+ All Categories
Home > Documents > Skripsi Pengaruh

Skripsi Pengaruh

Date post: 24-Jan-2023
Category:
Upload: telkomuniversity
View: 1 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
106
PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA (Kasus SMUN 68, Salemba Jakarta Pusat, DKI Jakarta) Oleh : INA ASTARI UTAMININGSIH A 14202036 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Transcript

PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA

TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA

(Kasus SMUN 68, Salemba Jakarta Pusat, DKI Jakarta)

Oleh :

INA ASTARI UTAMININGSIH

A 14202036

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

RINGKASAN

INA ASTARI UTAMININGSIH. Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada

Remaja Terhadap Interaksi Sosial Remaja. Di bawah bimbingan

NURMALA K. PANDJAITAN.

Seiring arus globalisasi dengan tuntutan kebutuhan pertukaran informasi

yang cepat membuat peranan teknologi komunikasi menjadi sangat penting.

Teknologi komunikasi dalam wujud ponsel merupakan fenomena yang paling

unik dan menarik dalam penggunaannya. Tetapi dari sekian kelebihan yang telah

ditawarkan dari suatu ponsel, juga terdapat banyak dampak negatif bermunculan.

Bentuk pendekatan komunikasi yang paling ideal adalah yang bersifat

transaksional, dimana proses komunikasi dilihat sebagai suatu proses yang sangat

dinamis dan timbal balik. Menurut Budyatna (2005) munculnya penggunaan

ponsel dapat mempengaruhi proses yang bersifat transaksional tersebut. Seringkali

komunikasi yang dinamis dan timbal balik dirasakan menurun pada interaksi tatap

muka. Pengguna ponsel terbesar merupakan kelompok remaja perkotaan terutama

pada pulau Jawa. Dengan begitu permasalahan yang muncul dalam penelitian ini

yaitu mengenai penggunaan ponsel dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana

pengaruhnya terhadap interaksi yang ada, dalam hal ini antara remaja dengan

lingkungan sosial mereka.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat

penggunaan ponsel pada remaja saat ini, menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel pada remaja serta menganalisis

pengaruh tingkat penggunaan ponsel terhadap interaksi sosial remaja. Penelitian

ini menitikberatkan pada tiga kajian studi, yaitu media teknologi komunikasi

ponsel, interaksi sosial dan mengenai remaja itu sendiri.

Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 68

Salemba, Jakarta Pusat, DKI Jakarta dan pada waktu April sampai dengan Juli

2006. Pengambilan sampel penelitian ditentukan dengan sengaja (purposive)

secara accidental sampling. Populasi dibagi dalam kelas-kelas SMUN 68 (kelas

X, XI, XII) dan masing-masing sejumlah 16 orang (8 laki-laki dan 8 perempuan).

Jumlah sampel secara keseluruhan sebanyak 48 orang. Penelitian ini dapat

dikatakan sebagai penelitian atau studi pendahuluan, sehingga tidak dimaksudkan

untuk menggeneralisasikan secara meluas dan membutuhkan penelitian-penelitian

berikutnya untuk mengkaji lebih lanjut. Penelitian ini merupakan jenis deskriptif

korelasional dengan metode penelitian survey. Pendekatan penelitian yang

digunakan adalah kuantitatif. Data primer diperoleh dari responden melalui

pengisian kuisioner dan hasil wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh

melalui dokumentasi Kantor SMUN 68. Dalam hal pengolahan data, untuk data

kuantitatif diuji melalui Chi-Square dan korelasi Spearman yang dilakukan

dengan menggunakan program SPSS for windows versi 12.0. Untuk data hasil

wawancara (kualitatif) digunakan sebagai ilustrasi untuk melengkapi hasil statistik

tersebut.

Penelitian ini menunjukkan karakteristik internal dan karakteristik

eksternal responden. Jenis kelamin responden dibagi sama rata antara laki-laki dan

perempuan. Status ekonomi keluarga responden mayoritas tergolong kategori

menengah keatas (berkecukupan). Tujuan penggunaan ponsel oleh responden

mayoritas untuk kegiatan-kegiatan yang tidak terlalu penting, yang berkisar pada

sosialisasi serta kegiatan sekolah/les/kursusnya dan untuk hiburan (pemenuhan

hobi). Tingkat aktivitas responden mayoritas tergolong aktivitas yang rendah di

luar jam sekolahnya. Tingkat pengaruh teman dekat mayoritas tergolong kategori

pengaruh yang kuat bagi responden. Sedangkan mengenai media massa mayoritas

responden memiliki tingkat terpaan yang tergolong cukup tinggi.

Penelitian ini melihat tingkat penggunaan ponsel dari frekuensi

penggunaan ponsel, pemanfaatan fasilitas ponsel, tingkat biaya pengeluaran, dan

pihak yang diajak berkomunikasi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

penggunaan ponsel oleh responden (sebagai kelompok remaja perkotaan)

sebagian besar menunjukkan penggunaannya cenderung tinggi. Faktor pada

karakteristik internal yang mempengaruhi penggunaan ponsel adalah status

ekonomi keluarga dan tujuan penggunaan ponsel, sedangkan pada karakteristik

eksternal adalah keberadaan teman dekat responden.

Mengenai interaksi, penelitian ini melihat suatu variabel interaksi sosial

dari waktu dan intensitas (tingkat keluasan pembicaraan) interaksi secara tatap

muka antara responden dengan lingkungan sosialnya. Berdasarkan semua data

yang diperoleh dapat diketahui bahwa interaksi antara responden dengan

lingkungan teman atau pacar lebih baik dalam hal kuantitas. Sedangkan interaksi

antara responden dengan lingkungan keluarga lebih baik dalam hal kualitas.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan ponsel tidak

mempengaruhi interaksi remaja secara tatap muka. Hal tersebut berlawanan

dengan teori yang dikemukakan oleh Budyatna (2005), yaitu dengan munculnya

penggunaan ponsel dapat mempengaruhi suatu proses yang bersifat transaksional

dalam interaksi tatap muka. Penggunaan ponsel remaja (laki-laki maupun

perempuan) memang cenderung tinggi. Tetapi dalam hal interaksi tatap muka

antara remaja dengan lingkungan sosialnya tetap saja cenderung kurang. Dapat

disimpulkan bahwa interaksi remaja tersebut tidak hanya disebabkan oleh tingkat

penggunaan ponsel yang tinggi. Banyak terdapat faktor-faktor lainnya dalam

karakteristik remaja, seperti semakin tingginya beban akademik, mulai

mengkonsumsi media-media massa atau teknologi dengan tinggi serta cenderung

lepas dengan lingkungan sosial keluarganya. Dengan begitu terlihat bahwa

memang kelompok usia remaja cenderung kurang interaksinya secara tatap muka

dengan lingkungan sosialnya.

PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA

TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA (Kasus SMUN 68, Salemba Jakarta Pusat, DKI Jakarta)

Oleh :

INA ASTARI UTAMININGSIH

A 14202036

SKRIPSI Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh :

Nama : Ina Astari Utaminingsih

NRP : A14202036

Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul Skripsi :Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap

Interaksi Sosial Remaja (Kasus SMUN 68, Salemba Jakarta

Pusat, DKI Jakarta)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperolah gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS. DEA

NIP. 131 803 654

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr

NIP. 130 422 698

Tanggal Kelulusan : 22 Agustus 2006

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL “PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA

TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA (KASUS SMUN 68,

SALEMBA JAKARTA PUSAT, DKI JAKARTA)” BELUM PERNAH

DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN MANAPUN UNTUK

TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA

JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL

KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN

YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN

KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM

NASKAH.

Bogor, Agustus 2006

Ina Astari Utaminingsih

A 14202036

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak terakhir dari pasangan H.Supriyadi dan Hj.Eka

Hikmawati yang lahir pada tanggal 11 Juli 1984 di Jakarta. Pendidikan pertama

ditempuh di Taman Kanak-Kanak Kayuputih, Jakarta Timur. Selanjutnya pada

tahun 1991 meneruskan sekolah di Sekolah Dasar Negeri Pulogadung 07, Jakarta

Timur. Pada tahun 1999 penulis lulus dari SLTP Perguruan Cikini, Jakarta Pusat

dan meneruskan di SMU Negeri 68, Jakarta Pusat yang kemudian lulus pada

tahun 2002.

Pada tahun 2002 selanjutnya penulis diterima di Institut Pertanian Bogor

melalui jalur SPMB pada program studi Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat (KPM), Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, kekuatan serta jalan yang terbaik menurut-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi (SEP 495)

yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi

Sosial Remaja” ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian.

Skripsi ini merupakan penelitian dan studi yang pertama kali mengenai

ponsel di Institut Pertanian Bogor. Oleh karena itu diharapkan dapat menjadi

masukan atau referensi berguna dalam kajian mengenai pengaruh ponsel terhadap

interaksi remaja dengan lingkungan sosial mereka. Namun penulis menyadari

adanya kekurangan dalam pembuatan skripsi ini. Oleh karena itu saran dan kritik

membangun dari para pembaca diperlukan untuk langkah selanjutnya yang lebih

baik lagi.

Bogor, Agustus 2006

Penulis

UCAPAN TERIMAKASIH

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Untuk itu penulis mengemukakan ucapan terima kasih kepada

pihak tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain :

1. Allah SWT, yang atas izin dan restu-Nya lah penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini. In every step i take, it always start with u’r name God.

2. Dr. Nurmala K. Pandjaitan. MS. DEA selaku Dosen Pembimbing yang

dengan sabar telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis

dalam proses pembuatan skripsi ini.

3. Ir. Sarwititi S. Agung, MS yang telah bersedia menjadi dosen penguji

utama pada saat sidang skripsi

4. Martua Sihaloho, SP, MS yang telah bersedia menjadi dosen penguji

Komisi Pendidikan pada saat sidang skripsi

5. Papa & Mama. Love u both more than life & all the things i’ve done is

only to make u proud of me. Juga untuk Mba Lia & Mas Herry

6. Ivan, My Little Boy. The cuttest baby in the world. Karena dengan fotonya

dikomputer-lah yang membuat semangat setiap mengerjakan tugas

7. Hemo-hemo, For good times and bad times. Thank’s for teaching me how

to laugh all the time, no matter how sad we are. Just keep our faith!

8. Pihak-pihak yang telah membantu dalam pengumpulan data : Ica HPT ’40,

Dila, Tio, serta pihak dari SMUN 68

9. Rika Apriyanti (Teh’ Rika) atas segala saran dan masukan mengenai

penulisan skripsi

10. Mulyandari, for making me believe that there’s always opportunity in

every difficulty

11. KPM ’39, yang telah membuat waktu selama hampir 4 tahun terakhir

menjadi berkesan dan tidak terlupakan

12. Seluruh teman-teman ’38, ’39 dan ’40 serta tim KKP atas kebersamaannya

selama ini

13. Teman-teman di Jakarta, yang selalu memberi semangat melalui SMS dan

telfon. Serta yang selalu membuat hidup kembali menjadi ’normal’

sepulang dari Bogor. Thank’s a lot

14. Para pengajar dan tim MSC (Mathematic Study Club) yang dengan sabar

dan baik hati membuat penulis ’mengerti’ akan hitung-hitungan

15. Tim dosen KPM IPB dan seluruh staff Sosek Pertanian, terima kasih telah

memberikan pengajaran yang terbaik dan telah membantu selama

perkuliahan sampai pada pelaksanaan seminar dan sidang

Juga untuk mereka yang senantiasa mendukung serta membantu tetapi

tidak bisa disebutkan satu per satu. Akhir kata penulis mengucapkan semoga

skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi inspirasi kepada pembaca.

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ······································································································ i

DAFTAR TABEL ······························································································ iii

DAFTAR GAMBAR ························································································· v

DAFTAR LAMPIRAN ······················································································ vi

BAB I. PENDAHULUAN ················································································· 1

1.1 Latar Belakang ················································································· 1

1.2 Perumusan Masalah ·········································································· 5

1.3 Tujuan Penelitian ·············································································· 5

1.4 Kegunaan Penelitian ········································································· 6

BAB II. PENDEKATAN TEORITIS ································································· 7

2.1. Tinjauan Pustaka ············································································· 7

2.1.1. Media Teknologi Komunikasi Ponsel ····································· 7

2.1.2. Interaksi Sosial ······································································· 13

2.1.3. Remaja ···················································································· 18

2.2. Kerangka Pemikiran ········································································ 22

2.3. Hipotesa ··························································································· 25

2.4. Definisi Operasional ········································································ 26

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ·························································· 33

3.1. Metode Penelitian ············································································ 33

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ·························································· 33

3.3. Penentuan Sampel ··········································································· 34

3.4. Metode Pengumpulan Data ······························································ 35

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ············································ 35

ii

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN ······················································ 36

4.1 Sekolah Menengah Umum Negeri 68 ··············································· 36

4.2 Karakteristik Internal ········································································ 39

4.3 Karakteristik Eksternal ····································································· 43

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ···························································· 47

5.1 Penggunaan Ponsel Pada Remaja ····················································· 47

5.1.1 Frekuensi Penggunaan Ponsel ·················································· 47

5.1.2 Pemanfaatan Fasilitas Ponsel ··················································· 48

5.1.3 Tingkat Biaya Pengeluaran ······················································ 51

5.1.4 Pihak Yang Diajak Berkomunikasi ·········································· 52

5.1.5 Tingkat Penggunaan Ponsel Secara Umum ······························ 54

5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penggunaan Ponsel

Pada Remaja ······················································································ 56

5.2.1 Karakteristik Internal ······························································· 56

5.2.2 Karakteristik Eksternal ···························································· 62

5.3 Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap

Interaksi Sosial Remaja ···································································· 65

5.3.1 Interaksi Sosial Remaja ··························································· 65

5.3.1.1 Waktu Interaksi Tatap Muka ········································ 65

5.3.1.2 Intensitas Interaksi Tatap Muka ···································· 68

5.3.1.3 Interaksi Sosial Remaja Secara Umum ························ 70

5.3.2 Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja

Terhadap Interaksi Sosial Remaja ············································ 71

5.4 Ikhtisar ······························································································ 74

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ····························································· 78

6.1 Kesimpulan ······················································································· 78

6.2 Saran ································································································· 80

DAFTAR PUSTAKA ························································································· 82

LAMPIRAN ········································································································ 85

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

Tabel 1. Kegiatan-Kegiatan Ekstrakurikuler Pada SMUN 68,

Sampai Tahun Ajaran 2005/2006 ······················································· 38

Tabel 2. Jumlah Responden Berdasarkan Status Ekonomi Keluarga ················ 39

Tabel 3. Jumlah Responden Berdasarkan Tujuan Penggunaan Ponsel ············· 40

Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Aktivitas ····························· 42

Tabel 5. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pengaruh Teman Dekat ······ 44

Tabel 6. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Terpaan Media

Massa ································································································· 45

Tabel 7. Jumlah Responden Berdasarkan Frekuensi Penggunaan Ponsel ········· 47

Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Pemanfaatan Fasilitas Ponsel ··········· 49

Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Biaya Pengeluaran ·············· 51

Tabel 10. Jumlah Responden Berdasarkan Pihak Yang Diajak

Berkomunikasi ···················································································· 53

Tabel 11. Jumlah responden Berdasarkan Tingkat Penggunaan Ponsel ·············· 54

Tabel 12. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Penggunaan

Ponsel ································································································ 56

Tabel 13. Hubungan Status Ekonomi Keluarga Dengan Tingkat

Penggunaan Ponsel ············································································· 58

Tabel 14. Hubungan Tujuan Penggunaan Ponsel Dengan Tingkat

Penggunaan Ponsel ············································································ 59

Tabel 15. Hubungan Tingkat Aktivitas Dengan Tingkat Penggunaan

Ponsel ································································································· 61

Tabel 16. Hubungan Tingkat Pengaruh Teman Dekat Dengan Tingkat

Penggunaan Ponsel ············································································· 63

Tabel 17. Hubungan Tingkat Terpaan Media Massa Dengan Tingkat

Penggunaan Ponsel ············································································· 64

Tabel 18. Jumlah Responden Berdasarkan Waktu Interaksi Tatap Muka

Dengan Keluarga ············································································· 66

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

Lampiran 1. Perbandingan Pengguna Ponsel di Indonesia ································· 86

Lampiran 2. Output SPSS Uji Chi-Square ························································· 88

Lampiran 3. Output SPSS Uji Spearman ····························································· 89

v

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

Gambar 1. Jenis Telepon Bergerak ···································································· 9

Gambar 2. Kerangka Pemikiran ········································································ 25

iv

Tabel 19. Jumlah Responden Berdasarkan Waktu Interaksi Tatap Muka

Dengan Teman/Pacar ··········································································· 66

Tabel 20. Jumlah Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi Tatap

Muka Dengan Keluarga ······································································· 68

Tabel 21. Jumlah Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi Tatap

Muka Dengan Teman/Pacar ································································ 68

Tabel 22. Jumlah Responden Berdasarkan Interaksi Sosial Remaja ···················· 70

Tabel 23. Hubungan Tingkat Penggunaan Ponsel Dengan Interaksi

Sosial ··································································································· 72

Tabel 24. Hubungan Variabel Pengaruh Dengan Variabel

Terpengaruh ························································································· 74

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup

manusia menjadi semakin mudah dan nyaman. Kemajuan teknologi yang semakin

pesat saat ini membuat hampir tidak ada bidang kehidupan manusia yang bebas

dari penggunaannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seiring arus

globalisasi dengan tuntutan kebutuhan pertukaran informasi yang cepat, peranan

teknologi komunikasi menjadi sangat penting.

Hassan (1999) mengemukakan teknologi komunikasi cenderung

memungkinkan terjadinya transformasi berskala luas dalam kehidupan manusia.

Transformasi tersebut telah memunculkan perubahan dalam berbagai pola

hubungan antar manusia (patterns of human communication), yang pada

hakikatnya adalah interaksi antar pribadi (interpersonal relations). Pertemuan

tatap muka (face to face) secara berhadapan dapat dilaksanakan dalam jarak yang

sangat jauh melalui tahap citra (image to image).

Isi pesan media komunikasi seringkali tidak mempengaruhi masyarakat

yang kini melainkan bentuk dan jenis media itu sendiri. Banyak bentuk-bentuk

teknologi baru dalam komunikasi yang kita kenal, seperti telepon selular (ponsel),

surat elektronik, satelit, mesin faksmili, dan lain-lain. Teknologi komunikasi

dalam wujud ponsel merupakan fenomena yang paling unik dan menarik dalam

penggunaannya. Ponsel yang mudah dibawa kemana saja kini tidak lagi mengenal

2

usia dan kalangan, bahkan disebut sekarang ini ponsel telah menjadi “teknologi

yang merakyat”.

Penggunaan ponsel menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi

kehidupan saat ini yang memerlukan mobilitas tinggi. Fasilitas-fasilitas yang

terdapat didalamnya pun tidak hanya terbatas pada fungsi telepon dan SMS (short

messages service) saja. Ponsel dapat digunakan sebagai sarana bisnis, penyimpan

berbagai macam data, sarana musik/hiburan, bahkan sebagai alat dokumentasi.

Hal ini menjadikan ponsel sebagai salah satu perkembangan komunikasi yang

paling aktual di Indonesia selama lebih dari lima tahun terakhir (Nurudin, 2005).

Terlihat juga pada kompetitif kualitas dari berbagai merk ponsel seperti Nokia,

Ericsson, Samsung, Siemens, Motorola, Alcatel, dan lain-lain. Masing-masing

tidak berhenti bersaing mencari pangsa pasar melalui produk terbaru hanya dalam

kurun waktu yang relatif singkat.

Simanjuntak (2004) dalam tulisannya mengenai aspek sosial telepon

selular menyatakan paling tidak ada lima implikasi dari penggunaan ponsel.

Pertama, terhadap setiap individu yang menggunakan ponsel tersebut. Kedua,

terhadap interaksi-interaksi antar individu. Ketiga, terhadap pertemuan tatap

muka. Keempat, terhadap suatu kelompok-kelompok atau organisasi. Selanjutnya

yang kelima adalah terhadap sistem hubungan di organisasi dan kelembagaan-

kelembagaan masyarakat.

Penggunaan ponsel sekarang bukan hanya sebagai alat komunikasi semata,

melainkan juga mendorong terbentuknya interaksi yang sama sekali berbeda

dengan interaksi tatap muka. Disini interaksi yang terbentuk kemudian

“dipercepat” prosesnya melalui suara dan teks atau tulisan (Brotosiswoyo, 2002).

3

Hal ini berbeda dengan dahulu yang biasa disebut “telepati” (komunikasi antara

dua manusia yang tidak bergantung pada tempatnya) dan sudah menjadi

perwujudan riil yang biasa, yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Ponsel

disamping itu juga dapat merubah makna dari “kesendirian”. Kesendirian itu

dapat menjadi suatu suasana yang lebih ramai dan hidup. Dengan satu ponsel yang

canggih saja, kita dapat mendengarkan musik, bermain games, internet, foto-foto,

menonton video, dan lain-lain meskipun kita berada dalam satu ruangan sendirian

tanpa ada apapun.

Dari sekian kelebihan yang telah ditawarkan dari suatu ponsel, tetapi

terdapat juga banyak dampak negatif bermunculan. Budyatna (2005)

mengemukakan bahwa bentuk pendekatan komunikasi yang paling ideal adalah

yang bersifat transaksional, dimana proses komunikasi dilihat sebagai suatu

proses yang sangat dinamis dan timbal balik. Disini Budyatna melihat bahwa

dengan munculnya penggunaan ponsel mempengaruhi proses yang transaksional

tersebut. Seringkali komunikasi yang dinamis dan timbal balik dirasakan menurun

kualitas dan kuantitasnya pada interaksi tatap muka.

Terdapat banyak fenomena dimana tidak jarang individu lebih memilih

memainkan atau menggunakan ponselnya, meskipun ia berada ditengah-tengah

suatu kegiatan atau sosialisasi dengan orang-orang disekitarnya. Berdasarkan

Survey Siemens Mobile Lifestyle III, menyebutkan bahwa 60% dari respondennya

lebih senang mengirim dan membaca SMS atau memainkan games ponselnya

ditengah acara keluarga yang dianggap membosankan (Nurudin, 2005).

Beberapa penelitian telah dikumpulkan oleh Badwilan (2004) mengenai

dampak dari penggunaan ponsel. Contoh penelitian pertama yaitu pada bulan

4

Februari 2002 jumlah layanan SMS yang dikirimkan mencapai 156 milyar; dan

pada bulan Maret jumlahnya bertambah menjadi 167 milyar. Dengan kata lain

bahwa pengguna ponsel telah menghabiskan uang sebesar 165,5 milyar untuk

mengirimkan layanan SMS saja. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan ponsel

yang semula dimaksudkan untuk mempermudah pembicaraan dan menekan biaya

pengeluaran, justru terkadang menjadi hal sebaliknya.

Kumpulan penelitian Badwilan yang menunjukkan dampak negatif dari

penggunaan ponsel lainnya yaitu menonjol pada aspek psikologis dan sosial.

Banyaknya peredaran gambar-gambar maupun video-video porno sekarang ini

sudah dianggap hal biasa dalam lalu lintas data komunikasi melalui ponsel. Selain

itu adanya pesan SMS yang memberikan kesan rasisme dan unsur-unsur SARA

didalamnya dapat mengancam serta merusak kehidupan interaksi masyarakat atau

kelompok tertentu.

Pattiradjawane pernah melakukan penelitian terhadap pemakaian dan

penggunaan ponsel di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa persentase

terbesar pengguna ponsel berdasarkan usia yaitu usia 15-24 tahun (31%),

berdasarkan kota-desa yaitu kota (71%), dan berdasarkan kota-desa pada lima

pulau (Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Bali) yaitu kota (>55% dari

masing-masing pulau). Sedangkan untuk perbandingan berdasarkan masing-

masing pulau tersebut persentase terbesar adalah pulau Jawa (71%). Hal ini

menunjukkan pengguna ponsel terbesar merupakan kelompok remaja perkotaan

terutama pada pulau Jawa.

Remaja merupakan kelompok manusia yang penuh potensi yang perlu

untuk dimanfaatkan. Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu

5

berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa

dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang

sama (Hurlock, 1980). Respon kaum remaja terhadap barang-barang baru,

termasuk dalam hal ini adalah kecanggihan ponsel, cukup tinggi. Walaupun belum

tentu penggunaan ponsel tersebut dimanfaatkan seluruhnya secara optimal dalam

kehidupan sehari-hari mereka.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan tersebut, maka dapat

diketahui bahwa penggunaan media teknologi komunikasi ponsel saat ini

dirasakan penting. Penggunaan ponsel sebagai alat komunikasi seharusnya dapat

mempererat interaksi sosial remaja dengan lingkungannya. Perumusan masalah

yang akan menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penggunaan ponsel pada remaja saat ini?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan ponsel pada

remaja?

3. Bagaimana pengaruh penggunaan ponsel pada remaja terhadap interaksi

sosial remaja?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan tersebut, maka tujuan

dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi penggunaan ponsel pada remaja saat ini

6

2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan

ponsel pada remaja

3. Menganalisis pengaruh penggunaan ponsel pada remaja terhadap interaksi

sosial remaja

1.3 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna bagi peneliti dalam rangka mengembangkan studi

dan memperluas wawasannya mengenai kehidupan interaksi remaja perkotaan

pada saat ini, terkait dengan perkembangan teknologi komunikasi ponsel.

Penelitian ini juga dapat menjadi informasi tambahan atau acuan literatur untuk

penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya bagi para akademisi atau bagi mereka

yang tertarik untuk memahami pengaruh penggunaan media teknologi komunikasi

ponsel terhadap interaksi sosial remaja.

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Media teknologi Komunikasi Ponsel

Teknologi Komunikasi

Menurut Kamus Sosial Edisi Baru, istilah Teknologi yaitu : (1) Penerapan

ilmu pengetahuan; (2) Pola praktek menggunakan semua sumber daya untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu; serta (3) Semua ciri untuk mencapai tujuan

organisasi. Sedangkan menurut Johannesen (1996) teknologi diartikan sebagai

aktivitas budaya yang khas ketika manusia membentuk dan mengubah realitas

alami demi tujuan-tujuan praktis. Setiap langkah kemajuan teknologi

menyebabkan serangkaian perubahan yang berinteraksi dengan perubahan lainnya

yang timbul dari sistem teknologi secara keseluruhan.

Menurut Gouzali Saydam (2005), teknologi komunikasi pada hakikatnya

adalah penyaluran informasi dari satu tempat ke tempat lain melalui perangkat

telekomunikasi (kawat, radio atau perangkat elektromagnetik lainnya). Informasi

tersebut dapat berbentuk suara (telepon), tulisan dan gambar (telegraf), data

(komputer), dan sebagainya. Sedangkan Shiroth dan Amin (1998) mengemukakan

teknologi komunikasi merupakan teknologi yang cepat berkembang, seiring

dengan berkembangnya industri elektronika dan komputer. Trend teknologi ini

semakin kearah teknologi wireless (tanpa kabel).

Bentuk-bentuk teknologi komunikasi menurut Kadir dan Triwahyuni

(2003) mencangkup telepon, radio, dan televisi. Sedangkan dalam buku Human

8

Communication (Tubbs dan Moss, 2001), bentuk-bentuk teknologi komunikasi

ditampilkan dalam tingkat antarpesona, kelompok, organisasional, dan publik.

Pada tingkat antarpersona yaitu telepon, telepon genggam (handphone), surat

elektronik, dan voicegram. Pada tingkat kelompok yaitu konferensi telepon,

telekomunikasi komputer, dan surat elektronik. Pada tingkat organisasional yaitu

interkom, konferensi telepon, surat elektronik, manajemen dengan bantuan

komputer, sistem informasi, dan faksimili. Sedangkan pada tingkat publik yaitu

televisi, radio, film, videotape, vidoedisc, TV kabel, TV satelit langsung, video

dengan teks, teleteks, dan sistem informasi digital.

Pada saat ini telepon merupakan alat komunikasi yang banyak ditemukan

dalam dunia bisnis. Bahkan setiap hari sekitar lebih dari 500 juta panggilan

telepon dilakukan diseluruh dunia (Morey, 2004). Menurut Gouzali Saydam

(2005), istilah telepon pada awalnya merupakan suara dari jarak jauh. Selain itu

keberadaan telepon itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu telepon biasa (fix

telephone) dan telepon bergerak.

Perkembangan Ponsel

Ponsel atau bisa juga disebut Handphone (telepon genggam atau telepon

seluler) merupakan telepon yang termasuk dalam sambungan telepon bergerak,

dimana yang menghubungkan antar sesama ponsel tersebut adalah gelombang-

gelombang radio yang dilewatkan dari pesawat ke BTS (Base Tranceiver Station)

dan MSC (Mobile Switching Center) yang bertebaran di sepanjang jalur

perhubungan kemudian diteruskan ke pesawat yang dipanggil (Gouzali Saydam,

9

2005). Telepon bergerak ini pada awalnya dikategorikan dalam bentuk seperti

gambar berikut :

Gambar 1. Jenis Telepon Bergerak

Sumber : Gouzali Saydam, Teknologi Telekomunikasi: Perkembangan dan Aplikasi (2005).

Ponsel merupakan bentuk yang dianggap paling fenomenal dan juga unik.

Dalam pemakaian ponsel, besarnya tagihan bergantung pada lama waktu

percakapan serta jarak atau zona jangkau (SLJJ) percakapan yang telah dilakukan

dalam percakapan. Terdapat tiga hal penting mengenai biaya yang dikeluarkan

bagi pelanggan ponsel, yaitu biaya airtime, biaya bulanan dan biaya pulsa atau

pemakaian (Kadir dan Triwahyuni, 2003).

Semakin maraknya penggunaan ponsel saat ini, muncul ide untuk

menciptakan kebergantungan pemilik ponsel tersebut pada kartu telepon prabayar

(voucher). Perkembangan produk kartu prabayar dalam waktu yang singkat dapat

menyaingi penggunaan sistem abonemen (pascabayar). Salah satu yang paling

menarik pada prabayar adalah layanan transfer pulsa (Ariyanti, 2004). Layanan ini

menyediakan solusi bagi para pengguna prabayar yang membutuhkan pulsa dalam

TELEPON BERGERAK

Kendaraan Bermotor Selular/

Ponsel

Telkom Fleksi

10

waktu cepat atau berada dalam keadaan darurat serta kesulitan mencari pulsa isi

ulang.

Harmandini (2005) mengatakan bahwa sekarang ini terdapat beberapa

orang yang menggunakan 2 (dua) ponsel, dimana yang satu pada umumnya

merupakan ponsel CDMA. Kartu-kartu CDMA ini antara lain StarOne, Esia,

Flexi dan Fren. Para pemakai ponsel yang menggunakan kartu prabayar biasanya

digolongkan pada konsumen ‘konsumen kelas dua’, sedangkan ‘konsumen kelas

satu’ di mata operator penyelenggara ponsel adalah mereka yang menjadi

pelanggan tetap jaringan ponsel (Ariyanti, 2004).

Fasilitas Pada Ponsel

Disamping berfungsi sebagai alat komunikasi yang personal, ponsel juga

berpotensi sebagai sarana bisnis yang efektif. Ponsel sangat bervariasi tergantung

pada modelnya, yang seiring dengan perkembangan teknologi mempunyai fungsi-

fungsi antara lain (Fiati, 2005) :

1. Penyimpan informasi

2. Pembuat daftar pekerjaan atau perencanaan kerja

3. Reminder (pengingat waktu) atau appointment

4. Alat perhitungan (kalkulator)

5. Pengiriman atau penerimaan e-mail

6. Permainan (games)

7. Integrasi ke peralatan lain seperti PDA, MP3

8. Chatting dan Browsing internet

9. Video

11

Mengenai fitur-fitur lain dalam ponsel terdapat beberapa macam, antara

lain : profile, voice mail, caller ID, memory, numeric paging dan text messaging

(SMS)/multimedia messaging (MMS), tones, locking/unlocking, call waiting, call

forwarding, three-way calling, calling history, one-touch emergency dialing dan

lain-lain. Diantara sekian banyak fitur tersebut, mungkin yang paling menarik

untuk dibahas adalah SMS, MMS dan kamera.

SMS (Short message service) adalah layanan langsung dalam dua arah

yang mampu mengirimkan pesan singkat 160 karakter yang bisa disimpan dan

direkam oleh pengelola ponsel. Selain itu SMS juga dapat digunakan dalam mode

cell broadcast guna mengirim berita-berita terbaru dan pemberitahuan penting

penting lain yang bersifat massal (Fiati, 2005). Sedangkan MMS (multimedia

message service) disebut juga sebagai sms multimedia, yang memiliki daya

angkut data yang besar. MMS memberikan layanan pengiriman berbasis teks

menuju pesan multimedia (gambar, suara, video) dan dapat juga memberikan

layanan berupa gambar diam berupa kartu, peta, kartu nama, layer saver (untuk

PC). Fitur lainnya yang saat ini sedang gencarnya ditonjolkan oleh ponsel yaitu

kamera, mulai dari jenis kamera opsional atau terpisah hingga kamera yang built-

in yang sudah menyatu dengan ponselnya.

Mengenai kecanggihan teknologi, ponsel juga memiliki beberapa

keunggulan seperti adanya teknologi Infrared dan Bluetooth. Bluetooth

merupakan teknologi nirkabel yang dapat menyambungkan beberapa perangkat

melalui gelombang radio berfrekuensi rendah (daya jangkau maksimal 50 meter)

tanpa dihubungkan dengan kabel. Sedangkan pada infrared kedua perangkat

harus dibuat berhadapan (Fiati, 2005).

12

Mengenai media hiburan, MP3 pada ponsel sudah menggunakan teknologi

yang lebih canggih lagi saat ini. Telah dibuat suatu pengembangan yang lebih

lanjut, dinamakan MP3 Surround (Subarkah, 2005). MP3 Surround atau bisa

disebut suara keliling ini pada dasarnya akan memberikan ilusi suara pada

pendengarnya seolah-olah berada dalam sebuah lingkungan tertentu. Selain itu,

teknologi pada ponsel yang paling terbaru saat ini yaitu menyaksikan televisi

melalui layar ponsel tersebut (Subarkah, 2006). Ponsel seperti ini termasuk dalam

ponsel generasi ketiga, atau disebut dengan 3G.

Dampak Penggunaan Ponsel

Menurut Badwilan (2004), penggunaan ponsel dapat membawa dampak-

dampak tertentu. Dampak-dampak tersebut dibagi pada aspek psikologis, sosial,

keuangan dan kesehatan atau keselamatan jiwa seseorang. Tetapi yang akan

dijelaskan disini adalah pada aspek psikologis dan sosial (Badwilan, 2004) :

1. Aspek Psikologis

Banyaknya pesan melalui SMS yang berisi ajakan-ajakan bersifat rasisme

dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Contohnya yang marak

ditemukan adalah pesan yang berisi pemboikotan barang produksi

Amerika. Selain itu juga terdapat peredaran pesan teks, gambar, maupun

video yang bersifat pornografi. Mudahnya akses keluar-masuk pesan

tersebut melalui ponsel membawa dampak negatif, terutama untuk

generasi muda sekarang ini.

13

2. Aspek Sosial

Salah satu hal yang sering terjadi adalah tindakan seseorang yang

membiarkan ponsel miliknya tetap dalam keadaan hidup atau aktif

sehingga mengeluarkan bunyi yang nyaring. Hal ini jelas mengganggu

konsentrasi serta mengejutkan orang-orang disekitarnya. Seperti ketika

sedang rapat bisnis, di rumah sakit, sedang di tempat-tempat ibadah, dan

lain-lain. Selain itu penggunaan ponsel sebagai media komunikasi tidak

langsung dapat menurunkan kualitas dan kuantitas dari komunikasi secara

langsung (tatap muka). Sering terjadi kesalah pahaman dalam pemaknaan

pesan melalui komunikasi secara tidak langsung.

2.1.2 Interaksi Sosial

Definisi dan Bentuk Interaksi Sosial

Menurut Soekanto (2002), interaksi sosial adalah bentuk-bentuk yang

tampak apabila orang-orang perorangan ataupun kelompok-kelompok manusia

mengadakan hubungan satu sama lain terutama dengan mengetengahkan

kelompok serta lapisan sosial sebagai unsur pokok struktur sosial. Interaksi sosial

dapat dipandang sebagai dasar proses-proses sosial yang ada, menunjuk pada

hubungan-hubungan sosial yang dinamis.

Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar dua atau lebih individu

manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau

memperbaiki kelakuan individu yang lain (Gerungan, 2004). Kelangsungan

interaksi sosial ini, sekalipun dalam bentuknya yang sederhana, tenyata

merupakan proses yang kompleks. Sedangkan Tubbs dan Moss dalam bukunya

14

Human Communication (2001), suatu interaksi sosial diartikan sebagai suatu

sistem sosial dua orang atau lebih yang dilengkapi dengan beberapa aturan dan

harapan, serta beberapa ganjaran dan hukuman yang berlaku diantaranya.

Gea, Wulandari, dan Babari (2003) melihat suatu kebutuhan berinteraksi

manusia dimana setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang

lainnya. Kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai

jembatan untuk mempersatukan manusia yang satu dengan lainnya, yang tanpa

berkomunikasi akan terisolasi.

Mengenai interaksi yang terjalin tersebut, yang dianggap paling ideal

adalah secara tatap muka (langsung). Interaksi tatap muka lebih memungkinkan

suatu proses yang bersifat dinamis dan timbal balik secara langsung. Selain itu

menurut Morey (2004), pertukaran informasi secara tatap muka dapat

mempercepat proses saling mempengaruhi antara pihak-pihak yang berinteraksi

didalamnya. Sedangkan menurut Soekanto (2002), suatu interaksi sosial tidak

akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu :

1. Adanya kontak sosial (social-contact)

2. Adanya komunikasi

Kontak dan Komunikasi

Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersama-

sama) dan tango (yang artinya menyentuh), jadi artinya secara harafiah adalah

bersama-sama menyentuh. Tetapi secara gejala sosial, kontak tidak perlu berarti

suatu hubungan badaniah. Seperti pada perkembangan teknologi dewasa ini

15

orang-orang dapat berhubungan satu dengan yang lainnya melalui telepon,

telegrap, radio, surat, dan seterusnya (Soekanto, 2002).

Kontak dapat bersifat primer maupun sekunder. Kontak primer terjadi

apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka atau

face-to-face (berjabat tangan, saling senyum, dll). Sebaliknya, kontak sekunder

memerlukan suatu perantara. Hubungan-hubungan sekunder tersebut dapat

dilakukan melalui perantara seperti telepon, telegrap, radio, surat dll.

Mengenai komunikasi dapat dilihat secara bahasa, yakni berasal dari kata

Latin kommunicatio yang artinya hal memberitahukan, hal memberi bagian dalam,

atau pertukaran. Secara lebih sempit dapat diartikan sebagai pesan yang

dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk

mempengaruhi tingkah laku si penerima (Gea, Wulandari, dan Babari, 2003).

Menurut Soekanto (2002), menyatakan bahwa komunikasi adalah ketika

seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud

pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin

disampaikan oleh orang tersebut. Dengan begitu orang yang bersangkutan

kemudian akan memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan

oleh orang lain tersebut.

Gea, Wulandari, dan Babari (2003) menggambarkan suatu komunikasi

yang efektif apabila si penerima pesan menginterpretasikan pesan yang

diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim pesan. Salah satu cara

terbaik untuk memastikan bahwa pesan yang diberikan benar-benar diterima

secara tepat sebagaimana yang dimaksud adalah dengan mendapatkan umpan

balik pesan tersebut. Umpan balik adalah proses yang memungkinkan seorang

16

pengirim mengetahui bagaimana pesan yang dikirimkannya telah ditangkap oleh

si penerima atau tidak. Selain itu cara seseorang mendengarkan dan menanggapi

lawan bicara juga sangatlah penting dalam berkomunikasi. Memberikan

tanggapan penuh pemahaman dalam mendengarkan dapat menghindari

kecenderungan kesalahpahaman komunikasi antara pihak terkait.

Menurut Sarwono (2002) dari berbagai jenis komunikasi yang ada,

komunikasi antar manusia yang langsung (bertatap muka) adalah yang efektif

serta paling lengkap mengandung berbagai aspek psikologis. Aspek tersebut

antara lain :

1. Tatap muka itu sendiri yang membedakannya dengan komunikasi jarak

jauh atau komunikasi menggunakan alat.

Dalam komunikasi tatap muka ada peran yang harus dijalankan oleh

masing-masing pihak (pemberi informasi-penerima informasi, ibu-anak,

ayah-anak, suami-istri, guru-murid dan lain-lain) dan ditunjukkan dengan

jelas

2. Adanya hubungan dua arah secara langsung

Dengan adanya pertukaran pesan dalam komunikasi tatap muka, terjadi

saling pengertian akan makna atau arti pesan. Jadi dalam komunikasi ini

yang penting bukanlah pesannya semata, melainkan arti (meaning) dari

pesan tersebut.

3. Adanya niat, kehendak, atau intensi dari kedua belah pihak

Hal tersebut akan mempercepat proses adanya saling pengertian secara

kognitif dalam komunikasi antar manusia.

17

Komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung (memerlukan perantara,

seperti telepon, telegrap, radio, surat dll.) mempunyai dampak yang berbeda

dengan komunikasi secara langsung (tatap muka). Menurut Gea, Wulandari, dan

Babari (2003), komunikasi tidak langsung dapat menyebabkan timbulnya

kegagalan untuk saling berkomunikasi (hambatan-hambatan), dalam arti si

penerima menangkap makna pesan berbeda dari yang dimaksud oleh si pengirim.

Hambatan-hambatan tersebut antara lain :

1. Gagal menangkap maksud konotatif di balik maksud seseorang

2. Hanya mengartikan kata atau kalimat secara murni dan tidak

mengembangkan pemahamannya

3. Kesalahpahaman atau distorsi dalam komunikasi

4. Adanya gangguan fisik, misalnya gangguan suara pada telepon, hasil

cetakan yang tidak baik, tampilan layar yang kurang jelas (kabur), desain

format yang tidak baik, dan lain-lain.

Dalam menilai kualitas komunikasi antar manusia, DeVito (1997)

mengatakan bahwa komunikasi antar manusia dapat berbeda-beda. Hal ini dapat

dilihat menurut keluasannya atau breadth (banyaknya atau jenis-jenis topik yang

dibicarakan) dan kedalamannya atau depth (derajat “kepersonalan” atau inti dalam

membicarakan topik itu). Sedangkan menurut penelitian Mardiyanti (1996),

secara garis besar terdapat beberapa hal yang dapat dilihat dalam kaitannya

dengan kontak sosial dan komunikasi sebagai pengukuran dari interaksi secara

langsung (tatap muka), antara lain adalah minat, frekuensi, ruang lingkup rekan-

rekan, jenis dan banyaknya topik pembicaraan, tempat melakukan kegiatan,

18

kedalaman komunikasi serta pola dari interaksi itu sendiri (asosiatif dan

disosiatif).

2.1.3 Remaja

Definisi dan Rentangan Usia Remaja

Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang

berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah ini mempunyai arti yang

lebih luas, mencangkup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock,

1980). Apabila digolongkan sebagai anak-anak maka golongan remaja sudah

melewati masa tersebut, tetapi bila digolongkan dengan orang dewasa juga masih

belum sesuai. Oleh karena itu banyak istilah golongan remaja ini dirasakan

tumpang tindih pengertiannya. Istilah lain yang sering digunakan adalah menurut

Rumini dan Sundari H.S (2004), dimana masa remaja merupakan masa peralihan

dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek

atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Hurlock (1980) juga menambahkan definisi masa remaja dengan

menggunakan ciri-ciri tertentu yang dapat membedakannya dengan periode

sebelum dan sesudahnya, yaitu : Masa remaja sebagai periode yang penting, masa

remaja sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai periode perubahan, masa

remaja sebagai usia yang bermasalah, masa remaja sebagai masa mencari

identitas, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, masa remaja

sebagai masa yang tidak realistik, dan yang terakhir yaitu masa remaja sebagai

ambang masa dewasa.

19

Menurut Mappiare dalam bukunya Psikologi Remaja (1982), dapat

disimpulkan bahwa secara teoritis dan empiris dari segi psikologis, rentangan usia

remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 sampai

22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir, maka remaja

awal berada dalam dalam usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun, dan remaja akhir

dalam rentangan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun.

Lingkungan Sosial Remaja

Menurut Gea, Wulandari, dan Babari (2003), lingkungan sosial yang

paling dekat serta berpengaruh dalam kehidupan remaja adalah lingkungan sosial

awal, yakni keluarga. Lalu kemudian dilanjutkan dengan lingkungan sebayanya,

yang terdiri dari kelompok pertemanan atau kelompok permainan (sahabat).

Keluarga adalah lingkungan yang paling utama dimana kita mengalami

kedekatan dan kebersamaan yang sangat intensif, serta lingkungan tempat kita

menjalani proses sosialisasi berbagai nilai dasar kemanusiaan. Menurut Soekanto

(2002), orang tua dan saudara melakukan sosialisasi yang biasa diterapkan melalui

kasih sayang. Atas dasar kasih sayang tersebut, seorang individu dididik untuk

mengenal nilai-nilai tertentu. Menurut Hurlock (1980), konsep hubungan keluarga

mempengaruhi konsep diri remaja dimana seorang remaja yang mempunyai

hubungan erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri

dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama.

Menurut Mappiare (1982), kelompok teman sebaya merupakan lingkungan

sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain

yang bukan anggota keluarganya. Didalamnya timbul persahabatan yang

20

merupakan ciri khas pertama dan sifat interaksinya dalam pergaulan. Manfaat

penting dari adanya persahabatan dalam masa remaja ini adalah mereka dapat

bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan mengisi waktu luang. Lebih

penting lagi, bahwa dalam persahabatan itu remaja dapat merasa dibutuhkan,

dihargai dan dengan demikian mereka dapat merasa adanya kepuasan dalam

interaksi sosialnya (Mappiare, 1982).

Perilaku Remaja

Suatu perilaku (behavior) yang merupakan cara bertindak dapat dipandang

sebagai reaksi yang bersifat sederhana maupun yang bersifat kompleks (Azwar,

2003). Sebagai mahkluk sosial, perilaku remaja banyak dipengaruhi oleh berbagai

faktor baik dari dalam diri remaja itu sendiri maupun dari lingkungannya.

Menurut Kurt Lewin dalam Azwar (2003), perilaku adalah fungsi karakteristik

individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti

motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama

lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam

menentukan perilaku. Sedangkan menurut Rakhmat (2001), terdapat dua faktor

yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu :

1. Faktor-faktor personal, yaitu faktor biologis dan faktor sosio-psikologis

2. Faktor-faktor situasional, yaitu faktor ekologis, faktor rancangan dan

arsitektural, faktor temporal, suasana perilaku, teknologi, faktor-faktor

sosial, dan lingkungan psiko-sosial.

Kompleksitas perilaku remaja telah menjadi bahasan yang penting,

terutama memahami perilaku remaja dalam lingkungan sosialnya, memahami

21

motivasi perbuatan dan mencoba meramalkan respon remaja agar dapat

memperlakukan sesama manusia dengan sebaik-baiknya (Hurlock, 1980).

Perilaku terhadap suatu obyek dapat dilihat dari beberapa dimensi (Calhoun,

1995), yaitu :

1. Frekuensi

Menunjukkan jumlah atau kuantitas dari perilaku seseorang

2. Kepada siapa berperilaku

Perilaku yang dilakukan tidak hanya ditujukan untuk diri sendiri tetapi

juga ditujukan bagi orang lain

3. Untuk apa

Perilaku yang dilakukan seseorang itu mempunyai manfaat atau tujuan

baik untuk dirinya sendiri maupun bagi orang lain

4. Bagaimana

Menunjukkan upaya atau cara yang dilakukan oleh seseorang dalam

berperilaku untuk mencapai tujuan yang diinginkan

Perilaku remaja juga berkaitan dengan minat mereka terhadap keberadaan

media massa yang termasuk pada minat rekreasi. Menurut Hurlock (1980) minat

rekreasi tersebut juga sangat dipengaruhi oleh derajat kepopulerannya. Beberapa

bentuk rekreasi yang digemari remaja saat ini antara lain mendengarkan radio dan

kaset, menonton televisi, serta membaca. Selain itu perilaku remaja yang

menonjol terletak pada nilai kemandiriannya. Mereka cenderung melepaskan diri

dengan lingkungan sosial, terutama dengan lingkungan keluarganya sendiri

(Hurlock, 1980).

22

Remaja laki-laki dengan perempuan juga terdapat perbedaan-perbedaan

dalam perilakunya. Remaja perempuan cenderung memiliki tingkat keintiman

yang dalam dengan orang-orang sekitarnya dibanding dengan remaja laki-laki.

Hal ini dikarenakan remaja laki-laki ingin menunjukkan kemandirian yang lebih

dan adanya jarak dengan sekitarnya (Hurlock, 1980). Selain itu menurut Apriyanti

(2005) secara spesifik mengemukakan remaja putri lebih banyak membutuhkan

sejumlah barang-barang baru yang perlu dibeli dan juga barang-barang baru yang

disesuaikan dengan kebutuhannya.

2.2 Kerangka Pemikiran

Ponsel merupakan salah satu perkembangan teknologi komunikasi paling

aktual di Indonesia selama lebih dari lima tahun terakhir. Ponsel disamping

memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi, juga dapat digunakan sebagai

sarana bisnis, penyimpan berbagai macam data, sarana musik atau hiburan,

bahkan sebagai alat dokumentasi. Dalam hal ini pengguna ponsel terbesar

merupakan kelompok remaja perkotaan, terutama pada pulau Jawa. Respon

kelompok remaja terhadap keberadaan ponsel cukup tinggi, walaupun belum tentu

penggunaan ponsel tersebut dimanfaatkan seluruhnya secara optimal dalam

kehidupan sehari-hari mereka.

Tingkat penggunaan ponsel pada remaja diduga dapat dipengaruhi oleh

beberapa karakteristik, antara lain karakteristik yang berkaitan dengan diri

individu (internal) maupun yang berkaitan dengan lingkungannya (eksternal).

Karakteristik internal mencangkup jenis kelamin, status ekonomi keluarga, tujuan

penggunaan ponsel serta aktivitas-aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh

23

remaja tersebut. Karakteristik eksternal mencangkup pengaruh dari teman-teman

dekat remaja serta terpaan media (media exposure) massa.

Jenis kelamin diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel,

karena remaja putri cenderung memiliki gaya hidup dan pola konsumtif yang

tinggi dalam melihat setiap perkembangan ponsel yang ada dibandingkan remaja

putra. Selain itu remaja putri juga cenderung sering dan intens berkomunikasi

melalui ponsel dengan sesamanya, dimana dalam komunikasi yang berlangsung

tersebut biasanya banyak hal-hal yang dibicarakan. Status ekonomi keluarga

diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena terdapat biaya-

biaya yang harus disediakan oleh para pengguna ponsel. Semakin tinggi

pendapatan orang tua tiap bulannya yang menggambarkan status ekonomi dalam

keluarga diduga dapat meningkatkan penggunaan ponsel pada remaja, yang pada

akhirnya dapat meningkatkan biaya pengeluaran setiap bulannya.

Tujuan dalam menggunakan ponsel diduga dapat mempengaruhi tingkat

penggunaan ponsel, karena dengan tujuan yang berbeda dapat menyebabkan

perbedaan pula remaja menggunakan ponselnya. Aktivitas-aktivitas yang diikuti

remaja diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena dengan

semakin banyak aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dapat menunjukkan bahwa

remaja tersebut memiliki mobilitas yang tinggi (di dalam maupun di luar sekolah).

Diduga hal tersebut dapat meningkatkan penggunaan ponsel sebagai alat

komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Pengaruh teman dekat diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan

ponsel, karena pada masa remaja inilah kelompok persahabatan atau teman sebaya

merupakan lingkungan sosial yang memegang peranan penting dalam sosialisasi

24

remaja. Hal tersebut menyebabkan remaja dalam menggunakan ponselnya akan

melihat dan bergantung pada lingkungan teman sebayanya. Terpaan media massa

diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena melalui media

massa (cetak maupun elektronik) tersebut remaja memperoleh berbagai informasi

mengenai perkembangan ponsel. Semakin sering frekuensi dan beragam jenis

media massa tentang ponsel yang diterpa oleh remaja diduga mempunyai

pengaruh penting, disamping pengaruh dari teman dekat remaja tersebut.

Tingkat penggunaan ponsel pada remaja dapat dilihat melalui empat hal,

yaitu frekuensi penggunaan, pemanfaatan fasilitas, tingkat biaya pengeluaran, dan

pihak yang diajak berkomunikasi. Selanjutnya tingkat penggunaan teknologi

komunikasi ponsel tersebut sebagai pengaruh dari luar masyarakat diduga dapat

mempengaruhi interaksi sosial pada remaja tersebut. Penggunaan ponsel sebagai

alat komunikasi seharusnya dapat meningkatkan interaksi sosial remaja dengan

lingkungannya. Tetapi diduga justru dapat menurunkan interaksi tatap muka

antara remaja dengan lingkungan sosialnya, yang terdiri dari lingkungan keluarga

dan lingkungan persahabatan (teman sebaya).

Interaksi sosial remaja secara tatap muka itu sendiri dilihat dari lamanya

waktu serta intensitas (tingkat keluasan atau banyaknya topik pembicaraan)

interaksi tatap muka. Berdasarkan literatur-literatur yang telah dibahas, maka

dapat dirumuskan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut (Gambar 2) :

25

Keterangan : Mempengaruhi

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dirumuskan, maka dapat

disusun hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Diduga remaja memiliki tingkat penggunaan ponsel yang cenderung tinggi

2. Diduga karakteristik internal mempengaruhi penggunaan ponsel pada

remaja

Tingkat Penggunaan Ponsel Pada Remaja:

- Frekuensi penggunaan - Pemanfaatan fasilitas - Tingkat biaya pengeluaran - Pihak yang diajak berkomunikasi

Interaksi Sosial Remaja (Tatap muka) : - Waktu interaksi - Intensitas interaksi

Karakteristik Eksternal : - Tingkat pengaruh teman

dekat - Tingkat terpaan media

(media exposure) massa

Karakteristik Internal : - Jenis kelamin - Tingkat status

ekonomi keluarga - Tujuan penggunaan

ponsel - Tingkat aktivitas

26

3. Diduga karakteristik eksternal mempengaruhi penggunaan ponsel pada

remaja

4. Diduga penggunaan ponsel pada remaja mempengaruhi interaksi sosial

remaja

2.4 Definisi Operasional

Variabel-variabel yang dikemukakan dalam penelitian ini diukur dengan

merumuskan batasan dari masing-masing variabel terlebih dahulu. Adapun

variabel-variabel tersebut adalah :

1. Karakteristik internal adalah karakteristik yang mencirikan responden dan

berkaitan dengan diri individu. Terdiri dari jenis kelamin, status ekonomi

keluarga, tujuan responden dalam menggunakan ponselnya, serta tingkat

aktivitas.

2. Jenis kelamin adalah perbedaan identitas seks responden berdasarkan

aspek biologis. Dibagi menjadi kategori (skala nominal) :

a. Laki-laki

b. Perempuan

3. Tingkat status ekonomi keluarga adalah status dari keluarga responden

dalam masyarakat yang dilihat melalui penghasilan orang tua (ayah dan

ibu) responden setiap bulannya. Dibagi menjadi kategori (skala ordinal) :

a. Status ekonomi keluarga tinggi, apabila penghasilan orang tua

>Rp. 6.000.000,-

b. Status ekonomi keluarga sedang, apabila penghasilan orang tua

antara Rp. 3.000.000,- hingga Rp. 6.000.000,-

27

c. Status ekonomi keluarga rendah, apabila penghasilan orang tua

<Rp. 3.000.000,-

4. Tujuan penggunaan ponsel adalah tujuan menurut responden dari berbagai

kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan ponsel. Dibagi menjadi

kategori (skala nominal) :

a. Untuk informasi yang penting dan mendesak (urgent)

b. Untuk bersosialisasi dan urusan sekolah/les/kursus

c. Untuk hiburan atau pemenuhan hobi

Kategori (a) merupakan tujuan penggunaan ponsel menurut responden

untuk memberikan informasi atau kabar yang sangat penting (kerabat

sakit, kecelakaan, meninggal, mengadakan suatu perayaan, dan lain-lain)

yang harus disampaikan dengan cepat dan langsung. Kategori (b)

merupakan tujuan penggunaan ponsel menurut responden untuk

berhubungan dengan lingkungan sosialnya dan mengenai kegiatan atau

aktivitasnya sehari-hari. Kategori (c) merupakan tujuan penggunaan

ponsel menurut responden untuk sekedar hiburan atau hal yang tidak

bersifat urgent, untuk mengisi waktu luang dan memenuhi hobinya.

5. Tingkat aktivitas adalah banyaknya aktivitas atau kegiatan yang dilakukan

oleh responden, baik di dalam maupun di luar sekolah (masing-masing 5

jenis kegiatan). Aktivitas ini dibagi menjadi dua yaitu aktivitas di dalam

sekolah (ekstrakurikuler olahraga, musik, organisasi sekolah) dan aktivitas

di luar sekolah (bimbingan belajar, kursus bahasa asing, kursus musik,

perkumpulan/organisasi remaja).

28

Pengukuran tingkat aktivitas ini menggunakan skor yaitu sangat aktif (3),

aktif (2), kurang aktif (1), serta tidak aktif (0). Dibagi menjadi kategori (skala

ordinal) :

a. Aktivitas tinggi, total skor 21-30

b. Aktivitas sedang, total skor 11-20

c. Aktivitas rendah, total skor ≤ 10

6. Karakteristik eksternal adalah karakteristik yang mencirikan responden

dan berkaitan dengan lingkungannya, terdiri dari pengaruh teman dekat

serta terpaan media massa.

7. Tingkat pengaruh teman dekat adalah pengaruh dari teman dekat

responden dan khususnya yang berkaitan dengan penggunaan ponsel oleh

responden. Pengukuran tingkat pengaruh teman dekat ini terdiri dari 4

butir pertanyaan, masing-masing 3 pilihan jawaban. Dengan skor yaitu

pengaruh kuat (3), sedang (2), serta kecil (1). Dibagi menjadi kategori

(skala ordinal) :

a. Pengaruh dari teman dekat kuat, total skor 10-12

b. Pengaruh dari teman dekat sedang, total skor 7-9

c. Pengaruh dari teman dekat kecil, total skor 4-6

8. Tingkat terpaan media (media exposure) massa adalah frekuensi

responden dalam menerima informasi tentang ponsel melalui berbagai

media, baik media cetak maupun elektronik (6 jenis media : televisi, radio,

koran, majalah/tabloid, brosur/selebaran dan internet). Pengukuran tingkat

terpaan media informasi ini menggunakan skor yaitu sering (3), kadang-

29

kadang/jarang (2), tidak pernah (1). Dibagi menjadi kategori (skala

ordinal) :

a. Terpaan media massa tinggi, total skor 15-18

b. Terpaan media massa sedang, total skor 10-14

c. Terpaan media massa rendah, total skor 6-9

9. Tingkat penggunaan ponsel adalah suatu suatu tingkat yang menunjukkan

perilaku penggunaan ponsel oleh responden dan terdiri dari ; (1) frekuensi

penggunaan, (2) pemanfaatan fasilitas, (3) tingkat biaya pengeluaran, dan

(4) pihak-pihak yang diajak berkomunikasi. Pengukuran tingkat

penggunaan ponsel dengan melihat akumulasi skor keempat variabel

tersebut (7 butir pertanyaan). Dibagi menjadi kategori (skala ordinal) :

a. Penggunaan ponsel tinggi, total skor 29-42

b. Penggunaan ponsel sedang, total skor 15-28

c. Penggunaan ponsel rendah, total skor ≤ 14

10. Frekuensi penggunaan adalah tingkat keseringan responden yang berkaitan

dengan penggunaan atau pemakaian ponselnya. Pengukuran frekuensi

penggunaan ponsel ini terdiri dari 3 butir pertanyaan, masing-masing 4

pilihan jawaban. Dengan skor yaitu frekuensi tinggi (3), sedang (2), serta

rendah (1 dan 0). Dibagi menjadi kategori (skala ordinal) :

a. Frekuensi penggunaan ponsel tinggi, total skor 7-9

b. Frekuensi penggunaan ponsel sedang, total skor 4-6

c. Frekuensi penggunaan ponsel rendah, total skor ≤ 3

11. Pemanfaatan fasilitas adalah pemanfaatan fasilitas-fasilitas yang terdapat

pada ponsel yang dilakukan oleh responden (8 jenis fasilitas : telepon,

30

SMS, MMS, kamera, video, permainan, radio/MP3, dan internet).

Pengukuran pemanfaatan fasilitas ini menggunakan skor yaitu sering (3),

kadang-kadang/jarang (2), tidak pernah (1). Dibagi menjadi kategori (skala

ordinal) :

a. Pemanfaatan ponsel tinggi, total skor 18-24

b. Pemanfaatan ponsel sedang, total skor 14-18

c. Pemanfaatan ponsel rendah, total skor 8-13

12. Tingkat biaya pengeluaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh responden

berkaitan dengan penggunaan ponselnya tiap bulan. Dibagi menjadi

kategori (skala ordinal) :

a. Biaya pengeluaran tinggi (skor 3), apabila > Rp. 300.000,-

b. Biaya pengeluaran sedang (skor 2), apabila Rp. 150.000,- hingga

Rp. 300.000,-

c. Biaya pengeluaran rendah (skor 1), apabila < Rp. 150.000,-

13. Pihak yang diajak berkomunikasi adalah pihak-pihak yang berada dalam

lingkungan sosial responden dan yang paling sering diajak berkomunikasi

melalui ponsel. Dibagi menjadi kategori (skala nominal) :

a. Keluarga

b. Teman/pacar

c. Lainnya

14. Interaksi sosial adalah interaksi secara tatap muka yang terjadi antara

responden dengan lingkungan sosialnya dan dilihat dari ; (1) waktu

interaksi serta (2) intensitas interaksi. Pengukuran interaksi sosial dengan

31

melihat akumulasi skor kedua variabel tersebut (5 butir pertanyaan).

Dibagi menjadi kategori (skala ordinal) :

a. Interaksi sosial dekat, total skor 12-15

b. Interaksi sosial sedang, total skor 9-11

c. Interaksi sosial renggang, total skor 5-8

15. Waktu interaksi adalah lamanya waktu yang digunakan untuk melakukan

interaksi tatap muka antara responden dengan lingkungan sosial mereka,

terdiri dua yaitu dengan (1) keluarga; (2) teman/pacar. Dibagi menjadi

kategori (skala ordinal) :

a. Waktu interaksi tatap muka tinggi (skor 3)

b. Waktu interaksi tatap muka sedang (skor 2)

c. Waktu interaksi tatap muka rendah (skor 1)

16. Intensitas interaksi adalah tingkat keluasan interaksi tatap muka yang

terjadi pada responden dengan lingkungan sosial mereka. Diukur

berdasarkan banyaknya jenis topik yang dibicarakan didalamnya, yaitu :

1. Pendidikan dan pekerjaan di masa mendatang 6. Hobi

2. Keluarga dan agama 7. Film/musik

3. Uang 8. Trend/mode

4. Hubungan dengan sesama teman/pacar 9. Gosip

5. Seks

Intensitas interaksi tatap muka dibagi menjadi kategori (skala ordinal) :

a. Interaksi tatap muka sangat intens (skor 3), apabila jenis

pembicaraan sebanyak > 6

32

b. Interaksi tatap muka cukup intens (skor 2), apabila jenis

pembicaraan sebanyak 4-6

c. Interaksi tatap muka tidak intens (skor 1), apabila jenis

pembicaraan sebanyak < 4

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis deskriptif korelasional. Penelitian deskriptif

korelasional dapat memastikan berapa besar pengaruh yang disebabkan oleh satu

variabel dalam hubungannya dengan variasi yang disebabkan oleh variabel lain

(Rakhmat, 2005). Pendekatan penelitian adalah kuantitatif. Data yang digunakan

dalam penelitian adalah data kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Data

kuantitatif dilakukan dengan metode survei, yaitu melalui kuisioner sebagai

instrumen utama penelitian. Sedangkan data kualitatif sebagai pendukung

penelitian melalui wawancara untuk mendapatkan keterangan tambahan dari

responden.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 68

Salemba, Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa SMUN 68 merupakan salah

satu SMUN yang terletak di pusat kota dengan sampel yang tergolong dalam

keluarga berkecukupan sehingga memiliki asumsi bahwa banyak sampel yang

sudah memiliki ponsel dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari

mereka. Hal ini disesuaikan dengan hasil penelitian Pattiradjawane (2005) yang

menunjukkan bahwa pengguna ponsel terbesar di Indonesia merupakan kelompok

remaja perkotaan di pulau Jawa.

34

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada 2 tahap. Tahap pertama

yaitu pengumpulan data pada bulan April-Mei 2006, dimana sebelumnya

dilakukan studi penjajagan lapang terlebih dahulu. Sedangkan pada tahap kedua

yaitu pengolahan data sampai penyelesaian draft skripsi pada Juni-Agustus 2006.

3.3 Penentuan Sampel

Unit analisis penelitian adalah individu sedangkan populasi penelitian

adalah remaja SMUN 68. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa SMU

merupakan tempat sosialisasi utama para remaja dengan lingkungan sosial mereka

(selain keluarga). Sampel penelitian ini adalah remaja (laki-laki dan perempuan)

SMUN 68 yang menggunakan ponsel. Pengambilan sampel penelitian ditentukan

dengan sengaja (purposive) secara accidental sampling. Populasi dibagi dalam

kelas-kelas SMUN 68 (kelas X, XI, XII) dan masing-masing sejumlah 16 orang (8

laki-laki dan 8 perempuan). Jumlah sampel secara keseluruhan yang diambil

sebanyak 48 orang (24 laki-laki dan 24 perempuan).

Pengambilan sampel secara sengaja (purposive) ini dikarenakan padatnya

jadwal akademik SMUN 68 serta menjelang ujian akhir (terutama untuk kelas

XII) pada bulan April hingga Mei, sehingga peneliti diberikan keterbatasan oleh

pihak sekolah untuk mencari responden. Untuk populasi yang berjumlah besar dan

sulit untuk menemukan sampel secara individual melalui metode acak, maka

dapat dilakukan secara accidental atau diketemukan seadanya (Singarimbun,

1989). Penelitian ini juga dapat dikatakan sebagai penelitian atau studi

pendahuluan, sehingga tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasikan secara

35

meluas dan membutuhkan penelitian-penelitian berikutnya untuk mengkaji lebih

lanjut.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari responden melalui pengisian kuisioner dan

hasil wawancara. Kuisioner dan wawancara berisi sejumlah pertanyaan dan

pernyataan yang berkaitan dengan karakteristik responden (internal maupun

eksternal), tingkat penggunaan ponsel dan interaksi sosial yang terjadi. Sedangkan

data sekunder diperoleh melalui dokumentasi Kantor SMUN 68 Salemba, Jakarta

Pusat, DKI Jakarta. Hal ini guna memenuhi kebutuhan untuk informasi mengenai

gambaran umum lokasi penelitian.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data primer yang telah terkumpul dibuat dalam bentuk tabel kemudian

dilakukan analisis secara statistik. Hasil dari analisis tersebut diinterpretasikan

untuk memperoleh kesimpulan atau fakta yang terjadi. Data kuantitatif diuji

dengan menggunakan uji statistik non-parametrik melalui uji chi-kuadrat (chi-

square) untuk antar variabel dengan skala nominal, sedangkan data dengan skala

ordinal diolah dengan menggunakan uji Spearman. Pengolahan data tersebut

dilakukan dengan menggunakan komputer melalui program SPSS for windows

versi 12.0. Hal ini dilakukan guna ketepatan, kecepatan proses perhitungan dan

kepercayaan hasil pengujian. Sedangkan data hasil wawancara digunakan sebagai

ilustrasi untuk melengkapi hasil statistik tersebut.

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.1 Sekolah Menengah Umum Negeri 68

Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 68 terletak di Jalan Salemba

Raya No. 18, Kelurahan Salemba, Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota (DKI)

Jakarta. Lokasi SMUN 68 berada dalam kompleks pendidikan Salemba, yang juga

terdapat SLTP 216, SDN Kenari dan Gedung Pertemuan (Menza). Kompleks ini

termasuk wilayah pusat perkotaan dimana sekelilingnya terdapat bangunan-

bangunan penting, seperti Departemen Sosial, Perpustakaan Nasional, Hotel

Atlantic, Salemba Residence, Kampus Universitas Indonesia (UI) Salemba,

Rumah Sakit CiptoMangunkusumo (RSCM), Rumah Sakit Carolus, dan lain-lain.

Bagian depan kompleks pendidikan Salemba juga terlihat beberapa sentra pulsa

yang menyediakan jenis pulsa yang lengkap dan cukup bervariasi.

SMUN 68 merupakan salah satu SMUN unggulan dan favorit wilayah

Jakarta Pusat, serta dengan segala kelengkapan fasilitas yang memadai dan diakui.

SMUN 68 terdiri dari 4 lantai, seluruh ruang belajar-mengajar maupun ruangan

lainnya menggunakan AC, lahan parkir (dalam dan samping) yang nyaman, dan

didukung dengan lingkungan kompleks yang asri dan indah.

SMUN 68 pada tahun ajaran 2005/2006 terdiri dari 8 kelas X (ada 1 kelas

bertaraf internasional), 8 kelas XI (5 kelas IPA dan 3 kelas IPS), begitu juga kelas

XII yang jumlahnya sama dengan kelas XI. Total jumlah siswa seluruhnya pada

37

tahun ajaran ini sebanyak 1032 orang, dengan jumlah laki-laki sebanyak 432

orang dan perempuan sebanyak 600 orang.

Responden yang termasuk dalam penelitian ini adalah 48 siswa laki-laki

maupun perempuan SMUN 68 yang menggunakan ponsel. Responden dibagi

sama rata antara laki-laki dan perempuan yaitu masing-masing berjumlah 24

orang (kelas X, XI, XII). Hal tersebut dilakukan untuk melihat perbandingan

kedua jenis kelamin secara seimbang dalam hal pengaruhnya terhadap tingkat

penggunaan ponsel pada remaja.

Waktu berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar SMUN 68 yaitu pada

hari senin sampai kamis pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.30 WIB, sedangkan

untuk hari jumat pukul 07.00 WIB sampai pukul 11.30 WIB. Khusus hari sabtu

hanya untuk kegiatan ekstrakurikuler, praktikum dan pelajaran tambahan saja.

Dalam hal biaya, SMUN 68 membebankan biaya SPP sebesar Rp. 201.000,00-

setiap bulannya kepada seluruh siswa kelas biasa dan Rp. 2.000.000,00- kepada

siswa khusus kelas internasional.

SMUN 68 memiliki organisasi sekolah (OSIS) serta berbagai kegiatan

ekstrakurikuler. OSIS SMUN 68 dipimpin oleh seorang ketua, dibantu oleh 2

orang wakil ketua, 2 orang bendahara, 3 orang sekretaris dan 8 orang ketua bidang.

Selain itu terdapat MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas) yang dipimpin oleh

seorang ketua dan dibantu oleh wakil serta sekretaris. Kegiatan ekstrakurikuler

SMUN 68 terdiri dari estrakurikuler olahraga, seni dan musik, kegiatan rohani dan

ekstrakurikuler lainnya (Tabel 1).

38

Tabel 1. Kegiatan-Kegiatan Ekstrakurikuler Pada SMUN 68, Sampai Tahun

Ajaran 2005/2006

No. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler 1. Olahraga Basket, Voli, Bola (Futsal), Baseball dan Softball,

Taekwondo, Perisai Diri, Dance 2. Seni dan musik Vokal, M-Brass, TOSLA (Teater Olah Seni) Band,

Baron (Fotografi), Cheers, Drama 3. Kegiatan Rohani Rohis (Rohani Islam), SRP (Sie Rohani Protestan),

SRK (Sie Rohani Katolik) 4. Lainnya ELPALA (Enam’Lapan Pencinta Alam), KIR (Karya

Ilmiah Remaja), JGC (Jakarta Green Centre), PMR (Palang Merah Remaja), Pramuka, Execom (Komputer)

SMUN 68 memiliki berbagai macam prestasi akademik dan non-akademik

yang cukup membanggakan. Pada tahun ajaran 2004/2005 untuk kesekian kalinya

SMUN 68 berhasil memperoleh peringkat 1 wilayah Jakarta Pusat dalam hal

perolehan nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) secara keseluruhan. Selain itu para

siswa SMUN 68 setiap tahunnya berhasil masuk dalam Perguruan Tinggi Negeri

terkemuka (mayoritas Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung,

Universitas Padjajaran, Universitas Diponegoro, dan Universitas Gajah Mada)

sebanyak lebih dari 65 %.

Prestasi akademik lainnya yaitu untuk tahun ajaran 2005/2006 SMUN 68

mengirimkan siswa-siswa terbaiknya untuk mengikuti olimpiade bidang IPA dan

bahasa Inggris, dimana pada fisika dan matematika berhasil sampai tingkat

nasional sedangkan lainnya berhasil sampai tingkat propinsi. Pada prestasi non-

akademik, SMUN 68 pernah mendapatkan juga gelar juara untuk perlombaan

bidang olahraga (khusus pada basket, bola/futsal, dan softball) dan juga bidang

seni (khusus pada M-Brass dan drama).

39

4.2 Karakteristik Internal

Status Ekonomi Keluarga

Status ekonomi keluarga dalam penelitian ini dilihat dari penghasilan

orang tua (ayah maupun ibu) tiap bulannya (Tabel 2). Selain penghasilan orang

tua tersebut, perlu diketahui pula sumber biaya pendidikan responden tersebut.

Tabel 2. Jumlah Responden Berdasarkan Status Ekonomi Keluarga

Status Ekonomi Keluarga Frekuensi (n) Persen (%) Tinggi 12 25 Sedang 23 47,9 Rendah 13 27,1

Jumlah 48 100

Status ekonomi keluarga ini ditanyakan pada responden dengan

pertanyaan terbuka, dimana responden mengisi sendiri berapa kira-kira

penghasilan orang tuanya tiap bulan. Berdasarkan data yang diperoleh lalu

dilakukan perhitungan rata-rata secara keseluruhan, yaitu untuk kategori status

ekonomi keluarga yang rendah dengan penghasilan ≤ Rp. 3.000.000,00- (27,1 %),

status ekonomi keluarga sedang antara >Rp. 3.000.000,00- sampai dengan Rp.

6.000.000,00- (47,9 %), dan status ekonomi keluarga yang tinggi yaitu > Rp.

6.000.000,00- (25 %).

Mengenai sumber biaya pendidikan bagi responden, hampir semua

responden (97,9 %) mengemukakan berasal dari orang tua dan yang sumber

biayanya berasal dari wali (saudara kandungnya) hanya 1 orang responden

(2,1 %). Hal ini menunjukkan bahwa responden masih sepenuhnya bergantung

pada keluarga dan belum ada yang bekerja untuk membantu perekonomian

keluarganya tersebut. Mengingat bahwa responden masih merupakan siswa

40

sekolah sehingga lebih berkonsentrasi pada sekolahnya terlebih dahulu dibanding

mencari pekerjaan.

Tujuan Penggunaan Ponsel

Hasil yang diperoleh mengenai tujuan penggunaan ponsel (Tabel 3)

menunjukkan bahwa sebenarnya menurut responden penggunaan ponsel

cenderung untuk kegiatan-kegiatan yang tidak terlalu penting dan mendesak, yang

berkisar pada sosialisasi serta kegiatannya dengan sesama teman/pacar. Sesuai

dengan masa remaja yang identik dengan adanya persahabatan untuk dapat

bekerja sama mencapai tujuan bersama dan kegiatan-kegiatan yang dianggapnya

menarik untuk mengisi waktu luang (Mappiare, 1982).

Tabel 3. Jumlah Responden Berdasarkan Tujuan Penggunaan Ponsel

Tujuan Penggunaan Ponsel Frekuensi (n) Persen (%)Untuk informasi penting dan mendesak 11 22,9 Untuk sosialisasi dan kegiatan sekolah/les/kursus

20 41,7

Untuk hiburan atau pemenuhan hobi 17 35,4 JUMLAH 48 100

Dapat dilihat bahwa dalam kategori tujuan penggunaan ponsel untuk

bersosialisasi, yang paling utama adalah agar dapat terus berhubungan dengan

lingkungan sosial responden itu sendiri (terutama dengan lingkungan sebaya).

Responden sering berkomunikasi atau mengobrol melalui ponsel dengan mereka

baik melalui telepon maupun pengiriman pesan-pesan (SMS).

41

Mengenai hiburan atau pemenuhan hobi, melalui ponsel responden dapat

mengisi waktu luangnya serta menghilangkan kebosanan. Hal tersebut diperkuat

dengan pernyataan responden dalam salah satu kutipan berikut :

”Kalo handphone paling buat sekitar komunikasi ato gak ngobrol ama orang-

orang terdekat. Sekalian juga bisa buat mengisi waktu luang dan ga’ bosen sih

sebenernya..yah tergantung gimana kebutuhan orangnya masing-masing. Suka-

sukanya dia aja” (Jy, perempuan, kelas XI)

Kategori tujuan penggunaan ponsel untuk informasi yang penting dan

mendesak menurut banyak responden bukanlah merupakan tujuan yang utama.

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan responden dalam salah satu kutipan

berikut :

”Menurut aku klo make HP itu lebih untuk yang seneng-senengnya ajah..paling

sesekali nanya tugas kaya PR gitu. Itu juga sebenernya ga terlalu urgent banget

sih..Kalo yang kaya urgent gitu pernah waktu itu ada bokap temen yang

meninggal. Langsung aku kabarin ke yang lain cepet-cepet..yah tapi yang kaya

gitu kan jarang-jarang” (Na, perempuan, kelas X)

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tujuan penggunaan ponsel untuk

informasi urgent justru jarang dilakukan. Responden lebih memanfaatkannya

untuk kegiatan yang lebih bersifat fun dan tidak terlalu penting. Sedangkan untuk

kegiatan yang berhubungan dengan sekolah/les/kursus, responden mengemukakan

bahwa mereka menggunakan ponselnya untuk menanyakan tugas-tugas (PR).

Tingkat Aktivitas

Hasil yang diperoleh mengenai tingkat aktivitas responden menunjukkan

bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat aktivitas yang rendah (Tabel 4).

42

Tingkat aktivitas rendah disini mempunyai arti bahwa aktivitas di dalam

(ekstrakurikuler olahraga, musik, organisasi sekolah) maupun di luar sekolah

(bimbingan belajar, kursus bahasa asing, kursus musik, perkumpulan/organisasi

remaja) yang diikuti oleh responden tidak banyak jumlahnya.

Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Aktivitas

Tingkat Aktivitas Frekuensi (n) Persen (%) Tinggi 3 6,25 Sedang 6 12,5 Rendah 39 81,25

JUMLAH 48 100

Perlu diketahui bahwa untuk responden kelas XI dan XII telah mengurangi

aktivitasnya agar lebih berkonsentrasi pada penjurusan bidang yang telah

diambilnya (IPA atau IPS). Bahkan khusus untuk responden kelas XII dalam

penelitian ini seluruhnya (100 %) memiliki aktivitas yang rendah. Hal ini

menunjukkan bahwa responden sebenarnya tidak memiliki banyak aktivitas di

luar jam atau waktu sekolahnya. Mengingat bahwa SMUN 68 merupakan SMUN

unggulan Jakarta Pusat sehingga responden tidak banyak mengambil kegiatan lain

di luar jam sekolah yang dapat menghabiskan waktu, tenaga serta pikiran mereka

untuk berkonsentrasi pada bidang akademiknya.

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai macam-macam aktivitas itu

sendiri, diketahui bahwa persentase tingkat keaktifan responden pada aktivitas

dalam sekolah yang diikuti adalah sebagai berikut : ekstrakurikuler olahraga

(50 %), ekstrakurikuler musik (22,9 %), ekstrakurikuler lainnya (16,7 %), OSIS

(8,3 %), dan aktivitas lainnya (20,8 %). Sedangkan pada aktivitas luar sekolah

adalah sebagai berikut : bimbingan belajar (43,75 %), kursus bahasa asing

43

(47.9 %), kursus musik (4,17 %), organisasi/perkumpulan-perkumpulan remaja

(10,42 %), dan aktivitas lainnya (12,5 %). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

keaktifan responden paling tinggi untuk kegiatan dalam sekolah adalah

ekstrakurikuler olahraga dan untuk kegiatan luar sekolah adalah kursus-kursus

bahasa asing. Terdapat pernyataan responden mengenai aktivitas atau kegiatan

yang diikutinya dalam kutipan berikut :

”Diluar jam sekolah ya emang ikut kegiatan laennya..tapi gak ngeganggu waktu

sekolah dan ngambil yang manfaatnya banyak. Aku cuma ngikut ekskul basket

ama les di-ILP sih, tapi ya itu bermanfaat banget. Trus bisa nambah teman

pergaulan baru juga, bisa tau sana-sini” (WI, laki-laki, kelas X)

Kegiatan atau aktivitas yang diikuti oleh responden selain tidak boleh

mengganggu jam sekolah mereka, juga harus dapat membawa manfaat yang dapat

dirasakan untuk jangka pendek maupun panjang. Ekstrakurikuler olahraga

misalnya, dapat menyalurkan hobi positif dan menjaga kebugaran tubuh

responden. Selain itu kursus-kursus seperti bahasa asing juga dapat menambah

wawasan dan referensi tentang bahasa serta dapat menjadi nilai tambah dalam

rekomendasi mereka nantinya sebagai mahasiswa atau ketika bekerja.

4.3 Karakteristik Eksternal

Tingkat Pengaruh Teman Dekat

Tingkat pengaruh teman dekat dalam penelitian ini menunjukkan hasil

bahwa keberadaan teman dekat mempunyai pengaruh yang cukup kuat bagi

responden. Hal tersebut dilihat dari 91,7 % responden mengemukakan keberadaan

teman dekat mereka mempunyai pengaruh yang sedang hingga kuat (Tabel 5).

44

Tabel 5. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pengaruh Teman Dekat

Tingkat Pengaruh Teman Dekat Frekuensi (n) Persen (%) Kuat 20 41,7 Sedang 24 50 Kecil 4 8,3

JUMLAH 48 100

Responden sebagai kelompok remaja memiliki kecenderungan untuk

mengikuti bagaimana atau seperti apa keadaan teman-teman dekatnya yang

merupakan kelompok sebaya. Seperti yang diungkapkan oleh Mappiare (1982)

bahwa dalam persahabatan itu remaja dapat merasa dibutuhkan, dihargai dan

dengan demikian mereka dapat merasa adanya kepuasan dalam interaksi sosialnya.

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai jumlah teman, diketahui bahwa

sebagain besar responden (64,6 %) memiliki > 5 orang teman dekat, lalu 3-4

orang teman dekat (20,8 %) dan hanya 1-2 orang teman dekat (14,6 %). Hal ini

menunjukkan bahwa responden memiliki teman dekat dalam jumlah yang cukup

banyak. Dengan semakin banyak jumlah teman dekat dapat membuat keberadaan

responden semakin diakui dalam lingkungan teman sebayanya tersebut.

Selain itu keberadaan teman dekat juga dapat menjadi tempat berkeluh

kesah, menambah percaya diri dan mempunyai pikiran yang sejalan dimana pada

akhirnya dapat mempengaruhi responden dalam kesehariannya. Terdapat

pernyataan responden mengenai keberadaan teman dekat baginya dalam kutipan

berikut :

”Kalo temen kaya geng-geng gitu sih pasti ada disini, ada yang pake nama juga

malahan...yang pasti cari temen yang setipe lah, yang nyambung ama kita. Bisa

buat curhat ama ngobrolin segala macem juga. Ga mungkinkan punya temen

deket tapi ga sejalan” (Na, perempuan, kelas X)

45

Mengenai respon dari teman dekat responden mengenai penggunaan

ponsel, sebagian besar responden (50 %) mengatakan bahwa teman dekat mereka

sangat mendukung dalam menggunakan ponsel untuk kegiatan sehari-hari.

Sisanya cukup mendukung (41,7 %) dan tidak mendukung (8,3 %). Hal ini

menunjukkan bahwa teman-teman dekat responden hampir seluruhnya

mendukung dan merasa setuju dengan hal-hal yang berkaitan penggunaan ponsel

dalam keseharian mereka.

Tingkat Terpaan Media Massa

Tingkat terpaan media massa dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

responden menerima informasi mengenai ponsel menggunakan media massa

tergolong cukup tinggi. Hal tersebut dilihat dari sebagian besar responden (hampir

80 %) yang memiliki tingkat terpaan media massa sedang hingga tinggi (Tabel 6).

Media massa yang dimaksud disini meliputi media cetak maupun elektronik yaitu

televisi, radio, koran, majalah/tabloid, brosur/selebaran, dan internet.

Tabel 6. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Terpaan Media Massa

Tingkat Terpaan Media Massa Frekuensi (n) Persen (%) Tinggi 17 35,4 Sedang 21 43,8 Rendah 10 20,8

JUMLAH 48 100

Responden merasa bahwa informasi-informasi mengenai teknologi seperti

ponsel penting untuk diketahui agar tidak membuat mereka menjadi ketinggalan

informasi dan tidak mengerti perkembangan teknologi terbaru (gaptek : gagap

46

teknologi). Terdapat pernyataan responden mengenai media massa dalam kutipan

berikut :

”Biar ga ketinggalan informasi-informasi yang canggih emang harus sering-

sering liat media buat cari tau. Apalagi tentang HP, itukan cepet banget

perkembangannya. Hampir tiap bulan ada aja yang baru modelnya dikeluarin.

Masa ntar ga tau masalah begituan, jadi orang gaptek dong!” (AFP, laki-laki,

kelas XI)

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai media massa itu sendiri,

diketahui bahwa persentase tingkat keseringan responden dalam menerpa media

mengenai ponsel adalah sebagai berikut : televisi (45,8 %), radio (16,7 %), koran

(47,9 %), majalah/tabloid (41,7 %), brosur/selebaran (4,17 %) dan internet

(22,9 %). Hal ini menunjukkan bahwa media massa yang paling sering diterpa

oleh responden dalam kaitannya dengan informasi ponsel adalah koran. Diduga

biasanya hampir setiap keluarga berlangganan koran, sehingga setiap hari

responden dapat mengetahui perkembangan yang paling akurat. Selain itu koran

pada umumnya secara intens memberikan informasi mengenai ponsel, baik

melalui iklan, promosi maupun informasi khusus yang biasanya disediakan pada

kolom-kolom tertentu.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penggunaan Ponsel Pada Remaja

5.1.1 Frekuensi Penggunaan Ponsel

Frekuensi penggunaan ponsel menunjukkan tingkat keseringan responden

dalam penggunaan atau pemakaian ponselnya sehari-hari. Berdasarkan data yang

diperoleh (Tabel 7) menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan

ponselnya dengan frekuensi sedang hingga tinggi. Ponsel pada saat ini dianggap

menjadi suatu kebutuhan sehari-hari yang penting bagi responden, sebagai

kelompok remaja perkotaan.

Tabel 7. Jumlah Responden Berdasarkan Frekuensi Penggunaan Ponsel

Frekuensi Penggunaan Ponsel Frekuensi (n) Persen (%) Tinggi 13 27,1 Sedang 24 50 Rendah 11 22,9

JUMLAH 48 100

Dari data lain yang diperoleh mengenai frekuensi penggunaan ponsel,

diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 47,9 % menggunakan

ponsel sekitar 20 kali dalam satu hari. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap

harinya responden menggunakan ponsel sekitar 20 kali. Penggunaan ponsel

tersebut sebagian besar (52,1 %) untuk menerima dan mengirim panggilan, baik

itu panggilan berupa telepon maupun SMS, dan selanjutnya hanya untuk sekedar

48

hiburan atau bermain sebanyak 31,2 %. Lalu sisanya hanya untuk menerima atau

mengirim panggilan saja. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata responden

menggunakan ponsel mereka setiap harinya tersebut lebih banyak pada kegiatan

menerima dan mengirim panggilan (telepon atau SMS). Kegiatan ini yang

menyebabkan frekuensi penggunaan ponsel oleh responden menjadi cukup tinggi.

Penggunaan ponsel tertinggi dilakukan pada waktu yang tidak tentu yaitu

sebanyak 58,3 % responden menjawab hal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

responden menggunakan ponsel dapat kapan saja pada waktu yang tidak tentu,

tergantung dari panggilan yang ada dan keinginan untuk mengisi waktunya.

Sisanya pada waktu malam hari (18,75 %), siang sampai sore hari (18,75 %) dan

pagi hari (4,2 %). Terlihat bahwa responden jarang menggunakan ponselnya

ketika pagi hari, karena pada waktu tersebut responden lebih sibuk untuk

menyiapkan diri berangkat sekolah atau justru sebaliknya masih tidur ketika

sedang hari libur misalnya. Terdapat pernyataan responden mengenai frekuensi

penggunaan ponsel dalam kutipan berikut :

”Klo gunain hp sih tiap hari. Tiap saat malah..sering banget. Pokoknya gak bisa

lepas seharipun tanpa hp. Makenya juga ga bisa ditentuin kapan aja waktunya

yang paling sering. Ya bisa pagi, siang, ato justru pas malem juga malah bisa

sering make hp aku” (Wy, perempuan, kelas XII)

5.1.2 Pemanfaatan Fasilitas Ponsel

Pemanfaatan fasilitas ponsel dalam penelitian ini menunjukkan bagaimana

responden memanfaatkan berbagai jenis fasilitas yang terdapat pada ponselnya.

Berdasarkan data yang diperoleh (Tabel 8) menunjukkan bahwa sebagian besar

responden (87,5 %) berada dalam kategori pemanfaatan fasilitas ponsel sedang

hingga tinggi. Hal ini berarti responden memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang

49

terdapat pada ponselnya tergolong cenderung tinggi. Fasilitas ponsel biasanya

dibagi menjadi dua bagian, yaitu fasilitas untuk menerima dan mengirim

panggilan serta fasilitas dalam hal hiburan.

Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Pemanfaatan Fasilitas Ponsel

Pemanfaatan Fasilitas Ponsel Frekuensi (n) Persen (%) Pemanfaatan ponsel tinggi 15 31,25 Pemanfaatan ponsel sedang 27 56,25 Pemanfaatan ponsel rendah 6 12,5

JUMLAH 48 100

Dari data lain mengenai jenis fasilitas yang diperoleh, diketahui bahwa

fasilitas untuk menerima dan mengirim panggilan terbanyak berupa SMS yaitu

sebanyak 87,5 % responden sering memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sisanya berupa fasilitas telepon (37,5 %) dan hanya 1 orang responden (2,1 %)

yang sering memanfaatkan fasilitas MMS. Hal ini menunjukkan bahwa responden

lebih menyukai fasilitas SMS, dikarenakan faktor biaya yang lebih murah serta

dapat mencakup banyak karakter tulisan untuk sekali kirim.

Menurut responden untuk fasilitas telepon mempunyai kelebihan yaitu

pada komunikasinya secara lebih langsung yang tentu saja dapat meminimkan

terjadinya kesalahpahaman. Tetapi fasilitas telepon ini membebankan biaya yang

lebih tinggi dibanding SMS. Sedangkan untuk MMS hanya satu orang responden

yang sering memanfaatkannya, hal ini dikarenakan MMS dirasa tidak terlalu

penting dan hanya untuk mengirim gambar atau suara tertentu saja dengan

kapasitas yang besar dan biaya yang lebih. Disamping itu sekarang responden

lebih menyukai untuk mengirim melalui infrared atau bluetooth, dimana kedua

50

hal ini tidak dikenai biaya. Terdapat pernyataan responden mengenai dalam

kutipan berikut :

”Paling enak dari Handphone itu SMS-nya. Udah paling top lah itu, bisa ga

brenti-brenti kalo dah mulai SMS-an. Bisa nulis banyak apa aja, cepet, murah

pula apalagi kalo sesama operator. Paling praktis langsung nyampe, tapi itu kalo

ga error sih ya tapi..kalo mau yang lebih jelas sih lewat telfon emang lebih

bagus” (CF, perempuan, Kelas XI)

Fasilitas ponsel dalam hal hiburan, terbanyak responden (31,25 %) paling

sering memanfaatkan fasilitas radio dan MP3. Selanjutnya diikuti secara berurutan

dengan fasilitas permainan (games), kamera, video, dan yang terakhir adalah

internet. Hal ini menunjukkan bahwa untuk fasilitas hiburan yang paling banyak

dimanfaatkan adalah radio dan MP3. Fasilitas ini semakin menarik mengingat

semakin maraknya variasi lagu MP3 dari artis-artis lokal maupun internasional

yang dapat dijadikan nada dering ponsel. Begitu juga dengan fasilitas radio, yang

membuat responden dapat mendengarkan radio dimana saja dan kapan saja

melalui ponselnya.

Fasilitas ponsel yang paling sedikit dimanfaatkan adalah internet, hal ini

dikarenakan tingkat kecanggihan yang sangat tinggi sehingga masih tidak banyak

ponsel yang memiliki fasilitas tersebut. Selain itu dengan memanfaatkan fasilitas

internet melalui ponsel dapat dikenai biaya yang cukup tinggi. Terdapat

pernyataan responden dalam kutipan berikut :

”HP yang aku punya sekarang ama temen-temen aku termasuk yang lagi

lumayanlah. Lengkap fasilitasnya, jadi bisa buat macem-macem hpnya gak

garing. Klo cuma radio, MP3 ama kamera ato video itu dah standar banget

sekarang. Yang makin keren tuh klo bisa internet ato chatting, sama kualitas tiap

fasilitasnya yang lebih canggih ” (RKJ, perempuan, kelas X)

51

Ponsel yang terdapat sekarang ini semakin canggih dan menjadi semakin

multifungsi, dimana hal tersebut menjadikan respon (khususnya bagi kelompok

remaja perkotaan) cukup tinggi. Walaupun belum tentu penggunaan ponsel

tersebut dimanfaatkan seluruhnya secara optimal dan penting dalam kehidupan

sehari-hari mereka.

5.1.3 Tingkat Biaya Pengeluaran

Tingkat biaya pengeluaran menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh

responden berkaitan dengan penggunaan ponselnya tiap bulan (Tabel 9). Biaya

yang dikeluarkan untuk ponsel ini bervariasi mulai dari < Rp. 150.000,00- hingga

> Rp. 300.000,00-.

Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Biaya Pengeluaran

Tingkat Biaya Pengeluaran Frekuensi (n) Persen (%) Tinggi 7 14,6 Sedang 6 12,5 Rendah 35 72,9

JUMLAH 48 100

Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

(72,9 %) memiliki biaya pengeluaran ponsel yang rendah yaitu < Rp. 150.000,00-

setiap bulannya. Selanjutnya sebanyak 14,6 % responden memiliki biaya

pengeluaran ponsel yang tinggi yaitu > Rp. 300.000,00- dan terakhir sebanyak

12,5 % responden memiliki biaya pengeluaran ponsel yang sedang yaitu Rp.

150.000,00- hingga Rp. 300.000,00- setiap bulannya. Hal ini menunjukkan bahwa

hampir seluruh responden mengeluarkan biaya untuk keperluan ponsel setiap

52

bulannya tergolong rendah (tidak banyak), yaitu sekitar < Rp. 150.000,-. Terdapat

pernyataan responden mengenai hal tersebut dalam salah satu kutipan berikut :

”Kalo biaya pulsa perbulan untuk gw kaya anak SMA sekarang gini lumayanlah.

Ga terlalu tinggi, tapi juga ga terlalu sedikit banget. Mungkin ntar kalo gw udah

jadi mahasiswa pas kuliah bakal lebih gede lagi kali yah biaya pulsa

perbulannya” (T, laki-laki, kelas XII)

Sumber biaya untuk penggunaan atau pemakaian ponsel tersebut sebagian

besar (50 %) responden mengatakan sebagian dari orang tua lalu sebagian lagi

disisihkan dari uang saku setiap bulannya. Sedangkan dari sumber dari orang tua

seluruhnya sebanyak 39,6 % responden, lalu sisanya hanya 10,4 % responden

yang mengatakan bahwa biaya seluruhnya dari uang saku responden itu sendiri.

Hal ini menunjukkan bahwa orang tua cukup mendukung penggunaan

ponsel responden, dengan memberikan uang untuk biaya pengunaan atau

pemakaian ponsel mereka. Pemberian uang tersebut dapat dipisahkan dari uang

saku responden, atau secara sekaligus dalam sebulan itu diberi sejumlah uang

(baik itu untuk uang saku atau jajan, maupun untuk keperluan ponsel dan lain-

lain). Terdapat pernyataan responden mengenai biaya pengeluaran mereka untuk

ponsel tiap bulannya dalam kutipan berikut :

”Setiap bulan kira-kira gak nyampe dua ratus ribulah gw keluarin duit buat

urusan hp gw, dibawah sgitu. Sgitu ya standarlah buat jaman sekarang klo punya

hp. Yang bayarin ya bokap gw, jadi tiap bulan gw dikasih uang jajan ama uang

buat hp ini. Dipisahin gitu uangnya” (H, laki-laki, kelas X)

5.1.4 Pihak Yang Diajak Berkomunikasi

Pihak yang diajak berkomunikasi menunjukkan pihak-pihak yang berada

dalam lingkungan sosial responden dan yang paling sering diajak berkomunikasi

53

melalui ponsel (Tabel 10). Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui

bahwa sebagian besar responden (68,7 %) paling sering menghubungi pihak dari

teman atau pacarnya. Sedangkan hanya 4,2 % responden menghubungi pihak-

pihak lainnya yaitu kakak les (pengajar les privat) dan supir pribadi.

Tabel 10. Jumlah Responden Berdasarkan Pihak Yang Diajak

Berkomunikasi

Pihak Yang Diajak Berkomunikasi Frekuensi (n) Persen (%) Keluarga 13 27,1 Teman atau Pacar 33 68,7 Lainnya 2 4,2

JUMLAH 48 100

Hal ini menunjukkan meskipun responden sering bertemu dengan teman

atau pacar mereka di sekolah atau tempat-tempat lain, tetapi dirasakan belum

cukup bagi mereka untuk berkomunikasi atau berhubungan satu sama lain.

Seringkali komunikasi yang berlangsung melalui ponsel tersebut merupakan

pembicaraan ringan sehari-hari, gosip, seputar tugas atau pekerjaan sekolah dan

hal-hal lain yang bersifat kurang penting (urgent). Terdapat pernyataan responden

mengenai hal tersebut dalam kutipan berikut :

”Sebenernya ga bisa ditentuin sih siapa-siapa aja yang mo kita hubungin lewat

hp, tergantung sikonnya lagi ngapain ama lagi butuh apa. Tapi biasanya paling

sering ya temen-temen kitalah, apalagi klo orangnya gaul trus temennya banyak.

Pasti itu makin sering aja contact-contact ama semua temennya” (FH,

perempuan, kelas XI)

Mengenai pihak keluarga, hanya sedikit responden yang menjadikannya

sebagai pihak yang paling sering diajak berkomunikasi melalui ponsel. Hal ini

54

dapat dikarenakan faktor orang tua responden yang sibuk pada jam kantor, atau

juga karena responden menganggap hal-hal yang ingin dibicarakan dengan

keluarga lebih baik ketika bertemu di rumah saja. Terdapat pernyataan responden

mengenai hal tersebut dalam kutipan berikut :

”Kalo ama keluarga agak jarang yah..Pada sibuk masing-masing di kantor sih

soalnya kalo pas siang sampe magrib, jadi seketemunya di rumah ajah” (FH,

perempuan, kelas XI)

5.1.5 Tingkat Penggunaan Ponsel Secara Umum

Tingkat penggunaan ponsel dalam penelitian menunjukkan perilaku

penggunaan ponsel oleh responden dan dilihat dari akumulasi skor frekuensi

penggunaan ponsel, pemanfaatan fasilitas ponsel, tingkat biaya pengeluaran, dan

pihak-pihak yang diajak berkomunikasi (Tabel 11). Berdasarkan data yang

diperoleh dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (hampir 96 %)

mempunyai tingkat penggunaan ponsel yang sedang hingga tinggi. Penggunaan

ponsel sebagai media komunikasi dan juga media hiburan dianggap menjadi

kebutuhan sehari-hari yang penting bagi responden.

Tabel 11. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Penggunaan Ponsel

Tingkat Penggunaan Ponsel Frekuensi (n) Persen (%) Tinggi 14 29,2 Sedang 32 66,6 Rendah 2 4,2

JUMLAH 48 100

Berdasarkan keempat indikator tingkat penggunaan ponsel, dapat

diketahui bahwa sebagian besar responden menggunakan ponsel setiap hari

55

dengan frekuensi yang cukup tinggi. Rata-rata mereka menggunakan ponsel setiap

harinya sekitar 20 kali, yang terutama dilakukan untuk kegiatan menerima dan

mengirim panggilan. Responden juga tidak dapat ditentukan kapan saja waktu

yang paling sering dihabiskan ketika menggunakan ponselnya. Hal ini

menunjukkan bahwa responden menggunakan ponsel dapat kapan saja pada waktu

yang tidak tentu, tergantung dari panggilan yang ada dan keinginan untuk mengisi

waktunya.

Sebagian besar responden juga memanfaatkan fasilitas-fasilitas pada

ponsel mereka cenderung tinggi. Dalam hal fasilitas untuk menerima dan

mengirim panggilan, responden cenderung memanfaatkan fasilitas berupa SMS.

Hal ini dikarenakan alasan biaya yang lebih murah serta faktor kepraktisan (dapat

mencangkup banyak karakter tulisan untuk sekali kirim). Sedangkan fasilitas

dalam hal hiburan, responden cenderung memanfaatkan fasilitas berupa radio atau

MP3. Hal ini dikarenakan adanya sisi menarik dari fasilitas tersebut dan dapat

dimanfaatkan sambil melakukan kegiatan lainnya tanpa mengganggu.

Responden dalam memanfaatkan fasilitas-fasilitas pada ponselnya cukup

mempertimbangkan faktor biaya. Sehingga tidak terlalu memberatkan pihak orang

tua sebagai sumber biaya pengeluaran sehari-hari. Walaupun orang tua

mendukung penggunaan ponsel responden, tetapi biaya pengeluarannya juga perlu

dibatasi. Oleh karena itu biaya pengeluaran ponsel oleh responden setiap bulannya

tergolong rendah (< Rp. 150.000,-). Tetapi biaya tersebut diperkirakan akan

meningkat ketika responden mulai memasuki kegiatan perkuliahan nantinya.

Responden dalam menggunakan ponselnya sebagian besar menghubungi

pihak yang berada dalam lingkungan sebayanya, yaitu teman atau pacar. Hal ini

56

dikarenakan keberadaan mereka tergolong kuat pengaruhnya bagi responden.

Sehingga responden merasa belum cukup untuk berkomunikasi atau berhubungan

ketika bertemu saja. Selain itu faktor kesibukan orang tua atau saudara dapat

menjadikan responden jarang menghubungi pihak keluarga melalui ponsel.

5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penggunaan Ponsel

Pada Remaja

5.2.1 Karakteristik Internal

Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Penggunaan Ponsel

Pengaruh jenis kelamin (data nominal) terhadap tingkat penggunaan

ponsel (data ordinal) menggunakan uji Chi-square. Hasil analisis menunjukkan

nilai P-Value adalah 0,440, yang nilainya lebih besar dari 0,1 (α = 10 %). Tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat

penggunaan ponsel.

Tabel 12. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel

Tingkat Penggunaan Ponsel

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

n % n % Rendah 1 4,2 1 4,2 Sedang 14 58,3 18 75 Tinggi 9 37,5 5 28

Jumlah 24 100 24 100 *p-value : 0,440

Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin responden tidak mempengaruhi

tingkat penggunaan ponsel. Tidak adanya pengaruh tersebut dapat terjadi karena

baik remaja laki-laki maupun perempuan saat ini tidak jauh berbeda dalam

57

menggunakan ponselnya. Pada tabel 12, dapat diketahui bahwa responden laki-

laki dan perempuan memang memiliki tingkat penggunaan ponsel cenderung

sedang hingga tinggi dengan proporsi yang tidak jauh berbeda. Sedangkan pada

kategori tingkat penggunaan ponsel yang rendah, baik responden laki-laki maupun

perempuan jumlahnya sama.

Ponsel saat ini dirasakan menjadi kebutuhan sehari-hari yang penting bagi

remaja laki-laki maupun perempuan. Jika melihat lagi pada penjelasan tabel 7,

memang setiap responden menggunakan ponsel setiap harinya. Terdapat

pernyataan responden dalam salah satu kutipan berikut :

”Kalo hari gini emang anak muda kayak kita pasti suka banget make HP..Udah

jadi kebiasaan. Mau itu cewek ato cowok, yang pasti ga bisa lepas dari make HP

tiap hari” (RRS, perempuan, kelas X)

Pendugaan penelitian ini sebelumnya mengenai remaja perempuan lebih

sering dan intens berkomunikasi dengan sesamanya memang terlihat juga dalam

penggunaan ponselnya. Sedangkan remaja laki-laki cenderung menggunakan

ponsel lebih kepada fungsinya sebagai media hiburan. Dengan begitu penggunaan

ponsel oleh remaja perempuan dan laki-laki memang cenderung sama dalam

kategori sedang hingga tinggi. Seperti yang dikemukakan dalam pernyataan

responden dalam salah satu kutipan berikut :

“Biasanya yang cewe senengnya hp tuh buat terus-terusan ngobrol ato cerita-

cerita apa kek, nah kalo yang cowo senengnya make yang bagian teknologinya

gitulah..” (Jy, perempuan, kelas XI)

58

Pengaruh Status Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Penggunaan Ponsel

Pengaruh status ekonomi keluarga (data ordinal) terhadap tingkat

penggunaan ponsel (data ordinal) menggunakan uji Spearman. Hasil analisis

menunjukkan nilai P-Value adalah 0,000, yang nilainya lebih kecil dari 0,1 (α =

10 %). Terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi keluarga dengan

tingkat penggunaan ponsel.

Tabel 13. Hubungan Status Ekonomi Keluarga Tingkat Penggunaan Ponsel

Tingkat Penggunaan

Ponsel

Status Ekonomi Keluarga Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % Rendah 0 0 1 4,3 1 8,3 Sedang 11 84,6 14 60,9 7 58,3 Tinggi 2 15,4 8 34,8 4 33,3

Jumlah 13 100 23 100 12 100 *p-value : 0,000

Dari adanya hubungan tersebut dapat dilihat pengaruh antara status

ekonomi keluarga terhadap tingkat penggunaan ponsel. Pengaruh tersebut bersifat

searah (nilai korelasi positif : 0,524) dan dapat terjadi karena status ekonomi

keluarga yang dilihat dari penghasilan orang tua responden setiap bulannya (tabel

2) tersebut mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel responden. Dilihat dari nilai

korelasinya menunjukkan bahwa semakin tinggi status ekonomi keluarga

responden maka semakin tinggi responden menggunakan ponselnya. Sebaliknya

semakin rendah status ekonomi keluarga responden maka semakin rendah

responden menggunakan ponselnya. Pada variabel tingkat penggunaan ponsel ini

didalamnya terdapat indikator tingkat biaya pengeluaran ponsel yang dihitung

59

setiap bulannya (tabel 9), sehingga status ekonomi keluarga dapat mempengaruhi

tingkat penggunaan ponsel tersebut.

Namun jika melihat pada tabel 13, dapat diketahui bahwa pada tingkat

penggunaan ponsel yang rendah paling banyak berada dalam kategori status

ekonomi keluarga yang sedang dan tinggi. Hal ini diduga karena mungkin

responden yang berada dalam tingkat penggunaan ponsel rendah (hanya 2 orang

responden) tersebut memang tingkat penggunaan ponselnya cenderung sedang

dan tinggi.

Pengaruh Tujuan Penggunaan Ponsel Terhadap Tingkat Penggunaan Ponsel

Pengaruh tujuan penggunaan ponsel (data nominal) terhadap tingkat

penggunaan ponsel (data ordinal) menggunakan uji hubungan. Hasil analisis

menunjukkan nilai P-Value adalah 0,020, yang nilainya lebih kecil dari 0,1 (α =

10 %). Terdapat hubungan yang signifikan antara tujuan penggunaan ponsel

dengan tingkat penggunaan ponsel.

Tabel 14. Hubungan Tujuan Penggunaan Ponsel Dengan Tingkat

Penggunaan Ponsel

Tingkat Penggunaan Ponsel

Tujuan Penggunaan Ponsel

Untuk hiburan atau pemenuhan hobi

Untuk sosialisasi dan kegiatan sekolah/les/

kursus

Untuk informasi

penting dan mendesak

n % n % n % Rendah 2 11,8 0 0 0 0 Sedang 11 64,7 15 75 6 54,5 Tinggi 4 23,5 5 25 5 45,5

Jumlah 17 100 20 100 11 100 *p-value : 0,020

60

Dari adanya hubungan tersebut dapat dilihat pengaruh antara tujuan

penggunaan ponsel menurut responden terhadap tingkat penggunaan ponsel.

Pengaruh ini diduga terjadi karena apabila responden menganggap penggunaan

ponselnya ditujukan untuk hal-hal tertentu maka dapat menentukan pula tingkat

penggunaan ponselnya. Jika melihat pada tabel 3 dapat diketahui bahwa menurut

responden penggunaan ponsel cenderung untuk kegiatan-kegiatan yang berkisar

pada sosialisasi serta kegiatan sekolah/les/kursusnya.

Pada tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki

tingkat aktivitas yang rendah. Dengan begitu aktivitas di dalam maupun di luar

sekolah yang diikuti oleh responden tidak banyak jumlahnya. Tetapi justru ketika

menggunakan ponselnya, responden cenderung untuk kegiatan-kegiatan yang

berkisar pada sosialisasi serta kegiatan sekolah/les/kursusnya. Hal ini

menunjukkan bahwa memang responden cenderung membahas atau

membicarakan kegiatan-kegiatannya melalui ponsel, tetapi pada kenyataannya

kegiatan mereka sendiri itu tidak banyak dilakukan. Selain itu seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, melalui ponsel responden lebih sering membahas

mengenai tugas-tugas atau PR (pekerjaan rumah).

Pada tabel 14 dapat diketahui bahwa responden memang cenderung berada

dalam tingkat penggunaan ponsel yang sedang hingga tinggi untuk semua tujuan

penggunaan ponsel menurut mereka. Baik tujuan tersebut untuk yang hal-hal

penting, untuk bersosialisasi ataupun untuk hiburan. Sedangkan responden dengan

tingkat penggunaan ponsel yang rendah (hanya 2 orang responden) justru

mengemukakan ponselnya untuk tujuan yang bersifat hiburan atau pemenuhan

hobi.

61

Pengaruh Tingkat Aktivitas Terhadap Tingkat Penggunaan Ponsel

Pengaruh tingkat aktivitas (data ordinal) terhadap tingkat penggunaan

ponsel (data ordinal) menggunakan uji hubungan. Hasil analisis menunjukkan

nilai P-Value adalah 0,494, yang nilainya lebih besar dari 0,1 (α = 10 %). Tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat aktivitas dengan tingkat

penggunaan ponsel.

Tabel 15. Hubungan Tingkat Aktivitas Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel

*p-value : 0,494

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat aktivitas responden tidak

mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel. Tidak adanya pengaruh tersebut dapat

terjadi karena banyak atau tidaknya aktivitas yang diikuti oleh responden baik di

dalam maupun di luar sekolah kurang dapat menentukan bagaimana tingkat

penggunaan ponsel mereka. Terdapat pernyataan responden dalam salah satu

kutipan berikut :

”Aku ga banyak ikut ekskul tuh, tapi ya kalo mau make HP ya ga ngaruh ama

banyak gak-nya ekskul aku itu” (Na, perempuan, kelas X)

Melihat pada tabel 4 mengenai tingkat aktivitas responden, dapat diketahui

bahwa hampir seluruh responden mempunyai tingkat aktivitas yang rendah.

Ternyata dengan aktivitas yang rendah tersebut tidak membuat responden menjadi

Tingkat Penggunaan

Ponsel

Tingkat Aktivitas Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % Rendah 1 2,6 0 0 1 33,3 Sedang 28 71,8 4 66,7 0 0 Tinggi 10 25,6 2 33,3 2 66,7

Jumlah 39 100 6 100 3 100

62

berkurang penggunaan ponselnya, hal ini menjadi berbeda dengan pendugaan

penelitian ini sebelumnya. Justru jika melihat pada tabel 15 dapat diketahui bahwa

responden yang memiliki tingkat penggunaan ponsel sedang berada pada tingkat

aktivitas yang cenderung rendah. Tetapi pada responden yang penggunaan

ponselnya rendah menunjukkan bahwa tingkat aktivitasnya tidak jauh berbeda

antara rendah dan tinggi.

Hal tersebut menunjukkan bahwa bagaimanapun aktivitas yang diikuti

oleh responden, tetap saja penggunaan ponsel mereka dalam kesehariannya

cenderung sedang atau tinggi. Responden tetap menggunakan ponselnya sehari-

hari untuk berhubungan dengan kerabatnya atau untuk tujuan lainnya. Terdapat

pernyataan responden dalam salah satu kutipan berikut :

”Soal orangnya mau banyak kegiatan atau gak kayaknya ga bikin orang itu jadi

jarang make HP deh..Bisa aja orang yang ga sibuk malah lebih sering makenya,

buat iseng-iseng aja gitu” (WI, laki-laki, kelas X)

5.2.2 Karakterisitik Eksternal

Tingkat Pengaruh Teman Dekat Terhadap Tingkat Penggunaan Ponsel

Tingkat pengaruh teman dekat (data ordinal) terhadap tingkat penggunaan

ponsel (data ordinal) menggunakan uji hubungan. Hasil analisis menunjukkan

nilai P-Value adalah 0,011, yang nilainya lebih kecil dari 0,1 (α = 10 %). Terdapat

hubungan antara tingkat pengaruh teman dekat dengan frekuensi penggunaan

ponsel.

63

Tabel 16. Hubungan Tingkat Pengaruh Teman Dekat Dengan Tingkat

Penggunaan Ponsel

Tingkat Penggunaan

Ponsel

Tingkat Pengaruh Teman Dekat Kecil Sedang Kuat

n % n % n % Rendah 1 25 0 0 1 5 Sedang 1 25 20 83,3 11 55 Tinggi 2 50 4 16,7 8 40

Jumlah 4 100 24 100 20 100 *p-value : 0,011

Dari adanya hubungan tersebut dapat dilihat pengaruh antara teman dekat

terhadap tingkat penggunaan ponsel. Pengaruh tersebut bersifat searah (nilai

korelasi positif : 0,364) dan dapat terjadi karena teman dekat responden

merupakan lingkungan sosial yang penting dalam kehidupan responden sebagai

kelompok remaja (tabel 5). Dengan begitu responden dalam hal penggunaan

ponselnya juga dipengaruhi oleh keberadaan teman dekatnya. Teman dekat

responden tersebut pada umumnya mendukung penggunaan ponsel dalam

kehidupan sehari-hari mereka. Terdapat pernyataan responden dalam salah satu

kutipan berikut :

”Ga kebayang deh kalo bestfriend-ku pada ga punya HP. Ga bisa ngapa-

ngapain itu pasti temenannya.” (Na, perempuan, kelas X)

Dilihat dari nilai korelasinya menunjukkan bahwa semakin kuat pengaruh

teman dekat responden, semakin tinggi tingkat penggunaan ponselnya. Demikian

juga sebaliknya jika pengaruh teman dekat kecil, maka tingkat penggunaan

ponselnya rendah. Namun jika melihat pada tabel 16, dapat diketahui bahwa untuk

responden dengan tingkat penggunaan ponsel yang rendah berada dalam kategori

pengaruh teman dekat yang kecil dan kuat. Hal ini diduga karena jumlah

64

responden untuk kategori tingkat penggunaan ponsel yang rendah sangat kecil

sehingga perbandingannya pun tidak merata.

Pengaruh Tingkat Terpaan Media Massa Terhadap Tingkat Penggunaan

Ponsel

Pengaruh tingkat terpaan media massa (data ordinal) terhadap tingkat

penggunaan ponsel (data ordinal) menggunakan uji hubungan. Hasil analisis

menunjukkan nilai P-Value adalah 0,584, yang nilainya lebih besar dari 0,1 (α =

10 %). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat terpaan media

massa dengan tingkat penggunaan ponsel.

Tabel 17. Hubungan Tingkat Terpaan Media Massa Dengan Tingkat

Penggunaan Ponsel

Tingkat Penggunaan Ponsel

Tingkat Terpaan Media Massa Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % Rendah 0 0 1 4,8 1 5.9 Sedang 6 60 15 71,4 11 64,7 Tinggi 4 40 5 23,8 5 29,4

Jumlah 10 100 21 100 17 100 *p-value : 0,584

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat terpaan media massa tidak

mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel. Karena bagaimana responden

menerima informasi mengenai ponsel melalui media massa, tidak mempengaruhi

mereka untuk menjadi lebih tinggi atau rendah dalam menggunakan ponselnya.

Seperti yang terlihat pada penjelasan tabel 6 mengenai tingkat terpaan media

massa, biasanya informasi yang mereka peroleh dari media massa tersebut hanya

65

untuk menambah pengetahuan dan mengikuti perkembangan informasi terbaru

(bersifat informatif saja). Hal tersebut tidak sampai mempengaruhi bagaimana

perilaku responden dalam menggunakan ponselnya.

Jika melihat pada tabel 17 dapat diketahui bahwa tingkat penggunaan

ponsel oleh responden kategori rendah dan sedang berada dalam kategori tingkat

terpaan media massa yang sama yaitu sedang hingga tinggi. Bahkan untuk tingkat

penggunaan ponsel yang rendah pun di dalamnya tidak terdapat responden dengan

terpaan media massa kategori rendah pula. Hal ini menunjukkan bahwa memang

sebagian besar responden tergolong tinggi dalam menerima informasi mengenai

ponsel melalui media massa. Tetapi hal itu tidak sampai mempengaruhi

bagaimana perilaku responden menggunakan ponselnya sehari-hari. Terdapat

pernyataan responden dalam salah satu kutipan berikut :

”Iya kan kalo masalah cari-cari informasi di media emang penting banget. Buat

tau segala macem. Tapi kalo sampe ngaruh ke make ponselnya itu gak juga sih..”

(AFP, laki-laki, kelas XI)

5.3 Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi

Sosial Remaja

5.3.1 Interaksi Sosial Remaja

5.3.1.1 Waktu Interaksi Tatap Muka

Waktu interaksi menunjukkan banyaknya waktu yang dihabiskan untuk

melakukan interaksi secara tatap muka antara responden dengan lingkungan sosial

keluarga (Tabel 36) dan lingkungan sosial pertemanan atau pacar (Tabel 37).

66

Tabel 18. Jumlah Responden Berdasarkan Waktu Interaksi Tatap Muka

Dengan Keluarga

Waktu Interaksi Tatap Muka Frekuensi (n) Persen (%) Tinggi 7 14,6 Sedang 22 45,8 Rendah 19 39,6

JUMLAH 48 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

(hampir 86 %) memiliki waktu interaksi yang sedang hingga rendah dengan

lingkungan keluarga mereka. Hal ini menunjukkan bahwa waktu interaksi secara

tatap muka (langsung) antara responden dengan lingkungan keluarga mereka

tergolong kurang setiap harinya.

Pembagian waktu untuk lingkungan keluarga tersebut yaitu kategori waktu

interaksi yang tinggi yaitu > 7 jam, waktu interaksi yang sedang yaitu 5-7 jam,

dan waktu interaksi yang rendah yaitu < 5 jam. Hal ini dikarenakan dengan

perhitungan sebagian waktu responden rata-rata dihabiskan dalam sekolah, tempat

les, dan sisanya untuk istirahat.

Tabel 19. Jumlah Responden Berdasarkan Waktu Interaksi Tatap Muka

Dengan Teman/Pacar

Waktu Interaksi Tatap Muka Frekuensi (n) Persen (%) Tinggi 12 25 Sedang 21 43,75 Rendah 15 31,25

JUMLAH 48 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

(75 %) memiliki waktu interaksi yang sedang hingga rendah dengan teman atau

67

pacar mereka. Hal ini menunjukkan bahwa waktu interaksi secara tatap muka

(langsung) antara responden dengan lingkungan teman atau pacar juga tergolong

kurang setiap harinya.

Pembagian waktu untuk lingkungan teman atau pacar tersebut yaitu

kategori waktu interaksi yang tinggi yaitu > 11 jam, waktu interaksi yang sedang

yaitu 9-11 jam, dan waktu interaksi yang rendah yaitu < 9 jam. Hal ini

dikarenakan dengan perhitungan waktu sekolah SMUN 68 sebanyak 8,5 jam yaitu

pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.30 WIB, lalu ditambah dengan kegiatan lain

yang diikuti baik di dalam maupun di luar sekolah (apabila ada).

Variabel waktu interaksi tatap muka antara responden dengan keluarga dan

teman atau pacar tersebut dapat menunjukkan bahwa keduanya hampir sama,

yaitu memiliki waktu yang mayoritas berada dalam kategori sedang hingga rendah.

Hal ini sangat disayangkan mengingat dari berbagai jenis komunikasi yang ada,

komunikasi antar manusia yang langsung (bertatap muka) adalah yang efektif

serta paling lengkap mengandung berbagai aspek psikologis (Sarwono, 2002).

Hanya saja untuk kategori waktu interaksi yang tinggi, lebih banyak pada

responden dengan teman atau pacar dibanding dengan keluarga mereka.

Dapat diketahui bahwa dalam waktu interaksi tatap muka yang dihabiskan

responden dengan lingkungan sosial mereka, teman atau pacar sedikit lebih tinggi

dibanding dengan keluarga. Terdapat pernyataan responden mengenai waktu

interaksi mereka dengan lingkungan sosialnya dalam kutipan berikut :

”Pas hari-hari sekolah yang senin-jumat ya biasanya gw paling sering

ketemunya ama temen-temen. Kan banyaknya diabisin di luar rumah waktunya.

Sabtu-minggu paling cuma sore ato malemnya aja klo jalan ama mereka. Tapi

diusahain seimbang jugalah waktu buat bareng-bareng keluarga gw, walopun

pada sibuk masing-masing sih” (H, laki-laki, kelas X)

68

5.3.1.2 Intensitas Interaksi Tatap Muka

Intensitas interaksi pada penelitian ini menunjukkan bagaimana keluasan

pembicaraan dalam interaksi tatap muka yang terjadi pada responden dengan

lingkungan sosial keluarga (Tabel 20) dan lingkungan sosial pertemanan atau

pacar (Tabel 21).

Tabel 20. Jumlah Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi Tatap Muka

Dengan Keluarga

Intensitas Interaksi Tatap Muka Frekuensi (n) Persen (%) Sangat intens 22 45,8 Cukup intens 17 35,4 Tidak intens 9 18,8

JUMLAH 48 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

(hampir 82 %) memiliki interaksi yang tergolong cukup hingga sangat intens

dengan lingkungan keluarga mereka. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi secara

tatap muka (langsung) antara responden dengan lingkungan keluarga mereka

tergolong intens, yang artinya bahwa topik pembicaraan diantara mereka luas.

Tabel 21. Jumlah Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi Tatap Muka

Dengan Teman/Pacar

Intensitas Interaksi Tatap Muka Frekuensi (n) Persen (%) Sangat intens 11 22,9 Cukup intens 25 52,1 Tidak intens 12 25

JUMLAH 48 100

69

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

(52,1 %) memiliki intensitas interaksi yang cukup dengan teman atau pacar

mereka. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi secara tatap muka (langsung) antara

responden dengan lingkungan teman atau pacar mereka tergolong sedang (cukup

rendah) intensitasnya, yang artinya bahwa topik pembicaraan diantara mereka

tidak terlalu luas.

Variabel intensitas interaksi tatap muka antara responden dengan keluarga

dan teman atau pacar tersebut dapat menunjukkan bahwa topik pembicaraan

antara responden dengan lingkungan keluarga lebih luas dibanding lingkungan

pertemanan atau pacar. Hal ini berarti interaksi responden tatap muka lebih intens

dengan keluarga mereka. Biasanya remaja ketika sedang berhubungan atau

berkomunikasi dengan lingkungan teman sebayanya lebih kearah topik yang

bersifat fun, menarik, seru dan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan sehari-hari

mereka (tidak terlalu menyangkut hal-hal yang sangat penting/urgent).

Responden dengan keluarga biasanya topik pembicaraan lebih

memungkinkan mulai dari hal-hal yang ringan bahkan sampai topik yang penting

menyangkut masa depan remaja tersebut. Sehingga tingkat interaksinya dapat

dikatakan lebih intens dalam hal keluasan topik pembicaraan. Terdapat pernyataan

responden mengenai intensitas interaksi mereka secara tatap muka dengan

lingkungan sosialnya dalam kutipan berikut :

”Yang diomongin aku ama temen-temen aku kalo ketemu banyak sih, biasanya

gosip ato trend sekarang-sekarang ini. Trus ngomongin soal nyontek-nyontekan

ato cowo masing-masing juga seru. Tapi klo ama keluarga lebih banyak lagi itu

biasanya. Abis dari yang masalah kecil urusan sehari-hari ampe yang soal masa

depan aku suka diomongin ama keluarga, apalagi ama kakak aku kebetulan

sama-sama perempuan juga sih kita berdua.” (FH, perempuan, kelas XI)

70

5.3.1.3 Interaksi Sosial Remaja Secara Umum

Interaksi sosial dalam penelitian ini menunjukkan bagaimana interaksi

secara tatap muka yang terjadi antara responden dengan lingkungan sosialnya dan

dilihat dari waktu serta intensitas interaksi tersebut (Tabel 22). Berdasarkan data

yang diperoleh dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (56,3 %) berada

dalam kategori interaksi sosial yang sedang dengan lingkungan sosialnya.

Lingkungan sosial yang dimaksudkan disini adalah lingkungan sosial sosial yang

paling dekat serta berpengaruh dalam kehidupan remaja, yaitu lingkungan

keluarga dan lingkungan pertemanan.

Tabel 22. Jumlah Responden Berdasarkan Interaksi Sosial Remaja

Interaksi Sosial Frekuensi (n) Persen (%) Dekat 11 22,9 Sedang 27 56,3 Renggang 10 20,8

JUMLAH 48 100

Interaksi sosial dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa dalam hal

waktu interaksi tatap muka yang dihabiskan responden dengan lingkungan sosial

mereka cenderung sedang hingga rendah. Tetapi apabila dibandingkan, maka

lingkungan teman atau pacar sedikit lebih tinggi dibanding dengan keluarga.

Sedangkan dalam hal intensitas interaksi tatap muka, topik pembicaraan antara

responden dengan lingkungan keluarga lebih luas dibanding lingkungan

pertemanan atau pacar. Dengan begitu menjadikan interaksi responden lebih

intens dengan keluarga mereka.

71

Hal tersebut mempunyai makna bahwa dalam keseharian responden

tergolong kurang dalam menghabiskan waktu mereka secara tatap muka dengan

lingkungan sosialnya. Tetapi dalam hal intensitas dari interaksi itu sendiri, yaitu

keluasan atau banyaknya topik pembicaraan yang sering dibicarakan, maka antara

responden dengan keluarga mereka lebih intens dibandingkan dengan teman atau

pacar. Responden lebih banyak membicarakan beragam topik pembicaraan

dengan keluarga mereka, mulai dari pembicaraan ringan sampai pada

pembicaraan yang penting (menyangkut masa depan responden).

Dengan begitu dapat diketahui bahwa responden berinteraksi secara tatap

muka dengan kurang terhadap lingkungan keluarga maupun lingkungan

pertemanan atau pacar. Waktu yang dihabiskannya cenderung dalam waktu yang

sedang hingga rendah. Namun dalam hal intensitas, responden berinteraksi lebih

intens dengan keluarga mereka dibanding dengan teman atau pacar. Dalam hal ini

topik pembicaraannya lebih luas dibanding responden dengan teman-teman atau

pacarnya.

5.3.2 Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi

Sosial Remaja

Pengaruh tingkat penggunaan ponsel (data ordinal) terhadap interaksi

sosial remaja secara tatap muka (data ordinal) menggunakan uji hubungan. Hasil

analisis menunjukkan nilai P-Value adalah 0,926, yang nilainya lebih besar dari

0,1 (α = 10 %). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

penggunaan ponsel dengan interaksi sosial remaja secara tatap muka.

72

Tabel 23. Hubungan Tingkat Penggunaan Ponsel Dengan Interaksi Sosial

Interaksi Sosial (Tatap Muka)

Tingkat Penggunaan Ponsel Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % Renggang 2 100 4 12,5 4 28,6 Sedang 0 0 20 62,5 7 50 Dekat 0 0 8 25 3 21,4

Jumlah 2 100 32 100 14 100 *p-value : 0,926

Dari tidak adanya hubungan yang signifikan tersebut, dapat dianalisis

mengenai tingkat penggunaan ponsel dan interaksi sosial responden. Jika melihat

pada tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menggunakan

ponselnya dalam kategori yang cukup tinggi. Melalui penggunaan ponsel (sebagai

media komunikasi) yang cenderung tinggi tersebut, seharusnya dapat mempererat

interaksi sosial antara responden dengan lingkungannya. Ternyata dalam hal

interaksi secara tatap muka, penggunaan ponsel itu tidak menjadikan responden

jauh lebih dekat dengan lingkungan keluarga maupun lingkungan sebayanya.

Terlihat pada tabel 23 dapat diketahui bahwa untuk responden dengan

tingkat penggunaan ponsel yang sedang maupun tinggi sebagian besar hanya

berada dalam interaksi sosial secara tatap muka yang sedang. Sedangkan untuk

responden dengan tingkat penggunaan ponsel yang rendah, semuanya berada

dalam interaksi sosial secara tatap muka yang renggang. Hal ini menunjukkan

bahwa penggunaan ponsel tidak mempengaruhi bagaimana interaksi sosial yang

terjalin secara tatap muka antara responden dengan lingkungannya.

Hal tersebut tidak sesuai seperti yang dikemukakan Budyatna (2005)

bahwa bentuk pendekatan komunikasi yang paling ideal adalah yang bersifat

transaksional, dimana proses komunikasi dilihat sebagai suatu proses yang sangat

73

dinamis dan timbal balik. Budyatna (2005) melihat bahwa dengan munculnya

penggunaan ponsel mempengaruhi proses yang transaksional tersebut. Seringkali

komunikasi yang dinamis dan timbal balik dirasakan menurun kualitas dan

kuantitasnya pada interaksi tatap muka.

Interaksi sosial secara tatap muka tetap saja cenderung sedang walaupun

responden semakin tinggi menggunakan ponselnya. Responden menganggap

ponsel sebagai media komunikasi dan juga media hiburan yang menjadi

kebutuhan sehari-hari yang penting. Jadi memang responden menjadi cenderung

tinggi tingkat penggunaan ponselnya, tetapi dengan tidak diikuti dengan interaksi

tatap muka yang semakin dekat.

Berdasarkan semua data yang telah diperoleh, dapat dilakukan analisis

lebih mendalam mengenai interaksi sosial responden. Jika melihat pada tabel 10,

dapat diketahui bahwa pihak yang diajak berkomunikasi melalui ponsel paling

sering adalah pihak teman atau pacar dibanding keluarga. Tetapi bila melihat pada

tabel 18 dan 19, dapat diketahui bahwa waktu interaksi secara tatap muka antara

responden dengan lingkungan sosialnya tergolong kurang dalam rata-rata setiap

harinya. Hanya saja apabila dibandingkan, untuk lingkungan teman atau pacar

sedikita lebih tinggi dibanding keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa responden

memang lebih sering berinteraksi dengan teman atau pacarnya dibanding dengan

keluarganya.

Mengenai intensitas interaksi, jika melihat pada tabel 20 dan 21 maka

interaksi antara responden dengan keluarga jauh lebih intens dibanding dengan

teman atau pacar. Hal ini menunjukkan ketika bertemu secara tatap muka, topik

pembicaraan yang sedang berlangsung lebih luas (banyak) antara responden

74

dengan keluarga. Mulai dari pembicaraan ringan sampai pada pembicaraan yang

penting (menyangkut masa depan responden). Sedangkan responden dengan

lingkungan sebayanya cenderung membicarakan mengenai pembicaraan ringan

sehari-hari, gosip, seputar tugas atau pekerjaan sekolah dan hal-hal lain yang

bersifat kurang penting (urgent). Baik pembicaraan tersebut ketika melalui ponsel

maupun secara langsung (tatap muka). Dengan begitu dapat diketahui bahwa

interaksi antara responden dengan lingkungan teman atau pacar lebih baik dalam

hal kuantitas. Sedangkan interaksi antara responden dengan lingkungan keluarga

lebih baik dalam hal kualitas.

5.4 Ikhtisar

Penelitian ini menghubungkan antara variabel pengaruh dan variabel

terpengaruh dalam hal karakteristik responden, penggunaan ponsel dan interaksi

sosial remaja dengan lingkungannya (tabel 24).

Tabel 24. Hubungan Variabel Pengaruh Dan Variabel Terpengaruh

Variabel Pengaruh Variabel Terpengaruh

Koefisien Korelasi

Keterangan

Jenis Kelamin Tingkat Penggunaan Ponsel

0,182 Tidak terdapat hubungan

Status Ekonomi Keluarga

Tingkat Penggunaan Ponsel

0,524 Terdapat hubungan

Tujuan Penggunaan Ponsel

Tingkat Penggunaan Ponsel

0,442 Terdapat hubungan

Tingkat Aktivitas Tingkat Penggunaan Ponsel

0,101 Tidak terdapat hubungan

Tingkat Pengaruh Teman Dekat

Tingkat Penggunaan Ponsel

0,364 Terdapat hubungan

Tingkat Terpaan Media Massa

Tingkat Penggunaan Ponsel

-0,081 Tidak terdapat hubungan

Tingkat Penggunaan Ponsel

Interaksi Sosial 0,014 Tidak terdapat hubungan

75

Tingkat penggunaan ponsel diduga dipengaruhi oleh beberapa variabel

karakteristik responden (internal dan eksternal). Berdasarkan tabel 24 dapat

diketahui bahwa karakteristik internal yang mempengaruhi tingkat penggunaan

ponsel responden adalah status ekonomi keluarga dan tujuan penggunaan ponsel.

Sedangkan karakteristik eksternal yang mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel

responden adalah teman dekat.

Status ekonomi keluarga yang dilihat dari penghasilan orang tua tiap

bulannya dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel responden. Semakin

tinggi status ekonomi keluarga maka memungkinkan peningkatan dalam hal

penggunaan pulsa ponsel responden. Mengingat bahwa dalam penggunaan ponsel

responden bukan hanya pada kegiatan hiburan, tetapi juga terdapat kegiatan

mengirim dan menerima panggilan yang membutuhkan biaya pulsa.

Tujuan penggunaan ponsel dapat mempengaruhi tingkat penggunaan

ponsel responden. Menurut responden penggunaan ponsel cenderung untuk

kegiatan-kegiatan yang berkisar pada sosialisasi serta kegiatan

sekolah/kursus/lesnya. Hal ini yang membuat tingkat penggunaan ponsel oleh

responden menjadi cenderung tinggi. Responden dengan tujuan penggunaan untuk

hal-hal yang penting atau mendesak justru cenderung rendah penggunaan

ponselnya. Dengan begitu dapat dilihat bahwa memang responden cenderung

memandang ponsel sebagai suatu media hiburan dan komunikasi yang sifatnya

tidak untuk hal-hal penting atau mendesak (urgent).

Teman dekat responden dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel

karena keberadaan teman dekat tersebut kuat pengaruhnya dalam kehidupan

responden. Teman dekat responden tersebut pada umumnya mendukung

76

penggunaan ponsel dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini mengingat

bahwa responden merupakan kelompok remaja dimana mereka ingin masuk serta

diterima dalam kelompok sebayanya (peer-group), sehingga mereka cenderung

mengikuti dan mengacu pada keberadaan teman-temannya tersebut.

Variabel lainnya seperti jenis kelamin, tingkat aktivitas dan terpaan media

massa tidak mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel responden. Remaja

perempuan lebih sering dan intens berkomunikasi dengan sesamanya melalui

ponsel. Sedangkan remaja laki-laki cenderung menggunakan ponsel cenderung

fungsinya sebagai media hiburan. Dengan begitu penggunaan ponsel oleh remaja

perempuan dan laki-laki memang cenderung sama yaitu tinggi. Tingkat aktivitas

responden yang cenderung rendah tidak mempengaruhi penggunaan ponsel.

Responden dengan aktivitas di dalam maupun di luar sekolahnya yang rendah

tidak menjadikan penggunaan ponselnya menjadi menurun. Dengan aktivitas

bagaimanapun, penggunaan ponsel responden tetap saja cenderung tinggi.

Terpaan media massa menunjukkan sebagian besar responden tergolong tinggi

dalam menerima informasi mengenai ponsel melalui media massa. Tetapi

informasi tersebut hanya bersifat informatif saja, tidak sampai mempengaruhi

bagaimana perilaku responden menggunakan ponselnya sehari-hari.

Mengenai interaksi responden secara tatap muka, dalam hal waktu

interaksi tatap muka yang dihabiskan responden dengan lingkungan sosial mereka

cenderung sedang hingga rendah. Tetapi apabila dibandingkan, maka lingkungan

teman atau pacar sedikit lebih tinggi dibanding dengan keluarga. Sedangkan

dalam hal intensitas interaksi tatap muka, topik pembicaraan antara responden

77

dengan lingkungan keluarga lebih luas dibanding lingkungan pertemanan atau

pacar.

Tingkat penggunaan ponsel tidak mempengaruhi interaksi sosial

responden dengan lingkungan sosialnya secara tatap muka. Responden

menganggap ponsel sebagai media komunikasi dan juga media hiburan yang

menjadi kebutuhan sehari-hari yang penting. Sehingga penggunaan ponsel oleh

responden (baik laki-laki maupun perempuan) memang cenderung tinggi. Tetapi

dalam hal interaksi tatap muka dengan lingkungan sosialnya, responden sebagai

kelompok remaja memang tergolong sedang hingga rendah. Hal ini menunjukkan

bahwa interaksi responden yang cenderung rendah tersebut tidak hanya

disebabkan oleh penggunaan ponsel yang tinggi. Terdapat faktor-faktor lainnya,

mengingat bahwa responden bersekolah pada SMUN unggulan Jakarta sehingga

sangat berkonsentrasi pada pelajaran akademiknya serta semakin tingginya

penggunaan media-media teknologi lainnya yang dapat memungkinkan interaksi

responden menjadi rendah secara tatap muka dengan lingkungan sosialnya.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat penggunaan ponsel pada

remaja cenderung tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ponsel sebagai media

komunikasi dan juga media hiburan dianggap menjadi kebutuhan sehari-hari yang

penting bagi remaja, baik remaja laki-laki maupun perempuan. Selain itu juga

remaja menggunakan ponsel cenderung pada waktu yang tidak tentu, tergantung

dari panggilan yang ada dan keinginan untuk mengisi waktunya. Mengenai

fasilitas pada ponsel, remaja cenderung tinggi memanfaatkan dalam

kesehariannya. Tetapi dari jenis-jenis fasilitas yang dimanfaatkan tersebut dapat

terlihat bahwa remaja juga mempertimbangkan faktor-faktor biaya, sehingga tidak

terlalu memberatkan pihak orang tua sebagai sumber biaya pengeluaran sehari-

hari. Dengan begitu biaya pengeluaran ponsel remaja tergolong rendah, tetapi

biaya tersebut diperkirakan akan meningkat ketika remaja mulai memasuki

kegiatan perkuliahan nantinya. Remaja dalam menggunakan ponselnya sebagian

besar menghubungi pihak yang berada dalam lingkungan sebayanya, yaitu teman

atau pacar. Hal ini dikarenakan remaja merasa belum cukup untuk berkomunikasi

atau berhubungan ketika bertemu saja dengan teman atau pacar. Selain itu faktor

kesibukan orang tua atau saudara dapat menjadikan remaja jarang

menghubunginya melalui ponsel.

Karakteristik internal yang mempengaruhi penggunaan ponsel adalah

status ekonomi keluarga dan tujuan penggunaan ponsel. Status ekonomi keluarga

79

yang dilihat dari penghasilan orang tua tiap bulannya dapat mempengaruhi tingkat

penggunaan ponsel. Semakin tinggi status ekonomi keluarga maka dapat

meningkatkan pembelian pulsa, menyangkut penggunaan ponsel remaja.

Sedangkan mengenai tujuan penggunaan ponsel, menurut remaja penggunaan

ponsel cenderung lebih banyak untuk kegiatan-kegiatan yang berkisar pada

sosialisasi serta kegiatan sekolah/kursus/lesnya dan untuk hiburan (pemenuhan

hobi), bukan untuk hal-hal yang cenderung penting atau mendesak. Hal ini yang

membuat tingkat penggunaan ponsel remaja menjadi cenderung tinggi.

Karakteristik eksternal yang mempengaruhi penggunaan ponsel remaja

adalah keberadaan teman dekat. Teman dekat tersebut sebagian besar mempunyai

pengaruh yang kuat terhadap remaja dan pada umumnya mendukung penggunaan

ponsel dalam kehidupan sehari-hari mereka. Disini kelompok remaja memiliki

kecenderungan untuk mengikuti bagaimana atau seperti apa keadaan teman-teman

dekatnya yang merupakan kelompok sebaya (peer-group).

Mengenai interaksi remaja, penelitian ini melihat suatu variabel interaksi

sosial dari waktu dan intensitas (tingkat keluasan pembicaraan) interaksi antara

remaja dengan lingkungan sosialnya secara tatap muka. Berdasarkan semua data

yang diperoleh dapat diketahui bahwa interaksi antara remaja dengan lingkungan

teman atau pacar lebih baik dalam hal kuantitas, yang berarti lebih sering

waktunya dalam bertemu secara tatap muka. Sedangkan interaksi antara remaja

dengan lingkungan keluarga lebih baik dalam hal kualitas, yang berarti topik

pembicaraan yang dibicarakan lebih intens. Remaja lebih membicarakan beragam

topik pembicaraan dengan keluarga mereka, mulai dari pembicaraan ringan

sampai pada pembicaraan yang penting (menyangkut masa depan remaja).

80

Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa penggunaan ponsel tidak

mempengaruhi interaksi remaja secara tatap muka. Hal tersebut berlawanan

dengan teori yang dikemukakan oleh Budyatna (2005), yaitu dengan munculnya

penggunaan ponsel dapat mempengaruhi suatu proses yang bersifat transaksional

dalam interaksi tatap muka. Penggunaan ponsel remaja (laki-laki maupun

perempuan) memang cenderung tinggi. Tetapi dalam hal interaksi tatap muka

antara remaja dengan lingkungan sosialnya tetap saja cenderung kurang. Dapat

disimpulkan bahwa interaksi remaja tersebut tidak hanya disebabkan oleh tingkat

penggunaan ponsel yang tinggi. Banyak terdapat faktor-faktor lainnya dalam

karakteristik remaja, seperti semakin tingginya beban akademik, mulai

mengkonsumsi media-media massa atau teknologi dengan tinggi serta cenderung

lepas dengan lingkungan sosial keluarganya. Dengan begitu terlihat bahwa

memang kelompok usia remaja cenderung kurang interaksinya secara tatap muka

dengan lingkungan sosialnya.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan tersebut, maka penulis

memberikan saran kepada beberapa pihak :

1. Masyarakat

Kepada kelompok remaja hendaknya dapat meluangkan waktu yang lebih

banyak lagi secara tatap muka (langsung) dengan lingkungan sosialnya

serta menambah kegiatan atau aktivitas di luar jam sekolahnya. Mengingat

dalam penelitian ini sebagian besar remaja memiliki tingkat aktivitas yang

rendah dan adanya karakteristik remaja cenderung melepaskan diri dengan

81

lingkungan keluarganya. Dengan begitu dapat meningkatkan kualitas

maupun kuantitas interaksi secara tatap muka remaja tersebut.

Khusus kepada orang tua hendaknya lebih berperan dalam meminimalkan

pengaruh-pengaruh negatif yang dapat muncul dari pergaulan remaja saat

ini. Mengingat bahwa pengaruh eksternal dari teman dekat sangatlah kuat

bagi remaja itu sendiri.

2. Pengusaha ponsel

Selain memberikan iklan atau promosi yang semakin gencar mengenai

produknya, hendaknya pengusaha ponsel juga memberikan informasi

mengenai dampak-dampak lain dari penggunaan ponsel itu sendiri.

Misalnya dampak yang timbul dari segi sosial, psikologis, maupun

keuangan (finansial).

3. Penelitian selanjutnya

Kepada penelitian selanjutnya yang ingin membahas mengenai

permasalahan serupa dengan penelitian ini hendaknya menggunakan lokasi

dan sampel dari lapisan masyarakat yang berbeda. Dengan begitu dapat

ditemukan suatu hasil yang berbeda pula serta relevansinya dengan teori

tertentu.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. Kamus Sosial. Edisi baru. Depok : FISIP UI, 2001. Apriyanti, Rika. Pengaruh Majalah Remaja Terhadap Gaya Hidup Remaja Putri.

Skripsi. Bogor : Fakultas Pertanian IPB, 2005. Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Edisi Kedua.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003. Badwilan, Rayyan Ahmad. Rahasia Dibalik Handphone. Jakarta : Darul Falah,

2004. Brotosiswoyo, B. Suprapto. ‘Dampak Sistem Jaringan Global Pada Pendidikan

Tinggi : Peta Permasalahan’. Komunika. No 28/IX. Tangerang : Universitas Terbuka, 2002.

Budyatna, M. ’Pengembangan Sistem Informasi : Permasalahan Dan Prospeknya’.

Komunika. Vol 8 No 1, 2005. Calhoun, James F dan Joan Ross Acocella. Psikologi Tentang Penyesuaian dan

Hubungan Kemanusiaan. Semarang : IKPI Semarang Press, 1995. DeVito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusia. Edisi Kelima. Jakarta :

Professional Books, 1997. Fiati, Rina. Akses Internet Via Ponsel. Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta, 2005. Gea, Antonius Atosokhi, Antonio Panca Yuni Wulandari & Yohanes Babari.

Character Building II, Relasi Dengan Sesama. Jakarta : PT Gramedia, 2003. Gerungan, W.A. Psikologi Sosial. Bandung : PT Refika Aditama, 2004. Harmandini, Felicitas. ‘Ponsel CDMA, Murah Tapi Terbatas’. Kompas, 23

Desember 2005. Hassan, M. Iqbal. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya.

Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002. Hassan, Fuad. Teknologi Dan Dampak Kebudayaannya: Tantangan Dalam Laju

Teknologi. Orasi Ilmiah Dies Natalis Institut Teknologi Sepuluh November ke-39. Surabaya, 11 November 1999.

83

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga, 1980.

Johannesen, Richard L. Etika Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

1996. Kadir, Abdul & Terra CH Triwahyuni. Pengenalan Teknologi Informasi.

Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta, 2003. Mappiare, Andi. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional, 1982 Mardiyanti, Nurcahya. Studi Pola Interaksi Sosial Masyarakat Nelayan. Skripsi.

Bogor : Fakultas Pertanian IPB, 1996. Morey, Doc. Phone Power : Meningkatkan Keefektifan Berkomunikasi di Telepon.

Jakarta : PT Gramedia, 2004. Nurudin. Sistem-Sistem Komunikasi di Indonesia. Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada, 2005. Pattiradjawane, Rene L. ’Meningkatkan Teledensitas’. Kompas, 10 Oktober 2005. Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2001. __________________ Metode Penelitian Komunikasi, Dilengkapi Contoh

Analisis Statistik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005. Rumini, Sri & Siti Sundari H.S. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT

Rineka Cipta, 2004. Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-teori Psikologi

Sosial. Jakarta : Balai Pustaka, 2002. Saydam, Gouzali. Teknologi Telekomunikasi, Perkembangan dan Aplikasi.

Bandung: Alfabeta, 2005. Shiroth, Muhammad & Nur Mohammad Amin. Trend Industri Telekomunikasi di

Indonesia. Depok : Fakultas Ekonomi UI, 1998. Simanjuntak, Fritz E. Aspek Sosial Telepon Selular. www.kompas.com. 13 Mei

2004. Singarimbun, Masri dan sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi.

Jakarta : LP3ES, 1989.

84

Soerjono, Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo, 2002. Subarkah, AW. “Cara Baru Menikmati Hiburan Televisi”. Kompas, 13 Januari

2006. ____________. “Ponsel Surround Lahirkan Gagasan Mobile Theatre”. Kompas,

23 Desember 2005. Tubbs, Steward L & Sylvia Moss. Human Communication, Konteks-konteks

Komunikasi. Cetakan Ketiga. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001.

86

Lampiran 1. Perbandingan Pengguna Ponsel Di Indonesia

Pengguna Berdasarkan Umur

31%

19.40%15.50%

5.60%

0%5%

10%15%

20%25%

30%35%

115-24 thn 25-34 thn 35-50 thn 50+ thn

Pengguna Berdasarkan Kota-Desa Pada Beberapa Pulau

0

20

40

60

80

100

120

Jawa

Sumate

ra

Sulawes

i

Kalimanta

nBali

Lainn

ya

Pedesaan Perkotaan

87

Pengguna Berdasarkan Kota-Desa

Kota71%

Desa29%

Pengguna Berdasarkan Lima Pulau di Indonesia

71%

17%

3% 5% 4%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Jawa Sumatera Sulawesi Kalimantan Bali

Sumber : Rene L. Pattiradjawane. Meningkatkan Teledensitas. Kompas, 10 Oktober 2005.

88

Lampiran 2. Output SPSS Uji Chi-Square

Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel

Chi-Square Tests

1.643a 2 .4401.660 2 .436

1.205 1 .272

48

Pearson Chi-SquareLikelihood RatioLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)

2 cells (33.3%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is 1.00.

a.

Symmetric Measures

.182 .44048

Contingency CoefficientNominal by NominalN of Valid Cases

Value Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Hubungan Tujuan Penggunaan Ponsel Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel

Chi-Square Tests

11.665a 4 .02011.103 4 .025

.054 1 .816

48

Pearson Chi-SquareLikelihood RatioLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)

5 cells (55.6%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is .46.

a.

Symmetric Measures

.442 .02048

Contingency CoefficientNominal by NominalN of Valid Cases

Value Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

89

Lampiran 3. Output SPSS Uji Spearman Hubungan Status Ekonomi Keluarga Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel

Correlations

1.000 .524**. .000

48 48.524** 1.000.000 .

48 48

Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N

status ekonomi keluarga

tingkat penggunaanponsel

Spearman's rho

statusekonomikeluarga

tingkatpenggunaan

ponsel

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Hubungan Tingkat Aktivitas Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel

Correlations

1.000 .101. .494

48 48.101 1.000.494 .

48 48

Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N

tingkat aktivitas

tingkat penggunaanponsel

Spearman's rho

tingkataktivitas

tingkatpenggunaan

ponsel

Hubungan Tingkat Pengaruh Teman Dekat Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel

Correlations

1.000 .364*. .011

48 48.364* 1.000.011 .

48 48

Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N

tingkat pengaruhteman dekat

tingkat penggunaanponsel

Spearman's rho

tingkatpengaruh

teman dekat

tingkatpenggunaan

ponsel

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.

90

Hubungan Tingkat Terpaan Media Massa Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel

Correlations

1.000 -.081. .584

48 48-.081 1.000.584 .

48 48

Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N

tingkat terpaanmedia massa

tingkat penggunaanponsel

Spearman's rho

tingkatterpaan

media massa

tingkatpenggunaan

ponsel

Hubungan Tingkat Penggunaan Ponsel Dengan Interaksi Sosial

Correlations

1.000 .014. .926

48 48.014 1.000.926 .

48 48

Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N

tingkat penggunaanponsel

interaksi sosial remaja

Spearman's rho

tingkatpenggunaan

ponselinteraksi

sosial remaja


Recommended