+ All Categories
Home > Documents > Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah

Date post: 28-Apr-2023
Category:
Upload: khangminh22
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
20
39 A R T I K E L ABSTRAK Dewasa ini pestisida sudah merupakan bagian dari sistem usahatani sebagian besar petani di Indonesia. Penggunaan pestisida semakin intensif dan cenderung tidak terkontrol; akibatnya agroekologi pertanian dan kesehatan manusia sebagai konsumen menjadi terabaikan.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi status penggunaan pestisida dan residunya yang dilaksanakan dengan mengambil contoh tanaman padi, tanah, dan air di sentra produksi padi di Jawa Tengah. Konsentrasi residu pestisida dalam contoh ditentukan dengan menggunakan kromatografi gas (GC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani di Jawa Tengah sudah terbiasa menggunakan pestisida karena diyakini bahwa pestisida ampuh dalam menanggulangi serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Namun demikian penggunaan pestisida di petani umumnya belum berdasarkan prinsip pengelolaan hama terpadu (PHT), yaitu pestisida digunakan dalam jumlah sesedikit mungkin dalam batas yang efektif dan diaplikasikan apabila tingkat kerusakan tanaman atau kepadatan populasi organisme pengganggu melampaui batas toleransi ambang ekonomi. Meskipun penggunaan insektisida organoklorin telah dilarang dan hasil wawancara dengan petani tidak ditemukan penggunaannya di lahan sawah, tetapi residunya di lapangan masih ditemukan sehingga berpotensi mengganggu kelestarian lingkungan. Residu insektisida organoklorin dan organofosfat telah ditemukan dalam contoh tanaman padi, tanah, dan air di sentra produksi padi di Jawa Tengah (Kabupaten Grobogan, Demak, Pemalang, Brebes, Tegal Cilacap, Kebumen, Sragen, dan Klaten), sedangkan residu insektisida karbamat hanya ditemukan di Kabupaten Klaten, Demak, Cilacap, dan Pati. kata kunci: Jawa Tengah, residu pestisida, sentra produksi padi ABSTRACT Presently, pesticide has already been a part of farming system of most farmers in Indonesia. The use of pesticides has become more intensive and tended to be uncontrolled; consequently agro-ecological agriculture and human health as consumers have becomeneglected. This research is aimed to identify status of use of pesticides and their residues that is carried out by collecting rice plant, soil, and water samples from paddy fields of rice production centers in Central Java. Concentration of pesticides residue in the samples is determined by using Gas Chromatography (GC) method. The results show that farmers in Central Java use the pesticides because they believe that the pesticides are significantly effective in tackling pests attack. However, the use of pesticides by farmers generally has not been based on the principles of integrated pest management (IPM), a pesticide used inamounts as little as possible withinthe effective limits (no- Naskah diterima : 04 Februari 2012 PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-58 * Revisi Terakhir : 21 Maret 2012 Revisi Pertama : 15 Maret 2012 Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Jl. Raya Jakenan-Jaken Km 05, PO Box 05, Jakenan, Pati 59182
Transcript

39

A R T I K E L

ABSTRAK

Dewasa ini pestisida sudah merupakan bagian dari sistem usahatani sebagianbesar petani di Indonesia. Penggunaan pestisida semakin intensif dan cenderung tidakterkontrol; akibatnya agroekologi pertanian dan kesehatan manusia sebagai konsumenmenjadi terabaikan.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi status penggunaanpestisida dan residunya yang dilaksanakan dengan mengambil contoh tanaman padi,tanah, dan air di sentra produksi padi di Jawa Tengah. Konsentrasi residu pestisidadalam contoh ditentukan dengan menggunakan kromatografi gas (GC). Hasil penelitianmenunjukkan bahwa petani di Jawa Tengah sudah terbiasa menggunakan pestisidakarena diyakini bahwa pestisida ampuh dalam menanggulangi serangan organismepengganggu tanaman (OPT). Namun demikian penggunaan pestisida di petani umumnyabelum berdasarkan prinsip pengelolaan hama terpadu (PHT), yaitu pestisida digunakandalam jumlah sesedikit mungkin dalam batas yang efektif dan diaplikasikan apabilatingkat kerusakan tanaman atau kepadatan populasi organisme pengganggu melampauibatas toleransi ambang ekonomi. Meskipun penggunaan insektisida organoklorin telahdilarang dan hasil wawancara dengan petani tidak ditemukan penggunaannya di lahansawah, tetapi residunya di lapangan masih ditemukan sehingga berpotensi mengganggukelestarian lingkungan. Residu insektisida organoklorin dan organofosfat telah ditemukandalam contoh tanaman padi, tanah, dan air di sentra produksi padi di Jawa Tengah(Kabupaten Grobogan, Demak, Pemalang, Brebes, Tegal Cilacap, Kebumen, Sragen,dan Klaten), sedangkan residu insektisida karbamat hanya ditemukan di KabupatenKlaten, Demak, Cilacap, dan Pati.

kata kunci: Jawa Tengah, residu pestisida, sentra produksi padi

ABSTRACT

Presently, pesticide has already been a part of farming system of most farmers inIndonesia. The use of pesticides has become more intensive and tended to be uncontrolled;consequently agro-ecological agriculture and human health as consumers havebecomeneglected. This research is aimed to identify status of use of pesticides and theirresidues that is carried out by collecting rice plant, soil, and water samples from paddyfields of rice production centers in Central Java. Concentration of pesticides residue inthe samples is determined by using Gas Chromatography (GC) method. The resultsshow that farmers in Central Java use the pesticides because they believe that thepesticides are significantly effective in tackling pests attack. However, the use of pesticidesby farmers generally has not been based on the principles of integrated pest management(IPM), a pesticide used inamounts as little as possible withinthe effective limits (no-

Naskah diterima : 04 Februari 2012

PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-58*

Revisi Terakhir : 21 Maret 2012Revisi Pertama : 15 Maret 2012

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padidi Jawa Tengah

Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi NursyamsiBalai Penelitian Lingkungan Pertanian

Jl. Raya Jakenan-Jaken Km 05, PO Box 05, Jakenan, Pati 59182

I. PENDAHULUAN

paya untuk meningkatkan produksipangan, khususnya beras dilakukan

melalui program intensifikasi, ekstensifikasi,rehabilitasi dan diversifikasi. Dua programpertama sangat menonjol sumbangannyaterhadap peningkatan produksi. Pengendalianhama sebelum program pengendalian hamaterpadu (PHT) lebih banyak mengandalkanpestisida jenis organoklorin dan organofosfatyang memiliki toksisitas tinggi dan persistensilama dalam tanah sehingga berpotensimencemari l ingkungan. Selanjutnyaberkembang pestisida golongan karbamat danpiretroid yang lebih aman terhadap lingkungankarena mudah terdegradasi, namunpenggunaannya dalam jangka panjang tetap perlu diwaspadai.

Dewasa ini pestisida sudah merupakanbagian dari sistem usahatani dan mentalitassebagian besar petani di Indonesia. MenurutFAO (1998) penggunaan herbisida di Indonesiapada tahun 1996 sebesar 26.570 tonmeningkat 395 persen dibanding tahun 1991(6.739 ton). Ilustrasi demikian menggambarkanpenggunaan pestisida semakin intensif dancenderung tidak terkontrol, akibatnyaagroekologi pertanian dan kesehatan manusiasebagai konsumen menjadi terabaikan.

Data formulasi dan bahan aktif yang adadi Indonesia dari tahun ke tahun terusmeningkat. Sampai tahun 2005 saja terdapat1082 formulasi pestisida yang beredar di

Indonesia, dimana insektisida mendudukiranking tertinggi (Komisi Pestisida, 2005).Pestisida selain berperan positif dalampembangunan pertanian juga berdampaknegatif terhadap kesehatan manusia danlingkungan. Dampak negatif yang dapatditimbulkan oleh residu pestisida meliputiantara lain kanker, cacat lahir, kerusakansyaraf, atau mutasi genetik, gangguan sistemkekebalan, dan perusakan lingkungan sepertimembahayakan kehidupan di air ataupencemaran air tanah. Penelitian dari KantorPengendalian Dampak Lingkungan DaerahKabupaten Pati bekerjasama denganUniversitas Gadjah Mada (UGM) melaporkanbahwa hampir seluruh petani sayuran di DesaNgurensiti, Kabupaten Pati, darahnya positifmengandung residu pestisida. Bahkan setiappetani darahnya dapat mengandung 31 jenisbahan aktif pestisida (Kapedalda Pati, 2004).

Sampai saat ini data dan deliniasipenggunaan dampak pestisida di Indonesiabelum tersedia. Keadaan demikian menyulitkanpemerintah dalam mengambil kebijakan. Datapenggunaan dan dampak menjadi pentingsebagai arahan pembangunan pertanian masadepan menghadapi era g lobal isas iperdagangan bebas dimana tuntutan kualitasproduk terutama keamanan pangan semakintinggi dimana salah satu syarat produkpertanian adalah bebas kandungan residupestisida.

Penggunaan bahan agrokimia di daerahintensifikasi khususnya pada padi diduga telah

PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-5840

U

exaggeration) and it is applied when the extent of damage to crops or pests populationdensities exceeds the economic threshold. Although the use of insecticides oforganochlorine has been prohibited and the interview result reveals that the farmers donot use it in paddy fields, the residues on the paddy field are still found, so that theypotentially pollute the environment. Organochlorine and organophosphate insecticideresidues are found at rice plants, soil, and water samples taken from paddy field of riceproduction centers in Central Java (District Grobogan, Demak, Pemalang, Brebes, Tegal,Cilacap, Kebumen, Sragen, and Klaten), whereas the carbamate insecticide residuesare only found in Klaten, Demak, Cilacap, and Pati Districts.

keywords: Central Java, pesticide residue, rice production center

41

menurunkan sumberdaya hayati dan kualitaslingkungan. Disamping itu, penggunaan bahanagrokimia di lahan pertanian terus meningkatdari tahun ke tahun. Menurut Soejitno (2000)penggunan pestisida sektor pertanianmeningkat 10 kali lipat selama periode 1979-1998 dan kenaikan menonjol terjadi pada jenisherbisida. Penggunaan herbisida di Indonesiapada tahun 1996 sebesar 26.570 tonmeningkat 395 persen dibanding tahun 1991(FAO, 1998). Meskipun sistem perlindungantanaman telah menganut konsep PengendalianHama Terpadu (PHT), namun dalam praktekdi lapangan banyak petani yang masihmenggunakan pestisida secara tidak benar.Bahkan banyak petani yang masihmenggunakan pestisida yang dilarang.Pestisida selain berperan positif dalampembangunan pertanian juga berdampaknegatif terhadap lingkungan. Dampak negatiftersebut misalnya terjadinya keracunan padamanusia, kematian hewan, ternak, ikan, katak,dan timbulnya resistensi/resurjensi hama,terbunuhnya musuh alami/serangga berguna,pencemaran air dan tanah (Soejitno danSamudra, 1994; Soejitno, 1986 dan 1988;Brown, 1978; Mustaqim dan Ma’aruf, 1990;Koesoemadinata, 1980).

Berdasarkan hasil penelitian terdahuludiketahui bahwa residu insektisida selainditemukan di tanah dan air juga ditemukan didalam beras baik di tingkat petani maupun dipasar. Hasil penelitian mengindikasikan adanyaresidu dalam gabah, beras, kedelai dansayuran di berbagai daerah di Jawa, Bali,Sumatra, dan Sulawesi. Pada umumnya residupestisida tersebut masih di bawah BatasMaksimum Residu (BMR), dan hanyabeberapa saja yang berada di atas BMR.Walaupun kandungan residu di dalam bahanpangan masih di bawah BMR, namun padapenggunaan dalam jangka panjang tetap perludiwaspadai terutama sifat akumulatif danbiomagnifikasi serta toksisitasnya terhadaplingkungan, kesehatan manusia, danmikroorganisme tanah.

Data a tau in formas i mengenaipenggunaan, tingkat residu bahan agrokimiadan dampaknya di sentra produksi tanamanpangan masih kurang dan terpisah-pisah,belum terekam dalam bentuk data base bahkanbelum terpetakan. Dengan adanya data atauinformasi ini diharapkan akan memudahkanpemerintah atau stakeholder dalampengambilan kebijakan perihal penggunaanbahan agrokimia secara bi jaksana.

Bertitik tolak dari pemikiran di atas,penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasistatus penggunaan bahan agrokimia, terutamapestisida dan residunya di sentra produksitanaman padi di Jawa Tengah.

II. BAHAN DAN METODE

Penelitian identifikasi dan delineasi tingkatpenggunaan dan pencemaran residu agrokimiadilaksanakan di sentra produksi tanaman padidi Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakanmelalui serangkaian kegiatan sebagai berikut:(1) Survei diagnostik menggunakan metoderapid rural appraisal (RRA), (2) Pengambilancontoh tanah, tanaman, dan air, secarakomposit, dan (3) Penetapan kadar residupestisida dalam contoh dengan GasChromatography (GC). Kegiatan 1 dan 2dilaksanakan pada tahun 2007, sedangkankegiatan 3 dilaksankan pada tahun 2008.

2.1. Survei RRA

Penelitian diawali dengan survei rapidrural appraisal (RRA) melalui wawancaradengan petani, petugas dinas pertanian,penjual pestisida, formulator dan lain-lain.Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkaninformasi pendukung untuk penetapan bakallokasi penelitian. Data yang dikumpulkan antaralain meliputi: luas areal sawah, jenis bahanagrokimia yang biasa digunakan di suatu lokasi,waktu aplikasi bahan agrokimia, dosis bahanagrokimia, frekuensi aplikasi, pola tanam,penggunaan bahan agrokimia, varietas padi,produktivitas padi dan lain-lain. Data yangdiperoleh dari RRA diolah dan dianalisis untukmenentukan lokasi terpilih sebagai tempat

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi)

PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-5842

pengambilan contoh.2.2. Pengambilan Contoh Tanah, Tanaman,

dan AirContoh tanah, tanaman, dan air diambil

di daerah sentra produksi padi di Jawa Tengah.Berdasarkan hasil survei RRA dan data luassawah irigasi dan produktivitas, maka daerahsentra produksi padi ditetapkan, yaitu:Kabupaten Grobogan, Demak, Pemalang,Brebes, Tegal, Cilacap, Kebumen, Sragen,dan Klaten. Penetapan titik pengambilan contohtanah, air, dan tanaman dilakukan denganbantuan Peta Rupa Bumi skala 1: 50.000 yangdi keluarkan oleh Bakorsurtanal. Sedangkanposisi ketinggian dan koordinat ditentukandengan menggunakan GPS. Pengambilancontoh dilakukan dengan sistem grid, dimanasetiap contoh tanah, air dan tanaman mewakililuasan lahan ± 100 - 500 ha. Jumlah contohtanah dan tanaman yang diambil sebanyak200 - 400 contoh.

Contoh tanah komposit diambil padakedalaman 0-20 cm. Satu contoh tanahkomposit terdiri atas 8-10 anak contoh yangdiambil dengan radius 50 -100 m. Anak-anakcontoh tersebut diaduk sampai rata, diambilsebanyak 0,5 kg dan dimasukan ke dalamkantong plastik ukuran 1 kg kemudian diberilabel yang terdiri atas: kode, tanggal, dan lokasipengambilan (desa, kecamatan, dankabupaten). Kemudian contoh tanah tersebutdikering anginkan, digiling kemudian disaringdengan saringan 2 mm dan di analisis dilaboratorium Balingtan, Jakenan.

Contoh air diambil dengan metode yangsama dengan pengambilan contoh tanah, yaitudilakukan dengan sistem grid, dimana setiapair mewakili luasan lahan 25 ha. Jumlahcontoh air yang diambil sebanyak 200-400contoh yang terdiri dari contoh air permukaan(air sungai, air yang masuk ke petakan sawahsaluran primer, air keluar saluran sekunder,dan air sumur penduduk) dan contoh air bawahpermukaan. Contoh air bawah permukaandiambil dengan bantuan bor tanah kemudiandipasang dengan pipa PVC berdiameter 5 cm

yang diberi lubang pada bagian dasar. Satucontoh air komposit terdiri dari 8-10 anakcontoh yang diambil dengan radius 50-100.Anak-anak contoh tersebut diaduk sampairata, diambil sebanyak 500 ml air dimasukanke dalam botol warna ukuran 500 ml kemudiandiberi label yang terdiri dari: kode, tanggal danlokasi pengambilan (desa, kecamatan dankabupaten). Kemudian contoh air di analisisdi laboratorium Balingtan Jakenan.2.3. Penetapan Kadar Residu Pestisida

dalam Tanah, Tanaman dan AirAnalisis residu bahan agrokimia dilakukan

dengan metode standar (baku) yang ditetapkanoleh Komisi Pestisida (1997). Prioritas analisisresidu pestisida diutamakan terhadap jenisbahan aktif yang terbanyak (mayoritas)digunakan oleh petani berdasarkan hasil surveiRRA.

Contoh tanah dan tanaman masing-masing sebanyak 10 g dimasukkan ke dalamtabung kertas soxhlet, diekstrak dengan pelarutaseton sebanyak 100 ml pada alas soxhlet.Ekstraksi berlangsung selama 6 jam padasuhu 80°C. Setelah 6 jam hasil ekstraksidiuapkan hingga agak kering dalam evaporatorpada suhu 45°C. Residu pestisida yangdiperoleh dari hasil evaporasi dipindahkan kedalam corong pisah 150 ml dengan bantuanpelarut n-heksan 25 ml, kemudian diekstraksidengan pelarut asetonitril 25 ml sebanyak 3kali. Lapisan n-heksana di sebelah atassedangkan lapisan asetonitril di sebelah bawah.

Lapisan asetonitril hasil ekstrak 3 kalikemudian diuapkan/dipekatkan dalamevaporator pada suhu yang sama denganterdahulu. Larutan residu hasil evaporasiselanjutnya dilarutkan dengan pelarut n-heksansebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalamkolom kromatografi dan dielusi dengan eluencampuran n-heksan + aseton (9+1). Eluat yangdiperkirakan megandung residu insektisidaditampung dalam tabu beralas datar 125 ml.Eluat dipekatkan hingga agak kering. Eluatyang hampir kering dimasukkan ke dalamtabung uji dengan bantuan pelarut aseton

43

hingga volume menjadi 5 ml. Dari larutantersebut ditetapkan kandungan residuorganoklorin, organofosfat dan piretroid denganalat GC yang dilengkapi detektor ECD (ElectronCapture Detector) dan FPD (FlamePhotometric Detector) (Kanazawa dkk., 1985).

Untuk analisis residu karbamat, prosedurdi atas dilanjutkan dengan tahap derivatisasi(Holden, 1978). Prosedur derivatisasi adalahsebagai berikut: larutan di dalam tabung ujisebanyak 5 ml diuapkan hingga kering,kemudian ke dalamnya ditambahkan berturut-turut 100 ml air destilasi, 2 ml KOH 0,5N, 2 ml1-flouro- 2,4-dinitrobenzena (FDNB). Bahandigojok dengan penggojok mekanik selama20 menit. Setelah selesai ditambahkan 10 mlboraks 5%, kemudian digoyang perlahan-lahanhingga tercampur sempurna dan dilanjutkandipanaskan pada suhu 80°C selama 20 menit.Campuran kemudian didinginkan dalam airmengalir dilanjutkan dengan menambahcampuran n-heksana + etileter (45+3)sebanyak 10 ml, didiamkan selama satu menit.Lapisan air dibagian bawah dibuangsedangkan lapisan n-heksan bagian atasdimasukkan ke dalam tabung uji 10 ml. Darilarutan ini ditetapkan kadar residu insektisidagolongan karbamat dengan alat GC yangdilengkapi dengan detektor ECD.

Analisis contoh air, sebanyak 200 mldilewatkan melalui absorben SEP-PAK C18.Residu yang terikat pada absorben C18 dielusidengan 5 ml aseton. Eluat ditampung langsungda1am tabung uji 10 ml. Dari eluat yangdihasilkan ditetapkan residu organoklorin,organofosfat dan piretroid. Untuk golongankarbamat penetapannya dilanjutkan dengantahap derivatisasi (Ohsawa dkk., 1985).

Kandungan residu yang terdapat di dalamcontoh tanah, air dan tanaman dihitungberdasarkan rumus :

Keterangan:Ac = area contohAs = area standarVic = volume injeksi contoh (µL)Vis = volume injeksi standar (µL)Ks = Konsentrasi standar (ppm)B = Bobot awal/volume awal (mg atau ml)B = recovery (%)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN3.1. Penggunaan Pestisida

Hasil wawancara terhadap petani padi diJawa Tengah disajikan pada Tabel 1. Jenispestisida yang digunakan oleh petanidikelompokkan menjadi insektisida, fungisida,herbisida, lain-lain, dan non registrasi. Lain-lain terdiri dari bakterisida, akarisida, dannematisida, sedangkan non registrasi adalahpestisida yang tidak tercantum dalam BukuRegistrasi Pestisida Tahun 2006. Tabeltersebut menunjukkan bahwa kelompokpestisida yang banyak digunakan oleh petanidi Jawa Tengah dari tinggi ke rendah yaitu:insektisida (73,7 persen), fungisida (13,2persen), herbisida (7,1 persen), lain-lain (3,8persen) dan non registrasi (2,2 persen).Berdasarkan jenis pestisida yang digunakandapat diduga bahwa serangan OPT umumnyamerupakan hama (serangga). Selanjutnyadiikuti oleh penyakit yang disebabkan olehjamur dan diikuti oleh penyakit lainnya yangdisebabkan oleh bakteri, cacing, dan lain-lain.

Kabupaten Brebes merupakan daerahdengan tingkat penggunaan pestisida tertinggi(58), sedangkan Klaten dan Groboganmerupakan daerah terendah (7) dalampenggunaan pestisida untuk kategori daerahsentra produksi padi di Jawa Tengah.Untukkategori daerah non sentra produksi padi,Kabupaten Purbalingga mempunyai tingkatpenggunaan pestisida tertinggi (46 ),sedangkan Kabupaten Karang Anyar dan Patimempunyai tingkat terendah (4) dalampenggunaan pestisida (Tabel 1).

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi)

PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-5844

Kabupaten Purbalingga, meskipun tidaktermasuk daerah sentra produksi padi, tapipenggunaan pestisidanya termasuk intensif.Hal ini menunjukkan bahwa di daerah ini usahatani di lahan sawah cukup menjanjikan.Meskipun penggunaan pestisida memerlukanbiaya yang cukup tinggi (harga pestisida

umumnya mahal), tapi petani masihmelakukannya karena hasil panen masih bisamenutupi semua biaya produksinya.

Selanjutnya insektisida yang digunakanoleh petani di Jawa Tengah dikelompokkanlagi menjadi: piretroid, karbamat, organofosfat,neristoksin, fenil pirazol, dan lain-lain (Tabel 2).

Tabel 1. Jenis Pestisida yang Digunakan oleh Petani Padi di Jawa Tengah

Keterangan: - = data tidak tersedia; Lain-lain = bakterisida, akarisida dan nematisida; Nonregistrasi = tidak tercantum dalam buku registrasi pestisida tahun 2006

45

Lain-lain di sini terdiri dari tiadiazin, triazin,triazol, nitroimidazolidin, urea, tiourea,avermectin, biologi, pirol, dan difenil. Tabel 2menunjukkan bahwa kelompok insektisidayang banyak digunakan di lahan padi sawahdi Jawa Tengah dari tinggi ke rendahadalah:karbamat (27,6 persen), piretroid (26,8

persen), organofosfat (15,8 persen), neristoksin(3,4 persen), fenil pirazol (3,9 persen) dan lain-lain (22,4 persen). Di daerah sentra produksipadi, petani di Kabupaten Brebes mempunyaipreferensi terhadap insektisida paling tinggi(38) dibandingkan kabupaten lainnya. Sementaraitu di antara kabupaten di daerah non sentra

Tabel 2. Jenis Insektisida yang Digunakan oleh Petani Padi di Jawa Tengah

Keterangan: - = data tidak tersedia; Lain-lain = tiadiazin, triazin, triazol, nitroimidazolidin, urea,tiourea, avermectin, biologi, pirol, difenil

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi)

PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-5846

produksi padi, petani di Kabupaten Purbalinggamemiliki preferensi paling tinggi (31).

Rata-rata dosis, frekuensi aplikasi, danjumlah jenis insektisida yang digunakan olehpetani di Jawa Tengah disajikan pada Tabel 3.Tabel tersebut menunjukkan bahwa dosispestisida yang digunakan tertinggi ditemukandi Kabupaten Pemalang dan Grobogan

masing-masing sebesar 50 dan 38 cc/tangki(ukuran tangki sama, yaitu 20 liter). Frekuensiaplikasi pestisida tertinggi ditemukan diKabupaten Purbalingga, yaitu sebesar 10 kaliper minggu. Sedangkan penggunaan jenispestisida tertinggi ditemukan di KabupatenBanjarnegara dan Brebes, yaitu sebanyak 3-5 jenis. Di Kabupaten Banyumas, insektisida

Tabel 3. Rata-rata Dosis, Frekuensi Aplikasi, dan Jenis Insektisida yang Digunakan oleh PetaniPadi di Jawa Tengah

Keterangan: - = data tidak tersedia

47

digunakan bilamana diperlukan saja, yaitu bilatingkat serangan hama sudah melampauiambang batas yang diperbolehkan.

Hasil wawancara dengan petani (n= 100responden) menunjukkan bahwa sebagianbesar petani di Jawa Tengah melakukanpenyemprotan pestisida untuk mengatasiserangan hama dan penyakit pada tanamanpadi (89 persen). Alasan penggunaan pestisidapada umumnya karena pestisida dipercayaisangat efektif dan cepat (94 persen). Frekuensipenyemprotan pestisida dalam semingguberkisar antara 2-3 kali (61 persen). Jumlahpestisida yang digunakan dalam satu tangkiadalah 20 cc (40 persen) dan 10 cc (37 persen).Waktu penyemprotan pada umumnyadilakukan pada pagi hari (90 persen). Alatsemprot pestisida yang digunakan petani padaumumnya menggunakan alat semprotpunggung (100 persen) dengan alasan alatini mudah digunakan (76 persen). Sebagianbesar petani (72 persen) mengetahui akanbahaya dari penggunaan pestisida di pertaniandan juga mereka mengetahui pentingnyapenggunaan alat pelindung untuk menghindaribahaya langsung dari pestisida (72 persen).

Seperti halnya pupuk (urea, SP-36, danKCl), penggunaan pestisida juga sudahmerupakan kebutuhan sebagian besar petanidi tanah air. Pestisida diyakini mampumenanggulangi serangan hama dan penyakittanaman sehingga petani terhindar darikerugian penurunan produksi akibat seranganorganisme pengganggu tanaman (OPT).Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwapestisida memang dalam waktu yang singkatefektif membunuh OPT sehingga disukai olehpetani.

Data yang dikumpulkan dari hasilwawancara dengan petani memberikangambaran bahwa penggunaan pestisida dilahan sawah di Jawa Tengah cenderungmelebihi dosis dan frekuensi penyemprotanyang telah ditetapkan. Hal ini berpotensimeninggalkan residu pestisida di lahan-lahanpertanian sehingga menimbulkan tekananyang sangat berat bagi ekosistem pertanian.

Adanya residu insektisida organoklorin yangbersifat toksik dan persisten di lahan pertaniansangat berpotensi menyebabkan kematianbiota tanah dan air serta pencemaran padaair tanah, air permukaan, dan air minum, sertapada produk pertanian.

Penggunaan pestisida yang tidak benarakan berdampak negatif bagi kesehatan danlingkungan pertanian. Dampak negatif yangdapat ditimbulkan oleh residu pestisidaterhadap kesehatan manusia selainkarsinogenik (kanker) adalah menimbulkangangguan kelenjar endokrin (EDs, EndocrineDiscrupting Pesticides). Menurut Winarno(1987), bahan pangan yang tercemar pestisidad i c u r i g a i m e n y e b a b k a n l e u k i m i a ,aplasticanemia, alergi dan asma. Selain itu,dampak negatif pestisida dapat terjadi padahewan, ternak, ikan, dan katak, serta timbulnyaresistensi resurjensi hama, terbunuhnya musuhalami atau serangga berguna, pencemaranair dan tanah (Soejitno dan Samudra, 1994;Soejitno, 1986; Soejitno, 1988; Brown, 1978;Mustaqim dan Ma’aruf, 1990; Koesoemadinata,1980).3.2. Status Residu Pestisida

Hasil analisis residu pestisida terhadapsemua jenis contoh yang dikumpulkan darilahan sawah di berbagai daerah di JawaTengah menunjukkan adanya kandunganresidu insektisida organoklorin, organofosfat,dan karbamat. Residu insektisida karbamattidak ditemukan di dalam contoh air.Selanjutnya tampak pula bahwa urutankonsentrasi residu insektisida dari tinggi kerendah adalah dalam tanaman padi > tanah> air. Hal ini disebabkan karena penyemprotaninsektisida umumnya dilakukan terhadap tubuhtanaman dan hanya sebagian kecil saja yangdiaplikasikan bersamaan dengan seedtreatment.

Tampak bahwa residu pestisida darikelompok organoklorin, organofosfat, dankarbamat telah mencemari lahan sawah diJawa Tengah. Hasil penelitian sebelumnyajuga menunjukkan bahwa residu pestisidatelah mencemari lahan sawah irigasi dan tadah

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi)

PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-5848

hujan di Jawa Tengah (Jatmiko dkk., 1999),lahan sawah irigasi di Jawa Timur (Harsantidkk., 1999), dan lahan sawah di Jawa Barat(Ardiwinata dkk., 1999). Residu pestisida bukanhanya mencemari lahan sawah, tetapi jugatelah mencemari agroekosistem tanamanpangan lainnya seperti kedelai, sayuran, danlain-lain (Soejitno dan Ardiwinata, 1999),bahkan telah mencemari produk pertanianseperti beras dan kedelai di beberapa pasardi DKI Jakarta (Ardiwinata dkk., 1997).3.2.1. Organoklorin

Residu organoklorin yang ditemukan didaerah sentra produksi padi di Jawa Tengah

di dalam contoh tanaman padi, tanah, dan airmasing-masing disajikan pada Gambar 1, 2,dan 3. Senyawa yang ditemukan berupalindan, heptaklor, aldrin, dieldrin, endrin, DDT,dan endosulfan. Senyawa organoklorin yangdominan ditemukan dalam tanaman padiadalah aldrin dan lindan, terutama ditemukandi Kabupaten Cilacap, Brebes, dan Pemalang.Di dalam contoh tanah ditemukan dieldrin,aldrin, dan lindan, terutama ditemukan diKabupaten Cilacap, Brebes, dan Demak.Selanjutnya di dalam contoh air ditemukanaldrin, endrin, dan lindan, terutama ditemukandi Kabupaten Klaten, Sragen, dan Demak.

Gambar 1. Komposisi Residu Organoklorin pada Tanaman Padi di Sentra Produksi Padi diJawa Tengah

Gambar 2. Komposisi Residu Organoklorin pada Tanah di Sentra Produksi Padi di JawaTengah

49

Kelompok organoklorin umumnyamerupakan senyawa Persistent OrganicPollutants (POPs) yang mempunyai efekterhadap kesehatan manusia terutamaberpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh,sistem hormon, sistem reproduksi dan dapatmenstimulus munculnya kanker. Dengandemikian seharusnya senyawa ini tidak bolehada di lingkungan pertanian karena selaindapat membunuh biota yang ada di dalamtanah, air, juga bila ada di dalam produkpertanian akan membahayakan kelangsunganhidup mahluk lainnya seperti binatang danmanusia. Senyawa POPs yang sangatberpengaruh terhadap kesehatan manusiaantara lain adalah DDT, endosulfan, dioxin,TCDD dan PCBs (Oh, 2001).

Senyawa POPs ini ternyata memang telahmasuk di dalam produk pertanian yanglangsung dikonsumsi oleh manusia sepertiberas, sayuran, kedelai, dan lain-lain. Surveyyang dilakukan di daerah Jawa Barat(Karawang, Subang, lndramayu, Cirebon,Kuningan, Ciamis, Tasikmalaya, Garut,Bandung, Cianjur, Sukabumi, Lebak,Pandeglang dan Serang) pada tahun1995/1996 menunjukkan bahwa beras yangberedar di pasar mengandung beberapasenyawa POPs, seperti: lindan, aldrin dan

heptaklor (Murtado dkk., 1996). Selanjutnyasurvey yang dilakukan pada tahun 1992 dibeberapa pasar di daerah Jawa Barat yangmeliputi daerah Ciamis, Cianjur, Garut,Kuningan, Majalengka dan Sumedangmenunjukkan bahwa dalam sampel kedelaijuga ditemukan senyawa POPs, yaitu lindandan dieldrin dan senyawa residu insektisidalainnya. Yang menarik adalah dalam sampelkedelai impor ternyata juga mengandungsenyawa POPs lindan (Ardiwinata dkk., 1999).

3.2.2. Organofosfat

Residu organofosfat yang ditemukan didaerah sentra produksi padi di Jawa Tengahdisajikan pada Gambar 4 (padi), Gambar 5(tanah), dan Gambar 6 (air). Senyawa yangditemukan dalam contoh-contoh tersebutadalah klorpirifos, diazinon, profenofos, danparation. Di dalam contoh tanaman padiditemukan profenofos dan klorpirifos, sertahanya sedikit ditemukan diazinon dan paration,terutama di Kabupaten Cilacap, dan Pemalang.Di dalam contoh tanah ditemukan jugaprofenofos dan klorpiripos, terutama diKabupaten Brebes. Sedangkan di dalamcontoh air ditemukan senyawa klorpiripos danparation, terutama di Kabupaten Brebes danKlaten.

Gambar 3. Komposisi Residu Organoklorin pada Air di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi)

PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-5850

3.2.3. Karbamat

Residu karbamat yang ditemukan adalahsenyawa BPMC (o-sec-Butylphenyl MethylCarbamate) dan MIPC (N-methyl-2-

Isoprophylphenyl Carbamate). Residu ini hanyaditemukan dalam contoh tanaman padi dantanah, sedangkan dalam contoh air, residu initidak ditemukan (data tidak disajikan).

Gambar 5. Komposisi Residu Organofosfatpada Tanah di Sentra Produksi Padi di JawaTengah

Gambar 4. Komposisi Residu Organofosfat pada Tanaman Padidi Sentra Produksi Padi diJawa Tengah

51

3.3. Sebaran Residu Pestisida

3.3.1. Organoklorin

Senyawa organoklorin ditemukan di dalamcontoh tanaman padi, tanah, dan air di seluruhKabupaten sentra produksi padi di Jawa

Tengah (Kabupaten Grobogan, Demak,Pemalang, Brebes, Tegal Cilacap, Kebumen,Sragen, dan Klaten) yang masing-masingdisajikan pada Gambar 7, 8, dan 9. Residuorganoklorin yang ditemukan meliputi: lindan,heptaklor, aldrin, dieldrin, dan endosulfan.

Gambar 6. Komposisi residu organofosfat pada air di sentra produksi padi di Jawa Tengah

Gambar 7. Sebaran Residu Organoklorin pada Tanaman Padi di Lahan Sawah di Jawa Tengah

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi)

PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-5852

Di Kabupaten Grobogan, dalam contohtanaman padi ditemukan lindan dan dieldrin,sedangkan dalam contoh tanah dan airditemukan endosulfan. Di Kabupaten Demak,contoh tanaman padi mengandung lindan,heptaklor dan endosulfan, sedangkan contohtanah dan air mengandung lindan aldrin,dieldrin, dan endosulfan. Di KabupatenPemalang, contoh tanaman padi dan tanahmengandung lindan dan dieldrin, sedangkancontoh air mengandung endosulfan. DiKabupaten Brebes, contoh tanaman padimengandung lindan dan aldrin, sedangkancontoh tanah dan air mengandung lindan,dieldrin, dan endosulfan. Di Kabupaten Tegal,contoh tanaman padi mengandung lindan danaldrin, sedangkan contoh tanah dan airmengandung lindan, heptaklor, aldrin, dieldrin,dan endosulfan. Di Kabupaten Cilacap, dalamcontoh tanaman padi ditemukan lindan danaldrin, dalam contoh tanah ditemukan lindan,dieldrin, dan endosulfan, sedangkan dalamcontoh air ditemukan dieldrin. Di KabupatenKebumen, contoh tanaman padi mengandunglindan dan heptaklor, sedangkan dalam contohtanah dan air ditemukan lindan, heptaklor,

aldrin, dan endosulfan. Di Kabupaten Sragen,dalam contoh tanaman padi ditemukan lindan,heptaklor, aldrin, dan endosulfan, dalam contohtanah dan air ditemukan lindan, heptaklor,aldrin, dieldrin dan endosulfan. Demikian puladi Kabupaten Klaten, dalam contoh tanamanpadi ditemukan lindan dan heptaklor,sedangkan dalam contoh tanah dan airditemukan lindan, heptaklor, aldrin, dieldrin,dan endosulfan.

Meskipun penggunaan pestisida yangmengandung senyawa organoklorin sudahdilarang sejak tahun 1970-an (Sudarmo, 1991)dan tidak ditemukan penggunaanya pada saatsurvei berlangsung tapi ternyata residunyaditemukan di seluruh Kabupaten sentraproduksi padi di Jawa Tengah. Hal ini didugakarena petani masih menggunakannya secarailegal dan atau residu dari penggunaanpestisida jaman dulu (saat program Bimasdigalakkan) masih berada di dalam tanah.Kelompok organoklorin termasuk senyawaPOPs sehingga keberadaannya di lingkungandapat bertahan lama, karena senyawa ini sulitterdekomposisi.

Gambar 8. Sebaran Residu Organoklorin pada Tanah di Lahan Sawah di Jawa Tengah

53

3.3.2. OrganofosfatSeperti halnya organoklorin, senyawa

organofosfat juga ditemukan di dalam contohtanaman padi, tanah, dan air di seluruhKabupaten sentra produksi padi di JawaTengah (Kabupaten Grobogan, Demak,Pemalang, Brebes, Tegal Cilacap, Kebumen,Sragen, dan Klaten) yang masing-masingdisajikan pada Gambar 10, 11, dan 12. Residuorganofosfat yang ditemukan meliputi:klorpirifos, diazinon, profenofos, danparation.Seperti halnya kelompok organoklorin,senyawa ini juga sulit terdekomposisi di dalamtanah sehingga berpotensi mencemarilingkungan.

Di Kabupaten Grobogan, dalam contohtanaman padi dan air ditemukan klorpirifos,sedangkan dalam contoh tanah ditemukanprofenofos dan paration. Di Kabupaten Demak,contoh tanaman padi, tanah, dan air semuanya mengandung klorpirifos. Di KabupatenPemalang, contoh tanaman padi mengandungklorpirifos dan profenofos, sedangkan contohtanah dan air mengandung klorpirifos. Di

Kabupaten Brebes, contoh tanaman padi danair mengandung klorpirifos, sedangkan contohtanah mengandung klorpirifos, diazinon, danprofenofos. Di Kabupaten Tegal, contohtanaman padi, tanah, dan air mengandungsedikit paration. Di Kabupaten Cilacap, dalamcontoh tanaman padi ditemukan klorpirifos danprofenofos, sedangkan dalam contoh air hanyaditemukan klorpirifos. Demikian pula diKabupaten Kebumen, Sragen, dan Klaten,dalam contoh tanaman padi, tanah, dan airsemuanya mengandung sedikit paration.

Konsentrasi residu insektisida darikelompok organofosfat dalam semua jeniscontoh (tanaman padi, tanah, dan air) lebihtinggi di bandingkan residu organoklorin(Gambar 1-6). Hal ini menunjukkan bahwasaat ini penggunaan insektisida yang berbahanaktif organofosfat lebih banyak dibandingkanorganoklorin. Hal ini dapat difahami karenainsektisida berbahan aktif organoklorin saatini sudah dilarang penggunaannya di lahanpertanian.

Gambar 9. Sebaran Residu Organoklorin pada Air di Lahan Sawah di Jawa Tengah

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi)

PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-5854

Gambar 10. Sebaran Residu Organofosfat pada Tanaman di Lahan Sawah di Jawa Tengah

Gambar 11. Sebaran Residu Organofosfat pada Tanah di Lahan Sawah di Jawa Tengah

55

3.3.3. KarbamatSepert i halnya organoklorin dan

organofosfat, kelompok karbamat jugaditemukan di dalam contoh tanaman padi dantanah di sentra produksi padi di Jawa Tengah(meskipun tidak semua kabupaten) yangmasing-masing disajikan pada Gambar 13 dan14. Residu karbamat yang ditemukan meliputiBPMC dan MIPC. Dibandingkan kelompokorganoklorin dan organofosfat, senyawa ini

lebih ramah lingkungan karena dapatterdekomposisi dengan baik di dalam tanah.

Senyawa kelompok ini hanya ditemukandi beberapa tempat sajadan itu pun dalamjumlah sedikit. Senyawa BPMC ditemukanhanya di Kabupaten Pati, Demak, dan Klatendi dalam contoh tanaman padi dan tanah.Sementara itu senyawa MIPC di temukan padacontoh tanaman padi di Kabupaten Demakdan Cilacap.

Gambar 12. Sebaran Residu Organofosfat pada Air di Lahan Sawah di Jawa Tengah

Gambar 13. Sebaran Residu Karbamat pada Tanaman Padi di Lahan Sawah di Jawa Tengah

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi)

PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-5856

Gambar 14. Sebaran Residu Karbamatpada Tanah di Lahan Sawah di Jawa Tengah

IV. KESIMPULAN

Pertama, petani di Jawa Tengah sudahterbiasa menggunakan pestisida karenadiyakini bahwa pestisida ampuh dalammenanggulangi serangan OPT. Namundemikian penggunaan pestisida di petaniumumnya belum berdasarkan prinsip PHT,yaitu Pestisida digunakan dalam jumlahsesedikit mungkin dalam batas yang efektif(tidak berlebihan) dan diaplikasikan apabilatingkat kerusakan tanaman atau kepadatanpopulasi organisme pengganggu melampauibatas toleransi ambang ekonomi.

Kedua, meskipun penggunaan residuinsektisida organoklorin telah dilarang danhasil wawancara dengan petani tidakditemukan penggunaannya di lahan sawah,tapi residunya di lapangan masih ditemukansehingga berpotensi mengganggu kelestarianlingkungan.

Ketiga, residu insektisida organoklorindan organofosfat telah ditemukan dalam contohtanaman padi, tanah, dan air di lahan sawah

sentra produksi padi di Jawa Tengah(Kabupaten Grobogan, Demak, Pemalang,Brebes, Tegal Cilacap, Kebumen, Sragen, danKlaten), sedangkan residu insektisida karbamathanya ditemukan di Kabupaten Klaten, Demak,Cilacap, dan Pati.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiwinata, A.N., N. Umar, dan N. Hadayani. 1997. Residu insektisida organoklorin, organofosfat,dan Karbamat dalam beras dan kedelai dibeberapa pasar di DKI Jakarta. ProsidingSeminar Nasional. PEI Cabang Bogor. Hal.346 – 347.

Ardiwinata, A.N., S.Y. Jatmiko, E.S. Harsanti. 1999.Monitoring residu insektisida di Jawa Barat.Risalah Seminar Hasil Penelitian Emisi GasRumah Kaca dan Peningkatan ProduktivitasPadi di Lahan Sawah. Bogor 24 April 1999.Hal. 91-105.

Brown, AWA. 1978. Ecology of Pesticide.Wiley-Interscience Publ. John Wiley & Sons. NewYork, Chi lshester, Br isbane. 465p.

57

FAO. 1998. Regional Meeting on HerbicidesResistancwe. Teagu, Korea 29 June – 3 July1998. Plant Production and Protection DivisionFood and Agric. Org. of United Nation, Roma.

Harsanti, E.S., S.Y. Jatmiko dan A.N. Ardiwinata.1999. Residu Insektisida pada EkosistemLahan Irigasi di Jawa Timur. Risalah SeminarHasil Penelitian Emisi Gas Rumah Kaca danPeningkatan Produktivitas Padi di LahanSawah. Bogor 24 April 1999. Hal. 119-128.

Holden, E.P. 1978. Gas ChromatographicDetermination of Residue of Methyl CarbamateIn Crops As Their 2,4-Dinitrophenyl EtherDerivatives. J. Assoc. Offic. Annal. Chem.56(3):713-717.

Jatmiko, S.Y., E.S. Harsanti dan A.N. Ardiwinata.1999. Pencemaran Pest is ida padaAgroekosistem Lahan Sawah Irigasi dan TadahHujan di Jawa Tengah. Risalah Seminar HasilPenelitian Emisi Gas Rumah Kaca danPeningkatan ProduktivitasPadi di LahanSawah. Bogor 24 April 1999. Hal. 119-128.

Kanazawa, J., D. Kilin, Sutrisno dan S. Orita. 1985.Residu of Diazinon in Rice Plant and PaddySoil. Penelitian Pertanian. 3(2):83-84

Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan DaerahKab.Pati – UGM. 2006. Sosialisasi DampakPenggunaan Pestisida pada Petani.

Koesoemadinata, S. 1980. Pesticide as a MajorConstrain in Integrated Agriculture-AquacultureFarming System. Dalam: Pulin, RSV. &Shahadeh, ZH. (eds). Integrated Agriculture-Aquaculture Farming System. ICLARMConference Proceeding, 4:45-52.

Komisi Pestisida. 1997. Metode Pengujian ResiduPestisida dalam Hasil Pertanian. DepartemenPertanian. 377 hal.

Komisi Pestisida. 2005. Pestisida untuk pertaniandan kehutanan. Ditjen Bina Sarana Pertanian.

Murtado, A. Nugraha, I. Nasution, I.M. Samudra, P.Lestina dan Ismiyatun. 1996. Status ResiduPestisida Pada Sentra Produksi Padi Sawah.Laporan Hasil Penelitian Balitro. Bogor, 1996.p.15.

Mustaqim dan Ma’aruf. 1990. Peranan AnalisisDampak Lingkungan Dalam Penggunaan

Pestisida Dalam Perlindungan TanamanMenuju Terwujudnya Pertanian Tangguh DanKelestarian Lingkungan. PT. Agricon. p 695-71.

Oh, B.Y. 2001. Pesticide Residues for Food Safetyand Environment Protection. National Instituteof Agricultural Science and Technology RDA.Ext. Bulletin 495. Suwon, Korea.

Ohsawa, K., S. Hartati, S. Nugrahati, H.Sastrohamidjoyo, K. Untung, N. Arya. K.Sumiartha dan S. Kuwatsuka. 1985. ResidueA n a l y s i s o f O r g a n o c h l o r i n a n dOrganophosphorus Pesticides in Soil, Waterand Vegetables from Central Java and Bali,ecol./impact of IPM in Indoensia. P. 59-70.

Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Penerbit Kanisius,Yogyakarta.

Soejitno, J. 1986. Pengaruh Herbisida 2,4 Dterhadap Wereng Coklat N. lugens Stal.Konferensi Toksikologi Indonesia I. Bandung, 28-31 Juli 1986.

Soejitno, J. 1988. Peranan Pestisida dalamPengendalian Hama Padi dan Palawija.Simposium Penggunaan Pestisida SecaraBijaksana. Himpunan Perlindungan TanamanIndonesia. Jakarta, 15-12- 1988.

Soejitno, J. dan IM. Samudra. 1994. KajianResistensi Penggerek Batang Padi Putih (S.innotata Wlk.) terhadap Insektisida Karbofuran3G. Penelit ian Pertanian Vol. 13(2).

Soejitno, J. dan A.N. Ardiwinata. 1999. ResiduPestisida pada Agroekosistem TanamanPangan. Risalah Seminar Hasil PenelitianEmisi Gas Rumah Kaca dan PeningkatanProduktivitas Padi di Lahan Sawah. Bogor 24April 1999. hal 72-90.

Soejitno, J. 2000. Pesticide Residues on FoodCrops and Vegetables in Indonesia.International Seminar on Food Crops andQuarantine Inspection. Suwon-Korea. FFTC:37-52.

Winarno, F.G. 1987. Pengaruh Pestisida TerhadapKesehatan Manusia. Simposium NasionalPengelolaan Pestisida di Indonesia.Yogyakarta, 8-10 Januari. 1987.20 hal.

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi)

BIODATA PENULIS :

Asep Nugraha Ardiwinata, dilahirkan padatanggal 2 Maret 1961 di Bogor. Saat ini menjabatsebagai Kepala Bidang Program dan Evaluasipada Pusat Perpustakan dan PenyebaranTeknologi Pertanian (PUSTAKA) di Bogormerangkap sebagai Peneliti Madya di BalaiPenelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan)Jakenan. Beliau menyelesaikan pendidikan BScpada tahun 1984 bidang Kimia Analisis diAkademi Kimia Analisis (AKA) Bogor, S2 danS3 masing-masing tahun 1999 dan 2005 bidangIlmu Kimia diselesaikan di Universitas Indonesia,Jakarta.

Dedi Nursyamsi, dilahirkan pada tanggal 23Juni 1964 di Ciamis. Saat ini menjabat sebagaiKepala Balai Penelitian Lingkungan Pertanian(Balingtan) Jakenan sekaligus sebagai PenelitiUtama. Beliau menyelesaikan pendidikan S1pada tahun 1987 bidang Ilmu Tanah di InstitutPertanian Bogor (IPB), S2 tahun 2000 bidangNutrisi Tanaman di Hokkaido University, Jepang,dan S3 tahun 2008 bidang Kesuburan Tanah diIPB.

PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-5858


Recommended