PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR
FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 8 LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh: Frenia Suci Wulandari1, A.Budi Mulyanto
2, Tri Ariani
3
Program studi pendidikan Fisika STKIP-PGRI Lubuklinggau
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
This thesis entitled "Effect of Learning Model Student Teams Achievement
Division (STAD) against the Learning Outcomes Physics Class X State Senior
High School 8 Lubuklinggau academic year 2015/2016". This study was
motivated by the low student learning outcomes cause is the lack of use of various
learning models and the lack of the use of laboratory equipment physics.
Therefore, researchers are trying to use a learning model Student Teams
Achievement Division (STAD). Problems in this study is there any influence
learning model Student Teams Achievement Division (STAD) the results of class
X student of SMAN 8 Lubuklinggau academic year 2015/2016. This type of
research is purely experimental. The population in this study were all students of
class X SMA 8 Lubuklinggau totaling 120 people. Two classes taken as a random
sample, where the class was chosen as an experimental class X4 and X5 class as
the control class. Data collection technique used is the technique of testing and
observation, as many as 6 tests in the form of descriptions and observations about
the shape of psychomotor assessment by 6 indicators. Final test score data were
analyzed using t-test. Based on the results of data analysis and ttable t = 2.09 =
1.69 because thitung>ttable, it could be concluded no influence learning model
Student Teams Achievement Divission (STAD) on student learning outcomes.
Keywords: Student Teams Achievement Division (STAD), Learning Outcomes
Physics.
Pendahuluan
Samani (2010:134) mengemukakan bahwa pendidikan adalah upaya untuk
membantu siswa dalam mengembangkan potensinya guna menghadapi kehidupan
di masa depan. Belajar adalah proses interaksi antara siswa dan guru untuk
meningkatkan pengetahuan, wawasan, perilaku, dan keterampilan siswa.
Giancoli(2001:1), sains adalah suatu aktivitas kreatif dalam banyak hal
menyerupai aktivitas kreatif pikiran manusia. Fisika merupakan pengetahuan,
gagasan, dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah.
Berdasarkan observasi awal di SMA Negeri 8 Lubuklinggau, diperoleh data
bahwa hasil belajar fisika siswa di kelas X masih belum sesuai harapan terlihat
pada nilai ulangan harian siswa yang masih belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 70. Berdasarkan jumlah
siswa kelas X 146 orang, 69 orang siswa yang tuntas atau 47,26% dan 75 orang
siswa atau 51,36% yang belum tuntas sehingga tidak sedikit siswa yang mengikuti
program remedial untuk memenuhi KKM. Faktor yang mempengaruhi rendahnya
hasil belajar fisika yaitu kurangnya alat-alat laboratorium fisika di sekolah dan
kreativitas guru menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “apakah ada pengaruh model pembelajaran Student Teams Achievement
Division (STAD) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri
8Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 ?”.
Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar
Arsyad (2011:1) mengemukakan belajar adalah proses yang kompleks
yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi
karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Salah satu
pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah
laku pada diri orang itu yang memungkinkan disebabkan oleh terjadinya
perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.Dimyati dan
Mudjiono (2006:7), belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang
kompleks.Berdasarkan pengertian-pengertian di atas didefinisikan bahwa
belajar merupakan proses perubahan dari pengalaman atau latihan yang
ditunjukkan dengan perubahan di tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap
ke arah yang lebih baik.
2. Pengertian Hasil Belajar
Dimyati dan Mudjiono (2006:200) mengemukakan evaluasi hasil belajar
merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan
penilaian atau pengukuran hasil belajar yang bertujuan untuk meningkatkan
tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran, tingkat keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai berupa
huruf, angka atau simbol.Jarolimek dan Foster (dalam DimyatiMudjiono,
2006:202) mengatakan tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau
pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengembangan
keterampilan intelektual.
Taksonomi Bloom ranah kognitif terdiri 6 tingkatan yaitu
pengetahuan(C1), pemahaman (C2), penggunaan atau penerapan (C3), analisis
(C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Berdasarkan pendapat di atas
disimpulkanhasil belajar ranah kognitif adalah perubahan perilaku pada ranah
pengetahuanatau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi
yang mencakup kegiatan otak. Dalam penelitian ini ranah yang diteliti C1, C2,
dan C3.
3. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)
Menurut Slavin (dalam Uno dan Mohamad, 2013:107), STAD
merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. STAD
terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor
perbaikan individu, dan penghargaan tim. Seperti halnya pembelajaran lain,
model pembelajaran kooperatif tipe STAD membutuhkan persiapan sebelum
kegiatan pembelajaran dilaksanakan yaitu perangkat pembelajaran, membentuk
kelompok kooperatif, menentukan skor awal, pengaturan tempat duduk, dan
kerja kelompok.Menurut Trianto (2011:52), tipe STAD merupakan salah satu
tipe dari metode pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-
kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara
heterogen. Fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD
Fase Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Menyajikan atau menyampaikan
informasi
Menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan mendemonstrasikan atau
lewat bahan bacaan
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar
Menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar
dan membentuk setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka
Fase 5
Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah diajarkan atau masing-
masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya
Fase 6
Memberikan penghargaan
Mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok
Sumber : Ibrahim, dkk (dalam Trianto, 2011:54)
4. Tinjauan Materi Pengukuran
Giancoli (2001:07), pengukuran merupakan kegiatan membandingkan
suatu besaran yang diukur dengan alat yang digunakan sebagai satuan Alat
ukur adalah sesuatu yang digunakan untuk mengukur suatu besaran. Dalam
kegiatan pengukuran, kamu membandingkan panjang meja dengan panjang
pensil. Panjang pensil yang digunakan sebagai satuan. Sesuatu yang dapat
diukur dan dapat dinyatakan dengan angka disebut besaran. Pembanding
dalam suatu pengukuran disebut satuan. Berikut ini contoh alat-alat ukur
panjang, massa dan waktu:
a. Alat Ukur Panjang
1) Mistar (penggaris)
Gambar 2.1 Mistar
Sumber : United Science (2013:13)
2) Jangka sorong
Gambar 2.2 Jangka Sorong
Sumber : Pujianto dkk (2013:13)
3) Mikrometer sekrup
Gambar 2.3Mikrometer Sekrup
Sumber : Pujianto, dkk (2013:14)
b. Alat Ukur Massa
Gambar 2.4 Alat Ukur Massa
Sumber : Zona Siswa (2014:1)
c. Alat Ukur Waktu
Gambar 2.5Alat Ukur Waktu
Sumber : United Science (2012:2)
Metode Penelitian
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. \Penelitian ini menggunakan true experimental desain karena
adanya kelompok lain yang ikut dalam pengamatan. Desain yang digunakan
berbentuk Pretest-PostestControl Group Design. Peneliti akan membagi
kelompok menjadi dua yakni kelompok eksperimenmenggunakan model
pembelajaran STAD dan kelompok kontrolmenggunakan metode ceramah.
Desain penelitian ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Pretest-Posttest Control Group Design
Group Pretest Treatment Posttest
Eksperimen 𝑂1 X 𝑂2
Kontrol 𝑂3 - 𝑂4
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri
8 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 120 siswa. Penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling yaitu tehnik yang pengambilan
sampelnya, peneliti mencampur subjek-subjek didalam populasi sehingga
semua subjek dianggap sama.Sampel diambil secara acak dengan cara diundi
diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas X4 sebanyak 25 siswa dan kelas kontrol
yaitu kelas X5 sebanyak 22 siswa.
B. Teknik Analisis Data
1. Menentukan skor rata-rata dan simpangan baku
Mencari nilai rata-rata dan varians dari masing-masing kelompok data
dengan menggunakan rumus:
𝑥 = 𝑓𝑖𝑥𝑖
𝑓𝑖
Sugiyono (2010:50)
s = 𝑓𝑖( 𝑥1 −𝑥 )2
𝑛−1 Sugiyono (2010:57)
Keterangan:
Me= nilai rata-rata sampel
𝑓𝑖 = frekuensi
𝑥𝑖= titik tengah nilai tes
s = simpangan baku
2. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui kenormalan data.
Rumus yang digunakan dalam uji normalitas adalah uji kecocokan chi-
kuadrat ( χ² ) yaitu:
χ² = 𝑓0−𝑓
2
𝑓 Arikunto (2010:333)
Keterangan:
χ² = Harga Chi-kuadrat yang dicari
𝑓0 = Frekuensi dari hasil observasi
𝑓= Frekuensi yang diharapakan
Kriteria pengujian adalah jika χ²𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
dibandingkan dengan χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
dengan derajat kebebasan (dk= k-1), dimana k adalah banyaknya kelas
interval, dan χ²𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
˂ χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
, maka dapat dinyatakan bahwa data tersebut
berdistribusi normal. Jika χ²𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
≥χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
, maka dapat dinyatakan bahwa
data tersebut tidak berdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians antar kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dimaksudkan untuk mengetahui keadaan varians kedua kelompok
homogen atau tidak. Dalam halini uji statistik menggunakan uji varians (F)
dengan rumus:
𝐹 = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙atau𝐹 =
𝑠12
𝑠22 Sugiyono (2010:140)
Keterangan:
𝑠12 = varians terbesar
𝑠22 = varians terkecil
Dengan kriteria pengujinya adalah jika 𝐹𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka kedua
varians data tersebut adalah homogeny sedangkan jika 𝐹𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 >𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka
kedua varians data tidak homogen.
4. Uji Hipotesis
Hipotesis statistik yang akan diuji adalah sebagai berikut :
Ho: µ1 ≤ µ2 = Rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan model
pembelajaran STAD lebih kecil atau sama dengan rata-
rata hasil belajar fisika siswa menggunakan metode
ceramah kelas X SMA Negeri 8 Lubuklinggau tahun
pelajaran 2015/2016.
Ha: µ1 > µ2 = Rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan model
pembelajaran STAD lebih tinggi daripada rata-rata hasil
belajar fisika siswa menggunakan metode ceramah kelas
X SMA Negeri 8 Lubuklinggau tahun pelajaran
2015/2016.
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji kesamaan dua rata-
rata, jika kedua kelompok data berdistribusi normal dan bervarians
homogen maka digunakan uji statistik t (Sudjana, 2005:239) dengan rumus:
𝑡 =𝑥 1−𝑥 2
𝑠 1
𝑛1 +
1
𝑛2
dengan 𝑠2 = 𝑛1− 1 𝑠1
2+ (𝑛2−1)𝑠122
𝑛1− 𝑛2− 2
Keterangan:
𝑥 1 = rata-rata kelompok eksperimen
𝑥 2 = rata-rata kelompok kontrol
𝑛1 = jumlah siswa kelompok eksperimen
𝑛2 = jumlah siswa kelompok kontrol
𝑠1 = simpangan baku kelompok eksperimen
𝑠2 = simpangan baku kelompok kontrol.
𝑠12 = varians kelompok eksperimen
𝑠22 = varians kelompok control
s2 = varians gabungan
Dengan kriteria pengujian, jika 𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻𝑜 ditolak atau
𝐻𝑎 diterima. Jika data tersebut berdistribusi normal tetapi tidak homogen.
Maka uji statistik yang digunakan adalah uji-t semu (t’), yaitu:
𝑡′ =𝑥 1−𝑥 2
𝑠1
2
𝑛1 +
𝑠22
𝑛2
Sudjana (2005:241)
Kriteria pengujiannya adalah hipotesis 𝐻𝑜 diterima jika 𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 <
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dimana 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 didapat dari daftar distribusi t dengan (α = 0,05),
dk=𝑛1 + 𝑛2 – 2, yakni sebagai berikut:
−𝑤1 𝑡1 + 𝑤2 𝑡2
𝑤1 + 𝑤2 < 𝑡 ′ <
𝑤1 𝑡1 + 𝑤2 𝑡2
𝑤1 + 𝑤2
Dengan:
𝑤1 = 𝑠1
2
𝑛1 ; 𝑤2 =
𝑠22
𝑛2
𝑡1 = 𝑡 1 − 0,5𝛼 , 𝑛1 − 1 𝑑𝑎𝑛 𝑡1 = 𝑡 1 − 0,5𝛼 , 𝑛2 − 1
C. Pertanggungjawaban Penelitian
Sebelum instrumen tes diberikan kepada subjek penelitiaan, soal harus di
uji coba terlebih dahulu. Uji coba instrumen dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kualitas soal yang digunakan sebagai alat pengumpulan data. Tes
akan di ujicobakan terlebih dahulu terhadap siswa kelas XI SMA Negeri 8
Lubuklinggau dan dianalisis datanya menggunakan validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
Tabel 3.11
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen
N
o Validitas
Tingkat
Kesukaran Daya Pembeda Keterangan
1 0,73 Tidak
Valid - - - -
Tidak
digunakan
2 1,67 Tidak
Valid - - - -
Tidak
digunakan
3. 5,96 Valid 0,33 Sedang 0,36 Cukup Digunakan
4. 4,35 Valid 0,41 Sedang 0,22 Minimum Digunakan
5. 5,76 Valid 0,42 Sedang 0,27 Minimum Digunakan
6. 10,49 Valid 0,41 Sedang 0,71 Sangat
baik Digunakan
7. 4,78 Valid 0,16 Sukar 0,10 Jelek Digunakan
8. 3,63 Valid 0,21 Sukar 0,31 Cukup Digunakan
Berdasarkan hasil rekapitulasi pada Tabel 3.12, maka soal yang akan
digunakan untuk tes adalah soal yang memenuhi syarat validitas, realibilitas,
daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal yaitu nomor 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Dari
8 soal yang diujikan, ada 6 soal yang digunakan dan 2 soal yang tidak
digunakan sebagai instrumen penelitian.
Hasil dan Pembahasan
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 4 Agustus 2015 sampai 5
September 2015 di SMA Negeri 8 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016.
Pada penelitian ini peneliti sebagai pengajar di dua kelas yaitu kelas X4
sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Students Teams
AchievmentDivission(STAD) dan kelas X5 sebagai kelas kontrol menggunakan
metode ceramah. Tahap pertama dalam penelitian ini adalah uji coba
instrumen yang dilaksanakan pada hari selasa 4 Agustus 2015 di kelas XI IPA1
SMA Negeri 8 Lubuklinggau. Tahap kedua adalah pelaksanaan pre-test
penelitian. Pelaksanaan pre-testdi kelas eksperimen diikuti 18 siswa dari 25
siswa kelas X4 dan di kelas kontrol diikuti 19 siswa siswa dari 22 siswa kelas
X5. Data hasil tes akhir, diperoleh setelah kedua kelas mendapat perlakuan
yang berbeda dalam pembelajaran fisika pada materi pengukuran. Tahap ketiga
adalah perlakuan pada kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan model
pembelajaran Student Teams AchievmentDivission(STAD) dan kelas kontrol
yang diajarkan menggunakan metode ceramah. Jumlah pertemuan tatap muka
dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan dengan rincian dua kali mengajar pada
tanggal 22 dan 29 Agustus 2015, satu kali pre-test pada tanggal 8 Agustus
2015, dan satu kali post-test pada tanggal 5 September 2015. Siswa yang
mengikuti post-test pada kelas eksperimen berjumlah 23 siswa dan kelas
kontrol berjumlah 21 siswa. Untuk menyamakan antara jumlah siswa pre-test
dan post-test, makadata postest yang dianalisis hanya menggunakan siswa
yang mengikuti pre-test. Jadi siswa pre-test dan post-test kelas eksperimen 18
siswa dan kelas kontrol 19 siswa.
1. Deskripsi dan Analisis Data Pre-test
a. Rata-rata dan Simpangan Baku
Tabel 4.1
Rata-rata dan Simpangan Baku Pre-test
b. Uji Normalitas
Tabel 4.2
Uji NormalitasPre-test
Kelas N S
Eksperimen 18 21,5 11,24
Kontrol 19 20 10,25
Kelas 2
hitung Dk
2tabel
Kesimpulan
Eksperimen 3,4092 5 9,490 Normal
Kontrol 5,9788 5 9,490 Normal
x
c. Uji Homogenitas
Tabel 4.3
Hasil Uji Homogenitas Pre-Test
d. Uji Hipotesis
Hipotesis statistik yang diuji pada pre-test adalah:
Ho : µ1 = µ2= Rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen sama
dengan rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas kontrol.
Ha : µ1 ≠ µ2= Rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen tidak
sama dengan rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas
kontrol.
Tabel 4.4
Uji Kesamaaan Rata-rata Pre-Test
Kelas Thitung Dk Ttabel Kesimpulan
Pre-test 0,42 35 2,03 thitung<ttabelHO diterima
Pada Tabel 4.4menunjukkkan bahwa hasil analisis uji-t dengan
dengan taraf kepercayaan α = 0,05
didapatkanthitung<ttabelyaitu0,42<2,03 disimpulkan Ho diterima Ha
ditolak. Artinya kedua rata-rata nilai pre-test kelas eksperimen dan
kelas kontrol adalah sama.
2. Deskripsi dan Analisis Data post-test
a. Rata-rata dan Simpangan Baku
Tabel 4.5
Skor rata-rata dan Simpangan Baku Post-test
b. Uji Normalitas
Tabel 4.6
Uji NormalitasPost-test
Kelas Fhitung
Dk Ftabel
Kesimpulan
Pre-test 1,20 (17;18) 2,26 Homogen
Kelas N S
Eksperimen 18 73,50 7,91
Kontrol 19 67,13 10,39
Kelas 2
hitung Dk
2tabel
Kesimpulan
Eksperimen 5,4303 6 11,070 Normal
Kontrol 8,5941 6 11,070 Normal
x
c. Uji Homogenitas
Tabel 4.7
Hasil Uji Homogenitas Post-Test
P
d. Uji Hipotesis
Hipotesis statistik yang diuji dengan uji-t pada post-test adalah:
Ho : µ1 ≤ µ2= Rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen lebih
kecil atau sama dengan rata-rata hasil belajar fisika siswa
kelas kontrol.
Ha : µ1 > µ2= Rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen lebih
tinggi daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas
kontrol.
Tabel 4.8
Uji Kesamaaan Rata-rata Post-Test
Kelas Thitung Dk Ttabel Kesimpulan
Post-test 2,09 35 1,69 thitung>ttabelHaditerima
Pada Tabel 4.4menunjukkkan bahwa hasil analisis uji-t dengan
dengan taraf kepercayaan α = 0,05 didapatkanthitung>ttabelyaitu2,09>1,69
disimpulkan Ha diterima Ho ditolak. Jadi hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran Student Teams AchievmentsDivission
(STAD)lebih baik daripada hasil belajar siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional menggunakan metode ceramah.
C. Pembahasan
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh model
pembelajaran Student teams AchievmentDivission(STAD) terhadap hasil
belajar fisika siswaa kelas X SMA Negeri 8 Lubuklinggau.. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 8 Lubuklinggau. Dalam
penelitian ini terdapat kelas eksperimen (X4) dan kelas kontrol (X5), kedua
kelas diberikan perlakuan yang berbeda. Peneliti juga menggunakan kelas XI
IPA 1 SMA Negeri 8 Lubuklinggau untuk pengujian instrumen tes. Sebelum
diberikan perlakuan, kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan pre-test
dengan jumlah 6 soal essay. Dalam pelaksanaan penelitian, pokok bahasan
yang dibahas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu
pengukuran.Kelas eksperimen diberikan perlakuan menggunakan model
pembelajaran Students Teams AchievmentDivission(STAD) sedangkan kelas
kontrol diberikan perlakuan menggunakan pembelajaran konvensional metode
ceramah. Berdasarkan hasil pre-test di kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat bahwa tidak ada siswa yang mendapat nilai lebih atau sama
Kelas Fhitung
Dk Ftabel
Kesimpulan
Post-test 1,73 (17;18) 2,26 Homogen
dengan 70 (tuntas). Skor rata-rata kelas eksperimen 21,5 dan skor kelas 20.
Hal ini terjadi karena materi pengukuran belum pernah dipelajari oleh siswa.
Kelas eksperimen dengan jumlah 25 siswa dibagi menjadi 5 kelompok
dengan 1 kelompok masing-masing memiliki 5 anggota. Pada pertemuan
pertama, peneliti menyajikan informasi dengan memberikan LKS untuk setiap
kelompok. Siswa mengalami kesulitan saat penggunaan alat-alat ukur panjang.
Peneliti mengarahkan penggunaan alat ukur tersebut. Siswa saling bekerja
sama untuk dapat menggunakan alat ukur panjang dan mengerjakan instruksi
yang ada pada LKS. Pada pertemuan kedua, peneliti memberikan LKS tentang
alat ukur waktu. Siswa secara berkelompok membahas materi dari LKS
tersebut. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya kepada teman
yang lain tentang alat ukur panjang, alat ukur massa, dan alat ukur waktu.
Siswa memberikan kuis kepada seluruh siswa untuk dikerjakan secara
individu. Peneliti memberi apresiasi kepada kelompok yang menjawab kuis
secara benar. Pada proses pembelajaran tercipta interaksi yang baik karena
siswa saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugasnya secara bersama.
Keadaan siswa aktif dengan materi pelajaran karena mereka secara aktif
terlibat langsung dalam mengukur benda-benda yang ada.
Kelas kontrol dengan jumlah 22 siswa diberi perlakuan menggunakan
metode ceramah. Pada pertemuan pertama guru menjelaskan pengukuran, alat
ukur panjang dan caramneghitung menggunakan skala nonius dan skala utama
dari alat ukur panjang. Pada pertemuan kedua peneliti menjelaskan tentang alat
ukur massa dan alat ukur waktu. Siswa melakukan tanya jawab tentang
pengukuran. Peneliti memberikan latihan kepada siswa. Keadaan kelas
kontrol, siswa cenderung pasif karena sedikit sekali siswa yang bertanya.
Mereka hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan saja. Siswa harus
berpikir mendalam, dan hanya siswa tertentu saja yang dapat menguasai materi
yang diberikan.
Setelah perlakuan diberikan, peneliti memberikan post-testuntuk
mendapatkan perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol. Skor rata-rata post-testkelas eksperimen adalah 73,50 dengan nilai
tertinggi 82 dan nilai terendah 56. Yang mendapatkan nilai tuntas atau di atas
atau sama dengan 70 (KKM) sebanyak 14 siswa atau 77,78%. Dan siswa yang
tidak tuntas pada kelas eksperimen sebanyak 4 siswa atau 22,222%. Skor rata-
rata post-testkelas kontrol adalah 66,82 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai
terendah 46. Yang mendapatkan nilai tuntas atau di atas atau sama dengan 70
(KKM) sebanyak 11 siswa atau 57,89%. Dan siswa yang tidak tuntas pada
kelas kontrol sebanyak 8 siswa atau 42,11%.
Dari hasil penelitian dan pengolahan data menggunakan uji-t pada taraf
kepercayaan α = 0,05 didapatkan thitung> ttabel (2,09 >1,69) sehingga Ha
diterima dan Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan rata-rata skor hasil belajar
siswa menggunakan model pembelajaran STAD lebih tinggi daripada rata-rata
hasil belajar fisika siswa menggunakan metode ceramah di kelas X SMA
Negeri 8 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016. Penggunaan model
pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) lebih unggul
daripada metode ceramah pada pokok bahsan pengukuran. Aspek
psikomotorik siswa dapat dilihat saat proses pembelajaran berlangsung
menggunakan model pembelajaran STAD memiliki kategori nilai cukup dan
baik. Siswa saling bantu membantu dalam kelompoknya untuk dapat
menguasai materi dan terjalin kerjasama yang baik antara siswa saat
mengerjakan LKS. Sedangkan pada kelas kontrol, siswa hanya mendengarkan
penjelasan dan hanya sebagian siswa yang dapat menguasai materi palajaran
yang diberikan.
Hasil yang didapatkan dari penelitian sesuai dengan Arifin (2012:82)
mengemukakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division
(STAD), model pembelajaran kooperatif yang mendorong peserta didik agar
saling membantu untuk menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru.
Kelebihan model pembelajaran STAD yang terlihat dalam proses
pembelajaran yaitu meningkatkan kecakapan individu, meningkatkan
kecakapan kelompok, tidak bersifat kompetitif.
Simpulan dan Saran
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD) pada materi pengukuran terhadap hasil belajar
siswa kelas X SMA Negeri 8Lubuklinggau. Rata-rata pre-test kelas
eksperimen 21,5 dan kelas kontrol 20. Rata-rata post-test kelas eksperimen
73,5 dan kelas kontrol 67,1. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t
dengan taraf kepercayaan α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 35, didapat
thitung> ttabel (2,13>1,69). Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Ada
pengaruh penggunaan model pembelajaran Student Teams
AchieventDivission(STAD)” dapat diterima.
B. Saran
Setelah mengetahui hasil analisis, pambahasan, dan simpulan maka
terdapat beberapa saran yang ditunjukkan kepada sekolah, guru, dan peneliti
lain yang berminat meneliti mengenai model pembelajaran Student Teams
AchieventDivission(STAD).
1. Bagi sekolah, model pembelajaran Student Teams
AchieventDivission(STAD) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
dan pilihan variasi dalam pengajaran di kelas.
2. Bagi guru, kegiatan belajar mengajar hendaknya menerapkan berbagai
model pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan prestasi belajar.
3. Bagi peneliti lainnya, dapat menerapkan model pembelajaran Student
Teams Achievement Divission(STAD) pada pokok bahasan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Giancoli. 2001. Fisika jilid I. Jakarta: Erlangga.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2009. Evaluasi Penmbelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Pujianto, dkk. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Klaten: Intan Parawira.
Samani, Muclhas. 2011. Menggagas Pendidikan Bermakna. Surabaya: SIC.
Science, United. 2012. BAB I Pengukuran [online]. http://Internet-alat-ukur
/BAB1.PENGUKURAN_UnitedScience.html.[14 Mei 2015].
Siswa, Zona. 2014. Alat Ukur (Massa, Panjang, Waktu). http://www.zonasiswa.-
com/2014-/08/alat-ukur-massa-panjang-waktu.html. [14 Mei 2015].
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Uno, Hamzah danNurdi Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM.
Jakarta: Bumi Aksara.