E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145
129
PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN UTANG DAN KEBIJAKAN
DIVIDEN TERHADAP KEPEMILIKAN MANAJERIAL PADA
INDUSTRI MANUFAKTUR DI INDONESIA
MELIZA HUMAIRA1, NURHALIS2
1) Mahasiswa Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala
2) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala 1)e-mail: [email protected]
Abstract: : In a company of go public is often happened the conflict between of stockholder
with the manager, this conflict can be reduce by managerial ownership, risk, debt, and dividend.
The purpose of this study are examines and analyzes the effect of risk business, debt policy, and
dividend policy to managerial ownership. Sample research as much 11 manufacturing
companies in Indonesia during 2010 until 2015 period, taken with the method of purposive
sampling which the company who owned the ownership of incoming managerial and made cash
dividends consistantly during research period. The method analysis is using ordinary least
square (OLS) with quadratic model and multiple linier by SPSS program. The results show that:
(1) the variable of business risk has no non-linier influence on managerial ownership, the result
show that business risk has no significant in positiveand negative impact on managerial
ownership, but in linier regression, the influence between business risk and managerial
ownershiphas no significantin positive effect (2) debt policy, which is expressed by debt to asset
ratio (DAR) has a significant positive influence on managerial ownership, and (3) dividend
policy, which is expressed by dividend payout ratio (DPR) has no significant negative influence
on managerial ownership.
Keyword : Managerial Ownership, Business Risk, Debt Policy, and Dividend Policy.
Abstrak: Perusahaan-Perusahaan yang telah go public sering mengalami konflik antara
Pemegang saham dan manajer. Konflik agensi dapat dikurangi melalui kepemilikan manajerial,
tingkat risiko bisnis, kebijakan utang serta kebijakan dividen. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh risiko bisnis, kebijakan utang, dan kebijaka dividen terhadap kepemilikan
manajerial. Penelitian ini menggunakan data dari 11 perusahaan manufaktur di Indonesia
selama periode 2010 sampai 2015. Metode pengembalian sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria
tertentu. Alat analisis yang digunakan pada penelitian adalah ordinary least square (OLS),
analisis data dilakukan secara non linier dan linier berganda dengan menggunakan program
SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Variabel risiko bisnis tidak memiliki pengaruh
non linier terhadap kepemilikan manajerial, variabel risiko bisnis memiliki pengaruh negatif
pada level risiko rendah dan positif pada level risiko yang lebih tinggi, namun kedua pengaruh
tersebut tidak signifikan.Sedangkan pada model linier hasil pengujian menunjukkan bahwa
pengaruh risiko bisnis terhadap kepemilikan manajerial adalah positif dan tidak signifikan. (2)
Kebijakan utang yang dinyatakan dengan debt to asset ratio (DAR) memiliki pengaruh positif
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145
130
dan signifikan terhadap kepemilikan manajerial, dan (3) Kebijakan dividen yang dinyatakan
dengan dividend payout ratio (DPR) memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan
terhadap kepemilikan manajerial pada industri manufaktur di Indonesia.
Kata Kunci: Kepemilikan Manajerial, Risiko Bisnis, Kebijakan Utang, dan Kebijakan
Dividen.
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan didirikannya
perusahaan adalah untuk meningkatkan
nilai perusahaan sehingga dengan
meningkatnya nilai perusahaan dapat
memberikan kemakmuran bagi pemilik
perusahaan atau para pemegang saham
(Siallagan dan Machfoedz, 2006). Dalam
menjalankan tujuannya, pemilik dengan
investasi dana yang besar seringkali
menghadapi permasalahan yang berkaitan
dengan pengelolaan perusahaan. Pada
kondisi ini diperlukan suatu strategi
pengelolaan yang baru yakni dengan
menunjuk agen atau manajer yang akan
diberikan tanggung jawab untuk mengelola
perusahaan. Pemilik perusahaan sebagai
pemasok modal menginginkan manajer
dapat bertindak sesuai dengan kepentingan
pemegang saham. Sebaliknya, manajer
yang telah ditunjuk oleh pemilik perusahaan
lebih mementingkan kekayaan pribadinya.
Konsep teori keagenan sebelumnya
telah dicetuskan oleh Jensen & Meckling
(1976) yang menyatakan bahwa teori
keagenan merupakan pemisahan fungsi
decision making yakni pemberian
kepercayaan oleh pemilik perusahaan
kepada manajer dan risk bearing dalam
perusahaan akan menimbulkan suatu
konflik yang dinamakan konflik keagenan
(agency problem). Teori ini menjelaskan
bahwa pemegang saham sebagai pemilik
perusahaan (principal) mendelegasikan
tugas dan wewenang kepada manajemen
(agent) untuk mengelola perusahaan.
Pemegang saham sebagai pemilik
perusahaan berada di luar perusahaan
sehingga tidak dapat sepenuhnya
mengawasi kinerja perusahaan, sedangkan
manajer berada dalam perusahaan sehingga
lebih mengetahui akan kondisi perusahaan
yang sesungguhnya. Sebagai bentuk
pertanggung jawaban atas pengelolaan
sumber daya perusahaan, manajemen
menerbitkan laporan keuangan yang
bertujuan memberikan informasi kepada
pemilik perusahaan dan para pemakai
laporan keuangan lainnya.
Menurut Adam Smith (1776) pada
kenyataannya manajer akan lebih
mengutamakan kepentingan untuk
mencapai tingkatan gaji dan kompensasi
yang tinggi dibandingkan berusaha untuk
memaksimalkan kemakmuran pemilik
perusahaan. Misalnya, untuk mendapatkan
penghasilan lebih manajer melakukan
ekspansi bisnis tanpa persetujuan para
pemegang saham, menciptakan bisnis yang
berbeda lini dengan produk utama industri,
manajer sering kali menggunakan utang
untuk mendanai bisnis baru tersebut
sehingga akan menimbulkan konflik baru
antara pemilik dengan kreditur. Sehingga
tindakan-tindakan yang dilakukan manajer
ini sering membawa risiko tinggi. Konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang
saham dapat diminimumkan dengan suatu
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145
131
mekanisme pengawasan dan pengendalian
yang bertujuan menyelaraskan berbagai
kepentingan dalam perusahaan. Mekanisme
tersebut akan menimbulkan biaya yang
disebut sebagai biaya keagenan (agency
cost).
Rata-rata persentase kepemilikan
manajerial pada perusahaan mengalami
fluktuasi disepanjang tahun 2010-2015.
Pada tahun 2011, terjadi penurunan
persentase kepemilikan manajerial dari
3,3035% ke 3,1179%. Tahun 2012
persentase kepemilikan manajerial mulai
meningkat menjadi 3,2743%. Pada tahun
2013 rata- rata persentase kepemilikan
manajerial kembali menurun menjadi
3,1194%. Tahun 2014 dan 2015 persentase
kepemilikan manajerial kembali meningkat
menjadi 3,2283% dan 3,4173. Jika dirata-
ratakan tingkat kepemilikan manajerial
pada kurun waktu 6 tahun tersebut adalah
sebesar 3,2434%, yang artinya bahwa dari
total keseluruhan saham yang beredar pada
industri manufaktur di Indonesia tersebut,
persentase kepemilikan manajerial saham
yang dimiliki oleh pihak manajemen
(direktur dan komisaris) adalah sebesar
3,2434% dari total saham yang beredar.
Pada tahun 2011, tingkat risiko bisnis
cenderung menurun bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yakni dari 0,1465
turun menjadi 0,0960. Selanjutnya pada
tahun 2012 tingkat risiko bisnis kembali
meningkat menjadi 0,1242 dibandingkan
dengan tahun 2011. Pada tahun 2013 dan
2014, tingkat risiko bisnis kembali turun
menjadi 0,0969 dan 0,0574. Serta, pada
tahun 2015 tingkat risiko ini kembali
meningkat menjadi 0,1164 yang juga diikuti
dengan peningkatan nilai rata-rata
kepemilikan manajerial. Dari data tersebut,
dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 dan
2015 nilai rata-rata tingkat risiko dan
kepemilikan manajerial mengindikasikan
adanya pengaruh positif antara risiko
terhadap kepemilikan manajerial. Pada
tahun 2014 menunjukkan adanya pengaruh
negatif antara risiko terhadap kepemilikan
manajerial. Rata-rata nilai variabel utang
pada perusahaan manufaktur di Indonesia
cenderung tidak terlalu berfluktuasi.
Variabel utang pada penelitian ini dilihat
dari total utang perusahaan terhadap total
aset perusahaan. pada tahun 2010, rata-rata
tingkat utang industri manufaktur adalah
sebesar 0,3383. Pada tahun 2011 tingkat
utang meningkat menjadi 0,3662
dibandingkan tahun 2010. Sedangkan pada
tahun 2012 tingkat utang menurun menjadi
0,3544. Pada tahun 2013 dan 2014 tingkat
utang kembali meningkat menjadi 0,3655
dan 0,3671. Akan tetapi, pada tahun 2015
tingkat utang kembali menurun menjadi
0,2918, yang artinya rasio utang pada tahun
2015 adalah rasio utang yang paling sedikit
yaitu sebesar 29,18%. Hubungan ini dapat
dilihat pada tahun 2011 dan 2013 dengan
meningkatnya tingkat menyebabkan
persentase kepemilikan manajerial pada
industri manufaktur menjadi menurun.
Selain itu, rata-rata nilai dividen pada
perusahaan manufaktur juga ikut
berfluktuatif. Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan perubahan nilai dividen dari
tahun 2010-2015. Terlihat pada tahun 2011
dan 2012 nilai rata-rata dividen terus
mengalami peningkatan dibandingkan
tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,4230 dan
0,5202. Sebaliknya, pada tahun 2013 dan
2014 nilai dividen terus menunjukkan
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145
132
penurunan berturut-turut yakni 0,4727 dan
0,4013 serta tahun 2015 sedikit meningkat
lagi hingga 0,4182. Indikasi pengaruh
negatif antara dividen dengan kepemilikan
manajerial ditunjukkan pada tahun 2011
dimana peningkatan rata-rata dividen
menyebabkan turunnya rata-rata persentase
kepemilikan manajerial.
Berdasarkan bukti empiris yang ada,
peneliti ingin menguji bagaimana variasi
dari nilai variabel risiko bisnis, utang dan
dividen dapat mempengaruhi variabel
kepemilikan manajerial pada perusahaan
manufaktur yang ikut berfluktuatif.
Penelitian mengenai determinan yang
mempengaruhi kepemilikan manajerial
serta melihat pengaruh non linier variabel
risiko bisnis terhadap kepemilikan
manajerial telah banyak dilakukan baik di
luar negeri maupun di dalam negeri,
terutama dikaitkan dengan masalah
keagenan. Chen dan Steiner (1999)
melakukan pengujian secara simultan non
linier antara kepemilikan manajerial,
kebijakan utang, kebijakan dividen dan risk
taking dengan menggunakan metode
analisis two stage least square (2 SLS) pada
perusahaan yang tercatat di New York Stock
Exchange dari berbagai sektor.
Kepemilikan manajerial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap risiko secara
nonlinier, peningkatan risiko menyebabkan
manajer meningkatkan kepemilikan
sahamnya, tetapi saat risiko berada pada
tingkat tertentu maka manajer yang
mempunyai sifat risk averse cenderung
akan menurunkan tingkat kepemilikan
sahamnya. Pengambilan risiko (risk taking)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepemilikan manajerial. Hal ini
mengidentifikasikan bahwa kepemilikan
manajerial dapat mengurangi konflik antara
manajemen dan pemegang saham luar,
tetapi memperburuk hubungan dengan
debtholder dan shareholder. Kepemilikan
manajerial mempunyai pengaruh negatif
dan multikolinieritas terhadap utang dan
dividen. Hasil ini mengidentifikasi bahwa
utang dan dividen sebagai monitoring
agent yang dapat mengurangi agency
cost. Penelitian lain tentang kepemilikan
manajerial di Indonesia dilakukan oleh
Faisal (2013), yang menemukan bahwa
terdapat pengaruh non linier dari
kepemilikan insider (manajerial) terhadap
nilai perusahaan Industri Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini ingin
mengkaji lebih lanjut pengaruh antara
variabel-variabel dari konflik agensi yaitu
risiko bisnis, kebijakan utang, dan
kebijakan dividen terhadap kepemilikan
manajerial serta menguji pengaruh non
linier dari tingkat risiko bisnis terhadap
kepemilikan manajerial. Penelitian ini
bertujuan (1) Untuk menguji pengaruh non
linier risiko bisnis terhadap kepemilikan
manajerial pada industri manufaktur di
Indonesia, (2) Untuk menguji pengaruh
kebijakan utang terhadap kepemilikan
manajerial pada industri manufaktur di
Indonesia. (3) Untuk menguji pengaruh
kebijakan dividen terhadap kepemilikan
manajerial pada industri manufaktur di
Indonesia.
TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Risiko merupakan indikator
ketidakstabilan harga saham dan return
yang diterima oleh pemegang saham
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145
133
(Gitman, 2006). Perilaku manajer terhadap
risiko dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
manajer yang risk seeker dan manajer risk
aversion (N, 2006). Preferensi atas risiko
tersebut berpengaruh pada besarnya
persentase keterlibatan manajer dalam
memiliki kepemilikan saham perusahaan
(N, 2006). Dewan komisaris dan manajer
dipandang sebagai pihak internal yang
memiliki informasi mengenai kinerja dan
risiko perusahaan. Pada saat mengahadapi
peningkatan risiko, pihak internal akan
mengendalikan persentase kepemilikan
sahamnya dalam jumlah kecil atau
sebaliknya. Menurut Demsetz (1983) serta
Demsetz dan Lehn (1985), hubungan antara
risiko dengan kepemilikan manajerial
membentuk hubungan non linier atau
memiliki dua pengaruh, yaitu risiko
berpengaruh positif dan negatif terhadap
kepemilikan manajerial.
Kontras dengan penelitian di atas,
kedua penelitian yang dilakukan oleh
Crutchley dan Hansen (1989) serta Jensen,
Solberg dan Zorn (1992) tidak memasukkan
unsur non linier dan menyatakan bahwa
terdapat hubungan positif antara risiko
dengan kepemilikan manajerial. Akan
tetapi, hasil penelitian Jensen, Solberg dan
Zorn (1992) terbukti tidak signifikan.
Penelitian Crutchley dan Hansen (1989) dan
Nuringsih (2004), menghasilkan estimasi
positif dan signifikan. Hubungan ini terjadi
pada manajer yang cenderung menyukai
risiko atau risk seeker yang
mengindikasikan dengan tingginya risiko
maka manajemen cenderung akan
meningkatkan kepemilikan saham.
Sebaliknya, menurut Bathala, Moon dan
Rao (1994), pada saat menghadapi return
saham yang berfluktuasi (high volatility)
manajer sedikit melibatkan kekayaan
pribadi dalam kepemilikan saham
perusahaan. Pada kondisi ini manajer
melakukan diversifikasi kekayaan secara
optimal pada kesempatan investasi lain
sehingga menurunkan risiko. Penelitian
Demsetz dan Lehn (1985), melakukan
pemisahan kedua tingkat risiko sedangkan
penelitian Jensen, Solberg dan Zorn (1992)
serta Bathala, Moon dan Rao (1994) tidak
memisahkan antara risiko tinggi dan
rendah.
Menurut Chen, dkk (1998)
menyatakan bahwa pada saat tingkat risiko
tinggi, manajer berperilaku risk averse
sehingga mengurangi keterlibatan dalam
kepemilikan saham. Manajer memilih
mengalihkan kekayaan pribadi pada
investasi lain atau pada lembaga keuangan,
sehingga terdapat hubungan negatif dan
signifikan antara kepemilikan manajerial
dan risiko.
H1 : Terdapat pengaruh non linier antara
risiko terhadap kepemilikan
manajerial pada industri manufaktur
di Indonesia.
Penggunaan utang merupakan
salah satu mekanisme pengendalian
konflik di dalam perusahaan. Dengan
penggunaan utang maka perusahaan
menggunakanpihak ketiga yang meredakan
agency conflict antara manajer dengan
pemegang saham dalam perusahaan
terutama yang terkait dengan aliran kas,
sehingga peran pengendalian konflik
melalui kepemilikan manajerial menjadi
berkurang. Dampak dengan adanya pihak
ketiga menyebabkan perusahaan harus
mengeluarkan biaya baru untuk pihak
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145
134
ketiga tersebut yang membuat adanya risiko
kebangkrutan karena biaya baru yang harus
dibayarkan oleh perusahaan.Proporsi utang
yang besar akan menempatkan manajer di
bawah pengawasan debtholders dan
manajer cenderung tidak menyukai
pengawasan oleh debtholders tersebut,
sehingga pengaruh kebijakan utang
terhadap kepemilikan manajerial adalah
negatif. Friend dan Lang (1988) dalam
Mahadwartha (2003), Jensen, Solberg dan
Zorn (1992), dan Mahadwartha (2003)
menemukan bahwa terdapat suatu
hubungan negatif antara kepemilikan
manajerial dengan kebijakan utang.
H2 : Terdapat pengaruh negatif antara
kebijakan utang terhadap
kepemilikan manajerial pada
industri manufaktur di Indonesia.
Menurut Jensen (1986), hubungan
antara dividen dan kepemilikan manajerial
dapat dijelaskan melalui free cash flow
hypothesis (FCF).Pembayaran dividen akan
mengurangi cash flow perusahaan dan juga
menghindari pihak manajemen melakukan
tindakan demi kepentingan pribadi
(perquisites) seperti ruang kantor mewah,
biaya perjalanan kelas satu atau investasi
pada proyek yang tidak menguntungkan.
Melalui hipotesis ini, kebijakan dividen
digunakan untuk mempengaruhi
kepemilikan manajerial sehingga
mengurangi biaya keagenan yang berkaitan
dengan free cash flow. Penelitian tersebut
membuktikan bahwa terdapat hubungan
substitusi antara kebijakan dividen dan
kepemilikan manajerial. Rozeff (1982),
Chen dan Steiner (1999), juga telah
menemukan bahwa terdapat hubungan
kausal negatif dari dividen terhadap
kepemilikan manajerial.
H3 : Terdapat pengaruh negatif antara
kebijakan dividen terhadap
kepemilikan manajerial pada industri
manufaktur di Indonesia.
Pada Gambar 1 dapat dilihat model dari
penelitian.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian
ini yang termasuk dalam sampel non-
probabilitas adalah teknik purporsive
sampling. Peneliti mengambil periode
penelitian selama 6 tahun yakni sejak tahun
2010-2015 untuk menghasilkan penelitian
terbaik berkaitan dengan pengaruh antara
risiko bisnis, kebijakan utang dan kebijakan
dividen terhadap kepemilikan manajerial
dalam mekanisme pengawasan agensi.
Adapun kriteria yang digunakan
untuk memilih sampel pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang bergerak pada
bidang manufaktur yang
konsistenterdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode
penelitian 2010-2015.
2. Perusahaan manufaktur yang
memiliki kelengkapan data yang
dibutuhkan selama periode penelitian
2010-2015. Perusahaan manufaktur
yang memiliki kelengkapan data yang
dibutuhkan selama periode penelitian
2010-2015.
3. Perusahaan yang memiliki struktur
kepemilikan manajerial.
4. Perusahaan yang memiliki variabel
dividen, utang dan memiliki
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145
135
informasi yang berkaitan dengan
pengukuran variabel kontrol.
Berdasarkan 4 kriteria tersebut, maka
jumlah sampel yang digunakan untuk
Gambar 1. Model Penelitian
penelitian ini berjumlah 11 perusahaan
manufaktur dengan jumlah observasi
sebanyak 66 observasi.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah panel data.Dalam
penelitian ini jenis dan sumber data yang
digunakan adalah data sekunder, yaitu data
penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung dan melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat pihak lain). Adapun
media perantara yang digunakan yaitu:
1. Perpustakaan, berupa buku-buku teori
yang mendukung perhitungan dan
penganalisaan.
2. Jurnal-jurnal, berupa jurnal
internasional maupun jurnal nasional
3. Situs resmi Bursa Efek Indonesia
www.idx.co.id.
4. Situs www.sahamok.com dan media-
media lainnya.
5. Situs www.yahoofinance.com dan
media-media lainnya.
Operasional Variabel
Kepemilikan manajerial
Kepemilikan manajerial adalah tingkat
kepemilikan saham oleh pihak manajemen
yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan, misalnya direktur dan komisaris
(Downes dan Goodman, 1998).
%100
dimPr
BeredaryangSahamTotal
komisarisdandirektur
ilikiyangSahamoporsi
MGROWN
Keterangan:
MGROWN: Kepemilikan Manajerial
Risiko Bisnis (Business Risk)
Proksi variabel risiko merupakan proksi
risiko yang diukur dari standar deviasi pada
return saham biasa secara bulanan selama
Variabel Dependen:
Kepemilikan
Manajerial
Variabel Kontrol:
1. Kepemilikan
Institusional
Variabel Independen:
1. Risiko Bisnis
2. Kebijakan Utang
3. Kebijakan Dividen
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145
136
satu tahun. Fluktuasi dari closing price
menunjukkan fluktuasi risiko (Bathala,
Moon dan Rao, 1994; Chen & Steiner,
1999; Wilberfoce, 2000).
itturnsSTD
itRISK Re
dimana:
1
1Re
tP
tP
tP
turn
Kebijakan Utang (Debt Policy) Variabel utang diukur dengan membagi
nilai total debtdengan total asset yang
dimiliki oleh perusahaan (Jensen, Zolberg
dan Zorn, 1992).
AssetTotal
DebtTotalRatioDebt
Kebijakan Dividen (Dividend Policy)
Variabel ini diukur dari rasio dividen
yang dibayarkan terhadap Earning After
Tax (EAT). Penggunaan EAT disebabkan
dividen yang dibayarkan kepada
pemegang saham merupakan pendapatan
bersih setelah dikurangi pajak dan
pembayaran bungapinjaman
ShareperEAT
ShareperDividenDIVit
Kepemilikan Institusional
Institusional dinyatakan dengan
menggunakan persentase saham yang
diperoleh dari jumlah saham institusional
dibagi dengan jumlah keseluruhan saham
yang beredar (Ismayanti dan Hanafi,
(2003).
Peralatan Analisis Data
Pengujian hipotesis dalam penelitian
ini dilakukan dengan uji ordinary least
square (OLS). .Berikut merupakan
persamaan untuk menghitung pengaruh
antara risiko bisnis, kebijakan utang, dan
kebijakan dividen terhadap kepemilikan
manajerial sebagai berikut.
Yit = β0 + β1RISKit + β2RISK2it+
β3DEBTit + β4DIVit + β5INSTit + e
Selain itu, peneliti menggunakan
persamaan linier untuk membandingkan
hasil penelitian non linier dan linier dengan
tidak memasukkan unsure non linier risiko
bisnis terhadap kepemilikan manajerial.
Yit = β0 + β1RISKit + β2DEBTit +
β3DIVit + β4INSTit + e
Keterangan:
Y = Rasio Kepemilikan Manajerial.
RISK = Risiko Bisnis
DEBT = Kebijakan Utang
DIV = Kebijakan Dividen
INST = Kepemilikan Institusional
e = Error
β0 = Konstanta
β1-β5 = Koefisien Regresi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan Tabel 1 yang
menjelaskan keadaan tersebut, hasil
penelitian menggunakan perhitungan
regresi linear dalam menggambarkan
persamaan hasil regresi dikarenakan model
penelitian ini tidak mendukung model non
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145
137
linier dilihat pada hasil uji multikolinieritas
yang menunjukkan terjadinya multikolinieritas
pada model non linier.
Tabel 1.Hasil Perhitungan Regresi Linear
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 5.692 1.324 4.301 .000
RISK_1 5.291 5.615 .097 .942 .350
DEBT_1 11.906 4.298 .287 2.770 .007
DIV_1 -3.631 2.186 -.175 -1.661 .102
INST_1 -.252 .053 -.505 -4.779 .000
Sumber: Data Output SPSS
Berdasarkan Tabel 1 didapatkan
persamaan regresi linear berganda sebagai
berikut:
Y = 5,692+ 5,291RISK+11,906 DEBT
3,631DIV - 0,252INST
Adapun penjelasan dari jumlah nilai diatas
adalah sebagai berikut:
1. Nilai konstanta 5,692dapat diartikan
bahwa jika semua variabel independen
dalam penelitian ini dianggap konstan,
maka akan diperoleh kepemilikan
manajerial sebesar 5,692.
2. Koefisien regresi variabel independen
dari tingkat risiko (RISK) adalah
sebesar 5,291. Artinya jika tingkat
risiko mengalami peningkatan 1% maka
akan meningkatkankepemilikan
manajerial sebesar 5,291%.
3. Koefisien regresi variabel independen
dari kebijakan utang (DEBT) adalah
sebesar 11,906. Artinya jika kebijakan
utang mengalami peningkatan 1% maka
akan meningkatkan kepemilikan
manajerial sebesar 11,906%.
4. Koefisien regresi variabel independen
dari kebijakan dividen (DIV) adalah
sebesar -3,631. Artinya jikakebijakan
dividen mengalami peningkatan 1%
maka akan menurunkantingkat
kepemilikan manajerial sebesar -
3,631%.
5. Koefisien regresi variabel kontroldari
kepemilikan institusional (INST) adalah
sebesar -0,252. Artinya jika ukuran
perusahan mengalami peningkatan 1%
maka akan menurunkan kepemilikan
manajerialsebesar -0,252%.
Uji Determinasi
Hasil perhitungan koefisien
determinasi untuk kedua model persamaan
ini dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Dari Tabel 2 dan Tabel 3 tersebut dapat
diketahui bahwa nilai R square (R2) adalah
0,382 dan 0,380.Hal ini berarti bahwa 38%
kepemilikan manajerial dapat dijelaskan
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145
138
oleh variabel tingkat risiko, kebijakan
utang, kebijakan dividen, dan kepemilikan
institusional.Sedangkan sisanya 62%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar
model yang dianalisis.
Tabel 2 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R2)Non Linier
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .618a .382 .330 3.75753
Sumber: Data Output SPSS
Tabel 3 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R2) Linier
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .616a .380 .338 3.73492 2.144
Sumber: Data Output SPSS
Uji t
Uji statistik t pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satuvariabel independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2013:98).Hasil uji
statistik t dapat dilihat pada Tabel 4 dan
Tabel 5.
Berdasarkan Tabel 4.18 tersebut,
tampak bahwa variabel risiko bisnis pada
tingkat rendah (LRISK)memiliki pengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap
variabel dependen yaitu kepemilikan
manajerial (MGROWN), dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,748 Hal ini
dikarenakan nilai signifikansinya lebih
besar daripada tingkat signifikansi 5% (α =
0.05). Variabel risiko bisnis pada tingkat
yang lebih tinggi (HRISK) berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap
variabel kepemilikan manajerial, dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,604. Variabel
kebijakan utang (DEBT) memiliki
pengaruh positif dan signifikan pada tingkat
signifikansi 0,009, yang artinya nilai
signifikansi variabel tersebut lebih kecil
dari tingkat signifikansi 5% (α = 0,05).
Variabel kebijakan dividen (DIV) memiliki
pengaruhnegatif dengan tingkat signifikansi
0,121 yang artinya bahwa variabel
kebijakan dividen juga tidak menunjukkan
engaruh yang signifikan terhadap
kepemilikan manajerial.Selain itu, variabel
kontrol yaitukepemilikan institusional
(INST) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap variabel likuiditas saham, dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Berdasarkan Tabel 4.19
menjelaskan model linier dengan tidak
memasukkan pengaruh non linier risiko
bisnis terhadap kepemilikan
manajerial.Pada hasil uji t tampak bahwa
variabel risiko bisnis (RISK)memiliki
pengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap variabel dependen yaitu
kepemilikan manajerial (MGROWN),
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145
139
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,350
Hal ini dikarenakan nilai signifikansinya
lebih besar daripada tingkat signifikansi 5%
(α = 0.05).
Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji tNon Linier
Model
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t
Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 6.077 1.536 3.955 .000
Leg_LRISK -9.096 28.138 -.166 -.323 .748
Leg_HRISK 41.882 80.222 .268 .522 .604
Leg_DEBT 11.781 4.330 .284 2.721 .009
Leg_DIV -3.484 2.216 -.168 -1.572 .121
Leg_INST -.257 .054 -.515 -4.762 .000
Sumber: Data Output SPSS
Tabel 5. Hasil Perhitungan Uji t Linier
Model
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 5.692 1.324 4.301 .000
RISK_1 5.291 5.615 .097 .942 .350
DEBT_1 11.906 4.298 .287 2.770 .007
DIV_1 -3.631 2.186 -.175 -1.661 .102
INST_1 -.252 .053 -.505 -4.779 .000
Sumber: Data Output SPSS
Variabel kebijakan utang (DEBT)
memiliki pengaruh positif dan signifikan
pada tingkat signifikansi 0,007, yang
artinya nilai signifikansi variabel tersebut
lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (α =
0,05). Variabel kebijakan dividen (DIV)
memiliki pengaruh negatif dengan tingkat
signifikansi 0,102 yang artinya bahwa
variabel kebijakan dividen juga tidak
menunjukkan engaruh yang signifikan
terhadap kepemilikan manajerial.Selain itu,
variabel kontrol yaitu kepemilikan
institusional (INST) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap variabel likuiditas
saham, dengan tingkat signifikansi sebesar
0,000.
Berdasarkan pengujian model diatas
maka hasil analisis pengaruh antara variabel
independen dan variabel kontrol terhadap
variabel dependen yaitu kepemilikan
manajerial dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Variabel risiko bisnis (LRISK)
Berdasarkan pengujian model di atas
maka dapat disimpulkan bahwa variabel
risiki bisnis pada tingkat rendah
memiliki pengaruh negatif namun tidak
signifikan terhadap variabel
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145
140
kepemilikan manajerial.
2. Variabel risko bisnis (HRISK)
Berdasarkan pengujian model di atas
maka dapat disimpulkan bahwa
variabelrisiko bisnis pada tingkat yang
lebih tinggi memiliki pengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap
variabel kepemilikan manajerial.
3. Variabel kebijakan utang (DEBT)
Berdasarkan pengujian model di atas
maka dapat disimpulkan bahwa variabel
kebijakan utang memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap variabel
kepemilikan manajerial.
4. Variabel kebijakan dividen (DIV)
Berdasarkan pengujian model di atas
maka dapat disimpulkan bahwa variabel
kebijakan dividen memiliki pengaruh
negatifnamun tidak signifikan terhadap
variabel kepemilikan manajerial.
5. Variabel kepemilikan institusional
(INST)
Berdasarkan pengujian model diatas
maka dapat disimpulkan bahwa variabel
kepemilikan institusional memiliki
pengaruh negatif dan signifikan
terhadap kepemilikan manajerial.
Variabel risiko bisnis tidak
menunjukkan adanya hubungan non-linier
terhadap kepemilikan manajerial. Hal ini
dilihat dari hasil penelitian yang
menunjukkan pada tingkat risiko bisnis
yang rendah menunjukkan arah hubungan
negatif dan tidak signifikan pada tingkat
signifikansi 5 % maupun10% (α=5% dan
10%), pada saat tingkat risiko bisnis
tinggi,hasil penelitian menunjukkan
hubungan positif namun tidak signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka
hipotesis 1 (H1) ditolak.
Risiko bisnis menunjukkan hubungan
yang negatif dan tidak signifikan terhadap
kepemilikan manajerial.Arah hubungan ini
sesuai dengan penelitian Demsetz dan Lehn
(1985). Bagi manajer yang risk averse,
hubungan risiko tinggi dengan kepemilikan
manajerial berubah menjadi negatif. Pada
tingkat risiko tinggi manajer mengurangi
keterlibatan dalam kepemilikan saham dan
membatasi supplykepemilikan manajerial.
Manajer melakukan diversifikasi dengan
persyaratan mendapat expected rate of
return lebih besar dibandingkan dengan
insentif yang diterima dari peningkatan
risiko (Demsetz dan Lehn, 1985).
Selain itu, hasil penelitian
berdasarkan model regresi linier
menunjukkan hasil positif namun tidak
signifikan. Crutchley dan Hansen (1989)
serta Chen dan Steiner (1999) menemukan
bahwa terdapat hubungan positif antara
risiko dengan kepemilikan manajerial.
Hubungan ini terjadi pada manajer yang risk
taker. Demsetz (1983) dan Demsetz dan
Lehn (1985) membuktikan bahwa
perusahaan yang menjalankan bisnis
dengan risiko tinggi cenderung lebih sulit
dimonitor secara eksternal.Berdasarkan
alasan ini, tingginya tingkat risiko dapat
meningkatkan proporsi kepemilikan
manajerial sebagai mekanisme monitoring
internal, sehingga hal ini dapat mengurangi
atau mengontrol konflik agensi yang terjadi
antara pemegang saham dan manajer.
Di Indonesia juga telah dilakukan
penelitian mengenai hubungan antara risiko
bisnis terhadap kepemilikan manajerial.Hasil
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145
141
penelitian yang dilakukan oleh
Wahidahwati (2002) dan Fitri dan Mamduh
(2003), kedua penelitian tersebut gagal
dalam membuktikan hubungan non linier
risiko bisnis terhadap kepemilikan
manajerial.
Variabel kebijakan utang
menunjukkan pengaruh positif dan
signifikan (sig<0,10) terhadap kepemilikan
manajerial pada industri manufaktur di
Bursa Efek Indonesia periode 2010-2015.
Tanda positif pada koefisien menunjukkan
bahwa setiap adanya peningkatan kebijakan
utang akan mengakibatkan peningkatan
kepemilikan manajerial pada industri
manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Sejumlah penelitian yang
menunjukkan hubungan negatif antara
kebijakan utang terhadap kepemilikan
manajerial diantaranya adalah penelitian
oleh Huson Joher (2009) yang mendukung
penelitian blablabala serta Di Indonesia
juga sudah dilakukan penelitian yang sama
oleh Vidyantie dan Handayani (2006),
Nurfauziah,dkk (2007), serta Putri dan
Nasir (2006) yang menunjukkan arah
penelitian negatif dan signifikan.
Akan tetapi, koefisien positif dan
signifikan dari kebijakan utang terhadap
kepemilikan manajerial tidak sesuai dengan
asumsi awal bahwa kebijakan utang
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kepemilikan manajerial. Tanda positif
dalam hal ini menunjukkan bahwa ketika
utang perusahaan meningkatmaka akan
meningkatkan proporsi kepemilikan
manajerial. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Jensen dan Meckling (1976) yang
menyatakan bahwa penggunaan modal
utang mengurangi kebutuhan ekuitas
eksternal dan meningkatkan proporsi
kepemilikan manajerial.Kepemilikan
manajerial dalam penelitian ini ditandai
dengan meningkatnya persentase saham
yang dimiliki oleh direktur dan komisaris
yang artinya pengaruh utang terhadap
kepemilikan manajerial adalah
positif.Selain itu, justifikasi yang dapat
dijadikan alasan terdapatnya pengaruh
positif antara kebijakan utang yang tinggi
terhadap kepemilikan manajerial adalah
dikarenakan tidak semua perusahaan
manufaktur yang terdapat keterlibatan
kepemilikan saham oleh pihak
manajer.Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri
dan Mamduh (2003) dan Huson Joher
(2009) yang menunjukkan pengaruh antara
kebijakan utang terhadap kepemilikan
manajerial adalah positif dan signifikan.
Variabel kebijakan dividen
menunjukkan pengaruh negatif dan tidak
signifikan (sig> 0,05) terhadap kepemilikan
manajerial pada industri manufaktur di
Bursa Efek Indonesia periode 2010-2015.
Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan
dividen tidak memiliki pengaruh terhadap
kepemilikan manajerial dan koefisien
tesebut menunjukkan hasil yang tidak
sesuai dengan asumsi awal bahwa kebijakan
dividen berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kepemilikan manajerial.
Hubungan yang tidak signifikan ini
disebabkan oleh jumlah data yang
digunakan terlalu sedikit dan nilai dari
variabel kebijakan dividen yang digunakan
dalam penelitian ini terlalu kecil sehingga
walaupun memberikan pengaruh yang
negatif, namun secara statistik pengaruh
tersebut tidak signifikan. Hasil penelitian
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145
142
ini juga konsisten dengan temuan penelitian
lain yang menggunakan variabel kebijakan
dividen di Indonesia, seperti Faisal (2003),
yang juga menemukan bahwa terdapat
pengaruh yang negatif namun tidak
signifikan antara kebijakan dividen dengan
kebijakan hutang perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia.
Selanjutnya, tanda negatif dan tidak
signifikan antara kebijakan dividen dan
kepemilikan manajerial menunjukkan
bahwa ketika dividen meningkat, maka
akan terjadi penurunan saham yang dimiliki
oleh manajer. Peningkatan dividen ini
dilakukan untuk mengurangi konflik agensi
yang terjadi akibat adanya free cash flow
dalam perusahaan. Pembayaran dividen
akan mengurangi cash flow perusahaan dan
juga menghindari pihak manajemen
melakukan tindakan demi kepentingan
pribadi dari adanya cash flow perusahaan
(perquisites). Hasil penelitian ini sesuai
dengan teori free cash flow hypothesis.
Melalui hipotesis ini kebijakan dividen
digunakan untuk mempengaruhi
kepemilikan manajerial sehingga
mengurangi biaya keagenan yang berkaitan
dengan free cash flow.Kepemilikan
manajerial dalam penelitian ini ditandai
dengan menurunnyapersentase saham yang
dimiliki oleh direktur dan komisaris yang
artinya pengaruh dividen terhadap
kepemilikan manajerial adalah negatif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rozeff
(1982) dan Chen dan Steiner (1999) yang
menemukan adanya hubungan negatif yang
signifikan.Penelitian ini juga membuktikan
adanya hubungan substitusi antara
kebijakan dividen dan kepemilikan
manajerial. Namun arah penelitian negatif
dan tidak signifikan ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Jensen (1986),
Ismiyanti dan Hanafi (2004), serta
Vidyantie dan Handayani (2006).
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan
deskriptif, rata-rata tingkat kepemilikan
manajerial pada industri manufaktur di
Indonesia adalah sebesar 3%, hal
tersebut mengindikasikan bahwa
proporsi kepemilikan manajerial pada
industri manufaktur di Indonesia
cenderung kecil.
2. Penelitian ini tidak menemukan adanya
hubungan non-linier antara risiko bisnis
dengan kepemilikan manajerial dan
penelitian ini tidak cocok untuk
menggunakan model non linier
dikarenakan terdapatnya gejala
multikolinieritas pada model tersebut.
Hasil persamaan regresi dengan
menggunakan regresi ordinay least
square menunjukkan variabel risiko
bisnis memiliki pengaruh negatif pada
level risiko rendah dan positif pada
level risiko yang lebih tinggi, namun
kedua pengaruh tersebut tidak
signifikan. Sedangkan pada model
linier, hasil pengujian menunjukkan
pengaruh risiko bisnis terhadap
kepemilikan manajerial adalah positif
dan tidak signifikan. Dari hasil
penelitian juga menunjukkan pengaruh
kebijakan utang terhadap kepemilikan
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145
143
manajerial pada industri manufaktur di
Indonesia adalah positif dan signifikan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
hipotesis yang dibangun. Serta variabel
kebijakan dividen menunjukkan
pengaruh negatif namun tidak
signifikan terhadap kepemilikan
manajerial, dimana hasil ini juga tidak
sesuai dengan hipotesis yang dibangun.
Akan tetapi pengaruh variabel kontrol
yaitu kepimilikan institusional
menunjukkan pengaruh negatif dan
signifikan terhadap kepemilikan
manajerial.
3. Hasil pengujian koefisien determinasi
menunjukkan bahwa nilai R square (R2)
adalah 0,382 dan 0,380. Hal ini berarti
bahwa 38% kepemilikan manajerial
dapat dijelaskan oleh variabel risiko
bisnis, kebijakan utang, kebijakan
dividen, dan kepemilikan institusional.
Sedangkan sisanya 62% dijelaskan oleh
variabel-variabel lain diluar model yang
dianalisis.
Disadari bahwa penelitian ini masih
banyak terdapat kekurangan dan
keterbatasan. Karenanya, berikut akan
disajikan saran-saran terkait untuk
perkembangan penelitian selanjutnya.
1. Bagi perusahaan sebaiknya
memperhatikan mekanisme-
mekanisme yang dapat mengurangi
konflik agensi seperti kepemilikan
manajerial, risiko bisnis, kebijakan
utang, dan kebijakan dividen.
2. Bagi investor disarankan sebelum
menanamkan modal diperusahaan,
perlu memperhatikan dengan lebih
cermat dan mempertimbangkan
kepemilikan manajerial, risiko bisnis,
kebijakan utang, dan kebijakan
dividen, dimana kebijakan-kebijakan
tersebut merupakan cara perusahaan
dalam mengatasi masalah agensi agar
kepentingan antara pemegang saham
dan pihak manajer dapat berjalan
selaras.
3. Pada penelitian ini memiliki
keterbatasan dari variabel penelitian
maupun metode penelitian belum
optimal sehingga diharapkan pada
penelitian selanjutnya untuk
menambahkan variabel-variabel lain
karena sangat memungkinkan terdapat
pengaruh yang kuat dari variabel-
variabel lain. Metode penelitian lain
juga dapatdigunakan untuk
mendapatkan hasil analisis yang lebih
akurat.
4. Pada penelitian ini, sampel digunakan
adalah perusahaan industri manufaktur.
Untuk peneliti selanjutnya dapat
menggunakan sampel dengan industri
yang lainnya dan lebih besar serta
periode yang lebih panjang sehingga
dapat memberi gambaran yang lebih
spesifik dan nyata.
5. Pada penelitian selanjutnya,
diharapkan peneliti selanjutnya dapat
menguji hubungan konflik agensi
antara pemegang saham mayoritas dan
minoritas, hal ini dikarenakan tingkat
kepemilikan manajerial pada industri
manufaktur di Indonesia yang masih
cenderung kecil.
REFERENSI Adam Smith. (1776). Wealth of the
Nation”Book-5, Chapter1, Methuen
& Co, Ltd, London, 255
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145
144
Ahmed, Huson Joher Ali (2009) Managerial
Ownership Concentration and
Agency Conflict using Logistic
Regression Approach: Evidence
from Bursa Malaysia,”Journal of
Management Research, Vol. 1, 1-
10.
Almilia, L. S. dan Winny Herdiningtyas (2005)
Analisis Rasio CAMEL Terhadap
Prediksi Kondisi Bermasalah Pada
Lembaga Perbankan Periode 2000-
2002, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 7 (2), 1-27
Almilia, Luciana Spica, dan Meliza Silvi.
(2006) Analisa Kebijakan
144ividend an Leverage terhadap
Prediksi Kepemilikan Manajerial
dengan Teknik Analisis
Multinomial Logit. Jurnal
Akuntansi dan Bisnis, Vol. 6 (1),13-
21.
Bathala C.T., K.P. Moon, dan R.P. Rao
(1994), Managerial Ownership,
Debt Policy, and the Impact of
Institutional Holding: an Agency
Perspective,Financial Management,
Vol. 23, 38-50.
Brikslyey, J. R.C Leasse& C.W. Smith Jr.
(1988). Ownership Structure and
Voting of Anti Take-over
Amendments, Journal of Financial
Economics, Vol. 20, 267-291.
Chen, R.Carl, Steiner T. (1999), Managerial
Ownership and Agency Conflict: a
Nonlinier Simultaneous Equation
Analysis of Managerial Ownership,
Risk Taking, Debt Policy, and
Dividend Policy, Financial review,
Vol.34, 119-137.
Crutchley, C.E, dan R.S. Hansen (1989), “A
Test of the Agency Theory of
Managerial Ownership, Corporate
Leverage, and Corporate
Dividends,” Financial
Management, 36-46.
Demsetz, H. (1983). The Structure of
Ownership and the Theory of the
Firm”, Journal of Law and
economics, Vol. 26 (2), 1155-1177.
Demsetz, H. dan Kenneth Lehn (1985), The
Structure of Corporate Ownership:
Causes and Consequences, Journal of
Political Economy, Vol. 93, 1155-
1177
Easterbrook, F., (1984), Two Agency-cost
Explanations of Dividend, American
Economic Review, 650-659.
Fama. E.F, 1980, Agency Problem and The
Teory of The Firm, Journal of
Economy, Vol. 88, 288-307.
Faisal. (2003). “Pengaruh Struktur
Kepemilikan terhadap Kebijakan
Hutang Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia”. Jurnal
Manajemen dan Bisnis, 5 (2): 133-
152.
Faisal. (2013). Pengaruh Kepemilikan
Insider dan Kebijakan Hutang
terhadap Nilai Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia: A Piecewise Linear
Regression Analysis. Jurnal Bisnis
dan Ekonomi, 20 (2): 113 – 130.
Friend, L. & LHP. Lang (1988), An
Empirical Test of the Impact of
Managerial Self-Interest on
Corporate Capital Structure, Journal
of Finance, 43 271-282.
Galai, D. dan Masulis, R.W. (1976), The
Option Pricing Model and the Risk
Factor of Stock”, Journal of Financial
Economics, 3, 53-81.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis
Multivariat dengan Program IBM
SPSS 21. Edisi 7, Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 129-145
145
Gujarati N. Damodar. (2004). Basic
Econometrics fourth edition.
McGraw-Hill
Hanafi, Mamduh, M, I.Fitri, (2003).
Struktur kepemilikan, Risiko, dan
Kebijakan Keuangan: Analisis
Persamaan Simultan, Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia, Vol.19 (2).
Jensen, G.R., D.P. Solberg dan T.S. Zorn
(1992), Simultaneous
Determination of Insider
Ownership, Debt, and Dividend
Policies, Journal of Financial and
Quantitative Analysis, 247-263.
Jensen, M. (1986). Agency Cost of Free
Cash flow, Corporate Finance and
Takeover, American Economics
Review, Vol. 76, 323-329.
Jensen, M.C., dan W.H. Meckling (1976),
Theory of the Firm: Managerial
Behavior Agency costs and Capital
Structure,” Journal of Financial
Economics, 305-360.
Moh’d, M.A., L.G. Perry, and J.N.
Rombey. (1998). The Impact of
Ownership Structure on Corporate
Debt Policy: A Time Series Cross-
Sectional Analysis. Financial
Review 30, 85-99.
N, Kartika. (2006). Penggunaan Path
Analysis untuk Memediasi
Pengaruh Kepemilikan Managerial
terhadap Risiko dalam Menekan
Konflik Keagenan. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi, Vol. 8 (2), Agustus,
135-150.
Nuringsih, Kartika. (2004). “Kepemilikan
Managerial dan Konflik Keagenan:
Analisis Simultan antara Kepemilikan
Managerial, Risiko, Kebijakan
Hutang dan Kebijakan Dividen”.
Jurnal Manajemen, Vol. 8 (2), 124-
142.
Nuringsih, Kartika. (2010). Pengaruh
Profitabilitas, Kebijakan Hutang dan
Kepemilikan Institusional terhadap
Kepemilikan Manajerial dan
Pengaruhnya terhadap Risiko. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 (1),
April, 17-28.
Ross, S.A., (1977). “The Determination of
Financial Structure: The Incentive
Signalling Approach”, Journal of
Economics, Spring, Vol. 8, 23-40.
Santoso, Agus. (2001). Pengaruh Aliran
Kas Internal dan Kepemilikan
Manajer dalam Perusahaan terhadap
Pembelanjaan Modal: Managerial
Hypothesis atau Pecking Order
Hypothesis?.Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia, 16 (1), 54-63.
Saunders, A., Strock, E., danTravlos, N.G.
(1990), “Ownership Structure,
Deregulation, and Bank Risk
Taking”, The Journal of Finance,
Vol.XVL (2), June, 643-654.
Siallagan, Hamonangandan
Mas.Ud.Machfoedz. (2006).
Mekanisme Corporate Governance,
Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan.
Artikel Simposium Nasional
Akuntansi (SNA) IX, Padang.
Wahidahwati. (2002). Kepemilikan
Manajerial dan Agency Conflict
Analisis Persamaan Simultan Non
Linier dan Kepemilikan Manajerial.
Penerimaan Resiko, Kebijakan
Hutang dan Kebijakan Dividen.
SNA V, September 2002.