Date post: | 21-Jan-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | khangminh22 |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK
INDONESIA DAN INFLASI TERHADAP DANA PIHAK KETIGA
DAN PENYALURAN KREDIT SERTA DAMPAKNYA
KEPADA PROFITABILITAS PADA BANK UMUM
Disusun Oleh:
Epen Sa’ad
NIM. 108081000074
JURUSAN MANAJEMEN PERBANKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
i
ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK
INDONESIA DAN INFLASI TERHADAP DANA PIHAK KETIGA
DAN PENYALURAN KREDIT SERTA DAMPAKNYA KEPADA
PROFITABILITAS PADA BANK UMUM
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi
Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Epen Sa’ad
NIM. 108081000074
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Murdiyah Hayati, S. Kom, MM
NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 19700106 200312 1 001
JURUSAN MANAJEMEN PERBANKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, Tanggal 05 Maret 2013 telah dilakukan ujian komprehensif atas
Mahasiswa:
1. Nama : Epen Sa’ad
2. NIM : 108081000074
3. Jurusan : Manajemen Perbankan
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
dan Infalsi Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran
Kredit Serta Dampaknya Kepada Profitabilitas pada Bank
Umum
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 05 Maret 2013 1. Herni Ali HT. SE. MM ( )
NIDN. 0422 1259 02 Ketua 2. Dr. Suhendra, MM ( )
NIP. 19711206 200312 1 001 Sekretaris 3. Murdiyah Hayati, S. Kom. MM ( )
NIP. 19700106200312 1 001 Penguji Ahli
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, tanggal 26 Agustus 2015 telah dilakukan ujian Skripsi atas
Mahasiswa:
1. Nama : Epen Sa’ad
2. NIM : 108081000074
3. Jurusan : Manajemen Perbankan
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
dan Infalsi Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran
Kredit Serta Dampaknya Kepada Profitabilitas pada Bank
Umum
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama
ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Perbankan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 26 Agustus 2015
1. Amilin, Dr, SE, Ak., M.Si ( ) NIP. 19730615 200501 1 009 Ketua
2. Titi Dewi Warninda, SE, M.Si ( ) NIP. 19731221 200501 2 002 Sekretaris
3. Indo Yama Nasarudin, SE., MBA ( ) NIP. 19741127 200112 1 002 Penguji Ahli
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( ) NIP. 19690203 200112 1 003 Pembimbing I
5. Murdiyah Hayati, S. Kom, MM ( ) NIP. 19700106 200312 1 001 Pembimbing II
iv
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Epen Sa’ad
No. Induk Mahasiswa : 108081000074
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Agustus 2015
Yang menyatakan,
(Epen Sa’ad)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Curriculum Vitae
Data Pribadi / Personal details
Nama / Name : Epen Sa’ad
Tanggal Kelahiran / Date of Birth : 05 Juni 1990
Jenis Kelamin / Gender : Laki – Laki
Agama / Religion : Islam
Warga Negara / Nationality : Indonesia
Alamat / Addres : Jl. Cipunegara Raya II Komp. Kejaksaan
Agung RI Blok E No. 16 A Cipayung -
Ciputat, Tangerang Selatan.
Nomor Telepon / Phone : 085714081444
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
Education Qualification
1. SD Negeri 01 Gajah Mati Mesuji, SUM-SEL (1996 – 2002)
2. SMP Negeri 01 Wiralaga Mesuji, Lampung (2002 – 2005)
3. SMA Negeri 01 Parung, Kab. Bogor (2005 – 2008)
4. S1 Manajemen Perbankan, UIN Syarif Hidayatullah (2008 – 2015)
Pendidikan Non Formal / Training - Seminar / Pengalaman Kerja
1. Seminar Asuransi ACA 2009
2. Seminar Angsa Emas 2010
3. KKSBT (KOPMA) Koperasi Mitra Lestari 2011
vi
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh suku bunga
SBI dan inflasi terhadap dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit serta
dampaknya kepada profitabilitas pada bank umum di Indonesia. Metode analisis
yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis jalur. Hasil pengujian
substruktur I menunjukan bahwa variabel suku bunga SBI berpengaruh signifikan
terhadap dana pihak ketiga (DPK). Hasil Pengujian Substruktur II menunjukan
bahwa variabel suku bunga SBI, inflasi dan dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh
signifikan terhadap penyaluran kredit di bank umum. Hasil pengujian substruktur
III menunjukan bahwa variabel suku bunga SBI, dana pihak ketiga (DPK) dan
penyaluran kredit berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) Pada
Bank Umum.
Kata Kunci : Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), Penyaluran
Kredit, Return On Asset (ROA)
vii
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influence of SBI Interest
Rate, Inflation, toward Third Party Fund (TPF) and Credit Distribution and its
implications on the Profitability of Commercial Banks. This Research used path
analysis. The result on substructure I shows that the variable of SBI interest rate
have a significant influence on Third Party Fund (TPF). The result on
substructure II shows that the variable SBI Interest Rate, Inflation and Third
Party Fund (TPF) have a significant influence on Credit Distribution. The result
on substructure III shows that the variable SBI Interest Rate, Third Party Fund
(TPF) and Credit Distribution have a significant influence on Return On Asset
(ROA) at the Commercial Banks.
Keyword : SBI Interest Rate, Inflation, Third Party Fund (TPF), Credit
Distribution, Return On Asset (ROA)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarkatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas
nikmat iman, islam dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis
akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS
PENGARUH SUKU BUNGA SBI DAN INFLASI TERHADAP DANA
PIHAK KETIGA DAN PENYALURAN KREDIT SERTA DAMPAKNYA
KEPADA PROFITABILITAS PADA BANK UMUM”. Shalawat beserta
salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabat. Penulis sangat bersyukur atas selesainya penyusunan
skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik moril
maupun materil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibunda tercinta Juairyah yang telah sabar dan tulus ikhlas membesarkan serta
mendidik putra-putrinya. Selalu memberikan dukungan baik moral, materil
dan spiritual yang tidak terhingga. Semoga allah SWT memberikan kesehatan
dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada beliau dan semoga penulis dapat
membahagiakannya, meskipun tidak sebanding dengan apa yang beliau telah
berikan, Amin yarobbal’alamin.
2. Ayahanda tersayang (Alm) Ahmad Alim terima kasih untuk semuanya.
Semoga Allah SWT berkenan mengampuni dan menghapus dosa-dosa beliau
dan menerima seluruh amal ibadahnya, amin Ya Robbal Alamin. Walaupun
saat ini ayah tidak hadir, tapi semangat dan pesanmu InsyaALLAH akan
selalu menemani perjalanan hidup ini. Semoga penulis dapat menjadi
kebanggan beliau dan keluarga.
3. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
ix
4. Bapak Arif Mufraini, MM Selaku pudek bidang akademik fakultas Ekonomi
dan Bisnis Univesitas Islam Negeri Jakarta.
5. Ibu Titi Dewi Warninda, M.Si Selaku ketua jurusan manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni Selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu
Murdiyah Hayati, S. Kom, MM selaku dosen pembimbing II, yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu
pengetahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhirnya
skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala masukan guna
penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan
selama ini.
7. Ibu Ela patriana MM. Selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberi
bimbingan, arahan, semangat, motivasi dan nasehat kepada penulis. Terima
kasih atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
9. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam
mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
10. Kepada seluruh keluarga besar Ahmad Alim dan Juariyah ayuk dan kakak –
kakak beserta ipar yang tercinta. Suadara - Saudara tercinta : Ely Fitri Yanti,
Heryanto.AD, Ahmadi Tagor.AD, Firdaus.AD, Faisal.AD, Ferdinansyah.AD
serta seluruh keponakan dan cucu-cucu lucu, selalu memberikan keceriaan,
dukungan semangat serta do’a kepada penulis.
11. Kepada Seluruh keluarga besar Hj. Roba’ah dan anak – anaknya yang telah
memberi bimbingan, arahan, semangat, motivasi dan nasihat kepada penulis.
12. Kepada keluarga A Yadi ahmad dan Ayuk Destry yang telah memberi
bimbingan, arahan, semangat, motivasi dan nasihat. Serta bersuka rela
memberikan tempat dan fasilitas untuk penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
13. Special thanks to khusus yang punya nama Evita Ayu Kusumawati.Amd
AKPER, anugrah wanita terindah yang kini selalu besemayam dilubuk hati.
Memberikan kebahagian, kecerian, semangat, motivasi, nasihat serta do’a
sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
x
14. Sahabat - sahabatku Aan sophan. SE, Muhammad Ahyan. SH, Tatang
Herwanto. Spdi, Mundir. SE, Umar Mochtar. SH, Ujuk Rafles. SE, Efri
Sofyan. SE, mereka saya anggap seperti keluarga, kepada mereka saya
ucapkan terimakasih untuk semuanya, karena partisipasi dan dukungan serta
do’anya dari merekalah sehingga skripsi ini terselesaikan dengan lancar.
Terimakasih atas kebersamaannya serta kekompakannya semoga persahabatan
kita tetap selalu terjaga.
15. Sahabat dan teman – teman seperjuangan yang telah bersama-sama berjuang
serta saling membantu untuk menyelesaikan skripsi ini yang begitu banyak
jika disebutkan satu-persatu. Untuk seluruh teman-teman di kelas Manajemen
B 2008 dan Perbankan B Terima Kasih atas kebersamaannya selama ini, dan
khususnya untuk yang selalu memberikan semangat serta support yang
berharga untuk penulis dari sebelum hingga terselesaikannya skripsi ini.
Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh balasan
rahmat dan karunia dari ALLAH SWT. Amien. Penulis menyadari sepenuhnya
akan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga
tidak menutup kemungkinan bila skripsi ini masih banyak kekurangan. Dengan
segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan mapun kritikan
yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Akhirnya hanya
kepada Allah semua ini penulis serahkan, karena hanya dengan ridha-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat membuka
jalanku untuk meraih cita-cita. Amin.
Wasalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh
Jakarta, Agustus 2015
Epen Sa’ad
(Penulis)
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSHIF ..................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH .......................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian .......................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 11
A. Sistem Perbankan di Indonesia .................................................. 11
1. Pengertian Bank .................................................................... 12
2. Fungsi Pokok Bank ............................................................... 13
3. Jenis – jenis Bank ................................................................... 13
B. Perkreditan ................................................................................. 17
1. Pengertian Kredit .................................................................. 17
2. Unsur – unsur Kredit ............................................................. 18
3. Fungsi dan Tujuan Kredit ..................................................... 19
4. Jenis – jenis Kredit ................................................................ 20
5. Prinsip – prinsip Pemberian Kredit ....................................... 22
C. Dana Pihak Ketiga ..................................................................... 25
xii
D. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia ...................................... 27
1. Pengertian Suku Bunga ......................................................... 27
2. Sertifikat Bank Indonesia ...................................................... 29
3. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia ................................ 29
E. Inflasi ......................................................................................... 30
1. Pengertian Inflasi .................................................................. 30
2. Jenis – jenis Inflasi ................................................................ 31
3. Indikator Inflasi ..................................................................... 32
4. Efek Buruk Inflasi ................................................................. 34
5. Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi ....................................... 35
F. Return On Asset (ROA) ............................................................. 35
G. Penelitian Terdahulu .................................................................. 36
H. Kerangka Pemikiran .................................................................. 50
I. Paradigma Penelitian ................................................................. 52
J. Hipotesis Penelitian ................................................................... 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 54
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 54
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 54
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 55
D. Metode Analisis ......................................................................... 56
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................ 66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 69
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .............................. 69
B. Penemuan dan Pembahasan ....................................................... 71
1. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ................................. 71
a. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia ............................ 71
b. Inflasi ................................................................................ 73
c. Dana Pihak Ketiga ............................................................ 74
d. Penyaluran Kredit ............................................................. 76
e. Return On Asset (ROA) .................................................... 77
xiii
2. Analisis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi terhadap
Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit serta Dampaknya
pada Return on Assets (ROA) pada Bank Umum ................. 79
a. Analisis Korelasi .............................................................. 80
b. Analsis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, dan Inflasi
terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) ................................. 82
c. Analsis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, dan
Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Penyalura Kredit ..... 87
d. Analasis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana
Pihak Ketiga (DPK), dan Penyalura Kredit terhadap
Return on Assets (ROA) ................................................... 92
e. Hasil Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) ................ 101
3. Analisis Jalur Setelah Trimming I ......................................... 103
a. Analisis Jalur Substruktur I setelah Trimming I ............... 105
b. Analisis Jalur Substruktur II setelah Trimming I .............. 108
c. Analisis Jalur Substruktur III setelah Trimming I ............ 112
d. Uji Kesesuaian Model Setelah Trimming I ...................... 119
e. Hubungan Langsung dan tidak Langsung ........................ 120
4. Analisis Jalur Setelah Trimming II ........................................ 122
a. Analisis Jalur Substruktur I setelah Trimming II .............. 125
b. Analisis Jalur Substruktur II setelah Trimming II ............ 128
c. Analisis Jalur Substruktur III setelah Trimming II ........... 133
d. Uji Kesesuaian Model Setelah Trimming II ..................... 139
e. Hubungan Langsung dan tidak Langsung ........................ 140
C. Interpretasi ................................................................................. 142
BAB IV KESIMPULAN DAN HASIL
A. Kesimpulan ................................................................................ 152
B. Implikasi .................................................................................... 153
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 155
LAMPIRAN ................................................................................................... 160
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ............................................................. 43
3.1 Standar Penilaian Kesesuaian (fit).................................................... 65
4.1 Suku Bunga SBI Periode Tahun 2007 – 2014................................. 72
4.2 Tingkat Inflasi Periode Tahun 2007 – 2014 ..................................... 72
4.3 Dana Pihak Ketiga Periode Tahun 2007 – 2014 .............................. 75
4.4 Penyaluran Kredit Periode Tahun 2007 – 2014 ............................... 76
4.5 ROA Periode Tahun 2007 – 2014 .................................................... 78
4.6 Korelasi antara SBI dan Inflasi ........................................................ 80
4.7 Hasil Korelasi antara SBI dan Inflasi ............................................... 80
4.8 Pengaruh suku bunga SBI dan Inflasi terhadap Dana Pihak
Ketiga ............................................................................................... 83
4.9 Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi dan Dana Pihak Ketiga
Terhadap Kredit................................................................................ 88
4.10 Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga dan
Kredit terhadap ROA ....................................................................... 93
4.11 Pengujian Pengaruh antar variabel Eksogen dengan Endogen ........ 100
4.12 Hasil Uji Goodness Of Fit Pengaruh SBI, Inflasi terhadap Dana
Pihak Ketiga dan Kredit serta Dampaknya terhadap ROA .............. 101
4.13 Hasil Uji Goodness Of Fit Setelah Modifikasi................................. 102
4.14 Hasil Perhitungan Pengaruh Antar Variabel Setelah Trimming ...... 103
4.15 Hasil Korelasi antara SBI dan Inflasi Setelah Trimming ................. 104
4.16 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap Dana
Pihak Ketiga ..................................................................................... 105
4.17 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi dan Dana Pihak
Ketiga Terhadap Kredit .................................................................... 109
4.18 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga
dan Kredit terhadap ROA ................................................................. 113
xv
4.19 Hasil Uji Goodness Of Fit Setelah Trimming I................................ 119
4.20 Pengaruh Langsung dan Tidak langsung, dan pengaruh total
tentang SBI (X1), Inflasi (X2), DPK (Y1) dan Kredit (Y2) Pada
ROA (Z) .......................................................................................... 120
4.21 Hasil Uji Goodness Of Fit Setelah Modifikasi................................. 123
4.22 Hasil Perhitungan Pengaruh Antar Variabel Setelah Trimming II .. 124
4.23 Hasil Korelasi antara SBI dan Inflasi Setelah Trimming II ............. 125
4.24 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap Dana
Pihak Ketiga ..................................................................................... 126
4.25 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi dan Dana Pihak
Ketiga Terhadap Kredit .................................................................... 129
4.26 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga
dan Kredit terhadap ROA ................................................................. 133
4.27 Hasil Uji Goodness Of Fit Setelah Trimming II .............................. 139
4.28 Pengaruh Langsung dan Tidak langsung, dan pengaruh total
tentang SBI (X1), Inflasi (X2), DPK (Y1) dan Kredit (Y2) Pada
ROA (Z) ........................................................................................... 140
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 51
2.2 Paradigma Penelitian ........................................................................ 52
3.1 Hubungan Kausal X1 dan X2 Terhadap Y1 ...................................... 57
3.2 Hubungan Kausal X1, X2 dan Y1 Terhadap Y2 ................................. 58
3.3 Hubungan Kausal X1, X2, Y1 dan Y2 Terhadap Z............................. 59
4.1 Perkembangan Suku Bunga SBI Periode Tahun 2007 – 2014 ........ 72
4.2 Perkembangan Inflasi Periode Tahun 2007 – 2014 ......................... 74
4.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) ....................................... 76
4.4 Perkembangan Penyaluran Kredit .................................................... 77
4.5 Perkembangan Return On Asset (ROA) ........................................... 79
4.6 Diagram Hasil Perhitungan .............................................................. 80
4.7 Diagram Jalur Substruktur I ............................................................. 82
4.8 Diagram Jalur Substruktur II ............................................................ 87
4.9 Diagram Jalur Substruktur III .......................................................... 93
4.10 Hasil Perhitungan Jalur Setelah Trimming I .................................... 104
4.11 Diagram Jalur Substruktur I setelah Trimming I ............................. 105
4.12 Diagram Jalur Substruktur II setelah Trimming I ............................ 108
4.13 Diagram Jalur Substruktur III setelah Trimming I ........................... 113
4.14 Hasil Perhitungan Jalur Setelah Trimming II ................................... 125
4.15 Diagram Jalur Substruktur I setelah Trimming II ............................ 126
4.16 Diagram Jalur Substruktur II setelah Trimming II ........................... 128
4.17 Diagram Jalur Substruktur III setelah Trimming II ......................... 133
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Data Mentah .................................................................................... 160
2 Hasil Pengolahan Data .................................................................... 163
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, maka kesinambungan dan
peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan kekeluargaan
perlu dipelihara dengan baik. Untuk mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan
pembangunan ekonomi harus lebih memperhatikan keselarasan dan
keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi
dan stabilitas nasional. Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis
untuk menyerasikan dan menyeimbangkan dari masing-masing unsur adalah
perbankan. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
suatu negara, dimana fungsi utamanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga memberikan
pelayanan dalam bentuk jasa-jasa perbankan (Ismail, 2010:12).
Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan
dalam bidang perekonomian suatu Negara, khususnya di bidang pembiayaan
perekonomian. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan, “Bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Dengan demikian, sektor perbankan memiliki peranan yang sangat penting
2
bagi pembangunan ekonomi terkait fungsinya sebagai lembaga perantara
keuangan (financial intermediary) dari unit surplus yang memiliki kelebihan
dana ke unit defisit yang kekurangan akan dana.
Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem keuangan
setiap negara, bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi
perusahaan, badan pemerintah, swasta dan perorangan menyimpan dana.
Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani
kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi
semua sektor perekonomian.
Perekonomian suatu negara dapat dipengaruhi oleh kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintah, salah satunya adalah kebijakan moneter.
Kebijakan moneter menjadi salah satu cara pemerintah dalam mengontrol
kondisi perekonomian guna mencapai sasaran pembangunan ekonomi melalui
bank sentral. Menurut Warjiyo (2006:422), pengaruh kebijakan moneter
berdampak langsung pada sektor perbankan. Bank Indonesia sebagai lembaga
yang mengawasi dan mengontrol sistem moneter di Indonesia memiliki
beberapa mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui beberapa saluran,
diantaranya adalah saluran uang, saluran kredit, saluran suku bunga, saluran
nilai tukar, saluran harga aset dan saluran ekspetasi.
Menurut Perry (2006:430), stabilitas sistem perbankan dan sistem
moneter merupakan dua aspek yang saling terkait satu sama lain. Stabilnya
sistem perbankan secara umum dicerminkan dengan kondisi perbankan yang
sehat dan berjalannya fungsi intermediasi perbankan dalam memobilisasi
3
simpanan masyarakat untuk disalurkan dalam bentuk dan pembiayaan lain
kepada dunia usaha. Apabila kondisi ini terpelihara, maka proses perputaran
uang dan mekanisme transmisi kebijakan moneter dalam perekonomian yang
sebagian besar berlangsung melalui sistem perbankan juga data berjalan
dengan baik. Stabilnya sistem perbankan akan menentukan efektifitas
pelaksanaan kebijakan moneter.
Kegiatan perekonomian suatu Negara tidak terlepas dari lalu lintas
pembayaran uang, dimana industri perbankan memegang peranan yang sangat
strategis, dapat dikatakan sebagai urat nadi dari sistem perekonomian.
Kondisi perekonomian suatu negara dikatakan meningkat atau menurun
dapat dilihat dari beberapa indikator dasar makro ekonomi diantaranya adalah
Inflasi dan SBI. Menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan
sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan
harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila
kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Menurut Dornbus & Fischer dalam Nandadipa (2010:28), dampak dari inflasi
diantaranya menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, meningkatkan
kecenderungan untuk belanja, melemahkan semangat untuk menabung,
pengerukan tabungan dan penumpukan uang, permainan harga diatas standar
kemampuan, penumpukan kekayaan dan investasi non produktif, distribusi
barang relatif tidak stabil dan terkonsentrasi.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/4/DPM tanggal 16
Februari 2004 penerbitan Sertifikat Bank Indonesia melalui lelang, sebagai
4
salah satu piranti Operasi Pasar Terbuka, kegiatan transaksi dipasar uang yang
dilakukan oleh BI dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian
moneter. SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu
pendek (Siamat, 2005:262).
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki wewenang untuk
melakukan kebijakan moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan
tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah.
Instrumen-instrumen yang digunakan antara lain operasi pasar terbuka di pasar
uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan
cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Selain itu,
untuk meredam laju inflasi BI juga melakukan stabilisasi melalui instrumen
suku bunga SBI, penetapan suku bunga SBI dilakukan untuk mengendalikan
jumlah uang beredar yang dapat mencegah meningkatnya inflasi.
Menurut Kiryanto dalam Pratama (2010:3), Pembangunan ekonomi di
suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi
nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor perbankan terpuruk perekonomian
nasional juga ikut terpuruk. Demikian pula sebaliknya, ketika perekonomian
mengalami stagnasi sektor perbankan juga terkena imbasnya dimana fungsi
intermediasi tidak berjalan normal.
Saat krisis ekonomi yang melanda kawasan asia tenggara termasuk
Indonesia pada tahun 1998 yang mengakibatkan membuat banyak industri
menjadi hancur termasuk industri perbankan, saat itu banyak bank-bank yang
5
dilikuidasi oleh Bank Indonesia selaku bank sentral karena banyak bank yang
tidak mampu membiayai kegiatan operasional termasuk pengembalian dana
nasabah. Sehingga melunturkan kepercayaan masyarakat kepada lembaga
perbankan, yang pada gilirannya melemahkan fungsi intermediasi perbankan.
Menurut Bappenas inflasi yang dialami Indonesia saat itu sebesar 35,07%
dalam kurun waktu januari hingga mei 1998 dan pada puncaknya angka inflasi
pada tahun 1998 sebesar 77,6% merupakan inflasi yang tertinggi dialami
Indonesia semenjak tahun 1974 yang waktu itu hanya sebesar 33,3%
(Widoseno, 2012:3).
Demikian pula perlambatan perekonomian Indonesia yang dilatar
belakangi oleh Krisis Finansial Global 2008 – 2009 yang berdampak pada
perekonomian di Indonesia. Keketatan likuiditas yang banyak dialami oleh
perbankan nasional kala itu telah mendorong perbankan untuk lebih berhati –
hati, sehingga cenderung memilih yang paling aman dengan menjaga likuiditas
yang lebih tinggi dari yang dibutuhkan dan memilih menaruh dananya pada
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ketimbang meminjamkannya kepada bank lain
atau melakukan ekspansi kredit kepada nasabah (Purna, Hamidi, Prima, 2009).
Pasca krisis ekonomi global, pertumbuhan kredit perbankan mengalami
perlambatan yang signifikan, terutama kredit dalam valuta asing (valas).
Selama tahun 2009, total kredit hanya tumbuh sekitar 10% (yoy). Hal ini perlu
mendapatkan perhatian serius karena rendahnya penyaluran kredit berpotensi
menimbulkan instabilitas. Secara makro, dengan menurunnya pertumbuhan
kredit, pertumbuhan ekonomi ke depan dapat tertekan. Secara mikro,
6
penurunan pertumbuhan kredit dapat menyebabkan sektor korporasi dan rumah
tangga menjadi semakin sulit untuk mendapatkan pendanaan untuk membiayai
kegiatan usaha. Pada tahun 2009, meskipun kredit mengalami perlambatan
pertumbuhan, hal itu tidak mengurangi kemampuan bank menghasilkan profit,
bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan laba yang berhasil diperoleh pada
2008. Perbankan juga berhasil menekan dampak resiko, terutama resiko kredit,
yang sempat meningkat sampai dengan pertengahan tahun 2009. Salah satu
faktor yang tampaknya mendorong peningkatan profitabilitas adalah upaya
bank untuk memperlebar spread ditengah tren penurunan BI rate. Upaya
memperlebar spread itu menjadi semakin mudah dilakukan setelah adanya
kesepakatan sejumlah bank terutama bank besar pada bulan agustus 2009 untuk
menurunkan suku bunga pinjaman agar mendekati BI rate. Meskipun tujuan
akhir kesepakatan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan kredit,
namun menjelang tujuan akhir itu tercapai, perbankan telah menikmati dampak
positifnya dari sisi kenaikan profitabilitas (Kajian Stabilitas Keuangan Bank
Indonesia, 2010).
Salah satu indikator yang menandai keberhasilan bank dalam
menghadapi keterpurukan akibat dari krisis yang melanda saat itu adalah
kembali meningkatnya jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang disimpan dibank.
Seiring dengan normalnya kondisi perekonomian di Indonesia dan keberhasilan
bank dalam mengelolah profitabilitasnya membuat masyarakat kembali berani
untuk menginvestasikan uang yang dimiliki kesektor perbankan.
7
Kegiatan bank sebagai lembaga intermediary dapat dibedakan menjadi
dua fungsi yaitu kegiatan pendanaan dan perkreditan. Kegiatan pendanaan
diantaranya adalah mencari, memilih dan menetapkan sumber dana (DPK)
semurah mungkin. Sedangkan kegiatan perkreditan merupakan rangkaian
kegiatan utama bank umum dan menjadi aktivitas terbesar bagi perbankan
karena aktivitas prekeditan memberikan penghasilan terbesar bagi suatu bank
yang diperoleh melalui bunga, provisi, komisi, commiitment fee, appraisal fee,
dan lain-lain sebagai imbalan dari pemberian kredit. Bank mengeluarkan biaya
bunga sebagai imbalan kepada nasabah baik itu berbentuk giro, tabungan,
maupun deposito. Sedangkan bank juga memperoleh pendapatan bunga yang
berasal dari kredit yang disalurkan (Dendawijaya, 2000:33).
Penyaluran kredit merupakan salah satu kegiatan utama bank sebagai
lembaga intermediasi. Selain untuk mensejahterakan masyarakat, kredit yang
dilaksanakan oleh bank juga bertujuan untuk memperoleh laba, yang diperoleh
dari pendapatan bunga. Dimana pendapatan bunga ini akan menjadi salah satu
sumber pemasukan terbesar bagi bank. Namun dalam usaha penyaluran kredit
mengandung risiko kegagalan atau kemacetan pelunasannya, yang mana
nasabah tidak mampu lagi untuk melunasi kreditnya. Prinsip penyaluran kredit
adalah prinsip kepercayaan dan kehati-hatian. Indikator kepercayaan ini adalah
kepercayaan moral, komersial, finansial, dan agunan (Hasibuan, 2011:87).
Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini diprosikan dengan
Return on Assets (ROA), karena ROA memfokuskan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh laba dalam operasi perusahaan. Kemampuan bank dalam
8
menghasilkan profit akan bergantung kepada kemampuan manajemen bank
yang bersangkutan dalam mengelolah asset dan liabilities yang ada.
Profitabilitas menjadi indikator untuk menilai baik buruknya kinerja dari
sebuah perusahaan, dalam menjalankan kegiatan bisnisnya setiap perusahaan
akan berusaha untuk menghasilkan profitabilitas yang optimal (Yuliani,
2007:16). Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba melalui kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan
dan tingkat profitabilitas yang tinggi menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan
(Yuliani, 2007:16).
Bank harus senantiasa menjaga profitabilitasnya untuk menjaga
keberlangsungan usahanya dan tingkat kinerja profitabilitas suatu perusahaan
dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan dengan cara menganalisis
dan menghitung rasio-rasio dalam kinerja keuangan, karena rasio-rasio tersebut
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang
bersangkutan. Dengan begitu, profitabilitas bank tersebut menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu
(Loen dan Ericson, 2008:31).
Dengan didasarkan atas latar belakang diatas, penelitian ini dilakukan
untuk mengkaji ulang dan mereview penelitian sebelumnya, dengan
menggunakan metode dan alat uji yang berbeda dengan penelitian sebelumnya,
serta rentang waktu yang berbeda pula, penulis mencoba untuk mengetahui
apakah variabel-variabel eksogen yang berasal dari indikator makro ekonomi
dapat mempengaruhi dana pihak ketiga dan penyaluran kredit serta
berimplikasi pada profitabilitas bank yang merupakan variabel endogen.
9
Dari latar belakang di atas dimana peran bank sangat besar dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara dan mengingat betapa
pentingnya fungsi bank saat ini sebagai intermediasi. Maka peneliti memilih
judul “Analisis Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Inflasi
Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit Serta Dampaknya Kepada
Profitabilitas Pada Bank Umum”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan
permasalahan yang ada sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK)?
2. Bagaimana pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi dan Dana Pihak Ketiga
(DPK) terhadap Penyaluran Kredit?
3. Bagaimana pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga dan
Penyaluran Kredit terhadap Return on Assets (ROA)?
4. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung Suku Bunga SBI, Inflasi,
Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Penyaluran Kredit terhadap Return on Assets
(ROA)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
10
a. Menganalisis pengaruh Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK).
b. Menganalisis pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi dan Dana Pihak Ketiga
(DPK) terhadap Penyaluran Kredit.
c. Menganalisis pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga dan
Penyaluran Kredit terhadap Return on Assets (ROA).
d. Menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung Suku Bunga SBI,
Inflasi, Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit terhadap Return on
Assets (ROA).
2. Manfaat Penelitian
Diharapkan dari hasil penelitian ini untuk dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak, diantaranya:
a. Bagi Penulis
Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan dibidang perbankan serta
sebagai sarana untuk merealisasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah
melalui pengkajian dalam karya ilmiah ini.
b. Bagi Emiten
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan perbandingan
kepada semua pihak yang melakukan penelitian lebih lanjut.
c. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan
referensi tambahan bagi para mahasiswa maupun pihak lain yang
berkepentingan untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta
memungkinkan penelitian berikutnya mengenai topik-topik yang
berkaitan yang sifatnya melanjutkan atau melengkapi.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Perbankan di Indonesia
Secara etimologi bank berasal dari bahasa Italia yang berarti bantu atau
pembantu. Namun seiring berjalannya waktu, pengertian bank meluas menjadi
suatu bentuk pranata sosial yang bersifat finansial, yang melakukan kegiatan
keuangan dan melaksanakan jasa-jasa keuangan. Sistem perbankan di
Indonesia berawal dari era sebelum lahirnya UU No. 14 Tahun 1967 tentang
pokok-pokok perbankan sampai dengan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan (Judisseno, 2005:105).
Berdasarkan UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan menggantikan
UU No. 14 tahun 1967, bank-bank yang sebelumnya beroperasi sebagai bank
tabungan, bank pembangunan, dan bank koperasi, semuanya dikelompokan
menjadi bank umum. Sementara bank pasar, bank desa, dan lembaga kredit
pedesaan lainnya yang telah mendapatkan pengukuhan dari Menteri Keuangan,
berubah status menjadi BPR. Sementara itu Bank Indonesia melakukan
fungsinya sebagai bank sentral dan melakukan pengaturan, pengawasan, dan
pembinaan terhadap sektor perbankan (Siamat, 2005:48).
Sistem perbankan Indonesia berbeda dengan sistem perbankan di
negara-negara lain, sebagaimana diatur dalam UU No. 7 Tahun 1992 yang
telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan meliputi Bank
Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (Veitzhal, 2007:113).
12
Sistem perbankan di Indonesia terbangun dengan konsep yang
dilandaskan pada sistem perekonomian yang ada. Indonesia menetapkan sistem
perekonomiannya sebagai sistem ekonomi yang demokrasi sesuai dengan
landasan negara yaitu Pancasila. Hal ini di atur dalam Undang-undang Azas
Perbankan Indonesia, pada Pasal 2 UU No. 7 Tahun 1992, yang berbunyi:
“Perbankan Indonesia dalam menjalankan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan prinsip kehati-hatian”. Demokrasi yang dimaksud adalah
demokrasi ekonomi berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Dalam sistem
perbankan di Indonesia ada sebuah otoritas bank sentral yang berfungsi
untuk mengatur serta memelihara perbankan. Berdasarkan pasal 23 ayat (3)
UUD 1945, di Indonesia hanya ada satu bank sentral yaitu Bank Indonesia
(Siamat, 2005:149).
1. Pengertian Bank
Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 adalah:
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masayarakat
dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak” (Siamat, 2005:275).
Menurut Kasmir (2007:11), Bank secara sederhana dapat diartikan
sebagai:
Lembaga Keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat
serta memberikan jasa bank lainnya.
13
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
bank merupakan suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan
yang berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary)
yang kegiatan utamanya meliputi penghimpunan dana, penyaluran dana,
serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas perbankan lainnya dengan
tujuan meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
2. Fungsi Pokok Bank
Bank umum sebagai lembaga intermediasi keuangan memberikan
jasa-jasa keuanagan baik kepada unit surplus maupun kepada unit defisit.
Menurut Siamat (2005:276), bank melaksanakan beberapa funsi pokok.
Fungsi pokok bank umum diantaranya yaitu:
a. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien
dalam kegiatan ekonomi;
b. Menciptakan uang;
c. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat;
d. Menawarkan jasa-jasa keuangan lainnya.
3. Jenis – jenis Bank
Menurut Kasmir (2009:35), jenis perbankan dewasa ini dapat
ditinjau dari beberapa segi antara lain:
a. Dilihat dari Segi Fungsinya
Berdasarkan Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun
1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-undang RI. Nomor
10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri:
14
1) Bank Umum
Merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Dilihat dari Segi Kepemilikanya
Bank dilihat dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja
yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte
pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank bersangkutan.
1) Bank milik pemerintah
2) Bank milik pemerintah daerah (BPD)
3) Bank milik swasta nasional
4) Bank milik asing
5) Bank milik campuran
c. Dilihat dari Segi Status
1) Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar
negeri, atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri,
travellers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit
(L/C) dan transaksi luar negeri lainnya. Persyaratan untuk menjadi
15
bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia setelah memenuhi
semua persyaratan yang ditetapkan.
2) Bank Non Devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti hal nya bank devisa. Jadi bank non
devisa merupakan kebalikan dari pada bank devisa, dimana transaksi
yang dilakukan masih dalam batas-batas suatu negara.
d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
1) Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini
adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini
disebabkan tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal
mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda (Barat). Dalam
mencari keuntungan dan menetukan harga kepada para nasabahnya,
bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua
metode yaitu:
a) Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk
simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula
harga beli untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan
berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penetuan harga ini
dikenal dengan istilah spread based.
b) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional
menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam
nominal atau persentase tertentu seperti administrasi biaya provisi,
16
sewa, iuran dan biaya-biaya lainnya. Sistem pengenaan biaya ini
dikenal dengan istilah fee based.
2) Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah
Bank berdasarkan Prinsip Syariah menerapkan aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dengan pihak lain
baik dalam hal untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau
kegiatan perbankan lainnya. Penentuan harga atau mencari
keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah
dengan cara:
a) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).
b) Pembiayaan berdasarkan prinsip penertaan modal (musharakah).
c) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah).
d) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan
(ijarah).
e) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank
yang berdasarkan prinsip syariah juga sesuai dengan syariah Islam.
Kemudian sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank
prinsip syariah dasar hukumnya adalah al-quran dan sunnah rasul.
Bank berdasarkan prinsip syariah mengharamkan penggunaan harga
produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank syariah bunga adalah
riba.
17
B. Perkreditan
1. Pengertian Kredit
Kredit berasal dari bahasa yunani “Credere” yang berarti
kepercayaan atau dalam bahasa latin “Creditum” yang berarti kepercayaan
akan kebenaran. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa seorang debitur yang
memperoleh pinjaman telah mendapatkan kepercayaan dari bank bahwa
debitur tersebut tidak akan menyalahgunakan pinjaman yang diberikan dan
akan mengembalikannya pada saat yang telah ditetapkan (jatuh tempo).
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan, atau
pembagian hasil keuntungan.
Menurut pendapat Veitzhal (2007:438), ada beberapa pengertian kredit
yaitu:
a. Kredit merupakan penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak
(kreditor) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (debitur) dengan
janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada
tanggal yang telah disepakati.
b. Kredit penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
18
c. Kredit merupakan penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan
dengan harapan mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama
dikemudian hari.
d. kredit merupakan suatu tindakan atas dasar perjanjian dimana dalam
perjanjian tersebut terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan
kontraprestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsur waktu.
e. Kredit merupakan suatu hak, dengan hak itu seseorang dapat
mempergunakannya untuk tujuan tertentu, dalam batas waktu tertentu,
dan atas pertimbangan tertentu pula.
2. Unsur - unsur Kredit
Menurut Kasmir (2009:98), unsur-unsur yang terkandung dalam
pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:
a. Kepercayaan
Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang
diberikan (berupa uang, jasa atau barang) akan benar-benar diterima
kembali di masa tertentu di masa yang akan datang.
b. Kesepakatan
Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-
masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
c. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka
waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah
atau jangka panjang.
19
d. Risiko
Dengan suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu
risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu
kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya.
e. Balas jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut
yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga
dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.
3. Fungsi dan Tujuan Kredit
Kredit memiliki fungsi yang sangat penting. Menurut Hasibuan
(2011:88), fungsi kredit bagi masyarakat, antara lain:
a. Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan
dan perekonomian;
b. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat;
c. Memperluas arus barang dan arus uang;
d. Meningkatkan hubungan internasional (L/C, CGI, dan lain-lain);
e. Meningkat produktivitas dana yang ada;
f. Meningkatkan daya guna (utility) barang;
g. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat;
h. Memperbesar modal kerja perusahaan;
i. Meningkatkan income per capita (IPC) masyarakat;
j. Mengubah cara berpikir/bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis.
20
Tujuan pemberian kredit tidak terlepas dari misi bank tersebut
didirikan. Adapun tujuan penyaluran kredit menurut Hasibuan (2011:88),
antara lain adalah:
a. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit;
b. Memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada;
c. Melaksanakan kegiatan operasional bank;
d. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat;
e. Memperlancar lalulintas pembayaran;
f. Menambah modal kerja perusahaan;
g. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
4. Jenis - jenis Kredit
Menurut Kasmir (2009:103), Secara umum jenis-jenis kredit dapat
dilihat dari berbagi segi antara lain sebagai berikut:
a. Dilihat dari segi kegunaan
1) Kredit Investasi
Biasanya digunakan untuk keperluan perlunasan usaha atau
mebangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.
2) Kredit modal kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam
operasioanlnya.
b. Dilihat dari segi tujuan kredit
1) Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.
21
2) Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.
3) Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli
barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil
penjualan barang dagangan tersebut.
c. Dilihat dari segi jangka waktu
1) Kredit jangka pendek
Kredit yang memilki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling
lama 1 tahun.
2) Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3
tahun, biasanya untuk investasi.
3) Kredit jangka panjang
Kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu diatas 3
tahun atau 5 tahun.
d. Dilihat dari segi jaminan
1) Kredit dengan jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat
berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.
2) Kredit tanpa jaminan
Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.
Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter
serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.
22
e. Dilhat dari segi sektor usaha
1) Kredit pertanian
2) Kredit peternakan
3) Kredit industri
4) Kredit pertambangan
5) Kredit pendidikan
6) Kredit propesi
7) Kredit perumahan
8) Dan sektor-sektor lainnya
5. Prinsip - prinsip pemberian kredit
Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, bank harus merasa yakin
bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan
tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut
disalurkan. Kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk
mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan
analisis 5 C dan 7 P (Kasmir, 2009:108).
Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5 C kredit adalah sebagai
berikut:
a. Character
Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan
diberikan kredit benar-benar dipercaya, hal ini tercermin dari latar
belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun
yang bersifat pribadi.
23
b. Capacity
Untuk melihat kemampuannya nasabah dalam bidang bisnis yang
dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur
dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan
pemerintah. Begitu juga dengan kemampuannya dalam menjalankan
usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat “kemampuannya”
dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
c. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat dari laporan
keuangan (neraca laporan laba rugi) dengan melakukan pengukuran
seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya.
Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada
sekarang ini.
d. Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat
fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang
diberikan jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi
masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat
mungkin.
e. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya dinilai dari kondisi ekonomi dan politik
sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing,
serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek
bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek
yang baik sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
24
Kemudian penilaian kredit dengan metode analisi 7 P adalah sebagi
berikut:
a. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya
sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap,
emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu
masalah.
b. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta
karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu
dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.
c. Perpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan
kredit bermacam-macam. Seperti untuk tujuan investasi, modal kerja,
konsumtif atau produktif dan lain sebagainya.
d. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nsabah dimasa yang akan datang, apakah
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek
atau bahkan mungkin sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu
fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunya prospek, bukan hanya
bank yang rugi, tetapi juga nasabah.
25
e. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang
telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian
kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, akan semakin baik.
Dengan demikian, jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutup
oleh sektor lainnya.
f. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari
laba. Profitability diukur dari priode ke priode apakah akan tetap sama
atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan
diperolehnya.
g. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang
atau orang atau jaminan asuransi.
C. Dana Pihak Ketiga
Menurut Sugiarto (2006:4), Dana Pihak Ketiga merupakan simpanan-
simpanan yang dilakukan nasabah pada bank berupa giro, tabungan, deposito
dan bentuk lain yang di persamakan dengan itu. Sumber dana ini merupakan
sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran
keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.
Menurut Kasmir (2009:69), secara umum kegiatan penghimpunan dana
dibagi kedalam tiga jenis yaitu:
26
1. Simpana Giro (demand deposit)
Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10
November 1998 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan giro adalah
simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnyaatau
dengan cara pemindahbukuan.
Dalam penarikan simpanan giro dapat dilakukan secara tunai
adalah dengan menggunakan cek sedangkan penarikan non tunai adalah
dengan menggunakan bilyet giro (BG).
2. Simpanan Tabungan (saving deposit)
Pengertian tabungan menurut Undang-undang Perbankan Nomor
10 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak
dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
Ada beberapa alat penarikan tabungan, hal ini tergantung bank
masing-masing, mau menggunakan sarana yang mereka inginkan. Alat-
alat yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Buku Tabungan
b. Slip Penarikan
c. Kwitansi
d. Kartu yang terbuat dari plastik
27
3. Simpanan Deposito (time deposit)
Simpanan deposito merupakan simpanan jenis ketiga yang
dikeluarkan oleh bank, dimana simpanan deposito mengandung unsur
jangka waktu (jatuh tempo) lebih panjang dan tidak dapat ditarik setiap
saat atau setiap hari.
Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud
dengan deposito adalah simpanan yang penrikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpan dengan bank.
Adapun jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia dewasa ini,
adalah sebagai berikut:
a. Deposito berjangka, Deposito yang diterbitkan atas nama dan tidak
dapat dipindahtangankan.
b. Sertifikat Deposito, Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam
bentuk sertifikat dan dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan
kepada pihak lain.
c. Deposito on Call, Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal
tujuh hari dan paling lama kurang dari satu bulan. Sebelum deposito on
call dicairkan nasabah terlebih dahulu memberitahukan bank tiga hari
sebelumnya.
D. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
1. Pengertian Suku Bunga
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh
bank yang berdasarkan prinsip konvensioanal kepada nasabah yang
28
membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartiakan sebagai
harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan
harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang
mempeoleh pinjaman). (Kasmir, 2009:131).
Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang
diberikan kepada nasabahnya yaitu sebagai berikut:
a. Bunga simpanan
Yaitu bunga yang diberikan oleh bank sebagai rangsangan atau balas jasa
bagi nasabah yang telah menyimpan dananya di bank. bunga simpanan
merupakan sebuah harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya.
Contoh bunga simpanan yaitu: bunga giro, bunga tabungan dan bunga
deposito.
b. Bunga pinjaman
Yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus
dibayar oleh nasabah kepada bank pemberi pinjaman. Sebagai contoh
yaitu bunga kredit.
Menurut Ismail (2010:131), bunga dapat diartikan sebagai harga
yang harus dibayar oleh bank dan nasabah sebagai balas jasa atas
transaksi antara bank dan nasabah. Pada dasarnya suku bunga dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku
bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum.
b. Suku bunga riil merupakan suku bunga yang telah mengalami koreksi
akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi
laju inflasi.
29
2. Sertifikat Bank Indonesia
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga yang
diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan utang jangka pendek yang dijual
secara diskonto melalui lelang. Jangka waktu jatuh tempo SBI mulai dari
1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan (Siamat, 2005:92). Sementara itu
berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/4/DPM tanggal 16
Februari 2004 tentang penerbitan Sertifikat Bank Indonesia melalui lelang,
Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat
berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI merupakan
instrumen yang digunakan dalam rangka pelaksanaan Operasi Pasar
Terbuka sebagai pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia
(Siamat, 2005: 262). Hasil dari penempatan dana dalam SBI yang dimiliki
oleh pihak lain nantinya akan memperoleh imbalan berupa bunga yang
dinyatakan sebagai tingkat suku bunga SBI.
3. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia
Menurut Siamat (2005:263), Sertifikat Bank Indonesia sebagai
instrument pasar uang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Satuan unit sebesar Rp. 1.000.000,00
b. Jangka waktu SBI sekurang-kurangnya 1 bulan dan paling lama 12 bulan
yang dinyatakan dalam jumlah hari dan dihitung dari tanggal
penyelesaian transaksi sampai dengan tanggal jatuh tempo.
c. Diterbitkan dan diperdagangkan dengan sistem diskonto (discounted
basis).
30
d. Diterbitkan tanpa warkat (scriptless).
e. Dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
f. Nilai Diskonto dihitung sebagai berikut:
g. Nilai tunai transaksi dihitung berdasarkan diskonto murni (true discount)
dengan menggunakan formula berikut:
Jadi tingkat Suku Bunga SBI merupakan salah satu instrumen yang
digunakan oleh Bank Indonesia dalam fungsinya mengawasi serta
mengontrol kegiatan moneter yang dilakukan dengan kebijakan operasi
pasar terbuka. Pembelian SBI dilakukan melalui mekanisme perbankan,
dengan penempatan dana-dana atau pencairan kembali dana-dana BUMN
atau perusahaan milik Negara.
E. Inflasi
1. Definisi Inflasi
Menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga
dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali kenaikan itu
meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Sementara menurut Sukirno (2004:27), inflasi adalah kenaikan harga-harga
secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke
periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah persentase kenaikan harga-
harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya.
Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai
31
2. Jenis - Jenis Inflasi
Menurut Sinungan (1987:51), berdasarkan derajatnya “parah”
tidaknya inflasi dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Inflasi ringan (dibawah 10% setahun)
b. Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun)
c. Inflasi berat (antara 30%-100% setahun)
d. Hiperinflasi (diatas 100% setahun)
Menurut Sukirno (2004:333), berdasarkan kepada sumber atau
penyebabnya kenaikan harga berlaku, inflasi dibedakan kepada tiga
bentuk sebagai berikut:
a. Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi ini biasanya terjadi saat perekonomian berkembang pesat.
Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang
tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi
kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang
berlebihan tersebut yang dapat menimbulkan inflasi.
b. Inflasi Desakan Biaya
Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan dalam biaya
produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah atau kenaikan
upah. Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian
berkembang dengan pesat saat pengangguran sangat rendah. Apabila
perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah,
mereka akan berusaha meningkatkan produksi dengan cara
32
memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya untuk
mencegah pekerjanya mencari pekerjaan baru dengan tawaran
pembayaran yang lebih tinggi. Langkah ini mengakibatkan biaya
produksi meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga
barang.
c. Inflasi di Impor
Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan harga-harga
barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam
negeri. Inflasi ini akan ada apabila barang-barang impor yang
mengalami kenaikan harga mempunyai peranan penting dalam kegiatan
pengeluaran-pengeluaran perusahaan.
3. Indikator Inflasi
Menurut Manurung dan Rahardja (2004:164), terdapat beberapa
indeks yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi yang terjadi
yaitu seperti:
a. Indek Harga Konsumen
IHK merupakan angka indeks menunjukkan pergerakan tingkat harga
dari sejumlah paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat
dalam periode tertentu. Masing-masing harga barang dan jasa tersebut
diberikan bobot berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang dan jasa
yang dianggap paling penting diberi bobot yang paling besar.
Perhitungan IHK dilakukan dengan memperhitungkan sekitar ratusan
33
komoditas pokok dengan melihat perkembangan secara regional,
dengan mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar, terutama
ibu kota propinsi di Indonesia untuk mencerminkan keadaan yang
sebenarnya.
b. Indek Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)
Indeks ini melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh kerana itu IHPB
sering disebut sebagai indeks harga produsen. IHPB menunjukkan
tingkat harga yang diterima produsen berbagai tingkat produksi.
Prinsip yang digunakan unruk menghitung inflasi berdasarkan data
IHPB adalah sama dengan IHK:
c. Indek Harga Implisit (GDP Deflator)
Sama halnya dengan IHK dan IHPB, perhitungan inflasi dengan IHI
dilakukan dengan menghitung perubahan indeks:
34
4. Efek Buruk Inflasi
Menurut Sukirno (2004:338), efek buruk inflasi adalah sebagi berikut:
a. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi.
Inflasi yang tinggi tingkatanya akan menghambat perkembangan
ekonomi. Biaya yang terus naik menyebabkan kegiatan produktif
sangat tidak menguntungkan yang membuat pemilik modal lebih suka
menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi dan investasi untuk
sektor produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan
menurun yang berakibat pada meningkatnya pengangguran.
b. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat.
Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi Negara
inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan
masyarakat.
c. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang berpendapatan
tetap.
Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga.
Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang
berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun.
d. Inflasi akan mengurangi kekayaan yang berbentuk uang.
Sebagian kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang berbentuk uang
tunai yang disimpan akan menurun nilai riil nya bila terjadi inflasi.
35
e. Memperburuk pembagian kekayaan.
Seperti halnya di atas, inflasi menyebabkan pembagian pendapatan
diantara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik harga tetap dan
penjual akan semakin tidak merata.
5. Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi
Menurut Sukirno (2004:34), kebijakan untuk mengatasi inflasi yang
dilakukan oleh pemerintah adalah:
a. Kebijakan Fiskal, yaitu dengan menambahkan pajak dan mengurangi
pengeluaran pemerintah.
b. Kebijakan Moneter, yaitu dengan menambahkan suku bunga dan
membatasi kredit.
c. Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang dapat
mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi
pajak impor atas bahan mentah, penetapan harga, menggalakan
pertambahan produksi dan perkembangan teknologi.
F. Return on Asset (ROA)
Menurut Riyadi (2007:156), ROA adalah adalah rasio profitabilitas
yang menunjukan perbandingan antara Laba (setelah pajak) dengan total asset
yang dimiliki bank pada periode tertentu. Rasio ini menunjukan tingkat
efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan.
Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio
ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap
total asset (total aktiva). Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan
36
operasional bank sebelum pajak. Total asset yang digunakan untuuk mengukur
ROA adalah jumlah keseluruhan dari asset yang dimiliki oleh bank yang
bersangkutan. Semakin besar ROA menunjukan kinerja keuangan yang
semakin baik, karena tingkat kembali (return) semakin besar. Rumus
penghitungan Return on Assets (ROA):
G. Penelitian Terdahulu
Patria Yunita (2007), meneliti mengenai pengaruh suku bunga SBI,
tingkat Inflasi dan Kurs US Dollar terhadap kinerja penghimpunan dana pihak
ketiga perbankan syariah dalam rangka memperluas share pasar perbankan
syariah diperlukan upaya peningkatan pertumbuhan dana pihak ketiga.
Pertumbuhan dana pihak ketiga dalam lingkungan dual banking system
dipengaruhi oleh pergerakan variabel makro ekonomi yang kompleks.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh variabel makro ekonomi
yaitu suku bunga SBI, tingkat Inflasi dan Kurs US $ terhadap pertumbuhan
Dana Pihak Ketiga Perbankan syariah yang menjadi salah satu signal besar
share pasar yang berhasil diraih sistem perbankan syariah. Pengaruh suku
bunga SBI diidentifikasi denga besaran net equivalent rate, sementara
pengaruh tingkat Inflasi diidentifikasi dengan besaran real equivalent rate.
Karena terdapat perbedaan satuan maka variabel jumlah Dana Pihak Ketiga
dan Kurs US $ dibentuk dalam model logaritma semi-log, sehingga variabel ini
menjadi InDPK dan InExR. Penelitian ini menggunakan model regresi linier
37
sederhana, dengan menguji masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen. Hal ini dilakukan untuk menghindari efek multikolinieritas
yang menyebabkan asumsi-asumsi yang tidak sesuai. Berdasarkan analisis
regresi disimpulkan bahwa NER dan RER memiliki hubungan positif dengan
jumlah Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah. Sementara itu Kurs US $
memiliki hubungan negatif terhadap jumlah Dana Pihak Ketiga.
Ari Cahyono (2009), meneliti pengaruh indikator dan makro ekonomi
terhadap dana pihak ketiga dan pembiayaan bank syariah mandiri. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisa pengaruh indikator makro ekonomi (suku bunga
SBI, kurs, inflasi, IHSG, dan PDB) terhadap dana pihak ketiga dan pembiayaan
Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian diharapkan bahwa indikator makroekonomi (suku
bunga SBI, kurs, inflasi, IHSG, dan PDB) tidak mempengaruh Dana Pihak
Ketiga dan Pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri. Hasil penelitian
menunjukan bahwa indikator makroekonomi memberikan pengaruh terhadap
DPK dan pembiayaan Bank Syariah Mandiri, dimana suku bunga SBI
memberikan pengaruh negatif, sedangkan inflasi, kurs, IHSG dan PDB
memberikan pengaruh yang Positif. Berdasarkan penelitian dengan metode
yang sama menunjukan bahwa PDB memberikan pengaruh positif yang paling
besar terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri.
Chintia Agustina Triadi (2010), meneliti mengenai analisis pengaruh
makro ekonomi terhadap dana pihak ketiga (dpk) pada bank umum dan bank
syariah. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Dari penelitian
38
ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik Provinsi Jawa Timur dan Bank Indonesia cabang Surabaya selama 3
tahun mulai 2006 – 2008 dalam periode triwulan. Data yang dianalisis
menggunakan metode Regresi Linier Berganda yaitu suatu analisis untuk
mengetahui masing-masing dari variabel bebas (X) yang terdiri dari variabel
Inflasi, Kurs Rupiah terhadap US $, dan suku bunga SBI terhadap variabel
terikat (Y) yaitu Dana Pihak Ketiga Bank Umum (Y1) dan Dana Pihak Ketiga
Bank Syariah (Y2). Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis secara
simultan variabel bebas, yaitu Inflasi (X1), Kurs Rp / US $ (X2), dan Suku
Bunga SBI (X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya Dana
Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum (Y1) dan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah
(Y2), dengan hasil Fhitung sebesar = 18,262 > Ftabel = 4,07 untuk Y1 dan
Fhitung = 37,444 > Ftabel = 4,07 untuk Y2. Untuk pengujian hipotesis secara
parsial, berdasarkan hasil analisis variabel yang berpengaruh secara signifikan
adalah Inflasi (X1) dan Suku Bunga SBI (X3) terhadap Dana Pihak Ketiga pada
Bank Umum, dengan t hitung = 2,623 > t tabel = 0,462 untuk X1 dan t hitung =
-2,819 > t tabel = 0,504 untuk X3. Sedangkan yang berpengaruh secara
signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank Syariah adalah Inflasi (X1)
dengan t hitung = 3,330 > t tabel = 0,580.
Roy Efraim Bancin (2005) dengan judul, “Analisis Pengaruh Suku
Bunga SBI terhadap Inflasi dan Jumlah Kredit yang Disalurkan Perbankan di
Indonesia”, dengan mengguanakan analisis regresi sederhana menunjukan
bahwa variabel suku bunga SBI mempunyai pengaruh signifikan positif pada
39
tingkat inflasi dengan koefisien determinasi sebesar 0,483. Kemudian suku
bunga SBI berpengaruh signifikan positif terhadap jumlah kredit yang
disalurkan perbankan di Indonesia dengan koefisien determinasi sebesar 0,317.
Anggo Bagus Wicaksono (2007), meneliti tentang analisis pengaruh
produk domestik, dana pihak ketiga (DPK) perbankan dan tingkat suku bunga
SBI terhadap penyaluran kredit UKM di Indonesia tahun 2002 – 2006. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model kuadrat terkecil atau
biasa disebut Ordinary Least Square (OLS). Dari hasil perhitungan data yang
ada, kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwasannya
Produk Domestik Bruto (PDB) dan dana pihak ketiga (DPK) mempunyai
pengaruh yang signifikan dan berhubungan positif terhadap penyaluran kredit
UKM di Indonesia. Sedangkan tingkat suku bunga mempunyai pengaruh
signifikan dan berhubungan positif terhadap penyaluran kredit UKM di
Indonesia periode 2000 sampai 2006.
Sri Haryati (2009), meneliti mengenai pertumbuhan kredit perbankan
di indonesia : intermediasi dan pengaruh variabel makro ekonomi. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel makro ekonomi (suku
bunga, inflasi, nilai tukar) dan variabel pertumbuhan ekses likuiditas
(secondary reserve) serta variabel penghimpunan dana yang terdiri dari DPK,
pinjaman, dan modal sendiri terhadap pertumbuhan kredit perbankan yang
beroperasi di indonesia. Hasil penelitian menunjukkan pada perbankan
nasional semua variabel makro (suku bunga, inflasi, nilai tukar) berpengaruh
signifikan terhadap kredit, sementara itu variabel DPK dan pinjaman diterima
40
mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kredit sedangkan ekses
likuiditas mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan
kredit.
Gabriela Haryani Nona (2009), meneliti mengenai pengaruh capital
adequacy ratio (CAR), cash ratio, return on asset (ROA), pertumbuhan DPK,
suku bunga SBI, dan inflasi terhadap pertumbuhan kredit Bank BUMN. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat signifikansi variabel
Capital Adequacy Ratio (CAR), Cash Ratio (CS), Return on Asset (ROA),
Pertumbuhan DPK, Suku Bunga SBI, dan Inflasi terhadap variabel tergantung
yaitu Pertumbuhan Kredit pada Bank BUMN. Penelitian ini menggunakan data
sekunder dari laporan keuangan publikasi bank BUMN yang terdiri dari Bank
Mandiri, BNI dan BRI periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Data
yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan uji statistik sebagai alat
analisis untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti yaitu dengan
menggunakan uji f untuk melihat pengaruh secara bersama-sama, serta uji t
untuk melihat pengaruh secara parsial atas variabel-variabel bebas terhaadap
variabel tergantung yang digunakan dalam penelitian. Hasil analisis
menunjukan bahwa variabel CAR, CR, ROA, Pertumbuhan DPK, Suku Bunga
SBI, dan Inflasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel Pertumbuhan Kredit. Sedangkan secara parsial hanya
variabel Pertumbuhan DPK, Suku Bunga SBI, dan Inflasi yang memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Kredit. Sedangkan variabel
yang paling dominan pengaruhnya adalah Pertumbuhan DPK sebesar 31,47
persen.
41
Billy Arma Pratama (2010) dengan judul, “Analisis Faktor – faktor
yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan”, diperoleh hasil
bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penyaluran kredit perbankan. Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non
Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
penyaluran kredit perbankan. Sementara suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit
perbankan. Untuk meningkatkan penyaluran kredit Bank Umum harus
melakukan penghimpunan dana secara optimal, dan memilki manajemen
perkreditan yang baik agar NPL tetap berada dalam tingkat yang rendah dan
dalam batas yang disyarakatkan ole Bank Indonesia.
Jiang, Tang, Law dan Sze (2003), berdasarkan dari perubahan penting
dalam sistem operasi keuangan pasca krisis keuangan asia 1997, mereka
melakukan penelitian mengenai profitabilitas perbankan di Hong Kong.
Dalam penelitian tersebut periode yang digunakan dari tahun 1992 sampai
2002 dengan menggunakan metode panel regresi. Dari analisis empiris yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa makro ekonomi merupakan faktor
penting yang mempengaruhi profitabilitas bank di Hong Kong. Semua
variabel makro ekonomi yaitu tingkat GDP, inflasi, dan tingkat bunga riil
berhubungan positif dan signifikan terhadap profitabilitas.
Intan Cynara (2006) dengan judul, “Pengaruh Tabungan dan Deposito
terhadap Tingkat Rentabilitas di bank BNI, BRI, dan Mandiri Periode 2000 –
2003”, menjelaskan bahwa bedasarkan hasil analisis regresi, maka diperoleh
petunjuk bahwa adanya pengaruh antara tabungan dan deposito dengan
rentabilitas yang bersifat negatif, hal ini dipengaruhi oleh biaya, pendapatan,
42
assets dan modal yang digunakan. Pada bank BNI hubungan antara tabungan
dan deposito terhadap ROA dan NIM bersifat negatif, sedangkan terhadap ROE
bersifat positif, ini dikarenakan adanya beban penghapusan aktiva produktif
yang cukup besar, sedangkan pada bank BRI dan Mandiri hubungan antara
tabungan dan deposito terhadap ROA, ROE, dan NIM semuanya bersifat
negatif.
Anisyah Harahap (2006) dengan judul, “Analisis Pengaruh Jumlah
Modal Inti, Pertumbuhan Kredit, Capital Adequay Ratio, Loan to Deposit
Ratio, dan Non Performing Loan terhadap Profitabilitas Bank Umum di
Indonesia”, menjelaskan bahwa berdasarkan nilai koefisien dan uji signifikansi
(t-test) diperoleh bahwa CAR secara signifikan dan positif mempengaruhi ROA
dengan koefisien sebesar 0,619. Begitu juga dengan pertumbuhan kredit yang
memiliki koefisien 0,136, NPL sebesar 0,150 juga mempunyai arti
mempengaruhi ROA secara signifikan, namun negatif. Sedangkan variabel
jumlah modal inti dan LDR dimana masing-masing memiliki koefisien 0,063
dan 0,239 secara uji t-statistik tidak mempengaruhi ROA. Kemudian dari uji F-
test yang dilakukan menunjukan bahwa seluruh variabel bebas pada model
regresi secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat.
Faisal Musadad (2010), dalam penelitiannya yang berjudul analisis
pengaruh DPK, CAR, SBI dan Inflasi terhadap penyaluran kredit serta
implikasinya terhadap profitabilitas pada bank umum. Penelitian ini
menggunakan analisis jalur (path analysis). Dari penelitian ini dapat
disimpulakan bahwa dari hasil Substruktur I mengatakan bahwa secara
simultan variable DPK, CAR, SBI dan Inflasi memiliki pengaruh sebesar 0,993
atau 99,3% terhadap tingkat penyaluran kredit. Secara parsial variable DPK
43
dan inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kredit yang
disalurkan oleh bank umum. Sedangkan variable CAR dan SBI berpengaruh
negative dan signifikan terhadap kredit yang disalurkan oleh bank umum. Dari
hasil substruktur II menyatakan bahwa secara simultan variable DPK, CAR,
SBI dan kredit memiliki pengaruh sebesar 0,522 atau 52,2% terhadap ROA.
Secara parsial variable DPK dan SBI memiliki pengaruh negative dan
signifikan terhadap ROA, sedangkan variable CAR dan Kredit berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROA di kelompok bank umum.
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian
Nama Peneliti
Alat Analisis
Hasil Penelitian
1. Analisis pengaruh suku bunga SBI, tingkat Inflasi dan Kurs US Dollar terhadap kinerja penghimpunan dana pihak ketiga perbankan syariah dalam rangka memperluas share pasar perbankan syariah (2007).
Patria Yunita
Regresi Sederhana
Pengaruh suku bunga SBI diidentifikasi denga besaran net equivalent rate, sementara pengaruh tingkat Inflasi diidentifikasi dengan besaran real equivalent rate. Karena terdapat perbedaan satuan maka variabel jumlah Dana Pihak Ketiga dan Kurs US $ dibentuk dalam model logaritma semi-log, sehingga variabel ini menjadi InDPK dan InExR. Berdasarkan analisis regresi disimpulkan bahwa NER dan RER memiliki hubungan positif dengan jumlah Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah. Sementara itu Kurs US $ memiliki hubungan negatif terhadap jumlah Dana Pihak Ketiga.
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
44
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Judul
Penelitian
Nama
Peneliti
Alat
Analisis
Hasil Penelitian
2. Analisis
pengaruh
indikator dan
makro ekonomi
terhadap dana
pihak ketiga dan
pembiayaan
bank syariah
mandiri (2009).
Ari
Cahyono
Regresi
Berganda
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
indikator makroekonomi
memberikan pengaruh
terhadap DPK dan
pembiayaan Bank Syariah
Mandiri, dimana suku
bunga SBI memberikan
pengaruh negatif,
sedangkan inflasi, kurs,
IHSG dan PDB
memberikan pengaruh
yang Positif. Berdasarkan
penelitian dengan metode
yang sama menunjukan
bahwa PDB memberikan
pengaruh positif yang
paling besar terhadap
Dana Pihak Ketiga dan
Pembiayaan Bank Syariah
Mandiri.
3. Analisis
Pengaruh Suku
Bunga SBI
terhadap Inflasi
dan Jumlah
Kredit yang
Disalurkan
Perbankan di
Indonesia
(2005).
Roy
Efraim
Bancin
Regresi
Sederhana
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
variabel suku bunga SBI
mempunyai pengaruh
signifikan positif pada
tingkat inflasi dengan
koefisien determinasi
sebesar 0,483. Kemudian
suku bunga SBI
berpengaruh signifikan
positif terhadap jumlah
kredit yang disalurkan
perbankan di Indonesia
dengan koefisien
determinasi sebesar
0,317.
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
45
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Judul
Penelitian
Nama
Peneliti
Alat
Analisis
Hasil Penelitian
4. Analisis
pengaruh makro
ekonomi
terhadap dana
pihak ketiga
(dpk) pada bank
umum dan bank
syariah (2010)
Chintia
Agustina
Triadi
Regresi
Berganda
Berdasarkan hasil analisis
dan pengujian hipotesis
secara simultan variabel
bebas, yaitu Inflasi (X1),
Kurs Rp / US $ (X2), dan
Suku Bunga SBI (X3)
berpengaruh signifikan
terhadap variabel
terikatnya Dana Pihak
Ketiga (DPK) Bank
Umum (Y1) dan Dana
Pihak Ketiga Bank
Syariah (Y2), dengan hasil
Fhitung sebesar = 18,262
> Ftabel = 4,07 untuk Y1
dan Fhitung = 37,444 >
Ftabel = 4,07 untuk Y2.
Untuk pengujian hipotesis
secara parsial,
berdasarkan hasil analisis
variabel yang berpengaruh
secara signifikan adalah
Inflasi (X1) dan Suku
Bunga SBI (X3) terhadap
Dana Pihak Ketiga pada
Bank Umum, dengan t
hitung = 2,623 > t tabel =
0,462 untuk X1 dan t
hitung = -2,819 > t tabel =
0,504 untuk X3.
Sedangkan yang
berpengaruh secara
signifikan terhadap Dana
Pihak Ketiga pada Bank
Syariah adalah Inflasi (X1)
dengan t hitung = 3,330 >
t tabel = 0,580.
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
46
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Judul
Penelitian
Nama
Peneliti
Alat
Analisis
Hasil Penelitian
5. Analisis
pengaruh
produk
domestik, dana
pihak ketiga
(DPK)
perbankan dan
tingkat suku
bunga SBI
terhadap
penyaluran
kredit UKM di
Indonesia tahun
2002 – 2006
(2007).
Anggo
Bagus
Wicaksono
Kuadrat
terkecil
atau biasa
disebut
Ordinary
Least
Square
(OLS).
Dari hasil perhitungan
data yang ada, kesimpulan
yang dapat diperoleh
dalam penelitian ini
adalah bahwasannya
Produk Domestik Bruto
(PDB) dan dana pihak
ketiga (DPK) mempunyai
pengaruh yang signifikan
dan berhubungan positif
terhadap penyaluran
kredit UKM di Indonesia.
Sedangkan tingkat suku
bunga mempunyai
pengaruh signifikan dan
berhubungan positif
terhadap penyaluran
kredit UKM di Indonesia
periode 2000 sampai
2006.
6. Analisis
pertumbuhan
kredit
perbankan di
indonesia :
intermediasi
dan pengaruh
variabel makro
ekonomi (2009)
Sri
Haryati
Regresi
Berganda
Kesimpulan dari hasil
penelitian menunjukkan
pada perbankan nasional
semua variabel makro
(suku bunga, inflasi,
nilai tukar) berpengaruh
signifikan terhadap
kredit, sementara itu
variabel DPK dan
pinjaman diterima
mempunyai pengaruh
positif signifikan
terhadap kredit
sedangkan ekses
likuiditas mempunyai
pengaruh negatif
signifikan terhadap
pertumbuhan kredit.
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
47
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Judul
Penelitian Nama
Peneliti Alat
Analisis
Hasil Penelitian 7. Analisis
pengaruh capital adequacy ratio (CAR), cash ratio, return on asset (ROA), pertumbuhan DPK, suku bunga SBI, dan inflasi terhadap pertumbuhan kredit Bank BUMN (2009).
Gabriela Haryani Nona
Regresi Berganda
Hasil analisis menunjukan bahwa variabel CAR, CR, ROA, Pertumbuhan DPK, Suku Bunga SBI, dan Inflasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Kredit. Sedangkan secara parsial hanya variabel Pertumbuhan DPK, Suku Bunga SBI, dan Inflasi yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Kredit. Sedangkan variabel yang paling dominan pengaruhnya adalah Pertumbuhan DPK sebesar 31,47 persen.
8. Pengaruh Tabungan dan Deposito terhadap Tingkat Rentabilitas di bank BNI, BRI, dan Mandiri Periode 2000 – 2003 (2006).
Intan Cynara
Analisis Regresi
Hasil analisis regresi, maka diperoleh petunjuk bahwa adanya pengaruh antara tabungan dan deposito dengan rentabilitas yang bersifat negatif, hal ini dipengaruhi oleh biaya, pendapatan, assets dan modal yang digunakan. Pada bank BNI hubungan antara tabungan dan deposito terhadap ROA dan NIM bersifat negatif, sedangkan terhadap ROE bersifat positif, ini dikarenakan adanya beban penghapusan aktiva produktif yang cukup besar, sedangkan pada bank BRI dan Mandiri hubungan antara tabungan dan deposito terhadap ROA, ROE, dan NIM semuanya bersifat negatif.
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
48
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Judul
Penelitian Nama
Peneliti Alat
Analisis
Hasil Penelitian 9. Analisis
Pengaruh DPK, CAR, SBI dan Inflasi terhadap penyaluran kredit serta implikasinya terhadap profitabilitas pada bank umum (2010).
Faisal Musadad
Analisis Jalur (Path Analysis)
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dari hasil substruktur I menyatakan bahwa secara simultan variabel DPK, CAR, SBI dan inflasi memiliki pengaruh sebesar 99,3% terhadap tingkat penyaluran kredit. Secara parsial variabel DPK dan Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan variabel CAR dan SBI berpengaruh negative dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Dari hasil substruktur II menyimpulkan bahwa secara simultan variabel DPK, CAR, SBI dan Kredit memiliki pengaruh sebesar 52,2% terhadap ROA. Secara parsial variabel DPK dan SBI memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap ROA, sedangkan variabel CAR dan kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA bank Umum.
10. The profitability of the banking sector in Hong Kong (2003).
Jiang, Tang, Law dan Sze
Regresi Panel
Dari analisis empiris yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa makro ekonomi merupakan faktor penting yang mempengaruhi profitabilitas bank di Hong Kong. Semua variabel makro ekonomi yaitu tingkat GDP, inflasi, dan tingkat bunga Riil berhubungan positif dan signifikan terhadap profitabilitas.
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
49
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Judul Penelitian
Nama Peneliti
Alat Analisis
Hasil Penelitian
11. Analisis Pengaruh Jumlah Modal Inti, Pertumbuhan Kredit, Capital Adequay Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Non Performing Loan terhadap Profitabilitas Bank Umum di Indonesia (2006).
Anisyah Harahap
Regresi Berganda
Menjelaskan bahwa berdasarkan nilai koefisien dan uji signifikansi (t-test) diperoleh bahwa CAR secara signifikan dan positif mempengaruhi ROA dengan koefisien sebesar 0,619. Begitu juga dengan pertumbuhan kredit yang memiliki koefisien 0,136, NPL sebesar 0,150 juga mempunyai arti mempengaruhi ROA secara signifikan, namun negatif. Sedangkan variabel jumlah modal inti dan LDR dimana masing-masing memiliki koefisien 0,063 dan 0,239 secara uji t-statistik tidak mempengaruhi ROA. Kemudian dari uji F-test yang dilakukan menunjukan seluruh variabel bebas pada model regresi secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat
12. Analisis Faktor – faktor yang mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan (2010).
Billy Arma Pratama
Regresi Berganda
Hasil penelitian menunjukan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Sementara suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan.
Sumber: Penelitian Terdahulu
50
H. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan gambaran proses secara umum
peneliti memperoleh data kemudian mengolah data tersebut dan
menginterpretasikan hasil dari data yang telah diolah.
Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori
yang telah ada sebelumnya dengan penambahan dan perubahan beberapa
variabel dan metode penelitian yang berbeda. Dari beberapa toeri yang telah
ada peneliti merangkaikan menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan.
Setelah peneliti melakukan observasi terhadap beberapa jurnal, skripsi, dan
tesis yang terkait. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Jalur
(path). Hal ini karenakan analisis jalur dapat memperhatikan hubungan
langsung dan tidak langsung. Variabel yang diteliti adalah Suku Bunga SBI,
Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), Penyaluran Kredit, dan Return On Assets
(ROA). Dalam penelitian ini yang akan menjadi variabel eksogen adalah
Suku Bunga SBI dan Inflasi. Sedangkan yang menjadi variabel endogen
adalah Dana Pihak Ketiga, Kredit dan ROA.
51
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Bank Indonesia
Kebijakan
Moneter
Bank Umum
Suku Bunga
SBI
Inflasi Kredit
Analisis Jalur
DPK ROA
Pengujian Hipotesa
Uji Kesesuaian Model
Hubungan Langsung dan
Tidak Langsung
Interpretasi
52
I. Paradigma Penelitian
Apabila dilihat dari judul yang peneliti ambil, maka dapat
digambarkan sebuah kontsruk dari variabel-variabel yang akan diteliti
sebagai berikut:
Gambar 2.2
Paradigma Penelitian
X1
X2
Y1
Y2
Z
e3
1
e2
1
e1
1
Keterangan :
X1 = Suku Bunga SBI
X2 = Inflasi
Y1 = Dana Pihak Ketiga (DPK)
Y2 = Penyaluran Kredit
Z = ROA
53
J. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesis yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap DPK
Ho : Suku Bunga SBI dan Inflasi tidak berpengaruh terhadap DPK.
Ha : Suku Bunga SBI dan Inflasi berpengaruh terhadap DPK.
2. Suku Bunga SBI, Inflasi dan DPK terhadap Kredit
Ho : Suku Bunga SBI, Inflasi dan DPK tidak berpengaruh terhadap Kredit.
Ha : Suku Bunga SBI, Inflasi dan DPK berpengaruh terhadap Kredit.
3. Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK dan Kredit terhadap ROA
Ho : Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK dan Kredit tidak berpengaruh terhadap
ROA.
Ha : Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK dan Kredit berpengaruh terhadap
ROA.
4. Pengaruh langsung dan tidak langsung variabel Suku Bunga SBI, Inflasi,
DPK dan Kredit terhadap ROA
Ho : Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK dan Kredit tidak berpengaruh terhadap
ROA baik secara langsung maupun tidak langsung melalui variabel
intervening.
Ha : Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK dan Kredit berpengaruh terhadap
ROA baik secara langsung maupun tidak langsung melalui variabel
intervening.
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh dari kondisi
makroekonomi, yaitu melalui variabel suku bunga SBI dan Inflasi terhadap
DPK dan Kredit serta dampaknya terhadap Profitabilitas. Objek dalam
penelitian ini adalah Bank Umum dan untuk mendapatkan data dan informasi
yang akurat sebagai alat analisa dengan menggunakan data sekunder yang
berupa data laporan keungan bank yang dipublikasikan di Bank Indonesia
selama periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2014, serta data-data lainnya
yang dibutuhkan dalam penelitian ini yang bersumber dari media cetak, karya
ilmiah, dan internet. Pengumpulan data dilakukan, baik melalui observasi
terhadap dokumen atau laporan instansi terkait maupun hasil-hasil publikasi,
kemudian dilakukan pencatatan data yang dibutuhkan.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan oleh penulis adalah
pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (judgement sampling. Metode
judgement sampling atau purposive sampling pengumpulan data atas dasar
strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata (Abdul Hamid, 2007:29).
Judgement sampling yaitu teknik sampling yang satuan sampling
dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh
55
satuan sampling yang memiliki karakteristik atau kriteria yang dikehendaki
dalam pengambilan sampel. Kriterianya sebagai berikut (Nurhayati, 2007:51):
1. Merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya
diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (umumnya
disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian).
2. Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada elemen-elemen
yang dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan.
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud dan tujuan
yang diinginkan peneliti atau sesuatu yang diambil sebagai sampel karena
peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki atau
mengetahui informasi yang diperlukan bagi penelitian yang dia dibuat
(Nurfadly, mistercela21.wordpress.com).
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengumpulkan data-data
yang mendukung dan relevan dengan topik permasalahan di atas. Selanjutnya
peneliti menggunakan data-data tersebut sebagai bahan informasi untuk
dianalisis sebagai dasar pemecahan masalah. Data yang saya gunakan dalam
penelitian ini meliputi data sekunder dan libary research.
1. Data Sekunder
Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Data sekunder dikumpulkan, dicatat dan diolah sendiri dari data yang
sudah tersedia. Data sekunder yang dapat diperoleh dari penelitian ini
56
adalah data historis, struktur organisasi, laporan keuangan, anggaran dan
lain sebagainya (Indriantoro, 1999:147). Data diperoleh dari data Statistik
Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI), Badan Pusat Statistik dan Bank
Indonesia sebagai bank sentral yang memiliki data lengkap mengenai
laporan dari sampel bank yang diteliti, data yang digunakan yaitu berupa
data time series yang dipublikasikan dari laporan keuangan bank umum di
Bank Indonesia periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2014 yang telah
dipublikasikan.
2. Library Research
Merupakan penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan artikel-
artikel, buku-buku, jurnal, majalah, membuka website dari objek yang
diteliti serta menganalisis literature lain yang berkaitan dengan penelitian
ini, dan sumber–sumber dokumentasi lainnya yang dapat mendukung
penelitian.
D. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis)
dengan menggunakan Analysis of Moment Structure (AMOS) 18.
Analisis jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang
digunakan untuk kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau lebih model
yang dibandingkan oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan dengan
lingkaran dan anak panah yang menunjukan hubungan kausalitas. Regresi
dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang diprediksi
oleh model dibandingkan dengan metrik korelasi hasil observsi variabel dan
57
nilai goodness of-fit dihitung. Model terbaik dipilih berdasarkan nilai goodness
of-fit (Ghozali, 2008:21).
Analisis jalur merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis
regresi berganda dan bivariate. Analisis jalur ingin menguji persamaan regresi
yang melibatkan beberapa variabel eksogen dan endogen sekaligus sehingga
memungkinkan pengujian terhadap variabel mediating/intervening atau
variabel antara. Disamping itu analisis jalur juga dapat mengukur hubungan
langsung antar variabel dalam model maupun hubungan tidak langsung antar
variabel dalam model. Hubungan langsung antara variabel eksogen terhadap
variabel endogen dapat dilihat pada koefisien beta. Hubungan tidak langsung
adalah seberapa besar pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen
melalui variabel intervening. Pengaruh total dapat diperoleh dengan
menjumlahkan hubungan langsung dan tidak lansung (Ghozali, 2008:93).
Dilihat dari paradigma penelitian, maka dapat diperoleh 3 (tiga)
subtruktur linier sebagai berikut:
Sub struktur I:
Gambar 3.1
Hubungan Kausal X1 dan X2 terhadap Y1
X2
X1
Y1 e11
58
Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model
sebagai berikut:
Y1 = pY1 X1 + pY1 X2 + €1
Keterangan:
Y1 = Dana Pihak Ketiga X2 = Inflasi
X1 = Suku Bunga SBI €1 = Residual Error
Sub struktur II:
Gambar 3.2
Hubungan Kausal X1, X2, dan Y1 terhadap Y2
Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model
sebagai berikut:
Y2 = pY2X1 + pY2X2 + pY2 Y1 + €2
Keterangan:
Y2 = Penyaluran Kredit Y1 = Dana Pihak Ketiga
X1 = Suku Bunga SBI €2 = Residual Error
X2 = Inflasi
X2
Y2
Y1
X1
e21
59
Sub struktur III:
Gambar 3.3
Hubungan Kausal X1, X2, Y1, dan Y2 terhadap Z
Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model
sebagai berikut:
Z = pZX1 + pZX2 + pZY1 + pZY2 + €3
Keterangan:
Z = Return on Asset (ROA) Y1 = Dana Pihak Ketiga
X1 = Suku Bunga SBI Y2 = Penyaluran Kredit
X2 = Inflasi €3 = Residual Error
Hair et. al (1998) dalam Ghozali (2008:61) mengajukan tahapan
permodelan dan analisis persamaan struktural menjadi 7 (tujuh) langkah yaitu:
Langkah 1: Pengembangan Model Berdasar Teori
Model persamaan structural didasarkan pada hubungan kausalitas,
dimana perubahan suatu variable diasumsikan akan berakibat pada perubahan
variable lainnya. Hubungan kausalitas dapat berarti hubungan yang ketat
seperti ditemukan dalam proses fisik seperti dalam riset prilaku yaitu alasan
seseorang membeli produk tertentu. Kuatnya hubungan kausalitas antara dua
variabel yang diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada justifikasi
Y1
X2
X1
Z
Y2
e3
1
60
(Pembenaran) secara teoritis untuk mendukung analisis. Jadi jelas bahwa
hubungan antar variable dalam model merupakan dedukasi dari teori.
Langkah 2 dan 3: Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural
Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas dengan
diagram jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada dua hal yang perlu
dilakukan yaitu menyusun model struktural yaitu menghubungkan antar model
konstruk laten baik endogen maupun eksogen dan menyusun measurement
model yaitu menghubungkan konstrak laten endogen atau eksogen dengan
variabel indikator atau manifest.
Langkah 4: Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan
Model persamaan struktural berbeda dari teknik analisis multivariate
lainnya, SEM hanya menggunakan data input berupa matrik varian/kovarian
atau matrik korelasi. Data mentah observasi individu dapat dimasukkan dalam
program AMOS, Tetapi program AMOS akan merubah dahulu data mentah
menjadi matrik kovarian atau matrik korelasi. Analisis terhadap data outlier
harus dilakukan sebelum matrik kovarian atau korelasi dihitung. Teknik
estimasi model persamaan struktural pada awalnya dilakukan dengan Ordinary
Least Square (OLS) regression, tetapi teknik ini mulai digantikan oleh
Maximum Likelihood Estimation (ML) yang lebih efisien dan unbiased jika
asumsi normalitas multivariate dipenuhi. Teknik ML sekarang digunakan oleh
banyak program komputer. Namun demikian teknik ML sangat sensitif
terhadap non-normalitas data sehingga diciptakan teknik estimasi lain seperti
weight least square (WLS), generalized least square (GLS) dan asymptotally
distribution free (ADF).
61
Langkah 5: Menilai Identifikasi Model Struktur
Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer, sering
didapat hasil estimasi yang tidak logis atau meaningless dan hal ini berkaitan
dengan masalah identifikasi model struktural. Problem identifikasi adalah
ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan unique estimate. Cara
melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat hasil estimasi
yang meliputi: (1) adanya nilai standar error yang besar untuk satu atau lebih
koefisien, (2) ketidakmampuan program untuk invert information matrix, (3)
nilai estimasi yang tidak mungkin misalkan error variance yang negative, (4)
adanya nilai korelasi yang tinggi (>0.90) antar koefisien estimasi.
Langkah 6: menilai Kriteria Goodness-of-fit
Salah satu tujuan dari analisis jalur adalah menentukan apakah model
planusible (masuk akal) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik,
apabila memliki model fit yang baik pula. Tingkat kesesuaian model dalam
buku Ghozali (2008) terdiri dari:
1. Absolute Fit Measure
Absolute fit measure mengukur model fit secara keseluruhan (baik
model struktural maupun model pengukuran secara bersamaan).
a. LikeliHood-Ratio Chi-Square statistic
Ukuran fundamental dari overall fit adalah likeliHood-ratio chi-
square (ɀ2). Nilai chi-square yang tinggi relative terhadap degree of
freedom menunjukan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang
diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini
menghasilkan probabilitas (p) akan menghasilkan nilai probabilitas (p)
62
yang lebih besar dari tingkat signifikansi (a) dan ini menunjukan bahwa
input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi sesungguhnya
tidak berbeda secara signifikan. Dalam hal ini peneliti harus mencari
nilai chisquare yang tidak signifikan (p>0.05) karena mengharapkan
bahwa model yang diusulkan cocok atau fit dengan data observasi.
b. CMIN/DF
Adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom.
Beberapa pengarang menganjurkan menggunakan ratio ukuran ini untuk
mengukur fit. Menurut Wheaton et. al dalam Ghozali (2008) nilai ratio 5
(lima) atau kurang dari lima merupakan ukuran yang reasonable. Peneliti
lainnya seperti Byrne (1988) mengusulkan nilai ratio <2 merupakan
ukuran fit.
c. Goodness of Fit Index (GFI)
Goodness of fit index (GFI) dikembangkan oleh Joreskog dan
Sorbon (1984) yaitu ukuran non-statistik yang nilainya berkisar antara 0
(poor fit) sampai 1 (perfect fit). Nilai GFI tinggi menunjukan fit yang
lebih baik dan beberapa nilai GFI dapat diterima sebagai nilai yang layak
belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti menganjurkan nilai diatas
90% sebagai ukuran good fit.
d. Root Mean Square Erorrs of Approximation (RMSEA)
Root Mean Square Error of Approximination (RMSEA)
merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecendrungan statistik
chi-square menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai
RMSEA antara 0,05 sampai 0.08 merupakan ukuran yang dapat diterima.
Hasil uji empiris RMSEA cocok untuk menguji model konfirmatori atau
competing model strategi dengan jumlah sample besar.
63
2. Incremenial Fit Measures
Incremenial Fit Measures membandingkan proposed model dengan
baseline model sering disebut dengan null model. Null model merupakan
model realistic dimana model-model yang lain harus diatasnya.
a. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) merupakan pengembangan
dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk propsed
model dengan degree of freedom untuk null model. Nilai yang
direkomendasikan adalah ≥ 0,90.
b. Tucker-Lewis Index (TLI)
Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit index
(NNFI). Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi analisis
faktor, tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran ini
menggambungkan ukuran parsimony kedalam index komparasi antara
proposal model dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1.0.
nilai TLI yang direkomendasikan adalah ≥ 0,90.
c. Normed Fit Index (NFI)
Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara
proposed model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi dari 0 (no fit at
all) sampai 1.0 (perfect fit). Seperti halnya TLI tidak ada nilai absolute
yang dapat digunakan sebagai standar, tetapi umumnya direkomendasikan
≥ 0,90.
64
3. Parsimony Fit Measures
Ukuran ini menghubunngkan goodness-of-fit model dengan
sejumlah koefisien estimasi yang diperlukan untuk mencapai level fit.
Tujuan dasarnya adalah untuk mendiagnose apakah model fit telah
tercapai dengan “overfitting” data yang memiliki banyak koefisien.
Prosedur ini mirip dengan “adjustment” terhadap nilai R2 di dalam
multiple regression. Namun demikian karena tidak ada uji statistik yang
tersedia maka penggunannya hanya terbatas untuk membandingkan
model.
a. Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI)
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) memodifikasi GFI atas dasar
parsimony estimated model. Nilai PGFI berkisar antara 0 sampai 1.0
dengan nilai semakin tinggi menunjukan model lebih parsimony.
b. Parsimony Normed Fit Index (PNFI)
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) merupakan modifikasi dari NFL.
PNFL memasukan jumlah degree of freedom yang digunakan untuk
mencapai level fit. Semakin tinggi nilai PNFI semakin baik. Kegunaan
utama dari PNFI adalah untuk membandingkan model dengan degree of
freedom yang berebeda. Digunakan untuk membandingkan model
alternative sehingga tidak ada nilai yang direkomendasikan sebagai
nilai fit yang diterima. Namun demikian jika membandingkan dua
model maka perbedaan PNFI 0.60 sampai 0.90 menunjukan adanya
perbedaan model yang signifikan.
65
Tabel 3.1
Standar Penilaian Kesesuaian (Fit)
Laporan
Statistik
Nilai yang direkomendasikan
Imam Ghozali (2008)
Cut of Value Keterangan
Absolute Fit
Probabilitas ɀ2
Tidak signifikan (p > 0.05) Model yang diusulkan
cocok/fit dengan data
observasi
ɀ2
/df ≤5
<2
Ukuran yang rasionable
Ukuran fit
RMSEA
<0.01
<0.05
<0.01
0.05 ≤ x ≤ 0.08
Good fit
Very Good fit
Outstanding fit
Reasonable fit
GFI >0.09 Good fit
Incremental Fit
AGFI ≥0.9 Good fit
TLI ≥0.9 Good fit
NFI ≥0.9 Good fit
Parsimonious Fit
PNFI 0 – 1.0 Lebih besar lebih baik
PGFI 0 – 1.0 Lebih besar lebih baik
(Sumber : Imam Ghozali, 2008)
66
Langkah 7: Interpretasi dan Modifikasi Model
Ketika model telah dinyatakan diterima, maka peneliti dapat
mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki
penjelasan teoritis atau goodness-of-fit. Modifikasi dari model awal harus
dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi, maka
model tersebut akan di cross-validated (diestimasi dengan data terpisah)
sebelum model modifikasi diterima.
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Eksogen
a. Suku bunga SBI
Menurut Kasmir (2009:131), Bunga bank dapat diartikan sebagai
balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip
konvensioanal kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.
Bunga juga dapat diartiakan sebagai harga yang harus dibayar kepada
nasabah (yang memiliki simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh
nasabah kepada bank (nasabah yang mempeoleh pinjaman). Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh
BI sebagai pengakuan utang jangka pendek yang dijual secara diskonto
melalui lelang. Jangka waktu SBI mulai dari 1 bulan, 3 bulan, dan 6
bulan (Siamat, 2005:92). Sementara itu berdasarkan Surat Edaran Bank
Indonesia No.6/4/DPM tanggal 16 Februari 2004 tentang penerbitan
Sertifikat Bank Indonesia melalui lelang, Sertifikat Bank Indonesia
yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang
67
rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang
berjangka waktu pendek (Siamat, 2005:262). Hasil dari penempatan
dana dalam SBI yang dimiliki oleh pihak lain nantinya akan
memperoleh imbalan berupa bunga yang dinyatakan sebagai tingkat
suku bunga SBI.
b. Inflasi
Menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan
harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali
kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang
lainnya. Menurut Sukirno (2004:27), inflasi adalah kenaikan harga-harga
secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke
periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah persentase kenaikan
harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun
sebelumnya.
2. Variabel Endogen
a. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 tenteng perbankan (pasal 1)
disebutkan bahwa, simpanan adalah dana yang dipercayakan
masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana
dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainya yang
dipersamakan dengan itu.
68
b. Kredit
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998,
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.
c. Return on Assets (ROA)
Menurut Riyadi (2007:156), ROA adalah adalah rasio
profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara laba (setelah pajak)
dengan total asset yang dimiliki bank pada periode tertentu. Rasio ini
menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank
yang bersangkutan. Dalam bukunya, Mishkin (2007:232) mengatakan
bahwa, oleh karena pemilik bank harus mengetahui apakah banknya
dikelola dengan baik, mereka membutuhkan pengukuran yang baik
mengenai profitabilitas bank. Ukuran dasar dari keuntungan bank adalah
return on assets (ROA). Rumus perhitungan Return on Assets (ROA):
69
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian
diatas fungsi utama dari bank adalah sebagai suatu lembaga perantara
(intermediary) antara kelompok masyarakat yang mempunyai kelebihan dana
(surplus unit) dengan kelompok masyarakat yang kekurangan dana (deficit
unit), dimana unit surplus menghimpun dananya di bank dalam bentuk
simpanan dan kemudian bank menyalurkan ke unit defisit dalam bentuk kredit,
sehingga dari aktifitas tersebut antara sektor moneter dan sektor riil dapat
saling menguntungkan.
Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip
kehati-hatian (Prudent). Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai
penghimpun dan penyalurkan dana masyarakat serta bertujuan untuk
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
70
Berdasarkan Undang-Undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri
atas bank umum dan BPR. Perbedaan utama Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR
tidak dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan kegitan
operasional yang terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut dual
bank system, yaitu Bank Umum dapat melaksanakan kegiatan usaha bank
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Sementara prinsip kegiatan
BPR dibatasi pada hanya dapat melakukan kegiatan usaha bank konvensional
atau berdasarkan prinsip syariah. (www.bi.go.id).
Pengertian Bank Umum menurut Peraturan Bank Indonesia No.
9/7/PBI/2007 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang diberikan oleh bank
umum bersifat umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang
ada. Bank umum sering disebut bank komersial (commercial bank).
Bank umum mempunyai banyak kegiatan. Adapun kegiatan-kegiatan
bank umum yang utama antara lain:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, sertifikat
deposito dan tabungan;
2. Memberikan kredit;
3. Menerbitkan surat pengakuan utang;
4. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan nasabah maupun untuk
kepentingan bank itu sendiri;
71
5. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan atau dengan pihak ketiga;
6. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga; dan
7. Melakukan penempatan dana dari nasabah ke nasabah lainnya dalam bentuk
surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
B. Penemuan Dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
a. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Menurut Kasmir (2009:131), bunga bank dapat diartikan sebagai
balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip
konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.
Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada
bank (yang memiliki simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh
nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga yang
diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan utang jangka pendek yang dijual
secara diskonto melalui lelang dengan jangka waktu yang ditawarkan
mulai dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan (Siamat,2005:92). Hasil dari
penempatan dana dalam SBI yang dimiliki oleh pihak lain nantinya akan
memperoleh imbalan berupa yang dinyatakan sebagai tingkat Suku
Bunga SBI.
72
Tabel 4.1
Suku Bunga Sert ifikat Bank Indonesia (Persen)
Periode Tahun 2007 - 2014
Bulan
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 9,50 8 9,50 6,44 6,05 4,88 4,84 7,23
Februari 9,25 7,93 8,74 6,41 6,06 3,82 4,86 7,17
Maret 9 7,96 8,21 6,27 6,07 3,83 4,87 7,13
April 9 7,99 7,59 6,20 6,08 3,93 4,89 7,14
Mei 8,75 8,31 7,25 6,30 6,02 4,24 5,02 7,15
Juni 8,75 8,73 6,95 6,26 6,03 4,32 5,28 7,14
Juli 8,25 9,23 6,71 6,26 6,01 4,46 5,52 7,09
Agustus 8,25 9,28 6,58 6,26 6,01 4,54 5,86 6,97
September 8,25 9,58 6,48 6,64 5,97 4,67 6,96 6,88
Oktober 8,25 10,43 6,49 6,37 5,97 4,75 6,97 6,85
November 8,25 11,21 6,48 6,37 5,97 4,77 7,22 6,87
Desember 8 10,93 6,46 6,37 5,97 4,8 7,22 6,9
(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)
Tabel 4.1 menunjukan fluktuasi suku bunga SBI yang di
tawarkan oleh Bank Indonesia pada periode Januari 2007 – Desember
2014. Pada table tersebut suku bunga SBI terendah terjadi pada bulan
Februari 2012 yaitu sebesar 0,0382 atau 3,82%. Dan tingkat suku bunga
SBI tertinggi terjadi pada bulan November 2008 yaitu sebesar 0,1121
atau 11,21%. Berikut adalah grafik perkembangan suku bunga SBI:
Gambar 4.1
Perkembangan Suku Bunga SBIPeriode Tahun 2007 – 2014
(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)
73
b. Inflasi
Menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan
harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali
kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang
lainnya. Sementara menurut Sukirno (2004:27), inflasi adalah kenaikan
harga-harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari
suatu periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah
persentase kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding
dengan tahun sebelumnya.
Untuk mengetahui besarnya inflasi yang terjadi di Indonesia pada
periode Januari 2007 – Desember 2014 dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 4.2
Tingkat Inflasi (Persen) Periode Tahun 2007 - 2014
Bulan
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 1,04 1,77 -0,07 0,84 0,89 0,76 1,03 1,07 Februari 0,62 0,65 0,21 0,30 0,13 0,05 0,75 0,26
Maret 0,24 0,95 0,22 -0,14 -0,32 0,07 0,63 0,08
April -0,16 0,57 -0,31 0,15 -0,31 0,21 -0,1 -0,02
Mei 0,10 1,41 0,04 0,29 0,12 0,07 -0,03 0,16
Juni 0,23 2,46 0,11 0,97 0,55 0,62 1,03 0,43
Juli 0,72 1,37 0,45 1,57 0,67 0,7 3,29 0,93
Agustus 0,75 0,51 0,56 0,76 0,93 0,95 1,12 0,47
September 0,80 0,97 1,05 0,44 0,27 0,01 -0,35 0,27
Oktober 0,79 0,45 0,19 0,06 -0,12 0,16 0,09 0,47
November 0,18 0,12 -0,03 0,60 0,34 0,07 0,12 1,5
Desember 1,10 -0,04 0,33 0,92 0,57 0,54 0,55 2,46
(Sumber: BPS, data sekunder diolah)
74
Tabel 4.2 menunjukan fluktuasi tingkat inflasi periode Januari
2007 – Desember 2014. Pada masa penelitian ini tingkat inflasi terendah
terjadi pada bulan Maret 2011 yaitu sebesar -0,0032 atau -0,32%,
sedangkan tingkat inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni 2008 dan
Desember 2014 yaitu sebesar 0,0246 atau 2,46 %. Berikut adalah grafik
perkembangan inflasi:
Gambar 4.2
Perkembangan Inflasi Periode Tahun 2007 – 2014
(Sumber: BPS, data sekunder diolah)
c. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Menurut Sugiarto (2006:4) pengertian dana pihak ketiga sebagai
berikut: “Dana Pihak Ketiga merupakan simpanan-simpanan yang
dilakukan nasabah pada bank berupa giro, tabungan, deposito dan bentuk
lain yang di persamakan dengan itu”.
Menurut Riyadi (2004:79), sumber dana pihak ketiga dari segi
mata uangnya dibedakan menjadi:
1) Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah
Yaitu kewajiban-kewajiban bank yang tercatat dalam bentuk
rupiah pada pihak ketiga bukan bank baik kepada penduduk maupun
bukan penduduk. Komponen DPK terdiri dari Giro, Simpanan
Berjangka (deposito dan sertifikat deposito), tabungan dan kewajiban-
75
kewajiban lainnya yang terdiri dari kewajiban segera yang dapat
dibayar, surat-surat berharga yang diterbitkan, pinjaman yang
diterima, setoran jaminan dan lainnya. Tidak termasuk dana yang
berasal dari bank sentral.
2) Sumber Dana Pihak Ketiga Valuta Asing
Sedangkan yang dimaksud dana pihak ketiga valuta asing
adalah kewajiban bank yang tercatat dalam valuta asing kepada pihak
ketiga, baik penduduk maupun bukan penduduk termasuk pada Bank
Indonesia, bank lain (pinjaman melalui pasar uang).
Tabel 4.3
Dana Pihak Ketiga (DPK) Periode Tahun 2007 - 2014 (Miliyar)
Bulan Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 1.279.566 1.472.485 1.748.814 1.948.890 2.302.056 2.770.571 3.205.006 3.594.697
Februari 1.284.055 1.476.990 1.771.098 1.931.638 2.287.844 2.763.915 3.207.342 3.603.620
Maret 1.291.379 1.466.224 1.786.157 1.982.262 2.351.357 2.825.975 3.243.136 3.618.064
April 1.299.772 1.481.971 1.780.918 1.980.450 2.340.213 2.841.361 3.299.350 3.694.765
Mei 1.305.936 1.505.725 1.783.644 2.013.216 2.397.179 2.908.957 3.349.660 3.763.474
Juni 1.355.185 1.554.162 1.823.811 2.096.036 2.438.011 2.955.833 3.374.272 3.834.503
Juli 1.379.211 1.534.981 1.806.621 2.082.595 2.464.083 2.961.417 3.392.927 3.787.052
Agustus 1.392.668 1.526.025 1.847.038 2.092.779 2.459.898 2.984.050 3.440.207 3.855.886
September 1.400.800 1.603.452 1.857.251 2.144.064 2.544.862 3.049.956 3.526.188 3.995.803
Oktober 1.419.748 1.674.994 1.864.084 2.173.884 2.587.282 3.070.604 3.520.890 4.011.368
November 1.437.600 1.707.876 1.896.952 2.212.215 2.644.742 3.130.518 3.563.362 4.054.680
Desember 1.510.834 1.753.292 1.973.042 2.338.824 2.784.912 3.225.198 3.663.968 4.114.420
(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)
Tabel 4.3 menunjukan perkembangan jumlah dana pihak
ketiga pada periode Januari 2007 - Desember 2014. Pada masa
penelitian ini DPK terendah terjadi pada bulan Januari 2007 yaitu
sebesar 1.279.556 (miliyar), sedangkan DPK tertinggi terjadi pada
bulan Desember 2014 yaitu sebesar 4.114.420 (miliyar). Berikut
adalah grafik perkembangan DPK:
76
Gambar 4.3
Perkembangan DPK Periode Tahun 2007 - 2014
(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)
d. Penyaluran Kredit
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998,
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.
Tabel 4.4
Penyaluran KreditPeriode Tahun 2007 – 2014 (Miliyar)
Bulan Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 774.834 987.404 1.289.839 1.405.640 1.746.005 2.184.306 2.688.143 3.258.421
Februari 783.542 1.002.724 1.301.844 1.428.788 1.773.889 2.203.029 2.718.717 3.267.820
Maret 800.373 1.036.065 1.305.389 1.456.114 1.814.846 2.266.175 2.768.371 3.306.899
April 812.860 1.061.770 1.297.635 1.486.329 1.843.538 2.317.209 2.824.217 3.361.348
Mei 823.976 1.096.214 1.305.377 1.531.556 1.889.465 2.386.145 2.887.478 3.403.148 Juni 861.498 1.148.356 1.335.041 1.586.492 1.950.727 2.452.856 2.959.123 3.468.162 Juli 871.987 1.166.558 1.338.116 1.597.980 1.973.599 2.470.111 3.021.126 3.495.030
Agustus 893.497 1.205.846 1.365.942 1.640.430 2.031.614 2.510.651 3.067.402 3.498.364
September 913.950 1.246.146 1.366.076 1.659.145 2.079.261 2.555.839 3.147.210 3.561.295
Oktober 937.177 1.297.860 1.377.561 1.675.633 2.106.157 2.585.345 3.159.476 3.558.070
November 962.389 1.325.323 1.397.578 1.706.403 2.150.957 2.631.002 3.214.397 3.596.614
Desember 1.002.012 1.307.688 1.437.930 1.765.845 2.200.094 2.707.862 3.292.874 3.674.308
(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)
77
Tabel 4.4 menunjukan perkembangan penyaluran kredit pada
periode Januari 2007 – Desember 2014. Pada masa penelitian ini
penyaluran kredit terendah terjadi pada bulan Januari 2007 yaitu sebesar
774.834 (miliyar), dimana jika diperhatikan terjadi kecenderungan
peningkatan penyaluran kredit dari bulan ke bulan sampai tingkat
tertinggi terjadi pada bulan Desember 2014 yaitu sebesar 3.674.308
(miliyar). Berikut adalah grafik perkembangan kredit:
Gambar 4.4
Grafik Penyaluran Kredit Periode Tahun 2007 - 2014
(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)
e. Return On Asset (ROA)
Menurut Riyadi (2007:156), ROA adalah adalah rasio
profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara Laba (setelah pajak)
dengan total asset yang dimiliki bank pada periode tertentu. Rasio ini
menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank
yang bersangkutan. Sedangkan menurut Rosadiana (2011:36), rasio ini
dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan keuangan, rasio ini sangat
penting mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk
mempertahankan arus sumber-sumber modal bank. Dalam hal ini
78
profitabilitas yang diukur adalah profitabilitas perbankan, biasanya
apabila profitabiltas tinggi akan mencerminkan laba yang tinggi dan ini
akan mempengaruhi pertumbuhan laba bank tersebut. Semakin besar
ROA menunjukan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat
kembalian (return) semakin besar. Bank Indonesia selaku pembina dan
pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabiltas suatu bank
yang diukur dengan asset yang perolehan dananya sebagian besar berasal
dari simpanan masyarakat.
Tabel 4.5
Return On Asset (ROA)
Periode Tahun 2007 – 2014
Bulan
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 3,34 3,16 2,69 3,12 2,97 3,7 3,16 2,9
Februari 3,03 2,93 2,6 2,91 2,86 3,62 2,92 2,79
Maret 2,96 2,72 2,76 3,08 3,01 3,05 3,03 3,01
April 2,92 2,56 2,71 3,02 3,01 2,98 2,96 2,93
Mei 2,98 2,62 2,7 2,98 2,97 3,05 2,99 2,98
Juni 2,93 2,53 2,7 3 3,07 3,16 3,02 3,02
Juli 2,89 2,68 2,69 2,97 3 3,13 3 2,91
Agustus 2,87 2,71 2,67 2,94 2,98 3,07 3,03 2,9
September 2,84 2,64 2,63 2,91 3,12 3,09 3,06 2,91
Oktober 2,83 2,68 2,65 2,94 3,11 3,1 3,09 2,89
November 2,87 2,6 2,61 2,93 3,07 3,12 3,09 2,87
Desember 2,78 2,33 2,6 2,86 3,03 3,11 3,08 2,85
(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)
Tabel 4.5 menunjukan fluktuasi tingkat rata-rata ROA periode
Januari 2007 – 2014 pada Bank Umum. Pada masa penelitian ini tingkat
rata-rata ROA terendah terjadi pada bulan Desember 2008 yaitu sebesar
2,33%. Tingkat rata-rata ROA cenderung berfluktuasi naik dan turun dari
tahun 2007 – 2014. Sedangkan tingkat rata-rata ROA tertinggi terjadi
pada bulan Februari 2012 yaitu sebesar 3,62%. Berikut grafik
pengembangan ROA:
79
Gambar 4.5
Return On Asset (ROA) Periode Tahun 2007 - 2014
(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)
2. Analisis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi terhadap Dana Pihak
Ketiga dan Penyaluran Kredit serta Dampaknya pada Return on Assets
(ROA) pada Bank Umum.
Analisis ini dibagi menjadi tiga substruktur. Substruktur yang
pertama menganalisis pengaruh suku bunga SBI dan inflasi sebagai variabel
eksogen terhadap variabel dana pihak ketiga sebagai variabel endogen.
Substruktur yang kedua menganalisis pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan
dana pihak ketiga sebagai variabel eksogen terhadap penyaluran kredit
sebagai variabel endogen. Subtruktur yang ketiga menganalisis pengaruh
suku bunga SBI, inflasi, dana pihak ketiga, dan penyaluran kredit sebagai
variabel eksogen terhadap ROA sebagai variabel endogen. Dari hasil
perhitungan dengan menggunakan AMOS 18, maka dapat digambarkan
diagram jalur sebagai berikut:
80
Gambar 4.6
Diagram Jalur Hasil Perhitungan
(Sumber: Output AMOS 18 )
a. Analisis Korelasi
Analisis korelasi dilakukan untuk menganalisis hubungan antar
variabel eksogen. Dengan AMOS 18, koefisien korelasi dapat dilihat
pada tabel 4.7 pada kolom estimate. Tingkat signifikansi korelasi antar
variabel dapat dilihat pada tabel 4.6 pada kolom probabilitas.
Korelasi antara variable suku bunga SBI dan inflasi kelompok
Bank Umum dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6
Covariances
Estimate S.E. C.R. P Label
SBI <--> INFLASI .053 .098 .541 .589 par_1
(Sumber: Output AMOS 18)
Tabel 4.7
Estimasi Korelasi antara Variabel SBI dan Inflasi
Estimate
SBI <--> INFLASI .056
(Sumber: Output AMOS 18)
SBI
ROA ,072
INFLASI
KREDIT
DPK
,056
e3
,381 1,030
,998
e2
,306 e1
-4,073
4,297 -,553
,061
,012
,,029
-,273
81
1) Korelasi antara Suku Bunga SBI dan Inflasi
Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara
variabel suku bunga SBI dan Inflasi sebesar 0,56. Untuk mentafsirkan
angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut:
0 – 0,25 : korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)
> 0,25 – 0,50 : korelasi cukup kuat
> 0,50 – 0,75 : korelasi kuat
> 0,75 – 1,00 : korelasi sangat kuat
Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis:
a) Ho : tidak ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua
variabel.
b) Ha : ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel.
Pengujian berdasarkan signifikan:
a) Jika probabilitas penelitian < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima.
b) Jika probabilitas penelitian > 0,05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak.
Korelasi sebesar 0,56 mempunyai maksud hubungan antara
variabel suku bunga SBI dan inflasi kuat dan searah, searah artinya
apabila terjadi kenaikan tingkat suku bunga SBI maka Inflasi juga
akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua
variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,589 > 0,05 maka
tidak cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga
korelasi tidak signifikan.
82
b. Analsis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, dan Inflasi terhadap Dana
Pihak Ketiga (DPK)
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur substruktur pertama
adalah sebagai berikut:
Gambar 4.7
Diagram Jalur Substruktur I
(Sumber: Output AMOS 18)
Analisis jalur substruktur yang pertama adalah menganalisis
pengaruh suku bunga SBI, dan Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga
(DPK) baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk melihat
besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi
pada table Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antar
variabel secara parsial atau individu dapat terlihat dari besarnya angka
estimasi pada table Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk
melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di
table Regression Weight kolom Probability. (lihat Lampiran). Adapun
hasil perhitungan dengan menggunakan Software AMOS 18 adalah
sebagai berikut:
,072
-,553
,056
INFLASI
SBI
DPK e1 ,306
83
Tabel 4.8
Pengaruh antara Suku Bunga SBI, dan Inflasi
terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
Pengaruh antar
variabel Estimasi Probability R Square
SBI --> DPK -0,553 0,000
0,306
INF --> DPK 0,072 0,403
(Sumber: Output AMOS 18)
Untuk melihat pengaruh variabel suku bunga SBI, dan inflasi
terhadap dana pihak ketiga (DPK) secara simultan/gabungan dapat
dilihat pada table 4.8 kolom R Square.
Besarnya angka R square (r2) adalah 0,306. Angka tersebut
digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI,
dan inflasi secara gabungan terhadap DPK dengan cara menghitung
koifisien determinasi (KD) dengan menggunakan rumus berikut:
KD = r2 x 100%
KD = 0,306 x 100%
KD = 30,6%
Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh variabel
suku bunga SBI, dan inflasi terhadap DPK adalah 30,6%, sedangkan
sisanya 69,4% (100% - 30,6%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
dapat dijelaskan dalam penelitian. Dengan kata lain, variabilitas yang
dapat diterangkan dengan menggunakan variabel suku bunga SBI, dan
inflasi adalah sebesar 30,6%, sementara pengaruh yang disebabkan oleh
variabel-variabel lain di luar model ini adalah sebesar 69,4%.
84
Untuk melihat besarnya pengaruh suku bunga SBI, dan inflasi
terhadap DPK secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel 4,8,
sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas.
1) Pengarauh antara variabel suku bunga SBI terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Untuk melihat apakah ada hubungan linear antara variabel
suku bunga SBI dengan DPK, dapat dilakukan langkah analisis
sebagai berikut:
a) Ho : Tidak ada hubungan linear antara suku bunga SBI dengan
DPK.
b) Ha : Ada hubungan linear antara suku bunga SBI dengan DPK.
Dengan kriteria sebagai berikut:
a) Jika probabilitas penelitian < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
b) Jika probabilitas penelitian > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linear antara variabel suku bunga SBI dengan DPK.
Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap DPK sebesar -0,553 atau
-55,3%.
Suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap DPK. Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan
maka akan menurunkan jumlah DPK.
Pada umumnya kenaikan suku bunga SBI akan meningkatkan
pula jumlah DPK, peningkatan suku bunga SBI (instrument yang
dikeluarkan Bank Indonesia) akan berpengaruh terhadap suku bunga
85
depsito dan kredit perbankan. Kenaikan suku bunga SBI
menyebabkan perbankan harus melakukan penataan uang kembali
terhadap komposisi pendanaan maupun pembiayaan. Dari sisi
konsumen (deposan) meningkatnya suku bunga akan menyebabkan
dana pihak ketiga (DPK) perbankan meningkat.
Triadi (2010:3), mengatakan bahwa keberadaan bank
(konvensional dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis
sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Namun, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia
bank variabel ekonomi makro maupun variabel monoter yang
perkembangannya dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki
andil dalam penyerapan dana masyarakat yang dilakukan oleh
perbankan. Variabel-variabel tersebut dapat berupa tingkat inflasi,
tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, suku bunga
(interest rate), dan nilai tukar rupiah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra (2009:13) menyatakan bahwa
suku bunga SBI terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode
Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki pengaruh negatif atau
berlawan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Cahyono
(2009) dan Triadi (2010) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI
memberikan pengaruh berlawanan arah (negatif) dan signifikan
terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).
86
2) Pengaruh antara variabel Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,403 > 0,05. Maka
tidak cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, tidak
ada hubungan linear antara variabel inflasi dengan DPK. Besarnya
pengaruh inflasi terhadap DPK adalah sebesar 0,072 atau 0,72%.
Inflasi memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
DPK. Artinya, apabila inflasi mengalami kenaikan, maka jumlah DPK
akan mengalami kenaikan. Hasil ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Yunita (2007:17) bahwa inflasi memiliki pengaruh
yang negatif dan signifikan terhadap DPK. Ini berarti apabila terjadi
peningkatan inflasi, maka DPK akan mengalami penurunan
diakibatkan oleh penarikan dana oleh nasabah untuk memenuhi
kebutuhan konsumsinya. Selain tingkat suku bunga, besarnya saving
masyarakat juga dipengaruhi oleh tingkat inflasi ekonomi Negara.
Menurut teori Prof. Gregory Mankiw (2001:565) dalam Yunita
(2007:19) menjelaskan bahwa dalam kondisi makroekonomi dimana
terjadi perubahan tingkat harga akibat inflasi, kuantitas penawaran,
(supply) dan permintaan (demand) market of loanable funds
tergantung pada besarnya real interest rate.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra (2009:13), menyatakan bahwa
tingkat Inflasi mempunyai pengaruh kecil terhadap DPK di 10 Bank
Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008. Wibowo
87
dan Suhendra menyatakan bahwa Inflasi terhadap DPK di 10 Bank
Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki
pengaruh positif atau searah. Hal ini terjadi kemungkinan dengan
kenaikan inflasi maka banyak masyarakat yang tidak mau
membelanjakan uangnya karena inflasi naik mengakibatkan jumlah
harga barang mahal sehingga mereka lebih suika menyimpan uangnya
di Bank.
c. Analsis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Dana Pihak
Ketiga (DPK) terhadap Penyalura Kredit
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur subtruktur kedua
adalah sebagai berikut:
Gambar 4.8
Diagram Jalur Subtruktur II
(Sumber: Output AMOS 18)
Analisis jalur subtruktur yang kedua adalah menganalisis
pengaruh suku bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), terhadap
Penyaluran Kredit baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk
melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom
INFLASI
KREDIT
DPK
SBI
e2 ,998
,012
,061 1,030
,056
88
estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh
antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka
estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk
melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di
tabel Regression Weight kolom Probability. (lihat lampiran). Adapun
ringkasan hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 18 adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.9
Pengaruh antara Suku Bunga SBI, Inflasi,
dan DPK terhadap Penyaluran Kredit
Pengaruh antar
variabel
Estimasi Probability R square
SBI --> KREDIT 0,61 0,000
0,998
INF --> KREDIT 0,12 0,021
DPK --> KREDIT 1,030 0,000
(Sumber: Output AMOS 18)
Untuk melihat pengaruh variabel suku bunga SBI, inflasi, dan
DPK terhadap penyaluran kredit secara gabungan dapat dilihat pada tabel
4.9 kolom R Square.
Besarnya angka R Square (r2) adalah sebesar 0,998. Angka
tersebut menjelaskan bahwa pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan DPK
terhadap penyaluran kredit secara gabungan adalah 99,8% (0,998 x
100%), sedangkan sisanya sebesar 0,2% (100% - 99,8%) dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian. Dengan kata lain,
variabelitas yang dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel suku
bunga SBI, inflasi, dan DPK terhadap penyaluran kredit sebesar 99,8%,
89
sementara pengaruh 0,2% disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar
model ini yang tidak dijelaskan dalam peneletian.
Untuk melihat besarnya pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan
DPK terhadap penyaluran kredit secara parsial, digunakan kolom
estimasi pada tabel 4.9, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan
kolom probabilitas.
1) Pengaruh antara variabel suku bunga SBI terhadap Kredit
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel suku bunga SBI terhadap kredit.
Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,061 atau
0,61%.
Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi
kenaikan suku bunga SBI, maka jumlah kredit yang disalurkan oleh
Bank Umum juga akan mengalami kenaikan.
Dalam kajian yang dilakukan oleh kantor Bank Indonesia
Ambon (2007) dalam Musaddad (2010:98), kenaikan harga BBM
yang diikuti kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan
suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan
baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK
telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas
perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya
90
kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain
meningkatnya kapasitas kredit. Peningkatan kapasitas kredit ini telah
meningkatkan penawaran kredit yang ditandai dengan hasil regresi
terhadap data yang menunjukan kapasitas kredit signifikan
mempengaruhi realisasi kredit.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Bancin (2005:4) yang menyatakan bahwa suku bunga
SBI memiliki pengaruh positif signifikan.
2) Pengaruh antara variabel Inflasi terhadap Kredit
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,021 < 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel inflasi dengan kredit. Besarnya
pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,012 atau 0,12%.
Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi, maka
jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami
kenaikan, begitu juga sebaliknya.
Menurut Bank Indonesia (2007:52) dalam Musadad
(2010:116), kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan
suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan
baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK
telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas
perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya
91
kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain
meningkatnya kapasitas kredit atau penawaran kredit kepada
masyarakat.
Dalam prakteknya, setiap bank mempunyai target kredit yang
harus disalurkan untuk suatu periode tertentu, maka bank akan
melakukan strategi penawaran kredit sampai mencapai target yang
diinginkan. Hal inilah yang menyebabkan inflasi berpengaruh positif
terhadap kredit.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Musaddad (2010:98) yang menyatakan bahwa Inflasi
memiliki pengaruh positif dan signifikan.
3) Pengaruh antara variabel DPK terhadap Kredit
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel DPK dengan kredit. Besar pengaruh
DPK terhadap kredit adalah sebesar 1,030 atau 103,0%.
DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka jumlah kredit
juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya.
Menurut Sugiarto (2006:4), dana pihak ketiga (DPK)
merupakan simpanan-simpanan yang dilakukan nasabah pada bank
berupa giro, tabungan, deposito dan bentuk lain yang dipersamakan
dengan itu. Dalam hal ini bank bertugas memberikan pelayanan
92
kepada masyarakat dan bertindak selaku perantara keuangan bagi
masyarakat. Oleh karena itu, bank harus selalu berada ditengah
masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat
dihimpun dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Semakin tinggi
jumlah DPK yang dimiliki bank memang semestinya tinggi juga
penyaluran dana tersebut dalam bentuk kredit karena sesuai fungsi
utama bank adalah sebagai lembaga intermediary. Selain itu bila tidak
disalurkan kembali DPK yang diperoleh memiliki beban bunga yang
harus dibayarkan kepada nasabah tentunya hal tersebut akan
merugikan bank.
Penelitian ini juga menunjukan bahwa peran intermediasi
perbankan dalam menghidupkan sektor UMKM di Indonesia masih
sangat dipengaruhi oleh jumlah dana pihak ketiga yang berhasil
dihimpun bank umum di Indonesia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Haryati
(2009), Nona (2009), Pratama (2010) bahwa DPK secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.
d. Analasis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak
Ketiga (DPK), dan Penyalura Kredit terhadap Return on Assets
(ROA)
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur subtruktur kedua
adalah sebagai berikut:
93
Gambar 4.9
Diagram Jalur Subtruktur III
(Sumber: Output AMOS 18)
Analisis jalur subtruktur yang ketiga adalah menganalisis
pengaruh suku bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan
Penyaluran Kredit terhadap ROA baik secara simultan maupun secara
parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat
pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya
pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya
angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan
untuk melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada
angka di tabel Regression Weight kolom Probability. (lihat lampiran).
Adapun ringkasan hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 18
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10
Pengaruh antara Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK, dan Penyaluran
Kredit terhadap ROA
Pengaruh Antar Variabel Estimasi Probability R square
SBI --> ROA -,273 0,048
0,381
INF --> ROA ,029 0,725
DPK --> ROA 4,297 0,010
KREDIT --> ROA -4,073 0,012
(Sumber: Output AMOS 18)
DPK
INFLASI
SBI
ROA
KREDIT
e3
,381
,056
-,273
,029
-4,073
4,297
94
Untuk melihat pengaruh variabel suku bunga SBI, Inflasi, Dana
Pihak Ketiga (DPK), dan Penyaluran Kredit terhadap ROA secara
gabungan dapat dilihat pada tabel 4.10 kolom R Square.
Besarnya angka R Square (r2) adalah sebesar 0,381. Angka
tersebut menjelaskan bahwa pengaruh suku bunga SBI, Inflasi, Dana
Pihak Ketiga (DPK), dan Penyaluran Kredit terhadap ROA secara
gabungan adalah 38,1% (0,381 x 100%), sedangkan sisanya sebesar
61,9% (100%-38,1%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan
dalam penelitian. Dengan kata lain, variabelitas yang dapat dijelaskan
dengan menggunakan variabel suku bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak
Ketiga (DPK), dan Penyaluran Kredit terhadap ROA sebesar 38,1%,
sementara pengaruh 61,9% disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar
model ini yang tidak dijelaskan dalam peneletian.
Untuk melihat besarnya pengaruh suku bunga SBI, inflasi, DPK,
dan penyaluran kredit terhadap ROA secara parsial, digunakan kolom
estimasi pada tabel 4.10, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan
kolom probabilitas.
1) Pengaruh antara Variabel Suku Bunga SBI terhadap ROA
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,048 < 0,05. Maka
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel suku bunga SBI dengan ROA.
Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap ROA sebesar -0,273
atau -27,3%.
95
Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan pada ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga
SBI maka ROA akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad
(2010:120) dan Sophan (2013:110) menyatakan bahwa suku bunga
SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210) bahwa suku
bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang
disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti
oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan
meningkatkan juga biaya bunga kredit.
Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku
bunga kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat
masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank. Kredit merupakan
aktivitas utama perbankan dalam menghasilkan keuntungan. Apabila
tingkat suku bunga kredit meningkat maka akan direspon dengan
penurunan permintaan kredit. Dengan menurunnya permintaan kredit
maka akan berimbas pada penurunan keuntungan/laba yang akan
diperoleh bank.
2) Pengaruh antara Variabel Inflasi terhadap ROA
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,725 > 0,05. Maka
tidak cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, tidak
ada hubungan linier antara variabel Infasi dengan ROA. Besarnya
pengaruh Inflasi terhadap ROA sebesar 0,029 atau 0,29%.
96
Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan
terhadap ROA. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Jiang, Tang, Law dan Sze (2003:76) yang menyatakan inflasi
berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini juga
sesuai dengan Musaddad (2010:106) bahwa inflasi tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Teori menurut Cynara
(2006:16), bahwa tinggi rendahnya rentabilitas suatu perusahaan
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membentuk rentabilitas tersebut.
Faktor-faktor tersebut adalah profit margin, assets utilization dan total
equity.
3) Pengaruh antara variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Return
on Assets (ROA)
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,010 < 0,05. Maka
telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya
pengaruh DPK terhadap ROA sebesar 4,297 atau 429,7%.
DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka ROA juga akan
mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad (2010:101), bahwa
DPK memiliki pengaruh negatif signifikan pada ROA.
Hal ini dikarenakan apabila jika DPK tinggi berarti masyarakat
mempercayakan uangnya untuk dikelola bank. Total DPK diperoleh
dengan menjumlahkan rekening dari dana pihak ketiga yaitu
tabungan, giro, dan deposito. Kemampuan bank dalam menyalurkan
kredit terhadap dana pihak ketiga yang terkumpul adalah tinggi, maka
97
semakin tinggi pula kredit yang diberikan pihak bank. Ketika tingkat
penyaluran kredit suatu bank meningkat maka bank tersebut dapat
mengoptimalkan kegiatan pokoknya sebagai penyalur dana kepada
masyarakat sehingga tingkat laba yang dihasilkan pun meningkat.
Dengan kata lain kenaikan DPK akan meningkatkan ROA, sehingga
kinerja keuangan bank akan semakin baik (dengan asumsi bank
tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah
kredit macet akan kecil).
Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana yang bersumber
dari masyarakat luas merupakan sumber penting untuk aktivitas
operasional bank dan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu bank
apabila bank dapat menanggung biaya operasinya dari sumber dana
ini (Kasmir, 2012:59).
Bank diharapkan selalu berada ditengah masyarakat, agar
aliran uang dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dapat
ditampung kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat.
Keuntungan utama bank berasal dari sumber-sumber dana dengan
bunga yang akan diterima dari alokasi tertentu. DPK meningkat maka
bank mempunyai peluang serta kesempatan yang lebih besar untuk
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Dapat dikatakan DPK
memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas yang dihitung
dengan rasio ROA. Anggreni dan Suardhika (2014:32).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Anggreni dan Suardhika (2014:32), menyatakan bahwa dana
pihak ketiga (DPK) mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA.
98
4) Pengaruh antara variabel Kredit terhadap ROA
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,012 < 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya
pengaruh DPK terhadap ROA sebesar -4,073 atau -407,3%.
Kredit memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan Kredit, maka ROA akan
mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2012:9)
menyatakan bahwa penyaluran kredit memiliki pengaruh positif tidak
signifikan pada ROA.
Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210) bahwa
penyaluran kredit dapat dipengaruhi oleh suku bunga SBI, suku bunga
SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang
disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti
oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan
meningkatkan juga biaya bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku
bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga
akan mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada
bank.
Kredit merupakan aktivitas utama perbankan dalam
menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga kredit
meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit.
99
Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada
penurunan keuntungan/laba yang akan diperoleh bank. Kenaikan
bunga kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri.
Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini
berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan.
Pasca krisis ekonomi global, pertumbuhan kredit perbankan
mengalami perlambatan yang signifikan, terutama kredit dalam valuta
asing (valas). Selama tahun 2009, total kredit hanya tumbuh sekitar
10% (yoy). Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius karena
rendahnya penyaluran kredit berpotensi menimbulkan instabilitas.
Secara makro, dengan menurunnya pertumbuhan kredit, pertumbuhan
ekonomi ke depan dapat tertekan. Secara mikro, penurunan
pertumbuhan kredit dapat menyebabkan sektor korporasi dan rumah
tangga menjadi semakin sulit untuk mendapatkan pendanaan untuk
membiayai kegiatan usaha. Pada tahun 2009, meskipun kredit
mengalami perlambatan pertumbuhan, hal itu tidak mengurangi
kemampuan bank menghasilkan profit, bahkan lebih tinggi
dibandingkan dengan laba yang berhasil diperoleh pada 2008.
Perbankan juga berhasil menekan dampak resiko, terutama resiko
kredit, yang sempat meningkat sampai dengan pertengahan tahun
2009. Salah satu faktor yang tampaknya mendorong peningkatan
profitabilitas adalah upaya bank untuk memperlebar spread ditengah
tren penurunan BI rate. Upaya memperlebar spread itu menjadi
semakin mudah dilakukan setelah adanya kesepakatan sejumlah bank
100
terutama bank besar pada bulan agustus 2009 untuk menurunkan suku
bunga pinjaman agar mendekati BI rate. Meskipun tujuan akhir
kesepakatan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan kredit,
namun menjelang tujuan akhir itu tercapai, perbankan telah menikmati
dampak positifnya dari sisi kenaikan profitabilitas. Jadi meskipun
ROA cenderung mengalami peningkatan, namun hal tersebut tidak di
barengi dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan (Kajian
Stabilitas Keuangan Bank Indonesia, 2010).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap
(2006:108), menyatakan bahwa pertumbuhan kredit mempunya
pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
Rangkuman seluruh pengujian pengaruh antar variabel eksogen dan
endogen dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.11
Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan Endogen
Pengaruh antar variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan
SBI --> DPK -,553 0,000 Signifikan
INF --> DPK ,072 0,403
Tidak
Signifikan
SBI --> KREDIT ,061 0,000 Signifikan
INF --> KREDIT ,012 0,021 Signifikan
DPK --> KREDIT 1,030 0,000 Signifikan
SBI --> ROA -,273 0,048 Signifikan
INF --> ROA ,029 0,725
Tidak
Signifikan
DPK --> ROA 4,297 0,010 Signifikan
KREDIT --> ROA -4,073 0,012 Signifikan
(Sumber: Output AMOS 18)
101
e. Hasil Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit)
Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau
belum, maka dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) sebagai
berikut:
Table 4.12
Hasil Uji Goodness of Fit Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi
terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Penyaluran
Kredit Serta Dampaknya pada ROA
Laporan Statistik
Nilai Yang
direkomendasikan
Imam Ghozali (2008)
Hasil
Keterangan
Absolute Fit
Probabilitas χ2
Tidak signifikan
(p>0,05) -
Model tidak
cocok
χ2 / df
≤5
<2 - -
RMSEA
< 0,1
<0,05
<0,01
0.05 ≤ x ≤ 0,08
0,821
Poor Fit
GFI >0,9 1 Perfect Fit
Incremental Fit
AGFI ≥0,9 - -
TLI ≥0,9 - -
NFI ≥0,9 1 Perfect Fit
Parsimonious Fit
PNFI 0 – 1.0 0 Poor Fit
PGFI 0 – 1.0 - -
(Sumber: data diolah)
Hasil uji Goodness of Fit tersebut masih banyak yang tidak
terdefinisi maka pengujian tersebut dianggap kurang fit. Hal ini
disebabkan dalam model tersebut masih ada pengaruh antar variabel
yang tidak signifikan. Selanjutnya, peneliti akan melakukan analisis jalur
model trimming I. Analisis jalur model Trimming adalah model yang
102
digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur bila koefisien
betanya (eksogen) tidak signifikan. Dalam hal ini peneliti menghilangkan
salah satu jalur (panah) yang memiliki koefisien betanya tidak signifikan
dan yang memiliki probabilitas terbesar. Rangkuman hasil trimming
model dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 4.13
Hasil Uji Goodness of Fit setelah modifikasi
Indeks Goodness
of Fit
Cut Off Value
Hasil Uji
Sebelum
Trimming
Trimming 1
Absolute Fit
Probabilitas χ2
Tidak signifikan
(p>0,05) -
0.725
Df 0 1
χ2 / df
≤5
<2
-
0,123
RMSEA
< 0,1
<0,05
<0,01
0.05 ≤ x ≤ 0,08
0,821
0,000
GFI >0,9 1 0,999
Incremental Fit
AGFI ≥0,9 - 0,992
TLI ≥0,9 - 1,014
NFI ≥0,9 1 1
Parsimonious
Fit
PNFI 0 – 1.0 0 0,100
PGFI 0 – 1.0 - 0,067
(Sumber: data diolah)
Pada trimming pertama, jalur (panah) Inflasi pada Return On
Asset (ROA) dihilangkan karena memiliki probabilitas 0,725 > 0,05
(tidak signifikan). Dari hasil modifikasi I model analisis jalur dengan
menghilangkan jalur (panah) Inflasi pada Return On Asset (ROA).
Diperoleh indeks kesesuaian model yang cukup baik dan masih ada
103
pengaruh antar variabel yang tidak signifikan yang lebih dari 0,05. Dari
modifikasi pertama, maka dapat diperoleh hasil perhitungan dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.14
Hasil Perhitungan Pengaruh antar Variabel Setelah Trimming I
Pengaruh antar variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan
SBI --> DPK -,553 0,000 Signifikan
INF --> DPK ,072 0,403
Tidak
Signifikan
SBI --> KREDIT ,061 0,000 Signifikan
INF --> KREDIT ,012 0,021 Signifikan
DPK --> KREDIT 1,030 0,000 Signifikan
SBI --> ROA -,278 0,043 Signifikan
DPK --> ROA 4,165 0,011 Signifikan
KREDIT --> ROA -3,942 0,013 Signifikan
(Sumber: Output AMOS 18)
Dikarenakan terjadi trimming yaitu dengan membuang bagian
jalur yang tidak signifikan, maka dari itu penelitian selanjutnya bertujuan
sebagai berikut:
1) Untuk menganalisis pengaruh suku bunga SBI, Inflasi terhadap DPK.
2) Untuk menganalisis pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan DPK
terhadap penyaluran kredit.
3) Untuk menganalisis pengaruh sukui bunga SBI, DPK, dan penyaluran
kredit terhadap ROA.
3. Analisis Jalur Setelah Trimming I
Pengujian analisis jalur setelah trimming terdiri dari 3 (tiga)
substruktur. Yang pertama adalah pengaruh antara suku bunga SBI dan
inflasi terhadap dana pihak ketiga (DPK) secara parsial. Yang kedua
104
menganalisis pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan dana pihak ketiga
(DPK) terhadap penyaluran kredit baik secara simultan maupun parsial.
Yang ketiga menganalisis pengaruh suku bunga SBI, dana pihak ketiga
(DPK) dan penyaluran kredit terhadap ROA baik secara simultan maupun
parsial. Dari hasil perhitungan setelah trimming I dengan menggunakan
AMOS 18, maka dapat digambarkan diagram jalur setelah timming sebagai
berikut:
Gambar 4.10
Hasil Perhitungan Jalur Setelah Trimming I
(Sumber: Output AMOS 18)
Untuk melihat besarnya korelasi antar variabel eksogen setelah
trimming I dapat dilihat pada table 4.17. Korelasi antara suku bunga SBI
dan Inflasi kelompok Bank Umum tidak berbeda dengan analisis korelasi
sebelum trimming.
Tabel 4.15
Hasil Korelasi Antara Suku Bunga SBI dan Inflasi Setelah Trimming I
Korelasi antar variabel Estimasi Probabilitas
SBI <--> INF ,056 0,589
(Sumber: Output AMOS 18)
SBI
ROA
Inflasi
Kredit
DPK
e3
,381
e2
,998
e1
,306
,056
-,553
,072
-,278
,012
4,165
1,030
-3,942
,061
105
a. Analisis Jalur Substruktur I Setelah Trimming I
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur pertama
adalah sebagai berikut:
Gambar 4.11
Diagram Jalur Sub Struktur I Setelah Trimming I
(Sumber: Output AMOS 18)
Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk
ringkasan tabel sebagai berikut:
Tabel 4.16
Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, dan Inflasi
terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
Pengaruh antar
variabel Estimasi Probability R Square
SBI --> DPK -0,553 0,000 0,306
INF --> DPK 0,072 0,403
(Sumber: Output AMOS 18)
Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI dan Inflasi terhadap
DPK secara simultan 30,6%, sedangkan sisanya sebesar 69,4% (100%-
30,6%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model ini.
1) Pengarauh antara variabel suku bunga SBI terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
,072
-,553
,056
INFLASI
SBI DPK e1
,306
106
hubungan linear antara variabel suku bunga SBI dengan DPK.
Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap DPK sebesar -0,553 atau
-55,3%.
Suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap DPK. Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan
maka akan menurunkan jumlah DPK.
Pada umumnya kenaikan suku bunga SBI akan meningkatkan
pula jumlah DPK, peningkatan suku bunga SBI (instrument yang
dikeluarkan Bank Indonesia) akan berpengaruh terhadap suku bunga
depsito dan kredit perbankan. Kenaikan suku bunga SBI
menyebabkan perbankan harus melakukan penataan uang kembali
terhadap komposisi pendanaan maupun pembiayaan. Dari sisi
konsumen (deposan) meningkatnya suku bunga akan menyebabkan
dana pihak ketiga (DPK) perbankan meningkat.
Triadi (2010:3), mengatakan bahwa keberadaan bank
(konvensional dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis
sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dala m lalu lintas
pembayaran. Namun, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia
bank variabel ekonomi makro maupun variabel monoter yang
perkembangannya dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki
andil dalam penyerapan dana masyarakat yang dilakukan oleh
perbankan. Variabel-variabel tersebut dapat berupa tingkat inflasi,
tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, suku bunga
(interest rate), dan nilai tukar rupiah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra (2009:13), menyatakan bahwa
107
suku bunga SBI terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode
Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki pengaruh negatif atau
berlawan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Cahyono
(2009) dan Triadi (2010) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI
memberikan pengaruh berlawanan arah (negatif) dan signifikan
terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).
2) Pengaruh antara variabel Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,403 > 0,05. Maka
tidak cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, tidak
ada hubungan linear antara variabel inflasi dengan DPK. Besarnya
pengaruh inflasi terhadap DPK adalah sebesar 0,072 atau 0,72%.
Inflasi memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
DPK. Artinya, apabila inflasi mengalami kenaikan, maka jumlah DPK
akan mengalami kenaikan. Hasil ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Yunita (2007) bahwa inflasi memiliki pengaruh yang
negatif dan signifikan terhadap DPK. Ini berarti apabila terjadi
peningkatan inflasi, maka DPK akan mengalami penurunan
diakibatkan oleh penarikan dana oleh nasabah untuk memenuhi
kebutuhan konsumsinya. Selain tingkat suku bunga, besarnya saving
masyarakat juga dipengaruhi oleh tingkat inflasi ekonomi Negara.
Menurut teori Prof. Gregory Mankiw (2001:565) dalam Yunita
(2007:19), menjelaskan bahwa dalam kondisi makroekonomi dimana
terjadi perubahan tingkat harga akibat inflasi, kuantitas penawaran,
(supply) dan permintaan (demand) market of loanable funds
tergantung pada besarnya real interest rate.
108
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra (2009:13), menyatakan bahwa
tingkat Inflasi mempunyai pengaruh kecil terhadap DPK di 10 Bank
Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008. Wibowo
dan Suhendra menyatakan bahwa Inflasi terhadap DPK di 10 Bank
Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki
pengaruh positif atau searah. Hal ini terjadi kemungkinan dengan
kenaikan inflasi maka banyak masyarakat yang tidak mau
membelanjakan uangnya karena inflasi naik mengakibatkan jumlah
harga barang mahal sehingga mereka lebih suika menyimpan uangnya
di Bank.
b. Analisis Jalur Substruktur II Setelah Trimming I
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur kedua
adalah sebagai berikut:
Gambar 4.12
Diagram Jalur Subtruktur II Setelah Trimming I
(Sumber: Output AMOS 18)
Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk
ringkasan tabel sebagai berikut:
INFLASI
KREDIT
DPK
SBI
e2 ,998
,012
,061 1,030 ,056
109
Tabel 4.17
Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi,
dan DPK terhadap Penyaluran Kredit
Pengaruh antar variabel Estimasi Probability R square
SBI --> KREDIT ,061 0,000
0,998
INF --> KREDIT 0,12 0,021
DPK --> KREDIT 1,030 0,000
(Sumber: Output AMOS 18)
Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI, inflasi, dan dana
pihak ketiga (DPK) terhadap penyaluran kredit secara simultan adalah
99,8%, sedangkan sisanya sebesar 0,2% (100%-99,8%) dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain diluar model ini.
1) Pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap Kredit
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel suku bunga SBI terhadap kredit.
Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,061 atau
0,61%.
Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi
kenaikan suku bunga SBI, maka jumlah kredit yang disalurkan oleh
Bank Umum juga akan mengalami kenaikan.
Dalam kajian yang dilakukan oleh kantor Bank Indonesia
Ambon (2007) dalam Musaddad (2010:98), kenaikan harga BBM
yang diikuti kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan
suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan
110
baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK
telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas
perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya
kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain
meningkatnya kapasitas kredit. Peningkatan kapasitas kredit ini telah
meningkatkan penawaran kredit yang ditandai dengan hasil regresi
terhadap data yang menunjukan kapasitas kredit signifikan
mempengaruhi realisasi kredit.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Bancin (2005:4) yang menyatakan bahwa suku bunga
SBI memiliki pengaruh positif signifikan.
2) Pengaruh Variabel Inflasi terhadap Kredit
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,021 < 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel inflasi dengan kredit. Besarnya
pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,012 atau 0,12%.
Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi, maka
jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami
kenaikan, begitu juga sebaliknya.
Menurut Bank Indonesia (2007:52) dalam Musadad
(2010:116), kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan
suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan
111
baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK
telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas
perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya
kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain
meningkatnya kapasitas kredit atau penawaran kredit kepada
masyarakat.
Dalam prakteknya, setiap bank mempunyai target kredit yang
harus disalurkan untuk suatu periode tertentu, maka bank akan
melakukan strategi penawaran kredit sampai mencapai target yang
diinginkan. Hal inilah yang menyebabkan inflasi berpengaruh positif
terhadap kredit.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Musaddad (2010:98) yang menyatakan bahwa Inflasi
memiliki pengaruh positif dan signifikan.
3) Pengaruh Variabel DPK terhadap Kredit
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel DPK dengan kredit. Besar pengaruh
DPK terhadap kredit adalah sebesar 1,030 atau 103,0%.
DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka jumlah kredit
juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya.
Menurut Sugiarto (2006:4), dana pihak ketiga (DPK)
112
merupakan simpanan-simpanan yang dilakukan nasabah pada bank
berupa giro, tabungan, deposito dan bentuk lain yang dipersamakan
dengan itu. Dalam hal ini bank bertugas memberikan pelayanan
kepada masyarakat dan bertindak selaku perantara keuangan bagi
masyarakat. Oleh karena itu, bank harus selalu berada ditengah
masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat
dihimpun dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Semakin tinggi
jumlah DPK yang dimiliki bank memang semestinya tinggi juga
penyaluran dana tersebut dalam bentuk kredit karena sesuai fungsi
utama bank adalah sebagai lembaga intermediary. Selain itu bila tidak
disalurkan kembali DPK yang diperoleh memiliki beban bunga yang
harus dibayarkan kepada nasabah tentunya hal tersebut akan
merugikan bank.
Penelitian ini juga menunjukan bahwa peran intermediasi
perbankan dalam menghidupkan sektor UMKM di Indonesia masih
sangat dipengaruhi oleh jumlah dana pihak ketiga yang berhasil
dihimpun bank umum di Indonesia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Haryati
(2009), Nona (2009), Pratama (2010) bahwa DPK secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.
c. Analisis Jalur Substruktur III Setelah Trimming I
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur ketiga
adalah sebagai berikut:
113
Gambar 4.13
Diagram Jalur Subtruktur III setelah trimming I
(Sumber: Output AMOS 18)
Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk
ringkasan table sebagai berikut:
Tabel 4.18
Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK,
dan Penyaluran Kredit terhadap ROA
Pengaruh antar variabel Estimasi Probability R square
SBI --> ROA -,278 0,043
0,381 DPK --> ROA 4,165 0,011
KREDIT --> ROA -3,942 0,013
(Sumber: Output AMOS 18)
Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI, dana pihak ketiga
(DPK), dan penyaluran kredit terhadap ROA secara simultan adalah
38,1%, sedangkan sisanya sebesar 61,9% (100%-38,1%) dipengaruhi
oleh variabel-variabel lain diluar model ini.
1) Pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap ROA
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,043 < 0,05. Maka
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel suku bunga SBI dengan ROA.
DPK
SBI ROA
KREDIT
e3
,381
-,278
-3,942
4,165
114
Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap ROA sebesar -0,278
atau -27,8%.
Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan pada ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga
SBI maka ROA akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad
(2010:120) dan Sophan (2013:110), menyatakan bahwa suku bunga
SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210), bahwa suku
bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang
disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti
oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan
meningkatkan juga biaya bunga kredit.
Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku
bunga kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat
masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank. Kredit merupakan
aktivitas utama perbankan dalam menghasilkan keuntungan. Apabila
tingkat suku bunga kredit meningkat maka akan direspon dengan
penurunan permintaan kredit. Dengan menurunnya permintaan kredit
maka akan berimbas pada penurunan keuntungan/laba yang akan
diperoleh bank. Kenaikan bunga kredit tentu akan menghambat
pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara pendapatan dari sektor
kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada profitabilitas bank
yang bersangkutan.
115
2) Pengaruh variabel dana pihak ketiga (DPK) terhadap ROA
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,011 < 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya
pengaruh DPK terhadap ROA sebesar 4,165 atau 416,5%.
DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka ROA juga akan
mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad (2010:101), bahwa
DPK memiliki pengaruh negatif signifikan pada ROA.
Hal ini dikarenakan apabila jika DPK tinggi berarti masyarakat
mempercayakan uangnya untuk dikelola bank. Total DPK diperoleh
dengan menjumlahkan rekening dari dana pihak ketiga yaitu
tabungan, giro, dan deposito. Kemampuan bank dalam menyalurkan
kredit terhadap dana pihak ketiga yang terkumpul adalah tinggi, maka
semakin tinggi pula kredit yang diberikan pihak bank. Ketika tingkat
penyaluran kredit suatu bank meningkat maka bank tersebut dapat
mengoptimalkan kegiatan pokoknya sebagai penyalur dana kepada
masyarakat sehingga tingkat laba yang dihasilkan pun meningkat.
Dengan kata lain kenaikan DPK akan meningkatkan ROA, sehingga
kinerja keuangan bank akan semakin baik (dengan asumsi bank
tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah
kredit macet akan kecil).
116
Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana yang bersumber
dari masyarakat luas merupakan sumber penting untuk aktivitas
operasional bank dan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu bank
apabila bank dapat menanggung biaya operasinya dari sumber dana
ini (Kasmir, 2012:59).
Bank diharapkan selalu berada ditengah masyarakat, agar
aliran uang dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dapat
ditampung kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat.
Keuntungan utama bank berasal dari sumber-sumber dana dengan
bunga yang akan diterima dari alokasi tertentu. DPK meningkat maka
bank mempunyai peluang serta kesempatan yang lebih besar untuk
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Dapat dikatakan DPK
memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas yang dihitung
dengan rasio ROA (Anggreni dan Sadha Suardhika, 2014:32).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Anggreni dan Suardhika (2014:32), menyatakan bahwa dana
pihak ketiga (DPK) mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA.
3) Pengaruh variabel kredit terhadap ROA
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,013 < 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya
pengaruh DPK terhadap ROA sebesar -3,942 atau -394,2%.
117
Kredit memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan Kredit, maka ROA akan
mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2012:9),
menyatakan bahwa penyaluran kredit memiliki pengaruh positif tidak
signifikan pada ROA.
Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210) bahwa
penyaluran kredit dapat dipengaruhi oleh suku bunga SBI, suku bunga
SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang
disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti
oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan
meningkatkan juga biaya bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku
bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga
akan mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada
bank. Kredit merupakan aktivitas utama perbankan dalam
menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga kredit
meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit.
Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada
penurunan keuntungan/laba yang akan diperoleh bank. Kenaikan
bunga kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri.
Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini
berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan.
Pasca krisis ekonomi global, pertumbuhan kredit perbankan
mengalami perlambatan yang signifikan, terutama kredit dalam valuta
asing (valas). Selama tahun 2009, total kredit hanya tumbuh sekitar
10% (yoy). Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius karena
118
rendahnya penyaluran kredit berpotensi menimbulkan instabilitas.
Secara makro, dengan menurunnya pertumbuhan kredit, pertumbuhan
ekonomi ke depan dapat tertekan. Secara mikro, penurunan
pertumbuhan kredit dapat menyebabkan sektor korporasi dan rumah
tangga menjadi semakin sulit untuk mendapatkan pendanaan untuk
membiayai kegiatan usaha. Pada tahun 2009, meskipun kredit
mengalami perlambatan pertumbuhan, hal itu tidak mengurangi
kemampuan bank menghasilkan profit, bahkan lebih tinggi
dibandingkan dengan laba yang berhasil diperoleh pada 2008.
Perbankan juga berhasil menekan dampak resiko, terutama resiko
kredit, yang sempat meningkat sampai dengan pertengahan tahun
2009. Salah satu faktor yang tampaknya mendorong peningkatan
profitabilitas adalah upaya bank untuk memperlebar spread ditengah
tren penurunan BI rate. Upaya memperlebar spread itu menjadi
semakin mudah dilakukan setelah adanya kesepakatan sejumlah bank
terutama bank besar pada bulan agustus 2009 untuk menurunkan suku
bunga pinjaman agar mendekati BI rate. Meskipun tujuan akhir
kesepakatan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan kredit,
namun menjelang tujuan akhir itu tercapai, perbankan telah menikmati
dampak positifnya dari sisi kenaikan profitabilitas. Jadi meskipun
ROA cenderung mengalami peningkatan, namun hal tersebut tidak di
barengi dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan (Kajian
Stabilitas Keuangan Bank Indonesia, 2010).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap
(2006:108), menyatakan bahwa pertumbuhan kredit mempunya
pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
119
d. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) setelah trimming I
Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau
belum, maka dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) sebagai
berikut:
Table 4.19
Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming
Laporan
Statistik
Nilai yang
Direkomendasikan
(Imam Ghozali, 2008)
Hasil
Keterangan
Absolute Fit
Probabilitas χ2 Tidak signifikan (p>0,05)
0,725
Model
cocok
Df
1 Good fit
χ2 / df
≤5
<2 0,123
Good fit
RMSEA
< 0,1
<0,05
<0,01
0.05 ≤ x ≤ 0,08
0,000
Good fit
GFI >0,9 1 Good fit
Incremental Fit
AGFI ≥0,9 0,999 Good fit
TLI ≥0,9 1,014 Good fit
NFI ≥0,9 1 Good fit
Parsimonious Fit
PNFI 0 – 1.0 0,100
Lebih besar
lebih baik
PGFI 0 – 1.0 0,067
Lebih besar
lebih baik
(Sumber: data diolah)
Dilihat dari nilai Chi-square sebesar 0,123 dengan profitabilitas
0,725 yang jauh di atas 0,05 dapat disimpulkan bahwa data empiris
sesuai dengan model. Begitu juga apabila dilihat dari kriteria fit lainnya
seperti CMIN/DF (χ2/df) sebesar 0,123 yang dapat disimpulkan bahwa
model sangat baik karena dibawah 2. Begitu juga apabila dilihat dari
120
kriteria fit lainnya seperti GFI, AGFI, TLI dan NFI yang nilainya diatas
0,90 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik. Nilai PNFI dan
PGFI masih relative kecil yang menunjukan bahwa tidak ada perbedaan
model yang signifikan. Menurut Ghozali (2008) apabila salah satu
kriteria tidak fit maka dapat melihat kriteria lainnya.
e. Hubungan Langsung dan Tidak Langsung
Beberapa pengaruh langsung dan tidak langsung melalui dana
pihak ketiga (DPK), kredit serta melalui DPK dan kredit dan pengaruh
total dari suku bunga SBI, Inflasi, DPK, dan kredit terhadap Return On
Asset (ROA) dapat dilihat pada tabel uraian sebagai berikut:
Tabel 4.20
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, dan Pengaruh
Total tentang SBI (X1), Inflasi (X2), DPK (Y1),
dan Kredit (Y2) pada ROA (Z)
Pengaruh Variabel
Pengaruh Kausal
Langsung Tidak
Langsung
Melalui Y
Total
X1 → Y1 -0,553 -0,553
X1 → Y2 0,061 -0,570 0-,509
X2 → Y1 0,072 0,072
X2 → Y2 0,012 0,074 0,086
X1 → Z -0,278 0-,297 (-0,0575
+ - 0,240)
-0,575
Y1 → Y2 1,030 1,030
Y1 → Z 4,165 -4,060 (1,030 x
-3,942)
0,104
Y2 → Z -3,942 -3,942
(Sumber: data diolah)
121
1) Pengaruh antara variabel suku bunga SBI terhadap dana pihak ketiga
(DPK).
Suku bunga SBI memiliki pengaruh total terhadap DPK
sebesar -0,553.
2) Pengaruh antara variabel suku bunga SBI terhadap kredit.
Suku bunga SBI memiliki pengaruh langsung terhadap kredit
sebesar 0,061. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap kredit melalui
DPK sebesar -0,570 (-0,553 x 1,030). Pengaruh total suku bunga SBI
terhadap kredit sebesar -0,509 (0,61 + -0,570).
3) Pengaruh antara variabel inflasi terhadap dana pihak ketiga (DPK).
Inflasi memiliki pengaruh total terhadap Dana Pihak Ketiga
(DPK) sebesar 0,072.
4) Pengaruh antara variabel inflasi terhadap kredit.
Inflasi memiliki pengaruh langsung terhadap kredit sebesar
0,012. Pengaruh tidak langsung Inflasi terhadap kredit melalui DPK
sebesar 0,074 (0,072 x 1,030). Pengaruh total suku bunga SBI
terhadap kredit sebesar 0,086 (0,012 + 0,074).
5) Pengaruh antara variabel SBI terhadap ROA.
SBI memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar -
0,278. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap ROA melalui DPK
sebesar -0,0575 (-0,553 x 0,104).
SBI memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar -
0,278. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap ROA melalui kredit
122
sebesar -0,240 (0,061 x -3,942). Jadi pengaruh tidak langsung SBI
terhadap ROA melalui DPK dan kredit sebesar -0,297 (-0,0575 + -
0,240).
Pengaruh total SBI terhadap ROA sebesar -0,575 [-0,278 + (-
0,0575) + (-0,240)].
6) Pengaruh antara variabel DPK terhadap kredit.
DPK memiliki pengaruh total terhadap kredit sebesar 1,030.
7) Pengaruh antara variabel DPK terhadap ROA.
DPK memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar
4,165. Pengaruh tidak langsung DPK terhadap ROA melalui kredit
sebesar -4,060 (1,030 x -3,942). Pengaruh total DPK terhadap ROA
sebesar 0,104 [4,165 + -4,060 (1,030 x -3,942)]
8) Pengaruh antara variabel kredit terhadap ROA.
Kredit memiliki pengaruh total terhadap ROA sebesar -3,942.
4. Analisis Jalur Setelah Trimming II
Hasil uji Goodness of Fit trimming I masih ada pengaruh antar
variabel yang tidak signifikan. Selanjutnya, peneliti akan melakukan analisis
jalur model trimming II. Analisis jalur model Trimming adalah model yang
digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur bila koefisien betanya
(eksogen) tidak signifikan. Dalam hal ini peneliti menghilangkan salah satu
jalur (panah) yang memiliki koefisien betanya tidak signifikan dan yang
memiliki probabilitas terbesar. Rangkuman hasil trimming model dapat
dilihat pada tabel berikut.
123
Table 4.21
Hasil Uji Goodness of Fit setelah modifikasi
Indeks Goodness
of Fit
Cut Off
Value
Hasil Uji
Sebelum
Trimming
Trimming 1
Trimming II
Absolute Fit
Probabilitas χ2
Tidak
signifikan
(p>0,05) -
0,725
0,403
Df 0 1 2
χ2 / df
≤5
<2 -
0,123
0,410
RMSEA
< 0,1
<0,05
<0,01
0.05 ≤ x ≤
0,08
0,821
0,000
0,000
GFI >0,9 1 0,999 0,997
Incremental Fit
AGFI ≥0,9 - 0,992 0,974
TLI ≥0,9 - 1,014 1,009
NFI ≥0,9 1 1 0,999
Parsimonious Fit
PNFI 0 – 1.0 0 0,100 0,200
PGFI 0 – 1.0 - 0,067 0,133 (Sumber: Output AMOS 18)
Pada trimming kedua, jalur (panah) Inflasi pada Dana Pihak Ketiga
(DPK) dihilangkan karena memiliki probabilitas 0,403 > 0,05 (tidak
signifikan). Dari hasil modifikasi model analisis jalur dengan
menghilangkan jalur (panah) Inflasi pada Dana Pihak Ketiga (DPK).
Diperoleh indeks kesesuaian model yang cukup baik dan sudah tidak ada
menunjukan profitabilitas yang lebih dari 0,05.
Dari modifikasi kedua, maka dapat diperoleh hasil perhitungan
dalam tabel sebagai berikut:
124
Tabel 4.22
Hasil Perhitungan Pengaruh Antar Variabel Setelah Trimming II
Pengaruh antar variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan
SBI --> DPK -,549 0,000 Signifikan
SBI --> KREDIT ,061 0,000 Signifikan
INF --> KREDIT ,012 0,021 Signifikan
DPK --> KREDIT 1,031 0,000 Signifikan
SBI --> ROA -,278 0,042 Signifikan
DPK --> ROA 4,164 0,011 Signifikan
KREDIT --> ROA -3,937 0,013 Signifikan
(Sumber: Output AMOS 18)
Dikarenakan terjadi trimming yaitu dengan membuang bagian jalur
yang tidak signifikan, maka dari itu penelitian selanjutnya bertujuan sebagai
berikut:
a. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga SBI terhadap DPK.
b. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan DPK terhadap
penyaluran kredit.
c. Untuk menganalisis pengaruh sukui bunga SBI, DPK, dan penyaluran
kredit terhadap ROA.
Pengujian analisis jalur setelah trimming II terdiri dari 3 (tiga)
substruktur. Yang pertama adalah pengaruh antara suku bunga SBI terhadap
dana pihak ketiga (DPK) secara parsial. Yang kedua menganalisis pengaruh
suku bunga SBI, inflasi, dan dana pihak ketiga (DPK) terhadap penyaluran
kredit baik secara simultan maupun parsial. Yang ketiga menganalisis
pengaruh suku bunga SBI, dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit
terhadap ROA baik secara simultan maupun parsial. Dari hasil perhitungan
setelah trimming II dengan menggunakan AMOS 18, maka dapat
digambarkan diagram jalur setelah timming II sebagai berikut:
125
Gambar 4.14
Hasil Perhitungan Jalur Setelah Trimming II
(Sumber: Output AMOS 18)
Untuk melihat besarnya korelasi antar variabel eksogen setelah
trimming II dapat dilihat pada table 4.25. korelasi antara suku bunga SBI
dan Inflasi kelompok Bank Umum tidak berbeda dengan analisis korelasi
sebelum trimming I.
Tabel 4.23
Hasil Korelasi Antara Suku Bunga SBI dan
Inflasi Setelah Trimming II
Korelasi antar variabel Estimasi Probabilitas
SBI <--> INF ,056 0,589
(Sumber: Output AMOS 18)
a. Analisis Jalur Substruktur I Setelah Trimming II
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur pertama
adalah sebagai berikut:
SBI
ROA
Inflasi
Kredit
DPK
e3
,381
e2
,998
e1
,306
,056
-,549
-,278
,012
4,164
1,031
-3,937
,061
126
Gambar 4.15
Diagram Jalur Sub Struktur I Setelah Trimming II
(Sumber: Output AMOS 18)
Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk
ringkasan tabel sebagai berikut:
Tabel 4.24
Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, dan Inflasi
terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
Pengaruh antar variabel Estimasi Probability R Square
SBI --> DPK -0,549 0,000
0,301
(Sumber: Output AMOS 18)
Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap DPK
secara parsial 30,1%, sedangkan sisanya sebesar 69,9% (100%-30,1%)
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model ini.
1) Pengarauh antara variabel suku bunga SBI terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linear antara variabel suku bunga SBI dengan DPK.
Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap DPK sebesar -0,549 atau
-54,9%.
-,549
SBI
DPK e1 ,301
127
Suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap DPK. Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan
maka akan menurunkan jumlah DPK.
Pada umumnya kenaikan suku bunga SBI akan meningkatkan
pula jumlah DPK, peningkatan suku bunga SBI (instrument yang
dikeluarkan Bank Indonesia) akan berpengaruh terhadap suku bunga
depsito dan kredit perbankan. Kenaikan suku bunga SBI
menyebabkan perbankan harus melakukan penataan uang kembali
terhadap komposisi pendanaan maupun pembiayaan. Dari sisi
konsumen (deposan) meningkatnya suku bunga akan menyebabkan
dana pihak ketiga (DPK) perbankan meningkat.
Triadi (2010:3), mengatakan bahwa keberadaan bank
(konvensional dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis
sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Namun, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia
bank variabel ekonomi makro maupun variabel monoter yang
perkembangannya dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki
andil dalam penyerapan dana masyarakat yang dilakukan oleh
perbankan. Variabel-variabel tersebut dapat berupa tingkat inflasi,
tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, suku bunga
(interest rate), dan nilai tukar rupiah.
128
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra (2009:13), menyatakan bahwa
suku bunga SBI terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode
Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki pengaruh negatif atau
berlawan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Cahyono
(2009) dan Triadi (2010) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI
memberikan pengaruh berlawanan arah (negatif) dan signifikan
terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).
b. Analisis Jalur Substruktur II Setelah Trimming II
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur kedua
adalah sebagai berikut:
Gambar 4.16
Diagram Jalur Subtruktur II Setelah Trimming II
(Sumber: Output AMOS 18)
Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk
ringkasan table sebagai berikut:
INFLASI
KREDIT
DPK
SBI
e2 ,998
,012
,061 1,031 ,056
129
Tabel 4.25
Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi,
dan DPK terhadap Penyaluran Kredit
Pengaruh antar Variabel Estimasi Probability R square
SBI --> KREDIT ,061 0,000
0,998
INF --> KREDIT 0,12 0,021
DPK --> KREDIT 1,031 0,000
(Sumber: Output AMOS 18)
Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI, inflasi, dan dana
pihak ketiga (DPK) terhadap penyaluran kredit secara simultan adalah
99,8%, sedangkan sisanya sebesar 0,2% (100%-99,8%) dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain diluar model ini.
1) Pengaruh Variabel Suku Bunga SBI terhadap Kredit
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel suku bunga SBI terhadap kredit.
Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,061 atau
0,61%.
Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi
kenaikan suku bunga SBI, maka jumlah kredit yang disalurkan oleh
Bank Umum juga akan mengalami kenaikan.
Dalam kajian yang dilakukan oleh kantor Bank Indonesia
Ambon (2007) dalam Musaddad (2010:98), kenaikan harga BBM
yang diikuti kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan
suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan
130
baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK
telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas
perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya
kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain
meningkatnya kapasitas kredit. Peningkatan kapasitas kredit ini telah
meningkatkan penawaran kredit yang ditandai dengan hasil regresi
terhadap data yang menunjukan kapasitas kredit signifikan
mempengaruhi realisasi kredit.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Bancin (2005:4) yang menyatakan bahwa suku bunga
SBI memiliki pengaruh positif signifikan.
2) Pengaruh Variabel Inflasi terhadap Kredit
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,021 < 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel inflasi dengan kredit. Besarnya
pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,012 atau 0,12%.
Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi, maka
jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami
kenaikan, begitu juga sebaliknya.
Menurut Bank Indonesia (2007:52) dalam Musadad
(2010:116) kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan
suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan
131
baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK
telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas
perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya
kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain
meningkatnya kapasitas kredit atau penawaran kredit kepada
masyarakat.
Dalam prakteknya, setiap bank mempunyai target kredit yang
harus disalurkan untuk suatu periode tertentu, maka bank akan
melakukan strategi penawaran kredit sampai mencapai target yang
diinginkan. Hal inilah yang menyebabkan inflasi berpengaruh positif
terhadap kredit.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Musaddad (2010:98) yang menyatakan bahwa Inflasi
memiliki pengaruh positif dan signifikan.
3) Pengaruh Variabel DPK terhadap Kredit
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel DPK dengan kredit. Besar pengaruh
DPK terhadap kredit adalah sebesar 1,031 atau 103,1%.
DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka jumlah kredit
juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya.
132
Menurut Sugiarto (2006:4) dana pihak ketiga (DPK)
merupakan simpanan-simpanan yang dilakukan nasabah pada bank
berupa giro, tabungan, deposito dan bentuk lain yang dipersamakan
dengan itu. Dalam hal ini bank bertugas memberikan pelayanan
kepada masyarakat dan bertindak selaku perantara keuangan bagi
masyarakat. Oleh karena itu, bank harus selalu berada ditengah
masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat
dihimpun dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Semakin tinggi
jumlah DPK yang dimiliki bank memang semestinya tinggi juga
penyaluran dana tersebut dalam bentuk kredit karena sesuai fungsi
utama bank adalah sebagai lembaga intermediary. Selain itu bila tidak
disalurkan kembali DPK yang diperoleh memiliki beban bunga yang
harus dibayarkan kepada nasabah tentunya hal tersebut akan
merugikan bank.
Penelitian ini juga menunjukan bahwa peran intermediasi
perbankan dalam menghidupkan sektor UMKM di Indonesia masih
sangat dipengaruhi oleh jumlah dana pihak ketiga yang berhasil
dihimpun bank umum di Indonesia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Haryati
(2009), Nona (2009), Pratama (2010) bahwa DPK secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.
133
c. Analisis Jalur Substruktur III Setelah Trimming II
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur ketiga
adalah sebagai berikut:
Gambar 4.17
Diagram Jalur Subtruktur III setelah trimming II
(Sumber: Output AMOS 18)
Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk
ringkasan tabel sebagai berikut:
Tabel 4.26
Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi,
DPK, dan Penyaluran Kredit terhadap ROA
Pengaruh antar variabel Estimasi Probability R square
SBI --> ROA -,278 0,042
0,381 DPK --> ROA 4,165 0,011
KREDIT --> ROA -3,942 0,013
(Sumber: Output AMOS 18)
Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI, dana pihak ketiga
(DPK), dan penyaluran kredit terhadap ROA secara simultan adalah
38,1%, sedangkan sisanya sebesar 61,9% (100%-38,1%) dipengaruhi
oleh variabel-variabel lain diluar model ini.
DPK
SBI ROA
KREDIT
e3
,381
-,278
-3,942
4,165
134
1) Pengaruh Variabel Suku Bunga SBI terhadap ROA
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,042 < 0,05. Maka
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel suku bunga SBI dengan ROA.
Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap ROA sebesar -0,278
atau -27,8%.
Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan pada ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga
SBI maka ROA akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad
(2010:120) dan Sophan (2013:110) menyatakan bahwa suku bunga
SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210) bahwa suku
bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang
disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti
oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan
meningkatkan juga biaya bunga kredit.
Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku
bunga kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat
masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank. Kredit merupakan
aktivitas utama perbankan dalam menghasilkan keuntungan. Apabila
tingkat suku bunga kredit meningkat maka akan direspon dengan
135
penurunan permintaan kredit. Dengan menurunnya permintaan kredit
maka akan berimbas pada penurunan keuntungan/laba yang akan
diperoleh bank. Kenaikan bunga kredit tentu akan menghambat
pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara pendapatan dari sektor
kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada profitabilitas bank
yang bersangkutan.
2) Pengaruh Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap ROA
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,011 < 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya
pengaruh DPK terhadap ROA sebesar 4,164 atau 416,4%.
DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka ROA juga akan
mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad (2010:101), bahwa
DPK memiliki pengaruh negatif signifikan pada ROA.
Hal ini dikarenakan apabila jika DPK tinggi berarti masyarakat
mempercayakan uangnya untuk dikelola bank. Total DPK diperoleh
dengan menjumlahkan rekening dari dana pihak ketiga yaitu
tabungan, giro, dan deposito. Kemampuan bank dalam menyalurkan
kredit terhadap dana pihak ketiga yang terkumpul adalah tinggi, maka
semakin tinggi pula kredit yang diberikan pihak bank. Ketika tingkat
penyaluran kredit suatu bank meningkat maka bank tersebut dapat
136
mengoptimalkan kegiatan pokoknya sebagai penyalur dana kepada
masyarakat sehingga tingkat laba yang dihasilkan pun meningkat.
Dengan kata lain kenaikan DPK akan meningkatkan ROA, sehingga
kinerja keuangan bank akan semakin baik (dengan asumsi bank
tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah
kredit macet akan kecil).
Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana yang bersumber
dari masyarakat luas merupakan sumber penting untuk aktivitas
operasional bank dan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu bank
apabila bank dapat menanggung biaya operasinya dari sumber dana
ini (Kasmir, 2012:59).
Bank diharapkan selalu berada ditengah masyarakat, agar
aliran uang dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dapat
ditampung kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat.
Keuntungan utama bank berasal dari sumber-sumber dana dengan
bunga yang akan diterima dari alokasi tertentu. DPK meningkat maka
bank mempunyai peluang serta kesempatan yang lebih besar untuk
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Dapat dikatakan DPK
memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas yang dihitung
dengan rasio ROA (Anggreni dan Suardhika, 2014:32).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Anggreni dan Suardhika (2014:32), menyatakan bahwa dana
pihak ketiga (DPK) mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA.
137
3) Pengaruh Variabel Kredit terhadap ROA
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,013 < 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya
pengaruh DPK terhadap ROA sebesar -3,937 atau -393,7%.
Kredit memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan Kredit, maka ROA akan
mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2012:9),
menyatakan bahwa penyaluran kredit memiliki pengaruh positif tidak
signifikan pada ROA.
Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210) bahwa
penyaluran kredit dapat dipengaruhi oleh suku bunga SBI, suku bunga
SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang
disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti
oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan
meningkatkan juga biaya bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku
bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga
akan mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada
bank. Kredit merupakan aktivitas utama perbankan dalam
menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga kredit
meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit.
Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada
penurunan keuntungan/laba yang akan diperoleh bank. Kenaikan
bunga kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri.
Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini
berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan.
138
Pasca krisis ekonomi global, pertumbuhan kredit perbankan
mengalami perlambatan yang signifikan, terutama kredit dalam valuta
asing (valas). Selama tahun 2009, total kredit hanya tumbuh sekitar
10% (yoy). Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius karena
rendahnya penyaluran kredit berpotensi menimbulkan instabilitas.
Secara makro, dengan menurunnya pertumbuhan kredit, pertumbuhan
ekonomi ke depan dapat tertekan. Secara mikro, penurunan
pertumbuhan kredit dapat menyebabkan sektor korporasi dan rumah
tangga menjadi semakin sulit untuk mendapatkan pendanaan untuk
membiayai kegiatan usaha. Pada tahun 2009, meskipun kredit
mengalami perlambatan pertumbuhan, hal itu tidak mengurangi
kemampuan bank menghasilkan profit, bahkan lebih tinggi
dibandingkan dengan laba yang berhasil diperoleh pada 2008.
Perbankan juga berhasil menekan dampak resiko, terutama resiko
kredit, yang sempat meningkat sampai dengan pertengahan tahun
2009. Salah satu faktor yang tampaknya mendorong peningkatan
profitabilitas adalah upaya bank untuk memperlebar spread ditengah
tren penurunan BI rate. Upaya memperlebar spread itu menjadi
semakin mudah dilakukan setelah adanya kesepakatan sejumlah bank
terutama bank besar pada bulan agustus 2009 untuk menurunkan suku
bunga pinjaman agar mendekati BI rate. Meskipun tujuan akhir
kesepakatan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan kredit,
namun menjelang tujuan akhir itu tercapai, perbankan telah menikmati
dampak positifnya dari sisi kenaikan profitabilitas. Jadi meskipun
ROA cenderung mengalami peningkatan, namun hal tersebut tidak di
barengi dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan (Kajian
Stabilitas Keuangan Bank Indonesia, 2010).
139
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap
(2006:108), menyatakan bahwa pertumbuhan kredit mempunya
pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
d. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) setelah trimming II
Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau
belum, maka dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) sebagai
berikut:
Table 4.27
Hasil Uji Goodness of Fit Setelah trimming II
Laporan Statistik
Nilai yang
Direkomendasikan
(Imam Ghozali, 2008)
Hasil
Keterangan
Absolute Fit
Probabilitas χ2
Tidak signifikan
(p>0,05)
0,403
Model
cocok
Df
2 Good fit
χ2 / df
≤5
<2
0,410
Good fit
RMSEA
< 0,1
<0,05
<0,01
0.05 ≤ x ≤ 0,08
0,000
Good fit
GFI >0,9 0,997 Good fit
Incremental Fit
AGFI ≥0,9 0,974 Good fit
TLI ≥0,9 1,009 Good fit
NFI ≥0,9 0,999 Good fit
Parsimonious Fit
PNFI 0 – 1.0 0,200
Lebih besar
lebih baik
PGFI 0 – 1.0 0,133
Lebih besar
lebih baik
(Sumber: data diolah)
140
Dilihat dari nilai Chi-square sebesar 0,410 dengan profitabilitas
0,403 yang jauh di atas 0,05 dapat disimpulkan bahwa data empiris
sesuai dengan model. Begitu juga apabila dilihat dari kriteria fit lainnya
seperti CMIN/DF (χ2/df) sebesar 0,410 yang dapat disimpulkan bahwa
model sangat baik karena dibawah 2. Begitu juga apabila dilihat dari
kriteria fit lainnya seperti GFI, AGFI, TLI dan NFI yang nilainya diatas
0,90 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik. Nilai PNFI dan
PGFI masih relative kecil yang menunjukan bahwa tidak ada perbedaan
model yang signifikan. Menurut Ghozali (2008) apabila salah satu
kriteria tidak fit maka dapat melihat kriteria lainnya.
e. Hubungan Langsung dan Tidak Langsung
Beberapa pengaruh langsung dan tidak langsung melalui dana
pihak ketiga (DPK), kredit serta melalui DPK dan kredit dan pengaruh
total dari suku bunga SBI, Inflasi, DPK, dan kredit terhadap Return On
Asset (ROA) dapat dilihat pada tabel uraian sebagai berikut:
Table 4.28
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, dan Pengaruh
Total tentang SBI (X1), Inflasi (X2), DPK (Y1),
dan Kredit (Y2) pada ROA (Z)
Pengaruh Variabel Pengaruh Kausal
Langsung Tidak Langsung
Melalui Y
Total
X1 → Y1 -0,549 -0,549
X1 → Y2 0,061 -0,566 0-,509
X2 → Y2 0,012 0,012
X1 → Z -0,278 0-,296 (-0,0575 +
- 0,240)
-0,574
Y1 → Y2 1,031 1,031
Y1 → Z 4,164 -4,060 (1,031 x -
3,937).
0,104
Y2 → Z -3,937 -3,937
(Sumber: data diolah)
141
1) Pengaruh antara variabel suku bunga SBI terhadap dana pihak ketiga
(DPK).
Suku bunga SBI memiliki pengaruh total terhadap DPK
sebesar -0,549.
2) Pengaruh antara variabel suku bunga SBI terhadap kredit.
Suku bunga SBI memiliki pengaruh langsung terhadap kredit
sebesar 0,061. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap kredit melalui
DPK sebesar -0,566 (-0,549 x 1,031). Pengaruh total suku bunga SBI
terhadap kredit sebesar -0,505 (0,061 + -0,566).
3) Pengaruh antara variabel inflasi terhadap kredit 0,012.
Inflasi memiliki pengaruh total terhadap kredit sebesar 0,012.
4) Pengaruh antara variabel inflasi terhadap kredit.
Inflasi memiliki pengaruh langsung terhadap kredit sebesar
0,012.
5) Pengaruh antara variabel SBI terhadap ROA.
SBI memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar -
0,278. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap ROA melalui DPK
sebesar -0,296 (-0,549 x 0,104).
SBI memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar -
0,278. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap ROA melalui kredit
sebesar -0,240 (0,061 x -3,942). Jadi pengaruh tidak langsung SBI
terhadap ROA melalui DPK dan kredit sebesar -0,297 (-0,0575 + -
0,240). Pengaruh total SBI terhadap ROA sebesar -0,574 [-0,278 + (-
0,0575) + (-0,240)].
142
6) Pengaruh antara variabel DPK terhadap kredit.
DPK memiliki pengaruh total terhadap kredit sebesar 1,031.
7) Pengaruh antara variabel DPK terhadap ROA.
DPK memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar
4,164. Pengaruh tidak langsung DPK terhadap ROA melalui kredit
sebesar -4,060 (1,031 x -3,937). Pengaruh total DPK terhadap ROA
sebesar 0,104 [4,164 + -4,060 (1,031 x -3,937)]
8) Pengaruh antara variabel kredit terhadap ROA.
Kredit memiliki pengaruh total terhadap ROA sebesar -3,937.
C. Interpretasi
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disusun persamaan path
analysis setelah trimming sebagai berikut:
1. Persamaan Substruktur I
Dana Pihak Ketiga = -0,549 ԑ1 ; R square = 0,301
Hasil pengujian setelah trimming, Hasil pengujian secara parsial,
diketahui variabel suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap DPK. Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan maka
akan menurunkan jumlah DPK.
Pada umumnya kenaikan suku bunga SBI akan meningkatkan pula
jumlah DPK, peningkatan suku bunga SBI (instrument yang dikeluarkan
Bank Indonesia) akan berpengaruh terhadap suku bunga depsito dan kredit
perbankan. Kenaikan suku bunga SBI menyebabkan perbankan harus
melakukan penataan uang kembali terhadap komposisi pendanaan maupun
pembiayaan. Dari sisi konsumen (deposan) meningkatnya suku bunga akan
menyebabkan dana pihak ketiga (DPK) perbankan meningkat.
143
Triadi (2010:3) mengatakan bahwa keberadaan bank (konvensional
dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis sebagai lembaga
intermediasi dan memberikan jasa dala m lalu lintas pembayaran. Namun,
pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia bank variabel ekonomi makro
maupun variabel monoter yang perkembangannya dapat dikendalikan oleh
bank sentral juga memiliki andil dalam penyerapan dana masyarakat yang
dilakukan oleh perbankan. Variabel-variabel tersebut dapat berupa tingkat
inflasi, tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, suku bunga
(interest rate), dan nilai tukar rupiah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra (2009:13) menyatakan bahwa suku
bunga SBI terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode Triwulan I 2003
– Triwulan III 2008 memiliki pengaruh negatif atau berlawan. Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Cahyono (2009) dan Triadi
(2010) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI memberikan pengaruh
berlawanan arah (negatif) dan signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga
(DPK).
2. Persamaan Substruktur II
Kredit = 0,061 SBI + 0,012 Inflasi + 1,031 DPK ԑ1 ; R square = 0,998
Hasil pengujian setelah trimming secara simultan, diketahui variabel
suku bunga SBI, Inflasi dan DPK berpengaruh signifikan terhadap kredit
pada bank umum.
144
Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel suku bunga SBI
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.
Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga SBI, maka jumlah kredit yang
disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami kenaikan, begitu juga
sebaliknya.
Dalam kajian yang dilakukan oleh kantor Bank Indonesia Ambon
(2007) dalam Musaddad (2010:98), kenaikan harga BBM yang diikuti
kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan suku bunga SBI
telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan baik suku bunga DPK
maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK telah menyebabkan naiknya
DPK yang menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Peningkatan
likuiditas ini berarti meningkatnya kemampuan perbankan untuk
menyalurkan kredit dengan kata lain meningkatnya kapasitas kredit.
Peningkatan kapasitas kredit ini telah meningkatkan penawaran kredit yang
ditandai dengan hasil regresi terhadap data yang menunjukan kapasitas
kredit signifikan mempengaruhi realisasi kredit.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Bancin (2005:4) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI
memiliki pengaruh positif signifikan.
Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi, maka jumlah
kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami kenaikan,
begitu juga sebaliknya.
145
Menurut Bank Indonesia (2007:52) dalam Musadad (2010:116),
kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan suku bunga SBI
telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan baik suku bunga DPK
maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK telah menyebabkan naiknya
DPK yang menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Peningkatan
likuiditas ini berarti meningkatnya kemampuan perbankan untuk
menyalurkan kredit dengan kata lain meningkatnya kapasitas kredit atau
penawaran kredit kepada masyarakat.
Dalam prakteknya, setiap bank mempunyai target kredit yang harus
disalurkan untuk suatu periode tertentu, maka bank akan melakukan strategi
penawaran kredit sampai mencapai target yang diinginkan. Hal inilah yang
menyebabkan inflasi berpengaruh positif terhadap kredit.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Musaddad (2010:98) yang menyatakan bahwa Inflasi
memiliki pengaruh positif dan signifikan.
DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kredit.
Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka jumlah kredit juga akan
mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya.
Menurut Sugiarto (2006:4), dana pihak ketiga (DPK) merupakan
simpanan-simpanan yang dilakukan nasabah pada bank berupa giro,
tabungan, deposito dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Dalam
hal ini bank bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat dan
bertindak selaku perantara keuangan bagi masyarakat. Oleh karena itu, bank
146
harus selalu berada ditengah masyarakat agar arus uang dari masyarakat
yang kelebihan dana dapat dihimpun dan disalurkan kembali kepada
masyarakat. Semakin tinggi jumlah DPK yang dimiliki bank memang
semestinya tinggi juga penyaluran dana tersebut dalam bentuk kredit karena
sesuai fungsi utama bank adalah sebagai lembaga intermediary. Selain itu
bila tidak disalurkan kembali DPK yang diperoleh memiliki beban bunga
yang harus dibayarkan kepada nasabah tentunya hal tersebut akan
merugikan bank.
Penelitian ini juga menunjukan bahwa peran intermediasi perbankan
dalam menghidupkan sektor UMKM di Indonesia masih sangat dipengaruhi
oleh jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun bank umum di
Indonesia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Haryati
(2009), Nona (2009), Pratama (2010) bahwa DPK secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.
3. Persamaan Substruktur III
ROA = -0,278 SBI + 4,164 DPK – 3,937 Kredit ԑ1 ; R square = 0,381
Hasil pengujian setelah trimming secara simultan, diketahui variabel
suku bunga SBI, DPK, dan Penyaluran Kredit berpengaruh signifikan
terhadap ROA pada bank umum.
Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel Suku bunga SBI
memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada ROA. Artinya, apabila
terjadi kenaikan suku bunga SBI maka ROA akan mengalami penurunan,
147
begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Musaddad (2010:120) dan Sophan (2013:110) menyatakan bahwa suku
bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210) bahwa suku bunga SBI
dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh
perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan
tingkat suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga
kredit.
Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga
kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat masyarakat untuk
mengambil kredit kepada bank. Kredit merupakan aktivitas utama
perbankan dalam menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga
kredit meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit.
Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada
penurunan keuntungan/laba yang akan diperoleh bank. Kenaikan bunga
kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara
pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada
profitabilitas bank yang bersangkutan.
Teori menurut Cynara (2006:16), bahwa tinggi rendahnya
rentabilitas suatu perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
membentuk rentabilitas tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah profit
margin, assets utilization dan total equity.
148
DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA.
Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka ROA juga akan mengalami
kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Musaddad (2010:101), bahwa DPK memiliki pengaruh
negatif signifikan pada ROA.
Hal ini dikarenakan apabila jika DPK tinggi berarti masyarakat
mempercayakan uangnya untuk dikelola bank. Total DPK diperoleh dengan
menjumlahkan rekening dari dana pihak ketiga yaitu tabungan, giro, dan
deposito. Kemampuan bank dalam menyalurkan kredit terhadap dana pihak
ketiga yang terkumpul adalah tinggi, maka semakin tinggi pula kredit yang
diberikan pihak bank. Ketika tingkat penyaluran kredit suatu bank
meningkat maka bank tersebut dapat mengoptimalkan kegiatan pokoknya
sebagai penyalur dana kepada masyarakat sehingga tingkat laba yang
dihasilkan pun meningkat. Dengan kata lain kenaikan DPK akan
meningkatkan ROA, sehingga kinerja keuangan bank akan semakin baik
(dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif
sehingga jumlah kredit macet akan kecil).
Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana yang bersumber dari
masyarakat luas merupakan sumber penting untuk aktivitas operasional
bank dan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu bank apabila bank dapat
menanggung biaya operasinya dari sumber dana ini (Kasmir, 2012:59).
Bank diharapkan selalu berada ditengah masyarakat, agar aliran
uang dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dapat ditampung
149
kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat. Keuntungan utama bank
berasal dari sumber-sumber dana dengan bunga yang akan diterima dari
alokasi tertentu. DPK meningkat maka bank mempunyai peluang serta
kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh pendapatan yang lebih
tinggi. Dapat dikatakan DPK memiliki hubungan positif terhadap
profitabilitas yang dihitung dengan rasio ROA (Anggreni dan Suardhika,
2014:32).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Anggreni dan Suardhika (2014:32), menyatakan bahwa dana pihak ketiga
(DPK) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.
Kredit memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan Kredit, maka ROA akan mengalami
penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kurniawati (2012:9) menyatakan bahwa penyaluran
kredit memiliki pengaruh positif tidak signifikan pada ROA.
Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210) bahwa penyaluran
kredit dapat dipengaruhi oleh suku bunga SBI, suku bunga SBI dapat
mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh
perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan
tingkat suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga
kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga
kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat masyarakat untuk
mengambil kredit kepada bank. Kredit merupakan aktivitas utama
150
perbankan dalam menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga
kredit meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit.
Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada
penurunan keuntungan/laba yang akan diperoleh bank. Kenaikan bunga
kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara
pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada
profitabilitas bank yang bersangkutan.
Pasca krisis ekonomi global, pertumbuhan kredit perbankan
mengalami perlambatan yang signifikan, terutama kredit dalam valuta asing
(valas). Selama tahun 2009, total kredit hanya tumbuh sekitar 10% (yoy).
Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius karena rendahnya penyaluran
kredit berpotensi menimbulkan instabilitas. Secara makro, dengan
menurunnya pertumbuhan kredit, pertumbuhan ekonomi ke depan dapat
tertekan. Secara mikro, penurunan pertumbuhan kredit dapat menyebabkan
sektor korporasi dan rumah tangga menjadi semakin sulit untuk
mendapatkan pendanaan untuk membiayai kegiatan usaha. Pada tahun 2009,
meskipun kredit mengalami perlambatan pertumbuhan, hal itu tidak
mengurangi kemampuan bank menghasilkan profit, bahkan lebih tinggi
dibandingkan dengan laba yang berhasil diperoleh pada 2008. Perbankan
juga berhasil menekan dampak resiko, terutama resiko kredit, yang sempat
meningkat sampai dengan pertengahan tahun 2009. Salah satu faktor yang
tampaknya mendorong peningkatan profitabilitas adalah upaya bank untuk
memperlebar spread ditengah tren penurunan BI rate. Upaya memperlebar
151
spread itu menjadi semakin mudah dilakukan setelah adanya kesepakatan
sejumlah bank terutama bank besar pada bulan agustus 2009 untuk
menurunkan suku bunga pinjaman agar mendekati BI rate. Meskipun tujuan
akhir kesepakatan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan kredit,
namun menjelang tujuan akhir itu tercapai, perbankan telah menikmati
dampak positifnya dari sisi kenaikan profitabilitas. Jadi meskipun ROA
cenderung mengalami peningkatan, namun hal tersebut tidak di barengi
dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan (Kajian Stabilitas
Keuangan Bank Indonesia, 2010).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap
(2006:108), menyatakan bahwa pertumbuhan kredit mempunya pengaruh
negatif dan signifikan terhadap ROA.
152
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian path analysis pada substruktur I ditemukan bahwa variabel
suku bunga SBI memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap
dana pihak ketiga (DPK) pada Bank Umum. Hasil pengujian secara parsial,
diketahui bahwa suku bunga SBI memiliki pengaruh signifikan dan negatif
terhadap dana pihak ketiga (DPK) pada Bank Umum.
2. Hasil pengujian path analysis pada substruktur II ditemukan bahwa variabel
suku bunga SBI, inflasi dan dana pihak ketiga (DPK) memiliki pengaruh
signifikan secara simultan terhadap penyaluran kredit pada Bank Umum.
Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa suku bunga SBI, inflasi
dan dana pihak ketiga (DPK) sama-sama memiliki pengaruh signifikan dan
positif terhadap penyaluran kredit pada kelompok Bank Umum.
3. Hasil pengujian path analysis pada substruktur III ditemukan bahwa
variabel suku bunga SBI, dana pihak ketiga (DPK), dan penyaluran kredit
memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap ROA pada Bank
Umum. Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa suku bunga SBI
dan penyaluran kredit memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap
153
ROA, Sedangkan variabel dana pihak ketiga (DPK) memiliki pengaruh
signifikan dan positif terhadap ROA pada kelompok Bank Umum.
4. Dari hasil pengujian subtruktur I, II dan III diketahui pengaruh langsung dan
tidak langsung yaitu Variabel suku bunga SBI memiliki pengaruh langsung
terhadap dana pihak ketiga (DPK) sebesar -0,549. Dan suku bunga SBI
memiliki pengaruh langsung terhadap penyaluran kredit sebesar 0,061.
Sedangkan pengaruh tidak langsung suku bunga SBI terhadap ROA melalui
dana pihak ketiga (DPK) sebesar -0,296. Dan pengaruh tidak langsung suku
bunga SBI terhadap ROA melalui kredit sebesar 0,574. Variabel infasi
memiliki pengaruh langsung terhadap terhadap penyaluran kredit sebesar
0,012. Variabel DPK memiliki pengaruh langsung terhadap kredit sebesar
1,031. Dan DPK memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar -4,060.
Variabel penyaluran kredit memiliki pengaruh langsung terhadap ROA
sebesar -3,937.
B. Implikasi
Berkaitan dengan implikasi pada penelitian ini, peneliti menganalisis
dua 2 variabel eksogen yaitu suku bunga SBI, dan inflasi terhadap variabel
endogen yaitu dana pihak ketiga (DPK), penyaluran kredit, dan Return on
Assets (ROA) di kelompok Bank Umum tahun 2007 sampai Tahun 2014. Agar
dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam serta komprehensif maka
penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Menggunakan data yang lebih akurat dengan jumlah data yang lebih banyak
dan dengan rentang waktu yang lebih panjang. Penggunaan data yang lebih
154
banyak dan rentang waktu yang lebih panjang memungkinkan hasil
penelitian lebih baik.
2. Menambah variabel eksogen dan endogen yang lebih banyak baik dari
varibel moneter maupun variabel perbankan seperti kurs, jumlah uang
beredar, Produk Domestik Bruto, pendapatan masyarakat, Non Performing
Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk memperkaya
perspektif analisis.
3. Menggunakan metode dan alat uji yan lebih lengkap dan akurat sehiingga
diperoleh kesimpulan yang lebih valid.
155
DAFTAR PUSAKA
Agenor, P.R,J. Aizenman, dan A. Hoffmaister. 2000. The Credit Crunch in East
Asia : What Can Bank Excess Liquid Asset Tell Us? NBER, Inc.,
Cambridge, Working Paper 7951.
Agung, Juda, Bambang Kusmiarso. Erwin G. Hutapea. Andry Pramuko dan
Nugroho Joko Prastowo. “Credit Crunch di Indonesia: Fakta, Penyebab
dan Implikasi Kebijakan”, Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan
Moneter Bank Indonesia, Jakarta, 2001.
Aris, Ivan Setiawan dan Ferdinansyah Ritongah. ”Analisis Jalur (Path Analisis)
dengan Menggunakan Program AMOS”. Edisi Pertama. Suluh Media,
Tangerang, 2011.
Aryaningsih, Nyi Nyoman. “pengaruh suku bunga, inflasi dan jumlah
penghasilan terhadap permintaan kredit di PT. BPD Cabang Pembantu
Kediri”, Jurnal penelitian dan pengembangan Sains & Humaniora, 2008.
Bancin, Roy Efraim. “Analysis Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Inflasi dan
Jumlah Kredit yang disalurkan Perbankan di Indonesia”, Skripsi
Universitas Sumatra Utara, 2005.
Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14
Desember 2001. Jakarta, 2001.
Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia No. 4/10/PBI/2002. Jakarta, 2002.
Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/4/DPM tanggal 16 Februari
2004. Jakarta, 2004.
Bank Indonesia. “Kajian Stabilitas Keuangan Bank Indonesia”. Jakarta, 2009.
Bank Indonesia. “Kajian Stabilitas Keuangan Bank Indonesia”. Jakarta, 2010.
Bank Indonesia. Indikator Perbankan Nasional. Jakarta (www.bi.go.id)
Bank Indonesia. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia Bank Indonesia.
Jakarta : Bank Indonesia (www.bi.go.id)
Cahyono, Ari. “Pengaruh Indikator Makroekonomi terhadap Dana Pihak Ketiga
dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri”. Tesis, Pasca Sarjana FEUI,
Jakarta, 2009.
156
Cynara, Intan. “Pengaruh Tabungan dan Deposito terhadap Tingkat
Profitabilitas”. Tesis, Pasca Sarjana Fakultas Bisnis dan Manajemen,
Universitas Widyatama, Bandung, 2006.
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Ghalia Indonesia, Jakarta,
2005.
Dewi, Purnama S dan Juniati Gunawan. “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dan
Luas Pengungkapan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca Pada Laporan
Tahunan Perbankan yang Terdaftar di BEJ, Media Riset Akuntansi,
Auditing, dan Informasi”, Vol. 3, No. 2, Agustus 2003.
Ditria, Yoda dkk. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah dan
Jumlah Ekspor Terhadap Tingkat Kredit Perbankan”. Journal of Applied
Finance and Accounting Vol. 1 No.1 November 2008.
Ferdian, Ilham Reza. SBI, Instrumen Moneter atau Instrumen Investasi.
Republika. Senin 21 Juli 2008.
Ghozali, Imam. “Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi Dengan
Program Amos 16.0”, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2008.
Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta,
2007.
Harahap, Anisyah. “Analisis Pengaruh Jumlah Modal Inti, Pertumbuhan Kredit,
Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Performing Loan
terhadap Profitabilitas Bank Umum di Indonesia”, Skripsi Universitas
Indonesia, 2006.
Harmanta dan Mahyus Ekananda. “Disintermediasi Fungsi Perbankan di
Indonesia Paska Krisis 1997: Faktor Permintaan atau Penawaran Kredit”,
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juni 2005.
Haryati, Sri. “Pertumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia : Intermediasi dan
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.
13, 2009.
Hasibuan, Melayu S.P. “Dasar-dasar Perbankan”. Cetakan Kesembilan. Bumi
Aksara, Jakarta, 2011.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian untuk Bisnis dan
Akuntansi”, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 1999.
157
Ismail. “Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi”, Edisi Pertama.
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010.
Jiang, Guorong, Nancy Tang, Eve Law and Angela Sze. “The Profitability of the
Banking Sector in Hong Kong”. Hong Kong Monetary Authority Quarterly
Bulletin, September 2003.
Judisseno, Rimsky K. “Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”. Cetakan
Kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
Kasmir. “Manajemen Perbankan”. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2008.
Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Edisi Revisi-9. PT Rajawali
Pers, Jakarta, 2009.
Kasmir. “Dasar-dasar Perbankan”. Edisi Revisi. Rajawali Pers, Jakarta, 2012.
Kholisudin, Akhmad. “Determinan Permintaan Kredit pada Bank Umum di Jawa
Tengah 2006-2010”. Economics Development Analysis Journal, Edaj 1
Agustus 2012.
Kiryanto, Ryan. Langkah Terobosan Mendorong Ekpansi Kredit. Economic
Review No. 208. Juni 2007.
Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja. “Uang, Perbankan, dan Ekonomi
Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia)”, FEUI. Jakarta, 2004.
Meydianawathi, Luh Gede, “Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan
Kepada Sektor UMKM di Indonesia”, Buletin Studi Ekonomi Volume 12
Nomor 2 Tahun 2007.
Miskhin, Fredric S. “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan”, Edisi 8
Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Musaddad, Faisal. “Analisis Pengaruh Dana Pihak, Capital Adequaty Ratio, Suku
Bunga SBI, dan Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Serta Implikasinya
terhadap Profitabilitas pada Bank Umum”. Skripsi UIN Jakarta, 2010.
Nandadipa, Seandy. “Analisis Pengaruh CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK,
dan Exchange Rate Terhadap LDR”. Skripsi. Universitas Diponegoro,
2010.
158
Nona, Gabriela Haryani. “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Cash Ratio
(CR), Return on Asset (ROA), Pertumbuhan DPK, Suku Bunga SBI, dan
Inflasi Terhadap Pertumbuhan Kredit Bank Umum”. Skripsi. STIE
Perbanas Surabaya, 2010.
Pariyo. “Variabel Makro Ekonomi yang mempengaruhi penghimpunan Dana
Pihak Ketiga”, Universitas Indonesia, Jakarta, 2004.
Pratama, Billy Arma. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan
Penyaluran Kredit Perbankan”, Jurnal Penelitian, 2010.
Pratama, Billy Arma. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan
Penyaluran Kredit Perbankan (Studi Pada Bank Umum Di Indonesia
Periode Tahun 2005-2009)”. Tesis. Universitas Diponegoro, 2010.
Purna, Ibnu, Hamidi, Prima. “Pengaruh Krisis Keuangan Global terhadap Sektor
Finansial di Indonesia”. Sekretariat Negara Republik Indonesia. 5 Mei
2009.
Ria, Made, Aggreni dan Sadha, I Made, Suardhik. “Pengaruh Dana Pihak Ketiga
(DPK), Kecukupan Modal, Resiko Kredit dan Suku Bunga Kredit pada
Profitabilitas”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2014.
Riyadi, Selamet. “Banking Assets and Liability Management”. Fakultas Ekonomi
UI. Jakarta. 2006.
Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. “Cara Menggunakan dan Memaknai
Analisis Jalur (Path Analysis)”. Alfabeta, Bandung, 2008.
Setyarini, Adhista. “Analisis Pengaruh CAR, NIM, BOPO, LDR, GWM, terhadap
Perubahan Laba (Studi pada Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia
Periode Tahun 2005-2007)”. Tesis. UNDIP, Semarang, 2009.
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi Kelima. Badan
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2005.
Sinungan, Muchdarsyah, “Manajemen dan Bank”, Edisi Kedua. PT Bumi Aksara,
Jakarta, 2000.
Sugema, Imam. BI Masih Pertahankan Bunga SBI. Kontan. 8 Januari 2010.
Sugiarto, Ferry N Idroes. “Manajemen Risiko Perbakan: Dalam Konteks
Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia”. Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2006.
159
Sutaji, Condro Wahyu, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi
KUK Pada Bank-Bank Umum di Indonesia”, skripsi Universitas Islam
Indonesia, 2007.
Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. Edisi Ketiga. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta, 2004.
Suri, Datu Asmira. “Pengaruh Penyaluran Kredit terhadap Modal Bank”, Skripsi
Universitas Brawijaya, 2005.
Triadi, Chintia Agustina. “Analisis Pengaruh Makro Ekonomi TerhadapDana
Pihak Ketiga (DPK) pada Bank Umum dan Syariah”. Skripsi. UPN Veteran
Jatim, 2010.
Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Penerbit Handayani,
1992
Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Jakarta : Penerbit PT
Sinar Grafika, 1998
Veitzhal Rivai dan Andria Permata Veitzhal. “Bank and Financial Institution
Management”. PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Warjiyo, Perry. “Stabilitas Sistem Perbankan dan Kebijakan Moneter”, Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan, Bank Indonesia, Jakarta, 2006.
Yunita, Patria. “Pengaruh Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi dan Kurs US Dollar
Terhadap Kinerja Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah”.
Tesis. Universitas Indonesia, 2007.
160
Lampiran 1: Data Mentah
Data Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
Bulan Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Januari 9,50 8 9,50 6,44 6,05 4,88 4,84 7,23
Februari 9,25 7,93 8,74 6,41 6,06 3,82 4,86 7,17
Maret 9 7,96 8,21 6,27 6,07 3,83 4,87 7,13
April 9 7,99 7,59 6,20 6,08 3,93 4,89 7,14
Mei 8,75 8,31 7,25 6,30 6,02 4,24 5,02 7,15
Juni 8,75 8,73 6,95 6,26 6,03 4,32 5,28 7,14
Juli 8,25 9,23 6,71 6,26 6,01 4,46 5,52 7,09
Agustus 8,25 9,28 6,58 6,26 6,01 4,54 5,86 6,97
September 8,25 9,58 6,48 6,64 5,97 4,67 6,96 6,88
Oktober 8,25 10,43 6,49 6,37 5,97 4,75 6,97 6,85
November 8,25 11,21 6,48 6,37 5,97 4,77 7,22 6,87
Desember 8 10,93 6,46 6,37 5,97 4,8 7,22 6,9
(Sumber: Bank Indonesia)
Data Tingkat Inflasi
Bulan
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 1,04 1,77 -0,07 0,84 0,89 0,76 1,03 1,07
Februari 0,62 0,65 0,21 0,30 0,13 0,05 0,75 0,26
Maret 0,24 0,95 0,22 -0,14 -0,32 0,07 0,63 0,08
April -0,16 0,57 -0,31 0,15 -0,31 0,21 -0,1 -0,02
Mei 0,10 1,41 0,04 0,29 0,12 0,07 -0,03 0,16
Juni 0,23 2,46 0,11 0,97 0,55 0,62 1,03 0,43
Juli 0,72 1,37 0,45 1,57 0,67 0,7 3,29 0,93
Agustus 0,75 0,51 0,56 0,76 0,93 0,95 1,12 0,47
September 0,80 0,97 1,05 0,44 0,27 0,01 -0,35 0,27 Oktober 0,79 0,45 0,19 0,06 -0,12 0,16 0,09 0,47
November 0,18 0,12 -0,03 0,60 0,34 0,07 0,12 1,5
Desember 1,10 -0,04 0,33 0,92 0,57 0,54 0,55 2,46
(Sumber: BPS)
161
Data Dana Pihak Ketiga (DPK)
Bulan
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 1.279.566 1.472.485 1.748.814 1.948.890 2.302.056 2.770.571 3.205.006 3.594.697
Februari 1.284.055 1.476.990 1.771.098 1.931.638 2.287.844 2.763.915 3.207.342 3.603.620
Maret 1.291.379 1.466.224 1.786.157 1.982.262 2.351.357 2.825.975 3.243.136 3.618.064
April 1.299.772 1.481.971 1.780.918 1.980.450 2.340.213 2.841.361 3.299.350 3.694.765
Mei 1.305.936 1.505.725 1.783.644 2.013.216 2.397.179 2.908.957 3.349.660 3.763.474
Juni 1.355.185 1.554.162 1.823.811 2.096.036 2.438.011 2.955.833 3.374.272 3.834.503
Juli 1.379.211 1.534.981 1.806.621 2.082.595 2.464.083 2.961.417 3.392.927 3.787.052
Agustus 1.392.668 1.526.025 1.847.038 2.092.779 2.459.898 2.984.050 3.440.207 3.855.886
September 1.400.800 1.603.452 1.857.251 2.144.064 2.544.862 3.049.956 3.526.188 3.995.803
Oktober 1.419.748 1.674.994 1.864.084 2.173.884 2.587.282 3.070.604 3.520.890 4.011.368
November 1.437.600 1.707.876 1.896.952 2.212.215 2.644.742 3.130.518 3.563.362 4.054.680
Desember 1.510.834 1.753.292 1.973.042 2.338.824 2.784.912 3.225.198 3.663.968 4.114.420
(Sumber: Bank Indonesia)
Data Penyaluran Kredit
Bulan
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 774.834 987.404 1.289.839 1.405.640 1.746.005 2.184.306 2.688.143 3.258.421
Februari 783.542 1.002.724 1.301.844 1.428.788 1.773.889 2.203.029 2.718.717 3.267.820
Maret 800.373 1.036.065 1.305.389 1.456.114 1.814.846 2.266.175 2.768.371 3.306.899
April 812.860 1.061.770 1.297.635 1.486.329 1.843.538 2.317.209 2.824.217 3.361.348
Mei 823.976 1.096.214 1.305.377 1.531.556 1.889.465 2.386.145 2.887.478 3.403.148
Juni 861.498 1.148.356 1.335.041 1.586.492 1.950.727 2.452.856 2.959.123 3.468.162
Juli 871.987 1.166.558 1.338.116 1.597.980 1.973.599 2.470.111 3.021.126 3.495.030
Agustus 893.497 1.205.846 1.365.942 1.640.430 2.031.614 2.510.651 3.067.402 3.498.364
September 913.950 1.246.146 1.366.076 1.659.145 2.079.261 2.555.839 3.147.210 3.561.295
Oktober 937.177 1.297.860 1.377.561 1.675.633 2.106.157 2.585.345 3.159.476 3.558.070
November 962.389 1.325.323 1.397.578 1.706.403 2.150.957 2.631.002 3.214.397 3.596.614
Desember 1.002.012 1.307.688 1.437.930 1.765.845 2.200.094 2.707.862 3.292.874 3.674.308
(Sumber: Bank Indonesia)
162
Data Return On Asset (ROA)
Bulan
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Januari 3,34 3,16 2,69 3,12 2,97 3,7 3,16 2,9
Februari 3,03 2,93 2,6 2,91 2,86 3,62 2,92 2,79
Maret 2,96 2,72 2,76 3,08 3,01 3,05 3,03 3,01
April 2,92 2,56 2,71 3,02 3,01 2,98 2,96 2,93
Mei 2,98 2,62 2,7 2,98 2,97 3,05 2,99 2,98
Juni 2,93 2,53 2,7 3 3,07 3,16 3,02 3,02 Juli 2,89 2,68 2,69 2,97 3 3,13 3 2,91
Agustus 2,87 2,71 2,67 2,94 2,98 3,07 3,03 2,9
September 2,84 2,64 2,63 2,91 3,12 3,09 3,06 2,91
Oktober 2,83 2,68 2,65 2,94 3,11 3,1 3,09 2,89
November 2,87 2,6 2,61 2,93 3,07 3,12 3,09 2,87
Desember 2,78 2,33 2,6 2,86 3,03 3,11 3,08 2,85
(Sumber: Bank Indonesia)
163
Lampiran 2: Hasil Pengolahan Data
HASIL SEBELUM TRIMMING
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
DPK <--- SBI -293518.392 45434.137 -6.460 *** par_5
DPK <--- INFLASI 100248.870 119892.93
9 .836 .403 par_8
KREDIT <--- DPK 1.058 .006 168.0
02 *** par_2
KREDIT <--- INFLASI 17018.230 7388.431 2.303 .021 par_6
KREDIT <--- SBI 33135.662 3346.783 9.901 *** par_7
ROA <--- KREDIT .000 .000 -2.512 .012 par_3
ROA <--- DPK .000 .000 2.569 .010 par_4
ROA <--- SBI -.036 .018 -1.975 .048 par_9
ROA <--- INFLASI .010 .029 .352 .725 par_10
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
DPK <--- SBI -.553
DPK <--- INFLASI .072
KREDIT <--- DPK 1.030
KREDIT <--- INFLASI .012
KREDIT <--- SBI .061
ROA <--- KREDIT -4.073
ROA <--- DPK 4.297
ROA <--- SBI -.273
ROA <--- INFLASI .029
Covariances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
SBI <--> INFLASI .053 .098 .541 .589 par_1
Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
SBI <--> INFLASI .056
164
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
SBI
2.519 .365 6.892 *** par_11
INFLASI
.362 .052 6.892 *** par_12
e1
492445400751.030 71451488544.160 6.892 *** par_13
e2
1856482394.670 269366777.216 6.892 *** par_14
e3
.026 .004 6.892 *** par_15
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
DPK
.306
KREDIT
.998
ROA
.381
Matrices (Group number 1 - Default model)
Total Effects (Group number 1 - Default model)
INFLASI SBI DPK KREDIT
DPK 100248.870 -293518.392 .000 .000
KREDIT 123113.875 -277501.486 1.058 .000
ROA -.004 -.075 .000 .000
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
INFLASI SBI DPK KREDIT
DPK .072 -.553 .000 .000
KREDIT .086 -.509 1.030 .000
ROA -.012 -.576 .101 -4.073
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
INFLASI SBI DPK KREDIT
DPK 100248.870 -293518.392 .000 .000
KREDIT 17018.230 33135.662 1.058 .000
ROA .010 -.036 .000 .000
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
INFLASI SBI DPK KREDIT
DPK .072 -.553 .000 .000
KREDIT .012 .061 1.030 .000
ROA .029 -.273 4.297 -4.073
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
INFLASI SBI DPK KREDIT
DPK .000 .000 .000 .000
KREDIT 106095.645 -310637.148 .000 .000
ROA -.014 -.039 .000 .000
165
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
INFLASI SBI DPK KREDIT
DPK .000 .000 .000 .000
KREDIT .074 -.570 .000 .000
ROA -.041 -.303 -4.196 .000
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Default model 15 .000 0
Saturated model 15 .000 0
Independence
model 5 650.706 10 .000 65.071
RMR, GFI
Model RMR GFI AGFI PGFI
Default model .004 1.000
Saturated model .000 1.000
Independence
model 187816035919.848 .536 .304 .357
Baseline Comparisons
Model NFI
Delta1
RFI
rho1
IFI
Delta2
TLI
rho2 CFI
Default model 1.000
1.000
1.000
Saturated model 1.000
1.000
1.000
Independence
model .000 .000 .000 .000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model .000 .000 .000
Saturated model .000 .000 .000
Independence
model 1.000 .000 .000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90
Default model .000 .000 .000
Saturated model .000 .000 .000
Independence
model 640.706 560.773 728.040
166
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model .000 .000 .000 .000
Saturated model .000 .000 .000 .000
Independence
model 6.850 6.744 5.903 7.664
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Independence
model .821 .768 .875 .000
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model 30.000 32.022 68.465 83.465
Saturated model 30.000 32.022 68.465 83.465
Independence
model 660.706 661.380 673.528 678.528
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default model .316 .316 .316 .337
Saturated model .316 .316 .316 .337
Independence
model 6.955 6.113 7.874 6.962
HOELTER
Model HOELTER
.05
HOELTER
.01
Default model
Independence
model 3 4
167
HASIL SETELAH TRIMMING I
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
DPK <--- SBI -293518.392 45434.137 -6.460 *** par_5
DPK <--- INFLASI 100248.870 119892.939 .836 .403 par_8
KREDIT <--- DPK 1.058 .006 168.002 *** par_2
KREDIT <--- INFLASI 17018.230 7388.431 2.303 .021 par_6
KREDIT <--- SBI 33135.662 3346.783 9.901 *** par_7
ROA <--- KREDIT .000 .000 -2.497 .013 par_3
ROA <--- DPK .000 .000 2.553 .011 par_4
ROA <--- SBI -.036 .018 -2.019 .043 par_9
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
DPK <--- SBI -.553
DPK <--- INFLASI .072
KREDIT <--- DPK 1.030
KREDIT <--- INFLASI .012
KREDIT <--- SBI .061
ROA <--- KREDIT -3.942
ROA <--- DPK 4.165
ROA <--- SBI -.278
Covariances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
SBI <--> INFLASI .053 .098 .541 .589 par_1
Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
SBI <--> INFLASI .056
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
SBI
2.519 .365 6.892 *** par_10
INFLASI
.362 .052 6.892 *** par_11
e1
492445400751.030 71451488544.160 6.892 *** par_12
e2
1856482394.669 269366777.216 6.892 *** par_13
e3
.026 .004 6.892 *** par_14
168
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
DPK
.306
KREDIT
.998
ROA
.381
Matrices (Group number 1 - Default model)
Total Effects (Group number 1 - Default model)
INFLASI SBI DPK KREDIT
DPK 100248.870 -293518.392 .000 .000
KREDIT 123113.875 -277501.486 1.058 .000
ROA -.013 -.075 .000 .000
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
INFLASI SBI DPK KREDIT
DPK .072 -.553 .000 .000
KREDIT .086 -.509 1.030 .000
ROA -.039 -.575 .104 -3.942
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
INFLASI SBI DPK KREDIT
DPK 100248.870 -293518.392 .000 .000
KREDIT 17018.230 33135.662 1.058 .000
ROA .000 -.036 .000 .000
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
INFLASI SBI DPK KREDIT
DPK .072 -.553 .000 .000
KREDIT .012 .061 1.030 .000
ROA .000 -.278 4.165 -3.942
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
INFLASI SBI DPK KREDIT
DPK .000 .000 .000 .000
KREDIT 106095.645 -310637.148 .000 .000
ROA -.013 -.039 .000 .000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
INFLASI SBI DPK KREDIT
DPK .000 .000 .000 .000
KREDIT .074 -.570 .000 .000
ROA -.039 -.297 -4.061 .000
169
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Default model 14 .123 1 .725 .123
Saturated model 15 .000 0
Independence
model 5 650.706 10 .000 65.071
RMR, GFI
Model RMR GFI AGFI PGFI
Default model .004 .999 .992 .067
Saturated model .000 1.000
Independence
model 187816035919.848 .536 .304 .357
Baseline Comparisons
Model NFI
Delta1
RFI
rho1
IFI
Delta2
TLI
rho2 CFI
Default model 1.000 .998 1.001 1.014 1.000
Saturated model 1.000
1.000
1.000
Independence model .000 .000 .000 .000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model .100 .100 .100
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 1.000 .000 .000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90
Default model .000 .000 3.549
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 640.706 560.77
3
728.0
40
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model .001 .000 .000 .037
Saturated model .000 .000 .000 .000
Independence model 6.850 6.744 5.903 7.664
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Default model .000 .000 .193 .755
Independence model .821 .768 .875 .000
170
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model 28.123 30.011 64.024 78.024
Saturated model 30.000 32.022 68.465 83.465
Independence model 660.706 661.380 673.528 678.528
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default model .296 .305 .343 .316
Saturated model .316 .316 .316 .337
Independence model 6.955 6.113 7.874 6.962
HOELTER
Model HOELTER
.05
HOELTER
.01
Default model 2956 5105
Independence model 3 4
171
HASIL SETELAH TRIMMING II
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
DPK <--- SBI -291407.589 45530.574 -6.400 *** par_5
KREDIT <--- DPK 1.058 .006 168.619 *** par_2
KREDIT <--- INFLASI 17018.230 7361.393 2.312 .021 par_6
KREDIT <--- SBI 33135.662 3335.767 9.933 *** par_7
ROA <--- KREDIT .000 .000 -2.497 .013 par_3
ROA <--- DPK .000 .000 2.557 .011 par_4
ROA <--- SBI -.036 .018 -2.031 .042 par_8
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
DPK <--- SBI -.549
KREDIT <--- DPK 1.031
KREDIT <--- INFLASI .012
KREDIT <--- SBI .061
ROA <--- KREDIT -3.937
ROA <--- DPK 4.164
ROA <--- SBI -.278
Covariances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
SBI <--> INFLASI .053 .098 .541 .589 par_1
Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
SBI <--> INFLASI .056
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
SBI
2.519 .365 6.892 *** par_9
INFLASI
.362 .052 6.892 *** par_10
e1
496069551427.522 71977335592.673 6.892 *** par_11
e2
1856482394.669 269366777.216 6.892 *** par_12
e3
.026 .004 6.892 *** par_13
172
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
DPK
.301
KREDIT
.998
ROA
.381
Matrices (Group number 1 - Default model)
Total Effects (Group number 1 - Default model)
INFLASI SBI DPK KREDIT
DPK .000 -291407.589 .000 .000
KREDIT 17018.230 -275267.575 1.058 .000
ROA -.016 -.075 .000 .000
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
INFLASI SBI DPK KREDIT
DPK .000 -.549 .000 .000
KREDIT .012 -.505 1.031 .000
ROA -.047 -.574 .104 -3.937
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
INFLASI SBI DPK KREDIT
DPK .000 -291407.589 .000 .000
KREDIT 17018.230 33135.662 1.058 .000
ROA .000 -.036 .000 .000
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
INFLASI SBI DPK KREDIT
DPK .000 -.549 .000 .000
KREDIT .012 .061 1.031 .000
ROA .000 -.278 4.164 -3.937
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
INFLASI SBI DPK KREDIT
DPK .000 .000 .000 .000
KREDIT .000 -308403.237 .000 .000
ROA -.016 -.039 .000 .000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
INFLASI SBI DPK KREDIT
DPK .000 .000 .000 .000
KREDIT .000 -.566 .000 .000
ROA -.047 -.296 -4.060 .000
173
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Default model 13 .820 2 .664 .410
Saturated model 15 .000 0
Independence model 5 650.706 10 .000 65.071
RMR, GFI
Model RMR GFI AGFI PGFI
Default model 371871752.963 .997 .974 .133
Saturated model .000 1.000
Independence model 187816035919.848 .536 .304 .357
Baseline Comparisons
Model NFI
Delta1
RFI
rho1
IFI
Delta2
TLI
rho2 CFI
Default model .999 .994 1.002 1.009 1.000
Saturated model 1.000
1.000
1.000
Independence model .000 .000 .000 .000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model .200 .200 .200
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 1.000 .000 .000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90
Default model .000 .000 4.646
Saturated model .000 .000 .000
Independence model 640.706 560.773 728.04
0
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model .009 .000 .000 .049
Saturated model .000 .000 .000 .000
Independence model 6.850 6.744 5.903 7.664
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Default model .000 .000 .156 .723
Independence model .821 .768 .875 .000
174
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model 26.820 28.573 60.157 73.157
Saturated model 30.000 32.022 68.465 83.465
Independence model 660.706 661.380 673.52
8 678.528
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default model .282 .295 .344 .301
Saturated model .316 .316 .316 .337
Independence model 6.955 6.113 7.874 6.962
HOELTER
Model HOELTER
.05
HOELTER
.01
Default model 695 1067
Independence model 3 4