Date post: | 29-Apr-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | khangminh22 |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
HUBUNGAN MINAT BELAJAR BIOLOGI DENGAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
KELAS XI DI SMA NEGERI 9 TANGERANG
SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Yuli Anita
NIM. 11160161000016
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Hubungan Minat Belajar Biologi dengan Kemampuan
Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan
yang disusun Yuli Anita, NIM 11160161000016, Program Studi Tadris Biologi,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui Bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya
ilmiah yang berhak diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang
ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 29 Maret 2022
Yang Mengesahkan
Dosen Pembimbing 1
Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd.
NIP. 196501151987031020
Dosen Pembimbing II
Dina Rahma Fadlilah, M.Si.
NIDN. 2028128903
iv
ABSTRAK
Yuli Anita. 11160161000016. Hubungan Minat Belajar Biologi Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI di SMA Negeri 9
Tangerang Selatan. Skripsi. Program Studi Tadris Biologi. Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan melihat hubungan antara minat belajar biologi dengan
kemampuan berpikir kritis peserta didik SMAN 9 Tangerang Selatan. Jenis
penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pengumpulan data melalui
angket Minat Belajar dan Tes kemampuan berpikir kritis yang telah melalui uji
validitas ahli dan validitas empiris. Subjek uji coba pada penelitian ini adalah
peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 9 Tangerang Selatan. Hasil penelitian ini
menunjukkan tingkat minat belajar terhadap mata pelajaran biologi berada pada
level tinggi. Sedangkan hasil penelitian terhadap kemampuan berpikir kritis
tergolong rendah cenderung sedang. Selain itu terdapat hubungan positif di antara
kedua variabel minat belajar dan kemampuan berpikir kritis dengan nilai
signifikansi 0,000 dan nilai korelasi 0,438.
Kata Kunci : Minat Belajar, Minat Belajar Biologi, Berpikir Kritis.
v
ABSTRACT
Yuli Anita. 11160161000016. The Relationship between Interest in Biology and
Critical Thinking Skills for Class XI Students at SMA Negeri 9 Tangerang
Selatan. Essay. Biology Education Study Program. Faculty of Tarbiyah and
Teacher Training, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
This study aims to see the relationship between interest in learning biology and
critical thinking of students at SMAN 9 South Tangerang. This type of research is
correlational research with data collection through a learning interest
questionnaire and critical thinking ability test that has been through expert
validation and empirical validation tests. The test subjects in this study were
students of class XI IPA SMA Negeri 9 Tangerang Selatan. The results of this
study indicate that the level of interest in learning in biology subjects is at a high
level. While the results of research on critical thinking skills are classified as low
and tend to be moderate. In addition, there is a significant and positive
relationship between the two variables of learning interest and critical thinking
ability with a significance value of 0.000 and a correlation value of 0.438.
Keywords: Interest in learning,Interest Learning of Biology, Critical Thinking.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya. Atas rida-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Minat Belajar Biologi
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI di SMA
Negeri 9 Tangerang Selatan ini dengan baik.
Skripsi ini disusun dengan melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu hingga penelitian ini selesai , khususnya kepada
1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr.Yanti Herlanti, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Meiry Fadilah Noor, M.Si., Sekretaris Program Studi Pendidikan
Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr Ahmad Sofyan, M.Pd., Dosen Pembimbing I sekaligus
Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dan motivasi baik dalam proses akademik maupun dalam
penyusunan skripsi.
5. Ibu Dina Rahma Fadlilah., M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Pihak SMAN 9 Tangerang Selatan yaitu Ibu Ruri dan Ibu Vivin
selaku guru biologi di SMA N 9 Tangerang Selatan.
7. Kedua orang tua tercinta yaitu Nana Rodiana dan Arohmah yang telah
mendukung dan solidaritas yang kuat dari awal hingga akhir
perkuliahan pada penulis.
vii
8. Saudara kandung dan ipar tersayang yang telah mendukung penulis
yaitu kakak dan adik penulis yaitu, Arnita, Renita, Arya Wira
Kusuma, Lyla Apriliana, Lubis Wibowo dan Tahyudin Hidayat.
9. Keluarga Besar tercinta baik dari pihak keluarga Ibu maupun ayah
yang telah memberikan dukungan dan solidaritas yang kuat pada
penulis.
10. Keluarga besar Pondok Pesantren Mahasiswa Bina Insan Mulia (PPM
BIM) yang telah memberikan ilmu agama dan memberikan perubahan
luar biasa dalam hidup penulis.
11. Teman-Teman Asrama Putri PPM BIM, Salfa, Ningsih, Dinda, Sarah
dan Dina yang telah memberikan kehidupan yang berbeda daripada
kebanyakan orang dan memberikan warna kehidupan penulis di PPM
Bina Insan Mulia.
12. Teman-Teman kost Haji Nipah, yang telah melalui bersama kehidupan
kampus dengan cara yang lebih asik dan santai menjadikan penulis
mengetahui cara bersenang-senang.
13. Teman-Teman WJM yang telah memberikan kehidupan SMA yang
indah dan menyenangkan.
14. Teman-Teman Mahasiswa Pendidikan Biologi 2016-Biostar
Mediterania yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih
atas segala pengalaman dan kenangan bersama kalian
Besar harapan penulis agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.
Jakarta, Maret 2022
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING……………………………… ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI……………………………. iii
ABSTRAK………………………………………………………………….. iv
ABSTRACT…………………………………………………………………. v
KATA PENGANTAR……………………………………………………... vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. xi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xiii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………... 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………………. 4
C. Pembatasan Masalah………………………………………………… 5
D. Rumusan Masalah…………………………………………………… 5
E. Tujuan Penelitian…………………………………………………….. 5
F. Manfaat Penelitian…………………………………………………… 5
BAB II DESKRIPSI TEORITIK DAN HIPOTESIS ……………………. 7
A. Kajian Teori………………………………………………………….. 7
1. Hakikat Minat Belajar…………………………………………… 7
a. Definisi Minat……………………………………………….. 7
b. Definisi Belajar……………………………………………… 9
c. Definisi Minat Belajar……………………………………….. 10
d. Indikator Minat Belajar……………………………………… 14
2. Hakikat Berpikir Kritis…………………………………………... 15
a. Definisi Berpikir…………………………………………….. 15
b. Definisi Berpikir Kritis………………………………………. 16
c. Tujuan dan Manfaat Berpikir Kritis…………………………. 19
d. Karakteristik Berpikir Kritis…………………………………. 20
e. Cara Berpikir Kritis………………………………………….. 21
f. Indikator Berpikir Kritis……………………………………... 23
ix
g. Tinjauan Konsep Sistem Pencernaan……………………….. 27
B. Penelitian Yang Relevan……………………………………………. 29
C. Kerangka Berpikir…………………………………………………… 33
D. Hipotesis Penelitian…………………………………………………. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………… 36
A. Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………….. 36
B. Metode Penelitian……………………………………………………. 36
C. Populasi dan Sampel………………………………………………… 37
1. Populasi……………………………………………….................. 37
2. Sampel………………………………………………………........ 38
D. Teknik Pengumpulan Data………………………………………….. 38
1. Tes……………………………………………………………….. 38
2. Angket…………………………………………………………… 42
E. Uji Coba Instrumen…………………………………………………. 43
1. Uji Validitas……………………………………………………… 39
2. Uji Reliabilitas…………………………………………………… 46
3. Taraf Kesukaran…………………………………………………. 47
4. Daya Pembeda…………………………………………………… 48
F. Teknik Analisis Data………………………………………………… 49
1. Deskripsi Data…………………………………………………… 49
2. Uji Prasyarat Analisis Data…………………………………….. 50
a. Uji Normalitas………………………………………………... 50
b. Uji Homogenitas…………………………………………….. 50
3. Pengujian Hipotesis…………………………………………….. 50
a. Uji Korelasi………………………………………………….. 51
b. Hipotesis Statistik…………………………………………… 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………….. 52
A. Hasil Penelitian……………………………………………………… 52
1. Data Hasil Penelitian Minat Belajar…………………………….. 52
2. Data Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis…………….. 55
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis………. 59
x
1. Uji Normalitas…………………………………………………… 59
2. Uji Homogenitas………………………………………………… 59
3. Uji Hipotesis…………………………………………………….. 60
C. Pembahasan………………………………………………………….. 60
D. Keterbatasan Penelitian……………………………………………… 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………. 67
A. Kesimpulan………………………………………………………….. 67
B. Saran ……………………………………………………………….. 68
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 69
LAMPIRAN………………………………………………………………… 72
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 KI dan KD Pada Sistem Pencernaan……………………………… 27
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Berpikir Kritis…………………………………........ 39
Tabel 3.2 Rubrik Penskoran Menurut Holistic Critical Thinking Scorring
rubric………………………………………………………………………
40
Tabel 3.3 Indikator Angket Minat Belajar……………………………........ 42
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Angket Minat Belajar Biologi………………... 44
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis……………... 45
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Angket Minat Belajar…………………........ 46
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis…………… 46
Tabel 3.8 Taraf Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kritis……………….. 47
Tabel 3.9 Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Kritis…………………. 48
Tabel 3.10Kategorisasi Kemampuan Berpikir Kritis……………………….. 49
Tabel 3.11 Kategorisasi Skor Minat Belajar………………………………… 49
Tabel 4.1 Tabulasi Data Minat Belajar………………………………………. 52
Tabel 4.2 Data Skor Minat Belajar Biologi………………………………….. 53
Tabel 4.3 Kategorisasi Skor Minat Belajar………………………………….. 54
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sturges Minat Belajar…………………......... 55
Tabel 4.5Tabulasi Data Kemampuan Berpikir Kritis………………………... 55
Tabel 4.6 Data Skor Kemampuan Berpikir Kritis…………………………… 56
Tabel 4.7 Kategorisasi Skor Kemampuan Berpikir Kritis…………………… 57
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis………………… 58
Tabel 4.9 Uji Normalitas…………………………………………………….. 58
Tabel 4.10 Uji Homogenitas…………………………………………………. 59
Tabel 4.11 Uji hipotesis Pearson Correlation…………………………………… 60
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir........................................................................ 34
Gambar 3.1 Desain Penelitian.......................................................................... 37
Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Minat Belajar……………………... 55
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis……… 58
Gambar 4.3 Grafik Persentase Indikator Minat Belajar ……………………. 62
Gambar 4.4 Grafik Persentase Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ……. 64
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Indikator Minat belajar dan berpikir kritis........................................ 74
Lampiran 2. Angket Penelitian Minat Belajar....................................................... 75
Lampiran 3. Rubrik Soal Berpikir Kritis…………………………………........... 78
Lampiran 4. Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis………………………. 87
Lampiran 5. Kunci Jawaban dan Penskoran………………………….................. 96
Lampiran 6. Lembar Uji Validasi……………………………………….............. 104
Lampiran 7. Tingkat Kesukaran Soal Menggunakan Anates…………………… 110
Lampiran 8. Daya Pembeda Tes Berpikir Kritis………………………............... 110
Lampiran 9. Validasi Angket Minat Belajar Biologi……………………………. 111
Lampiran 10. Reliabilitas Angket Minat Belajar Biologi……………………….... 112
Lampiran 11. Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis…………………........... 113
Lampiran 12. Reliabilitas Tes Berpikir Kritis……………………………………. 113
Lampiran 13. Tabulasi Data Minat Belajar Biologi………………………………. 115
Lampiran 14. Tabulasi Data Kemampuan Berpikir Kritis……………………….. 123
Lampiran 15. Persentase Indikator Minat Belajar………………………….......... 128
Lampiran 16. Persentase Indikator Berpikir Kritis………………………………. 129
Lampiran 17. Uji deskriptif Minat Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis…….. 130
Lampiran 18. Lembar Perhitungan Data Distribusi Frekuensi Sturges…………. 131
Lampiran 19. Lembar Perhitungan Kategorisasi Minat Belajar…………………. 132
Lampiran 20. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Minat Belajar dan Kemampuan
Berpikir Kritis………………………………………………………
135
Lampiran 21. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Minat Belajar dan Kemampuan
Berpikir Kritis………………………………………………………
137
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Uji Korelasi Minat Belajar Biologi dengan
Kemampuan Berpikir Kritis……………………………………….
139
Lampiran 23. Uji Referensi……………………………………………………….. 140
Lampiran 24. Saran dan Kritik Penguji…………………………………………… 147
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka untuk menghadapi tantangan era global guru perlu
mencari dan menemukan paradigma baru terkait tugas dan peranannya
sebagai pendidik. Hal ini dikarenakan perubahan dan perkembangan
dalam segala aspek kehidupan terjadi dengan cepat dan tidak ada satupun
petunjuk pasti apa yang akan terjadi di masa depan termasuk dalam dunia
pendidikan.1
Pendidikan yang relevan dengan upaya menghadapi tantangan
zaman yaitu pendidikan yang mampu mengembangkan kompetensi dan
membentuk watak yang relevan dengan upaya menghadapi zaman.
Pendidikan dan pembelajaran yang dikembangkan harus bermakna dan
melibatkan kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, kemampuan
menyelesaikan masalah, kemampuan bekerja dengan etos yang baik,
kemampuan meneliti dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan membudayakan sikap mandiri bertanggung jawab,
demokratis, jujur dan bermoral. Kemampuan-kemampuan tersebut harus
disiapkan oleh pemerintah dan tenaga pendidik agar peserta didik di
Indonesia dapat bersaing dalam era global abad 21.2
Salah satu kemampuan yang harus disiapkan pemerintah dan
tenaga pendidik adalah kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis dalam
dunia akademisi memiliki arti kemampuan untuk menganalisis masalah
dan dapat menemukan solusi atas masalah tersebut3. Berpikir kritis dapat
diterapkan dalam banyak situasi, seperti saat berdiskusi, berdialog, saat
1 Wahab Jufri. Belajar dan Pembelajaran Sains, (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013),
h. 165. 2Ibid., h.174.
3K. McMillan dan J. Weyers. How to Improve Your Critical Thinking &
Reflective Thinking, (London: Pearson, 2013), h. 4.
2
menulis dan saat menangani masalah pribadi. Berpikir kritis dapat
menjadikan peserta didik memahami pembelajaran dengan proses berpikir
yang panjang dan objektif. Sehingga peserta didik dapat menganalisis
setiap argumen atau pernyataan yang ada dengan menganalisis dan
observasi terlebih dahulu serta memiliki rasa kehati-hatian yang tinggi.
Dalam beberapa literatur karakteristik seseorang yang memiliki
kemampuan berpikir kritis adalah 1) memiliki perangkat tertentu untuk
mendekati gagasannya dan memiliki motivasi yang kuat untuk mencari
dan memecahkan masalah 2) bersikap skeptis, yaitu tidak mudah
menerima ide atau gagasannya kecuali sudah membuktikan sendiri
kebenarannya.4
Selain itu terdapat faktor-faktor yang terkait dengan
kemampuan berpikir kritis yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor internal itu salah satunya ialah minat belajar peserta didik5
Minat merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan
belajar siswa. Bahkan dalam literature lain menyebutkan bahwa minat
merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap
keberhasilan belajar.6
Seorang peserta didik akan berhasil dalam pelajarannya apabila
dalam diri peserta didik itu terdapat minat untuk belajar.7 Adanya minat
belajar yang dimiliki peserta didik terhadap proses pembelajaran biologi,
maka akan terlihat ciri-ciri positif yang diwujudkan pada sikap dan
perilaku peserta didik pada proses pembelajaran biologi, sehingga pada
akhirnya prestasi dan hasil belajar peserta didik juga akan baik.
4 Wahab Jufri. Belajar dan Pembelajaran Sains, (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013), h.
46. 5 Selvyanti B.R., Taunu, E.S.H., Nggaba, M.E.2021.Analisis Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Kelas VIII SMP Kristen Payeti Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Persamaan
Linear Satu Variabel Ditinjau Dari Gaya Belajar Auditoria.Satya Widya, Volume XXXVII, No. 2.
h. 132. 6 Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. (Jakarta: Kencana,
2013)h.67. 7 Nur Azizah Darwis, Muhammad Sidin Ali dan Helmi. Kemampuan Berpikir
Kritis Ditinjau dari Minat Belajar Fisika, Kepercayaan Diri, dan Kecerdasan Emosional
Peserta Didik Kelas X MIA SMA Negeri 1 Gowa. Prosiding Seminar Nasional Fisika
PPs UNM. 2020, e-ISSN 2656-7148 Volume 2, h. 121.
3
Minat dapat berperan secara efektif untuk menunjang pengambilan
keputusan oleh seseorang. Secara konseptual minat dapat dikatakan
memegang peranan penting dalam menentukan arah, pola dan dimensi
berpikir seseorang dalam segala aktivitasnya termasuk belajar.8
Minat belajar didefinisikan dengan suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada perintah. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu luar diri. Minat belajar dalam yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kecenderungan dalam diri peserta didik untuk merasa
tertarik dalam pembelajaran biologi yang memiliki hubungan dengan
kemampuan berpikir kritis peserta didik.
Semakin besar minat peserta didik untuk mempelajari biologi
semakin besar pula rasa ingin tahu dan memahami suatu materi
pembelajaran biologi. Sehingga peserta didik memiliki kemampuan
berpikir kritis yang besar. Begitu pula sebaliknya, apabila peserta didik
memiliki minat belajar biologi yang rendah karena berbagai faktor seperti
materi yang terlalu banyak hafalan atau model pembelajaran yang kurang
menyenangkan dan lain-lain, akan menyebabkan rasa ingin tahu dan
memahami materi sangat rendah. Hal tersebut tentu berdampak pada
lemahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik.
Dalam hal pendidikan abad 21 yang merupakan jawaban dari
tantangan zaman, terdapat prinsip-prinsip yang harus diimplementasikan
dalam pendidikan, yaitu : 1) pendekatan pembelajaran berpusat pada
peserta didik 2) peserta dibelajarkan untuk mampu berkolaborasi 3)
memiliki upaya untuk menjadikan peserta didik memiliki tanggung jawab
4) materi pembelajaran dikaitkan dengan permasalahan kehidupan sehari-
hari.9 Salah satu materi yang dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
adalah sistem pencernaan. Submateri nutrisi makanan dan gangguan
pencernaan merupakan submateri yang sangat berkaitan erat dengan
8 Ahmad Susanto, op.cit., h. 58.
9 Yeni Hendriani.UNIT PEMBELAJARAN SAINS Mata Pelajaran Biologi SMA,
(Bandung: PPPTK IPA, 2018), h. 4.
4
kehidupan sehari-hari. Maka dari itu sistem pencernaan digunakan dalam
tes kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini.
Berdasarkan rata-rata Ujian Nasional SMA Negeri 9 Tangerang
Selatan pada tahun 2019 memiliki skor 56,53 dengan rata-rata Ujian
Nasional di daerah Kota Tangerang Selatan sebesar 61,4310
. Hal ini
menunjukkan ada banyak faktor yang menjadikan skor UN di sekolah
tersebut rendah dibandingkan nilai rata-rata di daerah tersebut. Maka dari
itu diperlukan penelitan lebih lanjut salah satunya mengenai data minat
belajar peserta didik kemudian melihat hubungannya dengan kemampuan
berpikir kritis disekolah tersebut.
Dengan pemaparan di atas penting untuk melihat hubungan antara
minat belajar dengan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Dengan
tujuan ingin mengetahui bagaimana minat belajar biologi peserta didik di
sekolah? Kemudian apakah tinggi dan rendahnya suatu minat belajar akan
menjadikan kemampuan berpikir kritis peserta didik juga ikut tinggi dan
rendah? Mengenai hal tersebut maka dilakukan penelitian yang berjudul
“Hubungan Minat Belajar Biologi Dengan Kemampuan Berpikir Kritis
Peserta Didik Kelas XI di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan”
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini, antara lain:
1. Perubahan dan perkembangan dalam segala aspek kehidupan terjadi
dengan cepat dan tidak ada satupun petunjuk pasti apa yang akan
terjadi di masa depan termasuk dalam dunia pendidikan.
2. Pendidikan yang relevan dengan upaya menghadapi tantangan zaman
yaitu pendidikan yang mampu mengembangkan kompetensi dan
membentuk watak yang relevan dengan upaya menghadapi zaman.
10
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Laporan Hasil Ujian Nasional.2019.
(http://118.98.227.96/RaporUN/statistikumum.aspx) diakses 12 Mei 2022 jam 14.00.
5
3. Kemampuan-kemampuan yang harus disiapkan oleh pemerintah dan
tenaga pendidik agar peserta didik di Indonesia dapat bersaing dalam
era global abad 21 adalah kemampuan berpikir kritis.
4. Untuk meningkatkan berpikir kritis salah satunya dengan
meningkatkan minat belajar peserta didik.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada hubungan minat belajar biologi terhadap
kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI IPA di SMAN 9
Tengerang Selatan, meliputi:
1. Konsep biologi yang dipilih dalam penelitian ini adalah sistem
pencernaan.
2. Sampel yang digunakan adalah peserta didik kelas XI yang
mempelajari materi sistem pencernaan oleh guru di SMA N 9
Tangerang Selatan di semester ganjil.
3. Minat belajar yang dimaksud adalah minat belajar terhadap
pelajaran biologi.
4. Indikator berpikir kritis yang digunakan menggunakan indikator
berpikir kritis Ennis.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikembangkan di atas,
rumusan masalah penelitian ini adalah:
Adakah hubungan minat belajar biologi terhadap kemampuan
berpikir kritis peserta didik di SMAN 9 Tengerang Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara minat
belajar biologi dengan berpikir kritis peserta didik SMAN 9 Tangerang
Selatan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah
6
a. Bagi peserta didik
1. Peserta didik dapat meningkatkan minat belajar terutama biologi
karena minat belajar memiliki efek yang luar biasa salah satunya
meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
b. Bagi guru
1. Guru berupaya lebih memotivasi peserta didik yang kurang minat
dalam belajar biologi karena efek dari minat belajar sangat luar
biasa.
2. Guru lebih fokus mengembangkan pengetahuan biologi pada
peserta didik yang memiliki minat belajar biologi dengan menjadi
anggota olimpiade, lomba-lomba yang berkaitan dengan biologi.
3. Guru dapat memberikan model atau metode pembelajaran yang
baik dan sesuai dengan minat peserta didik sehingga
pengaplikasian pembelajaran dengan muatan berpikir kritis lebih
mudah dilakukan. Dengan demikian kemampuan berpikir kritis
peserta didik meningkat.
7
BAB II
DESKRIPSI TEORETIK DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Hakikat Minat Belajar
a. Definisi Minat
Minat dalam kamus besar bahasa Indonesia ialah
“kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”. Istilah minat dalam
kehidupan sehari-hari lebih ditekankan dalam fungsi rasa. Istilah minat
juga seringkali dikaitkan dengan perhatian. Hal ini karena seringkali
sesuatu yang dapat menarik minat menyebabkan seseorang perhatian,
sedangkan yang menarik perhatian seseorang akan menimbulkan minat
pula.1
Menurut Slameto “Minat adalah dorongan dalam diri seseorang
atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara
efektif, sehingga diperoleh suatu kecenderungan terhadap objek atau
kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama-kelamaan
akan timbul kepuasan dalam dirinya”.2
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan
antara diri sendiri dengan suatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat
hubungan itu maka akan semakin besar minatnya. Minat dapat
diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa peserta
didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya atau dapat pula
dimanifestasikan dalam suatu aktivitas, seperti aktivitas belajar.3
Minat dalam diri seseorang terbagi menjadi dua jenis, pertama
minat yang berasal dari pembawaan, minat tersebut timbul dengan
sendirinya dari setiap individu. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor
1 Suyono & Hariyanto. Implementasi Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya, 2015), h. 177. 2 Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
h. 180. 3
Fadhilah Suralaga. Psikologi Pendidikan Implikasi dalam Pembelajaran, (Depok:
Rajawali Pers, 2021), h. 66.
8
keturunan dan bakat ilmiah. Kedua minat yang timbul karena adanya
pengaruh luar dari individu, seperti lingkungan,dorongan orang tua,
adat istiadat dan kebiasaan. minat ini akan ada seiring dengan
perkembangan individu tersebut.4
Dalam literatur lain menyebutkan jenis minat terbagi menjadi
dua yaitu minat situasional dan minat pribadi. Minat situasional tumbuh
akibat lingkungan luar yang memiliki hal baru,berbeda dan tak terduga.
Selain itu hal-hal yang melibatkan tingkat aktivitas tinggi atau emosi
yang kuat sering menimbulkan minat situasional. Sedangkan minat
pribadi adalah minat yang bersifat jangka panjang dan relative stabil
pada suatu topik atau aktivitas.seringkali minat pribadi dan pengetahuan
saling melengkapi dan menguatkan. Pada dasarnya minat pribadi lebih
bermanfaat dibandingkan minat situasional, karena minat ini
memungkinkan keterlibatan proses-proses kognitif yang efektif dan
perbaikan dalam jangka panjang.5
Sedangkan menurut Guilford (1956) jenis minat terbagi menjadi
dua yaitu,
1. Minat vokasional yang berkaitan dengan bidang-bidang pekerjaan,
seperti :
a. Minat Profesional, seperti minat dibidang keilmuwan, bidang
kesenian atau bidang yang berhubungan dengan bidang
kesejahteraan social.
b. Minat Komersial, Minat dibidang usaha, minat dibidang
pekerjaan yang berurusan dengan jual beli, minat dibidang
periklanan dan pekerjaan yang berhubungan dengan akuntansi,
kesekretariatan dll.
c. Minat dibidang yang berhubungan dengan kegiatan fisik,
mekanik, kegiatan luar dll.
4 Ahmad Susanto, op.cit., h. 60.
5 Fadhilah Suralaga op.cit., h. 67.
9
2. Minat Avokasional, berupa minat untuk memperoleh kepuasan atau
melakukan aktivitas sesuai hobi, misalnya kegiatan berpetualang,
hiburan apresiasi dll.6
b. Definisi Belajar
Belajar menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang
yang disadari atau tidak disadari. Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan
seseorang dalam melakukan aspek mental yang memungkinkan
terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan demikian, dapat dijangkau
juga bahwa suatu kegiatan belajar dikatakan baik apabila intensitas
keaktifan jasmani maupun mental seseorang semakin tinggi. Sebaliknya
seseorang dikatakan belajar, namun jika keaktifan jasmaniah dan
mentalnya rendah berarti kegiatan belajar tersebut tidak secara nyata
memahami bahwa dirinya melakukan kegiatan belajar.7
Menurut Setiawan (2017) “ belajar adalah suatu proses aktivitas
mental yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang bersifat positif dan menetap relatif lama melalui
latihan atau pengalaman yang menyangkut aspek kepribadian baik
secara fisik ataupun psikis”.8 Unsur utama yang harus ada dalam belajar
terdiri atas beberapa hal yaitu:
1. Adanya perencanaan yang dipersiapkan, dan termasuk di
dalamnya adalah menentukan tujuan belajar. Tujuan belajar
menunjukkan bahwa belajar tersebut terarah dan mempunyai
makna yang mendalam bagi pembelajar. Selain tujuan ada
juga kesiapan, situasi, interpretasi.
2. Adanya proses belajar yang terjadi dalam diri seseorang.
Setelah perencanaan dilaksanakan dengan baik tentunya
6 Dwi Nastiti dan Nurfi Laili. Buku Ajar Asesmen Minat dan Bakat Teori dan Aplikasinya,
(Sidoarjo: Umsida Press, 2020), h. 15. 7 Muh. Sain Hanafy. Konsep Belajar dan Pembelajaran. Lentera Pendidikan, 2014. Vol. 17
No.1 Juni h. 68. 8 M. Andi Setiawan. Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uwais Inspirasi Indonesia, 2017),
h. 3.
10
proses belajar pun dapat terlaksana dengan baik yaitu
pembelajar mengembangkan pemikiran dan menemukan
pemahaman baru dari apa yang di sekolah.
3. Adanya hasil belajar sebagai konsekuensi dari terlaksananya
proses belajar dalam diri seseorang. Hasil belajar memicu
konsekuensi yang akan muncul dari proses pembelajaran dan
dari konsekuensi tersebut akan memicu reaksi terhadap hasil
belajar yang telah terjadi. reaksi tersebut yang akan
menentukan apakah hasil belajar tersebut menjadikan
semakin termotivasi dan yakin ataukah semakin menurun
minat belajarnya karena hasilnya tidak sesuai dengan
harapan. 9
c. Definisi Minat Belajar
Pengaruh minat terhadap belajar cukup besar, karena apabila
bahan ajar tidak ada daya tarik bagi peserta didik akan mengurangi
kompetensi belajar peserta didik. Peserta didik tersebut dapat mengikuti
kegiatan pembelajaran, namun tidak memperoleh kepuasan dari
pelajaran tersebut. Bahan pelajaran yang menarik peserta didik lebih
mudah dipelajari dan diingat, karena minat belajar menambah
kesemangatan belajar.10
Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain
karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau
mendapatkan pendidikan lebih baik di tahap selanjutnya sehingga lebih
mudah memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan
bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi
yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan
prestasi yang rendah.11
9 Ibid., h. 9.
10 Slameto, op.cit., h. 57.
11 M. Dalyono. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), h. 57.
11
Peserta didik dari kelas yang sama memiliki perbedaan dalam
hal minat ilmiah masing-masing termasuk cara mereka menanggapi
minat situasional. Selain itu, peserta didik di ruang kelas yang sama
dapat mengalami lingkungan yang berbeda (misal peserta didik dari
kalangan minoritas) Pada tingkat yang lebih luas yang mencakup
sekolah, kota, budaya, bahasa, dan negara yang berbeda, adalah logis
untuk berhipotesis bahwa perbedaan dalam minat peserta didik juga
harus semakin berbeda.12
sehingga dapat disimpulkan minat belajar
peserta didik berbeda-beda salah satu penyebabnya perbedaan latar
belakang peserta didik itu sendiri.
Peserta didik yang memiliki minat pada topik atau aktivitas
tertentu karena menganggap topik atau aktivitas tersebut menarik dan
menantang. Minat juga terkait dengan motivasi intrinsik. Peserta didik
yang mengerjakan tugas yang menarik minatnya akan mengalami sikap
yang positif dan signifikan seperti kesenangan, kegembiraan dan
kesukaan. Peserta didik yang tertarik pada sebuah topik tertentu dapat
mencurahkan perhatian yang lebih banyak pada topik itu. Peserta didik
juga akan memiliki kecenderungan mempelajari sesuatu dengan
bermakna, terorganisasi dan terperinci.misalnya dengan mengaitkan
dengan pengetahuan sebelumnya, membentuk gambar-gambar visual,
memberikan contoh-contoh, mengaitkan berbagai ide dan dapat
menarik kesimpulan.13
Kenyataanya tidak semua peserta didik mempelajari suatu bahan
ajar berdasarkan faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan
minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh gurunya,
teman sekelasnya atau orang tuanya. Walaupun demikian, seiring
berjalannya waktu peserta didik tersebut dapat mengembangkan
minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran dan mampu mengerahkan
segala daya dan upaya untuk menguasainya, niscaya memperoleh
12
G. Hagay dkk. The Generalizability of Students’ Interests in Biology Across Gender,
Country and Religion.Springer.2012. Res Sci Educ DOI 10.1007/s11165-012-9289-y h.3. 13
Fadhilah Suralaga, loc.cit.
12
prestasi yang baik, sekalipun tergolong dalam peserta didik yang
berkemampuan rata-rata. Oleh sebab itu menjadi kewajiban dan
tanggung jawab sekolah untuk menyediakan lingkungan yang diperkaya
bagi peserta didik guna merangsang minat mereka terhadap banyak
banyak kegiatan yang bermanfaat dan langsung dalam proses belajar
mengajar pada khususnya.14
Dapat disimpulkan bahwa minat belajar peserta didik
dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang
mempengaruhi ialah kesehatan, bakat dan intelegensia. Sedangkan
faktor eksternal yang paling berpengaruh adalah lingkungan keluarga.
Selain itu ada pula faktor eksternal lain seperti sekolah, lingkungan
masyarakat dan juga lingkungan alami di sekitar anak.15
Berdasarkan banyaknya pengertian minat yang ada, dapat
diperoleh kesan bahwa minat mengandung unsur-unsur :
a. Kognisi (Mengenal), minat itu didahului oleh pengetahuan
dan informasi mengenai objek yang dituju oleh minat
tersebut.
b. Emosi (Perasaan), karena dalam partisipasi atau pengalaman
itu disertai dengan perasaan tertentu (biasanya perasaan
senang)
c. Konasi (Kehendak), unsur ini merupakan kelanjutan dari
kedua unsur yaitu diwujudkan dalam bentuk kemauan dan
hasrat untuk melakukan suatu kegiatan, termasuk kegiatan
yang diselenggarakan di sekolah.16
Ciri-ciri peserta didik yang berminat dalam belajar adalah
sebagai berikut a) Mempunyai kecenderungan tetap untuk
memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari terus-menerus.
b) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati. c)
14
Abd. Rachman Abror. Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), h.110. 15
Suyono dan Hariyanto, op.cit., h. 180. 16
Abd. Rachman Abror, op.cit., h.112.
13
Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang
diminati. d) Ada rasa keterkaitan pada suatu aktivitas-aktivitas yang
diminati. e) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada
yang lainnya. f) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan
kegiatan.17
Ciri-ciri minat yang dijelaskan dalam Ahmad Susanto yaitu
memiliki tujuh ciri dari minat, berikut ini penjelasan ciri-ciri minat :
Pertama, minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan
mental yaitu perubahan minat dalam hubungannya dengan perubahan
usia sebagai contoh tumbuhnya minat bersamaan dengan perkembangan
fisik dan mental. Kedua, Minat bergantung pada kegiatan belajar
dimana kesiapan belajar merupakan salah satu penyebab meningkatnya
minat seseorang. Ketiga, minat tergantung pada kesempatan belajar.
Kesempatan belajar menjadi faktor yang berharga karena tidak semua
orang memiliki kesempatan tersebut. Keempat, perkembangan minat
mungkin terbatas. Keterbatasan ini dapat disebabkan faktor fisik yang
tidak memungkinkan untuk minat tersebut berkembang. Kelima, minat
dipengaruhi budaya. Budaya dapat menjadi salah satu kunci, sebab jika
budaya tersebut luntur kemungkinan besar minat tersebut juga ikut
luntur. Keenam, minat berbobot emosional. Minat dipengaruhi oleh
perasaan, apabila objek yang dihayati sangat berharga, otomatis minat
akan muncul sebab perasaan senang akan objek tersebut. Ketujuh,
minat berbobot egosentris. Menunjukan jika seseorang senang terhadap
sesuatu, maka akan ada hasrat untuk memilikinya.18
Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai minat belajar maka
dapat ditarik kesimpulan definisi minat belajar adalah suatu ketertarikan
peserta didik untuk mempelajari suatu materi pembelajaran yang dapat
diketahui ciri-ciri dan motifnya.
17
Slameto, op.cit., h. 58. 18
Ahmad Susanto, op.cit., h.62.
14
d. Indikator Minat Belajar
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan definisi
konsep minat belajar adalah kecenderungan sikap peserta didik untuk
mempelajari suatu mata pelajaran. Kecenderungan sikap ini dapat
diketahui melalui motif-motif (indikator) dari minat belajar itu sendiri.
Dengan demikian dapat diketahui indikator yang dapat menunjukkan
seseorang berminat akan sesuatu yaitu dengan cara menganalisis
kegiatan-kegiatan yang dilakukannya atau objek-objek yang dijadikan
kesenangannya. Analisis tersebut dapat dilakukan dengan beberapa hal,
yaitu 1) keinginan untuk memiliki sesuatu 2) objek atau kegiatan yang
disenangi 3) jenis kegiatan yang dilakukan agar mendapatkan sesuatu
yang disenangi 4) upaya-upaya yang dilakukan untuk merealisasikan
keinginan atau rasa terhadap objek atau kegiatan tertentu.19
Indikator minat belajar yang dijelaskan oleh Maula dan Hidayah
dengan mengutip penjelasan Darmadi (2017) yaitu indikator minat
belajar adalah 1) adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari
subjek terhadap pembelajaran karena danya ketertarikan. 2) adanya
perasaan senang terhadap pembelajaran, 3) adanya kemauan dan
kecenderungan pada diri subjek untuk terlibat aktif dalam pembelajaran
3) adanya ketertarikan untuk belajar 4) adanya kemauan dalam diri
untuk aktif belajar. 20
Sedangkan menurut Lestari dan Mokhamad (2017) yang dikutip
oleh Maula dan Hidayah minat belajar memiliki beberapa indikator
yaitu 1) perasaan senang 2) ketertarikan untuk belajar 3) menunjukkan
perhatian saat belajar 4) memiliki keterlibatan dalam belajar.21
Dengan adanya ciri-ciri dan motif tersebut dapat disimpulkan
indikator minat belajar dalam penelitian ini ialah, 1) Memiliki perasaan
senang terhadap pembelajaran 2) Menunjukkan perhatian pada
19 Ahmad Susanto, op.cit., h.64.
20 R N Maula & FF Hidayah. Analisis Minat Belajar Peserta didik Pada Materi Senyawa
Hidrokarbon Ditinjau dari Perspektif Gender. Seminar Nasional Edusaintek FMIPA UNIMUS
2019. ISBN : 2685-5852, h.422. 21
R N Maula & FF Hidayah, loc.cit.
15
pelajaran. 3) Memiliki ketertarikan dalam belajar. 4) Terlibat aktif
dalam pembelajaran. 5) Memiliki keinginan untuk dapat memahami
pembelajaran.
2. Hakikat Berpikir Kritis
a. Definisi Berpikir
Wowo Sunaryo (2011) menjelaskan bahwa istilah berpikir
berasal dari kata dasar “pikir” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah “akal budi, ingatan, angan-angan”. Sehingga pengertian berpikir
yaitu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan
memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan. Sedangkan
berdasarkan etimologi yang dikemukakan, berpikir memiliki arti
memberi gambaran adanya sesuatu yang berada dalam diri seseorang
dan mengenai apa yang menjadi dalam dirinya.22
Definisi berpikir berkaitan dengan memanipulasi atau mengelola
dan mentransformasi informasi dalam memori. Hal ini sering
dilakukan untuk membuat konsep, bernalar dan berpikir secara kritis,
membuat keputusan, berpikir kreatif dan memecahkan masalah. 23
Berpikir juga merupakan fungsi jiwa yang mengandung
pengertian yang luas karena mengandung maksud dan tujuan
memecahkan masalah, menemukan hubungan, dan menentukan
sangkut paut antara masalah satu dengan lainnya. Berpikir tidak
terlepas dari aktivitas manusia, karena berpikir merupakan ciri yang
membedakan antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Berpikir
pada umumnya didefinisikan sebagai proses mental yang dapat
menghasilkan pengetahuan.24
Pengertian berpikir memiliki banyak definisi, baik dari studi ahli
ilmu jiwa asosiasi, ahli ilmu jiwa behaviorisme serta ilmuwan lain
22
Wowo Sunaryo Kuswana.Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
h. 8. 23
Jhon W Santrock. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana, 2007), h.357. 24
Ahmad Susanto, op.cit., h. 121.
16
memiliki gagasan-gagasannya masing-masing. Maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada pengertian yang khas dan bersifat teknis dalam
psikologi. Hal ini disebabkan oleh banyak aspek yang terkandung
dalam berpikir. Ada asepk berpikir yang diarahkan pada masalah, yang
kemudian disebut berpikir yang terarah dan teratur (directed thinking)
seperti pembentukan konsep, pemecahan masalah dan berpikir yang
kreatif. Ada pula aspek berpikir yang tak teratur dan tak terarah (non
directed thinking) dan ini membentuk struktur kegiatan berpikir kita
sehari-hari, seperti berpikir yang tidak berarti, melamun, proses yang
sadar dan yang tak sadar dan mimpi. 25
Terdapat tiga proses yang harus dilalui dalam berpikir, yakni
memebentuk pengertian, membentuk pendapat, dan membentuk
kesimpulan.
a. Pembentukaan pengertian diartikan sebagai suatu upaya dalam
proses berpikir dengan memanfaatkan isi ingatan, bersifat ril,
abtrak dan umum serta mengandung hakikat tertentu.
b. Pembentukan pendapat merupakan lanjutan berpikir dengan
mengkategorisasi atau subjek dan predikat, pemberian kualitas
dan kuantitas terhadap pengertian sehingga benar-benar
mengandung hubungan arti.
c. Pembentukan kesimpulan diartikan membentuk pendapat baru
berdasarkan pendapat-pendapat lain. 26
b. Definisi Berpikir Kritis
Berpikir Kritis berarti bepikir secara kritis. Berpikir kritis
berkaitan dengan asumsi bahwa berpikir merupakan potensi yang ada
pada manusia yang perlu dikembangkan untuk kemampuan yang
optimal. Menurut Susanto “berpikir kritis adalah suatu kegiatan melalui
cara berpikir tentang ide atau gagasan yang terhubung dengan konsep
25
Abd. Rachman Abror, op.cit., h. 125-126. 26
Baharudin. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2016), h. 46-47.
17
yang diberikan atau masalah yang dipaparkan. Berpikir kritis juga dapat
dipahami sebagai kegiatan menganalisis ide atau gagasan kearah yang
lebih spesifik, membedakan secara tajam, memilih, mengidentifikasi,
mengkaji dan mengembangkannya kearah yang lebih sempurna”. 27
Menurut McMillan dan Weyers (2013) “Berpikir kritis dalam
dunia akademisi memiliki arti kemampuan untuk menganalisis
masalah dan dapat menemukan solusi atas masalah tersebut. Berpikir
kritis dapat diterapkan dalam banyak situasi, seperti saat berdiskusi,
berdialog, saat menulis dan saat menangani masalah pribadi”.28
Proses mental yang terorganisir dengan baik dan berperan
dalam proses mengambil keputusan untuk memecahkan masalah
dengan menganalisis dan menginterpretasi data dalam kegiatan inkuiri
ilmiah juga merupakan berpikir kritis.29
Menurut Phil Washburn “Berpikir kritis juga dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk mengambil keputusan yang baik dengan
melihat berbagai jenis sudut pandang”.30
Memikirkan berbagai jenis
sumber informasi baik yang dilihat maupun didengar itu benar atau
tidak juga salah satu bentuk berpikir kritis. Memikirkan bagaimana cara
menyelesaikan suatu pekerjaan selesai tepat waktu juga termasuk
pengaplikasian dari berpikir kritis. Inti dari memiliki sikap kritis berarti
mencari dasar untuk menilai sesuatu. Bentuk dari menilai sesuatu bukan
hanya menemukan kekurangan dan masalah melainkan juga memuji
dan menghargai. 31
Menurut konsesus para ahli, seorang individu atau kelompok
yang terlibat dalam berpikir kritis yang kuat dicirikan oleh adanya bukti
melalui observasi atau penilaian berdasarkan kriteria dengan metode
atau teknik dan pengembalian keputusan yang relevan dengan
27
Ahmad Susanto, loc.cit. 28
K. McMillan dan J. Weyers. op.cit., h. 4. 29
Wahab Jufri.op.cit, h. 44. 30
Phil Washburn. The Vocabulary of Critical Thinking, (New York: Oxford University
Press, 2010), h. 3. 31
Ibid., h. 4.
18
konteksnya. Selain berlaku untuk mengkonstruksi teori, juga dapat
memahami masalah dan mengajukan pertanyaan.berpikir kritis tidak
hanya melibatkan logika, tetapi ada kesiapan kriteria intelektual yang
luas seperti kejelasan, kredibilitas, akurasi, presisi, relevansi,
kedalaman, keluasan makna dan keseimbangan.32
Berpikir kritis memerlukan beberapa tingkat keterampilan
berpikir. Dimana tingkatan tersebut dibagi menjadi dua yaitu “Higher
Order Thinking Skill” atau disebut juga dengan keterampilan berpikir
tingkat tinggi atau kemampuan komprehensif. HOTS memiliki ruang
lingkup penerapan, sintesis, penarikan kesimpulan, perbandingan,
pembenaran, analisis, evaluasi, penalaran moral, dan penalaran induktif
dan deduktif. Keterampilan berpikir selanjutnya adalah “Lower Order
Thinking Skill” yaitu kemampuan berpikir tingkat rendah atau disebut
juga dengan kemampuan dasar. LOTS memiliki ruang lingkup berupa
meghafal, meringkas, memberi label, mengamati, dan menyortir
kedalam kategori yang ditugaskan.33
Berikut ini beberapa keterampilan berpikir kritis yang dapat di
implementasikan dalam pembelajaran di kelas. Keterampilan berpikir
kritis yang digunakan membantu mengembangkan perkembangan
peserta didik dalam hal kemampuan berpikir kritis.
1. Berpikiran Terbuka, mengajak murid menghindari pemikiran
sempit dan mendorong mereka untuk mengeksplorasi opsi-
opsi.
2. Rasa Ingin Tahu Intelektual, mendorong murid untuk bertanya,
merenungkan, menyelidiki dan meneliti. Aspek lain dari
keingintahuan intelektual adalah mengenali problem dan
inkonsistensi.
32
Wowo Sunaryo, op.cit., h. 21. 33
Wanda Teays. Second Thought : Critical Thinking for Diverse Society, (New York:
McGraw-Hill, 2006), h. 3.
19
3. Perencanaan dan Strategi, Bekerja sama dengan murid dalam
menyusun rencana, menentukan tujuan, mencari arah dan
menciptakan hasil.
4. Kehati-hatian intelektual, mendorong murid untuk mengecek
ketidakakuratan dan kesalahan, bersikap cermat dan teratur.34
c. Tujuan dan Manfaat Berpikir Kritis
Tujuan berpikir kritis adalah mencoba mempertahankan posisi
objektif. Karena pada saat berpikir kritis seseorang akan mengevaluasi
dan menimbang argumen dari segala sisi baik dari kekuatan maupun
kelemahannya. Sehingga orang yang memiliki kemampuan atau
keterampilan berpikir kritis akan memiliki argumen yang benar-benar
objektif.35
Berpikir kritis juga memiliki manfaat. Berikut ini beberapa
manfaat memiliki kemampuan berpikir kritis :
1. Performa akademis
Memahami argumen dan kepercayaan orang lain,
Mengevaluasi secara kritis argumen dan kepercayaan itu,
Mengembangkan dan mempertahankan argumen dan
kepercayaan sendiri yang didukung dengan baik.
2. Tempat Bekerja
Membantu seseorang untuk menggambarkan dan mendapat
pemahaman yang lebih dalam dari keputusan orang lain dan
diri sendiri, mendorong keterbukaan pikiran untuk berubah,
membantu seseorang menjadi lebih analisis dalam
memecahkan masalah.
3. Kehidupan Sehari-hari
Membantu seseorang terhindar dari membuat keputusan
personal yang bodoh, mempromosikan masyarakat yang
34
Jhon W Santrock, op.cit., h. 359. 35
Linda Zakiah dan Ika Lestari. Berpikir Kritis dalam Konteks Pembelajaran, (Bogor:
Erzatama Karya Abadi, 2019), h.5.
20
berpengetahuan dan peduli yang mampu membuat
keputusan yang baik di masalah sosial, politik, dan ekonomi
yang penting, membantu dalam pengembangan individu
yang dapat memeriksa asumsi, dogma, dan prasangka
mereka sendiri.36
d. Karakteristik Berpikir Kritis
Berpikir kritis memiliki beberapa karakteristik, berikut ini
beberapa karakteristik yang harus dimiliki seseorang dalam kemampuan
berpikir kritis yaitu :
1. Menganalisis argumen, klaim, atau bukti.
2. Membuat kesimpulan dengan menggunakan alasan induktif
atau deduktif .
3. Menilai atau mengevaluasi.
4. Membuat keputusan atau memecahkan masalah.37
Kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang yang
memiliki keterampilan berpikir kritis mecakup pada tiga hal,
1. Investigation, atau penyelidikan ialah menemukan bukti.
Data yang akan menjawab pertanyaan utamatentang suatu
masalah.
2. Interpretation, atau penafsiran ialah memutuskan sesuatu
berdasarkan bukti-bukti.
3. Judgement, atau pertimbangan ialah mampu membuat
kesimpulan tentang suatu masalah.38
Dalam literatur lain menyebutkan beberapa karakteristik orang
yang mampu berpikir kritis antara lain :
1. Memiliki perangkat pikiran tertentu yang diperlukan untuk
mendekati gagasannya dan memiliki motivasi yang kuat
untuk mencari dan memecahkan masalah.
36
Ibid., h.5-6. 37
Ibid.,h.10. 38
Vincent Ryan Ruggiero. A Guide to Critical Thinking Seventh Edition, (New York:
McGraw-Hill, 2003), h. 21.
21
2. Bersikap skeptis, yaitu tidak mudah menerima ide atau
gagasan kecuali telah membuktikan sendiri kebenarannya.39
e. Cara Berpikir Kritis
Perkembangan zaman yang semakin modern dan canggih
menuntut semua orang harus memiliki kemampuan berpikir kritis.
Tetapi, tidak semua orang mampu berpikir kritis. Linda Zakiah
mengutip pernyataan Milton Keynes (2008) yang mengungkapkan
bagaimana cara berpikir kritis, sehingga setiap orang bisa belajar atau
berlatih bagaimana berpikir kritis. Cara berpikir kritis yang
diungkapkan oleh Milton Keynes adalah sebagai berikut:40
1. Mendorong Identifikasi Informasi
Mengidentifikasi dorongan umum suatu argumen dalam
suatu informasi. Pada tahap ini cobalah untuk menentukan
pokok permasalahan. Cobalah untuk identifikasi: titik utama
argumen yang dibuat sebagai bukti yang digunakan untuk
mencapai kesimpulan.
2. Analisa Materi
Sewaktu mendapatkan informasi, pikirkan apakah materinya
relevan dengan kebutuhan anda. Berikut adalah beberapa
pertanyaan yang data membantu dalam analisis:
a. Apakah informasi masuk akal dalam kaitannya
dengan teori dan penelitian lain?
b. Adakah gambaran yang lebih luas?
c. Apakah argumen ini induktif atau deduktif?
d. Berapa banyak materi yang ada?
e. Apakah materi sudah jelas atau perlu informasi
tambahan untuk menambah pemahaman anda?
39
Wahab Jufri, op.cit., h.104. 40
Linda Zakiah dan Ika Lestari, op.cit., h. 13-15.
22
f. Dapatkah Anda mengidentifikasi implikasi yang
mungkin mengharuskan anda mencari bahan lain?
(Mungkin pelengkap fenomena jika materi asli tidak
cukup benar).
g. Apakah argumen yang disajikan pandangannya
seimbang atau penulis mengabaikan beberapa topik
dalam rangka mengajukan argumen tertentu?
3. Membandingkan dan menerapkan informasi
Penugasan dalam bentuk pertanyaan akan sering
menerapkan teori, prinsip atau rumus pada suatu situasi.
Proses mencoba menerapkan apa yang dipelajari dapat
membantu untuk membangun pemahaman tentang subjek.
Misalnya saat mencari implikasi dari sepotong informasi,
ada kelemahan yang mungkin terungkap saat menerapkan
ide pada situasi kehidupan nyata. Apakah teori atau formula
tersebut hanya sejauh ini saja atau apakah perlu untuk
menyusun teori atau prinsip lain untuk melengkapi
pemahaman sesuatu?
Sementara itu, Universitas Leed menguraikan kunci menuju
berpikir kritis, yang meliputi :
1. Mendeskripsikan, menjelaskan secara jelas apa yang peserta
didik bicarakan apa saja yang secara spesifik terlibat,
dimana hal itu terjadi dan dalam keadaan apa.
2. Bercermin, mempertimbangkan kembali topik dengan
mempertimbangkan kembali topik dengan informasi baru
atau pengalaman baru atau mempertimbangkan sudut
pandang lain.
3. Menganalisis, memeriksa dan kemudian menjelaskan
bagaimana sesuatu itu, termasuk membandingkan dan
membedakan elemen yang berbeda dan memahami
hubungan dengan subjek/topik.
23
4. Mengkritik, mengidentifikasi dan memeriksa kelemahan
argumen, serta mengakui kekuatannya. Penting untuk
menganggap kritik sebagai netral bukan hal yang negatif.
5. Penalaran, menggunakan metode seperti sebab dan akibat
untuk mendemonstrasikan pemikiran logis, serta menyajikan
bukti yang membantah atau membuktikan suatu argumen
6. Mengevaluasi, dapat mencakup mengomentari tingkat
keberhasilan dan kegagalan sesuatu, atau nilai sesuatu.41
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan definisi
konsep berpikir kritis adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta
didik untuk berpikir lebih tajam mengenai suatu informasi dengan cara
mengobservasi hingga menganalisis informasi yang didapatkan. Selain
itu berpikir kritis juga dapat disimpulkan yaitu kemampuan berpikir
dengan kehati-hatian dengan harapan informasi yang di dapatkan akurat
dan faktual.
f. Indikator Berpikir Kritis
Inti dari berpikir kritis adalah evaluasi. Oleh karena itu berpikir
kritis seringkali didefinisikan proses yang digunakan untuk menguji
klaim dan argumen serta menentukan mana yang pantas dan mana yang
tidak. dengan kata lain berpikir kritis adalah sebuah pencarian atau
mencari jawaban. Tidak mengherankan apabila salah satu teknik
penting yang digunakan dalam berpikir kritis adalah mengajukan
pertanyaan menyelidik.42
Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis
dapat dilakukan dengan serangkaian uji yang menggunakan beberapa
indicator, berikut ini indicator dari kemampuan berpikir kritis :
41
Ken Changwong, Aukappong Sukkamart dan Boonchan Sisan. Critical Thinking Skill
Development: Analysis of a New Learning Management Model for Thai High Schools.Journal of
International Studies.2018. h. 41. 42
Vincent R Ruggiero, op.cit. h.17.
24
Indikator dari berpikir kritis menurut Ennis memiliki klasifikasi
dengan lima aspek yaitu.43
1. Memberikan penjelasan sederhana
Memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen,
bertanya dan menjawab suatu penjelasan atau tantangan.
2. Membangun keterampilan dasar
Menyesuaikan dengan sumber dan mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi.
3. Menyimpulkan
Mendeduksi dan mempertimbangkannya, menginduksi
dan mempertimbangkannya, membuat dan menentukan
hasil keputusan.
4. Memberikan penjelasan lanjutan
Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkannya dan
mengidentifikasi asumsi.
5. Mengatur strategi dan teknik
Menentukan tindakan dan berinterkasi dengan orang lain
Indikator Berpikir Kritis menurut Wahab Jufri44
memiliki
6 indikator yaitu: Pertama, merumuskan masalah. Kegiatan ini
memformulasikan pertanyaan yang mengarahkan investigasi
jawaban. Kedua, memberikan argumen. Argumen yang digunakan
sesuai dengan kebutuhan, menunjukkan persamaan dan perbedaan
serta argumen yang diajukan orisinil. Ketiga, melakukan deduksi.
mendeduksi secara logis dan menginterpretasi secara tepat.
Keempat, melakukan induksi, kegiatannya terdiri atas menganalisis
data, membuat generalisasi dan menarik kesimpulan. Kelima,
melakukan evaluasi yaitu mengevaluasi berdasarkan fakta dan
memberikan alternatif lain. Keenam, mengambil keputusan dan
43
Ahmad Susanto, op.cit., h.125-126. 44
Wahab Jufri, op.cit., h.105.
25
menentukan tindakan yaitu dengan menentukan jalan keluar dan
memilih kemungkinan yang akan dilaksanakan.
Dalam hal yang sama, Dressel & Mayhew (1954)
menjelaskan bahwa indikator-indikator berpikir kritis yang
dikembangkan oleh Komite Berpikir Kritis (Intercollege
Committee on Critical Thinking) meliputi: 1) merumuskan masalah
dan hipotesis, 2) menyeleksi informasi dan data untuk
menyelesaikan masalah, 3) mengenali asumsi-asumsi 4) menarik
kesimpulan dan mengambil data.45
Selain itu terdapat indikator lain yang di jelaskan oleh
Facione, yaitu :
1) Interpretation
Kemampuan seseorang untuk memahami dan
menyatakan arti atau maksud dari pengalaman yang bervariasi
dalam hal situasi, data peristiwa, keputusan, konvensi dan lain-
lain.
2) Analysis
Kemampuan mengidentifkasi maksud dan kesimpulan yang
benar antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi
berdasarkan kepercayaan, keputusan, pengalaman, alasan,
informasi dan pendapat.
3) Evaluation
Kemampuan menilai kredibilitas pernyataan atau penyajian lain
dengan menilai menggambarkan persepsi seseorang,
pengalaman, situsasi, kepercayaan, keputusan dan
menggunakan kekutaan logika dari hubungan inferensial yang
diharapkan atau hubngan inferensial yang aktual diantara
pernyataan, pertanyaan, deskripsi maupuan bentuk representasi
lainnya.
4) Inference
45
Wahab Jufri, op.cit., h.103.
26
Kemampuan peserta didik untuk mengidentifikasi dan memilih
unsur-unsur yang diperlukan untuk membentuk kesimpulan
yang beralasan atau untuk membentuk hipotesis dengan
membentuk hipotesis dengan memperhatikan informasi relevan
dan mengurangi konstektual yang ditimbulkan dari data,
pernyataan, prinsip, bukti, penilaian, opini, deskripsi,
keyakinan maupuan bentuk representasi lainnya.
5) Explanation
Kemampuan seseorang untuk menyatakan hasil proses
pertimbangan, kemampuan untuk membenarkan bahwa suatu
alasan itu berdasarkan bukti metodologi, konsep, atau suatu
kriteria tertentu dan pertimbangan yang masuk akal, dan
kemampuan untuk mempresentasikan alasan berupa argumen
yang meyakinkan.
6) Self regulation
Berkaitan dengan kesadaran seseorang untuk memonitor
kognisi dirinya, elemen-elemen yang digunakan dalam proses
berpikir dan hasil yang dikembangkan , khususnya dengan
mengaplikasian keterampilan dalam mengevaluasi kemampuan
dirinya dalam mengambil kesimpulan dalam bentuk
pertanyaan, konfirmasi, valiadasi dan koreksi.46
Peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis
memiliki ciri-ciri dan karakteristik tersendiri. Untuk mengetahui
seseorang tersebut memiliki kemampuan berpikir kritis dengan
cara mengukur kemampuannya dengan soal-soal yang memiliki
indikator berpikir kritis. Indikator berpikir kritis dalam penelitian
ini menggunakan indikator kemampuan berpikir kritis Ennis.
Indikator ini banyak digunakan peneliti lain dalam mengukur
berpikir kritis peserta didik.
46
Facione, CCST Test Manual “The Gold Standart” Test of Critical Thinking, San Jose:
California Academic Press, 2013). h. 70.
27
g. Tinjauan Konsep Sistem Pencernaan
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi bab
sistem pencernaan yang diajarkan pada kelas XI semester genap.
Materi yang akan digunakan mengacu pada KI dan KD yang
terdapat pada kurikulum 2013.
Tabel 2.1 KI dan KD Pada Sistem Pencernaan
Kompetensi Inti
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan konseptual,
faktual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya ilmu
pengetahuan, teknologi, seni budaya dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalarkan, menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang di pelajarinya
disekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan
Kompetensi Dasar
KD 3.7 : Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun
organ pada sistem pencernaan dalam kaitannya dengan
nutrisi, bioproses dan gangguan fungsi yang dapat terjadi
pada sistem pencernaan manusia
KD 4.7 : Menyajikan laporan hasil uji zat makanan yang terkandung
dalam berbagai jenis bahan makanan dikaitkan dengan
kebutuhan energi setiap individu serta teknologi pengolahan
pangan dan keamanan pangan
28
Pembelajaran sistem pencernaan terbagi menjadi tiga
bagian, 1) zat makanan dan peranannya (makronutrien dan
mikronutrien) 2) sistem pencernaan manusia dan hewan 3) gangguan
pencernaan.
Zat makanan dan peranannya memiliki dua pembahasan
penting yaitu makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien adalah zat
makanan yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah banyak seperti
karbohidrat, protein dan lemak. Adapun mikronutrien adalah zat
makanan yang dierlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit. Contoh dari
mikronutrien adalah vitamin dan mineral.
Subab selanjutnya adalah sistem pencernaan. Sistem pencernaan
berfungsi memecah zat makanan yang kompleks menjadi zat-zat yang
sederhana sehingga mudah dicerna oleh tubuh. Proses pencernaan
dalam sistem pencernaan dibagi menjadi tiga, yaitu pencernaan mekanis
yang bertujuan untuk mengubah bentuk makanan menjadi lebih kecil
agar mudah ditelan dan dicerna. Pencernaan kimiawi bertujuan untuk
menguraikan makanan menjadi bentuk yang lebih halus dengan bantuan
enzim pencernaan, sedangkan pencernaan biologis bertujuan
menguraikan dan membusukkan makanan dengan bantuan organisme
lain.
Sistem pencernaan makanan tersusun atas saluran pencernaan
dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan secara beruntun terdiri
atas rongga mulut - esofagus -lambung - usus halus (intestinum), dan
usus besar (kolon). Proses pencernaan makanan dapat dibagi menjadi
dua bagian besar, yaitu pencernaan secara mekanis (gigi dan otot
saluran cerna) dan pencernaan kimiawi (dengan enzim pencernaan).
Bahan makanan untuk pertama kalinya masuk ke rongga mulut. Di
dalam rongga mulut makanan mengalami proses pencernaan secara
mekanis dengan bantuan gigi dan otot lidah, serta pencernaan kimiawi
oleh enzim ptialin. Pada lambung juga terjadi pencernaan secara
mekanis yang dibantu gerak peristaltik. Pencernaan kimiawi di
29
lambung adalah untuk mengubah protein menjadi proteosa dan yang
mekanismenya dibantu oleh enzim pepsin. Di usus halus, makanan
mengalami proses pencernaan lemak menjadi asam lemak dan gliserol
yang dibantu oleh enzim lipase. Selain itu, di usus halus terjadi
pencernaan protein dan pepton menjadi dipeptida dan asam amino
yang dibantu oleh enzim tripsin. Di usus besar tidak terjadi proses
pencernaan, tetapi hanya penyerapan air. 47
Tidak hanya organ yang dibahas dalam subab ini melainkan
juga kelenjar-kelenjar pencernaan yang berperan membantu proses
pencernaan lebih cepat. Kelenjar-kelenjar pencernaan penghasil
enzim, antara lain kelenjar saliva, pankreas, kelenjar parotis, kelenjar
submaksilaris, kelenjar sublingual, dan hati.
Gangguan pencernaan meliputi penyakit yang berkaitan
dengan kerusakan organ pencernaan. Penyebabnya bermacam-macam,
dapat terjadi karena luka di bagian dalam yang terinfeksi oleh virus
atau bakteri, hingga kelainan kerja fisiologis tubuh. Gangguan
pecernaan yang seringkali dibahas adalah diare, tuak lambung,
konstipasi, ambeien dan radang usus buntu.48
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian Ika Wahyu Anita mengenai pengaruh motivasi belajar
mahasiswa ditinjau dari perbedaan jenis kelamin terhadap kemampuan
berpikir kritis matematis mahasiswa di STKIP Siliwangi Bandung pada
Mata Kuliah Struktur Aljabar II. Terdapat pengaruh yang searah antara
motivasi belajar mahasiswa ditinjau dari perbedaan jenis kelamin terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa di STKIP Siliwangi
Bandung pada Mata Kuliah Struktur Aljabar II. Hal ini menunjukkan
47
Suaha Bakhtiar. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, 2011), h. 144-145. 48
Fictor F P dan Moekti Ariewibowo. Praktis Belajar Biologi 2 untuk SMA/MA Kelas
XI, (Jakarta: Pusat Perbukuan, 2009), h.112.
30
bahwa tingginya motivasi belajar mahasiswa akan menyebabkan tingginya
kemampuan berpikir kritis matematisnya, demikian sebaliknya.49
Penelitian yang dilakukan Fara Diba Catur Putri menunjukkan
hasil Minat belajar siswa mempunyai hubungan positif dan signifikan
dengan hasil belajar IPA. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara berpikir kritis dengan hasil belajar IPA. Minat belajar dan berpikir
kritis siswa bersama-sama mempunyai hubungan positif dan signifikan
dengan hasil belajar IPA siswa. Semakin tinggi minat belajar siswa dan
berpikir kritis siswa maka hasil belajar IPA siswa akan semakin
meningkat.50
Hasil penelitian Eka Haryati, Yayuk Andayani dan Syarifa
Wahidah Al Idrus memperlihatkan bahwa minat belajar sebagian besar
siswa berada pada kategori sedang dan kemampuan awal keterampilan
berpikir kritis sebagian besar siswa berada pada kategori sangat rendah.
Penelitian ini menggunakan indikator berpikir kritis Ennis dan indikator
minat belajar Slameto. Penelitian ini juga hanya menganalisis minat
belajar dan berpikir kritis tanpa melihat korelasi atau pengaruhnya. 51
Hasil penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Nadhifatun.
Penelitian ini menggunakan tes dan angket sebagai metode pengumpulan
data yang menunjukan bahwa Korelasi antara minat belajar dengan
kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pokok bahasan rangkaian
arus searah tergolong rendah di MAN Bawu Jepara yaitu 0,315. 52
Penelitian yang dilakukan Dona Fitriawan, Eka Kasah Gordah,
Ivan Eldes memiliki hasil penelitian yaitu nilai rata-rata kemampuan
49
Ika Wahyu Anita. Pengaruh Motivasi Belajar ditinjau dari Jenis Kelamin Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa. Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi,
2015 Vol. 2, No. 2. h. 250. 50
Fara Diba C.P. Hubungan Minat Belajar dan Berpikir Kritis dengan Hasil Belajar Ilmu
Pengetahuan Alam Peserta didik Kelas V di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Susukan Jakarta
Timur. UNES Journal of Education Scienties (UJES). 2018,Vol. 2, Issue 1, h. 39-47. 51
Eka Sulistiani, Retni S. Budiarti dan Muswita. Analisis Minat Belajar dan Kemampuan
Awal Keterampilan Berpikir Kritis Peserta didik Pada Materi Minyak Bumi. J. Pijar MIPA, 2019,
Vol. 14 No. 3, h.128-134. 52
Nadhifatun. 2018. “Analisis Korelasi Minat Belajar pada Mata Pelajaran Fisika Pokok
Bahasan Rangkaian Arus Searah dengan Kemampuan Berpikir Kritis” Seminar Pendidikan Fisika
2018 Univrsitas Jember, 2018. ISSN : 2527 – 5917, Vol.3. h. 4.
31
berpikir kritis matematis, sikap ilmiah, serta prestasi belajar mahasiswa
yang ditelitinya pada rentang kategori cukup, Namun saat dianalisis
dengan metode korelasi, kemampuan berpikir kritis tidak memberikan
korelasi yang signifikan terhadap prestasi belajar dan sikap ilmiah tidak
memberikan korelasi yang signifikan terhadap prestasi belajar serta
kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah secara simultan tidak
memberikan korelasi yang signifikan terhadap prestasi belajar
mahasiswa.53
Penelitian Farah Indrawati menggunakan persamaan regresi ganda
yang diberikan pada peserta didik yang menjelaskan antara tingkat berpikir
dan minat belajar secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kemampuan pemahaman konsep dasar trigonometri,
selanjutnya tingkat berpikir mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kemampuan pemahaman konsep dasar trigonometri. Minat belajar tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan pemahaman
konsep dasar trigonometri.54
Penelitian Saparudin Saproni, dkk. memiliki hasil penelitian yaitu
terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis dan minat belajar setelah
menggunakan model pembelajaran PBL dengan mind mapping. Selain itu
mereka menyatakan Model pembelajaran PBL menggunakan Mind
Mapping lebih baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
minat belajar mahasiswa dibandingkan model pembelajaran Inkuiri
menggunakan Mind Mapping dan lebih baik dibandingkan model
pembelajaran Konvensional.55
53
Dona Fitriawan, Eka Kasah Gordah dan Ivan Eldes Dafrita.. Analisis Korelasi
Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa .Jurnal
Pendidikan Informatika dan Sains, 2016, Vol.5 No. 1 h. 10-11. 54
Farah Indrawati.Analisis Tingkat Berpikir Dan Minat Belajar Terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep Dasar Mata Kuliah Trigonometri. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
KALUNI, 2019,Volume 2. h. 64. 55
Saparudin Saproni, dkk. Kemampuan Berpikir Kritis dan Minat Belajar Mahasiswa Pada
Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan Melalui Model Pembelajaran PBL dan Inkuiri dengan
Menggunakan Media Mind Mapping di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas
Muhammadiyah Bengkulu. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi, 2018(ISBN: 978-
602-61265-2-8). h. 480.
32
Penelitian yang dilakukan Desi Nuzul Agnafia yaitu menganalisis
keterampilan berpikir kritis mata pelajaran biologi di SMK BIM Ngawi.
Hasil penelitiannya menyatakan bahwa analisis kemampuan siswa dalam
berpikir kritis pada kelas XA SMK BIM Ngawi didapatkan presentase
ketercapaian setiap indikator kemampuan berpikir kritis yaitu indikator
eksplanasi sebesar 72%, indikator interpretasi sebesar 63%, indikator
analisis sebesar 31%, indikator regulasi diri sebesar 51%, indikator
evaluasi sebesar 46%, dan indikator inferensi sebesar 62%.56
Penelitian yang dilakukan Nur Azizah Darwis, dkk. adalah
penelitian survey yang bersifat korelasional dengan menggunakan statistik
inferensial yaitu regresi sederhana dan korelasi sederhana, regresi ganda
dan korelasi ganda, serta korelasi parsial. Hasil analisis deskriptif
didapatkan bahwa minat belajar fisika berada dalam kategori tinggi;
kepercayaan diri berada dalam kategori tinggi; kecerdasan emosional
berada dalam kategori tinggi; dan kemampuan berpikir kritis fisika berada
dalam kategori sedang. Analisis inferensial menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif dan signifikan pada setiap hipotesis yang di ajukan.57
Penelitian yang dilakukan Anisa Zahra Hermayani menggunakan
bentuk penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research
(CAR) hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan
motivasi belajar sebesar 29,77% dan kemampuan berpikir kritis siswa
sebesar 27,56% melalui penerapan model Inkuiri Terbimbing di kelas X
MIA 5 SMA Batik 1 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015.58
Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian lainnya adalah
penelitian ini meneliti hubungan antara minat belajar biologi peserta didik
SMA N 9 Tangerang Selatan dengan kemampuan berpikir kritis.
Penelitian ini menggunakan metode survai dengan Teknik Analisis
56
Desi Nuzul Agnafia. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam
Pembelajaran Biologi.FLOREA, 2019, Vol.6 No. 1 h.45-53. 57
Nur Azizah Darwis, Muhammad Sidin Ali dan Helmi.op. cit., h. 120- 123. 58
Anisa Zahra Hermayani, Sri D. dan Marjono. Peningkatan Motivasi Belajar dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Ekosistem Melalui Penerapan Model Inkuiri
Terbimbing. BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi. 2015, Vol. 6. No. 2. h. 79-85.
33
Korelasional. Penelitian menggunakan soal berpikir kritis yang dibuat
berdasarkan indikator Ennis sebagai uji untuk mengetahui tingkat
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Materi biologi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sistem pencernaan.
C. Kerangka Berpikir
Berpikir kritis dalam dunia akademisi memiliki arti kemampuan
untuk menganalisis masalah dan dapat menemukan solusi atas masalah
tersebu t. Berpikir kritis dapat diterapkan dalam banyak situasi, seperti saat
berdiskusi, berdialog, saat menulis dan saat menangani masalah pribadi.
Berpikir kritis dapat menjadikan peserta didik memahami pembelajaran
dengan proses berpikir yang panjang dan objektif. Sehingga peserta didik
dapat menganalisis setiap argumen atau pernyataan yang ada dengan
menganalisis dan observasi terlebih dahulu serta memiliki rasa kehati-
hatian yang tinggi.
Minat belajar didefinisikan dengan suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada perintah. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu luar diri. Minat belajar dalam penelitian yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kecenderungan dalam diri peserta didik untuk
merasa tertarik dalam pembelajaran biologi yang memiliki hubungan
dengan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
Semakin besar minat peserta didik untuk mempelajari biologi
semakin besar pula rasa ingin tahu dan memahami suatu materi
pembelajaran biologi. Sehingga peserta didik memiliki kemampuan
berpikir kritis yang besar. Begitu pula sebaliknya, apabila peserta didik
memiliki minat belajar biologi yang rendah karena berbagai faktor seperti
materi yang terlalu banyak hafalan atau model pembelajaran yang kurang
menyenangkan dan lain-lain, akan menyebabkan rasa ingin tahu dan
memahami materi sangat rendah. Hal tersebut tentu berdampak pada
34
lemahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik. Jadi, diduga terdapat
hubungan positif antara minat belajar terhadap berpikir kritis peserta didik.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
35
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka berpikir yang telah
diruraikan di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan bahwa
terdapat hubungan positif antara minat belajar biologi dengan kemampuan
berpikir kritis peserta didik. Semakin tinggi minat belajar peserta didik
maka semakin tinggi pula kemampuan berpikir kritisnya. Begitu pula
sebaliknya semakin rendah minat belajar peserta didik maka semakin
rendah pula kemampuan berpkir kritis peserta didik tersebut.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil Tahun Pelajaran
2021/2022. Adapun tempat penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 9
Tangerang Selatan.
B. Metode Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya
adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal
hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan
penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan
angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut,
serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan
penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, tabel, grafik, atau
tampilan lainnya.1
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode survai.
Metode survai digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu
yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam
kegiatan pengumpulan data seperti tes atau wawancara.2 Dalam penelitian
ini menggunakan tes dan kuisioner untuk mengumpulkan data berpikir
kritis dan minat belajar biologi pada peserta didik.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasional. Teknik
analisis korelasional adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan
1 Sandu Siyoto dan Ali Sodik. Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015), h. 18. 2 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010), h. 12.
37
pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat
hubungan antara dua variabel atau lebih.3
Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan
penelitian, sering juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam
penelitian atau gejala yang akan diteliti4
Variabel Penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini memuat dua jenis.
1) Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen
atau variabel bebas adalah minat belajar.
2) Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya perubahan variabel lainnya.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah
kemampuan berpikir kritis.5
Gambar 3.1 Desain Penelitian Variabel X dan Y
C. Populasi dan Sampel
1) Populasi
Menurut Sugiyono populasi merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri atas, obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas & karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.6
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
3 Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2019), h. 212. 4 Siyoto dan Sodik, op.cit., h. 50.
5 Hardani, dkk. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu
Group, 2020), h. 305-306. 6 Siyoto dan Sodik, op.cit., h. 63.
X Minat Belajar
Y Berpikir Kritis
38
adalah peserta didik Kelas XI Jurusan IPA di SMA Negeri 9 Tangerang
Selatan.
2) Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang
diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili
populasinya.7Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah peserta
didik di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan Kelas XI IPA.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Sebutan purposive menunjukkan bahwa teknik ini
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam sampel ini pemilihan
sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang
dipandang memiliki sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya.8
Purposive sampling
digunakan dalam penelitian ini dikarenakan instrumen penelitian yang
digunakan menggunakan materi sistem pencernaan yang hanya di ajarkan
pada peserta didik kelas XI IPA.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes
Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau
sejenisnya yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, bakat, dan kemampuan dari subjek penelitian. Lembar
instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes yang terdiri atas butir-butir
soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis variabel yang diukur.9
Penelitian ini menggunakan Tes Berpikir Kritis yang menggunakan
sederetan soal yang dibuat berdasarkan indikator berpikir kritis Ennis.
Tes ini menggunakan sistem pencernaan sebagai materi yang
diaplikasikan dalam soal. Dengan menggunakan 15 pertanyaan yang
7 Ibid., h. 64.
8 Syahrum dan Salim. Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Citapustaka, 2012), h. 125.
9 Siyoto dan Sodik, op.cit., h. 78.
39
terbagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama memiliki 5 pertanyaan
submateri nutrisi makanan, bagian kedua memiliki 5 pertanyaan
submateri saluran pencernaan dan bagian ketiga memiliki 5 pertanyaan
submateri gangguan pencernaan. Semua tes berpikir kritis dalam
penelitian ini menggunakan esai.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Berpikir Kritis
No.
Urut
Kompetensi
Dasar
Bahan
Kelas/
Smt
Sub
Materi Indikator soal
Bentuk
tes
No.
Soal
1. Menganalisis
hubungan antara
struktur jaringan
penyusun organ
pada sistem
pencernaan
dalam kaitannya
dengan nutrisi,
bioproses dan
gangguan fungsi
yang dapat
terjadi pada
sistem
pencernaan
manusia
XI
MIPA/
1
Nutrisi
makanan
Memberikan penjelasan
sederhana
Esai 1.
2. Membangun keterampilan
dasar
Esai 2.
3. Menyimpulkan Esai 3.
4. Memberikan penjelasan
lanjutan
Esai 4.
5. Mengatur strategi dan
teknik
Esai 5.
6. Saluran
pencerna
an
Memberikan penjelasan
sederhana
Esai 1.
7. Membangun keterampilan
dasar
Esai 2.
8. Menyimpulkan Esai 3.
9. Memberikan penjelasan
lanjutan
Esai 4.
10. Mengatur strategi dan
teknik
Esai 5.
11. Ganggua
n
pencerna
Memberikan penjelasan
sederhana
Esai 1.
12. Membangun keterampilan Esai 2.
40
an dasar
13. Menyimpulkan Esai 3.
14. Memberikan penjelasan
lanjutan
Esai 4.
15. Mengatur strategi dan
teknik
Esai 5.
Jumlah soal 15
Rubrik penskoran kemampuan berpikir kritis berdasarkan holistic
critical thinking scorring rubric, rubrik penskoran ini digunakan dalam
menentukan skor atau nilai dari jawaban tiap soal yang dibrikan pada
peserta didik, berikut ini rubrik penskoran yang digunakan dalam
penelitian ini.
Tabel 3.2 Rubrik Penskoran Menurut Holistic Critical Thinking Scorring Rubric10
Skor Penjelasan
4 Secara konsisten melakukan semua atau hampir semua hal:
1. Menafsirkan secara akurat bukti, pernyataan, grafik, pertanyaan,
dll.
2. Mengidentifikasi argumen yang menonjol (alasan dan klaim) pro
dan kontra.
3. Menganalisis dan mengevaluasi sudut pandang alternative utama
dengan cermat.
4. Menarik kesimpulan yang beralasan bijkasana, dan tidak salah.
5. Membenarkan hasil dan prosedur utama menjelaskan asumsi dan
alasan .
6. Adil mengikuti kemana arah bukti dan alasan.
3 Melakukan sebagian besar atau banyak hal berikut :
1. Menafsirkan secara akurat, bukti pernyatan grafik, pertanyaan dan
10
Peter A. Facione & Noreen C. Facione. The Holistic Critical Thinking Scoring
Rubric. ( California: The California Academic Press, 2009). h. 1.
41
lain-lain.
2. Mengidentifikasi argumen yang relevan (alasan dan klaim) pro dan
kontra.
3. Menganalisis dan mengevaluasi sudut pandang alternative yang
jelas.
4. Membenarkan beberapa hasil dan prosedur, menjelaskan asumsi
dan alasan.
5. Adil mengikuti kemana arah bukti dan alasan.
2 Melakukan sebagian besar atau banyak hal berikut:
1. Salah menafsirkan bukti, pernyataan, grafi, pernyataan dan lain-
lain.
2. Gagal mengidentifikasi kontra argument yang kuat dan relevan.
3. Mengabaikan atau secara dangkal mengevaluasi sudut pandang
alternative yang jelas.
4. Membenarkan sedikithasil atau prosedur jarang menjelaskan
alasannya.
5. Terlepas dari bukti atau alasan mempertahankan pandangan
berdasarkan kepentingan pribadi atau prasangka.
1 Secara konsisten melakukan hamper atau bahkan semua dari hal berikut:
1. Menawarkan interpretasi bias dari bukti, pernyataan, grafik
pertanyaan informasi atau sudut pandang orang lain.
2. Gagal mengidentifikasi atau tergesa-gesa menolak argument
tandingan yang relevan dan kuat
3. Mengabaikan atau secara dangkal mengevaluasi sudut pandang
alternatif yang jelas.
4. Menggunakan alasan yang salah atau tidak relevan dan klaim yang
tidak beralasan.
5. Tidak membenarkan hasil atau prosedur atau menjelaskan alasan.
6. Terlepas dari bukti atau alasan mempertahankan pandangan
berdasarkan kepentingan pandangan berdasarkan kepentingan
42
pribadi atau prasangka
7. Menunjukkan sikap tertutup atau pertentangan terhadap alasan.
2. Angket
Angket atau Kuesioner salah satu media untuk mengumpulkan
data dalam penelitian pendidikan atau penelitian sosial yang paling
populer digunakan adalah melalui kuesioner. Kuesioner ini juga sering
disebut sebagai angket dan kuesioner ini berisi beberapa pertanyaan
yang berkaitan dengan masalah penelitian yang perlu dipecahkan,
disusun, dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di
lapangan. Dalam penelitian kuantitatif, menggunakan kuesioner adalah
yang paling sering ditemui karena dibuat intensif dan teliti, selain itu
kuesioner memiliki keunggulan jika dibanding dengan alat pengumpul
lainnya.
Dalam penelitian ini menggunakan angket minat belajar. Angket
yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket minat belajar
peserta didik terhadap mata pelajaran biologi di SMAN 9 Tangerang
Selatan yang berisi pilihan TP (Tidak pernah), JR (Jarang), KK
(Kadang-kadang), SR (Sering) dan SL (Selalu).Skor diberikan atas
pernyataan positif dan negatif. Untuk pernyataan positif diberi skor 5, 4,
3, 2, 1 dan penyataan negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, 5.
Tabel 3.3 Indikator Angket Minat Belajar
Variabel Indikator Pernyataan Jumlah
soal Positif Negatif
Minat
Belajar
(berdasarkan
Sukartini
(1986 : 65)
Darmadi
(2017:322)
Lestari dan
Memiliki
perasaan
senang
terhadap
pembelajaran
1,4 5 3
2,3 6,7 4
Terlibat aktif
dalam
pembelajaran
10 8 2
9 11 2
43
Mokhamma
d (2017: 93-
94) )
12 13 2
Memiliki
ketertarikan
dalam belajar 14 16 2
15 17 2
Perhatian
Peserta didik 18,20,22 19,21,23 6
Memiliki
keinginan
untuk dapat
memahami
pembelajaran
24,26,31 25,28 5
27 29,30 3
Jumlah soal 16 15 31
E. Uji Coba Instrumen
1. Uji Validitas
Instrumen penelitian yang valid adalah instrumen tersebut
dapat menjadi alat ukur untuk mendapatkan data yang valid. Valid
berarti instrumen tersebut dapat mengukur sesuatu yang seharusnya
diukur. Validitas menjadi hal yang sangat penting karena validitas
menjamin keabsahan pengukuran dari skala yang ditentukan dari
variabel-variabel yang digunakan dalam menentukan hubungan suatu
kejadian atau fenomena.11
𝑟𝑥𝑦 =∑ 𝑥𝑦
√{∑ 𝑥2}{∑ 𝑦2}
11
Hardani, dkk. op.cit., h. 393.
44
Dalam penelitian ini validitas menggunakan bantuan software
SPSS 25 dengan menggunakan teknik korelasi pearson product
moment khusus untuk angket minat belajar biologi dan tes soal berpikir
kritis. Untuk angket minat belajar semua butir valid sedangkan untuk
tes soal berpikir kritis dari 15 soal hanya 13 soal yang valid.
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Angket Minat Belajar Biologi
No. Soal Mean Std. Deviasi N Pearson
correlation
Hasil
Penentuan
1. 3.88 .718 50 .716** Valid
2. 4.78 .418 50 .284* Valid
3. 4.58 .785 50 .340* Valid
4. 3.48 .909 50 .462** Valid
5. 3.76 .847 50 .574** Valid
6. 4.68 .653 50 .528** Valid
7. 4.80 .606 50 .518** Valid
8. 3.48 1.015 50 .457** Valid
9. 3.00 .948 50 .520** Valid
10. 3.84 .866 50 .325* Valid
11. 4.22 .840 50 .504** Valid
12. 3.44 .837 50 .492** Valid
13. 3.34 .848 50 .424** Valid
14. 3.78 .864 50 .575** Valid
15. 3.80 .782 50 .580** Valid
16. 3.28 .948 50 .524** Valid
17. 4.04 1.009 50 .613** Valid
18. 4.48 .544 50 .429** Valid
19. 3.26 .828 50 .625** Valid
20. 4.16 .792 50 .530** Valid
21. 4.02 .892 50 .746** Valid
45
22. 4.44 .705 50 .285* Valid
23. 3.66 .823 50 .432** Valid
24. 3.22 1.130 50 .424** Valid
25. 3.74 1.065 50 .431** Valid
26. 4.50 .678 50 .518** Valid
27. 2.94 1.096 50 .546** Valid
28. 3.58 .835 50 .754** Valid
29. 3.88 .918 50 .634** Valid
30. 3.14 1.143 50 .658** Valid
31. 4.52 .677 50 .492** Valid
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis
No. No.
Soal Mean
Std.
Deviation N
Pearson
Corelation
Hasil
penentuan
1 1 3.88 .521 50 .260 Tidak valid
2 2 2.76 1.080 50 .564** Valid
3 3 3.34 .823 50 .515** Valid
4 4 3.36 .942 50 .431** Valid
5 5 2.10 1.199 50 .052 Tidak valid
6 1 1.88 .982 50 .546** Valid
7 2 1.60 1.050 50 .510** Valid
8 3 1.54 .788 50 .533** Valid
9 4 1.64 .898 50 .694** Valid
10 5 2.10 1.182 50 .690** Valid
11 1 3.28 .970 50 .585** Valid
12 2 2.08 .695 50 .583** Valid
13 3 2.08 .877 50 .501** Valid
14 4 2.38 1.292 50 .728** Valid
15 5 3.32 1.220 50 .258 Tidak valid
46
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang
mempunyai asal kata rely yang artinya percaya dan reliabel yang
artinya dapat dipercaya. Keterpercayaan berhubungan dengan
ketepatan dan konsistensi. Beberapa ahli memberikan batasan
reliabilitas. Menurut Azwar (2012), reliabilitas berhubungan dengan
akurasi instrumen dalam mengukur apa yang diukur, kecermatan hasil
ukur dan seberapa akurat seandainya dilakukan pengukuran ulang.12
Untuk menguji reliabilitas instrumen tes berpikir kritis dengan
jawaban berupa uraian, maka uji reliabilitas yang digunakan dengan
rumus alpha cornbach yang akan diolah dengan menggunakan software
SPSS 25. Hasil uji reliabilitas data angket minat belajar biologi dan data
tes berpikir kritis terbilang reliabel.
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Angket Minat Belajar
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.906 31
Jumlah item yang di uji dalam variabel minat belajar berjumlah 31 item.
Jika nilai uji lebih dari 0,60 maka data tersebut reliabel. Data tersebut
menunjukkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,906 maka data tersebut
reliabel.
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.834 12
Jumlah item yang di uji dalam variabel minat belajar berjumlah 31 item.
Jika nilai uji lebih dari 0,60 maka data tersebut reliabel. Data tersebut
12
Siyoto & Sodik, op.cit., h. 90-91.
47
menunjukkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,834 maka data tersebut
reliabel.
3. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran soal merupakan kesamarataan dari tingkat
kesulitan soal, yaitu adanya tingkatan soal yang tergolong mudah,
sedang dan sulit. Soal yang baik hendaknya tidak terlalu sulit dan terlalu
mudah.13
Taraf kesukaran soal ini digunakan untuk mengukur kesukaran
soal berpikir kritis. Taraf kesukaran tes dinyatakan dalam indeks
kesukaran (difficulty index). Perhitungan tingkat kesukaran dalam
penelitian ini menggunakan software Anates versi 4.0.
Tabel 3.8 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kritis
No. No. Soal Tingkat Kesukaran Tafsiran
1. 1. 92,86 Sangat Mudah
2. 2. 66,96 Sedang
3. 3. 78,57 Mudah
4. 4. 81,25 Mudah
5. 5. 53,57 Sedang
6. 1. 40,18 Sedang
7. 2. 34,82 Sedang
8. 3. 39,29 Sedang
9. 4. 39,92 Sedang
10. 5. 52,68 Sedang
11. 1. 79,46 Mudah
12. 2. 49,11 Sedang
13. 3. 43,75 Sedang
14. 4. 56,25 Sedang
15. 5. 78,57 Mudah
13
Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 135.
48
4. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui dan
membedakan peserta didik yang tergolong mampu dalam menjawab
soal dan peserta didik yang kurang mampu dalam menjawab soal,
semakin tinggi indeksnya maka semakin baik atau bagus soal tersebut.14
Pengujian daya pembeda soal berpikir kritis dalam penelitian ini
menggunakan software Anates versi 4.0
Tabel 3.9 Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Kritis
No. Kelompok
Atas
Kelompok
Bawah Beda
Daya
Pembeda (%) Tafsiran
1. 3,79 3,64 0,14 3,57 Sangat Buruk
2. 3,50 1,86 1,64 41,07 Baik
3. 3,71 2,57 1,14 28,57 Sedang
4 3,79 2,71 1,07 26,79 Sedang
5 2,21 2,07 0,14 3,57 Sangat Buruk
6 2,57 0,64 1,93 48,21 Baik
7 2,43 0,36 2,07 51,79 Sangat Baik
8 2,43 0,71 1,71 42,86 Baik
9 2,57 0,57 2,00 50,00 Sangat Baik
10 3,21 1,00 2,21 55,36 Sangat Baik
11 3,86 2,50 1,36 33,93 Baik
12 2,43 1,50 0,93 23,21 Sedang
13 2,36 1,14 1,21 30,36 Baik
14 3,64 0,86 2,79 69,64 Sangat Baik
15 3,57 2,71 0,86 21,43 Sedang
F. Teknik Analisis Data
1. Deskripsi Data
14
Nana Sudjana, op.cit., h. 141.
49
Mendeskripsikan data adalah menggambarkan data yang ada guna
memperoleh bentuk nyata dari responden, sehingga lebih mudah
dimengerti peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian
yang dilakukan.15
Tabel. 3.10 Kategorisasi Kemampuan Berpikir Kritis16
Interpretasi (%) Kategori
86 < x ≤ 100 Sangat Tinggi (Superior)
79 < x ≤ 85 Tinggi (Strong)
70 < x ≤ 78 Sedang (Moderate)
63 < x ≤ 69 Rendah (Weak)
50 < x ≤ 62 Sangat Rendah (Not Manifested)
1-50 Tidak Berpikir Kritis
Tabel 3.11 Kategorisasi Skor Minat Belajar17
Interval skor Kategorisasi
Mi + 1,5 SDi < x Sangat Tinggi
Mi + 0,5 SDi < x ≤ Mi + 1,5 SDi Tinggi
Mi – 0,5 SDi < x ≤ M + 0,5 SDi Sedang
Mi-1,5 SDi < x ≤ Mi-0,5 SDi Rendah
x < Mi – 1,5 SDi Sangat Rendah
2. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau
tidak. Ada beberapa teknik yang digunakan untuk menguji
15
Sukardi, op.cit., h. 111. 16
Facione, CCST Test Manual “The Gold Standart” Test of Critical Thinking, San Jose:
California Academic Press, 2013). h. 74. 17
Saifuddin Azwar. Kelompok Subjek Ini Memiliki Harga Diri yang Rendah; Kok,
Tahu…?. Buletin Psikologi. 1993. h. 15.
50
normalitas data salah satunya dengan uji Kolmogorov-Smirnov
yang terdapat dalam SPSS 25.
b. Uji Homogenitas
Homogenitas dalam penelitian korelasi lebih didasarkan
pada homogenitas konseptual daripada homogenitas secara empiris
melalui pengujian dengan data sampel.18
mengukur homogenitas
pada dasarnya adalah memperhitungkan dua sumber kesalahan
(konten dan homogenitas tingkah laku daerah) yang muncul pada
tes yang direncanakan19
Uji homogenitas menggunakan uji
Levenne yang terdapat pada SPSS 25.
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji Korelasi
Teknik analisis data yang tepat untuk menganalisis data
berbentuk interval dan dari sumber yang sama dan tujuannya untuk
dikorelasikan ialah Pearson Product Moment20
𝑟𝑥𝑦 =∑ 𝑥𝑦
√{∑ 𝑥2}{∑ 𝑦2}
𝑟𝑥𝑦 =∑ 𝑥𝑦
√{∑ 𝑥𝑖2 − (∑ 𝑥𝑖)2}{∑ 𝑦𝑖
2 − (∑ 𝑦𝑖)2}
Selain itu diperlukan interpretasi dalam menentukan kuat
rendahnya suatu hubungan. Dalam penelitian ini menggunakan
pedoman memberikan interpretasi koefisisen korelasi menurut
sugiyono (2010).
18
Kadir. Statistika Terapan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), h. 143. 19
Sukardi, op.cit., h. 168. 20
Sugiyono, op.cit., h. 254-255.
51
Tabel 4.12 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi21
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
b. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah :
H0 : 𝜌𝑥𝑦 = 0
Ha :𝜌𝑥𝑦 > 0
Ho = Tidak ada hubungan positif antara minat belajar biologi
terhadap berpikir kritis pada peserta didik di SMA Negeri 9
Tangerang Selatan.
Ha = Terdapat hubungan positif antara minat belajar biologi
terhadap berpikir kritis peserta didik di SMA Negeri 9
Tangerang Selatan.
21
Sugiyono, op.cit., h. 257.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Data Hasil Penelitian Minat Belajar
Data minat belajar biologi ini didapatkan dengan cara
peserta didik mengisi angket yang terdiri atas 31 butir pertanyaan.
Angket minat belajar biologi ini menggunakan skala Likert.
Berikut ini tabel mengenai data minat belajar.
Tabel 4.1 Tabulasi Data Minat Belajar
No. Inisial Skor No. Inisial Skor No. Inisial Skor No. Inisial Skor
1. ASK 97 28. GS 111 55. FMNL 111 82. FA 101
2. AAA 108 29. GA 81 56. LDS 110 83. FAP 110
3. AP 112 30. KSE 131 57. MJA 98 84. HAD 124
4. DN 105 31. KPA 136 58. MA 123 85. ILQ 114
5. DA 98 32. KCRZ 116 59. MRF 122 86. KA 121
6. FA 89 33. KA 119 60. NNTPR 112 87. MZR 92
7. MNK 95 34. KSH 118 61. N N P 117 88. NF 113
8. MIP 120 35. LPM 110 62. RJD 115 89. RMA 115
9. ND 111 36. MP 120 63. SAM 119 90. RDC 125
10. RKA 126 37. NN 130 64. AH 118 91. TI 106
11. SS 101 38. PA 129 65. AAN 119 92. RAM 116
12. AAA 99 39. RHF 129 66. ADA 121 93. TP 124
13. AFAK 99 40. RA 111 67. FW 97 94. AN 129
14. ADM 106 41. SA 113 68. KNM 123 95. NARSD 114
15. GVU 103 42. BSH 113 69. LDP 130 96. KS 110
16. KJR 98 43. BR 105 70. MSAP 104 97. AH 119
17. EBM 112 44. CSS 125 71. MJNG 111 98. HAA 97
18. KBD 111 45. FAT 104 72. MER 121 99. IFA 87
19. ADDN 110 46. GV 90 73. NSN 111 100. KSg 99
20. AA 113 47. LAR 124 74. RJM 93 101. NA 97
21. AFd 112 48. LH 115 75. SNP 109 102. JSRFM 99
22. AF 112 49. MDAP 103 76. SNS 108 103. ANI 114
53
23. BMM 106 50. MA 123 77. YJA 115 104. RTR 99
24. DTH 111 51. NH 106 78. ASI 100 105. ASD 102
25. DAPP 130 52. ASF 106 79. CCP 116 106. MAM 113
26. FAN 116 53. AV 124 80. DMSZ 122 107. NNAZ 104
27. FDL 106 54. APM 111 81. DRP 101
Berdasarkan tabel 4.1 di atas skor paling tinggi yang di
dapat dari tes kemampuan berpikir kritis diperoleh peserta didik
dengan inisial KPA dengan skor 136. sedangkan nilai terendah
diperoleh peserta didik yang berinisial GA dengan skor 81 dengan
keseluruhan responden 107 peserta didik.
Tabel 4.2 Data Skor Minat Belajar
No. Data Hasil Analisis
1. Jumlah Peserta didik 107
2. Rata-rata 111.30
3. Standar Deviasi 10,633
4. Skor Tertinggi 136
5. Skor Terendah 81
6. Varians 113,061
Berdasarkan tabel 4.2 di atas rata-rata skor minat belajar
biologi peserta didik berjumlah 111,30. Sedangkan standar deviasi
dan varians yang tergolong dalam variabilitas berjumlah 10,633
dan 113,061.
Tabel 4.3 Kategorisasi Skor Minat Belajar
Interval skor Frekuensi Persentase Kategorisasi
124 < x 10 9,34 % Sangat Tinggi
103 < x ≤ 124 70 65,42 % Tinggi
82,6 < x ≤ 103 26 25,23 % Sedang
62 < x ≤ 82,6 1 0,58 % Rendah
x < 62 0 0 % Sangat Rendah
54
Berdasarkan tabel 4.3 di atas jumlah peserta didik yang
memiliki minat belajar biologi yang sangat tinggi berjumlah 10
peserta didik dengan persentase 9,34%. Jumlah peserta didik yang
tergolong tinggi dalam minat belajar berjumlah 70 peserta didik
dengan persentase 65,42%. Jumlah peserta peserta didik yang
tergolong sedang dalam minat belajar berjumlah 26 peserta didik
dengan persentase 25,23% dan jumlah peserta didik yang rendah
dalam minat belajar biologi adalah 1 peserta didik dengan
persentase 0,58%.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sturges Minat Belajar
Kelas Frekuensi Frekuensi
kumulatif
Frekuensi
relative
(%)
Xi
81-88 2 2 1,86% 84,5
89-96 5 7 4,67 % 92,5
97-104 22 29 20,56 % 100,5
105-112 30 59 28,03% 108,5
113-120 25 84 23,36% 116,5
121-128 15 99 14,01% 124,5
129-136 8 107 7,47 % 132,5
Berdasarkan tabel 4.4 di atas kelas yang memiliki frekuensi
paling tinggi terdapat pada kelas 105-112 yang berjumlah 30
peserta didik dengan persentase frekuensi relative 28,03%.
Sedangkan kelas yang memiliki frekuensi paling rendah terdapat
pada kelas 81-88 yang berjumlah 2 peserta didik dengan persentase
frekuensi relative 1,86%.
55
Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Minat Belajar
2. Data Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis
Data kemampuan berpikir kritis ini didapatkan dengan cara
peserta didik menjawab tes yang terdiri atas 12 butir pertanyaan.
Tes ini menggunakan indikator Ennis dan menggunakan soal tipe
esai. Berikut ini tabel mengenai data mengenai Kemampuan
Berpikir Kritis.
Tabel 4.5 Tabulasi Data Kemampuan Berpikir Kritis
No. Inisial Skor No. Inisial Skor No. Inisial Skor No. Inisial Skor
1. ASK 25 28. GS 27 55. FMNL 28 82. FA 43
2. AAA 32 29. GA 24 56. LDS 36 83. FAP 44
3. AP 29 30. KSE 39 57. MJA 29 84. HAD 33
4. DN 28 31. KPA 37 58. MA 28 85. ILQ 37
5. DA 22 32. KCRZ 40 59. MRF 26 86. KA 35
6. FA 25 33. KA 30 60. NNTPR 46 87. MZR 20
7. MNK 23 34. KSH 27 61. N N P 41 88. NF 44
8. MIP 31 35. LPM 33 62. RJD 29 89. RMA 32
9. ND 37 36. MP 35 63. SAM 34 90. RDC 34
10. RKA 32 37. NN 29 64. AH 29 91. TI 28
2 5 22 30 25 15 8 0
5
10
15
20
25
30
35
56
11. SS 32 38. PA 39 65. AAN 31 92. RAM 44
12. AAA 23 39. RHF 28 66. ADA 33 93. TP 35
13. AFAK 21 40. RA 44 67. FW 23 94. AN 34
14. ADM 30 41. SA 29 68. KNM 28 95. NARSD 34
15. GVU 30 42. BSH 31 69. LDP 28 96. KS 39
16. KJR 23 43. BR 31 70. MSAP 31 97. AH 35
17. EBM 36 44. CSS 35 71. MJNG 37 98. HAA 22
18. KBD 38 45. FAT 37 72. MER 43 99. IFA 26
19. ADDN 29 46. GV 24 73. NSN 33 100. KSg 27
20. AA 34 47. LAR 27 74. RJM 23 101. NA 27
21. AFd 27 48. LH 36 75. SNP 36 102. JSRFM 26
22. AF 32 49. MDAP 37 76. SNS 36 103. ANI 36
23. BMM 33 50. MA 30 77. YJA 31 104. RTR 18
24. DTH 32 51. NH 39 78. ASI 28 105. ASD 21
25. DAPP 35 52. ASF 34 79. CCP 43 106. MAM 31
26. FAN 31 53. AV 35 80. DMSZ 45 107. NNAZ 35
27. FDL 34 54. APM 36 81. DRP 37
Skor paling tinggi yang di dapat dari tes kemampuan
berpikir kritis diperoleh peserta didik dengan inisial NNTPR
dengan skor 46 yang apabila dikonversikan menjadi nilai sebesar
95,8. Sedangkan nilai terendah diperoleh peserta didik yang
berinisial RTR dengan skor 18 yang apabila dikonversikan menjadi
nilai sebesar 37,5.
Tabel 4.6 Data Skor Kemampuan Berpikir Kritis
No. Data Hasil Analisis
1. Jumlah Peserta didik 107
2. Rata-rata 32,05
3. Standar Deviasi 6,111
4. Skor Tertinggi 46
5. Skor Terendah 18
6. Varians 37,347
57
Berdasarkan tabel 4.6 di atas rata-rata skor kemampuan
berpikir kritis peserta didik berjumlah 32,05. Sedangkan standar
deviasi dan varians yang tergolong dalam variabilitas dalam sebuah
data berjumlah 6,111 dan 37,347.
Tabel 4.7 Kategorisasi Skor Kemampuan Berpikir Kritis
Interpretasi (%) Frekuensi Persentase Kategori
86 < x ≤ 100 10 9,34 % Sangat Tinggi
(Superior)
79 < x ≤ 85 3 2.8 % Tinggi (Strong)
70 < x ≤ 78 29 27,1 % Sedang (Moderate)
63 < x ≤ 69 26 24,29 % Rendah (Weak)
50 < x ≤ 62 28 26,16 % Sangat Rendah
(Not Manifested)
1-50 11 10,28 % Tidak Berpikir
Kritis
Berdasarkan tabel 4.7 di atas jumlah peserta didik yang
memiliki skor kemampuan berpikir kritis yang sangat tinggi
berjumlah 10 peserta didik dengan persentase 9,34%. Jumlah
peserta didik yang tergolong tinggi dalam berpikir kritis berjumlah
3 peserta didik dengan persentase 2,8%. Jumlah peserta peserta
didik yang tergolong sedang dalam berpikir kritis berjumlah 29
peserta didik dengan persentase 27,1% dan jumlah peserta didik
yang rendah dalam berpikir kritis adalah 26 peserta didik dengan
persentase 24,29%. Sedangkan jumlah peserta didik yang sangat
rendah kemampuan berpikir kritisnya berjumlah 28 peserta didik
dengan persentase 26,16%. Kemudian, jumlah peserta didik yang
tergolong tidak berpikir kritis berjumlah 11 peserta didik dengan
persentase 10,28%
58
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Sturges Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Frekuensi Frekuensi
kumulatif
Frekuensi
relative (%) Xi
18-21 4 4 3,73% 19,5
22-25 11 15 10,2 % 23,5
26-29 24 39 22,42 % 27,5
30-33 23 62 21,49 % 31,5
34-37 29 91 27,1 % 35,5
38-41 7 98 6,54% 39,5
42-46 9 107 8,4 % 41,5
Berdasarkan tabel 4.8 di atas kelas yang memiliki frekuensi
paling tinggi terdapat pada kelas 34-47 yang berjumlah 29 peserta
didik dengan persentase frekuensi relative 27,1%. Sedangkan kelas
yang memiliki frekuensi paling rendah terdapat pada kelas 18-21
yang berjumlah 4 peserta didik dengan persentase frekuensi
relative 3,73%.
Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis
4 11 24 23 29 7 9 0
5
10
15
20
25
30
35
59
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji
normalitas Kormologolov-Smirnov melalui program SPSS 25. Uji
normalitas dilakukan untuk mengentahui data yang di dapatkan
normal atau tidak. Data uji normalitas minat belajar dan
kemampuan berpikir kritis terdapat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Uji Normalitas
Data Kolmogorov-Smirnov
Α Asym. Sig.
Minat Belajar Biologi
dan
Kemampuan berpikir
Kritis
0,05 0,090
Syarat Jika Asym. Sig. memiliki nilai lebih besar
dibandingkan α maka data tersebut
berdistribusi normal.
Kesimpulan Minat belajar biologi dan Kemampuan
Berpikir Kritis memiliki data yang
berdistribusi normal
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas pada penenlitian ini menggunakan
Levenne Statistic pada program SPSS 25. Tujuan dilakukan uji
homogenitas adalah mencari tahu apakah data yang didapatkan
homogen atau tidak. Data uji homogenitas terdapat pada tabel 4.6.
Tabel 4.10 Uji Homogenitas
Data Levenne Statistic
Α Asym. Sig.
Minat Belajar Biologi
0,05
0,519
Kemampuan berpikir
Kritis 0,102
Syarat Jika Asym. Sig. memiliki nilai lebih besar
dibandingkan α maka data tersebut
60
homogen.
Kesimpulan Data minat belajar biologi dan
Kemampuan Berpikir Kritis homogen.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis adalah uji yang dilakukan setelah uji prasyarat
(uji normalitas dan homogenitas). Uji hipotesis yang digunakan
adalah uji parametrik yaitu pearson correlation pada program
SPSS 25. Tujuan dilakukan uji hipotesis adalah untuk mengetahui
apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Data uji
hipotesis terdapat pada tabel 4.7.
Tabel 4.11 Uji hipotesis Pearson Correlation
Data Pearson Correlation
Correlation A Sig.
Minat Belajar
Biologi dan
Kemampuan
berpikir Kritis
0,438 0,05 0,000
Syarat Jika Asym. Sig. memiliki nilai lebih kecil
dibandingkan α maka kedua data tersebut
berkorelasi.
Kesimpulan Minat belajar biologi dan kemampuan
berpikir kritis saling berkorelasi.
C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan minat belajar
dengan kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMA Negeri 9
Tangerang Selatan. Selain itu penelitian ini juga melihat apakah minat
belajar dan kemampuan berpikir kritis peserta didik tinggi atau rendah.
Menurut Slameto minat belajar didefinisikan dengan suatu rasa
lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
perintah1. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan
antara diri sendiri dengan sesuatu luar diri. Minat belajar dalam penelitian
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecenderungan dalam diri
1 Slameto. loc.cit.
61
peserta didik untuk merasa tertarik dalam pembelajaran biologi yang
memiliki hubungan dengan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
Minat belajar peserta didik terhadap biologi tergolong tinggi
(terdapat pada tabel 4.3) dibuktikan dengan jumlah paling dominan berada
pada golongan tinggi. Jumlah peserta didik yang memiliki minat belajar
biologi yang sangat tinggi berjumlah 10 peserta didik dengan persentase
9,34%. Jumlah peserta didik yang tergolong tinggi dalam minat belajar
berjumlah 70 peserta didik dengan persentase 65,42%. Jumlah peserta
peserta didik yang tergolong sedang dalam minat belajar berjumlah 26
peserta didik dengan persentase 25,23% dan jumlah peserta didik yang
rendah dalam minat belajar biologi adalah 1 peserta didik dengan
persentase 0,58%
Dengan demikian peserta didik di SMAN 9 Tangerang Selatan
memiliki kecenderungan dalam diri yang tinggi untuk merasa tertarik
mempelajari biologi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Jendra Binuni, dkk. Yaitu peserta didik yang diteliti 80% memiliki minat
belajar pada biologi yang tinggi.2
Skor paling tinggi yang di dapat dari tes kemampuan berpikir kritis
diperoleh peserta didik dengan inisial KPA dari XI MIPA 3 dengan skor
136. Dan nilai terendah diperoleh peserta didik yang berinisial GA dari
kelas XI MIPA 2 dengan skor 81.
2Jendra Binuni, E.S.N. Kaunang dan H.M. Sumampouw. Hubungan Minat Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Biologi SMA Negeri 2 Tondano.Jurnal Sains,
Matematika dan Edukasi. 2017. Vol 5 No. 2. h. 187.
62
Gambar 4.3 Persentase Indikator Minat Belajar
Persentase variabel minat belajar biologi tergolong baik hal ini
dapat dilihat melalui grafik yang ada (gambar 4.1). indikator terlibat aktif
dalam pembelajaran yang memiliki persentase terkecil yaitu 64,61 %. Hal
ini menunjukkan partisipasi aktif seperti bertanya, berdiskusi dan
menyampaikan pendapat di kelas terbilang sedang. Indikator selanjutnya
yang memiliki persentase yang rendah kedua adalah indikator memiliki
keinginan untuk dapat memahami pembelajaran dengan nilai 69,95%. Hal
ini menunjukkan inisiatif peserta didik untuk belajar sebelum dimulai,
belajar dirumah, dan keyakinan untuk memahami juga terbilang sedang.
Selain kedua indikator tersebut yaitu memiliki rasa senang terhadap
pelajaran biologi, memiliki ketertarikan dalam belajar dan perhatian
peserta didik cukup tinggi yaitu, 75,86 %, 70,51% dan 78%.
Selain menganalisis minat belajar biologi peserta didik di SMA
Negeri 9 Tangerang Selatan dalam penelitian ini juga melakukan analisis
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Menurut K McMillan dan J
Weyers (2013) Berpikir kritis dalam dunia akademisi memiliki arti
75,86%
64,61% 70,51%
78 %
69,95%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Memiliki rasa
senang terhadap
pembelajaran
Terlibat aktif
dalam
pembelajaran
Memiliki
ketertarikan
dalam belajar
Perhatian peserta
didik
Memiliki
keinginan untuk
dapat memahami
pembelajaran
63
kemampuan untuk menganalisis masalah dan dapat menemukan solusi atas
masalah tersebut.3 Berpikir kritis dapat diterapkan dalam banyak situasi,
seperti saat berdiskusi, berdialog, saat menulis dan saat menangani
masalah pribadi. Berpikir kritis dapat menjadikan peserta didik memahami
pembelajaran dengan proses berpikir yang panjang dan objektif. Sehingga
peserta didik dapat menganalisis setiap argumen atau pernyataan yang ada
dengan menganalisis dan observasi terlebih dahulu serta memiliki rasa
kehati-hatian yang tinggi.
Jumlah peserta didik yang memiliki skor kemampuan berpikir
kritis yang sangat tinggi berjumlah 10 peserta didik dengan persentase
9,34%. Jumlah peserta didik yang tergolong tinggi dalam berpikir kritis
berjumlah 3 peserta didik dengan persentase 2,8%. Jumlah peserta peserta
didik yang tergolong sedang dalam berpikir kritis berjumlah 29 peserta
didik dengan persentase 27,1% dan jumlah peserta didik yang rendah
dalam berpikir kritis adalah 26 peserta didik dengan persentase 24,29%.
Sedangkan jumlah peserta didik yang sangat rendah kemampuan berpikir
kritisnya berjumlah 28 peserta didik dengan persentase 26,16%.
Kemudian, jumlah peserta didik yang tergolong tidak berpikir kritis
berjumlah 11 peserta didik dengan persentase 10,28%
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMAN 9
Tangerang Selatan mengenai kemampuan berpikir kritis yang dilakukan
mayoritas berada pada level rendah cenderung sedang (pada tabel 4.7).
Sehingga kemampuan dalam mengobservasi dan menganalisis serta rasa
kehati-hatian peserta didik tergolong cenderung sedang. Dengan nilai rata-
rata 32,05 dari semua jumlah peserta didik. Yang apabila dikonversikan
menjadi 66,77 yang mana nilai tersebut termasuk kedalam golongan
rendah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian dari Larasanti Hasibuan
3 K McMillan dan J Weyers. loc.cit.
64
dimana nilai rata-ratanya berada pada golongan cederung sedang dengan
nilai rata-rata 52,244.
Skor paling tinggi yang di dapat dari tes kemampuan berpikir kritis
diperoleh peserta didik dengan inisial NNTPR dari XI MIPA 3 dengan
skor 46 yang apabila dikonversikan menjadi nilai sebesar 95,8. Dan nilai
terendah diperoleh peserta didik yang berinisial RTR dari kelas XI MIPA
4 dengan skor 18 yang apabila dikonversikan menjadi nilai sebesar 37,5.
Gambar 4.4 Persentase Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Persentase variabel kemampuan berpikir kritis yang paling rendah
adalah menyimpulkan yaitu 61,76%. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan menyimpulkan seperti deduksi, induksi dan kegiatan
menentukan keputusan masih belum terlalu tinggi dibandingkan dengan
indikator lainnya. Persentase terendah kedua adalah membangun
keterampilan dasar yaitu 63,62%. hal ini menunjukkan kegiatan
mengobservasi dan menyesuaikan dengan sumber masih belum terlalu
tinggi pula dibandingkan dengan indikator lainnya. Sedangkan persentase
4 Larasati Hasibuan, Rahmatika Elindra, Sinar Depi Harahap. Analisis Kemampuan
Berpikir Kritis di Tinjau Dari Minat Belajar Matematika Selama Pandemi. Jurnal MathEdu. Vol.
5. 2022. h.48.
72,31%
63,62% 61,76%
69,62% 71,49%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Memberikan
penjelasan
sederhana
Membangun
keterampilan
dasar
Menyimpulkan Memberikan
penjelasan
lanjutan
Mengatur
strategi dan
teknik
65
untuk memberikan penjelasan sederhana, memberikan penjelasan lanjutan
dan mengatur strategi dan teknik adalah 72,31%, 69,62% dan 71,49%.
Selain itu data mengenai minat belajar biologi dan kemampuan
berpikir kritis lulus uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Dengan nilai signifikansi dari uji normalitas lebih dari 0,05 yaitu 0,090.
Begitu juga dengan uji homogenitas, nilai signifikansinya lebih dari 0,05
yaitu 0,519 untuk minat belajar dan 0,102 untuk kemampuan berpikir
kritis.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang di dapat dari
pengumpulan tes di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan bersifat normal dan
homogen. Maka dalam uji hipotesis menggunakan uji hipotesis yang
bersifat statistik parametrik yaitu salah satunya di uji dengan pearson
product correlation melalui program SPSS 25.
Berdasarkan Tabel perhitungan korelasi pearson diketahui nilai
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 untuk minat belajar biologi dengan kemampuan berpikir kritis
sebesar 0.438. Artinya, nilai koefisiensi yang dihasilkan menunjukkan
hubungan antara minat belajar biologi dengan kemampuan berpikir kritis
sebesar 0.438. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
variabel X dan variabel Y dengan kategori sedang karena berada di
rentang nilai 0,40 – 0,599. Pada tabel tersebut juga menunjukkan
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang memiliki arti bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antar kedua variabel.
Dengan demikian antara minat belajar biologi dan kemampuan
berpikir kritis terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Hal ini
menunjukkan semakin besar minat peserta didik untuk mempelajari
biologi semakin besar pula rasa ingin tahu dan memahami suatu materi
pembelajaran biologi sehingga peserta didik memiliki kemampuan berpikir
kritis yang besar.
Begitu pula sebaliknya, apabila peserta didik memiliki minat
belajar biologi yang rendah karena berbagai faktor seperti materi yang
terlalu banyak hafalan atau model pembelajaran yang kurang
66
menyenangkan dan lain-lain, akan menyebabkan rasa ingin tahu dan
memahami materi sangat rendah. Hal tersebut tentu berdampak pada
lemahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Nur Azizah Darwis menyatakan terdapat hubungan
signifikan dan positif antara minat belajar dengan kemampuan berpikir
kritis.5
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan dan diusahakan sesuai prosedur ilmiah,
tetapi masih memiliki keterbatasan antara lain :
1. Penyebab tingginya kemampuan berpikir kritis seseorang sangatlah
banyak. Sehingga memungkinkan ada banyak faktor positif yang
menyebabkan tinggi dan rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta
didik, bukan hanya minat belajar saja.
2. Keterbatasan dalam memilih sumber rujukan karena penelitian yang
serupa masih jarang dijumpai.
5 Nur Azizah Darwis, Muhammad Sidin Ali dan Helmi, loc.cit.
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan, maka dapat
diambil kesimpulan :
1. Terdapat hubungan positif antara minat belajar biologi dengan
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan uji
hipotesis yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif di antara
Minat belajar biologi dengan kemampuan berpikir kritis dengan nilai
signifikansi 0,000 dan nilai korelasi 0,438.
2. Minat belajar terhadap mata pelajaran biologi peserta didik di SMA
Negeri 9 Tangerang Selatan tergolong tinggi yaitu 65,42%. Sedangkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMA Negeri 9 Tangerang
Selatan juga tergolong rendah cenderung sedang yaitu 24,29% untuk
rendah dan 27,1% untuk sedang.
3. Persentase variabel minat belajar terdiri atas indikator terlibat aktif
dalam pembelajaran yang memiliki persentase terkecil yaitu 64,61 %.
Indikator selanjutnya yang memiliki persentase yang rendah kedua
adalah indikator memiliki keinginan untuk dapat memahami
pembelajaran dengan nilai 69,95%. Selain kedua indikator tersebut
yaitu memiliki rasa senang terhadap pelajaran biologi, memiliki
ketertarikan dalam belajar dan perhatian peserta didik cukup tinggi
yaitu, 75,86 %, 70,51% dan 78%.
4. Persentase variabel kemampuan berpikir kritis yang paling rendah
adalah menyimpulkan yaitu 61,76%. Persentase terendah kedua adalah
membangun keterampilan dasar yaitu 63,62%. Persentase untuk
memberikan penjelasan sederhana, memberikan penjelasan lanjutan
dan mengatur strategi dan teknik adalah 72,31%, 69,62% dan 71,49%.
68
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan
adalah :
1. Peserta didik dapat meningkatkan minat belajar terutama biologi
karena minat belajar memiliki efek yang luar biasa salah satunya
meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
2. Guru berupaya lebih memotivasi peserta didik yang kurang minat
dalam belajar biologi karena efek dari minat belajar sangat luar
biasa.
3. Guru lebih fokus mengembangkan pengetahuan biologi pada peserta
didik yang memiliki minat belajar biologi dengan menjadi anggota
olimpiade, lomba-lomba yang berkaitan dengan biologi.
4. Guru dapat memberikan model atau metode pembelajaran yang baik
dan sesuai dengan minat peserta didik sehingga pengaplikasian
pembelajaran dengan muatan berpikir kritis lebih mudah dilakukan.
Dengan demikian kemampuan berpikir kritis peserta didik
meningkat.
69
DAFTAR PUSTAKA
Abror, Abd Rachman. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: Tiara
Wacana, 1993.
Agnafia, D.N. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik dalam
Pembelajaran Biologi.Florea, Vol.6 No. 1, 2019.
Anita, Ika Wahyu. Pengaruh Motivasi Belajar ditinjau dari Jenis
Kelamin Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Mahasiswa. Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol.
2, No. 2. 2015.
Azwar, Saifuddin. Kelompok Subjek Ini Memiliki Harga Diri yang
Rendah; Kok, Tahu…?. Buletin Psikologi. 1993.
Baharudin. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2016.
Binuni, J., Kaunang, E.S.N. dan Sumampouw, H.M. Hubungan Minat
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA
Biologi SMA Negeri 2 Tondano. Jurnal Sains, Matematika
dan Edukasi. 2017. Vol 5 No. 2.
Changwong, K., Sukkamart, A. dan Sisan, B. Critical Thinking Skill
Development: Analysis of a New Learning Management
Model for Thai High Schools.Journal of International
Studies.2018.
Dalyono, M. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2015.
Darwis, N.A., Ali, M.S. dan Helmi. Kemampuan Berpikir Kritis
Ditinjau dari Minat Belajar Fisika, Kepercayaan Diri, dan
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Kelas X MIA SMA
Negeri 1 Gowa. Prosiding Seminar Nasional Fisika PPs
UNM. 2020, e-ISSN 2656-7148 Vol. 2. h. 120 – 123.
Facione P.A. & Facione N.C. The Holistic Critical Thinking Scoring
Rubric. California: The California Academic Press, 2009.
Facione. CCST Test Manual “The Gold Standart” Test of Critical
Thinking, San Jose : California Academic Press, 2013.
70
Fitriawan, D., Gordah, E.K. dan Dafrita, I.E. Analisis Korelasi
Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Terhadap
Prestasi Belajar Mahasiswa .Jurnal Pendidikan Informatika
dan Sains, Vol.5 No. 1, 2016.
Hagay, G., dkk. The Generalizability of Students’ Interests in Biology
Across Gender, Country and Religion.Springer,2012.
Hanafy, M.S. Konsep Belajar dan Pembelajaran. Lentera Pendidikan,
2014.
Hardani, dkk. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta
: Pustaka Ilmu Group 2020.
Haryati, E., Andayani, Y. dan Alidrus, S.W. Analisis Minat Belajar dan
Kemampuan Awal Keterampilan Berpikir Kritis Peserta didik
Pada Materi Minyak Bumi. J. Pijar MIPA, Vol. 14 No. 3,
2019.
Hasibuan, Larasati, E. Rahmatika, Harahap S.D. Analisis Kemampuan
Berpikir Kritis di Tinjau Dari Minat Belajar Matematika
Selama Pandemi. Jurnal MathEdu. Vol. 5. 2022.
Hendriani, Yeni.UNIT PEMBELAJARAN SAINS Mata Pelajaran
Biologi SMA, Bandung: PPPTK IPA, 2018.
Hermayani, Anisa Zahra. Peningkatan Motivasi Belajar dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Ekosistem
Melalui Penerapan Model Inkuiri Terbimbing. BIOEDUKASI
Jurnal Pendidikan Biologi. 2015, Vol. 6. No. 2. h. 79-85.
Indrawati, Farah. Analisis Tingkat Berpikir dan Minat Belajar Terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep Dasar Mata Kuliah
Trigonometri. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
KALUNI, Volume 2,2019.
Jufri, Wahab. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka
Cipta, 2011.
Kadir. Statistika Terapan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015.
Kuswana, Wowo Sunaryo. Taksonomi Berpikir, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011.
71
Maula, R.N. & Hidayah, F.F.Analisis Minat Belajar Peserta didik Pada
Materi Senyawa Hidrokarbon Ditinjau dari Perspektif
Gender. Seminar Nasional Edusaintek FMIPA
UNIMUS.2019.
McMillan, K dan Weyers, J. How to Improve Your Critical Thinking &
Reflective Thinking. London: Pearson, 2013.
Nadhifatun. Analisis Korelasi Minat Belajar pada Mata Pelajaran Fisika
Pokok Bahasan Rangkaian Arus Searah dengan Kemampuan
Berpikir Kritis. Seminar Pendidikan Fisika 2018.Universitas
Jember Vol.3, 2018.
Nastiti, Dwi dan Laili, Nurfi. Buku Ajar Asesmen Minat dan Bakat
Teori dan Aplikasinya. Sidoarjo: Umsida Press, 2020.
P, Fara Diba C. Hubungan Minat Belajar dan Berpikir Kritis dengan
Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Peserta didik Kelas V
di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Susukan Jakarta Timur.
UNES Journal of Education Scienties (UJES). Vol. 2, Issue 1,
2018.
P, Fictor F dan Ariewibowo, Moekti. Praktis Belajar Biologi 2 untuk
SMA/MA kelas XI.Jakarta: Pusat Perbukuan, 2009.
Pratiwi, Indah. Efek Program PISA Terhadap Kurikulum di
Indonesia.Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan vol 4 No. 21,
2019.
R. Selvyanti B., H. Taunu, E.S, E. Nggaba, M.Analisis Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP Kristen Payeti Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Persamaan Linear
Satu Variabel Ditinjau Dari Gaya Belajar Auditoria.Satya
Widya, Volume XXXVII, No.2. 2021.
Ruggiero, Vincent R. Beyond feelings A guide to Critical thinking
Sevent Edition. New York: Mc Graw Hill, 2003.
Santrock, Jhon W. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana
2007.
Setiawan, M Andi. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Uwais Inspirasi
Indonesia. 2017.
Saproni, S., dkk. Kemampuan Berpikir Kritis dan Minat Belajar
Mahasiswa Pada Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan Melalui
72
Model Pembelajaran PBL dan Inkuiri dengan Menggunakan
Media Mind Mapping di Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Biologi, 2018.
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhi. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suragala, Fadhilah. Psikologi Pendidikan Implikasi dalam
Pembelajaran. Depok: Rajawali Pers, 2021.
Susanto, Ahmad.Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana 2013.
Suyono & Hariyanto. .Implementasi Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
PT Remaja Rosdakarya, 2015.
Suyoto, Sandu & Sodik, Ali. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing, 2015.
Syahrum dan Salim. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Citapustaka, 2012.
Teays, Wanda. Second Thought: Critical Thinking for Diverse
Society.New York: McGraw-Hill, 2006.
Washburn, Phil. The Vocabulary of Critical Thinking. New York:
Oxford University Press, 2010.
Zakiah, Linda dan Lestari, Ika. Berpikir Kritis dalam Konteks
Pembelajaran. Bogor: Erzatama Karya Abadi, 2019.
74
Lampiran 1. Indikator Minat Belajar
INDIKATOR MINAT BELAJAR
Variabel Indikator Pernyataan Jumlah
soal Positif Negatif
Minat
Belajar
(berdasarkan
Sukartini
(1986 : 65)
Darmadi
(2017:322)
Lestari dan
Mokhamma
d (2017: 93-
94) )
Memiliki
perasaan
senang
terhadap
pembelajaran
1,4
5
3
2,3 6,7 4
Terlibat aktif
dalam
pembelajaran
10 8 2
9 11 2
12 13 2
Memiliki
ketertarikan
dalam belajar 14 16 2
15 17 2
Perhatian
Peserta didik 18,20,22 19,21,23 6
Memiliki
keinginan
untuk dapat
memahami
pembelajaran
24,26,31 25,28 5
27 29,30 3
Jumlah soal 16 15 31
75
Lampiran 2. Angket Penelitian Minat Belajar
ANGKET PENELITIAN
NAMA :
KELAS :
SEKOLAH ASAL :
HARI/TANGGAL :
JENIS KELAMIN :
Petunjuk Pengisian Angket
1. Isilah identitas diri anda yang tertera pada kolom yang tersedia
2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda pilih, dari
kelima alternative jawaban yang ada di bawah ini.
TP : Tidak pernah
JR : Jarang
KK : Kadang-kadang
SR : Sering
SL : Selalu
No. Pernyataan TP JR KK SR SL
1. Saya merasa senang saat pelajaran
biologi berlangsung.
2. Saya tetap mengikuti kegiatan belajar
biologi di kelas.
3. Saya tetap mengikuti kegiatan
praktikum biologi baik di kelas
maupun di laboratorium.
4. Saya merasa senang saat guru
membuka sesi tanya jawab saat
pembelajaran berlangsung.
5. Saya mudah bosan saat pelajaran
biologi berlangsung
6. Jika ada kesempatan saya lebih
memilih izin untuk tidak mengikuti
belajar biologi dikelas.
7.
Jika ada kesempatan saya memilih
izin tidak mengikuti kegiatan
praktikum di laboratorium.
76
8. Saya tidak pernah bertanya kepada
guru terkait materi biologi yang belum
dipahami.
9. Saya pernah menjawab pertanyaan
yang berkaitan dengan biologi dari
guru.
10. Jika ada materi biologi yang saya
belum pahami saya akan bertanya
pada guru atau teman saya agar saya
paham.
11. Saya tidak pernah menjawab
pertanyaan dari guru terkait
pembelajaran biologi.
12. Saya tetap terlibat dalam diskusi
pembelajaran biologi. (seperti
bertanya atau menjawab pertanyaan
saat diskusi)
13. Saya lebih memilih memperhatikan
saja dibandingkan ikut berdiskusi
dalam pembelajaran biologi
14. Saya memiliki rasa tertarik untuk
belajar biologi karena materi yang
sangat menarik.
15. Saya memiliki rasa tertarik untuk
belajar biologi karena metode belajar
yang sangat menarik.
16. Jika materi yang disampaikan tidak
menarik saya merasa malas untuk
belajar biologi
17. Saya merasa malas untuk belajar
biologi karena guru menyampaikan
dengan metode pembelajaran yang
membosankan.
18. Saya tetap mendengarkan dan
memperhatikan ketika guru biologi
sedang menjelaskan suatu materi.
19. Seringkali saya merasa tidak fokus
dalam memperhatikan penjelasan
77
guru saat guru tersebut menjelaskan
suatu materi.
20. Saya tetap mendengarkan dan
memperhatikan teman saya yang
sedang mempresentasikan suatu
materi biologi.
21. Saat teman saya sedang presentasi
suatu materi biologi saya seringkali
tidak memperhatikan.
22 Saya tetap tenang (tidak ribut sendiri)
saat guru menjelaskan materi.
23. Saya pernah bermain Handphone
pada saat pembelajaran berlangsung.
24. Saya bersedia merangkum materi
biologi yang telah dipelajari tanpa
harus diperintah oleh guru.
25. Saya tidak pernah mencatat materi
biologi yang telah dipelajari kecuali
mendapat tugas dari guru.
26. Saya memiliki keinginan untuk
memahami materi yang dijelaskan
27. Memiliki inisiatif untuk mempelajari
materi sebelum pelajaran dimulai.
28. Jika guru menjelaskan suatu materi
saya hanya pasrah saja apabila saya
tidak memahaminya.
29. Saya tidak pernah belajar biologi di
rumah.
30. Saya hanya akan belajar pada saat
akan ada ujian.
31. Selagi saya berusaha untuk serius
belajar, saya yakin saya dapat
memahami pelajaran biologi.
78
Lampiran 3. Rubrik Soal Berpikir Kritis
RUBRIK SOAL BERPIKIR KRITIS SISTEM PENCERNAAN
(Indikator Berpikir Kirtis Ennis)
A. Rubrik Soal Berpikir Kritis Sub Materi Nutrisi
Indikator
berpikir kritis
Sub-indikator berpikir
kritis No. Pertanyaan Jawaban
Memberikan
penjelasan
sederhana
Memfokuskan pertanyaan 1. Dapatkah anda membuat
pertanyaan yang berkaitan
dengan tabel di atas?
*tabel ada pada lampiran
selanjutnya.
Pertanyaan yang diajukan
bebas, dengan syarat
berkaitan dengan diagram
tersebut,
Peserta didik dapat
berhipotesis dengan
pertanyaan yang dibuat oleh
mereka sendiri
Menganalisis argument
Bertanya dan menjawab
suatu penjelasan atau
tantangan
Membangun
keterampilan
dasar
Menyesuaikan dengan
sumber
2. Bagaimana menurut anda
terkait merek-merek vitamin C
di atas? Dapatkah anda
mengobservasi kelebihan dan
Kelebihan Vitamin C yang
memiliki kadar yang rendah
seperti IPI dan Vitacimin tidak
dapat memperberat kerja ginjal.
Mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil
79
observasi kekurangan masing-masing
merek berdasarkan kadar
vitamin C yang ada?
sangat sesuai dengan kebutuhan
harian vitamin C.
Kekurangannya : -
Kelebihan Vitamin C dengan
kadar tinggi biasanya digunakan
untuk penyembuhan penyakit
yang berkitan dengan imun
tubuh seperti Covid 19
Kekurangannya apabila
dikonsusmsi secara berlebihan
akan memperberat kerja ginjal.
Menyimpulkan Mendeduksi dan
mempertimbangkannya
3. Jika Anda disarankan untuk
memilih suplemen vitamin C
dari merek di atas, maka merek
apakah yang paling tepat dipilih
untuk dikonsumsi sehari-hari
dan apa alasannya?
Kebutuhan tubuh akan vitamin
C sekitar 75-90mg/hari maka
saya akan memilih merek IPI
atau Vitacimin yang sesuai
dengan kebuhan harian, Selain
itu apabila memilih suplemen
yang memiliki kadar yg tinggi
akan dibuang oleh tubuh dan
Meginduksi dan
mempertimbangkannya
Membuat dan menentukan
hasil keputusan.
80
memperberat kerja ginjal.
Memberikan
penjelasan
lanjutan
Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkannya
4. Namun demikian ada beberapa
masyarakat yang lebih memilih
vitamin C yang berasal dari
buah-buahan seperti jeruk,
papaya dan sangat menghindari
suplemen vitamin C. Menurut
mereka hal tersebut dapat
menghindarkan dari
hipervitaminosis C.
Dari pernyataan tersebut
dapatkah anda mendefinisikan
istilah hipervitaminosis C dan
menyebutkan dampaknya?
Kemudian identifikasilah
asumsi masyarakat tersebut
apakah benar adanya?
Hipervitaminosis C adalah
kondisi penumpukan vitamin
C yang sangat berlebihan
dalam tubuh sehingga dapat
menyebabkan keracunan.
Dampak dari
hipervitaminosis C adalah
infeksi batu ginjal
Penggunaan suplemen tidak
akan menyebabkan
hipervitaminosis apabila
dosisnya tidak berlebihan
kisaran 500-1000 mg hal ini
dikarenakan vitamin C larut
dalam air dan dikeluarkan
melalui urin. Penggunaan
suplemen yang dapat
Mengidentifikasi asumsi
81
menyebabkan
hipervitaminosis apabila
penggunaannya lebih dari
2000 mg per hari. Asumsi
tersebut belum sepenuhnya
benar.
Mengatur
strategi dan
teknik
Menetukan tindakan 5. Setelah melalui beberapa kasus
di atas, Apakah saat ini anda
dapat menentukan sumber dan
kadar vitamin C yang sesuai
dengan kebutuhan anda?
Saya lebih memilih sumber
vitamin C yang alami seperti
buah-buahan. atau apabila saya
merasa membutuhkan imun
yang lebih kuat maka saya akan
memilih suplemen vitamin C
yang sesuai dengan kebutuhan
saya.
Berinterkasi dengan orang
lain
B. Rubrik Soal Berpikir Kritis Sub Materi Saluran Pencernaan
Indikator
berpikir kritis
Sub-indikator berpikir
kritis No. Pertanyaan Jawaban
82
Memberikan
penjelasan
sederhana
Memfokuskan pertanyaan
1.
a. Berdasarkan grafik tersebut
dapatkah anda mengetahui
nama organ saluran
pencernaan yang ditandai
dengan A, B, C dan D?
b. Dapatkah anda mengetahui
jenis zat makanan yang
ditandai dengan x,y dan z?
*grafik terdapat pada lampiran
selanjutnya
A : Mulut
B : Lambung
C : Usus Halus
D : Usus Besar
X : Lemak
Y : Protein
Z : Karbohidrat
Menganalisis argument
Bertanya dan menjawab
suatu penjelasan atau
tantangan
Membangun
keterampilan
dasar
Menyesuaikan dengan
sumber
2.
Mengapa zat makanan Z
mengalami penguraian yang
lebih awal dibandingkan
dengan zat X dan Y?
Karena pada organ A atau mulut
terdapat enzim amylase yang
dapat menyederhanakan
karbohidrat menjadi molekul
yang lebih sederhana.
Mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil
observasi
Menyimpulkan Mendeduksi dan
mempertimbangkannya
3.
Berdasarkan grafik, hampir
sebagian besar proses
pencernaan terjadi di organ C,
mengapa semua zat makanan
X,Y dan Z dapat teruraikan di
organ C?
Karena pada organ C atau usus
halus memiliki banyak enzim
yag dapat mempercepat
penguraian zat makanan, contoh
enzim Lipase, disakaridase,
tripsin dll.
Meginduksi dan
mempertimbangkannya
Membuat dan menentukan
hasil keputusan.
83
Memberikan
penjelasan
lanjutan
Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkannya
4.
a. Isilah hasil penelitian dari
tiap sampel dengan memilih
grafik a atau grafik b!
b. Jelaskan faktor apa yang
menyebabkan cairan pada
organ B dapat mencerna
sebagian sampel makanan
tersebut sehingga menjadi
kompartemen yang lebih
sederhana?
Sampel sari nasi : grafik b
Sampel sari daging : grafik a
Susu : grafik a
Sampel sari buah : grafik b
Sampel tersebut dapat di
identifikasi dengan
berasumsi bahwa pada
organ B memiliki enzim
Pepsin dan Renin, yang
dapat mempercepat
penguraian protein dan
protein susu.
Mengidentifikasi asumsi
Mengatur
strategi dan
teknik
Menentukan tindakan
5.
Jika kalian mengonsumsi nasi
dengan lauk sate kambing dan
sop gajih sapi (lemak sapi)
maka makanan tersebut akan
dicerna di dalam tubuh sesuai
dengan grafik tersebut.
Dapatkah kalian menentukan
garis (X, Y dan Z) manakah
yang sesuai dengan proses
pencernaan nasi, sate kambing
dan sop gajih? Berikan
alasannya!
Nasi merupakan karbohidrat
maka yang sesuai dengan garis
tersebut adalah garis Z
Sate kambing merupakan
protein maka yang sesuai
dengan garis tersebut adalah
garis Y
Sop gajih sebagian besar terdiri
atas lemak. maka yang sesuai
dengan garis tersebut adalah
garis X
Berinterkasi dengan orang
lain
84
C. Rubrik Soal Berpikir Kritis Sub Materi Gangguan Pencernaan
Indikator
berpikir kritis
Sub-indikator berpikir
kritis No. Pertanyaan Jawaban
Memberikan
penjelasan
sederhana
Memfokuskan pertanyaan
1.
Berdasarkan tabel tersebut,
menurut anda siapakah yang
mengalami gangguan
pencernaan sembelit?
Berikan alasan memilih orang
tersebut!
Responden 1, dibuktikan
dengan konsumsi serat yang
rendah, konsumsi air minum
yang tidak ideal, frekuensi
BAB yang tidak menentu serta
tekstur feses yang padat dan
keras.
Menganalisis argument
Bertanya dan menjawab
suatu penjelasan atau
tantangan
85
Membangun
keterampilan
dasar
Menyesuaikan dengan
sumber
2.
Mengapa seseorang dapat
terkena gangguan pencernaan
sembelit apabila kurang
mengonsumsi makanan yang
berserat?
Serat makanan memiliki
kemampuan mengikat air di
alam kolon yang membuat
volume feses menjadi lebih
besar dan akan merangsang
untuk BAB dengan tekstur
feses yang lembut. Apabila
seseorang kekurangan serat
makanan maka air yang ada di
feses akan diserap kembali oleh
tubuh lebih banyak sehingga
tekstur feses akan lebih padat
dan besar sehingga sulit untuk
dikeluarkan.
Mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil
observasi
Menyimpulkan Mendeduksi dan
mempertimbangkannya 3.
Menurut perawat tersebut salah
satu faktor dari sembelit adalah
kebiasaan menunda BAB,
dapatkah anda menjelaskan
Ketika seseorang menunda
BAB maka semakin lama feses
berada di usus besar,
penyerapan air akan terus
Meginduksi dan
mempertimbangkannya
86
Membuat dan menentukan
hasil keputusan.
mengapa seseorang yang
menunda BAB dapat
menimbulkan konstipasi atau
sembelit?
berlanjut hingga akhirnya feses
dikeluarkan dari anus. Feses
yang dikeluarkan akan keras
dan padat sehingga sulit
dikeluarkan atau mengalami
sembelit.
Memberikan
penjelasan
lanjutan
Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkannya
4.
Apabila gangguan sembelit
tersebut terus berlanjut (tidak
merubah gaya hidup) maka
seseorang tersebut akan terkena
gangguan pencernaan lainnya
yaitu (.....) kondisi dimana
seseorang yang BAB mengejan
dengan keras dan di fesesnya
terdapat tetesan darah akibat
pembuluh darah yang pecah
dibagian anus.
Dapatkah anda mengidentifikasi
Ambeien atau wasir
Apabila seseorang yang terkena
sembelit tidak mengubah gaya
hidupnya seperti makan
makanan yang berserat
kemudian tidak membiasakan
minum air yang cukup maka air
dalam feses akan diabsorpsi
lebih banyak, sehingga fesesnya
akan sangat keras hal ini yang
menyebabkan sembelit apabila
berlangsung terus menerus akan
Mengidentifikasi asumsi
87
gangguan pencernaan tersebut
serta menjelaskan hubungannya
dengan sembelit.
menyebabkan pembuluh vena
dianus pecah akibat ukuran
feses yang sangat besar.
Mengatur
strategi dan
teknik
Menetukan tindakan
5.
Setelah melalui beberapa kasus
di atas. Apakah anda dapat
menentukan langkah terbaik
agar seseorang terhindar dari
gangguan sembelit?
Mengubah gaya hidup untuk
memakan makanan berserat
seperti sayur dan buah, selain
itu meminum air dengan jumlah
air yang cukup agar penyerapan
air di usus besar tidak semakin
banyak.
Berinterkasi dengan orang
lain
Sumber : Ahmad Susanto.Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta : Kencana 2013) hlm 125-1
88
Lampiran 4. Instrumen Tes Berpikir Kritis
INSTRUMEN TES BERPIKIR KRITIS
SOAL BEPIKIR KRITIS MATERI SISTEM PENCERNAAN
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Biologi
Bentuk Soal : Uraian
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Petunjuk mengerjakan soal:
Berdoalah sebelum mengerjakan soal.
Jawaban ditulis dengan rapi dan mudah dibaca.
Kerjakan soal di kolom jawaban yang telah tersedia.
Jika ingin memperbaiki jawaban, maka jawaban sebelumnya
tidak boleh dicoret atau dihapus, tapi silahkan anda langsung
tulis jawaban yang ingin diperbaiki dan berikan alasannya.
A. SUB MATERI NUTRISI MAKANAN
Tabel 1. Merek vitamin C yang laku dipasaran dengan kadar vitamin C yang
berbeda-beda.
VITAMIN MEREK A VITAMIN MEREK B
Nama : Asal Sekolah :
Kelas : Jenis Kelamin :
89
Kadar Vitamin C : 50 mg Kadar Vitamin C : 500 mg
VITAMIN MEREK C
Kadar Vitamin 1000 mg
VITAMIN MEREK D
Kadar Vitamin 2000 mg
Untuk membantu anda menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini
silahkan klik link artikel ini : https://www.sehatq.com/artikel/berapa-
kebutuhan-vitamin-c-per-hari-untuk-tubuh-kita
1. Dapatkah anda membuat pertanyaan yang berkaitan dengan diagram di
atas? (minimal 3 pertanyaan)
Jawab
:.......................................................................................................................
........................................................................................................................
..............................................................................................................
2. Bagaimana menurut anda terkait merek-merek vitamin C di atas? Dapatkah
anda mengobservasi kelebihan dan kekurangan masing-masing merek
berdasarkan kadar vitamin C yang ada?
Jawab
:........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.............................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
........................................................................................................................
.........................................................................................................................
3. Jika Anda disarankan untuk memilih suplemen vitamin C dari merek di
atas, maka merek apakah yang paling tepat dipilih untuk dikonsumsi
sehari-hari dan apa alasannya?
90
Jawab
:.......................................................................................................................
........................................................................................................................
.............................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
.......................................................................................................................
4. Namun demikian ada beberapa masyarakat yang lebih memilih vitamin C
yang berasal dari buah-buahan seperti jeruk, papaya dan sangat
menghindari suplemen vitamin C. Menurut mereka hal tersebut dapat
menghindarkan tubuh dari hipervitaminosis C (hiper : berlebihan, diluar
atau melampaui batas). Dari pernyataan tersebut dapatkah anda
mendefinisikan istilah hipervitaminosis C dan menyebutkan dampaknya?
Kemudian identifikasilah asumsi masyarakat tersebut apakah benar
adanya?
Jawab
:........................................................................................................................
.........................................................................................................................
..............................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
5. Setelah melalui beberapa soal di atas, Apakah saat ini anda dapat
menentukan sumber vitamin C yang sesuai dengan kebutuhan anda?
Jelaskan sumber vitamin C pilihan anda!
Jawab
:........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
........................................................................................................................
91
B. SUB MATERI SALURAN PENCERNAAN
Grafik 1. mekanisme penguraian zat makanan makronutrien (karbohidrat, protein
dan lemak) disetiap organ saluran pencernaan.
*grafik diperoleh LKS BIOLOGI Intan Pariwara kelas 11
1. Berdasarkan grafik tersebut dapatkah anda mengetahui nama organ saluran
pencernaan yang ditandai dengan A, B, C dan D?
A
B
C
D
Dapatkah anda mengetahui jenis zat makanan yang ditandai dengan X,Y dan
Z?
X
Y
Z
2. Mengapa zat makanan Z mengalami penguraian yang lebih awal dibandingkan
dengan zat X dan Y?
Jawab
:.............................................................................................................................
..............................................................................................................................
X
Y
Z
A B D C
rektum
Bentuk zat
makanan
makro-
nutrien
dari
kompleks
hingga
sederhana
Organ-organ saluran pencernaan
92
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...................................................................................................................
3. Berdasarkan grafik, hampir sebagian besar proses pencernaan terjadi di organ
C, mengapa semua zat makanan X,Y dan Z dapat teruraikan di organ C?
Jawab
:............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
..................................................................................................................
4. Pada suatu penelitian, seorang praktikan mengambil cairan yang ada pada
organ B. Lalu cairan tersebut diletakkan pada tabung reaksi. Kemudian
cairan tersebut dicampurkan dengan beberapa sampel sari makanan, seperti
sari nasi, sari daging, susu dan sari buah.
00.5
11.5
22.5
33.5
44.5
5
Category
1
Category
2
Category
3
Category
4
grafik a
00.5
11.5
22.5
33.5
44.5
5
Category
1
Category
2
Category
3
Category
4
grafik b
No. Sampel sari makanan Uji iodium Uji biuret
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. Sari nasi Ungu Ungu - -
2. Sari daging - - Biru muda Ungu
3. Susu - - Biru muda Ungu
Bentuk sari
makanan
dari
kompeks
ke
sederhana
Bentuk sari
makanan
dari
kompleks
ke
sederhana
Interval waktu Interval waktu
93
Catatan : Tabel di atas merupakan hasil pengamatan praktikan sebelum
diberikan cairan dari organ B di uji dengan uji iodium dan uji biuret.
Begitu pula ketika sudah diberikan cairan organ B sari makanan tersebut
diujikan kembali dengan uji iodium dan biuret. ( tanda (-) memiliki arti
tidak ada perubahan warna)
a. Isilah hasil penelitian dari tiap sampel yang sudah dicampurkan dengan
cairan yang ada pada organ B dengan memilih grafik a atau grafik b!
No. Sampel makanan Hasil penelitian (pilih grafik a
atau grafik b)
1. Sari nasi
2. Sari daging
3. Susu
4. Sari buah
b. Jelaskan faktor apa yang menyebabkan cairan pada organ B dapat
mencerna sebagian sampel makanan tersebut sehingga menjadi
kompartemen yang lebih sederhana?
Jawab
:.......................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
.............................................................................................................
5. Jika kalian mengonsumsi nasi dengan lauk sate kambing dan sop gajih (lemak
sapi) maka makanan tersebut akan dicerna di dalam tubuh sesuai dengan
grafik tersebut. Dapatkah kalian menentukan garis (X, Y dan Z) manakah
yang sesuai dengan proses pencernaan nasi, sate kambing dan sop gajih?
Jawab :
No. Makanan
Garis pada grafik
(pilihlah salah satu
dari tiga garis X, Y
atau Z)
Alasan anda memilih garis
tersebut
1. Nasi
4. Sari buah Biru Biru - -
94
2. Sate Kambing
3. Sop Gajih
C. SUB MATERI GANGGUAN PENCERNAAN
No. Kebiasaan sehari-hari Responden 1 Responden 2
1. Mengkonsumsi makanan
serat sebagai pelengkap
makanan pokok
Sangat jarang Hampir setiap saat
2. Cukup minum air 1,4-1,8 L per hari 2L
3. Frekuensi BAB Tidak tentu, bahkan
bisa 3 hari sekali
Setiap pagi
4. Tekstur Feses Padat / sangat keras Padat agak lembek
Tabel di atas merupakan hasil wawancara seorang perawat kepada satu orang
sehat dan yang lainnya terkena masalah gangguan pencernaan yaitu sembelit
(konstipasi)
1. Menurut anda siapakah yang memiliki gangguan pencernaan sembelit?
Kemudian jelaskan alasan mengapa seseorang itu itu terkena sembelit!
Jawab
:.......................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
......................
2. Mengapa seseorang dapat terkena gangguan pencernaan sembelit apabila
kurang mengonsumsi makanan yang berserat?
Jawab
:.......................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
95
.......................
………………………………………………………………………………
………………………....................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
....................................
3. Menurut perawat tersebut salah satu faktor dari sembelit adalah kebiasaan
menunda BAB, dapatkah anda menjelaskan mengapa seseorang yang
menunda BAB dapat menimbulkan konstipasi atau sembelit?
Jawab
:.......................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
......................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
.......................................................
4. Apabila gangguan sembelit tersebut terus berlanjut (tidak merubah gaya
hidup) maka seseorang tersebut akan terkena gangguan pencernaan
lainnya yaitu (.....) kondisi dimana seseorang yang BAB mengejan dengan
kuat dan tekstur fesesnya semakin padat serta terdapat tetesan darah akibat
pembuluh darah yang pecah dibagian anus.
Dapatkah anda mengidentifikasi gangguan pencernaan tersebut serta
menjelaskan hubungannya dengan sembelit.
Jawab
:.......................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
......................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
96
........................................................................................................................
......................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
.......................................................
……………………………………………………………………
5. Berikanlah saran bagi seseorang yang memiliki gangguan pencernaan
sembelit agar mengurangi gangguan pencernaanya sehingga tidak semakin
parah!
Jawab
:.......................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
.......................
97
Lampiran 5. Kunci Jawaban dan Penskoran
KUNCI JAWABAN DAN PENSKORAN
A. Kunci Jawaban dan penskoran Soal Berpikir Kritis Sub Materi Nutrisi
No. Kunci Jawaban Skor Indikator jawaban
1. Pertanyaan yang diajukan
bebas, dengan syarat berkaitan
dengan tabel tersebut.
Peserta didik dapat
berhipotesis dengan
pertanyaan yang dibuat oleh
mereka sendiri
4 Membuat 3 pertanyaan yang berkaitan
dengan tabel.
3 Membuat 2 pertanyaan yang berkaitan
dengan tabel.
2 Membuat 1 pertanyaan yang berkaitan
dengan tabel.
1 Membuat pertanyaan yang tidak berkaitan
dengan tabel sama sekali
2. Kelebihan Vitamin C yang
memiliki kadar yang rendah
seperti IPI dan Vitacimin tidak
dapat memperberat kerja ginjal.
sangat sesuai dengan kebutuhan
harian vitamin C.
Kekurangannya : -
Kelebihan Vitamin C dengan
kadar tinggi biasanya digunakan
untuk penyembuhan penyakit
yang berkitan dengan imun tubuh
seperti Covid 19 3eee
Kekurangannya apabila
dikonsusmsi secara berlebihan
akan memperberat kerja ginjal.
4
Jika menjawab setuju dengan alasan yang
tepat.
3
Jika menjawab kelebihan dan kekurangan
dengan kurang lengkap
2
Jika menjawab kelebihan dan kekurangan
dengan tidak tepat.
1
Hanya memberi kelebihannya saja atau
kekurangannya saja. Kemudian jawaban
tersebut tidak tepat sama sekali
3. Kebutuhan tubuh akan vitamin C
sekitar 75-90mg/hari maka saya 4
Jika memilih suplemen bermerk IPI dan
atau Vitacimin dengan alasan yang tepat.
98
akan memilih merek IPI atau
Vitacimin yang sesuai dengan
kebuhan harian, Selain itu apabila
memilih suplemen yang memiliki
kadar yg tinggi akan dibuang oleh
tubuh dan memperberat kerja
ginjal.
Seperti menjelaskan kebutuhan vitamin C
dalam sehari hanya 75 sampai 90 mg/hari.
Selain itu apabila memilih suplemen yang
memiliki kadar yg tinggi akan dibuang
oleh tubuh dan memperberat kerja ginjal.
3
Jika memilih suplemen vitamin C
bermerk Blackmores dan Gold Vitamin C
dengan alasan yang tepat seperti,
membantu proses penyembuhan Covid-19
yang membutuhkan vitamin c dengan
kadar yang tinggi dll.
2
Jika memilih suplemen bermerk IPI dan
Vitacimin dengan alasan kurang tepat,
seperti menggunakan opini pengalaman
peserta didik yang tidak ada kaitannya
dengan jawabannya. Contoh : dari segi
rasa, harga atau tampilan.
1
jika memilih suplemen vitamin C bermerk
Blackmores dan Gold Vitamin C dengan
alasan kurang tepat seperti memiliki
kandungan yang lebih tinggi dari pada
merek lain tanpa melihat resikonya.
4. Hipervitaminosis C adalah
kondisi penumpukan vitamin
C yang sangat berlebihan
dalam tubuh sehingga dapat
menyebabkan keracunan.
Dampak dari hipervitaminosis
C adalah infeksi batu ginjal
4
Memberikan definisi dan dampak
hipervitaminosis C dengan tepat dan tepat
pula dalam mengidentifikasi asumsi.
3
Memberikan definisi dan dampak
hipervitaminosis C dengan tepat namun
kurang tepat dalam mengidentifikasi
asumsi masyarakat.
99
Penggunaan suplemen tidak
akan menyebabkan
hipervitaminosis apabila
dosisnya tidak berlebihan
kisaran 500-1000 mg hal ini
dikarenakan vitamin C larut
dalam air dan dikeluarkan
melalui urin. Penggunaan
suplemen yang dapat
menyebabkan hipervitaminosis
apabila penggunaannya lebih
dari 2000 mg per hari. Asumsi
tersebut belum sepenuhnya
benar.
2
Hanya memberikan definisi
hipervitaminosis saja dan tidak
menjelaskan dampak hipervitaminosis c
dan identifikasi asumsi masyarakat.
1 Memberikan jawaban yang tidak dapat di
terima (tidak tepat).
5. Saya lebih memilih sumber
vitamin C yang alami seperti
buah-buahan, atau apabila saya
merasa membutuhkan imun yang
lebih kuat maka saya akan
memilih suplemen vitamin C
yang sesuai dengan kebutuhan
saya.
4
Memiliki dua opsi dalam memilih sumber
vitamin C yaitu alami dan buatan. Yang
disesuaikan dengan kebutuhan
masingmasing individu.
3
Hanya memilih salah satu opsi sumber
vitamin C (alami atau sintesis) dengan
alasan yang tepat.
2 Memberikan jawaban yang kurang dapat
diterima (kurang tepat)
1 Memberikan jawaban yang tidak dapat di
terima (tidak tepat).
B. Kunci Jawaban dan penskoran Soal Berpikir Kritis Sub Materi Saluran
Pencernaan
No. Kunci Jawaban Skor Indikator jawaban
100
1. A : Mulut
B : Lambung
C : Usus Halus
D : Usus Besar
X : Lemak
Y : Protein
Z : Karbohidrat
4 Menjawab dengan 7 jawaban yang benar
3 Menjawab dengan 5 jawaban yang benar
2 Menjawab dengan 3 jawaban yang benar
1 Menjawab dengan 1 jawaban yang benar
2. Karena pada organ A atau mulut
terdapat enzim amylase yang
dapat menyederhanakan
karbohidrat menjadi molekul
yang lebih sederhana
4 Dapat menjawab dengan menghubungkan
enzim amylase yang terdapat pada organ A
yang memiliki fungsi untuk
menyederhanakan zat makanan Z
3 Hanya menyebutkan terdapat enzim
amylase pada organ A tanpa
menghubungkan dengan fungsi enzim
amylase yang dapat menyederhanakan zat
makanan Z.
2 Memberikan alasan dengan adanya suatu
enzim pada organ B namun tidak spesifik
menyebutkan enzim amylase (atau enzim
ptyalin)
1 Memberikan alasan yang tidak tepat sama
sekali
3. Karena pada organ C atau usus
halus memiliki banyak enzim
yang dapat mempercepat
penguraian zat makanan, contoh
enzim Lipase yang menguraikan
zat makanan X atau lemak ,
disakaridase yang dapat
4 Memberikan Jawaban bahwa di organ C
banyak memiliki enzim pencernaan yang
dapat menguraikan zat makan X Y dan Z.
Selain itu dijelaskan juga beberapa nama-
nama enzim yang mencerna ketiga zat
makanan.
3 Memberikan jawaban bahwa di organ C
101
menguraikan zat makanan Z atau
karbohidrat lebih sederhana lagi,
tripsin yang dapat menguraikan
zat makanan Y atau protein.dll.
banyak memiliki enzim pencernaan.
2 Memberikan jawaban yang kurang dapat
diterima (kurang tepat)
1 Memberikan jawaban yang tidak dapat di
terima (tidak tepat)
4. Sampel sari nasi : grafik b
Sampel sari daging : grafik a
Susu : grafik a
Sampel sari buah : grafik b
Sampel tersebut dapat di
identifikasi dengan berasumsi
bahwa pada organ B memiliki
enzim Pepsin dan Renin, yang
dapat mempercepat
penyederhanaan protein dan
protein susu.
4 Dapat menjawab dengan 4 jawaban benar
Disertai dengan alasan yaitu pada organ B
terdapat enzim pepsin dan renin kemudian
dihubungkan dengan fungsinya.
3 Dapat menjawab dengan 3 Jawaban benar
Disertai dengan alasan pada organ B
terdapat enzim pepsin dan rennin tanpa
dihubungkan fungsinya untuk
menguraikan sari makanan tertentu.
2 Dapat menjawab dengan 2 jawaban benar
Disertai alasan bahwa organ B memiliki
enzim namun tidak spesifik menjelaskan
bahwa yang terdapat dalam organ tersebut
enzim
1 Dapat menjawab dengan 1 jawaban benar
Memberikan alasan yang tidak ada
hubungannya sama sekali.
5. Nasi merupakan karbohidrat
maka yang sesuai dengan garis
tersebut adalah garis Z
Sate kambing merupakan protein
maka yang sesuai dengan garis
tersebut adalah garis Y
Sop gajih sebagian besar terdiri
atas lemak. maka yang sesuai
4 Dapat menjawab dengan tiga jawaban
yang benar dengan alasan yang tepat
3 Dapat menjawab dengan tiga jawaban
yang benar dengan beberapa alasan yang
kurang tepat
2 Dapat menjawab dengan dua jawaban yang
benar dengan beberapa alasan yang
kurang tepat
102
C. Kunci Jawaban dan penskoran Soal Berpikir Kritis Sub Materi Gangguan
Pencernaan
No. Kunci Jawaban Skor Indikator jawaban
1. Responden 1, dibuktikan dengan
konsumsi serat yang rendah,
konsumsi air minum yang tidak
ideal, frekuensi BAB yang tidak
menentu serta tekstur feses yang
padat dan keras.
4 Memberikan jawaban dengan alasan yang
tepat.
3 Memberikan jawaban benar dengan alasan
yang kurang tepat.
2 Memberikan jawaban benar tanpa
memberikan alasan.
1 Memberikan jawaban yang tidak dapat di
terima (tidak tepat).
2. Serat makanan memiliki
kemampuan mengikat air di alam
kolon yang membuat volume
feses menjadi lebih besar dan
akan merangsang untuk BAB
dengan tekstur feses yang lembut.
Apabila seseorang kekurangan
serat makanan maka air yang ada
di feses akan diserap kembali
oleh tubuh lebih banyak sehingga
tekstur feses akan lebih padat dan
besar sehingga sulit untuk
dikeluarkan.
4
Memberikan jawaban dengan jelas dan
lengkap bahwa serat dapat mengikat air
yang membuat volume feses menjadi lebih
besar namun teksturnya lembut. Sehingga
muda dikeluarkan.
3 Memberikan jawaban bahwa serat dapat
mengikat air.
2
Memberikan jawaban yang kurang dapat
diterima (kurang tepat)
1
Memberikan jawaban yang tidak dapat di
terima (tidak tepat).
3. Ketika seseorang menunda BAB 4 Memberikan jawaban dengan tepat yaitu
dengan garis tersebut adalah garis
X
1 Dapat menjawab dengan satu jawaban
yang benar dengan beberapa alasan yang
kurang tepat
103
maka semakin lama feses berada
di usus besar, penyerapan air
akan terus berlanjut hingga
akhirnya feses dikeluarkan dari
anus. Feses yang dikeluarkan
akan keras dan padat sehingga
sulit dikeluarkan atau mengalami
sembelit.
menunda BAB akan menyebabkan
penyerapan air pada feses yang berada di
usus besar akan semakin banyak sehingga
feses sulit dikeluarkan.
3 Memberikan jawaban benar namun kurang
lengkap.
2 Memberikan jawaban yang kurang dapat
diterima (kurang tepat)
1 Memberikan jawaban yang tidak dapat di
terima (tidak tepat).
4. Ambeien atau wasir
Apabila seseorang yang terkena
sembelit tidak mengubah gaya
hidupnya seperti makan makanan
yang berserat kemudian tidak
membiasakan minum air yang
cukup maka air dalam feses akan
diabsorpsi lebih banyak, sehingga
fesesnya akan sangat keras hal ini
yang menyebabkan sembelit
apabila berlangsung terus
menerus akan menyebabkan
pembuluh vena dianus pecah
akibat ukuran feses yang sangat
besar.
4 Memberikan nama gangguan yang tepat
dengan alasan yang tepat.
3
Memberikan nama gangguan pencernaan
yang tidak tepat namun memberikan alasan
yang tepat. Atau memberikan nama
gangguan pencernaan yang tepat namun
alasannya masih kurang tepat
2
Memberikan nama gangguan pencernaan
yang tidak tepat namun alasannya masih
kurang tepat.
1 Memberikan jawaban yang tidak dapat di
terima (tidak tepat).
5. Mengubah gaya hidup untuk
memakan makanan berserat
seperti sayur dan buah, selain itu
meminum air dengan jumlah air
4
Memberikan saran untuk memakan sayur
dan buah menjadi kebiasaan serta
meminum air dalam jumlah yang banyak.
3 Memberikan saran memakan sayur atau
104
yang cukup agar penyerapan air
di usus besar tidak semakin
banyak.
buah yang banyak.
2 Memberikan jawaban yang kurang dapat
diterima (kurang tepat)
1 Memberikan jawaban yang tidak dapat di
terima (tidak tepat).
Lampiran 6. Lembar Uji Validasi
Lembar Uji Validasi
Instrumen Tes Berpikir Kritis
A. Petunjuk
1. Bacalah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan cermat dan bertahap.
2. Berilah tanda ceklis (√) dikolom yag tersedia sesuai dengan criteria
penilaian berikut ini.
1 : Tidak Layak
2 : Cukup Layak
3 : Layak
4 : Sangat Layak
3. Apabila Bapak/Ibu memiliki catatan/saran, mohon menuliskannya pada
kolom yang telah tersedia.
105
B. Tabel Penilaian
No. Aspek yang diamati Skala penilaian
Keterangan 1 2 3 4
Isi
1. Kesesuaian isi materi pada
tiap soal dengan indikator
berpikir kritis
2. Kebenaran konsep IPA
(Ilmu Pengetahuan Alam)
dalam tiap butir soal
3. Kesesuaian materi soal
dengan jenjang pendidikan
4. Membantu pemahaman
konsep IPA (Ilmu
Pengetahuan Alam)
5. Kedalaman materi pada
pertanyaan
6. Keberfungsian artikel yang
diberikan
Kontruksi
7. Submateri Nutrisi
Makanan
1) Soal no. 1 (aspek
memberikan
penjelasan
sederhana)
2) Soal no. 2
(Membangun
keterampilan dasar)
3) Soal no. 3
(Menyimpulkan)
4) Soal no. 4
106
(Memberikan
penjelasan lanjutan)
5) Soal no. 5
(Mengatur strategi
dan teknik)
8. Submateri Saluran
Pencernaan
1) Soal no. 1 (aspek
memberikan
penjelasan
sederhana)
2) Soal no. 2
(Membangun
keterampilan dasar)
3) Soal no. 3
(Menyimpulkan)
4) Soal no. 4
(Memberikan
penjelasan lanjutan)
5) Soal no. 5
(Mengatur strategi
dan teknik)
9. Submateri Gangguan
Pencernaan
1) Soal no. 1 (aspek
memberikan
penjelasan
sederhana)
2) Soal no. 2
(Membangun
keterampilan dasar)
107
3) Soal no. 3
(Menyimpulkan)
4) Soal no. 4
(Memberikan
penjelasan lanjutan)
5) Soal no. 5
(Mengatur strategi
dan teknik)
Bahasa
10. Kalimat yang digunakan
adalah kalimat yang
komunikatif
11. Kalimat yang digunakan
adalah kalimat yang bersifat
efektif
12. Ketepatan penggunaan
bahasa (tata bahasa dan
ejaan) sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia
13. Kalimat yang disajikan
adalah kalimat yang mudah
dipahami dan tidak bersifat
ambigu
Persentase Nilai = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100%
Catatan/Saran
............................................................................................................................. ...................
................................................................................................................................................
............................................................................................................................. ...................
.......................................................................................................................................... ......
................................................................................................................................................
Tangerang Selatan, Februari 2021
108
Validator
Tabel Penilaian Validasi Ahli Terhadap Instrumen
No. Nama Validator Ahli Jabatan/Profesi Nilai Validasi
1. Dr. Zulfiani, S.Si., M.Pd.
NIP : 19760309200050120002
Dosen Tadris Biologi
FITK 75
2. Indri Garnasih, M.Si.
NUP: 9920112752 Dosen Biologi FST 61
3. Dina Rahma Fadlilah
NIDN. 2028128903
Dosen Tadris Biologi
FITK 88,4
4. Ruri , M. Pd.
NIP. 197705012007012007
Guru Biologi SMAN 9
Tangerang Selatan 82,6
111
Lampiran 7. Tingkat Kesukaran Soal Menggunakan Anates
No. No. Soal Tingkat Kesukaran Tafsiran
1. 1. 92,86 Sangat Mudah
2. 2. 66,96 Sedang
3. 3. 78,57 Mudah
4. 4. 81,25 Mudah
5. 5. 53,57 Sedang
6. 1. 40,18 Sedang
7. 2. 34,82 Sedang
8. 3. 39,29 Sedang
9. 4. 39,92 Sedang
10. 5. 52,68 Sedang
11. 1. 79,46 Mudah
12. 2. 49,11 Sedang
13. 3. 43,75 Sedang
14. 4. 56,25 Sedang
15. 5. 78,57 Mudah
Lampiran 8. Daya Pembeda Tes Berpikir Kritis
No. Kelompok
Atas
Kelompok
Bawah Beda
Daya
Pembeda (%) Tafsiran
1. 3,79 3,64 0,14 3,57 Sangat Buruk
2. 3,50 1,86 1,64 41,07 Baik
3. 3,71 2,57 1,14 28,57 Sedang
4 3,79 2,71 1,07 26,79 Sedang
5 2,21 2,07 0,14 3,57 Sangat Buruk
6 2,57 0,64 1,93 48,21 Baik
7 2,43 0,36 2,07 51,79 Sangat Baik
8 2,43 0,71 1,71 42,86 Baik
112
9 2,57 0,57 2,00 50,00 Sangat Baik
10 3,21 1,00 2,21 55,36 Sangat Baik
11 3,86 2,50 1,36 33,93 Baik
12 2,43 1,50 0,93 23,21 Sedang
13 2,36 1,14 1,21 30,36 Baik
14 3,64 0,86 2,79 69,64 Sangat Baik
15 3,57 2,71 0,86 21,43 Sedang
Lampiran 9. Validasi Angket Minat Belajar Biologi
No. Soal Mean Std. Deviasi N Pearson
correlation
Hasil
Penentuan
1. 3.88 .718 50 .716** Valid
2. 4.78 .418 50 .284* Valid
3. 4.58 .785 50 .340* Valid
4. 3.48 .909 50 .462** Valid
5. 3.76 .847 50 .574** Valid
6. 4.68 .653 50 .528** Valid
7. 4.80 .606 50 .518** Valid
8. 3.48 1.015 50 .457** Valid
9. 3.00 .948 50 .520** Valid
10. 3.84 .866 50 .325* Valid
11. 4.22 .840 50 .504** Valid
12. 3.44 .837 50 .492** Valid
13. 3.34 .848 50 .424** Valid
14. 3.78 .864 50 .575** Valid
15. 3.80 .782 50 .580** Valid
16. 3.28 .948 50 .524** Valid
17. 4.04 1.009 50 .613** Valid
18. 4.48 .544 50 .429** Valid
19. 3.26 .828 50 .625** Valid
20. 4.16 .792 50 .530** Valid
21. 4.02 .892 50 .746** Valid
22. 4.44 .705 50 .285* Valid
23. 3.66 .823 50 .432** Valid
24. 3.22 1.130 50 .424** Valid
25. 3.74 1.065 50 .431** Valid
113
26. 4.50 .678 50 .518** Valid
27. 2.94 1.096 50 .546** Valid
28. 3.58 .835 50 .754** Valid
29. 3.88 .918 50 .634** Valid
30. 3.14 1.143 50 .658** Valid
31. 4.52 .677 50 .492** Valid
Lampiran 10. Reliabilitas Angket Minat Belajar Biologi
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.906 31
Item-Total Statistics
No. Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Hasil
Penentuan
1. 115.84 169.974 .689 .900 Reliabel
2. 114.94 180.343 .255 .905 Reliabel
3. 115.14 176.776 .287 .905 Reliabel
4. 116.24 172.839 .407 .904 Reliabel
5. 115.96 170.937 .530 .902 Reliabel
6. 115.04 174.488 .491 .903 Reliabel
7. 114.92 175.259 .484 .903 Reliabel
8. 116.24 171.860 .395 .904 Reliabel
9. 116.72 170.940 .466 .903 Reliabel
10. 115.88 176.516 .266 .906 Reliabel
11. 115.50 172.622 .456 .903 Reliabel
12. 116.28 172.940 .443 .903 Reliabel
13. 116.38 174.363 .371 .904 Reliabel
14. 115.94 170.670 .530 .902 Reliabel
15. 115.92 171.708 .540 .902 Reliabel
16. 116.44 170.823 .471 .903 Reliabel
17. 115.68 167.651 .563 .901 Reliabel
18. 115.24 177.370 .395 .904 Reliabel
19. 116.46 170.049 .586 .901 Reliabel
20. 115.56 172.660 .486 .902 Reliabel
114
21. 115.70 166.173 .714 .898 Reliabel
22. 115.28 178.451 .236 .906 Reliabel
23. 116.06 174.425 .381 .904 Reliabel
24. 116.50 171.684 .352 .906 Reliabel
25. 115.98 172.102 .363 .905 Reliabel
26. 115.22 174.338 .480 .903 Reliabel
27. 116.78 168.379 .486 .903 Reliabel
28. 116.14 167.021 .726 .898 Reliabel
29. 115.84 168.464 .591 .900 Reliabel
30. 116.58 164.330 .606 .900 Reliabel
31. 115.20 174.816 .453 .903 Reliabel
Lampiran 11. Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis
No. Soal Mean Std.
Deviation N
Pearson
Corelation
Hasil
penentuan
1 3.88 .521 50 .260 Tidak valid
2 2.76 1.080 50 .564** Valid
3 3.34 .823 50 .515** Valid
4 3.36 .942 50 .431** Valid
5 2.10 1.199 50 .052 Tidak valid
6 1.88 .982 50 .546** Valid
7 1.60 1.050 50 .510** Valid
8 1.54 .788 50 .533** Valid
9 1.64 .898 50 .694** Valid
10 2.10 1.182 50 .690** Valid
11 3.28 .970 50 .585** Valid
12 2.08 .695 50 .583** Valid
13 2.08 .877 50 .501** Valid
14 2.38 1.292 50 .728** Valid
15 3.32 1.220 50 .258 Tidak valid
Lampiran 12. Reliabilitas Tes Berpikir Kritis
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.834 12
115
Item-Total Statistics
No.
soal
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Hasil
penentuan
2 25.28 42.573 .354 .833 Reliabel
3 24.70 43.561 .413 .827 Reliabel
4 24.68 43.651 .337 .833 Reliabel
6 26.16 41.158 .525 .819 Reliabel
8 26.50 43.316 .462 .824 Reliabel
7 26.44 41.476 .455 .825 Reliabel
9 26.40 40.653 .635 .811 Reliabel
10 25.94 38.139 .630 .809 Reliabel
11 24.76 41.819 .476 .823 Reliabel
12 25.96 43.345 .536 .821 Reliabel
13 25.96 42.692 .460 .824 Reliabel
14 25.66 36.433 .682 .804 Reliabel
116
No. Inisial L/P Kelas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1. ASK P XI MIPA 1 4 4 2 2 3 4 3 3 2 2 3 2 1 4 2 3
2. AAA P XI MIPA 1 3 5 5 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 1
3. AP P XI MIPA 1 4 5 2 3 4 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 3
4. DN P XI MIPA 1 3 5 5 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3
5. DA P XI MIPA 1 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
6. FA P XI MIPA 1 4 3 3 4 4 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2
7. MNK P XI MIPA 1 3 4 3 2 4 4 4 2 3 2 2 2 1 3 3 2
8. MIP L XI MIPA 1 3 5 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3
9. ND P XI MIPA 1 3 5 5 3 3 4 4 4 3 3 4 5 4 3 3 3
10. RKA L XI MIPA 1 5 5 3 5 4 4 4 2 3 5 4 5 3 5 5 4
11. SS P XI MIPA 1 3 4 3 3 3 4 4 2 2 2 3 3 2 3 4 4
12. AAA L XI MIPA 1 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2
13. AFAK L XI MIPA 1 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 4 4 2
14. ADM P XI MIPA 1 4 5 5 3 3 4 4 2 3 2 3 3 3 4 3 2
15. GVU P XI MIPA 1 3 4 5 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3
16. KJR P XI MIPA 1 3 4 3 4 3 2 3 2 3 4 3 4 3 4 3 2
17. EBM P XI MIPA 1 3 5 5 3 3 4 4 2 2 3 4 4 3 3 3 4
18. KBD L XI MIPA 1 4 4 5 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 5 4 3
19. ADDN L XI MIPA 2 4 5 4 3 4 4 4 3 2 3 3 3 1 4 4 4
20. AA P XI MIPA 2 4 5 4 3 4 4 4 3 2 3 4 3 4 4 4 4
21. AFd L XI MIPA 2 3 5 5 3 3 4 4 1 3 5 3 5 3 4 5 3
22. AF P XI MIPA 2 3 5 5 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3
23. BMM L XI MIPA 2 3 5 2 3 4 4 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3
24. DTH L XI MIPA 2 3 4 4 3 4 4 4 4 2 3 4 3 4 3 3 4
25. DAPP P XI MIPA 2 5 5 5 3 4 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4
26. FAN L XI MIPA 2 3 5 5 5 3 4 4 4 3 3 4 5 1 3 3 3
27. FDL P XI MIPA 2 3 5 5 3 3 4 4 2 2 3 4 2 2 3 3 2
28. GS P XI MIPA 2 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4
Lampiran 13. Tabulasi Data Minat Belajar Biologi
117
29. GA L XI MIPA 2 2 4 4 2 2 4 4 2 2 3 2 3 2 2 2 2
30. KSE P XI MIPA 2 5 5 4 4 4 4 4 4 2 5 4 3 4 5 5 4
31. KPA P XI MIPA 2 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4
32. KCRZ L XI MIPA 2 4 5 5 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3
33. KA P XI MIPA 2 4 5 5 3 3 4 4 2 2 5 4 4 3 4 4 3
34. KSH L XI MIPA 2 3 5 4 4 3 4 4 3 2 5 3 5 4 3 3 4
35. LPM P 11 MIPA 2 3 5 5 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3
36. MP P XI MIPA 2 4 5 5 3 4 3 3 3 4 5 4 3 2 4 4 4
37. NN P XI MIPA 2 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 5 5 4
38. PA P XI MIPA 2 5 5 3 5 4 4 4 3 5 4 2 5 4 5 5 3
39. RHF P XI MIPA 2 5 5 2 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4
40. RA P XI MIPA 2 3 5 2 2 4 4 4 1 2 2 4 2 2 4 4 4
41. SA P XI MIPA 2 3 5 5 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 2
42. BSH L XI MIPA 2 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4 4
43. BR L XI MIPA 2 4 4 3 3 3 4 4 4 2 2 4 3 3 4 3 4
44. CSS P XI MIPA 2 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4
45. FAT P XI MIPA 2 3 5 5 3 3 4 4 4 2 2 2 2 2 4 4 3
46. GV L XI MIPA 2 2 2 2 2 4 4 4 4 2 2 4 2 4 2 3 2
47. LAR P XI MIPA 2 4 5 5 4 3 4 4 3 3 5 4 4 4 4 2 3
48. LH P XI MIPA 2 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4
49. MDAP L XI-MIPA 2 4 4 3 2 3 4 4 4 2 2 3 4 3 2 2 4
50. MA L XI MIPA 2 4 5 5 2 4 4 4 2 5 3 4 4 4 4 4 3
51. NH P XI MIPA 2 4 5 5 3 3 4 4 2 2 5 4 3 2 4 3 3
52. ASF P XI MIPA 3 3 4 2 3 3 4 4 2 4 3 4 3 3 4 3 3
53. AV L XI MIPA 3 4 5 5 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3
54. APM P XI MIPA 3 4 5 5 3 3 4 4 2 4 4 3 3 3 4 4 3
55. FMNL L XI MIPA 3 4 4 4 2 3 4 4 3 3 4 4 4 1 3 3 3
56. LDS P XI MIPA 3 3 5 5 4 4 4 4 1 2 4 1 2 1 3 3 3
57. MJA P XI MIPA 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3
118
58. MA L XI MIPA 3 4 5 5 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4
59. MRF L XI MIPA 3 3 5 3 3 4 4 4 4 4 2 4 5 4 5 5 3
60. NNTPR P XI MIPA 3 3 5 3 2 3 4 4 3 5 3 4 4 4 3 3 3
61. N N P P XI MIPA 3 4 5 4 4 3 4 4 4 2 4 4 3 4 4 5 4
62. RJD P XI MIPA 3 3 4 2 5 3 4 4 2 3 3 4 2 3 4 5 3
63. SAM P XI MIPA 3 4 5 4 5 3 4 4 4 5 3 4 4 3 4 3 4
64. AH L XI MIPA 3 5 5 5 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 5 4 3
65. AAN L XI MIPA 3 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4
66. ADA P XI MIPA 3 5 5 5 3 4 4 4 3 2 5 2 5 4 4 4 4
67. FW P XI MIPA 3 4 5 5 5 1 1 1 1 5 5 2 4 1 4 4 2
68. KNM P XI MIPA 3 4 5 5 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 3
69. LDP L XI MIPA 3 5 5 4 4 4 4 4 3 5 5 4 5 4 4 4 4
70. MSAP L XI MIPA 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 4 4 4 1 5 5 3
71. MJNG L XI MIPA 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3
72. MER L XI MIPA 3 4 5 5 3 3 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 3
73. NSN P XI MIPA 3 4 5 2 3 4 4 4 2 2 4 2 4 3 4 3 2
74. RJM L XI MIPA 3 3 5 4 2 3 4 4 3 2 3 3 2 1 3 3 2
75. SNP P Xl MIPA 3 3 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3
76. SNS P XI MIPA 3 4 5 2 2 4 4 4 2 3 3 4 3 2 4 4 3
77. YJA L XI MIPA 3 4 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 5 3 4 4 4
78. ASI P XI MIPA 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3
79. CCP P XI MIPA 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3
80. DMSZ L XI MIPA 4 4 5 5 3 4 4 4 3 3 5 3 5 3 4 5 4
81. DRP P XI MIPA 4 3 4 4 2 3 4 4 2 2 2 4 3 4 3 3 3
82. FA L XI-MIPA 4 4 5 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 3 4 3
83. FAP L XI MIPA 4 4 5 4 3 4 4 4 2 3 3 4 4 1 3 3 2
84. HAD P XI MIPA 4 4 5 5 3 3 4 4 2 3 4 4 5 4 5 5 4
85. ILQ P XI MIPA 4 4 5 5 3 4 4 4 2 3 4 3 5 3 5 3 3
86. KA P XI MIPA 4 4 5 5 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3
119
87. MZR L XI MIPA 4 3 4 4 3 3 2 4 3 3 4 4 2 4 2 2 2
88. NF L XI MIPA 4 4 5 3 2 3 4 4 4 3 2 4 2 4 2 2 4
89. RMA L XI MIPA 4 3 5 5 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3
90. RDC P XI MIPA 4 4 5 3 5 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4
91. TI P XI MIPA 4 4 5 5 3 3 4 4 2 2 3 3 3 3 4 4 3
92. RAM P XI MIPA 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4
93. TP P XI MIPA 4 4 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 5 3 5 5 3
94. AN P XI MIPA 4 5 5 5 5 3 4 4 4 3 5 4 5 4 4 4 3
95. NARSD P XI MIPA 4 3 5 5 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4
96. KS P XI MIPA 4 3 5 5 3 3 3 3 4 3 5 3 3 1 3 3 3
97. AH P XI-MIPA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
98. HAA P XI MIPA 4 2 3 2 3 4 3 4 3 2 3 4 3 4 3 2 3
99. IFA P XI MIPA 4 3 2 3 2 3 4 3 4 3 2 3 2 3 2 3 4
100. KSg P XI MIPA 4 5 3 3 3 3 3 4 2 3 3 2 2 2 4 3 3
101. NA P XI MIPA 4 5 3 3 4 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 5 4
102. JSRFM P XI MIPA 4 3 3 3 2 3 4 4 2 4 3 3 5 4 2 3 2
103. ANI P XI MIPA 4 5 5 5 3 4 4 4 1 3 3 3 5 4 5 5 4
104. RTR P XI MIPA 4 5 4 2 4 3 3 2 2 2 4 4 3 4 4 4 4
105. ASD P XI MIPA 4 5 5 5 3 4 4 4 2 2 3 4 2 1 3 3 3
106. MAM L XI MIPA 4 4 5 5 3 4 4 4 3 3 4 3 5 2 4 4 4
107. NNAZ P XI MIPA 4 3 5 5 3 3 4 4 1 2 5 1 2 1 3 3 4
397 486 426 352 364 408 408 316 311 367 368 387 325 392 387 342
120
No. Inisial L/P Kelas 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Total
1. ASK P XI MIPA 1 3 5 3 4 3 4 4 2 4 5 2 3 4 3 4 97
2. AAA P XI MIPA 1 1 4 4 3 4 4 3 5 4 5 2 4 2 3 4 108
3. AP P XI MIPA 1 3 5 2 5 4 5 3 5 4 5 2 3 3 3 4 112
4. DN P XI MIPA 1 4 4 2 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 105
5. DA P XI MIPA 1 3 5 4 4 4 3 4 3 4 3 2 2 2 1 5 98
6. FA P XI MIPA 1 4 2 2 4 2 2 2 3 4 4 3 2 3 4 5 89
7. MNK P XI MIPA 1 4 4 1 4 4 4 4 3 4 5 2 1 4 2 5 95
8. MIP L XI MIPA 1 4 5 3 3 4 5 4 5 4 4 3 4 4 4 5 120
9. ND P XI MIPA 1 4 4 2 4 4 2 3 2 4 3 3 4 4 4 5 111
10. RKA L XI MIPA 1 4 5 4 5 4 5 4 2 4 5 3 3 3 4 5 126
11. SS P XI MIPA 1 4 5 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2 4 3 4 101
12. AAA L XI MIPA 1 3 4 2 4 3 4 4 2 4 3 2 3 4 3 4 99
13. AFAK L XI MIPA 1 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 5 99
14. ADM P XI MIPA 1 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 106
15. GVU P XI MIPA 1 3 4 3 3 4 4 2 3 2 3 2 3 3 2 5 103
16. KJR P XI MIPA 1 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 2 3 2 3 98
17. EBM P XI MIPA 1 4 5 3 4 4 5 4 2 3 5 3 3 4 3 5 112
18. KBD L XI MIPA 1 3 4 3 3 3 4 3 2 4 4 2 4 4 2 5 111
19. ADDN L XI MIPA 2 4 5 4 5 4 5 1 3 3 5 2 4 3 3 4 110
20. AA P XI MIPA 2 4 5 3 4 4 5 4 2 3 4 2 3 4 3 4 113
21. AFd L XI MIPA 2 4 3 2 5 4 5 4 2 4 4 3 4 2 2 5 112
22. AF P XI MIPA 2 3 5 4 4 4 5 4 3 3 4 3 3 3 3 4 112
23. BMM L XI MIPA 2 4 4 3 4 4 5 4 3 4 3 2 4 4 2 4 106
24. DTH L XI MIPA 2 4 5 4 4 4 2 4 2 4 4 3 4 3 3 5 111
25. DAPP P XI MIPA 2 4 5 3 5 4 5 4 5 4 5 4 3 4 3 5 130
26. FAN L XI MIPA 2 3 5 3 5 1 5 4 5 4 5 3 3 4 3 5 116
27. FDL P XI MIPA 2 4 5 3 4 4 5 4 2 3 5 2 4 3 3 5 106
28. GS P XI MIPA 2 3 3 2 4 4 3 4 3 4 3 2 3 3 3 5 111
121
29. GA L XI MIPA 2 2 4 3 4 4 4 4 2 2 1 2 2 1 2 2 81
30. KSE P XI MIPA 2 4 5 4 3 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 131
31. KPA P XI MIPA 2 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 3 4 4 4 5 136
32. KCRZ L XI MIPA 2 2 5 3 4 4 4 4 4 4 5 2 4 3 2 5 116
33. KA P XI MIPA 2 4 5 3 4 4 5 4 3 4 5 3 4 4 3 5 119
34. KSH L XI MIPA 2 4 5 4 5 4 5 4 2 4 5 2 4 3 3 5 118
35. LPM P 11 MIPA 2 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 5 110
36. MP P XI MIPA 2 4 5 4 4 4 5 4 3 4 5 3 4 3 3 5 120
37. NN P XI MIPA 2 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 3 4 4 3 5 130
38. PA P XI MIPA 2 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 3 3 4 3 5 129
39. RHF P XI MIPA 2 4 5 4 5 4 5 3 3 4 5 3 4 3 4 5 129
40. RA P XI MIPA 2 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 2 3 4 4 5 111
41. SA P XI MIPA 2 3 3 3 4 3 5 4 3 4 4 3 3 4 4 5 113
42. BSH L XI MIPA 2 4 5 3 4 4 5 4 4 4 5 3 3 3 3 4 113
43. BR L XI MIPA 2 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 2 4 4 3 4 105
44. CSS P XI MIPA 2 4 5 2 4 4 5 4 4 4 4 2 4 2 3 5 125
45. FAT P XI MIPA 2 4 5 3 3 3 5 4 2 2 5 4 3 2 2 5 104
46. GV L XI MIPA 2 4 4 1 3 4 2 4 2 4 3 2 3 4 3 2 90
47. LAR P XI MIPA 2 4 5 4 5 4 5 4 3 4 5 4 4 4 3 5 124
48. LH P XI MIPA 2 4 5 3 5 4 5 4 2 3 5 2 4 3 4 5 115
49. MDAP L XI-MIPA 2 4 4 3 3 4 4 4 2 3 4 3 4 4 3 4 103
50. MA L XI MIPA 2 4 5 3 5 4 5 4 4 4 5 4 4 3 4 4 123
51. NH P XI MIPA 2 3 4 3 2 2 4 4 2 4 5 2 3 4 3 5 106
52. ASF P XI MIPA 3 3 5 2 4 3 5 4 5 4 5 4 1 2 2 5 106
53. AV L XI MIPA 3 3 5 4 5 4 5 3 4 4 5 5 4 4 4 5 124
54. APM P XI MIPA 3 4 4 3 4 3 4 3 4 2 5 3 3 3 3 5 111
55. FMNL L XI MIPA 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 5 5 4 3 4 4 111
56. LDS P XI MIPA 3 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 2 4 4 2 5 110
57. MJA P XI MIPA 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 4 3 4 3 3 4 98
122
58. MA L XI MIPA 3 4 5 3 4 4 4 4 4 4 5 3 3 4 4 5 123
59. MRF L XI MIPA 3 4 5 3 4 3 5 4 3 4 5 3 4 4 4 5 122
60. NNTPR P XI MIPA 3 3 5 4 3 2 5 4 4 4 5 3 2 4 3 5 112
61. N N P P XI MIPA 3 4 4 3 4 3 4 2 5 4 5 3 3 4 2 5 117
62. RJD P XI MIPA 3 4 5 3 4 4 5 4 5 4 5 5 1 3 4 5 115
63. SAM P XI MIPA 3 4 5 3 4 4 5 4 2 3 5 2 4 3 3 5 119
64. AH L XI MIPA 3 4 4 4 5 4 4 4 2 4 4 2 3 3 3 5 118
65. AAN L XI MIPA 3 3 5 4 4 2 3 4 3 4 4 2 4 3 4 5 119
66. ADA P XI MIPA 3 4 5 4 4 4 5 2 4 4 4 2 4 4 3 5 121
67. FW P XI MIPA 3 2 5 2 4 2 5 1 5 1 5 5 1 2 2 5 97
68. KNM P XI MIPA 3 3 5 3 4 4 4 4 4 4 5 3 4 3 4 5 123
69. LDP L XI MIPA 3 4 5 4 4 4 5 4 2 4 4 5 4 4 4 5 130
70. MSAP L XI MIPA 3 3 4 3 3 3 5 3 3 4 5 3 3 3 2 3 104
71. MJNG L XI MIPA 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 5 3 4 2 3 4 111
72. MER L XI MIPA 3 4 5 4 4 4 5 4 3 4 5 3 4 4 4 5 121
73. NSN P XI MIPA 3 4 5 3 4 4 5 4 3 4 5 3 4 3 3 5 111
74. RJM L XI MIPA 3 3 4 3 3 3 5 3 2 1 3 2 2 4 3 5 93
75. SNP P Xl MIPA 3 4 4 2 4 4 4 4 3 2 5 2 4 4 4 4 109
76. SNS P XI MIPA 3 4 4 3 4 4 5 4 3 4 4 2 4 3 3 4 108
77. YJA L XI MIPA 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 5 4 3 3 2 5 115
78. ASI P XI MIPA 4 3 3 4 5 4 5 3 3 3 3 3 3 3 2 2 100
79. CCP P XI MIPA 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 3 3 4 3 4 116
80. DMSZ L XI MIPA 4 4 5 3 5 4 5 4 3 3 4 3 4 4 2 5 122
81. DRP P XI MIPA 4 4 4 3 3 4 4 4 2 3 4 3 2 3 4 4 101
82. FA L XI-MIPA 4 4 4 3 3 3 3 4 2 4 4 2 3 3 2 4 101
83. FAP L XI MIPA 4 4 5 3 4 4 5 2 3 4 5 3 4 3 3 5 110
84. HAD P XI MIPA 4 4 5 3 4 4 5 4 3 4 5 3 4 4 4 4 124
85. ILQ P XI MIPA 4 4 5 2 5 4 5 4 2 3 5 2 3 4 3 3 114
86. KA P XI MIPA 4 4 5 3 5 4 5 4 5 4 5 2 4 4 3 5 121
123
87. MZR L XI MIPA 4 3 4 2 4 3 4 3 2 3 3 2 3 3 1 3 92
88. NF L XI MIPA 4 4 5 4 5 4 5 4 2 4 5 3 4 3 4 5 113
89. RMA L XI MIPA 4 4 5 2 4 4 5 4 3 3 5 3 4 3 2 5 115
90. RDC P XI MIPA 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 3 4 4 4 5 125
91. TI P XI MIPA 4 4 5 1 5 4 2 4 3 3 4 3 2 3 3 5 106
92. RAM P XI MIPA 4 4 4 3 4 4 5 3 5 3 5 2 4 3 3 4 116
93. TP P XI MIPA 4 4 5 4 4 4 5 1 4 4 5 3 4 4 4 5 124
94. AN P XI MIPA 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 3 3 4 3 5 129
95. NARSD P XI MIPA 4 4 5 4 5 4 5 4 3 3 3 2 4 3 3 4 114
96. KS P XI MIPA 4 3 5 3 5 3 5 3 5 3 5 5 1 3 3 5 110
97. AH P XI-MIPA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 119
98. HAA P XI MIPA 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 2 3 4 3 2 97
99. IFA P XI MIPA 4 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 4 3 4 2 87
100. KSg P XI MIPA 4 3 5 4 3 3 3 3 2 4 3 3 4 4 3 4 99
101. NA P XI MIPA 4 4 3 3 5 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 97
102. JSRFM P XI MIPA 4 2 4 2 4 4 4 4 4 3 5 2 2 4 1 4 99
103. ANI P XI MIPA 4 3 5 3 3 3 5 3 2 4 5 2 3 2 3 5 114
104. RTR P XI MIPA 4 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 99
105. ASD P XI MIPA 4 4 4 3 3 3 5 3 3 3 3 2 3 3 2 5 102
106. MAM L XI MIPA 4 4 4 2 5 4 5 3 2 3 3 4 3 3 3 4 113
107. NNAZ P XI MIPA 4 4 5 3 3 3 5 4 3 2 5 3 4 3 3 5 104
388 479 333 431 391 468 384 341 378 466 299 353 358 321 478 11909
124
No. Inisial L/P Kelas 1 2 3 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Total Skor
1. ASK P XI MIPA 1 3 3 2 2 2 1 3 1 2 2 2 2 25 52,08
2. AAA P XI MIPA 1 2 3 3 3 1 2 2 3 3 4 2 4 32 66,67
3. AP P XI MIPA 1 1 3 3 2 2 1 3 1 4 3 2 4 29 60,41
4. DN P XI MIPA 1 3 3 4 1 2 2 2 2 4 2 2 1 28 58,33
5. DA P XI MIPA 1 2 2 3 1 2 1 2 2 3 1 1 2 22 45,83
6. FA P XI MIPA 1 3 3 3 1 2 2 2 2 2 1 2 2 25 52,08
7. MNK P XI MIPA 1 4 3 2 1 1 1 1 1 3 1 1 4 23 47,91
8. MIP L XI MIPA 1 2 3 4 3 2 2 2 3 2 3 4 1 31 64,58
9. ND P XI MIPA 1 3 4 4 4 2 3 3 4 2 2 2 4 37 77,08
10. RKA L XI MIPA 1 4 2 4 2 2 2 3 2 3 3 2 3 32 66,67
11. SS P XI MIPA 1 4 3 4 1 1 1 4 1 4 3 2 4 32 66,67
12. AAA L XI MIPA 1 2 3 1 2 1 1 1 2 3 3 1 3 23 47,91
13. AFAK L XI MIPA 1 2 2 2 1 2 1 2 2 3 1 1 2 21 43,75
14. ADM P XI MIPA 1 4 2 3 1 2 2 3 2 3 3 2 3 30 62,5
15. GVU P XI MIPA 1 4 4 2 2 2 1 2 2 4 2 2 3 30 62,5
16. KJR P XI MIPA 1 2 2 2 1 1 1 3 2 3 1 2 3 23 47,91
17. EBM P XI MIPA 1 4 4 4 3 2 2 4 3 4 2 2 2 36 75
18. KBD L XI MIPA 1 3 4 3 4 4 3 2 2 4 2 3 4 38 79,1
19. ADDN L XI MIPA 2 2 3 4 2 3 3 2 4 2 2 1 1 29 60,41
20. AA P XI MIPA 2 4 3 4 4 2 2 1 1 4 2 3 4 34 70,83
21. AFd L XI MIPA 2 1 3 2 2 2 2 2 2 4 3 3 1 27 56,25
22. AF P XI MIPA 2 4 4 3 1 1 3 2 4 4 3 2 1 32 66,67
23. BMM L XI MIPA 2 3 2 4 2 2 1 4 1 4 2 4 4 33 68,75
24. DTH L XI MIPA 2 4 2 4 2 2 2 2 4 4 2 3 1 32 66,67
Lampiran 14. Tabulasi Data Kemampuan Berpikir Kritis
125
25. DAPP P XI MIPA 2 2 3 4 4 2 2 2 4 3 3 2 4 35 72,9
26. FAN P XI MIPA 2 2 4 4 2 2 3 2 4 3 2 1 2 31 64,58
27. FDL P XI MIPA 2 2 4 4 3 2 2 4 2 3 2 2 4 34 70,83
28. GS P Xl MIPA 2 3 2 2 3 2 1 3 1 4 1 2 3 27 56,25
29. GA L XI MIPA 2 3 3 3 2 1 2 3 2 1 1 1 2 24 53,3
30. KSE P XI MIPA 2 3 3 4 3 1 2 4 4 4 4 3 4 39 81,25
31. KPA P XI MIPA 2 2 4 4 4 2 2 4 4 2 3 3 3 37 77,08
32. KCRZ L XI MIPA 2 4 4 4 4 1 2 4 3 4 3 3 4 40 83,3
33. KA P XI MIPA 2 2 4 4 2 2 3 2 4 2 2 1 2 30 62,5
34. KSH L XI MIPA 2 2 2 3 2 2 3 2 4 2 2 1 2 27 56,25
35. LPM P XI MIPA 2 2 4 3 4 1 1 2 4 2 2 4 4 33 68,75
36. MP P XI MIPA 2 2 2 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 35 72,9
37. NN P Xi MIPA 2 3 4 3 1 2 2 2 4 1 4 2 1 29 60,4
38. PA P XI MIPA 2 4 2 4 4 2 4 2 4 2 3 4 4 39 62,5
39. RHF P XI MIPA 2 4 3 2 1 2 2 2 2 3 2 4 1 28 58,3
40. RA P XI MIPA 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 4 44 91,6
41. SA P XI MIPA 2 4 3 3 2 2 2 2 2 4 2 1 2 29 60,4
42. BSH L XI MIPA 2 3 4 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 31 64,58
43. BR L XI MIPA 2 4 2 3 1 3 2 3 2 4 2 2 3 31 64,58
44. CSS P XI MIPA 2 4 3 3 2 2 3 3 4 3 2 3 3 35 72,9
45. FAT P XI MIPA 2 3 3 4 4 2 2 2 3 4 3 3 4 37 77,08
46. GV L XI MIPA 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 1 2 2 24 53,3
47. LAR P XI MIPA 2 3 3 2 2 2 3 2 4 1 1 2 2 27 56,25
48. LH P XI MIPA 2 4 3 2 4 4 2 4 2 4 2 2 3 36 75
49. MDAP L XI MIPA 2 4 3 3 3 3 2 2 4 4 2 3 4 37 77,08
126
50. MA L XI MIPA 2 3 3 4 3 3 2 2 4 2 2 1 1 30 62,5
51. NH P XI MIPA 2 3 4 3 4 4 2 2 4 4 2 3 4 39 62,5
52. ASF P XI MIPA 3 3 3 3 4 2 2 3 3 4 2 2 3 34 70,83
53. AV L XI MIPA 3 4 3 4 2 2 3 2 4 2 3 2 4 35 72,9
54. APM P XI MIPA 3 4 3 4 2 2 2 2 4 4 3 2 4 36 75
55. FMNL L XI MIPA 3 3 3 2 3 2 1 2 2 4 2 2 2 28 58,3
56. LDS P XI MIPA 3 3 3 4 2 4 2 4 2 4 2 2 4 36 75
57. MJA L XI MIPA 3 3 4 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 29 60,4
58. MA L XI MIPA 3 4 2 4 2 2 1 2 2 3 2 2 2 28 58,3
59. MRF L XI MIPA 3 3 2 4 2 1 1 2 2 3 2 2 2 26 54,1
60. NNTPR P XI MIPA 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 46 95,8
61. N N P P XI MIPA 3 4 4 4 4 2 3 3 4 4 2 3 4 41 85,4
62. RJD P XI MIPA 3 1 3 4 2 2 1 3 1 4 2 2 4 29 60,4
63. SAM P XI MIPA 3 4 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 4 34 70,83
64. AH L XI MIPA 3 4 3 3 2 3 2 1 4 2 3 1 1 29 60,4
65. AAN L XI MIPA 3 3 4 3 2 4 2 1 4 2 3 1 2 31 64,58
66. ADA P XI MIPA 3 3 3 3 3 4 2 1 4 4 3 1 2 33 68,75
67. FW P XI MIPA 3 3 3 2 2 1 2 1 3 1 3 1 1 23 47,9
68. KNM P XI MIPA 3 2 4 3 1 2 2 2 2 4 3 2 1 28 58,3
69. LDP L XI MIPA 3 3 1 3 1 2 2 2 3 4 2 3 2 28 58,3
70. MSAP L XI MIPA 3 3 4 3 2 1 4 2 2 4 2 2 2 31 64,58
71. MJNG L XI MIPA 3 3 3 3 4 4 2 1 4 4 2 3 4 37 77,08
72. MER L XI MIPA 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 2 4 43 89,5
73. NSN P XI MIPA 3 4 3 2 4 1 2 4 2 4 2 2 3 33 68,75
74. RJM L XI MIPA 3 3 3 2 2 1 2 1 2 1 1 2 3 23 47,9
127
75. SNP P Xl MIPA 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 2 3 36 75
76. SNS P XI MIPA 3 4 3 3 3 1 2 3 4 4 3 2 4 36 75
77. YJA L XI MIPA 3 4 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 31 64,58
78. ASI P XI MIPA 4 3 2 3 3 1 1 1 1 4 3 3 3 28 58,3
79. CCP P XI MIPA 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 43 89,5
80. DMSZ L XI MIPA 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 45 93,75
81. DRP P XI MIPA 4 3 4 3 3 3 4 4 1 4 3 2 3 37 77,08
82. FA L XI MIPA 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 3 4 43 89,5
83. FAP L XI MIPA 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 4 44 91,6
84. HAD P XI MIPA 4 3 3 3 3 3 2 3 1 4 3 3 2 33 68,75
85. ILQ P XI MIPA 4 4 3 2 2 4 3 4 3 4 3 3 2 37 77,08
86. KA P XI MIPA 4 3 3 4 4 2 2 3 3 4 3 2 2 35 72,9
87. MZR L XI MIPA 4 2 1 2 3 1 1 1 1 3 2 1 2 20 41,6
88. NF L XI MIPA 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 44 91,6
89. RMA L XI MIPA 4 3 4 4 2 2 1 2 2 4 3 2 3 32 66,67
90. RDC P XI MIPA 4 3 4 2 4 3 2 2 4 1 3 3 3 34 70,83
91. TI P XI MIPA 4 3 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 1 28 58,3
92. RAM P XI MIPA 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 44 91,6
93. TP P XI MIPA 4 4 4 3 4 1 2 4 4 2 3 2 2 35 72,9
94. AN P XI MIPA 4 4 4 3 3 1 2 4 3 3 1 2 4 34 70,83
95. NARSD P XI MIPA 4 1 2 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 34 70,83
96. KS P XI MIPA 4 3 4 4 2 1 2 4 4 4 4 3 4 39 62,5
97. AH P XI MIPA 4 4 4 4 3 3 2 1 4 2 3 2 3 35 72,9
98. HAA P XI MIPA 4 3 3 3 1 1 1 2 2 3 1 1 1 22 45,83
99. IFA P XI MIPA 4 3 3 4 1 1 1 1 3 4 2 1 2 26 54,16
128
100. KSg P XI MIPA 4 3 3 4 2 1 1 2 2 4 2 2 1 27 56,25
101. NA P XI MIPA 4 2 2 3 1 2 2 2 4 3 3 2 1 27 56,25
102. JSRFM P XI MIPA 4 2 2 2 4 2 1 1 4 2 2 2 2 26 54,16
103. ANI P XI MIPA 4 3 3 3 4 3 2 1 4 4 3 4 2 36 75
104. RTR P XI MIPA 4 2 3 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 18 37,5
105. ASD P XI MIPA 4 3 1 3 1 1 1 1 2 3 2 2 1 21 43,75
106. MAM L XI MIPA 4 3 4 3 2 3 1 2 4 3 2 2 2 31 64,58
107. NNAZ P XI MIPA 4 2 3 3 4 3 2 2 4 4 2 4 2 35 72,9
328 332 341 275 234 223 263 306 344 255 238 290 3429 -
129
Lampiran 15. Persentase Indikator Minat Belajar
Indikator Minat Belajar Persentase = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 ×𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎× 100%
Memiliki rasa senang terhadap
pembelajaran
397 + 486 + 426 + 352 + 364 + 408 + 408
3745× 100% = 75,86 %
Terlibat aktif dalam pembelajaran 316 + 311 + 367 + 368 + 387 + 325
3210× 100% = 64,61%
Memiliki ketertarikan dalam belajar 392 + 387 + 342 + 388
2140× 100% = 70,51 %
Perhatian peserta didik 497 + 333 + 431 + 391 + 468 + 384
3210× 100% = 78 %
Memiliki keinginan untuk dapat
memahami pembelajaran
341 + 378 + 466 + 299 + 353 + 358 + 321 + 478
4280× 100% = 69,95 %
130
Lampiran 16. Persentase Indikator Berpikir Kritis
Indikator Berpikir Kritis No. soal Persentase = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 ×𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎× 100%
Memberikan penjelasan sederhana 4,9 275 + 344
856× 100% = 72,31%
Membangun keterampilan dasar 1,5,10 328 + 234 + 255
1284× 100% = 63,62 %
Menyimpulkan 2,6,11 332 + 223 + 238
1284× 100% = 61,76 %
Memberikan penjelasan 3,7,12 341 + 263 + 290
1284× 100% = 69,62 %
Mengatur strategi dan teknik 8 306
428× 100% = 71,49 %
131
Lampiran 17. Uji deskriptif Minat Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic
Minat 107 49 81 136 11909 111.30 1.028 10.633 113.061
Valid N (listwise) 107
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic
Berpikir 107 28 18 46 3429 32.05 .591 6.111 37.347
Valid N (listwise) 107
132
Lampiran 18. Lembar Perhitungan Data Distribusi Frekuensi Sturges
Perhitungan Data Distribusi Frekuensi Sturges
a. Perhitungan Minat Belajar
K= 1+3,322 log N
K= 1+ 3,322 log (107)
K= 1+3,322(2,029)
K= 1+6,74
K = 7,74 ≈ 7
r = nilai terbesar- nilai terkecil
= 136-81 = 55
I = r/K = 55/7 =7,85 ≈ 8
Kelas Frekuensi Frekuensi
kumulatif
Frekuensi
relative (%) Xi
81-88 2 2 1,86% 84,5
89-96 5 7 4,67 % 92,5
97-104 22 29 20,56 % 100,5
105-112 30 59 28,03% 108,5
113-120 25 84 23,36% 116,5
121-128 15 99 14,01% 124,5
129-136 8 107 7,47 % 132,5
b. Perhitungan Kemampuan Berpikir Kritis
K= 1+3,322 log N
K= 1+ 3,322 log (107)
K= 1+3,322(2,029)
K= 1+6,7 = 7,74 ≈ 7
r = nilai terbesar- nilai terkecil
= 46-18 = 28
I = r/K = 28/7 = 4
Kelas Frekuensi Frekuensi
kumulatif
Frekuensi
relative (%) Xi
18-21 4 4 3,73% 19,5
22-25 11 15 10,2 % 23,5
26-29 24 39 22,42 % 27,5
30-33 23 62 21,49 % 31,5
34-37 29 91 27,1 % 35,5
38-41 7 98 6,54% 39,5
42-46 9 107 8,4 % 41,5
133
Lampiran 19. Lembar Perhitungan Kategorisasi Minat Belajar
Perhitungan Kategorisasi Minat Belajar
Variabel minat belajar didapakan dari angket minat belajar yang berjumlah
31 butir, nilai idealnya sebagai berikut
Skor maksimum : 155
Skor minimum : 31
Nilai rata-rata ideal : 0,5 (155+ 31) = 93
Standar Deviasi Ideal : 1/6 (155-31) = 20,67
Mi + 1,5 SDi = 93 + 31,005 = 124,005≈ 124
Mi – 1,5 SDi = 93 – 31,005 = 61,995≈ 62
Mi + 0,5 SDi = 93 + 10,335 = 103,335 ≈ 103
Mi – 0,5 SDi = 93 -10,335 = 82,665 ≈ 82,6
Penentuan Interval Skor dan Kategorisasi Data
Interval skor Interval skor Kategorisasi
Mi + 1,5 SDi < x 124 < x Sangat Tinggi
Mi + 0,5 SDi < x ≤ Mi +
1,5 SDi
103 < x ≤ 124 Tinggi
Mi – 0,5 SDi < x ≤ M +
0,5 SDi
82,6 < x ≤ 103 Sedang
Mi-1,5 SDi < x ≤ Mi-0,5
SDi
62 < x ≤ 82,6 Rendah
x < Mi – 1,5 SDi x < 62 Sangat Rendah
Sumber : Saifuddin Azwar.1993.Kelompok Subjek Ini Memiliki Harga Diri
yang Rendah; Kok, Tahu…?. Buletin Psikologi. h. 15
134
Lampiran 20. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Minat Belajar dan
Kemampuan Berpikir Kritis
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 107
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 5.52631024
Most Extreme Differences Absolute .080
Positive .080
Negative -.040
Test Statistic .080
Asymp. Sig. (2-tailed) .090c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Hasil uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan
rumusan hipotesis untuk menguji normalitas data, yaitu :
1. H0 = data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
2. Kriteria pengujian :
Sig > α maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig < α maka H0 ditolak, H1 diterima
3. Residual angket Minat Belajar dan Tes Berpikir Kritis menyatakan
sig (0,090) < α (0,05), sehingga H0 diterima dan H1 ditolak.
4. Kesimpulan : Hasil uji normalitas angket minat belajar dan tes
berpikir kritis adalah berdistribusi normal, karena nilai signifikasi
lebih tinggi dari pada 0,05.
135
Lampiran 21. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Minat Belajar dan
Kemampuan Berpikir Kritis
a. Uji Homogenitas Minat Belajar
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Minat Belajar Biologi Based on Mean .761 3 103 .519
Based on Median .619 3 103 .604
Based on Median and with
adjusted df
.619 3 96.720 .604
Based on trimmed mean .755 3 103 .522
1. H0 = data homogen
H1 = data tidak homogen
2. Kriteria pengujian :
Sig > α maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig < α maka H0 ditolak, H1 diterima
3. Kesimpulan :
Hasil uji pada tabel menunjukkan bahwa data uji homogenitas
minat belajar memiliki nilai signifikasi lebih tinggi dari α (0,05).
Sehingga dapat disimpulkan data minat belajar homogen.
b. Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kritis
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Berpikir Kritis Based on Mean 2.124 3 103 .102
Based on Median 1.746 3 103 .162
Based on Median and with
adjusted df
1.746 3 85.108 .164
Based on trimmed mean 2.063 3 103 .110
1. H0 = data homogen
H1 = data tidak homogen
2. Kriteria pengujian :
Sig > α maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig < α maka H0 ditolak, H1 diterima
136
3. Kesimpulan :
Hasil uji pada tabel menunjukkan bahwa data uji homogenitas
kemampuan berpikir kritis memiliki nilai signifikasi lebih
tinggi dari α (0,05). Sehingga dapat disimpulkan data
kemampuan berpikir kritis homogen.
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Uji Korelasi Minat Belajar Biologi
dengan Kemampuan Berpikir Kritis
Correlations
Minat Belajar
Biologi Berpikir Kritis
Minat Belajar Biologi Pearson Correlation 1 .438**
Sig. (2-tailed) .000
N 107 107
Berpikir Kritis Pearson Correlation .438** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 107 107
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1. H0 : ρ = 0 (tidak terdapat hubungan yang signifikan antara minat
belajar dan kemampuan berpikir kritis)
H1 : ρ ≠ 0 (terdapat hubungan yang signifikan antara minat belajar
dan kemampuan berpikir kritis)
2. Kriteria pengujian :
Sig > α maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig < α maka H0 ditolak, H1 diterima
Sig (0,000) < α (0,05) maka maka H1 diterima, H0 ditolak.
3. Kesimpulan :
Kriteria pengujian nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,000 lebih kecil
dibandingkan α yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara minat belajar
biologi dan kemampuan berpikir kritis.
137
Lampiran 23. Uji Referensi
UJI REFERENSI
Nama : Yuli Anita
NIM : 11160161000016
Program Studi : Tadris Biologi
Judul Skripsi : Hubungan Minat Belajar Biologi Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI
di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan
Dosen Pembimbing I : Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd.
NIP : 196501151987031020
Dosen Pembimbing II : Dina Rahma Fadlillah, M.Si.
NIDN : 2028128903
BAB I
No. Referensi Paraf
Pembimbing I Pembimbing II
1. Yohannes Enggar Harususilo. Skor PISA 2018:
Peringkat Lengkap Sains Peserta didik di 78 Negara,
Ini Posisi
Indonesia.2019.(https://edukasi.kompas.com/read
/2019/12/07/10225401/skor-pisa-2018-peringkat-
lengkap-sains-peserta didik-di-78-negara-ini-posisi),
diakses tanggal 20 Oktober 2020 jam 13:00.
2. Selli Nisrina Faradila. Menilik Kualitas Pendidikan
Indonesia Menurut PISA 3 Periode Terakhir.
2019.(https://kumparan.com/kumparansains/menilik-
kualitas-pendidikan-indonesia-pisa-3-periode-
terakhir-1s), diakses tanggal 11 April 2021 jam
18:30.
Indah Pratiwi. Efek Program PISA Terhadap
Kurikulum di Indonesia.Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, 2019. vol 4 No. 21. h. 55.
138
5. Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran di
Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana 2013), h.165.
6. Pengelola Web Kemdikbud. Assessmen Nasional,
Modal Perhitungan Learning Loss Akibat Pandemi
Covid-19. 2021.
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/01/ase
smen-nasional-modal-perhitungan-learning-loss-
akibat-pandemi-covid19. Diakses tanggal 18 Februari
2022 jam 20.00 WIB.
7. Lembaga Survei Indonesia. Laporan Survei Nasional
tahun 2021. https://www.unicef.org/
indonesia/id/media/11421/file. Diakses 18 Februari
2022 jam 20,00.
BAB II
1. Suyono & Hariyanto. Implementasi Belajar dan
Pembelajaran, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya,
2015), h. 177.
2. Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.
180.
3. Fadhilah Suralaga. Psikologi Pendidikan Implikasi
dalam Pembelajaran, (Depok: Rajawali Pers, 2021),
h. 66.
4. Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran di
Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana 2013), h. 60.
4. Indriyani Astuti. Anggapan Terlalu Sulit Membuat
Sains Kurang Diminati. 2018
(https://m.mediaindonesia.com/read/detail/156371-
anggapan-terlalu-sulit-membuat-sains-kurang-
diminati ) Diakses tanggal 8 Juni 2020 jam 15:00
WIB.
139
5. Fadhilah Suralaga. Psikologi Pendidikan Implikasi
dalam Pembelajaran, (Depok: Rajawali Pers, 2021),
h. 67.
6. Dwi Nastiti dan Nurfi Laili. Buku Ajar Asesmen
Minat dan Bakat Teori dan Aplikasinya, (Sidoarjo:
Umsida Press, 2020), h. 15.
7. Muh. Sain Hanafy. Konsep Belajar dan
Pembelajaran. Lentera Pendidikan, 2014. Vol. 17
No.1 Juni h. 68.
8. M. Andi Setiawan. Belajar dan Pembelajaran,
(Jakarta: Uwais Inspirasi Indonesia, 2017), h. 3.
9. M. Andi Setiawan. Belajar dan Pembelajaran,
Jakarta: Uwais Inspirasi Indonesia, 2017), h. 9.
10. Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 57.
11. M. Dalyono. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2015), h. 57.
12. G. Hagay dkk. The Generalizability of Students’
Interests in Biology Across Gender, Country and
Religion.Springer.2012. Res Sci Educ DOI
10.1007/s11165-012-9289-y h.3.
13. Fadhilah Suralaga. Psikologi Pendidikan Implikasi
dalam Pembelajaran, (Depok: Rajawali Pers, 2021), h.
67.
14. Abd. Rachman Abror. Psikologi Pendidikan,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), h.110.
15. Suyono & Hariyanto. Implementasi Belajar dan
Pembelajaran, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya,
2015), h. 180.
140
16. Abd. Rachman Abror. Psikologi Pendidikan,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), h.112.
17. Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 58.
18. Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran di
Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana 2013), h. 62.
19. Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran di
Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana 2013), h. 64.
20. R N Maula & FF Hidayah. Analisis Minat Belajar
Peserta Didik Pada Materi Senyawa Hidrokarbon
Ditinjau dari Perspektif Gender. Seminar Nasional
Edusaintek FMIPA UNIMUS. 2019. ISBN : 2685-
5852, h. 422.
21. R N Maula & FF Hidayah. Analisis Minat Belajar
Peserta Didik Pada Materi Senyawa Hidrokarbon
Ditinjau dari Perspektif Gender. Seminar Nasional
Edusaintek FMIPA UNIMUS. 2019. ISBN : 2685-
5852, h. 422.
22. Wowo Sunaryo Kuswana. Taksonomi
Berpikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.
8.
23. Jhon W Santrock. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua,
(Jakarta: Kencana, 2007), h. 357.
24. Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran di
Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana 2013), h. 121.
25. Abd. Rachman Abror. Psikologi Pendidikan,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), h.125-126.
26. Baharudin. Pendidikan dan Psikologi
Perkembangan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016),
h. 46-47.
141
27. Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran di
Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana 2013), h. 64.
28. K McMillan dan J Weyers. How to Improve Your
Critical Thinking & Reflective Thinking, (London:
Pearson, 2013), h. 4.
29. Wahab Jufri. Belajar dan Pembelajaran Sains,
(Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013), h. 44.
30. Phil Washburn. The Vocabulary of Critical Thinking,
(New York: Oxford University Press, 2010), h. 3.
31. Wowo Sunaryo Kuswana. Taksonomi Berpikir,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 21.
32. Wanda Teays. Second Thought : Critical Thinking
for Diverse Society, (New York: McGraw-Hill, 2006),
h. 3.
33. Jhon W Santrock. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua,
(Jakarta: Kencana, 2007), h. 359.
34. Linda Zakiah dan Ika Lestari. Berpikir Kritis dalam
Konteks Pembelajaran, (Bogor: Erzatama Karya
Abadi, 2019), h. 5.
35. Linda Zakiah dan Ika Lestari. Berpikir Kritis dalam
Konteks Pembelajaran, (Bogor: Erzatama Karya
Abadi, 2019), h. 5-6.
36. Linda Zakiah dan Ika Lestari. Berpikir Kritis dalam
Konteks Pembelajaran, (Bogor: Erzatama Karya
Abadi, 2019), h. 10.
37. Vincent Ryan Ruggiero. A Guide to Critical Thinking
Seventh Edition, (New York: McGraw-Hill, 2003), h.
21.
38. Wahab Jufri. Belajar dan Pembelajaran Sains,
(Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013), h. 104.
142
39. Linda Zakiah dan Ika Lestari. Berpikir Kritis dalam
Konteks Pembelajaran, (Bogor: Erzatama Karya
Abadi, 2019), h. 13-15.
40. Ken Changwong, Aukappong Sukkamart dan
Boonchan Sisan. Critical Thinking Skill Development:
Analysis of a New Learning Management Model for
Thai High Schools. Journal of International
Studies.2018. h. 41.
41. Vincent Ryan Ruggiero. A Guide to Critical Thinking
Seventh Edition, (New York: McGraw-Hill, 2003), h.
17.
42. Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran di
Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana 2013), h. 125-126.
43. Wahab Jufri. Belajar dan Pembelajaran Sains,
(Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013), h. 105.
44. Suaha Bakhtiar. Biologi untuk SMA dan MA Kelas
XI, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011),
h. 144-145.
45. Fictor F.P. dan Moekti Ariewibowo. Praktis Belajar
Biologi 2 untuk SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Pusat
Perbukuan, 2009), h.112.
46. Ika Wahyu Anita. Pengaruh Motivasi Belajar ditinjau
dari Jenis Kelamin Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis Mahasiswa. Jurnal Ilmiah UPT
P2M STKIP Siliwangi, 2015 Vol. 2, No. 2. h. 250.
47. Fara Diba C.P. Hubungan Minat Belajar dan Berpikir
Kritis dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam
Peserta didik Kelas V di Sekolah Dasar Negeri
Kelurahan Susukan Jakarta Timur. UNES Journal of
Education Scienties (UJES). 2018,Vol. 2, Issue 1, h.
39-47.
48. Eka Sulistiani, Retni S. Budiarti dan Muswita.
Analisis Minat Belajar dan Kemampuan Awal
143
Keterampilan Berpikir Kritis Peserta didik Pada
Materi Minyak Bumi. J. Pijar MIPA, 2019, Vol. 14
No. 3, h.128-134.
49. Nadhifatun. 2018. “Analisis Korelasi Minat Belajar
pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Rangkaian
Arus Searah dengan Kemampuan Berpikir Kritis”
Seminar Pendidikan Fisika 2018 Univrsitas
Jember, 2018. ISSN : 2527 – 5917, Vol.3. h. 4.
50. Dona Fitriawan, Eka Kasah Gordah dan Ivan Eldes
Dafrita.. Analisis Korelasi Kemampuan Berpikir
Kritis dan Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa .Jurnal Pendidikan Informatika dan
Sains, 2016, Vol.5 No. 1 h. 10-11.
51. Farah Indrawati.Analisis Tingkat Berpikir Dan Minat
Belajar Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep
Dasar Mata Kuliah Trigonometri. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan KALUNI, 2019,Volume 2. h.
64.
52. Saparudin Saproni, dkk. Kemampuan Berpikir Kritis
dan Minat Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah
Fisiologi Tumbuhan Melalui Model Pembelajaran
PBL dan Inkuiri dengan Menggunakan Media Mind
Mapping di Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Biologi, 2018(ISBN:
978-602-61265-2-8). h. 480.
53. Desi Nuzul Agnafia. Analisis Kemampuan Berpikir
Kritis Peserta Didik dalam Pembelajaran
Biologi.FLOREA, 2019, Vol.6 No. 1 h.45-53.
54. Nur Azizah Darwis, Muhammad Sidin Ali dan Helmi.
Kemampuan Berpikir Kritis Ditinjau dari Minat
Belajar Fisika, Kepercayaan Diri, dan Kecerdasan
Emosional Peserta Didik Kelas X MIA SMA Negeri 1
Gowa. Prosiding Seminar Nasional Fisika PPs UNM.
2020, e-ISSN 2656-7148 Volume
144
2, h. 120-123.
55.
Anisa Zahra Hermayani, Sri D. dan Marjono.
Peningkatan Motivasi Belajar dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Ekosistem Melalui
Penerapan Model Inkuiri Terbimbing. BIOEDUKASI
Jurnal Pendidikan Biologi. 2015, Vol. 6. No. 2. h.
79-85.
BAB III
1. Sandu Siyoto & Ali Sodik. Dasar Metodologi
Penelitian (Yogyakarta : Literasi Media Publishing,
2015), h.18.
2. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Penerbit Alfabeta, 2010), h.12.
3. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan
Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2019), h. 212.
4. Sandu Siyoto & Ali Sodik. Dasar Metodologi
Penelitian (Yogyakarta : Literasi Media Publishing,
2015), h.50.
5. Hardani, dkk. Metode Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu Group, 2020),
h. 305-306.
6. Sandu Siyoto & Ali Sodik. Dasar Metodologi
Penelitian (Yogyakarta : Literasi Media Publishing,
2015), h.63.
7. Sandu Siyoto & Ali Sodik. Dasar Metodologi
Penelitian (Yogyakarta : Literasi Media Publishing,
2015), h.64.
8. Syahrum dan Salim. Metode Penelitian Kuantitatif,
(Bandung: Citapustaka, 2012), h.125.
9. Sandu Siyoto & Ali Sodik. Dasar Metodologi
Penelitian (Yogyakarta : Literasi Media Publishing,
2015), h.78.
145
13. Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),
h. 141.
14. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan
Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2019), h. 111.
15. Kadir. Statistika Terapan, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), h. 143.
16. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan
Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2019), h. 168.
17. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Penerbit Alfabeta, 2010), h. 254-255.
BAB IV
1. Saifuddin Azwar. Kelompok Subjek Ini Memiliki
Harga Diri yang Rendah; Kok, Tahu…?. Buletin
Psikologi. 1993. h.15.
2. Saifuddin Azwar. Kelompok Subjek Ini Memiliki
Harga Diri yang Rendah; Kok, Tahu…?. Buletin
Psikologi. 1993. h.15.
3. Indah Pratiwi. Efek Program PISA Terhadap
Kurikulum di Indonesia.Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, 2019. vol 4 No. 21. h. 55.
10. Hardani, dkk. Metode Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu Group, 2020),
h. 393.
11. Sandu Siyoto & Ali Sodik. Dasar Metodologi
Penelitian (Yogyakarta : Literasi Media Publishing,
2015), h. 90-91.
12. Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),
h.135.
146
4. K McMillan dan J Weyers. How to Improve Your
Critical Thinking & Reflective Thinking, (London:
Pearson, 2013), h. 4.
5. Eka Sulistiani, E.S. Budiarti dan Muswita. Analisis
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Lintas Minat Pada
Pembelajaran Biologi Kelas X IIS SMA NEGERI 11
Kota Jambi. BIODIK. 2016 Vol 2 No.1. h.17.
6. Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 58.
7. Indriyani Astuti. Anggapan Terlalu Sulit Membuat
Sains Kurang Diminati. 2018
(https://m.mediaindonesia.com/read/detail/156371-anggapan-terlalu-sulit-membuat-sains-kurang- diminati ) Diakses tanggal 8 Juni 2020 jam 15:00 WIB.
8. Jendra Binuni, E.S.N. Kaunang dan H.M.
Sumampouw. Hubungan Minat Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Biologi SMA
Negeri 2 Tondano.Jurnal Sains, Matematika dan
Edukasi. 2017. Vol 5 No. 2. h. 187.
9. Nur Azizah Darwis, Muhammad Sidin Ali dan
Helmi. Kemampuan Berpikir Kritis Ditinjau dari
Minat Belajar Fisika, Kepercayaan Diri, dan
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Kelas X MIA
SMA Negeri 1 Gowa. Prosiding Seminar Nasional
Fisika PPs UNM. 2020, e-ISSN 2656-7148 Volume
2, h. 120-123.
Jakarta, 29 Maret 2022
Dosen Pembimbing I
Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd.
NIP. 196501151987031020
Dosen Pembimbing II
Dina Rahma Fadlilah, M.Si.
NIDN 2028128903
147
Lampiran 24. Kritik & Saran Penguji
No. SARAN/KRITIK/
PERTANYAAN
HALAMAN
PADA
SKRIPSI
PERBAIKAN
1. “Seolah ada keterkaitan
antara minat belajar sains
terutama biologi terhadap
berpikir kritis”
Pernyataan ini
diasumsikan dari mana?
- Pernyataan tersebut disasumsikan dari
rendahnya PISA yang menurut salah satu
pihak berasal dari Minat belajar biologi yang
rendah dan berkaitan pula dengan kemampuan
berpikir kritis yang rendah pula. Maka dari itu
kalimat itu muncul. Namun hal tersebut sangat
sulit dipahami dan terlalu berbelit-belit apabila
menghubungkannya dengan rendahnya PISA.
Maka dari itu kalimat tersebut dihapus dalam
latar belakang masalah di skripsi ini.
2. Apa saja paparan yang
mendasari anda ingin
melihat hubungan minat
dengan berpikir kritis?
1-4 Paparan tersebut terdapat pada latar belakang
dan identifikasi masalah. Secara singkat saya
jelaskan :
Pendidikan yang relevan dengan upaya
menghadapi tantangan zaman yaitu pendidikan
yang mampu mengembangkan kompetensi dan
membentuk watak yang relevan dengan upaya
menghadapi zaman. Kemampuan-kemampuan
yang harus disiapkan oleh pemerintah dan
tenaga pendidik agar peserta didik di Indonesia
dapat bersaing dalam era global abad 21 adalah
kemampuan berpikir kritis. Untuk
meningkatkan berpikir kritis salah satunya
dengan meningkatkan minat belajar peserta
didik. Karena minat belajar merupakan salah
satu faktor internal dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis.
148
3. Ada apa dengan sekolah
ini mengapa tiba-tiba
muncul?
Disarankan untuk
mencari bukti wawancara
atau dari nilai atau rata-
rata UN atau dari
penelitian sebelumnya.
4 Sekolah ini muncul dikarenakan KBM materi
sistem pencernaan dilakukan pada bulan
November.
Berdasarkan rata-rata Ujian Nasional SMA
Negeri 9 Tangerang Selatan pada tahun 2019
memiliki skor 56,53 dengan rata-rata Ujian
Nasional di daerah Kota Tangerang Selatan
sebesar 61,43. Hal ini menunjukkan ada
banyak faktor yang menjadikan skor UN di
sekolah tersebut rendah dibandingkan nilai
rata-rata di daerah tersebut, salah satunya
minat belajar. Maka dari itu diperlukan
penelitan lebih lanjut mengenai data minat
belajar peserta didik kemudian melihat
hubungannya dengan kemampuan berpikir
kritis disekolah tersebut.
4. Mengapa menggunakan
PISA sebagai latar
belakang masalah?
Disaranakan untuk
memperbaiki latar
belakang secara
keseluruhan.
1-4 “Pemaparan bahwa PISA rendah memiliki
banyak faktor dan multidimensi salah satunya
berpikir kritis dan minat belajar. Namun saat
ini saya mengikuti saran ibu untuk tidak
menggunkan PISA sebagai latar belakang”
Latar belakang pada skripsi ini diubah secara
keseluruhan dan tidak menggunakan hasil
penelitian PISA. Dengan memperbaiki latar
belakang maka menjadi kewajiban untuk
penulis memperbaiki identifikasi masalah,
kerangka berpikir dan pembahasan. (karena
semua itu berkaitan dengan PISA).
5. Rubrik penskoran
berpikir kritis harus di
dasari oleh para ahli
40-41 Rubrik penskoran kemampuan berpikir kritis
berdasarkan holistic critical thinking scorring
rubric, rubrik penskoran ini digunakan dalam
menentukan skor atau nilai dari jawaban tiap
soal yang dibrikan pada peserta didik,
6. Kategorisasi berpikir 49 Tabel. 3.10 Kategorisasi Kemampuan
149
kritis harus berdasarkan
ahli
Berpikir Kritis
Interpretasi (%) Kategori
86 < x ≤ 100 Sangat Tinggi (Superior)
79 < x ≤ 85 Tinggi (Strong)
70 < x ≤ 78 Sedang (Moderate)
63 < x ≤ 69 Rendah (Weak)
50 < x ≤ 62 Sangat Rendah (Not Manifested)
1-50 Tidak Berpikir Kritis
7. Menambahkan indikator
kemampuan berpikir
kritis Facione pada BAB
2
25-26 Selain itu terdapat indikator lain yang di
jelaskan oleh Facione, yaitu :
7) Interpretation
8) Analysis
9) Evaluation
10) Inference
11) Explanation
12) Self regulation
8. Memperbaiki
pembatasan masalah
5 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada hubungan minat
belajar biologi terhadap kemampuan berpikir
kritis peserta didik kelas XI IPA di SMAN 9
Tengerang Selatan, meliputi:
5. Konsep biologi yang dipilih dalam
penelitian ini adalah sistem pencernaan.
6. Sampel yang digunakan adalah peserta
didik kelas XI yang mempelajari materi
sistem pencernaan oleh guru di SMA N 9
Tangerang Selatan di semester ganjil.
7. Minat belajar yang dimaksud adalah
minat belajar terhadap pelajaran biologi.
8. Indikator berpikir kritis yang digunakan
menggunakan indikator berpikir kritis