Date post: | 19-Jan-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | khangminh22 |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA
DALAM MENGGAMBAR MOTIF BATIK
DENGAN METODE DISCOVERY-INQUIRY DI KELAS VIII-A
SMP NEGERI 2 SIMO BOYOLALI
TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Oleh:
FAIZAH SEPTIANINGRUM
K3208031
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Desember 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA
DALAM MENGGAMBAR MOTIF BATIK
DENGAN METODE DISCOVERY-INQUIRY DI KELAS VIII-A
SMP NEGERI 2 SIMO BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh:
FAIZAH SEPTIANINGRUM
K3208031
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Desember 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Faizah Septianingrum
NIM : K3208031
Jurusan/Program studi : PBS/ Seni Rupa
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul
MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM MENGGAMBAR
MOTIF BATIK DENGAN METODE DISCOVERY-INQUIRY DI KELAS
VIII-A SMP NEGERI 2 SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,
sumber informasi yang saya kutip dari penulis disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini
hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Desember 2012
Yang membuat pernyataan
Faizah Septianingrum
NIM.K3208031
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Faizah Septianingrum. K3208031. Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Menggambar Motif Batik dengan Metode Discovery-Inquiry di Kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Desember. 2012.
Tujuan penelitian ini adalah menerapkan metode discovery-inquiry untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam menggambar motif batik pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subyek penelitian adalah siswa kelas VIII-A di SMP Negeri 2 Simo Boyolali tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 35 (tiga puluh lima) siswa. Penalitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2012. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis.
Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan adanya peningkatan siswa dalam menggambar motif batik setelah diterapkan metode discovery-inquiry pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali. Keberhasilan ini dicapai setelah terpenuhinya indikator ketercapaian yaitu 75% siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali dalam pembelajaran menggambar motif batik dengan nilai 75 ke atas. Pada siklus I siswa yang memenuhi indikator ketercapaian sebesar 51% dan pada siklus II meningkat menjadi 91%.
Dari hasil tindakan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggambar motif batik pada mata pelajaran seni budaya dan ketrampilan dengan metode discovery-inquiry dapat meningkatkan kreativitas menggambar motif batik di kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali tahun pelajaran 2012/2013.
Kata kunci: Metode discovery-inquiry, menggambar motif batik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Faizah Septianingrum. K3208031. The eforts to improve students creativity in drawing batik motive by discovery-inquiry method at second-A grade students of SMP 2 Simo Boyolali in 2012/2013 academic year. Thesis. Surakarta: Teacher training and education faculty, Sebelas Maret University. December. 2012.
The purpose of this research is the implementation of discovery-inquiry method to improve student creativity in drawing batik motive at second-A grade of SMP 2 Simo Boyolali in 2012/2013 academic year.
This research is clasroom action research, by use research subject is the second-A grade students of SMP 2 Simo Boyolali in 2012/2013 academic year which consist of 35 (thirty five) students. This research has done in 2 (two) cycles, each cycles consist of 4 (four) steps, there are planning, action implementation, observation, reflection. This research has done in july until august 2012. The technique of data collection which has done in this research are observation, documentation, and interview. The technique of data analysis which has used are comparative discriptive technique and critical analysis technique.
The result of this clasroom action research show the improvement of students in drawing batik motive after discovey-inquiry methode has been implemented at second-A grade students of SMP 2 Simo Boyolali. The success is achieved after meet the achievement indicator; at least 75% of second-A of SMP 2 Simo Boyolali in drawing batik motive learning with minimum points 75. In cycles I, students meet achievement indicator is equal to 51% and cycles II increase until 91%.
From the result of the action, we can be conclude that the learning of drawing batik motive in culture art and craft subject which use discovery-inquiry method can improve the ceativity of drawing batik motive at second-A grade of SMP 2 Simo Boyolali in 2012/2013 academic year. Key words: Discovey-inquiry method, batik motive
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Para pemenang adalah mereka yang sanggup me
(penulis)
(Ibnu Qoyyim)
-
(Yahya bin abi katsir/Tadribur rawi II/262)
(Ali bin Abi Tholib)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan skripsi ini untuk:
Doamu yang tiada terputus, pengorbanan yang tidak terbatas, kerja keras
yang tiada henti dan juga kasih sayang yang diberikan kepadaku sepanjang masa.
-teman Program Studi Pendidikan Seni Rupa Angkatan 20
Terima kasih atas semangat, dukungan, perjuangan, dan kerjasamanya
selama ini.
Terima kasih atas nasehat, dukungan, dan perhatian yang telah diberikan
serta doa yang senantiasa tercurah dengan ikhlas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang telah memberi ilmu, kemudahan, dan rahmat-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM MENGGAMBAR
MOTIF BATIK DENGAN METODE DISCOVERY-INQUIRY DI KELAS
VIII-A SMP NEGERI 2 SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis
menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tidak lepas dari
dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. Sebagai Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum. Sebagai Ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Dr. Slamet Supriyadi, M. Pd, sebagai Ketua Program Pendidikan Seni Rupa
Jurusan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Tjahjo Prabowo, M. Sn, selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyusun skripsi.
5. Adam Wahida, S. Pd, M. Sn, selaku pembimbing II yang telah dengan sabar
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Orang tua penulis, khususnya ibu yang tiada henti memberikan doa dengan
tulus dan memberikan dukungan baik secara materi maupun moral.
7. Luthfi Baihaqi yang telah memberikan semangat serta doa yang tiada henti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
8. Dese Purnama Sari dan Intan Kusuma Wardani yang selalu memberikan
masukan dan semangat.
9. Teman-teman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta Program Studi Pendidikan Seni Rupa angkatan 2008.
10. Hasan Basri S. Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 2 Simo Boyolali yang
telah memberikan ijin, sehingga penulis dapat melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini.
11. Krisnadi S. Pd, selaku guru mata pelajaran seni budaya yang telah
memberikan bimbingan, arahan, juga bantuannya kepada penulis dalam
penelitian.
12. Para siswa SMP Negeri 2 Simo Boyolali yang telah bersedia untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
13. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca.
Surakarta, Desember 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... .. i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ABSTRACT ...................................................................................................... vii
MOTTO ........................................................................................................... viii
PESEMBAHAN .............................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
D. Manfaat Hasil Penelitian ....................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ......................................................................................... 9
1. Metode Pembelajaran ..................................................................... 9
2. Metode Discovery-Inquiry .............................................................. 10
3. Kreativitas ....................................................................................... 15
4. Menggambar ................................................................................... 18
5. Motif Batik ...................................................................................... 22
B. Kerangka Berpikir ................................................................................. 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
C. Hipotesis Tindakan ................................................................................ 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 32
B. Subjek Penelitian .................................................................................. 32
C. Data dan Sumber Data .......................................................................... 32
1. 2
2. Sumber Data .................................................................................... 33
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 33
1. Observasi ......................................................................................... 33
2. Dokumentasi ................................................................................... 34
3. Wawancara ...................................................................................... 34
E. Uji
F.
G.
H. Prosedur Penelitian ................................................................................ 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Pratindakan ............................................................................ 43
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 43
a. Letak geografis SMP Negeri 2 Simo Boyolali ......................... 43
b. Visi dan Misi SMP Negeri 2 Simo ........................................... 44
c. Keadaan Sekolah SMP Negeri 2 Simo ..................................... 45
2. Kondisi Awal Pembelajaran .......................................................... 46
B. Diskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Siklus I ........................................................................................... 55
a. Perencanaan Tindakan I ........................................................... 55
b. Pelaksanaan Tindakan I ........................................................... 56
1) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Pertama .............. 56
2) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Kedua ................ 62
c. Observasi Pengamatan I .......................................................... 65
d. Refleksi I ................................................................................. 75
2. Siklus II ......................................................................................... 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
a. Perencanaan Tindakan II .......................................................... 77
b. Pelaksanaan Tindakan II .......................................................... 78
1) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Pertama .............. 78
2) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Kedua ................ 83
c. Observasi Pengamatan II ......................................................... 85
d. Refleksi II ................................................................................ 95
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus ........................................ 96
D. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 101
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................................. 104
B. Implikasi .............................................................................................. 105
C. Saran .................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 3.1 Rumusan indikator Keberhasilan Tindakan........................... 36
Tabel 4.1 Minat Siswa dalam Menggambar Motif Batik....................... 48
Tabel 4.2 Daftar nilai menggambar motif batik pada kondisi awal....... 51
Tabel 4.3 Kriteria Penskoran pada Aspek Afektif ................................ 66
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Siklus I Aspek Afektif............................. 67
Tabel 4.5 Kriteria Penskoran pada Aspek Kognitif .............................. 68
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Siklus I Aspek Kognitif .......................... 69
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotor Siklus I ...................... 72
Tabel 4.8 Hasil Penilaian Menggambar Motif Batik Siklus I ............... 74
Tabel 4.9 Kriteria Penskoran pada Aspek Afektif ................................ 86
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Siklus II Aspek Afektif .......................... 87
Tabel 4.11 Kriteria Penskoran pada Aspek Kognitif .............................. 88
Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Siklus II Aspek Kognitif .......................... 88
Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotor Siklus II ..................... 92
Tabel 4.14 Hasil Penilaian Menggambar Motif Batik Siklus II .............. 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1.1 Contoh Gambar Motif Batik geometris yang meniru dan
motif batik yang bidangnya masih kosong .......................... 4
Gambar 1.2 Contoh Gambar Motif Batik Siswa ...................................... 5
Gambar 2.1 Batik motif naga ................................................................... 23
Gambar 2.2 Batik motif burung ............................................................... 23
Gambar 2.3 Ornamen tambahan .............................................................. 24
Gambar 2.4 Isen Motif Batik ................................................................... 25
Gambar 2.5 Contoh motif geometris yang raportnya berbentuk
seperti ilmu ukur biasa/Kawung ........................................... 26
Gambar 2.6 Contoh motif geometris yang raportnya tersusun dalam
garis miring/Parang ............................................................... 26
Gambar 2.7 Motif non geometris .............................................................. 27
Gambar 2.8 Kerangka Berpikir 30
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Siklus Penelitian Tindakan Kelas ......... 37
Gambar 4.1 SMP Negeri 2 Simo Boyolali (tampak depan) ..................... 43
Gambar 4.2 Denah SMP Negeri 2 Simo Boyolali .................................... 46
Gambar 4.3 Suasana KBM kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali 47
Gambar 4.4 Kondisi Awal KBM Kelas VIII-A ........................................ 48
Gambar 4.5 Aktivitas siswa dalam menggambar motif batik ................... 50
Gambar 4.6 Hasil Gambar Motif Batik Siswa pada Kondisi Awal .......... 51
Gambar 4.7 Guru Mengabsensi Kehadiran Siswa .................................... 56
Gambar 4.8 Guru Membagikan Gambar Bagian-bagian Motif Batik....... 57
Gambar 4.9 Contoh Motif Beserta Penjelasan Bagian-Bagiannya .......... 57
Gambar 4.10 Contoh Ornamen Tambahan pada Motif Batik .................... 58
Gambar 4.11 Contoh Gambar Isen Motif Batik ......................................... 59
Gambar 4.12 Guru Mendemonstrasikan Motif batik di Papan Tulis dan
Hasil Gambar ........................................................................ 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Gambar 4.13 Guru Membantu Salah Satu Kelompok Melakukan
Identifikasi Motif Batik .......................................................... 62
Gambar 4.14 Siswa dengan kelompoknya melakukan penyelidikan
pada objek yang dijadikan sumber ide secara langsung......... 62
Gambar 4.15 Siswa mengerjakan Ujian Tertulis ........................................ 63
Gambar 4.16 Salah satu siswa mempresentasikan hasil gambar motif
batik ....................................................................................... 64
Gambar 4.17 Hasil Gambar Sebelum Dipresentasikan ............................... 64
Gambar 4.18 Karya Motif Batik Emi Ponika dengan sumber ide
tanaman sekitar...................................................................... 70
Gambar 4.19 Karya Motif Batik Fadila P. Ningrum dengan sumber ide
tanaman sekitar...................................................................... 70
Gambar 4.20 Karya Motif Batik Imam Nurkholis dengan sumber ide
tanaman sekitar (daun dan bunga pisang) ............................. 71
Gambar 4.21 Guru Mengabsensi Kehadiran Siswa Siklus II ..................... 78
Gambar 4.22 Guru Membagikan Gambar Hewan pada Siswa untuk
Diidentifikasi ........................................................................ 79
Gambar 4.23 Guru Mendemonstrasikan Motif batik Tema Hewan ........... 80
Gambar 4.24 Guru Mengamati Siswa yang melakukan Identifikasi ......... 81
Gambar 4.25 Guru Memberikan Penjelasan dan Contoh Motif Batik
pada Siswa yang Belum Paham Secara Lebih Mendetail..... 82
Gambar 4.26 Proses Identifikasi Siswa Bersama Kelompoknya dalam
Menggambar Motif Batik ..................................................... 82
Gambar 4.27 Siswa mengerjakan Ujian Tertulis pada Siklus II ................ 83
Gambar 4.28 Kegiatan Presentasi Karya ................................................... 84
Gambar 4.29 Hasil karya Fascal dengan sumber ide hewan
(burung) ................................................................................ 90
Gambar 4.30 Hasil karya Emi Wulandari dengan sumber ide kupu-
kupu ...................................................................................... 91
Gambar 4.31 Hasil karya Imam Fatah M. dengan sumber ide burung
merpati .................................................................................. 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Gambar 4.32 Hasil karya Imam Nurkholis pada siklus I ........................... 97
Gambar 4.33 Proses Pembuatan Sket Motif Batik Imam Nurkholis
pada Siklus I ......................................................................... 98
Gambar 4.34 Proses Pewarnaan Motif Batik Imam Nurkholis pada
Siklus I ................................................................................. 98
Gambar 4.35 Hasil Karya Imam Nurkholis pada Siklus II ....................... 99
Gambar 4.36 Proses Pembuatan Desain Motif Batik Imam Nurkholis
Pada Siklus II ....................................................................... 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR GRAFIK
halaman
Grafik 4.1 Grafik Minat Kegiatan Belajar Mengajar Menggambar
Motif Batik ...................................................................... 49
Grafik 4.2 Grafik Prosentase Ketuntasan Nilai Menggambar Batik
pada Kondisi Awal .......................................................... 53
Grafik 4.3 Grafik Prosentase Ketuntasan Nilai Menggambar Motif
Batik pada Siklus I .......................................................... 75
Grafik 4.4 Grafik Prosentase Ketuntasan Nilai Menggambar Motif
Batik pada Siklus II ........................................................ 95
Grafik 4.5 Grafik Capaian Keberhasilan Pembelajaran tiap Siklus.. 96
Grafik 4.6 Grafik prosentase nilai Imam Nurkholis dari siklus I ke
siklus II ........................................................................... 100
Grafik 4.7 Grafik Ketuntasan Nilai Menggambar Motif Batik pada
Observasi Awal, Siklus I dan II ...................................... 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk membantu
meningkatkan perkembangan potensi manusia agar bermanfaat bagi kepentingan
hidupnya. Pendidikan juga membantu manusia dalam mengembangkan dirinya
sehingga mampu menghadapi segala macam tantangan dan hambatan yang ada.
Pendidikan merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam pembangunan
suatu bangsa dan negara, karena dengan peningkatan dan pengembangan kualitas
sumber daya manusia dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Salah satu masalah
yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah masalah pendidikan yang
berhubungan dengan kualitas mutu pendidikan. Kualitas mutu pendidikan
berpengaruh pada setiap lapisan masyarakat maupun dunia kerja. Mutu
pendidikan yang baik, akan berpengaruh pada sumber daya manusia yang baik
pula, dan pembangunan bangsa pun akan meningkat karena kinerja sumber daya
manusia dapat dipertanggungjawabkan. Mengoptimalkan penyelenggaraan
kurikulum merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
Dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum
merupakan bentuk dalam mengoptimalkan penyelenggaraan kurikulum.
Kurikulum yang dipakai sekarang ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar
membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan.
SMP Negeri 2 Simo Boyolali adalah salah satu jalur pendidikan di sekolah
menengah pertama dan merupakan sekolah standar nasional yang menerapkan
kurikulum untuk menuntut siswa memiliki kemampuan dalam mengenal dan
merancang karya seni rupa. Salah satu karya seni rupa tersebut adalah
menggambar motif batik. Menggambar motif batik merupakan salah satu materi
yang diajarkan di SMP Negeri 2 Simo Boyolali pada mata pelajaran seni budaya.
Batik adalah suatu kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
bagian dari budaya Indonesia (khususnya jawa). Kesenian batik di Indonesia telah
dikenal sejak jaman Majapahit dan terus berkembang pada kerajaan dan raja-raja
berikutnya (Deden Dedi S, 2009: 6). Dalam membuat kesenian batik atau
membatik langkah awal yang perlu dilakukan adalah menggambar motif batik.
Menggambar motif batik merupakan kategori seni rupa dua dimensional yang
tidak lepas dari karakteristik bentuk yang meliputi ornamen motif (ornamen
utama dan ornamen pengisi), isen motif (berupa titik, garis, gabungan titik dan
garis), dan warna. Selain itu yang perlu diperhatikan dalam menggambar motif
batik adalah harus memperhatikan unsur-unsur pokok seni rupa, yang terdiri dari
garis, warna, dan bidang. Hal tersebut penting dilakukan agar dalam menggambar
motif batik tidak asal-asalan. Unsur-unsur seni rupa tersebut harus disusun secara
harmonis, agar menghasilkan gambar motif batik yang indah dan kreatif.
Dengan adanya materi menggambar motif batik pada mata pelajaran seni
budaya di SMP 2 Simo Boyolali, diharapkan siswa dapat berkreasi melalui karya
seni rupa terapan daerah nusantara. Siswa dituntut untuk lebih kreatif dalam
membuat suatu karya, khususnya dalam menggambar motif batik dan tidak
mencontoh motif yang sudah ada. Di SMP Negeri 2 Simo Boyolali ini lebih
menekankan motif batik kontemporer, hal ini bertujuan agar siswa tidak terpaku
pada pakem dan dapat berkreasi dalam menggambar motif batik.
Dalam proses belajar mengajar, metode yang digunakan guru pada saat
mengajarkan materi menggambar motif batik adalah dengan menggunakan
metode ceramah yang disertai dengan tanya jawab, demonstrasi dan penugasan
atau pemberian tugas. Metode ceramah merupakan metode tertua yang paling
lazim digunakan dalam berbagai macam situasi. Suatu cara lisan penyajian bahan
pelajaran yang dilakukan seorang guru kepada siswanya. Metode tanya jawab
merupakan pertanyaan-pertanyaan lisan untuk menimbulkan jawaban atau respons
siswa, dan untuk mengetahui seberapa luas pemahaman siswa terhadap materi
yang diajarkan. Untuk metode demonstrasi, metode ini dilakukan oleh seorang
guru dengan cara mendemonstrasikan atau memperagakan sesuatu yang berkaitan
dengan materi yang memerlukan peragaan atau percobaan. Sedangkan untuk
metode penugasan, guru memberikan tugas sesuai dengan materi yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
diajarkan untuk mengetahui hasilnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak
Krisnadi S.Pd selaku guru mata pelajaran seni budaya di SMP Negeri 2 Simo
Boyolali (pada tanggal 3 Mei 2012), dan melihat data rata-rata kelas menggambar
motif batik yang ada, nilai siswa kelas VIII-A memang sudah memenuhi standar
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75. Namun masih ada 25% dari jumlah
siswa yang belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Akan tetapi
berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan peneliti dengan melihat hasil
karya siswa SMP Negeri 2 Simo Boyolali (Pada tanggal 30 April 2012), masih
ada beberapa siswa yang kurang kreatif dalam menggambar motif batik. Hal ini
dikarenakan masih ada beberapa siswa yang masih mencontoh motif yang sudah
ada dan tidak mengembangkan motif yang dicontoh. Selain motif, siswa
menggunakan warna terkesan asal-asalan sesuai selera masing-masing tanpa
mempertimbangkan motif batik yang digambar. Siswa masih belum bisa
memanfaatkan bidang, banyak bidang yang dibiarkan kosong yang seharusnya
bisa digambar dengan isen motif. Sesungguhnya, semakin padat motif dalam
menggambar batik maka semakin indah gambar yang dihasilkan dengan
memperhatikan ritme, variasi, titik pusat perhatian, dan dominasi sehingga
gambar yang dihasilkan menarik dan tidak membosankan pandangan. Secara garis
besar, motif batik yang dihasilkan siswa merupakan motif batik geometris. Motif
geometris dibuat berdasarkan bangun sistematis, biasanya dibuat dengan alat ukur
(jangka, penggaris, busur) dan dibuat dengan banyak bentuk dengan irama yang
tetap dan konstan. Hal tersebut membuat motif batik yang digambar terkesan
monoton dan membosankan. Siswa belum bisa menggunakan daya imajinasinya
dalam membuat motif batik non geometris. Hal tersebut dapat dilihat pada karya
siswa berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Gambar 1.1 Contoh Gambar Motif Batik geometris yang meniru,
dan motif batik yang bidangnya masih kosong (Dokumentasi: Faizah S, 2012)
Penyebab kurangnya kreativitas siswa dalam menggambar motif batik
adalah karena pembelajaran yang dilakukan dengan metode yang digunakan oleh
guru seperti yang telah dikemukakan di atas kurang menarik dan kurang
merangsang pola pikir siswa untuk lebih berpikir kreatif, sehingga berpengaruh
pada siswa dan mereka menggambar hanya untuk memenuhi tugas, kurang
percaya diri, kurang motivasi baik motivasi dari dalam maupun dari luar, kurang
referensi, dan keterbatasan siswa dalam mengekspresikan idenya. Selain itu dalam
menggambar motif batik guru hanya menekankan dengan menggunakan teknik
repetisi. Teknik tersebut dilakukan dengan cara menggambar berulang-ulang satu
motif yang dibuat. Sehingga tidak bisa merangsang daya imajinasi siswa lebih
luas dalam menggambar motif batik. Hasil karya siswa pun terlihat seperti desain
tekstil dan bukan seperti desain motif batik. Karena sebenarnya menggambar
motif batik tidak lepas dari karakteristik bentuk yang meliputi ornamen motif
(ornamen utama dan ornamen pengisi), isen motif (berupa titik, garis, gabungan
titik dan garis), dan warna. Kelemahan dari teknik repetisi adalah gambar motif
batik yang dibuat menjadi membosankan. Berikut merupakan cara siswa
menggambar motif batik dan hasil gambar motif batik karya siswa dengan teknik
repetisi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Gambar 1.2. Contoh Gambar Motif Batik Siswa
(Dokumentasi: Faizah S, 2012)
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam mengembangkan
potensi dirinya untuk melahirkan sesuatu yang baru, berupa gagasan maupun
karya nyata, dalam karya baru maupun kombinasi atau mengembangkan dengan
hal-hal yang sudah ada yang berguna serta memberikan inspirasi untuk
dikembangkan selanjutnya. Kurangnya kreativitas dalam pembelajaran
menggambar motif batik menjadi permasalahan yang harus segera ditindak lanjuti
melalui penelitian tindakan kelas. Untuk mengoptimalkan peningkatan kreativitas
siswa dalam pembelajaran menggambar motif batik diperlukan suatu metode
pengajaran yang lebih menekankan pada aktifitas belajar siswa dan kreativitas
menggambar motif batik, serta pengembangan daya imajinasi siswa untuk berpikir
lebih aktif dan kreatif. Sehingga akan tercipta karya motif batik yang lebih kreatif
dan tidak membosankan seperti yang telah digambar siswa kelas VIII-A SMP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Negeri 2 tersebut. Gambar motif batik siswa juga tidak hanya terpaku dengan
teknik repetisi, karena siswa dapat mengembangkan daya imajinasinya menjadi
gambar motif batik yang indah dengan memperhatikan ritme, variasi, titik pusat
perhatian, dan dominasi sehingga gambar yang dihasilkan menarik dan tidak
membosankan pandangan. Keterlibatan langsung (keaktifan) pembelajaran (siswa)
dalam mendapatkan pengalaman-pengalaman belajar sangat berpengaruh terhadap
hasil belajar dan perubahan tingkah lakunya (Gino, 2000: 53). Salah satu metode
yang dapat digunakan oleh guru adalah metode discovery-inquiry.
Metode discovery-inquiry termasuk salah satu metode yang inovatif.
Dengan menggunakan metode discovery-inquiry dapat merangsang dan
mendorong siswa untuk lebih berpikir kreatif. Secara etimologis discovery berarti
inquiry
metode discovery-inquiry terdapat situasi yang berbeda dimana siswa
berpartisipasi secara aktif mempelajari sesuatu, sedangkan guru berfungsi
mengorganisasikan kegiatan belajar siswa. Siswa belajar aktif dalam kelompok
kecil maupun besar dalam mengamati sesuatu, menggolong-golongkan data,
mendiskusikan masalah, dan menyimpulkan hal-hal yang dipelajari, sehingga
siswa dapat berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri di dalam kelompoknya.
Dengan keterlibatan siswa secara aktif dapat mengembangkan potensi-potensi,
menyadari apa bakatnya, bagaimana kemampuannya dan bagaimana pula keadaan
orang lain, sehingga dimiliki pengertian tentang dirinya. Ia akan mampu berdiri
sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya, akan merasa mampu
memecahkan persoalannya tanpa tergantung pada orang lain. Kesulitan-kesulitan
yang dihadapi akan ditanyakan pada orang lain, tetapi pemecahannya adalah atas
dasar keputusannya sendiri.
Menurut Hanafiah, dan Cucu Suhana, Discovery-Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku ( 2009: 77 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode
discovery-inquiry tersebut diharapkan dapat merangsang siswa berpikir kreatif
dalam membuat motif batik berdasarkan sumber ide yang digunakannya.
Berdasarkan hal tersebut penulis terdorong menerapkan metode discovery-
inquiry dengan meningkatkan kreativitas menggambar motif batik melalui
penelitian tindakan kelas. Maka dapat dirumuskan judul penelitian sebagai
berikut :
Batik dengan Metode Discovery-Inquiry di Kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat
discovery-
inquiry dapat meningkatkan kreativitas siswa menggambar motif batik pada
mata pelajaran Seni Budaya dan ketrampilan kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo
Boyolali tahun
C. Tujuan Penelitian
Guna memberikan arah dalam penelitian, maka perlu adanya tujuan yang
hendak dicapai. Tujuan dalam penelitian ini adalah: untuk meningkatkan
kreativitas menggambar motif batik pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo
Boyolali tahun pelajaran 2012/2013 melalui metode discovery-inquiry.
Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian di atas maka dirumuskan
indikator ketercapaian sebagai berikut :
1) 75 % siswa mampu berpikir kreatif, menemukan, dan mengembangkan idenya
dalam menggambar motif batik.
2) 75% siswa mampu mengolah sumber ide menjadi motif batik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah wawasan tentang pelaksanaan metode discovery-inquiry
dan sebagai bahan referensi peneliti yang lain yang akan meneliti permasalahan
yang berhubungan dengan metode discovery-inquiry.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Siswa dapat menggambar motif batik dengan percaya diri serta dapat
bertanggung jawab terhadap keputusannya sendiri.
b. Bagi Guru
Guru dapat menambah materi yang lebih sulit lagi guna meningkatkan
kualitas dan prestasi siswa.
c. Bagi Sekolah
Kualitas mutu pendidikan di SMP Negeri 2 Simo Boyolali semakin
meningkat dalam pembelajaran seni budaya, dan mampu menghasilkan
sumber daya manusia yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Metode Pembelajaran
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Proses belajar mengajar
merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu
situasi pendidikan atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang diterapkan.
Dalam proses belajar mengajar seorang guru hendaknya selalu berusaha
menciptakan lingkungan belajar yang bergairah bagi anak didiknya agar tidak
terjadi suasana belajar mengajar yang membosankan. Maka perlulah dipilih suatu
metode pembelajaran guna mencapai suatu tujuan pembelajaran. Metode
berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar
seseorang (Djamarah & Aswan Zain, 2010: 73). Sedangkan pembelajaran
menurut Nana Sudjana ( dalam kutipan Rita Mariyana, 2010 ) adalah penyiapan
suatu kondisi agar terjadinya belajar. Metode pembelajaran adalah prosedur untuk
membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan
pembelajaran (Daryanto, 2010: 8). Metode mengajar adalah kumpulan dari
prinsip-prinsip yang tersusun untuk melaksanakan proses mengajar dan belajar,
terutama menyangkut cara-cara menyajikan sesuatu bahan pembelajaran pada
situasi dengan langkah-langkah yang teratur untuk mencapai suatu tujuan (Edy Tri
Sulistyo dkk, 2011: 107).
Seorang guru tidak bisa melakukan suatu proses belajar mengajar menurut
kehendak hatinya sendiri dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan.
Kegiatan belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan sama halnya dengan
pergi ke suatu tempat tanpa mengetahui tujuannya, sehingga akan sulit untuk
memilah-milah mana kegiatan yang harus dilakukan dan mana kegiatan yang
tidak perlu dilakukan dalam upaya untuk mencapai keinginan yang dicita-citakan.
Dalam melaksanakan pembelajaran guru harus selalu berorientasi pada tujuan,
karena tujuan pembelajaran merupakan arah dan pedoman untuk mengendalikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
proses belajar siswa, mulai dari tujuan yang bersifat umum sampai kepada tujuan
khusus yang secara operasional dijabarkan dalam sejumlah bentuk perilaku para
siswa yang dapat diukur baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan.
Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara
atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian tindakan kelas yang
dilakukan di SMP Negeri 2 Simo Boyolali ini, metode yang digunakan dalam
proses pembelajaran menggambar motif batik adalah dengan metode inovatif
yaitu metode discovery-inquiry.
2. Metode Discovery-Inquiry
Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar
yang hendaknya dipahami benar oleh guru. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsi karena ada perangsang dari luar. Proses pembelajaran
harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang
peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas
pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau
pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih
banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan
masalah atas bimbingan guru. Sehingga metode dalam hal ini berkedudukan
sebagai alat untuk meningkatkan minat belajar siswa dari luar. Metode adalah
salah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode mengajar merupakan suatu
teknik atau cara yang ditempuh guru dalam menyampaikan bahan pelajaran
kepada siswa dan melibatkan interaksi yang aktif dan dinamis antara guru dan
siswa, sehingga tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif
dan efisien.
Salah satu metode belajar mengajar adalah metode discovery-inquiry.
Secara etimologi, discovery inquiry berati
Discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi
sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan, dan sebagainya. Menurut Robert B. Sund dalam Suradji (2008: 92),
discovery adalah kegiatan individu di mana individu mengasimilasi konsep
dan/atau prinsip-prinsip dalam proses mentalnya. Metode discovery-inquiry
merupakan suatu metode pembelajaran yang inovatif, karena di dalam metode
discovery-inqury terdapat situasi yang berbeda di mana murid berpartisipasi
secara aktif mempelajari sesuatu, sedangkan guru hanya berfungsi
mengorganisasikan kegiatan belajar muridnya. Siswa aktif mengamati sesuatu,
menggolong-golongkan data, mendiskusikan masalah, dan menyimpulkan hal-hal
yang dipelajari. Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 77):
Metode discovery-inqury merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistemati, kritis, dan logis, sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.
Dalam menggunakan metode discovery-inquiry guru hendaknya memiliki
sikap mengelola kegiatan murid yang berbeda dari cara tradisional. Guru
hendaknya dapat memberikan kebebasan kepada muridnya untuk mengemukakan
ide-idenya dan mengetes ide itu, serta dapat menciptakan lingkungan yang
responsitif sehingga ide-idenya tersebut dapat dimengerti oleh orang lain dan
siswa dapat memperoleh data yang diperlukan (Suradji, 2008: 93). Siswa
hendaknya didorong untuk mengajukan pertanyaan dan berpendapat dalam
diskusi, serta memusatkan perhatiannya pada pemecahan masalah yang dihadapi.
Mereka harus dapat mengidentifikasi masalah-masalah dalam kehidupan dan
dilatih untuk mengusahakan alternatif pemecahannya. Fungsi dari metode
discovery-inquiry adalah: (1) Membangun komitmen di kalangan peserta didik
untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas
terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran, (2)
Membangun sikap aktif, kretif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam
rangka mencapai tujuan pengajaran, (3) Membangun sikap percaya diri dan
terbuka terhadap hasil penemuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Ada beberapa macam dalam metode discovery-inquiry, diantaranya
adalah: 1) Guided Discovery-Inquiry lab lesson, yaitu sebagian perencanaan
dibuat oleh guru, selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau
petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan
problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan
mencatat diberikan oleh guru. 2) Modified Dicovery-Inquiry, yaitu guru hanya
memberikan problema saja. Biasanya disediakan pula bahan atau alat-alat yang
diperlukan, kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui pengamatan,
eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya.
Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara
berkelompok atau perseorangan. Guru berperan sebagai pendorong, nara sumber,
dan memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses
belajar siswa. 3) Free Inquiry, yaitu kegiatan free inquiry dilakukan setelah siswa
mempelajarai dan mengerti bagaimana memecahkan suatu problema dan telah
memperoleh pengetahuan cukup tentang bidang studi tertentu serta telah
melakukan modified discovery-inquiry. Dalam metode ini siswa harus
mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang akan dipelajari atau
dipecahkan. 4) Invitation into Inquiry, yaitu siswa dilibatkan dalam proses
pemecahan problema sebagaimana cara-cara yang lazim diikuti scientist. Suatu
undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada siswa, dan melalui
pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa
untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin, semua kegiatan sebagai
berikut : merancang eksperimen, merumuskan hipotesis, menetapkan kontrol,
menentukan sebab akibat, menginterpretasi data dan membuat grafik 5) Inquiry
Role Approach, yaitu merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa
dalam tim-tim yang masing-masing terdiri atas empat anggota untuk memecahkan
invitation into inquiry. Masing-masing anggota tim diberi tugas suatu peranan
yang berbeda-beda sebagai berikut : koodinator tim, penasihat teknis, pencatat
data dan evaluator proses. 6) Pictorial Riddle, yaitu pendekatan dengan
menggunakan pictorial riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk
mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
maupun besar. Gambar atau peragaan-peragaan, atau situasi yang sesungguhnya
dapat digunakan untuk meningkatkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa. Suatu
ridlle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan
dari suatu trasparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan
dengan ridlle itu.
Berdasarkan macam metode discovery-inquiry yang telah dikemukakan di
atas, dalam penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan di SMP Negeri 2 Simo
Boyolali peneliti akan menerapkan semua macam metode discovery-inquiry
tersebut dalam pembelajaran.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode
discovery-inquiry menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 78), antara
lain: 1) mengidentifikasi kebutuhan siswa, 2) seleksi pendahuluan terhadap
konsep yang di pelajari, 3) seleksi bahan dan masalah yang akan di pelajari, 4)
menentukan masing-masing peran yang di lakukan oleh peserta didik, 5) mencek
pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan,
6) mempersiapkan setting kelas, 7) mempersiapkan fasilitas yang di perlukan, 8)
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan
penemuan, 9) menganalisis sendiri atas data temuan, 10) merangsang terjadinya
dialog interaktif antar peserta didik, 11) memberi penguatan terhadap peserta
didik untuk giat dalam melakukan penemuan, 12) memfasilitasi peserta didik
dalam merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuan.
Menurut Kruner dalam Suradji (2008: 94) mengemukakan beberapa
keuntungan dalam menggunakan metode discovery-inquiry: 1) mendorong siswa
untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri dalam kelompoknya, 2) situasi
proses belajar lebih merangsang, 3) memberikan kepuasan yang intrinsik, 4) siswa
dapat memahami konsep-konsep/prinsip-prinsip dengan lebih baik karena
keterlibatan siswa secara aktif akan meningkatkan pengalaman proses belajarnya,
5) membiasakan siswa untuk menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan
masalah atau mentrasfernya pada situasi baru, sehingga ia mudah menyesuaikan
diri dan mudah pula dalam menghadapi masalah-masalah di dalam kehidupan
masyarakat. Selain itu terdapat keuntungan-keuntungan yang lain, diantaranya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dengan menggunakan metode discovery-inquiry akan menunjang pembentukan
manusia seutuhnya, karena selalu menemukan konsep-konsep/prinsip-prinsip dan
siswa juga memperoleh pengarahan diri tanggung jawab, komunikasi sosial dan
pengembangan bakatnya yang lebih baik. Dengan menggunakan metode
discovery-inquiry dapat mengembangkan self concept pada diri siswa. Dengan
keterlibatan siswa secara aktif dapat mengembangkan potensi-potensi, menyadari
apa bakatnya, bagaimana kemampuannya, dan bagaimana keadaan orang lain.
Dalam Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 79) juga menyebutkan
keunggulan menggunakan metode discovery-inquiry. Keunggulan-keunggulan
tersebut adalah: 1) Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan,
serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif, 2) Peserta didik memperoleh
pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam
pikirannya, 3) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik
untuk belajar lebih giat lagi, 4) memberikan peluang untuk berkembang dan maju
sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing, 5) memperkuat dan
menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri
karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat
terbatas.
Berdasarkan penjelasan tentang metode discovery-inquiry di atas dapat
disimpulkan bahwa metode discovery-inquiry adalah kegiatan pembelajaran yang
melibatkan kemampuan peserta didik secara maksimal, mendorong anak untuk
berpikir aktif, kritis, kreatif, imajinatif, dan mengenalkan gagasan-gagasan pada
saat yang tepat sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap,
dan ketrampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Langkah penerapan
metode discovery-inquiry pada Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di
SMP Negeri 2 Simo Boyolali dalam pembelajaran menggambar motif batik ini
adalah seperti langkah-langkah yang dikemukakan dalam Nanang Hanafiah dan
Cucu Suhana (2009) dan Suradji (2008), akan tetapi lebih diperinci. Langkah-
langkah tersebut yaitu : 1) Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan
dipelajari, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep yang akan
dipelajari dan siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan atau berpendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
mengenai konsep-konsep tersebut. 2) Menentukan peran yang akan dilakukan
oleh masing-masing peserta didik. 3) Mencek pemahaman peserta didik terhadap
masalah yang akan dihadapi berkaitan dengan konsep yang dipelajari. 4) Guru
membagi siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 4 siswa, dengan
pembagian kelompok tersebut siswa harus aktif mengamati, mendiskusikan, dan
menggolong-golongkan lingkungan sekitar sebagai sumber ide dalam memuat
motif batik, serta dapat menyimpulkan hal yang dipelajari. 5) Masing-masing
siswa membuat motif batik berdasarkan pengembangan sumber ide.
3. Kreativitas
Kreativitas mempunyai pengertian yang bermacam-macam. Banyak
pendapat mengenai pengertian kreativitas. Menurut Brian Clego dan Paul Birch
(2001: 6), kreativitas merupakan istilah umum untuk hal-hal yang berkaitan, ada
kreativitas artistik (artistic creativity)-menulis buku, melukis, atau mengubah
musik, dan ada kreativitas penemuan (creativity of discovery). Beberapa ahli yang
berpendapat mengenai pengertian kreativitas antara lain Julius Chandra (1994: 17)
ketrampilan khas manusia yang dapat melahirkan pengungkapan yang unik,
berbeda, orisinil, sama sekali baru, indah, efisien, tepat sasaran d
proses menghadirkan sesuatu yang baru (the process of bringing something new
into being
pada cara berpikir dan hasrat kita untuk mencapai sesuatu yang baru atau
kreativitas adalah kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan, kadang-
kadang dengan cara yang ganjil, namun mengesankan, dan ini merupakan dasar
pendayagunaan kreatif dari daya rohani manusia dalam bidang atau lapangan
manapun. Kreativitas tidak bisa menggantikan suatu keterampilan atau keahlian
yang telah dipupuk lama dengan disiplin profesional yang kuat, akan tetapi
sentuhan kreativitas senantiasa mampu memperkaya semua bidang keahlian.
Kemampuan kreatif sering dihubungkan dengan tindakan pada waktu melihat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
maksudnya bahwa orang yang menemukan gagasan kreatif tersebut adalah orang
yang mampu melihat suatu fakta yang hal tersebut tidak tampak oleh orang lain.
Menurut Primadi (1998) dalam Shahib (2003: 61) mengemukakan, bahwa
kreativitas merupakan salah satu kemampuan manusia untuk mengintegrasikan
stimulus luar dengan memori yang telah dimiliki sebelumnya menjadi suatu
bentuk baru. Kreativitas bukanlah hasil dadakan, tetapi merupakan hasil dari
pengalaman pembelajaran yang terdiri dari logika, daya cipta, fisik, motivasi,
perasaan, dan imajenasi yang terintegrasi menjadi ide baru (Shahib, 2003: 2).
Kreativitas manusia sangat bergantung kepada kecerdasan emosional yang
dikontrol oleh otak kiri dan otak kanan. Otak kiri penting untuk berfikir logika
(rasional), sedangkan otak kanan penting untuk mengembangkan sikap (perasaan)
dan kemampuan kreasi atau daya cipta, serta kemampuan berimajinasi. Ketiga
komponen ini sangat menentukan kreativitas. Oleh karena itu, pembinaan kedua
fungsi otak tersebut harus seimbang. Dan untuk memacu kreativitas diperlukan
pembinaan sejak kecil.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah
suatu proses menciptakan sesuatu yang baru ataupun kombinasi dari yang sudah
ada secara sadar. Banyak yang berpendapat bahwa kreativitas hanya dimiliki oleh
orang-orang tertentu saja. Orang-orang yang mempunyai kecerdasan yang tinggi
dan mempunyai bakat yang luar biasa. Padahal kreativitas dapat dilatih dan
dirangsang secara terus menerus. Hal ini dikuatkan juga oleh pendapat Julius
Chandra (1994: 27) bahwa pada dasarnya setiap orang mempunyai potensi
kreativitas lebih banyak dari pada yang biasa digunakannya. Kesanggupan untuk
mencipta atau mencari pemecahan masalah dengan jitu tidak terbatas pada bakat-
bakat luar biasa saja.
Dalam bukunya Munandar (2004: 20) menyatakan bahwa kreativitas
didefinisikan menjadi 4 (4p dari kreativitas) yaitu : (1) Person ( Pribadi), (2)
Process (Proses), (3) Produck (Produk), (4) Press (dorongan). Pada saat berpikir
kreatif maka akan terwujud suatu kreativitas yang akan disajikan ke dalam sesuatu
yang bermacam-macam. Menurut Rawlinson (1986: 13) berfikir kreatif ialah
menghubungkan ide atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhubungan. Berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
kreatif memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah secara sistematis,
menghadapi berjuta tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan
pertanyaan inovatif, dan merancang solusi orisinal. Setiap manusia memiliki
kapasitas untuk menggunakan pikiran dan imajenasi mereka secara konstruktif
untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Menurut Cameron (1992) dalam Elaine B.
Johnson (2002: 213), kreativitas adalah ciptaan alam
sendiri adalah ciptaan. Dan pada gilirannya, kita ditakdirkan untuk meneruskan
kreativitas dengan menjadikan diri kita kreatif. Berpikir kreatif adalah kebiasaan
dari pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi, menhidupkan imajenasi,
mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang
menajubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Pemikir kreatif
dengan sengaja melatih imajenasi mereka, sebagian dengan memandang sesuatu
dari sudut pandang yang tidak biasa.
Menurut Rawlinson (1986: 24) berfikir kreatif memiliki lima tahap yaitu : (1) Persiapan merupakan tahap mendapatkan fakta dan pengetahuan mengenai sesuatu persoalan untuk mengerjakan empat tahap berikutnya. (2) Usaha merupakan tahap menerapakan berfikir divergen. Memerlukan usaha yang sadar untuk memisahkan produksi ide dari evaluasi ide, dan harus diikuti ketentuan menunda penilaiaan. Dalam proses usaha, mencatat semua ide. (3) Inkubasi merupakan tahap meninggalkan persoalan dan memikirkan hal-hal lain. Pada hakikatnya, persoalan ditekankan ke bawah sadar. Inkubasi terjadi dengan secara sadar membaca daftar ide untuk merangsang timbulnya ide baru. (4) Pengertian yaitu memberi penerangan disertai perasaan lega, atau hilangnya tekanan. (5) Evaluasi merupakan ide yang diciptakan dalam tahap-tahap sebelumnya diperiksa dan tahap evaluasi dengan kritis dan disisihkan bila tidak bermanfaat. Tahap evaluasi tidak dipergunakan dalam tahap utama Menurut Jordan E.Ayan (2002: 54) Kreativitas muncul dalam proses
empat tahap yaitu : 1) persiapan; 2) inkubasi; 3) pencerahan; dan 4) pelaksanaan
atau pembuktian. Tahap persiapan merupakan persiapan diri untuk memecahkan
masalah dengan mengumpulkan data/informasi, mempelajari pola berpikir dari
orang lain dan bertanya pada orang lain. Suatu tahap berorientasi tugas ketika
seseorang melakukan riset khusus dengan membaca, mewawancarai orang,
bertualang atau kegiatan lain yang berfungsi mengumpulkan ide,fakta, dan opini.
Pada tahap inkubasi pengumpulan informasi dihentikan, masa menyimpan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
informasi yang sudah dikumpulkan lalu berhenti dan tidak lagi memusatkan diri
atau merenungkannya. Tahap pencerahan atau iluminasi merupakan tahap
timbulnya inspirasi atau gagasan baru. Sedangkan untuk tahap pelaksanaan/
pembuktian (verifikasi), tahap ini merupakan tahap pengujian ide atau kreasi baru
tersebut terhadap realitas. Di sini diperlukan pemikiran yang kreatif dan kritis.
Beberapa kendala yang membungkam kreativitas adalah: (1) Peraturan dan
persyaratan yang membatasi dan melarang, (2) Perilaku menerima dengan pasif ,
tanpa bertanya, (3) pengotak-ngotakan, (4) Takut membuat kesalahan, (5) Tidak
menyempatkan diri untuk merenung.
Berdasarkan pengertian di atas hendaknya pendidik menghargai segala
keunikan dan bakat yang dimiliki oleh anak didiknya. Sebagai pendidik
hendaknya membantu melatih, merangsang, menghidupkan imajinasi dan
menumbuhkembangkan kreativitas anak sehingga mereka dapat berpikir kreatif
dan muncul bakat pada peserta didik. Tahap berfikir kreatif yang akan dijadikan
dasar dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah pendapat Rawlinson (1986: 24),
seperti yang telah dikemukakan di atas.
4. Menggambar
Menggambar merupakan salah satu cara seseorang dalam
mengekspresikan pikiran-pikirannya dan juga perasaannya. Kegiatan menggambar
biasanya dilakukan secara sadar dengan tujuan dan maksud tertentu ataupun
hanya sekedar membuat gambar yang tidak mempunyai arti. Menggambar
merupakan wujud pengeksplorasian teknis dan gaya penggalian gagasan dan
kreativitas, bahkan bisa menjadi sebuah ekspresi dan aktualisasi diri.
Menggambar biasanya digunakan untuk mengungkapkan suatu ide. Kegiatan ini
dilakukan dengan cara mencoret, menggores, menorehkan benda tajam ke benda
lain dan memberi warna, sehingga menimbulkan gambar (Hajar Pamadhi dan
Evan Sukardi S, 2008). Menggambar biasanya digunakan untuk mengungkapkan
suatu ide (Veri Apriyatno, 2004: 1). Menggambar adalah membuat guratan di atas
sebuah permukaan yang secara grafis menyajikan kemiripan mengenai sesuatu
(Francis D.K Ching, 2002: 9). Sedangkan proses menggambar adalah suatu proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
interatif dari melihat, memvisualisasikan, mengekpresikan imej. Dari beberapa
pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa menggambar merupakan suatu
kegiatan kreatif dari proses pemikiran visual yang bergantung pada kemampuan
seseorang, tidak hanya melihat saja akan tetapi juga memvisualisasikan ke dalam
sesuatu.
Menggambar merupakan kegiatan ekspresif bagi anak. Dengan daya
imajinasi anak yang tinggi, mereka memvisualisasikan imajinasinya ke dalam
sebuah gambar. Dengan menggambar pula dapat membantu proses perkembangan
aspek kognitif, kecerdasan emosional, dan juga kecerdasan motoriknya.
Perkembangan kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau berpikir.
Suatu kemampuan untuk mengkoordinasikan cara berpikir untuk menyelesaikan
berbagai masalah dan dapat digunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan
kecerdasan. Emosi berhubungan dengan seluruh perkembangan anak. Anak-anak
perlu dibantu dalam menjamin hubungan dengan lingkungannya agar mereka
secara emosional dapat menyesuaikan diri, menemukan kepuasan dalam hidupnya,
dan sehat secara fisik dan mental. Menurut Patmonodewo (2003: 23), tahapan
perkembangan kognitif ada dua, yaitu tahapan sensorimotor dan tahap
praoperasional. Tahap sensorimotor dimulai sejak anak lahir sampai usia sekitar
satu dan dua tahun memahami objek di sekitarnya melalui sensori dan aktivitas
motor atau gerakannya. Sedangkan tahap praoperasional merupakan proses
berpikir anak berpusat pada penguasaan simbol-simbol (misalnya kata-kata), yang
mampu mengungkapkan pengalaman masa lalu. Untuk itu sebagai guru
hendaknya bertanggungjawab dalam membimbing dan mengarahkan anak
menjadi pribadi yang kreatif dan berguna bagi masyarakat.
Dalam menggambar harus memperhatikan unsur-unsur seni rupa dua
dimensional yaitu garis, warna, bidang, dan tekstur.
Garis adalah unsur yang paling penting/elementer dalam seni rupa. Garis
adalah hubungan dua buah titik atau jejak-jejak titik yang bersambungan atau
berderet yang dapat menghasilkan irama. Garis sangat mempengaruhi bidang dan
memiliki sifat keindahan sendiri. Garis dapat berupa bersitan kecil tajam,
berombak lemah gemulai, zig-zag yang beringas, perspektif yang berkesan tak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
kunjung habis, dan lengkung-lengkung yang anggun. Penggunaan garis secara
proporsional sangat menentukan karakter gambar.
Warna merupakan unsur atau elemen seni rupa yang sangat dominan,
karena lebih cepat tertangkap oleh mata. Warna merupakan unsur rupa yang
memberikan nuansa bagi terciptanya karya seni, dengan warna dapat ditampilkan
karya seni rupa yang menarik dan menyenangkan. Warna mewakili keindahan dan
dapat dijadikan sebagai simbol serta dapat menampilkan ekspresi dan sifat-sifat
seseorang. Jenis warna diklasifikasi ke dalam jenis warna primer, warna sekunder,
warna tersier. Warna primer adalah warna yang tidak diperoleh dari pencampuran
warna lain, warna pokok atau dengan kata lain warna yang terbebas dari unsur
warna-warna lain. seperti (merah, kuning, biru). Warna sekunder adalah
merupakan pencampuran dari dua warna Primer. misalnya warna biru campur
warna kuning jadi warna hijau, warna biru campur warna merah jadi warna ungu
atau violet, warna merah campur warna kuning jadi warna orange. Sedangkan
warna tersier adalah pencampuran dari dua warna sekunder.
Bidang dalam seni rupa merupakan salah satu unsur seni rupa yang
terbentuk dari hubungan beberapa garis. Bidang dibatasi kontur dan merupakan 2
dimensi, menyatakan permukaan, dan memiliki ukuran bidang dasar dalam seni
rupa antara lain, bidang segitiga, segi empat, trapesium, lingkaran, oval, dan
banyak lainnya. Bidang dapat diartikan sebagai spece atau ruang yang sangat
diperlukan dalam mengatur komposisi dan keseimbangan untuk menghasilkan
gambar yang baik.
Sedangkan tekstur adalah sifat atau kualitas nilai raba dari suatu
permukaan, oleh karena itu tekstur bisa halus, licin, kasar, berkerut, dan
sebagainya. Dalam tekstur visual boleh jadi kesan yang di tangkap oleh mata itu
kasar akan tetapi sesungguhnya halus atau sebaliknya. Kita dapat menentukan
halus kasarnya suatu permukaan juga dapat merasakan kualitas permukaan antara
kertas, kain, kaca, batu, kayu. Sedangkan pada tektur semu kesan yang di tangkap
oleh mata tidak sama dengan kesan yang di tangkap oleh perabaan.
Dalam Soemardaji, dkk (2001: 146), untuk memperoleh satuan komposisi
yang baik maka dalam penyusunan elemen-elemen desain haruslah didasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
pada beberapa prinsip seni rupa. Adapun prinsip-prinsip seni rupa yaitu: kesatuan
(unity), keseimbangan (balance), keselarasan, Irama (Rhythm), proporsi, kontras.
Kesatuan (unity), merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa yang sangat
penting. Tidak adanya kesatuan dalam sebuah karya rupa akan membuat karya
tersebut terlihat cerai-berai, kacau-balau yang mengakibatkan karya tersebut tidak
nyaman dipandang. Kesatuan dalam komposisi adalah kekompakan penyusunan
elemen-elemen (unsur-unsur) desain sehingga tidak ada elemen yang menonjol
sendiri dan tidak ada satu elemen pun yang terbuang. Masing-masing mempunyai
peranan sendiri-sendiri.
Keseimbangan (balance), karya seni dan desain harus memiliki
keseimbangan agar nyaman dipandang dan tidak berat sebelah. Keseimbangan
adalah ukuran seimbang atau tidak seimbangnya unsur-unsur desain pada dua sisi
di kiri kanan suatu sumbu (Soemardji dkk, 2001: 147). Berdasarkan tipenya, ada
keseimbangan simetris dan keseimbangan asimetris. Keseimbangan yang simetris
mempunyai unsur yang sama di kedua sisinya. Sedangkan keseimbangan
asimetris, unsur-unsur pada satu sisi berbeda unsur dari sisi lain dari satu bidang
penyusunan unsur dengan tipe ini memerlukan ketajaman rasa keseimbangan dan
latihan.
Keselarasan. Menurut Murtadi dalam (Soemardji dkk: 2001), persesuaian
dari unsur-unsur desain yang ekstrem atau antara bentuk yang serasi dan tidak
serasi. Sedangkan irama (Rhythm), adalah pengulangan gerak yang teratur dan
terus menerus. Dalam bentuk bentuk alam bisa kita ambil contoh pengulangan
gerak pada ombak laut, barisan semut, gerak dedaunan, dan lain-lain. Prinsip
irama sesungguhnya adalah hubungan pengulangan dari bentuk -bentuk unsur
rupa.
Proporsi merupakan prinsip dasar tata rupa untuk memperoleh keserasian.
Untuk memperoleh keserasian dalam sebuah karya diperlukan perbandingan-
perbandingan yang tepat. Pada dasarnya proporsi adalah perbandingan matematis
dalam sebuah bidang. Dan yang terakhir adalah kontras merupakan
pertentangan/perlawanan antara unsur-unsur yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
menggambar motif batik harus memperhatikan unsur-unsur seni rupa yang
meliputi garis, warna, bidang dan tekstur untuk menghasilkan gambar motif batik
yang indah dan kreatif selain itu perlu diperhatikan juga prinsip-prinsip seni rupa
untuk memperoleh komposisi yang baik.
5. Motif Batik
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi
bagian dari budaya Indonesia (khusunya jawa) sejak lama (Ellis Widayanti, 2010:
39). Motif menurut Hery Suhersono adalah sebuah desain atau rancangan yang
dibuat dari bagian-bagian bentuk, berbagai macam garis yang dipengaruhi dalam
bentuk stilasi atau penggayaan, dan memiliki ciri tersendiri. (2005: 13). Menurut
Sewan susanto (1980: 212) motif batik adalah kerangka gambar yang
mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif batik disebut juga corak batik atau
pola batik. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulakan bahwa motif
batik merupakan kerangka gambar yang disebut dengan pola batik yang mana di
dalamnya terdapat ornamen utama dan ornamen tambahan dan isen-isen.
Batik terdiri dari beberapan susunan motif batik, hal ini diperkuat dengan
pendapat dari Sewan Susanto (1980: 212), Motif batik tersusun atas dua bagian
utama yaitu : 1) Ornamen motif batik; dan 2) Isen motif batik. Ornamen motif
batik dibagi menjadi dua, yaitu ornamen utama dan ornamen pengisi bidang atau
ornamen tambahan.
Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang menentukan motif yang
memiliki arti. misalnya : meru melambangkan gunung atau tanah yang disebut
bumi; pohon hayat atau tumbuhan melambangkan dunia tengah, garuda
melambangkan matahari atau tata surya, burung melambangkan dunia atas, candi
atau perahu (bangunan) melambangkan keramat, lidah api melambangkan api,
naga melambangkan air. Di bawah ini beberapa contoh ornamen utama dalam
motif batik:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Gambar 2.1. Naga ( Nanang, 2012)
Gambar 2.2. Burung (Kuli Keceh, 2012)
Ornamen tambahan berfungsi sebagai pengisi bidang yang tidak memiliki
arti seperti pada ornamen utama. Ornamen tambahan juga berfungsi sebagai
pengisi bidang untuk memperindah motif secara keseluruhan. Ornamen pengisi
bentuknya lebih kecil dan lebih sederhana. Pada ornamen pengisi terdapat
beberapa macam bentuk yaitu bentuk burung, binatang sederhana, bentuk
tumbuhan seperti kuncup, daun, bunga atau lung-lungan. Di bawah ini merupakan
contoh ornamen tambahan pada motif batik:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Gambar 2.3. Ornamen Tambahan (Art Craft, 2012)
Isen motif adalah berupa titik-titik, garis-garis, gabungan titik dan garis,
yang berfungsi untuk mengisi ornamen baik ornamen utama maupun ornamen
tambahan. Bentuk isen-isen lebih kecil dan rumit, jumlahnya relatif banyak sekali.
Macam-macam isen-isen antara lain cecek (cecek pitu, cecek sawut, cecek sawut
daun), sisik melik, herangan, sisik, gringsing, sawut, galaran, rambutan atau
rawan, sirapan, dan cacah gori. Di bawah ini beberapa contoh gambar isen motif:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Gambar 2.4. Isen Motif Batik (Art Craft, 2012)
Penggolongan motif batik dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1). Motif
Geometris yang berupa garis lurus, garis patah, garis sejajar, lingkaran, dan
sebagainya, dicontohkan seperti : Motif Banji, Pola Ceplok, Pola Kawung, Pola
Nitik, Pola Garis Miring. (Budiyono. dkk, 2008: 91). 2). Motif Naturalis/Non
geometris berupa tumbuh-tumbuhan, hewan dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Motif Geometris adalah motif-motif batik yang ornamen-ornamennya
merupakan susunan geometris. Ciri ragam hias geometris ini adalah motif tersebut
mudah dibagi-bagi menjadi bagian-
geometris ini pada dasarnya dapat dibedakan atas dua macam, yaitu: 1) Raportnya
berbentuk seperti ilmu ukur biasa, seperti bentuk-bentuk segiempat, persegi
panjang atau lingkaran. Motif batik yang memiliki raport segi empat adalah
golongan banji, ceplok, ganggang, kawung. 2) Raportnya tersusun dalam garis
miring, sehingga raportnya berbentuk semacam belah ketupat. Contoh motif ini
adalah golongan motif parang. Berikut merupakan contoh motif geometris yang
raportnya berbentuk seperti ilmu ukur biasa dan raportnya tersusun dalam garis
miring:
Gambar 2.5 Contoh motif geometris yang raportnya berbentuk seperti ilmu ukur biasa/Kawung ( Setyorini Heningtyas, 2009)
Gambar 2.6 Contoh motif geometris yang raportnya tersusun dalam garis miring/Parang (Nischal Maniar, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Sedangkan untuk motif non geometris adalah motif yang tidak geometris
atau suatu motif yang cara pembuatannya dengan pengubahan atau penggayaan
bentuk-bentuk dari alam, baik flora maupun fauna. Motif-motif golongan non
geometris tersusun dari ornamen-ornamen tumbuhan, Meru, Pohon Hayat, Candi,
Binatang, Burung, Garuda, Ular (Naga) dalam susunan tidak teratur menurut
bidang geometris meskipun dalam bidang luas akan terjadi berulang kembali
susunan motif batik tersebut. Motif non geometris menurut Sewan Susanto (1980:
213) yaitu motif semen dan motif buketan terangbulan. Motif semen merupakan
batik klasik yang ornamen-ornamenya tersusun secara bebas namun bebas
terbatas, karena setelah suatu jarak tertentu motif atau susunan ornamen itu akan
kembali berulang. Motif buketan-terangbulan merupakan motif tumbuhan atau
lung-lungan yang panjang selebar kain. Motif ini terdapat pada kain batik sarung
dari Pekalongan, Lasem, Tegal dan Cirebon. Contoh:
Gambar 2.7 Motif non geometris (Kusuma dan Puyak, 2012)
B. Kerangka Berpikir
Pada dasarnya sebuah kerangka berfikir bertujuan sebagai pedoman atau
arahan dalam pengetahuan dasar pada peneliti. Berdasarkan observasi awal
kreativitas siswa kelas VIII A masih kurang, hal ini dapat dilihat melaui
penciptaan bentuk motif batik dari siswa. Masih banyak siswa yang meniru motif
yang sudah ada, dan tidak mengembangkan motif tersebut. Dan masih banyak
juga siswa yang terpaku dengan motif geometris dan dengan teknik repetisi. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
tersebut membuat pola pikir siswa tidak kreatif dalam menggambar motif batik.
Motif batik yang dihasilkan siswa terskesan monoton dan membosankan. Siswa
belum dapat menggunakan sumber ide yang berada di sekitar mereka dan belum
bisa membuka daya imajinasi mereka untuk menggambar motif batik non
geometris. Selain itu siswa belum menguasai unsur-unsur seni rupa dengan baik
dalam menggambar motif batik yang meliputi warna, bidang, dan garis. Warna
yang dihasilkan siswa terkesan asal-asalan sesuai selera masing-masing tanpa
mempertimbangkan motif batik yang digambar, padahal warna merupakan unsur
seni rupa yang sangat dominan karena lebih cepat tertangkap oleh mata. Siswa
juga belum bisa memanfaatkan bidang. Masih ada beberapa dari gambar motif
batik dari siswa yang masih kosong yang seharusnya bisa ditambahkan isen-isen
motif ke dalamnya. Sesungguhnya, semakin padat motif dalam menggambar batik
maka semakin indah gambar yang dihasilkan dengan memperhatikan ritme,
variasi, titik pusat perhatian, dan dominasi sehingga gambar yang dihasilkan
menarik dan tidak membosankan pandangan.
Bedasarkan uraian di atas faktor utama yang mempengaruhi kreativitas
siswa dalam menggambar motif batik adalah metode yang digunakan oleh guru
dalam kegiatan belajar mengajar. Guru menggunakan metode yang kurang
inovatif dan kurang menarik perhatian siswa. Guru belum mampu merangsang
siswa untuk berfikir kreatif. Guru hanya menekankan untuk menggambar motif
batik yang tidak mencontoh dari buku, akan tetapi pada kenyataannya masih ada
beberapa siswa yang mencontoh motif batik dari buku. Selain itu siswa belum
mampu mengembangkan bentuk motif batik yang ada menjadi motif baru atau
kombinasi dari motif yang ada, hal ini disebabkan karena kurangnya referensi
tentang motif batik.
Masalah di atas dapat diatasi dengan memperbaiki metode pembelajaran
melalui penelitian tindakan kelas. Metode discovery-inquiry termasuk salah satu
metode yang inovatif. Dengan menggunakan metode discovery-inquiry dapat
merangsang dan mendorong siswa untuk lebih berpikir kreatif. Di dalam metode
discovery-inquiry terdapat situasi yang berbeda dimana siswa berpartisipasi secara
aktif mempelajari sesuatu, sedangkan guru berfungsi mengorganisasikan kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
belajar muridnya. Siswa belajar aktif dalam kelompok kecil maupun besar dalam
mengamati sesuatu, menggolong-golongkan data, mendiskusikan masalah, dan
menyimpulkan hal-hal yang dipelajari, sehingga siswa dapat berpikir dan bekerja
atas inisiatif sendiri di dalam kelompoknya. Dengan menggunakan metode
discovery-inquiry tersebut diharapkan dapat merangsang siswa berpikir kreatif
dalam membuat motif batik berdasarkan sumber ide yang digunakannya.
Langkah penerapan metode discovery-inquiry dalam pembelajaran
menggambar motif batik adalah sebagai berikut: 1) Seleksi pendahuluan terhadap
konsep yang akan dipelajari, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai
konsep yang akan dipelajari dan siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan atau
berpendapat mengenai konsep-konsep tersebut. 2) Menentukan peran yang akan
dilakukan oleh masing-masing peserta didik. 3) Mencek pemahaman peserta didik
terhadap masalah yang akan dihadapi berkaitan dengan konsep yang dipelajari. 4)
Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 4 siswa,
dengan pembagian kelompok tersebut siswa harus aktif mengamati,
mendiskusikan, dan menggolong-golongkan data, serta dapat menyimpulkan hal
yang dipelajari. 5) Masing-masing siswa membuat motif batik berdasarkan
pengembangan sumber ide.
Dengan metode discovery-inquiry minat siswa dalam kegiatan belajar
mengajar menggambar motif batik meningkat, melalui diskusi siswa mampu
menemukan ide-ide kreatif dan dapat menciptakan gambar motif batik yang
kreatif sehingga kreativitas menggambar motif batik kelas VIII-A SMP Negeri 2
Simo Boyolali meningkat. Maka kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Akar Permasalahan
Siswa
Kreativitas siswa dalam menggambar motif batik kurang,
dilihat dari:
a. Siswa masih mencontoh gambar dan belum bisa
mengembangkan gambar yang dicontoh
b. Siswa masih terpaku dengan motif batik geometris
dan hanya menggunakan teknik repetisi dalam
menggambar motif batik
c. Imajenasi dan pola pikir siswa kurang kreatif
Guru
a. Menggunakan metode yang kurang menarik
perhatian siswa dan kurang merangsang daya
imajenasi siswa
b. Kurang bahan referensi bagi siswa
Gambar: 2. 8. Kerangka Berpikir
Alterna.f Tindakan
Langkah I
Seleksi pendahuluan terhadap moぼf baぼk yang akan dipelajari, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai moぼf baぼk dan siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan atau berpendapat mengenai konsep-konsep tersebut.
Langkah II
Pembagian kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 4 siswa, dengan pembagian kelompok tersebut siswa harus akぼf mengamaぼ, mendiskusikan, dan menggolong-golongkan lingkungan sekitar sebagai sumber ide, serta dapat menyimpulkan hal yang dipelajari.
Langkah III
Praktek menggambar moぼf baぼk sesuai dengan pengembangan sumber ide.
Meningkatkat Krea.vitas Menggambar Mo.f Ba.k
- 75% siswa mampu berpikir kreaぼf, menemukan, dan mengembangkan idenya dalam menggambar moぼf baぼk
- 75% siswa mampu mengolah sumber ide menjadi moぼf baぼk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat dirumuskan hipotesis
Dicovery-Inquiry dapat
meningkatkan kreativitas menggambar motif batik pada siswa kelas VIII-A SMP
Negeri 2 Simo Boyolali tahun p
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Simo Boyolali, tepatnya di Jl.
Pendidikan No. 1 Kedonglengkong, kecamatan Simo kabupaten Boyolali, kode
pos 57377, berada di daerah yang cukup jauh dari kota, akan tetapi berada di
lokasi yang strategis di pinggir jalan sehingga mudah dijangkau dari seluruh
wilayah.
Waktu penelitian persiapan hingga hingga pelaporan hasil hasil penelitian
dilakukan kurang lebih selama 6 bulan, yaitu mulai dari bulan Mei 2012 hingga
bulan November 2012. kegiatan perencanaan (menyusun proposal) dilaksanakan
pada bulan Mei hingga bulan Juni. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan pada
bulan Agustus hingga September, sedangkan penyusunan laporan pada bulan
September hingga bulan November.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII-A SMP
Negeri 2 Simo Boyolali yang berjumlah 35 siswa, dengan rincian siswa putra
berjumlah 16 orang dan siswa putri berjumlah 19 orang dan bapak Krisnadi, S. Pd
selaku guru pengampu mata pelajaran seni budaya di SMP Negeri 2 Simo
Boyolali.
C. Data dan Sumber Data
1. Data Penelitian
Data penelitian menunjukkan data apa saja yang menjadi fokus penelitian.
Jenis data yang menjadi fokus penelitian pada penelitian tindakan kelas ini adalah:
a) Data kuantitatif yang berupa hasil penilaian dari aspek psikomotorik yang
merupakan gambar motif batik siswa. Aspek yang dinilai meliputi sumber ide
yang digunakan, bentuk, warna, komposisi, garis, keseimbangan. b) Data
kualitatif yang berupa catatan lapangan mengenai proses pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
pembelajaran menggambar motif batik, keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini dikumpulkan dari
berbagai sumber yang meliputi:
2.1 Informan inti, yaitu: 1) Guru mata pelajaran seni budaya, data yang
diperoleh berupa informasi mengenai hasil gambar motif batik siswa dan
keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar menggambar
motif batik sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas. 2) Siswa kelas
VIII-A sebagai subjek penelitian, data yang diperoleh berupa hasil gambar
motif batik siswa, sumber ide yang dipakai dalam pembuatan motif, dan
keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar menggambar
motif batik sebelum dilakukan dan setelah dilakukan penelitian tindakan
kelas.
2.2 Dokumen dan arsip yang terdiri dari kurikulum, silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran, dan karya motif batik siswa.
2.3 Tempat dan peristiwa berlangsungnya kegiatan pembelajaran menggambar
motif batik ketika metode discovery-inquiry dilaksanakan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk
mendapatkan data yang diperlukan dengan menggunakan teknik-teknik tertentu.
Data yang diperlukan merupakan data yang benar-benar terpercaya. Dalam
penelitian tindakan kelas ini teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu data
primer berupa data hasil tugas dan data sekunder yang merupakan hasil dari
observasi, dan wawancara dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan cara untuk merekam segala kegiatan belajar
mengajar dalam pelajaran menggambar motif batik yang terjadi selama tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
penelitian berlangsung, dengan atau tanpa alat bantu. Metode observasi yang
dipilih dalam penelitian ini adalah metode observasi partisipasif.
Dengan observasi partisipasif ini peneliti terlibat dengan kegiatan orang
yang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut merasakan suka dukanya. Sehingga dengan
menggunakan penelitian ini diharapkan peneliti mengetahui kekurangan dan
kesulitan guru dalam mengajar sebelum menggunakan metode discovery-inquiry,
dan juga keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan suatu metode mencari data mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Menurut ( Sugiyono, 2009:
82), dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan seperti silabus, RPP, daftar nama dan
nilai siswa. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto. Sedangkan dokumen
yang berbentuk karya misalnya karya-karya motif batik siswa.
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh
data sekolah, data siswa, dan data hasil belajar siswa berupa nilai tugas
menggambar motif batik siswa kelas VIII-A di SMP Negeri 2 Simo Boyolali yang
diperoleh melalui tugas ketika metode discovery-inquiry dilaksanakan.
3. Wawancara
Menurut Sugiyono (2009: 72) wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan antara peneliti dan guru
pengampu mata pelajaran seni budaya. Wawancara dengan guru dilakukan di luar
pembelajaran, dan dilaksanakan setelah melakukan pengamatan pertama terhadap
kegiatan belajar mengajar, dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
kesulitan yang dihadapi oleh guru pada saat melakukan pembelajaran
menggambar motif batik, keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar, dan kelebihan metode yang digunakan.
Wawancara dilaksanakan secara acak, akan tetapi mewakili dari semua
kemampuan siswa dalam menggambar motif batik, dengan menanyakan tentang
kesulitan yang dihadapi siswa dalam menggambar motif batik sebelum
menggunakan metode pembelajaran discovery-inquiry dan pada saat akhir
kegiatan pembelajaran setelah menggunakan metode pembelajaran discovery-
inquiry.
E. Uji Validitas Data
Teknik validitas data merupakan cara yang digunakan dalam penelitian
untuk membuktikan kebenaran data-data yang diperoleh dalam penelitian. Untuk
memberikan data-data yang terpercaya, peneliti menggunakan triangulasi sumber
data. Triangulasi dilakukan dengan pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan barbagai waktu, seperti pengecekan kembali data-data
penelitian yang telah diperoleh dengan cara mengkomunikasikan sajian data yang
mungkin belum sempurna kepada informan lain yang mempunyai pengetahuan
lebih.
Sebelum penulisan laporan, dalam penelitian tindakan kelas ini data yang
sudah diperoleh akan dicek kembali oleh informan lain dan mengkonfirmasikan
data sehingga dapat diperoleh kesepakatan antara peneliti dan informan tentang
data temuan tersebut.
F. Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis data statistik
deskriptif komparatif dan teknik analitis kritis. Teknik statistik deskriptif
komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yaitu dengan membandingkan hasil
antar siklus, satatistik deskriptif untuk nilai siswa dan penjelasannya dan
komparatif untuk mengkomparatifkan sumber ide sejenis yang digunakan siswa.
Sedangkan teknik analisis kritis digunakan untuk data kualitatif yaitu mencakup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
kegiatan belajar mengajar untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja
siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Hasil analisis tersebut digunakan
sebagai dasar dalam menyusun perencanaan tindakan kelas pada tahap berikutnya
sesuai dengan siklus yang ada.
G. Indikator Capaian Penelitian
Untuk menentukan ketercapaian tujuan penelitian tindakan kelas ini perlu
dirumuskan indikator keberhasilan tindakan. Rumusan indikator keberhasilan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Aspek yan Diukur Persentase
Siswa yang
Ditargetkan
Cara Mengukur
Kemampuan berpikir kreatif, menemukan dan
mengembangkan idenya dalam menggambar
motif batik
75% Diamati pada saat pembelajaran, diukur
melalui pengamatan, diskusi siswa, dan
analisis yang dilakukan oleh siswa
terhadap lingkungan sekitar sebagai
sumber ide
Kemampuan mengolah sumber ide menjadi motif
batik
75% Diukur melalui hasil karya siswa dengan
sumber ide yang digunakan untuk
dijadikan motif batik
Tabel: 3.1. Rumusan indikator Keberhasilan Tindakan
H. Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini, melaksanakan
tindakan-tindakan, prosedur-prosedur dan langkah-langkah yang diwujudkan
dalam bentuk siklusnya. Pada penelitian ini terdiri dari dua siklus yang mencakup
empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Prosedur yang akan ditempuh adalah sesuai dengan gambar berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Dr. Iskandar, M.Pd)
Adapun penjelasan dari kedua siklus dalam pembelajaran menggambar
motif batik di atas adalah sebagai berikut:
Siklus I terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi.
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Tahap pertama pada siklus ini adalah tahap perencanaan yang meliputi:
1) Mengidentifikasi kebutuhan siswa, yaitu kebutuhan akan pengetahuan
mengenai prinsip-prinsip seni rupa, unsur seni rupa, bagian-bagian motif batik,
dan penggolongan motif batik. 2) Menyeleksi pendahuluan terhadap konsep
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
Permasalahan Baru Hasil Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
Simpulan
Siklus I
Siklus II
Idenぼfikasi Masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
yang dipelajari, yaitu dengan mempersiapkan dan membuat perencanaan
instrument penelitian (silabus, RPP, lembar observasi, lembar penilaian,
lembar wawancara). 3) Menyeleksi bahan dan masalah yang akan dipelajari,
yaitu dengan mempersiapkan media dan membuat bahan ajar yaitu materi
motif batik
Pelaksanaan siklus I ini untuk meningkatkan kreatifitas menggambar
motif batik, yang direncanakan dua kali pertemuan, setiap pertemuan 80 menit.
Materi yang digunakan dalam pelaksanaan siklus I adalah kreasi motif batik
dengan memanfaatkan tanaman sekitar sebagai sumber ide dalam pembuatan
motif batik. Indikator pembelajaran yang ingin dicapai adalah: mampu
berpikir kreatif menemukan dan mengembangkan idenya dalam menggambar
motif batik dan mampu mengolah sumber ide menjadi motif batik.
Langkah-langkah yang dilakukan, direncanakan oleh peneliti yang
kemudian dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan. Proses
pembelajaran dipusatkan pada siswa, dimana siswa berpartisipasi secara aktif
mempelajari sesuatu sedangkan guru hanya mengorganisasikan kegiatan
belajar siswa.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Proses pembelajaran menggunakan metode discovery-inquiry, sesuai
dengan indikator penelitian yaitu mampu berpikir kreatif menemukan dan
mengembangkan idenya dalam menggambar motif batik dan mampu
mengolah sumber ide menjadi motif batik.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan pada siklus I secara rinci
adalah sebagai berikut : 1) Menentukan masing-masing peran yang dilakukan
oleh peserta didik, yaitu dengan memberi tahu materi yang akan diajarkan dan
SK, KD yang hendak dicapai. 2) Mencek pemahaman peserta didik terhadap
masalah yang akan diselidiki dan ditemukan, yaitu dengan memberikan
apersepsi awal yang berupa pertanyaan untuk menyeleksi pengetahuan dan
pemahaman peserta didik terhadap materi yang akan diajarkan, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
memberikan kebutuhan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip seni rupa,
unsur-unsur seni rupa, bagian-bagian motif batik, dan penggolongan motif
batik. 3) Mempersiapkan setting kelas, yaitu dengan membagi kelas menjadi
beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 4 siswa. Hal ini bertujuan
agar siswa mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai sumber ide yang
digunakan dalam menggambar motif batik. 4) Mempersiapkan fasilitas yang
diperlukan, yaitu dengan memberikan materi atau tugas menggambar motif
batik dengan memanfaatkan tanaman sekitar sebagai sumber ide dalam
pembuatan motif. 5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan penyelidikan dan penemuan sumber ide dalam pembuatan motif
batik. 6) Merangsang terjadinya dialog interaktif antar peserta didik, yaitu
dengan mempresentasikan hasil karya motif batik yang dibuat di depan kelas.
c. Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan dilakukan untuk mengetahui keadaan objek
penelitian secara langsung, yaitu peneliti mengamati siswa saat proses
pembelajaran dan mencatat hal-hal yang mungkin terjadi ketika tindakan
berlangsung dengan menganalisis atas data temuan dengan maksud : 1)
Mendapatkan data selengkap mungkin dengan adanya keterlibatan langsung
dalam penelitian, 2) Mengetahui keaktifan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar menggambar motif batik, 3) Mengetahui tingkat pengetahuan dan
pemahaman siswa terhadap motif batik, 4) Mengetahui kreativitas siswa
dalam menemukan ide-ide kreatif berdasarkan sumber ide yang digunakan
dalam menggambar motif batik
d. Tahap refleksi
Pada tahap ini data diperoleh melalui hasil observasi yang dikumpulkan
dan menganalisis data temuan. Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi
yang dikumpulkan kemudian dianalisis, peneliti dapat merefleksikan apakah
metode discovery-inquiry yang telah dilakukan dapat meningkatkan kreativitas
menggambar motif batik siswa pada kelas VIII-A di SMP Negeri 2 Simo
Boyolali. Apabila hasil dari siklus ke I belum memenuhi indikator kinerja,
maka dilakukan pelaksanaan pembelajaran siklus ke II. Siklus ke II terdiri dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan/observasi, dan tahap
refleksi.
Siklus II terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi.
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan pada siklus II ini dilakukan untuk mengetahui
apakah setelah tindakan siklus I dilakukan terjadi perubahan atau peningkatan
sehingga diperlukan suatu gambaran tentang keadaan awal. Dari gambaran
tersebut dapat ditentukan apa yang harus diubah, diperbaiki atau ditingkatkan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perencanaan tindakan pada siklus II
merupakan perbaikan dari perencanaan tindakan siklus I.
Tindakan pada siklus II masih tetap menggunakan metode discovery-
inquiry dengan materi yang sama yaitu menggambar motif batik akan tetapi
menggunakan fauna sebagai sumber ide dalam pembuatan motif.
Direncanakan dua kali pertemuan, setiap pertemuan 80 menit, dengan
Indikator pembelajaran yang ingin dicapai adalah: mampu berpikir kreatif
menemukan dan mengembangkan idenya dalam menggambar motif batik dan
mampu mengolah sumber ide menjadi motif batik.
Tahap pertama pada siklus ini adalah tahap perencanaan yang meliputi:
1) Mengidentifikasi kebutuhan siswa, yaitu kebutuhan akan pengetahuan
mengenai motif batik dengan sumber ide fauna 2) Menyeleksi pendahuluan
terhadap konsep yang dipelajari, yaitu dengan mempersiapkan dan membuat
perencanaan instrument penelitian (RPP, lembar observasi, lembar penilaian,
lembar wawancara). 3) Menyeleksi bahan dan masalah yang akan dipelajari,
yaitu dengan mempersiapkan media dan membuat bahan ajar yaitu materi
motif batik
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Proses pembelajaran menggunakan metode discovery-inquiry, sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dengan indikator penelitian yaitu mampu berpikir kreatif menemukan dan
mengembangkan idenya dalam menggambar motif batik dan mampu
mengolah sumber ide menjadi motif batik.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan pada siklus II secara
rinci adalah sebagai berikut : 1) Menentukan masing-masing peran yang
dilakukan oleh peserta didik, yaitu dengan memberi tahu materi yang akan
diajarkan dan SK, KD yang hendak dicapai. 2) Mencek pemahaman peserta
didik terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan, yaitu dengan
pertanyaan untuk menyeleksi pengetahuan dan pemahaman peserta didik
terhadap materi yang telah diajarkan, 3) Mempersiapkan setting kelas, yaitu
dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3
sampai 4 siswa. Hal ini bertujuan agar siswa mendiskusikan dengan
kelompoknya mengenai sumber ide yang digunakan dalam menggambar motif
batik. 4) Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan, yaitu dengan memberikan
materi atau tugas menggambar motif batik dengan memanfaatkan fauna
sebagai sumber ide dalam pembuatan motif batik. 5) Memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan penemuan sumber ide
dalam pembuatan motif batik. 6) Merangsang terjadinya dialog interaktif antar
peserta didik, yaitu dengan mempresentasikan hasil karya motif batik yang
dibuat di depan kelas.
c. Tahap Pengamatan
Seperti tahap pengamatan yang dilakukan pada siklus I, tahap
pengamatan pada siklus II ini dilakukan untuk mengetahui keadaan objek
penelitian secara langsung, yaitu peneliti mengamati siswa saat proses
pembelajaran dan mencatat hal-hal yang mungkin terjadi ketika tindakan
berlangsung dengan menganalisis atas data temuan dengan maksud : 1)
Mendapatkan data selengkap mungkin dengan adanya keterlibatan langsung
dalam penelitian, 2) Mengetahui keaktifan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar menggambar motif batik, 3) Mengetahui tingkat pengetahuan dan
pemahaman siswa terhadap motif batik, 4) Mengetahui kreativitas siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dalam menemukan ide-ide kreatif berdasarkan pengembangan sumber ide
yang digunakan dalam menggambar motif batik
d. Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan dengan mengumpulkan hasil yang didapat dari
pengamatan atau observasi pembelajaran menggambar motif batik yang
kemudian menganalisis data temuan guna memperoleh kesimpulan tentang
keberhasilan dan kekurangan tindakan pada proses pembelajaran dengan
penerapan metode discovery-inquiry.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Hasil penelitian ini diperoleh dari tindakan pada siklus I, Siklus II.
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan
kegiatan observasi awal untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan.
Hasil dari kegiatan observasi awal adalah sebagai berikut:
a. Letak geografis SMP Negeri 2 Simo Boyolali
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Simo Boyolali, tepatnya di Jl.
Pendidikan No. 1 Kedonglengkong, kecamatan Simo kabupaten Boyolali, Telp.
(0276) 3294863, Kode Pos 57377. Sekolah tersebut berdiri pada tanggal 9 Juli
1981, Nomor Induk sekolah (NIS) 200630, Dan Nomor statistik sekolah (NSS)
20103091 3063. Berada di daerah yang cukup jauh dari kota, akan tetapi berada
di lokasi yang strategis di pinggir jalan sehingga mudah dijangkau dari seluruh
wilayah.
Gambar 4.1 SMP Negeri 2 Simo yang berada di Jl. Pendidikan 01 Kedunglengkong Simo, Boyolali (Dokumentasi: Faizah S, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
b. Visi dan Misi SMP Negeri 2 Simo
V
Indikator :
Terwujudnya:
1) Lulusan yang cerdas, terampil dan kompetitif.
2) Pengembangan kurikulum yang adaptif.
3) Proses pembelajaran yang efektif dan efisen.
4) Sarana dan prasarana yang memadai dan berbasis ICT ( Information and
Comunication Technologi ).
5) Sumber daya manusia yang memiliki etos kerja yang tinggi.
6) Menejemen sekolah yang tangguh dan partisipatif.
7) Penggalangan beaya pendidikan yang memadai.
8) Mewujudkan sistim penilaian yang menyeluruh, otentik, obyektif dan
berkelanjutan yang mampu mengukur kompetensi siswa secara utuh.
9) Budaya sopan santun dalam bersikap dan bertingkah laku.
10) Lingkungan sekolah yang kondusif, tertib dan teratur.
Sedangkan untuk Misi SMP Negeri 2 Simo adalah:
1) Mewujudkan sekolah yang inovatif yang menghsilkan lulusan yang cerdas ,
terampil dan berakhlak mulia.
2) Mewujudkan kurikulum yang adaptif dan berkualitas.
3) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara yang efektif, efisien dan
mampu mengembangkan kualitas dasar siswa.
4) Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai yang berbasis ICT
(Information and Comunication Technologi).
5) Melaksanakan pengembangan sumber daya pendidik dan tenaga
kependidikan.
6) Menciptakan pola manajemen yang aspiratif dan partisipatif.
7) Menumbuhkan kesadaran orang tua siswa untuk membantu pendanaan, sesuai
kebutuhan sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
8) Mewujudkan sistim penilaian yang menyeluruh, otentik, obyektif dan
berkelanjutan yang mampu mengukur kompetensi siswa secara utuh.
9) Melaksanakan pengembangan kegiatan dalam aspek tata krama di sekolah.
10) Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, tertib dan teratur.
c. Keadaan Sekolah SMP Negeri 2 Simo
SMP Negeri 2 Simo Boyolali berada di daerah pedesaan, berdiri pada
tahun 1981. Sekolah ini berdiri diatas tanah seluas 12927 m2 yang terdiri dari
bangunan gedung, halaman sekolah yang rindang karena di sekitar sekolah
tumbuh pohon-pohon yang rimbun, sehingga nyaman untuk bermain anak-anak
dikala istirahat.
Sekolah ini di pimpin oleh Hasan Basri, S. Pd sebagai kepala sekolah.
Sejak November 2008 SMP Negeri 2 Simo telah terakreditasi berdasarkan
ketetapan badan akreditasi sekolah dengan peringkat A. Memiliki 41 tenaga
pendidik, terdiri dari 37 tenaga PNS, dan 4 guru wiyata bakti. Sedangkan tenaga
administrasi berjumlah 11 orang, terdiri dari 4 orang PNS dan 7 orang PTT.
Sekolah ini merupakan sekolah lanjutan tingkat pertama yang memiliki
jumlah ruangan terdiri dari 15 ruang teori, 1 pos satpam, 1 ruang guru, 1 ruang
tata usaha, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang komputer, 1 ruang laboratorium, 1
ruang ketrampilan, 1 ruang perpustakaan, 1 lab bahasa, 1 mushola, 1 ruang UKS,
1 ruang OSIS, 1 kantin, 1 rumah penjaga sekolah, 1 ruang BP, 1 gudang, 1 tempat
parkir sepeda guru, 1 tempat parkir sepeda murid, 1 halaman upacara, 1 lapangan
olahraga, 3 kamar mandi/wc siswa, dan 2 kamar mandi/wc guru. Adapun gambar
denahnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Gambar 4.2 Denah SMP Negeri 2 Simo (Dokumentasi: Faizah S, 2012)
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII-A SMP
Negeri 2 Simo Boyolali yang berjumlah 35 siswa, dengan rincian siswa putra
berjumlah 16 orang dan siswa putri berjumlah 19 orang dan bapak Krisnadi, S. Pd
selaku guru pengampu mata pelajaran seni budaya di SMP Negeri 2 Simo
Boyolali.
2. Kondisi Awal Pembelajaran
Untuk mengetahui kondisi awal kegiatan belajar mengajar menggambar
motif batik kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo, peneliti melakukan observasi pada
saat kegiatan belajar mengajar (KBM). Tahap observasi awal dilakukan pada hari
selasa tanggal 31 Juli 2012. Pembelajaran seni budaya dilakukan setiap hari
selasa pada jam ke 3 dan jam ke 4, diselingi dengan istirahat selama 15 menit.
Dimulai pada pukul 08.35 sampai dengan 09.15 yang kemudian diselingi istirahat
hingga pukul 09.30 dan melanjutkan pelajaran sampai pukul 10.10 dengan guru
pengampu mata pelajaran seni budaya yaitu oleh Krisnadi, S. Pd. Berikut gambar
suasana pembelajaran Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Gambar 4.3 Suasana KBM kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali (Dokumentasi: Faizah S, 2012)
Pada observasi awal peneliti mangamati jalannya kegiatan belajar
mengajar dan mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi guru dan siswa
pada saat pembelajaran. Selama kegiatan belajar mengajar (KBM), hal-hal yang
dilakukan oleh guru antara lain: (1) guru menjelaskan mengenai materi yang akan
disampaikan dan kegiatan yang akan dilakukan pada hari tersebut, (2) siswa
diminta untuk mengeluarkan buku untuk mencatat mengenai materi yang
disampaikan, (3) guru mendikti siswa mengenai materi yang diajarkan pada hari
tersebut, (4) guru menjelaskan dan memberi contoh gambar sesuai dengan materi
yang diajarkan dengan memberi contoh gambar siswa terdahulu.
Berdasarkan hasil observasi kegiatan belajar mengajar (KBM) pada
observasi awal ini, guru pada saat mengajar menggunakan metode ceramah yang
kurang inovatif dan media yang digunakan sangat sederhana yaitu guru
memberikan contoh gambar motif batik dari siswa terdahulu dan mengajarkan
teknik yang sama yang digunakan dalam contoh gambar motif batik yang
diperlihatkan kepada siswa. Guru belum memunculkan ketrampilan mengajar dan
belum merangsang kreativitas siswa dalam menggambar motif batik. Kegiatan
belajar mengajar terasa sangat monoton dan membosankan karena sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
didominasi oleh guru, keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar belum
muncul. Sehingga hal inilah yang membuat beberapa siswa mengobrol sendiri
dengan temannya atau melakukan kegiatan sendiri dan tidak mencatat materi yang
sedang didiktikan dan mendengarkan penjelasan dari guru. Hal tersebut dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.4 Kondisi Awal KBM Kelas VIII-A (Dokumentasi: Faizah, 2012)
Berdasarkan pengamatan mengenai kegiatan belajar mengajar
menggambar motif batik pada kondisi awal, dapat diperoleh data mengenai minat
belajar siswa pada tabel di bawah ini.
No. Indikator Minat Siswa Deskripsi
Awal %
1. Kehadiran 33 siswa 94 %
2. Memperhatikan 12 siswa 34%
3. Aktif bertanya 3 siswa 9%
4. Membawa peralatan 5 siswa 14%
5. Ketepatan waktu dalam mengumpulkan tugas 16 siswa 46%
Tabel 4.1 Minat Siswa dalam Menggambar Motif Batik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada tabel data pengamatan mengenai minat siswa dalam menggambar
motif batik di atas ternyata masih kurang. Dari 35 siswa yang hadir mengikuti
pelajaran ada 33 siswa (94% dari jumlah siswa), sedang 2 yang lainnya tidak
masuk karena sakit, 12 siswa yang memperhatikan (34% dari jumlah siswa), 3
siswa yang mau bertanya (9% dari jumlah siswa), 5 siswa yang membawa
peralatan menggambar (14% dari jumlah siswa), dan 16 siswa yang
mengumpulkan tugas tepat waktu (46% dari jumlah siswa). Untuk lebih jelasnya
dapat dlihat pada grafik di bawah ini
Gambar 4.1 Grafik Minat Kegiatan Belajar Mengajar Menggambar Motif Batik
Setelah selesai memberikan materi dan menjelaskan mengenai materi
yang disampaikan, guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat desain batik
motif bunga atau daun dengan warna hitam putih. Hal itu dikarenakan siswa
banyak yang tidak membawa peralatan menggambar yaitu pewarna atau krayon.
Pada saat menggambar desain motif batik, para siswa banyak yang menjiplak dari
gambar motif lain dan kemudian diblat pada bidang gambar. Para siswa tidak
terbiasa melatih tangannya untuk menggores atau menggambar langsung pada
bidang gambar. Mereka hanya mengandalkan gambar yang mereka blat. Sehingga
kreativitas siswa dalam menggambar motif batik pun masih sangat kurang, hal
tersebut dapat dilihat dari hasil karya siswa yang masih mencontoh motif lain dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
belum dapat mengembangkan sumber ide yang ia gunakan dalam pembuatan
motif batik. Siswa belum mampu mengembangkan motif batik menjadi motif baru.
Siswa belum mampu menemukan ide kreatif dalam menggambar motif batik
sesuai dengan imajenasi mereka sendiri. Hasil desain batik siswa pun terlihat
seperti desain tekstil, karena gambar bunga atau daun yang mereka blat hanya
ditumpuk-tumpuk hingga bidang gambar penuh. Hampir keseluruhan siswa
menggunakan teknik tersebut dalam menggambar motif batik, sehingga
mematikan kreatifitas siswa. Siswa tidak terbiasa mengolah sendiri daya imajenasi
mereka untuk dijadikan motif batik. Berikut adalah salah satu contoh gambar
kegiatan pada saat siswa menggambar motif batik dengan teknik menjiplak dari
motif yang mereka tiru dari motif lain.
Gambar 4.5 aktivitas siswa dalam menggambar motif batik (Dokumentasi: Faizah S, 2012)
Akan tetapi ada beberapa siswa yang sudah mulai mengembangkan motif
batik yang mereka gambar dan sudah berani menggoreskan langsung pada bidang
gambar (tidak menjiplak). Akan tetapi masih perlu banyak perbaikan. Masih
banyak bidang gambar yang dibiarkan kosong dan tidak diisi dengan ornamen
tambahan ataupun isen. Sesungguhnya, semakin padat motif dalam menggambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
batik maka semakin indah gambar yang dihasilkan dengan memperhatikan ritme,
variasi, titik pusat perhatian, dan dominasi sehingga gambar yang dihasilkan
menarik dan tidak membosankan pandangan. Warna yang digunakan siswa
terkesan asal-asalan sesuai dengan selera bahkan ada beberapa siswa yang belum
menerapkan warna dalam menggambar motif batik. Berikut merupakan contoh
hasil gambar motif batik siswa.
a. b.
Gambar 4.6 Gambar Motif Batik Siswa sebelum dilakukan Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan hasil pengamatan tentang kondisi awal KBM menggambar
motif batik tersebut sangat dibutuhkan sebagai acuan pada tahap tindakan
perbaikan selanjutnya. Dari hasil karya siswa di atas, masih ada bidang kosong
yang tidak diisi dengan ornamen atau isen. Menggambar motif batik masih
terkesan asal-asalan dan tidak rapi. Pada kondisi awal KBM menggambar motif
batik ini telah dilakukan test perbuatan dan menilai hasil pekerjaan siswa.
Penilaian didasarkan pada beberapa kriteria, antara lain: (1) Sumber ide, (2)
Komposisi, (3) warna, (4) keseimbangan, (5) finishing. Untuk mengetahui nilai
setiap siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
No Nama Nilai Ketuntasan Sudah Belum
1 Elvira Wardatus Sholihah 70 v 2 Emi Ponika 66 v 3 Emi Wulandari 66 v 4 Emilia Septyaningrum 70 v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
5 Ericha Ferania Ardilla 76 v 6 Erna Dewi Ambarwati 68 v 7 Ericha Herawati 70 v 8 Eva Sulistyowati 68 v 9 Fadila Puspa Ningrum 70 v 10 Fadzilah Nur Azisah 78 v 11 Fajar Kurnia 64 v 12 Fajar Saryanto 84 v 13 Fascal Danu Wijaya 70 v 14 Fatah Maulana 76 v 15 Febri Harmanto 70 v 16 Febri Tri Setiawan 66 v 17 Ferisal Budiadi 60 v 18 Fitri Fariska 82 v 19 Fitriah 84 v 20 Fuad Agung Wibisono 70 v 21 Galih Tunggal Mukti 70 v 22 Gunawan 60 v 23 Hanit Lestari 66 v 24 Hanum Pratiwi Alwi 78 v 25 Hasna Nur Alifah 80 v 26 Heni Fatimah 84 v 27 Heriyawan 66 v 28 Hesti Ana Widyawati 78 v 29 Ichwan Tri Jatmiko 80 v 30 Ika Maulana R. 66 v 31 Imam Aji Nugroho 70 v 32 Imam Nurkholis 70 v 33 Imas Nurul Widyawati 70 v 34 Indah Nur Fitriyani 76 v 35 Irfan Anggo Saputro 60 v Jumlah 2.500 12 23 Rata-rata kelas 71% Tabel 4.2 Daftar nilai menggambar motif batik bunga dan daun (Sumber: Hasil
penilaiaan awal menggambar motif batik pada kondisi awal)
Berdasarkan tabel penilaian pada observasi awal di atas, menunjukkan
bahwa kreativitas siswa dalam menggambar motif batik masih kurang dan masih
perlu banyak perbaikan agar gambar motif batik yang dihasilkan siswa lebih
bagus dan menerapkan unsur dan prinsip seni rupa. Hal tersebut dapat dilihat dari
penilaian dari aspek psikomotor yang didasarkan pada beberapa kriteria, antara
lain: (1) Sumber ide, (2) Komposii, (3) Warna, (4) keseimbangan, (5) finishing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran seni budaya
dan ketrampilan di SMP Negeri 2 Simo Boyolali adalah 75. Berdasarkan data
tabel penilaian yang dilakukan pada observasi/tes awal di atas menunjukkan
bahwa sebagian besar dari siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yaitu sebanyak 23 siswa atau kira-kira 66% dari 35 siswa. Hal ini
menunjukkan banyak siswa yang belum kreatif dalam menggambar motif batik.
Sehingga perlu diadakan tindakan perbaikan di kelas agar memperoleh hasil yang
meningkat. Untuk lebih jelas tentang prosentase ketuntasan nilai menggambar
motif batik siswa kelas VIII-A pada kondisi awal PBM dapat dilihat pada grafik
di bawah ini :
Gambar 4.2 Grafik Prosentase Ketuntasan Nilai Menggambar Batik pada Kondisi Awal
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa metode yang digunakan oleh
guru kurang memancing kreatifitas siswa dalam menggambar motif batik. Metode
yang digunakan guru telalu monoton dan membosankan, sehingga siswa tidak
mendengarkan penjelasan dari guru dan lebih memilih asyik dengan kegiatan
mereka sendiri. Dalam menyampaikan materi guru tidak merangsang kreatifitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
siswa dalam menggambar motif batik. Siswa hanya disuruh membuat gambar
motif batik sesuai dengan contoh yang telah diperlihatkan di depan kelas. Guru
belum merangsang daya imajenasi siswa untuk menghasilkan gambar motif batik
yang kreatif. Sehingga kreatifitas siswa dalam menggambar motif batik pun masih
kurang, karena siswa masih mencontoh atau menjiplak motif yang ada dan tidak
mengembangkannya menjadi kreasi motif batik yang baru. Dilihat dari hasil nilai
menggambar motif batik, siswa yang belum memunuhi kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yaitu sebanyak 23 orang siswa dari jumlah keseluruhan siswa
yaitu 35 siswa.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Proses penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, yang
masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, antara lain: (1) perencanaan
tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi tindakan. Pada
siklus ini menggunakan metode discovery-inquiry.
1. Deskripsi Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan I
Tahap perencanaan adalah tahap persiapan sebelum pembelajaran
berlangsung. Tahap perencanaan dalam siklus I adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi kebutuhan siswa akan pengetahuan yang mereka butuhkan
dalam menggambar motif batik.
2) Menyeleksi pendahuluan terhadap konsep yang dipelajari, yaitu dengan
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi menggambar motif
batik dengan memanfaatkan tumbuhan/tanaman sekitar sebagai sumber ide
dalam pembuatan motif dengan metode pembelajaran discovery-inquiry.
Menyusun pedoman observasi terhadap proses pembelajaran, pedoman
penilaian terhadap hasil karya siswa serta lembar wawancara.
3) Menyeleksi bahan dan masalah yang akan dipelajari, yaitu dengan
mempersiapkan media dan membuat bahan ajar yaitu materi motif batik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Aktifitas-aktifitas perencanaan tindakan tersebut dilakukan dalam waktu
satu minggu sebelum pelaksanaan pembelajaran (pada tanggal 23 Juli 2012),
masing-masing 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) sesuai dengan jadwal pelajaran seni
budaya yang ada di SMP Negeri 2 Simo Boyolali.
Materi yang disampaikan dalam mata pelajaran seni budaya adalah
menggambar motif batik dengan memanfaatkan tanaman sekitar sebagai sumber
ide siswa dalam pembuatan motif. Indikator ketercapaiannya yaitu: (1). 75%
siswa mampu berpikir kreatif menemukan dan mengembangkan idenya dalam
menggambar motif batik, (2). 75% siswa mampu mengolah sumber ide yang
mereka gunakan menjadi motif batik.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan I
Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan isi rancangan atau skenario
pembelajaran yang telah dirumuskan. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dengan
mengadakan pembelajaran yang dalam satu siklus ada 2 kali pertemuan/tatap
muka, yang masing-masing 2x40 menit, sesuai skenario pembelajaran dan RPP
pada siswa.
1) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Pertama pada Siklus I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 04 September
2012 waktu pelaksanaan adalah 2x40 menit yang diselingi waktu untuk istirahat
selama 15 menit dengan materi pembelajaran menggambar motif batik dengan
memanfaatkan tanaman/tumbuhan sekitar sebagai sumber ide dalam pembuatan
motif. Pada pertemuan kali ini bertujuan untuk membandingkan hasil karya siswa
dan proses pembelajaran sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan
tindakan kelas dengan metode pembelajaran discovery-inquiry.
Pada pertemuan pertama diawali dengan perkenalan terlebih dahulu dan
dilanjutkan dengan mengabsensi kehadiran siswa. Pada pertemuan pertama ini
siswa terlihat cukup tenang dan mendengarkan hingga namanya dipanggil.
Berdasarkan daftar absen yang ada, siswa berjumlah 35 siswa, dan yang hadir 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
siswa dan jumlah siswa yang tidak hadir ada 2 siswa. Kegiatan tersebut
berlangsung selama 10 menit.
Gambar 4.7 Mengabsensi Kehadiran Siswa (Dokumentasi: Nova, 2012)
Guru menentukan masing-masing peran yang dilakukan oleh peserta
didik, yaitu dengan memberi tahu mengenai materi yang akan diajarkan dan SK,
KD yang hendak dicapai dalam pembelajaran tersebut. Kemudian mencek
pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan,
yaitu dengan memberikan apersepsi awal yang berupa pertanyaan untuk
menyeleksi pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang akan
diajarkan, memberikan kebutuhan pengetahuan (materi) pelajaran yang
berhubungan dengan menggambar motif batik yaitu mengenai prinsip-prinsip seni
rupa, unsur-unsur seni rupa, bagian-bagian motif batik, dan penggolongan motif
batik. Guru membagikan gambar tentang bagian-bagian motif batik dan
penggolongannya pada siswa untuk diidentifikasi bersama-sama dengan masing-
masing kelompoknya sambil mendengarkan guru menerangkan dan menyebutkan
tentang bagian-bagian motif batik tersebut. Sehingga siswa lebih paham dan dapat
menyebutkan mengenai bagian-bagian motif batik beserta penggolongannya
karena ada contoh gambarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 4.8 Membagikan Gambar Bagian-bagian Motif Batik (Dokumentasi: Nova, 2012)
Adapun contoh gambar yang dibagikan kepada siswa untuk diidentifikasi
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.9 Contoh Motif Beserta Penjelasan Bagian-Bagiannya
isen
Ornamen tambahan
Ornamen Utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Gambar 4.10 Contoh Ornamen Tambahan pada Motif Batik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Gambar 4.11 Contoh Gambar Isen Motif Batik
Setelah itu dilanjutkan dengan memberikan penjelasan secara lebih
mendetail serta memberikan contoh gambar motif batik yang benar dengan cara
mendemonstrasikan/menggambar contoh motif batik di papan tulis dan
menyebutkan bagian-bagian motif batik yang di gambarkan tersebut, sehingga
lebih mempermudah siswa dalam memahami penerangan yang disampaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Dengan ini diharapkan siswa tahu bagaimana siswa harus menggambar motif
batik yang benar tanpa harus menjiplak gambar lain. Siswa lebih ditekankan untuk
melatih tangannya dalam menggores pada bidang gambar atau menggambar
langsung pada bidang gambar. Karena selama ini siswa dalam menggambar motif
batik selalu mencontoh atau menjiplak dari gambar lain yang kemudian dipindah
pada bidang gambar. Tangan siswa tidak terlatih untuk menggores langsung pada
bidang gambar. Sehingga dalam membuat garis saja tidak tegas dan masih takut
untuk menggambar langsung.
Gambar 4.12 Mendemonstrasikan Motif batik di Papan Tulis dan Hasil Gambar (Dokumentasi: Nova, 2012)
ki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tahap selanjutnya adalah mempersiapkan setting kelas, yaitu dengan
membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 4
siswa. Hal ini bertujuan agar siswa mendiskusikan dengan kelompoknya
mengenai sumber ide yang digunakan dalam menggambar motif batik. Kemudian
guru mempersiapkan fasilitas yang diperlukan, yaitu dengan memberikan materi
atau tugas menggambar motif batik dengan memanfaatkan tanaman sekitar
sebagai sumber ide dalam pembuatan motif batik serta memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan/identifikasi dan penemuan
sumber ide dalam pembuatan motif secara langsung di lapangan/lingkungan
sekitar. Siswa melakukan identifikasi langsung pada objek yang akan digambar,
setelah itu dari objek yang mereka identifikasi dapat dijadikan sumber ide dalam
pembuatan motif batik. Sehingga mereka dapat mengasah daya imajinasi mereka
dalam menggambar motif batik. Mereka dapat menggambar motif batik sesuai
dengan daya imajinasi mereka atau sesui dengan kreatifitas mereka masing-
masing.
Di bawah ini adalah gambar kegiatan ketika siswa melakukan identifikasi
pada objek yang hendak digambar menjadi motif batik bersama dengan
kelompoknya masing-masing. Kegiatan tersebut berlangsung selama 60 menit.
Dan sisa 10 menit terakhir untuk mengumpulkan gambar motif batik yang mereka
buat, karena belum selesai dan akan dilanjutkan pada pertemuan minggu depan.
Pengumpulan gambar dilakukan untuk menjaga originilitas karya. Dan yang
terakhir adalah penutup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gambar 4.13 Membantu Salah Satu Kelompok Melakukan Identifikasi Motif Batik (Dokumentasi: Nova, 2012)
Gambar 4.14 siswa dengan kelompoknya melakukan penyelidikan pada objek yang dijadikan sumber ide secara langsung (Dokumentasi: Nova, 2012)
2) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Kedua pada Siklus I
Pertemuan kedua dilakukan pada hari selasa tanggal 11 September 2012.
Waktu yang diperlukan adalah 2 x 40 menit, melanjutkan pembelajaran pada
pertemuan pertama. Sebelum pembelajaran dimulai guru melakukan presensi atau
mengabsen kehadiran siswa yang mengikuti pelajaran seni budaya pada hari
tersebut selama 5 menit. Setelah itu selama 15 menit guru mengkondisikan kelas
dan membagikan soal pada siswa. Siswa diminta menuliskan jawaban di lembar
yang telah disiapkan. Soal berjumlah 5 buah sesuai dengan materi yang telah
disampaikan pada pertemuan pertama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Gambar 4.15 Siswa mengerjakan Ujian Tertulis ( Dokumentasi: Faizah, 2012)
Kegiatan selanjutnya guru membagikan pekerjaan siswa yang dikerjakan
pada pertemuan pertama. Guru meminta siswa untuk menyiapkan peralatan
menggambar dan melanjutkan menggambar motif batik yang pada pertemuan
pertama belum selesai. Kegiatan ini berlangsung selama 50 menit dan diselingi
dengan waktu istirahat. Setelah selesai istirahat siswa langsung menyelesaikan
pekerjaan menggambar motif batik mereka. Sembari siswa menggambar motif
batik, guru berkelililng kelas untuk melihat pekerjaan siswa dan memberi
pengarahan jika ada siswa yang masih bingung dengan cara mewarna motif batik
atau segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan menggambar motif batik.
Pada pertemuan kedua ini banyak siswa yang sudah hampir selesai dengan
pekerjaan mereka. Sebagian besar dari siswa sudah mencapai tahap penyelesaian,
hanya tinggal mewarnai dan merapikan pekerjaan mereka. Pada pertemuan kedua
ini, guru lebih melatih dan mengarahkan siswa pada proses pewarnaan karya.
Kegiatan yang terakhir adalah mengumpulkan karya. Siswa diminta
mengumpulkan gambar motif batik mereka ke depan dan guru memilih beberapa
dari gambar mereka untuk dipresentasikan ke depan kelas. Beberapa gambar yang
dipilih untuk dipresentasikan ke depan kelas adalah yang mewakili dari yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
paling bagus, cukup bagus dan masih kurang. Selama persentasi siswa diminta
memberi komentar dan saran sehingga yang mempunyai gambar tersebut tau apa-
apa yang kurang pada gambar yang ia buat. Sehingga dengan kegiatan presentasi
ini sekaligus ada kegiatan evaluasi pada karya motif batik yang dibuat oleh siswa.
Siswa menjadi tau bagian apa saja yang kurang pada gambar motif batik yang ia
buat dan menjadi pelajaran baginya untuk ke depannya. Kegiatan presentasi dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.16 Salah satu siswa mempresentasikan hasil gambar motif batik (Dokumentasi: Faizah S, 2012)
Gambar 4.17 Hasil Gambar Sebelum Dipresentasikan (Dokumentasi: Faizah S, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Setelah kegiatan presentasi selesai dan evaluasi selesai, guru
menyampaikan bahwa pembelajaran telah selesai. Sebelum menutup pelajaran
guru memberikan motivasi dan nasehat pada siswa untuk tetap giat belajar dan
melatih tangannya dalam menggambar.
c. Tahap Observasi/Pengamatan I
Pada tahap observasi peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran
dan mencatat hal-hal yang terjadi ketika tindakan siklus I berlangsung, yang telah
dilaksanakan pada tanggal 4 September 2012, dan pertemuan kedua yang
dilakukan pada tanggal 11 September 2012. Adapun hal-hal yang dicatat ketika
tindakan siklus I adalah tingkat pemahaman siswa tentang motif batik (bagian dan
pola motif batik), Kemampuan berpikir kreatif, menemukan dan mengembangkan
idenya dalam menggambar motif batik, Kemampuan mengolah sumber ide
menjadi motif batik berdasarkan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi
dilakukan untuk mengetahui tingkat kreatifitas siswa dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM) menggambar motif batik.
Adapun data hasil observasi yang diperoleh sesuai dengan masalah yaitu:
1) Contoh gambar bagian-bagian motif batik dan penggolongan motif batik yang
diberikan dan diidentifikasi dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman siswa mengenai motif batik.
2) Kegiatan menggambar motif batik yang dilakukan di luar ruangan dan
melihat objek secara langsung yang dijadikan sebagai sumber ide dalam
pembuatan motif mampu menumbuhkan daya imajinasi dan kreatifitas siswa.
Akan tetapi masih ada beberapa siswa yang belum mampu mengeluarkan
daya imajinasinya dalam membuat motif batik. Siswa masih mendapatkan
kesulitan karena objek yang dihadapinya adalah benda tiga dimensi. Sehingga
masih ada beberapa siswa yang bingung dan membuat motif batik sama
dengan objek yang dijadikan sumber ide olehnya. Siswa belum mampu
menyederhanakan objek yang dijadikan sumber ide olehnya.
3) Kegiatan menggambar motif batik di luar ruangan mempersulit siswa dalam
menggambar, karena tidak ada meja sebagai penyangga, sehingga ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
beberapa siswa yang hanya ramai sendiri dan tidak segera menggambar motif
batik.
4) Untuk mengetahui nilai hasil karya siswa dalam menggambar motif batik
dapat dilihat dari tabel penilaian siklus I di bawah ini:
Penilaian dinilai dari tiga aspek, yaitu aspek afektif, aspek kognitif dan
aspek psikomotorik. Aspek afektif dan kognitif mempunyai bobot 2, sedangkan
untuk aspek psikomotoriknya mempunyai bobot 6.
a) Aspek Afektif
Pengamatan pada aspek afektif ini mempunyai bobot 2 (dua) terdiri dari
lima variabel, antara lain: kehadiran siswa, membawa peralatan, aktif bertanya,
mengerjakan tugas dengan baik, dan mengumpulkan tugas tepat waktu. Setiap
variabel mempunyai bobot 2 (dua), sehingga jumlah nilai yang didapat oleh siswa
berasal dari jumlah bobot x skor yang didapat pada tiap variabel dan kemudian
dijumlah. Kriteria ketuntasannya adalah 75%.
Berikut ini merupakan tabel kriteria penilaian pada aspek afektif
pelajaran seni budaya menggambar motif batik
No Unsur yang Dinilai Bobot
Skor (1-10)
Jum Nilai (Bobot x
Skor) 1 Kehadiran 2 2 Membawa peralatan 2 3 Aktif bertanya 2 4 Mengerjakan tugas dengan baik 2 5 Mengumpulkan tugas tepat
waktu 2
Jumlah 100 Tabel 4.3. Kriteria Penskoran pada Aspek Afektif
Pengamatan pada aspek afektif dilakukan setiap kali pertemuan
kemudian dianalisis dalam satu siklus (2 pertemuan). Adapun hasil pengamatan
pada aspek afektif dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
No Nama Nilai Ketuntasan
Sudah Belum 1 Elvira Wardatus Sholihah 71 v 2 Emi Ponika 69 v 3 Emi Wulandari 71 v 4 Emilia Septyaningrum 68 v 5 Ericha Ferania Ardilla 69 v 6 Erna Dewi Ambarwati 67 v 7 Ericha Herawati 72 v 8 Eva Sulistyowati 71 v 9 Fadila Puspa Ningrum 74 v 10 Fadzilah Nur Azisah 80 v 11 Fajar Kurnia 74 v 12 Fajar Saryanto 81 v 13 Fascal Danu Wijaya 84 v 14 Fatah Maulana 79 v 15 Febri Harmanto 68 v 16 Febri Tri Setiawan 80 v 17 Ferisal Budiadi 81 v 18 Fitri Fariska 69 v 19 Fitriah 84 v 20 Fuad Agung Wibisono 74 v 21 Galih Tunggal Mukti 76 v 22 Gunawan 75 v 23 Hanit Lestari 82 v 24 Hanum Pratiwi Alwi 85 v 25 Hasna Nur Alifah 76 v 26 Heni Fatimah 72 v 27 Heriyawan 76 v 28 Hesti Ana Widyawati 80 v 29 Ichwan Tri Jatmiko 84 v 30 Ika Maulana R. 75 v 31 Imam Aji Nugroho 79 v 32 Imam Nurkholis 85 v 33 Imas Nurul Widyawati 74 v 34 Indah Nur Fitriyani 80 v 35 Irfan Anggo Saputro 69 v Jumlah 2.654 18 17 Rata-rata 76
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Siklus I Aspek Afektif
b) Aspek Kognitif
Pada pengamatan aspek kognitif ini dilakukan dengan memberikan tes
tertulis pada siswa pada pertemuan kedua di siklus I. Tes tertulis ini dilakukan
sebelum melanjutkan kegiatan menggambar motif batik selama 15 menit. Terdiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dari 5 soal yang berkaitan dengan motif batik yang pada pertemuan pertama sudah
dijelaskan. Setiap nomor mempunyai bobot 2, penilaiannya sama seperti pada
peneilaian pada aspek afektif yang sudah dijelaskan di atas. Kriteria ketuntasan
minimal (KKM) sesuai dengan indikator ketercapaian yaitu 75.
Di bawah ini merupakan kriteria penilaian pada aspek kognitif dalam
kreatifitas menggambar motif batik.
No Butir Soal Bobot Skor
(1-10)
Jum nilai
(bobot x skor)
1 Jelaskan pengertian batik! 2
2 Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis teknik
dalam membuat batik
2
3 Motif batik tersusun atas dua bagian utama,
sebutkan!
2
4 Sebut dan jelaskan macam ornamen motif
batik
2
5 Sebutkan macam-macam isen! 2
Jumlah 100
Tabel 4.5 Kriteria Penskoran pada Aspek Kognitif
Pengamatan aspek kognitif ini dilakukan setelah siklus I selesai. Berikut
ini merupakan tabel hasil pengamatan aspek kognitif pada siklus I.
No Nama Nilai Ketuntasan
Sudah Belum 1 Elvira Wardatus Sholihah 68 v 2 Emi Ponika 72 v 3 Emi Wulandari 84 v 4 Emilia Septyaningrum 82 v 5 Ericha Ferania Ardilla 64 v 6 Erna Dewi Ambarwati 84 v 7 Ericha Herawati 84 v 8 Eva Sulistyowati 82 v 9 Fadila Puspa Ningrum 88 v 10 Fadzilah Nur Azisah 86 v 11 Fajar Kurnia 84 v 12 Fajar Saryanto 80 v 13 Fascal Danu Wijaya 80 v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
14 Fatah Maulana 82 v 15 Febri Harmanto 68 v 16 Febri Tri Setiawan 56 v 17 Ferisal Budiadi 62 v 18 Fitri Fariska 82 v 19 Fitriah 60 v 20 Fuad Agung Wibisono 86 v 21 Galih Tunggal Mukti 42 v 22 Gunawan 42 v 23 Hanit Lestari 86 v 24 Hanum Pratiwi Alwi 80 v 25 Hasna Nur Alifah 80 v 26 Heni Fatimah 62 v 27 Heriyawan 74 v 28 Hesti Ana Widyawati 58 v 29 Ichwan Tri Jatmiko 62 v 30 Ika Maulana R. 84 v 31 Imam Aji Nugroho 80 v 32 Imam Nurkholis 82 v 33 Imas Nurul Widyawati 90 v 34 Indah Nur Fitriyani 86 v 35 Irfan Anggo Saputro 70 v Jumlah 2.612 21 14 Rata-rata 75
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Siklus I Aspek Kognitif
c) Aspek Psikomotor
Berdasarkan pengamatan penilaian menggambar motif batik yang
dihasilkan oleh siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali sudah
menunjukkan adanya peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat melalui kreatifitas
siswa dalam menggambar motif batik. Siswa sudah tidak lagi mencontoh atau
meniru motif lain dalam menggambar motif batik, walaupun masih ada beberapa
orang siswa yang mencontoh. Siswa sudah mulai mengembangkan idenya dalam
pembuatan motif batik.
Di bawah ini merupakan hasil dari karya siswa kelas VIII-A SMP Negeri
2 Simo Boyolali dalam menggambar motif batik dengan sumber ide tanaman
sekitar dengan metode discovery-inquiry pada siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
a b
c.
Gambar 4.18 Karya Emi Ponika dengan Sumber Ide Tanaman Sekitar (Dokumentasi: Faizah, 2012)
Berdasarkan hasil karya motif batik milik Emi Ponika di atas masih
terkesan asal-asalan, belum mampu menerapkan unsur-unsur seni rupa (garis,
bidang, warna) dalam menggambar motif batik dan garis yang digunakan belum
luwes. Akan tetapi secara garis besar ia sudah berani membuat motif batik dengan
sumber ide tanaman ke dalam beberapa bentuk motif yang berbeda, walaupun
motif batik yang dibuat belum selesai diwarna dan masih terlihat asal-asalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Gambar 4.19 Karya Fadhila Puspa Ningrum dengan Sumber Ide Tanaman Sekitar (Dokumentasi: Faizah, 2012)
Berdasarkan hasil karya motif batik Fadila Puspa Ningrum diatas pada
karya pertama dan kedua mengalami perbedaan dan peningkatan secara signifikan.
Pada karya pertama sudah cukup baik, akan tetapi ia belum mampu
mengembangkan sumber ide yang digunakannya, yaitu daun. Ia masih
menciptakan motif batik dengan bentuk daun yang masih sama dengan aslinya. Ia
belum mampu menciptakan stilasi/penggayaan dari daun tersebut. Sedangkan
pada karya yang kedua ia sudah mampu menciptakan motif batik yang kreatif
sesuai pengembangan sumber ide yang digunakannya. Motif batik yang dibuat
mulai muncul pengembangan penggayaan dari sumber ide yang digunakan dalam
membuat motif batik yaitu bunga dan daun. Motif yang dihasilkan sudah tidak
lagi terkesan asal-asalan. Dia sudah mampu menerapkan unsur-unsur seni rupa
(garis, bidang, warna) dalam menggambar motif batik. Hanya saja masih ada
bidang yang kosong yang seharusnya bisa diisi dengan ornamen tambahan atau
isen, sehingga tidak terkesan sepi.
a. b.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Gambar 4.20 Karya Imam Nurkholis pada dengan Sumber Ide Tanaman Sekitar (daun dan bunga pisang) (Dokumentasi: Faizah, 2012)
Berdasarkan hasil karya Imam Nurkholis yang pertama sebenarnya sudah
cukup baik, ia sudah mampu mengembangkan sumber ide daun untuk dijadikan
motif batik. Akan tetapi motif batik yang dihasilkan Imam Nurkholis masih
terkesan monoton dan terlihat membosankan, karena hanya mengulang-ngulang
dari motif daun yang diciptakan. Selain itu masih ada bidang yang dibiarkan
kosong yang seharusnya bisa diisi dengan isen. Akan tetapi pada karyanya yang
kedua dengan sumber ide bunga pisang, hasil gambar motif batik Imam Nurkholis
meningkat. Dia sudah memiliki kemampuan menciptakan gambar motif batik
yang kreatif sesuai dengan pengembangan sumber ide yang digunakan. Hal itu
terlihat dari gambar motif batik yang dihasilkannya di atas. Dalam membuat motif
batik, ia mempunyai rasa kepercayaan diri, selain itu ia juga sudah menerapkan
unsur-unsur seni rupa dalam menggambar motif batik. Bidang gambar sudah diisi
dengan berbagai motif yang ia kreasikan sendiri, dan hampir tidak ada bidang
gambar yang kosong. Hanya saja warna pada motif batik kurang maksimal,
seharusnya diberi warna sehingga akan terlihat lebih indah.
Untuk hasil nilai dari karya motif batik yang dihasilkan siswa pada siklus
I dapat dilihat dari tabel penilaian aspek psikomotorik di bawah ini.
No Nama Nilai Ketuntasan
Sudah Belum 1 Elvira Wardatus Sholihah 70 v 2 Emi Ponika 64 v 3 Emi Wulandari 80 v 4 Emilia Septyaningrum 68 v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
5 Ericha Ferania Ardilla 78 v 6 Erna Dewi Ambarwati 62 v 7 Ericha Herawati 78 v 8 Eva Sulistyowati 76 v 9 Fadila Puspa Ningrum 76 v 10 Fadzilah Nur Azisah 74 v 11 Fajar Kurnia 76 v 12 Fajar Saryanto 76 v 13 Fascal Danu Wijaya 76 v 14 Fatah Maulana 64 v 15 Febri Harmanto 74 v 16 Febri Tri Setiawan 60 v 17 Ferisal Budiadi 74 v 18 Fitri Fariska 66 v 19 Fitriah 78 v 20 Fuad Agung Wibisono 78 v 21 Galih Tunggal Mukti 76 v 22 Gunawan 66 v 23 Hanit Lestari 74 v 24 Hanum Pratiwi Alwi 74 v 25 Hasna Nur Alifah 76 v 26 Heni Fatimah 76 v 27 Heriyawan 60 v 28 Hesti Ana Widyawati 76 v 29 Ichwan Tri Jatmiko 76 v 30 Ika Maulana R. 64 v 31 Imam Aji Nugroho 76 v 32 Imam Nurkholis 80 v 33 Imas Nurul Widyawati 80 v 34 Indah Nur Fitriyani 74 v 35 Irfan Anggo Saputro 74 v Jumlah 2.550 18 17 Rata-rata 73%
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotor Siklus I
Dengan melihat hasil penilaian setiap aspek di atas, maka akan diperoleh
hasil penilaian akhir yaitu dengan keterangan sebagai berikut:
Keterangan:
Nilai Akhir: Jumlah Bobot x Skor
Jumlah Bobot
Ketuntasan Siswa
Tuntas
Belum Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Adapun hasil nilai akhir siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No Nama Nilai Ketuntasan
Sudah Belum 1 Elvira Wardatus Sholihah 69 v 2 Emi Ponika 61 v 3 Emi Wulandari 78 v 4 Emilia Septyaningrum 72 v 5 Ericha Ferania Ardilla 70 v 6 Erna Dewi Ambarwati 69 v 7 Ericha Herawati 78 v 8 Eva Sulistyowati 76 v 9 Fadila Puspa Ningrum 79 v 10 Fadzilah Nur Azisah 80 v 11 Fajar Kurnia 78 v 12 Fajar Saryanto 79 v 13 Fascal Danu Wijaya 80 v 14 Fatah Maulana 75 v 15 Febri Harmanto 70 v 16 Febri Tri Setiawan 65 v 17 Ferisal Budiadi 72 v 18 Fitri Fariska 72 v 19 Fitriah 74 v 20 Fuad Agung Wibisono 79 v 21 Galih Tunggal Mukti 64 v 22 Gunawan 68 v 23 Hanit Lestari 80 v 24 Hanum Pratiwi Alwi 79 v 25 Hasna Nur Alifah 77 v 26 Heni Fatimah 70 v 27 Heriyawan 70 v 28 Hesti Ana Widyawati 71 v 29 Ichwan Tri Jatmiko 74 v 30 Ika Maulana R. 75 v 31 Imam Aji Nugroho 78 v 32 Imam Nurkholis 82 v 33 Imas Nurul Widyawati 81 v 34 Indah Nur Fitriyani 80 v 35 Irfan Anggo Saputro 71 v Jumlah 2.596 18 17 Rata-rata 74%
Tabel 4.8 Hasil Penilaian Menggambar Motif Batik Siklus I
Sedangkan untuk prosentase ketuntasan nilai siswa dalam menggambar
motif batik siswa kelas VIII-A pada siklus I dapat dilihat pada grafik di bawah
ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.3 Grafik Prosentase Ketuntasan Nilai Menggambar Motif Batik pada Siklus I
Secara garis besar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali
sudah menunjukkan peningkatan. Siswa sudah mulai mengembangkan idenya
dalam membuat motif batik menjadi motif batik yang cukup kreatif, siswa tidak
lagi menjiplak motif lain ke dalam bidang gambar (walaupun masih ada beberapa
yang mencontoh motif lain). Akan tetapi masih ada juga siswa yang masih kurang
dalam menerapkan unsur-unsur seni rupa (garis, bidang, warna) dalam
menggambar motif batik. Hal itu dapat dilihat dari hasil gambar, garis yang
digunakan belum luwes, siswa belum mampu memanfaatkan garis sebagai isen-
isen, dan bidang gambar masih banyak yang kosong.
d. Refleksi I
Berdasarkan hasil observasi, peneliti berupaya menggali faktor
penyebabnya dan melakukan refleksi proses kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan metode discovery-inquiry. Refleksi dilakukan dengan cara
mengumpulkan data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan dianalisis
sehingga dapat diketahui tingkat minat siswa dalam kegiatan belajar mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
(KBM) menggambar motif batik, tingkat pemahaman siswa tentang menggambar
motif batik, dan kreatifitas siswa dalam menggambar motif batik. Dari hasil
refleksi ini akan diketahui kelebihan dan kelemahan dalam kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan sehingga dapat digunakan untuk menentukan langkah
tindakan pada pertemuan siklus II. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :
Keberhasilan tindakan pada siklus I ini menggunakan metode dicovery-
inquiry. Dengan digunakannya metode tersebut dalam pembelajaran menggambar
motif batik; 1) Siswa mampu menguasai bagian-bagian motif batik dan
penggolongan motif batik. 2) Siswa dapat belajar mengidentifikasi sumber ide
yang akan dijadikan motif batik. 3) Kreatifitas siswa dalam menggambar motif
batik mulai meningkat, hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan siswa berpikir
kreatif pada saat menemukan dan mengembangkan idenya dalam menggambar
motif batik. 4) Kemampuan siswa dalam mengolah sumber ide menjadi motif
batik mulai meningkat, dilihat dari siswa tidak lagi mencontoh motif lain dalam
membuat motif batik. Siswa dihadapkan pada objek langsung yang digunakan
menjadi sumber ide dalam pembuatan motif dan mengembangkannya sesuai
dengan kreatifitas mereka masing-masing. 5) Jumlah siswa yang memenuhi
kriteria ketuntasan minimal (KKM) meningkat, dari 12 siswa menjadi 18 siswa. 6)
Rata-rata kelas dalam menggambar motif batik pun meningkat, dari 71 menjadi 74.
2. Deskripsi Siklus II
Pada siklus I keberhasilan tindakan belum maksimal, baik dari sisi proses
maupun hasil. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata kelas yang belum memenuhi
kriteria ketuntasan minimal yaitu 75%. Tindakan pada siklus kedua tetap
mengunakan metode dicovery-inquiry dan materi pembelajaran adalah
menggambar motif batik dengan memanfaatkan fauna sebagai sumber ide
pembuatan motif.
Berdasarkan pada refleksi pada siklus I dapat dilihat ada peningkatan
minat siswa dalam menggambar motif batik yang semakin membaik, siswa
menguasai bagian motif batik dan penggolongan motif batik, kreatifitas siswa
dalam menggambar motif batik mulai meningkat, dan kemampuan siswa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
mengolah sumber ide menjadi motif batik juga mulai meningkat walaupun belum
mencapai prosentase indikator penelitian yang diharapkan. Maka untuk
perencanaan tindakan siklus II lebih menekankan pada perbaikan dari siklus I.
a. Tahap perencanaan siklus II
Tindakan pada siklus II masih tetap menggunakan metode discovery-
inquiry dengan materi yang sama yaitu menggambar motif batik akan tetapi
menggunakan fauna sebagai sumber ide dalam pembuatan motif. Direncanakan
dua kali pertemuan, setiap pertemuan 80 menit, dengan Indikator pembelajaran
yang ingin dicapai adalah: mampu berpikir kreatif menemukan dan
mengembangkan idenya dalam menggambar motif batik dan mampu mengolah
sumber ide menjadi motif batik.
Tahap pertama pada siklus ini adalah tahap perencanaan yang meliputi:
1) Mengidentifikasi kebutuhan siswa, yaitu kebutuhan akan pengetahuan
mengenai motif batik fauna. 2) Menyeleksi pendahuluan terhadap konsep yang
dipelajari, yaitu dengan mempersiapkan dan membuat perencanaan instrument
penelitian (RPP, lembar observasi, lembar penilaian, lembar wawancara). 3)
Menyeleksi bahan dan masalah yang akan dipelajari, yaitu dengan
mempersiapkan media dan membuat bahan ajar yaitu materi motif batik.
Aktifitas perencanaan tindakan di atas dilakukan sebelum pelaksanaan
pembelajaran. Lama pembelajaran 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) sesuai dengan
jadwal pelajaran seni budaya yang ada di SMP Negeri 2 Simo Boyolali.
Materi yang disampaikan dalam mata pelajaran seni budaya adalah
menggambar motif batik dengan memanfaatkan fauna sebagai sumber ide siswa
dalam pembuatan motif. Indikator ketercapaiannya yaitu: (1). 75% siswa mampu
berpikir kreatif menemukan dan mengembangkan idenya dalam menggambar
motif batik, (2). 75% siswa mampu mengolah sumber ide yang mereka gunakan
menjadi motif batik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan isi rancangan atau skenario
pembelajaran yang telah dirumuskan. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dengan
mengadakan pembelajaran yang dalam satu siklus ada 2 kali pertemuan/tatap
muka, yang masing-masing 2 x 40 menit, sesuai skenario pembelajaran dan RPP
pada siswa.
1) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Pertama pada Siklus II
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 18 September
2012 waktu pelaksanaan adalah 2 x 40 menit yang dipotong waktu istirahat 15
menit dengan materi pembelajaran menggambar motif batik dengan
memanfaatkan fauna sebagai sumber ide dalam pembuatan motif. Pada
pertemuan kali ini bertujuan untuk memperbaiki hasil tindakan pada siklus I yang
belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal.
Pada pertemuan pertama diawali dengan mengabsensi kehadiran siswa.
Pada pertemuan pertama ini siswa terlihat cukup tenang dan lebih bersemangat
untuk mendapatkan materi menggambar motif batik selanjutnya. Kegiatan
mengabsen siswa berlangsung selama 10 menit.
Gambar 4.21 Mengabsensi Kehadiran Siswa Siklus II (Dokumentasi: Musa, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Guru menentukan masing-masing peran yang dilakukan oleh peserta
didik, yaitu dengan memberi tahu mengenai materi yang akan diajarkan
selanjutnya dan juga SK, KD yang hendak dicapai. Kemudian mencek
pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan,
yaitu dengan memberikan apersepsi awal yang berupa pertanyaan untuk
menyeleksi pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
diajarkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, memberikan kebutuhan
pengetahuan/materi pelajaran yang berhubungan dengan menggambar motif batik
khususnya tema pada pertemuan tersebut. Guru membagikan berbagai macam
gambar hewan/fauna pada siswa untuk diidentifikasi sesuai dengan kelompok
yang sudah ditetapkan pada pertemuan sebelumnya. Gambar hewan tersebut akan
diidentifikasi oleh siswa dan akan menjadi sumber ide siswa dalam menggambar
motif batik.
Gambar 4.22 Membagikan Gambar Hewan pada Siswa untuk Diidentifikasi (Dokumentasi: Musa, 2012)
Setelah itu dilanjutkan dengan memberikan penjelasan secara lebih
mendetail serta memberikan contoh gambar motif batik yang benar dengan cara
mendemonstrasikan/menggambar contoh motif batik di papan tulis. Dengan ini
diharapkan siswa tahu bagaimana siswa harus menggambar motif batik yang
benar dengan memanfaatkan fauna/hewan sebagai sumber ide pembuatan motif
dan tahu bagaimana menyetilasikan hewan tersebut untuk dijadikan motif batik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Gambar 4.23 Mendemonstrasikan Motif batik Tema Hewan (Dokumentasi: Musa, 2012)
Tahap selanjutnya adalah mempersiapkan setting kelas, yaitu dengan
membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 4
siswa. Hal ini bertujuan agar siswa mendiskusikan dengan kelompoknya
mengenai sumber ide yang digunakan dalam menggambar motif batik. Kemudian
guru mempersiapkan fasilitas yang diperlukan, yaitu dengan memberikan materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
atau tugas menggambar motif batik dengan memanfaatkan fauna/hewan sebagai
sumber ide dalam pembuatan motif serta memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk melakukan penyelidikan/identifikasi dan penemuan sumber ide dalam
pembuatan motif terhadap gambar hewan yang sudah dibagikan tadi bersama-
dengan kelompoknya. Siswa melakukan identifikasi pada objek/gambar hewan
yang akan digambar, setelah itu dari objek yang mereka identifikasi dapat
dijadikan sumber ide dalam pembuatan motif batik. Sehingga mereka dapat
mengasah daya imajinasi mereka dalam menggambar motif batik. Mereka dapat
menggambar motif batik sesuai dengan daya imajinasi mereka atau kreatifitas
mereka masing-masing.
Di bawah ini adalah gambar kegiatan ketika siswa melakukan identifikasi
pada objek yang hendak digambar menjadi motif batik bersama dengan
kelompoknya masing-masing. Sembari melakukan identifikasi, guru berkeliling
mengamati kegiatan siswa dan membantu siswa apabila ada siswa yang masih
belum paham dengan tugas yang diberikan. Guru berkeliling ke masing-masing
kelompok dan mengamati kegiatan mereka. Walaupun sumber ide dalam satu
kelompok ada yang sama, akan tetapi hasil gambar yang mereka buat berbeda. Di
sinilah manfaat dari diskusi kelompok, siswa dapat menanyakan kesulitan yang
mereka hadapi atau berdiskusi dengan teman satu kelomponya mengenai sumber
ide yang dibuat menjadi motif batik.
Gambar 4.24 Mengamati Siswa yang melakukan Identifikasi (Dokumentasi: Musa, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Gambar 4.25 Memberikan Penjelasan dan Contoh Motif Batik pada Siswa yang
Belum Paham Secara Lebih Mendetail (Dokumentasi: Musa, 2012)
Gambar 4.26 Proses Identifikasi Siswa Bersama Kelompoknya dalam
Menggambar Motif Batik (Dokumentasi: Faizah S, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Kegiatan tersebut berlangsung selama 60 menit. Pada pertemuan pertama
ini beberapa siswa sudah mulai menyelesaikan sket awal gambar motif batik
mereka, sehingga untuk pertemuan selanjutnya mereka hanya tinggal mewarnai
dan finishing. Untuk sisa 10 menit terakhir untuk mengumpulkan gambar motif
batik yang mereka buat, karena belum selesai dan akan dilanjutkan pada
pertemuan minggu depan. Pengumpulan gambar dilakukan untuk menjaga
originilitas karya, sehingga gambar yang dibuat adalah murni karya siswa, tidak
dibuatkan oleh orang lain dan jaga-jaga agar karya tidak ketinggalan di rumah
pada pertemuan minggu depan. Dan yang terakhir adalah penutup.
2) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Kedua pada Siklus II
Pertemuan kedua dilakukan pada hari selasa tanggal 25 September 2012.
Waktu yang diperlukan adalah 2 x 40 menit, melanjutkan pembelajaran pada
pertemuan pertama. Sebelum pembelajaran dimulai guru melakukan presensi atau
mengabsen kehadiran siswa yang mengikuti pelajaran seni budaya pada hari
tersebut seperti biasanya selama 5 menit. Setelah itu selama 15 menit guru
mengkondisikan kelas dan membagikan soal pada siswa. Guru memberikan tes
tertulis pada siswa seperti pada siklus I pertemuan kedua. Siswa diminta
menuliskan jawaban di lembar yang telah disiapkan. Soal berjumlah 5 buah sesuai
dengan materi yang telah disampaikan dari pertama siklus I sampai dengan siklus
ke-II.
Gambar 4.27 Siswa mengerjakan Ujian Tertulis pada Siklus II (Pertemuan Kedua) ( Dokumentasi: Faizah, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Kegiatan selanjutnya guru membagikan pekerjaan siswa yang belum
selesai yang dikerjakan pada pertemuan minggu lalu mengenai menggambar motif
batik dengan sumber ide fauna/hewan. Guru meminta siswa untuk mengeluarkan
peralatan menggambar dan melanjutkan menggambar motif batik yang pada
pertemuan minggu lalu. Kegiatan ini berlangsung selama 50 menit dan diselingi
dengan waktu istirahat selama 15 menit. Setelah selesai istirahat siswa langsung
menyelesaikan pekerjaan menggambar motif batik mereka.
Sembari siswa menggambar motif batik, guru berkelililng kelas untuk
melihat pekerjaan siswa dan memberi pengarahan jika ada siswa yang masih
bingung dengan cara mewarna motif batik atau segala sesuatu yang berhubungan
dengan pekerjaan menggambar motif batik. Pada pertemuan kedua ini banyak
siswa yang sudah hampir selesai dengan pekerjaan mereka. Sebagian besar dari
siswa sudah mencapai tahap penyelesaian, hanya tinggal mewarnai dan merapikan
pekerjaan mereka. Pada pertemuan kedua ini, guru lebih melatih dan
mengarahkan siswa pada proses pewarnaan karya seperti pada siklus I pertemuan
kedua.
Kegiatan yang terakhir adalah mengumpulkan karya. Dan seperti pada
kegiatan siklus I, siswa diminta mengumpulkan gambar motif batik mereka ke
depan dan guru memilih beberapa dari gambar mereka untuk dipresentasikan ke
depan kelas. Beberapa gambar yang dipilih untuk dipresentasikan ke depan kelas
adalah yang mewakili dari yang paling bagus, cukup bagus dan masih kurang.
Selama persentasi siswa diminta memberi komentar dan saran sehingga yang
mempunyai gambar tersebut tau apa-apa yang kurang pada gambar yang ia buat.
Sehingga dengan kegiatan presentasi ini sekaligus ada kegiatan evaluasi pada
karya motif batik yang dibuat oleh siswa. Siswa menjadi tau bagian apa saja yang
kurang pada gambar motif batik yang ia buat dan menjadi pelajaran baginya untuk
ke depannya. Kegiatan presentasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Gambar 4.28 Kegiatan Presentasi Karya di Depan Kelas Siklus II (Dokumentasi: Faizah S, 2012)
Setelah kegiatan presentasi selesai dan evaluasi selesai, guru
menyampaikan bahwa pembelajaran telah selesai. Sebelum menutup pelajaran
guru memberikan motivasi dan nasehat pada siswa untuk tetap giat belajar dan
melatih daya imajinasinya dalam menggambar motif batik.
c. Tahap Observasi Siklus II
Pada tahap observasi peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran
dan mencatat hal-hal yang terjadi ketika tindakan siklus I berlangsung, yang telah
dilaksanakan pada tanggal 18 September 2012, dan pertemuan kedua yang
dilakukan pada tanggal 25 September 2012. Adapun hal-hal yang dicatat ketika
tindakan siklus I adalah tingkat pemahaman siswa tentang motif batik (bagian dan
pola motif batik), Kemampuan berpikir kreatif, menemukan dan mengembangkan
idenya dalam menggambar motif batik, Kemampuan mengolah sumber ide
menjadi motif batik berdasarkan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi
dilakukan untuk mengetahui tingkat kreatifitas siswa dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM) menggambar motif batik. Adapun data hasil observasi yang
diperoleh sesuai dengan masalah yaitu:
1) Gambar yang diberikan guru mampu meningkatkan kemampuan siswa
menemukan dan mengembangkan ide kreatif dalam menggambar motif batik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
2) Gambar hewan yang diberikan guru mampu membuat siswa menemukan ide
kreatif dan mampu merangsang siswa menciptakan bentuk motif batik yang
kreatif sesuai dengan pengembangan sumber ide masing-masing.
3) Banyak siswa yang sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM), dan
telah mencapai prosentase indikator penelitian yang diharapkan. Untuk
mengetahui nilai karya siswa menggambar motif batik pada siklus III dapat
dilihat pada penilaian berikut:
Penilaian dinilai dari tiga aspek, yaitu aspek afektif, aspek kognitif dan
aspek psikomotorik. Aspek afektif dan kognitif mempunyai bobot 2, sedangkan
untuk aspek psikomotoriknya mempunyai bobot 6.
a) Aspek Afektif
Pengamatan pada aspek afektif ini mempunyai bobot 2 (dua) terdiri dari
lima variabel, antara lain: kehadiran siswa, membawa peralatan, aktif bertanya,
mengerjakan tugas dengan baik, dan mengumpulkan tugas tepat waktu. Setiap
variabel mempunyai bobot 2 (dua), sehingga jumlah nilai yang didapat oleh siswa
berasal dari jumlah bobot x skor yang didapat pada tiap variabel dan kemudian
dijumlah. Kriteria ketuntasannya adalah 75%.
Berikut ini merupakan tabel kriteria penilaian pada aspek afektif
pelajaran seni budaya menggambar motif batik
No Unsur yang Dinilai Bobot
Skor (1-10)
Jum Nilai (Bobot x
Skor) 1 Kehadiran 2 2 Membawa peralatan 2 3 Aktif bertanya 2 4 Mengerjakan tugas dengan baik 2 5 Mengumpulkan tugas tepat
waktu 2
Jumlah 100 Tabel 4.9. Kriteria Penskoran pada Aspek Afektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Pengamatan pada aspek afektif dilakukan setiap kali pertemuan
kemudian dianalisis dalam satu siklus (2 pertemuan). Adapun hasil pengamatan
pada aspek afektif dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No Nama Nilai Ketuntasan
Sudah Belum 1 Elvira Wardatus Sholihah 74 v 2 Emi Ponika 80 v 3 Emi Wulandari 76 v 4 Emilia Septyaningrum 85 v 5 Ericha Ferania Ardilla 75 v 6 Erna Dewi Ambarwati 75 v 7 Ericha Herawati 82 v 8 Eva Sulistyowati 84 v 9 Fadila Puspa Ningrum 80 v 10 Fadzilah Nur Azisah 84 v 11 Fajar Kurnia 74 v 12 Fajar Saryanto 81 v 13 Fascal Danu Wijaya 84 v 14 Fatah Maulana 80 v 15 Febri Harmanto 75 v 16 Febri Tri Setiawan 82 v 17 Ferisal Budiadi 85 v 18 Fitri Fariska 72 v 19 Fitriah 84 v 20 Fuad Agung Wibisono 80 v 21 Galih Tunggal Mukti 75 v 22 Gunawan 85 v 23 Hanit Lestari 84 v 24 Hanum Pratiwi Alwi 85 v 25 Hasna Nur Alifah 79 v 26 Heni Fatimah 74 v 27 Heriyawan 75 v 28 Hesti Ana Widyawati 84 v 29 Ichwan Tri Jatmiko 85 v 30 Ika Maulana R. 85 v 31 Imam Aji Nugroho 81 v 32 Imam Nurkholis 84 v 33 Imas Nurul Widyawati 79 v 34 Indah Nur Fitriyani 80 v 35 Irfan Anggo Saputro 85 v Jumlah 2.812 31 4 Rata-rata 80
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Siklus II Aspek Afektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
b) Aspek Kognitif
Pada pengamatan aspek kognitif ini dilakukan dengan memberikan tes
tertulis pada siswa pada pertemuan kedua di siklus I. Tes tertulis ini dilakukan
sebelum melanjutkan kegiatan menggambar motif batik selama 15 menit. Terdiri
dari 5 soal yang berkaitan dengan motif batik yang pada pertemuan pertama sudah
dijelaskan. Setiap nomor mempunyai bobot 2, penilaiannya sama seperti pada
peneilaian pada aspek afektif yang sudah dijelaskan di atas. Kriteria ketuntasan
minimal (KKM) sesuai dengan indikator ketercapaian yaitu 75.
Di bawah ini merupakan kriteria penilaian pada aspek kognitif dalam
kreatifitas menggambar motif batik.
No Butir Soal Bobot Skor
(1-10)
Jum nilai
(bobot x skor)
1 Jelaskan pengertian stilasi! 2
2 Sebutkan dan jelaskan penggolongan motif
batik!
2
3 Sebutkan macam-macam prinsip seni rupa! 2
4 Sebut dan jelaskan bagian-bagian motif
batik!
2
5 Apa yang harus diperhatikan dalam
membuat motif batik yang baik dan benar!
2
Jumlah 100
Tabel 4.11 Kriteria Penskoran pada Aspek Kognitif
Pengamatan aspek kognitif ini dilakukan setelah siklus I selesai. Berikut
ini merupakan tabel hasil pengamatan aspek kognitif pada siklus II.
No Nama Nilai Ketuntasan
Sudah Belum 1 Elvira Wardatus Sholihah 84 v 2 Emi Ponika 82 v 3 Emi Wulandari 80 v 4 Emilia Septyaningrum 84 v 5 Ericha Ferania Ardilla 72 v 6 Erna Dewi Ambarwati 80 v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
7 Ericha Herawati 84 v 8 Eva Sulistyowati 84 v 9 Fadila Puspa Ningrum 88 v 10 Fadzilah Nur Azisah 86 v 11 Fajar Kurnia 84 v 12 Fajar Saryanto 82 v 13 Fascal Danu Wijaya 88 v 14 Fatah Maulana 80 v 15 Febri Harmanto 86 v 16 Febri Tri Setiawan 80 v 17 Ferisal Budiadi 70 v 18 Fitri Fariska 82 v 19 Fitriah 72 v 20 Fuad Agung Wibisono 86 v 21 Galih Tunggal Mukti 68 v 22 Gunawan 70 v 23 Hanit Lestari 80 v 24 Hanum Pratiwi Alwi 86 v 25 Hasna Nur Alifah 80 v 26 Heni Fatimah 84 v 27 Heriyawan 86 v 28 Hesti Ana Widyawati 82 v 29 Ichwan Tri Jatmiko 80 v 30 Ika Maulana R. 84 v 31 Imam Aji Nugroho 80 v 32 Imam Nurkholis 90 v 33 Imas Nurul Widyawati 90 v 34 Indah Nur Fitriyani 88 v 35 Irfan Anggo Saputro 84 v Jumlah 2.866 30 5 Rata-rata 82
Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Siklus II Aspek Kognitif
c) Aspek Psikomotor
Berdasarkan pengamatan penilaian menggambar motif batik yang
dihasilkan oleh siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali sudah
menunjukkan adanya peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat melalui kreatifitas
siswa dalam menggambar motif batik. Siswa sudah tidak lagi mencontoh atau
meniru motif lain dalam menggambar motif batik, Siswa sudah mulai
mengembangkan idenya dalam pembuatan motif batik. Di bawah ini merupakan
hasil karya dari beberapa siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali dengan
sumber ide hewan/fauna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Gambar 4.29 Karya Fascal dengan Sumber Ide Burung (Dokumentasi: Faizah, 2012)
Berdasarkan ketiga karya dari Fascal di atas dibuat berdasarkan sumber
ide hewan/fauna yaitu burung. Ia sudah mulai mencoba membuat karya motif
batik dengan kreasi yang berbeda dengan sumber ide yang sama. Sebelumnya ia
tidak tahu bagaimana cara membuat motif batik. Karya motif batik yang ia buat
sebelumnya hanya mencontoh motif yang ada di buku seperti teman-temannya
yang lain. Akan tetapi setelah diadakan penelitian tindakan kelas ini ia sudah
berani membuat karya yang berbeda-beda dan tidak mencontoh seperti yang
dilakukannya sebelumnya. Dilihat dari haril gambar motif batik yang dihasilkan,
siswa tersebut sudah mampu menerapkan unsur-unsur seni rupa dalam
menggambar motif batik dengan cukup baik dari pada hasil karya motif batik
sebelumnya meskipun belum maksimal, akan tetapi ia sudah menunjukkan
peningkatan yang signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Gambar 4.30 Karya Motif Batik Emi Wulandari dengan Sumber Ide Hewan/Fauna (kupu-kupu). (Dokumentasi: Faizah, 2012)
Ketiga karya di atas adalah hasil karya motif batik Emi Wulandari
dengan menggunakan sumber ide hewan/fauna yaitu kupu-kupu. Walaupun hasil
karya motif batik Emi Wulandari belum sempurna akan tetapi ia sudah mencoba
membuat karya motif batik yang berbeda dengan sumber ide yang sama. Sebelum
dilakukan tindakan dengan metode discovery-inquiry ia tidak dapat menggunakan
sumber ide untuk dijadikan motif batik. Ia hanya mencontoh motif yang ada di
buku dan mengulang-ngulang motif tersebut dalam satu bidang. Dengan melihat
karya di atas, maka kreativitas Emi Wulandari dalam membuat motif batik
meningkat. Siswa tersebut sudah mampu memanfaatkan unsur-unsur seni rupa
dalam menggambar motif batik dengan cukup baik. Garis yang diciptakan
semakin luwes, akan tetapi warna yang digunakan masih kurang rapi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Gambar 4.31 Karya Imam Fatah Maulana dengan Sumber Ide Burung Merpati (Dokumentasi: Faizah, 2012)
Berdasarkan hasil karya motif batik milik Fatah Maulana di atas dapat
kita lihat bahwa ia sudah mencoba untuk membuat karya motif batik yang berbeda
dengan sumber ide yang sama, walaupun hasil karya motif batik yang dibuat
belum sempurna dan belum menerapkan unsur-unsur seni rupa. Ia belum terlalu
bisa mengembangkan penggayaan dari sumber ide yang dibuat untuk dijadikan
motif batik. Akan tetapi kreativitasnya sudah mulai meningkat dari karya yang ia
buat sebelum dilakukan tindakan penelitian dengan metode discovery-inquiry,
karena ia sudah tidak lagi mencontoh motif dari buku.
Untuk hasil nilai siswa pada siklus II ini dapat dilihat dari tabel penilaian
aspek psikomotorik di bawah ini.
No Nama Nilai Ketuntasan
Sudah Belum 1 Elvira Wardatus Sholihah 60 v 2 Emi Ponika 70 v 3 Emi Wulandari 80 v 4 Emilia Septyaningrum 80 v 5 Ericha Ferania Ardilla 80 v 6 Erna Dewi Ambarwati 70 v 7 Ericha Herawati 80 v 8 Eva Sulistyowati 80 v 9 Fadila Puspa Ningrum 84 v 10 Fadzilah Nur Azisah 82 v 11 Fajar Kurnia 80 v 12 Fajar Saryanto 66 v 13 Fascal Danu Wijaya 78 v 14 Fatah Maulana 66 v 15 Febri Harmanto 78 v 16 Febri Tri Setiawan 70 v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
17 Ferisal Budiadi 72 v 18 Fitri Fariska 60 v 19 Fitriah 74 v 20 Fuad Agung Wibisono 78 v 21 Galih Tunggal Mukti 80 v 22 Gunawan 72 v 23 Hanit Lestari 80 v 24 Hanum Pratiwi Alwi 82 v 25 Hasna Nur Alifah 72 v 26 Heni Fatimah 78 v 27 Heriyawan 70 v 28 Hesti Ana Widyawati 76 v 29 Ichwan Tri Jatmiko 80 v 30 Ika Maulana R. 66 v 31 Imam Aji Nugroho 72 v 32 Imam Nurkholis 84 v 33 Imas Nurul Widyawati 82 v 34 Indah Nur Fitriyani 78 v 35 Irfan Anggo Saputro 76 v Jumlah 2.636 21 14 Rata-rata 75
Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotor Siklus II
Dengan melihat hasil penilaian setiap aspek di atas, maka akan diperoleh
hasil penilaian akhir yaitu dengan keterangan sebagai berikut:
Keterangan:
Nilai Akhir: Jumlah Bobot x Skor
Jumlah Bobot
Ketuntasan Siswa
Tuntas
Belum Tuntas
Adapun hasil nilai akhir siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No Nama Nilai Ketuntasan
Sudah Belum 1 Elvira Wardatus Sholihah 77 v 2 Emi Ponika 71 v 3 Emi Wulandari 78 v 4 Emilia Septyaningrum 83 v 5 Ericha Ferania Ardilla 75 v 6 Erna Dewi Ambarwati 75 v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
7 Ericha Herawati 82 v 8 Eva Sulistyowati 83 v 9 Fadila Puspa Ningrum 84 v 10 Fadzilah Nur Azisah 84 v 11 Fajar Kurnia 79 v 12 Fajar Saryanto 76 v 13 Fascal Danu Wijaya 83 v 14 Fatah Maulana 75 v 15 Febri Harmanto 79 v 16 Febri Tri Setiawan 77 v 17 Ferisal Budiadi 75 v 18 Fitri Fariska 72 v 19 Fitriah 76 v 20 Fuad Agung Wibisono 81 v 21 Galih Tunggal Mukti 74 v 22 Gunawan 75 v 23 Hanit Lestari 81 v 24 Hanum Pratiwi Alwi 81 v 25 Hasna Nur Alifah 77 v 26 Heni Fatimah 78 v 27 Heriyawan 77 v 28 Hesti Ana Widyawati 80 v 29 Ichwan Tri Jatmiko 81 v 30 Ika Maulana R. 78 v 31 Imam Aji Nugroho 77 v 32 Imam Nurkholis 86 v 33 Imas Nurul Widyawati 83 v 34 Indah Nur Fitriyani 82 v 35 Irfan Anggo Saputro 81 v Jumlah 2.756 32 3 Rata-rata 79%
Tabel 4.14 Hasil Penilaian Menggambar Motif Batik Siklus II
Penilaian di atas tetap dinilai dari tiga aspek, yaitu aspek afektif, aspek
kognitif dan aspek psikomotorik. Aspek afektif dan kognitif mempunyai bobot 2,
sedangkan untuk aspek psikomotoriknya mempunyai bobot 6. Untuk cara
penilaian yang lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran RPP.
Sedangkan untuk prosentase ketuntasan nilai siswa dalam
menggambar motif batik siswa kelas VIII-A pada siklus II dapat dilihat pada
grafik di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.4 Grafik Prosentase Ketuntasan Nilai Menggambar Motif Batik pada Siklus II
Pada siklus II ini secara garis besar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2
Simo Boyolai sudah menunjukkan peningkatan yang drastis dari siklus I. Siswa
sudah mulai mengembangkan idenya dalam membuat motif batik menjadi motif
batik yang cukup kreatif. Hal itu dapat dilihat dari hasil gambar siswa yang sudah
banyak menerapkan unsur dan prinsip seni, dan pewarnaan yang digunakan tidak
lagi asal-asalan. Pembuatan garis juga sudah banyak yang luwes, tidak seperti
pada pertemuan pertama siklus I.
d. Refleksi Siklus II
Berdasarkan observasi sebelumnya, data yang diperoleh selanjutnya
menjadi bahan refleksi bagi peneliti dan guru. Kegiatan refleksi ini mencakup
kegiatan evaluasi. Data yang diperoleh dari kegiatan observasi harus secepatnya
dianalisis sehingga dapat segera diketahui apakah tindakan yang dilakukan telah
mencapai tujuan. Hasilnya untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan akan
dijadikan dasar melakukan evaluasi. Adapun hasil dari tindakan siklus III adalah
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keberhasilan tindakan pada siklus II ini masih menggunakan metode
dicovery-inquiry. Dengan digunakannya metode tersebut dalam pembelajaran
menggambar motif batik keberhasilan yang diperoleh; 1) Dengan diadakannya
kegiatan identifikasi dan diskusi pada gambar hewan yang digunakan sebagai
sumber ide motif batik pada masing-masing kelompok, siswa mampu berantusias
mengemukakan pendapat dan siswa mampu menemukan ide kreatif dalam
menggambar motif batik. 2) Kreativitas siswa meningkat dilihat dari proses
menemukan dan mengembangkan ide sesuai dengan imajinasinya masing-masing.
Dilihat dari hasil menggambar motif batik, bentuk motif yang diciptkan
bervariatif dan kreatif sesuai sumber ide dan menerapkan unsur-unsur seni rupa
dalam menggambar motif batik. 3) Jumlah siswa yang sudah memenuhi kriteria
ketuntasan minimal (KKM) meningkat dari 18 siswa menjadi 32 siswa. 4) Rata-
rata kelas dalam menggambar motif batik meningkat dari 74 menjadi 79.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
Peneliti melakukan rekapitulasi data berdasarkan data yang diperoleh
pada tahap observasi awal, siklus I, dan siklus II dalam pembelajaran
menggambar motif batik pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali.
Adapun rekapitulasi keberhasilan pembelajaran dapat dilihat pada grafik di bawah
ini:
Gambar 4.5 Grafik Capaian Keberhasilan Pembelajaran tiap Siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Berdasarkan gambar grafik di atas dapat kita lihat bahwa capaian
keberhasilan pembelajaran pada observasi awal hanya 34% saja, yakni dari 35
siswa yang berhasil memenuhi ketuntasan hanya 12 siswa, sehingga rata-rata
kelas hanya 71. Setelah diterapkan dengan metode pembelajaran discovery-
inquiry pada siklus I, keberhasilan pembelajaran meningkat menjadi 51%, yakni
dari 35 jumlah siswa yang memenuhi ketuntasan meningkat menjadi 18 orang
siswa dan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 74. Pada siklus II dilakukan lagi
perbaikan dengan metode yang sama, dan hasilnya meningkat menjadi 91%.
Yakni dari 35 orang siswa, yang berhasil memenuhi ketuntasan meningkat
menjadi 32 orang siswa dan rata-rata kelas pun naik menjadi 79.
Keberhasilan pembelajaran juga dapat dilihat dari hasil karya
menggambar motif batik siswa untuk setiap siklus. Penilaian hasil gambar motif
batik siswa berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Berikut hasil karya motif
batik Imam Nurkholis pada siklus I dengan nilai 80 dan siklus II dengan nilai 84.
a.
Gambar 4.32 Hasil Karya Imam Nurkholis pada Siklus I (Dokumentasi: Faizah S, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Gambar 4.33 Proses Pembuatan Sket/Desain Motif Batik Imam Nurkholis pada Siklus I (Dokumentasi: Faizah S, 2012)
Gambar 4.34 Proses Pewarnaan Motif Batik Imam Nurkholis pada Siklus I (Dokumentasi: Faizah S, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
b.
gambar 4.35 Hasil Karya Imam Nurkholis pada Siklus II (Dokumentasi: Faizah S, 2012)
Gambar 4.36 Proses Pembuatan Desain Motif Batik Imam Nurkholis Pada Siklus II (Dokumentasi: Faizah S, 2012)
Gambar di atas adalah hasil karya Imam Nurkholis. Hasil karya Imam
Nurkholis di atas sudah memiliki kemampuan dalam menciptakan gambar motif
batik yang kreatif sesuai dengan pengembangan sumber ide yang digunakannya.
Hal itu terlihat dari bentuk motif batik yang dihasilkannya, dia sudah mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menerapkan unsur-unsur seni rupa dalam menggambar motif batik (garis, warna,
bidang) yang semakin membaik untuk setiap siklus dan juga sudah menerapkan
isen-isen pada setiap bagian yang kosong. Pada siklus I warna yang digunakannya
masih kurang rata, dan dia belum berani memberikan warana pada setiap bagian
motif yang dibuatnya, dan gambar yang dihasilkannya masih terkesan berat
sebelah. Akan tetapi pada siklus II dia sudah mulai ada peningkatan, warna yang
digunakannya sudah rata, dan tidak ada bidang yang kosong. semua bidang sudah
berani dia isi dengan motif dan juga isen. Nilai karya Imam Nurkholis dapat
dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 4.6 prosentase nilai Imam Nurkholis dari siklus I ke siklus II
Sedangkan untuk prosentase ketuntasan nilai menggambar motif batik
siswa pada tahap observasi, siklus I, dan siklus II dapat di lihat pada grafik di
bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.7 Grafik Ketuntasan Nilai Menggambar Motif Batik pada Observasi Awal, Siklus I dan II
Berdasarkan tabel dan grafik indikator kreativitas di atas ditemukan
simpulan sementara bahwa prosentase indikator ketercapaian meningkat dari
pelaksanaan siklus I dan II. Pada siklus II indikator ketercapaian yang meliputi
kemampuan berpikir kreatif, menemukan, dan mengembangkan ide dan
kemampuan mengolah sumber ide menjadi motif batik telah mencapai target yaitu
di atas 75%. Siswa menjadi lebih kreatif dalam menggambar motif batik sesuai
dengan sumber ide yang digunakannya.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan grafik di atas, prosentase hasil capaian meningkat dari
pelaksanaan siklus I, dan siklus II. Pada siklus II indikator ketercapaian yang
meliputi kemampuan berpikir kreatif, menemukan, dan mengembangkan ide dan
kemampuan mengolah sumber ide menjadi motif batik telah mencapai target yaitu
di atas 75%.
Hal ini membuktikan bahwa dalam meningkatkan kreatifitas siswa
dalam menggambar motif batik tidak hanya diberi latihan terus menerus dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
metode pembelajaran yang sama. Dengan diterapkannya metode discovery-
inquiry siswa dapat mengidentifikasi sumber ide yang akan digunakannya dalam
pembuatan motif batik dan diberi pengalaman secara langsung dan bebas sesuai
dengan kemampuan dan kreatifitasnya masing-masing. Siswa mampu mengasah
daya imajinasinya dengan pengalaman langsung yang diberikan dalam
mengidentifikasi sumber ide pembuatan motif. Siswa lebih percaya diri dalam
menggambar motif batik dan dapat mempertanggungjawabkan hasil karyanya
sendiri. Dengan keterlibatan siswa secara aktif dapat mengembangkan potensi-
potensi, menyadari apa bakatnya, bagaimana kemampuannya dan bagaimana pula
keadaan orang lain, sehingga dimiliki pengertian tentang dirinya. Ia akan mampu
berdiri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya, akan merasa mampu
memecahkan persoalannya tanpa tergantung pada orang lain. Kesulitan-kesulitan
yang dhadapi akan ditanyakan pada orang lain, tetapi pemecahannya adalah atas
dasar keputusannya sendiri. Pembelajaran yang dilakukan seluruhnya melibatkan
kemampuan siswa, sehingga siswa dapat menyelidiki secara kritis dan dapat
menemukan suatu pengetahuan yang dijadikannya sebagai perubahan. Hal ini
dikuatkan dengan pendapat Hanafiah, dan Cucu Suhana (2009: 77), bahwa
Discovery-Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan
sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan
perilaku.
Pendapat di atas, menguatkan dugaan bahwa Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan menerapkan metode Discovery-Inquiry dapat meningkatkan
kreativitas siswa dalam menggambar motif batik. Hasil analisis ini juga didukung
oleh pernyataan Bapak Krisnadi, S.Pd selaku guru mata pelajaran Seni Budaya
SMP Negeri 2 Simo Boyolali, bahwa kreatifitas siswa dalam menggambar motif
batik mengalami peningkatan, siswa tidak lagi mencontoh gambar lain, akan
tetapi sudah dapat menemukan sumber ide yang akan dibuatnya menjadi motif
batik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Berdasarkan hasil pembahasan antar siklus di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa penerapan metode discovery-inquiry mampu meningkatkan
kreativitas dalam menggambar motif batik pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2
Simo Boyolali tahun pelajaran 2012/2013.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. Simpulan
Batik adalah suatu kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah
menjadi bagian dari budaya indonesia (khususnya jawa). Menggambar motif batik
juga merupakan salah satu materi yang diajarkan di SMP Negeri 2 Simo Boyolali.
Dalam mengajar guru masih menggunakan metode dan media pembelajaran yang
kurang menarik dan kurang merangsang pola pikir siswa untuk berpikir kreatif,
hal itu dikarenakan kurangnya pengetahuan dan referensi guru mengenai metode-
metode pembelajaran. Sehingga siswa dalam menggambar pun masih mencontoh
motif lain. Siswa kurang percaya diri, kurang referensi, dan belum bisa
menemukan ide sendiri dan mengembangkannya dalam menggambar motif batik.
Berdasarkan analisis data, rumusan masalah penelitian, dan pokok hasil
penelitian tentang penerapan model pembelajaran Discovery-Inquiry sebagai salah
satu upaya untuk meningkatkan kreativitas menggambar motif batik pada siswa
kelas VIII-A di SMP Negeri 2 Simo Boyolali tahun pelajaran 2012/2013, maka
dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Discovery-Inquiry dapat
meningkatkan kreativitas menggambar motif batik pada siswa kelas VIII-A SMP
Negeri 2 Simo Boyolali tahun ajaran 2012/2013. Hal tersebut terbukti dengan
meningkatnya kreativitas menggambar motif batik siswa yang tidak lagi
mencontoh motif lain dalam menggambar. Siswa mampu menemukan ide sesuai
dengan sumber ide yang digunakannya dan mengembangkannya menurut
kreativitasnya masing-masing. Siswa mampu menciptkan bentuk bagian motif
batik yang terdiri dari ornamen utama, ornamen pengisi, isen-isen yang kreatif,
menerapakan unsur-unsur seni rupa dalam menggambar motif batik, keindahan
gambar dan teknik finishing yang dihasilkan siswa meningkat. Hal ini terlihat juga
dari meningkatnya jumlah siswa yang memiliki nilai di atas kriteria ketuntasan
minimal (KKM) pada setiap siklus. Prosentase jumlah siswa yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
memenuhi nilai KKM pada siklus I yaitu 51%, pada siklus II meningkat menjadi
91%. Secara klasikal nilai rata-rata dalam menggambar motif batik mengalami
peningkatan, pada siklus I nilai rata-rata kelas yaitu 74, dan untuk siklus II
meningkat menjadi 79. Dalam kegiatan belajar mengajar pun siswa menjadi lebih
terarah, siswa lebih antusian dan aktif dalam mengikuti pelajaran. Dengan
demikian penerapan metode discovery-inquiry dapat meningkatkan kreativitas
menggambar motif batik pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Simo Boyolali
tahun ajaran 2012/2013.
B. Implikasi
Implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penerapan metode pembelajaran discovery-inquiry dapat meningkatkan
kemampuan siswa berfikir kreatif dalam menemukan ide dan
mengembangkan idenya dalam membuat suatu karya
2. Penerapan metode pembelajaran discovery-inquiry dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengolah sumber ide menjadi karya.
3. Penerapan metode pembelajaran discovery-inquiry menjadikan siswa lebih
aktif dalam pembelajaran, sehingga materi pelajaran yang telah disampaikan
oleh guru dapat dipahami siswa dengan baik.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan berkaitan dengan
simpulan dan implikasi di atas, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Guru hendaknya menggunakan metode yang menarik dan merangsang pola
pikir kreatif siswa dalam pembelajaran.
b. Diharapkan guru memberi kelengkapan media pembelajaran yang tepat an
menarik dalam pembelajaran menggambar motif batik.
c. Guru hendaknya membangun paradigma pembelajaran yang berpusat pada
siswa dengan menerapkan metode pembelajaran discovery-inquiry.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
d. Penerapan metode pembelajaran discovery-inquiry hendaknya diterapkan
dengan memberi kebebasan pada siswa untuk menentukan objek yang
dijadikan sumber ide dalam menggambar motif batik sehingga siswa dapat
melatih daya imajinasinya dan siswa dapat berpikir lebih kritis dan kreatif.
e. Guru dapat menerapkan atau mengembangkan strategi baru yang sesuai
dengan tuntutan dan capaian-capaian yang belum dapat dicapai dengan
maksimal, misalnya dengan mengadakan kunjungan ke tempat pembuatan
batik sehingga siswa dapat melihat dengan langsung proses pembuatan batik
dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi siswa.
2. Bagi Siswa
a. Siswa harus mengembangkan idenya masing-masing untuk menciptakan
motif batik yang kreatif.
b. Siswa harus dapat bekerja sama selama kegiatan diskusi kelompok dan dapat
memanfaatkan kelompoknya sebagai mitra belajar.
3. Bagi Sekolah
a. Kebijakan kepala sekolah hendaknya meningkatkan mutu pembelajaran
melalui penelitian tindakan kelas, terutama bidang studi seni budaya
khususnya seni rupa, jangan sampai dikesampingkan hanya karena bukan
mata pelajaran yang diikutsertakan di ujian nasional.
b. Kebijakan kepala sekolah hendaknya meningkatkan fasilitas melalui
penyediaan tempat untuk berkarya siswa dan juga tempat untuk memajang
hasil karya siswa.
4. Bagi Peneliti
a. Metode pembelajaran discovery-inquiry dapat diterapkan di kelas lain
maupun sekolah lain, terutama pada mata pelajaran praktek
b. Bagi peneliti yang ingin menerapkan metode pembelajaran discovery-inquiry
dapat bekerja sama dengan guru yang mengalami permasalahan dalam
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user