+ All Categories
Home > Documents > PENAPISAN BAKTERI SELULOLITIK PADA SALURAN ...

PENAPISAN BAKTERI SELULOLITIK PADA SALURAN ...

Date post: 28-Jan-2023
Category:
Upload: khangminh22
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
10
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 3155 1 PENAPISAN BAKTERI SELULOLITIK PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN KERAPU CANTANG YANG DIBUDIDAYAKAN DI DESA BABAKAN, KECAMATAN PANGANDARAN, KABUPATEN PANGANDARAN SCREENING OF CELLULOLYTIC BACTERIA IN THE DIGESTIVE TRACT OF CANTANG GROUPER CULTIVATED IN BABAKAN VILLAGE, PANGANDARAN DISTRICT, PANGANDARAN REGENCY Ningam Syukri, Kasprijo, P. Hary Tjahja, Hamdan Syakuri, Emyliana Listiowati 1. Program Studi Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, 53123, Indonesia Email: [email protected] ABSTRAK Ikan Kerapu Cantang merupakan hasil pesilangan dari ikan Kerapu Macan betina dan ikan Kerapu Kertang jantan. Ikan Kerapu Cantang merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan bakteri selulolitik serta aktivitas bakteri selulolitik pada saluran pencernaan ikan Kerapu Cantang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi dengan pengambilan sampel secara purpose random sampling. Variabel utama yang diamati pada penelitian ini, yaitu mengamati proporsi bakteri selulolitik dan aktivitas bakterinya pada saluran pencernaan ikan Kerapu Cantang yang di kultur pada media CMC 1%. Sedangkan variabel pendukung adalah: kelimpahan bakteri, uji Gram KOH, proporsi Bacillus, dan pewarnaan Gram. Keberadaan bakteri Selulolitik pada saluran pencernaan ikan Kerapu Cantang pada penelitian ini ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekeliling koloni bakteri yang ditumbuhkan pada media spesifik (CMC 1%). Hasil penelitian ini untuk proporsi keberadaan bakteri selulolitik pada bagian anterior 49,33% middle 38,66% dan posterior 28%. Aktivitas bakteri selulolitik dari penelitian ini menunjukkan hasil dengan indeks hidrolisis pada bagian anterior sebesar 0,14 1,4, midddle 0,1 3,3 dan posterior 0,2 1,6. Kata kunci: bakteri selulolitik, enzim selulase, ikan kerapu cantang, saluran pencernaan, zona bening ABSTRACT Cantang grouper is a cross between female tiger grouper and male Kertang grouper. Cantang grouper fish is one of the cultivated fishery commodities which has high economic value. This study aims to determine the presence of cellulolytic bacteria and the activity of cellulolytic bacteria in the digestive tract of Cantang Grouper fish. The method used in this research is the method of observation with purposive random sampling. The main variables observed in this study were observing the proportion of cellulolytic bacteria and the activity of cellulolytic bacteria in the digestive tract of Cantang Grouper fish. The supporting variables in this study were the abundance of bacteria, Gram KOH test, the proportion of Bacillus and gram staining. The presence of cellulolytic bacteria in the digestive tract of Cantang Grouper in this study was indicated by the presence of a clear zone around the bacterial colonies grown on specific media (CMC 1%). The results of this study for the proportion of the presence of cellulolytic bacteria in the anterior 49.33% middle 38.66% and 28% posterior. The activity of cellulolytic bacteria from
Transcript

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021

FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

1

PENAPISAN BAKTERI SELULOLITIK PADA SALURAN

PENCERNAAN IKAN KERAPU CANTANG YANG

DIBUDIDAYAKAN DI DESA BABAKAN, KECAMATAN

PANGANDARAN, KABUPATEN PANGANDARAN

SCREENING OF CELLULOLYTIC BACTERIA IN THE DIGESTIVE TRACT OF

CANTANG GROUPER CULTIVATED IN BABAKAN VILLAGE, PANGANDARAN

DISTRICT, PANGANDARAN REGENCY

Ningam Syukri, Kasprijo, P. Hary Tjahja, Hamdan Syakuri, Emyliana Listiowati

1. Program Studi Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal

Soedirman, Purwokerto, 53123, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Ikan Kerapu Cantang merupakan hasil pesilangan dari ikan Kerapu Macan betina dan ikan Kerapu

Kertang jantan. Ikan Kerapu Cantang merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya yang

memiliki nilai ekonomis tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan bakteri

selulolitik serta aktivitas bakteri selulolitik pada saluran pencernaan ikan Kerapu Cantang.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi dengan pengambilan sampel

secara purpose random sampling. Variabel utama yang diamati pada penelitian ini, yaitu

mengamati proporsi bakteri selulolitik dan aktivitas bakterinya pada saluran pencernaan ikan

Kerapu Cantang yang di kultur pada media CMC 1%. Sedangkan variabel pendukung adalah:

kelimpahan bakteri, uji Gram KOH, proporsi Bacillus, dan pewarnaan Gram. Keberadaan bakteri

Selulolitik pada saluran pencernaan ikan Kerapu Cantang pada penelitian ini ditunjukkan dengan

adanya zona bening di sekeliling koloni bakteri yang ditumbuhkan pada media spesifik (CMC

1%). Hasil penelitian ini untuk proporsi keberadaan bakteri selulolitik pada bagian anterior

49,33% middle 38,66% dan posterior 28%. Aktivitas bakteri selulolitik dari penelitian ini

menunjukkan hasil dengan indeks hidrolisis pada bagian anterior sebesar 0,14 – 1,4, midddle 0,1

– 3,3 dan posterior 0,2 – 1,6.

Kata kunci: bakteri selulolitik, enzim selulase, ikan kerapu cantang, saluran pencernaan, zona

bening

ABSTRACT

Cantang grouper is a cross between female tiger grouper and male Kertang grouper. Cantang

grouper fish is one of the cultivated fishery commodities which has high economic value. This

study aims to determine the presence of cellulolytic bacteria and the activity of cellulolytic

bacteria in the digestive tract of Cantang Grouper fish. The method used in this research is the

method of observation with purposive random sampling. The main variables observed in this

study were observing the proportion of cellulolytic bacteria and the activity of cellulolytic bacteria

in the digestive tract of Cantang Grouper fish. The supporting variables in this study were the

abundance of bacteria, Gram KOH test, the proportion of Bacillus and gram staining. The

presence of cellulolytic bacteria in the digestive tract of Cantang Grouper in this study was

indicated by the presence of a clear zone around the bacterial colonies grown on specific media

(CMC 1%). The results of this study for the proportion of the presence of cellulolytic bacteria in

the anterior 49.33% middle 38.66% and 28% posterior. The activity of cellulolytic bacteria from

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021

FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

2

this study showed results with hydrolysis index in the anterior of 0.14 - 1.4, midddle 0.1 - 3.3 and

posterior 0.2 - 1.6.

Keywords: Cellulolytic bacteria, cellulase enzymes, cantang grouper, digestive tract, clear zone

1. PENDAHULUAN Ikan kerapu merupakan salah satu

komoditas perikanan laut yang memiliki nilai

ekonomis tinggi, kerapu ini dapat dibudidayakan

pada padat tebar tinggi dan pertumbuhannya

lebih cepat jika dibandingkan dengan jenis

kerapu yang lainnya (Rahma-ningsih dan Ari,

2013). Ikan Kerapu Cantang merupakan hasil

pesilangan atau hibridasi antara Kerapu Macan

(Epinephelus fuscoguttatus) betina dan Kerapu

Kertang (Epinephelus lanceoulatus) jantan yang

merupakan hasil dari penelitian BPBAP

Situbondo (Wibowo, 2010).

Pakan merupakan salah satu faktor yang

sangat penting dalam pertumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan (Istiqomah et al.,

2019). Proses pencernaan pakan dan penyerapan

sari makanan berlangsung di dalam usus

(Isnaeni, 2006). Pada pencernaan ikan kerapu

banyak terdapat bakteri, salah satunya adalah

bakteri selulolitik. Bakteri selulolitik adalah jenis

bakteri yang memiliki kemampuan untuk

mendegradasi substrat yang mengandung

selulosa. Bakteri selulolitik mampu mengubah

selulosa menjadi gula yang lebih sederhana

untuk sumber karbon dan energi bagi

metabolisme dan pertumbuhannya. Kemampuan

ini disebabkan bakteri dapat memproduksi enzim

selulase (Zhang & Zhang, 2013).

Kemampuan ikan dalam mencerna pakan

tergantung pada kelengkapan organ pencernaan

serta ketersediaan enzim (Fitriliyani, 2011).

Adapun enzim ekstraseluler yang terdapat pada

saluran pencernaan ikan yaitu enzim amilase,

protease, lipase dan selulase. Enzim ekstraseluler

pada ikan tersebut berfungsi untuk proses

pencernaan (Putra dan Hermawan, 2014). Enzim

selulase merupakan kumpulan dari beberapa

enzim yang bekerja bersama untuk hidrolisis

selulosa. Mikroorganisme tertentu menghasilkan

partikel yang dinamakan selulosom. Partikel

inilah yang akan terdisintegrasi menjadi enzim

enzim, yang secara sinergis mendegradasi

selulosa (Belitz et al., 2008). Enzim selulase

menghidrolisis ikatan β-1,4-glikosidik pada

molekul selulosa sehingga menghasilkan

glukosa (Afsahi et al., 2007). Enzim ini

umumnya digunakan dalam berbagai industri

seperti teknologi pangan, tekstil, pakan ternak,

kertas, pertanian, dan dalam pengembangan

penelitian (Kovács, 2009). Dalam bidang

perikanan penggunaan enzim selulase juga sudah

mulai digunakan untuk peningkatan kualitas

pakan ikan sebagai kadidat probiotik (Mulyasari,

2015). Bakteri selulolitik telah ditemukan dalam

saluran pencernaan ikan bandeng (Chanos

chanos), kakap merah utara (Lutjanus sp.)

(Istiqomah et al., 2019).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui keberadaan bakteri yang bersifat

selulolitik dari saluran pencernaan ikan Kerapu

Cantang serta mengetahui berapa besar aktivitas

bakteri tersebut yang bersifat selu-lolitik pada

saluran pencernaan.

2. BAHAN DAN METODE

1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus

2020 di Laboratorium Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelutan Universitas Jenderal Soedirman,

Purwokerto. Sedangkan tempat pengambilan

sampel ikan uji dari kolam budidaya di Desa

Babakan, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten

Pangandaran.

2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini

antara lain adalah: container, tabung reaksi

microtube 1,5mL, microwave, lampu bunsen,

vortex, pipet tetes, tip, gunting bedah, aerator,

cawan petri, gelas ukur, becker glass,

erlenmeyer, pelet pastel, autoklaf, alumunium

foil, plastik, inkubator, kompor gas, spatula,

korek api, mikropipet, jarum ose, oven, glass

preparat, wrapping. Sedangkan bahan yang

digunakan adalah KOH 3%, larutan fisiologis

NaCl 0,9%, Carboxymethylcellulose (CMC),

akuades, garam, spirtus, kristal violet (gram A),

lugol (gram B), etanol 95% (gram C), safranin

(gram D), media TSA (Merck), media Bacillus

agar (Himedia).

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini

saat pengambilan sampel menggunakan metode

observasi, dengan teknik pengambilan sampel

secara purposive random sampling. Jumlah

sempel ikan yang di ambil sebanyak 3 ekor

dengan panjang rata-rata 14 cm dan bobot rata-

rata 43,8 gram.

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021

FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

3

4. Prosedur Penelitian

a. Pembuatan Media TSA (Trypticase Soya

Agar)

Media TSA (Tripticase Soya Agar) diambil

sebanyak 4gram ditambahkan 0,05gram garam

dan akuades 100 mL, kemudian dimasukkan ke

dalam erlenmeyer. Selanjutnya dipanaskan

dalam microwave sampai mendidih dan tidak ada

gelembung udara di -atasnya. Setelah itu

disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu

121° C selama 15 menit. Larutan TSA disimpan

di autoklaf sampai hangat, lalu dimasukkan

dalam cawan petri yang telah disterilkan dan

disimpan hingga digunakan untuk perlakuan

selanjutnya. Media TSA (Tripticase Soya Agar)

ini digunakan untuk menghitung jumlah total

bakteri.

b. Pembuatan Media Carboxyme-

thylcellulose (CMC)

Media Carboxymethylcellulose (CMC) adalah

media spesifik untuk uji aktivitas bakteri

selulolitik. Pembuatannya dengan cara

menimbang 4gram bubuk TSA, 1% CMC dan

akuades 100 mL dituangkan ke dalam tabung

erlenmeyer. Setelah itu dipanaskan

menggunakan microwave sampai mendidih dan

tidak ada gelembung udara di atasnya. Kemudian

disterilkan menggunakan autoklaf dengan suhu

121° C selama 15 menit, setelah itu dibiarkan

hingga suhu 20 ° C baru dituangkan ke dalam

cawan petri yang telah disterilkan dan disimpan

dalam lemari seteril hingga digunakan untuk

perlakuan selanjutnya.

c. Pembuatan Media Bacillus Agar

Media Bacillus Agar dibuat dengan cara

melarutkan setiap 4,92gram bubuk bacillus Agar

dan 100 mL akuades lalu dimasukan dalam

tabung erlenmeyer. Kemudian Bacillus Agar

dipanaskan menggunakan microwave sampai

mendidih dan tidak ada gelembung udara di

atasnya. Setelah itu Bacillus Agar disterilkan

menggunakan autoklaf dengan tekanan 121° C

selama 15 menit. Bacillus agar disimpan sampai

hangat, lalu dimasukkan dalam cawan petri yang

telah disterilkan dan disimpan hingga digunakan

untuk perlakuan selanjutnya.

d. Pengambilan sampel

Sampel ikan Kerapu Cantang yang diambil

berasal dari kolam budidaya di Desa Babakan,

Kecamatan Pangandaran, Kabupaten

Pangandaran. Pada pengambilan sampel, ikan

Kerapu Cantang di ambil sebanyak 3 ekor

dengan panjang rata-rata 14 cm dan bobot rata-

rata 43,8 gram kemudian dibedah kemudian

saluran pencernaan diambil dan diukur panjang

saluran pencernaannya. Kemudian usus dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu bagian anterior,

middle, dan posterior dari masing-masing bagian

diambil sepanjang 0,5 cm.

e. Isolasi Bakteri

Pertama usus sampel dimasukan ke dalam

microtube dan ditimbang beratnya. Kemudian

dihaluskan dengan pellet pastle, dan

ditambahkan sebanyak 1 mL NaCl 0,9% steril,

lalu dihomogenkan menggunakan vortex.

Persiapan plating diawali dengan pengenceran.

Tabung reaksi diisi dengan larutan NaCl 0,9%

steril sebanyak 4,5 mL/tabung Sampel yang telah

di vortex diencerkan berseri 10⁻¹ hingga 10-7.

Larutan sampel sebanyak 0,5 ml pada tabung

pengenceran 10-2 hingga 10-7 dikultur dengan

metode pour plate pada media TSA simpan di

incubator selama 18-24 jam. Kemudian dikultur

kembali pada cawan petri yang berisi TSA.

Selanjutnya diinkubasi pada incubator dengan

suhu 28,5ºC selama 18-24 jam agar bakteri

tumbuh (Irmawati et al., 2014). Hasil analisis

mikrobiologi dengan metode hitung koloni

digunakan standar , yaitu TPC (Total Plate

Count) dengan sistematika koloni yang tumbuh

berjumlah di atas 30 dan kurang dari 300

(Sukmawati, 2018). Beberapa koloni yang

bergabung menjadi satu dihitung sebagai satu

koloni dan bentuk koloni sangat besar dimana

jumlah koloni diragukan dapat dihitung sebagai

satu koloni (Fardiaz, 1992). Perhitungan

kelimpahan bakteri dihitung menggunakan

rumus kelimpahan bakteri (Damongilala, 2009) :

Kelimpahan bakteri = ∑ koloni x 1

𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 x

1

𝑉𝑜𝑙.𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 x

1

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) (CFU/g) (1)

f. Uji Gram Positif Negatif

Uji Gram pada penelitian ini dilakukan

dengan mencampurkan satu lup isolat bakteri

pada kaca objek. Setelah itu ditetesi KOH 3%

sebanyak 10 µL, kemudian diamati apakah

terbentuk lendir atau tidak. Jika terbentuk lendir

maka bakteri tersebut dikelompokkan ke dalam

Gram negatif tetapi jika tidak ter-bentuk lendir

maka tergolong Gram positif (Kurnia, 2016).

g. Uji Bacillus

Media kultur Bacillus dituangkan ke dalam

cawan petri. Kemudian isolat mikroba Gram

positif streak pada media Bacillus. Bakteri

diinkubasi pada lemari inkubator selama 1 hari

pada suhu 37°C.

h. Penentuan Indeks Bakteri Selulolitik

Media kultur yang mengandung

Carboxymethylcellulose (CMC) dituangkan ke

dalam cawan petri. Kemudian isolat mikroba

ditotolkan pada media agar CMC. Bakteri

diinkubasi selama 1 hari pada suhu 37°C dalam

incubator dan kemudian dilakukan uji aktivitas

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021

FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

4

bakteri dengan menambahkan congo red 0,1%

sebanyak 15 mL dan didiamkan selama 30 - 60

menit. Pada uji aktivitas selulase semakin besar

indeks selulolitik yang dihasilkan maka semakin

besar enzim yang dihasilkan oleh isolat bakteri

tersebut (Mulyasari, 2015). Zona bening (clear

zone) yang muncul di sekeliling koloni bakteri

menunjukkan terjadinya proses hidrolisis

selulosa, sebaliknya jika tidak terjadi proses

hidrolisis maka tidak akan terlihat zona bening di

sekitar koloni yang tumbuh. Menurut Sumardi et

al., (2010) untuk menentukan indeks bakteri

Selulolitik, yaitu dengan cara :

Indeks hidrolisis selulolitik= 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑧𝑜𝑛𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖

𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 (2)

i. Pewarnaan Gram

Perwarnaa Gram dilakukan dengan cara 1−2

tetes aquades steril diletakkan di atas kaca objek,

aquades steril dan sebarkan hingga merata.

Kemudian Koloni bakteri dimbil satu ose secara

aseptik dan dioleskan pada object glass. Biarkan

olesan tersebut kering karena udara. Isolat

bakteri ditetesi kristal violet (Gram A) dan

didiamkan selama 1 menit, selanjutnya dicuci

dengan air mengalir dan dikering hingga kering,

kemudian ditetesi dengan larutan iodine (Gram

B) dan didiamkan selama 1 menit, lalu dicuci

dengan air mengalir dan dianginkan hingga

kering. Setelah itu ditetesi etanol 95% (Gram C)

selama 30 detik, kemudian dialiri air mengalir

dan dianginkan hingga kering. Terakhir ditetesi

safranin (Gram D) selama 30 detik dan dicuci

dengan air mengalir dan dianginkan hingga

kering. Berikut dilakukan pengamatan

menggunakan mikros-kop (Waluyo, 2010).

Bakteri Gram positif akan ditandai dengan warna

ungu, sedangkan bakteri gram negatif ditandai

dengan warna merah (Nurhidayanti et al, 2015).

5. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini

berupa kelimpahan bakteri, proporsi Gram KOH,

Proporsi Bacillus, proporsi aktivitas bakteri

Selulolitik, indeks hidrolisis Selulolitik serta

pewarnaan Gram. Data kelimpahan bakteri dan

proporsi bakteri Selulolitik dianalisis secara

statistik menggunakan uji ANOVA (Analysis of

Variance), hasil yang berbeda nyata dlanjutkan

dengan uji Tukey. Data indeks hidrolisis

selulolitik, uji gram KOH, Uji Bacillus dan

pewarnaan Gram dianalisis secara deskriptif.

Data disajikan dalam bentuk gambar dan tabel

serta dibandingkan dengan Referensi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAAN

1. Kelimpahan Bakteri di Saluran

Pencernaan Kerapu Cantang

Kelimpahan bakteri pada saluran

pencernaan ikan Kerapu Cantang dihitung

dengan menggunakan metode yang dilakukan

oleh Damongilala, (2009) yaitu dengan metode

TPC (Total Plate Count). Bakteri yang di hitung

dalam penelitian ini diambil dari usus ikan

Kerapu Cantang pada bagian depan, tengah dan

belakang yang di tumbuhkan dalam media TSA.

Hasil perhitungan kelimpahan bakteri pada

saluran pencernaan ikan kerapu Cantang

disajikan dalam bentuk tabel serta dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Kelimpahan Bakteri Bagian Anterior Middle dan Posterior pada Saluran Pencernaan Ikan Kerapu

Cantang

Sampel

Jumlah Total Bakteri

Anterior CFU/gram Middle CFU/gram Posterior CFU/gram

Kerapu Cantang 1 4,142 × 108 5,2 × 108 8,255 × 108

Kerapu Cantang 2 4,357 × 108 4,888 × 108 7,27 × 108

Kerapu Cantang 3 5,062 × 108 5,34 × 108 7,82 × 108

Rata - Rata 4,52 ± 0.48a × 108 5,14 ± 0.23a × 108 7,78 ± 0.49b × 108

Berdasarkan Tabel 1 hasil uji statistik

ANOVA (P<0.05) menunjukkan bahwa setiap

bagian anterior, middle, dan posterior pada

saluran pencernaan ikan kerapu cantang

berpengaruh terhadap jumlah kelimpahan

bakteri. Hasil menunjukkan kelimpahan bakteri

semakin meningkat dari anterior hingga bagian

posterior. Adanya peningkatan total bakteri pada

bagian posterior di sebabkan karena faktor

kondisi lingkungan dan sturuktur saluran

pencernaan. Menurut pendapat Debases et al.,

(2014) bahwa jumlah kelimpahan bakteri

Saluran Pencernaan ikan terjadi peningkatan dari

bagian anterior sampai posterior. Perbedaan

jumlah kelimpahan bakteri di sebabkan karena

bebrapa faktor diantaranya struktur saluran

pencernaan, pakan dan lingkungan (Lee et al.,

1986).

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021

FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

5

2. Pengamatan Gram KOH (3 %)

Uji Gram KOH 3% bertujuan untuk

mengetahui proporsi jumlah bakteri Gram positif

dan Gram negatif pada saluran pencernaan ikan

kerapu cantang. Bakteri Gram positif, yaitu

bakteri yang tidak membentuk lendir saat

dilakukanya Uji Gram KOH. Hal ini di sebabkan

karena dinding sel pada bakteri lebih resisten

terhadap KOH dan membuat dinding sel tersebut

tidak pecah. Sebaliknya pada gram negetif

dinding sel lebih sensitif dan tidak memiliki

ketahanan terhadap penghambat basa seperti

larutan KOH yang menyebabkan dinding sel

tersebut pecah dan mengakibatkan DNA yang

terdapat dalam bakteri ke luar. Karena DNA

bersifat sangat kental di dalam air, oleh karena

itu saat dilakukan uji Gram KOH akan

terbentuklah lendir (Purwohadisantoso et

al., 2009). Proporsi sifat Gram bakteri saluran

pencernaan ikan kerapu cantang tersaji pada

Gambar 4.

Gambar 4. Proporsi bakteri Gram positif dan Gram negatif pada bagian anterior, middle dan posterior

Berdasarkan Gambar 4 Proporsi

bakteri Gram negatif pada saluran pencernaan

ikan kerapu cantang di posterior, middle dan

anterior lebih banyak dibandingkan dengan gram

positif. Hal ini di sebabkan karena bakteri Gram

negatif memiliki ketahan lebih tinggi di

bandingkan dengan Gram positif. Menurut

Pelczar & Chan, (2005) bakteri Gram negatif

memiliki ketahan lebih tinggi dan tidak rentan

terhadap gangguan fisik, serta persyaratan

nutrien Gram negatif lebih sederhana di

bandingkan dengan gram positif. Bakteri gram

negatif juga memiliki ketahanan lebih tinggi

terhadap suasana asam dan lingkungan di sekitar

karena gram negatif memiliki struktur dinding

sel yang lebih tebal dan kompleks

(Purwohadisantoso et al., 2009).

3. Aktivitas Bakteri Selulolitik Pada

Saluran Pencernaan Ikan kerapu

Cantang

Bakteri selulolitik adalah bakteri yang

memiliki kemampuan untuk mendegradasi

substrat yang mengandung selulosa. Keberadaan

bakteri Selulolitik dideteksi menggunakan media

yang mengandung CMC 1%. Terdapatnya zona

bening di sekitar koloni bakteri pada media CMC

1% menandakan adanya aktivitas bakteri

selulolitik. Adapun zona bening yang terbentuk

pada media dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Zona Bening dari Saluran

Pencernaan Ikan Kerapu Cantang. Keterangan:

[A] Media tidak terhidrolisis, [B] Zona bening,

[C] Koloni bakteri

Zona bening yang terbentuk pada isolat ikan

kerapu cantang karena adanya aktivitas bakteri

selulolitik. Zona bening tersebut menandakan

bahwa bakteri tersebut mampu menghasilkan

enzim selulase. Menurut Purkan, (2015) enzim

selulose merupakan kumpulan dari beberapa

enzim yang bekerjasama untuk menghidrolisis

selulosa. Selulosa merupakan bahan yang sulit

dicerna oleh saluran pencernaan, kandungan

selulosa yang cukup tinggi dalam pakan akan

menyebabkan terjadinya respons berupa adaptasi

biologis atau penyesuaian alat pencernaan seperti

usus dan lambung. Adaptasi yang dilakukan,

yaitu dengan cara memperpanjang usus dan

peningkatan bobot lambung. Peningkatan

panjang usus tersebut menyebabkan bobot usus

27%

73%

Posterior

Gram Positif Gram Negatif

28%

72%

Middle

Gram Positif Gram Negatif

44%56%

Anterior

Gram Positif Gram Negatif

C

B

A

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021

FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

6

meningkat serta pertumbuhan bakteri yang

terdapat dalam usus meningkat (Yandes et al,

2003 dalam Rohy, 2014). Hasil dari proporsi

aktivitas bakteri selulolitik bagian anterior,

middle dan posterior pada saluran pencernaan

Ikan Kerapu Cantang terdapat pada Tabel. 2 dan

Tabel. 3 sebagai berikut.

Tabel 2. Proporsi Bakteri Selulolitik pada Saluran Pencernaan Ikan Kerapu Cantang

Sampel Jumlah isolat Jumlah Isolat selulolitik Persentase (%)

Ikan Kerapu

Cantang 1

Anterior 25 16 64

Middle 25 14 56

Posterior 25 4 16

Ikan Kerapu Cantang

2

Anterior 25 12 48

Middle 25 7 28

Posterior 25 9 36

Ikan Kerapu Cantang

3

Anterior 25 9 36

Middle 25 8 32

Posterior 25 8 32

Tabel 3. Rata – Rata Proporsi Bakteri Selulolitik Bagian Anterior, Middle dan Posterior

Sampel Jumlah Total isolat Jumlah Isolat aktivitas

Selulolitik

Presentase Rata-Rata Proporsi

(%)

Anterior 25 12,33±3,511a 49,33 %

Middle 25 9,66±3,78a 38,66 %

Posterior 25 7±2,64a 28%

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa

bakteri selulolitik pada saluran pencernaan ikan

kerapu cantang dengan jumlah yang sedikit

karena ikan kerapu cantang merupakan jenis ikan

kanivora. Hal ini sesuai pendapat Debases et al.,

(2014) bahwa populasi bakteri selulolitik yang

lebih tinggi terdapat pada ikan herbivore.

Sedikitnya jumlah bakteri selulolitik pada

saluran pencernaan karena bakteri usus berubah

dengan perilaku makan hewan (Kar dan Ghosh,

2008). Banyaknya bakteri bacillus subtillis dan

bacillus coagulans pada penelitian ini yang dapat

dilihat pada Gambar. 6 merupakan salah satu

indikasi adaya bakteri selulolitik karena kedua

bakteri ini dapat memproduksi enzim selulase.

Hal ini sesuai pendapat Fitriliyani, (2011) bahwa

bakteri bacillus subtillis dan bacillus coagulans

dapat memproduksi enzim amilase, selulase,

protease dan lipase. Data pada Tabel. 3

menunjukkan proporsi bakteri selulolitik pada

bagian anterior lebih tinggi dibandingkan dengan

bagian middle maupun posterior. Tingginya

proporsi bakteri selulolitik pada bagian anterior

di sebabkan adanya proses penyerapan sari sari

makanan oleh sekresi enzim. Pada bagian

anterior usus berfungsi sebagai transportasi

bahan makanan dari perut menuju usus posterior,

proses pencernaan lengkap oleh sekresi enzim

dari dinding dan aksesori kelenjar, serta

menyerap produk akhir pencernaan ke dalam

pembuluh darah dan getah bening di dindingnya

(Mumford et al, 2007).

Tabel 4. Indeks Hidrolisis Bakteri Selulolitik Bagian Anterior, middle dan posterior Pada Saluran

Pencernaan Ikan kerapu Cantang

Sampel

Indek Hidrolisis Bakteri selulotik

Anterior Middle Posterior

Ikan Kerapu Cantang 1 0,2 – 1 0,1 – 1 0,28 – 1,16

Ikan Kerapu Cantang 2 0,14 - 1 0,125 – 3,3 0,2 – 0,66

Ikan Kerapu Cantang 3 0,25 – 1,4 0,4 – 1,16 0,3 – 1,6

Indeks hidrolisis bakteri selulolitik dapat

dihitung dengan cara mengukur diamter zona

bening yang terbentuk disekitar koloni dikurangi

diameter koloni bakteri yang tumbuh, kemudian

dibagi dengan diamter koloni bakteri yang

tumbuh. Tabel. 4 menunjukkan indeks hidrolisis

bakteri selulolitik pada bagian anterior sebesar

0,14 – 1,4, midddle 0,1 – 3,3 dan posterior 0,2 –

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021

FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

7

1,6. Menurut penelitian yang dilakukan

Istiqomah et al., (2019) bahwa pada ikan kerapu

memiliki indeks hidrolisis selulolitik sebesar 1,4

– 1,7. Besarnya indeks hidrolisis selulolitik yang

dihasilkan dari ketiga bagian, yaitu anterior,

middle dan posterior menunjukkan perbedaan.

Adanya perbedaan yang terjadi dikarenakan

berhubungan dengan kemampuan masing-

masing isolat bakteri dalam menghasilkan enzim

selulase. isolat bakteri yang memiliki aktivitas

enzim selulase yang tinggi dapat menghidrolisis

selulosa menjadi glukosa dan menunjukkan zona

bening yang besar disekitar koloni dikarenakan

perubahan struktur selulosa yang berserat

menjadi glukosa dengan struktur menjadi non

serat (Rahayu, 2014).

4. Proporsi Bakteri Bacillus Saluran

Pencernaan Ikan Kerapu Cantang

Bakteri Bacillus adalah bakteri Gram positif

yang menguntungkan serta banyak di temukan di

saluran pencernaan ikan. Bakteri Bacillus

berbentuk batang serta memiliki endospora

sebagai struktur bertahan saat kondisi

lingkungan yang kurang mendukung (Backman

et al.,1994). Hasil dari proporsi bakteri bacillus

bagian anterior, middle, dan posterior saluran

pencernaan ikan kerapu cantang pada penelitian

ini dapat di lihat pada gambar 6.

Gambar 6. Proporsi Bakteri Bacillus Bagian Anterior, Middle, dan Posterior pada Saluran Pencernaan Ikan

Kerapu Cantang

Berdasarkan Gambar 6 menunjukkan

bahwa proporsi bakteri Bacillus yang diperoleh

dari ketiga sampel saluran pencernaan pada ikan

kerapu cantang, yaitu Bacillus subtillis, Bacillus

megaterium, Bacillus coagulans, dan Bacillus

cereus. Bacillus merupakan bakteri berbentuk

batang, tergolong bakteri Gram positif, motil,

menghasilkan spora yang biasanya resisten

terhadap panas, bersifat aerob, katalase positif,

dan oksidasi bervariasi (Barrow et al., 1993).

Bakteri Bacillus termasuk golongan mikroba

redusen atau sebagai dekomposer dan jenis

bakteri yang terdapat di hampir semua tempat

termasuk di dalam saluran pencernaan ikan

(Susanti, 2002 dalam Linggarjati et al., 2013).

Secara umum bakteri Bacillus mampu tumbuh

pada suhu lebih dari 50 oC dan suhu kurang dari

5 oC serta pada konsentrasi garam tinggi.

Bebrapa jenis bakteri Bacillus mampu

menghasilkan enzim ekstraseluler, salah satunya

adalah enzim protease, lipase, amilase,

dan selulase yang akan membantu pencernaan

dalam tubuh hewan (Wongsa dan

Werukhamkul, 2007). Selain menghasilkan

enzim ekstraseluler, Bacillus juga menghasilkan

zat antibiotik yang berperan untuk melawan

bakteri patogen Vibrio sp (Agustono et al,

2012).

5. Pewarnaan Gram

Prinsip yang digunakan dalam uji

pewarnaan Gram didasarkan pada perbedaan

struktur dinding sel yang menyebabkan

perbedaan reaksi dengan permeabilitas zat warna

dan penambahan larutan pencuci

(Dwidjoseputro, 1998). Hasil uji pewarnaan

Gram dalam penelitian ini dapat di lihat pada

Gambar 7.

[A]

82%

15%3%

Anterior

Bacillus subtilisBacillus MegateriumBacillus coagulans

81%

5%14%

Middle

Bacillus subtilis

Bacillus cereus

Bacillus coagulans

60%40%

Posterior

Bacillus subtilis

Bacillus coagulans

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021

FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

8

[B]

[C]

Gambar 7. Hasil Pewarnaan Gram yang diambil

dari Hasil Terbaik Keterangan [A] Anterior [B]

Middle [C] Posterior

Isolat yang digunakan pada uji pewarnaan

Gram, yaitu isolat yang memiliki aktivitas

bakteri Selulolitik terbaik dari ketiga sampel ikan

Kerapu Cantang. Hasil yang diperoleh dari

ketiga perwarnaan Gram tersebut, yaitu pada

gambar [A], gambar [B], dan gambar [C] bersifat

Gram negative hal ini ditandai dengan

penampakan sel berwarna merah muda. Warna

merah muda pada uji pewarnaan Gram diduga

oleh terjadinya penyerapan zat warna safranin.

Menurut Firnanda et al., (2013) bahwa Bakteri

Gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan

yang tipis sehingga pori-pori pada dinding sel

cukup besar kemudian Bakteri Gram negatif juga

memiliki dinding sel yang mengandung lipid dan

lemak dengan persentase yang tinggi. Pada saat

proses pewarnaan Gram, pencucian dengan

menggunakan alkohol (Gram C) akan

menyebabkan lemak tersebut terekstraksi

sehingga bakteri berwarna merah. Adanya warna

merah pada pewarnaan Gram ini karena

terjadinya penyerapan zat warna safranin.

Bakteri Gram negatif pada umumnya bersifat

pathogen karena membrane luar pada dinding sel

Gram negatif dapat melindungi bakteri serta

senyawa lipopolisakarida pada membran luar

bakteri Gram negatif dapat bersifat toksik bagi

inang (Pelczar & Chan, 2005). Beberapa jenis

bakteri Gram negatif yang bersifat patogen

diantaranya Aeromonas hydrophilla (Munro,

1982 dalam Irmawati, 2014), Vibrio harvei,

Aeromonas salmonicida serta bakteri

edwarsiella ictaluri. (Ajitama, 2014).

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh

dapat disimpulkan bahwa pada saluran

pencernaan ikan Kerapu Cantang terdapat

bakteri selulolitik yang ditandai dengan adanya

zona bening disekitar koloni. Rata – rata proporsi

bakteri Selulolitik dari ketiga ikan pada bagian

anterior 49,33% middle 38,66% dan posterior

28%. Aktivitas bakteri selulolitik dapat diketahui

dengan mengukur indeks hidrolisis. Indeks

hidrolisis bakteri Selulolitik dari ketiga ikan pada

bagian anterior sebesar 0,14 – 1,4, middle 0,1 –

3,3 dan posterior 0,2 – 1,6.

Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut

mengenai aktivitas bakteri Selulolitik pada

saluran pencernaan ikan agar dapat disesuaikan

dengan pakan yang akan diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Afsahi, B., Kazemi, A., Kheirolomoom, A.,

Nejati, S. 2007. Immobilization of

Cellulase on Non-Porous Ultra Fine Silica

Particels. Scientia Irania. 14 (4): 379-

383.

Agustono, Syprapto H, Muhajir. 2012. Strategi

bakteri probiotik untuk menekan

pertumbuhan bakteri patogen didalam

pencernaan kerapu Chromileptes altivelis

dengan memproduksibeberapa bakterial

substansi. Jurnal perikanan dan kelautan.

4(2) ; 199-205.

Ajitama, P., Suryanto, D., Yunasfi. 2014.

Potential Pathogen of Gram Negative

Bacteria to Greasi Grouper (Ephinepelus

tauvina) in Floating Net Cages, Belawan.

Scription Agricultural. Faculty of North

Sumatra University

Backman PA, Brannnen PM &Mahaffe WF.

1994. Plant Respon and Disease Control

Following Seed Inoculation with Bacillus

sp. Di dalam: Ryder MH, Stephen PM,

Bowen GD, editor. Improving Plant

Production with Rhizosphere Bacteria.

Australia: Pruc Third Int Work PGPR

South Australia

Barrow, G.I. and Feltham, R.K.A. 1993. Cowan

and Steel’s Manual for the Identification

of Medical Bacteria. 3rd edition,

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021

FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

9

Cambridge University Press, Cambridge.

353 hal.

Belitz H D, Grosth, W & Schieberle, P. 2008.

Food Chemistry. 4th ed. Springer Verlag.

Berlin.

Damongilala, L. 2009. Kadar Air dan Total

Bakteri pada Ikan Roa (Hemirhampus

sp.) Asap dengan Metode Pencucian

Bahan Baku Berbeda. Jurnal Ilmiah

Sains, 9(2): 191-198.

Debasis., Ghoshal, T. K., & Ananda Raja, R.

2014. Characterization of enzyme-

producing bacteria isolated from the gut

of Asian seabass, Lates calcarifer and

milkfish, Chanos chanos and their

application for nutrient enrichment of

feed ingredients. Aquaculture research,

46 (7):1688-1698.

Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar – Dasar

Mirobiologi, Djambatan : Malang.

Fardiaz, 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT.

Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 320

hlm.

Firnanda, R., Sugito, Fakhrurrazi, dan D.V.S.

AmbarwatiI. 2013. Isolasi Aeromonas

hydrophila pada sisik ikan nila

(Oreochromis Niloticus) yang diberi

tepung daun jaloh (Salix tetrasperma

Roxb). Jurnal Medika Veterinaria. 7 (1).

Fitriliyani, I. 2011. Aktifitas Enzim Saluran

Pencernaan Ikan Nila (Oreochromis

niloticus) dengan Pakan Mengandung

Tepung Daun Lamtoro (Leucaena

leucophala) Terhidrolisis dan Tanpa

Hidrolisis dengan Ekstrak Enzim Cairan

Rumen Domba. Bioscientiae, 8(2): 16-

31.

Irmawati, Y. dan Jane, L.D. 2014. Bakteri pada

Saluran Pencernaan Ikan Nila

(Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmiah

dan Agribisnis dan Perikanan, 7(2): 36-

38.

Istiqomah, I., Isnansetyo, A., Atitus , I. N., &

Rohman , A. F. 2019. Isolasi Bakteri

Selulolitik Staphylococcus sp. JC20 dari

Saluran Pencernaan Gurita (Octopus sp.)

untuk Kandidat Probiotik Ikan. Jurnal

Perikanan Universitas Gadjah Mada ,

21(2): 93-98.

Kar N., Roy R.N., Sen S.K. & Ghosh K. 2008.

Isolation and characterization of

extracellular enzyme producing bacilli in

the digestive tract of Rohu, Labeo rohita

(Hamilton) and Murrel, Channa punctatus

(Bloch). Asian Fisheries Science 21, 421–

434.

Kovács, K., 2009, Production of Cellulolytic

Enzymes with Trichoderma Atroviride

Mutants for The Biomass-To-Bioethanol

Process. Thesis. ELTE Institute of

Chemistry.

Kurnia, K., Sadi, N. H., & Jumianto, S. 2016.

Isolasi Bakteri Heterotof di situ cibuntu,

jawa barat dan karakteristik resistensi

asam dan logam. Journal of Biology, 9(2):

74-79.

Lee, C., Gordon, M.S., Watanabe, W.O. 1986.

Aquaqulture Of Milkfish (Chanos

chanos): state of the Art. United Stated of

America: The Oceanic Institute Makapuu

Point Waimanalo.

Linggarjati, K.F., Ali, D., Subagiyo. 2013. Uji

Penggunaan Bacillus sp. sebagai

Kandidat Probiotik Untuk Pemeliharaan

Rajungan (Portunus sp.). Journal Of

Marine Research, 2(1): 1-6

Lynd L.R., P.J. Weimer, W.H. van Zyl WH and

I.S. Pretorius. 2002. Microbial Cellulose

Utilization: Fundamentals and

Biotechnology. Microbiol. Mol. Biol.

Rev. 66 (3):506-577.

Pandit. Jakarta: EGC Penerbit Buku kedokteran.

Mulyasari, Widanarni, Suprayudi, M. A., Junior,

M. M., & Sunarno, M. T. 2015. Seleksi

dan identifikasi Bakteri Selulolitik

pendegrasi daun singkong (Manihot

esculenta) yang di isolasi dari saluran

pencernaan ikan Gurame (Osphronemus

gouramy). JPB Kelautan dan Perikanan ,

10 (2) :111–121.

Mulyasari, Melati, I., & Sunarno, M. T. 2015.

Isolasi, seleksi, dan identifikasi bakteri

selulolitik dari rumput laut Turbinaria sp.

dan Sargassum sp. sebagai kadidat

pendegradasi serat kasar pada ikan.

Jurnal Riset Akuakultur, 10 (1): 51-60

Mumford, S., J. Heidel, C. Smith, J. Marrison, B.

Macconnell, and V. Blazer. 2007. Fish

Histology and Histopathology. U.S Fish

and Wildlife National Conservation

Training Center, Amerika Serikat.

Nurhidayati, S., Faturrahman, & Ghazali, M.

2015. Deteksi Bakteri Patogen yang

Berasosiasi dengan Kappaphycus

Bergejala penyakit Ice-ice. Jurnal Sains

Teknologi & Lingkungan, 1(2): 23-30.

Pelczar, M.J., & Chan, E.C.S. 2005. Dasar-dasar

Mikrobiologi 2. Jakarta: UI-Press

Purkan, Purnama, H.D., dan Sumarsih, S. 2015.

Produksi Enzim Selulase dari aspergillus

niger Menggunakan Sekam Padi dan

Ampas Tebu sebagai Induser. Jurnal Ilmu

Dasar. 16(2): 95 – 102.

Purwohadisantoso K., Zubaidah E., dan

Saparianti, 2009. Isolasi Bakteri Asam

Laktat Laktat Dari Sayur Kubis yang

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 2. TH 2021

FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

10

Memiliki Kemampuan Penghambatan

Bakteri Patogen. Jurnal Teknologi

Pertanian, 10(1), 19 - 27

Putra, A.N. dan D. Hermawan. 2014. Seleksi

Bakteri Probiotik Amilolitik pada Saluran

Pencernaan Ikan Gurame (Osphronemus

gauramy). J. Ilmu Pertanian dan

Perikanan, 3 (1):37- 45.

Rahmaningsih, S., & Ari, A. I. 2013. Pakan dan

Pertumbuhan Ikan Kerapu Cantang

(Epinephellus fuscoguttatus-lanceolatus).

Ekologia, 13(2), 25-30.

Rahayu, A. G., Haryani, Y, dan Puspita, F. 2014.

Uji Aktivitas Selulolitik dari Tiga Isolat

Bakteri Bacillus sp. Galur Lokal Riau.

JOM FMIPA. 1(2) 319 326

Rohy, G.S., Rahardja, B.S., & Agustono. 2014.

Jumlah Total Bakteri dalam Saluran

Pencernaan Ikan Gurami (Osphronemus

gauramy) dengan Pemberian Beberapa

Pakan Komersial Yang Berbeda. Jurnal

Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 6(1): 21-

24.

Sukmawati, 2018. Isolasi Bakteri Selulolitik dari

Limbah Kulit Pisang, The Journal of

Tropical biology 2(1): 46–52.

Sumardi, C.N., Dwi, H. 2010. Isolasi Bacillus

Penghasil Selulase dari Saluran

Pencernaan Ayam Kampung. Jurnal

Sains MIPA, 16(1): 62-68.

Waluyo, L..2010. Teknik Metode Dasar

Mikrobiologi. UMM Press. Malang.

Wibowo H. 2010. Pendederan Kerapu Cantang

dalam Waring di Tambak (Uji

Pendahuluan). BPBAP Situbondo Jawa

Timur.

Wongsa, P. and P. Werukhamkul. 2007. Product

Development and Technical Service,

Biosolution International. Thailand:

Bangkadi Industrial Park 134-(4)

Zhang, X.Z. & Zhang, Y.H.P. (2013). Cellulases:

Characteristics, Sources, Production and

Applications. Bioprocessing

Technologies. In Yang, S.T., El-Enshasy,

H.A. and Thongchul, N. (eds.)

Biorefinery for Sustainable Production of

Fuels, Chemicals, and Polymers First

Edition (pp. 131–146). John Wiley &

Sons, Inc., New York.


Recommended