+ All Categories
Home > Documents > Penalaran dan Definisi

Penalaran dan Definisi

Date post: 05-Feb-2023
Category:
Upload: uin-jkt
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
37
Bahasa Indonesia Penalaran dan Definisi Disusun Oleh: M Ehan 1112081000015 Muhammad Rizki 1113081000006 Rifka Indi 1113081000014 Dimas Wiranugraha 1113081000023 Debi Kurnia Sandi 1113081000037 Ramadhan Ali Nasution 1113081000041 Maya Kartika Laksmiwati 1113081000042 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Manajemen
Transcript

Bahasa Indonesia

Penalaran dan Definisi

Disusun Oleh:

M Ehan 1112081000015

Muhammad Rizki 1113081000006

Rifka Indi 1113081000014

Dimas Wiranugraha 1113081000023

Debi Kurnia Sandi 1113081000037

Ramadhan Ali Nasution 1113081000041

Maya Kartika Laksmiwati 1113081000042

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Manajemen

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat

dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa

shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi

Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Makalah yang berjudul “Definisi dan Penalaran” ini kami buat

untuk memenuhi kompetensi mata kuliah bahasa Indonesia. Dalam

penyusunan makalah ini, kami telah berusaha sekuat tenaga. Namun

tentu saja, makalah ini tidaklah luput dari kesalahan. Untuk itu

kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar makalah

ini menjadi lebih baik.

Dalam pembuatan makalah ini kami mendapatkan dukungan dari

berbagai pihak. Untuk itu, kami ingin mengucapkan rasa terima

kasih kepada:

1. Ibu Didah, selaku dosen mata kuliah bahasa Indonesia,

2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, baik secara

moril maupun materil kepada kami, dan

3. Rekan-rekan seperjuangan, yang telah memberikan energi

positifnya kepada kami.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

i

Jakarta, 13 Mei

2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................iDAFTAR ISI..........................................................ii

BAB I PENDAHULAN.....................................................11.1 Latar Belakang..................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................11.3 Tujuan Penulisan................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................32.1 Definisi........................................................3

2.1.1 Pengertian..................................................32.1.2 Syarat-Syarat Definisi yang Baik............................3

2.1.3 Tujuan Pembuatan Definisi...................................32.1.4 Jenis Definisi..............................................4

2.2 Penalaran.......................................................62.2.1 Pengertian..................................................6

2.2.2 Ciri – Ciri Penalaran.......................................72.2.3 Preposisi dan Term..........................................7

2.2.4 Jenis-jenis Proposisi.......................................9

ii

2.2.5 Bentuk-bentuk Proposisi....................................112.2.6 Penalaran Deduktif.........................................12

2.2.7 Penalaran Induktif.........................................172.2.8 Salah Nalar................................................20

BAB III PENUTUP.....................................................243.1 Simpulan.......................................................24

3.2 Saran..........................................................24DAFTAR PUSTAKA......................................................25

iii

BAB I PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu istilah pasti memuat suatu definisi, tetapisetiap pembaca kadang mengalami kendala dalam menarik suatudefinisi. Tak sering pula salah dalam menarik suatu definisi.Definisi yang baik harus memenuhi syarat-syarat sesuai kaidahyang telah ditentukan. Definisi terbagi dalam beberapa jenisdiantaranya 5 jenis definisi yang paling umum yang banyakorang tidak mengetahuinya, sehingga perlu memberikan suatureferensi untuk para pembaca.

Pencarian kesimpulan yang benar harus berlangsung menurutprosedur atau kaidah hukum, yaitu berdasarkan logika.Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut denganpengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapatdijadikan 2 jenis penalaran, yaitu penalaran deduktif danpenalaran induktif.

Penalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atausimpulan yang didapat dari satu atau lebih pertanyaan yanglebih umum yang dapat dilakukan secara langsung dan dapatdilakukan secara tidak langsung. Penalaran induktif adalahpenalaran yang bertolak dari pernyataan yang bertolak daripernyataan-pertanyaan yang khusus dan menghasilkan simpulanyang umum. Oleh karena itu, simpulan yang diperoleh atau tidaklebih khusus daripada pernyataan (premis).

Selain metode dalam menarik suatu pernyataan, terdapatproposisi dan term yang perlu diperhatikan. Banyak bentuk danjenis-jenis dari proposisi dalam membantu menarik suatupenalaran dari sebuah premis atau lebih. Dalam menarik suatupenalaran, terkadang kita mengalami kendala atau tidakdisadari salah dalam menarik penalaran. Banyak juga faktoryang menyebabkan salah nalar, seperti premis yang tidaksesuai, premis yang terlalu umum, dan masih banyak lagi.

1

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa Pengertian Definisi?1.2.2 Apa Syarat-Syarat Definisi?1.2.3 Apa Tujuan Pembuatan Definisi?1.2.4 Apakah Jenis Definisi?1.2.5 Apa yang Dimaksud Proposisi dan Term?1.2.6 Bagaimana Jenis-Jenis Proposisi?1.2.7 Bagaimana Bentuk-Bentuk Proposisi?1.2.8 Apa Pengertian Penalaran?1.2.9 Apa Ciri-Ciri Penalaran?1.2.10 Apa yang Dimaksud dengan Penalaran Deduktif?1.2.11 Apa yang Dimaksud dengan Penalaran Induktif?

1.3 Tujuan Penulisan1.3.1 Tujuan Penulisan Secara Umum1.3.1.1 Memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia.1.3.1.2 Menambah pengetahuan mengenai penalaran dan definisi.

1.3.2 Tujuan Penulisan Secara Khusus

1.3.2.1 Mengetahui Pengertian Definisi1.3.2.2 Dapat Menyebutkan Syarat-Syarat Definisi1.3.2.3 Dapat Menyebutkan Tujuan Pembuatan Definisi1.3.2.4 Dapat Menyebutkan Jenis Definisi1.3.2.5 Mengetahui Pengertian Proposisi dan Term1.3.2.6 Mengetahui Jenis-Jenis Proposisi1.3.2.7 Mengetahui Bentuk-Bentuk Proposisi1.3.2.8 Mengetahui Pengertian Penalaran1.3.2.9 Dapat Menyebutkan Ciri-Ciri Penalaran1.3.2.10 Mengetahui Penalaran Deduktif1.3.2.11 Mengetahui Penalaran Induktif

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi

2.1.1 Pengertian

Definisi adalah suatu pernyataan mengenai ciri-ciri

penting suatu hal, dan biasanya lebih kompleks dari arti,

makna, atau pengertian suatu hal. Ada berbagai jenis

definisi, salah satunya yang umum adalah definisi perkataan

dalam kamus (lexical definition). Definisi mempunyai tugas untuk

menetukan batas suatu pengertian dengan tepat, jelas dan

singkat.1

2.1.2 Syarat-Syarat Definisi yang BaikDefinisi yang baik harus memenuhi syarat:

2.1.2.1 Merumuskan dengan jelas, lengkap dan singkat semua

unsur pokok (isi) pengertian tertentu.

2.1.2.2 Yaitu unsur-unsur yang perlu dan cukup untuk mengetahui

apa sebenarnya barang itu (tidak lebih dan tidak kurang).

Sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari semua barang

yang lain.

2.1.3 Tujuan Pembuatan Definisi

2.1.3.1 Tujuan Umum2.1.3.1.1 Memfasilitasi komunikasi dengan membantu proses

komunikasi yang berlangsung menjadi sederhana dan lebih

tepat, atau dengan kata lain mempersingkat ekspresi 1 Rakhmawati Lestari, Penalaran dan Definisi,http://tarirl.wordpress.com/2013/05/16/definisi-dan-penalaran/, diakses 20April 2014, jam 07.45 WIB.

3

suat pernyataan yang panjang dan kompleks sifatnya.

Contoh : WHO, singkatan dari World Health Organization.

2.1.3.1.2 Definisi dibuat untuk memperkenalkan kata baru

dalam bahasa.

2.1.3.1.3 Definisi juga dapat memberikan suatu arti baru

terhadap kata yang sudah lama, contoh : kata Bibi,

dahulu didefinisikan sebagai adik kandung ayah atau ibu

perempuan, namun saat ini bisa mempunyai arti pembantu

rumah tangga.

2.1.3.1.4 Definisi adalah suatu cara yang terbaik dan paling

efektif untuk menjamin ketepatan dan kebenaran dari

penggunaan kata tersebut.

2.1.3.2 Tujuan Khusus2.1.3.2.1 Definisi yang tepat (Precising definition).

2.1.3.2.2 Definisi yang bersifat teoritis (Theoritical

definition).

2.1.4 Jenis DefinisiAda 5 jenis definisi, yang kesemuanya mengacu dari 5 tujuan

dibuatnya definisi, yaitu :

2.1.4.1 Definisi Stipulatif, penjelasannya sama dengan definisi

nominal diatas.2

Suatu definisi yang menetapkan arti untuk suatu kata baru,

mencakup penciptaan suatu kata baru atau pemberian suatu arti

baru untuk suatu kata yang lama. Biasanya bertujuan

menggantikan suatu ungkapan yang lebih kompleks dengan ungkapan

2 Ibid.

4

yang lebih sederhana. Seringkali karena adanya fenomena dan

perkembangan baru definisi stipulatif diperlukan. Contoh:

istilah “tigon” dipakai untuk penyebutan anak hasil perkawinan

antara seekor harimau jantan dengan seekor singa betina.

Istilah “liger” dipakai untuk penyebutan anak hasil perkawinan

antara seekor singa jantan dengan seekor harimau betina.

Kemudian definisi stipulatifpun dipakai untuk menetapkan

kode-kode sandi rahasia. Contoh: istilah tora, tora dipakai

selama perang dunia dua sebagai nama kode yang dikirim oleh

admiral yamamoto ke kantor pusat pengendalian perang di Tokyo,

kode itu untuk menandakan bahwa tentara Jepang tidak terhambat

dalam beberapa jam sebelum pengeboman Pearl Harbour.

2.1.4.2 Definisi Leksikal, penjelasannya pun sama dengan

definisi riil.

Suatu definisi leksikal dipakai untuk

menyampaikan/melaporkan arti yang sudah dimiliki oleh suatu

kata dalam suatu bahasa. Definisi-definisi leksikal mempunyai

tujuan lebih jauh yaitu mengeliminasi ambiguitas yang bisa

muncul jika satu dari arti yang dimaksudkan dicampuradukan

dengan arti lainnya. Contoh: definisi-definisi yang terdapat

dalam kamus. Karena suatu definisi leksikal mendaftar

bermacam-macam arti yang dimiliki suatu kata, seseorang yang

berusaha merumuskan suatu definisi lebih baik siap menghindari

kata-kata ambigu yang digunakannya dan mendeteksi arti-arti

lainnya.

5

Dalam banyak kasus, masalah terjadi bukan karena perbedaan-

perbedaan yang jelas arti kata-kata seperti tahu, kali, dan

bisa tetapi karena ketidakjelasan arti akibat pencampuradukan

arti yang satu dengan arti yang lainnya. Contoh: jika seorang

gadis dikatakan baik, yang dimaksud bisa saja dia sopan,

bersahaja, rendah hati, bahkan menyenangkan. Peran definisi

leksikal akan membedakan bermacam-macam ketidakjelasan semacam

itu dan dengan demikian akan mencegah kemungkinan terjadinya

menduanya arti.

2.1.4.3 Definisi Ketepatan (Precising Definition), definisi dibuat

dan dapat menimbulkan

definisi baru sehingga harus benar-benar diperhatikan

agar tidak terjadi kerancuan.3

Tujuannya mengurangi ketidakjelasan arti suatu kata. Jika

demikian seseorang dapat mencapai suatu keputusan tentang

berlakunya suatu kata dalam situasi tertentu. Misal telah

dikatakan bahwa kata miskin itu tidak jelas untuk menentukan

siapa yang miskin dan siapa yang tidak miskin secara tepat,

maka peran suatu definisi yang tepat diperlukan. Contoh: dalam

bidang kedokteran, kata momen kematian (moment of death)

didefinisikan sebagai saat otak berhenti berfungsi yang diukur

dengan suatu alat bernama electroenchephaloghraph.

2.1.4.4 Definisi Teoritis, definisi yang muncul dalam rangka

mengusulkan agar teori yang ditemukan diterima dengan

mudah oleh masyarakat.

3 Ibid.

6

Suatu definisi yang menetapkan arti bagi suatu kata dengan

mengusulkan suatu teori yang memberikan suatu ciri tertentu

bagi suatu entitas (eksistensi wujud) yang ditunjuk oleh kata

itu. Contoh : istilah panas berarti energi yang dihasilkan

oleh gerakan-gerakan acak molekul-molekul suatu substansi.

Definisi diatas tidak hanya menetapkan suatu arti bagi suatu

kata tetapi memberikan penjelasan suatu cara untuk mengerti

fenomena fisik yang panas.

2.1.4.5 Definisi Persuasif, yaitu suatu definisi yang dibuat

untuk mempengaruhi pikiran, tingkah laku dan emosi orang

yang membaca dan mendengarnya.

Definisi yang dibuat untuk mempengaruhi pikiran, tingkah

laku dan emosi orang yang membaca dan mendengarnya. Contoh:

aborsi adalah pembunuhan kejam atas makhluk manusia yang tidak

bersalah.

2.2 Penalaran

2.2.1 Pengertian

Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk

menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga

7

sampai pada suatu simpulan. Data atau fakta yang akan

dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar. Di sinilah

letaknya kerja penalaran. Orang akan menerima data dan fakta

yang benar dan tentu saja akan menolak fakta yang belum

jelas kebenarannya. Data yang dapat dipergunakan dalam

penalaran untuk mencapai satu simpulan ini harus berbentuk

kalimat pernyataan. Kalimat pernyataan yang dapat

dipergunakan sebagai data itu disebut proposisi.4

Menurut sumber lain menyebutkan, penalaran adalah

proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera

(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan

pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan

terbentuk proposisi–proposisi yang sejenis, berdasarkan

sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang

menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak

diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.5

2.2.1.1 Definisi Penalaran Menurut Para Ahli

2.2.1.1.1 Keraf (1985: 5) berpendapat bahwa penalaran adalah

suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan

bukti, fakta, petunjuk, yang menuju kepada suatu

kesimpulan.

4 Zaenal Arifin dan Amran Tasai, 2004, Cermat Berbahasa Indonesia untuk PerguruanTinggi, Jakarta, Akademika Pressindo, hlm. 137.

5 Rakhmawati Lestari, Penalaran dan Definisi,http://tarirl.wordpress.com/2013/05/16/definisi-dan-penalaran/, diakses 20April 2014, jam 07.45 WIB.

8

2.2.1.1.2 Bakry (1986: 1) menyatakan bahwa penalaran atau

reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum

menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai

pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari

beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.6

2.2.1.1.3 Suria Sumantri (2001: 42) mengemukakan secara

singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir

dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa

pengetahuan.

2.2.2Ciri – Ciri Penalaran

2.2.2.1 Dilakukan dengan sadar.

2.2.2.2 Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui.

2.2.2.3 Sistematis.

2.2.2.4 Terarah, bertujuan.

2.2.2.5 Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan

atau sikap yang baru.

2.2.2.6 Sadar tujuan.

2.2.2.7 Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori

yang telah diperoleh.

2.2.2.8 Pola pemikiran tertentu.

2.2.2.9 Sifat empiris rasional.7

6 Ibid.7 Ibid.

9

2.2.3 Preposisi dan TermTerm adalah kata atau kelompok kata yang dapat dijadikan

subjek atau predikat dalam sebuah kalimat preposisi.8

Contoh:

Semua tebu manis.

Semua tebuadalah term.

Manis adalah term.

Dalam sebuah kalimat Bumi adalah planet, kata bumi danplanet adalah term.Term dan proposisi mempunyai hubungan yangerat. Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapatdi antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisiadalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atauterm-term yang membentuk kalimat.

Suatu proposisi mempunyai subjek dan predikat. Dengandemikian, proposisi pasti berbentuk kalimat, tetapi tidak setiapkalimat dapat digolongkan ke dalam proposisis. Hanya kalimatberita yang netral yang dapat disebut proposisi. Kalimat tanya,kalimat perintah, kalimat harapan, dan kalimat inverse tidak dapatdisebut proposisi. Kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisiapabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.9

Kalimat berikut ini bukan proposisi:

a. Bangsa burungkah ayam?b. Mudah-mudahan Indonesia menjadi Negara makmur.c. Berdirilah kamu di pinggir pantai.

Kalimat-kalimat itu dapat diubah menjadi proposisi sebagaiberikut.

8 Zaenal Arifin dan Amran Tasai, 2004, Cermat Berbahasa Indonesia untuk PerguruanTinggi, Jakarta, Akademika Pressindo, hlm. 137.

9 Ibid, hlm. 138.

10

a. Ayam adalah burung.b. Indonesia menjadi negara makmur.c. Kamu berdiri di pinggir pantai.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa proposisi ituharus terdiri dari subjek dan predikat yang masing-masing dapatdiwujudkan dalam kelompoknya sehingga dapat dilihat hubungansekelompok subjek dan kelompok predikat.10

Dalam hal berhubungan kelompok subjek dan kelompok predikatdalam proposisi, seorang ahli logika bangsa Swiss, Euler, yanghidup pada abad XVIII mengemukakan konsepnya dengan 4 jenisproposisi dengan 5 macam posisi lingkaran. Lingkaran itu disebutLingkaran Euler.

Keempat jenis proposisi itu adalah sebagai berikut.

2.2.3.1 Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek sama denganperangkat yang terdapat dalam predikat.

Semua S adalah semua P.Semua sehat adalah semua tidak sehat.

2.2.3.2 Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek menjadibagian dari perangkat predikat

Semua S adalah P.Semua sepeda beroda.

Sebaliknya, suatu perangkat predikat merupakan bagian dariperangkat subjek

Sebagian S adalah P.Sebagian binatang adalah kera.

10 Ibid, hlm. 138.

11

2.2.3.3 Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek berada diluar perangkat predikat. Dengan kata lain, antara subjekdan predikat tidak terdapat relasi.11

Tidak satu pun S adalah P.Tidak seorang pun manusia adalah binatang.

2.2.3.4 Sebagian perangkat yang tercakup dalam subjek berada diluar perangkat predikat

Sebagian S tidaklah P.

Sebagian kaca tidaklah bening.

2.2.4 Jenis-jenis ProposisiProposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan

bentuknya, sifatnya, kualitasnya, dan kuantitasnya. Berdasarkanbentuknya, proposisi dapat dibagi atas proposisi tunggal danproposisi majemuk. Proposisi tunggal hanya mengandung satupernyataan.12

Contoh:

Semua petani harus bekerja keras.

Setiap pemuda adalah calon pemimpin.

Proposisi majemuk mengandung lebih dari satu pernyataan.

Contoh:

Semua petani harus bekerja keras dan hemat.

Proposisi majemuk ini sebenarnya terdiri dari proposisi, yaitu

Semua petani harus bekerja keras.

Dan

11 Ibid, hlm. 139.12 Ibid, hlm. 140.

12

Semua petani harus hemat.

Berdasarkan sifatnya, proposisi dapat dibagi atas proposisikategorial dan proposisi kondisional. Dalam proposisikategorial, hubungan antara subjek dan predikat terjadi dengantanpa syarat.

Contoh:

Semua bemo beroda tiga.

Sebagian binatang tidak berekor.

Dalam proposisi kondisional, hubungan antara subjek danpredikat terjadi dengan suatu syarat tertentu. Syarat itu harusdipenuhi atau diingat sebelum peristiwa dapat berlangsung.

Contoh:

Jika air tidak ada, manusia akan kehausan.

Proposisi ini terdiri dari atas dua bagian, yaitu bagian sebabdan bagian akibat. Unsur sebab atau anteseden ialah jika air tidak adaair dan unsur akibat atau konsekuen ialah manusia akan kehausan.Antaseden sebuah proposisi harus selalu mendahului konsekuen.Proposisi kondisional seperti adi atas disebut proposisi kondisionalhipotesis. Di samping itu, ada pula proposisi kondisional disjungtif yangmengemukakan suatu alternatif atau pilihan.

Contoh:

Amir Hamzah adalah seorang sastrawan atau pahlawan.

Berdasarkan kualitas, proposisi dapat dibagi atas proposisipositif (afirmatif) dan proposisi negatif. Proposisi positif(afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaianhubungan antara subjek dan predikat.13

Contoh:13 Ibid, hlm. 141.

13

Semua dokter adalah orang pintar.

Sebagian manusia adalah bersifat sosial.

Proposisi negatif adalah proposisi subjek dan predikat tidakmempunyai hubungan. Dengan kata lain, proposisi negatifmeniadakan hubungan antara subjek dan predikat.

Contoh:

Semua harimau bukanlah singa.Sebagian orang jompo tidaklah pelupa.

Dalam proposisi kondisional hipotesis, pokok persoalanterletak pada unsur konsekuennya. Kalau konsekuennya positif,proposisi itu juga positif dan kebalikannya. Unsur antesedentidak memberi pengaruh pada kualitas proposisi. Kalaukonsekuennya negatif, proposisi itu juga negatif. Unsuranteseden tidak memberi pengaruh pada kualitas proposisi.14

Contoh:

Jika hari panas, petani tidaklah bekerja. (negatif).Jika hari tidak panas, petani menjadi menang.(positif, afirmatif).

Berdasatkan kuantitasnya, proposisi dapat dibagi atasproposisi universal (umum) dan proposisi khusus. Pada proposisiuniversal (umum), predikat proposisi membenarkan ataumengingkari seluruh subjeknya.

Contoh:

Semua dokter adalah orang pintar.

Tidak seorang dokter pun adalah orang yang tak pintar.

Semua gajah bukanlah kera.

Tidak seekor gajah pun adalah kera.

14 Ibid, hlm. 142.

14

Kata-kata yang dapat membantu menciptakan proposisi unversal iniialah

a) unversal afirmatif: semua, setiap, tiap, masing-masing, apapun.

b) universal negatif: tidak satu pun, takseorang pun.

Pada proposisi khusus, predikat hanya membenarkan ataumengingkari sebagian subjeknya.

Contoh:

Sebagian mahasiswa gemar olahraga.

Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi.

Sebagian Pulau Jawa adalah Jawa Barat.

Tidak semua Pulau Jawa adalah Jawa Barat.

Kata-kata yang dapat membantu menciptakan prorposisi khususialah kata sebagian, banyak, beberapa, sering, kadang-kadang, dalam keadaantertentu.15

2.2.5 Bentuk-bentuk Proposisi

Berdasarkan 2 jenis proposisi, yaitu berdasarkan kualitas (positif dan negatif) dan berdasarkan kuantitas (umum dan khusus) ditemukan 4 macam proposisi, yaitu

2.2.5.1 Proposisi umum-positif (proposisi A).2.2.5.2 Proposisi umum-negatif (proposisi E).2.2.5.3 Proposisi khusus-positif (proposisi I).2.2.5.4 Proposisi khusus-negatif (proposisi O).

2.2.5.1 Proposisi umum-positif adalah proposisi yang predikatnya membenarkan keseluruhan objek. (A)

Contoh:

15 Ibid, hlm. 143.

15

Semua mahasiswa adalah lulusan SMTA.Semua karya ilmiah mempunyai daftar pusaka.

2.2.5.2 Proposisi umum-negatif adalah proposisi yang predikatnya mengingkari keseluruhan objek. (E)

Contoh:Tidak seorang mahasiswa pun lulusan SMTP.Tidak seekor gajah pun berekor enam.

2.2.5.3 Proposisi khusus-positif adalah proposisi yang predikatnya membenarkan sebagian objek. (I)

Contoh:Sebagian mahasiswa adalah anak pejabat.Sebagian perguruan tinggi dikelola oleh yayasan.

2.2.5.4 Proposisi khusus-negatif adalah proposisi yang predikatnya mengingkari sebagian objek. (O)16

Contoh:Sebagian mahasiswa tidak mempunyai mobil.Sebagian perguruan tinggi tidak dikelola oleh yayasan.

2.2.6 Penalaran Deduktif

Pernalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atausimpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yanglebih umum.Simpulan yang diperoleh tidak mungkin lebih umumdari pada proposisi tempat menarik kesimpulan itu disebutpremis.

Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapatdilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan secara taklangsung.

2.2.6.1Menarik Simpulan secara Langsung

16 Ibid, hlm. 144.

16

Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satupremis. Sebaliknya, konklusi yang ditarik dari dua premisdisebut tak langsung.

Misalnya:

1. Semua S adalah P. (premis)Sebagian P adalah S. (simpulan)Contoh:Semua ikan berdarah dingin.(premis)Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan.(simpulan)

2. Tidak satu pun S adalah P. (premis)Tidak satu pun P adalah S. (simpulan)Contoh:Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis)Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan)

3. Semua S adalah P. (premis)Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)Contoh:Semua rudal adalahsenjata berbahaya. (premis)Tidak satu pun rudal adalah senjata tidak berbahaya.(simpulan)

4. Tidak satu pun S adalah P. (premis)Semua S adalah tak-P. (simpulan)Contoh:Tidak seekor pun harimau adalah singa.(premis)Semua harimau adalah bukan singa.(simpulan)

5. Semua S adalah P. (premis)Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)Tidak satu pun tak-P adalah S. (simpulan)17

Contoh:17 Ibid, hlm. 145.

17

Semua gajah adalah berbelalai. (premis)Tidak satu pun gajah adalah tak berbelalai. (simpulan)Tidak satu pun yang tak berbelalai adalah gajah. (simpulan)

2.2.6.2 Menarik Simpulan secara Tidak Langsung

Penalaran deduksi yang berupa penarikan simpulan secaratidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Dari duapremis ini akan dihasilkan sebuah simpulan. Premis yangpertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang keduaadalah premis yang bersifat khusus.

Untuk menarik simpulan secara tidak langsung ini, kitamemerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifatpengetahuan yang semua orang sudah tahu, umpamanya setiap manusiaakan mati, semua ikan berdarah dingin, semua sarjana adalah lulusan perguruantinggi, atau semua pohon kelapa berakar serabut.

Beberapa jenis pernalaran deduksi dengan penarikan secaratidak langsung sebagai berikut.

2.2.6.2.1 Silogisme KategorialYang dimaksud dengan silogisme kategorial ialah silogisme

yang terjadi tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premisdan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifatumum disebut premis mayor dan premis yang bersifat khususdisebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek danpredikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikatsimpulan disebut term mayor.18

Contoh:

Semua manusia bijaksana (premis mayor)

Semua polisi adalah manusia (premis minor)

Jadi, semua polisi bijaksana

18 Ibid, hlm. 146.

18

term minor term mayor

Untuk menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagaipenghubung antara premis mayor dan premis minor. Termpenengah pada silogisme di atas ialah manusia. Term penengahhanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan.Kalau term penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil.

Contoh:Semua manusia tidak bijaksana.Semua kera bukan manusia.Jadi, (tidak ada simpulan).

Aturan umum silogisme kategorial adalah sebagai berikut.

1. Silogisme harus terdiri atas tiga term, yaitu term mayor,term minor, dan term penengah.Contoh:Semua atlet harus giat berlatih.Dimas adalah seorang atlet.Dimas harus giat berlatih.Term mayor: Dimas.Term minor: harus giat berlatih.Term menengah: atlet.Jika lebih dari tiga term, simpulan akan menjadi salah.Contoh:Gambar itu menempel di dinding.Dinding itu menempel di tiang.Dalam premis ini terdapat empat term yaitu gambar, menempeldi dinding, dinding, dan menempel di tiang.Oleh sebab itu, di sini tidak dapat ditarik kesimpulan.

2. Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor,premis minor, dan simpulan.19

3. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.Contoh:

19 Ibid, hlm. 147.

19

Semua semut bukan ulat.Tidak seekor ulat pun adalah manusia.

4. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.Contoh:Tidak seekor gajah pun adalah singa.Semua gajah berbelalai.Jadi, tidak seekor singapun berbelalai.

5. Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yangpositif.

6. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satusimpulan.Contoh:Sebagian orang jujur adalah petani.Sebagian pegawai negeri adalah orang jujur.Jadi, . . . (tidak ada simpulan)

7. Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifatkhusus.Contoh:Sebagian mahasiswa adalah lulusan SLTA.Sebagian pemuda adalah mahasiswa.Jadi, sebagian pemuda adalah lulusan SLTA.

8. Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yangnegatif tidak dapat ditarik satu simpulan.Contoh:Beberapa manusia adalah bijaksana.Tidak seekor bintang pun adalah manusia.Jadi, . . . (tidak ada simpulan)

2.2.6.2.2 Silogisme HipotesisSilogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas

premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis.20 Jikapremis minornya membenarkan anteseden, simpulannya

20 Ibid, hlm. 148.

20

membenarkan konsekuen. Kalau premis minornya menolakanteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.Contoh:Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.Besi dipanaskan.Jadi, besi memuai.Jika besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.Besi tidak dipanaskan.Jadi, besi tidak akan memujai.

2.2.6.2.3 Silogisme AlternatifSilogisme alternatif adalah silogisme nyang terdiri atas

premis mayor berupa proposisi alternatif. Jika premisminornya membenarkan salah satu alternatif, simpulannya akanmenolak alternatif yang lain.21

Contoh:

Dia adalah seorang kiai atau professor.Dia seorang kiai.Jadi, dia bukan seorang professor.

Dia adalah seorang kiai atau professor.Dia bukan seorang kiai.Jadi, dia seorang professor.

2.2.6.2.4 Entimen

Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dal;am kehidupansehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Akan tetapi,ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karenapremis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang belumdikemukakakan hanya premis minor dan simpulan.

Contoh:Semua sarjana adalah orang cerdas.Ali adalah seorang sarjana.

21 Ibid, hlm. 149.

21

Jadi, Ali adalah orang cerdas.

Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Aliadalah orang cerdas karena dia seorang sarjana”. Beberapa contohentimen:Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.

Dengan demikian, silogisme dapat dijadikan entinem.Sebaliknya, sebuah entimen dapat diubah menjadi silogisme.

2.2.7Penalaran Induktif

Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari

pernyataan yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus

dan menghasilkan simpulan yang umum. Dengan kata lain, simpulan

yang diperoleh tidak lebih khusus daripada pernyataan

(premis).22

Penalaran induktif (prosesnya disebut induksi) merupakan

proses penalaran untuk menarik suatu prinsip atau sikap yang

berlaku untuk umum maupun suatu kesimpulan yang bersifat umum

berdasarkan atas fakta-fakta khusus.

Keuntungan Menggunakan Penalaran Induktif:

1. Pernyataan yang bersifat umum ini bersifat

ekonomis

2. Dari pernyataan yang bersifat umum dimungkinkan

proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun

deduktif.

22 Ibid, hlm. 150.

22

2.2.7.1 Jenis-Jenis Penalaran Induktif

2.2.7.1.1 GeneralisasiGeneralisasi adalah pernalaran yang mengandalkan beberapa

pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan

simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala dan data,

kita ragu-ragu mengatakan bahwa “Lulusan sekolah A pintar-

pintar.” Hal ini dapat kita simpulkan setelah beberapa data

sebagai pernyataan memberikan gambaran seperti itu.23

Contoh:Jika dipanaskan, besi memuai.

Jika dipanaskan, tembaga memuai.

Jika dipanaskan, emas memuai.

Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.

Benar atau tidaknya simpulan dari generalisasi itu dapatdilihat dari hal-hal yang berikut.1. Data itu harus memadai jumlahnya. Makin banyak datayang dipaparkan, makin benar simpulan yang diperoleh.

2. Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yangsama itu akan dihasilkan simpulan yang benar.

3. Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yangmempunayai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.

2.2.7.1.2 AnalogiAnalogi adalah cara penarikan pernalaran dengan

membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.24

Contoh:

Nina adalah lulusan akademi A.

Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Ali adalah lulusan akademi A.23 Ibid, hlm. 15124 Ibid, hlm. 151.

23

Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Tujuan pernalaran dengan analogi adalah sebagai berikut.

1. Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.

2. Analogi digunakan untuk menyingkapkan kekeliruan.

3. Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.

2.2.7.1.3 Hubungan Kausal

Hubungan kausal adalah pernalaran yang diperoleh dari

gejala-gejala yang saling berhubungan.25 Misalnya, tombol

ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari,

hubungan kausal ini sering kita temukan. Hujan turun dan jalan-

jalan becek. Ia kena penyakit kanker darah dan meninggal dunia. Dalam

kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar

masalah yaitu sebagai berikut:

2.2.7.1.3.1 Sebab Akibat

Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Di samping itu,

hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D dan

seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang dianggap

penyebab kadang-kadang lebih dari satu.

Dalam kaitannya dengan hubungan kasual ini, diperlukan

kemampuan penalaran sesorang untuk mendapatkan kesimpulan

penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang

tidak jelas terhadap sebuah akibat yang nyata. Kalau kita

melihat sebiji buah mangga jatuh dari batangnya, kita akan

memperkirakan beberapa kemungkinan penyebabnya. Mungkin

25 Ibid, hlm. 152.

24

mangga itu ditimpa hujan, mungkin dihempas angin, dan

mungkin pula dilempari oleh anak-anak. Pastilah salah satu

kemungkinan itu yang menjadi penyebabnya.

Andaikata angin tiba-tiba bertiup (A), dan hujan yang

tiba-tiba turun (B), ternyata tidak sebuah mangga pun yang

jatuh (E), tentu kita dapat menyimpulkan bahwa jatuhnya buah

mangga itu disebabkan oleh lemparan anak-anak (C).

Pola seperti itu dapat kita lihat pada rancangan berikut.

Angin hujan lemparan mangga jatuh.

(A) (B) (C) (D)

Angin, hujan mangga tidak jatuh

(A) (B) (D)

Oleh sebab itu, lemparan anak menyebabkan mangga jatuh.

(C) (E)

Pola-pola seperti itu sesuai pula dengan metode agreement

yang berbunyi sebagai berikut. Jika dua kasus atau lebih

dalam satu gejala mempunyai satu dan hanya satu kondisi yang

dapat mengakibatkan sesuatu, kondisi itu dapat diterima

sebagai penyebab sesuatu tersebut.26

Teh, gula, garam menyebabkan kedatangan semut.

(P) (Q) (R) (Y)

Gula, lada, bawang menyebabkan kedatangan semut.

(Q) (S) (U) (Y)

Jadi, gula menyebabkan kedatangan semut.

(Q) (Y)

26 Ibid, hlm. 153.

25

2.2.7.1.3.2 Akibat-Sebab

Akibat-sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa

seseorang yang pergi ke dokter.Ke dokter merupakan akibat

dan sakit merupakan sebab, jadi mirip dengan entimen.Akan

tetapi, dalam pernalaran jenis akibat-sebab ini, peristiwa

sebab merupakan simpulan.

2.2.7.1.3.3 Akibat-Akibat

Akibat-akibat adalah suatu pernalaran yang menyiratkan

penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada

suatu “akibat” yang lain. Contohnya adalah sebagai

berikut.27

Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya melihat tanah di

halamannya becek. Ibu langsung menyimpulkan bahwa kain

jemuran di belakang rumahnya pasti basah. Dalam kasus itu

penyebabnya tidak ditampilkan, yaitu hari hujan. Pola itu

dapat dilihat seperti berikut ini.

Hujan menyebabkan tanah becek.

(A) (B)

Hujan menyebabkan kain jemuran basah.

(A) (C)

Dalam proses pernalaran “akibat-akibat”, peristiwa

tanah becek (B) merupakan data, dan peristiwa kain jemuran

basah (C) merupakan simpulan.

Jadi, karena tanah becek, pasti kain jemuran basah.27 Ibid, hlm. 153.

26

(B) (C)

2.2.8 Salah NalarGagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah,

keliru, atau cacat disebut salah nalar.28 Salah nalar ini

disebabkan oleh ketidaktepatan orang mengikuti tata cara

pikirannya. Apabila kita perhatikan beberapa kalimat dalam

bahasa Indonesia secara cermat, kadang-kadang kita temukan

beberapa pernyataan atau premis tidak masuk akal. Kalimat-

kalimat yang seperti itu disebut kalimat dari hasil salah

nalar.Kalau kita pilah-pilah beberapa bentuk salah nalar itu,

kita dapat membagi salah nalar itu dalam beberapa macam, yaitu

sebagai berikut.

2.2.8.1 Deduksi yang Salah

Salah nalar yang disebabkan oleh deduksi yang salah

merupakan salah nalar yang amat sering dilakukan orang. Hal

ini terjadi karena orang salah mengambil simpulan dari suatu

silogisme dengan diawali oleh premis yang salah atau tidak

memenuhi syarat.

Beberapa salah nalar jenis ini adalah sebagai berikut.

1. Pak Ruslan tidak dapat dipilih sebagai lurah di sini karena

dia miskin.

2. Bunga Anggrek sebetulnya tidak perlu dipelihara karena bunga

anggrek banyak ditemukan dalam hutan.

3. Dia pasti cepat mati karena dia menderita penyakit jantung.

28 Ibid, hlm. 154.

27

2.2.8.2 Generalisasi Terlalu Luas

Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah premis yang

mendukung generalisasi tidak seimbang dengan besarnya

generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi

salah.29 Beberapa salah nalar jenis ini adalah sebagai berikut.

a. Gadis Bandung cantik-cantik.

b. Kuli pelabuhan jiwanya kasar.

c. Orang Makasar pandai berdayung.

2.2.8.3 Pemilihan Terbatas pada Dua Alternatif

Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang

tidak tepat dengan pemilihan “itu” atau “ini”. Beberapa

pernalaran yang salah seperti itu adalah sebagai berikut.

a. Engkau harus mengikuti kehendak ayah, atau engkau harus

berangkat dari rumah ini.

b. Dia membakar rumahnya agar kejahatannya tidak diketahui

orang.

c. Engkau harus memilih antara hidup di Jakarta dengan serba

kekurangan dan hidup di kampung dengan menanggung malu.

2.2.8.4 Penyebab yang Salah Nalar

Salah nalar jenis ini disebabkan oleh kesalahan menilai

sesuatu sehingga mengakibatkan terjadi pergeseran maksud.

Orang tidak menyadari bahwa yang dikatakannya itu adalah

salah.Beberapa salah nalar yang termasuk jenis ini adalah

sebagai berikut.

29 Ibid, hlm. 155.

28

a. Matanya buta sejak beberapa waktu yang lalu. Itu tandanya

dia melihat gerhana matahari total.

b. Sejak ia memperhatikan dan membersihkan kuburan para

leluhurnya, di hamil.

c. Kalau ingin dikenal orang, kita harus memakai kacamata.

2.2.8.5 Analogi yang Salah

Salah nalar dapat terjadi apabila orang menganalogikan

sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah satu

segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain.30

Beberapa jenis salah nalar seperti ini adalah sebagai berikut.

1. Sumini, seorang alumni Universitas Indonesia, dapat

menyelesaikan tugasnya dengan baik. Oleh sebab itu, Tata,

seorang alumni Universitas Indonesia, tentu dapat

menyelesaikan tugasnya.

2. Pada hari Senin, langit di sebelah barat menghitam, angin

bertiup kencang, dan tidak lama kemudian turun hujan. Pada

hari Selasa, langit sebelah barat menghitam, angin bertiup

kencang, dan tidak lama kemudian turun hujan. Pada hari

Rabu, langit sebelah barat menghitam, angin bertiup kencang.

Hal ini menandakan bahwa tidak lama lagi akan turun hujan.

2.2.8.6 Argumentasi Bidik Orang

Salah nalar jenis ini adalah salah nalar yang disebabkan

oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang

diembannya. Dengan kata lain, sesuatu itu selalu dihubungkan

30 Ibid, hlm. 156.

29

dengan orangnya. Beberapa salah nalar jenis ini adalah sebagai

berikut.

1. Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami

karena petugas keluarga berencana itu mempunyai anak enam

orang.

2. Kamu tidak boleh kawin dengan Verdo karena orang tua Verdo

itu bekas penjahat.

3. Dapatkah dia memimpin kita kalau dia sendiri belum lama ini

bercerai dengan istrinya?

2.2.8.7 Meniru-niru yang Sudah Ada

Salah nalar jenis ini adalah salah nalar yang berhubungan

dengan anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita lakuakn kalau

atasan kita melakukan hal itu.Beberapa salah nalar jenis ini

adalah sebagai berikut.

1. Peserta penataran boleh pulang sebelum waktunya karena para

undangan yang menghadiri acara pembukaanpun sudah pulang

semua.

2. Siswa SMA seharusnya dibenarkan mempergunakan kalkulator

ketika menyelesaikan soal matematika sebab professor pun

menggunakan kalkulator ketika menyelesaikan soal matematika.

2.2.8.8 Penyamarataan Para Ahli

Salah nalar ini disebabkan oleh anggapan orang tentang

berbagai ilmu dengan pandangan yang sama.31 Hal ini akan

31 Ibid, hlm. 157.

30

mengakibatkan kekeliruan mengambil simpulan. Beberapa salah

nalar jenis ini adalah sebagai berikut.

1. Perkembangan sistem pelayaran kita dapat dibahas secara

panjang lebar oleh Ahmad Panu, seorang tukang kayu yang

terkenal itu.

2. Pembangunan pasar swalayan itu sesuai saran Toto, seorang

ahli di bidang perikanan.

BAB IIIPENUTUP

3.1 SimpulanDefinisi adalah suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting

suatu hal, dan biasanya lebih kompleks dari arti, makna, atau

31

pengertian suatu hal. Terdapat lima jenis definisi dilihat daritujuannya, yaitu definisi persuasif, teoritis, ketepatan,leksikal, dan stipulatif.

Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untukmenghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampaipada suatu simpulan.Terdapat dua jenis metode dalam menalar yaitupenalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran adalah suatuproses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data ataufakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Penalaraninduktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan yangbertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkansimpulan yang umum.

3.2 Saran3.2.1 Penalaran penting bagi mahasiswa dalam memecahkanpersoalan dalam kehidupan sehari-hari.

3.2.2 Mengetahui cara membuat definisi yang baik dan benarsangat penting bagi mahasiswa agar tidak mengalami kesalahanyang sama kedepannya.

3.2.3 Penting memahami faktor-faktor yang menyebabkan salahnalar terjadi agar dapat menghindari hal-hal tersebut ketikamenarik suatu penalaran.

32

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan Amran Tasai.2004. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:Akademika Pressindo.

Lestari, Rakhmawati. 2013. Penalaran dan Definisi. http://tarirl.wordpress.com/2013/05/16/ definisi-dan-penalaran/. 20 April 2014, 07.45.

33


Recommended