+ All Categories
Transcript

KEBUTUHAN DAN POLA HUBUNGAN ANTAR MANUSIASEBAGAI INSAN PENDIDIKAN

(Homo Educandum)

M A K A L A H

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

" Filsafat Pendidikan "

Dosen Pengampu :

Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Oleh :KELOMPOK 1

1. SAMSURI NIM. 20134719552. MAKLUP KHOIRI NIM. 20134718923. NITA YUNIATI NIM. 2013471943

PAI A – SMT 4

PROGRAM S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAMSEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

(STAI) MUHAMMADIYAHTULUNGAGUNG

Maret 2015

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar

Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya

yang telah memperjuangkan Agama Islam.

Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam

menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap

usaha kami, mengingat hal itu dengan segala hormat kami

sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada :

1. Bapak Nurul Amin, M.Ag sebagai Ketua STAI

Muhammadiyah.

2. Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I sebagai dosen

pembimbing.

3. Rekan – rakan mahasiswa STAI Muhammadiyah.

4. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut

berpartisipasi dalam menyelesaikan makalahnya.

Kami menyadari, bahwa penulisan ini masih jauh

dari kesempurnaan untuk itu kami tetap mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun demi

sempurnanya makalah ini. Dan semoga apa yang kami

usahakan ini dapat bermanfaat bagi semua, Amin

(PENYUSUN)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………….…..… i

Kata Pengantar …………………………………………………..…. ii

Daftar Isi …………………………………………………..…. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………... 1

B. Rumusan Masalah …………………………………….. 2

C. Tujuan Masalah ……………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

KEBUTUHAN DAN POLA HUBUNGAN ANTAR MANUSIA

SEBAGAI INSAN PENDIDIKAN (HOMO EDUCANDUM)

A. Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk

Sosial …….. 3

B. Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah

dan Sosial . 3

C. Hubungan Antar Manusia sebagai Insan

Pendidikan …… 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………… 12

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia disebut juga insan. Dalam Bahasa arab,

berasaldari kata nasiya yang berarti lupa dan jika di

lihatdari kata dasardari al-uns yang berarti jinak.

Kata insane dipakai untuk menyebut manusia,

karena manusia memiliki sifat lupa dan jina kartinya

manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan

yang baru di sekitarnya. Hal yang paling membedakan man

usia dengan makhluklainnya adalah akal. Seperti yang

kita ketahui bahwa kita sebagai

manusia memiliki akal pikiran, sedangkan hewan dan tumb

uhan tidak memiliki akal. Siapapun  dan  apapun

kedudukannya,  manusia  harus memahami  hakekat 

diri dan kehidupannya. Keberadaan manusia pada

hakekatnya terwujud sebagai makhluk alamiah dan makhluk

social1.

Manusia adalah subyek pendidikan, yang sekaligus

pula sebagai objek  pendidikan. Salah satu peranannya 

sebagai  subyek  pendidikan  manusia (khusus nyaman

usia dewasa) bertanggungjawab dalam menyelenggarakan

pendidikan. Secara  moral,  manusia  berkewajiban  atas

perkembangan pribadi

generasi penerusnya. Dalam sisi pendidikan, manusia dew1Jamali, dkk, MembedahNalarPendidikan Islam, PustakaRihlah,

2005, hal 122-123

asa  berfungsi sebagai 

pendidik yang bertanggung jawab untuk melaksanankan mis

i pendidikansesuai dengantujuan dan nilai – nilai yang

dikehendaki manusia dimana  pendidikan

itu berlangsung. Selain itu sebagai

objek pendidikan,manusia (khususnya anak) merupakan

“sasaran”, pembinaan yang dilakukan untuk melaksanakan

suatu proses pendidikan yang pada hakikatnya memiliki

kepribadian

yang sama seperti manusia dewasa. Namun hal yang

membedakannya ialah karena kodratnya belum berkembang2.

Proses pendidikan merupakan suatu interakasi

antara manusia dengan manusia, dengan lingkungan

alamiahnya, dan sosialnya. Itu semua sangat ditentukan 

oleh  aspek  manusianya.  Kedudukan  manusia  sebagai 

subjek  pendidikan  didalam  masyarakat  dan  di alam

semesta  ini  berperan  bahwa manusia dapat disebut

sebagai makhluk alamiah dan makhluk social yang

memiliki tanggung  jawab  yang  besar  dalam  mengemban

amanat  untuk  membina dan mengembangkan manusia

sesamanya serta memelihara alam

lingkungan hidupnya secara bersama – sama.  Lebih 

jauh  lagi,  manusia bertanggung jawab atas martabat

kemanusiaannya.

2AbuddinNata, FilsafatPendidikan Islam, Jakarta: Logos WacanaIlmu,1997, Cet.III, hal. 27.

Pendidikan dalam arti luas dan mendasar adalah

suatu usaha membantu manusia untuk mengembangkan

dirinya dan memanusiakan manusia

sesuaidengan filsafat yang ada pada  dirinya.

Pendidikan  berusaha membantu manusia untuk 

menyingkapkan  dan  menemui  rahasia  yang  ada 

di alam, mengembangkan fitrah  manusia  untuk 

mengembangkan  potensinya,

mengarahkan kecenderungan emosinya dan membimbing manus

ia demi kebaikan dirinya dan masyarakat.

Oleh karena itu, pembicaraan tentang manusia,

siapa manusia, dari mana asal manusia, untuk apa

manusia hidup dan bagaimana fungsi manusia dalam hidup

ini, serta mau kemana manusia, merupakan suatu

pembahasan yang sangat mendasar di dalam filsafat

pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian makhluk alamiah dan makhluk

sosial ?

2. Bagaimana keberadaan dan hakekat manusia seba

gai makhluk alamiah dan sosial?

3. Bagaimana hubungan antar manusia sebagai

insane pendidikan?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian makhluk alamiah

dan makhluk social.

2. Untuk mengetahui keberadaan dan hakekat

manusia sebagai makhluk alamiah dan social.

3. Untuk menegtahui hubungan antar manusia

sebagai insane pendidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial.

Manusia diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu

karena manusia tidak  bisa lepas dari alam. Manusia

membutuhkan alam untuk hidup. Sebagai

contoh,kita memerlukan oksigen yang berasal dari alam u

ntuk bernafas. Kita  juga menggunakan ikan,

sayur mayur,  dan  air  yang  berasal  dari alam 

untuk  melangsungkan  kehidupan.

Manusia memiliki insting untuk menentukan apa yang akan

dia lakukan. Sebagai contoh jika manusia merasakan

lapar, otomatismanusia itu akan mencari makanan untuk

mengatasi rasa laparnya3.

Manusia juga disebut sebagai makhluk sosial.

Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta

kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi

3http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/hubungan- filsafat-dan-pendidikan.html, diakses padaJumat, 27 Maret 2015.

dengan manusia  yang  lain.  Dalam  hidup bersama 

dengan  sesamanya (bermasyarakat),  setiap  individu

menempati  kedudukan  (status)  tertentu, mempunyai

dunia  dan 

tujuan hidupnya masing – masing, namun demikian

sekaligus ia pun mempunyai dunia bersama dan tujuan

hidup bersama dengan sesamanya. Melalui  hidup dengan 

sesamanyalah  manusia  akan dapat

mengukuhkan eksistensinya.  Sehubungan  dengan  ini 

Aristoteles  menyebut manusia  sebagai  makhluk social

atau  makhluk  bermasyarakat (Ernst Cassirer,1987)4.

B. Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial.

Manusia sebagai makhluk  alamiah  yang  mempunyai 

sifat dan  ciri-ciri sebagaimana  makhluk  alamiah

lainnya,  yang  terikat  dengan  hukum-hukum alamiah.

Dalam diri manusia terdapat unsur-unsur alam, ada unsur

benda mati, ada  unsur-unsur  tumbuh-tumbuhan  (manusia

mempunyai  sifat  tumbuh dan 

berkembang), ada unsur hewani, dengan  kemampuan 

gerak, mempunyai  nafsu, insting  dan

sebagainya. Tetapi manusia lebih daripada itu. Manusia

secara  fisik  mempunyai bentuk lebih baik, lebih

4Juraid Abdul latief, Manusia,Filsafat dan Sejarah (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2006), hal. 14

indah, lebih sempurna, jadi secara alamimanusia menjadi

makhluk paling tinggi5.

Dengan kata lain pula, manusia juga tidak dapat

lepas dari alam yang adadisekitarnya sebagai salah satu

unsur biotik yang ada di dalam ruang lingkupalam

sekitar. Manusia dan alam memiliki hubungan yang sangat

berkaitan erat dalam  proses

pertumbuhan dan perkembangan sesuai jaman dan pengaruh

teknologi yang dimiliki manusia. Meskipun terkadang

dalam proses pendidikanmanusia dan alam seringkali

bertolak belakang dan saling merugikan

satu samalainnya. Pendidikan yang didasari oleh tingkah

laku manusia di alam juga tidak dapat lepas baik dari

unsur maupun sifat alamiah manusia itu sendiri.

Manusia dan  alam  sangat  terhubung  erat, 

bagaimana  tidak,  tiap  seper  sekian detik kita

membutuhkan alam secara tidak langsung. Manusia alamiah

lebih cenderung memanfaatkan apa yang ada di alam

sekitarnya. Karena merekalebih berpikiran bahwa apa

yang dibutuhkannya sudah ada dan sudah disediakandi

alam semesta ini. Hal tersebut mengakibatkan secara

tidak langsung tanpa belajar  dari  siapapun  manusia 

sudah  dapat  belajar  dan  mempelajari kehidupannya.

Ini disebabkan karena manusia yang

5Ibid.hal 16

mempunyai sisi alamiah yang telah lahir dari akal dan

pikirannya sendiri.

Pada  hakekatnya  sebagai  makhluk  alamiah  yang 

berbeda  Antara  satudengan yang lainnya terkadang

manusia memiliki banyak persamaan, namunsecara

psikologi mereka menunjukan perbedaanya sendiri –

sendiri. Kesadaranmanusia akan dirinya sendiri

merupakan perwujudan dari sifat alamiah

manusia.Kesadaran ini memberi bukti bahwa manusia sadar

terhadap eksistensi dirinya.Eksistensi diri manusia

mencakup pengertian yang luas termasuk

kepercayaandirinya, harga dirinya, keegoisannya,

martabat kepribadiannya, persamaan dan  perbedaan 

yang  mencirikan  dengan  pribadi  lainnya,  dan  yang

sangat mendasar adalah kesadaran akan potensi – potensi

yang menjadi kemampuan dari dirinya sendiri6.

Manusia  secara  alamiah  ingin  memenuhi 

kebutuhan  dan  kehendaknya masing – masing,

ingin mewujudkan perkembangan jamannya  menurut 

pendidikan dan  kemampuan  yang  dimilikinya.  Dalam

arti  ia  memiliki kemampuan untuk mengembangkan

potensi – potensi dan membuka kesempatan dalam bidang

pendidikan. Tidak ada manusia yang betul – betul ingin

menjadi

orang lain, sehingga ia selalu sadar akan kodrat alamia6http://ahmadhujaipahoke.blogspot.com/manusia-sebagai-

makhluk-alamiah, diakses pada Jumat, 27 Maret 2015.

hnya. Maka setiap individu  akan berusaha  semaksimal 

mungkin  untuk  menemukan  jati  dirinya sehingga

membedakan dirinya dengan yang lainnya7.

Manusia dalam perkembangannnya selalu berusaha

menemukan yang barudan mengembangkan potensi serta arah

tujuannya. Arah perkembangan

manusiaadalah pribadi yang utuh dimana manusia berperan 

penting terhadap setiaplapisan kesadarannya yang

berkembang secara sempurna. Itulah potensi yang

dimiliki  manusia  dalam  dirinya. Itulah  kodrat 

seorang manusia dalam sifat alamiahnya walaupun

barangkali ia belum mencapainya.

Manusia secara alamiah itu merupakan suatu keselur

uhan yang tidak dapat di bagi – bagi. Hal ini merupakan

arti pertama dari ucapan “manusia adalah makhluk

alamiah” atau yang biasa disebut (in-dividere).

Aristoteles seakan–akan berpendapat  bahwa  manusia

itu  merupakan  penjumlahan dari beberapa kemampuan

tertentu yang masing – masingnya bekerja tersendiri,

seperti halnyaada yang disebut kemampuan –kemampuan 

vegetatif,  seperti  makan,

berkembang biak, dan ada sebagian orang yang menyebutny

a kemampuan sensitif seperti bergerak mengamati,

7Uyoh Sadulloh, Filsafat Pendidikan,Bumi Siliwangi:Cipta Utama, 2007, hal.27

bernafsu dan berperasaan. Adapula yangdisebut kemampuan

intelektif yaitu berkemauan dan berkecerdasan8.

Descartes  pun  menyatakan  bahwa  manusia

terdiri  atas  zat  rohaniah

ditambah zat material yang masing – masingnya mempunyai 

peraturan –peraturan tersendiri  yang  bertentangan. 

Kaum  asosiasionis  berpendapat  bahwa  jiwa  manusia

terdiri  atas  unsur – unsur  pengalaman  sederhana

yang  lalu  saling disambungkan  secara mekanis.

Willhelm Wundt mengamati sesuatu bahwa

kita bukanlah hanya melihat sesuatu dengan indera mata 

kita, tetapi juga denganseluruh minat dan perhatian

yang kita curahkan kepada objek yang kita amatitersebut

dan minat perhatian ini sangat dipengaruhi oleh niat

dan kebutuhan kitasebagai manusia alamiah pada waktu

itu.

Manusia merupakan makhluk alamiah yang  tidak

hanya  memiliki  arti 

bahwa makhluk keseluruhan jiwa raga tetapi juga dalam a

rti bahwa setiap

manusia itu merupakan pribadi yang khas menurut  corak

kepribadiaannya termasuk kecakapan hidupnya sendiri.

Disamping itu, manusia juga tidak lepas

dari kehidupan di lingkungannya yang mana  manusia 

membutuhkan  manusia lainnya. Sehingga manusia sangat

8Ibid.

berperan penting dalam proses kehidupannya

untuk saling bersosialisasi dengan sesamanya. Manusia

mempunyai peranan dalam  kelompoknya  yang  memiliki

hubungan  timbal  balik  dengan 

anggotalainnya. Kelompok  itu  tidak  hanya  memiliki 

kesempatan  untuk memperoleh sesuatu bagi dirinya

sendiri, tetapi ia juga mambutuhkan sumbangan dari

oranglain. Inilah hakekat manusia sebagai makhluk

sosial.

Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya

adalah kesadaran manusiatentang status dan posisi

dirinya adalah kehidupan bersama, serta

bagaimanatanggung jawab dan kewajibannya didalam

kebersamaan. Kebersamaan manusia yang belajar 

mengembangkan  kecakapannya  dapat dikatakan  memiliki

tujuan untuk dapat memberikan sumbangannya terhadap

kelompok sosialnya. Manusia  belajar  menyesuaikan 

dirinya  dengan  norma – norma  yang  sudah terbentuk 

didalam kelompoknya, atau ikut serta dalam pembentukan

norma – norma yang baru. Sehingga, manusia mulai

belajar mengebelakangkan keinginan – keinginan

individual demi kebutauhan kelompoknya9.

Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai

makhluk sosial adalah

adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubunganny9Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana

Ilmu, 1997, Cet.III, hal. 29.

a dengan makhluk sosiallainnya. Manusia adalah makhluk

yang  selalu  berinteraksi  dengan sesamanya. Manusia

tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan

dirinyasendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia

menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk

mengkomunikasikan  pemikiran  dan  perasaannya. Manusia

sebagai makhluk sosial dapat Nampak pada kenyataan

bahwa tidak pernah  ada  manusia  yang  mampu

menjalani  kehidupan  ini  tanpa  bantuan oranglain.

Manusia sebagai makluk sosial artinya manusia

sebagai warga masyarakat.Dalam kehidupan sehari-hari

manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi

kebutuhan sendiri.  Meskipun  dia  mempunyai  kedudukan

dan

kekayaan, diaselalu membutuhkan manusia lain. Setiap ma

nusia cenderung untuk berkomunikasi, beinteraksi,  dan

bersosialisai  dengan  manusia  lainnya.  Dapat

dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai

makhluk sosial.

Hakekat manusia sebagai makhluk sosial akan

membentuk kaidah perilaku serta bekerja sama dalam

sekelompok orang yang lebih besar. Kemajuan manusia

nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk

kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama

sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam

masyarakat yang saling membutuhkan.

Kesadaran  manusia  sebagai  makhluk  sosial, 

justru  memberikan  rasa tanggungjawab untuk mengayomi

individu yang jauh lebih “lemah” daripada wujud sosial

yang “besar” dan “kuat”. Kehidupan sosial,

kebersamaan, baik itu nonformal (masyarakat) maupun

dalam bentuk formal (institusi, negara) wajib mengayomi

individu.Didalam kehidupannya, manusia tidak hidup

dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk

bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan

salahsatu kodrat manusia yaitu selalu ingin berhubungan

dengan manusia lain. Hal ini

menunjukkan kondisi yang interpendensi. 

Di dalam kehidupan manusia

selanjutnya, ia selalu hidup sebagai  warga

suatu kesatuan hidup, warga masyarakat  dan  warga

negara. Hidup  dalam hubungan

interaksi socialmengandung konsekuensi baik dalam arti 

positif  maupun negatif.  Keadaan positif dan negatif

ini adalah perwujudan dari nila-nilai sekaligus watak

manusia,  bahkan  pertentangan  yang  diakibatkan 

oleh  interaksi  antar individu. Tiap-tiap pribadi

harus  rela  mengorbankan hak-hak  pribadi

demi kepentingan bersama. Dalam hal ini dikembangkanlah

perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikapdan suasana

kekeluargaan serta kegotongroyongan.

Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja,

manusia juga

mempunyai perasaan emosional yang ingin diungkapkan

kepada  orang  lain  dan mendapat tanggapan emosional

dari orang lain pula. Manusia memerlukan kasih sayang,

harga  diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional

lainnya. Tanggapan emosional  tersebut  hanya  dapat

diperoleh  apabila  manusia  berhubungan  dan

berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan

kehidupan bermasyarakat.

Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia

memiliki sifat yang khas dan dapat menjadikannya lebih

baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang

khas yang dimiliki manusia. Imanuel Kant mengatakan,

“manusia hanya dapat menjadi manusia karena

pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia

tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya.

Hal ini telah dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap

anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa

pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukkan

pribadiseseorang.

Dengan demikian manusia sebagai makhluk  social

berarti  bahwa disamping  manusia  hidup  bersama 

demi  memenuhi  kebutuhan  jasmaniah, manusia juga

hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani. Manusia

dalam hidup bermasyarakat,  akan  saling  berhubungan 

dan  saling  membutuhkan  satu

sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suat

u proses interaksisocial.Mariyati  dan  Suryawati 

(2003),  menyatakan bahwa  “interaksi social adalah

kontak  atau 

hubungan timbal balik atau respon antar individu, antar 

kelompok atau antar individu

dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyat

Moko dan Handayani (2004), “interaksi social adalah

hubungan antar  manusia  yang menghasilkan  suatu 

proses  pengaruh  mempengaruhi  yang menghasilkan

hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan

pembentukan struktur social”. “interaksi positif hanya

mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling 

mempercayai, menghargai,  dan  saling  mendukung

” (Siagian, 2004). Interaksi  social  adalah

suatu hubungan antar sesame manusia  yang saling

mempengaruhi satu sama lain, baik itu dalam hubungan

antar individu, antar kelompok, maupun antar individu

dan kelompok. Interaksi social terjadi jikaadanya

kontak sosial dan komunikasi.

C. Hubungan Antar Manusia Sebagai Insan Pendidikan

Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan

perenungan secara mendalam sampai ke akar-akarnya

mengenal pendidikan. Dengan kemampuan pengetahuan yang

benar, manusia berusaha menjaga dan mengembangkan

kelangsungan hidupnya. Manusia berusaha mengamalkan

ilmu pengetahuannya dalam perilaku sehari-hari. Dalam

peilaku sehari-hari, pengetahuan berubah menjadi moral

dan kemudian menjadi etika kehidupan, sedemikian rupa

sehingga hakikat perilaku berupa kecenderungan untuk

mempertanggung jawabkan kelangsungan dan perkembangan

hidup dan kehidupan ini sepenuhnya10.

Sedangkan tanggung jawab yang demikian itu

berbentuk nilai keadilan. Adil terhadap diri sendiri,

terhadap sesama manusia dan lebih-lebih terhadap alam

dimana hidup dan kehidupan ini berlangsung. Karena

tanpa diri dan atau kepribadiannya, seorang manusia

tidak mungkin bisa memerankan arti dan fungsinya

sebagai manusia, Tanpa sesama manusia lainnya, seorang

manusia tidak mungkin mampu berada dan melangsungkan

keberadaannya dan lebih-lebih tanpa potensi alam,

manusia siapa pun tidak mungkin berada.

Sejak lahir, seorang manusia sudah langsung

terlibat di dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran.

Dia dirawat, dijaga, dilatih, dan dididik oleh orang

tua, keluarga dan masyarakatnya menuju tingkat

kedewasaan dan kematangan, sampai kemudian terbentuk

potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan

hidupnya. Kegiatan pendidikan dan pembelajaran itu

10Omar Muhammad Al-taumy Al-Syaibani, Filsafat Al-Tarbiyah Al-Islamiyah, terjemahan Hasan Langgulung, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan bintang, Cet. I,1979) hal.25

diselenggarakan mulai dengan cara-cara konvensional

(alami) menurut pengalaman hidup, sampai pada cara-cara

formal yang metodik dan sistematik institusional

(pendidikan sekolah), menurut kemampuan konseptik-

rasional11.

Setelah taraf kedewasaan dicapai, manusia tetap

melanjutkan kegiatan pendidikan dalam rangka pematangan

diri. Kematangan diri adalah kemampuan menolong dri

sendiri, orang lain dan terutama menolong kelestarian

alam agar tetap berlangsung dalam ekosistemnya. Dengan

kata lain, pematangan diri adalah bentuk kegiatan

pendidikan lanjutan, yakni upaya manusia untuk menjadi

semakin arif dengan sikap dan perilaku adil terhadap

apa pun dan siapa pun yang menjadi bagian bagian

integral dari eksistensi kehidupan ini.

Pada pokoknya persolan pendidikan adalah persoalan

yang lingkupannya seluas persoalan kehidupan manusia

itu sendiri. Masalah pendidikan secara kodrati melekat

pada dan dalam diri manusia. Secara langsung atau

tidak, setiap kegiatan hidup manusia selalu mengandung

arti dan fungsi pendidikan. Dengan pendidikan, manusia

melakukan kegiatan makan, minum, bekerja, beristirahat,

bermasyarakat, beragama dan sebagainya.

Dengan demikian, antara manusia dan pendidikan

terjalin hubungan kasualitas. Karena manusia,11Dra. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi

Aksara, 1995) hal 27.

pendidikan mutlak ada, dan karena pendidikan, manusia

semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang

manusiawi.

Manusia adalah makhluk yang sangat memerlukan

pendidikan atau bisa disebut juga dengan “homo

educandum”.  Manusia dipanggil sebagai homo educandum

karena manusia tidak dapat dipisahkan dari pendidikan,

manusia memerlukan pendidikan dan harus dididik

terhadap setiap individu12.

Pengertian “homo educandum” menyiratkan adanya

tiga subpredikat lainnya, yaitu homo educandee also

(makhluk terdidik), homo educabile (makhluk yang dapat

dididik), dan homo educandum (mahluk pendidikan). Oleh

sebab itu, pendidikan bagi manusia sangat penting,

karena pendidikan tersebut merupakan salah satu usaha

dalam rangka memanusiakan manusia dan memanusiawikan

manusia13.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.

20 tahun 2003, pendidikan diharapkan dapat berfungsi

dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bretakwa kepada Tuhan Yang

12http://the-arinugraha-centre.blogspot.com/2011/10/manusia- sebagai-homo-educandum.html, diakses pada Jumat, 27 Maret 2015.

13Ibid.

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cukup,

kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Sasaran pendidikan ini berfungsi sebagai alat atau

sarana serta jalan untuk membuat perubahan menuju

perkembangan hidup. Pada titik ini manusia mewujudkan

dirinya sebagai makhluk berpendidikan.

Tersirat dalam kodratnya, manusia sebagai makhluk

pendidikan, atas dasar potensi kodrat cipta, rasa,

karsa dan karyanya, manusia berkemampuan untuk dididik,

mendidik diri dan makhluk yang dapat dididik.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial:

Manusia diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu

karena manusia tidak   bisa  lepas  dari alam.Manusia

juga disebut sebagai makhluk social Artinya manusia

memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan

untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia 

yang  lain.

2. Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial: Dimana 

manusia  tidak hanya memiliki peran sebagai manusia 

alamiah  yang  bergantung pada kehidupan

pribadinya sendiri atau yang sering kita disebut

sebagai makhluk social. Manusia sebagai makhluk

social harus mampu berinteraksi secara

hakekat dan keberadaannya, termasuk dalam bidang

pendidikan pula manusia memiliki peranan yang

berpedoman pada filsafat yang sangat begitu  penting

dan erat kaitannya. Jadi, manusia pada hakekatnya

berperan sebagai makhluk alamiah dan social yang

memiliki kaitan yang erat dengan filsafat pendidikan

sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupannya.

3. Hubungan Antar Manusia Sebagai Insan Pendidikan : antara

manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas.

Karena manusia, pendidikan mutlak ada dan karena

pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri

sebagai manusia yang manusiawi.

DAFTAR PUSTAKA

Jamali, dkk. 2005. Membedah Nalar Pendidikan Islam, Pustaka

Rihlah.

Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:

Logos Wacana Ilmu.

Wikepedia, (Online) dalam

http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/

hubungan- filsafat-dan-pendidikan.html, diakses

padaJumat, 27 Maret 2015.

Abdul latief,Juraid. 2006.Manusia,Filsafat dan Sejarah,

Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Wikepedia, (Online) dalam

http://ahmadhujaipahoke.blogspot.com/ manusia -

sebagai-makhluk-alamiah, diakses pada Jumat, 27

Maret 2015.

Sadulloh,Uyoh. 2007. Filsafat Pendidikan,Bumi Siliwangi:

Cipta Utama.

Nata , Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:

Logos Wacana Ilmu.

Langgulung Hasan. 1979. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:

Bulan bintang.

Zuhairini, dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:

Bumi Aksara,).

Wikepedia, (Online) dalam http://the-arinugraha-centre.blogspot.com/2011/10/ manusia-sebagai-homo-educandum.html, diakses pada Jumat, 27 Maret 2015.


Top Related