Date post: | 11-Nov-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | independent |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
1
Bab 1. Pengenalan Tentang Talas
1.1. SEJARAH SINGKAT
Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk
dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm atau
lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas
mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan
‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong
(Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan), Tayoba
(Spanyol) dan Yu-tao (China).
Nama-nama daerahnya banyak yang senada dengan perkataan talas dan
keladi, misalnya talé, kĕladi, sukat, suhat, seuhat, suwat (Bat.); taro (Nias);taléh,
kaladi, kuladi (Min.); talos, kĕladi (Lamp.); talĕs, kĕladi, kujang, luèh (Day.);
taleus, bolang (Sd.); tales (Jw.); talĕs, kaladi (Md.); talĕs, kladi (Bl.); talé, koladi,
kolai, kolei, korei, kore (aneka dialek di Sulut); aladi, suli, kosi, paco(Sulsel); lole,
ufi lole (Timor); inane, inano, inan, ina wuu, ronan, kětu, etu, hakar, wakal,
gwal (berbagai pulau di Maluku); bètè, ota, dilago, komo (Maluku
Utara); nomo, uma, warimu, hèkérè, sèkéré, ifen, yéfam (Papua). Sementara
dalam bahasa Inggris disebut taro, old cocoyam, dasheen, dan eddoe
2
Asal mula tanaman ini berasal dari daerah Asia Tenggara, menyebar ke
China dalam abad pertama, ke Jepang, ke daerah Asia Tenggara lainnya dan
ke beberapa pulau di Samudra Pasifik, terbawa oleh migrasi penduduk. Di
Indonesia talas bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari
tepi pantai sampai pegunungan di atas 1000 m dpl., baik liar maupun di tanam.
Talas berasal dari daerah sekitar India dan Indonesia, yang kemudian
menyebar hingga ke China, Jepang, dan beberapa pulau di Samudra Pasifik.
Pertumbuhan paling baik dari tanaman ini dapat dicapai dengan
menanamnya di daerah yang memiliki ketinggian 0 m hingga 2740 m di atas
permukaan laut, suhu antara 21 – 270C, dan curah hujan sebesar 1750 mm per
tahun. Bagian yang dapat dipanen dari talas adalah umbinya, dengan umur
panen berkisar antara 6 -18 bulan dan ditandai dengan daun yang tampak
mulai menguning atau mengering.
1.2. JENIS TANAMAN
Tanaman talas mengandung asam perusi (asam biru atau HCN). Sistim
perakaran serabut, liar dan pendek. Umbi mempunyai jenis bermacam-
macam. Umbi dapat mencapai 4 kg atau lebih, berbentuk selinder atau bulat,
berukuran 30 cm x 15 cm, berwarna coklat.
Daunnya berbentuk perisai atau hati,
lembaran daunnya 20-50 cm panjangnya,
dengan tangkai mencapai 1 meter
panjangnya, warna pelepah bermacam-
macam. Perbungaannya terdiri atas tongkol,
seludang dan tangkai. Bunga jantan dan bunga betina terpisah, yang betina
berada di bawah, bunga jantan di bagian atasnya, dan pada puncaknya
terdapat bunga mandul. Buah bertipe buah buni. Bijinya banyak, bentuk bulat
telur, panjangnya ± 2 mm.
3
Berbagai jenis talas terdapat di daerah Bogor
adalah Talas Sutera, Talas Bentul dan Talas Ketan.
Di Bogor dikenal pula jenis talas yang disebut
Talas Mentega (Talas Gambir/Talas Hideung),
karena batang dan daunnya berwarna unggu
gelap.
a) Talas Sutera memiliki daun yang berwarna
hijau muda dan dan berbulu
halus seperti Sutera. Di panen pada umur 5-6
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas: Liliopsida
Ordo: Alismatales
Famili: Araceae
Genus: Colocasia
Spesies: Colocasia esculenta
Nama binomial
Colocasia esculenta
4
bulan. Umbinya kecoklatan yang dapat berukuran sedang sampai besar.
b) Talas Bentul memiliki umbinya lebih besar dengan warna batang yang lebih
ungu di banding Talas Sutera. Talas Bentul dapat dipanen setelah berumur 8-
10 bulan dengan umbi yang relatif lebih besar dan berwarna lebih muda
kekuning-kuningan.
c) Talas Ketan warna pelepahnya hijau tua kemerahan. Di Bogor dikenal pula
jenis talas yang disebut Talas Mentega (Talas Gambir/Talas Hideung), karena
batang dan daunnya berwarna unggu gelap. Jenis talas lain biasanya tidak
di kosumsi karena rasanya tidak enak atau gatal. Contohnya
adalah 2.5.4Talas Sente yang berbatang dan berdaun besar, banyak
digunakan untuk pajangan dan daunnya sering digunakan untuk makanan
ikan.
d) Talas Bolang memunyai rasa yang gatal, dengan batang dan daun yang
bertotol-totol.
Jenis talas lain biasanya tidak di kosumsi karena rasanya tidak enak atau
gatal. Contohnya adalah Talas Sente yang berbatang dan berdaun besar,
banyak digunakan untuk pajangan dan daunnya sering digunakan untuk
makanan ikan. Sedang talas Bolang memunyai rasa yang gatal, dengan
batang dan daun yang bertotol-totol.
1.3. MANFAAT TALAS
Di Indonesia, talas dikonsumsi sebagai makanan pokok dan makanan
tambahan. Talas mengandung karbohidrat yang tinggi, protein, lemak dan
vitamin. Talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Umbi, pelepah
daunnya banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat maupun
pembungkus. Daun, sisa umbi dan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak dan ikan secara langsung maupun setelah difermentasi.
5
Tanaman ini mempunyai keterkaitan dengan pemanfaatan lingkungan dan
penghijauan karena mampu tumbuh di lahan yang agak berair sampai lahan
kering.
Talas terutama ditanam untuk umbinya, yang merupakan
sumber karbohidrat yang cukup penting. Namun umbi ini mengandung getah
yang gatal, yang berbeda-beda ketajamannya menurut jenisnya, sehingga
harus dimasak terlebih dulu sebelum dapat dikonsumsi. Memakannya saja tak
boleh berlebihan, karena ia mengandung getah yang membuat gatal. Terlalu
banyak memakan talas, menimbulkan rasa begah dan gangguan
pencernaan.[7] Umbi talas dapat diolah dengan cara dikukus, direbus,
dipanggang, digoreng, atau diolah menjadi tepung, bubur, dan kue-kue.
Di samping umbi, daun dan tangkai daun yang muda dapat dimanfaatkan
sebagai sayuran. Sayur lompong dari Jawa Barat adalah sejenis gulai yang
memanfaatkan bagian pucuk dan tangkai daun yang muda[5], dimasak
dengan atau tanpa santan kelapa. Daun-daunnya yang muda terkenal
sebagai pembungkus buntil yang disukai.
6
Daun talas, tua atau muda, juga dimanfaatkan sebagai pakan ikan gurame.
Daun, tangkai daun, dan umbi, digunakan sebagai campuran pakan ternak,
terutama babi.
Daun talas berbentuk perisai yang besar. Daun ini dapat digunakan sebagai
pelindung kepala bila hujan. Permukaan daunnya ditumbuhi rambut-rambut
halus yang menjadikannya kedap air karena air akan mengalir langsung
meninggalkan permukaan daun. Karena lebarnya, daun talas dapat dipakai
sebagai pembungkus, misalnya ikan basah, di pasar tradisional.
Manfaat talas bagi kesehatan :
a) Sumber Energi
Umbi talas memberikan kalori lebih dari manfaat kentang , sekitar 100
gramnya menyediakan 112 kalori. Kalori ubi talas terutama berasal dari
karbohidrat kompleks yang dikenal sebagai amilosa dan amilopektin. Namun,
akar sangat rendah lemak dan protein dibandingkan dalam sereal dan
kacang-kacangan. Tingkat protein mereka bisa sebanding dengan sumber
makanan tropis lain seperti pada manfaat ubi , manfaat singkong, dll yang
dapat menjadi sumber energi atau makanan pokok pengganti nasi.
b) Baik Untuk Pencernaan
Umbi talas adalah salah satu sumber serat terbaik pada makanan, sekitar
100 gram umbi talas memberikan 4,1 gram atau 11 % dari kebutuhan serat
makanan setiap hari. Bersamaan dengan serat, karbohidrat kompleks akan
lambat di cerna dan serat di dalamnya juga membantu kenaikan bertahap
pada gula darah.
c) Sehat Untuk Jantung
7
Selanjutnya, umbi talas juga memberikan sejumlah mineral penting seperti
seng, magnesium , tembaga, besi dan mangan. Selain itu, memiliki sejumlah
potasium yang baik. Kalium merupakan komponen penting dari sel dan cairan
tubuh yang membantu mengatur detak jantung.
d) Membantu tekanan darah
Selain baik untuk jantung zat kalium yang terdapat dalam umbi talas sangat
baik untuk membantu menstabilkan dan menurunkan tekanan darah, Terutama
bagi anda yang mengalami tekanan darah tinggi.
e) Meningkatkan sistem imun tubuh
Umbi talas mengandung banyak vitamin c dan antioksidan lainnya yang
sangat bermanfaat untuk menjaga sistem imun pada tubuh. Dengan
membuang radikal bebas, maka tubuh akan terjaga dari berbagai penyakit
berbahaya.
f) 6. Mengatasi Kelelahan
Umbi talas memiliki kandungan indeks glikemik yang telah dikurangi,
kandungan zat ini sangat baik digunakan untuk atlet dalam mengatasi
kelelahan. Mendapatkan energi tambahan tanpa menambah glukosa yang
dapat memberikan efek jangka panjang, umbi talas cocok di konsumsi bagi
anda yang ingin tubuh tidak cepat lelah.
g) 7. Anti-aging
Kemampuan dalam membuang radikal bebas dan regenerasi sel membuat
umbi talas sangat penting untuk menjaga keawetan sel dalam tubuh termasuk
dalam kulit. Hal ini sangat membantu dalam menjaga dan memerangi
penuaan dini.
8
1.4. KANDUNGAN TALAS
Umbi talas merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi yang cukup
baik. Komponen makronutrien dan mikronutrien yang terkandung di dalam
umbi talas meliputi protein, karbohidrat, lemak, serat kasar, fosfor, kalsium, besi,
tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin C. Komposisi kimia tersebut bervariasi
tergantung pada beberapa faktor, seperti jenis varietas, usia, dan tingkat
kematangan dari umbi. Faktor iklim dan kesuburan tanah juga turut berperan
terhadap perbedaan komposisi kimia dari umbi talas. Nilai lebih dari umbi talas
adalah kemudahan patinya untuk dicerna. Hal ini disebabkan oleh ukuran
granula patinya yang cukup kecil dan patinya mengandung amilosa dalam
jumlah yang cukup banyak (20-25%). Selain itu, talas juga bebas dari gluten,
maka pangan olahan dari talas dapat digunakan untuk diet individu yang
memiliki alergi terhadap gluten. Untuk lebih jelasnya mengenai kadar beberapa
komponen makronutrien dan mikronutrien dari talas mentah, rebus dan kukus
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Gizi dalam 100 g Talas Mentah, Talas Kukus, dan Talas
Rebus
9
Kandungan Asam Oksalat Dalam Talas
Umbi talas belitung seringkali menimbulkan rasa gatal, sensasi terbakar,
dan iritasi pada kulit, mulut, tenggorokan, serta saluran cerna pada saat
dikonsumsi. Talas mengandung asam oksalat yang mempengaruhi penyerapan
kalsium dalam saluran pencernaan, yaitu dengan pembentukan ikatan-ikatan
kalsium yang tidak dapat larut air. Kalsium oksalat berbentuk kristal yang
menyerupai jarum. Selain kalsium oksalat talas juga mengandung asam oksalat
yang dapat membentuk kompleks dengan kalsium. Keberadaan asam oksalat
diduga dapat mengganggu penyerapan kalsium. Asam oksalat bersifat larut
dalam air, sementara kalsium oksalat tidak larut dalam air tetapi larut dalam
asam kuat. Oksalat tidak tersebar secara merata di dalam umbi talas. Agar
aman dikonsumsi, maka asam oksalat di dalam talas harus dibuang. Proses
perebusan dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah oksalat terlarut jika air
rebusan dibuang, karena senyawa ini terlarut ke dalam perebusan. Selain itu,
perendaman dalam air hangat, perkecambahan, dan fermentasi juga dapat
dilakukan untuk menurunkan kadar oksalat terlarut. Rasa gatal pada saat
mengonsumsi talas disebabkan oleh tusukan jarum-jarum kristal kalsium oksalat
yang terbungkus dalam suatu kapsul transparan berisi cairan yang berada
diantara sel-sel umbi tersebut. Kapsul-kapsul ini disebut rafid. Rafid-rafid ini
tertancap pada dinding pemisah antara dua vakuola pada jaringan umbi dan
ujung-ujungnya berada pada vakuola tersebut. Jika bagian umbi dikupas atau
dipotong-potong, maka vakuola yang berisi air karena perbedaan tegangan
pada kedua vakuola itu menyebabkan dinding kapsul pecah. Akibatnya kristal
kalsium oksalat tersembul ke permukaan dan menusuk ke bagian kulit. Tusukan-
tusukan inilah yang menyebabkan timbulnya rasa gatal pada mulut,
tenggorokan, atau kulit tangan.
10
Bab 2. Sentra Penanaman Talas
Indonesia sebagai salah satu negara penghasil talas memiliki dua sentra
penanaman talas, yaitu di kota Bogor dan Malang. Jenis talas yang biasa
dibudidayakan di Bogor adalah talas sutera, talas bentul, talas lampung, talas
pandan, talas padang, dan talas ketan. Namun, yang umum ditanam adalah
talas bentul karena memiliki produktivitas yang tinggi serta memiliki rasa umbi
yang enak dan pulen. Pada kondisi optimal, produktivitas talas dapat
mencapai 30 ton/hektar. Perbedaan varietas tersebut dapat dilihat secara
kasat mata. Hal yang membedakan dapat dilihat mulai dari ukuran, warna
umbi, daun, dan pelepah daun, umur panen, serta bentuk dan ukuran pucuk.
Ciri-ciri dari masing-masing varietas talas yang banyak dibudidayakan di Bogor
ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Ciri-ciri beberapa varietas talas di Bogor (Wahyudi, 2010)
11
Talas umumnya tumbuh subur di daerah negara-negara tropis. Bahan
pangan ini memiliki kontribusi dalam menjaga ketahanan pangan di dalam
negeri dan juga berpotensi sebagai barang ekspor yang dapat menghasilkan
keuntungan. Pemasarannya selain dapat dilakukan dalam bentuk segar, juga
dapat dilakukan dalam bentuk umbi beku ataupun umbi kaleng yang
memenuhi syarat ukuran tertentu.
Talas merupakan tanaman sekulen yaitu tanaman yang umbinya banyak
mengandung air . Umbi tersebut terdiri dari umbi primer dan umbi sekunder.
Kedua umbi tersebut berada di bawah permukaan tanah. Hal yang
membedakannya adalah umbi primer merupakan umbi induk yang memiliki
bentuk silinder dengan panjang 30 cm dan diameter 15 cm, sedangkan umbi
sekunder merupakan umbi yang tumbuh di sekeliling umbi primer dengan
ukuran yang lebih kecil. Umbi sekunder ini digunakan oleh talas untuk
melakukan perkembangbiakannya secara vegetatif.
Umbi talas memiliki berbagai macam bentuk yang sangat tergantung
dengan lingkungan tempat tumbuhnya serta varietasnya. Minantyorini dan
Hanarida (2002) melakukan identifikasi dan melakukan klasifikasi terhadap
plasma nutfah berbagai jenis talas. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 2 yang
menunjukkan berbagai macam bantuk dari umbi talas, mulai dari yang kerucut
(1), membulat (2), silindris (3), elips (4), halter (5), memanjang (6), datar dan
bermuka banyak (7), dan tandan (8). Umumnya talas yang tersebar di
Indonesia memiliki bentuk kerucut, silindri, atau elips, dengan sebagian kecil
daerah memproduksi talas dengan bentuk umbi membulat, halter,
memanjang, dan tandan. Untuk bentuk umbi datar dan bermuka banyak,
hingga kini belum ada ditemui di Indonesia.
12
Gambar . Klasifikasi berbagai
bentuk umbi talas (Minantyorini
dan Hanarida, 2002)
2.1. SYARAT PERTUMBUHAN
IKLIM
a) Talas tumbuh tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim
sedang. Pembudidayaan talas dapat dilakukan pada daerah beriklim
lembab (curah hujan tinggi) dan daerah beriklim kering (curah hujan
rendah), tetapi ada kecenderungan bahwa produk talas akan lebih baik
pada daerah yang beriklim rendah atau iklim panas.
b) Curah hujan optimum untuk pertumbuhan tanaman talas adalah 175 cm
pertahun. Talas juga dapat tumbuh di dataran tinggi, pada tanah tadah
hujan dan tumbuh sangat baik pada lahan yang bercurah hujan 2000
mm/tahun atau lebih.
c) Selama pertumbuhan tanaman talas menyukai tempat terbuka dengan
penyinaran penuh serta tanaman ini mudah tumbuh pada lingkungan
dengan suhu 25-30 derajat C dan kelembaban tinggi.
13
MEDIA TANAM
a) Tanaman talas menyukai tanah yang gembur, yang kaya akan bahan
organik atau humus.
b) Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan berbagai jenis tanah,
misal tanah lempung yang subur berwarna coklat pada lapisan tanah
yang bebas air tanah, tanah vulkanik,andosol, tanah latosol.
c) Tanaman talas untuk mendapatkan hasil yang tinggi, harus tumbuh di
tanah drainase baik dan PH 5,5–6,5. Tanah yang bergambut sangat baik
untuk talas tetapi harus diberi kapur 1 ton/ha bila PH nya di bawah 5,0.
d) Tanaman talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air.
Apabila tidak tersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau
yang panjang, tanaman talas akan sulit tumbuh. Musim tanam yang
cocok untuk tanaman ini ialah menjelang musim hujan, sedang musim
panen tergantung kepada kultivar yang di tanam.
KETINGGIAN TEMPAT
Talas dapat tumbuh pada ketinggian 0–1300 m dpl. Di Indonesia sendiri talas
dapat tumbuh di daerah pantai sampai pergunungan dengan ketinggian 2000
m dpl, meskipun sangat lama dalam memanennya.
14
Bab 3. Pedoman Budidaya Talas
3.1. PEMBIBITAN
Pembibitan tanaman talas dapat dilakukan dengan tunas atau umbi.
1) Penyiapan Bibit
Pada umumnya pertanaman talas masih dijalankan secara tradisional,
dimana bibit yang berupa anakan, diperoleh dari pertanaman sebelumnya.
Bibit yang baik merupakan anakan kedua atau ketiga dari pertanaman talas.
Anakan tersebut setelah dipisahkan dari tanaman induk, disimpan di tempat
yang lembab, untuk digunakan pada musim tanam berikutnya.
2) Teknik Penyemaian Bibit
Penanaman talas sangat mudah dilakukan hanya memerlukan ketekunan
dan keterampilan sederhana. Pertama persiapkan bibit yang berasal dari tunas
atau umbi. Bila bibit diambil dari tunas, maka
tunas itu diperoleh dari talas yang telah berumur
5–7 bulan, yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Bila
bibit berasal dari umbi, sebaiknya dipilih bagian
umbi yang dekat titik tumbuh, kemudian iris dan
tinggalkan satu mata bakal tunas. Umbi yang diiris
dianginkan dulu dan waktu disemaikan lapisan
bagian dalam irisan dilapisi abu. Baru setelah
berdaun 2-3 lembar, umbi siap ditanam pada
tanah yang telah diolah sampai gembur, dengan
jarak tanam 75 x 75 cm dan dalam 30 cm.
15
Pengaturan jarak tanam tergantung dari varietas dan ukuran tanaman. Talas
biasanya ditanam dalam dua baris di bedengan selebar 1,2 m, dengan jarak
45 cm di dalam baris.
3) Pemindahan bibit
Pemindahan bibit dapat dilakukan setelah tunas diperoleh dari talas yang
telah berumur 5–7 bulan, yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Kalau bibit dari
umbi, yaitu setelah umbi berdaun 2-3 lembar, umbi siap ditanam pada tanah
yang telah diolah sampai gembur, dengan jarak tanam 75 x 75 cm dan dalam
30 cm.
3.2. PENGOLAHAN MEDIA TANAM
1) Penyiapan Lahan
Di dalam pengolahan maupun penyiapan lahan, tanahnya harus
gembur dan lepas. Cara pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu pengolahan tanah setelah tanaman padi dan setelah tanaman
sayuran. Pengolahan tanah setelah tanam padi mulai dengan pembabatan
jerami. Jerami tersebut kemudian ditumpuk kemudian di bakar. Tanah dibiarkan
beberapa hari, baru kemudian dicangkul, dihaluskan dan dibuat bedeng-
bedengan dan pemupukan dasar. Pengolahan tanah jika talas di tanam
setelah tanaman sayuran, dilakukan dengan menyiangi gulma, mencangkul,
membuat bedengbedengan dan pemupukan dasar.
2) Pembentukan Bedengan
Talas biasanya ditanam dalam dua baris di bedengan selebar 1,2 m,
sedangkan panjang bedengan disesuaikan dengan lebar petakan lahan
dengan jarak 45 cm atau berkisar 70 x 70 atau 50 x 70 cm atau kombinasi yang
lain.
16
3) Pengapuran
Talas dapat tahan terhadap tanah basah tetapi tidak mendapatkan hasil
tinggi, tanah harus gembur dan lepas. Tanah yang bergambut sangat baik,
tetapi harus harus diberi 1 ton/ha kapur bila pH nya di bawah 5,0.
4) Pemupukan
Pemupukan talas dapat dilakukan dengan pupuk kandang atau pupuk
buatan seperti urea, TSP dan KCl atau campuran ketiganya. Jumlah pupuk
yang diberikan tidak banyak, cukup 2 sendok saja (untuk pupuk buatan) dan
dua genggaman untuk pupuk kandang untuk satu tanaman. Setelah di pupuk,
di atasnya kemudian ditambahkan tanah yang dicampur dengan jerami.
Cara Pembibitan, Menanam, Mengolah, dan Memanen Talas
17
3.3. TEKNIK PENANAMAN
1) Penentuan Pola Tanam
Jarak tanam talas adalah 75 x 75 cm dan dalam 30 cm atau 70 x 70 cm
atau 50 x 70 cm. Keragaman jarak tanam ini biasanya disesuaikan dengan
kondisi tanah dan keadaan musim. Penanaman di lahan sawah cenderung
menggunakan jarak tanam yang lebih rapat dari musim hujan. Hal ini
dikarenakan pada musim panas penyinaran cahaya matahari dapat
berlangsung sepanjang hari sehingga dengan jarak tanam yang rapat pun
kelembaban udara di sekitar tanaman tetap optimum. Jika pada musim hujan
digunakan jarak tanam yang rapat maka tanaman akan kurang menyerap
sinar matahari dan kelembaban di sekitar tanaman menjadi tinggi. Hal ini akan
meningkatkan resiko serangan penyakit.
2) Cara Penanaman
Penanaman talas sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau bila
curah hujan merata sepanjang tahun. Cara penanaman bibit talas, yaitu
meletakkan bibit talas tegak lurus di tengah-tengah lubang, kemudian ditimbun
sedikit dengan tanah agar dapat berdiri tegak. Penimbunan ini kira-kira 7 cm,
sehingga lubang tanam tidak seluruhnya tertutup oleh tanah.
3.4. PEMELIHARAAN TANAMAN
1) Penyiangan dan Pembubunan
Penyiangan biasanya dilakuakn pada umur 1 bulan setelah tanam.
Penyiangan perlu dilakukan agar tanaman bebas dari gangguan gulma yang
dapat menjadi pesaing dalam penyerapan unsur-unsur hara. Untuk
memperoleh umbi yang besar dan bermutu maka perlu penyiangan terhadap
rumput-rumput liar di sekitar tanaman. Pembubunan perlu dilakukan untuk
18
menutup pangkal batang dan akarakar bagian atas agar tanaman lebih kokoh
dan tahan oleh terpaan angin. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan.
2) Pemupukan
Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah
yaitu mencampur sebanyak 1 ton pupuk kandang/hektar. Sedangkan
pemupukan pertama dilakukan 1 bulan setelah bibit di tanam, yaitu dengan
menggunakan sebanyak 100 kg urea dan 50 kg TSP per hektar. Aplikasi
pemupukan yaitu dengan cara membuat lubang pupuk disamping lubang
tanam 3 cm. Pemupukan kedua dan ketiga dilakukan pada umur tanaman 3
bulan dan umur 5 bulan masing-masing menggunakan urea sebanyak 100 kg
per hektar. Aplikasi dapat dilakukan dengan membuat larikan disamping baris
tanaman sejauh 7 cm pada pemupukan umur 3 bulan dan 10 cm pada
pemupukan umur 5 bulan.
3) Pengairan dan Penyiraman
Talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Sehingga bila
tidak tersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau yang panjang,
tanaman talas akan sulit tumbuh. Musim tanam yang cocok untuk tanaman
talas ini ialah menjelang musim hujan, sedangkan musim panen bergantung
kepada kultivar yang di tanam.
19
3.5. HAMA DAN PENYAKIT
HAMA
a) Serangga aphis gossypii (Hemiptera: Aphididae)
Baik nimfa maupun dewasa yang bersayap dan tidak bersayap
mengisap cairan daun.
Gejala: daun menjadi agak keriting. Aphis mengeluarkan cairan madu,
yang dapat menarik semut. Serangga ini tersebar di seluruh dunia kecuali di
daerah dingin seperti di Siberia dan Kanada. Selain talas hama ini juga
menyerang melon, timun, labu-labuan serta kapas.
Pengendalian: dengan insektisida pada tanaman talas dinilai kurang
ekonomis, kecuali apabila tingkat serangan sangat tinggi pada tanaman
muda. Insektisida yang digunakan adalah carbaryl, diazinon dimetoat dan
malation cukup efektif untuk mengendalikan hama tersebut.
b) Ulat heppotion calerino (Lepidoptera: Sphingidae)
Gejala: ulat berukuran besar dan sangat rakus yang dapat memakan
seluruh helai daun, bahkan populasi tinggi dapat makan pelepah daun juga,
sehingga tanaman menjadi gundul. Selain talas ulat juga merusak tanaman
kacang hijau, ubi jalar dan gulam. Serangga ini tersebar di negara-negara
tropika dan sub tropika, Australia dan Pasifik.
Pengendalian: mengambil dan memusnahkan ulat tersebut. Selain itu,
karena kepompong berada di dalam tanah, maka pembajakan lahan setelah
panen dapat memusnahkan hama tersebut. Usaha pengendalian dengan
insektisida telah dilakukan di Papua Nugini yaitu dengan Carbaryl jika kerusakan
mencapai 50 %.
20
c) Serangga agrius convolvuli (kupu-kupu: Sphingidae)
Serangga ini tersebar di Afrika, Australia, Bangladesh, Burma, Cina
Selatan, Eropa Selatan, India, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru, kepulauan-
kepulauan di pasifik dan Papua Nugini (Anonymous, 1986). Ulat yang berukuran
a populasi yang tinggi, ulat juga makan tangkai daun sehingga tanaman
menjadi gundul. Selain tanaman talas ini juga merusak kacang hijau, ubi jalar
dan gulma (Kalshoven, 1931). besar sangat rakus memakan daun. Defoliasi
dimulai dari tepi daun.
Pengendalian: kepompong terbentuk di dalam tanah, maka
pembajakan tanah setelah panen dapat memusnahakan hama tersebut.
Selain itu pengambilan ulat dan memusnahkannya merupakan cara
pengendalian yang efektif untuk areal kecil. Usaha pengendalian dengan
insektisida yang efektif hendaknya dilakukan pada saat ulat masih kecil dengan
carbaryl 0,2 % (Anonymous, 1986).
d) Serangga tarophagus proserpina (Hemiptera: Delphacidae)
Gejala: serangga dewasa dan nimfa mengusap cairan pelepah daun,
sehingga warnanya berubah menjadi coklat. Serangga ini tersebar di
kepulauan Pasifik, Hawai, Indonesia, Philipina, Kepulauan Ryuku dan Quensland.
Pengendalian: diintroduksikan sejenis pemangsa yaitu Cyrtorthinus pulus
atau dengan serangga yang dinilai efektif untuk mengendalikan hama tersebut
yaitu carbaryl, malation, dan tri-chlorform.
e) Serangga bemisia tabaci (Hemiptera: Aleurodidae)
Serangga ini tersebar di daerah tropika dan sub tropika. Nimfa dan
dewasanya di permukaan bawah daun, dan mengisap cairan daun.
21
Gejala: pada serangan yang berat daun menjadi kering, pertumbuhan
terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Selain talas, B. tabaci juga menyerang
tanaman kedelai, ubi kayu, terungterungan dan kacang-kacangan lain.
Pengendalian: menggunakan cabaryl, malation, dan tri-chlorform.
f) Ulat spodoptera litura (kupu-kupu: Noctuidae
Gejala: daun yang terserang oleh kelompok ulat yang masih kecil akan
kehilangan lapisan epidermisnya sehingga menjadi transparan, dan akhirnya
kering. Ulat yang lebih besar akan tersebar dan masing-masing makan daun.
Defoliasi yang di sebabkan ulat yang besar mirip dengan kerusakan yang
disebabkan oleh Agrius convolvuli. Selain talas ulat juga menyerang tanaman
jarak, tembakau, tomat, jagung, ubi jalar, kubis, cabe dan kacang-kacangan.
Diantara inang tersebut, daun talas yang paling disukai, oleh karena itu dapat
dimanfaatkan sebagai media pembiakan massal ulat tersebut untuk tujuan
penelitan.
Pengendalian: dengan insektisida dilakukan apabila kerusakan telah
mencapai 50 % dengan insektisida carbaryl dan dichorvos. Selain itu
monokrotofos, kuinalfos dan endosulfan juga efektif untuk mengendalikan S.
litura. Pengendalian lebih efektif jika dilakukan pada saat ulat masih kecil.
g) Serangga tetranychus cinnabarinus (Acarina: Tetranichidae)
Gejala: helai daun yang terserang nampak bintik-bintik putih atau kuning,
karena serangga tersebut mengisap cairan daun. Apabila populasi sangat
tinggi daun kelihatan memutih, kemudian layu dan mati. Apabila diamati
nampak banyak sekali tunggau yang berwarna merah terletak di permukaan
bawah daun. Tunggau disebarkan oleh manusia dan angin.
Pengendalian: pestisida azodrin, caerol, galecron, plictron, omite dan
trition. Galecron dan plictron mempunyai residu yang panjang dan juga
22
sebagai ovisida. Fungisida dapat juga untuk mengendalikan tungau yaitu Du
Ter dan benlate.
h) Hepialiscus sordida (kupu-kupu: Hepialidae)
Gejala: daun yang terserang menjadi berlubang dengan garis tengah 5-
10 cm, dan di isi oleh kotorannya. Pada serangan berat seluruh umbi terserang
sehingga tinggal pangkal batangnya saja, sehingga tanaman mudah di cabut.
Tanaman yang terserang pertumbuhannya agak kurang tegar dibanding
dengan tanaman sehat. Kerugian yang disebabkan oleh hama ini cukup besar
pada lahan kering. Serangan meningkat apabila petani menggunakan pupuk
kandang.
Pengendalian: belum ada.
PENYAKIT
a) Penyakit hawar daun(Phytophtora colocasiae)
Gejala: terdapat bercak kecil berwarna kehitaman, kemudian membesar
menjadi hawar. Bagian daun yang terserang mengering, pada serangan berat
seluruh daun mengering.
Pengendalian: menanam varietas tahan. Penyaringan klon-klon
merupakan salah satu tahapan dalam pembentukan varietas.
23
Bab 4. Panen dan Pasca Panen Talas
4.1. CIRI DAN UMUR PANEN
Pemanen talas dilakukan setelah tanaman berumur 6-9 bulan, tetapi ada
yang memanennya setelah berumur 1 tahun, dan ada pula kultivar yang 4-5
bulan sudah dapat dipanen; sebagai contoh: talas genjah masak cepat, talas
kawara 5 bulan, dan talas lenvi dan talas dalam. Misalkan di kota Bogor ada
talas bentul, dipanen setelah berumur 8-10 bulan dengan umbi yang relatif
lebih besar dan berwarna lebih muda dan kekuning-kunigan dan masih ada
lagi talas-talas lain, seperti: talas sutera yang dipanen pada umur 5-6 bulan,
yang umbinya berwarna kecoklat-coklatan yang dapat berukuran sedang
sampai besar dan masih banyak lagi talas yang ada di bogor (talas mentega
atau talas gambir, talas ketan, dan talas balitung).
CARA PANEN
Pemanenan dilakukan dengan cara menggali umbi talas, lalu pohon
talas dicabut dan pelepahnya di potong sepanjang 20-30 cm dari pangkal
umbi serta akarnya dibuang dan umbinya di bersihkan dari tanah yang
melekat.
PERIODE PANEN
Masa panen talas perlu mendapat perhatian yang cermat sebab waktu
panen yang tidak tepat akan menurunkan kualitas hasil. Panen yang terlalu
cepat akan menghasilkan talas yang tidak kenyal dan pulen, sebaliknya jika
panen terlambat akan menghasilkan umbi talas yang terlalu keras dan liat.
Talas pada lahan sawah dirotasikan dengan tanaman padi dan jenis sayuran
lainnya. Tanaman padi ditanam satu atau dua kali pada saat musim hujan
24
yaitu sekitar bulan September sampai Januari. Pada musim kemarau (bulan
Februari sampai Mei) lahan sawah ditanami sayuran kemudian talas sampai
bulan Desember atau Januari.
4.2. PASCAPANEN
PENGUMPULAN
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan
mudah dijangkau oleh angkutan.
PENYORTIRAN DAN PENGGOLONGAN
Pemilihan atau penyortiran umbi talas sebenarnya dapat dilakukan pada
saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi talas dapat
dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat.
Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit
umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi
serta bercak hitam/garisgaris pada daging umbi.
25
PENGEMASAN DAN PENGANGKUTAN
Pengemasan umbi talas bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan
selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/dalam negeri dikemas
dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu
agar tetap segar.
26
Bab 5. Pengolahan Talas
5.1. TEPUNG TALAS
Tepung merupakan bentuk hasil pengolahan bahan yang dilakukan
dengan memperkecil ukuran bahan menggunakan metode penggilingan.
Tepung merupakan produk yang memiliki kadar air rendah sehingga daya
awetnya pun tinggi. Proses penggilingan bahan disebabkan oleh bahan
yang ditekan dengan gaya mekanis dari alat penggiling. Tepung mekanis
pada proses penggilingan diikuti dengan peremukan bahan dan energi
yang dikeluarkan sangat dipengaruhi oleh kekerasan bahan dan
kecenderungan bahan untuk dihancurkan.
Talas memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai bahan baku
tepung-tepungan karena memiliki kandungan pati yang tinggi, yaitu sekitar
70-80%. Tepung talas memiliki ukuran granula yang kecil, yaitu sekitar 0.5-5
mikron. Ukuran granula pati yang kecil ini ternyata dapat membantu individu
yang mengalami masalah dengan pencernaannya karena kemudahan dari
talas untuk dicerna. Pemanfaatan lebih lanjut dari tepung talas adala dapat
digunakan sebagai bahan industri makanan seperti biskuit ataupun
makanan sapihan. Selain itu, tepung talas juga dapat diaplikasikan untuk
membuat makanan bagi orang yang sakit dan orang tua, dengan cara
mencampurkan tepung talas dengan susu skim. Terdapat beberapa cara
yang bisa dilakukan untuk mendapatkan tepung talas. Proses pembuatan
tepung dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung dari jenis umbi-
umbian itu sendiri. Proses pembuatan tepung talas diawali dengan
pencucian dan pengupasan umbi segar. Lalu dilakukan pengirisan yang
ditujukan untuk memperbesar luas permukaan dari talas pada saat
dikeringkan. Dapat juga terlebih dahulu dilakukan proses perendaman talas
di dalam asam sulfat dan perendaman di dalam air mendidih selama 4-5
27
menit sebelum talas mengalami pengeringan dengan tujuan untuk
mengurangi kandungan oksalat di dalamnya. Kandungan oksalat yang ada
di talas memang cukup tinggi dan bila tidak dihilangkan ataupun dikurangi,
maka saat pangan olahan dari talas dikonsumsi, orang yang mengkonsumsi
akan merasa gatalgatal pada tenggorokannya. Pengeringan talas dapat
dilakukan baik itu dengan menggunakan alat pengering maupun sinar
matahari. Secara umum, pengeringan dengan menggunakan alat
pengering lebih baik daripada menggunakan sinar matahari. Kelebihannya
antara lain suhu pengeringan dan laju alir udara panas yang dapat
dikontrol, kebersihan yang lebih terjaga, dan pemanasan terjadi secara
merata. Akan tetapi, pengoperasian alat pengering terkadang memerlukan
keahlian dari pengguna alatnya dan memakan biaya yang agak sedikit
lebih mahal.
Proses pengeringan pada pembuatan tepung talas merupakan salah
satu tahapan yang krusial, karena menentukan kualitas dan keawetan dari
produk olahan selanjutnya dari tepung tersebut. Suhu dan waktu
pengeringan merupakan faktor penting dalam pengeringan yang akan
mempengaruhi mutu produk akhir. Proses pengeringan yang paling optimal
dilakukan pada suhu pengeringan 60oC selama 22 jam, yang pada akhirnya
akan didapatkan kadar air tepung ± 9.89%. Hasil dari pengeringan tersebut
kemudian digiling dengan pin disc mill. Nilai gizi dari tepung talas dapat
dilihat pada Tabel 3 .
28
Tabel 3. Proksimat tepung talas (Tekle, 2009)
PEMBUATAN TEPUNG TALAS
Talas segar awalnya dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan
tanah yang masih menempel. Talas kemudian dikupas dengan
menggunakan abrasive peeler hingga kulitnya terkupas semua. Setelah itu,
dilakukan pengirisan pada talas menggunakan slicer sehingga didapatkan
talas dengan ketebalan ± 0.1 cm. Selanjutnya irisan talas tersebut
dikeringkan dengan menggunakan oven bersuhu 1500C selama 6 jam. Irisan
talas yang sudah mengering sempurna ditandai oleh irisan talas yang dapat
dipatahkan. Langkah terakhir adalah proses penepungan irisan talas
dengan menggunakan pin disc mill. Selanjutnya akan dihasilkan tepung
talas yang siap digunakan untuk proses pembuatan dodol talas. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat pada Gambar .
Gambar . Pembuatan tepung talas
29
Pie susu dari tepung talas
5.2. DODOL TALAS
Dodol merupakan salah satu jenis pangan olahan yang tergolong Pangan
Semi Basah (PSB) karena memiliki kadar air 10-40%, aW 0.65-0.90, serta memiliki
tekstur yang plastis dan padat. Menurut Standar Nasional Indonesia, dodol
merupakan produk makanan yang dibuat dari tepung beras ketan, santan
kelapa dan gula dengan atau tanpa penambahan bahan makanan dan
bahan tambahan lainnya yang diizinkan. Akan tetapi, dengan permintaan
pasar yang semakin beragam, produsen mencoba memenuhi keinginan
konsumen dengan membuat produk dodol dengan beraneka rasa. Oleh
karena itu, mulai diproduksilah berbagai jenis dodol dengan buah sebagai
bahan penambah rasa pada dodol ketan, mulai dari dodol durian, dodol
nanas, dodol sirsak, hingga dodol talas.
30
Pengolahan pangan semi basah dibedakan menurut pembuatan cara
tradisional dan pembuatan cara modern. Perbedaan yang paling mendasar
pada kedua cara pembuatan dodol tersebut adalah parameter yang
digunakan dalam melihat kematangan dodol. Prinsip pembuatan dodol secara
tradisional adalah melakukan pencampuran bahan sesuai dengan urutannya
dan memasaknya hingga secara organoleptik dianggap matang. Masyarakat
tradisional menggunakan indikator bahwa adonan dodol yang sudah tidak
lengket lagi di tangan sebagai indikator telah matangnya adonan dodol
tersebut. Sementara itu, untuk pembuatan dodol secara modern, hampir sama
dengan pembuatan dodol secara tradisional, hanya saja untuk melihat
kematangannyan lebih berdasarkan pada aw dan kadar air dari dodol. Selain
itu pada pembuatan dodol secara modern juga dilakukan pengendalian
proses pengolahan dan standarisasi bahan, sehingga hasil produk akhirnya
lebih konsisten. Adapun untuk penyimpanan pangan semi basah dilakukan
pada suhu ruang. Walaupun memang jika jenis pangan seperti ini disimpan
pada suhu rendah memiliki kemungkinan umur simpannya lebih panjang, tetapi
sangatlah tidak umum hal tersebut dilakukan.
Daerah-daerah di Indonesia mengenal dodol dengan nama yang berbeda-
beda. Bila di daerah Garut terkenal dengan nama dodol garut, maka di Kudus
31
lebih dikenal dengan nama jenang, dan di Sumatera Barat dikenal dengan
nama kalamai. Ini menunjukkan bahwa dodol disukai oleh berbagai golongan,
sehingga potensi pemanfaatan berbagai sumber daya lokal sebagai bahan
baku dodol masih sangat besar.
PEMBUATAN DODOL TALAS
Proses pembuatan
dodol talas secara
skematis dapat dilihat
pada Gambar .
Pembuatan dodol talas
diawali dengan
menyiapkan beberapa
bahan penting seperti tepung talas atau talas segar, gula pasir, gula merah,
garam, santan, mentega, dan tepung ketan. Awalnya, santan dicampurkan
dengan garam dan mentega, kemudian dididihkan. Selama proses
pemanasan hingga santan mendidih, santan harus terus-menerus diaduk.
Selanjutnya, tepung talas atau talas segar dimasukkan dan diaduk lagi hingga
tercampur merata. Setelah itu, gula pasir dimasukkan, dan adonan terus-
menerus diaduk. Gula merah yang sebelumnya telah diencerkan dengan air,
ditambahkan ke dalam adonan. Lalu, tepung ketan yang sudah dilarutkan juga
dicampurkan ke dalam adonan. Selama proses pemasakan adonan dilakukan,
harus dilakukan pengadukan secara kontinu untuk menghindari terjadinya
gosong pada adonan yang terletak di bagian bawah. Setelah dodol
mencapai kematangan yang cukup, dilakukan pengangkatan dodol dan
penuangan ke wadah plastik untuk selanjutnya didinginkan selama 10 jam.
Setelah itu dilakukan pengemasan sampel menggunakan plastik pembungkus
32
dan sampel disimpan di dalam kardus pada suhu ruang dan tidak terkena sinar
matahari langsung.
Gambar .
Diagram alir
pembuatan
dodol talas
5.3. CHEESE STICK TALAS
Cheese stick merupakan jenis makanan yang berasal dari luar Indonesia
yang nemenpatkan keju sebagai pembentuk citarasa. Harga keju yang relatif
mahal membuat jenis makanan tersebut mempunyai gengsi tersendiri. Bahan
yang perlu disiapkan adalah tepung talas (450 g), keju (250 g), telur (4 butir),
soda kue (2 sendok teh), garam (1 sendok teh), dan air (50 cc). Alat yang
digunakan meliputi mangkuk, alat pengocok, cetakan alat pemotong atau
pisau, penggorengan, dam kompor. Cara pembuatannya secara skematis
dapat dilihat pada Gambar .
33
Gambar. Proses pembuatan cheese stick talas
5.4. KRIPIK TALAS
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan keripik talas meliputi : pisau,
alat atau mesin pengiris talas (kacip), wajan serok, kompor, dan beberapa alat
pendukung lainnya. Sedangkan bahan-
bahan yang digunakan antara lain
umbi talas, garam, minyak goreng dan
beberapa bahan pendikung lainnya.
Pembuatan keripik talas dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
34
1. Pilih umbi talas yang sehat dan mulus, kupas dengan pisau tajam hingga
bersih.
2. Iris umbi tals tanpa kulit tersebut sehingga membentuk irisan-irisan yang
tipis panjang (sekitar 0,5 x 0,5 x 3 cm).
3. Jemur irisan tersebut sekitar 2 jam hingga getahnya kering.
4. Rendam irisan umbi talas tersebut ke dalam
larutan garam (2 - 5%) selama sekitar 15 menit,
kemudian diangkat dan ditiriskan.
5. Goreng irisan umbi talas tersebut ke dalam
minyak panas, hingga matanf dan kering,
kemudian diangkat dan ditiriskan.
6. kemas keripik talas tersebut dengan plastik dalam
ukuran sesuai kebutuhan.
5.5. LAPIS TALAS (TALAS BOGOR)
Kue Lapis Bogor merupakan jenis kua lapis kukus yang terbuat dari tepung talas
dan tepung terigu sehingga dikenal pula dengan sebutan kue lapis talas. Kue
Lapir Talas Bogor memiliki aroma yang jhas dengan tekstur yang lembut dan
rasa yang enak sehingga bisa kita jadikan oleh-oleh jika berkunjung ke Bogor.
Bahan-bahan Kue Lapis Talas :
100 gram tepung talas
100 gram tepung terigu
50 gram susu bubuk
150 gram gula pasir
4 butir telur
35
175 gram ( dilelehkan ) margarine
1 sendok teh baking powder
1/2 sendok teh sari pati talas
100 gram butter cream
100 gram keju parut
Cara Membuat Kue Lapis Talas Bogor:
1. Pertama-tama sari pati talas , terigu , susu bubuk dan baking powder ,
kemudian di ayak lalu sisihkan .
2. Kemudian kocok telur bersama gula pasir kurang lebih sekitar 15 menit
hingga putih dan mengembang . kemudian tambahkan ayakan bahan-
bahan tepung tadi sedikit demi sedikit sambil di aduk-aduk hingga
merata . tambahkan margarin , lalu aduk-aduk lagi hingga rata .
3. Selanjutnya siapkan loyang ukuran 25 x 10 , lalu alasi dengan kertas roti
dan olesi dengan margarine , tuangkan adonan lapis talas ke dalam
loyang 1/4 tinggi loyang . kemudian di kukus selama kurang lebih 15
menit sampai adonan setengah matang .
4. Masukkan tepung talas ke dalam sisa adonan tadi aduk hingga rata ,
Lalu adonan di masukan ke dalam loyang yang berisi lapisan pertama .
kukus lagi hingga sekitar 30 menit atau sampai matang , angkat lalu
dinginkan .
5. Terakhir olesi permukaan kue lapis talas bogor dengan butter cream
hingga rata , lalu taburi dengan keju parut , lapis bogor siap dinikmati ,
selesai .
36
5.6. TALAM TALAS
Bahan I:
300 ml santan dari 1/2 butir kelapa
75 gram gula pasir
100 gram talas, dikukus, dihaluskan
1/4 sendok teh garam
2 tetes pewarna merah muda
1/4 sendok teh esens talas
75 gram tepung beras
30 gram tepung sagu
Bahan II (aduk Rata):
1 sendok makan tepung beras
20 ml air panas
100 ml santan dari 1/4 butir kelapa
1/4 sendok teh garam
20 gram tepung sagu
Cara Pengolahan :
Adonan I: haluskan talas dengan 100 ml santan (dari 300 ml santan). Sisihkan.
Didihkan sisa santan, gula pasir, dan garam. Tambahkan pewarna merah muda
dan esens talas. Aduk rata.
Tuang sedikit-sedikit ke dalam campuran tepung beras, tepung sagu, dan
campuran talas. Uleni rata.
Tuang 3/4 tinggi cetakan kue mangkuk yang dioles minyak. Kukus 20 menit.
Tuang bahan II diatas bahan I. Kukus 10 menit sampai matang. Untuk 24 buah
37
DAFTAR PUSTAKA
BAPPENAS. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, Proyek
PEMD. Jurnal. Talas ( Colocasia esculenta (L.) Schott ), Jakarta, 2000
Koswara, Sutrisno. Modul. Teknologi Pengolahan Umbi‐Umbian Bagian 1 :
Pengolahan Umbi Talasa, Bogor Agricultural University, USAID
C.N, Williams. Produksi sayuran di daerah tropika. - Yogyakarta Gajah Mada
University Press, 1993.
Lembaga Biologi Nasional-LIPI. Ubi-ubian.- Bogor : Balai Pustaka, 1977.
PROSEA. Menyiasati lahan dan iklim dalam pengusahaan pertumbuhan jenis
jenis tanaman terpilih. – Bogor : PROSEA, 1994.
Rahmanto, Fajar. Skripsi. Teknologi pembuatan keripik simulasi dari talas Bogor
(Colocasia esculenta (L) SHOTT). - Bogor : Fateta-IPB, 1994.
Herawati, Lilis. Skripsi. Analisa rugi laba dan marjin tatniaga talas (Colocasia
esculenta (L.) Schott) (Studi kasus di Desa Sukaharja Kecamatan Cijeruk
Kabupaten Bogor). - Bogor : Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Pertanian-Fakultas
Pertanian-IPB, 1997.
Fatah, Zainal. Skripsi. Mempelajari pengaruh kadar amilosa pada pembuatan
ekstrudat talas (Colocasia esculenta (L.) SCHOTT).- Bogor : Fateta-IPB,
1995.
Rosmiatin, Enung. Skripsi. Prospek pengembangan talas talas (Colocasia
esculenta (L.) Schott) di Kabupaten Bogor serta proses pertumbuhannya
pada media casting. - Bogor : Jurusan Biologi-FMIFA-IPB, 1995.
38
Akmal, Dkk. 2009. Pemanfaatan Talas Bogor Dalam Minuman Probiotik Sebagai
Strategi Peningkatan Kesejateraan Petani Talas. Program Kreativitas
Mahasiswa. Biokimia : Institut Pertanian Bogor
DepartemenPertanian. Talas Http://Www.Deptan.Go.Id/Ditjentan/. Admin/Rb/T
alas.Pdf Diakses Tanggal 15 Oktober 2015
http://harianresep.blogspot.co.id/2014/05/resep-kue-lapis.html Diakses pada
tanggal 16 oktober 2015