+ All Categories
Home > Documents > TALAS (Colocasia esculenta (L.) Schott )

TALAS (Colocasia esculenta (L.) Schott )

Date post: 27-Mar-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asal mula tanaman talas berasal dari daerah Asia Tenggara, yang diduga berasal dari India, dan menyebar ke China, Jepang, serta ke daerah Asia Tenggara lainnya dan ke beberapa pulau di Samudra Pasifik, yang terbawa ole h migrasi penduduk. Hal serupa juga diungkapkan oleh Prana, dkk dalam Made (2007), bahwa talas diduga berasal dari kawasan tropik Asia Selatan dan Tenggara. Saat ini talas merupakan salah satu makanan yang sangat populer dikonsumsi oleh masyarakat. Di Propinsi Irian Jaya talas digunakan sebagai makanan pokok sumber karbohidrat disamping sagu dan ubijalar (Barrau; Oomen; Karafir; Morren; Hyndman dalam Anonimus, 1998). Di samping sebagai sumber pangan, talas juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri, misalnya sebagai bahan baku kosmetik dan plastik. Umbi talas sangat mudah dikenal dan dapat divariasikan menjadi berbagai olahan karena memiliki rasa yang sangat khas. Talas mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan ‘Eddo (e)’ . Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong (Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao (China) (Anonimus, 2000). Dan di Indonesia dikenal dengan nama entul, talas, dan keladi (Anonimus, 2008). Colocasia esculenta (L) Schoot, yang termasuk famili Araceae, yang terdiri dar i 100 lebih genus dan 1500 lebih spesies (Rubatzky dalam Anonimus, 2009). Sebagian besar merupakan tanaman di daerah tropik dan sub tropik, dan terdapat juga spesies Araceae yang tergolong dalam kelompok tumbuhan epifit. Beberpa ciri umum genus dapat dikenali pada talas yang dibudidayakan. Jenis tanaman yang mengh asilkan kormus anak (kormel) disebut talas atau bentul (dasheen) sedangkan yang menghasilkan kormus agak kecil dengan kormel yang sedikit kecil disebut keladi (eddoe).
Transcript

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asal mula tanaman talas berasal dari daerah Asia Tenggara, yang diduga berasal

dari India, dan menyebar ke China, Jepang, serta ke daerah Asia Tenggara lainnya dan

ke beberapa pulau di Samudra Pasifik, yang terbawa ole h migrasi penduduk. Hal serupa

juga diungkapkan oleh Prana, dkk dalam Made (2007), bahwa talas diduga berasal dari

kawasan tropik Asia Selatan dan Tenggara.

Saat ini talas merupakan salah satu makanan yang sangat populer dikonsumsi

oleh masyarakat. Di Propinsi Irian Jaya talas digunakan sebagai makanan pokok sumber

karbohidrat disamping sagu dan ubijalar (Barrau; Oomen; Karafir; Morren; Hyndman

dalam Anonimus, 1998). Di samping sebagai sumber pangan, talas juga dapat

dimanfaatkan untuk keperluan industri, misalnya sebagai bahan baku kosmetik dan

plastik. Umbi talas sangat mudah dikenal dan dapat divariasikan menjadi berbagai

olahan karena memiliki rasa yang sangat khas.

Talas mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’

dan ‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong

(Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan), Tayoba

(Spanyol) dan Yu-tao (China) (Anonimus, 2000). Dan di Indonesia dikenal dengan

nama entul, talas, dan keladi (Anonimus, 2008).

Colocasia esculenta (L) Schoot, yang termasuk famili Araceae, yang terdiri dar i

100 lebih genus dan 1500 lebih spesies (Rubatzky dalam Anonimus, 2009). Sebagian

besar merupakan tanaman di daerah tropik dan sub tropik, dan terdapat juga spesies

Araceae yang tergolong dalam kelompok tumbuhan epifit. Beberpa ciri umum genus

dapat dikenali pada talas yang dibudidayakan. Jenis tanaman yang mengh asilkan

kormus anak (kormel) disebut talas atau bentul (dasheen) sedangkan yang menghasilkan

kormus agak kecil dengan kormel yang sedikit kecil disebut keladi (eddoe).

2

BAB II

ISI

A. KLASIFIKASI

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Subdivisio : Magnoliophytina

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Arecidae

Ordo : Arales

Famili : Araceae (suku talas-talasan)

Subfamili : Aroideae

Genus : Colocasia

Spesies : Colocasia esculenta (L.) Schott

B. EKOLOGI

Talas dapat tumbuh diberbagai negara seperti India Barat, Afrika Barat dan

Utara. Bahkan di Asia, tanaman talas ditanam secara luas di China dan diseluruh

Filipina, terutama di Visayas bagian timur dan tengah serta daerah Mindanao dan Bikol.

Di Indonesia tanaman talas bisa dijumpai paling banyak di Bogor, Malang, dan

Bali. Talas sudah dikenal oleh masyarakat pedalaman karena umbinya lezat dan mudah

diolah baik digoreng atau dibuat keripik dan produk olahan lainnya.

Tanaman talas juga bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar

dari tepi pantai sampai ke pegunungan di atas 1000 m dari permukaan laut, baik liar

maupun di tanam. Pusat pengembangan talas di Indonesia terdapat di Kota Bogor dan

Malang yang menghasilkan beberapa kultivar. Mulai dari Talas Sutera, Talas Bentul

dan Talas Ketan. Talas Sutera memiliki daun yang berwarna hijau muda dan berbulu

halus seperti Sutera. Umbinya kecoklatan yang dapat beru kuran sedang sampai besar.

3

Sedangkan Talas Bentul memiliki umbi yang relatif lebih besar dan berwarna kuning

muda. Sedangkan warna batangnya lebih ungu di banding Talas Sutera. Talas Ketan

warna pelepahnya hijau tua kemerahan. Di Bogor dikena l pula jenis talas lainnya, yaitu:

Talas Mentega (Talas Gambir/Talas Hideung), karena batang d an daunnya berwarna

ungu gelap, dan biasanya tidak di kosumsi karena rasanya tidak enak atau gatal. Contoh

lainnya adalah Talas Sente yang berbatang dan berdaun b esar, banyak digunakan untuk

pajangan dan daunnya sering digunakan untuk makanan ikan. Sedang talas Bolang

memunyai rasa yang gatal, dengan batang dan daun yang bertotol-totol (Anonimus,

2000).

Tanaman talas menyukai tanah yang gembur, yang kaya akan bahan organik

atau humus. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan berbagai jenis tanah, misal

tanah lempung yang subur berwarna coklat pada lapisan tanah yang bebas air tanah,

tanah vulkanik, andosol, tanah latosol. Selama pertumbuhan tanaman talas menyukai

tempat terbuka dengan penyinaran penuh serta tanaman ini mudah tumbuh pada

lingkungan dengan suhu 25-30 0C dan kelembaban tinggi.

Gambar 1. Jenis-jenis talas. Sumber: Anonimus (2000)

4

C. ANATOMI

Talas merupakan tanaman monokotil, secara umum anatomi dari talas terdiri

dari anatomi akar, yang tersusun dari epidermis, korteks, endodermis, perisikel, floem,

xylem, dan pith. Untuk gambaran lebih lengkapnya dapat dilihat di Lampiran.

Sedangkan untuk anatomi batang talas tersusun atas epidermis, eksodermis , korteks,

floem, dan xylem. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Lampiran. Anatomi daun pada

tanaman talas tersusun atas epidermis, mesofil, dan jaringan pe ngangkut. Di bawah ini

merupakan gambar anatomi batang dan daun, hasil dari pustaka online, sedang kan

sebagai perbandingan gambar yang lebih lengkap dapat dilihat di Lampiran.

Gambar 2. Anatomi Daun (Sumber: Gondim, dkk, 2008)

Palisade

Epd. Atas

Epd. Bawah

Mesofil

Bng. Karang

StomataJar. Pengangkut

5

Gambar 3. Anatomi Batang, (Sumber: Gondim, dkk, 2008)

D. MORFOLOGI

Akar tanaman ini termasuk sistem perakaran liar, berserabut dan dangkal,

dimana akar berasal atau tersusun atas sekelompok akar adventif yang terletak pada

batang yang sangat pendek dan berbentuk benang (filiformis) (Anonimus, 2009).

C. esculenta termasuk tanaman herba bergetah, batang berada di bawah tanah

yang berbentuk umbi (Van Steenis, 2006). Anonimus (2009), juga menambahkan

batang talas berbentuk bulat (menyilinder) berwarna coklat agak kehitaman dilengkapi

dengan kuncup ketiak yang terdapat diatas lamp ang daun tempat munculnya umbi baru,

tunas (stolon) dan terkadang diseliputi oleh bulu -bulu yang halus. Jarak antar ruas

batang sangat sempit atau pendek. Arah tumbuh batang tegak, sehingga berdasarkan

arah tumbuhnya cabang maka talas memili ki model arsitektur “Chamberlain” .

Tinggi tanaman ini antara 0,5 – 1,5 m dan memiliki daun berjumlah 2 sampai

dengan 5 helai. Daun merupakan daun lengkap dan daun tunggal. Tangkai daun

berwarna hijau, lembut, panjang ± 20 – 60 cm, padat berisi, tetapi memiliki banyak

rongga udara yang memungkinkan tanaman beradaptasi terhadap kondisi tergenang , dan

bergaris-garis tua. Sifat umum talasan adalah terdapatnya cairan getah menggigit yang

ditemukan di seluruh jaringan (Anonimus, 2009).

EpidermisEksodermis

Korteks

Jar. Pembuluh

6

Daun berbentuk perisai, berwarna hijau d an terkadang agak kekuning-kuningan.

Panjang daun berkisar antara 20-50 cm. Pangkal daun berlekuk (emarginatus) dan

ujungnya meruncing (acuminatus). Ibu tulang daun besar dan dapat dibedakan dengan

jelas dengan anak-anak tulang daun lainnya. Tepi daun rata , dengan pertulangan daun

menjari (palminervis) dan tipe peruratan daun memata jala. Daging daun seperti kertas

(papyraceus) tipis tapi kuat (Hidayat, 1994). Permukaan daun bagian bawah berlapis

lilin (pruinosus), dan memiliki tekstur yang kasap sedangkan bagian atas daun berwarna

lebih cerah. Batang sangat pendek, biasanya terbungkus oleh pelepah daun dan

berbentuk umbi (bongkol) yang seringkali kita konsumsi (Anonimus, 2009).

Perbungaannya terdiri atas tongkol, seludang dan tangkai. Bunga jantan dan

bunga betina terpisah, yang betina berada di bawah, bunga jantan di bagian atasnya, dan

bunga mandul terdapat diantara bunga jantan dan bunga betina . Buah bertipe buah buni.

Bijinya banyak, bentuk bulat telur, panjangnya ± 2 mm (Anonimus, 2000).

Gambar 4. Perbungaan pada talas

7

A. Perbungaan talas (tongkol bunga di dalam, diselimuti oleh seludang yang

ujungnya meruncing). B. Tongkol bunga dengan bagian -bagian : 1. Ujung (ekor) yang

runcing, 2. Kelompok bunga-bunga jantan, 3. bagian tongkol yang steril, 4. Kelompok

bunga-bunga betina. Sumber: Anonimus (tanpa tahun) .

E. FISIOLOGI

Syarat Pertumbuhan

Iklim

a) Talas tumbuh tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim sedang.

Pembudidayaan talas dapat dilakukan pada daerah beriklim lembab (curah hujan

tinggi) dan daerah beriklim kering (curah hujan rendah), tetapi ada

kecenderungan bahwa produk talas akan lebih baik pada daerah yang beriklim

rendah atau iklim panas.

b) Curah hujan optimum untuk pertumbuhan tanaman talas adalah 175 cm

pertahun. Talas juga dapat tumbuh di dataran tinggi, pada tanah tadah hujan dan

tumbuh sangat baik pada lahan yang bercurah hujan 2000 mm/tahun atau lebih.

8

Media Tanam

a) Tanaman talas untuk mendapatkan hasil yang tinggi, harus tumbuh di tanah

drainase baik dan pH 5,5–6,5. Tanah yang bergambut sangat baik untuk talas

tetapi harus diberi kapur 1 ton/ha bila pH nya di bawah 5,0.

b) Tanaman talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air , bila tumbuhan

kekurangan air, maka kadar auksin akan meningkat dan terjadi pemacuan

terhadap sintesis absisin (Firdaus dkk, 2006). Bagi tumbuhan talas ketersediaan

air sangat mempengaruhi pertumbuhan. Oleh sebab itu, musim tanam yang

cocok untuk tanaman ini ialah menjelang musim hujan, sedang musim panen

tergantung kepada kultivar yang ditanam .

Ketinggian Tempat

Talas dapat tumbuh pada ketinggian 0 –1300 m dari permukaan laut. Di Indonesia

sendiri talas dapat tumbuh di daerah pantai sampai pergunungan dengan ketinggian

2000 m dari permukaan laut, meskipun sangat lama dalam memanennya .

Kandungan Gizi

Umbi talas segar sebagian besar terdiri dari air dan karbohidrat. Kandungan gizi

yang terdapat pada 100 gram umbi talas terdapat dalam tabel berikut :

Tebel 1. Kandungan Gizi Talas

Kandungan gizi Talas mentah Talas rebus

Energi (kal) 120 108

Protein (g) 1,5 1,4

Lemak (g) 0,3 0,4

Hidrat arang total (g) 28,2 25,0

Serat (g) 0,7 0,9

Abu (g) 0,8 0,8

Kalsium (mg) 31 47

Fosfor (mg) 67 67

9

Besi (mg) 0,7 0,7

Karoten total 0 0

Vitamin B1 (mg) 0,05 0,06

Vitamin C (mg) 2 4

Air (g) 69,2 72,4

Bagian yang dimakan (%) 85 100

Sumber : Slamet D.S dan Ig.Tarkotjo dalam Anonimus (2008), majalah gizi danMakanan jilid 4, hal 26, Pusat Penelitian dan Pengembangan KesehatanDepkes RI.

Tabel 2. Perbandingan Kandungan Gizi Talas dengan Makanan Pokok Lainnya

Unsur NutrisiKandungan/100 g

Beras Jagung Singkong Sorgum Kedele Talas

Kalori (cal) 360 361 146 332 286 120

Protein (g) 6.8 8.7 1.2 11.0 30.2 1,5

Lemak (g) 0.7 4.5 0.3 3.3 15.6 0,3

Karbohidrat (g) 78.9 72.4 34.7 73.0 30.1 28,2

Kalsium (mg) 6.0 9.0 33.0 28.0 196.0 31

Besi (mg) 0.8 4.6 0.7 4.4 6.9 0,7

Posfor (mg) 140 380 40 287 506 67

Vit. B1 (mg) 0.12 0.27 0.06 0.38 0.93 0,05

Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (1992) dan Slamet D.S danIg.Tarkotjo dalam Anonimus (2008), majalah gizi dan makanan jilid 4, hal 26,Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI

Talas mengandung banyak senyawa kimia yang dihasilkan dari metabolisme

sekunder seperti alkaloid, glikosida, saponin, essensial oil, resin, gula dan asam -asam

organik. Umbi talas mengandung pati yang mudah dicerna kira -kira sebanyak 18,2%

dan sukrosa serta gula pereduksinya 1,42%.

10

F. CARA BUDIDAYA TALAS

Pembibitan

Pembibitan tanaman talas dapat dilakukan dengan tunas atau umbi.

1) Penyiapan Bibit

Pada umumnya pertanaman talas masih dijalankan secara tradisional, dimana

bibit yang berupa anakan, diperoleh dari pert anaman sebelumnya. Bibit yang baik

merupakan anakan kedua atau ketiga dari pertanaman talas. Anakan tersebut setelah

dipisahkan dari tanaman induk, disimpan di tempat yang lembab, untuk digunakan pada

musim tanam berikutnya.

2) Teknik Penyemaian Bibit

Penanaman talas sangat mudah dilakukan hanya memerlukan ketekunan dan

keterampilan sederhana. Pertama persiapkan bibit yang berasal dari tunas atau umbi.

Bila bibit diambil dari tunas, maka tunas itu diperoleh dari talas yang telah berumur 5 –7

bulan, yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Bila bibit berasal dari umbi, sebaiknya dipilih

bagian umbi yang dekat titik tumbuh, kemudian iris dan tinggalkan satu mata bakal

tunas. Umbi yang diiris dianginkan dulu dan waktu disemaikan lapisan bagian dalam

irisan dilapisi abu. Baru setelah berdaun 2-3 lembar, umbi siap ditanam pada tanah yang

telah diolah sampai gembur, dengan jarak tanam 75 x 75 cm dan dalam 30 cm.

Pengaturan jarak tanam tergantung dari

varietas dan ukuran tanaman. Talas biasanya ditanam dalam dua baris di be dengan

selebar 1,2 m, dengan jarak 45 cm di dalam baris.

3) Pemindahan bibit

Pemindahan bibit dapat dilakukan setelah tunas diperoleh dari talas yang telah

berumur 5–7 bulan, yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Kalau bibit dari umbi, yaitu

setelah umbi berdaun 2-3 lembar, umbi siap ditanam pada tanah yang telah diolah

sampai gembur, dengan jarak tanam 75 x 75 cm dan dalam 30 cm.

Pengolahan Media Tanam

1) Penyiapan Lahan

Di dalam pengolahan maupun penyiapan lahan, tanahnya harus gembur dan

lepas. Cara pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pengolahan

11

tanah setelah tanaman padi dan setelah tanaman sayuran. Pengolahan tanah setelah

tanam padi mulai dengan pembabatan jerami. Jerami tersebut kemudian ditumpuk

kemudian di bakar. Tanah dibiarkan be berapa hari, baru kemudian dicangkul,

dihaluskan dan dibuat bedeng-bedengan dan pemupukan dasar. Pengolahan tanah jika

talas di tanam setelah tanaman sayuran, dilakukan dengan menyiangi gulma,

mencangkul, membuat bedeng-bedengan dan pemupukan dasar.

2) Pembentukan Bedengan

Talas biasanya ditanam dalam dua baris di bedengan selebar 1,2 m, sedangkan

panjang bedengan disesuaikan dengan lebar petakan lahan dengan jarak 45 cm atau

berkisar 70 x 70 atau 50 x 70 cm atau kombinasi yang lain.

3) Pengapuran

Talas dapat tahan terhadap tanah basah tetapi tidak mendapatkan hasil tinggi,

tanah harus gembur dan lepas. Tanah yang bergambut sangat baik, tetapi harus harus

diberi 1 ton/ha kapur bila pH nya di bawah 5,0.

4) Pemupukan

Pemupukan talas dapat dilakukan dengan pup uk kandang atau pupuk buatan

seperti urea, TSP dan KCl atau campuran ketiganya. Jumlah pupuk yang diberikan tidak

banyak, cukup 2 sendok saja (untuk pupuk buatan) dan dua genggaman untuk pupuk

kandang untuk satu tanaman. Setelah di pupuk, di atasnya kemudian ditambahkan tanah

yang dicampur dengan jerami.

Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Jarak tanam talas adalah 75 x 75 cm dan dalam 30 cm atau 70 x 70 cm atau 50 x

70 cm. Keragaman jarak tanam ini biasanya disesuaikan dengan kondisi tanah dan

keadaan musim. Penanaman di lahan sawah cenderung menggunakan jarak tanam yang

lebih rapat dari musim hujan. Hal ini dikarenakan pada musim panas penyinaran cahaya

matahari dapat berlangsung sepanjang hari sehingga dengan jarak tanam yang rapat pun

kelembaban udara di sekitar tanaman tetap optimum. Jika pada musim hujan digunakan

jarak tanam yang rapat maka tanaman akan kurang menyerap sinar matahari dan

12

kelembaban di sekitar tanaman menjadi tinggi. Hal ini akan meningkatkan resiko

serangan penyakit.

2) Cara Penanaman

Penanaman talas sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau bila curah

hujan merata sepanjang tahun. Cara penanaman bibit talas, yaitu meletakkan bibit talas

tegak lurus di tengah-tengah lubang, kemudian ditimbun sedikit dengan tanah agar

dapat berdiri tegak. Penimbunan ini kira -kira 7 cm, sehingga lubang tanam tidak

seluruhnya tertutup oleh tanah.

Pemeliharaan Tanaman

1) Penyiangan dan Pembubunan

Penyiangan biasanya dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam. Penyiangan

perlu dilakukan agar tanaman bebas dari gangguan gulma yang dapat menjadi pesaing

dalam penyerapan unsur-unsur hara. Untuk memperoleh umbi yang besar dan bermutu

maka perlu penyiangan terhadap rumput-rumput liar di sekitar tanaman. Pembubunan

perlu dilakukan untuk menutup pangkal bat ang dan akar-akar bagian atas agar tanaman

lebih kokoh dan tahan oleh terpaan angin. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan

penyiangan.

2) Pemupukan

Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah yaitu

mencampur sebanyak 1 ton pupuk kandang/hek tar. Sedangkan pemupukan pertama

dilakukan 1 bulan setelah bibit di tanam, yaitu dengan menggunakan sebanyak 100 kg

urea dan 50 kg TSP per hektar. Aplikasi pemupukan yaitu dengan cara membuat lubang

pupuk disamping lubang tanam 3 cm. Pemupukan kedua dan ketiga dilakukan pada

umur tanaman 3 bulan dan umur 5 bulan masing-masing menggunakan urea sebanyak

100 kg/hektar. Aplikasi dapat dilakukan dengan membuat larikan disamping baris

tanaman sejauh 7 cm pada pemupukan umur 3 bulan dan 10 cm pada pemupukan umur

5 bulan.

3) Pengairan dan Penyiraman

Talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Sehingga bila tidak

tersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau yang panjang, tanaman talas

13

akan sulit tumbuh. Musim tanam yang cocok untuk tanaman talas ini ia lah menjelang

musim hujan, sedangkan musim panen bergantung kepada kultivar yang di tanam.

PANEN

Ciri dan Umur Panen

Tanaman talas dipanen setelah berumur 6-9 bulan, tetapi ada yang memanennya

setelah berumur 1 tahun, dan ada pula kultivar yang 4 -5 bulan sudah dapat dipanen;

sebagai contoh: talas genjah masak cepat, talas kawara 5 bulan, dan talas lenvi dan talas

dalam. Misalkan di kota Bogor ada talas bentul, dipanen setelah berumur 8-10 bulan

dengan umbi yang relatif lebih besar dan berwarna lebih muda dan kekuning-kunigan

dan masih ada lagi talas-talas lain, seperti: talas sutera yang dipanen pada umur 5-6

bulan, yang umbinya berwarna kecoklat -coklatan yang dapat berukuran sedang sampai

besar dan masih banyak lagi talas yang ada di bogor (talas mentega atau talas gambir,

talas ketan, dan talas balitung).

Cara Panen

Pemanenan dilakukan dengan cara menggali umbi talas, lalu pohon talas dicabut

dan pelepahnya di potong sepanjang 20 -30 cm dari pangkal umbi serta akarnya dibuang

dan umbinya di bersihkan dari tanah yang melekat.

Periode Panen

Masa panen talas perlu mendapat perhatian yang cermat sebab waktu panen

yang tidak tepat akan menurunkan kualitas hasil. Panen yang terlalu cepat akan

menghasilkan talas yang tidak kenyal dan pulen, sebaliknya jika panen t erlambat akan

menghasilkan umbi talas yang terlalu keras dan liat. Talas pada lahan sawah dirotasikan

dengan tanaman padi dan jenis sayuran lainnya. Tanaman padi ditanam satu atau dua

kali pada saat musim hujan yaitu sekitar bulan September sampai Januari. Pada musim

kemarau (bulan Februari sampai Mei) lahan sawah ditanami sayuran kemudian talas

sampai bulan Desember atau Januari.

14

PASCAPANEN

Pengumpulan

Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah

dijangkau oleh angkutan.

Penyortiran dan Penggolongan

Pemilihan atau penyortiran umbi talas sebenarnya dapat dilakukan pada saat

pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi talas dapat dilakukan setelah

semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakuk an untuk

memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat

terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis -garis pada daging

umbi.

Pengemasan dan Pengangkutan

Pengemasan umbi talas bertujuan untuk m elindungi umbi dari kerusakan selama

dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/dalam negeri dikemas dan dimasukkan

dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar.

Gambar 5. Talas Bentul. Sumber: Anonimus (tanpa tahun)

G. HAMA dan PENYAKIT

Hama

a) Serangga aphis gossypii (Hemiptera: Aphididae)

Baik nimfa maupun dewasa yang bersayap dan tidak bersayap mengisap cairan

daun. Gejala: daun menjadi agak keriting.

15

b) Ulat heppotion calerino (Lepidoptera: Sphingidae)

Gejala: Ulat berukuran besar dan sangat rakus yang dapat memakan seluruh

helai daun, bahkan populasi tinggi dapat makan pelepah daun juga, sehingga tanaman

menjadi gundul.

c) Serangga agrius convolvuli (kupu -kupu: Sphingidae)

Gejala: Ulat memakan tangkai daun sehin gga tanaman menjadi gundul.

d) Serangga tarophagus proserpina (Hemiptera: Delphacidae)

Gejala: serangga dewasa dan nimfa mengusap cairan pelepah daun, sehingga

warnanya berubah menjadi coklat.

e) Serangga bemisia tabaci (Hemiptera: Aleurodidae)

Nimfa dan dewasanya di permukaan bawah daun, dan mengisap cairan daun.

Gejala: pada serangan yang berat daun menjadi kering, pertumbuhan terhambat dan

tanaman menjadi kerdil.

f) Ulat spodoptera litura (kupu-kupu: Noctuidae)

Gejala: daun yang terserang oleh kelompo k ulat yang masih kecil akan

kehilangan lapisan epidermisnya sehingga menjadi transparan, dan akhirnya kering.

Ulat yang lebih besar akan tersebar dan masing -masing makan daun.

g) Serangga tetranychus cinnabarinus (Acarina: Tetranichidae)

Gejala: helai daun yang terserang nampak bintik -bintik putih atau kuning,

karena serangga tersebut mengisap cairan daun. Apabila populasi sangat tinggi daun

kelihatan memutih, kemudian layu dan mati. Apabila diamati nampak banyak sekali

tunggau yang berwarna merah terleta k di permukaan bawah daun. Tunggau disebarkan

oleh manusia dan angin.

h) Hepialiscus sordida (kupu-kupu: Hepialidae)

Gejala: daun yang terserang menjadi berlubang dengan garis tengah 5 -10 cm,

dan di isi oleh kotorannya. Pada serangan berat seluruh umbi te rserang sehingga tinggal

pangkal batangnya saja, sehingga tanaman mudah di cabut. Tanaman yang terserang

pertumbuhannya agak kurang tegar dibanding dengan tanaman sehat. Kerugian yang

disebabkan oleh hama ini cukup besar pada lahan kering. Serangan meningk at apabila

petani menggunakan pupuk kandang.

16

Penyakit

Penyakit hawar daun (Phytophtora colocasiae)

Gejala: terdapat bercak kecil berwarna kehitaman, kemudian membesar menjadi

hawar. Bagian daun yang terserang mengering, pada serangan berat seluruh daun

mengering.

H. MANFAAT TUMBUHAN TALAS

Di Indonesia, talas dikonsumsi sebagai makanan pokok dan makanan tambahan.

Anonim dalam Mamik (2007), menyatakan bahwa talas dijual di pasar dalam bentuk

segar, tetapi terdapat pula dalam bentuk umbi beku atau umbi dala m kaleng, dengan

ukuran dan bentuk umbi tertentu yang memenuhi syarat.

Talas mengandung karbohidrat yang tinggi, protein, lemak dan vitamin. Talas

mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Umbi, pelepah daunnya banyak

dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat maupun pembungkus. Umbi talas juga

dapat diolah menjadi keripik talas yang gurih , burger, serta dapat diolah menjadi

bioethanol dan biogas.

Gambar 6. Burger Talas

Proses bioethanol pada talas dilakukan dengan cara umbi talas tersebut direbus.

Kemudian dibusukkan lewat proses fermentasi. Sama seperti membuat tape, umbi talas

yang telah direbus tersebut diberi bahan yang bernama ragi. Setelah melalui proses

fermentasi beberapa hari, keluar cairan dari umbi tersebut. Cairan yang mengandung

alkohol itu biasa disebut badek. Badek inilah yang kemudian diproses menjadi

bioethanol. Melalui proses penyulingan. Dari tujuh kilogram umbi talas yang

difermentasi, bisa dihasilkan satu liter bioethanol. Dan untuk biogas caranya dapat

17

dilakukan dengan mencampurkan s isa akar, batang, dan daun dengan air dan kemudian

dialiri ke dalam suatu kubah sehingga dihasilkan gas metana, yang sering kita sebut

dengan biogas.

Daun, sisa umbi dan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan

ikan secara langsung maupun setelah difermentasi. Tanaman ini mempunyai keterkaitan

dengan pemanfaatan lingkungan dan penghijauan karena mampu tumbuh di lahan yang

agak berair sampai lahan kering. Akar rimpang talas juga dapat dibuat bubur, dan

dipercaya sebagai obat encok dan cairan a kar rimpang talas digunakan untuk obat bisul.

Di Irian jaya, talas digunakan sebagai makanan pokok (Anonimus, 2008). Rempah,

rimpang, dan umbi talas memiliki efek farmakologis sehingga berguna sebagai obat

antipembengkakan (antiswelling).

Talas bisa mengatasi berbagai penyakit di antaranya diare, disentri, muntah

darah, radang ginjal, benjolan kelenjar limpa, kutil, digigit serangga, sakit pada tulang,

sendi, otot, pembengkakan, eksim, bisul, dan luka terkena benda tajam.

Mengatasi diare – 30 gram batang talas dan 30 gram tumbuhan patikan kebo

(Euphorbia hirta), direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc. Ramuan kemudian

disaring dan diminum airnya selagi hangat. Disentri – 20 gram akar talas segar direbus

dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc. Tamba hkan gula pasir secukupnya lalu disaring

dan diminum airnya hangat -hangat. Muntah darah - 50 gram bunga talas, 100 gram

akar teratai, direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc. Ramuan disaring dan

diminum airnya selagi hangat. Radang ginjal – 500 gram talas, diiris lalu dijemur

hingga kering, sangrai sebentar dan digiling hingga menjadi bubuk. Kemudian ambil 15

gram bubuk talas tersebut, seduh dengan air panas dan tambahkan gula merah

secukupnya, lalu diminum. Mengatasi benjolan kelenjar limpa – talas dijemur hingga

kering lalu digiling hingga menjadi bubuk. Ambil 60 gram bubuk tersebut, tambahkan

25 gram rumput laut che chai (dapat dibeli di toko Cina) dan air secukupnya lalu

diminum. Kutil – talas dipotong lalu diambil getahnya dan dioleskan pada bag ian yang

sakit. Mengatasi sakit digigit serangga – daun talas secukupnya dihaluskan lalu

ditempelkan pada bagian yang sakit. Sakit pada tulang – sendi, otot, dan

pembengkakan, talas secukupnya dikupas kulitnya lalu dihaluskan dan ditambahkan

cuka beras putih dan minyak wijen. Diaduk lalu dioleskan pada bagian tubuh yang sakit.

18

Mengatasi eksim – talas secukupnya dikupas kulitnya dan 3 siung bawang putih,

dihaluskan lalu dioleskan pada bagian yang sakit. Bisul - talas secukupnya dijemur lalu

ditumbuk hingga menjadi bubuk. Tambahkan jus lidah buaya, diaduk, lalu dioleskan

pada bisul. Jika luka terkena benda tajam, daun talas yang masih muda dihaluskan lalu

dioleskan pada bagian tubuh yang sakit.

19

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asal mula tanaman talas berasal dari kawasan tropik Asia Selatan dan Asia

Tenggara. Di Indonesia, pengembangan tanaman talas terdapat di Kota Bogor dan

Malang yang menghasilkan beberapa kultivar.

Tanaman talas mengandung banyak senyawa kimia yang dihasilkan dari

metabolisme sekunder seperti alkaloid, glikosida, saponin, essensial oil, resin, gula dan

asam-asam organik. Dari segi morfologi, tanaman talas memiliki perakaran serabut

yang berasal dari sekelompok akar adventif. Batangnya tumbuh tegak, dengan arah

cabang mengikuti model arsitektur “Chamberlain”. Dan termasuk kedalam daun

lengkap. Manfaat dari tanaman talas adalah dapat dijadikan sebagai makanan pokok dan

makanan tambahan serta dapat diolah menjadi bioethanol dan biogas.

B. Saran

Diharapakan pengolahan lebih lanjut dan pemanfaatan yang lebih banyak

terhadap tanaman talas, demi memenuhi kebutuhan sumber energi umat manusia yang

ada di muka bumi secara umum dan rakyat Indonesia secara khusus.

20

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. http://www.archipelagone twork.com/index.php?page=kuliner&prov=2

&id=40. Tanggal akses 23 September 2009.

Anonimus. http://www.unsjournals.com/D/D0801/D080113.pdf . Tanggal akses 23

September 2009.

Anonimus. 1998. http://www.papuaweb.org/dlib/tema/ubi/paiki -etal-1998-

plasma-nutfah.pdf. Tanggal akses 23 September 2009.

Anonimus. 2000. http://www.warintek.ristek.go.id/pertani an/talas.pdf. Tanggal akses 23

September 2009.

Anonimus. 2007. http:///indoplasma.or.id/publikasi/buletin pn/pdf/buletin pn

13 2 2007 49-55 mamik.pdf. Tanggal akses 23 September 2009 .

Anonimus. 2008. http://www.balitbangjateng.go.id/kegiatan/rud/2008/6 -

ethanol%20fuel%20grade.pdf . Tanggal akses 23 September 2009 .

Anonimus. 2008.http://yellashakti.wordpress.com/2008/01/30/penghilangan -rasa-gatal-

pada-talas/. Tanggal akses 23 September 2009 .

Anonimus. 2009. http://biologyonly.blogspot.com/2009/09/identifikasi -talas-colocasia-

esculenta.html. Tanggal akses 23 September 2009.

Firdaus, L.N., Sri Wulandari, Yusnida Bey. 2006. Fisiologi Tumbuhan . PusatPengembangan Pendidikan Universitas Riau. Pekanbaru

Gondim, A., Puiatti, M., Ventrella, M., Cecon, P., 2008 . Plasticidade Anatômica daFolha de Taro Cultivado Sob Diferentes Condições de Sombreamento Bragantia,Campinas, v.67, n.4, p.1037-1045.

Hidayat, E.B. 1994. Morfologi Tumbuhan. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik. JalanPintu Satu. Senayan. Jakarta.

Van Steenis, Dr.C.G.G.S. 2006. Flora. PT. Pradnya Paramita. Jakarta

21

GLOSARI

Akar Adventif : Akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, dan

berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara

7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif

berkembang menjadi serabut akar tebal.

Akar rimpang : Sebuah bentuk modifikasi batang tanaman yang biasanya

menjalar di dalam tanah dan dapat menghasilkan tana man

baru dari ruasnya. Dari ruas dapat tumbuh tunas dan akar,

sehingga terbentuk tanaman baru.

Alkaloid : Senyawa metabolid sekunder yang bersifat basa, yang meng -

andung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam cincin

heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol.

Bedengan : Tanah gembur yang ditinggikan sebagai pematang di sawah.

Buah Buni : Buah yang mempunyai dinding bu ah yang terdiri dari dua lapisan,

yakni lapisan luar (eksokarp atau epikarp) yang tipis dan lapisan

dalam (endokarp) yang tebal, lunak dan berair. Biji -biji lepas dalam

lapisan dalam tersebut.

Flavonoid : Suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdap at di alam.

Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna

merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan.

Filiformis : Fili=benang; berbentuk seperti benang halus; merupakan

penonjolan berbentuk seperti konus.

Gulma : Tumbuhan yang keberadaannya dapat menimbulkan ganggu -

an dan kerusakan bagi tanaman budidaya maupun aktivitas

manusia dalam mengelola usaha taninya.

22

Nimfa : Bentuk muda serangga yang yang hanya menjalani metamor

fosis tidak penuh (hemimetabola).

Resin (Kim) : Zat padat tanpa bentuk, berwarna kuning kecokelat -cokelatan,

berasal dari getah pohon sebagai bahan pembuat pernis, lem, patri,

dsb; dammar.

Saponin : Merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil

kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik

yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan g ula (glikon) dan non-

gula (aglikon).

Senyawa Terpen : Merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atom C

dan H, dengan perbandingan 5:8 dengan rumus empiris C5 H8 (unit

isoprene), yang bergabung secara head to tail (kepala -ekor).

Steroid : Suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklo

pentana perhidro fenantrena, mempunyai empat cincin terpadu.

Senyawa senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu.

Tanah andosol : Tanah yang berasal dari abu gunung api.

Tanah latosol : Tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini

sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah.

Tanah vulkanis : Tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi

yang subur mengandung zat hara yang tinggi.

Tumbuhan Epifit : Tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain sebagai tempat

hidupnya.

Varietas : Sinonim dari kultivar, suatu populasi tanaman dalam satu spesies

yang menunjukkan ciri berbeda yang jelas.


Recommended