1
I. PENDAHULUAN
Haid merupakan proses alamiah yang dialami setiap
wanita dewasa yang sehat dan normal. Namun terdapat
beberapa keadaan yang memungkinkan seorang wanita
untuk menunda haid atau memajukan haidnya karena
berbagai alasan, salah satunya adalah karena
kepentingan ibadah haji dan umrah. Pengaturan haid
dilakukan karena ada beberapa ibadah yang tidak boleh
dilakukan saat wanita sedang mengalami haid. Ibadah
tersebut antara lain: thawaf, sholat, membaca Al
Quran, puasa dan berdiam diri di masjid. Oleh karena
itu, ibadah haji yang memerlukan waktu sekitar 40
hari, haji menjadi permasalahan bagi wanita muslim
karena haid yang memiliki rata-rata siklus 21-35 hari
tidak dapat dihindari oleh setiap wanita normal yang
sehat. Solusi untuk menangani masalah tersebut adalah
dengan cara mengatur sikus haid, yaitu memajukan atau
memundurkan (menunda) haid dengan menggunakan preparat
hormonal. 1-4
Mekanisme pengaturan haid dengan preparat hormonal
adalah dengan menekan produksi hormon estrogen dan
progesteron endogen (ovarium) melalui pemberian
kombinasi hormon eksogen agar ovulasi tidak terjadi.
Beberapa rejimen yang dapat diberikan untuk mengatur
2
siklus haid meliputi pemberian progestin (turunan
progesteron ataupun testosteron), penggunaan
kontrasepsi oral kombinasi hormon estrogen dan
progestin, serta pemberian agonis gonadotropin releasing
hormone (GnRH). Pemberian preparat tersebut tidak
mengakibatkan infertilitas permanen dan haid dapat
kembali terjadi setelah rejimen pengaturan siklus haid
dihentikan. 1-4
Pengaturan haid saat haji dan umrah akan
memberikan hasil lebih baik apabila dilakukan
pengaturan siklus haid minimal 3 (tiga) bulan
sebelumnya. Pengaturan siklus haid, baik memajukan
maupun menunda haid, dilakukan dengan harapan haid
terjadi beberapa saat sebelum ibadah haji dimulai.
Pemilihan preparat untuk pengaturan haid tetap
perpegang pada prinsip mudah, rasional, efektif,
efisien, dan murah. Noretisteron sebagai salahsatu
jenis progestin dipilih karena mudah didapat dan aman
serta efektivitas yang tinggi dalam pengaturan haid.5-6
Telah menjadi tanggung jawab para dokter ahli
kebidanan dan kandungan untuk dapat memberikan
pelayanan kesehatan reproduksi terutama mengenai
pengaturan haid bagi para calon jemaah haji wanita
agar haid tidak menjadi halangan beribadah haji. Pada
3
referat ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
penggunaan noretisteron dalam pengaturan haid pada
saat haji dan umrah.
II. PENGATURAN HAID MENURUT PANDANGAN ISLAM DAN
KAITANNYA DENGAN IBADAH HAJI DAN UMRAH
A. Perbedaan darah Haid dan Istihadah Menurut Islam
Darah haid adalah perdarahan yang terjadi akibat
keluarnya endometrium yaitu sel-sel yang membentuk
lapisan dalam uterus. Haid normal akan terjadi pada
setiap wanita sehat, siklusnya sekitar 21-35 hari
sekali, lamanya 3-6 hari, jumlahnya sekitar 2-6
pembalut perhari dan tidak disertai rasa nyeri.
Sedangkan darah istihadah adalah perdarahan dari
saluran reproduksi wanita akibat penyakit seperti
mioma, polip dan kelainan pembekuan darah.
Perdarahan akibat pemberian rejimen penundaan haid
yang benar digolongkan dalam darah istihadah. Oleh
karena itu wanita yang mengalami perdarahan ini
dapat mengerjakan semua ibadah dengan tetap menjaga
dan memelihara kebersihannya.1,3,7
Dari Aisyah ra berkata, Fatimah binti Abi
Hubaisy mendapat darah istihadah, maka Rasulullah
SAW bersabda kepadanya : “Darah haid itu berwarna
4
hitam dan dikenali. Bila yang keluar seperti itu,
janganlah sholat. Bila sudah selesai, maka
berwudhulah dan lakukan sholat”.7,8,9
5
Gambar 1: Sumber Perdarahan Pervaginam (Istihadah)
Dikutip dari Netter 10
B.Hukum Tawaf Wanita Haid
Haid dapat terjadi kapan saja dalam rangkaian ibadah
haji. Pada saat menjelang ihram di miqat, ketika di
Makkah ketika akan tawaf umrah bagi haji tammatu’,
tawaf qudum bagi haji ifrad, atau haji qiran. Juga
sangat mungkin terjadi haid menjelang tawaf ifadhah,
sedang tawaf ifadhah, sesudah tawaf ifadhah,
menjelang tawaf wada’, dan bahkan ketika sedang
thawaf wada’. Di antara tawaf tersebut yang
6
merupakan rukun haji adalah tawaf ifadhah, maka
kalau hal ini bersamaan dengan datangnya haid dan
jemaah haji/umrah wanita tersebut segera pulang ke
tanah air, akan menimbulkan kecemasan, maka untuk
menjawabnya perlu dasar hukum tawaf bagi wanita haid
ini. Jika haid terjadi sesudah tawaf ifadhah,
menjelang atau di saat melakukan tawaf wada’ maka
yang bersangkutan boleh tidak melakukan tawaf,
tetapi haid yang terjadi menjelang dan atau pada
saat mengerjakan tawaf ifadhah, tidak boleh
meneruskan tawafnya sehingga suci atau berakhir
haidnya. Ia harus menunggu sampai suci baru
melakukan tawaf ifadhah. Sampai berapa lama, ia
menunggu di Makkah sehingga ia dapat tawaf, para
ulama berbeda pendapat, sebagaimana telah
diterangkan sebelumnya tentang batas waktu awal dan
yang akhir bagai tawaf ifadhah. Jika menunggu
berakhirnya haid itu harus sampai 15 hari, maka hal
ini bisa menimbulkan banyak masalah, seperti
habisnya bekal nafaqah atau habisnya masa berlakunya
paspor dan lain-lain, ia boleh pulang ke tanah air
dengan status tahallul awal, sesudah memungkinkan ia
kembali ke Makkah untuk tawaf.9,11,12
7
Dalil-dalil yang berkaitan mengenai ibadah haji
dan umrah bagi wanita haid dan upaya untuk mengatur
datangnya haid antara lain: Dari Aisyah ra : berkata
bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Bila kamu mendapat
haid, lakukan semua praktek ibadah haji kecuali
bertawaf disekililing ka’bah hingga kamu suci”. 9,11,12
Wanita yang sedang haid tidak dilarang
melakukan kegiatan manasik haji, seperti wukuf di
Arafah, mabit di Mudzalifah, melontar jumrah,
kecuali tawaf di sekitar Baitullah. Dari segi hukum
syar’i wanita yang sedang haid itu dilarang salat,
puasa dan tawaf. Tentang ihram dan tawaf haji ini
sebenarnya sudah ada petunjuk teoritis dan praktis
dari Nabi Muhammad SAW. Masalahnya kalau haid itu
terjadi pada saat yang bersangkutan akan melakukan
tawaf ifadhah atau tawaf umrah bagi haji tamattu’,
sampai hari tarwiyah belum tawaf karena terhalang
haid yang baru dialami, padahal masa haid itu antara
orang yang satu dengan yang lain tidak sama. Kalau
hal ini menimpa pada wanita dari Indonesia,
misalnya, yang terikat dengan rombongan transportasi
pemulangan jama’ah padahal yang bersangkutan
biasanya masa haidnya minimal 7 hari tentu hal ini
8
menimbulkan masalah bagi dirinya dan mungkin
penyelenggara perjalanan haji. 9,11,12
C. Hukum Penundaan Haid dengan Obat Menurut Pandangan
Islam
Solusi agar seluruh jemaah haji wanita usia
reproduksi dapat menjalankan seluruh ibadah haji
adalah melalui pengaturan haid, yaitu dengan cara
memajukan dan memundurkan haid sesuai dengan jadwal
dan kebutuhan selama menunaikan ibadah haji. Cara
tersebut dapat tercapai dengan memberikan beberapa
obat hormonal yang menekan haid. 1-6
Hingga saat ini masih terdapat perbedaan
pendapat mengenai hukum minum obat penunda haid atau
pencegah haid, namun sebagian besar ulama
memperbolehkan obat tersebut dengan syarat bahannya
terbuat dari zat yang halal dan tidak berbahaya bagi
yang mengkonsumsi obat tersebut. 9,11
Penggunaan obat memang disyariatkan dalam
Islam, maka timbul pertanyaan apakah haid itu
penyakit sehingga diperlukan obat untuk menundanya,
padahal haid itu merupakan sunatullah atas diri
wanita. Apakah hal itu tidak berarti mengubah
sunatullah? Apakah penundaan haid itu tidak
bertentangan dengan syariah? Kalau tidak bagaimana
9
caranya? sebab kalau bertentangan dengan syariat
tentu dilarang, lalu apa obatnya?
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
para ilmuwan meneliti penunda haid dengan
menggunakan obat-obatan. Dan, ini sudah berjalan
lama. Pada masa Nabi sampai pada masa Imam-Imam
Mujtahidin, belum ada obat penunda haid, supaya
dapat melaksanakan semua amalan-amalan haji,
termasuk dalam tawaf. 9,11
Jadi tidak ada nash yang menunjukkan boleh dan
tidaknya menunda kedatangan haid, maka penundaan
haid ini merupakan masalah ijtihadiyah, yang
pemecahannya dengan ijtihad. Ijtihad ini mengenal
manhaj atau metode yang bermacam-macam. Masalah
sementara yang bisa ditarik dari penundaan haid
adalah dapat melaksanakan amalan haji tanpa kendala,
udzur syar’i yang berupa haid. 9,11
Pengaturan haid dapat dilakukan dengan cara
menunda atau memajukan haid tersebut. Haid dapat
ditunda dengan pemberian sediaan yang mengandung
hormon seks wanita. Salah satu di antaranya adalah
dengan menggunakan hormon progesteron. Penundaan
haid dengan cara ini secara tidak langsung
mempengaruhi sistem endokrinologi reproduksi
10
manusia, sehingga pada penggunaan yang tidak
rasional dapat mengganggu siklus haid. Penundaan itu
hendaknya hanya dilakukan bila benar-benar dianggap
perlu, seperti pada saat menunaikan ibadah haji.
Penggunaan terapi hormonal diperbolehkan karena ada
fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 12 Januari
1979 menyebutkan bahwa penggunaan obat anti haid
untuk kesempurnaan ibadah haji hukumnya adalah
mubah. 1-9,11
III. FARMAKOLOGI NORETISTERON
A.Nama Kimia
Noretisteron atau noretindron 17 α-Ethynyl-17 α-hydroxy-4-estren-3-oneFormula: C20H26O2
Berat molekul : 298.419 g/mol
11
(17β)-17-ethynyl-17-hydroxy-4-estren-3-one;(8R,9S,10R,13S,14S,17S)-17-ethynyl-17-hydroxy-13-
methyl-1,2,6,7,8,9,10,11,12,14,15,16-dodecahydrocyclopenta[a]phenanthren-3-one
Gambar 2: Struktur dan nama kimia Noretisteron
Dikutip dari:
Katzung 14
Nama dagang: Primolut NTM, RegumenTM, NorelutTM,AnoreTM,
B.Sejarah Penemuan Noretisteron
Kemajuan Penting di bidang kimia organik sintetik
salah satunya adalah sintesis senyawa 19-nor,
merupakan progestin yang pertama kalinya aktif
secara oral pada awal tahun 1950-an oleh Carl
Djerassi, yang mensintesis noretisteron di Syntex.
Penemuan inilah yang akhirnya mengarahkan pada
perkembangan kontrasepsi oral yang efektif. 14
Golongan 19-nortestosteron lebih bersifat
progestasional daripada androgenik. Analog 19-
nortestosteron seperti noretisteron, noretosteron
asetat, noretinodrel dan etinodiol diasetat yang
aktif secara oral disebabkan karena substituen
etinil pada C17 menurunkan metabolisme di hati.
Aktivitas tiga senyawa terakhir tersebut terutama
13
Gambar 3: Jalur Biosintesis Hormon Steroid
Dikutip
dari : Greenspan 15
Gambar 4: Perubahan Struktur Kimia Noretisteron
Dikutip
dari: Speroff 16
14
Gambar 5: Struktur Kimia Berbagai Progestin
Dikutip dari: Goodman&Gilman 17
C.Indikasi
Noretisteron dapat digunakan untuk Pengaturan Haid
(Timing of menstruation), perdarahan uterus abnormal,
premenstrual tension dan endometriosis.16-20
D.Farmakodinamik
Noretisteron adalah suatu progestational oral.
Seperti progesteron, Noretisteron akan menghasilkan
perubahan sekretori pada endometrium. Noretisteron
menunda haid bila diberikan sebelum atau pada saat
15
perdarahan haid. Noretisteron menunjukkan aktivitas
biologiknya terutama melalui interaksi dengan
reseptor-reseptor yang terdapat pada berbagai
jaringan, khususnya pada saluran reproduksi,
payudara, hepar dan otak. Pada sejumlah jaringan,
terutama endometrium, Noretisteron berikatan dengan
reseptor progesteron. Afinitas pengikatan
Noretisteron pada reseptor di endometrium serupa
dengan progesteron. 16-21
Pada eksperimen binatang, efek endokrin lainnya
mencakup efek androgenik dan anabolik dengan potensi
sekitar 2% dan 10% dari testosteron propionat.
Tetapi pada manusia aktivitas androgenik tidak
terlihat, walaupun digunakan dosis besar. Seperti
progestogen lainnya, Noretisteron memiliki efek
termogenik yang menyerupai progesteron dan terlihat
pada hari kedua dari siklus haid. Sebagai tambahan
pada mekanisme reseptor, obat ini dapat bekerja
langsung dan mempengaruhi fungsi hipotalamus dan
fungsi serebral. Pada hipotalamus dan glandula
pituitari anterior, Noretisteron menekan produksi LH
tetapi efeknya kurang pada sekresi FSH. Dosis 5-10
mg perhari akan menekan ovulasi. Perdarahan
16
menyerupai haid umumnya dimulai 2 sampai 4 hari
setelah penghentian terapi. 16-21
E.Farmakokinetik
Setelah pemberian oral, absorpsi terjadi dengan
cepat dan lengkap, kadar puncak plasma dicapai
antara 1 -3 jam. Akibat metabolisme presistemik
lintas pertama di dinding usus dan hepar,
bioavailabilitasnya hanya 60%. Distribusi cepat dan
luas ke seluruh jaringan tubuh, dengan kadar
tertinggi terakumulasi dan dimetabolisme di hati,
ginjal, intestin dan empedu. Tidak ada sirkulasi
enterohepatik. Kurang dari 5% terdapat di plasma
dalam bentuk bebas, dengan sekitar 60% terikat
albumin dan 35% pada SHBG (Sex Hormone Binding Globulin).
Sebagian besar jaringan dapat memetabolisme
Noretisteron. Waktu paruh eliminasi 5-12 jam , rata-
rata 7,6 jam. Dengan dosis tunggal, kadar mantap
(steady-state) dicapai dalam 5-10 hari. Sejumlah kecil
Noretisteron dapat melewati air susu, dengan kadar
10-20% dari plasma. Noretisteron terutama
dimetabolisme di hati . Kurang dari 1% diekskresi
dalam bentuk utuh. Sekitar 60% diekskresi sebagai
metabolit dalam urin dan faeces. 16-21
17
Gambar 6: Kadar Progestin dalam Serum
Dikutip dari : Greenspan15
F.Dosis dan Cara Pemberian
1. Pengaturan Haid (Timing of menstruation)
.
Pemberian 1 tablet 2-3 x sehari dapat memajukan
dan menunda haid, tergantung pada saat kapan
dimulai dan diakhirinya pemberian obat. Dosis dan
cara pemberian noretisteron akan dibahas lebih
lanjut pada referat ini.
2. Perdarahan uterus abnormal
.
Harus dipastikan bahwa perdarahan tidak disertai
dengan adanya kelainan organik. Pemberian 1
tablet, 3 kali sehari selama 10 hari dapat
menghentikan perdarahan dalam 1-3 hari.
18
Perdarahan menyerupai haid dapat timbul 2-4 hari
setelah penghentian terapi. Untuk mencegah
rekurensi, dianjurkan pemberian tablet
profilaksis selama 3 siklus berikutnya, yaitu 1
tablet 2-3 kali sehari dimulai dari hari ke19-26
dari siklus (hari pertama siklus = hari pertama
dari perdarahan terakhir). Perdarahan "withdrawal"
terjadi beberapa hari setelah pemberian tablet
terakhir.18,19,22,23
3. Premenstrual tension
.
1 tablet 2-3 kali sehari, mulai hari ke 19-26,
siklus haid. 23
4. Endometriosis
Terapi dimulai pada hari kelima dari siklus
dengan 1 tablet 2 kali sehari, ditingkatkan
menjadi 2 tablet 2 kali sehari bila ada
perdarahan (spotting). Bila perdarahan berhenti,
dapat diberikan lagi sesuai dosis awal. Jangka
waktu terapi paling kurang 4-6 bulan. Selama
terapi tidak terjadi ovulasi dan haid. Perdarahan
putus obat akan terjadi setelah penghentian
terapi.23
19
Tabel 1: Beberapa Jenis Progestin yang
digunakan dalam Pengaturan Haid
Jenis Progestin Dosis/hari Nama DagangNoretisteron 2 x 5 mg Primolut NMedroksiprogesteron
asetat
2x 5 mg Provera,
ProthyraLinesterol 2 x 5 mg EndometrilNomogesterol asetat 2x 5 mg LutenylDidrogesteron 2 x 5 mg Duphaston
Dikutip dari: Baziad 2
G.Kontraindikasi
Kehamilan, riwayat herpes gestasionis, riwayat
kolestasis atau ikterik
pruritus selama kehamilan, gangguan fungsi hati
berat atau sindroma Dubin-Johnson dan Rotor,
perdarahan abnormal vagina yang tidak terdiagnosa,
amenore akibat gonadotropin pituitari, dan
hirsutisme.16-21
Sebelum memulai terapi, pastikan tidak ada
kehamilan. Tidak dianjurkan pada wanita hamil dan
menyusui. Hentikan terapi jika terjadi gangguan
20
pendengaran atau penglihatan, muncul tanda-tanda
tromboembolik ataupun tanda-tanda depresi. 16-21
H. Efek Samping
Perdarahan (spotting), amenore, edema, alergi. Kadang-
kadang timbul mual.
Gangguan fungsi hati, penyakit kuning, eksaserbasi
epilepsi dan migren, jerawat, urtikaria, retensi
urin, gangguan saluran cerna. Perubahan libido, rasa
tidak nyaman pada payudara, gejala pra-haid, siklus
haid tidak teratur, mual, insomnia, alopesia,
hirsutisme, depresi dan somnolen. Kehamilan,
gangguan fungsi hati yang parah, riwayat sakit
kuning, gatal seluruh tubuh selama hamil. 16-21
Pemberian noretisteron perlu diperhatikan pada
kondisi berikut ini:
- Diabetes, hipertensi, gangguan fungsi jantung dan
ginjal.
- Keluhan abdominal bagian atas.
- Sakit kepala hebat, migren, gangguan pencernaan,
sakit bernafas, batuk tanpa sebab, peundaan
operasi (6 minggu sebelumnya), immobilisasi, sakit
kuning, kenaikan tekanan darah. 16-21
I. Interaksi Obat
21
Interaksi obat yang menimbulkan peningkatan klirens
hormon seks dapat menimbulkan penurunan efikasi
terapetik, hal ini berlaku terhadap berbagai obat
yang menginduksi enzim hepar (termasuk fenitoin,
barbiturat, pirimidon, karbamazepin, dan
rifampisin), griseofulvin, okskarbamazepin dan
rifabutin juga diduga memiliki pengaruh yang sama. 16-
21
Penggunaan progestogen dapat mempengaruhi hasil
dari beberapa tes laboratorium, termasuk parameter
biokimia dari hati, tiroid, fungsi adrenal dan
ginjal, tingkat plasma dari protein pembawa, seperti
globuin pengikat kortikosteroid dan fraksi
lipid/lipoprotein, parameter dari metabolisme
karbohidrat dan parameter koagulasi dan
fibrinolisis. Perubahan biasanya tetap dalam batasan
normal laboratorium. 16-21
J. Sediaan
Tablet 5 mg x 3 blister @ 10 tablet. 23
IV. MEKANISME PENGATURAN POLA HAID PADA PENGGUNAAN
NORETISTERON
A. Fisiologi Haid
22
Haid atau haid merupakan proses alamiah bagi semua
wanita yang normal, karena merupakan salah satu
tanda bahwa wanita tersebut dalam keadaan subur.
Haid yang normal rata rata 28 hari namun dapat maju
atau mundur sehingga variasinya berkisar antara 22
hari hingga 35 hari dengan rata-rata volume darah
sekitar 130 ml. Biasa pada hari ke-14 sebelum haid
mendatang, ovarium kiri atau kanan akan melepaskan
1 sel ovum, Pada beberapa kasus dapat terjadi
pelepasan lebih dari 1 sel telur.
Siklus haid dibagi dalam beberapa fase, yaitu:
1. Fase haid (hari ke-1 sampai dengan ke-4)
2. Fase folikular atau fase proliferasi ( hari ke-5
sampai dengan hari ke-13)
3. Ovulasi (hari ke-14)
4. Fase luteal atau fase sekresi (hari ke-15 sampai
dengan ke-28)
Haid terjadi karena perubahan kadar hormon
estrogen dan progesteron yang ada dalam darah
wanita bersangkutan. Haid merupakan proses kompleks
yang melibatkan interaksi antara organ-organ
spesifik dengan perantara hormon mekanisme
regulasi haid diatur oleh poros hipotalamus-
hifosis-ovarium. hipotalamus memproduksi GnRH,
23
hipofisis memproduksi FSH dan LH dibawah kendali
hipotalamus. FSH dan LH mempengaruhi ovarium untuk
memproduksi hormon estrogen dan progesteron yang
akan bekerja pada lapisan endometrium. 1,24,25
Proses siklik tersebut memerlukan komunikasi
di antara kelenjar-kelenjar yang terlibat dan
diregulasi oleh hormon GnRH, FSH, LH, estrogen dan
progesteron. Hormon steroid, estrogen dan
progesteron diproduksi oleh ovarium memiliki efek
umpan balik positif dan negatif terhadap sekresi
gonadotropin (LH,FSH) pada hifosisis dan GnRH pada
hipotalamus. 1,24,25
24
Gambar 7: Perubahan Kadar Hormon pada siklus Haid
Dikutip dari : Kronenberg25
Gambar 8 : Interaksi Endokrin pada Siklus Haid
25
Dikutip dari: Astarto1
Pasca haid, kadar hormon estrogen meningkat dan
berakibat pembuluh darah halus dalam dinding rahim
bagian bertumbuh lebih panjang dan berkelok -
kelok. Kondisi tersebut akan menyebabkan penebalan
dinding rahim bagian dalam dan merangsang matangnya
satu atau beberapa sel telur. 1,24,25
Sekitar hari ke-14 sebelum haid mendatang, kadar
hormon progesteron secara otomatis akan meningkat
sehingga menyebabkan pecahnya dinding sel telur
yang telah matang dan keluarnya sel telur dari
indung telur. Sel telur tersebut dapat bertemu dan
bersatu dengan sel sperma pria sehingga terjadi
proses pembuahan yang potensial dapat menyebabkan
wanita tersebut hamil. Apabila tidak terjadi
pembuahan, kadar hormon estrogen akan menurun, dan
pada hari ke-28 dinding rahim bagian dalam akan
terlepas. Terlepasnya dinding rahim bagian dalam
akan menyebabkan perdarahan dari pembuluh darah
halus yang memanjang dan berkelok-kelok yang ada di
dinding rahim. Proses yang berlangsung secara
teratur dan berkala ini dikenal sebagai "Haid" pada
wanita.
26
Untuk dapat memajukan siklus haid atau
memundurkan haid, perlu diketahui terlebih dahulu
pola haid wanita yang bersangkutan, karena pola
haid setiap wanita berbeda. Memajukan atau
memundurkan haid dapat memakai preparat yang
mengandung progesteron dosis rendah antara lain pil
KB, suntik KB, susuk KB, dan tablet turunan
progesteron seperti noretisteron. 1,24,25
B. Memundurkan atau Menunda Haid
Penundaan haid sebaiknya dilakukan mulai hari ke-5
siklus haid dan paling lambat hari ke-14 yang
dihitung dari kebiasaan datangnya hari haid. Dengan
memimum pil yang mengandung progestin sekitar 7-10
hari sebelum haid yang diperkirakan datang, akan
mampu menunda datangnya haid dan bila dihentikan
pemakaiannya maka tiga hari kemudian haid yang
dikehendaki biasanya akan datang. 1,4,24,25
27
Gambar 9: Penggunaan Progestin dalam penundaan
haid
Dikutip dari: Astarto1
Sebagai contoh, Puncak haji tahun 2013 akan jatuh
pada tanggal 14 Oktober 2013, maka sejak tanggal 1
Oktober 2013 pil noretisteron mulai diminum. Bila
wanita yang bersangkutan langsung pulang ke tanah
air , pil tersebut diminum hingga tiba waktu pulang
agar haid tiba sekitar 3-5 hari setibanya di tanah
air. Bila wanita tersebut kemudian menuju Madinah
untuk sholat Arbain, proses tersebut dilangsungkan
sesuai dengan kapan haid tersebut diharapkan
datang.
C. Memajukan Haid
28
Memajukan haid jarang sekali dilakukan karena
lazimnya wanita ingin menunda haidnya. Cara ini
dilakukan dengan memakai pil progesteron mulai hari
ke-5 haid hingga hari ke-19 haid. Haid akan dapat
dimajukan sekitar 5-6 hari sebelum waktunya.
Misalnya diperkirakan wanita yang bersangkutan akan
haid pada waktu sholat arbain, sehingga ia akan
memajukan haidnya sebelum keberangkatannya. 1,4
Gambar 10: Penggunaan progestin dalam memajukan
haid
Dikutip dari : Astarto1
Pemakaian tablet hormonal tidak menjamin 100 persen
tidak terjadi perdarahan selama haid. Kadang kala
29
terjadi perdarahan sela (breakthrough bleeding) yang
sebenarnya tidak menghalangi ibadah haji.
V. CARA LAIN DALAM PENGATURAN POLA HAID
A. Penggunaan Kombinasi Hormon Estrogen dan Progestin
Penundaan haid dapat dilakukan dengan pemberian pil
kontrasepsi kombinasi (PKK) hormon estrogen dan
progestin. Bila pil kontrasepsi kombinasi yang
diberikan mengandung tablet plasebo, maka tidak
perlu diminum. Pil kontrasepsi kombinasi dikonsumsi
mulai hari ke-5 siklus haid sampai ibadah selesai.
Pil kontrasepsi kombinasi juga dapat diberikan
mulai 14 hari sebelum perkiraan haid yang akan
datang dan dilanjutkan sampai ibadah selesai. Bila
seorang wanita ingin memajukan haidnya 6 hari lebih
awal dari haid yang akan datang, maka PKK diberikan
antara hari ke-5 sampai hari ke-19 siklus haid.
Dibutuhkan 2-3 keping PKK selama ibadah haji. 1,4,24-29
Penggunaan PKK untuk pengaturan haid sangat
sedikit menimbulkan perdarahan bercak. Beberapa
kontraindikasi pemberian PKK antara lain riwayat
tromboflebitis/tromboemboli, varises berat, kanker
30
payudara, perdarahan yang belum diketahui dengan
jelas penyebabnya, penyakit hati berat riwayat
penyakit kuning dalam kehamilan, riwayat
preeklampsia berat, penyakit kardiovaskular,
penyakit diabetes melitus yang disertai dengan
komplikasi, hipertensi berat, sedang menggunakan
obat anti tuberkulosis maupun hipoglikemik oral.
Adapun efek samping yang paling sering adalah mual,
muntah, sakit kepala, dan nyeri payudara. Untuk
mengurangi kemungkinan efek samping dipilih PKK
yang mengandung estrogen dosis rendah dan progestin
yang memiliki efek anti mineralokortikoid dan
antiandrogenik. 1,4,24-29
Tabel 2: Jenis Pil Kontrasepsi Kombinasi dalam Pengaturan
Haid
Jenis-jenis PKK Dosis /hari
Namadagang
Levonorgestrel 15 mcg, Etinilestradiol 75mcg
1 x 1 tablet
Microgynon
Siproteron Asetat 2 mg, Etinilestradiol 30 mcg
1 x 1 tablet
Diane 35
Desogestrel 150 mcg , Etinilestradiol 30 mcg
1 x 1 tablet
Mercilon
Drospirenon 3mg, Etinilestradiol 30 mcg
1 x 1 tablet
Yasmin
31
Dikutip dari: Baziad 2
Gambar 11: Penggunaan PKK dalam Penundaanhaid
Dikutip dari: Astarto1
Gambar 12 : Plasebo dalam PKK
Dikutip dari: Astarto1
Tabel 3: Properties of some progestational agents
Duration
Activities
32
Route
OfAction
Estrogenic
Androgenic
Antiestrogenic
Antiandrogenic
Anabolic
Progesteron andderivatives
Progesteron IM 1 day
- - + - -
Hydroxyprogesteron caproate
IM 8-14day
sl sl - - -
Medroxyprogesteron acetate
IM,PO
Tabs: 1-3 daysInj:4-12week
- + + - -
Megestrol acetate
PO 1-3 days
- + - + -
17-Ethinyl testosterone derivatesDimethisterone
PO 1-3 days
- + sl - -
19-Nortestosterone derivatesDesogestrel PO 1-3
days- - - - -
Norethynodrel
PO 1-3 days
+ - - - -
Lynesterol PO 1-3 days
+ + - - +
Norethindrone
PO 1-3 days
sl + + - +
Norethindrone acetate
PO 1-3 days
sl + + - +
Ethynodiol diacetate
PO 1-3 days
sl + + - -
33
L-Norgestrel
PO 1-3 days
- + + - +
Interpretation: +=active, - = inactive.sl=slightly active. Activities have been reported in various species using various end points and may not apply to humans.
Dikutip dari: Katzung14
Gambar 13: Penggunaan PKK dalam memajukan
haid
Dikutip dari :
Astarto1
B. Penggunaan Agonis Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
34
Agonis GnRH merupakan alternatif untuk mengatur
siklus haid bagi wanita yang tidak bisa menerima
efek samping perdarahan atau bercak akibat
penggunaan progestin dan PKK. Agonis GnRH yang
dapat digunakan adalah Leuprolin asetat 3,75 mg. 1,4
Agonis GnRH diberikan antara hari pertama
sampai hari ke-5 siklus haid secara subkutan atau
intramuskular. Untuk keperluan ibadah haji, cukup
diberikan 2 kali saja. Beberapa hari setelah
suntikan pertama akan terjadi perdarahan (bukan
haid) karena efek flare up yang lamanya 5-10 hari.
Setelah suntikan kedua umumnya tidak terjadi
perdarahan. 1,4
Efek samping yang dapat terjadi, meskipun
jarang, pada penggunaan agonis GnRH adalah hot flushes,
berkeringat, sakit kepala, berdebar-debar, nyeri
otot, dan sendi serta depresi. Untuk mengatasi efek
samping tersebut maka dapat diberikan tablet
estrogen (estrogen equin konjugasi 0.625mg atau
17β-estradiol 2mg) + progestin (nomegestrol asetat
5 mg, medroksi progesteron asetat 5mg, atau
noretisteron asetat 1mg-2.5mg) sampai keluhan
hilang. Sebaiknya, tablet estrogen dan progestin
35
sebagai add back therapy diberikan selama wanita
tersebut belum merasakan efek samping. 1,4,32
Gambar 14: Penggunaan injeksi GnRH agonis dalam
menunda haid
Dikutip dari : Astarto1
VI. PENGELOLAAN SAAT PENGATURAN HAID GAGAL DILAKUKAN
Pada penggunaan sedian tablet progestogen sering
ditemukan adanya perdarahan bercak (spotting). Pada
umumnya kebanyakan wanita beranggapan bahwa spotting
termasuk merupakan darah haid. Adanya spotting
sebenarnya merupakan akibat pemberian hormon
progestogen itu sendiri. Bila perdarah bercak masih
terjadi dan dianggap mengganggu dapat diberikan tablet
36
progestogen tambahan. Bila bercak tersebut berhenti,
maka hentikan penambahan tablet. Namun bila dengan
penambahan tablet progesteron tidak berhasil
menghentikan perdarahan bercak, maka jangan diteruskan
lagi pemberian tambahan tablet tersebut. 1,4,24-32
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk
menghindari dan mengatasi perdarahan bercak, yaitu:
1. Upayakan mengonsumsi pil pada saat yang sama setiap
hari dan jangan sampai terlupa, karena kalau terlupa
bisa menimbulkan spot darah.
2. Bila terjadi perdarahan bercak tambahkan satu pil
setiap hari dan kurangi aktivitas sebanyak mungkin.
3. Jika perdarahan tidak berhenti, bisa mengonsumsi
obat yang membantu penghentian darah seperti asam
traneksamat.
4. Hentikan tambahan pil satu hari setelah perdarahan
bercak berhenti. 4-31
Kegagalan terhadap penggunaan obat penunda haid
kemungkinan saja tetap ada, sehingga perlu diantisipasi
agar tetap dapat memenuhi syarat pelaksanaan ibadah
haji. Sebagai seorang dokter, kita dapat memberikan
nasehat kepada jamaah haji dan memberikan solusi.
Misalnya pada saat mengambil umrah haji (untuk haji
tamattu’) terjadi beberapa kondisi :
37
1. Ketika tiba di Miqat, ternyata datang haid . Yang
dapat dilakukan adalah tetap berniat umrah haji dan
melafadkan ”Labbaika umratan” (menjaga larangan
ihram) dan terus bertalbiyah tanpa masuk kedalam
masjid untuk melakukan sholat sunnah. Selanjutnya
menunggu bersih (menunggu di penginapan), setelah
bersih, mandi besar (junub) lalu melanjutkan ritual
umrah : Tawaf, sa’i dan Tahalul hingga selesai umrah
haji.
2. Jika selesai tawaf baru datang haid, maka keluarlah
dari masjid tanpa meneruskan sa’i (walaupun sa’i
diperbolehkan tanpa bersuci tetapi karena masai
/tempat sa’i berada di dalam masjidil haram maka
akan terhalang untuk melakukannya akibat hadast
besar). Pelaksanaan sa’i dan tahalul dapat ditunda
sampai haid selesai, dan mandi besar/junub baru
melaksanakan sa’i dan tahalul.
3. Ketika akan berangkat ke Mina (tanggal 8 Dzulhijah)
atau langsung ke Arafah, tiba-tiba haid datang, maka
dapat tetap berniat haji setelah membersihkan diri
lalu berniat serta melafadzkan ”Labbaik Allahumma
Hajjan” (selanjutnya tetap menjaga larangan ihram)
dan teruslah bertalbiyah. Dalam keadaan belum bersih
diperbolehkan dan sah mengerjakan mabit di Mina,
38
wukuf di Arafah, melontar Jumrah, kemudian menunggu
bersih, mandi besar/junub lalu mengerjakan tawaf dan
sa’i. 3,8,11,32
VII.RINGKASAN
1. Haji merupakan ibadah wajib bagi yang mampu pada
usia setelah baligh (reproduksi). Bagi wanita usia
reproduktif, haid dapat menjadi penghalang dalam
mengerjakan rangkaian ibadah haji dan umrah.
2. Kegiatan dalam ibadah haji dan umrah ada ibadah yang
tidak boleh dilakukan dalam haid, yaitu: thawaf,
sholat, membaca Al Quran, puasa dan berdiam diri di
masjid. Sedangkan ibadah yang boleh dalam keadaan
haid yaitu: wukuf, sa’i, mabit di Mina, melontar
jamarat dan tahallul.
3. Penggunaan noretisteron dalam pengaturan haid dapat
dilakukan dengan cara menunda haid atau memajukan
haid. Sehinga diperlukan konseling kepada calon
jemaah haji wanita metode mana yang ingin dilakukan
dan pada saat kapan kedatangan haid tidak
diinginkan. Sehingga dapat ditentukan metode yang
sesuai.
39
4. Perlunya pemahaman mengenai perbedaan darah haid dan
istihadah dan menjelaskan kepada calon jemaah haji
wanita agar tidak timbul keraguan.
5. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 12 Januari
1979 menyebutkan bahwa penggunaan obat anti haid
untuk kesempurnaan ibadah haji hukumnya adalah
mubah.
6. Pemakaian obat-obat hormonal seperti noretisteron
akan mempengaruhi sistem endokrin wanita, untuk itu
perlu pemahaman tentang siklus haid, preparat yang
digunakan, cara pemberian, efek samping yang
ditimbulkan serta kontra indikasi pemakaian.
VIII.RUJUKAN
1. Astarto NW, Djuwantono D, Tjahyadi D. Menunda Haid danMengatasi Masalahnya ketika Beribadah Haji dan Umrah. Step byStep Penanganan Kelainan Endokrinologi reproduksi danFertilitas dalam Praktik sehari-hari.CV.SagungSeto.Jakarta.2012.
2. Baziad A, Wiweko B, Hendarto H. Kiat Mengatur Pola Haid saatHaji dan Umrah: Mekanisme Dasar, Masalah dan Solusinya.Jakarta:Himpunan Endokrinologi reproduksi dan FertilitasIndonesia.2007.
3. Rajuddin.Ibadah Haji dan Upaya Mengatur Siklus Haid.MajalahIlmiah Ukhuwah, Universitas Al Wasliyah, Medan.2009,Vol4 no2;169-179.
4. Baziad A. Penggunaan Progesteron dalam Pengobatan. IlmuKandungan. PT.Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo.Jakarta.2009;648.
40
5. Caitlin WH, Ellen SR. Menstrual Manipulation: Options forSupressing The Cycle.Cleveland Clinic Journal ofMedicine.2010;27:445-51.
6. Frankovich RJ, Lebrun CM.Menstrual Cycle, Contraception andPerfomance. Clin Sport Med.2000;19:251-71.
7. Munir bin Husain, AlMarfu’i. Haid dan Nifas dalam MadzhabSyafi’i. Pustaka arafah.Solo.2012.
8. Al Atsariyyah UI.Haid, Ibadah Haji dan Umrah. MajalahAsyyariah.Ed.060.2012.
9. Aziz A, Latif M. Fatwa Manasik Haji untuk Manusia. MaktabDakwah dan Bimbingan Jalujar Rabwah.2009.
10. Netter FH, Craig J, Machado C. Atlas of Human Anatomy.CIBA’s Med Ed Dept Ceast. New York.2000.
11. Dahlan S, Sarjana. Kontroversi Pil Tunda Haid SelamaHaji. 2007. Available at: http://www.wordpress.com/2007.html
12. Syafwan A. Menyikapi Haid saat Haji. Available at:http://abusyafwan.blogspot.com/2009/10/menyikapi.html
13. Bararah VF.Menunda haid selama Ibadah Haji. Availableat: http://www.fiqihislam.com
14. Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Basic and ClinicalPharmacology.11th ed.A lange Medical Book. Singapore:Mc.GrawHill.2009;706-709.
15. Greenspan D,Sholac D. Basic and Clinical Endrocrinology.8th ed.Mc.Graw Hill.2009.
16. David E, Armen H, Ehrin J. Principle of Pharmacology:ThePathophysiologics Basis of drug Therapy. 2nded.Philadelphia:Lippincott Williams and Wilkins.2008:525-28.
17. Goodman & Gilman. Dasar Farmakologi Terapi,Vol 2, ed 10,Jakarta;EGC.2008:1513-32.
18. Conyngham RB.Noretisterone in menorrhagia.New Zealandmed J.64.697-701.
19. Singh RH, Blumenthal P. Hormonal of abnormal bleeding.Clinical obstetric and gynaecology,48(2), 337-352.
20. Sterrenburg MD, Macklon NS. Drugs in ReproductiveMedicine.19:8,elsevier.2009;203-209.
21. Greenblat RB, Junck EC. Delay of menstruation withnorethindrone, an orally given progestationalcompound.J.A.M.A.162(12).1461-63.
41
22. Hestiantoro A, Muharram, Sumapraja K, Wiweko B, PratamaG. Best Practise on IMPERIAL: Perdarahan UterusAbnormal.Jakarta: CV.Sagung Seto.2012; 135-157.
23. Arimjie. Obat-obat Sistem Endokrin. Available at:http://arimjie.blogspot.com/18/4/2012.
24. Sperrof L, Fritz MA. Clinical Gynecologic endocrinologyand Infertility.8th ed. Carolina: Lippincott Williams &wilkins.2011.
25. Kronenberg HM, Melmed S, Polonsky KS, Karsen PR.Williams Textbook of Endocrinology. Ed.11.Philadelphia:Saunders Elsevier.2008.541-63.
26. Mochtar R. Kependudukan dan KB. Dalam: SinopsisObstetri:Obstetri Operatif,Obstetri Sosial, Jilid 2, ed.2,Jakarta; Penerbit EGC.1998.255-78.
27. Bari A, Biran A, Enriquito. Buku Panduan PraktisPelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo.2004;41-52.
28. Rhyner S. Reproductive cycles. In: Obstetric andGynecology. 6th ed. ACOG with Charles RB, Ling FW, BarzanskyBM, Herbert WN, Laube DW. Philadelphia; Lippincot andWilkins.2010;303-308.
29. Bradshaw KD. The ovary and the menstrual cycle. In:ACOG.Precis:an update in obstetrics andgynecology;Reproductive Endocrinology. 3rd ed. Washington DC;Am Col of Obstet Gynecol.2007;56-68.
30. Miller L, Hughes JP. Continous Combination oncontraceptive pils to eliminate withdrawal bleeding. Arandomized trial. Obstet gynecol. 2003;101;653-66.
31. Sulak P, Kueh T, Ortiz M, Shull BL. Acceptance ofaltering the standard 21 day 17 day oral contraceptive regimento delay menses and reduce hormone withdrawal symptoms. Am Jobstet gynecol.2002;186:1142-9.
32. Saman RR. Kesehatan Penerbangan dalam Ibadah Haji.Jakarta: Badan Penerbit FK UI;2011.