+ All Categories
Home > Documents > pengaruh penggunaan styrofoam pada kemasan makanan terhadap kesehatan

pengaruh penggunaan styrofoam pada kemasan makanan terhadap kesehatan

Date post: 17-Feb-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
22
Makalah Kimia Bahan Makanan Pengaruh Styrofoam sebagai bahan kemasan makanan terhadap kesehatan manusia 10/21/2014 Anggi Febrianti 06121010011 Pendidikan Kimia 2012 Dosen pembimbing: Drs. A. Rachman Ibrahim, M.Sc. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
Transcript

Makalah Kimia Bahan MakananPengaruh Styrofoam sebagai bahan kemasan makanan terhadap kesehatan manusia

10/21/2014

Anggi Febrianti

06121010011

Pendidikan Kimia 2012

Dosen pembimbing:

Drs. A. Rachman Ibrahim, M.Sc.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2014

Daftar Isi

Daftar isi..........................................i

Bab I: Pendahuluan..................................1

1.1. Latar Belakang................................1

1.2. Rumusan Masalah................................1

1.3. Tujuan Penulisan...............................2

Bab II: Isi.........................................3

2.1. Pengertian Styrofoam...........................3

2.2. ............................Penggunaan Styrofoam

4...............................................

2.3. . .Bahaya Penggunaan Styrofoam Terhadap Kesehatan

5

2.4. ................Solusi bagi Penggunaan Styrofoam

7

Bab III: Penutup...................................12

3.1. Kesimpulan....................................12

3.1. Saran.........................................13

i

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Styrofoam merupakan salah satu pilihan yang paling

popular untuk digunakan sebagai pengemas barang-barang

yang rentan rusak maupun makanan sekalipun. Styrofoam

memiliki keunggulan yaitu praktis dan tahan lama. Hal

inilah yang menjadi daya tarik yang cukup kuat bagi

para penjual maupun konsumen makanan untuk

menggunakannya. Sampai saat ini belum banyak yang sadar

bahaya dibalik penggunaan kemasan styrofoam.

Styrofoam sebagai kemasan makanan, sebaiknya

penggunaannya bukan sekedar sebagai bungkus tetapi

perlu diperhatikan keamanannya, karena fungsi dari

kemasan makanan yaitu untuk kesehatan, pengawetan dan

kemudahan. Menurut beberapa penelitian telah diketahui

bahwa styrofoam berbahaya bagi kesehatan. Menurut

Mulyanto (2013), bahaya styrofoam berasal dari butiran-

butiran styrene, yang diproses dengan menggunakan

benzana. Benzana inilah yang termasuk zat yang dapat

menimbulkan banyak penyakit (Mulyanto, 2013).

Selain itu, Styrofoam juga terbukti tidak ramah

lingkungan, karena tidak dapat diuraikan sama sekali.

Bahkan pada proses produksinya sendiri menghasilkan

limbah yang tidak sedikit sehingga dikategorikan

1

sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di

dunia oleh EPA (Enviromental Protection Agency).

Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh Styrofoam ini

terhadap kesehatan dan lingkungan, maka perlu dicari

solusi agar penggunaannya dapat diminimalisir atau

dihentikan sama sekali.

1.2. Rumusan Masalah

Apa itu Styrofoam dan bagaimana penggunaan Styrofoam?

Apa bahaya penggunaan styrofoam terhadap kesehatan?

Bagaimana solusi dalam penggunaan Styrofoam?

1.3. Tujuan Penulisan

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi

salah satu tugas matakuliah Kimia Bahan Makanan pada

program studi pendidkan kimia FKIP Unsri. Selain itu

makalah ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan

atau informasi lebih mengenai penggunaan Styrofoam

dalam pengemasan makanan terhadap kesehatan dan solusi

mengatasi dampak negatif terhadap penggunaan Styrofoam.

2

BAB II

ISI

2.1. Pengertian Styrofoam

Styrofoam umumnya memiliki warna putih dan

terlihat bersih. Bentuknya juga simpel dan ringan.

Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styrene ini

menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah

3

kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat

dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu

mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman

dipegang.Bahan dasar styrofoam adalah polisterin, suatu

jenis plastik yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya

dan murah tetapi cepat rapuh. Karena kelemahannya

tersebut, polisterin dicampur dengan seng dan senyawa

butadien. Hal ini menyebabkan polisterin kehilangan

sifat jernihnya dan berubah warna menjadi putih susu.

Kemudian untuk kelenturannya, ditambahkan zat

plasticizer seperti dioktil ptalat (DOP), butil

hidroksi toluena (BHT) atau butyl stearat. Plastik busa

yang mudah terurai menjadi struktur sel kecil merupakan

hasil proses peniupan dengan menggunakan gas

klorofluorokarbon (CFC). Hasilnya adalah bentuk seperti

yang sering dipergunakan saat ini (Sulchan, 2007).

Styrofoam sebenarnya bukanlah nama kemasan plastik

yang dimaksud. Styrofoamadalah nama merek dagang dari

perusahaan Dow Mechanical. Styrofoam sendiri

merupakankemasan plastik berbahan polimer yang terdiri

dari banyak macam seperti :

polietilen tereflatat (PET) polirinil klorida (PVC)

polietilen (PE) polipropilen (PP)

polistirena (PS) polikarbonat (PC)

melamin.

4

  Istilah styrofoam yang akrab dengan kita, adalah

jenis yang berbahan baku polistirena.Dalam industri,

styrofoam sebenarnya hanya digunakan sebagai bahan

insulasi. Bahan inimemang bisa menahan suhu, sehingga

benda didalamnya tetap dingin atau hangat lebih lama

dari pada kertas atau bahan lainnya. Karena bisa menaha

n suhu itulah, akhirnya banyak yang 'salah kaprah’

menggunakannya sebagai gelas minuman dan wadah

makanan.Beberapa hal yang bisa dijadikan alasan kenapa

kita perlu mengurangi penggunaanstyrofoam pada

kehidupan kita adalah bahan ini terbuat dari butiran-

butiran styrene,yang diproses dengan menggunakan

BENZANA (alias benzene).Padahal benzana termasuk zat

yang bisa menimbulkan banyak penyakit.Benzana

bisamenimbulkan masalah pada kelenjar tyroid,mengganggu

sistem syaraf sehingga menyebabkankelelahan,

mempercepat detak jantung, sulit tidur, badan menjadi

gemetaran, dan menjadi mudahgelisah.Dibeberapa kasus,

benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan

kematian.Saat benzana termakan, dia akan masuk ke sel

sel darah dan lama-kelamaan akan merusak sumsum tulang

belakang. Akibatnya produksi sel darah merah berkurang

dan timbullah penyakitanemia. Efek lainnya, sistem imun

akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada

wanita,zat ini berakibat buruk terhadap siklus

menstruasi dan mengancam kehamilan. Dan yang

5

paling berbahaya, zat ini bisa menyebabkan kanker

payudara dan kanker prostat.

2.2. Penggunaan Styrofoam

Pengunaan styrofoam salah satunya adalah sebagai

kemasan atau wadah makanan karena bahan ini memiliki

beberapa kelebihan. Bahan tersebut mampu mencegah

kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat

dipegang, mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi

tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan

keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, serta

ringan.

Gambar 1.

Styreofoam sebagai kemasan makanan

Sumber: alvinbro.blogspot.com

Di Indonesia, penggunaan styrofoam sebagai wadah

makanan makin menjamur karena barang ini sangat mudah

ditemukan dimana-mana, mulai dari restoran siap saji

sampai ke tukang-tukang makanan pinggir jalan untuk

menggunakan bahan ini sebagai pembungkus makanan mereka

(Mulyatno, 2013).Selain digunakan sebagai pembungkus

6

makanan, penggunaannya digunakan untuk bahan pelindung

dan penahan getaran barang yang rentan rusak seperti

elektronik atau barang pecah belah lainnya.

2.3. Bahaya Penggunaan Styrofoam Terhadap Kesehatan

Styrofoam adalah jenis bahan kimia organik yang

tidak bisa terurai oleh alam. Styrofoam terdiri dari

butiran-butiran styrene yang diproses dengan mengunakan

benzena. Sedangkan benzena adalah termasuk zat yang bisa

menimbulkan banyak penyakit. Benzena ini menimbulkan

masalah pada kelenjar tyroid, menganggu sistem syaraf

sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat denyut

jantung, sulit tidur, badan menjadi gemetar, dan

menjadi mudah gelisah (Anjarimawati, 2010).

Hasil kajian Divisi Keamanan Pangan Jepang pada

Juli 2001 mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam

keamanan Pangan Kemasan Styrofoam sangat berbahaya.

Residu itu dapat menyebabkan endokrin disrupter (EDC)

suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada

sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat

bahan kimia karsinogen dalam makanan. Hasil berbagai

penelitian yang sudah dilakukan sejak tahun 1930-an,

diketahui bahwa stiren, bahan dasar styrofoam, bersifat

mutagenik (mampu mengubah gen) dan potensial

karsinogen. Semakin lama waktu pengemasan dengan

Styrofoam dan semakin tinggi suhu, semakin besar pula

7

migrasi atau perpindahan bahan-bahan yang bersifat

toksik tersebut ke dalam makanan atau minuman. Apalagi

bila makanan atau minuman tersebut banyak mengandung

lemak atau minyak. Toksisitas yang ditimbulkan memang

tidak langsung tampak (Sulchan, 2007).

Hasil survei di AS pada tahun 1986 menunjukkan

bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung

styrene yang berasal dari styrofoam. Penelitian dua

tahun kemudian menyebutkan kandungan styrene sudah

mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala

gangguan saraf. Faktor yang mempengaruhi

perpindahan zat kimia pada Styrofoam ke dalam makanan,

antara lain:

1. Suhu yang tinggi

Semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula

migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan.

2. Kadar lemak tinggi

Bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan

berpindah ke makanan dengan lebih cepat jika kadar

lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin

tinggi.

3. Kadar alkohol dan asam yang tinggi

Bahan alkohol dan asam mempercepat laju

perpindahan.

8

4. Lama kontak

Semakin lama makanan disimpan dalam wadah

Styrofoam semakin besar kemungkinan jumlah zat

kimia yangbermigrasi ke dalam makanan.

Sifatnya akumulatif dan dalam jangka panjang baru

timbul akibatnya. Sementara itu CFC sebagai bahan

peniup pada pembuatan styrofoam merupakan gas yang

tidak beracun dan mudah terbakar serta sangat stabil.

Begitu stabilnya gas ini baru bisa terurai sekitar 65-

130 tahun. Gas ini akan melayang di udara mencapai

lapisan ozon di atmosfer dan akan terjadi reaksi serta

akan menjebol lapisan pelindung bumi. Apabila lapisan

ozon terkikis akan timbul efek rumah kaca. Bila suhu

bumi meningkat, sinar ultraviolet matahari akan terus

menembus bumi yang bisa menimbulkan kanker (Sulchan,

2007).

Menurut Sulchan (2007) terdapat beberapa monomer yang

dicurigai berbahaya adalah vynil khlorida, akri

lonitril, meta crylonitril venylidine chloride serta

shyrene. Bahan-bahan ini memiliki monomer-monomer yang

cukup beracun dan diduga keras sebagai senyawa

karsinogen. Kedua monomer tersebut dapat bereaksi

dengan komponen-komponen DNA seperti vynl khlorida

dengan guanine dan sitosin, sedangkan akrilonisil

9

(vynil cyanida) dengan adenine monomer vinile

khlorida mengalami metabolisme dalam tubuh melalui

pembentukan hasil antara senyawa epoksi cloreshyan

oksida. Senyawa epoksida ini sangat reaktif dan

bersifat karsinogenik.

Selain itu, pada senyawa pembuat Styrofoam

terdapat butil hidroksi toluene (BHT) atau n-butyl

stearat. Kandungan zat ini menurut penelitian kimia

LIPI dapat memicu timbulnya kanker dan penurunan daya

pikir anak. Masalah kesehatan yang dapat muncul setelah

terpapar jangka panjang yaitu menyebabkan gangguan pada

sistem syaraf pusat, dengan gejala seperti sakit

kepala, letih, depresi, disfungsi sistem syaraf pusat

(waktu reaksi, memori, akurasi dan kecepatan

visiomotor, fungsi intelektual), hilang pendengaran,

dan neurofati periperal.

2.4. Solusi bagi Penggunaan Styrofoam

Seperti yang telah diuraikan di atas, styrofoam

ini berdampak buruk terhadap kesehatan dan lingkungan,

maka perlu dicari solusi agar penggunaannya dapat

diminimalisir atau dihentikan sama sekali.

Beberapa tahun lalu, penyedia makanan siap saji

dari Amerika mengumumkan akan mengganti wadah

styrofoam dengan kertas. Para ahli lingkungan

menyebutkan keputusan itu sebagai ”kemenangan

10

lingkungan” karena styrofoam sangat berbahaya bagi

kesehatan dan lingkungan. Keputusan ini menyusul hal

serupa oleh perusahaan-perusahaan makanan siap saji

lainnya. (Mulyatno, 2013)

Beberapa cara yang telah diusahakan untuk

mengurangi dampak buruk dari Styrofoam antara lain:

1. Fokus Pengemas baru yang ramah lingkungan

Dengan semakin jelasnya dampak buruk

yangditimbulkan styrofoam. maka pencarian alternatif

bahan pengemas lain harus menjadi fokus penelitian

yang baru.

2. Menghentikan penggunaan Styrofoam

Upaya ini telah dilakukan oleh beberapa

industri makanan seperti

McDonald’s pada tahun 1987 yang menyatakan diri

berhenti menggunakan wadah makanan yang terbuat dari

Styrofoam. Salah satu divisi di McSonald’s yaitu The

Environmental Defense Waste Reduction Task Force

Enforced McDonald juga sedang berusaha mengganti

kemasan makanan dengan kemasan yang dapat di daur

ulang seperti yang berasal kentang, limestone, 100%

serat daur ulang, biodegradable polymer, dan coating

lilin plus air.

3. Menciptakan Kemasan Plastic Biodegradable

Riset ini dikembangkan oleh Leonardus Adi Wijaya,

11

Glenn Chandra dan Marcel P. Segara dan meraih juara

pertama Research in Science and Technology Creativity

(Ristec) 2008 yang diadakan di Universitas Diponegoro

(Pahri, 2012).

Kemasan ini dapat terurai dengan sendirinya

menjadi karbondioksida dan air bila dikubur dalam

tanah. Teknologi terbaru ini, kini bisa diujicobakan

di Indonesia menggunakan bahan baku local yaitu limbah

kulit udang dan singkong. Kedua bahan tersebut dipilih

lantaran jumlahnya yang sangat banyak tersedia di

negeri ini.

Indonesia dikenal luas sebagai salah satu Negara

pengekspor udang mentah kupas. Sekitar 12 ribu ton

kulit udang kering dihasilkan oleh Indonesia per

tahunnya sebagai hasil sampingan ekspor udang mentah

kupas. Sedangkan singkong sendiri merupakan tanaman

yang sudah merakyat. Saat ini Indoensia meproduksi

kurang lebih 19 juta ton singkong setiap tahungga.

Proses pembuatan plastic ini tidaklah sulit.

Pembuatan khitosan, dilakukan dengan mengolah limbah

kulit udang, dijemur hingga kering. Sedangkan untuk

pembuata PLA digunakan bahan baku singkong. PLA (Poly

Lactic Acid) adalah senyawa yang saat ini sedang

dikembangkan sebagai alternatif kemasan plastik

konvensional atau sebagai kemasan biodegradable. Bahan

baku PLA bersumber dari bahan yang dapat diperbaharui

12

serta memiliki kandungan pati yang tinggi. Selain

singkong, juga dapat digunakan bahan lainnya seperti

jagung, kentang dan umbi-umbian lain. PLA dapat dicetak

dalam bentukseperti tas belanja, gelas, sendok, mangkuk

dll. Keuntungan dari penggunaan PLA dibandingkan

kemasan plastik lainnya yaitu sifat biodegradablenya

yang dapat terurai di alam, maksimal satu setengah

bulan. Coba bandingkan dengan Styrofoam yang tidak

dapat diuraikan sama sekali.

Sifatnya yang transparan dan kaku menyerupai

plastic pada umumnya merupakan nilai tambah tersendiri.

Namun, kemasan dari PLA dan khitosan ini juga memiliki

beberapa kelemahan dan keunggulan masing-masing. Oleh

karena itu, penggabungan antara khitosan dan PLA

diharapkan dapat saling melengkapi. Menghasilkan

kemasan yang dapat terurai dengan sifat menyerupai

plastic. Proses penggabungannya pun cukup mudah.

Mencampurkan larutan PLA dalan khitosan secara perlahan

agar tercampur merata. Kemasan yang dihasilkan akan

memiliki penampilan transparan dan warna kekuningan.

Setelah terbentuk, kemasan ini dapat digunakan sebagai

bahan pembungkus sayuran, kemasan sekunder pembungkus

biskuit maupun roti. Masih perlu banyak penelitian

lebih lanjut dalam pengambangan kemasan ramah

lingkungan. Terutama, masalah optimalisasi dalam

pembuatan PLA, termasuk ketertarikan pihak industri.

13

4. Memanfaatkan Limbah Styrofoam sebagai Bahan

Bangunan

Dengan menganut prinsip 3R yaitu Reduce, Reuse

danRecycle, limbah syrofoam dapat digunakan

untukmenghasil benda lain (Recycle), contohnya

membuatbatako dari limbah sytofoam. Upaya memanfaatkan

limbahini dilakukan oleh Surani, pria yang tinggal di

Tipar, Cakung, Jakarta Timur dengan niat sederhana,

menghindaribuangan sampah dan polusi pembakaran

styrofoam. Cara membuat sederhana yaitu Styrofoam

digiling seperti jagung. Kemudian, dicampur pasir dan

ditambah semen,lalu dicetak. Komposisi yang tepat itu

50% styrofoam, 40% pasir, dan 10% semen. Jadi,

penggunaan styrofoam dapatmenghemat pasir dan semen.

Dan hasilnya tidak mengecewakan, rumah yang dibangun

dengan menggunakan batako berbahan dasar limbah

syrofoam terbukti kokoh dan sifat syrofoam yang menolak

air membuat tanah tidak lembab (Kartika. 2009 dalam

Pahri, 2012).

5. Upaya mendegradasi styrofoam

Beberapa upaya telah ditemukan untuk menguraikan

Styrofoam, antara lain : a. Memanfaatkan Kulit

Buah Jeruk untuk Mendissolve Styrofoam

14

Metode ini diupayakan oleh Vici Riyani and

Adrienne Trinovia Sulistyo siswa SMA Santa Ursula.

Dengan mengolah kulit jeruk yang mengandung d-limonene,

mereka ubah dalam bentuk polymer flocculant yang

diigunakan untuk menguraikan styrofoam menjadi air.

Yang pasti mereka yakin cara ini tetaplah ramah

lingkungan.

Caranya dengan memasukan kulit jeruk bersamaan

dengan styrofoam ke dalam blender dan melalui proses

distilisasi dan kemudian diaduk sampai dengan semuanya

bercampur dengan baik. Dengan begitu campuran ini

dapat diuraikan oleh mikroorganisme.

Cara lain yang mereka temukan dengan menggunakan

kulit buah jeruk juga. Mereka melakukannya dengan

tekhnik sulfonasi. Yaitu dengan memotong styrofoam

hingga kecil-kecil dan campurkan dengan chloroform dan

asam sulfat dengan suhu 450 C selama 2 jam. Hasil dari

campuran tersebut adalah sodium polystyrene sulfonate

(PSSNa). Setelah melalui proses pemisahan dan

netralisasi, cairan tersebut akan berubah menjadi

bubuk polimer. Bubuk polimer ini kemudian bisa

digunakan sebagai pemurni air dan sangat berguna dalam

industri semen (Zamroni, 2002).

b. Mengembangkan bakteri Pseudomonas putida

Para ahli biologi di University of College

15

Dublin, Irlandia,menemukan turunan bakteri Pseudomonas

putida, yang biasa ditemukan di dalam tanah, memakan

minyak styrene murni dan mengubahnya menjadi plastik

yang ramahlingkungan. Minyak yang merupakan hasil

pemanasan styrofoam pada suhu tinggi itu mencemari

tanah karenasulit terdegradasi di alam.

Kevin O’Connor dan koleganya mengubah polystyrene

menjadi minyak melalui pyrolysis, yaitu memanaskan

plastik turunan minyak bumi dengan suhu 520 derajat

Celcius tanpa melibatkan oksigen. Pemanasan tersebut

menghasilkan cairan yang terdiri atas minyak styrene

sebesar lebih dari 80 persen dan sisanya berupa

cairanracun lainnya. Para peneliti kemudian memberikan

cairan ini kepadasalah satu turunan bakteri,

Pseudomonas putida CA-3.Pada awalnya, mereka berharap

bakteri akan memurnikanstyrene dari larutan. Namun,

bakteri justru sangat menikmati menu makanbarunya ini

dan mengubah 64 gram styrene campuranuntuk menghasilkan

sekitar 3 gram bakteri baru. Dalam proses ini, bakteri

menyimpan 1,6 gram energiminyak styrene dalam bentuk

plastik biodegradable (dapatterurai di alam) yang

disebutpolyhydr oxyalkanoate atau PHA. Selain musnah

jika dibakar, plastik jensi ini jugamudah terurai di

alam (Pahri, 2012).

Namun, proses biologi yang dilakukan bakteri

menghasilkan produk sampingan yang masih beracun,

16

yaitu toluene. Meskipun demikain, temuan ini membawa

harapan baru karena menunjukkan bahwa styrofoam dan

molekul polystyrene yang menyusunnya dapat

diubahmenjadi ramah lingkungan

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Penggunaan Styrofoam berbahaya bagi kesehatan

17

maupun lingkungan. Senyawa benzena yang terdapat dalam

styrofoam termasuk zat yang dapat menimbulkan banyak

penyakit dan bersifat karsinogenik. Selain menimbulkan

penyakit, pembuatan Styrofoam menyebabkan masalah yang

besar bagi lingkungan karena senyawa CFC menjadi salah

satu penyebab terjadinya efek rumah kaca. Oleh karena

itu, perlu adanya solusi bagi masalah ini, salah

satunya adalah dengan pendaurulangan dan

pendegradasian Styrofoam.

3.2. Saran

Bagi pembaca disarankan supaya makalah ini dapat

dijadikan sebagai media pembelajaran dalam rangka

peningkatan pemahaman tentang materi-materi pada mata

kuliah Kimia Bahan Makaan khususnya mengenai penggunaan

Styrofoam sebagai bahan kemasan makanan terhadap

kesehatan manusia.. Dan bagi penulis-penulis lain

diharapkan agar makalah ini dapat dikembangankan lebih

lanjut guna menyempurnakan makalah yang telah dibuat

sebelumnya.

18

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, ervi. 2013. Bahaya Styrofoam terhadap kesehatan dan

lingkungan (online)

http://www.slideshare.net/erviafifah/bahaya-

styrofoam-terhadap-kesehatan-dan-lingkungan

diakses pada tanggal 19 oktober 2014.

Anonym.2013. bahaya Styrofoam bagi kesehatan (online)

http://itd.unair.ac.id/index.php/health-news-

archive/318-bahaya-styrofoam-bagi-kesehatan.html

diakses pada tanggal 19 oktober 2014.

Nuraini, dini 2013. Bahaya styrofoam sebagai wadah makanan

(online).

https://www.academia.edu/6255232/BAHAYA_STYROFOAM_

SEBAGAI_WADAH_MAKANAN diakses pada tanggal 19

oktober 2014.

19


Recommended