+ All Categories
Transcript

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

DALAM MENGGAMBAR MOTIF BATIK

DENGAN METODE DISCOVERY-INQUIRY DI KELAS VIII-A

SMP NEGERI 2 SIMO BOYOLALI

TAHUN AJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Oleh:

FAIZAH SEPTIANINGRUM

K3208031

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Desember 2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

DALAM MENGGAMBAR MOTIF BATIK

DENGAN METODE DISCOVERY-INQUIRY DI KELAS VIII-A

SMP NEGERI 2 SIMO BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh:

FAIZAH SEPTIANINGRUM

K3208031

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Desember 2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Faizah Septianingrum

NIM : K3208031

Jurusan/Program studi : PBS/ Seni Rupa

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM MENGGAMBAR

MOTIF BATIK DENGAN METODE DISCOVERY-INQUIRY DI KELAS

VIII-A SMP NEGERI 2 SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN

ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,

sumber informasi yang saya kutip dari penulis disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini

hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Desember 2012

Yang membuat pernyataan

Faizah Septianingrum

NIM.K3208031

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Faizah Septianingrum. K3208031. Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Menggambar Motif Batik dengan Metode Discovery-Inquiry di Kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Desember. 2012.

Tujuan penelitian ini adalah menerapkan metode discovery-inquiry untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam menggambar motif batik pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subyek penelitian adalah siswa kelas VIII-A di SMP Negeri 2 Simo Boyolali tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 35 (tiga puluh lima) siswa. Penalitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2012. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis.

Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan adanya peningkatan siswa dalam menggambar motif batik setelah diterapkan metode discovery-inquiry pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali. Keberhasilan ini dicapai setelah terpenuhinya indikator ketercapaian yaitu 75% siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali dalam pembelajaran menggambar motif batik dengan nilai 75 ke atas. Pada siklus I siswa yang memenuhi indikator ketercapaian sebesar 51% dan pada siklus II meningkat menjadi 91%.

Dari hasil tindakan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggambar motif batik pada mata pelajaran seni budaya dan ketrampilan dengan metode discovery-inquiry dapat meningkatkan kreativitas menggambar motif batik di kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali tahun pelajaran 2012/2013.

Kata kunci: Metode discovery-inquiry, menggambar motif batik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

Faizah Septianingrum. K3208031. The eforts to improve students creativity in drawing batik motive by discovery-inquiry method at second-A grade students of SMP 2 Simo Boyolali in 2012/2013 academic year. Thesis. Surakarta: Teacher training and education faculty, Sebelas Maret University. December. 2012.

The purpose of this research is the implementation of discovery-inquiry method to improve student creativity in drawing batik motive at second-A grade of SMP 2 Simo Boyolali in 2012/2013 academic year.

This research is clasroom action research, by use research subject is the second-A grade students of SMP 2 Simo Boyolali in 2012/2013 academic year which consist of 35 (thirty five) students. This research has done in 2 (two) cycles, each cycles consist of 4 (four) steps, there are planning, action implementation, observation, reflection. This research has done in july until august 2012. The technique of data collection which has done in this research are observation, documentation, and interview. The technique of data analysis which has used are comparative discriptive technique and critical analysis technique.

The result of this clasroom action research show the improvement of students in drawing batik motive after discovey-inquiry methode has been implemented at second-A grade students of SMP 2 Simo Boyolali. The success is achieved after meet the achievement indicator; at least 75% of second-A of SMP 2 Simo Boyolali in drawing batik motive learning with minimum points 75. In cycles I, students meet achievement indicator is equal to 51% and cycles II increase until 91%.

From the result of the action, we can be conclude that the learning of drawing batik motive in culture art and craft subject which use discovery-inquiry method can improve the ceativity of drawing batik motive at second-A grade of SMP 2 Simo Boyolali in 2012/2013 academic year. Key words: Discovey-inquiry method, batik motive

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

MOTTO

Para pemenang adalah mereka yang sanggup me

(penulis)

(Ibnu Qoyyim)

-

(Yahya bin abi katsir/Tadribur rawi II/262)

(Ali bin Abi Tholib)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan skripsi ini untuk:

Doamu yang tiada terputus, pengorbanan yang tidak terbatas, kerja keras

yang tiada henti dan juga kasih sayang yang diberikan kepadaku sepanjang masa.

-teman Program Studi Pendidikan Seni Rupa Angkatan 20

Terima kasih atas semangat, dukungan, perjuangan, dan kerjasamanya

selama ini.

Terima kasih atas nasehat, dukungan, dan perhatian yang telah diberikan

serta doa yang senantiasa tercurah dengan ikhlas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, yang telah memberi ilmu, kemudahan, dan rahmat-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM MENGGAMBAR

MOTIF BATIK DENGAN METODE DISCOVERY-INQUIRY DI KELAS

VIII-A SMP NEGERI 2 SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis

menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tidak lepas dari

dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. Sebagai Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum. Sebagai Ketua Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Dr. Slamet Supriyadi, M. Pd, sebagai Ketua Program Pendidikan Seni Rupa

Jurusan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Tjahjo Prabowo, M. Sn, selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyusun skripsi.

5. Adam Wahida, S. Pd, M. Sn, selaku pembimbing II yang telah dengan sabar

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Orang tua penulis, khususnya ibu yang tiada henti memberikan doa dengan

tulus dan memberikan dukungan baik secara materi maupun moral.

7. Luthfi Baihaqi yang telah memberikan semangat serta doa yang tiada henti.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

8. Dese Purnama Sari dan Intan Kusuma Wardani yang selalu memberikan

masukan dan semangat.

9. Teman-teman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta Program Studi Pendidikan Seni Rupa angkatan 2008.

10. Hasan Basri S. Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 2 Simo Boyolali yang

telah memberikan ijin, sehingga penulis dapat melakukan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) ini.

11. Krisnadi S. Pd, selaku guru mata pelajaran seni budaya yang telah

memberikan bimbingan, arahan, juga bantuannya kepada penulis dalam

penelitian.

12. Para siswa SMP Negeri 2 Simo Boyolali yang telah bersedia untuk

berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.

13. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca.

Surakarta, Desember 2012

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... .. i

HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

ABSTRACT ...................................................................................................... vii

MOTTO ........................................................................................................... viii

PESEMBAHAN .............................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi

DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7

D. Manfaat Hasil Penelitian ....................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ......................................................................................... 9

1. Metode Pembelajaran ..................................................................... 9

2. Metode Discovery-Inquiry .............................................................. 10

3. Kreativitas ....................................................................................... 15

4. Menggambar ................................................................................... 18

5. Motif Batik ...................................................................................... 22

B. Kerangka Berpikir ................................................................................. 27

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

C. Hipotesis Tindakan ................................................................................ 31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 32

B. Subjek Penelitian .................................................................................. 32

C. Data dan Sumber Data .......................................................................... 32

1. 2

2. Sumber Data .................................................................................... 33

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 33

1. Observasi ......................................................................................... 33

2. Dokumentasi ................................................................................... 34

3. Wawancara ...................................................................................... 34

E. Uji

F.

G.

H. Prosedur Penelitian ................................................................................ 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Pratindakan ............................................................................ 43

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 43

a. Letak geografis SMP Negeri 2 Simo Boyolali ......................... 43

b. Visi dan Misi SMP Negeri 2 Simo ........................................... 44

c. Keadaan Sekolah SMP Negeri 2 Simo ..................................... 45

2. Kondisi Awal Pembelajaran .......................................................... 46

B. Diskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus

1. Siklus I ........................................................................................... 55

a. Perencanaan Tindakan I ........................................................... 55

b. Pelaksanaan Tindakan I ........................................................... 56

1) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Pertama .............. 56

2) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Kedua ................ 62

c. Observasi Pengamatan I .......................................................... 65

d. Refleksi I ................................................................................. 75

2. Siklus II ......................................................................................... 76

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

a. Perencanaan Tindakan II .......................................................... 77

b. Pelaksanaan Tindakan II .......................................................... 78

1) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Pertama .............. 78

2) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Kedua ................ 83

c. Observasi Pengamatan II ......................................................... 85

d. Refleksi II ................................................................................ 95

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus ........................................ 96

D. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 101

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan .............................................................................................. 104

B. Implikasi .............................................................................................. 105

C. Saran .................................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 107

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 3.1 Rumusan indikator Keberhasilan Tindakan........................... 36

Tabel 4.1 Minat Siswa dalam Menggambar Motif Batik....................... 48

Tabel 4.2 Daftar nilai menggambar motif batik pada kondisi awal....... 51

Tabel 4.3 Kriteria Penskoran pada Aspek Afektif ................................ 66

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Siklus I Aspek Afektif............................. 67

Tabel 4.5 Kriteria Penskoran pada Aspek Kognitif .............................. 68

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Siklus I Aspek Kognitif .......................... 69

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotor Siklus I ...................... 72

Tabel 4.8 Hasil Penilaian Menggambar Motif Batik Siklus I ............... 74

Tabel 4.9 Kriteria Penskoran pada Aspek Afektif ................................ 86

Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Siklus II Aspek Afektif .......................... 87

Tabel 4.11 Kriteria Penskoran pada Aspek Kognitif .............................. 88

Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Siklus II Aspek Kognitif .......................... 88

Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotor Siklus II ..................... 92

Tabel 4.14 Hasil Penilaian Menggambar Motif Batik Siklus II .............. 93

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1.1 Contoh Gambar Motif Batik geometris yang meniru dan

motif batik yang bidangnya masih kosong .......................... 4

Gambar 1.2 Contoh Gambar Motif Batik Siswa ...................................... 5

Gambar 2.1 Batik motif naga ................................................................... 23

Gambar 2.2 Batik motif burung ............................................................... 23

Gambar 2.3 Ornamen tambahan .............................................................. 24

Gambar 2.4 Isen Motif Batik ................................................................... 25

Gambar 2.5 Contoh motif geometris yang raportnya berbentuk

seperti ilmu ukur biasa/Kawung ........................................... 26

Gambar 2.6 Contoh motif geometris yang raportnya tersusun dalam

garis miring/Parang ............................................................... 26

Gambar 2.7 Motif non geometris .............................................................. 27

Gambar 2.8 Kerangka Berpikir 30

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Siklus Penelitian Tindakan Kelas ......... 37

Gambar 4.1 SMP Negeri 2 Simo Boyolali (tampak depan) ..................... 43

Gambar 4.2 Denah SMP Negeri 2 Simo Boyolali .................................... 46

Gambar 4.3 Suasana KBM kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali 47

Gambar 4.4 Kondisi Awal KBM Kelas VIII-A ........................................ 48

Gambar 4.5 Aktivitas siswa dalam menggambar motif batik ................... 50

Gambar 4.6 Hasil Gambar Motif Batik Siswa pada Kondisi Awal .......... 51

Gambar 4.7 Guru Mengabsensi Kehadiran Siswa .................................... 56

Gambar 4.8 Guru Membagikan Gambar Bagian-bagian Motif Batik....... 57

Gambar 4.9 Contoh Motif Beserta Penjelasan Bagian-Bagiannya .......... 57

Gambar 4.10 Contoh Ornamen Tambahan pada Motif Batik .................... 58

Gambar 4.11 Contoh Gambar Isen Motif Batik ......................................... 59

Gambar 4.12 Guru Mendemonstrasikan Motif batik di Papan Tulis dan

Hasil Gambar ........................................................................ 60

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Gambar 4.13 Guru Membantu Salah Satu Kelompok Melakukan

Identifikasi Motif Batik .......................................................... 62

Gambar 4.14 Siswa dengan kelompoknya melakukan penyelidikan

pada objek yang dijadikan sumber ide secara langsung......... 62

Gambar 4.15 Siswa mengerjakan Ujian Tertulis ........................................ 63

Gambar 4.16 Salah satu siswa mempresentasikan hasil gambar motif

batik ....................................................................................... 64

Gambar 4.17 Hasil Gambar Sebelum Dipresentasikan ............................... 64

Gambar 4.18 Karya Motif Batik Emi Ponika dengan sumber ide

tanaman sekitar...................................................................... 70

Gambar 4.19 Karya Motif Batik Fadila P. Ningrum dengan sumber ide

tanaman sekitar...................................................................... 70

Gambar 4.20 Karya Motif Batik Imam Nurkholis dengan sumber ide

tanaman sekitar (daun dan bunga pisang) ............................. 71

Gambar 4.21 Guru Mengabsensi Kehadiran Siswa Siklus II ..................... 78

Gambar 4.22 Guru Membagikan Gambar Hewan pada Siswa untuk

Diidentifikasi ........................................................................ 79

Gambar 4.23 Guru Mendemonstrasikan Motif batik Tema Hewan ........... 80

Gambar 4.24 Guru Mengamati Siswa yang melakukan Identifikasi ......... 81

Gambar 4.25 Guru Memberikan Penjelasan dan Contoh Motif Batik

pada Siswa yang Belum Paham Secara Lebih Mendetail..... 82

Gambar 4.26 Proses Identifikasi Siswa Bersama Kelompoknya dalam

Menggambar Motif Batik ..................................................... 82

Gambar 4.27 Siswa mengerjakan Ujian Tertulis pada Siklus II ................ 83

Gambar 4.28 Kegiatan Presentasi Karya ................................................... 84

Gambar 4.29 Hasil karya Fascal dengan sumber ide hewan

(burung) ................................................................................ 90

Gambar 4.30 Hasil karya Emi Wulandari dengan sumber ide kupu-

kupu ...................................................................................... 91

Gambar 4.31 Hasil karya Imam Fatah M. dengan sumber ide burung

merpati .................................................................................. 92

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

Gambar 4.32 Hasil karya Imam Nurkholis pada siklus I ........................... 97

Gambar 4.33 Proses Pembuatan Sket Motif Batik Imam Nurkholis

pada Siklus I ......................................................................... 98

Gambar 4.34 Proses Pewarnaan Motif Batik Imam Nurkholis pada

Siklus I ................................................................................. 98

Gambar 4.35 Hasil Karya Imam Nurkholis pada Siklus II ....................... 99

Gambar 4.36 Proses Pembuatan Desain Motif Batik Imam Nurkholis

Pada Siklus II ....................................................................... 99

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

DAFTAR GRAFIK

halaman

Grafik 4.1 Grafik Minat Kegiatan Belajar Mengajar Menggambar

Motif Batik ...................................................................... 49

Grafik 4.2 Grafik Prosentase Ketuntasan Nilai Menggambar Batik

pada Kondisi Awal .......................................................... 53

Grafik 4.3 Grafik Prosentase Ketuntasan Nilai Menggambar Motif

Batik pada Siklus I .......................................................... 75

Grafik 4.4 Grafik Prosentase Ketuntasan Nilai Menggambar Motif

Batik pada Siklus II ........................................................ 95

Grafik 4.5 Grafik Capaian Keberhasilan Pembelajaran tiap Siklus.. 96

Grafik 4.6 Grafik prosentase nilai Imam Nurkholis dari siklus I ke

siklus II ........................................................................... 100

Grafik 4.7 Grafik Ketuntasan Nilai Menggambar Motif Batik pada

Observasi Awal, Siklus I dan II ...................................... 101

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk membantu

meningkatkan perkembangan potensi manusia agar bermanfaat bagi kepentingan

hidupnya. Pendidikan juga membantu manusia dalam mengembangkan dirinya

sehingga mampu menghadapi segala macam tantangan dan hambatan yang ada.

Pendidikan merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam pembangunan

suatu bangsa dan negara, karena dengan peningkatan dan pengembangan kualitas

sumber daya manusia dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Salah satu masalah

yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah masalah pendidikan yang

berhubungan dengan kualitas mutu pendidikan. Kualitas mutu pendidikan

berpengaruh pada setiap lapisan masyarakat maupun dunia kerja. Mutu

pendidikan yang baik, akan berpengaruh pada sumber daya manusia yang baik

pula, dan pembangunan bangsa pun akan meningkat karena kinerja sumber daya

manusia dapat dipertanggungjawabkan. Mengoptimalkan penyelenggaraan

kurikulum merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan.

Dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum

merupakan bentuk dalam mengoptimalkan penyelenggaraan kurikulum.

Kurikulum yang dipakai sekarang ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar

membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar aktif, kreatif, efektif,

dan menyenangkan.

SMP Negeri 2 Simo Boyolali adalah salah satu jalur pendidikan di sekolah

menengah pertama dan merupakan sekolah standar nasional yang menerapkan

kurikulum untuk menuntut siswa memiliki kemampuan dalam mengenal dan

merancang karya seni rupa. Salah satu karya seni rupa tersebut adalah

menggambar motif batik. Menggambar motif batik merupakan salah satu materi

yang diajarkan di SMP Negeri 2 Simo Boyolali pada mata pelajaran seni budaya.

Batik adalah suatu kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

bagian dari budaya Indonesia (khususnya jawa). Kesenian batik di Indonesia telah

dikenal sejak jaman Majapahit dan terus berkembang pada kerajaan dan raja-raja

berikutnya (Deden Dedi S, 2009: 6). Dalam membuat kesenian batik atau

membatik langkah awal yang perlu dilakukan adalah menggambar motif batik.

Menggambar motif batik merupakan kategori seni rupa dua dimensional yang

tidak lepas dari karakteristik bentuk yang meliputi ornamen motif (ornamen

utama dan ornamen pengisi), isen motif (berupa titik, garis, gabungan titik dan

garis), dan warna. Selain itu yang perlu diperhatikan dalam menggambar motif

batik adalah harus memperhatikan unsur-unsur pokok seni rupa, yang terdiri dari

garis, warna, dan bidang. Hal tersebut penting dilakukan agar dalam menggambar

motif batik tidak asal-asalan. Unsur-unsur seni rupa tersebut harus disusun secara

harmonis, agar menghasilkan gambar motif batik yang indah dan kreatif.

Dengan adanya materi menggambar motif batik pada mata pelajaran seni

budaya di SMP 2 Simo Boyolali, diharapkan siswa dapat berkreasi melalui karya

seni rupa terapan daerah nusantara. Siswa dituntut untuk lebih kreatif dalam

membuat suatu karya, khususnya dalam menggambar motif batik dan tidak

mencontoh motif yang sudah ada. Di SMP Negeri 2 Simo Boyolali ini lebih

menekankan motif batik kontemporer, hal ini bertujuan agar siswa tidak terpaku

pada pakem dan dapat berkreasi dalam menggambar motif batik.

Dalam proses belajar mengajar, metode yang digunakan guru pada saat

mengajarkan materi menggambar motif batik adalah dengan menggunakan

metode ceramah yang disertai dengan tanya jawab, demonstrasi dan penugasan

atau pemberian tugas. Metode ceramah merupakan metode tertua yang paling

lazim digunakan dalam berbagai macam situasi. Suatu cara lisan penyajian bahan

pelajaran yang dilakukan seorang guru kepada siswanya. Metode tanya jawab

merupakan pertanyaan-pertanyaan lisan untuk menimbulkan jawaban atau respons

siswa, dan untuk mengetahui seberapa luas pemahaman siswa terhadap materi

yang diajarkan. Untuk metode demonstrasi, metode ini dilakukan oleh seorang

guru dengan cara mendemonstrasikan atau memperagakan sesuatu yang berkaitan

dengan materi yang memerlukan peragaan atau percobaan. Sedangkan untuk

metode penugasan, guru memberikan tugas sesuai dengan materi yang telah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

diajarkan untuk mengetahui hasilnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak

Krisnadi S.Pd selaku guru mata pelajaran seni budaya di SMP Negeri 2 Simo

Boyolali (pada tanggal 3 Mei 2012), dan melihat data rata-rata kelas menggambar

motif batik yang ada, nilai siswa kelas VIII-A memang sudah memenuhi standar

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75. Namun masih ada 25% dari jumlah

siswa yang belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Akan tetapi

berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan peneliti dengan melihat hasil

karya siswa SMP Negeri 2 Simo Boyolali (Pada tanggal 30 April 2012), masih

ada beberapa siswa yang kurang kreatif dalam menggambar motif batik. Hal ini

dikarenakan masih ada beberapa siswa yang masih mencontoh motif yang sudah

ada dan tidak mengembangkan motif yang dicontoh. Selain motif, siswa

menggunakan warna terkesan asal-asalan sesuai selera masing-masing tanpa

mempertimbangkan motif batik yang digambar. Siswa masih belum bisa

memanfaatkan bidang, banyak bidang yang dibiarkan kosong yang seharusnya

bisa digambar dengan isen motif. Sesungguhnya, semakin padat motif dalam

menggambar batik maka semakin indah gambar yang dihasilkan dengan

memperhatikan ritme, variasi, titik pusat perhatian, dan dominasi sehingga

gambar yang dihasilkan menarik dan tidak membosankan pandangan. Secara garis

besar, motif batik yang dihasilkan siswa merupakan motif batik geometris. Motif

geometris dibuat berdasarkan bangun sistematis, biasanya dibuat dengan alat ukur

(jangka, penggaris, busur) dan dibuat dengan banyak bentuk dengan irama yang

tetap dan konstan. Hal tersebut membuat motif batik yang digambar terkesan

monoton dan membosankan. Siswa belum bisa menggunakan daya imajinasinya

dalam membuat motif batik non geometris. Hal tersebut dapat dilihat pada karya

siswa berikut ini:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Gambar 1.1 Contoh Gambar Motif Batik geometris yang meniru,

dan motif batik yang bidangnya masih kosong (Dokumentasi: Faizah S, 2012)

Penyebab kurangnya kreativitas siswa dalam menggambar motif batik

adalah karena pembelajaran yang dilakukan dengan metode yang digunakan oleh

guru seperti yang telah dikemukakan di atas kurang menarik dan kurang

merangsang pola pikir siswa untuk lebih berpikir kreatif, sehingga berpengaruh

pada siswa dan mereka menggambar hanya untuk memenuhi tugas, kurang

percaya diri, kurang motivasi baik motivasi dari dalam maupun dari luar, kurang

referensi, dan keterbatasan siswa dalam mengekspresikan idenya. Selain itu dalam

menggambar motif batik guru hanya menekankan dengan menggunakan teknik

repetisi. Teknik tersebut dilakukan dengan cara menggambar berulang-ulang satu

motif yang dibuat. Sehingga tidak bisa merangsang daya imajinasi siswa lebih

luas dalam menggambar motif batik. Hasil karya siswa pun terlihat seperti desain

tekstil dan bukan seperti desain motif batik. Karena sebenarnya menggambar

motif batik tidak lepas dari karakteristik bentuk yang meliputi ornamen motif

(ornamen utama dan ornamen pengisi), isen motif (berupa titik, garis, gabungan

titik dan garis), dan warna. Kelemahan dari teknik repetisi adalah gambar motif

batik yang dibuat menjadi membosankan. Berikut merupakan cara siswa

menggambar motif batik dan hasil gambar motif batik karya siswa dengan teknik

repetisi:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Gambar 1.2. Contoh Gambar Motif Batik Siswa

(Dokumentasi: Faizah S, 2012)

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam mengembangkan

potensi dirinya untuk melahirkan sesuatu yang baru, berupa gagasan maupun

karya nyata, dalam karya baru maupun kombinasi atau mengembangkan dengan

hal-hal yang sudah ada yang berguna serta memberikan inspirasi untuk

dikembangkan selanjutnya. Kurangnya kreativitas dalam pembelajaran

menggambar motif batik menjadi permasalahan yang harus segera ditindak lanjuti

melalui penelitian tindakan kelas. Untuk mengoptimalkan peningkatan kreativitas

siswa dalam pembelajaran menggambar motif batik diperlukan suatu metode

pengajaran yang lebih menekankan pada aktifitas belajar siswa dan kreativitas

menggambar motif batik, serta pengembangan daya imajinasi siswa untuk berpikir

lebih aktif dan kreatif. Sehingga akan tercipta karya motif batik yang lebih kreatif

dan tidak membosankan seperti yang telah digambar siswa kelas VIII-A SMP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Negeri 2 tersebut. Gambar motif batik siswa juga tidak hanya terpaku dengan

teknik repetisi, karena siswa dapat mengembangkan daya imajinasinya menjadi

gambar motif batik yang indah dengan memperhatikan ritme, variasi, titik pusat

perhatian, dan dominasi sehingga gambar yang dihasilkan menarik dan tidak

membosankan pandangan. Keterlibatan langsung (keaktifan) pembelajaran (siswa)

dalam mendapatkan pengalaman-pengalaman belajar sangat berpengaruh terhadap

hasil belajar dan perubahan tingkah lakunya (Gino, 2000: 53). Salah satu metode

yang dapat digunakan oleh guru adalah metode discovery-inquiry.

Metode discovery-inquiry termasuk salah satu metode yang inovatif.

Dengan menggunakan metode discovery-inquiry dapat merangsang dan

mendorong siswa untuk lebih berpikir kreatif. Secara etimologis discovery berarti

inquiry

metode discovery-inquiry terdapat situasi yang berbeda dimana siswa

berpartisipasi secara aktif mempelajari sesuatu, sedangkan guru berfungsi

mengorganisasikan kegiatan belajar siswa. Siswa belajar aktif dalam kelompok

kecil maupun besar dalam mengamati sesuatu, menggolong-golongkan data,

mendiskusikan masalah, dan menyimpulkan hal-hal yang dipelajari, sehingga

siswa dapat berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri di dalam kelompoknya.

Dengan keterlibatan siswa secara aktif dapat mengembangkan potensi-potensi,

menyadari apa bakatnya, bagaimana kemampuannya dan bagaimana pula keadaan

orang lain, sehingga dimiliki pengertian tentang dirinya. Ia akan mampu berdiri

sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya, akan merasa mampu

memecahkan persoalannya tanpa tergantung pada orang lain. Kesulitan-kesulitan

yang dihadapi akan ditanyakan pada orang lain, tetapi pemecahannya adalah atas

dasar keputusannya sendiri.

Menurut Hanafiah, dan Cucu Suhana, Discovery-Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku ( 2009: 77 ).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode

discovery-inquiry tersebut diharapkan dapat merangsang siswa berpikir kreatif

dalam membuat motif batik berdasarkan sumber ide yang digunakannya.

Berdasarkan hal tersebut penulis terdorong menerapkan metode discovery-

inquiry dengan meningkatkan kreativitas menggambar motif batik melalui

penelitian tindakan kelas. Maka dapat dirumuskan judul penelitian sebagai

berikut :

Batik dengan Metode Discovery-Inquiry di Kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat

discovery-

inquiry dapat meningkatkan kreativitas siswa menggambar motif batik pada

mata pelajaran Seni Budaya dan ketrampilan kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo

Boyolali tahun

C. Tujuan Penelitian

Guna memberikan arah dalam penelitian, maka perlu adanya tujuan yang

hendak dicapai. Tujuan dalam penelitian ini adalah: untuk meningkatkan

kreativitas menggambar motif batik pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo

Boyolali tahun pelajaran 2012/2013 melalui metode discovery-inquiry.

Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian di atas maka dirumuskan

indikator ketercapaian sebagai berikut :

1) 75 % siswa mampu berpikir kreatif, menemukan, dan mengembangkan idenya

dalam menggambar motif batik.

2) 75% siswa mampu mengolah sumber ide menjadi motif batik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat menambah wawasan tentang pelaksanaan metode discovery-inquiry

dan sebagai bahan referensi peneliti yang lain yang akan meneliti permasalahan

yang berhubungan dengan metode discovery-inquiry.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Siswa dapat menggambar motif batik dengan percaya diri serta dapat

bertanggung jawab terhadap keputusannya sendiri.

b. Bagi Guru

Guru dapat menambah materi yang lebih sulit lagi guna meningkatkan

kualitas dan prestasi siswa.

c. Bagi Sekolah

Kualitas mutu pendidikan di SMP Negeri 2 Simo Boyolali semakin

meningkat dalam pembelajaran seni budaya, dan mampu menghasilkan

sumber daya manusia yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Metode Pembelajaran

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam

mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Proses belajar mengajar

merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu

situasi pendidikan atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang diterapkan.

Dalam proses belajar mengajar seorang guru hendaknya selalu berusaha

menciptakan lingkungan belajar yang bergairah bagi anak didiknya agar tidak

terjadi suasana belajar mengajar yang membosankan. Maka perlulah dipilih suatu

metode pembelajaran guna mencapai suatu tujuan pembelajaran. Metode

berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar

seseorang (Djamarah & Aswan Zain, 2010: 73). Sedangkan pembelajaran

menurut Nana Sudjana ( dalam kutipan Rita Mariyana, 2010 ) adalah penyiapan

suatu kondisi agar terjadinya belajar. Metode pembelajaran adalah prosedur untuk

membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan

pembelajaran (Daryanto, 2010: 8). Metode mengajar adalah kumpulan dari

prinsip-prinsip yang tersusun untuk melaksanakan proses mengajar dan belajar,

terutama menyangkut cara-cara menyajikan sesuatu bahan pembelajaran pada

situasi dengan langkah-langkah yang teratur untuk mencapai suatu tujuan (Edy Tri

Sulistyo dkk, 2011: 107).

Seorang guru tidak bisa melakukan suatu proses belajar mengajar menurut

kehendak hatinya sendiri dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan.

Kegiatan belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan sama halnya dengan

pergi ke suatu tempat tanpa mengetahui tujuannya, sehingga akan sulit untuk

memilah-milah mana kegiatan yang harus dilakukan dan mana kegiatan yang

tidak perlu dilakukan dalam upaya untuk mencapai keinginan yang dicita-citakan.

Dalam melaksanakan pembelajaran guru harus selalu berorientasi pada tujuan,

karena tujuan pembelajaran merupakan arah dan pedoman untuk mengendalikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

proses belajar siswa, mulai dari tujuan yang bersifat umum sampai kepada tujuan

khusus yang secara operasional dijabarkan dalam sejumlah bentuk perilaku para

siswa yang dapat diukur baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan.

Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara

atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri

siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian tindakan kelas yang

dilakukan di SMP Negeri 2 Simo Boyolali ini, metode yang digunakan dalam

proses pembelajaran menggambar motif batik adalah dengan metode inovatif

yaitu metode discovery-inquiry.

2. Metode Discovery-Inquiry

Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar

yang hendaknya dipahami benar oleh guru. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif

yang aktif dan berfungsi karena ada perangsang dari luar. Proses pembelajaran

harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang

peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas

pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau

pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih

banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan

masalah atas bimbingan guru. Sehingga metode dalam hal ini berkedudukan

sebagai alat untuk meningkatkan minat belajar siswa dari luar. Metode adalah

salah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode mengajar merupakan suatu

teknik atau cara yang ditempuh guru dalam menyampaikan bahan pelajaran

kepada siswa dan melibatkan interaksi yang aktif dan dinamis antara guru dan

siswa, sehingga tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif

dan efisien.

Salah satu metode belajar mengajar adalah metode discovery-inquiry.

Secara etimologi, discovery inquiry berati

Discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi

sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat

kesimpulan, dan sebagainya. Menurut Robert B. Sund dalam Suradji (2008: 92),

discovery adalah kegiatan individu di mana individu mengasimilasi konsep

dan/atau prinsip-prinsip dalam proses mentalnya. Metode discovery-inquiry

merupakan suatu metode pembelajaran yang inovatif, karena di dalam metode

discovery-inqury terdapat situasi yang berbeda di mana murid berpartisipasi

secara aktif mempelajari sesuatu, sedangkan guru hanya berfungsi

mengorganisasikan kegiatan belajar muridnya. Siswa aktif mengamati sesuatu,

menggolong-golongkan data, mendiskusikan masalah, dan menyimpulkan hal-hal

yang dipelajari. Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 77):

Metode discovery-inqury merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistemati, kritis, dan logis, sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.

Dalam menggunakan metode discovery-inquiry guru hendaknya memiliki

sikap mengelola kegiatan murid yang berbeda dari cara tradisional. Guru

hendaknya dapat memberikan kebebasan kepada muridnya untuk mengemukakan

ide-idenya dan mengetes ide itu, serta dapat menciptakan lingkungan yang

responsitif sehingga ide-idenya tersebut dapat dimengerti oleh orang lain dan

siswa dapat memperoleh data yang diperlukan (Suradji, 2008: 93). Siswa

hendaknya didorong untuk mengajukan pertanyaan dan berpendapat dalam

diskusi, serta memusatkan perhatiannya pada pemecahan masalah yang dihadapi.

Mereka harus dapat mengidentifikasi masalah-masalah dalam kehidupan dan

dilatih untuk mengusahakan alternatif pemecahannya. Fungsi dari metode

discovery-inquiry adalah: (1) Membangun komitmen di kalangan peserta didik

untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas

terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran, (2)

Membangun sikap aktif, kretif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam

rangka mencapai tujuan pengajaran, (3) Membangun sikap percaya diri dan

terbuka terhadap hasil penemuannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Ada beberapa macam dalam metode discovery-inquiry, diantaranya

adalah: 1) Guided Discovery-Inquiry lab lesson, yaitu sebagian perencanaan

dibuat oleh guru, selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau

petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan

problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan

mencatat diberikan oleh guru. 2) Modified Dicovery-Inquiry, yaitu guru hanya

memberikan problema saja. Biasanya disediakan pula bahan atau alat-alat yang

diperlukan, kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui pengamatan,

eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya.

Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara

berkelompok atau perseorangan. Guru berperan sebagai pendorong, nara sumber,

dan memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses

belajar siswa. 3) Free Inquiry, yaitu kegiatan free inquiry dilakukan setelah siswa

mempelajarai dan mengerti bagaimana memecahkan suatu problema dan telah

memperoleh pengetahuan cukup tentang bidang studi tertentu serta telah

melakukan modified discovery-inquiry. Dalam metode ini siswa harus

mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang akan dipelajari atau

dipecahkan. 4) Invitation into Inquiry, yaitu siswa dilibatkan dalam proses

pemecahan problema sebagaimana cara-cara yang lazim diikuti scientist. Suatu

undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada siswa, dan melalui

pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa

untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin, semua kegiatan sebagai

berikut : merancang eksperimen, merumuskan hipotesis, menetapkan kontrol,

menentukan sebab akibat, menginterpretasi data dan membuat grafik 5) Inquiry

Role Approach, yaitu merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa

dalam tim-tim yang masing-masing terdiri atas empat anggota untuk memecahkan

invitation into inquiry. Masing-masing anggota tim diberi tugas suatu peranan

yang berbeda-beda sebagai berikut : koodinator tim, penasihat teknis, pencatat

data dan evaluator proses. 6) Pictorial Riddle, yaitu pendekatan dengan

menggunakan pictorial riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk

mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

maupun besar. Gambar atau peragaan-peragaan, atau situasi yang sesungguhnya

dapat digunakan untuk meningkatkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa. Suatu

ridlle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan

dari suatu trasparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan

dengan ridlle itu.

Berdasarkan macam metode discovery-inquiry yang telah dikemukakan di

atas, dalam penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan di SMP Negeri 2 Simo

Boyolali peneliti akan menerapkan semua macam metode discovery-inquiry

tersebut dalam pembelajaran.

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode

discovery-inquiry menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 78), antara

lain: 1) mengidentifikasi kebutuhan siswa, 2) seleksi pendahuluan terhadap

konsep yang di pelajari, 3) seleksi bahan dan masalah yang akan di pelajari, 4)

menentukan masing-masing peran yang di lakukan oleh peserta didik, 5) mencek

pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan,

6) mempersiapkan setting kelas, 7) mempersiapkan fasilitas yang di perlukan, 8)

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan

penemuan, 9) menganalisis sendiri atas data temuan, 10) merangsang terjadinya

dialog interaktif antar peserta didik, 11) memberi penguatan terhadap peserta

didik untuk giat dalam melakukan penemuan, 12) memfasilitasi peserta didik

dalam merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuan.

Menurut Kruner dalam Suradji (2008: 94) mengemukakan beberapa

keuntungan dalam menggunakan metode discovery-inquiry: 1) mendorong siswa

untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri dalam kelompoknya, 2) situasi

proses belajar lebih merangsang, 3) memberikan kepuasan yang intrinsik, 4) siswa

dapat memahami konsep-konsep/prinsip-prinsip dengan lebih baik karena

keterlibatan siswa secara aktif akan meningkatkan pengalaman proses belajarnya,

5) membiasakan siswa untuk menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan

masalah atau mentrasfernya pada situasi baru, sehingga ia mudah menyesuaikan

diri dan mudah pula dalam menghadapi masalah-masalah di dalam kehidupan

masyarakat. Selain itu terdapat keuntungan-keuntungan yang lain, diantaranya:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

dengan menggunakan metode discovery-inquiry akan menunjang pembentukan

manusia seutuhnya, karena selalu menemukan konsep-konsep/prinsip-prinsip dan

siswa juga memperoleh pengarahan diri tanggung jawab, komunikasi sosial dan

pengembangan bakatnya yang lebih baik. Dengan menggunakan metode

discovery-inquiry dapat mengembangkan self concept pada diri siswa. Dengan

keterlibatan siswa secara aktif dapat mengembangkan potensi-potensi, menyadari

apa bakatnya, bagaimana kemampuannya, dan bagaimana keadaan orang lain.

Dalam Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 79) juga menyebutkan

keunggulan menggunakan metode discovery-inquiry. Keunggulan-keunggulan

tersebut adalah: 1) Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan,

serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif, 2) Peserta didik memperoleh

pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam

pikirannya, 3) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik

untuk belajar lebih giat lagi, 4) memberikan peluang untuk berkembang dan maju

sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing, 5) memperkuat dan

menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri

karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat

terbatas.

Berdasarkan penjelasan tentang metode discovery-inquiry di atas dapat

disimpulkan bahwa metode discovery-inquiry adalah kegiatan pembelajaran yang

melibatkan kemampuan peserta didik secara maksimal, mendorong anak untuk

berpikir aktif, kritis, kreatif, imajinatif, dan mengenalkan gagasan-gagasan pada

saat yang tepat sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap,

dan ketrampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Langkah penerapan

metode discovery-inquiry pada Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di

SMP Negeri 2 Simo Boyolali dalam pembelajaran menggambar motif batik ini

adalah seperti langkah-langkah yang dikemukakan dalam Nanang Hanafiah dan

Cucu Suhana (2009) dan Suradji (2008), akan tetapi lebih diperinci. Langkah-

langkah tersebut yaitu : 1) Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan

dipelajari, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep yang akan

dipelajari dan siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan atau berpendapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

mengenai konsep-konsep tersebut. 2) Menentukan peran yang akan dilakukan

oleh masing-masing peserta didik. 3) Mencek pemahaman peserta didik terhadap

masalah yang akan dihadapi berkaitan dengan konsep yang dipelajari. 4) Guru

membagi siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 4 siswa, dengan

pembagian kelompok tersebut siswa harus aktif mengamati, mendiskusikan, dan

menggolong-golongkan lingkungan sekitar sebagai sumber ide dalam memuat

motif batik, serta dapat menyimpulkan hal yang dipelajari. 5) Masing-masing

siswa membuat motif batik berdasarkan pengembangan sumber ide.

3. Kreativitas

Kreativitas mempunyai pengertian yang bermacam-macam. Banyak

pendapat mengenai pengertian kreativitas. Menurut Brian Clego dan Paul Birch

(2001: 6), kreativitas merupakan istilah umum untuk hal-hal yang berkaitan, ada

kreativitas artistik (artistic creativity)-menulis buku, melukis, atau mengubah

musik, dan ada kreativitas penemuan (creativity of discovery). Beberapa ahli yang

berpendapat mengenai pengertian kreativitas antara lain Julius Chandra (1994: 17)

ketrampilan khas manusia yang dapat melahirkan pengungkapan yang unik,

berbeda, orisinil, sama sekali baru, indah, efisien, tepat sasaran d

proses menghadirkan sesuatu yang baru (the process of bringing something new

into being

pada cara berpikir dan hasrat kita untuk mencapai sesuatu yang baru atau

kreativitas adalah kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan, kadang-

kadang dengan cara yang ganjil, namun mengesankan, dan ini merupakan dasar

pendayagunaan kreatif dari daya rohani manusia dalam bidang atau lapangan

manapun. Kreativitas tidak bisa menggantikan suatu keterampilan atau keahlian

yang telah dipupuk lama dengan disiplin profesional yang kuat, akan tetapi

sentuhan kreativitas senantiasa mampu memperkaya semua bidang keahlian.

Kemampuan kreatif sering dihubungkan dengan tindakan pada waktu melihat,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

maksudnya bahwa orang yang menemukan gagasan kreatif tersebut adalah orang

yang mampu melihat suatu fakta yang hal tersebut tidak tampak oleh orang lain.

Menurut Primadi (1998) dalam Shahib (2003: 61) mengemukakan, bahwa

kreativitas merupakan salah satu kemampuan manusia untuk mengintegrasikan

stimulus luar dengan memori yang telah dimiliki sebelumnya menjadi suatu

bentuk baru. Kreativitas bukanlah hasil dadakan, tetapi merupakan hasil dari

pengalaman pembelajaran yang terdiri dari logika, daya cipta, fisik, motivasi,

perasaan, dan imajenasi yang terintegrasi menjadi ide baru (Shahib, 2003: 2).

Kreativitas manusia sangat bergantung kepada kecerdasan emosional yang

dikontrol oleh otak kiri dan otak kanan. Otak kiri penting untuk berfikir logika

(rasional), sedangkan otak kanan penting untuk mengembangkan sikap (perasaan)

dan kemampuan kreasi atau daya cipta, serta kemampuan berimajinasi. Ketiga

komponen ini sangat menentukan kreativitas. Oleh karena itu, pembinaan kedua

fungsi otak tersebut harus seimbang. Dan untuk memacu kreativitas diperlukan

pembinaan sejak kecil.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah

suatu proses menciptakan sesuatu yang baru ataupun kombinasi dari yang sudah

ada secara sadar. Banyak yang berpendapat bahwa kreativitas hanya dimiliki oleh

orang-orang tertentu saja. Orang-orang yang mempunyai kecerdasan yang tinggi

dan mempunyai bakat yang luar biasa. Padahal kreativitas dapat dilatih dan

dirangsang secara terus menerus. Hal ini dikuatkan juga oleh pendapat Julius

Chandra (1994: 27) bahwa pada dasarnya setiap orang mempunyai potensi

kreativitas lebih banyak dari pada yang biasa digunakannya. Kesanggupan untuk

mencipta atau mencari pemecahan masalah dengan jitu tidak terbatas pada bakat-

bakat luar biasa saja.

Dalam bukunya Munandar (2004: 20) menyatakan bahwa kreativitas

didefinisikan menjadi 4 (4p dari kreativitas) yaitu : (1) Person ( Pribadi), (2)

Process (Proses), (3) Produck (Produk), (4) Press (dorongan). Pada saat berpikir

kreatif maka akan terwujud suatu kreativitas yang akan disajikan ke dalam sesuatu

yang bermacam-macam. Menurut Rawlinson (1986: 13) berfikir kreatif ialah

menghubungkan ide atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhubungan. Berpikir

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

kreatif memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah secara sistematis,

menghadapi berjuta tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan

pertanyaan inovatif, dan merancang solusi orisinal. Setiap manusia memiliki

kapasitas untuk menggunakan pikiran dan imajenasi mereka secara konstruktif

untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Menurut Cameron (1992) dalam Elaine B.

Johnson (2002: 213), kreativitas adalah ciptaan alam

sendiri adalah ciptaan. Dan pada gilirannya, kita ditakdirkan untuk meneruskan

kreativitas dengan menjadikan diri kita kreatif. Berpikir kreatif adalah kebiasaan

dari pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi, menhidupkan imajenasi,

mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang

menajubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Pemikir kreatif

dengan sengaja melatih imajenasi mereka, sebagian dengan memandang sesuatu

dari sudut pandang yang tidak biasa.

Menurut Rawlinson (1986: 24) berfikir kreatif memiliki lima tahap yaitu : (1) Persiapan merupakan tahap mendapatkan fakta dan pengetahuan mengenai sesuatu persoalan untuk mengerjakan empat tahap berikutnya. (2) Usaha merupakan tahap menerapakan berfikir divergen. Memerlukan usaha yang sadar untuk memisahkan produksi ide dari evaluasi ide, dan harus diikuti ketentuan menunda penilaiaan. Dalam proses usaha, mencatat semua ide. (3) Inkubasi merupakan tahap meninggalkan persoalan dan memikirkan hal-hal lain. Pada hakikatnya, persoalan ditekankan ke bawah sadar. Inkubasi terjadi dengan secara sadar membaca daftar ide untuk merangsang timbulnya ide baru. (4) Pengertian yaitu memberi penerangan disertai perasaan lega, atau hilangnya tekanan. (5) Evaluasi merupakan ide yang diciptakan dalam tahap-tahap sebelumnya diperiksa dan tahap evaluasi dengan kritis dan disisihkan bila tidak bermanfaat. Tahap evaluasi tidak dipergunakan dalam tahap utama Menurut Jordan E.Ayan (2002: 54) Kreativitas muncul dalam proses

empat tahap yaitu : 1) persiapan; 2) inkubasi; 3) pencerahan; dan 4) pelaksanaan

atau pembuktian. Tahap persiapan merupakan persiapan diri untuk memecahkan

masalah dengan mengumpulkan data/informasi, mempelajari pola berpikir dari

orang lain dan bertanya pada orang lain. Suatu tahap berorientasi tugas ketika

seseorang melakukan riset khusus dengan membaca, mewawancarai orang,

bertualang atau kegiatan lain yang berfungsi mengumpulkan ide,fakta, dan opini.

Pada tahap inkubasi pengumpulan informasi dihentikan, masa menyimpan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

informasi yang sudah dikumpulkan lalu berhenti dan tidak lagi memusatkan diri

atau merenungkannya. Tahap pencerahan atau iluminasi merupakan tahap

timbulnya inspirasi atau gagasan baru. Sedangkan untuk tahap pelaksanaan/

pembuktian (verifikasi), tahap ini merupakan tahap pengujian ide atau kreasi baru

tersebut terhadap realitas. Di sini diperlukan pemikiran yang kreatif dan kritis.

Beberapa kendala yang membungkam kreativitas adalah: (1) Peraturan dan

persyaratan yang membatasi dan melarang, (2) Perilaku menerima dengan pasif ,

tanpa bertanya, (3) pengotak-ngotakan, (4) Takut membuat kesalahan, (5) Tidak

menyempatkan diri untuk merenung.

Berdasarkan pengertian di atas hendaknya pendidik menghargai segala

keunikan dan bakat yang dimiliki oleh anak didiknya. Sebagai pendidik

hendaknya membantu melatih, merangsang, menghidupkan imajinasi dan

menumbuhkembangkan kreativitas anak sehingga mereka dapat berpikir kreatif

dan muncul bakat pada peserta didik. Tahap berfikir kreatif yang akan dijadikan

dasar dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah pendapat Rawlinson (1986: 24),

seperti yang telah dikemukakan di atas.

4. Menggambar

Menggambar merupakan salah satu cara seseorang dalam

mengekspresikan pikiran-pikirannya dan juga perasaannya. Kegiatan menggambar

biasanya dilakukan secara sadar dengan tujuan dan maksud tertentu ataupun

hanya sekedar membuat gambar yang tidak mempunyai arti. Menggambar

merupakan wujud pengeksplorasian teknis dan gaya penggalian gagasan dan

kreativitas, bahkan bisa menjadi sebuah ekspresi dan aktualisasi diri.

Menggambar biasanya digunakan untuk mengungkapkan suatu ide. Kegiatan ini

dilakukan dengan cara mencoret, menggores, menorehkan benda tajam ke benda

lain dan memberi warna, sehingga menimbulkan gambar (Hajar Pamadhi dan

Evan Sukardi S, 2008). Menggambar biasanya digunakan untuk mengungkapkan

suatu ide (Veri Apriyatno, 2004: 1). Menggambar adalah membuat guratan di atas

sebuah permukaan yang secara grafis menyajikan kemiripan mengenai sesuatu

(Francis D.K Ching, 2002: 9). Sedangkan proses menggambar adalah suatu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

interatif dari melihat, memvisualisasikan, mengekpresikan imej. Dari beberapa

pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa menggambar merupakan suatu

kegiatan kreatif dari proses pemikiran visual yang bergantung pada kemampuan

seseorang, tidak hanya melihat saja akan tetapi juga memvisualisasikan ke dalam

sesuatu.

Menggambar merupakan kegiatan ekspresif bagi anak. Dengan daya

imajinasi anak yang tinggi, mereka memvisualisasikan imajinasinya ke dalam

sebuah gambar. Dengan menggambar pula dapat membantu proses perkembangan

aspek kognitif, kecerdasan emosional, dan juga kecerdasan motoriknya.

Perkembangan kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau berpikir.

Suatu kemampuan untuk mengkoordinasikan cara berpikir untuk menyelesaikan

berbagai masalah dan dapat digunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan

kecerdasan. Emosi berhubungan dengan seluruh perkembangan anak. Anak-anak

perlu dibantu dalam menjamin hubungan dengan lingkungannya agar mereka

secara emosional dapat menyesuaikan diri, menemukan kepuasan dalam hidupnya,

dan sehat secara fisik dan mental. Menurut Patmonodewo (2003: 23), tahapan

perkembangan kognitif ada dua, yaitu tahapan sensorimotor dan tahap

praoperasional. Tahap sensorimotor dimulai sejak anak lahir sampai usia sekitar

satu dan dua tahun memahami objek di sekitarnya melalui sensori dan aktivitas

motor atau gerakannya. Sedangkan tahap praoperasional merupakan proses

berpikir anak berpusat pada penguasaan simbol-simbol (misalnya kata-kata), yang

mampu mengungkapkan pengalaman masa lalu. Untuk itu sebagai guru

hendaknya bertanggungjawab dalam membimbing dan mengarahkan anak

menjadi pribadi yang kreatif dan berguna bagi masyarakat.

Dalam menggambar harus memperhatikan unsur-unsur seni rupa dua

dimensional yaitu garis, warna, bidang, dan tekstur.

Garis adalah unsur yang paling penting/elementer dalam seni rupa. Garis

adalah hubungan dua buah titik atau jejak-jejak titik yang bersambungan atau

berderet yang dapat menghasilkan irama. Garis sangat mempengaruhi bidang dan

memiliki sifat keindahan sendiri. Garis dapat berupa bersitan kecil tajam,

berombak lemah gemulai, zig-zag yang beringas, perspektif yang berkesan tak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

kunjung habis, dan lengkung-lengkung yang anggun. Penggunaan garis secara

proporsional sangat menentukan karakter gambar.

Warna merupakan unsur atau elemen seni rupa yang sangat dominan,

karena lebih cepat tertangkap oleh mata. Warna merupakan unsur rupa yang

memberikan nuansa bagi terciptanya karya seni, dengan warna dapat ditampilkan

karya seni rupa yang menarik dan menyenangkan. Warna mewakili keindahan dan

dapat dijadikan sebagai simbol serta dapat menampilkan ekspresi dan sifat-sifat

seseorang. Jenis warna diklasifikasi ke dalam jenis warna primer, warna sekunder,

warna tersier. Warna primer adalah warna yang tidak diperoleh dari pencampuran

warna lain, warna pokok atau dengan kata lain warna yang terbebas dari unsur

warna-warna lain. seperti (merah, kuning, biru). Warna sekunder adalah

merupakan pencampuran dari dua warna Primer. misalnya warna biru campur

warna kuning jadi warna hijau, warna biru campur warna merah jadi warna ungu

atau violet, warna merah campur warna kuning jadi warna orange. Sedangkan

warna tersier adalah pencampuran dari dua warna sekunder.

Bidang dalam seni rupa merupakan salah satu unsur seni rupa yang

terbentuk dari hubungan beberapa garis. Bidang dibatasi kontur dan merupakan 2

dimensi, menyatakan permukaan, dan memiliki ukuran bidang dasar dalam seni

rupa antara lain, bidang segitiga, segi empat, trapesium, lingkaran, oval, dan

banyak lainnya. Bidang dapat diartikan sebagai spece atau ruang yang sangat

diperlukan dalam mengatur komposisi dan keseimbangan untuk menghasilkan

gambar yang baik.

Sedangkan tekstur adalah sifat atau kualitas nilai raba dari suatu

permukaan, oleh karena itu tekstur bisa halus, licin, kasar, berkerut, dan

sebagainya. Dalam tekstur visual boleh jadi kesan yang di tangkap oleh mata itu

kasar akan tetapi sesungguhnya halus atau sebaliknya. Kita dapat menentukan

halus kasarnya suatu permukaan juga dapat merasakan kualitas permukaan antara

kertas, kain, kaca, batu, kayu. Sedangkan pada tektur semu kesan yang di tangkap

oleh mata tidak sama dengan kesan yang di tangkap oleh perabaan.

Dalam Soemardaji, dkk (2001: 146), untuk memperoleh satuan komposisi

yang baik maka dalam penyusunan elemen-elemen desain haruslah didasarkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

pada beberapa prinsip seni rupa. Adapun prinsip-prinsip seni rupa yaitu: kesatuan

(unity), keseimbangan (balance), keselarasan, Irama (Rhythm), proporsi, kontras.

Kesatuan (unity), merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa yang sangat

penting. Tidak adanya kesatuan dalam sebuah karya rupa akan membuat karya

tersebut terlihat cerai-berai, kacau-balau yang mengakibatkan karya tersebut tidak

nyaman dipandang. Kesatuan dalam komposisi adalah kekompakan penyusunan

elemen-elemen (unsur-unsur) desain sehingga tidak ada elemen yang menonjol

sendiri dan tidak ada satu elemen pun yang terbuang. Masing-masing mempunyai

peranan sendiri-sendiri.

Keseimbangan (balance), karya seni dan desain harus memiliki

keseimbangan agar nyaman dipandang dan tidak berat sebelah. Keseimbangan

adalah ukuran seimbang atau tidak seimbangnya unsur-unsur desain pada dua sisi

di kiri kanan suatu sumbu (Soemardji dkk, 2001: 147). Berdasarkan tipenya, ada

keseimbangan simetris dan keseimbangan asimetris. Keseimbangan yang simetris

mempunyai unsur yang sama di kedua sisinya. Sedangkan keseimbangan

asimetris, unsur-unsur pada satu sisi berbeda unsur dari sisi lain dari satu bidang

penyusunan unsur dengan tipe ini memerlukan ketajaman rasa keseimbangan dan

latihan.

Keselarasan. Menurut Murtadi dalam (Soemardji dkk: 2001), persesuaian

dari unsur-unsur desain yang ekstrem atau antara bentuk yang serasi dan tidak

serasi. Sedangkan irama (Rhythm), adalah pengulangan gerak yang teratur dan

terus menerus. Dalam bentuk bentuk alam bisa kita ambil contoh pengulangan

gerak pada ombak laut, barisan semut, gerak dedaunan, dan lain-lain. Prinsip

irama sesungguhnya adalah hubungan pengulangan dari bentuk -bentuk unsur

rupa.

Proporsi merupakan prinsip dasar tata rupa untuk memperoleh keserasian.

Untuk memperoleh keserasian dalam sebuah karya diperlukan perbandingan-

perbandingan yang tepat. Pada dasarnya proporsi adalah perbandingan matematis

dalam sebuah bidang. Dan yang terakhir adalah kontras merupakan

pertentangan/perlawanan antara unsur-unsur yang ada.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

menggambar motif batik harus memperhatikan unsur-unsur seni rupa yang

meliputi garis, warna, bidang dan tekstur untuk menghasilkan gambar motif batik

yang indah dan kreatif selain itu perlu diperhatikan juga prinsip-prinsip seni rupa

untuk memperoleh komposisi yang baik.

5. Motif Batik

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

bagian dari budaya Indonesia (khusunya jawa) sejak lama (Ellis Widayanti, 2010:

39). Motif menurut Hery Suhersono adalah sebuah desain atau rancangan yang

dibuat dari bagian-bagian bentuk, berbagai macam garis yang dipengaruhi dalam

bentuk stilasi atau penggayaan, dan memiliki ciri tersendiri. (2005: 13). Menurut

Sewan susanto (1980: 212) motif batik adalah kerangka gambar yang

mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif batik disebut juga corak batik atau

pola batik. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulakan bahwa motif

batik merupakan kerangka gambar yang disebut dengan pola batik yang mana di

dalamnya terdapat ornamen utama dan ornamen tambahan dan isen-isen.

Batik terdiri dari beberapan susunan motif batik, hal ini diperkuat dengan

pendapat dari Sewan Susanto (1980: 212), Motif batik tersusun atas dua bagian

utama yaitu : 1) Ornamen motif batik; dan 2) Isen motif batik. Ornamen motif

batik dibagi menjadi dua, yaitu ornamen utama dan ornamen pengisi bidang atau

ornamen tambahan.

Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang menentukan motif yang

memiliki arti. misalnya : meru melambangkan gunung atau tanah yang disebut

bumi; pohon hayat atau tumbuhan melambangkan dunia tengah, garuda

melambangkan matahari atau tata surya, burung melambangkan dunia atas, candi

atau perahu (bangunan) melambangkan keramat, lidah api melambangkan api,

naga melambangkan air. Di bawah ini beberapa contoh ornamen utama dalam

motif batik:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Gambar 2.1. Naga ( Nanang, 2012)

Gambar 2.2. Burung (Kuli Keceh, 2012)

Ornamen tambahan berfungsi sebagai pengisi bidang yang tidak memiliki

arti seperti pada ornamen utama. Ornamen tambahan juga berfungsi sebagai

pengisi bidang untuk memperindah motif secara keseluruhan. Ornamen pengisi

bentuknya lebih kecil dan lebih sederhana. Pada ornamen pengisi terdapat

beberapa macam bentuk yaitu bentuk burung, binatang sederhana, bentuk

tumbuhan seperti kuncup, daun, bunga atau lung-lungan. Di bawah ini merupakan

contoh ornamen tambahan pada motif batik:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Gambar 2.3. Ornamen Tambahan (Art Craft, 2012)

Isen motif adalah berupa titik-titik, garis-garis, gabungan titik dan garis,

yang berfungsi untuk mengisi ornamen baik ornamen utama maupun ornamen

tambahan. Bentuk isen-isen lebih kecil dan rumit, jumlahnya relatif banyak sekali.

Macam-macam isen-isen antara lain cecek (cecek pitu, cecek sawut, cecek sawut

daun), sisik melik, herangan, sisik, gringsing, sawut, galaran, rambutan atau

rawan, sirapan, dan cacah gori. Di bawah ini beberapa contoh gambar isen motif:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Gambar 2.4. Isen Motif Batik (Art Craft, 2012)

Penggolongan motif batik dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1). Motif

Geometris yang berupa garis lurus, garis patah, garis sejajar, lingkaran, dan

sebagainya, dicontohkan seperti : Motif Banji, Pola Ceplok, Pola Kawung, Pola

Nitik, Pola Garis Miring. (Budiyono. dkk, 2008: 91). 2). Motif Naturalis/Non

geometris berupa tumbuh-tumbuhan, hewan dan sebagainya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Motif Geometris adalah motif-motif batik yang ornamen-ornamennya

merupakan susunan geometris. Ciri ragam hias geometris ini adalah motif tersebut

mudah dibagi-bagi menjadi bagian-

geometris ini pada dasarnya dapat dibedakan atas dua macam, yaitu: 1) Raportnya

berbentuk seperti ilmu ukur biasa, seperti bentuk-bentuk segiempat, persegi

panjang atau lingkaran. Motif batik yang memiliki raport segi empat adalah

golongan banji, ceplok, ganggang, kawung. 2) Raportnya tersusun dalam garis

miring, sehingga raportnya berbentuk semacam belah ketupat. Contoh motif ini

adalah golongan motif parang. Berikut merupakan contoh motif geometris yang

raportnya berbentuk seperti ilmu ukur biasa dan raportnya tersusun dalam garis

miring:

Gambar 2.5 Contoh motif geometris yang raportnya berbentuk seperti ilmu ukur biasa/Kawung ( Setyorini Heningtyas, 2009)

Gambar 2.6 Contoh motif geometris yang raportnya tersusun dalam garis miring/Parang (Nischal Maniar, 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Sedangkan untuk motif non geometris adalah motif yang tidak geometris

atau suatu motif yang cara pembuatannya dengan pengubahan atau penggayaan

bentuk-bentuk dari alam, baik flora maupun fauna. Motif-motif golongan non

geometris tersusun dari ornamen-ornamen tumbuhan, Meru, Pohon Hayat, Candi,

Binatang, Burung, Garuda, Ular (Naga) dalam susunan tidak teratur menurut

bidang geometris meskipun dalam bidang luas akan terjadi berulang kembali

susunan motif batik tersebut. Motif non geometris menurut Sewan Susanto (1980:

213) yaitu motif semen dan motif buketan terangbulan. Motif semen merupakan

batik klasik yang ornamen-ornamenya tersusun secara bebas namun bebas

terbatas, karena setelah suatu jarak tertentu motif atau susunan ornamen itu akan

kembali berulang. Motif buketan-terangbulan merupakan motif tumbuhan atau

lung-lungan yang panjang selebar kain. Motif ini terdapat pada kain batik sarung

dari Pekalongan, Lasem, Tegal dan Cirebon. Contoh:

Gambar 2.7 Motif non geometris (Kusuma dan Puyak, 2012)

B. Kerangka Berpikir

Pada dasarnya sebuah kerangka berfikir bertujuan sebagai pedoman atau

arahan dalam pengetahuan dasar pada peneliti. Berdasarkan observasi awal

kreativitas siswa kelas VIII A masih kurang, hal ini dapat dilihat melaui

penciptaan bentuk motif batik dari siswa. Masih banyak siswa yang meniru motif

yang sudah ada, dan tidak mengembangkan motif tersebut. Dan masih banyak

juga siswa yang terpaku dengan motif geometris dan dengan teknik repetisi. Hal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

tersebut membuat pola pikir siswa tidak kreatif dalam menggambar motif batik.

Motif batik yang dihasilkan siswa terskesan monoton dan membosankan. Siswa

belum dapat menggunakan sumber ide yang berada di sekitar mereka dan belum

bisa membuka daya imajinasi mereka untuk menggambar motif batik non

geometris. Selain itu siswa belum menguasai unsur-unsur seni rupa dengan baik

dalam menggambar motif batik yang meliputi warna, bidang, dan garis. Warna

yang dihasilkan siswa terkesan asal-asalan sesuai selera masing-masing tanpa

mempertimbangkan motif batik yang digambar, padahal warna merupakan unsur

seni rupa yang sangat dominan karena lebih cepat tertangkap oleh mata. Siswa

juga belum bisa memanfaatkan bidang. Masih ada beberapa dari gambar motif

batik dari siswa yang masih kosong yang seharusnya bisa ditambahkan isen-isen

motif ke dalamnya. Sesungguhnya, semakin padat motif dalam menggambar batik

maka semakin indah gambar yang dihasilkan dengan memperhatikan ritme,

variasi, titik pusat perhatian, dan dominasi sehingga gambar yang dihasilkan

menarik dan tidak membosankan pandangan.

Bedasarkan uraian di atas faktor utama yang mempengaruhi kreativitas

siswa dalam menggambar motif batik adalah metode yang digunakan oleh guru

dalam kegiatan belajar mengajar. Guru menggunakan metode yang kurang

inovatif dan kurang menarik perhatian siswa. Guru belum mampu merangsang

siswa untuk berfikir kreatif. Guru hanya menekankan untuk menggambar motif

batik yang tidak mencontoh dari buku, akan tetapi pada kenyataannya masih ada

beberapa siswa yang mencontoh motif batik dari buku. Selain itu siswa belum

mampu mengembangkan bentuk motif batik yang ada menjadi motif baru atau

kombinasi dari motif yang ada, hal ini disebabkan karena kurangnya referensi

tentang motif batik.

Masalah di atas dapat diatasi dengan memperbaiki metode pembelajaran

melalui penelitian tindakan kelas. Metode discovery-inquiry termasuk salah satu

metode yang inovatif. Dengan menggunakan metode discovery-inquiry dapat

merangsang dan mendorong siswa untuk lebih berpikir kreatif. Di dalam metode

discovery-inquiry terdapat situasi yang berbeda dimana siswa berpartisipasi secara

aktif mempelajari sesuatu, sedangkan guru berfungsi mengorganisasikan kegiatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

belajar muridnya. Siswa belajar aktif dalam kelompok kecil maupun besar dalam

mengamati sesuatu, menggolong-golongkan data, mendiskusikan masalah, dan

menyimpulkan hal-hal yang dipelajari, sehingga siswa dapat berpikir dan bekerja

atas inisiatif sendiri di dalam kelompoknya. Dengan menggunakan metode

discovery-inquiry tersebut diharapkan dapat merangsang siswa berpikir kreatif

dalam membuat motif batik berdasarkan sumber ide yang digunakannya.

Langkah penerapan metode discovery-inquiry dalam pembelajaran

menggambar motif batik adalah sebagai berikut: 1) Seleksi pendahuluan terhadap

konsep yang akan dipelajari, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai

konsep yang akan dipelajari dan siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan atau

berpendapat mengenai konsep-konsep tersebut. 2) Menentukan peran yang akan

dilakukan oleh masing-masing peserta didik. 3) Mencek pemahaman peserta didik

terhadap masalah yang akan dihadapi berkaitan dengan konsep yang dipelajari. 4)

Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 4 siswa,

dengan pembagian kelompok tersebut siswa harus aktif mengamati,

mendiskusikan, dan menggolong-golongkan data, serta dapat menyimpulkan hal

yang dipelajari. 5) Masing-masing siswa membuat motif batik berdasarkan

pengembangan sumber ide.

Dengan metode discovery-inquiry minat siswa dalam kegiatan belajar

mengajar menggambar motif batik meningkat, melalui diskusi siswa mampu

menemukan ide-ide kreatif dan dapat menciptakan gambar motif batik yang

kreatif sehingga kreativitas menggambar motif batik kelas VIII-A SMP Negeri 2

Simo Boyolali meningkat. Maka kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Akar Permasalahan

Siswa

Kreativitas siswa dalam menggambar motif batik kurang,

dilihat dari:

a. Siswa masih mencontoh gambar dan belum bisa

mengembangkan gambar yang dicontoh

b. Siswa masih terpaku dengan motif batik geometris

dan hanya menggunakan teknik repetisi dalam

menggambar motif batik

c. Imajenasi dan pola pikir siswa kurang kreatif

Guru

a. Menggunakan metode yang kurang menarik

perhatian siswa dan kurang merangsang daya

imajenasi siswa

b. Kurang bahan referensi bagi siswa

Gambar: 2. 8. Kerangka Berpikir

Alterna.f Tindakan

Langkah I

Seleksi pendahuluan terhadap moぼf baぼk yang akan dipelajari, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai moぼf baぼk dan siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan atau berpendapat mengenai konsep-konsep tersebut.

Langkah II

Pembagian kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 4 siswa, dengan pembagian kelompok tersebut siswa harus akぼf mengamaぼ, mendiskusikan, dan menggolong-golongkan lingkungan sekitar sebagai sumber ide, serta dapat menyimpulkan hal yang dipelajari.

Langkah III

Praktek menggambar moぼf baぼk sesuai dengan pengembangan sumber ide.

Meningkatkat Krea.vitas Menggambar Mo.f Ba.k

- 75% siswa mampu berpikir kreaぼf, menemukan, dan mengembangkan idenya dalam menggambar moぼf baぼk

- 75% siswa mampu mengolah sumber ide menjadi moぼf baぼk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat dirumuskan hipotesis

Dicovery-Inquiry dapat

meningkatkan kreativitas menggambar motif batik pada siswa kelas VIII-A SMP

Negeri 2 Simo Boyolali tahun p

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Simo Boyolali, tepatnya di Jl.

Pendidikan No. 1 Kedonglengkong, kecamatan Simo kabupaten Boyolali, kode

pos 57377, berada di daerah yang cukup jauh dari kota, akan tetapi berada di

lokasi yang strategis di pinggir jalan sehingga mudah dijangkau dari seluruh

wilayah.

Waktu penelitian persiapan hingga hingga pelaporan hasil hasil penelitian

dilakukan kurang lebih selama 6 bulan, yaitu mulai dari bulan Mei 2012 hingga

bulan November 2012. kegiatan perencanaan (menyusun proposal) dilaksanakan

pada bulan Mei hingga bulan Juni. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan pada

bulan Agustus hingga September, sedangkan penyusunan laporan pada bulan

September hingga bulan November.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII-A SMP

Negeri 2 Simo Boyolali yang berjumlah 35 siswa, dengan rincian siswa putra

berjumlah 16 orang dan siswa putri berjumlah 19 orang dan bapak Krisnadi, S. Pd

selaku guru pengampu mata pelajaran seni budaya di SMP Negeri 2 Simo

Boyolali.

C. Data dan Sumber Data

1. Data Penelitian

Data penelitian menunjukkan data apa saja yang menjadi fokus penelitian.

Jenis data yang menjadi fokus penelitian pada penelitian tindakan kelas ini adalah:

a) Data kuantitatif yang berupa hasil penilaian dari aspek psikomotorik yang

merupakan gambar motif batik siswa. Aspek yang dinilai meliputi sumber ide

yang digunakan, bentuk, warna, komposisi, garis, keseimbangan. b) Data

kualitatif yang berupa catatan lapangan mengenai proses pelaksanaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

pembelajaran menggambar motif batik, keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini dikumpulkan dari

berbagai sumber yang meliputi:

2.1 Informan inti, yaitu: 1) Guru mata pelajaran seni budaya, data yang

diperoleh berupa informasi mengenai hasil gambar motif batik siswa dan

keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar menggambar

motif batik sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas. 2) Siswa kelas

VIII-A sebagai subjek penelitian, data yang diperoleh berupa hasil gambar

motif batik siswa, sumber ide yang dipakai dalam pembuatan motif, dan

keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar menggambar

motif batik sebelum dilakukan dan setelah dilakukan penelitian tindakan

kelas.

2.2 Dokumen dan arsip yang terdiri dari kurikulum, silabus, rencana

pelaksanaan pembelajaran, dan karya motif batik siswa.

2.3 Tempat dan peristiwa berlangsungnya kegiatan pembelajaran menggambar

motif batik ketika metode discovery-inquiry dilaksanakan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk

mendapatkan data yang diperlukan dengan menggunakan teknik-teknik tertentu.

Data yang diperlukan merupakan data yang benar-benar terpercaya. Dalam

penelitian tindakan kelas ini teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu data

primer berupa data hasil tugas dan data sekunder yang merupakan hasil dari

observasi, dan wawancara dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan cara untuk merekam segala kegiatan belajar

mengajar dalam pelajaran menggambar motif batik yang terjadi selama tindakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

penelitian berlangsung, dengan atau tanpa alat bantu. Metode observasi yang

dipilih dalam penelitian ini adalah metode observasi partisipasif.

Dengan observasi partisipasif ini peneliti terlibat dengan kegiatan orang

yang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil

melakukan pengamatan, peneliti ikut merasakan suka dukanya. Sehingga dengan

menggunakan penelitian ini diharapkan peneliti mengetahui kekurangan dan

kesulitan guru dalam mengajar sebelum menggunakan metode discovery-inquiry,

dan juga keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan suatu metode mencari data mengenai hal-

hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Menurut ( Sugiyono, 2009:

82), dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan seperti silabus, RPP, daftar nama dan

nilai siswa. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto. Sedangkan dokumen

yang berbentuk karya misalnya karya-karya motif batik siswa.

Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh

data sekolah, data siswa, dan data hasil belajar siswa berupa nilai tugas

menggambar motif batik siswa kelas VIII-A di SMP Negeri 2 Simo Boyolali yang

diperoleh melalui tugas ketika metode discovery-inquiry dilaksanakan.

3. Wawancara

Menurut Sugiyono (2009: 72) wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan antara peneliti dan guru

pengampu mata pelajaran seni budaya. Wawancara dengan guru dilakukan di luar

pembelajaran, dan dilaksanakan setelah melakukan pengamatan pertama terhadap

kegiatan belajar mengajar, dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

kesulitan yang dihadapi oleh guru pada saat melakukan pembelajaran

menggambar motif batik, keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar, dan kelebihan metode yang digunakan.

Wawancara dilaksanakan secara acak, akan tetapi mewakili dari semua

kemampuan siswa dalam menggambar motif batik, dengan menanyakan tentang

kesulitan yang dihadapi siswa dalam menggambar motif batik sebelum

menggunakan metode pembelajaran discovery-inquiry dan pada saat akhir

kegiatan pembelajaran setelah menggunakan metode pembelajaran discovery-

inquiry.

E. Uji Validitas Data

Teknik validitas data merupakan cara yang digunakan dalam penelitian

untuk membuktikan kebenaran data-data yang diperoleh dalam penelitian. Untuk

memberikan data-data yang terpercaya, peneliti menggunakan triangulasi sumber

data. Triangulasi dilakukan dengan pengecekan data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara dan barbagai waktu, seperti pengecekan kembali data-data

penelitian yang telah diperoleh dengan cara mengkomunikasikan sajian data yang

mungkin belum sempurna kepada informan lain yang mempunyai pengetahuan

lebih.

Sebelum penulisan laporan, dalam penelitian tindakan kelas ini data yang

sudah diperoleh akan dicek kembali oleh informan lain dan mengkonfirmasikan

data sehingga dapat diperoleh kesepakatan antara peneliti dan informan tentang

data temuan tersebut.

F. Analisis Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis data statistik

deskriptif komparatif dan teknik analitis kritis. Teknik statistik deskriptif

komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yaitu dengan membandingkan hasil

antar siklus, satatistik deskriptif untuk nilai siswa dan penjelasannya dan

komparatif untuk mengkomparatifkan sumber ide sejenis yang digunakan siswa.

Sedangkan teknik analisis kritis digunakan untuk data kualitatif yaitu mencakup

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

kegiatan belajar mengajar untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja

siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Hasil analisis tersebut digunakan

sebagai dasar dalam menyusun perencanaan tindakan kelas pada tahap berikutnya

sesuai dengan siklus yang ada.

G. Indikator Capaian Penelitian

Untuk menentukan ketercapaian tujuan penelitian tindakan kelas ini perlu

dirumuskan indikator keberhasilan tindakan. Rumusan indikator keberhasilan

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Aspek yan Diukur Persentase

Siswa yang

Ditargetkan

Cara Mengukur

Kemampuan berpikir kreatif, menemukan dan

mengembangkan idenya dalam menggambar

motif batik

75% Diamati pada saat pembelajaran, diukur

melalui pengamatan, diskusi siswa, dan

analisis yang dilakukan oleh siswa

terhadap lingkungan sekitar sebagai

sumber ide

Kemampuan mengolah sumber ide menjadi motif

batik

75% Diukur melalui hasil karya siswa dengan

sumber ide yang digunakan untuk

dijadikan motif batik

Tabel: 3.1. Rumusan indikator Keberhasilan Tindakan

H. Prosedur Penelitian

Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini, melaksanakan

tindakan-tindakan, prosedur-prosedur dan langkah-langkah yang diwujudkan

dalam bentuk siklusnya. Pada penelitian ini terdiri dari dua siklus yang mencakup

empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Prosedur yang akan ditempuh adalah sesuai dengan gambar berikut ini:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Dr. Iskandar, M.Pd)

Adapun penjelasan dari kedua siklus dalam pembelajaran menggambar

motif batik di atas adalah sebagai berikut:

Siklus I terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

refleksi.

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap pertama pada siklus ini adalah tahap perencanaan yang meliputi:

1) Mengidentifikasi kebutuhan siswa, yaitu kebutuhan akan pengetahuan

mengenai prinsip-prinsip seni rupa, unsur seni rupa, bagian-bagian motif batik,

dan penggolongan motif batik. 2) Menyeleksi pendahuluan terhadap konsep

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

Permasalahan Baru Hasil Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

Simpulan

Siklus I

Siklus II

Idenぼfikasi Masalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

yang dipelajari, yaitu dengan mempersiapkan dan membuat perencanaan

instrument penelitian (silabus, RPP, lembar observasi, lembar penilaian,

lembar wawancara). 3) Menyeleksi bahan dan masalah yang akan dipelajari,

yaitu dengan mempersiapkan media dan membuat bahan ajar yaitu materi

motif batik

Pelaksanaan siklus I ini untuk meningkatkan kreatifitas menggambar

motif batik, yang direncanakan dua kali pertemuan, setiap pertemuan 80 menit.

Materi yang digunakan dalam pelaksanaan siklus I adalah kreasi motif batik

dengan memanfaatkan tanaman sekitar sebagai sumber ide dalam pembuatan

motif batik. Indikator pembelajaran yang ingin dicapai adalah: mampu

berpikir kreatif menemukan dan mengembangkan idenya dalam menggambar

motif batik dan mampu mengolah sumber ide menjadi motif batik.

Langkah-langkah yang dilakukan, direncanakan oleh peneliti yang

kemudian dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan. Proses

pembelajaran dipusatkan pada siswa, dimana siswa berpartisipasi secara aktif

mempelajari sesuatu sedangkan guru hanya mengorganisasikan kegiatan

belajar siswa.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah

disusun. Proses pembelajaran menggunakan metode discovery-inquiry, sesuai

dengan indikator penelitian yaitu mampu berpikir kreatif menemukan dan

mengembangkan idenya dalam menggambar motif batik dan mampu

mengolah sumber ide menjadi motif batik.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan pada siklus I secara rinci

adalah sebagai berikut : 1) Menentukan masing-masing peran yang dilakukan

oleh peserta didik, yaitu dengan memberi tahu materi yang akan diajarkan dan

SK, KD yang hendak dicapai. 2) Mencek pemahaman peserta didik terhadap

masalah yang akan diselidiki dan ditemukan, yaitu dengan memberikan

apersepsi awal yang berupa pertanyaan untuk menyeleksi pengetahuan dan

pemahaman peserta didik terhadap materi yang akan diajarkan, serta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

memberikan kebutuhan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip seni rupa,

unsur-unsur seni rupa, bagian-bagian motif batik, dan penggolongan motif

batik. 3) Mempersiapkan setting kelas, yaitu dengan membagi kelas menjadi

beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 4 siswa. Hal ini bertujuan

agar siswa mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai sumber ide yang

digunakan dalam menggambar motif batik. 4) Mempersiapkan fasilitas yang

diperlukan, yaitu dengan memberikan materi atau tugas menggambar motif

batik dengan memanfaatkan tanaman sekitar sebagai sumber ide dalam

pembuatan motif. 5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

melakukan penyelidikan dan penemuan sumber ide dalam pembuatan motif

batik. 6) Merangsang terjadinya dialog interaktif antar peserta didik, yaitu

dengan mempresentasikan hasil karya motif batik yang dibuat di depan kelas.

c. Tahap Pengamatan

Tahap pengamatan dilakukan untuk mengetahui keadaan objek

penelitian secara langsung, yaitu peneliti mengamati siswa saat proses

pembelajaran dan mencatat hal-hal yang mungkin terjadi ketika tindakan

berlangsung dengan menganalisis atas data temuan dengan maksud : 1)

Mendapatkan data selengkap mungkin dengan adanya keterlibatan langsung

dalam penelitian, 2) Mengetahui keaktifan siswa dalam kegiatan belajar

mengajar menggambar motif batik, 3) Mengetahui tingkat pengetahuan dan

pemahaman siswa terhadap motif batik, 4) Mengetahui kreativitas siswa

dalam menemukan ide-ide kreatif berdasarkan sumber ide yang digunakan

dalam menggambar motif batik

d. Tahap refleksi

Pada tahap ini data diperoleh melalui hasil observasi yang dikumpulkan

dan menganalisis data temuan. Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi

yang dikumpulkan kemudian dianalisis, peneliti dapat merefleksikan apakah

metode discovery-inquiry yang telah dilakukan dapat meningkatkan kreativitas

menggambar motif batik siswa pada kelas VIII-A di SMP Negeri 2 Simo

Boyolali. Apabila hasil dari siklus ke I belum memenuhi indikator kinerja,

maka dilakukan pelaksanaan pembelajaran siklus ke II. Siklus ke II terdiri dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan/observasi, dan tahap

refleksi.

Siklus II terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

refleksi.

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan pada siklus II ini dilakukan untuk mengetahui

apakah setelah tindakan siklus I dilakukan terjadi perubahan atau peningkatan

sehingga diperlukan suatu gambaran tentang keadaan awal. Dari gambaran

tersebut dapat ditentukan apa yang harus diubah, diperbaiki atau ditingkatkan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perencanaan tindakan pada siklus II

merupakan perbaikan dari perencanaan tindakan siklus I.

Tindakan pada siklus II masih tetap menggunakan metode discovery-

inquiry dengan materi yang sama yaitu menggambar motif batik akan tetapi

menggunakan fauna sebagai sumber ide dalam pembuatan motif.

Direncanakan dua kali pertemuan, setiap pertemuan 80 menit, dengan

Indikator pembelajaran yang ingin dicapai adalah: mampu berpikir kreatif

menemukan dan mengembangkan idenya dalam menggambar motif batik dan

mampu mengolah sumber ide menjadi motif batik.

Tahap pertama pada siklus ini adalah tahap perencanaan yang meliputi:

1) Mengidentifikasi kebutuhan siswa, yaitu kebutuhan akan pengetahuan

mengenai motif batik dengan sumber ide fauna 2) Menyeleksi pendahuluan

terhadap konsep yang dipelajari, yaitu dengan mempersiapkan dan membuat

perencanaan instrument penelitian (RPP, lembar observasi, lembar penilaian,

lembar wawancara). 3) Menyeleksi bahan dan masalah yang akan dipelajari,

yaitu dengan mempersiapkan media dan membuat bahan ajar yaitu materi

motif batik

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah

disusun. Proses pembelajaran menggunakan metode discovery-inquiry, sesuai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

dengan indikator penelitian yaitu mampu berpikir kreatif menemukan dan

mengembangkan idenya dalam menggambar motif batik dan mampu

mengolah sumber ide menjadi motif batik.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan pada siklus II secara

rinci adalah sebagai berikut : 1) Menentukan masing-masing peran yang

dilakukan oleh peserta didik, yaitu dengan memberi tahu materi yang akan

diajarkan dan SK, KD yang hendak dicapai. 2) Mencek pemahaman peserta

didik terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan, yaitu dengan

pertanyaan untuk menyeleksi pengetahuan dan pemahaman peserta didik

terhadap materi yang telah diajarkan, 3) Mempersiapkan setting kelas, yaitu

dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3

sampai 4 siswa. Hal ini bertujuan agar siswa mendiskusikan dengan

kelompoknya mengenai sumber ide yang digunakan dalam menggambar motif

batik. 4) Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan, yaitu dengan memberikan

materi atau tugas menggambar motif batik dengan memanfaatkan fauna

sebagai sumber ide dalam pembuatan motif batik. 5) Memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan penemuan sumber ide

dalam pembuatan motif batik. 6) Merangsang terjadinya dialog interaktif antar

peserta didik, yaitu dengan mempresentasikan hasil karya motif batik yang

dibuat di depan kelas.

c. Tahap Pengamatan

Seperti tahap pengamatan yang dilakukan pada siklus I, tahap

pengamatan pada siklus II ini dilakukan untuk mengetahui keadaan objek

penelitian secara langsung, yaitu peneliti mengamati siswa saat proses

pembelajaran dan mencatat hal-hal yang mungkin terjadi ketika tindakan

berlangsung dengan menganalisis atas data temuan dengan maksud : 1)

Mendapatkan data selengkap mungkin dengan adanya keterlibatan langsung

dalam penelitian, 2) Mengetahui keaktifan siswa dalam kegiatan belajar

mengajar menggambar motif batik, 3) Mengetahui tingkat pengetahuan dan

pemahaman siswa terhadap motif batik, 4) Mengetahui kreativitas siswa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

dalam menemukan ide-ide kreatif berdasarkan pengembangan sumber ide

yang digunakan dalam menggambar motif batik

d. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan dengan mengumpulkan hasil yang didapat dari

pengamatan atau observasi pembelajaran menggambar motif batik yang

kemudian menganalisis data temuan guna memperoleh kesimpulan tentang

keberhasilan dan kekurangan tindakan pada proses pembelajaran dengan

penerapan metode discovery-inquiry.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Hasil penelitian ini diperoleh dari tindakan pada siklus I, Siklus II.

Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan

kegiatan observasi awal untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan.

Hasil dari kegiatan observasi awal adalah sebagai berikut:

a. Letak geografis SMP Negeri 2 Simo Boyolali

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Simo Boyolali, tepatnya di Jl.

Pendidikan No. 1 Kedonglengkong, kecamatan Simo kabupaten Boyolali, Telp.

(0276) 3294863, Kode Pos 57377. Sekolah tersebut berdiri pada tanggal 9 Juli

1981, Nomor Induk sekolah (NIS) 200630, Dan Nomor statistik sekolah (NSS)

20103091 3063. Berada di daerah yang cukup jauh dari kota, akan tetapi berada

di lokasi yang strategis di pinggir jalan sehingga mudah dijangkau dari seluruh

wilayah.

Gambar 4.1 SMP Negeri 2 Simo yang berada di Jl. Pendidikan 01 Kedunglengkong Simo, Boyolali (Dokumentasi: Faizah S, 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

b. Visi dan Misi SMP Negeri 2 Simo

V

Indikator :

Terwujudnya:

1) Lulusan yang cerdas, terampil dan kompetitif.

2) Pengembangan kurikulum yang adaptif.

3) Proses pembelajaran yang efektif dan efisen.

4) Sarana dan prasarana yang memadai dan berbasis ICT ( Information and

Comunication Technologi ).

5) Sumber daya manusia yang memiliki etos kerja yang tinggi.

6) Menejemen sekolah yang tangguh dan partisipatif.

7) Penggalangan beaya pendidikan yang memadai.

8) Mewujudkan sistim penilaian yang menyeluruh, otentik, obyektif dan

berkelanjutan yang mampu mengukur kompetensi siswa secara utuh.

9) Budaya sopan santun dalam bersikap dan bertingkah laku.

10) Lingkungan sekolah yang kondusif, tertib dan teratur.

Sedangkan untuk Misi SMP Negeri 2 Simo adalah:

1) Mewujudkan sekolah yang inovatif yang menghsilkan lulusan yang cerdas ,

terampil dan berakhlak mulia.

2) Mewujudkan kurikulum yang adaptif dan berkualitas.

3) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara yang efektif, efisien dan

mampu mengembangkan kualitas dasar siswa.

4) Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai yang berbasis ICT

(Information and Comunication Technologi).

5) Melaksanakan pengembangan sumber daya pendidik dan tenaga

kependidikan.

6) Menciptakan pola manajemen yang aspiratif dan partisipatif.

7) Menumbuhkan kesadaran orang tua siswa untuk membantu pendanaan, sesuai

kebutuhan sekolah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

8) Mewujudkan sistim penilaian yang menyeluruh, otentik, obyektif dan

berkelanjutan yang mampu mengukur kompetensi siswa secara utuh.

9) Melaksanakan pengembangan kegiatan dalam aspek tata krama di sekolah.

10) Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, tertib dan teratur.

c. Keadaan Sekolah SMP Negeri 2 Simo

SMP Negeri 2 Simo Boyolali berada di daerah pedesaan, berdiri pada

tahun 1981. Sekolah ini berdiri diatas tanah seluas 12927 m2 yang terdiri dari

bangunan gedung, halaman sekolah yang rindang karena di sekitar sekolah

tumbuh pohon-pohon yang rimbun, sehingga nyaman untuk bermain anak-anak

dikala istirahat.

Sekolah ini di pimpin oleh Hasan Basri, S. Pd sebagai kepala sekolah.

Sejak November 2008 SMP Negeri 2 Simo telah terakreditasi berdasarkan

ketetapan badan akreditasi sekolah dengan peringkat A. Memiliki 41 tenaga

pendidik, terdiri dari 37 tenaga PNS, dan 4 guru wiyata bakti. Sedangkan tenaga

administrasi berjumlah 11 orang, terdiri dari 4 orang PNS dan 7 orang PTT.

Sekolah ini merupakan sekolah lanjutan tingkat pertama yang memiliki

jumlah ruangan terdiri dari 15 ruang teori, 1 pos satpam, 1 ruang guru, 1 ruang

tata usaha, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang komputer, 1 ruang laboratorium, 1

ruang ketrampilan, 1 ruang perpustakaan, 1 lab bahasa, 1 mushola, 1 ruang UKS,

1 ruang OSIS, 1 kantin, 1 rumah penjaga sekolah, 1 ruang BP, 1 gudang, 1 tempat

parkir sepeda guru, 1 tempat parkir sepeda murid, 1 halaman upacara, 1 lapangan

olahraga, 3 kamar mandi/wc siswa, dan 2 kamar mandi/wc guru. Adapun gambar

denahnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Gambar 4.2 Denah SMP Negeri 2 Simo (Dokumentasi: Faizah S, 2012)

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII-A SMP

Negeri 2 Simo Boyolali yang berjumlah 35 siswa, dengan rincian siswa putra

berjumlah 16 orang dan siswa putri berjumlah 19 orang dan bapak Krisnadi, S. Pd

selaku guru pengampu mata pelajaran seni budaya di SMP Negeri 2 Simo

Boyolali.

2. Kondisi Awal Pembelajaran

Untuk mengetahui kondisi awal kegiatan belajar mengajar menggambar

motif batik kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo, peneliti melakukan observasi pada

saat kegiatan belajar mengajar (KBM). Tahap observasi awal dilakukan pada hari

selasa tanggal 31 Juli 2012. Pembelajaran seni budaya dilakukan setiap hari

selasa pada jam ke 3 dan jam ke 4, diselingi dengan istirahat selama 15 menit.

Dimulai pada pukul 08.35 sampai dengan 09.15 yang kemudian diselingi istirahat

hingga pukul 09.30 dan melanjutkan pelajaran sampai pukul 10.10 dengan guru

pengampu mata pelajaran seni budaya yaitu oleh Krisnadi, S. Pd. Berikut gambar

suasana pembelajaran Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Gambar 4.3 Suasana KBM kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali (Dokumentasi: Faizah S, 2012)

Pada observasi awal peneliti mangamati jalannya kegiatan belajar

mengajar dan mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi guru dan siswa

pada saat pembelajaran. Selama kegiatan belajar mengajar (KBM), hal-hal yang

dilakukan oleh guru antara lain: (1) guru menjelaskan mengenai materi yang akan

disampaikan dan kegiatan yang akan dilakukan pada hari tersebut, (2) siswa

diminta untuk mengeluarkan buku untuk mencatat mengenai materi yang

disampaikan, (3) guru mendikti siswa mengenai materi yang diajarkan pada hari

tersebut, (4) guru menjelaskan dan memberi contoh gambar sesuai dengan materi

yang diajarkan dengan memberi contoh gambar siswa terdahulu.

Berdasarkan hasil observasi kegiatan belajar mengajar (KBM) pada

observasi awal ini, guru pada saat mengajar menggunakan metode ceramah yang

kurang inovatif dan media yang digunakan sangat sederhana yaitu guru

memberikan contoh gambar motif batik dari siswa terdahulu dan mengajarkan

teknik yang sama yang digunakan dalam contoh gambar motif batik yang

diperlihatkan kepada siswa. Guru belum memunculkan ketrampilan mengajar dan

belum merangsang kreativitas siswa dalam menggambar motif batik. Kegiatan

belajar mengajar terasa sangat monoton dan membosankan karena sangat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

didominasi oleh guru, keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar belum

muncul. Sehingga hal inilah yang membuat beberapa siswa mengobrol sendiri

dengan temannya atau melakukan kegiatan sendiri dan tidak mencatat materi yang

sedang didiktikan dan mendengarkan penjelasan dari guru. Hal tersebut dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.4 Kondisi Awal KBM Kelas VIII-A (Dokumentasi: Faizah, 2012)

Berdasarkan pengamatan mengenai kegiatan belajar mengajar

menggambar motif batik pada kondisi awal, dapat diperoleh data mengenai minat

belajar siswa pada tabel di bawah ini.

No. Indikator Minat Siswa Deskripsi

Awal %

1. Kehadiran 33 siswa 94 %

2. Memperhatikan 12 siswa 34%

3. Aktif bertanya 3 siswa 9%

4. Membawa peralatan 5 siswa 14%

5. Ketepatan waktu dalam mengumpulkan tugas 16 siswa 46%

Tabel 4.1 Minat Siswa dalam Menggambar Motif Batik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pada tabel data pengamatan mengenai minat siswa dalam menggambar

motif batik di atas ternyata masih kurang. Dari 35 siswa yang hadir mengikuti

pelajaran ada 33 siswa (94% dari jumlah siswa), sedang 2 yang lainnya tidak

masuk karena sakit, 12 siswa yang memperhatikan (34% dari jumlah siswa), 3

siswa yang mau bertanya (9% dari jumlah siswa), 5 siswa yang membawa

peralatan menggambar (14% dari jumlah siswa), dan 16 siswa yang

mengumpulkan tugas tepat waktu (46% dari jumlah siswa). Untuk lebih jelasnya

dapat dlihat pada grafik di bawah ini

Gambar 4.1 Grafik Minat Kegiatan Belajar Mengajar Menggambar Motif Batik

Setelah selesai memberikan materi dan menjelaskan mengenai materi

yang disampaikan, guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat desain batik

motif bunga atau daun dengan warna hitam putih. Hal itu dikarenakan siswa

banyak yang tidak membawa peralatan menggambar yaitu pewarna atau krayon.

Pada saat menggambar desain motif batik, para siswa banyak yang menjiplak dari

gambar motif lain dan kemudian diblat pada bidang gambar. Para siswa tidak

terbiasa melatih tangannya untuk menggores atau menggambar langsung pada

bidang gambar. Mereka hanya mengandalkan gambar yang mereka blat. Sehingga

kreativitas siswa dalam menggambar motif batik pun masih sangat kurang, hal

tersebut dapat dilihat dari hasil karya siswa yang masih mencontoh motif lain dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

belum dapat mengembangkan sumber ide yang ia gunakan dalam pembuatan

motif batik. Siswa belum mampu mengembangkan motif batik menjadi motif baru.

Siswa belum mampu menemukan ide kreatif dalam menggambar motif batik

sesuai dengan imajenasi mereka sendiri. Hasil desain batik siswa pun terlihat

seperti desain tekstil, karena gambar bunga atau daun yang mereka blat hanya

ditumpuk-tumpuk hingga bidang gambar penuh. Hampir keseluruhan siswa

menggunakan teknik tersebut dalam menggambar motif batik, sehingga

mematikan kreatifitas siswa. Siswa tidak terbiasa mengolah sendiri daya imajenasi

mereka untuk dijadikan motif batik. Berikut adalah salah satu contoh gambar

kegiatan pada saat siswa menggambar motif batik dengan teknik menjiplak dari

motif yang mereka tiru dari motif lain.

Gambar 4.5 aktivitas siswa dalam menggambar motif batik (Dokumentasi: Faizah S, 2012)

Akan tetapi ada beberapa siswa yang sudah mulai mengembangkan motif

batik yang mereka gambar dan sudah berani menggoreskan langsung pada bidang

gambar (tidak menjiplak). Akan tetapi masih perlu banyak perbaikan. Masih

banyak bidang gambar yang dibiarkan kosong dan tidak diisi dengan ornamen

tambahan ataupun isen. Sesungguhnya, semakin padat motif dalam menggambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

batik maka semakin indah gambar yang dihasilkan dengan memperhatikan ritme,

variasi, titik pusat perhatian, dan dominasi sehingga gambar yang dihasilkan

menarik dan tidak membosankan pandangan. Warna yang digunakan siswa

terkesan asal-asalan sesuai dengan selera bahkan ada beberapa siswa yang belum

menerapkan warna dalam menggambar motif batik. Berikut merupakan contoh

hasil gambar motif batik siswa.

a. b.

Gambar 4.6 Gambar Motif Batik Siswa sebelum dilakukan Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan hasil pengamatan tentang kondisi awal KBM menggambar

motif batik tersebut sangat dibutuhkan sebagai acuan pada tahap tindakan

perbaikan selanjutnya. Dari hasil karya siswa di atas, masih ada bidang kosong

yang tidak diisi dengan ornamen atau isen. Menggambar motif batik masih

terkesan asal-asalan dan tidak rapi. Pada kondisi awal KBM menggambar motif

batik ini telah dilakukan test perbuatan dan menilai hasil pekerjaan siswa.

Penilaian didasarkan pada beberapa kriteria, antara lain: (1) Sumber ide, (2)

Komposisi, (3) warna, (4) keseimbangan, (5) finishing. Untuk mengetahui nilai

setiap siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No Nama Nilai Ketuntasan Sudah Belum

1 Elvira Wardatus Sholihah 70 v 2 Emi Ponika 66 v 3 Emi Wulandari 66 v 4 Emilia Septyaningrum 70 v

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

5 Ericha Ferania Ardilla 76 v 6 Erna Dewi Ambarwati 68 v 7 Ericha Herawati 70 v 8 Eva Sulistyowati 68 v 9 Fadila Puspa Ningrum 70 v 10 Fadzilah Nur Azisah 78 v 11 Fajar Kurnia 64 v 12 Fajar Saryanto 84 v 13 Fascal Danu Wijaya 70 v 14 Fatah Maulana 76 v 15 Febri Harmanto 70 v 16 Febri Tri Setiawan 66 v 17 Ferisal Budiadi 60 v 18 Fitri Fariska 82 v 19 Fitriah 84 v 20 Fuad Agung Wibisono 70 v 21 Galih Tunggal Mukti 70 v 22 Gunawan 60 v 23 Hanit Lestari 66 v 24 Hanum Pratiwi Alwi 78 v 25 Hasna Nur Alifah 80 v 26 Heni Fatimah 84 v 27 Heriyawan 66 v 28 Hesti Ana Widyawati 78 v 29 Ichwan Tri Jatmiko 80 v 30 Ika Maulana R. 66 v 31 Imam Aji Nugroho 70 v 32 Imam Nurkholis 70 v 33 Imas Nurul Widyawati 70 v 34 Indah Nur Fitriyani 76 v 35 Irfan Anggo Saputro 60 v Jumlah 2.500 12 23 Rata-rata kelas 71% Tabel 4.2 Daftar nilai menggambar motif batik bunga dan daun (Sumber: Hasil

penilaiaan awal menggambar motif batik pada kondisi awal)

Berdasarkan tabel penilaian pada observasi awal di atas, menunjukkan

bahwa kreativitas siswa dalam menggambar motif batik masih kurang dan masih

perlu banyak perbaikan agar gambar motif batik yang dihasilkan siswa lebih

bagus dan menerapkan unsur dan prinsip seni rupa. Hal tersebut dapat dilihat dari

penilaian dari aspek psikomotor yang didasarkan pada beberapa kriteria, antara

lain: (1) Sumber ide, (2) Komposii, (3) Warna, (4) keseimbangan, (5) finishing.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran seni budaya

dan ketrampilan di SMP Negeri 2 Simo Boyolali adalah 75. Berdasarkan data

tabel penilaian yang dilakukan pada observasi/tes awal di atas menunjukkan

bahwa sebagian besar dari siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal

(KKM) yaitu sebanyak 23 siswa atau kira-kira 66% dari 35 siswa. Hal ini

menunjukkan banyak siswa yang belum kreatif dalam menggambar motif batik.

Sehingga perlu diadakan tindakan perbaikan di kelas agar memperoleh hasil yang

meningkat. Untuk lebih jelas tentang prosentase ketuntasan nilai menggambar

motif batik siswa kelas VIII-A pada kondisi awal PBM dapat dilihat pada grafik

di bawah ini :

Gambar 4.2 Grafik Prosentase Ketuntasan Nilai Menggambar Batik pada Kondisi Awal

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa metode yang digunakan oleh

guru kurang memancing kreatifitas siswa dalam menggambar motif batik. Metode

yang digunakan guru telalu monoton dan membosankan, sehingga siswa tidak

mendengarkan penjelasan dari guru dan lebih memilih asyik dengan kegiatan

mereka sendiri. Dalam menyampaikan materi guru tidak merangsang kreatifitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

siswa dalam menggambar motif batik. Siswa hanya disuruh membuat gambar

motif batik sesuai dengan contoh yang telah diperlihatkan di depan kelas. Guru

belum merangsang daya imajenasi siswa untuk menghasilkan gambar motif batik

yang kreatif. Sehingga kreatifitas siswa dalam menggambar motif batik pun masih

kurang, karena siswa masih mencontoh atau menjiplak motif yang ada dan tidak

mengembangkannya menjadi kreasi motif batik yang baru. Dilihat dari hasil nilai

menggambar motif batik, siswa yang belum memunuhi kriteria ketuntasan

minimal (KKM) yaitu sebanyak 23 orang siswa dari jumlah keseluruhan siswa

yaitu 35 siswa.

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus

Proses penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, yang

masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, antara lain: (1) perencanaan

tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi tindakan. Pada

siklus ini menggunakan metode discovery-inquiry.

1. Deskripsi Siklus I

a. Tahap Perencanaan Tindakan I

Tahap perencanaan adalah tahap persiapan sebelum pembelajaran

berlangsung. Tahap perencanaan dalam siklus I adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi kebutuhan siswa akan pengetahuan yang mereka butuhkan

dalam menggambar motif batik.

2) Menyeleksi pendahuluan terhadap konsep yang dipelajari, yaitu dengan

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi menggambar motif

batik dengan memanfaatkan tumbuhan/tanaman sekitar sebagai sumber ide

dalam pembuatan motif dengan metode pembelajaran discovery-inquiry.

Menyusun pedoman observasi terhadap proses pembelajaran, pedoman

penilaian terhadap hasil karya siswa serta lembar wawancara.

3) Menyeleksi bahan dan masalah yang akan dipelajari, yaitu dengan

mempersiapkan media dan membuat bahan ajar yaitu materi motif batik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Aktifitas-aktifitas perencanaan tindakan tersebut dilakukan dalam waktu

satu minggu sebelum pelaksanaan pembelajaran (pada tanggal 23 Juli 2012),

masing-masing 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) sesuai dengan jadwal pelajaran seni

budaya yang ada di SMP Negeri 2 Simo Boyolali.

Materi yang disampaikan dalam mata pelajaran seni budaya adalah

menggambar motif batik dengan memanfaatkan tanaman sekitar sebagai sumber

ide siswa dalam pembuatan motif. Indikator ketercapaiannya yaitu: (1). 75%

siswa mampu berpikir kreatif menemukan dan mengembangkan idenya dalam

menggambar motif batik, (2). 75% siswa mampu mengolah sumber ide yang

mereka gunakan menjadi motif batik.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan I

Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan isi rancangan atau skenario

pembelajaran yang telah dirumuskan. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dengan

mengadakan pembelajaran yang dalam satu siklus ada 2 kali pertemuan/tatap

muka, yang masing-masing 2x40 menit, sesuai skenario pembelajaran dan RPP

pada siswa.

1) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Pertama pada Siklus I

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 04 September

2012 waktu pelaksanaan adalah 2x40 menit yang diselingi waktu untuk istirahat

selama 15 menit dengan materi pembelajaran menggambar motif batik dengan

memanfaatkan tanaman/tumbuhan sekitar sebagai sumber ide dalam pembuatan

motif. Pada pertemuan kali ini bertujuan untuk membandingkan hasil karya siswa

dan proses pembelajaran sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan

tindakan kelas dengan metode pembelajaran discovery-inquiry.

Pada pertemuan pertama diawali dengan perkenalan terlebih dahulu dan

dilanjutkan dengan mengabsensi kehadiran siswa. Pada pertemuan pertama ini

siswa terlihat cukup tenang dan mendengarkan hingga namanya dipanggil.

Berdasarkan daftar absen yang ada, siswa berjumlah 35 siswa, dan yang hadir 33

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

siswa dan jumlah siswa yang tidak hadir ada 2 siswa. Kegiatan tersebut

berlangsung selama 10 menit.

Gambar 4.7 Mengabsensi Kehadiran Siswa (Dokumentasi: Nova, 2012)

Guru menentukan masing-masing peran yang dilakukan oleh peserta

didik, yaitu dengan memberi tahu mengenai materi yang akan diajarkan dan SK,

KD yang hendak dicapai dalam pembelajaran tersebut. Kemudian mencek

pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan,

yaitu dengan memberikan apersepsi awal yang berupa pertanyaan untuk

menyeleksi pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang akan

diajarkan, memberikan kebutuhan pengetahuan (materi) pelajaran yang

berhubungan dengan menggambar motif batik yaitu mengenai prinsip-prinsip seni

rupa, unsur-unsur seni rupa, bagian-bagian motif batik, dan penggolongan motif

batik. Guru membagikan gambar tentang bagian-bagian motif batik dan

penggolongannya pada siswa untuk diidentifikasi bersama-sama dengan masing-

masing kelompoknya sambil mendengarkan guru menerangkan dan menyebutkan

tentang bagian-bagian motif batik tersebut. Sehingga siswa lebih paham dan dapat

menyebutkan mengenai bagian-bagian motif batik beserta penggolongannya

karena ada contoh gambarnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Gambar 4.8 Membagikan Gambar Bagian-bagian Motif Batik (Dokumentasi: Nova, 2012)

Adapun contoh gambar yang dibagikan kepada siswa untuk diidentifikasi

dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.9 Contoh Motif Beserta Penjelasan Bagian-Bagiannya

isen

Ornamen tambahan

Ornamen Utama

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Gambar 4.10 Contoh Ornamen Tambahan pada Motif Batik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Gambar 4.11 Contoh Gambar Isen Motif Batik

Setelah itu dilanjutkan dengan memberikan penjelasan secara lebih

mendetail serta memberikan contoh gambar motif batik yang benar dengan cara

mendemonstrasikan/menggambar contoh motif batik di papan tulis dan

menyebutkan bagian-bagian motif batik yang di gambarkan tersebut, sehingga

lebih mempermudah siswa dalam memahami penerangan yang disampaikan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Dengan ini diharapkan siswa tahu bagaimana siswa harus menggambar motif

batik yang benar tanpa harus menjiplak gambar lain. Siswa lebih ditekankan untuk

melatih tangannya dalam menggores pada bidang gambar atau menggambar

langsung pada bidang gambar. Karena selama ini siswa dalam menggambar motif

batik selalu mencontoh atau menjiplak dari gambar lain yang kemudian dipindah

pada bidang gambar. Tangan siswa tidak terlatih untuk menggores langsung pada

bidang gambar. Sehingga dalam membuat garis saja tidak tegas dan masih takut

untuk menggambar langsung.

Gambar 4.12 Mendemonstrasikan Motif batik di Papan Tulis dan Hasil Gambar (Dokumentasi: Nova, 2012)

ki

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tahap selanjutnya adalah mempersiapkan setting kelas, yaitu dengan

membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 4

siswa. Hal ini bertujuan agar siswa mendiskusikan dengan kelompoknya

mengenai sumber ide yang digunakan dalam menggambar motif batik. Kemudian

guru mempersiapkan fasilitas yang diperlukan, yaitu dengan memberikan materi

atau tugas menggambar motif batik dengan memanfaatkan tanaman sekitar

sebagai sumber ide dalam pembuatan motif batik serta memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan/identifikasi dan penemuan

sumber ide dalam pembuatan motif secara langsung di lapangan/lingkungan

sekitar. Siswa melakukan identifikasi langsung pada objek yang akan digambar,

setelah itu dari objek yang mereka identifikasi dapat dijadikan sumber ide dalam

pembuatan motif batik. Sehingga mereka dapat mengasah daya imajinasi mereka

dalam menggambar motif batik. Mereka dapat menggambar motif batik sesuai

dengan daya imajinasi mereka atau sesui dengan kreatifitas mereka masing-

masing.

Di bawah ini adalah gambar kegiatan ketika siswa melakukan identifikasi

pada objek yang hendak digambar menjadi motif batik bersama dengan

kelompoknya masing-masing. Kegiatan tersebut berlangsung selama 60 menit.

Dan sisa 10 menit terakhir untuk mengumpulkan gambar motif batik yang mereka

buat, karena belum selesai dan akan dilanjutkan pada pertemuan minggu depan.

Pengumpulan gambar dilakukan untuk menjaga originilitas karya. Dan yang

terakhir adalah penutup.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Gambar 4.13 Membantu Salah Satu Kelompok Melakukan Identifikasi Motif Batik (Dokumentasi: Nova, 2012)

Gambar 4.14 siswa dengan kelompoknya melakukan penyelidikan pada objek yang dijadikan sumber ide secara langsung (Dokumentasi: Nova, 2012)

2) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Kedua pada Siklus I

Pertemuan kedua dilakukan pada hari selasa tanggal 11 September 2012.

Waktu yang diperlukan adalah 2 x 40 menit, melanjutkan pembelajaran pada

pertemuan pertama. Sebelum pembelajaran dimulai guru melakukan presensi atau

mengabsen kehadiran siswa yang mengikuti pelajaran seni budaya pada hari

tersebut selama 5 menit. Setelah itu selama 15 menit guru mengkondisikan kelas

dan membagikan soal pada siswa. Siswa diminta menuliskan jawaban di lembar

yang telah disiapkan. Soal berjumlah 5 buah sesuai dengan materi yang telah

disampaikan pada pertemuan pertama.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Gambar 4.15 Siswa mengerjakan Ujian Tertulis ( Dokumentasi: Faizah, 2012)

Kegiatan selanjutnya guru membagikan pekerjaan siswa yang dikerjakan

pada pertemuan pertama. Guru meminta siswa untuk menyiapkan peralatan

menggambar dan melanjutkan menggambar motif batik yang pada pertemuan

pertama belum selesai. Kegiatan ini berlangsung selama 50 menit dan diselingi

dengan waktu istirahat. Setelah selesai istirahat siswa langsung menyelesaikan

pekerjaan menggambar motif batik mereka. Sembari siswa menggambar motif

batik, guru berkelililng kelas untuk melihat pekerjaan siswa dan memberi

pengarahan jika ada siswa yang masih bingung dengan cara mewarna motif batik

atau segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan menggambar motif batik.

Pada pertemuan kedua ini banyak siswa yang sudah hampir selesai dengan

pekerjaan mereka. Sebagian besar dari siswa sudah mencapai tahap penyelesaian,

hanya tinggal mewarnai dan merapikan pekerjaan mereka. Pada pertemuan kedua

ini, guru lebih melatih dan mengarahkan siswa pada proses pewarnaan karya.

Kegiatan yang terakhir adalah mengumpulkan karya. Siswa diminta

mengumpulkan gambar motif batik mereka ke depan dan guru memilih beberapa

dari gambar mereka untuk dipresentasikan ke depan kelas. Beberapa gambar yang

dipilih untuk dipresentasikan ke depan kelas adalah yang mewakili dari yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

paling bagus, cukup bagus dan masih kurang. Selama persentasi siswa diminta

memberi komentar dan saran sehingga yang mempunyai gambar tersebut tau apa-

apa yang kurang pada gambar yang ia buat. Sehingga dengan kegiatan presentasi

ini sekaligus ada kegiatan evaluasi pada karya motif batik yang dibuat oleh siswa.

Siswa menjadi tau bagian apa saja yang kurang pada gambar motif batik yang ia

buat dan menjadi pelajaran baginya untuk ke depannya. Kegiatan presentasi dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.16 Salah satu siswa mempresentasikan hasil gambar motif batik (Dokumentasi: Faizah S, 2012)

Gambar 4.17 Hasil Gambar Sebelum Dipresentasikan (Dokumentasi: Faizah S, 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Setelah kegiatan presentasi selesai dan evaluasi selesai, guru

menyampaikan bahwa pembelajaran telah selesai. Sebelum menutup pelajaran

guru memberikan motivasi dan nasehat pada siswa untuk tetap giat belajar dan

melatih tangannya dalam menggambar.

c. Tahap Observasi/Pengamatan I

Pada tahap observasi peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran

dan mencatat hal-hal yang terjadi ketika tindakan siklus I berlangsung, yang telah

dilaksanakan pada tanggal 4 September 2012, dan pertemuan kedua yang

dilakukan pada tanggal 11 September 2012. Adapun hal-hal yang dicatat ketika

tindakan siklus I adalah tingkat pemahaman siswa tentang motif batik (bagian dan

pola motif batik), Kemampuan berpikir kreatif, menemukan dan mengembangkan

idenya dalam menggambar motif batik, Kemampuan mengolah sumber ide

menjadi motif batik berdasarkan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi

dilakukan untuk mengetahui tingkat kreatifitas siswa dalam kegiatan belajar

mengajar (KBM) menggambar motif batik.

Adapun data hasil observasi yang diperoleh sesuai dengan masalah yaitu:

1) Contoh gambar bagian-bagian motif batik dan penggolongan motif batik yang

diberikan dan diidentifikasi dapat meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman siswa mengenai motif batik.

2) Kegiatan menggambar motif batik yang dilakukan di luar ruangan dan

melihat objek secara langsung yang dijadikan sebagai sumber ide dalam

pembuatan motif mampu menumbuhkan daya imajinasi dan kreatifitas siswa.

Akan tetapi masih ada beberapa siswa yang belum mampu mengeluarkan

daya imajinasinya dalam membuat motif batik. Siswa masih mendapatkan

kesulitan karena objek yang dihadapinya adalah benda tiga dimensi. Sehingga

masih ada beberapa siswa yang bingung dan membuat motif batik sama

dengan objek yang dijadikan sumber ide olehnya. Siswa belum mampu

menyederhanakan objek yang dijadikan sumber ide olehnya.

3) Kegiatan menggambar motif batik di luar ruangan mempersulit siswa dalam

menggambar, karena tidak ada meja sebagai penyangga, sehingga ada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

beberapa siswa yang hanya ramai sendiri dan tidak segera menggambar motif

batik.

4) Untuk mengetahui nilai hasil karya siswa dalam menggambar motif batik

dapat dilihat dari tabel penilaian siklus I di bawah ini:

Penilaian dinilai dari tiga aspek, yaitu aspek afektif, aspek kognitif dan

aspek psikomotorik. Aspek afektif dan kognitif mempunyai bobot 2, sedangkan

untuk aspek psikomotoriknya mempunyai bobot 6.

a) Aspek Afektif

Pengamatan pada aspek afektif ini mempunyai bobot 2 (dua) terdiri dari

lima variabel, antara lain: kehadiran siswa, membawa peralatan, aktif bertanya,

mengerjakan tugas dengan baik, dan mengumpulkan tugas tepat waktu. Setiap

variabel mempunyai bobot 2 (dua), sehingga jumlah nilai yang didapat oleh siswa

berasal dari jumlah bobot x skor yang didapat pada tiap variabel dan kemudian

dijumlah. Kriteria ketuntasannya adalah 75%.

Berikut ini merupakan tabel kriteria penilaian pada aspek afektif

pelajaran seni budaya menggambar motif batik

No Unsur yang Dinilai Bobot

Skor (1-10)

Jum Nilai (Bobot x

Skor) 1 Kehadiran 2 2 Membawa peralatan 2 3 Aktif bertanya 2 4 Mengerjakan tugas dengan baik 2 5 Mengumpulkan tugas tepat

waktu 2

Jumlah 100 Tabel 4.3. Kriteria Penskoran pada Aspek Afektif

Pengamatan pada aspek afektif dilakukan setiap kali pertemuan

kemudian dianalisis dalam satu siklus (2 pertemuan). Adapun hasil pengamatan

pada aspek afektif dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

No Nama Nilai Ketuntasan

Sudah Belum 1 Elvira Wardatus Sholihah 71 v 2 Emi Ponika 69 v 3 Emi Wulandari 71 v 4 Emilia Septyaningrum 68 v 5 Ericha Ferania Ardilla 69 v 6 Erna Dewi Ambarwati 67 v 7 Ericha Herawati 72 v 8 Eva Sulistyowati 71 v 9 Fadila Puspa Ningrum 74 v 10 Fadzilah Nur Azisah 80 v 11 Fajar Kurnia 74 v 12 Fajar Saryanto 81 v 13 Fascal Danu Wijaya 84 v 14 Fatah Maulana 79 v 15 Febri Harmanto 68 v 16 Febri Tri Setiawan 80 v 17 Ferisal Budiadi 81 v 18 Fitri Fariska 69 v 19 Fitriah 84 v 20 Fuad Agung Wibisono 74 v 21 Galih Tunggal Mukti 76 v 22 Gunawan 75 v 23 Hanit Lestari 82 v 24 Hanum Pratiwi Alwi 85 v 25 Hasna Nur Alifah 76 v 26 Heni Fatimah 72 v 27 Heriyawan 76 v 28 Hesti Ana Widyawati 80 v 29 Ichwan Tri Jatmiko 84 v 30 Ika Maulana R. 75 v 31 Imam Aji Nugroho 79 v 32 Imam Nurkholis 85 v 33 Imas Nurul Widyawati 74 v 34 Indah Nur Fitriyani 80 v 35 Irfan Anggo Saputro 69 v Jumlah 2.654 18 17 Rata-rata 76

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Siklus I Aspek Afektif

b) Aspek Kognitif

Pada pengamatan aspek kognitif ini dilakukan dengan memberikan tes

tertulis pada siswa pada pertemuan kedua di siklus I. Tes tertulis ini dilakukan

sebelum melanjutkan kegiatan menggambar motif batik selama 15 menit. Terdiri

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

dari 5 soal yang berkaitan dengan motif batik yang pada pertemuan pertama sudah

dijelaskan. Setiap nomor mempunyai bobot 2, penilaiannya sama seperti pada

peneilaian pada aspek afektif yang sudah dijelaskan di atas. Kriteria ketuntasan

minimal (KKM) sesuai dengan indikator ketercapaian yaitu 75.

Di bawah ini merupakan kriteria penilaian pada aspek kognitif dalam

kreatifitas menggambar motif batik.

No Butir Soal Bobot Skor

(1-10)

Jum nilai

(bobot x skor)

1 Jelaskan pengertian batik! 2

2 Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis teknik

dalam membuat batik

2

3 Motif batik tersusun atas dua bagian utama,

sebutkan!

2

4 Sebut dan jelaskan macam ornamen motif

batik

2

5 Sebutkan macam-macam isen! 2

Jumlah 100

Tabel 4.5 Kriteria Penskoran pada Aspek Kognitif

Pengamatan aspek kognitif ini dilakukan setelah siklus I selesai. Berikut

ini merupakan tabel hasil pengamatan aspek kognitif pada siklus I.

No Nama Nilai Ketuntasan

Sudah Belum 1 Elvira Wardatus Sholihah 68 v 2 Emi Ponika 72 v 3 Emi Wulandari 84 v 4 Emilia Septyaningrum 82 v 5 Ericha Ferania Ardilla 64 v 6 Erna Dewi Ambarwati 84 v 7 Ericha Herawati 84 v 8 Eva Sulistyowati 82 v 9 Fadila Puspa Ningrum 88 v 10 Fadzilah Nur Azisah 86 v 11 Fajar Kurnia 84 v 12 Fajar Saryanto 80 v 13 Fascal Danu Wijaya 80 v

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

14 Fatah Maulana 82 v 15 Febri Harmanto 68 v 16 Febri Tri Setiawan 56 v 17 Ferisal Budiadi 62 v 18 Fitri Fariska 82 v 19 Fitriah 60 v 20 Fuad Agung Wibisono 86 v 21 Galih Tunggal Mukti 42 v 22 Gunawan 42 v 23 Hanit Lestari 86 v 24 Hanum Pratiwi Alwi 80 v 25 Hasna Nur Alifah 80 v 26 Heni Fatimah 62 v 27 Heriyawan 74 v 28 Hesti Ana Widyawati 58 v 29 Ichwan Tri Jatmiko 62 v 30 Ika Maulana R. 84 v 31 Imam Aji Nugroho 80 v 32 Imam Nurkholis 82 v 33 Imas Nurul Widyawati 90 v 34 Indah Nur Fitriyani 86 v 35 Irfan Anggo Saputro 70 v Jumlah 2.612 21 14 Rata-rata 75

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Siklus I Aspek Kognitif

c) Aspek Psikomotor

Berdasarkan pengamatan penilaian menggambar motif batik yang

dihasilkan oleh siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali sudah

menunjukkan adanya peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat melalui kreatifitas

siswa dalam menggambar motif batik. Siswa sudah tidak lagi mencontoh atau

meniru motif lain dalam menggambar motif batik, walaupun masih ada beberapa

orang siswa yang mencontoh. Siswa sudah mulai mengembangkan idenya dalam

pembuatan motif batik.

Di bawah ini merupakan hasil dari karya siswa kelas VIII-A SMP Negeri

2 Simo Boyolali dalam menggambar motif batik dengan sumber ide tanaman

sekitar dengan metode discovery-inquiry pada siklus I.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

a b

c.

Gambar 4.18 Karya Emi Ponika dengan Sumber Ide Tanaman Sekitar (Dokumentasi: Faizah, 2012)

Berdasarkan hasil karya motif batik milik Emi Ponika di atas masih

terkesan asal-asalan, belum mampu menerapkan unsur-unsur seni rupa (garis,

bidang, warna) dalam menggambar motif batik dan garis yang digunakan belum

luwes. Akan tetapi secara garis besar ia sudah berani membuat motif batik dengan

sumber ide tanaman ke dalam beberapa bentuk motif yang berbeda, walaupun

motif batik yang dibuat belum selesai diwarna dan masih terlihat asal-asalan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Gambar 4.19 Karya Fadhila Puspa Ningrum dengan Sumber Ide Tanaman Sekitar (Dokumentasi: Faizah, 2012)

Berdasarkan hasil karya motif batik Fadila Puspa Ningrum diatas pada

karya pertama dan kedua mengalami perbedaan dan peningkatan secara signifikan.

Pada karya pertama sudah cukup baik, akan tetapi ia belum mampu

mengembangkan sumber ide yang digunakannya, yaitu daun. Ia masih

menciptakan motif batik dengan bentuk daun yang masih sama dengan aslinya. Ia

belum mampu menciptakan stilasi/penggayaan dari daun tersebut. Sedangkan

pada karya yang kedua ia sudah mampu menciptakan motif batik yang kreatif

sesuai pengembangan sumber ide yang digunakannya. Motif batik yang dibuat

mulai muncul pengembangan penggayaan dari sumber ide yang digunakan dalam

membuat motif batik yaitu bunga dan daun. Motif yang dihasilkan sudah tidak

lagi terkesan asal-asalan. Dia sudah mampu menerapkan unsur-unsur seni rupa

(garis, bidang, warna) dalam menggambar motif batik. Hanya saja masih ada

bidang yang kosong yang seharusnya bisa diisi dengan ornamen tambahan atau

isen, sehingga tidak terkesan sepi.

a. b.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Gambar 4.20 Karya Imam Nurkholis pada dengan Sumber Ide Tanaman Sekitar (daun dan bunga pisang) (Dokumentasi: Faizah, 2012)

Berdasarkan hasil karya Imam Nurkholis yang pertama sebenarnya sudah

cukup baik, ia sudah mampu mengembangkan sumber ide daun untuk dijadikan

motif batik. Akan tetapi motif batik yang dihasilkan Imam Nurkholis masih

terkesan monoton dan terlihat membosankan, karena hanya mengulang-ngulang

dari motif daun yang diciptakan. Selain itu masih ada bidang yang dibiarkan

kosong yang seharusnya bisa diisi dengan isen. Akan tetapi pada karyanya yang

kedua dengan sumber ide bunga pisang, hasil gambar motif batik Imam Nurkholis

meningkat. Dia sudah memiliki kemampuan menciptakan gambar motif batik

yang kreatif sesuai dengan pengembangan sumber ide yang digunakan. Hal itu

terlihat dari gambar motif batik yang dihasilkannya di atas. Dalam membuat motif

batik, ia mempunyai rasa kepercayaan diri, selain itu ia juga sudah menerapkan

unsur-unsur seni rupa dalam menggambar motif batik. Bidang gambar sudah diisi

dengan berbagai motif yang ia kreasikan sendiri, dan hampir tidak ada bidang

gambar yang kosong. Hanya saja warna pada motif batik kurang maksimal,

seharusnya diberi warna sehingga akan terlihat lebih indah.

Untuk hasil nilai dari karya motif batik yang dihasilkan siswa pada siklus

I dapat dilihat dari tabel penilaian aspek psikomotorik di bawah ini.

No Nama Nilai Ketuntasan

Sudah Belum 1 Elvira Wardatus Sholihah 70 v 2 Emi Ponika 64 v 3 Emi Wulandari 80 v 4 Emilia Septyaningrum 68 v

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

5 Ericha Ferania Ardilla 78 v 6 Erna Dewi Ambarwati 62 v 7 Ericha Herawati 78 v 8 Eva Sulistyowati 76 v 9 Fadila Puspa Ningrum 76 v 10 Fadzilah Nur Azisah 74 v 11 Fajar Kurnia 76 v 12 Fajar Saryanto 76 v 13 Fascal Danu Wijaya 76 v 14 Fatah Maulana 64 v 15 Febri Harmanto 74 v 16 Febri Tri Setiawan 60 v 17 Ferisal Budiadi 74 v 18 Fitri Fariska 66 v 19 Fitriah 78 v 20 Fuad Agung Wibisono 78 v 21 Galih Tunggal Mukti 76 v 22 Gunawan 66 v 23 Hanit Lestari 74 v 24 Hanum Pratiwi Alwi 74 v 25 Hasna Nur Alifah 76 v 26 Heni Fatimah 76 v 27 Heriyawan 60 v 28 Hesti Ana Widyawati 76 v 29 Ichwan Tri Jatmiko 76 v 30 Ika Maulana R. 64 v 31 Imam Aji Nugroho 76 v 32 Imam Nurkholis 80 v 33 Imas Nurul Widyawati 80 v 34 Indah Nur Fitriyani 74 v 35 Irfan Anggo Saputro 74 v Jumlah 2.550 18 17 Rata-rata 73%

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotor Siklus I

Dengan melihat hasil penilaian setiap aspek di atas, maka akan diperoleh

hasil penilaian akhir yaitu dengan keterangan sebagai berikut:

Keterangan:

Nilai Akhir: Jumlah Bobot x Skor

Jumlah Bobot

Ketuntasan Siswa

Tuntas

Belum Tuntas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Adapun hasil nilai akhir siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

No Nama Nilai Ketuntasan

Sudah Belum 1 Elvira Wardatus Sholihah 69 v 2 Emi Ponika 61 v 3 Emi Wulandari 78 v 4 Emilia Septyaningrum 72 v 5 Ericha Ferania Ardilla 70 v 6 Erna Dewi Ambarwati 69 v 7 Ericha Herawati 78 v 8 Eva Sulistyowati 76 v 9 Fadila Puspa Ningrum 79 v 10 Fadzilah Nur Azisah 80 v 11 Fajar Kurnia 78 v 12 Fajar Saryanto 79 v 13 Fascal Danu Wijaya 80 v 14 Fatah Maulana 75 v 15 Febri Harmanto 70 v 16 Febri Tri Setiawan 65 v 17 Ferisal Budiadi 72 v 18 Fitri Fariska 72 v 19 Fitriah 74 v 20 Fuad Agung Wibisono 79 v 21 Galih Tunggal Mukti 64 v 22 Gunawan 68 v 23 Hanit Lestari 80 v 24 Hanum Pratiwi Alwi 79 v 25 Hasna Nur Alifah 77 v 26 Heni Fatimah 70 v 27 Heriyawan 70 v 28 Hesti Ana Widyawati 71 v 29 Ichwan Tri Jatmiko 74 v 30 Ika Maulana R. 75 v 31 Imam Aji Nugroho 78 v 32 Imam Nurkholis 82 v 33 Imas Nurul Widyawati 81 v 34 Indah Nur Fitriyani 80 v 35 Irfan Anggo Saputro 71 v Jumlah 2.596 18 17 Rata-rata 74%

Tabel 4.8 Hasil Penilaian Menggambar Motif Batik Siklus I

Sedangkan untuk prosentase ketuntasan nilai siswa dalam menggambar

motif batik siswa kelas VIII-A pada siklus I dapat dilihat pada grafik di bawah

ini :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 4.3 Grafik Prosentase Ketuntasan Nilai Menggambar Motif Batik pada Siklus I

Secara garis besar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali

sudah menunjukkan peningkatan. Siswa sudah mulai mengembangkan idenya

dalam membuat motif batik menjadi motif batik yang cukup kreatif, siswa tidak

lagi menjiplak motif lain ke dalam bidang gambar (walaupun masih ada beberapa

yang mencontoh motif lain). Akan tetapi masih ada juga siswa yang masih kurang

dalam menerapkan unsur-unsur seni rupa (garis, bidang, warna) dalam

menggambar motif batik. Hal itu dapat dilihat dari hasil gambar, garis yang

digunakan belum luwes, siswa belum mampu memanfaatkan garis sebagai isen-

isen, dan bidang gambar masih banyak yang kosong.

d. Refleksi I

Berdasarkan hasil observasi, peneliti berupaya menggali faktor

penyebabnya dan melakukan refleksi proses kegiatan pembelajaran yang

dilakukan dengan metode discovery-inquiry. Refleksi dilakukan dengan cara

mengumpulkan data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan dianalisis

sehingga dapat diketahui tingkat minat siswa dalam kegiatan belajar mengajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

(KBM) menggambar motif batik, tingkat pemahaman siswa tentang menggambar

motif batik, dan kreatifitas siswa dalam menggambar motif batik. Dari hasil

refleksi ini akan diketahui kelebihan dan kelemahan dalam kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan sehingga dapat digunakan untuk menentukan langkah

tindakan pada pertemuan siklus II. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :

Keberhasilan tindakan pada siklus I ini menggunakan metode dicovery-

inquiry. Dengan digunakannya metode tersebut dalam pembelajaran menggambar

motif batik; 1) Siswa mampu menguasai bagian-bagian motif batik dan

penggolongan motif batik. 2) Siswa dapat belajar mengidentifikasi sumber ide

yang akan dijadikan motif batik. 3) Kreatifitas siswa dalam menggambar motif

batik mulai meningkat, hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan siswa berpikir

kreatif pada saat menemukan dan mengembangkan idenya dalam menggambar

motif batik. 4) Kemampuan siswa dalam mengolah sumber ide menjadi motif

batik mulai meningkat, dilihat dari siswa tidak lagi mencontoh motif lain dalam

membuat motif batik. Siswa dihadapkan pada objek langsung yang digunakan

menjadi sumber ide dalam pembuatan motif dan mengembangkannya sesuai

dengan kreatifitas mereka masing-masing. 5) Jumlah siswa yang memenuhi

kriteria ketuntasan minimal (KKM) meningkat, dari 12 siswa menjadi 18 siswa. 6)

Rata-rata kelas dalam menggambar motif batik pun meningkat, dari 71 menjadi 74.

2. Deskripsi Siklus II

Pada siklus I keberhasilan tindakan belum maksimal, baik dari sisi proses

maupun hasil. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata kelas yang belum memenuhi

kriteria ketuntasan minimal yaitu 75%. Tindakan pada siklus kedua tetap

mengunakan metode dicovery-inquiry dan materi pembelajaran adalah

menggambar motif batik dengan memanfaatkan fauna sebagai sumber ide

pembuatan motif.

Berdasarkan pada refleksi pada siklus I dapat dilihat ada peningkatan

minat siswa dalam menggambar motif batik yang semakin membaik, siswa

menguasai bagian motif batik dan penggolongan motif batik, kreatifitas siswa

dalam menggambar motif batik mulai meningkat, dan kemampuan siswa dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

mengolah sumber ide menjadi motif batik juga mulai meningkat walaupun belum

mencapai prosentase indikator penelitian yang diharapkan. Maka untuk

perencanaan tindakan siklus II lebih menekankan pada perbaikan dari siklus I.

a. Tahap perencanaan siklus II

Tindakan pada siklus II masih tetap menggunakan metode discovery-

inquiry dengan materi yang sama yaitu menggambar motif batik akan tetapi

menggunakan fauna sebagai sumber ide dalam pembuatan motif. Direncanakan

dua kali pertemuan, setiap pertemuan 80 menit, dengan Indikator pembelajaran

yang ingin dicapai adalah: mampu berpikir kreatif menemukan dan

mengembangkan idenya dalam menggambar motif batik dan mampu mengolah

sumber ide menjadi motif batik.

Tahap pertama pada siklus ini adalah tahap perencanaan yang meliputi:

1) Mengidentifikasi kebutuhan siswa, yaitu kebutuhan akan pengetahuan

mengenai motif batik fauna. 2) Menyeleksi pendahuluan terhadap konsep yang

dipelajari, yaitu dengan mempersiapkan dan membuat perencanaan instrument

penelitian (RPP, lembar observasi, lembar penilaian, lembar wawancara). 3)

Menyeleksi bahan dan masalah yang akan dipelajari, yaitu dengan

mempersiapkan media dan membuat bahan ajar yaitu materi motif batik.

Aktifitas perencanaan tindakan di atas dilakukan sebelum pelaksanaan

pembelajaran. Lama pembelajaran 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) sesuai dengan

jadwal pelajaran seni budaya yang ada di SMP Negeri 2 Simo Boyolali.

Materi yang disampaikan dalam mata pelajaran seni budaya adalah

menggambar motif batik dengan memanfaatkan fauna sebagai sumber ide siswa

dalam pembuatan motif. Indikator ketercapaiannya yaitu: (1). 75% siswa mampu

berpikir kreatif menemukan dan mengembangkan idenya dalam menggambar

motif batik, (2). 75% siswa mampu mengolah sumber ide yang mereka gunakan

menjadi motif batik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan II

Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan isi rancangan atau skenario

pembelajaran yang telah dirumuskan. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dengan

mengadakan pembelajaran yang dalam satu siklus ada 2 kali pertemuan/tatap

muka, yang masing-masing 2 x 40 menit, sesuai skenario pembelajaran dan RPP

pada siswa.

1) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Pertama pada Siklus II

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 18 September

2012 waktu pelaksanaan adalah 2 x 40 menit yang dipotong waktu istirahat 15

menit dengan materi pembelajaran menggambar motif batik dengan

memanfaatkan fauna sebagai sumber ide dalam pembuatan motif. Pada

pertemuan kali ini bertujuan untuk memperbaiki hasil tindakan pada siklus I yang

belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal.

Pada pertemuan pertama diawali dengan mengabsensi kehadiran siswa.

Pada pertemuan pertama ini siswa terlihat cukup tenang dan lebih bersemangat

untuk mendapatkan materi menggambar motif batik selanjutnya. Kegiatan

mengabsen siswa berlangsung selama 10 menit.

Gambar 4.21 Mengabsensi Kehadiran Siswa Siklus II (Dokumentasi: Musa, 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Guru menentukan masing-masing peran yang dilakukan oleh peserta

didik, yaitu dengan memberi tahu mengenai materi yang akan diajarkan

selanjutnya dan juga SK, KD yang hendak dicapai. Kemudian mencek

pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan,

yaitu dengan memberikan apersepsi awal yang berupa pertanyaan untuk

menyeleksi pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah

diajarkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, memberikan kebutuhan

pengetahuan/materi pelajaran yang berhubungan dengan menggambar motif batik

khususnya tema pada pertemuan tersebut. Guru membagikan berbagai macam

gambar hewan/fauna pada siswa untuk diidentifikasi sesuai dengan kelompok

yang sudah ditetapkan pada pertemuan sebelumnya. Gambar hewan tersebut akan

diidentifikasi oleh siswa dan akan menjadi sumber ide siswa dalam menggambar

motif batik.

Gambar 4.22 Membagikan Gambar Hewan pada Siswa untuk Diidentifikasi (Dokumentasi: Musa, 2012)

Setelah itu dilanjutkan dengan memberikan penjelasan secara lebih

mendetail serta memberikan contoh gambar motif batik yang benar dengan cara

mendemonstrasikan/menggambar contoh motif batik di papan tulis. Dengan ini

diharapkan siswa tahu bagaimana siswa harus menggambar motif batik yang

benar dengan memanfaatkan fauna/hewan sebagai sumber ide pembuatan motif

dan tahu bagaimana menyetilasikan hewan tersebut untuk dijadikan motif batik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Gambar 4.23 Mendemonstrasikan Motif batik Tema Hewan (Dokumentasi: Musa, 2012)

Tahap selanjutnya adalah mempersiapkan setting kelas, yaitu dengan

membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 4

siswa. Hal ini bertujuan agar siswa mendiskusikan dengan kelompoknya

mengenai sumber ide yang digunakan dalam menggambar motif batik. Kemudian

guru mempersiapkan fasilitas yang diperlukan, yaitu dengan memberikan materi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

atau tugas menggambar motif batik dengan memanfaatkan fauna/hewan sebagai

sumber ide dalam pembuatan motif serta memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk melakukan penyelidikan/identifikasi dan penemuan sumber ide dalam

pembuatan motif terhadap gambar hewan yang sudah dibagikan tadi bersama-

dengan kelompoknya. Siswa melakukan identifikasi pada objek/gambar hewan

yang akan digambar, setelah itu dari objek yang mereka identifikasi dapat

dijadikan sumber ide dalam pembuatan motif batik. Sehingga mereka dapat

mengasah daya imajinasi mereka dalam menggambar motif batik. Mereka dapat

menggambar motif batik sesuai dengan daya imajinasi mereka atau kreatifitas

mereka masing-masing.

Di bawah ini adalah gambar kegiatan ketika siswa melakukan identifikasi

pada objek yang hendak digambar menjadi motif batik bersama dengan

kelompoknya masing-masing. Sembari melakukan identifikasi, guru berkeliling

mengamati kegiatan siswa dan membantu siswa apabila ada siswa yang masih

belum paham dengan tugas yang diberikan. Guru berkeliling ke masing-masing

kelompok dan mengamati kegiatan mereka. Walaupun sumber ide dalam satu

kelompok ada yang sama, akan tetapi hasil gambar yang mereka buat berbeda. Di

sinilah manfaat dari diskusi kelompok, siswa dapat menanyakan kesulitan yang

mereka hadapi atau berdiskusi dengan teman satu kelomponya mengenai sumber

ide yang dibuat menjadi motif batik.

Gambar 4.24 Mengamati Siswa yang melakukan Identifikasi (Dokumentasi: Musa, 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Gambar 4.25 Memberikan Penjelasan dan Contoh Motif Batik pada Siswa yang

Belum Paham Secara Lebih Mendetail (Dokumentasi: Musa, 2012)

Gambar 4.26 Proses Identifikasi Siswa Bersama Kelompoknya dalam

Menggambar Motif Batik (Dokumentasi: Faizah S, 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Kegiatan tersebut berlangsung selama 60 menit. Pada pertemuan pertama

ini beberapa siswa sudah mulai menyelesaikan sket awal gambar motif batik

mereka, sehingga untuk pertemuan selanjutnya mereka hanya tinggal mewarnai

dan finishing. Untuk sisa 10 menit terakhir untuk mengumpulkan gambar motif

batik yang mereka buat, karena belum selesai dan akan dilanjutkan pada

pertemuan minggu depan. Pengumpulan gambar dilakukan untuk menjaga

originilitas karya, sehingga gambar yang dibuat adalah murni karya siswa, tidak

dibuatkan oleh orang lain dan jaga-jaga agar karya tidak ketinggalan di rumah

pada pertemuan minggu depan. Dan yang terakhir adalah penutup.

2) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Kedua pada Siklus II

Pertemuan kedua dilakukan pada hari selasa tanggal 25 September 2012.

Waktu yang diperlukan adalah 2 x 40 menit, melanjutkan pembelajaran pada

pertemuan pertama. Sebelum pembelajaran dimulai guru melakukan presensi atau

mengabsen kehadiran siswa yang mengikuti pelajaran seni budaya pada hari

tersebut seperti biasanya selama 5 menit. Setelah itu selama 15 menit guru

mengkondisikan kelas dan membagikan soal pada siswa. Guru memberikan tes

tertulis pada siswa seperti pada siklus I pertemuan kedua. Siswa diminta

menuliskan jawaban di lembar yang telah disiapkan. Soal berjumlah 5 buah sesuai

dengan materi yang telah disampaikan dari pertama siklus I sampai dengan siklus

ke-II.

Gambar 4.27 Siswa mengerjakan Ujian Tertulis pada Siklus II (Pertemuan Kedua) ( Dokumentasi: Faizah, 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Kegiatan selanjutnya guru membagikan pekerjaan siswa yang belum

selesai yang dikerjakan pada pertemuan minggu lalu mengenai menggambar motif

batik dengan sumber ide fauna/hewan. Guru meminta siswa untuk mengeluarkan

peralatan menggambar dan melanjutkan menggambar motif batik yang pada

pertemuan minggu lalu. Kegiatan ini berlangsung selama 50 menit dan diselingi

dengan waktu istirahat selama 15 menit. Setelah selesai istirahat siswa langsung

menyelesaikan pekerjaan menggambar motif batik mereka.

Sembari siswa menggambar motif batik, guru berkelililng kelas untuk

melihat pekerjaan siswa dan memberi pengarahan jika ada siswa yang masih

bingung dengan cara mewarna motif batik atau segala sesuatu yang berhubungan

dengan pekerjaan menggambar motif batik. Pada pertemuan kedua ini banyak

siswa yang sudah hampir selesai dengan pekerjaan mereka. Sebagian besar dari

siswa sudah mencapai tahap penyelesaian, hanya tinggal mewarnai dan merapikan

pekerjaan mereka. Pada pertemuan kedua ini, guru lebih melatih dan

mengarahkan siswa pada proses pewarnaan karya seperti pada siklus I pertemuan

kedua.

Kegiatan yang terakhir adalah mengumpulkan karya. Dan seperti pada

kegiatan siklus I, siswa diminta mengumpulkan gambar motif batik mereka ke

depan dan guru memilih beberapa dari gambar mereka untuk dipresentasikan ke

depan kelas. Beberapa gambar yang dipilih untuk dipresentasikan ke depan kelas

adalah yang mewakili dari yang paling bagus, cukup bagus dan masih kurang.

Selama persentasi siswa diminta memberi komentar dan saran sehingga yang

mempunyai gambar tersebut tau apa-apa yang kurang pada gambar yang ia buat.

Sehingga dengan kegiatan presentasi ini sekaligus ada kegiatan evaluasi pada

karya motif batik yang dibuat oleh siswa. Siswa menjadi tau bagian apa saja yang

kurang pada gambar motif batik yang ia buat dan menjadi pelajaran baginya untuk

ke depannya. Kegiatan presentasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Gambar 4.28 Kegiatan Presentasi Karya di Depan Kelas Siklus II (Dokumentasi: Faizah S, 2012)

Setelah kegiatan presentasi selesai dan evaluasi selesai, guru

menyampaikan bahwa pembelajaran telah selesai. Sebelum menutup pelajaran

guru memberikan motivasi dan nasehat pada siswa untuk tetap giat belajar dan

melatih daya imajinasinya dalam menggambar motif batik.

c. Tahap Observasi Siklus II

Pada tahap observasi peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran

dan mencatat hal-hal yang terjadi ketika tindakan siklus I berlangsung, yang telah

dilaksanakan pada tanggal 18 September 2012, dan pertemuan kedua yang

dilakukan pada tanggal 25 September 2012. Adapun hal-hal yang dicatat ketika

tindakan siklus I adalah tingkat pemahaman siswa tentang motif batik (bagian dan

pola motif batik), Kemampuan berpikir kreatif, menemukan dan mengembangkan

idenya dalam menggambar motif batik, Kemampuan mengolah sumber ide

menjadi motif batik berdasarkan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi

dilakukan untuk mengetahui tingkat kreatifitas siswa dalam kegiatan belajar

mengajar (KBM) menggambar motif batik. Adapun data hasil observasi yang

diperoleh sesuai dengan masalah yaitu:

1) Gambar yang diberikan guru mampu meningkatkan kemampuan siswa

menemukan dan mengembangkan ide kreatif dalam menggambar motif batik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

2) Gambar hewan yang diberikan guru mampu membuat siswa menemukan ide

kreatif dan mampu merangsang siswa menciptakan bentuk motif batik yang

kreatif sesuai dengan pengembangan sumber ide masing-masing.

3) Banyak siswa yang sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM), dan

telah mencapai prosentase indikator penelitian yang diharapkan. Untuk

mengetahui nilai karya siswa menggambar motif batik pada siklus III dapat

dilihat pada penilaian berikut:

Penilaian dinilai dari tiga aspek, yaitu aspek afektif, aspek kognitif dan

aspek psikomotorik. Aspek afektif dan kognitif mempunyai bobot 2, sedangkan

untuk aspek psikomotoriknya mempunyai bobot 6.

a) Aspek Afektif

Pengamatan pada aspek afektif ini mempunyai bobot 2 (dua) terdiri dari

lima variabel, antara lain: kehadiran siswa, membawa peralatan, aktif bertanya,

mengerjakan tugas dengan baik, dan mengumpulkan tugas tepat waktu. Setiap

variabel mempunyai bobot 2 (dua), sehingga jumlah nilai yang didapat oleh siswa

berasal dari jumlah bobot x skor yang didapat pada tiap variabel dan kemudian

dijumlah. Kriteria ketuntasannya adalah 75%.

Berikut ini merupakan tabel kriteria penilaian pada aspek afektif

pelajaran seni budaya menggambar motif batik

No Unsur yang Dinilai Bobot

Skor (1-10)

Jum Nilai (Bobot x

Skor) 1 Kehadiran 2 2 Membawa peralatan 2 3 Aktif bertanya 2 4 Mengerjakan tugas dengan baik 2 5 Mengumpulkan tugas tepat

waktu 2

Jumlah 100 Tabel 4.9. Kriteria Penskoran pada Aspek Afektif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Pengamatan pada aspek afektif dilakukan setiap kali pertemuan

kemudian dianalisis dalam satu siklus (2 pertemuan). Adapun hasil pengamatan

pada aspek afektif dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

No Nama Nilai Ketuntasan

Sudah Belum 1 Elvira Wardatus Sholihah 74 v 2 Emi Ponika 80 v 3 Emi Wulandari 76 v 4 Emilia Septyaningrum 85 v 5 Ericha Ferania Ardilla 75 v 6 Erna Dewi Ambarwati 75 v 7 Ericha Herawati 82 v 8 Eva Sulistyowati 84 v 9 Fadila Puspa Ningrum 80 v 10 Fadzilah Nur Azisah 84 v 11 Fajar Kurnia 74 v 12 Fajar Saryanto 81 v 13 Fascal Danu Wijaya 84 v 14 Fatah Maulana 80 v 15 Febri Harmanto 75 v 16 Febri Tri Setiawan 82 v 17 Ferisal Budiadi 85 v 18 Fitri Fariska 72 v 19 Fitriah 84 v 20 Fuad Agung Wibisono 80 v 21 Galih Tunggal Mukti 75 v 22 Gunawan 85 v 23 Hanit Lestari 84 v 24 Hanum Pratiwi Alwi 85 v 25 Hasna Nur Alifah 79 v 26 Heni Fatimah 74 v 27 Heriyawan 75 v 28 Hesti Ana Widyawati 84 v 29 Ichwan Tri Jatmiko 85 v 30 Ika Maulana R. 85 v 31 Imam Aji Nugroho 81 v 32 Imam Nurkholis 84 v 33 Imas Nurul Widyawati 79 v 34 Indah Nur Fitriyani 80 v 35 Irfan Anggo Saputro 85 v Jumlah 2.812 31 4 Rata-rata 80

Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Siklus II Aspek Afektif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

b) Aspek Kognitif

Pada pengamatan aspek kognitif ini dilakukan dengan memberikan tes

tertulis pada siswa pada pertemuan kedua di siklus I. Tes tertulis ini dilakukan

sebelum melanjutkan kegiatan menggambar motif batik selama 15 menit. Terdiri

dari 5 soal yang berkaitan dengan motif batik yang pada pertemuan pertama sudah

dijelaskan. Setiap nomor mempunyai bobot 2, penilaiannya sama seperti pada

peneilaian pada aspek afektif yang sudah dijelaskan di atas. Kriteria ketuntasan

minimal (KKM) sesuai dengan indikator ketercapaian yaitu 75.

Di bawah ini merupakan kriteria penilaian pada aspek kognitif dalam

kreatifitas menggambar motif batik.

No Butir Soal Bobot Skor

(1-10)

Jum nilai

(bobot x skor)

1 Jelaskan pengertian stilasi! 2

2 Sebutkan dan jelaskan penggolongan motif

batik!

2

3 Sebutkan macam-macam prinsip seni rupa! 2

4 Sebut dan jelaskan bagian-bagian motif

batik!

2

5 Apa yang harus diperhatikan dalam

membuat motif batik yang baik dan benar!

2

Jumlah 100

Tabel 4.11 Kriteria Penskoran pada Aspek Kognitif

Pengamatan aspek kognitif ini dilakukan setelah siklus I selesai. Berikut

ini merupakan tabel hasil pengamatan aspek kognitif pada siklus II.

No Nama Nilai Ketuntasan

Sudah Belum 1 Elvira Wardatus Sholihah 84 v 2 Emi Ponika 82 v 3 Emi Wulandari 80 v 4 Emilia Septyaningrum 84 v 5 Ericha Ferania Ardilla 72 v 6 Erna Dewi Ambarwati 80 v

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

7 Ericha Herawati 84 v 8 Eva Sulistyowati 84 v 9 Fadila Puspa Ningrum 88 v 10 Fadzilah Nur Azisah 86 v 11 Fajar Kurnia 84 v 12 Fajar Saryanto 82 v 13 Fascal Danu Wijaya 88 v 14 Fatah Maulana 80 v 15 Febri Harmanto 86 v 16 Febri Tri Setiawan 80 v 17 Ferisal Budiadi 70 v 18 Fitri Fariska 82 v 19 Fitriah 72 v 20 Fuad Agung Wibisono 86 v 21 Galih Tunggal Mukti 68 v 22 Gunawan 70 v 23 Hanit Lestari 80 v 24 Hanum Pratiwi Alwi 86 v 25 Hasna Nur Alifah 80 v 26 Heni Fatimah 84 v 27 Heriyawan 86 v 28 Hesti Ana Widyawati 82 v 29 Ichwan Tri Jatmiko 80 v 30 Ika Maulana R. 84 v 31 Imam Aji Nugroho 80 v 32 Imam Nurkholis 90 v 33 Imas Nurul Widyawati 90 v 34 Indah Nur Fitriyani 88 v 35 Irfan Anggo Saputro 84 v Jumlah 2.866 30 5 Rata-rata 82

Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Siklus II Aspek Kognitif

c) Aspek Psikomotor

Berdasarkan pengamatan penilaian menggambar motif batik yang

dihasilkan oleh siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali sudah

menunjukkan adanya peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat melalui kreatifitas

siswa dalam menggambar motif batik. Siswa sudah tidak lagi mencontoh atau

meniru motif lain dalam menggambar motif batik, Siswa sudah mulai

mengembangkan idenya dalam pembuatan motif batik. Di bawah ini merupakan

hasil karya dari beberapa siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali dengan

sumber ide hewan/fauna.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Gambar 4.29 Karya Fascal dengan Sumber Ide Burung (Dokumentasi: Faizah, 2012)

Berdasarkan ketiga karya dari Fascal di atas dibuat berdasarkan sumber

ide hewan/fauna yaitu burung. Ia sudah mulai mencoba membuat karya motif

batik dengan kreasi yang berbeda dengan sumber ide yang sama. Sebelumnya ia

tidak tahu bagaimana cara membuat motif batik. Karya motif batik yang ia buat

sebelumnya hanya mencontoh motif yang ada di buku seperti teman-temannya

yang lain. Akan tetapi setelah diadakan penelitian tindakan kelas ini ia sudah

berani membuat karya yang berbeda-beda dan tidak mencontoh seperti yang

dilakukannya sebelumnya. Dilihat dari haril gambar motif batik yang dihasilkan,

siswa tersebut sudah mampu menerapkan unsur-unsur seni rupa dalam

menggambar motif batik dengan cukup baik dari pada hasil karya motif batik

sebelumnya meskipun belum maksimal, akan tetapi ia sudah menunjukkan

peningkatan yang signifikan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Gambar 4.30 Karya Motif Batik Emi Wulandari dengan Sumber Ide Hewan/Fauna (kupu-kupu). (Dokumentasi: Faizah, 2012)

Ketiga karya di atas adalah hasil karya motif batik Emi Wulandari

dengan menggunakan sumber ide hewan/fauna yaitu kupu-kupu. Walaupun hasil

karya motif batik Emi Wulandari belum sempurna akan tetapi ia sudah mencoba

membuat karya motif batik yang berbeda dengan sumber ide yang sama. Sebelum

dilakukan tindakan dengan metode discovery-inquiry ia tidak dapat menggunakan

sumber ide untuk dijadikan motif batik. Ia hanya mencontoh motif yang ada di

buku dan mengulang-ngulang motif tersebut dalam satu bidang. Dengan melihat

karya di atas, maka kreativitas Emi Wulandari dalam membuat motif batik

meningkat. Siswa tersebut sudah mampu memanfaatkan unsur-unsur seni rupa

dalam menggambar motif batik dengan cukup baik. Garis yang diciptakan

semakin luwes, akan tetapi warna yang digunakan masih kurang rapi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Gambar 4.31 Karya Imam Fatah Maulana dengan Sumber Ide Burung Merpati (Dokumentasi: Faizah, 2012)

Berdasarkan hasil karya motif batik milik Fatah Maulana di atas dapat

kita lihat bahwa ia sudah mencoba untuk membuat karya motif batik yang berbeda

dengan sumber ide yang sama, walaupun hasil karya motif batik yang dibuat

belum sempurna dan belum menerapkan unsur-unsur seni rupa. Ia belum terlalu

bisa mengembangkan penggayaan dari sumber ide yang dibuat untuk dijadikan

motif batik. Akan tetapi kreativitasnya sudah mulai meningkat dari karya yang ia

buat sebelum dilakukan tindakan penelitian dengan metode discovery-inquiry,

karena ia sudah tidak lagi mencontoh motif dari buku.

Untuk hasil nilai siswa pada siklus II ini dapat dilihat dari tabel penilaian

aspek psikomotorik di bawah ini.

No Nama Nilai Ketuntasan

Sudah Belum 1 Elvira Wardatus Sholihah 60 v 2 Emi Ponika 70 v 3 Emi Wulandari 80 v 4 Emilia Septyaningrum 80 v 5 Ericha Ferania Ardilla 80 v 6 Erna Dewi Ambarwati 70 v 7 Ericha Herawati 80 v 8 Eva Sulistyowati 80 v 9 Fadila Puspa Ningrum 84 v 10 Fadzilah Nur Azisah 82 v 11 Fajar Kurnia 80 v 12 Fajar Saryanto 66 v 13 Fascal Danu Wijaya 78 v 14 Fatah Maulana 66 v 15 Febri Harmanto 78 v 16 Febri Tri Setiawan 70 v

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

17 Ferisal Budiadi 72 v 18 Fitri Fariska 60 v 19 Fitriah 74 v 20 Fuad Agung Wibisono 78 v 21 Galih Tunggal Mukti 80 v 22 Gunawan 72 v 23 Hanit Lestari 80 v 24 Hanum Pratiwi Alwi 82 v 25 Hasna Nur Alifah 72 v 26 Heni Fatimah 78 v 27 Heriyawan 70 v 28 Hesti Ana Widyawati 76 v 29 Ichwan Tri Jatmiko 80 v 30 Ika Maulana R. 66 v 31 Imam Aji Nugroho 72 v 32 Imam Nurkholis 84 v 33 Imas Nurul Widyawati 82 v 34 Indah Nur Fitriyani 78 v 35 Irfan Anggo Saputro 76 v Jumlah 2.636 21 14 Rata-rata 75

Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotor Siklus II

Dengan melihat hasil penilaian setiap aspek di atas, maka akan diperoleh

hasil penilaian akhir yaitu dengan keterangan sebagai berikut:

Keterangan:

Nilai Akhir: Jumlah Bobot x Skor

Jumlah Bobot

Ketuntasan Siswa

Tuntas

Belum Tuntas

Adapun hasil nilai akhir siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

No Nama Nilai Ketuntasan

Sudah Belum 1 Elvira Wardatus Sholihah 77 v 2 Emi Ponika 71 v 3 Emi Wulandari 78 v 4 Emilia Septyaningrum 83 v 5 Ericha Ferania Ardilla 75 v 6 Erna Dewi Ambarwati 75 v

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

7 Ericha Herawati 82 v 8 Eva Sulistyowati 83 v 9 Fadila Puspa Ningrum 84 v 10 Fadzilah Nur Azisah 84 v 11 Fajar Kurnia 79 v 12 Fajar Saryanto 76 v 13 Fascal Danu Wijaya 83 v 14 Fatah Maulana 75 v 15 Febri Harmanto 79 v 16 Febri Tri Setiawan 77 v 17 Ferisal Budiadi 75 v 18 Fitri Fariska 72 v 19 Fitriah 76 v 20 Fuad Agung Wibisono 81 v 21 Galih Tunggal Mukti 74 v 22 Gunawan 75 v 23 Hanit Lestari 81 v 24 Hanum Pratiwi Alwi 81 v 25 Hasna Nur Alifah 77 v 26 Heni Fatimah 78 v 27 Heriyawan 77 v 28 Hesti Ana Widyawati 80 v 29 Ichwan Tri Jatmiko 81 v 30 Ika Maulana R. 78 v 31 Imam Aji Nugroho 77 v 32 Imam Nurkholis 86 v 33 Imas Nurul Widyawati 83 v 34 Indah Nur Fitriyani 82 v 35 Irfan Anggo Saputro 81 v Jumlah 2.756 32 3 Rata-rata 79%

Tabel 4.14 Hasil Penilaian Menggambar Motif Batik Siklus II

Penilaian di atas tetap dinilai dari tiga aspek, yaitu aspek afektif, aspek

kognitif dan aspek psikomotorik. Aspek afektif dan kognitif mempunyai bobot 2,

sedangkan untuk aspek psikomotoriknya mempunyai bobot 6. Untuk cara

penilaian yang lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran RPP.

Sedangkan untuk prosentase ketuntasan nilai siswa dalam

menggambar motif batik siswa kelas VIII-A pada siklus II dapat dilihat pada

grafik di bawah ini :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 4.4 Grafik Prosentase Ketuntasan Nilai Menggambar Motif Batik pada Siklus II

Pada siklus II ini secara garis besar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2

Simo Boyolai sudah menunjukkan peningkatan yang drastis dari siklus I. Siswa

sudah mulai mengembangkan idenya dalam membuat motif batik menjadi motif

batik yang cukup kreatif. Hal itu dapat dilihat dari hasil gambar siswa yang sudah

banyak menerapkan unsur dan prinsip seni, dan pewarnaan yang digunakan tidak

lagi asal-asalan. Pembuatan garis juga sudah banyak yang luwes, tidak seperti

pada pertemuan pertama siklus I.

d. Refleksi Siklus II

Berdasarkan observasi sebelumnya, data yang diperoleh selanjutnya

menjadi bahan refleksi bagi peneliti dan guru. Kegiatan refleksi ini mencakup

kegiatan evaluasi. Data yang diperoleh dari kegiatan observasi harus secepatnya

dianalisis sehingga dapat segera diketahui apakah tindakan yang dilakukan telah

mencapai tujuan. Hasilnya untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan akan

dijadikan dasar melakukan evaluasi. Adapun hasil dari tindakan siklus III adalah

sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keberhasilan tindakan pada siklus II ini masih menggunakan metode

dicovery-inquiry. Dengan digunakannya metode tersebut dalam pembelajaran

menggambar motif batik keberhasilan yang diperoleh; 1) Dengan diadakannya

kegiatan identifikasi dan diskusi pada gambar hewan yang digunakan sebagai

sumber ide motif batik pada masing-masing kelompok, siswa mampu berantusias

mengemukakan pendapat dan siswa mampu menemukan ide kreatif dalam

menggambar motif batik. 2) Kreativitas siswa meningkat dilihat dari proses

menemukan dan mengembangkan ide sesuai dengan imajinasinya masing-masing.

Dilihat dari hasil menggambar motif batik, bentuk motif yang diciptkan

bervariatif dan kreatif sesuai sumber ide dan menerapkan unsur-unsur seni rupa

dalam menggambar motif batik. 3) Jumlah siswa yang sudah memenuhi kriteria

ketuntasan minimal (KKM) meningkat dari 18 siswa menjadi 32 siswa. 4) Rata-

rata kelas dalam menggambar motif batik meningkat dari 74 menjadi 79.

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus

Peneliti melakukan rekapitulasi data berdasarkan data yang diperoleh

pada tahap observasi awal, siklus I, dan siklus II dalam pembelajaran

menggambar motif batik pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali.

Adapun rekapitulasi keberhasilan pembelajaran dapat dilihat pada grafik di bawah

ini:

Gambar 4.5 Grafik Capaian Keberhasilan Pembelajaran tiap Siklus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Berdasarkan gambar grafik di atas dapat kita lihat bahwa capaian

keberhasilan pembelajaran pada observasi awal hanya 34% saja, yakni dari 35

siswa yang berhasil memenuhi ketuntasan hanya 12 siswa, sehingga rata-rata

kelas hanya 71. Setelah diterapkan dengan metode pembelajaran discovery-

inquiry pada siklus I, keberhasilan pembelajaran meningkat menjadi 51%, yakni

dari 35 jumlah siswa yang memenuhi ketuntasan meningkat menjadi 18 orang

siswa dan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 74. Pada siklus II dilakukan lagi

perbaikan dengan metode yang sama, dan hasilnya meningkat menjadi 91%.

Yakni dari 35 orang siswa, yang berhasil memenuhi ketuntasan meningkat

menjadi 32 orang siswa dan rata-rata kelas pun naik menjadi 79.

Keberhasilan pembelajaran juga dapat dilihat dari hasil karya

menggambar motif batik siswa untuk setiap siklus. Penilaian hasil gambar motif

batik siswa berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Berikut hasil karya motif

batik Imam Nurkholis pada siklus I dengan nilai 80 dan siklus II dengan nilai 84.

a.

Gambar 4.32 Hasil Karya Imam Nurkholis pada Siklus I (Dokumentasi: Faizah S, 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Gambar 4.33 Proses Pembuatan Sket/Desain Motif Batik Imam Nurkholis pada Siklus I (Dokumentasi: Faizah S, 2012)

Gambar 4.34 Proses Pewarnaan Motif Batik Imam Nurkholis pada Siklus I (Dokumentasi: Faizah S, 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

b.

gambar 4.35 Hasil Karya Imam Nurkholis pada Siklus II (Dokumentasi: Faizah S, 2012)

Gambar 4.36 Proses Pembuatan Desain Motif Batik Imam Nurkholis Pada Siklus II (Dokumentasi: Faizah S, 2012)

Gambar di atas adalah hasil karya Imam Nurkholis. Hasil karya Imam

Nurkholis di atas sudah memiliki kemampuan dalam menciptakan gambar motif

batik yang kreatif sesuai dengan pengembangan sumber ide yang digunakannya.

Hal itu terlihat dari bentuk motif batik yang dihasilkannya, dia sudah mampu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menerapkan unsur-unsur seni rupa dalam menggambar motif batik (garis, warna,

bidang) yang semakin membaik untuk setiap siklus dan juga sudah menerapkan

isen-isen pada setiap bagian yang kosong. Pada siklus I warna yang digunakannya

masih kurang rata, dan dia belum berani memberikan warana pada setiap bagian

motif yang dibuatnya, dan gambar yang dihasilkannya masih terkesan berat

sebelah. Akan tetapi pada siklus II dia sudah mulai ada peningkatan, warna yang

digunakannya sudah rata, dan tidak ada bidang yang kosong. semua bidang sudah

berani dia isi dengan motif dan juga isen. Nilai karya Imam Nurkholis dapat

dilihat pada grafik di bawah ini:

Gambar 4.6 prosentase nilai Imam Nurkholis dari siklus I ke siklus II

Sedangkan untuk prosentase ketuntasan nilai menggambar motif batik

siswa pada tahap observasi, siklus I, dan siklus II dapat di lihat pada grafik di

bawah ini :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 4.7 Grafik Ketuntasan Nilai Menggambar Motif Batik pada Observasi Awal, Siklus I dan II

Berdasarkan tabel dan grafik indikator kreativitas di atas ditemukan

simpulan sementara bahwa prosentase indikator ketercapaian meningkat dari

pelaksanaan siklus I dan II. Pada siklus II indikator ketercapaian yang meliputi

kemampuan berpikir kreatif, menemukan, dan mengembangkan ide dan

kemampuan mengolah sumber ide menjadi motif batik telah mencapai target yaitu

di atas 75%. Siswa menjadi lebih kreatif dalam menggambar motif batik sesuai

dengan sumber ide yang digunakannya.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan grafik di atas, prosentase hasil capaian meningkat dari

pelaksanaan siklus I, dan siklus II. Pada siklus II indikator ketercapaian yang

meliputi kemampuan berpikir kreatif, menemukan, dan mengembangkan ide dan

kemampuan mengolah sumber ide menjadi motif batik telah mencapai target yaitu

di atas 75%.

Hal ini membuktikan bahwa dalam meningkatkan kreatifitas siswa

dalam menggambar motif batik tidak hanya diberi latihan terus menerus dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

metode pembelajaran yang sama. Dengan diterapkannya metode discovery-

inquiry siswa dapat mengidentifikasi sumber ide yang akan digunakannya dalam

pembuatan motif batik dan diberi pengalaman secara langsung dan bebas sesuai

dengan kemampuan dan kreatifitasnya masing-masing. Siswa mampu mengasah

daya imajinasinya dengan pengalaman langsung yang diberikan dalam

mengidentifikasi sumber ide pembuatan motif. Siswa lebih percaya diri dalam

menggambar motif batik dan dapat mempertanggungjawabkan hasil karyanya

sendiri. Dengan keterlibatan siswa secara aktif dapat mengembangkan potensi-

potensi, menyadari apa bakatnya, bagaimana kemampuannya dan bagaimana pula

keadaan orang lain, sehingga dimiliki pengertian tentang dirinya. Ia akan mampu

berdiri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya, akan merasa mampu

memecahkan persoalannya tanpa tergantung pada orang lain. Kesulitan-kesulitan

yang dhadapi akan ditanyakan pada orang lain, tetapi pemecahannya adalah atas

dasar keputusannya sendiri. Pembelajaran yang dilakukan seluruhnya melibatkan

kemampuan siswa, sehingga siswa dapat menyelidiki secara kritis dan dapat

menemukan suatu pengetahuan yang dijadikannya sebagai perubahan. Hal ini

dikuatkan dengan pendapat Hanafiah, dan Cucu Suhana (2009: 77), bahwa

Discovery-Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan

sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan

perilaku.

Pendapat di atas, menguatkan dugaan bahwa Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dengan menerapkan metode Discovery-Inquiry dapat meningkatkan

kreativitas siswa dalam menggambar motif batik. Hasil analisis ini juga didukung

oleh pernyataan Bapak Krisnadi, S.Pd selaku guru mata pelajaran Seni Budaya

SMP Negeri 2 Simo Boyolali, bahwa kreatifitas siswa dalam menggambar motif

batik mengalami peningkatan, siswa tidak lagi mencontoh gambar lain, akan

tetapi sudah dapat menemukan sumber ide yang akan dibuatnya menjadi motif

batik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Berdasarkan hasil pembahasan antar siklus di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa penerapan metode discovery-inquiry mampu meningkatkan

kreativitas dalam menggambar motif batik pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2

Simo Boyolali tahun pelajaran 2012/2013.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

A. Simpulan

Batik adalah suatu kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah

menjadi bagian dari budaya indonesia (khususnya jawa). Menggambar motif batik

juga merupakan salah satu materi yang diajarkan di SMP Negeri 2 Simo Boyolali.

Dalam mengajar guru masih menggunakan metode dan media pembelajaran yang

kurang menarik dan kurang merangsang pola pikir siswa untuk berpikir kreatif,

hal itu dikarenakan kurangnya pengetahuan dan referensi guru mengenai metode-

metode pembelajaran. Sehingga siswa dalam menggambar pun masih mencontoh

motif lain. Siswa kurang percaya diri, kurang referensi, dan belum bisa

menemukan ide sendiri dan mengembangkannya dalam menggambar motif batik.

Berdasarkan analisis data, rumusan masalah penelitian, dan pokok hasil

penelitian tentang penerapan model pembelajaran Discovery-Inquiry sebagai salah

satu upaya untuk meningkatkan kreativitas menggambar motif batik pada siswa

kelas VIII-A di SMP Negeri 2 Simo Boyolali tahun pelajaran 2012/2013, maka

dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Discovery-Inquiry dapat

meningkatkan kreativitas menggambar motif batik pada siswa kelas VIII-A SMP

Negeri 2 Simo Boyolali tahun ajaran 2012/2013. Hal tersebut terbukti dengan

meningkatnya kreativitas menggambar motif batik siswa yang tidak lagi

mencontoh motif lain dalam menggambar. Siswa mampu menemukan ide sesuai

dengan sumber ide yang digunakannya dan mengembangkannya menurut

kreativitasnya masing-masing. Siswa mampu menciptkan bentuk bagian motif

batik yang terdiri dari ornamen utama, ornamen pengisi, isen-isen yang kreatif,

menerapakan unsur-unsur seni rupa dalam menggambar motif batik, keindahan

gambar dan teknik finishing yang dihasilkan siswa meningkat. Hal ini terlihat juga

dari meningkatnya jumlah siswa yang memiliki nilai di atas kriteria ketuntasan

minimal (KKM) pada setiap siklus. Prosentase jumlah siswa yang sudah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

memenuhi nilai KKM pada siklus I yaitu 51%, pada siklus II meningkat menjadi

91%. Secara klasikal nilai rata-rata dalam menggambar motif batik mengalami

peningkatan, pada siklus I nilai rata-rata kelas yaitu 74, dan untuk siklus II

meningkat menjadi 79. Dalam kegiatan belajar mengajar pun siswa menjadi lebih

terarah, siswa lebih antusian dan aktif dalam mengikuti pelajaran. Dengan

demikian penerapan metode discovery-inquiry dapat meningkatkan kreativitas

menggambar motif batik pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali

tahun ajaran 2012/2013.

B. Implikasi

Implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penerapan metode pembelajaran discovery-inquiry dapat meningkatkan

kemampuan siswa berfikir kreatif dalam menemukan ide dan

mengembangkan idenya dalam membuat suatu karya

2. Penerapan metode pembelajaran discovery-inquiry dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam mengolah sumber ide menjadi karya.

3. Penerapan metode pembelajaran discovery-inquiry menjadikan siswa lebih

aktif dalam pembelajaran, sehingga materi pelajaran yang telah disampaikan

oleh guru dapat dipahami siswa dengan baik.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan berkaitan dengan

simpulan dan implikasi di atas, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Guru hendaknya menggunakan metode yang menarik dan merangsang pola

pikir kreatif siswa dalam pembelajaran.

b. Diharapkan guru memberi kelengkapan media pembelajaran yang tepat an

menarik dalam pembelajaran menggambar motif batik.

c. Guru hendaknya membangun paradigma pembelajaran yang berpusat pada

siswa dengan menerapkan metode pembelajaran discovery-inquiry.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

d. Penerapan metode pembelajaran discovery-inquiry hendaknya diterapkan

dengan memberi kebebasan pada siswa untuk menentukan objek yang

dijadikan sumber ide dalam menggambar motif batik sehingga siswa dapat

melatih daya imajinasinya dan siswa dapat berpikir lebih kritis dan kreatif.

e. Guru dapat menerapkan atau mengembangkan strategi baru yang sesuai

dengan tuntutan dan capaian-capaian yang belum dapat dicapai dengan

maksimal, misalnya dengan mengadakan kunjungan ke tempat pembuatan

batik sehingga siswa dapat melihat dengan langsung proses pembuatan batik

dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi siswa.

2. Bagi Siswa

a. Siswa harus mengembangkan idenya masing-masing untuk menciptakan

motif batik yang kreatif.

b. Siswa harus dapat bekerja sama selama kegiatan diskusi kelompok dan dapat

memanfaatkan kelompoknya sebagai mitra belajar.

3. Bagi Sekolah

a. Kebijakan kepala sekolah hendaknya meningkatkan mutu pembelajaran

melalui penelitian tindakan kelas, terutama bidang studi seni budaya

khususnya seni rupa, jangan sampai dikesampingkan hanya karena bukan

mata pelajaran yang diikutsertakan di ujian nasional.

b. Kebijakan kepala sekolah hendaknya meningkatkan fasilitas melalui

penyediaan tempat untuk berkarya siswa dan juga tempat untuk memajang

hasil karya siswa.

4. Bagi Peneliti

a. Metode pembelajaran discovery-inquiry dapat diterapkan di kelas lain

maupun sekolah lain, terutama pada mata pelajaran praktek

b. Bagi peneliti yang ingin menerapkan metode pembelajaran discovery-inquiry

dapat bekerja sama dengan guru yang mengalami permasalahan dalam

pembelajaran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


Top Related