1
PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA SEMARANG
Eko Syamsul Ma’arif TahajuddinDrs. R. Mulyo Hendarto, MSP
Abstract
Semarang city is one city that has a high level of economy in Central Java. Sectors
that have important role in the economy at Semarang is trade, industry, buildings, and
services sector. One of the activities in the service sector which plays an important role in the
economy is tourism service which can be seen the amount of revenue (PAD), which comes
from the entertainment tax, hotel tax, and restaurant tax.
Wonderia is one of potential tourist attraction in the Semarang city. Potential
possessed by Wonderia among others, is a very strategic location, ticket prices are relatively
cheap, and is the only playground in the Semarang. Nevertheless, Wonderia still sights less
developed compared with other attractions in the Semarang. Various measures have been
carried out both by the manager and the Semarang City Tourims and Culture Departement
in order to increase the number of visitors, such as advertising, eliminate entrance fees, and
held a variety events in Wonderia. However, this policy has not yet been able to increase the
number of visitors. The purpose of this study was to determine the internal and external
conditions faced by Wonderia and then find out that development strategies should be
prioritized by the manager Wonderia order to increase the number of visitors. Techniques
used in sampling, amounting to 65 respondents was purposive sampling. The data analysis
method used is the SWOT analysis and the AHP.
The results of SWOT analysis mentions that Wonderia located in quadrant I, which
means Wonderia is a tourist attraction that has considerable potential to develop in the
future. The suggested policy is a progressive strategy. The results of the AHP analysis states
that the criteria should be prioritized are the aspects of infrastructure with a value of 0.413.
For the whole alternative recommended by the key person, should the priorities are
alternative standardization because it has the highest score with a score of 0.167.
Key words: Condition Internal, External, Strength, Weakness, Opportunity, and Treath
(SWOT), Analytical Hierarchy Process
2
PENDAHULUAN
Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang meliputi gugusan pulau dari Sabang
sampai Merauke serta keaneka-ragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerah merupakan
modal penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu alternatif kebijakan yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah
dengan mengembangkan industri pariwisata sebagai penggerak perekonomian nasional.
Pariwisata merupakan kegiatan yang sangat kompleks karena bersifat multi-dimensional baik
fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.
Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena pariwisata memiliki
keterkaitan dengan sektor-sektor lain seperti sektor pertanian, jasa, perdagangan, dan sektor
transportasi. Pengembangan dan pendayagunaan pariwisata secara optimal akan mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah. Apalagi dengan adanya Undang-undang No.
32 tahun 2004 tentang “Pemerintahan Daerah” dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004
tentang “Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah” yang
memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola kekayaan
sumber daya yang dimiliki, tentu akan memacu semangat pemerintah daerah untuk
mengoptimalkan setiap potensi yang ada guna meningkatkan jumlah Pendapatan Asli Daerah
(PAD), termasuk yang berasal dari kegiatan pariwisata.
Menurut Oka A. Yoeti (2008), kegiatan pariwisata berkaitan erat dengan tingkat
perekonomian yang dicapai oleh suatu negara. Semakin tinggi tingkat perekonomian yang
dicapai, maka kegiatan pariwisata di negara tersebut juga relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan negara yang memiliki tingkat perekonomian lebih rendah. Hal ini diperkuat oleh
pendapat James J. Spillane (1987) yang mengatakan bahwa semakin besar pendapatan
seseorang, maka akan semakin besar pula bagian yang disisihkan untuk berpariwisata.
Dengan semakin meningkatnya perekonomian saat ini, maka peranan pariwisata dalam
mendorong perekonomian juga akan semakin tinggi.
Kota Semarang merupakan salah satu kota dengan tingkat perekonomian yang tinggi
di Jawa Tengah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2010b), PDRB Kota Semarang
menduduki peringkat pertama dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah dilihat dari besarnya
nominal PDRB yang dihasilkan oleh pemerintah daerah. Sektor yang mempunyai peranan
penting dalam perekonomian di Kota Semarang adalah sektor perdagangan, industri,
bangunan, dan jasa. Hal ini dikarenakan selain berkedudukan sebagai ibu kota provinsi, Kota
3
Semarang juga terletak di jalur pantura dan di dekat Laut Jawa, sehingga sangat strategis
untuk mengembangkan usaha perdagangan, industri, dan jasa.
Salah satu kegiatan dari sektor jasa yang memegang peranan penting dalam
perekonomian Kota Semarang adalah jasa pariwisata. Peranan kegiatan pariwisata bagi
perekonomian di Kota Semarang dapat dilihat dari besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang berasal dari pajak hiburan, pajak hotel, dan pajak restoran. Berdasarkan data dari Dinas
Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota Semarang (2010), jumlah
penerimaan pajak hiburan pada tahun 2009 cenderung menunjukkan adanya peningkatan
dibanding dengan tahun 2007. Tahun 2009 penerimaan pajak hiburan berjumlah sekitar
Rp4.934.000.000 atau meningkat 8,11% dibandingkan tahun 2007, dengan penerimaan pajak
hiburan sebesar Rp4.564.000.000. Meskipun penerimaan pajak hiburan lebih rendah bila
dibandingkan dengan penerimaan pajak lainnya, namun pendapatan dari pajak hotel dan
pajak restoran (yang merupakan kegiatan turunan dari kegiatan pariwisata) mampu
menyumbang sekitar Rp39.217.000.000 pada tahun 2007. Jumlah pendapatan pajak tersebut
meningkat sekitar 21,91% pada tahun 2009, dengan total pendapatan mencapai
Rp47.811.000.000.
Wonderia merupakan obyek wisata di Kota Semarang yang memiliki banyak potensi.
Ditinjau dari aspek tata guna lahan, menurut perda No. 05/2004 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Semarang, Wonderia telah sesuai dengan peruntukannya yakni digunakan
sebagai kawasan rekreasi dan olahraga. Ditinjau dari aspek lokasi, Wonderia yang berada di
Jalan Sriwijaya No. 29 juga berada di lokasi yang sangat strategis dan mudah dijangkau oleh
pengunjung. Selain itu, Wonderia merupakan satu-satunya obyek wisata yang menawarkan
berbagai wahana permainan di Kota Semarang. Bahkan, pada saat pertama kali diresmikan,
pihak pengelola ingin membangun image bahwa Wonderia merupakan Dunia Fantasi
(Dufan)-nya Kota Semarang. Ada sekitar 21 wahana permainan di Wonderia yang dapat
dinikmati oleh para pengunjung, mulai dari wahana rumah hantu, bombom car, super rally,
merry go round, roller coaster, hingga kolam renang untuk anak-anak. Meskipun memiliki
potensi yang besar, namun Wonderia kurang mampu untuk bersaing dengan obyek wisata
lain yang ada di kota Semarang. Hal ini dibuktikan dengan cenderung menurunnya jumlah
pengunjung dan pendapatan yang diterima oleh pengelola Wonderia. Penurunan jumlah
pengunjung ini disebabkan adanya ketidakpercayaan pengunjung terhadap kualitas dan
jaminan keamanan yang diberikan oleh pengelola Wonderia kepada para pengunjung. Hal ini
terkait dengan insiden jatuhnya plane tower yang pernah terjadi di Wonderia pada tahun
2007. Sejak kejadin itu, jumlah pengunjung Wonderia terus mengalami penurunan.
4
Berbagai langkah telah ditempuh pengelola Wonderia dan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Semarang agar mampu meningkatkan jumlah pengunjung di obyek wisata
Wonderia. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Masjhar (HRD PT. Smart) pada tanggal 26
Agustus 2011, salah satu kebijakan yang telah dijalankan oleh pengelola adalah dengan
menggratiskan tiket untuk wahana mini outbond selama libur sekolah, yakni sejak tanggal 19
Juni 20011 sampai dengan 16 Juli 2011. Selain itu, hampir tiap akhir pekan, pihak pengelola
selalu menggelar festival musik guna menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke obyek
wisata ini. Dari aspek promosi, pengelola juga telah memasang iklan di Koran dan Radio
Rasika FM agar masyarakat semakin mengenal obyek wisata yang terletak di sebelah barat
Taman Budaya Raden Saleh ini. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang selaku
otoritas yang berwenang menangani tentang masalah kepariwisataan di Kota Semarang juga
telah melakukan berbagai cara agar mampu meningkatkan jumlah pengunjung Wonderia.
Langkah-langkah tersebut diantaranya dengan mempromosikan Wonderia dalam setiap
pameran yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang baik
melalui brosur maupun banner. Selain itu, promosi juga dilakukan dengan cara menyertakan
Wonderia dalam peta wisata Kota Semarang yang dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Semarang. Namun, berbagai langkah tersebut ternyata masih belum mampu
meningkatkan animo masyarakat untuk berkunjung ke Wonderia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bambang P. dkk (2010), turunnya minat
masyarakat untuk berkunjung ke Taman Ria Wonderia dikarenakan adanya ketidakpuasan
pengunjung terhadap pelayanan dan jaminan keamanan yang diberikan oleh pihak pengelola.
Apalagi dengan adanya image yang menyatakan bahwa Wonderia merupakan Dufan-nya
Kota Semarang, sehingga para pengunjung memiliki ekspektasi bahwa Wonderia akan
mampu menawarkan berbagai wahana permainan yang menarik dan berkualitas sebagaimana
yang ada di Dunia Fantasi Jakarta. Namun, pada kenyataannya kualitas pelayanan dan
jaminan keamanan di Wonderia tidak sesuai dengan harapan pengunjung. Selain itu, faktor
lain yang menyebabkan turunnya jumlah pengunjung Wonderia adalah pengembangan variasi
permainan dan hiburan di Wonderia selama ini hanya ditujukan untuk anak-anak dan
keluarga, sedangkan permainan yang lebih menantang dan menarik bagi kalangan remaja dan
dewasa kurang dikembangkan oleh pengelola.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi internal dan eksternal
yang dihadapi oleh Wonderia dan menganalisis strategi pengembangan yang harus
diprioritaskan oleh pengelola Wonderia guna meningkatkan jumlah pengunjung ke Wonderia.
5
TELAAH TEORI
a. Penawaran
Penawaran merupakan jumlah dari suatu barang yang mau dijual pada berbagai
tingkat harga, selama jangka waktu tertentu, ceteris paribus (Gilarso, 2003). Berdasarkan
hukum penawaran, jumlah barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen sangat
dipengaruhi oleh tingkat harga yang berlaku. Semakin tinggi harga suatu barang di pasar,
maka produsen akan terdorong untuk menawarkan barang tersebut dalam jumlah yang
banyak. Begitu juga sebaliknya, jika harga suatu barang relatif murah, maka produsen akan
mengurangi jumlah barang yang ditawarkan ke pasar (Samuelson dan Nordhaus, 1990).
b. Struktur Pasar dalam Penawaran
Dilihat dari sisi penawaran, ada beberapa macam struktur pasar yakni:
Pasar persaingan sempurna
Pasar persaingan adalah bentuk pasar yang memiliki banyak penjual dan banyak
pembeli serta barang yang diperjual-belikan memiliki sifat yang homogen.
Pasar Monopoli
Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu perusahaan saja
yang menghasilkan barang dan tidak mempunyai barang substitusi.
Pasar persaingan monopolistik
Pasar persaingan monopolistik adalah suatu bentuk pasar dimana terdapat banyak
produsen yang menghasilkan barang yang berbeda corak.
Pasar oligopoli
Pasar oligopoli adalah pasar yang terdiri dari sedikit produsen saja dan menghasilkan
barang yang sama (identik) dan adapula produsen yang menghasilkan barang yang
berbeda corak.
c. Pengertian Pariwisata
Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara,
dilakukan secara perorangan maupun kelompok dengan tujuan untuk mencari keseimbangan
dan kebahagian dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu
(Kodhyat dalam James J. Spillane, 1987). Menurut James J. Spillane (1987), pariwisata
adalah perjalanan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kenikmatan, mencari
kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, maupun untuk tujuan lainnya.
Pariwisata merupakan fenomena yang sangat kompleks dan bersifat unik, karena
pariwisata bersifat multidimensi baik dari segi fisik, sosial, ekonomi, politik, dan budaya
6
(Danang Parikesit dan Trisnadi, 1997). Menurut James J. Spillane (1987), keunikan
pariwisata dikarenakan beberapa hal berikut:
Produk pariwisata tidak dapat dipindahkan.
Dalam pariwisata, kegiatan konsumsi dan produksi terjadi pada saat yang bersamaan.
Sebagai suatu jasa, maka pariwisata memiliki berbagai bentuk dan tidak mempunyai
standar ukuran yang pasti.
Konsumen tidak dapat mencicipi atau menguji produk pariwisata terlebih dahulu
sebelum melakukan kegiatan pariwisata.
Produk pariwisata mengandung resiko yang sangat besar.
d. Jenis-jenis Pariwisata
Berdasarkan motif perjalanan, pariwisata dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
(James J. Spillane, 1987) yaitu pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure tourism),
pariwisata untuk rekreasi (Recreation tourism), pariwisata untuk kebudayaan (Cultural
tourism), pariwisata untuk olahraga (Sport tourism), pariwisata untuk urusan dagang
(Bussines tourism), pariwisata untuk berkonvensi (Convention tourism).
e. Penawaran Pariwisata
Penawaran pariwisata meliputi semua macam produk dan pelayanan atau jasa yang
dihasilkan oleh kelompok perusahaan industri pariwisata, yang ditawarkan kepada para
wisatawan (Sinclair dan Stabler, 1997). Aspek-aspek tersebut meliputi daya tarik,
transportasi, ketersediaan fasilitas, dan kelembagaan yang mengurusi pariwisata. Semakin
lengkap dan terintegrasinya unsur-unsur tersebut dalam produk wisata maka akan semakin
kuat posisi tawar dalam sistem kepariwisataan. Untuk memperkuat posisi tawar, kualitas
produk pariwisata yang ditawarkan mutlak memerlukan perhatian serius dari semua pihak,
baik pemerintah, masyarakat, maupun pihak swasta.
f. Industri Pariwisata
Menurut Oka A. Yoeti (2008), industri pariwisata adalah sekelompok perusahaan
yang secara langsung memberikan pelayanan kepada wisatawan, sehingga wisatawan tersebut
akan merasa nyaman, aman, dan puas ketika mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa industri pariwisata melibatkan
berbagai macam usaha yang meliputi tour operator, maskapai penerbangan, penyedia jasa
transportasi, hotel, restoran, mall, bank, dan lain sebagainya.
g. Pengembangan Pariwisata
7
Menurut Argyo Demartoto (2008), pengembangan pariwisata tidak dapat dilepaskan
dari perkembangan politik, ekonomi, sosial, dan pembangunan di sektor lainnya. Oleh karena
itu, dalam pengembangan pariwisata dibutuhkan adanya perencanaan terlebih dahulu.
METODE PENELITIAN
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah 10 alternatif kebijakan yang
seharusnya ditempuh oleh pengelola Wonderia dalam rangka meningkatkan jumlah
pengunjung di obyek wisata Wonderia. 10 alternatif tersebut adalah memasang iklan,
mendirikan Wonderia Member Club (WMC), menjalin kerjasama dengan pihak ke-3,
menggelar berbagai event di Wonderia, melakukan peremajaan wahana, melakukan
perawatan secara berkala, menerapkan standarisasi keamanan, memperbaiki manajemen,
melakukan studi banding ke obyek wisata yang lebih maju, dan memberikan pelatihan
kepada para pegawai. Alternatif kebijakan tersebut diperoleh dari hasil observasi dan diskusi
dengan para key person baik dari pengelola Wonderia maupun dari dinas-dinas terkait.
Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung yang melakukan kegiatan wisata di
Wonderia, warga masyarakat yang tinggal di sekitar Wonderia, dan para pakar ahli (key
person) pariwisata dengan jumlah populasi yang tidak diketahui secara pasti. Adapun jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 65 responden yang terdiri dari key
person (5 responden), pengunjung Wonderia (30 responden), dan masyarakat yang tinggal di
sekitar Wonderia (30 responden). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling, yakni teknik pengumpulan sampel dengan adanya
pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang digunakan adalah responden tersebut merupakan
individu yang mengetahui tentang permasalahan pariwisata, terutama yang berkaitan dengan
Wonderia.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis SWOT dan
analisis AHP. Analisis SWOT digunakan sebagai strategi untuk mengalahkan musuh di
medan pertempuran. Menurut Sun Tzu (dalam Freddy Rangkuti, 2005) konsep dasar
pendekatan SWOT adalah untuk memenangkan sebuah pertempuran maka harus mengetahui
kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan.
Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini metode SWOT lebih banyak digunakan untuk
menyusun perencanaan strategi bisnis jangka panjang, sehingga arah dan tujuan perusahaan
dapat dicapai dengan jelas. Selain itu, dengan menggunakan analisis SWOT pengambilan
keputusan dapat dilakukan secepat mungkin terkait dengan semua perubahan dalam
menghadapi pesaingnya (Freddy Rangkuti, 2005).
8
Analisis SWOT adalah identifikasi dari berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan (Freddy Rangkuti, 2005). Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities) namun
secara bersamaan juga dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Treaths).
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan,
strategi, dan kebijakan yang dijalankan oleh perusahaan. Oleh karena itu, dengan
menggunakan analisis SWOT akan diperoleh karakteristik dari kekuatan utama, kekuatan
tambahan, faktor netral, kelemahan utama, dan kelemahan tambahan berdasarkan analisa
lingkungan internal dan eksternal yang dilakukan.
Pada dasarnya analisis SWOT membandingkan antara faktor kekuatan dan kelemahan
internal di dalam tubuh suatu organisasi dengan peluang dan ancaman yang dihadapi oleh
lingkungan eksternal organisasi tersebut (Freddy Rangkuti, 2005). Menurut Sondang P.
Siagian (2002), yang dimaksud dengan faktor kekuatan adalah kompetensi khusus di dalam
sebuah perusahaan yang berakibat pada pemilikan keunggulan komparatif oleh perusahaan
tersebut. Hal ini dikarenakan perusahaan yang bersangkutan mempunyai sumber daya,
keterampilan, dan produk andalan yang membuatnya lebih kuat dibandingkan para
pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan pasar. Adapun yang dimaksud dengan faktor
kelemahan adalah adanya keterbatasan sumber daya, ketrampilan, dan kemampuan yang
menjadi sebuah penghalang bagi tercapainya kinerja organisasi yang memuaskan. Sondang P.
Siagian (2002) mendefinisikan peluang sebagai suatu kondisi lingkungan yang
menguntungkan bagi suatu organisasi, sedangkan ancaman didefinisikan sebagai faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan bagi suatu organisasi.
Analytical hierarchi process merupakan suatu model pendukung keputusan yang
diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an (Syaifullah, 2010). Model AHP
sebagai salah satu pendukung keputusan menguraikan masalah multi faktor yang kompleks
menjadi sebuah hirarki. Dengan adanya hirarki tersebut, sebuah masalah yang kompleks akan
dapat diuraikan ke dalam kelompoknya, sehingga permasalahan akan tampak lebih
terstruktur. Menurut Mulyono (dalam Siti Latifaf, 2005) AHP digunakan untuk menentukan
prioritas suatu permasalahan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan metode AHP sebagai dasar
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut (Saaty, 2006):
Langkah pertama adalah mendefenisikan masalah dan menentukan solusi atau
tujuan yang diinginkan. Tujuan dari penelitian ini adalah upaya untuk meningkatkan jumlah
pengunjung di Wonderia.
9
Langkah kedua adalah menentukan kriteria. Kriteria tersebut diperoleh dari hasil
pengamatan dan wawancara di Wonderia yang kemudian didiskusikan dengan key person
yang berkompeten di bidang pariwisata. Dari hasil validasi dengan key person tersebut,
diperoleh kriteria sebagai berikut:
a. Upaya untuk meningkatkan jumlah pengunjung Wonderia dipandang dari aspek
promosi
b. Upaya untuk meningkatkan jumlah pengunjung Wonderia dipandang dari aspek
infrastruktur
c. Upaya untuk meningkatkan jumlah pengunjung Wonderia dipandang dari aspek
manajemen
Langkah ketiga adalah menentukan alternatif. Seperti halnya dengan penentuan
kriteria, penentuan alternatif ini juga dihasilkan dari pengamatan dan wawancara di Wonderia
yang kemudian divalidasikan kepada key person dari PT. Semarang Arsana Rekreasi Trusta
selaku pengelola Taman Ria Wonderia dan dinas-dinas terkait. Adapun dari validasi tersebut
diperoleh alternatif sebagai berikut:
a. Untuk mencapai tujuan peningkatan jumlah pengunjung di Wonderia ditinjau dari
aspek promosi meliputi:
1. memasang iklan tentang Wonderia
2. mendirikan Wonderia Member Club
3. menjalin kerjasama dengan pihak ke-3
4. menyelenggarakan berbagai event di Wonderia
b. Untuk mencapai tujuan peningkatan jumlah pengunjung di Wonderia ditinjau dari
aspek infrastruktur meliputi:
1. melakukan peremajaan wahana yang ada di Wonderia.
2. melakukan perawatan wahana secara berkala
3. menerapkan standarisasi keamanan terhadap wahana yang ada
c. Untuk mencapai tujuan peningkatan jumlah pengunjung di Wonderia ditinjau dari
aspek manajemen meliputi:
1. memperbaiki manajemen yang ada
2. melakukan studi banding ke obyek wisata yang lebih maju
3. memberikan pelatihan kepada para pegawai.
Kriteria dan alternatif tersebut dapat disusun secara hirarki, dengan bentuk struktur
hirarki tingkat pertama adalah tujuan yang ingin dicapai yakni untuk meningkatkan jumlah
pengunjung di Wonderia, kemudian pada tingkat kedua terdiri dari kriteria untuk mencapai
10
tujuan tersebut, sedangkan tingkat yang ketiga adalah alternatif-alternatif pilihan yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan. Adapun skema hirarki tersebut ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Struktur Hirarki AHP
Sumber: Modifikasi dari penelitian Saaty (2008)
Langkah keempat adalah menyebar kuesioner kepada responden yang terdiri dari:
1. Key person (5 responden)
2. Pengunjung Wonderia (30 responden)
3. Penduduk di sekitar Wonderia (30 responden)
Langkah kelima adalah menyusun matriks dari hasil rata-rata yang didapat dari
sejumlah responden tersebut, kemudian hasilnya diolah dengan menggunakan expert choice
versi 9.0.
Langkah keenam, menganalisis hasil olahan dari expert choice versi 9.0 untuk
mengetahui hasil nilai inkonsistensi dan prioritas. Jika nilai konsistensinya lebih dari 0,10
D. Event
1. Promosi
C. Bekerja sama dengan pihak ke-3
A. Iklan
B. Wonderia Member Club
C. Standarisasi keamanan
A. Peremajaan wahana
B. Perawatan berkala2. InfrastrukturPeningkatan Jumlah
Pengunjung diWonderia
C. Pelatihan3. Manajemen
B. Studi banding
A. Memperbaiki manajemen
11
maka hasil tersebut dikatakan inkonsisten dan harus diperbaiki, namun jika nilai tersebut
kurang dari 0,10 maka hasil tersebut dikatakan konsisten.
Langkah ketujuh adalah penentuan skala prioritas dari kriteria dan alternatif untuk
mencapai tujuan meningkatkan jumlah pengunjung di Wonderia. Untuk menetapkan prioritas
elemen-elemen dalam suatu pengambilan keputusan dapat digunakan matrik perbandingan
berpasangan (pairwise comparison matrix). Matriks tersebut menggambarkan kontribusi
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya.
Pembobotan pada matriks berpasangan ini menganut asas resiprokal, yakni jika kriteria A
dibandingkan dengan kriteria B mendapatkan nilai 3, maka kriteria B dibandingkan dengan
kriteria A akan memperoleh nilai 1/3.
Tabel 1Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria terhadap Tujuan
Kriteria Promosi Infrastruktur Manajemen
Promosi 1 1/5 1/3
Infrastruktur 5 1 3
Manajemen 3 1/3 1
Menurut Syaifullah (2010), hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan
berupa nilai 1, yang menunjukkan tingkat paling rendah (equal importance), sampai dengan
nilai 9, yang menunjukkan tingkat paling tinggi (extreme importance). Skala perbandingan
berpasangan yang digunakan dalam penyusunan AHP untuk meningkatkan jumlah
pengunjung di Wonderia adalah sebagai berikut:
12
Tabel 2Skala Banding Berpasangan
Nilai 1 Kedua faktor sama pentingnya
Nilai 3 Faktor yang satu sedikit lebih penting daripada faktor lainnya
Nilai 5 Satu faktor esensial atau lebih penting daripada faktor lainnya
Nilai 7 Satu faktor jelas lebih penting daripada faktor lainnya
Nilai 9 Satu faktor mutlak lebih penting daripada faktor lainnya
Nilai 2, 4, 6, 8Nilai-nilai antara, diantara dua nilai pertimbangan yang
berdekatan
Nilai KebalikanJika untuk aktivitas i dibandingkan dengan aktivitas j mendapat
angka 2, maka j mempunyai nilai 1/2 dibandingkan dengan i
Sumber: Saaty (2008)
Hasil penelitian tersebut selanjutnya diolah sesuai dengan prosedur AHP di atas.
Setelah dilakukan running melalui expert choice versi 9.0, maka akan menghasilkan urutan
skala prioritas alternatif yang seharusnya dilakukan oleh pengelola guna meningkatkan
jumlah pengunjung di Wonderia. Urutan skala prioritas tersebut sesuai dengan bobot masing-
masing alternatif dan kriteria serta besarnya nilai konsistensi dari hasil pengolahan tersebut.
Apabila besarnya rasio konsistensi lebih kecil dari 0,10 maka dapat dikatakan bahwa
keputusan yang diambil oleh para responden cukup konsisten, sehingga skala prioritas
tersebut dapat diimplementasikan sebagai kebijakan untuk mencapai sasaran.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis SWOT
Analisis Strength, Weakness, Opportunity, dan Treath (SWOT) merupakan startegi
manajemen yang digunakan untuk mengetahui kondisi internal dan eksternal yang dihadapi
oleh suatu organisasi. Dengan mengetahui kondisi tersebut maka para pengelola dapat
menentukan kebijakan yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi oleh organisasi itu. Kondisi
internal Wonderia akan terangkum dalam matrik IFAS (Internal Strategic Factors Analysis),
sedangkan kondisi eksternal Wonderia akan terangkum dalam matrik EFAS (External
Strategic Factors Analysis)
Matriks IFAS digunakan untuk mengetahui kondisi internal yang dihadapi oleh obyek
wisata Wonderia. Pengumpulan data mengenai faktor internal yang meliputi kondisi
keuangan, strategi pemasaran, infrastruktur, dan produk wisata yang ditawarkan oleh
Wonderia diperoleh dari hasil observasi dan diskusi dengan pihak pengelola Wonderia.
13
Semua aspek tersebut terangkum dalam aspek kekuatan dan kelemahan pada matriks IFAS.
Berikut ini merupakan hasil matriks IFAS yang diperoleh dari 65 responden dengan merata-
rata hasil penilaian yang telah diberikan terhadap kondisi internal Wonderia.
Matriks IFAS memiliki ketentuan penilaian sebagai berikut:
Apabila total rata-rata skor berada di atas 2,5 maka hal ini menunjukkan bahwa
pengelola Wonderia telah memanfaatkan kekuatan dengan baik serta di sisi lain
mereka juga mampu meminimalkan kelemahannya secara bersamaan.
Apabila total rata-rata skor di bawah 2,5 hal ini menunjukkan bahwa pengelola
Wonderia tidak mampu memanfaatkan kekuatan yang ada serta tidak mampu
meminimalkan kelemahan yang dimiliki.
Tabel 3Hasil Penilaian IFAS Wonderia
Faktor-faktor strategi internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kelebihan: Harga tiket masuk yang relatif murah 0,121 3 0,363 Merupakan satu-satunya taman bermain yang ada di
Kota Semarang 0,107 3 0,321
Menawarkan berbagai wahana permainan 0,109 3 0,327 Wahana permainan berasal dari luar negeri 0,067 2 0,134 Area bermain yang luas 0,105 3 0,315
Sub total kelebihan 0,509 1,460Kelemahan: Kondisi keuangan yang kurang baik pasca insiden
kecelakaan Plane Tower 0,095 2 0,190
Adanya pemelintiran berita, sehingga image Wonderiamenjadi kurang baik 0,088 2 0,176
Kurangnya wahana permainan untuk kalangan remajadan dewasa 0,113 2 0,226
Minimnya promosi yang dilakukan oleh pihakpengelola 0,100 2 0,200
Belum adanya peremajaan wahana 0,096 2 0,192Sub total kelemahan 0,492 0,984
TOTAL 1 2,444Sumber: Data primer, diolah
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa total rata-rata skor Wonderia adalah 2,444
(dibawah 2,5), sehingga dapat disimpulkan bahwa pengelola Wonderia belum mampu untuk
memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan yang dimiliki oleh obyek wisata ini.
Berdasarkan matriks IFAS di atas, dapat diketahui bahwa kekuatan terbesar yang dimiliki
14
oleh Wonderia adalah harga tiket masuk yang relatif murah dengan skor 0,363. Harga tiket
masuk sebesara Rp6.000-Rp7.000 merupakan harga yang sangat murah. Hal ini dikarenakan
selain bisa menikmati wahana yang tersedia, para pengunjung juga bisa menikmati acara
pertunjukan musik yang digelar oleh pengelola terutama pada malam Minggu. Kekuatan lain
yang dimiliki Wonderia adalah tersedianya berbagai wahana yang bisa dinikmati oleh para
pengunjung dengan skor 0,327. Obyek wisata yang ingin meniru konsep Dunia Fantasi di
Jakarta ini menyediakan 21 wahana permainan. Kekuatan terkecil yang dimiliki Wonderia
adalah wahana permainannya berasal dari luar negeri dengan skor 0,134. Menurut pendapat
Bapak Hanura (pegawai Disparta Kota Semarang), meskipun Wonderia merupakan satu-
satunya taman bermain yang ada di Kota Semarang dan memiliki wahana yang berasal dari
luar negeri, tapi jika tidak diimbangi oleh adanya jaminan keselamatan bagi para pengunjung,
hal tersebut tidak akan berarti apa-apa. Menurut beliau, hal yang paling penting adalah
adanya perbaikan infrastruktur terutama yang berkaitan dengan keselamatan pengunjung.
Kekuatan-kekuatan yang dimiliki seharusnya dapat digunakan oleh pengelola Wonderia
untuk menarik minat wisatawan agar berkunjung ke Wonderia.
Di satu sisi, selain mencerminkan kekuatan, matriks IFAS juga memuat tentang
kelemahan yang dimiliki oleh Wonderia. Berdasarkan tabel 3 di atas, kelemahan terbesar
yang dimiliki Wonderia adalah kurangnya wahana permainan untuk kalangan remaja dan
dewasa dengan nilai 0,226. Meskipun memiliki 21 wahana permainan, mayoritas wahana
tersebut lebih diperuntukan bagi kalangan anak-anak, sedangkan wahana yang diperuntukan
bagi kalangan remaja dan dewasa hanya ada satu buah yakni jet coaster yang berada di dekat
panggung hiburan. Kelemahan terkecil yang dimiliki Wonderia adalah adanya pemelintiran
berita terkait dengan kejadian jatuhnya wahana plane tower pada tahun 2007 dengan skor
0,176. Dengan adanya kejadian tersebut, seharusnya pengelola Wonderia dapat mengambil
pelajaran, sehingga kedepannya mereka lebih mengutamakan keselamatan para pengunjung.
Apabila faktor keselamatan para pengunjung tidak mendapatkan perhatian serius,
dikhawatirkan kejadian serupa akan terulang kembali dan dampaknya masyarakat akan
semakin enggan untuk datang ke Wonderia.
Matriks EFAS digunakan untuk mengetahui kondisi eksternal yang dihadapi oleh
obyek wisata Wonderia. Pengumpulan data mengenai faktor eksternal yang meliputi letak
lokasi Wonderia, dukungan dari pihak ketiga, kesejahteraan masyarakat, adanya otonomi
daerah, persaingan pariwisata, dan penyelenggaraan bursa mobil Adira di area parkir
Wonderia diperoleh dari hasil observasi dan diskusi dengan pihak pengelola Wonderia.
Semua aspek tersebut terangkum dalam aspek peluang dan ancaman pada matriks EFAS.
15
Berikut ini merupakan hasil matriks EFAS yang diperoleh dari 65 responden dengan merata-
rata hasil penilaian yang telah diberikan terhadap kondisi eksternal yang dihadapi oleh
Wonderia.
Matriks EFAS memiliki ketentuan penilaian sebagai berikut:
Apabila total rata-rata skor berada di atas 2,5 maka hal ini menunjukkan bahwa
pengelola Wonderia telah memanfaatkan peluang yang ada dengan baik serta di sisi
lain mereka juga mampu meminimalkan ancaman secara bersama-sama.
Apabila total rata-rata skor di bawah 2,5 hal ini menunjukkan bahwa pengelola
Wonderia tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada serta tidak mampu
meminimalkan ancaman dari luar.
Tabel 4Hasil Penilaian EFAS Wonderia
Faktor-faktor strategi eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang: Lokasi Taman Ria Wonderia sangat strategis 0,135 3 0,405 Pulihnya sektor pariwisata pasca krisis global 0,073 2 0,146 Meningkatnya kesejahteraan masyarakat 0,071 2 0,142 Adanya dukungan dari dinas terkait dan masyarakat sekitar 0,086 2 0,172 Adanya sponsorship dari pihak ke-3 0,107 3 0,321Sub total peluang 0,472 1,186Ancaman: Otonomi daerah 0,081 2 0,162 Tingginya persaingan pariwisata antar daerah 0,090 2 0,180 Obyek wisata lain di Kota Semarang yang dikelola lebih
profesional 0,093 2 0,186
Semakin banyaknya pusat perbelanjaan yang menyediakanwahana bermain seperti di Wonderia 0,095 2 0,190
Adanya pergeseran dinamika masyarakat yang lebihmemilih wisata alam dibandingkan dengan wisata lainnya 0,090 2 0,180
penyelenggaraan bursa mobil Adira di area parkirWonderia 0,079 2 0,158
Sub total ancaman 0,528 1,056TOTAL 1 2,242
Sumber: Data primer, diolah
Dari tabel 4dapat diketahui bahwa nilai total rata-rata skor faktor eksternal Wonderia
adalah 2,242 (dibawah 2,5); sehingga dapat dikatakan bahwa pengelola Wonderia tidak
mampu memanfaatkan peluang yang ada serta tidak mampu meminimalkan ancaman.
16
Berdasarkan matriks EFAS di atas, peluang terbesar yang dimiliki Wonderia terletak pada
lokasinya yang sangat strategis dengan nilai skor 0,405. Wonderia yang berlokasi dekat
dengan pusat kota memiliki keuntungan dibandingkan dengan obyek wisata lain karena lebih
mudah dijangkau oleh pengunjung. Untuk sampai di Wonderia, pengunjung dapat
menggunakan kendaraan pribadi maupun menggunakan kendaraan umum yang melewati
Wonderia. Keunggulan lain yang dimiliki oleh Wonderia adalah adanya sponshorship dari
pihak ketiga dengan skor 0,321. Sponsorship tersebut diberikan oleh pihak ketiga pada saat
ada even-even tertentu, baik dalam bentuk dana maupun berbentuk barang atau produk yang
selanjutnya dapat dijual kembali oleh pihak pengelola Wonderia. Adapun peluang terkecil
yang dimiliki oleh Wonderia adalah meningkatnya kesejahteraan masyarakat dengan skor
0,142.
Dari aspek ancaman, ancaman terbesar yang dihadapi oleh Wonderia adalah semakin
banyaknya pusat perbelanjaan yang menyediakan wahana permaianan seperti yang ada di
Wonderia dengan skor 0,190. Salah satu pusat perbelanjaan yang menyediakan wahana
sejenis adalah Matahari Simpang Lima. Menurut Bapak Masjhar (HRD PT. Smart), meskipun
skalanya lebih kecil, namun keberadaan wahana permainan sejenis di pusat perbelanjaan
sedikit banyak mengurangi tingkat kunjungan ke Wonderia. Hal ini dikarenakan pengunjung
merasa lebih nyaman dan lebih efisien, dimana selain bisa berbelanja kebutuhannya mereka
juga bisa menghibur anak-anak mereka dengan mengajak bermaian di wahana yang
disediakan oleh pusat perbelanjaan. Adapun kelemahan terkecil yang dihadapi oleh Wonderia
adalah adanya penyelenggaraan bursa mobil Adira dengan skor 0,158. Penyelenggaraan bursa
mobil ini menjadi polemik dikarenakan pihak Disparta dan DPRD Kota Semarang menuding
bahwa pihak pengelola Wonderia telah melanggar ijin sewa lahan karena area Wonderia
seharusnya digunakan untuk kegiatan wisata, bukan untuk usaha lainnya serta tidak boleh
melibatkan pihak ketiga. Namun, pihak pengelola merasa tidak pernah menyalahi ijin
kerjasama tersebut karena menurut mereka pengelolaan bursa mobil tersebut masih dibawah
kendali PT Semarang Arsana Rekreasi Trusta (Smart).
Berdasarkan hasil perhitungan matriks IFAS dan EFAS di atas, diperoleh nilai sebagai
berikut: faktor kekuatan = 1,460; faktor kelemahan = 0,984; faktor peluang = 1,186; dan
faktor ancaman = 1,056. Dari skor tersebut selanjutnya diplotkan pada gambar analisa
diagram SWOT yang terdiri dari 4 kuadran.
Untuk mengetahui koordinat atau kondisi yang dihadapi oleh Wonderia, dapat
dilakukan perhitungan sebagai berikut:
17
(Skor Kekuatan – skor kelemahan)/2 ; (Skor peluang – skor ancaman)/2
(1,460 – 0,984)/2 ; (1,186 – 1,056)/2
(0,238 ; 0,065)
Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh koordinat (0,238 ; 0,065) yang mana
koordinat tersebut masuk pada kuadran I. Posisi ini mengindikasikan bahwa Wonderia
merupakan sebuah obyek wisata yang cukup kuat dan berpeluang besar untuk bisa lebih
berkembang di masa yang akan datang. Rekomendasi yang dapat diberikan kepada pihak
manajemen Wonderia adalah strategi progresif, yakni melakukan ekspansi dan memperbesar
pangsa pasar demi meraih kemajuan secara maksimal. Memperbesar pangsa pasar dalam hal
ini bisa diartikan sebagai memperluas segmentasi pengunjung. Jika selama ini Wonderia
identik dengan wahana yang diperuntukan kalangan anak-anak, maka kedepannya diharapkan
pihak pegelola bersedia menambah wahana yang bisa dinikmati oleh kalangan remaja dan
dewasa. Hal ini dikarenakan sampai saat ini, Wonderia baru memiliki 1 wahana yang khusus
bagi kalangan remaja dan dewasa, yakni wahana jet coaster.
Gambar 1Grafik Analisa SWOT Obyek Wisata Wonderia
h. Analisis AHP
Analisis AHP digunakan untuk menentukan prioritas kebijakan yang seharusnya
diprioritaskan oleh pengelola Wonderia guna meningkatkan jumlah pengunjung. Sebelum
menentukan prioritas kebijakan, perlu dirumuskan kriteria dan alternatif terlebih dahulu.
Kriteria diperoleh dari hasil pra-survey dan diskusi dengan para key person yang
(+, +)
(+, -)
(-, +)
(-, -)Kuadran II
Kuadran IKuadran III
Kuadran IV
Peluang
KekuatanKelemahan
Ancaman
(0,238 ; 0,065)
18
berkompeten di bidang pariwisata, baik dari pihak pengelola Wonderia, akademisi, maupun
dari dinas-dinas terkait. Dari hasil diskusi tersebut, diperoleh hasil bahwa dalam rangka
meningkatkan jumlah pengunjung Wonderia dapat ditempuh melalui 3 kriteria, yakni:
1. Aspek promosi
2. Aspek infrastruktur
3. Aspek manajemen
Seperti halnya penentuan kriteria, alternatif yang digunakan dalam penelitian ini juga
berasal dari hasil pra-survey dan diskusi dengan para key person. Dari hasil diskusi tersebut,
diperoleh 10 alternatif kebijakan yang bisa diterapkan oleh pengelola guna meningkatkan
jumlah pengunjung di Wonderia, yakni:
1. Memasang iklan tentang Wonderia
2. Mendirikan Wonderia Member Club
3. Menjalin kerja sama dengan pihak ke-3
4. Menggelar berbagai acara (event) di Wonderia, seperti acara menggelar acara
tembang kenangan maupun pentas musik dangdut
5. Melakukan peremajaan wahana
6. Melakukan perawatan wahana secara berkala
7. Menerapkan standarisasi keamanan guna menjamin keselamatan para pengunjung
8. Memperbaiki manajemen yang ada
9. Melakukan studi banding ke obyek wisata yang lebih maju
10. Memberikan pelatihan kepada para pegawai.
Jika disusun dalam sebuah hirarki, maka akan diperoleh 2 tingkatan yakni kriteria dan
alternatif sebagaimana yang ada pada gambar berikut:
19
Gambar 2Hirarki AHP Peningkatan Jumlah Pengunjung di Wonderia
Langkah penentuan prioritas kebijakan yang akan diambil untuk meningkatkan
jumlah pengunjung di Wonderia, diperlukan pendapat dan penilaian dari responden terutama
pihak-pihak yang berkompeten di bidang pariwisata. Alat analisis yang digunakan untuk
mengolahnya adalah expert choice versi 9.0. Langkah-langkah yang ditempuh agar dapat
menghasilkan sebuah prioritas kebijakan adalah sebagai berikut:
Tahap satu, menentukan kriteria yang seharusnya menjadi prioritas guna
meningkatkan jumlah pengunjung di Wonderia. Hasil pengolahan AHP adalah sebagai
berikut:
D. Event
1. Promosi
C. Bekerja sama dengan pihak ke-3
A. Iklan
B. Wonderia Member Club
C. Standarisasi keamanan
B. Peremajaan wahana
B. Perawatan berkala2. InfrastrukturPeningkatan Jumlah
Pengunjung diWonderia
C. Pelatihan3. Manajemen
B. Studi banding
B. Memperbaiki manajemen
20
Gambar 3Prioritas Kriteria terhadap Tujuan
Sumber: data primer, diolah
Berdasarkan pengolahan AHP, diketahui bahwa kriteria yang memiliki nilai paling
tinggi adalah aspek infrastruktur dengan nilai 0,413 dan kriteria yang memiliki nilai terendah
adalah aspek promosi dengan nilai 0,260. Selain itu, nilai inkonsistensinya juga menunjukkan
angka 0,05 yang berarti jawaban responden dikatakan konsisten karena nilai tersebut kurang
dari 0,10. Dengan demikian, guna meningkatkan jumlah penunjung di Wonderia, pihak
pengelola Wonderia seharusnya lebih memprioritaskan aspek infrastruktur dibandingkan
dengan aspek yang lain. Hal ini dikarenakan aspek infrastruktur berkaitan erat dengan adanya
jaminan keselamatan yang diberikan kepada para pengunjung. Ketika pengunjung
beranggapan bahwa wahana di Wonderia tidak aman untuk dinikmati, maka secara otomatis
mereka akan enggan untuk berkunjung ke obyek wisata ini. Sebaliknya, jika aspek
infrastruktur telah mendapat perhatian dari pengelola maka pengunjung akan merasa lebih
aman dan nyaman ketika berkunjung ke obyek wisata ini.
Langkah 2, menentukan prioritas alternatif untuk kriteria promosi. Hasil pengolahan
AHP adalah sebagai berikut:
Gambar 4Prioritas Alternatif untuk Kriteria Promosi
Sumber: data primer, diolah
iklan ,277
wmc ,113
bkrja sm ,305
event ,305
Inconsistency Ratio =0,01
Peningkatan Jumlah Pengunjung
,260
,413
,327
INFRSTKR
PROMOSI
MANAJEMN
Inconsistency Ratio =0,05
Peningkatan Jumlah Pengunjung
21
Untuk kriteria promosi, nilai tertinggi dimiliki oleh alternatif event dan bekerja sama
dengan pihak ke-3 dengan skor 0,305 dan alternatif terendah adalah mendirikan Wonderia
Member Club dengan skor 0,113. Adapun nilai inkonsistensi dari kriteria promosi tersebut
adalah 0,01 (dibawah 0,10), sehingga dapat dikatakan bahwa jawaban yang diberikan oleh
responden sudah konsisten. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan jumlah pengunjung,
kebijakan dari aspek promosi yang perlu diprioritaskan oleh pengelola Wonderia adalah
menggelar berbagai event atau acara di Wonderia serta menggandeng pihak lain untuk
menjadi sponsor dari acara tersebut. Event ini dapat berupa pertunjukan musik, menggelar
berbagai perlombaan, maupun mengadakan kegiatan lainnya. Sebetulnya kebijakan
menggelar pertunjukan musik telah dijalankan oleh pihak pengelola terutama pada hari Sabtu
malam Minggu. Dengan adanya acara pertunjukan musik tersebut, ternyata masyarakat
memiliki minat yang lebih besar untuk berkunjung ke Wonderia dibandingkan jika tidak ada
acara pertunjukan musik. Selain itu, adanya sponsor tersebut juga dapat memberikan
tambahan pemasukan bagi pengelola karena biasanya pihak sponsor akan memberikan
produk yang bisa dijual kembali oleh pengelola kepada para pengunjung.
Langkah 3, menentukan prioritas alternatif untuk kriteria infrastruktur. Hasil
pengolahan AHP adalah sebagai berikut:
Gambar 5Prioritas Alternatif untuk Kriteria Infrastruktur
Sumber: data primer, diolah
Berdasarkan gambar 5, nilai tertinggi dari kriteria infrastruktur dimiliki oleh alternatif
standarisasi dengan nilai 0,500; sedangkan alternatif peremajaan wahana dan alternatif
perawatan berkala memiliki nilai yang sama, yakni 0,250. Nilai inkonsistensi untuk kriteria
infrastruktur adalah 0,00; sehingga dapat dikatakan bahwa jawaban responden telah
konsisten. Dengan demikian, kebijakan dari aspek infrastruktur yang seharusnya
diprioritaskan oleh pengelola adalah menerapkan standarisasi keamanan guna menjamin
keamanan para pengunjung. Apabila standarisasi keamanan ini diabaikan, dikhawatirkan
prmajaan ,250
prawatan ,250
standars ,500
Inconsistency Ratio =0,0
peningkatan jumlah pengunjung
22
insiden jatuhnya wahana plane tower yang pernah menimpa pengunjung pada tahun 2007
akan terulang kembali. Dengan menerapkan standarisasi keamanan, diharapkan pengunjung
akan merasa lebih aman dan nyaman ketika berwisata di Wonderia.
Tahap 4, menetukan prioritas kebijakan dari kriteria manajemen. Hasil pengolahan
AHP adalah sebagai berikut:
Gambar 6Prioritas Alternatif untuk Kriteria Manajemen
Sumber: data primer, diolah
Dari aspek manajemen, alternatif yang memiliki nilai tertinggi adalah alternatif
memperbaiki manajemen Wonderia dengan nilai 0,413. Adapun alternatif yang memiliki nilai
terendah adalah alternatif studi banding dengan nilai 0,260. Untuk nilai inkonsistensi, pada
kriteria ini memiliki nilai inkonsistensi 0,05 (dibawah 0,10), sehingga dapat dikatakan bahwa
jawaban yang diberikan oleh responden sudah konsisten. Oleh karena itu, kebijakan dari
aspek manajemen yang seharusnya diprioritaskan oleh pihak pengelola Wonderia adalah
memperbaiki manajemen, sehingga dengan adanya manajemen yang lebih baik diharapkan
Wonderia dapat lebih berkembang dan lebih maju lagi. Adapun pelatihan sendiri berfungsi
untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia para pegawai, sehingga ke depannya
mereka bisa memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pengunjung.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan jumlah
pengunjung di Wonderia dapat diprioritaskan alternatif kebijakan sebagai berikut:
mprbaiki ,413
study ,260
pelatihn ,327
Inconsistency Ratio =0,05
peningkatan jumlah pengunjung
23
Gambar 7Prioitas Seluruh Alternatif terhadap Tujuan
Sumber: data primer, diolah
Berdasarkan gambar 7, alternatif yang memiliki nilai tertinggi adalah alternatif
standarisasi dengan nilai 0,167; disusul alternatif memperbaiki manajemen Wonderia dengan
nilai 0,133; dan alternatif tertinggi ketiga adalah menjalin kerjasama dengan pihak ke-3
dengan nilai 0,105, sedangkan alternatif terkecil adalah mendirikan Wonderia Member Club
dengan nilai 0,039. Adapun tingkat inkonsistensi dari jawaban yang diberikan oleh responden
adalah 0,03 dan nilai tersebut lebih kecil dari 0,10, sehingga dapat dikatakan bahwa jawaban
yang diberikan oleh responden sudah konsisten. Secara keseluruhan, dari 10 alternatif yang
direkomendasikan oleh key person, kebijakan yang seharusnya diprioritaskan oleh pengelola
Wonderia adalah menerapkan standarisasi keamanan guna menjaga keselamatan para
pengunjung ketika menikmati wahana yang ada di Wonderia. Dengan adanya standarisasi
keamanan diharapkan insiden jatuhnya Plane Tower pada tahun 2007 lalu tidak terulang
kembali.
Synthesis of Leaf Nodes with respect to GOAL
Ideal Mode
OVERALL INCONSISTENCY INDEX =0,03
standars ,167
mprbaiki ,133
bkrja sm ,105
event ,105
pelatihn ,105
iklan ,095
prmajaan ,083
prawatan ,083
study ,083
wmc ,039
peningkatan jumlah pengunjung
24
PENUTUP
Simpulan, Keterbatasan, dan Saran
a. Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi internal dan eksternal yang
dihadapi oleh obyek wisata Wonderia serta kemudian menentukan kebijakan yang seharusnya
diprioritaskan oleh pengelola Wonderia. Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan matriks IFAS dapat diketahui bahwa nilai sub total kekuatan yang
dimiliki oleh Wonderia adalah 1,460. Nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan
dengan nilai sub total kelemahannya yang berjumlah 0,984. Adapun kekuatan terbesar
yang dimiliki dimiliki oleh Wonderia terletak pada harga tiket yang relatif lebih
murah dengan nilai 0,363, sedangkan kelemahan terbesar yang dimiliki oleh
Wonderia adalah kurangnya wahana permainan untuk kalangan remaja dan dewasa
dengan nilai 0,226.
2. Menurut hasil perhitungan pada matriks EFAS, diketahui bahwa nilai sub total
peluang yang dimiliki oleh Wonderia adalah 1,186, sedangkan nilai sub total ancaman
yang dimiliki oleh Wonderia adalah 1,056. Adapun peluang terbesar yang dimiliki
oleh Wonderia terletak pada faktor lokasi yang sangat strategis dengan nilai 0,405 dan
ancaman terbesar yang dihadapi oleh Wonderia adalah semakin banyaknya pusat
perbelanjaan yang menyediakan wahana bermain seperti yang ada di Wonderia
dengan nilai 0,190.
3. Berdasarkan matriks IFAS dan EFAS, dapat diketahui bahwa Wonderia berada di
kuadran I dengan titik koordinat (0,238 ; 0,065). Adapun strategi yang seharusnya
dijalankan oleh pengelola adalah strategi progresif yakni melakukan ekspansi dan
memperbesar pangsa pasar.
4. Kriteria yang seharusnya diprioritaskan oleh pihak pengelola Wonderia guna
meningkatkan jumlah pengunjung adalah kriteria infrastruktur, karena berdasarkan
hasil perhitungan expert choice kriteria ini mendapatkan nilai tertinggi yakni 0,413.
Adapun kriteria yang mendapatkan nilai terendah adalah kriteria promosi dengan skor
0,260.
5. Alternatif dari aspek promosi yang mendapatkan nilai tertinggi adalah alternatif
bekerja sama dengan pihak ke-3 dan alternatif event dengan nilai 0,305, sedangkan
alternatif yang mendapat nilia terendah adalah alternatif mendirikan Wonderia
Member Club dengan skor 0,113. Oleh karena itu, dari aspek promosi, kebijakan yang
seharusnya diprioritaskan guna meningkatkan jumlah pengunjung di Wonderia adalah
25
menjalin kerja sama dengan pihak ke-3 dan menggelar berbagai event misalnya adalah
menggelar acara pertunjukan musik.
6. Berdasarkan aspek infrastruktur, alternatif standarisasi memperoleh nilai tertinggi
dengan skor 0,500; sedangkan alternatif peremajaan wahana dan alternatif perawatan
mendapat nilai sama dengan skor 0,250. Dengan demikian, bila dipandang dari aspek
infrastruktur, maka pengelola seharusnya lebih mengutamakan adanya standarisasi
keamanan bagi para pengunjung dibandingkan dengan alternatif yang lain.
7. Alternatif dari aspek manajemen yang mendapatkan skor tertinggi adalah alternatif
memperbaiki manajemen dengan nilai 0,413; sedangkan alternatif studi banding
mendapatkan nilai terendah dengan nilai 0,260. Dengan demikian, kebijakan yang
seharusnya menjadi prioritas pengelola bila dilihat dari aspek manajemen adalah
memperbaiki manajemen Wonderia.
8. Secara keseluruhan, dari 10 alternatif yang ditawarkan oleh key person, maka
alternatif kebijakan yang seharusnya menjadi prioritas pengelola Wonderia adalah
alternatif standarisasi karena alternatif ini memperoleh nilai tertinggi dibandingkan
alternatif-alternatif yang lain dengan nilai 0,167. Adapun alternatif yang mendapatkan
nilai terendah adalah alternatif Wonderia Member Club dengan nilai 0,039.
b. Keterbatasan
Keterbatasan dari penelitian ini adalah adanya subyektifitas dari pendapat atau
jawaban yang diberikan oleh responden. Subyektifitas tersebut tentunya akan menghasilkan
prioritas kebijakan yang berbeda, karena masing-masing responden memiliki sudut pandang
yang berbeda terkait dengan strategi pengembangan obyek wisata Wonderia.
c. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat dikemukan beberapa saran:
1. Setelah mengetahui posisi obyek wisata Wonderia dalam menghadapi kondisi internal
dan eksternalnya, maka seharusnya pengelola Wonderia menerapkan strategi
ekspansif yakni melakukan penambahan wahana permainan yang bisa dinikmati oleh
kaum remaja dan dewasa, terutama wahana yang memacu adrenaline seperti wahana
halilintar, kora-kora, dan lain sebagainya.
2. Untuk meningkatkan jumlah pengunjung, pengelola Wonderia seharusnya lebih
mengutamakan aspek infrastruktur dibandingkan dengan aspek-aspek yang lain.
Alternatif yang seharusnya dipilih adalah menerapkan standarisasi keamanan guna
menjamin keselamatan para pengunjung ketika menikmati wahana di Wonderia.
Faktor keselamatan pengunjung seharusnya mendapat perhatian yang lebih serius dari
26
pihak pengelola mengingat di Wonderia sendiri pernah terjadi insiden kecelakaan
jatuhnya wahana permainan plane tower yang mengakibatkan beberapa pengunjung
mengalami luka-luka.
27
DAFTAR PUSTAKA
Agus Riyanto dan I made Aryantha Anthara. 2008. “Penentuan Prioritas untukPemilihan komponen Gravel Pump Menggunakan Analytical HierarchyProcess”. Paper disajikan dalam Seminar Nasional Aplikasi TeknologiInformasi 2008, Yogyakarta, 21 Juni 2008.
Andi Hafif. 2009. “Analisis Obyek Wisata Air Terjun Kalipancur Desa Nogosarendengan Pendekatan Co-Management dan Analytical Hierarchy Process(AHP)”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, UniversitasDiponegoro.
Anto Dajan. 1986. Pengantar Metode Statistik. Jakarta: Pustaka LP3ES.
Argyo Demartoto. 2008. “Strategi Pengembangan Obyek Wisata Pedesaan olehPelaku Wisata di Kabupaten Boyolali”. Laporan Penelitian Perseorangandalam Bidang Sosiologi. Surakarta.
Aris Suprapto. 2005. “Analisis Penawaran dan Permintaan Wisata dalamPengembangan Potensi Pariwisata di Keraton Surakarta Hadiningrat”.Tesis Tidak Dipublikasikan, Magister Teknik Pembangunan Wilayah danKota, Universitas Diponegoro.
Badan Pusat Statistik. 2010a. Kota Semarang dalam Angka 2009. Semarang.
Badan Pusat Statistik. 2010b. Jawa Tengah dalam Angka 2009. Semarang.
Bambang P. dkk. 2010. “Perbaikan Kualitas Layanan Jasa dengan ModelServqual Dimensi Kepariwisataan dan Metode Quality FuncitionDeployment (Studi Kasus di PT X, Tempat Wisata Wahana Permainan)”.J@ti Undip. Vol. V, No. 1, hal. 41-54.
Dahliana Hasan. 2008. “Pendapatan Asli Daerah dari Industri Pariwisata dalamMenunjang Otonomi Daerah”. http://www.wisata melayu.htm. Diaksestanggal 22 Mei 2011.
Danang Parikesit dan Wiwied Trisnadi. 1997. ”Kebijakan kepariwisataanIndonesia dalam Pembangunan Jangka Panjang”. Kelola. Vol. VI, No. 16,h. 1-14.
Dewi Ayu Maharani. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang MempengaruhiKunjungan Wisata Umbul Sidomukti di Kabupaten Semarang. SkripsiTidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.
28
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang. 2011. Peta Wisata KotaSemarang. Semarang.
Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah Kota Semarang. 2010. SelayangPandang. Semarang.
Eko Nurmianto dan Arman Hakim Nasution. (2004). “Perumusan StrategiKemitraan Menggunakan Metode AHP dan SWOT (Studi Kasus padaKemitraan PT INKA dengan Industri Kecil Menengah di WilayahKaresidenan Madiun)“. Jurnal Teknik Industri. Vol. 6, No. 1, hal. 47-60.
Feby Anisia Purnama Sari. 2011. “Analisis Kebijakan Penanganan KemacetanLalulintas di Jalan Teuku Umar Kawasan Jatingaleh Semarang denganMetode Analisis Hirarki Proses (AHP)”. Skripsi Tidak Dipublikasikan,Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.
Freddy Rangkuti. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:Gramedia.
Gilarso, T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi. Yogyakarta: Kanisius.
I Gusti Rai Utama. 2010. “Ekonomi Pariwisata: Hukum Permintaan danPenawaran.” http://wordpress.com. Diakses tanggal 12 April 2011.
Ibnu Hasan. 2011. ”Analisis SWOT”. http://duniamujahid.blogspot.com. Diaksestanggal 8 Juni 2011.
James J. Spillane. 1987. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya.Yogyakarta: Kanisius.
Janianton Damanik dan Helmut F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata: dariTeori ke Aplikasi. Yogyakarta: Andi.
Oka A. Yoeti. 2008. Ekonomi Pariwisata, Introduksi, Informasi, danImplementasi. Jakarta: Kompas.
Saaty, Thomas L. dan Michael P. Niemira. 2006. “A framework for Making aBetter Decission”. Research Review. Vol. 13, No. 1, hal. 1-4.
Saaty, Thomas L. 2008. “Decision Making with The Analytic Hierarchy Process”.Int. J. Services Sciences. Vol. 1, No. 1, hal. 83-98.
Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. 1990. Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Sinclair, M. Thea dan Mike Stabler. 1997. The Economics of Tourism. London:Routlede.
29
Siti Latifah. 2005. Prinsip-prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process. “E-USUReposritory”.
Soeratno dan Lincolin Arsyad. 2003. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi danBisnis. Yogyakarta: UPP Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Sondang P. Siagian. 2002. Manajemen Stratejik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Syaifullah. 2010. “Pengenalan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)”.http://Wordpress.com. Diakses tanggal 6 Mei 2011.
Tantyonimpuno R. Sutjipto dan Agustina Dwi Retnaningtias. 2006. “PenerapanMetode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada Proses PengambilanKeputusan Pemilihan Jenis Pondasi (Studi Kasus: Proyek PembangunanRoyal Plaza Surabaya)”. Jurnal Teknik Sipil. Vol. III, No. 2 Juli h. 77-87.
Tri Widodo. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era OtonomiDaerah). Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta.
Winnapasaribu. 2011. “Carut Marut Pariwisata di Indonesia”.http://wordpress.com. Diakses tanggal 31 Mei 2011.
Yulianty Fitry Mokoginta. 2007. “Faktor-faktor Resiko yang Berpengaruh padaKinerja Waktu Pelaksanaan Konstruksi Proyek Pengembangan KampusSwasta (Swakelola)”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Teknik,Universitas Indonesia.