Date post: | 22-Jan-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | independent |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
LAPORAN STUDY WISATAMUSEUM KONFERENSI ASIA AFRIKA
TENTANG SEJARAH KONFERENSI ASIA AFRIKA
SEKOLAH DASAR NEGERI BAMBU KUNING
TAHUN PELAJARAN 2013 – 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
limpahan Rahmat dan Hidayahnya–Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan Study Wisata Shalawat
beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan pada
junjungan Nabi kita Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan
para pengikutnya hingga akhir zaman.
Selesainya penyusunan laporan ini atas bantuan dan
dukungan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya terutama kepada :
1. Bapak Endang Sulaiman M Pd selaku kepala sekolah SDN
Bambu Kuning
2. M Suhadi M Pd selaku wali kelas VA
Dalam penulisan dan penyusunan laporan ini tentunya
masih banyak kekurangan dan kesalahan, maka penulis
mengharapkan kritik dan sarannya untuk membangun.
Akhirnya Semoga Allah SWT membalas amal baiknya, dan
penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Amin.
Maret,2014
Pynkan
K
DAFTAR ISI
LEMBA PENGESAHAN…………………………………………………………….…
MOTTO.......................................................
............................................................
.
KATA
PENGANTAR...................................................
............................................
DAFTAR
ISI.........................................................
...................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah..... .........................................
.................................
B. Perumusan
Masalah...............................................
........................................
C. Tujuan
Penelitian............................................
.............................................
D. Langkah – Langkah
Penelitian............................................
........................
E. Manfaat
Penelitian............................................
..........................................
BAB II : PEMBAHASAN
A. Museum Konferensi Asia
Afrika................................................
..............
B. Sejarah Konferensi Asia
Afrika................................................
.............
BAB III : PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................
..............................................
B. Saran -
saran.................................................
.......................................
DAFTAR PUSTAKA
…
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan ini mempunyai latar belakang masalah tentang
sejarah Konferensi Asia Afrika. Konferensi Asia Afrika
Tingkat Tinggi ( di singkat KTT Asia Afrika atau KAA,
kadang juga di sebut konferensi Bandung) adalah sebuah
konferensi antara negara – negara baru saja memperoleh
kemerdekaan.
Sebelum perang dunia II, negara – negara dunia ketiga
yang berada di kawasan benua Asia Afrika umumnya adalah
daerah jajahan. Namun setelah berakhirnya perang dunia II
pada agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi
permusuhan di antara bangsa -- bangsa di dunia dan
tercipta perdamaian dan keamanan. Ternyata di belahan bumi
di beberapa peloksok dunia masih ada masalah dan muncul
masalah yang mengakibatkan permusuhan yang terus
berlangsung.
Sementara itu bangsa – bangsa di dunia, terutama
bangsa – bangsa Asia Afrika, sedang di landa kekhawatiran
akibat makin di kembangkannya pembuatan senjata nuklir
yang bisa memusnahkan umat manusia. Situasi dalam negeri
di beberapa negara Asia Afrika yang telah merdeka pun
masih terjadi konflik antar kelompok masyarakat sebagai
akibat masa penjajahan ( politik devide et impera ) dan
perang dingin antar blok dunia tersebut.
Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional
yaitu Perserikatan Bangsa – Bangsa ( PBB ) yang berfungsi
menangani masalah – masalah dunia, namun nyatanya badan
ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut.
Sedangkan kenyataannya, akibat yang di timbulkan oleh
masalah – masalah ini, sebagian besar di derita oleh
bangsa – bangsa di Asia Afrika.
Bangsa Indonesia menjunjung tinggi perdamaian dunia
sebagaimana amanat Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945.
Karenanya, bangsa Indonesia selalu ingin menciptakan
perdamaian dunia. Usaha Indonesia ternyata mendapat
dukungan dari empat negara Asia, yaitu India, Pakistan,
Burma (Myanmar) dan Srilanka yang kemudian
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika antara 18 – 24
April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung yang di koordinasi
oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Sunario dengan tujuan
mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia –
Afrika dan melawan kolonialisme dan neokolonialisme
Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis
lainnya.
Kondisi tersebutlah yang mendorong negara – negara
yang baru merdeka untuk menggalang persatuan dan mencari
jalan keluar demi meredakan ketegangan dunia dan
memelihara perdamaian.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana museum Konferensi Asia Afrika ?
2. Bagaimana Sejarah Konferensi Asia Afrika ?
3. Apakah Manfaat Konferensi Asia Afrika Bagi
Indonesia dan Negara – Negara Asia Afrika lainnya?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam penelitian di museum
Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Museum Konferensi Asia Afrika
yang ada di Bandung
2. Untuk mengetahui sejarah Konferensi Asia Afrika
3. Untuk memenuhi salah satu Tugas Akhir Sekolah
D. Langkah – langkah Penelitian
Adapun langkah – langkah yang penulis tempuh dalam
penelitian di museum Konferensi Asia Afrika ialah
sebagai berikut :
1. Penentuan Lokasi Peneltiian
Dalam hal ini penulis menentukan lokasi penelitian
di Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung Pada
tanggal 09 Januari 2013 dengan alasan :
a. Adanya relevansi dengan masalah yang
penulis bahas
b. Menghindari hal – hal seperti copy paste
Laporan Study Wisata dari tahun – tahun
sebelumnya.
2. Jenis Data
Di tinjau dari jenisnya, data dapat di kategorikan
menjadi dua bagian, yaitu data kualitatif dan
kuantitatif. Dalam hal ini penulis menentukan jenis
data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang
berhubungan dengan karakteristik misalnya, baik,
sedang, kurang baik dan tidak baik. Untuk memperoleh
data kualitatif penulis melakukan kegiatan Observasi
( Penelitian ).
3. Sumber Data
Sumber data di kategorikan menjadi data primer dan
data sekunder. Dalam hal ini penulis menentukan
sumber data sekunder yang di ambil dari berbagai
buku, internet dan Informasi dari pemandu wisata saat
peelitian berlangsung serta tulisan – tulisan yang
relevan sesuai dengan judul penelitian.
4. Pengumpulan Data
Dalam penulisan penelitian yang tertuang dalam
Laporan ini, penulis menggunakan tekhnik – tekhnik
penulisan yaitu sebagai berikut :
a. Obsevasi
Observasi adalah suatu penelitian yang
dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
terhadap objek, baik secara langsung maupun
tidak langsung.Observasi ini bertujuan untuk
mengumpulkan data-data yang diinginkan penulis
tetang sejarah Museum Asia Afrika.
b. Studi Pustaka
Tekhnik penulis lakukan dengan melalui
penelaahan atau mempelajari buku-buku sumber
yang ada kaitannya dengan masalah-masalah yang
sedang penulis teliti hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh data teoritis yang akhirnya dapat
mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui
penelitian empiric serta dapat mendukung
terhadap pemikiran-pemikiran yang diajukan.
E. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat Penelitian ini adalah :
1. Dapat mengetahui bagaimana cara membuat Laporan
2. Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan yang luas dari luar sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Museum Konferensi Asia Afrika
Museum Konperensi Asia Afrika (KAA) atau Gedung
Merdeka merupakan Museum Sejarah Politik Luar Negeri
Republik Indonesia yang berlokasi di Jl. Asia Afrika No.
65 Bandung. Gedung yang digunakan sebagai ruang tata
pameran museum dibangun pada tahun 1940 oleh Arsitek
A.F. Aalbers dengan gaya arsitektur Moderism with Art
Deco Influences. Sedangkan Gedung Merdeka, dibangun untuk
pertamakalinya pada tahun 1895 dan selanjutnya secara
berturut-turut pada tahun 1920 dan 1928 gedung tersebut
direnovasi kembali sehingga menjadi gedung dalam
bentuknya yang sekarang. Pembangunan gedung ini
dirancang oleh dua arsitek berkebangsaan Belanda bernama
VAN GALLEN LAST dan CP. WOLFT SCHOEMAKER, Profesor di
Techniche hogeschool atau ITB sekarang. Di gedung inilah
Konferensi Asia Afrika berlangsung pada tanggal 18-24
April 1955.
Pendirian Museum KAA merupakan gagasan dan prakarsa
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmaja, SH.,LL.M. Sebagai Menlu
RI (1978-1988) beliau kerap bertatap muka dan berdialog
dengan para pemimpin Negara dan Bangsa Asia Afrika. Dalam
kesempatan tersebut, beliau sering memperoleh pertanyaan
tentang Gedung Merdeka dan Kota Bandung. Berulangkali
pembicaraan tersebut diakhiri oleh pernyataan keinginan
mereka untuk dapat mengunjungi kota Bandung dan Gedung
Merdeka. Terilhami oleh hal tersebut, maka muncullah
gagasan untuk mengabadikan Konferensi Asia Afrika (KAA)
1955 sebagai tonggak terbesar keberhasilan politik luar
negeri Indonesia. Jiwa, semangat dan pengaruh KAA telah
menyebar ke seluruh dunia, terutama bumi Asia Afrika,
sehingga mereka ingin bernostalgia mengunjungi tempat
diselenggarakannya.
Gagasan pendirian museum kemudian diwujudkan oleh
Joop Ave, sebagai Ketua Harian Panitia Peringatan 25
tahun KAA dan Dirjen Protokol dan Konsuler Deplu (1980-
1982), bekerjasama dengan Depdikbud, Deppen, Pemda
Provinsi Jawa Barat dan Universitas Padjadjaran.
Perencanaan dan Pelaksanaan teknis dikerjakan oleh PT.
Decenta Bandung. Museum KAA diresmikan oleh Presiden
Soehato pada tanggal 24 April 1980, sebagai puncak
Peringatan 25 Tahun KAA.
1. Latar Belakang Museum Konferensi Asia Afrika
Latar belakang di bangunnya museum ini adalah
adanya keinginan dari para pemimpin bangsa – bangsa di
Asia dan Afrika untuk mengetahui tentang Gedung Merdeka
dan sekitarnya tempat Konferensi Asia Afrika berlangsung.
Hal ini membuat Menteri Luar Negeri Republik Indonesi,
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M memiliki ide
untuk membangun sebuah museum. Ide tersebut
disampaikannya pada forum rapat Panitia Peringatan 25
tahun Konferensi Asia Afrika (1980) yang dihadiri oleh
Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio
sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemudian museum ini diresmikan pada tanggal 24 April 1980
bertepatan dengan peringatan 25 tahun Konferensi Asia
Afrika.
2. Nama, Status dan Sifat
Nama Museum ini adalah Museum Konferensi Asia Afrika.
Nama tersebut di gunakan untuk mengenang peristiwa
Konferensi Asia Afrika yang menjadi sumber inspirasi dan
motivasi bagi bangsa – bangsa Asia Afrika.
Museum ini di bangun oleh Pemerintah Republik
Indonesia dan berada di bawah wewenang Departeman
Pendidikan dan Kebudayaan. Sementara pengelolalanya di
bawah koordinasi Departemen Luar Negeri dan Pemerintah
Daerah tingkat 1 Provinsi Jawa Barat.
.
3. Tujuan
Tujuan pendirian museum KAA, di rumuskan dalam poin
– poin kalimat sebagai berikut :
a. Menyajikan peninggalan – peninggalan, informasi
yang berkaitan dengan KAA, termasuk latar belakang,
perkembangan konferensi tersebut, social budaya, da
peran bangsa – bangsa, Asia Afrika, khususnya bangsa
Indonesia dalam percaturan politik da kehidupan
dunia
b. Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan buku –
buku, majalah, surat kabar, naskah, dokumen, dan
penerbian lainnya yang berisi uraian dan informasi
mengenai kegiatan dan peranan bangsa – bangsa Asia
Afrika dan Negara– Negara berkembang dalam
percaturan politik dan kehidupan dunia serta social
budaya Negara – Negara tersebut
B. Sejarah Konferensi Asia Afrika
1. Kondisi Dunia Internasional Sebelum Konferensi Asia-Afrika
Berakhirnya Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945,
tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di antara
bangsa-bangsa di dunia dan tercipta perdamaian dan
keamanan. Ternyata di beberapa pelosok dunia, terutama di
belahan bumi Asia Afrika, masih ada masalah dan muncul
masalah baru yang mengakibatkan permusuhan yang terus
berlangsung, bahkan pada tingkat perang terbuka, seperti
di Jazirah Korea, Indo Cina, Palestina, Afrika Selatan,
Afrika Utara.
Perjalanan yang di alami oleh negara-negara di
kawasan Asia dan Afrika merupakan masalah krusial sejak
abad ke-15. Walaupun sejak tahun 1945 banyak negara,
terutama di Asia, kemudian memperoleh kemedekaannya,
seperti: Indonesia (17 Agustus 1945), Republik Demokrasi
Vietnam (2 September 1945), Filiphina (4 Juli 1946),
Pakistan (14 Agustus 1947), India (15 Agustus 1947), Birma
(4 Januari 1948), Ceylon (4 Februari 1948), dan Republik
Rakyat Tiongkok (1 Oktober 1949), namun masih banyak
negara lainnya yang berjuang bagi kemerdekaannya seperti
Aljazair, Tunisia, Maroko, Kongo, dan di wilayah Afrika
lainnya. Beberapa negara Asia-Afrika yang telah merdeka
pun masih banyak negara lainnya yang berjuang bagi
kemerdekaannya seperti Aljazair, Tunisia, Maroko, Kongo,
dan di wilayah Afrika lainnya. Beberapa negara Asia-Afrika
yang telah merdeka pun masih banyak yang menghadapi
masalah sisa penjajahan
Timbulnya pergolakan dunia disebabkan pula oleh masih
adanya penjajahan di bumi kita ini, terutama di belahan
Asia dan Afrika. Memang sebelum tahun 1945, pada umumnya
benua Asia dan Afrika merupakan daerah jajahan bangsa
Barat dalam aneka bentuk. Tetapi sej ak tahun 1945, banyak
daerah di Asia Afrika menjadi negara merdeka dan banyak
pula yang masih berjuang bagi kemerdekaan negara dan
bangsa mereka seperti Aljazair, Tunisia, dan Maroko di
wilayah Afrika Utara; Vietnam di Indo Cina; dan di ujung
selatan Afrika. Beberapa negara Asia Afrika yeng telah
merdeka pun masih banyak yang menghadapi masalah-masalah
sisa penjajahan seperti Indonesia tentang Irian Barat,
India dan Pakistan tentang Kashmir, negara-negara Arab
tentang Palestina. Sebagian bangsa Arab-Palestina terpaksa
mengungsi, karena tanah air mereka diduduki secara paksa
oleh pasukan Israel yang dibantu oleh Amerika Serikat.
Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional
yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsi
menangani masalah¬masalah dunia, namun nyatanya badan ini
belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut. Sedangkan
kenyataannya, akibat yang ditimbulkan oleh masalah-masalah
ini, sebagaian besar diderita oleh bangsa-bangsa di Asia
Afrika. Keadaan itulah yang melatarbelakangi lahirnya
gagasan untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika.
2. Lahirnya Ide Pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika
Keterangan Pemerintah Indonesia tentang politik luar
negeri yang disampaikan oleh Perdana Menteri Mr. Ali
Sastroamidjojo, di depan parlemen pada tanggal 25 Agustus
1953, menyatakan "Kerja sama dalam golongan negara-negara
Asia Arab (Afrika) kami pandang penting benar, karena kami
yakin, bahwa kerja sama erat antara negara-negara tersebut
tentulah akan memperkuat usaha ke arah tercapainya
perdamaian dunia yang kekal. Kerja sama antara negara-
negara Asia Afrika tersebut adalah sesuai benar dengan
aturan-aturan dalam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang
menyenangi kerja sama kedaerahan (regional arrangements).
Lain dari itu negara¬negara itu pada umumnya memang
mempunyai pendirian-pendirian yang sama dalam beberapa
soal di lapangan internasional, jadi mempunyai dasar sama
(commonground) untuk mengadakan golongan yang khusus. Dari
sebab itu kerja sama tersebut akan kami lanjutkan dan
pererat". Bunyi pernyataan tersebut mencerminkan ide dan
kehendak Pemerintah Indonesia untuk mempererat kerja sama
di antara negara¬negara Asia Afrika.
3. Pelaksananaan Konferensi
Pada hari Senin 18 April 1955, sejak fajar
menyingsing telah tampak kesibukan di Kota Bandung
untuk menyambut pembukaan Konferensi Asia Afrika. Sejak
pukul 07.00 WIB kedua tepi sepanjang Jalan Asia Afrika
dari mulai depan Hotel Preanger sampai dengan kantor
pos, penuh sesak oleh rakyat yang ingin menyambut dan
menyaksikan para tamu dari berbagai negara. Sementara
para petugas keamanan yang terdiri dari tentara dan
polisi telah siap di tempat tugas mereka untuk menjaga
keamanan dan ketertiban.Sekitar pukul 08.30 WIB, para
delegasi dari berbagai negara berjalan meninggalkan
Hotel Homann dan Hotel Preanger menuju Gedung Merdeka
secara berkelompok untuk menghadiri pembukaan
Konferensi Asia Afrika. Banyak di antara mereka memakai
pakaian nasional masing-masing yang beraneka corak dan
wama. Mereka disambut hangat oleh rakyat yang berderet
disepanjang Jalan Asia Afrika dengan tepuk tangan dan
sorak sorai riang gembira. Perjalanan para delegasi
dari Hotel Homann dan Hotel Preanger ini kemudian
dikenal dengan nama Langkah Bersejarah (The Bandung
Walks). Kira-kira pukul 09.00 WIB, semua delegasi masuk
ke dalam Gedung Merdeka.
Mohammad Hatta, tiba di depan Gedung Merdeka dan
disambut oleh rakyat dengan sorak-sorai dan pekik
"merdeka". Di depan pintu gerbang Gedung Merdeka kedua
pucuk pimpinan pemerintah Indonesia itu disambut oleh
lima Perdana Menteri negara sponsor. Setelah
diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia : "Indonesia
Raya", maka Presiden RI Ir. Soekarno mengucapkan pidato
pembukaan yang berjudul "LET A NEW ASIA AND NEW AFRICA
BE BORN" (Lahirlah Asia Baru dan Afrika Baru) pada
pukul 10.20 WIB.
Dalam memutuskan sesuatu akan ditempuh sistem
musyawarah dan mufakat (sistem konsensus) dan untuk
menghemat waktu tidak diadakan pidato sambutan
delegasi. Perdana Menteri Indonesia akan dipilih
sebagai ketua konferensi. Sidang konferensi terdiri
atas sidang terbuka untuk umum dan sidang tertutup
hanya bagi peserta konferensi. Di bentuk tiga tiga
komite diantaranya. Komite Politik, Komite Ekonomi, dan
Komite Kebudayaan.
Semua kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui
oleh sidang dan susunan pimpinan konferensi adalah
sebagai berikut :
Ketua Konferensi : Mr. Ali
Sastroamidjojo, Perdana Menteri
Indonesia
Ketua Komite Politik : Mr. Ali Sastroamidjojo,
Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir. Roosseno, Menteri
Perekonomian Indonesia
Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Moh. Yamin, Menteri
Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan Indonesia
Dalam sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa
kesulitan yang bisa diduga sebelumnya. Kesulitan-
kesulitan itu terutama terjadi dalam sidang-sidang
Komite Politik. Perbedaan-perbedaan pandangan politik
dan masalah-masalah yang dihadapi antara negara-negara
Asia Afrika muncul ke permukaan, bahkan sampai pada
tahap yang agak panas.
Namun berkat sikap yang bijaksana dari pimpinan
sidang serta hidupnya rasa toleransi dan kekeluargaan
di antara peserta konferensi, maka jalan buntu selalu
dapat dihindari dan pertemuan yang berlarut¬larut dapat
diakhiri. Setelah melalui sidang-sidang yang
menegangkan dan melelahkan selama satu minggu, maka
pada pukul 19.00 WIB. (terlambat dari yang
direncanakan) tanggal 24 April 1955 Sidang Umum
terakhir Konferensi Asia Afrika dibuka. Dalam Sidang
Umum itu dibacakan oleh Sekretaris Jenderal Konferensi
rumusan pemyataan dari tiap-tiap panitia sebagai hasil
konferensi. Sidang Umum menyetujui seluruh pemyataan
tersebut. Kemudian sidang dilanjutkan dengan pidato
sambutan para ketua delegasi. Setelah itu, Ketua
Konferensi menyampaikan pidato penutupan dan menyatakan
bahwa Konferensi Asia Afrika ditutup.
4. Hasil Konferensi Asia Afrika
Dalam komunike terakhir itu diantaranya dinyatakan
bahwa Konferensi Asia Afrika telah meninjau soal-soal
mengenai kepentingan bersama negara-negara Asia dan
Afrika dan telah merundingkan cara-cara bagaimana
rakyat negara-negara ini dapat bekerja sama dengan
lebih erat di bidang ekonomi, kebudayaan, dan politik.
Yang paling mashur dari hasil konferensi ini ialah apa
yang kemudian dinamakan Dasa Sila Bandung, yaitu suatu
pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam
usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.
5. Manfaat Konferensi Asia Afrika
Pada Konferensi Asia Afrika ini ternyata membawa
manfaat bagi Bagi Indonesia, Konferensi ini memberikan
keuntungan yang nyata, yaitu :
1) Di tanda tanganinya persetujuan dwi
kewarganegaraan antara Indonesia dan RRC
2) Dukungan yang di peroleh dari negara –
negara peserta berupa keputusan Konferensi Asia
Afrika mengenai perjuangan merebut Irian Barat.
b. Manfaat konferensi Asia Afrika bagi Negara-
negara Asia Afrika
Konferensi Asia Afrika mempunayi pengaruh yang
sangat kuat terhadap keinginan negara-negara Asia dan
Afrika yang masih etrjajah. Konferensi ini juga telah
mempunyai andil besar bagi terciptanya perdamaian
dunia. Beberapa bukti manfaat Konferensi Asia Afrika
adalah sebagai berikut :
1) Beberapa negar di Asia Afrika memproklamirkan
kemerdekaannya, seperti Sudan, Maroko, Ghana, Togo,
Kongo, Mali, Nigeria, dan Yaman Utara.
2) Bagi perdamaian dunia, Konferensi Asia Afrika
memebri manfaat terhadap
Berkurangnya ketegangan dunia dab bahaya yang
mengancam perdamaian dunia dimana RRC bersedia
berunding dengan Amerika Serikat mengenai
ketegangan dunia tentang Taiwan
Penentangan terhadap diskriminasi ras, seperti
penghapusan politik apartheid di Afrika Selatan dan
politik white Australia Policy di Australia
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua yang telah kami tulis, kami dapat
menyimpulkan bahwa Museum Konferensi Asia Afrika merupakan
salah satu museum sejarah Politik Luar Negeri republic
Indonesia yang berolaki di Gedung Merdeka Bandung. Museum
yang memiliki hubungan yang sangat erat dengan Gedung
Merdeka.
Di bangunnya Museum Konferensi Asia Afrika adalah
adanya keinginan dari para pemimpin bangsa-bangsa di Asia
dan Afrika untuk mengetahui tentang Gedung Merdeka dan
sekitarnya tempat Konferensi Asia Afrika berlangsung. Hal
ini membuat Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Prof.
Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M memiliki ide untuk
membangun sebuah museum. Ide tersebut disampaikannya pada
forum rapat Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi Asia
Afrika (1980) yang dihadiri oleh Direktur Jenderal
Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio sebagai wakil dari
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian museum ini
diresmikan pada tanggal 24 April 1980 bertepatan dengan
peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika.
Oleh karena itu, Objek wisata yang kami kunjungi yaitu,
Museum Konfrensi Asia Afrika (KAA) Bandung ini memiliki
keindahan dan menyimpan sejarah-sejarah yang luar biasa
serta menarik untuk di kunjungi terutama di kalangan
pelajar.
B. Saran – saran
Adapun Saran – saran kami untuk kedepannya yaitu :
Kita harus menjaga dan melestarikan Museum-museum
bersejarah yang ada di Indonesia, Khususnya Museum
Konferensi Asia Afrika
Kami menghimbau kepada dewan guru agar lebih
meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam proses
belajar mengajar