan kepada nasabah tentunya hal tersebut akan

merugikan bank.

Penelitian ini juga menunjukan bahwa peran intermediasi

perbankan dalam menghidupkan sektor UMKM di Indonesia masih

sangat dipengaruhi oleh jumlah dana pihak ketiga yang berhasil

dihimpun bank umum di Indonesia.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Haryati

(2009), Nona (2009), Pratama (2010) bahwa DPK secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

c. Analisis Jalur Substruktur III Setelah Trimming I

Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur ketiga

adalah sebagai berikut:

113

Gambar 4.13

Diagram Jalur Subtruktur III setelah trimming I

(Sumber: Output AMOS 18)

Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk

ringkasan table sebagai berikut:

Tabel 4.18

Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK,

dan Penyaluran Kredit terhadap ROA

Pengaruh antar variabel Estimasi Probability R square

SBI --> ROA -,278 0,043

0,381 DPK --> ROA 4,165 0,011

KREDIT --> ROA -3,942 0,013

(Sumber: Output AMOS 18)

Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI, dana pihak ketiga

(DPK), dan penyaluran kredit terhadap ROA secara simultan adalah

38,1%, sedangkan sisanya sebesar 61,9% (100%-38,1%) dipengaruhi

oleh variabel-variabel lain diluar model ini.

1) Pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap ROA

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,043 < 0,05. Maka

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linier antara variabel suku bunga SBI dengan ROA.

DPK

SBI ROA

KREDIT

e3

,381

-,278

-3,942

4,165

114

Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap ROA sebesar -0,278

atau -27,8%.

Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan

signifikan pada ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga

SBI maka ROA akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad

(2010:120) dan Sophan (2013:110), menyatakan bahwa suku bunga

SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.

Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210), bahwa suku

bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang

disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti

oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan

meningkatkan juga biaya bunga kredit.

Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku

bunga kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat

masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank. Kredit merupakan

aktivitas utama perbankan dalam menghasilkan keuntungan. Apabila

tingkat suku bunga kredit meningkat maka akan direspon dengan

penurunan permintaan kredit. Dengan menurunnya permintaan kredit

maka akan berimbas pada penurunan keuntungan/laba yang akan

diperoleh bank. Kenaikan bunga kredit tentu akan menghambat

pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara pendapatan dari sektor

kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada profitabilitas bank

yang bersangkutan.

115

2) Pengaruh variabel dana pihak ketiga (DPK) terhadap ROA

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,011 < 0,05. Maka telah

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya

pengaruh DPK terhadap ROA sebesar 4,165 atau 416,5%.

DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka ROA juga akan

mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad (2010:101), bahwa

DPK memiliki pengaruh negatif signifikan pada ROA.

Hal ini dikarenakan apabila jika DPK tinggi berarti masyarakat

mempercayakan uangnya untuk dikelola bank. Total DPK diperoleh

dengan menjumlahkan rekening dari dana pihak ketiga yaitu

tabungan, giro, dan deposito. Kemampuan bank dalam menyalurkan

kredit terhadap dana pihak ketiga yang terkumpul adalah tinggi, maka

semakin tinggi pula kredit yang diberikan pihak bank. Ketika tingkat

penyaluran kredit suatu bank meningkat maka bank tersebut dapat

mengoptimalkan kegiatan pokoknya sebagai penyalur dana kepada

masyarakat sehingga tingkat laba yang dihasilkan pun meningkat.

Dengan kata lain kenaikan DPK akan meningkatkan ROA, sehingga

kinerja keuangan bank akan semakin baik (dengan asumsi bank

tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah

kredit macet akan kecil).

116

Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana yang bersumber

dari masyarakat luas merupakan sumber penting untuk aktivitas

operasional bank dan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu bank

apabila bank dapat menanggung biaya operasinya dari sumber dana

ini (Kasmir, 2012:59).

Bank diharapkan selalu berada ditengah masyarakat, agar

aliran uang dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dapat

ditampung kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat.

Keuntungan utama bank berasal dari sumber-sumber dana dengan

bunga yang akan diterima dari alokasi tertentu. DPK meningkat maka

bank mempunyai peluang serta kesempatan yang lebih besar untuk

memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Dapat dikatakan DPK

memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas yang dihitung

dengan rasio ROA (Anggreni dan Sadha Suardhika, 2014:32).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Anggreni dan Suardhika (2014:32), menyatakan bahwa dana

pihak ketiga (DPK) mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap ROA.

3) Pengaruh variabel kredit terhadap ROA

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,013 < 0,05. Maka telah

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya

pengaruh DPK terhadap ROA sebesar -3,942 atau -394,2%.

117

Kredit memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap

ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan Kredit, maka ROA akan

mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2012:9),

menyatakan bahwa penyaluran kredit memiliki pengaruh positif tidak

signifikan pada ROA.

Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210) bahwa

penyaluran kredit dapat dipengaruhi oleh suku bunga SBI, suku bunga

SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang

disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti

oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan

meningkatkan juga biaya bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku

bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga

akan mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada

bank. Kredit merupakan aktivitas utama perbankan dalam

menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga kredit

meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit.

Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada

penurunan keuntungan/laba yang akan diperoleh bank. Kenaikan

bunga kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri.

Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini

berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan.

Pasca krisis ekonomi global, pertumbuhan kredit perbankan

mengalami perlambatan yang signifikan, terutama kredit dalam valuta

asing (valas). Selama tahun 2009, total kredit hanya tumbuh sekitar

10% (yoy). Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius karena

118

rendahnya penyaluran kredit berpotensi menimbulkan instabilitas.

Secara makro, dengan menurunnya pertumbuhan kredit, pertumbuhan

ekonomi ke depan dapat tertekan. Secara mikro, penurunan

pertumbuhan kredit dapat menyebabkan sektor korporasi dan rumah

tangga menjadi semakin sulit untuk mendapatkan pendanaan untuk

membiayai kegiatan usaha. Pada tahun 2009, meskipun kredit

mengalami perlambatan pertumbuhan, hal itu tidak mengurangi

kemampuan bank menghasilkan profit, bahkan lebih tinggi

dibandingkan dengan laba yang berhasil diperoleh pada 2008.

Perbankan juga berhasil menekan dampak resiko, terutama resiko

kredit, yang sempat meningkat sampai dengan pertengahan tahun

2009. Salah satu faktor yang tampaknya mendorong peningkatan

profitabilitas adalah upaya bank untuk memperlebar spread ditengah

tren penurunan BI rate. Upaya memperlebar spread itu menjadi

semakin mudah dilakukan setelah adanya kesepakatan sejumlah bank

terutama bank besar pada bulan agustus 2009 untuk menurunkan suku

bunga pinjaman agar mendekati BI rate. Meskipun tujuan akhir

kesepakatan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan kredit,

namun menjelang tujuan akhir itu tercapai, perbankan telah menikmati

dampak positifnya dari sisi kenaikan profitabilitas. Jadi meskipun

ROA cenderung mengalami peningkatan, namun hal tersebut tidak di

barengi dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan (Kajian

Stabilitas Keuangan Bank Indonesia, 2010).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap

(2006:108), menyatakan bahwa pertumbuhan kredit mempunya

pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.

119

d. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) setelah trimming I

Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau

belum, maka dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) sebagai

berikut:

Table 4.19

Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming

Laporan

Statistik

Nilai yang

Direkomendasikan

(Imam Ghozali, 2008)

Hasil

Keterangan

Absolute Fit

Probabilitas χ2 Tidak signifikan (p>0,05)

0,725

Model

cocok

Df

1 Good fit

χ2 / df

≤5

<2 0,123

Good fit

RMSEA

< 0,1

<0,05

<0,01

0.05 ≤ x ≤ 0,08

0,000

Good fit

GFI >0,9 1 Good fit

Incremental Fit

AGFI ≥0,9 0,999 Good fit

TLI ≥0,9 1,014 Good fit

NFI ≥0,9 1 Good fit

Parsimonious Fit

PNFI 0 – 1.0 0,100

Lebih besar

lebih baik

PGFI 0 – 1.0 0,067

Lebih besar

lebih baik

(Sumber: data diolah)

Dilihat dari nilai Chi-square sebesar 0,123 dengan profitabilitas

0,725 yang jauh di atas 0,05 dapat disimpulkan bahwa data empiris

sesuai dengan model. Begitu juga apabila dilihat dari kriteria fit lainnya

seperti CMIN/DF (χ2/df) sebesar 0,123 yang dapat disimpulkan bahwa

model sangat baik karena dibawah 2. Begitu juga apabila dilihat dari

120

kriteria fit lainnya seperti GFI, AGFI, TLI dan NFI yang nilainya diatas

0,90 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik. Nilai PNFI dan

PGFI masih relative kecil yang menunjukan bahwa tidak ada perbedaan

model yang signifikan. Menurut Ghozali (2008) apabila salah satu

kriteria tidak fit maka dapat melihat kriteria lainnya.

e. Hubungan Langsung dan Tidak Langsung

Beberapa pengaruh langsung dan tidak langsung melalui dana

pihak ketiga (DPK), kredit serta melalui DPK dan kredit dan pengaruh

total dari suku bunga SBI, Inflasi, DPK, dan kredit terhadap Return On

Asset (ROA) dapat dilihat pada tabel uraian sebagai berikut:

Tabel 4.20

Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, dan Pengaruh

Total tentang SBI (X1), Inflasi (X2), DPK (Y1),

dan Kredit (Y2) pada ROA (Z)

Pengaruh Variabel

Pengaruh Kausal

Langsung Tidak

Langsung

Melalui Y

Total

X1 → Y1 -0,553 -0,553

X1 → Y2 0,061 -0,570 0-,509

X2 → Y1 0,072 0,072

X2 → Y2 0,012 0,074 0,086

X1 → Z -0,278 0-,297 (-0,0575

+ - 0,240)

-0,575

Y1 → Y2 1,030 1,030

Y1 → Z 4,165 -4,060 (1,030 x

-3,942)

0,104

Y2 → Z -3,942 -3,942

(Sumber: data diolah)

121

1) Pengaruh antara variabel suku bunga SBI terhadap dana pihak ketiga

(DPK).

Suku bunga SBI memiliki pengaruh total terhadap DPK

sebesar -0,553.

2) Pengaruh antara variabel suku bunga SBI terhadap kredit.

Suku bunga SBI memiliki pengaruh langsung terhadap kredit

sebesar 0,061. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap kredit melalui

DPK sebesar -0,570 (-0,553 x 1,030). Pengaruh total suku bunga SBI

terhadap kredit sebesar -0,509 (0,61 + -0,570).

3) Pengaruh antara variabel inflasi terhadap dana pihak ketiga (DPK).

Inflasi memiliki pengaruh total terhadap Dana Pihak Ketiga

(DPK) sebesar 0,072.

4) Pengaruh antara variabel inflasi terhadap kredit.

Inflasi memiliki pengaruh langsung terhadap kredit sebesar

0,012. Pengaruh tidak langsung Inflasi terhadap kredit melalui DPK

sebesar 0,074 (0,072 x 1,030). Pengaruh total suku bunga SBI

terhadap kredit sebesar 0,086 (0,012 + 0,074).

5) Pengaruh antara variabel SBI terhadap ROA.

SBI memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar -

0,278. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap ROA melalui DPK

sebesar -0,0575 (-0,553 x 0,104).

SBI memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar -

0,278. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap ROA melalui kredit

122

sebesar -0,240 (0,061 x -3,942). Jadi pengaruh tidak langsung SBI

terhadap ROA melalui DPK dan kredit sebesar -0,297 (-0,0575 + -

0,240).

Pengaruh total SBI terhadap ROA sebesar -0,575 [-0,278 + (-

0,0575) + (-0,240)].

6) Pengaruh antara variabel DPK terhadap kredit.

DPK memiliki pengaruh total terhadap kredit sebesar 1,030.

7) Pengaruh antara variabel DPK terhadap ROA.

DPK memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar

4,165. Pengaruh tidak langsung DPK terhadap ROA melalui kredit

sebesar -4,060 (1,030 x -3,942). Pengaruh total DPK terhadap ROA

sebesar 0,104 [4,165 + -4,060 (1,030 x -3,942)]

8) Pengaruh antara variabel kredit terhadap ROA.

Kredit memiliki pengaruh total terhadap ROA sebesar -3,942.

4. Analisis Jalur Setelah Trimming II

Hasil uji Goodness of Fit trimming I masih ada pengaruh antar

variabel yang tidak signifikan. Selanjutnya, peneliti akan melakukan analisis

jalur model trimming II. Analisis jalur model Trimming adalah model yang

digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur bila koefisien betanya

(eksogen) tidak signifikan. Dalam hal ini peneliti menghilangkan salah satu

jalur (panah) yang memiliki koefisien betanya tidak signifikan dan yang

memiliki probabilitas terbesar. Rangkuman hasil trimming model dapat

dilihat pada tabel berikut.

123

Table 4.21

Hasil Uji Goodness of Fit setelah modifikasi

Indeks Goodness

of Fit

Cut Off

Value

Hasil Uji

Sebelum

Trimming

Trimming 1

Trimming II

Absolute Fit

Probabilitas χ2

Tidak

signifikan

(p>0,05) -

0,725

0,403

Df 0 1 2

χ2 / df

≤5

<2 -

0,123

0,410

RMSEA

< 0,1

<0,05

<0,01

0.05 ≤ x ≤

0,08

0,821

0,000

0,000

GFI >0,9 1 0,999 0,997

Incremental Fit

AGFI ≥0,9 - 0,992 0,974

TLI ≥0,9 - 1,014 1,009

NFI ≥0,9 1 1 0,999

Parsimonious Fit

PNFI 0 – 1.0 0 0,100 0,200

PGFI 0 – 1.0 - 0,067 0,133 (Sumber: Output AMOS 18)

Pada trimming kedua, jalur (panah) Inflasi pada Dana Pihak Ketiga

(DPK) dihilangkan karena memiliki probabilitas 0,403 > 0,05 (tidak

signifikan). Dari hasil modifikasi model analisis jalur dengan

menghilangkan jalur (panah) Inflasi pada Dana Pihak Ketiga (DPK).

Diperoleh indeks kesesuaian model yang cukup baik dan sudah tidak ada

menunjukan profitabilitas yang lebih dari 0,05.

Dari modifikasi kedua, maka dapat diperoleh hasil perhitungan

dalam tabel sebagai berikut:

124

Tabel 4.22

Hasil Perhitungan Pengaruh Antar Variabel Setelah Trimming II

Pengaruh antar variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan

SBI --> DPK -,549 0,000 Signifikan

SBI --> KREDIT ,061 0,000 Signifikan

INF --> KREDIT ,012 0,021 Signifikan

DPK --> KREDIT 1,031 0,000 Signifikan

SBI --> ROA -,278 0,042 Signifikan

DPK --> ROA 4,164 0,011 Signifikan

KREDIT --> ROA -3,937 0,013 Signifikan

(Sumber: Output AMOS 18)

Dikarenakan terjadi trimming yaitu dengan membuang bagian jalur

yang tidak signifikan, maka dari itu penelitian selanjutnya bertujuan sebagai

berikut:

a. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga SBI terhadap DPK.

b. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan DPK terhadap

penyaluran kredit.

c. Untuk menganalisis pengaruh sukui bunga SBI, DPK, dan penyaluran

kredit terhadap ROA.

Pengujian analisis jalur setelah trimming II terdiri dari 3 (tiga)

substruktur. Yang pertama adalah pengaruh antara suku bunga SBI terhadap

dana pihak ketiga (DPK) secara parsial. Yang kedua menganalisis pengaruh

suku bunga SBI, inflasi, dan dana pihak ketiga (DPK) terhadap penyaluran

kredit baik secara simultan maupun parsial. Yang ketiga menganalisis

pengaruh suku bunga SBI, dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit

terhadap ROA baik secara simultan maupun parsial. Dari hasil perhitungan

setelah trimming II dengan menggunakan AMOS 18, maka dapat

digambarkan diagram jalur setelah timming II sebagai berikut:

125

Gambar 4.14

Hasil Perhitungan Jalur Setelah Trimming II

(Sumber: Output AMOS 18)

Untuk melihat besarnya korelasi antar variabel eksogen setelah

trimming II dapat dilihat pada table 4.25. korelasi antara suku bunga SBI

dan Inflasi kelompok Bank Umum tidak berbeda dengan analisis korelasi

sebelum trimming I.

Tabel 4.23

Hasil Korelasi Antara Suku Bunga SBI dan

Inflasi Setelah Trimming II

Korelasi antar variabel Estimasi Probabilitas

SBI <--> INF ,056 0,589

(Sumber: Output AMOS 18)

a. Analisis Jalur Substruktur I Setelah Trimming II

Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur pertama

adalah sebagai berikut:

SBI

ROA

Inflasi

Kredit

DPK

e3

,381

e2

,998

e1

,306

,056

-,549

-,278

,012

4,164

1,031

-3,937

,061

126

Gambar 4.15

Diagram Jalur Sub Struktur I Setelah Trimming II

(Sumber: Output AMOS 18)

Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk

ringkasan tabel sebagai berikut:

Tabel 4.24

Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, dan Inflasi

terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)

Pengaruh antar variabel Estimasi Probability R Square

SBI --> DPK -0,549 0,000

0,301

(Sumber: Output AMOS 18)

Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap DPK

secara parsial 30,1%, sedangkan sisanya sebesar 69,9% (100%-30,1%)

dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model ini.

1) Pengarauh antara variabel suku bunga SBI terhadap Dana Pihak

Ketiga (DPK)

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linear antara variabel suku bunga SBI dengan DPK.

Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap DPK sebesar -0,549 atau

-54,9%.

-,549

SBI

DPK e1 ,301

127

Suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif dan signifikan

terhadap DPK. Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan

maka akan menurunkan jumlah DPK.

Pada umumnya kenaikan suku bunga SBI akan meningkatkan

pula jumlah DPK, peningkatan suku bunga SBI (instrument yang

dikeluarkan Bank Indonesia) akan berpengaruh terhadap suku bunga

depsito dan kredit perbankan. Kenaikan suku bunga SBI

menyebabkan perbankan harus melakukan penataan uang kembali

terhadap komposisi pendanaan maupun pembiayaan. Dari sisi

konsumen (deposan) meningkatnya suku bunga akan menyebabkan

dana pihak ketiga (DPK) perbankan meningkat.

Triadi (2010:3), mengatakan bahwa keberadaan bank

(konvensional dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis

sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. Namun, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia

bank variabel ekonomi makro maupun variabel monoter yang

perkembangannya dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki

andil dalam penyerapan dana masyarakat yang dilakukan oleh

perbankan. Variabel-variabel tersebut dapat berupa tingkat inflasi,

tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, suku bunga

(interest rate), dan nilai tukar rupiah.

128

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra (2009:13), menyatakan bahwa

suku bunga SBI terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode

Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki pengaruh negatif atau

berlawan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Cahyono

(2009) dan Triadi (2010) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI

memberikan pengaruh berlawanan arah (negatif) dan signifikan

terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).

b. Analisis Jalur Substruktur II Setelah Trimming II

Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur kedua

adalah sebagai berikut:

Gambar 4.16

Diagram Jalur Subtruktur II Setelah Trimming II

(Sumber: Output AMOS 18)

Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk

ringkasan table sebagai berikut:

INFLASI

KREDIT

DPK

SBI

e2 ,998

,012

,061 1,031 ,056

129

Tabel 4.25

Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi,

dan DPK terhadap Penyaluran Kredit

Pengaruh antar Variabel Estimasi Probability R square

SBI --> KREDIT ,061 0,000

0,998

INF --> KREDIT 0,12 0,021

DPK --> KREDIT 1,031 0,000

(Sumber: Output AMOS 18)

Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI, inflasi, dan dana

pihak ketiga (DPK) terhadap penyaluran kredit secara simultan adalah

99,8%, sedangkan sisanya sebesar 0,2% (100%-99,8%) dipengaruhi oleh

variabel-variabel lain diluar model ini.

1) Pengaruh Variabel Suku Bunga SBI terhadap Kredit

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linier antara variabel suku bunga SBI terhadap kredit.

Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,061 atau

0,61%.

Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi

kenaikan suku bunga SBI, maka jumlah kredit yang disalurkan oleh

Bank Umum juga akan mengalami kenaikan.

Dalam kajian yang dilakukan oleh kantor Bank Indonesia

Ambon (2007) dalam Musaddad (2010:98), kenaikan harga BBM

yang diikuti kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan

suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan

130

baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK

telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas

perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya

kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain

meningkatnya kapasitas kredit. Peningkatan kapasitas kredit ini telah

meningkatkan penawaran kredit yang ditandai dengan hasil regresi

terhadap data yang menunjukan kapasitas kredit signifikan

mempengaruhi realisasi kredit.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Bancin (2005:4) yang menyatakan bahwa suku bunga

SBI memiliki pengaruh positif signifikan.

2) Pengaruh Variabel Inflasi terhadap Kredit

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,021 < 0,05. Maka telah

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linier antara variabel inflasi dengan kredit. Besarnya

pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,012 atau 0,12%.

Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi, maka

jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami

kenaikan, begitu juga sebaliknya.

Menurut Bank Indonesia (2007:52) dalam Musadad

(2010:116) kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan

suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan

131

baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK

telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas

perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya

kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain

meningkatnya kapasitas kredit atau penawaran kredit kepada

masyarakat.

Dalam prakteknya, setiap bank mempunyai target kredit yang

harus disalurkan untuk suatu periode tertentu, maka bank akan

melakukan strategi penawaran kredit sampai mencapai target yang

diinginkan. Hal inilah yang menyebabkan inflasi berpengaruh positif

terhadap kredit.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Musaddad (2010:98) yang menyatakan bahwa Inflasi

memiliki pengaruh positif dan signifikan.

3) Pengaruh Variabel DPK terhadap Kredit

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linier antara variabel DPK dengan kredit. Besar pengaruh

DPK terhadap kredit adalah sebesar 1,031 atau 103,1%.

DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka jumlah kredit

juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya.

132

Menurut Sugiarto (2006:4) dana pihak ketiga (DPK)

merupakan simpanan-simpanan yang dilakukan nasabah pada bank

berupa giro, tabungan, deposito dan bentuk lain yang dipersamakan

dengan itu. Dalam hal ini bank bertugas memberikan pelayanan

kepada masyarakat dan bertindak selaku perantara keuangan bagi

masyarakat. Oleh karena itu, bank harus selalu berada ditengah

masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat

dihimpun dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Semakin tinggi

jumlah DPK yang dimiliki bank memang semestinya tinggi juga

penyaluran dana tersebut dalam bentuk kredit karena sesuai fungsi

utama bank adalah sebagai lembaga intermediary. Selain itu bila tidak

disalurkan kembali DPK yang diperoleh memiliki beban bunga yang

harus dibayarkan kepada nasabah tentunya hal tersebut akan

merugikan bank.

Penelitian ini juga menunjukan bahwa peran intermediasi

perbankan dalam menghidupkan sektor UMKM di Indonesia masih

sangat dipengaruhi oleh jumlah dana pihak ketiga yang berhasil

dihimpun bank umum di Indonesia.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Haryati

(2009), Nona (2009), Pratama (2010) bahwa DPK secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

133

c. Analisis Jalur Substruktur III Setelah Trimming II

Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur ketiga

adalah sebagai berikut:

Gambar 4.17

Diagram Jalur Subtruktur III setelah trimming II

(Sumber: Output AMOS 18)

Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk

ringkasan tabel sebagai berikut:

Tabel 4.26

Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi,

DPK, dan Penyaluran Kredit terhadap ROA

Pengaruh antar variabel Estimasi Probability R square

SBI --> ROA -,278 0,042

0,381 DPK --> ROA 4,165 0,011

KREDIT --> ROA -3,942 0,013

(Sumber: Output AMOS 18)

Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI, dana pihak ketiga

(DPK), dan penyaluran kredit terhadap ROA secara simultan adalah

38,1%, sedangkan sisanya sebesar 61,9% (100%-38,1%) dipengaruhi

oleh variabel-variabel lain diluar model ini.

DPK

SBI ROA

KREDIT

e3

,381

-,278

-3,942

4,165

134

1) Pengaruh Variabel Suku Bunga SBI terhadap ROA

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,042 < 0,05. Maka

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linier antara variabel suku bunga SBI dengan ROA.

Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap ROA sebesar -0,278

atau -27,8%.

Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan

signifikan pada ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga

SBI maka ROA akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad

(2010:120) dan Sophan (2013:110) menyatakan bahwa suku bunga

SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.

Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210) bahwa suku

bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang

disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti

oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan

meningkatkan juga biaya bunga kredit.

Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku

bunga kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat

masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank. Kredit merupakan

aktivitas utama perbankan dalam menghasilkan keuntungan. Apabila

tingkat suku bunga kredit meningkat maka akan direspon dengan

135

penurunan permintaan kredit. Dengan menurunnya permintaan kredit

maka akan berimbas pada penurunan keuntungan/laba yang akan

diperoleh bank. Kenaikan bunga kredit tentu akan menghambat

pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara pendapatan dari sektor

kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada profitabilitas bank

yang bersangkutan.

2) Pengaruh Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap ROA

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,011 < 0,05. Maka telah

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya

pengaruh DPK terhadap ROA sebesar 4,164 atau 416,4%.

DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka ROA juga akan

mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad (2010:101), bahwa

DPK memiliki pengaruh negatif signifikan pada ROA.

Hal ini dikarenakan apabila jika DPK tinggi berarti masyarakat

mempercayakan uangnya untuk dikelola bank. Total DPK diperoleh

dengan menjumlahkan rekening dari dana pihak ketiga yaitu

tabungan, giro, dan deposito. Kemampuan bank dalam menyalurkan

kredit terhadap dana pihak ketiga yang terkumpul adalah tinggi, maka

semakin tinggi pula kredit yang diberikan pihak bank. Ketika tingkat

penyaluran kredit suatu bank meningkat maka bank tersebut dapat

136

mengoptimalkan kegiatan pokoknya sebagai penyalur dana kepada

masyarakat sehingga tingkat laba yang dihasilkan pun meningkat.

Dengan kata lain kenaikan DPK akan meningkatkan ROA, sehingga

kinerja keuangan bank akan semakin baik (dengan asumsi bank

tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah

kredit macet akan kecil).

Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana yang bersumber

dari masyarakat luas merupakan sumber penting untuk aktivitas

operasional bank dan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu bank

apabila bank dapat menanggung biaya operasinya dari sumber dana

ini (Kasmir, 2012:59).

Bank diharapkan selalu berada ditengah masyarakat, agar

aliran uang dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dapat

ditampung kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat.

Keuntungan utama bank berasal dari sumber-sumber dana dengan

bunga yang akan diterima dari alokasi tertentu. DPK meningkat maka

bank mempunyai peluang serta kesempatan yang lebih besar untuk

memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Dapat dikatakan DPK

memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas yang dihitung

dengan rasio ROA (Anggreni dan Suardhika, 2014:32).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Anggreni dan Suardhika (2014:32), menyatakan bahwa dana

pihak ketiga (DPK) mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap ROA.

137

3) Pengaruh Variabel Kredit terhadap ROA

Hasil perhitungan menunjukan angka 0,013 < 0,05. Maka telah

cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada

hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya

pengaruh DPK terhadap ROA sebesar -3,937 atau -393,7%.

Kredit memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap

ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan Kredit, maka ROA akan

mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2012:9),

menyatakan bahwa penyaluran kredit memiliki pengaruh positif tidak

signifikan pada ROA.

Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210) bahwa

penyaluran kredit dapat dipengaruhi oleh suku bunga SBI, suku bunga

SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang

disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti

oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan

meningkatkan juga biaya bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku

bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga

akan mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada

bank. Kredit merupakan aktivitas utama perbankan dalam

menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga kredit

meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit.

Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada

penurunan keuntungan/laba yang akan diperoleh bank. Kenaikan

bunga kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri.

Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini

berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan.

138

Pasca krisis ekonomi global, pertumbuhan kredit perbankan

mengalami perlambatan yang signifikan, terutama kredit dalam valuta

asing (valas). Selama tahun 2009, total kredit hanya tumbuh sekitar

10% (yoy). Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius karena

rendahnya penyaluran kredit berpotensi menimbulkan instabilitas.

Secara makro, dengan menurunnya pertumbuhan kredit, pertumbuhan

ekonomi ke depan dapat tertekan. Secara mikro, penurunan

pertumbuhan kredit dapat menyebabkan sektor korporasi dan rumah

tangga menjadi semakin sulit untuk mendapatkan pendanaan untuk

membiayai kegiatan usaha. Pada tahun 2009, meskipun kredit

mengalami perlambatan pertumbuhan, hal itu tidak mengurangi

kemampuan bank menghasilkan profit, bahkan lebih tinggi

dibandingkan dengan laba yang berhasil diperoleh pada 2008.

Perbankan juga berhasil menekan dampak resiko, terutama resiko

kredit, yang sempat meningkat sampai dengan pertengahan tahun

2009. Salah satu faktor yang tampaknya mendorong peningkatan

profitabilitas adalah upaya bank untuk memperlebar spread ditengah

tren penurunan BI rate. Upaya memperlebar spread itu menjadi

semakin mudah dilakukan setelah adanya kesepakatan sejumlah bank

terutama bank besar pada bulan agustus 2009 untuk menurunkan suku

bunga pinjaman agar mendekati BI rate. Meskipun tujuan akhir

kesepakatan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan kredit,

namun menjelang tujuan akhir itu tercapai, perbankan telah menikmati

dampak positifnya dari sisi kenaikan profitabilitas. Jadi meskipun

ROA cenderung mengalami peningkatan, namun hal tersebut tidak di

barengi dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan (Kajian

Stabilitas Keuangan Bank Indonesia, 2010).

139

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap

(2006:108), menyatakan bahwa pertumbuhan kredit mempunya

pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.

d. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) setelah trimming II

Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau

belum, maka dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) sebagai

berikut:

Table 4.27

Hasil Uji Goodness of Fit Setelah trimming II

Laporan Statistik

Nilai yang

Direkomendasikan

(Imam Ghozali, 2008)

Hasil

Keterangan

Absolute Fit

Probabilitas χ2

Tidak signifikan

(p>0,05)

0,403

Model

cocok

Df

2 Good fit

χ2 / df

≤5

<2

0,410

Good fit

RMSEA

< 0,1

<0,05

<0,01

0.05 ≤ x ≤ 0,08

0,000

Good fit

GFI >0,9 0,997 Good fit

Incremental Fit

AGFI ≥0,9 0,974 Good fit

TLI ≥0,9 1,009 Good fit

NFI ≥0,9 0,999 Good fit

Parsimonious Fit

PNFI 0 – 1.0 0,200

Lebih besar

lebih baik

PGFI 0 – 1.0 0,133

Lebih besar

lebih baik

(Sumber: data diolah)

140

Dilihat dari nilai Chi-square sebesar 0,410 dengan profitabilitas

0,403 yang jauh di atas 0,05 dapat disimpulkan bahwa data empiris

sesuai dengan model. Begitu juga apabila dilihat dari kriteria fit lainnya

seperti CMIN/DF (χ2/df) sebesar 0,410 yang dapat disimpulkan bahwa

model sangat baik karena dibawah 2. Begitu juga apabila dilihat dari

kriteria fit lainnya seperti GFI, AGFI, TLI dan NFI yang nilainya diatas

0,90 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik. Nilai PNFI dan

PGFI masih relative kecil yang menunjukan bahwa tidak ada perbedaan

model yang signifikan. Menurut Ghozali (2008) apabila salah satu

kriteria tidak fit maka dapat melihat kriteria lainnya.

e. Hubungan Langsung dan Tidak Langsung

Beberapa pengaruh langsung dan tidak langsung melalui dana

pihak ketiga (DPK), kredit serta melalui DPK dan kredit dan pengaruh

total dari suku bunga SBI, Inflasi, DPK, dan kredit terhadap Return On

Asset (ROA) dapat dilihat pada tabel uraian sebagai berikut:

Table 4.28

Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, dan Pengaruh

Total tentang SBI (X1), Inflasi (X2), DPK (Y1),

dan Kredit (Y2) pada ROA (Z)

Pengaruh Variabel Pengaruh Kausal

Langsung Tidak Langsung

Melalui Y

Total

X1 → Y1 -0,549 -0,549

X1 → Y2 0,061 -0,566 0-,509

X2 → Y2 0,012 0,012

X1 → Z -0,278 0-,296 (-0,0575 +

- 0,240)

-0,574

Y1 → Y2 1,031 1,031

Y1 → Z 4,164 -4,060 (1,031 x -

3,937).

0,104

Y2 → Z -3,937 -3,937

(Sumber: data diolah)

141

1) Pengaruh antara variabel suku bunga SBI terhadap dana pihak ketiga

(DPK).

Suku bunga SBI memiliki pengaruh total terhadap DPK

sebesar -0,549.

2) Pengaruh antara variabel suku bunga SBI terhadap kredit.

Suku bunga SBI memiliki pengaruh langsung terhadap kredit

sebesar 0,061. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap kredit melalui

DPK sebesar -0,566 (-0,549 x 1,031). Pengaruh total suku bunga SBI

terhadap kredit sebesar -0,505 (0,061 + -0,566).

3) Pengaruh antara variabel inflasi terhadap kredit 0,012.

Inflasi memiliki pengaruh total terhadap kredit sebesar 0,012.

4) Pengaruh antara variabel inflasi terhadap kredit.

Inflasi memiliki pengaruh langsung terhadap kredit sebesar

0,012.

5) Pengaruh antara variabel SBI terhadap ROA.

SBI memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar -

0,278. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap ROA melalui DPK

sebesar -0,296 (-0,549 x 0,104).

SBI memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar -

0,278. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap ROA melalui kredit

sebesar -0,240 (0,061 x -3,942). Jadi pengaruh tidak langsung SBI

terhadap ROA melalui DPK dan kredit sebesar -0,297 (-0,0575 + -

0,240). Pengaruh total SBI terhadap ROA sebesar -0,574 [-0,278 + (-

0,0575) + (-0,240)].

142

6) Pengaruh antara variabel DPK terhadap kredit.

DPK memiliki pengaruh total terhadap kredit sebesar 1,031.

7) Pengaruh antara variabel DPK terhadap ROA.

DPK memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar

4,164. Pengaruh tidak langsung DPK terhadap ROA melalui kredit

sebesar -4,060 (1,031 x -3,937). Pengaruh total DPK terhadap ROA

sebesar 0,104 [4,164 + -4,060 (1,031 x -3,937)]

8) Pengaruh antara variabel kredit terhadap ROA.

Kredit memiliki pengaruh total terhadap ROA sebesar -3,937.

C. Interpretasi

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disusun persamaan path

analysis setelah trimming sebagai berikut:

1. Persamaan Substruktur I

Dana Pihak Ketiga = -0,549 ԑ1 ; R square = 0,301

Hasil pengujian setelah trimming, Hasil pengujian secara parsial,

diketahui variabel suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif dan signifikan

terhadap DPK. Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan maka

akan menurunkan jumlah DPK.

Pada umumnya kenaikan suku bunga SBI akan meningkatkan pula

jumlah DPK, peningkatan suku bunga SBI (instrument yang dikeluarkan

Bank Indonesia) akan berpengaruh terhadap suku bunga depsito dan kredit

perbankan. Kenaikan suku bunga SBI menyebabkan perbankan harus

melakukan penataan uang kembali terhadap komposisi pendanaan maupun

pembiayaan. Dari sisi konsumen (deposan) meningkatnya suku bunga akan

menyebabkan dana pihak ketiga (DPK) perbankan meningkat.

143

Triadi (2010:3) mengatakan bahwa keberadaan bank (konvensional

dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis sebagai lembaga

intermediasi dan memberikan jasa dala m lalu lintas pembayaran. Namun,

pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia bank variabel ekonomi makro

maupun variabel monoter yang perkembangannya dapat dikendalikan oleh

bank sentral juga memiliki andil dalam penyerapan dana masyarakat yang

dilakukan oleh perbankan. Variabel-variabel tersebut dapat berupa tingkat

inflasi, tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, suku bunga

(interest rate), dan nilai tukar rupiah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra (2009:13) menyatakan bahwa suku

bunga SBI terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode Triwulan I 2003

– Triwulan III 2008 memiliki pengaruh negatif atau berlawan. Hasil

penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Cahyono (2009) dan Triadi

(2010) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI memberikan pengaruh

berlawanan arah (negatif) dan signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga

(DPK).

2. Persamaan Substruktur II

Kredit = 0,061 SBI + 0,012 Inflasi + 1,031 DPK ԑ1 ; R square = 0,998

Hasil pengujian setelah trimming secara simultan, diketahui variabel

suku bunga SBI, Inflasi dan DPK berpengaruh signifikan terhadap kredit

pada bank umum.

144

Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel suku bunga SBI

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga SBI, maka jumlah kredit yang

disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami kenaikan, begitu juga

sebaliknya.

Dalam kajian yang dilakukan oleh kantor Bank Indonesia Ambon

(2007) dalam Musaddad (2010:98), kenaikan harga BBM yang diikuti

kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan suku bunga SBI

telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan baik suku bunga DPK

maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK telah menyebabkan naiknya

DPK yang menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Peningkatan

likuiditas ini berarti meningkatnya kemampuan perbankan untuk

menyalurkan kredit dengan kata lain meningkatnya kapasitas kredit.

Peningkatan kapasitas kredit ini telah meningkatkan penawaran kredit yang

ditandai dengan hasil regresi terhadap data yang menunjukan kapasitas

kredit signifikan mempengaruhi realisasi kredit.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Bancin (2005:4) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI

memiliki pengaruh positif signifikan.

Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi, maka jumlah

kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami kenaikan,

begitu juga sebaliknya.

145

Menurut Bank Indonesia (2007:52) dalam Musadad (2010:116),

kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan suku bunga SBI

telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan baik suku bunga DPK

maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK telah menyebabkan naiknya

DPK yang menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Peningkatan

likuiditas ini berarti meningkatnya kemampuan perbankan untuk

menyalurkan kredit dengan kata lain meningkatnya kapasitas kredit atau

penawaran kredit kepada masyarakat.

Dalam prakteknya, setiap bank mempunyai target kredit yang harus

disalurkan untuk suatu periode tertentu, maka bank akan melakukan strategi

penawaran kredit sampai mencapai target yang diinginkan. Hal inilah yang

menyebabkan inflasi berpengaruh positif terhadap kredit.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Musaddad (2010:98) yang menyatakan bahwa Inflasi

memiliki pengaruh positif dan signifikan.

DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kredit.

Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka jumlah kredit juga akan

mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya.

Menurut Sugiarto (2006:4), dana pihak ketiga (DPK) merupakan

simpanan-simpanan yang dilakukan nasabah pada bank berupa giro,

tabungan, deposito dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Dalam

hal ini bank bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat dan

bertindak selaku perantara keuangan bagi masyarakat. Oleh karena itu, bank

146

harus selalu berada ditengah masyarakat agar arus uang dari masyarakat

yang kelebihan dana dapat dihimpun dan disalurkan kembali kepada

masyarakat. Semakin tinggi jumlah DPK yang dimiliki bank memang

semestinya tinggi juga penyaluran dana tersebut dalam bentuk kredit karena

sesuai fungsi utama bank adalah sebagai lembaga intermediary. Selain itu

bila tidak disalurkan kembali DPK yang diperoleh memiliki beban bunga

yang harus dibayarkan kepada nasabah tentunya hal tersebut akan

merugikan bank.

Penelitian ini juga menunjukan bahwa peran intermediasi perbankan

dalam menghidupkan sektor UMKM di Indonesia masih sangat dipengaruhi

oleh jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun bank umum di

Indonesia.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Haryati

(2009), Nona (2009), Pratama (2010) bahwa DPK secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

3. Persamaan Substruktur III

ROA = -0,278 SBI + 4,164 DPK – 3,937 Kredit ԑ1 ; R square = 0,381

Hasil pengujian setelah trimming secara simultan, diketahui variabel

suku bunga SBI, DPK, dan Penyaluran Kredit berpengaruh signifikan

terhadap ROA pada bank umum.

Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel Suku bunga SBI

memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada ROA. Artinya, apabila

terjadi kenaikan suku bunga SBI maka ROA akan mengalami penurunan,

147

begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Musaddad (2010:120) dan Sophan (2013:110) menyatakan bahwa suku

bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.

Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210) bahwa suku bunga SBI

dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh

perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan

tingkat suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga

kredit.

Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga

kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat masyarakat untuk

mengambil kredit kepada bank. Kredit merupakan aktivitas utama

perbankan dalam menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga

kredit meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit.

Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada

penurunan keuntungan/laba yang akan diperoleh bank. Kenaikan bunga

kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara

pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada

profitabilitas bank yang bersangkutan.

Teori menurut Cynara (2006:16), bahwa tinggi rendahnya

rentabilitas suatu perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

membentuk rentabilitas tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah profit

margin, assets utilization dan total equity.

148

DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA.

Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka ROA juga akan mengalami

kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Musaddad (2010:101), bahwa DPK memiliki pengaruh

negatif signifikan pada ROA.

Hal ini dikarenakan apabila jika DPK tinggi berarti masyarakat

mempercayakan uangnya untuk dikelola bank. Total DPK diperoleh dengan

menjumlahkan rekening dari dana pihak ketiga yaitu tabungan, giro, dan

deposito. Kemampuan bank dalam menyalurkan kredit terhadap dana pihak

ketiga yang terkumpul adalah tinggi, maka semakin tinggi pula kredit yang

diberikan pihak bank. Ketika tingkat penyaluran kredit suatu bank

meningkat maka bank tersebut dapat mengoptimalkan kegiatan pokoknya

sebagai penyalur dana kepada masyarakat sehingga tingkat laba yang

dihasilkan pun meningkat. Dengan kata lain kenaikan DPK akan

meningkatkan ROA, sehingga kinerja keuangan bank akan semakin baik

(dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif

sehingga jumlah kredit macet akan kecil).

Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana yang bersumber dari

masyarakat luas merupakan sumber penting untuk aktivitas operasional

bank dan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu bank apabila bank dapat

menanggung biaya operasinya dari sumber dana ini (Kasmir, 2012:59).

Bank diharapkan selalu berada ditengah masyarakat, agar aliran

uang dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dapat ditampung

149

kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat. Keuntungan utama bank

berasal dari sumber-sumber dana dengan bunga yang akan diterima dari

alokasi tertentu. DPK meningkat maka bank mempunyai peluang serta

kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh pendapatan yang lebih

tinggi. Dapat dikatakan DPK memiliki hubungan positif terhadap

profitabilitas yang dihitung dengan rasio ROA (Anggreni dan Suardhika,

2014:32).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Anggreni dan Suardhika (2014:32), menyatakan bahwa dana pihak ketiga

(DPK) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.

Kredit memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap

ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan Kredit, maka ROA akan mengalami

penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Kurniawati (2012:9) menyatakan bahwa penyaluran

kredit memiliki pengaruh positif tidak signifikan pada ROA.

Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210) bahwa penyaluran

kredit dapat dipengaruhi oleh suku bunga SBI, suku bunga SBI dapat

mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh

perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan

tingkat suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga

kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga

kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat masyarakat untuk

mengambil kredit kepada bank. Kredit merupakan aktivitas utama

150

perbankan dalam menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga

kredit meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit.

Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada

penurunan keuntungan/laba yang akan diperoleh bank. Kenaikan bunga

kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara

pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada

profitabilitas bank yang bersangkutan.

Pasca krisis ekonomi global, pertumbuhan kredit perbankan

mengalami perlambatan yang signifikan, terutama kredit dalam valuta asing

(valas). Selama tahun 2009, total kredit hanya tumbuh sekitar 10% (yoy).

Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius karena rendahnya penyaluran

kredit berpotensi menimbulkan instabilitas. Secara makro, dengan

menurunnya pertumbuhan kredit, pertumbuhan ekonomi ke depan dapat

tertekan. Secara mikro, penurunan pertumbuhan kredit dapat menyebabkan

sektor korporasi dan rumah tangga menjadi semakin sulit untuk

mendapatkan pendanaan untuk membiayai kegiatan usaha. Pada tahun 2009,

meskipun kredit mengalami perlambatan pertumbuhan, hal itu tidak

mengurangi kemampuan bank menghasilkan profit, bahkan lebih tinggi

dibandingkan dengan laba yang berhasil diperoleh pada 2008. Perbankan

juga berhasil menekan dampak resiko, terutama resiko kredit, yang sempat

meningkat sampai dengan pertengahan tahun 2009. Salah satu faktor yang

tampaknya mendorong peningkatan profitabilitas adalah upaya bank untuk

memperlebar spread ditengah tren penurunan BI rate. Upaya memperlebar

151

spread itu menjadi semakin mudah dilakukan setelah adanya kesepakatan

sejumlah bank terutama bank besar pada bulan agustus 2009 untuk

menurunkan suku bunga pinjaman agar mendekati BI rate. Meskipun tujuan

akhir kesepakatan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan kredit,

namun menjelang tujuan akhir itu tercapai, perbankan telah menikmati

dampak positifnya dari sisi kenaikan profitabilitas. Jadi meskipun ROA

cenderung mengalami peningkatan, namun hal tersebut tidak di barengi

dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan (Kajian Stabilitas

Keuangan Bank Indonesia, 2010).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap

(2006:108), menyatakan bahwa pertumbuhan kredit mempunya pengaruh

negatif dan signifikan terhadap ROA.

152

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengujian path analysis pada substruktur I ditemukan bahwa variabel

suku bunga SBI memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap

dana pihak ketiga (DPK) pada Bank Umum. Hasil pengujian secara parsial,

diketahui bahwa suku bunga SBI memiliki pengaruh signifikan dan negatif

terhadap dana pihak ketiga (DPK) pada Bank Umum.

2. Hasil pengujian path analysis pada substruktur II ditemukan bahwa variabel

suku bunga SBI, inflasi dan dana pihak ketiga (DPK) memiliki pengaruh

signifikan secara simultan terhadap penyaluran kredit pada Bank Umum.

Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa suku bunga SBI, inflasi

dan dana pihak ketiga (DPK) sama-sama memiliki pengaruh signifikan dan

positif terhadap penyaluran kredit pada kelompok Bank Umum.

3. Hasil pengujian path analysis pada substruktur III ditemukan bahwa

variabel suku bunga SBI, dana pihak ketiga (DPK), dan penyaluran kredit

memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap ROA pada Bank

Umum. Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa suku bunga SBI

dan penyaluran kredit memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap

153

ROA, Sedangkan variabel dana pihak ketiga (DPK) memiliki pengaruh

signifikan dan positif terhadap ROA pada kelompok Bank Umum.

4. Dari hasil pengujian subtruktur I, II dan III diketahui pengaruh langsung dan

tidak langsung yaitu Variabel suku bunga SBI memiliki pengaruh langsung

terhadap dana pihak ketiga (DPK) sebesar -0,549. Dan suku bunga SBI

memiliki pengaruh langsung terhadap penyaluran kredit sebesar 0,061.

Sedangkan pengaruh tidak langsung suku bunga SBI terhadap ROA melalui

dana pihak ketiga (DPK) sebesar -0,296. Dan pengaruh tidak langsung suku

bunga SBI terhadap ROA melalui kredit sebesar 0,574. Variabel infasi

memiliki pengaruh langsung terhadap terhadap penyaluran kredit sebesar

0,012. Variabel DPK memiliki pengaruh langsung terhadap kredit sebesar

1,031. Dan DPK memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar -4,060.

Variabel penyaluran kredit memiliki pengaruh langsung terhadap ROA

sebesar -3,937.

B. Implikasi

Berkaitan dengan implikasi pada penelitian ini, peneliti menganalisis

dua 2 variabel eksogen yaitu suku bunga SBI, dan inflasi terhadap variabel

endogen yaitu dana pihak ketiga (DPK), penyaluran kredit, dan Return on

Assets (ROA) di kelompok Bank Umum tahun 2007 sampai Tahun 2014. Agar

dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam serta komprehensif maka

penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Menggunakan data yang lebih akurat dengan jumlah data yang lebih banyak

dan dengan rentang waktu yang lebih panjang. Penggunaan data yang lebih

154

banyak dan rentang waktu yang lebih panjang memungkinkan hasil

penelitian lebih baik.

2. Menambah variabel eksogen dan endogen yang lebih banyak baik dari

varibel moneter maupun variabel perbankan seperti kurs, jumlah uang

beredar, Produk Domestik Bruto, pendapatan masyarakat, Non Performing

Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk memperkaya

perspektif analisis.

3. Menggunakan metode dan alat uji yan lebih lengkap dan akurat sehiingga

diperoleh kesimpulan yang lebih valid.

155

DAFTAR PUSAKA

Agenor, P.R,J. Aizenman, dan A. Hoffmaister. 2000. The Credit Crunch in East

Asia : What Can Bank Excess Liquid Asset Tell Us? NBER, Inc.,

Cambridge, Working Paper 7951.

Agung, Juda, Bambang Kusmiarso. Erwin G. Hutapea. Andry Pramuko dan

Nugroho Joko Prastowo. “Credit Crunch di Indonesia: Fakta, Penyebab

dan Implikasi Kebijakan”, Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan

Moneter Bank Indonesia, Jakarta, 2001.

Aris, Ivan Setiawan dan Ferdinansyah Ritongah. ”Analisis Jalur (Path Analisis)

dengan Menggunakan Program AMOS”. Edisi Pertama. Suluh Media,

Tangerang, 2011.

Aryaningsih, Nyi Nyoman. “pengaruh suku bunga, inflasi dan jumlah

penghasilan terhadap permintaan kredit di PT. BPD Cabang Pembantu

Kediri”, Jurnal penelitian dan pengembangan Sains & Humaniora, 2008.

Bancin, Roy Efraim. “Analysis Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Inflasi dan

Jumlah Kredit yang disalurkan Perbankan di Indonesia”, Skripsi

Universitas Sumatra Utara, 2005.

Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14

Desember 2001. Jakarta, 2001.

Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia No. 4/10/PBI/2002. Jakarta, 2002.

Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/4/DPM tanggal 16 Februari

2004. Jakarta, 2004.

Bank Indonesia. “Kajian Stabilitas Keuangan Bank Indonesia”. Jakarta, 2009.

Bank Indonesia. “Kajian Stabilitas Keuangan Bank Indonesia”. Jakarta, 2010.

Bank Indonesia. Indikator Perbankan Nasional. Jakarta (www.bi.go.id)

Bank Indonesia. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia Bank Indonesia.

Jakarta : Bank Indonesia (www.bi.go.id)

Cahyono, Ari. “Pengaruh Indikator Makroekonomi terhadap Dana Pihak Ketiga

dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri”. Tesis, Pasca Sarjana FEUI,

Jakarta, 2009.

156

Cynara, Intan. “Pengaruh Tabungan dan Deposito terhadap Tingkat

Profitabilitas”. Tesis, Pasca Sarjana Fakultas Bisnis dan Manajemen,

Universitas Widyatama, Bandung, 2006.

Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Ghalia Indonesia, Jakarta,

2005.

Dewi, Purnama S dan Juniati Gunawan. “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dan

Luas Pengungkapan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca Pada Laporan

Tahunan Perbankan yang Terdaftar di BEJ, Media Riset Akuntansi,

Auditing, dan Informasi”, Vol. 3, No. 2, Agustus 2003.

Ditria, Yoda dkk. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah dan

Jumlah Ekspor Terhadap Tingkat Kredit Perbankan”. Journal of Applied

Finance and Accounting Vol. 1 No.1 November 2008.

Ferdian, Ilham Reza. SBI, Instrumen Moneter atau Instrumen Investasi.

Republika. Senin 21 Juli 2008.

Ghozali, Imam. “Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi Dengan

Program Amos 16.0”, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2008.

Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta,

2007.

Harahap, Anisyah. “Analisis Pengaruh Jumlah Modal Inti, Pertumbuhan Kredit,

Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Performing Loan

terhadap Profitabilitas Bank Umum di Indonesia”, Skripsi Universitas

Indonesia, 2006.

Harmanta dan Mahyus Ekananda. “Disintermediasi Fungsi Perbankan di

Indonesia Paska Krisis 1997: Faktor Permintaan atau Penawaran Kredit”,

Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juni 2005.

Haryati, Sri. “Pertumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia : Intermediasi dan

Pengaruh Variabel Makro Ekonomi”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.

13, 2009.

Hasibuan, Melayu S.P. “Dasar-dasar Perbankan”. Cetakan Kesembilan. Bumi

Aksara, Jakarta, 2011.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian untuk Bisnis dan

Akuntansi”, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 1999.

157

Ismail. “Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi”, Edisi Pertama.

Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010.

Jiang, Guorong, Nancy Tang, Eve Law and Angela Sze. “The Profitability of the

Banking Sector in Hong Kong”. Hong Kong Monetary Authority Quarterly

Bulletin, September 2003.

Judisseno, Rimsky K. “Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”. Cetakan

Kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.

Kasmir. “Manajemen Perbankan”. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.

Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2008.

Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Edisi Revisi-9. PT Rajawali

Pers, Jakarta, 2009.

Kasmir. “Dasar-dasar Perbankan”. Edisi Revisi. Rajawali Pers, Jakarta, 2012.

Kholisudin, Akhmad. “Determinan Permintaan Kredit pada Bank Umum di Jawa

Tengah 2006-2010”. Economics Development Analysis Journal, Edaj 1

Agustus 2012.

Kiryanto, Ryan. Langkah Terobosan Mendorong Ekpansi Kredit. Economic

Review No. 208. Juni 2007.

Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja. “Uang, Perbankan, dan Ekonomi

Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia)”, FEUI. Jakarta, 2004.

Meydianawathi, Luh Gede, “Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan

Kepada Sektor UMKM di Indonesia”, Buletin Studi Ekonomi Volume 12

Nomor 2 Tahun 2007.

Miskhin, Fredric S. “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan”, Edisi 8

Salemba Empat, Jakarta, 2008.

Musaddad, Faisal. “Analisis Pengaruh Dana Pihak, Capital Adequaty Ratio, Suku

Bunga SBI, dan Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Serta Implikasinya

terhadap Profitabilitas pada Bank Umum”. Skripsi UIN Jakarta, 2010.

Nandadipa, Seandy. “Analisis Pengaruh CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK,

dan Exchange Rate Terhadap LDR”. Skripsi. Universitas Diponegoro,

2010.

158

Nona, Gabriela Haryani. “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Cash Ratio

(CR), Return on Asset (ROA), Pertumbuhan DPK, Suku Bunga SBI, dan

Inflasi Terhadap Pertumbuhan Kredit Bank Umum”. Skripsi. STIE

Perbanas Surabaya, 2010.

Pariyo. “Variabel Makro Ekonomi yang mempengaruhi penghimpunan Dana

Pihak Ketiga”, Universitas Indonesia, Jakarta, 2004.

Pratama, Billy Arma. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan

Penyaluran Kredit Perbankan”, Jurnal Penelitian, 2010.

Pratama, Billy Arma. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan

Penyaluran Kredit Perbankan (Studi Pada Bank Umum Di Indonesia

Periode Tahun 2005-2009)”. Tesis. Universitas Diponegoro, 2010.

Purna, Ibnu, Hamidi, Prima. “Pengaruh Krisis Keuangan Global terhadap Sektor

Finansial di Indonesia”. Sekretariat Negara Republik Indonesia. 5 Mei

2009.

Ria, Made, Aggreni dan Sadha, I Made, Suardhik. “Pengaruh Dana Pihak Ketiga

(DPK), Kecukupan Modal, Resiko Kredit dan Suku Bunga Kredit pada

Profitabilitas”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2014.

Riyadi, Selamet. “Banking Assets and Liability Management”. Fakultas Ekonomi

UI. Jakarta. 2006.

Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. “Cara Menggunakan dan Memaknai

Analisis Jalur (Path Analysis)”. Alfabeta, Bandung, 2008.

Setyarini, Adhista. “Analisis Pengaruh CAR, NIM, BOPO, LDR, GWM, terhadap

Perubahan Laba (Studi pada Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia

Periode Tahun 2005-2007)”. Tesis. UNDIP, Semarang, 2009.

Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi Kelima. Badan

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2005.

Sinungan, Muchdarsyah, “Manajemen dan Bank”, Edisi Kedua. PT Bumi Aksara,

Jakarta, 2000.

Sugema, Imam. BI Masih Pertahankan Bunga SBI. Kontan. 8 Januari 2010.

Sugiarto, Ferry N Idroes. “Manajemen Risiko Perbakan: Dalam Konteks

Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia”. Graha Ilmu,

Yogyakarta, 2006.

159

Sutaji, Condro Wahyu, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi

KUK Pada Bank-Bank Umum di Indonesia”, skripsi Universitas Islam

Indonesia, 2007.

Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. Edisi Ketiga. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta, 2004.

Suri, Datu Asmira. “Pengaruh Penyaluran Kredit terhadap Modal Bank”, Skripsi

Universitas Brawijaya, 2005.

Triadi, Chintia Agustina. “Analisis Pengaruh Makro Ekonomi TerhadapDana

Pihak Ketiga (DPK) pada Bank Umum dan Syariah”. Skripsi. UPN Veteran

Jatim, 2010.

Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Penerbit Handayani,

1992

Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Jakarta : Penerbit PT

Sinar Grafika, 1998

Veitzhal Rivai dan Andria Permata Veitzhal. “Bank and Financial Institution

Management”. PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Warjiyo, Perry. “Stabilitas Sistem Perbankan dan Kebijakan Moneter”, Buletin

Ekonomi Moneter dan Perbankan, Bank Indonesia, Jakarta, 2006.

Yunita, Patria. “Pengaruh Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi dan Kurs US Dollar

Terhadap Kinerja Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah”.

Tesis. Universitas Indonesia, 2007.

160

Lampiran 1: Data Mentah

Data Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

Bulan Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Januari 9,50 8 9,50 6,44 6,05 4,88 4,84 7,23

Februari 9,25 7,93 8,74 6,41 6,06 3,82 4,86 7,17

Maret 9 7,96 8,21 6,27 6,07 3,83 4,87 7,13

April 9 7,99 7,59 6,20 6,08 3,93 4,89 7,14

Mei 8,75 8,31 7,25 6,30 6,02 4,24 5,02 7,15

Juni 8,75 8,73 6,95 6,26 6,03 4,32 5,28 7,14

Juli 8,25 9,23 6,71 6,26 6,01 4,46 5,52 7,09

Agustus 8,25 9,28 6,58 6,26 6,01 4,54 5,86 6,97

September 8,25 9,58 6,48 6,64 5,97 4,67 6,96 6,88

Oktober 8,25 10,43 6,49 6,37 5,97 4,75 6,97 6,85

November 8,25 11,21 6,48 6,37 5,97 4,77 7,22 6,87

Desember 8 10,93 6,46 6,37 5,97 4,8 7,22 6,9

(Sumber: Bank Indonesia)

Data Tingkat Inflasi

Bulan

Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari 1,04 1,77 -0,07 0,84 0,89 0,76 1,03 1,07

Februari 0,62 0,65 0,21 0,30 0,13 0,05 0,75 0,26

Maret 0,24 0,95 0,22 -0,14 -0,32 0,07 0,63 0,08

April -0,16 0,57 -0,31 0,15 -0,31 0,21 -0,1 -0,02

Mei 0,10 1,41 0,04 0,29 0,12 0,07 -0,03 0,16

Juni 0,23 2,46 0,11 0,97 0,55 0,62 1,03 0,43

Juli 0,72 1,37 0,45 1,57 0,67 0,7 3,29 0,93

Agustus 0,75 0,51 0,56 0,76 0,93 0,95 1,12 0,47

September 0,80 0,97 1,05 0,44 0,27 0,01 -0,35 0,27 Oktober 0,79 0,45 0,19 0,06 -0,12 0,16 0,09 0,47

November 0,18 0,12 -0,03 0,60 0,34 0,07 0,12 1,5

Desember 1,10 -0,04 0,33 0,92 0,57 0,54 0,55 2,46

(Sumber: BPS)

161

Data Dana Pihak Ketiga (DPK)

Bulan

Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari 1.279.566 1.472.485 1.748.814 1.948.890 2.302.056 2.770.571 3.205.006 3.594.697

Februari 1.284.055 1.476.990 1.771.098 1.931.638 2.287.844 2.763.915 3.207.342 3.603.620

Maret 1.291.379 1.466.224 1.786.157 1.982.262 2.351.357 2.825.975 3.243.136 3.618.064

April 1.299.772 1.481.971 1.780.918 1.980.450 2.340.213 2.841.361 3.299.350 3.694.765

Mei 1.305.936 1.505.725 1.783.644 2.013.216 2.397.179 2.908.957 3.349.660 3.763.474

Juni 1.355.185 1.554.162 1.823.811 2.096.036 2.438.011 2.955.833 3.374.272 3.834.503

Juli 1.379.211 1.534.981 1.806.621 2.082.595 2.464.083 2.961.417 3.392.927 3.787.052

Agustus 1.392.668 1.526.025 1.847.038 2.092.779 2.459.898 2.984.050 3.440.207 3.855.886

September 1.400.800 1.603.452 1.857.251 2.144.064 2.544.862 3.049.956 3.526.188 3.995.803

Oktober 1.419.748 1.674.994 1.864.084 2.173.884 2.587.282 3.070.604 3.520.890 4.011.368

November 1.437.600 1.707.876 1.896.952 2.212.215 2.644.742 3.130.518 3.563.362 4.054.680

Desember 1.510.834 1.753.292 1.973.042 2.338.824 2.784.912 3.225.198 3.663.968 4.114.420

(Sumber: Bank Indonesia)

Data Penyaluran Kredit

Bulan

Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari 774.834 987.404 1.289.839 1.405.640 1.746.005 2.184.306 2.688.143 3.258.421

Februari 783.542 1.002.724 1.301.844 1.428.788 1.773.889 2.203.029 2.718.717 3.267.820

Maret 800.373 1.036.065 1.305.389 1.456.114 1.814.846 2.266.175 2.768.371 3.306.899

April 812.860 1.061.770 1.297.635 1.486.329 1.843.538 2.317.209 2.824.217 3.361.348

Mei 823.976 1.096.214 1.305.377 1.531.556 1.889.465 2.386.145 2.887.478 3.403.148

Juni 861.498 1.148.356 1.335.041 1.586.492 1.950.727 2.452.856 2.959.123 3.468.162

Juli 871.987 1.166.558 1.338.116 1.597.980 1.973.599 2.470.111 3.021.126 3.495.030

Agustus 893.497 1.205.846 1.365.942 1.640.430 2.031.614 2.510.651 3.067.402 3.498.364

September 913.950 1.246.146 1.366.076 1.659.145 2.079.261 2.555.839 3.147.210 3.561.295

Oktober 937.177 1.297.860 1.377.561 1.675.633 2.106.157 2.585.345 3.159.476 3.558.070

November 962.389 1.325.323 1.397.578 1.706.403 2.150.957 2.631.002 3.214.397 3.596.614

Desember 1.002.012 1.307.688 1.437.930 1.765.845 2.200.094 2.707.862 3.292.874 3.674.308

(Sumber: Bank Indonesia)

162

Data Return On Asset (ROA)

Bulan

Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Januari 3,34 3,16 2,69 3,12 2,97 3,7 3,16 2,9

Februari 3,03 2,93 2,6 2,91 2,86 3,62 2,92 2,79

Maret 2,96 2,72 2,76 3,08 3,01 3,05 3,03 3,01

April 2,92 2,56 2,71 3,02 3,01 2,98 2,96 2,93

Mei 2,98 2,62 2,7 2,98 2,97 3,05 2,99 2,98

Juni 2,93 2,53 2,7 3 3,07 3,16 3,02 3,02 Juli 2,89 2,68 2,69 2,97 3 3,13 3 2,91

Agustus 2,87 2,71 2,67 2,94 2,98 3,07 3,03 2,9

September 2,84 2,64 2,63 2,91 3,12 3,09 3,06 2,91

Oktober 2,83 2,68 2,65 2,94 3,11 3,1 3,09 2,89

November 2,87 2,6 2,61 2,93 3,07 3,12 3,09 2,87

Desember 2,78 2,33 2,6 2,86 3,03 3,11 3,08 2,85

(Sumber: Bank Indonesia)

163

Lampiran 2: Hasil Pengolahan Data

HASIL SEBELUM TRIMMING

Estimates (Group number 1 - Default model)

Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)

Maximum Likelihood Estimates

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

DPK <--- SBI -293518.392 45434.137 -6.460 *** par_5

DPK <--- INFLASI 100248.870 119892.93

9 .836 .403 par_8

KREDIT <--- DPK 1.058 .006 168.0

02 *** par_2

KREDIT <--- INFLASI 17018.230 7388.431 2.303 .021 par_6

KREDIT <--- SBI 33135.662 3346.783 9.901 *** par_7

ROA <--- KREDIT .000 .000 -2.512 .012 par_3

ROA <--- DPK .000 .000 2.569 .010 par_4

ROA <--- SBI -.036 .018 -1.975 .048 par_9

ROA <--- INFLASI .010 .029 .352 .725 par_10

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate

DPK <--- SBI -.553

DPK <--- INFLASI .072

KREDIT <--- DPK 1.030

KREDIT <--- INFLASI .012

KREDIT <--- SBI .061

ROA <--- KREDIT -4.073

ROA <--- DPK 4.297

ROA <--- SBI -.273

ROA <--- INFLASI .029

Covariances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

SBI <--> INFLASI .053 .098 .541 .589 par_1

Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate

SBI <--> INFLASI .056

164

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

SBI

2.519 .365 6.892 *** par_11

INFLASI

.362 .052 6.892 *** par_12

e1

492445400751.030 71451488544.160 6.892 *** par_13

e2

1856482394.670 269366777.216 6.892 *** par_14

e3

.026 .004 6.892 *** par_15

Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate

DPK

.306

KREDIT

.998

ROA

.381

Matrices (Group number 1 - Default model)

Total Effects (Group number 1 - Default model)

INFLASI SBI DPK KREDIT

DPK 100248.870 -293518.392 .000 .000

KREDIT 123113.875 -277501.486 1.058 .000

ROA -.004 -.075 .000 .000

Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)

INFLASI SBI DPK KREDIT

DPK .072 -.553 .000 .000

KREDIT .086 -.509 1.030 .000

ROA -.012 -.576 .101 -4.073

Direct Effects (Group number 1 - Default model)

INFLASI SBI DPK KREDIT

DPK 100248.870 -293518.392 .000 .000

KREDIT 17018.230 33135.662 1.058 .000

ROA .010 -.036 .000 .000

Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)

INFLASI SBI DPK KREDIT

DPK .072 -.553 .000 .000

KREDIT .012 .061 1.030 .000

ROA .029 -.273 4.297 -4.073

Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

INFLASI SBI DPK KREDIT

DPK .000 .000 .000 .000

KREDIT 106095.645 -310637.148 .000 .000

ROA -.014 -.039 .000 .000

165

Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

INFLASI SBI DPK KREDIT

DPK .000 .000 .000 .000

KREDIT .074 -.570 .000 .000

ROA -.041 -.303 -4.196 .000

Model Fit Summary

CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF

Default model 15 .000 0

Saturated model 15 .000 0

Independence

model 5 650.706 10 .000 65.071

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model .004 1.000

Saturated model .000 1.000

Independence

model 187816035919.848 .536 .304 .357

Baseline Comparisons

Model NFI

Delta1

RFI

rho1

IFI

Delta2

TLI

rho2 CFI

Default model 1.000

1.000

1.000

Saturated model 1.000

1.000

1.000

Independence

model .000 .000 .000 .000 .000

Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI

Default model .000 .000 .000

Saturated model .000 .000 .000

Independence

model 1.000 .000 .000

NCP

Model NCP LO 90 HI 90

Default model .000 .000 .000

Saturated model .000 .000 .000

Independence

model 640.706 560.773 728.040

166

FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90

Default model .000 .000 .000 .000

Saturated model .000 .000 .000 .000

Independence

model 6.850 6.744 5.903 7.664

RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Independence

model .821 .768 .875 .000

AIC

Model AIC BCC BIC CAIC

Default model 30.000 32.022 68.465 83.465

Saturated model 30.000 32.022 68.465 83.465

Independence

model 660.706 661.380 673.528 678.528

ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI

Default model .316 .316 .316 .337

Saturated model .316 .316 .316 .337

Independence

model 6.955 6.113 7.874 6.962

HOELTER

Model HOELTER

.05

HOELTER

.01

Default model

Independence

model 3 4

167

HASIL SETELAH TRIMMING I

Estimates (Group number 1 - Default model)

Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)

Maximum Likelihood Estimates

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

DPK <--- SBI -293518.392 45434.137 -6.460 *** par_5

DPK <--- INFLASI 100248.870 119892.939 .836 .403 par_8

KREDIT <--- DPK 1.058 .006 168.002 *** par_2

KREDIT <--- INFLASI 17018.230 7388.431 2.303 .021 par_6

KREDIT <--- SBI 33135.662 3346.783 9.901 *** par_7

ROA <--- KREDIT .000 .000 -2.497 .013 par_3

ROA <--- DPK .000 .000 2.553 .011 par_4

ROA <--- SBI -.036 .018 -2.019 .043 par_9

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate

DPK <--- SBI -.553

DPK <--- INFLASI .072

KREDIT <--- DPK 1.030

KREDIT <--- INFLASI .012

KREDIT <--- SBI .061

ROA <--- KREDIT -3.942

ROA <--- DPK 4.165

ROA <--- SBI -.278

Covariances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

SBI <--> INFLASI .053 .098 .541 .589 par_1

Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate

SBI <--> INFLASI .056

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

SBI

2.519 .365 6.892 *** par_10

INFLASI

.362 .052 6.892 *** par_11

e1

492445400751.030 71451488544.160 6.892 *** par_12

e2

1856482394.669 269366777.216 6.892 *** par_13

e3

.026 .004 6.892 *** par_14

168

Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate

DPK

.306

KREDIT

.998

ROA

.381

Matrices (Group number 1 - Default model)

Total Effects (Group number 1 - Default model)

INFLASI SBI DPK KREDIT

DPK 100248.870 -293518.392 .000 .000

KREDIT 123113.875 -277501.486 1.058 .000

ROA -.013 -.075 .000 .000

Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)

INFLASI SBI DPK KREDIT

DPK .072 -.553 .000 .000

KREDIT .086 -.509 1.030 .000

ROA -.039 -.575 .104 -3.942

Direct Effects (Group number 1 - Default model)

INFLASI SBI DPK KREDIT

DPK 100248.870 -293518.392 .000 .000

KREDIT 17018.230 33135.662 1.058 .000

ROA .000 -.036 .000 .000

Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)

INFLASI SBI DPK KREDIT

DPK .072 -.553 .000 .000

KREDIT .012 .061 1.030 .000

ROA .000 -.278 4.165 -3.942

Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

INFLASI SBI DPK KREDIT

DPK .000 .000 .000 .000

KREDIT 106095.645 -310637.148 .000 .000

ROA -.013 -.039 .000 .000

Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

INFLASI SBI DPK KREDIT

DPK .000 .000 .000 .000

KREDIT .074 -.570 .000 .000

ROA -.039 -.297 -4.061 .000

169

Model Fit Summary

CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF

Default model 14 .123 1 .725 .123

Saturated model 15 .000 0

Independence

model 5 650.706 10 .000 65.071

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model .004 .999 .992 .067

Saturated model .000 1.000

Independence

model 187816035919.848 .536 .304 .357

Baseline Comparisons

Model NFI

Delta1

RFI

rho1

IFI

Delta2

TLI

rho2 CFI

Default model 1.000 .998 1.001 1.014 1.000

Saturated model 1.000

1.000

1.000

Independence model .000 .000 .000 .000 .000

Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI

Default model .100 .100 .100

Saturated model .000 .000 .000

Independence model 1.000 .000 .000

NCP

Model NCP LO 90 HI 90

Default model .000 .000 3.549

Saturated model .000 .000 .000

Independence model 640.706 560.77

3

728.0

40

FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90

Default model .001 .000 .000 .037

Saturated model .000 .000 .000 .000

Independence model 6.850 6.744 5.903 7.664

RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model .000 .000 .193 .755

Independence model .821 .768 .875 .000

170

AIC

Model AIC BCC BIC CAIC

Default model 28.123 30.011 64.024 78.024

Saturated model 30.000 32.022 68.465 83.465

Independence model 660.706 661.380 673.528 678.528

ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI

Default model .296 .305 .343 .316

Saturated model .316 .316 .316 .337

Independence model 6.955 6.113 7.874 6.962

HOELTER

Model HOELTER

.05

HOELTER

.01

Default model 2956 5105

Independence model 3 4

171

HASIL SETELAH TRIMMING II

Estimates (Group number 1 - Default model)

Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)

Maximum Likelihood Estimates

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

DPK <--- SBI -291407.589 45530.574 -6.400 *** par_5

KREDIT <--- DPK 1.058 .006 168.619 *** par_2

KREDIT <--- INFLASI 17018.230 7361.393 2.312 .021 par_6

KREDIT <--- SBI 33135.662 3335.767 9.933 *** par_7

ROA <--- KREDIT .000 .000 -2.497 .013 par_3

ROA <--- DPK .000 .000 2.557 .011 par_4

ROA <--- SBI -.036 .018 -2.031 .042 par_8

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate

DPK <--- SBI -.549

KREDIT <--- DPK 1.031

KREDIT <--- INFLASI .012

KREDIT <--- SBI .061

ROA <--- KREDIT -3.937

ROA <--- DPK 4.164

ROA <--- SBI -.278

Covariances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

SBI <--> INFLASI .053 .098 .541 .589 par_1

Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate

SBI <--> INFLASI .056

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

SBI

2.519 .365 6.892 *** par_9

INFLASI

.362 .052 6.892 *** par_10

e1

496069551427.522 71977335592.673 6.892 *** par_11

e2

1856482394.669 269366777.216 6.892 *** par_12

e3

.026 .004 6.892 *** par_13

172

Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate

DPK

.301

KREDIT

.998

ROA

.381

Matrices (Group number 1 - Default model)

Total Effects (Group number 1 - Default model)

INFLASI SBI DPK KREDIT

DPK .000 -291407.589 .000 .000

KREDIT 17018.230 -275267.575 1.058 .000

ROA -.016 -.075 .000 .000

Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)

INFLASI SBI DPK KREDIT

DPK .000 -.549 .000 .000

KREDIT .012 -.505 1.031 .000

ROA -.047 -.574 .104 -3.937

Direct Effects (Group number 1 - Default model)

INFLASI SBI DPK KREDIT

DPK .000 -291407.589 .000 .000

KREDIT 17018.230 33135.662 1.058 .000

ROA .000 -.036 .000 .000

Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)

INFLASI SBI DPK KREDIT

DPK .000 -.549 .000 .000

KREDIT .012 .061 1.031 .000

ROA .000 -.278 4.164 -3.937

Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

INFLASI SBI DPK KREDIT

DPK .000 .000 .000 .000

KREDIT .000 -308403.237 .000 .000

ROA -.016 -.039 .000 .000

Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

INFLASI SBI DPK KREDIT

DPK .000 .000 .000 .000

KREDIT .000 -.566 .000 .000

ROA -.047 -.296 -4.060 .000

173

Model Fit Summary

CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF

Default model 13 .820 2 .664 .410

Saturated model 15 .000 0

Independence model 5 650.706 10 .000 65.071

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model 371871752.963 .997 .974 .133

Saturated model .000 1.000

Independence model 187816035919.848 .536 .304 .357

Baseline Comparisons

Model NFI

Delta1

RFI

rho1

IFI

Delta2

TLI

rho2 CFI

Default model .999 .994 1.002 1.009 1.000

Saturated model 1.000

1.000

1.000

Independence model .000 .000 .000 .000 .000

Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI

Default model .200 .200 .200

Saturated model .000 .000 .000

Independence model 1.000 .000 .000

NCP

Model NCP LO 90 HI 90

Default model .000 .000 4.646

Saturated model .000 .000 .000

Independence model 640.706 560.773 728.04

0

FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90

Default model .009 .000 .000 .049

Saturated model .000 .000 .000 .000

Independence model 6.850 6.744 5.903 7.664

RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model .000 .000 .156 .723

Independence model .821 .768 .875 .000

174

AIC

Model AIC BCC BIC CAIC

Default model 26.820 28.573 60.157 73.157

Saturated model 30.000 32.022 68.465 83.465

Independence model 660.706 661.380 673.52

8 678.528

ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI

Default model .282 .295 .344 .301

Saturated model .316 .316 .316 .337

Independence model 6.955 6.113 7.874 6.962

HOELTER

Model HOELTER

.05

HOELTER

.01

Default model 695 1067

Independence model 3 4


Recommended