Date post: | 08-Apr-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | staim-tulungagung |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
KEBUTUHAN DAN POLA HUBUNGAN ANTAR MANUSIASEBAGAI INSAN PENDIDIKAN
(Homo Educandum)
M A K A L A H
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
" Filsafat Pendidikan "
Dosen Pengampu :
Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Oleh :KELOMPOK 1
1. SAMSURI NIM. 20134719552. MAKLUP KHOIRI NIM. 20134718923. NITA YUNIATI NIM. 2013471943
PAI A – SMT 4
PROGRAM S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAMSEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI) MUHAMMADIYAHTULUNGAGUNG
Maret 2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya
yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam
menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap
usaha kami, mengingat hal itu dengan segala hormat kami
sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada :
1. Bapak Nurul Amin, M.Ag sebagai Ketua STAI
Muhammadiyah.
2. Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I sebagai dosen
pembimbing.
3. Rekan – rakan mahasiswa STAI Muhammadiyah.
4. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut
berpartisipasi dalam menyelesaikan makalahnya.
Kami menyadari, bahwa penulisan ini masih jauh
dari kesempurnaan untuk itu kami tetap mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnanya makalah ini. Dan semoga apa yang kami
usahakan ini dapat bermanfaat bagi semua, Amin
(PENYUSUN)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………….…..… i
Kata Pengantar …………………………………………………..…. ii
Daftar Isi …………………………………………………..…. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………... 1
B. Rumusan Masalah …………………………………….. 2
C. Tujuan Masalah ……………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
KEBUTUHAN DAN POLA HUBUNGAN ANTAR MANUSIA
SEBAGAI INSAN PENDIDIKAN (HOMO EDUCANDUM)
A. Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk
Sosial …….. 3
B. Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah
dan Sosial . 3
C. Hubungan Antar Manusia sebagai Insan
Pendidikan …… 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia disebut juga insan. Dalam Bahasa arab,
berasaldari kata nasiya yang berarti lupa dan jika di
lihatdari kata dasardari al-uns yang berarti jinak.
Kata insane dipakai untuk menyebut manusia,
karena manusia memiliki sifat lupa dan jina kartinya
manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan
yang baru di sekitarnya. Hal yang paling membedakan man
usia dengan makhluklainnya adalah akal. Seperti yang
kita ketahui bahwa kita sebagai
manusia memiliki akal pikiran, sedangkan hewan dan tumb
uhan tidak memiliki akal. Siapapun dan apapun
kedudukannya, manusia harus memahami hakekat
diri dan kehidupannya. Keberadaan manusia pada
hakekatnya terwujud sebagai makhluk alamiah dan makhluk
social1.
Manusia adalah subyek pendidikan, yang sekaligus
pula sebagai objek pendidikan. Salah satu peranannya
sebagai subyek pendidikan manusia (khusus nyaman
usia dewasa) bertanggungjawab dalam menyelenggarakan
pendidikan. Secara moral, manusia berkewajiban atas
perkembangan pribadi
generasi penerusnya. Dalam sisi pendidikan, manusia dew1Jamali, dkk, MembedahNalarPendidikan Islam, PustakaRihlah,
2005, hal 122-123
asa berfungsi sebagai
pendidik yang bertanggung jawab untuk melaksanankan mis
i pendidikansesuai dengantujuan dan nilai – nilai yang
dikehendaki manusia dimana pendidikan
itu berlangsung. Selain itu sebagai
objek pendidikan,manusia (khususnya anak) merupakan
“sasaran”, pembinaan yang dilakukan untuk melaksanakan
suatu proses pendidikan yang pada hakikatnya memiliki
kepribadian
yang sama seperti manusia dewasa. Namun hal yang
membedakannya ialah karena kodratnya belum berkembang2.
Proses pendidikan merupakan suatu interakasi
antara manusia dengan manusia, dengan lingkungan
alamiahnya, dan sosialnya. Itu semua sangat ditentukan
oleh aspek manusianya. Kedudukan manusia sebagai
subjek pendidikan didalam masyarakat dan di alam
semesta ini berperan bahwa manusia dapat disebut
sebagai makhluk alamiah dan makhluk social yang
memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengemban
amanat untuk membina dan mengembangkan manusia
sesamanya serta memelihara alam
lingkungan hidupnya secara bersama – sama. Lebih
jauh lagi, manusia bertanggung jawab atas martabat
kemanusiaannya.
2AbuddinNata, FilsafatPendidikan Islam, Jakarta: Logos WacanaIlmu,1997, Cet.III, hal. 27.
Pendidikan dalam arti luas dan mendasar adalah
suatu usaha membantu manusia untuk mengembangkan
dirinya dan memanusiakan manusia
sesuaidengan filsafat yang ada pada dirinya.
Pendidikan berusaha membantu manusia untuk
menyingkapkan dan menemui rahasia yang ada
di alam, mengembangkan fitrah manusia untuk
mengembangkan potensinya,
mengarahkan kecenderungan emosinya dan membimbing manus
ia demi kebaikan dirinya dan masyarakat.
Oleh karena itu, pembicaraan tentang manusia,
siapa manusia, dari mana asal manusia, untuk apa
manusia hidup dan bagaimana fungsi manusia dalam hidup
ini, serta mau kemana manusia, merupakan suatu
pembahasan yang sangat mendasar di dalam filsafat
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian makhluk alamiah dan makhluk
sosial ?
2. Bagaimana keberadaan dan hakekat manusia seba
gai makhluk alamiah dan sosial?
3. Bagaimana hubungan antar manusia sebagai
insane pendidikan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian makhluk alamiah
dan makhluk social.
2. Untuk mengetahui keberadaan dan hakekat
manusia sebagai makhluk alamiah dan social.
3. Untuk menegtahui hubungan antar manusia
sebagai insane pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial.
Manusia diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu
karena manusia tidak bisa lepas dari alam. Manusia
membutuhkan alam untuk hidup. Sebagai
contoh,kita memerlukan oksigen yang berasal dari alam u
ntuk bernafas. Kita juga menggunakan ikan,
sayur mayur, dan air yang berasal dari alam
untuk melangsungkan kehidupan.
Manusia memiliki insting untuk menentukan apa yang akan
dia lakukan. Sebagai contoh jika manusia merasakan
lapar, otomatismanusia itu akan mencari makanan untuk
mengatasi rasa laparnya3.
Manusia juga disebut sebagai makhluk sosial.
Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta
kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi
3http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/hubungan- filsafat-dan-pendidikan.html, diakses padaJumat, 27 Maret 2015.
dengan manusia yang lain. Dalam hidup bersama
dengan sesamanya (bermasyarakat), setiap individu
menempati kedudukan (status) tertentu, mempunyai
dunia dan
tujuan hidupnya masing – masing, namun demikian
sekaligus ia pun mempunyai dunia bersama dan tujuan
hidup bersama dengan sesamanya. Melalui hidup dengan
sesamanyalah manusia akan dapat
mengukuhkan eksistensinya. Sehubungan dengan ini
Aristoteles menyebut manusia sebagai makhluk social
atau makhluk bermasyarakat (Ernst Cassirer,1987)4.
B. Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial.
Manusia sebagai makhluk alamiah yang mempunyai
sifat dan ciri-ciri sebagaimana makhluk alamiah
lainnya, yang terikat dengan hukum-hukum alamiah.
Dalam diri manusia terdapat unsur-unsur alam, ada unsur
benda mati, ada unsur-unsur tumbuh-tumbuhan (manusia
mempunyai sifat tumbuh dan
berkembang), ada unsur hewani, dengan kemampuan
gerak, mempunyai nafsu, insting dan
sebagainya. Tetapi manusia lebih daripada itu. Manusia
secara fisik mempunyai bentuk lebih baik, lebih
4Juraid Abdul latief, Manusia,Filsafat dan Sejarah (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2006), hal. 14
indah, lebih sempurna, jadi secara alamimanusia menjadi
makhluk paling tinggi5.
Dengan kata lain pula, manusia juga tidak dapat
lepas dari alam yang adadisekitarnya sebagai salah satu
unsur biotik yang ada di dalam ruang lingkupalam
sekitar. Manusia dan alam memiliki hubungan yang sangat
berkaitan erat dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan sesuai jaman dan pengaruh
teknologi yang dimiliki manusia. Meskipun terkadang
dalam proses pendidikanmanusia dan alam seringkali
bertolak belakang dan saling merugikan
satu samalainnya. Pendidikan yang didasari oleh tingkah
laku manusia di alam juga tidak dapat lepas baik dari
unsur maupun sifat alamiah manusia itu sendiri.
Manusia dan alam sangat terhubung erat,
bagaimana tidak, tiap seper sekian detik kita
membutuhkan alam secara tidak langsung. Manusia alamiah
lebih cenderung memanfaatkan apa yang ada di alam
sekitarnya. Karena merekalebih berpikiran bahwa apa
yang dibutuhkannya sudah ada dan sudah disediakandi
alam semesta ini. Hal tersebut mengakibatkan secara
tidak langsung tanpa belajar dari siapapun manusia
sudah dapat belajar dan mempelajari kehidupannya.
Ini disebabkan karena manusia yang
5Ibid.hal 16
mempunyai sisi alamiah yang telah lahir dari akal dan
pikirannya sendiri.
Pada hakekatnya sebagai makhluk alamiah yang
berbeda Antara satudengan yang lainnya terkadang
manusia memiliki banyak persamaan, namunsecara
psikologi mereka menunjukan perbedaanya sendiri –
sendiri. Kesadaranmanusia akan dirinya sendiri
merupakan perwujudan dari sifat alamiah
manusia.Kesadaran ini memberi bukti bahwa manusia sadar
terhadap eksistensi dirinya.Eksistensi diri manusia
mencakup pengertian yang luas termasuk
kepercayaandirinya, harga dirinya, keegoisannya,
martabat kepribadiannya, persamaan dan perbedaan
yang mencirikan dengan pribadi lainnya, dan yang
sangat mendasar adalah kesadaran akan potensi – potensi
yang menjadi kemampuan dari dirinya sendiri6.
Manusia secara alamiah ingin memenuhi
kebutuhan dan kehendaknya masing – masing,
ingin mewujudkan perkembangan jamannya menurut
pendidikan dan kemampuan yang dimilikinya. Dalam
arti ia memiliki kemampuan untuk mengembangkan
potensi – potensi dan membuka kesempatan dalam bidang
pendidikan. Tidak ada manusia yang betul – betul ingin
menjadi
orang lain, sehingga ia selalu sadar akan kodrat alamia6http://ahmadhujaipahoke.blogspot.com/manusia-sebagai-
makhluk-alamiah, diakses pada Jumat, 27 Maret 2015.
hnya. Maka setiap individu akan berusaha semaksimal
mungkin untuk menemukan jati dirinya sehingga
membedakan dirinya dengan yang lainnya7.
Manusia dalam perkembangannnya selalu berusaha
menemukan yang barudan mengembangkan potensi serta arah
tujuannya. Arah perkembangan
manusiaadalah pribadi yang utuh dimana manusia berperan
penting terhadap setiaplapisan kesadarannya yang
berkembang secara sempurna. Itulah potensi yang
dimiliki manusia dalam dirinya. Itulah kodrat
seorang manusia dalam sifat alamiahnya walaupun
barangkali ia belum mencapainya.
Manusia secara alamiah itu merupakan suatu keselur
uhan yang tidak dapat di bagi – bagi. Hal ini merupakan
arti pertama dari ucapan “manusia adalah makhluk
alamiah” atau yang biasa disebut (in-dividere).
Aristoteles seakan–akan berpendapat bahwa manusia
itu merupakan penjumlahan dari beberapa kemampuan
tertentu yang masing – masingnya bekerja tersendiri,
seperti halnyaada yang disebut kemampuan –kemampuan
vegetatif, seperti makan,
berkembang biak, dan ada sebagian orang yang menyebutny
a kemampuan sensitif seperti bergerak mengamati,
7Uyoh Sadulloh, Filsafat Pendidikan,Bumi Siliwangi:Cipta Utama, 2007, hal.27
bernafsu dan berperasaan. Adapula yangdisebut kemampuan
intelektif yaitu berkemauan dan berkecerdasan8.
Descartes pun menyatakan bahwa manusia
terdiri atas zat rohaniah
ditambah zat material yang masing – masingnya mempunyai
peraturan –peraturan tersendiri yang bertentangan.
Kaum asosiasionis berpendapat bahwa jiwa manusia
terdiri atas unsur – unsur pengalaman sederhana
yang lalu saling disambungkan secara mekanis.
Willhelm Wundt mengamati sesuatu bahwa
kita bukanlah hanya melihat sesuatu dengan indera mata
kita, tetapi juga denganseluruh minat dan perhatian
yang kita curahkan kepada objek yang kita amatitersebut
dan minat perhatian ini sangat dipengaruhi oleh niat
dan kebutuhan kitasebagai manusia alamiah pada waktu
itu.
Manusia merupakan makhluk alamiah yang tidak
hanya memiliki arti
bahwa makhluk keseluruhan jiwa raga tetapi juga dalam a
rti bahwa setiap
manusia itu merupakan pribadi yang khas menurut corak
kepribadiaannya termasuk kecakapan hidupnya sendiri.
Disamping itu, manusia juga tidak lepas
dari kehidupan di lingkungannya yang mana manusia
membutuhkan manusia lainnya. Sehingga manusia sangat
8Ibid.
berperan penting dalam proses kehidupannya
untuk saling bersosialisasi dengan sesamanya. Manusia
mempunyai peranan dalam kelompoknya yang memiliki
hubungan timbal balik dengan
anggotalainnya. Kelompok itu tidak hanya memiliki
kesempatan untuk memperoleh sesuatu bagi dirinya
sendiri, tetapi ia juga mambutuhkan sumbangan dari
oranglain. Inilah hakekat manusia sebagai makhluk
sosial.
Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya
adalah kesadaran manusiatentang status dan posisi
dirinya adalah kehidupan bersama, serta
bagaimanatanggung jawab dan kewajibannya didalam
kebersamaan. Kebersamaan manusia yang belajar
mengembangkan kecakapannya dapat dikatakan memiliki
tujuan untuk dapat memberikan sumbangannya terhadap
kelompok sosialnya. Manusia belajar menyesuaikan
dirinya dengan norma – norma yang sudah terbentuk
didalam kelompoknya, atau ikut serta dalam pembentukan
norma – norma yang baru. Sehingga, manusia mulai
belajar mengebelakangkan keinginan – keinginan
individual demi kebutauhan kelompoknya9.
Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai
makhluk sosial adalah
adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubunganny9Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1997, Cet.III, hal. 29.
a dengan makhluk sosiallainnya. Manusia adalah makhluk
yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia
tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan
dirinyasendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia
menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk
mengkomunikasikan pemikiran dan perasaannya. Manusia
sebagai makhluk sosial dapat Nampak pada kenyataan
bahwa tidak pernah ada manusia yang mampu
menjalani kehidupan ini tanpa bantuan oranglain.
Manusia sebagai makluk sosial artinya manusia
sebagai warga masyarakat.Dalam kehidupan sehari-hari
manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi
kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan
dan
kekayaan, diaselalu membutuhkan manusia lain. Setiap ma
nusia cenderung untuk berkomunikasi, beinteraksi, dan
bersosialisai dengan manusia lainnya. Dapat
dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai
makhluk sosial.
Hakekat manusia sebagai makhluk sosial akan
membentuk kaidah perilaku serta bekerja sama dalam
sekelompok orang yang lebih besar. Kemajuan manusia
nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk
kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama
sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam
masyarakat yang saling membutuhkan.
Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial,
justru memberikan rasa tanggungjawab untuk mengayomi
individu yang jauh lebih “lemah” daripada wujud sosial
yang “besar” dan “kuat”. Kehidupan sosial,
kebersamaan, baik itu nonformal (masyarakat) maupun
dalam bentuk formal (institusi, negara) wajib mengayomi
individu.Didalam kehidupannya, manusia tidak hidup
dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk
bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan
salahsatu kodrat manusia yaitu selalu ingin berhubungan
dengan manusia lain. Hal ini
menunjukkan kondisi yang interpendensi.
Di dalam kehidupan manusia
selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga
suatu kesatuan hidup, warga masyarakat dan warga
negara. Hidup dalam hubungan
interaksi socialmengandung konsekuensi baik dalam arti
positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif
ini adalah perwujudan dari nila-nilai sekaligus watak
manusia, bahkan pertentangan yang diakibatkan
oleh interaksi antar individu. Tiap-tiap pribadi
harus rela mengorbankan hak-hak pribadi
demi kepentingan bersama. Dalam hal ini dikembangkanlah
perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikapdan suasana
kekeluargaan serta kegotongroyongan.
Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja,
manusia juga
mempunyai perasaan emosional yang ingin diungkapkan
kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional
dari orang lain pula. Manusia memerlukan kasih sayang,
harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional
lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat
diperoleh apabila manusia berhubungan dan
berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan
kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia
memiliki sifat yang khas dan dapat menjadikannya lebih
baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang
khas yang dimiliki manusia. Imanuel Kant mengatakan,
“manusia hanya dapat menjadi manusia karena
pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia
tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya.
Hal ini telah dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap
anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa
pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukkan
pribadiseseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk social
berarti bahwa disamping manusia hidup bersama
demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga
hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani. Manusia
dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan
dan saling membutuhkan satu
sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suat
u proses interaksisocial.Mariyati dan Suryawati
(2003), menyatakan bahwa “interaksi social adalah
kontak atau
hubungan timbal balik atau respon antar individu, antar
kelompok atau antar individu
dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyat
Moko dan Handayani (2004), “interaksi social adalah
hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu
proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan
hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan
pembentukan struktur social”. “interaksi positif hanya
mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling
mempercayai, menghargai, dan saling mendukung
” (Siagian, 2004). Interaksi social adalah
suatu hubungan antar sesame manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain, baik itu dalam hubungan
antar individu, antar kelompok, maupun antar individu
dan kelompok. Interaksi social terjadi jikaadanya
kontak sosial dan komunikasi.
C. Hubungan Antar Manusia Sebagai Insan Pendidikan
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan
perenungan secara mendalam sampai ke akar-akarnya
mengenal pendidikan. Dengan kemampuan pengetahuan yang
benar, manusia berusaha menjaga dan mengembangkan
kelangsungan hidupnya. Manusia berusaha mengamalkan
ilmu pengetahuannya dalam perilaku sehari-hari. Dalam
peilaku sehari-hari, pengetahuan berubah menjadi moral
dan kemudian menjadi etika kehidupan, sedemikian rupa
sehingga hakikat perilaku berupa kecenderungan untuk
mempertanggung jawabkan kelangsungan dan perkembangan
hidup dan kehidupan ini sepenuhnya10.
Sedangkan tanggung jawab yang demikian itu
berbentuk nilai keadilan. Adil terhadap diri sendiri,
terhadap sesama manusia dan lebih-lebih terhadap alam
dimana hidup dan kehidupan ini berlangsung. Karena
tanpa diri dan atau kepribadiannya, seorang manusia
tidak mungkin bisa memerankan arti dan fungsinya
sebagai manusia, Tanpa sesama manusia lainnya, seorang
manusia tidak mungkin mampu berada dan melangsungkan
keberadaannya dan lebih-lebih tanpa potensi alam,
manusia siapa pun tidak mungkin berada.
Sejak lahir, seorang manusia sudah langsung
terlibat di dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran.
Dia dirawat, dijaga, dilatih, dan dididik oleh orang
tua, keluarga dan masyarakatnya menuju tingkat
kedewasaan dan kematangan, sampai kemudian terbentuk
potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan
hidupnya. Kegiatan pendidikan dan pembelajaran itu
10Omar Muhammad Al-taumy Al-Syaibani, Filsafat Al-Tarbiyah Al-Islamiyah, terjemahan Hasan Langgulung, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan bintang, Cet. I,1979) hal.25
diselenggarakan mulai dengan cara-cara konvensional
(alami) menurut pengalaman hidup, sampai pada cara-cara
formal yang metodik dan sistematik institusional
(pendidikan sekolah), menurut kemampuan konseptik-
rasional11.
Setelah taraf kedewasaan dicapai, manusia tetap
melanjutkan kegiatan pendidikan dalam rangka pematangan
diri. Kematangan diri adalah kemampuan menolong dri
sendiri, orang lain dan terutama menolong kelestarian
alam agar tetap berlangsung dalam ekosistemnya. Dengan
kata lain, pematangan diri adalah bentuk kegiatan
pendidikan lanjutan, yakni upaya manusia untuk menjadi
semakin arif dengan sikap dan perilaku adil terhadap
apa pun dan siapa pun yang menjadi bagian bagian
integral dari eksistensi kehidupan ini.
Pada pokoknya persolan pendidikan adalah persoalan
yang lingkupannya seluas persoalan kehidupan manusia
itu sendiri. Masalah pendidikan secara kodrati melekat
pada dan dalam diri manusia. Secara langsung atau
tidak, setiap kegiatan hidup manusia selalu mengandung
arti dan fungsi pendidikan. Dengan pendidikan, manusia
melakukan kegiatan makan, minum, bekerja, beristirahat,
bermasyarakat, beragama dan sebagainya.
Dengan demikian, antara manusia dan pendidikan
terjalin hubungan kasualitas. Karena manusia,11Dra. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi
Aksara, 1995) hal 27.
pendidikan mutlak ada, dan karena pendidikan, manusia
semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang
manusiawi.
Manusia adalah makhluk yang sangat memerlukan
pendidikan atau bisa disebut juga dengan “homo
educandum”. Manusia dipanggil sebagai homo educandum
karena manusia tidak dapat dipisahkan dari pendidikan,
manusia memerlukan pendidikan dan harus dididik
terhadap setiap individu12.
Pengertian “homo educandum” menyiratkan adanya
tiga subpredikat lainnya, yaitu homo educandee also
(makhluk terdidik), homo educabile (makhluk yang dapat
dididik), dan homo educandum (mahluk pendidikan). Oleh
sebab itu, pendidikan bagi manusia sangat penting,
karena pendidikan tersebut merupakan salah satu usaha
dalam rangka memanusiakan manusia dan memanusiawikan
manusia13.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.
20 tahun 2003, pendidikan diharapkan dapat berfungsi
dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bretakwa kepada Tuhan Yang
12http://the-arinugraha-centre.blogspot.com/2011/10/manusia- sebagai-homo-educandum.html, diakses pada Jumat, 27 Maret 2015.
13Ibid.
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cukup,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Sasaran pendidikan ini berfungsi sebagai alat atau
sarana serta jalan untuk membuat perubahan menuju
perkembangan hidup. Pada titik ini manusia mewujudkan
dirinya sebagai makhluk berpendidikan.
Tersirat dalam kodratnya, manusia sebagai makhluk
pendidikan, atas dasar potensi kodrat cipta, rasa,
karsa dan karyanya, manusia berkemampuan untuk dididik,
mendidik diri dan makhluk yang dapat dididik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial:
Manusia diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu
karena manusia tidak bisa lepas dari alam.Manusia
juga disebut sebagai makhluk social Artinya manusia
memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan
untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia
yang lain.
2. Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial: Dimana
manusia tidak hanya memiliki peran sebagai manusia
alamiah yang bergantung pada kehidupan
pribadinya sendiri atau yang sering kita disebut
sebagai makhluk social. Manusia sebagai makhluk
social harus mampu berinteraksi secara
hakekat dan keberadaannya, termasuk dalam bidang
pendidikan pula manusia memiliki peranan yang
berpedoman pada filsafat yang sangat begitu penting
dan erat kaitannya. Jadi, manusia pada hakekatnya
berperan sebagai makhluk alamiah dan social yang
memiliki kaitan yang erat dengan filsafat pendidikan
sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupannya.
3. Hubungan Antar Manusia Sebagai Insan Pendidikan : antara
manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas.
Karena manusia, pendidikan mutlak ada dan karena
pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri
sebagai manusia yang manusiawi.
DAFTAR PUSTAKA
Jamali, dkk. 2005. Membedah Nalar Pendidikan Islam, Pustaka
Rihlah.
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:
Logos Wacana Ilmu.
Wikepedia, (Online) dalam
http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/
hubungan- filsafat-dan-pendidikan.html, diakses
padaJumat, 27 Maret 2015.
Abdul latief,Juraid. 2006.Manusia,Filsafat dan Sejarah,
Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Wikepedia, (Online) dalam
http://ahmadhujaipahoke.blogspot.com/ manusia -
sebagai-makhluk-alamiah, diakses pada Jumat, 27
Maret 2015.
Sadulloh,Uyoh. 2007. Filsafat Pendidikan,Bumi Siliwangi:
Cipta Utama.
Nata , Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:
Logos Wacana Ilmu.
Langgulung Hasan. 1979. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:
Bulan bintang.
Zuhairini, dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:
Bumi Aksara,).
Wikepedia, (Online) dalam http://the-arinugraha-centre.blogspot.com/2011/10/ manusia-sebagai-homo-educandum.html, diakses pada Jumat, 27 Maret 2015.