+ All Categories
Home > Documents > PERANAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MEWUJUDKAN ...

PERANAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MEWUJUDKAN ...

Date post: 19-Jan-2023
Category:
Upload: khangminh22
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
161
1 PERANAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN BAGI ANAK-ANAK YATIM DI YAYASAN RUMAH HARAPAN KOTA BOGOR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Ghaly Insani NIM. 11140520000046 PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021
Transcript

1

PERANAN PEMBIMBING AGAMA DALAM

MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN BAGI ANAK-ANAK

YATIM DI YAYASAN RUMAH HARAPAN KOTA

BOGOR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Sosial (S.Sos)

Oleh:

Ghaly Insani

NIM. 11140520000046

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

2021

2

i

ABSTRAK

Ghaly Insani, Peranan Pembimbing Agama Dalam Mewujudkan

Kemandirian Bagi Anak-Anak Yatim di Yayasan Rumah Harapan

Kota Bogor, di bawah bimbingan M. Jufri Halim, S.Ag., M.Si.

Dalam proses perkembangan anak, orang tua memiliki

peranan yang sangat penting dalam upaya pembentukan dan

mengantarkan kepribadian anak di masa yang akan datang.

Walaupun ibu merupakan peletak dasar-dasar pembentukan

karakter anak, sebab ibu adalah termasuk sekoleh yang pertama

atau dikenal sebagai “al-ummu madrasatul ulaa” (Ibu adalah

sekolah pertama).

Dalam kondisi yang sama, seorang Ayah juga memili peran

yang tidak kalah pentingnya, karena keduanya saling memberikan

kettapi peran ayah juga penting dalam rkaitan di dalam

menyuguhkan kasih saying untuk membentuk dna mengantarkan

kepribadian dan masa depan anak dalam keluarga. Bukankah,

begitu banyak kasus, di mana anak berada dalam kondisi

kepribadian yang rapuh, akibat terjadinya perselisihan dan

persengketaan antara kedua orang tuanya. Dampak dari masalah

suami istri tersebut, anak menjadi korban akibat perhatian dan

kasih saying keduanya yang tak lagi dirasakan oleh anak anak di

dalamnya.

Demikian halnya dengan anak-anak yang kehilangan salah

satu figur orang tuanya, baik kehilangan Ibu maupun Ayahnya.

Pastilah akan terjadi satu keadaan yang dapat mengganggu

perkembangan kepribadiaan anak di maksud. Anak yang tidak

mendapat kasih sayang dan perhatian orang tuanya terutama sosok

ayah sering kali pemurung, labil, dan tidak percaya diri. Oleh

karenanya diperlukan sebuah penanganan yang komprehensif,

seperti uapaya bimbingan kepada anak yatim di maksud, sehingga

mereka dapat hidup secara mandiri, wajar dan normal dengan

bekal pengetahuan dan keterampilan untuk berani menghadapi

realitas kehidupan serta memiliki bekal untuk mengaktualisasikan

dirinya dan bisa hidup secara mandiri ditengah-tengah masyarakat.

Hasil dari penelitian ini adalah bentuk mengetahui proses

dan bentuk kemandirian Anak-anak Yatim di Yayasan Rumah

ii

Harapan Kota Bogor, yaitu berupa kemandirian emosi, ekonomi,

intelektual dan sosial.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam proses

penelitian ini yaitu metode kualitatif, dengan melihat secara

langsung berupa wawancara, observasi dan pendalaman dokumen

dalam pelaksanaan bimbingan kemandirian tersebut, yaitu berupa

metode langsung baik secara individu maupun secara kelompok

dan metode tidak langsung.

Kata Kunci: Peran, Bimbingan, dan Kemandirian Anak Yatim.

iii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, yang selalu memberikan

pertolongan kepada hambanya yang selalu berusaha dan

tak lupa berdoa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-

Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam

kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarga dan

sahabatnya yang selalu istiqomah menjalankan ajaran-Nya.

Penulis selalu bersyukur atas tahap demi tahap

dalam penyelesaian skripsi ini sampai dengan selesai masih

diberikan kesempatan untuk menyelesaikannya meskipun

penulis sadari bahwa setiap karya ilmiah pasti tidak ada

yang sempurna. Pada kelemahan penulis tersebut, penulis

mengharapkan kritik serta saran yang membangun dan

bermanfaat bagi penulis dalam penulisan skripsi.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis juga

mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, baik berupa

moril maupun materil. Maka pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada segenap orang yang

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini:

1. Suparto, M,Ed., Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag.,

BSW., MSW., sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik,

Dr. Sihabuddin Nur, M.Ag., selaku Wakil Dekan Bidang

Administrasi Umum, Drs. Cecep Castrawijaya, M.A.,

iv

selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan

Kerjasama,

2. M. Jufri Halim, S.Ag., M.Si., sebagai pembimbing skripsi

yang selalu sabar dalam memberikan arahan, nasehat dan

bimbingannya kepada penulis selama proses penyusunan

skripsi.

3. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M. Si. Selaku Ketua Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah membimbing

dan memotivasi penulis selama pelaksanaan penelitian.

4. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi. Selaku Sekretaris Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah banyak

membantu kebutuhan akademis untuk mahasiswa,

khususnya penulis.

5. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. Selaku Dosen Penasehat

Akademik Jurusan Bimbangan dan Penyuluhan Islam

angkatan tahun 2014.

6. Kedua Orang Tua , Kakak, Adik dan Pakde penulis, Bapak

Budi Santoso, Endang Budi Astuti, Ghandur Insani,

Muhammad Insani dan Bapak Rahardjo yang selalu

memberikan kasih sayang, dukungan, support dan doa

tiada henti untuk penulis.

7. Kepada pihak Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor Bapak

Atsari Asujud Selaku Pembimbing Agama, Ibu Tia Selaku

Staff yang sangat baik membantu dan menerima penulis

untuk melakukan penelitian di Yayasan Rumah Harapan

Kota Bogor.

v

8. Kepada Dekky Rosiantoni yang telah meluangkan

waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi dan selalu memberikan support kepada penulis.

9. Kepada seluruh teman-teman BPI 2014 dan khusus untuk

Yanti Purnamasari serta Zulfahmi. Terima kasih atas

semua bantuannya.

10. Kepada seluruh Dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas

segala keikhlasan dan ikhtiyarnya telah memberikan ilmu

dan pengetahuannya kepada para saya secara pribadi

sebagai salah satu mahasiswa di Jurusan BPI.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu. Terima kasih telah banyak membantu penulis

dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala

jasa yang telah diberikan. Penulis menyadari masih banyak

kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu masukan dan

saran untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Dan

semoga skripsi ini bisa bermanfaat.

Jakarta, 07 Mei 2021

Penulis,

(Ghaly Insani)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1

B. Perumusan dan Batasan Masalah ................................. 7

1. Batasan Masalah................................................ 7

2. Rumusan Masalah ............................................. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 8

1. Tujuan Penelitian .............................................. 8

2. Tujuan Khusus .................................................. 8

3. Manfaat Penelitian ............................................ 8

D. Tinjauan Pustaka .......................................................... 9

E. Metode Penelitian ....................................................... 10

1. Pendekatan Penelitian ..................................... 10

2. Lokasi Penelitian ............................................. 11

3. Subjek dan Objek Penelitian ........................... 12

4. Sumber Data .................................................... 13

5. Teknik Pengumpulan Data .............................. 13

6. Teknik Analisis Data ....................................... 14

F. Sistematika Penulisan ................................................. 14

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................... 17

A. Penelitian Peranan ...................................................... 17

B. Pengertian Pembimbing Agama ................................. 18

C. Tujuan dan Fungsi Pembimbing Agama .................... 22

D. Kemandirian ............................................................... 24

E. Pengertian Kemandirian ............................................. 25

F. Ciri-Ciri Orang yang Mandiri ..................................... 26

vii

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian...... 28

H. Anak Yatim dan Pembinaannya ................................. 41

I. Pengertian Anak Yatim ................................................ 43

J. Batasan Usia Baligh Anak Yatim ................................ 44

K. Pandangan Islam Terhadap Anak Yatim .................... 45

L. Pembinaan Yatim Menurut Agama Islam .................. 47

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN ............................. 52

A. Sejarah Berdirinya Yayasan ....................................... 52

B. Perkembangan Rumah Harapan ................................. 53

C. Visi dan Misi Yayasan Rumah Harapan .................... 53

D. Struktur Organisasi Rumah Harapan.......................... 54

E. Sarana dan Prasarana .................................................. 55

F. Program-Program Yayasan Rumah Harapan .............. 56

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS ........................................ 62

A. Data Informan Penelitian ........................................... 62

B. Peranan Pembimbing Agama Bagi Kemandirian Anak

Yatim di Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor ............. 68

C. Peranan Pembimbing Agama Dalam Mewujudkan

Kemandirian Menurut Keinginan Masyarakat ................ 74

D. Kesesuaian Peranan Pembimbing Agama Dalam

Mewujudkan Kemandirian Bagi Anak-Anak Yatim yang

ada di Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor Dengan

Keinginan Masyarakat .................................................... 75

BAB V PEMBAHASAN ............................................................ 77

A. Bimbingan Agama Untuk Kemandirian ..................... 77

B. Pelaksanaan Bimbingan Agama dan Kemandirian di

Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor ............................ 80

BAB VI PENUTUP .................................................................... 86

A. Kesimpulan ................................................................ 86

B. Saran ........................................................................... 86

viii

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial, yang ditetapkan

sebagai makhluk yang paling sempurna “ahsani taqwim” yang

di dalam penciptaan Allah SWT, berbeda dengan makhluk-

makhluk lainnya, manusia dibekali akal agar senantiasa dapat

membedakan mana perbuatan baik dan mana perbuatan buruk,

dengan akal ini pula agar manusia bisa berbuat baik kepada

sesamanya. Selain itu, manusia juga ditetapkan sebagai

khalifah di muka bumi, karenanya manusia berkewajiban

menjaga dan merawat alam semesta. Allah berfirman dalam

suratal-Baqarah ayat 30 yang artinya:

ا ىكة ان ي جاعل فى الرض خليفة قالوواذ قال ربك للمل

س لك ء ونحن نسب ح بحمدك ونقد ما اتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الد

علمون قال ان ي اعلم ما ل ت

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para

Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang

khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: ”Mengapa Engkau

hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan

membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal

kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

2

mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku

mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”1

ت خير ع لح ت الص قي وة الدنيا والب ند رب ك ثوابا المال والبنون زينة الحي

خير امل و

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan

dunia...” (QS. Al-Kahfi: 46).2

Allah SWT telah memberikan kita semua nikmat dan

karunia yang tiada terkira. Di antara nikmat yang paling besar

dan paling berharga yang diberikan Allah kepada manusia

salah satunya adalah dianugrahkan anak-anak di dalam

keluarga. Allah SWT berfirman,

Kehadiran seorang anak merupakan harapan bagi

setiap orang tua, sekaligus merupakan kebahagiaan yang

sempurna bagi para orang tua. Selain hal tersebut anak

merupakan amanah yang nanti menjadi bagian yang harus

dipertanggungjawabkan di hadapannya. Dalam banyak

literatur, keberhasilan orang tua mengantarkan anak anaknya

menjadi pribadi yang shaleh atau shalehah akan menjadi dan

membuat para orang tua bahagia, terlebih dimana ia mampu

memberikan syafa’at bagi kedua orangtuanya.

Anak yang shaleh shalehah akan mampu mencegah

kedua orang tuanya dari siksa api neraka karena jika anak

tidak mampu diantarkan menjadi anak shaleh / shalehah dalam

1 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 1993), hlm. 13. 2 M. Fauzi Rahman, Islamic Teen Parenting: Pendidikan Anak Usia

Tamyiz dan Baligh (7-15 Tahun), (Jakarta: Erlangga, 2014), hlm. 2.

3

sebuah keluarga, maka orangtualah yang akan memperoleh

akibat sebagai bentuk pertanggungjawaban di akhirat kelak3.

Allah S.W.T berfirman yang artinya:

يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والحجارة

ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون عليها ملئكة غلظ شداد ل يعصون الل

”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai

Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

mengerjakan apa yang diperintahkan”.(QS. At-Tahrim: 6)4

Di dalam banyak kasus ternyata tidak banyak anak-

anak yang memperoleh kesempatan bersama orang tuanya.

Sebagian anak ada yang ditinggal orang tuanya, baik dia yatim

atau yatim piatu karena mereka tidak memperoleh kasih

sayang yang utuh dari Bapak dan Ibunya.

Tidak setiap anak beruntung dalam menjalani

kehidupannya. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan bahwa

anak harus kehilangan orang tuanya karena sesuatu alasan,

seperti menjadi yatim piatu atau bahkan yatim piatu. Hal ini

mengakibatkan kebutuhan psikologis anak menjadi kurang

dapat terpenuhi dengan baik, terutama jika tidak adanya orang

yang dapat dijadikan panutan atau untuk diajak berbagi,

bertukar pikiran dalam menyelesaikan masalah.

Sejatinya anak yatim memiliki kondisi psikis seperti

anak-anak lain. Mereka senang bermain, bergurau, dan cerita

3 Abdullah Nashih Ulwan, Mencintai dan Mendidik Anak Secara

Islami, (Yogjakarta: Darul Hikmah, 2009), cet.1, hlm. 236. 4 Departement Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, jilid X,

(Jakarta: PT Bumi Aksara,1993), hlm. 203.

4

dalam kesehariannya. Hanya saja pada saat tertentu mereka

tidak memperoleh kasih sayang seorang ayah. Mereka tidak

mendapati adanya pelindung dan tempat mengadu jika ada

masalah dengan teman-temannya. Namun, akal mereka yang

belum sempurna tidak mempedulikannya terlalu lama. Jika

ada aktifitas lain yang mengalihkan perhatiannya, maka

ingatnya akan perlunya seorang ayah segera lenyap.

Sayangnya, peristiwa keseharian sering pula mengundangnya

kepada kebutuhan akan sayang seorang ayah.

Islam mengajarkan agar anak-anak kurang mampu dan

anak yatim diasuh sebaik-baiknya, baik yang menyangkut

perkembangan kejiwaannya maupun yang menyangkut

kebutuhan jasmananya. Salah satunya dengan bimbingan

kepada orang yang membutuhkan, termasuk bagi anak-anak

yatim, yaitu dengan cara memberi kasih sayang atau memberi

semangat secara material dan moril. Dengan memberi nasihat,

pembimbing dapat memberikan kecerahan batinnya dengan

melalui pendekatan-pendekatan yang tepat untuk

perkembangan emosi anak pembimbing dapat menggunakan

pendekatan-pendekatan seperti pendekatan psikologi,

sosiologi juga pendekatan agama.

Pola asuh orang tua merupakan lahan yang subur bagi

pertumbuhan rasa, cipta dan karya anak. Namun bagaimana

dengan anak kecil yang ditinggal oleh orang tuanya sehingga

menjadi yatim atau yatim piatu pada keluarga yang tidak

mampu atau sebab lain sehingga anak tidak pernah

5

memperoleh pendidikan, pelayanan dan sentuhan dari nilai-

nilai agama sejak kecil, Sehingga dibutuhkan metode

bimbingan agama terhadap anak, karena anak merupakan

generasi penerus bangsa dan agama, yang akan meneruskan

cita-cita para pendahulu.

Secara lahir maupun batin, anak yatim itu mengalami

hambatan dalam perkembangan jiwanya (emosi) untuk

menyesuaikan diri di masyarakat apalagi mereka yang berada

dalam keadaan ekonomi sangat lemah, perasaannya akan

bertambah minder dan sebagainya, mereka tidak mempunyai

sandaran dalam hidup, hanya tinggal menerima kenyataan

dalam mengarungi kehidupan yang penuh tantangan ini.

Sehingga merupakan keharusan dalam agama Islam untuk

mengasuh dan melindungi serta menolong anak-anak yatim.

Mengasuh anak-anak yatim sebaiknya di dalam rumah

tangga agar perkembangan jiwanya lebih baik, tidak tersaing

dari kehidupan anak-anak pada umumnya. Jika keadaan tidak

memungkinkan, tidak ada salahnya diasuh di sebuah yayasan

atau panti asuhan sebagaimana dapat kita saksikan di banyak

tempat. Bila anak-anak kurang mampu diasuh di panti asuhan,

yang harus menjadi perhatian ialah bagaimana mengatasi

kejiwaan anak-anak kurang mampu jangan sampai merasakan

kekurangannya hingga merasa rendah diri terhadap anak-anak

yang lain yang lebih mampu.

6

Yayasan atau panti asuhan berdiri sebagai wujud usaha

untuk membantu meningkatkan kesejahteraan sosial anak

yatim, piatu, yatim piatu dan anak dari keluarga miskin bagi

masyarakat. Anak-anak yang ditampung tersebut adalah anak-

anak yang tidak mempunyai ayah, ibu atau keduanya dan

anak-anak dari keluarga miskin sehingga orang tua tidak

mampu memberikan kehidupan yang layak bagi anak.

Yayasan ini berfungsi sebagai lembaga sosial di mana

dalam kehidupan sehari-hari, anak diasuh, dididik, dibimbing,

diarahkan, diberi kasih sayang, dicukupi kebutuhan sehari-

hari. Anak asuh juga diberi keterampilan-keterampilan

sebagai bekal untuk mencari penghidupan sendiri setelah

lepas dari pengasuhan. Agar anak tidak kehilangan suasana

seperti dalam keluarga, yayasan atau panti asuhan berusaha

memberikan pelayanan yang terbaik pada mereka dan

menggantikan peran keluarga bagi anak.

Di dalamnya para pengasuh berusaha secara maksimal

mungkin untuk mengantikan peran ayah dengan tujuan

memberikan pelayanan kesejahteraan kepada anak-anak

yatim, piatu, yatim piatu dan miskin dengan memenuhi

kebutuhan fisik, mental dan sosial agar kelak mereka mampu

hidup layak dan hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat.

Pengalaman anak yatim yang didapatkan selama

dalam pengasuhan panti asuhan diharapkan dapat menjadi

bekal bagi mereka untuk dapat berperilaku mandiri sebagai

7

bekal untuk menggantikan peran ayah dalam keluarga mereka

karena setelah keluar yayasan sudah tidak mempunyai

tanggung jawab lagi terhadap kehidupan anak asuhnya kecuali

untuk anak-anak asuh yang mempunyai prestasi khusus panti

membiayai dan memfasilitasi mereka. Contohnya anak-anak

yang berprestasi akademik dibiayai dan difasilitasi agar bisa

melanjutkan kuliah.

Dengan demikian di sebuah yayasan atau panti asuhan

tersebut harus di tumbuhkan kemandiriaannya, di timbbulkan

kepercayaannya terhadap kemampuannya untuk hidup wajar

sebagai manusia yang terhormat, tidak beda dengan anak-anak

lainnya yang lebih mampu. Dari latar belakang di atas, maka

penulis mengadakan penelitian tentang ”Peranan

Pembimbing Agama Dalam Mewujudkan

Kemandirian Bagi Anak-Anak Yatim di Yayasan

Rumah Harapan Kota Bogor” yang nantinya di harapkan

akan menjadikan pelajaran yang berharga bagi penulis dan

bermanfaat bagi masyarakat.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Batasan Masalah

Untuk membatasi pembahasan dalam skripsi ini,

maka penulis memfokuskan diri pada 10 anak yatim

(piatu), tidak termasuk dhuafa yang memperoleh

bimbingan agama di yayasan dengan konsentrasi pada

peran pembimbing agama untuk membentuk

kemandirian anak yatim.

8

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana peranan pembimbing agama dalam

mewujudkan kemandirian bagi anak-anak yatim di

Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor?

b. Apa kesulitan peran pembimbing agama dalam

mewujudkan kemandirian anak-anak yatim di

Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menggambarkan peranan pembimbing agama di

Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor dalam mewujudkan

kemandirian terhadap anak-anak yatim. Selanjutnya akan

dijabarkan tujuan secara khusus yaitu:

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui peranan pembimbing agama dalam

mewujudkan kemandirian bagi anak-anak yatim, di

Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor.

b. Untuk mengetahui kesulitan peran pembimbing

agama dalam mewujudkan kemandirian anak-anak

yatim di Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor.

3. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan

informasi atau masukan bagi penulis khususnya, dan

instansi terkait atau masyarakat yang

9

berkepentingan dalam mewujudkan kemandirian

terhadap anak-anak yatim dengan bimbingan

agama.

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan evaluasi bagi pihak Yayasan Rumah Harapan

Kota Bogor yang bersangkutan dalam aktifitasnya

untuk lebih memberdayakan dan mewujudkan

kemandirian anak-anak yatim.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan

pustaka terhadap beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan

dengan permasalahan penelitian. Ada sebuah hasil penelitian

yang sama dengan penelitian ini. Maka, penulis akan

menjadikan beberapa skripsi terdahulu untuk menjadi bahan

perbandingan, diantaranya:

1. Skripsi, Taufik Hidayat dengan judul “Program

Kemandirian Anak Asuh Di Panti Asuhan Yatim Putri

‘Aisyiyah Serangan Yogyakarta” Adapun hasil dari

hasil penelitian ini menekankan pada pengelolaan

program dalam upaya-upaya memandirikan anak asuh

yang ada di Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah

Serangan Yogyakarta. Pengelolaan tersebut dilakukan

dengan cara terstruktur dan sitematis serta

berkesinambungan sehingga tujuan dari program

kemandirian anak asuh yang dilaksanakan dapat

tercapai.

10

2. Skripsi, Nur Habib dengan judul “Pembinaan Akhlak

Anank Asuh Di Panti Asuhan Yatim Putra Islam An-

Nur Bantulklarang Ringinharjo Bantul” Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa Pembinaan Akhlak

Anank Asuh Di Panti Asuhan Yatim Putra Islam An-

Nur menggunakan metode pendampingan dengan

konseing keagamaan hasi yang dicapai ditandai dengan

perubahan sikap yang lebih baik seperti sholat lima

waktu.

3. Skripsi, Ari Dwijayanti dengan judul “Strategi

Mensejahterakan Santri Yatim (Studi Kasus Pada

Pondok Pesantren Al-Hidayah Desa Karangwuluh,

Kec. Temon, Kab. Kulonpeogo)” Adapun hasil dari

hasil penelitian ini memberikan pelayanan social

ekonomi dengan mengelola koperasi guna

mensejahterakan anggotanya khususnya menumbuh

kembangkan pengalaman kewirausahaan dikalangan

santri.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan deskriptif kualitatif, dimana peneliti

menekankan narasi dan catatan dengan deskripsi yang

rinci, detail, serta mendalam dalam rangka menjabarkan

keadaan yang sebenar-benarnya di lapangan sehingga hal

tersebut mampu untuk menunjang berlangsungnya proses

11

penyajian data nanti nya. Peneliti memiliki ranah untuk

memasukkan unsur analisis pribadinya namun tidak boleh

lepas dari makna sebenarnya di lapangan melalui deskripsi

kata-kata. Dalam pendekatan deskriptif, segala narasi yang

dibangun berpotensi memunculkan keterangan akan

keadaan sebenarnya di lapangan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Yayasan Rumah

Harapan Yatim, Piatu, dan Dhuafa yang lokasinya terletak

di Jl. Raya Pemda No.47 RT 05, RW 01, Kelurahan

Kedunghalang Kota Bogor. Ada pun alasan konkrit

pengambilan lokasi ini adalah:

a. Sejak dahulu yayasan ini telah aktif untuk mencari

maupun menemukan anak-anak telantar di jalanan

yang kategorinya adalah kehilangan banyak hak untuk

hidup seperti hak mengenyam pendidikan, kasih

sayang, maupun bimbingan untuk menuju kehidupan

yang lebih berkualitas.

b. Yayasan ini menangani anak-anak Yatim, Piatu, dan

Dhuafa yang memang membutuhkan bantuan baik

secara materi maupun moral.

c. Yayasan ini memiliki pola pelaksanaan bimbingan

keagamaan yang diterapkan, dan tentunya

berlandaskan dengan ajaran maupun nilai keislaman

12

untuk kemudian diterapkan dalam rangka mendidik

para anak asuh agar memiliki kemandirian islami.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian yang dimaksud disini adalah

dalam arti lain bertindak sebagai informan atau orang yang

memberi informasi maupun jawaban kepada para peneliti.

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling dimana informan

(sampel) yang diambil bersifat selektif berdasarkan

kesesuaian informasi dan kapasitas seorang informan

dalam mewakili populasi.

Informan yang diambil adalah berupa informan

kunci yang diwakili oleh pembimbing/pengasuh Yayasan

Rumah Harapan di Kota Bogor, kemudian beberapa anak

asuh sebagai informan pendukung yang mampu untuk

menguatkan fakta di lapangan melalui jawaban-jawaban

real nya.

Objek dalam penelitian ini adalah dengan

memfokuskan pada peranan bimbingan keagamaan yang

selama ini dilakukan, bahkan dikembangkan oleh yayasan

dalam rangka mencetak kemandirian islami bagi para

peserta didik (anak asuh) dengan berlandaskan nilai-nilai

dan ajaran keislaman murni bersumber dari Al-Qur’an dan

Sunnah, serta rujukan lain yang relevan.

13

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data diperoleh secara

langsung oleh peneliti melalui jawaban-jawaban dari

narasumber atau pun informan sehingga disebut data

primer. Lalu ada juga sumber data yang diperoleh dari

berbagai pustaka ilmiah seperti buku, thesis, jurnal, serta

skripsi dari berbagai sumber akademik sehingga disebut

sebagai data sekunder karena sifatnya telah ada (tanpa

dicari oleh peneliti).

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Menurut Spradley observasi merupakan teknik

untuk menggali data dari sumber yang berupa tempat,

aktivitas, benda atau rekaman gambar. Melalui observasi

dapat dilihat dan dapat dites kebenaran terjadinya suatu

peristiwa atau aktivitas. Observasi dapat dilakukan secara

langsung dan tidak langsung, dengan mengambil peran

atau tidak berperan. Observasi dilakukan secara langsung

dengan cara mengamati dan mempelajari pola bimbingan

keagamaan yang diterapkan oleh Yayasan Rumah

Harapan di Kota Bogor.

b. Wawancara

Teknik wawancara, merupakan teknik penggalian

data melalui percakapan yang dilakukan dengan maksud

14

tertentu, dari dua pihak atau lebih. Dalam penelitian ini

teknik yang digunakan adalah wawancara mendalam,

dimana antara peneliti dan informan berada pada situasi

santai sehingga pembicaraan yang dilakukan tidak terlalu

kaku dan terkesan biasa, demi mendapatkan informasi

mendalam.

6. Teknik Analisis Data

Yang dimaksud analisa adalah satu proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola,

kategori dan satuan uraian dasar. Dalam teknis analisis

data yang penulis gunakan adalah analisis deskriptif,

dimana semua data yang penulis peroleh dari hasil

pengamatan dan wawancara, lebih dulu penulis

kelompokkan sesuai dengan persoalan yang telah

ditetapkan, lalu menganalisanya secara sistematis.

Penulis juga menggunakan teori untuk dapat membahas

masalah penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi ini,

maka penulis akan memberikan penjelasan dan gambaran

ke dalam beberapa bab, yaitu :

Bab I Pendahuluan: Dalam bab ini penulis

menggambarkan beberapa hal yang meliputi tentang latar

belakang yang menjadi awal pemikiran dalam mengambil

judul skripsi ini, perumusan dan pembatasan masalah,

15

tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian

tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori: Dalam bab ini penulis

memaparkan teori-teori tentang pengertian peranan,

pengertian pembimbing agama, tujuan dan fungsi

pembimbing agama, kemandirian yang didalamnya

menerangkan pengertian kemandirian, ciri-ciri orang yang

mandiri, dan faktor-faktor yang mempengaruhi

kemandirian, serta anak yatim dan pembinaannya (meliputi

pengertian anak yatim, batasan usia baligh anak yatim,

pandangan Islam terhadap anak yatim, dan pembinaan

yatim menurut agama Islam).

Bab III Gambaran Umum Yayasan Rumah

Harapan Kota Bogor: Pada bab ini penulis akan

memaparkan gambaran umum Yayasan Rumah Harapan

Kota Bogor ke dalam beberapa aspek yang terdiri dari

sejarah berdirinya, visi dan misi, bidang cakupan kegiatan

fasilitas, dan sarana penunjang bagi anak-anak yatim yang

bermukmin.

Bab IV Temuan dan Analisis Data: Pada bab ini

terdiri dari deskripsi dan analisis data peranan pembimbing

agama dalam mewujudkan kemandirian bagi anak-anak

yatim di Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor, kemudian

peranan pembimbing agama yang diinginkan masyarakat,

serta kesesuaian peranan pembimbing agama dalam

mewujudkan kemandirian bagi anak-anak yatim yang ada

16

di Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor, dengan keinginan

masyarakat.

Bab V Pembahasan: Bagian ini berisi uraian yang

mengaitkan teori dan hasil penelitian. Teori digambarkan

sebagai analisis yang akan membedah data dari temuan

penelitian.

Bab VI Penutup: Pada bab ini, yaitu bab terakhir

yang meliputi kesimpulan dan saran.

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peranan Pembimbing Agama

1. Pengertian Peranan

Peranan kata dasarnya adalah “peran” yang berarti

perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan dalam masyarakat.5 Dalam kamus modern,

peran diartikan sesuatu yang menjadi kegiatan atau

memegang pemimpin yang utama.6 Sedangkan dalam

kamus ilmiah, peran mempunyai arti orang dianggap sangat

berpengaruh dalam kelompok masyarakat dan

menyumbangkan pemikiran maupun tenaga demi suatu

tujuan.7 Kata peran dapat berakhiran “an” menjadi peranan

yang mempunyai arti tindakan yang dilakukan seseorang

dalam suatu peristiwa.8

David Berry mendefinisikan “peranan” sebagai

seperangkat harapan- harapan yang dikenalkan pada

individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.9

Harapan-harapan tersebut, merupakan imbangan dari

5 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2002), Cet. Ke-2 h. 854 6 Wjs. Poerwadarminta, Kamus Modern, (Jakarta: Jembatan, 1976),

Cet. Ke-2, h. 473 7 Media Center, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta: Mitra Press, 2002),

Cet. Ke-1, h. 251 8 Depdiknas, op. cit., h. 854 9 David Berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada 1995), Cet. Ke-3, h. 99

18

norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan

peranan-peranan tersebut ditentukan oleh norma-norma di

dalam masyarakat, artinya seseorang diwajibkan untuk

melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di

dalam pekerjaannya.

Dalam persepektif ilmu psikologi sosial “peranan

didefinisikan dengan suatu perilaku atau tindakan yang

diharapkan oleh orang lain dari seorang yang memiliki

suatu status di dalam kelompok tertentu”.10

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa peranan

adalah bagian yang dimiliki seseorang dalam suatu

kegiatan atau peristiwa di masyarakat baik dengan

menyumbangkan pikiran maupun tenaga demi suatu

tujuan.

2. Pengertian Pembimbing Agama

Menurut kamus Bahasa Indonesia pembiming

adalah orang yang membimbing atau menuntun.11

Bimbingan merupakan terjemahan dari kata Inggris

“guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang

berarti “menunjukan”.

A.M. Romly berpendapat bimbingan adalah

“bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu

10 W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: PT Eresco, 1988), h. 135 11 Depdiknas, op. cit., h. 152

19

atau kelompok dalam mengatasi kesulitan- kesulitan di

dalam kehidupannya agar supaya individu itu dapat

mencapai kesejahteraan hidupnya”.12

Dewa Ketut Sukardi berpendapat bimbingan adalah

sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu

yang dilakukan sacara berkesinambungan supaya individu

tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia

sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara

wajar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkunan sekolah,

keluarga, dan masyarakat.13

Dari pendapat-pendapat di atas dapat dipahami

bahwa pembimbing adalah seseorang yang memberikan

bantuan atau pertolongan kepada orang lain baik itu

individu maupun kelompok yang dilakukan secara

berkesinambungan agar individu tersebut dapat

mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan

potensi atau kemampuannya.

Sedangkan agama menurut Harun Nasution berasal

dari kata “ad-din”, religi (relegere, religare) dan agama.

Dalam bahasa arab berarti menguasai, menundukan, patuh,

balasan, dan kebiasaan. Sedangkan dari religi (latin) atau

relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian

12 A. M. Romly, Penyuluhan Agama Menghadapi Tantangan Baru,

(Jakarta: PT Bina Rena Pariwara), Cet. Ke-1 h. 11 13 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan

Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-1, h. 18

20

religare berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari

dua suku kata “a” berarti “tidak” dan “gam” berarti “pergi”

artinya “tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun

temurun”.14

Berdasarkan dari pengertian kata-kata tersebut,

menurut Harun Nasution inti sari dari agama adalah ikatan-

ikatan yang harus dipatuhi atau harus dipegang manusia,

yang merupakan kekuatan yang lebih tinggi dari kekuatan

manusia sebagai kekuatan ghaib yang tidak dapat

ditangkap dengan panca indera. Namun mempunyai

pengaruh yang sangat besar sekali terhadap kehidupan

manusia sahari-hari.15

Quraish Shihab berpendapat bahwa agama adalah

hubungan antara makhluk dan khalik. Hubungan ini

mewujudkan dalam sikap batinnya serta tampak dalam

ibadah yang dilakukannya dan tercermin dalam sikap

kesehariannya.16

Glock dan Stork sebagaimana yang dikutip

Djamaludin Ancok mengemukakan bahwa agama adalah

keyakinan, nilai, dan perilaku yang terlembagakan yang

14 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:

Universitas Indonesia Press, 1985), Cet. Ke-5, h. 9-10 15 h.10 16 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-qur’an, Fungsi dan Peran

Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992), Cet. Ke-2, h.

210

21

semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang

dihadapinya sebagai yang paling dimaknai.17

Sedangkan Hendro Puspito mendefinisikan agama

sebagai suatu kepercayaan dan praktek dengan nama suatu

masyarakat atau kelompok manusia berjaga-jaga menghadapi

masalah terakhir di dunia ini.18

Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan di

atas penulis mencoba memahami bahwa agama adalah

sebuah sistem kepercayaan yang diyakini sebagai kekuatan

yang lebih tinggi dari kekuatan menusia dimana manusia

berserah diri kepada-Nya, dan hanya kepada-Nya manusia

menjalani ritual keagamaan tersebut yang tercermin dalam

perilakunya sehari-hari.

Sehingga dari pengertian pembimbing dan agama di

atas maka dapat dijelaskan bahwa pembimbing agama

adalah seseorang yang memberikan bimbingan berupa

Agama Islam kepada penerima manfaat atau sasaran

dengan bantuan secara mental spiritual yang dilakukan

secara berkesinambungan sehingga mereka dapat

memahami dirinya sendiri dan mampu mengatasi segala

permasalahan yang dihadapinya dengan tetap berserah diri

17 Djamaludin Ancok dan Fuad Nasori Soroso, Psikologi Islam atas

Problem-Problem Psikolog, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Cet. Ke-2, h. 76

18 Hendro Puspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: BPK Gunung

Mulia, 1996), Cet. Ke-2, h. 35

22

kepada Allah, sehingga dapat membantunya mencapai

perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.

3. Tujuan dan Fungsi Pembimbing Agama

Pembimbing agama seperti yang dikemukakan di

atas adalah seseporang yang memberikan bimbingan

berupa agama Islam. Adapun tujuan bimbingan agama

Islam sendiri menurut Aunur Rahim Faqih bahwa dengan

membagi secara umum dan khusus yang dirumuskan

sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi

manusia seutuhnya agar mencapai kebahagian di

dunia dan di akhirat

b. Tujuan Khusus

1. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang

dihadapinya.

2. Membantu individu memelihara dan mengembangkan

situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar

tetap lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber

masalah bagi dirinya dan orang lain.19

Sedangkan fungsi dari bimbingan agama Islam

menurut Ahmad Mubarok, dapat dibagi menjadi empat

tingkatan:

19 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta

UI Press, 2001), Cet. Ke-2, h. 31

23

1. Fungsi pencegahan atau preventif, yaitu membantu

individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah

bagi klien, fungsi ini ditujukan kepada orang-orang

yang selalu disibukan oleh duniawi dan materi atau

orang yang menghadapi keruwetan hidup.

2. Fungsi kuratif atau korektif yaitu memberi bantuan

kepada klien dalam memecahkan masalah yang sedang

dihadapinya atau dialaminya.

3. Fungsi pemeliharaan, yaitu membantu klien yang

sudah sembuh agar tetap sehat, tidak mengalami

problem yang pernah dihadapi. Kegiatan ini dapat

dilakukan dengan membentuk semacam klub yang

anggotanya para klien atau eks-klien dengan

menawarkan program-program yang terjadwal

misalnya ceramah keagamaan atau keilmuan, dll.

4. Fungsi pengembangan atau developmental, yaitu

pembimbing atau konselor dalam fungsi ini adalah

membantu klien yang sudah sembuh agar dapat

mengembangkan potensi yang dimilikinya pada kegiatan

yang lebih baik.20

Sedangkan menurut M. Arifin, agar tugas sebagai

pembimbing agama dapat dilaksanakan dengan baik,

maka bimbingan dan penyuluhan harus dilakukan fungsi

sebagai berikut:

20 Ahmad Mobarok

24

1. Mengusahakan agar anak dapat terhindar dari segala

gangguan dan hambatan yang mengancam kelancaran

proses perkembangan dan pertumbuhan yaitu

gangguan berupa mental/spiritual, dan hambatan yang

berupa jasmaniah (fisik)

2. Membantu memecahkan kesulitan yang dialami oleh

tiap anak.

3. Melakukan pengarahan terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak sesuai dengan kenyataan bakat,

minat, dan kemampuan yang dimiliki sampai kepada

titik optimal yang mungkin dicapai.

Fungsi Khusus bimbingan dan penyuluhan adalah:

1. Fungsi menyesuaikan pribadi anak dengan kemajuan

dalam perkembangannya secara optimal.

Fungsi mengadaptasikan program pelajaran agar sesuai dengan

bakat, minat, kemampuan serta kebutuhan anak.21

B. Kemandirian

Dalam rangka memahami apa yang dimaksud dengan

kemandirian, maka ada baiknya diketahui dahulu pengertian

kemandirian. Definisi kemandirian telah banyak diungkap oleh

para ahli meskipun dalam memberikan pengertiannya mereka

menggunakan istilah yang berbeda-beda.

21 M. Arifin

25

1. Pengertian Kemandirian

Para ahli psikologi telah membuat rumusan tentang

pengertian kemandirian. Dalam Kamus Psikologi, yang ditulis

oleh A. Budiardjo et. Al, Independensi atau kemandirian adalah

suatu kecenderungan tidak bergantung pada orang lain dalam

membuat keputusan.

Bhatia memberikan pengertian kemandirian dengan

menggunakan istilah independency yaitu “kemandirian

merupakan perilaku yang aktivitasnya diarahkan kepada diri

sendiri, tanpa mengharapkan pengarahan dari orang lain dan

berusaha untuk mencoba menyelesaikan permasalaahnya

sendiri tanpa meminta bantuan kepada orang lain”.

Seifert dan Hoffnung menyebut kemandirian dengan

menggunakan istilah autonomi yaitu, kemampuan untuk

menentukan dan mengatur baik pikiran, perasaan maupun

tindakannya sendiri secara bebas dan bertanggungjawab yang

ditunjukan dengan kemampuan untuk membuat pilihan sendiri.

Sedangkan menurut Seto Mulyadi, pengertian

kemandirian bukan hanya sekedar berkaitan dengan hal-hal

yang bersifat psikologis seperti kemampuan untuk menentukan

pilihan atau keputusannya sendiri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian kemandirian

adalah kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya

sendiri baik fisik maupun psikis tanpa bantuan dari orang lain,

26

yang meningkat seiring dengan tingkat kematangannya, dimana

di dalamnya mengandung kebebasan, inisiatif, kepercayaan diri

yang kuat, ketegasan diri dan bertanggungjawab.

Namun demikian, dalam konteks anak jalanan atau

anak-anak secara umum pengaruh lingkungan sekitarnya sangat

berpengaruh dalam membentuk pola kehidupan mereka.

Artinya bahwa kemandirian yang ada pada diri anak jangan

dibiarkan berkembang tanpa adanya arahan dan bimbingan.

Arahan dan bimbibngan tetap harus memperhatikan

perkembangan anak.

2. Ciri-Ciri Orang yang Mandiri

Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian

yang penting dimiliki setiap individu, sebab selain dapat

mempengaruhi performance seseorang, kemandirian juga dapat

membantu seseorang mencapai tujuan hidupnya, prestasi,

kesuksesan serta memperoleh penghargaan.

Sebagai salah satu aspek kepribadian, kemandirian

meliputi aspek fisik maupun psikis seseorang. Setiap aspek

kepribadian itu meliputi sistem psikofisik yang mencakup aspek

interpersonal (antara seseorang dengan orang lain).

Kemandirian merupakan suatu kemampuan untuk mengatur

tingkah laku, orang lain atau tergantung pada orang lain.

Untuk memperoleh gambaran bagaimana yang disebut

dengan orang yang mandiri, maka perlu diketahui ciri-ciri orang

mandiri. Di antaranya:

27

a. Memiliki kebebasan untuk bertingkah laku, membuat

keputusan dan tidak merasa cemas, takut dan malu jika

keputusan yang diambil tidak sesuai dengan keyakinan

dan pilihan orang lain.

b. Mempunyai kemampuan untuk menemukan akar

masalah, mencari alternatif pemecahan masalah,

mengatasi masalah dan berbagai tantangan serta

kesulitan lainnya, tanpa bimbingan dari orang lain dan

dapat mandiri dalam membuat keputusan dan

melaksanakan keputusan yang diambil.

c. Mampu mengontrol dirinya dan perasaannya agar tidak

memiliki rasa takut, ragu, cemas, tergantung dan marah

yang berlebihan dalam berhubungan dengan orang lain.

d. Mengandalkan diri sendiri untuk menjadi penilai

mengenai apa yang terbaik bagi dirinya, serta berani

mengambil risiko atas perbedaan kebutuhan dan nilai-

nilai yang diyakini serta perselisihan dengan orang lain.

e. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain,

yang diwujukan dalam kemampuannya membedakan

kehidupan dirinya dengan kehidupan orang lain, namun

tetap menunjukan loyalitas.

f. Mempunyai inisiatif yang baik melalui ide-idenya dan

sekaligus mewujudkannya dengan disertai kemauan

untuk mencoba hal yang baru.

g. Memiliki kepercayaan diri yang kuat dengan

menunjukan keyakinan atas segala tingkah laku yang

28

dilakukannya dan menunjukan sikap tidak takut

menghadapi suatu kegagalan.

Dari beberapa ciri yang disebutkan di atas, maka anak

jalanan mempunyai ciri-ciri tersebut. Persoalannya adalah

kemandirian yang dimiliki oleh anak- anak jalanan yang

hidupnya luntang-lantung tanpa adanya bimbingan dan arahan

tidak menutup kemungkinan mereka emnjadi preman yang

perbuatannya sering merugikan orang lain. Dan ini telah

menyimpang dari arti kemandirian sebenarnya.

Kalangan psikolog mengakui bahwa anak-anak jalanan,

yang tak tertangani dengan baik, pada akhirnya bisa menjadi

sumber benih kriminalitas. Kisah hidup orang-orang yang

menjadi penjahat keji, sebagian besar mempunyai riwayat

sebagai anak jalanan. Salah satu di antaranya adalah Toni

Buntung, gembong penculik anak.

Pemikiran yang melandasi lahirnya Konvensi Hak Anak

adalah “anak adalah asset masa depan. Kegagalan dalam

memahami kebutuhan anak akan berujung pada kegagalan

membantu anak untuk menjadi manusia mandiri, yang dapat

menentukan masa depannya sendiri, berarti gagal menyambung

sebuah generasi. Sudah semestinya, anak diberi ruang untuk

tumbuh dan berkembang sesuai dengan masa pertumbuhannya

menuju kematangan dan kemandirian”.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

Kemandirian tidak bisa terjadi begitu saja, karena dalam

membentuk perilaku mandiri harus memperhatikan beberapa

29

peristiwa penting yang mempengaruhi kemandirian. Secara

garis besar terdapat dua yang mempengaruhi kemandirian, yaitu

internal (mencakup perkembangan dan kematangan anak; serta

jenis kelamin) dan eksternal (mencakup sosial dan budaya; pola

asuh; ukuran keluarga dan urutan kelahiran; dan aktivitas orang

tua terutama ibu).

a. Faktor Internal

Faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri

individu yang mencakup antara lain:

1) Faktor Perkembangan dan Kematangan Anak

Seiring dengan pertumbuhan usia dan tingkat

kematangannya, manusia memasuki tahap-tahap

perkembangan dan tugas perkembangan yang

berbeda- beda. Secara psikologis, sehubungan dengan

tugas perkembangan tersebut, manusia yang dewasa

dan matang harus menjadi pribadi yang mandiri.

Semakin seseorang berkembang menuju kearah

kedewasaan, maka sifat menggantungkan diri

semakin berkurang dan seseorang yang mempunyai

sifat tergantung mempunyai pribadi yang tidak

matang.

Dalam model perkembangannya, Erikson

menunjukan adanya krisis psikososial yang dialami

oleh seseorang pada setiap tahap perkembangannya,

dimana krisis psikososial tersebut tampil dalam

30

keadaan berlawanan yang menunjukan atau

menyelasaikan tekanan dan tuntutan lingkungan pada

setiap tahap perkembangan. Pada tahap muscular-

anal, anak mengalami krisis antara autonomy versus

shame and doubt yaitu mandiri sebagai konsekuensi

positif dengan malu dan ragu sebagai konsekuensi.

Keadaan mandiri dapat tercapai jika seseorang

berhasil memecahkan masalah yang dihadapinya

dalam upaya perkembangan dirinya, mencapai

kebebasan dan mampu melakukan banyak hal sendiri.

Sedangkan bila seseorang gagal mengatasi tekanan-

tekanan dan masalah yang dihadapi dalam upaya yang

memperoleh kebebasan dan mandiri, maka dia akan

merasa malu dan ragu akan kemampuannya sendiri.

Maccoby dalam Monks memjelaskan bahwa

sebelum anak berusia kurang lebih 8 sampai 12 tahun,

orang tua lebih mendominasi. Selanjutnya terjadi

koregulasi (penentuan bersama). Pada tahap ini orang

tua semakin memberikan kebebasan menentukan

sendiri pada anak dalam situasi self regulation.

Sedangkan Monks mengatakan bahwa

keinginan untuk berdiri sendiri dan mewujudkan

dirinya sendiri merupakan kecenderungan yang ada

pada setiap remaja. Kecenderungan ini akan benar-

benar terwujud dalam sikap mandiri ketika seseorang

telah mencapai usia dewasa yang sangat penting dan

sangat berpengaruh terhadap perkembangan

31

pribadinya.

Dengan demikian kemandirian anak sangat

perlu dirangsang pada saat anak berada pada tahap

muscular-anal, dimana anak mulai memiliki rasa ingin

bebas walaupun belum dapat mandiri secara

sempurna. Pada usia inilah langkah yang tepat bagi

prang tua untuk memulai pemberian latihan

kemandirian pada anak, tetap menyesuaikan denga

tingkat perkembangan dan kematangan anak.

Dengan memberikan latihan kemandirian

yang cukup pada masa kecil maka anak akan dapat

diharapkan tumbuh menjadi manusia mandiri pada

saar dewasa, dimana pada masa ini terjadi transisi

yaitu dari anak menuju dunia dewasa yang

dihadapkan pada berbagai tuntutan, untuk mandiri

sehingga dengan kemandirian tersebut akan

terbentuklah identitas diri.

Untuk dapat membentuk identitas dirinya,

seseorang harus dapat mengintegrasikan seluruh

identitas yang diperoleh sejak kecil menjadi identitas

yang menyeluruh. Kegagalan dalam

mengintegrasikan identitas sebelumnya

menyebabkan kebingungan akan peran yang harus

dijalani.

32

2). Faktor Jenis Kelamin

Pemberian perlakuan dan sikap yang berbeda

terhadap anak laki-laki dan anak perempuan disebabkan

oleh anggapan bahwa mereks mempunyai peranan yang

berbeda di masyarakat. Pada laki-laki lebih diberi peran

di area yaitu di luar rumah, sedangkan perempuan

mendapatkan peran lebih pada wilayah intern atau yaitu di

dalam rumah. Hal ini menyebabkan penentuan jenis-jenis

pekerjaan yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Para

perempuan diserahi pekerjaan yang membutuhkan

penampilan fisik, sedangkan laki-laki diserahi pekerjaan

yang membutuhkan penampilan otak yang berkaitan

dengan pengambilan keputusan.

Akibatnya laki-laki diharapkan lebih kuat,

mandiri, agresif, dan mampu memanipulasi

lingkungannya, berprestasi serta membuat keputusan.

Sedangkan perempuan diharapkan lebih tergantung, dan

keibuan.

Menurut Kagan dan Moss – sebagaimana dalam

Watson dan Lindgren, laki-laki lebih aktif dalam upaya

mencapai kemandirian karena masyarakat cenderung

lebih menurut adanya tingkah laku mandiri pada laki-laki

daripada perempuan. Masyarakat cenderung tidak dapat

menerima apabila seorang laki- laki menunjukan tingkah

laku tergantung karena dianggap tidak pantas.

33

Apabila seorang laki-laki menunjukan tingkah laku

yang tergantung maka akan mendapat hukuman,

sedangkan pada perempuan adanya tingkah laku yang

tergantung tidak diberi hukuman. Jadi perempuan lebih

dapat diterima bila bersikap tergantung.

Dengan demikian perbedaan sifat-sifat yang

demikian lebih disebabkan oleh perbedaan perlakuan yang

diberikan kepada mereka. Anak laki-laki lebih banyak

diberi kesempatan untuk bersikap mandiri, berdiri sendiri

dan menanggung risiko, serta banyak dituntut untuk

menunjukan inisiatif dan originalitasnya daripada anak

perempuan. Sehingga laki-laki cenderung lebih aktif

daripada perempuan dalam upaya memperoleh

kemandirian dari orang tua, tetapi perempuan dinilai lebih

mandiri daripada laki-laki dalam masalah emosi.

2. Faktor Eksternal

Adapaun faktor-faktor eksternal yaitu faktor-faktor

yang berasal dari luar yang mempengaruhi kemandirian

seseorang meliputi antara lain:

1). Faktor Sosial dan Budaya

Manusia adalah makhluk sosial yang hidupnya tidak

bisa dilepaskan dari kehidupan orang lain. Lingkungan

yang ada di sekitar manusia itu merupakan bagian penting

yang dapat mempengaruhi pembentukan dan

perkembangan kepribadiannya. Lingkungan seseorang

34

seperti lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah ataupun

tempat individu tersebut tinggal akan dapat membentuk

pola perilaku dan kebiasaan-kebiasaan seseorang termasuk

kemandiriannya. Anak yang hidup di desa akan lebih cepat

matang daripada anak yang hidup di kota. Anak yang

berasal dari keluarga kurang mampu lebih cepat matang

ketimbang anak yang berasal dari keluarga yang

berkecukupan. Demikian juga anak yang hidup di jalanan

lebih cepat matang ketimbang anak yang tinggal dengan

keluarganya.

Dalam upaya pembentukan kemandirian ini perlu

melihat konteks lingkungan sosial dan nilai-nilai budaya

yang dianut oleh masyarakat sekitarnya. Hal ini karena

konteks lingkungan sosial dan nilai-nilai budaya

masyarakat, sangat mempengaruhi penerimaan masyarakat

akan arti pentingnya kemandirian, yang juga sangat

berpengaruh pada cepat dan lambatnya pencapaian

kemandirian seseorang.

Adanya perbedaan sosial dan budaya dapat pula

mempengaruhi cara orang tua mengasuh anak mereka.

Terkadang ada orang tua yang kurang memberikan

dorongan kepada anak untuk mencapai kemandirian dan

menunjukan harapannya kepada anak agar menjadi

mandiri. Namun ada pula beberapa budaya yang biasanya

melakukan upacara adat bila anaknya mulai memasuki usia

remaja. Adanya upacara ini memberikan tanda pada anak

35

bahwa mereka sudah bukan anak-anak lagi, sehingga

mereka diharapkan mulai dapat memenuhi sendiri

kebutuhannya dan tidak tergantung pada orang lain.

2). Faktor Pola Asuh

Faktor lain yang juga berpengaruh besar terhadap

proses pembentukan kemandirian ini adalah pola asuh

orang tua. Bahkan mungkin inilah yang paling besar

terhadap perkembangan kemandirian seseorang.

Untuk membentuk kemandirian dalam diri remaja,

diperlukan teknik pengasuhan yang tepat, yang sifatnya

dapat membentuk hubungan yang positif antara anak dan

orang tua.

Ada tiga teknik pengasuhan yang biasanya

diterapkan orang tua pada anaknya, yaitu pola asuh

autoritarian, orang tua cenderung mendikte dan menahan

perolehan kebebasan anak, yang akibatnya dapat membuat

anak cenderung menjadi tergantung, kurang percaya diri

dan pasif. Remaja yang mendapat pengasuhan

authoritarian. Tidak akan mampu mencapai kematangan

dalam berhubungan dengan lawan jenis, tidak mampu

membentuk identitas dan mengembangkan image positif

tentang dirinya sebagai individu yang unik dan mandiri

sehingga akan tumbuh menjadi remaja yang terisolasi dari

lingkungan pergaulan dan berdampak pada kehidupan

sosialnya.

36

Sementara itu pola asuh permisif, dapat

menghasilkan anak-anak yang sering mengalami kesuliatan

mengatasi tuntutan untuk mandiri dan percaya diri

menjelang usia remaja, dan mungkin akan mengalami

frustasi bila terjadi kegagalan dalam menghadapi

lingkungan yang tidak mau menurut apa yang

diinginkannya. Anak yang demikian ini besar kemungkinan

untuk gagal dalam bertahan di kehidupan sosial yang

menyenangkan karena orang tua cenderung terlalu memberi

kebebasan pada anak untuk memutuskan dan melakukan

apa yang diinginkannya.

Sedangkan pola asuh autoritatif, secara tidak

langsung orang tua mendorong kemandirian dan tingkah

laku disiplin pada anak. Hal ini karena orang tua yang

menerapkan pengasuhan demokratis, tidak melakukan

dominasi terhadap anak dalam membuat keputusan, dan

dalam membuat peraturan pun mereka akan senantiasa

memberikan penjelasan-penjelasan.

Remaja yang diasuh dengan pola autoritatif akan

menjadi remaja yang kompeten secara sosial, artinya

remaja akan mandiri, dewasa, mempunyai kepercayaan diri

yang kuat, percaya diri, bersemangat atau aktif, eksporatif,

ramah, bersahabat dengan teman-temannya, mampu

mengatasi stress.

Mereka juga mempunyai motivasi berprestasi yang

tinggi, dapat bekerja sama dengan orang dewasa,

perilakunya bertujuan, mempunyai minat dan rasa ingin

37

tahu terhadap hal yang baru. Pola asuh autoritatif

memberikan standar yang jelas dan bijaksana terhadap

anak-anak, sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi yang

matang.

3). Faktor Ukuran Keluarga dan Urutan Kelahiran

Dalam setiap keluarga dijumpai ukuran keluarga

yang berbeda-beda. Ada keluarga besar dengan jumlah

anak enam orang, tujuh orang dan seterusnya, ada keluarga

sedang dengan jumlah anak empat sampai lima orang, dan

keluarga kecil dengan jumlah anak satu sampai tiga orang.

Adanya perbedaan ukuran keluarga dapat

memberikan dampak positif maupun negatif pada

hubungan anak dengan orang tua maupun saudaranya.

Biasanya dampak yang paling banyak dirasakan pada

keluarga yang mempunyai ukuran keluarga yang besar,

karena dengan keluarga yang besar, berarti orang tua harus

berbagi perhatiannya pada anak dengan adil, yang

terkadang malah justru sering terabaikan. Dalam keluarga

besar anak juga cenderung sering bersaing dalam

mendapatkan perhatian orang tua yang terkadang akibatnya

menimbulkan permusuhan di antara mereka. Di samping

itu, pada keluarga besar orang tua cenderung menjadi lebih

otoriter dalam mengasuh anaknya. Bagi orang tua yang

otoriter pada anaknya akan sulit menghasilkan anak-anak

yang mandiri. Sedangkan pada keluarga kecil, hal itu terlalu

38

menjadi masalah mengingat jumlah anak yang hanya

sedikit.

Sementara itu, urutan kelahiran merupakan hal lain

yang biasanya sering luput dari perhatian, meskipun juga

merupakan hal penting. Maksud dari urutan kelahiran (birth

order) adalah urutan kelahiran anak dalam keluarga. Posisi

anak sebagai anak sulung, anak tengah, anak bungsu,

ataupun anak tunggal sedikit banyak dapat memberikan

dampak pada pembentukan kepribadiannya, karena urutan

kelahiran berhubungan dengan suatu kategori, tipe atau

jenis yang biasanya digunakan dalam membedakan

karakter anak dalam urutan kelahiran.

Lebih lanjut Alder (dalam Calvin S. Hall & Gardner

Lindzey) mengemukakan bahwa kepribadian anak-anak

yang menempati posisi kelahiran yang berlainan pula. Ia

mengaitkan perbedaan ini dengan pengalaman-pengalaman

khusus yang dimiliki setiap anak sebagai anggota suatu

kelompok sosial. Anak pertama atau anak sulung memiliki

kecenderungan untuk menaruh perhatian pada masa

lampau ketika mereka menjadi pusat perhatian sebelum

lahir anak kedua. Anak kedua atau tengah cenderung

ambisius, iri hati, berusaha melebihi kakaknya, dan

cenderung berotak. Anak tengah umumnya menyesuaikan

diri dengan lebih baik dibandingkan kakak atau adiknya.

Sedangkan anak bungsu atau terakhir biasanya dimanja

oleh orang tua. Pada anak bungsu sama halnya dengan anak

39

sulung kemungkinan besar dia menjadi anak yang tak

mampu menyesuaikan diri.

Orang tua yang menghadapi situasi dan kondisi ini

secara bijaksana harus dapat mempersiapkan anak

sulungnya menghadapi munculnya seorang saingan,

sehingga besar kemungkinan anak sulung dapat

berkembang menjadi seorang yang memiliki kepribadian

mandiri, mantap, bertanggung jawab dan bersifat

melindungi serta mampu berperan sebagai pengambil

keputusan.

4). Faktor Aktivitas Orang Tua (Ibu)

Ibu, sebagai orang yang melahirkan, mengasuh dan

anggota keluarga yang memiliki ikatan emosional yang

kuat dengan anak, memiliki peran yang utama sebagai

pendidik bagi anak-anaknya. Ibu memberikan kasih,

kehangatan, dan perlindungan, juga memberikan pelajaran

penting dan masukan-masukan sosial untuk anaknya,

bahkan dalam keadaan bermainpun biasanya ibu selalu

berusaha untuk mengajarkan sesuatu pada anaknya.

Hubungan kasih sayang yang kuat antara anak dan ibu

dapat memudahkan tumbuhnya kemandirian pada anak.

Dengan demikian dalam pembentukan sikap mandiri pada

remaja, peran ibu merupakan hal penting yang sangat perlu

diperhatikan.

Secara umum terdapat dua jenis aktivitas ibu

disamping aktivitas lainnya, yaitu sebagai ibu rumah

40

tangga yang tidak bekerja di luar rumah dan ibu rumah

tangga yang bekerja di luar rumah. Ibu-ibu yang tidak

bekerja sebagian waktunya berada di dalam rumah,

sedangkan ibu-ibu yang bekerja, pada jangka waktu

tertentu harus bekerja di luar rumah.

Hal ini mengakibatkan ibu tidak selalu ada di sisi

anak pada saat-saat penting di mana ia dibutuhkan. Ibu juga

tidak dapat mengawasi langsung seluruh kegiatan anak,

tidak dapat selalu membantu, melatih atau mencontohkan

kebiasaan-kebiasaan tertentu pada anak. Akibatnya

terkadang anak dapat merasa kehilangan dan cemas karena

harus berpisah dari ibunya sehingga dapat berdampak pada

diri anak. Namun di lain pihak, dengan bekerjanya ibu di

luar rumah juga member dampak positif bagi anak, yaitu

sifat yang mandiri.

Adanya latihan kemandirian yang diberikan oleh

ibu yang bekerja di luar rumah dapat mendorong anak

tumbuh menjadi pribadi yang mandiri sehingga anak dapat

diharapkan untuk mengatasi segala kesulitan-kesulitan

sendiri bila ibu tidak berada di rumah.

Anak-anak yang memiliki ketergantungan

berlebihan terhadap orang lain biasanya akan memiliki rasa

percaya diri yang rendah. Dia tidak dapat

mengembangakan kemampuannya untuk mengambil

keputusan, menjadi tidak berdaya akan memiliki rasa

percaya diri yang rendah. Dia tidak dapat mengembakan

kemampuannya untuk mengambil keputusan, menjadi tidak

41

berdaya dan semua perilakunya cenerung dipengaruhi oleh

orang lain yang menjadi tempat ia bergantung.

Keadaan ini secara tidak langsung akan sangat

merugikan perkembangan mereka pada usia menjelang

remaja atau dewasa. Karena saat mereka harus tampil

sebagai individu yang berdiri sendiri, mereka menjadi sulit

untuk dipisahkan.

C. Anak Yatim dan Pembinaannya

Allah swt memberikan isyarat menarik tentang pentingnya

Anak Yatim dalam mengurusnya. Sebagai mana dijelaskan dalam

Surah al-Baqarah Ayat 220

ى قل اصلح لهم خير وان تخالطوهم م خرة ويسـلونك عن اليت فى الدنيا وال

لعنتكم ان الل ء الل يعلم المفسد من المصلح ولو شا عزيز حكيم فاخوانكم والل

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah:

“Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul

dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu”.(QS. Al-Baqarah:220)

Dari ayat tersebut di atas mengisyaratkan kepada para

orang tua agar memberi perhatian terhadap Anak Yatim,

hendaknya mereka diperlukan seperti anak kandung juga.

Karena nantinya kelak akan bertindak sebagai orang tua

pengganti atau orang tua asuh.

Musibah keyatiman adalah satu hal yang menyebabkan

kelainan dan menyimpang pada anak-anak. Diharapkan agar

setiap individu mengetahui bahwa kebijaksanaan Islam dengan

dasar-dasarnya yang lurus dan abadi ini telah meletakan

pondasi dan metode secara bijak memelihara anak dari

42

penyimpangan dan menjaga masyarakat dari kepenuhan moral

karena pada saat ini perlu perhatian lebih besar sebab pada

faktor ini si anak mengalami gejolak dan goncangan,baik jiwa

dan emosional.maka dalam hal ini sudah jelas bahwa agama

melarang kepada setiap insan untuk berlaku sewenang- wenang

terhadap anak-anak yatim. Sebagai firman Allah dalam kisah

QS.Adl- dluha ayat 9 yang artinya:

ا اليتيم فل تقهر فأم

“Adapun terhadap anak yatim, janganlah kamu berlaku

sewenang-wenang”.

Para ahli berpendapat bahwa orang tua yang telah tiada

terutama seorang ayah yang telah wafat dapat mempengaruhi

perkembangan jiwa anak,yang selanjutnya anak mempunyai

resiko tinggi untuk menjadi anak-anak nakal dengan tindakan-

tindakan anti sosial ( delinquent/anti social behavior ) juga anak

mengalami “deprivasi emosional” sebagai akibat “deprivasi

parental“ apalagi mereka yang berada di berbagai macam panti

tempat mereka tinggal.22 Anak yatim akan selalu berusaha untuk

mendapatkan segala apa yang belum mereka peroleh. Dari sini

dapat diharapkan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk

memperhatikan mereka agar terhindar dari segala bentuk

penyimpangan.

22 Dadang Hawari, Al-Qur’An Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan

Jiwa, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), Edisi 3, h. 748-752

43

1. Pengertian Anak Yatim

Ada beberapa ungkapan yang mendefinisikan

tentang arti anak yatim, di antaranya:

a. Menurut Luis Al-Ma’luf dalam kitabnya Al-munjid

Fillughoti Wal a’lam, ia mengatakan yang artinya:

“Yatim adalah seorang yang sudah

kehilangan/ditinggal ayahnya meninggal, sedang ia

belum mencapai usia layaknya usia orang

dewasa”.23

b. Menurut Peter Salim dan Yenny Salim dalam kamus

bahasa Indonesia kontemporer mengatakan bahwa

tidak beribu atau tidak berbapak, atau tidak

mempunyai ibu dan bapak, tetapi sebagian

menyebutkan sebutan untuk anak yatim ialah untuk

anak yang bapaknya meninggal.24

c. Menurut Hasan Shadaly di dalam Ensiklopedi

Indonesia. Beliau menegaskan bahwa yatim adalah

anak yang belum dewasa dan yang tidak berbapak

lagi.25

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan

menurut para ahli tersebut di atas, bahwa anak yatim

23 Luis Al-Ma’luf, Al-Munjid Fillughoti Wak A’lam, (Beirut-Libanon:

Daar El-Masyrik, 1986)Cet. Ke-28, h. 923 24 Peter Salim & Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer,

(Jakarta: Modern English, 1991), h. 1727. 25 Hasan Shadaly, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ikhtisar Baru Van

Hoeve, 1984), Jilid 7, h. 3977

44

adalah anak yang ditinggal wafat ayahnya, sedang ia

belum berada pada usia dewasa, atau belum mencapai

usia baligh dan belum dapat mengurusi dirinya dengan

baik. Dalam ajaran Islam, baligh merupakan batasan

usia dari masa kanak-kanak beralih kepada masa

dewasa.

2. Batasan Usia Baligh Anak Yatim

Untuk mengetahui tanda-tanda baligh dan batas

umur seorang anak masuk ke dalam kategori anak yatim,

penulis akan mengemukakan tanda-tanda tersebut sesuai

dengan yang tertera dalam kitab Matan Safinatun Naja

Fi Ushuludin Wal FiqhiI sebagai berikut:26

a. Genap usianya mencapai 15 tahun.

b. Telah mengalami mimpi basah (keluar air mani)

bagi laki-laki.

c. Telah haid bagi anak perempuan pada usia 9

tahun.

Sedangkan menurut ilmu psikologi, diungkapkan

bahwa siklus kehidupan manusia khususnya pada

tingkatan masa kanak-kanak menuju masa yang dapat

dikatakan dewasa itu di antaranya sudah melewati masa

kanak-kanak dan masa remaja. Adapun masa kanak-

kanak dan remaja adalah terdiri dari masa kanak-kanak

26 Syeikh Salim bin Al hadromi & Abdullah, Safinatun Naja Fi

Ushuludin Wal Fiqhi, (Jakarta: PT Sa’diyah Putra), h. 3.

45

awal, pertengahan dan akhir, lalu remaja awal, madya

dan remaja akhir.

Dan berikut ini adalah batasan usia masa kanak-

kanak dan masa remaja, yakni:

b. Anak-anak awal (0-3 tahun), anak-anak madya (3-7

tahun), dan anak-anak akhir (7-12).

c. Remaja dini (12-15 tahun), remaja madya (15-17

tahun), dan remaja akhir (17/18-21 tahun).27

3. Pandangan Islam Terhadap Anak Yatim

Anak yatim adalah anak yang patut diperhatikan

dan dikasihani serta disayangi terutama mereka yang

keluarganya kurang mampu. Sebab mereka telah

kehilangan kasih sayang dan perhatiannya dari seorang

ayah yang telah wafat, sedangkan mereka sangat butuh

bimbingan dan perhatian serta pengawasan untuk

kemajuan hidupnya di masa mendatang.

Agama Islam sebagai agama pembawa rahmat,

membimbing manusia dengan cara menjabarkan ajaran

rahmatnya itu di segala aspek kehidupan. Di antaranya

adalah ajaran yang menyangkut anak yatim.

27 Singgih D. Gunarsa & Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi

Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 1989), cet. Ke-5, h. 88-90, 203.

46

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Maa’uun: 1-2

yang artinya:

ين ب بالد أرأيت الذي يكذ

لك الذي يدع اليتيم فذ

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan

agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim.”

Dalam ayat tersebut memberikan ancaman

kepada seluruh umat manusia bahwa setiap orang yang

tidak memperhatikan bahkan menghardik anak yatim,

maka ia termasuk kategori orang yang mendustakan

agama.

Menurut As Sayyid Ahmad mengungkapkan

dalam kitabnya Tarjamatu Mukhtaril Ahadist bahwa

Nabi Saw pernah bersabda dari Anas ra. Ia berkata yang

artinya: “Orang yang paling baik kepada anak yatim

laki-laki atau perempuan, maka saya dengan orang itu

di kemudian hari di dalam surga seperti begini (jari

tengah dan telunjuk)”. (HR. Hakim dari Anas).28

Menurut Imam Abullaits Assamarqondi dalam

kitabnya beliau mengatakan: “Aku bersama orang yang

28 As Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Tarjamatu Mukhtaril Ahadist,

Hikamil Muhammadiyah, (Bandung: Al-Ma’arif, 1996), cet. ke-6,

h. 734

47

mengurus anak yatim di surge seperti begini, lalu beliau memberi

isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah”.29

Masalah ekonomi adalah salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi kehidupan bagi anak-anak yatim

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya disamping

faktor-faktor yang lain. Dalam hal ini pemerintah pun

mempunyai peranan dalam mengasuh dan memelihara

mereka. Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 34

UUD 1945 yang berbunyi: “Fakir miskin dan anak- anak

terlantar dipelihara oleh Negara”.

4. Pembinaan Yatim Menurut Agama Islam

Berbagai macam cara untuk dapat mengurus

anak-anak yatim, dalam hal ini sebagaimana yang

disesuaikan dengan ayat tersebut diatas ternyata salah

satu sarana penunjang dalam mengurus anak yatim

adalah dengan santunan.

Santunan anak yatim/piatu yang dilakukan

dipanti memang baik daripada mereka terlantar.

Beberapa hal yang pokok dalam pembinaan anak-anak

yatim yang penulis dapat kemukakan di antaranya:

a. Menjamin Makan dan Minumnya (Kebutuhan

Pangan)

29 Abullaits Assamarqondi, H. Salim Bahreis, Tanbihul Ghofilin,

(Jakarta: Sa’diyah Putra, 1984), Jilid 2, h. 548

48

Kaitannya dengan hal ini penulis akan

mengemukakan salah satu hadist Nabi saw yang

diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitab Tarjamah

Mukhtaril Ahadist karangan As Sayyid Ahmad Al-

Hasyimi yang artinya: “Apakah engkau menyukai

supaya lunak hatimu dan engkau meraih keinginanmu?

Kalau begitu kasihinilah anak-anak yatim, usaplah

kepalanya dan beri makanlah dia daripada makananmu

niscaya hatimu akan lunak dank au raih keinginanmu”.

(HR. Thabrani dari Abu Darda).30

Sebenarnya masyarakat dapat berbuat banyak

untuk anak-anak yatim, baik yang bersifat materi

maupun non materi. Bantuan tersebut adalah membantu

meningkatkan pelayanan/penyantunan khususnya di

panti- panti, antara lain:

1). Bantuan dana untuk sandang, pangan dan papan yang

layak.

2). Penambahan personil pengasuh dan lain sebagainya.31

b. Memelihara Hartanya

Pasal 34 UUD 1945 ini sesuai dengan apa yang

diajarkan oleh agama Islam. Agama Islam telah

memberikan ajaran yang sangat bagus dalam hal

30 As Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, op. Cit, h. 52 31 Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan

Jiwa, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), Edisi 3, h. 753

49

memelihara harta anak yatim. Seseorang tidak boleh

mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang

baik.

Jika seseorang yang mengurus anak yatim dan

memelihara hartanya itu dalam keadaan fakir dan miskin

maka ia diperbolehkan memakan harta anak yatim

dengan cara yang baik (seperlunya dan alakadarnya)

bukan semaunya, tapi jika yang megurus anak yatim itu

kaya maka berhati- hatilah jangan sampai memakan

harta mereka, sebab itu adalah perbuatan dzolim dan

sangat dilarang oleh agama. Sebagaimana Firman Allah

dalam An-Nisa ayat 10 yang artinya:

ى ظلما انما يأكلون في بطونهم نارا م ان الذين يأكلون اموال اليت

وسيصلون سعيرا

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan

harta anak yatim secara zalim, Sebenarnya mereka itu

menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk

ke dalam api yang menyala- nyala (neraka)”.

Selanjutnya dalam firman Allah pada QS. Al-Isra

ayat 34 yang artinya:

واوفوا ول تقربوا مال اليتيم ال بالتي هي احسن حتى يبلغ اشده

بالعهد ان العهد كان مسـول

50

“Dan janganlah kamu mendekati harta anak

yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik

(bermanfaat) sampai ia dewasa”

Dari kedua ayat firman Allah yang tersebut di

atas memberikan penjelasan kepada seenap insane

terutama umat Islam bahwa memelihara harta anak-anak

yatim merupakan sebuah perintah dan peringatan agar

senantiasa berhati-hati terhadap harta mereka.

d. Memberi Kasih Sayang

Dalam hal ini agama menjelaskan dan

memberkan cara dalam bertindak dan berbuat kepada

anak-anak yatim agar jangan sampai berbuat sewenang-

wenang bahkan menghardik dan menyakiti mereka.

Tapi yang menjadi kewajiban setiap insan adalah

memperhatikan dan memberikan kasih sayang kepada

mereka anak-anak yatim.

e. Memberikan Pendidikan dan Pelajaran (Ilmu dan

Adab)

Setiap anak akan menjadi penerus keturunan bagi

orang tuanya dan yang diharapkan oleh orang tua adalah

agar anaknya menjadi anak yang shalih dan memiliki

budi pekerti yang luhur dan mulia. Akan tetapi

kenyataan yang dihadapi mereka anak-anak yatim

sangat nakal dan susah diatur. Oleh karena itu, manusia

51

agar senantiasa memberikan segala kebutuhan anak-

anak yatim terutama di dalam memberikan pendidikan

dan pengajaran. Sebab di samping anak-anak yatim

adalah bukanlah hanya anak yang kehilangan/ditinggal

wafat oleh sang ayah, tetapi ada yang lebih yatim lagi

daripada mereka yaitu orang yang tiada berilmu dan

beradab mulia. Sebagaimana salah satu ungkapan

menyatakan yang artinya: “Bukanlah yatim itu orang

yang ayahnya sudah tiada, akan tetapi yatim adalah

orang yang yatim ilmu pengetahuan”.32

32 M. Zuhri, Butir-Butir Untaian Mahfudzot, (Sukabumi: TMI

Assalaam, 1998).

52

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN

RUMAH HARAPAN KOTA BOGOR

A. Sejarah Berdirinya

Berawal dari rasa kepedulian dan kemanusiaan dalam

mengupayakan kesejahteraan bagi anak – anak yatim, piatu &

dhuafa. Pada Tahun 2008 Rumah Harapan mulai beroperasional

yang berpusat di Kabupaten Karawang. Dalam mewujudkan visi,

misi dan komitmennya menjadi lembaga sosial, pendidikan,

kesehatan dan kemanusiaan terbaik, serta memberikan pelayanan

sempurna kepada masyarakat kurang mampu, dan seiring

berjalannya waktu permasalahan sosial makin meluas dan

meningkat, maka “RUMAH HARAPAN” mencoba

mengembangkan dan meningkatkan kualitas program dan terus

memperluas wilayah kerja yang senantiasa akan menambah

kebermanfaatan sosial bagi masyarakat yang kurang mampu

diberbagai penjuru daerah. Yayasan Rumah Harapan adalah

lembaga sosial yang bergerak di bidang pendidikan, kesehatan dan

sosial kemanusiaan.33

33https://rumahharapan.org/tentang-kami/sejarah-berdirinya-rumah-

yayasan/ diakses pada tanggal 17 Februari 2021 pada pukul 11.10

53

B. Perkembangan Rumah Harapan

Alhamdulillah atas izin Allah SWT dan juga atas dukungan

dan kepedulian dari para donatur, Rumah Harapan mengalami

pertumbuhan yang pesat, sampai saat ini Rumah Harapan Sudah

mempunyai 31 Asrama Yatim, Piatu dan Dhuafa yang tersebar di

beberapa kota.

Rumah Harapan menangani anak yatim, piatu dan dhuafa

dengan jumlah anak asuh yang telah kami bina dan santuni hingga

saat ini tahun 2019 berjumlah 1680 anak dengan kategori mukim

(tinggal di asrama) Sebanyak 365 anak dan kategori non mukim

(tinggal dalam keluarga) 1.315 anak. Jumlah anak asuh senantiasa

bertambah seiring dengan kepercayaan para donatur kepada

Rumah Harapan, karena masih banyaknya anak yatim dan anak

terlantar disekitar kita yang memerlukan kepedulian dan uluran

tangan kita.34

C. Visi dan Misi Yayasan Rumah Harapan Kota

Bogor

1. Visi Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor

Menjadi lembaga penyalur dana sosial, infaq, dan

shodaqoh yang adil, amanah dan terpercaya

2. Misi Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor

a. Menjadi lembaga sosial dan pendidikan yang

memberikan solusi cerdas secara totalitas untuk

34 Brosur Yayasan Rumah Harapan 2008

54

menyantuni, membina dan memberdayakan para

yatim,kaum dhuafa, anak-anak miskin.

b. Membuat dan menyelenggarakan sistem pendidikan

dan pembinaan yang solutif praktis, aplikatif dan

modern. Serta memberikan pembekalan kompetensi

dan life skill yang memadai untuk para yatim,

difabilitas, dhuafa dan anak-anak terlantar.

c. Mencetak generasi cerdas yang punya harapan dan

cita-cita di masa depan.35

D. Struktur Organisasi Rumah Harapan

Gambar. 1. Struktur Organisasi Rumah Harapan

35 https://rumahharapan.org/tentang-kami/visi-dan-misi/ diakses pada

tanggal 17 Februari 2021 pada pukul 11.10

55

E. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di yayasan dapat memenuhi

kebutuhan dari anak-anak yatim yang tinggal disana. Sarana

dan prasarana yang ada di Yayasan Rumah Harapan meliputi:

1. Pakaian

Terdapat beberapa pakian yang formal yang disediakan

yayasan yang meliputi, baju sehari-hari, seragam sekolah,

seragam anak yatim, dan terkadang ada juga yang

diberikan oleh donator.

2. Tunjangan Pendidikan

Di Yayasan Rumah Harapan cabang Bogor ini ada

tunjangan pendidkan yaitu berupa biaya sekolah penuh

dari SD (Sekolah Dasar) hingga lulus SMA (Sekolah

Menengah Akhir).

3. Tunjangan Kesehatan

Ada pula tunjangan kesehatan yang dimana Yayasan

Rumah Yatim ini membiayai semua keperluan kesehatan

anak yatim dari segi P3K atau bahkan biaya ke Rumah

Sakit jikalau ada hal yang tidak diinginkan dari para anak-

anak yatim terjadi, seperti sakit yang mengharuskan

berobat bahkan dirawat dan juga ada kecelakan atau

musibah yang menimpa anak-anak.

4. Ruang Tidur

Terdapat kasur disetiap tempat tidur dengan sepasang

bantal dan guling. Di setiap kamar juga terdapat lemari

pakaian untuk anak-anak.

56

5. Dapur

Terdapat ruang dapur yang terletak dibelakang. Dapur

terdiri dari cucian piring dan berbagai alat dapur serta

sebuah kulkas.

6. Kamar Mandi

Terdapat kamar mandi yang di dalamnya terdapat toilet,

bak untuk mandi dan alat-alat mandi.

7. Ruang Tamu dan Ruang Kumpul

Terdapat ruangan besar yang biasanya digunakan oleh

anak-anak untuk berkumpul dan belajar. Ruangan

digunakan sebagai ruang tamu. Ruangan ini cukup besar

didalamnya terdapat satu meja dan tiga sofa untuk

menerima tamu dan sebuah meja serta satu set computer

dan sebuah lemari file. Diruangan ini juga terdapat sebuah

papan tulis putih berukuran sedang untuk belajar Bersama.

8. Halaman

Taman yang kosong yang terdapat didepan asrama

lumayan luas dan biasanya digunakan untuk tempat bagi

staff, donator, tamu ataupun terkadang digunakan anak-

anak untuk bermain.36

F. Program-Program Yayasan Rumah

Harapan

1. Tebar Paket Sekolah untuk 1.000 Yatim, Piatu, dan

Dhuafa.

36 Wawancara Pribadi dengan Bapak Azhari pada Selasa, 17-11-2020.

57

Tebar paket sekolah ini merupakan salah satu

program pendidikan Rumah Harapan yang bertujuan

untuk memotivasi siswa-siswi yang berkatagori kurang

mampu dan berprestasi agar senantiasa selalu semangat

dalam belajar.

2. Santunan Yatim Piatu dan Peduli Jompo Dhuafa.

Program Bantuan Sembako dan Peduli Jompo

Dhuafa

Jazakumullah Khairon Katsiran kepada para donatur

yang telah mempercayakan dan berbagi keceriaan

dengan memberikan bantuan sembako kepada

masyarakat yang membutuhkan yang berlokasi di Jl.

Raya Pemda No. 47 Kedunghalang. Alhamdulillah

warga merespon dengan baik program yang di

laksanakan ini. Program bantuan sembako ini

merupakan bentuk kepedulian kami terhadap

masyarakat dalam mendukung kebutuhan pokok.

3. Program Bantuan Sembako-Peduli Jompo Dhuafa.

Jazakumullah Khairan Katsiran kepada para

donatur yang telah mempercayakan dan berbagi

keceriaan dengan Rumah Harapan. Alhamdulillah

Rumah Harapan telah melaksanakan kegiatan berbagi

dengan sesama memberi kebahagian dan

kecerian,dengan memberikan bantuan sembako kepada

warga sekitar asrama yang bertempat di kota

Banjarmasin alamatnya di Jl. Raya Pemda No. 47

Kedunghalang. Alhamdulillah warga merespon dengan

58

baik program yang di laksanakan ini. Program Bantuan

Sembako ini merupakan bentuk kepedulian Rumah

Harapan kepada masyarakat dalam mendukung

kebutuhan pokok.

4. Bazar dan Peduli Sarana Ibadah – Spirit Of Maulid

“Jadikan semangat Maulid untuk berbagi Cinta kepada

sesama”

Dalam keadaan, sahabat Rumah Harapan harus

tetap semangat menjalani kehidupan sehari-hari.

Mengingat saat ini sudah memasuki bulan Rabiul

Awal, kami memiliki program yang rutin dilaksanakan

setiap tahunnya, yaitu untuk memperingati Maulid

Nabi Muhammad SAW. Dalam program ini kami akan

memberi santunan kepada para anak Yatim, Piatu dan

Dhuafa sebanyak 5.000 penerima manfaat diantaranya,

santunan anak yatim, peduli sarana ibadah, bazar

dhuafa dan festival Maulid Nabi. Kami mengajak

sahabat rumah harapan turut serta dalam memberikan

manfaat bagi para yatim piatu dhuafa sebagai bentuk

rasa syukur kepada Allah.

5. Yatim Pintar

Pendidikan adalah hal prinsip dalam hidup

manusia, dalam memberikan pelayanan terbaik bagi

anak-anak yatim, piatu dan dhuafa. Rumah Harapan

bekerja sama dengan Universitas Bina Sarana

Informatika atau yang biasa di sebut BSI untuk

memberikan pendidikan dan pelatihan terbaik bagi

59

mereka, serta Rumah Harapan akan terus berupaya

meningktakan kualitas pendidikan solutif terbaik bagi

para yatim, piatu dan dhuafa.

6. Bantuan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Belajar dari rumah adalah normal baru di tengah

pandemi Covid-19. Semua jenjang pendidikan di

Indonesia menerapkan sistem pembelajaran online.

Dalam rangka ikut membantu dan mewujudkan

harapan bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa

dalam mencetak generasi masa depan yang lebih baik

ditengah covid-19 yang memaksa anak-anak

melaksanakan pembelajaran daring (online). Melihat

fakta dilapangan bahwa hal tersebut membutuhkan

biaya yang cukup besar, maka kami akan menggulirkan

program PINTAR BERSAMA (PAKET

INTERNET BERBAGI SESAMA).

7. Program Peduli Sar’i (Sarana Ibadah)

Dalam melaksanakan ibadah, tentu kita

menginginkan tempat yang aman dan nyaman. Karena

hal itu bisa saja mempengaruhi pada kekhusyuan kita

dalam melaksanakan ibadah. Terutama dalam hal

sarana pra sarana ibadah. Maka dalam hal ini

merupakan tanggung jawab kita bersama untuk

memfasilitasi tempat ibadah bagi masyarakat. Rumah

Harapan memiliki sebuah program yakni Program

Peduli Sarana Ibadah (Sar’I). Program ini digulirkan

60

dalam bentuk pemberian bantuan sarana dan ataupun

prasarana ibadah kepada Dkm, Mushola, ataupun

Masjid. Bantuannya bisa berupa perlengkapan Sholat,

Al-Quran, Sarana belajar ngaji, Pembangunan tempat

ibadah,dan lain-lain.37

8. Kegiatan Rutinitas Yayasan

NO WAKTU NAMA KEGIATAN

1. 03.00 Shalat Tahajud atau Qiyammul Lail

2. 03.15 Hafalan Juz 30 atau Hadist-Hadist

Pendek

3. 04.00 Shalat Subuh

4. 04.30 Murojaah

5. 05.00 Piket

6. 05.30 Mandi

7. 06.00 Sarapan

8. 06.30 Shalat Dhuha

9. 07.00 Belajar Kegiatan Sekolah Online

10. 08.00 Istirahat

11. 12.00 Shalat Dzuhur

12. 12.30 Makan Siang

13. 13.00 Mengaji, Membaca Al-Qur’An, dan

Iqra’

14. 13.30 Tidur Siang

15. 15.00 Shalat Ashar

16. 15.30 Dilanjutkan dengan mengaji

17. 17.00 Murojaah Al-Qur’An

18. 17.30 mendo’akan para donatur

19. 18.00 Shalat Maghrib

20. 18.30 Mengaji lagi

21. 19.00 Shalat Isya

22. 19.30 Mengaji Hadist, Tauhid, Aqidah

Akhlak, Tajwid, Fiqih, Sejarah Rasul,

dan Kisah Sahabat

37 Program-Program Yayasan Rumah Harapan. Artikel diambil melalui

https://rumahharapan.org/category/tebar-paket-sekolah/

61

23. 20.00 Tidur

62

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS

Pada bab ini penulis akan membahas tentang peran

pengasuh dalam pembinaan kemandirian anak yatim yang di

terapkan di Yayasan Rumah Harapan. Analisis dilakukan dengan

menggabungkan dan mengkaji antara temuan hasil wawancara.

Observasi dan dokumentasi dengan teori-teori yang dijelaskan

pada Bab II. Dari hasil penelitian, penulis menemukan beberapa

hal mengenai peran pengasuh dalam pembinaan kemandirian anak

yatim dan juga pola pembinaan kemandirian itu sendiri di Yayasan

Rumah Harapan Kota Bogor.

A. Data Informan Penelitian

1. Pembimbing Agama

Pembimbing Agama mereka adalah sejumalah

ustadz yang memiliki peran dan tanggung jawab untuk

membimbing, membina dan mendampingi Anak Yatim di

Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor, mereka adalah

pengasuh dan wakil pengasuh, yang popular dalam

lingkungan mereka sebagai Abi dan Umi, beliau adalah

pasangan suami istri yaitu Bapak Ustadz Atsari Assujud

dan Ibu Umi Wahiyati. Pembimbing Agama bertugas

membimbing, membina dan mendampingi keseharian

Anak Yatim di yayasan dimaksud agar anak-anak memiliki

karakter kemandirian yang bagus, dan bertanggung jawab

dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

63

Pengasuh yang sekaligus merupakan Pembimbing

Agama di sini adalah dia yang mengasuh keseharian Anak-

anak Yatim yang berada dalam tanggung jawabnya.

Membimbing, membina dan mendampingi pembentukan

karakter dan pengutan ilmu pengetahuan peserta bimbngan

(santri) agar bermanfaat bagi mereka agar dapat

mengantarkan Anak-anak Yatim di maskud menjadi

generasi penerus bangsa dengan kemampuan ilmu

pengetahuan yang memadai dan terbentuknya bekarakter

mulia. Selain itu pengasuh juga merupakan panutan

sekaligus teladan bagi anak-anak yang mereka asuh,

menjadi tempat penyelesaian, pengaduan dan penempaaan

anak, hingga segala kejadian yang terjadi pada anak berada

di dalam tanggung jawab pengasuh.

Berdasarkan hasil penelusuran dan pengumpulan

data yang penulis lakukan, maka diketahui profil pengasuh

dapat didiskripsikan dalam catatan berkut ini:

Nama Informan : Atsari Asujud

Usia : 42 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Subang

Tempat Wawancara : Yayasan Rumah

Harapan Bogor

Pak Atsari adalah seorang anak petani dan anak

buruh tidak tetap. Ketika usia beliau 2 tahun, kedua orang

64

tuanya berpisah dan beliau ikut dengan Ibunya sampai

dewasa. Beliau menempuh pendidikannya hanya sampai

SD saja karena tidak ada biaya. Karena tidak ada uang dan

biaya untuk melanjutkan pendidikan akhirnya beliau

memutuskan untuk menjadi seorang kuli. Ketika Pak Atsari

memasuki usia 15 tahun, beliau diajak oleh teman-

temannya untuk ikut masuk ke sebuah pesantren dan di

sana Atsari muda mengabdi dan melakukan berbagai

kegiatan pengabdian apapun di pesantren dengan kemauan

sendiri, mulai dari aktifitas membantu menyuguhkan

makan, minum, dan lain-lain di pesantren dimaksud. Tetapi

sekarang pesantren itu kini sudah tidak ada. Atsari keluar

atau berhenti di pesantren tersebut pada tahun 2003.

Banyak pengalaman dan wawasan yang beliau dapatkan di

pesantren tersebut. Atsari bisa mengendarai sebuah

kendaraan, bisa mengoperasikan komputer, dan banyak

lagi. Dan pada saat Pak Atsari pergi ke Karawang, dia

bertemu dengan seseorang dan sebuah yayasan yang

bernama Rumah Harapan Kota Bogor.

Pertama kali Pak Atsari bergabung ke Yayasan

Rumah Harapan, beliau mengisi salah satu bagian yaitu

sebagai pendamping anak-anak dan Pembimbing Agama.

Sebelum Pak Atsari menjadi Pembimbing Agama di

Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor. Dia terlebih dahulu

harus menjalani interview dan training. Pak Atsari juga

65

sering dipindahlokasikan ke cabang-cabang yang lain

sesuai dengan keputusan dari kantor pusat.38

2. Staff

Staff di Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor

mereka yang menjadi bagian dari struktur yayasan yang

bekerja di kantor. Mereka yang menerima dan melayani

para tamu yang datang ke Yayasan Rumah Harapan Kota

Bogor, sehingga para tamu disservice dan diproses melalui

staff yang sudah dibagikan tugasnya masing-masing.

Mereka menerima segala bantuan dari para donator

ataupun segala hal yang bersangkutan dengan Yayasan

Rumah Harapan, mereka yang mengolah segala

pendanaan dari sebuah anggaran yang di dapat serta

mereka yang mendapat tanggung jawab untuk membuat

laporan rutin kepada kepala Yayasan Rumah Harapan

Pusat di Karawang.

Nama : Tia Trisnawati

Usia : 20 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Karawang

Tempat Wawancara : Yayasan Rumah Harapan

Bogor

38 Wawancara pribadi dengan Atsari Asujud (Pembimbing Agama di

Yayasan Rumah Harapan), Bogor 17 November 2020.

66

Tia lahir di Karawang tgl 16 September 2000. Dia

anak ketiga dari empat bersaudara. Tia bergabung ke

Rumah Harapan dalam keadaan yatim. Pada saat itu ada

tetangganya yang menginformasikan bahwa ada sebuah

Yayasan yang bernama Rumah Harapan. Pada saat itu

Yayasan ini belum bernama Rumah Harapan tetapi Gerha

Yatim. Disana dia ditawarkan untuk tinggal. Awalnya dia

ragu, karena dia tidak bisa jauh dari orang tua. Dikarenakan

pada saat itu ekonomi keluarganya tidak memungkinkan.

Akhirnya dia memutuskan untuk tinggal disana di Yayasan

Rumah Harapan. Dia bergabung ke Yayasan Rumah

Harapan pada saat kelas 6 SD. Disana dia diajarkan tentang

banyak hal, terutama dalam segi kemandirian dan

pendidikan. Ketika mulai memasuki SMA, dia biayai oleh

Yayasan Rumah Harapan mulai dari sandang, pangan, dan

terutama dalam pendidikan agamanya. Setelah lulus SMA

dia ditawarkan apakah ingin kuliah atau kerja. Pada saat itu

dia memutuskan ingin langsung bekerja saja karena dia

ingin membantu orang tuanya. Ketika awal pertama

bekerja, dia mengabdi dahulu selama 1 tahun. Setelah itu

dia diangkat sebagai Staff Administrasi dan mulai bekerja

tetap. Dia ditempatkan di Karawang di asrama 9 sebelum

dipindahlokasikan di Bogor. Dan itu adalah awal pertama

Tia di Rumah Harapan.39

39 Wawancara pribadi dengan Tia Trisnawati (Staff Administrasi di

Yayasan Rumah Harapan), Bogor 19 November 2020.

67

3. Anak Yatim

Yatim adalah anak yang ditinggal wafat ayahnya,

sedang ia belum berada pada usia dewasa, atau belum

mencapai usia baligh dan belum dapat mengurusi

dirinya dengan baik. Dalam ajaran Islam, baligh

merupakan batasan usia dari masa kanak-kanak beralih

kepada masa dewasa.

Di Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor, Anak

Yatim dan Yatim Piatu sendiri terdapat 2 dari 9 anak,

mereka adalah anak-anak yang memperoleh atau penerima

manfaat dari Program atau Kegiatan Bimbingan

Kemandirian, mereka ditempa, dibimbing, dibina dan

didampingi untuk terus belajar kemandirian di dalam

kehidupan sehari-hari agar mereka terbentu menjadi

pribadi yang lebik baik, yaitu pribadi yang mandiri, Islami

dan dapat berinteraksi secara normal dengan anak-anak

lainnya serta menjadi anak yang berguna bagi bangsa dan

negara. Mereka yang masuk kategori Anak Yatim atau

Yatim Piatu antara lain adalah:

1. Bernama Rahman berusia 12, jenis kelamin Laki-laki,

berasal dari Subang, dan diwawancarai di Yayasan Rumah

Harapan Kota Bogor. Rohman selama ini hanya diurus

oleh Ibunya sampai dia masuk ke Yayasan Rumah

Harapan. Dikarenakan Bapaknya meninggal karena

terkena penyakit stroke. Rohman memberitahukan ke

68

Ibunya bahwa dia ingin masuk ke Yayasan Rumah

Harapan Kota Bogor.40

2. Bernama Dennis, berusian 12 tahun, dengan jenis kelamin

Laki-laki, asal daerah Subang. Diwawancarai di Yayasan

Rumah Harapan Kota Bogor. Waktu kecil Dennis diurus

oleh Bibinya dikarenakan orang tuanya meninggal karena

sakit. Dennis berada di Yayasan Rumah Harapan Kota

Bogor ini karena dia ingin menjadi pintar, rajin, dan

membahagiakan kedua orang tua.41

Selebihnya mereka adalah anak-anak dhuafa yang

diberikan bimbngan, pembinaan dan pendampingan

kepada mereka.

B. Peranan Pembimbing Agama bagi Kemandirian

Anak Yatim di Yayasan Rumah Harapan Kota

Bogor.

Peranan Pembimbing Agama yang diterapkan di

Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor dalam mewujudkan

kemandirian terhadap anak-anak yatim tidak terlepas dari

pembimbing yang memiliki kompetensi di bidang Ilmu

Agama, tidak terlalu banyak perberbadaan dengan yayasan

yang lain, namun di Yayasan Rumah Harapan ini seorang

40 Wawancara pribadi dengan Rohman (Anak Yatim di Yayasan

Rumah Harapan), Bogor 17 November 2020. 41 Wawancara pribadi dengan Dennis (Anak Yatim Piatu di Yayasan

Rumah Harapan), Bogor 17 November 2020.

69

pembimbing harus benar-benar mengetahui akan keadaan

emosional seorang anak, terutama bagi anak yatim yang

memiliki latar belakang psikologis dan pengalaman hidup

yang khusus, sebab pada umumnya mereka berada dalam

kondisi kekuarangan kasih sayang atau kekurangan materi,

akibat mereka ditinggal oleh sosok orang tua yang sejatinya

mereka memberikan perhatian dan kasih sayangnya dengan

optimal, dan juga kerap berada dalam kondisi ekonomi di

bawah rata-rata.42

Setelah meneliti berbagai macam peran

pembimbing, serta bimbingan dan pendekatan yang

digunakan di Yayasan Rumah Harapan, peneliti

mendapatkan hasil penelitian tentang peran seorang

pembimbing dalam mewujudkan kemandirian terhadap

anak-anak yatim di antaranya:

1. Sebagai Orang Tua Asuh

Dalam peran ini adalah tugas yang bisa dibilang

paling mulia di sisi Allah SWT. Sebab jika dikaji ulang

tentang peran orang tua di rumah benar-banar sangat

berat selain memberikan tanggung jawab secara lahir

orang tua juga harus bertanggung jawab dalam

memberikan nafkah batin terhadap anaknya dalam

42 Wawancara pribadi dengan Atsari Asujud (Pembimbing Agama di

Yayasan Rumah Harapan), Bogor 19 November 2020.

70

bentuk kasih sayang, begitulah peran seorang

pembimbing di Yayasan Rumah Harapan ini sangat

berat dan beragam namun dibalik semuanya itu memang

sangat mulia di sisi Allah SWT.

Berdasarkan hasil dialog/tanya jawab terhadap

pihak yayasan dalam hal ini memang seorang

Pembimbing Agama harus memiliki sikap yang

mengayomi sebagai sosok orang tua. Pembimbing

Agama juga harus memiliki pemahaman yang

mendalam tentang anak asuh yang berada di dalam

tanggung jawabnya.

Pandangan Pembimbing Agama sebagaimana

layaknya orang tua kandung terhadap anaknya, maka

sejatinya dia akan memberikan perhatan dan kasih

sayang yang maksimal kepada anak asuh yang

diasuhnya, sebab pandangan itu akan menggambarkan

cara mereka bertindak dan bersikap kepada anak-anak

asuh. Sebagaimana disampaikan seorang Pembimbing

Agama juga harus memberikan keteladanan sikap, dia

haruslah memiliki “Akhlaaqul kariimah“ artinya bahwa

pembimbing harus juga memiliki akhlak yang mulia,

sebagaimana tugas awal Nabi Muhammad diutus ke

dunia ini semata-mata hanya untuk menyempurnakan

akhlak yang mulia, jika itu semua dimiliki oleh seorang

pembimbing Insya Allah seorang anak yatim akan pula

71

memiliki akhlak yang mulia dan menjadi anak yang

diharapkan oleh orang tuanya yang tiada, yaitu menjadi

anak yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi

masyarakatnya kelak.43

2. Sebagai Pendidik

Pembimbing agama sebagai pendidik, dia

memiliki perencanaan yang matang dan lebih visioner di

dalam mempersiapkan masa depan anak anak yang di

asuhnya. Sebab dengan pendidikan dia menyadari mau

diarahkan kemanan anak asuh yang berada dalam

tanggung jawabnya.

Pada prinsipnya Pembimbing Agama yang

dalam hal ini berperan sebagai pendidik, tugas seorang

pendidik tentu tidaklah sama dengan seorang pengajar

sebab seorang pendidik di Yayasan Rumah Harapan

Kota Bogor, selain dia bertugas selain mengajar dia juga

memantau dan mengayomi anak yatim terhadap seluruh

kehidupannya di yayasan, guna menjadikan mereka

sebagai manusia yang mandiri, bermanfaat dan berguna

bagi dirinya dan masyarakat sekitarnya.

Pendidik juga memiliki tugas dan peran dalam

mempersiapkan peserta ddiknya untuk mencapai keberhasilan

43 Wawancara pribadi dengan Atsari Asujud (Pembimbing Agama di

Yayasan Rumah Harapan), Bogor 19 November 2020.

72

yang diharapkan, dan tentu saja mengantarkan

terbentuknya kemampuan seorang anak dalam hal ini

Anak Yatim, Yatim Piatu dan Dhuafa di dalam yayasan

ini. Sedangkan peran Pembimbing Agama yang paling

utama antara lain adalah: Pertama, membimbing,

membina, dan mendampingi mereka menjadi seorang

anak yang berakhlak dan berkepribadin yang kaafah

(sempurna). Kedua: menjadikan anak-anak asuh,

terutama mereka yang Yatim dan Yatim Piatu agar dia

menjadi manusia yang mandiri, dan Ketiga: menjadikan

anak-anak yatim yang kreatif, aktif dan inovatif.44

3. Sebagai Motivator

Selain berperan sebagai orang tua dan pendidik,

pada saat yang sama Pembimbing Agama dalam hal ini

Pengasuh Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor juga

berperan sebagai motivator bagi anak asuh yang

diasuhnya. Yaitu pemberi motivasi dan semangat dalam

belajar dalam menjalani hidup menuju kepada

kemandirian untuk menghadapi tantangan kehidupan

yang akan datang.

Pada peran ini seorang pembimbing anak-anak

yatim harus benar-benar memiliki keilmuan terlebih

dalam mengetahui psikologis anak, seorang motivator

44 Wawancara pribadi dengan Umi Wahiyati (Pembimbing Agama di

Yayasan Rumah Harapan), Bogor 19 November 2020.

73

terlebih dahulu harus mengetahui akan pengertian dari

motivasi itu sendiri, yaitu kekuatan penggerak yang

membangkitkan aktifitas pada makhluk hidup, dan

menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya

menuju tujuan tertentu,jadi seorang motivator adalah

pemberi semangat dan penggerak terhadap santri agar

mereka bisa mendapatkan tujuan hidup mereka dan

dapat mnggapai apa yang mereka cita-citakan, namun

dibalik itu semua memang peran pribadi santri juga tidak

terlepas dari semua itu santri juga harus memiliki

motivasi yang kuat dalam dirinya agar keduanya bisa

saling melengkapi guna tercipta cita-cita yang mereka

harapkan.45

Pada bagian lain, Pembimbing Agama atau

dalam hal ini sebagai pengasuh juga harus terus

memompa dan support terus keadaan anak asuhnya, agar

terus bergerak menuju kepada apa yang telah dicita-

citakan, agar mereka dapa mencapai kemandirian diri

yang telah diharapkan dalamprogram besar Yayasan

Rumah Harapan Kota Bogor ini.

45 Wawancara pribadi dengan Tia Trisnawati (Staff di Yayasan Rumah

Harapan), Bogor 19 November 2020.

74

C. Peranan Pembimbing Agama dalam

Mewujudkan Kemandirian Menurut Keinginan

Masyarakat.

Selain mewawancarai para pembimbing di yayasan

rumah harapan peneliti juga berdialog dengan anak yatim

dan masyarakat sekitarnya yang tinggal dekat dengan area

yayasan rumah harapan, beberapa anak yatim mengatakan

mereka menginginkan sosok seorang pembimbing yang

benar-benar bisa menggantikan posisi orang tuanya

walaupun tidak akan seratus persen mereka merasakannya

seperti kasih sayang orang tuanya yang telah meninggalkan

mereka, mereka ingin dikasihi, disayangi dan diajarkan

ilmu- ilmu agama maupun umum yang bermanfaat bagi

dirinya untuk bekal mereka nantinya setelah tidak lagi tinggal

di yayasan rumah harapan ini. Mereka juga mengharapkan

pembimbing bisa menjadi pendidik mereka yang masih jauh

dari pengetahuan agama, serta memberikan mereka

keterampilan atau skill individu yang nantinya bisa

menghasilkan materi bagi dirinya setelah keluar dari yayasan

ini.46

Masyarakat disekitar yayasan rumah harapan juga

menjadi target penelitian, mereka juga mengharapkan

seorang pembimbing agama agar para anak yatim menjadi

46 Wawancara pribadi dengan Rohman (Anak Yatim di Yayasan

Rumah Harapan), Bogor 19 November 2020.

75

mandiri sangatlah penting, mungkin dalam hal ini

pembimbing harus berperan menjadi pendidik dan pengajar

dalam pendidikan formalnya dan dalam kehidupan

kesehariannya, dimana mereka harus memperhatikan anak-

anak yatim dalam bersekolah, masyarakat tidak ingin

seorang anak yatim putus sekolah karena faktor ekonomi

yang mereka landa, disini memang bukan hanya

pembimbing dan pihak yayasan rumah harapan yang

berperan tapi dukungan masyarakat secara materi juga

dituntut terhadap mereka, agar tercipta hubungan yang baik

antara pihak yayasan dengan masyarakat yang ada, juga

bisa menjadikan anak yatim seorang yang berpendidikan

seperti anak-anak yang lain pada umumnya.47

D. Kesesuaian Peranan Pembimbing Agama Dalam

Mewujudkan Kemandirian Bagi Anak-Anak

Yatim yang ada di Yayasan Rumah Harapan

Bogor Dengan Keinginan Masyarakat.

Setelah mendapatkan data hasil penelitian dari

wawancara kepada pihak Yayasan Rumah Harapan dan

masyarakat sekitarnya, peneliti dapat mengambil

kesesuaian antara pendapat kedua pihak tersebut,

Menurut para pembimbing di Yayasan Rumah

Harapan, peranan mereka sebagai pembimbing adalah:

sebagai pengganti orang tua asuh, dimana dalam peran

47 Wawancara pribadi dengan Dennis (Anak Yatim Piatu di Yayasan

Rumah Harapan), Bogor 19 November 2020.

76

ini mereka harus benar-benar menguasai sosok orang

tua. Kemudian sebagai pendidik dimana pembimbing

selain mengajar mereka juga harus bisa mendidik,

dalam hal ini terlebih pada kehidupan keseharian anak-

anak yatim tersebut. Kemudian sebagai motivator

dimana seorang pembimbing harus benar-benar

menjadi penyemangat anak-anak yatim tersebut dalam

menghadapi kehidupan mereka sebagai anak yatim.

Menurut beberapa masyarakat yang ada di sekitar

Yayasan Rumah Harapan mereka berpendapat bahwa

peran seorang pembimbing guna menjadikan anak

yatim yang mandiri adalah: menjadi pengganti orang

tua mereka dalam kesehariannya, kemudian sebagai

pendidik baik pendidikan formal maupun pendidikan

agamanya, dan mereka juga mengatakan bahwa bukan

hanya pembimbing agama yang menjadi

penanggungjawab atas kemandirian anak yatim tapi

seluruh lapisan masyarakat khususnya masyarakat

yang mampu dalam segi hal materi juga harus memilki

tanggung jawab atas kehidupan mereka guna

menjadikan anak yatim yang mandiri.

Dari pembahasan di atas dapat diambil benang

merah bahwa peranan Pembimbing Agama menurut

masyarakat dalam mewujudkan kemandirian terhadap

anak-anak yatim sesuai dengan peranan Pembimbing

Agama yang ada di Yayasan Rumah Harapan Kota

Bogor.

77

BAB V

PEMBAHASAN

A. Bimbingan Agama untuk Kemandirian

Membicarakan Bimbingan Agama dalam hal ini

adalah Agama Islam untuk kemandirian, maka kita harus

membahas muatan dalam Agama Islam. Agama Islam

memberikan sajian menarik, bawah Agama Islam memiliki

tiga cakupan materi di dalamnya, sebagai mana dijelaskan

dalam sebuah Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh

Sayyidina Umar bi Khattab Radiallah anh,

“Ketika kami duduk di sisi Nabi Muhammad saw. Pada suatu hari tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang sangat putih pakaiannya, sangat hitam rambutnya, tidak terlihat padanya bekas bepergian dan tiada seorangpun di antara kami yang mengenalnya, sehingga duduk di dekat Nabi saw., dan merapatkan lututnya ke lutut Nabi saw., lalu meletakkan kedua tangannya di atas pahanya, lalu bertanya: “Ya Muhammad beritakan padaku tentang Islam?”. Nabi saw., menjawab: “Islam itu, percaya bahwa tiada tuhan kecuali Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah Utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa di Bulan Ramadlan, dan pergi hajike Baitullah jika kuasa dalam perjalanannya”. Berkatalah orang tersebut: “Engkau benar”. Kami merasa heran dia bertanya, tetapi dia juga membenarkan, seakan-akan dia telah mengetahui. Lalu dia bertanya kembali, “Beritakan kepadaku tentang Iman?”, Nabi Muhammad saw., menjawab: “Iman adalah percaya kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para RAsul-Nya, Hari Akhir, dan percaya pada takdir baik

78

dan buruk dari Allah swt. Dia berkata, “Engkau benar”. Kemudian dia bertanya kembali, “Beritakan kepadaku tentang ihsan?”, Nabi Muhammad saw., menjawab, “Ihsan itu jika engkau menyembah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah melihatmu”. Kemudian dia menjawab, “Engkau benar”. Kemudian dia bertanya kembali, “beritakan kepadaku tentang Kiamat”. Nabi Muhammad saw., menjawab, “yang ditanya tentang Kiamat tidak lebih tau dari yang bertanya”. Lalu dia bertanya, “beritakan kepadaku tanda-tandanya?”, Nabi Muhammad saw., “jika seorang ibu melahirkan tuannya, kemudian engkau melihat orang-orang biasa telanjang kaki dan pakaian, bagaikan orang yang telanjang dan biasa miskin, pengembala kambing tiba-tiba mereka berlomba-lomba membangun gedung”. Kemudia dia pergi. Selanjutnya Sayyidina Umar berkata, “aku terdiam sejenak”, kemudian Nabi Berkata, “Hai Umar, tahukah engkau siapakah penanya tadi?” Umar menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Maka sabda Nabi saw., “Dia itu Malaikat Jibril datang kepada kamu untuk mengajarkan agamamu”. (HR. Muslim).48

Jadi kehadiran malaikat Jibri dimasud adalah untuk

mengajarkan para shahabat Nabi setidaknya tentang (3)

tiga hal dalam ajaran Agama Islam, yaitu tentang Iman,

Islam dan Ihsan (yaita qidah atau tauhid, syariat atau fiqh,

dan tentang akhlaq).

Dalam hal akidah, bimbingan terkait dengan

akidah, ke-Tauhidan kepada Allah SWT akan memperkuat

48 Salim Bahreisy, Petunjuk ke Jalan Lurus, (Surabaya;

Darussaggaf, tt), hal 4-7

79

kemandirian seorang peserta bimbingan untuk tidak

bergantung kepada sesuatu, kecuali adalah kebergantungan

seorang peserta bimbingan semata-mata kepada Allah,

artinya dia akan mengalami kemandirian tingkat tinggi.

Sebagaimana dicontohkan oleh para Rasul, Malaikat dan

lain sebagainya.

Berkaitan dengan syariat dalam hal ini pengetahuan

fiqh, Bimbingan Agama akan mengantarkan peserta

bimbingan untuk teratur di dalam menjalani seluruh

perntah Tuhannya, sehingga peserta bimbingan tidak

terperangkat pada pola-pola baru yang menyesatkan dan

menjauhkan dirinya dari ajaran agama yang sudah ada.

Pada bagian yang ketiga, Bimbingan Agama

berkaitan dengan akhlak, adab atau etika akan memberikan

penguatan kemandirian berupa kesabaran, ketawadhuan

dan penghargaan yang tinggi kepada orang lain.

Ketiga muatan Agama Islam tersebut dapat

memberikan jalan yang baik bagi seorang peserta

bimbingan untuk memperoleh kemandiran yang

diharapkan bagi peserta bimbingan. Untuk itu,diperlukan

berbagai model pendekatan yang memadai dan sesuai

dengan keadaan peserta bimbingan untuk diberikan ketiga

muatan agama dimaksud, sehingga para peserta bimbingan

yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda,

kiranya dapat memperoleh pengetahuan Agama Islam,

sekaligus memperoleh dampak positif dari pengetahuan

itu, dan memperoleh hasil kemandirian di dalam dirinya.

80

B. Pelaksanaan Bimbingan Agama dan Kemandirian di

Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor

Berkaitan dengan Bimbingan Agama yang

dilaksanakan dan dikembangkan di Yayasan Rumah

Harapan Kota Bogor, terutama pada anak Yatim dan Yatim

Piatu sebagai peserta bimbingan di yayasan dimaksud.

Maka perlu dilakukan sebuah telaah mendalam untuk

mengetahui, apakah di lembaga dimaksud Bimbingan

Agama yang dikembangkan dan dilaksanakan di sana

berpengaruh dan berdampak kepada kemandirian peserta

bimbingan.

Sesuai dengan konsep dan teori yang dijelaskan di

atas, untuk mengukur terjadinya pembentukan kemandirian

pada peserta bimbingan, maka perlu diulas sejenak apa

yang dimaksud dengan kemandirian. Indicator

kemandirian harus dijelaskan pada kesempatan ini, agar

penulis dapat melihat keberlangsungan kemandirian di

Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor. Kemandirian

tersebut antara lain:

1. Memiliki kebebasan untuk bertingkah laku,

membuat keputusan dan tidak merasa cemas, takut

dan malu jika keputusan yang diambil tidak sesuai

dengan keyakinan dan pilihan orang lain.

Sebagaimana pengamatan peneliti, melalui

wawancara, observasi dan dokumin yang ada dan

81

telah dilakukan penelitian in. maka bimbingan yang

diberikan pengasuh kepada peserta bimbingan,

diketahui bahwa peserta bimbingan mengalami

kemandirian dilihat dari aspek kebebasan untuk

bertindak dan dalam mengambil keputusan. Mereka

juga tidak merasakan cemas dalam hal mengambil

keputusan.

Walaupun demikian, kebebasan pengambilan

keputusan yang dimaksud adalah kebebasan sesuai

dengan standard an aturan yang berlaku

dilingkungan Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor.

Prinsipnya mereka dalam melaksanakan tugas-tugas

tetap sudah tidak lagi menunggu perintah dari

pengasuh.

Bukt lain yang terlihat dalam temuan lapangan

saat observasi adalah mereka sudah tidak perlu

disuruh saat harus mencuci pirin bekas mereka

makan, mencuci pakaiannya sendiri, dan

menjalankan tugas-tugas harian tanpa harus ditegur

pengasuh.

2. Mempunyai kemampuan untuk menemukan akar

masalah, mencari alt pemecahan alternatif masalah,

mengatasi masalah dan berbagai tantangan serta

kesulitan lainnya, tanpa bimbingan dari orang lain

dan dapat mandiri dalam membuat keputusan dan

melaksanakan keputusan yang diambil.

82

Demikian halnya dalam hal terjadinya satu

permasalahan di yayasan, seperti adanya keributan di

antara mereka, disebabkan adanya rebutan tempat

duduk di antara mereka. Tanpa harus diselesaikan

oleh pengasuh, salah satu anak yang dituakan di

sana, lansung mengambil peran untuk

menyelesaikan masalah. Kedua anak yang

bersengketa, lalu dipertemukan oleh salah satu dari

mereka, dan kemudian dirunut akar masalahnya, dan

diurai dihadapan mereka, sehingga mereka yang

bersengketa menjadi damai akibat mereka

menemukan jalan keluar.

Hal tersebut dapat terjadi sebab di antara mereka

dapat menemukan akar masalah dengan tepat dan

baik, dan diantara mereka saling membantu dalam

hal menyelesaikan permasalahan yang terjadi di

antara mereka.

Prinsip yang mereka ketahui sebab dilandasi

pengetahuan agama yang menyatakan bahwa di

antara mereka adalah saudara, karena itu sesame

saudara sejatinya di antara mereka harus saling

menolong, saling berbuat baik dan saling menyadari

di antara sesame.

3. Mampu mengontrol dirinya dan perasaannya agar

tidak memiliki rasa takut, ragu, cemas, tergantung

dan marah yang berlebihan dalam berhubungan

dengan orang lain.

83

Seperti yang dijelaskan pada point ke dua di atas,

setelah dibantu dipertemuakan dan dimediasi oleh

salah satu temannya. Mereka kemudian menyadari

dan dapat melakukan kintrol diri, sehingga mereka

dapat keluar dari kebasaan yang saling amarah

terhadap teman-temannya.

4. Mengandalkan diri sendiri untuk menjadi penilai

mengenai apa yang terbaik bagi dirinya, serta berani

mengambil risiko atas perbedaan kebutuhan dan

nilai-nilai yang diyakini serta perselisihan dengan

orang lain.

Dalam hal mengandalkan diri sendiri, ketika

mereka melihat tugas-tugas, mereka tidak saling

mengandalkan. Siapapun di antara mereka melihat

sesuatu ang harus diselesaikan, maka mereka

langsung mengambil peran dan menjalankan tugas

tersebut.

Inilah salah satu hal yang dapat mempengaruhi

pola piker dan pembentukan karakter mereka melalui

Bimbingan Agama dan pembiasaan yang dilakukan

di yayasan.

5. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang

lain, yang diwujukan dalam kemampuannya

membedakan kehidupan dirinya dengan kehidupan

orang lain, namun tetap menunjukan loyalitas.

Selain hal di atas, mereka peserta bimbingan juga

telah bertanggung jawab terhadap diri mereka

84

sendiri, dengan melaksanakan semua tugas dan

tanggung jawab yang telah dibagi berdasarkan piket,

namun juga masing-masing dari mereka juga dengan

cekatan dan segera melakukan tugas-tugasnya.

6. Mempunyai inisiatif yang baik melalui ide-idenya

dan sekaligus mewujudkannya dengan disertai

kemauan untuk mencoba hal yang baru.

Selain itu, mereka juga memiliki inisiatif untuk

menjalankan tugas tugas di yayasan. Tanpa disuruh

mereka langsung membuat air masak jika ketahuan

air minum mereka sudah habis.

Inisiatif mereka terjadi dalam banyak

kesempatan dan dalam berbagai hal kegiatan.

7. Memiliki kepercayaan diri yang kuat dengan

menunjukan keyakinan atas segala tingkah laku yang

dilakukannya dan menunjukan sikap tidak takut

menghadapi suatu kegagalan.

Termasuk di dalamnya para peserta bimbingan juga

memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam

menjalankan semua tugas dan kegiatan yang

dilakukannya. Dan mereka bertanggung jawab

dalam setiap tindakan yang telah diambil.

Demikian pentingnya kemandirian pada para peserta

bimbingan di Yayaysan Rumah Harapan Kota Bogor, hal

tersebut disebabkan konsistensi dan kontinuitas yang diberikan

85

kepada para peserta bimbingan, dalam hal mendorong mereka

untuk mandiri dalam menjalani hidup sehari-hari.

86

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peran pembimbing agama dalam mewujudkan

kemandirian bagi anak-anak yatim di Yayasan Rumah

Harapan Kota Bogor terdiri dari membimbing,

membina, dan mendampingi keseharian anak yatim di

Yayasan dimaksud agar anak-anak memiliki karakter

kemandirian yang bagus dan bertanggung jawab dalam

menjalani kehidupan sehari-hari.

2. Kesulitan pembimbing agama dalam mewujudkan

kemandirian anak-anak yatim di Yayasan Rumah

Harapan Kota Bogor antara lain anak-anak masih suka

disuruh dan kurangnya sumber daya manusia yang

lebih memahami baik itu pelajaran di sekolah untuk

menjadi pemateri demi menunjang masa depan anak-

anak.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah peneliti dapat,

peneliti memiliki beberapa saran yang akan disampaikan

kepada pembaca dan pihak Yayasan Rumah Harapan Kota

Bogor, antara lain:

1. Untuk para pembimbing agama di Yayasan Rumah

Harapan Kota Bogor disarankan agar lebih

mengembangkan unsur-unsur kemandirian agar anak-

87

anak dapat memaksimalkan segala perkembangan dan

pembinaan yang diterima oleh mereka serta lebih

memperhatikan anak-anak dari sisi kebutuhan dan

keakraban anak yatim.

2. Disamping itu harus ada sumber daya manusia yang

lebih memahami baik itu pelajaran di sekolah, tentang

agama dan juga dari kesukaan atau hobi untuk menjadi

pemateri demi menunjang masa depan anak-anak.

3. Kepada anak-anak yatim di Yayasan untuk lebih

semangat lagi belajar baik itu di Yayasan, karena ilmu

itu sangat penting dan juga hilangkan rasa malas untuk

menjalani program atau kegiatan yang ada. Kepada

pihak Yayasan dan staff yang ada disarankan agar

membuat standar program dalam mewujudkan

kemandirian yang lebih konsisten dengan yang

dibutuhkan anak-anak di Yayasan.

88

DAFTAR PUSTAKA

Abullaits Assamarqondi, H. Salim Bahreis, Tanbihul Ghofilin,

(Jakarta: Sa’diyah Putra, 1984), Jilid 2.

Agama RI, Departement, Al Qur’an dan Terjemahannya,

(Jakarta: PT Bumi Aksara, 1993).

_____, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, jilid X, (Jakarta: PT

Bumi Aksara,1993).

Al-Ma’luf, Luis, Al-Munjid Fillughoti Wak A’lam, (Beirut-

Libanon: Daar El-Masyrik, 1986)Cet. Ke-28.

Arifin, M.

As Sayyid Ahmad Al-Hasyimi

_____, Tarjamatu Mukhtaril Ahadist, Hikamil

Muhammadiyah, (Bandung: Al-Ma’arif, 1996), cet.

ke-6.

Berry, David, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada 1995), Cet. Ke-3.

Center, Media, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta: Mitra Press,

2002), Cet. Ke-1.

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), Cet. Ke-2.

Djamaludin Ancok dan Fuad Nasori Soroso, Psikologi Islam

atas Problem-Problem Psikolog, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1995), Cet. Ke-2.

Faqih, Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling Islam,

(Yogyakarta UI Press, 2001), Cet. Ke-2.

89

Gerungan, W.A., Psikologi Sosial, (Jakarta: PT Eresco, 1988),

h. 135

Hawari, Dadang, Al-Qur’An Ilmu Kedokteran Jiwa dan

Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima

Yasa, 2004), Edisi 3.

_____, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,

(Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), Edisi 3.

Mobarok, Ahmad, op.cit.

Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya,

(Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1985), Cet. Ke-5.

Peter Salim & Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia

Kontemporer, (Jakarta: Modern English, 1991).

Poerwadarminta, Wjs., Kamus Modern, (Jakarta: Jembatan,

1976), Cet. Ke-2.

Puspito, Hendro, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: BPK Gunung

Mulia, 1996), Cet. Ke-2.

Rahman, M. Fauzi, Islamic Teen Parenting: Pendidikan Anak

Usia Tamyiz dan Baligh (7-15 Tahun), (Jakarta:

Erlangga, 2014).

Romly, A. M., Penyuluhan Agama Menghadapi Tantangan

Baru, (Jakarta: PT Bina Rena Pariwara), Cet. Ke-1.

Shadaly, Hasan, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ikhtisar Baru

Van Hoeve, 1984), Jilid 7.

Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-qur’an, Fungsi dan Peran

Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan,

1992), Cet. Ke-2.

90

Singgih D. Gunarsa & Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi

Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: Gunung

Mulia, 1989), cet. Ke-5.

Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksana Program

Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2000), Cet. Ke-1.

Syeikh Salim bin Al hadromi & Abdullah, Safinatun Naja Fi

Ushuludin Wal Fiqhi, (Jakarta: PT Sa’diyah Putra).

Ulwan, Abdullah Nashih, Mencintai dan Mendidik Anak Secara

Islami, (Yogjakarta: Darul Hikmah, 2009), cet.1.

Zuhri, M., Butir-Butir Untaian Mahfudzot, (Sukabumi: TMI

Assalaam, 1998).

INTERNET

https://rumahharapan.org/tentang-kami/sejarah-berdirinya-

rumah-yayasan/ diakses pada tanggal 17 Februari 2021

pada pukul 11.10

https://rumahharapan.org/tentang-kami/visi-dan-misi/ diakses

pada tanggal 17 Februari 2021 pada pukul 11.10

Brosur Yayasan Rumah Harapan 2008

Wawancara Pribadi dengan Bapak Azhari pada Selasa, 17-11-

2020.

Program-Program Yayasan Rumah Harapan. Artikel diambil

melalui https://rumahharapan.org/category/tebar-paket-

sekolah/

91

Wawancara pribadi dengan Atsari Asujud (Pembimbing Agama

di Yayasan Rumah Harapan), Bogor 17 November 2020.

Wawancara pribadi dengan Tia Trisnawati (Staff Administrasi

di Yayasan Rumah Harapan), Bogor 19 November 2020.

Wawancara pribadi dengan Rohman (Anak Yatim di Yayasan

Rumah Harapan), Bogor 17 November 2020.

Wawancara pribadi dengan Dennis (Anak Yatim Piatu di

Yayasan Rumah Harapan), Bogor 17 November 2020.

Wawancara pribadi dengan Atsari Asujud (Pembimbing Agama

di Yayasan Rumah Harapan), Bogor 19 November

2020.

Wawancara pribadi dengan Atsari Asujud (Pembimbing Agama

di Yayasan Rumah Harapan), Bogor 19 November

2020.

Wawancara pribadi dengan Umi Wahiyati (Pembimbing

Agama di Yayasan Rumah Harapan), Bogor 19

November 2020.

Wawancara pribadi dengan Tia Trisnawati (Staff di Yayasan

Rumah Harapan), Bogor 19 November 2020.

Wawancara pribadi dengan Rohman (Anak Yatim di Yayasan

Rumah Harapan), Bogor 19 November 2020.

Wawancara pribadi dengan Dennis (Anak Yatim Piatu di

Yayasan Rumah Harapan), Bogor 19 November

2020.

92

OBSERVASI (CATATAN LAPANGAN)

Pada saat tanggal 30 Januari 2021, pada pukul 16.00 ada

seorang donatur yang memberikan pakaian-pakaian untuk anak

yatim dan piatu. Donatur tersebut meminta izin kepada staff

Yayasan untuk memanggil anak-anak dan diperbolehkan oleh

mbak Tia (Staff). Ketika anak-anak menemui donatur tersebut

mereka langsung salim dan donatur tersebut berkata kepada

mereka: “ini ada baju untuk kalian” dan anak-anak yatim dan piatu

tersebut terlihat senang sekali setelah mendapatkan baju dari

donatur. Anak-anak langsung memilih baju yang dikasih oleh

donatur disana terlihat ada beberapa anak yang sedang memilih

dan memilah baju tersebut dan mencoba baju tersebut. Ada juga

anak yang sedang merapihkan baju-baju itu. Dari observasi

tersebut menunjukkan unsur-unsur kemandirian. Salah satunya

adalah bebas yang artinya setiap tindakan dilakukan atas

kehendaknya sendiri bukan karena orang lain dan tidak tergantung

kepada orang lain.

Di hari berikutnya pada tanggal 31 Januari 2021, pada

pukul 12.30 anak-anak kebetulan mau makan siang dan kamipun

ditawakan untuk makan bersama. Sebelum makan anak-anak

membaca do’a terlebih dahulu. Terlihat pada saat mereka makan

sangat lahap sekali dan mereka makan sampai habis. Setelah

selesai makan, mereka langsung membuang sampah makanan ke

tempat sampah dan mereka juga langsung mencucui piring

93

bersama teman-teman yang lain. Selanjutnya mereka mengepel

lantai sampai bersih. Pada pukul 15.00 mereka menyapu halaman

karena banyak sampah-sampah daun yang berserakan dan

merapihkan sendal yang berantakan. Disinilah terdapat unsur-

unsur kemandirian yang kedua yaitu inisiatif, kemampuan untuk

berfikir dan bertindak secara orisinil, kreatif, dan penuh inisiatif.

Di hari berikutnya pada tanggal 1 Februari 2021, pada

pukul 17.00 anak-anak sedang memilih pakaian kotor untuk di cuci

dan mereka mengambil deterjen dan pewangi. Mereka langsung

kebelakang untuk mencuci pakaian mereka sampai selesai.

Beberapa anak-anak yang lain ada yang pakaiannya sudah kering

(di cuci lebih awal) dan mereka langsung menyetrika pakaiannya

sendiri. Terdapat kesamaan pada unsur-unsur kemandirian seperti

di atas yaitu inisiatif, kemampuan untuk berfikir dan berindak

orisinil, kreatif, dan penuh inisiatif.

Di hari berikutnya pada tanggal 2 Februari 2021, pada

pukul 15.30 setelah shalat Ashar, anak-anak ke ruangan belajar dan

mengambil meja belajar. Mereka semua belajar menulis arab dan

menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. Karena nanti akan di test oleh Pak

Atsari selaku pembimbing agama untuk penilaian di yayasan.

Setelah mereka belajar menulis arab dan menghafal ayat-ayat Al-

Qur’an, mereka langsung merapihkan Al-Qur’an di raknya

masing-masing. Dari paragraf ini menunjukkan unsur-unsur

kemandirian yaitu progresif dan ulet, usaha untuk mengejar

prestasi, penuh ketekunan, merencanakan, serta mewujudkan

harapan-harapannya.

94

Di hari berikutnya pada tanggal 3 Februari 2021, pada

pukul 12.00 sebelum adzan Dzuhur berkumandang. Mereka

sedang bermain lari-larian dan salah satu dari mereka bergegas

untuk mengambil air wudhu dan anak-anak yang lain mengikuti

temannya untuk mengambil air wudhu. Setelah adzan anak-anak,

staff, pembimbing agama, dan kami shalat dzuhur berjamaah.

Setelah shalat berjamaah di pimpin do’a oleh Pak Atsari selaku

pembimbing agama sampai selesai. Ini yang disebut dengan unsur-

unsur kemandirian yaitu pengendalian dari dalam, adanya perasaan

mampu untuk mengatasi masalah yang dihadapi, mampu

mengendalikan tindakan serta mampu mempengaruhi lingkungan

atas usahanya sendiri.

Di hari berikutnya pada tanggal 4 Februari 2021, pada pukul

19.30 mereka ada yang sudah tidur dan juga ada yang belajar. Dia

terlihat sangat serius belajar, menghafal ayat-ayat Al-Qur’an, dan

menulis arab. Ini yang disebut dalam unsur-unsur kemandirian

yaitu kemantapan diri, mencakup rasa percaya terhadap

kemampuan sendiri, menerima diri sendiri, dan memperoleh

kepuasan melalui usahanya. Kemandirian mendorong individu

untuk berprestasi dan berkreasi. Mendorong menjadi manusia yang

produktif dan efisien serta membawanya ke arah kemajuan.

A. Wawancara (Anak Yatim)

Pertanyaan umum menyangkut informasi

keyatimannya:

1. Di mana asal daerahnya?

2. Ditinggal wafat ayah, ibu, atau dua duanya?

95

3. Sejak kapan ditinggal ayah, ibu atau kedua duanya?

4. Bagaimana ceritanya saudara bisa masuk ke

Yayasan Rumah harapan Kota Bogor?

5. Apa yang membuat saudara tertarik tinggal dan

mengikuti kegiatan di Yayasan Rumah Harapan

Kota Bogor?

Pertanyaan Khusus

1. Hal-hal berkaitan dengan kemandirian

1.1. Dalam melakukan sesuatu apakah saudara

melakukan karena diri sendiri?

1.2. Jika keputusan anda tidak sama dengan orang

lain, apakah saudara malu, cemas, atau tidak

enak [ada orang lain?

1.3. Jika ada persoalan apakah saudara mempelajari

apa penyebab masalahnya?

1.4. Jika terjadi permasalahan dengan orang lain,

apakah anda dapat mengontrol diri untuk tidak

kecewa, marah, atau cemas?

1.5. Dalam melaksanakan satu keputusan, apakah

saudara mengandalkan diri sendiri dan tidak

mengandalkan orang lain?

1.6. Apakah saudara bisa membedakan mana

kepentingan pribadi dan kepentingan orang lain

atau kelompok?

1.7. Dalma melaksanakan tugas-tugas apakah

saudara berinisiatif sendiri, bukan karena takut

atau disuruh orang lain?

96

1.8. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari apakah

saudara ada perasaan takut atau gagal?

2. Hal-hal yang berkaitan dengan peran pembimbing

agama dalam mewujudkan kemandirian anak

yatim.

2.1. Apakah saudara memperoleh perhatian dari

pembimbing agama dalam melaksanakan tugas

sehari-hari?

2.2. Apakah pembimbing agama selalu

memberikan nasihat saat saudara salah dalam

melaksanakan kegiatan?

2.3. Apakah pembimbing agama selalu

memberikan contoh dan keteladanan dalam

tugas sehari-hari saudara?

2.4. Apakah pembimbing agama selalu

mengarahkan agar saudara mandiri?

2.4.1. Seperti agar saudara bertanggung jawab

dalam sehari-hari?

2.4.2. Seperti saudara agar tudak mengeluh

dalam menjalankan tugas?

2.4.3. Seperti saudara agar mengambil inisiatif

dalam melaksanakan tugas?

2.4.4. Seperti saudara agar tidak bergantung

pada yang lain?

2.4.5. Seperti saudara agar tidak iri dengan

kebaikan orang lain?

97

2.4.6. Seperti saudara agar bertanggung jawab

atas seluruh tindakan yang saudara

lakukan?

2.5. Dalam kegiatan sehari-hari, seperti apa

pembimbing agama menyampaiakn bimbingan

bimbingan agaman pada saudara?

B. Wawancara (Pembimbing Agama)

1. Pertanyaan umum:

1.1. Bisa perkenalkan nama Bapak?

1.2. Bisakah Bapak ceritakan latar belakang pendidikan

Bapak?

1.3. Sejak kapan Bapak menjadi pembimbing di tempat

ini?

1.4. Bagaimana ceritanya, ceritanya Bapak ditetapkan

menjadi pembimbing agama di tempat ini?

1.5. Apa yang membuat Bapak mau menjadi pembimbing

di tempat ini?

1.6. Menurut Bapak, anak-anak yatim ini dipandang

sebagai apa? (Pandangan Bapak terhadap anak asuh)

2. Pertanyaan Khusus:

2.1. Bisa Bapak gambarkan, apa yang dimaksud dengan

kemandirian pada anak?

2.2. Apakah ada hubungannya bimbingan agama dengan

kemandirian?

98

2.3. Bagaimana Bapak membuat mereka mandiri?

2.4. Apakah Bapak melihat anak-anak tidak bebas dan

cemas dalam melakasanakan keputusannya?

2.5. Dalam tugas harian apakah anak-anak dalam melihat

masalah tidak tahu akar masalahnya?

2.6. Apakah Bapak sering melihat anak-anak tidak mampu

mengontrol dirinya dalam menghadapi permasalah

dengan hal tersebut?

2.7. Apa yang Bapak lakukan agar anak-anak mandiri

dalam menentukan baik dan buruk?

2.8. Apa yang Bapak lakukan agar anak-anak punya

inisiatif melaksanakan tugas-tugasnya?

2.9. Bagaimana caranya agar Bapak dapat mengantarkan

anak-anak punya kepercayaan diri dan keyakinan yang

kuat dengan seluruh tingkah lakunya?

2.10. Apa yang Bapak lakukan agar mereka bebas dan

tidak cemas dalam melaksanakan tugas dengan

tanggung jawab setiap hariannya?

2.11. Kira-kira apa yang Bapak lakukan agar mereka tau

akar masalah?

2.12. Kira-kira apa yang Bapak lakukan jika anak-anak

tidak mampu mengontrol dirinya?

99

HASIL WAWANCARA

1. Staff

Nama Informan : Tia Trisnawati

Usia : 20 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Karawang

(Pertanyaan Umum)

1. Di mana asal daerahnya?

“Saya berasal dari Karawang”

2. Ditinggal wafat ayah, ibu, atau dua-duanya?

“Saya hanya ditinggal wafat oleh ayah”.

3. Sejak kapan ditinggal ayah, ibu atau kedua duanya?

“Saya ditinggal wafat oleh ayah ketika saya di Sekolah

Dasar pada tahun 2010”.

4. Bagaimana ceritanya saudara bisa masuk ke Yayasan

Rumah harapan Kota Bogor?

“Waktu itu saya diberitahu oleh tetangga. Tetangga ada

yang kenal dengan orang dari Yayasan Rumah Harapan ini.

Kebetulan pada saat itu keadaan saya sudah yatim. Lalu

saya ditawarkan apakah ingin masuk ke dalam asrama /

Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor ini supaya

meringankan beban orang tua. Dan akhirnya saya mau dan

ditempatkan di Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor ini”.

5. Apa yang membuat saudara tertarik tinggal dan mengikuti

kegiatan di Yayasan Rumah Harapan Kota Bogor?

100

“Saya tertarik pertama dalam ilmu agamanya yang teratur.

Yang kedua dengan kemandiriannya, dengan saya yang

tinggal di Rumah Harapan ini saya bisa mandiri dengan

meringankan beban orang tua saya”.

(Pertanyaan Khusus)

1. Hal-hal berkaitan dengan kemandirian

1.1. Dalam melakukan sesuatu apakah saudara melakukan

karena diri sendiri?

“Saya melakukan sesuatu yang pertama itu karena

Allah, yang kedua niat dari hati. Karena saya ingin

tinggal disini. Ingin benar-benar mandiri saya niatkan

karena ingin belajar dengan sungguh-sungguh niat

karena hati sendiri bisa membanggakan orang tua jadi

karena saya sendiri”.

1.2. Jika keputusan anda tidak sama dengan orang lain,

apakah saudara malu, cemas, atau tidak enak ada orang

lain?

“Saya tidak mau mendengarkan perkataan orang lain.

Saya yakin kepada diri saya sendiri walau saya tinggal

di sebuah Yayasan kalau menurut saya itu baik saya

tidak akan malu apalagi ini lebih kearah yang baik jadi

saya ingin benar-benar mencari ilmunya dalam hal

agama atau dengan kemandiriannya”.

1.3. Jika ada persoalan apakah saudara mempelajari apa

penyebab masalahnya?

101

“Ya, saya mempelajari dulu. Saya menelaah dulu apa

penyebab dari masalah ini setelah itu di pelajari lalu di

amalkan”.

1.4. Jika terjadi permasalahan dengan orang lain, apakah

anda dapat mengontrol diri untuk tidak kecewa, marah,

atau cemas?

“Insya Allah. Pertama saya akan mengintropeksi diri

dahulu, apakah di dalam diri saya ada sebuah kesalahan

dan Insya Allah saya akan menerima orang itu ketika ia

menegur saya lalu saya akan memperbaiki diri dan

tidak akan kecewa karena itu merupakan kesalahan

saya. Walaupun jika itu memang kesalahan dari

sananya saya akan berusahan untuk memaafkan.

Karena sejatinya manusia itu tidak luput dari

kesalahan”.

1.5. Dalam melaksanakan satu keputusan, apakah saudara

mengandalkan diri sendiri dan tidak mengandalkan

orang lain?

“Kalau untuk keputusan saya biasanya pada diri sendiri

karena itu untuk saya jadi saya melakukan saya tidak

bergantung kepada orang lain kalau tekad diri sendiri

kalau untuk melaksanakan suatu keputusan”.

1.6. Apakah saudara bisa membedakan mana kepentingan

pribadi dan kepentingan orang lain atau kelompok?

“Insya Allah bisa karena disini tinggal bersama-sama

disini ada hak untuk saya sendiri dan ada hak untuk

bersama-sama kalau misalkan kata pengurusnya ini

102

untuk saya sendiri maka saya tekankan ini untuk saya

kalau ini untuk kelompok maka saya harus rela berbagi

untuk bersama”.

1.7. Dalam melaksanakan tugas-tugas apakah saudara

berinisiatif sendiri, bukan karena takut atau disuruh

orang lain?

“Karena saya sendiri. Karena itu memang sudah

menjadi kewajiban atau tugas karena Insya Allah kalau

misalkan kita lakukan dengan niat tugas itu akan

menjadi mudah dan bukan karena takut atau disuruh

orang lain. Bagaimanapun hasil dari tugas itu saya

serahkan kepada Allah yang penting saya sudah

berusaha dulu”.

1.8. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari apakah saudara

ada perasaan takut atau gagal?

“Perasaan takut atau gagal itu ada. Karena banyak

sekali laporan-laporan yang masuk. Lalu juga sering

kurang mengerti tapi saya pelajari dulu kalau kata hati

saya bisa ya pasti bisa yang penting ikhtiar dulu dari

saya sendiri. Saya berusaha dan berdo’a”.

2. Hal-hal yang berkaitan dengan peran pembimbing agama

dalam mewujudkan kemandirian anak yatim.

2.1. Apakah saudara memperoleh perhatian dari

pembimbing agama dalam melaksanakan tugas sehari-

hari?

103

“Ya. Saya selalu mendapatkan perhatian dari

pembimbing agama. Contohnya ketika saya disuruh

untuk melakukan Shalat Tahajud saya harus bangun.

Pengurus juga harus memperhatikan apakah anak ini

sudah bangun atau belum. Sesuai atau tidak dengan

peraturan yang ada disini. Terutama dalam hal agama

kita harus benar-benar memperhatikan”.

2.2. Apakah pembimbing agama selalu memberikan

nasihat saat saudara salah dalam melaksanakan

kegiatan?

“Tentu saja pasti. Ketika kita melakukan kesalahan

walaupun sekecil apapun kesalah yang kita lakukan

kalau memang itu salah Insya Allah pembimbing

agama akan memperingatkan bahwa ini salah dalam

agama kita melakukan ini salah”.

2.3. Apakah pembimbing agama selalu memberikan

contoh dan keteladanan dalam tugas sehari-hari

saudara?

“Tentu saja ya. Dia adalah seorang pembimbing agama.

Ketika dia memberikan contoh kepada orang lain

ketika dia memberikan tugas kepada anak-anak asuh

otomatis dia juga harus mencontohkan diri dia sendiri

dulu sebelum memberikan tugas tersebut kepada orang

lain”.

2.4. Apakah pembimbing agama selalu mengarahkan agar

saudara mandiri?

104

“Jelas. Karena disini adalah sebuah Yayasan yang

diutamakan adalah kemandirian karena jauh dari orang

tua disini juga sudah dijadwalkan piket itu harus

melakukan sendiri, seperti cuci piring sendiri, cuci baju

sendiri, dan lain-lain. Kalau untuk kemandirian itu

100% diajarkan disini dan di bimbing”.

2.4.1. Seperti agar saudara bertanggung jawab dalam

sehari-hari?

“Ya”.

2.4.2. Seperti saudara agar tudak mengeluh dalam

menjalankan tugas?

“Ya”.

2.4.3. Seperti saudara agar mengambil inisiatif dalam

melaksanakan tugas?

“Ya”.

2.4.4. Seperti saudara agar tidak bergantung pada

yang lain?

“Ya. Karena sudah mempunyai porsinya

masing-masing. Kalau kita harus mandiri dan

tidak boleh bergantung kepada orang lain”.

2.4.5. Seperti saudara agar tidak iri dengan kebaikan

orang lain?

“Ya. Insyah allah. Karena rezeki masing-

masing sudah diatur oleh Allah”.

2.4.6. Seperti saudara agar bertanggung jawab atas

seluruh tindakan yang saudara lakukan?

“Insya Allah”.

105

2.5. Dalam kegiatan sehari-hari, seperti apa pembimbing

agama menyampaikan bimbingan-bimbingan agama

pada saudara?

“Karena menyampaikan program-program bagaimana

ke depannya untuk kita agar bisa menjadi lebih baik

lagi diterangkan oleh pembimbing agama bahwa kita

itu ke depannya harus seperti ini harus lebih baik harus

bisa mencontohkan juga. Karena kita ini berasal dari

sebuah Yayasan jadi harus bisa mencetak generasi

penerus yang baik”.

106

2. Anak Yatim

Nama Informan : Rohman

Usia : 12 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Subang

(Pertanyaan Umum)

1. Di mana asal daerahnya?

“Saya berasal dari Subang”

2. Ditinggal wafat ayah, ibu, atau dua-duanya?

“Saya hanya ditinggal wafat oleh ayah”.

3. Sejak kapan ditinggal ayah, ibu atau kedua duanya?

“Saya ditinggal wafat oleh ayah ketika saya masih

kecil”.

4. Bagaimana ceritanya saudara bisa masuk ke Yayasan

Rumah harapan Kota Bogor?

“Saya disarankan oleh Ibu saya untuk masuk ke

Yayasan Rumah Harapan”.

5. Apa yang membuat saudara tertarik tinggal dan

mengikuti kegiatan di Yayasan Rumah Harapan Kota

Bogor?

“Berhubung saya sudah menjadi anak yatim, saya

disuruh oleh Ibu saya untuk daftar kesini dan mengikuti

semua kegiatan yang ada di Yayasan Rumah Harapan”.

107

(Pertanyaan Khusus)

1. Hal-hal berkaitan dengan kemandirian

1.1. Dalam melakukan sesuatu apakah saudara

melakukan karena diri sendiri?

Ya. Saya melakukan sesuatu itu atas dasar diri

sendiri.

1.2. Jika keputusan anda tidak sama dengan orang

lain, apakah saudara malu, cemas, atau tidak

enak ada orang lain?

Sejujurnya ketika keputusan saya tidak sama

dengan orang lain saya merasa sedikit tidak

enak dengan orang lain tetapi saya mencoba

untuk menerimanya.

1.3. Jika ada persoalan apakah saudara mempelajari

apa penyebab masalahnya?

Ya. Ketika saya sedang ada masalah saya

mencoba untuk mempelajari masalah tersebut.

1.4. Jika terjadi permasalahan dengan orang lain,

apakah anda dapat mengontrol diri untuk tidak

kecewa, marah, atau cemas?

Ya. Saya mencoba untuk tidak marah apabila

punya masalah dengan teman-teman.

1.5. Dalam melaksanakan satu keputusan, apakah

saudara mengandalkan diri sendiri dan tidak

mengandalkan orang lain?

108

Jelas. Saya melaksanakan suatu keputusan tidak

mengandalkan orang lain dan melakukannya

sendiri.

1.6. Apakah saudara bisa membedakan mana

kepentingan pribadi dan kepentingan orang lain

atau kelompok?

Bisa. Jika itu kepentingan pribadi berarti

kepentingan saya. Kalau kepentingan orang lain

atau kelompok saya melakukannya dengan

bersama-sama.

1.7. Dalma melaksanakan tugas-tugas apakah

saudara berinisiatif sendiri, bukan karena takut

atau disuruh orang lain?

Ya. Saya melaksanakan tugas atas dasar

inisiatif sendiri semisal sendal berantakan saya

langsung merapihkannya dan bukan disuruh

oleh orang lain.

1.8. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari apakah

saudara ada perasaan takut atau gagal?

Tidak. Saya melakukan tugas sehari-hari

dengan semangat.

2. Hal-hal yang berkaitan dengan peran pembimbing

agama dalam mewujudkan kemandirian anak

yatim.

2.1. Apakah saudara memperoleh perhatian dari

pembimbing agama dalam melaksanakan tugas

sehari-hari?

109

Ya. Saya mendapatkan perhatian dari

pembimbing agama.

2.2. Apakah pembimbing agama selalu

memberikan nasihat saat saudara salah dalam

melaksanakan kegiatan?

Selalu. Bapak selalu memberikan nasihat

kepada saya jika saya melakukan kesalahan.

2.3. Apakah pembimbing agama selalu

memberikan contoh dan keteladanan dalam

tugas sehari-hari saudara?

Ya. Bapak selalu memberikan contoh dan

keteladanan dalam tugas sehari-sehari. Semisal

membersihkan halaman dan membuang

sampah pada tempatnya.

2.4. Apakah pembimbing agama selalu

mengarahkan agar saudara mandiri?

Ya, benar. Saya diajarkan oleh pembimbing

untuk selalu mandiri.

2.4.1. Seperti agar saudara bertanggung jawab

dalam sehari-hari?

Ya.

2.4.2. Seperti saudara agar tudak mengeluh

dalam menjalankan tugas?

Ya. Saya mengerjakan sesuatu sama

sekali tidak mengeluh.

2.4.3. Seperti saudara agar mengambil inisiatif

dalam melaksanakan tugas?

110

Ya.

2.4.4. Seperti saudara agar tidak bergantung

pada yang lain?

Ya. Saya menjalankan sesuatu tidak

bergantung kepada orang lain.

2.4.5. Seperti saudara agar tidak iri dengan

kebaikan orang lain?

Ya. Saya tidak iri dengan orang lain bila

mereka melakukan hal-hal yang baik.

2.4.6. Seperti saudara agar bertanggung jawab

atas seluruh tindakan yang saudara

lakukan?

Ya. Saya melakukan tindakan dengan

penuh rasa tanggung jawab.

2.5. Dalam kegiatan sehari-hari, seperti apa

pembimbing agama menyampaiakn bimbingan

bimbingan agaman pada saudara?

Dengan cara menasihati dan

mempraktikkannya agar saya menjadi lebih

baik lagi.

111

3. Anak Yatim

Nama Informan : Dennis

Usia : 12 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Subang

(Pertanyaan Umum)

1. Di mana asal daerahnya?

“Saya berasal dari Subang”

2. Ditinggal wafat ayah, ibu, atau dua-duanya?

“Saya ditinggal wafat oleh ayah dan ibu”.

3. Sejak kapan ditinggal ayah, ibu atau kedua duanya?

“Saya ditinggal wafat oleh ayah dan ibu ketika saya

masih kecil”.

4. Bagaimana ceritanya saudara bisa masuk ke

Yayasan Rumah harapan Kota Bogor?

“Saya disarankan oleh Bibi saya untuk masuk ke

Yayasan Rumah Harapan”.

5. Apa yang membuat saudara tertarik tinggal dan

mengikuti kegiatan di Yayasan Rumah Harapan

Kota Bogor?

“Saya disuruh oleh Bibi saya untuk daftar kesini

dan mengikuti semua kegiatan yang ada di Yayasan

Rumah Harapan. Saya bergabung ke Yayasan

Rumah Harapan dengan tujuan ingin menjadi

pribadi yang Shaleh, pintar, rajin, dan bisa

112

membuat kedua orang tua saya bahagia walaupun

mereka sudah tidak ada”.

(Pertanyaan Khusus)

1. hal-hal berkaitan dengan kemandirian

1.1.Dalam melakukan sesuatu apakah saudara

melakukan karena diri sendiri?

Ya. Saya melaksanakan kegiatan sehari-sehari

karena diri sendiri dan bukan karena orang lain.

1.2. Jika keputusan anda tidak sama dengan orang

lain, apakah saudara malu, cemas, atau tidak

enak ada orang lain?

Tidak. Saya tidak merasa cemas, malu, dan

tidak enak kepada orang lain kalau keputusan

saya berbeda dengan mereka.

1.3. Jika ada persoalan apakah saudara mempelajari

apa penyebab masalahnya?

Ya. Saya mempelajari dan mencari tahu

masalah yang saya hadapi sampai selesai.

1.4. Jika terjadi permasalahan dengan orang lain,

apakah anda dapat mengontrol diri untuk tidak

kecewa, marah, atau cemas?

Ya. Saya bisa mengontrol diri sendiri ketika

saya sedang ada masalah dengan teman saya.

1.5. Dalam melaksanakan satu keputusan, apakah

saudara mengandalkan diri sendiri dan tidak

mengandalkan orang lain?

113

Saya melakukan kegiatan sama sekali tidak

mengandalkan orang lain dan mengandalkan

diri sendiri.

1.6. Apakah saudara bisa membedakan mana

kepentingan pribadi dan kepentingan orang lain

atau kelompok?

Bisa. Kalau itu kepentingan saya, saya akan

melakukannya sendiri. Jika itu kepentingan

kelompok, saya melakukannya secara bersama-

sama dengan teman-teman.

1.7. Dalma melaksanakan tugas-tugas apakah

saudara berinisiatif sendiri, bukan karena takut

atau disuruh orang lain?

Jadi kalau saya melakukan tugas atas diri

sendiri dan tidak dirusuh oleh orang lain.

1.8. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari apakah

saudara ada perasaan takut atau gagal?

Saya melaksanakan tugas dalam sehari-hari

sama sekali tidak mempunyai rasa takut dan

penuh percaya diri.

2. Hal-hal yang berkaitan dengan peran pembimbing

agama dalam mewujudkan kemandirian anak

yatim.

2.1. Apakah saudara memperoleh perhatian dari

pembimbing agama dalam melaksanakan tugas

sehari-hari?

114

Ya. Saya memperoleh perhatian dari

pembimbing agama.

2.2. Apakah pembimbing agama selalu

memberikan nasihat saat saudara salah dalam

melaksanakan kegiatan?

Selalu. Bapak tidak berhenti dalam

memberikan nasihat.

2.3. Apakah pembimbing agama selalu

memberikan contoh dan keteladanan dalam

tugas sehari-hari saudara?

Bapak selalu memberikan contoh kepada saya

dalam tugas sehari-hari agar saya menjadi

pribadi yang mandiri.

2.4. Apakah pembimbing agama selalu

mengarahkan agar saudara mandiri?

Ya. Bapak selalu mengarahkan agar saya

menjadi mandiri.

2.4.1. Seperti agar saudara bertanggung jawab

dalam sehari-hari?

Ya. Saya selalu bertanggung jawab.

2.4.2. Seperti saudara agar tudak mengeluh

dalam menjalankan tugas?

Saya sama sekali tidak mengeluh dan

ikhlas melakukan kegiatan.

2.4.3. Seperti saudara agar mengambil inisiatif

dalam melaksanakan tugas?

115

Ya. Saya selalu berinisiatif dalam

melaksanakan kegiatan.

2.4.4. Seperti saudara agar tidak bergantung

pada yang lain?

Ya. Saya sama sekali tidak bergantung

kepada orang lain.

2.4.5. Seperti saudara agar tidak iri dengan

kebaikan orang lain?

Saya tidak pernah iri dengan teman-

teman apabila mereka melakukan hal-

hal yang baik.

2.4.6. Seperti saudara agar bertanggung jawab

atas seluruh tindakan yang saudara

lakukan?

Selalu. Saya melakukan sesuatu penuh

dengan tanggung jawab.

2.5. Dalam kegiatan sehari-hari, seperti apa

pembimbing agama menyampaiakn bimbingan

bimbingan agaman pada saudara?

Bapak selalu menyampaikan bimbingan kepada

saya secara terus-menerus.

116

1. Pembimbing Agama

Nama Informan : Atsari Asujud

Usia : 42 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Subang

1. Pertanyaan Umum

1.1. Bisa perkenalkan nama Bapak?

“Nama saya Atsari Asujud”.

1.2. Bisakah Bapak ceritakan latar belakang pendidikan

Bapak?

“Saya hanya sekolah sampai Sekolah Dasar saja”.

1.3. Sejak kapan Bapak menjadi pembimbing di tempat

ini?

“Sejak tahun 2018”.

1.4. Bagaimana ceritanya, ceritanya Bapak ditetapkan

menjadi pembimbing agama di tempat ini?

“Awal mulanya anak saya di biayai oleh Yayasan

Rumah Harapan lalu saya masukan anak saya yang

smp kelas 1 di Yayasan Rumah Harapan. Awalnya

saya tidak percaya bahwa Rumah Harapan ini

dalam pembiayaannya gratis Alhamdulillah

ternyata benar dengan syarat survei dan pertanyaan-

pertanyaan yang memang harus di jawab dan

setelah di survei kalau memang masuk kategori

yang layak maka akan mendapatkan bantuan.

Sehingga anak saya bisa bersekolah di Yayasan

117

Rumah Harapan di SMPIT Insan Rumah Harapan

dan sekarang sudah SMA kelas 2. Dan dari situ saya

mempunyai hutang jasa. Di sisi lain Rumah

Harapan ini suatu ketika membutuhkan

pembimbing agama di cabang, sehingga saya

putuskan untuk menerima tawaran dari Rumah

Harapan untuk menjadi pembimbing agama.

Setelah saya melewati test dan screening selama

kurang lebih 2 bulan. Akhirnya saya di tentukan

dan di pilih sebagai pembimbing agama di Yayasan

Rumah Harapan”.

1.5. Apa yang membuat Bapak mau menjadi

pembimbing di tempat ini?

“Pertama, karena Allah. Yang kedua itu lebih

mengarah kepada ibadah. Karena dari kesadaran

pribadi kalau bukan kita siapa lagi”.

1.6. Menurut Bapak, anak-anak yatim ini dipandang

sebagai apa? (Pandangan Bapak terhadap anak

asuh)

“Anak yatim sebenarnya merupakan anak titipan

yang harus perlu kita arahkan jadi mereka itu

sebenarnya merupakan sebuah amanah karena

mereka juga layak mendapatkan pendidikan dan

kesejahteraan maka dari itu anak-anak yatim ini

kita anggap sebagai anak sendiri jadi tidak dibeda-

bedakan. Kalau ada yang salah maka harus

menerima sanksi jika ada yang benar maka harus di

118

benarkan. Semuanya di sama-ratakan. Jadi harus

menjunjung tinggi keadilan”.

2. Pertanyaan Khusus

2.1. Bisa Bapak gambarkan, apa yang dimaksud

dengan kemandirian pada anak?

“Kemandirian pada anak bukan berarti dia tidak

membutuhkan contoh tetapi dia harus perlu

diberikan contoh jadi jika kita ingin menyuruh anak

tersebut untuk mandiri maka kita harus

memberikan contoh yang baik secara rutin jadi

akan membuat mereka mandiri dan terbiasa untuk

melakukan hal-hal tersebut. Jadi menurut saya jika

mereka sudah terbiasa dengan hal-hal yang baik

maka mereka bisa disebut sebagai anak yang

mandiri”.

2.2. Apakah ada hubungannya bimbingan agama

dengan kemandirian?

“Tentu saja ada. Jadi kemandirian agama ini

mengarah kepada kemandirian jadi membentuk

karakter-karakter umat yang mandiri yang tidak

boros dan merasa cukup yang memang yang

namanya kemandirian itu sangat perlu dimiliki oleh

setiap insan. Karena jika seseorang sudah memiliki

sifat kemandirian makan dimanapun dia berada dia

bisa mampu berjalan dan menggerakkan apapun

yang ada di dalam dirinya dan lingkungannya dia

119

mampu merubah pribadi dan lingkungan dan

sesama”.

2.3. Bagaimana Bapak membuat mereka mandiri?

“Pertama dengan keilmuwannya dulu terutama

keilmuwan dalam agama dan duniawi karena yang

membuat mereka mandiri harus berdasarkan ilmu.

Yang kedua adalah melalui praktik. Arti praktik

adalah perilaku kita tingkah laku kita seperti Hablu

Minallah dan Hablu Minannas harus benar-benar

sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah. Insyah Allah

mengarah kepada kemandirian”.

2.4. Apakah Bapak melihat anak-anak tidak bebas dan

cemas dalam melakasanakan keputusannya?

“Anak-anak disini selalu ceria karena apa yang

diputuskan dari Rumah Harapan tidak terlalu berat

atau tidak berat sebelah (Adil) jadi anak-anak harus

mendapatkan kebahagiaan mereka jadi keputusan-

keputusan yang diberikan Rumah Harapan menurut

saya masih berada di batas kewajaran artinya tidak

ada yang kontra. Jadi anak-anak merasa terbebani”.

2.5. Dalam tugas harian apakah anak-anak dalam

melihat masalah tidak tahu akar masalahnya?

“Yang namanya anak-anak memang memerlukan

bimbingan. Maka dari itu kita selaku pengasuh atau

pembimbing agama harus benar-benar memahami

akar permasalahan sesuatu yang di hadapi oleh

anak-anak”.

120

2.6. Apakah Bapak sering melihat anak-anak tidak

mampu mengontrol dirinya dalam menghadapi

permasalahan dengan hal tersebut?

“Kadang-kadang anak-anak tidak mampu

mengontrol dirinya pada suatu masalah yang tidak

terlalu serius contohnya bercanda berlebihan yang

mengakibatkan mereka menjadi bertengkar satu

sama lain. Lalu saya ingatkan kembali jika ingin

bercanda jangan mudah marah dan jangan mudah

tersinggung dan pahami teman”.

2.7. Apa yang Bapak lakukan agar anak-anak mandiri

dalam menentukan baik dan buruk?

“Pertama melalui ilmu. Yang kedua melalui

pembelajaran yang selalu kami ingatkan secara

rutin, continue, dan berulang-ulang agar mereka

mengenal kebaikan dan mereka menjadi mandiri.

Mengarahkan mereka ke arah yang baik.

Contohnya menceritakan kisah-kisah Rasulullah

dan para Sahabat yang bukan fiktif, bukan dongeng,

dan real atau nyata”.

2.8. Apa yang Bapak lakukan agar anak-anak punya

inisiatif melaksanakan tugas-tugasnya?

“Yang pertama terkadang anak-anak harus

diberikan iming-iming semacam hadiah-hadiah

atau imbalan agar mereka semangat untuk

berlomba-lomba di dalam kebaikan”.

121

2.9. Bagaimana caranya agar Bapak dapat

mengantarkan anak-anak punya kepercayaan diri

dan keyakinan yang kuat dengan seluruh tingkah

lakunya?

“Lagi-lagi yang ingin saya katakan. Yang pertama

adalah ilmu. Yang kedua mereka itu harus ada

pembimbingan terus-menerus dan jangan sampai

lengah jangan ada waktu luang dimana mereka

akan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat dan

kami arahkan mereka agar menjadi kreatif”.

2.10. Apa yang Bapak lakukan agar mereka bebas

dan tidak cemas dalam melaksanakan tugas dengan

tanggung jawab setiap hariannya?

“Yang pertama adalah akhlak Rasulullah yang saya

terapkan yang tidak terlepas dari memberikan

contoh-contoh yang baik. Yang kedua adalah

membiasakan dirinya dalam berbuat kebaikan. Jadi

kebiasaan mereka yang membuat mereka tidak

cemas dan mereka menjadi terbiasa melakukan hal-

hal yang baik”.

2.11. Kira-kira apa yang Bapak lakukan agar

mereka tau akar masalah?

“Anak-anak dikasih sebuah contoh melalui media

visual seperti video kartun dan semacamnya karena

yang namanya anak-anak itu tidak cukup dengan

omongan mereka juga butuh gambaran yang

mendidik kepada kebaikan. Seperti kisah-kisah

122

islam, kisah-kisah hikmah, tata cara shalat, do’a-

do’a, karakter-karakter anak-anak yang shaleh,

kisah-kisah sahabat, dan kisah-kisah inspiratif

seorang muslim, masih banyak lagi”.

2.12. Kira-kira apa yang Bapak lakukan jika

anak-anak tidak mampu mengontrol dirinya?

“Yang paling pertama adalah dengan cara

memberikan anak-anak sebuah nasihat. Yang kedua

saya berbicara dan memberi contoh baik-

buruknya”.

123

124

125

126

127

128

129

130

131

DOKUMENTASI

Foto wawancara dengan Atsari Asujud (Pembimbing

Agama)

132

Foto wawancara dengan Tia Trisnawati (Staff

Administrasi)

133

Foto wawancara dengan Dennis (Anak Yatim)

134

Foto wawancara dengan Rohman (Anak Yatim)

135

Foto anak-anak Yatim sedang test hafalan Al-Qur’an

136

Foto anak Yatim sedang belajar menulis Bahasa Arab

137

Foto anak yatim sedang merapihkan rak Al-Qur’an

138

Foto anak yatim sedang menyapu halaman

139

Foto anak yatim sedang mengepel lantai.

140

Foto amak yatim sedang menjemur pakaian.

141

Foto anak yatim sedang memilih baju yang dikasih oleh

donator.

142

143

144

145

146

147

148

149


Recommended