+ All Categories
Home > Documents > kontribusi penerimaan usaha ternak kelinci

kontribusi penerimaan usaha ternak kelinci

Date post: 11-Nov-2023
Category:
Upload: khangminh22
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
77
KONTRIBUSI PENERIMAAN USAHA TERNAK KELINCI TERHADAP TOTAL PENERIMAAN USAHA TANI DI KELURAHAN SALOKARAJA KECAMATAN LALABATA KABUPATEN SOPPENG SKRIPSI Oleh : AHMAD REZKY KURNIAWAN I111 13 321 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018
Transcript

KONTRIBUSI PENERIMAAN USAHA TERNAK KELINCI

TERHADAP TOTAL PENERIMAAN USAHA TANI DI

KELURAHAN SALOKARAJA KECAMATAN LALABATA

KABUPATEN SOPPENG

SKRIPSI

Oleh :

AHMAD REZKY KURNIAWAN

I111 13 321

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

i

KONTRIBUSI PENERIMAAN USAHA TERNAK KELINCI

TERHADAP TOTAL PENERIMAAN USAHA TANI DI

KELURAHAN SALOKARAJA KECAMATAN LALABATA

KABUPATEN SOPPENG

SKRIPSI

AHMAD REZKY KURNIAWAN

I111 13 321

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

ii

KONTRIBUSI PENERIMAAN USAHA TERNAK KELINCI

TERHADAP TOTAL PENERIMAAN USAHA TANI DI

KELURAHAN SALOKARAJA KECAMATAN LALABATA

KABUPATEN SOPPENG

Oleh :

AHMAD REZKY KURNIAWAN

I111 13 321

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ahmad Rezky Kurniawan

Nim : I 111 13 321

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

a. Karya skripsi saya adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari skripsi ini, terutama dalam bab hasil

dan pembahasan, tidak asli atau plagiasi, maka saya bersedia dibatalkan

dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan

seperlunya.

Makassar, Januari 2018

AHMAD REZKY KURNIAWAN

v

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Puji syukur atas diri-Nya yang memiliki sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim,

dengan kemulian-Nyalah atas kesehatan, ilmu pengetahuan, rejeki dan nikmatnya

sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini, setelah mengikuti proses belajar,

pengumpulan data, pengolahan data, bimbingan sampai pada pembahasan dan

pengujian skripsi dengan Judul ”Kontribusi Penerimaan Usaha Ternak Kelinci

Terhadap Total Penerimaan Usaha Tani di Kelurahan Salokaraja

Kecamatan Lalabata Kabuaten Soppeng”. Skripsi ini merupakan syarat untuk

menyelesaikan pendidikan jenjang Strata Satu (S1) pada Jurusan Peternakan,

Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin Makassar.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemukan hambatan dan

tantangan, sehingga penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan sebagai suatu karya ilmiah, hal ini disebabkan oleh

faktor keterbatasan penulis sebagai manusia yang masih berada dalam proses

pembelajaran. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan partisipasi aktif dari

semua pihak berupa saran dan kritik yang bersifat membangun demi

penyempurnaan tulisan ini.

Penulis menghaturkan terima kasih dan sembah sujud kepada Allah SWT

yang telah memberikan segala kekuasaan-Nya dan kemurahan-Nya juga kepada

kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Adama H.S yang menjadi motifasi

hidupku dan Ibunda dr. Syafriani Akhmad yang telah melahirkan,

membesarkan, mendidik dan mengiringi setiap langkah penulis dengan doa restu

vi

yang tulus serta tak henti-hentinya memberikan dukungan baik secara moril

maupun materil. Terima kasih juga kepada Kakek/nenek H. Simang dan Hj.

Saddia yang telah memberikan inspirasi kepada dan semangat kepada penulis

serta yang membesarkan saya. Terima kasih kepada Hj. Fatimah yang telah

merawatku dari kecil. Terima kasih kepada Syafruddin, S.E selaku orang tua

semenjak berada di Makassar. Kalian adalah orang-orang di balik kesuksesan

penulis menyelesaikan pendidikan di jenjang (S1). Terima Kasih..

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

Dr. Ir. Hj. Hastang, M.Si selaku pembimbing utama yang telah memberikan

nasehat, arahan, petunjuk dan bimbingan serta dengan sabar dan penuh

tanggungjawab meluangkan waktunya mulai dari penyusunan hingga

selesainya skripsi ini serta menjadi ibu selama saya berada di dunia kampus.

Dr. Ir. Ikrar Mohammad Saleh, M.Sc selaku pembimbing anggota yang

tetap setia membimbing penulis hingga sarjana serta selalu menasehati dan

memberi motivasi kepada penulis untuk selalu percaya diri dan optimis.

Marhamah Nadir, SP., M.Si., Ph.D selaku penasehat akademik yang sangat

membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan S1.

Dr. Muh. Ridwan, S.Pt, M.Si, Vidyawati Tenrisanna, S.Pt., M.Ec., Ph.D

dan Dr .Ir. Syahdar Baba, M.Si selaku penguji mulai dari seminar proposal

hingga seminar hasil penelitian, terima kasih telah berkenan mengarahkan dan

memberi saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, M.A, selaku Rektor Universitas

Hasanuddin.

vii

Prof. Dr.Ir. Sudirman Baco, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin.

Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin.

Dosen Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah

banyak memberi ilmu yang sangat bernilai bagi penulis.

Seluruh Staf dalam lingkungan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,

yang selama ini telah banyak membantu dan melayani penulis selama

menjalani kuliah hingga selesai.

Ibu Maimuna dan peternak kelinci sebagai sumber informasi/data

penelitian ini, terima kasih atas informasinya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Saudara – saudara ku kak Afif, Adek Aan, Adek Ryan, dan Sepupuku

Idham, ari, yus, ekki, faat, Candra, Mia, Nanda, Putri, Dwi, Ufi, dan Nina

yang menjadi teman bercanda dan memberi inspirasi selama ini.

Saudari Chairunnisa Idrus Assegaf, terima kasih telah menjadi bagian dari

hidup saya dan terima kasih banyak atas kebersamaan dan bantuannya selama

ini.

Teman Alfian ibnu janah, M. Husni S.Pt dan Alim rais S.Pt terima kasih

kenangannya kurang lebih 4 tahun ini.

Teman-teman Sema Fapet Uh, Himsena Uh, HmI Kom. Peternakan dan

Serigala genk yang telah menjadi tempat belajar Bersama.

viii

Senior – seniorku Kak Diman, Kak Fandi, Kak Eko, dan senior yang tidak

sempat di sebutkan namanya, terima kasih telah memberikan bantuannya

selama ini

Semoga Allah S.W.T membalas budi baik semua yang penulis telah

sebutkan diatas maupun yang belum sempat ditulis. Akhir kata, Harapan Penulis

kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya dan diri

pribadi penulis. Amin....

Wassalumualaikum Wr.Wb.

Makassar, Januari 2017

Ahmad Rezky Kurniawan

ix

Abstrak

AHMAD REZKY KURNIAWAN (I11113321). KONTRIBUSI

PENERIMAAN USAHA TERNAK KELINCI TERHADAP TOTAL

PENERIMAAN USAHA TANI DI KELURAHAN SALOKARAJA

KECAMATAN LALABATA KABUPATEN SOPPENG DIBAWAH

BIMBINGAN HJ. HASTANG SEBAGAI PEMBIMBING UTAMA DAN

IKRAR MOHAMMAD SALEH SEBAGAI PEMBIMBING ANGGOTA.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui besar kontribusi penerimaan usaha

ternak kelinci terhadap total penerimaan usaha tani dan mengetahui pendapatan

peternak kelinci di Kelurahan Salokaraja Kecamatan Lalabata Kabupaten

Soppeng. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan

data kuantitatif, yang dimulai sejak pertengahan Agustus-November 2017 di

Kelurahan Salokaraja Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng. Pengumpulan

data dilakukan melalui wawancara dengan bantuan kuisioner. Analisis data yang

digunakan adalah analisis kontribusi penerimaan dan analisis pendapatan.

Kontribusi penerimaan usaha ternak kelinci terhadap total penerimaan usaha tani

masuk pada kategori cabang usaha (34,58% - 64%) dan Pendapatan peternak

kelinci di kelurahan Salokaraja Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng dapat

memberikan keuntungan. Makin besar skala usaha ternak kelinci yang dimiliki,

maka semakin tinggi total pendapatan yang di peroleh, demikian pula pendapatan

perekornya

Kata Kunci: Usaha Ternak Kelinci, Penerimaan dan Pendapatan

x

Abstract

AHMAD REZKY KURNIAWAN. I11113321. CONTRIBUTION OF

RABBIT LIVESTOCK BUSINESS ACCEPTANCE TO TOTAL FARMING

ENTERPRISES IN SALOKARAJA SUB-DISTRICT, LALABATA SUB-

DISTRICT, SOPPENG REGENCY UNDER THE GUIDANCE OF HJ.

HASTANG AS THE MAIN COUNSELOR AND IKRAR MOHAMMAD

SALEH AS MEMBER MENTORS.

The papose of this research is to identify the contribution of rabbit

livestock effort in salokaraja district, Lalabata sub-district, Soppeng regency. The

data is from interview and questionere methode. The type of research used is

descriptive using quantitative data, which started from mid-August to November

2017 in Salokaraja District, Lalabata Sub-District, Soppeng Regency. The

analysis data is done by analyzing revenue contribution and income analysis. the

total of contribution (34,58% - 64%) and rabbit livestock income can give

adventages. The make big scale of rabbit that they have, the more big an income

that they get, so does the income for each rabbit.

Keywords: Rabbit Livestock, Reception and Income

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................. ii

PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

DAFTARTABEL............................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi

PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

Latar Belakang ....................................................................................... 1

Rumusan Masalah.................................................................................. 4

Tujuan Penelitian ................................................................................... 4

Kegunaan Penelitian .............................................................................. 4

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5

Kontribusi Penerimaan .......................................................................... 5

Total Penerimaan Usaha Tani................................................................ 6

Usaha Kelinci ........................................................................................ 7

Sistem Pemeliharaan.............................................................................. 7

Penerimaan ............................................................................................ 9

Biaya Produksi ....................................................................................... 10

Biaya Total ............................................................................................ 13

Pendapatan ............................................................................................. 14

Kerangka Fikir ....................................................................................... 15

METODE PENELITIAN .......................................................................... 16

Waktu dan Tempat................................................................................. 16

Jenis Penelitian ...................................................................................... 16

xii

Populasi dan Sampel .............................................................................. 16

Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 18

Metode Pengumpulan Data ................................................................... 18

Instrumen Penelitian .............................................................................. 19

Analisa Data .......................................................................................... 20

Konsep Operasional ............................................................................... 21

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ......................................... 23

Letak Geografis dan Topografi.............................................................. 23

Penggunaan Lahan ................................................................................. 24

Keadaan Penduduk ................................................................................ 25

GAMBARAN UMUM RESPONDEN ...................................................... 29

Keadaan Umum Responden Berdasarkan Umur ................................... 29

Keadaan Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...................... 30

Keadaan Umum Responden Berdasarkan Pendidikan .......................... 31

Keadaan Umum Responden Berdasarkan Lama Berusaha

Menjual Ternak Kelinci ......................................................................... 32

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 34

Total Penerimaan Usaha Peternakan Kelinci ........................................ 34

Penjualan Kelinci .................................................................................. 34

Total Penerimaan Usaha Tani................................................................ 35

Kontribusi Penerimaan Peternak Kelinci Terhadap

Total Penerimaan Usaha Tani................................................................ 36

Pendapatan Usaha Peternakan Kelinci .................................................. 39

Biaya Usaha Peternak Kelinci ............................................................... 39

Biaya Variabel ....................................................................................... 40

Biaya Tetap ............................................................................................ 42

Biaya Total Usaha Peternakan Kelinci .................................................. 43

Pendapatan Peternak Kelinci ................................................................. 43

PENUTUP ................................................................................................... 45

Kesimpulan ............................................................................................ 45

Saran ...................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 46

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xiii

DAFTAR TABEL

No Halaman

Teks

Tabel. 1. Populasi Ternak Kelinci di Lokasi Penelitian Tahun 2016 ............... 3

Tabel. 2. Indikator Pengukuran Variabel Penelitian Peternak

Kelinci di Lokasi Penelitian ............................................................. 19

Tabel. 3. Luas Lahan dan Tanah Kering Menurut Penggunaannya

di Lokasi Penelitian .......................................................................... 25

Tabel. 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin (sex) di

Lokasi Penelitian .............................................................................. 26

Tabel. 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di

Lokasi Penelitian ............................................................................... 26

Tabel. 6. Sarana Pendidikan dan Sumber Daya Manusia di Lokasi

Penelitian ........................................................................................... 27

Tabel. 7. Jenis Ternak di Kelurahan Salokaraja Kecamatan Lalabata

Kabupaten Soppeng .............................................................................. 28

Tabel. 8. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 30

Tabel. 9. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidkan

Terakhir ................................................................................................. 31

Tabel. 10. Keadaan Umum Responden Berdasarkan Lama Berusaha

Menjual Ternak Kelinci ......................................................................... 32

Tabel. 11. Rata-rata Penerimaan dari Hasil Penjualan Kelinci Peternak

dari Berbagai Skala Usaha di Lokasi Penelitian .................................... 35

Tabel. 12. Rata-rata Total Penerimaan Usaha Tani di Lokasi Penelitian ............. 36

Tabel 13. Rata-rata Kontribusi Penerimaan Peternakan Kelinci Terhadap

Total Penerimaan Usaha Tani di Lokasi Penelitian............................... 37

Tabel. 14. Rata-rata Komponen Biaya Variabel Usaha Peternak

Kelinci dari Berbagai Skala Usaha di Lokasi Penelitian ....................... 40

Tabel. 15 Rata-rata Komponen Biaya Tetap Usaha Peternak

Kelinci Dari Berbagai Usaha di Lokasi Penelitian ............................... 42

Tabel. 16 Rata-rata Total Biaya Usaha Peternak Kelinci dari

xiv

Berbagai Skala Usaha di Lokasi Penelitian ........................................... 43

Tabel 17. Rata-rata Pendapatan Usaha Ternak Kelinci dari Berbagai

Skala Usaha di Lokasi Penelitian ........................................................ 44

xv

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

Teks

Gambar. 1. Pohon Industri Ternak Kelinci ...................................................... 2

Gambar. 2. Skema Kerangka Fikir ..................................................................... 15

Gambar. 3. Peta Kelurahan Salokaraja ............................................................ 24

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Teks

Lampriran. 1. Daftar Kuisioner ........................................................................ 49

Lampriran. 2. Identitas Responden .................................................................. 52

Lampriran. 3. Total Penerimaan Usaha Ternak Kelinci .................................. 53

Lampriran. 4. Total Penerimaan Usaha Tani dan Persentase Kontribusi

Usaha Ternak Kelinci ................................................................ 54

Lampriran. 5. Biaya Variabel Pada Usaha Ternak Kelinci .............................. 55

Lampriran. 6. Biaya Tetap ............................................................................... 56

Lampriran. 7. Biaya Total Pada Usaha Ternak Kelinci ..................................... 57

Lampriran. 8. Pendapatan Pada Usaha Ternak Kelinci .................................... 58

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Konsumsi standar protein hewani yang ditetapkan oleh FAO (2014) untuk

masyarakat Indonesia minimal sebesar 6 gr/kapita/hari atau setara dengan 2.19

kg/kapita/tahun. Dari kebutuhan ini sebagian besar masyarakat Indonesia lebih

memilih untuk mengkonsumsi daging ayam dan sapi karena daging – daging ini

mudah didapatkan di pasar sedangkan produksi daging sapi dan ayam indonesia

belum memenuhi kebutuhan masyarakat indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan

protein hewani salah satu alternatif yang dapat di konsumsi adalah kelinci.

Di Indonesia ternak kelinci mempunyai kemampuan kompetitif untuk

bersaing dengan sumber daging lain dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia

(kebutuhan gizi) dan merupakan alternatif penyedia daging yang perlu

dipertimbangkan dimasa yang akan datang. Daging kelinci merupakan salah satu

jenis daging yang memiliki potensi yang tinggi dalam pemenuhan konsumsi

daging bagi masyarakat. Namun, daging kelinci belum popular di masyarakat

disebabkan factor kebiasaan makan (food habit) dan efek psikologis yang

menganggap bahwa kelinci sebagai hewan hias atau hewan kesayangan yang tidak

layak untuk dikonsumsi dagingnya. Oleh karena itu, diperlukan verivikasi olahan

daging kelinci agar dapat dikonsumsi seperti halnya olahan daging lainnya (Yanis,

dkk.,2016)

Keberadaan ternak kelinci dapat dimanfaatkan dalam berbagai hasil

produk sebagaimana digambarkan seperti skema berikut (Gambar 1) :

2

Gambar 1. Pohon Industri Ternak Kelinci (Wibowo, 2005)

Kendala yang dihadapi dalam melakukan usaha ternak kelinci adalah pasar

yang spesifik dan terbatas, terutama pasar domestik, bibit ternak yang kurang

bermutu dan mortalitas yang masih cukup tinggi. Tetapi, pangsa pasar ternak

kelinci di Kabupaten Soppeng justru luas. Kelinci dari Kabupaten Soppeng

mampu menyuplai daerah disekitarnya seperti Kabupaten Wajo, Kabupaten Bone,

dan Kota Makassar. Bahkan, kelinci dari Kabupaten Soppeng telah keluar daerah

seperti Bima, Kendari, Manado, Papua, Surabaya, dan Samarinda. Usaha

budidaya ternak kelinci di Kabupaten Soppeng sudah banyak digeluti oleh

masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya peternak yang melakukan usaha

budidaya kelinci dimana populasi ternaknya pun cukup besar pula yaitu 4.479

ekor pada tahun 2009 yang pusat budidayanya di Kecamatan Lalabata (Sirajuddin,

Ternak Kelinci

Daging Kulit Hewan

Peliharaan Kotoran

Bahan

Pangan Bahan

Kerajinan

Pupuk

Nugget

Sosis

Burger

Dendeng

Bakso

Sate

Gule/Gulai

Mantel

Jaket

Hiasan

Souvenir

3

dkk., 2011). Adapun populasi ternak kelinci di Kecamatan Lalabata, Kabupaten

Soppeng dapat dilihat pada Tabel 1 :

Tabel 1. Populasi ternak kelinci di Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng tahun

2016

No. Kelurahan Populasi (Ekor)

1 Ompo 283

2 Salokaraja 3545

3 Lapajung 86

4 Bila 73

5 Botto 57

6 Lemba

Jumlah

81

4125

Sumber : Dinas Pertanian dan peternakan Kabupaten Soppeng, 2016

Usaha ternak kelinci di Lokasi Penelitian sampai saat ini sudah

berkembang terbukti dengan menyebar luasnya distribusi ternak kelinci ke

beberapa daerah, dan sekitar 560 rumah tangga di daerah tersebut menjadikan

sebagai sumber penghasilan untuk membantu perekonomian rumah tangga.

Peternakan kelinci tersebut sebagian besar dikelola oleh rumah tangga petani

sebagai sumber penghasilan selain usaha tani (Gusmaniar, 2013). Perkembangan

usaha tani di suatu wilayah akan memberikan kontribusi secara langsung maupun

tidak langsung terhadap pendapatan daerah di wilayah tersebut (Hidayatullah,

2014).

Melihat adanya kontribusi penerimaan dari peternakan kelinci dalam

peningkatan pendapatan rumah tangga maka, dilakukan penelitian tentang nilai

ekonomi yang terdapat pada usaha peternakan kelinci dengan judul ”Kontribusi

Penerimaan Usaha Ternak Kelinci Terhadap Total Penerimaan dari Usaha

Tani di Kelurahan Salokaraja, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng”.

4

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dikemukakan rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kontribusi penerimaan dari dari usaha ternak kelinci terhadap

total penerimaan usaha tani di lokasi penelitian?

2. Bagaimana pendapatan usaha ternak kelinci di lokasi penelitian?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk :

1. Mengetahui berapa besar kontribusi penerimaan usaha ternak kelinci terhadap

total penerimaan usaha tani di lokasi penelitian

2. Mengetahui pendapatan peternak kelinci di lokasi penelitian.

Kegunaaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai kontribusi penerimaan

dari usaha ternak kelinci terhadap total penerimaan usaha tani di lokasi

penelitian.

2. Sebagai informasi bagi petani untuk meningkatkan pendapatan usaha tani.

3. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam mengambil kebijaksanaan

pembangunan di daerah pedesaan khususnya dalam peningkatan

pendapatan masyarakat petani.

5

TINJAUAN PUSTAKA

Kontribusi Penerimaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), pengertian kontribusi

adalah sumbangan, sedangkan menurut Kamus Ekonomi bahwa kontribusi sesuatu

yang diberikan bersama – sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya, atau

kerugian tertentu atau bersama. Kontribusi merupakan besarnya persentase

sumbangan suatu usaha terhadap pendapatan petani peternak.

Konsep rumah tangga menunjukkan pada arti ekonomi dari suatu keluarga,

seperti sebagaimana keluarga itu mengelola kegiatan ekonomi keluarga,

pembagian kerja dan fungsi, kemudian beberapa jumlah pendapatan yang

diperoleh atau konsumsinya serta jenis produksi dan jasa yang dihasilkan jika

keluarga semakin besar, membuka kesempatan bagi pencari pendapatan (income

earner) akan memberikan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga. Hasil

penelitian menunjukkan adanya kolerasi positif antara banyaknya pencari

pendapatan dan tingkat pendapatan (Handayani, 2009). Kontribusi pendapatan

pada satu jenis kegiatan terhadap total pendapatan rumah tangga tergantung pada

produktivitas faktor produksi yang digunakan dari jenis kegiatan yang

bersangkutan. Stabilitas pendapatan rumah tangga cenderung dipengaruhi oleh

sumber pendapatan. Jenis-jenis pendapatan yang berasal dari luar sektor pertanian

umumnya tidak terkait dengan musim dan dapat dilakukan setiap saat sepanjang

tahun (Nurmanaf, 2006).

Kontribusi pendapatan nelayan dari pendapatan usaha nelayan terhadap

pendapatan keluarga yang bekerja sebagai nelayan dapat dihitung yaitu kategori

atau ukuran besar kontribusi dapat diinterpretasikan sebagai berikut: Rendah (0%

6

- 33.3%), Sedang (33,4% - 66,6%) dan Tinggi (66,7% – 100%). Dengan demikian

diambil kesimpulan, bahwa kontribusi pendapatan nelayan terhadap pendapatan

keluarga memiliki kontribusi sedang, yaitu 40,46% (Kumala, 2011).

Rata-rata pendapatan rumah tangga petemak sapi perah sebesar Rp 15 juta

per tahun, sedangkan kebutuhan hidup layak penduduk di Kabupaten Boyolali

pada tahun 2007 sebesar Rp 658 ribu per kapita per bulan atau sekitar Rp 31 juta

per rumah tangga per tahun. Usaha sapi perah memberikan kontribusi sekitar 15%

terhadap total pendapatan rumah tangga atau terbesar ketiga setelah usaha dan

buruh non pertanian (Utomo, dkk, 2007)

Total Penerimaan Usaha Tani

Penerimaan dapat diartikan sebagai nilai produk total dalam jangka waktu

tertentu baik yang dipasarkan maupun tidak (Soekartawi, 2002). Sedangkan

Suratiyah (2006) berpendapat bahwa penerimaan usahatani adalah perkalian

antara jumlah produksi yang diperoleh dengan harga produksi.

Usaha tani merupakan pertanian rakyat yang terhimpun dari berbagai

sumber daya alam. Sedangkan Adiwilaga (2011) usaha tani adalah pengelolaan

sumberdaya alam, tenaga kerja, permodalan dan skil lainnya untuk menghasilkan

produk pertanian secara efektif dan efisien. Setiap kegiatan usaha bertujuan agar

memperoleh penerimaan yang maksimal untuk meningkatkan pendapatan dengan

efisiensi ekonomi yang tinggi sehingga kelangsungan hidup usaha tetap terjaga.

Penerimaan yang maksimal dan efisiensi ekonomi merupakan faktor yang sangat

penting karena keberhasilan suatu usaha peternakan dapat dilihat dari besarnya

pendapatan dan efisiensi ekonominya (Trisatono, dkk, 2013).

7

Usaha Kelinci

Usaha ternak kelinci dalam perkembangannya tidak terlepas dari berbagai

masalah yang dihadapi. Masalah dalam pengembangan ternak kelinci antara lain

kurangnya suplai untuk bibit yang berkualitas untuk kelinci pedaging maupun hias,

pemeliharaan masih bersifat tradisional sehingga kurang cepat berkembang,

pengetahuan teknologi produksi dan pemasaran kurang memadai, tidak adanya

catatan recording tentang produktivitas usaha, dan tingginya minat beternak kelinci

yang belum diiringi dengan meningkatnya konsumsi daging kelinci (Wibowo, dkk.,

2013).

Usaha ternak kelinci tidak berkembang pesat seperti usaha peternakan

lainnya misalnya ayam, itik, kambing, sapi, kerbau, dan sebagainya. Hal ini

disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang nilai ekonomis

atau produk apa saja yang dapat dihasilkan dari ternak kelinci (Ridwan dan

Asnawi, 2008). Padahal kelinci memiliki peluang usaha yang cukup potensial,

baik usaha pokok maupun sebagai usaha sampingan. Peluangnya sebagai

penyedia sumber protein hewani yang sehat dan berkualitas tinggi serta peluang

usaha yang menguntungkan dengan margin pendapatan dari 20 - 200% (Raharjo,

2010).

Sistem Pemeliharaan

1. Penyiapan Sarana dan Perlengkapan

Fungsi kandang sebagai tempat berkembangbiak dengan suhu ideal 21° C,

sirkulasi udara lancar, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari

predator. Menurut kegunaan, kandang kelinci dibedakan menjadi kandang induk.

Untuk induk/kelinci dewasa atau induk dan anak-anaknya, kandang jantan,

khusus untuk pejantan dengan ukuran lebih besar dan Kandang anak lepas sapih.

8

Untuk menghindari perkawinan awal kelompok dilakukan pemisahan antara

jantan dan betina. Kandang berukuran 200x70x70 cm tinggi alas 50 cm cukup

untuk 12 ekor betina/10 ekor jantan. Kandang anak (kotak beranak) ukuran

50x30x45 cm. Menurut bentuknya kandang kelinci dibagi menjadi:

Kandang sistem postal, tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam

ruangan dan cocok untuk kelinci muda.

Kandang sistem ranch ; dilengkapi dengan halaman pengumbaran.

Kandang battery; mirip sangkar berderet dimana satu sangkar untuk satu ekor

dengan konstruksi Flatdech Battery (berjajar), Tier Battery (bertingkat),

Pyramidal Battery (susun piramid).

Perlengkapan kandang yang diperlukan adalah tempat pakan dan minum

yang tahan pecah dan mudah dibersihkan.

2. Pemberian Pakan

Jenis pakan yang diberikan meliputi hijauan meliputi rumput lapangan,

rumput gajah, sayuran meliputi kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi dan

daun kacang panjang, biji-bijian/pakan penguat meliputi jagung, kacang hijau,

padi, kacang tanah, sorghum, dedak dan bungkil-bungkilan. Untuk memenuhi

pakan ini perlu pakan tambahan berupa konsentrat yang dapat dibeli di toko pakan

ternak. Pakan dan minum diberikan dipagi hari sekitar pukul 10.00. Kelinci diberi

pakan dedak yang dicampur sedikit air. Pukul 13.00 diberi rumput

sedikit/secukupnya dan pukul 18.00 rumput diberikan dalam jumlah yang lebih

banyak. Pemberian air minum perlu disediakan di kandang untuk mencukupi

kebutuhan cairan tubuhnya.

9

3. Pemeliharaan Kandang

Lantai/alas kandang, tempat pakan dan minum, sisa pakan dan kotoran

kelinci setiap hari harus dibersihkan untuk menghindari timbulnya penyakit. Sinar

matahari pagi harus masuk ke kandang untuk membunuh bibit penyakit. Dinding

kandang dicat dengan kapur. Kandang bekas kelinci sakit dibersihkan dengan

kreolin/lysol.

4. Panen

Hasil Utama

Hasil utama kelinci adalah daging dan kulit

Hasil Tambahan

Hasil tambahan berupa kotoran untuk pupuk

Penerimaan

Pendapatan kotor (Penerimaan) usahatani adalah ukuran hasil perolehan

total sumber daya yang digunakan dalam usahatani. Nisbah seperti pendapatan

kotor per hektar atau per unit kerja dapat dihitung untuk menunjukkan intensitas

operasi usahatani (Soekartawi, 2011). Penerimaan usaha tani (farm receipts)

sebagai penerimaan dari semua sumber usaha tani yang meliputi jumlah

penambahan investasi dan nilai penjualan hasil serta nilai penggunaan yang

dikonsumsi rumah tangga (Yoga, 2007).

Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual (Soekartawi, 2006). Penerimaan juga sangat ditentukan oleh

besar kecilnya produksi yang dihasilkan dan harga dari produksi tersebut. Lebih

lanjut dikatakan bahwa stuktur penerimaan dari usaha tani adalah sebagai berikut :

TR = Y x P

10

Yaitu TR = Total Penerimaan

Y = Jumlah produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani (Kg)

P = Harga Produk (Rp)

Biaya Produksi

Mulyadi (2014) mendefinisikan biaya sebagai berikut dalam arti luas biaya

adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah

terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. 4 unsur pokok

dalam definisi biaya tersebut diatas:

1.Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi,

2.Diukur dalam satuan uang,

3.Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi,

4.Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Menurut Tunggal (2014) biaya merupakan nilai moneter yang sekarang

dan sumber ekonomi yang dikorbankan atau yang harus dikorbankan untuk

memperoleh barang dan jasa. Menurut Purwanti dan Prawironegoro (2013) biaya

adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh

barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan

dimasa mendatang.

Dalam kegiatan usahatani selalu diperlukan faktor-faktor produksi berupa

lahan, tenaga kerja dan modal yang dikelola seefektif dan seefisien mungkin

sehingga memberikan manfat sebaik-baiknya. Faktor produksi adalah semua

korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan

menghasilkan dengan baik (Soekartawi, 2011).

Biaya produksi jangka pendek diturunkan dari fungsi produksi jangka

11

pendek. Dalam pembahasan teori produksi telah dijelaskan bahwa ciri dari

produksi jangka pendek adalah adanya pemakaian input tetap salain dari input

variabel. Dengan demikian biaya produksi jangka pendek juga dicirikan oleh

adanya biaya tetap. Beberapa konsep yang berhubungan dengan biaya produksi

jangka pendek adalah sebagai berikut (Sugiarto dan Brastoro., 2005):

1. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap umumnya relative tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan

walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.Jadi besarnya biaya tetap

ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contohnya

pajak, biaya untuk pajak akan tetap dibayar walaupun hasil usahatani itu besar

atau gagal sekalipun (Soekartawi, 1995; Joerson dan Fathorrozi, 2003; Triandaru,

2001).

Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh peternak yang

jumlahnya tidak dipengaruhi besar kecilnya usaha. Biaya tetap meliputi biaya

penyusutan kandang, biaya penyusutan peralatan dan biaya pajak bumi dan

bangunan. Biaya tersebut tetap dikeluarkan meskipun produksi terhenti. Meskipun

ayam ras petelur tidak berproduksi peternak tetap mengeluarkan biaya tersebut

dalam bentuk penyusutan (Saediman, 2012). Salah satu biaya tetap adalah biaya

penyusutan, penyusutan (depreasiasi) merupakan salah satu konsekuensi atas

penggunaan aktiva tetap, dimana aktifa tetap akan mengalami penyusutan atau

penurunan fungsi. Berdasarkan logika umum, penyusutan merupakan cadangan

yang nantinya digunakan untuk membeli aktiva baru untuk menggantikan aktiva

lama yang sudah tidak produktif lagi.

Berdasarkan logika akuntasi, penyusutan (depreasiasi) adalah harga

12

peroleh aktiva tetap yang dialokasikan kedalam harga pokok produksi atau biaya

operasional akibat penggunaan aktiva tetap tersebut atau biaya operasional akibat

penggunaan aktiva dalam proses produksi dan operasional perusahaan secara

umum (Putra, 2008).

Cara menghitung biaya penyusutan kandang dan penyusutan peralatan

adalah dengan menggunakan metode garis lurus. Menurut Dendy (2014) dalam

Senior Trainer Accounting (2014) Penyusutan metode garis lurus yaitu salah satu

metode yang termasuk paling banyak diaplikasikan oleh perusahaan perusahaan di

indonesia, termasuk menghitung penyusutan kandang dan penyusutan

peralatan. Metode garis lurus ini menganggap aktiva tetap akan memberikan

kontribusi yang merata di sepanjang masa penggunaannya, sehingga aset tetap

akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama dari periode ke periode

hingga aset ditarik dari penggunaannya dalam operasional perusahaan.

2. Biaya Variable (Variable Cost)

Biaya variabel atau sering disebut biaya variabel total (total variable cost,

TVC) adalah jumlah biaya produksi yang berubah menurut tinggi rendahnya

jumlah output yang akan dihasilkan. Semakin besar output atau barang yang akan

dihasilkan, maka akan semakin besar pula biaya variabel yang akan dikeluarkan.

Termasuk dalam biaya ini yaitu biaya ternak awal, mortalitas, transportasi, biaya

obat dan vaksin, biaya akomodasi dan tenaga kerja, akan tetapi dalam peternakan

tradisional tenaga kerja keluarga tidak pernah diperhitungkan, pada hal

perhitungan gaji tenaga kerja keluarga juga penting (Joesron dan Fathorrozi,

2003).

Biaya variabel sebagai biaya dari sumber daya variabel jika tidak

13

digunakan sumber daya variabel, maka input 0 dan biaya variabel juga 0. Dengan

demikian banyaknya sumber daya variabel yang digunakan, output naik dan biaya

variabel juga naik. Jumlah kenaikan biaya variabel tergantung pada jumlah

sumber daya variabel yang digunakan dan harga sumber daya tersebut (Triandaru,

2006; Soekartawi, 1995).

Biaya Total

Biaya total adalah keseluruhan biaya yang akan dikeluarkan oleh

perusahaan atau dengan kata lain biaya total ini merupakan jumlah dari biaya

tetap dan biaya variabel. Biaya total yang dibebankan pada setiap unit disebut

biaya total rata-rata (average total cost)

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙

Biaya total dibutuhkan untuk keperluan produksi sebuah perusahaan.

Fungsi biaya total ini untuk merinci keseluruhan biaya dikenakan oleh perusahaan

untuk meproduksi suatu output tetentu selama satu kurun waktu tertentu. Para ahli

ekonomi mendefenisikan biaya ditinjau dari biaya alternatif atau opportunity cost.

Doktrin biaya alternatif menetapkan bahwa biaya dari satu faktor produktif

merupakan nilai maksimum yang diproduksi oleh faktor ini dalam suatu

penggunaan alternatif. (Joesron dan Fathorrozi 2003; Syamsidar, 2012).

Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Soekartawi (1995) Ia

menyatakan bahwa total biaya atau total cost (TC) adalah penjumlahan dari biaya

tetap Fixed Cost (FC) dan biaya tidak tetap atau variabel cost (VC) yang

digunakan dalam usaha tani.

14

Pendapatan

Pendapatan (keuntungan) adalah selisih antara penerimaan dengan semua

biaya. Rumusnya, Pd = TR – TC dimana Pd adalah pendapatan, TR adalah total

penerimaan dan TC adalah total biaya. Penerimaan dapat diperoleh dari produksi

fisik dikalikan dengan harga produksi. Total pendapatan bersih diperoleh dari total

penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu produksi. Total biaya ini

dapat diklasifiksikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (seperti sewa tanah,

pembelian alat pertanian) dan biaya tidak tetap (seperti biaya yang dikeluarkan

untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, pembayaran tenaga kerja). (Soekartawi,

2011).

Soekartawi dalam dua bukunya yang berbeda (1995 dan 2003) juga

mengatakan bahwa perskalausahaan pada umumnya berskala usaha untuk

memaksimumkan laba, yaitu selisih antara penerimaan total dengan biaya total.

Sedangkan laba ekonomis adalah selisih positif antara penerimaan dan biaya

(termasuk biaya kepada pemilik). Selanjutnya dikatakan bahwa penerimaan

perskalausahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil skala usaha,

seperti panen tanaman dan barang olahan seperti panen dari peternakan dan

barang olahannya (Soekartawi 1995).

Pendapatan atau keuntungan merupakan tujuan setiap jenis usaha.

Keuntungan dapat dicapai jika jumlah penerimaan yang diperoleh dari hasil usaha

lebih besar dari pada jumlah pengeluarannya. Semakin tinggi selisih tersebut,

semakin meningkat keuntungan yang dapat diperoleh. Jika situasinya terbalik,

skala usaha tersebut mengalami kerugian dan secara ekonomis sudah tidak layak

dilanjutkan (Soekartawi, 2003).

15

Kerangka Pikir

Gambar 2. Skema Kerangka Pikir

BIAYA TOTAL

BIAYA VARIABEL :

Indukan

transportasi

obat - obatan

listrik

pakan

tenaga kerja

Dos kelinci

BIAYA TETAP :

Penyusutan

peralatan

Penyusutan

kandang

PBB

Total Cost

PENDAPATAN

TOTAL PENERIMAAN

SISTEM PEMELIHARAAN PENERIMAAN USAHA

TANI PADI

USAHA TERNAK KELINCI USAHATANI

PENERIMAAN

KONTRIBUSI PENERIMAAN

TERNAK KELINCI

Biaya Investasi

Biaya Kandang

Biaya Peralatan

Penerimaan

Usaha Tani

16

METODE PENELITIAN

Waktu Dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2017. Bertempat di

Kelurahan Salokaraja Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng, dengan

pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu sentra terbesar

peternak kelinci.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif yaitu peneliti yang

menggambarkan kondisi variabel yaitu besarnya biaya penerimaan dan

pendapatan yang diperoleh pelaku usaha peternakan kelinci. Dalam hal ini

memberikan gambaran mengenai kontribusi penerimaan dari peternakan kelinci

yang dipelihara di Kelurahan Salokaraja Kecamatan Lalabata Kabupaten

Soppeng.

Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan peternak kelinci di Kelurahan Salokaraja,

Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng. Populasi rumah tangga peternak

kelinci di Kelurahan Salokaraja, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng

mencapai 560 rumah tangga.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki kriteria usaha

ternak kelinci serta usaha tani padi mewakili keseluruhan populasi yang ada.

Sampel di lokasi penelitian yaitu peternak kelinci yang juga mengusahakan tani

padi sebagai usaha pokoknya. Usaha tani padi di jadikan kriteria sampel karena

semua peternak kelinci dilokasi penelitian ini memiliki usaha tani padi dan juga

17

didukung dengan keadaan lokasi penelitian berpotensi sebagai penghasil padi.

Berhubung dengan luasnya cakupan daerah penelitian maka dilakukan

pengambilan sampel dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling.

Menurut Notoadmodja (2010) Purposive Sampling adalah pengambilan sampel

yang berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi

ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya. Untuk menentukan jumlah

sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin :

𝑛 =N

1+N (e)2 (Umar, 2000)

Dimana : n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Tingkat Kesalahan

Untuk mengetahui jumlah sampel yang diperoleh maka dapat digunakan

rumus berikut :

n=560

1+560 (15%)2

n = 560

1+560 (0,15)2

n = 41 orang

Dengan demikian besarnya sampel yang diambil berdasarkan wilayah

Lingkungan, dapat dilihat berikut ini :

Cenrana : 217

560𝑥 41 = 16

Mattoanging : 223

560𝑥 41 = 16

Paowe : 120

560𝑥 41 = 9

── +

41

18

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

1. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat,

sketsa dan gambar peternak kelinci di Lokasi penelitian.

2. Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka meliputi

penerimaan dan jumlah Ternak awal bulan, jumlah ternak akhir bulan, jumlah

ternak terjual/bulan, jumlah ternak yang di berikan ke orang lain. Biaya tetap

meliputi biaya penyusutan kandang, PBB dan biaya penyusutan peralatan

sedangkan biaya variabel meliputi biaya ternak awal, transportasi, tenaga

kerja, biaya obat dan vaksin, dan biaya Pajak Bumi dan Bangunan, Biaya

Pakan, dan Biaya Listrik.

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

1. Data primer adalah data yang bersumber dari wawancara langsung dengan

peternak kelinci di di Lokasi penelitian.

2. Data sekunder adalah data yang bersumber dari kantor pemerintahan dan

instansi – instansi yang terkait seperti keadaan wilayah dan lain sebagainya.

Metode Pengambilan Data

Metode pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara:

1. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap peternak kelinci di

Lokasi penelitian.

2. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan bertemu langsung dengan

peternak kelinci di Lokasi penelitian

19

3. Kuisioner yaitu daftar pertanyaan yang telah diatur sesuai kebutuhan peneliti

yang akan ditanyakan kepada peternak seperti identitas responden, jumlah

ternak kelinci, gambaran peternak kelinci di Lokasi penelitian

Instrumen Penelitian

Instrumen Variabel penelitian ini terdiri atas variabel pendapatan, sub

variabel dari pendapatan meliputi unsur total penerimaan dan total biaya

pengukuran ini didasarkan pada indikator pengukuran sebagai berikut :

Tabel 2. Indikator pengukuran variabel penelitian peternak kelinci di Lokasi

Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator Pengukuran

Penerimaan

rumah

tangga

petani

Total Penerimaan ternak

kelinci (TR)

Total Biaya ternak

kelinci (TC)

Usaha Tani

1. Penjualan Kelinci

2. Feses Kelinci

3. Jumlah kelinci yang di berikan

orang lain

4. Jumlah ternak di akhir bulan

1. Biaya Tetap

1. Penyusutan Kandang: Harga

perolehan kandang, Nilai

Residu/Nilai sisa, dan umur

ekonomis kandang

2. Penyusutan Peralatan: Harga

perolehan peralatan, Nilai

residu/nilai sisa, umur ekonomis

peralatan.

3. Pajak bumi dan bangunan

2. Biaya Variabel

1. Biaya Ternak Awal

2. Transportasi: Biaya angkutan

3. Tenaga Kerja: Gaji

karyawan/bulan

4. Biaya Obat dan Vaksin

5. Biaya Listrik Rp/bulan

6. Biaya Pakan Rp/Kg

7. Dos Kelinci

1. Penghasilan usaha tani

berupa Padi.

20

Analisa Data

Analisi Kontribusi Penerimaan

Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif yaitu untuk

menghitung Kontribusi penerimaan dari peternak kelinci terhadap total

peneriamaan usaha tani di Lokasi penelitian.

Untuk mengetahui penerimaan peternak kelinci dengan rumus sebagai

berikut (Soekartawi, 2003):

Dimana : TR = Total Revenue/penerimaan (Rp/bulan)

Q = Jumlah Produksi

P = harga (Rupiah)

Total Penerimaan Rumah Tangga Petani dihitung dengan menjumlahkan

penerimaan rumah tangga petani, yaitu :

R = R1 + R2

Keterangan:

R = Total Penerimaan rumah tangga petani yang beternak kelinci

R1 = Penerimaan usaha Tani (Padi)

R2= Penerimaan Usaha Ternak kelinci

Sedangkan untuk menghitung kontribusi penerimaan dari peternak kelinci

terhadap total penerimaan usaha tani, digunakan rumus sebagai berikut

(Handayani, 2009) :

Qx

P = --------- x 100%

Qy

Total Penerimaan (TR) = Q x P

21

Dimana ;

P = Kontribusi penerimaan peternak kelinci terhadap total penerimaan

usaha tani (%)

Qx = Penerimaan Usaha Peternak Kelinci (Rp)

Qy = Total Penerimaan usaha tani (Rp)

Analisi Pendapatan Peternak Kelinci

Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif yaitu untuk

menghitung pendapatan peternak kelinci di Lokasi penelitian.

Untuk mengetahui penerimaan peternak kelinci dengan rumus sebagai

berikut (Soekartawi, 2003):

Dimana : TR = Total Revenue/penerimaan (Rp/bulan)

Q = Jumlah Produksi

P = harga (Rupiah)

Untuk mengetahui pendapatan peternak kelinci sistem digunakan rumus

sebagai berikut (Soekartawi, 2003) :

Dimana : Pd = Total Pendapatan yang diperoleh peternak (Rp/bulan)

TR = Total Revenue/Penerimaan yang diperoleh peternak (Rp/bulan)

TC = Total Cost/Biaya yang dikeluarkan peternak (Rp/bulan)

Konsep Operasional

1. Kontribusi penerimaan adalah persentase perbandingan antara penerimaan

usaha peternak kelinci terhadap total penerimaan usaha tani. (%)

Total Penerimaan (TR) = Q x P

Total Pendapatan (Pd) = TR - TC

22

2. Penerimaan usaha peternakan kelinci adalah nilai yang diterima dari hasil

penjualan ternak kelinci, yang di berikan ke orang, nilai ternak akhir yang

dimilki dan dinyatakan dalam rupiah (Rp/bulan).

3. Penerimaan usaha tani adalah nilai yang di terima dari hasil produksi Padi

yang dimiliki dan dinyatakan dalam rupiah (Rp/bulan).

4. Usaha pertanian adalah usaha yang memiliki usaha tani padi dan usaha ternak

kelinci .

5. Total penerimaan usaha tani adalah total penerimaan usaha tani dengan

penerimaan usaha ternak kelinci dalam rupiah (Rp/bulan).

6. Biaya total adalah biaya yang dikeluarkan peternak kelinci dalam satu bulan

yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel (Rp/Bulan).

7. Biaya Tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani yang sifatnya tidak

berubah – ubah atau tetap dan tidak tergantung pada besar kecilnya produksi

seperti biaya penyusutan kandang, biaya penyusutan peralatan, PBB dan lahan

di lokasi penelitian

8. Biaya Variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani yang sifatnya

berubah – ubah atau tidak tetap sesuai dengan jumlah produksi seperti biaya

ternak awal, transportasi, tenaga kerja, biaya obat dan vaksin, bibit, pupuk,

dan pestisida di lokasi penelitian.

9. Penerimaan adalah semua hasil dari output kegiatan peternakan kelinci di

lokasi penelitian.

10. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan peternak kelinci dengan

total biaya yang dikeluarkan peternak dinyatakan dalam rupiah.

23

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan Geografis

Kelurahan Salokaraja merupakan salah satu desa/kelurahan dari sepuluh

(10) desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng. Jarak

Kelurahan Salokaraja dari ibukota kecamatan 6 km dan jarak ke ibu kota

kabupaten 6 km. Luas wilayah 1.590 Km2. Kelurahan Salokaraja memiliki

batas-batas wilayahnya yaitu :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Labokong

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Ganra

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Lapajung

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Ompo

Kelurahan Salokaraja terdiri atas tiga (3) Lingkungan yakni Lingkungan

Cenrana, Paowe, dan Mattoanging. Secara umum keadaan topografi Kelurahan

Salokaraja adalah daerah dataran rendah. Kelurahan ini berada pada wilayah

dengan topografi yang datar. Berdasarkan daerah topografi Kelurahan

Salokaraja sangat cocok untuk tanah persawahan, oleh karena itu Kelurahan

Salokaraja sangat beerpotensi sebagai penghasil padi hal ini di karenakan tekstur

tanah dan pengairan sangat mendukung untuk persawahan. Secara keseluruhan

wilayah Kelurahan Salokaraja berada pada ketinggian antara 25 – 70 meter dari

permukaan laut. Adapun iklim Kelurahan Salokaraja sebagaimana kelurahan lain

di wilayah Indonesia yaitu beriklim tropis dengan dua musim, yaitu musim

kemarau dan musim hujan (BPS,2013)

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang wilayah Lokasi

24

penelitiandapat dilihat pada Gambar 3:

Gambar 3: Peta Kelurahan Salokaraja

Penggunaan Lahan

Dilihat dari kondisi objektif penggunaan lahan yang meliputi topografi

daerah dan kondisi fisik lainnya, penggunaan lahan di lokasi penelitian secara

garis besar dapat dibedakan atas persawahan dan ladang, pemukiman, pekuburan,

Lingkungan

cenrana

Lingkungan

Salokaraja

Lingkungan

Paowe

25

dan lainnya. Adapun penggunaan lahan di lokasi penelitian berdasarkan

peruntukannya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas lahan dan Tanah Kering Menurut Penggunaannya di lokasi

penelitian

No. Jenis Lahan Luas Lahan

(hektar)

Persentase

(%)

1 Persawahan dan Ladang 1.544,90 96,54

2 Pemukiman 27 1,69

3 Pekuburan 2,3 0,14

4 Lainnya 26 1,62

Jumlah 1.600,20 100

Sumber : Data Sekunder Kelurahan Salokaraja, 2016.

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa penggunaan lahan di lokasi

penelitian (96,54%) digunakan sebagai persawahan dan ladang, Lahan tersebut

sebagian besar digunakan oleh masyarakat setempat untuk bertani sebagai

pekerjaan pokok, (1,69%) di gunakan sebagai tempat pemukiman warga yang

berada di lokasi penelitian, (0,14) wilayahnya di gunakan sebagai pekuburan

untuk warga yang berada di lokasi penelitian.

Keadaan Penduduk

Penduduk di Kelurahan Salokaraja pada tahun 2016 terdiri atas 924 KK

dengan 3.066 jiwa, dengan penduduk laki-laki sebanyak 1.523 jiwa, sedangkan

sisanya sebanyak 1.5432 perempuan. Jumlah penduduk tersebut merupakan salah

satu faktor pendukung dalam pengembangan subsektor peternakan

sebagai sumber tenaga kerja. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk

berdasarkan jenis kelamin dan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5 dan

Tabel 6.

a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kelurahan Salokaraja

26

Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin (sex) di lokasi

penelitian

No Keterangan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 1.523 49,67

2 Perempuan 1.543 50,33

Jumlah 3.066 100

Sumber : Data Sekunder Kelurahan Salokaraja, 2017.

Berdasarkan pada Tabel 4, diketahui bahwa sebagian besar penduduk di

Kelurahan Salokaraja berjenis kelamin perempuan (50,33%) sedangkan laki-laki

hanya 49,67%. Kondisi ini karena banyaknya laki-laki yang mencari kerja di luar

atau merantau ke daerah lain untuk mencari nafkah dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Selain itu banyaknya angka penduduk yang berjenis kelamin

perempuan karena tingkat kelahiran anak perempuan di Kelurahan Salokaraja

lebih banyak dibandingkan dengan anak laki-laki.

b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Jumlah penduduk berdasarkan mata oencaharian di Kelurahan

Salokaraja Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di lokasi penelitian

No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Petani 2.510 81,87

2 Pedagang 89 2,9

3 Wiraswasta 100 3,26

4 PNS 316 10,31

5 Tukang Kayu 15 0,49

6 Tukang Batu 36 1,17

Jumlah 3.066 100

Sumber : Data Sekunder Kelurahan Salokaraja,2017.

Berdasarkan pada Tabel 5, diketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan

mata pencaharian di Kelurahan Salokaraja sebagian besar petani yaitu sekitar

27

81,87%. Hal ini dikarenakan Kelurahan Salokaraja berada pada dataran rendah

sehingga sangat cocok untuk pertanian. Kondisi tersebut menyebabkan sebagian

besar pekerjaan pokok masyarakat bekerja sebagai petani seperti persawahan,

perkebunan dan peternakan terutama ternak kelinci.

c. Sarana Pendidikan

Untuk memperlancar kegiatan proses pendidikan dan untuk menghasilkan

sumber daya manusia yang berkualitas maka faktor pendidikan perlu mendapat

perhatian bagi pemerintah. Ketersediaan sarana pendidikan bagi masyarakat

Kelurahan Salokaraja dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Sarana pendidikan dan sumber daya manusia di Lokasi penelitian

Sumber : Data Sekunder Kelurahan Salokaraja, 2017.

Berdasarkan pada Tabel 6, diketahui bahwa jumlah sarana pendidikan di

Kelurahan Salokaraja yang paling banyak adalah sekolah dasar (SD) yaitu 4 unit.

tingkat pendidikan penduduk di wilayah Kelurahan Salokaraja masih sangat

kurang. Hal ini disebabkan karena jumlah sekolah masih sangat kurang, misalnya

SLTP dan SLTA hanya terdapat di Ibukota kecamatan yang berjarak 6 Km.

Selain itu kesibukan dalam berladang dan bertani menyebabkan kurangnya

perhatian pada peningkatan pendidikan, sedangkan kendala lainnya adalah faktor

ekonomi.

Adapun sumber daya manusia yang ada pada sarana pendidikan

yang paling terbanyak adalah sekolah dasar yaitu 450 murid dan 35 guru,

N

o.

Sarana Pendidikan Jumlah (Unit) Jumlah Murid Jumlah Guru

1 Taman Kanak-Kanak 2 40 5

2 Sekolah Dasar 4 450 35

Jumlah 6 490 40

28

sedangkan untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas

(SMA) tidak ada. Hal ini menandakan bahwa sarana pendidikan sangat penting

bagi tingkat kemajuan suatu daerah.

d. Sub Sektor Peternakan

Kelurahan Salokaraja merupakan wilayah di Kabupaten Soppeng dengan

potensi sub sektor peternakan yang cukup besar. Potensi sub sektor peternakan

Kelurahan Salokaraja meliputi jenis ternak besar dan kecil seperti sapi,

kerbau, kuda dan kambing sedangkan jenis ternak unggas meliputi ayam

petelur, ayam broiler, ayam buras dan itik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7 . Jenis Ternak di Kelurahan Salokaraja Kecamatan Lalabata Kabupaten

Soppeng

No. Jenis Ternak Jumlah (ekor)

1 Sapi 252 2 Kuda 190

3 Kambing 27

4 Ayam Broiler 9.325

5 Ayam Buras 4.461

6 Itik 53

7 Entok 84

8 Kelinci 2.300

Jumlah 16.692

Sumber :BPS Kabupaten Soppeng, 2013.

Berdasarkan pada Tabel 7, diketahui bahwa sub sektor peternakan yang

berkaitan dengan jumlah ternak yang ada di Kelurahan Salokaraja paling banyak

yaitu ayam broiler sebanyak 9.325ekor, selanjutnya ayam buras dengan jumlah

populasi 4.461 ekor sehingga jumlah populasi ternak ayam di daerah ini cukup

besar. Sedangkan populasi ternak kelinci mencapai 2.300 ekor karena di lokasi

penelitian ini merupakan pusat pemeliharaan ternak kelinci di Kabupaten

Soppeng.

29

KEADAAN UMUM RESPONDEN

Pada penelitian ini, responden yang dimaksud adalah peternak yang

sekaligus bertani dalam suatu keluarga. Keadaan umum responden dapat dilihat

dari umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan lama berusaha beternak kelinci.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut :

Keadaan Umum Responden Berdasarkan Umur

Umur merupakan salah satu faktor penentu kemampuan kerja seseorang,

dimana pengaruh tersebut akan nampak pada kemampuan fisik seseorang untuk

menyelesaikan pekerjaannya. Umur sangat mempengaruhi kematangan seseorang

dalam berfikir dan bertindak sehingga tidak dapat dipungkiri jika umur seseorang

mempengaruhi produktifitas kerjanya. Adapun hasil pengolahan data primer

penelitian ini diketahui bahwa responden berdasarkan sebaran kelompok umur

dalam melakukan pemasaran ternak kelinci seluruhnya memiliki umur berkisar

antara umur 23-65 tahun dengan jumlah 41 orang (100%). Berdasarkan pada

keadaan ini tentunya dapat diketahui bahwa seluruh responden berada pada usia

produktif yaitu usia dimana seseorang masih memiliki kapasistas dalam

mengelola usahanya. Hal ini sesuai dengan kelompok umur menurut Badan Pusat

Statistik (2014) yang umur non produktif yaitu umur antara 0-14 tahun dan

golongan umur lebih dari atau sama dengan 65 tahun, sedangkan umur produktif

yaitu umur 15-64 tahun.

30

Berdasarkan hal tersebut dimana usia responden berada pada usia

produktif maka dapat dikatakan hal ini menjadi modal yang menunjang

keberhasilan usaha yang dilakukan. Penduduk dalam usia produktif ini memiliki

kemampuan dan kemampuan yang mumpuni untuk meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan terkait dengan pengelolaan usaha tani menjadi lebih baik dan

menghasilkan produktivitas dan pendapatan yang lebih tinggi.

Keadaan Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Setelah faktor umur, responden dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis

kelamin. Adapun keadaan umum responden berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada Tabel 8 :

Tabel 8. Keadaan umum responden berdasarkan jenis kelamin

Jumlah 41 100 %

Sumber : Data Primer setelah diolah, 2017

Pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa responden berdasarkan jenis kelamin

dalam penelitian ini yaitu lebih dominan perempuan. Keadaan ini menunjukkan

bahwa perempuan membantu pendapatan keluarga melalui ternak kelinci. Laki-

laki dan Perempuan memiliki peran yang sama dalam pemeliharaan kelinci. Hal

tersebut karena beternak kelinci dijadikan sebagai pekerjaan sampingan setelah

bertani atau mengurus rumah tangga. Pendapat ini sesuai dengan Gusmaniar

(2013) yang mengatakan bahwa peternak kelinci di Lokasi penelitiandidominasi

oleh wanita karena peternakan kelinci di Lokasi penelitianhanya dijadikan sebagai

pekerjaan sampingan oleh wanita selain mengurus urusan rumah tangga.

No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 4 9,75%

2 Perempuan 37 90,24%

31

Keadaan Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang tidak kalah penting dalam

suatu kehidupan masyarakat. Latar belakang pendidikan seseorang akan

mempengaruhi kehidupannya di masyarakat. Selain itu tingkat pendidikan

seseorang menunjukkan tingkat pemahamannya dan pengetahuannya untuk

menjalankan suatu usahanya agar memperoleh hasil yang efisien serta

kemampuannya dalam melakukan dan menyelesaiakan suatu tanggungjawab yang

dibebankan kepadanya. Selain itu Orang yang berpendidikan lebih tinggi

cenderung akan memiliki kemampuan dalam menerima atau menolak suatu

inovasi. Klasifikasi responden berdasarkan tingkat pendidikan pada penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 9 :

Tabel 9. Keadaan umum responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir

Jumlah 41 100 %

Sumber : Data Primer setelah diolah, 2017

Tabel 9, dapat diketahui klasifikasi responden berdasarkan tingkat

pendidikan terakhir yaitu bervariasi mulai dari tingkat sekolah dasar hingga

sekolah menengah atas atau sederajat. Dari seluruh responden yang diwawancarai

Sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SMA (29,26%) dan terendah

berpendidikan SD (39,02%). Berdasarkan kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa

tingkat pendidikan responden masih sangat rendah, hal ini merupakan salah satu

faktor penghambat dalam pengembangan usaha peternakan sesuai pendapat

Risqina, dkk., (2011) bahwa pendidikan sangat mempengaruhi pola pikir

seseorang, baik dalam hal pengambilan keputusan, pengatur manajemen dalam

No Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase

1 SD/Sederajat 16 39,02 %

2 SMP/Sederajat 13 31,72 %

3 SMA/Sederajat 12 29,26 % 4 Sarjana - -

32

mengelola suatu usaha maupun yang lainnya. Dengan adanya pendidikan dapat

mempermudah dalam menerima atau mempertimbangkan suatu masukan yang

dapat membantu mengembangkan usaha menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Keadaan Umum Responden Berdasarkan Lama Berusaha Menjual Ternak

Kelinci

Pengalaman responden pada penelitian ini diukur berdasarkan lamanya

responden terlibat dalam kegiatan usaha ternak kelinci. Semakin lama responden

bekerja pada kegiatan usaha ternak kelinci semakin banyak pengalaman yang

diperolehnya. Pengalaman peternak kelinci dalam berbagai aspek khususnya

beternak tentunya akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Semakin

lama seseorang menekuni suatu pekerjaan maka semakin meningkat pula

pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya dalam melaksanakan pekerjaan

tersebut (Fandari, 2015). Adapun pengalaman kerja responden dalam penelitian

ini dapat dilihat pada Tabel 10 :

Tabel 10. Keadaan umum responden berdasarkan lama berusaha menjual ternak

kelinci.

No Lama berusaha (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 1-10 19 46,34 %

2 11-20 21 51,21 % 3 >20 1 2,43 %

Jumlah 41 100%

Sumber: Data Primer setelah diolah, 2017

Tabel 10, diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengalaman

usaha ternak kelinci yaitu 1-10 tahun (46,34%) sedangkan pengalaman terlama

yaitu >20 (2,43%). Secara umum responden telah memiliki pengalaman yang

cukup dalam mengolah usahanya sehingga dengan pengalaman tersebut,

responden mampu mengatasi masalah yang terjadi. Kondisi ini sesuai dengan

33

pendapat Handoko (2000) yang menyatakan bahwa pengalaman merupakan faktor

yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalankan usahanya.

34

HASIL DAN PEMBAHASAN

Total Penerimaan Usaha Peternakan Kelinci

Keberhasilan usaha peternakan dari segi penerimaannya dinilai

berdasarkan tingkat efisiensinya, yaitu kemampuan usaha tersebut menghasilkan

keuntungan dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Penerimaan usaha tani

adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi,

2006). Penerimaan juga sangat ditentukan oleh besar kecilnya produksi yang

dihasilkan dan harga dari produksi tersebut.

Penerimaan usaha peternakan kelinci diperoleh dari penjualan ternak

kelinci yang di produksi. Begitupun halnya yang berlaku dengan peternak kelinci

di Lokasi penelitian.

Penjualan Kelinci

Secara umum kelinci yang sudah siap kawin, ketika memasuki usia enam

bulan dan masa buntingnya relatif pendek, yakni 29-31 hari. Selain itu, sekali

reproduksi kelinci beranak 5-12 ekor (Kadir, 2012). Anak kelinci yang berumur

minimal 2 minggu dapat di jual ke konsumen sehingga peternak mendapatkan

penerimaan dari pejualan tersebut.

Penerimaan dari usaha ternak kelinci di hitung dari nilai penjualan di

tambah dengan anak kelinci yang masih tersisa diakhir bulan (belum terjual).

Besarnya penerimaan dari kelinci yang didapatkan oleh petani peternak kelinci di

Lokasi penelitian untuk berbagai skala usaha dapat dilihat pada Tabel 11.

35

Tabel 11. Rata - rata Penerimaan dari Hasil Penjualan kelinci Peternak dari

Berbagai Skala Usaha di lokasi penelitian

No skala Usaha

(Ekor)

Total Penerimaan

Penjualan Kelinci

(Rp/bln/peternak)

Rata – Rata Penerimaan

Penjualan Kelinci

(Rp/bln/Peternak)

1 10 - 74 77,239,000 2,032,605.26

2 75 - 139 12,945,000 6,472,500.00

3 140 - 205 15,000,000 15,000,000.00

Total 105,184,000 23,505,105

Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2017

Tabel 11, menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan peternakan kelinci

terbesar di lokasi penelitian dengan skala usaha 140 - 205 ekor sedangkan terkecil

di Lokasi penelitian dengan skala usaha hasil 10 - 74 ekor. Rata-rata besar

penerimaan usaha ternak kelinci di Lokasi penelitian dipengaruhi oleh jumlah

ternak kelinci yang yang dijual dan kepemilikan kelinci. Untuk lebih rinci dapat

dilihat pada (Lampiran 2).

Besar kecilnya penerimaan dari peternak tergantung dari jumlah ternak

yang dimilikinya dan harga dari produk yang dihasilkannya. Hal ini sesuai dengan

penelitian Saputra (2012), bahwa penerimaan usaha peternakan adalah perkalian

antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dan sangat dipengaruhi oleh

banyaknya jumlah ternak yang di pelihara dan jumlah ternak yang terjual.

Total Penerimaan Usaha Tani

Total penerimaan usaha tani yaitu penerimaan yang berasal dari nilai

penjualan dan anak kelinci yang belum terjual di akhir bulan dengan penerimaan

usaha tani padi. Setelah mengetahui besarnya penerimaan peternakan kelinci,

maka dapat diketahui total penerimaan usaha tani peternak kelinci di lokasi

penelitian. Total penerimaan usaha tani yang diperoleh petani peternak kelinci di

36

lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rata – rata Total Penerimaan Usaha Tani di lokasi penelitian

No Skala

Usaha

(Ekor)

Penerimaan Usaha

Peternakan Kelinci

(Rp/bln)

Penerimaan

usaha tani padi

(Rp/bln)

Total Penerimaan

Usaha Tani

(Rp/bulan)

1 10 – 74 2,032,605.26 3,740,701.75 5,773,307.01

2 75 – 139 6,472,500.00 3,733,333.00 10,205,833.00

3 140 – 205 15,000,000.00 9,800,000.00 24,800,000.00

Total 23,505,105.26 17,274,034.75 40,779,140.01

Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2017.

Tabel 12, menunjukkan bahwa besar penerimaan yang diperoleh dalam

usaha ternak kelinci, dan penerimaan usaha tani padi di lokasi penelitian yang

terbesar yaitu pada skala usaha tertinggi. Besar kecilnya total penerimaan keluarga

peternak kelinci lokasi penelitian sangat dipengaruhi oleh penerimaan dari usaha

peternakan kelinci dan penerimaan dari usaha tani lainnya. Untuk rinci dapat

dilihat pada (Lampiran 3).

Kontribusi Penerimaan Peternak Kelinci Terhadap Total Penerimaan Usaha

Tani

Setelah mengetahui besar masing-masing penerimaan yang diperoleh

petani peternak kelinci yang bersumber dari pertanian padi dan usaha paternakan

kelinci maka dapat diketahui total penerimaan usaha tani selama satu bulan serta

kontribusi penerimaan peternak kelinci terhadap total penerimaan usaha tani di

Lokasi penelitian. Kontribusi penerimaan peternak kelinci terhadap total

penerimaan usaha tani di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 13.

37

Tabel 13. Rata – rata Kontribusi Penerimaan Peternakan Kelinci Terhadap Total Penerimaan usaha tani di lokasi penelitian

No Skala

Usaha

(Ekor)

Penerimaaan Usaha

Peternakan Kelinci

(Rp/bln/peternak)

Total Penerimaan

usaha tani

(Rp/bln)

Kontribusi (%)

1 10 - 74 2,032,605.26 5,773,307.01 34.85

2 75 - 139 6,472,500.00 10,205,833.00 64.00

3 140 - 205 15,000,000.00 24,800,000.00 60.48

Total 23,505,105.26 40,779,140.01 53.11

Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2017.

Tabel 13, menunjukkan bahwa kontribusi penerimaan peternak kelinci

terhadap total penerimaan usaha tani yaitu 34.85% - 64%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa peningkatan skala usaha tidak beriringan dengan

peningkatan kontribusi penerimaan usaha ternak kelinci terhadap penerimaan

usaha tani. Hal ini di sebabkan karena luas lahan usaha tani padi sangat bervariasi.

Seperti pada skala 10 – 74 ekor memiliki kontribusi lebih kecil dibanding dengan

skala yang lain. Sedangkan pada skala 75 – 139 ekor kontribusinya lebih besar

dari skala 140 – 205 ekor. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Sodiq dan Abidin

(2008), bahwa peternakan sebagai usaha pokok sedangkan usaha tani lainnya

seperti tanaman pangan dan holtikultura hanya sebagai sambilan. Pada penelitian

ini tidak menunjukkan bahwa Semakin meningkat skala usaha maka kontribusi

penerimaan usaha peternakan kelinci juga meningkat. Hal ini tidak sesuai dengan

penelitan Rahmat (2008), bahwa semakin besar skala usaha ternak domba akan

membuat persentase kontribusi pendapatan usaha ternak domba semakin tinggi.

Pada table 13 menunjukkan bahwa kontribusi peternak kelinci belum dapat

di jadikan pekerjaan pokok karena hanya mencapai 34.85% - 64%. Menurut

Handoko (2012), tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan

tingkat pendapatan peternak, dan di klasifikasikan ke dalam kelompok berikut :

38

1) Peternakan sebagai usaha sambilan, dimana ternak sebagai usaha sambilan

untuk mencukupi kebutuhan sendiri (subsistence). Dengan tingkat pendapatan dari

usaha ternak kurang dari 30 persen.

2) Peternakan sebagai cabang usaha, dimana petani peternak mengusahakan

pertanian campuran (mixed farming) dengan ternak sebagai cabang usaha.

Dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak 30 – 70 persen (semi komersialatau

usaha terpadu).

3) Peternakan sebagai usaha pokok, dimana peternak mengusahakan ternak

sebagai usaha pokok dan komoditi dan komoditi pertanian lainnya sebagai usaha

sambilan (single komodity), dengan tingkat pendapatan usaha ternak 70–100

persen.

Peternakan kelinci berpotensi di kembangkan karena dengan curahan

kerja yang sedikit dapat memberi kontribusi penerimaan yang tinggi. Kenyataan

dilapangan peternak kelinci di lokasi penelitian tidak berinisiatif untuk

mengembangkan usaha peternakan kelinci mereka dengan membuat kandang

yang lebih efektif dan memperluas lahan yang digunakan sebagai tempat

penanaman pakan (kangkung) agar usaha peternakan kelinci lebih meningkat.

Peternak lebih mementingkan usaha lainnya (tanaman pangan) dibanding usaha

peternakan kelinci, misalnya saja dalam pemanfaatan lahan, tanaman pangan lebih

penting dibanding usaha peternakan kelinci. Demikian pula dalam curahan waktu

tenaga kerja, usaha tanaman pangan lebih dominan dibanding usaha peternakan

kelinci. Padahal dari segi kontribusi penerimaan, usaha peternakan kelinci

berkontribusi lebih besar disbanding tanaman pangan.

39

Pendapatan Usaha Peternakan Kelinci

Setiap kegiatan usaha bertujuan agar memperoleh pendapatan yang

maksimal dengan efisiensi ekonomi yang tinggi sehingga kelangsungan hidup

usaha tetap terjaga. Pendapatan dan efisiensi ekonomi merupakan faktor yang

sangat penting karena keberhasilan suatu usaha peternakan dapat dilihat dari

besarnya pendapatan dan efisiensi ekonominya (Tristono, dkk, 2013).

Pendapatan usaha peternakan kelinci diperoleh dari hasil penjualan ternak

kelinci yaitu anak kelinci yang di produksi dikurangi dengan biaya-biaya yang

telah digunakan selama pemelihraan. Begitupun halnya yang berlaku dengan

peternak kelinci di lokasi penelitian.

Biaya Usaha Peternakan Kelinci

Biaya adalah salah satu faktor yang perlu mendapatakan perhatian dari

setiap peternak. Biaya yang tidak terkontrol akan berakibat pada besarnya biaya

yang digunakan sehingga dapat merugikan usaha tersebut. Untuk mendapatakan

keuntungan yang maksimal maka peternak harus melakukan efesiensi penggunaan

biaya produksi. Melihat kenyataan yang ada dalam usaha peternakan kelinci biaya

yang terbesar yang dikeluarkan oleh peternak adalah biaya pakan.

Komponen biaya pada peternakan kelinci dibagi menjadi dua yaitu biaya

variabel dan biaya tetap. Untuk komponen biaya variabel yaitu biaya pakan, obat-

obatan, vaksin dan tenaga kerja. Komponen biaya tetap yaitu penyusutan kandang

dan peralatan. Untuk lebih jelasnya mengenai kedua komponen tersebut akan

dijelaskan sebagai berikut :

40

Biaya Variabel

Biaya variable adalah biaya yang dikeluarkan oleh perenak kelinci yang

dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah produksi, artinya semakin meningkatnya

biaya jumlah produksi maka semakin besar pula biaya variable yang dikeluarkan.

Adapun beberapa komponen biaya variable yang dikeluarkan oleh peternak

kelinci di lokasi penelitian untuk berbagai skala usaha dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rata-rata komponen biaya variabel usaha Peternak kelinci dari Berbagai

Skala Usaha di Lokasi penelitian

Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2017.

Tabel 14, menunjukkan bahwa biaya variable terbesar yang dikeluarkan

oleh peternak kelinci di Lokasi penelitian pada pakan dengan skala 140 - 205 ekor

sedangkan biaya variable terkecil di Lokasi penelitian pada obat-obatan dengan

skala 10 - 74 ekor, serta menunjukkan bahwa semakin besar skala usaha maka

biaya variable semakin meningkat. Komponen biaya variable pada peternakan

kelinci di Lokasi penelitian, sebagai berikut :

Pakan

Pakan merupakan kebutuhan ternak kelinci guna memenuhi kebutuhan

pokok dan berproduksi. Pakan yang digunakan peternak adalah hijauan

(kangkung), dedak dan konsentrat. Hijauan (kangkung) diberikan pada ternak

kelinci sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pagi dan sore, jumlah hijauan

No Skala

Usaha

(Ekor)

Pakan

(Rp/bln)

Obat- obatan

(Rp/bln)

Tenaga

Kerja (Rp/

Bln)

Nilai anak

kelinci ternak

awal

bulan(Rp)

Total biaya

variable

(Rp/bln)

1 10 – 74 536,384.21 106,578.95 283,039.47 125,789.47 1,051,792.11

2 75 – 139 1,622,700.00 195,000.00 1,599,500.00 190,000.00 3,607,200.00

3 140 – 205 3,360,000.00 370,000.00 2,520,000.00 310,000.00 6,560,000.00

Total 5,519,084.21 671,578.95 4,402,539.47 625,789.47 11,218,992.11

41

(kangkung) diberikan dengan jumlah yang tidak menentu sesuai kebutuhan

kelinci. Untuk dedak peternak menggunakan dalam bentuk bervariasi tergantung

kebutuhan ternak kelincinya. Dedak dicampur dengan air secukupnya karena

kelinci membutuhkan air dan di tambahkan konsentrat. Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada (Lampiran 4)

Obat-obatan

Obat-obatan yang digunakan peternak kelinci di lokasi penelitian yaitu

wormectin yang diberikan bila ternak kelinci terserang gudik dengan ukuran 0,1 –

0,3 cc selang 3 hari sekali. Pemberian wormectin dilakuakan dengan cara

penyuntikan secara intramuscular. Serta obat – obatan seperti tirex dan sun drop

tergantung dari kebutuhan ternaknya. Biaya obat-obatan sekitaran Rp 90.000 – Rp

370.000/bulan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada (Lampiran 4).

Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja adalah biaya yang harus dibayar oleh peternak kelinci

di lokasi penelitian dalam melakukan kegiatan selama pemeliharaan peternakan

kelinci diantara penyedaian pakan, pengambilan pakan, menyusui anak kelinci,

membersihkan kandang, dan memberi obat-obatan atau vitamin. Biaya tenaga

kerja ini dihitung berdasarkan lama curahan kerja pada usaha peternakan kelinci.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada (Lampiran 4).

Ternak Awal Bulan

Ternak awal bulan merupakan anak kelinci yang belum terjual dari bulan

lalu karena umur kelinci belum mencapai 2 minggu, dan di hargai Rp. 10.000/ekor

(lampiran 4).

42

Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan peternak kelinci yang tidak di

pengaruhi oleh besar kecilnya produksi kelinci. Meskipun terjadi peningkatan atau

penurunan jumlah produksi pihak petani peternak tetap mengeluarkan biaya

dalam jumlah yang sama. Komponen biaya tetap yaitu biaya penyusutan kandang,

penyusutan peralatan dan PBB yang dikeluarkan oleh peternak kelinci di lokasi

penelitian untuk berbagai skala usaha dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rata-rata komponen biaya tetap usaha Peternak kelinci dari Berbagai

Skala Usaha di lokasi Penelitian

Total 1286.17 68,747.76 102,595.4 808,064.06 980,693.39

Sumber: Data Primer yang telah diolah, 2017.

Tabel 15, menunjukkan bahwa biaya tetap yang dikeluarkan peternak

kelinci di lokasi penelitian yaitu biaya penyusutan kandang dan peralatan serta

PBB. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 5.

Penyusutan kandang dan peralatan diperoleh dengan menggunakan metode

garis lurus dengan membagi antara biaya pengadaan kandang dan peralatan

dengan umur ekonomis dari kandang dan peralatan. Biaya PBB adalah biaya

pajak lahan yang wajib dibayar setiap tahun oleh peternak kelinci. Peternak

kelinci di Lokasi penelitianmenggunakan kolom rumah mereka sebagai lahan

untuk beternak kelinci, lahan yang digunakan tergantung dari skala usaha yang

dipelihara. PBB yang dibayar oleh peternak untuk tanah perumahan sekitaran Rp

N

o

Skala

Usaha

(Ekor)

PBB

(Rp/bln)

Penyusutan

kandang

(Rp/ bln)

Penyusutan

peralatan

(Rp/bln)

Penyusutan

indukan

kelinci

(Rp/bln)

Biaya tetap

(Rp/bln)

1 10 - 74 240.12 7,986.84 10,678.73 70,911.00 89,816.69

2 75 - 139 565.05 20,697.92 31,291.67 225,868.06 278,422.70

3 140 - 205 481.00 40,063.00 60,625.00 511,285.00 612,454.00

43

45000/tahun, sedangkan lahan yang digunakan untuk beternak kelinci tergantung

dari skala usaha yang dipelihara. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada (Lampiran 5)

Biaya Total Usaha Peternakan Kelinci

Biaya total diperoleh dengan menjumlahkan biaya variabel dengan biaya

tetap. Besar biaya tetap peternakan kelinci yang dikeluarkan oleh peternak kelinci

di lokasi penelitian untuk berbagai skala usaha dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Rata-rata Total Biaya Usaha Peternak Kelinci dari Berbagai Skala Usaha di lokasi penelitian

No

Skala

Usaha

(Ekor)

Biaya Tetap

(Rp/bln)

Biaya Variable

(Rp/bln)

Total Biaya

(Rp/bln)

1 10 - 74 89,816.69 1,051,792.11 1,141,608.79

2 75 - 139 278,422.70 3,607,200.00 3,885,622.69

3 140 - 205 612,454.00 6,560,000.00 7,172,454.00

Total 980,693.39 11,218,992.11 12,199,685.00

Sumber: Data Primer yang telah diolah, 2017.

Tabel 16, menunjukkan bahwa biaya variabel merupakan komponen biaya

yang memiliki jumlah yang terbesar dibanding biaya tetap. Terlihat bahwa

peningkatan jumlah kepemilikan ternak oleh peternak kelinci menyebabkan biaya

produksi yang dikeluarkan semakin besar. Biaya total terbesar pada skala usaha

140 – 205 ekor, dan biaya total terkecil pada skala usaha 10 - 74 ekor. Biaya total

merupakan salah satu komponen yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan

peternak. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada (Lampiran 6)

Pendapatan Peternak Kelinci

Setelah mengetahui besarnya penerimaan dan total biaya yang

dikeluarkan, selanjutnya diketahui besar pendapatan yang diperoleh oleh peternak.

Pendapatan diperoleh dengan mengurangkan total penerimaan dengan total biaya

yang dikeluarkan. Usaha dikatakan untung apabila penerimaan lebih tinggi dari

44

pada total biaya dan begitupun sebaliknya apabila total biaya lebih besar dari pada

penerimaan, maka dikatakan rugi. Besar pendapatan peternakan kelinci yang

diperoleh oleh peternak kelinci di lokasi penelitian untuk berbagai skala usaha

dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Rata-rata Pendapatan Peternak kelinci dari Berbagai Skala Usaha di lokasi penelitian

Tabel 17, menunjukkan bahwa setelah total penerimaan yang diperoleh

dikurangi dengan total biaya yang telah dikeluarkan maka diperoleh hasil yang

positif, dengan demikian usaha peternakan kelinci di Lokasi penelitian

menguntungkan. Makin besar skala usaha ternak kelinci yang dimiliki, maka

semakin tinggi pendapatan yang diperoleh. Demikian pula dengan pendapatan

perekor ternak kelinci yang semakin besar skala usahanya maka semakin tinggi

pendapatan perekor. Hal ini sesuai penelitian Saputra (2012) bahwa besar

pendapatan yang diperoleh cenderung mengalami peningkatan seiring dengan

peningkatan skala usaha pada peternakan sapi perah. Untuk rinci dapat dilihat

pada (Lampiran 7).

1 10 - 74 2,032,605.26 1,141,608.79 890,996.47 28,288.32

2 75 - 139 6,472,500.00 3,885,622.69 2,586,877.00 29,275.31

3 140 - 205 15,000,000.00 7,172,454.00 7,827,546.00 38,183.15

Total 23,505,105.26 12,199,685.48 11,305,419.47 95,746.78

Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2017.

Penerimaan

(Rp/bln/peternak)

Total Biaya

(Rp/bln/peterna

Pendapatan

(Rp/bln/peternak)

Pendapatan

perekor ternakNo Skala Usaha

45

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Kontribusi penerimaan usaha ternak kelinci terhadap total penerimaan usaha

tani masuk pada kategori cabang usaha (34,58% - 64%).

Pendapatan peternak kelinci di kelurahan Salokaraja Kecamatan Lalabata

Kabupaten Soppeng dapat memberikan keuntungan. Makin besar skala usaha

ternak kelinci yang dimiliki, maka semakin tinggi total pendapatan yang di

peroleh, demikian pula pendapatan perekornya.

Saran

Melihat besarnya pendapatan pada usaha peternak kelinci di Lokasi penelitian,

maka sebaiknya peternak menambah skala usaha yang lebih besar agar

mendapat keuntungan yang lebih tinggi.

Instansi terkait diharapkan sebaiknya melakukan pembinaan dan penyuluhan

agar peternak lebih mengembangkan usaha peternakan kelinci.

46

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, A. 2011. Ilmu Usaha Tani. Cetak Ke-V. Alumni, Bandung.

Dendy, F. 2014. Contoh perhitungan penyusutan metode garis lurus.

https://dendyfreddy.wordpress.com/2014/08/06/. (Diakses, 15 juli 2017).

Fandari, A.F. 2015. Analisis Margin dan Efisiensi Pemasaran Day Old Duck

(DOD) pada Beberapa Lembaga Pemasaran di Kabupaten Sidrap.

Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin.

FAO. 2014. Food and Nutrition in Numbers 2014. Food and Agriculture

Organization of the United Nation, Roma.

Gusmaniar. 2013. Kontribusi pendapatan Wanita Peternak Kelinci Terhadap

Total Pendapatan Keluarga di Lokasi penelitian. Skripsi. Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Handayani, M.Th. 2009. Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga Pembuat

Makanan Olahan Terhadap Pendapatan Keluarga. Jurnal Kependudukan

dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Volume V No. 1 Juli 2009.

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Univ.Udayana

Handoko, T.H. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. BPFE. Yogyakarta

Handoko. 2012. Manajement Personalia dan sumber daya manusia , Yogyakarta:

BPFE

Hidayatullah. 2014. Analisis Pendapatan dan Kontribusi Usaha Tani Perkebunan

Karet Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (studi kasus di

Desa Wonosari, kabupaten Aceh Tamiang)”. Jurnal Ilmu Pertanian, Vol. 2

No. 5. ISSN No. 0970-6781. Fakultas Pertanian Unsyiah.

Jaerson dan M. Fathorrozi. 2003. Ekonomi Mikro Dilengkapi Beberapa Bentuk

Fungsi Produksi. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Kadir, M. 2012. Prospek usaha ternak kelinci cukup

menjanjikan.http://blogspot.5265-dedi-mengais-rezeki-dari-beternak-

kelinci.html. Diakses pada tangga 19 Oktober 2017.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2007. Balai Pustaka. Jakarta.

Kumala, P. 2011. Kontribusi Pendapatan Nelayan Terhadap Pendapatan

Keluarga Di Tokolan Desa Batang Tumu Kecamatan Mandah Kabuaten

Indragiri Hilir.

Mulyadi. 2014. Sistem Akuntansi. Yogyakarta: Salemba Empat.

Notoatmodjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

47

Nurmanaf, A. R. 2006. Peranan Sektor Luar Pertanian terhadap Kesempatan dan

Pendapatan di Pedesaan Berbasis Lahan Kering. Jurnal SOCA Vol.8.

No3. November 2008, hal 318-322.

Prawiranegoro, D dan Purwanti, A. 2013. Akuntansi Manajemen. Edisi Ketiga.

Mitra wacana Media: Jakarta

Putra. 2008. Penyusutan Aktiva Tetap (Depreciation).

http://www.putra.blogspot.com. (Diakses, 19 juli 2017).

Rahardjo. 2010. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Ridwan, M dan A. Asnawi. 2008. Kajian Ekonomi Usaha Ternak Kelinci Di

Kelurahan Salokaraja Kelurahan Salokaraja Kabupaten Soppeng.

Laporan Penelitian Dosen Muda. Fakultas Peternakan/Jurusan Sosial

Ekonomi Peternakan Universitas Hasanuddin.

Riszqina., L. Jannah., Isbandi., E.Rianto, E dan S.I. Santoso. 2011. Analisis

pendapatan peternak sapi potong dan sapi bakalan karapan di Sapudi

Kabupaten Sumenep. Jurnal JITP 1 (3). UNDIP, Semarang.

Saediman. 2012. Pengaruh skala usaha terhadap pendapatan peternak ayam ras

petelur di Kec. Maritangae, Kab. Sidrap. Skripsi. Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin. Makassar.

Samuelson, A.P dan W. D. Nordhaus. 2013. Mikroekonomi. Edisi Keempat Belas.

Erlangga. Jakarta.

Saputra, A. 2012. Kontribusi pendapatan usaha sapi perah terhadap total

pendapatan rumah tangga petani peternak sapi perah di Kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas

Hasanuddin. Makassar.

Sirajuddin, N, Nurlaelah, S dan Abriati, R . 2011. Strategi Pengembangan Ternak

Kelinci di Kabupaten Soppeng. JITP (2)(1), hal. 61. Universitas

Hasanuddin.

Sodiq. A dan Abidin. Z 2008. Sukses Menggemukkan Domba. Agromedia

Pustaka. Jakarta.

Soekartawi. 1995. Analisa Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

. 2002. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta

. 2003. Prinsip Ekonomi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.

. 2006. Analisa Usaha Tani. Jakarta: UI Press.

. 2011. Ilmu Usaha Tani. Universitas Indonesia : Jakarta

48

Sugiarto, T. H, dan Brastoro. 2005. Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif.

PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Syafrudin. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.

Syamsidar. 2012. Analisis Pendapatan Pada Sistem Intergrasi Tanaman Semsism-

Ternak Sapi Potong (integrated Farming System) di Kecamatan Sinjai

Tengah Kabupaten Sinjai. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin.

Triandura, S. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Salemba Empat: Jakarta.

Triastono, H, Indraji, M dan Mastuti, S. 2013. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi

terhadap Pendapatan dan Efisiensi Usaha Peternak Kelinci di Kabupaten

Banyumas. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):25-30. Purwokerto.

Tunggal. A. W. 2014. Pengetahuan Dasar Auditing. Harvarindo: Jakarta.

Umar, H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT. SUN. Jakarta

Utomo, B, Sarjana dan Pertiwi, D. 2007. Kontribusi Usaha Sapi Perah terhadap

Pendapatan Rumah Tangga Peternak: Studi Kasus di Desa Kembang,

Kabupaten Boyolali. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Tengah.

Wibowo, D, Muatib, K dan Aunurohman, H. 2013. Analisis efisiensi usaha dan

kontribusi pendapatan peternak kelinci di kabupaten banyumas. Jurnal

Ilmiah Peternakan Vol.1. No.3. September 2013. Hal. 821-826.

Wibowo,B. 2005. Pemanfaatan dan Analisis Ekonomi Usaha Ternak Kelinci di

Pedesaan. Jurnal Hal.140-141. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Yanis, M, Syarifa, A, Yossi, H dan Tezar, R. 2016. Karakteristik Produk Olahan

Berbasis Daging Kelinci. Jurnal Vol.6. No.2. Desember 2016, hal 15.

Yoga, M. D. 2007. Analisis pendapatan usaha peternakan sapi perah rakyat di

Desa Wonokerto Kecamatan Bantur Kabupaten Malang. Skripsi. Program

Studi Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Zaidin, A. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

49

Lampiran 1: Kuisioner Penelitian

DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN KELINCI DI LOKASI

PENELITIAN

Oleh: AHMAD REZKY KURNIAWAN (I 111 13 321)

I. IDENTITAS RESPONDEN

Nama : …………………………

Jenis Kelamin : …………………………

Umur : …………………………

Alamat : …………………………

Pendidikan : …………………………

Jumlah Keluarga : …………………………

Jumlah Ternak kelinci : ………………………….

Lama Beternak : …………………………

No. Telepon : …………………………

II. PENDAPATAN USAHA KELINCI

A. Data Ternak per Periode

1. Data Ternak Awal Bulan

BULAN

JUMLAH TERNAK AWAL

ANAK DEWASA

JANTAN BETINA JANTAN BETINA

2. Data Ternak akhir Bulan

BULAN

JUMLAH TERNAK AKHIR

ANAK DEWASA

JANTAN BETINA JANTAN BETINA

2. Jumlah feses yang terjual

No. Uraian Jumlah Harga/ekor

1 Feses kelinci

50

B. Biaya Produksi

1. Biaya Tetap

1. Biaya pembuatan

No Uraian Harga

(Rp)

Jumlah Pemakaian

(Buah)

Umur

Teknis

Biaya

Penyusutan

1. Kandang

2. Peralatan

2. Biaya Variabel

No. Uraian Jumlah Harga (Rp)

1 Pembelian ternak

2 Pakan (Kg)

3 Obat – obatan

4 Biaya akomodasi

5 Transportasi

6 Mortalitas

7 Lain – lain

51

3. Tenaga Kerja

No Uraian Jumlah

Tenaga Kerja

Jumlah Jam

Kerja/Hari

Upah Tenaga

Kerja Rp/Hari

1. TK. Dalam Keluarga :

Bapak/Pria

Ibu/Wanita

Anak

2. TK. Luar Keluarga :

Pria

Wanita

Anak

III. Penerimaan dari Usaha yang Lain

no. Jenis Usaha Jumlah Produksi (Q) Harga (Rupiah)

1

2

3

4

5

52

JANTAN BETINA JANTAN BETINA JANTAN BETINA JANTAN BETINA

1 ZAINUDDIN L 45 SD 4 10 30 PAOWE 5 25 5 8 3 7 5 23

2 RAWASIAH P 54 SD 4 8 80 PAOWE 11 69 6 9 5 9 11 65

3 HASNAH P 65 SD 2 10 30 CENRANA 5 25 7 12 9 12 5 21

4 JUNAIDAH P 60 SD 5 16 100 MATTOANGIN 15 85 9 14 10 5 15 82

5 MUSDALIVAH P 43 SMP 3 10 30 MATTOANGIN 5 25 4 7 12 7 5 25

6 HANI P 52 SMA 2 13 60 MATTOANGIN 8 52 7 9 11 8 8 52

7 MUNA P 45 SMA 3 30 205 MATTOANGIN 25 180 14 17 10 14 25 170

8 HAMSINAH p 46 SMA 6 10 50 MATTOANGIN 7 43 4 8 8 5 7 40

9 SUARNI P 50 SMA 5 15 30 PAOWE 5 25 3 6 4 10 5 25

10 MULIANA P 44 SMA 7 10 20 MATTOANGIN 4 16 8 13 4 8 4 16

11 ST AMIN P 50 SD 6 15 15 MATTOANGIN 2 13 6 9 10 7 2 13

12 FATIMAH SANG P 60 SD 4 17 30 MATTOANGIN 5 25 4 7 9 12 5 25

13 MULIATI P 45 SD 4 6 20 MATTOANGIN 4 16 6 9 7 10 4 16

14 RAFA P 60 SMP 5 9 30 MATTOANGIN 5 25 2 4 9 12 5 21

15 SAMSURYANI P 23 SMP 4 6 20 MATTOANGIN 4 16 6 8 12 9 4 16

16 JUNIANI P 35 SMP 3 13 40 MATTOANGIN 6 34 8 12 12 8 6 34

17 HJ.HAME P 55 SMP 3 16 20 CENRANA 4 16 5 9 8 12 4 16

18 RAHE P 40 SD 3 14 40 PAOWE 6 34 6 8 9 12 6 30

19 IJU P 37 SMP 4 10 25 CENRANA 4 21 3 4 7 9 4 21

20 I HASE P 40 SD 4 6 15 CENRANA 2 13 2 5 8 10 2 13

21 I DIAH P 35 SMA 4 9 20 CENRANA 4 16 5 12 4 8 4 16

22 I MINAH P 65 SMA 2 8 15 MATTOANGIN 2 13 7 9 9 4 2 13

23 EMMA P 30 SMP 3 15 20 MATTOANGIN 4 16 4 7 7 6 4 16

24 ITANG P 55 SD 2 15 50 CENRANA 7 43 6 8 9 10 7 39

25 NURSIA P 40 SD 2 13 30 MATTOANGIN 5 25 3 5 10 8 5 24

26 DARNAWATI P 35 SMP 4 16 40 CENRANA 6 34 4 6 11 8 6 33

27 MARTANG P 35 SMP 4 12 30 CENRANA 5 25 5 10 9 4 5 25

28 HJ.YU' P 37 SMA 5 15 15 MATTOANGIN 2 13 7 11 9 6 2 13

29 SUDARMIN L 50 SMA 4 9 50 PAOWE 7 43 6 9 10 6 7 37

30 GUSNAWATI P 47 SMP 2 6 30 PAOWE 5 25 3 5 2 5 5 25

31 MARE P 40 SD 3 15 50 PAOWE 7 43 5 8 5 9 7 43

32 KEMMA P 45 SD 4 11 30 PAOWE 5 25 4 6 11 8 5 25

33 ANDI PODDING P 60 SMA 5 14 60 CENRANA 8 52 6 9 5 7 8 49

34 INORE P 50 SD 3 12 10 CENRANA 2 8 5 8 4 6 2 8

35 ULI P 45 SMA 4 11 15 CENRANA 2 13 5 7 4 8 2 13

36 ANI KAMARONG P 40 SMP 4 7 15 PAOWE 2 13 5 8 9 5 2 13

37 INU P 45 SD 3 10 15 CENRANA 2 13 7 9 5 7 2 13

38 AGU' L 35 SMP 3 15 30 CENRANA 5 25 4 6 5 7 5 24

39 SELLI L 35 SMA 4 12 20 CENRANA 4 16 3 5 6 6 4 16

40 I SAVI P 65 SD 4 8 15 CENRANA 2 13 4 7 5 4 2 13

41 I JUMA P 45 SMP 7 10 10 CENRANA 2 8 3 5 4 2 2 8

Lampiran 1. identitas responden pada usaha ternak kelinci

JUMLAH TERNAK AKHIR

ANAK DEWASADEWASA

NO Nama Jenis Kelamin Umur Pendidikan Jumlah

Tanggungan

Keluarga

Lama

Beternak

JUMLAH

TERNAK

(EKOR)

Alamat JUMLAHTERNAK AWAL

ANAK

53

Lampiran 2. Total penerimaan usaha ternak kelinci di kelurahan Salokaraja Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng

JANTAN HARGA TOTAL BETINA HARGA TOTAL JUMLAH HARGA TOTAL JUMLAH HARGA TOTAL

34 INORE 10 1 10,000 10,000 3 10,000 30,000 35 20,000 700,000 - 25,000 - 740,000

41 I JUMA 10 1 10,000 10,000 3 10,000 30,000 34 20,000 680,000 - 25,000 - 720,000

37 INU 15 1 10,000 10,000 5 10,000 50,000 56 19,000 1,064,000 - 25,000 - 1,124,000

11 ST AMIN 15 1 10,000 10,000 3 10,000 30,000 54 19,000 1,026,000 - 25,000 - 1,066,000

20 I HASE 15 2 10,000 20,000 2 10,000 20,000 56 20,000 1,120,000 - 25,000 - 1,160,000

22 I MINAH 15 1 10,000 10,000 3 10,000 30,000 54 20,000 1,080,000 - 25,000 - 1,120,000

28 HJ.YU' 15 3 10,000 30,000 1 10,000 10,000 53 19,000 1,007,000 - 25,000 - 1,047,000

35 ULI 15 2 10,000 20,000 2 10,000 20,000 55 20,000 1,100,000 - 25,000 - 1,140,000

36 ANI KAMARONG 15 1 10,000 10,000 3 10,000 30,000 54 19,000 1,026,000 - 25,000 - 1,066,000

40 I SAVI 15 1 10,000 10,000 3 10,000 30,000 55 20,000 1,100,000 - 25,000 - 1,140,000

10 MULIANA 20 2 10,000 20,000 6 10,000 60,000 69 20,000 1,380,000 - 25,000 - 1,460,000

13 MULIATI 20 2 10,000 20,000 6 10,000 60,000 65 19,000 1,235,000 - 25,000 - 1,315,000

15 SAMSURYANI 20 3 10,000 30,000 5 10,000 50,000 66 20,000 1,320,000 - 25,000 - 1,400,000

17 HJ.HAME 20 4 10,000 40,000 4 10,000 40,000 65 19,000 1,235,000 - 25,000 - 1,315,000

21 I DIAH 20 6 10,000 60,000 2 10,000 20,000 68 20,000 1,360,000 - 25,000 - 1,440,000

23 EMMA 20 5 10,000 50,000 3 10,000 30,000 67 20,000 1,340,000 - 25,000 - 1,420,000

39 SELLI 20 2 10,000 20,000 6 10,000 60,000 69 20,000 1,380,000 - 25,000 - 1,460,000

19 IJU 25 3 10,000 30,000 5 10,000 50,000 86 20,000 1,720,000 - 25,000 - 1,800,000

1 ZAINUDDIN 30 3 10,000 30,000 7 10,000 70,000 101 20,000 2,020,000 - 25,000 - 2,120,000

3 HASNAH 30 5 10,000 50,000 5 10,000 50,000 102 19,000 1,938,000 1 25,000 25,000 2,063,000

5 MUSDALIVAH 30 5 10,000 50,000 5 10,000 50,000 104 19,000 1,976,000 - 25,000 - 2,076,000

9 SUARNI 30 6 10,000 60,000 4 10,000 40,000 109 20,000 2,180,000 - 25,000 - 2,280,000

12 FATIMAH SANG 30 3 10,000 30,000 7 10,000 70,000 104 20,000 2,080,000 - 25,000 - 2,180,000

14 RAFA 30 7 10,000 70,000 3 10,000 30,000 105 20,000 2,100,000 2 25,000 50,000 2,250,000

25 NURSIA 30 7 10,000 70,000 3 10,000 30,000 101 19,000 1,919,000 1 25,000 25,000 2,044,000

27 MARTANG 30 2 10,000 20,000 8 10,000 80,000 102 19,000 1,938,000 - 25,000 - 2,038,000

30 GUSNAWATI 30 2 10,000 20,000 8 10,000 80,000 105 19,000 1,995,000 - 25,000 - 2,095,000

32 KEMMA 30 1 10,000 10,000 9 10,000 90,000 105 19,000 1,995,000 - 25,000 - 2,095,000

38 AGU' 30 7 10,000 70,000 3 10,000 30,000 103 20,000 2,060,000 1 25,000 25,000 2,185,000

16 JUNIANI 40 3 10,000 30,000 9 10,000 90,000 138 19,000 2,622,000 - 25,000 - 2,742,000

18 RAHE 40 5 10,000 50,000 7 10,000 70,000 137 19,000 2,603,000 4 25,000 100,000 2,823,000

26 DARNAWATI 40 2 10,000 20,000 10 10,000 100,000 137 19,000 2,603,000 1 25,000 25,000 2,748,000

8 HAMSINAH 50 4 10,000 40,000 10 10,000 100,000 175 19,000 3,325,000 3 25,000 75,000 3,540,000

24 ITANG 50 10 10,000 100,000 14 10,000 140,000 174 20,000 3,480,000 4 25,000 100,000 3,820,000

29 SUDARMIN 50 5 10,000 50,000 9 10,000 90,000 176 20,000 3,520,000 5 25,000 125,000 3,785,000

31 MARE 50 3 10,000 30,000 11 10,000 110,000 180 20,000 3,600,000 - 25,000 - 3,740,000

6 HANI 60 10 10,000 100,000 6 10,000 60,000 212 20,000 4,240,000 - 25,000 - 4,400,000

33 ANDI PODDING 60 2 10,000 20,000 14 10,000 140,000 213 19,000 4,047,000 3 25,000 75,000 4,282,000

77,239,000

2,032,605.26

2 RAWASIAH 80 5 10,000 50,000 17 10,000 170,000 278 20,000 5,560,000 - 25,000 - 5,780,000

4 JUNAIDAH 100 9 10,000 90,000 21 10,000 210,000 342 20,000 6,840,000 1 25,000 25,000 7,165,000

12,945,000

6,472,500

7 MUNA 205 22 10,000 220,000 28 10,000 280,000 725 20,000 14,500,000 - 25,000 - 15,000,000

15,000,000

15,000,000

NO Nama

JUMLAH TERNAK AKHIR

ANAK

total

rata-rata

TOTAL PENERIMAANJUMLAH TERNAK

(EKOR)

rata-rata

TERNAK TERJUAL

ANAK DEWASA

total

total

rata-rata

54

34 INORE 10 740,000 3,966,667 4,706,667 15.72

41 I JUMA 10 720,000 4,200,000 4,920,000 14.63

37 INU 15 1,124,000 2,333,333 3,457,333 32.51

11 ST AMIN 15 1,066,000 3,546,667 4,612,667 23.11

20 I HASE 15 1,160,000 3,733,333 4,893,333 23.71

22 I MINAH 15 1,120,000 2,800,000 3,920,000 28.57

28 HJ.YU' 15 1,047,000 513,333 1,560,333 67.10

35 ULI 15 1,140,000 4,666,667 5,806,667 19.63

36 ANI KAMARONG 15 1,066,000 4,666,667 5,732,667 18.60

40 I SAVI 15 1,140,000 3,733,333 4,873,333 23.39

10 MULIANA 20 1,460,000 3,266,667 4,726,667 30.89

13 MULIATI 20 1,315,000 1,866,667 3,181,667 41.33

15 SAMSURYANI 20 1,400,000 3,733,333 5,133,333 27.27

17 HJ.HAME 20 1,315,000 3,266,667 4,581,667 28.70

21 I DIAH 20 1,440,000 3,266,667 4,706,667 30.59

23 EMMA 20 1,420,000 4,433,333 5,853,333 24.26

39 SELLI 20 1,460,000 3,266,667 4,726,667 30.89

19 IJU 25 1,800,000 3,033,333 4,833,333 37.24

1 ZAINUDDIN 30 2,120,000 3,266,667 5,386,667 39.36

3 HASNAH 30 2,063,000 4,200,000 6,263,000 32.94

5 MUSDALIVAH 30 2,076,000 3,266,667 5,342,667 38.86

9 SUARNI 30 2,280,000 2,800,000 5,080,000 44.88

12 FATIMAH SANG 30 2,180,000 2,800,000 4,980,000 43.78

14 RAFA 30 2,250,000 3,266,667 5,516,667 40.79

25 NURSIA 30 2,044,000 3,033,333 5,077,333 40.26

27 MARTANG 30 2,038,000 3,266,667 5,304,667 38.42

30 GUSNAWATI 30 2,095,000 3,126,667 5,221,667 40.12

32 KEMMA 30 2,095,000 3,500,000 5,595,000 37.44

38 AGU' 30 2,185,000 4,666,667 6,851,667 31.89

16 JUNIANI 40 2,742,000 4,200,000 6,942,000 39.50

18 RAHE 40 2,823,000 5,600,000 8,423,000 33.52

26 DARNAWATI 40 2,748,000 4,480,000 7,228,000 38.02

8 HAMSINAH 50 3,540,000 7,000,000 10,540,000 33.59

24 ITANG 50 3,820,000 4,060,000 7,880,000 48.48

29 SUDARMIN 50 3,785,000 6,533,333 10,318,333 36.68

31 MARE 50 3,740,000 4,153,333 7,893,333 47.38

6 HANI 60 4,400,000 4,200,000 8,600,000 51.16

33 ANDI PODDING 60 4,282,000 4,433,333 8,715,333 49.13

total ≤ 74 77,239,000 142,146,667 219,385,667 1324.34

rata - RATA 2,032,605.26 3,740,701.75 5,773,307.02 34.85

2 RAWASIAH 80 5,780,000 2,800,000.00 8,580,000 67.37

4 JUNAIDAH 100 7,165,000 4,666,666.67 11,831,667 60.56

total 75 - 139 12,945,000 7,466,667 20,411,667 128

rata - rata 6,472,500 3,733,333 10,205,833 64

7 MUNA 205 15,000,000 9,800,000 24,800,000 60.48

TOTAL ≥ 140 15,000,000 9,800,000 24,800,000 60.48

RATA - RATA 15,000,000 9,800,000 24,800,000 60.48

Lampiran 3. total penerimaan usaha tani dan persentase kontribusi usaha ternak kelinci

persentase

penerimaan

peternakan kelinci (%)

NO Nama

penerimaan

peternakan kelinci

(Rp/bulan)

peneriamaan

pertanian padi

(Rp/bulan)

total penerimaan

usaha tani

(Rp/bulan)

JUMLAH TERNAK

(EKOR)

55

1 INORE 10 220,800 90,000 60,000 217,000 587,800

2 I JUMA 10 220,800 90,000 80,000 217,000 607,800

3 INU 15 258,300 90,000 150,000 217,000 715,300

4 ST AMIN 15 258,300 90,000 70,000 217,000 635,300

5 I HASE 15 258,300 90,000 160,000 217,000 725,300

6 I MINAH 15 258,300 90,000 180,000 217,000 745,300

7 HJ.YU' 15 258,300 90,000 120,000 217,000 685,300

8 ULI 15 258,300 90,000 130,000 217,000 695,300

9 ANI KAMARONG 15 258,300 90,000 160,000 217,000 725,300

10 I SAVI 15 258,300 90,000 110,000 217,000 675,300

11 MULIANA 20 441,600 90,000 210,000 220,500 962,100

12 MULIATI 20 441,600 90,000 150,000 220,500 902,100

13 SAMSURYANI 20 441,600 90,000 140,000 217,000 888,600

14 HJ.HAME 20 441,600 90,000 140,000 217,000 888,600

15 I DIAH 20 441,600 90,000 170,000 217,000 918,600

16 EMMA 20 441,600 90,000 110,000 217,000 858,600

17 SELLI 20 441,600 90,000 80,000 217,000 828,600

18 IJU 25 479,100 90,000 70,000 220,500 859,600

19 ZAINUDDIN 30 589,500 90,000 130,000 325,500 1,135,000

20 HASNAH 30 589,500 90,000 190,000 325,500 1,195,000

21 MUSDALIVAH 30 589,500 90,000 110,000 325,500 1,115,000

22 SUARNI 30 589,500 90,000 90,000 325,500 1,095,000

23 FATIMAH SANG 30 589,500 90,000 110,000 325,500 1,115,000

24 RAFA 30 589,500 90,000 60,000 325,500 1,065,000

25 NURSIA 30 589,500 90,000 80,000 325,500 1,085,000

26 MARTANG 30 589,500 90,000 150,000 325,500 1,155,000

27 GUSNAWATI 30 589,500 90,000 80,000 329,000 1,088,500

28 KEMMA 30 589,500 90,000 100,000 325,500 1,105,000

29 AGU' 30 589,500 90,000 100,000 325,500 1,105,000

30 JUNIANI 40 737,400 160,000 200,000 325,500 1,422,900

31 RAHE 40 737,400 160,000 140,000 329,000 1,366,400

32 DARNAWATI 40 737,400 160,000 100,000 325,500 1,322,900

33 HAMSINAH 50 885,300 160,000 120,000 378,000 1,543,300

34 ITANG 50 885,300 160,000 140,000 378,000 1,563,300

35 SUDARMIN 50 885,300 160,000 150,000 378,000 1,573,300

36 MARE 50 885,300 160,000 130,000 378,000 1,553,300

37 HANI 60 1,033,200 160,000 160,000 385,000 1,738,200

38 ANDI PODDING 60 1,033,200 160,000 150,000 378,000 1,721,200

total ≤ 74 20,382,600 4,050,000 4,780,000 10,755,500 39,968,100

rata - rata 536,384.21 106,578.95 125,789.47 283,039.47 1,051,792.11

39 RAWASIAH 80 1,401,900 160,000 150,000 1,099,000 2,810,900

40 JUNAIDAH 100 1,843,500 230,000 230,000 2,100,000 4,403,500

total 75 - 139 3,245,400 390,000 380,000 3,199,000 7,214,400

rata - rata 1,622,700 195,000 190,000 1,599,500 3,607,200

41 MUNA 205 3,360,000 370,000 310,000 2,520,000 6,560,000

total ≥ 140 3,360,000 370,000 310,000 2,520,000 6,560,000

rata - rata 3,360,000 370,000 310,000 2,520,000 6,560,000

Lampiran 4. Biaya variabel pada usaha ternak kelinci

BIAYA

VARIABEL

(Rp/bulan)

NO Nama

JUMLAH

TERNAK

(EKOR)

PAKAN

(Rp/bulan)

OBAT-

OBATAN

(Rp/bulan)

TENAGA

KERJA

(Rp/bulan)

jumlah

anakan ternak

awal (Rp)

56

34 INORE 10 3,396 4,750 205 25,347 33,698

41 I JUMA 10 3,396 4,750 169 25,347 33,662

11 ST AMIN 15 4,104 4,917 173 39,236 48,429

20 I HASE 15 4,104 4,917 173 39,236 48,429

22 I MINAH 15 4,104 4,917 179 39,236 48,436

28 HJ.YU' 15 4,104 4,917 173 39,236 48,429

35 ULI 15 4,104 4,917 169 39,236 48,426

36 ANI KAMARONG 15 4,104 4,917 157 39,236 48,414

37 INU 15 4,104 4,917 138 39,236 48,395

40 I SAVI 15 4,104 4,917 205 39,236 48,462

10 MULIANA 20 6,271 9,500 209 50,694 66,674

13 MULIATI 20 6,271 9,500 230 50,694 66,695

15 SAMSURYANI 20 6,271 9,500 230 50,694 66,695

17 HJ.HAME 20 6,271 9,500 230 50,694 66,695

21 I DIAH 20 6,271 9,500 247 50,694 66,712

23 EMMA 20 6,271 9,500 226 50,694 66,691

39 SELLI 20 6,271 9,500 209 50,694 66,674

19 IJU 25 6,979 9,500 342 64,583 81,404

1 ZAINUDDIN 30 8,417 11,958 230 71,701 92,306

3 HASNAH 30 8,417 11,958 192 71,701 92,268

5 MUSDALIVAH 30 8,417 11,958 230 77,257 97,862

9 SUARNI 30 8,417 11,958 230 77,257 97,862

12 FATIMAH SANG 30 8,417 11,958 209 77,257 97,841

14 RAFA 30 8,417 11,958 209 66,146 86,730

25 NURSIA 30 8,417 11,958 273 74,479 95,128

27 MARTANG 30 8,417 11,958 230 77,257 97,862

30 GUSNAWATI 30 8,417 11,958 273 77,257 97,905

32 KEMMA 30 8,417 11,958 256 77,257 97,888

38 AGU' 30 8,417 11,958 185 74,479 95,039

16 JUNIANI 40 11,083 14,417 261 103,819 129,581

18 RAHE 40 11,083 14,417 299 92,708 118,507

26 DARNAWATI 40 11,083 14,417 261 101,042 126,803

8 HAMSINAH 50 13,750 16,875 403 122,049 153,076

24 ITANG 50 13,750 16,875 403 119,271 150,298

29 SUDARMIN 50 13,750 16,875 366 113,715 144,706

31 MARE 50 13,750 16,875 300 130,382 161,307

6 HANI 60 15,375 19,333 327 156,944 191,979

33 ANDI PODDING 60 16,792 19,333 327 148,611 185,063

TOTAL ≤ 74 303,500 405,792 9,124 2,694,618 3,413,034

RATA - RATA 7,986.84 10,678.73 240.12 70,911.00 89,817

2 RAWASIAH 80 18,979 26,542 609 197,743 243,873

4 JUNAIDAH 100 22,417 36,042 521 253,993 312,972

TOTAL 75 - 139 41,396 62,583 1,130 451,736 556,845

RATA - RATA 20,697.92 31,291.67 565.05 225,868.06 278,423

7 MUNA 205 40,063 60,625 481 511,285 612,454

TOTAL ≥ 140 40,063 60,625 481 511,285 612,454

RATA - RATA 40,063 60,625 481 511,285 612,454

Lampiran 5. biaya tetap pada usaha ternak kelinci

TOTAL BIAYATETAP

(Rp/Bulan)NO NAMA RESPONDEN POPULASI

BIAYA PENYUSUTAN

KANDANG (Rp/Bulan)

BIAYA PENYUSUTAN

PERALATAN (Rp/Bulan) PBB perbulan

Biaya penyusutan

indukan (Rp/Bulan)

57

1 INORE 10 33,698 587,800 621,498

2 I JUMA 10 33,662 607,800 641,462

3 INU 15 48,429 715,300 763,729

4 ST AMIN 15 48,429 635,300 683,729

5 I HASE 15 48,436 725,300 773,736

6 I MINAH 15 48,429 745,300 793,729

7 HJ.YU' 15 48,426 685,300 733,726

8 ULI 15 48,414 695,300 743,714

9 ANI KAMARONG 15 48,395 725,300 773,695

10 I SAVI 15 48,462 675,300 723,762

11 MULIANA 20 66,674 962,100 1,028,774

12 MULIATI 20 66,695 902,100 968,795

13 SAMSURYANI 20 66,695 888,600 955,295

14 HJ.HAME 20 66,695 888,600 955,295

15 I DIAH 20 66,712 918,600 985,312

16 EMMA 20 66,691 858,600 925,291

17 SELLI 20 66,674 828,600 895,274

18 IJU 25 81,404 859,600 941,004

19 ZAINUDDIN 30 92,306 1,135,000 1,227,306

20 HASNAH 30 92,268 1,195,000 1,287,268

21 MUSDALIVAH 30 97,862 1,115,000 1,212,862

22 SUARNI 30 97,862 1,095,000 1,192,862

23 FATIMAH SANG 30 97,841 1,115,000 1,212,841

24 RAFA 30 86,730 1,065,000 1,151,730

25 NURSIA 30 95,128 1,085,000 1,180,128

26 MARTANG 30 97,862 1,155,000 1,252,862

27 GUSNAWATI 30 97,905 1,088,500 1,186,405

28 KEMMA 30 97,888 1,105,000 1,202,888

29 AGU' 30 95,039 1,105,000 1,200,039

30 JUNIANI 40 129,581 1,422,900 1,552,481

31 RAHE 40 118,507 1,366,400 1,484,907

32 DARNAWATI 40 126,803 1,322,900 1,449,703

33 HAMSINAH 50 153,076 1,543,300 1,696,376

34 ITANG 50 150,298 1,563,300 1,713,598

35 SUDARMIN 50 144,706 1,573,300 1,718,006

36 MARE 50 161,307 1,553,300 1,714,607

37 HANI 60 191,979 1,738,200 1,930,179

38 ANDI PODDING 60 185,063 1,721,200 1,906,263

total ≤ 74 3,413,034 39,968,100 43,381,134

rata - rata 89,816.69 1,051,792.11 1,141,608.79

39 RAWASIAH 80 243,873 2,810,900 3,054,773

40 JUNAIDAH 100 312,972 4,403,500 4,716,472

total 556,845 7,214,400 7,771,245

rata - rata 278,423 3,607,200 3,885,622.69

41 MUNA 205 612,454 6,560,000 7,172,454

total 612,454 6,560,000 7,172,454

rata - rata 612,454 6,560,000 7,172,454

Lampiran 6. Biaya total pada usaha ternak kelinci

TOTAL BIAYATETAP

(Rp/Bulan)

BIAYA VARIABEL

(Rp/Bulan)

BIAYA TOTALBIAYA TOTAL

(Rp/Bulan)NO Nama

JUMLAH

TERNAK

(EKOR)

58

34 INORE 10 740,000 621,498 118,502 11,850.19

41 I JUMA 10 720,000 641,462 78,538 7,853.77

11 ST AMIN 15 1,124,000 763,729 360,271 24,018.04

20 I HASE 15 1,066,000 683,729 382,271 25,484.70

22 I MINAH 15 1,160,000 773,736 386,264 25,750.93

28 HJ.YU' 15 1,120,000 793,729 326,271 21,751.37

35 ULI 15 1,047,000 733,726 313,274 20,884.92

36 ANI KAMARONG 15 1,140,000 743,714 396,286 26,419.09

37 INU 15 1,066,000 773,695 292,305 19,486.97

40 I SAVI 15 1,140,000 723,762 416,238 27,749.20

10 MULIANA 20 1,460,000 1,028,774 431,226 21,561.29

13 MULIATI 20 1,315,000 968,795 346,205 17,310.24

15 SAMSURYANI 20 1,400,000 955,295 444,705 22,235.24

17 HJ.HAME 20 1,315,000 955,295 359,705 17,985.24

21 I DIAH 20 1,440,000 985,312 454,688 22,734.38

23 EMMA 20 1,420,000 925,291 494,709 24,735.45

39 SELLI 20 1,460,000 895,274 564,726 28,236.29

19 IJU 25 1,800,000 941,004 858,996 34,359.83

1 ZAINUDDIN 30 2,120,000 1,227,306 892,694 29,756.45

3 HASNAH 30 2,063,000 1,287,268 775,732 25,857.72

5 MUSDALIVAH 30 2,076,000 1,212,862 863,138 28,771.27

9 SUARNI 30 2,280,000 1,192,862 1,087,138 36,237.94

12 FATIMAH SANG 30 2,180,000 1,212,841 967,159 32,238.64

14 RAFA 30 2,250,000 1,151,730 1,098,270 36,609.01

25 NURSIA 30 2,044,000 1,180,128 863,873 28,795.75

27 MARTANG 30 2,038,000 1,252,862 785,138 26,171.27

30 GUSNAWATI 30 2,095,000 1,186,405 908,595 30,286.49

32 KEMMA 30 2,095,000 1,202,888 892,112 29,737.06

38 AGU' 30 2,185,000 1,200,039 984,961 32,832.04

16 JUNIANI 40 2,742,000 1,552,481 1,189,519 29,737.99

18 RAHE 40 2,823,000 1,484,907 1,338,093 33,452.33

26 DARNAWATI 40 2,748,000 1,449,703 1,298,297 32,457.43

8 HAMSINAH 50 3,540,000 1,696,376 1,843,624 36,872.48

24 ITANG 50 3,820,000 1,713,598 2,106,402 42,128.03

29 SUDARMIN 50 3,785,000 1,718,006 2,066,994 41,339.88

31 MARE 50 3,740,000 1,714,607 2,025,393 40,507.86

6 HANI 60 4,400,000 1,930,179 2,469,821 41,163.68

33 ANDI PODDING 60 4,282,000 1,906,263 2,375,737 39,595.62

total ≤ 74 77,239,000 43,381,134 33,857,866 1,074,956.09

rata - rata 2,032,605.26 1,141,608.79 890,996.47 28,288.32

2 RAWASIAH 80 5,780,000 3,054,773 2,725,227 34,065.34

4 JUNAIDAH 100 7,165,000 4,716,472 2,448,528 24,485.28

total 75 - 137 12,945,000 7,771,245 5,173,755 58,550.61

rata - rata 6,472,500 3,885,623 2,586,877 29,275.31

7 MUNA 205 15,000,000 7,172,454 7,827,546 38,183.15

total ≥ 140 15,000,000 7,172,454 7,827,546 38,183.15

rata - rata 15,000,000 7,172,454 7,827,546 38,183.15

PENDAPATAN

PEREKOR

KELINCI

Lampiran 7. pendapatan pada usaha ternak kelinci

POPULASINO Nama

penerimaan

penjualan Kelinci

(Rp/Bulan)

BIAYA TOTAL

ternak Kelinci

(Rp/Bulan)

PENDAPATAN

(Rp/Bulan)

59

DOKUMENTASI

60

RIWAYAT HIDUP

Ahmad Rezky Kurniawan lahir pada tanggal 21

Januari 1996 di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan.

Anakke-2 dari 4 bersaudara dari pasangan Adama H.S

dan dr. Syafriani Akhmad. Pendidikan formal yang

telah di tempuh oleh penulis yakni SDN 2 Lapuko tahun

2001-2007, SMPN 2 Watansoppeng tahun 2007-2010,

SMAN 2 Watansoppeng tahun 2010-2013. Dan pada

tahun 2013 – 2017 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Peternakan

Program Studi Ilmu Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Selama

menjadi Mahasiswa Penulis aktif menjadi pengurus SEMA FAPET UH,

HIMSENA UH, dan HmI Komisariat Peternakan.


Recommended