+ All Categories
Home > Documents > PSIKOLOGI HUMANISTIK

PSIKOLOGI HUMANISTIK

Date post: 03-Dec-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
39
UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH PSIKOLOGI HUMANISTIK BARLIAN RAHADIANTO ARBI 111211131033 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga 2016
Transcript

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH PSIKOLOGI HUMANISTIK

BARLIAN RAHADIANTO ARBI

111211131033

Fakultas Psikologi

Universitas Airlangga

2016

-I-

Saya barlian rahadianto arbi, lahir pada 7 november 1993 di kota kecil

yang memiliki julukan kota angin. Saya anak terakhir dari 2 bersaudara. Orang

tua saya bekerja menjadi seorang guru, ayah menjadi guru olahraga di SMAN 2

Nganjuk,sedangkan ibu menjadi seorang guru matematika pada sekolah

menengah pertama di kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.

Dari kecil saya sangat menyukai olahraga, hal itu terbawa dari ayah saya yang

menjadi seorang guru olahraga. Tapi ternyata hanya olahraga Basket yang

paling saya sukai dan tekuni sampai saat ini. Selain olahraga basket, saya juga

menyukai seni menggambar. Selain basket dan menggambar yang saya gemari,

pelajaran matematika juga menjadi mata pelajaran yang saya gemari, mungkin

hal itu terbawa juga dari ibu saya yang seorang guru matematika. Kegemaran

saya terhadap matematika membawakan hasil, yaitu saya terpanggil mewakili

kecamatan untuk olimpiade matematika tingkat kabupaten.

Setelah SMA kegemaran saya terhadap matematika mulai menurun dan

lebih fokus pada basket dan menggambar. Tahun 2010 saya membentuk

kelompok menggambar yang sampai sekarang masih berjalan dan banyak

mendapatkan prestasi dari individu maupun kelompok menggambar saya. Di

sisi lain, pada tahun itu juga saya lolos dan terpilih untuk mengikuti POPDA

dan PORPROV basket membawa nama kabupaten Nganjuk di tingkat provinsi.

Hal ini sangat membuat saya senang karena hal yang saya tekuni dari kecil tidak

sia-sia.

Tahun 2010, yang pada saat itu saya berada pada kelas X di SMAN 2

Nganjuk. Saat itulah masa-masa dimana saya mencapai puncak yang saya

anggap cukup membanggakan. Saya terpilih menjadi team inti dari POPDA

basket Nganjuk. Namun disaat saya merasa ini adalah puncak yang telah saya

raih, musibah datang menimpa saya. Sore hari sepulang saya berlatih basket

bersama team POPDA Nganjuk, saya mengalami kecelakaan yang

mengakibatkan tulang paha kanan saya patah. Disitulah dimana saya merasa

terpuruk karena sudah tidak mungkin lagi untuk melanjutkan POPDA.

Hari-hari saya jalani dengan penuh keputus asa an dan jengkel terhadap basket.

Saya berpikir sudah tidak mungkin lagi untuk bisa bermain basket. Satu tahun

masa penyembuhan patah kaki saya gunakan untuk menekuni hobi menggambar

saya. Saya mulai fokus pada hobi tersebut dan mengejar untuk bisa

menghasilkan prestasi dari hobi menggambar ini. Saya bersyukur karena tanpa

basket pun saya masih bisa mendapatkan prestasi dari hal lain.

Satu setengah tahun saya tidak mau berkecimpung ataupun membahas

hal-hal tentang basket. Frustasi yang begitu besar terhadap basket membuat

saya benci dengan basket. Ternyata hal itu terpatahkan dengan adanya motivasi

dari orang-orang disekitar saya. Mereka memotivasiku untuk kembali ke basket

karena menurut mereka saya masih mampu untuk melakukannya. Ayah saya

yang mulai sering memberi motivasi dan mengajak untuk kembali untuk

bermain basketpun berhasil, teman-teman serta pacar pun juga memberiku

semangat untuk kembali lagi ke dunia basket. Alhasil di 2012 saya mulai

kembali ikut ke team basket sekolah dan mengikuti kompetisi meskipun saya

belum maksimal seperti dulu. Motivasi saya untuk basket semakin kuat ketika

saya dan team mendapat juara 2 tingkat SMA se provinsi jawa timur di Unesa.

Kepercayaan diri saya dalam basket meningkat saat saya masuk dalam team

basket di fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Berbagai kompetisi tingkat

nasional saya ikuti bersama team di kampus. Saat itulah saya merasa diri saya

telah kembali. Saya juga mencoba melatih di sekolah basket untuk anak SD di

Nganjuk, serta dipercaya melatih di beberapa team basket fakultas lain.

Dengan kegemaran basket saya ini, saya tidak lupa jika memiliki

kewajiban sebagai mahasiswa yang harus dituntut dalam mengerjakan tugas dan

belajar, meskipun lebih sering saya menunda-nunda tugas hingga batas waktu

yang ditentukan akan habis. Mungkin memang saya yang kurang bisa membagi

waktu antara kuliah dan kegiatan lainnya. Di tahunke tiga saya kuliah, saya

masuk dalam organisasi BEM di fakultas saya. Hal ini membuat saya harus

pandai-pandai dalam membagi waktu.

-II-

Analisis

Psikologi positif memandang pengalaman ini, bahwa saya memiliki

kondisi positif berupa optimisme untuk segera sembuh dari patah tulang saya

dan dapat bermain basket lagi, walaupun tidak dapat masuk dalam team

POPDA, namun tetap optimis dapat masuk dalam team lain. Dukungan dari

orang-orang disekitar saya seperti orang tua dan teman-teman membuat saya

bangkit, tidak terpuruk karena tidak dapat masuk dalam team POPDA. Sehingga

saya tidak putus asa, untuk segera sembuh dan dapat berlatih lagi untuk

memasuki team lain. Walaupun saya menyadari bahwa saya mungkin tidak

akan bisa bermain semaksimal dulu. Hal ini sejalan dengan psikologi positif

dimana individu lebih menggali sisi optimal dibandingkan befokus pada hal-hal

negatif. Selama pengobatan, dan tidak dapat bermain basket terlebih dahulu,

saya melakukan kegiatan yaitu menggambar dan mengikuti kompetisi-

kompetisi menggambar grafiti. Perlombaan berhasil saya lewati dengan

mendapatkan juara 1 dan 3. Secara psikologi positif, saya memiliki kondisi

positif berupa emosi yang saya luapkan dengan cara menggambar dan

mengikuti kompetisi menggambar grafiti (Liney, 2006) & (Seligmen, 1998).

Saya juga memiliki resiliensi individu yang cukup tinggi, dengan dipacu

oleh optimisme dan harapan yang saya miliki (Grothberg, 1995). Optimisme

diperlihatkan ketika saya berfikir positif akan ada hal baik yang terjadi yaitu

saya pasti dapat memasuki team yang lebih baik dari team POPDA. Harapan ini

saya perlihatkan dengan berlatih lebih keras setelah saya sembuh. Walaupun

saya tahu permainan saya tidak semaksimal dulu, namun saya tetap berusaha

keras. Sifat optimis saya dengan mangharapkan hal baik akan terjadi membuat

resiliensi meningkat dan beliau tidak mudah menyerah (Grothberg, 1995).

Menurut hierarki maslow, terdapat lima kebutuhan dasar manusia, antara

lain:

1. Kebutuhan Fisiologis

Yaitu kebutuhan biologis, seperti makanan, minuman, oksigen, dan

lain-lain. Kebutuhan ini adalah kebutuhan dasar, kebutuhan paling kuat.

2. Kebutuhan Keamanan

Kebutuhan ini akan muncul ketika kebutuhan fisiologis benar-benar

telah terpenuhi. Kebutuhan ini adalah kebutuhan dimana akan memunculkan

rasa aman.

3. Kebutuhan Cinta, Sayang, dan Kepemilikan

Setelah dua kebutuhan itu telah terpenuhi, maka akan muncul

kebutuhan cinta, sayang, dan kepemilikan. Maslow mangatakan bahwa

orang mencari cara mengatasi rasa kesepian.

4. Kebutuhan Esteem

Selanjutnya adalah kebutuhan esteem. Kebutuhan ini melibatkan apa

yang kita lakukan dapat dihargai oleh orang lain. Ketika kebutuhan ini dapat

tercapai, maka rasa percaya diri dalam individu akan muncul. Namun ketika

tidak terpenuhi maka individu akan merasa lemah dan tak berdaya.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Setelah semua kebutuhan telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan

yang terakhir yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Maslow mengibaratkan

aktualisasi diri sebagai individu perlu menjadi individu sesuai dengan yang

ditakdirkan saat ia lahir. Contohnya seorang musisi harus bermusik, seorang

atlet harus sehat.

Dalam pengalaman saya ini, saya telah melewati tahap Fisiologis, jika

saya lapar maka saya makan, jika saya haus saya akan minum. Selain itu, saya

telah melewati tahap Sevety and Security Needs (kebutuhan keamanan), dimana

saya dapat memasuki team lain, yaitu team di fakultas psikologi, sekaligus saya

dipercayai untuk melatih sekolah basket untuk anak-anak SD di Nganjuk. Selain

itu, setelah patah tulang, saya dapat menjuaai pertandingan basket tingkat SMA

se Jawa Timur di Unesa. Disertai dengan baiknya orang-orang disekitar saya

yang telah memberikan perhatiannya kepada saya. (Ramadhan, --).

Selain itu, saya juga telah melewati tahap kebutuhan cinta, sayang, dan

kepemilikan, dimana saya memiliki keluarga, teman, dan pacar yang selalu

mendukung dan menemani saya. Dengan adanya mereka, saya tidak pernah

merasa kesepian. Saat ini, saya belum sampai mencapai pada kebutuhan esteem,

karena pada dasarnya, saya masih merasa bahwa saya belum bisa

membanggakan sekitar saya.

Melihat juga dari pengalaman ini, saya telah mendapatkan psychological

well being. Saya telah melihat kejadian ini dengan nilai yang positif bahwa

dengan usaha keras pasti akan menghasilkan hasil yang positif juga, walaupun

terkadang tidak sesuai dengan keinginan. Saya merasakan penyesalan yang

amat dalam saat mengetahui saya mengalami patah tulang dan tidak dapat

masuk dalam team POPDA, namun akhirnya saya dapat beradaptasi dengan

keadaan ini (resiliensi). Hal ini membuktikan bahwa emosi positif lebih

mendominasi dibandingkan emosi negatif. Secara kognitif pun, well being

sudah saya dapatkan, dengan saya mengevaluasi kehidupan saya sendiri, secara

sadar saya dapat memunculkan kesejahteraan, seperti dengan kejadian ini akan

membuat saya lebh berhati-hati dalam berkendara. Tidak lupa bahwa dorongan

sosial dan dukungan emosional sangat mempengaruhi well being saya.

Dukungan dari orang-orang sekitar dapat membuat saya termotivasi dan bangkit

kembali. Dukungan emosional, dimana saya peduli dengan diri saya untuk tidak

terpuruk pada satu hal. (Farida & dkk, 2013) & (Ryff & Keyes, 1995).

Self determination adalah rasa percaya bahwa individu dapat

mengendalikan nasibnya sendiri dan menjadi lebih berwenang atau bertanggung

jawab. Self determination berkaitan dengan motivasi dan kepribadian manusia.

Seseorang dikatakan telah memiliki self determination ketika seseorang tersebut

lebih dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dirinya sendiri dari pada motivasi

dari lingkungan eksternal. Hal tersebut merujuk pada keadaan dimana seseorang

memulai suatu aktivitas untuk dirinya sendiri karena merasa aktivitas tersebut

menarik dan dapat mencapai kepuasaan dengan melakukan aktivitas tersebut.

Menurut Freud seseorang yang mampu dalam mendeterminasikan dirinya

adalah sebagai berikut:

a. tidak pernah menyerah,

b. mampu mengambil keputusan secara cepat, tepat dan mampu dipertanggung

jawabkan,

c. mempunyai inisiatif, dan

d. higher order communication.

Hal ini sesuai dengan apa yang saya alami. Saya merasa saya mampu

mendeterminasikan diri saya. Hal ini dibuktikan dengan saya hobi menggambar,

saya suka menggambar grafiti, saya suka mengikuti kompetisi-kompetisi

menggambar. Hal ini muncul dari dalam diri saya untuk terus menggambar.

Yang terjadi, saya tetap mengikuti apa mau saya yaitu meggambar, namun

dengan tidak melupakan kewajiban saya sebagai mahasiswa. Saya tetap

menggambar, namun juga tidak lupa dengan tugas-tugas kuliah. Saya tetap

mengerjakan tugas-tugas kuliah walaupun terkadang prokrastinasi, sekaligus

saya juga dapat fokus untuk menjuarai kompetisi-kompetisi menggambar

grafiti. Selain itu, saya juga memiliki inisiatif yang cukup tinggi, yaitu beberapa

kali mengajak teman kelompok saya untuk mengerjakan tugas bersama.

Edward L. Deci & Richard M. Ryan mengembangkan penelitian

mengenai konsep motivasi intrinsik & ekstrinsik dalam diri individu kemudian

menyatakan 3 kebutuhan psikologis dasar yang dapat mempengaruhi self

determination, yakni:

a. Autonomy

Merupakan kebutuhan untuk menjadi “alasan hidup” bagi dirinya

sendiri, meskipun tidak berarti manusia tersebut dapat hidup sendiri tanpa

orang lain.

b. Competence (Kompetensi)

Merupakan kebutuhan untuk dapat mengontrol outcome dan keinginan

untuk menguasai skill tertentu

c. Relatedness (Keterkaitan)

Merupakan kebutuhan yang dimiliki oleh hampir seluruh manusia

dimana manusia mempunyai keinginan untuk berineraksi, berhubungan, dan

peduli satu sama lain.

Ketiga kebutuhan dasar psikologis ini berbeda-beda pada setiap orang.

Seseorang dapat memiliki kebutuhan kompetensi yang lebih dominan, ataupun

yang lainnya. Berdasarkan pengalaman saya, saya memiliki kebutuhan

kompetisi yang lebih dominan. Hal ini dibuktikan dengan saya memiliki

kebutuhan untuk mengontrol hasil dan keinginan untuk menguasai skill tertentu

yaitu basket dan menggambar. Namun tetap tidak lupa dengan kewajiban saya

sebagai mahasiswa.

Menurut teori kebebasan, saya telah mencapai eksistensi dari seorang

manusia. Kebebasan sendiri merupakan kata yang pastinya sudah akrab di

telinga kita semua. Hingga tidak jarang orang mengetahui bahkan memahami

apa itu tentang kebebasan. Lois Leahy mengatakan bahwa kebeasan merupakan

salah satu karakteristik dari manusia. Manusia adalah makhluk yang bebas,

namun manusia juga harus selalu memperjuangkan kebebasannya. Kebebasan

erat kaitannya dengan eksistensi manusia dalam hidupnya. Karena eksistensi

seorang manusia hanya akan bisa dicapai bila manusia tersebut memiliki

kebebasan untuk menentukan bagaimana bentuk dan caranya bereksistensi.

Berdasarkan hal ini, saya telah mencapai eksistensi saya, yaitu dengan saya

merasa bebas ketika saya melakukan hobi saya yaitu menggambar grafiti dan

basket, dan saya memperjuangkan hal itu. Hingga saat ini pun saya masih

mengikuti latihan mupun kompetisi menggambar dan basket.

Santre berpendapat bahwa kebebasan merupakan simbol kondisi manusia

yang mengalami dirinya sebagai makhluk bebas. Tapi juga merupakan

pertanggung jawaban mutlak dalam diri seseorang secara menyeluruh.

Berkaitan tentang pengalaman kebebasan adalah pengalaman tentang kesadaran

diri sendiri (Abidin, 2009). Tidak adanya penghalang, paksaan, beban atau

kewajiban juga sering kali diartikan sebagai kebebasan. Manusia dapat

dikatakan bebas apabila manusia memiliki secara sendiri perbuatan-

perbuatannya. Bagi kebanyakan orang, kebebasan telah dimiliki ketika mereka

dapat bebas memilih dari sejumlah pilihan yang ada. Manusia juga dikatakan

bebas ketika ia bersungguh-sungguh mengambil inisitif dan bertanggung jawab

atas perbuatan telah di lakukan atau pilihan yang telah dipilih. Sehingga apabila

tidak ada kebebasan maka tidak ada tanggung jawab. Sama halnya dengan

kebebasan yang saya lewati. Saya memang merasa bebas ketika menggambar

maupun basket, tapi tetap bertanggug jawab, selain dengan berusaha menjuarai

setiap kompetisi, tetapi juga mengingat bahwa saya masih seorang bahasiswa

dan harus menyelesaikan studi saya.

Tidak dipungkiri, selain fokus pada hobi, saya juga tidak bisa lepas dari

komunikasi dengan keluarga, nongkrong bersama teman-teman, maupun

sharing dengan pacar. Fromm mengatakan bahwa dorongan yang paling kuat

dari diri manusia adalah dorongan untuk bersatu antar pribadi. Cinta

dikategorikan oleh Fromm sebagai kebutuhan manusia akan keterkaitan

(relatedness). Cinta merupakan kesatuan antar individu dengan tetap

mempertahankan integritas dan individualitas masing-masing. Cinta di satu sisi

merupakan perwujudan dari pelenyapan atas perasaan isolasi dan terpencil.

Namun, di sisi lain, cinta merupakan pertahanan kepribadian setiap individu.

Cinta merupakan salah satu cara manusia mewujudkan eksistensinya. Menurut

Fromm tentang cinta ini, tidak dipungkiri bahwa saya mengalaminya. Saya juga

memiliki dorongan untuk bersatu dengan keluarga saya, pacar saya ataupun

teman-teman saya.

Cinta juga merupakan suatu kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi

yang harus dipenuhi oleh individu jika dilihat dari pandangan Abraham

Maslow. Kebutuhan cinta ini dapat mengambil wujud seperti keinginan untuk

persahabatan, mencari pasangan, atau keinginan untuk diterima dan menjadi

bagian dari suatu keluarga atau kelompok. Menurut Maslow, penting bagi

manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan cinta, baik seksual maupun non-

seksual. Manusia juga perlu merasakan rasa memiliki dan penerimaan di antara

kelompok sosial mereka. Banyak orang yang menjadi rentah terhadap depresi

klinis, kecemasan sosial, kesepian dalam ketiadaan cinta. Hal ini juga sesuai

dengan apa yang saya rasakan bahwa apapun yang saya kerjakan ini, yang telah

saya lakukan ini masih tidak luput dengan motivasi yang telah diberikan oleh

lingkungan sekitar saya baik keluarga, teman, maupun pacar. Adanya ikatan

yang kuat ini membuat saya semakin kuat dalam menjalani hari-hari, saya

merasa sejahtera dan tidak merasa kesepian.

Namun, ada kalanya saya dan keluarga, pacar, atau teman bertengkar

yang membuat saya merasa harus menyendiri untuk evaluasi diri sendiri. Secara

filosofis, menurut teori Fromm, yang saya lakukan ini adalah alienasi. Fromm

mengartikan alienasi sebagai pemisahan diri dari dirinya sendiri, orang lain,

serta dunia, melalui tindakannya sendiri. Individu yang teralienasi menghayati

dirinya sendiri dan orang lain seperti penghayatan terhadap benda-benda.

Fromm mengatakan bahwa alienasi adalah suatu cara dimana individu

menghayati dirinya sendiri sebagai sesuatu yang asing, menjadi terasing dari

diri sendiri. Dari penjelasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa orang yang

teralienansi adalah orang yang terpisah dari dirinya sendiri dan orang lain. Ia

seperti halnya orang lain menghayati diri seperti layaknya menghayati benda,

pengertiannya ada, akal sehatnya ada, tetapi bersamaan dengan itu, dia tidak

berhubungan dengan diri sendiri dan dunia luar secara produktif. Fromm

berpendapat bahwa alienasi bukan hanya sebuah konsep psikopatologi, namun

dapat terjadi karena adanya struktur sosial dan ekonomi yang kurang baik. Jika

contohnya pada saya adalah lebih pada struktur sosial yang kurang baik yaitu

pertengkaran.

Namun, dari pertengkaran-pertengkaran itu, saya menyadari bahwa saya

masih membutuhkan mereka. Saya masih membutuhkan adanya keterikatan

dengan mereka. Menurut Fromm, pada umumnya, kata “kebutuhan” diartikan

sebagai kebutuhan fisik, dimana Fromm memandang sebagai kebutuhan aspek

kebinatangan dari manusia, yakni kebutuhan makan, minum, seks, dan bebas

dari rasa sakit. Kebutuhan manusia dalam arti kebutuhan sesuai dengan

eksistensinya sebagai manusia, yang menurut Fromm kebutuhan untuk menjadi

bagian dari sesuatu dan menjadi otonom. Erich Fromm mengidentifikasi lima

kebutuhan khas manusia sebagai bentuk kebutuhan eksistensialnya yaitu:

1. Need for Relatedness (kebutuhan relasional)

Menurut Erich Fromm, pemuasan kebutuhan untuk berhubungan

dengan orang lain sangat penting untuk kesehatan psikologis. Ada beberapa

cara untuk berelasi dengan orang lain yaitu ada yang bersifat konstruktif dan

destruktif. Dalam relasi konstruktif, untuk berhubungan dengan orang lain

adalah melalui cinta. Cinta yang dewasa memuaskan kebutuhan akan

keamanan serta menimbulkan perasaan integritas dan individualitas. Selain

itu dalam relasi destruktif terdapat dua bentuk relasi yaitu pasif yang biasa di

sebut masochism dan aktif yang biasa disebut sadistic. Seorang masochism

cenderung merasa aman ketika dia tunduk kepada perintah orang lain,

sedangkan seorang sadistic mengatasi rasa kesepiannya dengan

mendominasi orang lain.

Relasi dapat mengambil bentuk dari penyerahan, kekuasaan, atau

cinta. Cinta sebagai kemampuan untuk bersatu dengan yang lain, namun

masih mempertahankan individualitas dan integritas. Keinginan irasional

untuk mempertahankan hubungan yang pertama, yakni hubungannya dengan

ibu, kemudian diwujudkan ke dalam perasaan solidaritas dengan orang lain.

Hubungan paling memuaskan bisa positif yakni hubungan yang didasarkan

pada cinta, perhatian, tanggungjawab, penghargaan, dan pengertian dari

orang lain, bisa negatif yakni hubungan yang didasarkan pada kepatuhan

atau kekuasaan. Relasi ini dilakukan untuk mengatasi perasaan yang

terisolasi dari diri sendiri dan lingkungan.

2. Need for Transcendence (kebutuhan akan transedensi)

Kebutuhan transedensi merupakan salah satu kebutuhan manusia

untuk mengatasi peranan pasif sebagai ciptaan menjadi pencipta.

Destruktivitas (transedensi negative) dan kreativitas (transedensi positif)

berakar secara mendalam pada kodrat manusia. Kreativitas merupakan

potensi utama kesehatan psikologis seperti menciptakan sesuatu, sedangkan

desktruktivitas menyebabkan banyak penderitaan bagi objek dan subjeknya

seperti menghancurkan sesuatu. Manusia membutuhkan peningkatan diri,

berjuang untuk menjadi aktif, bertujuan dan bebas. Manusia dapat merusak

melalui sifat agresinya atau membunuh untuk alasan lain selain untuk

bertahan hidup (destruktivitas), namun manusia juga dapat menciptakan dan

menghargai hasil kreasi mereka (kreativitas). Kebutuhan transendensi ini

menilai bahwa manusia memiliki keinginan menjadi pencipta orang atau

benda.

3. Need for Rootedness (kebutuhan berakar)

Menurut Erich Fromm, akar-akar baru harus di bangun untuk

menggantikan ikatan-ikatan sebelumnya dengan alam. Dunia damai dan

penuh pengertian akan terwujud jika manusia mengakar keberadaannya

dalam ikatan persaudaraan. Pada intinya Erich Fromm dalam hal ini

berpendapat bahwa segala kepentingan yang di tempatkan di atas humanitas

merupakan orientasi yang non produktif.

Keberakaran adalah kebutuhan untuk membentuk ikatan-ikatan yang

membuat dirinya merasa aman di dunia (merasa seperti di rumahnya). Setiap

saat orang dihadapkan dengan dunia baru. Dengan strategi produktif,

seseorang harus tetap aktif dan kreatif mengembangkan perasaan menjadi

bagian yang intergal dari dunia. Dengan demikian dia akan tetap merasa

aman, tidak cemas, berada di tengah-tengah dunia yang penuh ancaman.

Dengan strategi yang non produktif, orang dapat membuat ikatan fiksasi

yang tidak sehat, yakni mengidentifikasi diri dengan satu situasi, dan tidak

mau bergerak maju untuk membuat ikatan baru dengan dunia baru. Dan

seseorang menjadi takut untuk bergerak keluar dari zona aman yang telah

diberikan seperti rasa aman yang diberikan oleh seorang ibu.

4. Sense of Identity (rasa akan identitas)

Manusia sebagai individu yang unik membutuhkan perasaan identitas.

Kebutuhan untuk menjadi “aku”, kebutuhan untuk sadar dengan dirinya

sendiri sebagai sesuatu yang terpisah. Manusia harus merasakan dapat

mengontrol nasibnya sendiri, harus bisa membuat keputusan, dan merasa

bahwa hidupnya nyata-nyata miliknya sendiri. Cara yang produktif untuk

memuaskan kebutuhan identitas yaitu dengan individualitas yang merupakan

suatu proses dimana seseorang mencapai perasan tertentu tentang identitas

diri. Adapun cara yang non produktif dalam membentuk perasaan identitas

adalah menyesuaikan diri dengan sifat-sifat suatu bangsa, ras, agama, atau

pekerjaan. Orang primitif mengidentifikasikan diri dengan sukunya, dan

tidak melihat dirinya sendiri sebagai yang terpisah dari modern

mengidentifikasikan diri dengan negara, agama, pekerjaan, sehat, tidak

banyak membutuhkan menyesuaikan diri dengan kelompok, individualnya

untuk bisa diterima lingkungan. Sedangkan orang sehat memiliki perasaan

identitas yang otentik. Dorongan ke”aku”an dinyatakan secara non produktif

sebagai kesesuaian kelompok, sedangkan secara produktif sebagai

individualitas.

5. Frame of Orientation (kerangka orientasi)

Setiap individu harus merumuskan suatu gambaran yang konsisten

tentang dunia yang memberikan kesempatan untuk memahami semua

peristiwa dan pengalaman. Kerangka orientasi adalah seperangkat keyakinan

mengenai eksistensi hidup, perjalanan hidup dan tingkah laku bagaimana

yang harus dikerjakan, serta yang mutlak dibutuhkan oleh kesehatan jiwa.

Manusia membutuhkan peta hidup mengenai dunia sosial dan dunia yang

dialaminya. Secara non produktif, kebutuhan ini dinyatakan sebagai upaya

untuk mencapai tujuan yang tidak rasional, sedangkan secara produktif,

kebutuhan ini dinyatakan sebagai langkah untuk mencapai tujuan yang

rasional. Menurut Erich Fromm, semakin objektif persepi kita semakin

berhubungan dengan kenyataan.

Berdasarkan kelima kebutuhan ini, kebutuhan yang telah saya lewati

adalah kebutuhan relasional, saya mampu berelasi dengan orang lain yang saya

cintai baik keluarga, pacar, maupun teman. Saya mampu memuaskan kebutuhan

akan keamanan serta menimbulkan perasaan integritas dan individualitas. Saya

sendiri merupakan orang yang dapat merasa aman ketika diperintah orang lain,

contohnya dalam organisasi yaitu BEM, saya menuruti apa yang diinginkan

oleh atasan saya. Namun, tidak menutup kemungkinan saya juga dapat

mendominasi orang lain, seperti masalah menggabar yang saya merupakan

pendiri komunitas menggambar di Nganjuk. Pendiri disini, bukan hanya sekedar

mendirikan, namun saya menjadi contoh dan panutan bagi yang lainnya, dalam

mengambil keputusan maupun hal lainnya.

-I-

My name is Barlian rahadianto arbi, born on 7 November 1993 in a small

town who has the nickname of the city a breeze. I was the last child of 2

brothers. My parents worked to become a teacher, my father became a teacher

at SMAN 2 Nganjuk sport, while the mother is a math teacher at a junior high

school in the district Nganjuk Baron.

From childhood I loved sports, it was carried over from my father who became

a sports teacher. But it turned out only sport I like the most Basketball and

elaborated to date. Besides basketball, I also like the art of drawing. In addition

to basketball and drawing that I enjoy doing, math is also a subject that I enjoy

doing, it may carry over well from my mother who was a teacher of

mathematics. My predilection towards mathematics brings results, that I am

called to represent districts for Math Olympiad district level.

After high school my predilection towards mathematics began to decline

and more focused on basketball and drawing. In 2010 I formed the group draw,

which is still running and many earn achievements of individuals or groups to

draw me. On the other hand, the same year I escaped and was selected to join

the basketball PORPROV POPDA and carries the name Nganjuk district at the

provincial level. It is extremely makes me happy because I elaborated on the

small not in vain.

In 2010, which at that time I was in grade X SMAN 2 Nganjuk. It was

then that was the time when I reached the summit I think is quite encouraging. I

was elected to the core team of basketball POPDA Nganjuk. But when I feel it

is the height that I have achieved, the disaster came on me. The afternoon after I

practiced basketball with team POPDA Nganjuk, I had an accident that resulted

in my right thigh bone was broken. That's where I feel worse because it is no

longer possible to continue POPDA.

The days I go through with the full desperation and despair an annoyance to the

basket. I think it is not possible to be able to play basketball. A year of healing

broken leg I used to draw my hobby. I began to focus on the hobby and pursue

in order to generate the achievement of this drawing hobby. I am grateful

because without basketball, I am still able to earn achievements of other things.

One and a half years I do not want involved or discuss things about

basketball. Frustration is so great against a basket made me hate basketball.

Turns out it was broken to the motivation of the people around me. They

motivated me to get back to basketball because they think I am still able to do

so. My father, who began to frequent motivate and encourage to come back to

play basketpun succeed, friends and girlfriend was also given me the spirit to

return to the basketball world. As a result in 2012 I started to opt back into the

school basketball team and the competition even though I have not been up as

before. My motivation for basketball when I was getting stronger and the team

got the champion 2-level high schools in the province of East Java in Unesa.

My confidence in basketball increased as I entered the basketball team at the

Faculty of Psychology, University of Airlangga. Various national competition I

follow along with the team on campus. That's when I felt myself have returned.

I also try to train in basketball school for elementary school children in

Nganjuk, and was believed to train in some other faculty basketball team.

With the craze of my basketball, I'm not sure if it has an obligation as a

student who should be prosecuted in tasks and learning, although more often I

procrastinated tasks until a specified time limit will be exhausted. Perhaps it is

less able to divide my time between lectures and other activities. In tahunke

three of my college, I entered the organization BEM in my faculty. It makes me

have to be very clever in dividing of time.

-II-

Analysis

Positive Psychology looked at this experience, that I had a positive

condition in the form of optimism to immediately recover from broken bones

and I can play basketball again, although it can not be included in the team

POPDA, but remained optimistic the team can enter another. The support from

the people around me like parents and friends made me get up, not worse

because the team can not sign in POPDA. So I'm not desperate, to get well soon

and be able to train again to enter another team. Although I realize that I may

not be able to play as much as before. This is in line with the positive

psychology in which individuals are more optimal than befokus dig side on

negative things. During the treatment, and can not play basketball in advance, I

do activities that follow the drawing and drawing graffiti competitions. I skip

the race managed to get a champion 1 and 3. In positive psychology, I have a

positive condition in the form of emotion I luapkan by drawing and enter the

competition to draw graffiti (Liney, 2006) & (Seligmen, 1998).

I also have a fairly high individual resilience, with spurred by optimism

and the hope I have (Grothberg, 1995). The optimism shown positive when I

think there will be good things happening that I would have been able to enter a

team better than the team POPDA. I showed these expectations to train harder

after I recovered. Although I know my game is not as much as before, but I am

still trying hard. My optimistic nature with mangharapkan good things will

happen to make the resilience to rise and he did not easily give up (Grothberg,

1995).

According to Maslow hierarchy, there are five basic human needs, such

as:

1. Physiological Needs

Namely biological needs, such as food, beverages, oxygen, and others.

These needs are basic needs, the needs of the most powerful.

2. Security Needs

This need will arise when the physiological needs are completely

fulfilled. This requirement is the need which will bring a sense of security.

3. Needs Love, love, and Ownership

After two requirements have been met, it would appear needs love,

affection, and ownership. Maslow mangatakan that people are looking for ways

to overcome loneliness.

4. Esteem Needs

Next is the esteem needs. This requirement involves what we do can be

appreciated by others. As these needs can be achieved, then confidence in the

individual will appear. However, when not met, then the individual will feel

weak and helpless.

5. Self-Actualization Needs

Once all requirements have been met, then comes the need for the latter is

self-actualization needs. Maslow's self-actualization likens as individuals need

to be in accordance with the individual who is destined when he was born. For

example, a musician must make music, an athlete must be healthy.

In my experience, I have passed the stage of Physiological, if I was

hungry so I ate, if I'm thirsty I will drink. In addition, I have passed the stage

Sevety and Security Needs (security requirement), where I can enter another

team, that team in the psychology department, I once believed to coach

basketball school for elementary school children in Nganjuk. In addition, after

the fracture, I can menjuaai high school level basketball game in East Java in

Unesa. Accompanied by good people around me who have given attention to

me. (Ramadan, -).

In addition, I also have passed the stage needs love, affection, and

ownership of, where I have family, friends, and a boyfriend who always

supported and accompanied me. With their presence, I never felt lonely.

Currently, I am yet to reach the needs of esteem, because basically, I still feel

that I have not been able to boast about me.

See also from this experience, I have been getting psychological well

being. I've seen this with a positive value that the effort will certainly yield

positive results as well, although sometimes not liking. I felt a profound remorse

when I discovered I had fractures and can not be included in the team POPDA,

but finally I can adapt to this situation (resilience). This proves that the more

positive emotions than negative emotions dominate. Cognitively too, well being

already I get, with me evaluate my own life, I consciously can bring prosperity,

like this incident will make me rely more careful in driving. Not forgetting that

the encouragement of social and emotional support is affecting my well being.

Support from people around can keep me motivated and bounce back.

Emotional support, which I am concerned with myself for not dropped on one

thing. (Farida & et al, 2013) & (Ryff & Keyes, 1995).

Self-determination is the belief that individuals can control their own

destiny and become more competent or responsible. Self-determination relates

to motivation and personality. Someone said to have self-determination when a

person is more influenced by motivation from within itself of the motivation of

the external environment. It refers to the situation where a person starts an

activity for himself because he felt the activity interesting and can achieve

satisfaction with the conduct of such activities. According to Freud someone

capable in determining the itself is as follows:

a. never give up,

b. able to take decisions quickly, precisely and is able to be justified,

c. take initiative, and

d. higher order communication.

This is consistent with what I experienced. I feel I am capable of

determining the myself. This is evidenced by my hobby of drawing, I like to

draw graffiti, I prefer to follow competitions draw. It arises from within me to

keep drawing. That happened, I still follow what I want to draw your are, but

not forgetting my obligations as a student. I still draw, but do not forget the

assignments. I'm still working on assignments, although sometimes

procrastination, while I was also able to focus on winning competitions draw

graffiti. In addition, I also have a high enough initiative, which is several times

invite friends my group to work on a common task.

Edward L. Deci and Richard M. Ryan develop research on the concept of

intrinsic and extrinsic motivation in the individual then stated three basic

psychological needs that can affect self-determination, namely:

a. Autonomy

Is a requirement to be a "reason for existence" for himself, although it

does not mean that humans can live alone without the others.

b. Competence (competence)

A need to be able to control the outcome and the desire to master a

particular skill

c. Relatedness (Linkage)

A requirement that is owned by almost all humans where humans have a

desire to berineraksi, connect, and care for each other.

These three basic psychological needs is different for each person. A

person may have more dominant competency requirements, or other. Based on

my experience, I have a need for competition is more prevalent. This is

evidenced by my own need to control the outcome and the desire to master a

particular skill that is basketball and drawing. I still have not forgotten my

obligations as a student.

According to the theory of freedom, I have reached the existence of a human

being. Freedom itself is a word that must already familiar to us all. Until not

uncommon for people to know or even understand what it is about freedom.

Lois Leahy said that kebeasan is one of the characteristics of human beings.

Human beings are free, but humans also must always fight for liberty. Freedom

is closely related to human existence in his life. Due to the existence of a human

being can only be achieved if the human being has the freedom to determine

how the form and manner of existence. Based on this, I have achieved my

existence, that is with me feel free when I do my hobbies are drawing graffiti

and basketball, and I fight for it. Until today I still follow the practice of

drawing and basketball mupun competition.

Santre found freedom is a symbol of the human condition who experience

themselves as free beings. But it is also an absolute liability in a person

thoroughly. Relating about the experience of freedom is the experience of self-

awareness (Abidin, 2009). The absence of a barrier, coercion, expense or

liability is also often interpreted as freedom. Humans can be said to be free if

people have it's own deeds. For most people, freedom has owned when they can

freely choose from a number of options. Humans are also said to be free when

he earnestly take initiatives and is responsible for the deed has been done or

option has been selected. So that if there is no freedom there is no

responsibility. Similarly, the freedom I passed. I indeed feel free when drawing

or basketball, but still responsibility is it, in addition to trying to win every

competition, but also remember that I am still a bahasiswa and must finish my

studies.

No doubt, in addition to focusing on a hobby, I also can not be separated

from communication with family, hanging out with friends, or sharing with a

girlfriend. Fromm said that the strongest incentive of human beings is the urge

to unite interpersonal. Love categorized by Fromm as a human need for linkage

(relatedness). Love is unity between individuals while maintaining the integrity

and individuality of each. Love on the one hand is the embodiment of

annihilation on the feelings of isolation and remote. However, on the other

hand, love is a defense of each individual personality. Love is one way of

realizing human existence. According to Fromm's about love, it's inevitable that

I experienced. I also have the urge to unite with my family, my girlfriend or my

friends.

Love is also a requirement at a higher level to be met by the individual

when seen from the view of Abraham Maslow. This love needs can take form as

a desire for companionship, looking for a partner, or a desire to be accepted and

become part of a family or group. According to Maslow, it is important for

people to meet their need for love, both sexual and non-sexual. Humans also

need to feel a sense of belonging and acceptance among their social group.

Many people who become rentah against clinical depression, social anxiety,

loneliness in the absence of love. It is also in accordance with what I feel that

whatever I am doing this, I have been doing this still does not escape with the

motivation that has been given by the environment around me whether family,

friends, and boyfriend. This strong bonding which makes me stronger in

through the day, I feel better and do not feel lonely.

However, there are times when me and the family, girlfriend, or friends

quarrel that makes me feel the need to be alone for self evaluation.

Philosophically, according to Fromm's theory, I'm doing this is alienation.

Fromm defines alienation as secession from himself, others, and the world,

through its own actions. Individuals who live alienated himself and others such

as the appreciation of objects. Fromm says that alienation is a way in which

people live himself as something alien, being alienated from ourselves. From

the foregoing has been explained that the person who teralienansi is a separate

person from himself and others. He as much as anyone else appreciate

themselves like live things, no sense, no common sense, but at the same time, he

is not in touch with yourself and the outside world productively. Fromm argues

that alienation is not just a concept of psychopathology, but it can happen

because of their social and economic structures that are less good. If for

example at me is more on the social structure is not good that contention.

However, from the fights, I realized that I still needed them. I am still in

need of attachment with them. According to Fromm, in general, the word

"need" is defined as physical needs, which Fromm looked as animalistic aspects

of human needs, namely the need to eat, drink, sex, and freedom from pain.

Human needs in terms of needs according to its existence as a human being,

which, according to Fromm needs to be part of something and become

autonomous. Erich Fromm identifies five distinctive needs of human beings as a

form of existential needs, namely:

1. Need for Relatedness (relational needs)

According to Erich Fromm, the satisfaction of a need to connect with

other people is very important for psychological health. There are several ways

to relate to others that there is constructive and destructive. In a constructive

relationship, to relate to others is through love. Mature love satisfying the need

for security and cause a feeling of integrity and individuality. Besides the

destructive relationship, there are two forms of relations that is commonly

called passive and active masochism is commonly called sadistic. A masochism

tends to feel safe when he was subject to the orders of others, while a sadistic

overcome loneliness to dominate others.

Relationships can take the form of submission, power, or love. Love as

the ability to unite with others, yet still retains its individuality and integrity.

Irrational desire to maintain a relationship first, that his relationship with the

mother, and then translated into a sense of solidarity with others. The most

satisfying relationship can be positive that a relationship based on love, caring,

responsibility, respect, and understanding of others, be negative and the

relationship that is based on compliance or power. This relation is done to

overcome the feeling of isolation from the self and the environment.

2. Need for Transcendence (the need for transcendence)

Needs transcendence is one of the human need to overcome the passive

role as a creation becomes the creator. Destruktivitas (negative transcendence)

and creativity (positive transcendence) deeply rooted in human nature.

Creativity is the main potential psychological health such as creating something,

while desktruktivitas caused a lot of suffering to the object and the subject is

like destroying something. Humans need self-improvement, striving to become

active, aiming and free. Humans can be tampering with the nature of aggression

or killed for reasons other than survival (destruktivitas), but humans also can

create and appreciate their creations (creativity). Assess the needs of this

transcendence that man has the desire to be a creator of people or objects.

3. Need for Rootedness (need rooted)

According to Erich Fromm, new roots should be built to replace the

original ones with nature. World peace and understanding would be realized if

human existence is rooted in the bonds of brotherhood. In essence Erich Fromm

in this case argues that all interests are placed above humanity is an orientation

which is non-productive.

Rootedness is the need to form bonds that made him feel secure in the

world (feel like home). Every time people are faced with a new world. With a

productive strategy, one must remain actively and creatively develop the feeling

of being part of the world intergal. Thus she will continue to feel safe, do not

worry, be in the midst of a world full of threats. With the strategy of non-

productive, people can create an unhealthy fixation bond, that is, identifying

himself with the situation, and did not want to move forward to create a new

bond with a new world. And someone was afraid to move out of the comfort

zone that has been given as security given by a mother.

4. Sense of Identity (sense of identity)

Humans as a unique individual requiring a feeling of identity. The need to

be "me", the need to be aware of himself as something separate. Humans should

feel able to control its own destiny, to be able to make a decision, and felt that

his life was obviously his own. Productive way to satisfy the needs of identity,

both with an individuality which is a process by which a person reaches a

certain juice of self-identity. As for non-productive way in shaping the sense of

identity is adjusting to the characteristics of a nation, race, religion, or

occupation. Primitive people identify with his people, and do not see themselves

as separate from the modern identify with the state, religion, occupation,

healthy, not much need to adjust to the group, individual acceptable to the

environment. While healthy people have the feeling of an authentic identity.

Impetus to the "I" in an otherwise non-productive as the suitability of the group,

while productively as individuality.

5. Frame of Orientation (frame of reference)

Each individual must formulate a consistent picture of the world that

provides an opportunity to understand all the events and experiences.

Orientation framework is a set of beliefs about the existence of life, the journey

of life and behavior how to do, and that is absolutely needed by mental health.

Humans need a live map of the social world and the world is going through. In

non-productive, the need is expressed as an effort to achieve the goals that are

not rational, while productive, the need is expressed as a step to achieve the

objective rationale. According to Erich Fromm, the more objective perception

we are getting in touch with reality.

Based on the fifth of this requirement, the need for which I have passed is

relational needs, I was able to relate to other people that I love a good family,

girlfriend, and friends. I was able to satisfy the need for security and cause a

feeling of integrity and individuality. I myself am a person who can feel safe

when ruled others, for example in the organization, namely BEM, I follow what

is desired by my boss. However, it is possible I can dominate others, such as the

problem menggabar I was the founder of the community draw in Nganjuk.

Founder here, not just a set up, but I became an example and a model for others,

in making decisions and other matters.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2011). Filsafat Manusia. Bandung: PT. Rosdakarya.

Alwisol. (2010). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Ashari, D. C., & Wahidah, A. (2013, April 13). Dwi Cahya Ashari. Dipetik

April 4, 2015, dari Fpsi Unair:

http://dwica-fpsi11.web.unair.ac.id/artikel_detail-77133-humanistic

%20psychology-[makalah]%20Self%20Determination,%20Otentisitas

%20dan%20Kebebasan.html

Astrini, R. A. (2013, Mei 2). Retno Ayu Astrini. Dipetik April 4, 2015, dari Fpsi

Unair: http://retno-a-a-fpsi10.web.unair.ac.id/artikel_detail-78128-Umum-

self%20determination,%20otentisitas,%20kebebasan.html

Dewi, N. (2014, Mei 5). Novarani Dewi. Dipetik April 4, 2015, dari Fpsi Unair:

http://novarani-dewi-fpsi11.web.unair.ac.id/artikel_detail-100527-

Humanistik-Pertemuan%206%20:%20Self%20Determination,%20otentisitas

%20dan%20kebebasan.html

Dr. Cholicul Hadi, D. M. (2, April 2012). Dr. Cholicul Hadi, Drs., M.Si.

Dipetik April 2015, 4, dari Fpsi Unair:

http://cholichul-fpsi.web.unair.ac.id/artikel_detail-44388-buku-Pengetahuan

%20Psikologi%20Humanistik%20%282%29.html

Farida, & dkk. (2013). Buku psikologi humanistik bahasa indonesia. Surabaya:

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Feist, Jess, & Gregory, J. (2010). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba

Humanika.

Grothberg, E. (1995). A guide to promoting resilience in children:

strengthening the human spirit. The serien early chilhood development:

pratice and reflections. Number 8. The Hague: Benard van Leer

Voundation.

Hadi, C., & dkk. (2013). Psikologi Humanistik. Dalam Self Determination,

Otentisitas dan Kebebasan (hal. 42). Surabaya.

Liney, S. J. (2006). Positive psychology: past, present, and (possible) future.

The Journal of Positive Psychology , 3-16.

Ramadhan, M. (--, -- --). academia.edu. Dipetik Juni 28, 2015, dari

academia.edu:

http://www.acadeia.edu/6671317/HIERARKI_DARI_KEBUTUHAN_MA

NUSIA_MENURUT_MASLOW

Ryff, C. D., & Keyes, C. L. (1995). The structure of psychological well-being

revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69(4) , 719-727.

Seligmen, M. E. (1998). Building human strength: psychology's forgotton

mission. APA Monitor, 29(1), 2 .

Tageson, C. (1982). Humanistic Psychology a Synthesis. USA: The Dorsey

Press.

Wahidah, A. (2013, Maret 13). Anna Wahidah. Dipetik April 4, 2015, dari Fpsi

Unair: http://anna-w--fpsi09.web.unair.ac.id/artikel_detail-74605-Psikologi

%20-Kajian%20Psikologi%20Humanistik%20%20%28Kebutuhan%20dasar

%20manusia,%20kebebasan,%20cinta%20dan%20manusia%20teralienasi

%29.html


Recommended