+ All Categories
Home > Documents > Peranan guru jadi

Peranan guru jadi

Date post: 29-Mar-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa merupakan sosok yang sangat berwibawa yang sering kali menjadi panutan bagi masyarakat. Kata guru dalam bahasa Arab disebut Mu’allim dan dalam bahasa Inggris guru disebut dengan teacher yang memiliki arti A person whose occupation is teaching others, yaitu seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain. 1 Latar belakang sosial ekonomi profesi seorang guru kebanyakan kalangan menengah kebawah. Masih sedikit sekali data yang menyebutkan kalangan sosial ekonomi menengah keatas bersedia memilih sebagai guru. Situasi ini penuh dengan beban moral dan sosial yang menuntut hidupnya sesuai dengan apa yang diajarkan, sesuai dengan apa yang diucapkan baik itu dalam relasi sosialnya di sekolah maupun diluar sekolah. Karena menjadi seorang guru harus benar- benar menjalankan perannya sebagai seorang pengajar dan pendidik. Guru pun mempunyai kode etik yang tidak semua orang bisa menjalankannya. Ini semua berkaitan dengan kepribadian dari individu yang menjadi seorang guru. 1 Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 222. 1
Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa merupakan

sosok yang sangat berwibawa yang sering kali menjadi

panutan bagi masyarakat. Kata guru dalam bahasa Arab

disebut Mu’allim dan dalam bahasa Inggris guru disebut

dengan teacher yang memiliki arti A person whose

occupation is teaching others, yaitu seseorang yang

pekerjaannya mengajar orang lain.1

Latar belakang sosial ekonomi profesi seorang

guru kebanyakan kalangan menengah kebawah. Masih

sedikit sekali data yang menyebutkan kalangan sosial

ekonomi menengah keatas bersedia memilih sebagai

guru. Situasi ini penuh dengan beban moral dan

sosial yang menuntut hidupnya sesuai dengan apa yang

diajarkan, sesuai dengan apa yang diucapkan baik itu

dalam relasi sosialnya di sekolah maupun diluar

sekolah. Karena menjadi seorang guru harus benar-

benar menjalankan perannya sebagai seorang pengajar

dan pendidik. Guru pun mempunyai kode etik yang

tidak semua orang bisa menjalankannya. Ini semua

berkaitan dengan kepribadian dari individu yang

menjadi seorang guru.

1 Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada. Hal. 222.

1

Dalam setiap studi ilmu kependidikan persoalan

yang berkenaan dengan guru dan jabatan guru,

seringkali di singgung bahkan menjadi salah satu

pokok bahasan yang mendapat tempat tersendiri. Guru

memegang kedudukan dan peranan yang strategis

terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui

pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang

diinginkan. Dari dimensi tersebut kedudukan dan

peranan guru sulit digantikan oleh orang lain.

Guru adalah orang yang memberikan ilmu

pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan

masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan

di tempat tertentu, tidak mesti di lembaga

pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid,

surau, mushala, rumah, dan sebagainya.2 Maka guru di

jaman sekarang sudah mendapat arti yang luas lagi

dalam masyarakat. Semua orang yang pernah memberikan

suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepda seseorang

atau sekelompok orang dapat disebut guru, misalnya:

guru silat, guru senam, guru mengaji, guru menjahit,

dan sebagainya.3 Namun dalam pembahasan berikutnya,

guru yang dimaksud adalah seseorang yang mengajar di

sebuah lembaga pendidikan, terutama di sekolah

2 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal. 483 Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis (2007): Bandung. PT. Rosdakarya. hal. 138

2

Dipandang dari dimensi pembelajaran peranan guru

dalam masyarakat Indonesia tetap dominan, sekalipun

tekhnologi yang dapat di manfaatkan dalam proses

pembelajaran tersebut. Maka dari itu, sejalan dengan

hakikat dan makna yang terkandung dalam topik

tersebut, masalah pokok yang akan dibahas dalam

makalah ini adalah Peranan dan Kepribadian Guru di

Sekolah.

B.Rumusan Masalah

Dari penjelasan sebagaimana latar belakang

permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam

penulisan makalah ini adalah :

1.Bagaimana Peranan dan Kepribadian Guru di Sekolah?

2.Apa sajakah kode etik guru?

3.Bagaimana kepribadian seorang guru?

C.Tujuan Masalah

Adapun tujuan yang diharapkan dari penulisan

makalah ini adalah sebagai berikut :

1.Untuk menjelaskan tentang kedudukan dan peran guru

di sekolah dan di masyarakat

2.Untuk mengerahui tentang Kode Etik Guru

3.Untuk mengetahui tentang kepribadian seorang guru

yang baik di sekolah maupuan di masyarakat.

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Peran Guru

1.Kedudukan dan Peran Guru

Guru dipandang sebagai sumber keteladanan

dan di tuntut berprilaku ideal secara normatif.

Maka muncullah berbagai sanjungan terhadap guru,

seperti digugu dan ditiru, pahlawan tanpa tanda jasa

dan pejabat mulia.

Peran guru disekolah di tentukan oleh

kedudukannya sebgai orang dewasa, sebagai

pengajar dan pendidik dan sebagai pegawai.

Sedangkan yang paling utama adalah kedudukannya

sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai

guru. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia

harus menunjukkan kelakuan yang layak bagi guru

menurut harapan masyarakat4. Maka, seseorang yang

kedudukannya sebagai guru akan membatasi

kebebasannya dan dapat pula membatasi

pergaulannya5. Ia tidak akan diajak melakukan

kegiatan yang rasanya kurang layak bagi guru. Ia

akan mencari pergaulan terutama bagi kalangan

guru yang sependirian dengannya.

4 Prof. DR. S. Nasution, MA. Sosiologi Pendidikan. Hal:915 Muhammad Rifa’i. Sosiolagi Pendidikan. Hal:107

4

Kedudukan guru juga ditentukan oleh fakta

bahwa ia orang dewasa. Dalam masyarakat kita

orang yang lebih tua harus dihormati. Oleh sebab

guru lebih tua dari pada muridnya, maka

berdasarkan usianya ia mempunyai kedudukan yang

harus dihormati, apalagi karena guru juga

dipandang sebagai pengganti orang tua. Hormat

anak terhadap orang tuanya sendiri harus pula

diperlihatkannya terhadap gurunya dan sebaliknya

guru harus pula memandang muridnya sebagai anak.

Dalam struktur sosial didalam sekolah,

kedudukan guru lebih rendah daripada kepala

sekolah karena itu ia harus menghormatinya dan

bersedia mematuhinya dalam hal-hal mengenai

sekolah. Akan tetapi guru akan membawa norma-

norma dan kebudayaan yang diperolehnya dari

orangtuanya kedalam kelas yang diajarnya.

Walaupun guru berkat pendidikannya dapat

mempetinggi tingkat kulturalnya, ia akan tetap

terikat oleh latar belakangnya, yakni nilai-nilai

pedesaan golongan menengah-rendah yang mungkin

sekali berbeda dengan norma murid-murid,

khususnya dikota-kota. Banyak orang tua murid di

sekolah menengah yang golongan sosialnya lebih

tinggi dari gurunya.

2.Peranan Guru Sehubungan dengan Murid

5

Peranan guru dalam sehubungannya dengan

murid bermacam-macam. Menurut situasi interaksi

sosial yang dihadapinya, yakni situasi formal

dalam proses belajar mengajar didalam kelas dan

dalam situasi informal.

Dalam situasi formal, yakni dalam usaha

guru mendidik dan mengajar anak dalam kelas guru

harus sanggup menunjukkan kewibawaannya atau

otoritasnya, artinya ia harus mampu

mengendalikan, mengatur dan mengontrol kelakuan

anak.6

Adanya kewibawaan guru dapat di pengaruhi

oleh beberapa hal antara lain sebagai berikut:7

a) Anak-anak secara langsung mengharapkan guru

yang berwibawa dapat bertindak tegas untuk

menciptakan suasana disiplin dan mereka

bersedia mengakui kewibawaan itu. Bila ada

guru baru, mereka sering menguji sejauh

manakah kewibawaan guru itu. Mereka lebih

senang bila guru menang dalam pengujian

kewibawaan guru itu.

b) Guru dipandang sebagai pengganti orang tua,

lebih0lebih pada tingkat SD. Bila dirumah

anak itu mematuhi ibunya, lebih mudah ia

menerima dan mengakui kewibawaan guru.

6 Prof. DR. S. Nasution, MA. Sosiologi Pendidikan. Hal:927 Muhammad Rifa’i. Sosiolagi Pendidikan. Hal:115

6

c) Pada umumnya, tiap orang mendidik anaknya gar

patuh kepada guru. Bila guru digambarkan

sebagai orang yang harus dihormati, sebagai

orang yang berhak menghukum pelanggaran anak.

Bila orang tua senantiasa memihak guru dalam

segala tindakannya, guru lebih mudah

menegakkan kewibawaannya.

d) Guru dapat memelihara kewibawaannya dengan

menjaga adanya jarak sosial antara dirinya

dengan murid. Kewibawaan akan lenyap bila

guru itu terlampau akrab dengan murid dan

bersenda gurau dengan mereka. Sekalipun dalam

situasi formal, guru harus senantiasa menjaga

kedudukannya sebagai guru dan tidak menjadi

salah seorang anggota yang sama dengan anal-

anak.

e) Guru harus selalu disebut “ibu guru” dan

“bapak guru” dan julukan itu memperoleh

kedudukan sebagai orang yang dituakan.

f) Dalam kelas, guru duduk atau berdiri di depan

murid. Posisi menonjol itu memberikannya

kedudukan yang lebih tinggi dari pada mudrid

yang harus duduk dengan tertib di bangku

tertentu.

g) Guru disediakan ruang guru yang khusus yang

tidak boleh dimasuki murid begitu saja.

7

h) Guru-guru muda yang ingin bergaul dengan

murid sebagai kakak akan dinasehati oleh

guru-guru yang berpengalaman agar senantiasa

menjaga jarak dengan murid dan jangan

terlampau rapat dengan mereka.

i) Wibawa guru juga diperoleh dari kekuasaannya

untuk menilai ulangan atau ujian murid dan

menentukan angka rapor dan dengan demikian

menentukan nasib murid, apakah ia naik atau

tinggal kelas. Namun, ada saja guru yang

menyalahgunakan kekuasaan itu hingga diberi

julukan killer.

j) Namun, kewibawaan yang sejati diperoleh guru

berdasarkan kepribadiannya. Kepribadian harus

dibentuk berkat pengalaman. Kepribadian

diperoleh dengan wujud norma-norma yang

tinggi pada diri guru seperti rasa tanggung

jawab, yang nyata dalam ketaatan waktu,

persiapan yang cermat, kerajinan memeriksa

pekerjaan murid, kesediaan membimbing,

kesabaran, ketekunan, kejujuran dan

sebagainya.

Dalam situasi informal, yakni guru dapat

mengendorkan hubungan formal dan jarak sosial,

misalnya suatu rekreasi, berolahraga, berpiknik

atau kegiatan lainnya. Murid-murid menyukai guru

8

yang pada waktu-waktu demikian dapat bergaul

dengan lebih akrab dengan mereka8

Hubungan guru dan murid mempunyai sifat

yang stabil, yaitu sebagai berikut:9

a)Ciri khas hubungan ini ialah bahwa terdapat

status yang tak sama antara guru dan murid.

Guru itu secara umum diakui mempunyai status

yang lebih tinggi dan karena itu dapat

menuntut murid untuk menunjukkan kelakuan

yang sesuai dengan sifat hubungan itu. Bila

anak itu meningkat sekolahnya, ada

kemungkinan ia mendapat kedudukan yang lebih

tinggi dan sebagai siswa pasca sarjana ia

dapat diperlakukan sebagai manusia yang

matang dan dewasa, jadi banyak sedikit status

yang mendekat status dosen.

b)Dalam hubungan guru murid biasanya hanya

murid yang diharapkan mengalami perubahan

kelakuan sebagai hasil belajar. Setiap orang

yang mengajar akan mengalami perubahan

kelakuan. Sedangkan, murid harus

memperlihatkan dan membuktikan bahwa ia

mengalami perubahan kelakuan.

c)Aspek ketiga ini bertalian dengan aspek

kedua, yakni bahwa perubahan kelakuan yang

8 Prof. DR. S. Nasution, MA. Sosiologi Pendidikan. Hal:949 Muhammad Rifa’i. Sosiolagi Pendidikan. Hal:117

9

diharapkan mengenai hal-hal tertentu yang

lebih spesific, misalnya agar anak menguasai

bahan pelajaran tertentu.

d)Guru akan lebih banyak mempengaruhi kelakuan

murid bila dapat memberi pelajaran dalam

kelas hubungan itu tidak sepihak, seperti

terdapat dalam metode ceramah. Akan tetapi,

hubungan interaktif dengan partisipasi yang

sebanyak-banyaknya dari pihak murid. Hubungan

itu akan lebih efektif dalam kelas yang kecil

daripada di kelas yang besar.10

Ada klasifikasi lain tentang peranan guru,

yakni dengan membedakan tipe guru yang dominatif

mendominasi atau menguasai murid, menentukan dan

mengatur kelakuan murid, serta menginginkan

konformitas dalam kelakuan mereka.

Guru tidak banyak mencampuri, mengatur,

atau menegur pekerjaan anak, tetapi

membiarkannya bekerja menurut kemampuan dan cara

masing-masing. Dengan demikian, terjadi

integritas atau keharmonisan guru dan anak tanpa

menimbulkan pertentangan. Guru yang bersikap

integratif ini cocok bagi pengajaran atau

kurikulum yang student-centered. Sikap serupa ini

lebih mengembangkan kepribadian anak menjadi

10 Nasution. 1983:78-79

10

orang yang dapat berdiri sendiri, dapat memilih

sendiri dengan penuh tanggung jawab.

3.Peran Guru dalam Masyarakat11

Peranan guru dalam masyarakat anatara lain

tergantung pada gambaran masyarakat tentang

kedudukan guru. Kedudukan sosial guru berbeda

dari jaman ke jaman, dari negara ke negara.

Pekerjaan guru selalu di pandang dalam

hubungannya dengan ideal membangun bangsa. Guru-

guru menerima harapan masyarakat agar mereka

menjadi syuri tauladan bagi anak didiknya. untuk

itu guru harus mempunyai moral yang tinggi.

Guru hendaknya mengenal masyarakat agar

dapat berusaha menyesuaikan pelajaran dengan

keadaan mesyarakat sehingga relevan.

Ini penting sekali agar dalam proses

pembelajaran dan sosialisasi terhadap anak didik

tidak terjadi pertarungan nilai dan pengetahuan

antara sekolah dan masyarakat. Kalaupun terjadi

perbedaan, bisa didialogkan secara humanis dan

memberi pencerahan yang bermanfaat untuk

masyarakat agar lebih maju.

4.Guru Bukan Buruh Belaka12

Dalam penelitian oleh pusat penelitian dan

studi pendidikan (PPSK) universitas gajah mada

11 Prof. DR. S. Nasution, MA. Sosiologi Pendidikan. Hal:9512 Prof. DR. S. Nasution, MA. Sosiologi Pendidikan. Hal:97

11

di kampong “Diraprajan” Yogyakarta lebih dari

dua pertiga kelompok pegawai negeri, tenaga

professional, administrasi dan guru,

berpenghasilan tinggi yakni diatas Rp 15.000,-

seminggu atau Rp 60.000,- per bulan (kompas 29

oktober 1982). Namun diakui bahwa status sosial

guru tidak semata-mata ditentukan oleh

pendapatannya.

5.Peranan Guru dalam Hubungannya dengan Guru-Guru

Lain dan Kepala Sekolah

Interaksi atau hubungan dalam klik

informal sering memegang peranan dalam mengambil

berbagai keputusan. Maka, besar faedahnya bila

kepala sekolah mengetahui adanya berbagai macam

kelompok serta hubungan antar-kelompok itu, atau

pertentangan diantaranya.

Pengetahuan itu dapat membantu kepala

sekolah untuk menggerakkan seluruh staf guru

untuk tujuan tertentu. Ia dapat bekerja dan

mencapai tujuannya melalui kelompok informal

ini. Gur-guru lebih mudah menerima sesuatu

melalui guru-guru yang dipandangnya sebagai

sahabat. Mungkin juga terdapat persaingan antar-

kelompok yang dapat dimanfaatkan kepala sekolah

untuk berlomba-lomba mencapai prestasi yang

lebih baik. Akan tetapi, persaingan antar

12

kelompok mempunyai pengaruh yang merugikan.

(Nasution, 1983:79-80)

Interaksi antar guru juga terjadi melalui

wadah resmi, seperti KORPRI dan PGRI. Sebagai

pegawai negeri dan anggota KORPRI, tiap guru

harus menaati segala peraturan kepegawaian dalam

melakukan tugasnya. Bagi guru, ini berarti bahwa

ia harus hadir pada tiap pelajaran agar jangan

merugikan murid.

Guru-guru cenderung bergaul dengan sesama

guru. Guru terikat oleh norma-norma menurut

harapan masyarakat yang dapat menjadi hambatan

untuk mencari pergaulan yang tidak dibebani oleh

tuntutan-tuntutan tentang kelakuan tertentu.

B. Kepribadian Guru

1.Pribadi Guru

Guru merupakan sumber pengetahuan utama

bagi murid-muridnya, namun pada umumnya orang

tidak memandang guru sebagai orang yang pandai

yang tidak mempunyai inteligensi tinggi,

melainkan pada stereotip guru yang beragam13

2.Perkembangan Pribadi Guru

Kepribadian guru terbentuk atas pengaruh

kode kelakuan seperti yang diharapkan oleh

masyarakat sekitar. Guru harus menjalankan

13 Prof. DR. S. Nasution, MA. Sosiologi Pendidikan. Hal:102

13

peranannya menuruy kedudukannya dalam berbagai

situasi sosial. Kelakuan yang tidak sesuai dengan

peranan itu akan mendapat kecaman dan harus

dielaknya. Sebaliknya kelakuan akan

diinternalisasikan dan menjadi suatu aspek dari

kepribadiannya.

3.Ciri-Ciri Stereotip Guru

Secara garis besar, terdapat beberapa ciri-

ciri stereotip guru, yaitu sebagai berikut:14

a. Guru tidak memperlihatkan kepribadian yang

fleksibel.

b. Guru pandai menahan diri.

c. Guru cenderung menjauhkan diri karena hambatan

batin untuk bergaul secara intim dengan orang

lain.

d. Guru berusaha menjaga harga diri dan merasa

keterikatan kelakuannya pada norma-norma yang

berkenaan dengan kedudukannya.

e. Guru cenderung bersikap otoriter dan ingin

menggurui dalam diskusi.

f. Guru cenderung bersikap konservatif, baik dalam

pendiriannya maupun dalam hal-hal lahiriyah

seperti mengenakan pakaian.

g. Guru pada umumnya tidak didorong oleh

motivasi yang kuat untuk menjadi guru.

14 Muhammad Rifa’i. Sosiolagi Pendidikan. Hal:107

14

Seorang memasuki lembaga pendidikan guru

sering pilihan lain tertutup.

h. Guru pada umumnya tidak memiliki ambisi yang

kuat untuk mencapai kemajuan.

i. Guru lebih cenderung mengikuti pimpinan dari

pada memberi pimpinan.

j. Guru dipandang kurang agresif dalam

menghadapi berbagai masalah.

k. Guru cenderung memandang guru-guru sebagai

kelompok yang berbeda dari pekerja lainnya.

l. Guru menunjukkan kesediaan untuk berbakti dan

berjasa15

4.Memilih Jabatan Guru

Siapakah yang memilih jabatan guru?

Pekerjaan guru mempunyai ciri-ciri tertentu.

Apakah orang yang menjadi guru mempunyai

kepribadian yang sesuai dengan pekerjaan itu?

Memilih jabatan sering tidak rasional.

Lulusan SMA tidak bebas memilih dan memperoleh

jurusan dan fakultas menurut keinginan masing-

masing. Karena keterbatasan tempat dan banyaknya

calon maka seorang menerma apa saj yang

diperoleh dan merasa beruntung walaupun

tempatnya itu tidak sesuai dengan keinginan atau

bakatnya. Studi khusus yang mendalam perlu

15 Nasution,1983:104-105

15

dilakukan untuk meneliti riwayat hidup dan

motivasi individu yang bersangkutan.

Tak dapat disangkal kebanyakan guru

bekerja dengan penuh dedikasi yang menunjukkan

kesediaan tinggi untuk berbakti kepada

pendidikan anak dan masyarakat. Sekalipun guru

tidak menonjolkan upah finansial ia juga manusia

biasa yang harus menghidupi keluarganya. Maka

sudah selayaknya nasib guru mendapat perhatian

pemerintah dan masyarakat.

5.Ketegangan dalam Profesi Keguruan

Menurut nasution, profesi guru memiliki

ketegangan yang disebabkan oleh beberapa hal

berikut:

1) Tiap pekerjaan mengandung aspek-aspek yang

dapat menimbulkan ketegangan, apakah

pekerjaan diplomat, penerbang sopir, dokter

ataupun guru. Ketegangan itu tidak hanya

ditentukan oleh sifat pekerjaan, tetapi juga

bergantung pada orang yang melakukannya.

Ketegangan timbul sebagai akibat hambatan

untuk mencapai kepuasan yang dicari individu

dari kedudukannya.

2) Gaji pekerja atau pegawai pada umumnya tidak

tinggi bila dibandingkan dengan gaji di

16

negara maju, atau dibandingkan dengan guru di

Malaysia atau singapura.

3) Mengenai status guru di dalam masyarakat,

dapat kita selidiki pendapat banyak orang.

Guru banyak berasal dari golongan rendah atau

menengah-rendah dan memandang jabatan sebagai

guru sebagai jalan untuk mendapatkan status

yang lebih tinggi. Status guru yang tidak

begitu tinggi dalam mata masyarakat dan tidak

begitu jelas bagi guru mungkin akan

mengecewakan dan dapat mengganggu kestabilan

kepribadiannya.

4) Otoritas guru untuk menghukum atau memberi

penghargaan pada murid. Tidak selalu sama

pendapat mesyarakat apa yang harus dihargai

atau dihukum sehingga dapat menimbulkan suatu

ketegangan.

5) Ketegangan juga dapat ditimbulkan oleh

persoalan apakah pekerjaan guru dapat diakui

sebagai profesi? Tanpa melalui pendidikan

keguruan, seseorang dapat mengajar.

6) Sumber ketegangan berikutnya juga terletak

pada pekerjaan guru didalam kelas. Disitu

diuji kemampuannya dalam profesinya,

kesanggupannya untuk mengatur proses belajar

17

mengajar agar berhasil baik sehingga

memuaskan bagi setiap murid.

Profesi guru juga memiliki sisi

kesenjangan yang bisa menimbulkan konflik

internal dan eksternal. Kesenjangan yang dapat

menimbulkan konflik di antara para guru antara

lain sebagai berikut:

1) Kesenjangan antara guru dan para birokrat,

yang memperoleh tunjangan struktural yang

kini naik melangit disertai berbagai

fasilitas lainnya.

2) Kesenjangan antara guru dan dosen. Ketika

dosen sudah lama memperoleh tunjangan

fungsional, guru hanya sekedar mendapat apa

yang disebut dengan tunjangan tenaga

pendidikan.

3) Kesenjangan guru menurut jenjang pendidikan,

misalnya antara guru SD, SLTP dan SLTA yang

di masa lalu berada di lingkungan pengelolaan

yang berbeda.

4) Kesenjangan antara guru pegawai negeri yang

digaji oleh negara dan guru swasta yang

digaji oleh pihak swasta.

5) Kesenjangan antara guru pegawai tetap dan

guru honorer yang tidak seimbang dengan

tuntutan kerja.

18

6) Kesenjangan antara guru yang bertugas di

kota-kota dan guru yang bertugas di wilayah

pedesaan atau daerah terpencil, terutama

dalam hal pendapatan, kesempatan melanjutkan

studi, kesempatan mengikuti perkembangan dan

tugas yang lebih berat.16

Guru zaman sekarang berada di posisi

tersandung, terjebak dan terbebani. Hal ini

dikaitkan dengan jabtan guru dan selalu

dikaitkan dengan rujukan nilai-nilai yang

bersifat normatif sehingga selalu dipandang

sebagai jabatan mulia.

Masyarakat tidak mau tahu, yang penting

guru harus berprilaku sesuai sengan norma itu.

Di masa lalu, dalam kondisi kehidupan sosial

budaya yang masih homogen, mungkin hal itu dapat

diwujudkan oleh guru. Namun, zaman telah berubah

karena pesatnya perkemmbangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Telah terjadi pergeseran nilai

yang menjurus ke hal-hal yang bersifat

materialis dan lahiriyah.

Dengan perkembangan inni, banyak pihak

yang memperoleh peningkatan kualitas kehidupan

dalam aspek status sosial dan ekonomi, sementara

para guru masih tertinggal jauh dan dibiarkan

16 Surya, 2004:2

19

terus tertinggal. Karena penilaiannya hanya

semata-mata lahiryah saja, ketertinggalan dalam

aspek materi lahiriyah telah membuat terjadinya

erosi terhadap penghargaan bagi para guru.

Guru dengan penuh kesadaran telah berusaha

untuk mewujudkan kinerjanya sesuai dengan

tuntutan dan harapan masyarakat. Namun, guru

masih tetap dan terus dituntut tanpa

keberpihakan untuk memerhatikan realitasnya

sebagai manusia. Keadaan inilah yang membuat

guru tersandung. Dalam suasana reformasi yang

ditandai dengan keterbukaaan da demokratisasi,

guru mencoba keluar dari belenggu-belenggu

sanjungan yang justru sering membuat terpasung

dan tersandung.

C.Kode Etik Guru17

1.Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya

untuk membentuk manusia pembangunan yang

berpancasila.

1) Guru menghormati hak individu dan kepribadian

anak didiknya masing-masing.

2) Guru berusaha mensukseskan pendidikan yang

serasi (jasmaniah dan rohaniah) bagi anak

didiknya.

17 Drs. M. Ngalim Purwanto, MP. Administrasi dan supervise pendidikan. Hal:156

20

3) Guru harus menghayati dan mengamalkan

pancasila.

4) Guru dengan bersungguh-sungguh

menginfestasikan pendidikan moral pancasila

bagi anak didiknya.

5) Guru melatih dalam memecahkan masalah-masalah

dan membina daya kreasi anak didik agar kelak

dapat menunjang masyarakat yang sedang

membangun.

6) Guru membantu sekolah di dalam usaha

menanamkan pengetahuan ketrampilan pada anak

didik.

2.Guru memiliki kejujuran professional dalam

menerapkan kurikulum sesuia dengan kebutuhan nak

didik masing-masing.

1) Guru menghargai dan memperhatikan perbedaan

dan kebutuhan anak didiknya masing-masing.

2) Guru hendaknya luwes di dalam menerapkan

kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik

masing-masing.

3) Guru memberikan pelajaran di dalam dan di

luar sekolah berdasarkan kurikulum tanpa

membeda-bedakan jenis dan posisi orang tua

muridnya.

3.Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam

memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi

21

menghindarkan diri dari segala bentuk

penyalahgunaan.

1) Komunikasi guru dan anak didik di dalam dan

di luar sekolah dilandaskan pada rasa kasih

sayang.

2) Untuk berhasilnya pendidikan, maka guru

harus mengetahui kepribadian anak dan latar

belakang keluarganya masing-masing.

3) Komunikasi guru ini hanya diadakan semata-

mata untuk kepentingan anak didik.

4.Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan

memlihara hubungan dengan orang tua murid denga

sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.

1) Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah

sehingga anak didik betah berada dan belajar

di sekolah.

2) Guru menciptakan hubungan baik dengan orang

tua murid sehingga terjalin pertukaran

informasi timbal balik untuk kepentingan

anak didik.

3) Guru senantiasa menerima dengan dada lapang

setiap kritik membangun yang disampaikan

orang tua murid/masyarakat terhadap

kehidupan sekolahnya.

4) Pertemuan dengan orang tua murid harus

diadakan secara teratur.

22

5.Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat

di sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang

lebih luas untuk kepentingan masyarakat

pendidikan.

1) Guru memperluas pengetahuan masyarakat

mengenai profesi keguruan.

2) Guru turut menyebarkan program-program

pendidikan dan kebudayaan kepada masyarakat

sekitarnya, sehingga sekolah tersebut turut

berfungsi sebagai pusat pembinaan dan

pengambangan pendidikan dan kebudayaan di

tempat itu.

3) Guru harus berperan agar dirinnya dan

sekolahnya dapat berfungsi sebagai unsur

pembaru bagi kehidupan dan kemajuan

daerahnya.

4) Guru turut bersama-sama masyarakat sekitarnya

di dalam berbagai aktifitas.

5) Guru mengusahakan tercipanya kerja sama yang

sebaik-baikny antara sekolah, orang tua

murid, dan masyarakat bagi kesempurnaan usaha

pendidikan atas dasar kesadaran bahwa

pendidikan merupakan tanggung jawab bersama

antara pemerintah, orang tua murid dan

masyarakat.

23

6.Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-

sama mengembangkan dan meningkatkan mutu

profesinya.

1)Guru melanjutkan studinya dengan:

a)Membaca buku-buku;

b)Mengikuti loka karya, seminar, gerakan

koperasi, dan pertemuan-pertemuan

pendidikan dan keilmuan lainnya.

c)Mengikuti penataran.

d)Mengadakan kegiatan-kegiatan penelitian.

2)Guru selalu berbicara, bersikap, dan

bertindak sesuai dengan martabat profesinya.

7.Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara

sesame guru baik berdasarkan lingkungan kerja

maupun didalam hubungan keseluruhan.

1)Guru senantiasa saling bertukar informasi,

pendapat, saling menasehati dan bantu

membantu satu sam lainnya, baik dalam

hubungan kepentingan pribadi maupun dalam

menunaikan tugas profesinya.

2)Guru tidak melakukan tindakan-tindakan yang

merugikan nama baik rekan-rekan seprofesinya

dan menunjang martabat guru baik secara

keseluruhan maupun secara pribadi.

24

8.Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan

meningkatkan organisasi guru professional

sebagai sarana pengabdiannya.

1) Guru menjadi anggota dan pendidikan dan

membantu organisasi guru yang bermaksud

membina profesi dan pendidikan pada umumnya.

2) Guru senantiasa berusaha bagi peningkatan

persatuan diantara sesama pengabdi

pendidikan.

3) Guru senantiasa berusaha agar menghindarkan

diri dari sikap-sikap, ucapan-ucapan dan

tindakan-tindakan yang merugikan organisasi.

9.Guru melaksanakan segala ketentuan yang

merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang

pendidikan.

1) Guru senantiasa tunduk pada kebijaksanaan dan

ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang

pendidikan.

2) Guru melakukan tugas profesinya dengan

disiplin dan rasa pengabdian.

3) Guru berusaha membantu menyebarkan

kebijaksanaan dan program pemerintah dalam

bidang pendidikan kepada orang tua murid dan

masyarakat sekitarnya.

25

4) Guru berusaha menunjang terciptanya

kepemimpinan pendidikan di lingkungan atau

daerahnya sebaik-baiknya.

(Dikutip dari buku Landasan Organisasi PGRI)

BAB III

PENUTUP

Peran guru disekolah di tentukan oleh kedudukannya

sebagai orang dewasa, sebagai pengajar dan pendidik dan

sebagai pegawai. Peranan guru dalam sehubungannya

dengan murid bermacam-macam. Menurut situasi interaksi

sosial yang dihadapinya, yakni situasi formal dalam

proses belajar mengajar didalam kelas dan dalam situasi

informal.

Guru adalah front terdepan dalam pelaksanaan

pendidikan. Operasional pendidikan pada tingkatan mikro

atau lapis dasar (gras root) adalah ditingkat

institusional atau satuan pendidikan dan instruksional.

Padahal pada tingkat ini pendidikan berlangsung di

front yang paling depan dimana terjadi interaksi

langsung antara pendidik dan peserta didik dalam

interasi pendidikan, serta berada pada posisi yang

paling dekat dengan orang tua atau wali murid dan

masyarakat. Dalam posisi ini orang tua dan masyarakat

26

dapat mengamati dari dekat bagaimana berlangsungnya

pendidikan untuk anak-anak mereka. Guru sebagai pihak

yang berada ditingkat instruksional berhadapan langsung

dengan peserta didik dalam proses instruksional harus

memperoleh otonomi pedagogis dan profesional untuk

melaksanakan tugas-tugas sebagai pendidik. Guru sebagai

perancang pengajaran, manager pengajaran, pengarah

pembelajaran, pembimbing peserta didik dan penilai

hasil belajar, maka merekalah yng sesungguhnya

mempunyai otonomi dalam memberikan informasi hasil

belajar, tapi kenyataan hingga saat ini guru lebih

banya diperlakukan sebagai komponen obyek dan bukan

sebagai subyek insan pendidikan. Sudah seharusnya guru

memperoleh preoritas sentral dalam pemberdayaan otonomi

pedagogisnya dalam mewujudkan kinerja pendidikan.

Mengingat besarnya peran guru pada tingkat

institusional dan instruksional, maka guru harus

dijadikan sumber informasi proses dan hasil pendidikan

dari anak didik yang menjadi tanggung jawabnya. Guru

harus diberdayakan dalam keikutsertaannya dalam

evaluasi dan proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

27

Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis (2007):Bandung. PT. Rosdakarya.

Rifa’i, Muhammad. Sosiologi Pendidikan : Struktur dan InteraksiSosial di Dalam Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-RuzzMedia. 2011

S. Nasution. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : BumiAksara, 1999

Surya, Mohammad. (2003). Percikan Perjuangan Guru, Semarang:Aneka Ilmu

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2002). StrategiBelajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

28


Recommended