+ All Categories
Home > Documents > PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINS SMP BERORIENTASI PADA PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI...

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINS SMP BERORIENTASI PADA PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI...

Date post: 23-Jan-2023
Category:
Upload: ikipmataram
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
23
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINS SMP BERORIENTASI PADA PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF Hunaepi [email protected] Abstrak: Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang betujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan di ujicobakan di kelas VIIb sejumlah 30 siswa pada SMP Negeri 2 Sepulu, menggunakan rancangan One Group Pretest-Postest Design. Pengembangan perangkat meggunakan model pengembangan Kemp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa validasi RPP kategori layak, buku siswa kategori layak, Lembar Kerja Siswa (LKS) kategori layak, dan lembar penilaian kategori layak dengan reliabilitas instrumen validitas RPP 91%; Buku siswa 90%; Lembar Kerja Siswa 92%. Aktivitas guru yang menonjol adalah membimbing percobaan sebesar 22% pada pertemuan satu (P1) dan pada pertemuan kedua (P2) 24%. Aktivitas siswa yang menonjol adalah Melakukan pengamatan 22% (P1) dan melakukan pengamatan 24% pada (P2). Keterlaksanaan pembelajaran pada (P1 dan P2) mayoritas terlaksana (92%) dan (75%). Respon siswa terhadap perangkat dan pembelajaran berkatagori baik bahkan respon positif. Kemampuan kognitif dilihat dari ketuntasan indikator pembelajaran (O 1 ) rata-rata < 60% dikategori tidak tuntas, (O 2 ) rata-rata ≥ 60% dikategori tuntas, ketuntasan individual pada (O 1 ) rata-rata < 60 kategori tidak tuntas, (O 2 ) rata-rata ≥ 65 kategori tuntas, dan ketuntasan secara klasikal pada (O 1 ) < 75% dikategorikan tidak tuntas, sedangkan pada (O 2 ) ≥ 75% Tuntas. Simpulan penelitian menunjukkan bahwa pendekatan Sains Teknologi Masyarakat pada materi kerusakan dan pencemaran lingkungan di SMP Negeri 2 Sepulu dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa dan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini berkategori valid dan reliabel. Kata Kunci: Sains Teknologi Masyarakat, Kognitif. A. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di semua aspek kehidupan manusia, banyak permasalahan dapat dipecahkan dengan berbagai upaya penguasaan dan peningkatan IPTEK. Perkembangan ini menjadi tantangan pendidikan yang cukup serius, di samping menyediakan lulusan yang memiliki intelektual tinggi dalam menghadapi era globalisasi. Pendidikan juga harus mampu memecahkan persoalan disintegrasi bangsa. Hal ini sejalan dengan fungsi pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah untuk berkembangnya 1
Transcript

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINS SMP BERORIENTASI PADA PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang betujuan untukmengembangkan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang telahdikembangkan di ujicobakan di kelas VIIb sejumlah 30 siswa pada SMP Negeri2 Sepulu, menggunakan rancangan One Group Pretest-Postest Design. Pengembanganperangkat meggunakan model pengembangan Kemp. Hasil penelitian menunjukkanbahwa validasi RPP kategori layak, buku siswa kategori layak, Lembar KerjaSiswa (LKS) kategori layak, dan lembar penilaian kategori layak denganreliabilitas instrumen validitas RPP 91%; Buku siswa 90%; Lembar KerjaSiswa 92%. Aktivitas guru yang menonjol adalah membimbing percobaansebesar 22% pada pertemuan satu (P1) dan pada pertemuan kedua (P2) 24%.Aktivitas siswa yang menonjol adalah Melakukan pengamatan 22% (P1) danmelakukan pengamatan 24% pada (P2). Keterlaksanaan pembelajaran pada (P1dan P2) mayoritas terlaksana (92%) dan (75%). Respon siswa terhadapperangkat dan pembelajaran berkatagori baik bahkan respon positif.Kemampuan kognitif dilihat dari ketuntasan indikator pembelajaran (O1)rata-rata < 60% dikategori tidak tuntas, (O2) rata-rata ≥ 60% dikategorituntas, ketuntasan individual pada (O1) rata-rata < 60 kategori tidaktuntas, (O2) rata-rata ≥ 65 kategori tuntas, dan ketuntasan secaraklasikal pada (O1) < 75% dikategorikan tidak tuntas, sedangkan pada (O2)≥ 75% Tuntas. Simpulan penelitian menunjukkan bahwa pendekatan SainsTeknologi Masyarakat pada materi kerusakan dan pencemaran lingkungan diSMP Negeri 2 Sepulu dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa danperangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini berkategorivalid dan reliabel.

Kata Kunci: Sains Teknologi Masyarakat, Kognitif.

A. PENDAHULUANPerkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi telah membawaperubahan di semua aspek kehidupanmanusia, banyak permasalahan dapatdipecahkan dengan berbagai upayapenguasaan dan peningkatan IPTEK.Perkembangan ini menjadi tantanganpendidikan yang cukup serius, disamping menyediakan lulusan yangmemiliki intelektual tinggi dalam

menghadapi era globalisasi.Pendidikan juga harus mampumemecahkan persoalan disintegrasibangsa. Hal ini sejalan denganfungsi pendidikan nasional untukmengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat dalamrangka mencerdaskan kehidupanbangsa. Sedangkan tujuan jangkapanjang adalah untuk berkembangnya

1

potensi peserta didik agar menjadimanusia yang beriman, bertakwakepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan menjadiwarga negara yang demokratis sertabertanggung jawab (Sisdiknas,2008:6).

Ilmu pengetahuan alam (sains)diharapkan dapat menjadi wahanabagi siswa untuk mempelajaridirinya sendiri dan alam sekitarnyasehingga siswa dapat lebihmenghargai dan memiliki sikap yangpositif terhadap lingkungan.Pendidikan sains menekankanpemberian pengalaman secaralangsung. Karena itu, siswa perludibantu untuk mengembangkansejumlah keterampilan proses supayamereka mampu mempelajari danmemahami dengan seluruh indra,mengajukan hipotesis, menggunakanalat dan bahan secara benar,mengajukan pertanyaan, menafsirkandata, dan mengkomunikasikan hasiltemuan secara beragam. Hal inidisesuaikan dengan tingkatperkembangan kognitif siswa SMPyang umumnya masih berada pada fasetransisi dari konkrit ke formal.

Pembelajaran sains perludiarahkan pada proses pemecahanmasalah yang dapat menunjangkelestarian kehidupan manusia dalamsuasana budaya yang kondusif.Pemberian materi sains diharapkansesuai dengan tingkat pertumbuhandan perkembangan siswa. Dalam halini, siswa mencari pengalamanlangsung yang dapat membawa merekadalam merencanakan kehidupan dimasa mendatang dan eksistensinyasebagai manusia yang menguasaiteknologi yang berwawasanlingkungan.

Namun pada kenyataannya, dalampendidikan sains di tingkatmenengah pertama khususnya di SMPNegeri 2 Sepulu, masih kurangterlihat siswa diberikan kesempatanuntuk mengembangkan kemampuan untukmengambil keputusan dalamhubungannya dengan masalahsederhana yang ada disekitarnya danpengembangan kemampuan kognitifmasih rendah, sebab itu perlu adaperubahan dalam prosespembelajaran.

Upaya dalam perbaikan danperubahan proses belajar mengajar,tentunya membutuhkan perhatian yanglebih dari semua kalangan untukmengubah paradigma pembelajaransains sehingga domain kognitif,psikomotor, dan afektif dapattercapai secara bersamaan. Selainitu juga dibutuhkan pendekatanuntuk mengaktifkan siswa secarafisik maupun mental dalam suatupembelajaran sains, mengaitkanbahan pelajaran dengan penerapannyadi dalam kekehidupan sehari-hariatau upanya mengkonkritkan objekbahasan, melatih keterampilanproses sains, dan memadukan antarasains, teknologi dan masyarakat.Hal ini dapat diwujudkan dalambentuk pengembangan perangkatpembelajaran yang sesuai denganpendekatan dan metode yang akanditerapkan.

Salah satu cara untuk memadukansains, teknologi dan masyarakatserta untuk mencapai kompetensidomain kognitif, psikomotor, danafektif adalah menggunakanpendekatan STM. Pendekatan ini,diharapkan siswa mampu mencapaiketiga ranah pembelajaran tersebut,serta mau dan mampu menerapkanprinsip-prinsip sains yang

2

dikaitkan dengan teknologi sehinggadapat diterapkan di lingkunganMasyarakat. Bybee (1986) dalamCollete dan Chiappetta, 1994:174)menyatakan bahwa gerakan sains,teknologi, dan masyarakat memilikipotensi untuk mendidik para remajamenghadapi dunia kehidupan, baikmasa sekarang maupun masa yang akandatang.

Pendekatan STM merupakanpendekatan yang dapat menjangkauketiga ranah dalam pendidikan yakniranah kognitif, psikomotor, danafektif. Yager (1996) dalamPoedjiadi (2005:105) menjabarkanketiga ranah tersebut menjadi enambagian yakni konsep, proses,kreativitas, penerapan, sikap, danhubungan. Dalam penelitian inihanya terfokus pada peningkatanranah konitif, hal ini karenapembelajaran sebelumnya belummengarah pada peningkatan kemampuankognitif berdasarkan taksonomiBloom yang tingkatannya mulai dariyang sederhana sampai yangkompleks. Selain itu jugadisebabkan karena kondisi sekolahyang masih baru dan kompetensi gurutidak sesuai dengan bidang yangdiajarkan, paradigma guru dalammenginterpretasikan danmengembangkan kurikulum, masihberbasis konten sehingga gurudituntut untuk menyampaikan materitepat pada waktunya dan tidakberinovasi dalam pembelajaran, gurumasih kurang melatih siswa dalamkemampuan berfikir, belumsepenuhnya guru memanfaatkan mediapembelajaran yang ada di sekitar,selain itu juga cara penyampaianmateri oleh guru masih menggunakanpendekatan kompetisi dan individualserta kurang bervariasi. Sehingga

menyebabkan kemampuan kognitifsiswa masih rendah, dengan kondisiini maka perlu adanya pembelajaranyang dapat membantu meningkatkankemampuan kognitif siswa.

Ranah psikomotor dalampenelitian ini, hanya sebagaipenunjang untuk meningkatkanpemahaman siswa mengenai konsep-konsep materi yang diajarkan, padaranah ini siswa melakukan prosespraktikum sebagai bentuk aplikasidan pembuktian dari kajian teoriyang diajarkan, sedangkan ranahafektif tidak dilakukan atau tidakdiamati karena ranah ini selainsulit untuk diamati, ranah afektifjuga tidak dapat dilakukan dalamjangka waktu yang pendek ataumembutuhkan waktu yang lama untukdapat menumbuhkan kepribadian ataukarakter siswa, sehingga siswadapat menerapkan ataumengimplementasikan karaktertersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Keberhasilan siswa dalambelajar, yang bisa meningkatkankemampuan kognitif, dan memilikisikap ilmiah sangat dipengaruhioleh kondisi internal maupun faktoreksternal siswa. Salah satu faktoreksternal yang ikut berpengaruhkeberhasilan siswa, dalam memahamisuatu topik pembelajaran yangberasal dari guru adalah kemampuanguru dalam memilih metode danpendekatan pembelajaran yang tepat.

Dijelaskan dalam KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP),bahwa bahan kajian ekosistem denganmateri pokok pencemaran dankerusakan lingkungan merupakansalah salah satu materi yangdiajarkan pada kelas tujuh (VII),semester dua (II), dengan

3

kompetensi dasar: Memahami salingketergantungan dalam ekosistemDepdiknas (2006:2), yang terdapatdalam PP No 22 tahun 2006 tentangStandar Isi untuk Satuan PendidikanDasar dan Menengah atau dikenaldengan Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP) tahun 2006.Berdasarkan analisis, materipencemaran dan kerusakan lingkunganini mengaitkan sains, teknologisebagai upaya membekali siswadengan kemampuan yang dapatdiaplikasikan dalam kehidupanbermasyarakat. Hal ini memungkinkanmateri pencemaran dan kerusakanlingkungan diajarkan denganmenggunakan pendekatan sainsteknologi masyarakat.

Dikemukakan dalam Permendiknasbahwa satuan pendidikan dasar danmenengah dapat mengembangkankurikulum dengan standar yang lebihtinggi dari yang telah ditetapkan,dengan memperhatikan panduanpenyusunan KTSP dan BNSP.Keleluasaan sekolah dalammerancang, mengembangkan, danmengimplementasikan kurikulumsekolah sesuai dengan situasi,kondisi, dan potensi keunggulanlokal yang bisa dimunculkan olehsekolah. Dalam penerapan kurikulumini, guru sebagai orang yang palingutama dalam mengembangkankurikulum. Pengembangan kurikulumtersebut, yaitu dengan membuatperangkat pembelajaran yangdisesuaikan dengan potensi dankondisi sekolah, sehinggadiharapkan dapat meningkatkanrelevansi pembelajaran dengankebutuhan sekolah setempat.

Penelitian sebelumnya tentangpendekatan STM yang dilakukan olehSuharyono (2003:71-72) menyatakan

bahwa dengan pendekatan ini, siswamemberikan respon positif denganproporsi 0,96 dan proporsiketuntasan adalah tinggi, yaituketuntasan THB produk 93%;ketentuan THB psikomotor 89%;ketentuan THB aplikasi 85%; denganindeks sensitivitas rata-rata 0,89yang artinya pendekatan sainsteknologi masyarakat memberikanefek terhadap peningkatan literasisains dan teknologi.

Mengacu pada latar belakang diatas, peneliti menerapkan hasilpengembangan perangkat pembelajaransains SMP berorientasi padapendekatan STM untuk meningkatkankemampuan kognitif

1. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar

belakang di atas, maka dapatdirumuskan permasalahan sebagaiberikut: “Bagaimana keefektifanperangkat pembelajaran sains SMPberorientasi pada pendekatan STMuntuk meningkatkan kemampuankognitif ?”. Berdasarkan rumusanmasalah utama penelitian ini dapatdiuraikan beberapa rumusan masalahsebagai berikut: a) Bagaimana kelayakan perangkat

pembelajaran sains SMPberorientasi pada pendekatansains, teknologi, masyarakat yangdikembangkan.

b) Bagaimana keterlaksanaanpembelajaran sains SMP denganpendekatan sains, teknologi,masyarakat?

c) Bagaimana aktivitas guru dalamkegiatan belajar mengajardengan menggunakan perangkatpembelajaran sains SMPberorientasi pada pendekatansains, teknologi, masyarakat?

4

d) Bagaimana aktivitas siswa dalamkegiatan pembelajaran denganmenggunakan perangkatpembelajaran sains SMPberorientasi pada pendekatansains, teknologi, masyarakat?

e) Bagaimana kemampuan kognitifsiswa setelah kegiatanpembelajaran denganmenggunakan perangkatpembelajaran sains SMPberorientasi pada pendekatansains, teknologi, masyarakat?

f) Bagaimana respon siswa terhadappembelajaran denganmenggunakan perangkatpembelajaran sains SMPberorientasi pada pendekatansains, teknologi, masyarakat?

g) Hambatan-hambatan apa saja yangmenjadi kendala selama prosespembelajaran dan bagaimanaalternatif solusinya?

2. Tujuan Penelitiana) Mendeskripsikan kelayakan

perangkat pembelajaran sainsSMP berorientasi padapendekatan sains, teknologi,masyarakat yang dikembangkan.

b) Mendeskripsikan keterlaksanaanpembelajaran sains SMP yangmenggunakan perangkatpembelajaran berorientasi padapendekatan sains, teknologi,masyarakat.

c) Mendeskripsikan aktivitas gurudalam pembelajaran sains SMPberorientasi pada pendekatansains, teknologi, masyarakat.

d) Mendeskripsikan aktivitassiswa dalam pembelajaransains SMP berorientasi padapendekatan sains, teknologi,masyarakat.

e) Mengukur kemampuan kognitifsiswa setelah selesaimelaksanakan sintakspembelajaran/RP denganpembelajaran sains SMPberorientasi pada pendekatansains, teknologi, masyarakat.

f) Mendeskripsikan respon siswasetelah melaksanakanpembelajaran dalam kegiatanbelajar mengajar denganmenggunakan perangkatpembelajaran sains SMPberorientasi pada pendekatansains, teknologi, masyarakat.

g) Mendeskripsikan hambatan-hambatan yang dialami selamaproses implementasipembelajaran sains SMPberorientasi pada pendekatansains, teknologi, masyarakat

B. METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan

penelitian pengembangan karenamengembangkan perangkatpembelajaran. Perangkatpembelajaran yang dikembangkanberorientasi pada pendekatan sains,teknologi, dan masyarakat untukmeningkatkan kemampuan kognitif.Subjek penelitian pada tahapimplementasi adalah siswa kelas VIISMP Negeri 2 Sepulu, Bangkalan,Madura. semester II tahun ajaran2010/2011. Model yang digunakandalam pengembangan perangkatpembelajaran ini adalah mengacupada model Kemp.

Dalam kegiatan penelitian ini,implementasi di kelas menggunakanOne Group Pretest-Postest Design (Tuckman,1978:129) polanya adalah: Uji awal Perlakuan Uji akhir

5

O1 X O2

Keterangan:O1 = Memberikan uji awal, untuk

merekam penguasaan siswaterhadap topik pencemarandan kerusakan lingkungansebelum diberikan perlakuan.

X = Memberikan perlakuan padasiswa, yaitu denganmenggunakan perangkatpembelajaran materi sains/IPAdengan pendekatan STM.

O2 = Memberikan uji akhir O2,untuk merekam penguasaan siswaterhadap topik pencemaran dankerusakan lingkungan setelahdiberikan perlakuan.

Teknik pengumpulan datadilakukan dengan caraobservasi/pengamatan, pemberianangket, dan pemberian Tes. Kemudianhasil tersebut dianalisis secaradeskriptif kualitatif dan statistikdeskriptif.

C. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil uji cobadalam penelitian, diperoleh hasilsebagai berikut. 1. Keterlaksanaan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Keterlaksanaan rencana

pembelajaran dengan pendekatanSains Teknologi Masyarakat.Rangkuman hasil penelitianketerlaksanaan dapat dilihat padaTabel berikut:

Berdasarkan tabel di atasmenunjukkan bahwa penilaian padamasing-masing aspek padaketerlaksanaan pembelajaran,menunjukkan bahwa penilaian rata-rata berkatagori baik. sedangkanproses pembelajaran manunjukkan KBMberpusat pada siswa. Ringkasanketerlaksanaan dan reliabilitas RPPpada pertemuan satu dan dua dapatdilihat pada Tabel berikut:

Tabel di atas menunjukkanketerlaksanaan RPP pada pertemuan Idan II sebesar (83%) berarti RPPdapat terlaksana dengan baik denganreliabilitas sebesar (91%), hal inimenunjukkan bahwa instrumenketerlaksanaan RPP dapatdikategorikan reliabel. 2. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru

dalam KBMHasil pengamatan aktivitas guru

secara ringkas disajikan dalambentuk diagram batang pada Gambarberikut:

6

Keterangan:1. Memotivasi siswa2. Menjelaskan tujuan pembelajaran3. Mengemukakan isu-isu lingkungan

yang ada di masyarakat4. Menyampaikan informasi5. Mengecek pemahaman dan memberikan

umpan balik6. Menjawab pertanyaan siswa7. Memberi kesempatan kepada siswa

untuk menyampaikan ide8. Membagi siswa ke dalam kelompok

belajar9. Membimbing percobaan 10. Mengarahkan diskusi11. Menyimpukkan hasil diskusi12. Prilaku yang tidak relevan

Gambar digaram di atasmenunjukkan bahwa prekuensiaktivitas guru yang paling dominanpada pertemuan satu adalahmenyampaikan informasi, menjawabpertanyaan siswa, membimbingpercobaan dan mengarahkan diskusi.Pada pertemuan kedua prekuensiaktivitas guru yang paling dominanadalah menjawab pertanyaan siswa,membimbing percobaan danmengarahkan diskusi. Hasil analisistingkat reliabilitas instrumensebesar (88%) sehingga instrumenpengamatan aktivitas guru dapatdikatakan reliabel. Hal ini sesuaidengan pernyataan Borich (1994:385)menyatakan instrumen dikatakan baik(reliabel) jika instrumen memilikikoefisien reliabilitas ≥ 0,75(75%).3. Hasil pengamatan aktivitas Siswa

dalam KBMHasil pengamatan aktivitas siswa

secara ringkas disajikan dalambentuk diagram batang pada Gambarberikut:

Keterangan :1. Mendengarkan/memperhatikan

penjelasa guru2. Menyampaikan masalah3. Bertanya kepada guru4. Membaca dan mencari informasi

lainnya5. Mengerjakan LKS6. Berdiskusi dalam kelompok7. Mengambil dan menyiapkan alat dan

bahan praktikum8. Melakukan pengamatan9. Menyajikan hasil pengamatan10. Membersihkan alat dan bahan

yang telah dipakai 11. Mencatat12. Prilaku yang tidak relevan

Gambar digaram di atasmenunjukkan bahwa prekuensiaktivitas siswa yang paling dominanpada pertemuan satu adalahmendengarkan penjelasa guru,Bertanya kepada guru, Melakukanpengamatan, dan Menyajikan hasilpengamatan. Sedangkan padapertemuan kedua aktivitas yangpaling dominan adalah bertanyakepada guru, melakukan pengamatan,dan menyajikan hasil pengamatan.Hasil analisis reliabilitasinstrumen aktivitas siswa sebesar(92%). Nilai koefisien reliabilitasinstrumen tersebut melebihi (75%)dengan demikian instrumen ini

7

termasuk kedalam kategori instrumenyang baik (Borich, 1994: 385).4. Respon siswa terhadap proses

pembelajaranPresentase respon siswa terhadap

pembelajaran divisualisasikandengan diagram batang pada Gambarberikut:

Gambar diagram di atasmenunjukkan respon siswa padaperangkat pembelajaran dan prosespembelajaran menunjukkan responpositif atau merepon dengan baik. 5. Analisis Tes Hasil Pembelajarana. Reliabilitas Tes Butir Soal

Hasil analisis perhitungantingkat reliabilitas butir soalpilihan ganda dengan mengunakanrumus KR-20 adalah r11 sebesar (0,80)hal ini menunjukkan bahwa soal yangdigunakan reliabel. Pada butir soaluraian yang dianalisis denganformula Alpha didapatkanreliabilitas sebesar (r11 = 0,76).Hal ini menunjukkan bahwa tingkatreliabilitas butir soal uraiandikategorikan reliabel.b. Sensitivitas Butir Soal

Sensitivitas soal tes hasilbelajar kognitif yang diperolehdapat dilihat pada Tabel berikut:

Tebel di atas menunjukkan bahwanilai rata-rata sensivitas butirsoal rata-rata lebih besar 0,30 halini berarti butir soal memilikinilai sensivitas yang baik dan pekauntuk mengukur efek pembelajaran.Meskipun butir soal nomor 4, 5,11,dan 12 sensivitas butir soalnyabernilai kurang dari 0,30. c. Analisis Kemampuan Kognitif Siswa

Adapun kemampuan kognitifdiketahui dari:1) Ketuntasan Indikator

Adapun hasil analisisketercapaian indikator sepertiyang terlihat pada Tabel berikut:

Tabel di atas memperlihatkanbahwa ketuntasan indikatorpembelajaran pada uji awal dan ujiakhir memiliki perbedaan yangsangat jelas yaitu pada uji awal

8

Keterangan: T: Tuntas TT :Tidak

keseluruhan butir indikator tidakdinyatakan tuntas karena persentasenilai kurang dari (60%).Ketuntasan indikator pembelajaransetelah melakukan prosespembelajaran (posttest) dikategorikantuntas 100% karena nilai mencapaiatau lebih besar dari (60%). 2) Ketuntasan Individual

Rangkuman hasil analisisketuntasan individual dan klasikaldapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel di atas menunjukkan bahwaketuntasan Pretest atau uji awaldinyatakan 100% tidak tuntas,karena nilai rata-rata dibawah(60%). Pada Posttest atau uji akhirdari 30 siswa terdapat 26 siswadikategorikan tuntas denganpersentase nilai lebih besar atausama dengan 0,60 atau (≥ 60) dalammempelajari pokok bahasan kerusakandan pencemaran lingkungan.Sedangkan 4 siswa dinyatakan tidaktuntas dengan persentase kurangdari 0,60 (≥ 60) dalam mempelajaripokok bahasan kerusakan danpencemaran lingkungan. 3) Ketuntasan Klasikal

Persentase ketuntasan klasikalsiswa mencapai (86%) dandikategorikan tuntas dalam

mempelajari pokok bahasan kerusakandan pencemaran lingkungan padabahan kajian ekosistem. 6. Hambatan-hambatan

Kendala-kendala yang ditemukansaat implementasi perangkatpembelajaran dapat dilihat padaTabel berikut:

D. PEMBAHASAN1. Hasil Implementasi Perangkata) Keterlaksanaan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Keterlaksanaan dalam pembelajaran

dengan pendekatan Sains TeknologiMasyarakat secara umum presentasinilai sebesar (83%). Tingkatreliabilitas (91%). Hal inimenunjukkan bahwa RPP pada pokokbahasan kerusakan dan pencemaranlingkungan dengan menggunkanpendekatan Sains TeknologiMasyarakat (STM) terlaksana denganbaik, serta instrumenketerlaksanaan RPP yang digunakandapat dikategorikan reliabel.

Hasil pengamatan pada kegiatanawal atau pendahuluan yang terdiridari aspek inisiasi dikategorikanbaik, memberikan orientasi masalahdikategorikan baik, danmenyampaikan tujuan pembelajarandikategorikan baik, dengan nilairata-rata dari pendahuluan sebesar(4,0) dan secara umum untukpendahuluan dikategorikan baik.

9

Keterangan: T : Tunta TT :

Aspek inisiasi merupakan bentukmotivasi dalam pendekatan SainsTeknologi Masyarakat (STM), aspekini merupakan ciri khas daripendekatan STM, adanya pendahuluandimulai dariinisiasi/invitasi/apersepsi untukmemudahkan siswa mengemukakan isu-isu atau masalah yang ada dimasyarakat yang terkait denganpokok bahasan yang diajarkan yaitutentang kerusakan dan pencemaranlingkungan pada bahan kajianekosistem.

Perbedaan hasil pengamat padaaspek inisiasi/invitasi/apersepsipada pertemuan pertama sebesar(5,0) dan pertemuan kedua sebesar(4,0) lebih disebabkan karena padapertemuan pertama guru lebih aktifmemotivasi dan membantu siswa untukmemusatkan perhatian padapelajaran. Pertemuan kedua lebihrendah karena kondisi siswa sudahbisa beradaptasi dengan lingkunganbelajar yang baru, sehingga dengansendirinya siswa termotivasi dandapat mengungkapkan isu-isu yangterkait dengan pengalaman merekasehari-hari sesuai dengan pokokbahasan yang sedang diajarkan.

Mahmudin (2009:3) mengatakanmemulai pembelajaran dengan aspekinisiasi atau invitasi dapatmelatih keberanian siswa untukmengungkapkan masalah-masalah yangterkait dengan kehidupan sehari-harinya pada saat prosespembelajaran.

Mengawali pembelajaran denganmenggali informasi yang terkaitdengan pengalaman kehidupan sehari-hari siswa yang berhubungan denganmateri yang diajarkan merupakansalah satu kekhasan modelpembelajaran Sains Teknologi

Masyarakat (STM). Poedjiadi(2005:127) menyatakan manfaatdikemukakannya isu atau masalahpada awal pembelajaran(pendahuluan), dapat mengundang prodan kontra sehingga mengharuskansiswa untuk berpikir dan menganalisisu tersebut. Hal ini dapatmenciptakan interaksi antara siswadengan guru dan antara siswa dengansiswa. Selain itu juga mengawalipembelajaran dengan menggali isu-isu atau permasalahan dari siswadapat menumbuhkan keberanian siswaberbicara untuk mengemukakan sertamempertahankan pendapat tentangide-ide yang dimiliki.

Kegiatan inti terbagi menjaditiga tahap yaitu tahap pembentukandan pengembangan konsep, tahapaplikasi konsep, dan tahappemantapan konsep. Secara umumpenilaian pada kegiatan intidikategorikan baik dengan nilaisebesar (3,6). Pertemuan pertamadan kedua tahap pembentukan danpengembangan konsep diajarkandengan menggunakan metodedemostrasi, tanya jawab, dandiskusi informasi, dikategorikanbaik. Pada tahap ini ditemukanbeberapa temuan yang terkait denganproses pembelajaran di kelas.Temuan-temuan tersebut antara lainmasih banyak siswa yang belumberani mengungkapkan pendapat, ataumenjawab pertanyaan serta dalammengemukakan ide atau pendapatmasih ada yang prakonsepsi denganpengertian konsep-konsep yangsebenarnya. Pada tahap ini siswamengalami atau memiliki prakonsepsiyang berbeda dengan konsep yangsebenarnya, sehingga mengakibatkansiswa dapat mengalami konflikkognitif. Lee at al (2003)

10

menjelaskan bahwa komplik kognitifadalah sebuah keadaan dimana siswamerasa adanya ketidakcocokan antarastrukur kognitif mereka dengankeadaan lingkungan sekitarnya atauantara komponen-komponen daristruktur kognitif mereka.

Digunakannya metode demostrasiagar siswa lebih memahami isimateri yang akan dipelajari danketerkaitannya dengan kondisi yangsebenarnya, serta siswa diharapkanlebih mudah memahami konsep-konsepyang ada dalam materi pelajarantersebut, khususnya pada pokokbahasan kerusakan dan pencemaranlingkungan. Sebagai salah satucontoh digunakannya metodedemostrasi pada indikator ke empatyaitu untuk mengetahui konsekuensikerusakan hutan terhadaplingkungan, guru membagikan madudan menyuruh siswa untuk mencicipiserta bertanya darimanakah asalmadu? Siswa menjawab sarang lebah.Guru kembali bertanya dimanakahumumnya lebah bersarang? siswamenjawab dipohon-pohon yang ada dihutan. Setelah siswa menjawab gurumemulai pembentukan danpengembangan konsep tentang hutan.

Pada akhir pembentukan konsepsiswa lebih memahami cara mengatasimasalah terhadap isu-isu yang telahdikemukakan oleh guru maupun siswapada awal pembelajaran, hal initercermin pada tahap aplikasikonsep dan tahap evaluasi yangbersifat verbal.

Sebelum tahap aplikasi konsep,guru terlebih dahulu mengelompokkansiswa kedalam 6 kelompok belajar,yang terdiri dari 5 orang siswa.Pengelompokan siswa ini dilakukanuntuk memudahkan guru megatursiswa dalam proses aplikasi konsep

atau melakukan percobaan. selainitu tujuan pembentukan kelompokadalah agar siswa dapat diberitugas dan tanggung jawab di antaraanggota kelompoknya (Arends,2008:112). Proses pembentukankelompok ini dilakukan padapertemuan pertama sedangkan padapertemuan kedua tidak dilakukankarena kelompok yang digunakantetap.

Tahap aplikasi konsep, pada tahapini siswa melakukan percobaansederhana yang terkait denganmateri yang telah dipelajari. padapertemuan pertama siswa melakukanpercobaan sederhana mengenaisimulasi tanah longsor dan pengaruhpencemaran udara terhadap serangga,sesuai dengan sub bab yang dibahasyaitu kerusakan hutan danpencemaran udara. Pada tahap iniguru lebih banyak berperandikarenakan siswa baru pertama kalimelakukan percobaan, dan kondisisiswa sama sekali belum mengenalalat-alat sederhana yang digunakandalam percobaan. Untuk memudahkandan mengatur waktu, sebelummelakukan percobaan guru terlebihdahulu mendemonstrasikan proseduratau cara-cara menggunakan alatsederhana yang akan digunakan dalampercobaan.

Pertemuan kedua tahap aplikasikonsep, siswa melakukan percobaansederhana yaitu tentang pengaruhpencemaran deterjen terhadaporganisme air dan pencemaran tanaholeh deterjen, sesuai dengan BukuAjar dan Lembar Kerja Siswa (LKS).Pertemuan kedua siswa sudah lebihmemahami dan mengenal alat danbahan yang digunakan dalampraktikum, sehingga guru hanyasebatas membimbimbing jalannya

11

proses paraktikum sampai selesai.Akan tetapi meskipun kondisi siswasudah lebih memahami, guru masihdominan membimbing siswa karenaproses praktikum dilaksanakan dilapangan atau di luar kelas.

Setelah proses praktikumdilaksanakan, untuk melatih siswadalam mengemukakan ide danpendapat, guru melanjutkanpembelajaran dengan mengadakanpresentase hasil pengamatan, karenaketerbatasan waktu maka guru hanyamemberikan kesempatan kepada satukelompok saja.

Tahap ke empat dari prosespembelajaran ini adalah pemantapankonsep hal ini dilakukan untukmemantapkan konsep-konsep yangtelah dipelajari, khususnyamengenai materi kerusakan danpencemaran lingkungan. Poedjiadi(2006:131) mengatakan pemantapankonsep perlu dilaksanakan padaakhir pembelajaran, karena konsep-konsep kunci yang ditekankan padaakhir pembelajaran akan memilikiretensi lebih lama dibandingkandengan tidak dimanfaatkan atau ditekankan oleh guru pada akhirpembelajaran.

Tahap yang terakhir atau kelimaadalah evaluasi, proses evaluasidilakukan pada akhir pembelajaransetelah tahap pemantapan konsep.Evalusi ini dilakukan untukmengetahui sejauh mana siswa telahmenangkap atau memahami materipelajaran yang telah di pelajariatau yang telah di ajarkan guru.Pada tahap penutupan selaindiadakan evalusi secara verbal gurujuga pada pertemuan pertamamengingatkan siswa untukmempelajari materi yang akandipelajari pada pertemuan kedua,

yaitu tentang pencemaran air danpencemaran tanah.

Penilaian suasana belajar olehdua orang pegamat, secara umumdikategorikan baik dengan nilaisebesar (3,9), yang dijabarkankedalam 6 aspek. Aspek kesesuaianKBM dengan tujuan pembelajaran atauindikator dikategorikan baikdengan nilai sebesar (4,0),penguasaan konsep dikategorikanbaik dengan nilai sebesar (3,5),Antusias guru kategori sangat baikdengan nilai sebesar (4,8),Antusias siswa dengan kategorisangat baik dengan nilai sebesar(4,3), aspek aspek berpusat padaguru (2,5) dengan kategori cukupbaik, dan KBM berpusat pada siswa(4,5) dengan kategori sangat baik.Untuk aspek pembelajaran yangberpusat pada siswa pada prosespembelajaran dengan menggunakanpendekatan Sains Teknologimasyarakat (STM) ini sesuai denganteori konstruktivis yang menyatakanbahwa siswa secara pribadimenemukan dan menerapkan informasikonpleks untuk membangunpengetahuan dalam benaknya sendiri.b) Aktivitas Guru

Aktivitas guru merupakan semuakegiatan guru selama prosespembelajaran berlangsung denganmenggunakan pendekatan SainsTeknologi Masyarakat (STM) padapokok bahasan Kerusakan danPencemaran Lingkungan bahan kajianEksosistem.

Data hasil analisis aktivitasguru yang disajikan pada Tabel 4.8menunjukkan bahwa frekuensiaktivitas guru memotivasi siswamemiliki perbedaan antara pertemuanI dengan pertemuan II. Frekuensipertemuan I mencapai 7% sedangkan

12

pertemuan kedua mengalami penurunanfrekuensi menjadi 5%. Tingginyafrekuensi guru memotivasi siswapada pertemuan pertama, disebabkankondisi siswa masih belumsepenuhnya tertarik untuk belajardengan pendekatan Sains TeknologiMasyarakat (STM), Sehingga gurumembutuhkan waktu meningkatkanmotivasi siswa untuk belajar denganmenggunakan pendekatan SainsTeknologi Masyarakat (STM).Pertemuan kedua siswa sudah lebihtermotivasi untuk belajar denganpendekatan yang digunakan.Memotivasi siswa untuk belajarmerupakan salah satu komponen yangsangat penting dalam prosespembelajaran, jika prosespembelajaran yang diinginkanefektif dan berhasil. Nur (2008:2)menyatakan motivasi dalam prosespembelajaran merupakan suatu unsurpaling penting dari pengajaranefektif atau pengajaran yangberhasil.

Frekuensi aktivitas guru dalammenjelaskan tujuan pembelajaranpada pertemuan pertama dan keduamemiliki frekuensi yang sama yaitu2%. Kesamaan ini dikarenakan dalammenjelaskan tujuan pembelajaran,guru hanya menjelaskan tujuansecara umum tentang materi yangdiajarkan yaitu kerusakan danpencemaran lingkungan, kerusakanhutan, dan pencemaran udara untukpertemuan pertama, sedangkan untukpertemuan kedua materi yangdisampaikan adalah pencemaran airdan pencemaran tanah. Menyampaikantujuan pembelajaran pada awalpembelajaran untuk membantu gurudan siswa tentang arah pembelajaransehingga sampai pada tujuan yangdiinginkan. Nur (2008:27)

menyatakan bahwa tujuanpembelajaran akan membantu guru dansiswa untuk mengetahui kemanamereka akan pergi dan kapan merekaakan sampai pada tujuan.

Aktivitas guru mengemukakan isu-isu lingkungan dimasyarakat padapertemuan pertama dan keduamemiliki perbedaan yaitu pertemuanpertama sebesar (5%), sedangkanpada pertemuan kedua mencapain(7%). Guru menyampaikan informasipada pertemuan pertama sebesar(13%) sedangkan pada pertemuankedua (9%), tingginya frekuesiguru menyampaiakan informasi padapertemuan partama karena materiyang disampaikan oleh guru bersifatmasih baru dan siswa belum bisaberadaptasi dengan pendekatan yangdigunakan dalam pembelajaran,seperti pada kegiatan pendahuluanpertemuan pertama, dimana guruharus lebih banyak menyampaikaninformasi yang terkait denganmateri yang akan diajarkan.Informasi yang disampaikan olehguru merupakan pengetahuanprosedural yang disampaikan secarabertahap. Pertemuan kedua frekuensimenyampaikan informasi sebesar(9%), jika dibandingkan denganpertemuan pertama frekuensipertemuan kedua lebih kecil. Padapertemuan keduan ini guru hanyamenyampaikan informasi danmengingatkan kembali prosedur yangakan digunakan dan mengingatkankonsep-konsep yang terkait denganmateri pembelajaran sebelumnya.

Aktivitas guru mengecekpemahaman dan memberikan umpanbalik kepada siswa mengalamipeningkatan dari pertemuan pertamasebesar (8%) ke pertemuan keduasebesar (9%), mengecek pemahaman

13

siswa untuk mengetahui sejauh manaperhatian dan pemahaman siswa yangtelah disampaikan dengan caramenanyakan kepada siswa tentangmateri yang telah disampaikan danpemberian umpan balik dengan caraverbal, untuk mendapatkan hasilterbaik, umpan balik seharusnyadibuat sesepesifik mungkin, dandiberikan segera setelah latihandilaksanakan. Umpan balik yangdiberikan sesuai denganperkembangan siswa (Nur, 2008:44).

Tinggi rendahnya frekuensiaktivitas guru menjawab pertanyaansiswa tergantung dari seberapabanyak siswa bertanya, baikpertanyaan yang ditujukan kepadaguru langsung maupun pada kelompokyang tidak bisa menjawabpertanyaan. Frekuensi guru menjawabpertanyaan siswa terdapatperbedaan pada pertemuan pertamadan pertemuan kedua, pertemuanpertama sebesar (11%) sedangkanpada pertemuan ke dua (15%), inimenunjukan bahwa frekuensiaktivitas bertanya siswa mengalamipeningkatan dan menunjukkanperkembangan pada aktifitas positifsiswa.

Memberikan kesempatan siswauntuk menyampaikan ide ataupendapat, merupakan salah satu carauntuk melatih siswa mengungkapkanide atau pendapat baik dalamkelompok maupun secara individu,kemampuan siswa menyampaikanpendapat menunjukkan perkembanganaktivitas kearah positif untukmengemukakan solusi atau pemecahanmasalah.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) pertemuan pertama, gurumembagi siswa menjadi 6 kelompokberanggotakan 5 orang siswa.

Pembentukan kelompok ini untukmemudahkan siswa melakukanpengamatan dalam percobaansederhana yang terdapat dalam LKS.Pembentukan kelompok belajarbertujuan agar siswa dapat diberitugas dan tanggung jawab diantaraanggota kelompoknya (Arends,2008:112).

Data yang disajikan pada Tabel4.8 mengenai aktivitas guru,menunjukkan bahwa aktivitas guruyang dominan pada pertemuan satuadalah membimbing percobaan yaitusebesar (22%), dominannyamembimbing percobaan inidikarenakan siswa pada pertemuanpertama mesih belum mengenal alatyang digunakan dalam prosespercobaan, siswa baru pertama kalimelakukan percobaan, dan barupertama menggunakan Lembar KerjaSiswa (LKS) sebagai salah satumedia belajar. Aktivitas guru padapertemuan pertama ini lebih dominanmembimbing siswa dalam prosespercobaan, untuk mengatasi danmemenejmen waktu, siswa sebelummelakukan percobaan terlebih dahuluguru mendemonstrasikan nama, fungsidan cara penggunaan alat-alat yangdigunakan dalam percobaan sederhanatentang simulasi tanah longsor danpengaruh pencemaran udara terhadapkehidupan serangga.

Jika dibandingkan denganpertemuan kedua maka frekuensiaktivitas guru membimbing siswalebih tinggi dari pada pertemuanpertama, frekuensi membimbing siswamencapai (24%), meskipun siswasudah lebih memahami prosedurpercobaan dan sudah lebih mengenalnama alat serta fungsinya, akantetapi pelaksanaan percobaan untukpertemuan kedua membutuhkan waktu

14

lebih lama, karena pelaksanaanpercobaan di luar kelas yaitu dihalaman sekolah.

Frekuensi aktivitas guru yangdominan pada pertemuan pertama iniselain dari membimbing percobaanadalah pada aktifitas mengarahkandiskusi sebesar (17%), masihtingginya frekuensi aktivitas gurudalam mengarahkan diskusi,dikarenakan siswa masih belumterbiasa melakukan diskusi di dalamkelompok maupun di depan kelas,sehingga siswa masih membutuhkanarahan yang lebih intensif padasaat diskusi dalam kelompok maupunpresentasi di depan kelas. Selainitu guru mengarahkan diskusi agartidak menyimpang dari tujuanpembelajaran yang ingin dicapai.

Hasil analisis reliabilitashasil pengamatan aktivitas gurusebesar (88%) sehingga instrumenpengamatan aktivitas dapatdikatakan reliabel. Hal ini sesuaidengan pernyataan Borich (1994:385)menyatakan instrumen dikatakan baik(reliabel) jika instrumen memilikikoefisien reliabilitas ≥ 0,75(75%). c) Aktivitas siswa

Aktivitas siswa dalam penelitianini merupakan rangkaian kegiatanyang dilakukan siswa dalammengikuti pembelajaran, selamaproses pembelajaran berlangsungdengan menggunakan pendekatan SainsTeknologi Masyarakat (STM) padapokok bahasan Kerusakan danPencemaran Lingkungan bahan kajianEksosistem, yang direkammenggunakan instrumen pengamatanaktivitas siswa.

Berdasarkan data pada pada Tabel4.9 dapat diketahui bahwa frekuensiaktivitas siswa mendengarkan atau

memperhatikan penjelasan gurusebesar (15%) tingginya frekuensiini disebabkan oleh siswadihadapkan dengan materi baru,model pembelajaran baru, sertasiswa baru pertama kali menggunakanperangkat pembelajaran (buku siswadan LKS). Frekuensi aktivitas siswamendengarkan atau memperhatikanpenjelasan guru pada pertemuankedua sebesar (9%), ini dikerenakanpada pertemuaan kedua siswa sudahbisa beradaftasi dengan kegiatanpembelajaran dengan menggunakanpendekatan Sains TeknologiMasyarakat (STM). Hal ini didukungoleh teori belajar sosial yangdikembangkan oleh Albert Bandura.Menurut Bandura sebagian besarmanusia belajar melalui pengamatansecara selektif dan mengingattingkah laku orang lain (Arends,1997:69) dalam Nur (2008:21).

Siswa menyampaikan masalah padapertemuan pertama sebesar (6%)sedangkan pada pertemuan kedua (7%)adanya perbedaan frekuensi padatiap pertemuan menunjukkan bahwasiswa sudah lebih mampu beradaftasipada pertemuan kedua dan lebihberani mengemukkan pendapatmeskipun pendapat yang disampaikankurang tepat.

Frekuensi aktivitas siswabertanya kepada guru terdapatperbedaan frekuensi pada pertemuanpertama dan pertemuan kedua,pertemuan pertama sebesar (12%)sedangkan pada pertemuan ke dua(15%), ini menunjukan bahwafrekuensi aktivitas bertanya siswamengalami peningkatan danmenunjukkan perkembangan aktifitaspositif siswa.

Membaca dan mencari informasilainnya, aktivitas mengerjakan LKS,

15

berdiskusi dalam kelompok, danmengambil dan menyiapkan alat danbahan praktikum, menunjukkan adanyaperbedaan frekuensi pada ttiappertemuan. Aktivitas membaca danmencari informasi lebih dominanpada pertemuan pertama dikarenakansiswa pada pertemuan pertama inimasih membutuhkan informasi yanglebih banyak tentang materipembelajaran yang disampaikan olehguru.

Frekuensi aktivitas siswa dalammelakukan pengamatan dan menyajikanhasil pengamatan menunjukkanaktivitas siswa yang paling dominanbaik pada pertemuan pertama maupunpada pertemuan kedua. Frekuensiaktivitas siswa melakukanpengamatan sebesar (22%) padapertemuan pertama, sedangkan padapertemuan kedua aktivitas tersebutmeningkat sebesar (24%). Untukpenyajian hasil pengamatanmenunjukkan aktivitas siswa sebesar(14%), sedangkan frekuensi padapertemuan kedua sebesar (22%).

Berdasarkan analisis datatersebut menunjukkan aktivitassiswa lebih banyak pada kegiatainti selama proses belajarmengajar. Hal ini sesuai denganskenario pembelajaran yangterdapat pada rencana pembelajarandan merupakan ciri dari pendekatanSains Teknologi Masyarakat (STM)yang dilandasi teori konstruktivisoleh Piaget yang menekankanpembelajaran berpusat pada siswa.

Menurut Sudjana (2002:72)aktivitas masing-masing siswa dalamkegiatan belajar mengajar tentutidaklah sama. Hal ini banyakdipengaruhi oleh kegiatan mengajarguru. Salah satu ciri pengajaranyang berhasil dapat dilihat dari

kadar kegiatan (aktivitas) siswadalam belajar. Makin tinggikegiatan (aktivitas) belajar siswa,makin tinggi pula peluangberhasilnya pengajaran. Ini berartikegiatan guru mengajar harusmerangsang aktivitas siswamelakukan berbagai aktivitasbelajar.

Rata-rata reliabilitas instrumenaktivitas siswa sebesar (92%)presentase tersebut menunjukkanbahwa instrumen ini tergolong baik,dimana reliabilitasnya lebih dari75% (Borich, 1994:385) ini berartibahwa instrumen tersebut dapatdipercaya karena memberikanindikasi yang stabil dari aspek-aspek tingkah laku siswa yangteramati selama kegiatanpembelajaran berlangsung.

Aktivititas yang tinggi darisiswa dalam KBM ini didukung olehbeberapa teori diantaranya Piagetmenyatakan bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasilingkungan penting bagi terjadinyaperubahan perkembangan dan intraksisosial dengan teman sebaya,khususnya berargumentasi danberdiskusi membantu meperjelaspemikiran yang pada akhirnyamembuat pemikiran itu menjadi lebihlogis dalam (Nur, 2008:7) teorivygotsky menyatakan bahwa jika anakbekerja atau menangani tugas-tugastersebut masih berada dalamjangkauan mereka.

Senada dengan pendapat di atasSardiman, (2004:99) berpendapatbahwa aktivitas siswa dalampembelajaran memiliki peranan yangsangat penting yakni dalampembelajaran sangat diperlukanadanya aktivitas, tanpa aktivitasbelajar itu tidak mungkin akan

16

berlansung dengan baik. Aktivitasdalam proses belajar mengajarmerupakan rangkaian kegiatan yangmeliputi keaktifan siswa dalammengikuti pelajaran, bertanya halyang belum jelas, mencatat,mendengar, berfikir, membaca dansegala kegitan yang dilakukan yangdapat menunjang prestasi belajar.d) Respon Siswa

Berdasarkan hasil analisis datarespons siswa (Lampiran 29)menunjukkan bahwa sebagian besarsiswa memberikan respon positifterhadap pembelajaran sains biologidengan menggunakan pendekatan SainsTeknologi Masyarakat (STM) yangtelah dilaksanakan.

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa(99%) siswa menyatakan senangdengan materi pelajaran, bukusiswa, lembar kegiatan siswa,suasana belajar di kelas, cara gurumengajar, dan model pembelajarandengan pendekatan Sains TeknologiMasyarakat (STM). Siswa yangmenyatakan baru pada aspek materipelajaran, buku siswa, lembarkegiatan siswa, suasana belajar dikelas, cara guru mengajar, danmodel pembelajaran denganpendekatan Sains TeknologiMasyarakat (STM) sebesar (94%).Respon siswa yang menyatakanberminat mengikuti kegiatan belajarmengajar dengan pendekatan SainsTeknologi Masyarakat (STM) mencapai(100%).

Pernyataan Ya/Tidak pada aspekke tiga tentang tentang buku ajarbahwa bahasanya mudah dimengerti,ketertarikan, penampilan, isi ataumateri pelajaran, dan pemahamanpada buku ajar sebesar (95%), danpresentase siswa yang meresponmengenai LKS bahwa modelnya baru,

penampilan menarik, memudahkandalam melakukan pengamatan, danmemudahkan untuk menarik kesimpulansebesar (91% ) menyatakan Ya.

Dari data-data tersebutmengindikasikan bahwa pembelajaransains biologi dengan pendekatanSains Teknologi Masyarakat (STM)pada pokok bahasan kerusakan danpencemaran lingkungan relatif barubagi siswa dan mayoritas siswamenyatakan senang belajar denganmenggunakan pembelajaran ini. e) Hasil Belajar Siswa Kognitif

SiswaAnalisis kemampuan kognitif

siswa, ditentukan berdasarkanketuntasan siswa dalam pembelajaransetelah melakukan prosespembelajaran dengan menggunakanpendekatan Sains TeknologiMasyarakat (STM). Hasil analisisketuntasan indikator sebelumpembelajaran (pretest) secarakeseluruhan tidak dinyatakan tuntasdikarenakan nilai yang didapatkanyakni sebesar < 6,0 (60%).Sedangkan indikator pembelajarandikatakan tuntas apabila persentaseketuntasan mencapai 6,0 (60%)(Depdiknas, 2006).

Setelah dilaksanakanpembelajaran dengan menggunakanpendekatan Sains TeknologiMasyarakat (STM), ketuntasanindikator pembelajaran mengalamipeningkatan yang signifikan yaitukeseluruhan indikator pembelajarandinyatakan tuntas dengan nilaipersentase rata-rata lebih besardari 6,0 (60%). Dari hasil analisipersentase tersebut menunjukkanbahwa peningkatan ketuntasanindikator pembelajaran dapatterjadi setelah melalui prosespembelajaran dengan menggunakan

17

pendekatan Sains TeknologiMasyarakat (STM).

Hasil analisis ketuntasanbelajar siswa disajikan pada Tabel4.15, menunjukkan bahwa untuk ujiawal siswa mempunyai rentang nilaiantara (10,00) sampai (42,00),dimana nilai Kriteria KetuntasanMinimal (KKM) yang ditetapkansekolah 6,0 (60). Berarti 100%siswa tidak dinyatakan tuntas baiksecara individual maupun klasikal.

Hasil analisis uji akhir(posttest) menunjukkan rentang nilaisiswa antara (38,0) sampai (100),siswa yang memiliki nilai di bawahKKM 4 orang siswa dan dikategorikantidak tuntas, sedangkan yangmencapai nilai KKM 26 orang siswadan dikategorikan tuntas dengannilai KKM di atas 60. Ketuntasansecara klasikal pada uji akhir(posttest) mencapai nilai (86%) dandinyatakan tuntas secara klasikal.Depdikbut dalam Trianto (2010:24)menyatakan ketuntasan klasikalmerupakan ketuntasan rata-ratakelas. Suatu kelas dikatakan tuntassecara klasikal jika dalam kelastersebut terdapat lebih atau samadengan 85% siswa yang telah tuntasbelajarnya.

Kemampuan kognitif siswa yangdiukur menggunakan tes hasilbelajar produk pada tinggkat ataukategori C1 atau ingatan, C2 ataupemahaman, dan C3 atau aplikasi,menunjukkan adanya peningkatan dariketuntasan pretest atau sebelummelakukan pembelajaran denganmenggunakan pendekatan SainsTeknologi Masyarakat, dan sesudahpostest atau menggunakan pendekatanpendekatan Sains TeknologiMasyarakat. Adanya peningkatan inijelas bahwa pendekatan Sains

Teknologi Masyarakat dapatmeningkatkan kemampuan kognitifpada pokok bahasan kerusakan danpencemaran lingkungan di kelas VIIbSMP Negeri Sepulu Bangkalan.

Menurut prinsip psikologipendidikan guru tidak dapat hanyasemata-semata memberikanpengetahuan kepada siswa. Siswaharus membangun pengetahuan didalam benak sendiri. Guru dapatmembantu proses ini, dengan cara-cara mengajar yang membuatinformasi menjadi sangat bermaknadan sangat relevan bagi siswa,dengan memberikan kesempatan kepadasiswa untuk menemukan ataumenerapkan sendiri ide-ide, dandengan mengajak siswa agarmenyadari secara sadar menggunakanstrategi-strategi mereka sendiriuntuk belajar (Nur, 2008:2).

Hasil pembelajaran di atasmenunjukkan bahwa pendekatan SainsTeknologi Masyarakat (STM)memberikan efek positif terhadapkemampuan dan peningkatan nilaikognitif siswa yang ditunjukkandengan ketuntasan siswa baik secaraindividu maupun seacara klasikalpada pokok bahasan kerusakan danpencemaran lingkungan bahan kajianekosistem.

Terkait dengan temuan di atas,didukung oleh pendapat Poedjiadi(2005:136) mengatakan bahwapendekatan Sains TeknologiMasyarakat (STM) memiliki efekiring yang lebih kaya karena dapatmengembangkan dan meningkatkanaspek kognitif melalui pengembanganketerampilan intelektual.

Hasil penelitian berupapengembangan perangkat pembelajaranyang berorientasi pada pendekatanSains Teknologi Masyarakat (STM)

18

yang hanya terfokus padapeningkatan kemampuan kognitif. Halini karena pembelajaran sebelumnyabelum mengarah pada peningkatankemampuan kognitif berdasarkantaksonomi Bloom yang tingkatannyamulai dari yang sederhana sampaiyang kompleks. Selain itu juga disebabkan karena kondisi sekolahyang masih baru dan kompetensi gurutidak sesuai dengan bidang yangdiajarkan, paradigma guru dalammenginterpretasikan danmengembangkan kurikulum masihberbasis konten sehingga gurudituntut untuk menyampaikan materitepat pada waktunya dan tidakberinovasi dalam pembelajaran, gurumasih kurang melatih siswa dalamkemampuan berfikir, belumsepenuhnya guru memanfaatkan mediapembelajaran yang ada di sekitar,selain itu juga cara penyampaianmateri oleh guru masih menggunakanpendekatan kompetisi dan individualserta kurang bervariasi sehinggamenyebabkan kemampuan kognitifsiswa masih rendah, dengan kondisiini maka fokus penelitian ini lebihpada peningkatkan kemampuankognitif siswa.

Digunakannya pendekatan SainsTeknologi Masyarakat (STM) inikarena sesuai dengan pokok bahasanyang diajarkan yaitu kerusakan danpencemaran lingkungan, pokokbahasan ini dapat menjanggkau sisisains, teknologi dan dapat diimplementasikan dalam kehidupansehari-hari siswa dalambermasyarakat. Selain itu jugapendekatan Sains TeknologiMasyarakat (STM) dapat menjangkauketiga ranah dalam pembelajaranyakni ranah kognitif, ranahpsikomotor, dan ranah afektif. Hal

ini sejalan dengan pendapatPoedjiadi (2005:104-105) yangmenyatakan bahwa ranah yang dapatdikembangakan melalui pembelajaransains dengan pendekatan SainsTeknologi Masyarakat (STM) antaralain penerapan, kreativitas,konsep, proses, dan sikap.

Dalam penelitian ini penelitilebih terfokus pada ranah kognitif,sedangkan pada ranah psikomotor danafektif belum sepenuhnya dilakukan.Adapun hasil penelitian pada ranahkognitif dengan menggunakanpendekatan Sains TeknologiMasyarakat (STM) memberikan efekyang sangat baik dalam meningkatkankemampuan kognitif siswa, hal initerlihat dari peningkatan hasil ujiawal sebelum pembelajaran dan ujiakhir sesudah pembelajaran denganmenggunakan pendekatan STM padapokok bahasan kerusakan danpencemaran lingkungan.

Ranah psikomotor belum sepenuhnyatersentuh yang meskipun selamaproses pembelajaran siswa melakukanaktivitas percobaan atau praktikumuntuk pembuktian kajian teori yangdipelajari dan untuk menujangpemahaman konsep siswa. Tidakdikajinya ranah psikomotor padapenelitian ini karena perangkatyang dikembangkan denganmenggunakan pendekatan SainsTeknologi Masyarakat (STM) hanyaterfokus pada peningkatan kemampuankognitif siswa.

Ranah afektif atau karakter tidakdilakukan atau tidak diamati olehpeneliti karena ranah ini selainsulit untuk diamati. Ranah apektifjuga membutuhkan waktu yang lamauntuk dapat menumbuhkan kepribadianatau karakter siswa dalam menjalanikehidupan sehari-hari.

19

f) Hambatan-HambatanMeskipun hasil kegiatan belajar

mengajar berlangsung baik dan hasilbelajar siswa tuntas, namun tetapsaja ada hambatan-hambatan yangdapat menganggu kegiatan belajarmengajar dan perlu mendapatperhatian. Hambatan-hambatan yangditemui peneliti selama prosespelaksanaan pembelajaran denganpendekatan Sains TeknologiMasyarakat (STM) antara lain:1. Siswa belum mengenal cara

penggunaan alat dan bahan yangakan digunakan dalam percobaan,peneliti mengatasinya denganmembantu memberikan penjelasanmengenai nama dan fungsi alat danbahan yang digunakan dalampercobaan apabila digunakan.

2. Tidak adanya laboratorium sekolahsebagai tempat praktikum,sehingga guru menggunakan ruangkelas dan halaman sekolah sebagitempat melakukan percobaan.

3. Tidak adanya alat dan bahan yangtersedia di sekolah, alternatifhambatan tersebut adalah denganmengadakan pengadaan alat-alatsederhana yang sesuai dengankebutuhan percobaan pada pokokbahasan yang disampaikan.

4. Siswa belum terbiasa presentasidi depan kelas, sehingga gurumembantu atau membimbing siswaselama proses presentasiberlangsung.

5. Pemahaman siswa tentang konsepmateri yang dipresentasikan padasaat presentasi kurang tepat,sehingga guru memberi pemantapanmengenai konsep penting mengenaipencemaran dan kerusakanlingkungan.

PENUTUPBerdasarkan temuan hasil

penelitian, dapat disimpulkanbahwa perangkat pembelajaran sainsbiologi berorientasi padapendekatan sains teknologimasyarakat efektif untukmeningkatkan kemampuan kognitifsiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. 2008. Learning to Teach.Belajar untuk Mengajar. Edisiketujuh. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Anderson, D.R. Devoto, A. Dyrli,E.O. Kellogg, M., Kochendorfer,L., and Weigand J., 1970.Developing Childre’s Thinking ThroughScience. New Jersey: PRENTICE,INC., Englewood Cliffs.

Abrusceto, J. 1992. Teaching ChildrenScience. Forth Edition. NeedhamHeight Massachus etts: Allyn anBacom.

Arikunto, S. 2009. ManajemenPenelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Agustina, K.D. 2010. Vegatasi Pohon diHutan Lindung. Malang: UIN-Maliki Press.

Borich, G.D. 1994. Observation Skills forEffective Teaching: Second Edition.New York: Macmillan Company,Inc.

Bapedal, 1997.  Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 23 Tahun1997 Tentang Pengelolaan LingkunganHidup.  Badan Pengendali DampakLingkungan. Jakarta.

Cain, E.S., and Evans, M.J. 1990.SCIENCING: An Involvement Approach toElementary Science Methods. 3rd Editin.Colombus Toronto LondonMelbourne: Merrill PublishingCompany.

20

Carin, A.A. 1993. Teaching ScienceThrough Disccovery. New York:Macmillan Publishing Company.

Collete, T.A., and Chiappetta,L.A., 1994. Science Instruction in theMiddle and Secondary Schools. NewYork: Macmillan PublishingCompany.

Campbell, A.N., Reece, B.E.,Mitchell, G.L., and Taylor,M.R. 2003. From Power Point BiologyConcepts And Connections (fourthedition).

Depdiknas. 2006. Panduan PengembanganRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Sekolah Menengah Pertama (SMP) padaMata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas. 2008. Penilaian Hasil Belajar.Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Gronlund, E. N. Constructing AchievementTests (third edition). 1985. America:Prentice-Hall.

Ginting, P.,2008. Sistem PengelolaanLingkungan dan Limbah Industri.Bandung : Yrama Widya.

Harrison, M.R. 1999. Understanding OurEnvironment an Introduction toEnvironment Chemistry and Pollution(third edition). Inggris: Universityof Birmingham.

Hergenhahn dan Olson, 2008. Theoriesof Learning; Teori Belajar (terjemahan).Jakarta: Fajar InterpratamaOffset.

Ibrahim, M. 2008. Model PembelajaranInovetif IPA Melalui Pemaknaan.Surabaya: Departemen PendidikanNasional Balitbang.

Ibrahim, M., 2005. AsesmenBerkelanjutan Konsep Dasar TahapanPengembangan dan Contoh.Surabaya: Unesa UniversityPrees.

Indriyanto. 2010. Ekologi Hutan.Jakarta: Bumi Aksara.

Kemp, J.E., Morrison R.G., and RossM.S., 1994. Designing EffectiveInstruction. New York: Merril anImprint of Macmillan CollagePublishing Company.

Knight J., and Schlager, N. 2001.Science of Every Day Things. America:Gale Group Thomson.

King, K.P. 2009. Examination Of TheScience-Technology-Society Approach ToThe Curriculum. Submitted tothe Journal of Science TeacherEducetion. Diakses pada tanggal20 mei 2011. Melauiwww.cedu.niu.edu/scied/courses/ciee344/course_files_king/sts_reading.htm/.

Kauchak, D., Eggen, P., andJacobsen, A.D., 2009. Methods forTeaching Metode-metode PengajaranMeningkatkan Belajar Siswa TK-SMA Edisike 8 (Terjemahan). Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Leksono, S.A. 2007. Ekologi PendekatanDeskriptif dan Kuantitetif. Malang:Bayumedia Publishing.

Lutfi, A. 2009. Sumber dan BahanPencemar Air. Diakses tanggal 27September 2011 melaluiwww.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran-air/sumber-dan-bahan-pencemar-air/

Lutfi, A. 2009. Sumber dan KomponenBahan Pencemaran Tanah. Diaksestanggal 27 September 2011melaluiwww.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran-tanah/sumber-dan-komponen-bahan-pencemar-tanah/

Mahmudin, 2009. Pendekatan Sains,Teknologi, dan Masyarakat dalamPembelajaran. Jurnal OnlinePendidikan dan Budaya. Diaksestanggal 12 May 2011.

21

Mariana, A.M., dan Pragida W.,2009. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA.Bandung: Pusat Pengembangan danPemberdayaan Pendidikan danTenaga Kependidikan IlmuPengetahuan Alam (PPPPTK IPA).

Mary, E. 2010. Evolusi: dari Teori dan Fakta(terjemahan). Jakarta: KepustakaanPopuler Gramedia.

Nur, M. 2008. Pengajaran Berpusatkepada Siswa dan PendekatanKonstruktivis dalam Pengajaran: edisi 5.Surabya: PSMS UniversitasNegeri Surabaya.

Nur, M. 2008. Teori-teori PerkembanganKognitif (Cetakan 3). Surabya:PSMS Universitas NegeriSurabaya.

Retumanan, G.T. dan Laurens T.2006. Evaluasi Hasil Belajar yangRelevan dengan Kurikulum BerbasisKompetensi. Surabaya: UnesaUniversity Press.

Retumanan, G.T. dan Laurens T.2011. Penilaian Hasil Belajar padaTingkat Satuan Pendidikan Edisi 2.Surabaya: Unesa UniversityPress.

Sumaji, Soehakso, R.M.J.T.,Mangunwijaya, Y.B., Wilardjo,L., Suparno, P., Susilo, F.,Marpaung, Y., Sularto. ST.,Budi, K. F., Sinaradi, F.,Sarkim, T., dan Rohandi R.1998. Pendidikan Sains yangHumanistis. Yogyakarta: Kanisus.

Subrata, I.N., 2001. PengaruhPembelajaran Fisika MenggunakanPendekatan STM Terhadap Literasi Sainsdan Teknologi Siswa SLTP di KotaSingaraja. Tesis. MegisterPendidikan. Universitas NegeriSurabaya.

Soemarwoto, O. 2001. Ekologi LingkunganHidup dan Pembangunan. Bandung:Djambatan.

Sudjana. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Suharyono. 2003. PengembanganPerangkat dengan Pendekatan Sains,Teknologi dan Masyarakat (STM) terhadapliterasi sains dan teknologi siswa SLTPNegeri I Singaraja. Tesis. MagisterPendidikan, Universitas NegeriSurabaya.

Simpuru, A. 2004. Implementasi MateriIPA Terpadu Tipe Connected denganPendekatan Sains Teknologi danMasyarakat. Tesis. MagisterPendidikan, Universitas NegeriSurabaya.

Sardiman, A.M. 2004. Interaksi danMotivasi Belajar Mengajar. Jakarta:Raja Grapindo Persada.

Sukarsih. 2006. Pengaruh ImplementasiPendekatan Sains Teknologi MasyarakatMelalui Tim Hijau Sekolah TerhadapKetuntasan Belajar Siswa dalamPembelajaran Ekosistem di SMP. Tesis.Magister Pendidikan,Universitas Negeri Surabaya.

Sisdiknas. 2008. Undang-undang R.I.Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknasdan Peraturan Pemerintah R. I. Nomor 47Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar.Bandung: Citra Umbara.

Susanto. 2008. Penyusunan Silabus danRPP Berbasis Visi KTSP. Surabaya:Matapena.

Sastrawijaya , T.A. 2009. PencemaranLingkungan. Jakarta: RinekaCipta.

Trianto, 2010. Model PembelajaranTerpadu: Konsep, Strategi, danImplementasinya dalam KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Jakarta: Bumi Aksara.

Trianto. 2010. Mendesain ModelPembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,Landasan, dan Implementasinya padaKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

22

(KTSP). Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group.

Tuckman, W.B. 1978. ConductingEducational Research. SecondEdition. New York: RutgersUniversity.

Poedjiadi, A., 2005. Sains, Teknologi,Masyarakat: Model PembelajaranKontekstual Bermuatan Nilai. Bandung:Rosda Karya.

Pratiwi, Y. 2007. Diktat EkologiLingkungan. Yogyakarta: JurusanTeknik Lingkungan FakultasSains Terapan Institut Sainsdan Teknologi AKPRIND.

Purwanto, 2009. Evaluasi Hasil Belajara.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Puskur, 2010. Panduan PengembanganPembelajaran IPA Terpadu: SekolahMenengah Pertama/MadrasahTsanawiyah (SMP/MTs). Jakarta:Pusat Kurikulum, BalitbangDepdiknas: diakses tanggal 1desember 2010 di perpustakaanPascasarjana Unesa melaluiwww.puskur.net.

Widyatiningtyas, R. Tampa tahun.Pembentukan Pengetahuan SainsTeknologi dan Masyarakat dalamPandangan Pendidikan IPA. EducareJurnal Pendidikan dan Budaya.Diakses tanggal 12 Mei melaluieducare.efkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=43.

________, 2011. Lingkungan. padatanggal 5 Februari 2011.Melalauiid.wikipedia.org/wiki/Lingkungan.

23


Recommended