Date post: | 30-Nov-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | independent |
View: | 1 times |
Download: | 0 times |
MAKALAH
KIMIA MEDISINAL
HUBUNGAN PERUBAHAN STRUKTUR DENGAN AKTIVITAS OBAT PADA PROSES METABOLISME
OBAT
Kelompok II
Oleh:
Chendi M. Batas / VIIChristi N.L Bentian / V
PROGRAM STUDI ILMU KIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2014
HUBUNGAN PERUBAHAN STRUKTUR DENGAN AKTIVITAS PADA PROSES
METABOLISME OBAT
Proses metabolisme dari suatu obat atau senyawa organik asing dapat mempengaruhi
aktivitas obat, masa kerja dan toksisitas obat oleh karena itu, pengetahuan tentang proses
metabolisme obat perlu dipelajari.
Suatu obat dapat menimbulkan respons biologis dengan melalui dua jalur, yaitu:
Obat aktif setelah masuk ke peredaran darah, langsung berinteraksi dengan reseptor dan
menimbulkan respons biologis.
Pra-obat setelah masuk ke peredaran darah mengalami proses metabolisme menjadi obat
aktif, berinteraksi dengan reseptor dan menimbulkan respons biologis (bioaktivasi).
A. Bioaktivasi, Bioinaktivasi dan Biotoksifikasi
1) Bioaktivasi
Bioaktivasi merupakan pengaktifan atau khasiat farmakologi suatu obat menjadi
diperkuat, karena reaksi-reaksi metabolism dalam hati dan beberapa organ lain. Pra-Obat
setelah masuk keperedaran darah mengalami proses metabolism menjadi obat aktif,
berinteraksi dengan reseptor dan menimbulkan respon biologis. Respon biologis
merupakan akibat interaksi molekul obat dengan gugus fungsional molekul reseptor.
Interaksi ini dapat berlangsung karena kekuatan ikatan kimia tertentu.
2) Bioinaktivasi
Bioinaktivasi atau disebut juga detoksifikasi karena obat mengalami perubahan
kimiawi secara enzimatis dan pada umumnya hasil perubahannya tidak atau kurang aktif
lagi.
3) Biotoksifikasi
Biotoksifikasi merupakan hasil metabolit beberapa obat bersifat lebih toksik
dibanding dengan senyawa induk. Dan ada pula hasil metabolit obat yang mempunyai
efek farmakologis berbeda dengan senyawa induk.
- Contoh bioaktivasi dan bioinaktivasi
Protonsil rubrum, suatu antibakteri turunan sulfonamida, dalam tubuh
mengalami reduksi menjadi sulfanilamida yang aktif sebagai antibakteri
(bioaktivasi) dan kemudian terasetilasi membentuk asetil sulfanil amida yang
tidak aktif (bioinaktivasi).
Gambar 1. Bioaktivasi dan Bioinaktivasi
- Contoh Bioaktivasi dan Biotoksifikasi
Obat analgesik turunan p-aminofenol seperti asetanilid & 5 fenasetin,
dalam tubuh mengalami metabolisme membentuk parasetamol (asetaminofen),
aktif sebagai analgesic(bioaktivasi). Senyawa-senyawa ini kemudian di
mtabolisme lebih lanjut menjadi p-aminofenol, turunan anilin, N-oksida &
hidroksilamin, yang diduga sebagai penyebab terjadinya methemoglobin
(biotoksifikasi).
Gambar 2. Bioaktivasi dan Biotoksivikasi
Beberapa obat hasil metabolitnya mempunyai efek farmakologis berbeda
dengan senyawa induk misalnya iproniazid. Iproniazid adalah obat perangsang
sistem saraf pusat dan dalam tubuh dimetabolisis menjadi isoniazid yang berkhasiat
sebagai antituberkulosis.
Gambar 3. Metabolisme Isoniazid
Selain itu, ada juga beberapa obat jika diubah gugusnya dapat mengubah
aktivitas biologis misalnya pengubahan gugus ester pada prokain menjadi gugus
amina (prokain amida) akan mengubah aktivitas biologisnya dari anaestetik menjadi
anti ritmik.
Gambar 4. Pengubahan gugus ester pada prokain
B. Pengertian Metabolisme Obat
Metabolisme obat adalah proses pengubahan senyawa yang relatif non polar,
menjadi senyawa yang lebih polar sehingga mudah dikeluarkan dari tubuh. Banyak
molekul senyawa organik mudah larut dalam lemak dan diserap oleh saluran cerna dan
masuk ke peredaran darah. Molekul tersebut kemudian menembus membran biologis
secara difusi pasif, mencapai organ sasaran dan menimbulkan efek farmakologis. Karena
ada reabsorbsi di tubulus ginjal, sangat sedikit molekul lipofil diekskresikan sebagai
urin. Jika obat bersifat lipofil tersebut tidak mengalami metabolisme, obat tetap dalam
peredaran darah atau pada jarigan depo, dan akan menunjukkan efek biologis yang tidak
terbatas. Karena ada usaha tubuh untuk mengeliminasi senyawa asing, maka sebagian
besar obat mengalami metabolisme dan diubah menjadi senyawa yang bersifat lebih
polar, secara farmakologis tidak aktif dan relatif tidak toksik kemudian diekskresi
sebagai urin atau tinja. Secara keseluruhan proses metabolisme molekul obat dan
senyawa endogen, seperti protein, lemak dan steroid, hanya melibatkan sejumlah besar
sistem enzim, baik yang khas maupun tidak khas. Secara skematik proses metabolisme
dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4. Skema metabolisme obat (reaksi fasa I dan II)
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Metabolisme Obat
1) Faktor Genetik atau Keturunan
Perbedaan individu pada proses metabolisme sejumlah obat kadang-kadang
terjadi dalam sistem kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik atau
keturunan ikut berperan terhadap adanya perbedaan kecepatan metabolisme obat.
2) Perbedaan Spesies dan Galur
Pada proses metabolisme obat, perubahan kimia yang terjadi pada spesies dan
galur kemungkinan sama atau sedikit berbeda, tetapi kadang-kadang ada perbedaan yang
cukup besar pada reaksi metabolismenya. Pengamatan pengaruh perbedaan dilakukan
terhadap tipe resksi metabolit atau perbedaan kualitatif dan pada kecepatan metabolisme
atau perbedaan kuantitatif.
3) Perbedaan Jenis kelamin
Pada beberapa spesies binatang menunjukkan ada pengaruh jenis kelamin
terhadap kecepatan metabolisme obat.
4) Perbedaan Umur
Bayi dalam kandungan dan bayi yang baru lahir jumlah enzim-enzim mikrosom
hati yang diperlukan untuk memetabolisme obat relatif masih sedikit sehingga sangat
peka terhadap obat.
5) Penghambatan Enzim Metabolisme
Pemberian terlebih dahulu atau secara bersama-sama suatu senyawa yang
menghambat kerja enzim-enzim metabolisme dapat meningkatkan intensitas efek obat,
memperpanjang masa kerja obat dan kemungkinan juga meningkatkan efek samping dan
toksisitas.
6) Induksi Enzim Metabolisme
Peningkatan aktivitas enzim metabolisme obat-obat tertentu atau proses induksi
enzim mempercepat proses metabolisme dan menurunkan kadar obat bebas dalam
plasma sehingga efek farmakologis obat menurun dan masa kerjanya menjadi lebih
singkat. Induksi enzim juga mempengaruhi toksisitas beberapa obat karena dapat
meningkatkan metabolisme dan pembentukan metabolit reaktif.
7) Faktor lain-lain
Diet makanan, keadaan kekurangan gizi, ganguan keseimbangan hormon,
kehamilan, pengikatan obat oleh protein plasma, distribusi obat dalam jaringan dan
keadaan patologis hati.
D. Tempat Metabolisme Obat
Perubahan kimia obat dalam tubuh terutama terjadi pada jaringan dan organ-
organ seperti hati, ginjal, paru dan saluran cerna. Hati adalah organ tubuh yang
merupakan tempat utama metabolisme obat oleh karena mengandung lebih banyak
enzim-enzim metabolisme dibanding organ lain. Setelah pemberian secara oral, obat
diserap oleh saluran cerna, masuk keperedaran darah dan kemudian ke hati melalui efek
lintas pertama. Aliran darah yang membawa obat atau senyawa organik asing melewati
sel-sel hati secara perlahan-lahan dan termetabolisis menjadi senyawa yang mudah larut
dalam air kemudian diekskresikan melalui urin.
E. Jalur Umum Metabolisme Obat dan Senyawa Organik Asing
Reaksi metabolisme obat dan senyawa organik asing ada dua tahap, yaitu:
1. Reaksi fasa I atau reaksi fungsionalisme yang meliputi:
a) Reaksi Oksidasi
Banyak senyawa obat mengalami proses metabolisme yang melibatkan reaksi
oksidasi dengan bantuan sitokrom-P-450. Oksidasi senyawa aromatik (arena) akan
menghasilkan metabolit arenol. Proses ini melalui pembentukan senyawa antara
epoksida (arena oksida) yang segera mengalami penataanulang menjadi arenol.
Kadang-kadang hasil metabolit merupakan senyawa yang lebih aktif dibanding
senyawa semula. Contoh : fenilbutazon mengalami hidroksilasi pada posisi para,
menghasilkan oksifenbutazon yang aktif sebagai antiradang.
- Oksidasi ikatan rangkap alifatik (olefin)
Oksidasi metabolik ikatan rangkap akan menghasilkan epoksida yang lebih
stabil dibanding arena oksida. Contoh karbamazepin, dimetabolisis menjadi
karbamazepin-10,11-epoksidayang stabil dan berkhsiat sebagai antikejang.
Selanjutnya karbamazepin-10,11-epoksida mengalami hidrasi oleh enzim
epoksida hidrase membentuk trans-10,11-dihidroksikarbamazepin.
- Oksidasi atom C-Benzilik
Contoh : tolbutamid
- Oksidasi atom C-Alilik
Contoh : Δ-tetrahidrokanabinol (ΔTHC)
- Oksidasi atom Cα-Karbonil dan Imin
Contoh : Diazepam
- Oksidasi atom C Alifatik dan alisiklik
Contoh Alifatik
Contoh Alisiklik
- Oksidasi sistem C-N, C-O dan C-S
Reaksi umum :
- Oksidasi alkohol dan aldehida
Alkohol primer akan teroksidasi dengan katalisator enzim alkohol
dehidrogenase menghasilkan aldehida. Aldehida yang terbentuk mengalami
osidasi lebih lanjut dengan katalisator enzim aldehid oksidase menjadi asam
karboksilat.
- Reaksi oksidasi lain-lain
Obat yang mengandung halogen dimetabolisis melalui proses dehalogenasi
oksidatif. Contoh : halotan, yang merupakan obat anestesi sistemik.
b) Reaksi Reduksi
Proses reduksi mempunyai peranan penting pada metabolisme senyawa yang
mengandung gugus karbonil (aldehid dan keton), nitro dan azo. Senyawa yang
mengandung gugus karbonil mengalami reduksi menjadi turunan alkohol, sedangkan
gugus nitro dan azo tereduksi menjadi turunan amin. Gugus alkohol dan amin hasil
reduksi akan terkonjugasi, menghsilkan senyawa hidrofil yang mudah diekskresikan
sehingga proses reduksi juga memberikan fasilitass untuk terjadinya eliminasi obat.
- Reduksi gugus karbonil (aldehida dan keton)
Contoh : kloralhidrat, melepas H2O menjadi kloral dan kemudian tereduksi
menjadi trikloretanol yang aktif sebagai sedatif-hipnotik.
- Reduksi gugus nitro dan azo
Senyawa aromatik yang mengandung gugus nitro, mula-mula tereduksi
menjadi nitrozo dan senyawa antara hidroksilamin yang segera tereduksi lebih
lanjut menjadi amin aromatik primer.
Reduksi gugus azo menghasilkan senyawa antara hidraso, yang segera
tereduksi lebih lanjut menjadi amin aromatik primer.
- Reaksi reduksi lain-lain
Senyawa yang mengandung gugus disulfida seperti disulfiram akan
memecah ikatan disulfida menghasilkan asam N,N-dietilditiokarbamat.
c) Reaksi
Hidrolisis
- Hidrolisis ester dan amida
Contoh hidrolisis ester : perubahan metabolik asetosal menjadi asam salisilat
dan asam asetat.
Contoh hidrolisis amida : prokainamid yang terhidrolisis lebih lambat
dibandingkan prokain.
2. Reaksi fasa II atau reaksi konjugasi yang meliputi:
a) Reaksi Konjugasi
Reaksi konjugasi obat atau senyawa organik asing dengan asam glukuronat,
sulfat, glisin, glutamin dan glutation dapat mengubah senyawa induk atau hasil metabolit
fasa I menjadi metabolit yang leboh polar, mudah larut dalam air, bersifat tidak toksik
dan tidak aktif dan kemudian di ekskresikan melalui ginjal atau empedu. Reaksi
konjugasi yang lain adalah reaksi metilasi dan asetilasi.
- Konjugasi Asam Glukuronat
Konjugasi dengan asam glukuronat (glukuronidasi) merupakan cara
konjugasi umum dalam proses metabolisme dan hampir semua obat mengalami
proses ini.
Gambar reaksi pembentukan β-glukuronida dari substrat (obat)
- Konjugasi Sulfat
Konjugasi dengan sulfat terutama terjadi pada senyawa yang mengandung
gugus fenol, dan kadang-kadang juga terjadi pada senyawa alkohol, amin aromatik
dan senyawa N-hidroksi. Konjugasi sulfat pada umumnya untuk
meningkatkankelarutan senyawa dalam air dan membuat senyawa menjadi tidak
toksik.
Gambar konjugasi sulfat substrat
- Konjugasi dengan Glisin dan Glutamin
Glisin atau glutamin dapat berkonjugasi dengan substrat yang mengandung
gugus asam karboksilat.
Gambar reaksi konjugasi asam amino (glisin atau glutamin) dari substrat fenil asetat
- Konjugasi dengan Glutation atau Asam Merkapturat
Konjugasi glutation memegang peran penting pada proses detoksifikasi
senyawa elektrofil reaktif. Senyawa elektrofil reaktif dapat menimbulkan toksisitas.
Glutation terdapat dibanyak jaringan terutama di hati.
Gambar pembentukan konjugat glutation dari senyawa elektrofil dan
perubahannya menjadi asam merkapturat
b) Reaksi Asetilasi
Asetilasi merupakan jalur metabolisme obat yang mengandung gugus amin
primer. Gugus asetil yang digunakan untuk reaksi asetilasi berasal dari asetil koenzim A.
Fungsi utama reaksi asetilasi adalah membuat senyawa menjadi tidak aktif dan untuk
detoksifikasi.
Gambar reaksi asetilasi dab biotoksifikasi isonazid
c) Reaksi Metilasi
Reaksi metilasi mempunyai peranan penting pada proses biosintesis beberapa
senyawa endogen serta untuk proses bioinaktivasi obat. Koenzim yang terlibat pada
reaksi metilasi adalah S-adenosil-metionin.
Gambar reaksi metilasi substrat
Contoh jalur metabolisme pada reaksi fasa I dan fasa II dari beberapa obat yaitu
Turunan barbiturate, Turunan fenotiazin, Turunan sulfonamide, Diazepam, Amfetamin,
Meperidin, Efedrin, Propranolol, Lidokain, Indometasin, Siproheptadin, Kokain,
Hidralazin, Simetidin, dan prostaglandin.
F. Peranan Sitokrom P-450 dalam Metabolisme Obat
Enzim sitokrom P-450 adalah suatu heme-protein. Dinamakan sitokrom P-450
karena bentuk tereduksi enzim, yaitu (Fe++). Sebagian besar reaksi metabolik akan
melibatkan proses oksidasi. Proses ini memerlukan enzim dan sistem oksidasi ini sangat
kompleks, tidak hanya melibatkan NADPH saja tetapi juga flavoprotein NADPH-
sitokrom C reduktase, sitokrom B5 dan feri heme-protein (ferinsitokrom P-450). Substrat
berkombinasi dengan oksigen membentuk metabolit teroksidasi dan air. Reaksi substrat
ini berlangsung karena bantuan sitokrom P-450.
G. Referensi
Yani,Inderi. Kimia Medisinal. 26 September 2014.
http://belajarkimiamedisinal.blogspot.com/
Prof.Dr.rer.nat. Effendy De Lux Putra, SU, Apt.
fek_310_slide_hubungan_struktur_proses_metbolisme_obat.pdf
Siswandono dan Bambang, S. 2000. Kimia Medisinal.Airlangga University
Press: Surabaya.
H. Pertanyaan dan Jawaban
1. Bagaimana proses pemberian obat secara oral?
2. Apakah senyawa induk yang dimaksud pada proses metabolisme (bioaktivasi,
bioinaktivasi dan biotaksifikasi) obat adalah senyawa pada saat obat yang belum
dimetabolisme atau sesudah obat dimetabolisme?
Menurut skema di atas:
3. Gas beracun apa yang dikeluarkan melalui paru-paru?
4. Bagaimana jalur obat yang menuju reseptor dan obat yang menjadi efek
samping?
5. Bagaimana proses pemberian obat yang disuntik dan dioles?
Jawaban:
1. Pemberian obat secara oral yaitu diminum.
2. Senyawa induk yang ada pada obat (sebelum diminum) mengalami metabolisme
melalui reaksi fasa I dan II (setelah diminum) menghasilkan turunannya baik
yang bersifat aktif (bioaktivasi), tidak/kurang aktif (bioinaktivasi) maupun
menjadi racun (biotoksifikasi). Dengan demikian senyawa induk yang dimaksud
adalah senyawa yang ada pada obat sebelum dimetabolisme.
3. Sebagian kecil molekul obat yang diekskresikan melalui paru-paru adalah gas
CO2.
4. Jalur obat yang menuju reseptor sesuai dengan proses molekul obat menembus
membran sel. Setelah menembus membrane sel obat menuju reseptor dan
berinteraksi dengan gugus fungsiaonal reseptor.
Sedangkan obat yang menjadi efek samping dapat disebabkan oleh tempat
pengikatan yang jumlahnya terbatas sehingga memungkinkan terjadinya
kejenuhan meski dalam dosis normal dan molekul obat akan bersaing dengan
bahan normal tubuh untuk memperebutkan tempat.
5. Pemberian obat yang disuntik adalah salah satu pemberian obat secara parental
yang langsung masuk ke peredaran darah selanjutnya akan langsung ke membran
biologis, menuju reseptor sesuai pengertian yang sudah dibahas dalam bab ini.
Jenis obat yang diberikan secara oles tentunya untuk mengatasi penyakit kulit.
Dengan demikian, molekul obat yang dioles akan langsung ke lapisan kulit dan
menuju sel kulit sesuai dengan proses penembusan obat ke membran sel kuliat.