Askep CA MAMAE

Post on 08-Dec-2023

0 views 0 download

transcript

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan pada payudara,

berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar

seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara (Rasjidi, 2010).

Kanker payudara memiliki dampak fisik, psikologis dan sosial. Dampak fisik berupa penurunan

fungsi salah satu organ tubuh yang dioperasi atau di amputasi, rasa nyeri dan perubahan fisik karena efek

samping dari pengobatan yang dijalani pasien. Dampak psikologis dapat berupa reaksi psikologis

terhadap diagnosa kanker payudara yang harus dihadapi, rangkaian terapi atau pengobatan yang di jalani

pasien dan kondisi fisik yang baru. Dampak sosial yang dapat terjadi yaitu perubahan status sosial karena

kehilangan pekerjaan dari tempat pasien, perubahan peran dan tugas karena tidak mampu melakukan

tugasnya sebagai salah satu anggota keluarga (Rachmadahniar,2005).

Menurut Kumar dkk (2009), kurva insident usia pada kanker payudara bergerak naik terus sejak

usia 30 tahun. Kanker ini jarang di temukan pada wanita usia 20 tahun. Angka tertingi pada usia 45-66

tahun.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker

paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari

pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher

rahim, kanker payudara, kanker getah bening, kulit dan kanker nasofaring. Kanker payudara merupakan

kanker terbanyak yang diderita oleh wanita. Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta

pada wanita. Kanker payudara merupakan penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita yaitu

sekitar 19%. Lima data terakhir menunjukkan bahwa kema tian akibat kanker payudara pada wanita

menunjukkan angka ke 2 tertinggi (WHO).

Payudara di miliki oleh setiap orang, lelaki maupun wanita. Pada lelaki payudara mengalami

rudimeter dan tidak penting, sedangkan wanita menjadi berkembang dan penting. Payudara merupakan

salah satu organ paling penting bagi wanita yang erat kaitannya dengan fungsi reproduksi dan kewanitaan

(kecantikan). Karena itu gangguan payudara tidak sekedar memberikan gangguan kesakitan sebagaimna

penyakit pada umumnya, tetapi juga akan mempunyai efek estetika dan psikologis khusus (bustan, 2000).

Amerika Serikat tercatat lebih dari lebih dari 190.000 kasus baru dan 40.000 kematian.

Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia 50 keatas,

sedangkan 6% nya pada usia kurang dari 40 tahun.

Di Negara Indonesia jumlah kanker payudara didapatkan kurang lebih 200 juta populasi atau

23.140 kasus baru setiap tahun (Emir & Suyatno,2010).

Menurut Ramli dkk (2010), di dapatkan jumlah penderita kanker payudara stadium IIIA dan IIIB

sebanyak 43,4%, Stadium IV sebanyak 14,3 %, berbeda dengan negara maju dimana kanker payudara

ditemukan lebih banyak dalam stadium dini.

Dari data yang penulis kumpulkan di RSUD KELAS B CIANJUUR tercatan angka kejadian

penderita kanker payudara meningkat 3 tahun terakhir. Yaitu pada tahun 2013 wanita yang mengidap

kanker payudara yaitu 234 orang diantaranya 14 orang meninggal dunia , pada tahun 2014 terhitung

sebanyak 272 orang orang wanita mengidap kanker payudara diantaranya 13 orang meninggal dunia,

sedangkan pada tahun 2015 terhitung 312 orang wanita terkena kanker payudara diantaranya 11 orang

meninggal dunia.

Peran perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien kanker payudara yaitu melalui upaya

promotif,prepentif,kuratif dan rehabilitas.Upaya promotif meliputi pemberian pendidikan kesehatan

tentang penyakit kanker payudara,upaya preventif yaitu mencegah infeksi pada luka post op dengan cara

perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik,upaya kuratif meliputi pemberian pengobatan dan

penganjuran klien untuk mematuhi terapi,serta upaya rehabilitative meliputi perawatan luka di rumah dan

menganjurkan untuk meneruskan terapi yang telah diberikan.Peran perawat dalam aspek psikologis yaitu

memberikan informasi dan dukungan positif kepada jlien tentang proses pengobatan yang akan di jalani

bahwa itu adalah alternative untuk pengobatan

Berdasarkan data tersebut maka dari itu, penulis tertarik untuk mengangkat masalah kanker

payudara pada studi kasus ini supaya bisa memberikan asuhan keperawatan secara mendalam terhadap

klien dengan masalah kanker payudara.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien kanker payudara di ruang Samolo 1 di

RSUD KELAS B CIANJUR tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a) Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan kanker payudara

b) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan terhadap klien dengan kanker payudara

c) Mampu membuat perencanaan terhadap klien dengan kanker payudara

d) Mampu melakukan tindakan keperawatan terhadap klien dengan kanker payudara

e) Mampu mengevaluasi dari tindakan keperawatan yang telah diberikan terhadap klien dengan

kanker payudara

f) Mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan terhadap klien dengan kanker

payudara.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut ‘’Bagaimana

menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker payudara di ruang Samolo 1 di RSUD

KELAS B CIANJUR”.

1.4 Kegunaan

Adapun manfaat penulisan studi kasus ini adalah :

1. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti sendiri dalam melakukan asuhan

keperawatan pada klien dengan kanker payudara

2. Bagi institusi RSUD KELAS B CIANJUR

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi institusi kesehatan dan tenaga kesehatan dalam

rangka meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap kanker payudara.

3. Bagi Akademik

Dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau masukan untuk menambah wawasan bagi pembaca

tentang payudara.

4. Bagi Klien dan Keluarga

Dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan mampu memahami tentang penyakit kanker

payudara serta penatalaksanaanya.

1.5 Sistematika Penulisan

Cover

Kata Pengantar

Daftar isi

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulisan

1.3 Rumusan Masalah

1.4 Kegunaan

1.5 Sistematika Penulisan

Bab II Teoritis

2.1. Konsep Dasar

2.1.1. Pengertian

2.1.2. Klasifikasi

2.1.3. Etiologi

2.1.4. Anatomi Fisiologi

2.1.5. Faktor Resiko

2.1.6. Patofisiologi

2.1.7. Manifestasi Klinis

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1. Pengkajian

2.2.2. Keperawatan dan Intervensi

Bab III Tinjauan Kasus

3.1 Pengkajian

3.2 Analisa Data

3.3 Daftar Asuhan Keperawatan

3.4 Rencana Asuhan Keperawatan

3.5 Catatan Perkembangan

Bab IV Pembahasan

4.1 Pengkajian

4.2 Diagnosa Keperawatan

4.3 Perencanaan

4.4 Implementasi

4.5 Evaluasi

Bab V Penutup

5.1 Kesimpulan

5.2 Kritik dan Saran

BAB II

TUJUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar

2.1.1. Pengertian

Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel

tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan akan tumbuh menjadi

benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).

Kanker payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara dengan

manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel (Brunner dan

Suddarth, 2005 ).

Kanker payudara adalaah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan pertumbuhan seluler

dan merupakan kelompok penyakit,bukan penyakit tunggal (Tucker dkk,1998).

Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam jaringan mammae

(Tapan, 2005).

Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah

menjadi ganas (http//www.pikiran-rakyat. com. jam 10.00, Minggu tanggal 29-8-2005,sumber :

Harianto,dkk).

Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari parenkim, stoma areola, dan papila

mamae (Taufan Nugroho,2011).

2.1.2. Klasifikasi

1. Histopatologi

Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara diklasifikasikan

sebagai berikut:

1. Non-invasif karsinoma

Non-invasif duktal karsinoma

Lobular karsinoma in situ

2. Invasif karsinoma

a. Invasif duktal karsinoma

Papilobular karsinoma

Solid-tubular karsinoma

Scirrhous karsinoma

Special types

Mucinous karsinoma

Medulare karsinoma

b. Invasif lobular karsinoma

Adenoid cystic karsinoma

karsinoma sel squamos

karsinoma sel spindel

Apocrin karsinoma

Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia

Tubular karsinoma

Sekretori karsinoma

Lainnya

3. Paget's Disease

2. Stadium

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis

suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut

baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor

ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan

pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA,

rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk

menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan

klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari

World Health Organization)/AJCC (American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh American

Cancer Society dan American College of Surgeons).

Sistem TNM

TNM merupakan singkatan dari "T" yaitu tumor size atau ukuran tumor , "N" yaitu node atau

kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M

dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan

histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut:

T (tumor size), ukuran tumor:

T 0: tidak ditemukan tumor primer

T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang

T 2: ukuran tumor diameter antara 2–5 cm

T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm

T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau pada

keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada

benjolan kecil di kulit di luar tumor utama

N (node), kelenjar getah bening regional (kgb):

N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla

N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan

N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan

N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di mammary

interna di dekat tulang sternum

M (metastasis), penyebaran jauh:

M x: metastasis jauh belum dapat dinilai

M 0: tidak terdapat metastasis jauh

M 1: terdapat metastasis jauh

Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabung

dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:

Stadium 0: T0 N0 M0

Stadium 1: T1 N0 M0

Stadium II A: T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0

Stadium II B: T2 N1 M0 / T3 N0 M0

Stadium III A: T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0

Stadium III B: T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0

Stadium III C: Tiap T N3 M0

Stadium IV: Tiap T-Tiap N-M1

3. Genetik

1. Array-mikro DNA

Array-mikro DNA merupakan suatu metode yang diawali dengan membandingkan sel normal

dengan sel kanker dan melihat perbedaan yang terjadi pada ekspresi genetik antara dua jenis sel.

Walaupun perbedaan ekspresi genetik tersebut belum tentu menunjukkan ciri khas onkogen sel kanker,

namun beberapa grup periset mempertimbangkan bahwa beberapa grup/kluster gen mempunyai

kecenderungan untuk meninggalkan jejak genetik pada sel lain hingga terjadi ekspresi genetik yang sama,

yang disebut profil genetik. Dengan demikian, dinamika fungsional gen dan genom dapat diamati seperti

proses transkripsi mRNA, identifikasi domain pengikat dari protein asam nukleat, analisis single-

nucleotide polymorphism.

Sejumlah profil genetik telah diajukan oleh berbagai pihak, beberapa diantaranya adalah:

Profil genetik dari American Society of Clinical Oncology yang menawarkan klasifikasi

berdasarkan CA 15.3, CA 27.29, CEA, pencerap estrogen, pencerap progesteron, pencerap faktor

pertumbuhan epidermal-2, aktivator plasminogen urokinase, penghambat aktivator plasminogen

1. Penggunaan kategori berikut sebagai dasar diagnosa juga dianggap belum cukup;

DNA/ploiditas dengan penggunaan sitometri, p53, cathepsin D, siklin E, multiparameter assays

tertentu, deteksi metastasis-mikro pada sumsum tulang dan kadar sel tumor dalam sirkulasi darah.

Profil genetik yang disebut normal breast-like, basal, luminal A, luminal B, dan ERBB2+.

Subtipe berdasarkan ESR1/ERBB2 dengan profil ESR1+/ERBB2-, ESR1-/ERBB2-, dan

ERBB2+.

2. Profil intrinsik Perou-Sørlie

Dari sudut pandang histologi, sel tumor payudara merupakan jaringan kompleks yang terdiri dari

berbagai jenis sel selain sel kanker. Untuk mendapatkan profil genetik dari sebuah tumor, perlu diketahui

ekspresi genetik khas dari tiap sel yang merupakan hasil transkripsi kluster gen tertentu, kemudian dicari

kesamaan kluster pada sel lain dari jenis yang berbeda.

Pada profil intrinsik, ditemukan 8 kluster genetik yang merupakan variasi sel-sel tertentu yang

terdapat di dalam tumor.

Sel endotelial. Sebuah kluster gen merupakan ciri khas ekspresi genetik sel endotelial, seperti CD34,

CD31, faktor von Willebrand, baik sel endotelial dari kultur HUVEC maupun HMVEC.

Sel stromal. Ekspresi protein dari sel stromal merupakan kluster genetik yang teridentifikasi terlebih

dahulu dan meliputi beberapa isomer kolagen

Sel payudara normal maupun yang kaya akan adiposa dengan kluster genetik meliputi fatty-acid

binding protein 4 dan PPAR

Sel B, meninggalkan jejak genetik seperti ekspresi gen berupa protein imunoglobulin saat melakukan

infiltrasi dan memberikan variasi pada kluster genetik seperti yang terjadi pada ekspresi sel RPMI-

8226 dari kultur mieloma multipel.

Sel T juga meninggalkan jejak genetik yang menjadi indikasi aktivitas infiltrasi. Sebuah kluster

geneteik meliputi kluster diferensiasi CD3 dan 2 subunit pencerap sel T ditemukan pada sel MOLT-4

dari kultur leukimia.

Makrofaga. Sebuah kluster genetik yang nampaknya merupakan ciri khas makrofaga/monosit adalah

ekspresi CD68, acid phosphatase 5, chitinase dan lysozyme.

Terdapat dua jenis sel epitelial pada kelenjar ini, yaitu sel basal atau sel mioepitelial, dan sel epitelial

luminal. Banyak gen yang hanya dimiliki oleh salah satu jenis sel ini dan jarang ditemukan gen yang

dimiliki oleh kedua sel. Kluster genetik sel basal meliputi keratin-5, keratin-17, integrin-4 dan laminin.

Sedangkan kluster genetik sel luminal meliputi faktor transkripsi yang berkaitan dengan pencerap

estrogen seperti GATA-binding protein-3, X-box binding protein-1 dan hepatocyte nuclear factor-3.

4. Lintasan onkogenik

Klasifikasi menurut lintasan onkogenik terbagi menjadi 4 subtipe yang disebut:

luminal A yang disertai ekspresi pencerap hormon, baik estrogen, progesteron maupun keduanya, dan

tanpa ekspresi HER-2 (bahasa Inggris: human epidermal growth factor receptor 2). Pada subtipe

luminal A, terjadi ekspresi berlebihan protein yang berperan dalam lintasan metabolisme asam lemak

dan lintasan transduksi sinyal selular yang menggunakan steroid, khususnya melalui ekspresi

pencerap estrogen.

luminal B dengan pencerap hormon +, HER-2 +.

triple negative dengan pencerap hormon -, HER-2 -.

HER-2 over-expressing dengan pengecerap hormon -, HER-2 +.

Berdasarkan klasifikasi ini, hasil sampling dari 2.544 kasus yang terjadi di Amerika, 73% didapati

mengidap subtipe luminal A, 12% penderita luminal B, 11% adalah kanker triple negative dan 4%

merupakan jenis HER-2 over-expressing.

Beberapa ahli lain menambahkan subtipe seperti;

basal-like dengan ekspresi berlebih protein yang berperan pada proliferasi dan diferensiasi sel,

lintasan p21 dan transduksi sinyal dalam siklus sel pada checkpoint antara fase G1 dan fase S.

basal A dengan lintasan ETS dan gen BRCA1.

basal B dengan lintasan sel mesenkimal dan/atau sel punca/sel progenitor

2.1.3. Etiologi

Tidak satupun penyebab spesifik dari kanker payudara,sebaliknya serangkaian faktor genetik,

hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus

bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan dengan kanker payudara, namun apa

yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan

atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan

kanker payudara. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker

payudara. Dua hormon ovarium utama-estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam

lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara (Brunner dan

Sudart, 2001).

Faktor resiko timbul kanker payudara terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di ubah

(unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu :

A. Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)

1) Umur

Semakin bertambahnya umur meningkat resiko kanker payudara. Wanita paling sering terserang

kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah wanita 40 tahun juga dapat

terserang kanker payudara, namun resikonya lebih rendah dibandingkan wanita berusia diatas 40 tahun.

2) Menarche Usia Dini

Resiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi pertama

sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan

hormone estrogen dan progesterone pada wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan

termasuk jaringan payudara.

3) Menoupause usia lanjut

Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara.

Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadinya perubahan klinis. Kurang dari 25%

kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor

terjadinya perubahan klinis.

4) Riwayat keluarga

Terdapat peningkatan resiko menderita kanker payudara pada wanita yang keluarganya menderita

kanker payudara tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast Cancer 2),yaitu suatu kerentanan terhadap kanker

payudara, untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70

tahun. 10% kanker payudara bersifat familial. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara

berhubungan dengan gen probabilitas.

5) Riwayat penyakit payudara jinak

Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan resiko untuk

mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Brinton (2008) di Amerika Serikat dengan desain

cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai

resiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara 4,0 kali lebih besar untuk terkena kanker

payudara (RR=4,0).

B. Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable)

1) Riwayat kehamilan

Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami kanker payudara.

Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang kehamilan

pertama setelah 35 tahun mempunyai resiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan

pertama sebelum 35 tahun untuk terkena kanker payudara (RR=3,6). Wanita yang multipara atau belum

pernah melahirkan mempunyai faktor resiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita multipara atau

sudah lebih dari sekali melahirkan untuk terkena kanker payudara (RR=4,0)

2) Obesitas dan konsumsi lemak tinngi

Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker payudara pada wanita pasca

menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko terjadinya kanker payudara.

3) Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral

Hormone berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita yang menggunakan

kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Kandungan estrogen dan progestron

pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjer payudara. Wanita yang

menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai resiko untuk mengalami kanker

payudara sebelum menopause.

4) Konsumsi Rokok

Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara daripada waita

yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case

control menunjukkan bahawa diperkirakaan resiko bagi wanita yang merokok untuk terkena kanker

payudara 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (OR=2,36).

5) Riwayat Keterpaparan Radiasi

Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian kanker payudara. Pemajanan terhadap radiasi

ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan resiko kanker payudara.

Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan

bahwa diperkirakan resiko bagi wanita yang terpapar radiasi lebih dari 1 jam sehari untuk terkena kanker

payudara 3,12 kali lebih tinggi (OR=3,12).

2.1.4. Anatomi Fisiologi

Anatomi payudara dan kuadran letak kanker payudara dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Keterangan:

1. Korpus (badan)

2. Areola

3. Papilla atau puting

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit,di atas otot dada.Fungsi dari

payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara,

yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram. Pada payudara

terdapat tiga bagian utama yaitu:

1) Korpus

Korpus (badan ) yaitu bagian yang membesar. Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu.

Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah.

Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus,yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20

lobus pada tiap payudara.ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil(duktulus), kemudian

beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

2) Areola

Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang

besar melebar, akhirnya memusat ke dalam putingndan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus

maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

3) Papilla / Puting

Papila atau Puting,yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara. Bentuk puting ada 4, yaitu bentuk

yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted).

2.1.5. Faktor Resiko

Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi

terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara

diantaranya:

1) Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker

payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan

kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.

Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama

merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional,

payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara

terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh

sebelum terjadinya perubahan klinis.

2) Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan

dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang

signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa

walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang

menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker

payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap rangsangan hormonal mungkin

mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas.

3) Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan

risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai

2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.

4) Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker

payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara

Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.

5) Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker

payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat

dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.

6) Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya

risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker

radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.

7) Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam

riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan

risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik

ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1,

yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara

sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia sangat

berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun.

2.1.6. Patofisiologi

Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya perubahan genetik berkaitan dengan

kanker payudara namun ap yang menyebabkan genetik masih belum diketahui.Meskipun belum ada

penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui namun bisa diindentifikasi melalui beberapa faktor

resiko,faktor ini penting dalam membantu mengembangkan program pencegahan.Hal yang selalu harus

diingat adalah bahwa 60% yang di diagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor resiko yang

terindentifikas kecuali lingkungan hormonal mereka.Di masa kehidupan,wanita dianggap beresiko untuk

mengalami kanker payudara,namun mengidentifikasi faktor resiko merupakan cara untuk

mengidentifikasi wanita yang mungkin diuntungkan dari kelangsungan hidup yang harus meningkat dan

pengobatan dini (Prince,A Sylvia.2006).

Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal, mula-

mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi

karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Karsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari

sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm).

Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari karsinoma mammae telah bermetastasis. Karsinoma mammae

bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan

aliran darah (Prince, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995).

Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri:proliferasi yang

berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya.Proliferasi abnormal sel

kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi dan memasukinya dengan cara

menyebarkan anak sebar keorgan-organ yang jauh.Didalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara

biokimiawi terutama dalam maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal

(Prince,A Sylvia.2006).

Transformasi sel-sel kanker dibentik dari sel-sel normal dalam suatu proses rumut yang disebut

transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi, promosi dan progresi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu

perubahan dalam genetiksel yang memancing selmenjadi maligna.perubahan dalam denetic sel ini

disebabakan oleh suatu gen yang disebut dengan karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi

atau penyinaran dan sinar matahari. Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap

suatu karsinogen harus merupakan mutagen yang dapat menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000).

Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan dipotong dan

diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh enzim-enzim pengoreksi. Pada

keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih protein regulator yang akan mengenali kesalahan resebut dan

menghentikan sel dititik tersebut dari proses pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat

diperbaiki,atau sel tersebut deprogram untuk melakukan bunuh diri yang secara efektif menghambat

pewarisan kesalahan sel-sel keturunan jika sel tersebut kembali lobs, maka sel tersebut akan menjadi

mutasi permanen dan bertahan di semua keturunan dan masuk ketahap irreversible (Cerwin ,2000).

Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promoter,

menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun dapat

membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. Promotor adalah zat non-mutagen

tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen dan tidak menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple

gen (Sukarha, 2000). Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang belum

melewati tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan beberapa

faktor untuk terj adinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan suatu karsinogen).

Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif ini timbul

perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Kanker payudara menginvasi secara lokal dan

menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening regional, aliran darah, atau keduanya. Kanker

payudara yang bermetastasis dapat mengenai seluruh organ tubuh, terutama paru-paru, hepar, tulang, otak

dan kulit (Weiss.M 2010).

Metastasis kanker payudara biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa dekade setelah

diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).

Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia Dokter saat

mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh mana tingkat penyebaran kanker

tersebut baik ke organ maupun penyebaran ketempat jauh.Stadium hanya di kenal pada tumor ganas atau

kanker dan tidak ada tumor jinak.Untuk menentukan suatu stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis

dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya,yaitu histopologi,PA,rontgen,usg,danbila

memungkinkan CT Scan,Scintigrafi (Sukarja,2000).

Pathway

2.1.7. Manifestasi Klinis