Date post: | 16-Nov-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | independent |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
Kelompok 7 :
1. Debbie Nainggolan ( NPM : 14.05.0.046)
2. Novanti Gusrananda (NPM : 14.05.0.025)
Intelegensi dan Motivasi
A. Intelegensi
1.1 Pengertian Intelegensi
Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn
tahun 1951 yang mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power)
yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati.
Pengertian intelegensi secara etimologis : intelegensi berasal dari bahasa Inggris
“intelligence” dan juga berasal dari bahasa latin yaitu “intellectus dan intelegensia atau
intellegere” yang berarti memahami. Secara bahasa dapat diartikan sebagai “aktivitas atau
perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu”.
Intelegensi menurut David Wechsler (dalam Azwar, 2004) adalah kumpulan
atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir
secara rasional serta menghadapi lingkungannya dengan efektif. Menurut Purwanto
(1990), intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan
seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.
Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
intelegensi adalah kemampuan umum seseorang untuk bertindak dengan tujuan
tertentu, berfikir secara rasional, dan menyesuaikan diri dengan cara yang tepat.
1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi
a. Pengaruh faktor bawaan
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari
suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ),
orang yang kembar ( +0,90 ) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak yang diadopsi
korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 - + 0,20 ).
b. Pengaruh faktor lingkungan
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu
ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang. Pemberian
makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting selain
guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga
memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan,
dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka).
c. Stabilitas intelegensi dan IQ
Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang
kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang notabene
hanya mengukur sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas inyelegensi tergantung
perkembangan organik otak.
d. Pengaruh faktor kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap
organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya.
e. Pengaruh faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi.
f. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
g. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu
dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga
bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan intelegensi
atau tidaknya seorang anak, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor
tersebut, karena intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan
dalam perbuatan intelegensi seseorang.
1.3 Macam-macam Intelegensi
Ada beberapa macam intelegensi, antara lain :
1) Inteligensi keterampilan verbal
Yaitu kemampuan untuk berpikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk
mengungkapkan makna. Contohnya: seorang anak harus berpikir secara logis dan abstrak
untuk menjawab sejumlah pertanyaan tentang bagaimana beberapa hal bisa menjadi mirip.
Contoh pertanyaannya “Apa persamaan Singan dan Harimau”?. Cenderung arah profesinya
menjadi: (penulis, jurnalis, pembicara).
2) Inteligensi keterampilan matematis
Yaitu kemampuan untuk menjalankan operasi matematis. Peserta didik dengan
kecerdasan logical mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap
kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya.
Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga suka
mengklasifikasikan benda dan senang berhitung. Cenderung profesinya menjadi: (ilmuwan,
insinyur, akuntan)
3) Inteligensi kemampuan ruang
Yaitu kemampuan untuk berpikir secara tiga dimensi. Cenderung berpikir secara
visual. Mereka kaya dengan khayalan internal (Internal imagery) sehingga cenderung
imaginaif dan kreatif. Contohnya seorang anak harus menyusun serangkaian balok dan
mewarnai agar sama dengan rancangan yang ditunjukan penguji. Koordinasi visual-motorik,
organisasi persepsi, dan kemampuan untuk memvisualisasi dinilai secara terpisah. Cenderung
menjadi profesi arsitek, seniman, pelaut.
4) Inteligensi kemampuan musical
Yaitu kepekaan terhadap pola tangga nada, lagu, ritme, dan mengingat nada-nada. Ia
juga dapat mentransformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan
musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai
menggunakan kosa kata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara
dalam sebuah komposisi music.
5) Inteligensi Keterampilan kinestetik tubuh
Yaitu kemampuan untuk memanipulasi objek dan mahir sebagai tenaga fisik. Senang
bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki control pada gerakan, keseimbangan,
ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-
ototnya. Cenderung berprofesi menjadi ahli bedah, seniman yang ahli, penari.
6) Inteligensi Keterampilan intrapersonal
Yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri dengan efektif mengarahkan hidup
seseorang. Memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami
diri sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam konflik. Ia juga mengetahui apa yang
dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan social. Mereka
mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan. Cenderung berprofesi
menjadi teolog, psikolog.
7) Inteligensi keterampilan interpersonal
Yaitu kemampuan untuk memahami dan secara efektif berinteraksi dengan orang lain.
Pintar menjalin hubungan social, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara
saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan
orang lain, serta mampu bekerja sama dengan orang lain.
8) Inteligensi keterampilan naturalis
Yaitu kemampuan untuk mengamati pola di alam serta memahami system buatan
manusia dan alam. Menonjol ketertarikan yang sangat besar terhadap alam sekitar, termasuk
pada binatang, diusia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang
berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan, dan hujan, asal-usul binatang,
peumbuhan tanaman, dan tata surya.
9) Inteligensi emosional
Yaitu kemampuan untuk merasakan dan mengungkapkan emosi secara akurat dan
adaftif (seperti memahami persfektif orang lain).
10) Intelegensi visual dan spasial.
Kecerdasan seperti ini contohnya seseorang yang mampu membuat lukisan yang
sangat indah, dan mudah membaca peta atau melakukan navigasi serta memiliki kemampuan
mengartikan suatu makna pada lukisan ataupun patung dan karya seni abstrak lainnya dan
sebagainya.
1.4 Hal-Hal yang Berhubungan Dengan Inteligensi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam masalah intelegensi, antara lain :
a. Inteligensi Dengan Bakat
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kamampuan umum individu dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam kemampuan yang umum ini terdapat
keampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan ini memberikan pada individu suatu
kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu
setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut bakat atau aptitude. Karena suatu tes
inteligensi tidak dirancang khusus untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini,
maka bakat tidak dengan segera diketahui lewat tes inteligensi. Demikian juga, karena
rangsang lingkungan dengan tidak sadar selalu diarahkan pada kemampuan-kemampuan
khusus ini maka bakat tidak selalu dengan sendirinya menampakkan diri.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut aptitude test
atau tes bakat. Karena sifatnya khusus, maka tes ini dirancang khusus untuk mengungkap
kemampuan yang amat spesifik.
b. Inteligensi dan Kreativitas
Kreatifitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena keativitas
juga merupakan manifestsi dari suatu proses kognitif, meskipun demikian, hubungan antara
kreativitas dengan inteligensi tidak selalu menunjukkan keselarasannya. Walaupun ada
anggapan kreatifitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi,
tetapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung pendapat itu. Skor
IQ yang rendah memang diikuti tingkat kreativitas yang rendah, namun semakin tinggi skor
IQ tidak selalu diikuti oleh tingkat keativitas yang tinggi. Sampai pada skor IQ tertentu,
masih dapat korelasi yang cukup berarti.
Permasalahan diatas menimbulkan banyak pertanyaan mengapa ini terjadi. Salah satu
jawabannya diberikan oleh J. P. Guilfrod. Ia menjelaskan bahwa kreatifitas adalah suatu
proses berfikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan alternatif
jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang
untuk mengukur proses berfikir yang bersifat konvergen, yakni kemampuan untuk
memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan
c. Hubungan inteligensi dengan kehidupan
Memang kecerdasan/intelegensi seseorang memainkan peranan yang penting dalam
kehidupannya. Akan tetapi kehidupan adalah sangat kompleks, intelegensi bukan satu-
satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang. Banyak lagi faktor
yang lain, seperti faktor kesehatan dan ada tidaknya kesempatan. Orang yang sakit-sakitan
saja meskipun intelegensinya tinggi dapat gagal dalam usaha mengembangkan dirinya dalam
kehidupannya. Demikian pula meskipun cerdas jika tidak ada kesempatan mengembangkan
dirirnya dapat gagal pula.
Juga watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan. Banyak di
antara orang-orang yang sebenarnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak
mendapat kemajuan dalam kehidupannya. Ini disebabkan/karena misalnya, kekurangan-
mampuan bergaul dengan orang-orang lain dalam masyarakat,atau kurang memiliki cita-cita
yang tinggi, sehingga tidak/kurang adanya usaha untuk mencapainya.
Sebaliknya, ada pula seorang yang sebenarnya memiliki intelegensi yang sedang saja,
dapat lebih maju dan mendapat kehidupan yang lebih layak berkat ketekunan dan
keuletannya dan tidak banyak faktor-faktor yang menggagu atau yang merintanginya. Akan
tetapi intelejensi yang rendah menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan
berkembang, meskipun orang itu ulet dan bertekun dalam usahanya. Sebagai kesimpulan
dapat kita katakan: Kecerdasan atau intelejensi seseorang memberi kemungkinan bergerak
dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Sampai di mana kemungkinan
tadi dapat direalisasikan, tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan
yang ada. Jelaslah sekarang bahwa tidak terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan
intelegensi dengan tingkat kehidupan seseorang.
B. Motivasi
2.1 Pengertian Motivasi
Motivasi adalah suatu sugesti atau dorongan yang muncul karena diberikan oleh
seseorang kepada orang lain atau dari diri sendiri, dorongan tersebut bermaksud agar orang
tersebut menjadi orang yang lebih baik dari yang sebelumnya. Motivasi juga bisa diartikan
sebagai sebuah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.
Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move).
Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap
melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti
bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku
(pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang
sesungguhnya (Pintrich, 2003).
Adapun pengertian motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer
adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun
tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu (Peter Salim & Yenny
Salim, 1991:997) Motivasi adalah pendorongan, yaitu suatu usaha yang disadari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan
sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu (Ngalim Purwanto, 1990:71).
Selanjutnya menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2011:73) motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc.
Donald ini mengandung tiga elemen penting. Yaitu ciri-ciri motivasi :
1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu
manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem
“neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Kaerna menyangkut perubahan
energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya
akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini
motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat
menentukan tingkah laku manusia.
2) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari
dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur
lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.Dengan
demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
2.2 Aspek-Aspek Motivasi
Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian
dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut
adalah:
1. keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states),
2. tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior),
3. tujuan dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior).
Aspek-aspek dari motivasi belajar antara lain :
a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran
Menurut Slameto (1995:57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seserorang,
diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Sedangkan menurut Pasaribu dan
Simanjuntak (1986:47) minat merupakan gejala kejiwaan yang berhubungan dengan sifat
subjek terhadap objek. Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat
merupakan rasa suka yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek sehingga rasa suka
tersebut menimbulkan suatu aktivitas yang positif tanpa ada yang menyuruh. Kegiatan belajar
mengajar akan semakin efektif jika siswa mempunyai minat dan perhatian terhadap pelajaran.
Siswa yang mempunyai minat terhadap pelajaran akan terlibat aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Djamarah dan Zain (1996:167) menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas ada siswa yang sering minta ijin keluar dengan alasan yang dibuat-buat.
Padahal siswa sebenarnya malas menerima pelajaran yang diberikan. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa tersebut memiliki minat dan perhatian yang rendah terhadap pelajaran. Siswa
cenderung malas dan bosan untuk mengikuti atau menerima pelajaran yang diberikan guru
sehingga mereka mencari-cari alasan untuk tidak terlibat aktif saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
b. Semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya
Setiap siswa diharapkan mempunyai semangat belajar yang tinggi baik di rumah
maupun di sekolah karena semangat belajar siswa memegang peranan penting dalam belajar.
Sesuai dengan pendapat Rohani dan Ahmadi (1995:11) salah satu fungsi motivasi adalah
untuk memberi semangat dan mengaktifkan peserta didik supaya tetap berminat belajar.
Siswa yang memiliki semangat belajar yang tinggi ditunjukkan dalam berbagai aktivitas yang
positif. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:51) siswa yang memiliki semangat belajar
yang tinggi akan aktif bertanya kepada guru atau siswa lain apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya. Ketika guru menyampaikan materi pelajaran, siswa terkadang
belum dapat langsung memahami apa yang disampaikan guru. Demikian pula apabila guru
memberikan suatu tugas kepada siswa dan siswa kurang paham tentang tugasnya. Siswa yang
memiliki semangat belajar tinggi akan langsung bertanya kepada guru atau temannya yang
lebih mengerti tentang materi pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru. Hal ini juga berlaku
apabila siswa merasa belum paham mengenai tugas yang diberikan oleh guru. Bila siswa
yang memiliki semangat belajar tinggi, biasanya selama mengerjakan tugas-tugas, ia akan
langsung bertanya kepada guru atau kawannya tentang tugas tersebut.
c. Tanggung jawab siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya
Tanggung jawab siswa untuk mengerjakan tugas-tugas belajarnya juga penting dalam
kegiatan belajar mengajar, sebab tanpa adanya tanggung jawab maka tujuan belajar tidak
akan tercapai dengan optimal. Dalam proses belajar mengajar guru berfungsi sebagai
pembimbing dan pengarah siswa untuk belajar. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh
guru untuk mengembangkan tanggung jawab adalah dengan memberikan tugas-tugas kepada
siswa. Tugas yang diberikan guru merupakan salah satu cara untuk menilai proses belajar
siswa. Munculnya tanggung jawab karena ada kemauan untuk mencapai tujuan belajar.
Sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (1999:90) bahwa kemauan merupakan
tindakan mencapai tujuan belajar. Siswa dikatakan memiliki tanggung jawab dalam
mengerjakan tugas-tugas belajarnya bila mendapat tugas untuk mengerjakan soal-soal dari
guru, siswa tersebut mengerjakan sendiri tugasnya tanpa mencontoh pekerjaan kawannya.
Menurut Djamarah (2000:76) ketika guru memberikan tugas maka siswa langsung
mengerjakan tugas tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut mempunyai tanggung
jawab yang tinggi terhadap tugas yang diberikan oleh guru karena siswa merasa tugas
tersebut merupakan suatu kewajiban yang harus diselesaikan tanpa menunda waktu.
d. Rasa senang dalam mengerjakan tugas dari guru
Bagi siswa, tugas dari guru terkadang merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan.
Hal tersebut bisa disebabkan karena tugas tersebut terlalu banyak atau sulit bagi siswa,
sehingga siswa merasa enggan mengerjakannya. Salah satu upaya guru untuk
membangkitkan motivasi siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan, guru harus
membuat soal sesuai dengan kemampuan siswa dan tugas tersebut menarik atau merupakan
suatu hal yang baru bagi siswa sehingga timbul perasaan senang pada diri siswa untuk
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:28) rasa
senang siswa terhadap tugas yang diberikan oleh guru dapat diwujudkan melalui partisipasi
dalam mengerjakan tugas tersebut. Apabila guru membentuk siswa dalam suatu kelompok
belajar siswa langsung bergabung dalam kelompok belajarnya dan bersama-sama
mengerjakan tugas dari guru. Dalam kelompok belajar tersebut siswa tidak menggantungkan
diri pada orang lain. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Djamarah (2000:162) yang
menyatakan bahwa semua anggota kelompok seharusnya memiliki kesempatan untuk
berpartisipasi memberikan sumbangan pemikirannya.
e. Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru
Proses interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar dapat terjadi
karena guru memberikan stimulus pada siswa dan siswa memberikan reaksi terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru. Menurut Rohani dan Ahmadi (1995:11) salah satu cara
untuk menumbuhkan motivasi adalah memberikan stimulus baru, misalnya melalui
pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik. Sudjana (1992:61) berpendapat bahwa interaksi
antara guru dengan siswa dapat dilihat dalam tanya jawab yang dilakukan oleh guru pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Demikian pula menurut Haryanto (1997:259) bahwa
interaksi aktif dengan guru dapat dilihat pada saat guru mengajar di depan kelas, siswa
bertanya dan guru menjawab. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa reaksi
siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru dapat dilihat bila guru bertanya kepada
siswa kemudian siswa memberikan respon balik dengan menjawab pertanyaan dari guru, dan
bertanya kepada guru apabila ada suatu hal yang belum dimengerti.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu yang berasal dari diri
individu itu sendiri. Dikatakan motivasi intrinsik apabila seorang siswa termotivasi untuk
belajar semata-mata untuk menguasai ilmu pengetahuan bukan karena motif lain seperti
pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah. Motivasi itu muncul karena ia merasa membutuhkan
sesuatu dari apa yang ia pelajari.Kesadaran pentingnya terhadap apa yang dipelajari adalah
sangat penting untuk memunculkan motivasi intrinsik. Bila seseorang telah memiliki
motivasi intrinsik maka selalu ingin maju dalam belajar sserta haus ilmu pengetahuan.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah:
a) Adanya kemauan
b) Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri
c) Adanya cita-cita atau inspirasi
(Akyas Azhari, 1996:75)
Klasifikasi motivasi ini terdiri atas:
1. Persepsi individu mengenai diri sendiri; seseorang termotivasi atau tidak untuk
melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses kognitif berupa persepsi. Persepsi
seseorang tentang dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang
untuk bertindak;
2. Harga diri dan prestasi; faktor ini mendorong atau mengarahkan inidvidu
(memotivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan memperoleh
kebebasan serta mendapatkan status tertentu dalam lingkungan masyarakat; serta dapat
mendorong individu untuk berprestasi;
3. Harapan; adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini merupakan
informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan subjektif
seseorang. Harapan merupakan tujuan dari perilaku.
4. Kebutuhan; manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan dirinya sendiri
yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya secara total. Kebutuhan
akan mendorong dan mengarahkan seseorang untuk mencari atau menghindari, mengarahkan
dan memberi respon terhadap tekanan yang dialaminya.
5. Kepuasan kerja; lebih merupakan suatu dorongan afektif yang muncul dalam diri
individu untuk mencapai goal atau tujuan yang diinginkan dari suatu perilaku.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu karena adanya
perangsang dari luar diri individu. Peserta didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang
terletak di luar hal yang dipelajarinya, seperti nilai yang tinggi, kelulusan, ijazah, gelar,
kehormatan dan lain-lain. Motivasi ekstrinsik meskipun kurang baik akan tetapi sangat
diperlukan dalam proses pendidikan agar anak didik mau belajar. Motivasi ekstrinsik tidak
selalu buruk. Ia sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian anak
didik. ( Brown Douglas. 2008). Motivasi ini, terdiri atas:
1. Jenis dan sifat pekerjaan; dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat pekerjaan
tertentu sesuai dengan objek pekerjaan yang tersedia akan mengarahkan individu untuk
menentukan sikap atau pilihan pekerjaan yang akan ditekuni. Kondisi ini juga dapat
dipengartuhi oleh sejauh mana nilai imbalan yang dimiliki oleh objek pekerjaan dimaksud;
2. Kelompok kerja dimana individu bergabung; kelompok kerja atau organisasi
tempat dimana individu bergabung dapat mendorong atau mengarahkan perilaku individu
dalam mencapai suatu tujuan perilaku tertentu; peranan kelompok atau organisasi ini dapat
membantu individu mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan
serta dapat memberikan arti bagi individu sehubungan dengan kiprahnya dalam kehidupan
sosial.
3. Situasi lingkungan pada umumnya; setiap individu terdorong untuk berhubungan
dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya;
4. Sistem imbalan yang diterima; imbalan merupakan karakteristik atau kualitas dari
objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi motivasi atau dapat
mengubah arah tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan
yang lebih besar. Sistem pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk berperilaku
dalam mencapai tujuan; perilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai
maka akan timbul imbalan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik
sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif
sehingga mengarahkan dan memelihara kerukunan dalam melakukan kegiatan belajar.
2.4 Indikator Motivasi Belajar
Motivasi dapat diamati secara langsung maupun dengan mengambil kesimpulan dari
perilaku atau sikap yang ditunjukkan. Berdasarkan aspek-aspek motivasi yang ada, dapat
disimpulkan bahwa indikator yang dapat dijadikan tolak ukur motivasi seseorang adalah
ketekunan, keaktifan, semangat dalam belajar, kehadiran, dan keuletan dalam menghadapi
dan memecahkan masalah yang ada. Motivasi belajar yang dapat diamati secara langsung
dapat dilihat dari indikasi perilaku yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Ketekunan
Peserta didik yang mempunyai motivasi seharusnya tekun dalam menjalani proses
pembelajaran. Terutama bila mereka menghadapi tantangan. Motivasi yang kuat akan
merangsang seseorang untuk aktif mengatasi masalah yang muncul. Ketekunan merupakan
hal penting karena belajar membutuhkan waktu sedangkan keberhasilan tidak selalu dapat
tercapai dengan mudah.
2) Keaktifan
Tingkat keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran merupakan tolak ukur seberapa
besar mereka butuh terhadap materi yang diajarkan. Peserta didik yang mempunyai motivasi
belajar yang kuat selalu aktif mengikuti jalannya pembelajaran, aktif menerima tugas dari
guru, mengerjakan tugas tepat waktu, dan juga memiliki keberanian untuk bertanya bila
penjelasan yang disampaikan guru belum dimengerti.
3) Semangat Belajar
Peserta didik yang mempunyai motivasi yang tinggi akan bersemangat dalam proses
belajarnya. Semangat dalam mengikuti pelajaran, semangat dalam mengerjakan tugas-tugas,
dan lain sebagainya.
4) Kehadiran
Motivasi yang kuat akan mendorong peserta didik untuk selalu hadir dalam pembelajaran
tanpa ada paksaan dari lingkungannya.
5) Keuletan
Motivasi yang dimiliki mendorong seseorang untuk ulet dan gigih menghadapi semua
tantangan. Tantangan dan kesulitan dalam belajar akan dihadapi dengan ulet oleh peserta
didik yang mempunyai motivasi tinggi.
2.5 Fungsi Motivasi dalam Belajar
Motivasi sangat berperan dalam belajar, hasil belajar siswa akan menjadi optimal jika
ada motivasi yang kuat dan jelas. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil
pula pelajaran itu. Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi siswa.
Sardiman A.M. dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar
(2011:85) mengemukakan bahwa fungsi motivasi ada tiga, yaitu:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan
yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Sedangkan menurut Rochman dan Moein (1992:57), bahwa motivasi dapat
berperan untuk:
1) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar
2) Memperjelas tujuan belajar yang akan dicapai
3) Menemukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar
4) Menentukan ketekunan belajar
2.6 Cara Membangkitkan Motivasi Belajar
Adapun bentuk motivasi yang sering dilakukan disekolah adalah sebagai berikut:
a) Memberi angka
Memberikan angka (nilai) artinya adalah sebagai satu simbol dari hasil aktifitas anak
didik. Dalam memberi angka (nilai) ini, semua anak didik mendapatkan hasil aktifitas
yangbervariasi. Pemberian angka kepadaanak didik diharapkan dapat memberikan dorongan
atau motivasi agar hasilnya dapat lebih ditingkatkan lagi.
b) Hadiah
Maksudnya adalah suatu pemberian berupa kenang-kenangan kepada anak didik yang
berprestasi. Hadiah ini akan dapat menambah atau meningkatkan semangat (motivasi)
belajar siswakarena akan diangap sebagai suatu penghargaan yang sangat berharga bagi
siswa.c)Pujian Memberikan pujian terhadap hasil kerja anak didik adalah sesuatu yang
diharapkan oleh setiap individu. Adanya pujian berarti adanya suatu perhatian yang diberikan
kepada siswa, sehingga semangat bersaing siswa untuk belajar akan tinggi.
c) Gerakan tubuh
Gerakan tubuh artinya mimik, parah, wajah, gerakan tangan, gerakan kepala, yang
membuat suatu perhatian terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Gerakan tubuh saat
memberikan suatu respon dari siswa artinya siswa didalam menyimak suatu materi pelajaran
lebih mudah dan gampang.
d) Memberi tugas
Tugas merupakan suatu pekerjaan yang menuntut untuk segera diselesaikan.
Pemberian tugas kepada siswa akan memberikan suatu dorongan dan motivasi kepada anak
didik untuk memperhatikan segala isi pelajaran yang disampaikan.
e) Memberikan ulangan
Ulangan adalah strategi yang paling penting untuk menguji hasil pengajaran dan juga
memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk mengulangi pelajaran yang telah
disampaikan dan diberikan oleh guru.
f) Mengetahui hasil
Rasa ingin tahu siswa kepada sesuatu yang belum diketahui adalah suatu sifat yang
ada pada setiap manusia. Dalam hal ini siswa berhak mengetahui hasil pekerjaan yang
dilakukannya.
g ) Hukuman
Dalam proses belajar mengajar, memberikan sanksi kepada siswa yang melakukan
kesalahan adalah hal yang harus dilakukan untuk menarik dan meningkatkan perhatian siswa.
Misalnya memberikan pertanyaan kepada siswa yang bersangkutan
Menurut Nasution (1982:81) cara membangkitkan motivasi belajar antara lain:
a. Memberi Angka
Banyak siswa belajar yang utama justru untuk mencapai angka yang baik, sehingga
biasanya yang dikejar itu adalah angka atau nilai. Oleh karena itu langkah yang dapat
ditempuh guru adalah bagaimana cara memberi angka-angka dapat dikaitkan dengan nilai-
nilai yang terkandung dalam setiap pengetahuan.
b. Meberi Hadiah
Hadiah dapat membangkitkan motivasi belajar seseorang jika ia memiliki harapan untuk
memperolehnya, misalnya: seorang siswa tersebut mendapat beasiswa, maka kemungkinan
siswa tersebut akan giat melakukan kegiatan belajar, dengan kata lain ia memiliki motivasi
belajar agar dapat mempertahankan prestasi.
c. Hasrat Untuk Belajar
Hasil belajar akan lebih baik apabila pada siswa tersebut ada hasrat atau tekad untuk
mempelajari sesuatu.
d. Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil belajar yang selama ini dikerjakan, maka akan bisa menunjukan
motivasi siswa untuk belajar lebih giat, kerana hasil belajar merupakan feedback (umpan
balik) bagi siswa untuk mengetahui kemampuan dalam belajar.
e. Memberikan Pujian
Pujian sebagai akibat dari pekerjaan yang diselesaikan denga baik, merupakan motivasi yang
baik pula.
f. Menumbuhkan Minat Belajar
Siswa akan merasa senang dan aman dalam belajar apabila disertai dengan minat belajar
apabila disertai dengan minat belajar. Dan hai ini tak lepas dari minat siswa itu dalam bidang
studi yang ditempuhnya.
g. Suasana yang Menyenangkan
Siswa akan merasa aman dan senag dalam belajar apabila disertai denga suasana yang
menyenangkan baik proses belajar maupun situasi yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Intelegensi
http://repository.upi.edu/4430/
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dra.%20Pratiwi%20Wahyu%20Widiarti,
%20M.Si./Buku%20Psikologi%20Pendidikan.pdf
http://www.eurekapendidikan.com/2015/02/aspek-aspek-dalam-motivasi-belajar.html
http://www.kajianpustaka.com/2013/04/motivasi-belajar.html
http://eprints.uny.ac.id/8471/3/bab2%20%3D08511241019.pdf
https://www.academia.edu/10824118/Motivasi_Belajar