BAB I
PENDAHULUAN
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai
akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgard mengungkapkan : “Learning is
the process by wich an activity originates or changed trhough training
procedurs (wether in the laboratory or in the naural environment) as
distinguished from changes by faktor not atributable to training.” Bagi
Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau
prosedur latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan
alamiah.
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar
adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga
menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi
karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.
Proses belajar pada hakekatnya merupakan kegiatan mental yang
tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin
dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang
tampak. Misalnya ketika seorang guru menjelaskan suatu materi
pelajaran, walaupun sepertinya seorang siswa memperhatikan dengan
seksama sambil menganggukkan kepala, maka belum tentu yang
bersangkutan belajar. Mungkin mengangguk-anggukan kepala itu bukan
karena ia memerhatikan materi pelajaran dan paham apa yang dikatakan
guru, akan tetapi karena ia sangat mengagumi cara guru berbicara, atau
mengagumi penampilan guru, sehingga ketika ia ditanya apa yang telah
disampaikan guru, ia tidak mengerti apa-apa. Nah, siswa yang demikian
pada hakikatnya tidak belajar, karena tidak menampakkan gejala-gejala
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 1
perubahan tingkah laku. Sebaliknya, manakala ada siswa yang seakan-
akan tidak memerhatikan , misalnya ia kelihatan mengantuk dengan
menundukkan kepala dan tidak pernah memandang muka guru, belum
tentu mereka tidak sedang belajar. Mungkin saja otak dan pikirannya
sedang mencerna apa yang dikatakan guru, sehingga ketika ia ditanya ia
bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar. Nah, berdasarkan
adanya perubahan tingkah laku yang ditimbulkannya, maka kita yakin
bahwa ia sebenarnya sudah melakukan proses belajar. Belajar adalah
proses perubahan tingkah laku.
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 2
BAB II
TEORI-TEORI BELAJAR
Banyak teori yang membahas tentang terjadinya perubahan tingkah
laku. Namun demikian, setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang
hakikat manusia, yaitu hakekat manusia menurut pandangan John Locke
dan hakikat manusia menurut Leibnits.
Menurut John Locke, manusia itu merupakan organisme yang pasif.
Dengan teori tabularasanya, Locke menganggap bahwa manusia itu
seperti kertas putih, hendak ditulisi apa kertas itu sangat tergantung pada
orang yang menulisnya. Dari pendangan yang mendasar tentang hakekat
manusia itu, memunculkan aliran belajar behavioristik-elementeristik.
Berbeda dengan pandangan Locke, Leibnits menganggap bahwa
manusia adalah organisme yang aktif. Manusia merupakan sumber dari
semua kegiatan. Pada hakikatnya manusia bebas untuk berbuat; manusia
bebas untuk membuat suatu pilihan dalam setiap situasi. Titik pusat
kebebasan ini adalah kesadarannya sendiri. Menurut aliran ini tingkah
laku manusia hanyalah ekspresi yang dapat diamati sebagai akibat dari
eksistensi internal yang pada hakikatnya bersifat pribadi. Pandangan
hakikat manusia menurut pandangan Leibnits ini kemudian melahirkan
aliran belajar kognitif-holistik.
Berangkat dari konsep manusia yang berbeda, dalam menjelaskan
terjadinya perilaku, kedua aliran teori belajar, yaitu aliran behavioristik-
elementeristik dan aliran kognitif-holistik, memiliki perbedaan pula.
Perbedaan keduanya dapat dilihat pada tabel berikut:
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 3
Perbedaan Aliran Behavioristik dan Kognitif
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK TEORI BELAJAR KOGNITIF
Mementingkan pengeruh lingkungan
Mementingkan bagian-bagian
Mengutamakan peranan reaksi
Hasil belajar terbentuk secara mekanis
Dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu
Mementingkan pembentukan kebiasaan
Memecahkan masalah dilakukan dengan cara trial and error
Mementingkan apa yang ada dalam diri
Memetingkan keseluruhan
Mengutamakan fungsi kognitif
Terjadi keseimbangan dalam diri
Tergantung pada kondisi saat ini
Mementingkan terbentuknya struktur kognitif
Memecahkan masalah didasarkan kepada insight
Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah
pembentukan assosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan
kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan
respon ( R – S ). Oleh karena itu, teori ini juga dinamakan Teori Stimulus –
Respon. Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan
respon sebanyak-banyaknya.
Teori-teori belajar yang termasuk ke dalam kelompok behavioristik
diantaranya:
1. Koneksionisme, dengan tokohnya Thorndike.
2. Classikal Conditioning, dengan tokohnya Pavlop
3. Operation Conditionong, yang dikembangkan oleh Skinner.
4. Contigous Conditioning, yang dikembangkan oleh Guthrie.
Sedangkan, teori-teori yang termasuk ke dalam kelompok kognitif
holistik di antaranya:
1. Teori Gestalt, dengan tokohnya Kofka, Kohler, dan Wertheimer
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 4
2. Teori Medan (Field Theory), dengan tokohnya Lewin
3. Teori Organismik yang dikembangkan oleh Wheeler
4. Teori Humanistik, dengan tokohnya Maslow dan Rogers
5. Teori Konstruktivistik, dengan tokohnya Jean Pieget.
Di bawah akan dijelaskan beberapa teori yang dianggap sangat
berpengaruh.
1. Beberapa Teori Belajar Behavioristik
a. Teori Belajar Koneksionisme
Teori belajar koneksionisme dikembangkan oleh Thorndike sekitar
tahun 1913. Menurut teori belajar ini, belajar pada hewan dan pada
manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip-prinsip yng sama.
Dasar terjadinya belajar adalah pembentukan assosiasi antara kesan
yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak
atau hubungan antara stimulus dan respon (S-R). Oleh karena itulah
teori ini dinamakan juga teori Stimulus Respon.
Bagaimana terjadinya hubungan antara stimulus dan respon ini
perhatikan dibawah ini:
Ketika seseorang melirik setangkai bunga melatih yang indah dan harum di taman, dapat
menjadi sebuah stimulus yang dapat mengakibatkan munculnya respon untuk
memetiknya.
Atau;
Ketika seseorang sedang mengendarai sepeda motor tiba-tiba lampu merah menyala,
maka dengan seketika orang tersebut mengerem motornya dan kemudian berhenti.
Dalam kasus itu lampu merah merupakan stimulus bagi orang yang
mengendarai sepeda motor itu, dan mengerem untuk mengehentikan
motornya adalah respon.
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 5
Begitulah terjadinya hubungan stimulus dan respon terjadi. Belajar
adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respon
sebanyak-banyaknya. Selanjutnya, dalam teori koneksionosme ini
Thorndike mengemukakan hukum-hukum belajar sebagai berikut:
a) Hukum Kesiapan (law of readiness)
Menurut hukum ini, hubungan antara stimulus dan respon akan
mudah terbentuk manakala ada kesiapan dalam diri individu.
Secara lengkap bunyi hukum ini adalah:
Pertama : jika pada seseorang ada kesiapan untuk merespon
atau bertindak, maka tindakan atau respon yang
dilakukannya akan memberi kepuasan, dan
mengakibatkan orang tersebut untuk tidak
melakukan tindakan-tindakan lain.
Kedua : jika seseorang memiliki kesiapan untuk merespon,
kemudian tidak dilakukannya, maka dapat
mengakibatkan ketidakpuasan, dan akibatnya orang
tersebut akan melakukan tindakan-tindakan lain.
Ketiga : jika seseorang tidak memiliki kesiapan untuk
merespon, maka respon yang diberikan akan
mengakibatkan ketidakpuasan. Implikasi praktis dari
hukum ini adalah, keberhasilan belajar seseorang
sangat tergantung dari ada atau tidaknya kesiapan.
b) Hukum Latihan (law of exercise)
Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya
hubungan stimulus dan respon. Hubungan atau koneksi antara
kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan
menjadi lebih kuat karena latihan (law of use); dan koneksi-
koneksi itu akan menjadi lemah karena latihan tidak dilanjutkan
atau dihentikan (law of disuse).
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 6
Hukum ini menunjukkan bahwa hubungan stimulus dan respon
akan semakin kuat manakala terus menerus dilatih atau diulang;
sebaliknya hubungan stimulus respon akan semakin lemah
manakala tidak pernah diulang. Implikasi dari hukum ini adalah
semakin sering suatu pelajaran diulang, maka akan semakin
dikuasai pelajaran itu.
c) Hukum Akibat (law of effect)
Hukum ini menunjuk kepada kuat atau lemahnya hubungan
stimulus dan respon tergantung kepada akibat yang
ditimbulkannya. Apabila respon yang diberikan seseorang
mendatangkan kesenangan, maka respon tersebut akan
dipertahankan atau diulang; sebaliknya, apabila respon yang
diberikan mendatangkan atau diikuti oleh akibat yang tidak
mengenakkan, maka respon tersebut akan dihentikan atau tidak
akan diulangi lagi. Implikasi dari hukum ini adalah apabila
mengharapkan agar seseorang dapat mengulangi respon yang
sama, maka harus diupayakan agar menyenangkan dirinya,
contohnya dengan memberikan hadiah atau pujian. Sebaliknya,
apabila kita mengharapkan seseorang untuk tidak mengulangi
respon yang diberikan, maka harus diberi sesuatu yang tidak
menyenangkannya contohnya dengan memberi hukuman.
Disamping hukum-hukum belajar seperti yang telah
dikemukakan di atas, konsep penting dari teori belajar
koneksionisme Thorndike adalah yang dinamakan transfer of
training. Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang pernah
dipelajari oleh anak sekarang harus dapat digunakan untuk hal
lain dimasa yang akan datang.
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 7
b. Teori Belajar Classikal Conditioning
Seperti halnya Thorndike, Pavlov dan Watson yang menjadi tokoh
teori ini juga percaya bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang
sama dengan manusia. Belajar atau pembentukan perilaku perlu
dibantu dengan kondisi tertentu.
Pavlov melakukan percobaan dengan seekor anjing. Dalam
percobaannya, Pavlov ingin membentuk tingkah laku tertentu pada
anjing. Bentuk percobaan yang dilakukan adalah kira-kira sebagai
berikut:
Dalam keadaan lapar, sebelum diberikan makanan dibunyikan lonceng,
diperlihatkan makanan, dan air liur anjing keluar. Keadaan ini terus menerus
diulang; dibunyikan lonceng, perlihatkan makanan, air liur anjing keluar. Setelah
beberapa kali dilakukan, ternyata pada akhirnya setiap lonceng berbunyi air liur
anjing keluar, walaupun tanpa diberi makanan. Dalam keadaan ini, anjing belajar
bahwa kalau lonceng berbunyi pasti ada makanan sehingga menyebabkan air
liurnya keluar.
Dari eksperiman ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa untuk
membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-
ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu. Pengkondisian itu
adalah dengan melakukan semacan pancingan dengan sesuatu yang
dapat menumbuhkan tingkah laku itu.
c. Operant Conditioning
Teori Operant Conditioning yang dikembangkan oleh Skinner
merupakan pengambangan dari teori Stimulus Respon. Berbeda
dengan teori-teori yang telah dikembangkan tokoh-tokoh lain, Skinner
membedakan dua macam respon:
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 8
a) Respondent Response (refleksive response)
Responden response adalah respon yang ditimbulkan oleh
perangsang-peransang tertentu, misalnya perangsang stimulus
makanan menimbulkan keluarnya air liur. Respon ini relatif tetap.
Artinya, setiap ada stimulus semacam itu akan muncul respon
tertentu. Dengan demikian, perangsang-perangsang yang
demikian itu mendahului respon yang ditimbulkannya.
b) Operant Response (instrumental respone)
Operant response atau instrumental response adalah respon
yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-
perangsang tertentu. Perangsang yang demikian yang disebut
reinforcer. Karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat
respon yang telah dilakukan organisme. Jadi dengan demikian,
perangsang tersebut mengikuti dan memperkuat suatu tingkah
laku yang telah dilakukan. Misalnya, jika seseorang telah belajar
melakukan sesuatu lalu mendapat hadia sebagau reinforcer,
maka ia akan lebih giat dalam belajar.
Pada perilaku manusia respondent response bersifat sangat
terbatas, oleh karena itu sangat kecil untuk dapat dimodifikasi.
Sebaliknya, operant response atau instrumental response sdifatnya
tidak terbatas, oleh karena itu kemungkinan untuk dapat dimodifikasi
sangat besar. Dengan demikian, untuk mengubah tingkah laku kita
dapat menggunakan instrumental response.
Skinner berpendapat bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu
perlu diurutkan atau dipecah-pecah menjadi bagian-bagian atau
komponen tingkah laku yang spesifik. Selanjutnya, agar terbentuk pada
tingkah laku yang spesifik yang telah direspon, perlu diberikan hadiah
(reinforcer) agar tingkah laku itu terus menerus diulang, serta untuk
memotivasi agar berlanjut kepada komponen tingkah laku selanjutnya
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 9
sampai akhirnya pada pembentukan tingkah laku puncak yang
diharapkan.
Teori operant conditioning dari Skinner ini sangat besar
pengaruhnya. Terutama dalam bidang tekhnologi pengajaran.
Munculnya berbagai pendekatan baru dalam pengajaran seperti
pengajaran berprograma (programed instruction), pengajaran dengan
bantuan komputer (computer assisted instruction), mengajar dengan
menggunakan mesin (teaching machine), semuanya berangkat dari
Teori Skinner.
2. Teori-Teori Belajar Kognitif
a. Teori Gestalt
Seperti yang telah dikemukakan, teori Gestalt termasuk pada
kelompok aliran kognitif holistik. Teori Gestalt dikembangkan oleh
Koffka, Kohler, Wertheimer. Teori ini berbeda dengan teori-teori yang
telah dijelaskan terdahulu. Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses
mengambangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap
hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Berbeda
dengan teori behavioristik yang menganggap belajar atau tingkah laku
itu bersifat mekanistik, sehingga mengabaikan atau mengingkari
peranan insight. Teori Gestalt justru menganggap bahwa insight adalah
inti dari pembentukan tingkah laku. Untuk memahami bagaimana
sebenarnya insight itu terjadi, ikuti percobaan yang dilakukan Kohler.
Kohler menyimpan simpanse pada sebuah jeruji. Di dalam jeruji itu disediakan
sebuah tongkat, dan diluar jeruji disimpan sebuah pisang. Setelah dibiarkan
beberapa lama, ternyata simpanse berhasil meraih pisang yang ada di luar jeruji
dengan tongkat yang disediakan itu.
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 10
Dari percobaan tersebut, simpanse mampu mengembangkan
insight , artinya ia dapat menangkap hubungan antara jeruji, tongkat
dan pisang. Ia paham bahwa pisang adalah makanan, ia paham juga
bahwa tongkat dapat digunakan untuk meraih pisang yang ada di luar
jeruji. Inilah hakikat belajar. Belajar terjadi karena kemampuan
menangkap makna dan keterhubungan antara komponen yang ada di
lingkungannya.
Insight yang merupakan inti dari belajar menurut teori Gestalt
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Kemampuan insight seseorang tergantung kepada kemampuan
dasar orang tersebut, sedangkan kemampuan dasar itu
tergantung kepada usia dan posisi yang bersangkutan dalam
kelompoknya.
b) Insight dipengaruhi atau tergantung kepada pengalaman masa
lalunya yang relevan.
c) Insight tergantung kepada pengaturan dan penyediaan
lingkungannya. Simpanse tidak mungkin dapat meraih pisang
yang ada di luar jerujinya apabila tidak disediakan tongkat.
d) Pengertian merupakan inti dari insight. Melalui pengertian
individu akan dapat memecahkan persoalan. Pengertian itulah
yang bisa menjadi kendaraan dalam memecahkan persoalan lain
pada situasi yang berlainan.
e) Apabila insight telah diperoleh, maka akan dapat digunakan
untuk menghadapi persoalan dalam situasi lain. Disini terdapat
semacam transfer belajar, namun yang ditransfer bukanlah
materi yang dipelajari, tetapi relasi-relasi dan generalisasi yang
diperoleh melalui insight.
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 11
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang teori belajar
ini, dibawah ini disajikan beberapa prinsip penerapannya (Nasution,
1982)
a) Belajar itu berdasarkan keseluruhan
Berbeda dengan teori-teori belajar behavioristik yang
menganggap bagian-bagian lebih penting dari keseluruhan, teori
Gestalt menganggap bahwa justru keseluruhan itu lebih memiliki
makna dari bagian-bagian. Bagian-bagian hanya berarti apabila
ada dalam keseluruhan. Sebuah kata akan bermakna manakala
ada dalam sebuah kalimat. Demikian juga kalimat akan memiliki
makna apabila ada dalam suatu rangkaian karangan.
Makna dari prinsip ini adalah bahwa pembalajaran itu bukanlah
berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi mesti berangkat dari suatu
masalah. Melalui masalah itu siswa dapat mempelajari fakta.
b) Anak yang belajar merupakan keseluruhan
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa membelajarkan anak
itu bukanlah hanya mengembangkan intelektual saja, akan tetapi
mengembangkan pribadi anak seutuhnya. Apa artinya
kemampuan intelektual manakala tidak diikuti sikap yang baik
atau tidak diikuti oleh pengembangan seluruh potansi yang ada
dalam diri anak. Oleh karenanya mengajar itu bukanlah
memupuk memori anak dengan fakta-fakta yang lepas-lepas,
tetapi mengambangkan keseluruhan potensi yang ada dalam diri
anak.
c) Belajar berkat insight
Telah dijelaskan bahwa insight adalah pemahaman terhadap
hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan.
Dengan demikian, belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan
kepada suatu persoalan yang harus dipecahkan. Belajar
bukanlah menghafal fakta. Melalui persoalan yang dihadapi itu
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 12
anak akan mendapat insight yang sangat berguna untuk
menghadapi setiap manusia.
d) Belajar berdasarkan pengalaman.
Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan
makna kehidupan perilaku setiap individu. Belajar adalah
melakukan reorganisasi pengalaman-pengalaman masa lalu
yang terus-menerus disempurnakan. Apabila seorang anak kena
api, maka kejadian itu akan memberikan pengalaman setelah ia
mengolah, menghubungkan dan menaafsirkannya bahwa api
merupakan sesuatu yang dapat enimbulkan rasa sakit, sehingga
ia bisa menyimpulkan dan menentukan sikap bahwa api harus
dihindari. Akan tetapi, kemudian anak akan mereorganisasi
pengalamannya bahwa api itu ternyata besar juga manfaatnya
dan tidak selalu berbahaya. Dengan demikian, proses
membelajarkan adalah proses memberikan pengalaman-
pengalaman yang bermakna untuk kehidupan anak.
b. Teori Medan
Teori Medan dikembangkan oleh Kurt Lewin. Sama seperti teori
Gestalt, teori Medan menganggap bahwa belajar adalah proses
pemecahan masalah. Beberapa hal yang berkaitan proses pemecahan
masalah menurut Lewin dalam belajar adalah:
a) Belajar adalah perubahan struktur kognitif. Setiap orang akan
dapat memecahkan masalah jika ia bisa mengubah struktur
kognitif. Permasalahan yang sering dijadikan contoh adalah
sebagai berikut:
O O O
O O O
O O O
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 13
Ada sembilan buah titik.Hubungkan
kesembilan buah titik tersebut
dengan empat buah tarikan garis
tanpa mengangkat tangan !
Orang melihat sembilan buah titik sebagai sebah bujursangkar
akan sulit memecahkan persoalan tersebut. Oleh karena itulah
agar sembilan buah titik dapat dilewati dengan empat buah
tarikan garis, kita harus mengubah struktur kognitif kita, bahwa
kesembilan buah titik itu bukan sebuah bujur sangkar.
b) Pentingnya motivasi. Motivasi adalah faktor yang dapat
mendorong setiap individu untuk berperilaku. Motivasi muncul
karena adanya daya tarik tertentu. Misalnya, nilai merupakan
sesuatu yang dapat menjadi daya tarik seseorang (motivator).
Akan tetapi, untuk mendapatkan nilai yang baik itu misalnya
belajar dengan giat, melaksanakan setiap tugas, merupakan hal
yang tidak menarik. Oleh sebab itu, sering untuk mengejar daya
tarik itu seseorang melakukan hal-hal yang tidak seharusnya
dilakukan, misalnya mencontek, menjiplak tugas, dan lain
sebagainya. Untuk menghindari hal tersebut diperlukan
pengawasan yang memadai. Itulah sebabnya selain diperlukan
faktor pendorong melalui hadiah, juga diperlukan hukuman
terutama apabila terjadi gejala-gejala perilaku yang tidak sesuai.
c. Teori Konstrutif
Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan
abad ke 20. Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu
sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak
sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna;
sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses
pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna.
Pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu
dilupakan.
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 14
Mengkonstruksi pengetahuan menurut Piaget dilakukan melalui
proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada.
Skema adalah struktir kognitif yang terbentuk melalui proses
pengalaman. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang
telah terbentuk, dan akomodasi adalah proses perubahan skema.
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 15
BAB III
PENUTUP
Teori-teori belajar yang termasuk ke dalam kelompok behavioristik
diantaranya:
1. Koneksionisme, dengan tokohnya Thorndike.
2. Classikal conditioning, dengan tokohnya Pavlop
3. Operation conditionong, yang dikembangkan oleh Skinner.
4. Contigous conditioning, yang dikembangkan oleh Guthrie.
Sedangkan, teori-teori yang termasuk ke dalam kelompok kognitif
holistik di antaranya:
1. Teori Gestalt, dengan tokohnya Kofka, Kohler, dan Wertheimer
2. Teori Medan (Field Theory), dengan tokohnya Lewin
3. Teori Organismik yang dikembangkan oleh Wheeler
4. Teori Humanistik, dengan tokohnya Maslow dan Rogers
5. Teori Konstruktivistik, dengan tokohnya Jean Pieget.
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 16
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Wilis (1989). Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Sanjaya, Wina (2006) Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media
Group. Jakarta.
Sagala, Syaiful (2008) Konsep dan Makna Pembelajaran. Alpabeta.
Jakarta
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 17
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,karena
atas berkahNyalah semata sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Pendidikan IPA di Sekolah Dasar tentang Teori-Teori Belajar ini walau
sebenarnya sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami selalu mengharap bantuan dari semua pihak
untuk dapat membantu dalam hal kemajuan tugas-tugas saya selanjutnya, dan
saya selalu mengharapkan kritikan-kritikan yang sifatnya membangun. Kami
mengucapkan terima kasih banyak kepada para Dosen Yaitu: Prof. DR. M. J.
Rampengan, M.Pd. dan Dra. Z. Sumanpouw, M. Pd. yang telah
memprogramkan kegiatan ini,sehingga kami dapat belajar bagaimana menyusun
suatu makalah yang sifatnya sederhana untuk menambah wawasan dan
cakrawala berfikir kami untuk kami bawa pulang ke sekolah kami setelah
pendidikan kami di Universitas Negeri Manado ini selesai.
Kamipun mengucapkan terima kasih banyak kepada rekan-rekan
pendidik dan semua pihak yang terkait yang telah banyak membantu sehingga
makalah ini dapat selesai .
P e n u l i s,
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 18
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
BAB II TEORI-TEORI BELAJAR....................................................................3
1. Teori Belajar Behavioristik.............................................................5
a. Teori Belajar Koneksionisme..................................................5
b. Teori Belajar Classikal Conditioning.......................................8
c. Teori Belajar Operant Conditioning........................................8
2. Teori Belajar Kognitif...................................................................10
a. Teori Gestalt.........................................................................10
b. Teori Medan..........................................................................13
c. Teori Konstrutif.....................................................................14
BAB III PENUTUP.........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 19
Mata Kuliah :
PENDIDIKAN IPA SD
Pokok Bahasan :
Teori-teori belajar
Dosen :
- Prof. DR. M. J. Rampengan, M.Pd.
- Dra. Z. Sumanpouw, M. Pd
Disusun oleh:
Makmur, S.Pd
MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN SERTIFIKASI GURU
DALAM JABATAN MELALUI JALUR PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2008
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 20
TUGAS MANDIRI PENDIDIKAN IPA SD“TEORI-TEORI BELAJAR” MAKMUR, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MANADO Page 21