A.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Siapa yang tidak mengenal formula Einstein E = m c2 atau
paradoks si kembar yang mendapati
saudara kembarnya sudah jauh lebih tua setelah ia melakukan perjalanan
dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya? Namun tidak semua orang
tahu kalau "keajaiban" tersebut hanyalah bagian kecil dari teori
relativitas
Einstein , serta bagaimana sebenarnya Einstein mendapatkan teori relat
ivitas tersebut.
Bayangkanlah sebuah pesawat ruang angkasa --sebutlah namanya X--
meluncur laju menjauhi bumi dengan kecepatan 100.000 kilometer per
detik. Kecepatan diukur oleh pengamat, baik yang berada
di pesawat ruang angkasa X maupun di bumi, dan pengukuran mereka
bersamaan. Sementara itu, sebuah pesawat ruang angkasa lain yang
bernama Y meluncur laju pada arah yang sama dengan pesawat ruang
angkasa X tetapi dengan kecepatan yang berlebih. Apabila pengamat
di bumi mengukur kecepatan pesawat ruang angkasa Y, mereka mengetahui
bahwa pesawat itu melaju menjauhi bumi pada kecepatan 180.000
kilometer per detik.Pengamat di atas pesawat ruang angkasa Y akan
berkesimpulan serupa.
Nah, karena kedua pesawat ruang angkasa itu melaju pada arah yang
bersamaan,akan tampak bahwa beda kecepatan antara kedua pesawat itu
80.000 kilometer per detik dan pesawat yang lebih cepat tak bisa tidak
akan bergerak menjauhi pesawatyang lebih lambat pada kadar kecepatan
ini.
Tetapi, teori Einstein memperhitungkan, jika pengamatan dilakukan
dari kedua pesawat ruang angkasa, mereka akan bersepakat bahwa jarak
antara keduanya bertambah pada tingkat ukuran 100.000 kilometer per
1
detik, bukannya 80.000kilometer per detik. Kelihatannya hal ini
mustahil. Kelihatannya seperti olok-
olok.Pembaca menduga seakan ada bau-bau tipu. Menduga jangan-jangan ad
a perincian yang disembunyikan. Padahal, sama sekali tidak! Hasil ini
tidak ada hubungannya dengan tenaga yang digunakan untuk mendorong
mereka.
Fenomena tersebut dapat kita ketahui melalui teori relativitas.
Lalu, bagaimana teori tersebut dapat terungkap? Siapakah pencetusnya?
Untuk itu, pada makalahini akan dibahas tentang sejarah “Teori
Relativitas”.
B. Landasan Teori
Pada tahun 1905, Einstein menerbitkan sebuah makalah
mengenai elektrodinamika benda bergerak, di dalamya Einstein
membuat dua asumsi sederhana.
Asumsi pertama, adalah asas relativitas. Menurut asas ini,
tidak mungkin untuk membedakan satu system dari system yang lain
jika kedua-duanya bergerak dengan kecepatan tetap (tidak
dipercepat). Sebagai contoh, Anda pernah berada dalam gerbong
kereta api, dan melihat kereta api lain lewat jendela. Waktu itu
Anda tidak yakin mana yang bergerak, kereta Anda atau kereta di
sebelah? Tidak ada cara lain untuk mengetahui mana yang bergerak
sampai melongok keluar jendela. Semua hukum fisika, baik
mekanika ataupun elektromagnetisme, berlaku tanpa perubahan
dalam setiap kerangka yang kecepatannya tetap.2
Asumsi kedua, kecepatan cahaya dalam ruang kosong adalah
tetap, bebas dari gerakan sumber cahaya maupun pengamat. (Gerry,
2004). Ternyata gagasan ini menuntut revolusi dalam konsep ruang
dan waktu.
Untuk mengetahui alasannya, bayangkan dua peristiwa yang
terjadi di tempat yang sama tapi pada waktu yang berbeda, dalam
pesawat jet. Bagi pengamat dalam pesawat jet, kedua peristiwa
itu tak terpisah jarak. Bagi pengamat kedua di darat, kedua
peristiwa terpisah jarak yang ditempuh jet pada waktu antara
terjadinya kedua peristiwa. Itu menunjukkan bahwa kedua pengamat
yang bergerak relatif terhadap satu sama lain tak akan sepakat
mengenai jarak antara kedua peristiwa.
Berikutnya umpamakan kedua pengamat mengamati seberkas
cahaya bergerak dari ekor ke hidung pesawat. Seperti contoh di
atas, mereka tak akan sepakat mengenai jarak yang ditempuh
cahaya dari kemunculannya di ekor sampai tiba di ujung. Karena
kecepatan diperoleh dari jarak yang ditempuh dibagi waktu yang
diperlukan, artinya jika mereka sepakat mengenai kecepatan gerak
berkas cahaya, kecepatan cahaya, mereka tak akan sepakat
mengenai selang waktu antara awal dan akhir pergerakan.
Yang membuatnya jadi anehadalah walaupun kedua pengamat
mengukur waktu yang beda, mereka menyaksikan proses fisik yang
sama. Einstein tidak mencoba membangun penjelasan arifisial
untuk itu. Dia menarik kesimpulan yang logis walau mengejutkan
bahwa pengukuran waktu, seperti pengukuran jarak, bergantung
pada pengamat yang melakukan pengukuran. Efek ini adalah salah
satu kunci teori dalam makalah 1905 Einstein, yang disebut
relativitas khusus (special relativity).
3
Relativitas khusus menyatakan pemuluran waktu (Time Dilatation)
yaitu jam berjalan lebih cepat menurut pengamat yang diam
relatif terhadap jam. Bagi pengamat yang tidak diam relative
terhadap jam, jam bergerak lebih lambat. Jika kita samakan
berkas cahaya yang bergerak dari ekor ke hidung pesawat dengan
detak jam, maka kita lihat bahwa bagi pengamat di darat, jam
bergerak lebih lambat karena berkas cahaya harus menempuh jarak
lebih besar dalam kerangka rujukan itu. Tapi efeknya tak
bergantung kepada mekanisme jam, efek itu berlaku untuk semua
jam, termasuk jam biologis kita.
Karya Einstein menunjukkan bahwa sebagaimana konsep diam,
waktu juga tak bisa mutlak atau absolute seperti dipikirkan
Newton. Dengan kata lain, pada setiap peristiwa mustahil
menetapkan waktu yang akan disepakati semua pengamat.
Sebaliknya, pengamata memiliki pengukuran pengukuran waktu
sendiri, dan waktu yang diukur dua pengamat yang bergerak
relatif terhadap satu sama lain tak akan sama. Gagasan ini
berlawanan dengan intuisi kita karena dampaknya tak bisa diamati
pada kecepatan pada kecepatan yang biasa kita temui dalam
kehidupan sehari-hari. Tapi gagasan ini telah terbukti benar
dalam percobaan. Salah satu percobaan yang telah membuktikan
gagasan ini adalah percobaan yang dilakukan pada Oktober 1971,
satu jam atom (atomic clock) yang amat akurat diterbangkan
mengelilingi dunia searah rotasi bumi, dari barat ke timur. Jadi
Anda bisa memperpanjang hidup anda dengan terbang ke timur
terus, walaupun efeknya amat kecil, sekitar 1/180 miliar per
detik untuk tiap kali keliling dunia (dan juga agak dikurangi
efek perbedaan gravitasi).
4
Para ahli fisika menyebut gagasan ini sebagai penyatuan
ruang dan waktu (space-time) dengan waktu disebut sebagai dimensi
keempat yang memiliki arah tergantung terhadap kecepatan
pengamat. Teori relativitas khusus Einstein mencampakkan konsep
waktu mutlak dan diam mutlak (yaitu diam terhadap eter yang
bergerak).
C.Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mempelajari teori relativitas khusus
2. Untuk memahami konsep teori relativitas khusus yang sebenarnya.
5
B. ISI
A.Konsep
Pada tahun 1915 Albert Einstein mempublikasikan sebuah teori yang
kemudian disebut Teori Relativitas Umum oleh Akademi Sains Prussia.
Teori-teori Einstein merupakan hal baru dalam dunia fisika saat itu
dan beberapa bagian menyanggah teori Newton.
Teori Relativitas Umum menggambarkan alam semesta sebagai
hubungan antara materi dan geometri ruang-waktu (spacetime). John Wheler
menyederhanakan Teori Relativitas Umum Einstein ini dalam satu
kalimat: materi membuat ruang-waktu melengkung (curved), dan ruang-
waktu membuat materi bergerak (motion). Kombinasi geometri-materi
inilah yang kita rasakan sebagai gravitasi. Teori Relativitas Umum
menjelaskan interaksi pada skala makro atau tingkat kasat mata,
misalnya peredaran planet, bintang, dan galaksi
Konsep relativitas khusus memandang ruang-waktu sebagai jalinan
koordinat mirip sehelai permadani yang dibentangkan di lantai, alias
datar. Dua tahun kemudian, Eisntein tidak bisa mempertahankan
anggapan ruang-waktu yang datar ini ketika ia mencoba menerapkan
kaitan antara relativitas khusus dan gravitasi. Akhirnya setelah
memainkan matematika yang cukup rumit dan dengan menganggap bahwa
cahaya adalah partikel yang sebenar-benarnya (foton) hingga bisa
dipengaruhi gravitasi, didapatkanlah relativitas umum, yang
dirumuskan Einstein di tahun 1916 dan demikian menggemparkan. Pada
intinya, ketika di ruang-waktu terdapat obyek yang cukup masif atau
padat (seperti planet, bintang-bintang dan galaksi), ruang-waktu akan
melengkung (mirip mangkok) dan itulah yang disebut gravitasi. Pada
masa kini, selain mekanika kuantum, relativitas umum adalah permata
nya fisika, yang sanggup menjelaskan perilaku alam semesta dalam
struktur berskala besar. Penemuan black hole yaitu bintang
6
bergravitasi sangat besar hingga mampu menyerap seluruh cahayanya
sendiri terkait erat dengan teori gravitasi Einstein ini.
Gambar 7. Konsep Ruang-waktu dalam Teori Relativitas Umum. Massa
mempengaruhi bentuk kontur dimensi ruang-waktu, dan bentuk kotur
dimensi ruang-waktu mempengaruhi massa untuk bergerak
Teori Relativitas Umum membuat geger karena menyanggah Persamaan
Gravitasi Hukum Newton bahwa gravitasi bukanlah sebuah gaya namun
hanya konsekuensi dari akibat pelengkungan ruang-waktu. Waktu menjadi
parameter bersama ruang tiga dimensi membentuk ruang-waktu atau
spacetime, ruang-waktu memiliki referensi terhadap kejadian (event) yang
secara matematis disimbolkan dengan koordinat (t, x, y, z) atau dalam
koordinat angular (t, r, θ, dan φ).
7
Teori Relativitas Umum tidak dibahas dalam makalah ini melainkan
Teori Relativitas Khusus. Melihat riwayat teori relativias umun ini
saja, merujuk pada kata-kata Sir Arthur Eddington di tahun 1930 an,
pada saat itu hanya ada 3 orang di dunia yang bisa memahami
relativitas umum, yakni Einstein dan Eddington sendiri, serta orang
muda India yang saat itu sedang berlayar ke Inggris untuk menuntut
ilmu di Cambridge Inggris di bawah asuhan Eddington bernama
Subrahmanyan Chandrasekhar.
A. Relativitas NewtonTeori relativitas muncul dari kebutuhan terhadap kerangka
acuan, yaitu suatu patokan yang dapat digunakan ilmuwan untuk
menganalisis hukum gerak. Pada waktu kelas X, kalian telah
mempelajari Hukum Newton tentang gerak, di mana Hukum I Newton
tidak membedakan antara partikel yang diam dan partikel yang
bergerak dengan kecepatan konstan. Jika tidak ada gaya luar yang
8
Gambar 8. Menurut teori relativitas umumruang-waktu tidak datar tetapi melengkung karena cahaya sebagai foton dipengaruhi olehgravitasi. Cahaya bintang yang sampai ke bumi dipengaruhioleh gravitasi matahari (ditarik ke arah
bekerja, partikel tersebut akan tetap berada dalam keadaan awalnya,
diam atau bergerak dengan kecepatan awalnya.
Benda akan dikatakan bergerak apabila kedudukan benda tersebut
berubah terhadap kerangka acuannya. Kerangka acuan di mana Hukum
Newton berlaku disebut kerangka acuan inersia. Jika kita memiliki
dua kerangka acuan inersia yang bergerak dengan kecepatan konstan
relatif terhadap yang lainnya, maka tidak dapat ditentukan bagian
mana yang diam dan bagian mana yang bergerak atau keduanya
bergerak. Hal ini merupakan konsep Relativitas Newton, yang
menyatakan “gerak mutlak tidak dapat dideteksi”.
Konsep ini dikenal oleh para ilmuwan pada abad ke-17. Tetapi,
pada akhir abad ke-19 pemikiran ini berubah. Sejak saat itu konsep
relativitas Newton tidak berlaku lagi dan gerak mutlak dideteksi
dengan prinsip pengukuran kecepatan cahaya.
2. Transformasi Galileo
Pada sudut pandang klasik atau Galileo, jika terdapat dua kerangka
acuan S dan S′ yang masing-masing dicirikan dengan sumbu koordinat
yang ditunjukkan Gambar 2.
9
Gambar 2. Kerangka acuan S bergerak ke kanan dengan kecepatan v
relatif terhadap kerangka S.
Sumbu x dan x' saling berimpitan, dan diasumsikan kerangka S′
bergerak ke kanan (arah x) dengan kecepatan v relatif terhadap S.
Untuk menyederhanakan, diasumsikan bahwa acuan O dan O' dari kedua
kerangka acuan saling berimpit pada t = 0.
Sekarang, dimisalkan terjadi sesuatu di titik P yang dinyatakan
dalam koordinat x ', y ', z' dalam kerangka acuan S' pada saat t'.
Bagaimana koordinat P di S? Perlu diketahui, karena S dan S' mula-
mula berimpitan, setelah t, S' akan bergerak sejauh vt'. Sehingga
pada saat t ' akan berlaku:
x = x' + vt' .....................................................
(1)
y =
y'..............................................................
(2)
z =
z' .............................................................
(3)
t = t
'.............................................................. (4)
Persamaan-persamaan tersebut dinamakan persamaan transformasi
Galileo.
Jika titik P pada Gambar 10.2 menunjukkan sebuah benda yang
bergerak, maka komponen vektor kecepatannya di S' dimisalkan ux',10
uy', uz'. Diperoleh ux' = Dx'/Dt', uy' = Dy' /Dt', dan uz' = Dz'
/Dt'. Jika pada t1' partikel berada di x1′ dan sesaat
kemudian, t2 berada di x2′, diperoleh:
Jadi, kecepatan P seperti terlihat dari S akan memiliki komponen
ux, uy, dan uz. Untuk komponen yang berhubungan dengan komponen
kecepatan di S' diperoleh:
Dapat disimpulkan bahwa:
ux = ux' +
v ......................................................... (6)
uy =
uy' ...............................................................
(7)
uz =
uz' ................................................................
(8)
yang disebut persamaan transformasi kecepatan Galileo.
B. Percobaan Michelson-Morley
11
Pada tahun 1887, Albert Michelson (1852 - 1931) dan Edward Morley
(1838 - 1923) melakukan suatu percobaan untuk mengukur kecepatan bumi
dengan eter, yaitu suatu medium hipotetik yang dahulu diyakini
diperlukan untuk membantu perambatan radiasi elektromagnetik. Dengan
menggunakan interferometer Michelson, mereka berharap dapat mengamati
suatu pergeseran pada pita interferensi yang terbentuk saat alat
diputar 90°, untuk menunjukkan bahwa laju cahaya yang diukur pada arah
rotasi bumi, atau arah lintasan orbit, berbeda dengan laju pada arah
90° terhadap arah rotasi.
Gambar 1. Skema percobaan
interferometer Michelson.
Dalam percobaan ini, yang ditunjukkan pada Gambar 1, satu berkas
cahaya bergerak menurut arah gerak Bumi dan yang lain bergerak tegak
lurus terhadap gerak ini. Perbedaan antara waktu tempuh berkas
tergantung pada kecepatan Bumi dan dapat ditentukan dengan pengukuran
interferensi.
Kita anggap interferometer tersebut diarahkan sedemikian rupa,
sehingga berkas yang mengenai cermin M1 berada dalam gerak Bumi yang
diandaikan. Berkas yang memantul dari pembagi berkas dan mengenai
cermin M2 bergerak dengan kecepatan tertentu (relatif terhadap Bumi)
yang tegak lurus terhadap kecepatan bumi. Kedua sinar dari cermin M1
dan M2 akan sampai pada pengamat. Jika ada eter yang bergerak dengan
kelajuan v, maka akan timbul perbedaan waktu sebesar:
12
Dengan c menyatakan kecepatan cahaya.
dan L adalah jarak cermin pada pembagi sinar.
Perbedaan waktu tersebut dapat dideteksi dengan mengamati interferensi
dari kedua berkas cahaya tadi. Pita interferensi yang diamati dalam
kedudukan pertama haruslah mengalami pergeseran. Akan tetapi, pada
kenyataannya, tidak ditemukan adanya pergeseran.
Percobaan yang sama dilakukan dengan berbagai keadaan, dan hasil yang
diperoleh menunjukkan tetap tidak ditemukan adanya pergeseran. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan keberadaan eter
tidak benar, dalam arti bahwa eter tidak ada
13
B.Hukum-Hukum
C. Postulat Teori Relativitas Khusus1. Transformasi LorentzPostulat 1
“hukum-hukum fisika adalah sama dalam semua kerangka inersia”,
postulat ini merupakan perluasan prinsip relativitas Newton untuk
mencakup semua jenis pengukuran fisis, bukan hanya mekanis.
Postulat 2
“ kelajuan cahaya adalah sama dalam semua kerangka inersia”, postulat
pertama karena tidak adanya acuan universal sebagai acuan mutlak.
Postulat kedua memiliki implikasi yang sangat luas dengan kecepatan,
panjang, waktu dan massa benda yang semuanya bersifat relative.
Transformasi Galileo hanya berlaku jika kecepatan-kecepatan yang
digunakan tidak bersifat relativistic, yaitu jauh lebih kecil dari
kecepatan cahaya. Sesuai dengan teori relativitas bahwa kecepatan
cahaya di S juga adalah c. maka diperlukan persamaan transformasi baru
untuk bisa melibatkan kecepatan relativistic.
Dengan adanya Transformasi Lorentz, masalah perbedaan panjang,
massa,dan waktu, antara di Bumi dan di luar angkasa dapat terpecahkan.
Kita asumsikan transformasi bersifat linier dalam bentuk :
X = ɤ(x’+vt’)………………….. (10.10)
Y = y’………………………………..(10.11)
Z = z’ ……………………………….(10.12)
14
Kita asumsikan bahwa y dan z tidak berubah karena diperkirakan
tidak terjadi kontraksi panjang pada arah ini. Persamaan invers harus
memiliki bentuk yang sama dimana v diganti dengan –v, sehingga
X’ = ɤ (x – vt)
Maka diperolah ɤ :
ɤ = 1
√1−v2
c2
Dengan kata lan dapat disimpulkan:
ux = u'x+v
1+vu'x/c2
uy = u'y√1−v2/c2
1+vu'x/c2
uz = u'z√1−v2/c2
1+vu'x/c2
2. Dilatasi Waktu
Akibat penting postulat Einstein dan transformasi Lorentz
adalah bahwa selang waktu antara dua kejadian yang terjadi pada
tempat yang sama dalam suatu kerangka acuan selalu lebih singkat
15
daripada selang waktu antara kejadian sama yang diukur dalam
kerangka acuan lain yang kejadiannya terjadi pada tempat yang
berbeda.
Pada dua kejadian yang terjadi di x0' pada waktu t1' dan
t2' dalam kerangka S ', kita dapat menentukan waktu t1 dan
t2 untuk kejadian ini dalam kerangka S dari persamaan (9). Kita
peroleh:
Sehingga, dari kedua persamaan tersebut diperoleh:
t2 - t1 = γ (t2' –
t1') ............................................. (13)
Waktu di antara kejadian yang terjadi pada tempat yang sama
dalam suatu kerangka acuan disebut waktu patut, tp. Dalam hal
ini, selang waktu Δtp = t2' – t1' yang diukur dalam kerangka S'
adalah waktu patut. Selang waktu Δt yang diukur dalam kerangka
sembarang lainnya selalu lebih lama dari waktu patut. Pemekaran
16
waktu ini disebut dilatasi waktu, yang besarnya:
Δt = γ.Δtp .....................................................
(14)
3. Kontraksi Panjang
Kontraksi panjang adalah penyusutan panjang suatu benda
akibat gerak relatif pengamat atau benda yang bergerak mendekati
cepat rambat cahaya. Penyusutan panjang yang terjadi merupakan
suatu fenomena yang berhubungan dengan pemekaran waktu. Panjang
benda yang diukur dalam kerangka acuan di mana bendanya berada
dalam keadaan diam disebut panjang patut (panjang benda menurut
pengamat), l. Kita tinjau sebatang tongkat dalam keadaan diam di
S' dengan satu ujung di x2' dan ujung lainnya di x1' , seperti
pada Gambar 2.. Panjang tongkat dalam kerangka ini adalah l = x2'
– x1'.
Gambar 2. Kontraksi panjang.
17
Untuk menentukan panjang tongkat di kerangka S,
didefinisikan bahwa l = x2 – x1. Berdasarkan invers dari persamaan
(18) akan diperoleh:
x2' = γ (x2 –
vt2) ................................................. (15)
dan
x1' = γ (x1 –
vt1) ................................................. (16)
Karena waktu pengukuran x1 sama dengan waktu pengukuran x2,
maka t1 = t2, sehingga:
dengan l0 adalah panjang benda sebenarnya, v adalah
kecepatan benda, c adalah cepat rambat cahaya, dan l adalah
panjang benda menurut pengamat. Adanya dilatasi waktu yang
dipengaruhi oleh gerak benda relatif, akan memengaruhi pengukuran
panjang. Panjang benda yang bergerak terhadap pengamat
kelihatannya lebih pendek daripada panjang sebenarnya.
18
D.Massa ,Momentum, dan Energi Relativistik
1. Massa Relativistik
Pada subbab sebelumnya telah dijelaskan bahwa pengukuran waktu
dan pengukuran panjang adalah fungsi-fungsi dari kecepatan v. Lalu,
bagaimana dengan massanya? Menurut teori relativitas khusus bahwa
massa relativistik m dari sebuah partikel yang bergerak dengan laju v
terhadap pengamat dinyatakan:
Dengan m0 adalah massa diam, yaitu massa yang diukur bila
partikel tersebut berada dalam keadaan diam (v = 0) dalam suatu
kerangka acuan, dan m disebut massa relativistik partikel.
2. Momentum Relativistik
Momentum suatu partikel didefinisikan sebagai perkalian massa dan
kecepatannya. Berdasarkan hukum kekekalan momentum linier dalam
relativitas umum, maka didefinisikan kembali momentum sebuah partikel
yang massa diamnya m0 dan lajunya v adalah:
19
3. Energi Relativistik
Dalam mekanika klasik, usaha yang dilakukan oleh gaya yang
bekerja pada partikel sama dengan perubahan pada energi kinetik
partikel tersebut. Sebagaimana dalam mekanika klasik, kita akan
mendefinisikan energi kinetik sebagai kerja yang dilakukan oleh gaya
dalam mempercepat partikel dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan
tertentu. Jadi,
dengan v = ds/dt, jadi:
Kemudian, persamaan tersebut disubstitusikan ke persamaan (2), maka
diperoleh:
20
Suku kedua persamaan (3) tidak bergantung pada kecepatan dan
disebut energi diam partikel E0, yang merupakan perkalian massa diam
dengan c2 .
E0 = m0 . c2 .......................................................(4)
Jumlah energi kinetik dan energi diam disebut energi
relativistik, yaitu :
21
C.Aplikasi
Albert Einstein pada tahun 1905 menyatakan bahwa ada
kesetaraan antara massa dan energi pada benda yang bergerak
mendekati kecepatan cahaya. Pada penyinaran zat radioaktif,
selalu disertai energi yang sangat besar. Energi ini diserap dan
berubah menjadi panas. Jika benda diam menerima energi kinetik,
massa relatif benda akan bertambah. Tetapi, jika kehilangan
energi, massa benda relatif akan berkurang. Einstein merumuskan
bahwa energi sebanding dengan massa dan kuadrat kecepatan cahaya,
yang dinyatakan:
E = m.c2 ........................................................
(1)
Dalam fisika klasik kita mengenal dua prinsip kekekalan,
yaitu kekekalan massa (klasik) dan kekekalan energi. Dalam
relativitas, kedua prinsip kekekalan tersebut bergabung menjadi
prinsip kekekalan massa-energi, dan memegang peranan penting
dalam reaksi inti.
Pada sebuah atom hidrogen mempunyai massa diam 1,00797 u
setara dengan 938,8 MeV. Jika tenaga yang mencukupi (13,58 eV)
ditambahkan untuk mengionisasi hidrogen tersebut, yaitu untuk
memecahkan hidrogen menjadi bagian-bagian pembentuknya (proton
dan elektron), maka perubahan pecahan massa diam sistem tersebut
adalah:
23
13,58 eV / 938,8 106 eV = 1,45× 10-8.
Nilai itu setara dengan 1,45 × 10-6 persen, yang terlalu
kecil untuk diukur. Tetapi, untuk sebuah inti seperti deuteron
dengan massa diam 2,01360 u yang setara dengan 1876,4 MeV, maka
diperlukan tambahan tenaga sebesar 2,22 MeV untuk memecahkan
deuteron tersebut menjadi bagian pembentuknya. Perubahan pecahan
massa diam sistem tersebut adalah:
2,22 MeV / 1876,4 MeV = 1,18 × 10-3
atau sekitar 0,12 persen, sehingga dengan mudah dapat
diukur. Hal ini merupakan ciri perubahan massa diam pecahan dalam
reaksi nuklir, sehingga hukum kekekalan energi-massa harus
digunakan dalam suatu eksperimen reaksi nuklir, agar diperoleh
kesesuaian dengan teorinya.
Reaksi fisi adalah reaksi pembelahan inti berat menjadi dua
buah inti atau lebih yang lebih ringan, disertai pancaran energi
yang sangat besar. Sementara itu, reaksi fusi merupakan reaksi
penggabungan beberapa inti ringan, disertai pengeluaran energi
yang sangat besar. Proses ini merupakan kebalikan dari fisi,
tetapi hasil terakhir sama yaitu energi yang dahsyat.
24
C.PENUTUP
Kesimpulan
1. Persamaan yang dikenal dengan Transformasi Relativitas
Galilean.
rB = rA + v t
vB = vA + v
2. Teori relativitas khusus didasarkan pada dua postulat,
yaitu:
• Postulat I
“hukum-hukum fisika adalah sama dalam semua kerangka inersia”,
postulat ini merupakan perluasan prinsip relativitas Newton untuk
mencakup semua jenis pengukuran fisis, bukan hanya mekanis.
• Postulat II
“ kelajuan cahaya adalah sama dalam semua kerangka inersia”,
postulat pertama karena tidak adanya acuan universal sebagai acuan
mutlak. Postulat kedua memiliki implikasi yang sangat luas dengan
kecepatan, panjang, waktu dan massa benda yang semuanya bersifat
relative.
3. Relativitas penjumlahan kecepatan.
25
v =v1+v2
1 +v1v2c2
v1 = laju benda ke 1 terhadap bumi
v2 = laju benda ke 2 terhadap benda ke 1
v = laju benda ke 2 terhadap bumi
4. Dilatasi waktu (Pemuaian waktu)
t =
Δto
√ 1 - v2c2
to = selang waktu yang diamati pada kerangka diam (diukur dari
kerangka bergerak)
t = selang waktu pada kerangka bergerak (diukur dari kerangka
diam)
5. Kontraksi Lorentz. (pemendekan Lorentz)
Benda yang panjangnya Lo, oleh pengamat yang bergerak sejajar
dengan panjang benda dan dengan kecepatan v, panjangnya akan
teramati sebagai L.
26
L = Lo √ 1 - v2c2
L = panjang benda pada kerangka bergerak
Lo = panjang benda pada kerangka diam
6. Momentum Relativistik
7. Massa dan Energi Relativistik
Massa benda yang teramati oleh pengamat yang tidak bergerak
terhadap benda, berbeda dengan massa yang teramati oleh pengamat
yang bergerak dengan kecepatan v terhadap benda.
mo = massa diam atau massa yang teramati oleh pengamat yang tidak
bergerak terhadap benda.
m = massa relativistik = massa benda dalam kerangka bergerak atau
massa yang teramati oleh pengamat yang bergerak dengan kecepatan
v terhadap tanah
Besaran energi kinetik
27
m =
m0
√ 1 - v2c2
Ek =
moc2
√1 - v2c2 mo c2
Ek = m c2 mo c2
Ek = (m - mo) c²
Ek = E Eo
E = energi total = m c²
Eo = energi diam = mo c²
Ek = energi kinetik benda
28
D.LAMPIRAN
Contoh Soal :
1) Dari Ebtanas 1986
Sebuah partikel bergerak dengan laju V = 1/2 c√3 (c = laju
cahaya). Jika mo = massa diam, m = massa bergerak, Ek = energi,
Eo = energi diam, maka berlaku....
A. m = 1/2 mo; Ek = 1/2Eo
B. m = 4/3 mo; Ek = Eo
C. m = 3/2 mo; Ek = Eo
D. m = 2 mo; Ek = 2 Eo
E. m = 2 mo; Ek = Eo
Pembahasan
Tentukan nilai γ terlebih dahulu dengan dengan cara seperti
dua contoh di atas:
Hubungan antara massa diam dengan massa bergerak adalah :
m = γ mo
Sehingga :
m = 2 mo
Hubungan antara Energi kinetik dan energi diam adalah sebagai
29
berikut:
Ek = (γ − 1) Eo
sehingga
Ek = (2 − 1) Eo
Ek = Eo
2) Dari Ebtanas 1989
Sebuah benda dalam keadaan diam panjangnya Xo, kemudian
digerakkan dengan kecepatan V (mendekati kecepatan cahaya), maka
panjang benda menurut pengamat diam yang berada sejajar arah
panjang benda adalah …
Pembahasan
Hubungan panjang benda saat diam dengan benda saat bergerak
dengan kecepatan v yang mendekati kecepatan cahaya adalah
X = Xo/γ
jika kita masukkan nilai γ maka akan didapatkan seperti pilihan
A
3) Dari Ebtanas 1991
Massa benda yang bergerak dengan kecepatan 0,6 c (c =
kecepatan cahaya) akan berubah menjadi n kali massa diamnya,
maka n adalah …
30
A. 0,80
B. 1,25
C. √2
D. √3
E. 3
Pembahasan
Saatnya dipakai apa yang telah dihafal tadi,
Jika ν = 0,6 c maka γ = 10/8 sehingga
m = γ mo
m = 10/8 mo = 1,25 mo
4) Dari Soal Ebtanas 1992
Benda bergerak dengan laju 0,6 c dengan arah sesuai dengan
panjang benda. Bagi pengamat yang diam terlihat panjang benda
itu mengalami penyusutan sebesar …
A. 6 %
B. 20 %
C. 36 %
D. 64 %
E. 80 %
Pembahasan
ν = 0,6 c → γ = 10/8
Hubungan antara panjang saat benda diam dan saat bergerak jika
kita pakai istilah Lo dan L adalah
L = Lo / γ
L = Lo / (10/8) = 8/10 Lo = 80% Lo
31
Jadi susut panjangnya adalah 20%
5) Dari Soal Ebtanas 1994
Dua benda bergerak dengan kecepatan masing-masing 1/2 c dan
1/4 c, arah berlawanan. Bila c = kecepatan cahaya, maka
kecepatan benda pertama terhadap benda kedua sebesar …
A. 0,125 c
B. 0,250 c
C. 0,500 c
D. 0,666 c
E. 0,75 c
Pembahasan
Soal ini tentang Penjumlahan Kecepatan Relativistik
6) Dari Soal Ebtanas 1996
Massa diam suatu benda mo dan massa bergeraknya m. Apabila
benda itu bergerak dengan kecepatan 0,6 c dimana c = laju cahaya
dalam ruang hampa, maka hubungan mo dan m yang benar adalah …
32
A. mo = 1,25 m
B. mo = 0,8 m
C. mo = 1,0 m
D. mo = 0,5 m
E. mo = 0,6 m
Pembahasan
Dengan cepat kita tahu γ = 10/8
Hubungan m dengan mo adalah
m = γ mo
m = 10/8 mo
atau
mo = 8/10 m = 0,8 m
Kunci jawaban : B
7) Dari Soal Ebtanas 1997
Pada saat bergerak, panjang sebuah pesawat menjadi 1/2
panjang pesawat itu dalam keadaan diam. Jika c = kecepatan
cahaya, maka kecepatan pesawat itu relatif terhadap pengamat
yang diam adalah …
A. 1/2 c
B. 1/2 c√2
C. 1/2 c√3
D. 3/4 c
E. 4/3 c
Kunci Jawaban : C
33
8) Dari Soal UAN 2004
Sebuah roket waktu diam di bumi mempunyai panjang 100 m. Roket
tersebut bergerak dengan kecepatan 0,8 c (c = kecepatan cahaya
dalam vakum). Menurut orang di bumi, panjang roket tersebut
selama bergerak adalah (dibulatkan) …
A. 50 m
B. 60 m
C. 70 m
D. 80 m
E. 100 m
Kunci Jawaban : B
9) Dari Tahun 2005
Sebuah pesawat antariksa melewati bumi dengan kelajuan 0,6 c.
Menurut penumpang pesawat panjang pesawat L, maka menurut orang
di bumi panjang pesawat adalah …
A. 2 L
B. L
C. 0,8 L
D. 0,6 L
E. 0,4 L
Kunci Jawaban : C
10) Dari Soal Ujian Nasional Fisika Tahun 2008
Balok dalam keadaan diam panjangnya 2 meter. Panjang balok
menurut pengamat yang bergerak terhadap balok dengan kecepatan
0,8 c ( c = laju cahaya) adalah....
34
A. 0,7 m
B. 1,2 m
C. 1,3 m
D. 1,6 m
E. 2,0 m
Kunci Jawaban : B
11) Dari Soal UN Fisika SMA 2011
Seorang pengamat di stasiun ruang angkasa mengamati adanya dua
pesawat antariksa A dan B yang datang menuju stasiun tersebut
dari arah yang berlawanan dengan laju vA = vB = ¾c (c adalah
cepat rambat cahaya). Kelajuan pesawat A menurut pilot pesawat B
adalah....
A. 9/16 c
B. 8/9 c
C. 24/25 c
D. 4/3 c
E. 3/2 c
Kunci Jawaban :
12). Sebuah elektron yang mempunyai massa diam mo bergerak dengan
kecepatan 0,6 c. Hitunglah energi kinetik elektron tersebut ?
Jawab:
Karena elektron bergerak dengan v = 0,6 c maka massa
relativitas adalah: m = m = mo / (1 - v²/c²)
Energi kinetik elektron:
Ek = (m - mo) c²
35
= [ {mo / (1 - v²/c²)} - mo] c² = [ {1 / (1 - v²/c²)} -
1] mo c²
= [ {1 / (1 - 0.36 c²/c²)} - 1] mo c² = 0.25 mo c²
Jadi energi kinetik elektron yang bergerak = 0.25 kali
energi diamnya.
13) Sebuah benda dengan massa diam mo dan panjang Lo bergerak
dengan laju v mendekati kecepatan cahaya c.
Maka:
1. Massa geraknya lebih besar dari mo
2. Panjang benda dalam keadaan bergerak lebih kecil dari Lo
3. Energi diamnya = mo c²
4. Energi geraknya = m c²
Jawab:
1, 2 dan 3 benar.
Karena benda bergerak dengan laju v mendekati c maka berlaku
teori relativitas, yaitu:
1. Massa benda bergerak lebih besar dari massa diamnya (massa
relativitas) Benar
2. Panjang benda bergerak lebih kecil dari panjang diamnya
(kontraksi panjang) Benar
3. Energi diam benda = mo c² Benar
4. Energi total benda = m c² , sehingga energi kinetiknya benda =
(m - mo) c² Salah
36
14) Sebuah elektron yang mempunyai massa diam mo bergerak dengan
kecepatan 0,6 c. Hitunglah energi kinetik elektron tersebut ?
Jawab:
Karena elektron bergerak dengan v = 0,6 c maka massa
relativistiknya adalah:
m =
m0
√ 1 - v2c2Energi kinetik elektron:
Ek = (m - mo) c²
= [
m0
√ 1 - v2c2 - mo] c²
= [
1
√ 1 - v2c2 - 1] mo c²
= [
1
√ 1 - (0,6.c)2
c2 - 1] mo c²
= 1
0,8 mo c²
= 0,25 mo c²
= 0,25 Eo
37
Jadi energi kinetik elektron yang bergerak = 0,25 kali energi
diamnya.
15) Astronaut yang bermassa 96 kg di Bumi, berada dalam sebuah roket
yang bergerak dengan kelajuan 0,8 c. Tentukan massa astronaut tersebut
ketika berada dalam roket!
Penyelesaian:
Massa diam, m0 = 90 kg
kelajuan roket, v = 0,8 c ⇔ v/c = 0,8
massa relativistik m terukur adalah :
m = γ . m0 = (10/8) x 96 = 120 kg
16) Sebuah proton bergerak dengan kecepatan 0,8 c. Hitunglah energi
diam dan energi total proton tersebut!
Pembahasan :
Kecepatan gerak proton v = 0,8 c ⇔ v/c = 0,8
Energi proton :
38