BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Era globalisasi perdagangan dimana tidak terdapat batasan antara
perusahaan di luar negeri dengan perusahaan di dalam negeri dalam
memperdagangkan hasil produksinya, membuat persaingan dalam dunia usaha
semakin keras dan ketat. Menghadapi persaingan usaha yang semakin keras,
perusahaan dituntut agar dapat memiliki kemampuan untuk tetap bertahan.
Kemampuan tersebut akan menjadi kekuatan perusahaan dalam menghadapi
persaingan usaha, apabila perusahaan mampu memanfaatkan secara maksimal
kemampuan tersebut.
Salah satu cara agar perusahaan tetap bertahan dalam persaingan usaha
yang semakin ketat ialah dengan efisiensi biaya. Efisiensi biaya yang dimaksud
adalah tindakan menurunkan jumlah biaya yang dianggap tidak diperlukan, baik
pada saat perusahaan melaksanakan produksi maupun pada saat tidak melakukan
produksi. Efisiensi biaya produksi perusahaan harus memperhatikan efektivitas
produksi perusahaan, dengan harapan diperoleh keseimbangan antara efisiensi dan
efektivitas produksi. Keseimbangan antara efisiensi dan efektivitas biaya produksi
menjadi penting karena efisiensi yang dilakukan terhadap biaya - biaya produksi
diharapkan agar tidak sampai mengganggu efektivitas produksi. Selain itu,
perusahaaan juga dituntut untuk menentukan harga jual yang terbaik yang dapat
dijangkau oleh pelanggan namun harga tersebut juga dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan.
Usaha yang dilakukan untuk mencapai harga yang diinginkan pelanggan
sekaligus memberikan keuntungan pada perusahaan tidak dapat menggunakan
metode tradisional. Hal ini dikarenakan metode tradisional penentuan harganya
dihitung dari biaya produksi yang terjadi ditambah laba yang diinginkan. Apabila
perusahaan tidak mampu mengendalikan biayanya, maka biaya produksi yang
timbul akan tinggi dan akan menyebabkan harga menjadi tinggi serta berakibat
pada beralihnya pelanggan pada produk yang dihasilkan oleh competitor.
Sehubungan dengan itu, maka dalam penentuan harga dibutuhkan metode yang
tepat agar perusahaan tetap bertahan dalam usahanya.
Cara terbaik bagi perusahaan agar laba dapat tercapai di tengah ketatnya
persaingan yaitu dengan mengurangi biaya. Perusahaan membutuhkan suatau alat
yang efektif untuk menekan biaya tanpa mengurangi lini produksinya bagi
konsumen. Target costing merupakan salah satu alat yang efektif untuk
mengurangi biaya. Metode ini juga membentuk manajemen dalam menentukan
produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dengan menggunakan target
costing, perusahaan menentukan biaya produk berdaarkan harga yang mampu
dibeli konsumen. Biaya yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit produk
tidak boleh melampaui harga pasar. Dengan demikian produk yang dihasilkan
akan mampu bersaing dan perusahaan dapat memperoleh laba yang diharapkan
(Himawan dan Pendaya 2005).
Target costing sendiri menurut Witjaksono (2006) mengemukakan bahwa
target costing adalah suatu sistem dimana penentuan harga pokok produk adalah
sesuai dengan yang diinginkan sebagai dasar penetapan harga jual produk yang
akan memperoleh laba yang diinginkan, atau penentuan harga pokok sesuai
dengan harga jual yang pelanggan rela membayarnya. Hansen Mowen (2006)
menggambarkan peran target perhitungan biaya menjadi salah satu alat khusus
yang berguna untuk mengurangi biaya. Target costing adalah suatu metode
penentuan biaya produk atau jasa berdasarkan harga (harga target) dimana
pelanggan bersedia membayarnya.
Target costing adalah suatu metode perhitungan biaya produk yang cara
perhitungannya secara mundur, yaitu dimulai dari menentukan harga jual yang
digunakan untuk menentukan biaya produk tersebut. Dengan menggunakan
Target Costing, perusahaan dapat menentukan biaya yang diinginkan.
PT. Prysmian adalah perusahaan manufaktur yang cukup berkembang dan
memiliki pesaing yang signifikan sebagaimana diketahui perusahaan yang
memproduksi kabel tersebut sudah menjadi bagian penting dalam menunjang
kebutuhan industry di berbagai Negara maju. PT. Prysmian Cables Indonesia
merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang beroperasi di Kawasan Industri
Indotaisei Blok G-1 Cikampek yang memiliki kantor pusat penjualan di Indonesia
tepatnya di Jakarta. Menurut pengamatan penulis, perusahaan ini masih
menggunakan metode tradisional, sehingga harga yang diterapkan dihitung
berdasarkan biaya produksi yang terjadi ditambah dengan laba yang digunakan
perusahaan tersebut. Oleh karena itu, agar perusahaan dapat bertahan dalam
persaingan, maka perusahaan harus dapat merumuskan besarnya biaya produksi
secara tepat agar penentuan harga jual tidak terlalu tinggi tanpa mengurangi laba
yang telah ditetapkan perusahaan yaitu dengan menerapkan strategi target costing.
Peneliti tertarik terhadap topik ini karena dengan menerapkan metode
target costing perusahaan dapat lebih mengontrol biaya dan menentukan biaya
produknya berdasarkan harga yang mampu dibeli konsumen.
Berdasarkan uraian diatas, maka judul skripsi ini adalah “PERANAN
ANALISIS METODE TARGET COSTING DALAM PENETAPAN
HARGA JUAL TERHADAP EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PT.
X”.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana penentuan harga jual pada PT. Prysmian Cables Indonesia?
2. Bagaimana peranan metode Target costing sebagai alat penentu efisiensi
biaya produksi pada PT. Prysmian Cables Indonesia?
3. Apakah target costing merupakan alternatif yang tepat agar perusahaan
dapat meningkatkan laba?
4. Bagaimana dampak yang terjadi pada laba perusahaan setelah
menggunakan target costing?
1.3 Tujan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian itu yaitu :
a. Mengetahui dan memahami penentuan harga jual di PT. Prysmian Cables
Indonesia?
b. Mengetahui dan memahami peranan target costing sebagai alat penentu
efisiensi biaya produksi PT. Prysmian Cables Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dan penulisan skripsi ini yaitu :
1. Bagi perusahaan
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi
yang berguna bagi pihak PT. Prysmian Cables Indonesia dalam
menerapkan target costing dalam upaya penentuan harga jual yang
disesuaikan dengan pengeluaran-pengeluaran biaya yang telah dikeluarkan
dalam produksi.
2. Bagi Akademik
Sebagai bahan referensi dalam penelitian selanjutnya yang ada
hubungannya dengan penelitian ini.
3. Bagi Penulis
Sebagai wadah untuk mengaplikasikan dan dapat memberikan manfaat
bagi penulis dengan memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam
mengenai target costing.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Biaya
2.1.1 Pengertian Biaya
Biaya merupakan salah satu faktor penting bagi perusahaan
dalam menjalankan kegiatan perusahaan. Perusahaan mengeluarkan biaya
jika perusahaan menggunakan sumberdaya tertentu untuk mencapai hasil
atau tujuan tertentu. Para ahli telah menjelaskan tentang pengertian biaya.
Mursyidi (2010) mengemukakan bahwa biaya adalah suatu
pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk
mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada
saat yang akan datang. Hansen dan Mowen (2006) mengemukakan bahwa
biaya adalah kas atau nilai ekuvalen kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini
atau di masa datang bagi organisasi. Selain itu Witjaksono (2006)
mengemukakan bahwa biaya adalah suatu pengorbanan sumber daya
untuk mencapai suatu tujuan tetentu. Dengan kata lain, biaya sebagai
satuan moneter atas pengorbanan barang dan jasa untuk memperoleh
manfaat di masa kini atau masa yang akan datang, dan biaya atau cost
adalah sama dengan pengorbanan sumber daya ekonomi (resources). Dari
defenisi tersebut dapat dijelaskan bahwa umumnya biaya terjadi karena
kegiatan-kegiatan yang menyebabkan pengeluaran kas yang berkaitan
dengan usaha untuk menghasilkan pendapatan.
2.1.2 Klasifikasi Biaya
Klasifikasi biaya berdasarkan fungsinya yaitu:
a. Biaya produksi adalah semua biaya dan sumber ekonomis yang
dikeluarkan selama proses produksi untuk menghasilkan suatu produk
dari bahan baku menjadi barang jadi. Mulyadi (2012) mengemukakan
bahwa biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah
bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
b. Biaya non produksi adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi
produksi yaitu perancangan, pengembangan, pemasaran, distribusi,
layanan pelanggan, dan administrasi umum.
2.1.3 Klasifikasi Biaya Berdasarkan Perilaku Biaya dalam Hubungannya
dengan Perubahan Volume Kegiatan
Berdasarkan hal ini biaya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Biaya variabel, yaitu biaya yang berubah secara sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
2. Biaya tetap, yaitu biaya yang jumlah totalnya tidak berubah dengan adanya
perubahan volume penjualan.
3. Baiaya semivariabel, yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah tidak
sebanding dengan volume penjualan.
2.1.4 Metode Biaya Tradisional
Merode biaya tradisional merupakan biaya yang kerap kali
digunakan oleh stetiap usaha kecil menengah ditengah keterbatasan pengetahuan
dari sumber daya manusia yang mengelola usaha tersebut mengenai metode-
metode biaya yang cocok digunakan untuk menjalankan aktifitas produksi
perusahaannya. Umumnya pada akuntansi biaya tradisonal perusahaan hanya
memperhitungkan biaya produksi ke dalam biaya produk saja, selain itu biaya
pemasaran serta administrasi dan umum tidak diperhitungkan ke dalam biaya
produk, namun diperlakukan sebagai biaya usaha dan dikurangkan langsung dari
laba bruto untuk menghitung laba bersih usaha.
Menurut Sidharta dan Yessica (2008) perhitungan biaya produksi
pada metode biaya tradisonal hanya membebankan biaya produksi pada produk.
Biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung dapat dibebankan ke
produk dengan menggunakan penelusuran langsung atau penelusuran penggerak
yang sangat akurat.
Begitupula disebutkan bahwa sistem biaya tadisional, pemicu biaya
yang digunakan hanya didasarka atas dasar unit saja atau disebut unit-level
activity drivers. Pemicu aktifitas dasar unit merupakan faktor-faktor yang
menyebabkan perubahan biaya ketika jumlah unit yang dihasilkan berubah.
Penggunaan pemicu biaya ini dalam membebankan biaya overhead tehadap
produk memberikan arti bahwa terjadinya biaya overhead mempunyai korelasi
yang sangat erat dengan jumlah unit yang diproduksi.
2.2 Target Costing
2.2.1 Definisi Target Costing
Menurut Wiguna dan Sormin (2007) target costing adalah
penentuan biaya yang diharapkan untuk suatu produk berdasarkan harga yang
kompetitif, sehingga produk tersebut akan dapat memperoleh laba yang
diharapkan. Suatu ilmu yang memastikan kalau produk baru akan menguntungkan
ketika dikeluarkan. Terdapat tiga lngkah utama, langkah pertama adalah
memperoleh harga jual produk yang ditargetkan dan profit margin yang
ditargetkan sehingga allowable cost dapat diperoleh. Tahap kedua adalah
achievable product-level target cost. Sedangkan tahap ketiga adalah menurunkan
target cost pada produk level ke level komponen sehingga harga pembelian
komponen dapat diperoleh, dan juga merupakan suatu filosofi atau pendekatan
harga dan manajemen biaya selama masa hidup produk. Target cost ditentukan
terlebih dahulu sebelum menciptakan produk.
Target costing digunakan selama tahap perencanaan dan menuntun
dalam pemilihan produk dan proses desain yang akan menghasilkan suatu produk
yang dapat diproduksi pada biaya yang diijinkan dan pada suatu tingkat laba yang
dapat diterima serta dapat memberikan perkiraan harga pasar produk, volume
penjualan, dan tingkat fungsionalis.
2.2.2 Tujuan Target Costing
Menurut Monden (1995) target costing mempunyai dua tujuan, yaitu:
1. Untuk mengurangi biaya produk baru agar tingkat keuntungan yang
dikehendaki dapat tercapai.
2. Untuk memotivasi seluruh karyawan perusahaan agar memperoleh
laba target pada saat pembangunan produk baru dengan menjalankan
metode target costing di seluruh aktivitas perusahaan.
2.2.3 Kegunaan Target Costing
Target costing mempertimbangkan faktor eksternal perusahaan
(pasar). Melalui analisis pasar dan pesaing dapat membantu manajemen dalam
merancang produk yang dibutuhkan konsumen dengan harga yang kompetitif.
Menurut Albano, Bird, Clifton, Townsend (2003), metode target costing
membantu perusahaan untuk:
a) Menjamin bahwa produk disesuaikan dengan kebutuhan konsumen
dengan lebih baik.
b) Menyesuaikan harga dari keistimewaan produk dengan kesediaan
konsumen untuk membayarnya.
c) Mengurangi siklus pengembangan poduk.
d) Mengurangi biaya produk secara signifikan.
e) Meningkatkan kerjasama antar departemen dalam perusahaan
berkaitan dengan penyusunan, pemasaran, perencanaan,
pengembangan, pembuatan, penjualan, pendistribusian, dan
penempatan produk.
f) Menggunakan konsumen dan pemasok untuk merancang produk yang
benara dan untuk mengintergrasikan seluruh rantai persediaan dengan
lebih efektif.
2.2.4 Prinsip-Prinsip Penerapan Target Costing
Menurut Witjaksono (2006) proses penerapan target costing
menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Harga menentukan biaya (Price Led Costing)
2) Fokus pada pelanggan
3) Fokus pada desain produk dan desain proses
4) Cross Functional Team
5) Melibatkan Rantai Nilai
6) Orientasi daur hidup produk
Selanjutnya keenam prinsip-prinsip penerapan biaya target (target
costing) tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Harga menentukan biaya (Price Led Costing)
Persaingan yang semakin ketat dan kompetitif membuat penetapan
harga jual produk bukan hal gampang. Harga jual kerap ditentukan
oleh pasar, sehingga harga pasar (market price) digunakan untuk
menentukan target biaya dengan formula berikut:
Target biaya = Harga pasar – Laba yang diinginkan
b. Fokus pada pelanggan
Kehendak atas kebutuhan pelanggan akan kualitas, biaya dan fungsi
(functionality) secara simultan terdapat dalam produk dan
dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan berkenan dengan desain
dan perhitungan harga pokok produk. Bagi pelanggan manfaat atas
fitur dan fungsi yang ditawarkan oleh produk harus lebih besar dari
biaya perolehnya (harga jual dan sisi pandang pengusaha)
c. Fokus pada desain produk dan desain proses
Pengendalian biaya ditekankan pada tahapan desain produk dan
tahapan desain proses produksi. Dengan demikian setiap perubahan
atau rekayasa harus dilakukan sebelum proses produksi, dengan tujuan
menekan biaya dan mengurangi waktu “time to market” terutama bagi
produk baru.
d. Cross Functional Team
Tim atau kelompok ini bertanggungjawab atas keseluruhan produk,
dimulai dari ide atau konsep produk hingga tahapan produksi penuh.
e. Melibatkan rantai nilai
Seluruh anggota yang terlibat dalam rantai nilai, dimulai dari pemasok
barang atau jasa, distributor, hingga pelanggan dilibatkan dalam proses
target costing.
f. Orientasi daur hidup produk
Meminimalkan biaya selama daur hidup produk, diantara harga, bahan
baku, biaya operasi, pemeliharaan, dan biaya distribusi.
2.2.5 Karakteristik Target Costing
Menurut Supriyono (1997) karakteristik target costing adalah
sebagai berikut:
1. Target costing diterapkan dalam tahap pengembangan dan
perancangan serta costing ini berbeda dari sistem pengendalian biaya
standar yang diterapkan dalam tahp produksi.
2. Target costing bukan merupakan metode manajemen untuk
pengendalian biaya dalam pemikiran tradisional, namun salah satu
tujuannya adalah untuk mengurangi biaya.
3. Dalam proses penentuan biaya target, banyak metode ilmu manajemen
digunakan, sebab tujuan manajerial penentuan biaya target meliputi
teknik-teknik pengembangan dan perancangan produk.
4. Kerjasama banyak departemen diperlukan dalam melaksanakan target
costing.
2.2.6 Kendala Menerapkan Target Costing
Berikut ini adalah kendala yang kerap dikeluhkan oleh perusahaan
yang mencoba menerapkan target costing:
a) Konflik antar kelompok dan atau anggota kelompok.
b) Karyawan yang mengalami burnout karena tuntutan target penyelesaian
pekerjaan.
c) Target waktu penyelesaian yang terpaksa ditambah
d) Sulitnya melakukan pengaturan atas berbagai faktor penentu keberhasilan
target costing.
2.2.7 Perbedaan Standar Costing dan Target Costing
Standar costing dan target costing memang berhubungan dan
mempunyai kesamaan satu sama lain. Namun, ternyata terdapat perbedaan yang
amat mendasar. Standar costing adalah kalkulasi biaya yang membebankan objek
biaya berdasarkan estimasi yang beralasan dan melalui tarif yang dianggarkan
sesuai dengan biaya sesungguhnya. Standar costing dapat dibentuk tanpa ada
campur tangan pihak eksternal, hanya berdasarkan pihak internal perusahaan saja.
Dalam menentukan target costing, perusahaan harus memperhatikan analisis
internal dan eksternal perusahaan.
Target costing secara konseptual berbeda dengan standar costing.
Standar costing memiliki tujuan meminimalkan perbedaan antara biaya yang
dibebankan dan biaya sesungguhnya pada tahap produksi. Pada target costing
selain meminimalkan perbedaan biaya sesungguhnya dengan yang dibebankan,
perusahaan juga harus mempertimbangkan berbagai sudut pasar yang terdiri dari
konsumen dan pesaing dalam rangka pengendalian biaya dan memenuhi laba yang
diinginkan.
2.3 Harga Jual
2.3.1 Defenisi Harga jual
Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang)
yang dibutuhkan untuk melaporkan sejumlah kombinasi barang atau jasa.
Perusahaan selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut
laku terjual dan boleh memperoleh laba yang maksimal. Hansen dan Mowen
(2001) mendefinisikan harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh
suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual
atau diserahkan. Menurut Mulyadi (2001) pada prinsipnya harga jual harus dapat
menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar.
Sriyadi (2001) menyatakan bahwa harga jual adalah nilai tukar
suatu barang atau jasa, yaitu jumlah uang yang pembeli bayarkan kepada penjual
untuk suatu barang tertentu. Fandi Tjiptono (2004) menyatakan harga jual adalah
satuan moneter atau ukuran lainya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang
ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau
jasa yang akan berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan.
Dari definisi dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah
biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa
ditambah dengan persentase laba yang diingikan perusahaan. Salah satu cara yang
dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga
yang tepat untuk produk yang akan dijual yaitu harga yang sesuai dengan kualitas
produk suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada
konsumen.
2.3.2 Tujuan Penetapan Harga Jual
Penjual barang dalam menetapkan harga dapat mempunyai tujuan
yang berbeda satu sama lain antar penjual maupun antar barang yang satu dengan
yang lain. Tujuan penetapan harga menurut Harini (2008) adalah sebagai berikut:
1. Penetapan harga untuk mencapai penghasilan atas investasi.
2. Penetapan harga untuk kestabilan harga. Usaha pengendalian harga
diarahkan terutama untuk mencegah terjadinya perang harga, khususnya
bila menghadapi permintaan yang sedang menurun.
3. Penetapan harga untuk mempertahankan atau meningkatkan bagiannya
dalam pasar. Apabila perusahaan mendapatkan bagian pasar dengan luas
tertentu, maka ia harus berusaha mempertahankannya atau justru
mengembangkannya.
4. Penetapan harga untuk menghadapi atau mencegah persaingan.
5. Penetapan harga untuk memaksimalkan laba.
Menurut Tjiptono (2002) tujuan penetapan harga adalah:
1. Berorientasi laba yaitu bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang
dapat menghasilkan laba yang paling tinggi.
2. Berorientasi pada volume yaitu penetapan harga kepada volume tertentu
3. Berorientasi pada citra (image) yaitu bahwa image perusahaan dapat
dibentuk melalui harga.
4. Stabilisasi harga yaitu penetapan harga yang bertujuan untuk
mempertahankan hubungan yang stabil antara harga perusahaan dengan
harga pemimpin pasar (market leader)
5. Tujuan lainnya yaitu menetapkan harga dengan tujuan mencegah
masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas konsumen, mendukung
penjualan ulang atau menghindari campur tangan pemerintah.
2.3.3 Sasaran Penetapan Harga Jual
Para pemasar berusaha untuk mencapai sasaran tertentu melalui
komponen-komponen penetapan harga. Beberapa perusahaan mencoba untuk
meningkatkan keuntungan dengan menetapkan harga rendah untuk menarik
bisnis baru. Menurut Boone dan Kurtz (2002) ada empat kategori dasar atau
sasaran penetapan harga, yaitu:
1. Sasaran Profitabilitas
Sebagian besar perusahaan mengejar sejumlah sasaran profitabilitas
dalam strategi penetapan harganya. Para pemasar mengerti bahwa laba
diperoleh dari selisih pendapatan dan beban. Dan juga pendapatan
merupakan harga jual dikalikan dengan jumlah yang terjual. Berbagai
teori ekonomi mendasari prinsip maksimalisasi keuntungan (profit
maximization). Akan tetapi pada kenyatannya prinsip ini masih sulit
diterapkan. Maka banyak perusahaan beralih pada sasaran
profittabilitas yang lebih sederhana, yaitu Target Return Goal, dimana
perusahaan menetapkan harga dengan tingkat profitabilitas yang
diinginkan sebagai pengembalian financial atas penjualan ataupun
investasi.
2. Sasaran volume
Pendekatan yang lain dalam strategi penetapan harga disebut
maksimalisasi penjualan (sales maximization), para manajer
menetapkan tingkat minimum profitabilitas yang dapat diterima dan
kemudian menetapkan harga yang akan menghasilkan volume
penjualan tertinggi tanpa menyebabkan laba turun dibawah level itu.
Strategi ini memandang ekspansi penjualan sebagai suatu prioritas
yang lebih penting bagi posisi persaingan jangka panjang perusahaan
daripada laba jangka pendek.
3. Tingkat kompetisi
Sasaran penetapan harga ini hanyalah untuk menyamakan harga
dengan pesaing. Jadi perusahaan berusaha untuk menghindari perang
harga dengan tidak menekankan elemen harga dari bauran pemasaran
dan menambah nilai, meningkatkan kualitas, mendidik konsumen, dan
menciptakan hubungan.
4. Sasaran Prestise
Pengaruh harga pada prestise membuat sebuah harga menjadi relatif
tinggi untuk mengembangkan dan menjaga sebuah citra dari kualitas
dan eksklusivitas. Para pemasar menetapkan sasaran tersebut karena
mereka mengakui peran harga dalam mengkomunikasikan citra suatu
perusahaan dan produk-produknya.
2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual
Harga dari suatu produk atau jasa adalah hasil dan interaksi antara
permintaan atas produk atau jasa dengan penawarannya. Oleh karena itu
penetapan harga jual perusahaan diharapkan mampu mengenai sasarannya dengan
tepat. Menurut Hilton (2006) ada empat faktor yang mempengaruhi penetapan
harga jual, yaitu:
1) Konsumen
Konsumen memegang peranan yang paling penting dalam menentukan
harga jual. Hal ini dikarenakan apabila harga yang ditentukan terlalu tinggi
maka dapat berakibat pada penolakan konsumen terhadap suatu produk
atau jasa yang ditawarkan perusahaan ke produk atau jasa yang serupa
yang lebih kompetitif.
2) Pesaing
Hampir tidak ada perubahan yang beroperasi dalam keadaan tanpa
persaingan. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk selalu mencermati
tindakan yang dilakukan oleh pesaingnya. Tindakan yang dilakukan oleh
pesaing harus diperhitungkan secara matang karena produk alternative
atau produk subtitusi dari pesaing dapat mempengaruhi tingkat permintaan
dan memaksa suatu bisnis untuk menurunkan harga jualnya.
3) Biaya
Biaya dalam memproduksi suatu produk sangat mempengaruhi penetapan
harga. Manajer harus mempertimbangkan biaya yang diperlukan dengan
cermat dalam semua fungsi-fungsi terkait diperusahaan untuk keputusan
penetapan harga. Semakin rendah biaya atas harga, maka akan semakin
banyak produk perusahaan yang tersedia untuk ditawarkan.
4) Politik, hokum, dan lainnya yang berkaitan dengan citra
Hukum pada umumnya melarang perusahaan untuk mendeskriminasikan
penetan harga atau pelanggan. Perusahaan harus memperhatikan hukum
yang berlaku di setiap wilayah pemasaran. Pertimbangan politik
merupakan sesuatu yang sangat relevan untuk keputusan penetapan harga.
5) Elastisitas permintaan (elasticity demand)
Elastisitas permintaan yaitu bila penjual ingin menaikan volume
penjualannya sedangkan kurva permintaan untuk produk tersebut adalah
elastis, maka cukup menurunkan harga sedikit dan memperoleh kenaikan
volume yang lebih besar.
Jika perusahaan dalam suatu industri dirasakan oleh masyarakat
mendapatkan keuntungan yang besar secara tidak wajar, maka mungkin
akan terjadi tekanan politis oleh pemerintah dalam hal penetapan pajak
yang berbeda atas laba yang diperoleh perusahaan atau dengan segala
harga jual perusahaan tersebut. Perusahaan juga harus mempertimbangkan
citra mereka di masyarakat dalam proses penetapan harga.
2.3.5 Strategi Penentuan Harga Jual
Harga yang ditentukan untuk sebuah produk akan mempengaruhi
pendapatan perusahaan dan pada akhirnya tingkat laba. Perusahaan menentukan
harga jual produknya dengan tiga dasar pertimbangan yaitu biaya produksi, suplai
persediaan, dan harga persaingan.
a. Penentuan harga berdasarkan biaya produksi
Pada strategi ini, perusahaan menentukan harga untuk sebuah produk
dengan mengestimasi biaya per unit untuk memproduksi produk tersebut
dan menambahkan suatu kenaikan. Jika metode ini digunakan perusahaan
harus mencatat semua biaya yang melengkapi produksi sebuah produk dan
diupayakan agar harga tersebut dapat menutupi semua biaya tersebut.
Sebuah strategi harga harus menghitung skala ekonomis. Bagi produk atau
jasa yang berada di dalam skala ekonomis, harga harus cukup rendah agar
dapat mencapai volume tingkat penjualan yang tinggi sehingga biaya
produksi mengalami penurunan.
b. Penentuan harga berdasarkan suplai persediaan
Pada umumnya perusahaan cenderung menurunkan harga jika mereka
harus mengurangi persediaan.
c. Penentuan harga berdasarkan harga pesaing
Penentuan harga berdasarkan harga pesaing dibagi atas tiga yaitu:
Penentuan harga penetrasi, dimana perusahaan menentukan harga
yang lebih rendah dari harga pesaing agar dapat menembus pasar.
Keberhasilan penentuan harga penetrasi tergantung pada seberapa
besar tanggapan konsumen terhadap penurunan harga dan juga
perusahaan tidak perlu menggunakan strategi ini bila produknya
tidak elastis terhadap harga karena kebanyakan konsumen tidak
akan beralih ke produk pesaing untuk mengambil keuntungan dari
harga yang lebih rendah.
Penentuan harga defensive, dimana perusahaan menurunkan harga
produk untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Selain itu
beberapa perusahaan juga menurunkan harga untuk menyerang
pesaing baru yang masuk ke dalam pasar, disebut dengan biaya
predatori.
Penentuan harga prestise, ditentukan dengan tujuan untuk
memberikan kesan lini terbaik bagi produk perusahaan. Perusahaan
yang memiliki diverifikasi bauran produk akan menggunakan
strategi penetrasi harga pada beberapa produk dan penentuan harga
prestise untuk produk lainnya.
2.3.6 Alternatif Strategi Penetapan Harga
Banyak strategi-strategi khusus yang digunakan oleh perusahaan untuk
menentukan harga barang dan jasa, yang berasal dari strategi pemasaran yang
mereka rumuskan untuk mencapai keseluruhan sasaran organisasi. Menurut
Sukirno (2006) ada enam strategi penetapan harga:
a) Penetapan Harga Kompetitif
Hal ini berlaku pada pasar dimana terdapat produsen atau penjual. Dalam
pasar seperti ini untuk menjual barangnya, perusahaan harus menetapkan
harga pada tingkat yang bersamaan dengan barang yang sejenis yang
diharapkan.
b) Menentukan Harga Terobosan
Cara ini sering dipakai ketika menghancurkan barang baru yang
menetapkan harga pada tingkat yang rendah atau murah dengan harapan
dapat memaksimalkan volume penjualan.
c) Menetapkan Harga berdasarkan Permintaan
Penentuan harga barang ini terutama dipraktekkan oleh perusahaan jasa
seperti pengangkutan Kereta Api, Jasa Penerbangan, Restoran dan
Bioskop. Perusahaan Kereta Api misalnya, menawarkan tiket murah untuk
orang yang selalu berpergian bagi pelajar dan orangtua yang sudah
pensiun.
d) Kepemimpinan Harga
Penentua harga seperti ini berlaku dalam pasar barang yang bersifat
oligopoli yang merupakan struktur pasar, dimana terdapat perusahaan
yang dominan yang mempunyai persaingan yang lebih kukuh daripada
perusahaan lainnya.
e) Menjual Barang berkualitas dengan Harga Rendah
Kebijakan ini dapat dilakukan oleh perusahaan industri. Manufaktur atau
Hypermarket seperti Makro dan Carrefour. Strategi penentuan harga
mereka lebih menekankan kepada peningkatan volume barang yang terjual
dan bukan memperoleh keuntungan yang tinggi.
f) Kebijakan Harga Tinggi Jangka Pendek
Kebijakan Harga (Price skimming) adalah cara untuk menetapkan harga
tinggi yang bersifat sementara, yaitu pada waktu barang yang dihasilkan
mulai dipasarkan. Pada periode itu, perusahaan belum menghadapi
persaingan dan akan menetapkan harga yang tinggi supaya pengembalian
modal dapat dipercepat.
2.4 Efisiensi Biaya Produksi
2.4.1 Biaya Produksi
Sutrisno (2008) mengemukakan bahwa biaya produksi
adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk
selesai. Sedangkan menurut Sukirno (2013) mengatakan bahwa: “Biaya produksi
dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan
untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan
digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan
tersebut.” (hlm.208)
Munawir (2002) mengungkapkan bahwa biaya produksi (productin cost) adalah
biaya-biaya yang berkaitan dengan pengolahan (manufacture) atau mengubah
bahan baku menjadi barang yang siap jual atau dikonsumsi, maupun biaya
pelaksanaan atau pemberian jasa/pelayanan. Menurut Muqodim (2005)
mengatakan bahwa, biaya adalah aliran keluar atau penggunaan aktiva, atau
terjadinya utang (atau kombinasi diantara keduanya) dari penyerahan atau
produksi barang, penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan utama suatu
perusahaan.
2.4.2 Unsur-Unsur Biaya Produksi
Menurut Raiborn dan Kinney (2011), unsur-unsur biaya produksi
dapat dibagi menjadi tiga komponen, yaitu: “Biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja, dan biaya overhead produksi.” (hlm.48)
Dari ketiga unsur-unsur biaya produksi diatas dijelaskan sebagai berikut:
1. Biaya Bahan Baku
Di dalam perusahaan manufaktur terdapat biaya bahan baku, agar proses
produksi dapat berjalan dengan baik. Menurut Raiborn dan Kinney (2011)
dikatakan bahwa bahan baku langsung adalah:
“Segala bagian dari sebuah produk yang siap dan dapat diidentifikasikan. Secara teoretis, biaya bahan baku harus memasukkan seluruh biaya bahan baku yang digunakan untuk memproduksi sebuah produk atau kinerja sebuah jasa.” (hlm.50)
Sedangkan menurut Mulyadi (2007) menjelaskan bahwa:
“Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian tubuh wanita menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor, atau dari pengolahan sendiri.” (hlm.275)
Transaksi pembelian bahan baku melibatkan bagian-bagian produksi,
gudang, pembelian, penerimaan barang dan asuransi. Menurut Mulyadi
(2007) dikatakan bahwa: “Dokumen sumber dan dokumen pendukung
yang dibuat dalam transaksi pembelian lokal bahan baku, terdiri dari :
1. Prosedur permintaan pembelian bahan baku
2. Prosedur order pembelian
3. Prosedur penerimaan barang
4. Prosedur pencatatan penerimaan barang di gudang, dan
5. Prosedur pencatatan utang.” (hlm.276)
Jadi yang dimaksud dengan biaya bahan baku ini adalah biaya yang
dikeluarkan untuk perusahaan sebagai akibat pembelian bahan baku dan biaya
lain-lain yang berkaitan dengan bahan baku.
2. Biaya Tenaga Kerja
Istilah biaya tenaga kerja langsung digunakan untuk biaya tenaga kerja
yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi. Tenaga kerja langsung
biasanya disebut juga touch labor karena tenaga kerja langsung melakukan kerja
tangan atas produk pada saat produksi.
Menurut Mulyadi (2007) Biaya Tenaga Kerja langsung merupakan:
“Usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut.” (hlm.319)
Dalam industry modern saat ini telah terjadi perubahan yang besar dalam
struktur tenaga kerja. Peralatan otomatis yang canggih yang dijalankan dan
diawasi oleh tenaga kerja tidak langsung yang ahli mulai menggantikan peran
tenaga kerja langsung. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan dalam biaya
tenaga kerja peran karyawan dalam proses produksi dan biaya yang dibebankan
kepada karyawan perusahaan sesuai dengan total jam kerja tiap karyawan dan
biaya tenaga kerja ini juga dilakukan berdasarkan penggolongan-penggolongan
diatas.
3. Biaya Overhead Pabrik
Menurut Carter (2009) mengatakan,
“Biaya overhead pabrik pada umumnya di definisikan sebagai bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan semua biaya pabrik lainnya yang tidak dapat dengan mudah diidentifikasikan dengan atau dibebankan langsung ke pesanan, produk, atau objek objek biaya lain tertentu.” (hlm.438)
Sedangkan menurut Mulyadi (2007) dikatakan, “Biaya overhead pabrik
dapat digolongkan dengan tiga cara penggolongan:
1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya.
2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan
departemen.” (hlm.193-194)
Dari penjelasan di atas maka penulis menyimpulkan biaya overhead pabrik
merupakan unsur-unsur dari biaya produksi yang tidak terlihat dari hasil produk
jadi, namun biaya overhead termasuk bagian yang penting dalam proses produksi.
2.5 Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi
sebagai masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting
dalam penelitian ini adalah penerepan metode target coting dapat menekan biaya
produksi dan memaksimalkan laba.
Berdasarkan uraian diatas, gambar menyeluruh penelitian ini yang
mengangkat penelitian mengenai penerapan metode target costing dalam upaya
pengurangan biaya produksi untuk peningkatan laba perusahaan. Berikut
merupakan gambaran kerangka pemikiran dari penelitian ini:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
Efisiensi Biaya Produksi
Penetapan Harga Jual
Metode Target Costing
Sumber: Penulis
2.5.1 Peranan Target Costing Terhadap Harga Jual
Menurut Witjaksono (2006) target costing merupakan suatu sistem
dimana penentuan harag pokok produk adalah sesuai dengan yang diinginkan
sebagai dasar penetapan harga jual produk yang akan memperoleh laba yang
diinginkan, atau penentuan harga pokok sesuai dengan harga jual yang pelanggan
rela membayarnya. Salah satu hal yang menyangkut dengan target costing adalah
berkaitan dengan masalah penentuan harga jual. Hal ini perlu diterapkan pada
perusahaan karena menyangkut seberapa besar biaya-biaya produksi telah
dikeluarkan disesuaikan dengan harga jual untuk suatu produk.
Penetapan harga dalam target costing menurut Aprianty (2010)
menyatakan bahwa perusahaan mempunyai 2 pilihan dalam menurunkan biaya
sampai pada level target biaya (target cost) yaitu:
Mengintergrasikan teknologi pemanufakturan baru mrenggunakan teknik-
teknik manajemen biaya yang canggih dan mencari produktivitas yang
tinggi melalui perbaikan organisasi dan hubungan tenaga kerja, sehingga
perusahaan dapat menurunkan biaya
Melakukan desain ulang terhadap produk atau jasa yang dihasilkan,
sehingga perusahaan dapat menentukan biaya sampai level target biaya.
Penelitian ini sebelumnya pernah dilakukan oleh Himawan (2009)
melakukan penelitian dengan judul Analisis Penerapan Target Costing
Dalam Penatapan Harga Bandwidth Dedicated Untuk Mengomptimalkan
Perencanaan Laba (Studi kasus pada PT. Generasi Indonesia Digital).
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
metode target costing melalui proses efisiensi biaya untuk produk
bandwidth dedicated pada PT Generasi Indonesia Digital dapat dilakukan.
Mulai dari menganalisa proses produksi, dilanjutkan dengan menganalisa
harga pasar, pada tahapan ini dilakukan perbandingan antara harga GEN-
ID dengan harga pesaing, perbedaan harga berkisar antara 2,5% sampai
15% harga yang dimiliki GEN-ID ada pada rata-rata.
Pentapan harga jual pada PT Prysmian Cables Indonesia ini terlalu
memperhatikan biaya, sehingga melupakan faktor-faktor lain diluar
produksi. Jika hal-hal tersebut tidak diperhatikan dengan baik, maka
keuntungan yang dihasilkan pada suatu usaha tidak akan maksimal.
Penetapan harga jual yang tidak tepat dapat berakibat fatal bagi suatu
usaha. Harga jual yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kehilangan
bisnis dan penetapan harga jual yang terlalu rendah juga dapat
mengakibatkan kerugian bagi suatu usaha.
Dalam menggunakan target costing dapat membantu perusahaan
dalam menentukan harga jual yang sesuai dengan spesifikasi produk,
tingkat laba yang diinginkan dan harga jual produk pesaing. Sehingga
harga jual yang ditetapkan pada produk tidak akan terlampau tinggi dan
perusahaan dapat menjaga kestabilan harga jual produknya agar tetap
dapat bersaing.
2.5.2 Peranan Target Costing Terhadap Efisiensi Biaya Produksi
Sutrisno (2008) mengemukakan bahwa biaya produksi adalah
biaya yang dikeluarkan untuk mrngolah bahan baku menjadi produk selesai.
Menurut Macariello dan Kirby (1994) ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh
dari target costing, antara lain:
Menyediakan informasi yang lengkap mengenai biaya produk yang baru,
sehingga memudahkan badan usaha untuk melakukan pemilihan dalam
penggunaaan material, desain produk dan proses manufaktur.
Mengurangi pengembangan siklus hidup produk yaitu biaya yang
ditentukan pada saat bersamaan dengan perancangan produk.
Menyediakan pemahaman yang lebih mendalam mengenai biaya produksi,
cara untuk mengeliminasi, mengurangi aktivitas yang tidak memberikan
nilai tambah, meningkatkan kualitas, menyederhanakan proses
menentukan cost driver.
Peranan target costing dapat membantu manajemen dalam berbagai
kegiatan produksi untuk mencapai suatu biaya tertentu, sehingga dapat
meningkatkan efisiensi biaya produksi. Menurut Atkinson, Banker, Kaplan dan
Young (2001) efisiensi ditentukan bersamaan oleh proses desain dan bagaimana
proses beroperasi setiap hari.
Adapun penelitian yang mendasari penelitian ini antara lain penelitian dari
Gerungan (2013) tentang Pendekatan Target Costing sebagai Alat Penilaian
Efisiensi Produksi Pada PT. Tropica Cocoprima. Perusahaan ini merupakan
perusahaan manufaktur, harus memperhatikan hal yang berkaitan dengan
penentuan harga jual untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain. Berdasarkan
hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa perbandingan total biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan dengan menggunakan metode target costing,
diketahui lebih efisien. Dengan penerapan target costing, perusahaan dapat
memperoleh penghematan biaya.
Malue (2013) melakukan penelitian dengan judul Analisis Penerapan
Target Costing Sebagai Pengendalian biaya produksi pada PT. Celebes Mina
Pratama. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa
perbandingan biaya menurut perusahaan dengan target costing menunjukkan
bahwa total drifting cost dari perusahaan, lebih besar dibandingkan dengan total
drifting cost dari target costing. Analisis ini menunjukkan bahwa penerapan
target costing pada PT. Celebes Mina Pratama lebih efisien jika dibandingkan
dengan yang dilakukan perusahaan selama ini, dimana dengan penerapan target
costing perusahaan dapat melakukan penghematan biaya.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Alise (2013) dengan judul
Analisis Perbandingan Harga Pokok Produksi Menggunakan Traditional Costing
dan Target Costing (studi kasus pada perusahaan manufaktur Kelom Geulis Sheny
Tasikmalaya). Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara harga pokok produksi menggunakan
perhitungan metode traditional costing dan metode target costing dan dapat
disimpulkan bahwa metode target costing menghasilkan harga pokok produksi
yang lebih efisien. Dengan menggunakan target costing perusahaan dapat
semaksimal mungkin agar biaya produksi dapat sesuai dengan targetnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode statistik
deskriptif. Menurut Sugiyono (2012) metode penelitian deskriptif adalah metode
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan atau menggabungkan antara variabel
satu dengan yang lain. Penelitian deskriptif juga adalah penelitian yang
menggambarkan mengenai bagaimana keadaan perusahaan tersebut sampai pada
data-data yang dibutuhkan untuk dapat menentukan harga jual produk dengan
tepat dengan rancangan penelitian yang digunakan dalam studi kasus. Pada
umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis. Adapun objek
penelitian adalah Peranan Analisis Metode Target Costing Dalam Penetapan
Harga Jual terhadap Efisiensi Biaya Produksi.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah mengenai aktifitas biaya-
biaya dan proses produksi di PT. Prysmian Cables Indonesia.
Sampel yang akan diambil penulis dalam penelitian ini adalah laporan
biaya-biaya dan proses produksi bulanan PT. Prysmian Cables Indonesia selama
periode tahun 2014 yang diperoleh dari informan yang mempunyai peran dalam
PT. Prysmian Cables Indonesia, terutama data mengenai biaya-biaya utama dalam
kegiatan produksi yang terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik.
3.3 Defenisi Operasional dan Pengukuran
Pengertian variabel menurut Sugiyono (2008) adalah “sesuatu hal yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.” (hlm.31)
Operasionalisasi variabel diperlukan dalam menentukan jenis, indikator,
serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam suatu penelitian, sehingga
pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar.
1. Variabel Bebas / Independent (variabel X1)
Sugiyono (2008) mengemukakan bahwa,
“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen).” (hlm.33)
Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang dapat
mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang
diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan
hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.
Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini ada dua, pertama (X1)
adalah target costing dan kedua (X2) adalah penetapan harga jual.
2. Variabel tergantung / Dependent (Variabel Y)
Variabel tergantung adalah variabel yang memberikan reaksi/respon jika
dihubungkan dengan variabel bebas. Menurut Sugiyono (2008),
“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.” (hlm.39)Dalam hal ini variabel terikatnya adalah efisiensi biaya produksi dengan
indikator jumlah dari biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya lain-lain.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan penelitian
untuk mempermudah kegiatannya. Instrumen yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
Data Primer, data primer adalah data yang diambil langsung oleh
peneliti, untuk penelitian ini didapat dari wawancara langsung
untuk memperoleh keterangan dari pihak perusahaan yang
berhubungan dengan gambaran perusahaan dan variabel penelitian
yaitu metode target costing, harga jual dan efsiensi biaya produksi,
serta hal lain yang dapat memperkuat hasil penelitian, sehubungan
dengan masalah yang diteliti yakni prosedur proses biaya produksi.
Data Sekunder
o Data ini diperoleh dari data yang sudah ada diperusahaan
dalam bentuk dokumen dan informasi lain terutama pada
informasi biaya yang terjadi dalam proses produksi yang
dapat membantu dalam menentukan berapa besar biaya
yang dibutuhkan dalam pembuatan produk, antara lain
adalah laporan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik.
o Studi Kepustakaan, yaitu dengan membaca kembali
literature atau refrensi dari perpustakaan, yang ada
kaitannya dengan topik yang sedang diteliti.
3.5 Prosedur Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data, penulis mengumpulkan data dengan
mengikuti prosedur pengumpulan data sebagai berikut:
o Surat ijin Fakultas Ekonomi Universitas Advent Indonesia
o Surat penerimaan ijin perusahaan PT. Prysmian Cables Indonesia
3.6 Pengolahan dan Analisa Data
Metode analisis data yang dilakukan oleh penulis adalah metode deskriptif
komparatif, yaitu suatu metode yang dilakukan dengan mengumpulkan,
mengklasifikasikan, serta menginterpretasikan data hasil pengolahan untuk
menggambarkan hasil penelitian dan membandingkan perbandingan teknis (data
sekunder) dengan keadaan yang sebenarnya pada perusahaan untuk kemudian
mengambil kesimpulan.
Menurut Kusuma dan Ayu Noorida Soerono (2008) teknik analisis data
yang digunakan dalam menerapkan target costing terdiri atas lima langkah.
Berikut ini langkah-langkah yang digunakan dalam pengimplementasian dengan
metode target costing yaitu:
Menentukan harga pasar
Menentukan laba yang diharapkan
Menghiting biaya target (target cost) pada harga pasar yang dikurangi
dengan laba yang diharapkan,
Menggunakan rekayasa nilai (value engineering) untuk mengidentifikasi
cara yang dapat menurunkan biaya produk, dan
Menggunakan kaizen costing dan pengendalian operasional untuk ters
menurunkan biaya.
Berdasarkan tahapan-tahapan diatas, untuk mendapatkan hasil dari penerapan
metode target csting terdapat dua metode untuk mengendalikan biaya-biaya pada
perusahaan yaitu pada tahap keempat dan kelima. Untuk kedua tahap tersebut
tidak diharuskan untuk menjalankan keduanya dalam satu perusahaan tergantung
keutuhan perusahaan, apakah perlu menerpakan keduanya atau salah satu diantara
dua metode pengendalian biaya tersebut.
Dari kedua metode pengendalian biaya tersebut berdasarkan objek penelitian
pada penelitian ini hanya metode rekayasa nila (value engineering) yang dapat
diterapkan, dan tidak memungkinkan untuk menggunakan metode kaizen costing
karena struktur organisasi dan proses perencanaan desain produk yang masih
sederhaana.
Rekayasa Nilai (Value Engineering)
Rekayasa nilai (value engineering) adalah evaluasi sistematis atas
desain engineering suatau proyek untuk mendapatkan bnilai yang paling
tinggi bagi setiap uang yang dikeluarkan dan mengkaji dan memikirkan
berbagai komponen kegiatan dalam kaitannya antara biaya terhadap
fungsinya dengan tujuan untuk mendapatkan penurunan biaya proyek
secara keseluruhan (Labombang: 2007)
3.7 Etika Penelitian
Dalam setiap penelitian penulis harus melakukan suatu etika yang
dinamakan etika penelitian. Penulis akan menjelaskan etika penelitian pada
penelitian ini sebagai berikut:
1. Penulis mendapatkan persetujuan dari Fakultas Ekonomi Universitas
Advent Indonesia untuk meneliti pada PT Prysmian Cables Indonesia.
2. Penulis mendapatkan Persetujuan dari PT Prysmian Cables Indonesia
untuk melakukan penelitian di perusahaan tersebut.
3. Segala penulisan dalam penelitian ini tidak hasil dari plagiat dan ditulis
sendiri oleh penulis.
4. Setiap kutipan dari orang lain akan penulis cantumkan nama berikut di
daftar pustaka untuk menghargai penulis yang dikutip.
Tabel 3.1Penelitian dan Analisis Data
Tahap penelitian Informasi yang diperolehTeknik
Pengumpulan Data
Jenis dan Sumber
DataIdentifikasi perusahaan tahap awal
Mengetahui bahwa PT. Prysmian belum menerepkan Target Costing, sehingga akan dilakukannya penelitian
Observasi dan
wawancara Primer
Mengumpulkan dan mengelompokkam data mengenai perusahaan.
Memperoleh data mengenai jumlah bahan baku, tenaga kerja dan juga overhead yang dibutuhkan untuk produksi barang
Observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan
Primer dan Sekunder
Menentukan target cost perusahaan
Memperoleh data mengenai target price dan target profit
Studi kepustakaan
Sekunder
Menentukan harga jual produk
Membandingkan harga jual produk dengan biaya menurut target costing
Studi kepustakaan
Sekunder
Menganilisis efisiensi biaya produksi
Membandingkan target cost dengan biaya aktual
Studi kepustakaan
Sekunder
Sumber: Penulis