+ All Categories
Home > Documents > PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA...

PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA...

Date post: 22-Jun-2019
Category:
Upload: truongcong
View: 222 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
29
1 PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA SEMARANG Eko Syamsul Ma’arif Tahajuddin Drs. R. Mulyo Hendarto, MSP Abstract Semarang city is one city that has a high level of economy in Central Java. Sectors that have important role in the economy at Semarang is trade, industry, buildings, and services sector. One of the activities in the service sector which plays an important role in the economy is tourism service which can be seen the amount of revenue (PAD), which comes from the entertainment tax, hotel tax, and restaurant tax. Wonderia is one of potential tourist attraction in the Semarang city. Potential possessed by Wonderia among others, is a very strategic location, ticket prices are relatively cheap, and is the only playground in the Semarang. Nevertheless, Wonderia still sights less developed compared with other attractions in the Semarang. Various measures have been carried out both by the manager and the Semarang City Tourims and Culture Departement in order to increase the number of visitors, such as advertising, eliminate entrance fees, and held a variety events in Wonderia. However, this policy has not yet been able to increase the number of visitors. The purpose of this study was to determine the internal and external conditions faced by Wonderia and then find out that development strategies should be prioritized by the manager Wonderia order to increase the number of visitors. Techniques used in sampling, amounting to 65 respondents was purposive sampling. The data analysis method used is the SWOT analysis and the AHP. The results of SWOT analysis mentions that Wonderia located in quadrant I, which means Wonderia is a tourist attraction that has considerable potential to develop in the future. The suggested policy is a progressive strategy. The results of the AHP analysis states that the criteria should be prioritized are the aspects of infrastructure with a value of 0.413. For the whole alternative recommended by the key person, should the priorities are alternative standardization because it has the highest score with a score of 0.167. Key words: Condition Internal, External, Strength, Weakness, Opportunity, and Treath (SWOT), Analytical Hierarchy Process
Transcript
Page 1: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

1

PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA SEMARANG

Eko Syamsul Ma’arif TahajuddinDrs. R. Mulyo Hendarto, MSP

Abstract

Semarang city is one city that has a high level of economy in Central Java. Sectors

that have important role in the economy at Semarang is trade, industry, buildings, and

services sector. One of the activities in the service sector which plays an important role in the

economy is tourism service which can be seen the amount of revenue (PAD), which comes

from the entertainment tax, hotel tax, and restaurant tax.

Wonderia is one of potential tourist attraction in the Semarang city. Potential

possessed by Wonderia among others, is a very strategic location, ticket prices are relatively

cheap, and is the only playground in the Semarang. Nevertheless, Wonderia still sights less

developed compared with other attractions in the Semarang. Various measures have been

carried out both by the manager and the Semarang City Tourims and Culture Departement

in order to increase the number of visitors, such as advertising, eliminate entrance fees, and

held a variety events in Wonderia. However, this policy has not yet been able to increase the

number of visitors. The purpose of this study was to determine the internal and external

conditions faced by Wonderia and then find out that development strategies should be

prioritized by the manager Wonderia order to increase the number of visitors. Techniques

used in sampling, amounting to 65 respondents was purposive sampling. The data analysis

method used is the SWOT analysis and the AHP.

The results of SWOT analysis mentions that Wonderia located in quadrant I, which

means Wonderia is a tourist attraction that has considerable potential to develop in the

future. The suggested policy is a progressive strategy. The results of the AHP analysis states

that the criteria should be prioritized are the aspects of infrastructure with a value of 0.413.

For the whole alternative recommended by the key person, should the priorities are

alternative standardization because it has the highest score with a score of 0.167.

Key words: Condition Internal, External, Strength, Weakness, Opportunity, and Treath

(SWOT), Analytical Hierarchy Process

Page 2: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

2

PENDAHULUAN

Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang meliputi gugusan pulau dari Sabang

sampai Merauke serta keaneka-ragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerah merupakan

modal penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu alternatif kebijakan yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah

dengan mengembangkan industri pariwisata sebagai penggerak perekonomian nasional.

Pariwisata merupakan kegiatan yang sangat kompleks karena bersifat multi-dimensional baik

fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena pariwisata memiliki

keterkaitan dengan sektor-sektor lain seperti sektor pertanian, jasa, perdagangan, dan sektor

transportasi. Pengembangan dan pendayagunaan pariwisata secara optimal akan mampu

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan

pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah. Apalagi dengan adanya Undang-undang No.

32 tahun 2004 tentang “Pemerintahan Daerah” dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004

tentang “Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah” yang

memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola kekayaan

sumber daya yang dimiliki, tentu akan memacu semangat pemerintah daerah untuk

mengoptimalkan setiap potensi yang ada guna meningkatkan jumlah Pendapatan Asli Daerah

(PAD), termasuk yang berasal dari kegiatan pariwisata.

Menurut Oka A. Yoeti (2008), kegiatan pariwisata berkaitan erat dengan tingkat

perekonomian yang dicapai oleh suatu negara. Semakin tinggi tingkat perekonomian yang

dicapai, maka kegiatan pariwisata di negara tersebut juga relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan negara yang memiliki tingkat perekonomian lebih rendah. Hal ini diperkuat oleh

pendapat James J. Spillane (1987) yang mengatakan bahwa semakin besar pendapatan

seseorang, maka akan semakin besar pula bagian yang disisihkan untuk berpariwisata.

Dengan semakin meningkatnya perekonomian saat ini, maka peranan pariwisata dalam

mendorong perekonomian juga akan semakin tinggi.

Kota Semarang merupakan salah satu kota dengan tingkat perekonomian yang tinggi

di Jawa Tengah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2010b), PDRB Kota Semarang

menduduki peringkat pertama dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah dilihat dari besarnya

nominal PDRB yang dihasilkan oleh pemerintah daerah. Sektor yang mempunyai peranan

penting dalam perekonomian di Kota Semarang adalah sektor perdagangan, industri,

bangunan, dan jasa. Hal ini dikarenakan selain berkedudukan sebagai ibu kota provinsi, Kota

Page 3: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

3

Semarang juga terletak di jalur pantura dan di dekat Laut Jawa, sehingga sangat strategis

untuk mengembangkan usaha perdagangan, industri, dan jasa.

Salah satu kegiatan dari sektor jasa yang memegang peranan penting dalam

perekonomian Kota Semarang adalah jasa pariwisata. Peranan kegiatan pariwisata bagi

perekonomian di Kota Semarang dapat dilihat dari besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD)

yang berasal dari pajak hiburan, pajak hotel, dan pajak restoran. Berdasarkan data dari Dinas

Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota Semarang (2010), jumlah

penerimaan pajak hiburan pada tahun 2009 cenderung menunjukkan adanya peningkatan

dibanding dengan tahun 2007. Tahun 2009 penerimaan pajak hiburan berjumlah sekitar

Rp4.934.000.000 atau meningkat 8,11% dibandingkan tahun 2007, dengan penerimaan pajak

hiburan sebesar Rp4.564.000.000. Meskipun penerimaan pajak hiburan lebih rendah bila

dibandingkan dengan penerimaan pajak lainnya, namun pendapatan dari pajak hotel dan

pajak restoran (yang merupakan kegiatan turunan dari kegiatan pariwisata) mampu

menyumbang sekitar Rp39.217.000.000 pada tahun 2007. Jumlah pendapatan pajak tersebut

meningkat sekitar 21,91% pada tahun 2009, dengan total pendapatan mencapai

Rp47.811.000.000.

Wonderia merupakan obyek wisata di Kota Semarang yang memiliki banyak potensi.

Ditinjau dari aspek tata guna lahan, menurut perda No. 05/2004 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Semarang, Wonderia telah sesuai dengan peruntukannya yakni digunakan

sebagai kawasan rekreasi dan olahraga. Ditinjau dari aspek lokasi, Wonderia yang berada di

Jalan Sriwijaya No. 29 juga berada di lokasi yang sangat strategis dan mudah dijangkau oleh

pengunjung. Selain itu, Wonderia merupakan satu-satunya obyek wisata yang menawarkan

berbagai wahana permainan di Kota Semarang. Bahkan, pada saat pertama kali diresmikan,

pihak pengelola ingin membangun image bahwa Wonderia merupakan Dunia Fantasi

(Dufan)-nya Kota Semarang. Ada sekitar 21 wahana permainan di Wonderia yang dapat

dinikmati oleh para pengunjung, mulai dari wahana rumah hantu, bombom car, super rally,

merry go round, roller coaster, hingga kolam renang untuk anak-anak. Meskipun memiliki

potensi yang besar, namun Wonderia kurang mampu untuk bersaing dengan obyek wisata

lain yang ada di kota Semarang. Hal ini dibuktikan dengan cenderung menurunnya jumlah

pengunjung dan pendapatan yang diterima oleh pengelola Wonderia. Penurunan jumlah

pengunjung ini disebabkan adanya ketidakpercayaan pengunjung terhadap kualitas dan

jaminan keamanan yang diberikan oleh pengelola Wonderia kepada para pengunjung. Hal ini

terkait dengan insiden jatuhnya plane tower yang pernah terjadi di Wonderia pada tahun

2007. Sejak kejadin itu, jumlah pengunjung Wonderia terus mengalami penurunan.

Page 4: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

4

Berbagai langkah telah ditempuh pengelola Wonderia dan Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Semarang agar mampu meningkatkan jumlah pengunjung di obyek wisata

Wonderia. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Masjhar (HRD PT. Smart) pada tanggal 26

Agustus 2011, salah satu kebijakan yang telah dijalankan oleh pengelola adalah dengan

menggratiskan tiket untuk wahana mini outbond selama libur sekolah, yakni sejak tanggal 19

Juni 20011 sampai dengan 16 Juli 2011. Selain itu, hampir tiap akhir pekan, pihak pengelola

selalu menggelar festival musik guna menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke obyek

wisata ini. Dari aspek promosi, pengelola juga telah memasang iklan di Koran dan Radio

Rasika FM agar masyarakat semakin mengenal obyek wisata yang terletak di sebelah barat

Taman Budaya Raden Saleh ini. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang selaku

otoritas yang berwenang menangani tentang masalah kepariwisataan di Kota Semarang juga

telah melakukan berbagai cara agar mampu meningkatkan jumlah pengunjung Wonderia.

Langkah-langkah tersebut diantaranya dengan mempromosikan Wonderia dalam setiap

pameran yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang baik

melalui brosur maupun banner. Selain itu, promosi juga dilakukan dengan cara menyertakan

Wonderia dalam peta wisata Kota Semarang yang dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Semarang. Namun, berbagai langkah tersebut ternyata masih belum mampu

meningkatkan animo masyarakat untuk berkunjung ke Wonderia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bambang P. dkk (2010), turunnya minat

masyarakat untuk berkunjung ke Taman Ria Wonderia dikarenakan adanya ketidakpuasan

pengunjung terhadap pelayanan dan jaminan keamanan yang diberikan oleh pihak pengelola.

Apalagi dengan adanya image yang menyatakan bahwa Wonderia merupakan Dufan-nya

Kota Semarang, sehingga para pengunjung memiliki ekspektasi bahwa Wonderia akan

mampu menawarkan berbagai wahana permainan yang menarik dan berkualitas sebagaimana

yang ada di Dunia Fantasi Jakarta. Namun, pada kenyataannya kualitas pelayanan dan

jaminan keamanan di Wonderia tidak sesuai dengan harapan pengunjung. Selain itu, faktor

lain yang menyebabkan turunnya jumlah pengunjung Wonderia adalah pengembangan variasi

permainan dan hiburan di Wonderia selama ini hanya ditujukan untuk anak-anak dan

keluarga, sedangkan permainan yang lebih menantang dan menarik bagi kalangan remaja dan

dewasa kurang dikembangkan oleh pengelola.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi internal dan eksternal

yang dihadapi oleh Wonderia dan menganalisis strategi pengembangan yang harus

diprioritaskan oleh pengelola Wonderia guna meningkatkan jumlah pengunjung ke Wonderia.

Page 5: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

5

TELAAH TEORI

a. Penawaran

Penawaran merupakan jumlah dari suatu barang yang mau dijual pada berbagai

tingkat harga, selama jangka waktu tertentu, ceteris paribus (Gilarso, 2003). Berdasarkan

hukum penawaran, jumlah barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen sangat

dipengaruhi oleh tingkat harga yang berlaku. Semakin tinggi harga suatu barang di pasar,

maka produsen akan terdorong untuk menawarkan barang tersebut dalam jumlah yang

banyak. Begitu juga sebaliknya, jika harga suatu barang relatif murah, maka produsen akan

mengurangi jumlah barang yang ditawarkan ke pasar (Samuelson dan Nordhaus, 1990).

b. Struktur Pasar dalam Penawaran

Dilihat dari sisi penawaran, ada beberapa macam struktur pasar yakni:

Pasar persaingan sempurna

Pasar persaingan adalah bentuk pasar yang memiliki banyak penjual dan banyak

pembeli serta barang yang diperjual-belikan memiliki sifat yang homogen.

Pasar Monopoli

Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu perusahaan saja

yang menghasilkan barang dan tidak mempunyai barang substitusi.

Pasar persaingan monopolistik

Pasar persaingan monopolistik adalah suatu bentuk pasar dimana terdapat banyak

produsen yang menghasilkan barang yang berbeda corak.

Pasar oligopoli

Pasar oligopoli adalah pasar yang terdiri dari sedikit produsen saja dan menghasilkan

barang yang sama (identik) dan adapula produsen yang menghasilkan barang yang

berbeda corak.

c. Pengertian Pariwisata

Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara,

dilakukan secara perorangan maupun kelompok dengan tujuan untuk mencari keseimbangan

dan kebahagian dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu

(Kodhyat dalam James J. Spillane, 1987). Menurut James J. Spillane (1987), pariwisata

adalah perjalanan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kenikmatan, mencari

kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, maupun untuk tujuan lainnya.

Pariwisata merupakan fenomena yang sangat kompleks dan bersifat unik, karena

pariwisata bersifat multidimensi baik dari segi fisik, sosial, ekonomi, politik, dan budaya

Page 6: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

6

(Danang Parikesit dan Trisnadi, 1997). Menurut James J. Spillane (1987), keunikan

pariwisata dikarenakan beberapa hal berikut:

Produk pariwisata tidak dapat dipindahkan.

Dalam pariwisata, kegiatan konsumsi dan produksi terjadi pada saat yang bersamaan.

Sebagai suatu jasa, maka pariwisata memiliki berbagai bentuk dan tidak mempunyai

standar ukuran yang pasti.

Konsumen tidak dapat mencicipi atau menguji produk pariwisata terlebih dahulu

sebelum melakukan kegiatan pariwisata.

Produk pariwisata mengandung resiko yang sangat besar.

d. Jenis-jenis Pariwisata

Berdasarkan motif perjalanan, pariwisata dapat dibedakan menjadi beberapa jenis

(James J. Spillane, 1987) yaitu pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure tourism),

pariwisata untuk rekreasi (Recreation tourism), pariwisata untuk kebudayaan (Cultural

tourism), pariwisata untuk olahraga (Sport tourism), pariwisata untuk urusan dagang

(Bussines tourism), pariwisata untuk berkonvensi (Convention tourism).

e. Penawaran Pariwisata

Penawaran pariwisata meliputi semua macam produk dan pelayanan atau jasa yang

dihasilkan oleh kelompok perusahaan industri pariwisata, yang ditawarkan kepada para

wisatawan (Sinclair dan Stabler, 1997). Aspek-aspek tersebut meliputi daya tarik,

transportasi, ketersediaan fasilitas, dan kelembagaan yang mengurusi pariwisata. Semakin

lengkap dan terintegrasinya unsur-unsur tersebut dalam produk wisata maka akan semakin

kuat posisi tawar dalam sistem kepariwisataan. Untuk memperkuat posisi tawar, kualitas

produk pariwisata yang ditawarkan mutlak memerlukan perhatian serius dari semua pihak,

baik pemerintah, masyarakat, maupun pihak swasta.

f. Industri Pariwisata

Menurut Oka A. Yoeti (2008), industri pariwisata adalah sekelompok perusahaan

yang secara langsung memberikan pelayanan kepada wisatawan, sehingga wisatawan tersebut

akan merasa nyaman, aman, dan puas ketika mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa industri pariwisata melibatkan

berbagai macam usaha yang meliputi tour operator, maskapai penerbangan, penyedia jasa

transportasi, hotel, restoran, mall, bank, dan lain sebagainya.

g. Pengembangan Pariwisata

Page 7: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

7

Menurut Argyo Demartoto (2008), pengembangan pariwisata tidak dapat dilepaskan

dari perkembangan politik, ekonomi, sosial, dan pembangunan di sektor lainnya. Oleh karena

itu, dalam pengembangan pariwisata dibutuhkan adanya perencanaan terlebih dahulu.

METODE PENELITIAN

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah 10 alternatif kebijakan yang

seharusnya ditempuh oleh pengelola Wonderia dalam rangka meningkatkan jumlah

pengunjung di obyek wisata Wonderia. 10 alternatif tersebut adalah memasang iklan,

mendirikan Wonderia Member Club (WMC), menjalin kerjasama dengan pihak ke-3,

menggelar berbagai event di Wonderia, melakukan peremajaan wahana, melakukan

perawatan secara berkala, menerapkan standarisasi keamanan, memperbaiki manajemen,

melakukan studi banding ke obyek wisata yang lebih maju, dan memberikan pelatihan

kepada para pegawai. Alternatif kebijakan tersebut diperoleh dari hasil observasi dan diskusi

dengan para key person baik dari pengelola Wonderia maupun dari dinas-dinas terkait.

Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung yang melakukan kegiatan wisata di

Wonderia, warga masyarakat yang tinggal di sekitar Wonderia, dan para pakar ahli (key

person) pariwisata dengan jumlah populasi yang tidak diketahui secara pasti. Adapun jumlah

sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 65 responden yang terdiri dari key

person (5 responden), pengunjung Wonderia (30 responden), dan masyarakat yang tinggal di

sekitar Wonderia (30 responden). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling, yakni teknik pengumpulan sampel dengan adanya

pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang digunakan adalah responden tersebut merupakan

individu yang mengetahui tentang permasalahan pariwisata, terutama yang berkaitan dengan

Wonderia.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis SWOT dan

analisis AHP. Analisis SWOT digunakan sebagai strategi untuk mengalahkan musuh di

medan pertempuran. Menurut Sun Tzu (dalam Freddy Rangkuti, 2005) konsep dasar

pendekatan SWOT adalah untuk memenangkan sebuah pertempuran maka harus mengetahui

kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan.

Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini metode SWOT lebih banyak digunakan untuk

menyusun perencanaan strategi bisnis jangka panjang, sehingga arah dan tujuan perusahaan

dapat dicapai dengan jelas. Selain itu, dengan menggunakan analisis SWOT pengambilan

keputusan dapat dilakukan secepat mungkin terkait dengan semua perubahan dalam

menghadapi pesaingnya (Freddy Rangkuti, 2005).

Page 8: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

8

Analisis SWOT adalah identifikasi dari berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan (Freddy Rangkuti, 2005). Analisis ini didasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities) namun

secara bersamaan juga dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Treaths).

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan,

strategi, dan kebijakan yang dijalankan oleh perusahaan. Oleh karena itu, dengan

menggunakan analisis SWOT akan diperoleh karakteristik dari kekuatan utama, kekuatan

tambahan, faktor netral, kelemahan utama, dan kelemahan tambahan berdasarkan analisa

lingkungan internal dan eksternal yang dilakukan.

Pada dasarnya analisis SWOT membandingkan antara faktor kekuatan dan kelemahan

internal di dalam tubuh suatu organisasi dengan peluang dan ancaman yang dihadapi oleh

lingkungan eksternal organisasi tersebut (Freddy Rangkuti, 2005). Menurut Sondang P.

Siagian (2002), yang dimaksud dengan faktor kekuatan adalah kompetensi khusus di dalam

sebuah perusahaan yang berakibat pada pemilikan keunggulan komparatif oleh perusahaan

tersebut. Hal ini dikarenakan perusahaan yang bersangkutan mempunyai sumber daya,

keterampilan, dan produk andalan yang membuatnya lebih kuat dibandingkan para

pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan pasar. Adapun yang dimaksud dengan faktor

kelemahan adalah adanya keterbatasan sumber daya, ketrampilan, dan kemampuan yang

menjadi sebuah penghalang bagi tercapainya kinerja organisasi yang memuaskan. Sondang P.

Siagian (2002) mendefinisikan peluang sebagai suatu kondisi lingkungan yang

menguntungkan bagi suatu organisasi, sedangkan ancaman didefinisikan sebagai faktor

lingkungan yang tidak menguntungkan bagi suatu organisasi.

Analytical hierarchi process merupakan suatu model pendukung keputusan yang

diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an (Syaifullah, 2010). Model AHP

sebagai salah satu pendukung keputusan menguraikan masalah multi faktor yang kompleks

menjadi sebuah hirarki. Dengan adanya hirarki tersebut, sebuah masalah yang kompleks akan

dapat diuraikan ke dalam kelompoknya, sehingga permasalahan akan tampak lebih

terstruktur. Menurut Mulyono (dalam Siti Latifaf, 2005) AHP digunakan untuk menentukan

prioritas suatu permasalahan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan metode AHP sebagai dasar

pengambilan keputusan adalah sebagai berikut (Saaty, 2006):

Langkah pertama adalah mendefenisikan masalah dan menentukan solusi atau

tujuan yang diinginkan. Tujuan dari penelitian ini adalah upaya untuk meningkatkan jumlah

pengunjung di Wonderia.

Page 9: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

9

Langkah kedua adalah menentukan kriteria. Kriteria tersebut diperoleh dari hasil

pengamatan dan wawancara di Wonderia yang kemudian didiskusikan dengan key person

yang berkompeten di bidang pariwisata. Dari hasil validasi dengan key person tersebut,

diperoleh kriteria sebagai berikut:

a. Upaya untuk meningkatkan jumlah pengunjung Wonderia dipandang dari aspek

promosi

b. Upaya untuk meningkatkan jumlah pengunjung Wonderia dipandang dari aspek

infrastruktur

c. Upaya untuk meningkatkan jumlah pengunjung Wonderia dipandang dari aspek

manajemen

Langkah ketiga adalah menentukan alternatif. Seperti halnya dengan penentuan

kriteria, penentuan alternatif ini juga dihasilkan dari pengamatan dan wawancara di Wonderia

yang kemudian divalidasikan kepada key person dari PT. Semarang Arsana Rekreasi Trusta

selaku pengelola Taman Ria Wonderia dan dinas-dinas terkait. Adapun dari validasi tersebut

diperoleh alternatif sebagai berikut:

a. Untuk mencapai tujuan peningkatan jumlah pengunjung di Wonderia ditinjau dari

aspek promosi meliputi:

1. memasang iklan tentang Wonderia

2. mendirikan Wonderia Member Club

3. menjalin kerjasama dengan pihak ke-3

4. menyelenggarakan berbagai event di Wonderia

b. Untuk mencapai tujuan peningkatan jumlah pengunjung di Wonderia ditinjau dari

aspek infrastruktur meliputi:

1. melakukan peremajaan wahana yang ada di Wonderia.

2. melakukan perawatan wahana secara berkala

3. menerapkan standarisasi keamanan terhadap wahana yang ada

c. Untuk mencapai tujuan peningkatan jumlah pengunjung di Wonderia ditinjau dari

aspek manajemen meliputi:

1. memperbaiki manajemen yang ada

2. melakukan studi banding ke obyek wisata yang lebih maju

3. memberikan pelatihan kepada para pegawai.

Kriteria dan alternatif tersebut dapat disusun secara hirarki, dengan bentuk struktur

hirarki tingkat pertama adalah tujuan yang ingin dicapai yakni untuk meningkatkan jumlah

pengunjung di Wonderia, kemudian pada tingkat kedua terdiri dari kriteria untuk mencapai

Page 10: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

10

tujuan tersebut, sedangkan tingkat yang ketiga adalah alternatif-alternatif pilihan yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan. Adapun skema hirarki tersebut ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

Struktur Hirarki AHP

Sumber: Modifikasi dari penelitian Saaty (2008)

Langkah keempat adalah menyebar kuesioner kepada responden yang terdiri dari:

1. Key person (5 responden)

2. Pengunjung Wonderia (30 responden)

3. Penduduk di sekitar Wonderia (30 responden)

Langkah kelima adalah menyusun matriks dari hasil rata-rata yang didapat dari

sejumlah responden tersebut, kemudian hasilnya diolah dengan menggunakan expert choice

versi 9.0.

Langkah keenam, menganalisis hasil olahan dari expert choice versi 9.0 untuk

mengetahui hasil nilai inkonsistensi dan prioritas. Jika nilai konsistensinya lebih dari 0,10

D. Event

1. Promosi

C. Bekerja sama dengan pihak ke-3

A. Iklan

B. Wonderia Member Club

C. Standarisasi keamanan

A. Peremajaan wahana

B. Perawatan berkala2. InfrastrukturPeningkatan Jumlah

Pengunjung diWonderia

C. Pelatihan3. Manajemen

B. Studi banding

A. Memperbaiki manajemen

Page 11: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

11

maka hasil tersebut dikatakan inkonsisten dan harus diperbaiki, namun jika nilai tersebut

kurang dari 0,10 maka hasil tersebut dikatakan konsisten.

Langkah ketujuh adalah penentuan skala prioritas dari kriteria dan alternatif untuk

mencapai tujuan meningkatkan jumlah pengunjung di Wonderia. Untuk menetapkan prioritas

elemen-elemen dalam suatu pengambilan keputusan dapat digunakan matrik perbandingan

berpasangan (pairwise comparison matrix). Matriks tersebut menggambarkan kontribusi

relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya.

Pembobotan pada matriks berpasangan ini menganut asas resiprokal, yakni jika kriteria A

dibandingkan dengan kriteria B mendapatkan nilai 3, maka kriteria B dibandingkan dengan

kriteria A akan memperoleh nilai 1/3.

Tabel 1Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria terhadap Tujuan

Kriteria Promosi Infrastruktur Manajemen

Promosi 1 1/5 1/3

Infrastruktur 5 1 3

Manajemen 3 1/3 1

Menurut Syaifullah (2010), hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan

berupa nilai 1, yang menunjukkan tingkat paling rendah (equal importance), sampai dengan

nilai 9, yang menunjukkan tingkat paling tinggi (extreme importance). Skala perbandingan

berpasangan yang digunakan dalam penyusunan AHP untuk meningkatkan jumlah

pengunjung di Wonderia adalah sebagai berikut:

Page 12: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

12

Tabel 2Skala Banding Berpasangan

Nilai 1 Kedua faktor sama pentingnya

Nilai 3 Faktor yang satu sedikit lebih penting daripada faktor lainnya

Nilai 5 Satu faktor esensial atau lebih penting daripada faktor lainnya

Nilai 7 Satu faktor jelas lebih penting daripada faktor lainnya

Nilai 9 Satu faktor mutlak lebih penting daripada faktor lainnya

Nilai 2, 4, 6, 8Nilai-nilai antara, diantara dua nilai pertimbangan yang

berdekatan

Nilai KebalikanJika untuk aktivitas i dibandingkan dengan aktivitas j mendapat

angka 2, maka j mempunyai nilai 1/2 dibandingkan dengan i

Sumber: Saaty (2008)

Hasil penelitian tersebut selanjutnya diolah sesuai dengan prosedur AHP di atas.

Setelah dilakukan running melalui expert choice versi 9.0, maka akan menghasilkan urutan

skala prioritas alternatif yang seharusnya dilakukan oleh pengelola guna meningkatkan

jumlah pengunjung di Wonderia. Urutan skala prioritas tersebut sesuai dengan bobot masing-

masing alternatif dan kriteria serta besarnya nilai konsistensi dari hasil pengolahan tersebut.

Apabila besarnya rasio konsistensi lebih kecil dari 0,10 maka dapat dikatakan bahwa

keputusan yang diambil oleh para responden cukup konsisten, sehingga skala prioritas

tersebut dapat diimplementasikan sebagai kebijakan untuk mencapai sasaran.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis SWOT

Analisis Strength, Weakness, Opportunity, dan Treath (SWOT) merupakan startegi

manajemen yang digunakan untuk mengetahui kondisi internal dan eksternal yang dihadapi

oleh suatu organisasi. Dengan mengetahui kondisi tersebut maka para pengelola dapat

menentukan kebijakan yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi oleh organisasi itu. Kondisi

internal Wonderia akan terangkum dalam matrik IFAS (Internal Strategic Factors Analysis),

sedangkan kondisi eksternal Wonderia akan terangkum dalam matrik EFAS (External

Strategic Factors Analysis)

Matriks IFAS digunakan untuk mengetahui kondisi internal yang dihadapi oleh obyek

wisata Wonderia. Pengumpulan data mengenai faktor internal yang meliputi kondisi

keuangan, strategi pemasaran, infrastruktur, dan produk wisata yang ditawarkan oleh

Wonderia diperoleh dari hasil observasi dan diskusi dengan pihak pengelola Wonderia.

Page 13: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

13

Semua aspek tersebut terangkum dalam aspek kekuatan dan kelemahan pada matriks IFAS.

Berikut ini merupakan hasil matriks IFAS yang diperoleh dari 65 responden dengan merata-

rata hasil penilaian yang telah diberikan terhadap kondisi internal Wonderia.

Matriks IFAS memiliki ketentuan penilaian sebagai berikut:

Apabila total rata-rata skor berada di atas 2,5 maka hal ini menunjukkan bahwa

pengelola Wonderia telah memanfaatkan kekuatan dengan baik serta di sisi lain

mereka juga mampu meminimalkan kelemahannya secara bersamaan.

Apabila total rata-rata skor di bawah 2,5 hal ini menunjukkan bahwa pengelola

Wonderia tidak mampu memanfaatkan kekuatan yang ada serta tidak mampu

meminimalkan kelemahan yang dimiliki.

Tabel 3Hasil Penilaian IFAS Wonderia

Faktor-faktor strategi internal Bobot Rating Bobot x Rating

Kelebihan: Harga tiket masuk yang relatif murah 0,121 3 0,363 Merupakan satu-satunya taman bermain yang ada di

Kota Semarang 0,107 3 0,321

Menawarkan berbagai wahana permainan 0,109 3 0,327 Wahana permainan berasal dari luar negeri 0,067 2 0,134 Area bermain yang luas 0,105 3 0,315

Sub total kelebihan 0,509 1,460Kelemahan: Kondisi keuangan yang kurang baik pasca insiden

kecelakaan Plane Tower 0,095 2 0,190

Adanya pemelintiran berita, sehingga image Wonderiamenjadi kurang baik 0,088 2 0,176

Kurangnya wahana permainan untuk kalangan remajadan dewasa 0,113 2 0,226

Minimnya promosi yang dilakukan oleh pihakpengelola 0,100 2 0,200

Belum adanya peremajaan wahana 0,096 2 0,192Sub total kelemahan 0,492 0,984

TOTAL 1 2,444Sumber: Data primer, diolah

Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa total rata-rata skor Wonderia adalah 2,444

(dibawah 2,5), sehingga dapat disimpulkan bahwa pengelola Wonderia belum mampu untuk

memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan yang dimiliki oleh obyek wisata ini.

Berdasarkan matriks IFAS di atas, dapat diketahui bahwa kekuatan terbesar yang dimiliki

Page 14: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

14

oleh Wonderia adalah harga tiket masuk yang relatif murah dengan skor 0,363. Harga tiket

masuk sebesara Rp6.000-Rp7.000 merupakan harga yang sangat murah. Hal ini dikarenakan

selain bisa menikmati wahana yang tersedia, para pengunjung juga bisa menikmati acara

pertunjukan musik yang digelar oleh pengelola terutama pada malam Minggu. Kekuatan lain

yang dimiliki Wonderia adalah tersedianya berbagai wahana yang bisa dinikmati oleh para

pengunjung dengan skor 0,327. Obyek wisata yang ingin meniru konsep Dunia Fantasi di

Jakarta ini menyediakan 21 wahana permainan. Kekuatan terkecil yang dimiliki Wonderia

adalah wahana permainannya berasal dari luar negeri dengan skor 0,134. Menurut pendapat

Bapak Hanura (pegawai Disparta Kota Semarang), meskipun Wonderia merupakan satu-

satunya taman bermain yang ada di Kota Semarang dan memiliki wahana yang berasal dari

luar negeri, tapi jika tidak diimbangi oleh adanya jaminan keselamatan bagi para pengunjung,

hal tersebut tidak akan berarti apa-apa. Menurut beliau, hal yang paling penting adalah

adanya perbaikan infrastruktur terutama yang berkaitan dengan keselamatan pengunjung.

Kekuatan-kekuatan yang dimiliki seharusnya dapat digunakan oleh pengelola Wonderia

untuk menarik minat wisatawan agar berkunjung ke Wonderia.

Di satu sisi, selain mencerminkan kekuatan, matriks IFAS juga memuat tentang

kelemahan yang dimiliki oleh Wonderia. Berdasarkan tabel 3 di atas, kelemahan terbesar

yang dimiliki Wonderia adalah kurangnya wahana permainan untuk kalangan remaja dan

dewasa dengan nilai 0,226. Meskipun memiliki 21 wahana permainan, mayoritas wahana

tersebut lebih diperuntukan bagi kalangan anak-anak, sedangkan wahana yang diperuntukan

bagi kalangan remaja dan dewasa hanya ada satu buah yakni jet coaster yang berada di dekat

panggung hiburan. Kelemahan terkecil yang dimiliki Wonderia adalah adanya pemelintiran

berita terkait dengan kejadian jatuhnya wahana plane tower pada tahun 2007 dengan skor

0,176. Dengan adanya kejadian tersebut, seharusnya pengelola Wonderia dapat mengambil

pelajaran, sehingga kedepannya mereka lebih mengutamakan keselamatan para pengunjung.

Apabila faktor keselamatan para pengunjung tidak mendapatkan perhatian serius,

dikhawatirkan kejadian serupa akan terulang kembali dan dampaknya masyarakat akan

semakin enggan untuk datang ke Wonderia.

Matriks EFAS digunakan untuk mengetahui kondisi eksternal yang dihadapi oleh

obyek wisata Wonderia. Pengumpulan data mengenai faktor eksternal yang meliputi letak

lokasi Wonderia, dukungan dari pihak ketiga, kesejahteraan masyarakat, adanya otonomi

daerah, persaingan pariwisata, dan penyelenggaraan bursa mobil Adira di area parkir

Wonderia diperoleh dari hasil observasi dan diskusi dengan pihak pengelola Wonderia.

Semua aspek tersebut terangkum dalam aspek peluang dan ancaman pada matriks EFAS.

Page 15: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

15

Berikut ini merupakan hasil matriks EFAS yang diperoleh dari 65 responden dengan merata-

rata hasil penilaian yang telah diberikan terhadap kondisi eksternal yang dihadapi oleh

Wonderia.

Matriks EFAS memiliki ketentuan penilaian sebagai berikut:

Apabila total rata-rata skor berada di atas 2,5 maka hal ini menunjukkan bahwa

pengelola Wonderia telah memanfaatkan peluang yang ada dengan baik serta di sisi

lain mereka juga mampu meminimalkan ancaman secara bersama-sama.

Apabila total rata-rata skor di bawah 2,5 hal ini menunjukkan bahwa pengelola

Wonderia tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada serta tidak mampu

meminimalkan ancaman dari luar.

Tabel 4Hasil Penilaian EFAS Wonderia

Faktor-faktor strategi eksternal Bobot Rating Bobot x Rating

Peluang: Lokasi Taman Ria Wonderia sangat strategis 0,135 3 0,405 Pulihnya sektor pariwisata pasca krisis global 0,073 2 0,146 Meningkatnya kesejahteraan masyarakat 0,071 2 0,142 Adanya dukungan dari dinas terkait dan masyarakat sekitar 0,086 2 0,172 Adanya sponsorship dari pihak ke-3 0,107 3 0,321Sub total peluang 0,472 1,186Ancaman: Otonomi daerah 0,081 2 0,162 Tingginya persaingan pariwisata antar daerah 0,090 2 0,180 Obyek wisata lain di Kota Semarang yang dikelola lebih

profesional 0,093 2 0,186

Semakin banyaknya pusat perbelanjaan yang menyediakanwahana bermain seperti di Wonderia 0,095 2 0,190

Adanya pergeseran dinamika masyarakat yang lebihmemilih wisata alam dibandingkan dengan wisata lainnya 0,090 2 0,180

penyelenggaraan bursa mobil Adira di area parkirWonderia 0,079 2 0,158

Sub total ancaman 0,528 1,056TOTAL 1 2,242

Sumber: Data primer, diolah

Dari tabel 4dapat diketahui bahwa nilai total rata-rata skor faktor eksternal Wonderia

adalah 2,242 (dibawah 2,5); sehingga dapat dikatakan bahwa pengelola Wonderia tidak

mampu memanfaatkan peluang yang ada serta tidak mampu meminimalkan ancaman.

Page 16: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

16

Berdasarkan matriks EFAS di atas, peluang terbesar yang dimiliki Wonderia terletak pada

lokasinya yang sangat strategis dengan nilai skor 0,405. Wonderia yang berlokasi dekat

dengan pusat kota memiliki keuntungan dibandingkan dengan obyek wisata lain karena lebih

mudah dijangkau oleh pengunjung. Untuk sampai di Wonderia, pengunjung dapat

menggunakan kendaraan pribadi maupun menggunakan kendaraan umum yang melewati

Wonderia. Keunggulan lain yang dimiliki oleh Wonderia adalah adanya sponshorship dari

pihak ketiga dengan skor 0,321. Sponsorship tersebut diberikan oleh pihak ketiga pada saat

ada even-even tertentu, baik dalam bentuk dana maupun berbentuk barang atau produk yang

selanjutnya dapat dijual kembali oleh pihak pengelola Wonderia. Adapun peluang terkecil

yang dimiliki oleh Wonderia adalah meningkatnya kesejahteraan masyarakat dengan skor

0,142.

Dari aspek ancaman, ancaman terbesar yang dihadapi oleh Wonderia adalah semakin

banyaknya pusat perbelanjaan yang menyediakan wahana permaianan seperti yang ada di

Wonderia dengan skor 0,190. Salah satu pusat perbelanjaan yang menyediakan wahana

sejenis adalah Matahari Simpang Lima. Menurut Bapak Masjhar (HRD PT. Smart), meskipun

skalanya lebih kecil, namun keberadaan wahana permainan sejenis di pusat perbelanjaan

sedikit banyak mengurangi tingkat kunjungan ke Wonderia. Hal ini dikarenakan pengunjung

merasa lebih nyaman dan lebih efisien, dimana selain bisa berbelanja kebutuhannya mereka

juga bisa menghibur anak-anak mereka dengan mengajak bermaian di wahana yang

disediakan oleh pusat perbelanjaan. Adapun kelemahan terkecil yang dihadapi oleh Wonderia

adalah adanya penyelenggaraan bursa mobil Adira dengan skor 0,158. Penyelenggaraan bursa

mobil ini menjadi polemik dikarenakan pihak Disparta dan DPRD Kota Semarang menuding

bahwa pihak pengelola Wonderia telah melanggar ijin sewa lahan karena area Wonderia

seharusnya digunakan untuk kegiatan wisata, bukan untuk usaha lainnya serta tidak boleh

melibatkan pihak ketiga. Namun, pihak pengelola merasa tidak pernah menyalahi ijin

kerjasama tersebut karena menurut mereka pengelolaan bursa mobil tersebut masih dibawah

kendali PT Semarang Arsana Rekreasi Trusta (Smart).

Berdasarkan hasil perhitungan matriks IFAS dan EFAS di atas, diperoleh nilai sebagai

berikut: faktor kekuatan = 1,460; faktor kelemahan = 0,984; faktor peluang = 1,186; dan

faktor ancaman = 1,056. Dari skor tersebut selanjutnya diplotkan pada gambar analisa

diagram SWOT yang terdiri dari 4 kuadran.

Untuk mengetahui koordinat atau kondisi yang dihadapi oleh Wonderia, dapat

dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Page 17: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

17

(Skor Kekuatan – skor kelemahan)/2 ; (Skor peluang – skor ancaman)/2

(1,460 – 0,984)/2 ; (1,186 – 1,056)/2

(0,238 ; 0,065)

Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh koordinat (0,238 ; 0,065) yang mana

koordinat tersebut masuk pada kuadran I. Posisi ini mengindikasikan bahwa Wonderia

merupakan sebuah obyek wisata yang cukup kuat dan berpeluang besar untuk bisa lebih

berkembang di masa yang akan datang. Rekomendasi yang dapat diberikan kepada pihak

manajemen Wonderia adalah strategi progresif, yakni melakukan ekspansi dan memperbesar

pangsa pasar demi meraih kemajuan secara maksimal. Memperbesar pangsa pasar dalam hal

ini bisa diartikan sebagai memperluas segmentasi pengunjung. Jika selama ini Wonderia

identik dengan wahana yang diperuntukan kalangan anak-anak, maka kedepannya diharapkan

pihak pegelola bersedia menambah wahana yang bisa dinikmati oleh kalangan remaja dan

dewasa. Hal ini dikarenakan sampai saat ini, Wonderia baru memiliki 1 wahana yang khusus

bagi kalangan remaja dan dewasa, yakni wahana jet coaster.

Gambar 1Grafik Analisa SWOT Obyek Wisata Wonderia

h. Analisis AHP

Analisis AHP digunakan untuk menentukan prioritas kebijakan yang seharusnya

diprioritaskan oleh pengelola Wonderia guna meningkatkan jumlah pengunjung. Sebelum

menentukan prioritas kebijakan, perlu dirumuskan kriteria dan alternatif terlebih dahulu.

Kriteria diperoleh dari hasil pra-survey dan diskusi dengan para key person yang

(+, +)

(+, -)

(-, +)

(-, -)Kuadran II

Kuadran IKuadran III

Kuadran IV

Peluang

KekuatanKelemahan

Ancaman

(0,238 ; 0,065)

Page 18: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

18

berkompeten di bidang pariwisata, baik dari pihak pengelola Wonderia, akademisi, maupun

dari dinas-dinas terkait. Dari hasil diskusi tersebut, diperoleh hasil bahwa dalam rangka

meningkatkan jumlah pengunjung Wonderia dapat ditempuh melalui 3 kriteria, yakni:

1. Aspek promosi

2. Aspek infrastruktur

3. Aspek manajemen

Seperti halnya penentuan kriteria, alternatif yang digunakan dalam penelitian ini juga

berasal dari hasil pra-survey dan diskusi dengan para key person. Dari hasil diskusi tersebut,

diperoleh 10 alternatif kebijakan yang bisa diterapkan oleh pengelola guna meningkatkan

jumlah pengunjung di Wonderia, yakni:

1. Memasang iklan tentang Wonderia

2. Mendirikan Wonderia Member Club

3. Menjalin kerja sama dengan pihak ke-3

4. Menggelar berbagai acara (event) di Wonderia, seperti acara menggelar acara

tembang kenangan maupun pentas musik dangdut

5. Melakukan peremajaan wahana

6. Melakukan perawatan wahana secara berkala

7. Menerapkan standarisasi keamanan guna menjamin keselamatan para pengunjung

8. Memperbaiki manajemen yang ada

9. Melakukan studi banding ke obyek wisata yang lebih maju

10. Memberikan pelatihan kepada para pegawai.

Jika disusun dalam sebuah hirarki, maka akan diperoleh 2 tingkatan yakni kriteria dan

alternatif sebagaimana yang ada pada gambar berikut:

Page 19: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

19

Gambar 2Hirarki AHP Peningkatan Jumlah Pengunjung di Wonderia

Langkah penentuan prioritas kebijakan yang akan diambil untuk meningkatkan

jumlah pengunjung di Wonderia, diperlukan pendapat dan penilaian dari responden terutama

pihak-pihak yang berkompeten di bidang pariwisata. Alat analisis yang digunakan untuk

mengolahnya adalah expert choice versi 9.0. Langkah-langkah yang ditempuh agar dapat

menghasilkan sebuah prioritas kebijakan adalah sebagai berikut:

Tahap satu, menentukan kriteria yang seharusnya menjadi prioritas guna

meningkatkan jumlah pengunjung di Wonderia. Hasil pengolahan AHP adalah sebagai

berikut:

D. Event

1. Promosi

C. Bekerja sama dengan pihak ke-3

A. Iklan

B. Wonderia Member Club

C. Standarisasi keamanan

B. Peremajaan wahana

B. Perawatan berkala2. InfrastrukturPeningkatan Jumlah

Pengunjung diWonderia

C. Pelatihan3. Manajemen

B. Studi banding

B. Memperbaiki manajemen

Page 20: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

20

Gambar 3Prioritas Kriteria terhadap Tujuan

Sumber: data primer, diolah

Berdasarkan pengolahan AHP, diketahui bahwa kriteria yang memiliki nilai paling

tinggi adalah aspek infrastruktur dengan nilai 0,413 dan kriteria yang memiliki nilai terendah

adalah aspek promosi dengan nilai 0,260. Selain itu, nilai inkonsistensinya juga menunjukkan

angka 0,05 yang berarti jawaban responden dikatakan konsisten karena nilai tersebut kurang

dari 0,10. Dengan demikian, guna meningkatkan jumlah penunjung di Wonderia, pihak

pengelola Wonderia seharusnya lebih memprioritaskan aspek infrastruktur dibandingkan

dengan aspek yang lain. Hal ini dikarenakan aspek infrastruktur berkaitan erat dengan adanya

jaminan keselamatan yang diberikan kepada para pengunjung. Ketika pengunjung

beranggapan bahwa wahana di Wonderia tidak aman untuk dinikmati, maka secara otomatis

mereka akan enggan untuk berkunjung ke obyek wisata ini. Sebaliknya, jika aspek

infrastruktur telah mendapat perhatian dari pengelola maka pengunjung akan merasa lebih

aman dan nyaman ketika berkunjung ke obyek wisata ini.

Langkah 2, menentukan prioritas alternatif untuk kriteria promosi. Hasil pengolahan

AHP adalah sebagai berikut:

Gambar 4Prioritas Alternatif untuk Kriteria Promosi

Sumber: data primer, diolah

iklan ,277

wmc ,113

bkrja sm ,305

event ,305

Inconsistency Ratio =0,01

Peningkatan Jumlah Pengunjung

,260

,413

,327

INFRSTKR

PROMOSI

MANAJEMN

Inconsistency Ratio =0,05

Peningkatan Jumlah Pengunjung

Page 21: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

21

Untuk kriteria promosi, nilai tertinggi dimiliki oleh alternatif event dan bekerja sama

dengan pihak ke-3 dengan skor 0,305 dan alternatif terendah adalah mendirikan Wonderia

Member Club dengan skor 0,113. Adapun nilai inkonsistensi dari kriteria promosi tersebut

adalah 0,01 (dibawah 0,10), sehingga dapat dikatakan bahwa jawaban yang diberikan oleh

responden sudah konsisten. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan jumlah pengunjung,

kebijakan dari aspek promosi yang perlu diprioritaskan oleh pengelola Wonderia adalah

menggelar berbagai event atau acara di Wonderia serta menggandeng pihak lain untuk

menjadi sponsor dari acara tersebut. Event ini dapat berupa pertunjukan musik, menggelar

berbagai perlombaan, maupun mengadakan kegiatan lainnya. Sebetulnya kebijakan

menggelar pertunjukan musik telah dijalankan oleh pihak pengelola terutama pada hari Sabtu

malam Minggu. Dengan adanya acara pertunjukan musik tersebut, ternyata masyarakat

memiliki minat yang lebih besar untuk berkunjung ke Wonderia dibandingkan jika tidak ada

acara pertunjukan musik. Selain itu, adanya sponsor tersebut juga dapat memberikan

tambahan pemasukan bagi pengelola karena biasanya pihak sponsor akan memberikan

produk yang bisa dijual kembali oleh pengelola kepada para pengunjung.

Langkah 3, menentukan prioritas alternatif untuk kriteria infrastruktur. Hasil

pengolahan AHP adalah sebagai berikut:

Gambar 5Prioritas Alternatif untuk Kriteria Infrastruktur

Sumber: data primer, diolah

Berdasarkan gambar 5, nilai tertinggi dari kriteria infrastruktur dimiliki oleh alternatif

standarisasi dengan nilai 0,500; sedangkan alternatif peremajaan wahana dan alternatif

perawatan berkala memiliki nilai yang sama, yakni 0,250. Nilai inkonsistensi untuk kriteria

infrastruktur adalah 0,00; sehingga dapat dikatakan bahwa jawaban responden telah

konsisten. Dengan demikian, kebijakan dari aspek infrastruktur yang seharusnya

diprioritaskan oleh pengelola adalah menerapkan standarisasi keamanan guna menjamin

keamanan para pengunjung. Apabila standarisasi keamanan ini diabaikan, dikhawatirkan

prmajaan ,250

prawatan ,250

standars ,500

Inconsistency Ratio =0,0

peningkatan jumlah pengunjung

Page 22: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

22

insiden jatuhnya wahana plane tower yang pernah menimpa pengunjung pada tahun 2007

akan terulang kembali. Dengan menerapkan standarisasi keamanan, diharapkan pengunjung

akan merasa lebih aman dan nyaman ketika berwisata di Wonderia.

Tahap 4, menetukan prioritas kebijakan dari kriteria manajemen. Hasil pengolahan

AHP adalah sebagai berikut:

Gambar 6Prioritas Alternatif untuk Kriteria Manajemen

Sumber: data primer, diolah

Dari aspek manajemen, alternatif yang memiliki nilai tertinggi adalah alternatif

memperbaiki manajemen Wonderia dengan nilai 0,413. Adapun alternatif yang memiliki nilai

terendah adalah alternatif studi banding dengan nilai 0,260. Untuk nilai inkonsistensi, pada

kriteria ini memiliki nilai inkonsistensi 0,05 (dibawah 0,10), sehingga dapat dikatakan bahwa

jawaban yang diberikan oleh responden sudah konsisten. Oleh karena itu, kebijakan dari

aspek manajemen yang seharusnya diprioritaskan oleh pihak pengelola Wonderia adalah

memperbaiki manajemen, sehingga dengan adanya manajemen yang lebih baik diharapkan

Wonderia dapat lebih berkembang dan lebih maju lagi. Adapun pelatihan sendiri berfungsi

untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia para pegawai, sehingga ke depannya

mereka bisa memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pengunjung.

Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan jumlah

pengunjung di Wonderia dapat diprioritaskan alternatif kebijakan sebagai berikut:

mprbaiki ,413

study ,260

pelatihn ,327

Inconsistency Ratio =0,05

peningkatan jumlah pengunjung

Page 23: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

23

Gambar 7Prioitas Seluruh Alternatif terhadap Tujuan

Sumber: data primer, diolah

Berdasarkan gambar 7, alternatif yang memiliki nilai tertinggi adalah alternatif

standarisasi dengan nilai 0,167; disusul alternatif memperbaiki manajemen Wonderia dengan

nilai 0,133; dan alternatif tertinggi ketiga adalah menjalin kerjasama dengan pihak ke-3

dengan nilai 0,105, sedangkan alternatif terkecil adalah mendirikan Wonderia Member Club

dengan nilai 0,039. Adapun tingkat inkonsistensi dari jawaban yang diberikan oleh responden

adalah 0,03 dan nilai tersebut lebih kecil dari 0,10, sehingga dapat dikatakan bahwa jawaban

yang diberikan oleh responden sudah konsisten. Secara keseluruhan, dari 10 alternatif yang

direkomendasikan oleh key person, kebijakan yang seharusnya diprioritaskan oleh pengelola

Wonderia adalah menerapkan standarisasi keamanan guna menjaga keselamatan para

pengunjung ketika menikmati wahana yang ada di Wonderia. Dengan adanya standarisasi

keamanan diharapkan insiden jatuhnya Plane Tower pada tahun 2007 lalu tidak terulang

kembali.

Synthesis of Leaf Nodes with respect to GOAL

Ideal Mode

OVERALL INCONSISTENCY INDEX =0,03

standars ,167

mprbaiki ,133

bkrja sm ,105

event ,105

pelatihn ,105

iklan ,095

prmajaan ,083

prawatan ,083

study ,083

wmc ,039

peningkatan jumlah pengunjung

Page 24: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

24

PENUTUP

Simpulan, Keterbatasan, dan Saran

a. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi internal dan eksternal yang

dihadapi oleh obyek wisata Wonderia serta kemudian menentukan kebijakan yang seharusnya

diprioritaskan oleh pengelola Wonderia. Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan matriks IFAS dapat diketahui bahwa nilai sub total kekuatan yang

dimiliki oleh Wonderia adalah 1,460. Nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan

dengan nilai sub total kelemahannya yang berjumlah 0,984. Adapun kekuatan terbesar

yang dimiliki dimiliki oleh Wonderia terletak pada harga tiket yang relatif lebih

murah dengan nilai 0,363, sedangkan kelemahan terbesar yang dimiliki oleh

Wonderia adalah kurangnya wahana permainan untuk kalangan remaja dan dewasa

dengan nilai 0,226.

2. Menurut hasil perhitungan pada matriks EFAS, diketahui bahwa nilai sub total

peluang yang dimiliki oleh Wonderia adalah 1,186, sedangkan nilai sub total ancaman

yang dimiliki oleh Wonderia adalah 1,056. Adapun peluang terbesar yang dimiliki

oleh Wonderia terletak pada faktor lokasi yang sangat strategis dengan nilai 0,405 dan

ancaman terbesar yang dihadapi oleh Wonderia adalah semakin banyaknya pusat

perbelanjaan yang menyediakan wahana bermain seperti yang ada di Wonderia

dengan nilai 0,190.

3. Berdasarkan matriks IFAS dan EFAS, dapat diketahui bahwa Wonderia berada di

kuadran I dengan titik koordinat (0,238 ; 0,065). Adapun strategi yang seharusnya

dijalankan oleh pengelola adalah strategi progresif yakni melakukan ekspansi dan

memperbesar pangsa pasar.

4. Kriteria yang seharusnya diprioritaskan oleh pihak pengelola Wonderia guna

meningkatkan jumlah pengunjung adalah kriteria infrastruktur, karena berdasarkan

hasil perhitungan expert choice kriteria ini mendapatkan nilai tertinggi yakni 0,413.

Adapun kriteria yang mendapatkan nilai terendah adalah kriteria promosi dengan skor

0,260.

5. Alternatif dari aspek promosi yang mendapatkan nilai tertinggi adalah alternatif

bekerja sama dengan pihak ke-3 dan alternatif event dengan nilai 0,305, sedangkan

alternatif yang mendapat nilia terendah adalah alternatif mendirikan Wonderia

Member Club dengan skor 0,113. Oleh karena itu, dari aspek promosi, kebijakan yang

seharusnya diprioritaskan guna meningkatkan jumlah pengunjung di Wonderia adalah

Page 25: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

25

menjalin kerja sama dengan pihak ke-3 dan menggelar berbagai event misalnya adalah

menggelar acara pertunjukan musik.

6. Berdasarkan aspek infrastruktur, alternatif standarisasi memperoleh nilai tertinggi

dengan skor 0,500; sedangkan alternatif peremajaan wahana dan alternatif perawatan

mendapat nilai sama dengan skor 0,250. Dengan demikian, bila dipandang dari aspek

infrastruktur, maka pengelola seharusnya lebih mengutamakan adanya standarisasi

keamanan bagi para pengunjung dibandingkan dengan alternatif yang lain.

7. Alternatif dari aspek manajemen yang mendapatkan skor tertinggi adalah alternatif

memperbaiki manajemen dengan nilai 0,413; sedangkan alternatif studi banding

mendapatkan nilai terendah dengan nilai 0,260. Dengan demikian, kebijakan yang

seharusnya menjadi prioritas pengelola bila dilihat dari aspek manajemen adalah

memperbaiki manajemen Wonderia.

8. Secara keseluruhan, dari 10 alternatif yang ditawarkan oleh key person, maka

alternatif kebijakan yang seharusnya menjadi prioritas pengelola Wonderia adalah

alternatif standarisasi karena alternatif ini memperoleh nilai tertinggi dibandingkan

alternatif-alternatif yang lain dengan nilai 0,167. Adapun alternatif yang mendapatkan

nilai terendah adalah alternatif Wonderia Member Club dengan nilai 0,039.

b. Keterbatasan

Keterbatasan dari penelitian ini adalah adanya subyektifitas dari pendapat atau

jawaban yang diberikan oleh responden. Subyektifitas tersebut tentunya akan menghasilkan

prioritas kebijakan yang berbeda, karena masing-masing responden memiliki sudut pandang

yang berbeda terkait dengan strategi pengembangan obyek wisata Wonderia.

c. Saran

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat dikemukan beberapa saran:

1. Setelah mengetahui posisi obyek wisata Wonderia dalam menghadapi kondisi internal

dan eksternalnya, maka seharusnya pengelola Wonderia menerapkan strategi

ekspansif yakni melakukan penambahan wahana permainan yang bisa dinikmati oleh

kaum remaja dan dewasa, terutama wahana yang memacu adrenaline seperti wahana

halilintar, kora-kora, dan lain sebagainya.

2. Untuk meningkatkan jumlah pengunjung, pengelola Wonderia seharusnya lebih

mengutamakan aspek infrastruktur dibandingkan dengan aspek-aspek yang lain.

Alternatif yang seharusnya dipilih adalah menerapkan standarisasi keamanan guna

menjamin keselamatan para pengunjung ketika menikmati wahana di Wonderia.

Faktor keselamatan pengunjung seharusnya mendapat perhatian yang lebih serius dari

Page 26: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

26

pihak pengelola mengingat di Wonderia sendiri pernah terjadi insiden kecelakaan

jatuhnya wahana permainan plane tower yang mengakibatkan beberapa pengunjung

mengalami luka-luka.

Page 27: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

27

DAFTAR PUSTAKA

Agus Riyanto dan I made Aryantha Anthara. 2008. “Penentuan Prioritas untukPemilihan komponen Gravel Pump Menggunakan Analytical HierarchyProcess”. Paper disajikan dalam Seminar Nasional Aplikasi TeknologiInformasi 2008, Yogyakarta, 21 Juni 2008.

Andi Hafif. 2009. “Analisis Obyek Wisata Air Terjun Kalipancur Desa Nogosarendengan Pendekatan Co-Management dan Analytical Hierarchy Process(AHP)”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, UniversitasDiponegoro.

Anto Dajan. 1986. Pengantar Metode Statistik. Jakarta: Pustaka LP3ES.

Argyo Demartoto. 2008. “Strategi Pengembangan Obyek Wisata Pedesaan olehPelaku Wisata di Kabupaten Boyolali”. Laporan Penelitian Perseorangandalam Bidang Sosiologi. Surakarta.

Aris Suprapto. 2005. “Analisis Penawaran dan Permintaan Wisata dalamPengembangan Potensi Pariwisata di Keraton Surakarta Hadiningrat”.Tesis Tidak Dipublikasikan, Magister Teknik Pembangunan Wilayah danKota, Universitas Diponegoro.

Badan Pusat Statistik. 2010a. Kota Semarang dalam Angka 2009. Semarang.

Badan Pusat Statistik. 2010b. Jawa Tengah dalam Angka 2009. Semarang.

Bambang P. dkk. 2010. “Perbaikan Kualitas Layanan Jasa dengan ModelServqual Dimensi Kepariwisataan dan Metode Quality FuncitionDeployment (Studi Kasus di PT X, Tempat Wisata Wahana Permainan)”.J@ti Undip. Vol. V, No. 1, hal. 41-54.

Dahliana Hasan. 2008. “Pendapatan Asli Daerah dari Industri Pariwisata dalamMenunjang Otonomi Daerah”. http://www.wisata melayu.htm. Diaksestanggal 22 Mei 2011.

Danang Parikesit dan Wiwied Trisnadi. 1997. ”Kebijakan kepariwisataanIndonesia dalam Pembangunan Jangka Panjang”. Kelola. Vol. VI, No. 16,h. 1-14.

Dewi Ayu Maharani. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang MempengaruhiKunjungan Wisata Umbul Sidomukti di Kabupaten Semarang. SkripsiTidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.

Page 28: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

28

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang. 2011. Peta Wisata KotaSemarang. Semarang.

Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah Kota Semarang. 2010. SelayangPandang. Semarang.

Eko Nurmianto dan Arman Hakim Nasution. (2004). “Perumusan StrategiKemitraan Menggunakan Metode AHP dan SWOT (Studi Kasus padaKemitraan PT INKA dengan Industri Kecil Menengah di WilayahKaresidenan Madiun)“. Jurnal Teknik Industri. Vol. 6, No. 1, hal. 47-60.

Feby Anisia Purnama Sari. 2011. “Analisis Kebijakan Penanganan KemacetanLalulintas di Jalan Teuku Umar Kawasan Jatingaleh Semarang denganMetode Analisis Hirarki Proses (AHP)”. Skripsi Tidak Dipublikasikan,Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.

Freddy Rangkuti. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:Gramedia.

Gilarso, T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi. Yogyakarta: Kanisius.

I Gusti Rai Utama. 2010. “Ekonomi Pariwisata: Hukum Permintaan danPenawaran.” http://wordpress.com. Diakses tanggal 12 April 2011.

Ibnu Hasan. 2011. ”Analisis SWOT”. http://duniamujahid.blogspot.com. Diaksestanggal 8 Juni 2011.

James J. Spillane. 1987. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya.Yogyakarta: Kanisius.

Janianton Damanik dan Helmut F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata: dariTeori ke Aplikasi. Yogyakarta: Andi.

Oka A. Yoeti. 2008. Ekonomi Pariwisata, Introduksi, Informasi, danImplementasi. Jakarta: Kompas.

Saaty, Thomas L. dan Michael P. Niemira. 2006. “A framework for Making aBetter Decission”. Research Review. Vol. 13, No. 1, hal. 1-4.

Saaty, Thomas L. 2008. “Decision Making with The Analytic Hierarchy Process”.Int. J. Services Sciences. Vol. 1, No. 1, hal. 83-98.

Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. 1990. Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Sinclair, M. Thea dan Mike Stabler. 1997. The Economics of Tourism. London:Routlede.

Page 29: PENGEMBANGAN OBYEK WISATA WONDERIA DI KOTA …eprints.undip.ac.id/32959/1/jurnal_pengembangan_obyek_wisata_wonderia...Pengembangan kegiatan pariwisata dinilai sangat penting karena

29

Siti Latifah. 2005. Prinsip-prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process. “E-USUReposritory”.

Soeratno dan Lincolin Arsyad. 2003. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi danBisnis. Yogyakarta: UPP Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.

Sondang P. Siagian. 2002. Manajemen Stratejik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Syaifullah. 2010. “Pengenalan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)”.http://Wordpress.com. Diakses tanggal 6 Mei 2011.

Tantyonimpuno R. Sutjipto dan Agustina Dwi Retnaningtias. 2006. “PenerapanMetode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada Proses PengambilanKeputusan Pemilihan Jenis Pondasi (Studi Kasus: Proyek PembangunanRoyal Plaza Surabaya)”. Jurnal Teknik Sipil. Vol. III, No. 2 Juli h. 77-87.

Tri Widodo. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era OtonomiDaerah). Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta.

Winnapasaribu. 2011. “Carut Marut Pariwisata di Indonesia”.http://wordpress.com. Diakses tanggal 31 Mei 2011.

Yulianty Fitry Mokoginta. 2007. “Faktor-faktor Resiko yang Berpengaruh padaKinerja Waktu Pelaksanaan Konstruksi Proyek Pengembangan KampusSwasta (Swakelola)”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Teknik,Universitas Indonesia.


Recommended