+ All Categories
Home > Documents > Ebook Umbi Talas

Ebook Umbi Talas

Date post: 11-Nov-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
38
1 Bab 1. Pengenalan Tentang Talas 1.1. SEJARAH SINGKAT Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong (Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao (China). Nama-nama daerahnya banyak yang senada dengan perkataan talas dan keladi, misalnya talé, kĕladi, sukat, suhat, seuhat, suwat (Bat.); taro (Nias);taléh, kaladi, kuladi (Min.); talos, kĕladi (Lamp.); talĕs, kĕladi, kujang, luèh (Day.); taleus, bolang (Sd.); tales (Jw.); talĕs, kaladi (Md.); talĕs, kladi (Bl.); talé, koladi, kolai, kolei, korei, kore (aneka dialek di Sulut); aladi, suli, kosi, paco(Sulsel); lole, ufi lole (Timor); inane, inano, inan, ina wuu, ronan, kětu, etu, hakar, wakal, gwal (berbagai pulau di Maluku); bètè, ota, dilago, komo (Maluku Utara); nomo, uma, warimu, hèkérè, sèkéré, ifen, yéfam (Papua). Sementara dalam bahasa Inggris disebut taro, old cocoyam, dasheen, dan eddoe
Transcript

1

Bab 1. Pengenalan Tentang Talas

1.1. SEJARAH SINGKAT

Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk

dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm atau

lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas

mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan

‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong

(Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan), Tayoba

(Spanyol) dan Yu-tao (China).

Nama-nama daerahnya banyak yang senada dengan perkataan talas dan

keladi, misalnya talé, kĕladi, sukat, suhat, seuhat, suwat (Bat.); taro (Nias);taléh,

kaladi, kuladi (Min.); talos, kĕladi (Lamp.); talĕs, kĕladi, kujang, luèh (Day.);

taleus, bolang (Sd.); tales (Jw.); talĕs, kaladi (Md.); talĕs, kladi (Bl.); talé, koladi,

kolai, kolei, korei, kore (aneka dialek di Sulut); aladi, suli, kosi, paco(Sulsel); lole,

ufi lole (Timor); inane, inano, inan, ina wuu, ronan, kětu, etu, hakar, wakal,

gwal (berbagai pulau di Maluku); bètè, ota, dilago, komo (Maluku

Utara); nomo, uma, warimu, hèkérè, sèkéré, ifen, yéfam (Papua). Sementara

dalam bahasa Inggris disebut taro, old cocoyam, dasheen, dan eddoe

2

Asal mula tanaman ini berasal dari daerah Asia Tenggara, menyebar ke

China dalam abad pertama, ke Jepang, ke daerah Asia Tenggara lainnya dan

ke beberapa pulau di Samudra Pasifik, terbawa oleh migrasi penduduk. Di

Indonesia talas bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari

tepi pantai sampai pegunungan di atas 1000 m dpl., baik liar maupun di tanam.

Talas berasal dari daerah sekitar India dan Indonesia, yang kemudian

menyebar hingga ke China, Jepang, dan beberapa pulau di Samudra Pasifik.

Pertumbuhan paling baik dari tanaman ini dapat dicapai dengan

menanamnya di daerah yang memiliki ketinggian 0 m hingga 2740 m di atas

permukaan laut, suhu antara 21 – 270C, dan curah hujan sebesar 1750 mm per

tahun. Bagian yang dapat dipanen dari talas adalah umbinya, dengan umur

panen berkisar antara 6 -18 bulan dan ditandai dengan daun yang tampak

mulai menguning atau mengering.

1.2. JENIS TANAMAN

Tanaman talas mengandung asam perusi (asam biru atau HCN). Sistim

perakaran serabut, liar dan pendek. Umbi mempunyai jenis bermacam-

macam. Umbi dapat mencapai 4 kg atau lebih, berbentuk selinder atau bulat,

berukuran 30 cm x 15 cm, berwarna coklat.

Daunnya berbentuk perisai atau hati,

lembaran daunnya 20-50 cm panjangnya,

dengan tangkai mencapai 1 meter

panjangnya, warna pelepah bermacam-

macam. Perbungaannya terdiri atas tongkol,

seludang dan tangkai. Bunga jantan dan bunga betina terpisah, yang betina

berada di bawah, bunga jantan di bagian atasnya, dan pada puncaknya

terdapat bunga mandul. Buah bertipe buah buni. Bijinya banyak, bentuk bulat

telur, panjangnya ± 2 mm.

3

Berbagai jenis talas terdapat di daerah Bogor

adalah Talas Sutera, Talas Bentul dan Talas Ketan.

Di Bogor dikenal pula jenis talas yang disebut

Talas Mentega (Talas Gambir/Talas Hideung),

karena batang dan daunnya berwarna unggu

gelap.

a) Talas Sutera memiliki daun yang berwarna

hijau muda dan dan berbulu

halus seperti Sutera. Di panen pada umur 5-6

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas: Liliopsida

Ordo: Alismatales

Famili: Araceae

Genus: Colocasia

Spesies: Colocasia esculenta

Nama binomial

Colocasia esculenta

4

bulan. Umbinya kecoklatan yang dapat berukuran sedang sampai besar.

b) Talas Bentul memiliki umbinya lebih besar dengan warna batang yang lebih

ungu di banding Talas Sutera. Talas Bentul dapat dipanen setelah berumur 8-

10 bulan dengan umbi yang relatif lebih besar dan berwarna lebih muda

kekuning-kuningan.

c) Talas Ketan warna pelepahnya hijau tua kemerahan. Di Bogor dikenal pula

jenis talas yang disebut Talas Mentega (Talas Gambir/Talas Hideung), karena

batang dan daunnya berwarna unggu gelap. Jenis talas lain biasanya tidak

di kosumsi karena rasanya tidak enak atau gatal. Contohnya

adalah 2.5.4Talas Sente yang berbatang dan berdaun besar, banyak

digunakan untuk pajangan dan daunnya sering digunakan untuk makanan

ikan.

d) Talas Bolang memunyai rasa yang gatal, dengan batang dan daun yang

bertotol-totol.

Jenis talas lain biasanya tidak di kosumsi karena rasanya tidak enak atau

gatal. Contohnya adalah Talas Sente yang berbatang dan berdaun besar,

banyak digunakan untuk pajangan dan daunnya sering digunakan untuk

makanan ikan. Sedang talas Bolang memunyai rasa yang gatal, dengan

batang dan daun yang bertotol-totol.

1.3. MANFAAT TALAS

Di Indonesia, talas dikonsumsi sebagai makanan pokok dan makanan

tambahan. Talas mengandung karbohidrat yang tinggi, protein, lemak dan

vitamin. Talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Umbi, pelepah

daunnya banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat maupun

pembungkus. Daun, sisa umbi dan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai

pakan ternak dan ikan secara langsung maupun setelah difermentasi.

5

Tanaman ini mempunyai keterkaitan dengan pemanfaatan lingkungan dan

penghijauan karena mampu tumbuh di lahan yang agak berair sampai lahan

kering.

Talas terutama ditanam untuk umbinya, yang merupakan

sumber karbohidrat yang cukup penting. Namun umbi ini mengandung getah

yang gatal, yang berbeda-beda ketajamannya menurut jenisnya, sehingga

harus dimasak terlebih dulu sebelum dapat dikonsumsi. Memakannya saja tak

boleh berlebihan, karena ia mengandung getah yang membuat gatal. Terlalu

banyak memakan talas, menimbulkan rasa begah dan gangguan

pencernaan.[7] Umbi talas dapat diolah dengan cara dikukus, direbus,

dipanggang, digoreng, atau diolah menjadi tepung, bubur, dan kue-kue.

Di samping umbi, daun dan tangkai daun yang muda dapat dimanfaatkan

sebagai sayuran. Sayur lompong dari Jawa Barat adalah sejenis gulai yang

memanfaatkan bagian pucuk dan tangkai daun yang muda[5], dimasak

dengan atau tanpa santan kelapa. Daun-daunnya yang muda terkenal

sebagai pembungkus buntil yang disukai.

6

Daun talas, tua atau muda, juga dimanfaatkan sebagai pakan ikan gurame.

Daun, tangkai daun, dan umbi, digunakan sebagai campuran pakan ternak,

terutama babi.

Daun talas berbentuk perisai yang besar. Daun ini dapat digunakan sebagai

pelindung kepala bila hujan. Permukaan daunnya ditumbuhi rambut-rambut

halus yang menjadikannya kedap air karena air akan mengalir langsung

meninggalkan permukaan daun. Karena lebarnya, daun talas dapat dipakai

sebagai pembungkus, misalnya ikan basah, di pasar tradisional.

Manfaat talas bagi kesehatan :

a) Sumber Energi

Umbi talas memberikan kalori lebih dari manfaat kentang , sekitar 100

gramnya menyediakan 112 kalori. Kalori ubi talas terutama berasal dari

karbohidrat kompleks yang dikenal sebagai amilosa dan amilopektin. Namun,

akar sangat rendah lemak dan protein dibandingkan dalam sereal dan

kacang-kacangan. Tingkat protein mereka bisa sebanding dengan sumber

makanan tropis lain seperti pada manfaat ubi , manfaat singkong, dll yang

dapat menjadi sumber energi atau makanan pokok pengganti nasi.

b) Baik Untuk Pencernaan

Umbi talas adalah salah satu sumber serat terbaik pada makanan, sekitar

100 gram umbi talas memberikan 4,1 gram atau 11 % dari kebutuhan serat

makanan setiap hari. Bersamaan dengan serat, karbohidrat kompleks akan

lambat di cerna dan serat di dalamnya juga membantu kenaikan bertahap

pada gula darah.

c) Sehat Untuk Jantung

7

Selanjutnya, umbi talas juga memberikan sejumlah mineral penting seperti

seng, magnesium , tembaga, besi dan mangan. Selain itu, memiliki sejumlah

potasium yang baik. Kalium merupakan komponen penting dari sel dan cairan

tubuh yang membantu mengatur detak jantung.

d) Membantu tekanan darah

Selain baik untuk jantung zat kalium yang terdapat dalam umbi talas sangat

baik untuk membantu menstabilkan dan menurunkan tekanan darah, Terutama

bagi anda yang mengalami tekanan darah tinggi.

e) Meningkatkan sistem imun tubuh

Umbi talas mengandung banyak vitamin c dan antioksidan lainnya yang

sangat bermanfaat untuk menjaga sistem imun pada tubuh. Dengan

membuang radikal bebas, maka tubuh akan terjaga dari berbagai penyakit

berbahaya.

f) 6. Mengatasi Kelelahan

Umbi talas memiliki kandungan indeks glikemik yang telah dikurangi,

kandungan zat ini sangat baik digunakan untuk atlet dalam mengatasi

kelelahan. Mendapatkan energi tambahan tanpa menambah glukosa yang

dapat memberikan efek jangka panjang, umbi talas cocok di konsumsi bagi

anda yang ingin tubuh tidak cepat lelah.

g) 7. Anti-aging

Kemampuan dalam membuang radikal bebas dan regenerasi sel membuat

umbi talas sangat penting untuk menjaga keawetan sel dalam tubuh termasuk

dalam kulit. Hal ini sangat membantu dalam menjaga dan memerangi

penuaan dini.

8

1.4. KANDUNGAN TALAS

Umbi talas merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi yang cukup

baik. Komponen makronutrien dan mikronutrien yang terkandung di dalam

umbi talas meliputi protein, karbohidrat, lemak, serat kasar, fosfor, kalsium, besi,

tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin C. Komposisi kimia tersebut bervariasi

tergantung pada beberapa faktor, seperti jenis varietas, usia, dan tingkat

kematangan dari umbi. Faktor iklim dan kesuburan tanah juga turut berperan

terhadap perbedaan komposisi kimia dari umbi talas. Nilai lebih dari umbi talas

adalah kemudahan patinya untuk dicerna. Hal ini disebabkan oleh ukuran

granula patinya yang cukup kecil dan patinya mengandung amilosa dalam

jumlah yang cukup banyak (20-25%). Selain itu, talas juga bebas dari gluten,

maka pangan olahan dari talas dapat digunakan untuk diet individu yang

memiliki alergi terhadap gluten. Untuk lebih jelasnya mengenai kadar beberapa

komponen makronutrien dan mikronutrien dari talas mentah, rebus dan kukus

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Gizi dalam 100 g Talas Mentah, Talas Kukus, dan Talas

Rebus

9

Kandungan Asam Oksalat Dalam Talas

Umbi talas belitung seringkali menimbulkan rasa gatal, sensasi terbakar,

dan iritasi pada kulit, mulut, tenggorokan, serta saluran cerna pada saat

dikonsumsi. Talas mengandung asam oksalat yang mempengaruhi penyerapan

kalsium dalam saluran pencernaan, yaitu dengan pembentukan ikatan-ikatan

kalsium yang tidak dapat larut air. Kalsium oksalat berbentuk kristal yang

menyerupai jarum. Selain kalsium oksalat talas juga mengandung asam oksalat

yang dapat membentuk kompleks dengan kalsium. Keberadaan asam oksalat

diduga dapat mengganggu penyerapan kalsium. Asam oksalat bersifat larut

dalam air, sementara kalsium oksalat tidak larut dalam air tetapi larut dalam

asam kuat. Oksalat tidak tersebar secara merata di dalam umbi talas. Agar

aman dikonsumsi, maka asam oksalat di dalam talas harus dibuang. Proses

perebusan dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah oksalat terlarut jika air

rebusan dibuang, karena senyawa ini terlarut ke dalam perebusan. Selain itu,

perendaman dalam air hangat, perkecambahan, dan fermentasi juga dapat

dilakukan untuk menurunkan kadar oksalat terlarut. Rasa gatal pada saat

mengonsumsi talas disebabkan oleh tusukan jarum-jarum kristal kalsium oksalat

yang terbungkus dalam suatu kapsul transparan berisi cairan yang berada

diantara sel-sel umbi tersebut. Kapsul-kapsul ini disebut rafid. Rafid-rafid ini

tertancap pada dinding pemisah antara dua vakuola pada jaringan umbi dan

ujung-ujungnya berada pada vakuola tersebut. Jika bagian umbi dikupas atau

dipotong-potong, maka vakuola yang berisi air karena perbedaan tegangan

pada kedua vakuola itu menyebabkan dinding kapsul pecah. Akibatnya kristal

kalsium oksalat tersembul ke permukaan dan menusuk ke bagian kulit. Tusukan-

tusukan inilah yang menyebabkan timbulnya rasa gatal pada mulut,

tenggorokan, atau kulit tangan.

10

Bab 2. Sentra Penanaman Talas

Indonesia sebagai salah satu negara penghasil talas memiliki dua sentra

penanaman talas, yaitu di kota Bogor dan Malang. Jenis talas yang biasa

dibudidayakan di Bogor adalah talas sutera, talas bentul, talas lampung, talas

pandan, talas padang, dan talas ketan. Namun, yang umum ditanam adalah

talas bentul karena memiliki produktivitas yang tinggi serta memiliki rasa umbi

yang enak dan pulen. Pada kondisi optimal, produktivitas talas dapat

mencapai 30 ton/hektar. Perbedaan varietas tersebut dapat dilihat secara

kasat mata. Hal yang membedakan dapat dilihat mulai dari ukuran, warna

umbi, daun, dan pelepah daun, umur panen, serta bentuk dan ukuran pucuk.

Ciri-ciri dari masing-masing varietas talas yang banyak dibudidayakan di Bogor

ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Ciri-ciri beberapa varietas talas di Bogor (Wahyudi, 2010)

11

Talas umumnya tumbuh subur di daerah negara-negara tropis. Bahan

pangan ini memiliki kontribusi dalam menjaga ketahanan pangan di dalam

negeri dan juga berpotensi sebagai barang ekspor yang dapat menghasilkan

keuntungan. Pemasarannya selain dapat dilakukan dalam bentuk segar, juga

dapat dilakukan dalam bentuk umbi beku ataupun umbi kaleng yang

memenuhi syarat ukuran tertentu.

Talas merupakan tanaman sekulen yaitu tanaman yang umbinya banyak

mengandung air . Umbi tersebut terdiri dari umbi primer dan umbi sekunder.

Kedua umbi tersebut berada di bawah permukaan tanah. Hal yang

membedakannya adalah umbi primer merupakan umbi induk yang memiliki

bentuk silinder dengan panjang 30 cm dan diameter 15 cm, sedangkan umbi

sekunder merupakan umbi yang tumbuh di sekeliling umbi primer dengan

ukuran yang lebih kecil. Umbi sekunder ini digunakan oleh talas untuk

melakukan perkembangbiakannya secara vegetatif.

Umbi talas memiliki berbagai macam bentuk yang sangat tergantung

dengan lingkungan tempat tumbuhnya serta varietasnya. Minantyorini dan

Hanarida (2002) melakukan identifikasi dan melakukan klasifikasi terhadap

plasma nutfah berbagai jenis talas. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 2 yang

menunjukkan berbagai macam bantuk dari umbi talas, mulai dari yang kerucut

(1), membulat (2), silindris (3), elips (4), halter (5), memanjang (6), datar dan

bermuka banyak (7), dan tandan (8). Umumnya talas yang tersebar di

Indonesia memiliki bentuk kerucut, silindri, atau elips, dengan sebagian kecil

daerah memproduksi talas dengan bentuk umbi membulat, halter,

memanjang, dan tandan. Untuk bentuk umbi datar dan bermuka banyak,

hingga kini belum ada ditemui di Indonesia.

12

Gambar . Klasifikasi berbagai

bentuk umbi talas (Minantyorini

dan Hanarida, 2002)

2.1. SYARAT PERTUMBUHAN

IKLIM

a) Talas tumbuh tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim

sedang. Pembudidayaan talas dapat dilakukan pada daerah beriklim

lembab (curah hujan tinggi) dan daerah beriklim kering (curah hujan

rendah), tetapi ada kecenderungan bahwa produk talas akan lebih baik

pada daerah yang beriklim rendah atau iklim panas.

b) Curah hujan optimum untuk pertumbuhan tanaman talas adalah 175 cm

pertahun. Talas juga dapat tumbuh di dataran tinggi, pada tanah tadah

hujan dan tumbuh sangat baik pada lahan yang bercurah hujan 2000

mm/tahun atau lebih.

c) Selama pertumbuhan tanaman talas menyukai tempat terbuka dengan

penyinaran penuh serta tanaman ini mudah tumbuh pada lingkungan

dengan suhu 25-30 derajat C dan kelembaban tinggi.

13

MEDIA TANAM

a) Tanaman talas menyukai tanah yang gembur, yang kaya akan bahan

organik atau humus.

b) Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan berbagai jenis tanah,

misal tanah lempung yang subur berwarna coklat pada lapisan tanah

yang bebas air tanah, tanah vulkanik,andosol, tanah latosol.

c) Tanaman talas untuk mendapatkan hasil yang tinggi, harus tumbuh di

tanah drainase baik dan PH 5,5–6,5. Tanah yang bergambut sangat baik

untuk talas tetapi harus diberi kapur 1 ton/ha bila PH nya di bawah 5,0.

d) Tanaman talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air.

Apabila tidak tersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau

yang panjang, tanaman talas akan sulit tumbuh. Musim tanam yang

cocok untuk tanaman ini ialah menjelang musim hujan, sedang musim

panen tergantung kepada kultivar yang di tanam.

KETINGGIAN TEMPAT

Talas dapat tumbuh pada ketinggian 0–1300 m dpl. Di Indonesia sendiri talas

dapat tumbuh di daerah pantai sampai pergunungan dengan ketinggian 2000

m dpl, meskipun sangat lama dalam memanennya.

14

Bab 3. Pedoman Budidaya Talas

3.1. PEMBIBITAN

Pembibitan tanaman talas dapat dilakukan dengan tunas atau umbi.

1) Penyiapan Bibit

Pada umumnya pertanaman talas masih dijalankan secara tradisional,

dimana bibit yang berupa anakan, diperoleh dari pertanaman sebelumnya.

Bibit yang baik merupakan anakan kedua atau ketiga dari pertanaman talas.

Anakan tersebut setelah dipisahkan dari tanaman induk, disimpan di tempat

yang lembab, untuk digunakan pada musim tanam berikutnya.

2) Teknik Penyemaian Bibit

Penanaman talas sangat mudah dilakukan hanya memerlukan ketekunan

dan keterampilan sederhana. Pertama persiapkan bibit yang berasal dari tunas

atau umbi. Bila bibit diambil dari tunas, maka

tunas itu diperoleh dari talas yang telah berumur

5–7 bulan, yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Bila

bibit berasal dari umbi, sebaiknya dipilih bagian

umbi yang dekat titik tumbuh, kemudian iris dan

tinggalkan satu mata bakal tunas. Umbi yang diiris

dianginkan dulu dan waktu disemaikan lapisan

bagian dalam irisan dilapisi abu. Baru setelah

berdaun 2-3 lembar, umbi siap ditanam pada

tanah yang telah diolah sampai gembur, dengan

jarak tanam 75 x 75 cm dan dalam 30 cm.

15

Pengaturan jarak tanam tergantung dari varietas dan ukuran tanaman. Talas

biasanya ditanam dalam dua baris di bedengan selebar 1,2 m, dengan jarak

45 cm di dalam baris.

3) Pemindahan bibit

Pemindahan bibit dapat dilakukan setelah tunas diperoleh dari talas yang

telah berumur 5–7 bulan, yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Kalau bibit dari

umbi, yaitu setelah umbi berdaun 2-3 lembar, umbi siap ditanam pada tanah

yang telah diolah sampai gembur, dengan jarak tanam 75 x 75 cm dan dalam

30 cm.

3.2. PENGOLAHAN MEDIA TANAM

1) Penyiapan Lahan

Di dalam pengolahan maupun penyiapan lahan, tanahnya harus

gembur dan lepas. Cara pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu pengolahan tanah setelah tanaman padi dan setelah tanaman

sayuran. Pengolahan tanah setelah tanam padi mulai dengan pembabatan

jerami. Jerami tersebut kemudian ditumpuk kemudian di bakar. Tanah dibiarkan

beberapa hari, baru kemudian dicangkul, dihaluskan dan dibuat bedeng-

bedengan dan pemupukan dasar. Pengolahan tanah jika talas di tanam

setelah tanaman sayuran, dilakukan dengan menyiangi gulma, mencangkul,

membuat bedengbedengan dan pemupukan dasar.

2) Pembentukan Bedengan

Talas biasanya ditanam dalam dua baris di bedengan selebar 1,2 m,

sedangkan panjang bedengan disesuaikan dengan lebar petakan lahan

dengan jarak 45 cm atau berkisar 70 x 70 atau 50 x 70 cm atau kombinasi yang

lain.

16

3) Pengapuran

Talas dapat tahan terhadap tanah basah tetapi tidak mendapatkan hasil

tinggi, tanah harus gembur dan lepas. Tanah yang bergambut sangat baik,

tetapi harus harus diberi 1 ton/ha kapur bila pH nya di bawah 5,0.

4) Pemupukan

Pemupukan talas dapat dilakukan dengan pupuk kandang atau pupuk

buatan seperti urea, TSP dan KCl atau campuran ketiganya. Jumlah pupuk

yang diberikan tidak banyak, cukup 2 sendok saja (untuk pupuk buatan) dan

dua genggaman untuk pupuk kandang untuk satu tanaman. Setelah di pupuk,

di atasnya kemudian ditambahkan tanah yang dicampur dengan jerami.

Cara Pembibitan, Menanam, Mengolah, dan Memanen Talas

17

3.3. TEKNIK PENANAMAN

1) Penentuan Pola Tanam

Jarak tanam talas adalah 75 x 75 cm dan dalam 30 cm atau 70 x 70 cm

atau 50 x 70 cm. Keragaman jarak tanam ini biasanya disesuaikan dengan

kondisi tanah dan keadaan musim. Penanaman di lahan sawah cenderung

menggunakan jarak tanam yang lebih rapat dari musim hujan. Hal ini

dikarenakan pada musim panas penyinaran cahaya matahari dapat

berlangsung sepanjang hari sehingga dengan jarak tanam yang rapat pun

kelembaban udara di sekitar tanaman tetap optimum. Jika pada musim hujan

digunakan jarak tanam yang rapat maka tanaman akan kurang menyerap

sinar matahari dan kelembaban di sekitar tanaman menjadi tinggi. Hal ini akan

meningkatkan resiko serangan penyakit.

2) Cara Penanaman

Penanaman talas sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau bila

curah hujan merata sepanjang tahun. Cara penanaman bibit talas, yaitu

meletakkan bibit talas tegak lurus di tengah-tengah lubang, kemudian ditimbun

sedikit dengan tanah agar dapat berdiri tegak. Penimbunan ini kira-kira 7 cm,

sehingga lubang tanam tidak seluruhnya tertutup oleh tanah.

3.4. PEMELIHARAAN TANAMAN

1) Penyiangan dan Pembubunan

Penyiangan biasanya dilakuakn pada umur 1 bulan setelah tanam.

Penyiangan perlu dilakukan agar tanaman bebas dari gangguan gulma yang

dapat menjadi pesaing dalam penyerapan unsur-unsur hara. Untuk

memperoleh umbi yang besar dan bermutu maka perlu penyiangan terhadap

rumput-rumput liar di sekitar tanaman. Pembubunan perlu dilakukan untuk

18

menutup pangkal batang dan akarakar bagian atas agar tanaman lebih kokoh

dan tahan oleh terpaan angin. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan

penyiangan.

2) Pemupukan

Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah

yaitu mencampur sebanyak 1 ton pupuk kandang/hektar. Sedangkan

pemupukan pertama dilakukan 1 bulan setelah bibit di tanam, yaitu dengan

menggunakan sebanyak 100 kg urea dan 50 kg TSP per hektar. Aplikasi

pemupukan yaitu dengan cara membuat lubang pupuk disamping lubang

tanam 3 cm. Pemupukan kedua dan ketiga dilakukan pada umur tanaman 3

bulan dan umur 5 bulan masing-masing menggunakan urea sebanyak 100 kg

per hektar. Aplikasi dapat dilakukan dengan membuat larikan disamping baris

tanaman sejauh 7 cm pada pemupukan umur 3 bulan dan 10 cm pada

pemupukan umur 5 bulan.

3) Pengairan dan Penyiraman

Talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Sehingga bila

tidak tersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau yang panjang,

tanaman talas akan sulit tumbuh. Musim tanam yang cocok untuk tanaman

talas ini ialah menjelang musim hujan, sedangkan musim panen bergantung

kepada kultivar yang di tanam.

19

3.5. HAMA DAN PENYAKIT

HAMA

a) Serangga aphis gossypii (Hemiptera: Aphididae)

Baik nimfa maupun dewasa yang bersayap dan tidak bersayap

mengisap cairan daun.

Gejala: daun menjadi agak keriting. Aphis mengeluarkan cairan madu,

yang dapat menarik semut. Serangga ini tersebar di seluruh dunia kecuali di

daerah dingin seperti di Siberia dan Kanada. Selain talas hama ini juga

menyerang melon, timun, labu-labuan serta kapas.

Pengendalian: dengan insektisida pada tanaman talas dinilai kurang

ekonomis, kecuali apabila tingkat serangan sangat tinggi pada tanaman

muda. Insektisida yang digunakan adalah carbaryl, diazinon dimetoat dan

malation cukup efektif untuk mengendalikan hama tersebut.

b) Ulat heppotion calerino (Lepidoptera: Sphingidae)

Gejala: ulat berukuran besar dan sangat rakus yang dapat memakan

seluruh helai daun, bahkan populasi tinggi dapat makan pelepah daun juga,

sehingga tanaman menjadi gundul. Selain talas ulat juga merusak tanaman

kacang hijau, ubi jalar dan gulam. Serangga ini tersebar di negara-negara

tropika dan sub tropika, Australia dan Pasifik.

Pengendalian: mengambil dan memusnahkan ulat tersebut. Selain itu,

karena kepompong berada di dalam tanah, maka pembajakan lahan setelah

panen dapat memusnahkan hama tersebut. Usaha pengendalian dengan

insektisida telah dilakukan di Papua Nugini yaitu dengan Carbaryl jika kerusakan

mencapai 50 %.

20

c) Serangga agrius convolvuli (kupu-kupu: Sphingidae)

Serangga ini tersebar di Afrika, Australia, Bangladesh, Burma, Cina

Selatan, Eropa Selatan, India, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru, kepulauan-

kepulauan di pasifik dan Papua Nugini (Anonymous, 1986). Ulat yang berukuran

a populasi yang tinggi, ulat juga makan tangkai daun sehingga tanaman

menjadi gundul. Selain tanaman talas ini juga merusak kacang hijau, ubi jalar

dan gulma (Kalshoven, 1931). besar sangat rakus memakan daun. Defoliasi

dimulai dari tepi daun.

Pengendalian: kepompong terbentuk di dalam tanah, maka

pembajakan tanah setelah panen dapat memusnahakan hama tersebut.

Selain itu pengambilan ulat dan memusnahkannya merupakan cara

pengendalian yang efektif untuk areal kecil. Usaha pengendalian dengan

insektisida yang efektif hendaknya dilakukan pada saat ulat masih kecil dengan

carbaryl 0,2 % (Anonymous, 1986).

d) Serangga tarophagus proserpina (Hemiptera: Delphacidae)

Gejala: serangga dewasa dan nimfa mengusap cairan pelepah daun,

sehingga warnanya berubah menjadi coklat. Serangga ini tersebar di

kepulauan Pasifik, Hawai, Indonesia, Philipina, Kepulauan Ryuku dan Quensland.

Pengendalian: diintroduksikan sejenis pemangsa yaitu Cyrtorthinus pulus

atau dengan serangga yang dinilai efektif untuk mengendalikan hama tersebut

yaitu carbaryl, malation, dan tri-chlorform.

e) Serangga bemisia tabaci (Hemiptera: Aleurodidae)

Serangga ini tersebar di daerah tropika dan sub tropika. Nimfa dan

dewasanya di permukaan bawah daun, dan mengisap cairan daun.

21

Gejala: pada serangan yang berat daun menjadi kering, pertumbuhan

terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Selain talas, B. tabaci juga menyerang

tanaman kedelai, ubi kayu, terungterungan dan kacang-kacangan lain.

Pengendalian: menggunakan cabaryl, malation, dan tri-chlorform.

f) Ulat spodoptera litura (kupu-kupu: Noctuidae

Gejala: daun yang terserang oleh kelompok ulat yang masih kecil akan

kehilangan lapisan epidermisnya sehingga menjadi transparan, dan akhirnya

kering. Ulat yang lebih besar akan tersebar dan masing-masing makan daun.

Defoliasi yang di sebabkan ulat yang besar mirip dengan kerusakan yang

disebabkan oleh Agrius convolvuli. Selain talas ulat juga menyerang tanaman

jarak, tembakau, tomat, jagung, ubi jalar, kubis, cabe dan kacang-kacangan.

Diantara inang tersebut, daun talas yang paling disukai, oleh karena itu dapat

dimanfaatkan sebagai media pembiakan massal ulat tersebut untuk tujuan

penelitan.

Pengendalian: dengan insektisida dilakukan apabila kerusakan telah

mencapai 50 % dengan insektisida carbaryl dan dichorvos. Selain itu

monokrotofos, kuinalfos dan endosulfan juga efektif untuk mengendalikan S.

litura. Pengendalian lebih efektif jika dilakukan pada saat ulat masih kecil.

g) Serangga tetranychus cinnabarinus (Acarina: Tetranichidae)

Gejala: helai daun yang terserang nampak bintik-bintik putih atau kuning,

karena serangga tersebut mengisap cairan daun. Apabila populasi sangat

tinggi daun kelihatan memutih, kemudian layu dan mati. Apabila diamati

nampak banyak sekali tunggau yang berwarna merah terletak di permukaan

bawah daun. Tunggau disebarkan oleh manusia dan angin.

Pengendalian: pestisida azodrin, caerol, galecron, plictron, omite dan

trition. Galecron dan plictron mempunyai residu yang panjang dan juga

22

sebagai ovisida. Fungisida dapat juga untuk mengendalikan tungau yaitu Du

Ter dan benlate.

h) Hepialiscus sordida (kupu-kupu: Hepialidae)

Gejala: daun yang terserang menjadi berlubang dengan garis tengah 5-

10 cm, dan di isi oleh kotorannya. Pada serangan berat seluruh umbi terserang

sehingga tinggal pangkal batangnya saja, sehingga tanaman mudah di cabut.

Tanaman yang terserang pertumbuhannya agak kurang tegar dibanding

dengan tanaman sehat. Kerugian yang disebabkan oleh hama ini cukup besar

pada lahan kering. Serangan meningkat apabila petani menggunakan pupuk

kandang.

Pengendalian: belum ada.

PENYAKIT

a) Penyakit hawar daun(Phytophtora colocasiae)

Gejala: terdapat bercak kecil berwarna kehitaman, kemudian membesar

menjadi hawar. Bagian daun yang terserang mengering, pada serangan berat

seluruh daun mengering.

Pengendalian: menanam varietas tahan. Penyaringan klon-klon

merupakan salah satu tahapan dalam pembentukan varietas.

23

Bab 4. Panen dan Pasca Panen Talas

4.1. CIRI DAN UMUR PANEN

Pemanen talas dilakukan setelah tanaman berumur 6-9 bulan, tetapi ada

yang memanennya setelah berumur 1 tahun, dan ada pula kultivar yang 4-5

bulan sudah dapat dipanen; sebagai contoh: talas genjah masak cepat, talas

kawara 5 bulan, dan talas lenvi dan talas dalam. Misalkan di kota Bogor ada

talas bentul, dipanen setelah berumur 8-10 bulan dengan umbi yang relatif

lebih besar dan berwarna lebih muda dan kekuning-kunigan dan masih ada

lagi talas-talas lain, seperti: talas sutera yang dipanen pada umur 5-6 bulan,

yang umbinya berwarna kecoklat-coklatan yang dapat berukuran sedang

sampai besar dan masih banyak lagi talas yang ada di bogor (talas mentega

atau talas gambir, talas ketan, dan talas balitung).

CARA PANEN

Pemanenan dilakukan dengan cara menggali umbi talas, lalu pohon

talas dicabut dan pelepahnya di potong sepanjang 20-30 cm dari pangkal

umbi serta akarnya dibuang dan umbinya di bersihkan dari tanah yang

melekat.

PERIODE PANEN

Masa panen talas perlu mendapat perhatian yang cermat sebab waktu

panen yang tidak tepat akan menurunkan kualitas hasil. Panen yang terlalu

cepat akan menghasilkan talas yang tidak kenyal dan pulen, sebaliknya jika

panen terlambat akan menghasilkan umbi talas yang terlalu keras dan liat.

Talas pada lahan sawah dirotasikan dengan tanaman padi dan jenis sayuran

lainnya. Tanaman padi ditanam satu atau dua kali pada saat musim hujan

24

yaitu sekitar bulan September sampai Januari. Pada musim kemarau (bulan

Februari sampai Mei) lahan sawah ditanami sayuran kemudian talas sampai

bulan Desember atau Januari.

4.2. PASCAPANEN

PENGUMPULAN

Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan

mudah dijangkau oleh angkutan.

PENYORTIRAN DAN PENGGOLONGAN

Pemilihan atau penyortiran umbi talas sebenarnya dapat dilakukan pada

saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi talas dapat

dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat.

Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit

umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi

serta bercak hitam/garisgaris pada daging umbi.

25

PENGEMASAN DAN PENGANGKUTAN

Pengemasan umbi talas bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan

selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/dalam negeri dikemas

dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu

agar tetap segar.

26

Bab 5. Pengolahan Talas

5.1. TEPUNG TALAS

Tepung merupakan bentuk hasil pengolahan bahan yang dilakukan

dengan memperkecil ukuran bahan menggunakan metode penggilingan.

Tepung merupakan produk yang memiliki kadar air rendah sehingga daya

awetnya pun tinggi. Proses penggilingan bahan disebabkan oleh bahan

yang ditekan dengan gaya mekanis dari alat penggiling. Tepung mekanis

pada proses penggilingan diikuti dengan peremukan bahan dan energi

yang dikeluarkan sangat dipengaruhi oleh kekerasan bahan dan

kecenderungan bahan untuk dihancurkan.

Talas memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai bahan baku

tepung-tepungan karena memiliki kandungan pati yang tinggi, yaitu sekitar

70-80%. Tepung talas memiliki ukuran granula yang kecil, yaitu sekitar 0.5-5

mikron. Ukuran granula pati yang kecil ini ternyata dapat membantu individu

yang mengalami masalah dengan pencernaannya karena kemudahan dari

talas untuk dicerna. Pemanfaatan lebih lanjut dari tepung talas adala dapat

digunakan sebagai bahan industri makanan seperti biskuit ataupun

makanan sapihan. Selain itu, tepung talas juga dapat diaplikasikan untuk

membuat makanan bagi orang yang sakit dan orang tua, dengan cara

mencampurkan tepung talas dengan susu skim. Terdapat beberapa cara

yang bisa dilakukan untuk mendapatkan tepung talas. Proses pembuatan

tepung dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung dari jenis umbi-

umbian itu sendiri. Proses pembuatan tepung talas diawali dengan

pencucian dan pengupasan umbi segar. Lalu dilakukan pengirisan yang

ditujukan untuk memperbesar luas permukaan dari talas pada saat

dikeringkan. Dapat juga terlebih dahulu dilakukan proses perendaman talas

di dalam asam sulfat dan perendaman di dalam air mendidih selama 4-5

27

menit sebelum talas mengalami pengeringan dengan tujuan untuk

mengurangi kandungan oksalat di dalamnya. Kandungan oksalat yang ada

di talas memang cukup tinggi dan bila tidak dihilangkan ataupun dikurangi,

maka saat pangan olahan dari talas dikonsumsi, orang yang mengkonsumsi

akan merasa gatalgatal pada tenggorokannya. Pengeringan talas dapat

dilakukan baik itu dengan menggunakan alat pengering maupun sinar

matahari. Secara umum, pengeringan dengan menggunakan alat

pengering lebih baik daripada menggunakan sinar matahari. Kelebihannya

antara lain suhu pengeringan dan laju alir udara panas yang dapat

dikontrol, kebersihan yang lebih terjaga, dan pemanasan terjadi secara

merata. Akan tetapi, pengoperasian alat pengering terkadang memerlukan

keahlian dari pengguna alatnya dan memakan biaya yang agak sedikit

lebih mahal.

Proses pengeringan pada pembuatan tepung talas merupakan salah

satu tahapan yang krusial, karena menentukan kualitas dan keawetan dari

produk olahan selanjutnya dari tepung tersebut. Suhu dan waktu

pengeringan merupakan faktor penting dalam pengeringan yang akan

mempengaruhi mutu produk akhir. Proses pengeringan yang paling optimal

dilakukan pada suhu pengeringan 60oC selama 22 jam, yang pada akhirnya

akan didapatkan kadar air tepung ± 9.89%. Hasil dari pengeringan tersebut

kemudian digiling dengan pin disc mill. Nilai gizi dari tepung talas dapat

dilihat pada Tabel 3 .

28

Tabel 3. Proksimat tepung talas (Tekle, 2009)

PEMBUATAN TEPUNG TALAS

Talas segar awalnya dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan

tanah yang masih menempel. Talas kemudian dikupas dengan

menggunakan abrasive peeler hingga kulitnya terkupas semua. Setelah itu,

dilakukan pengirisan pada talas menggunakan slicer sehingga didapatkan

talas dengan ketebalan ± 0.1 cm. Selanjutnya irisan talas tersebut

dikeringkan dengan menggunakan oven bersuhu 1500C selama 6 jam. Irisan

talas yang sudah mengering sempurna ditandai oleh irisan talas yang dapat

dipatahkan. Langkah terakhir adalah proses penepungan irisan talas

dengan menggunakan pin disc mill. Selanjutnya akan dihasilkan tepung

talas yang siap digunakan untuk proses pembuatan dodol talas. Untuk lebih

jelasnya, dapat dilihat pada Gambar .

Gambar . Pembuatan tepung talas

29

Pie susu dari tepung talas

5.2. DODOL TALAS

Dodol merupakan salah satu jenis pangan olahan yang tergolong Pangan

Semi Basah (PSB) karena memiliki kadar air 10-40%, aW 0.65-0.90, serta memiliki

tekstur yang plastis dan padat. Menurut Standar Nasional Indonesia, dodol

merupakan produk makanan yang dibuat dari tepung beras ketan, santan

kelapa dan gula dengan atau tanpa penambahan bahan makanan dan

bahan tambahan lainnya yang diizinkan. Akan tetapi, dengan permintaan

pasar yang semakin beragam, produsen mencoba memenuhi keinginan

konsumen dengan membuat produk dodol dengan beraneka rasa. Oleh

karena itu, mulai diproduksilah berbagai jenis dodol dengan buah sebagai

bahan penambah rasa pada dodol ketan, mulai dari dodol durian, dodol

nanas, dodol sirsak, hingga dodol talas.

30

Pengolahan pangan semi basah dibedakan menurut pembuatan cara

tradisional dan pembuatan cara modern. Perbedaan yang paling mendasar

pada kedua cara pembuatan dodol tersebut adalah parameter yang

digunakan dalam melihat kematangan dodol. Prinsip pembuatan dodol secara

tradisional adalah melakukan pencampuran bahan sesuai dengan urutannya

dan memasaknya hingga secara organoleptik dianggap matang. Masyarakat

tradisional menggunakan indikator bahwa adonan dodol yang sudah tidak

lengket lagi di tangan sebagai indikator telah matangnya adonan dodol

tersebut. Sementara itu, untuk pembuatan dodol secara modern, hampir sama

dengan pembuatan dodol secara tradisional, hanya saja untuk melihat

kematangannyan lebih berdasarkan pada aw dan kadar air dari dodol. Selain

itu pada pembuatan dodol secara modern juga dilakukan pengendalian

proses pengolahan dan standarisasi bahan, sehingga hasil produk akhirnya

lebih konsisten. Adapun untuk penyimpanan pangan semi basah dilakukan

pada suhu ruang. Walaupun memang jika jenis pangan seperti ini disimpan

pada suhu rendah memiliki kemungkinan umur simpannya lebih panjang, tetapi

sangatlah tidak umum hal tersebut dilakukan.

Daerah-daerah di Indonesia mengenal dodol dengan nama yang berbeda-

beda. Bila di daerah Garut terkenal dengan nama dodol garut, maka di Kudus

31

lebih dikenal dengan nama jenang, dan di Sumatera Barat dikenal dengan

nama kalamai. Ini menunjukkan bahwa dodol disukai oleh berbagai golongan,

sehingga potensi pemanfaatan berbagai sumber daya lokal sebagai bahan

baku dodol masih sangat besar.

PEMBUATAN DODOL TALAS

Proses pembuatan

dodol talas secara

skematis dapat dilihat

pada Gambar .

Pembuatan dodol talas

diawali dengan

menyiapkan beberapa

bahan penting seperti tepung talas atau talas segar, gula pasir, gula merah,

garam, santan, mentega, dan tepung ketan. Awalnya, santan dicampurkan

dengan garam dan mentega, kemudian dididihkan. Selama proses

pemanasan hingga santan mendidih, santan harus terus-menerus diaduk.

Selanjutnya, tepung talas atau talas segar dimasukkan dan diaduk lagi hingga

tercampur merata. Setelah itu, gula pasir dimasukkan, dan adonan terus-

menerus diaduk. Gula merah yang sebelumnya telah diencerkan dengan air,

ditambahkan ke dalam adonan. Lalu, tepung ketan yang sudah dilarutkan juga

dicampurkan ke dalam adonan. Selama proses pemasakan adonan dilakukan,

harus dilakukan pengadukan secara kontinu untuk menghindari terjadinya

gosong pada adonan yang terletak di bagian bawah. Setelah dodol

mencapai kematangan yang cukup, dilakukan pengangkatan dodol dan

penuangan ke wadah plastik untuk selanjutnya didinginkan selama 10 jam.

Setelah itu dilakukan pengemasan sampel menggunakan plastik pembungkus

32

dan sampel disimpan di dalam kardus pada suhu ruang dan tidak terkena sinar

matahari langsung.

Gambar .

Diagram alir

pembuatan

dodol talas

5.3. CHEESE STICK TALAS

Cheese stick merupakan jenis makanan yang berasal dari luar Indonesia

yang nemenpatkan keju sebagai pembentuk citarasa. Harga keju yang relatif

mahal membuat jenis makanan tersebut mempunyai gengsi tersendiri. Bahan

yang perlu disiapkan adalah tepung talas (450 g), keju (250 g), telur (4 butir),

soda kue (2 sendok teh), garam (1 sendok teh), dan air (50 cc). Alat yang

digunakan meliputi mangkuk, alat pengocok, cetakan alat pemotong atau

pisau, penggorengan, dam kompor. Cara pembuatannya secara skematis

dapat dilihat pada Gambar .

33

Gambar. Proses pembuatan cheese stick talas

5.4. KRIPIK TALAS

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan keripik talas meliputi : pisau,

alat atau mesin pengiris talas (kacip), wajan serok, kompor, dan beberapa alat

pendukung lainnya. Sedangkan bahan-

bahan yang digunakan antara lain

umbi talas, garam, minyak goreng dan

beberapa bahan pendikung lainnya.

Pembuatan keripik talas dilakukan

dengan cara sebagai berikut :

34

1. Pilih umbi talas yang sehat dan mulus, kupas dengan pisau tajam hingga

bersih.

2. Iris umbi tals tanpa kulit tersebut sehingga membentuk irisan-irisan yang

tipis panjang (sekitar 0,5 x 0,5 x 3 cm).

3. Jemur irisan tersebut sekitar 2 jam hingga getahnya kering.

4. Rendam irisan umbi talas tersebut ke dalam

larutan garam (2 - 5%) selama sekitar 15 menit,

kemudian diangkat dan ditiriskan.

5. Goreng irisan umbi talas tersebut ke dalam

minyak panas, hingga matanf dan kering,

kemudian diangkat dan ditiriskan.

6. kemas keripik talas tersebut dengan plastik dalam

ukuran sesuai kebutuhan.

5.5. LAPIS TALAS (TALAS BOGOR)

Kue Lapis Bogor merupakan jenis kua lapis kukus yang terbuat dari tepung talas

dan tepung terigu sehingga dikenal pula dengan sebutan kue lapis talas. Kue

Lapir Talas Bogor memiliki aroma yang jhas dengan tekstur yang lembut dan

rasa yang enak sehingga bisa kita jadikan oleh-oleh jika berkunjung ke Bogor.

Bahan-bahan Kue Lapis Talas :

100 gram tepung talas

100 gram tepung terigu

50 gram susu bubuk

150 gram gula pasir

4 butir telur

35

175 gram ( dilelehkan ) margarine

1 sendok teh baking powder

1/2 sendok teh sari pati talas

100 gram butter cream

100 gram keju parut

Cara Membuat Kue Lapis Talas Bogor:

1. Pertama-tama sari pati talas , terigu , susu bubuk dan baking powder ,

kemudian di ayak lalu sisihkan .

2. Kemudian kocok telur bersama gula pasir kurang lebih sekitar 15 menit

hingga putih dan mengembang . kemudian tambahkan ayakan bahan-

bahan tepung tadi sedikit demi sedikit sambil di aduk-aduk hingga

merata . tambahkan margarin , lalu aduk-aduk lagi hingga rata .

3. Selanjutnya siapkan loyang ukuran 25 x 10 , lalu alasi dengan kertas roti

dan olesi dengan margarine , tuangkan adonan lapis talas ke dalam

loyang 1/4 tinggi loyang . kemudian di kukus selama kurang lebih 15

menit sampai adonan setengah matang .

4. Masukkan tepung talas ke dalam sisa adonan tadi aduk hingga rata ,

Lalu adonan di masukan ke dalam loyang yang berisi lapisan pertama .

kukus lagi hingga sekitar 30 menit atau sampai matang , angkat lalu

dinginkan .

5. Terakhir olesi permukaan kue lapis talas bogor dengan butter cream

hingga rata , lalu taburi dengan keju parut , lapis bogor siap dinikmati ,

selesai .

36

5.6. TALAM TALAS

Bahan I:

300 ml santan dari 1/2 butir kelapa

75 gram gula pasir

100 gram talas, dikukus, dihaluskan

1/4 sendok teh garam

2 tetes pewarna merah muda

1/4 sendok teh esens talas

75 gram tepung beras

30 gram tepung sagu

Bahan II (aduk Rata):

1 sendok makan tepung beras

20 ml air panas

100 ml santan dari 1/4 butir kelapa

1/4 sendok teh garam

20 gram tepung sagu

Cara Pengolahan :

Adonan I: haluskan talas dengan 100 ml santan (dari 300 ml santan). Sisihkan.

Didihkan sisa santan, gula pasir, dan garam. Tambahkan pewarna merah muda

dan esens talas. Aduk rata.

Tuang sedikit-sedikit ke dalam campuran tepung beras, tepung sagu, dan

campuran talas. Uleni rata.

Tuang 3/4 tinggi cetakan kue mangkuk yang dioles minyak. Kukus 20 menit.

Tuang bahan II diatas bahan I. Kukus 10 menit sampai matang. Untuk 24 buah

37

DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, Proyek

PEMD. Jurnal. Talas ( Colocasia esculenta (L.) Schott ), Jakarta, 2000

Koswara, Sutrisno. Modul. Teknologi Pengolahan Umbi‐Umbian Bagian 1 :

Pengolahan Umbi Talasa, Bogor Agricultural University, USAID

C.N, Williams. Produksi sayuran di daerah tropika. - Yogyakarta Gajah Mada

University Press, 1993.

Lembaga Biologi Nasional-LIPI. Ubi-ubian.- Bogor : Balai Pustaka, 1977.

PROSEA. Menyiasati lahan dan iklim dalam pengusahaan pertumbuhan jenis

jenis tanaman terpilih. – Bogor : PROSEA, 1994.

Rahmanto, Fajar. Skripsi. Teknologi pembuatan keripik simulasi dari talas Bogor

(Colocasia esculenta (L) SHOTT). - Bogor : Fateta-IPB, 1994.

Herawati, Lilis. Skripsi. Analisa rugi laba dan marjin tatniaga talas (Colocasia

esculenta (L.) Schott) (Studi kasus di Desa Sukaharja Kecamatan Cijeruk

Kabupaten Bogor). - Bogor : Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Pertanian-Fakultas

Pertanian-IPB, 1997.

Fatah, Zainal. Skripsi. Mempelajari pengaruh kadar amilosa pada pembuatan

ekstrudat talas (Colocasia esculenta (L.) SCHOTT).- Bogor : Fateta-IPB,

1995.

Rosmiatin, Enung. Skripsi. Prospek pengembangan talas talas (Colocasia

esculenta (L.) Schott) di Kabupaten Bogor serta proses pertumbuhannya

pada media casting. - Bogor : Jurusan Biologi-FMIFA-IPB, 1995.

38

Akmal, Dkk. 2009. Pemanfaatan Talas Bogor Dalam Minuman Probiotik Sebagai

Strategi Peningkatan Kesejateraan Petani Talas. Program Kreativitas

Mahasiswa. Biokimia : Institut Pertanian Bogor

DepartemenPertanian. Talas Http://Www.Deptan.Go.Id/Ditjentan/. Admin/Rb/T

alas.Pdf Diakses Tanggal 15 Oktober 2015

http://harianresep.blogspot.co.id/2014/05/resep-kue-lapis.html Diakses pada

tanggal 16 oktober 2015


Recommended