+ All Categories
Home > Documents > Latar belakang masalah skripsi.

Latar belakang masalah skripsi.

Date post: 28-Nov-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi perdagangan dimana tidak terdapat batasan antara perusahaan di luar negeri dengan perusahaan di dalam negeri dalam memperdagangkan hasil produksinya, membuat persaingan dalam dunia usaha semakin keras dan ketat. Menghadapi persaingan usaha yang semakin keras, perusahaan dituntut agar dapat memiliki kemampuan untuk tetap bertahan. Kemampuan tersebut akan menjadi kekuatan perusahaan dalam menghadapi persaingan usaha, apabila perusahaan mampu memanfaatkan secara maksimal kemampuan tersebut. Salah satu cara agar perusahaan tetap bertahan dalam persaingan usaha yang semakin ketat ialah dengan efisiensi biaya. Efisiensi biaya yang dimaksud adalah tindakan menurunkan jumlah biaya yang dianggap tidak diperlukan, baik pada saat perusahaan melaksanakan produksi maupun pada saat tidak melakukan produksi. Efisiensi biaya produksi perusahaan harus memperhatikan efektivitas produksi perusahaan, dengan harapan diperoleh keseimbangan antara efisiensi dan efektivitas produksi. Keseimbangan antara efisiensi dan efektivitas biaya produksi menjadi penting karena efisiensi yang dilakukan terhadap biaya - biaya produksi diharapkan agar tidak sampai mengganggu efektivitas produksi. Selain itu, perusahaaan juga dituntut untuk menentukan harga jual yang terbaik yang dapat
Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era globalisasi perdagangan dimana tidak terdapat batasan antara

perusahaan di luar negeri dengan perusahaan di dalam negeri dalam

memperdagangkan hasil produksinya, membuat persaingan dalam dunia usaha

semakin keras dan ketat. Menghadapi persaingan usaha yang semakin keras,

perusahaan dituntut agar dapat memiliki kemampuan untuk tetap bertahan.

Kemampuan tersebut akan menjadi kekuatan perusahaan dalam menghadapi

persaingan usaha, apabila perusahaan mampu memanfaatkan secara maksimal

kemampuan tersebut.

Salah satu cara agar perusahaan tetap bertahan dalam persaingan usaha

yang semakin ketat ialah dengan efisiensi biaya. Efisiensi biaya yang dimaksud

adalah tindakan menurunkan jumlah biaya yang dianggap tidak diperlukan, baik

pada saat perusahaan melaksanakan produksi maupun pada saat tidak melakukan

produksi. Efisiensi biaya produksi perusahaan harus memperhatikan efektivitas

produksi perusahaan, dengan harapan diperoleh keseimbangan antara efisiensi dan

efektivitas produksi. Keseimbangan antara efisiensi dan efektivitas biaya produksi

menjadi penting karena efisiensi yang dilakukan terhadap biaya - biaya produksi

diharapkan agar tidak sampai mengganggu efektivitas produksi. Selain itu,

perusahaaan juga dituntut untuk menentukan harga jual yang terbaik yang dapat

dijangkau oleh pelanggan namun harga tersebut juga dapat memberikan

keuntungan bagi perusahaan.

Usaha yang dilakukan untuk mencapai harga yang diinginkan pelanggan

sekaligus memberikan keuntungan pada perusahaan tidak dapat menggunakan

metode tradisional. Hal ini dikarenakan metode tradisional penentuan harganya

dihitung dari biaya produksi yang terjadi ditambah laba yang diinginkan. Apabila

perusahaan tidak mampu mengendalikan biayanya, maka biaya produksi yang

timbul akan tinggi dan akan menyebabkan harga menjadi tinggi serta berakibat

pada beralihnya pelanggan pada produk yang dihasilkan oleh competitor.

Sehubungan dengan itu, maka dalam penentuan harga dibutuhkan metode yang

tepat agar perusahaan tetap bertahan dalam usahanya.

Cara terbaik bagi perusahaan agar laba dapat tercapai di tengah ketatnya

persaingan yaitu dengan mengurangi biaya. Perusahaan membutuhkan suatau alat

yang efektif untuk menekan biaya tanpa mengurangi lini produksinya bagi

konsumen. Target costing merupakan salah satu alat yang efektif untuk

mengurangi biaya. Metode ini juga membentuk manajemen dalam menentukan

produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dengan menggunakan target

costing, perusahaan menentukan biaya produk berdaarkan harga yang mampu

dibeli konsumen. Biaya yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit produk

tidak boleh melampaui harga pasar. Dengan demikian produk yang dihasilkan

akan mampu bersaing dan perusahaan dapat memperoleh laba yang diharapkan

(Himawan dan Pendaya 2005).

Target costing sendiri menurut Witjaksono (2006) mengemukakan bahwa

target costing adalah suatu sistem dimana penentuan harga pokok produk adalah

sesuai dengan yang diinginkan sebagai dasar penetapan harga jual produk yang

akan memperoleh laba yang diinginkan, atau penentuan harga pokok sesuai

dengan harga jual yang pelanggan rela membayarnya. Hansen Mowen (2006)

menggambarkan peran target perhitungan biaya menjadi salah satu alat khusus

yang berguna untuk mengurangi biaya. Target costing adalah suatu metode

penentuan biaya produk atau jasa berdasarkan harga (harga target) dimana

pelanggan bersedia membayarnya.

Target costing adalah suatu metode perhitungan biaya produk yang cara

perhitungannya secara mundur, yaitu dimulai dari menentukan harga jual yang

digunakan untuk menentukan biaya produk tersebut. Dengan menggunakan

Target Costing, perusahaan dapat menentukan biaya yang diinginkan.

PT. Prysmian adalah perusahaan manufaktur yang cukup berkembang dan

memiliki pesaing yang signifikan sebagaimana diketahui perusahaan yang

memproduksi kabel tersebut sudah menjadi bagian penting dalam menunjang

kebutuhan industry di berbagai Negara maju. PT. Prysmian Cables Indonesia

merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang beroperasi di Kawasan Industri

Indotaisei Blok G-1 Cikampek yang memiliki kantor pusat penjualan di Indonesia

tepatnya di Jakarta. Menurut pengamatan penulis, perusahaan ini masih

menggunakan metode tradisional, sehingga harga yang diterapkan dihitung

berdasarkan biaya produksi yang terjadi ditambah dengan laba yang digunakan

perusahaan tersebut. Oleh karena itu, agar perusahaan dapat bertahan dalam

persaingan, maka perusahaan harus dapat merumuskan besarnya biaya produksi

secara tepat agar penentuan harga jual tidak terlalu tinggi tanpa mengurangi laba

yang telah ditetapkan perusahaan yaitu dengan menerapkan strategi target costing.

Peneliti tertarik terhadap topik ini karena dengan menerapkan metode

target costing perusahaan dapat lebih mengontrol biaya dan menentukan biaya

produknya berdasarkan harga yang mampu dibeli konsumen.

Berdasarkan uraian diatas, maka judul skripsi ini adalah “PERANAN

ANALISIS METODE TARGET COSTING DALAM PENETAPAN

HARGA JUAL TERHADAP EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PT.

X”.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana penentuan harga jual pada PT. Prysmian Cables Indonesia?

2. Bagaimana peranan metode Target costing sebagai alat penentu efisiensi

biaya produksi pada PT. Prysmian Cables Indonesia?

3. Apakah target costing merupakan alternatif yang tepat agar perusahaan

dapat meningkatkan laba?

4. Bagaimana dampak yang terjadi pada laba perusahaan setelah

menggunakan target costing?

1.3 Tujan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai

dalam penelitian itu yaitu :

a. Mengetahui dan memahami penentuan harga jual di PT. Prysmian Cables

Indonesia?

b. Mengetahui dan memahami peranan target costing sebagai alat penentu

efisiensi biaya produksi PT. Prysmian Cables Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dan penulisan skripsi ini yaitu :

1. Bagi perusahaan

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi

yang berguna bagi pihak PT. Prysmian Cables Indonesia dalam

menerapkan target costing dalam upaya penentuan harga jual yang

disesuaikan dengan pengeluaran-pengeluaran biaya yang telah dikeluarkan

dalam produksi.

2. Bagi Akademik

Sebagai bahan referensi dalam penelitian selanjutnya yang ada

hubungannya dengan penelitian ini.

3. Bagi Penulis

Sebagai wadah untuk mengaplikasikan dan dapat memberikan manfaat

bagi penulis dengan memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam

mengenai target costing.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Biaya

2.1.1 Pengertian Biaya

Biaya merupakan salah satu faktor penting bagi perusahaan

dalam menjalankan kegiatan perusahaan. Perusahaan mengeluarkan biaya

jika perusahaan menggunakan sumberdaya tertentu untuk mencapai hasil

atau tujuan tertentu. Para ahli telah menjelaskan tentang pengertian biaya.

Mursyidi (2010) mengemukakan bahwa biaya adalah suatu

pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk

mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada

saat yang akan datang. Hansen dan Mowen (2006) mengemukakan bahwa

biaya adalah kas atau nilai ekuvalen kas yang dikorbankan untuk

mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini

atau di masa datang bagi organisasi. Selain itu Witjaksono (2006)

mengemukakan bahwa biaya adalah suatu pengorbanan sumber daya

untuk mencapai suatu tujuan tetentu. Dengan kata lain, biaya sebagai

satuan moneter atas pengorbanan barang dan jasa untuk memperoleh

manfaat di masa kini atau masa yang akan datang, dan biaya atau cost

adalah sama dengan pengorbanan sumber daya ekonomi (resources). Dari

defenisi tersebut dapat dijelaskan bahwa umumnya biaya terjadi karena

kegiatan-kegiatan yang menyebabkan pengeluaran kas yang berkaitan

dengan usaha untuk menghasilkan pendapatan.

2.1.2 Klasifikasi Biaya

Klasifikasi biaya berdasarkan fungsinya yaitu:

a. Biaya produksi adalah semua biaya dan sumber ekonomis yang

dikeluarkan selama proses produksi untuk menghasilkan suatu produk

dari bahan baku menjadi barang jadi. Mulyadi (2012) mengemukakan

bahwa biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah

bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.

b. Biaya non produksi adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi

produksi yaitu perancangan, pengembangan, pemasaran, distribusi,

layanan pelanggan, dan administrasi umum.

2.1.3 Klasifikasi Biaya Berdasarkan Perilaku Biaya dalam Hubungannya

dengan Perubahan Volume Kegiatan

Berdasarkan hal ini biaya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Biaya variabel, yaitu biaya yang berubah secara sebanding dengan

perubahan volume kegiatan.

2. Biaya tetap, yaitu biaya yang jumlah totalnya tidak berubah dengan adanya

perubahan volume penjualan.

3. Baiaya semivariabel, yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah tidak

sebanding dengan volume penjualan.

2.1.4 Metode Biaya Tradisional

Merode biaya tradisional merupakan biaya yang kerap kali

digunakan oleh stetiap usaha kecil menengah ditengah keterbatasan pengetahuan

dari sumber daya manusia yang mengelola usaha tersebut mengenai metode-

metode biaya yang cocok digunakan untuk menjalankan aktifitas produksi

perusahaannya. Umumnya pada akuntansi biaya tradisonal perusahaan hanya

memperhitungkan biaya produksi ke dalam biaya produk saja, selain itu biaya

pemasaran serta administrasi dan umum tidak diperhitungkan ke dalam biaya

produk, namun diperlakukan sebagai biaya usaha dan dikurangkan langsung dari

laba bruto untuk menghitung laba bersih usaha.

Menurut Sidharta dan Yessica (2008) perhitungan biaya produksi

pada metode biaya tradisonal hanya membebankan biaya produksi pada produk.

Biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung dapat dibebankan ke

produk dengan menggunakan penelusuran langsung atau penelusuran penggerak

yang sangat akurat.

Begitupula disebutkan bahwa sistem biaya tadisional, pemicu biaya

yang digunakan hanya didasarka atas dasar unit saja atau disebut unit-level

activity drivers. Pemicu aktifitas dasar unit merupakan faktor-faktor yang

menyebabkan perubahan biaya ketika jumlah unit yang dihasilkan berubah.

Penggunaan pemicu biaya ini dalam membebankan biaya overhead tehadap

produk memberikan arti bahwa terjadinya biaya overhead mempunyai korelasi

yang sangat erat dengan jumlah unit yang diproduksi.

2.2 Target Costing

2.2.1 Definisi Target Costing

Menurut Wiguna dan Sormin (2007) target costing adalah

penentuan biaya yang diharapkan untuk suatu produk berdasarkan harga yang

kompetitif, sehingga produk tersebut akan dapat memperoleh laba yang

diharapkan. Suatu ilmu yang memastikan kalau produk baru akan menguntungkan

ketika dikeluarkan. Terdapat tiga lngkah utama, langkah pertama adalah

memperoleh harga jual produk yang ditargetkan dan profit margin yang

ditargetkan sehingga allowable cost dapat diperoleh. Tahap kedua adalah

achievable product-level target cost. Sedangkan tahap ketiga adalah menurunkan

target cost pada produk level ke level komponen sehingga harga pembelian

komponen dapat diperoleh, dan juga merupakan suatu filosofi atau pendekatan

harga dan manajemen biaya selama masa hidup produk. Target cost ditentukan

terlebih dahulu sebelum menciptakan produk.

Target costing digunakan selama tahap perencanaan dan menuntun

dalam pemilihan produk dan proses desain yang akan menghasilkan suatu produk

yang dapat diproduksi pada biaya yang diijinkan dan pada suatu tingkat laba yang

dapat diterima serta dapat memberikan perkiraan harga pasar produk, volume

penjualan, dan tingkat fungsionalis.

2.2.2 Tujuan Target Costing

Menurut Monden (1995) target costing mempunyai dua tujuan, yaitu:

1. Untuk mengurangi biaya produk baru agar tingkat keuntungan yang

dikehendaki dapat tercapai.

2. Untuk memotivasi seluruh karyawan perusahaan agar memperoleh

laba target pada saat pembangunan produk baru dengan menjalankan

metode target costing di seluruh aktivitas perusahaan.

2.2.3 Kegunaan Target Costing

Target costing mempertimbangkan faktor eksternal perusahaan

(pasar). Melalui analisis pasar dan pesaing dapat membantu manajemen dalam

merancang produk yang dibutuhkan konsumen dengan harga yang kompetitif.

Menurut Albano, Bird, Clifton, Townsend (2003), metode target costing

membantu perusahaan untuk:

a) Menjamin bahwa produk disesuaikan dengan kebutuhan konsumen

dengan lebih baik.

b) Menyesuaikan harga dari keistimewaan produk dengan kesediaan

konsumen untuk membayarnya.

c) Mengurangi siklus pengembangan poduk.

d) Mengurangi biaya produk secara signifikan.

e) Meningkatkan kerjasama antar departemen dalam perusahaan

berkaitan dengan penyusunan, pemasaran, perencanaan,

pengembangan, pembuatan, penjualan, pendistribusian, dan

penempatan produk.

f) Menggunakan konsumen dan pemasok untuk merancang produk yang

benara dan untuk mengintergrasikan seluruh rantai persediaan dengan

lebih efektif.

2.2.4 Prinsip-Prinsip Penerapan Target Costing

Menurut Witjaksono (2006) proses penerapan target costing

menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Harga menentukan biaya (Price Led Costing)

2) Fokus pada pelanggan

3) Fokus pada desain produk dan desain proses

4) Cross Functional Team

5) Melibatkan Rantai Nilai

6) Orientasi daur hidup produk

Selanjutnya keenam prinsip-prinsip penerapan biaya target (target

costing) tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Harga menentukan biaya (Price Led Costing)

Persaingan yang semakin ketat dan kompetitif membuat penetapan

harga jual produk bukan hal gampang. Harga jual kerap ditentukan

oleh pasar, sehingga harga pasar (market price) digunakan untuk

menentukan target biaya dengan formula berikut:

Target biaya = Harga pasar – Laba yang diinginkan

b. Fokus pada pelanggan

Kehendak atas kebutuhan pelanggan akan kualitas, biaya dan fungsi

(functionality) secara simultan terdapat dalam produk dan

dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan berkenan dengan desain

dan perhitungan harga pokok produk. Bagi pelanggan manfaat atas

fitur dan fungsi yang ditawarkan oleh produk harus lebih besar dari

biaya perolehnya (harga jual dan sisi pandang pengusaha)

c. Fokus pada desain produk dan desain proses

Pengendalian biaya ditekankan pada tahapan desain produk dan

tahapan desain proses produksi. Dengan demikian setiap perubahan

atau rekayasa harus dilakukan sebelum proses produksi, dengan tujuan

menekan biaya dan mengurangi waktu “time to market” terutama bagi

produk baru.

d. Cross Functional Team

Tim atau kelompok ini bertanggungjawab atas keseluruhan produk,

dimulai dari ide atau konsep produk hingga tahapan produksi penuh.

e. Melibatkan rantai nilai

Seluruh anggota yang terlibat dalam rantai nilai, dimulai dari pemasok

barang atau jasa, distributor, hingga pelanggan dilibatkan dalam proses

target costing.

f. Orientasi daur hidup produk

Meminimalkan biaya selama daur hidup produk, diantara harga, bahan

baku, biaya operasi, pemeliharaan, dan biaya distribusi.

2.2.5 Karakteristik Target Costing

Menurut Supriyono (1997) karakteristik target costing adalah

sebagai berikut:

1. Target costing diterapkan dalam tahap pengembangan dan

perancangan serta costing ini berbeda dari sistem pengendalian biaya

standar yang diterapkan dalam tahp produksi.

2. Target costing bukan merupakan metode manajemen untuk

pengendalian biaya dalam pemikiran tradisional, namun salah satu

tujuannya adalah untuk mengurangi biaya.

3. Dalam proses penentuan biaya target, banyak metode ilmu manajemen

digunakan, sebab tujuan manajerial penentuan biaya target meliputi

teknik-teknik pengembangan dan perancangan produk.

4. Kerjasama banyak departemen diperlukan dalam melaksanakan target

costing.

2.2.6 Kendala Menerapkan Target Costing

Berikut ini adalah kendala yang kerap dikeluhkan oleh perusahaan

yang mencoba menerapkan target costing:

a) Konflik antar kelompok dan atau anggota kelompok.

b) Karyawan yang mengalami burnout karena tuntutan target penyelesaian

pekerjaan.

c) Target waktu penyelesaian yang terpaksa ditambah

d) Sulitnya melakukan pengaturan atas berbagai faktor penentu keberhasilan

target costing.

2.2.7 Perbedaan Standar Costing dan Target Costing

Standar costing dan target costing memang berhubungan dan

mempunyai kesamaan satu sama lain. Namun, ternyata terdapat perbedaan yang

amat mendasar. Standar costing adalah kalkulasi biaya yang membebankan objek

biaya berdasarkan estimasi yang beralasan dan melalui tarif yang dianggarkan

sesuai dengan biaya sesungguhnya. Standar costing dapat dibentuk tanpa ada

campur tangan pihak eksternal, hanya berdasarkan pihak internal perusahaan saja.

Dalam menentukan target costing, perusahaan harus memperhatikan analisis

internal dan eksternal perusahaan.

Target costing secara konseptual berbeda dengan standar costing.

Standar costing memiliki tujuan meminimalkan perbedaan antara biaya yang

dibebankan dan biaya sesungguhnya pada tahap produksi. Pada target costing

selain meminimalkan perbedaan biaya sesungguhnya dengan yang dibebankan,

perusahaan juga harus mempertimbangkan berbagai sudut pasar yang terdiri dari

konsumen dan pesaing dalam rangka pengendalian biaya dan memenuhi laba yang

diinginkan.

2.3 Harga Jual

2.3.1 Defenisi Harga jual

Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang)

yang dibutuhkan untuk melaporkan sejumlah kombinasi barang atau jasa.

Perusahaan selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut

laku terjual dan boleh memperoleh laba yang maksimal. Hansen dan Mowen

(2001) mendefinisikan harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh

suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual

atau diserahkan. Menurut Mulyadi (2001) pada prinsipnya harga jual harus dapat

menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar.

Sriyadi (2001) menyatakan bahwa harga jual adalah nilai tukar

suatu barang atau jasa, yaitu jumlah uang yang pembeli bayarkan kepada penjual

untuk suatu barang tertentu. Fandi Tjiptono (2004) menyatakan harga jual adalah

satuan moneter atau ukuran lainya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang

ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau

jasa yang akan berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan.

Dari definisi dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah

biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa

ditambah dengan persentase laba yang diingikan perusahaan. Salah satu cara yang

dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga

yang tepat untuk produk yang akan dijual yaitu harga yang sesuai dengan kualitas

produk suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada

konsumen.

2.3.2 Tujuan Penetapan Harga Jual

Penjual barang dalam menetapkan harga dapat mempunyai tujuan

yang berbeda satu sama lain antar penjual maupun antar barang yang satu dengan

yang lain. Tujuan penetapan harga menurut Harini (2008) adalah sebagai berikut:

1. Penetapan harga untuk mencapai penghasilan atas investasi.

2. Penetapan harga untuk kestabilan harga. Usaha pengendalian harga

diarahkan terutama untuk mencegah terjadinya perang harga, khususnya

bila menghadapi permintaan yang sedang menurun.

3. Penetapan harga untuk mempertahankan atau meningkatkan bagiannya

dalam pasar. Apabila perusahaan mendapatkan bagian pasar dengan luas

tertentu, maka ia harus berusaha mempertahankannya atau justru

mengembangkannya.

4. Penetapan harga untuk menghadapi atau mencegah persaingan.

5. Penetapan harga untuk memaksimalkan laba.

Menurut Tjiptono (2002) tujuan penetapan harga adalah:

1. Berorientasi laba yaitu bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang

dapat menghasilkan laba yang paling tinggi.

2. Berorientasi pada volume yaitu penetapan harga kepada volume tertentu

3. Berorientasi pada citra (image) yaitu bahwa image perusahaan dapat

dibentuk melalui harga.

4. Stabilisasi harga yaitu penetapan harga yang bertujuan untuk

mempertahankan hubungan yang stabil antara harga perusahaan dengan

harga pemimpin pasar (market leader)

5. Tujuan lainnya yaitu menetapkan harga dengan tujuan mencegah

masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas konsumen, mendukung

penjualan ulang atau menghindari campur tangan pemerintah.

2.3.3 Sasaran Penetapan Harga Jual

Para pemasar berusaha untuk mencapai sasaran tertentu melalui

komponen-komponen penetapan harga. Beberapa perusahaan mencoba untuk

meningkatkan keuntungan dengan menetapkan harga rendah untuk menarik

bisnis baru. Menurut Boone dan Kurtz (2002) ada empat kategori dasar atau

sasaran penetapan harga, yaitu:

1. Sasaran Profitabilitas

Sebagian besar perusahaan mengejar sejumlah sasaran profitabilitas

dalam strategi penetapan harganya. Para pemasar mengerti bahwa laba

diperoleh dari selisih pendapatan dan beban. Dan juga pendapatan

merupakan harga jual dikalikan dengan jumlah yang terjual. Berbagai

teori ekonomi mendasari prinsip maksimalisasi keuntungan (profit

maximization). Akan tetapi pada kenyatannya prinsip ini masih sulit

diterapkan. Maka banyak perusahaan beralih pada sasaran

profittabilitas yang lebih sederhana, yaitu Target Return Goal, dimana

perusahaan menetapkan harga dengan tingkat profitabilitas yang

diinginkan sebagai pengembalian financial atas penjualan ataupun

investasi.

2. Sasaran volume

Pendekatan yang lain dalam strategi penetapan harga disebut

maksimalisasi penjualan (sales maximization), para manajer

menetapkan tingkat minimum profitabilitas yang dapat diterima dan

kemudian menetapkan harga yang akan menghasilkan volume

penjualan tertinggi tanpa menyebabkan laba turun dibawah level itu.

Strategi ini memandang ekspansi penjualan sebagai suatu prioritas

yang lebih penting bagi posisi persaingan jangka panjang perusahaan

daripada laba jangka pendek.

3. Tingkat kompetisi

Sasaran penetapan harga ini hanyalah untuk menyamakan harga

dengan pesaing. Jadi perusahaan berusaha untuk menghindari perang

harga dengan tidak menekankan elemen harga dari bauran pemasaran

dan menambah nilai, meningkatkan kualitas, mendidik konsumen, dan

menciptakan hubungan.

4. Sasaran Prestise

Pengaruh harga pada prestise membuat sebuah harga menjadi relatif

tinggi untuk mengembangkan dan menjaga sebuah citra dari kualitas

dan eksklusivitas. Para pemasar menetapkan sasaran tersebut karena

mereka mengakui peran harga dalam mengkomunikasikan citra suatu

perusahaan dan produk-produknya.

2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual

Harga dari suatu produk atau jasa adalah hasil dan interaksi antara

permintaan atas produk atau jasa dengan penawarannya. Oleh karena itu

penetapan harga jual perusahaan diharapkan mampu mengenai sasarannya dengan

tepat. Menurut Hilton (2006) ada empat faktor yang mempengaruhi penetapan

harga jual, yaitu:

1) Konsumen

Konsumen memegang peranan yang paling penting dalam menentukan

harga jual. Hal ini dikarenakan apabila harga yang ditentukan terlalu tinggi

maka dapat berakibat pada penolakan konsumen terhadap suatu produk

atau jasa yang ditawarkan perusahaan ke produk atau jasa yang serupa

yang lebih kompetitif.

2) Pesaing

Hampir tidak ada perubahan yang beroperasi dalam keadaan tanpa

persaingan. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk selalu mencermati

tindakan yang dilakukan oleh pesaingnya. Tindakan yang dilakukan oleh

pesaing harus diperhitungkan secara matang karena produk alternative

atau produk subtitusi dari pesaing dapat mempengaruhi tingkat permintaan

dan memaksa suatu bisnis untuk menurunkan harga jualnya.

3) Biaya

Biaya dalam memproduksi suatu produk sangat mempengaruhi penetapan

harga. Manajer harus mempertimbangkan biaya yang diperlukan dengan

cermat dalam semua fungsi-fungsi terkait diperusahaan untuk keputusan

penetapan harga. Semakin rendah biaya atas harga, maka akan semakin

banyak produk perusahaan yang tersedia untuk ditawarkan.

4) Politik, hokum, dan lainnya yang berkaitan dengan citra

Hukum pada umumnya melarang perusahaan untuk mendeskriminasikan

penetan harga atau pelanggan. Perusahaan harus memperhatikan hukum

yang berlaku di setiap wilayah pemasaran. Pertimbangan politik

merupakan sesuatu yang sangat relevan untuk keputusan penetapan harga.

5) Elastisitas permintaan (elasticity demand)

Elastisitas permintaan yaitu bila penjual ingin menaikan volume

penjualannya sedangkan kurva permintaan untuk produk tersebut adalah

elastis, maka cukup menurunkan harga sedikit dan memperoleh kenaikan

volume yang lebih besar.

Jika perusahaan dalam suatu industri dirasakan oleh masyarakat

mendapatkan keuntungan yang besar secara tidak wajar, maka mungkin

akan terjadi tekanan politis oleh pemerintah dalam hal penetapan pajak

yang berbeda atas laba yang diperoleh perusahaan atau dengan segala

harga jual perusahaan tersebut. Perusahaan juga harus mempertimbangkan

citra mereka di masyarakat dalam proses penetapan harga.

2.3.5 Strategi Penentuan Harga Jual

Harga yang ditentukan untuk sebuah produk akan mempengaruhi

pendapatan perusahaan dan pada akhirnya tingkat laba. Perusahaan menentukan

harga jual produknya dengan tiga dasar pertimbangan yaitu biaya produksi, suplai

persediaan, dan harga persaingan.

a. Penentuan harga berdasarkan biaya produksi

Pada strategi ini, perusahaan menentukan harga untuk sebuah produk

dengan mengestimasi biaya per unit untuk memproduksi produk tersebut

dan menambahkan suatu kenaikan. Jika metode ini digunakan perusahaan

harus mencatat semua biaya yang melengkapi produksi sebuah produk dan

diupayakan agar harga tersebut dapat menutupi semua biaya tersebut.

Sebuah strategi harga harus menghitung skala ekonomis. Bagi produk atau

jasa yang berada di dalam skala ekonomis, harga harus cukup rendah agar

dapat mencapai volume tingkat penjualan yang tinggi sehingga biaya

produksi mengalami penurunan.

b. Penentuan harga berdasarkan suplai persediaan

Pada umumnya perusahaan cenderung menurunkan harga jika mereka

harus mengurangi persediaan.

c. Penentuan harga berdasarkan harga pesaing

Penentuan harga berdasarkan harga pesaing dibagi atas tiga yaitu:

Penentuan harga penetrasi, dimana perusahaan menentukan harga

yang lebih rendah dari harga pesaing agar dapat menembus pasar.

Keberhasilan penentuan harga penetrasi tergantung pada seberapa

besar tanggapan konsumen terhadap penurunan harga dan juga

perusahaan tidak perlu menggunakan strategi ini bila produknya

tidak elastis terhadap harga karena kebanyakan konsumen tidak

akan beralih ke produk pesaing untuk mengambil keuntungan dari

harga yang lebih rendah.

Penentuan harga defensive, dimana perusahaan menurunkan harga

produk untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Selain itu

beberapa perusahaan juga menurunkan harga untuk menyerang

pesaing baru yang masuk ke dalam pasar, disebut dengan biaya

predatori.

Penentuan harga prestise, ditentukan dengan tujuan untuk

memberikan kesan lini terbaik bagi produk perusahaan. Perusahaan

yang memiliki diverifikasi bauran produk akan menggunakan

strategi penetrasi harga pada beberapa produk dan penentuan harga

prestise untuk produk lainnya.

2.3.6 Alternatif Strategi Penetapan Harga

Banyak strategi-strategi khusus yang digunakan oleh perusahaan untuk

menentukan harga barang dan jasa, yang berasal dari strategi pemasaran yang

mereka rumuskan untuk mencapai keseluruhan sasaran organisasi. Menurut

Sukirno (2006) ada enam strategi penetapan harga:

a) Penetapan Harga Kompetitif

Hal ini berlaku pada pasar dimana terdapat produsen atau penjual. Dalam

pasar seperti ini untuk menjual barangnya, perusahaan harus menetapkan

harga pada tingkat yang bersamaan dengan barang yang sejenis yang

diharapkan.

b) Menentukan Harga Terobosan

Cara ini sering dipakai ketika menghancurkan barang baru yang

menetapkan harga pada tingkat yang rendah atau murah dengan harapan

dapat memaksimalkan volume penjualan.

c) Menetapkan Harga berdasarkan Permintaan

Penentuan harga barang ini terutama dipraktekkan oleh perusahaan jasa

seperti pengangkutan Kereta Api, Jasa Penerbangan, Restoran dan

Bioskop. Perusahaan Kereta Api misalnya, menawarkan tiket murah untuk

orang yang selalu berpergian bagi pelajar dan orangtua yang sudah

pensiun.

d) Kepemimpinan Harga

Penentua harga seperti ini berlaku dalam pasar barang yang bersifat

oligopoli yang merupakan struktur pasar, dimana terdapat perusahaan

yang dominan yang mempunyai persaingan yang lebih kukuh daripada

perusahaan lainnya.

e) Menjual Barang berkualitas dengan Harga Rendah

Kebijakan ini dapat dilakukan oleh perusahaan industri. Manufaktur atau

Hypermarket seperti Makro dan Carrefour. Strategi penentuan harga

mereka lebih menekankan kepada peningkatan volume barang yang terjual

dan bukan memperoleh keuntungan yang tinggi.

f) Kebijakan Harga Tinggi Jangka Pendek

Kebijakan Harga (Price skimming) adalah cara untuk menetapkan harga

tinggi yang bersifat sementara, yaitu pada waktu barang yang dihasilkan

mulai dipasarkan. Pada periode itu, perusahaan belum menghadapi

persaingan dan akan menetapkan harga yang tinggi supaya pengembalian

modal dapat dipercepat.

2.4 Efisiensi Biaya Produksi

2.4.1 Biaya Produksi

Sutrisno (2008) mengemukakan bahwa biaya produksi

adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk

selesai. Sedangkan menurut Sukirno (2013) mengatakan bahwa: “Biaya produksi

dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan

untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan

digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan

tersebut.” (hlm.208)

Munawir (2002) mengungkapkan bahwa biaya produksi (productin cost) adalah

biaya-biaya yang berkaitan dengan pengolahan (manufacture) atau mengubah

bahan baku menjadi barang yang siap jual atau dikonsumsi, maupun biaya

pelaksanaan atau pemberian jasa/pelayanan. Menurut Muqodim (2005)

mengatakan bahwa, biaya adalah aliran keluar atau penggunaan aktiva, atau

terjadinya utang (atau kombinasi diantara keduanya) dari penyerahan atau

produksi barang, penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan utama suatu

perusahaan.

2.4.2 Unsur-Unsur Biaya Produksi

Menurut Raiborn dan Kinney (2011), unsur-unsur biaya produksi

dapat dibagi menjadi tiga komponen, yaitu: “Biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja, dan biaya overhead produksi.” (hlm.48)

Dari ketiga unsur-unsur biaya produksi diatas dijelaskan sebagai berikut:

1. Biaya Bahan Baku

Di dalam perusahaan manufaktur terdapat biaya bahan baku, agar proses

produksi dapat berjalan dengan baik. Menurut Raiborn dan Kinney (2011)

dikatakan bahwa bahan baku langsung adalah:

“Segala bagian dari sebuah produk yang siap dan dapat diidentifikasikan. Secara teoretis, biaya bahan baku harus memasukkan seluruh biaya bahan baku yang digunakan untuk memproduksi sebuah produk atau kinerja sebuah jasa.” (hlm.50)

Sedangkan menurut Mulyadi (2007) menjelaskan bahwa:

“Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian tubuh wanita menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor, atau dari pengolahan sendiri.” (hlm.275)

Transaksi pembelian bahan baku melibatkan bagian-bagian produksi,

gudang, pembelian, penerimaan barang dan asuransi. Menurut Mulyadi

(2007) dikatakan bahwa: “Dokumen sumber dan dokumen pendukung

yang dibuat dalam transaksi pembelian lokal bahan baku, terdiri dari :

1. Prosedur permintaan pembelian bahan baku

2. Prosedur order pembelian

3. Prosedur penerimaan barang

4. Prosedur pencatatan penerimaan barang di gudang, dan

5. Prosedur pencatatan utang.” (hlm.276)

Jadi yang dimaksud dengan biaya bahan baku ini adalah biaya yang

dikeluarkan untuk perusahaan sebagai akibat pembelian bahan baku dan biaya

lain-lain yang berkaitan dengan bahan baku.

2. Biaya Tenaga Kerja

Istilah biaya tenaga kerja langsung digunakan untuk biaya tenaga kerja

yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi. Tenaga kerja langsung

biasanya disebut juga touch labor karena tenaga kerja langsung melakukan kerja

tangan atas produk pada saat produksi.

Menurut Mulyadi (2007) Biaya Tenaga Kerja langsung merupakan:

“Usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut.” (hlm.319)

Dalam industry modern saat ini telah terjadi perubahan yang besar dalam

struktur tenaga kerja. Peralatan otomatis yang canggih yang dijalankan dan

diawasi oleh tenaga kerja tidak langsung yang ahli mulai menggantikan peran

tenaga kerja langsung. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan dalam biaya

tenaga kerja peran karyawan dalam proses produksi dan biaya yang dibebankan

kepada karyawan perusahaan sesuai dengan total jam kerja tiap karyawan dan

biaya tenaga kerja ini juga dilakukan berdasarkan penggolongan-penggolongan

diatas.

3. Biaya Overhead Pabrik

Menurut Carter (2009) mengatakan,

“Biaya overhead pabrik pada umumnya di definisikan sebagai bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan semua biaya pabrik lainnya yang tidak dapat dengan mudah diidentifikasikan dengan atau dibebankan langsung ke pesanan, produk, atau objek objek biaya lain tertentu.” (hlm.438)

Sedangkan menurut Mulyadi (2007) dikatakan, “Biaya overhead pabrik

dapat digolongkan dengan tiga cara penggolongan:

1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya.

2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam

hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.

3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan

departemen.” (hlm.193-194)

Dari penjelasan di atas maka penulis menyimpulkan biaya overhead pabrik

merupakan unsur-unsur dari biaya produksi yang tidak terlihat dari hasil produk

jadi, namun biaya overhead termasuk bagian yang penting dalam proses produksi.

2.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang

bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi

sebagai masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting

dalam penelitian ini adalah penerepan metode target coting dapat menekan biaya

produksi dan memaksimalkan laba.

Berdasarkan uraian diatas, gambar menyeluruh penelitian ini yang

mengangkat penelitian mengenai penerapan metode target costing dalam upaya

pengurangan biaya produksi untuk peningkatan laba perusahaan. Berikut

merupakan gambaran kerangka pemikiran dari penelitian ini:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Efisiensi Biaya Produksi

Penetapan Harga Jual

Metode Target Costing

Sumber: Penulis

2.5.1 Peranan Target Costing Terhadap Harga Jual

Menurut Witjaksono (2006) target costing merupakan suatu sistem

dimana penentuan harag pokok produk adalah sesuai dengan yang diinginkan

sebagai dasar penetapan harga jual produk yang akan memperoleh laba yang

diinginkan, atau penentuan harga pokok sesuai dengan harga jual yang pelanggan

rela membayarnya. Salah satu hal yang menyangkut dengan target costing adalah

berkaitan dengan masalah penentuan harga jual. Hal ini perlu diterapkan pada

perusahaan karena menyangkut seberapa besar biaya-biaya produksi telah

dikeluarkan disesuaikan dengan harga jual untuk suatu produk.

Penetapan harga dalam target costing menurut Aprianty (2010)

menyatakan bahwa perusahaan mempunyai 2 pilihan dalam menurunkan biaya

sampai pada level target biaya (target cost) yaitu:

Mengintergrasikan teknologi pemanufakturan baru mrenggunakan teknik-

teknik manajemen biaya yang canggih dan mencari produktivitas yang

tinggi melalui perbaikan organisasi dan hubungan tenaga kerja, sehingga

perusahaan dapat menurunkan biaya

Melakukan desain ulang terhadap produk atau jasa yang dihasilkan,

sehingga perusahaan dapat menentukan biaya sampai level target biaya.

Penelitian ini sebelumnya pernah dilakukan oleh Himawan (2009)

melakukan penelitian dengan judul Analisis Penerapan Target Costing

Dalam Penatapan Harga Bandwidth Dedicated Untuk Mengomptimalkan

Perencanaan Laba (Studi kasus pada PT. Generasi Indonesia Digital).

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan

metode target costing melalui proses efisiensi biaya untuk produk

bandwidth dedicated pada PT Generasi Indonesia Digital dapat dilakukan.

Mulai dari menganalisa proses produksi, dilanjutkan dengan menganalisa

harga pasar, pada tahapan ini dilakukan perbandingan antara harga GEN-

ID dengan harga pesaing, perbedaan harga berkisar antara 2,5% sampai

15% harga yang dimiliki GEN-ID ada pada rata-rata.

Pentapan harga jual pada PT Prysmian Cables Indonesia ini terlalu

memperhatikan biaya, sehingga melupakan faktor-faktor lain diluar

produksi. Jika hal-hal tersebut tidak diperhatikan dengan baik, maka

keuntungan yang dihasilkan pada suatu usaha tidak akan maksimal.

Penetapan harga jual yang tidak tepat dapat berakibat fatal bagi suatu

usaha. Harga jual yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kehilangan

bisnis dan penetapan harga jual yang terlalu rendah juga dapat

mengakibatkan kerugian bagi suatu usaha.

Dalam menggunakan target costing dapat membantu perusahaan

dalam menentukan harga jual yang sesuai dengan spesifikasi produk,

tingkat laba yang diinginkan dan harga jual produk pesaing. Sehingga

harga jual yang ditetapkan pada produk tidak akan terlampau tinggi dan

perusahaan dapat menjaga kestabilan harga jual produknya agar tetap

dapat bersaing.

2.5.2 Peranan Target Costing Terhadap Efisiensi Biaya Produksi

Sutrisno (2008) mengemukakan bahwa biaya produksi adalah

biaya yang dikeluarkan untuk mrngolah bahan baku menjadi produk selesai.

Menurut Macariello dan Kirby (1994) ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh

dari target costing, antara lain:

Menyediakan informasi yang lengkap mengenai biaya produk yang baru,

sehingga memudahkan badan usaha untuk melakukan pemilihan dalam

penggunaaan material, desain produk dan proses manufaktur.

Mengurangi pengembangan siklus hidup produk yaitu biaya yang

ditentukan pada saat bersamaan dengan perancangan produk.

Menyediakan pemahaman yang lebih mendalam mengenai biaya produksi,

cara untuk mengeliminasi, mengurangi aktivitas yang tidak memberikan

nilai tambah, meningkatkan kualitas, menyederhanakan proses

menentukan cost driver.

Peranan target costing dapat membantu manajemen dalam berbagai

kegiatan produksi untuk mencapai suatu biaya tertentu, sehingga dapat

meningkatkan efisiensi biaya produksi. Menurut Atkinson, Banker, Kaplan dan

Young (2001) efisiensi ditentukan bersamaan oleh proses desain dan bagaimana

proses beroperasi setiap hari.

Adapun penelitian yang mendasari penelitian ini antara lain penelitian dari

Gerungan (2013) tentang Pendekatan Target Costing sebagai Alat Penilaian

Efisiensi Produksi Pada PT. Tropica Cocoprima. Perusahaan ini merupakan

perusahaan manufaktur, harus memperhatikan hal yang berkaitan dengan

penentuan harga jual untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain. Berdasarkan

hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa perbandingan total biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan dengan menggunakan metode target costing,

diketahui lebih efisien. Dengan penerapan target costing, perusahaan dapat

memperoleh penghematan biaya.

Malue (2013) melakukan penelitian dengan judul Analisis Penerapan

Target Costing Sebagai Pengendalian biaya produksi pada PT. Celebes Mina

Pratama. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa

perbandingan biaya menurut perusahaan dengan target costing menunjukkan

bahwa total drifting cost dari perusahaan, lebih besar dibandingkan dengan total

drifting cost dari target costing. Analisis ini menunjukkan bahwa penerapan

target costing pada PT. Celebes Mina Pratama lebih efisien jika dibandingkan

dengan yang dilakukan perusahaan selama ini, dimana dengan penerapan target

costing perusahaan dapat melakukan penghematan biaya.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Alise (2013) dengan judul

Analisis Perbandingan Harga Pokok Produksi Menggunakan Traditional Costing

dan Target Costing (studi kasus pada perusahaan manufaktur Kelom Geulis Sheny

Tasikmalaya). Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara harga pokok produksi menggunakan

perhitungan metode traditional costing dan metode target costing dan dapat

disimpulkan bahwa metode target costing menghasilkan harga pokok produksi

yang lebih efisien. Dengan menggunakan target costing perusahaan dapat

semaksimal mungkin agar biaya produksi dapat sesuai dengan targetnya.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode statistik

deskriptif. Menurut Sugiyono (2012) metode penelitian deskriptif adalah metode

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri atau lebih

(independen) tanpa membuat perbandingan atau menggabungkan antara variabel

satu dengan yang lain. Penelitian deskriptif juga adalah penelitian yang

menggambarkan mengenai bagaimana keadaan perusahaan tersebut sampai pada

data-data yang dibutuhkan untuk dapat menentukan harga jual produk dengan

tepat dengan rancangan penelitian yang digunakan dalam studi kasus. Pada

umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis. Adapun objek

penelitian adalah Peranan Analisis Metode Target Costing Dalam Penetapan

Harga Jual terhadap Efisiensi Biaya Produksi.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah mengenai aktifitas biaya-

biaya dan proses produksi di PT. Prysmian Cables Indonesia.

Sampel yang akan diambil penulis dalam penelitian ini adalah laporan

biaya-biaya dan proses produksi bulanan PT. Prysmian Cables Indonesia selama

periode tahun 2014 yang diperoleh dari informan yang mempunyai peran dalam

PT. Prysmian Cables Indonesia, terutama data mengenai biaya-biaya utama dalam

kegiatan produksi yang terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan

biaya overhead pabrik.

3.3 Defenisi Operasional dan Pengukuran

Pengertian variabel menurut Sugiyono (2008) adalah “sesuatu hal yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.” (hlm.31)

Operasionalisasi variabel diperlukan dalam menentukan jenis, indikator,

serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam suatu penelitian, sehingga

pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar.

1. Variabel Bebas / Independent (variabel X1)

Sugiyono (2008) mengemukakan bahwa,

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen).” (hlm.33)

Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang dapat

mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang

diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan

hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.

Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini ada dua, pertama (X1)

adalah target costing dan kedua (X2) adalah penetapan harga jual.

2. Variabel tergantung / Dependent (Variabel Y)

Variabel tergantung adalah variabel yang memberikan reaksi/respon jika

dihubungkan dengan variabel bebas. Menurut Sugiyono (2008),

“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.” (hlm.39)Dalam hal ini variabel terikatnya adalah efisiensi biaya produksi dengan

indikator jumlah dari biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya lain-lain.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan penelitian

untuk mempermudah kegiatannya. Instrumen yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

Data Primer, data primer adalah data yang diambil langsung oleh

peneliti, untuk penelitian ini didapat dari wawancara langsung

untuk memperoleh keterangan dari pihak perusahaan yang

berhubungan dengan gambaran perusahaan dan variabel penelitian

yaitu metode target costing, harga jual dan efsiensi biaya produksi,

serta hal lain yang dapat memperkuat hasil penelitian, sehubungan

dengan masalah yang diteliti yakni prosedur proses biaya produksi.

Data Sekunder

o Data ini diperoleh dari data yang sudah ada diperusahaan

dalam bentuk dokumen dan informasi lain terutama pada

informasi biaya yang terjadi dalam proses produksi yang

dapat membantu dalam menentukan berapa besar biaya

yang dibutuhkan dalam pembuatan produk, antara lain

adalah laporan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan

biaya overhead pabrik.

o Studi Kepustakaan, yaitu dengan membaca kembali

literature atau refrensi dari perpustakaan, yang ada

kaitannya dengan topik yang sedang diteliti.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data, penulis mengumpulkan data dengan

mengikuti prosedur pengumpulan data sebagai berikut:

o Surat ijin Fakultas Ekonomi Universitas Advent Indonesia

o Surat penerimaan ijin perusahaan PT. Prysmian Cables Indonesia

3.6 Pengolahan dan Analisa Data

Metode analisis data yang dilakukan oleh penulis adalah metode deskriptif

komparatif, yaitu suatu metode yang dilakukan dengan mengumpulkan,

mengklasifikasikan, serta menginterpretasikan data hasil pengolahan untuk

menggambarkan hasil penelitian dan membandingkan perbandingan teknis (data

sekunder) dengan keadaan yang sebenarnya pada perusahaan untuk kemudian

mengambil kesimpulan.

Menurut Kusuma dan Ayu Noorida Soerono (2008) teknik analisis data

yang digunakan dalam menerapkan target costing terdiri atas lima langkah.

Berikut ini langkah-langkah yang digunakan dalam pengimplementasian dengan

metode target costing yaitu:

Menentukan harga pasar

Menentukan laba yang diharapkan

Menghiting biaya target (target cost) pada harga pasar yang dikurangi

dengan laba yang diharapkan,

Menggunakan rekayasa nilai (value engineering) untuk mengidentifikasi

cara yang dapat menurunkan biaya produk, dan

Menggunakan kaizen costing dan pengendalian operasional untuk ters

menurunkan biaya.

Berdasarkan tahapan-tahapan diatas, untuk mendapatkan hasil dari penerapan

metode target csting terdapat dua metode untuk mengendalikan biaya-biaya pada

perusahaan yaitu pada tahap keempat dan kelima. Untuk kedua tahap tersebut

tidak diharuskan untuk menjalankan keduanya dalam satu perusahaan tergantung

keutuhan perusahaan, apakah perlu menerpakan keduanya atau salah satu diantara

dua metode pengendalian biaya tersebut.

Dari kedua metode pengendalian biaya tersebut berdasarkan objek penelitian

pada penelitian ini hanya metode rekayasa nila (value engineering) yang dapat

diterapkan, dan tidak memungkinkan untuk menggunakan metode kaizen costing

karena struktur organisasi dan proses perencanaan desain produk yang masih

sederhaana.

Rekayasa Nilai (Value Engineering)

Rekayasa nilai (value engineering) adalah evaluasi sistematis atas

desain engineering suatau proyek untuk mendapatkan bnilai yang paling

tinggi bagi setiap uang yang dikeluarkan dan mengkaji dan memikirkan

berbagai komponen kegiatan dalam kaitannya antara biaya terhadap

fungsinya dengan tujuan untuk mendapatkan penurunan biaya proyek

secara keseluruhan (Labombang: 2007)

3.7 Etika Penelitian

Dalam setiap penelitian penulis harus melakukan suatu etika yang

dinamakan etika penelitian. Penulis akan menjelaskan etika penelitian pada

penelitian ini sebagai berikut:

1. Penulis mendapatkan persetujuan dari Fakultas Ekonomi Universitas

Advent Indonesia untuk meneliti pada PT Prysmian Cables Indonesia.

2. Penulis mendapatkan Persetujuan dari PT Prysmian Cables Indonesia

untuk melakukan penelitian di perusahaan tersebut.

3. Segala penulisan dalam penelitian ini tidak hasil dari plagiat dan ditulis

sendiri oleh penulis.

4. Setiap kutipan dari orang lain akan penulis cantumkan nama berikut di

daftar pustaka untuk menghargai penulis yang dikutip.

Tabel 3.1Penelitian dan Analisis Data

Tahap penelitian Informasi yang diperolehTeknik

Pengumpulan Data

Jenis dan Sumber

DataIdentifikasi perusahaan tahap awal

Mengetahui bahwa PT. Prysmian belum menerepkan Target Costing, sehingga akan dilakukannya penelitian

Observasi dan

wawancara Primer

Mengumpulkan dan mengelompokkam data mengenai perusahaan.

Memperoleh data mengenai jumlah bahan baku, tenaga kerja dan juga overhead yang dibutuhkan untuk produksi barang

Observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan

Primer dan Sekunder

Menentukan target cost perusahaan

Memperoleh data mengenai target price dan target profit

Studi kepustakaan

Sekunder

Menentukan harga jual produk

Membandingkan harga jual produk dengan biaya menurut target costing

Studi kepustakaan

Sekunder

Menganilisis efisiensi biaya produksi

Membandingkan target cost dengan biaya aktual

Studi kepustakaan

Sekunder

Sumber: Penulis


Recommended