+ All Categories
Home > Documents > Makalah Stratifikasi Sosial

Makalah Stratifikasi Sosial

Date post: 25-Jan-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai Negara yang kaya akan sumber daya alamnya dan manusianya, memiliki 242 juta jiwa penduduk. Dengan jumlah yang cukup banyak tergolong dalam kategori miskin (survey sosial ekonomi nasional atau susenas 2012) jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari 8,78 juta jiwa di perkotaan dan 15,12 juta jiwa di pedesaan. (angka tersebut masih banyak kritikan dari banyak pihak karena angka garis kemiskinan BPS sungguhlah rendah yakni hanya 8 ribu perorang perhari, jauh dari standard Bank Dunia yang berjumlah 19 ribu perhari, jadi diperkirakan jumlah kemiskinan yang secara riil lebih besar dari itu). Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Jika dilihat dari ukuran moderen masa kini, masyarakat atau penduduk miskin adalah Stratifikasi Sosial | 1
Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara yang kaya akan sumber

daya alamnya dan manusianya, memiliki 242 juta jiwa

penduduk. Dengan jumlah yang cukup banyak tergolong

dalam kategori miskin (survey sosial ekonomi nasional

atau susenas 2012) jumlah penduduk miskin tersebut

terdiri dari 8,78 juta jiwa di perkotaan dan 15,12

juta jiwa di pedesaan. (angka tersebut masih banyak

kritikan dari banyak pihak karena angka garis

kemiskinan BPS sungguhlah rendah yakni hanya 8 ribu

perorang perhari, jauh dari standard Bank Dunia yang

berjumlah 19 ribu perhari, jadi diperkirakan jumlah

kemiskinan yang secara riil lebih besar dari itu).

Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu

kala. Umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena

kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya

kemudahan atau materi. Jika dilihat dari ukuran moderen

masa kini, masyarakat atau penduduk miskin adalah

Stratifikasi Sosial | 1

mereka yang tidak menikmati fasilitas pendidikan,

pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lain yang

tersedia pada zaman sekarang.

Kemiskinan dapat digolongkan menjadi tiga

pengertian, yaitu kemiskinan absolut, felatif dan

kultural.

1. Kemiskinan absolut, yakni kelompok masyarakat

yang pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan hidup minimum. Seperti pangan,

sandang, kesehatan, papan, pendidikan.

2. Kemiskinan relatif, yaitu kelompok masyarakat

yang sebenarnya telah hidup di atas garis

kemiskinan, namun masih di bawah masyarakat

sekitarnya.

3. Kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang

berkaitan erat dengan sikap seseorang atau

sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha

memperbaiki tingkat kehidupan sekalipun ada

usaha pihak lain yang membantunya.

Stratifikasi Sosial | 2

Untuk meneliti lebih mendalam tentang kemiskinan,

maka kami melakukan wawancara langsung kepada pemulung

sebagai objeknya. Melalui teknik wawancara langsung

maka diperoleh suatu gambaran tentang perilaku pemulung

dalam mengais barang bekas demi menghidupi keluarga dan

menggambarkan kehidupan mereka sebagai korban

kemiskinan ibukota. Adapun kelompok pemulung yang

menjadi sampel dalam proses pengambilan data adalah

kelompok pemulung yang bermukim di Stasiun Manggarai.

1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimana kehidupan sehari-hari seorang pemulung?

2.Bagaimana latar belakang objek tersebut sehingga dia

menjadi pemulung?

3. Bagaimana sikap dan perilaku pemulung tersebut

tentang kemiskinan di ibukota?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui kehidupan informan sebagai seorang

pemulung secara mendalam.

Stratifikasi Sosial | 3

2. Mengetahui asal usul informan datang ke ibukota

hingga dia menjadi pemulung.

3. Mengetahui gambaran kemiskinan ibukota melalui sikap

dan perilaku informan.

1.4 Kerangka Konseptual

Stratifikasi Sosial | 4

Stratifikasi Sosial

Menggambarkan deskripsi kemiskinan di ibukota dan kondisi informan

sebagai korban kemiskinan.

Stratifikasi berdasarkan perolehan

Stratifikasi berdasarkan

status

Pendidikan PekerjaanEkonomi

Pembedaan berdasarkan

penghasilan dan kekayaan

Kelas atas Kelas menengahKelas bawah

Kemiskinan

1.5 Metode Penelitian

Rancangan Penelitian

Stratifikasi sosial merupakan pembedaan anggota

masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya

(Sunarto: 2004). Stratifikasi sosial merupakan fenomena

sosial yang dalam penjelasannya membutuhkan pemahaman

mendalam tentang kehidupan pribadi dan perilaku sosial

dari subjek penelitian.

Atas dasar tersebut, peneliti menyusun rancangan

penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif

yang berbentuk kualitatif. Penelitian kualitatif

digunakan untuk menjelaskan, mendeskripsikan dan

menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,

sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara

individual maupun kelompok dalam penelitian ini yang

membahas pengalaman pribadi individu sebagai “korban”

kemiskinan di Ibukota. Subjek penelitian ini adalah

penduduk Ibukota yang berprofesi sebagai pemulung.

Stratifikasi Sosial | 5

Sumber Data dan Data

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil

wawancara dengan penduduk yang berprofesi sebagai

pemulung.

2. Data

Sebagai data dalam penelitian ini adalah yang

berhubungan dengan pendapatan, pengeluaran, jumlah

anggota keluarga, lama bekerja, dan keinginan

berganti pekerjaan dari penduduk ibukota yang

berprofesi sebagai pemulung.

Teknik dan Alat Pengumpul Data

1. Teknik Pengumpul Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data

penelitian adalah dengan melakukan wawancara

langsung tanpa menggunakan pedoman wawancara dan

kuesioner dengan subjek penelitian. Teknik ini

digunakan karena peneliti agar data yang

dikumpulkan sesuai dengan keadaan di lapangan.

Stratifikasi Sosial | 6

2. Alat Pengumpul Data

Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti

menggunakan catatan untuk mencatat setiap jawaban

dari narasumber, sebagai media pendukung untuk

menyempurnakan data yang didapat, serta kamera

digital untuk mendapatkan data berupa gambar

sebagai dokumentasi.

Pengujian Keabsahan Data

Data-data yang telah dikumpulkan akan melalui

proses pengujian keabsahan data dilakukan dengan cara

menganalisis hasil penelitian di dalam suatu forum

diskusi sesama anggota kelompok.

Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis

penelitian ini, yaitu:

1. Mengumpulkan data hasil wawancara

2. Melakukan penyeleksian jawaban hasil wawancara

berdasarakan tujuan yang diinginkan

3. Menyusun hasil seleksi kedalam sebuah makalah

Stratifikasi Sosial | 7

BAB II

PEMBAHASAN

Sebagai kota metropolitan seperti Jakarta ini,

kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang

harus dapat diselesaikan. Dimana Kemiskinan merupakan

suatu keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian ,

tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Namun

sayangnya, Jakarta sebagai kota perdagangan dan jasa

tidak menginginkan sebagian besar mereka, karena mereka

umumnya datang ke Jakarta tanpa bekal pendidikan dan

keahlian yang cukup, yang dinginkan oleh pasar tenaga

kerja di Jakarta. Akhirnya, untuk bertahan hidup mereka

bertumpu pada berbagai pekerjaan sektor informal dan

salah satu yang paling sering terlihat di disekitar

kita adalah pemulung.

Pemulung adalah seseorang yang memiliki pekerjaan

sebagai pencari barang yang sudah tidak layak pakai,

maka orang yang bekerja sebagai pemulung adalah orang

yang bekerja sebagai pengais sampah, dimana antara

Stratifikasi Sosial | 8

pemulung dan sampah sebagai dua sisi mata uang, dimana

ada sampah pasti ada pemulung dan dimana ada pemulung

disitu pasti ada sampah. Pekerjaannya mencari barang

bekas, membuat sebagian besar orang menganggap remeh

pemulung. Mereka mengorek tempat sampah untuk

mendapatkan barang bekas yang masih memiliki nilai

jual. Namun, berkat kehadirannya pula, lingkungan dapat

terbebas dari barang bekas yang bila dibiarkan bisa

menjadi sampah. Mereka juga membantu pemerintah dalam

mengelola sampah. Tak hanya itu, hasil pekerjaannya

mereka juga menjadi tumpuan bagi keluarganya.

1. Kehidupan Pemulung

Tidak banyak yang mengetahui kehidupan di balik

seorang pemulung. Bagi sebagian mereka, memulung

barang-barang bekas adalah satu-satunya pekerjaan yang

bisa mereka lakukan untuk mendapatkan sesuap nasi,

supaya mereka dapat bertahan hidup di ibukota ini .

Para pemulung menjauhkan gengsi mereka untuk mengambil

botol-botol bekas diantara orang-orang yang sedang

makan, mereka rela mencari kardus, plastik, dan barang-

Stratifikasi Sosial | 9

barang bekas lainnya di tong sampah yang sangat

menyengat baunya, dan hasilnya pun juga sedikit.

Misalnya kalau di area Stasiun Manggarai, perharinya

hanya dapat hasil mulung 20/30 ribu. Biasanya

penghasilannya dari aqua gelas dihargai 5-6 ribu, aqua

botol 5 ribu, kalau gelas plastik selain aqua sekitar 2

ribuan.

Mereka melakukannya demi melepaskan dahaga dan

kelaparan. Mereka hanya berpikir untuk makan hari ini,

hari esok, dan hari-hari berikutnya. Hanya itu yang

mereka inginkan. Tetapi sebagian dari mereka juga ada

yang mencoba untuk mencari pekerjaan lain. Tapi

sayangnya, karena adanya perubahan zaman, penggatian

kekuasaan, banyaknya peraturan baru serta keterbatasan

pendidikan membuat mereka tak dapat beranjak dari

pekerjaan memulung. Mereka lebih memilih itu semua

dibanding mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak

halal.

Perubahan yang terjadi itu terdapat dalam berbagai

hal, misalnya saja di Stasiun Manggarai, dulu Mak

Ruminah kerja di Stasiun Manggarai, kalau dulu bosnya

Stratifikasi Sosial | 10

orang jawa, tapi sekarang orang cina yang megang.

Dahulu para pemulung juga mempunyai gubuk disekitar

Stasiun, namun karena adanya penggantian kekusaan

tersebut gubuk-gubuk di sekitar Stasiun di bongkar.

Mereka yang dahulunya dapat beristirahat di gubuk

sekarang tidak bisa lagi dan kebanyakan mereka sekarang

tidur di jalanan.

Tidak hanya itu yang mereka hadapi, terkadang

setelah bersusah payah mencari barang bekas kesana

kemari untuk menghasilkan uang, tak jarang ada juga

orang-orang yang merasa tak berdosa mencuri hasil jerih

payah mereka ketika mereka beristirahat melepas lelah

malam harinya di jalanan tersebut.

Di Jakarta ini, ternyata terdapat perbedaan dalam

hal pengaturan mulung di daerahnya. Misalnya kalau di

daerah Manggarai, kalau mulung bebas mau mencari kemana

saja, tidak ada wilayah-wilayahan. Karena cuma jalanan

biasa, kalau ada barang bekas langsung diambil. Tetapi

kalau didaerah komplek perumahan biasanya ada pembagian

wilayah. Selain itu, juga terdapat perbedaan dalam hal

interaksi sosial. Ada kawasan dimana semuanya bekerja

Stratifikasi Sosial | 11

secara individu, tidak berkelompok. Misalnya di kawasan

di dekat stasiun Manggarai, disana tidak ada saling

tolong menolong, sekalipun teman kalau masalah uang

atau makanan urusan masing-masing. Tidak ada

solidaritasnya kalau sakit ya di biarkan saja. Disisi

lain ada kawasan dimana pemulung itu mereka

berkelompok, misalnya di Bongkaran, disana pemulung

saling bantu. Kalau ada yang sakit, nyumbang sama-sama

seadanya seperti untuk beli obat.

Walaupun merasa letih, sedih, dan juga marah

karena berbagai hal yang mereka hadapi tetapi mereka

tak kunjung berhenti menjadi seorang pemulung karena

semua perasaan itu sirna, karena memikirkan anak-anak

mereka yang membutuhkan makan untuk bertahan hidup.

Itulah rasa kebersamaan yang mereka miliki, perasaan

sayang terhadap keluarga menghancurkan segala

keputusasaan mereka dan memberikan semangat tersendiri

terhadap mereka untuk tetap membahagiakan keluarganya.

2. Latar Belakang Menjadi Pemulung

Ada beberapa alasan mengenai seseorang menggeluti

profesi sebagai pemulung yang kami dapatkan dari hasil

Stratifikasi Sosial | 12

wawancara dengan pemulung di kawasan Stasiun

Manggarai :

         Faktor ekonomi (berasal dari keluarga

yang kurang mampu)

         Sulitnya mencari pekerjaan

         Tingkat pendidikan yang rendah dan tidak

memiliki keterampilan

         Tidak ada modal untuk membuka suatu usaha

Pendidikan merupakan dasar dari pengembangan

produktifitas kerja. Tingkat pendidikan yang rendah,

membuat pola pikir yang relatif sempit. Sebagian besar

pemulung hanya tamat pendidikan sekolah dasar. Kemudian

didukung oleh faktor ekonomi keluarga yang tidak

berkecukupan. Faktor yang lain adalah modal yang

dimiliki sangat terbatas, sehingga sarana yang

digunakan oleh pemulung sangat sederhana. Yaitu, karung

plastik dan gancu untuk mengungkit sampah atau barang

bekas.

Di lihat satu persatu dari informan yang kami

wawancara, pertama Mak Ruminah yang awalnya bekerja di

Stasiun Manggarai tersebut, kemudian transmigraasi ke

Stratifikasi Sosial | 13

Sulawesi Utara, namun karena ada masalah balik lagi ke

Jakarta. Karena adanya perubahan kekuasaan dan

keterbatasan pendidikan maka Mak Ruminah tidak diterima

lagi bekerja di stasiun tersebut, dan memutuskan untuk

memulung. Sedangkan informan yang kedua, Bang Acuy,

karena sulitnya mencari pekerjaan serta untuk

menghidupi anaknya dia memutuskan untuk memulung.

Informan ketiga Mpok Iis memulung karena lingkungan

sekitarnya yang membawanya ke pekerjaan memulung ini,

walaupun awalnya dia sempat menggeluti pekerjaan yang

lain. Dan terakhir informan yang keempat, Mpok Ismayati

memutuskan untuk memulung untuk menghidupi dirinya

sendiri dan anaknya yang masih kecil.

3. Gambaran Kemiskinan Ibukota Melalui Sikap dan

Perilaku Pandangan Pemulung di Kawasan Stasiun

Manggarai

Berdasarkan hasil wawancara kami terhadap pemulung

yang berada di kawasan Stasiun Manggarai, kami

menggolongkan bahwa sebagian besar dari Informan kami

termasuk kedalam kemiskinan Kultural yaitu kemiskinan

Stratifikasi Sosial | 14

yang berkaitan erat dengan sikap seseorang atau

sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha

memperbaiki tingkat kehidupan sekalipun ada usaha pihak

lain yang membantunya.

Seperti, Informan yang pertama, Mak Ruminah,

walaupun sebenarnya dia bisa bekerja dan pernah menjadi

buruh sawah, kuli bawang dan pekerjaan buruh lainnya,

tetapi ia lebih memilih untuk memulung karena

menurutnya lebih enakan tinggal di Jakarta walaupun

hanya kerja sebagai pemulung. Hampir sama dengan Mak

Ruminah, Mpok Iis dan Mpok Ismayati juga pernah

memiliki perkerjaan lain seperti kalau Mpok Iis kerja

di salon dan Mpok Ismayati kerja jadi pembantu tetapi

tetap saja akhirnya mereka memutuskan menjadi pemulung.

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Stratifikasi Sosial | 15

Dari uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa kebanyakan dari mereka (terutama responden kami)

memilih memulung bukan karena keterpaksaan tetapi juga

karena keinginan mereka masing-masing. Karena malas dan

tidak ingin bekerja keras, mereka pun lebih memilih

untuk memulung. Dengan memulung mereka coba memenuhi

kebutuhan hidup mereka sehari-hari seperti untuk makan,

minum, maupun jajan anak-anak mereka. Namun ditemukan

juga disela-sela kesusah payahan mereka ada pula

tangan-tangan jahil yang mengambil harta mereka yang

sedikit itu.

Beberapa hal yang mempengaruhi mereka menjadi

pemulung diantaranya adalah faktor ekonomi dimana

kebanyakan mereka berasal dari keluarga dengan ekonomi

rendah, lalu juga sulitnya mencari pekerjaan, faktor

pendidikan yang rendah juga tidak adanya modal dalam

memulai usaha.

1.2 Saran

Berdasarkan analisis dari hasil wawancara kelompok

kami, kami menyarankan agar setiap penduduk di

Indonesia haruslah mau berusaha. Banyak kemiskinan

Stratifikasi Sosial | 16

lahir karena kemalasan dari pelakunya yang tidak mau

berusaha. Banyak dari mereka ingin mendapatkan sesuatu

dengan cara yang instan. Walau tak dapat dipungkiri

adanya faktor lain seperti tuntutan ekonomi,

pendidikan, dan lapangan pekerjaan yang sedikit juga

mempengaruhinya. Kesadaran untuk mau berusaha dan

bekerja keras haruslah lahir dari tiap pribadi manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi:

Stratifikasi Sosial. Jakarta: Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

bps.go.id

yayasumiati.blogspot.com:

http://yayasumiati.blogspot.com/2012/12/kehidupan-

dipemukiman-pemulung.html

dennisitefun.blogspot.com:

http://dennisitefun.blogspot.com/2011/03/realita-

kehidupan-seorang-pemulung.html

ryanngofatomalou.blogspot.com:

Stratifikasi Sosial | 17

http://ryanngofatomalou.blogspot.com/2013/05/makalah-

interaksi-sosial-bersama.html

LAMPIRAN

HASIL WAWANCARA

Narasumber :

1. Bang Acuy (32 tahun ) Cibinong.

2. Mak Ruminah ( 54 tahun) Pekalongan, Jateng.

3. Mpok Iis Setyawati (42 tahun) Jakarta.

4. Mpok Ismayati (34 tahun) Bogor.

Stratifikasi Sosial | 18

Hasil wawancara :

Narasumber 1

Bang Acuy adalah salah seorang pemulung di daerah

Stasiun Manggarai. Dia tidur dan tinggal di taman

samping Stasiun Manggarai bersama pemulung lainnya,

namun yang paling dekat kepadanya adalah Mak Ruminah.

Bahkan dia sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Mak

Ruminah, sedangkan orangtua kandungnya ada di Cibinong.

Dia menjadi pemulung untuk mencari uang untuk

menghidupi dirinya sendiri serta membesarkan anak

tunggalnya. Dia membesarkan sendiri anaknya karena

istrinya sudah meninggal sekitar sebulan yang lalu.

Bermula ketika istrinya sakit tenggorokan, namun karena

tidak punya uang untuk berobat ke rumah sakit akhirnya

hanya dibiakan saja. Walaupun ada program Kartu Jakarta

Sehat (KJS), mereka tidak punya KJS karena mereka

tinggal dijalan dan tentunya tidak punya RT, RW, dan

juga rumah. Sehingga tidak bisa mengurus Kartu Tanda

Penduduk (KTP). Sempat terpikir untuk membawa istrinya

ke keluarga istrinya di Bojong, namun istrinya tidak

mau. Tetapi setelah kurang lebih 2 minggu sakit,

Stratifikasi Sosial | 19

akhirnya istrinya mau juga di bawa ke keluarganya.

Sayangnya, tak lama berada bersama keluarganya istrinya

meninggal. Setelah meninggal istrinya, Bang Acuy merasa

sangat sedih dan kehilangan. Bahkan yang biasanya

jarang menangis, dia tidak bisa menahan tangisnya saat

kehilangan istrinya. Dia selalu teringat kesehariannya

saat bersama istrinya. Istrinya adalah orang yang

rajin, setiap jam 3 pagi, istrinya sudah mulai keliling

untuk memulung.

Keluarga istri Bang Acuy ada di Bojong namun dia

lebih memilih membesarkan anaknya sendiri dan tidak

menitipkan pada keluarga istrinya tersebut. Hal itu

dikarenakan keluarganya disanapun sudah kerepotan

diakibatkan tingkat ekonomi yang pas-pasan dan anaknya

yang ada 8. Bang Acuy tidak mau anaknya nanti disana

diterlantarkan dan bahkan tidak diberi uang jajan.

Jadi, walau anaknya tidak sekolah, mau pinter mau

goblok asal bisa bersama tak masalah. Ada juga hal yang

membuat anaknya tidak bisa sekolah, yaitu dia tidak

memiliki surat-surat seperti KTP atau Kartu Keluarga

(KK) untuk mengurus keperluan sekolahnya. Tapi apabila

Stratifikasi Sosial | 20

ada sekolah gratis, dia masih berharap dapat

menyekolahkan anaknya.

Dalam kesehariannya memulung, Bang Acuy biasa

dapat penghasilan 20-30 ribu per hari dan 10 ribu untuk

makan dirinya dan selebihnya untuk anaknya jajan.

Biasanya sih setiap balik dari main, dikasih 2 ribu.

Kalau penghasilan dikit , minimal cukup hanya untuk

minum. Yang penting menurut Bang Acuy, kerjanya halal

daripada nyopet/mencuri. Kalau misal ada rejeki lebih

inginnya Bang Acuy memiliki gerobak sendiri, modal

untuk usaha barang bekas, usaha rongsokan. Pernah juga

terpikir menjadi pedagang kopi keliling. Biasanya

disekitar stasiun kalau sudah malam suka sepi dan

warung banyak yang tutup, jadi dapat dimanfaatkan untuk

berjualan. Apalagi jika ada sepeda agar tidak kelelahan

dalam mencari nafkah.

Ada sekitar 10 orang yang tidur di taman ini.

Menurut Bang Acuy, disini semuanya bekerja secara

individu, tidak berkelompok. Tidak ada saling tolong

menolong, sekalipun teman kalau masalah uang atau

makanan urusan masing-masing. Berbeda kalau di

Stratifikasi Sosial | 21

Bongkaran itu berkelompok. Disana pemulung saling

bantu. Kalau ada yang sakit, nyumbang sama-sama

seadanya seperti untuk beli obat sedang disini tidak

ada solidaritas kalau sakit ya di biarkan saja. Di area

sini juga kalau mulung bebas mau mencari kemana saja.

Disini tidak ada wilayah-wilayahan kata Bang Acuy.

Mungkin kalau daerah komplek perumahan biasanya ada

pembagian wilayah. Disini cuman jalanan biasa, kalau

ada ya diambil langsung. Dia pun juga bersama teman

lainnya hanya mencari di daerah sekitar stasiun saja.

Seperti di Pasar Rumput, Tenggulun, Bongkaran, tidak

pernah sampai ke Pulo Gadung atau Kampung Melayu.

Narasumber 2

Menurut Mak Ruminah kalau mulung di area stasiun

perharinya dapat hasil mulung 20/30 ribu. Biasanya

penghasilannya dari aqua gelas dihargai 5-6 ribu, aqua

botol 5 ribu, kalau gelas plastik selain aqua sekitar 2

ribuan. Kalau dapat 5 kilo ya dapat 10 ribu, Hanya

cukup untuk makan doang.

Mak Ruminah sudah dari tahun 1972 di Jakarta tapi

tidak menetap, masih beberapa kali pulang pergi ke

Stratifikasi Sosial | 22

daerahnya. Kalau ada uang pulang, kalau ingat kampung

pulang. Kalau punya uang bisa satu kali setahun pulang.

Tapi kalau ngak punya bisa dua tahun sekali. Karna uang

mau dari mana, usahanya cuma mulung. Paling cuman dapat

lima ribu , sepuluh ribu cukup untuk makan doang. Di

Pekalongan ngak punya anak, tapi punya anak satu di

jembatan lima, dan udah punya cucu juga. ke Jakarta mau

merantau. Bg Acuy anak pungut mak, ketemu dijalan.

Bukan anak kandung . ketemu itu sekitar 2 tahun yang

lalu, di stasiun manggarai,saat kereta masih bebas

masih boleh naik di atas, ngak kyak sekarang, dan Acuy

sering ke gubuk mak,, tapi sekarang gubuknya udah

diancurin.

Dulu Mak kerja di stasiun, kalau dulu bosnya itu

orang jawa, tapi sekarang orang cina yang megang, mau

coba lamar kerja disana lagi, tapi ngak diterima. Pas

orang cina yang megang gubuk-gubuk sekitar stasiun di

bongkar udah ngak kayak dulu lagi, kalu dulu bisa

istirahat di gubuk tapi sekarang gak bisa lagi. Dulu

bisa keluar masuk stasiun , tapi sekarang harus bayar,

bahkan kalau mau ke kamar mandi sekarang juga harus

Stratifikasi Sosial | 23

bayar dulu. Kalau sekarang tidurnya ya di taman ini,

tapi itu juga gak aman. Banyak bocah-bocah disini jadi

copet. Kalau Mak lagi tidur, sakunya suka diraba-raba

kalau gak keambil uangnya, sakunya sering disilet

sampai jebol, semuanya diambil, untung KTP-nya dibuanya

gak jauh jadi masih ada, mereka cuma ambil uangnya.

Mak di kampung juga pernah kerja jadi buruh, bisa

buruh tani, kuli bawang dll. Kalau jadi buruh ya capek,

badan gatel-gatel dan juga tidak punya apa-apa kalau di

kampung. Saudara juga sudah banyak yang meninggal. Tapi

saudara dari bapak masih sehat, kaya, tapi kerjaannya

muja mulu, ada tumbal gitu. Kita harus nyetor sesuatu,

misalnya ayam berarti istri kalau ayam jago ya ayah,

kalau kita ga nyetor dan kalau terima hasilnya bisa-

bisa mati. Biasanya ya malam jumat kliwon, mama, bapak

kakak saya jadi tumbal. Kaya tapi banyak dosa. Ada juga

yang miara tuyul dan kalau memelihara tuyul yang masih

disusui, itu harus disusui terus, kalau susunya habis

ya darah yang disedot. Dan ada juga yang ngepet. Enakan

di Jakarta walaupun gembel,tapi gak pernah puyeng,

walaupun tidur pake kardus gak pernah sakit. Kalau

Stratifikasi Sosial | 24

disana, ada kasur empuk enak, tapi sering sakit-

sakitan. Tapi sekarang udah kena maag parah, kalau

makan terlambat sering sakit.

Dulu Mak sempat mulung didaerah Matraman,

Jatinegara, tapi sekarang gak ada teman, teman banyak

yang pindah-pindah, banyak transmigrasi. Dulu Mak juga

pernah transmigrasi ke Sulawesi Utara 1 tahun pas zaman

Pak Harto tapi balik ke Jakarta, karena disana ikut

lotre bayi, dan uang untuk transmigrasi saya habis

untuk itu.

Narasumber 3

Mpok Iis sebelum tinggal di pinggir stasiun, dia

tinggal di lapak sekitar 8 tahun. Mpok Iis ini asli

orang Jakarta, namun kadang ke Bandung, Sukabumi, juga

Pelabuhan. Dia sudah tidak tinggal di lapak ( tempat

bos pemulung ) lagi karena sekarnag rumahnya sudah di

bongkar di gusur dan bos nya juga sudah meninggal. Dia

punya anak dua, yang satu kerjanya supir angkot

beranak dua, yang satu lagi buruh pabrik janda beranak

satu. Selama ini keluarganya tidak ada yang tahu bahwa

dia jadi pemulung. Mpok Iis sudah memulung sejak kecil.

Stratifikasi Sosial | 25

Suatu hari sewaktu memulung, kakaknya yang ABRI

melihatnya dan dia didekati oleh kakaynya. Karena takut

diomeli dia kabur namun ternyata kakaknya mau ngasih

duit. Mpok Iis cukup terkenal di daerah Manggarai

karena selain pemulung dia pun handal dalam bernyanyi.

Sebelum mulung dia sempat kerja di salon. Namun,

karena penghasilan sedikit dia lebih memilih untuk

memulung. Biasanya kalau dari nyalon cuman 200 ribu per

bulan. Pernah juga dia kerja di sebuah pasar raya,

namun keluar juga karena sering digosipi dan dilaporkan

oleh temannya yang satu pekerjaan kepada bosnya bahwa

dia jarang masuk. Tapi selama ini keluarganya hanya

tahu kalau beliau kerja di salon dan tak tahu kalau

jadi pemulung.

Mengenai kehidupan pribadi, suami dari Mpok Iis

sekarang sudah nikah lagi, tapi statusnya masih suami

bu Iis.Namun walau demikian, sekrang suaminya sudah

entah berada dimana bersama istri mudanya. Disisi lain,

Mpok Iis tidak bisa menikah lagi, karena surat nikahnya

disobek sama suaminya. Jadi sekarang Bu Iis tinggal di

situ(taman dekat stasiun Manggarai) dengan pacarnya

Stratifikasi Sosial | 26

karena dia tidak bisa nikah karena tidak ada surat

nikah yang sebelumnya.

Selebihnya Mpok Iis ini memiliki kisah hidup yang

cukup menantang juga. Diantaranya, saat dulu bertengkar

bersama suaminya pernah kepalanya terkena golok hingga

bocor. Juga pernah hampir meninggal karena tersetrum

listrik tegangan tinggi, dan bahkan sampai sekarang

pun, karena pacarnya yang pencemburu Mpok Iis sering

mendapat perlakuan kasar apabila tidak sesuai dengan

keinginan pacarnya.

Narasumber 4

Bu Ismayati pergi ke Jakarta mencari kerja namun

berujung menjadi pemulung. Punya anak usia 12 tahun,

dan sekarang berhasil dapat sekolah gratis diarea sini.

Ternyata Bu ini istri muda, tapi suaminya lebih

perhatian ke istri tuanya, jadi Bu Ismayati cari uang

sendiri buat makan, makanya jadi pemulung. Suaminya

dagang barang-barang bekas, topi bekas, kacamata bekas,

dan itupun buat diri sendiri, dan biasanya disetor sama

istri tua. Sama istri muda pelit.

Stratifikasi Sosial | 27

Nama anak yang diasuhnya sekarang Agus Tegar.

Sebenarnya anaknya ada 3, tapi yang 2 dikasih ke orang

lain. Satu diantaranya di kasih ke tetangga di Bogor,

yang satu lagi gak tahu ada dimana. Ada keinginan

pulang, tapi gak ada uang, walau sebenarnya deket, bisa

pulang kapan aja. Terkadang juga karena anak, misalnya

lagi pulang ke Bogor, anak sering minta pulang ke

Manggarai karena ada sekolah gratis, ada temannya terus

juga mau ketemu Bapaknya. Kalau misalkan udah balik ke

Manggarai suka dimarahi bapaknya, baju di buang ke

kali, air pop mie di siram ke muka anaknya, di tendang,

setelahnya sering minta ke Bogor, kalau di Bogor

palingan kerjanya ngaji, kalau di Jakarta ada warnet

ada sepeda jadi bisa main, juga ada sekolah, kalau dari

ibu sendiri juga pernah sempat kerja , pernah seminggu

di rumah-rumah jadi pembantu , namanya juga seminggu ya

dapatnya cuman lima puluh ribuan, trus juga pernah

kerja di Cengkareng, tapi majikannya pelit, gak boleh

pulang sebulan sekali, gak bisa ketemu anak, jadi kerja

ya sebulan aja. Selain jadi pemulung, Bu Ismayati sama

anaknya juga suka simpan barang temuan, dari pada

Stratifikasi Sosial | 28

diambil orang yang ngak baik, kalau ada yang nyariin

trus di balikin, kadang ngasih uang imbalan. Bu

Ismayati dengan suaminya nikah secara agama tetapi

tidak secara hukum, karena tidak punya uang.

DOKUMENTASI TERKAIT ANALISIS

Stratifikasi Sosial | 29

Stratifikasi Sosial | 30

Stratifikasi Sosial | 31


Recommended