Date post: | 28-Jan-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | khangminh22 |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
1
PENAPISAN BAKTERI SELULOLITIK PADA SALURAN
PENCERNAAN IKAN KERAPU CANTANG YANG
DIBUDIDAYAKAN DI DESA BABAKAN, KECAMATAN
PANGANDARAN, KABUPATEN PANGANDARAN
SCREENING OF CELLULOLYTIC BACTERIA IN THE DIGESTIVE TRACT OF
CANTANG GROUPER CULTIVATED IN BABAKAN VILLAGE, PANGANDARAN
DISTRICT, PANGANDARAN REGENCY
Ningam Syukri, Kasprijo, P. Hary Tjahja, Hamdan Syakuri, Emyliana Listiowati
1. Program Studi Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto, 53123, Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRAK
Ikan Kerapu Cantang merupakan hasil pesilangan dari ikan Kerapu Macan betina dan ikan Kerapu
Kertang jantan. Ikan Kerapu Cantang merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya yang
memiliki nilai ekonomis tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan bakteri
selulolitik serta aktivitas bakteri selulolitik pada saluran pencernaan ikan Kerapu Cantang.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi dengan pengambilan sampel
secara purpose random sampling. Variabel utama yang diamati pada penelitian ini, yaitu
mengamati proporsi bakteri selulolitik dan aktivitas bakterinya pada saluran pencernaan ikan
Kerapu Cantang yang di kultur pada media CMC 1%. Sedangkan variabel pendukung adalah:
kelimpahan bakteri, uji Gram KOH, proporsi Bacillus, dan pewarnaan Gram. Keberadaan bakteri
Selulolitik pada saluran pencernaan ikan Kerapu Cantang pada penelitian ini ditunjukkan dengan
adanya zona bening di sekeliling koloni bakteri yang ditumbuhkan pada media spesifik (CMC
1%). Hasil penelitian ini untuk proporsi keberadaan bakteri selulolitik pada bagian anterior
49,33% middle 38,66% dan posterior 28%. Aktivitas bakteri selulolitik dari penelitian ini
menunjukkan hasil dengan indeks hidrolisis pada bagian anterior sebesar 0,14 – 1,4, midddle 0,1
– 3,3 dan posterior 0,2 – 1,6.
Kata kunci: bakteri selulolitik, enzim selulase, ikan kerapu cantang, saluran pencernaan, zona
bening
ABSTRACT
Cantang grouper is a cross between female tiger grouper and male Kertang grouper. Cantang
grouper fish is one of the cultivated fishery commodities which has high economic value. This
study aims to determine the presence of cellulolytic bacteria and the activity of cellulolytic
bacteria in the digestive tract of Cantang Grouper fish. The method used in this research is the
method of observation with purposive random sampling. The main variables observed in this
study were observing the proportion of cellulolytic bacteria and the activity of cellulolytic bacteria
in the digestive tract of Cantang Grouper fish. The supporting variables in this study were the
abundance of bacteria, Gram KOH test, the proportion of Bacillus and gram staining. The
presence of cellulolytic bacteria in the digestive tract of Cantang Grouper in this study was
indicated by the presence of a clear zone around the bacterial colonies grown on specific media
(CMC 1%). The results of this study for the proportion of the presence of cellulolytic bacteria in
the anterior 49.33% middle 38.66% and 28% posterior. The activity of cellulolytic bacteria from
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
2
this study showed results with hydrolysis index in the anterior of 0.14 - 1.4, midddle 0.1 - 3.3 and
posterior 0.2 - 1.6.
Keywords: Cellulolytic bacteria, cellulase enzymes, cantang grouper, digestive tract, clear zone
1. PENDAHULUAN Ikan kerapu merupakan salah satu
komoditas perikanan laut yang memiliki nilai
ekonomis tinggi, kerapu ini dapat dibudidayakan
pada padat tebar tinggi dan pertumbuhannya
lebih cepat jika dibandingkan dengan jenis
kerapu yang lainnya (Rahma-ningsih dan Ari,
2013). Ikan Kerapu Cantang merupakan hasil
pesilangan atau hibridasi antara Kerapu Macan
(Epinephelus fuscoguttatus) betina dan Kerapu
Kertang (Epinephelus lanceoulatus) jantan yang
merupakan hasil dari penelitian BPBAP
Situbondo (Wibowo, 2010).
Pakan merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan (Istiqomah et al.,
2019). Proses pencernaan pakan dan penyerapan
sari makanan berlangsung di dalam usus
(Isnaeni, 2006). Pada pencernaan ikan kerapu
banyak terdapat bakteri, salah satunya adalah
bakteri selulolitik. Bakteri selulolitik adalah jenis
bakteri yang memiliki kemampuan untuk
mendegradasi substrat yang mengandung
selulosa. Bakteri selulolitik mampu mengubah
selulosa menjadi gula yang lebih sederhana
untuk sumber karbon dan energi bagi
metabolisme dan pertumbuhannya. Kemampuan
ini disebabkan bakteri dapat memproduksi enzim
selulase (Zhang & Zhang, 2013).
Kemampuan ikan dalam mencerna pakan
tergantung pada kelengkapan organ pencernaan
serta ketersediaan enzim (Fitriliyani, 2011).
Adapun enzim ekstraseluler yang terdapat pada
saluran pencernaan ikan yaitu enzim amilase,
protease, lipase dan selulase. Enzim ekstraseluler
pada ikan tersebut berfungsi untuk proses
pencernaan (Putra dan Hermawan, 2014). Enzim
selulase merupakan kumpulan dari beberapa
enzim yang bekerja bersama untuk hidrolisis
selulosa. Mikroorganisme tertentu menghasilkan
partikel yang dinamakan selulosom. Partikel
inilah yang akan terdisintegrasi menjadi enzim
enzim, yang secara sinergis mendegradasi
selulosa (Belitz et al., 2008). Enzim selulase
menghidrolisis ikatan β-1,4-glikosidik pada
molekul selulosa sehingga menghasilkan
glukosa (Afsahi et al., 2007). Enzim ini
umumnya digunakan dalam berbagai industri
seperti teknologi pangan, tekstil, pakan ternak,
kertas, pertanian, dan dalam pengembangan
penelitian (Kovács, 2009). Dalam bidang
perikanan penggunaan enzim selulase juga sudah
mulai digunakan untuk peningkatan kualitas
pakan ikan sebagai kadidat probiotik (Mulyasari,
2015). Bakteri selulolitik telah ditemukan dalam
saluran pencernaan ikan bandeng (Chanos
chanos), kakap merah utara (Lutjanus sp.)
(Istiqomah et al., 2019).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui keberadaan bakteri yang bersifat
selulolitik dari saluran pencernaan ikan Kerapu
Cantang serta mengetahui berapa besar aktivitas
bakteri tersebut yang bersifat selu-lolitik pada
saluran pencernaan.
2. BAHAN DAN METODE
1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus
2020 di Laboratorium Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelutan Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto. Sedangkan tempat pengambilan
sampel ikan uji dari kolam budidaya di Desa
Babakan, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten
Pangandaran.
2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini
antara lain adalah: container, tabung reaksi
microtube 1,5mL, microwave, lampu bunsen,
vortex, pipet tetes, tip, gunting bedah, aerator,
cawan petri, gelas ukur, becker glass,
erlenmeyer, pelet pastel, autoklaf, alumunium
foil, plastik, inkubator, kompor gas, spatula,
korek api, mikropipet, jarum ose, oven, glass
preparat, wrapping. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah KOH 3%, larutan fisiologis
NaCl 0,9%, Carboxymethylcellulose (CMC),
akuades, garam, spirtus, kristal violet (gram A),
lugol (gram B), etanol 95% (gram C), safranin
(gram D), media TSA (Merck), media Bacillus
agar (Himedia).
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
saat pengambilan sampel menggunakan metode
observasi, dengan teknik pengambilan sampel
secara purposive random sampling. Jumlah
sempel ikan yang di ambil sebanyak 3 ekor
dengan panjang rata-rata 14 cm dan bobot rata-
rata 43,8 gram.
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
3
4. Prosedur Penelitian
a. Pembuatan Media TSA (Trypticase Soya
Agar)
Media TSA (Tripticase Soya Agar) diambil
sebanyak 4gram ditambahkan 0,05gram garam
dan akuades 100 mL, kemudian dimasukkan ke
dalam erlenmeyer. Selanjutnya dipanaskan
dalam microwave sampai mendidih dan tidak ada
gelembung udara di -atasnya. Setelah itu
disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu
121° C selama 15 menit. Larutan TSA disimpan
di autoklaf sampai hangat, lalu dimasukkan
dalam cawan petri yang telah disterilkan dan
disimpan hingga digunakan untuk perlakuan
selanjutnya. Media TSA (Tripticase Soya Agar)
ini digunakan untuk menghitung jumlah total
bakteri.
b. Pembuatan Media Carboxyme-
thylcellulose (CMC)
Media Carboxymethylcellulose (CMC) adalah
media spesifik untuk uji aktivitas bakteri
selulolitik. Pembuatannya dengan cara
menimbang 4gram bubuk TSA, 1% CMC dan
akuades 100 mL dituangkan ke dalam tabung
erlenmeyer. Setelah itu dipanaskan
menggunakan microwave sampai mendidih dan
tidak ada gelembung udara di atasnya. Kemudian
disterilkan menggunakan autoklaf dengan suhu
121° C selama 15 menit, setelah itu dibiarkan
hingga suhu 20 ° C baru dituangkan ke dalam
cawan petri yang telah disterilkan dan disimpan
dalam lemari seteril hingga digunakan untuk
perlakuan selanjutnya.
c. Pembuatan Media Bacillus Agar
Media Bacillus Agar dibuat dengan cara
melarutkan setiap 4,92gram bubuk bacillus Agar
dan 100 mL akuades lalu dimasukan dalam
tabung erlenmeyer. Kemudian Bacillus Agar
dipanaskan menggunakan microwave sampai
mendidih dan tidak ada gelembung udara di
atasnya. Setelah itu Bacillus Agar disterilkan
menggunakan autoklaf dengan tekanan 121° C
selama 15 menit. Bacillus agar disimpan sampai
hangat, lalu dimasukkan dalam cawan petri yang
telah disterilkan dan disimpan hingga digunakan
untuk perlakuan selanjutnya.
d. Pengambilan sampel
Sampel ikan Kerapu Cantang yang diambil
berasal dari kolam budidaya di Desa Babakan,
Kecamatan Pangandaran, Kabupaten
Pangandaran. Pada pengambilan sampel, ikan
Kerapu Cantang di ambil sebanyak 3 ekor
dengan panjang rata-rata 14 cm dan bobot rata-
rata 43,8 gram kemudian dibedah kemudian
saluran pencernaan diambil dan diukur panjang
saluran pencernaannya. Kemudian usus dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu bagian anterior,
middle, dan posterior dari masing-masing bagian
diambil sepanjang 0,5 cm.
e. Isolasi Bakteri
Pertama usus sampel dimasukan ke dalam
microtube dan ditimbang beratnya. Kemudian
dihaluskan dengan pellet pastle, dan
ditambahkan sebanyak 1 mL NaCl 0,9% steril,
lalu dihomogenkan menggunakan vortex.
Persiapan plating diawali dengan pengenceran.
Tabung reaksi diisi dengan larutan NaCl 0,9%
steril sebanyak 4,5 mL/tabung Sampel yang telah
di vortex diencerkan berseri 10⁻¹ hingga 10-7.
Larutan sampel sebanyak 0,5 ml pada tabung
pengenceran 10-2 hingga 10-7 dikultur dengan
metode pour plate pada media TSA simpan di
incubator selama 18-24 jam. Kemudian dikultur
kembali pada cawan petri yang berisi TSA.
Selanjutnya diinkubasi pada incubator dengan
suhu 28,5ºC selama 18-24 jam agar bakteri
tumbuh (Irmawati et al., 2014). Hasil analisis
mikrobiologi dengan metode hitung koloni
digunakan standar , yaitu TPC (Total Plate
Count) dengan sistematika koloni yang tumbuh
berjumlah di atas 30 dan kurang dari 300
(Sukmawati, 2018). Beberapa koloni yang
bergabung menjadi satu dihitung sebagai satu
koloni dan bentuk koloni sangat besar dimana
jumlah koloni diragukan dapat dihitung sebagai
satu koloni (Fardiaz, 1992). Perhitungan
kelimpahan bakteri dihitung menggunakan
rumus kelimpahan bakteri (Damongilala, 2009) :
Kelimpahan bakteri = ∑ koloni x 1
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 x
1
𝑉𝑜𝑙.𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 x
1
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) (CFU/g) (1)
f. Uji Gram Positif Negatif
Uji Gram pada penelitian ini dilakukan
dengan mencampurkan satu lup isolat bakteri
pada kaca objek. Setelah itu ditetesi KOH 3%
sebanyak 10 µL, kemudian diamati apakah
terbentuk lendir atau tidak. Jika terbentuk lendir
maka bakteri tersebut dikelompokkan ke dalam
Gram negatif tetapi jika tidak ter-bentuk lendir
maka tergolong Gram positif (Kurnia, 2016).
g. Uji Bacillus
Media kultur Bacillus dituangkan ke dalam
cawan petri. Kemudian isolat mikroba Gram
positif streak pada media Bacillus. Bakteri
diinkubasi pada lemari inkubator selama 1 hari
pada suhu 37°C.
h. Penentuan Indeks Bakteri Selulolitik
Media kultur yang mengandung
Carboxymethylcellulose (CMC) dituangkan ke
dalam cawan petri. Kemudian isolat mikroba
ditotolkan pada media agar CMC. Bakteri
diinkubasi selama 1 hari pada suhu 37°C dalam
incubator dan kemudian dilakukan uji aktivitas
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
4
bakteri dengan menambahkan congo red 0,1%
sebanyak 15 mL dan didiamkan selama 30 - 60
menit. Pada uji aktivitas selulase semakin besar
indeks selulolitik yang dihasilkan maka semakin
besar enzim yang dihasilkan oleh isolat bakteri
tersebut (Mulyasari, 2015). Zona bening (clear
zone) yang muncul di sekeliling koloni bakteri
menunjukkan terjadinya proses hidrolisis
selulosa, sebaliknya jika tidak terjadi proses
hidrolisis maka tidak akan terlihat zona bening di
sekitar koloni yang tumbuh. Menurut Sumardi et
al., (2010) untuk menentukan indeks bakteri
Selulolitik, yaitu dengan cara :
Indeks hidrolisis selulolitik= 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑧𝑜𝑛𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 (2)
i. Pewarnaan Gram
Perwarnaa Gram dilakukan dengan cara 1−2
tetes aquades steril diletakkan di atas kaca objek,
aquades steril dan sebarkan hingga merata.
Kemudian Koloni bakteri dimbil satu ose secara
aseptik dan dioleskan pada object glass. Biarkan
olesan tersebut kering karena udara. Isolat
bakteri ditetesi kristal violet (Gram A) dan
didiamkan selama 1 menit, selanjutnya dicuci
dengan air mengalir dan dikering hingga kering,
kemudian ditetesi dengan larutan iodine (Gram
B) dan didiamkan selama 1 menit, lalu dicuci
dengan air mengalir dan dianginkan hingga
kering. Setelah itu ditetesi etanol 95% (Gram C)
selama 30 detik, kemudian dialiri air mengalir
dan dianginkan hingga kering. Terakhir ditetesi
safranin (Gram D) selama 30 detik dan dicuci
dengan air mengalir dan dianginkan hingga
kering. Berikut dilakukan pengamatan
menggunakan mikros-kop (Waluyo, 2010).
Bakteri Gram positif akan ditandai dengan warna
ungu, sedangkan bakteri gram negatif ditandai
dengan warna merah (Nurhidayanti et al, 2015).
5. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini
berupa kelimpahan bakteri, proporsi Gram KOH,
Proporsi Bacillus, proporsi aktivitas bakteri
Selulolitik, indeks hidrolisis Selulolitik serta
pewarnaan Gram. Data kelimpahan bakteri dan
proporsi bakteri Selulolitik dianalisis secara
statistik menggunakan uji ANOVA (Analysis of
Variance), hasil yang berbeda nyata dlanjutkan
dengan uji Tukey. Data indeks hidrolisis
selulolitik, uji gram KOH, Uji Bacillus dan
pewarnaan Gram dianalisis secara deskriptif.
Data disajikan dalam bentuk gambar dan tabel
serta dibandingkan dengan Referensi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAAN
1. Kelimpahan Bakteri di Saluran
Pencernaan Kerapu Cantang
Kelimpahan bakteri pada saluran
pencernaan ikan Kerapu Cantang dihitung
dengan menggunakan metode yang dilakukan
oleh Damongilala, (2009) yaitu dengan metode
TPC (Total Plate Count). Bakteri yang di hitung
dalam penelitian ini diambil dari usus ikan
Kerapu Cantang pada bagian depan, tengah dan
belakang yang di tumbuhkan dalam media TSA.
Hasil perhitungan kelimpahan bakteri pada
saluran pencernaan ikan kerapu Cantang
disajikan dalam bentuk tabel serta dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kelimpahan Bakteri Bagian Anterior Middle dan Posterior pada Saluran Pencernaan Ikan Kerapu
Cantang
Sampel
Jumlah Total Bakteri
Anterior CFU/gram Middle CFU/gram Posterior CFU/gram
Kerapu Cantang 1 4,142 × 108 5,2 × 108 8,255 × 108
Kerapu Cantang 2 4,357 × 108 4,888 × 108 7,27 × 108
Kerapu Cantang 3 5,062 × 108 5,34 × 108 7,82 × 108
Rata - Rata 4,52 ± 0.48a × 108 5,14 ± 0.23a × 108 7,78 ± 0.49b × 108
Berdasarkan Tabel 1 hasil uji statistik
ANOVA (P<0.05) menunjukkan bahwa setiap
bagian anterior, middle, dan posterior pada
saluran pencernaan ikan kerapu cantang
berpengaruh terhadap jumlah kelimpahan
bakteri. Hasil menunjukkan kelimpahan bakteri
semakin meningkat dari anterior hingga bagian
posterior. Adanya peningkatan total bakteri pada
bagian posterior di sebabkan karena faktor
kondisi lingkungan dan sturuktur saluran
pencernaan. Menurut pendapat Debases et al.,
(2014) bahwa jumlah kelimpahan bakteri
Saluran Pencernaan ikan terjadi peningkatan dari
bagian anterior sampai posterior. Perbedaan
jumlah kelimpahan bakteri di sebabkan karena
bebrapa faktor diantaranya struktur saluran
pencernaan, pakan dan lingkungan (Lee et al.,
1986).
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
5
2. Pengamatan Gram KOH (3 %)
Uji Gram KOH 3% bertujuan untuk
mengetahui proporsi jumlah bakteri Gram positif
dan Gram negatif pada saluran pencernaan ikan
kerapu cantang. Bakteri Gram positif, yaitu
bakteri yang tidak membentuk lendir saat
dilakukanya Uji Gram KOH. Hal ini di sebabkan
karena dinding sel pada bakteri lebih resisten
terhadap KOH dan membuat dinding sel tersebut
tidak pecah. Sebaliknya pada gram negetif
dinding sel lebih sensitif dan tidak memiliki
ketahanan terhadap penghambat basa seperti
larutan KOH yang menyebabkan dinding sel
tersebut pecah dan mengakibatkan DNA yang
terdapat dalam bakteri ke luar. Karena DNA
bersifat sangat kental di dalam air, oleh karena
itu saat dilakukan uji Gram KOH akan
terbentuklah lendir (Purwohadisantoso et
al., 2009). Proporsi sifat Gram bakteri saluran
pencernaan ikan kerapu cantang tersaji pada
Gambar 4.
Gambar 4. Proporsi bakteri Gram positif dan Gram negatif pada bagian anterior, middle dan posterior
Berdasarkan Gambar 4 Proporsi
bakteri Gram negatif pada saluran pencernaan
ikan kerapu cantang di posterior, middle dan
anterior lebih banyak dibandingkan dengan gram
positif. Hal ini di sebabkan karena bakteri Gram
negatif memiliki ketahan lebih tinggi di
bandingkan dengan Gram positif. Menurut
Pelczar & Chan, (2005) bakteri Gram negatif
memiliki ketahan lebih tinggi dan tidak rentan
terhadap gangguan fisik, serta persyaratan
nutrien Gram negatif lebih sederhana di
bandingkan dengan gram positif. Bakteri gram
negatif juga memiliki ketahanan lebih tinggi
terhadap suasana asam dan lingkungan di sekitar
karena gram negatif memiliki struktur dinding
sel yang lebih tebal dan kompleks
(Purwohadisantoso et al., 2009).
3. Aktivitas Bakteri Selulolitik Pada
Saluran Pencernaan Ikan kerapu
Cantang
Bakteri selulolitik adalah bakteri yang
memiliki kemampuan untuk mendegradasi
substrat yang mengandung selulosa. Keberadaan
bakteri Selulolitik dideteksi menggunakan media
yang mengandung CMC 1%. Terdapatnya zona
bening di sekitar koloni bakteri pada media CMC
1% menandakan adanya aktivitas bakteri
selulolitik. Adapun zona bening yang terbentuk
pada media dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Zona Bening dari Saluran
Pencernaan Ikan Kerapu Cantang. Keterangan:
[A] Media tidak terhidrolisis, [B] Zona bening,
[C] Koloni bakteri
Zona bening yang terbentuk pada isolat ikan
kerapu cantang karena adanya aktivitas bakteri
selulolitik. Zona bening tersebut menandakan
bahwa bakteri tersebut mampu menghasilkan
enzim selulase. Menurut Purkan, (2015) enzim
selulose merupakan kumpulan dari beberapa
enzim yang bekerjasama untuk menghidrolisis
selulosa. Selulosa merupakan bahan yang sulit
dicerna oleh saluran pencernaan, kandungan
selulosa yang cukup tinggi dalam pakan akan
menyebabkan terjadinya respons berupa adaptasi
biologis atau penyesuaian alat pencernaan seperti
usus dan lambung. Adaptasi yang dilakukan,
yaitu dengan cara memperpanjang usus dan
peningkatan bobot lambung. Peningkatan
panjang usus tersebut menyebabkan bobot usus
27%
73%
Posterior
Gram Positif Gram Negatif
28%
72%
Middle
Gram Positif Gram Negatif
44%56%
Anterior
Gram Positif Gram Negatif
C
B
A
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
6
meningkat serta pertumbuhan bakteri yang
terdapat dalam usus meningkat (Yandes et al,
2003 dalam Rohy, 2014). Hasil dari proporsi
aktivitas bakteri selulolitik bagian anterior,
middle dan posterior pada saluran pencernaan
Ikan Kerapu Cantang terdapat pada Tabel. 2 dan
Tabel. 3 sebagai berikut.
Tabel 2. Proporsi Bakteri Selulolitik pada Saluran Pencernaan Ikan Kerapu Cantang
Sampel Jumlah isolat Jumlah Isolat selulolitik Persentase (%)
Ikan Kerapu
Cantang 1
Anterior 25 16 64
Middle 25 14 56
Posterior 25 4 16
Ikan Kerapu Cantang
2
Anterior 25 12 48
Middle 25 7 28
Posterior 25 9 36
Ikan Kerapu Cantang
3
Anterior 25 9 36
Middle 25 8 32
Posterior 25 8 32
Tabel 3. Rata – Rata Proporsi Bakteri Selulolitik Bagian Anterior, Middle dan Posterior
Sampel Jumlah Total isolat Jumlah Isolat aktivitas
Selulolitik
Presentase Rata-Rata Proporsi
(%)
Anterior 25 12,33±3,511a 49,33 %
Middle 25 9,66±3,78a 38,66 %
Posterior 25 7±2,64a 28%
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa
bakteri selulolitik pada saluran pencernaan ikan
kerapu cantang dengan jumlah yang sedikit
karena ikan kerapu cantang merupakan jenis ikan
kanivora. Hal ini sesuai pendapat Debases et al.,
(2014) bahwa populasi bakteri selulolitik yang
lebih tinggi terdapat pada ikan herbivore.
Sedikitnya jumlah bakteri selulolitik pada
saluran pencernaan karena bakteri usus berubah
dengan perilaku makan hewan (Kar dan Ghosh,
2008). Banyaknya bakteri bacillus subtillis dan
bacillus coagulans pada penelitian ini yang dapat
dilihat pada Gambar. 6 merupakan salah satu
indikasi adaya bakteri selulolitik karena kedua
bakteri ini dapat memproduksi enzim selulase.
Hal ini sesuai pendapat Fitriliyani, (2011) bahwa
bakteri bacillus subtillis dan bacillus coagulans
dapat memproduksi enzim amilase, selulase,
protease dan lipase. Data pada Tabel. 3
menunjukkan proporsi bakteri selulolitik pada
bagian anterior lebih tinggi dibandingkan dengan
bagian middle maupun posterior. Tingginya
proporsi bakteri selulolitik pada bagian anterior
di sebabkan adanya proses penyerapan sari sari
makanan oleh sekresi enzim. Pada bagian
anterior usus berfungsi sebagai transportasi
bahan makanan dari perut menuju usus posterior,
proses pencernaan lengkap oleh sekresi enzim
dari dinding dan aksesori kelenjar, serta
menyerap produk akhir pencernaan ke dalam
pembuluh darah dan getah bening di dindingnya
(Mumford et al, 2007).
Tabel 4. Indeks Hidrolisis Bakteri Selulolitik Bagian Anterior, middle dan posterior Pada Saluran
Pencernaan Ikan kerapu Cantang
Sampel
Indek Hidrolisis Bakteri selulotik
Anterior Middle Posterior
Ikan Kerapu Cantang 1 0,2 – 1 0,1 – 1 0,28 – 1,16
Ikan Kerapu Cantang 2 0,14 - 1 0,125 – 3,3 0,2 – 0,66
Ikan Kerapu Cantang 3 0,25 – 1,4 0,4 – 1,16 0,3 – 1,6
Indeks hidrolisis bakteri selulolitik dapat
dihitung dengan cara mengukur diamter zona
bening yang terbentuk disekitar koloni dikurangi
diameter koloni bakteri yang tumbuh, kemudian
dibagi dengan diamter koloni bakteri yang
tumbuh. Tabel. 4 menunjukkan indeks hidrolisis
bakteri selulolitik pada bagian anterior sebesar
0,14 – 1,4, midddle 0,1 – 3,3 dan posterior 0,2 –
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
7
1,6. Menurut penelitian yang dilakukan
Istiqomah et al., (2019) bahwa pada ikan kerapu
memiliki indeks hidrolisis selulolitik sebesar 1,4
– 1,7. Besarnya indeks hidrolisis selulolitik yang
dihasilkan dari ketiga bagian, yaitu anterior,
middle dan posterior menunjukkan perbedaan.
Adanya perbedaan yang terjadi dikarenakan
berhubungan dengan kemampuan masing-
masing isolat bakteri dalam menghasilkan enzim
selulase. isolat bakteri yang memiliki aktivitas
enzim selulase yang tinggi dapat menghidrolisis
selulosa menjadi glukosa dan menunjukkan zona
bening yang besar disekitar koloni dikarenakan
perubahan struktur selulosa yang berserat
menjadi glukosa dengan struktur menjadi non
serat (Rahayu, 2014).
4. Proporsi Bakteri Bacillus Saluran
Pencernaan Ikan Kerapu Cantang
Bakteri Bacillus adalah bakteri Gram positif
yang menguntungkan serta banyak di temukan di
saluran pencernaan ikan. Bakteri Bacillus
berbentuk batang serta memiliki endospora
sebagai struktur bertahan saat kondisi
lingkungan yang kurang mendukung (Backman
et al.,1994). Hasil dari proporsi bakteri bacillus
bagian anterior, middle, dan posterior saluran
pencernaan ikan kerapu cantang pada penelitian
ini dapat di lihat pada gambar 6.
Gambar 6. Proporsi Bakteri Bacillus Bagian Anterior, Middle, dan Posterior pada Saluran Pencernaan Ikan
Kerapu Cantang
Berdasarkan Gambar 6 menunjukkan
bahwa proporsi bakteri Bacillus yang diperoleh
dari ketiga sampel saluran pencernaan pada ikan
kerapu cantang, yaitu Bacillus subtillis, Bacillus
megaterium, Bacillus coagulans, dan Bacillus
cereus. Bacillus merupakan bakteri berbentuk
batang, tergolong bakteri Gram positif, motil,
menghasilkan spora yang biasanya resisten
terhadap panas, bersifat aerob, katalase positif,
dan oksidasi bervariasi (Barrow et al., 1993).
Bakteri Bacillus termasuk golongan mikroba
redusen atau sebagai dekomposer dan jenis
bakteri yang terdapat di hampir semua tempat
termasuk di dalam saluran pencernaan ikan
(Susanti, 2002 dalam Linggarjati et al., 2013).
Secara umum bakteri Bacillus mampu tumbuh
pada suhu lebih dari 50 oC dan suhu kurang dari
5 oC serta pada konsentrasi garam tinggi.
Bebrapa jenis bakteri Bacillus mampu
menghasilkan enzim ekstraseluler, salah satunya
adalah enzim protease, lipase, amilase,
dan selulase yang akan membantu pencernaan
dalam tubuh hewan (Wongsa dan
Werukhamkul, 2007). Selain menghasilkan
enzim ekstraseluler, Bacillus juga menghasilkan
zat antibiotik yang berperan untuk melawan
bakteri patogen Vibrio sp (Agustono et al,
2012).
5. Pewarnaan Gram
Prinsip yang digunakan dalam uji
pewarnaan Gram didasarkan pada perbedaan
struktur dinding sel yang menyebabkan
perbedaan reaksi dengan permeabilitas zat warna
dan penambahan larutan pencuci
(Dwidjoseputro, 1998). Hasil uji pewarnaan
Gram dalam penelitian ini dapat di lihat pada
Gambar 7.
[A]
82%
15%3%
Anterior
Bacillus subtilisBacillus MegateriumBacillus coagulans
81%
5%14%
Middle
Bacillus subtilis
Bacillus cereus
Bacillus coagulans
60%40%
Posterior
Bacillus subtilis
Bacillus coagulans
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
8
[B]
[C]
Gambar 7. Hasil Pewarnaan Gram yang diambil
dari Hasil Terbaik Keterangan [A] Anterior [B]
Middle [C] Posterior
Isolat yang digunakan pada uji pewarnaan
Gram, yaitu isolat yang memiliki aktivitas
bakteri Selulolitik terbaik dari ketiga sampel ikan
Kerapu Cantang. Hasil yang diperoleh dari
ketiga perwarnaan Gram tersebut, yaitu pada
gambar [A], gambar [B], dan gambar [C] bersifat
Gram negative hal ini ditandai dengan
penampakan sel berwarna merah muda. Warna
merah muda pada uji pewarnaan Gram diduga
oleh terjadinya penyerapan zat warna safranin.
Menurut Firnanda et al., (2013) bahwa Bakteri
Gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan
yang tipis sehingga pori-pori pada dinding sel
cukup besar kemudian Bakteri Gram negatif juga
memiliki dinding sel yang mengandung lipid dan
lemak dengan persentase yang tinggi. Pada saat
proses pewarnaan Gram, pencucian dengan
menggunakan alkohol (Gram C) akan
menyebabkan lemak tersebut terekstraksi
sehingga bakteri berwarna merah. Adanya warna
merah pada pewarnaan Gram ini karena
terjadinya penyerapan zat warna safranin.
Bakteri Gram negatif pada umumnya bersifat
pathogen karena membrane luar pada dinding sel
Gram negatif dapat melindungi bakteri serta
senyawa lipopolisakarida pada membran luar
bakteri Gram negatif dapat bersifat toksik bagi
inang (Pelczar & Chan, 2005). Beberapa jenis
bakteri Gram negatif yang bersifat patogen
diantaranya Aeromonas hydrophilla (Munro,
1982 dalam Irmawati, 2014), Vibrio harvei,
Aeromonas salmonicida serta bakteri
edwarsiella ictaluri. (Ajitama, 2014).
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
dapat disimpulkan bahwa pada saluran
pencernaan ikan Kerapu Cantang terdapat
bakteri selulolitik yang ditandai dengan adanya
zona bening disekitar koloni. Rata – rata proporsi
bakteri Selulolitik dari ketiga ikan pada bagian
anterior 49,33% middle 38,66% dan posterior
28%. Aktivitas bakteri selulolitik dapat diketahui
dengan mengukur indeks hidrolisis. Indeks
hidrolisis bakteri Selulolitik dari ketiga ikan pada
bagian anterior sebesar 0,14 – 1,4, middle 0,1 –
3,3 dan posterior 0,2 – 1,6.
Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut
mengenai aktivitas bakteri Selulolitik pada
saluran pencernaan ikan agar dapat disesuaikan
dengan pakan yang akan diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Afsahi, B., Kazemi, A., Kheirolomoom, A.,
Nejati, S. 2007. Immobilization of
Cellulase on Non-Porous Ultra Fine Silica
Particels. Scientia Irania. 14 (4): 379-
383.
Agustono, Syprapto H, Muhajir. 2012. Strategi
bakteri probiotik untuk menekan
pertumbuhan bakteri patogen didalam
pencernaan kerapu Chromileptes altivelis
dengan memproduksibeberapa bakterial
substansi. Jurnal perikanan dan kelautan.
4(2) ; 199-205.
Ajitama, P., Suryanto, D., Yunasfi. 2014.
Potential Pathogen of Gram Negative
Bacteria to Greasi Grouper (Ephinepelus
tauvina) in Floating Net Cages, Belawan.
Scription Agricultural. Faculty of North
Sumatra University
Backman PA, Brannnen PM &Mahaffe WF.
1994. Plant Respon and Disease Control
Following Seed Inoculation with Bacillus
sp. Di dalam: Ryder MH, Stephen PM,
Bowen GD, editor. Improving Plant
Production with Rhizosphere Bacteria.
Australia: Pruc Third Int Work PGPR
South Australia
Barrow, G.I. and Feltham, R.K.A. 1993. Cowan
and Steel’s Manual for the Identification
of Medical Bacteria. 3rd edition,
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
9
Cambridge University Press, Cambridge.
353 hal.
Belitz H D, Grosth, W & Schieberle, P. 2008.
Food Chemistry. 4th ed. Springer Verlag.
Berlin.
Damongilala, L. 2009. Kadar Air dan Total
Bakteri pada Ikan Roa (Hemirhampus
sp.) Asap dengan Metode Pencucian
Bahan Baku Berbeda. Jurnal Ilmiah
Sains, 9(2): 191-198.
Debasis., Ghoshal, T. K., & Ananda Raja, R.
2014. Characterization of enzyme-
producing bacteria isolated from the gut
of Asian seabass, Lates calcarifer and
milkfish, Chanos chanos and their
application for nutrient enrichment of
feed ingredients. Aquaculture research,
46 (7):1688-1698.
Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar – Dasar
Mirobiologi, Djambatan : Malang.
Fardiaz, 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT.
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 320
hlm.
Firnanda, R., Sugito, Fakhrurrazi, dan D.V.S.
AmbarwatiI. 2013. Isolasi Aeromonas
hydrophila pada sisik ikan nila
(Oreochromis Niloticus) yang diberi
tepung daun jaloh (Salix tetrasperma
Roxb). Jurnal Medika Veterinaria. 7 (1).
Fitriliyani, I. 2011. Aktifitas Enzim Saluran
Pencernaan Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) dengan Pakan Mengandung
Tepung Daun Lamtoro (Leucaena
leucophala) Terhidrolisis dan Tanpa
Hidrolisis dengan Ekstrak Enzim Cairan
Rumen Domba. Bioscientiae, 8(2): 16-
31.
Irmawati, Y. dan Jane, L.D. 2014. Bakteri pada
Saluran Pencernaan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmiah
dan Agribisnis dan Perikanan, 7(2): 36-
38.
Istiqomah, I., Isnansetyo, A., Atitus , I. N., &
Rohman , A. F. 2019. Isolasi Bakteri
Selulolitik Staphylococcus sp. JC20 dari
Saluran Pencernaan Gurita (Octopus sp.)
untuk Kandidat Probiotik Ikan. Jurnal
Perikanan Universitas Gadjah Mada ,
21(2): 93-98.
Kar N., Roy R.N., Sen S.K. & Ghosh K. 2008.
Isolation and characterization of
extracellular enzyme producing bacilli in
the digestive tract of Rohu, Labeo rohita
(Hamilton) and Murrel, Channa punctatus
(Bloch). Asian Fisheries Science 21, 421–
434.
Kovács, K., 2009, Production of Cellulolytic
Enzymes with Trichoderma Atroviride
Mutants for The Biomass-To-Bioethanol
Process. Thesis. ELTE Institute of
Chemistry.
Kurnia, K., Sadi, N. H., & Jumianto, S. 2016.
Isolasi Bakteri Heterotof di situ cibuntu,
jawa barat dan karakteristik resistensi
asam dan logam. Journal of Biology, 9(2):
74-79.
Lee, C., Gordon, M.S., Watanabe, W.O. 1986.
Aquaqulture Of Milkfish (Chanos
chanos): state of the Art. United Stated of
America: The Oceanic Institute Makapuu
Point Waimanalo.
Linggarjati, K.F., Ali, D., Subagiyo. 2013. Uji
Penggunaan Bacillus sp. sebagai
Kandidat Probiotik Untuk Pemeliharaan
Rajungan (Portunus sp.). Journal Of
Marine Research, 2(1): 1-6
Lynd L.R., P.J. Weimer, W.H. van Zyl WH and
I.S. Pretorius. 2002. Microbial Cellulose
Utilization: Fundamentals and
Biotechnology. Microbiol. Mol. Biol.
Rev. 66 (3):506-577.
Pandit. Jakarta: EGC Penerbit Buku kedokteran.
Mulyasari, Widanarni, Suprayudi, M. A., Junior,
M. M., & Sunarno, M. T. 2015. Seleksi
dan identifikasi Bakteri Selulolitik
pendegrasi daun singkong (Manihot
esculenta) yang di isolasi dari saluran
pencernaan ikan Gurame (Osphronemus
gouramy). JPB Kelautan dan Perikanan ,
10 (2) :111–121.
Mulyasari, Melati, I., & Sunarno, M. T. 2015.
Isolasi, seleksi, dan identifikasi bakteri
selulolitik dari rumput laut Turbinaria sp.
dan Sargassum sp. sebagai kadidat
pendegradasi serat kasar pada ikan.
Jurnal Riset Akuakultur, 10 (1): 51-60
Mumford, S., J. Heidel, C. Smith, J. Marrison, B.
Macconnell, and V. Blazer. 2007. Fish
Histology and Histopathology. U.S Fish
and Wildlife National Conservation
Training Center, Amerika Serikat.
Nurhidayati, S., Faturrahman, & Ghazali, M.
2015. Deteksi Bakteri Patogen yang
Berasosiasi dengan Kappaphycus
Bergejala penyakit Ice-ice. Jurnal Sains
Teknologi & Lingkungan, 1(2): 23-30.
Pelczar, M.J., & Chan, E.C.S. 2005. Dasar-dasar
Mikrobiologi 2. Jakarta: UI-Press
Purkan, Purnama, H.D., dan Sumarsih, S. 2015.
Produksi Enzim Selulase dari aspergillus
niger Menggunakan Sekam Padi dan
Ampas Tebu sebagai Induser. Jurnal Ilmu
Dasar. 16(2): 95 – 102.
Purwohadisantoso K., Zubaidah E., dan
Saparianti, 2009. Isolasi Bakteri Asam
Laktat Laktat Dari Sayur Kubis yang
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
10
Memiliki Kemampuan Penghambatan
Bakteri Patogen. Jurnal Teknologi
Pertanian, 10(1), 19 - 27
Putra, A.N. dan D. Hermawan. 2014. Seleksi
Bakteri Probiotik Amilolitik pada Saluran
Pencernaan Ikan Gurame (Osphronemus
gauramy). J. Ilmu Pertanian dan
Perikanan, 3 (1):37- 45.
Rahmaningsih, S., & Ari, A. I. 2013. Pakan dan
Pertumbuhan Ikan Kerapu Cantang
(Epinephellus fuscoguttatus-lanceolatus).
Ekologia, 13(2), 25-30.
Rahayu, A. G., Haryani, Y, dan Puspita, F. 2014.
Uji Aktivitas Selulolitik dari Tiga Isolat
Bakteri Bacillus sp. Galur Lokal Riau.
JOM FMIPA. 1(2) 319 326
Rohy, G.S., Rahardja, B.S., & Agustono. 2014.
Jumlah Total Bakteri dalam Saluran
Pencernaan Ikan Gurami (Osphronemus
gauramy) dengan Pemberian Beberapa
Pakan Komersial Yang Berbeda. Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 6(1): 21-
24.
Sukmawati, 2018. Isolasi Bakteri Selulolitik dari
Limbah Kulit Pisang, The Journal of
Tropical biology 2(1): 46–52.
Sumardi, C.N., Dwi, H. 2010. Isolasi Bacillus
Penghasil Selulase dari Saluran
Pencernaan Ayam Kampung. Jurnal
Sains MIPA, 16(1): 62-68.
Waluyo, L..2010. Teknik Metode Dasar
Mikrobiologi. UMM Press. Malang.
Wibowo H. 2010. Pendederan Kerapu Cantang
dalam Waring di Tambak (Uji
Pendahuluan). BPBAP Situbondo Jawa
Timur.
Wongsa, P. and P. Werukhamkul. 2007. Product
Development and Technical Service,
Biosolution International. Thailand:
Bangkadi Industrial Park 134-(4)
Zhang, X.Z. & Zhang, Y.H.P. (2013). Cellulases:
Characteristics, Sources, Production and
Applications. Bioprocessing
Technologies. In Yang, S.T., El-Enshasy,
H.A. and Thongchul, N. (eds.)
Biorefinery for Sustainable Production of
Fuels, Chemicals, and Polymers First
Edition (pp. 131–146). John Wiley &
Sons, Inc., New York.