Jurnal Al-Makrifat Vol 5, No 2, Oktober 2020MODERISASI PENDIDIKAN
ISLAM DI ERA REVOLUSI
INDUSTRI 4.0
2
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah PGRI Kota Pasuruan 1
[email protected],
2
[email protected]
Abstract In this era of modern civilization Islamic education faces
various kinds of
challenges in the living world. Islamic education occupies the most
important
position in the face of globalization, because globalization brings
both good and
bad influences in the life of Islamic education. Islamic education
seeks to rebuild
the values of good which are now beginning to fade due to
globalization.
Transforming Islamic education can improve the quality of quality
human
resources by holding fast to the Qur'an and Hadith as a source of
teachings for Muslims. This article aims that Islamic education can
transform well in modern
civilization. Islamic education must always keep up with the times,
if not then it
will stagnate and not experience the development and inhibition of
Islamic
intellectuals. Therefore, Islamic education is able to position
itself by holding
back global currents and being selective towards all developments
in this era of
modern civilization.
ABSTRAK
Pada zaman revolusi industry 4.0 ini pendidikan Islam mendapat
berbagai
macam tantangan dalam dunia kehidupan. Pendidikan Islam menempati
sebagai
posisi yang terpenting dalam menghadapi globalisasi, karena
globalisasi
membawa pengaruh baik dan juga buruk dalam kehidupan pendidikan
Islam.
Pendidikan Islam berupaya untuk membangun kembali nilai-nilai
kebaikan yang
kini mulai pudar karena adanya globalisasi. Transformasi pendidikan
Islam dapat
meningkatkan mutu sumber daya manusia yang berkualitas dengan
berpegang
teguh kepada Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber ajaran bagi umat
Islam.
Artikel ini bertujuan agar pendidikan Islam dapat bertransformasi
dengan baik
pada era revolusi industry 4.0 . Pendidikan Islam harus selalu
mengikuti
perkembangan zaman, jika tidak maka akan stagnan tidak
mengalami
perkembangan dan penghambat intelektual keislaman. Maka dari itu,
pendidikan
Islam mampu untuk memposisikan diri dengan menahan arus global dan
selektif
terhadap segala perkembangan pada era revolusi industry 4.0
ini.
Kata kunci: Pendidikan, Islam, revolusi industry 4.0
Pendahuluan
menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang
berkualitas. Dengan
adanya sebuah pendidikan dapat mencetak generasi-generasi pemuda
yang
tangguh, berwawasan luas, dan siap dihadapkan terhadap
permasalahan-
permasalahan yang ada pada dunia kemasyarakatan.
Pendidikan Islam merupakan suatu pendidikan yang dapat
melatih
segala perasaan yang telah diemban oleh peserta didik dengan
bersikap, bertindak,
maupun mengambil keputusan, yang dibekali dengan ilmu pengetahuan
spiritual
yang sangat etis akan nilai kesilaman yang mengantarkan manusia
pada segala
sesuatu yang berpedoman kepada syariat Allah.
Dilihat dari latar belakang nya, perkembangan pendidikan Islam
mulai
dikenal oleh bangsa Indonesia sejak Agama Islam masuk ke Indonesia,
yaitu pada
abad ke-12 Masehi. Dengan masuknya Agama Islam di Indonesia juga
membawa
pengaruh yang besar pula terhadap kebudayaan dan tradisi masyarakat
Indonesia.
Sebagai negara yang mayoritas penduduk adalah Agama Islam, dan
terbesar di
dunia membuat negara Indonesia memiliki kultur budaya keislaman
yang kuat dan
beragam yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Dengan tersebar
luasnya
Islam di Indonesia, merupakan bentuk bahwa Agama Islam memiliki
eksistensi
dalam membina masyarakat Indonesia melalui jalur pendidikan.
Awal mula masuknya Agama Islam di Indonesia adalah melalui
jalur
perdagangan, yang di mulai pada masuknya para pedagang dari negara
Arab
masuk ke tanah Aceh pada tahun 1290 Masehi. Yang kemudian
mulai
mengembangkan pendidikan dan pengajaran dengan berdirinya kerajaan
Islam
Samudera Pasai, Para Ulama’ Islam di Indonesia pun turut mendirikan
Pondok
Pesantren diseluruh nusantara.
dilakukan dengan cara yang tradisional dan kurikulum masih belum
tersusun
dengan rapi dan baik seperti pada zaman modern ini. Modernisasi
pendidikan
yang terjadi di Indonesia bukan hanya bersumber dari kaum muslim
saja,
melainkan karena campur tangan pemerintahan kolonial Belanda pada
abad yang
ke-19. Modernisasi pendidikan Islam berakar dari kata “modernisasi”
yang
100 Jurnal Al-Makrifat Vol 5, No 2, Oktober 2020
merupakan hasil institusi tentang keseluruhan agama Islam, yang
tidak dapat
terpisahkan dengan gagasan dan program modernisasi Islam. Sedangkan
kerangka
dasar dari keseluruhan modernisasi Islam adalah modernisasi
pemikiran dan
kelembagaan Islam sebagai kebangkitan kaum muslim pada zaman modern
ini.
Masyarakat Barat menganggap bahwa Modernisme merupakan arti
dari aliran, pikiran, gerakan, dan juga usaha untuk mengubah adat
istiadat, dan
juga pola pikir yang masih tradisional, agar bisa menselaraskan
dengan suasana
baru yang telah diperbarui oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi
modern. Nama lain dari Modernisasi adalah reformasi, yang memiliki
arti
perubahan terhadap segala sesuatu yang telah ada di dalam suatu
masa. Namun di
dalam Bahasa Indonesia menggunakan kata modernisasi, modernisme,
dan
modern, yang dapat diumpamakan dengan “aliran modern dalam islam”,
atau
“Modernisasi Islam”.
Kata modernisasi atau modern merujuk pada segala sesuatu
tentang
perubahan baru yang terjadi pada pola tatanan kehidupan. Istilah
tersebut muncul
dari kalangan masyarakat Barat dengan berpatokan bahwa tujuan
modernisasi
adalah bertujuan untuk menyesuaikan ajaran mereka dengan
ajaran-ajaran agama
Katolik dengan Protestan dengan adanya ilmu pengetahuan modern,
sehingga
menimbulkan istilah skularisme.
Terkait dengan perkembangan pendidikan Islam di era peradaban
modern ini, tentunya kita harus mengetahui bahwa pendidikan Islam
pada zaman
modern ini dihadapkan dengan problema kehidupan manusia modern.
Dengan
begitu, pendidikan Islam harus mengarah kepada perubahan masyarakat
modern
dengan segala macam tuntutan yang baik. Dalam sebuah perubahan
diperlukan
sebuah paradigma baru dalam menghafapai segala permasalahan yang
baru pula.
Jika tantangan tersebut masih dihadapi dengan paradigm lama, maka
segala usaha
yang dikerahkan juga tidak akan berhasil.
Untuk itu, pendidikan Islam dirancang khusus untuk menjawab
segala
problematika pada perkembangan zaman modern ini, dengan
meningkatkan
kualitas dan kuantitas SDM dengan tujuan untuk menguasai berbagai
macam ilmu
agama maupun ilmu umum dalam menjawab segala perubahan dan
permasalahan
dalam aspek kehidupan.
Penulis mengambil pembahasan ini bertujuan agar peserta didik
mampu untuk lebih memperdalam mempelajari tentang ilmu pendidikan
Islam
dengan baik, agar lebih berhati-hati menjaga keimanan dalam
menghadapi
permasalahan di era peradaban modern ini. Penulis berharap dengan
adanya
penelitian ini para peserta didik lebih berkomitmen dan lebih
menjaga diri serta
bersungguh-sungguh dalam meneruskan ajaran Rasulullah SAW agar
menjadi
muslim yang berkualitas.
modern, pendidikan Islam berorientasi pada kualitas lulusan,
peningkatan Kualitas
Perkuliahan di Perguruan Tinggi Agama Islam dan sisi lain
Pendidikan Agama
Islam. Agar kedepan nya mencapai hasil maksimal saya akan
memaparkan nya
sebagai berikut.
Transformasi pendidikan dapat dimaknai dengan proses
perubahan
secara bertahap dan terus-menerus menuju kemajuan. Kemajuan
tersebut dapat
ditandai dengan prestasi, karakter, dan juga budaya. Pendidikan
Islam sendiri
dianggap maju jika menang dan bersaing dengan sekolah-sekolah
modern.
Lembaga pendidikan Islam mengalami ketertinggalan yang
relatif
jauh dari sekolah-sekolah modern pada pertengahan tahun 1970.
Kemudian
lembaga pendidikan Islam mengalami perkembangan pada tahun pada
tahun
1980 dan ditandai dengan munculnya beberapa lembaga pendidikan
Islam.
Pada tahun 1990 mulai banyak lembaga pendidikan Islam yang
mengalami
kemajuan. Pada tahun 2000 lembaga pendidikan Islam sudah mampu
bersaing
dengan sekolah negeri dan non-islam. Kemudian pada tahun 2011
banyak
lembaga pendidikan Islam mampu berkembang pesat dan mampu
mengalahkan
sekolah negeri dan sekolah non-islam.
Pada orde reformasi ini, transformasi dalam pendidikan telah
banyak
dipengaruhi oleh pimpinan suatu lembaga pendidikan tersebut,
sebuah
102 Jurnal Al-Makrifat Vol 5, No 2, Oktober 2020
perubahan yang terjadi adalah hal yang wajar dan untuk berubah
menjadi yang
lebih baik lagi. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 257, Allah
berfirman:
Allah Pelindung orang-orang yang beriman Dia mengeluarkan
mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan
orang-orang
yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan
mereka
daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah
penghuni
neraka mereka kekal di dalamnya.(QS.Al-Baqarah:257)
Kepemimpinan Allah yang telah dijelaskan didalam Al-Qur’an,
merupakan cara kepemimpinan yang telah dijalankan oleh Rasulullah
SAW,
yang hanya diteruskan oleh orang-orang yang beriman.
Dalam transformasi pendidikan kurikulum merupakan hal yang
sangat berperan penting dalam pendidikan, yang meliputi: tujuan,
materi,
metode, dan juga evaluasi. Dengan adanya kurikulum tersebut
dapat
meyakinkan stakeholders. Maka dari itu, transformasi pendidikan
dapat
dilakukan dengan mengoptimalkan penerapan Kurikulum 2013
semaksimal
mungkin.
berbagai macam faktor, seperti: pengelola, sarana dan prasarana,
lingkungan,
kurikulum, dan juga sumber daya kependidikan.
Transformasi pendidikan Islam dapat diperbaiki dengan cara
memperbaiki kualitas pengelolaan, yang dapat dikhusukan kepada
kepala
sekolah madrasah dan juga wakil. Yang harus memiliki kualifikasi
akademi
Magister Manajemen Pendidikan. Begitu pula dengan guru sekolah
Islam, juga
harus memiliki kualifikasi magister pada tiap mata pelajaran yang
dijalaninya. 1
Dalam mempermudah pengelolaan siswa, maka diperlukan adanya
klasifikasi terhadap kemampuan, minat, dan bakat siswa. Namun,
siswa
dituntut agar kuat dan mampu dalam bidang mata pelajaran Agama
Islam.
1Lihat J. Drost, SJ, Dari KBK Sampai MBS (Jakarta: Kompas Penerbit
Buku, 2005),
hlm.107-108.
Karena, jika siswa mampu memperdalam tentang urusan agama dengan
baik,
maka lebih memudahkan dan memeperkokoh siswa dalam
pembentukan
karakter Islami dalam benaknya. Sedangkan Ilmu Umum yang
dipelajarinya
adalah untuk membentuk karakter nasionalis.
Pendidikan Islam harus berkembang dan berjalan secara terus
menerus, tidak boleh berhenti pada satu titik tertentu. Pendidikan
yang tidak
melakukan sebuah perkembangan secara otomatis juga akan
mengalami
ketertinggalan. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus selalu
mengalami
perkembangan agar relevan dengan segala kebutuhan manusia pada
zaman
modern ini. 2
2. Pendidikan Untuk Membangun Daya Saing Bangsa di Era
Globalisasi
Pendidikan merupakan suatu hal yang terpenting dalam
perkembangan peradaban manusia. Pendidikan nasional berorientasi
terhadap
kualitas untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Jika
hanya
berfokus kepada kualitas lulusan, maka perubahan yang mendasar akan
terjadi
pada kualitas sumber daya manusia sebagai sistem pendidikan.
Dalam menciptakan penyelenggaraan pendidikan nasional, maka
harus mampu dalam memperbaiki sumber daya manusia di Indonesia
dengan
berorientasi pada mutu lulusan, adil dan non diskriminatif, serta
demokratif.
Oleh karena itu, pendidikan Indonesia mampu berorientasi
dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dengan
berkembangnya IPTEK tersebut berguna untuk pembangunan generasi
bangsa
kedepannya.
masyarakat tentang kualitas sumber daya manusia, pendidikan
Islam
berorientasi pada pembinaan dan pengembangan nilai-nilai keagamaan
dari diri
peserta didik dengan memberikan penekanan khusus penguasaan IPTEK
dan
juga pemahaman agama , yang mana kedua hal tersbut harus berjalan
dengan
baik dan dilakukan secara humanistik dengan memperhatikan budaya
lokal
yang berdasar pada nilai-nilai religius.
2Ibid, hlm.79
Pada era globalisasi dapat ditandai dengan meningkatnya
persaingan
dalam sumber daya manusia. Dengan SDM yang berkualitas, maka
mampu
pula dalam menghadapi globalisasi dengan mengeluarkan kebijakan
Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (Indonesian Qualification
Framework).
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah
perwujudan jati diri dan mutu bangsa Indonesia yang berkaitan
dengan sistem
pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja nasional, serta sistem
penilaian
kesetaraan yang dicapai pada pembelajaran nasional. KKNI berfungsi
untuk
menghadapi permasalahan tantangan dan persaingan pasar global
yang
semakin terbuka.
pendidikan mampu dalam menyetarakan, membandingkan, dan
mengintegrasikan pencapaian dari hasil jalur pendidikan formal
maupun
nonformal.
dalam bukunya yang berjudul The Third Wave, yang mengemukakan
tentang:
a. Peradaban atas revolusi hijau (pertanian) yang mendominasi
hingga saat ini.
b. Peradaban atas revolusi industri yang dibawa oleh negara Inggris
dengan
kepadatan modal dan juga borosnya energi.
c. Peradaban baru atas revolusi informasi yang berkembang dengan
banyaknya
industri jasa dan informasi. 3
Ciri utama dalam kehidupan di masa sekarang dan masa depan
adalah dengan terjadinya perubahan dalam berbagai macam aspek
kehidupan
manusia. Berbagai macam paradigma juga digunakan dalam menata
kehidupan, baik individu maupun organisasi.
Anthony Giddens mengungkapkan globalisasi adalah proses
perubahan yang berjalan dengan kecepatan yang tinggi dan cepat
sehingga
tidak bisa dikendalikan, seperti dunia yang lepas kendali (runaway
world). 4
3 John Naisbitt, Megatrends, Ten New Directions Transforming Our
Lives, (New
York:Warner Boooks, 1982), hlm. 19. 4Anthony Giddens, Runaway
World: How Globalization is Reshaping our lives,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999).
105 Jurnal Al-Makrifat Vol 5, No 2, Oktober 2020
Dengan adanya modernisme atau pemikiran aliran modern, maka
muncullah berbagai macam pemikiran Intellegent Muslim tentang
berbagai
macam persoalan ke-Islaman modern yang muncul karena adanya teknik
baru
dalam ilmu pengetahuan. 5
adalah sebuah industri. Namun, maksud dari perindustrian dalam
pendidikan
adalah keuntungan dari pengelolaan pendidikan tersebut harus mampu
untuk
membesarkan dan mengembangkan kembali lembaga pendidikan.
Menurut H.A.R Tillar terdapat tiga urgensi pendidikan, yaitu:
pembangunan masyarakat yang bersifat demokrasi, pengembangan
secara
social capital, dan meningkatkan daya saing bangsa. 6
Lembaga Pendidikan Islam berpotensi dalam memasuki era
gelombang ketiga, karena potensi tersebut berkiatan dengan potensi
faktor
internal maupun eksternal umat Islam. Indonesia sebagai penduduk
mayoritas
umat beragama Islam memiliki keterkaitan mendalam dengan
pendidikan
Islam. Pendidikan Islam juga mengalami berbagai macam
perkembangan
hingga zaman reformasi, yang berkesinambungan. Secara kuantitas,
dengan
banyaknya jumlah lembaga pendidikan Islam di seluruh penjuru dunia,
maka
mampu menampung dengan jumlah siswa yang banyak, dan tersedianya
para
ahli sumber daya manusia yang memadai pula.
Menurut pendapat Rosidin, pendidikan Islam mengalami
ketertinggalan yang dapat disebabkan oleh empat faktor,
yaitu:
a. Cultural lag.
pendidikan, reformasi pendidikan merupakan hal yang mutlak
dalam
5 Endang Saefullah Anshari, Wawasan Islam, (Bandung: Pustaka IPB,
1990), hlm. 72. 6 H.A.R Tillar, Membenahi Pendidikan Nasional,
(Jakarta: Rineka Cipta, 200), hlm.20. 7Rosidin, Problematika
Pendidikan Islam Persepektif Maqasid Shari’ah, Maraji’:
Jurnal Studi Keislaman, Vol.3, No.1, (September 2016), hlm.
186
106 Jurnal Al-Makrifat Vol 5, No 2, Oktober 2020
menghadapi globalisasi. Menurut William J. Mathis dari Vermont
University
menjelasakan tentang reformasi pendikan, yaitu:
a. Merubah cara berfikir masyarakat.
b. Perubahan dunia dengan sangat cepat.
c. Teknologi yang sangat maju.
d. Standar kehidupan yang menurun.
e. Perekonomi berkembang semakin menyeluruh.
f. Peran media massa yang terus menerus menguatkan. 8
Reformasi juga terjadi pada budaya akademik, karena budaya
akademik adalah budaya yang bersifat universal yang dapat
melibatkan semua
orang dalam dunia akademik.
dengan kompetensi yang baik dan berbeda-beda tersebut banyak
peluang bagi
peserta didik untuk memenangkan sebuah kompetisi. Jika sebuah
lulusan
pendidikan mampu berkompetisi dengan baik, dapat menghasilkan
lulusan
yang baik dan berkualitas. Sesuai dengan berkembangnya zaman, dalam
dunia
pendidikan dibutuhkan generasi penerus bangsa dengan lulusan
yang
berkualitas.
tahun 1950-1969 berorientasi kepada hasil, yakni lulusan yang
berkualitas.
Orientasi pendidikan di Indonesia sering kali mengalami berbagai
macam
perubahan dan pembaharuan karena masih belum memperoleh hasil
yang
maksimal. Masyarakat bukan hanya melihat dari segi fasilitas
tambahan yang
ada di sekolah saja, melainkan dari presentase kelulusan yang
cemerlang.
Untuk mewujudkan orientasi dalam hal pendidikan maka
diberlakukan Standar pendidikan yang diberlakukan secara serentak,
baik
dalam hal kemampuan maupun pengetahuan. Guru lebih diberikan
kebebasan,
namun tetap harus berupaya mengajar dan membimbing peserta didik
agar
mampu mencapai standar kelulusan secara optimal. Peserta didik juga
dituntut
8Dede Rosyada, Paradgima Pendidikan Demokratis.Sebuah Model
Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2004), hlm. 10-11.
107 Jurnal Al-Makrifat Vol 5, No 2, Oktober 2020
untuk lebih meningkatkan semangat belajar demi kesejahteraan
bangsa
Indonesia. Birokrasi pendidikan diupayakan untuk meningktakan
fungsi
pelayanan (service) daripada fungsi pengendalian (control). 9
Orientasi pendidikan lebih menekankan pada peserta didik
sebagai
subjek yang mengalami proses pendidikan. Dalam mencetak generasi
yang
bersumber daya manusia baik, harus mengidentifikasi segala hal
yang
dibutuhkan oleh peserta didik agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan
baik, meliputi: pendidik yang baik dan berkualitas yang mampu
mengarahkan
dan membimbing peserta didik menuju jalan kesempurnaan; media dan
sarana
prasarana yang memadai; lingkungan pembelajaran yang kondusif dan
menarik
bagi peserta didik sehingga peserta didik merasa nyaman selama
proses
pembelajaran berlangsung.
keterampilan, pengetahuan, karakter yang baik dan bisa diandalkan,
serta dapat
diakui pada tingkat nasional maupun tingkat internasional. Lulusan
yang
berkualitas dapat ditandai dengan:
a. Pendidikan dikatakan berhasil jika angka pada tingkat literasi
yang dikuasai
lebih tinggi.
b. Sistem management pendidikan yang melayani antara murid dan
guru.
c. Fasilitas dan juga sarana prasarana, serta program- program
sekolah baik
terstruktur maupun tidak terstruktur bukanlah ukuran kemajuan
sebuah
sekolah, namun dilihat dari segi kualitas dan kuantitas
lulusan.
d. Standar kualitas kelulusan nasional lebih diutamakan
dibandingkan dengan
standarisasi kurikulum.
diwujudkan dengan jaminan kualitas dan kontrol. 10
5. Peningkatan Kualitas Perkuliahan di Perguruan Tinggi Agama
Islam
Perguruan tinggi berperan dalam membangun bangsa dalam
memajukan peradaban bangsa. Kualitas pembelajaran di perguruan
tinggi dapat
meningkatkan suatu bangsa pada tingkat kemajuan. Winarno
Surakhmad
9Jahja Umar, Ph. D, “Beberapa Prinsip yang Harus Ada dalam
Kebijakan Diknas”. Oleh
Jahja Umar, Ph, D, dengan diubah sesuai dengan keperluan tulisan
pada bab ini. 10Ibid.
108 Jurnal Al-Makrifat Vol 5, No 2, Oktober 2020
berpendapat bahwa ada hubungan positif yang terjalin antara
pendidikan yang
tinggi dengan tingkat keberhasilan pendidikan. Perguruan Tinggi
dalam
menunjang keberhasilan pembangunan memiliki posisi strategis,
sebagai
berikut:
a. Sebagai tempat untuk mendidik sumber daya manusia sehingga
memiliki
kompetensi yang mumpuni.
e. Sebagai lembaga pelatihan peneliti yang handal.
f. Sebagai tempat pengkaderan bagi calon pemimpin bangsa.
g. Sebagai penghasil expert dalam berbagai spesifikasi keilmuan.
11
Pada negara-negara yang mengalami perkembangan, perguruan
tinggi adalah tanda sebuah kemajuan dalam negara tersebut.
Perguruan tinggi
merupakan “kawah candradimuka” peserta didik, karena semakin
banyak
kelulusan, maka semakin banyak pula tenaga yang terididik. 12
Di Indonesia, perguruan tinggi dibedakan menjadi dua
kelompok,
yaitu perguruan tinggi yang dikelola oleh Kementrian Agama, dan
perguruan
tinggi yang dikelola oleh Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Peningkatan kualitas perkuliahan di Perguruan Tinggi Agama
Islam
dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
a. Meningkatkan kompetensi keahlian mahasiswa, serta
membangkitkan
kembali daya kritis dan kekreatifan mahasiswa.
b. Mahasiswa belajar dengan semaksimal mungkin serta aktif dalam
proses
perkuliahan dan terus berlatih dalam mengemukakan gagasan baik
tertulis
maupun lisan.
c. Mengelola sarana dan prasarana yang ada pada Perguruan Tinggi
Agama
Islam dengan instrument ataupun media yang diperlukan dalam
meningkatkan mutu dan kualitas perkuliahan.
11Winarno Surakhmad, Pendidikan Nasional dan Tragedi, (Jakarta:
Kompas, 2009),
hlm.389. 12Ibid, hlm.390.
Menurut Fazlur Rahman, pendidikan umat Islam dilakukan secara
mekanis pada pertengahan abad. Pendidikan umat Islam cenderung pada
aspek
kogntiif daripada psikomotorik dan juga afektif. Pendidikan Islam
yang yang
kontemporer, masih bergelut pada berbagai macam konflik dan
metode
pembelajaran, dengan terjadinya hal tersebut dapat merusak
proses
pembelajaran dan mengakibatkan rusaknya pengetahuan umat Islam.
13
Konsep ilmu pengetahuan merupakan suatu hal yang harus
diperoleh
karena bukan sesuatu hal yang kreatif, sedangkan pemikiran dan hal
yang
terdapat didalam buku yang telah diperoleh dan juga tersimpan lama
juga
dinamakan sebagai ilmu. Hal tersebut secara garis besar
bertentangan dengan
persepektif ilmu pengetahuan yang ada didalam AL-Qur’an yang
dapat
berkembang secara terus menerus.
berpendapat bahwa pendidikan umat islam lebih memihak dan mengikuti
pada
“banking concept of education” (pendidikan yang berkonsep ala
bank)
daripada “problem posing education” (pendidikan yang kritis). Hal
tersebut
mampu untuk mengahalangi munculnya kreatif dan kritis mahasiswa,
maka
mahasiswa tidak mampu untuk mengungkapkan sebuah realita dan
memberikan respons agar lebih kompleks dan fungsional. 14
6. Sisi Lain Pendidikan Agama Islam
Pada beberapa waktu yang lalu terdapat guru mata pelajaran
Matematika SMK di Yogyakarta yang beranggapan bahwa tugas dari guru
PAI
sangatlah ringan, karena di Indonesia mayoritas penduduknya
menganut
kepercayaan agama Islam. Alasan lainnya juga berpendapat bahwa jika
hanya
mengajarkan tentang sholat, orangtua sudah mengajarkannya sejak
kecil, dan
mengajarkan tentang membaca Al-Qur’an sudah terdapat Taman
Pendidikan
Al-Qur’an (TPQ) yang juga mengajarkan secara detail tentang tata
cara
membaca Al-Qur’an dengan baik.
13Fazlur Rahman, The Qur’anic Solution of Pakistan’s Educational
Problem, (Pakistan:
Islamic Studies 1967), hlm. 322-323. 14 Azyumardi Azra, Pendidikan
Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999). hlm. 163.
110 Jurnal Al-Makrifat Vol 5, No 2, Oktober 2020
Jika dilihat dari argumen tersebut, memang dianggap sebagai
hal
yang realitas jika tugas seorang guru PAI di sekolah sudah banyak
yang
dilakukan dan dibantu oleh adanya orangtua, guru TPQ, dan juga
kalangan
masyarakat. Namun, dapat kita ketahui bahwa indikator utama sebagai
tolak
ukur keberhasilan dalam Pendidikan Agama Islam bukanlah kemampuan
dari
membaca dan menulis Al-Qur’an saja, karena hal tersebut dianggap
masih
belum cukup, berarti kita masih memaknai Pendidikan Agama Islam
hanya
dengan batasan bacaan dan hafalan Al-Qur’an saja. Dengan begitu
tentu agama
Islam terdapat pada lingkup yang sangat sempit dan jauh dari
realitas
kehidupan.
Jika kita memperdalam kembali tentang kandungan ajaran Al-
Qur’an, akan diketahui bahwa sesungguhnya ajaran Islam sangat dekat
dengan
kehidupan manusia. Sesuai dengan ayat yang pertama kali diturukan
oleh QS.
Al-Alaq (96) ayat 1-5 memerintahkan agar Rasulullah mampu
merevolusi
kehidupan masyarakat Arab yang realitasnya jauh dari kejujuran,
keadilan,
ketauhidan, dan kata kebenaran menjadi masyarakat yang menjunjung
tinggi
nilai-nilai kebaikan yang telah disyariatkan oleh Allah SWT.
Menurut Jalaluddin Rachmat, didalam Al-Qur’an juga
memperintahkan tentang agar umat Islam senantiasa memperhatikan
dan
memperdulikan nasib umat Islam yang lainnya terutama pada kalangan
bawah.
Al-Qur’an juga menerangkan tentang kejujuran dalam perdagangan,
karena
perdagangan adalah hal yang dominan dalam hal bermasyarakat.
Dengan
demikian, Al-Qur’an tidak hanya membahas tentang peribadatan saja,
namun
juga membahas tentang perhatian yang besar terhadap terciptanya
kehidupan
yang makmur, adil, dan sejahtera.
Sebagai seorang guru Pendidikan Agama Islam, memiliki tugas
utama sebagai suri tauladan yang baik bagi peserta didik, bukan
hanya sekedar
mentransfer ilmu saja. Sebagai seorang pendidik, hendaknya mampu
untuk
menjadi uswatun hasanah dari materi pembelajaran yang telah
diajarkan pada
peserta didik.
menanamkan nilai-nilai karakter bagi peserta didik. Dengan adanya
sebuah
111 Jurnal Al-Makrifat Vol 5, No 2, Oktober 2020
contoh, peserta didik mampu mengamati secara langsung tentang
model
berperilaku baik secara afektif, kognitif, maupun psikomotorik yang
telah di
contohkan oleh guru.
Permasalahan yang sering muncul dikarenakan guru, orangtua,
mentor, dan dosen hanya sekedar memberikan contoh, namun tidak
dalam hal
menjadi contoh. Maka tak jarang jika begitu banyaknya pelanggaran
yang
dilakukan oleh remaja di kalangan SMU/ SMK, hal tersebut terjadi
bukan
karena sekolah tidak mengajarkan tentang arti sebuah kejujuran dan
nilai-nilai
kebaikan, melainkan tidak adanya contoh yang konkret dari
pihak-pihak
pengajar yang ada di sekolah. Dengan adanya contoh yang konkret
dari jajajran
pendidik/pengajar membuat para remaja merasa lebih terkesan
tentang
bagaimana dan siapa yang telah memberikan contoh dengan baik, bukan
hanya
dengan segi materi saja.
Terdapat pepatah dalam Bahasa Arab yang berbunyi “faqidus
sya’i
laa yu’thii”. Jika tidak memiliki sesuatu, maka tidak akan bisa
memberikan
sesuatu. Apabila seorang guru tidak memiliki bekal yang cukup
dalam
mendidik dan mentransfer ilmu kepada peserta didik, maka guru juga
tidak
mampu untuk menyalurkan ilmunya kepada peserta didik. Seorang guru
tidak
bisa menularkan kesuksesan kepada peserta didik jika guru tidak
pernah
merasakan riwayat kesuksesan.
Maka dari itu, diperlukan sosok guru yang jujur, baik,
bertanggung
jawab, disiplin, dan penyayang, baik guru yang ada di dalam
lingkungan
sekolah maupun yang ada di lingkungan masyarakat. Karena hal yang
baik
akan menjadikan contoh yang berharga.
112 Jurnal Al-Makrifat Vol 5, No 2, Oktober 2020
Kesimpulan
transformasi. Kondisi lembaga pendidikan Islam hampir ketinggalan
dalam
dengan lembaga modern, namun tetap untuk menuntut agar
lembaga
pendidikan Islam lebih meningkatkan kembali dalam melakukan
transformasi
karena menghadapi tantangan yang semakin kompleks.
2. Kemajuan pada negara Indonesia akan diperoleh jika memiliki SDM
dan
teknologi yang tinggi, maju, dan juga berkualitas. Pendidikan di
Indonesia
harus beriorientasi bagaimana dengan cara untuk mengembangkan
ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga hasil dari pengembangan IPTEK
tersebut
berguna bagi pembangunan bangsa kedepannya.
3. Perkembangan dalam bidang teknologi dan informasi telah
membawa
perubahan dan perkembangan pula dalam dunia pendidikan. Dalam
dunia
pendidikan tidak dapat dikelola tanpa adanya reformasi budaya
akademik.
Budaya akademik perlu diciptakan di perguruan tinggi dalam rangka
untuk
menumbuhkan pikiran yang bebas, kritis, dan kreatif sehingga pada
akhirnya
akan melahirkan ide-ide baru yang berguna bagi pengembangan sumber
daya
manusia.
4. Segala aktivitas dalam pendidikan disusun dalam rangka untuk
membantu
peserta didik agar berproses secara baik sehingga dapat
mengembangkan
potesinya dengan baik. Pendidikan yang berorientasi pada kualitas
peserta
didik harus menjadi prioritas lembaga pendidikan Islam. Tanpa
menghasilkan
lulusan yang berkualitas, pendidikan bukanlah suatu investasi SDM.
Lulusan
pendidikan dikatakan berkualitas jika memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan
karakter yang dapat dijadikan bekal dalam menghadapi tantangan dan
mampu
dalam menyelesaikan berbagai macam problem kehidupan.
5. Untuk meningkatkan kualitas perkuliahan di Perguruan Tinggi
Agama Islam
(PTAI), dapat dilakukan dengan cara: pertama, para dosen selalu
berusaha
untuk meningkatkan kompetensi atau keahlian mereka, selali
berusaha
membangkitkan daya kritis dan kreatif mahasiwa, dan memberikan
kesempatan
kepada mahasiswa untuk bertanya, berdiskusi, dan mengemukakan ide
atau
gagasan. Kedua, para mahasiwa selalu berusaha untuk
mengemukakan
113 Jurnal Al-Makrifat Vol 5, No 2, Oktober 2020
gagasan-gagasan mereka baika secara lisan, maupun tertulis,
bahkan
melakukannya. Ketiga, bagi pengelola PTAI segera melengkapi media
dan
instrumen yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas
perkuliahan.
6. Mengajarkan Pendidikan Agama Islam sama kompleksnya dengan
bagaimana
agar umat Islammemiliki kualitas kehidupan yang baik. Guru PAI
dituntut
untuk mampu mendidik siswa sehingga menjadi pribadi yang jujur,
adil.
Tangguh, disiplin, menghargai waktu, hidup sehat dan bersih, serta
memiliki
kontribusi yang nyata dalam kehidupan masyarakat. Tugas guru
Pendidikan
Agama Islam sebenarnya sama kompleksnya dengan tugas para nabi yang
telah
diutus oleh Allah untuk memperbaiki kehidupan di bumi.
114 Jurnal Al-Makrifat Vol 5, No 2, Oktober 2020
DAFTAR PUSTAKA
Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Dede Rosyada. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Sebuah
Model
Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan.
Jakarta:
Kencana.
Giddens, Anthony. 1999. Runaway World: How Globalization is
Reshaping our
lives. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
J.Drost, SJ. 2005. Dari KBK Sampai MBS. Jakarta: Kompas Penerbit
Buku.
Jahja Umar, Ph.D. “Beberapa Prisnip yang Harus Ada dalam Kebijakan
Diknas”.
Naisbitt. John. 1982. Megatrends, Ten New Directions Transforming
Our Lives.
New York: Warner Books.
Rahman,Fazlur. 1967. The Qur’anic Solution of Pakistan’s
Educational Problem.
Pakistan: Islamic Studies
Jakarta: Kompas.
Cipta.